Identitas Edisi Akhir Januari 2017

Page 1

identitas

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

AWAS HOAX! Hoax membanjiri laman gawai masyarakat Indonesia. Padahal masyarakat Indonesia mestinya dicerdaskan dengan memanfaatkan era digital. Lanjut hal. 9

n

Wansus Jangan Kalah dengan Media Sosial Lanjut hal. 5

n

n

n

n

Potret Suara yang Tak Sampai Lanjut hal. 6

Ipteks Makna Simbolik Kain Tenun Matarik Lanjut hal. 10

Resensi Menilik Lebih Dalam Budaya Amazon Lanjut hal. 12

Opini Kepada Siapa Kaum Tani Harus Mengadu Lanjut hal. 12

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017


2

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

TAJUK

KARIKATUR

MEDIA SOSIAL

Kecam Tindakan Represif Aparat Kampus PERGURUAN tinggi yang seharusnya menjadi tempat memunculkan orang-orang intelektual, kritis dan demokratis, ternyata masih isapan jempol. Represifitas kampus terhadap mahasiswanya yang kritis dan ingin menyampaikan aspirasi di dalam kampusnya terjadi di universitas terbaik di Indonesia Timur ini. Pada 16 Januari 2017, tepat di hari peresmian Unhas menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), sekelompok mahasiswa yang yang tergabung dalam Aliansi Unhas Bersatu juga melangsungkan aksi. Mereka menyuarakan tiga tuntutan yakni memastikan tidak terjadi kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT), menolak komersialisasi pendidikan, dan menginginkan adanya revisi Permenristek Dikti No. 39 Tahun 2016 tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan UKT di PTN. Massa aksi yang ingin menyampaikan langsung aspirasinya di depan Gedung Rektorat dihadang oleh Satpam kampus. Massa aksi pun tetap bersikukuh, akhirnya terjadi aksi dorong, bahkan beberapa mahasiswa dipukul dan diseret. Dan Ini bukan kali pertama Unhas melakukan tindak kekerasan serupa. Tercatat pada tahun 2013, Satpam Unhas menyeret dan memukuli massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Untuk Keadilan sampai berdarah. Aksi itu memperjuangkan pembebasan status skorsing beberapa mahasiswa yang dinilai cacat administratif. Tindakan represif tersebut tak seharusnya dilakukan. Seharusnya kampus yang merupakan pencetak calon intelektual-intelektual muda tidak “alergi” terhadap mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasi. Tindakan itu merupakan ancaman bagi keberlangsungan demokrasi di lingkungan kampus. Pengekangan terhadap aspirasi, kehendak dan kritik sudah seharusnya tidak dilakukan oleh kampus yang merupakan tempat untuk memperdebatkan segala hal. Ketakutan pihak kampus terhadap penyampaian aspirasi, kehendak dan kritik sebenarnya bukan hal yang aneh di kebudayaan Indonesia. Di pabrik, pemerintahan, balai desa, dan yang lainnya hal yang serupa sering terjadi ketika rakyat hendak menyampaikan aspirasi dan kritiknya terhadap suatu hal, kemudian direpresi dengan kekuatan penguasa. Budaya tersebut sudah seharusnya dihilangkan dari peradaban budaya Indonesia, karena jelas Indonesia tidak akan maju bila para pemimpinnya masih tidak mau mendengar atau bahkan “alergi” terhadap aspirasi dan kritik dari rakyatnya. Tindakan kekerasan yang dilakukan aparat kampus ini membuktikan bahwa kampus merah ini belum mencerminkan lingkungan yang demokratis. Dan ini juga menambah deretan pengekangan demokratisasi di negara ini. Hak setiap warga negara untuk berpendapat, tetapi tindakan yang menimpa mahasiswa kali ini telah menunjukkan adanya pelanggaran hak-hak asasi manusia. Jangan salahkan jika aksi-aksi mahasiswa akan terus bergelora di kampus-kampus meledakkan percikan-percikan api hingga bara api yang besar untuk menegakkan hak-haknya.n

identitas_unhas

identitas/sri hadriana

identitas_unhas Selalu memperbaiki tampilan, tapi mengabaikan kualitas pembangunan. nurias12 Padahal lampu jalan mungkin lebih penting asih.d.jaya bagus diluar jelek didalamnya vickyhilang karena struktur tanahnya tdk bagus.. bgmnapun cntiknya pavin blocknya ttp akan ambruk.. #banyakahli #banyakengineer tpi kmpus sendiri tdk menerapkan ilmu yg ddptkan di bngku kliah.... lawunhas Rajin disolek, mau dijual kemana kampus ini?

SURAT DARI REDAKSI

Bila Anda mempunyai pertan­­­­­­­­­­­­ya­an yang membutuhkan jawaban terkait Universitas Hasanuddin, silahkan ke sekretariat identitas di Gedung Lantai I Perpustakaan Unhas atau hubungi 085342579343 atau lewat email: bukuidentitas@gmail.com

identitas/MUSTHAIN ASBAR H

Belajar: Kru dibimbing senior identitas Idham Malik, dalam mempelajari pembuatan riset mini, Sabtu (21/1). Kelas ini ditujukan demi meningkatkan kemampuan kru dalam menyusun pertanyaan untuk riset berita.

Sepi SAAT libur datang, kampus sepi. Koridor ruang kuliah tak lagi menampakkan kesibukan orang lalu-lalang. Suasana yang sama pun merayapi rumah kecil kami. Sepi. Setiap kru bergantian pergi. Ada yang menjenguk keluarga di kampung halaman, ada pula yang sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata. Semua itu adalah tantangan untuk tetap mengepulkan dapur redaksi. Agar identitas akhir Januari bisa sampai ke tangan pembaca. Sepi kali ini, pun menjadi momen diresmikannya status Unhas sebagai

PTN-BH. Yang mana, peristiwa itu diwarnai gagalnya langkah mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi kepada Rektor dan Menristekdikti. identitas pun turut mengawal kejadian itu. Dibalik itu semua, kami pun hadir menyajikan informasi mengenai pandangan Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen terkait hoax, media dan jurnalis pada rubrik Wansus. Resensi buku Sang Pengoceh, pun turut disajikan untuk mengajak pembaca menyelami kehidupan sosial suku di Hutan Amazon. Akhir kata, selamat membaca!n

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline identitas_unhas @identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 082348047258 085342579343 082194378433

nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyun­ting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/ kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

SURAT DARI PEMBACA

sementara (Arial 11/12) yang disusun berdasarkan Kartu Hasil Studi (KHS)/ Rapor, hasil penyetaraan mata kuliah (mahasiswa alih jenis DIII/ pindahan) 7. Fotokopi KHS/Rapor semester awal sampai terakhir 8. Fotokopi nilai mata kuliah yang tidak ada dalam KHS dilegalisasi di akademik 9. Pas foto hitam putih ukuran 4 x 6 identitas/MUSTHAIN ASBAR H dan 3 x 4 cm Menunggak: Direktur aset Unhas, Drs Muhammad Akbar MSi menyegel salah satu tempat makan di kudapan. Hal ini disebabkan menunggaknya pembayaran sesuai kontrak yang disepakati. (latar belakang putih, jas hitam dan Kesehatan Masyarakat Syarat Menjadi Anggota berdasi bagi SALAM Hangat buat kru Terjemahkan Ijazah Baru UKM ALSA LC laki-laki, sedangkan untuk identitas. Terima kasih telah Di Pusat Bahasa Unhas Fakultas Hukum perempuan berkebaya memuat pertanyaan saya, SALAM hangat buat kru ASSALAMUALAIKUM, nasional dan berjilbab yang ingin saya tanyakan, identitas yang telah memuat salam hangat buat kru hitam (jika memakai bagaimana alur ujian tutup pertanyaan saya. begini, saya identitas. Saya mahasiswa jilbab). bagi mahasiswa Fakultas mau tanyakan, apakah Pusat baru, Fakultas Hukum. Jadi 10. Lembar persetujuan Kesehatan Masyarakat? Bahasa Unhas melayani begini, saya punya teman dosen pembimbing Mahasiswa Fakultas penerjemahan ijazah ke yang berminat gabung di (diambil dibagian Kesehatan Masyarakat dalam Bahasa Inggris? ALSA LC Unhas, tetapi ia akademik) Angkatan 2011 Mahasiswa jurusan bukan mahasiswa fakultas 11. Pas foto warna Sosiologi, Pasca Sarjana hukum. Bisakah mahasiswa untuk data wisuda ukuran Unhas Tanggapan : bukan fakultas hukum 3x4 cm Angkatan 2013 BAGI mahasiswa FKM yang juga ikut bergabung, dan 12. Fotokopi lembar akan ujian tutup atau ujian apa syarat untuk menjadi perbaikan seminar hasil skripsi, harus melengkapi Tanggapan : anggota? penelitian (lampirkan terlebih dahulu berkas MahasiswaFakultas PUSAT Bahasa Unhas aslinya) pengurusan ujian skripsi, Hukum melayani penyuntingan dan 13. Bukti nilai ujian diantaranya: Angkatan 2016 penerjemahan ke dalam TOEFL Bahasa Inggris, Perancis, 1. Fotokopi 14. Lembar bukti Jepang dan Arab dalam Tanggapan : pembayaran terakhir penyerahan jurnal pada bentuk abstrak karya ilmiah WAALAIKUMSALAM. (legalisasi di bagian pengeloa jurnal fakultas (skripsi, tesis, disertasi, Hanya mahasiswa fakultas keuangan fakultas) 15. Surat keterangan makalah dan jurnal), hukum saja yang bisa ikut 2. Bukti pembayaran memenuhi syarat (dibuat bergabung di ALSA LC Unhas. maupun dokumen resmi wisuda (asli dan oleh bagian akademik). (Ijazah,Transkrip, Akta Sebab, ALSA adalah wadah fotocopy) Untuk berkas yang telah Kelahiran, Akta Notaris, dan untuk mengembangkan 3. Bukti bebas pustaka dipenuhi diatas, ditaruh lain-lain). Informasi lebih potensi mahasiswa hukum. asli satu rangkap kedalam map berwarna lanjut, bisa langsung datang Untuk syaratnya, harus 4. Fotokopi Kartu merah setelah dilengkapi, ke Pusat Bahasa. jadi Keluarga Mahasiswa Rencana Studi semester dan dikumpul ke bagian Angela Brew Fakultas Hukum, atau setelah terakhir akademik fakultas Kepala Pusat Bahasa mengikuti PMH I sampai III, 5. Fotokopi ijazah kesehatan masyarkat. di tingkat fakultas. pendidikan terakhir Drs Renreng MA Alur Ujian Tutup Fadiel Muhammad (SMA/DIII/Pindahan) Kepala Sub Bagian Mahasiswa Fakultas Ketua ALSA LC Unhas 6. Transkrip nilai Pendidikan FKM Unhas

AGENDA Seminar Nasional Kewirausahaan Koperasi Mahasiswa Unhas Waktu: Minggu, 05 Februari 2017 Tempat: Gedung Ipteks Unhas

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda

Sampul Edisi Akhir Januari 2017 Desain : Sri Hadriana Layouter : Sri Hadriana Muhammad Abdul

3

identitas

Urban Care 2017 Himpunan Mahasiswa Pengembangan Wilayah dan Kota FT UH Waktu: - Plano Contest (Fotografi, Poster

Perencanaan, Sketsa Kota, Call for Paper, dan Esai), 14 Desember 2016-25 Februari 2017 -Plano Graphy, 20-26 Februari 2017 - Plano Care (Save Our City), 19 Februari 2017 - Plano Lecture (Peran Perencana dalam Pembangunan Bangsa), 26 Februari 2017 CP: 082220551066

Bakti Sosial Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan FK Unhas Waktu: Sabtu-Minggu, 27-28 Januari 2017 Tempat: Desa Parang Baddo, Kec. Polong Bangkeng Utara Kab. Takalar CP: 085145093760 10th Hasanuddin Accounting Days (10th HADAYS) Ikatan Mahasiswa Akuntansi

(IMA) FEB Unhas Waktu: Kamis-Minggu, 2-5 Februari 2017 Tempat: Kampus Unhas CP: 081242529679 Debat Kemaritiman Senat Mahasiswa FIKP Unhas Waktu: Senin-Jumat,06-10 Maret 2017 Tempat: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

AKADEMIKA Ahli Astronomi yang Pandai Berpuisi Ambillah saripati dari sini menuju sana Engkau tidak akan beruntung jika pergi dengan tangan hampa PERCAYAKAH kalian, jika puisi di atas di tulis oleh seorang ahli astronomi dan matematika? Omar Khayyam namanya. Lahir di Naishapur, sebuah kota besar di Provinsi Khurasan, Iran. Ia terlahir dengan nama lengkap Ghiyatuddin Abul Fath Omar Ibn Ibrahim Al Khayyami, pada 18 Mei 1038 atau 429 Hijriah. Namun, ia lebih dikenal dengan Omar Khayyam yang berarti “Pembuat Tenda”. Nama itu melekat, sebab ayahnya seorang Khayyam atau pembuat tenda. Sejak kecil Omar telah menerima pendidikan yang baik. Ia dididik oleh salah seorang cendekia mahsyur saat itu, Imam Muwaffak. Omar pun berguru hingga kota Balkh. Disana, ia belajar dari Mohamad Mansuri, seorang ilmuwan ternama saat itu. Minat belajarnya, sangat besar pada ilmu perhitungan matematika, astronomi hingga sastra. Kecerdasan dan kejeniusan Omar membawanya hingga ke gerbang istana. Sultan Jalaludin Maliksyah Saljuqi memberinya tawaran menduduki posisi penting dalam istana. Namun, penawaran itu ditolaknya, ia lebih memilih hidup bersama ilmu pengetahuan daripada hidup dengan kekuasaan. Sultan Jalaludin Maliksyah pun dapat mengerti pilihan Omar. Maka, dibantunlah Omar dalam melakukan penelitian. Ia diberi sebuah pusat observasi astronomi dengan berbagai fasilitas dan dana yang besar. Selain itu, Omar Khayyam juga diangkat menjadi ketua kelompok sarjana di perguruan tinggi Nizamiah Bagdadh. Anggota kelompok itu terdiri dari delapan orang pilihan Sultan, yang ditugasi meneliti ihwal astronomi. Kelompok itulah yang berhasil merubah perhitungan kalender. Mengoreksi jumlah hari dalam satu tahun. Sebelumnya memang sudah diketahui ada 365 hari dalam satu tahun. Tetapi Omar Khayyam berhasil mendapat angka lebih detail dan akurat. Hingga enam desimal di belakang koma. Hasil perhitungan hari dalam satu tahun Omar, s e b a n y a k 365.24219858156. Angka ini lebih sering dibulatkan menjadi 365.25. Angka yang di didapatkannya mengarah ke tahun kabisat. Fenomena empat tahun sekali, saat jumlah hari dalam satu tahun bertambah satu hari, 366. Selain Ahli di bidang astronomi, Omar Khayyam juga menekuni matematika. Ia disebut sebagai ilmuwan pertama yang menjembatani konsep Aljabar dengan Geometri. Menggunakan potongan parabola dengan lingkaran, saat menyelesaikan metode perhitungan pangkat tiga Aljabar. Omar Khayyam juga banyak menulis Risala atau teks tentang matematika. Diantaranya berjudul Risala fi taksim ‘al-da’ira, Risala fi’l-Barahin ‘ala al-jabr masā’il wa’l-muqabala dan Risala fi Sharhi Mā ashkala min musādarāt Kitāb Uqlīdis. Selain teks tentang matematika dan geometri, Omar juga aktif menulis puisi. Sekitar seribu puisi 400 baris diyakini telah di tulisnya. Puisi-puisinya juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh Edward Fitzgerald. Namanya sangat terkenal di Eropa, lewat kumpulan puisinya yang berjudul Rubaiyat of Omar Khayyam. Karya sastranya itu dianggap memiliki nafas sufistik. Seperti penggalan p u i s i n y a yang satu ini: “Mata oh mata, kau tak buta, lihat liang lahad itu dan lihat dunia yang penuh kekacauan dan sengsara. Raja, kadi dan putera, semua terkubur di dalam tanah. Lihat si wajah cantik di rahang-rahang semut” Ilmuwan ini telah meninggalkan dunia pada 4 Desember 1131. Dimakamkan di kota tempat kelahirannya, Naishapur. Banyak karyanya yang diakui, baik dalam bidang matematika, astronomi hingga bidang sastra sampai saat ini. Bahkan untuk mengenangnya, sebuah kawah di bulan (1970) dan sebuah asteroid di luar angkasa (1980), dinamai Omar Khayyam.n Diolah dari berbagai sumber Musthain Asbar Hamsah


4

OPINI

Kepada Siapa Kaum Tani Harus Mengadu?

Alih-alih untuk menyejahterahkan kaum tani, yang ada malah perampasan tanah rakyat atas nama pembangunan yang menjadi begitu mudah.

Saifullah Masdar

T

idak ada yang perlu disembunyikan lagi, dewasa ini bisa dikatakan sebagai era bencana kemanusiaan bagi kaum tani. Tragedi ini terjadi dalam berbagai bentuk salah satunya adalah menyingkirkan mereka secara sistematik, utamanya sebagai produsen pangan dari ladangnya sendiri. Beberapa kejadian, sempat marak diberitakan di berbagai media massa. Misalnya, konflik agrarian, yang memunculkan perlawanan dari warga yang merasa terusir dari tanahnya sendiri dengan dalih pembangunan ekonomi negara. Contohnya, dilansir dari berbagai media, Kamis 17 November 2016 kemarin, seratusan petani Desa Sukamulya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat berjibaku dengan aparat kepolisian untuk menolak proses pengukuran lahan pertanian yang akan disulap menjadi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB). Ini baru satu kasus saja, dikutip dari website tirto id, Sejak 2013, pembangunan infrastruktur kerap jadi biang kerok konflik lahan. Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat ada 105 konflik agraria yang disebabkan proyek infrastruktur. Tahun 2014, angkanya melonjak dua kali lipat lebih, menyentuh 215. Tahun 2015, konflik lahan pada proyek infrastruktur turun menjadi hanya 70 kasus. Ini karena tahun 2014 adalah puncak pembebasan lahan dari program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Melihat hal tersebut, bisa dikatakan proses peminggiran kaum tani adalah hasil dari pengambilan kebijakan yang tidak fokus. Alih-alih untuk

menyejahterahkan kaum tani, yang ada malah perampasan tanah rakyat atas nama pembangunan yang menjadi begitu mudah. Menurut Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Iwan Nurdin yang dikutip dari tirto id menyatakan bahwa, pemberlakuan Undang-undang No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Produk Hukum, turunannya ditambah dengan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dalam program ini wilayah Indonesia dibagi dalam enam koridor ekonomi berbasis komoditas utama, yang terhubung satu sama lain dan dijalin melalui pengembangan bisnis-bisnis eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam dalam skala luas. Barangkali dalam kajian pemerintah tidak ada niat untuk merebut tanah rakyat, hanya saja pembangunan infrastruktur dengan menggusur tanah pertanian telah menyebabkan tergusurnya pula para petani kecil dari sawah, tempat mereka mencari nafkah dan menggantungkan kehidupan mereka. Demikian, realitasnya. Sehingga kejadian-kejadian seperti ini seyogyanya dapat diperhatikan lebih baik lagi. Pembangunan adalah hal yang lumrah untuk dilakukan namun bukan berarti harus melukai banyak kalangan, menyalahi adat istiadat, menghancurkan warisan untuk cucu kelak, dan menistakan berbagai kearifan lokal di dalamnya bukan? Pada akhirnya nasib kaum tani semakin buram dan entah kemana. Kekalahan kaum tani di ladang sendiri adalah

bentuk pelucutan terhadap sejarah kaum tani di negeri ini. Jauh-jauh sebelumnya Presiden pertama Republik Indonesia. Ir. Sukarno pernah mengatakan bahwa kaum tani adalah soko-guru dari Revolusi Indonesia. Namun, kejadian-kejadian penggusuran kaum tani dari tanahnya dengan dalih pembangunan ekonomi seakan-akan seperti sebuah pengingkaran yang terang-terangan terhadap bidang pertanian. Barangkali ada benarnya apa yang pernah ditulis oleh Mansour Fakih dalam pengantar buku “Dusta Industri Pangan” karya Isabellea Delforge yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai negeri yang mayoritas penduduknya adalah petani belum memiliki undangundang perlindungan kaum tani. Tetapi, anehnya, justru memiliki undang-undang perlindungan tanaman. Logikanya, berharap bisa memanen sebanyak-banyaknya namun tidak pernah menanamnya. Kekalahan kaum tani di negerinya sendiri merupakan sesuatu tragedi yang akan lebih bijak jika kita renungi bersama siapa pun dan apapun jabatan kita hari ini. Trageditragedi penggusuran kaum tani, kebijakan-kebijakan yang tidak pro kaum tani, serta kerjasama koorporat kapitalis untuk membuat kaya satu golongan saja adalah salah satu bencana yang paling berbahaya pada abad ini. Hingga, semoga dari hasil perenungan tersebut lahirlah strategistrategi jitu ataupun polapola yang terkonstruktif dari paradigma yang kompleksitas dari berbagai elemen untuk meredamnya. Bukan hal yang kebetulan bilamana pertanian suatu negara bermasalah maka tentunya akan berdampak

pada hal kemiskinan dan kelaparan bagi masyarakat. Kembali lagi dalam pengantar buku Dusta Industri Pangan, Mansoer Fakih menyampaikan sebuah data bahwa sekitar 1,22 milyar orang diperkirakan berpenghasilan kurang dari satu dolar setiap harinya dan itu disebabkan karena tergusurnya tenaga mereka oleh alat produksi pangan seperti tanah, air, kredit dan akses produksi. Kemiskinan dan kelaparan yang terjadi tentunya akan berdampak pada keamanan suatu negara. Selain hal tersebut, bukan tidak mungkin kegaduhan dalam negeri ini akan semakin menjadi-jadi bilamana pertaniannya tidak sehat. Untuk itu, salah satu tantangan zaman ini adalah menenangkan kegaduhan tersebut dengan cara bersatu padu menyelesaikan permasalahan bidang pertanian dengan multiparadigma yang kompleksitas. Bukankah ketenangan adalah salah satu kebutuhan dalam kerakyatan. Budiman Sudjatmiko (Kolumnis Tirto. id) menyatakan bahwa Pikiran rakyat itu sederhana, ketika ada kegaduhan, orang menginginkan ketenangan. Ketika ada konflik, orang ingin meredakan. Melihat beberapa relitas yang terjadi, memunculkan suatu pertanyaan, kira-kira kepada siapa kaum tani akan mengadukan perihal ini agar kondisi tidak semakin gaduh? Barangkali mahasiswa mau menaikkan tangan? Hanya hati kita yang bisa menjawabnya sendiri!n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Pertanian, juga merupakan Ketua Umum UKM KPI Unhas Periode 2015-2016

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

BUNDEL • Edisi Akhir Januari 1992

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

Jangan Kalah dengan Media Sosial

Lephas, dari Baraya ke Tamalanrea

Tingkat literasi masyarakat Indonesia saat ini masih tergolong sangat rendah. Tak hanya masyarakat yang kurang mendapatkan akses buku, yang kurang membaca. Namun juga mereka yang memiliki kesempatan, pun banyak yang enggan membaca. Apalagi perkembangan teknologi informasi saat ini yang seiring dengan menjamurnya sosial media membuat buku semakin menjadi asing untuk dilirik. Berikut kutipan wawancara reporter identitas, Khusnul Fadilah bersama Maman Suherman yang aktif melakukan kegiatan tebar virus literasi ketika berkunjung di Sekretariat PK identitas, Minggu (30/10/2016).

LEMBAGA penerbitan Unhas (Lephas) tak lama lagi akan hijrah dari kampus Baraya. Sebuah gedung baru di sebelah barat kampus Tamalanrea telah berbenah diri menantinya. Walaupun kegiatan Unhas telah beringsut selama lima tahun ke Tamalanrea, Namun Lephas tetap berdiam diri di Baraya. Sejak Lephas berdiri pada awal dekade tahun 70-an, Prof Dr A Amiruddin selaku Rektor Unhas saat itu telah menitahkan Lephas sebagai yayasan di lingkungan Unhas. Secara struktural direkturnya bertanggung jawab langsung pada rektor. Sumbangsih Lephas pada civitas akademika sudah tak terhitung jumlahnya. Sudah banyak menerbitkan dan mencetak buku-buku ajar, disertasi, majalah/jurnal, dan aneka macam literatur yang berguna bagi civitas akademika. Selain itu, perlengkapan administrasi perkantoran juga disiapkannya. Pemindahan gedung Lephas memang lama dinanti-nanti Direktur Lephas, Prof Dr AS Achmad. Sayangnya, baru kebagian jatah tempat di Tamalanrea, setelah ada bantuan dari Bank Dunia berupa seperangkat mesin cetak elektronik dan kamera film cetak. Sehingga, memperkuat obsesi Achmad segera hijrah ke Tamalanrea. Konon, menurut Prof Achmad, Gubernur Sulsel memberi bantuan tersebut, karena lokasi di Barayya akan segera diambil alih pihak Pemda. Ditilik dari luar, memang gedung Lephas itu telah tampak rampung. hanya saja, sarana pokok berupa listrik dan air yang esensil bagi usaha percetakan dan penerbitan belum ada. Besar harapan Achmad kepada pihak kampus untuk mengatasi

Ditengah banyaknya kesibukan, apa yang membuat Anda tetap aktif melakukan berbagai kegiatan yang mendukung gerakan literasi ? Saya harus jujur, saya hidup dari menulis sejak 1986. Dari jadi wartawan biasa sampai jadi pemimpin redaksi. Dari itu pulalah saya menciptakan ide-ide kreatif, seperti lahirnya Panasonic Award dan Indonesia Lawak Klub. Saya murni hidup dari tulisan, sehingga sedekahnya juga harus dari tulisan. Entah itu lewat buku atau kegiatan yang mendukung literasi. Saya ingin bermanfaat, kalau misalnya Ridwan pendiri perahu pustaka membuat anak-anak yang susah mendapatkan akses membaca didatangi dengan perahunya, saya bergerak dengan cara memberikan dana misalnya. Itu diambil dari hasil talkshow atau saya jadi pembicara di acara yang berkaitan dengan gerakan literasi. Dengan banyaknya gerakan literasi, maka itu bisa mengubah pola hidup dan tidak menutup kemungkinan visi kita menjadikan kebiasaan membaca menjadi budaya bisa terwujud.

• Edisi Akhir Januari 2002 Menilik GBPP GELOMBANG otonomi kampus semakin dekat menuju kampus merah. Setelah menerapkan otonomi kampus, Universitas Gadjah Mada (UGM) merombak kurikulum dan rancangan strategisnya, demi mendukung kompetensinya. Bagaimana dengan Unhas? Gambaran Besar Program Pengajaran (GBPP) memuat masalah kurikulum di Unhas dinilai masih menjadi masalah yang cukup rumit. Strategi dalam melancarkan proses penerapan dan penyerapan pengetahuan dalam perkuliahan menjadi soal tersendiri. GBPP yang memuat tujuan besar ini dianggap memiliki kendali penting. Menurut Pembantu Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA), Alam Drs Alimin Bado Ms hadirnya GBPP dimaksudkan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik. Namun kenyataannya, tidak semua dosen mampu menerapkannya. Adanya acuan berupa GBPP belum dapat menyelesaikan soal proses belajar mengajar (kurikulum). Masih ada yang harus dilakukan, pengawasan. Hal ini diungkapkan Pembantu Dekan I Fakultas Hukum, Abdul Razak SH. Hal yang sama juga diungkap Pembantu Rektor satu, Prof Dr Ir M Natsir Nessa MS. Lebih lanjut, Natsir membantah tuduhan usang tentang kurikulum perguruan tinggi sekarang yang hanya mencetak “tenaga tukang”. Kunci utama keberhasilan GBPP menurut Abdul Razak pengembangan pengetahuan mahasiswa yang lebih meluas. Lain lagi dengan dosen Fakultas MIPA Nurdin SSi MSi, menurutnya komponen utamanya adalah mahasiswa dengan kemampuan majemuk. Tetapi dosen juga harus lebih belajar. “Agar analisis tujuan instruksional yang termuat dalam GBPP bisa tercapai,” ujarnya.n

5

WANSUS

identitas

istimewa

Data Diri Nama :Maman Suherman Tempat, Tanggal Lahir: Makassar, 10 November 1965 Pendidikan : Jurusan Kriminologi FISIP Universitas Indonesia. Pekerjaan: Reporter-Pemimpin RedKelompok Kompas Gramedia (1988-2003), Direktur Produksi dan Managing Director (2003-2011) Penggagas Panasonic Gobel Awards Pernah menjadi presenter di Kompas TV, Konsultan kreatif dan Notulen acara “Indonesia Lawak Klub” Penulis buku Notulen Cakep, BoKis, Re, dan Perempuan

Di Indonesia sendiri, bagaimana Anda melihat kondisi minat baca masyarakat ? Kebanyakan membaca ketika itu wajib, mahasiswa misalnya membaca hanya yang berkaitan dengan mata kuliahnya. Padahal membaca adalah sebuah bentuk peradaban. Membaca seharusnya bukan cuma yang berkaitan dengan profesi, agar wawasan luas dan bisa berdiskusi dengan berbagai bidang ilmu. Indonesia negara literasi nomor dua terbelakang dari 61 negara. Minat baca lima banding seribu. Sementara negara paling literatif di dunia seperti Irlandia dan Denmark, tiap tahun rata-rata anak kecil sampai orang tua membaca 30 buku per tahun. Di Indonesia hanya satu atau dua. Indikatornya yaitu input dan output pendidikan. Ternyata input dan output orang indonesia, yang penting jadi sarjana, kerja dan membahagiakan orang

tua. Soal pendalaman ilmunya berhenti begitu saja. Indikator lain yaitu jumlah komputer dirumah tangga, jumlah perpustakaan dan jumlah media cetak. Media cetak kita buktinya makin lama makin berkurang. Padahal itu menjadi salah satu ujung tombak literasi, membuat orang masih bisa berdialog dengan memegang sesuatu yang aktual. Namun sekarang, orang lebih banyak yang memilih aktif bermedia sosial ketimbang membaca media cetak atau buku. Bagaimana dampak menjamurnya media sosial dan media online terhadap minat baca? Dampaknya orang semakin malas membuka buku, sebab banyak sumber referensi yang bisa dicari secara online. Tapi tetap saja buku dengan referensi internet tingkat kedalamannya beda, apalagi tingkat kebenarannya. Semakin banyaknya media sosial membuat orang merasa lebih bebas. Indonesia adalah negara tercerewet kelima di twitter. 15 tweet per detik. Dan kalau dibedah isinya paling banyak hoax dan foto selfie. Nilai sudah mulai berubah, yaitu reaksi terhadap gegar teknologi. Orang jadi lebih suka bersuara ketimbang membaca. Beberapa persoalan membuat orang saling serang di media sosial. Meskipun dengan dalih diskusi. Orang indonesia kalau bersuara menganggap bahwa itu diskusi. Padahal diskusi dengan debat beda, diskusi mencari pemecahan masalah, debat mencari menang kalah dan mempertahankan apa yang diyakini, bukan mempertemukan kebenaran dengan kebenaran lain. Ini yang dibutuhkan sekarang, keberaksaraan budaya, baru bisa kuat kalau budaya baca tinggi. Jangan sampai berdebat di media sosial yang referensinya pun hanya dicari secara online tanpa membaca sumber yang dari buku. Siapa yang bisa menjamin referensi online itu benar-benar fakta. Lantas, dengan kondisi seperti itu, bagaimana cara

agar aktivitas literasi bisa menjadi budaya ? Kalau saya pesimis, saya berhenti mendukung gerakan literasi. Saya beruntung melihat gerakannya Ridwan, dari sabang sampai merauke ada. Dan itu gerakan bukan proyek, kerjanya pakai hati. Gerakan ini bukan cuma taruh buku tapi mengajak orang membaca dan memahami bacaan. Buku menjadi benda hidup, gerakan ini harus didukung terus menerus. Teknologi memang selalu lebih cepat dari kita. Namun jangan pernah imperior untuk mengatakan tdak bisa. Saya bangga dengan Sulawesi, kita punya daya literasi paling kuno, I Lagaligo naskah terpanjang di dunia. Persoalannya kita dijajah oleh budaya-budaya luar. Tugas kita adalah mengangkat kearifan budaya. Saya selalu dengar kearifan lokal, kesannya rendah banget sih. Belum tentu penulis dari Jakarta lebih hebat. Makassar punya Aan Mansyur dan Faisal Oddang kok. Ada Ridwan yang menulis tentang kemaritiman, orang luar mau mempelajari kemaritiman Indonesia, ke perpustakaannya. Ini yang harus kita buktikan keluar bahwa kita punya, persoalannya kita lupa. Seharusnya media-media kita kembali menggali identitas Tanah Makassar dengan cerita seperti itu. Jadi jangan kalah dengan media online, tapi manfaatkan. Apa pesan Anda untuk mahasiswa, dalam hal ini yang berkaitan dengan aktivitas literasi? Membacalah buku dan peristiwa sebanyak-banyaknya. Jadilah pelopor keberaksaraan budaya. Karena kenyatannya, kita punya banyak anak muda yang banyak tapi banyak pula yang buta aksara. Beruntunglah Anda yang mengenyam pendidikan tinggi. Jangan terlena dengan media sosial yang membuat jauh dari buku. Jika pun belum bisa memulai mengajak orang lain, mulailah dari sendiri. Tak ada kata terlambat. n


6

POTRET

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017 2017

7

CIVITAS

Penyampaian Aspirasi Tak Direstui

Rusuh

Suara yang Tak Sampai Foto: Musthain Asbar Hamsah dan Rahima Rahman Naskah: Musthain Asbar Hamsah

Orasi

PULUHAN mahasiswa berjas merah berkumpul di samping Perpustakaan Pusat Unhas. Suara orator memancing semangat, massa pun mengepalkan tangan kiri, serentak mengaminkan ucapannya. Baliho tuntutan pun seolah berbicara, pada setiap mata yang memandanginya. Inilah bentuk aksi damai menolak komersialisasi kampus, yang digelar kelompok mahasiswa Aliansi Unhas Bersatu, Senin (16/1). Mereka menghendaki penyampaian aspirasi di hadapan Rektor dan Menteri Riset Teknologi dan

Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhammad Nasir yang meresmikan status baru kampus merah. Ada tiga hal yang hendak mereka sampaikan. Pertama, mereka ingin ada kepastian tidak ada kenaikan UKT dari Unhas. Kedua, mereka menolak adanya komersialisasi pendidikan. Ketiga, tuntutan untuk Menristekdikti agar merevisi Permenristek Dikti Nomor 39 Tahun 2016, tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan UKT di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Tepatnya pada pasal 9 ayat 1 poin b, yang menjelaskan

bahwa PTN tidak menanggung pembiayaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa. Padahal sebelumnya, biaya KKN sudah termasuk di dalam UKT yang dibayarkan tiap semester berjalan. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Suara lantang orasi mereka tak sampai di telinga Menristekdikti. Jalan menuju Gedung Rektorat diblokade oleh Satuan Pengamanan (Satpam) kampus. Saling dorong antara mahasiswa dan Satpam pun tak terhindarkan. Bahkan sempat terjadi pemukulan yang dilakukan oleh Satpam terhadap beberapa mahasiswa yang bersikukuh maju menemui Pak Menteri.n

Baliho Tuntutan

Diseret

Menonton Aksi

Menenangkan Suasana

identitas/rahima rahman

Bertahan: Setelah sempat akan dibubarkan oleh Wakil Rektor III Unhas, massa mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Unhas Bersatu bersikukuh melanjutkan aksi damai menolak komersialisasi pendidikan, Senin (16/1).

Bersikukuh menyampaikan secara langsung tuntutan kepada Menristek dan Rektor, massa aksi mendapat tindakan represif dari aparat kampus.

S

ekitar pukul 08.30, Rektorat Unhas tampak ramai. Banyak pejabat kampus yang berkumpul di Pelataran Rektorat guna menyambut kedatangan Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi, Prof H Mohamad Nasir, PhD, Ak, Senin (16/1). Beberapa pejabat lainnya pun menunggu di Ruang Senat Lantai Dua Rektorat. Hari itu akan berlangsung Launching secara resmi peralihan status Unhas menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). Disisi lain, ketika satu persatu agenda kegiatan Launching berlangsung, di samping Perpustakaan Pusat Unhas mahasiswa sedang melakukan aksi damai. Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Unhas Bersatu tersebut mempunyai tiga tuntutan, yakni menuntut agar Rektor Unhas menjamin kepada mahasiswa untuk tidak menaikkan Uang Kuliah Tunggal, menolak segala

bentuk komersialisasi pendidikan, menuntut Menristek Dikti untuk merevisi Peraturan Menteri nomor 39 tahun 2016 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan UKT pasal 7 ayat 1 dan pasal 9 ayat 1 huruf b. Ketika massa aksi ingin bergerak menuju depan Rektorat untuk menyampaikan langsung aspirasi mereka kepada Menristek Dikti dan Rektor, satpam kampus melakukan blokade jalan. Akhirnya terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dan Satpam. Bahkan beberapa mahasiswa terkena pukulan dan diseret oleh Satpam, akibat mereka bersikukuh menuju Gedung Rektorat. Wakil Rektor III yang mendatangi aksi pun mengecam aksi mahasiswa. “Sejak tahun 2014, kita bahas PTN BH, semua permintaanmu telah kami penuhi, SPP tidak ada yang naik, kalau ada tuntutan, bilang baik-baik,” ujarnya dengan berang, Senin (16/10).

Karena dianggap melakukan perlawanan, kejadian itu membuat tiga mahasiswa sempat diamankan oleh pihak pengaman kampus, dibantu oleh beberapa birokrasi fakultas. Seperti Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Pertanian, yang berseru untuk mengamankan salah satu mahasiswanya yang bernama Muhammad Nasrul. “Mahasiswaku itu yang pakai ransel pak, saya kenal dia. Tangkap dia,” ujar Prof Dr Ir Kaimuddin Msi, Senin (16/1). Menurut Satpam, Japri S.Sos, mahasiswa ditangkap karena memprovokasi mahasiswa lain. “Mahasiswa ini diamankan karena tadi orasinya tentang PTN BH mengatakan jangan takut sama mereka, itu bahasa diplomasi yang diucapkan dan seakan-akan memprovokasi teman-temannya yang ada disitu, untuk melewati kesepakatan yang sudah ditentukan. Kami dari pihak keamanan sudah diberi perintah dan batasan sampai di depan pos yang biro saja,” tuturnya ketika ditemui sesaat setelah kejadian, Senin (16/1). Ketua BEM Fakultas Pertanian, Almunatsir pun angkat bicara soal tindakan Satpam tersebut. Ia menganggap ini menjadi hal yang lucu, ketika mahasiswa menyampaikan aspirasi dengan damai, malah mendapat tindakan represif. “Hari

ini, kita menyaksikan kampus menjadi anti kritik terhadap sivitas akademikanya. Ya, kalau kita masih dianggap sivitas akademika,” tuturnya Senin (16/1). Setelah dikonfirmasi kepada Satpam terkait tindakan represif yang dilakukan terhadap mahasiswa, ia membantah hal tersebut. “Saat pengamanan kemarin kami mengamankan ada yang di tarik, di seret. Tidak ada yang diinjak, itupun kami seret karena dia mau ditarik tidak mau berdiri, jadi kami seret. Intinya kita melaksanakan tugas, kita tidak mau mempermalukan Unhas,” ujar Aliming (kamis,19/1). Aliming juga menambahkan bahwa saat aksi berlangsung ia telah menegaskan agar mahasiswa dalam melakukan aksi tidak anarkis dan mengganggu acara di rektorat. Kahar Mawansyah selaku Ketua BEM Fakultas Hukum mengatakan bahwa mereka melakukan aksi damai, bukan anarkis. Dan tidak menolak PTN BH, tapi ingin menyuarakan aspirasinya kepada Menteri dan Rektor. Kalau dikatakan yang penting tidak boleh mengganggu acara di rektorat, mereka merasa tidak mengganggu. Hanya ingin ke depan rektorat, menunggu Menteri dan Rektor turun mendengarkan aspirasinya. “Pada saat itu kami tidak to-

lak ji PTN BH. Hanya tiga tuntutan yang kami mau sampaikan, yang ada di spanduk aksi. Tapi kami tidak diperbolehkan bertemu. Dan poin pentingnya, kenapa kami mahasiswa yang juga bagian dari Unhas, tidak ada yang diundang diacara itu?,” tambahnya, Jumat (20/1). Atas perlakuan Satpam kampus yang dianggap melakukan tindakan represif. Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Unhas Bersatu, berencana akan melaporkan kejadian ini ke Polsek Tamalanrea. Setelah dilakukan proses visum kepada dua mahasiswa, yang diamankan pasca bentrok. Kedua mahasiswa tersebut yaitu Muhammad Nasrul mahasiswa Fakultas Pertanian dan Munib mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya. Setelah dikonfirmasi kepada Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr Ir Abdul Rasyid Jalil, MSi terkait tindak lanjut kejadian ini. Ia hanya mengatakan kejadian kemarin adalah pembelajaran bersama. “Mahasiswa, dosen, pegawai ingin melihat Unhas menjadi baik oleh karena itu tidak perlu berhadap-hadapan. Tapi harusnya duduk bersama di forum ilmiah, berpikir bersama untuk Unhas. Semua harus introspeksi diri, semua kejadian tentu ada sebab musababnya,” ujarnya, Sabtu (21/1). Ann/Kfd


KOLOM

Cholinesterase hadir sebagai salah satu marka biologis untuk mendeteksi tingkat bahaya pencemaran. Indikator kerja enzim ini, ia akan terhambat jika berikatan dengan dua golongan pestida, seperti karbamat dan organofosfat. Khusnul Yaqin

K

erang hijau (Perna viridis) merupakan komoditas perikanan dengan nilai ekonomi yang tinggi. Di Teluk Jakarta, hewan ini telah dibudidayakan sejak awal tahun 1980-an. Sekarang, budidaya hewan kelas bivalvia ini telah jadi bagian yang

tak terpisahkan, dari kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar teluk. Pada tahun 2003, Dinas Pengawasan Pembangunan Kota Jakarta memperkirakan terdapat 4.221 unit budidaya kerang hijau yang menyebar di bagian barat dan timur Teluk Jakarta. Hal itu menunjukkan potensi kerang hijau dapat menyokong perekonomian masyarakat. Tak hanya di perairan Ibu Kota negara, kerang hijau juga dapat ditemukan di beberapa wilayah laut Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan. Masyarakat di Mandalle Kabupaten Pangkep,

Aktivitas Cholinesterase Kerang Hijau,Indikator Pantau Pencemaran Laut

serius terhadap bahan pencemar yang dibuang ke perairan, maka boleh jadi data yang dimonitoring oleh Khozana akan mengalami peningkatan. Pemantauan, menjadi faktor penting dalam upaya pengelolaan lingkungan. Bukan hanya membutuhkan keinginan politik dari pemerintah. Tapi, juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebagai contoh, untuk mengukur kandungan pestisida dibutuhkan biaya sekitar 500 ribu rupiah per sampel air. Dalam satu kali peninjauan di tiap stasiun pengamatan, titik-titik pengambilan sampel bisa berjumlah puluhan. Sulawesi Selatan, pun mulai Sesuai dengan sifat kimia-fisika zat membudidayakan dan mengolahnya pencemar dan kondisi geografis menjadi Sate Kerang. wilayah yang diamati. Namun di sisi lain kita juga Bisa dibayangkan jumlah diperhadapkan pada kenyataan, rupiah yang harus dikeluarkan. perairan di kota-kota besar Demi mengetahui status Indonesia diperlakukan seperti pencemaran pestisida pada “kerangjang sampah” bagi aktivitas suatu kawasan perairan. Agar ekonomi yang berkembang pesat. diperoleh data yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Selain itu, analisis kimiawi pestisida di laboratorium, pun membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sehingga seringkali para pengambil kebijakan terlambat dalam menentukan sikapnya. Sebagai upaya dalam mereduksi masalah biaya dan waktu, para pakar dalam bidang ekotoksikologi mengembangkan marka biologis atau biomarker. Laurent Lagadig, seorang pakar ekotoksikologi senior dari Écobiologie et Qualité des Hydrosystèmes Continentaux ILUSTRASI/MUHAMMAD ABDUL Diperkirakan ada sekitar 2.050 industri besar, menengah dan kecil yang mengalirkan limbahnya ke Teluk Jakarta. Sementara itu belum ada sistem pengolahan, yang dapat mereduksi dampak negatif limbah sebelum di buang ke lingkungan. Peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan OseanologiLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Khozana Munir dalam penelitiannya pada Juni-September 2003, menemukan kandungan pestisida organoklorin di sedimen laut telah melebihi ambang batas aman. Tanpa penanganan yang

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

di Perancis mendefinisikan, marka biologis sebagai parameter biokimia atau fisiologi yang bisa diukur pada tubuh suatu organisme yang menunjukkan tingkat efek peracunan zat pencemaran. Dengan kata lain, marka biologis berfungsi sebagai sistem peringatan dini, bagi bahaya pencemaran.

Cholinesterase hadir sebagai salah satu marka biologis untuk mendeteksi tingkat bahaya pencemaran. Indikator kerja enzim ini, ia akan terhambat jika berikatan dengan dua golongan pestida, seperti karbamat dan organofosfat. Para pakar ekotoksikologi menggunakan tanda-tanda ketidakaktifan Cholinesterase, sebagai marka biologis adanya racun pestisida dalam tubuh makhluk hidup. Jika enzim itu terikat oleh dua jenis pestisida tersebut, dapat menyebabkan sistem saraf manusia mengalami gangguan. Akibat lain yang ditimbulkan yaitu badan menjadi sangat lemah, pusing-pusing, pandangan kabur, gemetaran, kejang-kejang, jantung berdetak lambat, sesak nafas, bahkan berujung kematian. Penelitian tentang penggunaan aktivitas Cholinesterase ini, berkembang sangat pesat setelah ditemukan teknik yang disebut kolorimetrik, untuk mengukur aktivitas Cholinesterase oleh Ellman dan koleganya pada 1961. Teknik ini cukup sederhana murah, cepat dan akurat. Pengujiannya dapat dilakukan pada manusia sampai hewan tak bertulang belakang, seperti kerang. Untuk melakukan kolorimetrik, bagian tubuh makhluk hidup yang menjadi target pengamatan misalnya sel darah, dicampur dengan enzim asetiltiokolin.

Cholinesterase yang ada di dalam darah akan mempercepat penguraian asetiltiokolin menjadi asam asetat dan tiokolin. Dengan menambahkan zat yang disebut pereaksi Ellman, reaksi akan menghasilkan warna kuning.

Selanjutnya, intensitas warna kuning ditransformasi dengan alat spektrofotometer menjadi angka relatif. Dengan demikian aktivitas Cholinesterase dapat dihitung. Teknik ini dapat diterapkan dengan menggunakan micro-plate, yang bisa mengukur sekitar sepuluh sampel dengan empat kali ulangan sekaligus. Berkaitan dengan kerang, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menjustifikasi indikator aktivitas Cholinesterase pada kerang hijau untuk mendeteksi pencemaran lingkungan. Seperti penelitian Lau dan Wong dari Hong Kong University of Science and Technology, yang menyebutkan aktivitas kolinesterase pada kerang hijau dapat dideteksi melalui uji pereaksi Ellman pada organ insang. Bagian tubuh kerang itu disarankan, sebab insang menjadi organ yang paling pertama dan paling sering berhadapan dengan bahan pencemar. Hal itu juga diperkuat oleh hasil penelitian penulis pada tahun 2005 di Kabupaten Pangkep, yang menemukan aktivitas Cholinesterase terbesar terdapat pada bagian insang, dibandingkan dengan organ yang lain seperti kaki, mantel dan otot adduktor kerang hijau. Menariknya, ketika dilakukan perbandingan data aktifitas Cholinesterase antara insang kerang hijau yang dikumpulkan dari Pangkep dan dua daerah di Teluk Jakarta, yaitu Muara Kamal dan Cilincing. Aktivitas Cholinesterase kerang hijau perairan Pangkep jauh lebih tinggi dibandingkan Muara Kamal dan Cilincing. Selain itu, aktivitas kolinesterase kerang dari Muara Kamal masih lebih tinggi dibandingkan kerang hijau yang berasal dari Cilincing. Hasil penelitian ini menunjukkan kedigjayaan aktivitas kolinesterase sebagai marka biologis, karena bisa membedakan dampak buruk pencemaran di dua daerah yang sudah umum diketahui sangat tercemar. Dengan kata lain aktivitas kolinesterase cukup sensitif dalam membedakan tingkat pencemaran di daerah yang tercemar berat. n Penulis adalah Pakar Ekotoksikologi Perairan Dosen Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

9

WANSUS

Hoax, Media dan Jurnalis Berita palsu atau yang biasa disebut hoax membanjiri laman gawai masyarakat Indonesia. Padahal masyarakat Indonesia mestinya dicerdaskan dengan memanfaatkan era digital. Banyak media online yang dipengaruhi oleh ramainya hoax. Jurnalis pun begitu, seringkali terjebak dalam perangkap hoax yang membingungkan. Bagaimana fenomena itu terjadi? Berikut kutipan wawancara reporter identitas Musthain Asbar Hamsah bersama Sekertaris Aliansi Jurnalis Independen Makassar, Rahmat Hardiansya saat ditemui di kantornya, Jumat (20/1). Kapan awal mula hoax berkembang di media massa Indonesia ? Sudah lama sebenarnya. Dari yang saya pelajari, di Indonesia hoax agak heboh saat pemilihan umum tahun 2014, ada momen politik. Dan pas pemilihan gubernur di Jakarta, wabahnya makin menjadi-jadi. Fenomena hoax ini asal usulnya tumbuh pesat di Eropa. Media penyebarnya, dikategorikan sebagai media buzz, yakni media bombastis yang kebenarannya tidak dipercaya, tapi dianggap sebagai media hiburan. Nah, faktor kebombastisan itulah yang diadaptasi oleh mediamedia baru yang muncul di negara kita untuk cari nama. Kategori hoax harus dibedakan dahulu, kalau saya pribadi melihat hoax itu ada dua. Pertama, hoax dari segi pemberitaan, artinya berita yang dinformasikan itu betul-betul hoax. Media betul-betul mengarangnya, atau istilahnya menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Kategori kedua, hoax dari segi informasinya bohong. Contohnya begini, Saya sebagai gubernur, melakukan konfrensi perss dihadapan media, yang saya

isti mew a

8

sampaikan itu kebohongan, tidak ada fakta nyata tapi disampaikan ke media lalu diberitakan. Akibatnya tidak sedikit media yang juga tertipu oleh kebohongan pihak tertentu. Tipuan itu dikaburkan, disamarkan, seakan-akan tipuan itu nyata. Sehingga masyarakat percaya saja karena itu dikabarkan oleh media. Tidak salah kalau ada beberapa orang yang mengatakan media mainstream juga terjebak dalam menciptakan hoax. Di AJI, untuk mengurangi hoax seperti itu, kami

mendorong agar tercipta jurnalisme berbasis data. Jadi, Jurnalis harus paham menganalisa dan memverifikasi data, sebab dari data kita bisa menyajikan fakta, dan itu bisa menghindarkan kita dari berita-berita hoax. Tapi itu sulit. Mengapa hal itu menjadi sulit? Sebab kendalanya, teman-teman jurnalis sudah terlalu nyaman saat ini. Saya lihat, banyak dari mereka tidak mau meningkatkan kemampuannya untuk menguasai jurnalisme berbasis data. Mau tidak mau hal ini harus diungkapkan, bahwa saat ini jurnalis lebih banyak menjadi jurnalis tulis atau jurnalis pinjam mulut. Hanya meminjam mulut orang lain untuk bicara, lalu dimasukkan dalam berita. Sementara ilmu jurnalistik saat ini sudah berkembang sangat pesat, sudah tidak bisa lagi jika apa yang dikatakan si A itu benar, kan belum tentu. Hoax memang agak membingungkan sebenarnya. Tapi di AJI sikap kami tetap, yang menyebarkan misi kebohongan itu tidak ditolerir. Bagaimana pendapat anda terkait pemblokiran situs hoax? Bukankah itu juga bentuk

pelarangan kebebasan berekspresi? Nah itu juga yang jadi masalah, hampir semua elemen terpecah pendapatnya terkait hal ini. Di satu sisi itu (red: berpendapat di dunia maya) adalah bentuk kebebasan berekspresi, di sisi lain orang-orang yang takut menganggap itu sebagai ancaman. Kami sendiri memperjuangkan hak kebebasan berekspresi. Bahkan kami melakukan protes terhadap Kementrian Komunikasi dan Informasi yang melakukan penutupan terhadap situs-situs terkait. Padahal kadar bohongnya harus ditelaah dengan baik. Twitter pun sekarang sudah dimasuki oleh pemerintah. Ada beberapa akun Twitter yang dianggap radikal itukan ditutup. Kami dari AJI tetap memperjuangkan kebebasan berekspresi, tapi kebebasan yang tidak bebas amat. Selagi tidak menyampaikan hal yang misalnya pornografi, itu tidak jadi masalah. Nah yang harus dipahami sekarang, masyarakat yang punya banyak pilihan. Jadi, harus bisa memilah, mana informasi yang bisa mereka cerna dan informasi yang harus disaring. Dulu awal tahun 2000an kita yang cari informasi, sekarang informasi yang datang ke kita, bukan cuma satu tapi banyak. Itu yang harus kita saring. Teknologi juga bagai pisau bermata dua. Di satu sisi bermanfaat tapi di sisi lain bagi orang yang tidak sanggup

(menyaring), itu bakal merusak. Ada yang berpendapat fenomena hoax ini adalah bentuk demokrasi yang kebablasan, begaimana tanggapan anda? Sebenarnya bukan kebablasan, tapi disalahgunakan. Kalau saya lihat, ada orang tertentu yang menggunakan demokrasi ini di jalur yang salah. Ada juga ketakutan dari pemerintah, menghadapi masyarakat yang terlalu speak up, menunjukkan kebebasan bicara. Pemerintah memberi kita kebebasan berekspresi. Tapi juga memberi aturan yang sangat ketat. Bagaimana hoax berpengaruh pada media? Begini, karakter pembaca kita belum dewasa. Masyarakat Indonesia jika mau dicerita secara runut. Dari awal kita diajari mengenal media online secara serampangan. Ini kembali ke watak sebenarnya. Kata yang paling banyak dicari orang di google itu porno! Itu kan frame berpikir orang Indonesia. Sensasional, jadi kesalahpahaman media kita saat ini. Apalagi media online dan media yang seakan-akan media (red: situs hoax), kan yang paling besar pengaruhnya. Karena mereka menyajikan sensasi. Masyarakat Indonesia itu lebih suka sensasi. Bahkan ada teman yang mengatakan ilmu jurnalistik sekarang itu, bukan lagi 5W+1H tapi 6W+1H, ada tambahannya, yakni Wow. Ketika ada tulisan dan ada unsur Wow di dalamnya, pasti jadi viral. Nah pemilik-pemilik situs ini berlomba membuat yang Wow. Sebab, semakin banyak yang klik dan baca, semakin banyak uang yang didapatkan. Jadi ini dosa berjamaah kayaknya. Kalau mau dibilang, ini salah penyajian format media digital yang baru di Indonesia. Lebih mengutamakan kecepatan bukan ketepatan. Tuntutan kecepatan inilah yang membuat minim verifikasi fakta. Sedangkan karya jurnalis, itu kan harus fakta dan fakta. Fakta lebih utama dari segalanya. Namun ketika kita mendahulukan kecepatan, jangan berharap ada kebenaran mutlak. Pasti ada yang salah dan pasti ada yang bohong.n

Data Diri Nama lengkap : Rahmat Hardiansya Pendidikan: SMK Negeri 5 Makassar (STM Pembangunan) Universitas Muslim Indonesia Pekerjaan : - Pendiri Bicara.id - Sekertaris Aliansi Jurnalis Indonesia Makassar 2016 – 2019 - Pimpinan Redaksi Makassar Terkini 2015 -2016 - Editor Rakyat Sulsel Online 2014 – 2015 - Jurnalis Koran Sindo Makassar 2011 – 2014 - Jurnalis Ujung Pandang Ekspress 2009 – 2011


10

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

11

RAMPAI

IPTEKS

Makna simbolik dari setiap motif dalam kain tenun tradisional Toraja, menggambarkan kehidupan masyarakat yang diambil dari motif ukiran Toraja,” Rizki Marsella Mahasiswa FISIP

istimewa

Makna Simbolik Kain Tenun Tana Matarik Tak hanya wisatawan saja yang datang ke Tana Toraja.

KEMEGAHAN upacara kematian Rambu Solo’, uniknya ritual Ma’nene, dan peninggalan kebudayaan megalitiknya, pun menarik minat para ilmuwan dan akademisi bertandang ke Tana Matarik ini, untuk meneliti. Rizki Marsella Bungadanun, salah satunya. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unhas ini, melakukan penelitian terhadap kain tenun tradisional Toraja, yang dibuat masyarakat Kelurahan Sa’dan Malimbong, Toraja Utara. Rizki memandang kain tenun bagi masyarakat Toraja bukanlah sembarang kain. Ada makna yang tersirat di dalam setiap motif dan warnanya. Inilah yang memicu rasa ingin tahunya. Selain itu, topik penelitian terkait hasil karya seni budaya Toraja yang berupa kain tenun ini, terbilang masih baru. “Hasil akhir penelitian ini, nantinya ditujukan untuk mengetahui aspek-aspek susunan struktur masyarakat dan kegunaan kain tenun tradisional Toraja, serta memahami makna simbolik dibalik motifnya,” tutur mahasiswa angkatan 2012 ini. Dalam proses penelitiannya, mahasiswa Jurusan Sosiologi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan memberikan gambaran sistematis dan aktual, mengenai fakta-fakta yang ada pada objek yang diteliti. Selain itu, wawancara untuk mendukung data riset juga dilakukan. Ia mencari lima orang informan, yang secara khusus dianggap memahami betul

seluk beluk kain tenun Toraja. Dari penelitian yang telah ia dilakukan, diketahui dahulu kala ada salah satu jenis kain tenun tradisional Toraja yang hanya boleh digunakan oleh keturunan bangsawan, namanya kain tenun Paramba’. Warnanya pun tak sembarang, sebab kalangan atas hanya mengenakan tiga warna, terdiri dari putih, kuning dan merah. Meskipun demikian, dalam upacara Rambu Solo’ tetap hanya boleh menggunakan kain dasar bewarna hitam. Kini pengguna kain tenun, tidak dilihat dari dia keturunan ‘siapa’. Melainkan ditilik dari status tingkat pendidikan dan penghasilan. Berkembangnya pendidikan, telah menyejajarkan status dalam masyarakat. Telah terjadi pergeseran nilai. Penggunaan kain tenun pun tidak khusus untuk upacara adat saja, melainkan juga dipakai sebagai seragam kantor, bahkan dijadikan bahan kerajinan tangan. “Makna simbolik dari setiap motif dalam kain tenun tradisional Toraja, menggambarkan kehidupan masyarakat yang diambil dari motif ukiran Toraja,” tutur perempuan berdarah Toraja ini. Ada delapan motif penting. Pertama, motif pa’sekong kandaure yang bermakna doa, agar keturunan atau anak cucu selalu hidup dalam kebahagiaan bagaikan cahaya dan indah seperti kandaure (red; perhiasan). Kedua, motif tau-tau (orang-orangan),

simbol roh atau spirit sang almarhum yang tidak ikut mati, tetapi melanjutkan kehidupan lain di alam berikutnya sesudah kematian. Ketiga, motif pa’tedong (kepala kerbau) yang bermakna kekuatan, kemakmuran, dan kebangsawanan masyarakat Toraja. Keempat, motif pa’tangke lumu’ (tangkai lumut) yang menggambarkan cara-cara hidup masyarakat Toraja dalam memenuhi kebutuhannya atau makanannya. Kelima, motif pa’bulu londong (ayam jantan) yang berarti kepemimpinan yang arif dan bijaksana, dapat dipercaya karena pintar, serta selalu mengatakan kebenaran. Keenam, pa’barre allo (bulatan matahari ) yang artinya gelar bagi raja yang bersikap mulia bagaikan terangnya sinar matahari. Ketujuh, pa’bua tina’ (pohon waru) yang bermakna masyarakat Toraja selalu lincah, cekatan dalam berbagai hal. Terakhir, motif pa’bannang yang berisi pesan untuk menjaga sopan santun, saling menghargai, saling berjalan sepadan supaya hidup dalam kedamaian. “Tiap kain tenun Toraja, memiliki motif, warna dan fungsi yang beragam. Dari ketiga komponen itu, lahir makna simbolik. Ada tiga nilai utama yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai sistem kepercayaan, nilai integrasi sosial-budaya, dan kearifan lokal yang harus terus dilestarikan,” tutur Rizki menutup wawancara, Rabu (11/1).n Ayu Lestari

KRONIK Menristek Akan Tagih Guru Besar KEMENTERIAN Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menyikapi masih rendahnya jumlah publikasi internasional PTN di Indonesia. Padahal saat ini, Indonesia memiliki 6000 profesor. Yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan jumlah publikasi jurnal di negara Indonesia sehingga bisa bersaing dengan negara lain.

Karenanya, Prof H Mohammad Nasir PhD AK selaku Menristek Dikti berharap agar publikasi penelitian dapat dikawal. “Saya akan menagih para guru besar agar tiap tahun menghasilkan publikasi ilmiah. Jika tidak, tunjangan kehormatannya akan ditinjau kembali,” kata Nasir. Menilai capaian Unhas, 1041 publikasi internasional merupakan suatu yang sangat luar biasa. Namun, ia tetap berpesan pada Rektor agar dapat memberikan satuan capaian kerja kepada setiap

fakultas dan dekan. “Rektor harus mendesak para dekan menghasilkan publikasi,’’ ujarnya saat memberi sambutan dalam acara Launching Unhas PTN-BH, Senin (16/1). (Ann)

Nilai Beasiswa Bidikmisi Naik MENTERI Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir mengatakan,

anggaran kementeriannya mengalami penurunan sejak tahun 2014 yang mencapai 46,5 triliun. Tahun berikutnya (2015) menjadi 40 triliun, tahun 2016 turun lagi menjadi 39 triliun. ‘’Tahun 2017 ini 38 triliun. Untuk menyelesaikan pembangunan gedung yang mangkrak dengan nilai 86,6 triliun terpaksa diselesaikan menggunakan Instruksi Presiden (Inpres),’’ kata Muh. Nasir kepada wartawan di Lantai 8 Gedung Rektorat Unhas, Senin (16/1). Meski anggaran kementeriannya

kian menipis, Nasir tetap memperhatikan porsi beasiswa, khususnya Beasiswa Bidikmisi yang sebelumnya dialokasikan 60.000 orang, dinaikkan menjadi 80.000 orang seluruh Indonesia. Besarannya pun meningkat, dari 600.000 rupiah per bulan menjadi 650.000 rupiah per bulan. Biaya operasional di PTN dianggarkan, termasuk untuk pembayaran gaji dan peningkatan kinerja di PTN. Bagi PTN BH ada satu mandat anggaran khusus untuk publikasi sesuai kinerja. (Mda)n

Aktif Berkegiatan, Torehkan Prestasi Tak cukup belajar hukum negara sendiri, hukum internasional pun butuh untuk di asah.

L

ain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Antar satu negara dengan negara lain pasti berbeda adat istiadatnya, termasuk proses hukum yang ada di dalamnya. Seperti halnya dengan negaranegara di Asia yang punya proses hukum berbeda-beda. Itulah yang menjadi kajian ALSA (Asian Law Students’ Association) Unhas. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Hukum ini terbentuk berdasarkan hasil Musyawarah Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI) pada 2124 September 1987. Pimpinan ISMAHI yang baru terpilih pada saat itu mencetuskan pemikiran bahwasanya penting bagi mahasiswa hukum untuk memiliki pemahaman akan perbedaan sistem hukum di negara ASEAN. Berdirinya ALSA Indonesia di tahun 1989, di ikuti dengan bergabungnya beberapa Perguruan Tinggi Negeri sebagai anggota. ALSA Local Chapter Unhas pun terbentuk pada tahun 1995. Didirikan oleh Laode M. Syarif, Faisal, dan Darmadi Samad, dan pertama kali dipimpin oleh Sonya Ramadhani. Sejak berdirinya hingga sekarang, ALSA LC

Unhas sudah di nahkodai oleh 22 direktur dan menjadi salah satu UKM yang banyak diminati. Untuk masa kepengurusan kali ini ALSA memiliki 190 lebih anggota. Alumninya pun sudah mencapai 900 orang. Organisasi yang mengutamakan bahasa internasional ini memiliki tujuan membina hubungan dan kerja sama yang baik di antara mahasiswa hukum, membantu mahasiswa hukum untuk mengenal lebih baik kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda dari negara – negara anggota, meningkatkan pembahasan masalah-masalah dalam hukum di Asia, meningkatkan pertukaran dan penyebaran informasi tentang hukum dan pembangunan hukum di asia, menjadikan anggotanya berwawasan internasional, bertanggung jawab secara sosial, berkomitmen secara akademik, dan memiliki kemampuan hukum yang baik. Direktur baru Alsa Unhas Fadiel Muhammad, mahasiswa jurusan ilmu hukum angkatan 2015 memiliki visi mengoptimalisasi sistem keorganisasian dan keilmuan guna mewujudkan ALSA Lc Unhas yg unggul, berkompeten, dan profesional

tanpa mengenyampingkan nilai kekeluargaan. Dengan cara menjaga dan mempererat hubungan internal antara anggota, pengurus demisioner serta alumni, memperkuat hubungan eksternal antar Local Chapter, organisasi intra dan organisasi ekstra, mengoptimalkan pengembangan kajian keilmuan, utamanya pada bidang hukum, meningkatkan kualitas organisasi dan jati diri yaitu Bahasa Inggris dan peradilan semu, memberikan sumbangsih kepada masyarakat, utamanya pada halhal yg berkaitan pada bidang hukum. Adapun struktur kepengurusan ALSA Unhas terdiri dari Director, Vice Director Internal dan Eksternal, Secretary, Treasurer, Internal Affairs, Eksternal Affairs, Secretariat Department (Dept), Fund and Effort Dept, Human Resourch and Development Dept, Legal Councelling

Dept, English Dept, dan Public Relation and Information Dept. Dalam berbagai event telah banyak prestasi yang berhasil diraih diantaranya Juara I dalam NMCC (National Moot Court Competition) di Universitas jendral Sudirman (2011), Best Participiant di Semworknas (2014), penasehat hukum terbaik (National Moot Court Competition Piala MA 2015), Panitera terbaik

(National Moot Court Competition Piala MA 2015), Most Cooperative (Semunas 2015), Best Delegates (Semworknas 2015). Prestasi anggotanya yakni Juara 1 lomba sidang semu MPR Padjajaran Law Fair 2014, juara 1 lomba Local Moot Court Competition (LMCC) Piala Dekan FH UH 2014, Juara 1 Moot Court Competition Mahkamah Konstitusi pada Gebyar Konstitusi tingkat nasional 2015. Selain itu ALSA Lc Unhas tahun 20142015 mendapatkan Golden Ticket Kegiatan Nasional acara berturut turut yaitu Golden Ticket Semworknas di Bali 2014, Semunas Manado 2015, dan Semworknas Palembang 2015, juara II NMCC di UGM 2016, penasihat hukum terbaik dan panitera terbaik di Universitas Syiah Kuala Aceh 2015. Dan berturut-turut di 2016 menjadi penasihat hukum terbaik, hakim terbaik, panitera terbaik, penuntut umum terbaik. ALSA pun memiliki banyak kegiatan di tiap tahunnya, seperti bergabung dalam ALSA Asian Forum yang bertempat di negara-negara ASEAN, Study Trip, dan Konferensi Asia yang merupakan acara berkumpul dengan delegasi antara Asia Negara. ALSA LC Unhas juga memiliki program kerja rutin, diantaranya Alsa English Competition, ALSA Care, Legal Coaching Clinic, ALSA legal discuss, LMCC, Seminar Nasional, ALSA Fun Day, Law Field Study “’Semoga kedepannya selama masa kepemimpinan saya, dapat membawa ALSA LC Unhas lebih dikenal dan berjaya di ajang nasioal dan internasional,” ujar Direktur ALSA Unhas Fadiel Muhammad Senin, (9/1).n Andi Ningsi

adi tasi prib

dokumen


12

RESENSI

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

Menilik Lebih Dalam Budaya Amazon

Judul : Sang Pengoceh Penulis : Mario Vargas Llosa Penerjemah : Ronny Agustinus Cetakan : Pertama, Oktober 2016 Penerbit: OAK, Yogyakarta

MASA mahasiswa, penuh dengan dilema antara mengerjakan setumpuk tugas dan memburu peringkat, maupun kenginginan untuk menikmati berbagai kesenangan di usia muda. Chetan Bhagat, menuliskan kisah dilema ini dalam sebuah novel berjudul “Five Point Someone” yang diterbitkan dalam bahasa inggris, pada 2004. Setelah beberapa tahun, novel ini menempati jajaran buku paling laris. Tidak hanya itu, novel ini juga telah menginspirasi pembuatan film Bollywood terkenal, “Three Idiots”. Film fenomenal yang memiliki banyak penggemar, baik di India maupun di Indonesia. Mungkin karena latar belakang itu, penerbit Qanita menerjemahkan novel ini ke dalam bahasa Indonesia, dengan judul “The Idiots: Kisah Tiga Mahasiswa Konyol.” Novel ini bercerita tentang tiga mahasiswa teknik di India Institute Of Tecnologi (IIT). Hari Kumar, Ryan Oberoi dan Alok Gupta. Ketiganya bertemu pada malam perpeloncoan. Pada malam itu Ryan menyelamatkan Hari dan Alok dari senior-senior IIT. Kejadian itu membuat persahabatan mereka tak terelakkan lagi. Pada bab berjudul Terminator mengisahkan semester-semester pertama yang mereka lewati bersama. Tugas-tugas memenuhi

SEORANG pengelana berkunjung ke Firenze, Italia, untuk melupakan negaranya. Secara tak sengaja matanya menangkap rangkaian foto di sebuah galeri mini di sudut jalanan kota. Tampak foto sepasang busur panah, dayung pahatan dan sesosok manekin yang terbungkus jubah pintal (cushma) ala Indian Amazon. Ia tahu, foto-foto itu tak lain adalah profil suku-suku rimba yang hidup di hutan belantara negaranya, Peru. Fotofoto itu merebut perhatian dan mengingatkannya pada kenangan saat berinteraksi dengan manusia, sungai, pepohonan, sampan dan gubuk-gubuk di pedalaman Amazon. Begitu novel Sang Pengoceh ini dibuka, melalui narasi pertautan ingatan manusia dengan kampung halaman, atau segala sesuatu yang pernah dekat dengannya. Ikatan yang hidup, memang kerap bertaut lebih kuat pada saat sama-sama berpapasan di lokasi yang jauh. Bab pertama novel ini nyaris seperti laporan jurnalistik, sebelum alur novel melompat ke belakang dan berselang-seling di antara dua wajah: pertama, cerita dari sudut orang pertama, baik ketika bercerita tentang dirinya maupun ketika mengisahkan karibnya, Saul Zuratas; sementara yang kedua, dirangkai melalui narasi-deskripsi yang lebih mirip teks-teks etnografi.

Saul Zuratas, mahasiswa etnologi yang tertarik dengan dunia orangorang rimba, dan kelak memilih hidup selibat dari dunia modern. Lantas dengan sepenuh hati hijrah menjadi bagian dari suku rimba. Ia menganjurkan bagi para etnolog dan semua yang berkepentingan dengan kehidupan rimba, akan pentingnya memahami sekaligus sadar diri terhadap dunia sukusuku adat rimba itu dalam kaidah (hidup) mereka sendiri. Sekurangnya, kesadaran itulah yang juga diperjuangkan Saul dari dalam hutan Amazon pasca membaur dan menjalani kehidupan organis bersama suku Machiguenga. Kosmologi ini menggambarkan tilas kebudayaan diaspora Machiguenga di seluruh hutanhutan tropis Amazon. Namun kehidupan suku yang terus berpindah juga menandaskan kemunculan ”sang pengoceh” (si pengabar, Trubadur). Perannya sebagai kurir antarkomunitas menjadi pengikat narasi kesejarahan dan penyampai kabar antarkeluarga suku yang terpencar di empat penjuru mata angin wilayah teritori mereka. Sayangnya besar harga yang harus dibayar oleh suku-suku primitif seperti Machiguenga dari ancaman industrialisasi dan pembangunan, yang datang dari luar teritori mereka. Kecongkakan

negara-negara maju dengan misi ”pem-Barat-an”-nya; invasi kapitalisasi hutan tempat tinggal; intimidasi kebijakan pemerintah yang bernafsu menertibkan suku-suku yang sudah punya peri kehidupan sendiri ini, dalam agenda akulturasi dengan dunia modern yang bagi mereka asing. Usaha memodernisasi cara-cara hidup tradisional mereka yang genuine itu, secara fisik di antaranya seperti anjuran memotong rambut, menghapus tato, hidup menetap di satu tempat, dan berpakaian layaknya orang-orang kota. Semua faktor di atas menjadi penyebab hancurnya tradisi dan laku hidup, bahkan ancaman bagi kepunahan mereka. Tidak berhenti pada industrialisasi, ancaman dari arah lain, berupa penetrasi agama dan keilmuan yang dilakukan para misionaris (memurtadkan mereka dari keyakinan nenek moyang); para linguis (yang mengacak-acak bahasanya); serta para etnolog (menerjemahkan laku keseharian mereka dalam karya akademik) juga tak kalah sengit. Inilah di antara babak-babak ambiguitas yang dibabar serta disuguhkan Llosa di lembar-lembar novel setebal 374 halaman ini. Di antara yang menarik dari novel ini memang perihal investigasi kehidupan suku-suku adat di rimba

Pilih Kehidupan Kampusmu! kepala mereka. “Sialan…minggu yang sinting; kelas, tugas, kelas lagi, tugas lagi dan belum lagi ancaman kuis-kuis itu. Ini yang kau sebut hidup? dan kau bilang ini hidup?,” kata Ryan. Pada bab inilah Chetan Bhagat menampilkan penokohan Ryan Oberoi sebagai mahasiswa santai dan selalu ingin lepas dari tekanan. Penulis yang kini telah berumur 42 tahun ini, mampu membuat penokohan dengan sangat baik. Setelah menampilkan Ryan Oberoi dengan watak santainya. Chetan dengan cerdas menampilkan Alok Gupta sebagai tokoh yang berbanding terbalik dengan Ryan. Tidak jarang ia menggambarkan perdebatan sengit antara Alok dengan Ryan mengenai cara mereka melewati hari-hari di kampus IIT. Alok yang sangat memperhatikan nilainya, pada awal-awal cerita novel ini dikisahkan sebagai seorang penghafal ulung. “dan, itu bukan

sekedar nilai bodoh bagiku……,” kata Alok dalam bab lima. Cerita tentang Hari Kumar tidak kalah seru dibandingkan dengan perdebatan sengit Alok-Ryan. Hari yang berperan sebagai pencerita dalam novel ini, merupakan penyeimbang ketika Alok dan Ryan sedang berdebat. Walaupun Hari cenderung mengikut kepada Ryan. Terlepas dari itu, Hari memiliki cerita tersendiri dengan Neha, putri dari Prof Cherian Ketua Jurusan Teknik Mesin di IIT. Ia sangat dekat dengan Neha, bisa dibilang pacaran. Di bagian ini kita bisa beranggapan, mungkin Chetan berpikir menulis cerita tentang kampus tanpa memasukan bumbu seperti kisah Hari dan Neha, akan membuat karyanya terasa hambar. Secara keseluruhan, novel ini memang menghibur, juga sarat akan beberapa pesan moral. Alur yang dibuat lelaki berdarah Punjabi ini terasa mengalir. Selviya HPM,

Amazon dengan lingkungannya: pepohonan, sungai, hewan darat dan airnya, kosmologi, mitos beserta dunia ganjilnya, yang digambarkan secara hidup berkitar di sekeliling suku Machiguenga. Cerita tentang Saul atau Si Muka Tompel (Mascarita), yang terpesona hutan Amazon, tempat hidup keluarga-keluarga suku Machiguenga di pedalaman Peru, dan pada akhirnya menjadi pengoceh inilah yang menjadi objek cerita dalam novel Llosa, peraih nobel sastra tahun 2010 itu. Cerita berkembang menyajikan dunia sehari-hari suku-suku rimba, di antaranya Machiguenga, lengkap dengan kosmologi, cara mencari makan gaya subsistence-nya, adatistiadat, dongeng serta kepercayaankepercayaan gaib yang diyakini mereka. Terlebih, karena humanisme di masa kini juga turut mempengaruhi kelahiran ilmu-ilmu yang terlampau agresif memperlakukan alam. Walhasil, selain membaca kisah dalam bentuk novel, buku ini juga memberi kita pengetahuan perihal praktik etnografi, wawasan antropologi serta jurnalisme sastrawi, barangkali juga sub kajian trans-modernisme. Untuk beberapa bidang yang baru saja saya sebut, buku ini layak dibaca karena menyuguhkannya secara prosaik.n Khusnul Fadilah

Judul Penulis Penerbit Terbit Tebal

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

Tim Asesor ASEAN Nilai Tiga Prodi Unhas BERTEMPAT di Lantai 8 Gedung Rektorat, berlangsung sesi penutupan kegiatan Asean University Network For Quality Assurance (AUN-QA), Kamis (12/1). Kegiatan ini merupakan penilaian tim assessor terhadap tiga program studi (prodi) yang telah diajukan Unhas untuk mendapat pengakuan dari negara-negara Asean. Sebagai salah satu syarat bahwa Unhas merupakan perguruan tinggi berkualitas, tempat melanjutkan pendidikan yang layak. “Kita ingin menjadi world class university, salah satu indikatornya harus diakui paling tidak di Asean dulu lalu dunia,” ujar Dr Prastawa Budi selaku Ketua Tim Task Force Tingkat Unhas “The 77th AUN-QA Program Assessment”. Selama tiga hari berturut (1012), ketiga prodi yakni Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Kedokteran Gigi dan Teknik Sipil dikunjungi tim assessor dari universitas negara Malaysia, Filiphina, dan Thailand. Dr Prastawa juga mengatakan bahwa penilaian ketiga prodi tersebut diantaranya terkait akademik, output dan outcome dan struktur akademik yang ada. Juga berkaitan apakah mutu di prodi tersebut berjalan atau tidak, dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.

Selain itu prodi yang diajukan harus mendapat pengakuan dari stakeholder terkait. Untuk itu, tim assessor sebelumnya telah bertemu dengan alumni, dosen, dekan dan mahasiswa. Mereka melakukan wawancara langsung terkait kualitas prodi masing-masing. Prastawa menambahkan, PDCA (Plan, Do, Check, Action) merupakan kunci utama. “Segala sesuatu yang direncanakan harusnya dilanjutkan secara konsisten kemudian dievaluasi. Hasil evaluasi pun lalu ditindaklanjuti Unhas telah mempersiapkan hal tersebut jauh sebelumnya,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa pada bulan Agustus 2017 akan ada lagi prodi yang bakal direkomendasikan oleh Unhas, yakni Ilmu Kelautan, Teknik Geologi dan Hubungan Internasional. “Dengan adanya ini, semoga Unhas bisa jadi lebih baik, bisa lebih dikenal paling tidak di kawasan Asean. Ini langkah awal bagi Unhas untuk memiliki reputasi internasional melalui AUN-QA. Sehingga dengan diakuinya, akan memudahkan mahasiswanya untuk studi di luar dan begitupun sebaliknya,” ujar Prastawa. (Ann)

Panen Perdana Buah Naga

Nyalakan Semangat Kenyam Pendidikan

pilihan punya resikonya masing-masing. Selamat membaca!n Musthain Asbar Hamsah

: The Idiots Kisah Tiga Mahasiswa Konyol : Chetan Bhagat : Qanita : Desember - 2013 : 372 hal.

13

KAMPUSIANA

SETELAH lima tahun dinanti, pohon buah naga itu akhirnya berbuah jua. Buah bernama latin Hylocereus undatus ini ditanam sejak 2012 lalu, saat kepemimpinan Prof Dr dr Idrus Andi Paturusi Sp BO. Namun hasilnya baru dapat dipanen tepatnya 21 Januari 2017, di depan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Hal ini dikarenakan bibit yang berbeda. Harusnya dikawinkan namun dibiarkan selama ini, sehingga baru kali ini panen perdana. “Ada yang salah pada penanaman awal. Setelah ditangani oleh ahli, akhirnya panen juga,” ujar Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, Sabtu (21/1). Buah naga yang siap panen pun dipetik langsung oleh rektor dan beberapa petinggi kampus. Kebun buah naga yang dikelola Fakultas Pertanian ini, nantinya akan dimanfaatkan lebih baik lagi. Dwia berharap, kebun buah naga itu bisa menjadi lahan percontohan. “Kita akan buat seperti ekowisata nantinya, ujar Dwia.(Yus)

Mahasiswa: tenggelam dalam tekanan atau bersenang-senang ?

penerjemah buku ini berhasil membuat isi buku ini elastis, tidak kaku seperti novel terjemahan biasanya. Dan yang terpenting, buku setebal 372 halaman ini mengajarkan kita untuk memilih mau lewat jalan pintas atau jalan memutar? Mau belajar atau bersantai? Mau berjuang melawan tekanan atau malah bersenangsenang? Sila memilih, kerena setiap

identitas

BEBERAPA anak di kampung pemulung, belakang kampus Politeknik Negeri Ujung Pandang tidak bisa bersekolah seperti anakanak pada umumya dikarenakan ketidakmampuan ekonomi keluarga. Makanya, sekelompok mahasiswa tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi (Himajie) prihatin, sehingga menggelar kegiatan Gerakan Himajie Mengajar. Kegiatan ini telah berlangsung sejak Agustus lalu. Dilaksanakan sekali seminggu, pada Sabtu sore, mulai pukul 16.00 sampai 17.30. Dalam kegiatan ini teman-teman Himajie mengadakan beberapa kelas yang berbeda pada tiap minggunya. Mulai dari kelas baca tulis, kelas Bahasa Inggris, dan

kelas origami. Selain itu, pentingnya rasa saling menghargai dan peduli kepada sesama juga diajarkan kepada mereka. Agar nantinya, mereka dapat menjadi sosok individu yang cinta damai. Tiap akhir kelas, mereka diajak bernyanyi bersama, sekaligus diberikan alat tulis bagi yang mengikuti kegiatan sampai selesai. Kami terus berharap, semakin banyak hati yang terpanggil untuk terus membantu adik-adik kita. Agar terbebas dari segala bentuk keterbatasan yang mereka miliki. Semoga apa yang kami lakukan dapat membuat perubahan di masa depan. Citizen Reporter Muh Dwiki Argawinata (Ketua Himajie FEB Unhas)

identitas/rahima rahman

Pelepasan: Kepala Biro Kemahasiswaan, Suprihadi SE, MSi melepas tiga anggota Tim Ekspedisi Ewako Merah Putih III yang akan mendaki Aconcagua di Argentina, Jumat (13/1).

Mapala 09 Lepas Tim Ewako Merah Putih III BERTEMPAT di Gedung Ipteks, rasa haru mengiringi pelepasan Tim Ewako Merah Putih III ke Gunung Aconcagua, Andes Argentina, Jumat (13/1). Dalam tim ini, ada tiga anggota Mapala 09 yang siap menaklukkan Gunung Aconcagua, yakni Muhammad Yusuf dari Jurusan Teknik Elektro, Muhammad Basri dari Teknik

Geologi dan Haryadi dari Teknik Arsitektur. Pada acara pelepasan ini, tim Ewako Merah Putih dilepas secara simbolis oleh Kepala Biro kemahasiswaan, Suprihadi SE MSi. “Keberhasilan yang diharapkan dari kami, tapi keselamatan jauh lebih diharapkan untuk kembali ke tanah air dengan selamat,” tutur

Suprihadi dalam sambutannya. Pelepasan ini dilaksanakan setelah melakukan persiapan yang cukup panjang, mulai dari evaluasi dan persiapan fisik. “Terima kasih kepada para donatur dan kepada semua yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini,” tutur Muhammad Subhan Al Fitrah selaku ketua panitia.(Rra)

Mahasiswa Elektro Adakan Pameran Teknologi TELAH berlangsung Pameran Teknologi oleh Badan Eksekutif Himpunan Mahasiswa Elektro Fakultas Teknik Unhas (BE HME FT-UH) di Benteng Rotterdam Makassar, Sabtu (21/1). Diikuti oleh empat tim, yakni Himpunan Mahasiswa Elektro Universitas Negeri Makassar, Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin FT-UH, Aerospace Research Team (ART) FT-UH dan HME FT-UH. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Hasanuddin

Techno Fest 2017. Rangkaian kegiatan lainnya yakni, Seminar Nasional di Aula Prof Amiruddin, Kamis (19/1); National Idea Competition yang berlangsung pada 30/11/2016-21/1/2017; dan Malam Penganugerahan, Sabtu (21/1). Menurut Muhammad Syuhaib Yusran selaku Ketua Umum HME FT-UH periode 2016/2017, kegiatan yang bertemakan “Inovasi Teknologi Menuju Kedaulatan Energi” ini, menyuguhkan suasana baru dan lebih menarik

dibandingkan kegiatan serupa pada tahun sebelumnya. “Lokasi kegiatan kita pilih Benteng Rotterdam yang merupakan salah satu tempat wisata di Makassar sehingga banyak pengujung,” ujar Yusran. Hal ini pun disetujui oleh salah satu peserta pameran bernama Anwar. Ia mengatakan, “Menarik dan membuat saya pun selama kegiatan, walaupun ngaret,” ujar mahasiswa Universitas Negeri Makassar ini.(M43)

Presentasi Dua Puluh Tim Terpilih Lomba Riset FKS DUA puluh tim terpilih dari 85 tim yang mengusulkan proposal dalam ajang Student Research Award FKS, presentasikan hasil penelitiannya di Aula Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP), Lantai Dasar Perpustakaan Unhas, Selasa (17/1). Tim terpilih telah mendapat pendanaan penelitian senilai lima juta rupiah per tim dari FKSperusahaan yang bekerja sama dengan Unhas. Setiap tim terdiri

atas tiga orang mahasiswa dari berbagai fakultas. “Setiap tim merupakan kombinasi mahasiswa yang berasal dari berbagai fakultas,” ujar Koordinator Presentasi FKS, Supratman, Selasa (17/1). Ia juga mengungkapkan, dari dua puluh tim yang presentasi, akan dipilih lima tim sebagai pemenang dan akan diumumkan pada 24 Januari mendatang. “Juara satu mendapatkan

sepuluh juta; juara dua, delapan juta; juara tiga, enam juta; serta juara empat dan lima masingmasing mendapat empat juta rupiah. Selain itu, pembimbing dari tim terpilih juga mendapat hadiah sebanyak yang diperoleh tim bimbingannya,” tambah Supratman. Supratman juga berharap, penelitian berhadiah ini dapat menumbuhkan minat mahasiswa Unhas dalam meneliti.(Yus)


14

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

“Together we can, turn back hoax” SLOGAN itu acap kali menghiasi dunia maya. Media sosial kian riuh dengan arus informasi yang semakin cepat. Dewasa ini, informasi telah menjadi kebutuhan utama. Namun, kita juga dituntut harus waspada terhadap berita tak benar, alias hoax yang dapat menimbulkan ambiguitas. Hoax berasal dari kata hocus yang berarti mengelirukan. Istilah ini, dipopulerkan oleh seorang filsuf asal Inggris, Robert Nares. Seperti kutipan salah seorang pemikir prancis, Bourdieu mengatakan mendengar adalah mempercayai. Membaca setara dengan mendengar. Maka saat membaca sesuatu, itu artinya kita mencoba percaya pada bahan bacaan. Informasi hoax, kian mendapat beragam tanggapan dari mahasiswa. Seperti Mahasiswi Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan, Khadijah Diah Kustini. Ia menganggap fenomena berita hoax itu merugikan bahkan memicu konflik. “Berita hoax itu menimbulkan kesalah pahaman, sehingga terjadi

konflik, sumber penyakit bagi masyarakat. Berita hoax membuat masyarakat mendapat informasi yang salah,” ujarnya, Senin (9/1). Lain lagi dengan Refah Kurniawan, Ketua Lembaga Penalaran dan Penulisan Karya Ilmiah. Mahasiswa Fakultas Hukum ini kerap kali menjumpai berita hoax di sosial media bernama Facebook. Refah, menganggap fenomena ini merupakan pencerminan sistem demokrasi yang ‘kebablasan’. “Bahkan kalau mau dikata, kita lebih liberal dari negera liberal,” ujarnya, Senin (9/1). Ada juga yang beranggapan fenomena hoax sebuah upaya media dalam meraup keuntungan. Ia adalah mahasiswa fakultas peternakan, Yusuf Uno. “Keuntungannya bisa keuntungan pribadi atau kelompok,” ujar mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2014 ini, Senin (9/1). Upaya cari keuntungan yang dimaksud Yusuf bisa dilihat di situs Facebook. Dalam situs pertemanan ini banyak akun palsu yang memburu like dan komentar sebanyak mungkin, dengan menyebarkan berita bohong dan menipu. Setelah like dan komentar

Awas Hoax! terkumpul banyak, akun itu pun di ubah menjadi pundi-pundi rupiah. Tak hanya banyak menyajikan informasi yang minim data. Fenomena hoax membuat pengguna media sosial kesulitan memilah dan memilih berita. Hal ini dirasakan Bhakti Jayadi, mahasiswa Fakultas Kehutanan. Walau begitu, ia melihat sisi positif hadirnya berita-berita hoax. “Ada positifnya juga, kita dituntut untuk senantiasa memastikan kebenarannya terlebih dahulu. Bahkan kita dituntut juga untuk melihat suatu hal dari banyak sumber” ujar mahasiswa angkatan 2011 ini, Senin (9/1). Lebih lanjut Bhakti menyampaikan, untuk menyaring berita hoax ia aktif melakukan diskusi. Dalam kelompok

diskusinya, Bhakti memanfaatkan informasi yang mencoba merusak pola pikir, sebagai bahan diskusi untuk mencari kebenaran. Melihat sumber informasi mestinya juga menjadi kebiasaan pembaca di dunia maya. Tengok saja data yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran kebencian (hate speech). Maka dari itu, menjadi pembaca informasi/ berita di dunia maya mestinya selalu teliti dan koreksi Berbicara tentang karakter pembaca informasi dunia maya di indonesia, Sekertaris Aliansi Jurnalis Indepanden (AJI) Makassar, Rahmat Hardiansya, menyatakan informasi berbau

sensasi lebih banyak disukai di Indonesia. “Karakter pembaca kita belum dewasa, Kita diajari dari awal menegenal informasi online secara serampangan,” ujarnya, Jumat (20/1). Ia juga menambahkan bahwa media online bersitus hoax banyak menyajikan sensasi yang terkesan ‘wow’. Ketika ada tulisan dan ada unsur wownya pasti jadi viral. Melihat dampak dan pengaruh berita hoax, begitu merusak. Maka tak ada lagi keraguan untuk melawannya. Melawan bisa dengan memperbanyak ilmu dan berdiskusi. Selalu teliti, koreksi dan awas dalam melihat sumber berita. Langkah itu akan menjadi senjata dalam memerangi serangan berita hoax. Ingat awas, teliti, koreksi!n Musthain Asbar Hamsah

CERMIN

Refleksi

Kalau pertimbangan perbuatan manusia adalah suka atau tidak suka, berarti ia masih bayi. Yang tinggi derajatnya adalah ketika ia ikhlas melakukan apa yang memang dibutuhkan untuk manfaat bagi masyarakat banyak, seberat dan setidak enak apapun. Ini merupakan tanda dewasanya manusia (Emha Ainun Nadjib)

Khusnul Fadilah ADUH, jangan kekanak-kanakan deh! kadangkala kalimat ini kudengar dari seseorang yang menasihatiku ketika mengambil keputusan yang menurutnya tidak dewasa. Namun, tak jarang pula kalimat tersebut justru terlontar dari mulutku. Tak dapat dipungkiri, menjadi dewasa bukanlah hal mudah, saling mengingatkan sangatlah diperlukan. Belajar dari kesalahan dan merefleksi sikap, jangan sampai dapat merugikan orang lain. Hingga membuat

langkah kita menjadi terhenti. Dulu dalam film-film horor yang saya tonton sewaktu kecil. Ketika ada hantu yang gentayangan menuntut balas atas kematiannya, tak hanya meneror pelaku atas kematiannya. Akan tetapi juga teman-teman pelaku. Memuncak pada anti klimaks, para penonton disuguhkan alasan pembalasan dendam itu. Alur cerita dimundurkan ke masa silam. Dimana si hantu masih hidup sebagai manusia biasa. Alasan

meneror selain pelaku sederhana, karena teman-temannya itu hanya diam menyaksikan tindakan kejahatan yang dilakukan pada dirinya. Padahal mereka bisa mencegahnya, namun mereka hanya terpaku. Diam. Bagi saya, refleksi tersebut dalam realita memang sebenarnya terjadi. Film itu hanya perumpamaan bahwa “diam” nyatanya juga bukan hal yang benar-benar pantas dilakukan. Peribahasa “diam adalah emas” hanyalah mitos belaka. Bagian mana di dunia ini yang memberikan nilai terbaik untuk orang-orang yang hanya bisa diam ? Lihatlah para tokoh-tokoh besar di luar sana, para penemu hingga pemimpin besar. Mereka adalah orator ulung. Pembicara. Bahkan untuk menjadi seorang pemimpin yang disegani, seorang King George VI harus menghilangkan sikap gagapnya agar mampu berbicara dengan fasih, dengan menjalani terapi kepada Lionel Louge. Saya kemudian mulai merasakan sendiri, menganggap orang lain bersalah atas diamnya itu. Bagaimana kekecewaan dimulai atas pengharapan, bagaimana kebenaran disembunyikan dalam keheningan dan ketika orangorang lain, yang tak termaktub sebagai “pelaku” merasa dibenci atas hal-hal yang tak diketahuinya. Mereka seharusnya mulai paham bagaimana menyuarakannya. Bukankah kita memang harus menyuarakan ? Seperti analogi film hantu tadi, tidak hanya pelaku

pembunuhan yang diteror hantu. Mereka yang mendiamkan tindakan tak benar itu pun akan memperoleh balasan serupa. Sejatinya luka fisik hanya berlangsung sementara. Namun luka batin bisa saja berlangsung lama. Luka yang disebabkan diamnya orang-orang yang dipercaya, yang semestinya mampu menolong dan bersuara. Namun, sebagai orang yang dewasa secara pemikiran, selain memahami bahwa diam bukanlah tindakan terpuji, ia juga tak akan hanya terpaku meratapi luka. Paulo Coelho dalam bukunya Aleph mengatakan bahwa “Hidup berarti mengalami berbagai hal, bukan hanya duduk-duduk dan memikirkan makna hidup. Tersakiti adalah salah satu hal yang mesti dialami. Namun hal yang menyakiti kita adalah hal yang menyembuhkan kita. Hidup sudah sangat keras, namun pada saat yang sama, hidup juga mengajari banyak hal”. Oleh karenanya mari berlatih melihat suatu peristiwa secara holistik, kemudian ambil sisi positifnya. Bersyukurlah jika sering mendapat luka namun bisa bangkit lagi. Karena bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur. Namun rasa bersyukurlah yang membuat kita bahagia. Suatu kali saya berada pada posisi yang diperhadapkan dengan situasi yang rumit serta kondisi yang sangat jauh dari kata ideal. Saya kecewa karena seiring berjalannya waktu, keadaan tidak membaik. Berulangkali saya

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

berpikir untuk menyerah saja dan pergi mencari suasana yang baru. Namun meninggalkan bukanlah sebuah solusi. Semua orang yang berada dalam situasi ini merasakan ketidaknyamanan yang sama. Jika saya pergi, bukankah itu artinya saya meninggalkan orang-orang menghadapi situasi sulit itu ? Bukankah dewasa itu berarti tidak memikirkan diri sendiri saja. Tidak meninggalkan segala sesuatu hanya karena persoalan tidak suka tanpa melihat perspektif lain. Akhirnya saya masih di sini, bersama yang lainnya, mencoba untuk memperbaiki keadaan. Di samping itu, saya menganggap keluarga saya untuk saat ini adalah di sini. Tentu saja tak ada yang dapat memastikan keadaan akan menjadi lebih baik. Setidaknya kami tidak kalah dengan keadaan. Namun seperti yang dikatakan Cak Nun bahwa yang penting bukan apakah kita menang atau kalah, Tuhan tidak mewajibkan manusia untuk menang sehingga kalah pun bukan dosa, yang penting adalah apakah seseorang berjuang atau tidak berjuang. Yah, kami tidak diam, kami sedang melanjutkan perjuangan dan berusaha melakukan yang terbaik. Terima kasih untuk segala sesuatu yang membuat kami menjadi kuat.n Penulis adalah Redaktur Pelaksana PK identitas 2017 Mahasiswi Sastra Inggris Angkatan 2013

PUISI

Menghukum Pengkritik Presiden

Kata Dalam Tempurung Oleh: Dian Moudyan Arham PUISI ini kukirimkan untukmu, Nian atas cinta penuh kata-kata di dalamnya adalah hatiku seluruh.

Achmad Hidayat Lanjutan...

J

aam sembilan pagi, Morju baru bangun. Seumur-umur dia baru merasakan kasur yang empuknya bukan main, beda dengan kasur di kontrakannya yang baru dianggarkan dari hasil kritik pesanan. Morju keluar kamar, dan kaget mendapati beberapa menteri yang dia tahu karena sering muncul di televisi telah berada di ruang kerja presiden. Antena mereka gemetar, tak ada suara. Morju merasa ada yang tidak beres. “Se…selamat pagi” ucap Morju terbata. “Kenapa kalian sudah ada di sini? Ini baru jam Sembilan pagi.” Si penasihat yang duduk di pinggir ruangan berkata “Pak Morju, menjadi presiden bukan pekerjaan kantoran. Negara harus diurus selama 24 jam. Horib bahkan sering begadang jika ada hal penting.” “Lalu ada apa ini? Kenapa antena kalian bergetar?” Morju bertanya seolah baru saja keluar dari kolam es batu. Menteri luar negeri yang dulu veteran perang melawan bangsa tikus mendehem keras. Tubuh tegapnya masih terlihat walau raut mukanya yang tua tak bisa hilang. “Pak Morju, warga negara kita yang menjadi sandera teroris di Cororiah baru saja dieksekusi. Mereka dipaksa minum air berisi seduhan kapur ajaib. Tebusan yang mereka minta ternyata harus dipenuhi pagi ini, dan batasnya sejam tadi.” Morju mulai merasakan antenanya juga gemetar hebat. Dia sadar menjadi presiden bukan hal yang dia inginkan. Sebagai kecoa pengangguran, dia hanya tahu cara meminta uang ke kakaknya yang perawat di rumah sakit kecoa. Maka ketika menyadari bahwa pekerjaannya mengkritik presiden Horib mendatangkan keuntungan

15

SASTRA

CERPEN

ilustrasi/irmayana

RAGAM

identitas

Tapi kata-kata cenderung pemalu dan aku sering kali membunuhnya sedang cinta tak mati hanya sekali tebas dan aku menyerah. Semoga saja puisi ini sampai padamu, Nian, sampai dengan tidak melukaimu sebab kata-kata kubiarkan telanjang dan polos berjalan seorang diri sebagai yatim. ilustrasi/sri hadriana

(umumnya honor datang dari lawan-lawan politik Horib), Morju melakukanya dengan sepenuh hati dan dedikasi. Namun menjadi presiden tidak ada dalam agendanya. Menteri Luar Negeri kemudian menyalakan televisi, dan muncullah kelebatan berita-berita pagi. “Morju jelas bukan contoh pemimpin yang baik…” “Sumber dalam kantor kepresidenan kami mengatakan Morju malah tidur alihalih menggelar rapat membahas pembebasan sandera…” “Dia jelas tidak konsisten dengan semua kritikannya…” “Orang yang mengkritik harusnya lebih baik dari orang yang dikritik…” “Dari pantauan saya di internet, jumlah pengikut akun media sosial Morju menurun drastis…” “Salah satu komentar : Begini rupanya Morju yang sebenarnya, cepat kirim dia ke garis depan perbatasan untuk melawan bangsa tikus!” Suara-suara itu kini memenuhi kepala Morju, malu mendengar pendapat orang-orang kini mengenai dirinya. Media massa kini membuatnya terpuruk. Morju kalut, antenanya gemetaran, suaranya tercekat, mendadak dia pingsan. Semua gelap. Begitu asing. Morju siuman namun gemetar melihat tidak ada lampu menyala. Tiba-tiba di hadapannya ada cahaya terang, Morju berlari menuju cahaya tersebut. Namun begitu sampai, yang dia dapat adalah setumpuk berkas perjanjian Coronesia dengan negara-negara lain. Begitu tinggi hingga tak sanggup dia lihat ujungnya.

Kaki Morju sontak lemah, jatuh berlutut di hadapan tumpukan berkas itu. “Saya kapok! Saya tidak ingin lagi menjadi pengkritik! Menjadi presiden sungguh berat!!!” Teriak Morju, begitu keras hingga tumpukan tersebut bergetar, kemudian jatuh menimpa wajah Morju yang bahkan dalam mimpi pun terlihat kalut. Menjelang tengah malam di rumah sakit. Presiden (yang sebenarnya) Horib yang mendengar kabar Morju jatuh pingsan langsung bergegas ke rumah sakit tempatnya dirawat. Sandera tewas kini telah menjadi pekerjaan negara. Asuransi, biaya duka, sejumlah uang sebagai tanda simpati ke keluarga korban. Itu menjadi urusan penasihat presiden. Jam dinding sudah menunjukkkan angka jam 12 malam, artinya masa tugas “presiden Morju” resmi berakhir. Rinciannya, 15 menit bekerja dan 15 jam sisanya habis percuma karena pingsan. Horib menunggu di depan pintu kamar pasien tempat Morju dirawat. Ide ini berasal darinya, maka sudah sepatutnya ini menjadi tanggung jawabnya. Tak henti-hentinya Horib menanyakan kabar Morju yang belum sadarkan diri kepada dokter yang merawatnya. Diagnosa awal, Morju mengalami shock sehingga antenanya bergetar kencang, berakibat pada kinerja otaknya yang kemudian terganggu. Kini jam 12 malam, Morju siuman. Lama juga kecoa ini pingsan, pikir Horib. Dokter kemudian

mengijinkan presiden asli itu untuk menengok keadaan Morju. Morju yang masih lemah dan terus menerus memegang antenanya menyambut presiden Horib dengan tenaga tersisa dari ranjang putih rumah sakit. “Maafkan saya, pak. Selama ini saya selalu mengkritik bapak, bahkan menghina bapak. Saya sungguh malu, ternyata menjadi presiden adalah pekerjaan yang sangat sulit.” Air mata Morju kini jatuh berlinang, menyesali perbuatannya yang lalu. “Tak apa-apa, Morju. Yang jelas kamu tahu bagaimana berat beban amanah rakyat Coronesia di pundak saya.” Begitu manis namun di saat yang sama menimbulkan rasa kasihan, Morju yang getol mengkritiknya kini mengaku kalah! “Iya, pak. Mulai detik ini saya berhenti menjadi pengkritik bapak.” “Lalu setelah tidak lagi menjadi pengkritik, apa rencanamu? Gabung dengan partai oposisi?” tanya Horib penasaran. Dengan suara lemah, Morju menjawab pertanyaan tersebut. “Bukan, pak. Saya ingin mendirikan kursus cara terbaik mengkritik bagi kecoa-kecoa muda di sekitar tempat tinggal saya.” Kali ini, giliran presiden Horib yang pingsan.n Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2013

Kau tentu tahu, mencintaimu dengan seluruh kemiskinan adalah bahasa yang sering kali ingin dibunuh penguasa Tapi kemiskinan tumbuh di dadaku dan kata-kata menangkapku sebagai pengemis bandel Nian, apakah suratku sudah sampai? Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2013 Dan juga Ketua Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia Periode 2015/2016

Petuah Oleh: Ridwan Mochtar El PERGULATAN zaman mengalihkan sejarah menjadi tumpukan mitos dan kita merestuinya. Sebab risalah Tuhan terabaikan, atau dikucilkan Hanya persoalan menunggu, seiring renyut masa kita endapkan prahara seperti lumpur di dasar sumur menyamar di balik heningnya air, sampai kelak tersingkap tabir kelam Georgia, kata orang mulai bergetar tebing Kaukasus meramping—terali abadi berguncang tembok baja dan tembaga tergerus, melekang pelan-pelan lalu ribuan narapidana bengis menyembul dari persemayamannya Kita ketar ketir. Terjebak di antara kepuasan dan kebablasan; terhimpit ideologi buta di malam gaduh, ketika bulan jatuh dan amaran merapuh. Sedangkan surut waktu tak kita rajut, kita biarkan mengalut di pangkal zaman yang susut Maka terbenamlah langit dan matahari terbujur layu parau dekut merpati—gelegar seribu gagak bersahutan Tibalah kita di gerbang timbang-menimbang Depok, 20 November 2016 Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila Angkatan 2011


16

LINTAS

identitas

NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017

Berguru Budaya di Kota Bom Hiroshima

Oleh : Nurul Mutmainnah

S

juga memberikan sudut pandang baru dalam belajar lingkungan, kedisiplinan dan teknologi.n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 2014

si ta i

d iba

pr

Di Peace Memorial Park terdapat tugu yang terdapat lonceng di dalamnya, dan di bagian atasnya ada patung gadis kecil bernama Sadako. Korban yang selamat dari kejadian bom itu, tetapi kemudian meninggal akibat radiasi yang sudah terlanjur merusak tubuhnya. Masyarakat Hiroshima juga sering mendatangi monumen ini, untuk menaruh origami sebagai simbol harapan bagi masyarakat Jepang. Menjajaki Jepang, tidak hanya belajar sejarah, dalam perjalanan selanjutnya saya cukup terkesan karena bisa secara langsung melihat teknologi pembuatan mobil di Mazda Museum. Sebuah perusahaan otomotif yang juga pernah terpuruk, akibat peristiwa pengeboman di Hiroshima. Saat kami berada di Jepang, suatu kebetulan salah satu UKM di Unhas sedang mengikuti lomba Paduan Suara Mahasiswa (PSM), di Universitas Okayama. Kami pun berkesempatan untuk dating, menyaksikan konser paduan suara kampus kami tercinta. Program ini mengajarkan banyak hal, mendapat teman baru dari negara lain hingga mempelajari budaya Jepang yang sangat beradab tata kramanya. Selain itu, negeri sakura ini

en

dosen Universitas Hiroshima yang selalu berlaku disiplin. Bahkan sebelum mahasiswa ada, dosen telah menunggu di kelas. Sehingga hal ini dapat menjadi teladan bagi mahasiswa untuk disiplin. Pada jam perkuliahan juga diadakan campus tour, untuk mengetahui setiap bagian dari Universitas Hiroshima. Tak hanya itu, setelah perkuliahan selesai biasanya pada pukul 18.20 waktu setempat, kami sempatkan untuk keliling kampus ataupun wisata kuliner. Tak lupa kami juga menyambangi pusat perbelanjaan yang ada di sekitaran sana. Selain kuliah, di Jepang kami juga mengunjungi beberapa tempat seperti Pulau Miyajima, Peace Memorial Park, Hondori Shopping Center, Mazda Museum, Okayama Prefectual University, Okayama, Kyoto, dan Osaka. Field trip pertama di Miyajima, pulau di dekat Hiroshima. Dengan menggunakan kapal Ferry selama 20 menit, kami tiba di pulau yang terbilang unik ini. Dikatakan unik karena banyak rusa yang berkeliaran di pulau ini. Masyarakat Jepang sangat menghargai lingkungan, serta semua yang ada di dalamnya termasuk hewan. Tak hanya itu saja, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Hiroshima city. Kami mendatangi Peace Memorial Park dan Atomic Bomb Monument, yang merupakan monumen untuk mengingat kejadian saat bom atom dijatuhkan dan membunuh hampir semua penghuni Hiroshima pada saat itu.

kum do

etiap tahun Unhas mengadakan pertukaran pelajar ke luar negeri. Tahun 2016 kemarin, tujuannya ialah Universitas Hiroshima, Jepang. Sebanyak 20 delegasi Unhas yang telah melalui beberapa rangkaian seleksi yakni berkas dan wawancara. Saya menjadi wakil dari Fakultas Hukum untuk program kali ini. Bersama dengan kawan dari fakultas lain dan dosen pembimbing program ini, perjalanan dimulai Rabu (26/10) lalu menuju ke tempat tujuan. Namun, pesawat yang kami tumpangi terlebih dulu harus transit di Denpasar, Bali. Baru pada esok hari rombongan kami tiba di Kansai Internasional Airport. Perjalanan belum berhenti, kota tujuan kami ialah Hiroshima, kota yang pernah lumpuh karena

serangan bom pada waktu perang dunia tahun 1945. Sehingga kami harus menumpang bus dan kereta, untuk tiba di penginapan Hiroshima Internasional Plaza. Kegiatan dimulai pada Jumat (28/10) di Student Plaza Universitas Hiroshima dengan sambutan dari tuan rumah dan dosen pembimbing kami. Hingga 9 November 2016, kami diberi materi perkuliahan dengan tema-tema yang berbeda, dari pagi hingga menjelang sore hari. Untuk materi perkuliahan pertama, saya disuguhkan materi sejarah Jepang oleh Yoshida sensei. Tak hanya sejarah, kami juga diberi materi kesenian dan lainnya, oleh berbagai sensei dari Fakultas Biologi Terapan, Pendidikan, Ekonomi, Teknik, dan Sastra. Kami juga berkesempatan diajar oleh dosen Indonesia yang mengajar di universitas ini. Saya bangga melihat dosen-


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.