identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
1
2
tajuk
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
Kampus dan Bau Konflik Laten Perselisihan Birokrat Fakultas Sastra dan Lema Fakultas Sastra melebar pada konflik baru. Bukan lagi soal mahasiswa yang menuntut pembatalan sanksi skors buat rekannya. Kini Lema malah berkonflik dengan Satuan Pengamanan (Sat pam). Setidaknya hal itu terlihat saat demonstrasi menuntut pembebasan sejumlah mahasiswa yang ditahan Polrestabes Makassar, Jumat (3/5) lalu. Aksi yang berpusat di depan pintu satu Unhas ini berakhir ricuh. Berdasarkan pemberitaan identitasonline.net, aksi diwarnai pembakaran ban dan pemblokiran jalan. Demonstran juga menyandera satu unit mobil berplat merah, dan satu mobil taksi. Ujungnya mobil patroli Satpam Unhas turut dirusak bagian kaca belakang. Kejadian ini sedikit membikin Satpam gerah. Sebelumnya juga, tiap kali menggelar aksi, beberapa demonstran tak jarang yang mencaci Satpam. Terlepas dari perseteruan itu, hari yang sama, sekitar pukul sebelas malam, giliran Sekretariat Perhimpunan Mahasiswa Sastra Inggris Perisai yang diserang enam lelaki bertopeng. Malang buat Fahriansyah, Mahasiswa Sastra Inggris Unhas angkatan 2010 ini terkena tikaman badik di bagian punggung. Tak hanya menyerang Fahriansyah, oknum yang belum diketa hui identitasnya ini juga memecahkan kaca jendela sekretariat Perisai, serta merusak sejumlah motor yang terparkir dekat sekretariat. Sayang pada saat kejadian, tak seorang pun Satpam jaga di sekitar Fakultas Sastra. Tiga hari kemudian, lagi-lagi pengamanan Unhas kecolo ngan. Pukul 4.45 dini hari, Pos satu Satpam Unhas dilempari bom molotov. Untungnya tak ada korban jiwa. Hanya kursi, jam dinding dan papan pengumuman yang rusak terbakar. Sekali lagi, tak ada pihak yang siap bertanggungjawab. Parahnya lagi, semua pihak akhirnya saling tuding. Terlepas siapa pelaku penyerangan gelap itu, birokrasi harus meninjau kembali kebijakan pemberian sanksi skors buat mahasiswa yang melanggar aturan. Sebab kebijakan skors yang dikeluarkan birokrat telah melahirkan konflik baru. Penjatuhan Skors diharapkan menciptakan efek jera, dan untuk membikin mahasiswa patuh. Agar iklim akademik berjalan baik. Namun sayang, jauh panggang dari api. Skors tak membikin mahasiswa tunduk, malah kebijakan itu dinilai menekan kebebasan mahasiswa dan menciptakan ketakutan, rasa tidak aman terhadap ancaman skors dan aturan sepihak birokrat. Tentu hal itu akan mendapat penolakan keras. Jika ingin menjadikan kampus harmonis, birokrat harusnya lebih pikirpanjang lagi sebelum mengeluarkan sanksi bagi mahasiswa. Jalur dialog lebih bijak ketimbang menempu keputusan sepihak bernama skors. Tak menyelesaikan masalah, justru akan menciptakan konfik laten. Konflik yang hidup dibawa permukaan, dan meledak pada waktunya. Sebab bisa jadi demonstrasi dan cacian yang dilontarkan mahasiswa belakangan ini jadi ledakan emosi seperti takut, marah, kepe dihan, dan kebencian yang dirasakan selama waktu yang tak tahu awalnya. Dan skors hadir sebagai pemicu ledakan yang tak terelakan. Birokrat tentu punya kelebihan kekuasaan yang lebih ketim bang mahasiswa dalam membuat kebijakan. Namun, kekuatan mahasiswa jelas berada pada jumlah dan semangat mereka. Dan tentu birokrat harus mampu meredam benih konflik de ngan dialog, bukan paksaan yang dibungkus sejumlah aturan! Seperti apa yang dilukiskan Noorca Marendra Massardi dalam sajaknya Kalau. Kalau larangan telah menjadi kebiasaan, untuk apakah akal sehat … Kalau kekejaman telah menjadi kebijaksanaan, untuk apakah pengadilan … Kalau penindasan telah menjadi sarapan, untuk apakah pembangunan … Kalau penyelewengan telah menjadi kebudayaan, mengapa kita masih di sini?n
karikatur
wall facebook Fenomena kasus skorsing marak terjadi di Kampus Unhas. Tercatat, tahun 2011 di fak Mipa 7 mahasiswa diskorsing, 2012 di FIKP 12 mahasiswa diskorsing, 2013 7 maha siswa diskorsing. Bagaimana tanggapan anda dengan kasus skorsing yang marak terjadi ini? Satriani Muliyadi Skorsing bukan solusi untuk mendidik. Ini universitas tempat lahirnya ilmu. Jika kesimpulannya menjadi fenomenal, mari berkaca ada apa dengan Universitas kita? Ada apa dengan birokrasi, mahasiswa, alumni, dsb. Apakah tidak bisa duduk bersama lagi?
Karikatur/Muh tahir
dari redaksi
Desiany Kallolangi gk perlu takut, klo gk mau kena skorsing, maka harus patuhi aturan. Jgn sering buat keributan. Kan enak klo kita semua fokus pada prkuliahan biar ke dpan jd orang sukses Imran IbRahim skorsing itu bagus, selama itu wajar. klo sudah ada penye lidikan & peradilan trus terbukti bersalah,ya kenapa tidak? yang keterlaluan itu klo skorsing tiba2. ingat PRADUGA TAK BERSALAH. tdk ada orang yg bersalah sebelum ada proses peradilan. Seprianus Ensen sebaiknya jangan asal skors ing... tegakkan KEADILAN setinggi2x. jangan sampai ancaman skorsing menjadi momok bagi mahasiswa yg bisa menghambat kreativitas sebagaimana seorang Majasiswa yg seharusx...
ideNtitas/ESA RAMAdaNA
Bagi Ilmu: Fotografer identitas 2007 Maman Sukirman memberi penjelasan soal foto indah dan menarik seperti apa di Ruang Redaksi identitas, Rabu (1/5). Ia yang juga Pewarta Foto koran Sindo Makassar hadir ditengah-tengah kru-kru identitas dalam rangka membagi ilmu fotografinya.
Jenuh Itu...
Jenuh boleh didefinisikan sebagai perasaan bosan atau tak ingin lagi melakukan sesuatu karena terlalu sering. Sesuatu itu bisa bermacammacam. Entah makan, belajar atau bahkan hidup. Sebagai makhluk yang punya rasa, manusia berhak untuk jenuh. Manusia berhak untuk berada di titik dimana ia merasa enggan untuk melakukan apapun. Itu juga terjadi pada kami di identitas. Sebagai seorang jurnalis kampus, melakukan sesuatu yang ‘itu-itu saja’ adalah hal yang lumrah. Rapat redaksi, peliputan, pengeditan, tata letak dan pencetakan koran adalah siklus yang senantiasa berulang. Bila terlalu patuh pada postulat kerja redaksi itu, bisa jadi seorang jurnalis menjadi jenuh.
Namun tak mengikuti postulat itu sama dengan berhenti menjadi ‘kuli’ kampus. Melarikan diri dari tanggung jawab mengabarkan kabar ke seantero Unhas. Jalan keluar bukan tak ada. Salah satunya adalah ‘menghilang’ sejenak dari rutinitas itu. Tentu saja setelah tugas selesai. Bisa dengan jalan-jalan ke tempat yang indah atau sekedar beristirahat di kost. Sebagai seorang jurnalis kampus yang juga manusia biasa, merasa jenuh adalah wajar adanya. Namun memilih berhenti dari tugas mulia ini bukanlah pilihan tepat. Seorang jurnalis bukanlah mahasiswa biasa saja. Label jurnalis kampus adalah faktor pembeda antara mahasiswa dan MAHAsiswa.n
Kunjungi Grup ‘Identitasonline’ dan Follow Twitter @identitasonline Untuk Berbagi Informasi, Sharing, dan Diskusi.
sms inbox 08534653xxx Asslmkm.. Sy mw brtnya menge nai beasiswa. Mengapa bea siswa sulit untk d.dpt? Kmudian juga mengapa tman sy yg tdak urus beasiswa bisa dpt, bea siswa B3M pula pdhl menurt sy dia sangat mampu. Trims
Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan kirim sms ke 082393645164
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:08518136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Idrus A. Paturusi nAnggota Pengarah: Dadang Ahmad Suriamiharja, A. Wardihan Sinrang, Nasaruddin Salam, Dwia Aries Tina Pulubuhu n Penasehat Ahli : Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Husain Abdullah nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Mustafa nKoordinator Liputan: Abdul Rahman, Ernawati nLitbang: A. Sulastri, Muh. Iswandi Baadillah, Khairil Anwar nStaf Penyun ting: Rasdiana Sinala nReporter: Nur Alfianita N, Alfiah Alif, Akhmad Dani, Risky Wulandari, Ermi Ulia Utami, Cita Surya Elisa, Muammar Qhadafi nFotografer: Esa Ramadana (Koordinator), Muhammad Arafat, Siti Atirah nArtistik dan Tata Letak: Sita Nurazmi M (Koordinator), Novianto Dwiputra Addi nIklan/Promosi: Waode Asnini Rahayoe nTim Supervisor: Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Jupriadi, Dahlan, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum). Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Awal Mei 2013 Foto: Esa Ramadana Desain: Novianto Dwiputra Addi
opini
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
3
Sistem Outsourching: Potret Kelam Persoalan Buruh ketenagakerjaan selama ini, bukan lagi mengako modir kepentingan buruh, namun lebih berpihak pada kepentingan perusahaan.
Outsourching, Penjajahan Gaya Baru Sistem Kapitalisme
B
Oleh: Indrawirawan
uruh di Indonesia hingga kini tetap menolak sistem kerja kontrak (outsourching), karena masih menjadi ancaman bagi peningkatan kesejahteraan mereka. Hal itu masih menjadi salah satu isu sentral dalam peringatan Hari Buruh, 1 Mei 2013. Demikian penegasan Sekretaris Jen deral Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI), Timboel Siregar, saat dihubungi terkait dengan per ingatan Hari Buruh 1 Mei 2013 di Jakarta (Kompas, 30/4/2013). Sistem outsourching atau sistem kontrak alih daya adalah bagian dari usaha mengecilkan biaya opera sional perusahaan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan melegalkan sistem ini. Bahkan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan lima bidang pekerjaan yang diper bolehkan menggunakan sistem tersebut. Kelimanya adalah cleaning service, keamanan, transportasi, ka tering, dan jasa migas pertambangan. Namun, praktik di lapangan menunjukkan terjadi berbagai penyim pangan. Sistem outsourching digadang untuk memaksimal kan kualitas seleksi penerimaan pekerja dan kualitas pekerja. Malah sistem ini menjadi ladang pemerasan terhadap pekerja/buruh. Tidak bisa diingkari, selama ini kontrak kerja dengan sistem outsourching justru terkesan mengabaikan hak-hak buruh. Buruh benarbenar ditempatkan pada posisi lemah atau strata rendah, yang sama sekali tidak memiliki posisi ta war. Sebagian besar praktik outsourching di bidang
Problem perburuhan ini sebenarnya terjadi, karena kebebasan kepemilikan dan kebebasan bekerja yang menjadi pilar Sistem Kapitalisme. Sehingga, seorang pengusaha yang senantiasa berorientasi keuntungan dianggap sah mengeksploitasi tenaga buruh. Keberadaan outsourching menjadi akar pahit dalam dunia ketenagakerjaan. Perusahaan-peru sahaan yang gemar menggunakan outsourching, semata-mata didasari motivasi mencari untung, ka rena dapat menggunakan tenaga kerja lebih murah. Sementara itu, perusahaan jasa outsourching pun mencari untung dengan tenaga-tenaga kerja murah yang memiliki kompetensi tidak memadai. Selain itu, upah buruh juga dikurangi beberapa persen kepada lembaga outsourching.
Tambal Sulam Sistem Sosialisme
Konflik buruh dan pengusaha disebabkan kesala han tolak ukur, yang digunakan untuk menentukan gaji buruh, yaitu biaya hidup (Living Cost) terendah. Maka tidak heran namanya Upah Minimum. De ngan kata lain, buruh tidak mendapatkan gaji mereka sesungguhnya, karena mereka hanya mendapatkan sesuatu yang minimum, sekadar mempertahankan hidup mereka. Kemudian, konsekuensinya adalah terjadilah eksploitasi yang dilakukan para pemilik pe rusahaan terhadap kaum buruh. Dampak dari eksploi tasi inilah yang memicu lahirnya gagasan Sosialisme, tentang perlunya pembatasan waktu kerja, upah bu ruh, jaminan sosial, dan sebagainya. Kapitalisme dengan segala keliahiannya dalam beradaptasi, segera merevisi kebijakannya. Maka, kontrak kerja pun diikuti dengan sejumlah prinsip,
dan ketentuan yang bertujuan melindungi buruh. Memberikan hak kepada mereka yang sebelumnya tidak diperoleh. Seperti kebebasan berserikat, hak membentuk serikat pekerja, hak mogok, pemberian dana pensiun, penghargaan dan sejumlah kompen sasi lainnya. Meskipun mereka telah melakukan sejumlah tam bal sulam menyumbat kemarahan kaum buruh, dan menghadapi provokasi kaum Sosialis. Tambal sulam ini secara natural hanya sekadar mempertahankan Sistem Kapitalisme. Tentunya fakta kemarahan bu ruh tiap tahun bukannya berkurang, malah semakin tinggi. Jadi, ini hanya klaim solusi omong kosong.
Sistem Ekonomi Islam : Menjawab Tuntas Permasalahan Buruh
Dalam Syariat Islam, hubungan pekerja dan pe ngusaha termasuk dalam transaksi Ijaarah. Ijaarah didefinisikan sebagai aqdu ‘ala al manfaah bi iwadin, Aqad atau transaksi atas manfaat atau jasa (yang dikeluarkan Ajir atau pekerja), dengan memperoleh imbalan (berupa upah atau Ujrah, dari Musta’jir atau pengusaha). Transaksi Ijaarah tersebut sah menurut Syara’, jika memenuhi persyaratan dan ketentuan je las mengenai : (a) Bentuk dan Jenis Pekerjaan, (b) Masa Kerja, (c) Upah Kerja dan (d) Tenaga yang di curahkan saat bekerja. Standar gaji buruh dalam Islam adalah manfaat tenaga yang diberikan buruh, bukan biaya hidup terendah (Living Cost). Jika terjadi sengketa antara buruh dan majikan, dalam menentukan upah, maka pakar atau ahli (Khubara’)-lah yang menentukan upah sepadan (Ajr Al-Mitsl). Pakar ini dipilih oleh kedua belah pihak. Jika keduanya tidak menemukan kata sepakat, maka negara yang memilihkan pakar untuk mereka. Negara pula yang akan memaksa kedua belah pihak mengikuti keputusan pakar. Allah SWT berfirman ada tiga golongan yang aku musuhi pada hari kiamat. Seseorang yang mengontrak pekerja, lalu pekerja tersebut menunaikan transaksinya, na-
mun dia tidak memberikan upahnya.” (Hadits Qudsi riwayat Imam Al-Bukhari). Islam menetapkan dua jalan memenuhi semua kebutuhan. Yakni pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, ditanggungkan kepada setiap in dividu masyarakat. Baik dipenuhi langsung atau mela lui ayah, wali dan ahli waris. Sedangkan kebutuhan biaya pendidikan, layanan kesehatan dan keamanan menjadi tanggung jawab negara untuk menyediakan nya bagi setiap warga negara. Sebagaimana urusan mengurusi kesejahteraan buruh. Maka ini merupakan aktivitas ri’ayatu as-syu’un yang hanya boleh dilaku kan oleh negara. Selain itu, negara juga memiliki tanggung jawab menyediakan berbagai fasilitas, yang memudahkan setiap orang untuk berusaha. Seba gaimana Umar RA mengambil harta Baitul Mal untuk menyediakan benih dan pupuk bagi para petani di Irak. Demikian pula Rasul SAW membayar hutanghutang seorang warga yang tidak mampu. Abu Bakar dan Umar RA juga memberikan lahan siap tanam ke pada warga untuk menjadi modal usahanya. Jika memang benar-benar problem perburuan ini ingin selesai dan kesejahteraan buruh secara khu sus, serta kesejahteraan setiap warga negara secara umum ingin diwujudkan, maka tidak ada jalan lain ke cuali harus kembali kepada penyelesaian mulia, yakni penyelesaian dengan Syariat Islam.n Penulis adalah Mahasiswa Sosial Ekonomi Angkatan 2010 Fakultas Peternakan Koordinator Humas Gema Pembebasan Komsat Unhas
Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan opini dapat me ngirimkan opininya ke e-mail resmi identitas bukuidentitas@gmail.com
dari pembaca Transparansi Dana Bidik Misi
Assalamualaikum Wr Wb. Saya salah seorang mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Saya ingin menanyakan mengenai alokasi dana Bidikmisi. Mohon penjelasannya. Mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 2010 Tanggapan: Dana Bidik misi dari Dikti sebesar 600 ribu. Dari Unhas 650 ribu. Jika dikalkulasikan berarti 3,9 juta/semesternya untuk biaya hidup, selebihnya 2,1 juta digunakan untuk membayar SPP. Untuk mahasiswa 2010 sudah tidak diwajibkan tinggal di ramsis, oleh karena itu akomodasikan dimasukkan di biaya buku dan praktikum karena itu kan termasuk biaya pendidikan juga. Jika dijumlahkan dengan SPP maka hasilnya 1,65 juta. Jika uang 2,1 juta dikurangi dengan 1,65 juta maka softskill-nya 450 tibu. Tapi karena non eksata itu SPP-nya selisih 150 ribu dari eksata maka softskill-nya 600 ribu. Untuk mahasiswa baru karena wajib tinggal di asrama jadi dikenakan biaya Akomodasi/Asrama. Ir Nasaruddin Salam MT Wakil Rektor III Universitas Hasanuddin
Jalur Khusus Angkutan di Pintu Satu
ASSALAMUALAIKUM. Saya adalah mahasiswa yang sering menggunakan angkutan umum 05 arah cenderawasih. Bia sanya, pete-pete dari arah Unhas keluar lewat pintu satu, mobil angkutan umumnya itu lebih dulu menuju ke arah daya. Se
hingga biasanya saat di ujung pembelokan kondisi jalanan menjadi macet. Terkait hal ini, bagaimana pihak Universitas mengatasi permasalahan ini? Ini merupakan permasalahan yang terus berlarut-larut. Selain itu, saya juga punya saran bagaimana jikalau pihak Unhas membuatkan jalur khusus yang terpisahkan untuk angkutan umum yang akan belok kiri (kalau dari arah Unhas menuju pintu keluar). Terima Kasih Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2012 Tanggapan: TERIMA kasih atas pertanyaan dan sarannya. Pada dasarnya, dalam pembuatan pemisahan jalur sisi kiri jalan akan akan memakan beberapa bagian jalan. Maka, cara seperti itu akan semakin mempersempit ukuran jalan. Sebab ada batas yang harus dibuatkan. Pada dasarnya, hanya waktuwaktu tertentu saja kondisi jalanan tersebut mengalami kemacetan. Pada umumnya, disebabkan pete-pete pengguna jalur ke arah Jalan Perintis yang tidak tertib dan kurang bersabar. Drs. Halim Doko Kepala Biro Umum
Keunggulan Cokelat Produksi Unhas
SALAM. Akhir-akhir ini saya mendengar kabar Unhas akan memproduksi cokelat, yang melebihi kelezatan, dari cokelat yang kini sangat laris di pasaran seperti Silverquin. Terkait hal ini, apa betul hal tersebut? Lalu kapan diproduksi, dan apa keunggu-
lan dari cokelat produksi Unhas ini? Terima Kasih. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2011 Tanggapan: TERIMA kasih atas pertanyaannya. Memang betul perihal kabar Unhas yang akan memproduksi cokelat. Cokelat ini berbahan dasar dari Cacao asli Sulawesi. Rencana produksinya awal Bulan Mei. Keunggulan dari cokelat ini karena rasa Cacao Sulawesi yang sangat khas. Prof Dr Ir Salengke MSc Dosen Teknik Pertanian
Mengapa Harus Unjuk Rasa
ASSALAMUALAIKUM identitas. Akhirakhir ini Unhas dihiasi dengan kasus unjuk rasa dari Aliansi Mahasiswa Tuntut Keadilan (AMUK). Aksi ini sangat melibatkan perhatian dari media-media lokal. Sehingga, tidak sedikit pemberitaan-pemberitaan terkait dengan hal ini. Lalu, pertanyaan saya mengapa harus melalui jalan aksi unjuk rasa. Mengapa tidak melalui jalur kekeluargaan saja. Terlebih kan sebagian besar dari mereka yang tergabung dalam lembaga kemahasiswaan dan pihak birokrat Fakultas Sastra. Mohon Klarifikasinya. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2012 Tanggapan: WALAIKUMSAALAM. Terima kasih atas pertanyaannya. Karena memang komunikasi diantara birokrat dan kami tidak per-
nah berjalan baik.
Muchlis Abduh Ketua BEM Fakultas Sastra UH
Kemana Tunjangan dan Duit Sertifikasi
ASSALAMUALAIKUM. Saya ingin menanyakan tentang pencairan dana-dana tunjangan bagi dosen dan sertifikasi. Setahu saya DIPA kan sudah turun, lalu kapan dananya bisa diterima? Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Unhas Tanggapan: WALAIKUMSALAM. Iya, akan dicairkan segera, sebab tanda bintang (salah satu yang ada dalam sistem keuangan) sudah dicabut. Namun, pencairannya tidak bisa sekaligus empat bulan, sebab harus bertahap. Prof Dr dr Wardihan Sinrang Wakil Rektor II Universitas Hasanuddin
Bila Anda mempunyai perta nyaan yang membutuhkan jawaban terkait Universitas Hasanuddin, silahkan ke sekre tariat identitas di Gedung Lan tai I Perpustakaan Unhas atau hubungi 082393645164. email: bukuidentitas@gmail. com
4
wansus
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
Menakar Pentingnya
UU Kamnas
Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional (RUU-Kamnas) yang memasuki proses legislasi tahun ini masih diperdebatkan. Semenjak tujuh bulan lalu hingga kini rancangan yang telah dibahas ini, belum juga disetujui oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan utamanya masyarakat akademik. Berbagai pasal di dalamnya dianggap mul titafsir. Selain itu, definisi keamanan maupun ancaman nasional masih samar adanya. Ditambah pula kekhawatiran sejumlah pihak soal adanya keterlibatan lebih intelijen negara jika rancangan ini disahkan. Berikut petikan wawancara reporter identitas, Akhmad Dani dan Risky Wulandari ber sama Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia Letnan Jendral Sjafrie Sjamsoed din usai sosialisasi RUU Kamnas di Auditorium Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Selasa (29/4). Apa latar belakang dibuatnya undangundang ini? Kondisi masyarakat saat ini sudah berubah, sementara regulasi yang kita punya masih lama. Fenomena kekinian kita hidup pada masyarakat heterogen. Jika fenomena itu (kekerasan, red) seketika datang menjadi gangguan bagi kelangsungan hidup dan tidak ada satu pun yang sinkron. Akhir nya, tidak ada jalan. Makanya, perlu aturan untuk memadukan Keamanan Nasional. Sudah sampai dimana tahap pembentu kan RUU ini? Sementara dibahas. Saat ini, sudah tahap sosialiasisasi. Untuk mendapatkan masukan bagi pihak pemerintah mengenai pasalpasal di dalamnya. Ada banyak pasal di rancangan UU ini yang ditolak. Bagaimana anda menang gapinya ? Yah. Itu hal biasa makanya sekarang kita terima berbagai masukan- masukan sebagai
penyempurnaan dengan melakukan inte raksi seperti ini (sosialisasi, red). Dalam pembentukan ini diharapkan ada keterlibatan masyarakat. Seperti apa kah keterlibatan masyarakat di sini? Ya, itulah yang kita laksanakan sekarang, interaksi. Bahwa kita mengadakan sosiali sasi guna menyerap masukan masyarakat. Sebab, masukan itu penting guna penyempurnaan RUU ini. Jadi rancangan ini bukan harga mati bagi pemerintah. Ini salah satu bentuk fleksibilitas pemerintah. Berikut, kita juga harus menjelaskan kepada mereka bahwa tujuannya kita perlu merubah sistem tapi kita juga harus realistis. Sejauh ini apa saja hambatan dari ran cangan UU ini? Saya kira hambatannya diposisi persoalan tentang bagaimana solidaritas pemahaman kita perbaiki. Kemudian, soal bagaimana kekhawatiran-kekhawatiran masyarakat kita hindari. Caranya, beri pen-
jelasan terus menerus, karena ini era yang harus dilakukan sekarang.
lain. Tidak boleh ada yang justru bertentangan dengan undang-undang ini.
Melihat berbagai penolakan-penolakan masyarakat terhadap RUU ini menjadi UU, langkah apa yang dilakukan? Sosialisasi di berbagai tempat termasuk di kampus-kampus. Interaksi semua simpul-simpul masyarakat kita perlu lakukan supaya pemahaman itu kolosal, jelas dan menyeluruh.
Kapan target rancangan undang undang ini rampung? Target, pada tahun 2013 ini karena masih ada proses legislasinya hingga akhir tahun ini juga, terutama pasal-pasal yang multitafsir.
Bagaimana harmonisasi agar aturan ini tidak bertentangan dengan undang undang lain seperti Undang-Undang Ke polisian dan Undang-Undang Pertahanan Negara? Semua diperlukan makanya kami bersama-sama dari Kementerian Hukum dan HAM melakukan sinergi. RUU ini bukan milik Kementerian Pertahanan saja, justru harus me-reinforce undang-undang yang
Data Diri:
Langkah agar rancangan ini dapat di terima semua pihak terutama masyarakat? Dengan cara mengevaluasi beberapa kata pada pasal ini yang dianggap multitafsir dan mesti diperbaiki. Kata yang multitafsir akan diupayakan menggunakan redaksi kata yang lebih popular tapi tetap dengan bahasa regulasi undang-undang yang ada.n
Nama: Letnan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin Tempat dan Tanggal Lahir: Makassar 30 Oktober 1952 Riwayat Jabatan: Kasdam Jaya (1996), Pangdam Jaya (1997), Aster Kasum TNI (1998), Sahli Polhukam Panglima TNI (1998), Koorsahli Panglima TNI (2001), Kapuspen TNI (2002), Sekjen Dephan (2005),Wamenhan (2010).
civitas
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
‘Tanda Hitam’ di Limbah RS Unhas
identitas/esa ramadana
Waduk Sarana Bermain: Sejumlah anak melompat di atas waduk Kera-Kera sekitar kampus Unhas Tamalanrea, Senin (6/5). Waduk ini salah satu bagian lokasi aliran pembuangan limbah Rumah Sakit Unhas.
Pengelolaan limbah RS UH mendapat tanda hitam dari Kementrian Lingkungan Hidup. Pengadaan alatnya kurang maksimal dan tidak sesuai standar.
B
eragam rangkaian bunga meriahkan peresmian Gedung Rumah Sakit Universitas Hasanuddin gedung EF tahun 2012 lalu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Ir KH Muhammad Nuh DEA meresmikan Rumah Sakit (RS) Universitas Hasanuddin (UH). Turut hadir Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulawesi Selatan, dalam peresmian rumah Sakit, yang menjadi pusat kanker dan trauma ini. Peresmian menandakan RS UH siap memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum, di samping sebagai rumah sakit pendidikan dan penelitian mahasiswa Unhas. Kesiapan RS melaksanakan fungsi memberikan pelayanan kesehatan tentunya tak terlepas dari limbah yang dihasilkan. Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Sementara keputusan Menteri Kesehatan RI dengan nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan lingkungan rumah sakit, limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Sejak pembangunan gedung pertama, disebut Gedung A tahun 2010, RS UH mendapatkan tanda hitam dari Kementrian Lingkungan Hidup. Tanda hitam ini diperoleh berdasarkan Program Penila-
ian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Jika tanda hitam ini diperoleh selama tiga kali, izin RS akan dicabut Kementrian Lingkungan Hidup. Tanda hitam mengindikasikan sebuah perusahaan tidak memiliki upaya me ngelola limbah. Seperti yang terjadi di RS UH. “Memang benar tahun 2011 RS mendapatkan tanda merah. Lalu, tahun 2012 dan 2013, kembali mendapatkan nilai hitam,” tutur A Rian Puspitasari selaku staf Sub Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) SKL RS UH. Limbah rumah sakit terbagi limbah padat dan limbah cair. Limbah padat terbagi atas limbah infeksius dan non infeksius. Alat pengelolaan limbahnya berbeda pula, Limbah cair dikelola dalam alat, yang disebut Instalasi Pengelolaaan Air Limbah (IPAL). Limbah padat non infeksius langsung diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang, Dinas Kebersihan Kota Makassar. Sementara alat untuk pe ngelolaan limbah padat infeksius disebut insenerator, yang akan dibakar pada suhu tinggi untuk memusnahkannya. Pengelolaan limbah disadari menjadi penting, karena sifatnya yang bisa berdampak buruk ke lingkungan sekitar. Dr Anwar Daud SKM MKes EHS selaku Ke tua Sub Komite Safety and Environmental Health mengatakan bahwa beberapa
minggu terakhir insenerator RS mengalami gangguan pada beberapa komponennya, sehingga belum bisa digunakan. Katanya karena limbah infeksius berbahaya dan tidak bisa disimpan lama, RS UH bekerjasama dengan RS Sayang Ibu untuk mengolah limbah infeksius ini. Untuk IPAL RS UH menggunakan sistem biofilter. Semua jenis limbah cair masuk ke dalam satu instalasi dan diolah secara bersamaan. Untuk RS Gedung A menggunakan IPAL Konvensional, sedangkan di Gedung EF menggunakan IPAL yang berukuran 2x25 meter kubik. Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan, besar IPAL tergantung jumlah tempat tidur yang tersedia, 500 liter per tempat tidur. RSP yang memiliki 125 tempat tidur seharusnya memiliki IPAL dengan ukuran 260 meter kubik. Anwar Daud mengatakan bahwa RS akan memperbesar IPAL yang ada sesuai dengan jumlah tempat tidur, kemungkinan Bulan Mei atau Juni sudah terlaksana. IPAL yang tersedia belum standar karena jumlah tempat tidur RS UH juga masih sedikit. Harusnya ada empat IPAL untuk empat jenis limbah cair. Sedangkan yang ada di RS semua limbah cair bercampur dalam satu IPAL. “Kami sudah mengajukan desain IPAL yang baru, nantinya pengelolaan limbah cair akan terpisah berdasarkan jenis limbahnya,” terang Anwar. Menurut Anwar yang juga dosen Ke sehatan Lingkungan FKM, sistem biofilter yang ada di RSP tidak berfungsi dengan baik. Pasalnya air yang keluar dari biofilter menjadi lebih kotor dari air yang dimasukkan. “Padahal fungsi biofilter untuk mengolah agar limbah yang keluar tidak mengandung bahan yang bisa mencemari lingkungan, atau pun diharapkan bisa digunakan kembali,” tambahnya. Sedangkan untuk limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3), biasanya RS mengirim limbah ke Serpong atau Yogyakarta. Sulitnya mengolah limbah B3 dikarenakan kebanyakan bahan kimia, dan bahan radioaktif. Sehingga pengelolaannya harus dilakukan pihak yang memiliki sertifikat resmi. Selama ini, upaya yang dilakukan yakni limbah B3 ditampung, lalu dikirim ke tempat pengolahan limbahnya. “Di Sulawesi sendiri belum ada tempat pengolahan limbah B3,” ujar Anwar. Sebaiknya RS juga memiliki alat pe ngelolaan limbah B3, mengingat RS UH menjadi pusat kanker yang banyak menggunakan bahan-bahan kimia dan radiologi dalam pengobatannya. Upaya demi upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan. Salah satunya mengajukan desain IPAL yang sesuai standar ke pimpinan UH. Pihak rektorat sendiri menanggapi positif hal ini. Prof Dr dr Wardihan Sinrang selaku Wakil Rektor II UH berpendapat bahwa sistem pengelolaan limbah sangat penting untuk sebuah RS. Pihak rektorat sendiri sedang mengupayakan untuk membantu pengadaan IPAL RS. “Pengadaan IPAL sudah masuk dalam anggaran UH, kami menunggu DIPA BLU cair untuk pengadaan alat-alat tersebut,” terang Wardihan. Pelayanan kesehatan terus diberikan. Limbah juga pun terus dihasilkan. Pembangunan RS seyogyanya sejalan dengan kesiapan dana untuk alat-alat pengelolaan limbahnya. Saat ini pengadaan dan perbaikan alat-alat pengelolaan mutlak dilakukan. Sehingga RS bisa tetap beroperasi memberikan yang terbaik, dan kerusakan lingkungan bisa dicegah.n Ant/Ain
5
bundel Edisi Awal Mei 1976
Menteri P & K: Pendidikan yang Berat Unhas menggelar peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hapernas) di Lapangan Upacara Unhas 3 Mei 1976. Dalam upacara ini, Rektor Unhas Prof Dr A Amiruddin bertindak sebagai Inspektur upacara yang membacakan sambutan dari Menteri Pendidikan & Kebudayaan (P & K) Dr Syarif Thayeb. Pembacaan ini berlangsung dihadapan selu ruh sivitas akademika Unhas. Dalam sambutan nya ia menyampaikan beberapa poin soal pen didikan yang disorot oleh menteri. Menurutnya, “kita masih menghadapi masalah pendidikan yang berat dan perlu diatasi secara bersamasama.” Terutama, masalah pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan mutu. Ia mengajak agar pemerintah, masyarakat dan orang tua turut membantu dalam mengatasi per soalan pendidikan ini. Sebab, pendidikan ialah tanggung jawab bersama. Selain itu penyampaian Syarif Thayeb yang diteruskan oleh Amiruddin meminta agar mahasiswa menyadiri diri sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita bangsa yang memiliki kemampuan, loyalitas dan dedikasi yang tak diragukan. Selain itu, menteri berharap, “agar generasi muda mahasiswa dan pelajar harus menjadi bunga indah dan berguna yang mampu bersemi dalam lingkungan apapun itu.” Generasi muda yang dapat mengem bangkan pengalamannya dengan sebaikbaiknya dari peristiwa yang baik ataupun buruk. Tentunya, berbagai kreativitas mahasiswa yang sudah bersemi perlu diberi pengarahan dan bimbingan yang sebaik-baiknya pula.n
Edisi Mei 1992
Saluran Pos 265 Dekan Fisipol Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unhas Prof Sadly AD MPA menge luarkan kebijakan “simpatik”, akhir April lalu. Wujudnya berupa korespondensi Kotak Pos 265. Tujuannya, sebagai bentuk realisasi prinsip kebersamaan dan keterbukaan. Sarana pene rimaan saran, kritik dan keluhan bagi sivitas Fisipol. Sadly dalam aturan posnya mensyaratkan identitas jelas dari penyurat dan ia pun menja min data diri itu. Setuju dengan hal ini, Ketua Jurusan Politik Pemerintahan Dr Mappa Nasrum MA merasa tidak keberatan bila nanti ada mahasiswa yang mengkritik dosen. Namun, di sisi lain Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Pemerintahan Mulyadi berharap agar kotak ini sebaiknya menjadi alat untuk menginventarisasi masalah kemudian diselesaikan. Namun mantan Pembantu Dekan (PD) III Fakultas Sastra, Alwi Rachman tak setuju dengan ide ini. menurutnya cara in i hanya akan menciptakan jarak sosial. “PD III akan jadi kesepian karena tidak perlu lagi ketemu dengan mahasiswanya,” katanya. Terlebih lagi, ia mengkritik soal keterbatasan ruang aspirasi untuk mahasiswa jika hanya melalui selembar surat ini. Ada hal pula yang tak tampak jika hanya melalui surat. Baik itu berupa ekspresi yang menyakinkan dari diri mahasiswa dan begitupun perasaan dari kalimat yang disampaikannya.n
6
civitas
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
Tanah di Gowa Menuai Sengketa
identitas/esa ramadana Tanah Unhas: Sebuah truk melintas di seberang jalan depan Tanah Unhas di Kabupaten Gowa. Selasa (14/5). Sebidang tanah Unhas kini menjadi sengketa warga di Gowa.
Nun di Gowa sana, sebidang tanah menjadi sengketa. Unhas dan seorang warga ber nama Yasin Daeng Miala sama-sama mengaku punya.
D
i siang yang begitu terik, sekumpulan pekerja bangunan sedang sibuk melaksanakan kewajibannya. Mereka tengah membangun sebuah ruko di depan kampus Fakultas Teknik (FT) Unhas yang berlokasi di Kabupaten Gowa. Tiba-tiba mereka menghentikan pekerjaan mereka saat sebuah bus bertuliskan Universitas Hasanuddin berhenti tak jauh dari mereka. Rasa was-was pun meningkat ketika penumpang bus turun. Tampak beberapa anggota Kepolisian Resor (Polres) Gowa dan Satuan Pengamanan Kampus Unhas mendatangi mereka. Diminta menghentikan pengerjaan bangunan yang sebulan lalu dimulai. Kejadian itu merupakan buntut dari sengketa tanah tempat pembangunan ruko itu antara Unhas dan seorang warga bernama H Yasin Dg Miala si pemilik ruko. Kasus ini masih dalam proses penyidikan pihak kepolisian. Sesuai aturan yang berlaku, tanah yang masih dalam sengketa tak boleh ada pembangunan. Karena peneguran tersebut, kontraktor pun menghentikan pembangunan selama seminggu. Namun setelah berkomunikasi dengan Daeng Miala, pembangunan kembali dilanjutkan. “Pemilik tanah punya surat IMB (Izin Mendirikan Bangunan, red), sertifikat tanah, dan surat pelelangan,” ungkap Haris, kontraktor pengontrol pembangunan ruko tersebut ketika ditemui di
lokasi pembangunan, Selasa (23/4). Rencana akan berdiri ruko sebanyak tiga petak dan dua tingkat. Memakai lahan sekitar 24x35 meter. Bangunan tersebut berada di depan gerbang pintu dua kampus FT Gowa Unhas. Di depan lokasi pembangunan tertera papan IMB bertuliskan nama H Yasin Dg Miala. Persengketaan muncul setelah Daeng Miala memulai pembangunan Maret lalu. Tanah itu diklaim pula oleh Unhas sebagai miliknya. Dinilai masih satu kesatuan dengan lahan tempat berdirinya kampus megah FT Gowa yang pembangunannya dimulai 2009 silam. Walau begitu, Daeng Miala tetap me nganggap langkah yang diambilnya sudah tepat. Dengan bukti sertifikat yang terdaftar di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Gowa tahun 2005. “Kalau ada yang melapor, mestinya saya karena Unhas memasang patok di tanah saya,” tandasnya ketika diwawancarai, Rabu (29/4). Daeng Miala memiliki sertifikat kepemilikan dengan alas hak milik bernomor 01480 atas nama H Amir Jafri. Luasnya 600 m2 dengan batas tanah sesuai lahan yang diklaim miliknya. H Amir Jafri merupakan karyawan Pabrik Kertas Gowa (PKG) ketika pabrik berstatus BUMN tersebut pailit 2001 silam. Pada Amirlah Daeng Miala membeli tanah tersebut. Menurut H Zakkir, tokoh masyarakat sekitar yang diserahi kepercayaan Daeng
Miala mengurusi pembelian tanahnya, menyatakan kesalahan terletak pada Unhas. Membeli dari PT Wika dianggap ilegal. Seharusnya melalui proses likuidasi. Tim Likuidasi dibentuk saat PKG pailit guna mengurus peralihan tanah miliknya. “Unhas yang cari perkara, tanah ini delapan orang semua memiliki sertifikat masingmasing. Dulu mereka membelinya melalui proses likuidasi setelah mereka tidak diberi pesangon,” terang H Zakkir di rumahnya, Selasa (7/5). Namun menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, Tim Likuidasi saat itu telah dibekukan oleh PKG. Alasannya telah ditemukan berbagai penyimpangan terkait penjualan tanah yang tak diurus hingga ke BPN. “Saya tahu kasus itu, Tim Likuidasi tidak menyetor uangnya ke PKG dan ke BPN untuk penerbitan sertifikat. Jadi likuidasi dulu itu ilegal,” terang pria yang merupakan anak dari mantan karyawan PKG, Selasa (30/4) . Tim likuidasi umumnya adalah tim yang dibentuk saat perusahaan sebagai badan hukum, melakukan pembayaran kewajiban kepada para kreditor. Juga pembagian harta tersisa kepada para pemegang saham. Unhas pun memiliki sertifikat tanah yang dikeluarkan di BPN Kabupaten Gowa. Lokasi tanahnya juga sesuai dengan gambar denah sertifikat milik Daeng Miala. Sertifikat tanah Unhas berstatus alas hak pakai dengan nomor sertifikat 10, diterbitkan tahun 2011 dengan luas lahan sekira 1.218 m2. Pihak Unhas pun bertindak. Laporan atas tuduhan penyerobotan dan perusakan papan tanda kepemilikan tanah digelar ke Kasat Reskrim Polres Gowa. “Tanah itu kita beli setelah PKG yang dulunya BUMN di zaman Megawati pailit. Selanjutnya dialihkan ke PT Wika yang juga BUMN, nah dari PT Wikalah kita beli,” terang Drs Halim Doko MSi, Kepala Biro Administrasi Umum Unhas, Rabu (1/5). “Kalau pengadilan katakan bukan milik kita kami legowo, di sisi lain juga sebalik nya. Tetapi kalau pengadilan katakan bukan milik Unhas, kami minta uang kembali di PT Wika. Kami punya sertifikat tanah hak pakai,” jelasnya, Rabu (1/5) Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Unhas turut ambil andil atas kasus ini. “Sementara ini dalam proses di Polres Gowa. Nantinya berlanjut ke proses penyelidikan melalui laporan resmi,” ujar Ismail Alrip SH M Kn, Kamis (2/5). Di lain pihak, Mapolres Gowa telah menerima aduan dari pihak Unhas. Briptu Richsan selaku penyidik mengatakan, kasus tersebut dalam tahap penyelidikan.n (Ahd/Amm)
kronik
Hipnotis Renggut
Skripsi
Hipnotis bukan lagi salah pencurian yang asing di telinga kita. Namun metode itu masih saja mampu melancarkan aksi para penyalahguna untuk merenggut barang korbannya. Seper ti yang menimpa Safat, mahasiswa Fakultas Kehutanan. Kejadian naas bermula ketika mahasiswa angkatan 2009 itu hendak menuju fakultasnya untuk mengonsultasikan skripsinya, Kamis (2/5). Saat melewati Fakultas Pertanian (Faper) Unhas de ngan berjalan kaki pada 11.30 wita, ia dipanggil oleh dua orang pria yang tak ia kenal dengan mengendarai sepeda motor. Awalnya Safat tak menghiraukannya, namun karena terus saja dipanggil, perasaannyapun luluh. Kedua pria itu meminta tolong agar Safat memanggil sepupu pria berjaket hitam tersebut yang dikatakan berada di Faper. Ia pun menolak permintaan mereka. Tapi setelah disentuh pria bertubuh pendek yang dibonceng, ia lalu mengiyakan saja permintaan mereka. Sayangnya, ketika hendak masuk ke fakultas, ia diminta untuk meninggalkan tas dan ponselnya. Dalam keadaan setengah sadar, ia melakukan saja yang diminta kedua pria itu. Ketika masuk ke Faper, pria asal Raha, Sulawesi Tenggara ini baru tersadar. Segera ia kembali mencari kedua pria tersebut. Tapi malangnya, kedua penipu telah pergi membawa ponsel dan tas yang berisi laptop dan bahan skripsi Safat. “Semua file skripsiku ada di laptop dan tidak ada back up-nya, padahal skripsiku sudah hampis selesai,” tutur mahasiswa semester akhir ini.n
Aksi AMUK Belum Berakhir Aliansi Mahasiswa Untuk Keadilan (AMUK) kembali menutut keadilan untuk ketiga temannya yang diskor sing, Senin (29/4). Kali ini AMUK bergabungan dengan beberapa Badan Eksekutif Mahasiswa dari Unhas. Mereka menuntut skorsing tersebut segera dicabut. Beberapa perwakilan AMUK diutus untuk melakukan perundingan bersama dengan perwakilan komisi disiplin (komdis) Unhas. Hasilnya menurut Dr Ir Abdul Rasyid MSi, banding yang diajukan ditolak. Alasannya pertama komdis tidak menemukan bukti baru. Dalam pemeriksaan tidak ada hal yang meringankan. Selanjutnya dua mahasiswa yang diskorsing mengakui mela kukan pelanggaran dan materi ban dingnya dirasa masih lemah.n
Identitas/esa ramadana
Sepeda Pajangan: Pekerja-pekerja mengangkut naik sepeda-sepeda Unhas ke atas truk untuk digudangkan, Kamis (2/5). Sepeda rusak ini sudah lama dipajang di shelter sekitar tugu 50 tahun dan belum pernah dioperasikan karena tidak adanya proses perawatan dan perbaikan sepeda secara berkala.
pariwara
identitas identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013 NO 792| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
7 7
8
identitas
NO 792| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
Unhas Ketiban Getah Ujian (Tak) Nasional
Di luar perkiraan, Ujian Nasional (UN) untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat tak menasional pelaksanaanya. Unhas pun turut “merugi” dengan segala peran yang ia berikan dalam menyukseskan ujian ini. Mengapa?
D
ini hari Kamis 18 April 2013. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Musliar Kasim didampingi Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi dan beberapa wakil rektor terlihat pucat, lesu, capek dan gusar gelisah menyaksikan naskah-naskah UN yang baru tiba dari Bandara Sultan Hasanuddin di pelataran Gedung Rektorat Unhas. Naskah yang sedianya dipeta-petakan per kabupaten di Sulawesi Selatan. Penampakan dirinya se perti itu, sebab mulai sore kemarin ia sudah memulai kerjanya untuk mengontrol penggandaan naskah UN yang kurang di kota Makassar. Aneh bin ajaib, begitulah keadaan distribusi naskah ujian nasional yang harus siap saji ke siswa pukul 8.00 wita. Serta mendadak harus tersebar dan diantar oleh pihak Unhas di seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel) kurun waktu sekitar enam jam perjalanan dimulai pukul 2.00 wita Kamis 18 April. Terhitung bahwa Unhas termasuk tim pengawas Independen. Yang tahun ini jumlah personil dosen dan pengawai yang dikerahkan sebanyak 750 pengawas kelas
dan 51 orang sebagai koordinator pelaksana UN di tingkat kabupaten maupun kota.
Perubahan Jadwal
Tepat 12 April, pengawas-pengawas ujian dari Unhas telah menerima Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) untuk menuju lokasi pengawasannya. Sebab, UN waktu itu jatuh pada Senin, 15 April. Beberapa dosen dan pengawai Unhas yang mengawas pun sudah tiba di lokasi di hari Sabtu dan Minggu. Namun akibat adanya masalah pendistribusian naskah UN, akhirnya ujian ini dipindahkan ke hari Rabu. Selang beberapa lama melalui surat edaran dari Badan Standar Nasional Pendidikan ke Dinas Pendidikan Sulsel akhirnya UN dipastikan mulai berlangsung Kamis 18 April. Pengawas-pengawas Unhas yang sudah berada di lokasi merasa kebigungan dengan silih bergantinya informasi ralat UN melalui pesan singkat di ponselnya. Tak hanya itu beberapa pengawas Unhas yang lokasi pengawasannya jauh dari pusat kota me rasa dirugikan dengan adanya perubahan jadwal ini. “Selama dua hari itu kami tidak tahu mau
identitas/esa ramadana
Cek Naskah: Sejumlah pegawai Unhas mengecek kelengkapan naskah Ujian Nasional yang baru tiba dari Bandara Lama Sultan Hasanuddin di Gedung Rektorat, Rabu (17/4). Ujian ini membuat Unhas sebagai pihak panitia penyelenggara merugi.
mengerjakan apa, kita sudah di dalam hotel dan hotelnya itu kami bayar sendiri dengan biaya penginapan tiga ratus ribu rupiah per hari selama dua hari itu,” kata Dosen Jurusan Arkeologi Unhas Dr Anwar Thosibo MHum yang ditempatkan di pelosok Kabupaten Luwu Timur. Selain itu, ia mengeluh soal uang yang diberikan dari Unhas yang tidak cukup untuk biaya penginapannya selama lebih dari satu minggu.
Kekurangan Naskah
Beberapa wilayah di Sulsel masih me ngalami kekurangan naskah ujian. Seperti di Kabupaten Wajo dan Selayar. Akibat dari kekurangan ini, pengawas dari Unhas harus berperan ganda untuk memperbanyak naskah ujian ini. “Untuk hal ini, maka sebaiknya tahun depan penggandaan naskah ujian di tingkat provinsi saja bukan hanya di tingkat pusat,” kata koordinator pengawas ujian Unhas di Selayar Prof Dr Ir Sudirman Baco MSc. Hal ini untuk me ngurangi terjadinya kekurangan naskah di lokasi ujian. Wah, entah apalagi yang harus dikor-
bankan oleh Unhas dari adanya masalah ujian ini. Tentunya, ini soal pengawas yang didominasi oleh dosen yang punya rutinitas mengajar di kelas. Menurut Ketua Tim Pengawas Independen UN Sulsel Prof Dr Dadang A Suriamiharja MEng bahwa yang jelasnya bahwa dosen yang mengawas itu hanya sebagian kecil dari dosen yang me ngajar. Tentunya, mereka yang mengawas akan digantikan dengan dosen lainnya. Wah, nyatanya beberapa perkuliahan di Unhas masih terhambat pelaksanaannya dengan adanya dosen yang mengawas. Sebut saja mahasiswa Kimia Rahmi Muhlisa yang seharusnya presentasi di perkuliahan Kimia Organik Bahan Alam Laut di Kamis dipindahkan ke Sabtu siang dengan tidak adanya dosen yang masuk mengajar. Dengan adanya kondisi seperti ini, beberapa dosen Unhas mengganti hari perkuliahan di hari lain. Sebut saja, di jurusan Produksi Ternak. Ketua Jurusannya Dr Ir Sudirman Baco MSc berkata bahwa beberapa dosen di jurusannya yang mengawas ujian akan mengganti adwal perkuliahan di hari mendatang.n Hya/Eha
identitas
NO 792| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
9
10
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
pariwara
civitas
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
11
koridor Catatan Diskusi Publik dengan tema “Ekspos Hasil Survei Walikota Harapan Warga Makassar” yang diselenggarakan oleh IDEC di Gedung Pusat Kegiatan Penelitian Unhas, Rabu (1/5).
Demokrasi Bukan Basa Basi
IDENTITAS/SITI ATIRAH Foto Teroris: Mahasiswa mengamati informasi di mading yang tertempel sejumlah foto mahasiswa yang terlibat dalam tawuran, Jumat(26/4). Pemasa ngan foto bagi pelaku tawuran bak teroris.
Mahasiswa (Bukan) Teroris Pemasangan foto bagi pelaku tawuran dianggap bak teroris. Cara ini kurang efektif.
D
ari kejauhan nampak seorang pria tengah berdiri sendirian. Sesekali ia memencet tombol telepon genggam yang sedari tadi dipegangnya. Pria tersebut adalah IH (inisial). Ia nampak gusar dengan keadaan sekitar. Sesekali ia melihat daerah sekeliling. Begitu dijumpai oleh reporter identitas, ia nampak kaget. Orang yang masih asing baginya, tak pernah berjumpa. Setelah perkenalan dan niat wawancara telah disampaikan, barulah dia mafhum. Nampaknya peristiwa tawuran yang menyeretnya menjadi salah seorang yang dicari pihak Komisi Disiplin (Komdis) universitas membekas kuat dalam benaknya. Tanpa basa-basi, ia langsung mengajak untuk berbincang di daerah yang tidak terlalu ramai. “Di sini saja,” ucapnya sambil mempersilahkan duduk di tempat penantian bus. Percakapan dibuka dengan cerita mengenai awal ia mengetahui dirinya terdaftar sebagai salah seorang yang tengah dicari. Kala itu ia baru saja menyelesaikan kuliahnya. Pria bertubuh kurus ini berniat mengikuti kegiatan seminar di lantai dua rektorat Unhas. Seketika mahasiswa angkatan 2011 ini membatalkan niatnya ketika melihat fotonya terpampang sebagai orang yang dicari. Melihat hal itu, ia langsung berjalan tergesa-gesa menuju ke arah Fakultas Teknik. Menghindari orang yang kiranya mengenali sosoknya. Ia membenarkan dirinya terlibat aksi tersebut. Pria yang menghindari keramaian ini mengungkapkan bahwa ia sangat terganggu terhadap pemasa ngan foto dirinya. Pemasangan tersebut membuatnya ketakutan. Mahasiswa Fakultas Teknik ini mengaku metode pemasangan foto tersebut bahkan membuatnya bertindak layaknya buronan. Kerap kali ia harus menghindari dosen. “Karena takut, saya tidak masuk kuliah satu minggu,” katanya. Pada papan pengumuman lantai dua rektorat, terpampang wajah tersangka
pelaku tawuran. Termasuk gambar IH yang sedang memegang batu dan kayu. Tercatat, sepuluh orang mahasiswa menjadi tersangka. Dua di antaranya telah diketahui latar belakang jurusan dan fakultasnya. Delapan lainnya kini tengah menjadi orang yang dicari oleh pihak Komdis. Selain IH, Andre, mahasiswa angkatan 2010 juga tercatat sebagai salah satu dari sepuluh orang daftar pencarian. Andre terekam video. Padahal ia me ngaku sama sekali tidak terlibat pada aksi tawuran yang berlangsung sekira 30 menit itu. Menurut pengakuannya, ia hanya lewat ketika terjadi perang batu tersebut. “Kalau saya pegang batu atau kayu okelah, tapi saya hanya melintas depan baruga dan terekam video sekira lima detik,” tuturnya. Fakta berkata lain. Andre beserta sepuluh mahasiswa yang terekam di nyatakan bersalah oleh pihak komdis. Fotonya tidak dipasang karena identitasnya telah diketahui. Berbeda dengan delapan orang lainnya yang tengah dicari. Pemasangan foto tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek jera bagi pelaku. Selain itu, nantinya jika ada orang yang melihat dan mengetahui identitas pelaku dapat melaporkannya. Dilain pihak, dosen psikologi Dr Tammar MPsi mengutarakan hal berbeda. Baginya, cara tersebut tidak efektif. Harus ada solusi kreatif dalam menemukan pelaku. Selain karena cara memasang foto mahasiswa memberi kesan mereka bak teroris, juga tidak memberi efek jera bagi pelaku. Cara tersebut hanya menimbulkan efek ketakutan semata. Ketua Komdis Unhas Dr Ir Abdul Rasyid J MSi ketika diwawancarai di ruangannya mengungkapkan bahwa proses pencarian masih tetap dilakukan. Berbagai macam cara ditempuh guna mencari pelaku. Sanksi tegas berupa skorsing hingga pemecatan mengancam pelaku. Proses investigasi dari video maupun foto yang merekam ketika terjadi aksi menjadi cara yang dilakukan.
Rekomendasi sanksi pun sudah diberikan ke rektor. Meski sudah memasang foto, proses pencarian delapan mahasiswa sampai sekarang belum ada hasil. Belum ada yang melaporkan melihat pelaku pada gambar. Padahal berbagai macam cara telah dilakukan guna menjaring mahasiswa tersebut. Baik itu sebelum maupun sesudah pemasangan foto. Seperti melalui saksi mata dan memanggil para pihak terkait yang memiliki otoritas di fakultas. Baik dari pihak mahasiswa maupun birokrat. “Kami telah mengundang BEM, WD III, Kasubag Kemahasiswaan dan Akademik guna membantu, kami masih menunggu informasi,” ujarnya. Hal senada diungkapkan Rektor Prof Dr dr Idrus A Paturusi SPB SPBO. Ia menegaskan bahwa hukuman skor sing pasti diberikan bagi pelaku yang terbukti. Menurutnya, tindakan komdis semata-mata untuk menjaga nama baik universitas. Sulit membangun citra positif yang telah dirusak. “Akreditasi itu tidak mudah, semua ini jangan dirusak dengan tawuran,” ujarnya. Bagi Dr Muhammad Tamar M Psi ada cara lain yang bisa ditempuh untuk menemukan pelaku. Seperti mela kukan pendekatan kepada orang tua mahasiswa. Orang tua kemungkinan tidak mengetahui anaknya sedang bermasalah. Lakukan investigasi, jika perlu melibatkan intelijen. Selain itu, sewaktu pendaftaran terdapat foto pada biodata mahasiswa. Pihak Unhas dapat mene mukan mahasiswa lewat data tersebut. Jadi, tidak perlu memperlakukan mahasiswa layaknya teroris. Masyarakat yang berada di lingku ngan universitas merupakan masyarakat akademik. Seyogyanya harus menjadi panutan masyarakat umum. Maka pengambil keputusan harusnya dapat mengayomi mahasiswa. Keputusan yang mendidik mahasiswa. Selain itu mahasiswa juga harus menjadi pribadi yang bertanggungjawab pada perbuatannya. Sehingga kelak lahirlah pribadi pencipta kebijakan yang mengutamakan logika dan norma.n (Ahd/Ian)
Indonesia Development Engineering Consultant (IDEC) melakukan survei pemilihan walikota Makassar. Hasilnya kemudian dibahas dalam sebuah diskusi pub lik bertemakan “Ekspos Hasil Survei Walikota Harapan Warga Makassar. Bekerja sama dengan Yayasan Timur Indonesia Bangkit dan Hipunan Mahasiswa Sosial Politik Unhas, Kegiatan ini menghadirkan tiga pakar. Prof Deddy T Tikson PhD (Pakar Administrasi Unhas), Prof Dr Ir Ananto Yudono (Pakar Tata Kota Unhas), Prof Aminud din Ilmar (Pakar Hukum Tata Negara Unhas) dan Rah mad M Arsyad (Direktur Riset IDEC) IDEC melakukan survei pada pertengahan April 2013 dengan margin error kurang dari 3%. Sebaran responden disebar di tingkat RT dan RW. Sedikitnya 30 tim peneliti muda IDEC dari Unhas turut terlibat. Se mentara itu dalam presentase kinerja pemerintah kota Makassar, dari survei yang dilakukan 16,07% untuk kategori baik, 59,95 cukup, dan 23,98 untuk kategori buruk. Survei juga menunjukkan permasalah terbanyak dihadapi warga Makassar yakni persoalan sampah, yang mencapai angka 28,06%. Disusul kemiskinan dan banjir masing 17,60%. Lalu kemacetan 13,78%, pembukaan lapangan pekerjaan 10,86%, kesehatan 10,20%, tata ruang 9,69%, pendidikan 6,89%, jalan rusak 6,38%, pemberdayaan masyarakat 2,55% dan permasalahan lain-lain 11,73%. Dari tingginya permasalahan sampah Makassar ini, Prof Ananto Yudoyono menegaskan bahwa permasala han tersebut merupakan tanggung jawab bersama. Tidak seharusnya kita hanya menitikberatkannya ke satu pihak. Pemerintah atau dinas terkait menyediakan sistem, sementara masyarakat menjalankan sistem itu. Penyebab lain semrawutnya masyarakat membuang sampah karena faktor tidak adanya tempat sampah. Jika ada, letaknya pun jauh. Sehingga masih diharap kan dinas terkait, dalam hal ini pemerintah dapat me nyediakannya. Ananto pun menawarkan sebuah solusi. Dengan so sialisasi membentuk budaya tertib membuang sampah. Tidak hanya itu, budaya pengolahan sampah pun pen ting dilakukan. Prof Deddy T Tikson PhD membahas fakta bahwa semua pihak terjebak dengan tindakan pencitraan. Bangsa ini memiliki berbagai permasalahan yang saling terangkai. Dari aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja hingga sistem perpolitikan. Di aspek-aspek tersebut, banyak pemimpin yang ha nya terjebak dengan pencitraan. Sedangkan Prof Dr Ir Ananto Yudono menjelas kan bahwa untuk membangun masyarakat ideal, dibutuhkan pemimpin yang memiliki empat K, yakni; Kompetensi, Komitmen, Konsistensi, dan Koordinasi. Pasalnya Makassar memiliki tiga pilar, yaitu historis, kultur dan pragmatis yang patut menjadi kebanggaan. Namun yang menonjol bukanlah itu, malah permasala han kepemimpinan dan kebutuhan. Selain melihat permasalahan Makassar, IDEC juga meneliti elektabilitas kandidat calon walikota. Hasilnya, persentase tertinggi dipegang oleh Supomo sebesar 26.53%. Disusul Rudal 12.24%, IMB 7.40%, Adil Patu 5.36%, Danny Pomanto 4.08%, Yagkin Padjalangi 1.79%, Muhyina Muin 1.53%, Adi Rasyid Ali 1,53%, Andry Arief Bulu 1.02%, dan Samsurizal 1.28%. Direktur Riset IDEC, Rahmad M Arsyad mengata kan, semua kandidat masih memiliki peluang untuk menang. “Elektabilitas kandidat khususnya bagi incumbent tidak mampu menembus angka 30 % mengindi kasikan pertarungan pilwali terbuka bagi kandidat yang baru,” terangnya. Dari pembahasan panjang, Asri Abdullah, Project Officer IDEC menyimpulkan tak satupun kandidat me miliki visi sesuai dengan harapan warga Makassar. Mereka sibuk mengurus hal-hal yang tidak dipahami dan bukan menjadi harapan pemilih. Seperti memba ngun kota dunia.n Risky Wulandari
12
kolom
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
Pendidikan Humanistik
cermin
Ole: Kaila iLona Meira
Masih adakah pendidikan humanistik?, begitu pertanyaan para ahli pendidikan. Secara seder hana, pendidikan humanistik dilakukan sebagai pendidikan yang menyelenggarakan teknik dan strategi yang efektif, kreatif, manusiawi dan diabdikan untuk kelompok-kelompok spesifik, baik dari sisi atribut kelamin, usia, maupun et nisitas pembelajar. Secara tidak sederhana, pendidikan human istik dihubungkan dengan pengembangan ke sadaran. Kesadaran yang dimaksudkan adalah kesadaran yang mengakar pada konteks sosial. Lebih tepatnya, kesadaran atas aspek-aspek hubungan sosial, yang memang patut dibangun melalui pembelajaran. Aspek hubungan sosial dalam postur ekono mi yang timpang, aspek hubungan sosial dalam keluarga, dan aspek hubungan sosial antar mahasiswa di kampus kini menjadi fokus per hatian para ahli. Aksidensi di kampus-kampus dalam bentuk demonstrasi ataupun kerusuhan yang melibatkan pembelajar, telah membangkit kan pertanyaan penting, yaitu apakah efisiensi model industrial pendidikan masih tepat bagi segenap hubungan-hubungan institusional. Kesadaran apa sebenarnya, yang sedang tumbuh di kampus yang menciptakan “krisis”. Pasalnya, akhir-akhir ini, berbagai pendapat yang dimunculkan di media mendaku, bahwa kini sedang terjadi dekadensi atas karakter bangsa yang selama ini dibilang ramah dan santun. Sebagian lagi mendaku bahwa pendidi kan etika telah runtuh, yang menyebabkan han curnya bangunan etika sosial di hampir semua lini pendidikan. Kalau sudah begini, bagaimana meng hubungkan model pendidikan yang bermatra industrial dengan satu model baru, yaitu model pendidikan yang dibangun di atas matra hubu ngan sosial. Atau, kesadaran macam apa yang semestinya tumbuh pada model pendidikan yang bermatra hubungan sosial. Pendakuan atas model pendidikan yang ber matra hubungan sosial seperti ini pasti tidak se derhana. Rancangan dan penyelenggaraannya hampir bisa dipastikan memerlukan kepakaran
yang multi disiplin. Mungkin juga memerlukan riset yang baik atas apa yang dimaksud dengan model pendidikan berbasis hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial, baik secara vertikal maupun secara horizontal, semakin menunjukkan sosoknya yang memburuk dan membusuk. Dialog-dialog yang sepadan di antara warga pendidikan tinggi semakin hilang. Kesadaran kolektif pun menjadi tumpul. Yang muncul di permukaan adalah adu otoritas, adu kekuatan, ataupun adu kelompok. Dampak pendidikan memang seharusnya ditatap dengan mata elang, sekaligus dengan mata cacing. Dengan mata elang kita akan tahu bahwa dampak pendidikan tak keluar dari dasar filosofinya. Sementara dengan mata cacing, kita akan menemukan pernak-pernik pendidikan yang seharusnya tak terabaikan. Dampak pendidikan tinggi bagi kaum muda memang harus diamati, karena pendidikan ting gi hingga kini hanya menyentuh lapisan kecil dari keseluruhan orang-orang berusia muda di negeri ini. Mereka yang kini berada di pendidi kan tinggi, suka atau tidak, secara konseptual, diramalkan akan menduduki puncak piramida elit bangsa ini. Jika kesadaran sosial “elit kaum terdidik” tak tumbuh sebagaimana mestinya, muskil rasanya mengharapkan dampak pendidikan tinggi, ter hadap terciptanya kerapatan sosial yang justru diperlukan bangsa ini. Bangsa ini memang ber takdir besar, bukan besar dalam pengertian jum lah penduduk, tetapi besar dalam keanekaraga man. Masuk akal, jika keanekaragaman yang begitu besar akan memunculkan ketegangan yang juga besar. Masuk akal pula, jika model pendidikan tak keluar dari matra hubungan so sial di semua etnik. Suka atau tidak, lapisan muda terdidik adalah bagian dari ajal sebuah bangsa. Jika lapisan ini kehilangan moral atas bangsanya, kehilangan moral atas masyarakatnya, ajal bangsa sema kin dekat. Mari kita ciptakan kampus yang manusiawi, tempat yang memungkinkan kita semua mendialogkan banyak hal.n
Sistem Lelang di Negeri Dongeng
Oleh: Novianto Dwiputra Addi Alkisah, di sebuah negeri yang kalah. “Aku akan mengambil kembali kursi yang menjadi berdiri 69 tahun lamanya melang peninggalan ayahku,” tuturnya dengan lembut dan ber sungkan sebuah pelelangan. Pelela wibawa. Wanita yang tangannya dipenuhi cincin berlian ngan ini diadakan lima tahun sekali, itu merupakan keturunan pertama dari salah satu kera acara yang dinanti oleh masyarakat di jaan. Para saudagar kaya pun tak tinggal diam. “Kan negeri itu. Kali ini pelelangan ke-13, kubeli dengan semua kekayaan yang kumiliki” timpal digelar di gedung termegah di negeri seorang pria dengan angkuh, saudagar terkaya. Pelelangan pun dimulai. Dipandu oleh juru lelang, har itu. Jajaran kursi memenuhi gedung ga dimulai dari sepuluh keping emas. Kaum bangsawan, tempat berlangsungnya pelelangan. Semua warga saudagar dan kalangan militer pun bersaing menaksir berkumpul di tempat itu. Ada yang duduk dan ada pula harga yang lebih tinggi. Layaknya sistem pelelangan, penaksir harga tertinggi yang berdiri. Mereka yang duduk merupakan kaum elit dan terpandang. Sedangkan yang berdiri merupakan keluar sebagai pemenang. Penaksiran ini untuk menda pat dukungan terbanyak dari golongan bawah. Dukungan kaum menengah ke bawah. Para kaum elit dibagi menjadi tiga golongan. Golo yang akan mengantarkannya bertahta di kursi tersebut. Saudagar berbaju emas memenangkan lelang dengan ngan pertama duduk di kursi bagian kiri, bergambar burung garuda, kursi bagi kaum militer. Mereka adalah harga seribu keping emas. Harga yang fantastis untuk orang-orang yang bekerja untuk melawan segala bentuk sebuah kursi tua berwarna coklat. Harga tersebut me ancaman. Karena pengabdiannya, mereka disetarakan narik 200 dukungan dari golongan bawah. *** dengan kaum elit dan terpandang. Hal yang sama terjadi di negeri ini. Pemilu 2014 men Di bagian tengah terdapat deretan kursi warna merah. Kursi yang diperuntukkan bagi keturunan bangsawan. jadi ajang perebutan kursi kekuasaan. Sistem pemilu la Sedangkan di bagian kanan berjajar kursi warna kuning yaknya sebuah pelelangan. Pada pemilu, presiden diten tukan dengan cara pemilihan langsung. Membuat praktik keemasan. Kursi bagi para saudagar kaya. Mereka yang berdiri sebanyak 240 orang. Termak pembelian suara merajalela. Praktik ini bertentangan dengan ide dasar demokrasi. sud golongan murni. Mereka tidak memiliki hubungan dengan kaum terpandang. Mereka datang bukan untuk Sebuah pilihan mandiri dan rasional. Di negeri ini, semua memenangkan lelang, melainkan menjadi pemberi suara hal bisa diperjual-belikan. Bagi yang memiliki banyak uang, akan mendapatkan keinginannya. Masyarakat pun kepada peserta lelang. Barang yang dilelang merupakan sebuah kursi tua makin sulit membedakan ranah politik dan pasar. Tak ayal, praktik ini menjadi solusi bagi masyarakat berumur 69 tahun. Kursi coklat itu hadiah dari negeri se berang. Hadiah yang diperoleh setelah 3,5 abad lamanya yang hidup di garis kemiskinan. Dengan menjual suara, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup untuk be menjalin hubungan dengan negeri seberang. Entah mengapa barang itu selalu menjadi rebutan. berapa saat. Hidup memang sulit bagi mereka yang tak Padahal jika diperhatikan, barang itu tak lebih menarik mampu. Pembelian suara menjadi indikasi kerusakan moral daripada memenangkan sebuah kompetisi. Tak lebih nik mat daripada memenangkan lelang harga diri seseorang. sebuah bangsa. Banyak hal diukur oleh uang. Padahal, Tak lebih indah daripada permata. Tak lebih cantik dari pemberian uang akan membuat demokratisasi gagal. Berujung pada korupsi calon terpilih. Hal ini menjadi bibit seorang wanita. Seorang pria dari barisan kursi bermotif garuda berdiri kehancuran sebuah negara.n meminta perhatian. Pria tak beristri itu mendapatkan Penulis adalah Mahasiswa banyak penghargaan militer. “Aku bersumpah akan men Jurusan Ilmu Administrasi Negara dapatkan kursi yang hampir kurebut pada pelelangan Angkatan 2011 sebelumnya,” katanya dengan lantang. Reporter PK identitas Salah satu wanita keturunan bangsawan tak mau
cerbung
Baruga Oleh : SM Noor
No. 18
Rian dituding sebagai dosen killer, dosen pembunuh, tentu saja tidak terima. Hatinya berdetak keras. Panas dingin bergalut. Dia tidak bisa berkata apa-apa di depan Sari yang memang masih dicintai nya sepenuh hati. Sari masih saja menatapnya tajam. Rian memang agak kikuk. “Sari. Boleh kamu terima tudingan itu atas diriku, tetapi saya memprotesnya. Itu fitnah. Saya tidak terima. Masih banyak mahasiswa yang lulus dari pra-bedah yang saya bimbing.” Sari mulai memandang Rian dengan wajah yang melas, karena melihat wajah Rian mulai sendu. “Rian. Tak baik mempermainan nasib orang dengan cara-cara perlakuan tidak adil bagi mereka. Maaf saya tidak menilai seluruh kompetensi yang kamu miliki. Saya tahu kamu cerdas, berotak encer seperti air mengalir. Salah satu pertim-
bangan mengapa saya menerima cintamu dulu adalah pertimbangan kepintaranmu itu. Tetapi itu tidak cukup. Perlu karakter yang bernilai manusiawi. Okelah, banyak mahasiswa yang lulus tetapi terkesan mahasiswa pintar yag terjun sebagai aktifis mendapatkan perlakuan tidak adil. Tidak semua mahasiswa aktifis itu bodoh seperti yang kamu kira. Mereka sadar apa yang mereka lakukan dan untuk kepentingan apa mereka bersusah-susah membagi waktu kuliah mereka, politik, seni, ataupun olahraga, tanpa dibayar. Haruskah jiwa-jiwa seperti mereka itu ditindas?” “Sari. Bukannya aku membantah. Bukan masalah aktifis atau bukan, tidak. Ini persoalan kompetensi. Praktikum bedah bukan seperti membalikkan telapak tangan mudahnya. Disini tergantung keselamatan mausia. Bagaimana jadinya andaikata mereka belum punya kompetensi yang kuat lalu mereka membedah manusia, bisa berbahaya. Keselamatan manusia ada di tangan mereka. Jika memang betul-betul mereka belum lulus, tidak boleh diluluskan untuk operasi-operasi manusia. Sangat berbahaya Sari. Berbahaya.” “Hal itu saya hargai. Kalau memang mereka tidak lulus, jangan diluluskan. Tetapi bagaimana kalau mereka sesungguhnya lulus lantas tidak diluluskan?” “Pertanyaanmu seperti menjebak saya Sari. Kita tidak boleh menggampangkan kelulusan kalau memang tidak lulus. Apalah jadinya universitas ini kalau semua orang, sekalipun tidak memenuhi syarat
kelulusan lantas diluluskan. Maaf Sari, universitas ini, khususnya Fakultas Kedokteran bukan tempatnya membeli ijasah. Kalau ada yang membeli ijasah silahkan mencari universitas yang bisa dibeli. Saya tidak bisa menjual murah nilai-nilai almamater saya dengan ijasah murah.” “Lantas? Dokter-dokter yang punya integritas sosial tinggi termasuk pembelipembeli ijasah murah menurut panda nganmu? Rian. Jangan bicara soal lulusan murahan di universitas ini. Bapak saya dan ibu saya juga dokter. Pasiennya banyak. Bapak saya profesor dan ahli bedah, malahan wakil ketua persatuan ahli bedah ortopedi di negeri ini. Ketika dia mahasiswa pernah menjadi sekjen dewan mahasiswa universitas. Universitas ini sudah tua, lulusan fakultas kedokterannya belum pernah ada yang kena malapraktrek di masyarakat, termasuk dokter-dokter bedahnya. Malahan mendapatkan brevet fakultas terbaik di negeri ini. Sadarlah Rian. Jika memang mereka mendapatkan nilai baik berikanlah hak mereka sesuai dengan nilai yang diperoleh. Kalau perlu beri mereka tenteran lalu uji beberapa kali.” “Sari. Ada laporan bahwa karena begitu gampangnya meluluskan luaran di universtas ini sehingga ketika mereka diuji di tingkat nasional mereka tidak lulus. Hal demikian inilah yang harus kita jaga.” “Lalu? universitas–universitas terbaik yang sering kamu kagumi yang memiliki puluhan cabang di negeri ini dari Sabang
sampai Merauke meloloskan sarjana tanpa uji menghasilkan lulusan–lulusan terbaik? Apa ukuranmu menjadi lulusan terbaik? Kalau seorang sarjana medik menjadi Ketua DPR, ataukah seorang pengusaha terkenal lulusan kedokteran gigi, apakah itu bukan lulusan terbaik? Karena dia terjerumus menjadi Ketua DPR? Terjerumus menjadi pengusaha? Bukan lulusan terbaik? Kita tidak bisa menilai seorang insinyur sipil seperti Soekarno bukan lulusan terbaik dari ITB. Dangkal sekali kita memberi penilaian seperti itu.” Mereka berdua tiba-tiba diam. Membisu. Rian tertunduk dipandangi begitu tajam oleh Sari. Terbetik hati Sari bahwa sesungguhnya dia masih mencintai Rian, tetapi karakter yang dimilikinya sebagai manusia eksklusif, sombong, dan asosial membuat dia memutuskan cinta. Apalagi sering mempertanyakan aktifitas-aktifitasnya di kampus. Dianggapnya aktifitas- aktifitas tersebut hanya membuang- buang waktu saja. “Rian? “ lembut suara Sari. Perlahan Rian mengangkat wajahnya memandang mata jernih dan sayu dihadapannya. Tiba-tiba saja Sari meraih tangan Rian dan menggenggamnya erat. “Sari? “ “Sesungguhnya aku masih mencintaimu. Hanya perbedaan karakter membuat saya minta putus. “ “Sari?” “Ya. “ Kata Sari lembut hampir tidak kedengaran.n
cerpen
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
The Pacifist Oleh : Irina Duppwise Aku mempercepat langkah di tengah rinai hujan yang sejak pagi mengguyur kota ini. Aroma tanah basah, asap sisa pembakaran yang bercampur, membuat kepalaku pusing dan penglihatanku kabur. Meskipun itu, mata ini tetap berusaha menerawang sisi jalan. Berharap bisa mengambil jalan pintas menuju rumah. Namun, aku harus menerima kenyataan bahwa seluruh jalan di kota ini telah dikepung lautan pemu da-pemudi yang sedang melakukan demonstrasi. “Tidak ada jalan pulang, tidak ada rumah yang nyaman. Oh, aku baru ingat, hari ini telah datang rupanya,” bisikku dalam hati. Aku terus berjalan di sisi trotoar sambil me ngalihkan pandanganku dari bentrok dua kubu yang sedang terjadi di tengah jalan raya. Kubu pertama adalah ribuan pemuda dengan kaos hitam bertulis kan “Your Downfall Has Come” yang berniat untuk menghancurkan gedung besar milik pemerintah. Kubu kedua adalah polisi dan tentara yang ditugas kan oleh pemerintah untuk menghentikan kudeta. Diwarnai adegan baku pukul. Berlanjut, tembakan gas air mata dan ledakan dari bom molotov turut memeriahkan suasana ini hingga membuat keadaan kota ini semakin mencekam. Dalam keadaan ini aku tetap berusaha mencari jalan pulang. Tubuhku yang kuat ini akhirnya kalah juga. Aku bisa merasakan sakit di pipiku saat meng hantam aspal basah dan sesaat sebelum kesa daranku hi lang. Tiba-tiba, aku melihat sosok pria yang kukenal di antara para pemuda itu. Pria dengan rambut hi tam acakacakan, dengan tatapan mata yang tajam dan menusuk seperti bia sanya. *** “Kau pernah dengar kisah ten tang Kaisar Rusia yang digulingkan oleh kaum sosialis Bolshevik ? Asal kau tahu, namanya sama denganku dan aku benci itu. Aku selalu ber tanya kepada ibu, mengapa dia tidak menamaiku Bolshevik saja,” kata Nicholas “Tentu saja, ibuku juga pernah menceritakannya. Kaisar Nicholas II dan seluruh keluarganya dibunuh dan Rusia pun diambil alih oleh para revolusioner Bolsheviks yang berhaluan kiri. Itu sangat kejam, barbar, dan tidak berperikemanusiaan. Mengapa harus membunuh kaisar? Apa tidak ada cara lain?” kataku sambil melotot ke arah Nicholas. “Tapi sama saja. Revolusi mereka hanya berakhir sia-sia. Saat Stalin memerintah Rusia, banyak la wan-lawan politiknya dibunuh secara kejam,” kataku sambil terus melototinya. “Kau itu adalah seorang pecinta damai yang ter lalu naif, tapi tetaplah menjadi dirimu sendiri. Seper tinya pemikiran kita tentang dunia sangat berbeda,” kata Nicholas sembari mengusap kepalaku dan ak hirnya berlari meninggalkanku. *** Seolah-olah mimpi yang kualami ini bukanlah sekedar mimpi belaka tapi semacam flashback percakapan terakhirku bersama Nicholas setelah upacara kelulusan, tiga tahun yang lalu. Dulu, Nicho las adalah sahabatku dan kini dia telah menemukan teman-teman yang sepaham dengannya dan tak pernah lagi mencariku. Dia seorang aktivis yang gigih dan aku hanyalah seorang pacifist yang naif. Mimpi itu membuatku terbangun. Dengan perla han aku membuka mata dan merasakan air mataku mengalir tanpa sebab. Aku sadar bahwa selama ini aku merindukan Nicholas. Aku hanya ingin Nicholas
13
puisi n Maria Ulfa
Jalan Pulang Jauh di ufuksana, jalan telah lengang Mari pulang bersama, menuju rumah Agar bisa segera rebah Dan membagi oleh-oleh pada semua Jangan lagi hiraukan kerikil sepanjang jalan Atau lecet akibat tergores semak Mari pulang bersama Sebelum pagi tiba, dan luka kembali terbuka
tetap bersamaku seperti dulu. Air mataku terus mengalir dan tubuhku masih ter baring di atas jalanan beraspal dengan kerumunan orang yang lalu lalang disekitarku. Suara tembakan terus terdengar, bau mesiu pun menusuk rongga hidungku. Aku melihat banyak pemuda berkaos hi tam tergeletak di tanah, bersimbah darah dengan wajah membiru. Pemuda lain berjibaku dengan polisi yang bersenja takan revolver sambil mengeluarkan sumpah serapah terhadap tinda kan mereka yang mengaki batkan beberapa demonstran meregang nyawa. Beberapa saat kemudian, aku mera sakan tangan seseorang memegang pipi kananku. Tangan yang dingin, sedingin es. Saat aku berbalik dan melihatnya, jantungku berdegup kencang. Seo lah-olah dunia ini terbalik ketika melihat lelaki yang selama ini kurindukan sekarang ada di depanku. Nicholas, benar dia. Potongan rambutnya yang tak berubah sedikitpun dan tatapan matanya yang tajam seperti dulu. Kecuali satu hal, kali ini wajahnya pucat dan tubuhnya bersimbah darah. Nafasnya pendek dan dia terbaring ke sakitan dengan sebutir peluru yang menembus dada kirinya.
Jauh di ufuksana, anak kecil memanggil-manggil Mari pulang bersama, menuju rumah Sesuatu yang kita sebut rumah Dengan segala perdu dan padang ilalang Mari pulang bersama Agar dapat sedikit berbenah Ah…. Andai kita dapat pulang Hanya sekedar mengambil beberapa bekal Atau sekedar menikmati kembali semilir angin Agar hari ini tak terlalu lelah Andai…… Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: lPanjang naskah 2 halaman lSpasi satu lUkuran Font 12 lFont tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas
Alamat;
LT 1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin Email: bukuidentitas@gmail.com “Maafkan aku. Aku baru menemuimu di saat se perti ini,” bisik Nicholas sambil menangis. “Ada beberapa hal yang harus kau ketahui. Per tama, aku tidak menyuruhmu untuk meminta maaf. Kedua, aku tidak pernah membencimu sampai saat ini. Ketiga, kau harus sembuh dan terakhir..aku mencintaimu,” bisikku sambil mencium keningnya. “Apa kau percaya jika aku mengatakan hal yang sama seperti poin keempat? Aku mencintaimu dan juga mencintai diriku yang seperti ini. Aku juga mencintai dunia ini, karena itulah aku memperjuang kannya dengan jalan seperti ini. Aku bangga dengan semua pilihanku, termasuk membiarkan tubuhku ditembus oleh sebutir peluru.” Itulah kata-kata terakhir Nicholas. Dia menatapku sejenak dan mencium keningku. Beberapa menit kemudian aku tak lagi mendengarkan desahan na fasnya. Kulekatkan telingaku di dadanya, berharap masih bisa mendengarkan suara detak jantungnya. Tapi semuanya percuma. Nicholas telah pergi. Kuhadapkan wajahku ke langit sambil me mandang rintik-rintik air hujan yang jatuh memba sahi pipiku. Entah ini suatu kebetulan atau tidak, tapi Nicholas mati karena peluru yang menembus di dadanya, persis seperti yang dialami Kaisar Nicho las II saat dieksekusi 95 tahun yang lalu. Semuanya, berakhir dengan pertumpahan darah. Sepertinya menjadi seorang pacifist pun tidak akan membawa perubahan yang berarti. Jadi untuk apa aku tetap hidup dan bertahan di sini?n Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris
identitas/NOVIANTO DWIPUTRA ADDI
14
kampusiana
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
dari 13.00 hingga 16.30 wita, acara ini diisi dengan tarian tradisional, dance kontemporer, pantomim dan teater oleh warga Himpra Unhas. “Semoga kegiatan ini membawa dampak positif bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya,” ungkap Ratna Kumalasari, Ke tua Himpra. (M13)
Pelantikan dan Upgrading Pengurus Himsena
Himpunan Mahasiswa Ekonomi dan Sosial (Himsena) Fakultas Peternakan (Fapet) Unhas menyelenggarakan pelantikan dan upgrading pengurus periode 2013-2014, Jumat-Sabtu (26-27/4). Bertemakan “Internalisasi Nilai dan Profesionalitas Organisasi Sebagai Upaya Optimalisasi Peran Lembaga”, kegiatan ini berlangsung di PB 416 dan dihadiri Dr Ir St Nurani Sirajuddin Msi, Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Fapet. Kegiatan ini bertujuan menetapkan pe ngurus secara sah. “Saya harap setelah ke giatan ini dilaksanakan, pengurus Himsena yang baru dapat lebih aktif dan termotivasi,” harap Ansar Rustan selaku ketua panitia kegiatan. (M04)
Musyawarah Besar KM FKM
identitas/Esa Ramadana
Tari Harmoni: Sejumlah penari menampilkan gerakan tari-tarian tradisonal. Penampilan ini, bagian rangkaian dari peluncuran Tim Paduan Suara Mahasiswa Fakultas Hukum Unhas “Recht Choir”. Kegiatan bertajuk Harmony in Campus, digelar di Baruga AP Pettarani Unhas, Jumat (3/5).
Pembukaan Liga Unhas 2013
Ajang sepakbola yang dinanti mahasiswa, Liga Unhas 2013 akhirnya bergulir, Rabu (24/4). Bertempat di lapangan sepakbola Unhas, kegiatan tahunan ini diadakan Unit Kegiatn Mahasiswa Sepakbola Unhas. Pembukaan berlangsung pada 15.30 wita dan dibuka secara resmi oleh Dr Ir Abdul Rasyid MSi, staf Wakil Rektor III Unhas. Sebanyak 16 tim dari berbagai fakultas akan bertanding memperebutkan piala bergilir Rektor Unhas. Tim dibagi menjadi dua divisi, yaitu divisi utama dan divisi satu. Divisi utama dihuni oleh Teknik A, Teknik B, Hukum A, Hukum B, Perikanan, Isipol, Ekonomi, dan Pertanian. Sedangkan divisi satu dihuni oleh Sastra, FKM, Kedokteran, Kelautan, Teknik C, Teknik D, Kehutanan, dan Peternakan. Pertandingan akan berlangsung dalam sistem liga. Pertandingan pembuka oleh big match antara Teknik B dan Hukum A. “Salah satu tujuan utama liga Unhas untuk mempererat silaturahmi antar mahasiswa. Walaupun dalam pertandingan terjadi gesekan secara fisik dan lainnya, tapi itu hanya terjadi di lapangan,” tutur Rasyid. “Kita harap menang kalah itu adalah persoalan yang kedua,” lanjutnya. (Ant)
Kompas Menerima Anggota Baru
Komunitas Mahasiswa Pecinta Alam Sosial dan Politik (Kompas) mulia membuka pendaftaran Pendidikan Dasar (Diksar), Senin (22/4). Diksar XII ini bertempat di koridor Kompas pada 8.00-17.00 wita dan akan berakhir Senin (6/5). Adapun penyeleksian mencakupi tes kesehatan, tertulis hingga wawancara. Proses yang dilewati oleh peserta setelah pendaftaran, proses rekruitmen, seleksi, dan pendidikan indoor maupun outdoor. Setelah melalui tiga proses tersebut, se hingga melalui proses pengguguran, peserta yang terpilih akan menjadi anggota.
Sehingga mereka telah berhak mengikuti kegiatan Kompas selanjutnya. “Saya harap pendaftar diksar kali ini dapat menjadi anggota Kompas yang berjiwa tangguh sesuai konsepsi pecinta alam termasuk kode etik yang sering disumpahkan,” tutur Furqan, Ketua Kompas. (M06)
Agribisnis Pascasarjana Gelar Seminar
Program Studi (Prodi) Agribisnis Pascasarjana Unhas mengadakan seminar nasional, Selasa (7/5). Mengangkat tema “Penguatan Sektor Agribisnis dalam Usaha Meningkatkan Daya Saing Komoditi Unggulan Kakao di Pasar Global”, kegiatan ini terlaksana di Gedung Pusat Kegiatan Penelitian. Pemateri dalam kegiatan ini antara lain Andi Siti Asmayati dari PT Mars Simbiscience Indonesia, Miss Mercedes dari Lembaga sertifikasi UTZ, Prof Dr Siktus Gusli MSc selaku pakar Komoditi Kakao, Dr Rahman Laba SE MBA selaku Pakar Ekonomi dan Keuangan dan Dr Jusni SE selaku Pakar Pemasaran dan Kewirausahaan. Dibuka Wakil Rektor I Unhas, Prof Dadang A Suriamiharja, sekira 170 orang menghadiri kegiatan ini. Seminar yang digelar sebagai cara memperkenalkan produk nasional di pasar global. Tentunya, dengan menjadikan Agribisnis sebagai penopang sektorat pertanian di Indonesia secara berkesinambungan. “Mudah-mudahan kakao di Indonesia dapat bersaing dengan pasar global,” kata Ketua Panitia, Khaifah Asegaf. (M01)
Penutupan Festival de la Francophonie
Setelah berjalan selama sepekan, kegiatan Festival de la Francophonie akhirnya ditutup dengan puncak kegiatan pentas seni, Jumat (26/4). Kegiatan yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis (Himpra) Fakultas Sastra (FS) ini bertempat di aula Mattulada FS Unhas. Berlangsung
Keluarga Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat mengadakan Musyawarah Besar (Mubes), Jumat-Minggu (26-28/4). Mengangkat tema “Optimalisasi Loyalitas Kader Menuju Kearifan Berlembaga”, mubes ini berlangsung di Benteng Somba Opu oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FKM Unhas. Latar belakangnya agar kegiatan ini mampu menjadi batu loncatan menyusun kerja sama dan proyek setahun ke depan. Juga untuk menyusun project yang akan dilakukan setahun ke depan. “Semoga terdapat optimalisasi loyalitas kader pada lembaga demi kemajuan lembaga itu sendiri,” harap Anggar Angriawan, Ketua Panitia. (M11)
Forbes Adakan Lomba Domino
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Bersama (Forbes) mengadakan lomba domi no Ke Mon Forbes I, Minggu (28/4). Kegiatan yang berlangsung di lapangan indoor Pusat Kegiatan Mahasiswa I Unhas ini diikuti 60 peserta dari UKM Unhas. Kegiatan yang dimulai pukul 20.00 hingga 1.30 wita ini sebagai ajang silahtuhrami antar UKM, serta meminimalisir konflik. Lomba ini dimenangkan oleh perwakilan UKM Hockey. Sedangkan juara II berasal dari UKM Softball dan juara III bersama oleh perwakilan UKM Bola dan Hockey. “Semoga ke depan kegiatan ini dapat terus dilaksanakan, agar silaturahmi dan kebersamaan terus terjaga,” harap Ardiatmanto, Ketua Forbes sekaligus koordinator lomba. (M07)
Pelantikan Pengurus Kemasos FISIP
Keluarga Mahasiswa Sosiologi (Kemasos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas mengadakan pelantikan pe ngurus periode 2013-2014, Senin (15/4). Berlangsung di ruang 107 Fis III, pelantikan ini dihadiri Dr H A Samsu Alam MSi, Wakil Dekan III FISIP juga warga Kemasos lainnya, serta perwakilan Himpunan Mahasiswa Jurusan FISIP. Pelantikan pun berlangsung dengan hikmat. Acara yang dimulai 15.00 wita ini dihadiri pula oleh Dr H A Samsu Alam Msi, Wakil Dekan III FISIP. Tak ketinggalan juga para dosen sosiologi dan perwakilan-perwakilan Himpunan Mahasiswa Jurusan. “Saya harap ke depan sesuai visi saya sejak awal, bahwa retorasi performa dan marwah Kemasos FISIP Unhas sebagai mata air pengaderan keilmuan perjuangan bangsa,” tutur Nurul Arifin , Ketua Kemasos. “Semoga juga pengurusan kali ini menjadi tauladan yang baik bagi adik-adik yang akan melanjutkan roda organisasi nanti,” lanjutnya. (M06)
akademika Dari Pesantren ke Kursi Presiden Hidup di lingkungan agamis tak selalu dianggap baik oleh sebagian orang. Memilih un tuk berada dalam lingkungan tersebut sama saja mem bawa diri dalam rutinitas yang penuh aturan. Tapi hal ini tak berlaku bagi Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan nama Gusdur. Ia justru “le bih memilih” nyantren (belajar di pesantren) untuk memperdalam ilmu agamanya. Dari sinilah awal kehidupannya yang menjadikan dirinya sebagai seorang tokoh muslim Indonesia. Gusdur merupakan salah satu tokoh muslim Indonesia yang pernah berhasil menjadi orang nomor satu di negeri ini. Pada tanggal 20 Oktober tahun 1999 Gusdur resmi dilantik sebagai presi den RI ke-4. Untuk mencapai jabatan tersebut, Gusdur telah banyak belajar dan bekerja keras. Semua itu merupakan hasil nyantren-nya di be berapa sekolah agama yang mengantarkan di rinya belajar di Universitas Al Azhar Khairo Mesir pada tahun 1963. Gusdur merupakan anak sulung dari enam bersaudara. Putra pasangan KH Wahid Hasyim dan Solichah ini lahir di Kabupaten Jombang Jawa Timur pada 7 September 1940. Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan hal-hal yang berkaitan dengan agama. Dari silsilah keluarga, kedua orangtuanya memang merupakan keturunan orang-orang hebat yang berkecimpung dalam dunia Islam. Kakek dari ayahnya adalah KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny Hj Shole hah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren De nanyar Jombang. Di sekolah ia dikenal sebagai murid yang cerdas. Ia mampu menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun yang seharus nya diselesaikan dalam kurun waktu empat tahun. Pada tahun 1959, Gusdur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Gusdur juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Karena keuletannya dalam dunia pendidikan, akhirnya pada tahun pada tahun 1963, Gusdur menerima beasiswa dari Kementerian Agama un tuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir pada November 1963. Meskipun awalnya ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Namun di Mesir Gusdur me ngalami kegagalan yang mengharuskan dirinya pindah ke Universitas Baghdad di tahun 1966. Akhirnya berkat bantuan beasiswa di Universitas tersebut, Gusdur berhasil menyelesaikan prasar jananya di tahun 1970. Setelah menempuh pendidikannya di luar negeri, Gusdur kembali ke Indonesia pada ta hun 1971. Ia bergabung Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dengan menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Selain bekerja seba gai kontributor LP3ES, Gusdur juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu, pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara me ngadopsi kurikulum pemerintah. Gusdur merasa prihatin dengan kondisi itu karena nilai-nilai tradi sional pesantren semakin luntur akibat peruba han ini. Gusdur juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Pada tanggal 30 Desember 2009 beliau wafat. Di sepanjang perjalanan karirnya, Gusdur mele wati banyak tantangan dan rintangan. Namun semua itu tak menyurutkan niat dan semangatnya untuk terus berjuang demi kemaslahatan bangsa Indonesia. Gusdur merupakan guru bangsa, to koh agama yang patut diteladani.n Cita Surya Elisa
pariwara
identitas
NO 792 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL MEI 2013
15
Pendeteksi Darah Otomatis
M
Mendeteksi golongan darah bukan lagi hal yang sulit. Maha siswa Unhas punya solusinya.
engetahui golongan darah merupakan hal yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Berbagai tindakan medis dan pendataan mengharuskan kita mengetahui golongan apa darah kita. Namun, saat ini pengujian darah masih dilakukan dengan menggunakan metode ABO dan dilakukan secara manual. Terlebih harus dilakukan oleh para ahli. Melihat kondisi ini, Selpiana, Nurul Hiqmah, M Zahir Zahir, Amil Ahmad Ilham membuat terobosan baru. Mahasiswa-mahasiswa Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini membuat temuan, agar masyarakat awam yang tidak memiliki latar belakang pendidikan medis, dapat mengetahui golongan darahnya sendiri secara otomatis. Dengan sepuluh detik, penemuan ini telah mampu memberikan hasil. Sistem pendeteksi golongan darah otomatis dirancang menggunakan sensor Light Emitting Diode (LED) dan Light Dependent Resistor (LDR). Didukung oleh mikrokontroler ATMEGA 16 sebagai pengontrol prose jenis golongan darah. Pada hasil pembacaan, ditampilkan pada layar. Sedangkan untuk membantu terjadinya reaksi penggumpalan pada darah, digunakan cairan
resensi
Judul : 40 Tahun Menulis dengan Nurani No ISBN : 9786029057362 Penerbit : Arus Timur Jumlah Halaman : 222
B
uku ini merupakan rangkuman autobiografi dan biografi singkat dari Andi Syahrir Makkurade. Seorang senior angkatan pertama di penerbit kampus identitas Unhas. Selama sekira 40 tahun ia menekuni pekerjaan sebagai seorang jurnalis. Selama itu pula ia mendedikasikan dirinya dalam dunia jurnalistik. Untuk mengapresiasinya, Usman Kadir dan Andi Wanua Tangke pun memotori buku yang diberi judul “40 Tahun Menulis dengan Nurani” ini.
antisera atau plasma darah. Alat ini pun menggunakan pencatu daya. Pada saat pembuatan, dibutuhkan motor Direct Current (DC) yang merupakan pera latan elektromagnetik dasar. Motor mengubah tenaga listrik menjadi tenaga meka nik dengan tegangan searah sebagai sumber tenaga. Digunakan juga Integrated Circuit (IC) driver motor L293D yang didesain khusus sebagai pengendali motor DC. Lalu dikendalikan dengan rangkaian TransistorTransistor-Logic maupun mikrokontroler. Pembuatan alat diawali dengan me rangkai seluruh komponen. Keseluruhan rangkaian disusun menjadi empat tingkat. Di tingkat awal terdapat IC L239D, ke dua yaitu rangkaian minimum mikrokontroller ATMEGA16, di tingkat ke tiga terdapat LDR dan motor DC. Selanjutnya di tingkat akhir terdapat LED. LED dan LDR dikombinasikan menjadi sebuah sensor. Posisi keduanya harus sejajar agar cahaya yang dikeluarkan LED dapat diterima secara maksimal oleh LDR. Di antara LED dan LDR dipasang serat yang telah dibentuk untuk meletakkan kaca preparat sebagai wadah darah. Serat ini terhubung ke motor yang akan menggerakkannya maju dan mundur, dengan bantuan terali karet pada poros perputaran motor.
Untuk prinsip kerja pendeteksi darah otomatis ini, dimulai dengan penginputan pencatu daya sembilan volt, sehingga keseluruhan rangkaian menjadi aktif. Ketika motor dalam keadaan terbuka, yang ditandai de ngan kaca preparat keluar, teteskan sampel darah yang akan diuji pada dua titik darah di kaca. Kemudian teteskan plasma darah A pada titik I dan plasma darah B pada titik II. Lalu tekan tombol yang akan menjalankan motor sehingga sensor akan bekerja . Sensor LDR bekerja dengan pemindai an data. Lalu memberikan data masukan secara langsung ke IC mikrokontroller ATMEGA16 yang telah diprogram. Setelah mengolah, IC lalu meneruskan data ke LCD untuk menampilkan hasil pengujian tersebut. Tampilannya apakah sampel adalah golongan darahnya A, B, O, atau AB. Setelah proses ini selesai, tekan tombol kembali. Ini membuat motor berputar berlawanan arah dengan arah semula. Sehingga perangkat siap untuk melakukan pengujian darah dengan sampel darah yang baru. Selain berfungsi mendeteksi darah secara otomatis, alat ini juga dilengkapi sistem yang mampu mencetak kartu golongan darah. Alat ini telah teruji keefektifannya. Pasalnya, telah dilakukan pengujian yang bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia. Dilaksanakan di depan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, saat mengadakan donor darah. Saat itu 40 orang telah diuji dengan menggunakan alat pengujian darah
identitas/NOVIANTO DWIPUTRA ADDI
otomatis. Mereka pun telah memiliki kartu golongan darahnya. Hasilnya juga sama dengan pengujian yang dilakukan PMI. Namun di sisi lain, alat ini juga memiliki kekurangan. Alat ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Selain itu masih digunakan antisera yang harus mengeluarkan sampel darah seperti pengujian secara manual. Penggunaan alat pun perlu tingkat ketelitian tinggi. Pasalnya terkadang sampel darah tercampur dengan sebelumnya. Selain itu, alat ini dilengkapi sensor yang sangat peka terhadap cahaya, sehingga harus tetap dijaga agar tertutup. “Kami harap alat ini dapat kami kembangkan ataupun orang lain karena penelitian ini masih banyak kekurangan yang mesti dikembangkan,” harap Selpiana, Senin (1/4).n Siti Atirah
Mengulas Jejak Sang Jurnalis Buku yang terdiri dari sembilan bagian ini terbit atas prakarsa dan usaha dari teman-teman sejawat pria kelahiran Bone, 10 Januari 1946 tersebut. Setiap bagian merupakan tulisan dari teman, keluarga, saudara hingga Syahrir sendiri. Buku ini berisi tulisan dari orang yang pernah bersamanya semasa hidup. Seperti Syahrul Yasin Limpo, Amiruddin Maula, Anwar Arifin, Zulkif li Gani Ottoh, Ajiep Padindang, Agus Sumantri, Andi Pasamangi Wawo, Asdar Muis RMS, Hamid Awaluddin, Murtir Djeddawi, Nurhayana Kamar, Hasirun Ady, Abdul Talib Mustafa, M Dahlan Abubakar, Usdar Nawawi, Nasri Aboe dan Andi Muhammad Nusantara. Terbitnya buku ini memberi makna tersendiri. Bahwasanya Syahrir tidak hanya dikenang dikalangan keluarga yang terjalin dalam hubungan darah saja, tapi juga oleh kalangan ‘keluarga’ dalam hubungan kekerabatan dan persahabatan sebagai sesama jurnalis. Buku ini lebih banyak bercerita mengenai kisah Syahrir Makkurade selama menjadi aktifis, penulis sekaligus jurnalis. Pada bagian pertama buku ini, penulis lebih menjelaskan latar belakang penulisan. Pada bagian kedua, penulis masuk pada kisah tokoh saat mulai bergelut pada aktifitas sebagai mahasiswa yang aktif berorganisi sambil aktif menulis sebagai wartawan di surat kabar KAMI. Pada bagian ini, dijelaskan pula penentangan sang kakak terhadap karir jur
nalistiknya. Pada bagian ketiga para penulis mulai bercerita awal mula ia bergabung dengan koran kampus identitas. Selain itu, pada bagian ini dijelaskan pula bagaimana Syahrir mengungkap pembunuhan bupati Bone beserta istri. Yang notabene adalah kerabatnya sendiri dan sering dikritiknya dalam beberapa pemberitaan selama masa jabatannya. Pada bagian keempat sampai delapan, para penulis lebih menceritakan sepak terjang dan jenjang karir suami dari Andi Tappa Bachtiar ini. Mulai dari zaman orde lama, orde baru, reformasi higga sekarang. Pada bagian-bagian ini penulis bercerita bagaimana ketelatenannya dalam mengungkap beberapa kasus. Selain itu diceritakan pula kisahnya yang harus keluar masuk penjara akibat pemberitaannya kritis. Ada pula kisahnya saat menjadi wartawan perang di teluk perbatasan Arab Saudi-Kuwait-Irak. Pada bagian-bagian ini, penulis pun tak lupa berkisah mengenai sosoknya yang selalu sayang dan peduli pada kerabat, teman, saudara, sahabat terlebih pada keluarga, khususnya istri dan anak-anaknya. Bagian terakhir buku ini terdiri dari tiga tulisan Syahrir dan satu tulisan dari Usamah Kadir. Tulisan-tulisan pada bagian ini lebih banyak bercerita mengenai kondisi pers dan cara kerja wartawan yang semakin hari kian berubah. Di halaman-halaman akhir buku ini tertera biodara Syahrir, berupa penghar-
gaan, jenjang pendidikan, karir dan organi sasi, karya serta penghargaannya. Ada beberapa kesalahan dalam penulisan buku yang terdiri dari 28 judul tulisan ini. Misalnya pada halaman 7 paragraf ke 2 baris ke 4 terdapat kata “sempuna” yang seharusnya “sempurna”. Halaman 12 pada bagian “Mau Bebas Sendiri” paragraf pertamanya baris ke delapan 19990-an seharusnya 1990-an. Halaman 22 katanya disambung “keadaanpembangunan” yang seharusnya dipisah, serta ada beberapa kesalahan kata berulang dan di beberapa kesa lahan lainnya. Di luar dari itu, buku ini tetap dikemas secara menarik. Pengisahannya pun dibuat secara menarik dan komunikatif. Buku yang berhalaman 222 ini tidak hanya enak dibaca, tapi juga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi pembaca. Pribadinya yang baik dan bersahaja, dikagumi dan dihormati oleh berbagai kalangan dapat menjadi inspirasi pembaca. Khususnya para jurnalis muda. Jadi, tidak heran jika orang yang telah membaca buku ini akan tertarik mengikuti jejaknya meski ia bukan seorang jurnalis. Tentunya pada bidang masing-masing. Ba nyak hal yang dapat dipetik dari sosok Andi Syahrir Makkuradde. Mulai dari kesabaran, komitmen, kerja keras, semangat, sikap pantang menyerah serta hal positif lainnya yang diceritakan dalam buku ini. Selamat Membaca!n Muammar Qaddafi
16 16
jeklang
identitas identitas
NO 792| 792 |TAHUN TAHUNXXXIX XXXIX||EDISI EDISIAWAL AWALMEI MEI2013 2013
Cintai Laut Lewat Menyelam Anisa Reski Amalia
dok. pribadi
Tak banyak perempuan yang memilih menggeluti hobi sebagai penyelam. Selain membutuhkan fisik yang kuat, menyelam juga membutuhkan keahlian khusus dan memiliki tingkat ketulusan yang tinggi. Namun mahasiswi Fakultas Ilmu Kelautan dan Peri kanan yang menjadi sosok jeklang kali ini justru me milih menyelam sebagai hobi
Dia adalah Anisa Reski Amalia. Gadis berumur 22 tahun ini telah menekuni dunia menyelam dua tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, ia telah me nyelami banyak laut di Sulawesi hingga luar Sulawesi. Ketika diwawancarai di sebuah kafe, Sabtu (30/3), ternyata ia baru saja pulang dari Gorontalo untuk me nyelam. “Saya beruntung bisa menyelam dan meli
hat langsung karang lunak di sana. Itu termasuk karang langka, hanya ada dua di dunia, yakni di Gorontalo dan di Italia,” ceritanya semangat. Awal ketertarikan perempuan kelahiran 13 November 1990 ini pada dunia diving di tahun 2010. Bermula dari kebiasaannya menonton acara televisi yang menayangkan dunia laut. Akibatnya rasa penasaran pun muncul. Se hingga ia terdorong untuk mulai mencoba menggeluti dunia laut. Setelah mempertim bangkan banyak cara menyalurkan ketertari kan barunya itu, pilihan pun jatuh pada diving. Dunia diving terbagi menjadi dua yaitu diving untuk menjadi atlet dan diving untuk fun atau rekreasi. Anisa lebih memilih yang kedua. Pasalnya diving rekreasi lebih ringan dan menyenangkan. Sedangkan berfikir untuk ber-diving agar menjadi atlit ia belum tertarik hingga kini. Namun ia tetap ingin mengikuti tingkatan-tingkatan diving. Dari yang terendah, yaitu open water, advance adventure, resque dan dive master hingga instruktur. Berkat ketekunannya, anak dari Soenarto Sa nusi ini kini ada pada tingkatan dive master. Predikat membanggakan itu ia dapatkan dari Professional As sociate Diving International di Scuba School Interna sional. Dengan predikatnya, mahasiswi yang memilih
program studi Budi Daya Perairan tersebut telah mampu mengajar dan menyelamatkan seseorang ketika tenggelam atau hilang di laut. Meski telah mencapai tingkat dive master, wa nita yang bermimpi menyelam di Raja Ampat ini tak cepat berpuas hati. Ia tak ingin mendalami du nia diving hanya sekedar untuk mengejar predikat tertinggi. Namun tujuan besarnya untuk mendalami dunia diving adalah menjaga keindahan dan keles tarian ekosistem laut. “Saya ingin menikmati keindahan bawah laut tanpa merusaknya. Bahkan saya ingin menjadi pe nyelam yang konservatif. Ya, kita (penyelam,red) sebenarnya adalah tamu di bawah laut. Jadi kita seharusnya tidak menyentuh apa pun di bawah air, terkecuali ada kejadian tertentu dan itu untuk menyelamatkan,” tutur gadis yang kini menjadi pe mandu menyelam di Makassar tersebut. Bagi Anisa, hakikat seorang penyelam seharus nya mampu membantu melestarikan ekosistem laut. Tidak hanya sekedar menikmati keindahan laut namun tidak bisa menjaganya. Indonesia ada lah negara yang memiliki keindahan laut yang luar biasa indah. Jadi sudah sepatutnya dijaga bersa ma, demi kelestarian ekosistem laut kita.n Ermi Ulia Utami
Masih Berkarya di Usia Senja Soemarwati Kramadibrata Poli
Ia sudah berumur 69 tahun namun semangatnya masih sangat jelas tergambar di raut wajahnya. Tanda menua tak mampu melawan api sema ngatnya yang masih menyala besar. Di umurnya itu, ia sudah seharusnya telah pensiun. Namun kecintaannya pada dunia pendidikan membuatnya tetap memilih mengajar dibanding menikmati masa pensiunnya. “Saya suka mengajar. Dengan menga jar kita bisa aktif. Baik secara pikiran maupun so sial. Bertemu dengan anak-anak dan berinteraksi,” tuturnya. Mengajar dan mengabdikan diri sebagai penga jar menjadi cita-cita luhur perempuan yang kerap disapa Madame Poli tersebut. Selain itu, pemilik nama lengkap Prof Dr Soemarwati Kramadibrata Poli M Litt ini juga aktif menulis buku-buku sejarah Perancis yang akan dijadikan buku pegangan be berapa universitas di Indonesia. Dalam waktu dekat ini, Madame Poli akan menerbitkan beberapa buku. Tak hanya itu, kecintaannya terhadap dunia pendidikan juga terlihat saat beberapa waktu lalu ia memperpanjangan waktu mengajar sebanyak dua kali. Baginya menjadi seorang pensiunan tak jadi masalah jika masih bisa mengabdikan diri bagi masyarakat. Digaji atau tidak tak jadi masalah, yang terpenting baginya ia mampu menyalurkan ilmu un tuk masyrakat. Menurutnya, dengan mengajar ia mempu nyai kesempatan banyak membaca. Sehingga de ngan mengajar ibu dua anak tersebut bisa tetap menikmati kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Baginya umur tidak menjadi penghalang.“Belajar tidak ada batasan. Termasuk batasan umur,” tu turnya sembari tersenyum. Bagi perempuan yang lahir di Subang, Jawa Barat pada 14 Mei 1944 tersebut, mengajar adalah salah satu metode untuk belajar. Selain berguna
bagi orang lain, mengajar juga mampu menguatkan ilmu seseorang. Alumnus Sastra Perancis Universitas Indonesia tersebut adalah salah satu pelopor berdirinya Juru san Sastra Perancis di Unhas. Bersama rekan-re kannya yang juga sarjana Sastra Perancis, Madame Poli membangun Jurusan Sastra Perancis. Hingga ak hirnya berkat dukungan Menteri Kebudayaan, Dr Daud Yusuf Jurusan Sastra Perancis pun berdiri secara resmi mendampingi beberapa jurusan sastra lainnya di Fakultas Sastra Unhas pada tahun 1984. “Saya bersama teman-teman pada waktu itu, sangat ingin melihat para pemuda, khususnya pe muda di Sulawesi bisa mendapat kesempatan untuk mempelajari bahasa Perancis, selain bahasa Inggris,” kenangnya. Meski masih berumur muda pada saat itu, Madame Poli berupaya keras untuk membangun Jurusan Sas tra Perancis. Caranya dengan bekerja sama dengan kedutaan Perancis. Hingga kemudian ia mendapat kan beasiswa untuk melajutkan strata dua jurusan sastra Perancis di New England University, Australia. Ternyata semangatnya yang sangat besar untuk mengajar lahir dari kebiasaannya yang gemar mem baca. Anak dari pasangan Soeheba dan Suryati ini bahkan menyulap rumahnya menjadi perpustakaan. Rak berisi buku menjadi pernak-pernik rumahnya. Bahkan di kamar mandi pun terisi oleh rak buku. “Saya sangat suka membaca sehingga banyak koleksi buku. Yang sangat saya senangi adalah buku tentang Perancis. Sebagai salah satu negara besar di Eropa. Perancis punya banyak sejarah, ilmu pe ngetahuan serta budaya yang sangat kaya. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari negeri tersebut,” ungkapnya.n Cita Surya Elisa identitas/Esa Ramadana