Identitas Edisi Khusus Desember 2016

Page 1

identitas

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Kebebasan tak melulu tanpa batasan, justru kebebasan yang sebenarnya adalah kebebasan yang penuh dengan rasa tanggung jawab. Lanjut hal 12

Kebebasan Terbentur Aturan


2

twitter

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

karikatur

tajuk

kabar Unhas @identitasonline Seorg pegawai Unhas jadi calo u/ msuk ke Fak.Kedokteran Unhas tlah ditetapkan tersangka dgn kasus penipuan.Ad 19 korban.Apa tnggapan Anda ?

Manusia Bebas yang Bertanggungjawab

Permas B M ‫@‏‬permasgia Kalau jadi calo masuk fakultas yang diinginkan tapi ga nipu gimana min hehe

Lebih baik mati berjuang untuk kebebasan daripada menjadi tawanan semua hari-hari kehidupan Anda. KUTIPAN dari Bob Marley ini berpesan kepada kita untuk menengakkan kebebasan dalam hidup. Kebebasan sangat dibutuhkan bagi negara Indonesia yang beragam penduduknya. Bebas mengeluarkan pendapat, mendapatkan informasi dan memperoleh perlindungan dibutuhkan untuk menjaga keutuhan negara. Namun, kebebasan ini juga perlu batasan hingga tak kebablasan. Berbagai aturan sudah dibuat, mulai dari kesepekatan dunia hingga kedaerahan. Kita punya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Duham) PBB yang membahas bagaimana bentuk kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam pasal 19. Selain itu, juga ada Kovenan atau Kesepakatan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik. Sedangkan, negara kita sendiri punya Undang-Undang (UU) RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Aturan-aturan ini kemudian, belum mampu membuat manusia menjadi bebas. Banyak peristiwa dimana seseorang tidak dapat mengeluarkan pendapatnya. Apalagi belakangan ini, internet menjadi salah satu media yang sangat mengancam kebebasan berekspresi. Enam tahun lalu, kita dikagetkan dengan kasus Prita Muliasari yang hampir saja berdiam di balik jeruji besi hanya karena mengirim email keluhan kepada temannya mengenai pelayanan di Rumah Sakit Omni Internasional. Isi pesan elektroniknya pun dibahas hingga ke meja hijau karena dianggap melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronika (UU ITE). Kini, masih segar dalam ingatan kita. Yusniar, seorang ibu rumah tangga yang dituntut oleh seorang anggota DPR Jeneponto karena statusnya di akun Facebook. Tuntutan ini dilayangkan ke pengadilan karena dirasa mencemarkan nama baik sesuai dengan isi UU ITE. Tak hanya di dunia maya, penyebaran informasi lewat diskusi, media cetak pun sering dicekal. Pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta di kantor Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta harus dibubarkan karena dianggap akan menganggu keamanan. Melihat berbagai contoh di atas, rasanya kebebasan berekspresi hanya sekedar wacana. Reformasi hanya sebuah ucapan belaka, toh banyak kejadiaan yang menjadikan era ini masih beraroma Orde Baru. Sebenarnya, apa yang ditakutkan dari para penguasa jika rakyatnya bebas? Selama segala bentuk kebebasan ini bisa dipertanggungjawabkan, mengapa harus ditutupi? Saling menghargai perlu kita aplikasikan. Semboyan negara ini sudah jelas. Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu. Lalu, saat ada perbedaan yang diungkapkan bebas di berbagai media mengapa harus dicekal? Adakah, kita mengingat semboyan Burung Garuda ini hanya agar tak dikatakan melupakan sejarah ? Namanya saja sejarah, itu masa lalu. Jika sesuai dengan zaman modern, mari digunakan. Saat sudah tak cocok lagi, kita hapalkan saja. Hati-hati, pendiri ini memperingatkan untuk tidak melupakan sejarah itu. Sejarah yang membawa rakyat Indonesia bebas dari penjajahan dan mengisi kemerdekaannya dengan penuh tanggung jawab.n

Herianti ‫@‏‬HeriantiAlnaila @identitasonline usut tuntas, jgn hanya brhenti pada satu org tersangka ini. Calo sgt merusak pndidikan anak bngsa & melahirkn bangs pemalas Super Daeng™ ‫@‏‬SuperDaeng1 USUT YANG KEMARIN LOLOS Alwy Rachman ‫ ‏‬RachmanAlwy

@identitasonline sendiri?

Apa

ia

cuma

KARIKATUR/dirga erlangga

Andy Rezki Juliarno ‫@‏‬andyrezki

dari redaksi

Praktek yg seolah barupi ditahu Husni R ‫@‏‬husni_r24 @identitasonline sudah menjadi rahasia umum, usut tuntas yang membuat malu jas merah Tawakkal Basri ‫@‏‬ghea_fajar @identitasonline bgm kasus calo fak kedok unhas? jangan terulang lagi tahun dpn

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline @identitasonline Redpel Baru: Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, identitas kembali melakukan pemilihan Redaktur Pelaksana (Redpel) baru. Khusnul Fadilah (kanan), Mahasiswa Sastra Inggris terpilih menggantikan Fransiska Sabuwolor (kiri), Sabtu (10/12).

Bulan Sempurna

TIDAK terasa kita kembali menjumpai pe nghujung tahun, Desember. Ditelaah dari asal kata, desem berarti sepuluh. Angka yang menunjukkan kesempurnaan. Bulan ini merupakan penyempurnaan selama setahun kepengurusan 2016. Berusaha memperbaiki kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi ancaman berat bagi sebuah organisasi, berusaha memperbaiki segalanya sebelum tongkat estafet diserahkan. Semakin sempurnanya bulan ini, karena identitas telah menginjak usia 42 tahun. Usia 42 ini, kami menghaturkan dedikasi tertinggi kepada Ketua Penyunting, M Dahlan Abubakar. Selama 20 tahun lebih memberikan sumbangsihnya kepada identitas,

namun harus berakhir karena memasuki masa purnanya. Terima Kasih kak! Bulan sempurna ini juga kami telah menyelesaikan kewajiban Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) selama setahun terakhir. Mengadakan pemilihan Redaktur Pelaksana, Khusnul Fadilah menjadi pelanjut tongkat estafet di usia identitas selanjutnya. Edisi khusus Desember kali ini kami me nyuguhkan liputan khusus terkait kebebasan berekspresi yang semakin terancam dengan adanya UU ITE. Baca juga khasiat buah patikala yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam mulut dalam rubrik Iptek. Lihat juga Wawancara Khusus bersama Barry Kusuma yang mengenalkan Indonesia lewat foto. Selamat Membaca! n

bukuidentitas@gmail.com

identitasunhas.com 085342579343 082194378433

Bila Anda mempunyai pertanyaan yang membutuhkan jawaban terkait Unhas, silahkan ke Sekretariat identitas di Gedung Lantai 1 Perpustakaan Pusat Unhas atau hubungi 082194378433 atau lewat email : bukuidentitas@gmail.com

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyun­ting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/ Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Khusus Desember 2016 Foto: Musthain Asbar H Layouter: Sri Hadriana


surat dari pembaca

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

3

identitas/rahima rahman

wall facebook

Posko KKN: Pemandangan baru terlihat Pos Satpam Pintu 1 Unhas dijadikan sebagai posko KKN. Pasalnya, UPT KKN menggandeng Polisi Daerah Sulsel mengadakan KKN KABTIMAS. Selain di Pintu 1, pos Satpam Perdos Tamalanrea, dan Antang juga dijadikan posko. Pada pos ini dilakukan pemetaan kawasan parkir, pelatihan teknis security, dan pembinaan dan pembagian atribut pada penjaga parkir, Senin (19/12).

Perekrutan Anggota UKM KSR PMI Unhas

Assalamu alaikum. Terima kasih untuk kru identitas yang telah memuat pertanyaan ini. Begini saya mahasiswa baru angkatan 2016. Saya berminat mendaftar Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (UKM KSR PMI) Unhas. Kapan penerimaan anggota baru UKM KSR PMI Unhas dan apa saja persyaratannya? Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Angkatan 2016 Tanggapan: PENERIMAAN anggota baru KSR PMI Unhas, Insyaallah akan dibuka pada Februari 2017 mendatang. Persyaratannya harus mahasiswa Unhas yang berminat, konsisten, mengambil formulir dan mengikuti tahap prosesi penerimaan. Untuk informasi selengkapnya, bisa langsung mengunjungi website kami di www.ksrpmiunhas.or.id Muhammad Abdal Ketua KSR PMI Unhas

Informasi Pengaderan Fakultas Hukum

Salam Hangat buat kru identitas. Terimakasih telah memuat pertanyaan ini. Pembinaan Tahap I Fakultas Hukum sempat dibubarkan. Saya ingin bertanya, apakah pengaderan Fakultas Hukum akan dilanjutkan kembali, ataukah sudah dibubarkan tanpa kelanjutan? Mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 2016 Tanggapan: UNTUK pengaderan mahasiswa baru Fakultas Hukum, Insyaallah akan tetap diadakan kedepannya, tinggal menunggu konfirmasi dari Dekan. Hanya persoalan waktu saja untuk melanjutkannya. Terima Kasih. Fathurrahman Koordinator Pengaderan

Pada tanggal 24 Oktober 2016 yang lalu, seorang warga Makassar yang bernama Yusniar resmi ditahan oleh pihak Kejaksaan. Ia diduga telah melakukan pencemaran nama baik dan melanggar Pasal 27 Ayat 3 dari UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) karena statusnya di Facebook. Sehari setelah Yusniar menuliskan status tersebut, seorang anggota DPRD melaporkan Yusniar ke Polrestabes Makassar atas tuduhan pencemaran nama baik melalui media sosial. Pada sidang pertama, jaksa penuntut umum mengatakan kalau Yusniar terancam hukuman maksimal enam tahun penjara dan denda mencapai Rp1 miliar. Bagaimana pendapat Anda terkait kasus tersebut dilihat dari segi kebebasan berekspresi ? Menurut Anda bagaimana seharusnya cara berekspresi di dunia maya ? Nurfitrianti Vivi 1. Kalo mnurut sy, itulah ilusi demokrasi sbnrnya krn tdk konsisten pd teori... Demokrasi yg katanya mengagungkan yg namanya KEBEBASAN atas HAM, trmasuk kbebasan brekspresi. Berarti aturan demokrasi harusnya konsisten pd teori. Tp pd realitasnya tdk demikian. Maka, ngapain kita bertahan pd aturan yg penuh dg ILUSI dan kebohongan??? #mikir Aturan yg penuh dg ilusi, kbohongan, tidak konsisten = RUSAK... Ketika ada sesuatu yg RUSAK apalagi mnyangkut aturan, MAHASISWA harusnya PEKA ato BAPER dikitlah... Sebab kadang ke Baper an itu dibutuhkan utk melakukan sebuah PERBAIKAN d tengah2 msyarakat... Perbaikan yg HAKIKI tentunya. Artinya jangan lagi mengambil sesuatu yg sudah nyata rusaknya utk diperbaiki. Sebaiknya diGANTI saja... Ganti rezim ganti sistem... 2. Bgmn cara brekspresi d dumay... Krn saya mahasiswa ISLAM yg hidup di Indonesia, maka saya selalu merujuk kpd aturan ISLAM. Sebab dlm ISLAM, tdk sekedar mengatur ttg ibadah mahdoh (sholat zakat puasa haji) tp ISLAM mngatur sluruh aspek khidupan mulai bangun tidur sampai bangun negara diatur dlm Islam... Trmasuk berekspresi... Jd brekspresi d dunia maya boleh selama tdk melanggar hukum syara›, sprti tdk mngandung unsur maksiat, ghibah, tdk mnceritakan aib org lain, tdk mehina, memfitnah, dll... Wallahu a›lam... #MahasiswaMuslimAntiDemokrasi #TegakkanHukumIsla


4

opini

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Agama : Perekat dan Pemersatu Realitas Majemuk ‘Agama masa depan adalah humanisme - Auguste Comte ‘

Oleh: Sulaeman

mampu menjadi tameng bagi para Islamophobia yang seringkali mencap agama rahmatan lil alamin ini sebagai penyebar terror. Padahal Islam selain mengajarkan kebaikan ke sesama umat manusia, juga menebarkan rahmat ke seluruh alam. Universalisme Agama Konsep universal yang dimaksud mungkin agak berbeda dengan konsep universal pada umumnya. Misalnya, konsep universal yang ditelurkan oleh Karl Marx. Universal diukur menggunakan standar yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Standar itu harus memenuhi tiga dimensi yakni eksistensi manusia (kerja), subtansi manusia (produk) dan hakekat manusia sebagai mahluk sosial. Baru ketika ketiga standar ini dipenuhi, manusia baru bisa disebut manusia yang sesungguhnya. Elemen universal jika dikembalikan pada perbincangan agama sesuai tujuan awal tulisan ini dibuat. Maka, universalisme agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan, utamanya dari tinjauan hubungan sosial namun tidak sampai pada ranah tata cara beribadah. Meski kedua hubungan ini dibedakan, ilustrasi/Muhammad ABdul

F

ormat religius atau agama merupakan satu di antara beberapa hal yang dianggap paling sakti mandraguna untuk mempromosikan nilai dan norma kemanusiaan. Di abad ke19 Auguste Comte, seorang positivis sekaligus sosiolog berkebangsaan Perancis, sengaja mendirikan agama kemanusiaan yang disebutnya agama humanisme, dengan tujuan untuk membenahi situasi sosial kemasyarakatan. Kita mungkin saja sepakat, jika setiap agama punya hak otoritas dan tujuan dalam menentukan ibadah vertikal berupa tata cara beribadah masingmasing, pun agama punya fungsi horizontal yakni untuk menata fungsi kehidupan sosial umatnya. Belakangan ini, kita banyak disuguhkan perbedaan pandangan yang lalu termanifestasikan dalam bentuk unjuk rasa. Demonstrasi atas nama ‘’Aksi Damai Bela Agama” misalnya. Unjuk rasa yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berasal dari organisasi masyarakat Islam ini, menyebut diri mereka Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI). GNPF MUI menuntut penyelesaian kasus (dugaan) penistaan agama yang dilakukan oleh Walikota Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Aksi besar besaran di tanggal dua dan empat Desember kemarin menjadi Aksi Damai Bela Islam jilid ketiga dan keempat yang diklaim dilakukan secara serentak dan bersamaan seluruh Indonesia yang dipusatkan di Ibu Kota Jakarta. Tulisan ini pada dasarnya tidak bertujuan untuk membela satu kepentingan. Pada aksi bela Islam 411, 212 ataupun 412 kemarin.Tulisan ini hanya akan berfokus pada perbedaan agama yang sesungguhnya bukan menjadi ancaman satu sama lain, sebaliknya agama menjadi perekat kehidupan kebhinekaan. Khusus Indonesia yang diakui oleh dunia keragaman ras, suku, etnis dan agamanya. Indonesia sudah seharusnya mengaplikasikan syariat agama, khususnya Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluk terbanyak di negeri ini. Tidak hanya karena itu saja, Islam pun mengajarkan menjaga kesantunan dan persatuan di panggung berdemokrasi. Sesungguhnya hal inilah yang

namun tetap saja dua realitas ini tidak dapat berdiri sendiri, karena pada dasarnya mereka saling berpengaruh. Tindakan sosial disetir oleh keyakinan akan Tuhan. Keyakinan akan tuhan itulah yang kemudian dimanifestasikan kedalam setiap sendi kehidupan. Agama sebagai pengontrol utama akidah pun mengajarkan untuk peduli terhadap beberapa hal, yang pertama menjamin nilai agama dan umatnya, menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang luhur, menjaga kehormatan pemeluk agama yang berbeda hingga akhirnya tercapailah keadilan sosial yang sebenar-benarnya. Fungsi Sosial Agama: Sebagai Perekat dalam Realitas yang Bhineka Perbedaan pemaknaan dapat ditarik secara inklusif maupun eks¬klusif. Masing-masing pun menampilkan arah tindakan yang berbeda. Konsekuensi konsep keselamatan yang diorientasikan oleh pemaknaan yang berbeda-beda inilah yang pada akhirnya memacu tindakan yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Kemungkinan konflik agama atas nama “The Will of God” pada tataran

implementasi bisa jadi tidak bisa dihindari. Ada kemungkinan konflik yang terjadi karena beberapa pihak menggunakan agama sebagai legitimasi atas perbuatannya yang tanpa disadari justru memicu kehancuran keberagaman. Seringkali manusia saling beradu, saling melecehkan bahkan tidak segan pula memakai kekerasan hingga kehancuran persaudaraan tak dapat terhindarkan. Mungkin mereka lupa bahwa agama selalu mengajarkan hal yang baik-baik. Dari sinilah agama seharusnya menjalankan fungsi pengendalian destruktifnya. Utamanya fungsi sosial yang senantiasa mengajarkan umatnya untuk saling menghormati manusia dan menghargai penghargaan. Itulah karakter agama yang beradab. Inilah syarat utama untuk membangun dunia yang beradab. Dengan begitu, implementasi sosial agama menjadi suatu keharusann yang tidak mungkin diabaikan. Agama harus menjadi modal utama dalam merajut kedamaian dan keharmonisan dalam berbhinneka tunggal ika.n


cermin

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Keteladanan Tanpa Tanda Jasa Radi A Gany

H

ujan bulan Desember, bagai ikon yang tak mungkin terpisahkan dengan kota yang saya cintai ini. Banyak orang percaya, kalau turunnya mulai di Jumat maka akan berarti hujan akan mengguyur kota selama se­minggu tanpa henti. Bahkan kadang berminggu-minggu. Desember tak bisa luput dari kenangan pribadi saya, terutama masa di SMA. Hujan identik dengan hari libur tak resmi. Hujan mengguyur kota seharian adalah masa-masa indah yang tak terlupakan bagi remaja yang pemalas seperti saya, atau mugkin jamak bagi remaja lainnya. Suatu petang di bulan Desember, sesosok lelaki yang mulai memasuki usia purna pensiun, namun tetap ditugaskan oleh pimpinan institusi kami sebagai pengantar surat. Dalam temaram senja Pantai Losari, dia memasuki pekarangan rumah saya. Membuka pagar, namun tak perlu lagi mengetuk pintu karena saya terlebih dahulu berdiri di teras rumah menyambutnya. Sambil menyampu mukanya yang penuh butir-butir air hujan, dengan tangan kosong. Dengan sikap yang sangat sopan, dia menyerahkan undangan rapat, yang akan diselenggarakan esok paginya di kampus. Sambil tersenyum, buruburu pamit karena masih perlu mengantar beberapa undangan, meskipun saya menahannya se­ kedar untuk secangkir kopi panas yang saya akan seduh sendiri. Karena waktu yang begitu kasip, tawaran saya diabaikannya de­ ngan rona wajah yang berat. Seingat saya, dia tidak pernah mengabaikan tugas pokoknya sebagai pengantar surat. Bertahun-tahun ia menjalani profesi yang dinilai terendah secara struktural oleh banyak orang. Namun sesungguhnya tugas itu adalah detak jantung aktivitas kegiatan yang sangat penting dan menentukan di setiap institusi. Bayangkan kalau dia melalaikan tugas­nya atau melaksanakannya tanpa tanggung jawab. Rapat-rapat penting bisa terganggu, agenda pertemuan dan semacamnya yang direncanakan pasti akan berantakan atau tak memenuhi kuorum. Belakangan ia tidak segansegan mengirim “pesan pendek” kepada saya sekedar mengingatkan kalau ada acara penting dan mendadak yang saya harus hadiri, meskipun undangan ia sudah antar. Hal

Namun dari sudut relung hati saya yang paling dalam terbetik sebuah anganangan kalau ‘patung sang pesuruh’ tauladan itu, berdiri di salah satu sudut di kampus tercinta. Sebagai simbol penghargaan terhadap ketulusan pengabdian dan keadaban seorang pegawai kecil yang perlu dimiliki oleh seluruh keluarga besar kampus.

itu dilakukannya kepada setiap orang. Itulah cerminan tanggung jawab sosok yang hanya berijazah Sekolah Dasar ini. Siang itu, saya bertemu di pelataran danau kampus yang saya andaikan sebagai simbol telaga ilmu pengetahuan dan keadaban. Dengan jaket lusuh dan tas selempang yang tidak lebih baru dari jaket yang disandangnya. Sambil membunguk takzim dan berupaya mencium tangan saya, yang tak dapat dilakukannya karena saya lebih cepat menariknya. Dia menyampaikan kalau dirinya sudah pensiun beberapa waktu yang lalu, namun masih tetap diminta melanjutkan tugas rutin yang telah diembannya sejak puluhan tahun yang lalu. Dengan bangganya, dia me­ nyampaikan kalau anak-anaknya sudah pada dewasa dan bahkan ada di antaranya yang selesai S-1, dan juga sudah ada putrinya yang menganugerahinya cucu. Ia berterima kasih kepada saya karena merasa mendapat atensi emosional dan penghargaan alami dari saya semasa masih aktif di kampus. Meskipun saya tidak merasa punya investasi di dalam kesuksesannya itu, namun saya sadar sepenuhnya bahwa dia adalah perilaku sosok teladan Sumber Daya Manusia (SDM) yang patut dirawat dan ditumbuhkembangkan di lingkungan sebuah lembaga pendidikan di mana dia telah mengabdikan dirinya puluhan tahun, nyaris tanpa cacat dan keluhan. Sambil merangkulnya, saya menatap nanar kepermukaan danau yang menyimpan lagenda keberhasilan dua sosok teladan

Makagiansar dan Amiruddin yang melampiaskan nazarnya terjun ke danau itu saat pembangunan kampus tercinta Tamalanrea telah terwujud, puluhan tahun yang lalu. Saya menatap permukaan telaga kebanggaan kampus itu, seolah-olah melihat potret wajah sosok lelaki pengantar surat teladan ini di permukaan riak lembut nan menggoda telaga lestari itu. Wajahnya yang selalu tersenyum bahagia, dengan sejejer tanda-tanda kehormatan dan bintang-bintang di dadanya. La­yaknya seorang aparatur Negara yang syarat dengan simbol-simbol penghargaan di dada. Namun tiba-tiba bayangan itu sirna bersamaan dengan pulihnya kesadaran saya ketika dia pamit untuk me­lanjutkan tugasnya hari itu. Dalam perjalanan pulang, saya melintas di depan Baruga A Pangerang, Aula Prof A Amiruddin. Di dada saya berkecamuk rasa bangga terhadap integritas dan nama besar tokohtokoh lagendaris itu yang sangat berjasa terhadap almamater tercinta Universitas Hasanuddin. Bangga pada almamaterku yang menyadari untuk tidak melewatkan peranan tokoh-tokoh itu dalam lembaran sejarah perjalanan almamater yang berlogo ayam jantan dari Timur. Namun dari sudut relung hati saya yang paling dalam terbetik sebuah angan-angan kalau ‘patung sang pesuruh’ tauladan itu, berdiri di salah satu sudut di kampus tercinta. Sebagai simbol penghargaan terhadap ketulusan pengabdian dan keadaban seorang pegawai kecil yang perlu dimiliki oleh seluruh keluarga besar kampus. Tapi rasa-rasanya mustahil. Namun saya tetap yakin bahwa pada saatnya akan muncul seseorang yang nanti mampu merubah kemustahilan itu menjadi ketidakmustahilan. Karena kepada Hachiko— seekor anjing setia-- saja orang Jepang membangun patung di depan stasiun Shibuya, untuk memperingati dan menghormati kesetiaan yang dimiliki oleh seekor hewan piaraan, yang begitu setia menanti kedatangan tuannya di depan stasiun kreta api, yang tidak pernah pulang karena telah meninggal dunia tanpa sepengetahuannya. Masa di lembaga pendidikan dan keadaban yang bergengsi ini, tidak.n Pemerhati Masalah Pembangunan Sosial dan Pedesaan. Rektor Unhas Periode 19972006

5

agenda Lembaga Dakwah Al-‘Aafiyah FKM Unhas Bekerja Sama Dengan Lembaga Dakwah Fakultas Se-Medik dalam Acara Bakti Sosial Bersama Al-‘Aafiyah (Basmalah) Tema : Jalin Ukhuwah dengan Peduli dan Berbagi Waktu : Jumat-Ahad, 23-25 Desember 2016 Tempat : Kecamatan Bonto Kabupaten Maros CP : 089630301955 (Muslim) 082187990953 (Muslimah) “Fiqih Ibadah” Kajian Islam Kamis (Kismis) Biro Rumah Tangga Masjid UKM LDK MPM UNHAS Waktu : Setiap Hari Kamis Tempat : Masjid Kampus Unhas Pukul : 16.00 WITA- Selesai Kerja Sosial HMI Komisariat Kedokteran Gigi Unhas Periode 1437-1438 H/2016-2017 M Waktu : Kamis-Minggu, 22-25 Desember 2016 Tempat : Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan CP : 082188450988 (Ichang) Plano Contest Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik Unhas Lomba : Fotografi, Poster Perencanaan, Sketsa Kota, : Call for Paper dan Esai Waktu : 14 Desember 2016- 25 Februari 2017 Cp : 082220551066 (Zaky) Plano Care Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik Unhas Waktu : 19 Februari 2017 Cp : 082220551066 (Zaky) Plano Graphy dan Plano Contest Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik Unhas Tema : Peran Perencana dalam Pembangunan Bangsa Hari/tanggal : 20-26 Februari 2017 CP : 082220551066 (Zaky) Wisuda Periode II Program Strata-1 dan Pascarsarjana Hari : Rabu-Kamis, 21-22 Desember 2017 Tempat : Baruga Andi Pangerang Pettarani Unhas Batas Penyerahan Nilai Semester Awal Tahun Ajaran 2016/2017 Waktu : 23 Desember 2016 Pembayaran SPP/UKT dan Pengisian KRS Online Semester Akhir 2016/2017 Waktu :2-27 Januari 2017 Pendaftaran dan Ujian Seleksi Program Pascasarjana Waktu : Januari-April 2017 Batas Lulus Ujian dan Memiliki Nomor Alumni tidak Dikenakan Pembayaran SPP/UKT Semester Akhir Tahun Ajaran 2016/2017 Waktu : 27 Januari 2017 Kuliah Perdana Semester Akhir Tahun Ajaran 2016/2017 Waktu : 30 Januari 2017 Waktu Tempat

Sekolah Hilir Himbio FMIPA Unhas : Dua kali sebulan : SD Lakkang

Studi Pengenalan Lapangan Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Unhas Waktu : 13-15 Januari 2017 Tempat : Pangkep


6

wansus

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Kenalkan Indonesia Lewat Foto Bercerita Siapa yang tidak mengenal Bali jika disebutkan di kancah internasional? Sayangnya, sejauh ini destinasi pariwisata di Indonesia yang dikenal hanyalah Pulau Dewata, padahal Indonesia punya segudang tujuan pariwisata yang tidak kalah indahnya. Hal inilah yang menjadi tugas berat bagi Barry Kusuma. Pria yang didapuk menjadi Creative Tourism Ambassador oleh Kementerian Pariwisata ini disinyalir mampu menggaet wisatawan untuk berkunjung ke derah lain Indonesia, melalui kemampuan fotografi dan kekuatan tulisannya. Berikut petikan wawancara salah satu reporter identitas, Devika Saputri bersama penulis buku 15 Destinasi Wisata Indonesia Terbaik ini, saat mengunjungi identitas, Senin (28/11).

Berdasar pengalaman Anda di bidang traveling dari dulu hingga sekarang, adakah misi yang Anda bawa? Nggak ada sih, kalau orang berkunjung kesana karena liat fotoku, itu sudah jadi kepuasan pribadi. Jadi, kalau dapat tempat baru dan bagus saya selalu ingin memperkenalkan tempat itu ke orang lain, utamanya orang luar negeri. Apa saja tantangan yang kerap kali Anda dapati terlebih untuk memperkenalkan Indonesia di kancah nasional dan internasional? Tantangan pribadi yah karena banyak

berkunjung ke tempat baru ajasih. Kalau tantangan memperkenalkan Indonesia, saya sering mendapati banyak tempat bagus, sayang infrastrukturnya masih jelek, masyarakat masih belum sadar potensi wisata disana, banyak yang rusak kan. Selain itu, wilayah Indonesia yang kepulauan jadinya luas banget, akses ke sana yang susah dan mahal.

negara tadi. Negeri kita ini kan luas, akses susah harus pindah dari satu destinasi wisata ke destinasi yang lain. yang ketiga negara tadi negerinya kecil dan cuma punya beberapa

Dari kacamata Anda sebagai travel photo bloger, bagaimana Anda melihat prospek pariwisata Indonesia kedepannya? Prospek parisiwasata Indonesia kedepannya banyak. Kalau mau tanding-tandingan, Indonesia tuh yang paling bagus alamnya seASEAN. Makanya saya banyak buat video dan foto yang sasarannya anak muda Indonesia.Biar mereka bisa memproritaskan beberapa daerah untuk tujuan wisata, bukan cuma ke luar negeri saja. Bukankah meski telah mencapai target kunjungan wisatawan, namun Indonesia tetap tidak bisa menyaingi jumlah pengunjung negeri tetangga yakni Malaysia, Singapura, dan Thailand, lantas apa yang salah dari Indonesia? Kalau dari segi wilayah tidak head to head rasanya membandingkan Indonesia dengan

Data Diri Nama : Barry Kusuma Pendidikan : - Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Trisakti, 2005 - SMUN 36 Jakarta - SMP Muhammadiyah Jakarta Jenjang Karir : Fotografer Majalah Tamasya Fotografer Natgeo Indonesia Kontributor Foto Getty Image Karya : Buku 15 Destinasi Wisata Indonesia Terbaik Prestasi : Creative Tourism Ambassador

destinasi wisata yang nggak pakai transit-transitan lagi. Yah kalau dari segi infrastruktur kita kalah jauh. Adakah daerah yang pernah Anda kunjungi dan menyimpan kesan tersendiri bagi Anda? Saya paling senang ke daerah Sumatera. Disana, kita sadar kalau memang kita (Indonesia) menang dari segi alam bahari dan culture. Kemarin saya ke Mentawai, tetapi ternyata infrastruktur jelek, medannya ke sana susah. Padahal alam disana bagus, penduduk asli, otomatis tradisi dan budayanya asli juga. Kepulauan Anambas di Riau juga bagus buat wisata bahari. Yah pekerjaan rumah banget sih infrastruktur sama akses itu. Lantas, bagaimana Anda melihat potensi wisata di Sulawesi Selatan? Selain Toraja, yang potensi banget buat diperkenalkan itu, ada Suku Kajang di Bulukumba Karst Maros dan tempat pembuatan kapal Phinisi. Sayangnya kotor banget. Kuliner Makassar juga juara. n

istimewa

Bisa diceritakan awal mula Anda menjadi fotografer tourism blogger, dimana profesi ini sangat berkebalikan dari bidang ilmu yang selama kuliah Anda geluti? Iya jauh, sebenarnya saya kan sarjana ekonomi. Kalau ditanya kenapa memilih menjadi fotografer tourism blogger, awalnya karena memang senang traveling tapi saya merasa kok sayang banget. Sudah keluar duit tapi tidak ada sama sekali yang bisa dibawa pulang jadi kenang-kenangan. Akhirnya cobacoba motret dan saya share ke media sosial dan karena itu, jadi banyak orang yang kesana. Kenapa memilih menjadi travel photo bloger karena orang awam tidak semuanya mengerti foto. Nah, tulisan di blog saya itulah yang saya harapkan menjembatani informasi untuk tempat itu.


civitas

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

7

Lelah Menanti, Gerak Sendiri

akademika Peraih Nobel Ekonomi 1994 Jhon Forbes Nash

A BEAUTIFUL Mind, menjadi tajuk film yang mengabadikan kisah hidup seorang ilmuwan matematika jenius dari Amerika Serikat, Jhon Forbes Nash. Terlahir dari seorang ayah insinyur dan ibu sebagai guru bahasa membuat Jhon Nash tumbuh menjadi seorang jenius. Pendidikan sains terbaik diterimanya atas bimbingan sang ayah. Kelahiran Bluefield, 13 Juni 1928 sangat bersungguh-sungguh dalam belajar. Bahkan menganggap kegiatan olahraga dan kesenian sebagai penghambat. Akibatnya ia kurang bergaul dengan teman sekolahnya. Terlepas dari itu, kesungguhan belajarnya membuahkan hasil. Di tahun akhir sekolah menengah atas, Jhon Nash mendapat beasiswa Westhinghouse Amerika Serikat. Ia pun melanjutkan pendidikan di Carnegie Institut of Technologi. Saat itu ia memilih mengikti jejak sang ayah mengambil jurusan teknik. Namun, satu tahun berselang ia beralih untuk fokus ke matematika. Dalam jangka waktu 3 tahun, gelar master berhasil diraih pada tahun 1948. Setelah itu, ia pindah ke Pricenton University. Di sana ia memperdalam minatnya dalam ilmu hitung. Ia pun berhasil menghebohkan kampus itu dengan sebuah permainan hitung diciptakan dengan nama Nash Game. Strategi dan perencanaan menjadi kunci utama permainan itu. Untuk menyempurnakan permainan ciptaannya Jhon Nash mempelajari game theori. Hasilnya, teori Nash Equilibrium tercipta. Nash Equilibrium menjadi solusi untuk teori permainan yang selama ini hanya menguntungkan satu pihak saja. Sebelum teori Nash Equilibrium ini diciptakan, teori permainan merujuk pada hukum catur. Hilangnya satu pihak akan menjadi keuntungan bagi pihak lain. Jhon Nash pun merumuskan sebuah teori logis dan matematis dengan tetap memasukkan nilai kerjasama untuk semua pihak. Teori ciptaan Jhon Nash ini pun menjadi rujukan ekonom seluruh dunia untuk mencapai keuntungan bersama. Setelah mendapat gelar doktor di Pricenton University, kemudian memperoleh gelar profesor dari Massachusets Institute Of Technology. Karena saat itu Jhon Nash masih sangat muda, ia pun sering dijuluki profesor kecil. Kembali, dunia matematika mendapat gebrakan Jhon Nash, teori geometri dan persamaan parsial differensial berhasil ia temukan. Hingga pada tahun 1958, Jhon Nash menjadi sampul majalah Fortune karena dianggap sebagai sinar baru di dunia matematika. Selain meraih gelar profesor, di kampus yang sama ia juga menemukan jodohnya. Seorang mahasiswi bernama Alicia Larde berhasil memikatnya. Pada tahun 1957, mereka pun menikah. Dua tahun berselang, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Eleanor. Pada tahun-tahun inilah, Jhon Nash mulai bertingkah aneh. Ia pun dikirim ke dokter di Boston. Hasil diagnosa menunjukkan ia menderita penyakit paranoid schizophrenic, sebuah penyakit keterbelakangan mental. Bertahun-tahun Jhon Nash keluar masuk rumah sakit, bertemu dokter psikiater, hingga mengonsumsi obat-obatan. Akibat penyakit ini Alicia dan Jhon Nash sempat bercerai pada tahun 1962. Namun, Alicia tetap peduli pada Jhon Nash. Pada tahun 1970 mereka kembali satu rumah dengan ditemani anak semata wayangnya. Pada tahun-tahun berikutnya, Jhon Nash mulai membaik. Kegiatan akademik di kampus kembali dijalankan. Pada tahun 1980, ia akhirnya benar-benar sembuh dari schizophrenia. Setelah kesembuhannya dan seiring waktu berjalan, teori Nash Equilibrium dan teori permainannya menjadi landasan ekonomi modern. Teori-teori Jhon Nash dipakai untuk memprediksi perekonomian dunia. Oleh karena itu, penghargaan Nobel bidang ekonomi tahun 1994 berhasil ia raih. Pada tahun 2001, Jhon Nash rujuk dengan istrinya, Alicia. Kesetiaan Alicia dalam merawat Jhon Nash saat masa-masa penyembuhan adalah hal yang tak mudah. Mereka pun masih bersama hingga umur 80 tahun. Bahkan ketika meninggal dunia mereka masih tetap bersama. Pada tahun 2015, mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. A beautifull mind, memang cocok menjadi tajuk kehidupan Jhon Forbes Nash. Perjuangan melawan penyakit dan kesungguhannya dalam meriset patut menjadi inspirasi bagi kita semua.n Musthain Asbar H

identitas/Musthain Asbar H

Pemanfaatan GOR: Anggota UKM Softball memanfaatkan GOR yang belum rampung untuk latihan, Kamis (15/12). UKM lain pun demikian, bahkan setelah kompetisi yang dilakukan UKM Sepak Bola dan Hockey, mereka terlebih dahulu memperbaiki lapangan tersebut agar layak digunakan.

GOR tak kunjung rampung. UKM Sepak Bola dan UKM Hockey berinisiatif sendiri mengecor lapangan untuk kompetisi UKM-nya tahun ini.

P

eletakan batu pertama untuk pembangunan Gedung Olahraga (GOR) Unhas diadakan 21 November 2011, tepat lima tahun lalu. Pembangunan GOR sepertinya mandek, hingga tahun 2015 kembali mulai dipoles dengan penambahan atap pada gedung ini. Pihak rektorat berjanji akan merampungkan pembangunan gedung pada tahun ini. Namun sepertinya akan menjadi sebuah janji belaka. Padahal, Unhas dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) keolahragaan senantiasa membuat kompetisi baik di tingkat lokal maupun nasional. Masih jelas melekat setahun silam, Kejuaran Nasional Rektor Unhas Cup VIII yang digadang-gadang akan dilakukan di GOR. Namun, kondisinya masih tidak memadai. Sehingga beberapa UKM kala itu, melaksanakan agenda kegiatan dengan memindahkan lokasi lombanya. Seperti UKM Pencak Silat berpindah ke Lapangan Tenis Unhas. Tak hanya pencak silat, UKM Bulutangkis yang kala itu membuat Unhas Badminton Cup terpaksa menyelenggarakan lombanya di Gedung Registrasi. UKM Tenis Meja memindahkan lombanya di Science Building. Kekhawatiran dari anggota UKM pun kala itu muncul. “Kami khawatir tahun depan peserta akan berkurang, kecewa dengan fasilitas yang ada,” ujar Ahmad Rahman dalam bundel identitas edisi Akhir Oktober 2015.

Sama dengan tahun sebelumnya, tahun ini pun beberapa UKM kembali mengadakan kompetisi di tingkat nasional. UKM Sepak Bola dengan Unhas Futsal Championship 2016 yang diadakan 8-11 Desember lalu dan UKM Hockey dengan Unhas Championship 2016 pada tanggal 2430 November lalu. Namun, kompetisi tahun ini berbeda dengan tahun lalu yang harus dipindahkan karena kurang memadainya GOR. Kedua UKM ini berinisiatif untuk memperbaiki sendiri GOR dengan bekerjasama untuk penambahan lapangan. Kedua UKM ini menghabiskan dana untuk penambahan lapangan sebesar delapan juta rupiah. Tidak serta-merta memperbaiki GOR, UKM ini sebelumnya telah meminta dana dari pihak rektorat. Namun, sepertinya belum ada anggaran dari pihak rektorat untuk merampungkan pembangunan gedung olahraga ini. Diakui oleh Ketua UKM Sepak Bola, Muhammad Khalik, UKM-nya sudah pernah menghadap dan bersurat dengan Wakil Rektor Bagian Kemahasiswaan dan Biro Kemahasiswaan lalu diarahkan ke Kepala Biro Umum dan selanjutnya ke perlengkapan. Namun sepertinya tak ada karena akhir tahun, keuangan Unhas akan segera tutup buku. “Saya minta di rektorat, tapi tidak ada dananya, jadi pake dana pribadi,” ujarnya, Selasa (13/12).

Setali tiga uang, UKM Hockey ju-ga membantu dalam pengecoran lapangan di GOR. Ketua UKM Hockey, Marham Ngiwan Tara mengakui pihak rektorat tidak ingin membantu dalam memperbaiki lapangan. Sehingga bersama dengan UKM Sepakbola dan dibantu masing - masing senior mereka berinisiatif untuk memperbaiki GOR. Sama halnya dengan UKM Sepak Bola, UKM Hockey juga seringkali menghadap ke pihak birokrat, namun jawaban yang sama diperoleh. Tidak ada perbaikan GOR dalam waktu dekat ini. Namun, ia hanya meminta izin untuk perbaikan GOR dengan dana sendiri. Marham berharap GOR akan segera dirampungkan, tak hanya sekedar pernyataan untuk segera diperbaiki. “Alasannya sudah mau diperbaiki dan dikerja akhir bulan November, namun tidak ada,” ujarnya Selasa (22/11). Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr Ir Abdul Rasyid Jalil, MSi menanggapi inisiatif mahasiswa untuk memperbaiki GOR. Menurutnya tidak masalah jika mahasiswa ingin memperbaiki sendiri GOR. Hingga saat ini, belum ada target untuk merampungkan GOR. “Tidak tahu, tahun depan akan dikerja,” ujarnya, Jumat (16/12). Besar harapan agar GOR benarbenar dirampungkan tahun depan, sehingga jika ada UKM lagi yang ingin membuat kompetisi tingkat nasional bisa menggunakan GOR Unhas. Apalagi, saat Dies Natalis, IKA Alumni Unhas, Jusuf Kalla sudah berjanji untuk membantu merampungkan Gedung Olahraga Unhas.n (Sih/Ahy)


8

civitas wansus

identitas identitas NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016 NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

identitas/Asmaul Husna Yasin

Lestarikan Seni

dengan Pendidikan Karakter Perkembangan kemajuan teknologi yang semakin modern dewasa ini, tidak bisa dipungkiri sedikit banyak mempengaruhi karakter generasi muda. Mudahnya akses pertukaran informasi mau tidak mau membuat kita melupakan keragaman dan kebudayaan yang dimiliki negeri sendiri dan cenderung lebih tertarik pada budaya luar. Padahal muatan seni budaya sebagaimana sudah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 sudah seharusnya diterapkan. Karena adanya tantangan zaman itulah, upaya pelestarian kesenian harus digalakkan, utamanya di sektor pendidikan. Oleh karena itu, pentingnya sebuah regulasi yang tepat oleh Kementrian Kebudayaan. Lantas, hadirlah Koalisi Seni Indonesia sebagai wadah advokasi untuk pelestarian seni di negeri ini. Berikut ini kutipan wawancara reporter identitas, Asmaul Husna Yasin bersama Ketua Koalisi Seni, Muhammad Abduh Aziz yang ditemui usai membawakan materi Membangun Bangsa Melalui Kebudayaan dan Seni di Auditorium Prof Mattulada Fakultas Ilmu Budaya, Selasa (13/12). Bagaimana konsep pendidikan karakter berbasis kesenian yang akan dicanangkan? Sebenarnya, masih dalam tahap perumusan untuk kedepannya. Namun penjabarannya bisa sesederhana ini, selama ini kalau kita bicara materi pembelajaran, selalu terpaku pada buku ajar kan. Secara psikologi itu menambah beban tenaga ajar, bukannya mengurangi beban. Nah coba sekarang kalau kita pakai cara orang kesenian. Misalnya teater, tari, nyanyi atau apapun yang sifatnya persuasif dan bisa dengan mudah diterima oleh anak-anak. Pertunjukan yang seperti itu termasuk kerja tim. Kita bisa mengajarkan semangat gotong royong. Lantas apa kelebihan yang ditawarkan program ini, jika benar akan diterapkan sebagai pembangun karakter bangsa? Pertama, kita sih berharap bahwa si anak akan lebih percaya diri. Lebih mampu mengutarakan ekspresi, termasuk mengutarakan pendapatnya. Sehingga nanti diharapkan menghasilkan generasi yang kritis dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam seminar tadi, Anda mengatakan ada sebelas kementrian yang menyediakan anggaran untuk pengembangan kesenian. Apakah hal tersebut akan mampu mendukung jalannya program ini?

Anggaran tersebut memang tersebar dimana-mana sayangnya masih banyak yang tidak tau. Kami dari koalisi seni Indonesia, sekarang gencar-gencarnya membuat workshop melek anggaran. Karena diharapkan praktisi, seniman dan akademisi maupun pemerintahan harus mengkritisi anggaran pemerintah yang dapat digunakan untuk berbagai program berbasis kesenian ini. Program ini tentu saja membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk civitas akademika di tingkat universitas. Lantas, sejauh mana mereka dapat berperan? Saya kira ini pertanyaan penting. Biar bagaimanapun universitas mempunyai tokoh sentral dalam melahirkan konsep-konsep yang tepat. Saya kira ke depan universitas harus terlibat secara aktif merumuskan pendidikan karakter bangsa yang seharusnya seperti apa. Bisa saja berupa kajian, lokakarya ataupun bekerja sama dengan kementrian kebudayaan ataupun membuat pelatihan bersama tenaga pengajar. Logikanya begini semua sama yah, mau itu mahasiwa, alumni, sepanjang kita warga negeri ini kita punya kewajiban kebhinekaan, persatuan dan juga merawat budaya dan kesenian negeri ini secara bersama-sama.

data diri Nama : Muhammad Abduh Aziz Jabatan : Ketua Pengurus Koalisis Seni Indonesia Pendidikan : Lulusan Sejarah Univeristas Indonesia Pengaalaman : - Kritikus Film - Konsultan di Metro TV untuk program Eagle Award Documentary Competition (20052011) - Board Director Jakarta Biennale (2011) - Anggota Dewan Kesenian Jakarta (2006-2012) dan - Anggota Masyarakat Film Indonesia Ketua Panitia Festival Film Indonesia (FFI) (2011) Lalu, adakah hambatan yang kira-kira akan ditemukan untuk merealisasikan program ini? Pertama, persoalan rumusannya harus secepatnya diselesaikan lebih dulu dan itu butuh tentu saja membutuhkan

waktu yang tidak sebentar. Kedua adalah tenaganya, namun sepanjang dilakukan secara bersama dan melibatkan seniman-seniman lokal, saya kira itu tidak jadi soal. Terakhir, realisasi program

pembangunan karakter bangsa berbasis budaya ini kapan dapat diterapkan? Saya kira secepatnya jika materi sudah ada. Sekitar tahun depan sudah bisa direalisasikan di semua tingkatan pendidikan.n


rampai Jaya di Hutan, Jaya di Gunung, Jaya Akademika

S

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

9

Meniti Alam demi Kelestarian

emboyan ini sangat erat dengan Pandu Alam Lingkungan (PAL) Unhas. Orga­nisasi kemahasiswaan Fakultas Kehutanan ini mulamula hadir untuk membantu kinerja Badan Eksekutif Mahasiswa Sylva saat di lapangan. PAL terbentuk atas inisiatif enam mahasiswa kehutanan yakni Muhammad Rahim dan Muhammad Ridwan angkatan 1989, Arifin Rauf, Aris Juswanto dan Antonius angkatan 1990 serta Edyah Zaid angkatan 1991. Kala itu, mereka mengadakan pendakian di Gunung Bawakareng bersama mahasiswa kehutanan lainnya. Tepat, 19 September 1992, organisasi ini resmi dibentuk dengan nama Unit Biro Khusus Pandu Alam Lingkungan. Sudah 24 tahun, organisasi ini berjaya. Selama perjalanannya, banyak dinamika yang terjadi. Namun, semuanya dapat terlalui dan roda organisasi tetap berjalan. PAL terus menghasilkan kader melalui beberapa tahapan, yakni Gladimula, Gladi Lanjutan dan Gladi Akhir. Dalam tahapan Gladimula, calon anggota telah diseleksi melalui proses wawancara, latihan fisik dan materi ruangan sebelum dibawa ke lapangan untuk mengaplikasikan ilmu yang diberikan. Tahapan pengaderan pertama ini biasanya berlangsung selama sebulan.

Tahapan kedua bernama Gladi Lanjutan yang konsepnya telah diubah. Jika dulu, calon anggota yang lanjut ke tahapan ini harus membuat kegiatannya sendiri, kini hanya fokus menjalani tanpa menjadi panitia. Tahapan ini, calon anggota melakukan kegiatan Panjat Tebing dan Susur Gua. Setelah itu, dalam tahapan Gladi Akhir calon anggota harus melakukan penelitian, bisa berupa karya ilmiah ataupun ekspedisi kepetualangan. Setelah mendapatkan ilmu, para calon anggota diharap mampu memberi kontribusi yang baru lewat penelitian yang dibuat. Tujuan dari pengaderan tahap akhir ini ialah mampu meningkatkan jiwa kekeluargaan antar sesama warga PAL. “Saat jiwa itu sudah ada kita akan lebih sadar dan peduli terhadap kelestarian alam dan lingkungan,” ujar Baso Darmawansyah selaku Ketua PAL, Kamis (15/12). Selama terbentuk, organisasi ini rutin melakukan Wisata Rimba. Kegiatan yang memiliki konsep menyusuri rimba sambil berwisata ini dilakukan setiap dua tahun sekali. Agustus kemarin, PAL mengadakan Wisata Rimba X di Kabupaten Mamasa. Tak hanya berpetualang, organisasi yang dikenal erat dengan kekeluargaannya ini pun rutin melakukan pelatihan kepada mahasiswa Fakultas Kehutanan.

Pelatihan Kompas dan receiver GPS, salah satunya. Kegiatan ini diadakan untuk

meminimalisir kesalahan penggunaan alat yang dilakukan oleh mahasiswa saat berada di lapangan. Pelatihan rutin diadakan sejak 2014. Selain itu, juga ada kegiatan diskusi sambil kopi sore yang juga diadakan tahun ini. Akhir Oktober dan Awal November lalu, PAL fokus mengajak mahasiswa secara umum untuk peka dengan kondisi Perhutanan Sosial dan apa saja masalah yang terjadi di Hutan Sulawesi. Dalam menjalankan organisasinya, seorang ketua dibantu oleh tiga bidang, yaitu Bidang Pengaderan, Sains dan Jaringan Informasi serta Kesekretariatan dan Usaha Dana. Adapun divisi kepetualangan seperti Gunung Hutan, Panjat Tebing dan Susur Gua. Organisasi ini juga memiliki

beberapa prestasi selama dibentuk. Diantaranya, PAL pernah juara II Mahorpala Climbing Competition 2 tahun ini, juara I Lomba Lintas Pesisir Jeneponto-Bantaeng 2013, Juara II Sepak Bola Mini Belantara Club 2012 dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan lingkungan. Salah satunya Peringatan Hari Bumi 2012. Saat ini, organisasi yang memiliki sekretariat di Kampung Rimba Fakultas Kehutanan fokus melakukan proses perekrutan anggota. “Kaderisasi ialah napas sebuah organisasi karena regenerasi yang harus terus jalan,” tutup Baso.n Fransiska Sabu Wolor


civitas

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

koridor Bhineka Tunggal Ika Alat Pemersatu Bangsa Catatan Seminar Islam Nasional dengan tema “Intelektual Muslim dan Keutuhan NKRI.” Dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Mahasiswa Pencinta Mushalla (UKM LDK MPM) Unhas, bertempat di Baruga Andi Pangerang Pettarani, Ahad (11/12). MEMILIKI kekayaan alam yang terhampar dari ujung utara Pulau Sumatera hingga perbatasan Irian Jaya dengan negara tetangga, tentunya kebanggan tersendiri untuk Indonesia. Menyandang status sebagai negara kepulauan terbesar dengan 1340 suku dan 546 bahasa, bukanlah perkara mudah untuk tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Beragam ikhwal dapat mengancam keutuhan NKRI. Negara luar yang memiliki kepentingan untuk menguasai dan gejolak dari dalam negeri sendiri, tentulah dapat mengancam keutuhan negara ini. Berbagai ancaman muncul dari segala sisi, ancaman teroris, bahaya narkoba, persaingan ekonomi dan ditambah dengan bonus demografi. Hanyalah beberapa perkara yang sempat terendus saat ini. Persoalan teroris yang dikendalikan oleh pemilik kepentingan pribadi, berpotensi untuk merusak keutuhan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia. Orang-orang yang mengatasnamakan suatu kelompok agama, dengan gamblangnya berdiri diatas norma-norma yang berlaku. Norma yang mampu menjaga rasa kedamaian dan keamanan masyarakat. Hadir Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) selalu mencoba untuk menyasar kaum muda di Indonesia, dengan mengiming-imingi kehidupan akhirat yang bergelimang kesenangan. Maka pantaslah para pemuda yang sedang mencari jati dirinya gampang terhasut. Mereka pemuda itu sedang dipersiapkan untuk menjadi pelaku teror di Indonesia. Lain halnya dengan ancaman narkoba, data Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan pengguna narkoba tahun 2015 sebanyak 5,9 juta jiwa. Artinya setiap harinya ada 40 hingga 50 pengguna aktif barang terlarang ini. Parahnya lagi, setiap 100 orang penduduk Indonesia yang berusia 10-59 tahun, dua orang diantaranya adalah penyalahgunaan barang adiktif ini. Dua hal diatas hanyalah sedikit dari kasus dalam negeri yang dapat mengancam keutuhan NKRI. Persaingan ekonomi yang dikendalikan oleh negara adikuasa, seolah mempermainkan negara yang sedang berkembang. Kebijakan ekonomi suatu negara akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian negara lain. Anjloknya nilai rupiah juga dapat menjadi akar perselisihan didalam negeri sendiri. Problem yang tak kalah gentingnya, adanya campur tangan yang disebut sebagai Invisible Hand yang mampu mendesain bentuk opini masyarakat, untuk melemahkan kehidupan berbangsa. Tindak provokasi yang mereka lakukan lewat media sosial, menyasar anak-anak muda untuk berbuat melanggar hukum, apalagi dengan bonus demografi antara tahun 2020 hingga 2035 nanti, jumlah usia produktif sebanyak 64 persen jumlah total penduduk Indonesia. Kesemua persoalan itu adalah campur tangan negara yang memiliki kekuasaan untuk menjarah kekayaan alam Indonesia, sehingga ketika bangsa ini melemah karena problem dalam negeri sendiri, negara yang memiliki kepentingan mampu mengambil alih Indonesia. Maka tak heran ketika Bung Karno, The Founding Father pernah mewanti-wanti bahwa “Kekayaan alam Indonesia suatu saat nanti akan membuat iri negera-negara di dunia.” Sudah banyak contoh yang terjadi akibat kurangnya persatuan berbangsa. Tengoklah Yugoslavia yang terpecah menjadi tujuh negara baru akibat perselisihan bahasa dan agama. Sudan yang terbagi menjadi dua negara baru karena perbedaan paham tentang agama. Lebih parahnya Uni Soviet yang terpecah menjadi 15 negara karena perkara ekonomi dan agama. Kesemuanya pun tidak luput dari camput tangan negara penguasa yang dengan sengaja merusak untuk meraup keuntungan sebesar besarnya dari negara yang bermasalah. Maka dari itu, untuk tetap menjaga keutuhan NKRI, perlunya menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Center Of Grafity yang dapat menyatukan bangsa karena perbedaan. Mengamalkan lima sila pancasila dalam kehidupan, berperan aktif dalam mencegah perkembangan paham radikal. Waspada terhadap provokasi, hasutan dan pola perekrutan teroris. Senantiasa memelihara pluralitas dan kerukunan antar umat beragam, serta jauhi narkoba dan jangan sekali–kali mencobanya.n Muhammad Abdul

Waspada Calo di Kampus

identitas/nur sari syamsir

10

Kenferensi Pers: Pejabat kampus memberikan penjelasan terkait ditangkapnya salah satu pegawai kearsiapan Unhas. Diduga ia melakukan penipuan pencaloan mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Unhas, Jumat (7/12).

Penerimaan Mahasiswa Baru masih sarat dengan kecurangan. Pencegahan sejak dini perlu dilakukan.

I

mpian mengecap pendidikan di bangku kuliah Fakultas Kedokteran Unhas yang dirasakan oleh Aqilah Nadya harus pupus. Bersama tiga orang kawannya, ia datang ke Baruga AP Pettarani, Jumat (5/12). Kedatangan ini karena adanya undangan pertemuan mahasiswa tambahan yang lulus di Fakultas Kedokteran Unhas. Namun, kedatangannya mengundang tanya di kalangan Satpam Unhas. Pasalnya, mereka yang menggunakan pakaian putih dengan rok hitam terlihat bingung. Melihat hal ini, pihak Satpam langsung menghubungi Wakil Rektor III Unhas Dr Ir Abdul Rasyid Jalil MSi. WR III menyuruh agar keempat orang ini ditelusuri asal fakultas dan datang untuk menghadiri kegiatan apa. “Kedatangan untuk menghadiri undangan mahasis­ wa yang lulus membuat saya langsung menyuruh datang ke ruangan saya,” ujar Cido, sapaan akrabnya saat konferensi pers, Rabu (7/12). Sesampai di ruangan WR III, keempat mahasiswa ini diminta bercerita tentang sejarah kenapa mereka dinyatakan lulus mahasiswa tambahan di Fakultas Kedokteran Unhas. Saat itu terbongkar bahwa salah seorang pegawai bagian arsip Unhas, Rahmatia menjadi salah satu dalang dari peristiwa ini. Di saat bersamaan, Rahmatia dan Nurjannah dipanggil ke ruangan WR III. Nurjannah yang bekerja sebagai se­ orang guru PNS ternyata juga korban dari tipu muslihat Rahmatia. Namun, ia juga berperan dalam mencari korban yang bisa ditipu. Adapun motif penipuan ini berupa penerbitan Surat Keputusan dari Rektor Unhas mengenai penetapan mahasiswa baru. Surat yang berisi tanda tangan Rektor Unhas yang palsu ini dijadikan bekal oleh Aqila dan kawannya untuk mengikuti pertemuan di Baruga AP Pet­

Kami sudah mengusulkan untuk dicabut status PNS-nya,” kata Dwia saat konferensi pers, Jumat (7/12). tarani. Selain menerbitkan SK, korban pun ditahan ijazahnya. Ijazah akan dikembalikan saat membayar biaya yang telah disepakati. Hal ini kemudian dimanfaatkan pihak Unhas untuk membongkar oknum yang terlibat dalam percaloan. Seusai mengetahui kejadian ini, pihak Unhas langsung menyerahkan kedua orang yang terlibat ke Polsek Tamalanrea. “Atas petunjuk rektor, kami berpesan ini harus diusut tuntas untuk mencegah berulangnya kejadian ini,” tambah Cido. Sebelumnya, Rahmatia juga pernah

memiliki kasus saat menjadi pegawai di Fakultas Hukum. Perempuan berusia 36 tahun kedapatan melakukan pungu­ tan liar kepada mahasiswa. Sanksi atas perilakunya ini ia diturunkan ja­ ba­ tannya ke bagian arsip di rektorat. Sayangnya, hukuman ini tak menim­ bulkan efek jera. Mendengar kasus ini, Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA merasa Unhas sebagai korban dari kasus penipuan. Ia meyakinkan bahwa pihaknya bertindak tegas terhadap Rah­ matia. “Kami sudah mengusulkan untuk dicabut status PNSnya,” katanya saat konferensi pers, Jumat (7/12). Dwia berharap kedepannya tidak ada lagi kasus serupa yang terjadi. Ia kembali menghimbau bahwa semua syarat lengkap dengan biaya untuk mendaftar masuk menjadi mahasiswa baru di Unhas lengkap dalam website. “Segala bentuk penerimaan mahasiswa baru di Unhas semuanya terorganisir, terbuka dan transparan,” jelasnya. Dilarang Pungli! Sebagai upaya pencegahan adanya praktik calo dan pungutan liar, Dwia mengeluarkan Surat Edaran dengan no­ mor 50738/UN4.1/KP.25/2016 ten­­­tang Penguatan Pengendalian Intern Dalam Rangka Pencegahan Praktik Pungutan Liar di Lingkungan Universitas Hasa­ nuddin. Dalam surat ini, guru besar Sosiologi ini mengajak para civitas akademika Unhas untuk melakukan langkahlangkah penceganan dan penindakan terhadap praktik pungutan liar yang terjadi. Selain itu, ia juga menegaskan untuk larangan membawa bingkisan atau parsel saat ujian proposal, seminar hasil dan ujian meja kepada mahasiswa. Lewat surat ini, Dwia akan menjatuhkan sanksi disiplin terhadap pegawai yang melakukan pungutan liar. n (Ann/Ask)


potret

Unjuk Aksi Bentuk Ekspresi Foto : Sriwidiah Rosalina, Rahima Rahman, Musthain Asbar Naskah : Sriwidiah Rosalina Bst SETIAP orang memiliki cara yang berbeda dalam berpendapat dan berekspresi. Aksi misalnya, cara ini dilakukan oleh sebagian besar orang untuk menyuarakan pendapat atas keresahan yang dirasakan. Setahun terakhir, beragam aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. Misalnya peringatan Hari Pendidikan Nasional, kepedulian terhadap petani dan pembataian di Aleppo dilakukan sebagai wujud kepedulian mahasiswa. Adanya kepedulian mahasiswa ini diharapkan mampu membawa perubahan. Dengan unjuk aksi, mahasiswa mampu membawa aspirasi masyarakat dengan kreativitasnya.n

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

11


12

lipsus

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Lantaran Kebebasan Terbentur Aturan Kebebasan tak melulu tanpa batasan, justru kebebasan yang sebenarnya adalah kebebasan yang penuh dengan rasa tanggung jawab. Hanya saja jika tanggung jawab disepelekan kemudian muncul lah aturan yang menjadi batasan.

S

ejak disahkanya Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) negara lantas diharuskan menjamin hak asasi setiap warga negaranya. Salah satu yang mengundang perhatian dalam deklarasi Frank La Rue ini adalah Pasal 19 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi; hak ini mencakup kebebasan untuk berpendapat tanpa intervensi dan untuk mencari, menerima dan berbagi informasi dan ide melalui media apapun dan tanpa memandang batas negara.” Bukan itu saja, bila berbi- cara mengenai kordior hukum ne- gara Indonesia. Kebebasan warga negara telah diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemenuhan hak berekspresi, berpendapat, dan memperoleh informasi, melalui media apa saja, termasuk menggunakan media sosial. Aturan ini tentu saja disambut suka cita, terlebih saat era informasi berkembang dengan pesat. Masyarakat lalu berbondong-bondong menggunakan hak bebas berekspresinya. Terutama dalam mengutarakan perasaanya melalui media sosial. Hingga akhirnya kebebasan berpendapat menggunakan

media sosial, berujung pada dugaan tindak pidana berupa pencemaran nama baik, perbuatan tidak menyenangkan dan aksi pornografi, hingga pada kasus yang menyerempet SARA. Maka dalam rangka antisipasi cyber crime (kejahatan media sosial) dibuatlah aturan yang digunakan untuk mengontrol dan membatasi penggunaan internet. Hingga akhirnya muncullah Undang-Undang Informasi dan Teknologi, yang bila ditelaah merujuk pada empat batasan yakni kesusilaan, moral publik, ketertiban umum, ke-

amanan publik serta hak dan reputasi orang lain. Keempat hal ini dirasa sejalan dengan deklarasi human right Di Indonesia, pengaturan spesifik mengenai konten internet sebenarnya baru muncul ke permukaan Tahun 2008, bersamaan dengan lahirnya UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sayangnya, meski aturan ini diciptakan guna memastikan hak asasi manusia dari warga negara tetap terpenuhi. Namun pada kenyataannya aturan turunan

UU ITE ini masih bertentangan dengan undang-undang dasar y a n g mengatur soal kebebasan berekspresi. Praktinya kerap kali tidak sejalan dengan prinsip-prinsip pembatasan yang dibolehkan menurut standar dan prinsip-prinsip HAM. Bermula dari Kasus Prita Mulyasari yang mengundang perhatian publik Agustus 2008 silam. Saat itu Prita menyampaikan keluhannya atas pelayanan Rumah Sakit Omni Internasional. Email yang berisi keluhan atas pelayanan publik itupun berujung pada pelaporan pihak RS Omni ke kepolisian. Tidak sampai disitu, Benny Handoko pun berhasil dipidanakan karena terduga mencemarkan nama baik salah satu anggota dewan Muhammad Misbakhun yang berujung pada mendekamnya ia di bui.

Lalu, kabar dugaan pencemaran nama baik yang masih segar d i i n g a t a n adalah dugaan pencemaran nama baik oleh Yusniar yang hingga saat ini masih masih dalam proses persidangan. Ia terduga mencemarkan nama baik salah satu legislator DPRD Jeneponto yang diposting di akun Facebooknya. Meski sudah dilakukan revisi pada aturan ITE oleh Mahkamah Konstitusi guna menghindari kesewenang-wenangan atas nama hak asasi manusia. Namun, masih ada saja protes yang datang dari berbagai kalangan, karena wadah pengaturannya yang dirasa tidak tepat. Karena aturan ini merupakan hukum positif maka wajib dipatuhi. Bukan berati kebebasan berekspresi melalui internet kemudian harus tenggelam dan mati. Perlu ada penyelarasan regulasi antara redaksi dan narasi saat menyampaikan pendapat melalui media sosial.n

ilustrasi/Muhammad Abdul

tim lipsus: Koordinator Asmaul Husna Yasin Anggota: Devika Saputri Fransiska Sabu Wolor Khusnul Fadilah Sri Hadriana Ayu Lestari

bundel ►►

Edisi Desember 2002

Mengais Tradisi “Barbar” Ala Unhas SELAMA sepuluh tahun terakhir tawuran dan kekerasan dalam Orientasi Studi Pengenalan Kampus (Ospek) kerap kali memakan korban dan kerugian materi bagi Unhas. Penyambutan mahasiswa baru (maba), menurut catatan identitas selama 28 tahun usianya telah beberapa kali berubah nama. Namun, berangkat dari perubahan nama yang seharusnya mengarah ke yang lebih baik, malah hanya benar-benar perubahan nama saja. Bagaimana dengan tawuran? Selama kurun waktu tersebut tawuran dalam skala besar sudah empat kali terjadi. Penyambutan mahasiswa baru sudah beberapa kali mengalami modifikasi nama dan konsep. Awalnya disebut perpeloncoan dengan tujuan sebagai pengenalan untuk mahasiswa baru dengan senior. Namun seiring berjalannya waktu, dari perpeloncoan ini hubungan senior dengan mabanya merenggang. Dari istilah awal ini, pada 1908 kemudian berganti menjadi Masa Perkenalan Maba (Mapran). Dengan konsep dan prosedur sama, hanya terjadi pergeseran dilapangan dan kerap kali maba mendapat perlakuan kasar. Hingga akhirnya Mapran berganti menjadi Ospek. Lagi-lagi kekerasan yang sudah menjadi ciri khasnya masih berlanjut, malah makin menjadi-jadi. Fenomena lain yang menjadi masalah berat bagi Unhas adalah tawuran. Dari tawuran yang pertama kali terjadi yaitu “Black September” di Fakultas Teknik Jurusan Perkapalan hingga tawuran terakhir pada akhir Agustus 2002, telah menimbulkan komentar negatif bagi almamater dan rektor. Tawuran bukan tak mungkin akan terus berlangsung setiap tahun. Mengingat banyaknya faktor yang dapat memicu terjadinya “tradisi masyarakat barbar” itu, seperti arogansi fakultas/lembaga, pihak birokrat tidak mampu menata kehidupan kampus, overkapasitas mahasiswa yang menimbulkan interaksi mahasiswa sudah tidak sehat lagi (menurut Prof Ir Ambo Ala, PR III Unhas) dan pihak birokrat yang tidak mampu menata kehidupan kampus. Walaupun telah menempuh beberapa langkah untuk mencegah dan meminimalisir Tawuran dan Ospek, faktanya fenomena yang sudah menjadi tradisi ini masih saja terjadi. Jika terus berlanjut, jangan sampai suatu ketika Unhas tidak bisa lagi dibedakan dengan Masyarakat Barbar. Untuk itu diperlukan langkah antisipatif, antara lain pihak penentu kebijakan mesti sering mengamati lansung kondisi sosial yang terjadi di Unhas, semua warga kampus harus menyadari bahwa kampus sebagai komunitas yang mestinya berpikir rasional.

►►

Edisi Desember 1994

Ulang Tahun dan Penggeledahan Diri

PENERBITAN Kampus (PK) identitas Universitas Hasanuddin turut “Prosesi Ritual” merayakan Ulang Tahun ke-XIX pada 16 Desember. Dengan semangat “Untuk Penelitian, Pendidikan, dan Pengabdian pada Masyarakat”, identitas berusaha untuk tidak melewatkannya begitu saja. Salah satu kegiatan positif kampus ini memaknainya dengan terus berusaha untuk mempertahankan eksistensinya dengan terus mengukir prestasi dalam mengharumkan nama almamater. Diusia yang telah menginjak dewasa ini, para pengelola identitas kembali menggeledah diri. Apalagi dengan hadirnya kader-kader baru yang diharapkan mampu mengemban tugas dan dapat bertanggung jawab terhadap status yang diembannya. Sebagai media informasi kampus yang tertua di Kawasan Timur Indonesia, identitas berupaya menghasilkan terbitan independen tanpa memandang bulu dan menghasilkan ide-de baru yang lebih kreatif. Menyadari bahwa masih banyak yang perlu dibenahi, memasuki awal tahun 1994 identitas berambisi untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang. Dengan terus .melakukan upaya-upaya konstruktif.n


lipsus

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

13

identitas/Sriwidiah Rosalina BST

Hati-Hati Berekspresi

Bereksepresi di dunia maya bukan lagi hal baru. Namun tak jarang cara itu bisa menyeret penggunanya ke meja hijau. “Alhamdulillah akhirnya selesai juga masalahnya. Anggota DPR tolo, pengacara tolo. Mau nabantu orang yang salah, nyata-nyatanya tanahnya ortuku pergiko ganggu-ganggui poeng,”

I

tulah status Facebook yang dibuat oleh Yusniar pada tanggal 14 Maret 2016 setelah rumah orangtuanya di Jalan Sultan Alauddin didatangi ratusan orang dan membongkar rumah orang tuanya tanpa memberikan alasan yang jelas. Tak disangkanya, ternyata salah seorang anggota DPRD Jeneponto, Sudirman Sijaya melaporkannya ke Kepolisian karena dianggap mencemarkan nama baiknya. Ia didakwa melanggar pasal Undang Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) tentang penghinaan atau pencemaran nama baik pasal 27 ayat 3 UU ITE pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Awal ketika mengetahui bahwa dirinya dilaporkan, ia mendatangi kantor LBH Apik (Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan) Makassar untuk mendapatkan

bantuan. Hasilnya, Yusniar pun selama menjalani proses hukum didampingi oleh LBH Apik. “Kita menganggap bahwa ini adalah bentuk kriminalisasi perempuan karena di dalamnya ada relasi penguasa yang tidak seimbang antara pelapor dan korban. Terlepas dari Yusniar itu tersangka salam kasus ITE, tapi dalam kasus ini kita posisikan sebagai korban,” ujar Direktur LBH Apik, Rosmiati Sain SH, Senin (19/12). Rosmiati menambahkan bahwa Yusniar dalam konteks ini adalah kelompok rentan dan tidak berdaya untuk melakukan perlawanan. Makanya membuat status untuk mengungkapkan perasannya. Menurut Siti Nursaida Said SH, salah satu anggota LBH Apik yang sekaligus sebagai pengacara mengatakan bahwa yang dilakukan Yusniar bukan termasuk pencemaran nama baik. “Yusniar kan tidak menyebutkan nama. Bayangkan sekarang ada berapa orang yang mengeluarkan keluh kesahnya di media sosial. Kemudian itu dianggap mencemarkan nama baik, bahkan sampai dipidana, kan tidak lucu. Apalagi ini Yusniar tidak sebut nama,” katanya, Senin

(19/12). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam konteks bahasa, kata tolo yang dipakai Yusniar tidak bisa dijadikan sebagai bentuk penghinaan. Dalam konteks bahasa Makassar hal ini bisa dibawa dalam candaan. Yusniar yang hanya tamatan SD, tidak mengetahui bahwa kata itu merupakan bentuk penghinaan. Menurutnya kasus ini akan dikawal hingga selesai, agar ke depannya tidak ada korban dengan kasus seperti ini lagi. Berkat dukungan dari LBH Apik dari segi pendampingan hukum, saat ini Yusniar sudah berstatus sebagai tahanan luar. Tentu saja, juga banyak bantuan dari lembaga lain yang bersatu dengan membuat aliansi Save Yusniar. Merekalah yang mendukung dari segi non ligitasi, misalnya dengan melakukan aksi dan menggalang dukungan. Salah satunya yaitu Komite Perlindungan Jurnalis dan Kebebasan Berekspresi (KPJKB). “Kami melihat bahwa kasus seperti ini seringkali antara orang-orang kecil dan penguasa. Dalam hal ini kita anggap Yusniar sebagai orang yang tidak berdaya melawan orang yang

Kami melihat bahwa

kasus seperti ini seringkali antara orang-orang kecil dan penguasa. Dalam hal ini kita anggap Yusniar sebagai orang yang tidak berdaya melawan orang yang melaporkannya yang memiliki kekuasaan,” kata Sekretaris KPJKB Nuralfianita Natsir SKM, Kamis (1/12).

melaporkannya yang memiliki kekuasaan,” kata Sekretaris KPJKB Nuralfianita Natsir SKM, Kamis (1/12). Menurutnya sekarang semakin banyak pengguna media sosial. Kebanyakan yang mengungkapkan perasaannya melalui media sosial itu adalah orang-orang kecil dan yang dikritisi adalah pejabat. KPJKB menganggap bahwa

adanya undang-undang ITE ini karena pejabat tidak mau dikritik. Selain Yusniar, sebelumnya telah ada beberapa orang yang terjerat kasus UU ITE. Jika kasus seperti ini dibiarkan, ke depannya akan muncul-muncul “Yusniar-Yusniar” yang lain lagi.n


14

lipsus

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Kampus Darurat Kebebasan Berekpresi Kampus sebagai miniatur negara juga harus menjunjung tinggi nilainilai kebebasan berekpresi.

S

alah satu hak yang melekat pada diri manusia adalah bebas. Bebas untuk bereksprsi ataupun bebas untuk berpendapat. Namun, dalam kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat. Hal ini pun tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbunyi “Semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hakhak”. Kebebasan berekpresi seharusnya tidak ada penekanan karena berekpresi termasuk dalam bagian negara demokrasi. Sepertinya saat ini kebebasan berekpresi menjadi terancam dengan adanya regulasi yang

dibuat sendiri oleh pemerintah dengan adanya UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Tak hanya dalam kehidupan bermasyarakat, kampus pun yang dikatakan sebagai miniatur negara seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan berekpresi. Namun, sepertinya ini tak dialami oleh repoter Lima Wasilah Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Anriyani. Kejadian bermula, ketika pengumpulan mahasiswa baru Jurusan Manajemen di UIN Alauddin dan seorang dosen, Rika Dwi Ayu Permitasari membubarkan secara paksa pekumpulan tersebut. Riyani yang me-

lihat kejadian tersebut seketika mengabadikannya, namun sang dosen merasa tidak nyaman. Alhasil dosen tersebut marah dan mengambil paksa handphone reporter dan menarik kerah baju dan mendorong hingga terpental. Riyani menganggap ketika itu kebebasan untuk berekspresi sangat dibatasi. “Menurutku dibatasi, Itu hari belum ditanya secara langsung, tidak ada komunikasi langsung tiba-tiba didorong,” ujar Riyani ketika diwawancarai, Ahad (18/12). Bukan hanya di UIN, Unhas pun sepertinya mengalami darurat berekspresi. Misalnya saja di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) adanya larangan pengaderan ataupun jam malam. “Saya merasa kita dikekang oleh pihak birokrasi,” ujar Lukman, Ketua Senat FIKP,

Jumat (9/12). Tak berhenti sampai disitu, pelarangan pengaderan bukan hanya di FIKP, pada beberapa fakultas juga mengalami hal demikian. Faturrahman selaku Koordinator Pengaderan Fakultas Hukum pun merasa demikian. Fatur melihat secara langsung pengekangan berekspresi oleh pihak birokrasi. Sebagai mahasiswa hukum, tentunya dia melihat bahwa ada pengekangan ini dapat mengurangi nilai-nilai kemahasiswaan. Padahal salah satu hak mahasiswa yakni berorganisasi. Jadi, seharusnya pihak kampus tidak boleh melakukan pembatasan yang demikian. Karena, jika terjadi pembatasan maka akan menghambat pertumbuhan Sumber Daya Manusia. Salah satu pengacara publik dalam Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Abdul Azis Dumpa, SH membenarkan saat ini kebebasan berekspresi benar sudah terancam dan dapat dikatakan darurat. Adanya pembatasan ini tidak hanya mengekang masyarakat, bahkan dapat membuat warga menjadi seorang kriminal. Aziz juga menanggapi ter-

kait persoalan pembatasan berekspresi di dunia kampus. Menurutnya pendidikan itu harusnya memberikan kebebasan, seharusnya tidak pengekangan baik itu dalam beroranisasi ataupun berkumpul. “Suatu kemunduran pendidikan jika mahasiwa dibatasi jam malamnya, diberikan ruang gerak mahasiswa, yang menyokong pemimpin bangsa pada dasarnya mereka yang aktif organisasi, berkumpul dan berekspresi,” tuturnya, Ahad (18/12). Kebebasan berekspresi seharusnya dimiliki setiap individu. Namun, kembali lagi ada hal-hal yang harus kita perhatikan selagi kita mengeluarkan ekspresi kita. Setidaknya ada tiga yang harus kita perhatikan yakni norma asusila, tidak menggangu keteriban umum dan mengancam keamanan. Kesimpulannya, mahasiswa ataupun masyarakat bisa saja berekspresi, asalkan ketiga hal tersebut dapat diseimbangkan. “Pendapat masyarakat harus diekspresikan, twapi harus dikontrol oleh negara, harus paham dengan kebebasan b e r e k s p r e s i , soal hak asasi manusia,” harap Aziz ketika diwawancarai.n

Ekspresi Bentuk Eksistensi Lewat ekspresi, manusia eksis. Nama akan tetap ada, saat karya tercipta.

A

ristoteles mengatakan manusia adalah makhluk berakal budi yang memliki tiga jiwa. Pertama, roh lalu jiwa untuk merasa dan jiwa untuk intelek. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya karena ada kemampuan berpikir dan menciptakan sebuah karya. Karya tercipta dari kebebasan berekspresi. Manusia diperbolehkan melakukan apa saja asal tak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Ada beberapa contoh kebebasan berekspresi yang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dapat kita jumpai saat melintasi Fly Over. Tidak jarang dtemukan banyaknya vandalisme di dinding jalan. Coretan ini dalam bentuk aspirasi yang tak mampu tersalurkan secara langsung. Vandalisme menjadi sebuah karya tempat masyarakat berekspresi. Menurut penelitian yang membawa Runi Virnita Mamonto meraih gelar sarjana pada 2016 ini vandalisme yang dilakukan di kalangan street artist Makassar tercipta untuk mengungkapkan kegelisahannya. Sarana dalam menyampaikannya ini dituangkan lewat aksi coret dinding. Hal ini juga yang terjadi dalam kampus Unhas. Banyak coretan

aspirasi mahasiswa yang tertera di dinding. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi ini berpendapat bahwa kampus bukan hanya milik birokrat saja. Mahasiswa juga berhak mencoret dinding, sama halnya birokrat yang mengizinkan merek dagang tertentu terpajang di kampus. Tak hanya lewat vandalisme,beragam cara berekspresi yang dilakukan seseorang di dunia sekarang ini. Kini sedang maraknya masyarakat menggunakan media sosial sebagai sarana berekspresinya. Meskipun, banyak perilaku di media sosial yang dirasa menyimpang karena terlewat bebas dalam berekspresi. Ada juga hal positif yang didapatkan lewat berekspresi di media sosial. Contohnya saja saat menggunakan dunia maya dalam mempromosikan barang dagangan atau bisnis yang sedang digeluti. Hal ini yang dilakukan oleh Riska Pebriani. Mahasiswa Fakultas Kehutanan ini menjalankan usaha menggambar karikatur wajah. Bermula dari hobinya, Riska sapaan akrabnya kemudian diberi usul oleh teman-temannya untuk memasarkan gambarnya. Lewat akun media sosialnya, mahasiswa angkatan 2013 ini berhasil

menggaet beberapa pembeli. Setiap bulannya, ia mendapat keuntungan kurang lebih 500 ribu. Kini, ia mengembangkan usahanya dengan menerima pesanan lettering dan doodle. “Sosial media sangat bermanfaat untuk promosi karya saya. Biasanya banyak yang bagikan postingannya, jadi banyak kenal usaha ini,” katanya saat diwawancara, Senin (19/12). Ada lagi yang memanfaatkan media sosial dengan membuat sebuah situs. Berbekal ilmunya, mahasiswa Jurusan Teknik Informatika angkatan 2012 ini membantu mahasiswa mencari pondokan secara online. CEO dari caripondokan.com ini melihat peluang usaha saat mahasiswa susah mencari pondokan dan minimnya informasi indekos di Makassar. “Selama setahun ini sudah ada 8700 pengguna situs kami. Semoga terus bermanfaat bagi masyarakat luas,” katanya saat diwawancara, Senin (19/12). Bagi Sidik, sapaan akrabnya kebebasan berekspresi ini suatu tindakan nyata yang dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Berekspresi tidak mungkin dilarang. Ini salah satu bentuk Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Muliadi Mau SSos MSi, ekspresi boleh saja dilakukan melalui media massa, baik media cetak, online,

Tidak ada batasan untuk

berekspresi, kita wajib mendapatkan informasi dan menyalurkan pendapat asalkan semuanya dalam bentuk isu publik,” ujar Mulyadi Mau S Sos M Si, Senin (19/12).

radio ataupun TV. “Tidak ada batasan untuk berekspresi, kita wajib mendapatkan informasi dan menyalurkan pendapat asalkan semuanya dalam bentuk isu publik,” ujarnya saat ditemui, Senin (19/12). Muliadi juga mengingatkan bahwa pendapat yang dilarang saat melanggar (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA)

dan mengandung unsur privasi seseorang. “Jika mengeluarkan pendapat untuk isu publik, jangan menjelek-jelekkan pengambil kebijakannya, tapi kritik isi kebijakannya. Saat orang yang dikritik, itu melanggar kebebasan berekspresi. Namun, jika kebijakannya itu sah-sah saja,” jelasnya mengakhiri perbincangan.n


wansus

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

15

Hitam Putih Kebebasan Berekspresi data diri Selama kebebasan itu tidak menghalangi hak orang lain, sejauh itulah kebebasan seseorang. Berbicara soal kebebasan berekspresi kita tentu tau, ada aturan jelas yang dibuat guna mencegah penyalahgunaan media sosial. Utamanya dalam mengemukakan ekspresi, sehingga tidak melanggar hak orang lain. Lantas kalau begitu sejauh mana aturan ini mengikat, dan sejauh mana seseorang bisa meluapkan gagasan, maksud dan perasaanya jika berselancar di dunia maya? Inilah yang coba dijelaskan Pengacara Senior dan Praktisi Hukum Dr. Irwan Muin, SH MH M Kn dalam wawancara khususnya bersama salah satu reporter identitas, Devika Saputri saat dihubungi, Sabtu (3/12).

Nama : Irwan Muin Tempat, tanggal lahir : Pinrang, 17 Juni 1973 Riwayat Pendidikan : - Sekolah Dasar Negeri - Sekolah Menengah Pertama Negeri - Madrasah Aliah Negeri - Sarjana Hukum (S1) Perdata - Sarjana Hukum Islam(S1) Perdata Islam - Magister Ilmu Hukum (S2) Perdata - Magister Ilmu Kenotariatan (S2) - Doktor Ilmu Hukum (S3) Perdata Riwayat Organisasi : - Korps Alumni HMI (KAHMI) - Non Government Organization (NGO) - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNIP) - Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) - Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI)

istimewa

Berbicara mengenai dunia maya atau internet kini menjadi salah satu ajang bagi orang- orang untuk bebas mengekspersikan berbagai hal termasuk keluhannya. Hanya saja sejak disahkannya UU ITE beberapa tahun lalu membuat orang kini tidak leluasa berekspresi, benarkah? Bagaimana Anda melihat hal ini? Iya, yang pasti sejak berlakunya UU-ITE Tahun 2008 lalu itu menjadi warning bagi setiap orang dalam menggunakan media internet sebagai sarana lalu lintas informasi dan komunikasi. Bahwa kemudian undang-undang ini bersifat membatasi kebebasan, maka hal itu benar. Tapi, dalam artian aturan ini sebagai hukum tertulis yang bersifat mengatur sekaligus memberi sanksi terhadap setiap pelanggaran atas aturan tersebut. Keberadaan UU ITE ini dianggap mengungkung kebebasan masyarakat, lebihlebih hadirnya disinyalir bertentangan dengan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 amandemen keempat yang mengisyaratkan kebebasan berekspresi, bagaimana tanggapan anda? Sebenarnya undang-undang ini bagus, jika dilihat sebagai social control sekaligus sebagai

social enggineering atas prilaku masyarakat. Utamanya dalam menggunakan teknologi informasi internet. Ketentuan Pasal 27 ayat (3) UU-ITE, sebenarnya sudah pernah diajukan Judicial Review di Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, saat itu MK berpandangan bahwa kehadiran Pasal 27 ayat (3) UUITE ini dianggap masih relevan dan diperlukan. Utamanya untuk menyeimbangkan sisi kebebasan berekspresi sebagai hak dasar setiap warga negara, namun disini lain pentingnya peran negara dalam melindungi hak-hak warga negara lainnya dari tindakan melanggar hukum yang dilakukan melalui teknologi informasi atau sosial media. Kasus-kasus penghinaan melalui jejaring sosial yang berujung pemidanaan banyak bermunculan. Dan UU ITE menjadi jerat hukum yang ampuh untuk membuat siapa pun bisa bermalam di tahanan. Dalam konteks tersebut, kapan sebenarnya dibutuhkan keseimbangan antara penegakan hukum dan kapan kebebasan berekspresi layak dijunjung? Menurut saya rumusan delik yang diatur dalam UU-ITE sepanjang Pasal 27 - 37 masih sangat bercorak umum. Unsurunsur delik yang ada dalam

Pasal 27 sangat berpeluang menimbulkan ‘multitafsir’ dalam menilai setiap peristiwa kongkrit yang dituduh sebagai pelanggaran UU-ITE. Sehingga tidak jarang pendapat atau keluhan warga negara atas kualitas pelayanan publik yang dituangkan melalui sosial media harus berhadapan dengan hukum. Saya menilai penerapan UU di ranah penegakan hukum sangat tergantung kepada penyidik sebagai pintu masuk perkara pidana dalam konteks cryminal justice system Bagaimana kacamata hukum melihat kebebasan berekspresi ini, sejauh mana batasannya agar kebebasan berekspresi dirasa tidak melanggar UU ITE? Sebenarnya aturan ini masih sangat umum dan fleksibel. Sehingga sangat terbuka ruang untuk diperdebatkan. Kalau mau ditelaah ketentuan Pasal 310 ayat (3) KUHP misalnya memberi batasan tentang kualifikasi perbuatan pencemaran nama baik. Selama tidak dipandang memenuhi unsur delik pencemaran nama baik apabila hal tsb bertujuan utk kepentingan umum dan terpaksa pembelaan diri, tidak apa-apa. Bagaimana

sesungguhnya

penerapan perlindungan hak atas kemerdekaan berekspresi dan jaminan perlindungan reputasi seseorang dalam dunia maya (dalam hal ini pasal yang mengatur soal penghinaan dan pencemaran nama baik) sehingga tercipta suatu keselarasan? Saya menawarkan perubahan UU-ITE kedepannya. Agar penggunaan instrumen hukum atau sanksi pidana dalam kasus pelanggaran UU-ITE menjadi «ultimum remedium». Artinya harus ada terlebih dahulu penggunaan instrumen mediasi dalam memperlakukan setiap pelaku pelanggaran UU ITE, terutama yg berkaitan dengan ketentuan Psl 27 ayat (3). Dalam hal ini kita bisa meniru model penerapan hak jawab atau hak koreksi terlebih dahulu oleh seseorang atas pemberitaan massa media yang dianggap merugikan seseorang. Bagaimana seharusnya sosialisasi UU IT sehingga masyarakat tahu dan sadar tentang UU ITE ini? Pemerintah sebenarnya punya kewajiban untuk terlebih dahulu mensosialisasikan peraturan ini kepada masyarakat. Pentingnya etika dan prosedur tetap penggunaan teknologi informasi internet memang harus diketahui oleh masyarakat.

Penggunan internet masih relatif aktif digunakan masyrakat beberapa tahun terakhir diiringi perkembangan yang begitu cepat sehingga sebenarnya sangat berpeluang terjadinya tindakan kriminal berbasis media sosial. Adakah solusi yang anda tawarkan, terkait dilema kebebasan berekspresi, disisi lain ada UU ITE yang harus dipatuhi? Karena UU ini merupakan hukum positif maka wajib dipatuhi. Tapi bukan berati kebebasan berekspresi melalui internet kemudian harus tenggelam dan mati. Harus ada trik khusus dalam memformulasikan redaksi dan narasi dalam menyampaikan pendapat melalui media sosial. Dalam kasus penerapan UUITE pada perkara pidana Prita Mulyasari misalnya, Mahkamah Agung membuat kaidah hukum bahwa penyampaian keluhan atas kualitas fungsi pelayanan publik (RS. Omni Internasional) bukan merupakan suatu delik pencemaran nama baik, jika ditinjau dalam rumusan Pasal 27 ayat (3) UU-ITE. Demikian pula dalam ketentuan Pasal 310 ayat (3) KUHP sebagai rujukan yuridis dari Pasal 27 ayat (3) UU-ITE telah diatur pengecualian bahwa dalam rangka untuk kepentingan umum dan pembelaan diri tidak dapat dikategorikan sebagai pencemaran nama baik.n


16

dapur redaksi

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

M Dahlan Abubakar (Ketua Penyunting) ALUMNI identitas angkatan kedua ini kerap memplesetkan sapaan kak -Panggilan akrab keluarga identitas- menjadi kakek. Dia senang identitas kini menghasilkan sistem si-laturahim yang tak lekang zaman. Meskipun kru kadang-kadang membuatnya jengkel jika melakukan kesalahan, tapi ia tetap rindu dengan identitas dan krunya. Tak sesekali ia menegur awak kru yang tampil wawancara dengan gaya nyeleneh, entah tidak mengenakan baju berkerah, kurang cakap mewawancara, hingga cara memotret. Maklum dirinya adalah fotografer kala surat kabar ini mulai rutin terbit 42 tahun silam. Pengagum buku jurnalisme investigasi ini masih disibukkan menulis berbagai buku biografi. Di usianya yang ke-63 tahun ia tak lelah menelurkan karyanya. Bagi kakek empat orang cucu ini menulis adalah caranya untuk menyegarkan ingatan.

Fajar S.Juanda (Ketua Penerbitan) Dijuluki Bunda Dapur Marasa sebab ia sering menjadi sumber rejeki yang tak terduga dengan menghadiahi kru masakan racikannya. Penggemar Dan Brown dan Tere Liye ini telah menjadi ketua penerbitan sejak mahasiswa. Tak jarang ia turun langsung jika melihat identitas terlambat terbit. “Ana’ ssikoola, tanggal berapami inie,” kata ‘pedas’ yang karib didengar jika deadline berekor. Dirinya bukan tanpa masalah pernah ia berharap ada yang dapat menggantikannya di identitas agar ada regenerasi. Katanya organisasi ini tidak boleh terlalu lama dibiarkan tanpa kader pengganti. Namun, karena perhatiannya terhadap redaksi. Kru tak menghendaki ibu dari empat putra ini mengundurkan diri, ia pun akhirnya urung.

Devika Saputri (Koordiantor Liputan)

Fransiska Sabu Wolor (Koordinator Litbang SDM)

MENDAHULUKAN prioritas, itu kuncinya,” kata dara berkacamata ini. Kesibukan di identitas sebagai pengontrol terbitan selama setahun ini membuat belakangan pola hidupnya berubah menjadi nokturnal atau

SETIAP orang pernah berada di titik jenuh beridentitas begitu pun dengan Mahasiswa Fakultas Kehutanan ini. Meski begitu ‘candu’ identitas masih saja berhasil menggiringnya kembali pulang ke rumah ke-

aktif di malam hari. Posisinya sebagai koordinator liputan membuatnya tegas terhadap semua tugas keredaksian. Bagi dara kelahiran Makassar, 11 Agustus ini tidak alasan untuk tidak mengerjakan penugasan. “Setiap kali memipin rapat redaksi, saya selalu menegaskan kita punya waktu yang sama 24 jam. Kalau pun kamu tidak mengerjakan semua tugas, yang salah ada di manajemen waktumu, jangan salahkan identitas” Perempuan yang sebelumnya menjabat sebagai Manajer Iklan ini memanajemen waktunya dengan membuat list pekerjaan paling mendesak yang harus dikerjakan. Kecintaanya pada identitas tidak pernah diucapkannya. Kru yang ditakuti magang dan reporter ini membuktikannya dengan menempatkan urusan identitas di list kesekian setelah urusan pribadi.

cil. Perempuan kelahiran Palu ini tidak hanya mampu memanajemen waktunya dengan baik. Ia pun mampu mengatur kru identitas dengan apik. Posisinya sebagai Litbang SDM membuat kru merasa nyaman menjadikannya sebagai tempat curahan hati. Nona, begitu ia sering disapa sepertinya punya jurus kemana-mana. Sesaat raganya bisa ada di rumah kecil, tak berapa lama raganya tiba-tiba sudah berada di Kampung Rimba, mengurus organisasi Pandu Alam Lingkungan (PAL). Kemampuan inilah yang membuat kru menjadikan perempuan ‘macho’ ini sebagai panutan. “Santai saja, asal santainya dibarengi komitmen yang tinggi,” ujar perempuan yang sebelumnya menjabat sebagai staf Litbang online ini.

Nursari Syamsir (Koordinator Foto) PEREMPUAN yang satu ini bisa digolongkan yang paling bahagia di identitas. Tak hanya mendapat ilmu dan jaringan, ia juga mendapat pasangan hidup. Mahasiswa Fakultas Pertanian ini paling aktif pergerakannya. Sebagai Koordinator Foto, ia juga turun motret jika fotografernya berhalangan. Ibu dari Anawai ini juga pernah menjadi manager iklan. Keahliannya dalam bernegosiasi membuatnya menjadi orang yang pandai berbisnis. Kini ia mengelola bisnis salon dan handy craft wisuda. Kondisinya sebagai ibu rumah tangga beranak satu tak menghalanginya di identitas. Ia selalu ada saat kegiatan penting. Baginya identitas ialah rumah kecil dengan penuh kebahagian. Dalam mengatur waktunya, Sari sapaan akrabnya menempatkan urusan identitas terpenting kedua di bawah urusan keluarga. “Di sini tempat belajar terbaik saya,” ujarnya.

Khusnul Fadilah (Koordinator Litbang Data ) SOAL loyalitas bisa jadi dia juaranya. Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya ini seringkali menempatkan identitas di prioritas utama selain perkuliahannya. Meski begitu ia tetap aktif di beberapa organisasi lain. Selain aktif mengurus data dan pengarsipan identitas, perempuan kelahiran Maros ini pun aktif mengkoordinir setiap jejaring media sosial identitas. Meski terkadang harus jenuh dengan tekanan, sebagaimana yang turut pula dialami pula oleh kru lain ia mencoba untuk tidak pernah meninggalkan tanggung jawabnya. Baginya berproses di identitas punya peranan besar terhadap kemampuan menulisnya. Untuk berbagai tekanan yang dialami selama beridentitas gadis yang punya julukan senior tercerewet ini selalu punya cara jitu untuk mengatasinya. “Jangan menunda-nunda, jangan selalu mau ditagih, kerjakan yang paling penting dan kerjakan yang diamanahkan,” ujarnya.

Ramdha Mawaddha (Penyunting Pelaksana) PEREMPUAN kelahiran 2 Januari 1995 inilah yang menahkodai identitas setahun terakhir. Meski sibuk beridentitas tidak menghalangi dara asal Bantaeng ini untuk tetap sibuk di mana saja. Jangan tanya soal manajemen waktu, sepertinya Ia lah ahlinya. Buktinya, dengan seabrek praktikum dan lab ditambah lagi kesibukan berorganisasi, Alumni Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Alam ini mampu menyelesaikan studinya tepat waktu. Identitas harus dijalankan dengan penuh cinta. Itulah kenapa selama menjadi penunting pelaksana Ia harus meredam keinginan pulang kampungnya dan memilih menjadi penghuni setia rumah kecil. Baginya, tidak ada pekerjaan yang tidak membutuhkan tenaga, terlebih untuk menerbitkan identitas “Semua butuh tenaga, membalik tangan sekalipun itu, kan butuh tenaga dari dalam tubuh, makanya semua harus dikerjakan dengan semangat,” ujarnya. Asmaul Husna Yasin (Koordiantor Litbang Online) PEREMPUAN yang memilki prinsip selagi sudah berjanji jangan sekali-kali tidak ditepati ini patut diacungi jempol dalam manajemen waktu. Baginya, setiap tanggung jawab yang dipegang harus diselesaikan sebelum deadline. Unna begitu ia biasa disapa tak pernah sekalipun melalaikan penugasan yang diberikan. Sebagai koordinator Litbang online yang setiap saat mengontrol berita di segala lini media sosial identitas tak juga menghalaginya untuk menyelesaikan studinya tepat waktu. Perempuan yang seringkali disapa ukhti ini bukan hanya mampu mengatur waktu untuk dirinya sendiri. Ia bahkan bertindak seperti alarm yang setiap harinya mengingatkan kru untuk menjalankan ibadah sholat. Beridentitas adalah sebuah ibadah yang harus dilaksanakan dengan ikhtiar dan ikhlas. “Saya terus di sini, karena selama ini saya merasa identitas tidak menyalahi syariat Islam,” ujarnya.

Riyami (Staf Penyunting) MAHASISWA Jurusan Ilmu Tanah ini memilki hobi tidur di kelas jika ruangan itu berAC. Di samping karena berbagai kesibukan yang dimilikinya: Anggota Himpunan mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (Himti) Unhas dan sebagai staf penyunting redaksi identitas. Keseringan ketiduran di ruang kelas karena waktu itulah dia istirahat tambahan. Wanita yang berpenampilan agak tomboy ini selalu menyibukkan dirinya dengan berbagai rutinitas keidentitasan salah satunya penyuntingan berita. Gadis daerah Malili Kabupaten Luwu Timur memilki prinsip dalam mengatur rutinitasnya di keredaksiaan, yaitu harus didahului mana proritas dan mana yang penting baru kita kerja pekerjaan selanjutnya. “Selagi ada kesempatan biarpun sedikit disitulah saya kadang gunakan untuk kerja tanggung jawab saya di identitas” ujarnya.


dapur redaksi Sriwidia Rosalina BST (Manajer Iklan) MAHASISWA yang mengambil konsentrasi Public Relation di Jurusan Komunikasi Unhas ini menjadi salah satu tulang punggung identitas. Perannya sebagai Manajer Iklan sangat penting bagi kelangsungan hidup semua kru. Perempuan dengan segudang aktivitas redaksi ini juga berperan sebagai fotografer. Pergerakannya yang gesit membuat ia tidak pernah merasa pusing dengan banyaknya rutinitas yang harus dilalui. Widya, sapaan akrabnya pun mampu berada di beberapa tempat dalam satu waktu. Pagi hari ia kuliah, setelahnya motret lalu pergi berjumpa dengan klien untuk bernegosiasi iklan. “Setiap tanggung jawab yang diberikan akan saya kerjakan karena kepercayaan yang tak boleh dikhianati,” kata perempuan yang selalu berusaha tidak melalaikan tugas akademiknya.

Sri Hadriana (Sekretaris) DARA asli Bone ini memiliki hobi menggambar apa saja sesuai dengan mood-nya. Baginya beraktivitas di identitas merupakan sebuah seni kepenulisan. Prinsip seni kepenulisan yang menggebu dalam diri, mampu mengantarkan dia menjadi sosok yang pemberani dan siap melakuakan perubahan. Apapun yang dilakukan wanita berpostur tinggi ini harus dilakukan secara berulang-ulang supaya lebih bagus hasil. Mahasiswa FIKP ini tidak suka jika tidak ada sesuatu yang dilakukan di waktu luangnnya. Bergabung di identitas hal paling tepat baginya untuk mengisi waktu luangnya. “identitas tempat beribu pekerjaan, beribu jadwal deadline” ujarnya. Ia ingin menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan se- perti Susi Pujiastuti. Lewat identitas, ia bisa belajar banyak untuk meraih angannya itu.

Andi Ningsi (Reporter) PENGGEMAR penulis ternama Pramoedya Ananta Toer ini suka membaca buku non-fiksi, hampir semua buku Pramoedya sudah dibacanya. Dia tidak menyangkah bisa bertahan di identitas sampai sekarang karena dunia jurnalistik sangat menguras tenaga dan pikir. “Jangan melewati garis mati, yaitu deadline penerbitan,” ujar gadis kelahiran Bulukumba. Lawan rasa malas, manfaatkan waktu yang ada, respek diri diperlukan dan bekerja secara profesional baginya merupakan kunci utama dalam melakukan ativitasnya sehari-hari. Baginya identitas merupakan tempat untuk membuang kepenatan kegiatan akademis karena identitas bagian keluarga kecil baginya.

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Wadi Opsima (Bendahara)

Irmayana (Koordinator Layout) PENGGEMAR novel detektif ini memiliki berbagai rutinitas. Menjalankan rutintas dalam hidupnya membutuhkan tenaga dan kesabaran yang tinggi. Di identitas dia memegang jabatan sebagai layouter (mengatur tata letak) dan sesekali mendesain, membuat wanita ini sering bergadang. Tetapi baginya itu merupakan proses pembalajaran menjadi wanita yang lebih baik dari sebelumnya. Pengemar film Harry Potter dan bahkan Drama Korea ini, memilki sifat tenang dan kalem. Ia tidak suka menjadi reporter karena harus aktif bergerak. Bertahan di identitas membuatnya nyaman meskipun itu berat. Di sini, ia mengabdi pada masyarakat kampus Unhas. Mahasiswa angkatan 2013 Jurusan Sastra Inggris ini melakukan rutinitas dalam kesehariaanya dengan memproritaskan agenda yang penting dan mendesak. “Setiap apapun ada jalannya, cukup berusaha dan percaya kepada Allah SWT, diri sendiri dan teman kerja,” ujar wanita asal Soppeng ini.

Muhammad Abdul (Layouter) LELAKI asal Pinrang ini bertugas untuk mengatur tata letak di koran identitas. Selain itu, ia juga menjadi spesialis penggambar karikatur. Bedu, sapaan akrabnya juga bertanggung jawab terhadap Rumah Tangga identitas. Berkolaborasi dengan Ayu, mereka menciptakan suasana identitas yang nyaman lewat kebersihannya. Ketua Himpunan Mahasiswa Biologi ini merasa identitas sebagai kebutuhannya juga. Sibuk dengan aktivitas himpunan dan laboratorium tak membuatnya pasif di identitas. Ia rajin meliput berita untuk menyuarakan suara-suara yang tak terdengar oleh birokrat. “Saya ada di sini untuk memperjuangkan nasib orang-orang yang tertindas,” begitulah prinsipnya.

DARA asal Muna ini paling dicari di identitas. Berada didekatnya membuat kru semakin sejahtera. Ialah Osi, bendahara redaksi. Selain aktif di identitas, mahasiswa Jurusan Kedokteran Hewan ini juga disibukkan dengan berbagai praktikum lab. Belum lagi ia juga salah satu anggota Paguyuban Beasiswa KSE di Unhas. Perempuan yang juga aktif di Forum Lingkar Pena Unhas ini mengatur aktivitasnya berdasarkan prioritas. Ia bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, pembawaannya yang riang dan suka menghibur membuat orang lain mudah dekat dengannya. “identitas bagaikan sebuah rumah yang di dalamnya ada keluarga dengan sejuta karakter. Saat sehari tak ada di sini, rasanya ada yang kurang,” ujar perempuan penyuka kucing ini.

Musthain Asbar Hamsah (Reporter) REPORTER berambut gondrong ini mengatur dirinya berdasarkan rutinitas yang mendesak untuk dikerjakan. “Dahului mana yang penting,” kata pria yang biasa disapa Aim. Mahasiswa yang aktif sebagai Koordinator Kajian dan Strategi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan ini bergabung di identitas untuk mencari pengalaman. Baginya, komitmen dan konsisten dalam berproses di identitas ialah hal yang paling berguna. identitas merupakan tempat pengembangan diri yang bagus karena dapat berkenalan dengan beberapa tokoh baik bidang kepenulisan, jurnalistik dan tokoh masyarakat.

Ayu Lestari (Reporter) KRU identitas ini memilki hobi menyanyi tapi menurutnya tidak begitu hebat. Ayu sapaan akrabnya merasa identitas butuh dijalankan melalui membangun kepercayaan, mendengar, berkorban demi kepentingan bersama, menjunjung tinggi kejujuran dan integritas. Mahasiswa Prodi Sosial Ekonomi Perikanan ini mengaku untuk memanajemen diri itu tidak sulit, semua tergantung cara kita menjalaninya. Dalam mengatur dirinya, ia rajin beribadah kepada Alllah SWT dan mendahulukan sesuatu yang penting dan mendesak. Selain itu, ia juga mengubah mindsetnya. Ayu tetap berada di identitas karena merasa dunia jurnalistik bisa membuatnya menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.

17

Rahima Rahman (Fotografer) DARA asal Maros ini memiliki berbagai organisasi selain identitas. Mahasiswa Jurusan Kelautan ini aktif di Marine Science Diving Club, UKM Fotografi serta organisasi daerah Himpunan Mahasiswa Maros. Ima, sapaan akrabnya kerap mengalungkan kamera di lengannya saat berpergian. Hal ini salah satu bentuk kesigapannya sebagai fotografer identitas. Dengan segudang kesibukannya, ia membuat skala prioritas agar berjalan dengan baik. Magang PK identitas 2016 - Nor Hafiza (FK) - Rahman (FIB) - Amran Maulana (Faperta) - Dirga Erlangga (Faperta) - Fatmawati Ilyas (Faperta) - Isna (Faperta) - Nurul Fajri (Faperta) - Lidya (FK) - Nia (FMIPA) - Nur Iftitah (Faperta)

- Nur Jannah (Fahutan) - Nur Fadila (Faperta) - Nur Wahida (FIKP) - Rusti (FIKP) - Sahar (FISIP) - Sahriani (Faperta) - Suryandi (FISIP) - Syahrullah (Faperta) - Tita Aulia (Faperta) - Nur Haliza (FIB) - Amel (FIB)


18

kronik

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

akademika Sang Pencerah

BUKU sejarah mencatat bahwa ketika Islam mulai masuk di Indonesia, sembilan Walisongo menyisir dan mulai menggerus semangat animisme yang mewarnai kehidupan masyarakat pulau Jawa. Mereka dengan tekun dan sabar mengajarkan Islam sebagai rahmat hingga akhirnya menjadi pedoman sebagian besar masyarakat nusantara. Para Walisongo memiliki semangat keislaman yang telah mendarah daging sejak lama kemudian diteruskan kepada keturunannya. Seperti pepatah klasik yang mengatakan “Buah yang jatuh tak akan jauh dari pohonnya,” juga dialami oleh keturunan kedua belas Walisongo, Maulana Malik Ibrahim. Keturunan kedua belasnya memiliki peran penting dan menjadi pelaku sejarah semangat perjuangan Indonesia. Muhammad Darwisy atau lebih dikenal sebagai Kiai Haji Ahmad Dahlan. Lahir di Yogyakarta 1 Agustus 1868 silam. Ketika usianya menjajaki 15 tahun, Dahlan remaja menunaikan haji ke Mekah dan menetap selama lima tahun. Saat di tanah suci inilah dihabiskan dengan berinteraksi terhadap bermacam pemikiran pembaharuan dalam Islam. Para tokoh pemikir yang sempat berinteraksi dengannya seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Kembalinya ke kampung halaman tahun 1888, mulailah ia menggunakan nama Ahmad Dahlan. Semangatnya untuk berguru tentang Islam tidak cukup sampai disitu. Tepatnya tahun 1903, Dahlan dewasa bertolak kembali ke tanah kelahiran Rasulullah dan menetap selama dua tahun. Pada tahun 1909, Dahlan kembali ke tanah air lalu bergabung dengan organisasi kepemudaan, Budi Utomo. Bermaksud untuk mengajar agama, niat baiknya disambut hingga akhirnya beberapa anggota Budi Utomo menyarankan agar Dahlan membuka sekolah yang dapat diaturnya dengan rapi dan didukung oleh organisasi ini. Perihal ini dilakukan untuk menghindari nasib pesantren tradisional yang terpaksa tutup bila Kiai pemimpinnya meninggal dunia. Sehingga muncullah ide dari Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang selanjutnya dikenal sebagai Muhammadiyah, tepatnya pada 18 November 1912 di Kampung Kauman, Yogyakarta. Organisasi tersebut bertujuan untuk memajukan pendidikan dan membangun masyarakat yang islami. Sebelum berdiri, Dahlan pernah berguru pada Syekh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asyari. Baginya, Islam seyogyanya harus didekati dan dikaji melalui kacamata modern sesuai dengan tuntunan zaman. Alquran mengajarkan agar masyarakat tidak hanya pandai membaca dan melagukan, tetapi juga mampu memahami makna yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya Dahlan lalu mereformasi sistem pendidikan pesantren saat itu. Sistem yang menurutnya tidak efektif dan hanya mengajarkan menghafal serta tidak merespon pengetahuan umum, lalu menggantinya dengan mendirikan sekolah Muhammadiyah yang mengajarkan pengetahuan umum dan Bahasa Belanda. Selain di organisasi dan pendidikan, dakwah pun tidak ketinggalan. Ajaran utama yang terkenal adalah semua ibadah diharamkan kecuali yang diperintahkan dan diajarkan dari Nabi Muhammad SAW. Mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan berlebihan terhadap pusaka keraton. Di samping itu juga memurnikan ajaran islam dari percampuran berbagai ajaran animisme dan ajaran di luar Islam. Akibat dari segala pembaruan yang dilakukan, maka segala gerak-gerik yang dikerjakan dipandang aneh dan agak menyimpang dari tradisi yang ada saat itu. Sang Kiai sering diteror dan diancam dibunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoran binatang. Padahal yang ingin disampaikannya adalah Islam sebagai agama kemajuan, dapat mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Berkat usahanya, banyak golongan intelektual yang bergabung dengan Muhammadiyah. Kemudian dalam perkembangannya, menjadi salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Sang Pencerah wafat di Yogyakarta saat usianya 54 tahun, 23 Februari 1923 dan dimakamkan di kampung Karangkajen, Brontokusuman, Yokyakarta. Kisah heroiknya lalu diangkat ke layar le-bar enam tahun silam dengan judul “Sang Pencerah” yang menceritakan kisah hidupnya dan proses terbentuknya Muhammadiyah.n Muhammad Abdul

Pengaderan Fakultas Hukum Tahap Pertama Dibubarkan PEMBINAAN Mahasiswa Hukum Tahap Pertama (PMH I) dalam pelaksanaannya dibubarkan oleh Wakil Dekan III (WD III) Fakultas Hukum, Dr Hamzah Halim SH MH Sabtu (26/11) lalu. Berdasarkan kronologi versi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum, Kahar Mawansyah menjelaskan WD III mengancam panitia pelaksana pengaderan dengan Komdis skorsing terhadap siapa pun yang menyeberangi pendapatnya. Tindakan ini membuat panitia PMH I menarik diri dan mengambil alih pengarahan kepada mahasiswa baru. Tak hanya itu, Hamzah juga melontarkan perkataan yang tak bermoral di depan ratusan mahasiswa. “Ia melontarkan katakata yang tak bermoral di depan ratusan mahasiswa, seperti setan ataupun pengembala kambing,” jelas Kahar, Selasa (29/11) Namun, hal tersebut dibantah oleh Hamzah. Menurutnya, pembubaran

PMH I sudah sesuai aturan yang berlaku. Ia menunjukkan beberapa poin pada panduan Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru (P2MB) yang dilanggar oleh panitia pelaksana pengaderan. Sehingga sebagai pimpinan fakultas berhak menghentikan kegiatan apabila tidak berjalan sesuai dengan ketentuan. Hal ini sesuai dengan aturan dari poin lima dari panduan ini. Tak hanya itu Hamzah juga menunjukkan surat pernyataan yang dibuat panitia ketika meminta rekomendasi. Pada surat itu, Hamzah menunjukkan dua poin pernyataan yang dilanggar panitia sendiri, seperti; tidak melakukan kekerasan fisik terhadap mahasiswa baru dan tidak merokok selama pemberian materi. Ia juga tidak membenarkan pelontaran kata-kata yang tak bermoral di depan ratusan mahasiswa. Ia juga menceritakan insiden yang terjadi saat itu sedang

lewat di parkiran dan mendapati mahasiswa baru jalan jongkok, ia lalu menegur panitia dengan kekerasan fisik (red. jalan jongkok) yang dimaksudnya. “Saya tanya ke panitia yang ada di sana. siapa yang melakukan ini. dia tidak ngaku, jadi saya bilang, kalau bukan kamu yang lakukan itu, berarti setan itu,” katanya sambil tertawa kecil, Rabu (14/12). Namun, ia membenarkan katakatanya (penggembala kambing) ketika mendapati pemateri dari panitia menggunakan kaos oblong dan merokok di depan mahasiswa baru. Hamzah menceritakan maksudnya mengucap seperti itu hanya untuk pemateri bisa memberikan contoh yang baik terhadap mahasiswa baru. Walaupun telah disepakati dengan mahasiswa baru tindakan merokok yang dilakukan pemateri, namun Hamzah mengelak tindakan pemateri itu.n

Teka Teki Dana KKN Unhas PELAKSANAAN Kuliah Kerja Nyata (KKN) Gelombang 93 menuai banyak permasalahan. Setelah melakukan beberapa kali konsolidasi, Aliansi Unhas Bersatu menyelenggarakan aksi damai untuk meminta konfimasi ke pihak rektorat, Selasa (13/12). Aksi tersebut dimulai dengan menyampaikan tuntutan di depan Gedung Rektorat. Kemudian, peserta aksi diarahkan bertemu dengan Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA bersama Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Abdul Rasyid Jalil MSi serta Kepala Bagian Anggaran Masyarakat, Yohanis Sattu. Dalam dialog tersebut, Dwia mengapresiasi aksi mahasiswa kali ini karena membawa data yang berarti mahasiswa turut mengawal kampus yang bebas korupsi. Salah satu tim riset KKN Gelombang-93, Imam menyampaikan hasil riset diantaranya biaya hidup selama

KKN yang dianggarkan sebesar 250 ribu per ternyata tidak tersalurkan sepeser pun. Pihak rektorat dan UPT KKN saling lempar dan menuding terkait pengembalian dana biaya hidup. “Pihak rektorat mengaku belum ada laporan keuangan penyelenggaraan KKN yang diterima dari UPT, namun pihak UPT justru mengaku bahwa telah mengajukannya,” tutur Imam, Selasa (13/12). Tak hanya sebatas permasalahan itu, tim aksi juga menyampaikan pengakuan UPT terkait tansportasi yang bekerjasama dengan Kodam VII Wirabuana. UPT mengatakan bahwa transportasi tersebut disewa, namun setelah dikonfirmasi tim riset, Selasa (25/11) pihak Humas Kodam VII Wirabuana mengatakan bahwa tidak ada penyewaan truk dalam penyelenggaraan KKN. hanya menerima uang bensin dan konsumsi untuk supir. Menanggapi hal tesebut pihak

UPT mengaku sebagai kebijakan subsidi silang, selisih anggaran tersebut dipergunakan untuk hal lain seperti fotocopy administrasi KKN, pembelian kertas, dan hal-hal dianggap penting. Imam menambahkan bahwa Jika berpatokan pada asas-asas umum pemerintahan yang baik, pihak UPT KKN Unhas jelas melanggar asas keterbukaan sebagai bentuk hak terkait transparansi informasi penyelenggaraan KKN dalam hal ini bagi mahasiswa pada umumnya, dan peserta KKN pada khususnya. Dwia mengatakan bahwa akan merapatkan dengan sistem pengawas internal tentang persoalan ini. Ia juga mengarahkan Wakil Rektor III untuk bersama mahasiswa tim riset bertemu langsung dengan kepala UPT KKN untuk meminta penjelasan terkait ketimpangan tersebut.n


ipteks

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Pohon endemik eboni digolongkan sebagai kayu mewah, permintaannya sangat tinggi. Namun, populasinya semakin menurun. Sehingga perlunya diadakan penelitian terhadap sebaran anakan dari pohon ini.

PERNAKAH Anda melihat mebel mewah unik terbuat dari kayu yang biasa terpajang di rumah-rumah adat khas Sulawesi? Tahukah Anda bahan dasar dari mebel tersebut? Ternyata mebel tersebut terbuat dari pohon endemik Sulawesi. Kita sering menyebutnya kayu hitam atau eboni. Eboni selain dibuat menjadi mebel, ternyata juga dapat dimanfaatkan untuk lapisan alat musik seperti piano, gitar, dan biola. Pohon penghasil kayu yang bernilai ekonomi tinggi ini banyak diminati sehingga marak terjadi penebangan liar. Hingga saat ini keberadaannya di alam sudah semakin berkurang. Agar tak punah, pemerintah menetapkannya sebagai salah satu spesies langka yang dilindungi melalui SK Menteri Kehutanan. Sayangnya, sampai detik ini pun, belum ada referensi yang

mampu menjelaskan mengenai sebaran ekologi dari eboni atau dalam bahasa latin Diospyros celebica untuk setiap tingkat pertumbuhannya. Selain itu, keprihatinan terhadap pohon endemik yang semakin langka ini mendorong Prof Dr Ir Ngakan Putu Oka, MSc bersama kerabat dosen dan mahasiswanya untuk melakukan penelitian. Dengan judul penelitian “Sebaran dan Struktur Populasi Anakan Diospyros celebica Bakh di Bawah Pohon Induknya. “Kami kan orang-orang dari kehutanan jadi mengerti spesies yang langka, melihat kondisi spesies ini juga banyak di eksploitasi sampai pemerintah menetapkannya sebagai jenis pohon dilindungi, jadi kami ingin kembali meningkatkan populasinya,” ujar dosen Fakultas Kehutanan ini, Kamis (1/12). Penelitian yang dilakukan

Teliti Anakan, Eboni Dilestarikan

sejak 2011 lalu ini dilakukan di Hutan Pendidikan Unhas Kabupaten Maros. Menggunakan metode observasi langsung terhadap pohon induk yang akan diteliti. Dengan sampel ukur seluas satu Hektar dengan metode ukur tegakan hutan alam sekunder akan dilihat jika eboni tinggi kurang dari 130 cm, maka dikategorikan sebagai anakan eboni. Dengan menggunakan analisisi Indeks Sebaran Morishita, dosen berprestasi Unhas tahun 2009 ini memperoleh hasil bahwa pola sebaran anakan eboni bergantung pada kelerengan habitatnya. Pada lereng yang curam, lebih banyak ditemukan eboni. Ketersediaan anakan ini menunjukkan bahwa regenerasi eboni berjalan cukup baik. “Saat ini sudah kita temukan bahwa eboni menyukai tumbuh di tempat berlereng dan berbatu, semakin berlereng semakin bagus, eboni bisa tumbuh di

bawah naungan pohon induknya sejak kecil, namun tidak sampai dewasa,” jelasnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sifat pohon endemic ini ialah semitoleran. Sehingga Putu Oka memberikan saran dalam penelitiannya. Sebaiknya tanaman eboni jika ingin dikembangkan menggunakan tanaman sekunder pada hutan atau spesies tanaman pengayaan pada hutan alam. Selain itu, eboni yang menjadi anakan sekiranya dapat dijadikan bahan bibit cabutan. Seperti nasib para peneliti pada umumnya akan mendapatkan kendala, Oka pun merasakan hal yang sama. Ia mengaku mendapat beberapa permasalahan diantaranya masyarakat yang belum mampu mengerti betul tentang pentingnya penelitian dilakukan, sehingga harus mengulang penelitian yang telah dilakukannya selama dua tahun.

Media ukur untuk penelitiannya seringkali dimakan sapi ataupun masyarakat menebang pohon. Walaupun penelitian ini berjalan cukup lama, namun telah dipublikasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M). Penelitian ini juga sudah diterbitkan dalam bentuk jurnal dalam Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Agustus lalu. Dosen lulusan Kaghoma University ini berharap penelitiannya akan berguna dalam memberikan petunjuk penyusunan perencanaan pengelolaan hutan alam eboni. “Nantinya memudahkan untuk mengetahui informasi ketersediaan serta dinamika anakan alam sebagai bahan bibit di bawah tegakan pohon induknya,” ujarnya.n Andi Ningsi

Patikala Hambat Pertumbuhan Bakteri Mulut

PERNAH makan kapurung, parede dan lawa’? Makanan khas Sulawesi-Selatan yang rasanya sedikit asam tapi lezat dan menggugah selera bagi penikmatnya. Tahukah Anda rempah yang membuat rasanya menjadi unik? Yah, kita kenal dengan kecombrang atau patikala. Rempah satu ini memiliki beragam manfaat. Memiliki nama latin Etlingera elatior, tanaman ini mengandung zat besi yang tinggi serta kalsium, magnesium, fosfor, kalium dan seng. Sehingga rempah satu ini tak hanya buat bahan pangan, namun dapat juga digunakan sebagai obat. Seperti bunganya dapat dijadikan sebagai penyakit kulit, batang dan pelepah daunnya dapat dijadikan sabun

alami. Tanaman patikala juga mengandung tanin yang berfungsi sebagai antimikroba yang dapat menghambat sintesis protein bakteri. Salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini juga normal berada dalam rongga mulut. Jika dalam jumlah banyak, bakteri ini akan menjadi patogen membuat luka bernanah pada sariawan. Bahkan infeksi dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan efek sistemik hingga kematian. Tanaman patikala dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme ini. Dengan adanya ini, Fadel Muhammad mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi tertarik untuk melakukan ilustrasi/Sri Hadriana

Buah patikala selain untuk penyedap makanan. Juga dapat digunakan sebagai penghambat bakteri dalam mulut.

19

penelitian yang berjudul Daya Hambat Ekstrak Buah Patikala terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Menurutnya, sampai saat ini pengaplikasian di mulut belum ada tindak lanjutnya. “Mungkin selanjutnya akan dibuat obat kumur untuk pencegahan bakteri saja,” ujarnya, Kamis (24/11). Penelitian ini menggunakan metode ekperimental laboratoris, penelitian ini

dilakukan selama tiga bulan. Dengan proses dimulai dari pembuatan ekstrak dari tanaman patikala, mensterilisasi alat, pengenceran, pengujian Konsentrasi Hambat Minimal (KHM), pembuatan medium SDA ( Saboraud Dextrose Agar ) dan menguji daya hambat tanaman patikala dengan menggunakan enam konsentrasi (10-35 persen) Seperti pada penelitian lain, penelitian ini pun menemui masalah klasik, yakni faktor biaya. Fadel harus rela menggunakan dana keluarga. Selain itu, mahasiswa angkatan 2013 ini harus rela membagi waktu penelitiannya dengan jadwal Kuliah Kerja Nyata yang beriringan. Untungnya dosen pembimbing selalu sigap untuk membantu segala kesusahan yang ditemui Fadel. Hasil penelitian menunjukkan ekstra buah patikala sangat efektif dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Dengan perlakuan konsentrasi yang tinggi yakni 35 persen, semakin meluas zona penghambat yang terbentuk sehingga semakin mudah untuk menghambat bakteri tersebut tumbuh. Ke depan, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan lebih menggunakan konsentrasi yang lebih tepat dan aman untuk digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Selain itu, perlu juga pengujian tidak hanya pada bakteri Staphylococcus aureus, melainkan pada bakteri lain juga. Fadel berharap dengan adanya penelitian ini dapat melihat banyaknya kandungan dari buah patikala ini, sehingga harus ada lagi penelitian yang lanjut. “Penelitian ini dapat bermanfaat digunakan baik kedokteran umum ataupun gigi,” harapnya. n Sri Hadriana


cermin

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Fransiska Sabu Wolor

20

T

erima kasih, dua kata yang senantiasa terucap dari mulut manusia setiap hari. Tanpa disadari, dengan kasih kita bisa menikmati hidup. Belakangan ini, orang-orang di sekeliling menegur ketika terlalu banyak mengeluh. Seberapa sering saya mengoceh, dibandingkan dengan berapa banyak terima kasih yang diucapkan. Kadang kesal mendengar nasihat ini, namun saya bersyukur masih ada orang yang mau mengingatkan. Sering dinasehati tentang ungkapan terima kasih membuat saya juga sering mengamati tingkah laku orang lain. Biasanya diam-diam saya perhatikan, apakah setelah ditolong seseorang mengucap terima kasih? Namun, berterima kasih bukan hanya saat diberi pertolongan, saat mendapatkan masalah pun mesti mengungkapkan ini. Segala

Sudahkah Kau Berterima Kasih Hari ini? “Jika satu-satunya doa yang Anda katakan dalam hidup Anda adalah ‘terima kasih,’ itu sudah cukup, ” kata Meister Eckhart. hal butuh kita syukuri entah itu perbedaan, kehilangan, kemampuan dan lainnya. Tidak mudah mengucapkan terima kasih saat mendapat cobaan. Secara naluriah, manusia akan bersungutsungut. Apalagi jika cobaannya berupa kehilangan sesuatu atau seseorang yang dikasihi. Jika mengalami cobaan seperti itu, apakah kau berterimakasih? Setiap orang memiliki jawaban berbeda terhadap pertanyaan di atas. Semuanya tergantung yang mengendalikan pemikiran itu, apakah nafsu atau kata hati? Saat nafsu yang mengendalikan pikiran, kita dapat saja dengan mudah merasa senang ataupun sedih namun itu sementara saja. Beda halnya dengan kata hati, meskipun awalnya terasa berat tetapi ada kepuasan dan legah di dalamnya. Bicara soal nafsu dan kata hati, bagi saya erat hubungannya dengan intensitas

mengucapkan terima kasih. Ketika nafsu belajar, makan, minum dan kebutuhan lain kita terpenuhi kita mengucap syukur. Begitu juga saat ada cobaan yang menerpa, jika kita memilih setia menyelesaikan perkara itu kita akan bersyukur. Pertanyaannya sekarang, apakah orang yang berkecukupan dari segi materi benar-benar bahagia? Lalu, orang yang tertimpa bencana begitu menyedihkan? Kembali lagi pada hal bagaimana cara dia mengatur nafsu dan kata hatinya. Saat kita terlalu terbiasa dengan hal duniawi, sudah jelas kita susah mengucap terima kasih. Dibanding saat hati kita bersukacita, walaupun bencana menghadang ucapan syukur selalu ada. Lalu, sudahkah kau berterima kasih hari ini ? Dunia mahasiswa sarat akan aktivitas baik akademik ataupun yang berhubungan dengan peningkatan soft skill.

Akhir semester seperti ini, mahasiswa disibukkan dengan berbagai tugas, banyak laporan lengkap, presentasi tugas dan lainnya. Belum lagi jika aktif di organisasi kemahasiswaan. Kesibukan di atas secara tidak sadar membuat kita jauh dari ucapan terima kasih. Pendapat saya ini subjektif, karena di satu sisi masih banyak juga orang yang selalu menikmati aktivitasnya. Namun jika masih sering mengeluh, ayo kita samasama tarik napas, hembuskan dan ulang berkali-kali. Saat sudah lega, mari berterima kasih atas semuanya. Terima kasih Tuhan untuk hidup yang begitu indah, terima kasih bapak ibu saya di rumah yang senantiasa mendoakan anaknya, terima kasih dosen atas tugas dan materi kuliah yang diajarkan, terima kasih asisten untuk laporan yang masih harus diulang, terima kasih teman-teman organisasi

untuk kerjasamanya, terima kasih mace kantin untuk sajian lezatnya, terima kasih pak satpam sudah menjaga kampus saya, terima kasih semuanya. Tulisan ini sengaja saya buat untuk mengucap terima kasih saja. Bukan karena saya tak mampu mengucapnya secara lisan. Tapi, saya percaya tulisan itu abadi. Saya ingin ingat bahwa sejak menulis ini saya harus terus bersyukur untuk apapun yang terjadi ke depannya. Terima kasih hati yang selalu adil, terima kasih nafsu yang mampu menggambarkan bahwa saya bukan orang yang teramat baik. Mari berefleksi. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kehutanan Angkatan 2013 Anggota Pandu Alam Lingkungan Unhas Litbang SDM PK identitas

Ragam

Pahami Sejarahnya, Rayakan Harinya

“Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia.”

L

agu ini sudah kita ketahui sejak duduk di bangku taman kanakkanak. Sebagai wujud cinta dan kasih kepada seorang ibu yang telah melahirkan kita ke dunia ini. Begitu mulianya seorang Ibu, sehingga banyak negara yang memiliki Hari Ibu sebagai perayaan nasional termasuk Indonesia. Lantas, apa yang muncul di benak Anda ketika mendengar kata “Hari Ibu”? Apa berarti hari di mana kita menyayangi Ibu seharian, memberikan hadiah spesial untuk Ibu, lomba masak dan semacamnya? Ya, banyak cara untuk memperingati dan memaknainya. Berbicara soal peringatannya, kita perlu melangkah lebih dari itu sekadar dengan spirit

lahirnya. Tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu melalui hasil Dekrit Presiden Nomor 316, yang dikeluarkan Presiden Soekarno pada 1959 di Gedung Mandalabhakti Wanitatama, Yogyakarta. Tanggal ini sengaja dipilih untuk mengenang kongres perempuan pertama yang diadakan pada 22 Desember 1928 (Widyastuti Purbani, Jurnal Perempuan). Sekaligus untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kongres ini bertujuan untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Sebelum sampai ke pengukuhan Hari Ibu, kaum perempuan Indonesia, bukan hanya ibu-ibu tapi juga remaja telah melalui proses yang sangat panjang. Sejak periode sebelum kemerdekaan, perempuan turut

memperjuangkan keadaan yang lebih baik, lebih memihak dan lebih berkeadilan terhadap kaumnya. Sebelumnya, telah terjadi beberapa kali kongres perempuan. Di mana dalam setiap kongres, perempuan ikut serta berkomitmen untuk mulai ikut serta dalam perjuangan melawan penjajah. Antara lain, mereka mendirikan dapur umum, klinik berjalan, membantu tentara Republik Indonesia, bekerja sama dan mendukung gerakan perempuan progresif di Belanda dengan mengirimkan surat tanda penghargaan kepada perempuan yang mengecam penyerangan kolonial Belanda terhadap Indonesia dan mengadvokasi perbaikan peraturan-peraturan dalam bidang pendidikan, hukum, politik, dan sebagainya (Baca: Sejarah Perempuan Indonesia, Cora Vreede –De Stuers). Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah. Hari tersebut kini diperingati dengan menyatakan

rasa cinta terhadap kaum ibu. Aulia Sirasih Mahasiswa Fakultas Kedokteran misalnya, memperingati dengan cara memberikan hadiah kepada Ibunya yang ia panggil bunda. “Saya tidak tau sejarah lahirnya Hari Ibu, tapi selama ini saya memperingatinya dengan memberikan hadiah kepada Bunda,” ujarnya, Sabtu (27/9). Senada dengan Margaretha, mahasiswa Fakultas Farmasi tersebut juga tidak tau mengenai sejarah lahirnya Hari Ibu. Tapi ia tetap memperingatinya. “Dalam memperingatinya, saya biasanya beres-beres rumah dan masak. Pokoknya Mama nggak boleh kerja kalau 22 Desember,” tutur anak sulung dari tiga bersaudara tersebut, Sabtu (27/9). Lain halnya dengan Daud Ismail, ia memperingati Hari Ibu dengan cara mengingat pengorbanan orang tua, khsusunya Ibu yang dilakukan untuknya sejak lahir hingga sekarang. “Sebagai mahasiswa yang sedang dalam perantauan,

komunikasi bersama Ibu paling cuma lewat telepon. Jadi kalau mau melakukan sesuatu untu Ibu, sepertinya sulit. Jadi dengan mengingat pengorbanannya, saya kira sangat bermakna,” ujar Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya itu, Senin (28/9). Cerita berbeda dari Adrian, ia merasa bahwa tak perlu merayakan Hari Ibu. “Tanpa merayakannya pun, saya dan Ibu saya tau kalau saya mencintainya,” katanya, Sabtu (27/9). Ia menambahkan bahwa menurutnya Hari Ibu bukan hanya merayakan kecintaan kepada Ibu, akan tetapi kecintaan kepada semua perempuan. “Setidaknya bacabacalah mengenai perjuangan perempuan, apalagi sekarang masih banyak kekerasan kepada perempuan. Buat apa merayakan jika hanya sekedar seremonial, maknailah sesuatu sebagaimana ia seharusnya dimaknai,” jelasnya Senin (28/9).n Khusnul Fadilah


kolom

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Unjuk Logika Oleh: Supratman

K

UNJUK LOGIKA. Kalimat ini sungguh tidak populer. Istilah yang sangat populer yang sejurus dengan itu adalah unjuk rasa yang merupakan alih bahasa dari bahasa Inggris yaitu ‘demonstration’, yang kemudian menjadi bahasa Indonesia; demonstrasi. Belakangan, kata demonstrasi menjadi sangat akrab diucapkan oleh masyarakat ketimbang kata unjuk rasa.

ata-kata dipercaya punya peran besar dalam pemben­ tukan perilaku dan pengam­bilan sikap. Bahasa menunjukkan bangsa adalah periba­ hasa yang nyaris semua orang tahu merupakan penegasan dari realitas tersebut. Akhir-akhir ini, di Indone­ sia, marak dengan demonstrasi. Ber­ba­gai kelompok masyarakat silih berganti menyampaikan sikap atau menyatakan protes terhadap suatu dengan demonstrasi. Ada demonstrasi damai tapi tak jarang berujung pada anarkis; tindak kekerasan atau pemaksaan. Tragisnya lagi ada demonstrasi manipulasi data dan massa. Demonstrasi sudah menjadi warna kehidupan masyarakat kita. Alasanya bahwa demonstrasi merupakan kanal penyampaian pendapat dari sebuah sistem demokrasi. Kemungkinan ala­san itu menjadi penyebab minimnya sebuah tindak evaluasi terhadap maraknya aksi demonstrasi. Demonstrasi sudah dianggap cara paling sahih menyatakan pendapat dan protes terhadap suatu kasus. Dinyatakan sebelumnya istilah yang sejurus dengan unjuk rasa adalah unjuk logika. Keduanya sama-sama mengekspresikan gagasan akan tetapi beda sumber produksinya. Unjuk rasa lebih menekankan ekspresi yang keluar dari aspek penekanan pada perasaan sedangkan unjuk logika lahir dari olahan akal pikiran. Menelaah fenomena demonstrasi dari berbagai aspek termasuk di­ an­taranya; aspek finansial, waktu, strategi dan juga hasilnya ternyata tidak mewujudkan sebuah perubahan yang signifikan, hal itu bisa kita rasakan dengan kenyataan di hari ini, di mana kondisi bangsa dan negara belum beranjak dari permasalahan di masa orde baru. Orde reformasi yang menumbangkan orde baru dengan demonstrasi ternyata juga masih tetap berkutat pada problem yang sama yaitu korupsi. Malah ada beberapa pendapat bahwa korupsi di masa reformasi lebih massif dan transparan dibanding di masa orde baru. Seharusnya kita ‘move on’. Beranjak dari metode konvensional ke cara yang lebih elegan. Menyatakan pendapat atau protes secara massif lebih baik dengan cara unjuk logika ketimbang demonstrasi. Mengapa? Demonstrasi tidak lain dari unjuk rasa yang lebih mendahulukun aspek rasa, selain itu menekankan aspek tekanan terhadap pihak lain dan bertumpu pada aspek kekuatan, terutama kekuatan massa. Untuk urusan mendatangkan massa seringkali hal yang tidak bisa dihindari adalah sebuah tindak rekayasa sekaligus berbagai intrik berupa janji-janji juga sogokan. Hal

demikian sudah pasti butuh dana banyak. Unsur-unsur yang membangun kerangka anatomi demostrasi sedemikian itu jelas melanggar kaidah hukum. Nilai hukum secara hakikat tidak membenarkan adanya unsur paksaan dan rekayasa. Berdasarkan hal tersebut, demonstrasi bersama dengan organ anatomi pendukungnya sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah ilegal (haram). Unjuk logika tentu saja kebalikan dari demonstrasi. Unjuk logika sama sekali tidak ada unsur paksaan. Unjuk logika dibangun dari kekuatan nalar dan argumentasi. Ikatan sosial terwujud dari dorongan rasionalitas dan daya nalar. Bukan sekadar emosional. Unjuk logika juga adalah sebuah manifestasi paling dasar dan hakikat dari identitas diri seorang manusia. Unjuk logika merupakan suatu cara mengembalikan citra diri mulia manusia dari makluk lainnya. Dari semua hal yang bisa dilakukan manusia, makhluk lain pun bisa kecuali berpikir. Daya pikir adalah mahkota kemanusiaan manusia. Dengan logika manusia diharapkan menelaah tentang berbagai hal sekaligus terkait masalah-masalah yang terbaik bagi dirinya, masyarakat dan seluruh umat manusia, sekaligus terkait dengan bagaimana hakikat kehidupan dan keberadaan dunia ini. Logika mendorong manusia untuk mengetahui dan memahami apa saja yang belum diketahui di masa lalu yang kemudian menjadi jelas dan terang benderang di masa sekarang dan mungkin akan semakin berkembang di masa yang akan datang. Nalar dan Pengetahuan yang semakin luas dan berkembang dengan sendirinya manusia dapat mengembangkan kebudayaan dan peradabannya sendiri. Hanya dengan optimalisasi kemampuan logika dan daya pikir, manusia dapat mengembangkan fitrawi dasarnya sebagai manusia dan makhluk yang bermartabat. Memakmurkan dan mengandalkan kemampuan logika dan daya fikir manusia mengambalikan dan menujukkan jati diri dan fitrah sebagai khalifatullah. Namun harus pula disadari bahwa manusia dengan pemikiran dan argumentasinya tidak selamanya berada pada garis yang benar. Ada banyak kejadian bahwa manusia berada pada posisi sesat pikir. Ada pula serangkaian peristiwa di mana manusia diperhadapkan pada situasi kontroversial. Untuk mencegah manusia dari sesat pikir, salah pilih dan salah pemihakan serta salah mengambil kesimpulan dibutuhkan suatu ilmu yang punya aturan dan metode untuk menjaga pikiran dan mental manusia dari kesalahan dan

kekeliruan yang disebut dengan ilmu logika (Ilmu Mantik). Dalam kalimat lain, kita secara khusus dalam membangun pikiranpikiran dan rencana-rencana serta gerakan agar tetap pada koridor renungan dan refleksi yang benar sangat butuh terhadap ilmu logika. Ilmu logika adalah kumpulan kaidah-kaidah umum di mana dngan penggunaan yang benar, tepat dan cerdas akan bisa menjaga akal dari kesalahan berpikir. Oleh karena itu esensi dari ilmu logika adalah; Pertama, seperti ilmuilmu lain menjelaskan aturan-aturan umum dan menyuguhkan kerangkakerangka pemikiran baik dalam tatanan kehidupan ilmiah (teori) maupun dalam tataran kehidupan praktis. Kedua, Ilmu logika tidak mengajarkan manusia untuk berpikir akan tetapimenjelaskan bagaimana metode berpikir yang benar, dan ketiga, membantu akal manusia dalam mencapai kebenaran dalam berpikir ketika memahami kaidah ilmu logika, mengikuti aturan dalam proses berpikir. Tepat mengaplikasikan aturan ilmu logika dalam berbagai kasus. (Muqaddam; 2016). Dengan kaidah-kaidah umum ilmu logika tersebut bilamana dapat diaplikasikan secara tepat maka akal pikiran manusia akan terjaga dari kesalahan. Jadi kebutuhan manusia pada ilmu logika supaya mendapatkan metode yang benar sehingga manusia terhindar dari kesalahan dan kesesatan berpikir. Persoalannya, apapun yang butuh aturan termasuk berlogika yang benar , biasanya terasa berat untuk diterapkan. Pada saat yang sama sudah terbangun asumsi bahwa sebuah perubahan hanya dapat dilakukan dengan demonstrasi. Terbukti sederet perubahan yang terjadi di Indonesia merupakan hasil demonstrasi. Salah satu contohnya adalah tumbangnya orde baru digantikan dengan orde reformasi. Tetapi masalah ini hanya persoalan kebiasaan. Hanya sedikit butuh waktu, strategi dan kebijakan untuk memasyarakatkannya. Singkatnya, gagasan unjuk logika membutuhkan dukungan dari berbagai pihak lewat sebuah rangkain rekayasa sosial supaya muncul dan menjadi trend di masyakat ketimbang demonstrasi. Rekayasa sosial dapat dimulai pada lembaga pendidikan. Semua lembaga pendidikan di Indonesia dari berbagai tingkatan sebaiknya mewajibkan pengajaran logika. Ilmu logika menjadi pelajaran wajib di Indonesia. Kalau menurut Anda, bagaimana dan dari mana serta siapa yang sebaiknya mengawal dan menjadi pionir dari gagasan revolusioner ini?n Penulis adalah Dosen Departemen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas

21

cermin Setiap Orang Punya Pilihan “Kamu emang tidak konsisten yah, dari SMK Keperawatan, kuliahnya ambil Jurusan Perikanan, eh.. kerjanya malah jadi wartawan” Kata-kata itulah yang kerap kali saya jumpai ketika bertemu kawan lama. Tak hanya itu, kawan baru pun acap kali melontarkan Ayu Lestari kalimat serupa. Kalimat ini muncul karena latar belakang pendidikan saya. Banyak yang heran karena saat SMK saya bergelut di dunia medis. Lalu, melanjutkan pendidikan di jurusan yang bertolak belakang, yakni Perikanan dan bergabung di organisasi jurnalistik saat kuliah. Saya kira pilihan ini tidak salah. Toh, tak ada aturan pemerintah yang menyatakan ketika kita memilih satu jurusan, kita harus melanjutkannya terus itu sampai ke jenjang atas. Setiap orang punya hak pilih, begitulah bangsa kita yang menjunjung Hak Asasi Manusia (HAM). Menurut saya, pengalaman menjadi tim medis tidak menjadi penghalang saat memilih Jurusan Perikanan. Pada dasarnya, ilmu itu universal. Tidak ada batasan bagi setiap orang untuk belajar. Belajar banyak akan memperkaya pengalaman. Hal ini yang terus menjadi pegangan saya hingga bergelut di organisasi jurnalistik. Di sini anggotanya tidak harus mahasiswa dari Jurusan Ilmu Komunikasi. Siapapun yang tertarik belajar akan diwadahi. Saya teringat pengalaman waktu wawancara kemarin, beberapa narasumber juga bertanya hubungan ilmu yang saya pelajari di bangku kuliah dan dunia jurnalistik. “Loh, kok dari perikanan lari ke wartawan?” tanya narasumber. Menanggapi pertanyaan ini saya hanya berkata “Adakah aturan seseorang harus konsentrasi mempelajari satu ilmu saja?” ujarku sambil tertawa. Mendengar jawaban saya, narasumber pun ikut tergelitik. Namun, jangan salah ilmu kesehatan pun sering saya gunakan. Tak jarang saya terapkan di keluarga bahkan teman-teman di kampus. Beberapa dari orang yang saya kasihi ini sering mengonsultasikan kesehatannya. Saya senang dengan mereka yang masih percaya manfaat ilmu saya. Hal ini membuat masyarakat di kampung tak perlu jauh ke bidan atau dokter praktek. Walaupun begitu, tak ada yang harus disesali. Ilmu saat sekolah biar jadi pengalaman saja. Kini, saya harus fokus pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan yang diambil. Program Studi ini awalnya rekomendasi orang tua saya saat masuk kuliah. Mereka memang menginginkan saya mengeluti dunia perikanan karena di kampung saya ada dua Balai Perikanan yang besar. Di sana bisa jadi tempat praktek lapang. Selain itu, peluang kerjanya juga bagus. Kini yang terpenting ialah menjalani sesuatu yang telah dipilih dengan ikhlas. Dunia mahasiswa seyogianya memberikan jaringan yang luas. Masa depan butuh orang yang tangguh. Orang yang bisa beradaptasi dengan berbagai jenis ilmu, orang yang senang berkomunikasi dengan baik. Setiap orang punya hak pilih. Sekarang saya di sini, memilih menekuni dunia perikanan dan jurnalistik. Ilmu yang saya dapatkan akan saya tulis agar orang lain tau bagaimana kondisi dunia perikanan itu. Jika ada orang yang sakit di sekitar, akan saya gunakan ilmu kesehatan untuk membantunya. Jangan takut memilih, tidak memilih pun adalah pilihan. Jika sudah dipilih, jalanilah. Tak ada yang salah jika kita berbeda. n Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Angkatan 2015 Reporter PK identitas


jeklang

22 identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Menjadi Pionir Desa Teladan

BEGITULAH mimpi Ratmayani, seorang mahasiswi pertanian ketika ditemui di Ramsis. Sosok jejak langkah kali ini, sedikit demi sedikit berusaha untuk mewujudkan impiannya. Maya sapaan akrabnya mulai membawa usaha pembibitan stroberi di kampung halamannya, Kecamatan Tamirro’do’, Kabupaten Maje’ne. Berawal dari dua batang bibit tanaman stroberi pemberian Syarifuddin, Kepala Kelompok Tani Kecamatan Kaloling, Kabupaten Bantaeng yang dikenalnya sejak praktek lapang dulu. Kini ia kembangkan dengan mengambil salah satu bagian tumbuhan itu menjadi anakan. Anakan inilah yang dikembangkannya menghasilkan bibit tanaman stroberi baru. Bibit tanaman yang dikembangkannya itu, kini mampu mengisi lahan 30 are sekitar rumahnya. Bersama ibu dan kakak perempuannya, Ratmika dan kadang juga mahasiswa Departemen Agribisnis ini juga meminta bantuan kepada buruh tani dalam membantunya mengelola kebun stroberi miliknya. Hasil panen dari buah berwarna merah kecil itu,

“Sebelum masuk kampus, saya sudah bercita-cita ingin membuat agrowisata di kampung,” mimpi Maya. nantinya akan diantar ke Kabupaten kota Maje’ne untuk dijual. ia menjual stroberi itu dengan harga sepulu ribu rupiah per kemasannya. Sembari menjual hasil panennya, gadis berusia 23 tahun ini sedikit demi sedikit berkemas menjadikan kebunnya ekowisata buah stroberi. Usaha yang dijalankan anak dari pasangan Nur Jamila dan Zainuddin ini, menarik perhatian para tetangganya untuk ikut bercocok tanam buah berasa asam manis itu. Keyakinannya yang kuat mengembangkan dua batang bibit tanaman stroberi pemberian Syarifuddin, sehingga alumni Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Maje’ne ini mencoba menawarkan

bibit hasil anakannya kepada masyarakat setempat, serta mengajari cara bercocok tanam buah stroberi kepada masyarakat. Alhasil, para tetangganya kini berbondong-bondong membudidayakan tanaman yang diyakini hanya mampu hidup di daerah tropis itu. bukan hanya menumbuhkan minat bercocok tanam masyarakat semata, mahasiswa angkatan 2012 ini juga selalu siap siaga mendengarkan keluhan para masyarakat. Kendati memberinya solusi dalam mengatasi masalah yang terjadi pada tanaman stroberi. “Ibuibu biasanya datang ke saya mengeluh tentang

istimewa

tanamannya, disitu saya memberikan solusi sesuai ilmu yang saya dapatkan melalui internet dan buku. Jadi intinya menjadi konsultan lah,” tuturnya sembari tertawa kecil, Senin (28/11). Berkat ajakan Maya, masyarakat di Kecamatan Tamirro’do’, Kabupaten Majene turut antusias bercocok tanam. Warga Tamirro’do’ yang berjarak sekitar 30-40 Km dari Kota Kabupaten Majene tak hanya menanam buah stroberi saja, masyarakat bahkan menanam beberapa tanaman yang bisa dijadikan bumbu dapur, seperti bawang merah, bawang putih, sayuran dan sebagainya. Tingginya minat bercocok tanam masyarakat yang dicetuskan Maya, sehingga daerah itu terkenal sebagai penghasil buah stroberi paling banyak. Tak heran, jika pemerintah daerah turut membantu keantusiasan warga Tamirro’do dengan membagikan polly bag ke setiap rumah yang bercocok tanam. Bahkan Menteri Pertanian pun pernah mengunjungi langsung daerah itu dan memberikannya penghargaan. Niat Maya, yang bercita-cita menjadi menteri pertanian itu, ingin mejadikan desanya sebagai

desa teladan, yang kemudian bisa memotivasi daerah lainnya dalam menciptakan semangat bercocok tanam. Dalam menggapai cita-citanya menjadi menteri itu, Maya mencoba mewujudkannya dengan belajar mengetahui kondisi pertanian Indonesia, Maya juga tak serta merta hanya meningkatkan kesejahteraan petani di desanya, lewat konsultan tanaman stroberi. Ia kini banyak mengetahui perilaku masyarakat tani, serta akan melanjutkan studinya kelak dengan mengambil jurusan perencanaa pembangunan masyarakat. “Untuk saat ini, saya sementara mencari konsentrasi jurusan perencanaan pembangunan khususnya masyarakat petani,”tuturnya, Senin (28/12) Besar harapan Maya, yang sementara menunggu wisudanya, menjadikan desanya sejahtera, dengan beberapa upaya yang dilakukannya untuk mewujudkan harapannya. Namun harapan tak selalu sejalan dengan kenyataan, kadang kali mendapati masyarakat yang hanya memanfaatkan bantuan pemerintah saja.n Ayu Lestari

Berani Tinggalkan Zona Nyaman

“Saya tidak suka hanya sekedar tinggal di zona nyaman” BEGITULAH prinsip Jailani Arrasyid, alumni Jurusan Sastra Inggris Unhas. Ketika menjadi mahasiswa ia berkeinginan untuk sukses diakademik, organisasi dan wirausaha. Walaupun harus meninggalkan zona nyamannya. Setiap harinya, pria kelahiran 14 Agustus 1992 ini selalu konsisten untuk belajar selama tiga jam. Hasilnya pun ia tuai dengan dinobatkan menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat fakultas. Selain itu, kuliahnya pun dapat selesai tepat waktu empat tahun dengan predikat kelulusan cum laude. Tak hanya fokus mengurus akademik saja. Pria kelahiran 24 tahun silam ini pun menjajal organisasi kemahasiswaan. Diantaranya Ketua Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidik Misi, Ketua Gerakan Budaya Menulis Cabang Makassar, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Hasanuddin English Comunity, Al-Aqsho dan Organisasi Daerah. Ia pun pernah menjadi ketua KKN Kebangsaan yang pesertanya berasal dari berbagai universitas. Sekali lagi, lelaki penerima beasiswa bidik misi ini kembali meninggalkan zona nyamannya

dengan membuat keputusan untuk tidak lagi meminta biaya dari orangtuanya. Akhirnya, ia pun memilih bekerja di beberapa tempat. Menjadi pegawai SPBU, penjaga tas di Abdi Agung, pramuniaga buku di Gramedia, jualan sembako di Ramsis Unhas adalah beberapa pekerjaan yang pernah dilakoninya. Hingga akhirnya memutuskan untuk membuat usaha sendiri. Namun, tetap mengindahkan akademik dan organisasinya. “Organisasi, akademik dan usaha semuanya bisa berjalan seiring. Bagi waktu dengan baik, dahulukan prioritas tanpa mengorbankan yang lain,” katanya, Rabu (14/12). Menurutnya wirausaha itu menantang. Lelaki yang hobi olahraga

sepakbola ini memulai berwirausaha dengan menjadi pebisnis ayam petelur pada tahun 2013. Tak hanya sebatas itu, pada tahun 2014, bersama dengan teman-temannya membuat usaha bimbingan belajar yang diberi nama Hasanuddin Home Schooling Kegigihannya dalam menjalankan sebuah usaha sangat keras, bahkan rela menggadaikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB)nya untuk membuka program bimbingan khusus SBMPTN. Usaha tak akan

istimewa

mengkhianati hasil, inilah yang dirasakan Jai sapaan akrabnya. Ia mendapatkan keuntungan yang lumayan setiap tahunnya. Saat ini, usahanya semakin berkembang dan telah berganti nama menjadi bimbingan Belajar dan Kursus Hasanuddin. Bahkan telah memiliki lima cabang. Tentu saja itu bukan tanpa perjuangan. Ada banyak masalah yang pernah dihadapinya seperti kendala dana dan sumber daya manusia. Untuk mengatasinya, alumni MAN Tanete Bulukumpa ini memulai dengan cara menghabiskan waktu bersama pengelola minimal sekali sepekan. Selain itu, menurutnya yang paling penting yakni menciptakan kesan yang baik kepada semua orang, ulet, kreatif, kerja keras, dan rendah hati. Juga perlu sering-sering melakukan survei lapangan demi perbaikan dan peningkatan kualitas usaha. Ia juga selalu belajar mencari peluang yang menjanjikan dan membuat inovasi. Sayangnya, orang tuanya belum sepenuhnya merestui keputusannya untuk berwirausaha. Ibunya beranggapan menjadi seorang wirausahawan terlalu beresiko, namun Jai tetap kukuh, sembari

memberikan pemahaman kepada orangtuanya bahwa dengan jalannya ini bisa meniti kesuksesan. Bagi Jailani dengan berwirausaha, sukses bisa di usia muda. Selain itu anak bungsu dari empat bersaudara memiliki cita-cita besar yakni menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. “Langkahku menuju kesana mungkin dengan cara dipertemukan dengan wirausaha yang berhubungan dengan pendidikan,” katanya, Rabu (14/12). Lelaki yang bercita-cita menikah saat usia 26 ini meski sibuk mengurus bisnisnya, ia pun berhasil mendapatkan beasiswa LPDP di Australia. Namun tetap ingin mengembangkan usaha. Rencana tahun depan harus sampai 15 cabang di Makassar hingga ke daerah luar Makassar. Mengenai beasiswa akan dipertimbangkannya dengan baik, apakah memilih untuk ke Australia dan mempercayakan usahanya ke orang lain atau memindahkan beasiswa tersebut di dalam negeri saja agar juga tetap bisa fokus mengurus usahanya. n Khusnul Fadilah


katalog buku

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

23

Menitip Mayat di Bali Nama Pengarang: Gde Aryantha Soethama Penerbit: Buku Kompas Tahun Terbit: 2016 Bali sungguh pulau sangat beruntung, dikunjungi 180 bangsa turis dunia. Riset tentang pariwisata nyaris melulu tentang bagaimana mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin. Sedikit pakar yang meneliti pengaruh negatif pariwisata sehingga muncul kesan seakan semua orang Bali memuja arus turisme. Bali pun semakin riuh oleh kehadiran kaum pelesir. Padahal sesungguhnya Bali adalah sekumpulan besar pernik pelik. Kian hari pernikpernik pelik itu semakin bertambah dan membuncah akibat pulau ini kian terbuka.

Naskah-Naskah Skriptorium Pakualaman: Periode Paku Alam II (1830-1858) Nama Pengarang: Sri Ratna Saktimulya Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Tahun Terbit: 2016 Sri Ratna Saktimulya telah membuktikan bahwa di samping kuantitas, dari segi kualitas artistik karya-karya pada masa itu merupakan karya beriluminasi indah baik berupa pepadan, rubrikasi, rerenggan maupun wedana. Pada intinya, hadirnya wedana di sejumlah naskah selain untuk memperindah naskah juga merupakan wahana pemuat akumulasi piwulang. Ajaran keutamaan yang dalam estetika Pakualaman disebut sěstradi, secara eksplisit dimunculkan di segenap naskah. Hal ini menunjukkan bahwa piwulang sěstradi di junjung tinggi dan diupayakan untuk diwartakan agar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Politik Bahasa Penguasa Nama Pengarang: Fathur Rokhman dan Surahmat Penerbit: Buku Kompas Tahun Terbit: 2016 Buku ini disusun untuk memperlihatkan bahwa bahasa telah menjadi arena sekaligus alat kekuasaan di berbagai bidang kehidupan. Bahasa telah berkembang menjadi piranti kekuasaan yang efektif. Bahasa dimanfaatkan para penguasa tertentu yang berambisi memperbesar pengaruhnya untuk memengaruhi orang lain. Melalui bahasa, kebenaran yang diproduksi untuk kepentingan kekuasaan didistribusikan sehingga menjadi kebenaran khalayak.

Surplus Pekerja di Kapitalisme Pinggiran: Relasi kelas, Akumulasi, dan Proletariat Informal di Indonesia Sejak 1980-an Nama Pengarang: Muhtar Habibi Penerbit: Marjin Kiri Tahun Terbit: 2016 Buku ini menganalisis dampak penyesuaian neoliberal terhadap melimpahnya surplus populasi relatif, yakni suatu kombinasi antara pengangguran dan proletariat informal di negeri-negeri pinggiran. Berfokus pada lintasan pembangunan Indonesia, buku ini berusaha menunjukkan bahwa alih-alih menjadi pengusaha mikro, mayoritas pekerja informal cenderung menjadi proletariat informal yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai pekerja. Mereka bekerja di luar sektor inti dari produktivitas kapitalis dalam kondisi rentan, terengah-engah untuk sekadar bertahan hidup. Orientasi pembangunan yang dipimpin pasar global, bertentangan dengan klaim untuk menghapus pekerjaan informal, justru cenderung mengabadikannya.

Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu Nama Pengarang: P. Swantoro Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Tahun Terbit: 2016 Tidak kurang daripada 200 buku diceritakan di sini dengan cara yang demikian rupa sehingga tampil seolah-olah pribadi yang hidup: bagaimana buku lahir, berkembang, bergerak dan menggerakkan sang pencerita dalam kegiatannya sehari-hari. Di latar-belakang masih tersembunyi sekitar tiga-ribuan buku lain milik pribadi sang pencerita yang memancarkan pengaruhnya, kendati tidak bisa dapat tempat lagi untuk diceritakan. Sang pencerita hendak memindahkan sebagian buku itu ke museum khusus di daerah tempat lahirnya, Yogyakarta, dan sebagian lagi di rumahnya, dengan harapan akan dimanfaatkan oleh umum. Lewat karyanya ini ia terlebih dulu ingin bercerita kepada cucu-cucunya, dan dengan itu kepada generasi mereka.

Rumah Kertas Nama Pengarang: Carlos Maria Dominguez Penerbit: Marjin Kiri Tahun Terbit: 2016 Seorang profesor sastra di Universitas Cambridge, Inggris, tewas ditabrak mobil saat sedang membaca buku. Rekannya mendapati sebuah buku aneh dikirim ke alamatnya tanpa sempat ia terima: sebuah terjemahan berbahasa Spanyol dari karya Joseph Conrad yang dipenuhi serpihan-serpihan semen kering dan dikirim dengan cap pos Uruguay. Penyelidikan tentang asal usul buku aneh itu membawanya memasuki semesta para pecinta buku, dengan berbagai ragam keunikan dan kegilaannya.

Sang Pengoceh Nama Pengarang: Mario Vargas Llosa Penerbit: Penerbit OAK Tahun Terbit: 2016 Llosa lewat El Hablador, barangkali adalah karya yang paling banyak menimbulkan perdebatan. Puluhan buku dan kajian ilmiah telah ditulis untuk mengurai dan menafsirkan novel tentang benturan antara ekspansi modernitas dan pertahanan hidup masyarakat adat dan pencarian jati diri pribadi, masyarakat, dan arti minoritas dalam sebuah bangsa-bangsa ini.n Sahriani


24

kaleidoskop

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Kegiatan Setahun Unhas dalam Potret identitas FEBRUARI

APRILÂ

Donatur Listrik Ramsis Sejak Unhas menyandang status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), pemanfaatan aset Unhas perlahan mulai dimaksimalkan, salah satunya Asrama Mahasiswa (Ramsis). Mahasiswa pun diwajibkan membayar listrik sesuai dengan jumlah barang elektronik yangmereka gunakan dengan harga yang telah ditetapkan per item-nya. Padahal sebelumnya mahasiswa hanya membayar biaya sewa kamar sekali setahun.

Seruan Aksi Ratusan Mahasiswa Tolak PTNBH Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Unhas Bersatu serukan aksi tolak Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Sebelumnya mereka telah melakukan kajian mengenai status PTN-BH bahkan telah mengajukan judicial review ke Mahkamah Agung, namun ditolak karena beberapa kendala. Setelah aksi tersebut pun telah dilakukan diskusi dengan rektor namun tak menemukan kesepakatan bersama.

JANUARI

MARET

MEI

Cambuk Introspeksi Diri Pimpinan Lembaga Seorang pemimpin sejatinya harus memiliki visi dan misi kedepan, itulah mengapa setiap organisasi harus memiliki pemimpin yang visioner. Namun menurut penelitian yang dilakukan Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Unhas, Dr Muhammad Tamar MPsi bersama dengan beberapa dosen lainnya menyimpulkan bahwa para pemangku jabatan lembaga kemahasiswaan, hanya terpaku pada organisasi yang tengah digelutinya saat itu saja, sedangkan rencana karir untuk masa depan belum dipikirkan.

Waspada Jerat DO Dengan alasan peduli dan rasa kekeluargaan, beberapa mahasiswa yang terancam Drop Out (DO) dipertahankan oleh sesama sivitas akademika khususnya dari lembaga masingmasing. Berbagai jalan pun ditempuh. Namun semua tak berjalan dengan mudah. Salah satunya saat advokasi dilakukan dengan setiap dosen pemangku mata kuliah yang memiliki kebijakan berbeda-beda.

Tersirat Protes Lewat Apresiasi Seni Dahulu, inaugurasi digelar hanya sekadar untuk hiburan semata. Namun kini, hal tersebut mulai bergeser. Inaugurasi ditampilkan lebih inovatif. Lewat apresiasi seni, mereka menyampaikan aspirasi mahasiswa akan persoalan kampus. Baik terhadap kebijakan kampus yang dinilai merugikan mahasiswa maupun tentang isu-isu yang sedang hangat diperbincangkaan oleh mahasiswa.


resensi kaleidoskop JUNI

AGUSTUS

OKTOBER

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Lamar Kerja (tidak) Butuh SKPI Adanya aturan baru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait penerapan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) menuai pro dan kontra. Di satu sisi penerapan SKPI ini dinilai bisa memudahkan mahasiswa dalam mencari pekerjaan nantinya. Namun di sisi lain, penerapan tersebut akan membuat mahasiswa semakin materialistis, mengikuti berbagai organisasi dengan alasan agar SKPI-nya bagus.

Terlalu Dini Memulai Penerapan kelas internasional pada Fakultas Kesehatan Masyarakat serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis dinilai terlalu terburu-buru disaat semua persiapan belum sempurna. Seperti halnya bangunan kelas khusus yang belum rampung maupun kurikulum yang juga belum matang. Namun hal tersebut akan tetap dilanjutkan dengan alasan kelas internasional akan dijalankan setahap demi setahap dan akan terus dilakukan evaluasi sementara berjalannya proses.

Pergerakan Kreatif Kian Diminati Pergerakan mahasiswa turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi pun disertai dengan aksi anarkis dinilai sebagai salah satu bentuk pengawalan mereka terhadap kebijakan yang terkadang tak berpihak ke masyarakat. Namun tak semua mahasiswa suka dan setuju dengan cara seperti itu. Sebagian mereka memilih mengabdi dalam bentuk lain ketimbang turun ke jalan. Seperti aktif melakukan kegiatan literasi pun dengan aksi nyata seperti pembentukan komunitas untuk memberdayakan masyarakat eks-kusta di Kampung Dangko, Makassar.

JULI

SEPTEMBER

NOVEMBER

25

Biar Tulisan Berbicara Mahasiswa memang selalu aktif mengawal kebijakan para pemangku kebijakan. Tak jarang, aksi unjuk rasa pun mereka lakukan jika ada yang tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Namun akhir-akhir ini beberapa justru menyalurkan aspirasinya lewat corat-coret dinding. Meski tak semua menyetujui, namun ada beberapa yang merasa perlu melakukan hal ini jika dengan suara mereka tak didengar. Meski persoalan kemudian yang muncul adalah mereka telak dianggap merusak estetika dan fasilitas kampus.

Profesor Dilarang “Tidur� Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD mengatakan bahwa pada 2017 mendatang karya profesor akan dievaluasi. Professor yang tidak produktif akan dicabut tunjangannya kehormatannya. Makanya, tahun ini Unhas membentuk klinik untuk penulisan karya ilmiah yang dikelola oleh Publicatioan Management Center (PMC) yang nantinya digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan produktivitas dosen khususnya profesor dalam menghasilkan karya ilmiah.

Kala Lembaga (Tak) Jadi Primadona Jika dulu mahasiswa merasa hambar apabila hanya berkuliah saja tanpa organisasi, lain halnya dengan kondisi sekarang. Minat mahasiswa untuk terlibat dalam sebuah organisasi malah meredup. Sebagian mahasiswa mengaku karena padatnya jadwal perkuliahan membuat mereka tak sanggup membagi waktu antara organisasi dengan akademiknya. Sebab lain datang dari pihak birokrat yang sebagian tak mendukung bahkan melarang aktifitas pengaderan.


resensi identitas 26 identitas

kaledoskop resensi

871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016 NONO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Judul Buku

: Kitab Omong Kosong

Penulis

: Seno Gumira Ajidarma

Penerbit

: Bentang Pustaka

Tanggal rilis

: 2004

Tebal

: x + 250 halaman

ISBN

: 979-3062-19-3

Mendaras Kitab Omong Kosong

“Tolong sampaikan agar cerita ini tidak usah dibaca, karena membuang waktu, pikiran dan tenaga. Sungguh hanya suatu omong kosong belaka...”

SENO Gumira Ajidarma (SGA), memohon beribu maaf atas karyanya yang satu ini. Menurutnya buku ini tidak usah dibaca. Karya berjudul Kitab Omong Kosong dengan tebal 456 halaman ini, diterbitkan Bentang Pustaka pertama kali, pada Tahun 2004. Walaupun sang penulis mengatakan bukunya hanya omong kosong belaka, tetapi pada Tahun 2005 buku ini meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa. Pewayangan Ramayana karangan Walmiki menjadi pembuka cerita. Kisah cinta Sri Rama dan Dewi Sinta digubah dengan gaya khas SGA. Bukan hanya sekedar bercerita, kitab ini mengajak kita berpikir. Seperti saat Sri Rama yang bimbang memilih antara Dewi Sinta atau rakyatnya. Pasalnya, rakyat yang dipimpin sang raja, menolak Dewi Sinta sebagai pendamping Sri Rama. Hingga akhirnya sang dewi pun memilih pergi dari Negeri Ayodia, negeri yang dipimpin orang terkasihnya. Rakyat Ayo-

dia berpesta, sedangkan Sri Rama bermuram durja. Sebagai bentuk penyesalan atas kepergian sang kekasih perang persembahan kuda pun dibuat. Dibumihanguskanlah anak benua yang merupakan tempat para petani dan rakyat jelata. Tanpa Rama sadari, Dewi Sinta dan kedua anaknya Lawa dan Kusa juga turut bermukim disana. Untungnya, pasukan kuda kiriman Sri Rama dikalahkan oleh kedua anak Rama sendiri. Setelah mengalahkan pasukan Ayodia dalam pertempuran dua hari dua malam. Lawa dan Kusa dipanggil bertemu Sri Rama. Sesampainya disana mereka berdua menembangkan kisah Dewi Sinta yang ditulis Walmiki. Sri Rama tercengang, Ia akhirnya sadar Lawa dan Kusa adalah buah hatinya. Maka Sri Rama pun hendak bertemu dengan ibu dari kedua anak tersebut. Tetapi pertemuan itu berujung pada matinya Rama dan Sinta. Dewi Sinta tak menerima kedatangan Rama, ia memilih menyatu dengan tanah. Sebab Sinta telah pergi, Rama pun memilih moksa, hilang dari dunia. Berbagai perbincangan antar tokoh dalam penggalan kisah pembuka buku ini begitu menarik untuk dinikmati. Seperti

percakapan Sinta dengan Walmiki yang sedang duduk santai di rumah panggungnya. “Semesta selamanya mengagumkan Sinta, seperti manusia,” ujar Walmiki menanggapi kekaguman Sinta pada alam. Namun, Sinta menjawab “Manusia tidak mengagumkan, manusia menyebalkan,”. Jawaban itu membuat Walmiki bertanya pada Sinta “Ya, tapi tanpa manusia, apalah artinya alam?” Kisah lalu berganti ke seorang pelacur dengan tatto kuda dipunggungnya dan seorang remaja, korban perang persembahan kuda. Mereka adalah Maneka dan Satya yang menjadi tokoh utama. Meski pemeran utama berganti, tapi latar cerita masih sama di Negeri Ayodia. Nasib Maneka dan Satya digambarkan begitu pedih, sebagaimana yang dirasakan hampir semua rakyat anak benua yang menjadi korban perang kisah asmara Rama, Sinta dan Rahwana Maneka menggugat nasibnya. Ia ingin bertemu Walmiki sang pengarang cerita. Maka ia dan Satya mengembara mencari sang pencerita. Mulai dari desa kecil hingga kota besar mereka lalui, berjalan dengan pedati yang dibawa sapi. Dalam buku ini, bukan hanya Maneka yang menggugat Walmiki. Beberapa tokoh

pewayangan dalam kisah Ramayana juga turut menggugat. Mereka mempunyai pertanyaan yang sama. Mengapa kami tidak bisa menentukan nasib diri sendiri? Bisakah kami berkuasa atas diri kami sendiri? Tidak ditentukan oleh seorang pangarang cerita. Setelah gugatan ke Walmiki selesai Maneka dan Satya mendapatkan misi baru, yakni mencari kitab omong kosong. Kitab yang berisi rangkuman ilmu pengetahuan, peradaban dan nilai kehidupan, yang merangkum semua lini kehidupan yang dihancurkan pasca perang. Jadi akankah kitab omong kosong ini ditemukan oleh mereka berdua? Secara keseluruhan buku ini sangat menarik. Meski akan sedikit membingungkan utamanya bagi mereka yang tak khatam kisah pewayangan. Banyak percakapan menarik yang dalam buku ini yang bisa dijadikan pandangan hidup, terutama ikhwal kemanusiaan, penulisan sampai pembahasan ke arah filsafat. Pada akhir tulisan ini, perkataan Satya di Bab II Perjalanan Maneka Halaman 118 rasanya cocok untuk menjadi penutup “penulis yang tidak mampu membaca dunia, hanya akan jadi penyalin seperti aku, mengutip sana dan mengutip sini dan menceritakannya kembali pada orang,” semoga apa yang diceritakan senantiasa menjadi pelajaran. Selamat membaca!n Musthain Asbar H


ramah-tamah kaledoskop Ramah Tamah 42 “identitas Kita” SEMARAK perayaan ramah tamah Identitas ke-42 dengan mengangkat tema ”Identitas Kita” bertempat di Lantai Dasar Gedung Rektorat, Sabtu (17/12). Acara ini dihadiri oleh yaitu Rektor periode 1997-2006 Prof Radi A Gani, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Almuni Dr Ir Abdul Rasyid Djalil MSi, Ketua Penyunting Identitas M Dahlan Abubakar, Ketua Penerbitan Identitas Fajar S Juanda, alumni-alumni Identitas, lembaga-lembaga pers se Unhas dan luar Unhas, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan dan BEM se-Unhas. Ramah tamah ini sebagai ajang silaturahmi identitas dengan seluruh civitas akademika kampus dan senior identitas. Ramah tamah kali ini dirangkaikan dengan pemberian kenang-kenangan kepada Ketua Penyunting, M Dahlan Abubakar yang sebentar lagi memasuki masa purnanya Identitas Kita kali ini dihibur oleh sajian Tari Paduppa dari Departemen Warani Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian dan UKM Pantun dan Seni Kreatif, pemotongan tumpeng dan berakhir dengan pembacaan doa “Semoga usia Identitas ke-42 tahun ini, teman-teman pengurus dapat mengawal kerja-kerja redaksi Identitas dengan profesional, dan untuk redaktur pelaksana baru mampu membawa Identitas lebih baik lagi lebih dari kepengurusan redaktur pelaksana periode kemarin,” ujar Fransiska Redaktur Pelaksana identitas Periode 2016.

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

27


28

kampusiana

identitas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

BERTEMPAT di Ruang Kuliah Fakultas Kehutanan, Pandu Alam Lingkungan Unhas mengadakan tes wawancara, SabtuMinggu (10-11/12). Kegiatan ini merupakan salah satu tahapan yang harus dilewati oleh calon anggota Gladimula 23 sebelum resmi menjadi warga. Tes wawancara diikuti oleh 49 mahasiswa Kehutanan yang lolos seleksi berkas. Dalam prosesnya, para peserta diwawancara para senior dan pengurus PAL. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengenal bagaimana calon anggota dan menjelaskan bagaimana kerja organisasi PAL. Ada 42 mahasiswa yang berhasil lolos dalam tahapan ini. Selanjutnya akan diadakan Materi Ruangan dan Latihan Fisik sebelum kegiatan lapangan. “Tahapan pengaderan ini sangat penting karena banyak pengetahuan dan pengalaman yang diberikan. Semoga anggota yang lolos menjalaninya de-ngan baik,” harap Baso Darmawansyah selaku Ketua PAL. (Ask)

Seminar Membangun Bangsa Melalui Kesenian SEMINAR seni dan budaya yang diselenggarakan oleh Koalisi Seni Indonesia dan Embassy of Denmark menjadikan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas sebagai tuan rumah, Selasa (13/12). Kegiatan yang bertajuk “Membangun Bangsa Melalui Kesenian” ini diawali dengan pertunjukkan seni berupa musik dan teatrikal “Apa itu merdeka?”. Seminar yang bertempat di Aula Prof Mattulada ini dihadiri oleh Walikota Makassar, Ir Ramdhan Pomanto, Wakil Rektor IV, Prof dr Budu PhD SpM (K) M Med Ed, Wakil Dekan II FIB, Prof Dr Akin Duli MA , seniman-seniman Makassar, serta mahasiswa dari berbagai kampus di Makassar. Adapun pematerinya yakni Duta Denmark Casper Clynge, Ketua Koalisi Seni Abduh Aziz dan Walikota Makassar. Dimoderatori oleh Budayawan dan Dosen FIB Unhas Drs M Alwi Rahman, Dipl TOFL. Prof Dr Akin Duli MA dalam sambutannya mengatakan bahwa kebudayaan bangsa Indonesia saat ini begitu kaya dan berkembang sehingga kita harus bangga dengan itu.Tak hanya bangga saja, Prof dr Budu PhD SpM (K) M Med Ed juga mengatakan bahwa kebudayaan perlu dilestarikan. “Tugas akademisi saat ini melestarikan kesenian dan kebudayaan. Semoga konsep dialog ini membuat seni menjadi alat untuk membangun bangsa,” harap Budu, Selasa (13/12). (Ahy)

Calon Pengurus Kopma Ikut Diklat Lanjutan MENGUSUNG tema “Rekontruksi Paradigma Berpikir dalam

identitas/Musthain Asbar H

PAL Tes Wawancara Anggota Baru

Pagelaran Fisioterapi: Mahasiswa Fisioterapi angkatan 2016 menggelar pagelaran seni bertemakan “Symphony Physical, Therapy Student”. Pentas yang bertujuan sebagai pengambilan nilai Mata Kuliah Pendidikan Sendratasik ini, berlangsung di aula Prof Mattullada. Terdapat 10 jenis pagelaran yang ditampilkan bersama, Kamis (15/12).

BCDC Rekrut Anggota di Pulau Barrang Lompo SEBANYAK 18 calon anggota muda mulai berdatangan ke Sains Building Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) pada Sabtu pagi (3/12) lalu. Mereka akan berangkat ke Pulau Barrang Lompo untuk mengikuti pendidikan dasar (Dikdas) selam, yang digelar oleh Biological Celebes Diving Club (BCDC) Unhas. Peserta tersebut secara keseluruhan adalah mahasiswa Biologi Unhas mulai angkatan 2010 hingga 2016. Kegiatan yang berlangsung Unhas menerima anggota baru selama dua hari dari sabtu dan bukan hanya dari mahasiswa saja, akan tetapi Minggu (3-4/12) merupakan biologi Dikdas pertama sejak terbentuk terbuka secara umum, selama April 2013 silam. BCDC sebagai calon anggota minat di dunia unit selam mahasiswa biologi penyelaman. Membentuk Kader Kopma Unhas yang Inspiratif, Kreatif dan Bertanggung Jawab,UKM Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unhas menyelenggarakan Pendidikan Lanjutan (Dikjut), Sabtu-Minggu (10-11/12). Kegiatan yang bertempat di Gedung Dekopinwil STIE Amkop Makassar ini adalah bentuk pendidikan perkoperasian dan berwirausaha bagi anggota Kopma untuk memperdalam ilmu. Proses ini wajib diikuti bagi anggota Kopma yang ingin menjadi pengurus dan pengawas. “Semoga kegiatan ini berjalan baik tanpa hambatan yang berarti. Harapannya semoga bisa menciptakan kader yang memiliki nilai senergitas dan suka rela dalam memajukan perkoperasian khususnya Kopma Unha,” ujar Fidelis S Nyllan selaku Ketua Panitia.(M46)

Makkasar Culture Day and Festival, Wadah Salurkan Kreativitas PROGRAM Studi Psikologi Unhas mengadakan Makkasar Culture Day dan Festival di Pelataran Baruga Andi Pettarani Unhas, Minggu (11/12). Kegiatan ini adalah tugas mata kuliah kreativitas dan enterpreneurship. Tujuannya agar mahasiswa mampu menyalurkan kreativitasnya

dengan mengasilkan produk dan mampu menginternalisasi nilainilai seorang interpreneur. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut dibagi menjadi sepuluh kelompok. Kemudian setiap kelompok wajib menghasilkan karya dengan kreativitas dan mampu untuk memasarkannya. Selain itu terdapat satu kelompok yang bertugas untuk merancang kegiatan agar mampu mewadahi kelompok lain dalam memasarkan produknya. Acara ini dimeriahkan dengan perlombaan akustik. Terdapat sepuluh peserta yang berkompetisi memperebutkan juara. Selain itu, pengunjung juga dapat berkeliling stand mahasiswa untuk melihat dan membeli aneka produk yang telah disedikan.Ketua Prodi Psikologi Unhas Muh Tamar SPSi MPSi sebagai dosen pengampu mata kuliah kreativitas dan enterpreneurship mengatakan bahwa mata kuliah ini didesain sebagai wadah mahasiswa untuk dapat mengembangkan kreativitas dan enterpreneurship sehingga akan berguna ketika telah terjun ke masyarakat. “Jadi dalam bidang apapun mahasiswa nantinya, semangat enterpreneurship-nya tetap ada. Poin pentingnya pada proses dan output-nya,” katanya Minggu (11/12). (M04)

Materi kelas pada Dikdas ini terdiri atas sejarah BCDC yang dibawakan oleh Marjuni alumni biologi angkatan 2005 dan materi dasar selam oleh Ilham mahasiswa biologi angkatan 2011. “Satu hal yang perlu diketahui bahwa komunitas ini dibentuk bukan untuk merusak, akan tetapi untuk menyatukan,” tutur Ketua BCDC, Ayub Wirabuana mahasiswa biologi angkatan 2013, Selasa (6/12).(Mal)

BEM FMIPA Kembangkan Kader Melalui PPK XIII MENGANGKAT tema “Revitalisasi Peran Mahasiswa Terhadap Pergerakan Mahasiswa dan Kondisi Kekinian Kampus,” Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), mengadakan Program Pengembangan Kader (PPK) XIII, Selasa-Rabu (13-14/12). Tujuan digelarnya sesuai dengan format pengaderan Keluarga Mahasiswa Fakultas (KMF) MIPA untuk meningkatkan kapasitas kader anggota. Peserta yang mengikuti kegiatan ini mulai dari angkatan 2015 hingga 2013, yang telah melulusi Latihan Kepemimpinan (LK) tingkat satu pada masing-masing himpunan selingkup KM FMIPA. Bentuk kegiatan berupa penerimaan materi seperti berfikir sistem, analisis wacana kritis dan investigasi keadaan, manajemen konflik, pergerakan mahasiswa, realitas kebangsaan,analisis Stren gths, Weaknesses, Opportunities, d an Threats (SWOT),serta Intelligen ce, Emotional, Spiritual Quotients (IESQ). Pada materi pergerakan mahasiswa yang disampaikan oleh Muhammad Amri, mahasiswa kimia angkatan 2011 menjelaskan dua tipe pergerakan. Meliputi

gerakan politik yang sifatnya progresif dan menyatu dengan rakyat. Tipe yang kedua adalah gerakan moral yang sifatnya regresif dan memisah dengan rakyat. Selain itu, Amri juga menjelaskan sejarah pergerakan mahasiswa “Matinya intelektual kiri tahun 1965, berdampak terhadap pergerakan mahasiswa hingga saat ini,” tuturnya, Rabu (14/12). “Semoga terbentuk kader-kader KM FMIPA Unhas yang memiliki kapasitas intelektual, emosional dan spiritual yang menjamin eksistensi lembaga sesuai dengan spirit zaman,” harap Fandy Heribet Dusia selaku koordinator stering. (Mal)

Mahasiswa Kehutanan Diajak Berlembaga Lewat Rimba BERTEMPAT di Aula Fakultas Kehutanan, sebanyak 185 mahasiswa Fakultas Kehutanan mengikuti Restorasi Inisiasi Mahasiswa Baru (Rimba), Jumat (16/12). Kegiatan yang merupakan pengaderan pertama bagi mahasiswa baru ini akan diadakan hingga Minggu (18/12). Pada hari pertama, peserta diberikan beberapa materi. Diantaranya Kemahasiswaan oleh Pettarani Sastranegara, Kelembagaan oleh Andi Faisal Hidayat dan Kesylvaan oleh Teguh Bomantara. Rimba kali ini ditekankan pada orientasi pengaderan dan pengembangan diri dalam berlembaga. Sehingga pelaksanaannya berupa pemberian materi ruangan dan kegiatan outdoor. “Semoga Rimba kali ini bisa memberikan pemahaman terhadap peserta bagaimana pentingnya bersylva,” harap Andi Rahmat Alfandi selaku ketua panitia kegiatan. (Ask)

Lembaga Penalaran se-Unhas, Sukseskan Gerakan 1001 PKM HUBUNGAN Masyarakat (Humas) Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) mengadakan penyerahan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang kepada Rektor III Bidang Kemahasiwadan Alumni Dr Ir Abdul Rasyid MSi, Jumat (16/12). Ini sebagai sebagai bentuk apresiasi tertinggi terhadap kesuksesan Gerakan 1001 PKM Unhas yang telah dilaksanakan bersama-sama sepuluh lembaga penalaran di Unhas. Husnul Hidayah selaku Ketua Umum UKM KPI berharap jumlah PKM yang dikirim oleh mahasiswa Unhas sama banyak dengan yang lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). “Saya berharap bahwa kuantitas jumlah PKM yang terkirim sesuai dengan kualitas karya, sehingga peluang untuk lolos Pimnas semakin banyak dari mahasiswa Unhas.,” ujarnya, Jumat (16/12). (M52)


cerpen

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Ibu Mini dan Kucing-Kucing Agrokompleks Oleh : Abdul Rajab Mar’am KEMARIN, saat sedang rehat di Lab. Silvikultur dan Fisiologi Pohon Fakultas kehutanan Unhas, kudengar suara pintu berderak. Seseorang membukanya, lalu langkah pelannya terdengar mengetuk lantai dan memecah hening. Aku melongo kearah pintu, ternyata Ibu Mini. Ibu mini, mungkin sudah seumuran negara ini. 71 tahun. Bisa jadi lebih. Keriput bagai berebut tempat di wajah orientalnya. Langkahnya pelan dan tak lagi tegap. Meski begitu, beliau sangat menjaga penampilan. Setelannya selalu elegan dengan paduan celana kain, baju kemeja terusan, ujung jilbab dililit rapih di bawah kerah baju, dan polesan make up secukupnya. “iye’ kenapa bu?” tanyaku seramah mungkin. Berdiri dari kursi, sedikit membungkuk, persis panitia registrasi seminar nasional menyambut peserta undangan. “Mana anak kucingku?” Tanya beliau balik, sambil memperlihatkan kardus bekas yang kosong. Aku mangap, lalu melirik teman-teman lain di ruangan itu dengan bola mata melebar. Namun yang ada, mereka kompak melotot kearahku. Musibah!! Kisah ini dimulai bertahuntahun silam. Saat seorang dosen membawa sepasang kucingnya ke kampus. Karena belum dikaruniai anak, membuat kasih sayang sang dosen nyangkut ke mamalia berkumis ini. Tak ada tawa bocah, ngeong kucing pun jadi. Begitu mungkin. Maka beliau meresmikan rumahnya sebagai panti kucing. Dari bayi kucing sampai yang kucing jompo beliau tampung. Sebenarnya istri beliau, ibu Mini tidak begitu menyukai “anak angkat” suaminya itu. Alasannya masuk akal. Bukan siapa-siapa tapi seenaknya menjadikan setiap jengkal lantai rumah sebagai jamban. Tuhan memang maha membolak-balikkan hati. Saat itu Makassar basah. Hujan deras baru saja reda. Di bawah gerimis melankolis, seekor kucing kecil basah kuyup di simpang jalan menuju rumah Ibu Mini. Seorang pengendara yang melintas nampak terenyuh melihatnya. Entah kenapa tatapan kucing itu membuatnya bisa merasakan tatapan seorang anak yang demam minta dipeluk ibunya. Pengendara itu adalah ibu Mini. Hari itu panti suaminya kedatangan penghuni baru.

Kembali pada sang dosen dan sepasang kucingnya di kampus. Saban hari, saat istirahat, sang dosen selalu makan siang bersama kedua kucingnya di sudut jurusan kehutanan (Saat itu masih jurusan). Di bawah rindang pohon Ki Hujan. Sepasang pasutri itu tumbuh makmur disuplai ikan bandeng utuh tiap hari. Begitu seterusnya. Hingga sang dosen wafat. Kawan, kau kira hanya kau yang bisa merasa kehilangan? Kucingpun demikian. Hari itu keduanya mengeong sampai kesudut-sudut Agrokompleks. Ada aroma yang hilang, ada warna suara tak terjangkau oleh radar pendengaran mereka. Hari-hari berikutnya, tersaji pemandangan memilukan ini. Sebuah sudut di Jurusan Kehutanan, sebatang pohon Ki Hujan yang rindang, sebuah bangku kosong, dan sepasang kucing yang sedang belajar menerima kehilangan. Namun kehilangan itu tak berlangsung lama. Pasca meninggalnya sang dosen, gantian istrinya, Ibu Mini yang rutin memberi makan kedua kucing yang mulai beranakpinak itu. Sampai hari ini. Setiap hari, menjelang dhuhur. Meski sekarang sedang musim hujan, beliau selalu datang ke kampus membawa sekantong nasi yang sudah diacak dengan daging ikan. Lalu ajaib, kucing-kucing Agrokompleks yang selalu takut mendengar derap langkah sepatu mahasiswa itu, akan berebut mengelus kaki ibu Mini. Mengadu keroncongan. Habis memberi makan kucing-kucing itu beliau segera pulang. Karena memang hanya itu urusannya. Ini kisah nyata. Sekali-kali jalanjalanlah ke Agrokompleks. Susuri lorong-lorongnya, biar ibu Mini yang memperkenalkan dirinya sendiri. Baik. Selesai sampai disitu Maka Ibu Mini murka. Semua yang di lab kena semprot. Termasuk aku. Mungkin akulah yang merasa paling bersalah. Karena sebelumnya sudah pernah berkasus dengan beliau gara-gara melempar tutup pulpen ke kucing yang meneror nasi campurku. Mungkin terkesan sepele, tapi bagi ibu Mini itu kelewatan. Belum kelar yang satu, kasus yang baru muncul. Dua hari lalu, Ibu Mini entah di sudut Agrokompleks mana, Ia menemukan tiga anak kucing yang masih merah. Ketiganya belum mampu berdiri tegak. Malangnya induknya sudah mati. Oleh Ibu Mini diletakkan

29

puisi Masih Bisakah? Oleh: Ainun Ade Putri K

dalam kardus bekas dan dititip sementara dalam lab. Minta kami menjaganya. Keesokan harinya Ibu Mini datang, ternyata kucing-kucing itu sudah tidak ada. Setelah kena semprot, kami berpencar mencari-cari sampai ke sudut-sudut fakultas. Bertanya pada sembarang yang kami kenali. Tak ada yang berani pulang ke lab sebelum Ibu Mini meninggalkan Fakultas. **** Hari ini, jam dinding lab menunjukkan pukul 11.30. Di luar hujan mulai turun. Saatsaat seperti ini banyak jiwa yang merapalkan do’a sebab mereka yakin bait-baitnya akan diaminkan oleh setiap tetes hujan. Lebih yakin dari orang yang percaya doanya akan diaminkan bintang jatuh. Kulirik pintu, kalau-kalau Ibu Mini sudah berdiri disana. Nihil. Hari ini beliau pasti akan kembali ke sini dan menanyakan anak kucingnya. Disini aku sudah menyiapkan jawaban. Cuma bagaimana mengatakannya agar tidak ada pihak yang dikecewakan aku masih mencari cara. Karena sebenanrnya, kemarin anak kucing itu diamankan oleh cleaning servis, lalu diamankan lagi oleh orang yang hingga kini masih tidak jelas siapa dia. **** Ibu Mini, pernah kutanyakan perihal mengapa beliau setiap hari ke fakultas, bertahun-tahun, hanya untuk memberi makan kucing? Apa jawabnya?! “Ini amanahnya suamiku sebelum meninggal. Perhatikan juga kucingku di kampus katanya” Ibu Mini, baginya semua kucing di Agrokompleks adalah cicit dari sepasang kucing almarhum suaminya dulu. Ibu Mini, ini bukan hanya tentang kisah seorang lanjut usia dan kucing-kucing liar. Tetapi ini juga kisah tentang cinta dan kesetiaan seorang istri yang terus bernafas dengan menjaga amanah hingga jelang tutup usia.n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kehutanan Angkatan 2012 * Tulisan ini saya dedikasikan untuk Ibu Mini dan Almarhum Suaminya Ir H M Idris Madjo MSc (untuk mengenangnya, salah satu ruang sidang di Fakultas Kehutanan didedikasikan atas nama beliau. Semoga Allah senantiasa merahmatinya. Aamiin)

JANGAN tanyakan kabarku hari ini! Aku sedang pilu! Jangan pula tanyakan tentang negaraku hari ini! Apalagi ingin bertanya tentang hukum! Jangan Pernah! Bukannya tak baik, bukan pula sedang sakit. Aku tak tahu membahasakannya. Hanya saja banyak kekuatan yang salah dan berdiri kokoh ! Banyak kekuasaan kotor yang berkuasa di atas segalanya! Jangankan pemimpin, masyarakat pun sudah dibayar hanya untuk kemunafikan! Tak ada lagi cinta dalam sebuah kepemimpinan Tak ada lagi ketulusan pada tahta sang raja Para bedebah berdasi membanjiri negaraku Anjing kelaparan! Rakus! Membabi buta! Memakan segalanya! Bahkan, menginjak hukum ketuhanan hanya demi kekuasaan dan uang! Menghancurkan kesatuan hanya demi kesombongan nama yang takkan abadi! Sekali lagi jangan bertanya! Tak ada lagi ruang untuk doa-doa orang beriman! Tak ada lagi cinta sejati, kejujuran sudah luntur disapu liur anjing gila! Ketidakadilan meraja lela. Kemiskinan menjadi kambing hitam. Kebodohan menjadi celah untuk mereka yang serakah! Hukum selalu direvisi, selalu ada pengecualian di setiap ketetapan! Hanya untuk Para Bedebah Berdasi! Hingga ribuan kertas tak mampu menampung rusaknya hokum negaraku. Jutaan Pasal tak siap lagi menahan keserakahan para pengusa Bahkan hingga lautan menjadi tinta pena hukum negaraku, itu takkan cukup menulis pengecualian untuk para anjing yang kelaparan dan serakah Jadi jangan tanyakan! Mungkin aku tak lama lagi menjadi ikan asin di piring mereka bersama orangorang bodoh yang diperbudak Tak ada yang mampu membendung kerusakan pada negaraku Tak ada yang mampu mengangkat ketidakadilan di lembaran hukum negaraku! Karena dunia telah menjadi kerajaan para bedebah Jadi jangan tanyakan! Aku tak ingin membicarakannya. Tapi izinkan aku bertanya, hanya satu tanda tanya yang kugunakan! Masih bisakah ini semua berakhir? Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kehutanan Angkatan 2015

Bukan Binatang Jalang Oleh : Hendra AKU tidak liar Hanya cinta kebebasan Tak mau hati terkurung dalam sangkar Segala hidup sudah tentang aturan Tak apa bila aku pemberontak Ini bukan anarki Hanya bosan dengan kekangan Aku bukan binatang jalang Luka dan nyawa bukan korbanan Telah kurelakan demi cita dan cinta Tak perlu bujuk rayumu Aku tak akan menunggunya Peduli tidak peduli Aku lebih baik sendiri Penulis adalah Mahasiswa Departemen Agribisnis Angkatan 2012


pariwara

identitas

NO 871 | TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

31


32 identitas

lintas

NO 871| TAHUN XLII | EDISI KHUSUS DESEMBER 2016

Imam Hidayat

P

erjalanan ke Tiongkok ini menjadi kenyataan setelah melewati proses seleksi panjang dan menyisihkan 5700 peserta lainnya. Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) bernama Indonesia-China Youth Exchange Program (IChYEP) yang menjadi ‘kendaraan’ saya bersama delegasi lainnya menuju negara terbesar ketiga di dunia sebagai duta muda Indonesia. Beijing yang merupakan ibu kota Tiongkok ini menjadi gerbang memasuki negara yang dijuluki Negeri Tirai Bambu. Kami menempuh perjalanan udara delapan jam dari Jakarta dan transit di Hongkong. Saat itu, udara malam yang menyambut kami. Hari pertama di Beijing hanya kami habiskan berkeliling di sekitar hotel, sebab jadwal resmi kegiatan baru akan dimulai keesokan harinya.Rabu pagi, 21 September 2016 seluruh delegasi disebar ke empat destinasi berbeda di kota yang berpopulasi 28 juta penduduk ini. Bersama 23 peserta lainnya saya mendapat kesempatan mengunjungi sebuah kawasan industri ekonomi kreatif yang bernama Inno Way. Kawasan yang menjadi

Menyingkap Keindahan Negeri Bambu tempat bermukimnya perusahaan-perusahaan kreatif ini dulunya dikenal dengan nama Zhongguancun Haidian Science and Technology Park. Namun belakangan lebih dikenal dengan nama Inno Way. Hal ini karena di salah satu kawasan ada sebuah jalan yang diberi nama Inno Way dan jalan ini menjadi ikon kawasan Science and Technology Park.. Di sisi kanan kiri jalan Inno Way, penuh perusahaan kreatif yang bergerak di berbagai bidang mulai dari bidang teknologi hingga kuliner. Berada di sana membuat seluruh delegasi berhak mendalami produk yang dipamerkan di innovation street of Beijing. Keesokan harinya destinasi yang kami kunjungi adalah Great Wall. Ada banyak lokasi untuk menikmati keindahan objek wisata yang terkenal di dunia ini. Diantaranya ada Jiayunguan, Badaling, Simatai, Jinshanling, Mutianyu, Shanhaiguan, Juyongguan dan Dandong. Namun, spot yang kami kunjungi adalah Juyongguan. Selain termasuk spot Great Wall yang terkenal indah, Juyongguan juga dekat dari kota Beijing, hanya 37 mil dari pusat kota. Saat masuk ke

Juyongguan Great Wall, setiap wisatawan akan disambut oleh megahnya Guoji Fang, yakni gerbang utama berwarna kehijauan dengan motif khas Tiongkok di setiap sudutnya. Seusai dipukau oleh kemegahan Great Wall, perjalanan kami di Beijing belum berakhir. Belum sah rasanya mengunjungi Beijing jika belum bertandang ke Forbidden City dan Wangfujing Street Market. Kedua tempat ini juga menjadi ikon wisata Kota Beijing. Kami berada di sana pada malam hari. Forbidden City adalah istana kekaisaran Tiongkok dari Dinasti Ming hingga Dinasti Qing. Selain sebagai rumah kaisar, tempat ini juga pusat seremonial dan politik pemerintah Cina selama hampir 500 tahun. Dibangun pada 14061420, di kompleks ini terdapat 980 bangunan yang mencakup 72 Ha. Adapun bangunan yang paling terkenal dari Forbidden City yaitu Tiananmen Square, jantung dan simbol kota Beijing. Alun-alun terbesar di dunia ini memiliki lebar 500 meter dan panjang 880 meter. Bagian paling unik dari Tiananmen Square adalah gerbangnya yang berwarna kemerahan

dan berdiri megah. Di tengah pesatnya kemajuan kota, suasana kekaisaran Tiongkok pada zaman kuno masih sangat terasa ketika mengunjungi tempat ini. Merasa belum puas mengitari Forbidden City, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Wangfujing Street Market dengan berjalan kaki. Hanya sekitar 30 menit saja dari komplek Forbidden City. Di tempat inilah hasrat belanja kami tersalurkan. Sebab Wangfujing adalah jalan dengan panjang sekitar 1,5 km dengan deretan toko di kiri-kanannya. Ada pakaian, pernak-pernik, barang elektronik, tekstil, mainan, hingga makanan dan minuman. Ada juga toko dan butik seperti Apple Store dan Zara. Namun yang paling unik dari street market ini adalah jajanan ekstrimnya yang menjajakan sate kalajengking, kelabang, kadal, bintang laut, hingga kecoak. Tiga hari di Beijing,kami lanjut ke Kota Yinchuan Provinsi Ningxia. Selama di sana kami

belajar banyak tentang sejarah masuknya Islam dari Timur Tengah menuju daratan Tiongkok melalui proses perdagangan melewati jalur sutra. Kota tujuan terakhir kami ialah meski hanya semalam di sana, kami beruntung mendapatkan kesempatan mengunjungi ikon Kota Shanghai yang tersohor yakni Oriental Pearl Tower, menara TV yang terletak di ujung Lujiazui di Distrik Pudong tepi Sungai Huangpu. Sensasi ketika menaiki bangunan tertinggi kedua di Tiongkok ini sungguh mengesankan. Terutama ketika berada di dek beralaskan kaca. Seluruh pemandangan Kota Shanghai tersaji dari menara ini. Apa lagi pemandangan pada malam hari, di mana kerlap-kerlip lampu di sekujur kota menampakkan warnanya masing-masing. Sungguh sebuah perpanduan pemandangan malam yang sangat indah.n Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Angkatan 2010


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.