Awal november

Page 1

identitas

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

NO. 869| TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat


2

identitas

wall facebook

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

tajuk

karikatur

Biaya hidup untuk peserta KKN gelombang 93 sampai saat ini masih belum cair. Padahal, pada gelombang sebelumnya, biaya hidup dicairkan sebelum masa penarikan. Bagaimana pendapat Anda ?

Pahlawan Jangan Ditelantarkan

Ikha Richa Ridwan lo kok bisa begitu ? ini penyebabnya harus kita tau. Itu kan haknya peserta KKN.

Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.

KARIKATUR/SRI HADRIANA

dari redaksi

Andriani Saleh Ini biaya hidup bgmnakah dak mengrtika maklum belumpka KKN. Biaya hdp utk slma KKN atau bgmna. Klo utk hdp wktu KKN, nah bulan berapami ini. kalaupun dkasih bknmi namanya biaya hdp slma KKN, kah slesaimi KKN. MAKLUMI klo salah2ka hehe. Tapi siapa tau ada mslah, stdaknya tetap dikasihlah. Siapa tau bisa dipke pulang kampung =D Arda MMC Saya kira hal sprt ini harus diadvokasi oleh lemabaga2 di kampus. Perlu transparansi. Jngan sampai ini uang dialihkanki ke hal2 yg dak ditau mhsiswa.

IDENTITAS/MUSTHAIN ASBAR H

KUTIPAN di atas sangat familiar di telinga kita masyarakat Indonesia. Salah satu founding father Bangsa Indonesia, Soekarno berpesan agar tidak melupakan jasa pahlawan. Hal ini patut kita lakukan karena tanpa perjuangan dan tumpah darah dari sang pejuang, kita tak mungkin dapat hidup dengan aman dan tentram di negara ini. Saat membaca pesan Bung Karno, pikiran saya terlintas pada pahlawan Indonesia masa kini. Pahlawan yang bukan berperang dengan angkat senjata dan strategi bergerilya, namun lebih kepada orang yang berjuang mengisi kemerdekaan yang telah direbut dari kaum penjajah. Kemerdekaan Indonesia yang sudah diperjuangkan selama kurang lebih 300 tahun harus kita isi dengan hal-hal yang positif. Salah satu yang paling penting ialah mengisinya dalam dunia pendidikan. “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” kata Nelson Mandela presiden pertama Afrika Selatan yang berkulit hitam. Ia menegaskan untuk mengubah dunia, kita hanya butuh mendidik masyarakat. Masyarakat harus inovatif dan kreatif. Saat kedua hal ini ada, negara mampu menciptakan sebuah peradaban yang baru dan menghasilkan sumber daya manusia yang tidak hanya sebagai pekerja. Hal ini seyogianya diwujudkan dalam institusi pendidikan, mulai dari wajib belajar di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas bahkan di tataran Perguruan Tinggi (PT). Ada banyak jenis PT di Indonesia, mulai yang negeri hingga swasta. Unhas salah satunya. Lalu, pahlawan seperti apa yang harus diwujudkan oleh sebuah universitas? Setahun belakangan ini, saat memasuki pintu gerbang kampus Unhas kita disambut dengan spanduk bertuliskan “Selamat Datang Pahlawan Unhas”. Siapakah pahlawan Unhas itu? Apakah mereka yang berjuang mati-matian agar kampus Unhas bisa berdiri di Tamalanrea, Gowa dan Baraya? Ataukah mereka yang mengisinya dengan prestasi-prestasi yang mengharumkan nama almamater? Mereka yang tertera namanya sebagai pahlawan ini pernah membawa nama baik kampus di berbagai kompetisi dan kegiatan. Jika dipikir, beruntung sekali dikatakan pahlawan bagi kampus. Namun, apakah memang mereka seberuntung itu? Miris sekali saat mengetahui bahwa setelah dinobatkan menjadi pahlawan tidak ada apresiasi yang diberikan oleh kampus ayam jantan ini. Bantuan materi kadang ada, lebih sering tidak ada. Entah apa yang dipikirkan oleh institusi ini. Bagaimana bisa menjadi kampus yang besar jika melupakan jasa para pahlawannya ? Mau jadi seperti apa bangsa ini jika pahlawan sudah tidak dihargai lagi? Mari saling menghargai karena kita semua pahlawan yang tak pernah ingin ditelantarkan.n.

Yunita Hutomo Mungkin bukan gak dikasih, cuman telat. Tapi kok bisa kelamaan yah. Ini kampus terbaik di universitas terbaik di Indonesia Timur lo, hal kayak gini aja lama. Mahasiswa itu banyak kebutuhanx. mskpn biaya hidup itu gak banyak2 amat, tapi kan lumayan.

Menceritakan Pengalaman: Fiersa Besari, penulis buku Garis Waktu berkunjung ke rumah kecil identitas, Kamis (24/11). Dalam kunjungan, ia disambut oleh kru dan penggemarnya. Fiersa bercerita awal mulanya jadi penulis.

Komunikasi INTI dari menjalin hubungan itu ada dua : komunikasi yang baik dan kepercayaan. Baik buruknya suatu hubungan tergantung bagaimana kita merawat keduanya (Dharma) Kita akan selalu menjumpai orangorang dengan karakter dan latar belakang yang berbeda. Untuk menjalin hubungan baik, diperlukan komunikasi yang baik pula. Sayangnya tak semua orang bisa menjalin komunikasi dengan baik hingga berbagai masalah muncul karenanya. Satu pihak merasa diabaikan. Sedangkan pihak lainnya merasa risih karena terus-terusan dihubungi. Akhirnya masing-masing merasa enggan berkomunikasi. Di organisasi pers misalnya, jika redak-

tur tidak mengarahkan reporter, reporter tidak mendengarkan arahan redaktur, layouter tidak segera melayout naskah dan koordinator liputan tidak segera mengatasinya. Bisa jadi terbitan telat atau hasilnya tidak maksimal. Olehnya, jika ada masalah dalam hal keredaksian perlu dikomunikasikan. Dicari apa akar masalahnya dan dibuatkan solusi. Jika hanya diam atau tetiba menghilang tanpa kabar dengan tanggung jawab yang belum selesai, maka hilang pula kepercayaan. Maka demi menjaga kepercayaan sivitas akademika bahwa koran identitas adalah corong informasi, maka kami hadir dengan berita mengenai minat berlembaga dan berliterasi mahasiswa Unhas yang minim, biaya hidup peserta KKN yang tak kunjung diberikan, serta berita-berita lainnya. Selamat membaca! n

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 082343555654 085299397243

sms inbox Salam. Saya mau tanya, apakah Unhas tidak punya rencana untuk menambah sepeda? sering mahasiswa mau pinjam tapi semuanya dikejumlahnya terlalu sdkit untuk mhasiswa yg ribuan

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyun­ting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Awal November 2016 Desain: Sita Nurazmi Hadilang Layouter: Sri Hadriana


wansus Menanti Kepastian Regulasi dari Ibu Menteri

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Bagaimana Anda melihat Keputusan Menteri No 35/PUU-X/2012 terkait hutan adat? Menurut saya, ini adalah kemenangan masyarakat hutan adat. Karena selama ini mereka dianggap hidup menumpang di hutan negara. Padahal jika ditilik lebih jauh, mereka sebenarnya sudah berada di sana bahkan sebelum negara ini dideklarasikan. Namun beberapa pihak menganggap, peraturan ini ibarat macan ompong, betulkah? Sekalipun ini menjadi kemenangan kecil bagi masyarakat hutan adat, namun pada kenyatannya aturan ini memang bisa diibaratkan ‘macan ompong’ karena sebenarnya baru ada wujud, regulasinya yang belum jelas. Belum ada implementasi nyata. Bila dilihat, aturan ini kan disahkan pada tahun 2013. Lalu, tahun-tahun berikutnya ada saja masyarakat adat yang dianggap mengeksploitasi hutan negara, padahal itu adalah tempat tinggalnya. Bagaimana menurut Anda? Nah itu tadi, karena aturan ini masih tidak jelas regulasinya, makanya Dinas Kehutanan daerah setempat merasa itu semua adalah hutan negara. Lagipula untuk mengakui hutan adat perlu proses yang panjang. Setelah daerah itu diakui sebagai hutan adat, masyarakat yang hidup di sana bebas memanfaatkan hasil

data diri Nama : Paramita Iswari ST MA TTL : Jakarta, 23 Oktober 1975 Riwayat Pendidikan : - Perencanaan wilayah dan kota Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Indonesia 1993-1998 - Human Right and Democracy Studies Political Science University of Oslo- Universitas Gadjah Mada 2007-2009 - Manajemen dan Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada 2016 – hingga sekarang.

hutannya. Ketika itu belum disahkan, yah mereka masih bisa dipidanakan. Tadi Anda mengatakan untuk pengakuan hutan adat sendiri butuh proses yang panjang, kalau begitu proses seperti apa? Prosesnya memang panjang dan melalui beberapa tahapan birokrasi yang berliku. Pertama sebelum diakui sebagai hutan adat, terlebih dahulu masyarakat yang hidup di dalam hutan, harus diakui oleh pemerintah daerah setempat sebagai masyarakat adat. Setelah diakui oleh Perda, baru kemudian dibuatkan regulasi untuk pengakuan hutan adat yang disahkan oleh menteri. Tapi, bagi masyakarakat adat itu bagai menjangkau bintang di langit, terlalu sulit. Setau saya, baru Kajang yang diakui sebagai masyarakat adat. Sedangkan untuk pengakuan hutan adatnya, hingga saat ini belum disahkan oleh menteri.

masyarakat hutan adalah warga negara yang seluruh haknya harus dipenuhi. Harus diingat, dalam kasus-kasus sengketa lahan hutan, masyarakat adat ini selalu dalam posisi kalah. Padahal, mereka mempertahankan tempat tinggal mereka loh. Pada kasus-kasus tertentu mereka dikriminalkan, lah kita analogikan kamu ngambil ranting pohon di halaman rumahmu, tiba-tiba dipidanakan, itu kan lucu.

Lantas sejauh ini peranan negara terhadap masyarakat adat bagaimana? Negara sampai saat ini hanya mewadahi dan menampung masalah. Namun bagi saya itu tidak cukup. Negara seharusnya menganggap

Jadi untuk kedepannya, apa yang harus dilakukan oleh semua pihak? Ini masalah cara berpikir, hutan itu bukan sekedar pohon di dalamnya, tapi ada orang yang punya hak hidup di sana. Yah kita semua harus duduk sama-sama menyamakan pendapat terkait hutan adat. Semoga ke depannya regulasi hutan adat ini bukan hanya sekedar wacana tapi benar-benar bisa diterapkan.n

Peran Dewan Kehutanan Nasional kemudian? Kami hanya bisa memberikan rekomendasi. Sama halnya dengan Komnas HAM, kami tidak bisa memberikan punishment. DKN hanya sebatas menjembatani antara masyarakat adat yang kemudian ditindaklanjuti oleh Pemda setempat, perusahaan dan Kementrian Kehutanan.

kronik Kekurangan Loker,

Tas Mahasiswa Dibiarkan Berserakan PEMANDANGAN ketika masuk di Perpustakaan Pusat Unhas sedikit berbeda dari biasanya. Hal ini disebabkan adanya tumpukan tas mahasiswa yang berserakan . Penyebabnya, jumlah loker untuk menyimpan tas atau barang tidak sebanding dengan banyaknya pengunjung perpustakaan. Petugas hanya menjamin keamanan tas dan barang mahasiswa yang dititip di loker dan memiliki kartu loker. Saat dikonfimasi ke Muhlis. Salah satu penjaga tempat pe nitipan barang, ia menjelaskan bahwa memang sudah cukup sering kejadian ini terjadi. Namun karena keterbatasan jumlah loker yang ada, maka petugas tersebut tidak dapat berbuat apa-apa. Menurutnya, jumlah pengunjung perpustakaan terbilang cukup banyak, sekitar kurang lebih lima ratus orang dalam sehari. Namun jumlah loker yang tersedia hanya kurang lebih tiga ratus loker. Ketika loker telah penuh, maka mahasiswa terpaksa menyimpan tas di lantai karena tidak diperbolehkan untuk membawanya masuk ke perpustakaan. “Semoga ke depanya tempat penitipan tas dapat lebih dipercantik seperti diberikan gembok, tenaganya ditambah, diperbesar bahkan kalau boleh pada bagian pintu masuk juga ada satpamnya, ” harap Muhlis, Jumat (28/11). Salah pengunjung perpustakaan Muh. Nur Alamsyah mengatakan bahwa perpustakaan perlu untuk menambahkan jumlah loker yang ada agar mencukupi untuk jumlah pengunjung perpustakaan. “Tas yang bertumpuk tersebut tidak terjamin keamanannya. Semoga pelayanannya dapat lebih ditingkatkan,” kata mahasiswa angkatan 2014 tersebut, Jumat (28/10). Kepala Bagian Tata Usaha Perpustakaa Pusat Unhas Annis Assiri menyatakan bahwa memang hal tersebut menjadi permasalahan dan telah dirapatkan. “Terdapat rencana untuk menghadap ke Sekretaris Universitas untuk membahas hal tersebut. Beberapa wacana yang akan diajukan adalah disediakannya jasa yang berfungsi untuk menyiapkan semua rak dan bertanggung jawab pada penitipan barang namun mungkin akan ada (pembayaran) setiap menitipkan barang,” jelasnya, Jumat (28/10). Ia menambahkan bahwa wacana selanjutnya yang akan dibicarakan adalah security system sehingga mahasiswa dapat membawa tas namun ketika ada mahasiswa yang membawa buku tanpa discan maka pada security system akan berbunyi. n

IDENTITAS/MUSTHAIN ASBAR H

Sejak adanya Keputusan Menteri No 35/PUU-X/2012, hutan adat harus dipisahkan dari hutan negara. Namun sepertinya pemeritah daerah masih ‘ogah-ogahan’ dalam mengimplementasikannya. Lain halnya dengan masyarakat adat, keluarnya aturan ini justru disambut sukacita. Untuk Sulawesi Selatan sendiri, baru kabupaten Luwu Utara dan Bulukumba yang mengakomodir putusan Kepmen tersebut dengan Peraturan Daerah (Perda). Namun hingga saat ini pengesahannya pun masih dinanti-nanti. Sedangkan untuk beberapa hutan adat di bagian lain, masih belum nampak juga kejelasan regulasi dari putusan ini. Akibatnya masih sering didapati masyarakat hutan adat yang dikriminalisasikan. Mereka diduga merambah hutan yang selama ini menjadi identitasnya. Lantas, bagaimana solusinya? Berikut petikan wawancara reporter identitas Devika Saputri dan Fransiska Sabu Wolor bersama Ketua Dewan Kehutanan Nasional (DKN) Paramita Iswari ST MA, dalam Kegiatan Diskusi Sore Pandu Alam Lingkungan Fakultas Kehutanan, Minggu (30/10)

3

Unjuk rasa: Puluhan mahasiswa Unhas lakukan unjuk rasa di depan pintu satu Unhas, Selasa (22/11). Ini sebagai bentuk kepedulian mahasiswa terhadap perampasan tanah petani di Sukamulya Provinsi Banten.


4

opini

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Siri’, Asketisisme dan Korupsi

Oleh: A.Muh. Fais Wahid BARU-baru ini pemberitaan bahwa ketua DPD Irman Gusman terjaring Operasi Tangkap Tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 17 September 2016 di rumah dinasnya. Dilansir dari situs tempo.co Ketua KPK Agus Rahardjo mengategorikan kasusu ini sebagai dugaan tindak pidana korupsi yang memperpanjang rentetan kasusu korupsi oleh polititsi. Betapa bangsa yang dikenal dengan beragam budaya ini seakan mulai kabur nilai budayanya. Budaya Siri’ Jika korupsi dipandang sebagai suatu

tindakan kriminal seorang individu, dengan mengesampingkan pengaruh sistem yang ada maka kita akan berbicara mengenai nilai moralitas individu. Dalam budaya Bugis-Makassar dikenal istilah siri’ yang secara harfiahnya berarti malu. Laica Marzuki (1995) dalam disertasinya menjelaskan bahwa siri’ sebagai suatu sistem nilai sosiokultural dan kepribadian yang merupakan pranata pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Dalam Harian Fajar edisi 11, 14, dan 21 Desember 2009 Provinsi Sulawesi Selatan dikategorikan sebagai provinsi terkorup se-Nusantara. Hal ini berdasar penemuan Bappenas dan ICW, dari 86 kasus korupsi 30,2 persen diantaranya terjadi di Sulawesi Selatan. Hal ini tentunya menandakan bahwa nilai budaya siri’ mengalami degradasi pemahaman yang cukup tajam. Apabila budaya ini dihayati secara mendalam dan menjadi falsafah hidup , akan membuat para pejabat publik malu jika melanggar sumpahnya, malu jika tidak menjalankan amanah rakyat, malu jika korupsi, dan malu untuk melakukan kesalahan. Jadi nilai ini terurai dalam dimensi-dimensi kehidupan individu untuk selalu menjaga harkat dan martabat sebagai manusia. Pemimpin Asketisisme

Asketisisme berasal dari bahasa Yunani ascesis yang berarti latihan keras, disiplin diri, atau pengendalian diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, asketisisme diberi arti ‘paham yang mempraktikkan kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban’. Dalam kehidupan monastic modern, asketisisme tidak lagi diarahkan pada pemisahan jiwa dari badan tetapi pada pembebasan kesejatian diri dari kepribadian hidup. Sikap asketis mengantarkan seorang individu untuk tetap bertahan pada nilai kebenaran yang ia pegang walaupun berada diantara kelompok yang bertentangan. Soe Hoe Gie dalam buku Catatan Seorang Demonstran (1993) mengatakan “Lebih baik terasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”, pemikiran ini melakukan penolakan terhadap teori perilaku sosial yang diperkenalkan Erving Goffman yaitu drama turgi. Jika menjelaskan perilaku korupsi dengan pendekatan Drama Turgi akan memberikan penjelasan bahwasannya perilaku korup seorang individu terdorong dari sistem yang korup. Hal ini dapat terlihat dari reaksi beberapa publik ketika Ketua DPD ditangkap KPK yang mengatakan ”tidak mungkin Irman Gusman korup, beliau orang baik”, dan pada kenyataan ia

korup. Artinya publik tidak percaya bahwasannya terjadi perubahan pada nilai yang dipegang selama ini ketika telah masuk kedalam sistem pemerintahan. Asketisisme dalam perkembangannya kini tidak lagi menjelaskan perilaku hidup dalam kesederhanaan atau pun terbatas hanya pada hal teologi, akan tetapi lebih dari itu. Mendorong bagaimana suatu nilai kebenaran yang diyakini individu untuk dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan di kondisi apapun. Bahwasannya substansi emas tak akan berubah walaupun ia berada di tengah-tengah lumpur yang kotor. Olehnya itu melihat betapa bahaya laten korupsi yang semakin nyata di bangsa seakan merindukan hero dalam film-film .Bangsa Indonesia kini membutuhkan seorang pemimpin yang didasari dan visi kebudayaan yang konkrit. Tentunya pemimpin ini tidak turun dari langit, akan tetapi lahir dari proses dan tempaaan lingkungan belajarnya, baik itu institusi keluarga hingga institusi pendidikan. n

ya struktur MWA jika hingga 2017 mendatang belum ada perwakilan mahasiswa? Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Angkatan 2012 Tanggapan : WAALAIKUMSALAM. Terimakasih atas pertanyaannya. Sampai saat ini belum ada mahasiswa yang menjadi perwakilan di MWA karena belum ada lembaganya yakni ketua senat mahasiswa Unhas. Jika masih tidak ada ketua senat, MWA tetap jalan. Oleh karena itu, mahasiswa harus berani membentuk lembaganya. Ir. Abdul Rasyid Jalil, M,Si. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan

Tanggapan : TERIMA KASIH. Kami sudah menyediakan bus untuk mahasiswa. Bahkan di Tahun 2012 kami pernah menerapkan bus jadi transportasi utama dalam kampus, pete-pete yang sekarang lalu lalang di kampus, dulunya hanya lewat pintu nol tidak masuk dalam kampus. Namun, sosialisasi seperti ini hanya bertahan sekitar dua minggu. Para mahasiswa memprotes dan meminta pete-pete melingkar lagi dalam kampus. Sekarang, belum ada rencana untuk menerapkan hal seperti ini lagi. Mungkin akan ada lagi, tapi kami menunggu arahan dari pimpinan. Morex Rein SE Kasubag Rumah Tangga

Namun, seringkali bersamaan dengan menjamu tamu yang datang tidak disertai koordinasi dengan tim teaching. Biasanya kalau sudah koordinasi, mereka diminta mengganti jam kuliah di hari lain. Prof Dr Gemini Alam MSi Apt Dekan Fakultas Farmasi

Bus untuk Mahasiswa SALAM. Terimakasih kepada identitas telah memuat pertanyaan saya ini. Unhas sebagai universitas yang besar dengan jumlah mahasiswa yang banyak, tentunya mengalami lonjakan kendaraan. Hal ini tentu dibutuhkan cara agar dapat mengurangi tranportasi yang masuk dalam kampus, sehingga lingkungan Unhas tetap terjaga. Salah satu alternatifnya dengan pemenuhan bus untuk mahasiswa. Pertanyaan saya, kenapa sampai saat ini pihak kampus belum menyediakan bus untuk digunakan ? Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Angkatan 2013

Pilih Proyek atau Mahasiswa TERIMAKASIH telah memuat pertanyaan saya. Saya melihat ada beberapa dosen yang konsentrasinya terhadap perkuliahan berkurang. Ada yang telat masuk kelas, bahkan tidak hadir dikarenakan kesibukannya dalam melakukan proyek penelitian atau sedang menerima tamu dari luar. Dan pada saat itu, tidak ada pengajar lain yang menggantikannya. Pertanyaan saya, siapa sebenarnya yang lebih diprioritaskan untuk dicerdaskan ? Mahasiswa Fakultas Farmasi Angkatan 2013 Tanggapan : SALAM. Mestinya dosen tidak mengabaikan tugas pokoknya mengajar di kelas.

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unhas Ketua BEM FMIPA Unhas Periode 2015/2016

dari pembaca Lapangan Sepak Bola Jadi Lahan Parkir ASSALAMUALAIKUM. Terimakasih kepada identitas telah memuat pertanyaan saya. Kenapa lapangan sepak bola sekitar Taman Pascasarjana yang biasanya digunakan sebagai arena pertandingan sepak bola sekarang jadi lahan parkir? Bagaimana sebenarnya pengaturan lahan parkir di Unhas melihat kampus ini kian gencar membangun? Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2015 Tanggapan: TERIMA KASIH atas pertanyaannya. Unhas gencar melakukan pembangunan tidak akan mengganggu lahan parkir. Tapi, adapun lahan parkir di depan FIKP itu difungsikan lagi. Sebenarnya, ada beberapa lahan parkir di Unhas tapi tidak digunakan mahasiswa, malah mereka memarkir kendarannya bukan pada tempatnya. Jadi saya menghimbau sivitas akademika untuk memarkir kendaraan di tempat yang telah disediakan. Morex Rein SE Kasubag Rumah tangga Mahasiswa di Majelis Wali Amanat ASSALAMUALAIKUM. Saya ingin bertanya, saat ini apakah sudah ada perwakilan mahasiswa di Majelis Wali Amanat (MWA)? Bagaimana kedepann-

Keberadaan Rusa di Kampus ASSALAMUALAIKUM. Salam hangat kepada semua kru identitas dan terimakasih telah memuat pertanyaan ini. Saya dengar bahwa beberapa rusa di penangkaran Pintu 1 telah dipindahkan ke kandang peternakan. Pertanyaan saya, dimana nantinya semua binatang ini dikumpulkan, apakah di kandang peternakan? Kemudian, apakah tempat Rusa nanti masih bisa dikunjungi oleh wisatawan ? Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2015 Tanggapan : WAALAIKUMSALAM. Semua rusa nantinya akan dipindahkan ke kandang peternakan. Ditata. Nanti, agar perawatannya lebih maksimal baru diputuskan apakah penangkaran rusa yang baru akan dijadikan sebagai tempat wisatawan atau tidak. Morex Rein SE Kasubag Rumah Tangga


civitas

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Prestasi mahasiswa seharusnya berbanding lurus dengan sokongan universitas, hanya saja hingga sekarang dukungan itu masih terasa kurang

N

ama baik sebuah universitas bisa jadi ada di pundak mahasiswanya. Sumbangsih prestasi demi almamater tercinta sayangnya kurang mendapat apresiasi yang setimpal. Meski begitu pihak kampus merasa telah mengapresiasi mahasiswa berprestasi dengan memasang spanduk bertuliskan nama dan prestasinya. Bagi mahasiswa hal itu tidaklah cukup. Dukungan pra kompetisi dirasa jauh lebih dibutuhkan, misalnya saja subsidi pembiayaan perjalanan. Hal demikian inilah yang dirasakan oleh mahasiswa berprestasi dan juga Duta Pangan Indonesia 2016, Rizaldy A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Hubungan Internasional ini, mengaku kampus merah tidak memberikan bantuan pendanaan padanya untuk bisa ikut berpartisipasi dalam kompetisi yang dilakukan oleh universitas ternama di Indonesia yang kerap mengadakan kegiatan perlombaan berskala nasional. “Kendala dari segi bantuan dana dari Unhas, saya ingin mengikuti konferensi di Bali, dimana saya sudah melalui seleksi ketat dan sudah lolos tetapi harus mengurungkan tekad karena tak diberi uang untuk berangkat meski sudah mengajukan proposal ke rektorat,” ujarnya, Rabu (16/11). Mahasiswa yang pernah juara dua lomba debat se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Alauddin Makassar pada September kemarin ini menambahkan bahwa pimpinan kampus hanya memberikan apresiasi dalam bentuk spanduk bertuliskan namanya beserta prestasi yang dicapainya. Namun Rizaldy merasa kecewa. Baginya, kampus harus lebih terlibat dalam proses mahasiswanya utamanya saat dibutuhkan bantuan dana. Rizaldy yang aktif bergelut di Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan Dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) ini mengaku iri dengan teman-temannya yang berasal dari universitas lain, seperti Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada yang aktif ikut konferensi. Meski acapkali terlibat konferensi di berbagai universitas, namun bantuan dana tetap disubsidi penuh oleh pihak kampus untuk mereka. Hal serupa dialami pula oleh Duta Bahasa 2015 Muawinatul Rahma. Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris ini, mengaku dukungan kampus terhadap kegiatan mahasiswa berprestasi dirasa masih sangat minim. Perempuan yang akrab disapa Wina ini mengaku hanya diberi uang saku sebesar tujuh ratus ribu, setelah sebelumnya meminta dana sejumlah empat juta rupiah. “Seharusnya diberikan apresiasi atas sumbangsihnya mengharumkan nama universitas,” ujar Wina sapaan akrabnya, Rabu (16/11). Kontribusi pihak universitas nyatanya juga tidak dirasakan oleh salah satu Mahasiswa Jurusan Agribisnis, Muhammad Taufik Saputra. Opik begitu ia biasa disapa aktif sebagai perwakilan delegasi In-

Kendala dari segi bantuan dana dari Unhas, saya ingin mengikuti konfer-

ensi di Bali, dimana saya sudah melalui seleksi ketat dan sudah lolos tetapi harus mengurungkan tekad karena tak diberi uang untuk berangkat meski sudah mengajukan proposal ke rektorat. donesia dalam program Young Southeast Asian Leaders Initiative Seed And Destiny (YSEALI SE&ED) Congress on Project Collaboration and Grand Writing di Vietnam. Setelah sebelumnya pernah ikut kegiatan Internasional di USA dan Laos hingga mendapat kesempatan bertemu dengan Mantan Presiden Amerika Barak Obama dalam kegiatan submmit September lalu. Meski telah beberapa kali ikut kegiatan kepemudaan tingkat ASEAN, Opik mengaku tak pernah diberikan bantuan dana dari kampus, Ia hanya diberi surat rekomendasi. “Saya memang tidak pernah berniat minta bantuan dana, karena saya tahu kampus tidak memberikan pendanaan untuk kegiatan yang sifatnya perwakilan seperti itu,” ujar mahasiswa angkatan 2012 ini, Selasa (15/11). Seperti yang dikatakan oleh Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian ini, pihak kampus memang memaksimalkan

ILUSTRASI/IRMAYANA

Cukupkah Ungkapan Selamat Saja?

pembiayaan untuk kegiatan kompetisi dan hanya mempersiapkan surat rekomendasi bagi kegiatan non-kompetisi. Namun malang bagi tim yang dikirimkan Fakultas Teknik. Niat mengikuti lomba poster dalam Festival Sains dan Teknologi di Universitas Jambi pada 26 November lalu, nampaknya tak mendapat restu dari pihak universitas. Hal ini dibuktikan tidak adanya bantuan dana yang dikucurkan untuk menyertai kepergian tim yang berjumlahkan tiga orang ini, dengan alasan bagian kemahasiswaan sudah tutup buku. Meski begitu, Mahasiswa Teknik Geologi ini berhasil menyabet peringkat pertama dan berangkat dengan bantuan dana dari Ikatan Alumni Geologi Unhas. “Kami diberi bantuan dana dari alumni sebesar empat juta, dan selebihnya memakai uang pribadi kami,” ujar Sitti Waiyah Selasa, (29/11). Menanggapi hal ini Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Abdul Rasyid Jalil MSi mengaku telah mengapresiasi mahasiswa dengan memajang nama mereka di spanduk pintu masuk Unhas. “Tidak semua mahasiswa bisa berkesempatan dipasang namanya di pintu masuk Unhas, hanya mereka yang memiliki prestasi,” ujar lelaki yang akrab disapa Cido’ ini, Jumat (24/11). Selain itu, baginya pendanaan mahasiswa sudah didukung penuh, hanya saja distribusinya diatur berdasar kuota tiap fakultas. “Tiap Fakultas punya kuota dana, tapi untuk di akhir tahun seperti sekarang, memang sangat sulit pendanaan,” tutupnya. n Ann/Vit

5

akademika ESQ Si Pembangun Karakter PADA dasarnya manusia memiliki tiga potensi dalam dirinya, yakni kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Selama ini ketiga potensi tersebut terpisah dan tidak dipergunakan baik sehingga terjadi krisis moral yang kemudian berdampak pada turunnya kinerja. Maka, dicetuskanlah sebuah pemikiran Emotional Spritual Quotient (ESQ) yang mencoba untuk menyempurnakan ketiganya. Merupakan gabungan EQ (Emotional Quotients) dan SQ (Spritiual Quotients) yakni pengendalian kecerdasan emosi dan spritual. Oleh Ary Ginanjar Agustian, pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 24 Maret 1965. Salah satu motivator besar di Indonesia yang juga menjabat sebagai presiden direktur di PT Arga Bangun Bangsa saat ini. Ia pernah menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, kemudian di Universitas Udayana Bali, dan Tafe College, Adelaide, Australia. Selain itu pria ini juga pernah menjadi Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta yang bertanggung jawab atas mata kuliah Strategi Pendidikan Karakter selama lima tahun. Kehidupan karir ayah enam anak ini, diawali dengan berkecimpung dalam dunia bisnis selama 25 tahun. Pengalaman menjadi modal nyata untuk membangun pemikiranya. Selain itu, proses membaca dan perenungan, hingga akhirnya dihasilkanlah sebuah buku yang berjudul “ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual”. Karyanya tersebut mengantarkan Ary Ginanjar mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa pada bidang pendidikan karakter oleh Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2007. Hal ini merupakan bentuk penghargaan atas konsep The ESQ Way 165 sebagai metode pembangun karakter. Bermodalkan hal tersebut, ia pun kemudian membetuk lembaga ESQ LC (ESQ Leadership Center) pada 16 Mei 2000. Saat ini ESQ telah menjadi salah satu lembaga pelatihan sumber daya manusia terbesar di Indonesia. Pada pelatihan ESQ, peserta akan diajak untuk dapat menciptakan sebuah titik keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual. Dituntut untuk dapat membangkitkan tujuh nilai dasar seperti jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli. Serta membebaskan diri dari berbagai gangguan yang dapat menghalangi potensinya hingga dapat menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan selalu siap menghadapi tantangan. Pada Desember 2012, bersama Prof Ir H Surna Tjahja Djajadiningrat MSc PhD, seorang tokoh pendidikan dan ahli lingkungan, ia mendirikan ESQ Business School yang berlokasi di Menara 165 lantai 19 Jl TB Simatupang, Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa penghargaan yang pernah didapatkan Ary Ginanjar adalah The Most Powerful People and Ideas in Business oleh majalah SWA, Agents of Change oleh koran Republika, serta beberapa penghargaan lainya. Saat ini, metode ESQ menjadi salah satu pelatihan dengan jumlah peserta yang cukup banyak. Tercatat kurang lebih 1,5 juta alumni telah lulus pada pelatihan pertama ESQ yang diselenggarakan pada tahun 2001. Setiap bulan rata-rata terselenggara seratus pelatihan. Saat ini, ESQ LC telah dibantu oleh lebih dari lima ratus karyawan. Pada tahun 2006, telah tersebar di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Belanda, Australia, Amerika Serikat dan Arab Saudi. n Norhafizah Ary Ginanjar Agustian


rampai

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Wujudkan Cita dengan Cinta CIKAL bakal terbentuknya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Kampus Unhas (TKU) berawal dari beberapa mahasiswa yang memiliki semangat dan kreatitvitas seni. Namun belum ada wadah untuk mengekspresikan kreativitas diri. Pelopor terbentuknya organisasi yang berdiri pada 1979 ini diantaranya Harry Irawan, Yusuf Noer, dan Ikanegara. Merekalah kemudian yang mulai menghimpun mahasiswa lintas fakultas di Unhas. Saat awal terbentuknya, beberapa karya sudah berhasil dipentaskan setiap tahunnya. Karya pertama Harry Irawan “DOM” disutradarai oleh Yusuf Noer (1978). Selanjutnya pada 1982 mementaskan dua karya yakni “SSST” karya Ikanegara, sutradara Fahmi Syarif dan “Orang Gila Di Atas Atap” karya Kikuchi Khan Kadir Anshary, sutradara Ridwan Effendi. “Interogasi” karya Arifin C Noer yang disutradarai oleh Yudisthira Sukatanya (1985). Masuk pada 1987 kembali mementaskan dua karya yang berjudul “Orang-orang Malam” Karya Putu Wijaya, sutradara Baso Natsir dan “Mega-Mega” Arifin C Noer sutradara oleh Baso Natsir. Lembaga ini pernah vakum pada 1985 dan 1992 karena kurangnya kader. Meski demikian, TKU kembali berkarya pada 12 Desember 1998 dengan pementasan teatrikal jalanan yang rutin digelar pada panggung pertunjukan. Hasilnya pada 2001 berhasil menorehkan prestasi sebagai penata artistik terbaik II pada ajang Festival Taeter Mahasiswa Nasional di Samarinda. Hingga kini TKU masih dapat mempertahankan eksistensinya dengan slogan “Nyatakan Hadirmu dengan Kreasi Wujudkan Lewat Cita dan Cinta”. Artinya dalam lembaga ini, hal utama yang harus dilakukan yakni hadir terlebih dahulu. “Di teater itu sendiri kalau kita sudah menyatakan hadir maka kita akan mewujudkan lewat kreasi,” kata ketua UKM TKU, Rara Faradita, Kamis (27/10).

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

6

Hadir untuk mewadahi minat mahasiswa dalam bidang seni, UKM Teater mampu berkarya dan mempertahankan eksistensi

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat ini menambahkan bahwa yang diterima bergabung tidak harus ahli dalam seni. Di TKU bakat yang dimiliki bisa diasah. Karena yang menjadi citacita adalah bagaimana agar bisa terus berkarya dan eksis dibidang seni serta bisa bersaing di luar. Menumbuhkan rasa ‘cinta’ juga menjadi misi dari TKU sendiri. Ini untuk menjaga dan mempererat hubungan antar sesama anggota. Agar loyalitas anggota untuk tetap hadir dan berkarya

bisa terjaga. Bukan hadir hanya sekedar menunaikan tanggung jawabnya sebagai anggota, melainkan juga mampu mewujudkan cita-cita bersama dengan rasa cinta. Dan untuk penerimaan anggota baru biasanya diadakan tiga sampai empat kali dalam setahun, tergantung kebutuhan. Setiap awal perekrutan diadakan pementasan untuk menarik minat mahasiswa Unhas untuk bergabung. Saat ini total anggota

TKU berjumlah enam orang dan anggota baru berjumlah lima orang. Memang terbilang sedikit, akan tetapi semangatnya sangat besar. Buktinya, TKU tetap mengadakan latihan rutin tiga sampai empat kali dalam seminggu. Seperti kelas teater, Pertunjukan Seni Bebas Ekspersi (Persepsi), dan teatrikal jalanan. Ini agar anggota baru lebih matang sebelum mengikuti lomba teater. Untuk menampilkan satu karya biasanya para aktor menyediakan waktunya untuk latihan tiga hingga empat hari. Tema-tema yang biasanya diangkat dalam teatrikal jalanan biasanya mengkritik kebijakan atau mengambil sesuai isu yang sedang hangat diperbincangkan. Setiap tahunnya TKU mengikuti beberapa even nasional diantaranya Festival Teater Mahasiswa Indonesia (FTMI) cabang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Festival Taeter Mahasiswa Nasional (Festamasio), dan Festival Monolog (Stikma). Tahun ini TKU akan ikut FTMI yang diselenggarakan di Polman. Dua tahun lalu sudah berhasil lolos dalam seleksi Festamasio yang diselenggarakan di Bandung. Persiapan yang dilakukan untuk pertunjukan skala nasional biasanya dipersiapkan tiga bulan sebelumnya. Meliputi proses pengambilan gambar, video, dan pembagian pada tiap pemeran. Mengenai sutradara sendiri, tiap anggota TKU sudah dibekali ilmu sejak mulai bergabung, sehingga siapa saja yang terpilih akan mampu menjalani dan mengerjakannya. Selain mengasah bakat seni, anggota UKM Teater juga dilatih untuk percaya diri tampil dimuka umum. Hasilnya pun bisa diimplementasikan dalam proses perkuliahan. “Kemampuan percaya diri terlihat utamanya saat presentasi. Karena memang di TKU sudah diajarkan sejak awal,” kata Rara., Kamis (27/10) Sriwidiah Rosalina Bst


laporan utama

identitas NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016 identitas

NO 869 TAHUN XLI| EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Emban Fungsi Mahasiswa dengan Organisasi

Berorganisasi salah satu wadah agar mahasiswa bisa menjalankan fungsinya.

M

impi terbesar saya adalah agar mahasiswa Indonesia berkembang dari ‘manusia biasa’ menjadi pemuda ber­ tingkah laku sebagai ‘seorang manusia yang normal’, tidak mengingkari eksisten­ si hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seo­ rang manusia,” begitulah mimpi Soe Hoek Gie, aktivis mahasiswa pada zamannya. Seperti yang dikatakan Gie, mahasiswa tidak boleh mengingkari eksistensiya. Peran serta fungsi yang diemban harus dijalankan dengan baik. Salah satu cara agar mahasiswa dapat mempertahankan eksistensinya yakni dengan berorganisasi. Banyak hal dapat diraih dengan adanya organisasi, salah satunya menjalankan fungsi sebagai mahasiswa. Telah diketahui fungsi mahasiswa da­ lam sebuah kampus adalah menerap­ kan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk berperan sebagai agent of change, social control, iron stock dan moral force. Syaiful Sahdir, Alumni Fakultas Keseha­ tan Masyarakat (FKM) mengamini bah­ wasanya fungsi mahasiswa adalah men­ jalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Namun, Ipul sapaan akrabnya tak melihat hal itu kepada mahasiswa saat ini. “Hari ini kita lihat bersama, segelintir maha­ siswa hanya sedekar melakukan pendi­ dikan, penelitian, tanpa ada pengabdian masyarakat yang begitu dalam,” katanya, Rabu (23/11). Padahal fungsi mahasiswa sebagai kon­ trol sosial yakni bertanggungjawab atas masalah yang dialami Indonesia sebagai negara berkembang. Ipul berharap ma­ hasiswa mau bertanggungjawab minimal berdasarkan disiplin ilmu yang dimiliki. Seperti yang dilakukannya di salah satu pulau di Kabupaten Takalar. Adapun pemberdayaan yang dilakukan oleh Koordinator Litbang Himpunan Pela­ jar Mahasiswa Takalar ini ialah memberi bantuan kepada masyarakat yang tidak mampu dan memberi penyuluhan. Inti­ nya ia menginginkan peningkatan kuali­ tas Sumber Daya Manusia (SDM) di daer­ ah kepulauan. Kesemua itu tidak lepas dari pentingnya organisasi yang diikutinya selama menja­ di mahasiswa. Lelaki yang juga sebagai Dewan Pengawas Organisasi Forum Ko­ munikasi FKM Unhas ini merasakan pent­ ingnya organisasi. “Di organisasi belajar segalanya. Mahasiswa tanpa organisasi? Kelaut saja jadi ikan,” ungkapnya, Rabu (23/11). Lain lagi, Muhammad Amri Murad, Direktur Lingkar Advokasi Mahasiswa (LAW) memandang bahwa fungsi maha­ siswa adalah membangun gerakan yakni gerakan sosial, emansipatif dan transfor­

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

mastif. Menurutnya untuk menjalankan fungsi sebagai mahasiswa harus berjuang, dalam artian luas. Khususnya di LAW, perjuangan maha­ siswa dilakukan dengan riset dan advo­ kasi. “Riset itu penting untuk melakukan perjuangan, penting dalam melakukan advokasi. Riset itu akan membantu kita untuk menentukan sikap, tanpa riset tin­ dakan kita tidak terukur, tidak terencana dan tidak sistematis,” ujarnya, Kamis (24/11). Menurut Amri, saat ini bersama anggot­ anya menjalankan fungsinya sebagai ma­ hasiswa dengan advokasi. Fungsi mahasiswa tidak hanya sebatas menjalankan Tri Dharma Perguruan Ting­ gi ataupun hanya merealisasikan peran sebagai agent of change, social control, iron stock dan moral force. Namun, maha­ siswa harus menjadi mata air. Begitulah yang diungkapkan oleh Saifullah Masdar. “Mahasiswa itu harus jadi mata air meng­ hidupi banyak hal dari segala bidang ke­ hidupan,” ujarnya, Rabu (23/11). Mahasiswa yang juga sebagai Dewan Konsultatif Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) ini mengharapkan mahasiswa se­

harusnya punya semangat dan motivasi. Karena menurutnya tanpa semangat ma­ hasiswa tak dapat menghidupi dirinya. Misalnya semangat itu menghidupi berk­ arya dan mengabdikan masyarakat. Saat ini, aksi nyata yang telah dilakukan untuk melaksanakan fungsinya sebagai mahasiswa ia bergelut dalam semangat kepenulisan dan penelitian. Tak hanya itu, mahasiswa Fakultas Pertanian ini juga turut berpatisipasi dalam pemberdayaan masyarakat Program Hibah Bina Desa (PHBD) di Desa Kajuara Kabupaten Bone dan Desa Siparappe Kabupaten Pinrang. Kesibukan dirinya menjalankan fung­ si sebagai mahasiswa tidak terlepas dari peranan penting organisasi yang ia gelu­ ti yakni UKM KPI. Menurutnya UKM ini yang mendorong terwujudnya Tri Dharma Perguruan Tinggi. “KPI sebagai alat dan banyak belajar disini sebagai mahasiswa,” katanya. Menjadi mahasiswa sekaligus menjadi pemuda harus menunjukkan eksistensi diri. Dengan berorganisasi, kita dapat me­ nemukan jadi apa kita dan seperti apa kita bermanfaat. Sebagai mahasiswa bahkan sebagai manusia. n

Tim Laput Koordinator: Khusnul Fadilah Anggota: Devika Saputri, Fransiska Sabu Wolor Asmaul Husna Yasin, Riyami Sriwidiah Rosalina BST,Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari

7

7

Parade Pendapat Setiap lembaga mempunyai cara tersendiri untuk mewadahi minat anggotanya. Nah, kini sejauh mana lembaga mewadahi minat Anda ? Rifaldy Ilmu Tanah angkatan 2013 Tergantung dari orang dalam lembaga itu sendiri, sampai mana dia mampu belajar dan mampu mengembangkan ilmunya dalam lembaganya tersebut. Sebenarnya lembaga maahasiswa itu ruangji untuk diskusi Thoeng Fenny C Effendy Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2014 Dari SMP saya memang sudah aktif organisasi. Jadi, sampai di dunia perkuliahan, memang tertantang juga untuk jadi pengurus. Di lembaga banyak hal yang saya dapatkan, meskipun plus minusnya memang tidak bisa dihindari. Tapi itu yang jadi pengalaman berharga. Jaringan koneksi juga jadi semakin luas. Entah sesama mahasiswa, birokrasi, dan pemerintah secara umum. Untuk periode sekarang banyak sekali program kerja yang mewadahi. Mulai dari minat membaca, menulis, kajian, olahraga dan seni, pelatihan Pimnas, danTOEFL juga. Karena dasar pembentukan program memang dibuat dari kebutuhan Keluarga Mahasiswa (KM) di FKM. Harapanku jaga komunikasi terus. Lebih kreatif lagi dalam membuat program kerja. Dan selalu menjaga silaturrahim dengan alumni dan KM. Dan bisa menjadi rumah perjuangan bagi Sivitas akademika serta menjunjung nilai-nilai humanis. Fitriani M Kehutanan angkatan 2012 Saya lumayan aktif di BEM sama UKM. Karena menurutku hambar sekali hari-hari perkuliahan kalau cuma kuliah saja. Selain itu percuma masuk di lembaga kalau tidak ada kontribusi yang berarti dan prestasi yang didapat. Di Kehutanan ada BEM yang menaungi dua UKM yaitu BKBK dab BK PAL. Sangat mewadahi kalau mahasiswanya mau diwadahi karena biasanya mahasiswa malas disebabkan tuntutan akademik, dan lain-lain. Harapan saya semakin banyak mahasiswa yang bisa bagi waktunya antara akademik dan lembaga biar kuliah jadi dan bisa juga mendapatkan banyak pengalaman di lembaga. Terus pihak kampus juga harapannya selalu mendukung kegiatan mahasiswa meskipun bukan kegiatan yang sifatnya kompetisi. Muhammad Ihsan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan angkatan 2009 Saya aktif di lembaga karena banyak hal yang tidak di dapat di ruang kuliah. Dipimpin, memimpin, dan banyak lagi. Saya kira lembaga fakultas tak perlu mewadahi semua, kayak minat mahasiswa. Karena ada UKM. Lembaga fakultas konsen saja sama pengaderan yang bermutu sama mengawal isu intern ekstern. Memperbaiki jaringan lintas BEM, juga lintas lintas kampus.n


8

identitas identitas

8

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016 NO 869| TAHUN XLI| EDISI AWAL NOVEMBER 2015

laporan utama

Kala Lembaga (Tak) Jadi Primadona

Keringnya minat mahasiswa berlembaga, membuat kita geleng kepala, lantas apa penyebabnya?

M

enuntut ilmu di sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) jelas menjadi sebuah kebanggan. Belajar, lalu menjadi lulusan terbaik adalah sebuah impian. Namun, dalam rangka mencapai itu semua, ilmu di bangku kuliah tentu saja tidak cukup. Bagi mahasiswa, aktif di proses perkuliahan saja rasanya bagai sayur tanpa garam, hambar. Para agent of change ini pun butuh ilmu tambahan yang hanya bisa didapatkan bila mereka berorganisasi. Bagaimana tidak, sejatinya fungsi mahasiswa yang kelak akan diaplikasikan pada ‘dunia nyata’ esensinya berangkat dari kepekaan sosial yang didapatkan saat mereka aktif berorganisasi. Sayang­ nya, hal itu justru berbanding terbalik dengan keadaan sekarang. Minat mahasiswa untuk terlibat dalam sebuah organisasi malah meredup. Bisa jadi karena aktivitas akademik yang semakin padat dan pergerakan organisasi yang semakin dibatasi. Hal inilah yang dirasakan oleh salah satu Mahasiswa Fakultas Teknik (FT), Khadiyan Ulil Azmi. Ia mengaku tidak aktif dalam kegiatan kelembagaan di fakultasnya. Baginya alasan untuk tidak berorganisasi karena jadwal perkuliahan dan lab yang terlalu padat. Selain itu,

lembaga yang menjadi targetnya terbilang jauh dari jangkauannya. Mengingat aktivitas kesehariannya lebih banyak dilaksanakan di Kampus Teknik Gowa sedang beberapa lembaga bersekretariat di Kampus Tamalanrea, ia akhirnya mengurungkan niat untuk aktif di beberapa organisasi yang ingin dimasukinya. “Selain aktif berkuliah, sebenarnya saya anggota salah satu gugus kerja mahasiswa di kampus cuman saya bukan anggota aktif,” ujarnya Hal senada pun dirasakan oleh salah satu Mahasiswa FT, Helmi Handika. Padatnya perkuliahan dan tugas yang menumpuk pun dijadikan alasan enggannya ia berorganisasi. Tidak hanya disitu, ia menganggap proses pengaderan yang menjadi syarat utama aktifnya seseorang berlembaga adalah hal yang tidak disetujuinya. Meski begitu mahasiswa angkatan 2015 ini, selalu merasa penasaran dan tertarik untuk ikut berlembaga, buktinya ia tetap ikut musyawarah besar yang dilakukan himpunannya. “Saya selalu ingin aktif dalam kegiatan organisasi, tapi sekarang saya hanya aktif ikut kegiatan tarbiah dan memenuhi undangan mubes mewakili himpunan,” ujarnya, Jumat ( 25/11) Pilihan untuk menjadi aktif ataupun tidak aktif di sebuah organisasi memang menjadi hak pribadi masing-masing orang yang perlu kita hormati. Mengingat, setiap pilihan memiliki untung ruginya dan tentu saja menjadi tanggung

jawab masing-masing pribadi. Hal inilah yang dirasakan oleh salah satu Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi, Meliyanti Sari. Pilihannya untuk aktif berlembaga adalah untuk mengembangkan softskill dan menjalin relasi agar kelak siap diterjunkan untuk mengabdi masyarakat. “Saya aktif di organisasi dan merasakan manfaatnya, organisasi memperluas wawasan saya, dan menyiapkan saya untuk terjun di masyarakat,” ungkap mahasiswi yang aktif di Himpunan Mahasiswa Islam ini, Jumat ( 25/11) Redupnya keinginan mahasiswa untuk berlembaga, bukan isapan jempol semata, Pimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Muhammad Akbar Baharuddin pun turut mengaminkan, terlebih untuk fakultasnya sendiri. “Disini kader memang agak redup, mungkin karena kurang follow up soal kondisi kader,” ungkap mahasiswa angakatan 2012 ini saat diwawancara, Kamis (24/11) Hal ini tentu saja amat disayangkan mengingat begitu banyak hal bermanfaat yang didapatkan ketika seseorang aktif berlembaga. Bagi Mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat ini, keabsenan mahasiswa dalam berlembaga tidak bisa ditimpakan begitu saja pada si mahasiswa. Tapi juga terkait campur tangannya pihak birokrat fakultas dalam proses pengaderan, lembaga tidak diberi hak penuh untuk mengelola diri, terlebih mengelola kadernya. “Alhasil cara menggaet kader dengan mengajak mereka bicara lepas atau ber-

diskusi saja,” ujarnya Kamis (24/11) Tidak bisa dipungkiri, keadaan serupa terjadi hampir di semua lembaga, hanya permasalahan yang dihadapi berbeda-beda. Jika sebelumnya BEM FIB terkendala akibat turut campur tangannya pihak birokrat, FT malah terkendala akibat aturan yang melarang pengaderan ditahun pertama masuknya mahasiswa baru. Hal ini tentu saja berdampak pada kurangnya mahasiswa baru yang terlibat karena ‘keduluan’ organisasi lain. Menurut Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Edi Siswanto, hal inilah yang dimanfaatkan oleh senat untuk menarik minat mahasiswa. Adalah dengan mewadahi minat bakat mahasiswa baru, dengan syarat bergabung di himpunan atau di senat terlebih dahulu. “Kealpaan mahasiswa dalam berlembaga harus dicarikan solusi dengan menyamakan persepsi dan menghilangkan asumsi negatif terkait lembaga kemahasiswaan,” tutur Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur ini, Kamis (24/11) Menurut Ibe S Palogai, semestinya lembaga pun mampu mewadahi keinginan warganya. Pikiran lembaga yang konvensional pun semestinya diubah “kenapa tidak dimanfaatkan juga yang non warga itu, mereka sebenarnya bisa memberikan kontribusi ke lembaga, hanya tidak tau bagaimana,” tutup Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia ini saat ditemui, Senin(21/9).n

Literasi Bukan Sekedar Narasi Literasi itu budaya, bukan sekedar membaca, menulis dan berdiskusi.

S

iapa bilang literasi hanya sekedar baca dan tulis? Ungkapan ini keluar dari mulut mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Ibe S Palogai. Baginya, literasi itu sebuah budaya pergerakan. Pergerakan ini semakin muncul di permukaan setelah adanya hasil penelitian yang dibuat oleh Programme for International Student Assessment (PISA). Empat tahun yang lalu, Indonesia menjadi negara kedua terakhir yang terburuk budaya literasinya. Studi ini dilakukan di 65 negara. Selain itu, untuk posisi membaca siswa Indonesia berada di urutan ke

RALAT

PADA terbitan tabloid identitas No. 868 Tahun XLII Edisi Akhir Oktober 2016 halaman delapan dalam berita “Menunggu Kepastian Sanksi” terjadi kesalahan penulisan nama Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik. Nama yang tertulis ialah Edi Suswanto seharusnya Edi Siswanto.

57. Ada lagi data statistik UNESCO yang menuliskan bahwa Indonesia memiliki minat baca hanya 0,001. Sungguh miris melihat hasil penelitian ini. Setelah adanya penetapan ini, entah mengapa serentak bermunculan komunitas ataupun individu yang konsisten bergerak di bidang pengembangan budaya baca. Menanggapi hal ini, Ibe sapaan akrabnya merasa bahwa ini ada pergerakan positif yang harus terus didukung. Baginya, literasi bagaikan sebuah sumbu yang harus disebar dimana-mana. Menurut Ibe, sumbu ini tidak butuh disatukan, cukup kita tau dimana saja ia berada. “Saat terjadi sesuatu dan sumbu ini disatukan, disitulah ada pergerakan yang nyata terjadi,” ujarnya saat diwawancarai, Senin (21/9). Menilik tentang budaya literasi, Unhas sebagai institusi pendidikan punya peran penting dalam penyebarannya. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana budaya literasi yang berkembang di kampus. Penulis sajak ini merasa lembaga kemahasiswaan sudah melakukan bagian dari gerakan literasi. Ia kembali meluruskan bahwa literasi bukan hanya saat berhadapan dengan buku. Keadaan juga sesuatu yang bisa dibaca. “Apa yang dilihat, kemudian mem-

buat kita berpikir, lalu beraksi itulah literasi,” jelasnya. Selama ini mahasiswa sudah melakukan itu. Sebelum turun aksi di jalan, sudah membaca, kemudian konsolidasi sebagai bentuk diskusi dan aksi sebagai bentuk tindakan nyata. Namun, tak selamanya gerakan literasi ini hanya dilakukan oleh mahasiswa yang berlembaga saja. Ibe mengatakan bahwa kini media sosial juga sangat bermanfaat bagi gerakan literasi. Ia mencontohkan saat ada isu yang diperjuangkan oleh mahasiswa. Biasanya ada press release ataupun petisi pendukung yang dibuat dan disebar lewat dunia maya. Saat dibaca dan ada yang mendukung ini sudah termasuk berliterasi. Senada dengan Ibe, Harry Isra yang juga mahasiswa Fakultas Sastra menganggap literasi di kalangan mahasiswa tidak mati. Ia melihat yang terjadi di fakultasnya. Budaya literasi di sana terbangun lewat bacaan, diskusi dan hal lainnya.’ “Jika literasi hidup, maka lembaga juga akan hidup. Sebaliknya jika literasi mati, boleh jadi lembaga mati suri,” katanya saat ditemui di Gazebo Fakultas Sastra, Rabu (23/11). Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris ini

menyayangkan kampus tidak memiliki sistem yang memaksa untuk menggali literasi. Baginya, literasi sangat penting karena tanpanya, bangsa hanya dipenuhi orang yang heroik dan mistik saja. Kesalapahaman tentang arti literasi juga masih terjadi di kalangan mahasiswa Unhas. Misalnya saja, Nurul Fauziah. Mahasiswa Fakultas Pertanian ini masih menganggap literasi sekedar kegiatan yang berkaitan dengan membaca, menulis dan berdiskusi. Namun, ia aktif melakukan diskusi sebagai wadah bertukar pandangan. Pemahaman lainnya muncul dari mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Melisa. Ia melihat literasi lebih jauh kepada potensi yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. “Janganlah terlalu sempit memandang bahwa literasi hanyalah dunia yang mengajarkan membaca dan tulis-menulis,” ucapnya, Jumat (25/11). Banyak cara menyebarkan budaya literasi ini, termasuk memahamkan pentingnya berliterasi kepada civitas akademika. Salah satu cara yang bisa dilakukan ialah saling bertukar buku, seperti yang dilakukan senior kepada mahasiswa barunya. n


laporan utama

potret

identitas identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016 NO 869| TAHUN XLI| EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Lembaga Mahasiswa Harus Berbenah Diri

Saat ini banyak lembaga yang minim peminat, menurut Anda apa penyebabnya ? Bisa jadi karena metode dan pola pengaderan yang dipakai masih konvensional. Pendapat “jangan lihat apa yang lembaga berikan kepadamu, tapi lihat apa yang kamu berikan kepada lembaga� tidak bisa diberlakukan begitu saja. Lembaga itu ada aktornya, ada proses didalamnya. Kalau prosesnya baik, outputnya juga baik. Harus ada konsep yang matang dan terukur. Pengetahuan, skill atau kepribadian apa sebenarnya yang mau diberikan melalui organisasi. Karakter mahasiswa sekarang beda. Semakin banyak ruang pragmatisme. Ini adalah tantangan yang harus dipikirkan serius. Baik tantangan secara internal yaitu minimnya antusiasme berlembaga maupun secara eksternal yakni kebijakan kampus. Sebagai contoh, himpunan

rapatnya terlalu lama sementara ada komunitas yang bisa mewadahi apa yang diinginkan mahasiswa dan lebih fleksibel. Yang lembaga tawarkan masih konvensional. Benar misalnya, nanti ketika kerja skill berorganisasi itu penting tapi sekarang orang mau melihat melihat apa yang ada di depan mata. Lantas, idealnya apa yang harus dilakukan lembaga ? Lembaga banyak yang selalu mengikuti warisan senior dan masalahnya tidak diwarisi tradisi berinovasi, cara menyiasati kondisi tertentu. Tapi ini tidak semua lembaga yah. Lembaga mahasiswa harusnya mulai introspeksi, banyak yang mulai lebih memilih komunitas. Selalu ada komunitas yang sesuai dengan hobi atau minat mahasiswa dan lebih fleksibel. Saat ini era survei. Seharusnya ada survei serius mengenai alasan orang tidak suka berlembaga. Cari tau apa akar masalahnya. Jangan sampai kita hanya mengira-ngira, akhirnya metode yang dibuat juga metode yg dikira-kira. Kalau lembaganya tidak berbenah, tidak menentukan capaian apa yang bisa menjawab tantangan zaman, maka tetap akan fokus pada model-model yang konvensional. Lembaga harus lebih reflektif dan mengerti esensi lembaganya mau apa dan apa yang diharapkan orang dengan bergabung. Jadi ada gagasan yang kita bangun dalam lembaga. Selain itu, ritme lembaga perlu dijaga supaya bisa dipastikan bahwa yang dikerjakan berkualitas. Jangan sekedar jadi. Ada evaluasi. Mahasiswa punya keterbatasan dan banyak urusan yang lain. Kalau ritme tidak dijaga bisa kebablasan. Kaderisasi itu sesuatu yang tidak bisa ditawar. Tapi jangan sampai karena itu malah mengabaikan kualitas. S e -

lain minat berlembaga

Apakah lembaga seharusnya mendukung mahasiswa untuk aktif b e r literasi ? Ya. Apalagi organisasi intra kampus. Namun, lembaga mahasiswa masih sibuk mengurusi bagaimana membangun minat berlembaga. Jangan sampai masalah ini membuat kita kehabisan energi untuk mendesain organisasi yang menurut kita bisa menjawab apa yang menjadi kebutuhan anggota tapi masih memakai model konvensional. Misalnya, rapatnya lama dan selalu telat dari waktu yang disepakati. Padahal ada tantangan lain yang lebih penting, misalnya kita dikondisikan harus cepat selesai karena bayaran kuliah semakin meninggi. Dan opsinya harus cepat selesai, itulah kemudian yang mempengaruhi antusiasme mahasiswa untuk berlembaga. Apalagi mengurusi hal-hal yang lebih spesifik seperti kultur literasi. Tapi saya kira bukan berarti tidak bisa. Saya kira perlu dipikirkan kultur berlembaga sekarang seperti apa baiknya, salah satunya yaitu tumbuhkan gerakan aktif literasi. Bagaimana caranya ? Persoalan kita salah satunya adalah tidak cukup baik mendokumentasikan sesuatu dengan tulisan. Itu saja persoalan yang saya kira harus dijawab organsasi. Bagaimana membangun kultur menulis

Nama lengkap: Zulkhair Burhan TTL: Pongkalaero, 3 April 1981 Riwayat Pendidikan: - S1 Ilmu Hub. Internasional Unhas, - S2 Ilmu Hub. Internasional UGM Pekerjaan: - Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Bosowa Organisasi: - Ketua Himahi FISIP Unhas 2002-2003, Pendiri Kedai Buku Jenny IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

9

Lembaga kampus, salah satu wadah bagi mahasiswa untuk belajar berorganisasi, mengembangkan diri dan membangun relasi. Sayangnya, saat ini banyak lembaga yang kurang peminat. Tak hanya itu, rendahnya minat berlembaga juga seiring dengan rendahnya aktivitas literasi mahasiswa. Berikut wawancara Tim Laput bersama Bobby, Pendiri Kedai Buku Jenny, Rabu (23/11).

yang semakin rendah, dalam melakukan aktivitas literasi pun mahasiswa cenderung kurang aktif. Bagaimana menurut Anda ? Tiga empat tahun belakangan ini, inisiatif literasi itu sebenarnya justru datang dari komunitas-komunitas yang notabene tumbuhnya diluar kampus. Logikanya, harusnya inisiatif itu dari kampus karena kampus kan identik dengan literasi. Maksudnya aktivitas membaca menulis itu bagian dari aktivitas perkuliahan, apalagi oranisasi mahasiswa. Saya kira banyak hal-hal yang harus direspon, isu-isu sosial misalnya. Hanya mungkin literasi belum menjadi kutur yang digiati.

data diri

9

yang baik. Kita arahkan ke hal-hal yang sesuai dengan idealisme yang kita bangun. Harus digiatkan lagi. Contoh, riset itu bagian dari literasi. Esensinya mau mencari tau lebih detail, yang kemudian hasilnya dituliskan. Dan itu yang hilang dari mahasiswa. Fenomena plagiasi kenapa masih marak karena mahasiswa kehilangan semangat untuk mencari tau sesuatu. Lembaga punya kemungkinan besar untuk mengajak anggotanya. Misalnya ada persoalan sosial dikemas dalam bentuk riset dan tulisan. Nah dari situ bisa dipetakan. Apa yang ingin Anda sampaikan kepada lembaga mahasiswa? Saya kira masing-masing lembaga harus paham bahwa urusan literasi itu urusan penting tidak peduli dari jurusan apa. Membaca dan mencatat kehidupan itu urusan penting. Membaca itulah yang mengembangkan iamjinasi. Bertukar pikiran itu akan membuat kita lebih mau bertoleransi ke orang lain dan ke apa saja. Literasi berkaitan erat dengan hasil refleksi terhadap kondisi disekeliling kita. Dilihat, dirasakan, didiskusikan dan ditulis. Bagi saya literasi itu urusan penting sepenting kita memberikan tanda terhadap apa yang sudah kita lewati dalam hidup. Mungkin titdak semua menyadari tapi kita ini hidup ada fase-fasenya. Dan itu harusnya bisa jadi memori yang lekang dalam kehdiupan. Ingatan kita ini kan payah, apa yang kita lakukan sering cepat dilupakan . Bisa jadi salah satu masalahnya karena sejak dini tidak dbiasakan untuk perbanyak diskusi, baca bukan hanya yang berkaitan dengan bidang ilmu yang digeluti misalnya dan tidak dibiasakan. Harusnya lembaga jadi garda terdepan untuk mengembangkan literasi. Mengenai metodenya itu tergantung kreativitas lembaganya.n

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 082196362838 089632301019


10

civitas

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Tak Sekedar Penyambung Lidah Lima belas tahun sudah eksistensi Forbes terasa. Hanya saja fungsinya masih membuat kita bertanya-tanya. Terlebih saat permasalahan UKM meningkat dan penyelesaian konflik macet.

S

Peran Forbes kini memang dirasa sudah cukup baik. Kemudian yang wajib diterapkan Forbes adalah sebagai penyambung lidah antara UKM dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Sejauh ini, koordinator Forbes telah berupaya melaksanakan tugasnya. Segala kendala dan masalah yang dihadapi oleh UKM disampaikan langsung ke WR III Bidang Kemahasiswaan Dr Ir Abdul Rasyid Jalil Msi. Seperti masalah dana Musyawarah Besar (Mubes) yang tidak cair dengan alasan tutup buku. Rahmat membicarakan langsung masalah ini ke WR III. Hingga dicapai kesepakatan antara mahasiswa dengan bidang kemahasiswaan. “Waktu itu kami diberikan waktu dua hari untuk mencairkan dana LPJ,” ujar mahasiswa Fakultas Ilmu Matematika dan Alam ini, Rabu (23/11). Memandang kerja Forbes selama ini, Cido sapaan akrab WR III ini merasa cukup puas. Ia berangapan keberadaan lembaga ini di tengah-tengah UKM sangat penting. “Akan sulit jika semua UKM menghadap ke pihak birokrat, dengan adanya UKM semuanya akan lebih mudah,” Jum’at (25/11). (Belum) Mampu Menjembatani Konflik Menjaga kekompakan antara UKM menjadi salah satu tujuan dibentuknya forum ini. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibuatlah pertemuan secara rutin sebagai alternatif. Sejak dipilih Juli lalu, Rahmat mengaku sudah empat kali adakan rapat dengan para UKM. Yakni saat awal kepengurusan dan tiga kali bulan terakhir ini. Tidak sampai disitu, mengadakan kompetisi antar UKM dirasa mampu mempererat tali silaturrahmi antara UKM. Beberapa tahun lalu forum yang menja-

Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Ketua UKM Bola Ahmad Khalik, baginya ini memang permasalahan antar anggota tanpa melibatkan UKM. Sekali waktu Khalik sempat berniat menyelesaikan masalah ini dengan membicarakannya dengan koordinator Forbes. Sayangnya tidak mendapatkan penyelesaian yang memuaskan. “Alasannya karena ini konflik antar anggota bukan membawa nama UKM, jadi sampai sekarang tidak dipertemukan, meski begitu UKM Bola tidak memiliki masalah dengan UKM PSK,” tutupnya, Kamis (27/10). n Sih/Vit

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

eperti biasa Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) selalu tampak ramai, dengan aktifitas berbeda-beda tiap anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di dalamnya. Hal yang sama nampak pula pada satu ruangan di sudut lantai dua gedung PKM. Ruangan itu tak lain adalah ruangan Forum Bersama (Forbes). Senin 17 Oktober lalu, sejumlah perwakilan UKM tampak berdiskusi membahas masalah perselisihan antar UKM, pengamanan PKM, polemik masa jabatan ketua UKM dan persiapan tudang sipulung yang sempat dilaksanakan beberapa waktu lalu. Setelah dirasa sempat kehilangan peranya, paguyuban yang berfungsi untuk menjalin tali silaturahmi, menjembatani konflik antar UKM bahkan menjadi penyambung lidah UKM ke birokrat dalam hal perbaikan sarana dan prasarana ini kembali menunjukkan taringnya. Ketua UKM Teater Kampus Unhas, Rara Faranita misalnya. Ia berangapan keberadaan Forbes sudah cukup baik.“Perannya sudah agak terasa, meski belum bisa dikatakan maksimal,” ujar Mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi ini, Rabu (16/11). Keberadaan Forum yang berfungsi menjalin tali silaturahmi antar UKM ini pun turut dirasakan oleh Ketua UKM Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (KPI) Husnul Hidayah. Perannya dalam mendengarkan keluhan organisasi mahasiswa ini dirasa cukup baik. Hal yang sama dirasakan pula oleh Ketua UKM Sepak Bola. Eksistensi Forbes dirasakan oleh ketua UKM Sepakbola Muhammad Khalik terlebih saat Unhas Day, Forum ini bekerja dengan cukup baik “Kinerja Forbes saat Unhas Day sudah baik,” ujar Khalik saat diwawancarai Kamis (27/10)

di wadah untuk menjalin silaturrahmi ini tak mampu menjalankan tugasnya meredam konflik. Misalnya, pertikaian antara UKM Search and Rescue (SAR) dan Korps Pecinta Alam (Korpala) yang tak mampu ditangani oleh koordinator Forbes saat itu, Afner N Tandi Rerung. Hingga komisi disiplin dari universitas harus turun tangan menangani kasus ini (identitas edisi awal januari 2013, dengan judul peran yang terlupakan) Hal yang sama pun terulang, perselisihan yang terjadi antara anggota UKM Pantun Seni Kreatif (PSK) dan UKM Bola. Meski berusaha memediasi, namun bagi Koordinator Forbes permasalahan ini adalah masalah pribadi dan tidak melibatkan organisasi. Melihat kejadian ini Rahmat berupaya memediasi antara dua belah pihak. Namun, menurutnya permasalan ini bukan antara UKM melainkan permasalahan pribadi. Senada dengan Rahmat. Ketua PSK, Satria merasa tak bermasalah dengan UKM Bola. Baginya hal ini adalah permasalahan pribadi antar anggota saja. Namun peran Forbes tidak terasa dalam memecahkan masalah ini. “Sampai sekarang permasalahn ini belum menemukan titik terang,” tuturnya, Rabu (16/11).

Latihan: Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Shorinji Kempo Unhas Abdul Rahman bersama anggota lainnya berlatih di lantai dasar Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) 1 Unhas, Rabu (30/11). Seluruh UKM universitas ini diwadahi oleh Forum Bersama sebagai lembaga yang mempersatukan persaudaraan antar anggota UKM.

bundel • Edisi Awal November tahun 1990

Unhas – PT IKI Jalin Kerja Sama

UNHAS bekerjasama dengan PT Industri Kapal Indonesia (IKI) Ujung Pandang. Kerjasama ini berupa rancangan bangunan dan rekayasa meliputi desain, konstruksi laminasi dan pengetesan bahan. Selain itu, Unhas juga mengadakan pelatihan dan konstruksi manejemen serta pemanfaatan fasilitas atau sarana yang dimiliki. Hal ini terlampir pada piagam kerjasama antara Lembaga Pengabdiaan Pada Masyarakat (LPMM) Unhas dengan PT IKI Ujung Pandang yang ditandatangani pada Rabu (7-11) siang di kantor PT IKI. Penandatanganan tersebut dilakukan oleh ketua LPMM Unhas, Prof Ir Samuel Sangka MSME dan Direktur Utama PT IKI Ujung Pandang Ir Hari Ananda, yang disaksikan langsung oleh Rektor Unhas, Prof Dr H Basri Hasanuddin MA. Kerjasama tersebut berlangsung selama lima tahun dan dapat diperpanjang bergantung pada keputusan kedua belah pihak. PT IKI juga akan membantu menyiapkan sarana dan pembinaan kepada dosen muda dan mahasiswa perkapalan saat melakukan praktek kerja lapang. Kemudian kontribusi yang diberikan oleh Unhas adalah membantu PT IKI dengan program pembinaan dan pengembangan manejemen usaha dan sumber daya manusia di lingkunganya. • Edisi Awal November 1981

Parkir di Unhas Sanksi Kurang Jelas SEPINTAS kalau dilihat keadaan parkir di kampus Unhas, kesan pertama adalah semrawut dan tidak teratur. Keadaan ini dapat dijumpai pada beberapa tempat parkir di tiap fakultas. Namun, kesemrawutan itu tidak sama di tiap fakultas. Salah seorang staf Satpam yang dihubungi untuk mengkonfirmasi hal tersebut mengatakan bahwa tempat parkir yang ada di kampus sebenarnya sudah cukup memadai. Namun mahasiswa masih kurang mau mematuhi peraturan yang ada atau dengan kata lain memarkir kendaraan pada tempat yang tidak seharusnya. Beberapa kendaraan tidak diparkir pada tempat yang telah ditentukan. Seperti yang dapat disaksikan pada Fakultas Hukum, tempat yang diperuntukan untuk memarkir kendaraan terlihat kosong namun jalan masuk terlihat sesak dan punuh kendaraan. Hal semacam ini tentu saya tidak hanya ditemui di Fakultas Hukum namun juga pada tiap-tiap fakultas. Kemudian ketika dikonfirmasi mengenai sanksi yang akan diberikan kepada pelanggar, ia merasa dilema. “Disinilah dilema yang kami rasakan, peraturan-peraturan yang dilemparkan kepada kami sangat banyak sedangkan sanksi yang diberikan kurang jelas,” ungkapnya. Lagi pula yang berwenang untuk memberikan sanksi adalah Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan. Petugas keamanan hanya diberikan surat teguran yang tembusanya diberikan kepada Wakil Rektor III. Namun sampai saat ini belum mendapatkan balasan tentang tindakan yang akan diambil. Barangkali hal tersebut yang menjadikan para pelanggar tidak merasa jera karena tidak ada sanki yang jelas. Selain itu beberapa pelanggar tidak mengubris ketika ditegur oleh petugas. n


civitas

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

11

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Janji

Peserta Kuliah Kerja Nyata: Pelepasan mahasiswa KKN Gelombang 93 yang diwaliki oleh sebelas mahasiswa yang berlangsung di Gedung Baruga AP Pettarani Unhas, Kamis (30/6).

B

agi mahasiswa yang tidak termasuk dalam sistem Uang Kuliah Tunggal diharuskan membayar Rp 650.000 sebelum mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pembayaran ini guna menjaga keefektifan proses pengabdian di masyarakat. Kemudian saat di lokasi, biasanya peserta KKN akan diberikan bantuan biaya hidup sebesar Rp 250.000 per orang. Sayangnya pada KKN gelombang 93, biaya hidup hingga kini masih tak diberikan kepada peserta KKN yang berjumlah 628 orang. Andi Muhammad Dzavir, peserta KKN angkatan 2012 mengaku dijanji akan diberikan biaya hidup. “Saya dikasih tau supervisor kalau ada dana mau dikembalikan setelah KKN, khusus angkatan 2012 ke bawah. Tapi setelah KKN nyatanya belum ada, kami masih menunggu kejelasan,” tuturnya, Kamis (6/10). Mahasiwa Fakultas Ekonomi ini bahkan telah mengirim pesan pada Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKN, Dr Hasrullah MA, tapi tidak mendapat balasan terkait janji itu. Sedangkan Zam, peserta KKN angkatan 2010 mendengar informasi pengembalian biaya hidup dari teman-temannya. “Saya dengar cerita-cerita teman. Saya tidak tau kalau ada bahasa dijanji tapi ceritanya orang KKN sebelumnya begitu juga kalau nantinya akan dikembalikan,” ujarnya, Rabu (12/10). Mahasiswa Fakultas Kehutanan ini juga menyinggung pihak UPT KKN. “Saya bahkan sudah lupami karna lama sekalimi. Yang jelas yang menjadi haknya orang lain harus dikembalikan ke orangnya,” tambahnya, Rabu (12/10).

Saya dikasih tau supervisor kalau ada dana mau dikembalikan setelah KKN, khusus angkatan 2012 kebawah. Tapi setelah KKN nyatanya belum ada, kami masih menunggu kejelasan,” tuturnya, Kamis (6/10). Muhammad Rinaldi, peserta KKN angkatan 2011 bercerita bahwa ketika bertanya mengenai pengembalian biaya hidup di UPT KKN, ia tidak mendapat jawaban yang memuaskan. ”Saya tanya kapan cair uangnya, tapi pihak di sana, ada ibu-ibu yang saya tidak tahu apa jabatannya hanya menyuruh saya menunggu,”ujarnya, Sabtu (15/10). Cerita lain dari Mursalim. Peserta KKN Reguler Sidrap ini diberikan harapan pengembalian biaya hidup secepatnya oleh pihak UPT KKN yang tidak ia ketahui nama dan jabatannya. “Saya datang ke UPT langsung tanyakan masalah ini sekaligus kumpul resi pembayaran. Dia bilang Insya Allah se-

cepatnya akan cair, makanya saya suruh kumpul resi yang membayar KKN,” katanya, Sabtu (15/10). Menanggapi keluhan mahasiswa, Kepala UPT KKN Dr Hasrullah MA mengatakan tak pernah menjanji mahasiswa. “Kami tidak pernah berjanji, kami berupaya,” ujarnya, Jumat (7/10). Ia juga mengaku telah menanyakan ke Biro Keuangan. “Saya tanya bagaimana uang pengembalian mahasiswa Rp 250.000, dibilang usulkan dulu (red Rincian dana) keatas, karena uang yang dulu itu lari ke KPN, dan itu harus diminta lagi,” katanya, Jum’at (7/10). Hasrullah lalu menunjukkan rekapitulasi pembiayaan KKN. Tertulis anggaran pengeluaran hanya berjumlah Rp 606.000,00 per mahasiswa. Padahal mahasiswa dikenakan pembayaran Rp 650.000,00 per orang. Lebih lanjut ia mengatakan sementara menunggu konfirmasi dari rektorat bagian keuangan. Ia juga mengaku telah mengajukan rincian dana ke Biro Dana dan Anggaran Masyarakat sebulan yang lalu,” ujarnya, Jum’at (7/10). Mendengar masalah ini, Kepala Anggaran Masyarakat, Yuhanis Sattu menjelaskan bahwa biaya hidup tidak masuk dalam komponen biaya KKN di keuangan. “Selama ini yang dipahami mahasiswa adalah biaya tunjangan hidup, padahal sebenarnya bantuan tunjangan hidup. Tidak boleh kita mengatakan pengembalian, karena tarif pembayaran KKN adalah 650 ribu, persoalan habis tidaknya itu urusan Unhas,” ujarnya Jum’at (7/10). Ia menambahkan bahwa UPT KKN bahkan minus 800 juta pada gelombang 93 kali ini. Sehingga pertimbangannya, bantuan tunjangan hidup mahasiswa digunakan untuk menutupi minus UPT KKN itu.

Pencairan Tak Seperti Dulu lagi Masa KKN gelombang 93 telah lama berakhir. Namun biaya hidup untuk mahasiswa tak kunjung cair.

Namun, ketika diwawacarai kembali, Yuhanis mengatakan bahwa mahasiswa akan diberikan bantuan biaya hidup minggu ini. “Nanti kita kasih UPT KKN, UPT yang menyalurkan ke mahasiswa,” ujarnya, Kamis (24/11) Sayangnya, yang akan disalurkan hanya Rp 44.000 per orang. Yuhanis menambahkan, meskipun bantuan biaya hidup peserta KKN gelombang 93 nominalnya cukup jauh dari yang dijanjikan, namun Hasrullah dan peserta KKN telah menyepakatinya dalam rapat bersama Senat Pertanian dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat. Walau pengembalian bantuan tunjangan hidup telah disepakati antara pihak UPT KKN dan mahasiswa. Namun tak semua peserta KKN hadir di rapat tersebut. Bisa jadi ada yang tidak sepakat. Terlepas dari itu, pengeluaran UPT KKN yang minus 800 juta masih menjadi tanda tanya besar. Mestinya ada transparansi mengenai rinciannya. Yus/Kfd

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.


12

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Keberatan Senat Mahasiswa Fakultas Teknik (SMFT) Unhas Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua semoga senantiasa berada di dalam lindungan-Nya. Kami sampaikan bahwa surat ini kami tulis, berkaitan dengan tersebarnya berita lewat tabloid identitas No. 868 Tahun XLII Edisi Akhir Oktober 2016 halaman delapan dengan judul: Menunggu Kepastian Sanksi. Kami dari pihak SMFT-UH merasa ada beberapa informasi yang keliru atau tidak benar. Kami akan memperjelas berita tersebut secara berturut-turut: 1. Dalam berita tersebut yang membahas tempat penyerangan yang terjadi di sekretariat Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (HMM FT-UH), kami sanggah itu adalah sebuah kesalahan karena secara administrasi sekretariat HMM FT-UH berada di kampus Fakultas Teknik Unhas Gowa.

Tempat penyerangan tersebut tidak ada kaitannya dengan HMM FT-UH. Melainkan bekas ruangan salah satu unit kegiatan mahasiswa di Fakultas Teknik yaitu TOS 09. 2. Narasumber yang dimintai keterangan atas nama Ahmad Sahwawi, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin angkatan 2013. Kami dari pihak SMFT-UH telah mengkonfirmasi dan saudara Ahmad Sahwawi menyatakan tidak pernah memberikan keterangan apapun mengenai kejadian tersebut. Hal ini tentu menyalahi kode etik jurnalistik. 3. Terdapat kesalahan dalam penulisan nama Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (SMFT-UH). Pada berita ini disebutkan nama ketua SMFT-UH disebutkan yaitu Edi Suswanto yang sebenarnya adalah Edi

Siswanto. Hal ini kami nilai ketidakseriusan pihak identitas dalam mengambil keterangan dari narasumber terlebih dari identitasnya. Dari ketiga keterangan di atas, kami dari pihak SMFT-UH merasa dirugikan dari pihak identitas atas berita tersebut. Karena kami menilai terdapat kekeliruan yang tidak bisa diabaikan dalam berita tersebut setelah dirilis. Bersamaan dengan ini kami juga merasa perlu untuk memberikan beberapa klarifikasi terkait permasalahan diatas. Pertama, tidak ada pernyataan secara kelembagaan oleh Himpunan Mahasiswa Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (HMG FT-UH) dan HMM FT-UH untuk melakukan penyerangan dan pengrusakan. Sekalipun benar bahwa yang tertangkap adalah anggota dari himpunan tersebut. Himpunan dalam hal ini telah berusaha mengambil inisi-

atif untuk menyelesaikan permasalahan dengan melakukan pertemuan bersama dengan SMFT-UH serta melakukan penggantirugian atas kerusakan yang ada. Kedua, SMFT-UH senantiasa terbuka dan berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, melihat dari sudut pandang bahwa perselisihan ini adalah gejolak pribadi anggota dan merupakan tanggungjawab lembaga untuk mengawalnya hingga selesai. Perselisihan yang ada telah ditenangkan dan semua telah berbesar hati untuk mencari solusi dari permasalahan ini. Hal ini menunjukkan bagaimana kedewasaan anggota dalam menyikapi permasalahan yang ada. Sekian hak jawab yang kami berikan semoga dapat segera diklarifikasi. Tanggapan Tanggapan identitas terhadap surat yang diberikan SMFT-UH terkait pemberitaan Edisi Akhir Oktober 2016 dengan judul “Menunggu Kepastian Sanksi.” Terkait hak jawab poin kedua, kami rasa telah ada kesalahan komunikasi. Reporter identitas sudah mewawancarai narasumber yang bersangkutan via sosial media Line, Selasa (27/9).n

ipteks

Koneksi Pikiran, Bahasa dan Budaya Punna tau kananna nitakgalak; punna tedong otorekna nitakgalak Manusia kata-katanya yang dipegang; kalau kerbau talinya yang dipegang. UNGKAPAN masyarakat Makassar itu, menggambarkan fenomena eksistensi manusia yang tercermin dalam perilaku verbalnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai budaya, kepribadian suatu bangsa tercermin dalam bahasa. Kehidupan sosial manusia tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Jika tidak ada bahasa sebagai medianya. Penggunaan pun dipengaruhi nilai-nilai budaya, dan akal budi yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Kajian terhadap hubungan tripartit antara pikiran, bahasa, dan budaya ini akhirnya mengantarkan Prof Dr M Tajuddin Maknun SU meraih gelar guru besarnya. “Ketiga hal itu adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,” tuturnya. Menurut Profesor Bidang Linguistik ini, tiga entitas tersebut menyatu dalam diri manusia. Baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Tak dapat saling dipisahkan. Ia mengkajinya melalui perspektif multidisiplin ilmu, seperti Antropologi, Linguistik, Semiotik, Psikologi, dan Sosiologi. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya ini, mengemukakan bahwa pikiran, akal, atau daya ingat dipakai untuk merefleksi segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri atau pun lingkungan sekitar. Baik pada masa kini, masa lalu, maupun masa depan. Prosesnya melalui penginderaan terhadap suatu objek. Lalu mengarah ke persepsi, pemberian makna terhadap stimulus inderawi agar kita mendapatkan pengetahuan baru. Kemudian, akan menjadi memori yang menyimpan dan

memanggil kembali informasi. “Mulai dari hal itu, pikiran dan akal budi jadi pilar utama, yang mendukung berkembangnya potensi bahasa dan budaya seseorang,” papar Alumnus Lingustik UGM ini. Bahasa, sebagai realitas sosial tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Sebab salah satu wujudnya berupa bunyi, yang digunakan sebagai media interaksi sosial antarsesama manusia. Untuk menyampaikan makna, ide sesuai konteks situasi dan sosial budaya tertentu. Bahasa adalah representasi dari pikiran. Namun kadang, kita berada pada situasi antara berpikir menggunakan bahasa, ataukah berbahasa dengan pikiran. Dengan kata lain, bahasa berpengaruh terhadap pikiran seseorang, sementara pikiran pun jadi penentu kualitas kebahasaan seseorang. Jika dihubungkan antara bahasa dengan kebudayaan, akan ditemukan relasi sederajat yang membuat suatu kenyataan dapat terpahami. Bahasa sebagai bagian sistem komunikasi, hanya akan punya makna dalam kebudayaan yang jadi wadahnya. Jadi tiap kosakata yang akan diucapkan, harus sesuai dengan konteks sosial budayanya. Dalam orasi ilmiah pengukuhan gelar guru besarnya, Tajuddin memberikan contoh keterkaitan antara tiga entitas itu. Misalnya, hasil pikiran atau ide yang dituangkan melalui media bahasa. Menghasilkan produk budaya atau hasil karya manusia, seperti naskah, teks, atau puisi.

ILUSTRASI/ISTIMEWA

Pada proses penciptaan karya tersebut, membutuhkan aktivitas mental yang cerdas. Maka diperlukan kompetensi pikir yang kuat. Baik dalam memori pengalaman, konseptual, dan kata. Memori pengalaman yang kuat, membuat seseorang dapat merekonstruksi apapun yang telah dialaminya. Lalu memori konseptual, mengarahkannya untuk menyusun pengalaman itu secara kiasan maupun menganalogikannya. Terakhir, konsep itu dirumuskan melalui media bahasa. Dan jadilah sebuah karya, yang bila akan disampaikan kepada orang lain selalu dikaitkan dengan sistem budaya yang berlaku. “Hal itu membuktikan bahwa pikiran, bahasa, dan budaya memiliki hubungan satu sama lain yang erat. Ketiganya, satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan untuk membangun kenyataan dan mencerminkan penutur bahkan kepribadian sebuah bangsa,” tuturnya menyimpulkan pidato, Kamis (13/10). n Riyami


cerpen

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Hanya Mengagumi Oleh: Suradin

Ah… sudahlah aku hanya bisa mengaguminya. Batinku membanting. Kalau pun aku punya niat untuk memilikinya nampaknya aku harus putar otak seribu kali. Untuk hal yang terakhir ini aku memiliki kekhawatiran yang cukup beralasan. Setelah nonton film uang panai beberapa hari yang lalu, memberikan gambaran sekilas bagaimana seorang lelaki mengumpulkan lembaran rupiah untuk dapat meminang pujaan hatinya. Sepertinya diriku terlebih sebagai perantau kalaupun ada keinginan seperti lelaki tersebut tentu akan melewati jalan yang cukup terjal. Aku belum beranjak dari tempat dudukku. Masih menatapnya walau sesekali berpaling ke tembok gedung yang angkuh di sampingku. Terbesit kekhawatiran di pikiranku jika ia mengetahui bahwa aku sedang memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan sebagai laki-laki normal yang mengagumi seorang perempuan dengan wajah dan penampilannya yang anggun. Sesekali senyuman merekah dari bibirnya kala ia bersenda gurau dengan teman duduknya, semakin menunjukkan ia layak mendapat predikat cantik dari lelaki seperti diriku. Tapi kamu jangan cepat-cepat menjustifikasi bahwa aku lelaki yang mudah mengagumi seorang perempuan. Kamu harus tahu bahwa mungkin ini kali pertama aku menganggumi perempuan seperti dirinya. Ia begitu mengalihkan duniaku, pikiranku, bahkan telah menyedot perhatianku beberapa hari belakangan ini. Apakah kamu masih belum percaya? Atau mungkin kamu bisa membantuku untuk meyakinkanmu bahwa dia perempuan yang layak untuk dikagumi. Kalau kamu punya pengalaman seperti ini, mungkin kamu bisa berbagi denganku. Membantuku. Jika kamu masih belum percaya bahwa ia perempuan yang layak diberi predikat cantik, kamu bisa datang di depan Sekretariat Himpunanku, tepatnya di Lantai Dasar dekat mace men-

jual, di fakultas yang teman-temanku sering plesatkan dengan sebutan fakultas buaya. Sebaliknya, jika kamu tidak punya perempuan yang bisa kamu kagumi seperti diriku saat ini, aku berharap kamu punya sedikit waktu untuk mendengarkan ceritaku. Mungkin saja cerita ini dapat memberikan manfaat bagimu di masa yang akan datang. Kamu jangan khawatir tidak ada snack yang bisa kamu cicipi ketika sedang mendengarkan aku cerita. Itu hal mudah bagiku. Sekali lagi, aku harus jujur padamu, bahwa aku benar-bemar mengaguminya. Andaikan aku seorang laki-laki yang memiliki keberanian yang cukup untuk datang menyapanya. Tentu ada banyak hal yang ingin kusampaikan dan kutanyakan padanya. Aku akan memberitahukan bahwa wajahnya sangat cantik, kerudung yang ia kenakan sangat bagus, dan bahkan akan kutanyakan berapa harganya, dimana ia biasa berbelanja atau apakah itu hadiah ulang tahun dari pacarnya. Jika itu benar hadiah dari pacarnya, ohh nampaknya aku belum siap mendengar jawaban tersebut. Kamu bisa saja menuduhku sedang jatuh cinta kepadanya. Kalaupun engkau berpendapat seperti itu, aku tidak ingin menanggapinya. Sebab engkau pasti tahu bahwa seorang lelaki normal tentu akan jatuh cinta pada perempuan. Tapi kamu juga harus tahu bahwa itu adalah naluri seorang laki-laki. Mengagumi perempuan cantik, menilainya dari rambut, dari cara ia berjalan, dari pakaian yang ia kenakan, bahkan dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Sebagai lelaki aku juga memiliki penilaian yang sama. Tapi tunggu dulu, perempuan yang aku kagumi ini mengenakan jilbab sehingga aku sulit melihat rambutnya. Aku harap kamu jangan menyuruhku untuk menanyakan bagaimana bentuk rambutnya. Kamu harus tahu bahwa aku belum punya keberanian untuk melakukannya. Terlebih, aku belum benar-benar mengenalnya dengan

baik. Jika hal itu aku lakukan mungkin dia marah padaku. Bisa jadi aku mendapat sumpah serapah dari banyak perempuan karena menanyakan bentuk rambut seorang perempuan yang belum dikenalnya dengan baik. Tiga menit berlalu, sempat masih dalam pengawasanku ia beranjak dari tempat duduknya dan mengayunkan kakinya menuju mace menjual. Sebelum sampai tujuan, ia sempat melewati tempatku duduk. Inginku menyapa, tapi mulut seolah terkunci, pikiranku mencoba mencari sapaan yang tepat namun tak kunjung ditemukan. Ia pun berlalu begitu saja. Walaupun aku sempat mencuri pandang pada wajahnya yang nan cantik, namun aku yakin dia pasti tidak mengetahui aku memendam kagum padanya. Kagum akan semua yang melekat padanya sehingga terasa sulit aku mencari alasan lain untuk tidak berpendapat seperti itu. Mungkin kamu punya pendapat yang berbeda tentang perempuan tersebut, nampaknya akan terasa sulit bagimu untuk meyakinkanku saat ini walaupun pendapatmu cukup mudah dimengerti oleh semua orang. Aku tahu kamu akan memiliki pendapatmu sendiri setelah melihat perempuan tersebut. Tapi untuk melihatnya kamu harus datang di depan himpunanku, dikala sore senja menyapa, dikala malam menunggu berakhirnya siang, tentu dikala aku ada di depan himpunan dan akan memberitahukan kepadamu tentang perempuan yang kumaksud. Tapi aku harus ingatkan kepadamu, jangan sampai engkau jatuh cinta kepadanya. Jika itu terjadi, tentu kamu akan berurusan denganku. Sebab, akulah yang duluan dan kamu belakangan. Tapi jika ia sudah memiliki tambatan hati yang lain, tentu aku dan kamu hanya bisa mengaguminya.n Penulis Adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

13

puisi Ironi WAKTU masih tetap berjalan Langkah kaki kecil itu memilih untuk tetap berjalan Mencari sebotol rejeki di pinggir jalan Demi hidup esok hari Deretan benda-benda berkilauan terpajang Menghiasi dinding-dinding rumah sang tikus-tikus gedung bertingkat Anak-anaknya menghamburkan kekayaan sana-sini Kehidupannya dipenuhi dengan kesombongan IRONI terjadi dimana-mana Seperti sudah menjadi pemandangan umum Orang kaya makin kaya, orang miskin makin miskin Kejujuran telah dibeli oleh kekayaan Tapi roda kehidupan tetap masih berputar Kaki kecil itu masih tetap berjalan mencari rejeki Hidup dalam ironi bentukan dari para perwakilannya Dan ironi ini bagaikan racun yang sudah menggoroti pemerintahan Perlahan tapi pasti akan menambah derita rakyat yang tertindas dinegaranya sendiri.n Ayu Amriani Jurusan Ilmu Tanah Angkatan 2013

Kita dan Hujan Hujan hari ini membasahi kita, Akankah turun lagi, Akankah sama lagi derunya di langit atas, Akankah ada kita lagi di bawah tetesannya. Hujan bisa turun kapan saja, Saat awan terkondensasi, Kadang juga tiba-tiba saat kita sedih. Tapi hujan turun hari ini dengan derasnya, Seolah-olah ingin terus jadi pengingat kita. Tentang persahabatan, Tentang awal masa hitam-putih Tentang masa kini dan tentang masa mendatang yang akan menjadi tentang kenangan kita. Akankah kita akan teringat lagi, Oleh hujan hari ini Di kota Maros, 10 Nopember 2016. Saat kita terjebak karenanya Di Mushallah di sudut kota. Nur Ramaliani Samsul Jurusan Biologi Angkatan 2012


14

resensi

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

Dedikasi Sang Pemula

Judul Buku: Sang Pemula Penulis: Pramoedya Ananta Toer Penerbit: Hasta Mitra Tahun Terbit: 1985 Tebal: xiv+418 hal. SAMPAI hari ini, mungkin tak banyak yang mengenal sosok Raden Mas Tirto Adhi Soerjo (TAS). Bukan hanya di kalangan masyarakat, bahkan di kalangan mereka yang dikata sebagai insan pers. Sep-

ertinya tak banyak yang mengenalnya. Mari sejenak menengok lembaran “Sang Pemula” karya Pramoedya Ananta Toer. Sebuah bukti bahwa dengan menulis, kita tak akan dilupakan dan terlupakan oleh sejarah. Tulisan semi autobiografi ini, telah membongkar kesengajaan C Snouck Hungroje dalam menghilangkan jejak TAS dalam rujukan penulisan sejarah bangsa ini. Dan lewat buku ini, Pram meletakkan kembali kedudukan Tirto yang sebenarnya. Walaupun terlihat ada sedikit kemiripan dengan “Bumi Manusia”, dari sisi tokoh maupun latar belakang. Buku ini tetaplah sebuah bentuk pengisahan yang berbeda dari keempat tetralogi Pulau Buru yang ditulisnya. Setebal 418 halaman, Pram membagi isi buku menjadi tiga. Bagian pertama berisi tulisannya sendiri, yang mengantarkan pembaca berkenalan dengan tokoh yang bernama kecil Djokomono ini. Bagian kedua, kumpulan karyakarya jurnalistik Tirto Adhie Surjo. Terakhir, menampilkan beberapa fiksi dari Sang Pemula. Walaupun beberapa bagian kurang sempurna sumbernya. Karangan fiksinya itu berkaitan dengan kehidupan sosial saat itu. Seperti kehidupan pergundikan para nyai, yang menjadi simpanan para pejabat Belanda atau pegawai negeri pribumi. Membaca tulisannya, akan menghadapkan kita pada tulisan yang cukup padat, bernas dan mampu jeli memotret kondisi sosial saat itu. Dalam karya ini, dijelaskan bahwa

Scripta manent verba volant. Tulisan itu abadi, sementara lisan cepat berlalu bersama derai angin.

sosok TAS adalah generasi yang ingin mandiri dan terbebas dari feodalisme keluarga. Tidak ingin menjadi pegawai negeri dan lebih memilih hidup sebagai jurnalis. Hingga pada 1903, ia mulai mengelola Soenda Berita, pers nasional pertama yang dikelola dan dimodali oleh pribumi. Tak hanya itu, perjuangannya membela bangsa makin menyala saat menjalankan surat kabar Medan Prijaji, 1908. Selama menjadi jurnalis, TAS diniliai tegas dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dan membantu advokasi hukum kaum tertindas kala itu. Ia mengembangkan pers sebagai media artikulasi kepentingan masyarakat dan kontrol sosial. Dan itu membuatnya sempat diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Namun itulah yang membuatnya disegani. Panggilan jiwa jurnalisnya, juga membawa dirinya aktif dalam dunia pergerakan politik dan mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI). Yang tujuannya untuk mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan melalui kegiatan usaha kelompok. Selain itu, ia pun mendorong pengembangan lembaga keuangan dalam skala kecil guna melayani permodalan masyarakat. Tak sampai di situ, TAS juga menyongsong terwujudnya emansipasi wanita di bidang pendidikan, ketenagakerjaan dan kehidupan sosial lainnya. Yang saat itu sedang berkembang, sejalan dengan “politik etis” yang dicanangkan oleh Van Deventer. Disadari atau tidak, kadang kala kita

begitu terkagum pada sosok yang terkenal dalam sejarah kemerdekaan bangsa ini. Seperti Sukarno, Hatta, dan Syahrir contohnya. Namun kita pun hampir lupa pada lelaki kelahiran 1880 ini. Tokoh yang dengan langkah demi langkah perlahannya membentuk jati diri kebangsaan pada masa pergerakan. Membaca karya Pramoedya ini, kita akan menyingkap tabir. Inisiator SDI bukanlah Haji Samanhudi. Seperti yang tertulis dalam buku-buku sejarah yang disajikan untuk siswa SD-SMA saat ini. Melainkan RM TAS, yang juga mantan anggota Boedi Oetomo. Melihat pergerakan TAS, Pramoedya berpendapat bahwa tidak cukup jika kita hanya menghargainya sebagai bapak pers nasional. Sebab, sejatinya TAS salah satu tokoh perintis pergerakan Indonesia. Ia menganggap Tirto tidak banyak dikenal sebagai tokoh pergerakan, sebab informasi tentangnya di sembunyikan atau dihilangkan oleh intel penyusup Belanda. Banyak kiprah Tirto yang dapat ditelaah melalui buku ini. Pram pun tak lupa menyantumkan sumber-sumber relevan yang berhubungan dengan tulisannya. Bahkan karya Tirto dibingkainya dan diurutkan berdasarkan tanggal pemuatan di media cetak pada masa itu, dalam buku ini. Walaupun belum lengkap sempurna. Maklum saja jika beberapa arsip korannya telah hancur. Tertarik dengan perjalanan hidup Sang Pemula? Selamat membaca!n Riyami


kampusiana

identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

15

ASSOCIATION Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) Unhas mengadakan Makassar Youth Speak Forum, Sabtu (19/11). Mengangkat tema Setting Mindset to Fight Poverty, kegiatan ini bertujuan agar komunitas mahasiswa dapat menyikapi soal kemiskinan di Sulawesi Selatan. Berlangsung di Auditorium Amiruddin Fakultas Kedokteran, kegiatan ini dibuka oleh Wakil Walikota Makassar, Ir H Mohammad Ramdhan Pomanto. Menghadirkan tiga narasumber yakni Andi Appi Patongai selaku Ketua Regional 1000 Guru Sulsel, Rachmat Almiarrif selaku Owner Browcyl Makassar dan Rifki Sya’bani selaku Manager Corporate Social Responsibility (CSR) dan Environment Telkomsel. Sebanyak dua belas komunitas hadir yakni Blood for Life id, Sokola Kaki Langit, Rumah Harapan, Aksi Indonesia Muda, 1000 Guru, Sobat Lamina, Sahabat Indonesia Berbagi (Sigi), Komunitas Pencimta Anak Jalanan (KPAJ), Asian Law Student Association (ASLA), Makassar Berkebun, Asian Medical Student Association (AMSA) dan Makassar Movement. “Semoga dengan pertemuan ini para pemuda dapat menyikapi kemiskinan,” ujar Muhammad Nurfauzan R, ketua panitia, Sabtu (19/11). n(M43) UKMF Kukuhkan Anggota Baru dengan Pameran Foto UNIT Kegiatan Mahasiswa Fotografi (UKMF) Unhas mengadakan pameran pojok di Baruga Pangerang Pettarani, SeninJumat (14-18/11). Kegiatan tahunan ini dilakukan sebagai ajang pengukuhan anggota baru UKMF. Dengan mengusung tema “Eyenfinite”, pameran ini memamerkan karya sebanyak 105 dari 35 anggota UKMF. Kegiatan ini juga mengundang komunitas rumah foto dan beberapa universitas di Makassar seperti Universitas Muslim Indonesia (UMI), Universitas Negeri Makassar (UNM), dan Universitas Fajar (Unifa). Muhammad Zulfikar selaku ketua panitia pameran menuturkan adanya pameran ini sebagai langkah awal bagi anggota baru. “Saya berharap, anggota baru UKMF ini tetap selalu semangat dalam berkarya karena ini masih langkah awal,” ujarnya. n(M38) Calon Anggota Baru UKM KPI Wajib Buat PKM-GT UNIT Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) mengadakan technical meeting di LT 3 Gedung MKU sebagai salah satu agenda dari Open Recruitment, Ahad (06/11). Kegiatan yang mengusung tema “Mewujudkan Budaya Ilmiah Melalui Regenerasi Kader yang Kompeten, Profesional dan Kontributif” ini dihadiri 176 calon anggota UKM KPI. Peserta sebelumnya telah lolos seleksi berkas dengan beberapa indikator penilaian, seperti konsep diri dan loyalitas berlembaga. Perekrutan ini memang menekankan pada kualitas dan kuantitas. Tujuan pertemuan ini untuk menjelaskan secara teknis tahap kedua yang akan dilalui oleh calon anggota KPI yang baru. Diantaranya diwajibkan untuk membuat Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan

IDENTITAS/MUSTHAIN ASBAR H

AIESEC Gelar Makassar Youth Speak Forum Peduli Kemiskinan

Menari: Conficius Tour Perfomance 2016 berlangsung di Gedung Baruga AP Pettarani Unhas, Kamis (24/11). Kegiatan ini dalam rangka memeperkenalkan pesona budaya dan sejarah Cina. Acara dihadiri oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Central China Normal University Mr Koon.

Tertulis (PKM GT). Selain itu, loyalitas berlembaga juga masih menjadi indikator penilaian dalam tahap kedua ini. Calon peserta akan dibagi kepada 35 fasilitator yang berkompeten untuk mendampingi mereka dalam pembuatan PKM GT selama dua minggu. Hal tersebut dilakukan dengan harapan open recruitment kali ini langsung memiliki output yang jelas yaitu karya. Fachruqi Waris selaku Ketua Panitia berharap tahap kedua ini dapat diikuti dengan serius oleh calon anggota baru dan aktif dalam pembuatan PKM-GT. “Saya berharap teman-teman yang lulus dapat lebih serius dan memperhatikan hal-hal yang harus dikerjakan selama dua minggu ini,” harapnya, Ahad (6/11). n (M04)

Mahasiswa FEB Belajar Ekonomi Digital di Telkom FAKULTAS Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas mengadakan company visited dan kuliah umum di PT Telkom, Kamis (10/11). Kegiatan yang bekerjasama dengan PT Telkom Regional 7 Makassar ini diikuti oleh mahasiswa Jurusan Manajemen dan Akuntansi yang didampingi oleh Dosen Manajemen, Dr Andi M Nur Bau Maseppe MM. Andi dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada pihak PT Telkom Regional 7 atas kerjasamanya. “Kita kalau kuliah saja bagaikan makan sayur tanpa garam, jadi kita juga harus kenal seperti apa dunia industri bukan sekedar teori di kelas saja,” kata Andi menutup sambutannya, Kamis (10/11). Kunjungan perusahaan ini menghadirkan pemateri Kepala PT Telkom Regional 7, Mohammad Firdaus. Dalam kuliah umum yang berlangsung selama tiga jam ini, mahasiswa diperkenalkan peta wilayah Telkom hingga anak perusahaan Telkom itu sendiri, serta ekonomi digital 2020 mendatang. Saat ini Telkom tengah mengajak para pelaku Usaha Kecil Menengah baik di kota ataupun di pedesaan untuk masuk pada ekonomi digital. Firdaus berharap agar mahasiswa FEB Unhas dapat mengetahui gambaran dari adanya ekonomi digital. “Saya harap dari pertemuan ini mahasiswa dapat gamba-

ran bagaimana ekonomi digital tersebut,” katanya, Kamis (10/11). (Dya) Pertemuan Pimpinan Lembaga Perguruan Tinggi Kehutanan Se-Indonesia TAHUN ini, Unhas menjadi tuan rumah untuk Lokakarya Pengembangan Kurikulum Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi Kehutanan (ForeTIKA), Rabu (23-24/11). Bertempat di Aula Fakultas Kehutanan, kegiatan ini diikuti oleh 41 perguruan tinggi negeri maupun swasta seluruh Indonesia. Pertemuan dua hari ini membahas penyamaan kurikulum inti yang akan digunakan Fakultas Kehutanan se-Indonesia. Hadir Ketua ForeTIKA yang juga merupakan Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr Ir Rinekso Soekmadi M Sc F. Dr A Mujetahid S Hut MP selaku Ketua Panitia berharap setelahnya pertemuan ini akan ada kesepahaman kurikulum. “Kita mau ada kesepemahaman kurikulum, mulai dari metode pembelajaran hingga profil lulusan kehutanan nantinya, semoga besok sudah bisa dicapai mufakat,” harapnya saat ditemui, Rabu (23/11).(Vit) Welcome 09 Teknik Gelar WISAC WELCOME 09 Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Unhas kembali menggelar Welcome 09 Interactive Seminar and Competition (WISAC), Jumat-Minggu (25-27/11). Kegiatan yang diadakan di Kampus Fakultas Teknik Gowa ini terdiri dari seminar mengenai Indonesia for Sustainable Country in Youth of Today. Selain itu juga ada beberapa lomba seperti story telling mengenai The Hero Inside Me, pidato tentang Political, Economic, Social and Environment Strategies to Develop Indonesia dan lomba debat. Dari ketiga lomba yang diadakan sebanyak 28 tim yang ikut bertanding. Diantaranya mahasiswa se Makassar-Gowa untuk lomba debat dan lomba lainnya untuk siswa SMA se Makassar-Gowa. Kegiatan ini diadakan untuk memberi solusi taktis kepada generasi muda yang menjadi pemimpin Bangsa Indonesia nantinya. “Semoga kegiatan ini mampu menyebarkan energi positif ke generasi muda untuk turut berkompetisi dan in-

teraktif terlebih untuk mahasiswa Teknik Unhas,” harap Mir’ah Tamrin selaku Ketua Umum Welcoe 09. (Ask) Mahasiswa Teknik Geologi Unhas Juara 1 Lomba Poster di Jambi TIM dari Teknik Geologi Unhas berhasil meraih juara 1 lomba poster dalam Festival Sains dan Teknologi di Universitas Jambi, Sabtu (26/11). Dalam lomba, tim yang terdiri dari Sudirman, Siti Waiyah dan Anugrah Syafi’i berhasil mengalahkan 20 tim lainnya. Mengangkat tema Geotermal, ketiga mahasiswa angkatan 2014 Teknik Geologi ini mengambil judul poster “Identifikasi Suhu Bawah Permukaan Daerah Banda Baru, Kecamatan Amahai Provinsi Maluku Tengah”. Mereka melakukan penelitian ini untuk mengetahui kedalaman dari batuan penyimpan air panas atau resorvoar. Meskipun ada kendala dana saat berangkat menuju lokasi lomba, tim ini tak menyerah dan membuktikan bisa memberikan yang terbaik. Hal ini berkat dukungan dari Ikatan Alumni Teknik Geologi. “Semoga kalau ada kegiatan lomba seperti ini pihak universitas atau fakultas ada sumbangsih dalam bantuan dana,” harap Siti Waiyah saat diwawancarai, Minggu (27/11).(Ask) MSDC Unhas Pantau Terumbu Karang di Tiga Pulau DASAR Lautku, masihkah kamu dihiasi Terumbu karang? Itulah tema yang diusung oleh Marine Science Diving Club (MSDC) Unhas dalam kegiatan Reef Check tahun ini, Sabtu-Minggu (26-27/11). Setelah pembukaan yang diselenggarakan di ruang Sidang FIKP Unhas, para anggota MSDC yang berjumlah 25 orang melanjutkan perjalanan pemantauan terumbu karang di tiga pulau, yakni Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi dan Pulau Samalona menggunakan Kapal Phinisi Makassar. “Semoga Reef Check tahun ini berjalan dengan lancar sampai dengan persentasi hasil, dan semoga data yang didapatkan bisa menjadi data yang terpercaya serta akurat,” harap sheryl Alprianti selaku ketua MSDC Unhas, Sabtu(26/11).(Arn)


jejak langkah lintas Coto Jadi Inspirasi Menulis Puisi identitas

NO 869 | TAHUN XLII | EDISI AWAL NOVEMBER 2016

BERAWAL dari hadiah berupa buku puisi yang diberikan gurunya ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Alfian Dipahattang mulai tertarik dengan dunia sastra dan kemudian mulai mengasah kemampuan menulisnya. Hasilnya, puisi- nya yang berjudul “X”dan kuludahi Cassanova berhasil dimuat di Radar Bulukumba. Itulah yang dijadikannya motivasi untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuannya menulis. Setelah lulus, Fian kemudian memilih melanjutkan pendidikan di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar untuk kembali mengasah kemampuannya di bidang sastra. Namun dua tahun kuliah disana, ia merasa wadah untuk mengembangkan bakat menulisnya masih minim. Beberapa karya dari tulisannya sudah pernah di terbikan di beberapa media. Seperti, Harian Fajar dan Penerbitan Kampus identitas Unhas. Meski tulisan Fian pernah ditolak namun semangatnya tidak pernah pudar, sebab dukungan dan semangat selalu mengalir dari orang tuanya. Akhirnya pada tahun 2014, lelaki yang berasal dari Bulukumba ini membulatkan tekad untuk mendaftarkan diri di Unhas. Alasannya, sosok yang menjadi inspirasinya yaitu Aslan Abidin merupakan alumni Unhas yang sangat berbakat dalam dunia sastra. Fian mulai mengenal dan membaca karya puisi Aslan sejak masih duduk di bangku SMA. Ia berharap di Unhas ia akan mendapatkan wadah untuk mengembangkan kreativitas menulisnya. Impiannya pun tercapai, masuk pada 2016, Fian berhasil menulis satu buku kumpulan puisi yang berjudul “Semangkuk Lidah”. Dari judulnya dapat ditebak kalau isinya berbau kuliner. Ia mendapat inspirasi menulis puisi dari

pengalamannya saat menikmati coto Makassar. “Saya merasa bahwa coto Makassar itu bisa dijadikan sebagai bahan untuk menulis puisi, pengalaman menikmatinya saya anggap sebagai riset kecil-kecilan sembari membaca buku dan artikel,” ujarnya, Sabtu (22/10). Anak bungsu dari dua bersaudara ini kemudian menghabiskan waktu empat bulan untuk menulis 44 puisi. Baginya, menulis puisi merupakan media yang paling tepat untuk merangkum setiap pengalamannya, salah satunya saat dia menikmati coto Makassar. Karyanya dalam buku “Semangkuk Lidah” meskipun didominasi oleh coto, namun juga berbicara juga tentang ibu dan ayah, peralatan dan bahan-bahan di dapur, dan masa lalu. Penulis harus banyak membaca. Itu diterapkan Fian. Dalam setahun, 30 sampai 40 buku menjadi bahan bacaannya. Tak hanya itu, ia selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuan menulisnya. Meski tulisannya sering ditolak, namun semangatnya tidak pernah pudar sebab dukungan dan semangat selalu mengalir dari orang tuanya. Alhasil, beberapa karyanya pernah diterbitkan di beberapa media, seperti Harian Fajar, Koran Tempo dan Penerbitan Kampus identitas. Prestasinya yang lain yakni karyakaryanya termuat dalam buku Antologi Pemenang Lomba Menulis: Jejak Sajak di Mahakam, Lanjong Art Festival 2013 (Yayasan Lanjong Kutai Kartanegara, 2013), Kisaeng (Edukasi Press, 2014), Ground Zero (Diva Press, 2014), 175 Penyair dari Negeri Poci 6, Negeri Laut (Kosa Kata Kita, 2015), Gelombang Puisi Maritim (Dewan Kesenian Banten Satelit New Book, 2016) Rumah Pohon 100 Dermawan

Bahasa Ngopinyastro (Interlude, 2016) dan Pasie Karam. Temu Penyair Nusantara pada Pekan Kebudayaan Aceh Barat 2016, menerbitkan buku antologi puisi bersama Penyair Muda Makassar, Benang Ingatan (Indie Book Corner, 2016). Disisi lain, anak dari pasangan Amiruddin Angga dan Sitti Nurhaedah ini, juga aktif dalam berbagai organisasi. Seperti Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia Unhas, Kata Kerja, Pembatas Buku, dan Unit Kegiatan Mahasiswa Seni UNM. Selain itu, Fian juga mendirikan Komunitas Lego-Lego. Tujuannya untuk mendorong m a h a s i s w a mencintai dunia sastra. Meski saat ini komunitas yang didirikannya masih berpindah-pindah tempat, Fian tetap berupaya untuk menambah koleksi buku di komunitas tersebut. Besar harapannya agar karyanya dibaca oleh orang. Dalam waktu dekat ini ia akan menghabiskan waktunya untuk meriset sebagai bahan untuk menulis. “Saat ini saya sedang mengerjakan manuskrip untuk satu puisi, sementara masih diperbaiki. Semoga nanti ada penerbit yang bisa bekerjasama untuk menerbitkan karya saya,” tutur Fian saat ditemui di Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Sabtu (22/10).n Sriwidiah Rosalina Bst

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

16


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.