Edisi Akhir Oktober

Page 1


2

identitas

wall fb

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

tajuk

karikatur

Tahun ini angka Drop Out (DO) Unhas mencapai 471 mahasiswa. Berdasarkan polling identitas terhadap 370 mahasiswa, diperoleh data 22,7 persen penyebab DO berupa minimnya koordinasi mahasiswa dengan Penasihat Akademiknya. Sejatinya, seorang PA harus mengayomi, menuntun dan merekam perkembangan studi mahasiswa hingga selesai. Namun sayangnya, peran PA kebanyakan terlihat saat musim penandatangan Kartu Rencana Studi (KRS) saja. Lantas bagaimana tanggapan civitas akademika melihat fenomena ini?

Ada Apa dengan Pemilihan Rektor?

Ayu Amriani Ada beberapa jenis PA yakni ada yang peduli, agak kurang peduli dan ada yang tidak peduli sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik antara PA dan mahasiswanya, permasalahan merupakan salah satu PR bg Unhas yang mesti dicarikan solusinya

KARIKATUR/MUHAMMAD ABDUL

dari redaksi

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

BELUM lama ini, para insan akademisi khususnya universitas heboh dengan adanya kasus suap pemilihan rektor. Lantaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku menemukan indikasi adanya masalah terkait pemilihan rektor di sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Jika ditinjau dari tata cata pemilihan maupun porsi suara, memang besar kemungkinan terjadi hal semacam ini. Karena selain senat universitas, menteri juga ikut andil menentukan siapa rektor PTN selanjutnya. Seperti pemberitaan di Harian Kompas edisi Rabu 26 November 2016, Agus Rahardjo, Ketua KPK mengutarakan jika pross pemilihan rektor yang tidak transparan sehingga pihaknya perlu melakukan pengawasan. Dalam tulisan tersebut juga menerangkan jika ada tujuh PTN yang terlibat kasus suap pemilihan rektor dengan berbagai variasi jumlah uang. Pengangkatan rektor melalui berbagai tahapan. Berawal dari penentuan bakal calon hingga pemilihan dan pengangkatannya. Untuk pemilihan sendiri, 65 persen suara dari senat akademik dan selebihnya 35 persen suara oleh menteri (Kemristek dan Dikti). Rektor yang terpilih adalah yang memiliki suara terbanyak dari gabungan keduanya. Porsi suara dari menteri inilah yang memungkinkan terjadinya kasus suap. Karena dengan suara 35 persn menteri dapat memilih rektor seperti yang diinginkan. Sementara calon yang dipilihnya pun belum tentu dari suara terbanyak anggota senat. Pertimbangan siapa yang dipilih juga tidak transparan dan jelas. Apakah menteri akan memberikan suaranya ke calon yang memiliki suara senat terbanyak atau tidak. Sehingga kesannya yang dipilih menteri tidak memiliki penilaian yang jelas. Sehingga banyak yang menganggap jika aturan pemilihan rektor Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor/Ketua/ Direktur pada perguruan Tinggi yang dislenggarakan oleh pemerintah harus direvisi. Sebuah kabar gembira jika Muhammad Nasir m e n g a t a k a n bersedia meninjau ulang kebijakan tersebut jika memang tidak relevan dengan situasi saat ini (Kompas 28/10). Kisruh pemilihan rektor pun pernah terjadi di Kampus Merah. Saat Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA terpilih sebagai rektor 2014 lalu. Dwia memiliki total suara 241 sementara pesaingnya Dr Wardihan 128 suara. Dengan total suara tersebut Dwia memenangkan pemilihan namun dianggap ada kekeliruan oleh pesaingnya. Sehingga pihak yang merasa dirugikan mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Tentu sangat kita sayangkan hal ini terjadi dan mewarnai pemilihan rektor di Indonesia. Sebagai insan akademisi seharusnya prsaingan meraih puncak jabatan bukanlah hal yang utama. Yang trpenting bagaimana seorang akademisi melakukan yang terbaik dalam mengembangkan universitas. Banyaknya kasus demikian juga perlu menjadi pertimbangan kementerian. Terutama mengenai tata cara pemilihan rektor. Selama ini cara tersebut dapat membuka peluang terjadinya suap dan kecurangan di dalamnya. Mungkin kampus sebaiknya diberikan otonomi tersendiri. n

Diskusi media dan literasi: Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Hary Isra membawakan materi media dan literasi kepada kru Identitas Unhas, (22/10). Diskusi ini rutin diadakan sebagai bentuk pengembangan kapasitas SDM kru identitas.

Regenerasi Regenerasi itu sebuah keniscayaan— kalimat bagi mereka yang baru datang, yang baru pergi, dan untuk mereka yang akan datang, yang akan pergi. Keberlanjutan sebuah organisasi di masa depan nanti ditentukan oleh regenerasi yang ada. Dibarengi pula pada harapan untuk peningkatan kualitas yang lebih baik, dari periode sebelumnya. Setiap diri kita pasti ingin keberadaan organisasinya terus ada, dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Yakin saja, bila suatu organisasi tidak memiliki keinginan untuk melakukan sebuah regenerasi, sama saja organisasi itu sedang menunggu kepunahannya. Analoginya, identitas bagi kami adalah kesatuan dari organ-organ, yang tak selamanya dalam keadaan sehat. Regenerasi penyusun organ, itu kebutuhan wajib.

Ya, guna menyembuhkan dan menumbuhkan kembali bagian yang luka. Organisasi ini masih hidup karena kepedulian terhadap regenerasi. Saat ini kami tengah melaksanakan prosesnya. Para calon keluarga baru mulai diberi pembekalan etika jurnalistik dan nilai berita, sebelum nantinya turun langsung meliput di lapangan. Adanya regenerasi ini memberikan angin segar, munculnya orang-orang baru tentu membawa ide-ide dan juga warna yang tentunya baru di rumah kecil kami. Dengan semangat baru pula, kali ini kami hadir menyapa pembaca setia identitas dengan sajian pemberitaaan terkait anomali bentrokan mahasiswa yang terjadi secara berentetan di Makassar, dalam beberapa bulan terakhir. Selain itu, kami pun mengajak pembaca untuk merasai perjuangan membagikan ilmu pengetahuan hingga ke pelosok Kabupaten Sinjai dalam rubrik lintas. Selamat membaca!

Henerasia Annisa Menurut saya peran PA mmg sangat penting, akan tetapi kurangnya kesadaran mahasiswa akan peran PA dan hanya membutuhkan PA saat penandatanganan KRS saja, dan tidak memanfaatkan peran PA yang sesuai dengan peraturan di atas. Kurangnya koordinasi sebenarnya berasal dari dua belah pihak yaitu mahasiswa yang malas menghubungi PAnya sehingga PAnya pun akan menjadi tidak peduli kepada mahasiswa tersebut, tetapi apabila keduanya bisa saling berkomunikasi dengan baik pasti masalah ini dapat diatasi bersama.

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 082348047258 085342579343

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyun­ting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/ Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Akhir Oktober Desain: Irmayana Layouter: Irmayana


surat dari pembaca

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

akademika

Tes TOEFL Calon Mahasiswa Pascasarjana

SALAM hangat untuk kru identitas yang telah memuat pertanyaan saya. Hal yang ingin saya tanyakan, apakah mahasiswa harus tes TOEFL terlebih dahulu jika ingin mendaftar di Sekolah Pascasarjana Unhas? Calon Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Unhas Angkatan 2016

Informasi Beasiswa Pascasarjana Unhas

ASSALAMUALAIKUM, salam hangat untuk kru identitas. Saya ingin bertanya soal peluang beasiswa untuk lanjut di Sekolah Pascasarjana Unhas. Di mana kita bisa mendapatkan informasi mengenai beasiswa internal kampus maupun beasiswa eksternal? Mahasiswa Program Studi Pascasarjana Jurusan Sosiologi Angkatan 2016 Tanggapan: WAALAIKUMSALAM, kepada mahasiswa Sekolah Pascasarjana Unhas dapat mengakses secara online dengan membuka portal di website: pasca.unhas.ac.id. Jika perlu, harus sesering mungkin membuka situs tersebut, karna informasi beasiswa bersifat up to date. Jibril S Kom MSi kepala sub bagian akademik

Perpanjangan ATM Mandiri Bidikmisi

ASSALAMUALAIKUM, salam sejahtera bagi kita semua. Saya penerima beasiswa Bidikmisi angkatan 2013. Pertanyaan saya, apa saja yang harus dipersiapkan untuk perpanjangan

Autophagy Hadiah Nobel Buat Yoshinori Ohsumi IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Tanggapan : YA, untuk mendaftar terdapat tiga tahap seleksi yang harus diselesaikan, TOEFL, PPA, dan bidang ilmu. Namun, bagi mahasiswa yang belum memenuhi skor TOEFL bisa lanjut pendaftaran dengan status lulus bersyarat. Jibril S Kom MSi Kepala Sub Bagian Akademik Unhas

Book Fair Identitas: Mahasiswa nampak sedang asik memilih buku yang dipamerkan Penerbitan Kampus Identitas (31/10). Kegiatan ini merupakan rangkaian ramah tamah identitas yang akan berlangsung desember nanti.

kartu ATM Mandiri bagi penerima Bidikmisi. MahasiswaFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2013 Tangapan: WAALAIKUMSALAM, mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi melalui ATM Mandiri, bisa memasukkan berkas di Bank Mandiri terdekat. Adapun persyaratannya berupa salinan buku tabungan, Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan Kartu Mahasiswa (KTM). Syamtidar A Operator Bank Mandiri Cabang Unhas

Pendaftaran Apoteker di Fakultas Farmasi Unhas

TERIMA Kasih buat kru identitas yang telah memuat pertanyaan saya. Jadi yang mau saya tanyakan, kapan pembukaan pendaftaran apoteker di Fakultas Farmasi Unhas? Alumnus UIN Alauddin Lulusan tahun 2016

Tanggapan : UNTUK pendaftarannya dibuka sekitar Desember 2016. Untuk informasi lebih lanjut bisa membuka situs di http:// www.unhas.ac.id/farmasi. Hasmawati Staf Akademik Fakultas Farmasi

Prosedur Pengambilan Ijazah Lulusan 2013 Fakultas Peternakan ASSALAMUALAIKUM, terima kasih telah memuat pertanyaan saya. Mohon informasinya, bagaimana prosedur pengambilan ijazah lulusan 2013 Fakultas Peternakan? Alumni Lulusan Tahun 2013 Fakultas Peternakan Tanggapan: Bagi alumni yang bersangkutan, bisa mengambil ijazahnya kembali di bagian Akademik Fakultas Peternakan. Adpun syaratnya dengan membawa tanda bukti penyerahan skripsi. Perlu diperhatikan, untuk pengambilannya tidak bisa diwakili. Rahmat MA Bagian Akademik Fakultas Peternakan

agenda Lomba Opini dan Fotografi dalam rangka Lembaga Pers Mahasiswa Hukum (LPMH-UH) Unniversary 21 Tema : Napak Tilas 21 Tahun Wujudkan Nilai-Nilai Bersama Pendaftaran : 17 – 27 November 2016 Kontak : 082271138359

Konvensi Nasional VII Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) Tanggal : Selasa, 22-24 November 2016. Tempat : Gedung IPTEKS UNHAS dan Hotel Melia, Makassar. Pena Fosil (Pensil) Lomba Karya Tulis Maba Fakultas Peternakan Tema: Membentuk Mahasiswa Sebagai Intelektual Muda yang Berwawasan dan terampil

3

dalam menulis. Waktu : 12,13 dan 27 November 2016 Tempat: Ruang Majelis Fakultas Peternakan

Civil Bookfair 2016 HMS FT-UH Hari/Tanggal : Senin-Kamis, 21-24 November 2016 Tempat: Kampus II Fakultas Teknik Unhas, Gowa

UNHAS CUP III UKM Bulu Tangkis Unhas Hari/ tanggal : Jumat, 11 November – Sabtu 19 November 2016 Tema : “Sportive in Badminton and Do the Best Until You Got The Champion” Kontak : Ikhwan (085340992939)

Workshop “Persiapan Menghadapi Dunia Kerja” Hari/Tanggal : Sabtu, 26 November 2016 Tempat: Gedung IPTEKS Universitas Hasanuddin

WISAC 2016 (Welcome09 Interactive Seminar and Competition) Hari/Tanggal : Jumat-Selasa, 25-27 November 2016 Tempat: CSA Building Kampus II Fakultas Teknik Unhas, Gowa

Latihan Kepemimpinan Menengah Mahasiswa Farmasi UH Hari/Tanggal : Minggu, 20 November 2016 Tempat: Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Belajar ilmu biologi tidak terlepas dari segala fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar. Selain menilik anomali dan keajaiban yang membuat manusia berdecak kagum, ilmu yang juga dikenal sebagai ilmu hayati ini juga masih tetap merahasiakan misteri-misteri alam yang perlu untuk diungkap. Termasuk dengan apa yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, hingga unit terkecil yang sekalipun tetap akan memiliki keajaibannya tersendiri. Sel pada mahluk hidup sebagai satu kesatuan struktur terkecil, tentulah memiliki peranan dalam segala hal yang dapat menopang kelangsungan hidup organisme. Bahkan makhluk hidup sekarang termasuk manusia, nenek m o y a n g n y a dipercaya berasal dari satu sel saja yang seiring waktu mengalami perubahan hingga mampu beradaptasi baik morfologi maupun fisiologinya seperti sekarang ini. Setiap sel akan mengalami sebuah proses degradasi dan daur ulang sel atau biasa disebut autophagy, sebagai bagian dari penyesuaiannya dengan lingkungan. Proses ini adalah mekanisme perombakan, perbaikan, penghancuran dan pengaturan ulang organel (red. bagian sel) yang sudah rusak dan tidak berfungsi lagi. Organel yang rusak tersebut selanjutnya akan didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali. Dengan demikian akan terjadi kelangsungan hidup pada sel karena proses ini. Secara sederhana proses perombakan dan perbaikan ini dimulai dari organel sel yang disebut mitokondria. Jika umur organel ini sudah sampai sepuluh hari, mitokondria yang tua akan dirombak oleh organel lain yang disebut lisosom. Selanjutnya hasil perombakan tersebut akan merembes ke sitoplasma (red. Cairan sel). Lalu tiga o r g a n e l utama lainnya berupa retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi akan membuat organel baru (yang sebelumnya rusak) dari hasil rombakan tersebut. Sekitar tahun 1960-an, para ilmuwan mulai mengamati bahwa sel bisa menghancurkan kandungan dirinya dengan membungkus membrannya (red. kulit luarnya), lalu mengirimnya ke bagian daur ulang yang disebut lisosom. Namun, ketika terjadi kesalahan atau mutasi dapat menyebabkan berbagai penyakit, kanker hingga parkinson. Seorang ilmuwan biologi dari Jepang bernama Yoshinori Ohsumi, diumumkan sebagai penerima hadiah Nobel Kedokteran pada Senin (3/10) lalu, atas jasanya menemukan informasi baru tentang fenomena autophagy ini, sebuah proses sel memakan dirinya sendiri. Proses tersebut penting pada degradasi sel yang teratur dan juga daur ulang bagian sel yang rusak. Kegagalan pada proses ini diyakini menyebabkan terjadinya penuaan dan kerusakan sel. Jauh sebelum professor yang sudah berusia 71 tahun ini menemukan informasi baru tentang autophagy, banyak ilmuwan kesulitan dalam mempelajari keanehan ini, hingga dilakukannya percobaan yang brilian pada awal tahun 1990-an oleh Ohsumi yang juga ilmuwan biologi sel dan profesor di Tokyo Institute of Technology. Dengan menggunakan ragi roti untuk mengidentifikasi gen-gen yang penting untuk autophagy. Ohsumi berhasil menjelaskan mekanisme mendasar untuk autophagy pada ragi dan menunjukkan mekanisme yang serupa untuk digunakan dalam sel manusia. Penemuannya telah mengarahkan pada paradigma baru untuk memahami bagaimana sel mendaur ulang dirinya. Professor kelahiran Fukuoka, Jepang pada sembilan Februari 1945 silam, dalam kesempatan wawancara dengan televisi Jepang NHK, mengatakan tubuh manusia akan selalu mengulang proses membusuk secara otomatis, kanibalisme dan ada keseimbangan sempurna antara formasi dan pembusukan. Itulah hidup. Karena penemuannya inilah yang membuatnya mampu mengalahkan lebih dari 270 ilmuwan yang dicalonkan untuk mendapatkan hadiah nobel, dan ia mendapat hadiah sekitar Rp12 miliar. Diolah dari berbagai sumber Muhammad Abdul


4

opini

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Rahasia Mengubah Dunia Oleh: Susia Kartika Imanuela

“KALAU kita mencoba melihat perjalanan hidup kita dari masa lalu hingga sukses di bidang masing-masing hari ini. Tentu tak lepas dari peran negara yang telah menyediakan berbagai fasilitas pendidikan. Maka konsekuensi logis sebagai orang terdidik adalah membalas kenikmatan itu dengan berbagi kepada warga negara lainnya.”(Prof. Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2016)

H

ampir dalam setiap hal, manusia mendambakan perubahan. Namun, apakah semua perubahan itu baik? Bagaimana jika perubahan itu terjadi di dalam sistem pendidikan di negara kita? Pendidikan yang telah menjadi suatu keharusan, dilakukan tanpa dipahami maksud dan tujuannya. Pendidikan hanya sebatas proses belajar mengajar yang terjadi di balik tembok. Kurikulum pendidikan yang terus berubah seiring pergantian pemegang kekuasaan, pelajar yang hanya berpacu pada hasil akhir (baca: nilai) karena tidak diberikan pemahaman akan pentingnya sebuah proses, menjadi masalah yang tidak pernah selesai. Mungkin kita akan berpikir, bahwa perubahan dilakukan untuk mencari hasil akhir yang sesuai seperti yang diinginkan. Tapi pertanyaannya sampai kapan hal ini dilakukan? Ingat, kita mungkin tidak merasakannya secara langsung, tapi bayangkan jika saat ini kita atau anak-anak kita yang harus menjadi korban percobaan kurikulum sekurang-kurangnya lima tahun sekali. Mungkin juga ada yang berpikir, bahwa perubahan itu disesuaikan dengan kondisi anak-anak yang saat ini semakin mengalami perkembangan. Pertanyaannya kemudian, apakah anda yakin bahwa semua anak-anak di negara kita mengalami perkembangan yang sama dalam diri juga lingkungan mereka? Atau perkembangan yang dimaksud hanya berlaku bagi anak-anak yang tinggal di kota-kota besar, atau yang sekolahnya bertaraf internasional? Lantas bagaimana dengan anak-anak yang memiliki keinginan besar untuk sekolah, sehingga harus menapaki jembatan rusak atau menyeberangi sungai untuk sampai di sekolah? Yakinkah kita mereka juga mengalami ‘perkembangan’ yang sama dengan anak-anak perkotaan, sehingga mampu beradaptasi dengan baik pada perubahan yang diberlakukan secara merata dalam pendidikan? Masihkah mereka menjadi pertimbangan dalam setiap aturanaturan yang ditetapkan? Perkembangan kurikulum pendidikan pada tingkat dasar lambat laun juga mengesampingkan studi-studi tentang kesusasteraan. Bisa jadi, kajian tentang ilmu sastra dirasa tidak memadai lagi untuk menjawab tantangan-tantangan pembangunan dan perubahan yang sedang marak dirancangkan dalam program pemerintahan. Saat ini,

bahkan pelajaran Bahasa Indonesia pun ‘diselipkan’ di dalam subjek pelajaran yang lain di sekolah dasar, sedangkan bahasa asing menjadi subjek pelajaran tersendiri di dalam kurikulum. Di negara kita, sastra bahkan kebudayaan lokal belum benar-benar maksimal masuk ke ranah pendidikan. Sedangkan beberapa negara maju menjadikan sastra sebagai alat untuk membendung moralitas anak-anak muda. Karya sastra anak bangsa seperti Pramoedya Ananta Toer dan Buya Hamka justru menjadi bacaan wajib di luar negeri, karena karya mereka menjadi rujukan penting dalam memahami dunia sastra. Sastra juga menjadi cermin dalam melihat realitas sosial. Melaluinya kita dapat melihat realitas dengan perspektif yang berbeda sekaligus belajar untuk merangsang munculnya kesadaran kritis dalam memahami situasi di sekitar kita. Hal inilah yang juga perlu dimunculkan kembali ke dalam kurikulum pendidikan dan kegiatan belajar mengajar. Tidak harus hebat dalam memahami karya sastra, tetapi minimal anak-anak Indonesia dapat mengenal karya-karya sastra di negara sendiri, tidak memahami lingkup pendidikan hanya terkait pada bidang eksakta. Konsep lain tentang pendidikan seperti yang pernah ditulis oleh Paulo Freire (2008:52), adalah pendidikan bercerita. Murid diibaratkan sebagai sebuah wadah yang kosong dan guru bertugas mengisi wadah kosong tersebut. Murid sebagai wadah kosong, menerima, mencatat, menghafal dan mengulangi setiap ungkapan yang diberikan oleh guru,

tanpa pernah benar-benar memahami apa arti sesungguhnya dari ungkapan tersebut. Guru yang bertugas sebagai pencerita mengarahkan murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Semakin penuh dia mengisi wadah-wadah itu, maka semakin baik pula seorang guru. Semakin patuh wadah-wadah itu untuk diisi semakin baik pula mereka sebagai murid. Kita dapat melihat bagaimana konsep pendidikan seperti ini masih banyak kita jumpai di negara kita. Guru mewajibkan setiap murid menghafal secara rinci setiap peristiwa sejarah di Indonesia lengkap dengan tahun, bulan bahkan tanggalnya, atau proses perkalian yang panjang, tanpa memberikan pemahaman apa arti atau makna sesungguhnya dari peristiwa sejarah ataupun metode hitung tersebut. Pendidikan di universitas rupanya tidak jauh berbeda. Ruang kelas lebih nampak seperti gedung bioskop atau tempat ibadah. Tidak ada perdebatan untuk saling adu gagasan di antara mahasiswa dan dosen. Mahasiswa sekedar datang, duduk, diam dan mendengar. Tidak ada yang tertinggal saat perkuliahan usai. Suara-suara riuh mahasiswa hanya terdengar saat mereka berkumpul di kantin membahas perkembangan mode, kehidupan artis, atau makanan apa yang hendak dipesan untuk makan siang. Beberapa mahasiswa lain sibuk memandang layar kaca handphone, bersosialisasi dalam realitas virtual. Kegiatan ini sedikit banyak kita jumpai di lingkungan kampus saat ini.

Pendidikan di kampus hanya menjadi satu fase dalam perjalanan hidup untuk memperoleh gelar yang akan mengantar pada kesuksesan menjadi seorang jutawan, atau pegawai kantoran dengan gaji yang besar. Tidak heran jika mahasiswa seakan tutup mata atas ketimpangan yang terjadi dalam realitas di sekitar mereka, atas situasi sosial yang berjalan penuh sengketa.

Pendidikan di kampus hanya menjadi satu fase dalam perjalanan hidup untuk memperoleh gelar yang akan mengantar pada kesuksesan menjadi seorang jutawan, atau pegawai kantoran dengan gaji yang besar. Tidak heran jika mahasiswa seakan tutup mata atas ketimpangan yang terjadi dalam realitas di sekitar mereka, atas situasi sosial yang berjalan penuh sengketa. Eko Prasetyo, dalam artikelnya yang dimuat di Harian Indoprogress menulis, pendidikan di lingkup universitas bukan sekedar jalan untuk mewujudkan mimpi menjadi sarjana, bekerja dan punya jabatan. Meskipun hal ini bukan sesuatu yang salah. Namun, tujuan pendidikan tidak hanya sebatas itu. Ada kebutuhan untuk menjawab tantangan zaman. Ada banyak ketimpangan sosial yang terjadi di sekitar kita yang butuh perhatian dari para pelaku pendidikan. Pendidikan dibutuhkan untuk menjawab setiap masalah yang menyangkut kepentingan banyak orang, khususnya mereka yang terpinggirkan dari perhatian publik. Pendidikan harus mengembangkan kesadaran kritis untuk setiap hal yang ditawarkan dunia ini. Tidak menjadi manusia yang pasif yang menerima sesuatu tanpa pernah mempertanyakan apa maksud di baliknya (Freire, 2008:56). Peranan universitas menurut Eko, sebaiknya tidak hanya dipadati oleh teori ataupun pelatihan menjadi jutawan, melainkan mulai dari dukungan kepada keterlibatan mahasiswa dalam organisasi-organisasi di kampus, juga akses yang dapat membawa mereka untuk terjun langsung melihat realitas sosial dari sudut pandang masyarakat yang termarjinalkan. Pendidikan yang tidak hanya fokus pada perolehan indeks prestasi yang bisa saja menipu, melainkan pengetahuan sebagai kekuatan untuk membebaskan. Dengan demikian, pelayanan dalam sistem pendidikan harus menyentuh setiap struktur sosial dalam masyarakat, dan menjadi kewajiban bagi setiap orang yang merasa terdidik untuk bergerak membawa pembebasan. Pembebasan dari kebodohan dan ketidakadilan, itulah hakikat pendidikan. **** “Kalau ada yang bertanya siapa yang harus memulai perubahan untuk perbaikan? Jawabannya adalah saya, bukan dia, atau mereka.”(Edi Sutarto, Direktur Athirah, Aktor dan Sastrawan). n Penulis adalah alumnus Sastra Jepang angkatan 2009


wansus

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Mahasiswa Harus Siap di Industri Salah satu perusahaan minyak terbsar dunia, Chevron, melakukan kunjugan ke Kampus Merah, Rabu (2/11). Kedatangan Vice President Operations SMO, Nurhasan didampingi oleh dua orang timnya lantaran akan melakukan kerja sama dengan kampus kita. Terkait dengan pembukaan tiga prodi baru, termasuk Teknik Perminyakan, dan Kimia. Meski belum mencapai tahap persetujuan secara keseluruhan, kunjungan ini menjadi langkah awal hubungan kerja sama keduanya ke depan. Seperti apa bentuk kerja sama dan juga upaya-upaya yang akan dilakukan Chevron sendiri dengan menggandeng Kampus merah ini? Berikut petikan wawancara reporter PK identitas, Ramdha Mawaddha bersama Vice President Operations SMO, Nurhasan, yang juga alumni Unhas, sesaat setelah menyampaikan kuliah umum di Fakultas Teknik Gowa, Kamis (3/11).

Seperti apa kerja sama yang akan dilakukan dengan Unhas? Sebenarnya kita sudah punya program kerjasama sebelumnya, namanya University Patner Program (UPP). Sebuah bentuk upaya untuk bekerjasama dengan universitas yang memang sangat penting. Di samping kita bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan dunia pendidikan. Kita juga bisa dapat manfaat. Karena mereka itu adalah resource (sumber, red) yang cukup besar yang bisa kita optimalkan. Lantas bentuk kerjasama dengan pembentukan tiga prodi baru ini seperti apa? Itu salah satu yang nanti kita coba lihat, ini memang masih proses penjajakan. Mula-mula kita pandang itu sebagai kerjasama dalam study case, kemudian juga peluang pemagangan. Jadi ada banyak kerjasama nanti setelah melakukan assessment ini. Kita akan balik ke Jakarta, kita akan review internal Chevron dan nanti kita lihat perkmbangannya seperti apa. Supaya kita bisa melangsungkan kerja sama ini. Apakah kerjasama ini hanya dilakukan dengan Fakultas Teknik? Kita tidak menutup hanya di Fakultas Teknik. Jadi, kita melihat kemungkinan potensi di fakultas lain. Karena dari industri tantangan yang kita hadapi itu bukan hanya fokus hanya di bagian teknik saja. Tapi mungkin juga ada masalah sosial dan kesehatan. Kan, tidak mungkin dari teknik, bisa dari kedokteran, kesmas. Makanya kita tidak fokus hanya

mengakses di Fakultas Teknik saja. Seberapa besar Anda melihat potensi mahasiswa Unhas di bidang industri? Potensi mahasiswa sangat besar, apalagi jika kita lihat kedepannya, katakanlah mahasiswa geologi, mesin, industri dan lain-lain itu bisa tidak hanya bergerak di bidangnya, tapi dia bisa bergerak dibidang apa saja, jadi sifatnya mereka fleksibel, mereka tinggal menyiapkan diri. Lantas tantangan apa yang kelak akan dihadapi? Tantangan bukan dari si mahasiswa tapi dari industri itu sendiri. Misalnya sekarang dengan harga minyak turun. Sehingga ada kendala dalam pengembangan industri akibat turunnya harga minyak tadi. Tapi bagi saya itu adalah tantangan dari industri bersama orangorang di dalamnya untuk bisa melakukan efisiensi, menerapkan teknologi yang bisa survive dalam kondisi seperti ini. Persiapan apa yang mesti dilakukan mahasiswa? Tidak cukup dengan hanya kemampuan akademik, tapi hal yang penting juga non akademik. Soft skill-nya, leadership, communication, membangun team work itu sangat penting karena di dunia industri maupun lainnya kita tidak bekerja sendiri tapi kerja tim. Jadi mau tak mau budaya seperti ini dilihat oleh perusahan. Kita tidak mau merekrut orang atau bekerja dengan kita yang hanya bekerja sendiri- sendiri saja dengan egonya saja. Kita harus bisa melihat bagaimana dia bisa membagun team work karena ada

aktivitas yang tidak bisa dikerjakan satu orang tapi harus banyak orang yang bisa terlibat di dalamnya. Jadi perlu disiapkan mahasiswa bukan hanya akademiknya, tapi non akademiknya. Jadi menurut saya mulai dari mahasiswa kemampuan leadership itu dibangun. Seperti aktif berorganisasi, membuat kegiatan positif, dengan begitu sejak dini bisa mengatur tanpa menunggu saat bekerja dulu. Jadi kerja nanti jauh lebih mudah menjalin kerja sama. Itu menurut saya perlu dilakukan lebih dini. Jangan nanti kerja karena itu mungkin sedikit terambat. Harapan dan saran-saran Anda untuk mahasiswa Unhas ke depan? Yang pertama mahasiswa ini adalah tulang punggung generasi Indonesia yang akan datang. Indonesia ke depan, saya melihat berkomitmen agar semua industri strategisnya bisa terkelola dengan baik. Karena itu semua aset negara. Sehingga mau tak mau kita perlu menyiapkan generasi ini, mahasiswa terutama. Jadi bagaimana menyiapkan diri sejak awal. Bagaimana pengetahuan dan ketermpilanya sejalan dengan kebutuhan industri. Kedua pengembangan soft skilnya. Sangat diperlukan karena banyak berinteraksi dengan orang mempunya visi bersama. Dan itu sudah kita bangun sejak dari mahasiswa. Dan sejak sekarang mahasiswa harus mengembangkan kemampuan Bahasa Inggris. Sudah menjadi wajib, apalagi bekerja di perusahaan yang notabenenya multi nasional company otomatis Bahasa Inggris menjadi syarat utama.

Data Diri Nama lengkap : Nurhasan Asal daerah : Pangkep Riwayat pendidikan : SMAN Pangkep 1982 Teknik Mesin Unhas 1985 Master ITB Riwayat Pekerjaan : 1992 Caltex sekarang Vice president operational Chevron Area Sumatera

5

kronik Gara-gara Pembungkus Nasi,

Terjadi Kecelakaan SIANG itu (12/10), sekitar pukul 13.00 Wita Unhas dihebohkan dengan terjadinya kecelakaan di depan Fakultas Kehutanan. Kecelakaan ini melibatkan dua pengendara motor. Iswandi, siswa SMAN 21 Makassar dan Baso (nama samaran), mahasiswa Fakultas Ekonomi Unversitas Muhammadiyah Makassar. Iswandi menghindari motor yang berada di depannya dan terjatuh, sebab itu lutut kanannya mengalami luka. Selain itu, motor yang dikendarainya mengalami kerusakan. Menurut Awaluddin Tompel selaku Satuan Pengamanan (Satpam) Unhas, Iswandi terjatuh akibat menghindari motor Baso yang berhenti di tengah jalan karena memungut tiga lembar pembungkus nasinya yang jatuh dari kantongan. “Ini anak (red: Iswandi) jatuh, na hindari motornya ini (red: Baso), berhenti ditengah jalan, baru tidak nakasi pinggir dulu motonya untuk ambil pembungkus nasinya yang jatuh,” ujarnya, Rabu (12/10). Awaluddin pun selaku pihak yang menangani masalah ini berusaha mendamaikan kedua belah pihak. “Masalah ini sudah damai secara pribadi, asal Baso mau mengganti rugi kerusakan motornya Iswandi,” katanya, Rabu (12/10). n

Lagi, Penjambretan Terjadi di Unhas TERJADI penjambretan di depan Fakultas Teknik, sekitar pukul 19.00, Sabtu (8/10). Korban adalah Munawwarah mahasiswa angkatan 2016 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP). Munawwarah mengatakan sehabis asistensi, Ia hendak pulang ke rumahnya yang beralamat di Jalan Polteknik. Di pertengahan perjalanan, tepat depan Fakultas Teknik, mahasiswa Ilmu Kelautan ini ingin menelpon tantenya. Namun naas, dua orang pengendara sepeda motor merampas hand phone miliknya. Waupun telah dikejar oleh warga, namun pelaku tak dapat ditangkap. “Saya berharap pelaku segera ditangkap. Kepada sivitas akademika Unhas, berhati-hatilah saat menggunakan handphone di jalan raya,” ujar Munawwarah Sabtu (8/10). n


6

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Berjualan Bagian dari Ibadah FOTO DAN TEKS : SRIWIDIAH ROSALINA BST

A

yam jantan berkokok seiring dengan fajar menyingsing di ufuk timur. Embun sisa semalam masih segar menelusup di rongga hidung saat Halita sudah bergegas. Ia tampak sudah sibuk mengepak berbagai barang ke dalam keranjang jualannya. Aktivitas ini telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Dia pun menyusuri jalanan dengan motor butut peninggalan suaminya menuju Kampus Unhas. Halita berprofesi sebagai penjual makanan di salah satu kantin Unhas. Perempuan murah senyum ini kerap disapa mace Ita oleh sivitas akademika kampus. Beragam kuliner mulai dari aneka gorengan, minuman dan makanan lainnya dijajakan di kios miliknya. Sudah puluhan tahun ia menggantungkan hidupnya dari menjajakan kuliner kepada khalayak cendikia kampus. “Lama ma jualan di sini. Penghasilan dari sini yang kupakai sekolahkan anakku,” ujar perempuan 60 tahun ini. Selain mace Ita, mace Rohani yang menjual beraneka jus dan minuman dingin juga telah lama berjualan di Kantin Kolong Fakultas Ilmu Budaya Unhas. Demi memastikan dapurnya tetap mengepul, perempuan berparas cantik turut membantu suaminya dalam mencari nafkah. Penghasilan suaminya yang berprofesi sebagai buruh serabutan tidak cukup untuk mengisi dompet sehari-hari mereka. Kendati tak seberapa, namun uang dari hasil berjualan di kampus sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan keluarganya. Mace di kampus telah menjelma menjadi “ibu angkat” mahasiswa. Mace-mace tak segan memberikan utang ke mahasiswa jika tahu kondisi keunganan sedang menipis. “Biasa ada yang ngutang, adapi uangna baru na bayar. Ada yang bayarki, ada juga biasa na lupa mi,” tuturnya. Tapi ia tak mempermasalahkan hal itu. Baginya memberi makan untuk mereka yang membutuhkan adalah bagian dari ibadah mereka.

potret


civitas

identitas NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016 NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Komunikasi PA dan Mahasiswa Harus Terbangun Penasihat Akademik (PA) seyogyanya berperan sebagai orangtua di kampus. Mengetahui seluk beluk sosial budaya dan ekonomi mahasiswanya. Namun, saat ini fungsi ideal itu tak sejalan dengan realita. Setiap tahunnya angka Drop Out (DO) mengancam Unhas, tahun ini saja ada 471 mahasiswa terancam harus meninggalkan kampus merah sebelum resmi dinobatkan sebagai alumni. Penyebab dari tingginya angka DO beragam, berdasarkan polling yang telah kami lakukan selama Oktober pada 370 mahasiswa, bahwa penyebab pertama DO adalah ketidakaktifan mahasiswa tersebut sebanyak 50 persen. Kemudian disusul oleh minimnya koordinasi mahasiswa dengan PA-nya sebanyak 22,7 persen. Adanya seorang PA sangat memberi pengaruh atas seorang mahasiswa. Hubungan keduanya haruslah berlangsung sebagai orangtua dan anak. Sayangnya peran PA hanya terlihat saat musim penandatangan Kartu Rencana Studi (KRS). Padahal sesuai dengan aturan akademik Unhas yang tertuang dalam Surat Keputusan Rektor Universitas Hasanuddin Nomor 1870/H04/P/2009 Tentang Peraturan Akademik, pasal 22 menyebutkan seorang PA harus mengayomi, menuntun dan merekam perkembangan studi mahasiswa hingga selesai. Seperti beberapa mahasiswa tidak merasakan fungsi dari adanya PA ini.

Juliani Nur misalnya. Mahasiswa Biologi angkatan 2010 ini mengungkap bahwa PA hanya menjalankan peran dalam pengisisan Kartu Rencana Studi (KRS). “Selama enam tahun kuliah memperlihatkan bahwa PA saya hanya melaksanakan perannya pada saat pengisian KRS dan dosen PA saya itu baru ingat saya sebagai anak bimbingannya ketika saya urus KRS,” tutur Jun, Minggu (25/9). Padahal Jun mengalami kesulitan selama perkuliahan, sebagai anak perantau cukup mengalami kesulitan dalam biaya. Sejak semester delapan hingga semester 12 saat ini sibuk menambah penghasilan. Hal tersebut untuk membantu meningkatkan softskill yang tidak didapat di perkuliahan, karena butuh biaya tambahan untuk ikut seminar, beli buku dan berorganisasi. Setali tiga uang, Amul Hikmah Budiman mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya juga mengamini selama ini peran PA hanya semata-mata sebagai pelengkap administratif dalam kebutuhan akademik. Tidak untuk mengarahkan, membimbing, atau memfasilitasi mahasiswa yang terbentur pada persoalan akademik. “Sehingga yang kerap terjadi, peran PA sifatnya momentuman belaka. Hanya berfungsi ketika momen pengurusan KRS atau semester awal yang sedang berjalan,” tutur sekretaris panitia Pekan Seni Mahasiswa 2016 tersebut, Minggu (25/9). Lain halnya dengan Eko P Syamsuddin. Salah satu mahasiswa angkatan 2014 yang terancam DO ini bersusah

payah mengurus SKS miliknya yang hanya 40. Setelah komunikasi dengan PA-nya terkait masalah akademik, Eko disarankan untuk lebih baik pindah jurusan. Namun dalam proses pengurusan pindah dari Prodi Ilmu Komputer ke Prodi Geofisika, ia hanya dibantu oleh rekannya. Kita tidak bisa menggeneralkan fungsi PA, sebab masih ada juga beberapa PA yang telah menjalankan fungsi idealnya. Seperti yang dialami Fuad Aslim, SKG. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Co-As di Rumah Sakit Kedokteran Gigi Unhas ini, masih sering konsultasi dengan PAnya. Fuad bercerita kalau pengurusan KRS untuk itu manual berbeda waktu ia masih kuliah dulu dan diharuskan untuk lebih banyak konsultasi dan berdiskusi dengan PAnya. “Seharusnya mahasiswa lebih inisiatif untuk lebih jujur mengungkapkan apa kendalanya dan menyempatkan diskusi walau diluar pengurusan KRS, tapi kalau mahasiswanya yang kurang koperatif dan tidak mau diskusi, disitu susahnya,” tutur ketua angkatan 2010 FKG tersebut, Senin (26/9). Dra Jasmani Tahir Mhum, Dosen Sastra Indonesia yang juga sebagai PA ini mengaku telah menjalankan peran sebagai PA yakni melakukan pendekatan kepada mahasiswa yang diasuhnya seperti hubungan antara ibu dan anak. Tak hanya itu, ia selalu menanyakan apa kesulitan mahasiswanya. Namun, menurutnya ada saja mahasiswa yang malas dan itulah menjadi penyebab DO mahasiswa. Akan tetapi Jasmani tidak mengetahui berapa jumlah pasti anak bimbingannya, “Saya tidak tau berapa jumlah anak PA saya, kan sudah banyak yang keluar tapi rata-rata PA itu punya 12 anak yang dibimbing,” kata dosen berkacamata ini, Selasa (27/9). Permasalahan fungsi PA yang terjadi selama ini dibenarkan oleh Wakil Dekan Bagian Akademik Fakultas Ilmu Budaya, Prof Tajudin Maknun, SU. Menurut idealnya seorang PA tahu soal sosial budaya serta ekonomi mahasiswanya. Adanya PA juga dapat mengurangi angka DO karena pasalnya mereka lebih mengetahui masalah mahasiswanya, “Idealnya itu tadi, kenyatannya, nanti pada penandatanganan KRS, fungsi-fungsi yang lain itu tidak berjalan,” tuturnya. Solusi yang ditawarkan, seharusnya terjadi pertemuan secara periodik antara mahasiswa dan PA. “Himbauan bagi PA pada awal semester bertemu, memberikan, menjaga hak dan kewajiban mahasiswa,” imbaunya, Senin (7/11). Tajudin menambahkan titik lemahnya saat ini tidak hanya terletak pada PA-nya saja, tapi juga mahasiswa itu sendiri. Tidak ada komunikasi yang terbangun. Kedua belah pihak sama-sama pasif. (Mal/Ahy)

7

koridor Catatan Sosialisasi Dunia Kampus (Sinus) yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (Himakaha). Bertempat di Fakultas Kedokteran Ruangan RK147 Gedung Mata Kuliah Umum (MKU), Ahad (9/10).

Veterinarian, Tak Sekedar Dokter Biasa Setiap individu memiliki pandangan atau falsafah hidup yang berbeda. Baik itu berupa anggapan, gagasan maupun sikap batin yang diyakini setiap masyarakat. Pun dengan setiap profesi, tentulah memiliki falsafah hidup untuk menunjukkan eksistensinya. Secara populer, masyarakat awam mengidentikkan profesi dokter hewan atau veterinarian hanya sebuah sains dan seni mengenai pencegahan, pengobatan atau pengurangan penyakit atau cedera pada hewan (terutama hewan domestik). Padahal tidak seperti itu, sehingga muncullah ungkapan “Hewan saja dapat dimengerti, apalagi manusia.” Seperti manusia yang memiliki falsafah. Falsafah dari profesi ini ialah menyejahterakan manusia melalui hewan. Sesuai dengan slogan dari profesi ini yakni “Manusya Mriga Satwa Sewaka”. Obyek tak hanya hewan, melainkan juga manusia. Veterinarian mengupayakan manusia sejahtera dengan cara menekan resiko gangguan kesehatan karena adanya penyakit hewan. Veterinarian sebagai profesi, pastilah memiliki aspek profesionalisme. Jika ditinjau dari aspek tersebut, ada tiga tugas dan wewenang dari dokter hewan ialah promotif, pengawas dan penyidik. Sebagai promotif tugasnya yakni pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Sedangkan sebagai pengawas dalam hal pengobatan hewan dan sebagai penyidik yakni meninjau dari epidemiologi terapan. Hingga akhirnya profesi ini diharapkan mampu berperan aktif dalam pembangunan nasional. Menjadikan Indonesia aman, sehat, sejahtera serta bermartabat. Aman dengan memastikan Indonesia bebas penyakit hewan dan mampu mengendalikan menyakit zoonosis. Profesi ini juga mampu meningkatkan ekonomi berbasis peternakan. Sayangnya, tantangan profesi dokter hewan semakin berkembang. Dilansir dari Office Internasional des Epizooties (OIE) atau organisasi dunia yang bergerak dalam kesehatan hewan, tantangan saat ini semakin berkembangnya penyakit hewan. Hal ini tidak diimbangi dengan jumlah dan keterampilan dokter hewan yang ada di Indonesia. Bahkan sarana dan prasarana sangat tidak mendukung. Pun dengan regulasi, tidak semua penentu kebijakan memahami profesi dokter hewan. Solusi permasalahan tersebut adalah revolusi mental yang dimulai dari institusi Pendidikan Kedokteran Hewan. Segala hal mengenai pendidikan harus diperbaiki serta ditingkatkan baik kualitas perkuliahan hingga kualitas keprofesian. Hingga akhirnya institusi pendidikan mampu menghasilkan dokter hewan dari kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, organisasi dokter hewan seperti Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) harus bergerak. PDHI seyogyanya mampu mendorong penguatan kapasitas dokter hewan baik dengan cara training ke luar negeri ataupun mengadakan pelatihan pendidikan berkelanjutan (continuing education). Serta organisasi ini dapat mengembangkan jaringan tak hanya dalam negeri, luar negeri pun demikian, sehingga profesi ini di Indonesia dapat berkembang. Pengembangan profesi ini harusnya juga mendapat sokongan dari pemerintah. Kebijakan atau regulasi dari pemerintah tak kalah pentingya. Pemerintah dianggap dapat mendorong penguatan kapasitas dan memfasilitasi proses terbentuknya klinik ataupun Rumah Sakit Hewan (RSH) terstandarisasi yang jumlahnya saat ini masih minim. Terakhir, dukungan dari pihak swasta juga sangat diharapkan bagi pengembangan profesi ini. Baik itu dari segi permodalan hingga membuka peluang bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal dokter hewan. Muhammad Abdul


8

8

identitas identitas NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016 NO. 868| TAHUN XLII| EDISI AKHIR OKTOBER 2016

liputan khusus

Usut Benang Kusut Anomali Bentrokan Mahasiswa Sejatinya, kita harus melihat secara menyeluruh kejadian di sekitar kita. Sekalipun itu suatu konflik. Mari kita selisik lebih jauh musababnya.

F

enomena bentrok yang akhir-akhir ini acap kali melibatkan Perguruan tinggi Swasta dan Negeri (PTN dan PTS) se-Makassar, sempat tak pernah sepi dari pemberitaan dan menyita perhatian publik selama satu kuartal terakhir tahun 2016. Persoalan yang tak terselesaikan dengan damai, selalu berpuncak pada aksi-aksi anarkis seperti bentrok antar pihak yang berguam. Tercatat tiga bulan terakhir di penghujung tahun 2016, bentrok beberapa kali pecah di berbagai titik perguruan tinggi kota Makassar. Tengok saja pada bulan Agustus, September dan Oktober kemarin, beberapa Universitas bergantian diberitakan terlibat atas aksi-aksi anarkis. Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) yang dikabarkan telah dua kali bentrok. Bentrok pertama terjadi antarmahasiswa Unismuh, yang menyebabkan pembakaran sekertariat mahasiswa milik Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan. Kedua, terjadi pada peringatan Hari Sumpah Pemuda yang berlangsung ricuh dengan polisi. Sebab mahasiswa Unismuh melakukan pembakaran terhadap enam buah sepeda motor patroli milik aparat polisi. Tak hanya PTN Swasta yang melakukan pembakaran, hal serupa terjadi di kampus merah ini. Melibatkan dua himpunan

Fakultas Teknik Unhas, antara Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin dan Geologi pada 26 September yang berujung pembakaran gedung POMD dan di drop outnya dua mahasiswa Jurusan Teknik Geologi. Bentrok selain berakhir dengan pembakaran, biasanya juga diwarnai dengan penyerangan menggunakan senjata tajam. Seperti yang dialami mahasiswa Universitas Bosowa 45, yang melibatkan Mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada 28 September lalu. Berpangkal pada masalah sepele, ketersinggungan antarmahasiswa dari kedua fakultas, pecahlah penyerangan terhadap mahasiswa Fakultas Teknik menggunakan busur dan panah. Masih kasus yang mirip, bentrokan mahasiswa pun terjadi di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Kala Oktober lalu, berlangsung saling serang antara Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) dengan gabungan Fakultas Dakwah. Tak hanya itu, September lalu bentrok pun timbul di Universitas Negeri Makassar. Antara mahasiswa Fakultas Teknik dengan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), yang berujung pada tindak saling serang, baik dengan busur maupun batu. Sehingga membuat kaca gedung perkuliahan FBS pecah. Berdasarkan berbagai sumber yang dikumpulkan oleh Litbang data identitas, tercatat sudah enam kali bentrok berkobar di sejumlah perguruan tinggi di kota ini. Dosen Ilmu Budaya Supratman, SS,

MA pun menafsirkan, gencarnya fenomena aksi bentrok yang anarkis itu terjadi karena mahasiswa saat ini berada dalam usia muda. Sehingga jiwa-jiwa heroik yang melekat pada mahasiswa saat ini, masih sangat kental dan masih dalam proses pencarian jati diri. Sikap ego dari jiwa-jiwa muda itulah yang selalu ingin ditonjolkan secara personifikasi. “Selain itu, bentrokan juga dapat didorong oleh sifat ideologis yaitu kecaman atas birokrasi kampus terhadap tertutup rapatnya pintu aspirasi mahasiswa. Sehingga mahasiswa memaksakan diri untuk mendobrak ruang-ruang yang dianggapnya kaku,” tuturnya. Efek atas aksi nekat sekelompok mahasiswa akan berimbas pada beberapa mahasiswa yang dianggap sebagai biangkerok kekacauan oleh birokrasi kampus. Hukuman akan dijatuhkan secara personal kepada mahasiswa. Namun, hal itu tak menjadi persoalan bagi mereka, karena hal ini dianggap sebagai solidaritas perjuangan antarsesama. Seperti yang dikatakan oleh Arwin Saputra selaku Penasehat Dewan Mahasiswa Saintek UIN Alauddin Makassar, hukuman berupa skorsing atau DO atas aksi mahasiswa justru bukan sesuatu yang harus ditakuti dan dihindari. Sebab, tindakan itu dianggap aksi nyata mahasiswa sebagai agen perubahan yang terkadang hanya dianggap label semata. Pernyataan itu pun dibenarkan oleh Supratman, menurutnya mahasiswa dalam

melakukan aksi, dominan dipengaruhi oleh dorongan psikologisnya untuk mengalihkan perhatian pihak-pihak berkompeten. Bahwa mahasiswa akan melakukan apa saja. Sebab, mereka bukanlah anak kecil yang bisa ditakut-takuti. Dosen Jurusan Sastra Asia Barat Unhas ini, juga menambahkan bahwa aksi anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa tak terlepas dari dorongan dari dalam diri mahasiswa yang notabenenya mempunyai usia muda dan senantiasa masih dalam proses pencaarian jati diri. Sehingga persoalan yang dihadapi seringkali disikapi dengan apa yang ada dihadapannya. “Sikap ego dari jiwa muda yang ingin disampaikan kepada yang berkompeten untuk memberikan pembuktian bahwa mahasiswa tak mudah untuk di intervensi dan ditakut-takuti,” tegasnya menutup wawancara, Selasa (8/11). Tim Lipsus

Tim Lipsus: Koord. Lipsus: Riyami

Anggota: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Khusnul Fadilah

Menunggu Kepastian Sanksi Sudah lewat sebulan peristiwa itu berlalu. Namun, keputusan final penindaklanjutan kasus bentrokan antara mahasiswa Mesin dan Geologi di tingkat universitas masih simpang siur. Gedung Pertemuan Orangtua Mahasiswa dan Dosen (POMD) Fakultas Teknik kini tampak berbeda. Terlihat dinding kayu tak lagi utuh akibat terbakar dan serpihan kaca berwarna hitam berserakan disekitarnya. Hal ini merupakan ulah gerombolan pemuda yang terbakar emosi. Saat itu, tengah malam, gerombolan mahasiswa yang berlabel dari Himpunan Mahasiswa Geologi Unhas beriringan dengan sepeda motor. Melaju dari kampus Gowa ke Tamalanrea. Ketika tiba di kampus Tamalanrea, mereka menuju gedung POMD, tepatnya sekretariat Himpunan Mahasiswa Mesin. Mereka pun mulai melakukan pengrusakan ruangan dan pembakaran dengan bensin, Selasa (27/9). Setengah jam kemudian, mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian. Namun, si jago merah tetap menghanguskan tujuh buah laptop, telepon genggam, dan dua ijazah. Setelah api padam, pihak

Satuan Pengamanan Kampus menemukan barang bukti berupa botol berisi bensin dan batu dalam tas. Mereka juga menangkap dua pelaku mahasiswa angkatan 2014 berinisial AF dan SR. Mereka kemudian diserahkan ke pihak kepolisian. Dan masih ada sekitar 25 mahasiswa yang diduga terlibat dalam penghangusan sekretariat. “Masalah di Tamalanrea sebenarnya permasalahan di Gowa,” ucap Ketua Senat Teknik, Edi Suswanto, Selasa (8/11). Ahmad Sahwawi mahasiswa Jurusan Teknik Mesin mengamini pernyataan Edy. Lebih lanjut, Ahmad Sahwawi menceritakan kronologi perselisihan dua kubu yang bertikai. Mahasiswa angkatan 2013 ini mengatakan cikal bakal kejadian ini ialah ketidakcocokan antar mahasiswa dari kedua jurusan ini. Awalnya salah seorang mahasiswa Jurusan Teknik Mesin meminta kepada maba Jurusan Teknik Geologi untuk memfotokopikan tugasnya. Namun mahasiswa Geologi tersebut menolak dengan alasan kuliah. Kenyataannya ia hanya duduk di kelas tanpa ada dosen yang mengajar. Sikap emosional pun muncul pada mahasiswa Mesin, hingga memukul mahasiswa Geologi tersebut. Kejadian ini berujung pada saling menyerang antara

kedua pihak, hingga berujung pembakaran Gedung POMD. Melihat permasalahan internal Fakultas Teknik ini, lembaga kemahasiswaan pun langsung bertindak. Tiga hari setelah kejadian, pengurus Senat dan Himpunan Fakultas Teknik mengadakan pertemuan yang mereka sebut Rapat Warga. Pemicu dan solusi dari kejadian ini menjadi pembahasan utama. Selain itu, memediasi antara dua pihak, Geologi dan Mesin menjadi tujuan utama pertemuan di Gowa ini. Akhirnya, secara kelembagaan sudah tercapai suatu perdamaian. “Oknum-oknum yang memperpanjang masalah tidak akan dibantu karena tidak menepati kesepakatan warga,” tutur Ketua Senat Teknik, Edi Suswanto, Selasa (8/11). Hal lain mengenai kerusakan material akibat peristiwa ini juga menjadi pembahasan genting. Tingginya rasa solidaritas di Fakultas Teknik mengakibatkan persoalan pribadi akan menjadi permasalahan himpunan. Begitu halnya dengan ganti rugi. Himpunan Geologi dan mesin sepakat untuk mengganti rugi. Walaupun, mereka membutuhkan waktu untuk menepati janjinya itu. Nasib mahasiswa yang diduga terlibat juga menjadi bahan perbincan-

gan. Enam pelaku yang sudah diproses pihak kepolisian, akhirnya bisa bernapas lega. Pihak birokrat yang melaporkan kejadian ini melayangkan surat penangguhan atas kasus tersebut. “Pihak rektorat meminta untuk dilakukan pembinaan saja secara internal. Penyidikan tetap berlangsung, proses hukum tetap jalan. Namun, menunggu kebijakan rektorat dulu,” kata Kepala Satuan Reskrim Polrestabes Makassar, Kompol Musbagh Ni’am, Selasa (8/11). Namun, Nasib enam mahasiswa ini belum diketahui kelanjutan kasusnya di Universitas. Hal ini juga dipertanyakan Edy Suswanto “Apakah sudah masuk komdis atau belum, belum ada surat panggilan,” tutur mahasiswa angkatan 2012 ini, Selasa (8/11). Menanggapi perkara ini, Wakil Rektor III, Dr Ir Abdul Rasyid Jalil MSi mengaku proses di kepolisian masih berlangsung. Nasib mahasiswa yang diduga terlibat, dua orang yang menjadi pelaku utama sudah dikeluarkan dari universitas. “Seingat saya surat keputusan itu bulan lalu. Dan akan menyusul beberapa orang lagi,” tuturnya, Selasa (15/11). Baginya, orang yang melanggar, harus menerima sanksi untuk tidak aktif kuliah lagi. Tim Lipsus


liputan liputan khusus khusus

NO. 842| TAHUN XLI| EDISI AKHIR AGUSTUS 2015 NO. 868| TAHUN XLII| EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Bentroklah Secara Ilmiah Fenomena bentrokan, di kalangan mahasiswa sudah bukan lagi hal yang langka di Kota Makassar ini. Bentrokan ini adalah salah satu wujud nyata tindakan yang dominan dipengaruhi oleh dorongan psikologis. Untuk mengalihkan perhatian pihak-pihak berkompeten. Bahwa mahasiswa akan melakukan apa saja. Sebab, mereka bukanlah anak kecil yang bisa ditakut-takuti. Lantas bagaimana Yassir Arafat Usman, SPsi, MPsi, Psikolog memberikan penjelasan dari sisi psikologi sosial terhadap permasalahan ini?. Berikut kutipan wawancara Tim Lipsus identitas bersama Dosen Prodi Psikologi Unhas ini, Kamis (10/11). Beberapa bulan terakhir terjadi bentrokan mahasiswa yang berentetan, di beberapa perguruan tinggi di Makassar. Bagaimana pandangan Anda dari sisi psikologi sosial melihat fenomena ini? Berkaitan dengan rentetan bentrokan, kita dapat melihat bahwa kelompok-kelompok mahasiswa itu pasti punya identitasnya masing-masing, nilai-nilai yang ditanamkan pada mereka sejak maba. Secara psikologi sosial memang sepeti itu. Misal saja nilai kebersamaan, solidaritas. Jika ada bentrok, mereka nilai kebersamaan ada, solidaritas kelompok ada. Mereka ada dalam suatu grup. Terdapat satu kesamaan visi. Jika ada yang mengganggu identitas mereka, maka orang-orang yang ada dalam kelompok ini otomatis akan bereaksi. Dengan kata lain mereka harus mempertahankan kedaulatan dan harga diri kelompoknya. Apalagi di Makassar, sekarang ini sepertinya nilai siri’ na pacce sudah bergeser. Mungkin saja mereka telah mengkontekskannya seperti itu. Apa saja yang mempengaruhi seorang individu sehingga ikut terlibat dalam sebuah bentrokan? Karakter seorang individu itu selain dipengaruhi faktor gen dan keluarga, juga dipengaruhi oleh lingkungan. Setelah lepas dari lingkungan keluarga. Mahasiswa berada di lingkungan kampus. Mereka dibentuk pula oleh lingkungan fakultasnya, dan dengan siapa saja individu ini bergaul. Misalnya bergaul dengan penjual parfum, ya harum. Faktor eksternal ini mempunyai banyak pengaruh terhadap karakter individu. Individu akan cenderung bergabung dengan kelompok yang sesuai dengan pasion-nya, dan membuat nyaman. Ia akan merasa dihargai, dan diberi sesuatu yang tidak didapatkannya di kelompok lain. Akan men-

yatu dengan kelompok itu, entah itu kelompok negatif maupun positif. Kalau misalnya terjadi gangguan pada kelompok-kelompok itu, memang pada dasarnya itu upaya individuindividu tersebut mempertahankan kelompoknya. Bagaimana dengan kasus individu yang jelas sudah tahu bahwa berpartispasi dalam bentrokan, dapat membuatnya menerima konsekuensi buruk. Tetapi mengapa ia tetap melakukannya? Ini sudah seperti nasionalisme yang mendarahdaging. Bahkan misalnya ada orang yang kalem tapi karena kelompoknya diganggu, tiba-tiba menjadi orang lain. Sebab ia sudah menyatu dengan kelompoknya, bukan lagi memperjuangkan identitas pribadi. Tapi sudah masuk ranah solidaritas kelompok. Inilah yang disebut psikologi massa. Ada yang menggedor-gedor pagar, yang lain pun turut ikut. Pada kasus individu yang pendiam, jiwa kelompok masuk ke dalam dirinya. Kohesifitas kelompok sudah menyatu. Jadi, jangan heran kalau mereka yang pendiam tiba-tiba menjadi sangar dan brutal. Namun jika ingin tahu lebih jauh lebih baik d i t a nya ka n secara personal pada individu yang pernah mengalami. Terkadang, ada kasus individu merasa diasingkan oleh kelompoknya, jika tak ikut berpartisipasi dalam suatu bentrokan.

identitas identitas identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Bagaimana tanggapan anda terkait hal itu? Seorang individu harus mempertegas posisinya dalam sebuah kelompok. Apakah ia hanya ikut saat ada bentrokan ataupun demonstrasi, dan kegiatan lain tidak berpartisipasi. Jika semisal dalam kegiatan kerja bakti tidak ikut, kerja kelompok tidak ikut. Itu akan dipertayakan. Tapi kalau kegiatan lain ia siap untuk membantu. Maka kelompok juga harus mengerti bahwa ia tidak sepaham. Bagaimana solusi yang bisa dilakukan oleh universitas dan mahasiswa terkait hal ini? Selama ini sudah banyak yang dilakukan universitas untuk mengurangi secara perlahan masalah seperti ini. Namun yang menjadi persoalan memang kurang tersentuhnya tokoh yang berpengaruh dalam suatu kelompok mahasiswa. Karena sebuah kelompok itu ada satu atau dua orang yang dianggap punya pengaruh luar biasa. Seharusnya diskusi antara pembuat kebijakan dan mahasiswa rutin dilaksanakan. Idealnya dialektika antara birokrat dan lembaga mahasiswa harus terjaga. Tidak bisa kalau hanya satu pihak yang dominan. Pendekatan hukuman tidak selalu jadi yang terbaik. Sebab malah bisa memicu pemberontakan lainnya. Untuk mahasiswa, saya berharap agar mereka paham terhadap organisasi yang dimasukinya, dan orangorang yang ada di sekitarnya. Hal-hal berkaitan dengan bentrok maupun kekerasan mahasiswa harus paham, jangan asal ikutan. Kalau misalnya semester awal ikut dengan kakak angkatannya. Anda juga harus berpikir bahwa kakak ini mengarahkan saya kemana. Harus ada kesadaran diri karena kita makhluk berpikir. Kalau misalnya mau bentrok, ya bentroklah secara ilmiah. Keluarkan semua gagasan positif Anda. Karena ligkungan kampus lingkungan intelektual.

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

9

9

bundel Edisi Akhir Oktober 2001

Guru Besar pun Butuh Suaka KINI, guru besar Unhas tak ubahnya kupu-kupu di Bantimurung, sama-sama terancam langka. Diantara seratus sebelas guru besar yang dimiliki Unhas, sekitar 53 persen yang bakal pensiun dalam waktu sepuluh tahun ini. Kebanggaan Unhas dengan ‘segudang’ guru besar agaknya akan hilang perlahan. Kekhawatiran ini, pertama kali diuangkapkan oleh Mendiknas Malik Fadjar, bahwa kelangkaan guru besar akan terjadi di beberapa universitas di Indonesia. Persoalannya, untuk menjadi seorang guru besar tidak semuda membalikkan telapak tangan. “Persyaratan yang ketat mungkin bisa jadi kendala,” ucap Wakil Rektor I, Prof Natsir Nessa. Seorang Doktor saja harus melalui salah satu persyaratan, dengan kegiatan penelitian yang dimuat jurnal atau majalah ilmiah yang terakreditasi. Selain itu, penghargaan yang rendah terhadap keberadaan seorang profesor pun jadi salah satu faktor malasnya para Doktor muda yang potensial mengejar gelar profesor. Bila dibandingkan para peneliti yang berstatus Ahli Peneliti Utama (APU) dilembaga penelitian, tunjangan guru besar di universitas malah lebih kecil. “Saya masih malas jadi profesor, sebab nanti sudah tidak enak urus proyek sana-sini,” kata seorang dosen bergelar Doktor. Memang para Doktor berusia muda lebih senang memilih menjadi konsultan di luar daripada mengejar gelar profesor di universitas. “Hal ini bisa saja, namun bukan alasan yang tepat,” kata Prof Natsir, yang juga guru besar ini. Efek lain yang bisa terjadi adalah kelangkaan dosen, sebab para guru besar adalah dosen juga. Itulah yang bakal dirasakan oleh Fakultas Kedokteran. “Kemungkinan sepuluh tahun mendatang akan terjadi kelangkaan tenaga pengajar,” ungkap Dekan FK Prof Dr Farid. Ditambahkannya, inilah efek negatif kebijakan pusat karena jatah untuk penambahan dosen sangat minim. n Edisi Akhir Oktober 1976

Rumusan Kampus Ideal

Bagaimana kampus yang baik bagi kegiatan mahasiswa? ITULAH yang menjadi pokok masalah yang didiskusikan di ruang Senat Universitas Hasanuddin pada 15-16 yang lalu. Kata rektor pada pokok-pokok pikirannya di hari pertama “Telah lama kita mengidentifikasi secara ideal, kampus diharapkan memilliki ciri estetis yang memungkinkan terciptanya suasana belajar dan berpikir yang tenang. Yang memungkinkan pula untuk bisa menjadi daya tarik agar mahasiswa senang dan betah tinggal di kampus”. “Walau diskusi tidak memiliki suhu yang tinggi, namun pembicaraan-pembicaraan yang muncul cukup berarti,” begitulah moderator Dr Umar Kayam menyimpulkan. Dan para peserta pun juga melakukan hal yang sama, sebab dalam persoalan yang sedang diangkat itu tidak menggamit banyak perbedaan pendapat. Pendapat lebih banyak memiliki kesejajaran, baik dari para pembina maupun mahasiswa yang hadir. Diskusi yang berlangsung selama dua hari itu, setelah dirumuskan sebanyak dua kali akhirnya tiba pada kesimpulan pokok. Pertama, kampus hendaknya dapat menjadi wahana yang mengelola kegiatan mahasiswa sehingga tercipta kader-kader pemimpin yang mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara. Kedua, menyangkut masalah iklim dikehendaki terwujudnya kegiatan-kegiatan mahasiswa yang dapat menjadi sumber i n s p i ra s i kepemimpinan zaman. Sebagai pelopor pembaharuan dalam kehidupan masyarakat yang berdasar pada kepentingan bangsa dan negara. Ketiga, terkait lokasi kampus yang menghendaki adanya kampus yang memberikan keindahan untuk dicapai, menghilangkan pengelompokan untuk suku-suku, mempertimbangkan faktor-faktor sosial budaya masyarakat kampus dan menumbuhkan jalannya organisasi kemahasiswaan.


10

kolom

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Dosen Ideal Oleh; Supratman

Fungsi dan peran seorang dosen untuk perkembangan dan kemajuan sebuah bangsa sangat urgen. Dalam hal pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara posisi dosen tidak bisa dinilai dengan ukuran apapun juga dan tidak bisa dibandingkan dengan hal lainnya.

S

eorang dosen berada pada tempat yang terdepan untuk mengarahkan masa depan bangsa dan negara lewat penyampaian keilmuan dan gagasan serta menjadi suri teladan bagi mahasiswa yang merupakan bahan dasar dari pembentukan masyarakat dan pencapaiaan cita-cita di masa depan bagi sebuah bangsa dan negara. Oleh karena itu dosen ideal, bagi saya, bukanlah seorang dosen yang kemudian diusung oleh partai politik untuk menduduki jabatan politik. Seorang dosen ideal adalah mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan yang bisa diaplikasikan di tengah-tengah masyarakat. Menjadi dosen ideal tentu tidak mudah. Seorang dosen harus memiliki kompetensi dan komitmen keilmuan yang kuat. Ia juga harus memiliki ketangguhan integritas dan pengabdian yang tinggi. Semua komponen tersebut harus menyatu dalam aktivitas keseharian sebagai seorang pengajar yang ditopang dengan aktivitas penelitian serta kegiatan pengembangan keilmuan lainnya lewat kehadiran yang intens baik di ruang kegiatan akademik maupun di ruang kegiatan sosial-kemasyarakatan secara umum. Kharisma seorang dosen ideal dapat dilihat pada kesediannya untuk menyampaikan saran, kritik dan kontrol sosial. Sebagian besar orang menaruh harapan dan berkeyakinan bahwa hanya profesi dosen yang efektif dan strategis mewujudkan secara sempurna perpaduan antara profesi dan kontrol sosial dengan pertimbangan bahwa aktivitas yang ditekuninya lebih banyak pada ranah keilmuan maka seorang dosen sejatinya tidak saja mampu melakukan koreksi dan kritik tetapi juga menawarkan gagasan baru dan solusi yang bisa menimbulkan efek positif bagi masyarakat untuk berubah dari keterbelakangan menuju sebuah kondisi yang bisa membentuk generasi yang lebih baik, sejatinya adalah seorang dosen. Tetapi tanpa dukungan dari niat dan tekad yang kuat maka sungguh sulit dibayangkan secara sadar untuk memilih menjadi seorang dosen yang ideal. Sebab atas semua tugas dan tujuan tersebut seorang dosen bahkan kadang-kadang harus siap dengan segala rintangan, resiko dan pengorbanan pada saat yang sama harus menghadapi kenyataan akan keterbatasan dukungan finansial dari sebuah profesi dosen. Oleh karena itu sejak awal ditekankan bahwa seorang dosen yang mau hidup dengan pilihan dosen yang sesungguhnya harus pula mempersiapkan diri sebagai panutan dan teladan baik dari segi akhlak (etika) oleh masyarakat.

Tugas seorang dosen tidak cukup sekadar mengajar, meneliti, dan menyampaikan ide gagasan, tetapi hal yang sangat penting pula adalah secara sadar mau dijadikan panutan oleh masyarakat dari segi akhlak (etika). Panutan akhlak dan etika dalam hal ini tidak terbatas hanya sekadar dalam kaitan interaksi antara individu dengan individu lainnya tetapi juga menyangkut etika cara hidup (life style). Seorang dosen ideal seharusnya hidup dengan gaya hidup yang sederhana. Sesuai dengan dengan pola dan standar hidup masyarakat pada umumnya. Mengapa perspektif etika yang sedemikian itu ditekankan? Apa hubungannya dengan tugas dan peran seorang dosen sebagai tulang punggung pengembangan keilmuan? Memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam pandangan saya adalah bukan sekadar bacaan dan gagasan baik dalam bentuk argumentasi maupun teori. Jiwa sebuah ilmu pengetahuann adalah terletak pada pelaksanaan dan perwujudannya yang dirasakan dalam kehidupan masyarakat. Seorang dosen ataupun ilmuwan pada umumnya hanya bisa memproduksi ilmu pengetahuan yang bisa diterapkan di tengah masyarakat bila seorang dosen bisa merasakan apa yang dialami dan dihadapi oleh masyarakat. Hanya dengan cara tersebut seorang dosen bisa diharapkan dapat memberikan pencerahan dan penyadaran baik kepada mahasiswa secara khusus maupun masyarakat secara umum dan menuntun mereka untuk memperbaiki kondisi dan taraf hidupnya menjadi yang lebih baik dan ideal. Sebagian budayawan dan ilmuan sosial menempatkan ilmuwan (dosen) dalam hierarki-piramida sosial pada posisi tengah di antara kaum elite yang berada pada puncak piramida dengan masyarakat umum yang menempati posisi paling bawah. Posisi tengah tersebut adalah bagian strategis guna menjadi jembatan penghubung antara kaum elit yang berada di puncak piramida dengan kaum awam yang berada di dasar piramida sosial. Beberapa ilmuwan sosial juga berpandangan bahwa pada umumnya akar masalah dari konflik yang timbul di tengah-tengah masyarakat adalah ketegangan hubungan antara kedua kelompok tersebut. Ketegangan yang merupakan manifestasi dari ketimpangan sosial. Bentuk dari adanya kelompok yang menindas dan tertindas. Dalam bahasa kaum Marxian ada kelompok borjouis yang menindas dan kelompok proletar yang tertindas. Bagi kaum Marxian kaum proletariat

“

Hal yang memungkinkan bagi dosen untuk berhasil menjalankan hal tersebut adalah mereka yang bisa merasakan langsung dengan apa yang dialami masyarakat. secara ideologis harus selalu melakukan pemberontakan terhadap kaum borjouis. Kaum Marxian punya keyakinan bahwa;(1) kekuasaan berada di tangan kaum proletariat dan semua kaum buruh yang dizalimi adalah bagian dari kaum proletariat;(2) semua jargon harus dibuktikan dengan tindakan dan bukan hanya sekadar kata-kata; (3) semua hal yang terkait dengan kepentingan kaum kapitalis harus dihentikan. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa kedua kubu tersebut tidak akan bisa bertemu. Kalau pun mereka bertemu maka pertemuan itu terjadi dalam hubungan antara tuan dan budak, antara si miskin dan si kaya, dan antara memerintah yang diperintah dan antara yang mulia dan hina. Kaum intelektual (dosen) dengan posisi yang berada di tengah piramida sosial bisa menjadi jembatan yang efektif untuk meruntuhkan dinding pemisah antara dua kubu tadi. Ia menjadi juru damai sehingga setiap kelompok atau strata sosial yang ada dimasyarakat menjadi egeliterian; timbul perasaan senasib dan sepenanggungan satu sama lain. Strata sosial dan segala macam bentuk perbedaan yang ada tidak menjadi faktor penghalang untuk membangun sebuah bangunan sosial yang mana setiap kelompok merasa sebagai satu bagian atau satu kesatuan tubuh dengan lainnya. Bila satu kelompok masyarakat mengalami kesulitan maka yang lain merasakan dan secara suka rela memberikan

bantuan kepada mereka yang mungkin lagi tidak terlalu beruntung. Keberadaan kaum intelektual (dosen) di tengah-tengah masyarakat bagi penguasa adalah sebagai mitra kerja yang aktif untuk memberikan masukan dan kritikan sehingga kebijakan dan keputusannya setidaknya memiliki nilai objektivitas yang tinggi, dan bagi masyarakat umum kaum intelektual (dosen) adalah menjadi tempat mengadu segala kemelut dan kebuntuan yang seringkali menghinggapinya. Hal yang memungkinkan bagi dosen untuk berhasil menjalankan hal tersebut adalah mereka yang bisa merasakan langsung dengan apa yang dialami masyarakat. Untuk bisa merasakan hal demikian maka seorang dosen harus sunguh-sungguh memperhatikan hal-hal berikut: Pertama, komitmen menjadi pengajar yang baik. Selain menjaga profesi utama, seorang dosen selayaknya menjadi seorang ilmuwan sejati yaitu harus menjadi guru dan teladan bagi masyarakat umum. Di luar tugas utamanya mengajar mahasiswa selayaknya seorang dosen juga harus mengatur waktu agar bisa mengajar masyarakat, setidaknya sekali seminggu secara rutin dan bergiliran pada setiap kelompok masyarakat. Sudah diketahui bahwa secara alamiah masyarakat terbagi dalam berbagai kelas atau kelompok. Untuk setiap kelompok harus disesuaikan dengan tema dan cara penyampaiannya. Seorang dosen harus bisa memahami dengan baik kelompok masyarakat yang sedang dihadapinya. Tema umum yang dibahas adalah masalah yang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat tetapi untuk penambahan wawasan masyarakat kepadanya juga harus diperkenalkan dengan situasi nasional maupun internasional. Kedua, untuk memperkuat materi pengajaran, argumentasi dan data primer maka seorang dosen juga akan secara intensif melakukan penelitian. Penelitian tersebut dilakukan dalam dua kategori: Pertama, penelitian utama yang punya korelasi langsung dengan tema yang menjadi fokus obyek pengajaran (studi) di universitas. Kedua, penelitian penunjang yaitu penelitian yang berkenaan dengan persoalan utama yang dihadapi masyarakat saat ini. Dengan penelitian tersebut menjadi bahan kajian untuk merumuskan sebuah solusi yang strategis dengan memperhatikan kepentingan semua pihak. Penulis adalah Staf Pengajar di Departemen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas


identitas

11

11

identitas NO 868| TAHUN XLI| EDISI AKHIR OKTOBER 2016

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Belajar Strategi Bermain

Sambil Berorganisasi

C

atur adalah salah satu permainan yang mengasah otak dan dimainkan oleh dua orang. Tak hanya membutuhkan strategi yang cerdas, kesabaran pemain pun menjadi hal penting. Menjadi permainan yang menantang menjadikan catur bukan hanya digemari oleh orang dewasa namun juga banyak digemari oleh anak muda khususnya mahasiswa. Berawal dari hal tersebut, terbentuklah komunitaskomunitas mahasiswa pecinta catur di Unhas. Seiring berjalanya waktu, komunitas tersebut menginginkan adanya prosesi atau aturan yang jelas. Hingga dibentuklah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Catur pada 20 Agustus 1989 dan terpilih Belyamin sebagai ketua. Layaknya UKM lain, Pedoman Dasar

Organisasi dan Garis Besar Haluan Organisasi yang telah dibuat menjadi dasar dan panduan pengurus organisasi tersebut menjalankan fungsi dan kewajibanya. Struktur kepengurusannya terdiri dari Badan Pengurus Eksekutif (BPE) yang merupakan eksekutor terhadap program kerja yang ada. Terdiri dari ketua, bendahara, sekretaris dan dibantu empat divisi yaitu divisi keorganisasiaan, divisi minat dan bakat, divisi dana dan usaha, dan divisi kesekretariatan. Kemudian Dewan Pertimbangan Organisasi yang bertugas mengontrol kebijakan yang dibuat oleh BPE. Musyawarah Besar pun diadakan setiap Desember dalam rangka pergantiaan kepengurusan dan pemilihan ketua baru. Dan untuk dapat

Catur seperti cinta, seperti musik memiliki kekuatan untuk membuat orang bahagiaS.Tarrasch menjaga dan meneruskan eksistensi organisasinya, diadakanlah perekrutan anggota baru pada April dan Oktober. Tahun ini, UKM Catur melakukan inovasi dalam perkrutan anggota dengan memasang stand di area kampus. kemudian mengajak mahasiswa yang bisa bermain catur untuk bertanding dan ketika kalah maka akan menjadi tantangan tersendiri untuk bermain lagi, sehingga akan datang ke UKM Catur. Proses perekrutan dimulai dengan pradiklat, diklat, pascadiklat dan pengukuhan. Adapun anggota yang masuk dan masih awam mengenai permainan catur akan didamping oleh senior dalam belajar dan mengembangkan kemampuannya. UKM yang telah lama berdiri di Unhas ini telah menorehkan prestasi baik skala lokal maupun nasional. Seperti, peringkat tiga di Petra Cess Competition di Universitas Petra Surabaya (2011). Adapun event tingkat daerah, salah satunya adalah juara 1 di Event Bupati Pinrang Cup (2016). Selain mengikuti event di luar universitas, UKM Catur sendiri juga mengadakan event-event yang menarik seperti Liga Unhas, Liga Antara Kampus dan Rektor Unhas Cup. Event tersebut

adalah program kerja dari UKM Catur dan merupakan agenda tahunan yang telah berlangsung selama delapan tahun berturut-turut. Kegiatan lainnya seperti, Terlepas dari prestasi yang dicapai, UKM Catur juga memiliki kendala seperti Sumber Daya Manusia yang mulai menurun dan pendanaan yang masih minim untuk menjalankan semua program kerja khususnya pembiayaan atlet dalam mengikuti kompetisi ke berbagai daerah. “Padahal mengikuti event-event nasional menjadi sesuatu hal yang penting karena selain menjadi sarana peningkatan kualitas juga dapat mengharumkan nama universitas di tingkat nasional,� ujar Ketua UKM Catur Putra Astaman, Rabu (12/10). Putra berharap agar anggota baru yang bergabung dengan dapat melakukan sesuatu yang lebih dibandingkan senior-seniornya seperti menorehkan prestasi di tingkat nasional. Para senior pun akan mengupayakan untuk memfasilitasi dengan memberikan pendidikan dan melatih anggota baru sehingga dapat berkompetisi di tingkat nasional dan membanggakan Unhas. Norhafizah


12

resensi

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Menyelami Kehidupan Perempuan S

Pengarang Judul Penerbit Tebal

: Ana Mustamin : Perempuan-perempuan : PT Dushy Trizah Timur Tangguh : 179 Halaman

etiap penulis memiliki gaya dan warna yang menjadi ciri khas di tiap karyanya. Bila Ahmad Tohari menghiasi tiap cerita dengan kalimat-kalimat informatif dan deskriptif, yang terkesan membangun suasana pedesaan. Maka, Ana Mustamin membangun suasana sebagian besar ceritanya dengan metafora. Tentu saja, bukan metafora yang sudah klise dan basi. Tetapi, elegan. Perhatikan saja, misalnya : Dan kepedihan serta kelelahan begitu mudah menetaskan kerapuhan dan kepitaman (hlm. 34). Ada kilat yang nyala di angkasa, lantas mati di penghujung cakrawala. Guruh secara runtun melukai keheningan langit. Musim yang rapuh, batin Utami, seperti hatiku. Suara yang keras dan berat milik papa senantiasa membuatnya gagal memaki Utari. Ia seolah datang untuk memangkas habis pita suaranya, memaksanya berdiri di pihak yang lemah. Selalu begitu (hlm. 35). Lalu di sinilah ia sore ini. Berjalan kaki sendirian. Menceburkan diri dalam kawah riuh Sudirman. Melangkah lamat-lamat, seperti anak jalanan yang terlantar ditinggal ibunya yang melacur. Ia enggan mengejar bayangan orangorang bergegas. Orang-orang yang setiap hari menghitung gemerincing rupiah di

balik gedung-gedung pencakar langit, wajah yang memelihara was-was ketika rupiah berakrobat di pasar uang (hlm. 112) dan seterusnya. Sudah pasti, tiap cerita wajib memiliki persoalan. Dan, meskipun perkara kehidupan manusia tidak pernah lepas dari cinta, rindu, dendam, keangkuhan, kebencian, dan sebagainya. Namun Ana bisa menciptakan kisah yang membius pembacanya untuk tetap setia hingga akhir. Bahkan cenderung membuat horison harapan pembaca terkecoh sehingga membuat akhir cerita seperti tak terduga. Mengutip kata pengantar oleh Maman S Mahayana, bahwa cerpen atau karya sastra pada umumnya tidak sekadar menyampaikan sebuah pesan tetapi juga mempresentasikan ideologi penulisnya. Dalam buku “Perempuan-Perempuan”, alumnus Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas ini tidak menunjukkan semangat, passion, dan keberpihakan pada posisi perempuan atau laki-laki. Melainkan pada penyikapan manusia dalam menjalani kehidupan. Ia tidak latah memperjuangkan ideologi tertentu. Sebab semangatnya berorientasi pada manusia dan kemanusiaan. Demikianlah. Bila ingin mengetahui analisa tiap cerita dalam himpunan

cerpen ini, melalui kata pengantarnya, Maman S Mahayana sudah menjabarkannya dengan ciamik. Pun sekedar mengikis rasa penasaran bagaimana proses kreatif dan riwayat cerita-cerita dalam buku ini, Ana Mustamin dengan jujur membeberkannya dalam bab Di Balik Cerita. Tiap cerpen di buku ini sukses memotret kehidupan wanita urban yang diceritakan dengan cerdas dan lugas. Kegelisahan sang penulis terhadap masalah sosiokultural dijalin dengan peliknya tantangan yang dihadapi wanita seharihari. Kisah-kisahnya pun bervariasi, dari pemberitaan yang bias gender tentang wanita dan korupsi di Tas Jinjing, kritik tentang eksploitasi ayat-ayat suci dalam siaran televisi di Malam Ketiga, hingga masalah cinta yang yang tak ada habisnya. Di Senja Terakhir, ada sosok eksekutif lajang yang—setelah patah hati menahun—menenggelamkan diri dalam kesibukan. Lalu harus bertarung dengan kesunyian setelah memutuskan untuk berhenti bekerja tepat di puncak kariernya di dunia perbankan. Meski sebagian cerpen ditulis lebih dari satu dekade lalu, temanya tetap relevan dengan kondisi saat ini. Selamat membaca! Khusnul Fadilah

ragam

B

Atasi Masalah dengan Konsultasi

isa menempuh pendidikan di perguruan tinggi menjadi salah satu mimpi besar bagi banya orang. Namun ketika menjalaninya, terkadang timbul masalah yang serasa sulit untuk dihadapi. Misalnya ketika tugas menumpuk bersamaan dengan kegiatan organisasi yang padat, ditambah masalah-masalah lainnya bisa mengakibatkan mahasiswa stres dan proses perkuliahan menjadi terganggu Untuk mengantisipasinya, pihak Unhas menyediakan Pusat Bimbingan dan Konseling (PBK) sebagai wadah bagi mahasiswa untuk menceritakan masalah yang dihadapinya serta meminta solusi. PBK memiliki komitmen untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan serta berbagai keterampilan dasar kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar, masalah emosional atau psikologis yang membutuhkan pemimbing atau konselor dalam upaya menyelesaikan permasalahan pribadinya agar bisa kembali meneruskan studi, dan membantu penasihat akademik yang membutuhkan bantuan dalam menuntun mahasiswa mengatasi kesulitan yang dihadapi. Berdasarkan Visi Misi tersebut, jelas bahwa PBK dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam melewati dan menjalani dunia perkuliahan. Sayangnya, fasilitas tersebut masih kurang diketahui oleh

mahasiswa. Nurul Fajrina Manaba misalnya, ia mengaku tidak mengetahui adanya PBK di Unhas. “ Tidak ada informasi tentang itu pada proses pengenalan kampus. Padahal PBK akan sangat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa yang baru memasuki dunia kampus dan mengalami dilema seperti masuk organisasi atau fokus pada akademik. Saya harap ada sosialisasi yang lebih mengenai PBK,” ujar mahasiswa Ilmu Kelautan angkatan 2016 ini, Selasa (11/10). Senada dengan Aan Darmawan Saputra, Mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2016 tersebut juga mengaku kurang mengetahui tentang PBK. “Semoga PBK dapat lebih memperluas sosialisasinya. Saya pribadi memiliki niat untuk datang ke PBK,” katanya, Selasa (11/10). Berbeda dengan mahasiswa Jurusan Agribisnis Nur mitha Ramadani yang telah mengetahui PBK sejak pembukaan Basic Character Study Skill (BCSS). Saat itu diperkenalkan seputar dunia konseling. Menurutnya, sangat bagus dengan adanya PBK karena rata-rata mahasiswa jauh dari orang tua sehingga terkadang membutuhkan bimbingan dan tempat untuk menceritakan masalah perkuliahan Ia menambahkan bahwa sebaiknya sosialisasi PBK diadakan lagi karena

pada saat BCSS hanya perkenalan sebatas nama. “Saya berharap kedepanya PBK lebih dapat bersosialisai ke fakultas-fakultas untuk memperkenalkan PBK terutama mengenai tempatnya karena sebenarnya saya mau kesana tapi tidak tau bagaimana caranya,” ujar mahasiswa angkatan 2015 ini, Selasa (11/10). Aslim Husain Mahasiswi Gizi 2014 juga mengungkapkan pentingnya PBK sehingga masih sangat perlu disosialisasikan tentang tujuan dan fungsinya. “Adanya PBK sangat baik namun mungkin kedepanya sosialisasinya dapat lebih ditingkatkan bahkan kalau bisa PBK dapat masuk ke kelas-kelas untuk bersosialisasi” tuturnya, Selasa, (18/10). Dosen Sosiologi Dr M Ramli, AT, Msi mengatakan bahwa memang yang menjadi permasalahan di PBK adalah sosialisisai yang masih kurang. Menurutnya PBK hendaknya dapat menjadi salah satu materi yang diperkenalkan pada awal memasuki dunia perkuliahan khususnya di Basic Character Study Skill (BCSS). Apalagi kebanyakan materi BCSS banyak dikembangkan di PBK namun menjadi ironi karena PBK sendiri kurang dikenal oleh mahasiswa. Selain itu masalah lainnya adalah masalah sosiopsikologi orang-orang bahwa yang datang konseling ke PBK adalah orang yang memiliki gangguan keji-

waan sehingga menjadikan mahasiswa ragu untuk datang ke PBK karena tidak ingin diberikan label sebagai orang yang bermasalah. Selain itu faktor kultur dan budaya masyarakat yang lebih mengutamakan untuk menceritakan masalah yang bersifat rahasia kepada orang yang lebih dekat dibandingkan dengan orang yang baru dikenal. “Saya berharap agar kedepanya PBK dapat lebih mensosialisasikan diri serta memberikan kenyamanan untuk mahasiswa agar datang ke PBK. PBK bukan seperti datang ke tempat asing namun seperti berada pada ruang yang dikenal atau seperti datang ke ruang kelas saja,” ujarnya Rabu (12/10). Ia menambahkan bahwa mahasiswa sebaiknya lebih dapat memfungsikan PBK sebagai salah satu wadah untuk mengembangkan diri. Istiana Tajuddin, S.psi., M.Psi, salah satu Konselor yang ada di PBK adalah salah satu partner untuk mengembangkan diri dan mampu menyelesaikan permasalahan psikologis yang dihadapi. Sekitar dua hingga tiga orang dalam seminggu datang untuk konsultasi. Meskipun jumlah tersebut sudah terbilang cukup baik, masih perlu adanya peningkatan sosialisasi kepada mahasiswa,” katanya,” Jumat (21/10). n Norhafizah


cerpen

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Rindu Hijau

puisi Bukan Kali ini Saja

Oleh: Fitri De Coresa

ADA seberkas rindu yang selalu tersingkap di sanubari. Memetak pikir hingga rindu itu berada pada petak sendirinya. Tak ada yang lebih tau tentangnya selain harapan semu. Berdiri di tengah-tengah hembusan lembut angin panas yang tentu tidak terbiasa dengan kerindukan itu. Rindu hijau. Zahra menunduk termenung di sebuah kursi putih depan rumahnya. Napasnya selalu saja menghembus gelisah. Semakin ia diam, semakin ia merasakan keheningan dalam kesenyapan. Sesekali memang tersadar, bahwa duduk termangu di kursi itu bukanlah baru sekali, tetapi sudah menjadi rutinitasnya setiap senja hampir menghilang dari panorama langit Mekah. Tidak jarang rombongan pengemudi onta dari Mekah yang hendak berdagang menuju Madinah menegurnya, menyuruhnya untuk beranjak dari tempatya sebab mereka sudah hapal bahwa selalu ada gadis yang berdiam diri setiap kali mereka lewat. Tapi suara mereka seperti saja angin berlalu yang tidak juga singgah di diri Zahra. Baginya, kursi itulah tempat terbaik untuknya mengumpulkan kembali pecahan-pecahan kenangannya. “Beranjaklah wahai putri cantik. Belajarlah menerima segala apa yang ada dalam hidupmu.” Seorang wanita separuh baya menyodorkan roti yang sudah dimasak dari gandum. Wajahnya selalu menampakkan kesedihan mendalam setiap kali ia melihat anak tetangganya itu hanya diam dan diam saja seorang diri. Ibu Khalimah. Dialah yang setiap hari membawakan makanan kepada Zahra. “Zahra, beranjaklah nak…” kendati pun ia sudah tau bahwa bujukannya itu tidak akan bisa menggerakkan hati Zahra, tapi ibu Khalimah tidak pernah menyerah untu selalu memberikan kalimat bujukan setiap hari. Ketika senja benar-benar kembali ke peraduan, langit pun benar-benar mengisyaratkan panorama gelap. Matahari terbenam. Semakin senyap rasanya. Kelam. Air mata Zahra jatuh tumpah ruah setiap wajahnya menyaksikan lampu dunia semakin menggelap. Hanya di saat itu ia mengeluarkan suara, suara tangis yang menyesak. Baginya, rindu akan semakin mahir berbicara dalam hening malam. Hanya di saat itu pula ia akan tersenyum setelah isak tangisnya, menangis kembali, lalu tersenyum, hingga berselang-seling. Tersenyum ketika mendengar suara keributan adiknya dari dalam rumah. Berlari ke arahnya dan melihat tangan mungil adiknya menyeka air mata di pipi lembutnya. Zahra menyambut tatapan senyum, lalu dibalas senyum manja. Bahagia seketika. Tangisnya kembali memecah ketika ia hendak memeluk wajah yang tersenyum itu, tapi hilang seketika. Kembali ia tersadar bahwa itu halusinasi kerinduannya. Tangisnya semakin sesak. ***

Dua tahun silam. Ketika penduduk Mekah sedang berlomba-lomba untuk berdagang ke kota Madinah, begitu ramai onta-onta yang selalu lewat setiap hari di depan rumah sebab halaman rumahku adalah salah satu jalur yang pasti dilalui ketika hendak ke Madinah. Ayah dan ibu tidak mau ketinggalan. Mereka ikut berdangang. Seorang saudagar wanita yang kaya datang ke rumah menawarkan jasa untuk mengantarkan barang dagangannya ke kota Madinah. Tanpa berpikir panjang mereka menerimanya. Akhirnya, mereka pun menjadikan itu rutinitas, bolak balik dari Mekah ke Madinah. Membahagiakan ketika itu, hasil perdagangannya memberikan hasil yang tidak sedikit. Kali ke lima ayah dan ibu akan kembali lagi ke Madinah

ILUSTRASI/IRMAYANA

membawa barang dagangannya. “Zahra, jaga adikmu Fatih ya nak.” Ibu berpamitan dengan satu saja pesan itu. Ayah hanya ikut tersenyum sembari mengecup keningku dan Fatih yang sedang duduk di kursi putih depan rumah. Aku pun mengangguk tersenyum. Kami berdua duduk berpangku tangan menyaksikan punggung ayah dan ibu di atas onta yang semakin lama semakin terlihat kecil. “Kak, hujan itu seperti apa yah? Rasanya seperti apa?” Fatih bertanya polos sembari menyangga dagunya dengan ke dua tangannya ketika memandang langit luas di depan rumah. “Hujan itu menyejukkan dik. Jika saja hujan ada di wilayah padang pasir, maka kau akan temukan rerumputan berwarna hijau di mana-mana. Tumbuh subur dan menyejukkan mata.” Jawabku sambil menghirup angin pagi itu lalu menghembuskannya pelan-pelan dengan membentangkan ke dua lengan

13

tanganku, membayangkan rerumput hijau ada di mana-mana. “Andai saja ada hujan di sini, pasti di halaman rumah akan kutanami pepohonan, tanaman-tanaman berbunga, dan pasti akan kurawat ia dengan sebaikbaiknya.” Fatih mengharap. “Kak, ayo temani aku ke tengah padang pasir itu, aku ingin menunggu hujan di sana. Aku yakin akan ada hujan yang datang. Akan kutanam kayu ini agar kelak ia bisa tumbuh jadi pohon yang subur dengan daun hijau yang lebat. Kita tunggu ayah dan ibu di sana saja. Kita kembali ke rumah setelah mereka datang” Lanjut Fatih mengajak dengan menggenggam sebuah kayu kering di tangannya. Aku mengikut. Mengikut riang melihat wajah adikku sangat bahagia menanti hujan. Hari pertama kami asik menikmati alunan kehangatan padang pasir yang begitu mahir mengirimkan sepoi-sepoi angin panas. Berselang hari ke-enam, kami tidak kunjung mendapatkan apa yang kami cari. Fatih yang begitu antusias menantikan hujan, berubah warna wajahnya menjadi pucat. Tapi ia tak kunjung beranjak dari tempatnya sebab begitu yakin bahwa kesejukan angin hujan akan ia rasakan. Aku tak banyak bersuara. Ke dua mata coklatku hanya lincah menitihkan air mata ke pipi. Hari ke-tujuh kami duduk di bawah terik matahari. Hujan tidak juga turun dan tidak mungkin akan turun. Hendak kuajak Fatih untuk beranjak. “Kak, sabar yah. Pasti hujan akan turun.” Belum sempat kuutarakan ajakanku, ia sudah lebih dulu menyuarakan harapan itu. Tak berdaya diriku. Tak ingin mengecewakannya. Tapi ada satu yang menganggau pikiranku. Ayah dan ibu tak kunjung pulang. Perasaaanku diselimuti kerinduan dan rasa khawatir. *** “Zahra, bangun nak.” Ibu Khalimah membangunkan. Perlahan mataku terbuka. Pandanganku remang-remang. Selaras remang-remangnya ingatanku yang kucoba kususun kembali. Ah, dua tahun silam?, Ada apa di dua tahun silam? Kusisiri sekitarku. Tersadar kembali, aku sedang duduk sendiri di atas kursi putih tempatku mengumpulkan kembali kenanganku bersama ayah dan ibu yang telah berpindah ke alam yang berbeda dengan alamku sekarang. Dua tahun silam mereka menjadi korban penyerangan perampok dalam perjalanannya menuju Madinah. Sementara Fatih, meninggal karena sakitnya setelah tujuh hari di tengah padang pasir menunggu hujan, mengharapkan padang pasir di depan rumah yang berwarna kuning kecoklatan menjadi hijau. Di kursi putih tempatku biasa merenung bersama Fatih, aku menjadi pendongeng kisah silamku. Bersamanya aku bercerita rindu tentang padang pasir dan tanah hijau. Rinduku menghijau.n Penulis adalah Mahasiswa Sastra Asia Barat Angkatan 2014

Oleh : Muliana M Bukan kali ini saja kau menebar dusta Bukan kali ini saja kau pamer jumawa Bukan kali ini saja kau manipulasi agama Bukan kali ini saja kau bicara atas nama Puaskah kau jika negeri ini terbakar angkara? Puaskah kau jika darah anak bangsa tumpah percuma? Puaskah kau jika anak-anak kehilangan asa? Puaskah kau jika negeri ini menderita? Kau berpidato memantik amarah Kau beretorika dengan sumpah serapah Kau teriakkan yel-yel dengan mata merah Kau cekoki massa dengan benci limpah-ruah Aku yakin kau tak lupa tempat lahirmu Aku yakin kau tak lupa handai tolanmu Aku yakin kau tak lupa pada gurumu Aku yakin kau tak lupa para tetanggamu Tetapi nafsu kekuasaan lebih penting Ketimbang hidup saling berdamping Kau sebar kebohongan tanpa tedheng alingaling Tak peduli, tingkahmu ibarat maling teriak maling Bukan kali ini saja kau hina negeriku Bukan kali ini saja kau umbar sinisme dungu Bukan kali ini saja kau rekayasa tafsiranmu Bukan kali ini saja kau tuding orang semaumu Apakah kau masih pura-pura lupa Para pendiri negeri ini beraneka? Bertaruh nyawa untuk bangsa Menegakkan dwiwarna, menghormati Bhinneka Tunggal Ika Kau tak bisa menipu sejarah Negeri ini tak bisa kau pecah-belah Dengan makar, teror, dan ujaran fitnah Seperti dahulu, kau pasti gagal dan kalah Karena rakyat takkan tinggal diam Mencatat tingkahmu main ancam Mendengar demagogimu makin seram Mencermati bibit kerusakan yang kau tanam Sebab, bukan kali ini saja Bukan kali ini saja! Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Jurusan Hukum Administrasi Negara Angkatan 2016 (Anggota FLP Ranting UN

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartuidentitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.


14

ipteks

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

cermin

Dilarang Berlebihan Oleh : Andi Ningsi

Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja; siapa tahu – pada suatu hari kelak – ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu – pada suatu hari kelak – ia akan menjadi orang yang kau cintai.

K

utipan di atas adalah ucapan Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah yang dirangkum dalam buku Nahjul Balaghah. Buku ini berisi kumpulan pidato, ucapan dan surat-surat Ali. Ia seorang khalifah dan juga keluarga Nabi Muhammad. Ali adalah sepupu sekaligus mantu Muhammad, setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra. Kembali pada ungkapan Ali di atas, dalam hidup kita selalu memiliki orang-orang yang dicintai. Kita mencintai pasangan, keluarga dan teman-teman kita. Sedemikian tinggi kecintaan itu hingga jika suatu waktu mereka pergi meninggalkan kita, terasa kesedihan mendalam. Pesan ini mengajarkan kita agar bersikap di tengah-tengah ketika mencintai maupun membenci sesuatu. Dalam hidup, terlalu banyak hal yang kita cintai dan benci. Saya pun demikian. Satu tempat yang saya benci ialah Rumah Sakit. Tempat ini penuh kenangan pilu, meski di sana banyak pejuang baru dilahirkan. Berada di sana membuatku resah. Nostalgia akan ratapan keluarga saat direnggut maut selalu muncul. Di sini, saya menyaksikan sanak saudara yang awalnya terbaring lemah karena penyakit perlahan menutup mata selamanya. Hal ini saya alami lagi saat berkunjung ke rumah sakit dekat kampus. Seorang kerabat dari teman kamar di Asrama Mahasiswa mengalami kecelakaan parah, hingga terbaring koma. Beberapa hari kemudian, ia pergi meninggalkan kenangan. Mulanya saya pikir orang yang masuk ke rumah sakit dapat pulang de-

ngan sembuh. Namun, entah mengapa ada banyak nyawa yang melayang di sana juga. Saya tak tau nasib kah itu atau kelalaian dari sang perawat. Tak jarang terlintas, bagaimana jika saya yang terbaring di salah satu ruangan rumah sakit? Mungkin saja raungan penuh kesakitan saya keluarkan. Membayangkan semua itu membuatku selalu intropeksi diri. Saya sadar untuk tidak boleh berpikir negatif dan membenci sesuatu secara berlebihan. Semuanya akan kembali pada sang pencipta. Dokter memang bukan Tuhan. Ia tidak bisa menentukan nasib semua pasiennya. Si A pasti sembuh, si B akan cacat ataupun si C harus dipanggil Tuhan. Namun dengan keahliannya, setidaknya dokter telah menghilangkan kecemasan keluarga yang was-was dengan kondisi sanak saudaranya. Betul kata pepatah janganlah kamu membenci sesuatu terlalu berlebihan dan jangan pula kamu menyukai sesuatu secara berlebihan. Sesungguhnya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Prakata ini rasanya cocok untuk saya. Saat ini, saya sadar bahwa segala hal yang berkaitan dengan rumah sakit tidak selamanya buruk dan harus dibenci. Di sana saya bisa mendapatkan banyak pelajaran. Di sini, saya diajar bersyukur akan kesehatan yang diberikan Tuhan. Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Angkatan 2015 Reporter PK. identitas

Bebas Tifus

dengan Akar Lamun Lamun tak hanya sekadar tanaman pesisir laut, namun dapat menjadi biofilter bakteri.

T

ifus atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi bakteri Salmonella typhi. Bakteri itu dapat hidup di perairan yang telah tercemar sampah. Seperti yang terjadi di kawasan pesisir, Pulau Barranglompo. Karena itu, dibutuhkan suatu alternatif pemecahan masalah untuk meminimalkan jumlah bakteri Salmonella di daerah tersebut. Persoalan ini lantas mendorong Andiyari, melakukan penelitian terkait pemanfaatan tumbuhan Lamun sebagai penyaring alami bakteri penyebab tifus. Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Unhas ini tak bergerak sendiri. Ia berkolaborasi dengan Sufardin mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Achmad Zuharyadi S dari Jurusan Psikologi, dan Nella Lestari dari Fakultas Peternakan. Dalam penelitian ini, bagian tumbuhan bernama latin Enhalus acoroides yang diselidiki manfaatnya adalah akar. Akar Lamun diduga punya kemampuan memikat bakteri untuk tinggal. Sehingga tidak bertebaran di perairan pesisir. “Selain karena jumlah Lamun yang banyak tumbuh di Pulau Baranglompo. Kami memilih mengunakan akar Lamun sebab kandungan nutrisinya lebih banyak dan dapat mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bakteri. Sebut saja Lamun itu rumah bagi bakteri, agar tidak keluar mencemari perairan,” tuturnya, Kamis (13/10). Riset yang mengambil studi kasus di Perairan Pulau Barang Lompo ini, mereka jalankan melalui beberapa tahapan. Pertama, pengukuran kualitas air, dengan memerhatikan bahan organik total, arah dan

kecepatan arus, suhu, dan pH air. Kedua, proses pengambilan sampel air dan sedimen, pada daerah yang ditumbuhi dan tidak ditumbuhi Lamun. Ketiga, analisis sampel dengan menumbuhkan bakteri pada medium selektif Salmonella Shigella Agar (merck kgaa). Kemudian dilanjutkan pada proses pengamatan morfologi koloni Salmonella sp. dan perhitungan bakteri menggunakan metode hitung cawan (standard plate count). Terakhir, analisis data. Selama tiga bulan rangkaian tahapan itu, akhirnya diperoleh hasil. Jumlah bakteri Salmonella sp. pada kolom air di daerah yang ditumbuhi Lamun, lebih sedikit dibandingkan wilayah yang tidak ditumbuhi Lamun. Sedangkan pada kolom sedimen, jumlah bakteri di daerah berlamun lebih banyak daripada daerah yang tak berlamun. “Data tersebut menunjukkan banyaknya Salmonella sp. di sedimen daerah berlamun. Sebab, adanya ketersediaan bahan organik yang relatif tinggi yang menyokong tumbuh kembang bakteri. Dengan menetapnya bakteri pada daerah akar Lamun, maka tumbuhan laut ini telah berfungsi sebagai biofilter bakteri penyebab tifus,” tutur Yari, sapaan akrabnya. Lewat ketekunan dalam melakukan penelitian, ia dan rekan se-timnya berhasil meraih Juara III artikel ilmiah dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM) Tingkat Unhas belum lama ini. Nantinya, Yari berharap bisa mengajak semua lapisan masyarakat untuk menggiatkan transplantasi Lamun, serta meneliti lebih lanjut fungsi lamun sebagai biofilter alami. Wadi Opsima


kampusiana

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Belajar dari Serumpun Padi di Inaugurasi Pertanian

BERLANGSUNG di Baruga AP Pettarani, inaugurasi Mahasiswa Fakultas Pertanian angkatan 2015 mengusung tema “Belajar dari Serumpun Padi”, Sabtu (29/10). Tema tersebut dipilih dengan harapan mahasiswa dapat lebih merefleksikan diri terlebih dahulu sebelum mengkritisi orang lain. Adapun tujuan diadakannya inaugurasi yang diikuti oleh 40 orang peserta ini adalah membangun silaturahmi antara mahasiswa baru dengan senior, juga sebagai bentuk pengukuhan kepada mahasiswa yang telah lulus Latihan Kepemimpinan (LK) 1. Paduan suara, musikalisasi puisi, parodi, tari panen, tari empat etnis, tari kontenporer, dan tari paduppa adalah beberapa item yang ditampilkan. Inaugurasi angkatan 2015 ini mengalami kemunduran waktu pelaksanaan karena terdapat proses menyatukan empat program studi (prodi) yang ada di pertanian, yaitu Agroteknologi, Agrobisnis, Ilmu Teknologi Pangan dan Teknik Pertanian yang menggunakan banyak waktu. “Tidak dapat dipungkiri terdapat sekat antar prodi, sehingga dengan inaugurasi, keempat prodi tersebut diharapkan mereka lebih berkolaborasi dan inagurasi adalah wadah yang paling baik untuk menyatukannya, “ujar Herlin selaku Ketua Panitia, Sabtu (29/10). (M21)

Teatrikal di Hari Sumpah Pemuda

UNIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Unhas memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober dengan menampilkan teatrikal di Fly Over, Kamis (27/10) . Kegiatan yang diadakan tepat pada pukul 24:00 tersebut mengusung tema

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Semarak Sastra BEM KM FIB

BADAN Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (BEM KMFIB) Unhas mengadakan Setara (Semarak Sastra). Bertempat di Lapangan Sastra, kegiatan ini mengusung tema “Mengenang Sastra Menuju Budaya”, alasannya saat ini Fakultas Sastra sedang dalam masa peralihan untuk menjadi Fakultas Ilmu Budaya, Selasa-Rabu (1826/10) Rangkaian kegiatan yaitu lomba seni dan permainan tradisional. Lomba Seni berupa cipta puisi, baca puisi, nyanyi lagu daerah dan lomba foto di Aula Mattulada. Sementara permainan tradisional yaitu lomba kelereng, kantui bakyat, enggrang, tarik tambang dan takraw yang diselenggarakan di Lapangan Sastra. Adapun Peserta dari kegiatan ini adalah anggota himpunan dan UKM FIB, diantaranya Perhimpunan Mahasiswa Sastra Inggris (Perisai), Ikatan Mahasiswa Sastra Daerah (Imsad), Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang (Himaspa), Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (IMSI), Keluarga Mahasiswa Arkeologi (Kaisar), Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis (Himpra), Himpunan Mahasiswa Sastra Asia Barat (Himab), Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah (Humanis) dan dari UKM diantaranya Kosaster, UKM Menulis, Caritas, Edelweiss, AL-Adab dan lainnya. “Kami berharap dalam penyelenggaraan kegiatan ini mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya saling menjaga dan mempererat silaturahmi antar sesama,” ujar Penanggung jawab Kegiatan Andi Syahrul Akbar. (M21)

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Talk Show: Direktur Export Produk Pertanian dan Kuhutanan Nuarlaila Nur Muhammad, kenalkan kelapa sawit kepada mahasiswa yang berlangsung di Auditorium Prof Amiruddin, Fakultas Kedokteran Unhas Jumat (4/11). “Kita adalah Kawan Bukan Lawan”. Tujuannya, untuk mengajak para pemuda untuk bersatu atas segala persoalan yang terjadi saat ini. Teatrikal yang di Sutradarai oleh Arlinda Verawati Lukman dengan jumlah aktor sebanyak 20 orang ini juga sebagai wujud rasa kepedulian terhadap tanah air. “Kita sebagai pemuda tentunya harus lebih peka terhadap segala persoalan yang ada. Jika pemerintah mengabaikannya, maka peran pemuda harus mengingatkannya,” kata Arlinda yang juga sebagai koordinator lapangan. (Dya)

Unhas Lepas 30 Peserta Ekspedisi Nusantara Jaya

ACARA pelepasan peserta Ekspedisi Nusantara Jaya 2016 Sulawesi Selatan Rute 43, berlangsung di Ruang Rapat A Lantai Empat Gedung Rektorat Unhas, Selasa (25/10). Sebanyak 30 peserta akan berangkat ke Pulau Jinato, Kepulauan Selayar. 20 diantaranya merupakan mahasiswa Unhas, sedangkan sepuluh lainnya merupakan pendaftar umum hasil seleksi nasional. Kegiatan yang dimulai pukul 10.35 Wita ini dihadiri oleh Rektor dan Wakil Rektor III Unhas, Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Maritim, Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman RI, Dr Ir Safri Burhanuddin, DEA, serta Dr TB Haeru Rahayu, A Pi MSc selaku Asisten Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan Maritim. Adapun program kerja mereka terdiri dari empat divisi, yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi kreatif. Dalam bidang kesehatan akan dilakukan kegiatan seperti pemeriksaan kesehatan gratis, bidang pendidikan dengan “Indonesia Cemerlang” yakni program untuk memotivasi anak-anak utnuk terus mengejar cita-cita. Sementara dalam bidang lingkungan akan dilakukan sosialisasi penangkapan ikan. Terakhir, di bidang ekonomi kreatif yakni melatih masyarakat untuk bisa mandiri menghasilkan produk dan memasarkannya. “Mudah-mudahan kegitan ini terus berlanjut kedepannya,” harap Prof Dr Dwia Ariestina Pulubuha MA selaku Rektor Unhas dalam sambutannya. Ia juga menambahkan agar mahasiswa

bisa melaporkan hasil kegiatannya dalam bentuk proposal Program Kreativitas Mahasiswa dengan harapan bisa diikutkan dalam kompetisi nasional. “Ambil data sebanyak mungkin yang bisa kalian dapatkan supaya bisa berkompetisi di tingkat nasional,” pesan Dwia. (Irn)

Seminar Nasional Inovasi UKM KPI Hadirkan Penggiat Pendidikan

UNIT Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) mengadakan Indonesian Youth Festival of Science (Inovasi). Kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap tahun dan puncaknya yakni seminar nasional, Ahad (30/10). Bertemakan “Meningkatkan Daya Saing Indonesia Melalui Pendidikan Inovatif Dalam Mendukung Sustainable Development Goals (SDGS) 2030” kegiatan ini berlangsung di Baruga Pangerang Pettarani. Seminar nasional kali ini menghadirkan penggiat dan perintis gerakan pendidikan. Seperti Muhammad Ridwan Alimuddin dari Founder Perahu Pustaka Pattingalloang, Andi Appi Patongai dari Ketua Regional 1000 Guru Sulsel, Surahmansah Said, MPH sebagai pengajar muda Indonesia Mengajar angkatan II Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Selain itu, hadir pula penggiat pendidikan, penulis buku serta notulen acara Indonesia Lawak Klub, Maman Suherman. Hadir sekitar 1000 peserta dari beragam universitas seperti Universitas Jember, Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Makassar, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga dan Unhas sendiri. Tak hanya dari universitas, ada juga peserta dari Sekolah Menengah Atas yakni SMAN 70 Bulukumba, SMAN 1 Watang Soppeng dan SMK Wahdah Soppeng. Husnul Hidayah selaku Ketua UKM KPI Unhas mengatakan kegiatan ini sebagai wadah untuk mengajak masyarakat agar turut memajukan pendidikan. “Inovasi ini kita mau ajak semua masyarakat turut andil dalam gerakan pendidikan karena semua orang bisa jadi guru maupun siswa,” kata Nunu sapaan akrabnya, Ahad (30/10). (Ahy)

Diskon Himapem di Pelataran Baruga

HIMPUNAN Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (Himapem) Fakultas Ilmu Sosial dan

15

Ilmu Politik mengadakan Diskusi Kontemporer (Diskon) di Pelataran Baruga AP Pettarani Unhas, Jumat (4/11). Program kerja dari Divisi Advokasi dan Kajian Strategis Himapem tersebut mengangkat tema “Pemuda dan Anomali Pendidikan Dua Tahun Era Jokowi-JK”. Nur Azizah Raja mengatakan bahwa tema tersebut dipilih karena melihat isu pendidikan di kampus merah ini sedang redam. “Jadi kita kaitkan dengan momen di bulan Oktober yaitu Hari Sumpah Pemuda dan tepat dua tahun pemerintahan Jokowi-JK,” ujar Menteri Divisi Advokasi dan Kajian Strategis Himapem ini. Ia menambahkan bahwa diskusi yang terbuka untuk umum ini sudah yang kedua kalinya diadakan, dimana yang sebelumnya mengangkat tema “Ekologi dan Tanggung Jawab Sosial”. Azizah berharap bahwa diskusi seperti ini bisa terus dilaksanakan, apalagi menurutnya minat mahasiswa ikut diskusi masih kurang dari segi kuantitas. (Kfd)

Seminar Kegawatdaruratan, Menuju Satu Dekade SIAGA Ners

BERTEMPAT di Gedung Prof Amiruddin, Squad of Disaster and Emergency Assistance (SIAGA) Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan (Himika) Unhas gelar seminar kegawatdaruratan, Sabtu (5/11). Ini adalah salah satu rangkaian kegiatan One Step Closer for 1st Decade. Pembukaan dimulai dengan laporan Ketua Panitia Karnila dan sambutan oleh Ketua BK SIAGA Ners Himika Hakman Asfianto, Ketua Himika Muhammad Gifari S. Selanjutnya acara secara resmi dibuka oleh Bidang Kemahasiswaan Jurusan Ilmu Keperawatan Harisa SM. Menyusul seminar yang menghadirkan pembicara Abdul Haris S Kep Ns M Kep, NS Muhammad Syafar MANP, dan Kepala Seksi Operasi Basarnas Makassar H Kusnadi S Sos Mm. Selaku pembicara pertama, Haris memaparkan peran mahasiswa keperawatan dalam bidang kegawatdaruratan. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Makassar ini beranggapan sebenarnya mahasiswa keperawatan bukan perawat, karena syarat-syarat seperti uji kompetensi belum terpenuhi. Akan tetapi, menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 mereka dapat membentuk unit keperawatan yang dipayungi oleh lembaga-lembaga tertentu. Hal ini perlu dilakukan, melihat kecangihan teknologi sekarang. “Ruang diskusi meja berubah menjadi ruang hampa,” tuturnya, Sabtu (5/11). Hal ini berdampak pada orang-orang yang peduli terhadap lingkungan semakin berkurang. Selain itu, dalam melakukan pertolongan harus nondiskriminatif, tidak boleh ada perbedaan suku, ras, agama dalam penyelamatan. Adapun Syafar membahas mengenai Basic Life Support (BLS) Update Arachidonic Acid (AHA) 2015. Ia berpendapat menolong seseorang diperlukan niat baik dan keahlian. “Jika keduanya sudah ada, silahkan membantu,” ujarnya, Sabtu (5/11). Ketua Panitia, Karlina merasa perlu melakukan acara ini melihat Indonesia sebagai bangsa yang rawan bahaya, sehingga butuh diketahui cara menanggulanginya. Dengan seminar, diharapkan rasa kemanusiaan para peserta pun lebih tinggi. “Mereka lebih peduli terhadap bencana-bencana,” kata mahasiswa angkatan 2014 ini, Sabtu (5/11). (Sih)


16

lintas

identitas

NO. 868 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR OKTOBER 2016

Membangun Pendidikan Anak Pedalaman Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan – Anies Baswedan. Oleh: Asmaul Husna Yasin

S

etelah berkumpul dan berdoa bersama di Gedung Pinisi Universitas Negeri Makassar, mobil yang kami sewa pun melaju menuju sebuah kabupaten yang dijuluki Bumi Panritta Kitta yakni Sinjai. Dengan rute Makassar – Malino – Sinjai membutuhkan waktu lima jam untuk bisa sampai di Desa Kompang, Sinjai Tengah. Namun, ini bukanlah lokasi tujuan, kami hanya rehat sejenak di desa ini dan harus melanjutkan perjalanan. Untuk akses ke lokasi tujuan hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki atau kendaraan roda dua. Saat itu, kami memilih berjalan kaki. Dengan nafas tersengal, jalan yang menanjak berusaha untuk kami lewati, walaupun diiringi dengan keluhan. “Kak, masih jauh?” kalimat ini tak hentinya terucap dari kami. Akhirnya, kami sampai ke lokasi setelah berjalan hampir dua jam dan matahari sudah beranjak ke ufuk barat. Kami disambut dengan suara alam, tak ada penerangan. Beginilah perkampungan Lappara, sangat jauh dari kata maju. Namun, kondisi ini tak menyurutkan semangat kami dari Sikola Inspirasi Alam (SIA) untuk tetap datang dan mengajar anak-anak di perkampungan ini selama empat hari (22-25/9) lalu. Tak ada bangunan sekolah, yang ada hanya sebuah gubuk yang diberi nama Sekolah Alam Lappara. Setidaknya ada 20 anak yang menanti para relawan

setiap akhir bulannya untuk belajar. Pemerintah setempat bukannya tidak memerhatikan pendidikan anak-anak di perkampungan ini, sudah ada sekolah jarak jauh dari SDN 65 Kompang. Namun karena akses yang jauh guru yang ditugaskan tidak sanggup lagi. Beberapa pemuda yang juga turun tangan mengajarkan siswa pun harus berhenti karena melanjutkan pendidikan di tempat lain. Hingga akhirnya, sekolah ini berdiri dari swadaya masyarakat dan inisiatif para pecinta alam yang singgah di Lappara saat hendak mendaki di Puncak Gunung Pattontongan. Sekolah ini kemudian dilanjutkan oleh komunitas SIA yang peduli terhadap pendidikan di pedalaman. Relawan tak hanya berasal dari pemuda Makassar, pemuda Sinjai juga turut serta. Setelah briefing untuk persiapan hari pertama mengajar, Jumat (23/9) dengan menggunakan pelita sebagai penerang, kami beristirahat di sebuah rumah kosong tak berpintu. Esoknya, suasana asri perkampungan semakin terlihat jelas, padi, cengkeh, kopi dan kakao semakin menambah hijaunya perkampungan yang terletak di kaki gunung ini. Sikola... Sikola.. Sikola Seorang anak memukulkan lonceng, pertanda aktivitas sekolah alam segera dimulai. Para anak mulai berdatangan. Sayangnya, pada hari pertama tidak

semua siswa datang karena harus membantu orangtuanya memetik cengkeh di kebun. Hari ini dimulai dengan sekolah formal. Namun, Namp jangan membayangmenga ak pengajar kan mereka datang pedala jar anak man. dengan menggunakan seragam, para siswa datang dengan kaos Karya seni yang biasa kenakan anak pedalaman. sehari-hari. Setelah melakukan upacara, relawan baru SIA angkatan V para tidak menaiki puncak Gunung memperkenal diri kepada anak-anak Pattontongan. Setelah kelas kreatif beLappara. Anak-anak bebas memilih rakhir, kami bersiap untuk menapaki relawan mana yang ingin dia temani puncak. Tujuannya untuk menciptauntuk belajar. Sesuai konsep alam, kan keakraban antara relawan SIA. relawan dan anak-anak bebas memilih Melihat matahari terbit dan kota tempat untuk belajar. Sebelumnya, dari ketinggian membuat saya takjub anak-anak sudah dibagi ke dalam tiga dengan ciptaan Sang Maha Kuasa. tingkatan kemampuan yakni awal, Keesokan harinya, kami pun mencipmenengah dan lanjutan. Setiap relawan takan keakraban dengan anak-anak yang dipilih mengajarkan pelajaran Badengan bermain outbound. hasa Indonesia dan Matematika sesuai Semangat dan senyum mereka tingkatannya masing-masing. membuat kami merasa sangat berarti. Menjelang siang, kelas formal pun Walaupun apa yang kami berikan berakhir. Saatnya makan siang, bermodbelum ada apa-apanya. Anak-anak al bekal yang dibawa, kami pun mulai Lappara juga anak bangsa Indonesia memasak. Tetapi, tak semudah memayang punya potensi seperti yang dikasak yang tinggal menyalakan kompor. takan Anies Baswedan. Hanya kondisi Kami harus mencari kayu bakar terlebih yang membedakan mereka. dahulu karena hanya ada tungku yang Saya sangat senang dan terharu tersedia. bisa menjadi bagian dari komunitas Sore hari, anak-anak Lappara diberi ini. Komunitas yang peduli dengan kelas agama pada hari pertama dan pendidikan anak-anak pedalaman kelas kreatif pada hari kedua. Saat kelas yang haus akan ilmu. n agama, relawan mengajarkan tata cara dan bacaan shalat dan wudhu. Saat Penulis adalah kelas kreatif, mereka diajarkan mengAlumni Fakultas Pertanian Unhas gambar dan membuat keterampilan Angkatan 2012 dari bambu. Relawan Sikola Inspirasi Alam Tidak lengkap rasanya, jika ke LapAngkatan V


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.