Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
Dilema Presensi via Sidik Jari Di kalangan mahasiswa, kerap kali terjadi manipulasi data kehadiran mengikuti perkuliahan. Demi meminimalkan kejadian itu, maka dua fakultas di Unhas mencoba menerapkan pendataan kehadiran lewat sidik jari. Lantas bagaimana penerimaan mahasiswa dan dosen terhadap penerapan teknologi ini? (Lanjut hal. 7)
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
2
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
TAJUK
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
“Empu” yang Berdialog Tentang Kepemimpinan
KARIKATUR Pemuja Angka
ANGKA bagi mahasiswa menjadi hal yang sangat penting dalam proses perkuliahan. Namun seringkali angka juga efektif untuk membunuh karakter kritis, peduli, dan berani dalam menuntut sebuah keadilan. Dapat dilihat ketika mahasiswa menghadapi sebuah keadaan yang menuntutnya mengambil sikap. Sebagai contoh, mahasiswa dan seorang dosen telah bersepakat bersama-sama hadir diruang perkuliahan tepat pada pukul 07.30. Akan tetapi dosen tersebut tidak dapat hadir dan baru bisa hadir sekitar pukul 08.00 dan itu menjadi kebiasaan sang dosen. Mahasiswa sebenarnya paham, yang dilakukan oleh dosen tersebut adalah sebuah kesalahan dan perlu diingatkan. Akan tetapi mereka tidak memiliki keberanian mengatakannya, takut diberikan angka rendah yang tentunya berpengaruh kepada Indeks Prestasi Kumulatif. Dalam Otobiografi Mohammad Hatta berjudul Untuk Negeriku yang diterbitkan oleh Kompas. Proklamator Indonesia itu mengatakan bahwa “kejujuran kami melarang menjadi seorang penakut”. Kejujuran inilah yang membawa kemerdekaan bangsa kita, bangsa Indonesia. Kejujuran dalam menuntut keadilan, hak, dan melepaskan dari pembunuhan karakter. Pemikiran ini harus kembali dihadirkan kepada mahasiswa. Sebab, mahasiswalah yang mampu menyadarkan dunia pendidikan dan masyarakat umum, akan arti angka yang sebenarnya. Angka yang mampu menjelaskan kemampuan seseorang, penghargaan terhadap seseorang, dan sebuah alat evaluasi yang menyeluruh dari dunia pendidikan. Angka yang diberikan secara jujurlah, yang akan melahirkan seorang mahasiswa yang memiliki kejujuran dan mampu memberikannya kepada masyarakat. Bukannya angka yang diberikan atas dasar kedekatan dan ketertundukan seorang. Tentu, untuk mencapai angka yang diberikan secara jujur mahasiswa juga harus berusaha keras dan tidak banyak mengeluh. Sayangnya banyak mahasiswa yang sama sekali tidak berusaha memperbaiki lingkungan yang salah. Mereka hanya berpikir tentang kebahagiaan dirinya dan angka yang diperoleh dari ketertundukannya kepada kesalahan. Apakah mahasiswa memuja angka? Jawabannya ada dalam refleksi diri masing-masing mahasiswa.
Dosen dalam perannya memiliki tiga tugas yang tercantum dalam tridharma perguruan tinggi. Mengajar, meneliti, dan mengabdi. Dalam menjalankannya, seringkali salah satu diantaranya ada yang lebih dipentingkan. Semisal meneliti, akan memiliki daya guna yang besar bagi kemajuan masyarakat, ketika niat awal penelitian tersebut adalah mengabdi kepada masyarakat. Niat awal tersebutlah yang seringkali dipinggirkan dan digantikan niatan lain, yaitu insentif yang diberikan dalam mengerjakan penelitian itu. Pemikiran inilah yang harus diubah dalam dunia pendidikan. Melalui pemikiran tersebut, banyak dosen yang mengejar angka dalam arti harta dan meninggalkan tugas utamanya yaitu mengajar. Sehingga terkadang mengajar dianggap sebuah aktivitas dalam rangka mengisi waktu luang sembari penelitian. Padahal mereka harus sadar bahwa tugas utama mereka adalah mengajar. Banyak dosen yang pedas mengkritik berbagai macam kebijakan yang dikeluarkan oleh siapapun itu, akan tetapi mereka lupa untuk juga pedas mengkritik dirinya yang lupa akan tugas utamanya. Harusnya kita banyak belajar dari Ki Hajar Dewantara, seseorang intelektual ningrat yang rela menceburkan dirinya dalam rangka mencerdaskan kawula. Ki Hajar Dewantara ketika itu berinisiatif mendirikan sekolah swasta karena adanya perbedaan perlakuan dalam sekolah Belanda. Sekolah yang kemudian dinamakan Taman Siswa merupakan jerih payahnya untuk mengabdi kepada kawulanya. Ki Hajar Dewantara tidak memilih terus tinggal di dalam istana yang berlimpah dengan kebahagiaan akan angka yang berupa harta. Ia menghabiskan angka tersebut dengan cara memberikan pendidikan agar kelak rakyat Indonesia paham arti keadilan. Tidakkah kita paham akan maksud dan contoh laku dari seorang Ki Hajar Dewantara? Angka yang dimiliki seorang dosen adalah kecerdasan. Kecerdasan yang harus diabdikan dan diteruskan kepada mahasiswa. Bukan kecerdasan dalam rangka memperkaya dirinya melalui penelitian. Penelitian memang harus dijalankan, akan tetapi niat awalnya harus diluruskan. Hal itu diperlukan agar tujuan penelitian sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Bukan tujuan mengejar angka melalui penelitian. Apakah dosen memuja angka? Jawabannya ada dalam refleksi diri dosen itu sendiri.n
OPINI
identitas
Oleh: Nisrina Atikah Hasdar
K KARIKATUR/DHIRGA ERLANGGA
SURAT DARI REDAKSI
identitas/andi ningsi
Foto bersama: Keluarga kecil Identitas berfoto bersama saat menghadiri resepsi pernikahan Muhammad Iqbal Jafar Redaktur Pelaksana Identitas 2009, Minggu (12/3) di Gedung 45 Universitas Muslim Indonesia. Momen ini menjadi ajang silaturahmi untuk menjaga Keakraban keluarga kecil identitas.
epemimpinan secara etimologi adalah terjemahan dari kata “leadership” yang berasal dari kata “leader”. Pemimpin (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntunan. Dari “pimpin” lahirlah kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing dan menuntun. Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap. Sehingga mereka menjadi sesuai dengan keinginan pemimpin. Basis kuat melalui karakter kokoh secara lahiriah dan batiniah yang dimiliki seorang pemimpin menjadi faktor inti dari jantung kepemimpinan. Jangan sekali-kali melupakan sejarah yang menjadi pesan foundingfathers Indonesia, Ir.Soekarno. Sejarah yang
Sadar untuk Berubah Lebih Baik PERUBAHAN apapun, jika dilakukan tanpa kesadaran pasti hasilnya tidak akan maksimal. Butuh adanya rasa sadar untuk mengawalinya. Ya, itu demi menemukan dan memahami apa yang selama ini salah. Kemudian berusaha mencari pemecahan dari permasalahan itu. Itulah yang coba kami lakukan saat ini. Berusaha membuat perubahan sistem dalam dapur redaksi. Agar
bisa menciptakan lingkungan yang mendukung semua kru, untuk terus semangat dalam berkarya. Tak hanya melibatkan satu orang. Perubahan juga butuh banyak tangantangan pendukung, supaya dapat berjalan sesuai harapan. Pada Maret ini, kami pun menyambut para Magang, yang diharapkan dapat mendukung perubahan di kepengurusan ini. Selain
itu, juga menjadi generasi penerus identitas nantinya. Di edisi Maret kali ini, kami hadir menyapa pembaca setia identitas dengan sajian pemberitaaan terkait efektivitas penerapan presensi pindai sidik jari. Selain itu, kami pun mengajak pembaca untuk membuka wawasan terkait keberpihakan media di dalam rubrik resensi. Selamat membaca!n
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
perempuan untuk mengurus keluarga, melahirkan dan menyusui sebagai substansi “Empu” yang digambarkan sangat mulia bagi sebuah kepemimpinan, menjadi bertolak belakang. Tetapi pada konotasi lain dapat menjadi positif bahwa dengan pengabdiannya kepada keluarga, anak-anak, serta suaminya. Bisa menjadikan awal suatu peradaban dimulai dari “Empu” atau Ibu yang berlaku menjadi Perempuan. Peradaban dimulai dari seorang perempuan yang melahirkan dan mendidik anak-anaknya menjadi cerdas, hingga kelak dapat berguna bagi sekitarnya serta nusa bangsa. Sebagian orang pasti akan ada yang berpandangan seperti ini. Pandangan inilah yang disebut pandangan esensialis yang menempatkan “Empu” pada posisi biologisnya. Wanita; wani ditata. Persepsi kultur jawa yang maknanya berani ditata atau bersedia diatur (oleh pria). Hal tersebut menggambarkan bahwa wanita selalu dikungkung dibawah abdi seorang pria. Tanpa pria, wanita tak berarti apa-apa. Hukum negara Romawi pun sangat membatasi hak-hak perempuan dengan alasan bahwa “makhluk dungu dan tidak stabil.” Hanya ketika melemahnya harmonisasi ikatan suatu keluarga, tampak mulai mengancam kepentingan pewaris kaum laki-laki. Begitulah pandangan sebagian ahli. Kaum feminis ataupun aktivis feminis, tentu sangat resisten dengan posisi yang dilekatkan dengan deskripsi ini. Gambaran aktivis feminis sejak abad orde baru yang dianggap feodal menjadi ketakutan tersendiri pada rezim
itu. Para aktivis feminis tidak ingin menjadi korban politis, yang berakibat pada eksistensi perempuan menjadi suatu kemunduran untuk perjuanganperjuangan yang bersifat esensialis ataupun perjuanganperjuangan sosio-historis yang mengakomodir kepentingan nasionalisme. “Empu”secara kodrati tidak terlepas dari peran esensialnya. Sehingga anggapan para aktivis feminis yang ingin menyetarakan peran laki-laki dan perempuan, jika dilihat dari sudut pandang hakikinya tentulah bertolak belakang dengan ilmu biologis. Kesetaraan yang dapat diperjuangkan perempuan adalah bagaimana peran-peran sosialnya di masyarakat yang dapat berdampingan dengan laki-laki. Sebagai pelopor keberlangsungan HAM bagi perempuan. Yang akan berdampak berkurangnya human trafficking, pemerkosaan ataupun kekerasan dalam rumah tangga perempuan. Peran perempuan diharapkan dapat sejalan dengan ideologi negara, agama dan sejalan nilai pada jalur reformasi yang menegakkan keadilan serta hak asasi manusia. Pembatasan antara laki-laki dan perempuan yang tidak substansial, kurang diharapkan selama visi misi secara objektif, demi memajukan perbaikan sepertinya tidak penting untuk diperdebatkan di abad ini. Tetapi menangislah dan terisaklah bagi kaum “Empu” yang belum bisa menempatkan perannya, secara esensial dan sosial di masyarakat.n
Cultural Psychology Hari/tanggal : 21-23 Agustus 2017 Tempat: Jalan Landak Baru Makassar Indonesia Pukul : 09.00 WITA - Selesai CP: 081354923303
Hari/tanggal : Minggu, 16 April 2017 Tempat : Baruga A.P Universitas Hasanuddin Pukul: 09.00 WITA - Selesai CP: 085397595040 (Robin)
Seminar Literasi & Launching Buku “Membangun Peradaban Melalui Generasi Muda dan Budaya Literasi”
Seminar Teknologi Kemaritiman “Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) Wahana Strategis Pengawasan
Laut Kawasan Indonesia Timur” Hari/tanggal : Rabu, 12 April 2017 Tempat: Gedung CSA Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa Pukul : 09.00 WITA - Selesai CP: 082192284661 (Iwan)
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum 2013 Ketua LP2KI 2016
AGENDA Administrasi Fair 2017 Humaniora Day HUMANIS FISIP Unhas Hari/tanggal : Selasa, 4 April 2017 Tempat: Pelataran A.P Pettarani Unhas Pukul: 13.00-Selesai CP: 082296560707 (Fikar)
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyunting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supratman, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/ kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
ilustrasi/sri hadriana
menjadi semangatnya, demi detik-detik proklamasi dan kemerdekaan, histori penting rakyat Indonesia. Perjuangan serta pengorbanan para pahlawan, menjadi ruh tersendiri terhadap sejarah NKRI. Riwayat yang pedih pembantaian jenderal, rakyat dipaksa menjadi Romusha, dan para perempuan yang dituding bagian Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), dipahami sebagai musuh ideologi negara dan kaum agama, sebab mengajarkan ateisme. Perspektif lain mengenai sejarah perempuan hampir tidak terdengar. “Habis Gelap Terbitlah Terang,” tulisan orisinil R.A Kartini, yang dianggap sebagian ahli sebagai salah satu perjalanan hidup yang tidak biasanya bagi kebanyakan perempuan. Sama seperti Tjoet Nja’ Dien, seorang bangsawan yang turut melawan tentara kerajaan Belanda, pada saat terjadi penyerangan terhadap Kerajaan Aceh dan Pembakaran Masjid Raya Baiturrahman, sekitar tahun 1870an. Per-empu-an. Berasal dari kata “Empu” yang diartikan sebagai tuan, orang yang mahir, berkuasa atau yang paling besar “ampu sokong” yakni memerintah, penjaga keselamatan bahkan wali. Perempuan seakan kata tuan bagi laki-laki bahkan lebih tinggi karena empu-nya. Esensi kata “perempuan” menjadi sangat mulia bagi sebuah kepemimpinan. Empu yang bermakna tuan terdengar sangat dihormati dan disegani. Konotasi negatif bahwa dengan kodrati
Sampul Edisi Maret 2017 Desain : Sri Hadriana Layouter : Sri Hadriana
AAICP 2017 The 8 International Conference oleh Indigenous and
3 AKADEMIKA Aksi Sosial Bapak Palang Merah Dunia JEAN Henry Dunant lahir pada tanggal 8 Mei 1828 di Jenewa, Swiss. Ia anak sulung dari pasangan pengusaha Jean Jasques Dunant dan Antoinette Dunant Collado. Jean aktif membantu narapidana bebas bersyarat dan anak yatim piatu. Sedangkan Antoinette, menolong orang yang sakit dan kaum miskin. Keluarga Dunant penganut Calvinisme yang taat, sebuah sistem kepercayaan yang mengharuskan penganutnya menjadikan dunia sebagai tempat yang makmur. Saat berusia 18 tahun, penerima penghargaan Nobel Perdamaian Tahun 1901 ini bergabung dengan Geneva Society for Alms Giving, atau Perhimpunan Amal Jenewa. Sama halnya yang dilakukan sang Ayah, ketika bergabung di kelompok ini, Henry sering mengunjungi penjara dan melakukan kegiatan sosial. Enam tahun berikutnya di Jenewa, bekas karyawan Bank Lullin et Sautter ini mendirikan cabang Young Men’s Christian Association (YMCA). Organisasi yang bertujuan menerapkan kekristenan melalui praktik olah tubuh. Para anggotanya banyak memberikan fasilitas kepada anak-anak muda, seperti fasilitas olahraga, penginapan, dan pendidikan luar sekolah. Tahun 1855, Henry mengikutsertakan diri dalam pertemuan di Paris, guna menjadikan YMCA sebagai organisasi internasional. Aktivis sosial ini tak henti menggalakkan kepedulian terhadap sesama. Termasuk membantu korban pertempuran Solferino, yang melibatkan pergulatan panas antara Piedmont-Sardinia melawan Austria. Peperangan tersebut mengakibatkan sekitar 38 prajurit dalam keadaan terluka, sekarat atau tewas. Mirisnya, tidak ada tanda upaya menyelamatkan para korban itu. Melihat kondisi itu, Henry yang awalnya hanya ingin mengunjungi Napoleon III di kota tersebut, menjadi tergerak hatinya untuk segera membantu. Ia mulai mengarahkan warga sipil di daerah itu, untuk ikut memberikan pertolongan tanpa melihat dipihak mana mereka bertempur. Karena keterbatasan persediaan peralatan medis dan obat-obatan, ia pun berinisiatif sendiri membeli peralatan dan obat yang dibutuhkan. Selain itu, ia juga membantu mendirikan rumah sakit darurat. Ia pun berhasil meyakinkan penduduk setempat dan membujuk pihak Prancis, untuk membebaskan dokter Austria yang sebelumya ditahan oleh prajurit. Perjalanan Henry di Solferino kemudian dituangkan dalam buku berjudul “Un Souvenir de Solferino.” Dalam buku ini, ia menggambarkan pertempuran yang terjadi dan dampak dari perang tersebut. Selain itu, ia juga mengemukakan gagasan pentingnya membentuk organisasi yang dapat memberikan perawatan kepada para tentara yang terluka. 1600 eksemplar cetakan buku Dunant pun tersebar di seluruh Eropa. Tahun 1863, bersama keempat kawannya, Henry merealisasikan impiannya itu. Bernama Komite Internasional Palang Merah atau Committee of The Red Cross (ICRC), lembaga kemanusiaan ini bersifat mandiri dan netral. Perhimpunan bentukan Henry inilah yang kemudian dikenal dengan Palang Merah Internasional, yang juga memiliki Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau Internasional Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC). Organisasi ini kemudian mewabah ke seluruh dunia. Setiap negara berlomba-lomba membuat Perhimpunan Palang Merah Nasional, termasuk Indonesia. Tahun 1932, dipelopori dr RCL Senduk dan Bahder Djohan terbentuk Palang Merah Indonesia (PMI). Atas dedikasinya, ia menerima Nobel Perdamaian pertama tahun 1901. Sembilan tahun setelah menerima penghargaan tersebut, Henry Dunant meninggal dunia. Jerih payahnya selama hidup, ia donasikan dengan menyediakan satu ranjang gratis di panti jompo di kota Heiden. Selebihnya, sejumlah uangnya ia berikan kepada teman-teman dan organisasi di Norwegia dan Swiss. Hari kelahirannya pun dijadikan sebagai Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sedunia.n St.Nurhalisah
4
OPINI
Refleksi Historis Sejarah Maritim Nusantara
Langkah Semangat Mewujudkan Mimpi sebagai Poros Maritim Dunia
M
ewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia sejatinya merupakan tugas kita bersama seluruh elemen yang tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kejayaan maritim merupakan keniscyaan yang mesti diwujudkan. Bukan sekedar wacana, melainkan gerakan kesadaran bersama, sebagai wujud dari spirit kejayaan maritim nusantara di masa lalu. Semangat dan nilai dalam kebudayaan maritim seharusnya telah menjadi nilai yang diinternalisasikan sebagai identitas bangsa Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan karakteristik geografi, sosial demografi dan ekonomi, serta budaya baharinya yang mencolok. Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan wilayah lautan 70% (Mardhika, 2016), diperkuat dengan kondisi geografi dan posisi strategis di antara Benua Asia dan Australia dan berada antara Samudera Hindia dan Pasifik, ditambah posisinya yang dilalui garis khatulistiwa maka tak heran bila kita dianugerahkan sumber daya laut yang melimpah. Hal ini membawa angin segar bagi negara untuk mengembangkan pembangunan nasional di sektor kemaritiman. Karakteristik sosialdemografi dan sosial-ekonomi ditunjukkan dengan desa-desa pantai yang memenuhi bagian terbesar gugusan pulau-pulau besar dan kecil dari Sabang sampai Merauke yang jumlah penduduknya tidak kurang dari 60.000.000 jiwa. Mereka hidup secara langsung atau tidak langsung dari berbagai sektor ekonomi kelautan, terutama perikanan, transportasi, dan perdagangan laut (Munsi Lampe, 2014). Karakteristik budaya masyarakat Nusantara juga kaya akan sejarah peradaban maritim yang mencakup aspekaspek politik pemerintahan, pertahanan keamanan, industri kapal kayu, arsitektur, transportasi dan perdagangan, dan pelabuhan yang pernah berkembang dan berjaya. Dan itu diperankan oleh masyarakat
di pusat-pusat kerajaan maritim. Mempelajari Jejak Kejayaan Maritim Indonesia dalam Lembaran Sejarah “JAS MERAH” jangan sekali-kali melupakan sejarah. Penggalan kalimat presiden pertama bangsa Indonesia Bapak Ir. Soekarno, sangat sesuai untuk kita terapkan pada kondisi bangsa saat ini. Bangsa yang sedang ganas-ganasnya mengembalikan semangat dan kejayaan kemaritiman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Memang jika kita menengok catatan sejarah bangsa, pada lembaran kemaritiman memperlihatkan bukti-bukti
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia merupakan penguasa lautan yang berjaya hingga ke pesisir Madagaskar dan Afrika Selatan. Budaya maritim memang bukanlah fenomena baru untuk Indonesia. Karakteristik sosial budaya kemaritiman telah lama terukir dalam lembaran manis kejayaan nusantara dimasa lalu. Bahkan syair lagu ciptaan Ibu Soed “Nenek Moyang ku seorang Pelaut” menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang dihuni oleh masyarakat maritim yang mencintai laut. Bahkan dalam lembaran sejarah menujukkan sebuah pengaruh besar Indonesia di wilayah Asia Tengara,
“
Syair lagu ciptaan Ibu Soed “Nenek Moyang ku seorang Pelaut” menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang dihuni oleh masyarakat maritim yang mencintai laut. Abdul Masli Antropologi Unhas
terutama melalui wilayah maritim di bawah kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Pada masa kejayaannya, kerajaan Majapahit dan Sriwijaya mampu menyatukan nusantara hingga ke sebagian wilayah Malaysia, Thailand, dan Filipina. Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di laut haruslah menjadi api pembakar semangat generasi sekarang dan yang akan datang. Prestasi masa lalu yang memperlihatkan sistem pertahanan dan keamanan yang ampuh, sistem ekonomi yang kuat dibuktikan dengan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi kemaritiman terutama pelayaran dan perikanan, sangat sesuai untuk dijadikan rujukan pembelajaran program pembangunan Indonesia. Apalagi dengan kondisinya sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Kondisi kejayaan nusantara
yang mulai redup menyebabkan budaya bahari masyarakat mulai surut dan bergeser ke aktivitas agraris karena paksaan, harus mampu diputus rantainya dari sekarang. Masyarakat harus disadarkan kembali akan pentingnya kejayaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan maritim sebagai jati diri bangsa Indonesia. Kedaulatan maritim merupakan hal yang vital bagi seluruh aspek kehidupan seperti keamanan, ekonomi, politik, sosial, budaya dan hukum. Bahkan dalam penggalan pidato Presiden Soekarno pada tahun 1953 yang menunjukkan harapan besar terhadap kembalinya kejayaan Nusantara, beliau berkata, “usahakan agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekedar menjadi jongos-jongos di kapal. Tetapi bangsa pelaut dalam arti
cakrawala samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang laut itu sendiri.” Kini saatnya kita memulai aksi nyata untuk Indonesia, membagikan kebahagiaan nyata, mengembalikan kejayaan nusantara di masa lalu dengan mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang menjanjikan kesejahteraan rakyat. Mari kita dukung program pemerintahan Joko Widodo–Jusuf Kalla, dalam mengembalikan kejayaan nusatanra lewat poros maritim dunia. Mari kita menegakkan dan melanjutkan kebijakan perlindungan maritim sesuai peraturan pemerintah No. 21 tahun 2010 tentang perlindungan lingkugan maritim, serta meningkatkan pengadaan, pengoperasian, dan pemeliharaan kapal. Selain itu, pemerintah, masyarakat dan generasi muda selayaknya menyatukan kekuatan untuk mangokohkan pertahanan dan keamanan negara. Saatnya bangsa Indonesia sadar bahwa laut harus dipandang sebagai kesatuan wilayah, sumber kehidupan, penghubung kegiatan administrasi pemerintahan antar pulau, dan wilayah perlindungan pertahanan nasional. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, sejak dahulu sudah ditakdirkan untuk menjadi negeri dengan kekayan di laut dan di darat. Maka kita sebagai umat manusia yang merupakan generasi penerus bangsa belajar dari sejarah dan mengembalikan kejayaannya kembali. Belajar sejarah maritim nusantara menjadikan kita bijak. Bijak untuk mewujudkan mimpi nusantara kembali jaya. Mari wujudkan Indonesia sebagai ‘Macan Asia’, menjadi poros maritim dunia. “Jalesveva Jayamahe”.n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Departemen Antropologi Angakatan 2015 Anggota UKM Keilmuan
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
5
WANSUS
BUNDEL • Edisi Akhir Februari 2003
Kuncinya Peka dan Kritis Melihat Sesuatu
Rusunawa Hadir Saingi Ramsis RUMAH Ssusun Sewa Sederhana (Rusunawa) itu berdiri megah di belakang Wisma Medica Fakultas Kedokteran. Berada tepat di depan Rumah Sakit Umum Dr Wahidin Sudirohusodo. Bangunan megah itu memiliki lima lantai dengan sembilan puluh enam kamar. Rusunawa ini menghabiskan dana pembangunan sekitar enam milliar rupiah. Dengan tanah dari pihak Universitas Hasanuddin, bangunan tinggi menjulang ini masih berstatus investasi Perusahaan Umum Perumahan Nasional (Perum Perumnas). Dalam perjanjiannya, biaya pembangunan satu unit Rusunawa akan dicicil Rp 260 juta per tahun, selama dua puluh lima tahun ke depan. Sehingga, dalam jangka dua puluh lima tahun ke depan Rusunawa akan menjadi milik Unhas. Pengelolaan Rusunawa ini pun di ambil pihak Perumnas, terpisah dari universitas. Tujuan pemisahan tata kelola Rusunawa agar lebih terkontrol dan tidak bercampur urusan kampus. “Hal ini dimaksudkan agar urusan Rusunawa, tak bercampur dengan urusan kampus” ujar Kepala Biro Administrasi Umum Unhas, Drs H Abdul Muis Hamid. Fasilitas berupa kamar mandi dan dapur kecil lengkap dengan westafell akan dinikmati calon penghuni kamar Rusunawa. Beda halnya dengan kamar di Asrama Mahasiswa (Ramsis) yang hanya terdapat tempat tidur dan meja belajar. Karena itu, lain fasilitas, lain juga harga sewanya. Jika di Ramsis mematok tarif Rp 140 ribu diluar biaya listrik dan air untuk semua kamar. Maka di Rusunawa, tarif kamar berbeda-beda tiap lantainya. Lantai satu yang diperuntukkan untuk unit usaha, diberi harga Rp 600 ribu per bulan. Lantai satu yang difungsikan sebagai unit hunian seharga Rp 1,1 juta per bulan. Lantai tiga sebesar Rp 550 ribu, sedang untuk lantai empat dan lima masing-masing Rp 500 dan Rp 400 ribu. Rusunawa akan menerima penghuni perdana pada bulan Maret mendatang.n
• Edisi Akhir Februari 1992
Ratusan Mahasiswa Terancam Drop Out SEKITAR 221 mahasiswa bakal kena sanksi Drop Out (DO). Hal ini dialami mahasiswa setelah melalui seleksi tiga semester, sejak empat tahun terakhir. Menurut ketentuan, jika mahasiswa tidak berhasil mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 1,5 dalam tiga semester, maka tidak diperkenankan melanjutkan studinya lagi. Imbas ketentuan ini telah menjaring 54 mahasiswa angkatan 1987, 80 mahasiswa angkatan 1988 dan 52 mahasiswa angkatan 1989. Dari data yang disebutkan, terjadi penurunan angka DO yang signifikan pada angkatan 89. Hal ini menurut sumber data dari bagian registrasi dan statistik, dikerenakan adanya kelonggaran oleh pihak universitas. Pihak univerisitas masih memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang terancam DO. Selama satu semester diberikan kepada mereka untuk menunjukkan keseriusan belajar dan niat memperbaiki diri. Kelonggaran ini diberikan untuk mahasiswa yang belum masuk kategori “parah”. Selain itu, ada persyaratan IP dikalikan Sistem Kredit Semester (SKS). Jika hasilnya 32 ke atas maka akan diberikan surat perjanjian, yang ditandatangani dekan. Dalam surat perjanjian itu, mahasiswa hanya diberikan paling banyak 15 SKS dan harus melulusi 12 SKS dengan IP 2,00. Dari data yang diperoleh dari Kepala Bagian Registrasi dan Statistik Drs TU Datunsolang, Fakultas Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Kesehatan Masyarakat ialah fakultas yang mahasiswanya sedikit terjaring DO, sejak empat tahun terakhir. Sedangkan yang terbanyak dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknik.n
Ide kreatif akan menghasilkan karya yang baik. Demi perkembangan dan kesuksesan sebuah usaha, ide dan kreativitas tak bisa dipisahkan. Lantas, bagaimana cara untuk mengembangkannya dalam melihat peluang dan menyelesaikan persoalan yang hadir di sekitar kita? Berikut kutipan wawanara reporter identitas, Andi Ningsi bersama pendiri perusahaan konsultan kreatif Oh My Goodness (OMG) Indonesia, Yoris Sebastian usai kegiatan “ Roadshow Pertamina Ide Gila Energy Competition 2017” di Auditorium Prof Amiruddin, Fakultas Kedokteran Unhas, Selasa (7/2).
i s time wa
Bagaimana Anda memaknai ide kreatif ? Bagi saya ide itu sangat penting. Saya tidak setuju orang bilang ide is nothing. Yah memang benar ide is nothing jika tidak dieksekusi. Sebagai contoh pentingnya ide, film yang bagus dan dapat penghargaan, dibaliknya pasti ada ide kreatif. Ketika membuat event misalnya, hasilnya bisa bagus jika ide kegiatan dikemas dengan kreatif. Sehingga orang yang hadir merasa terhibur serta tidak mudah bosan, apalagi jika kegiatannya berlangsung lama. Bagaimana ukuran keberhasilan suatu ide? Bagi saya keberhasilan ide dapat di ukur dalam masa tiga tahun. Misalnya saja Anda menjalankan ide bisnis, dan selama tiga tahun menjalankan namun tidak meraih profit, sebaiknya tutup saja. Jika selama tiga tahun pula anda menjalankan bisnis, tetapi tidak untung juga tidak rugi, sebaiknya tutup pula. Kalau selama tiga tahun menjalankan bisnis dan selalu meraih untung, maka terus dikembangkan, itu berhasil namanya. Tidak semua ide bisa kita realisasikan. Jadi caranya pelajari apa yang salah dan kurang, karena tidak ada ide yang jelek, hanya saja ide itu perlu di pelajari lebih dalam sebelum dieksekusi. Seperti apa sebenarnya idealnya ide kreatif itu? Ide yang direalisasikan dan berdampak positif bagi orang
banyak. Dari semua ide yang saya buat dan banyak dimuat di media cetak, rata-rata ide yang selain kreatif, unik, juga berdampak positif untuk orang banyak. Apa tantangan menjalankan ide-ide kreatif? Orang-orang selalu bertanya ide ini sudah pernah sukses belum, sukses dimana. Padahal kan ide kreatif ini diberikan dan belum pernah dicoba sebelumnya. Bagaimana hasilnya bisa diketahui, sementara belum dijalankan. Kerap kali kami juga mengalami penolakan terhadap ide kreatif, tapi itu bukanlah suatu kegagalan. Melainkan tantangan untuk memperbaikinya dengan cara yang lebih kreatif. Dibutuhkan sikap kukuh untuk mencari cara kreatif, demi mendapatkan persetujuan dari sesuatu yang diperjuangkan. Kalau peluang indonesia sendiri untuk usaha ide kreatif itu sendiri bagaimana? Sangat terbuka luas, karena sekarang eranya digital, era serba cepat, jadi yang menang itu orang-orang kreatif bukan lagi orang- orang yang punya mesin dan punya uang. Tapi orangorang yang punya ide dan punya kreatif dalam menjalankan ide tersebut. Peluang industri kreatif sangat kuat, tahun lalu saja baru keluar data pertumbuhan ekonomi kreatif jauh diatas pertumbuhan ekonomi indonesia. Jadi ekonomi indonesia pertumbuhannya lima
persen, kalau industri kreatif sekitar enam sampai delapan persen. Apa kuncinya untuk bisa sukses di industri kretif? Tentu kita harus selalu bisa berpikir out of the box, memunculkan ide-ide yang mampu kita realisasikan. Kalau sudah menemukan ide kreatif, jangan diendapkan dalam pikiran tapi ide itu harus kita kembangkan. Untuk menghasilkan ide itu juga tidak gampang karena tidak semua orang mampu melakukan itu. Apalagi zaman sekarang sudah tidak ada lagi alasan masalah ekonomi, masalah kalian sekarang adalah kekurangan kreativitas. Modal sekarang ada cafe dan warkop untuk browsing internet. Dalam sebuah artikel, Anda menginginkan di Indonesia dibuka sekolah untuk menampung mahasiswa yang khusus untuk mengembangkan ide-ide kreatif, apa alasannya? Karena sebenarnya Indonesia mempunyai banyak sekali orangorang kreatif. Kita punya banyak orang yang jago buat furnitur (mebel) dan terkenal di seluruh dunia, tapi tidak ada yang beli, kenapa? Karena tidak ada disediakan khusus pebisnisnya, yang berperan mengambil alih karya yang sudah jadi. Kasihan mereka yang punya ide dan mampu membuat sesuatu yang kreatif namun mereka pula yang harus mengurusi bisnisnya. Jadi saya
menginginkan ada sekolah S2 bisnis khusus industri kreatif. Di Unhas ada beragam jurusan dan program studi, lalu bagaimana mahasiswa mampu menemukan ide kreatif sesuai dengan disiplin ilmu mereka? Saya yang berlatar belakang mengenyam disiplin ilmu akuntansi, walaupun tidak sampai sarjana tapi saya saat ini bekerja di industri kreatif. Untuk menghasilkan ide kreatif itu bisa kita temukan di program studi apa saja yang sekarang kita tekuni, kuncinya bagaimana kita peka dan kritis melihat sesuatu yang ada di sekitar kita. Mampu menghasilkan inovasi berpikir yang orang lain tidak
memikirkannnya. Kampus ini punya program kreativitas mahasiswa dan program mahasiswa wirausaha, ada tips-tips untuk mereka ? Untuk anak-anak Unhas yang masih kuliah, apalagi kuliah di universitas terbaik di luar Pulau Jawa, manfaatkan networknya, manfaatkan teman-teman, dosendosen, alumni, serta perpustakaan. Sehingga pada saat nanti lulus dari Unhas, bukan hanya jago teori tapi juga sudah jago dengan hal- hal praktis yang akan bisa dipakai saat keluar sebagai lulusan sarjana yang siap menghadapi tantangan kerasnya dunia kerja.n
Data Diri: Nama lengkap : Yoris Sebastian Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 5 Agustus 1972 Pendidikan : SMA Pangudi Luhur, Jakarta Selatan Karir : • General Manager Hard Rock Cafe, 1998 • Founder and Chief OMG Oh My Goodness (OMG) Creative Consulting, 2006-sekarang Penghargaan : • British Council’s International Young Creative Entrepreneur Award • Asia Pacific Entrepreneur Award Winner 2008 (Most Promising Entrepreneurs) • Young Marketers Award Winner dari IMA and Markplus, dan Future CEO to Watch dari majalah SWA
6
POTRET
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
7
CIVITAS
Dilema Presensi via Sidik Jari Di kalangan mahasiswa, kerap kali terjadi manipulasi data kehadiran mengikuti perkuliahan. Demi meminimalkan kejadian itu, maka dua fakultas di Unhas mencoba menerapkan pendataan kehadiran lewat sidik jari. Lantas bagaimana penerimaan mahasiswa dan dosen terhadap penerapan teknologi ini?
T Kebun Penelitian, Ceritamu Kini Foto dan naskah: Sriwidiah Rosalina Bst TEACHING Farm Fakultas Pertanian Unhas, diresmikan oleh Menteri Pertanian Ir Suswono MM, 12 Oktober 2010 lalu. Lahan dengan luas enam hektare ini sebagai sarana praktikum mahasiswa dan dosen. Di dalam kebun ini, terdapat satu rumah kaca dan dua bangunan yang dijadikan tempat penyimpanan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan). Kebun yang sedianya dipakai untuk penelitian maupun praktikpraktik bertani ini kini tak dapat difungsikan normal seperti sedia kala. Kondisinya tidak terawat dengan baik, tampak belukar. Tampak lilitan rumput liar yang merambat ke atap rumah kaca dan belukar di area kebun. Akibatnya, praktikan pun
menjadi korban. Mereka harus mengeluarkan tenaga ataupun materi ekstra sebelum melakukan praktikum. Mereka harus menyiapkan sendiri lahan gulud, dengan alat seadanya yang mereka bawa. Bila ingin praktis, mereka mencangkul lahan bedengan untuk praktikum dengan menyewa tukang. Biasanya mereka mengumpulkan uang lima ribu rupiah per orang untuk dibajakkan. Padahal, jika kita menengok ke dalam ruangan salah satu gedung Alsintan, terlihat traktor yang tersusun rapi. Akan tetapi, fasilitas itu tidak biasa difungsikan praktikan. Lantaran mereka tak pernah diajarkan pengoperasiannya.n
ak lama lagi, jarum jam sudah hampir menunjukkan pukul 09.20 Wita. Alifiah Nur Umayrah M, tengah berjalan menuju lantai dua, kelas internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas. Mahasiswa Jurusan Akuntansi ini, bersama sejumlah mahasiswa kelas internasional lainnya menghentikan langkah, tepat di depan kelas. Di sana terdapat mesin canggih berbentuk segi empat bernama fingerprint, yang digunakan sebagai pengidentifikasi kehadiran mahasiswa melalui sidik jari. Penggunaan perangkat digital itu, dimulai sejak perkuliahan perdana tahun ajaran 2016/2017 tepatnya pada Agustus 2016. Dalam pengaplikasiannya, penempelan sidik jari jempol pada alat dilakukan dua kali dalam satu mata kuliah. Sebelum dan sesudah berlangsungnya proses belajar mengajar. Saat ini mesin pendeteksi sidik jari yang terpasang sejumlah 20 buah. 17 buah untuk kelas regular dan tiga buah di kelas internasional. Sejauh ini di FEB, fingerprint yang produktif digunakan baru di dua ruangan kelas internasional, Departemen Manajemen dan Akuntansi. Sebab masih dalam tahap uji coba, untuk melihat lebih jauh keefektifannya di kalangan mahasiswa. “Sebelum diterapkan di semua kelas, kita mau lihat keefektifan alat ini, makanya kita coba terapkan di dua kelas untuk sementara waktu,” ujar Dr Hj Kartini Se Msi Ak Ca, selaku Wakil Dekan (WD) II FEB, Selasa (21/2). Lebih lanjut ia menjelaskan tujuan dari penerapan mesin deteksi sidik jari itu untuk mempercepat kontrol manajemen informasi, salah satunya kehadiran dan keakuratan data di FEB sendiri. “Intinya untuk melihat bagaimana kelas itu bisa berjalan sesuai
identitas/ayu lestari
Fingerprint: Mahasaiswa kelas internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis sedang antri melakukan pemindaian sidik jari untuk data kehadiran mengikuti perkuliahan. Kamis (2/3).
jadwal,” tambahnya. Setelah kurang lebih delapan bulan uji coba, Dr Anas Iswanto Anwar SE MA selaku dosen dan Ketua Ikatan Alumni Ilmu Ekonomi ini, tidak setuju dengan penerapan sistem fingerprint bagi dosen dan mahasiswa. Alasannya, dosen bertugas mengajar dan mendidik mahasiswa. “Jadi kita ini dosen, bukan pegawai yang harus masuk dan pulang dengan jam yang teratur check in dan check out,” katanya, Senin (20/3). Ia juga menambahkan, penggunaan mesin fingerprint sama saja men-Tuhankan alat. Selain itu, biaya yang dikeluarkan juga cukup mahal. Untuk satu mesin harganya sekitar dua juta rupiah, ditambah lagi biaya perawatan dan lain-lain. Tak semuanya menolak penerapan sistem ini. Achmad Fatri, mahasiswa Jurusan Manajemen, ini sangat setuju apabila sistem pindai sidik jari diterapkan. Sebab, ia menganggap pengisian daftar kehadiran manual belum terjamin keakuratan datanya. Selain itu, Fatri mengaku sering kali mendapati mahasiswa lainnya hanya menitip tanda tangan saja. “Sistem digitalisasi kehadiran ini berfungsi mengunci segala cara untuk kalasi (red; curang). Semoga penerapannya bisa membuat mahasiswa dan dosen tepat waktu,
yang malas datang dan selalu titip diisikan daftar hadir juga bisa sadar,” harap mahasiswa angkatan 2014 ini, Selasa (21/2). Tapi kenyataannya, walaupun dirasa efektif tetap saja masih banyak mahasiswa yang lebih memilih mengisi daftar hadir manual. Sebab kehadirannya dianggap lebih dinilai, dibandingkan check in fingerprint. Seperti yang dituturkan Alifiah Nur Umayrah M, terkadang ia dan mahasiswa lainnya lupa check in, namun asalkan bertanda tangan di daftar hadir sudah pasti terhitung mengikuti perkuliahan. “Check in atau tidak, itu tidak ada pengaruhnya asal ada tanda tangan di daftar hadir,” ujarnya, Senin (14/2). Saat dikonfirmasi ke WD II FEB terkait masih dipakainya daftar hadir, padahal sudah ada mesin fingerprint. Alasan hal itu dilakukan, untuk membuat cadangan data jika ada yang tidak melakukan pemindaian sidik jari saat masuk kelas. Selain itu, penerapan sistem ini masih dalam tahap uji coba. Jadi, sistem manual dirasa masih dibutuhkan. Kondisi serupa pun terjadi di Fakultas Kedokteran (FK) Unhas. Kholis, mahasiswa angakatan 2015 FK masih merasa bingung terhadap sistem pengecekan kehadiran mana
yang berlaku. Walaupun tidak check in, asalkan mengisi tanda tangan daftar hadir ia tetap tercatat hadir selama ini. “Idealnya setelah ada alat digital, daftar hadir manual itu tidak usah ada lagi. Ya kan, sama saja tidak meminimalkan kecurangan mahasiswa yang suka bolos kuliah dan titip diisikan daftar hadir,” katanya, Jumat (3/3). Berbeda dengan Kholis. Nurul Ishla Ardi A, mahasiswa Prodi Pendidikan Dokter ini melihat adanya jarak waktu pada fingerprint justru membuat mahasiswa lebih disiplin lagi. Namun yang menjadi kendala baginya, sistem baru ini masih membuat mahasiswa belum terbiasa menggunakannya. “Kami baru beradaptasi dengan alat ini, jadi kadang lupa menggunakannya. Selain itu juga dokter lebih banyak mengonfirmasi kehadiran lewat tanda tangan daftar kehadiran. Jadi, kebanyakan mahasiswa anggap remeh ji ini alat,” ujarnya, Jumat (3/3). Di FK sendiri, menurut keterangan Kepala Sub Bagian Perlengkapan FK, H Baharuddin, S Sos, pengadaan mesin fingerprint dilakukan pada Mei 2016 sebanyak 90 buah. Nilainya sekitar 180 juta rupiah. Namun baru 60 mesin yang terpasang di Departemen Pendidikan Dokter dan satu
buah di Departemen Kedokteran Hewan. Bukan hanya di ruang kelas saja, laboratorium dan tutorial mahasiswa pun telah difasilitasi. Sejauh ini sudah ada fasilitas tiga hingga empat buah mesin, untuk jumlah mahasiswa di atas 100 orang per kelas. Dari keterangan staf Teknologi dan Informasi fingerprint FK Unhas, Muhammad Asrir S Kom, sosialisasi penggunaan pemindai sidik jari ini telah dilakukan tahun lalu. Terkait masih digunakannya pengisian daftar hadir, itu untuk menyokong rekapitulasi data kehadiran mahasiswa. Sebab baru ada 20 alat yang terkoneksi ke server. Menurutnya, penerapan sistem digital ini tidak hanya terkendala pada masalah koneksi saja. Untuk sumber energi listrik pun dinilainya masih belum memadai. Dalam hal perawatan alat, ia pun mengatakan bahwa tidak ada perawatan khusus terhadap mesin, asalkan server dan listrik tersedia. “Ada beberapa yang belum terpasang instalasi listriknya. Kadang juga ada mahasiswa yang melepas kabel mesin fingerprint dari colokannya, untuk mengisi daya telepon genggamnya,” jelasnya mengakhiri wawancara, Kamis (9/3).n (Yus/Dya)
88
LIPUTAN KHUSUS
identitas
identitas identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017 NO. 873, TAHUN XLIII, EDISI AKHIR JANUARI 2017
Melirik Kondisi Pustaka Fakultas
identitas
Munculnya perpustakaan fakultas maupun ruang baca jurusan, idealnya adalah salah satu bentuk desentralisasi layanan pustaka yang berasal Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Pusat. Jadi ketika ada yang mencari buku, perpusatakaan pusat hanya mengarahkan ke fakultas mana orang tersebut mencarinya. Yang mana harapannya, bisa membuat eksistensi perpustakaan berfungsi sebagai satu kesatuan bagian dari kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Juga sebagai salah satu pusat sumber belajar guna mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Namun untuk mencapai itu, perpustakaan pusat harusnya memiliki data yang lengkap terkait koleksi buku disiplin ilmu yang ada di tiap fakultas. Di sisi lain, kondisi perpustakaan 14 fakultas di Unhas, dari hasil wawancara Tim Lipsus identitas dengan masing-masing pustakawan. Rata-rata masih mengalami kendala dari segi jumlah dan kelengkapan koleksi pustaka. Deretan skripsi lebih mendominasi, dibandingkan sumber pustaka lainnya. Seperti ruang baca Fisip jumlah koleksi bukunya hanya 1.200 eksamplar, sedang skripsi sebanyak
3000 untuk jurusan administrasi, dan 5000 ilmu politik, belum lagi beberapa jurusan yang belum di data oleh pengelola ruang bacanya. Jumlah kunjungannya pun relatif sedikit hanya berkisar 10-20 orang dalam sehari. Tak hanya itu, fasilitas baca juga masih jadi keluhan. Ada perpustakaan fakultas yang pengunjungnya tidak bisa duduk berlama-lama. Sebab jumlah kursi dan meja tidak mencukupi. Seperti yang terjadi di ruang baca Fakultas Hukum. Pengelola telah mengupayakan agar jumlah kursi bisa memadai, namun belum terealisasi. Jadi disiasati dengan alternatif lesehan. “Yang mau masuk seratus orang, sedangkan ruangan hanya cukup untuk 60 mahasiswa. Makanya saya pernah buat lesehan di dekat rak buku, tapi diprotes. Sebab katanya mahasiswa hanya tidur di sini. Dekan juga sudah datang meninjau, makanya saya bereskan lagi” keluh Nurhidayah, Shum, MM selaku pengelola perpustakaan Fakultas Hukum, Senin (6/3). Hal serupa terjadi di perpustakaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Pustakawan, Misnawati S Hum saat ditemui di ruangannya,
mengeluhkan sempitnya ruangan perpustakaan yang ia kelola. Sebab tak cukup menampung padatnya jumlah pengunjung setiap harinya. Walaupun telah ada perpustakaan jurusan. Lain halnya dengan kondisi perpustakaan Fakultas Peternakan, yang awalnya terletak sebelum Teaching Farm kini dipindahkan ke lantai dasar Jasa Pertanian (Jasper) itu, sepi kunjungan mahasiswa. Ruangan perpustakaan berukuran 5x5 meter itu, memiliki jumlah koleksi yang sangat minim hanya sekitar 50 buah dan jumlah pengunjung tiap harinya maksimal hanya dua orang. Bahkan sejauh ini mahasiswa, masih ada yang tidak tahu kalau perpustakaan fakultasnya telah pindah. Adanya perpustakaan di setiap fakultas, tentu menguntungkan dan mempermudah mahasiswa di tiap disiplin ilmu. Karena bila dipandang dari segi layanan lebih cepat dan dekat dengan penggunanya. Tapi kemudahan itu, nyatanya tidak diperoleh oleh sebagian mahasiswa di tiap fakultas. Seperti yang di ungkapkan Kartini Nompo, SSos selaku pengelola ruang baca Fakultas Farmasi, yang seringkali menyarankan mahasiswa untuk
diperuntukkan kepada pemakai yang semuanya ada di fakultas. UPT hanya mengadakan, mengelola dan menyimpannya untuk memudahkan akses secara sentral,” katanya, Jumat (24/3). Ia juga menambahkan, permintaan buku dari fakultas tidak selalu direspon dalam bentuk fisik. Beberapa tahun terakhir UPT mengadakan buku elektronik yang dapat diakses dan diunduh lewat internet untuk menutupi kelangkaan buku cetak dan efisiensi dana yang terbatas. Agar semuanya bisa diakses oleh pengguna dimana pun via akses online. “Dalam era digital ini, buku atau jurnal secara fisik tidak lagi menjadi prioritas, tapi akses secara digital dengan seluruh kelebihannya lebih diutamakan,” tegas laki-laki, yang juga dosen Departemen Ilmu Komunikasi ini. Dalam mewujudkan visi misinya menjadi universitas kelas dunia, Unhas sudah semestinya melakukan pembenahan pada perpustakaan fakultas dalam menyediakan berbagai sumber informasi terbaru, tercetak maupun elektronik, yang berorientasi pada kebutuhan sivitas akademika dengan memperhitungkan segi kualitas dan kuantitas guna mendukung metode pembelajaran berbasis Student Centre Learning (SCL).n
9
9 9
Kerjasama Antar Perpustakaan Harus Jalan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 menegaskan fungsi perpustakaan perguruan tinggi, yaitu menjamin tersedianya berbagai referensi dan sumber bacaan yang beragam untuk sivitas akademika dari berbagai disiplin ilmu. Kenyatanya, citra tersebut rupanya masih jauh panggang dari api dikarenakan berbagai faktor. Lantas, bagaimana sebenarnya idealnya pengelolaan perpustakaan? Berikut kutipan wawancara reporter identitas Andi Ningsi dan Khusnul Fadilah dengan Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Muh Quraisy Mathar S Sos.
Seperti apa idealnya fasilitas perpustakaan di perguruan tinggi ? Berdasarkan standar aturan perpustakaan nasional untuk perguruan tinggi, koleksi dengan rasio mahaisswa harus seimbang. Satu judul untuk dua puluh mahasiswa, sehingga semua mahasiswa bisa kebagian. Selain itu ada rasio fasilitas baca, katakanlah misalnya koleksinya banyak, tapi orang di perpustakaan tersebut tidak bisa duduk berlama-lama karena tidak ada kursi atau tidak cukup meja.
Sumber data: hasil wawancara pustakawan di 14 fakultas
mencari ke perpustakaan luar sebab koleksi buku yang dicari mahasiswa tak ada. Terkait fenomena koleksi dan minimnya pembaharuan buku hampir seluruh perpustakaan dan ruang baca mengalaminya. Kelemahannya ada pada dana. Pengadaan buku di seluruh fakultas sebagian besar sumbernya dari mahasiswa semester akhir, yang telah mengurus bebas pustaka. Sejauh ini, beberapa perpustakaan fakultas yang sumber bukunya berasal dari pengadaan fakultas, yaitu Fakultas Farmasi, FKG, FEB dan FKM. Namun , dalam kurun waktu dua tahun terakhir ada yang pengadaannya tidak berlanjut, seperti yang terjadi di FKM. “Sumber dana pengadaan buku biasa dari Wakil Dekan II, tapi sekarang sudah tidak ada lagi, terakhir tahun 2014,” jelas Ahmad Adil SSos, selaku pengelola perpustakaan FKM. Menurut Dr Muhammad Nadjib, MEd., MLib, selaku Kepala UPT Perpustakaan Pusat untuk pengadaan buku di perpustakaan fakultas, pihaknya setiap tahun mengirimkan daftar bukubuku, untuk dipilih sesuai kebutuhan prodi yang ada di Unhas. Namun tidak semua merespon pendataan buku yang dibutuhkan. “Semua buku-atau bahan pustaka yang diadakan dan
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
Tim lipsus: Koordinator: Andi Ningsi Anggota: Khusnul Fadilah Riyami Sriwidiah Rosalina Bst Ayu Lestari Sri Hadriana
Ketersediaan fasilitas dan koleksi sebagai referensi pendukung pembelajaran tiap fakultas, masih menjadi persoalan dalam layanan perpustakaan tiap fakultas di Unhas.
identitas
Mengenai koleksi buku, haruskah selalu dilakukan pembaharuan ? Saya tidak tahu kapan orang mengenal istilah booming buku, kemudian ditambah dengan munculnya buku elektronik. Jadi hampir tidak ada perpustakaan yang mampu membeli buku berdasarkan permintaan mahasiswa. Makanya dibutuhkan jejaring kerjasama antara perpustakaan pusat dan fakultas, juga antar sesama perguruan tinggi. Sehingga tidak perlu dilakukan pembelian buku yang sama.
Data Diri Nama : Muh. Quraisy Mathar, S. Sos Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 16 Maret 1976 Jabatan : • Kepala UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri Makassar (UIN) Alauddin • Mantan Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Riwayat Pendidikan : • S1, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unhas • S2, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas • S3, Universitas Islam Negeri Makassar (UIN) Alauddin
Jika kerjasama seperti itu dibangun, sistem seperti apa yang sebaiknya dijalankan oleh perpustakaan pusat dan fakultas ? Perpustakaan pusat idealnya tidak lagi hanya menyediakan fasilitas ruang baca, namun menjadi pusat rujukan. Sebelum itu, perpustakaan pusat harusnya memiliki data yang lengkap terkait koleksi buku disiplin ilmu yang ada di tiap fakultas. Jadi ketika ada yang mencari buku, perpusatakaan pusat hanya mengarahkan ke fakultas mana orang tersebut
mencarinya. Khusus untuk penambahan koleksi, apakah sebaiknya dilakukan riset buku apa saja yang dibutuhkan mahasiswa? Kalau adakan riset, saya kira tidak perlu. Cukup melihat dalam satu tahun misalnya, buku apa yang paling dominan, kita bisa cek buku apa yang paling tertinggi dipinjam, buku apa yang sedang dan bahkan tidak pernah dipinjam. Hampir terjadi di semua perpustakaan ada buku yang sudah bertahun-tahun tidak pernah dipinjam. Itu karena tidak pernah dilakukan pembelian berdasarkan pembacaan sistem tahun sebelumnya. Makanya penting membuat pencatatan harus bagus. Untuk lebih efektifnya, sebaiknya pencatatannya secara online. Sekarang teknologi sudah sangat maju, manfaatkan. Ada tidak jangka waktu untuk perpustakaan kampus memperbaharui bukunya? Dulu diatur dalam aturan kearsipan, karena perpustakaan tidak punya aturan tersebut. Tapi sejak booming nya buku, saya kira kita tidak perlu menunggu adanya aturan itu, yang ada seharusnya kita mengganti buku dengan cetakan baru. Untuk menambah koleksi, tentu saja diperlukan anggaran yang memadai, bagaimana seharusnya pengelolaannya ? Tergantung dari siapa kepala perpustakaannya, bagaimana bisa melakukan negosiasi dan menekan pimpinannya agar dikasih. Nah, pimpinan dalam hal ini pun jika menyadari pentingnya fungsi perpustakaan, maka tidak ada kendala.
Terkait koleksi, yang mana sebenarnya perlu diperbanyak, apakah buku elektronik atau buku dalam bentuk fisik ? Persoalannya tidak semua buku ada versi elektroniknya. Tetapi jika buku itu ada versi elektroniknya, perpustakaan rugi sebenarnyan untuk membeli, karena kalau kita berpacu dengan rumus satu judul itu bukunya harus 20 jumlah eksamplernya. Dibanding kalau digital, satu bisa dinikmati puluhan ribu orang, tinggal perpustakaan kasih fasilitas komputer. Jika banyak buku yang disediakan perpustakaan, apakah itu bisa membuat mahasiswa tertarik atau berminat membaca buku di perpustakaan ? Sebenarnya perpustakaan itu tidak seharusnya fokus bagaimana meningkatkan minat baca mahasiswa. Yang harus diperhatikan juga adalah minat kunjung. Buat apa perpustakaannya bagus dan banyak bukunya kalau orang yang berkunjung sedikit. Justru fasilitas kita harus benahi. Kalau fasilitas bagus, orang akan datang dengan sendirinya. Perpustakaan harusnya menjadi destinasi wisata akademik. Kita jika berkunjung ke perguruan tinggi lain, orientasi kita selalu mau ke perpustakaan. Jadi semoga kampus kita jika didatangi orang dari luar, bisa merasakan perpustakaan kita sebagai destinasi akademik. Sebagus apapun perpustakaan, jika kurang pengunjung, itu tidak akan memberikan kontribusi terhadap akreditasi suatu institusi, sebab minat pengunjung adalah salah satu penilaian.n
10
KOLOM
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
identitas
NO. NO. 875, 875, TAHUN TAHUNXLIII, XLIII,EDISI EDISIMARET MARET2017 2017
1111
RAMPAI
“Menyulap” Sampah Kota Menjadi Energi Ramah Lingkungan Oleh: Khusnul Yaqin
kemampuan mereka. Belum sampai pada tahap mengekstrak sampah secara utuh dan setelah itu “disulap” menjadi barang ekonomi dan energi ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk menghidupi warga kota dan sekitarnya. Oleh sebab itu, perlu adanya perubahan pola pikir, baik pada masyarakat perkotaan maupun pemerintah bahwa sampah bukan beban. Tetapi sumber energi ramah lingkungan. “Energi Organik” Sampah Masalah sampah perkotaan tidak bisa ditangani dengan cara-cara klasik. Charles Landry dalam bukunya The Creative City: A Toolkit for Urban Innovators (2008), menyebutkan bahwa cara pandang
Pembuangan Akhir Sampah (TPAS), di setiap kota-kota besar akan menjadi semacam mesin yang mengubah sampah-sampah organik dengan kekhasan baunya. Menjadi energi yang lebih bermanfaat. Selain itu, TPAS juga dapat menjadi semacam pabrik pupuk organik, yang menjadi “energi” bagi pertumbuhan tanaman. Penerapan konsep open dumping dalam pengolahan sampah sudah harus ditinggalkan. Dalam cara pandang alternatif ini, ada dua reaktor yang harus diinstalasi di tempat pembuangan akhir sampah. Reaktor biogas, yang akan menghasilkan gas metan sebagai
dan beberapa jamur yang dapat menghasilkan pestisida organik. Tidak hanya ampuh untuk memupuk tanaman di darat, rumput laut pun bisa dipercepat pertumbuhannya dengan pupuk itu. Yaqin dan kolega (2012) telah menggunakan vermikompos untuk memercepat pertumbuhan rumput laut. Selain itu, peneliti India Sunita Godara dan kolega (2015) menerangkan bahwa pemakaian vermikompos di kolam ikan pun dapat mengurangi jumlah bakteri patogen, hingga pada tingkat yang menguntungkan ikan yang dipelihara. Unsur
dimodifikasi. Berkaitan dengan sampah organik, tidak ada yang perlu direduksi. Sampah organik kalau perlu dimaksimalisasi produksinya, karena akan ditransformasi menjadi dua barang yang dibutuhkan manusia, yaitu energi terbarukan berupa gas metan dan “energi” pupuk bagi para petani untuk memroduksi pangan. Akan tetapi, perlu diperhatikan maksimalisasi pada tingkat eksistensinya, dalam suatu ekosistem perkotaan. Konsep reuse dan replace juga sudah tidak diperlukan lagi, karena sudah diatasi oleh konsep recycle, yaitu mengubah sampah organik menjadi “energi” terbarukan dan bersih. Konsep 4R hanya cocok untuk sampah
Giring Bola, Raih Juara ilustrasi/sri hadriana
S
ampah perkotaan menjadi momok tersendiri bagi kota-kota besar seperti Makassar. Di Makassar sampah menumpuk hingga 550 ton, atau sekitar 4.000 meter kubik per hari. Kondisi ini akan meningkat menjadi dua kali pada saat musim buah tiba. Pada tingkat warga kota, setiap hari paling tidak mereka akan menghasilkan rata-rata 900 gram sampah yang terdiri dari 70 % sampah organik dan 30 % sampah anorganik. Tumpukan sampah itu seringkali dipandang sebagai beban oleh pemerintah, dari tingkat pusat hingga daerah. Pemerintah Makassar misalnya, merasa kerepotan dalam mengelola sampah. Entah itu dari sisi teknis, finansial atau gabungan dari keduanya. Padahal sampah adalah sesuatu yang niscaya, tidak dapat dihindari keberadaannya. Setiap aktivitas manusia akan menghasilkan buangan, yang disebut sampah. Semakin bertambah populasi masayarakat urban, maka akan bertambah pula volume sampah. Persoalan utama berkaitan dengan sampah di kota-kota besar, seperti Makassar. Sebenarnya ada pada cara pandang masyarakat urban, termasuk pemerintah dalam memaknai sampah. Sampah hampir selalu dipandang sebagai beban. Padahal ada cara pandang tertentu yang dapat digunakan sebagai dasar, untuk memandang sampah bukan sebagai beban. Apa itu? Sampah seharusnya bisa dipandang sebagai sumber “energi” organik, yang justru akan menghasilkan barang yang bernilai ekonomis. Dengan cara pandang itu, maka sampah bukan lagi momok atau beban yang harus dijauhi, justru sebaliknya. Sampah, sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat dan pemerintah. Cara pandang itu, sebenarnya telah lama dilakukan oleh para pemulung atau pengusaha sampah dalam skala kecil, untuk meraup peruntungan dari eksistensi sampah. Mereka mengumpulkan sampah-sampah yang masih memunyai nilai ekonomis, lalu menjualnya ke pihak-pihak yang membutuhkan bahan baku, seperti pengusaha biji plastik. Hanya saja, para pemulung itu belum melakukan pengelolaan sampah secara komprehensif dan sistematis. Mereka hanya melakukan sesuai
penyelesaian problem kota abad ke19, tidak bisa lagi digunakan untuk menyelesaikan persoalan perkotaan abad ke-21. Problem sampah saat ini, tidak bisa ditangani dengan cara pandang klasik yang mempersepsikan sampah adalah beban. Dinamika kota dan sistem dunia urban telah berubah sangat drastis. Untuk menyesaikan problem sampah perkotaan, alternatifnya adalah sebuah cara pandang baru yang mempresepsi bahwa sampah adalah sumber “energi” terbarukan yang bersih. Dengan langkah seperti itu, maka Tempat
sumber energi dan reaktor biologis yang bisa menghasilkan pupuk organik plus. Selain gas metan, reaktor biogas juga akan dihasilkan dua tipe pupuk organik, cair dan padat. Pupuk organik cair bisa langsung dikemas dan dipasarkan ke petani, sedangkan pupuk padat atau yang dikenal dengan kompos masih perlu diolah melalui reaktor biologis. Untuk menghasilkan apa yang disebut dengan vermikompos. Vermikompos dikenal dengan pupuk organik plus. Sebab telah diperkaya oleh reaktor biologis dengan berbagai hormon pertumbuhan, bakteri probiotik
hara yang komplit dan hormon pertumbuhan dalam vermikompos, bertangungjawab dalam proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan bakteri probiotik dan pestisida organik bertugas membunuh bakteri-bakteri patogen yang merugikan tanaman. Disamping itu, vermikompos dapat digunakan untuk menyerap bahan pencemar seperti logam dan pestisida. Sehingga sangat tepat, digunakan sebagai bioabsorben bahan pencemar. Konsep pengolahan sampah yang terkenal dengan 4R yaitu reduce, reuse, recycle, replace perlu sedikit
anorganik. Akhirnya, sangat diperlukan keberanian pemerintah dalam mengubah pola pikir dirinya dan masyarakat urban dalam memaknai sampah. Sampah bukan lagi harus dipandang sebagai beban, tetapi sampah justru adalah sumber energi terbarukan yang bersih. Sampah tidak harus dibuang tetapi dikumpulkan dengan bijaksana, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat urban dan pedesaan.n Penulis adalah Dosen Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan Unhas
P
ertemuan para pecinta bola basket yang berasal dari berbagai fakultas di Unhas, akhirnya melahirkan satu komunitas. Itulah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Basket di Unhas. Sejak didirikannya Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), organisasi itu diresmikan bersama sekretariat barunya pada tahun 1989. Untuk menjalankan program kerja, organisasi yang telah berganti pengurus sebanyak 13 kali ini membentuk lima divisi. Pertama, divisi perlengkapan yang bertanggung jawab atas pengadaan barang inventaris. Kedua, divisi kesekretariatan berperan mengarsipkan berkasberkas. Ketiga, divisi hubungan masyarakat mengurusi hubungan internal dan eksternal. Keempat, divisi pertandingan bertanggung jawab mengenai eventevent tahunan. Dan kelima, divisi pelatihan dan pembinaan yang bertugas mencari anggota baru
dan bertanggungjawab dengan segala pelatihan UKM Bola Basket. Walaupun masing-masing divisi memiliki tugas masingmasing, terkadang masih banyak kendala yang dihadapi. Sehingga untuk mengatasinya, antar divisi menjalin kerjasama untuk menyelesaikan masalah. Adapun program kerja UKM Bola Basket yaitu; Liga Mahasiswa Nasional, Liga Bola Basket antar fakultas se-Unhas, mengikuti kejuaraan regional dan nasional, latihan rutin, penerimaan anggota baru, Unhas Cup, pendidikan dasar, sosialisasi coaching clinic ke sekolah-sekolah, serta melaksanakan kegiatan ekstrakokurikuler. Diantara serangkaian program kerjanya itu, UKM Bola Basket juga memiliki kegiatan rutin tahunan, yakni Rector Unhas Cup (RUC) dan Red Campus. RUC adalah adalah event nasional yang merupakan puncak dari beberapa rangkaian kegiatan, yakni; perlombaan basket putra putri
tingkat Sekolah Menengah Atas, festival makanan, Three Point Contest dan lomba fotografi. “RUC itu kegiatan nasional yang dilaksanakan sebagai salah satu jalan UKM Bola Basket menjalin hubungan yang baik dengan kampus lain,” ujar Ahmad Nur Tinri, Ketua UKM Bola Basket, Jum’at (17/2). Lain halnya dengan kegiatan tahunan Red Campus yang mempertandingkan bola basket antar fakultas di Unhas. Diadakan dalam rangka menjalin hubungan yang baik dengan berbagai fakultas seunhas. Pada satu tahun terakhir ini empat juara berhasil diraihnya, yakni juara pertama pada Justice Basket Ball Competition, Juara Satu RUC dan Juara satu LIMA BCA Sulawesi Conference yang mewakili Sulawesi ke liga mahasiswa nasional di Bandung. Selain itu, tiga orang anggota UKM Bola Basket juga juga lolos masuk tim dalam Pekan Olahraga Nasional di Jawa Barat. UKM yang saat ini memiliki
anggota resmi 37 orang mempunyai syarat yang harus dilewati oleh mahasiswa yang ingin bergabung, yakni Pendidikan Dasar (Diksar) selama satu minggu. Dalam masa itu, ada proses seleksi berupa kedisiplinan, skill, kerjasama dalam tim dan evaluasi. Mengenai kendala menurut Ahmad, yang seringkali dijumpainya yaitu sulitnya menyesuaikan jadwal latihan antar anggota. Namun ia tetap berharap organisasinya bisa semakin berjaya. “Semoga bisa lebih banyak berprestasi dan mengharumkan nama Unhas di tingkat lokal, nasional maupun internasional,” ujarnya, Selasa (21/2).n Ayu Lestari
Bila Anda mempunyai pertanyaan yang membutuhkan jawaban terkait Universitas Hasanuddin, silahkan ke sekretariat identitas di Gedung Lantai I Perpustakaan Unhas atau hubungi 085342579343 atau lewat email: bukuidentitas@gmail.com
Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di
identitasonline identitas_unhas @identitasonline bukuidentitas@gmail. com
identitasunhas.com 082348047258 085342579343 082194378433
12
RESENSI
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
Mendambakan Media yang Ideal Adakah pers yang netral, tidak partisan dan objektif? KALIMAT tersebut menjadi pengantar salah satu esai karya Wisnu Prasetya Utomo berjudul Suara Pers, Suara Siapa? Lulusan Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada ini, kemudian mengatakan pada akhir esai berikutnya berjudul LGBT, Berita, Penghakiman, bahwa pada dasarnya tidak ada media yang netral. Media selalu berpihak dan memperjuangkan kepentingan tertentu. Tetapi, ketika menunjukkan kebencian dan penghakiman dengan begitu vulgar terhadap kelompok tertentu, patut dipertanyan kepentingan macam apa yang sedang diperjuangkan. Kini, alur berita dipengaruhi oleh kekuasaan pemilik media, terutama televisi. Lihat saja, rerata pemimpin kotak ajaib itu ialah para politikus yang seakan memanfaatkannya untuk mempromosikan diri sendiri. Buku setebal 205 halaman ini, memuat data Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang menunjukkan bahwa selama OktoberNovember 2012, Metro TV 43 kali menayangkan iklan Partai Nasdem. Tv One 10 kali memberitakan tentang Aburizal Bakrie, sementara RCTI, Global TV dan MNC TV 11 kali menayangkan tentang Hanura termasuk deklarasi Capres dari partai tersebut. Padahal, menilik UU No. 8/2012 tentang Pemilu dan Peraturan KPU
No 15/2013 secara tidak langsung menjelaskan stasiun televisi bisa menampilkan wajah politikus pemiliknya sesering apapun asalkan tidak berisi ajakan untuk memilihnya. Pengaruh pemilik industri dan politik menjadi salah satu konsentrasi yang dikupas Wisnu, dalam buku berisi 27 esai yang dibagi ke dalam tiga bab ini. Bab pertama menjelaskan politik, agama, dan komodifiksasi layar kaca. Kedua, ekonomi politik media. Dan ketiga, media dan etika jurnalisme. Cara Wisnu mengupas media dalam buku ini patut diacungi jempol. Tak hanya media televisi, cetak dan online pun tak luput dari pandangannya. Buktinya, lelaki kelahiran Semarang tahun 1989 ini, mengemukakan kekhawatirannya terhadap akan terjadinya kematian media cetak, melihat perkembangan teknologi sekarang. Pembaca lebih memilih informasi cepat dan aktual, dan media online hadir untuk itu. Kenyataan tersebut membuat media cetak ibaratnya tinggal menunggu waktu untuk tersingkirkan. Terlebih lagi, media dengan keluaran koran harus menanggung beban produksi tinggi karena harga kertas yang mahal. Beberapa media cetak telah mengintegrasikan diri ke dunia maya untuk menghindari kematian
industrinya. Namum, sistem kerja tetap sama, kurang memperbaharui berita yang menyebabkan isi berita cepat basi. Wisnu mengungkapkan media cetak memang harus melakukan inovasi. Agar generasi selanjutnya tak menemukan ruangan museum yang berdebu dengan tumpukan koran. Era sekarang yang banjir informasi, menjadikan media dalam jaringan memegang peranan penting dalam menyajikan berita secara cepat. Namun, kecepatan sering kali mengabaikan keakuratan, kedalaman berita dan verifikasi. Kesalahan memilih narasumber misalnya, mereka cenderung memilih pembicara dari seseorang dianggap pakar yang justru tak memiliki hubungan erat dengan kejadian. Sehingga, jangan heran jika terdapat berita dengan kejadian sama, tapi setiap lembaga media berbeda cara memberitakannya. Hal ini terjadi karena para jurnalis melihat peristiwa yang ada secara sepintas dan kurang mendalam. Terlepas dari mengikuti keinginan pemilik media sendiri. Permasalahan kompleksitas yang dihadapi media sekarang bukannya tak memiliki solusi. Wisnu menegaskan peran pembaca sangat penting dalam menepis pemberitaan bohong dan merusak daya nalar. Tak ada salahnya, jika memberikan keyakinan kepada publik bahwa mereka adalah pengamat media yang pintar. Lihat saja, saat pemilihan umum
KRONIK
identitas/ayu lestari
Tertangkap: Seorang pencuri ditangkap di Masjid Kampus Unhas, sekitar pukul 15.00 wita, Jumat (17/03).
TEMPAT ibadah kini menjadi sasaran si panjang tangan untuk beraksi. Dengan penampilan rapi dan ber-tas, diam-diam ia menukar tas bawaannya dengan tas orang lain. Setelah sebelumnya pernah berhasil melakukan pencurian, kali ini aksinya tertangkap tangan di Masjid Kampus (Maskam) Unhas, Jum’at (17/03). Seminggu sebelumnya, telah masuk lima laporan kehilangan barang berharga. Pada Senin (14/03), Kepala
Satuan Pengamanan (Satpam), Mansyur mendapat laporan dari salah seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam, yang merupakan korban pencurian perdana motif baru ini. Dari pengamatan Tim Pemantau CCTV Maskam, didapati bahwa pelaku menggunakan motor yang sama. Tim dan Satpam pun bergerak memancing lelaki berinisial AM itu, dengan meletakkan tas di samping tasnya. “Ternyata
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
13
KAMPUSIANA
HM-PWK Unhas Gelar Plano Perception
tahun 2014, para pemilik televisi yang juga politikus berlomba-lomba menggunakan kotak ajaib tersebut sebagai media kampanye. Namun, intensitas penampilan mereka di media visual itu tak sebanding dengan tingkat keterpilihan masyarakat. Buktinya, Jokowi di bawah naungan Data Buku partai PDI Judul Buku : Suara Pers, Suara Siapa? Perjuangan tak Penulis : Wisnu Prasetya Utomo memiliki televisi Penerbit : Pindai, Yogyakarta sendiri. Tetapi, Tahun terbit : 2016 elektabilitas Jokowi Halaman : xvi + 205 hal mampu mengalahkan pesaingnya yang memiliki industri Kelebihan buku ini terletak televisi sendiri. pada kelengkapan referensi Solusi lain yang ditawarkan penulis. Sehingga, pendapat yang Wisnu berupa pengadaan media dikemukakannya makin kuat. Selain kooperasi sebagai alternatif itu, pemilihan kata yang menarik menjauhkan kekuasaan pemilik membuat pembaca tidak bosan media dalam menggerakkan untuk terus melanjutkan bacaannya. pemberitaan. Media koperasi Namun, kritik yang diberikan berprinsip kepemilikan bersama begitu vulgar hingga menyebutkan layaknya koperasi, dimana personal bahkan lembaga media infromasi yang diedarkan tertentu. Memungkinkan adanya berdasarkan kepentingan rakyat. ketersinggungan pihak tertentu. Sehingga, keredaksian bersifat Walaupun demikian, buku terbitan independen dari kepentingan tahun 2016 ini patut untuk dibaca. politik dan ekonomi. Namun, Terutama untuk membuka mata, cara ini beresiko pada jurnalis bahwa tidak menutup kemungkinan terkadang juga bertindak sebagai berita yang selama ini dikonsumsi aktivis warga yang seakan-akan bisa telah memakan daya pikir. Selamat mendapatkan perlakuan kurang membaca!n baik dari pemegang kekuasaan. Sri Hadriana
Modus Baru Si Panjang Tangan
identitas
ia hanya menunaikan dua rakaat salat Ashar, setelah itu menukar tas,” jelas Mansyur. Tak berselang lama, pada akhirnya tertangkap basah ketika ingin memulai aksinya. Lelaki 37 tahun itu pun langsung digelandang menuju Kantor Satpam Unhas. Setelah dilakukan pemeriksaaan, Polisi pun membawanya ke Kantor Polisi Sektor Tamalanrea. Dari kejadian ini, Mansyur menghimbau kepada seluruh mahasiswa untuk memperhatikan barang bawaannya saat berada di Maskam ataupun musala fakultas.n Ayu Lestari
BADAN Eksekutif Himpunan Mahasiswa Pengembangan Wilayah dan Kota (HM-PWK) Fakultas Teknik Unhas menyelenggarakan Plano Perception, Kamis (16/3). Bertempat di Ruang Meeting Arsitektur Fakultas Teknik Unhas. Dalam program kerja Divisi Kajian dan Aksi Strategis HM-PWK FT Unhas ini, para peserta dibekali beberapa materi seperti Media Massa Melawan Gempuran Hoax yang dibawakan oleh Muhammad Arsan Fitri selaku Pimpinan Redaksi Berita Kota Makassar dan Pengantar Jurnalistik oleh Redaktur Pelaksana PK. identitas, Khusnul Fadilah.
Murzamil kordinator divisi berharap agar kepekaan mahasiswa untuk senang menulis dapat tumbuh lewat kegiatan ini. Ia pun menambahkan, nantinya kegiatan ini akan dilanjutkan dengan mengundang pemateri dari Aliansi Selamatkan Pesisir, Pemerintah Kota Makassar dan Dosen Unhas untuk membawakan materi terkait reklamasi. “Puncak kegiatannya akan ada aplikasi materi yaitu peserta akan membuat tulisan pandangan HM-PWK terkait isu reklamasi yang dilakukan Central Point Indonesia di Pantai Losari,“ katanya, Kamis (16/3). (Ann)
Mahasiswa FEB 2016 Diharapkan Mampu Emban Amanah TARI tradisional, tari kontemporer, gandrang bulo, band, panduan suara, angngaru, color guard, perkusi, operet, dan musikalisasi puisi disuguhkan dengan meriah kepada para penonton Inaugurasi Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Kema FEB) Unhas, Minggu (19/3). Persembahan mahasiswa angkatan 2016 tersebut adalah salah satu proses yang harus dilewati sebelum menjadi Kema FEB . Sebanyak 215 orang dikukuhkan pada hari itu juga. Ini berkat kerja keras mahasiswa FEB angkatan 2015 selaku panitia inaugurasi. Ketua Panitia Kegiatan, Muh. Anugrah Ichsan Syahputra berharap agar mahasiswa yang mengikuti pengukuhan inagurasi dapat mengemban amanahnya sebagai KEMA FEB Unhas. “Dan juga semoga bisa membangun sinergitas tiga jurusan di FEB yaitu Ilmu Ekonomi, Menajemen, dan Akuntansi,“ tambahnya Minggu (19/3). (M16)
Himapem Bahas Polemik Pilkada Serentak HIMPUNAN Mahasiswa Ilmu Pemerintahan selenggarakan konferensi nasional bertajuk “Polemik Pilkada Serentak di Indonesia” di Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP), Selasa-Rabu (2122/3). Diikuti 28 orang yang terdiri 14 tim dari 7 universitas, yakni Universitas Hasanuddin, Universitas Gadjahmada, Universitas Brawijaya, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Universitas Udayana, dan Universitas Taddulako. Konferensi ini adalah salah satu rangkaian dari Goviesta 2017. Dimana sebelumnya diadakan meet and great sebagai bentuk perkenalan dari tiap perwakilan delegasi di Rumah Jabatan Wali Kota Makassar, pada 19 Maret lalu. Kamudian apreasiasi seni yang terselenggara di Gedung Baruga AP Pettarani Unhas, pada 20 Maret lalu. Dalam konferensi tersebut tiap delegasi memaparkan esai terkait polemik pilkada serentak yang dimoderatori oleh Supriadi, mahasiswa Jurusan Pemerintahan Unhas angkatan 2014. Adapun tema yang dipresentasikan para delegasi yaitu Pemilu Serta Upaya dalam Menyertakan Hak Difabel sebagai Warga Negara dalam Berpolitik, Polemik Pengajuan PAW, Refleksi
Pelaksanaan Pilkada Serentak bagi Kedaulatan Negara Kesatuan RI, Resistensi Politik, Pemanfaatan Aplikasi Edukatif “Pilkadawars” dan Video Interaktif sebagai Perangkat Pembelajaran bagi Calon Pemilih, Analisis Struktural atas Problematika Pilkada Serentak, Problematika Golput dalam Pilkada Serentak Menyinggung Asas Demokrasi, Problematika Regulasi Pilkada, Hasil Pilkada Serentak di Indonesia, Pilkada Serentak dalam Pusaran Fenomena Electocracy dan Rent Seeking, Golput: Sebuah Kritik Terselubung, Problematika Penyelenggaraan Sistem Kampanye dalam Pilkada Serentak: Sebuah Studi Analisis, ‘Pesta Demokrasi’ Jadi Bumerang, Peran Penting Penyandang Disabilitas, Peran Media dalam Penyelenggaraan Pilkada Serentak, dan Fenomena Kekalahan Petahana dalam Pilkada Serentak 2017. Ketua panitia A Aan Nugraha disela-sela konferensi berlangsung menuturkan bahwa pilkada serentak ini menjadi fenomena pilkada yang terjadi di Indonesia. “Tiap delegasi mempresentasikan masalah-masalah terkait pilkada serentak yang terjadi di daerahnya masing-masing, dengan begitu kami harapkan ada solusi yang dihasilkan nantinya,” harap Aan, Selasa (21/12). (Dya)
identitas/andi ningsi
Yel-yel: Pasopati 1 peserta Gateball club peragakan yel-yel saat pembukaan Liga Gateball dan sosialisasi Gateball menuju Pomnas XV Sulawesi Selatan di Lapangan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM Unhas), Sabtu (11/2).
Inaugurasi FKM Tampilkan Petualangan Dua Masa PENGUKUHAN mahasiswa angkatan 2016 Keluarga Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, dirangkaikan dengan inagurasi dan apresiasi seni yang berlangsung di Gedung Baruga AP Pettarani Unhas, Sabtu (25/3). 136 mahasiswa baru yang dikukuhkan tersebut diberi nama Goblin. Mengangkat tema “Karya Karsa Rasa Mengalun dalam Belantara Zaman”, kegiatan ini menampilkan 10 karya seni, yaitu, Hao-Hao Orchestra Percussion, Goblin’s
Choir, Sparkling Time Travel, Sakura, Pixel Chiptune, Mabo’ Crew, Lakhota Rangkong Dans, Ansambel Musik, Ya Ra La Wa Acoustik, dan Bisikan Hutan. Selain itu, di sela-sela acara juga ditampilkan kampanye kesehatan bahaya merokok yang dikemas dalam bentuk komedi. Merujuk pada tema yang diangkat, diharapkan orang-orang bisa berproses dalam berkarya dari potensi yang dimiliki untuk memaknai dan merasakan apa yang dipersem-
bahkan dalam apresiasi seni. Tiap persembahan yang telah disiapkan sejak Desember lalu ini, identik dengan petualangan di dua masa. “Disini kita lebih menampilkan petualangan di dua masa, yakni masa lampau dan masa depan. Harapannya agar kita tetap mengenang masa lalu kita, bukan hanya berfokus pada masa depan,” kata ketua panitia Achmad Nugraha Nurdin. (Dya)
Anak Muda Cenderung Lupa Budaya Sendiri ARUS globalisasi yang semakin kuat dan banyaknya budaya asing, membuat anak muda cenderung lupa kebudayaan serta kesenian Indonesia, negaranya sendiri. Banyak yang memilih untuk lebih mengenal budaya dari luar. Olehnya, Unit Kegiatan Mahasiswa Pantun dan Seni Kreatif (UKM PSK) Unhas mengadakan Latihan Dasar Kesenian Berbasis Kreativitas, Sabtu (25/3). Mengangkat tema “Masikah
Seni Itu Penting ?, kegiatan ini menghadirkan pekerja Seni Kreatif dan Penggiat Komunitas Seni Muh Rijal Djamal,S.S.,M.Si, budayawan Sulawesi Selatan dan Kritikus Sastra Drs. Alwy Rahman, komika dan komedian Anjas Chambank, musisi dan pelaku industri kreatif Fandy WD, dan Dina yang aktif di Pariwisata & Ekonomi Kreatif. Kegiatan yang dihadiri oleh 110 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa dan
masyarakat umum ini, dibuka langsung oleh Wakil Wali Kota Makassar Dr. H. Syamsu Rizal MI, S.Sos.M.Si, “Semoga kegiatan ini dapat mengenalkan dan menumbuhkan kembali kecintaan anak muda dan masyarakat terhadap kebudayaan dan seni Indonesia,” harap Simon selaku ketua panitia, Sabtu (25/3). (M16)
Temu Gagasan Para Ekonom Unhas Menuju Indonesia Lebih Baik SEMINAR Nasional dengan tema “Temu Gagasan Para Ekonom Unhas Menuju Indonesia yang Lebih Baik” menjadi salah satu rangkaian kegiatan Temu Alumni Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Ilmu Ekonomi Unhas, Sabtu (18/3). Acara ini diadakan sehari setelah agenda musyawarah besar yang menghasilkan keputusan Dr Anas Iswanto Anwar SE MA sebagai ketua umum IKA IE Unhas yang pertama. Seminar yang dihadiri para alumni dan mahasiswa Ilmu Ekonomi ini bertempat di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Terdapat enam pembicara dari 12 orang yang telah dijadwalkan hadir. Semua pembicara tersebut adalah alumni Ilmu Ekonomi, salah satunya Bupati Toraja Utara, Drs. Kalatiku Paembonan. Ia berbicara mengenai pelayanan publik di era desentralisasi. Terdapat enam pembicara dari 12 orang yang telah dijadwalkan hadir. Semua pembicara adalah alumni Ilmu Ekonomi, salah satunya yaitu Bupati Toraja Utara Drs. Kalatiku Paembonan yang berbicara mengenai pelayanan publik di era desentralisasi. “Saya harap pertemuan ini bisa jadi agenda rutin dan bisa memberikan penyegaran kepada alumni dan mahasiswa”, harap Laode Muh. Said Lustsfi, SE selaku ketua panitia,“ Sabtu (18/3). (M16)
14
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
CERPEN
IPTEKS
Gendang di Kaluppini
Simsalabim, Limbah Tulang Ikan Jadi Gelatin KITA tentu pernah mengonsumsi permen lunak, jeli, es krim, maupun obat dalam bentuk kapsul. Semua produk itu berbahan dasar gelatin, yang berasal dari tulang atau kulit hewan seperti sapi, babi, dan ikan. Gelatin diperlukan sebagai bahan pelengkap dalam industri pangan maupun non-pangan. Sebagai pembentuk busa, pengikat, penstabil, pembentuk gel, perekat, dan pengemulsi. Yang terjadi di masyrakat, gelatin berbahan dasar tulang sapi dan babi masih menimbulkan masalah terkait kepercayaan, di beberapa negara dan agama. Tak hanya itu, dari segi kesehatan pun muncul kekhawatiran akan penularan penyakit Antraks, yang biasanya menyerang hewan ternak herbivor. Sebenarnya, bahan baku gelatin yang cukup aman itu bisa berasal dari tulang ikan. Melihat potensi hasil perikanan di Sulawesi Selatan, tentu harus pula memandang peluang limbah ikan yang tercipta. Nah, inilah yang jadi motivasi Evi Lauw dan Halimah dari Fakultas Farmasi, serta Zabhika
Dinda Istnaeni dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, menciptakan gelatin berbahan dasar limbah tulang ikan. Awalnya, Evi dan kawannya melakukan studi lapangan di pabrik pengolahan ikan Kawasan Industri Makassar. Di sana mereka melihat, pabrik hanya berfokus pada pengolahan daging ikan saja. Limbah tulang ikan tak diolah lagi. “Masalah kota Makassar dalam hal pengolahan ikan itu, terlihat pada tidak terkelolanya limbah tulang ikan. Kami yang berasal dari bidang ilmu farmasi dan perikanan, tergerak untuk mengubah limbah itu menjadi gelatin, yang bisa diaplikasikan pada produk pangan dan kosmetik,” kata mahasiswa yang juga ketua penelitian ini. Setelah melakukan riset di lapangan, mereka memilih limbah tulang Ikan Moa (Sidat) untuk dijadikan bahan baku gelatin. Proses hidupnya yang istimewa, bisa hidup di air tawar dan air laut, menjadikan ikan itu memiliki keunggulan gizi dibanding dengan ikan lainnya. Selain itu, struktur
tulangnya lebih lunak dibandingkan jenis ikan lain, kandungan protein dan kolagennya tinggi. Pemilihan bahan baku selesai, penelitian di laboratorium pun dimulai. Tulang Ikan Moa dibersihkan dari sisa daging yang masih menempel. Lalu, tulang direndam dengan larutan asam sulfat selama dua sampai tiga hari. Tujuannya untuk melunakkan tulang dan menghilangkan kandungan mineral kalsium dan fosfor. Tulang Ikan Moa yang telah direndam kemudian dicuci, dan dipanaskan setelah sebelumnya dihaluskan menjadi serbuk dan dinetralkan pH-nya hingga bentuknya mengental atau disebut gelatin basa. Proses pembuatan berlanjut hingga pengeringan serbuk gelatin basa dengan menggunakan teknik freez drying. Tahap terakhir analisis produk, meliputi pengujian daya kelarutan dan karakterisasi serbuk gelatin yang dihasilkan. Selama sebulan lebih penelitian, akhirnya tim yang dibimbing
Oleh: Alfian Dippahatang
H ilustrasi/sri hadriana
Rangga Meidianto Asri, SSi, Apt ini mendapati kesimpulan bahwa limbah tulang Ikan Moa menghasilkan gelatin murni dan dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku gelatin terstandarisasi, untuk bahan pangan dan kosmetik. Lewat ketekunan dan kolaborasi tim yang kompak, para mahasiswa angkatan 2013 ini berhasil meraih juara V Student Reseach Award (SRA) 2016, yang diselenggarakan
oleh FKS Group. “Semoga ide penelitian ini bisa menjadi bahan edukasi dan inspirasi bagi masyarakat, untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan limbah yang ada di lingkungan sekitarnya, menjadi suatu hal yang berguna,” harap Evi saat mengakhiri wawancara, Jumat (10/2).n Dhirga Erlangga
CERMIN
Kekuatan Makanan Dalam sepiring makanan, tersembunyi banyak pelajaran.
Oleh: Riyami MAKANAN kuanggap teman lama yang cukup setia. Kami bertemu saat saya pertama kali melihat dunia, hingga kini. Ia selalu punya daya untuk menciptakan kebersamaan dan menjadi pemersatu. Lebih dari sekedar alat bertahan hidup, maupun urusan perut. Makanan dapat menciptakan rasa syukur, mengubur emosi, memantik senyum hingga gelak tawa. Bahkan menguatkan suatu hubungan di antara makhluk
ciptaan Tuhan. Saya kembali teringat pada artikel berjudul “Mukjizat Makanan,” yang ditulis oleh Wakil Pemimpin Redaksi majalah National Geographic, Victoria Pope, dalam edisi Desember 2014. Saya memperoleh sudut pandang baru, bahwa makanan itu sebuah peristiwa yang menciptakan ikatan dan persatuan dalam kelompok sosial. Jadi saat kita sedang makan bersama, entah itu sebagai keluarga ataupun sebuah komunitas, terlebih jika dilakukan dengan sikap apresiasi terhadap makanan dan kesempatan untuk berkumpul. Maka, kita telah memperkuat tali ikatan pemahaman dan cinta kasih di antara kita. Namun, di balik nilai kebaikan itu. Makanan juga disebut sebagai sumber kekejaman, ketidakadilan dan kekacauan di muka bumi. Ia mampu menciptakan sejarah, bahkan perang. Sebagai contoh, demi membuat suatu makanan yang dapat memuaskan nafsu
lidah penguasanya, bangsa Eropa mencari rempah hingga ke nusantara. Mereka ingin menguasai ladang rempah, hingga terciptalah perang. Ah, setiap orang nampaknya punya lapisan berpikir dan perasaan yang rumit dan kompleks, yang terikat pada makanan—bagian pengalaman makan yang penting. Ya, pastinya keluarga dan budaya, bisa menjadi penyumbang besar, terhadap pikiran dan perasaan semacam itu. Ingatan dan identifikasi itulah yang memberi makna bagi suatu makanan. Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang hal ini, rasanya harus lebih teliti lagi terhadap makanan yang dipilih untuk dimakan. Lalu, ada apa di balik pilihan-pilihan terhadap suatu makanan? Saya sering membayangkan, ketika makan kita akan terhubung dengan banyak hal. Walaupun tak ada teman saat makan, kita tidak sendiri. Jika dihayati, makanan yang kita lahap akan
menghubungkan kita pada keselarasan, kekuatan, kelimpahan alam, bahkan ketimpangan sosial. Bahkan pikiran itu biasanya menciptakan kehadiran— mereka yang memelihara dan mengumpulkan makanan yang sedang saya makan. Sewaktu gigi mengunyah dan perut mencerna makanan, seperti terasa bahwa ladang, hutan, lautan, sungai, kehidupan liar, petani, nelayan dan penjual bahan pangan, seperti hadir dan menjadi bagian dari diri. Menurut saya, makanan itu seperti metafora dari alur kehidupan menuju kematian dan kematian menuju ke kehidupan— rantai makanan. Serupa dengan hukum kekekalan energi James Prescott Joule, “Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan.” Energi hanya bisa diubah bentuknya, termasuk ke dalam bentuk makanan. Semua zat fisik seperti makanan, merupakan bentuk lain dari energi dan sebuah perwujudan dari kesadaran. Sekalipun menyiapkan, memakan, dan berbagi makanan secara penuh perhatian itu penting. Namun, ada hal yang harus diresapi secara mendalam, sumber yang sebenarnya dari makanan yang kita santap. Sebagai contoh, pada saat makan
ikan laut, di balik itu ternyata kita memicu kerusakan lingkungan. Sebab ikan itu diperoleh dengan menggunakan pukat. Atau kenyataan lain, seperti ayam yang dipaksa tumbuh besar dengan suntikan hormon pertumbuhan. Demi memenuhi kebutuhan nafsu makan manusia. Maka ingatlah pepatah, kita adalah apa yang kita makan. Materi, energi dan kesadaran tidak terpisahkan. Kekejaman seperti yang terjadi dalam contoh, bisa saja masuk secara tidak terhindarkan ke dalam makanan. Menjadi racun kuat yang sulit dikenali. Bayangkan saja residu hormon yang tak kasat mata dalam daging ayam itu. Saya membayangkan, selain merusak kesehatan tubuh zat itu juga bisa mengganggu kita secara emosi dan kejiwaan. Suasana hati yang cepat berubah, mudah marah, dan hilangnya konsentrasi. Nampaknya adalah salah satu efek sampingnya. Kita harus selalu menyadari, makanan itu lebih dari sekedar mengenyangkan. Ada kekuatan tersembunyi di dalamnya.n Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Tanah Angkatan 2013 Koordinator Liputan PK Identitas 2017
ut a n L i a n g mendung. Menudungi Rukka yang pulang dari perantauan setelah lima tahun lebih mencari nafkah di Malaysia. Dari Enrekang— ibukota kabupaten, Rukka tiba dengan napas tersengalsengal. Tiba di Kaluppini ini, Rukka tampak tak terbiasa melewati jalan yang menanjak. Dingin yang menusuk-nusuk seolah tak pandai lagi dilumat kulitnya bagai kebiasaannya di kampung ini dilesap perantauan. Ada hal yang telah kuceritakannya. Alasan pesta adat menjadi dasarku Rukka terbujuk ingin pulang. “Jadi, aku mesti menunggu prosesi peletakan gendang di pesta adat ini ya kak?” Aku mengangguk. Rukka tak mungkin membantahku. Pesta adat ini berlangsung selama empat hari. Sekali delapan tahun yang pantang disia-siakan masyarakat Kaluppini. *** Kulihat langkah Rukka meninggalkan masjid setelah menunaikan ibadah Jumat. Aku rindu, namun tak mungkin kuungkapkan perasaan ini di hadapannya. Sebab, ia telah memiliki istri yang kutahu dari Mappi. Tapi, tak kulihat Rukka membawa istrinya ke Kaluppini ini. Sungguh, aku tak bisa meredam keinginan Rukka yang terlanjur terjadi. Namun, yang kutahu ia lelaki pengingkar. Tak setia denga kata-katanya. Aku merasakannya seperti dicambuk. Di bawah pohon beringin tua, riuh rendah suara orang berkumpul kudengar seperti angin lalu. Pesta adat ini, diharapkan memberi kebahagiaan baru bagi masyarakat Kaluppini ke depannya. Namun, tak kusangka. Dorongan kuat menghunjamku dari belakang. Aku tersungkur. Aku tak bisa mengukur kejatuhanku ke tanah.
ilustrasi/sri hadriana
Tak mampu kukendalikan tubuhku tanpa persiapan menahan tumpuan dari sepasang kakiku. Mungkin, karena dari tadi aku melamun. Tak cukup hirau dengan keadaan sekitar. Anehnya, aku tak tahu dari arah mana Rukka melangkah menghampiriku. Padahal tadi aku melihatnya berdiri di sekitar pohon beringin. Aku tak acuh. Mungkin, melamun membuatku jadi begini. Suara tegas namun merdu hinggap ke liang telingaku. Aku menatapnya begitu pun dirinya. Kenangan masa silam basah dan berenangrenang kembali kuselami. Bahkan kuarungi seperti ada di samudra. Tapi, aku sadar. Jarak masih terlalu panjang bagiku dengan Rukka. Aku telah memiliki suami. Entah mengapa aku yang memulai percakapan, “Rukka,” sapaku tak canggung. Lalu, kuucapkan terima kasih padanya. Aku bangkit, setelah Rukka meraih tanganku. “Kulihat ayahmu menghentikan pesta adat ini. Orang yang berkerumun maju ke depan. Mengikuti barisan yang ada di depannya. Ada imbauan. Ternyata, pesta ini mesti ditunda beberapa menit,” aku balas menyapa Manni setelah sekian lama aku tak mendengar suaranya. “Ada masalah apa?” Aku bertanya ke Rukka. Karena betul-betul aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rukka keheranan. “Jadi, kau tidak mendengar ayahmu memberi aba-aba tadi?” Aku bingung. Mengangguk. Beruntung Rukka mengerti. Tampaknya, rasa mengertinya masih ada yang tersisa. Aku bisa merasakannya di dadaku. Walau, yang kualami saat ini pilu. Dari jauh suamiku melihat tingkahku barusan. Sudahlah, batinku. *** Di depan sapo, rumah adat di Kaluppini. Kulihat ayah geleng-geleng kepala.
15
SASTRA
Mungkin tak menyangka di luar kendali pikirnya. Tanpa gendang, pesta adat ini tak akan dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Bagaimana tidak, gendang itu bakal diletakkan di sebuah batu bagai dibiarkan dijemur. Batu yang tak sembarang batu. Dan gendang itu seperti tahun-tahun perhelatan pesta adat sebelumnya akan duduk di batu itu. Masyarakat Kaluppini percaya, di batu yang jumlahnya sembilan itulah sembilan bersaudara dari Tomanurung menghilang. Batu yang berada di sisi kanan masjid. Pesta adat ini dihelat, agar leluhur tak murka, karena dianggap durhaka. Kurang diuntung sebagai cucu leluhur. Tak dilihat gendang itu berada di masjid yang bertahun-tahun dipakai dan dijaga masyarakat adat Kaluppini seperti anak dalam gendongan ibu. Gendang yang tiap waktu ditabuh memanggil masyarakat Kaluppini berbondongbondong ke masjid membuat ayahku bingung bukan main. Kerumunan ribut. Desasdesus. Ayahku berusaha menenangkan situasi. *** “Buat apa pesta adat ini dihelat jika Manni hamil bukan karena Rukka.” “Jangan terlalu emosi kak Mappi. Masyarakat Kaluppini bakal memenggal kepala kita. Jika kita ketahuan yang membuang gendang itu di gunung Buntu Kabobong. Jangan meluapkan sakit hati kak. Ini masalah perasaan kak Rukka mengapa kakak yang mengurusinya?” “Karena Rukka adikku. Demi Rukka, Ukki. Kau tahu kan, Rukka mesti merantau mencari uang buat menikahi Manni.” “Tapi, buktinya kak Rukka sudah menikah di perantuan.” “Tetap Ukki.” “Aku yakin, Rukka menikah, karena ia ingin membalas sakit hatinya pada Manni yang lebih dulu menikah dengan lelaki lain.” Aku diam jenak. Kak Mappi sudah meredamkan emosinya. Walau, aku tak yakin dadanya tak bergemuruh. Ia mencoba menenangkanku di tengah
kerumunan pesta adat ini. Orang-orang telah memadati pohon beringin. Melingkarinya. “Ini tak bakal ketahuan adikku. Tak ada yang melihat kita mengambil gendang itu di masjid semalam. Kau ikuti saja jalannya pesta adat ini. Seperti seseorang yang gusar. Sukar tenang karena gendang itu memang perangkat jalannya pesta adat ini.” “Tapi, Manni sudah tenang di sapo dengan suaminya kak.” “Tidak Ukki. Manni tidak tenang. Aku yakin itu. Ia menginginkan Rukka. Raut wajahnya lain ketika kuberitahu Rukka telah menikah dengan wanita asal Kalimantan. Manni memang tak ingin mengakuinya dengan jelas. Sebab, ia tak ingin memulai.” “Jadi, buat apa kak Mappi memanggil paksa kak Rukka pulang jika tak melihat jalannya pesta adat ini lancar. Buat apa kak?” Suaraku tegas menanggapi. Kulihat kak Mappi tanggap seolah ia ingin mengembalikan emosinya. Tapi, ia kakak yang pandai mengatur amarah kepada adiknya. *** “Mati kau Mappi. Pesta adat ini hanya sekali delapan tahun diadakan mengapa kau membuang gendang itu!” suami Manni menunjuk kakakku. Kemudian namaku juga ia sebut-sebut. Dengan makian dalam bahasa Melayu yang mendidihkan perasaan untuk emosi. Kulihat mata orang-orang yang hadir di maccera manurung ini tajam bagai mengumpulkan kekuatan untuk memerah menyala. Tak kulihat Kak Rukka. Begitu pun Manni. Kemarin kak Mappi bergurau. Namun, tak kutanggapi serius. Menyarankan kak Rukka membawa lari Manni. Inikah rencana yang dimaksud kak Mappi. Mungkin kak Rukka ingin membuktikan dirinya bukan lelaki pengingkar. Tapi, aku pun kena sasarannya.n Penulis adalah Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Unhas Angkatan 2014
PUISI Anak Rantauan dari Desa Oleh” Nurlatifah Amu MENGADU nasib di perantauan yang ganas Bahkan harus berkenalan dengan preman jalanan Menjadi potret pilu anak rantauan dari desa Luntang-lanting pada jarak dan waktu yang sempit Berteduh pada petak persegi dari kayu lapuk Meninggalkan mimpi dalam cengkeraman pahit perkotaan Bermunajat meraih cita menggapai asa Berbekas pada pelabuhan rekayasa Bertahan dengan materi yang tak seberapa Mendorong kaki dan tangan bekerja lebih giat Berilmu tak cukup tanpa pengorbanan Hingga kelak hasil yang akan berbicara Doa orang tua tak lekang oleh waktu Membimbing dalam balutan sutra yang hangat Meskipun hati berbisik ingin pulang Tak sanggup raga ini hadapi peliknya dunia Tapi nestapa tak akan betah bertahan pada ksatria Bahkan jiwa mampu mengobati luka berbekas Sampai pada akhirnya dibalas dengan berlian Dan berlabuh di puncak kejayaan Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2016
Coto Beracun Oleh: Alfian Dippahatang Eat only foods that have been cooked by humans. —Michael Pollan CINTA yang tak terkontrol seperti pengawet, pewarna, dan garam yang sengaja berlebihan ditaburi oleh koki profesional, agar roti atau daging panggang yang terpajang di etalase, disinari lampu terang mendapat embel-embel tahan lama. Lalu keresahan berikutnya yang harus dijawab —adakah cinta yang sebenarnya cinta dapat terkontrol? Engkau pun menemukan kenyataan, bahwa aku rela makan coto yang tak kutahu telah diberi racun —racun yang muncul dari rasa muakmu melihat tubuhku semakin gemuk dan tak berleher. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Unhas Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2014
Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan Panjang Naskah 2 Halaman, Spasi satu, Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.
16
LINTAS
identitas
NO. 875, TAHUN XLIII, EDISI MARET 2017
Kejarlah Ilmu Hingga ke Negeri Cina Oleh : Brenda Winata
A
khir Januari kemarin, saya baru saja kembali menginjakkan kaki di Bumi Pertiwi setelah menyelesaikan program kursus Bahasa Mandarin di Universitas Nanchang, Jiangxi, Republik Rakyat Tiongkok. Perjalanan saya untuk bisa merasakan pendidikan di Negeri Tirai Bambu berawal pada tahun 2014. Saat itu, saya terinspirasi dengan perkataan dari salah satu dosen. “Pelajarilah bahasa asing selain Bahasa Inggris, karena sepuluh atau lima belas tahun yang akan datang hampir semua orang akan bisa menguasai Bahasa Inggris,” ujarnya saat itu. Dari situlah hati saya tergerak untuk mempelajari bahasa selain Bahasa Inggris. Pilihan saya jatuh pada Bahasa Mandarin. Keputusan ini sangat didukung oleh orangtua saya, terutama Ayah. Ia sangat antusias mendengar saya ingin mempelajari bahasa yang banyak digunakan di dunia tersebut. Selama mempelajari Bahasa Mandarin, saya merasakan beberapa kesulitan. Tapi ini menjadi sebuah tantangan. Dari situ, saya paham bahwa mempelajari bahasa asing itu membutuhkan niat dan minat yang besar. Semakin dalam kita berusaha untuk mempelajari sebuah bahasa, maka semakin sulit pula tingkatannya. Usaha saya belajar Bahasa Mandarin pun tak sia-sia. Keberuntungan berpihak pada
saya saat Mei tahun lalu. Saya lulus untuk mengikuti program kursus Bahasa Mandarin selama satu semester di Universitas Nanchang. Program ini saya dapatkan dari beasiswa Confucius Institute. Confucius Institute ini ialah institusi non–profit yang bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan Republik Rakyat Tiongkok untuk mempromosikan bahasa dan kebudayaan Negeri Tiongkok. Saat itu, saya jadi satu dari sekian orang yang beruntung yang mendapatkan beasiswa ini 29 Agustus 2016 perjalanan saya menuju Tiongkok dimulai. Namun, sebelum mencapai Tiongkok saya sempat tinggal di Singapura selama beberapa hari. Di sana saya mendapatkan seorang teman yang kebetulan juga berasal dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Perkuliahan di Universitas Nanchang dimulai pada 12 September 2016. Sebagai mahasiswa kelas bahasa, saya diwajibkan mengambil lima mata kuliah. Diantaranya, Comprehensive Course, Speaking Course, Listening Course, Tutoring HSK 4 dan Chinese Culture. Selama belajar di negara yang memiliki perekonomian kedua terbesar di dunia tersebut, saya merasa bahwa tekanan belajar di sana sangat kuat. Sebagai contoh, tugas-tugas yang menggunung setiap harinya dan harus dikumpulkan sesegera mungkin, persaingan yang kuat di antara para
mahasiswa, ujian yang sangat ketat bahkan bisa dikatakan tidak ada celah untuk ‘melihat jawaban orang lain’. Selain itu, keadaan kelas di mana semua dosen berbicara menggunakan Bahasa Mandarin setiap waktu. Ritme belajar seperti ini harus saya ikuti. Saya harus lulus ujian karena itu kewajiban yang harus saya lalui sebagai penerima beasiswa. Namun, informasi ujian yang segera digelar tibatiba diberitahukan. Ini membuat persiapan saya harus lebih cepat dan matang. Selama kurang lebih sebelas hari, saya belajar hingga subuh menjelang. Cuaca saat itu pun sedang dingin. Namun, usaha saya berakhir manis. Saya dinyatakan lulus ujian dengan hasil yang memuaskan. Pada saat ujian, kami diawasi oleh delapan dosen dan empat kamera CCTV. Selama saya belajar di Tiongkok ada satu hal yang saya apresiasi. Suasana kampus di sana sangat kondusif, berbeda dengan di Indonesia. Jika di Indonesia, kita bisa dengan mudahnya menjumpai mahasiswa yang berkumpul sambil
berbicara dalam waktu yang lama. Di Tiongkok, tidak ada situasi seperti itu. Semua mahasiswa sibuk belajar. Atmosfer ini mendorong kami untuk terus berkembang. Selama belajar di Nanchang, saya juga mendapatkan banyak teman. Ada yang berasal dari Korea Selatan, Inggris, Jerman, Rusia, Vietnam, Uzbekistan, Somalia, Madagaskar dan juga Tiongkok itu sendiri. Awal bulan Desember, kami mengunjungi kota Changsha, sebuah kota budaya yang sudah
berusia lebih dari 3000 tahun yang terletak di Provinsi Hunan. Ujian akhir semester ganjil di Universitas Nanchang berakhir pada awal Januari 2017. Setelahnya, saya memperolah sertifikat dari hasil ujian-ujian yang telah diikuti, dan akhirnya pamit meningggalkan Nanchang.n Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2013