Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
Ketika Danau Unhas Tak Mampu Menampung Air Hujan Ketika memasuki musim hujan, Unhas selalu saja dihantui rasa takut oleh luapan air danau akibat derasnya hujan. Bagaimana tidak, hampir setiap tahun Unhas selalu menjadi langganan banjir. Lanjut hal. 5
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
DARI REDAKSI
2 TAJUK
Apa Jadinya Skripsi Tanpa Seminar Proposal? SEBAGIAN besar mahasiswa memulai kehidupan kuliahnya dengan membawa suatu misi. Entah itu misi yang murni timbul dalam dirinya atau kah misi titipan orang tua atau orang terdekatnya. Apatah lagi kalau bukan memperoleh predikat mahasiswa cum laude. Prestisius memang. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang sangat keras dari mahasiswa untuk meraihnya. Selain harus memiliki Indeks Prestasi Kumulatif akhir yang baik yakni 3,514,00, pun mahasiswa mesti menyelesaikan studinya secepat mungkin. Minimal telah menyelesaikan semua perkuliahan dalam kurun waktu tiga tahun tiga bulan, maksimal empat tahun. Demi menghasilkan mahasiswa yang cepat menyelesaikan studinya itu alias semakin banyak mencetak lulusan cum laude, Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu melalui Surat Keputusan Rektor nomor 2781/UN4.1/ KEP/2018 tentang Penyelenggaraan Program Sarjana Unhas tak lagi mewajibkan mahasiswa angkatan 2018 melaksanakan seminar proposal. Untuk menyiasati hal itu, proposal yang telah mahasiswa buat hanya akan didiskusikan bersama dosen pembimbing. Setelah itu, mahasiswa tersebut dapat melakukan penelitian hingga akhirnya ujian meja. Lantas apa jadinya penelitian tanpa seminar proposal kelak? Bukankah proposal salah satunya bertujuan menjernihkan alias memperjelas latar belakang dan metode penelitian sebelum mahasiswa melaksanakan penelitian? Tak hanya itu, saat seminar proposal, sejumlah orang akan menghadiri acara tersebut. Pun mereka memiliki hak untuk mempertanyakan dan memberi saran atas rancangan penelitian yang dipaparkan. Tanpa seminar proposal nampaknya, peluang hasil penelitian ala kadarnya akan semakin tinggi. Hal tersebut dapat dipicu dari tujuan sejumlah mahasiswa yang hanya sekedar ingin lulus tepat waktu dan mendapatkan gelar prestisius itu tadi. Itu saja. Tanpa memikirkan apa dampak yang bisa ia berikan kepada masyarakat atau ilmu pengetahuan melalui penelitiannya itu. Terlebih rancangan penelitiannya hanya didiskusikan bersama dosen pembimbing. Tanpa ada orang lain yang akan mengkritik atau memberikan saran terhadap proposal tersebut. Padahal bisa jadi, dengan adanya seminar proposal, ide penelitian yang awalnya diusulkan dapat menjadi lebih tajam dan jelas setelah diuji. Di sisi lain, lulus dengan cepat alias tepat waktu tak menjamin mahasiswa segera mendapat pekerjaan. Dilansir dari tirto.id bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan universitas naik sebesar 1,13 persen. Dari 5,18 persen menjadi 6,31 persen. Data itu berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik terkait kondisi ketenagakerjaan di Indonesia selama Februari 2017 hingga Februari 2018. n
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
KARIKATUR
SOSIAL MEDIA
ILUSTRASI/MUH.NAWIR
SURAT DARI REDAKSI Selengkapnya kunjungi www.identitasunhas.com #identitasunhas #identitasonline #kampusunhas #unhastawwa
ASMADI
Serikat Perusahaan Pers: PK identitas Unhas kembali meraih penghargaan Indonesia Student Print Media (ISPRIMA) 2019 dalam kategori Non-Majalah Sulawesi di Surabaya, Kamis (7/02).
P
Kemenangan Bersama
K identitas Unhas selalu berusaha menyajikan berita yang berkualitas untuk seluruh pembaca dan berupaya kritis dalam menilai perkembangan perguruan tinggi ini. Baru-baru ini, koran Identitas menjadi salah satu pemenang di ajang bergengsi Indonesia Student Print Media Awards (ISPRIMA) 2019. Ajang penghargaan yang digelar oleh Serikat Perusahaan Pers. Penghargaan yang telah diterima
Identitas ini, tidak lain adalah hasil dari seluruh kerja keras tim dan dukungan dari seluruh sivitas akademika. Pada edisi Februari ini, Identitas menghadirkan berita seputar penelitian dosen terindeks scopus dan permasalahan banjir yang terjadi di Unhas beberapa tahun terakhir. Selain itu, jangan lewatkan beritaberita menarik lainnya, seperti figur mahasiswa dan dosen, tips, opini, dan sastra. n
View all comments git_angriawan Andalan mmg Pak Ridho maczman_unhas Sudah tertangkap???? alta_2727 Kayak mi kopasus kalau beroprasi tawwa muhasan_ali Mantap pak satpam identitas_unhas @maczman_unhas sudah tertangkap pelakunya rijaljafar @identitas_unhas maaf saya gagal faham dengan pernyataan “pelaku meminta bantuan kepada korban untuk diantar ke rumah dosen pelaku�, mohon penjelasan.a jihannaaa__Saya jam 10 diminta begitu jugaa minta antar ke Rappocini sih tapi tidak kurespon karna kuliah justbeuty_tiens Sudahka juga jadi korban kodong di taman2nya pascasarjana unhas. Tidak ada satpam jaga di pascasarjana itu hari ugep_abuhaerah_andisaini Pelakunya pake motor apa? umi_rintin Untuk setiap staf, pegawai maupun teman mahasiswa... di harapkan hati�... tetap waspada supaya tidak terulang lagi rrnamirah03 @hestyhesty1112 deeh sempat kmrin ada yg pinjam hp ta, seandainya kita ksh pinjam ya Allah.. kan nami sdh blg toh jgnki cpat prcya sma orang klau yg bgtu modus ji biasanya.. hestyhesty1112 @rrnamirah03 iya ukhty, Masyaallah sekali, hampir kena tipu, untung kita ingatkan ka.. ernamustamar Saran saya, kalau ada modus kayak gitu mending langsung dipesan kan angkutan online atau offline.
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi nKetua Penyunting: Ahmad Bahar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Sri Hadriana nKoordinator Liputan: Ayu Lestari nLitbang SDM: Andi Ningsi nLitbang Online: Musthain Asbar Hamsah (tidak aktif) nLitbang Data: Fitri Ramadhani, Fatyan Aulivia nStaf Penyunting: Norhafizah (tidak aktif), Nur Mala (tidak aktif), Muh. Nawir (tidak aktif) nFotografer: Dhirga Erlangga (tidak aktif), Mutmainnah (tidak aktif) nArtistik dan Tata Letak: Renita Pausi Ardila (tidak aktif), Wandi Janwar nIklan/Promosi: Khintan nReporter: Rezky Ida Suryadi (tidak aktif), Urwatul Wutsqaa nTim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan wwMashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Februari 2019 Foto : Arisal Layouter : A. Suci Islameini H. Wandi Janwar
WANSUS
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
3
Kepala Bappenas: Esensi SDGs adalah Manusia
T
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) atau SDGs adalah salah satu agenda pembangunan yang disusun oleh Perserikatan BangsaBangsa (PBB). Terdiri atas 17 tujuan dengan 169 capaian dalam mewujudkan kemaslahatan manusia dan bumi. SDGs ini merupakan lanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs) yang dahulu dicanangkan pada tahun 2015.
Bagaimana pendapat Anda terhadap SDGs? SDGs ini esensinya yang pertama adalah orang (people), yaitu siapa yang akan kita berdayakan. Makanya ada goal terkait kemiskinan, dan kesenjangan. Misalnya ada mahasiswa yang akan menjadi walikota atau bupati, maka akan dituntut untuk menghilangkan kesenjangan atau kemiskinan. Selanjutnya, di mana orang itu tinggal (environment). Gangguan iklim ternyata membuat bumi ini menjadi tidak sekuat yang kita bayangkan. Seperti adanya global warming. Tapi global warming ini tidak membuat bumi menjadi lebih panas dari yang sebelumnya. Namun justru membuat cuaca semakin ekstrim. Yang dingin makin dingin, dan yang panas makin panas. Intinya, planet itu harus kita jaga, kalau tidak, maka cuaca ekstrim akan semakin ekstrim, dan akan tidak produktif sehingga hidup lebih sulit. Hal itu dapat berdampak pada perbaikan hidup atau tuntutan akan kesejahteraan (economy). Artinya, bagaimana kebutuhan hidup dasar dapat terpenuhi. Apa yang membedakan MDGs dengan SDGs? Selain kata Millenium dan Sustainable yang membedakannya, MDGs itu sifatnya Governmentsentric. SDGs diharapkan lebih besar mencapai tujuannya karena yang bekerja tidak hanya pemerintah. Tapi melibatkan aktor di luar pemerintah. MDGs juga sama sekali tidak berbicara mengenai perdamaian, karena memang fokus pada isu pembangunan yang bersifat ekonomi. Tahun 2015, perdamaian (peace) ini dilihat sebagai hal yang penting, maka masuklah ke dalam bagian SDGs. Lantas, mengapa Anda memilih Unhas sebagai SDGs Center? Kita mewujudkan SDGs center di Unhas sebagai perwujudan partisipasi kalangan akademik dalam upaya pencapain SDGs. Tujuan pembangunan berkelanjutan adalah agenda pembangunan, jadi SDGs center ini untuk membuat sivitas akademika, terutama mahasiswa agar memiliki kepedulian yang tinggi terhadap upaya kita dalam
mencapai agenda pembangunan itu. Pertimbangannya juga, Unhas sudah memiliki persiapan dan konsep yang bagus. Poin mana pada SDGs yang harus betul-betul diperhatikan oleh mahasiswa sebagai agen intelektual? Sebenarnya, fokusnya harus jelas. Yang perlu dilakukan adalah mau fokus di mana, dan mau berkontribusi paling besar di mana. Kalau menurut saya tidak perlu semuanya di ‘gas full’ kemudian ramai-ramai dikerjakan, karena kembali lagi, dengan sumber daya terbatas maka perlu ada prioritisasi. Jadi, saya harap rektor Unhas dan jajarannya dapat menentukan, yang mana akan menjadi kontribusi paling optimal dari sivitas akademika Unhas.
Keberlanjutannya pun ditargetkan hingga 2030 mendatang. Agenda SDGs itu, turut diadopsi oleh pemerintah Indonesia sebagai agenda pembangunan lima tahun ke depan. Lebih rinci, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menjelaskan terkait Agenda SDGs yang sempat dikutip reporter identitas, Mayangsari saat memberikan Kuliah Umum di Ruang Senat Rektorat, Selasa (12/2).
Dalam SDGs ini, kami mempopulerkannya sebagai gerakan, bukan hanya sekedar komitmen yang harus dijalankan. Jangan hanya menjadi sebuah kewajiban, tapi menjadi semacam gerakan. Karena ujung-ujungnya, kita harus mengubah mindset orang. Tidak bisa lagi hanya dengan sekadar peraturan atau kebijakan. Melainkan bisakah hal tersebut mengubah pola pikir seseorang. Nah itulah yang menjadi esensi SDGs. SDGs ini juga sudah kami masukkan sebagai rencana pembangunan lima tahun. Sebenarnya, saat kita mengerjakan agenda SDGs,
kita mengerjakan agenda kita sendiri. Kita juga sudah punya legal basis, seperti rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah. Apa harapan anda terhadap SDGs ini? Sivitas akademika sebagai kalangan akademisi diharapkan dapat memiliki peran yang lebih dalam dan esensial dalam menyelesaikan masalah pembangunan yang dinyatakan dalam SDGs. n
Bagaimana langkah pemerintah untuk meningkatkan kepedulian pemuda terhadap SDGs?
IDENTITAS/ARISAL
Data Diri Nama : Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E, M.U.P., Ph.D Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Oktober 1966 Riwayat Pendidikan : - S1, Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 1985-1990. - S2, Ekonomi Pembangunan, University of Illinois, Urbana Champaign, Amerika Serikat, 1991-1993 - S3, Ekonomi Pembangunan, University of Illinois, Urbana Champaign, Amerika Serikat, 1993-1997. Karier : - Komisionaris Independen, PT PLN, 2004 – 2009 -Komisionaris Independen, PT Adira Insurance, 2006 – 2011 - Menteri Keuangan RI 2014-2016 - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas, 2016-2019 Penghargaan : - Visiting Fellow, The Indonesia Project-Australian National University (ANU), Australia, 2004 - Eisenhower Fellowships, The Single Region Program– Southeast Asia, Amerika Serikat, 2002 - ISEAS-World Bank Research Fellowship Award (as Visiting Research Fellow), The Institute of Southeast Asian Studies, Singapura, 1999 - Visiting Fellow, The Institute of East Asian Studies, Thammasat University, Thailand, Maret 1999 - Academic Scholarship awarded by the Indonesian Government – HED, Agustus 1991 – Desember 1995 - Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia, 1989
4
OPINI
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
Rentannya Krisis Identitas
T
elah menjadi wacana arus utama, bahwa Indonesia sekitar 26 tahun dari sekarang akan tiba pada masa emasnya. Hal itu disebabkan usia kerja dan atau penduduk produktif di masa itu meningkat signifikan. Namun, selayaknya kita tidak serta-merta membayangkan hari itu datang dengan pelabelan utopis ‘masa emas’, seolah hal demikian adalah niscaya. Senada dengan seorang ilmuan dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau DARPA “Defense Advanced Research Projects Agency”, Dr. Justin Sanchez pada 2016 lalu, mengatakan dalam suatu forum Internasional. “Pada 2045 mendatang, hampir semua aspek kehidupan akan berlangsung praktis, dan energi fisik manusia hanya dibutuhkan seminimal mungkin (Liputan6.com, 2016).” Kemungkinan itu berlaku secara global. Lantas, samakah halnya Indonesia? Sebagaimana sloganslogan semisal “Bonus Demografi,” “Indonesia Emas,” “Generasi Emas,” dan lainnya,tak pantas apabila terus diromantisasi, tanpa menilik lebih mendasar substansi yang bakal mewujudkannya kelak. Sebab
jika tidak, bangsa ini hanya akan mengulang kekalahan-kekalahan dari masa lalu. Tapi sebelumnya, di Bumi Pertiwi, ketimpangan yang sering dikategorikan ‘konflik identitas’ kerap kali menjadi arena perselisihan, baik secara horisontal maupun vertikal. Ditambah lagi, maraknya penyalahgunaan ‘Media Sosial’ yang membuat siapa saja bebas menubuatkan hal-ihwal kepada khalayak, tanpa mampu menjaga kredibilitasnya sama sekali. Sebut saja kelakuan para ‘Buzzer’ atau mudahnya mafia media sosial. Sehingga, bagaimana mau selesai pada substansi, ketika identitas kita saja masih terombangambing dalam kekaburan. Atau, apakah memang identitas adalah substansi yang hendak ditilik itu? Substansi sebut saja pokok atau inti atas segala sesuatu. Dalam kaitannya dengan sebuah Negara (baca; Indonesia) tentu bisa dibilang, identitaslah yang menggerakkan kita, atau yang Benedict Anderson maknai sebagai Nasionalisme. Sebagaimana kita tahu, identitas adalah perihal yang membangun kesadaran diri sebuah individu maupun kelompok. Namun, identitas tersebut, kian
tersegmentasi dalam sekat-sekat Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) dewasa ini. Lalu, jika demikian, apakah substansi sama dengan identitas, dan identitas adalah keberagaman ? Lebih jauh, keberagaman adalah sebentuk ekspresi atau perwujudan terkait elemen-elemen mendasar yang sebelumnya saling berkaitan. Martin Suryajaya (2010), mengatakan bahwa segala sesuatu yang mengada saat ini adalah efek dari konfigurasi aktivitas manusia. Jadi, sederhanya tidak akan akan keberagaman tanpa adanya manusia. Dengan kata lain, SARA tanpa manusia yang mengondisikannya tidak akan pernah mewujud sebagai identitas. Maka, secara gamblang substansinya adalah manusia itu sendiri. Kekeliruan memaknai secara literer, berangkat dari pemahaman yang kurang akan konteks yang melingkupinya, sebagai dampak tidak utuhnya kita dalam membaca. Sebagai contoh, dalam sebuah kasus, ‘penyitaan paksa’ buku-buku yang dianggap ‘kiri’ atau sebut saja ‘komunis’ pada salah satu toko buku di Pare Kediri, oleh beberapa oknum. Bagaimana tidak, di antara
buku yang disita, terdapat beberapa karya ‘Soe Hok Gie’ yang notabene ‘non-komunis’ pada masanya. Bukankah kasus demikian itu selain daripada melanggar beberapa aturan, juga sebagai bentuk oknum yang keliru atau sama sekali tidak memahami ‘teks’ dengan benar. Dan imbasnya adalah pemberitaan di media sosial yang reaksioner dan saling hakim-menghakimi. Di sisi lain, penyitaan buku-buku serupa juga adalah sebuah bentuk ‘krisis literasi’ yang nyata. Nah, kita telah menemukan satu masalah lagi, tiada lain ‘krisis literasi’. Sebagai asumsi berikutnya, substansi manusia yang rentan terdampak ‘konflik identitas’ itu diakibatkan juga atas ‘krisis literasi’, yang kemudian menyebrang menuju ‘krisis identitas’. Jika begini, masa emas yang menunggu kita 27 tahun di depan, bukan tidak mungkin akan mundur beberapa dasawarsa lagi. Lepas dari dari itu, penggunaan media sosial, oknum reaksioner, dan ramalan (baca: kemungkinan) masa depan adalah gabungan dari dampak dan konsekuensi yang wajar dalam era modern. Mengantisipasinya sangatlah dimungkinkan, selagi kita sebagai
Oleh : Ibnu Khair substansi masih terus berusaha mawaraskan diri. Marilah meminjam ungkapan Dito Anurogo (2018) sebagai jalan untuk tetap waras. Itulah literasi yang sehat, sebagai sehat yang multidemensi dan multiperspektif. Lebih lanjut ia mengatakan sehatnya literasi didukung dengan kemudahan (1) akses berbagai buku, (2) literatur, (3) referensi yang melingkupi ilmu pengetahuan secara luas. Maka itu, tanpa dibarengi budaya literasi, seyogianya sistem yang terbangun hanya menghasilkan manusiamanusia yang ugal-ugalan. Juga tentu saja rentan terjangkit krisis identitas. n Mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2015
Menepis Berita Hoax dengan Fact Checking
Oleh : Kurais Fikran
K
eberadaan internet sebagai media informasi yang ada di zaman ini sangat memberi kemudahan bagi setiap kalangan dalam mengakses berbagai informasi maupun berita-berita terbaru yang dibutuhkannya dengan sangat cepat dan mudah. Di beberapa daerah yang ada di Indonesia bisa dengan mudah mengakses internet, menurut survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), populasi penduduk Indonesia saat ini mencapai sekitar 262 juta orang dan sekitar 54,7 persen atau setidaknya 143 juta orang telah dapat mengakses jaringan internet di sepanjang tahun 2017. Sebagian besar masyarakat indonesia mengakses informasi maupun berita-berita di media Online, Namun di samping itu banyak pula informasi atau berita
yang disebarkan secara individu atau berkelompok yang tidak dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya atau terindikasi hoax. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Oleh Mastel (2017), menyebutkan bahwa saluran media online yang banyak digunakan dalam penyebaran hoax adalah situs web sebesar 34,90%, aplikasi chatting (Whatsapp, LINE, Telegram) sebesar 62,80% dan media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Path) sebesar 92,40%. Bagaimana seseorang dapat mudah menerima berita Hoax? Hasil penelitian Central Connecticut State University (CCSU) tahun 2016, Indonesia menempati rangking literasi ke 60 dari 61 negara dalam The World’s Most Literate Nations. Indonesia tertinggal dari negara pengguna facebook terbanyak lainnya, yakni Amerika Serikat (7) dan Brazil (43). Indonesia juga tertinggal dari sesama negara ASEAN, yakni Singapura (36), Malaysia (53) dan Thailand (59). Adapun lima besar urutan negara dengan rangking literasi tertinggi adalah Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia. Menurut Data PISA (Program for International Student Assessment), Indonesia menduduki peringkat 69 dari 76 negara pada 2015 berdasarkan skor membaca. Statistik UNESCO pada 2012 juga
menunjukkan bahwa indeks minat baca di Indonesia sekitar 0,001%. Artinya dalam setiap 1,000 orang, hanya satu orang yang memiliki minat baca. Menurut UNESCO, literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi, dan menghitung, menggunakan bahan cetak dan tertulis yang terkait dengan berbagai konteks. Krisis literasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan mudahnya seseorang dapat mudah menerima berita hoax Artinya terkadang seseorang dapat menerima berita secara mentahmentah tanpa mengidentifikasi, menafsirkan apakah berita tersebut benar atau tidak. Faktor lain seperti malasnya seseorang untuk mengidentifikasi berita yang di dapat, hal ini membuat seseorang dapat menyimpulkan apapun informasi yang ada di medsos itu benar dan terkadang sebagian besar langsung mengirim informasi ke berbagai media sosial yang membuat berita Hoax sangat mudah menyebar ke berbagai kalangan. Bagaimana cara kita membentengi diri dan tidak mudah terpengaruh dari berita Hoax ? Salah satu cara agar kita tidak berpengaruh dalam berita Hoax adalah melakukan fact checking. Fact checking adalah tahap
pengujian informasi yang tujuannya meminimalisasi kekeliruan data dan fakta sebelum informasi disiarkan ke masyarakat luas. Terkadang berita hoax memiliki judul yang menarik yang ditulis secara provokatif dan tidak selalu menggambarkan isi berita, Maka dari itu, walaupun ada berita yang terdengar sangat menarik, jangan langsung percaya, lakukan lagi pengecekan ulang terhadap data dan fakta di dalamnya. Bagaimana cara mengetahui bagian berita yang perlu di cek?. Langkah yang perlu kita lakukan yaitu dengan menentukan isi bagian dari berita yang perlu kita cek, salah satunya dengan mempertimbangkan apakah ada tidaknya fakta pengetahuan umum (common knowledge) di dalam berita, contohnya seperti “ayam itu bertelur”, namun kalau ayam itu dapat beranak atau menyusui itu perlu di pertanyakan lagi kebenarannya, icara sederhana menentukan apakah beberapa bagian teks dari berita mengandung pengetahuan umum atau tidak yaitu tidak menimbulkan pertanyaan atas bagian teks dari berita tersebut, Dan, jika bagian teks itu bukan pengetahuan umum, maka cek dan cari sumber yang bisa menguatkannya sebagai fakta yang layak masuk dalam teks berita. Di dalam situs media online biasa telah terdaftar di Dewan Pers sebagai institusi media resmi di
indonesia yang memuat data dari media online seperti pemimpin redaksi, alamat kantor, maupun kontak resmi yang dapat dihubungi, hal ini bisa diketahui di halaman about us atau tentang kami di dalam situs media online, apabila ada situs yang memuat berita yang tidak memuat data diri dari situs tersebut maka sudah dipastikan berita tersebut adalah Hoax. Biasa juga penyebar Hoax menyebar beritanya menampilkan foto dengan menampilkan judul berita dari media online yang sudah terpercaya, seperti contoh berita “air putih putih diduga memperpendek usia” yang diduga dilansir oleh Kompas. Kita patut mengecek lebih lanjut berita tersebut benar dengan masuk ke situs tersebut dan mengecek waktu pengiriman berita apakah berita tersebut ada atau tidak berita tersebut dikirim dari waktu yang tertera dari berita yang ditampilkan, begitu juga berlaku di media sosial seperti twitter. Selain foto yang ditampilkan memuat judul berita atau informasi terkadang ada juga memuat Foto yang mengandung unsur provokatif. Cara mengeceknya dengan Dengan melakukan drag (menyeret) foto ke dalam google image di aplikasi browser, dari proses tersebut bisa diketahui apakah foto dan keterangan yang di tampilkan dari peristiwa berbeda atau tidak. n Mahasiswa FIKP, Angkatan 2017
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
5
LIPUTAN KHUSUS
Genangan Mengisahkan Kenangan Ketika memasuki musim hujan, Unhas selalu saja dihantui rasa takut oleh luapan air danau akibat derasnya hujan. Bagaimana tidak, hampir setiap tahun Unhas selalu menjadi langganan banjir. IDENTITAS/ARISAL
Mogok: Hujan yang mengguyur Unhas menyebabkan air danau meluap, bahkan merembes hingga ke jalan raya, Rabu (23/01).
B
eberapa hari terakhir, hujan kembali mengguyur kota Makassar. Genangan air di tepi jalan seakan membuka memori ingatan mengenai peristiwa yang terjadi sebulan lalu. Beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan mengalami kebanjiran, lantaran debit air hujan yang tidak dapat terbendung lagi, seperti yang terjadi di Kabupaten Jeneponto. Tak terkecuali Universitas Hasanuddin (Unhas). Ketika hujan deras turun, maka jalan yang berada di sekitar Danau Unhas pun mulai tergenang air. Kendaraan yang melintas harus rela mogok akibat dari menerobos genangan air tersebut. Beberapa kali air Danau Unhas yang berada di dekat Masjid Kampus telah menyebrang ke danau sebelahnya. Sehingga kendaraan tidak bisa lagi melewati jalan tersebut. Bahkan ketika terik matahari pun, Danau Unhas tetap meluapkan airnya ke jalan raya. Seperti yang terjadi pada Minggu sore kemarin (17/2). Sehari sebelumnya hujan memang mengguyur Unhas, namun tidak sampai meluapkan air. Tetapi keesokan harinya, setelah sore tiba air danau kemudian menggenangi jalan raya. Padahal hari Minggu kemarin tidak terjadi hujan. Peristiwa seperti ini bukan hanya sekali dua kali saja terjadi. Hampir setiap tahun Unhas menjadi wilayah luapan air, terutama di area pintu satu Unhas. Dalam bundel Identitas edisi akhir Januari 2011, tercatat bahwa kawasan yang selalu menjadi
langganan banjir berada di pintu satu Unhas. Hal tersebut diakibatkan oleh jebolnya saluran drainase karena ketidaksesuaian pembangunan dengan perencanaan awal. Kala itu, salah seorang tim perencanaan pembangunan drainase Unhas, Prof Lawalenna menuturkan pembangunan drainase tersebut harus dilakukan peninjaun ulang . “Banjir yang terjadi seharunsya disiasati dengan menaikkan tinggi jalan raya, sebab modelnya kini sudah cekung. Dengan perencanaan yang matang, seharusnya banjir yang terjadi tiap musim hujan tiba dapat ditanggulangi,” ungkapnya dalam bundel Identitas. Akibat genangan air secara terus menerus, menyebabkan konstruksi jalan di daerah pintu satu Unhas menjadi melengkung. Beberapa wilayah yang memang menjadi tempat berkumpulnya air adalah pintu satu Unhas, depan Fakultas Hukum Unhas, pintu dua Unhas, Ramsis Blok A Unhas, depan Fakultas Kedokteran Unhas, depan Masjid Al-Aqso, dan daerah Workshop Unhas. Dua tahun setelah kejadian tersebut, peristiwa serupa kembali terjadi. Kali ini, ketika luapan Danau Unhas mulai meninggi, anak-anak yang merupakan penduduk sekitaran kampus datang bermain di luapan itu. Tak hanya itu, bahkan beberapa orang juga mencuci motornya di pinggir danau tersebut. Di bulan Desember 2017 lalu, air Danau Unhas membeber lagi hingga ke jalan raya. Hal itu terjadi karena hujan terus mengguyur
wilayah Unhas selama sehari semalam. Akibatnya, jalan menuju pintu satu Unhas tergenang. Dalam akun Instagram identitas_unhas yang diterbitkan pada hari Rabu (20/12/2017), tertulis beberapa kendaraan nekat menerobos genangan air tersebut, bahkan sempat terjadi macet. “Kendaraan roda empat tak bisa melaju di pintu satu Unhas dan sempat terjadi macet. Serta dua pengendara motor menerobos genangan air,” tulisnya dalam akun Instagram.
“
Untuk mencapai daya saing dunia, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yakni, green campus, join campus, dan penelitian. Nah, sumur injeksi ini merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan green campus,” kata Prof Basri dalam artikel suryamalang.com, Senin (5/1/2015).
Tahun 2019 ini, wilayah Makassar dan sekitarnya mengalami kejadian nahas, terutama di Kampus Tamalanrea Unhas. Hampir di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, tergenang oleh air hujan. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu (23/1). Dalam berita online Identitas berjudul “Banjir di Makassar, Aktivitas Universitas Hasanuddin Tak Diliburkan”, Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA mengimbau kepada sivitas akademika Unhas, agar tetap
melakukan aktivitas kampus walau kebanjiran. Hal tersebut disampaikan lewat rilis yang disebar oleh Direktur Komunikasi Unhas, Suharman Hamzah PhD. Hingga sekarang Unhas sama sekali belum mengambil langkah penanganan banjir. Padahal Danau Unhas siap kapan saja meluap bila ada tambahan debit air. Jika dilihat dari salah satu universitas yang ada di Malang, Unhas sangat jauh ketinggalan. Yah, Universitas Brawijaya (UB) telah menggelontorkan dana sekitar satu Milyar Rupiah untuk membuat sumur injeksi sebanyak 100 buah di lingkungan kampus. Hal itu dilakukan pihak UB agar kampusnya tidak kebanjiran lagi. Rektor UB, Prof Dr Ir M Bisri MS mengatakan pembuatan sumur tersebut, adalah salah satu langkah agar UB bisa bersaing dengan kampus dunia. Untuk mencapai daya saing dunia, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yakni, green campus, join campus, dan penelitian. Nah, sumur injeksi ini merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan green cam-pus,” kata Prof Basri dalam artikel suryamalang.com, Senin (5/1/2015). Selain itu, Universitas Indonesia (UI) juga mengambil andil dalam meningkatkan upaya penaganan banjir. Informasi yang dilansir dari news.okezone.com, Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail mengapresiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam meningkatkan fungsi hutan kota di Kampus UI. Hutan kota seluas 150 hektare itu menjadi garda terdepan sebelum air hujan mengalir ke DKI Jakarta.
“Kita terus berkomitmen, makin lama semakin masif dan strategis. Kita harapkan semangat lakukan reforestasi kawasan hutan rusak dibuatkan lagi, pemberian izin perubahan status perlu diminimalisasi,” harapnya, Sabtu (28/3/2015). Menanggapi hal itu, Kepala Sub Bagian Rumah Tangga Unhas, Morex Rein SE mengatakan, ia pernah mendengar kabar bahwa ke depannya Unhas akan melaksanakan renovasi jalan, sebagai salah satu strateginya menghadapi banjir. “Kalau masalah penanganan banjir, saya dengar akan dilakukan peninggian jalan,” ungkapnya, Kamis (7/2). Lebih lanjut Morex menjelaskan, jika terdapat pohon yang tumbang di Unhas maka ia bersama timnya akan melakukan pembersihan. Entah itu di jalan raya maupun selokan. “Kalau saya bersama tim, setiap pagi membersihkan pohon tumbang dan selokan yang dipenuhi ranting, bahkan kami membersihkan sampai ke rumah Jabatan Rektor,” paparnya. n Tim Lipsus
Tim Lipsus Koordinator : Wandi Janwar Anggota: n Arisal n Hafis Dwi Fernando n Mayang Sari n Badaria
6
LIPUTAN KHUSUS
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
Embung, Solusi Atasi Luapan Danau Unhas Peristiwa meluapnya Danau Unhas masih menyimpan kenangan hingga saat ini. Bagaimana tidak, kejadian serupa tidak hanya terjadi sekali. Di tahun 2013 lalu, ketika hujan deras mengguyur Kota Makassar, Danau Unhas tidak bisa menampung debit airnya, sehingga air meluap ke jalan raya. Beberapa titik yang menjadi ‘langganan’ banjir tersebut yakni daerah pintu satu Unhas, Ramsis Blok A, depan Fakultas Kedokteran, dan daerah workshop Unhas. Adapun salah satu alasan Kampus Tamalanrea Unhas menjadi tempat genangan air adalah pengaruh saluran drainasenya. Untuk lebih jelas mengenai penyebab lainnya, Reporter Identitas, Arisal mendatangi Dosen Teknik Sipil Unhas, Dr Eng Ir Rita Tahir Lopa MT di ruangannya, untuk wawancara terkait hal tersebut. Berikut hasil wawancaranya. IDENTITAS/ARISAL
Bagaimana tanggapan Anda tentang kondisi Unhas yang selalu menjadi langganan banjir ? Sebenarnya dulu itu kalau Danau Unhas meluap, tidak seperti sekarang. Tidak sampai ditutup jalanan. Kan Unhas sudah punya dua tampungan air hujan di danau. Namun yang menjadi masalah adalah lingkungan sekitar Unhas, banyak perubahan tata ruang. Salah satu contohnya adalah daerah Tallasa City. Itukan wilayah sekitar Unhas yang menjadi tempat daerah resapan. Artinya tempat tersebut merupakan daerah penyerapan air hujan selama ini, tetapi sekarang telah dijadikan bangunan. Otomatis ada perubahan cover land dan tertutupnya lahan. Mestinya daerah itu meresap kan, sekarang telah tertutup. Kalau kita lihat proses hidrologi, hujan yang jatuh itu akan meresap masuk ke dalam tanah, setelah air tersebut jenuh barulah mengalir. Namun, sekarang tempat jatuhnya air hujan sudah tertutup, bukan lagi tanah sehingga tidak bisa meresap. Imbasnya, air akan mencari tempat yang lebih rendah. Daerah yang rendah ini memang memiliki drainase, tapi kapasistasnya itu sudah tidak mencukupi sehingga air
akan meluap. Seberapa besar potensi Unhas kembali banjir? Kalau dibilang Unhas, potensi banjirnya bisa lebih besar dari sekarang karena pembangunan terus berjalan. Selain pembangunan pemukiman, apa ada penyebab lain sehingga Unhas bisa kebanjiran? Ya, salah satunya adalah saluran air. Ketika drainase tidak mampu lagi menampung aliran air, maka jumlah debit air yang mengalir tidak sepadan dengan bangunan drainasenya. Seperti yang kita ketahui, drainase kan fungsinya membawa aliran buangan, dia akan menghantarkan air dari sumber buangan menuju ke badan sungai. Ketika drainasenya tidak mampu menampung, maka akan terjadi luapan. Di Unhas itu drainasenya sudah ada, air dapat dibuang ke anak sungai Tallo, misalnya Lakkang. Bagaimana seharusnya penanganan banjir di Unhas? Saya memiliki konsep baru, yakni sistem drainase berkelanjutan. Jadi konsep tersebut merupakan pengelolaan drainase yang dimulai dari pemanfaatan air hujan,
menyimpan limpasan, membiarkan air meresap, mengendapkan sedimen dan menyerap polutan hingga mem buangnya secara perlahan ke badan air. Sekarang muncul pertanyaan, mengapa kita harus manfaatkan air hujan? Nah hal ini dilakukan agar hujan yang jatuh tadi tidak semuanya melimpas, kita tangkap dulu dan setelah itu barulah menyimpannya. Sekarang kita bicara Tamalanrea, kalau di Unhas biasanya disimpan di danau. Jika tidak cukup reserved, kita masih punya tanah dan ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan. Tentunya pola pemikiran yang pertama adalah pemanfaatan air hujan. Kita tampung air hujannya melalui tangki, bahkan jika perlu kita buat danau buatan lagi. Jadi, sistemnya itu menyimpan limpasan di bawah atau underground reservoir. Contonya itu seperti yang ada di Fakultas Teknik. Di sana sudah diterapkan, mulai dari desain embungnya. Jadi kita bisa menampung air di mana saja, mau di atas ataupun di bawah tanah bisa. Apakah konsep drainase keberlanjutan ini sudah kita rencanakan bersama Unhas di
Data Diri Nama : Dr. Eng. Ir. Rita Tahir Lopa, MT. PU SDA TTL : Makassar, 19 Maret 1967 Jabatan : Lektor Kepala Alamat Rumah : Komp. Unhas Blok BG-70 Makassar Riwayat pendidikan : - S1 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin - S2 Teknik Sipil Universitas Gajah Mada - S3 Kyusu Universitas Japan
Tamalanrea? Kalau di Unhas dulu pernah, dan Universitas Indonesia juga sempat meminta saya untuk jadi narasumber. Di Sulawesi Selatan sendiri, beberapa daerah meminta saya memberikan pembelajaran terkait hal tersebut. Tahun lalu Unhas mengadakan pertemuan, saat itu Prof Dr Eng Dadang Ahmad Suriamihardja MEng mengundang saya. Ketika diminta untuk menangggapi peristiwa banjir di Makassar, di situlah saya membeberkan konsep ini. Berarti Unhas belum mengarah kepada solusi penaganan banjir jangka panjang? Belum kalau underground reservoir belum ada. Di Unhas sendiri kan sudah ada danau, tapi
kapasistasnya belum mumpuni. Misalnya, konsep yang Anda ajukan tadi diterapkan di Unhas, berapa lama waktu pembangunannya? Cepat, yang penting dananya tersedia. Kita buatkan desain dan master plan, kemudian perencanaan untuk drainasenya. Apa harapan Anda untuk Unhas ke depannya? Saya berharap konsep drainase berkelanjutan tersebut bisa diterapkan di Unhas. Inikan juga sesuai dengan Al Quran, di dalamnya dibahas hujan yang begitu banyak manfaatnya. Tentang bagaimana caranya memanfaatkan, kita bisa buat reservoir.n Tim Lipsus
Serba Serbi Cerita Luapan Danau Unhas Hujan lebat yang terjadi di Makassar sekitar dua bulan lalu, membuat beberapa wilayah tergenang. Daerah Unhas, tak luput dari peristiwa ini. Air danau yang berada di dekat pintu masuk Unhas, meluap hingga ke ruas jalan. Bahkan karena peristiwa ini, banyak pihak merasa dirugikan. Salah satunya adalah Daeng Tuppu, Sopir pete-pete Unhas. Menurutnya, karena genangan air di jalan membuat mobil petepetenya harus rela mogok. Lalu, bagaimana dengan tanggapan sivitas akademika Unhas tentang hal ini? Berikut kami rangkum pendapat mereka. Pertanyaan: Bagaimana tanggapan Anda mengenai Unhas yang selalu menjadi langganan banjir setiap tahun? Abdurrahman Abdullah,Ketua Bem Kehutanan Unhas Banjir pada umumnya disebabkan oleh pemanfataan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung dan peruntukannya. Unhas yang sibuk mengejar label world class university, selain dituntut dari segi infrastruktur seharusnya juga mengedepankan keadilan ekologi dalam pembangunannya.
Daeng Tuppu, Sopir pete-pete Menurut saya harus diperbaiki bagaimana baiknya ,dan kendalanya kalau banjir biasa mogok ki pete-pete, macet dan intinya menggangu. Dan bagusnya juga kalau na perbaiki ki pemerintah toh. Makmur, Cleaning servis di Unhas Menurut saya, tidak meresahkan ji, karena banjir itu terjadi kalau musim hujan dan hujan deras, Tapi itu ji susahnya karena di danau tidak ada pembuangannya, kalau penuh mi di danau satu pasti menyeberang mi lagi kesebelahnya. Fatimah, Warga sekitar Unhas Menurut saya, pihak Unhas atau pemerintah harus menambahkan pembatas yang ada di danau. Selain itu, di pinggir jalan seharusnya juga dinaikkan sehingga air tidak meluap lagi.
Muhtadin Asnady Salam, Dosen Biologi FMIPA Unhas Itu artinya Unhas tidak belajar dari kesalahan, karena hal ini terjadi setiap tahun dan kita ketahui bahwa Unhas memiliki banyak lulusan insinyur. Orang - orang hanya berfikir bahwa ini adalah masalah sepele, padahal dampak yang diakibatkan dari banjir ini tentu saja menghambat pekerjaan pegawai dan jalannya perkuliahan, sehingga banyak lagi yang tertunda.
M. Rahmat, Satpam Unhas Menurut saya, banjir di daerah Pintu Satu Unhas terjadi karena goronggorong yang terletak di danau tersumbat, sehingga terjadi luapan. Selain itu, memang butuh penambahan ketinggian di daerah itu, karena jalanan aspalnya sudah sangat rendah.
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
SASTRA
7 PUISI Tempias Utopia Oleh: Ipa Bahya
Nabastala taram temaram Sang jingga, hilang ditelan malam Rintikan turun jauh ke dalam Hingga menuju ke titik kelam Sayup-sayup terdengar syahdu Detingan jam mulai berlalu Sudah berakhirkah waktu Hingga aku merasa jemu Ada yang mampir ke mimpiku Saat purnama sedang berlabuh Pada jendela kaca Dan sinarnya pecah pada wajah ILUSTRASI/A. SUCI ISALMEINI H.
Datanglah sebuah kejadian Di mana lebih menggiurkan
Untuk Rektorku
B
eberapa bulan lalu, kendaraan yang terparkir tampak jarang, tak ramai seperti hari biasanya. Begitu juga, mahasiswa yang berlalu lalang, kini bisa dihitung jari. Setelah memarkir motor, Danny lalu menghampiri Ibu Rima yang setia dengan sapunya dan dedaunan yang menumpuk, “liburmi orangkah ibu?”, “iya liburmi nak,” jawab Ibu Rima. Beberapa pekan yang lalu Danny memang tidak meng-update dunia kampus, karena berada di kampung halamannya, ibunya yang sedang sakit menjadi alasan Danny harus pulang. Danny lalu menyusuri lorong-lorong gelap. Sisi kanan kirinya merupakan ruang perkuliahan yang begitu hening, tenang, terkunci, tak ada aktivitas. Hari ini tujuan Danny ke kampus adalah bertemu dengan dosen pembimbing seperti janji mereka dua hari yang lalu sewaktu Danny masih di kampung. Hari ini Danny harus bertemu dengan pembimbing tugas akhirnya. Danny diharapkan datang hari ini untuk mengkonsultasikan tugas akhirnya. Dua hari yang lalu sewaktu akan kembali ke kampus, Danny merasa tak tega melihat ibunya, meski begitu, Danny harus kembali ke kampus meskipun kesehatan ibunya belum terlalu pulih. Baginya ketika dosen meminta janji untuk bertemu harus direalisasikan, terhubung dosen yang bersangkutan sangat sibuk. Dengan semangat yang diberikan oleh sang Ibu, Danny kembali ke kampus dan semangat inilah yang terus dijaga olehnya sampai detik ini. Danny lalu menuju ruangan dosen pembimbingnya, ruangannya masih terkunci. Janjian mereka adalah jam 10.00. jam 07, 30 Danny telah sampai di kampus. prinsip hidupnya “ biarkan saya saja yang menunggu”. Sesekali Danny mengintip jamnya dan ponselnya, berharap ada konfirmasi balasan dari dosen. Sebab sudah
Kenyataan penuh kepedihan Kebahagiaan yang penuh pesona, inginkan Aku ditipu langit berkedok hitam dingin nan jalang
dua jam Danny menunggu dari waktu yang telah disepakati, tak sehelai pun rambut dosennya terlihat. Meski bosan menunggu mulai menghampiri, Danny masih setia dengan semangatnya dan terus berbaik sangka “mungkin saja macet” fikirnya. Kumandang azan Zuhur memanggil, Danny lalu menunaikan kewajiban, makan siang tak dihiraukannya, ia rela tak makan siang untuk menunggu kehadiran Sang dosen, dia takut dosennya datang disaat dia sedang makan siang. Sehingga makan siang diurungnya dan kembali menunggu hingga azan Asar kembali berkumandang. Setelah itu, Danny mengecek kembali ponselnya, tidak ada pemberitahuan. Danny pun pulang, berharap besok bisa bertemu kembali dengan dosen pembimbing. Hari ini, Danny ke kampus lagi menggendong tas berisi revisian yang selalu setia di punggungnya. Dia berharap bisa bertemu dengan dosen pembimbing. Tanda-tanda menunggu mulai terbayang. Setelah berjam-jam menunggu, tampaknya nasib baik tak ingin menghampiri Danny. Lagi-lagi, dia tidak berjumpa dengan pembimbingnya. Kesal dan kecewa merasuk ke dalam hati Danny. Dia ingin menyerah tetapi motivasi yang diberikan oleh orang tuanya membuat Danny kembali lebih bersemangat. Meski harus menunggu dosen berjam-jam dan mengorbankan banyak hal, ACC adalah harapan yang diinginkan terwujudkan. Ketika menuju tempat parkir, Danny menerima pesan singkat dari dosen yang telah membuat lama sekali menunggu. Senangnya bukan main, dosen yang dinanti-nantikan akhirnya memberi kabar juga, bagaimana tidak? sudah beberapa kali ditelepon tapi tidak diangkat, SMS tak dibalas, bahkan ketika di WhatsApp hanya di-read saja. Danny kemudian membaca pesan tersebut. “Kamu bimbingan bulan depan saja, tiga minggu ini saya berada di
luar”. Setelah membaca pesan tersebut, Danny seketika kehilangan semangat. Bahkan kata-kata penyemangat dari sang orang tua pun tak mampu mengobati. Harapannya untuk selesai kini terbakar dan terkubur dalam abu, ingin berteriak, meluapkan emosinya kepada alam semesta. Mengapa nasib buruk selalu saja menghampiri dirinya ?, “Aku ingin mati saja”. Hal yang paling menyakitkan bagi Danny adalah ia akan dikenakan pembayaran SPP semester akhir ini. Hal yang selama ini dihindari oleh Danny, sebuah amanah dari orang tua, agar tidak dikenakan SPP lagi yang tidak bisa dia wujudkan. “Aku memang anak yang tak berguna, tak bisa mewujudkan amanah orang tua” terbersit dalam hati Danny. Pembayaran SPP tahun ini memang berbeda dengan semester sebelumnya. Jika semester sebelumnya, batas lulus agar tidak dikenakan SPP berakhir pada hari terakhir pembayaran untuk semua jenjang, tetapi tahun ini, menjadi tahun yang berbeda, batas lulus agar tidak dikenakan SPP berakhir di awal tahun, kemudian dibuka pembayaran untuk semua jenjang. Hal inilah yang membuat hati Danny berinisitaif untuk menulis surat kepada rektor, agar bisa dilakukan perpanjangan sampai batas hari akhir pembayaran, hingga dapat mewujudkan impian dan amanah dari orang tuanya. Harapannya, semoga surat tersebut bisa sampai kepada rektor dan dibaca oleh semua pengambil keputusan pihak universitas, agar Danny bisa mewujudkan cita-cita Ibundanya, terbebas dari pembayaran SPP, mengingat orang tuanya mulai sakit-sakitan. n Penulis : Hae’ Azzam, Mahasiswa Semester Akhir, Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting Unhas
Kusewaranjang kusam bersulam napas panjang Ah sialan, bibirmu purnama seutuhnya Mengkilap, perlahan di kecup mata yang vadya Ini puisi berjasad mimpi atau sebaliknya lagi Disetubuhi lelah rela tanpa digaji Ditampar arloji di tangan kiri Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2018
Atas Nama Pemilik Hak Oleh: Mutmainnah Hakim
“Ini hakku” begitu seterusnya digaungkan oleh tiap-tiap dari kita yang diselentik perihal kebaikan terserah. suk-suka. Kan atas nama pemilik hak :jadi ingat kekambing di sini, di asramaku bebas mengembik meretas kantuk yang berbiak di tengah hari seruduk sana, seruduk sini retas lengang, retas piring-piring tetangga di berandanya nambah beban saja usai itu, kekambing lari sembari mengembik menampikkan namanya
Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan, FIKP Unhas
RAMPAI
8
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
UKM Panahan, Baru Terbentuk Siap Menggebrak Sebagai olahraga purba yang dulu hanya dipakai untuk perang, kini memanah atau panahan menjadi cabang olahraga bergengsi. Di Indonesia pertama kali diperlombakan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 1948.
U
nit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Panahan, yang terbentuk secara resmi 10 Februari 2019, kini siap menggebrak. UKM yang awalnya hanya sebatas komunitas mahasiswa dengan nama Hasanuddin Archery Club (HAC), namun sudah menjadi salah satu organisasi olahraga popular di lingkup Universitas Hasanuddin (Unhas). UKM yang memiliki basecamp di Gedung Persatuan Orangtua Mahasiswa dan Dosen (POMD) Lantai 1 Unhas ini, sejak masih komunitas hingga kini, sudah mencatatkan 198 anggota tetap. Bahkan kini masih terus didatangi mahasiswa untuk menjadi anggota, mulai dari angkatan 2012 hingga 2018. Menurut mantan Ketua HAC, Jusrawati, latar belakang berdirinya HAC bermula dari beberapa mahasiswa yang mempunyai
hobi dan tujuan yang sama untuk menghidupkan olahraga sunnah ini. Disebutkan Jusrawati, mereka yang termasuk sebagai pendiri di antaranya; Edy Siswanto Syarif ST (Teknik Pengembangan Wilayah Kota angkatan 2012), Achmad Al Hasanati (Teknik Elektro angkatan 2012), Alfian Akbar ST. (Teknik Industri angkatan 2012) dan anggota volume zero, yakni sebutan untuk angkatan yang menjadi pelopor terbentuknya HAC. “Waktu itu, pendirian komunitas ini disukseskan oleh dukungan dari Persatuan Panahan Indonesia (PERPANI) Sulawesi Selatan yang sekaligus mengesahkan komunitas. Adapun prosesnya, dimulai dari membentuk grup via Line. Kemudian, mengajak beberapa orang yang memiliki hobi dan tujuan yang sama melakukan pertemuan untuk bersama-sama duduk melingkar, menyatukan persepsi mengenai hal-hal yang
DOKUMENTASI PRIBADI
berkaitan dengan pendirian komunitas. Sehingga, komunitas ini berdiri pada tanggal 14 Oktober 2017,” ungkap Jusrawati. Jusrawati menceritakan awal-awal terbentuknya komunitas ini, tidaklah mulus. “Seperti membahas bentuk komunitas, teknis pelaksanaannya, tujuan dan manfaat yang akan dicapai ke depannya. Sejumlah perdebatan dilalui hingga terjadi kesepakatan membentuk komunitas ini. Banyaknya perbedaan pendapat dari setiap temanteman karena klub ini dibentuk bukan hanya dari satu kepala atau jurusan saja, tetapi dibentuk dari berbeda-beda jurusan yang artinya juga beda keilmuan. Namun, setelah dilakukan diskusi panjang, akhirnya lahirlah HAC ini, dan saya dipilih sebagai ketua,” terangnya. Tujuan utama dibentuknya komunitas ini, jelas Jusrawati, untuk mewadahi minat bakat mahasiswa Unhas di cabang olahraga panahan, mencari dan menciptakan bibit atlet panahan. HAC juga melakukan pembinaan dan pengembangan aktivitas serta kreativitas anggota dan menjalin kerjasama dengan institusi kepemudaan, keolahragaan, dan PERPANI. “Selain itu, olahraga panahan sebenarnya juga memiliki banyak manfaat bagi para mahasiswa, antara lain melatih daya fokus mahasiswa, melatih kesabaran, dan ketelitian. Bahkan
olahraga ini mampu menekan rasa stres,” ujarnya. Ditanya soal daya tarik olahraga ini, Gadis kelahiran 1998 ini menyebutkan, menjadi anggota klub panahan mahasiswa pertama di Indonesia Timur menjadi daya tarik tersendiri. “Panahan juga merupakan salah satu cabang olahraga bergengsi di tanah air.” Disinggung tentang peralihan dari komunitas HAC dan kini menjadi UKM Panahan, Jusrawati mengatakan, kegiatan mahasiswa ini akan menggebrak. “Semoga menjadi UKM di Universitas Hasanuddin yang dapat mengharumkan nama almamater dengan berbagai prestasi di bidang olahraga panahan. Hanya saja, untuk mencapai prestasi tersebut, pihak universitas paling tidak menyiapkan lapangan khusus panahan, sehingga program latihan bisa maksimal,” imbuhnya.
Saat ini, lanjut Jusrawati, agenda rutin HAC/UKM Panahan, melakukan latihan setiap akhir pekan di Lapangan Fakultas Teknik Unhas Tamalanrea. “Bukan itu saja, mereka juga melatih atlet-atlet yang berbakat untuk dipersiapkan mengikuti jika ada perlombaan digelar, baik untuk tingkat klub, daerah, dan tingkatan perlombaan lainnya.” Sebagai komunitas yang masih terbilang baru, UKM Panahan tentu banyak harapan yang akan dicapai di masa mendatang, Jusrawati berharap kepengurusan sekarang dapat bekerja lebih maksimal, termasuk perekrutan anggota dari mahasiswa yang ingin bergabung di UKM ini, bersedia memenuhi persyaratan melalui jalur open recruitment atau jalur lainnya yang ditetapkan.n Muflihatul Awalyah
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
9
10
POTRET
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
Upaya Menyelamatkan Arsip Foto dan Naskah: Arisal SELAMA ini Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kearsipan Universitas Hasanuddin telah mengarsipkan dokumen seperti transkrip nilai mahasiswa sejak tahun 1983, arsip rektor periode 1989-1997 dan 1997-2006. Dalam perkembangannya penetapan mahasiswa, duplikat ijazah, berkas keuangan, perlengkapan, dan akademik mulai diarsipkan. Dalam potret yang disajikan, aktivitas penggangkutan berkas Unhas dilakukan pada saat hari libur. Hal inilah yang dilakukan Pak Tiro
n Menyimpan di Ruang Arsip
n Memasuki Ruangan Arsip
bersama tiga pegawai kearsipan dan seorang cleaning service ikut serta membantu mengangkut dokumen kemahasiswaan dan keuangan dari Gedung Rektorat ke lantai tiga Gedung Perpustakaan Unhas. Setelah itu, naskah arsip akan mulai dihimpun kemudian diklasifikasikan berdasarkan tahun maupun fakultas. Ini merupakan proses pengerjaan yang memakan waktu lama. Selain itu, pengangkutan dan klasifikasi pihak kearsipan masih kekurangan anggota. n
n Membawa ke lantai dasar
n Pengambilan dokumen di Gedung Rektorat
n Sejumlah berkas
n Mengangkut ke Gedung Perpustakaan lantai tiga
identitas NO.identitas 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
LAPORAN UTAMA
Paparkan capaian Unhas: Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu beserta jajarannya melaksanakan Breakfast Meeting di Rector’s Lounge Lantai 8 Gedung Rektorat, Selasa (15/01).
11
IDENTITAS/ARISAL
Pentingnya Scopus untuk Kenaikan Golongan “Scopus itu seperti horor bagi para peneliti, termasuk dosen. Padahal, ini menjadi syarat kenaikan pangkat atau golongan. Seperti lektor menjadi lektor kepala, apalagi menjadi Profesor,” ungkap Anwar Mallongi, SKM MSc, PhD, dosen FKM Unhas.
S
uatu tuntutan di lingkup pendidikan tinggi meneliti atau melahirkan karya ilmiah. Ini sudah menjadi kewajiban, jika ingin naik golongan maupun untuk meraih gelar lebih tinggi. Sebab, hasil penelitian tersebut tentunya dipublikasikan dalam bentuk jurnal nasional hingga jurnal internasional. “Proses publikasi terindeks Scopus itu tidak mudah. Lebih banyak yang ditolak ketimbang diterima. Terlebih lagi jika ingin terdaftar pada kategori kuartil satu atau kuartil dua. Kualitasnya harus jauh lebih tinggi,” terang Anwar Mallongi yang dihubungi baru-baru ini. Makanya, tidaklah mengherankan jika ada seorang dosen yang sudah lama meraih gelar doktor, namun belum mendapatkan gelar profesor. Yah itu tadi, jurnal yang dibuatnya belum memenuhi target dari jumlah point yang telah ditentukan. Sama halnya bagi dosen,
termasuk tenaga pendidik di tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), mereka tidak bisa mendapatkan sertifikasi jika tidak memenuhi jumlah point yang telah digariskan, baik itu karya ilmiah yang dibuatnya, maupun point dari seminar atau kegiatan ilmiah lainnya yang diikuti. Untuk jurnal internasional sendiri terdapat beberapa lembaga pengindeks bereputasi, mulai dari rendah, sedang, hingga tinggi. Scopus sebagai lembaga pengindeks yang bereputasi tinggi, menjadi perhatian karena banyak peneliti (dosen) berlomba-lomba agar publikasinya dapat terindeks Scopus. Pada tataran ini dikenal istilah Kuartil yang dalam Scopus, membuat klasterisasi kualitas jurnal dalam menilai jurnal. Ada empat kuartil (Q) mulai dari tertinggi hingga terendah, yakni Q1, Q2, Q3, dan Q4. Selain itu juga, Scopus berisi
kumpulan literatur terbesar berbasis data di dunia dan banyak kutipan dari penelitian yang telah ditelaah. Dikutip dari Pedoman Tata Kelola Jurnal terbitan 2017 menyebutkan, lebih dari 22.000 abstrak berkualitas tinggi diterbitkan dari sekira 5.000 penerbit di seluruh dunia. Disediakan dalam basis data Scopus yang mencakup berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, kedokteran, ilmu sosial, serta seni dan sastra. Lebih rinci dikelompokkan menjadi empat bidang. Bila dipersentasekan, 32% bidang ilmu kesehatan yang terdiri dari tenaga medis, kedokteran gigi, keperawatan, dan kedokteran hewan. Selanjutnya, 30% bidang ilmu fisik, seperti kimia, rekayasa/ engineering, dan matematika. Kemudian, 23% bidang ilmu sosial, termasuk seni dan humaniora, bisnis dan manajemen, sejarah dan ilmu informasi. Terakhir, 15% untuk bidang ilmu hayati, misalnya
pertanian, biologi, ilmu syaraf, dan farmakologi. Tahap-tahap proses publikasi artikel ilmiah di jurnal pada umumnya mulai dari penyerahan manuskrip artikel, proses telaah oleh peer-reviewers, keputusan editor, dan proses perbaikan. Sebagai dosen Kesehatan Lingkungan, Anwar Mallongi menegaskan, proses perbaikan biasanya dua sampai 10 kali dari pihak reviewer. “Persoalan cepat atau lambatnya proses publikasi terindeks Scopus, bergantung respon dari penulis. Semakin cepat merevisi, maka semakin cepat pula terpublikasikan,” ungkapnya. Tercatat sebagai dosen produktif melakukan publikasi sebanyak 26 paper, bahkan terindeksasi Scopus, Anwar mengatakan, Scopus itu seperti horor bagi para peneliti juga dosen. Karena itu menjadi syarat kenaikan pangkat atau pindah golongan. Seperti Lektor menjadi Lektor Kepala, apalagi menjadi profesor. Untuk itu, ia membagikan sejumlah tips agar publikasi bisa terindeks Scopus. Di antaranya, sebelum melakukan penelitian, wajib mempelajari beberapa
sampel paper yang terpublikasi. Tujuannya, bisa mengetahui sistematika penulisan paper yang terindeks Scopus. Selain itu, perlu diperhatikan pula bahasa ilmiah yang digunakan dalam menuliskan hasil penelitian. “Dalam sehari, saya biasanya meluangkan waktu sebanyak enam jam membaca jurnal dan mempelajarinya. Sambil menyicil tulisan hingga rampung,“ terang Anwar. Selanjutnya, mengerjakan penelitian sesuai bidang keilmuan. Tentu saja ini sebagai kredibilitas sebagai penulis dalam memahami bidang itu. Hal lainnya, mengutip jurnal yang dituju sebagai bahan referensi juga perbandingannya. Yang lain dan tak kalah pentingnya, menjalin kerja sama dalam taraf Internasional. Sebab, semakin banyak paper yang dikutip oleh orang lain akan berpengaruh dalam Hirsch Index (H-index). Pada kesempatan ini, Anwar Mallongi mengimbau, urgensinya memublikasikan hasil penelitian, karena akan berpengaruh terhadap kredibiltas kampus Unhas menuju universitas riset n Tim Laput
12
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
LAPORAN UTAMA
IDENTITAS/ARISAL
Publikasi Butuh Kolaborasi Unhas berhasil mencapai 730 publikasi terindeks Scopus dari semua bidang ilmu. Publikasi terbanyak didominasi lima fakultas yang berasal dari eksakta. Sayangnya, tak satu pun perwakilan dari ilmu sosial.
B
erdasarkan data yang dihimpun identitas, publikasi Unhas yang terindeks Scopus meningkat dari tahun sebelumnya (2017) dari 401 menjadi 730. Tentunya ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Unhas, khususnya fakultas atau peneliti yang turut berkontribusi. Merunut dari banyaknya publikasi, ternyata Fakultas Teknik (FT) menempati peringkat pertama. Menyusul Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Kedokteran (FK), dan Fakultas Pertanian (Faperta). Kenyataan ini, menunjukkan data Scopus dari Publication Management Center (PMC) Unhas publikasi fakultas bidang ilmu sosial masih rendah dibandingkan fakultas bidang eksakta, seperti tercermin dari lima fakultas yang telah disebutkan. Sekadar diketahui, ada empat fakultas membina program studi sosial di Unhas. Di antaranya Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Dari
sejumlah paper yang dipublikasi, FEB terbanyak terindeks Scopus mencapai 23 paper, sementara yang lainnya masih jauh dari harapan karena hanya mampu sampai tujuh. Menanggapi data ini, Penasihat Asosiasi Pengelola Jurnal Hukum Indonesia (APJHI), Prof Dr Irwansyah SH MH bilang, alasan kurangnya publikasi terindeks Scopus bidang ilmu sosial dengan eksakta karena persoalan novelty. “Penelitian itu harus ada noveltynya. Kalau mereka (fakultas eksakta), yah eksperimental, sedangkan penelitian soal hukum, yah deskprisi. Sehingga, kita dianggap tidak ada temuan baru,” ungkapnya. Terkait kolaborasi disiplin ilmu, Irwansyah menyebutkan ada beberapa hal yang bisa dilakukan. “Sebenarnya bergantung dari tema dan skop penelitian. Skop itu butuh hal-hal yang baru saja. Walau skopnya lebih kecil tapi ada hal baru yang dimunculkan. Kasus malaria misalnya, itu bisa dikolaborasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari FKM bisa melihat dari sisi sanitasi lingkungan, kedokteran tentang penyakit yang ditimbulkan, sementara dari sosial terhadap budaya bersih masyarakat yang
endemik malaria itu,” bebernya. Irwansyah juga menyinggung soal dana yang kadang menjadi kendala bagi peneliti. “Kita jangan terpaku pada pihak universitas, meski ada dana yang disediakan. Kita bisa menjalin dengan pihak ketiga untuk pendanaan tersebut. Contohnya tadi soal malaria di Papua yang menjadi momok. Kita bisa bekerjasama dengan pihak perusahaan yang karyawaannya terserang malaria,” imbunya. Pandangan serupa terkait minimnya publikasi ilmu sosial terindeks Scopus, diakui peneliti senior dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas, Prof Dr Abdul Hakim Yassi Dipl TESI MA. Menurutnya, penelitian ilmu sosial itu berada di level mendeskripsikan atau mengidentifikasi. “Scopus memang mengharuskan demikian. Dari scopus itu, mestinya kontribusi practical maupun teoritical ada sesuatu metologi yang ada keterbaruan teroinya. Persoalannya, itu tadi, terdapat gap yang selalu ingin dia munculkan. Gap yang selalu dia (Scopus) kejar,” bebernya. Menyinggung susah ilmu sosial menembus Scopus, Hakim Yassi menilai, tergantung pada masingmasing individu. “Yah, memang diakui, sedikitnya peneliti tembus Scopus, dijadikan rata-rata yang menyebabkan ilmu sosial rendah Scopus,” katanya. Meski begitu, Hakim Yassi
mengakui, ini hanya persoalan waktu saja. “Dulu kita tidak terlalu perhatikan. Belakangan, ternyata dari menteri dipaksa seperti itu oleh pemerintah. Memaksa para rektor untuk mengangkat indikator ke dunia. Kini, Indonesia sudah masuk sedikit lebih tinggi dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara,” terangnya. Menyangkut dana yang dibutuhkan untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah, Hakim Yassi menyatakan bukan masalah. “Bahkan Unhas siap memberikan dananya. Hanya saja, untuk Quartil 1 ini, agak mahal karena bisa mencapai Rp17 juta. Sementara kalau di Unhas, paling banter kita bisa dapatkan hingga Rp20 juta,” ujarnya. Sementara itu, salah seorang dosen yang produktif menerbitkan hasil penelitiannya, Anwar Mallongi SKM MSc PhD, memberi saran untuk kolaborasi dalam mempublikasikan hasil penelitian ilmiah. “Persoalan yang sering dialami adalah karena bahasa yang digunakan. Kadang hasil penelitian kita sudah bagus, tapi penyajiannya dalam bentuk tulis kadang kurang. Nah, kadang editor itu belum melihat hasil penelitian tetapi penyajiannya bahasanya tidak menarik, langsung mengabaikan. Akibatnya, penelitian yang maksimal tadi, gagal terpublikasi,” terangnya. Soal reward yang didapatkan dari peneliltian yang telah dipublikasikan
itu, Anwar menyebutnya bervariasi, bergantuing dari tingkatan quartilnya. Misalnya, Q1: Rp25 juta, Q2: Rp20 juta, Q3: Rp15 juta, dan Q4: Rp10 juta. “Hanya saja, karena ini kerja kolektif, maka ditetapkan penulis utama mendapatkan 60% dari total dana yang diterima. Dan itu, baru bisa diterima setelah menunggu antara tiga sampai lima bulan baru dicairkan,” ungkapnya. Disinggung mengenai Unhas bisa menyediakan dosen yang fokus penelitian saja, Anwar menyebut ada. “Saat ini, sudah ada empat dosen yang telah terdafar di Unhas untuk fokus penelitian,” katanya, meski belum bisa menyebut siapasiapa nama keempat dosen tersebut dengan alasan takut salah sebut. Dia hanya menyebut kalau dirinya saat ini, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti konfrensi Internasional di Finlandia, guna bertemu dan bertukar pengalaman dengan sejumlah peneliti dunia lainnya. n Tim Laput
Tim Laput Koordinator : Fitri Ramadhani Anggota: Fatyan Aulivia A. Suci Islameini H.
LAPORAN UTAMA
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
13 9
14
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
LAPORAN UTAMA
Menanti 1000 Jurnal Terindeks Scopus
P
restasi dan capaian kinerja Unhas yang tercatat di Scopus telah sesuai dengan target yang telah ditetapkan baik oleh Majelis Wali Amanat maupun target yang dibebankan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemeristek Dikti). Jumlah publikasi Unhas selama tahun 2018 yang tercatat di Scopus mencapai 730 paper. Unhas menargetkan 1000 jurnal terindeks Scopus di tahun 2019 ini. Lantas apa saja upaya Unhas dalam merealisasikan target tersebut? Berikut hasil wawancara reporter identitas, Fitri Ramadhani dengan Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan Unhas, Prof dr Nasrum Massi PhD .
Unhas menargetkan 1000an publikasi terindeks Scopus, bagaimana tanggapan Anda ? Kita sengaja membuat target, agar tahun 2019 ini bisa mencapai 1250 publikasi. Selain itu, kita membagi kepada setiap fakultas dan per fakultas memiliki target tersendiri. Kemudian, kita mendorong fakultas untuk membuat kelompokkelompok research. Sehingga, banyak research yang dilakukan. Unhas juga mendukung dana penelitian, baik dari Kemeristek Dikti maupun kerjasama research dalam negeri ataupun luar negeri. Sehingga, harapannya dengan ini menghasilkan banyak penelitian yang kemudian ini akan di-publish di jurnal-jurnal terindeks Scopus. Bagaimana pembagian kepada setiap
fakultas ? Itu dibangun berdasarkan proporsi jumlah dosen dan jumlah publikasi. Apakah memang penelitian di Unhas itu didominasi oleh bidang eksakta? Ya, hampir semua universitas memang didominasi oleh eksakta. Namun kita juga akan mendorong non eksakta menghasilkan
banyak publikasi, dengan mengikutsertakan dan mengombinasikan antar fakultas. Misalnya, Fakultas MIPA bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan melihat faktor yang berkaitan. Demikian juga dengan FISIP atau Fakultas Hukum itu bisa kolaborasi riset. Sehingga, non eksak juga bisa dikembangkan. Kalau untuk alasannya sendiri, mengapa bisa penelitiannya didominasi oleh penelitian eksakta? Karena untuk bidang eksakta faktor-faktor penghambatnya kecil. Kita bisa mendapatkan hasil tanpa ada gangguan. Apa kendala yang dihadapi fakultas non eksakta, mengapa bisa kurang publikasi yang terindeks Scopus? Sebenarnya untuk publikasipublikasi yang terindeks scopus dari non eksakta, peluangnya sudah bisa banyak, hanya mungkin perlu kolaborasi. Untuk hambatannya sendiri, saya kira semua sama, baik dari eksakta maupun non eksakta. Ini adalah persoalan penelitiannya. Semua diberi kesempatan yang sama untuk mendapat dana penelitian. Unhas memiliki 4 fakultas bidang ilmu sosial, diantara FEB, FH, FISIP, dan FIB. Dari keempat itu, hanya FEB yang bisa menerbitkan 23 paper, sedangkan fakultas lainnya sangat minim publikasi ? Karena masih kurang, kita berusaha memberi pelatihan, kemudian membuat
Data Diri Nama : Prof. dr. Muh. Nasrum Massi PhD TTL : Makassar, 10 September 1967 Program Studi : - Mikrobiologi - Ilmu Biomedik Jabatan : - Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas - Wakil Rektor IV Unhas Bidang Riset,
IDENTITAS/SANTIKA
Inovasi, dan Kemitraan (2018-sekarang) - Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (2014-2018) Pendidikan : - S1 Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, 1994 - S3 Kobe University, Japan, 2005
workshop atau conference. Setiap fakultas nantinya bisa mengadakan conference. Sehingga tulisan-tulisan yang ada itu bisa masuk dalam bentuk prosiding atau dalam bentuk jurnal yang terindeks Scopus. Jadi memang perlu kolaborasi. Kalau menurut Anda bagaimana minat dosen meneliti? Harusnya setiap dosen harus memberikan pengajaran, penelitian, dan pengabdian. Ada satu unsur yaitu penelitian yang mereka (dosen) lakukan. Jadi, kita berharap semua dosen supaya bisa melakukan penelitan digunakan sebagai bahan pengajaran kepada mahasiswa. Apakah sama jumlah anggaran dana yang disediakan untuk non eksakta dan eksakta? Sama tidak ada perbedaan, skopnya sama. penelitian dasar, terapan, dan inovasi. Semua rata. Apa dan bagaimana strategi Unhas untuk mecapai 1000-an publikasi?? Di samping kita memperbanyak laboratorium berstandar, kita juga akan meningkatkan inbound profesor (profesor dari luar negeri) untuk memberi kuliah, pembicara. Kita memprogramkan semacam visiting profesor. Selanjutnya, kalau bisa kita juga mengirim dosen keluar negeri (outbound) untuk magang ke tempat research center sesuai dengan bidang masingmasing. Kemudian kita juga akan membuka Center of Excellence agar bisa mendapat dana penelitian, selain Unhas. Kalau intenship dari dosen Unhas mereka pakai biaya sendiri atau dibiaya? Ada yang gunakan dana riset mereka, ada juga yang kolaborasi, diundang oleh peneliti dari luar dan Ada juga support universitas. Apa harapan Anda terkait target Unhas dalam menghasilkan 1000-an publikasi terindeks Scopus? Semoga apa yang kita targetkan itu bisa tercapai. Kita bisa menghasilkan banyak karya. Target kita bukan hanya publikasi tapi juga meningkatkan sitasi, orangorang merujuk hasil penelitian dari Unhas, kemudian nanti kita harapkan publikai itu dipatenkan. Lalu, hasil dari paten itu bisa kita jadikan produk yang berguna untuk masyarakat. n Tim Laput
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
15
CIVITAS
16
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
IDENTITAS/ARISAL
Cepat Sarjana: Pelaksanaan wisuda Periode empat di Baruga Andi Pangeran Pettarani, Selasa (10/07/18).
Seminar Proposal Tak Diwajibkan, Unhas Ingin Mahasiswa Cepat Sarjana Rektor Universitas Hasanuddin melalui Surat Keputusan nomor 2781/UN4.1/KEP/2018 menetapkan bahwa mahasiswa angkatan 2018 tak lagi wajib melaksanakan seminar proposal. Itu dilakukan untuk mempercepat kelulusan mahasiswa.
S
urat Keputusan Rektor yang ditetapkan 16 Juli 2018 lalu tentang Penyelenggaraan Program Sarjana Universitas Hasanuddin boleh jadi berita menggembirakan bagi Mahasiswa Baru (Maba) angkatan 2018. Betapa tidak, dengan dikeluarkannya aturan itu, nantinya mereka tidak lagi diwajibkan melaksanakan seminar proposal. Hal itu tercantum dalam SK Rektor nomor 2781/UN4.1/ KEP/2018 bagian 14 Pasal 18, “Seminar proposal penelitian dan seminar hasil penelitian bersifat pilihan (optional) dan tata cara pelaksanaannya ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan”. Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Restu mengatakan, hal tersebut merupakan salah satu langkah mempercepat kelulusan mahasiswa. Adapun sistem seminar
proposal penelitian nantinya hanya didiskusikan dengan pembimbing saja. Oleh karena itu, dalam SK tersebut bagian 12 pasal 16 ayat (2) mengatur agar mahasiswa telah memiliki pembimbing pada semester enam. “Sebelumnya, mahasiswa yang mau meneliti harus seminar proposal lebih dulu. Kalau sekarang itu seminar proposal tidak wajib lagi, jadi mahasiswa bisa meneliti setelah proposal sementara didiskusikan dengan pembimbing,”kata Restu saat ditemui di ruangannya beberapa waktu lalu. Ia juga mengatakan, orientasi kebijakan ini berupaya menyesuaikan jumlah mahasiswa yang masuk dan keluar. Angka mahasiswa baru yang masuk Unhas tidak sebanding dengan angka mahasiswa yang lulus. Oleh karena itu, perlu aturan yang menertibkan.
“Ke depannya, mahasiswa yang lulus tepat waktu akan diperbanyak. Sebab hingga saat ini mahasiswa yang lulus tepat waktu atau lulus dengan waktu empat tahun masih rendah, presentasenya masih di bawah 50 persen,”lanjut Restu. Tak hanya itu, mahasiswa dengan masa studi yang lama terhitung sebagai total Maba. Hal tersebut menyebabkan kuota penerimaan Maba Unhas tidak bisa meningkat karena kapasitasnya terisi penuh. ”Tapi kalau kapasitas sudah mengalami penurunan maka kuota yang kosong ini Unhas bisa isi,”tambahnya. Tanggapan mahasiswa pun beragam. Semisal mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2018, Yusuf B mengaku setuju bahkan sangat mendukung aturan terkait wajib mempunyai pembimbing di semester enam. Akan tetapi, katanya, pengetahuan mengenai aturan tersebut perlu mendalam. Jangan sampai aturan ini dijadikan sebagai sarana untuk membuat mahasiswa cepat selesai tetapi sulit mencari pekerjaan. “Jangan sampai program ini dijadikan sebagai alat untuk menekan mahasiswa agar mencapai
target lulus tiga tahun lima bulan atau empat tahun. Karena berbagai survey menunjukkan sebagian besar mahasiswa yang sukses di dunia kerja adalah mahasiswa yang banyak pengalaman kerja di kampus terutama organisasi,”tegas Yusuf, Rabu (13/2). Lain halnya dengan Ilham, Mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2018. Ia kurang setuju apabila seminar proposal itu tidak diwajibkan. “Seminar proposal bertujuan untuk mengetahui garis besar skripsi yang akan diajukan oleh mahasiswa, seperti metodologi penelitian apa yang harus digunakan. Dan juga besar kemungkinan apabila seminar proposal itu tidak wajib bagi mahasiswa angkatan 2018, khawatirnya nanti akan menimbulkan penilaian yang subjektif,”ucapnya. Lulus tepat waktu bukan berarti bisa mendapat pekerjaan dengan cepat. Dilansir dari tirto.id bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan universitas naik sebesar 1,13 persen. Dari 5,18 persen menjadi 6,31 persen. Data itu berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik terkait kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia selama Februari 2017 hingga Februari 2018. Hal senada juga disampaikan Direktur Alumni dan Penyiapan Karir, Dr Abdullah Sanusi MBA. Ia menyampaikan bahwa masih banyak alumni Unhas yang belum bekerja. Ketidaksiapan merupakan kendala utama para alumni. Misalnya, soft skill yang masih lemah, tidak memiliki kualifikasi dan sebagainya. “Masa tunggu mahasiswa Unhas yang selesai sampai mendapat pekerjaan pertama masih lebih dari 12 bulan. Walaupun ada beberapa program studi yang cepat tapi Unhas secara institusi masih agak lama. Makanya rektor menyarankan agar bisa memendekkan masa tunggu para alumni,”ungkap Abdullah saat diwawancara beberapa waktu lalu. Oleh sebab itu, mahasiswa tingkat akhir diberikan pembekalan berupa pelatihan-pelatihan. Misalnya penulisan Curiculum Vitae yang baik, menghadapi wawancara kerja, dan tips dan trik mengikuti Test of English as Foreign Language (Toefl).n Rar, Sal, M33/Tan
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
JEJAK LANGKAH
17
Aswar Hasan,
Tidak Lupa Kewajiban Mengajar “Sifat mencerdaskan sesama tetap melekat pada dirinya. Sekalipun tidak mendapatkan lagi gaji karena institusi lainnya telah membayarkan, toh tetap melaksanakan kewajiban mengajarnya.”
P
rinsip ini melekat pada diri Aswar Hasan, dosen Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas). Sejak bergabung di Komisi Penyiaran Informasi Daerah (KPID) selama dua periode (2003/2006) dan (2006/2010), termasuk ketika bergabung di Komisi Informasi Provinsi (KIP) Sulawesi Selatan selama dua periode (2011/2015) dan (2015/2019), dia tidak pernah lagi menerima tunjangan jabatan dan fungsional di tempatnya mengajar sebagai dosen. Pihak kampus memberhentikan gaji Aswar dikarenakan bertugas di luar. Ditemui identitas, Aswar mengaku, telah kembali mengajar di tahun 2018 tanpa tunjangan pokok dan fungsional dari pihak kampus. “Saya sudah mengajar selama dua semester di sini meskipun tanpa gaji,” ujarnya, sembari menyebut tiga mata kuliah yang diajarkan sekarang, yakni mata kuliah Komunikasi Politik, Etika dan Hukum Komunikasi, serta Penulisan Kreatif. Lelaki kelahiran Palopo,
17 Agustus 1963, yang akrab dipanggil Pak Ustaz ini mengaku, tetap mengajar meski tanpa gaji karena menganggap melakukan pengabdian dan mengamalkan ilmu pengetahuan agar bisa bermanfaat kepada orang lain. Di samping itu, kurangnya dosen dengan mata kuliah tersebut, menjadi pertimbangan kembali mengajar dan membuatnya menyegarkan ilmu yang dimilikinya. “Dunia atau habitat seorang dosen adalah mengajar dan belajar, serta meneliti atau menulis, untuk pengabdian kepada masyarakat atau negara. Seorang dosen harus terlibat aktif dalam dinamika perubahan sosial dengan bermodalkan ilmu pengetahuan yang digelutinya,” ungkap Aswar yang hampir setiap saat bisa ditemui di Masjid AlMarkaz Al-Islami Makassar. Menurutnya, dia mendapatkan kepuasan intelektual dan kepuasan batin ketika menularkan ilmunya kepada orang lain. “Itu adalah kepuasan penting bagi seorang akademisi,” ungkapnya. Disinggung tentang perannya sebagai Ketua KPID selama dua
periode, ditambah setahun masa jabatannya lantaran bertepatan Pemilhan Presiden (Pilpres), Aswar menyebut, bertugas untuk mengawal masalah penyiaran mulai dari perizinan, hingga mengontrol isi siaran, khususnya penyiaran demokrasi melalui televisi maupun radio kepada masyarakat. “Saya melakukan elaborasi dan sinkronisasi antaranggota. Menjadi tantangan tersendiri memimpin tujuh orang komisioner dari berbagai latar belakang yang berbeda dengan ego personalitas yang cukup tinggi. Tapi, berusaha menyatukan mereka dalam satu visi yang sama dengan kiat seven for all, all for seven. Artinya, ketujuh anggota harus mempunyai satu tujuan yang sama dan dapat memberi manfaat untuk semua,” beber salah seorang kolumnis FAJAR ini. Sementara bergabung di Komisi Informasi Provinsi, berdasarkan izin rektor, selama dua periode (2011/2015) dan (2015/2019). Namun periode kedua, ia hanya menjabat sebagai ketua selama 1 tahun. “KIP merupakan lembaga
yang mengawal transparansi pemerintah kepada masyarakat. Lembaga ini berjumlah lima orang komisioner yang harus mencerminkan unsur dari pemerintah dan unsur masyarakat,” paparnya. Salah satu kasus pelik yang pernah ditangani Aswar saat menjabat sebagai ketua KIP adalah kasus mahasiswa dari departemen Sastra dengan pihak fakultas FIB Unhas di tahun 2014. Mahasiswa meminta transparansi penggunaan uang dari pihak fakultas, namun pihak fakultas menolak dengan alasan mereka telah diaudit oleh Badan Pengurus Keuangan (BPK). “Kasus ini berlanjut ke tahap persidangan. Saat itu, saya menolak sebagai hakim dan menyerahkan posisi ini kepada anggota lain, demi menjauhi konflik intern. Dari hasil sidang, mahasiswa dinyatakan menang dan mendapatkan info mengenai penggunaan dana dari
IDENTITAS/FATIMA TUSSAHRA
fakultas,” jelas Aswar. Kemenangan mahasiswa membuat pihak lain bertanya, mengapa Aswar tidak membela Unhas? “Ketika itu, saya katakan kepada mereka, saya tidak membela Unhas, tapi saya membela negara dan memenuhi kepentingan hak konstitusi warga negara, dan mahasiswa adalah warga negara,” tuturnya. Aswar merupakan alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISBUD), sekarang telah berpisah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas. Ia mengambil jurusan Publisistik (sekarang Ilmu komunikasi) di tahun 1982. n Fatimah Tussahra
Fransiske Tatengkeng,
Kunjungi 16 Negara Lewat Traveling Hobinya sebagai traveler membuat Fransiske Tatengkeng sudah mengunjungi total 16 negara. Wow, keren… ! Padahal dia bukan pemandu wisata dan juga dia bukan mahasiswa pariwisata, melainkan mahasiswa Kedokteran Gigi angkatan 2012.
G
adis kelahiran 6 Jun 1995 ini, merupakan WNI keturunan negeri Tirai Bambu, China. Tapi, justru besar di Kota Palopo. Ditemui Identitas menuturkan suka-dukanya sebagai solo traveler yang melakukan traveling ke berbagai Negara. Bermula ketika mencoba mandiri sejak dirinya berstatus siswa SMA Rajawali Makassar di tahun 2009. “Saya memang menyukai traveling,” ungkapnya. Sike, begitu panggilan akrabnya, mengakui, bermula melakukan traveling sejak dirinya masih duduk dibangku SMA dan nekat melakukan solo traveler sejak akhir tahun 2016. Tapi jangan salah, keputusannya dalam melakukan solo traveler tidak didapatkan dengan mudah, terlebih untuk mendapatkan restu kedua orangtuanya. Acap kali mendapatkan penolakan
semua achievement bukan sesuatu yang membanggakan karena Tuhan yang kasih. Hidupku bukan saya yang pegang. Ketika saya traveling, saya sadar Tuhan sangat luar biasa,” ujarnya penuh semangat. Berbicara soal achievement, mahasiswi Kedokteran Gigi angkatan 2012 ini telah banyak mengikuti berbagai kejuaran di tingkat nasional maupun internasional. Bahkan pernah mengikuti pertukaran mahasiswa di India tahun 2017. “Nah, melalui pertukaran mahasiswa ini, saya manfaatkan untuk traveling juga,” jelasnya. Sebenarnya dia terhitung baru memulai untuk mengembangkan dirinya di tahun kedua perkuliahan. Sebelumnya, aktif ikut kegiatan organisasi. Karena sering diminta mengisi kolom achievement, dia kemudian sadar untuk membuka pikirannya agar aktif mengikuti IDENTITAS/ANDI NINGSI perlombaan. walaupun hampir keseluruhan dari “Saya pernah tidak tidur biaya travelingnya berasal dari selam tiga hari dua malam. Saya program yang ia dapatkan. terpengaruh akan pikiran saya “Saya bangga pada diri saya yang tentang lomba yang akan saya ikuti. bisa traveling sendiri. Bagi saya Karena tidak pernah tidur, setelah
presentasi saya langsung ngantuk berat. Saya beritau teman; ‘mauka ke WC tapi lama ka nah’. Alhasil tidur ka sejam di WC,” terangnya sembari menyebut, berkat perjuangannya itu dia mendapat ganjaran Juara Pertama. Diakui pula Sike, tahun 2016 menjadi The lost point of my life, bagi dirinya. “Saya hanya berpikir Win.. win dan win. Tetapi, sekarang saya sadar kalau perluka reward untuk diriku sendiri. Makanya, saya memiliki hari untuk dirinya sendiri seperti hari Selasa sebagai hari ice cream,” tukasnya. Sebagai solo traveler, ternyata Sike merupakan sosok yang berjiwa sosial. Cita-citanya untuk menjadi dokter bukan tanpa alasan. “Saya sangat ingin membantu orang lain, as simple as that,” katanya. Sike pun memiliki hari khusus untuk melakukan pekerjaan sosial di hari Sabtu dan Minggu. Sebenarnya hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan latar belakang keluarganya yang sangat fokus pada bisnis. Menurutnya, menjadi seorang solo travel itu tidak mudah. Banyak kejadian yang sangat berbahaya pernah dialami. Seperti di Singapura, saat HP-nya mati
namun tak bisa pulang karena tak mengetahui di mana letak hotelnya. Uang ada di tangan tapi tak ada taksi yang mau mengantarnya pulang karena hotel yang ditempati berada di daerah sangat macet. Terpaksa harus jalan kaki yang membuat kakinya melepuh dan naik sembarang kereta. Dia menangis dan berdoa kepada Tuhan. Tak dinyana, kereta yang ditumpanginya ada orang yang secara kebetulan juga ingin ke hotel tersebut. Bagi Sike, setiap negara punya masing-masing tema. Setiap negara memiliki nilai tersendiri dalam pembelajaran hidupnya. Dia pun menyebut beberapa Negara dengan lebelnya sendiri, di antaranya Nepal “Kedamaian”, Jepang “Komitmen”, China “Ekonomi”, Hongkong “Mandiri”, Maroko “Budaya”, Filipina “Tuhan”, dan Malaysia “Nasionalisme”. Ditanya mengakapa sangat doyan solo traveling; “Saat saya bertanya pada diri saya, Whats the meaning of my life? Tuhan memberikan jawabannya melalui traveling. Makanya kalian harus solo traveling,” saranya kepada Identitas. n A. Suci Islameini H.
18
KAMPUSIANA
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
Kepala Bagian Minat Unhas Apresiasi
Kembali Adakan Rapat,
Karya UKM KPI Setahun Terakhir
Forbes Unhas Bahas Konsep
Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) Universitas Hasanuddin menggelar pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) kesembilan di Lantai Dasar Rektorat Unhas. Acara ini dibuka Kepala Bagian Minat, Penalaran dan Informasi Kemahasiswaan, Chandra Dewi Marmin, SH. Ia mengaku sangat mengapresiasi karya yang telah dihasilkan UKM KPI selama satu tahun terakhir. “Kami sangat mengapresisasi karya-karya yang telah dihasilkan oleh UKM KPI Unhas, apalagi jurnalnya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa membuat jurnal
ilmiah itu tidaklah mudah dan UKM KPI Unhas telah berhasil membuatnya,”kata Candra. Mubes tersebut dilaksanakan selama lima hari di Aula Ramsis Unhas Unit 1 (ruang kelas lantai 2) mulai Senin, (21/01) hingga Sabtu, (26/01). Ketua Umum KPI Unhas, Muhammad Faisal mengatakan, UKM KPI merupakan lembaga dengan peminat terbanyak yang mencapai 250 pendaftar di tahun 2018. Selain itu, ia juga menyampaikan beberapa pencapaian yang berhasil diraih dalam satu tahun terakhir. Di akhir sambutannya, ia berharap segala pencapaian
yang telah diraih oleh UKM KPI bisa memberikan motivasi dan inspirasi kepada anggota UKM KPI selanjutnya. Tak hanya itu, kedepannya UKM KPI bisa menginspirasi UKM lainnya untuk tetap semangat dan menghasilkan karya terbaiknya untuk kampus tercinta, Unhas. “Kami berharap pencapaianpencapaian kami bisa memberikan motivasi dan inspirasi kepada anggota UKM KPI Unhas selanjutnya. Dan juga kepada anggota UKM lainnya agar terus menghasilkan karya yang inovatif dan lebih baik lagi,”harapnya. n M24
Unhas Tegaskan Tidak Berafiliasi dengan Bimbel Manapun Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali menerima mahasiswa baru (Maba) di tahun akademik 2019/2020. Seperti biasa, ada tiga jalur yang dapat ditempuh untuk masuk di Unhas, yakni Jalur SNMPTN, SBMPTN dan Mandiri. Proses penerimaan tersebut telah berlangsung sejak 4 Februari kemarin. Dalam rilis yang diterima, Direktur Komunikasi Unhas, Ir Suharman Hamzah PhD HSE menjelaskan bahwa ketiga jalur itu mempunyai mekanisme dan prosedur penerimaan yang spesifik. Hal tersebut dapat dilihat pada website resmi Unhas, SNMPTN, SBMPTN, maupun Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT)
sebagai penyelenggara tes masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). “Penerimaan Maba di Unhas dilaksanakan melalui tiga jalur. Untuk setiap jalur masuk tersebut, mempunyai mekanisme dan prosedur yang spesifik,” lanjutnya. Namun, belakangan ini beredar informasi yang menyebutkan, bahwa lembaga bimbingan belajar telah bekerja sama dengan Unhas dalam hal persiapan masuk PTN. Menanggapi hal tersebut, Suharman tidak membenarkan informasi yang beredar itu. Suhe, sapaan akrabnya juga mengungkapkan bahwa Unhas secara kelembagaan tidak memiliki afiliasi atau bentuk kerjasama apapun, dengan lembaga yang
melaksanakan bimbingan belajar untuk masuk PTN. Hal ini dilakukan untuk memberi peluang kepada calon mahasiswa baru, agar masuk ke Unhas secara adil dan jujur. Sehingga dalam mewujudkan komitmen tersebut, pihak Unhas tidak mengijinkan bimbingan belajar dan try out ujian masuk PTN dengan menggunakan fasilitas yang ada di Unhas. “Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mempercayai pihak yang mengklaim telah bekerja sama dengan Unhas untuk persiapan masuk PTN” tutupnya, Selasa (5/2).n M35
IDENTITAS/ARISAL
Bersama TNI: Sosialisasi penerimaan calon perwira prajurit karier (Pa PK) khususnya tenaga kesehatan, di Gedung IPTEKS Unhas, Kamis (14/02).
Pelantikan Bersama Menjelang pelantikan bersama Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) se-Unhas dan Koordinator Forum Bersama (Forbes) UKM Unhas, kembali mengadakan rapat persiapan, di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Sementara (PKMS), Jumat (8/2). Kegiatan ini dihadiri oleh Koordinator Forbes 2018, Ajeng Pratiwi, Koordinator Forbes terpilih periode 2019, Nopriadi Joko Handika, beserta beberapa perwakilan UKM. Dalam rapat tersebut, mereka membahas tentang konsep pelantikan bersama yang berisi gambaran dasar saat acara berlangsung. Beberapa pokok bahasan lainnya adalah penyusunan jadwal kegiatan, konsep kegiatan, serta rencana kedepannya. Selain itu, mereka juga akan memutar beberapa video saat acara berlangsung. Saat pelantikan nantinya, Ketua UKM terpilih menggunakan baju Pakaian Dinas Harian (PDH) dan Ketua Demisioner menggunakan almamater. Sedangkan untuk peserta bisa menggunakan PDH
ataupun almamater. Kegiatan tersebut terbuka untuk umum. Rencananya, setelah pelantikan berlangsung, mereka akan mengadakan rapat lanjutan dengan pembahasan pengadaan PDH Forbes untuk semua ketua UKM. Koordinator Forbes, Nopriadi menghimbau kepada semua anggota UKM agar datang tepat waktu. Mereka juga akan mengadakan geladi bersih pada hari Sabtu (9/2). “Karena kegiatan ini dimulai pagi hari, maka dihimbau agar tepat waktu. Jika perlu, kalian menginap di sekretariat UKM,” harapnya. Mengakhiri rapat tersebut, Andis sapaan akrabnya, berpesan agar semua anggota menjalin kerja sama dan bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut. “Saya hanya ingin menyampaikan bahwa jaga kualitas kalian, karena kita adalah warga PKM. Harus selalu solid, suatu saat kita akan diuji”, tutupnya.n M36
Prof Ambo Tuwo Jadi Konsul Kehormatan Prancis Salah satu dosen Unhas, Prof Dr Ir Ambo Tuwo, DEA mendapatkan kepercayaan dari negara Prancis sebagai Konsul Kehormatan di Indonesia. Direktur Komunikasi Unhas, Suharman Hamzah, Ph D mengatakan, Unhas menerima tembusan surat undangan penyerahan Surat Pengakuan (exequatur) Prof Ambo Tuwo sebagai konsul kehormatan. “Iya, Prof Ambo Tuwo, staf pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, dipercaya oleh Pemerintah Prancis sebagai Konsul Kehormatan di Indonesia,”kata Suharman, Jumat, (11/1). Guru Besar kelahiran Makassar 56 tahun silam itu memang pernah menghabiskan waktu sekitar enam tahun di negara yang baru saja menjuarai Piala Dunia terakhir ini. Dia menyelesaikan pendidikan S2 di Universite de Bretagne Occicentale, Brest Prancis bidang Manajemen Sumberdaya Pesisir tahun 1990. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan doktor di universitas yang sama di bidang Biologi Oseanografy tahun 1993. Suami dari Prof Joeharnani Tresnati ini menyandang gelar professor di bidang Ekologi Laut di usia yang terbilang sangat muda, 38 tahun.
“Hari ini, Prof Ambo Tuwo, menerima exequatur atas penunjukkan sebagai Konsul Kehormatan bersama tiga orang lainnya dengan negara yang berbeda dari Kementerian Luar Negeri Inonesia. Exequatur ini diserahkan langsung oleh Dirjen Protokoler dan Konsuler Kemenlu, Andri Hadi di Kantor Kemenlu, Pejambon, Jakarta,” jelas Suharman. Penyerahan exequatur tersebut dihadiri Arrmanatha Nasir, Duta Besar Republik Indonesia untuk Prancis, Marie-Noelle Duris, Konsuler pada Kedutaan Besar Republik Prancis di Jakarta, dan Prof Dr Ir Joeharnani Tresnati, DEA, istri Konsul Kehormatan. Rektor Unhas menyampaikan selamat kepada Prof Ambo Tuwo atas kepercayaan penting tersebut. Prof Dwia yakin dengan bekal pengalaman dan jejaring yang dimiliki, Prof Ambo Tuwo akan sukses mengemban amanah mulia itu. “Semoga dengan kepercayaan ini, Unhas juga akan semakin dikenal dan mengangkat reputasi Unhas di Prancis secara khusus maupun secara umum di kancah global,”pungkasnya. n Khintan
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
19
KAMPUSIANA
Prof Arsunan Resmikan UKM ke-33 Unhas di Hari Pelantikan Bersama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes melantik pengurus baru dari 33 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Auditorium Prof Amiruddin, Minggu (10/2). Pelantikan tersebut dihadiri, Kepala Biro Administrasi Kemaha-siswaan Unhas, Ir Andi Darwin MM, Direktur Alumni dan Penyiapan Karir Unhas, Abdullah Sanusi SE MBA PhD, beberapa dekan Unhas, serta perwakilan UKM se-Unhas. Semua Ketua UKM yang terpilih melakukan penandatanganan pakta integritas sebagai janji loyalnya kepada Unhas. Pelantikan bersama tersebut berbeda dari tahun sebelumnya. Untuk 2019 ini, Prof Arsunan meresmikan Archery Hasanuddin Club menjadi UKM Panah Unhas. Dengan begitu, UKM di Unhas telah berjumlah 33 Unit. Ketua UKM Panah Unhas, Edi Siswanto Syarif menjelaskan, untuk menjadikan Archery Hasanuddin Club sebagai UKM,
membutuhkan perjuangan ekstra dan harus memenuhi berbagai syarat. Setelah dua tahun menunggu, akhirnya Prof Arsunan mengaimini permohonan tersebut. “Untuk jadi UKM kami harus memenuhi persyaratan yang diberikan. Salah satunya harus ada Pembina dan tidak boleh banyak menuntut seperti meminta sekret,” ujarnya. Lelaki yang kerap disapa Fauzi itu menambahkan, sebelum menjadi UKM, klub yang mereka dirikan pada 14 oktober 2017 tersebut berada dibawah Persatuan Panah Indonesia (PERPANI). Hingga saat ini, UKM Panah telah memiliki anggota sebanyak 170 orang. “Semoga Unhas bisa membantu dalam hal ketersediaan alat, karena UKM ini dibentuk untuk mewadahi anak Unhas yang punya minat dan bakat di panahan, apalagi ada beberapa juga yang lulus Unhas melalui jalur POSK,” tutupnya. n M15
Unhas Rekrut Dosen Tetap Non-PNS, Ini Persyaratannya Melalui surat edaran Nomor 3973/3/UN4.1/KP.01.00/2019, Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali membuka kesempatan untuk Warga Negara Indonesia (WNI), yang bersedia menjadi tenaga pegajar sebagai Pegawai Non-PNS. Ini adalah kali kedua Unhas merekrut dosen tetap, setelah menerima 20 dosen baru tahun 2018. Rencananya, untuk tahun ini Unhas akan merekrut sebanyak 27 orang lagi. Adapun syarat pendaftarannya, minimal berkualifikasi Pendidikan Magister (S2), dan bergelar Doktor (S3) untuk Prodi Teknik Sipil (S1), Ilmu Kebidanan, dan Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (Sekolah Pasca Sarjana). Selain itu, calon pendaftar juga harus menyertakan legalisir transkrip nilai dengan IPK minimal 3,0. Berusia paling tinggi 40 tahun saat pengangkatan 1 Maret 2019, dan tidak terikat dengan instansi lain. Proses pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui http://rekrutmen.unhas.ac.id. Untuk registrasi online telah
dimulai pada hari Kamis-Jumat (7-15 Februari 2019). Sementara untuk persyaratan, prosedur, dan jadwal seleksi dapat dilihat pada website Unhas di laman http:// www.unhas.ac.id. Dalam rilis yang diterima, Kasubdit Humas dan Informasi Publik Unhas, Ishaq Rahman menjelaskan, Dosen tetap Non-PNS Unhas merupakan mekanisme baru dalam sistem pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Menurutnya, meski calon dosen tersebut melalui jalur Non-PNS, namun tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan dosen PNS. Hanya saja tidak diberikan tunjangan pensiun, sedangkan untuk jenjang karir, pengembangan diri dan tunjangan maupun insentif lainnya tetap diberikan. “Meski melalui jalur NonPNS, namun tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama persis dengan dosen PNS, kecuali untuk pengelolaan pensiun,” jelas Ishaq, dalam rilis yang diterima identitas Unhas.n Mayang Sari
IDENTITAS/ARISAL
Parkiran Motor: Pembangunan Parkiran baru depan Fakultas Farmasi Unhas, pekerjaan dimulai bulan Januari lalu, Rabu (13/02).
57 Pelamar Tendik Non-PNS Tidak Tetap Unhas, Dinyatakan Lulus SKD Universitas Hasanuddin (Unhas) telah mengumuman hasil Seleksi Kemampuan Dasar (SKD) Calon Tendik Non-PNS Tidak Tetap, Rabu (13/2). Pengumuman tersebut dimuat dalam surat edaran Unhas Nomor 4877/UN4.1/KP.01.01/2019. Kali ini sebanyak 57 pelamar berhasil lolos dalam tahap tersebut. Adapun rinciannya yakni, sebanyak sembilan dari 294 pelamar Formasi Pranata Laboran Pendidikan/ Tenaga Laboran. Delapan dari 72 pelamar Formasi Pranata Programmer Teknologi Informasi. Enam dari 69 pelamar Formasi
Legal Drafting, dua dari 24 pelamar Formasi Advokasi Hukum dan tiga dari 14 pelamar Tenaga Konseling. Selain itu, tiga dari 33 pelamar Formasi Arsipasi, tiga dari 20 pelamar Formasi Auditor, tiga dari 30 pelamar Formasi Hubungan Internasional, sembilan dari 998 pelamar Tenaga Administrasi, lima dari 16 pelamar Formasi Teknisi, tiga dari 62 Formasi Pustakawan, dan tiga dari 39 pelamar Formasi Pengelolaan Keuangan. Kepala Sub Bagian Tenaga Administrasi, Muh Yusni Ismail ST MT menjelaskan, pelamar
yang dinyatakan lulus dapat mengikuti Tes Teknologi Informasi di PTIK Unhas, Tes Kompetensi Bidang di Aula LKPP Unhas, dan Tes Wawancara di Ruang Rapat Pimpinan Unhas. Lebih lanjut, Ismail menjelaskan bahwa seleksi tersebut dilakukan untuk mendapatkan SDM yang berkompeten. “Dengan dilakukannya seleksi ini, bisa mendapatkan sumber daya yang kompeten dan unggul di bidangnya,” harap Ismail. n M35
Lantik 33 Ketua UKM Baru, WR 3 Unhas Imbau Mahasiswa Giat Berlatih Universitas Hasanuddin (Unhas) mengadakan pelantikan bersama, Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) se-Unhas dan Koordinator Forum Bersama (Forbes) UKM Unhas di Auditorium Prof Amiruddin, Fakultas Kedokteran Unhas, Minggu (10/2). Acara ini dihadiri, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg Andi Arsunan Arsin MKes beserta jajarananya, beberapa dekan fakultas, dan perwakilan UKM se-Unhas. Mengusung tema “Bersinergi dalam
Mewujudkan Eksistensi Lembaga yang Berprestasi”, Unhas kembali melantik 33 Ketua UKM dalam kegiatan tersebut. Koordinator Forbes 2019, Nopriadi Joko Handika menjelaskan alasan pengambil tema tersebut. Menurutnya, tema ini merupakan sebuah harapan untuk semua UKM agar mampu membanggakan nama Unhas. “Harapan saya semoga di tahun ini, semua UKM dapat memberikan prestasi dan membanggakan nama universitas tercinta ini,” ujarnya.
Impian Nopriadi tersebut, disambut baik oleh WR 3 Unhas, Prof Arsunan. Ia juga berharap agar setiap UKM terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk kegiatan internasional. “Saya berharap mahassiwa banyak berlatih karena kegiatan internasional itu banyak sekali, jika ada event maka kami membuat kebijakan, akan membantu semaksimal mungkin”, paparnya. n M15
20
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
RESENSI
Menguak Kisah Kelam Sistem Khilafah Sebagian besar orang hanya mengetahui kisah baik dari sistem Khilafah di masa Khulafaur Rasyidin. Namun, Nadirsyah Hosen melalui buku ini memaparkan kisah kelam yang terjadi di masa sejumlah Khalifah.
S
aat ini, negara kita sedang digencarkan oleh masyarakat yang menginginkan sistem pemerintahan demokrasi digantikan oleh sistem pemerintahan Khilafah layaknya zaman Rasulullah SAW. Padahal, Indonesia bukanlah negara beragama Islam. Melalui buku Islam Yes, Khilafah No! Jilid 2 ini, Nadirsyah Hosen kembali memberikan pemaparan tentang alasan mengapa Indonesia tidak perlu menggunakan sistem pemerintahan khilafah setelah Rasulullah SAW wafat. Alasan-alasan itu diselipkan dalam kisah-kisah para khalifah di masa Dinasti Abbasiyah yang terbagi atas lima bagian. Juduljudul untuk setiap bagian itu ialah transisi kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah. Bagian kedua, masa keemasan Abbasiyah dan awal mula tragedi. Bagian ketiga, tragedi khilafah yang tak berujung. Bagian keempat,
IPTEKS
perang salib I dan tumbangnya khilafah Abbasiyah. Dan bagian terakhir, tentang Imam Mahdi, perusak Islam, dan khawarij zaman now. Setiap bagian berisi beragam kisah yang apabila telah kita ketahui, semestinya tidak ada lagi alasan untuk menginginkan penerapan khilafah di Indonesia. Sebab, setiap khalifah yang memimpin tidak ditentukan berdasarkan kompetensi yang dimiliki, tetapi berdasarkan garis keturunan yang sering dipolitikkan. Selain itu, tidak ada aturan baku dalam memilih khalifah. Kemudian, berbeda dengan sistem demokrasi yang pemerintahnya akan berjanji untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat bersama. Di sistem khilafah, rakyatnya lah yang berjanji untuk menaati seluruh perintah pemimpinnya meski dengan segala konsekuensi yang akan mereka terima. Oleh karena
Menelisik Identitas Suku Bajo
Indonesia diakui dengan keberagamannya, baik dari segi suku, bangsa, budaya, bahasa, dan masih banyak lagi. Namun, tidak semua memiliki tingkat pamor yang tinggi. Sama seperti suku yang satu ini yakni suku Bajo.
D
osen Antropologi Unhas, Dr. Tasrifin Tahara, M.Si, yang mengaku konsen pada kelompok-kelompok minoritas dan tidak pernah diangkat ke permukaan memiliki ketertarikan lebih meneliti suku Bajo. Dia sudah menerbitkan jurnal mengenai suku ini. Menurutnya, suku Bajo hingga saat ini masih unik. Keunikannya yang pertama adalah suku Bajo masih mempertahankan identitasnya sebagai suku
itu, model pemerintahan khilafah tidak mengenal istilah rule of law. Hal itu berarti seluruh jalannya pemerintahan tergantung keinginan dari Khalifah yang memimpin. Juga ada kisah Al-Muntashir, Khalifah kesebelas, yakni terjadi kisah saudara membunuh saudaranya sendiri, bahkan anak membunuh bapaknya. Khalifahkhalifah, Al-Mutawakkil, AlMuntashir, Al-Musta’in ketiganya dibunuh dalam perebutan kekuasaan. Ayah dibunuh anak. Paman dibunuh ponakan. Selain pembunuhan yang dilakukan oleh sesama anggota keluarga sendiri, juga terdapat kisah saat Khalifah ketiga belas, AlMu’tazz dibunuh oleh para tentara yang memberontak. Jika sistem khilafah diterapkan di Indonesia, hal ngeri ini bisa saja terjadi saat pendukung khilafah meminta tentara Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintah yang sah.
Masih banyak lagi kisahkisah nahas yang dilakukan para khalifah di masa Dinasti Abbasiyah yang dapat ditemukan di dalam buku setebal 350 halaman itu. Buku ini dikemas dengan menggunakan sumber yang shahih seperti pendapat dari Imam Thabari, Imam Suyuthi dalam kitabnya Tarikh al-Khulafa, Kitab al-Bidayah wan Nihayah oleh Imam Ibn Katsir dan karya Ibn al-Atsir yang berjudul alKamil fit Tarikh. Oleh sebab itu, informasi yang dipaparkan tentang sejarah khilafah masih bisa dikatakan autentik. Nama-nama tokoh dan tempat yang dijelaskan pun tidak terlalu spesifik. Oleh sebab itu, pembaca Data Buku dapat mengalami kesulitan untuk memahami alur atau maksud dari Judul Buku : Isam Yes, buku tersebut. Serta begitu banyak Khilafah No! istilah tidak populer di kalangan Jilid 2 Penulis : Nadirsyah Hosen masyarakat yang digunakan. Penerbit : UIN Suka Press Dengan begitu, semestinya buku ini dilengkapi glosarium Tahun Terbit : 2018 untuk mempermudah pembaca Tebal : 350 halaman memahami istilah tersebut. Adapun untuk keburukan yang Secara keseluruhan buku ini sampai sekarang merajalela di patut dibaca oleh orang-orang negara Indonesia, yakni kasus dewasa khususnya muslim untuk korupsi. Pun di masa Khilafah memperkaya pengetahuan kita kasus korupsi juga terjadi. Contoh agar tidak mudah terprovokasi. kasus korupsi yang pernah terjadi Utamanya, oleh orang lain yang ialah di masa Khalifah kedua ingin memecah belah persatuan belas, Al-Musta’in.Satu-satunya yang telah dijaga dalam kehidupan pengawas keuangan negara adalah berbangsa dan bernegara sambil anak khalifah bernama Al-Abbas. mengatasnamakan agama Islam.n Ia melakukan korupsi dengan memanfaatkan sisa uang negara. Muflihatul Awalyah
bangsa laut. Hal ini dikarenakan mereka masih bermukim di atas laut. Memang terdapat sedikit perubahan. Jika dulu mereka bermukim dengan hunian kapal, kini bertransformasi menjadi sebuah rumah. “Saya merasa Bajo ini sebagai suku yang paling absah kita klaim sebagai suku bangsa maritim. Bicara maritim itu suku bangsa Bajo, bukan suku bangsa lain,” tuturnya. Keunikan kedua, secara historis belum ada titik temu tentang siapa dan dari mana asal sebenarnya
orang-orang suku Bajo ini. Sebab, mereka seolah tidak menganggap kehadiran suatu negara. Eksistensi suku Bajo ternyata terdapat di berbagai negara, seperti Filipina, Malaysia, Indonesia, dan Vietnam. Suku Bajo di negara-negara ini meyakini bahwa identitas mereka sama dan menyebut diri mereka sebagai orang Sama, yang berarti sama di mana-mana. Sedangkan orang selain suku Bajo mereka sebut sebagai orang Bagai. Oleh karena itu, mereka merasa lebih dekat dengan sesama suku Bajo walau dari negara lain. Untuk mendapatkan kredibilitas jurnalnya, Dr. Tasrifin melakukan penelitian dengan menggunakan metode etnografi, yakni tinggal bersama, mengamati, bahkan merasakan kebudayaan dari sesuatu yang diteliti. Penelitian ini memakan waktu hampir tiga tahun. Ada 12 pemukiman suku Bajo yang ia kunjungi. Di antaranya terletak di Wakatobi, Mola, Sampenan, dan Selayar. Kenyataan bahwa suku Bajo hanya sebuah suku kecil, bukan berarti mereka tidak mendapatkan perhatian publik. Terbukti dari
kesempatan yang diberikan kepada Dr. Tasrifin. Ia diminta memaparkan penelitian suku Bajo di Harvard University. Salah satunya, keunikan suku bangsa Bajo yang tidak menjadikan negara sebagai penghalang dalam batas-batas geografis. Mereka beranggapan bahwa laut adalah milik bersama tanpa batas-batas negara. Sehingga, mereka biasa berlayar, menangkap ikan, tanpa sadar telah melewati batas negara Indonesia dan kemudian dikenakan sanksi oleh negara tetangga. Problem-problem yang dialami suku Bajo ini sebenarnya bukan hanya problem daerah, tetapi dapat menyangkut problem internasional. Seperti di Wakatobi, beberapa anak suku Bajo yang sempat putus sekolah diberikan beasiswa oleh beberapa anggota parlemen di Malaysia yang notabene adalah orang Bajo. Orang Malaysia itu cukup perhatian kepada mereka bukan karena diplomasi antarnegara, tetapi karena diplomasi etnis. Siapa sangka, penelitian ini kemudian mendapat respon baik. “Yang namanya orang di dunia
internasional, menganggap hal-hal unik, isu-isu yang sifatnya humanis, persoalan hak asasi manusia itu selalu bisa mendapat ruang. Sekecil apapun komunitas itu, yang namanya hal-hal yang berhubungan kemanusiaan, yang melihat suku bangsa dengan negara, dan satu bangsa yang akan diberdayakan itu menjadi perhatian positif,” jelas Dr. Tasrifin. Melalui penelitian yang dilakukannya, Dr. Tasrifin ingin menyampaikan pesan tersirat kepada masyarakat dan pemerintah. “Dalam hidup berbangsa dan bernegara, marilah kita mengapresiasi kelompok-kelompok suku bangsa sekecil apapun. Karena mereka punya andil dalam kerang kan kebangsaan ini, dalam kerangka ke-Indonesia-an ini. Indonesia besar karena keberagaman. Tidak ada satu suku bangsa pun yang menjadi masyrakat kelas dua. Semua punya hak dan kesempatan yang sama. Untuk pemerintah, kita bisa menjadikan masyarakat Bajo sebagai garda terdepan pembangunan benua maritim Indonesia ini,” jelasnya. n Muflihatul Awalyah
21
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
CERMIN
Mendobrak Keterbatasan
Kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang tidak bernilai
B
eberapa minggu lalu saya baru saja menyelesaikan buku bacaan dalam teks terjemahan berbahasa Prancis, berjudul L’histoire d’Helen Keller. Ceritanya memang bukan berlokasi di Prancis, namun saya membacanya karena sedang belajar bahasa Prancis. Buku ini mengisahkan sosok yang bernama Hellen Keller. Siapa sih yang tidak kenal dengan Helen Keller? seorang wanita , penulis, aktivis politik , dan dosen Amerika dengan sejuta keterbatasan. Ia seorang tunanetra dan tunarungu, bahkan kisah hidupnya meraih 2 Piala Oscar. Helen Keller juga menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika Serikat. Sungguh menakjubkan! Saya tidak habis pikir saya ada di posisi Hellen Keller. Memiliki anggota tubuh yang sempurna saja, saya masih bermalas-malasan. Dengan segala keterbatasannya, ia mampu memberikan motivasi dan
semangat hidup kepada mereka yang memiliki keterbatasan pula, seperti cacat, buta dan tuli. Bukan hanya untuk teman tuli tapi juga teman dengar. Semangat saya membaca buku ini dimotivasi oleh tetangga saya, persis di samping rumah. Sudah enam tahun kami bertetangga tapi tak pernah berkomunikasi sama sekali. Awalnya saya ingin berinteraksi dengannya tapi saya kesulitan karena ia adalah seorang tuna runggu. Kemudian, Saya mengikuti sebuah seminar yang diadakan oleh sebuah organisasi poliglot. Di seminar itulah saya diperkenalkan bahasa isyarat. Di situ saya mulai berpikir bahwa bahasa isyarat itu penting dan membuat saya dapat berkomunikasi dengan tetangga saya. Kembalinya saya dari kegiatan tersebut, saya berinisiatif untuk belajar lebih dalam dengan mengikuti kursus singkat. Mulai dari situlah saya bisa berkomunikasi dengan tetangga saya. Suatu waktu, saya mencoba menutup mata dan telinga selama beberapa detik, tidak sampai se
menit. Saya sudah membayangkan bahwa saya tidak bisa melihat indahnya dunia, cerahnya matahari, birunya langit, tidak bisa menikmati musik , acara TV bahkan meulis cermin in pun saya tak sanggup. Sangat Berat. Saya yakin hal ini akan mengingatkan siapa saja, bahwa betapa sering kita terlupa untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Padahal ada banyak kesempurnaan yang ada dalam diri kita. Seringkali yang terjadi dalam hidup kita adalah keluhan demi keluhan. Hingga tidak pernah menghargai apa yang sudah kita miliki. Padahal bisa jadi, apa yang kita miliki merupakan kemewahan yang tidak pernah bisa dinikmati oleh orang lain. Ya! Kemewahan untuk orang lain! Coba kita renungkan, bagaimana orang yang tidak memiliki kaki? Maka berjalan adalah sebuah kemewahan yang luar biasa baginya. Helen Keller pernah mengatakan, seandainya ia diizinkan bisa melihat satu hari
saja, maka ia yakin akan mampu melakukan banyak hal, termasuk membuat sebuah tulisan yang menarik. Selain cerita Hellen Keller, saya kagum dengan sosok Anne Sullivan, sorang guru yang menunjukkan konsistensinya dengan selalu sabar dan tidak menyerah dalam melakukan pengulangan-pengulangan dalam mengajari Helen Keller. Selain mengajari akademis, Anne juga mengajarkan Helen untuk dapat menjalankan aktifitasaktifitasnya sama seperti anak pada umumnya. Terbayang, betapa ketika Anne putus asa dan tidak konsisten dengan usahanya dalam mengajar Helen, maka mungkin tidak akan ada Helen Keller yang menginspirasi orang banyak melalui kisahnya. Setelah mengalami kemajuan, Anne mengajari Helen membaca buku dengan huruf Braillehuruf timbul untuk orang buta. Kemudian Anne mengajarinya menulis. Saat Helen berusia delapan tahun, Anne mengajak Helen ke Perkins Institute untuk belajar lebih banyak. Kisah Helen
Oleh Fatyan Aulivia
dimuat di surat kabar, Helen dikenal dengan sebutan ‘the wonder girl’ karena dia adalah tunarungu dan tunanetra namun dapat membaca dan menulis. Saat usia sembilan tahun Helen belajar berbicara. Dari kisah ini saya belajar bahwa tidak ada yang dikatakan standar manusia. Semua manusia sama dengan masing-masing keterbatasan yang ia miliki. Cerita ini boleh jadi biasa untuk sebagian orang yang telah membacanya, semoga dapat mengingatkan kembali bahwa semua manusia itu sama. Berjuanglah dengan apa yang kita punya dan apa yang kita tidak punya. n Mahasiswa Sastra Prancis, Angkatan 2016 Koordinator Liputan PK Identitas Unhas Periode 2019
KRONIK Unjuk Solidaritas, Mahasiswa Kelautan Adakan Aksi Lanjutan Tolak Skorsing
IDENTITAS/ARISAL
Kansas: Renovasi Gedung Kantin Sastra (kansas), Sabtu, (9/02), sebagian mace-mace dialihkan menjual di parkiran atas Fakultas Ilmu Budaya, Unhas.
KELUARGA Jurusan Ilmu Kelautan (Kema JIK), Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas kembali melakukan aksi penolakan SK sanksi skorsing, terhadap empat mahasiswa kelautan di depan Gerbang FIKP Unhas, Kamis (7/2). Sebelumnya, mereka telah melakukan aksi serupa pada tanggal 1 Februari kemarin. Merasa belum ada respon dari dekanat, akhirnya mereka memutuskan untuk menggelar aksi lanjutan. Sekitar pukul 10.40 Wita, mahasiswa yang melakukan aksi mulai berkumpul di depan gerbang FIKP Unhas. Mereka kemudian berorasi dan menuntut dekanan atas kekerasan akademik yang dilakukan kepada empat mahasiswanya. Melalui orasi tersebut, para demonstran menginginkan dekanat menjamin kejelasan akademik atas empat mahasiwa yang terkena
skorsing itu. Mereka juga meminta agar mahasiswa yang dijatuhi skorsing tetap diizinkan mengikuti kuliah. Menurut Nyompa, salah satu peserta aksi mengatakan bahwa hari ini, mereka akan melakukan pengajuan surat banding kepada pihak dekanat, walaupun harus kembali menunggu waktu sidang banding tersebut. “Bagaimana pun jika kita memang banding, tetapi mata kuliah semua eror kan sia-sia,” keluh Nyompa. Lebih lanjut Nyompa menjelaskan, aksi solidaritas ini direncana oleh 14 lembaga di Unhas. “Kalau tadi malam konsolidasinya ada 14 lembaga yakni kelautan, perikanan, FK, FKG, FKM, FH, FISIP, FEB, FIB, Fakultas Pertanian, KPM, Medkom, dan FMIPA,” paparnya.n M02
22
TIPS
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
Langkah Sederhana Gaya Hidup “Zero Waste”
D
ewasa ini, banyak pemberitaan mengenai dampak sampah yang mencemari lingkungan. Misalnya di laut, pasalnya organisme memakan sesuatu (sampah plastik) yang ada di habitatnya. Nah, kini hadir gerakan minim sampah
atau biasa disebut gaya hidup”ZeroWaste” Bebas sampah atau “Zero Waste” merupakan suatu tindakan penyelamatan lingkungan dengan mengurangi produksi sampah baik melalui proses 3R atau reduce, reuse, dan recycle.
1. Membawa keranjang atau totebag sendiri Dengan membawa keranjang atau totebag sendiri dari rumah saat berbelanja, memungkinkan kita untuk mengurangi penggunaan kantong plastik pada saat belanjaan tersebut dibawa ILUSTRASI/WANDI JANWAR
pulang. Dengan demikian langkah kecil tersebut membantu mengurangi produksi sampah yang berlebih diakibatkan oleh
4. Menggunakan kantong plastik biodegradable
penggunaan kantong plastik. Menggunakan kantong plastik yang mudah terurai (Biodegradable) memungkinkan kita untuk mengurangi
2. Membawa botol minum atau tumbler dari rumah
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan kantong plastik yang berlebihan.Bila kantong plastik biasa membutuhkan waktu selama 10-20 tahun untuk dapat terurai. Beda halnya, plastikbiodegradable cukup membutuhkan waktu selama 24 bulan. Kantong plastik ramah lingkungan ini terbuat dari senyawa organik (selulosa) yang didapatkan dari tumbuhan misalnya dari tandan kosong kelapa sawit yang di ekstrak untuk mengambil selulosa yang
Berapa banyak jumlah penduduk di bumi? Bayangkan, jika setiap manusia menghasilkan satu sampah dari kemasan air mineral ? Tentu, jutaan sampah bisa dihasilkan. Untuk meminimalisir hal itu, saat berpergian, sediakan botol minum atau tumbler. Selain itu, kita bisa juga membeli jus dengan tumbler kesayangan.
3. Menggunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama ataupun lainnya
terkandung didalamnya.
5. Mengganti lampu pijar dengan lampu Light Emitting Diode (LED) Bagi Anda yang tidak suka gonta-ganti lampu di rumah, maka lampu LED adalah solusinya. Lampu ini cukup tahan lama. Dibanding lampu pijar biasa, lampu LED jauh lebih awet. Jika lampu pijar rata-rata hanya bisa bertahan 1000 jam pemakaian, maka lampu LED bisa bertahan hingga 131490 jam. Bila pemakaian 10 jam per hari, dapat bertahan hingga 13 tahun 149 hari. Ternyata, awetnya lampu LED juga berpengaruh terhadap kantong Anda. Bayangkan jika Anda menggunakan lampu biasa yang setiap tahun harus menggantinya. Kan banyak juga uang yang harus Anda keluarkan selama 15 tahun itu. Namun jika Anda menggunakan LED, paling-paling hanya menggantinya satu kali saja dalam 15 tahun tersebut.
6. Menanam sayur di pot botol bekas
Memanfaatkan kemasan bekas seperti kardus atau kemasan air mineral seperti fungsi awal ataupun fungsi lainnya. Misalnya, kardus atau botol air mineral dapat dijadikan tempat menyimpan berkasseperti contoh kardus bekas kemasan air minum dapat dijadikan sebagai tempat menata dan menyimpan berkas-berkas agar terlihat lebih rapi. Selain murah tentu barang tersebut tidak sulit untuk ditemukan. Anda cukup menyediakan lem, gunting dan sedikit lakban sebagai tambahan sebelum memulai membuat.
Siapa bilang bertani harus mengeluarkan biaya mahal dan lokasi yang luas?, Anda bisa memanfaatkan lahan sempit dipekarangan rumah atau kontrakan. Botol bekas minuman bisa dijadikan pot. Jadi, bukan hanya menyelamatkan lingkungan tetapi juga menyelamatkan diri sendiri dari kekurangan vitamin dari sayur-sayuran. Anda bisa memulai dengan menanam sayuran yang mudah perawatannya seperti kangkung, bayam, atau selada.
Muh. Irfan
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
23
BUNDEL AKADEMIKA
Ambo Ala, Guru Besar Pantang Menyerah Di tahun 1980-an hingga tahun 1990-an, berbicara soal perkembangan pertanian, maka orang yang sering menjadi sumber adalah Prof Dr Ir Ambo Ala. Dia dianggap pelopor perkembangan pertanian di Sulawesi Selatan.
BUNDEL IDENTITAS EDISI MARET TAHUN 1999
Riwayat Program Ekstensi Unhas Sejumlah orang mungkin tak pernah mengetahui bahwa program kuliah ekstensi pernah ada di Unhas. Lantas apa saja kejadian yang pernah mencuat saat program itu ada?
P
rogram kuliah ekstensi pernah berlaku di Unhas. Program itu hadir di bangku perkuliahan sebagai jalan keluar bagi mereka yang bekerja, atau terhalang batas umur untuk mengambil program S1 reguler. Sehingga mereka diberikan kesempatan mengikuti kuliah sore atau malam hari. Dilansir dari bundel identitas edisi Maret 2002 bahwa hampir semua fakultas di Unhas mempunyai program ekstensi. Program itu awalnya ditujukan bagi mahasiswa yang terancam Drop Out dan bagi mereka yang bekerja sehingga tidak punya waktu untuk mengikuti perkuliahaan reguler. Selain itu, berdasarkan bundel identitas edisi akhir Oktober 1999, Pembantu Rektor I masa itu, Prof Dr Natsir Nessa, mengatakan bahwa program ekstensi bertujuan melayani keinginan mahasiswa yang ingin melanjutkan ke sekolah tinggi, tetapi mempunyai banyak keterbatasan. Misalnya keterbatasan umur dan waktu sehingga mereka tidak bisa masuk ke program reguler S1. Tak hanya itu, melalui program tersebut Unhas juga ingin memberi kesempatan bagi mereka yang bekerja untuk melanjutkan kuliahnya. Meski begitu, sejumlah masalah kerap terjadi. Salah satu masalah program ekstensi kala itu adalah program D3 perpustakaan. Mahasiswa D3 perpustakaan yang
ingin melanjutkan ke program S1 reguler, bisa melanjutkan studi di ilmu komunikasi dengan syarat hanya 24 SKS D3 mata kuliah mereka yang diakui. Sementara bila melalui jalur ekstensi, hampir seluruh SKS (80-110) D3 mereka diakui. Jadi, cukup dengan menambah 50 hingga 60 SKS lagi, statusnya sudah dapat setara dengan program reguler S1. “Padahal kurikulum D3 dan S1 sangat jauh berbeda. Suatu kejanggalan jika SKS dari mahasiswa D3 diakui semuanya,”tutur salah satu dosen Fakultas Hukum kala itu yang tak ingin disebutkan namanya. Selain masalah penyetaraan SKS D3 ke S1 yang tidak wajar. Ada pula polemik bahwa yang bisa mengikuti program ekstensi ini terbuka juga bagi calon mahasiswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang baru saja lulus tapi tidak lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Hal itu senada dengan terbitan identitas edisi Maret 2002 yang menuliskan bahwa tujuan program ekstensi mulai diselewengkan tidak lagi seperti tujuan semula.“Lulusan SMA yang tidak lulus UMPTN dan berhasrat mengecap nikmatnya kuliah di Perguruan Tinggi, sudah bisa mengikuti program ekstensi. Syaratnya punya duit banyak, itu saja. Soal ijazah tidak masalah,”tulis identitas, Maret 2002. Birokrat Unhas tidak bisa
menampik bahwa program ekstensi menjadi salah satu penolong defisit keuangan Unhas masa itu. PR I Unhas waktu itu, Dr Djabir Hamzah, mengaku tidak bisa berbuat banyak soal longgarnya persyaratan mengikuti program ekstensi. “Ini hanyalah ketidaksengajaan yang keterusan, karena terlambat ditegur, akhirnya kesalahan itu makin membesar. Lagi pula, program ekstensi itu kan bisa meningkatkan penghasilan dosen yang punya kemampuan lebih,”katanya. Jauh ke belakang program ekstensi tersebut mendapat banyak kritikan dari kalangan aktivis mahasiswa. Hal itu disebabkan selain sebagai “ajang cari keuntungan”, program ekstensi kala itu membuat banyak dosen di kelas reguler lebih peduli dengan mahasiswa dan kelasnya di kelas ekstensi dan cenderung mengabaikan mahasiswanya di kelas reguler. Kalimat satire atau sindiran terhadap program ekstensi pun sering dilontarkan aktivis Unhas waktu itu. Semisal “apasih yang tidak bisa di Unhas, asalkan ada duit banyak.” Kini program ekstensi sudah tidak ada di Unhas. Kedepannya apabila diadakan kembali, adalah hal mutlak untuk mengadakan pembaruan sistem dan tata kelola yang baik.n Muh. Syahrir
GURU Besar Pertanian Unhas ini, memiliki segudang prestasi dan pengalaman dalam mengemban amanah. Dia merupakan sosok yang tak henti mengukir prestasi bagi kampus merah. Meski begitu, kesederhanaan tetap menjadi prinsip utama yang terus dipegang teguh. Sederet penghargaan bergengsi telah diraihnya. Dia merupakan Dosen Teladan I Unhas pada tahun 1990, peraih penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari BUNDEL IDENTITAS Presiden RI tahun 1997, disusul tahun berikutnya mendapatkan penghargaan Satya Lencana Wira Karya. Empat tahun kemudian, di tahun 2002, Ambo Ala menerima penghargaan Adikarya Pembangunan Pertanian. Bahkan mendapat Penghargaan sebagai Peneliti Berprestasi Inovasi Perkebunan dari Menteri Pertanian Republik Indonesia, Suswono, yang diterimanya pada 30 Agustus 2013 di Jakarta Convention Center. Tak berhenti sampai di situ. Pria kelahiran 31 Desember 1954 ini, juga memiliki pencapaian yang patut dibanggakan. Dia menerima penghargaan dari Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, dalam rangka Expose Nasional Inovasi Perkebunan. Penghargaan tersebut atas dedikasinya terhadap penelitian yang telah ia lakukan dalam bidang inovasi perkebunan. Bagaimana tidak, dilansir dari Wajo Terkini, Ambo mengatakan, dirinya selalu berupaya melakukan yang terbaik di setiap usahanya. Dia mengaku, dan tidak pandang bulu siapa yang menyuruhnya. Dia hanya berpikir berbuat sesuatu yang terbaik dan tak pernah menyerah dalam melakukan suatu. Itu dilakoninya sejak masih duduk di bangku kuliah. “Pada saat saya masih mahasiswa dulu, sangat susah dikalahkan pada perolehan angka atau nilai. Saya tidak mau kalah dalam waktu belajar. Mungkin mereka bisa mengalahkan saya pada hasil, tapi jangan berharap mengalahkan saya dalam usaha,” ujarnya berprinsip. Kegigihan Ambo Ala dalam berusaha, dibuktikan dalam menempuh pendidikan. Saat berhasil meraih gelar sarjana S1 Pertanian Unhas tahun 1979, dia langsung mengabdi pada almamaternya sebagai tenaga pengajar di Fakultas Pertanian dan Kehutanan (Fapertahut). Lalu, pria asli Jongkang, Kelurahan Tangkoli, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo ini, berhasil lulus dengan gelar Doktor termuda predikat cum laude tahun 1987. Dua belas tahun kemudian, menjadi profesor termuda di tahun 1999. Tak hanya prestasi, sejumlah jabatan penting pernah diamanahkan kepadanya, di antaranya; Kepala Laboratorium Ekologi di Fapertahut Unhas sampai dengan tahun 1990, Kepala Laboratorium Lapang Unhas (1987-1989), Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar (1987-1994). Lalu, menjadi Ketua Program Studi SSPPPs Unhas (1987-1989), Pembantu Dekan (PD) III Fakultas Pertanian (Faperta) Unhas (1989-2005), Dekan Faperta Unhas (1995-2002), Pembantu Rektor (PR) III Unhas (2002-2006), Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulsel (2006-2007). Ambo juga pernah menjabat Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Pertanian (2007-2009), Sekretaris Senat Unhas (2015-2018), Anggota Komisaris PT Perkebunan Nusantara XIV (2012-2016), hingga menjabat Komisaris Utama PT Perkebunan Nusantara XIV (2016 - sekarang). Di mata teman sejawat, Ambo termasuk dosen yang ulet dan mudah bergaul. Dia kerap mengunjungi berbagai negara Eropa, Asia, Afrika, hingga Amerika, dalam rangka presentasi ilmiah, studi banding, maupun sebagai dosen tamu. Ambo aktif menjadi dosen tamu di Trinidad dan Tobago, Afrika. Selain sebagai dosen, Guru Besar Fapertahut ini aktif juga berorganisasi. Dia tercatat sebagai anggota American Society of Agronomi, Amerika, Ketua Divisi Pengembangan Kelembagaan Organisasi ICMI Sulsel, Ketua Perhimpunan Agro Meterologi Indonesia Cabang Sulsel, Ketua Dewan Penasihat Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) Sulsel dan sejumlah organisasi lainnya. Yang menarik dari Ambo, meski sejumlah prestasi gemilang dan penghargaan diraihnya, tapi tetap menerapkan prinsip hidup sederhana.n Madeline Yudith
24
LINTAS
identitas
NO. 898, TAHUN XLV, EDISI FEBRUARI 2019
Guru Muda di Negeri Gajah Putih
T
epat pada tanggal 4 juli 2018, keinginan saya untuk membawa nama Indonesia agar lebih dikenal di mata dunia terwujud melalui program Exchange Summer. Awalnya, saya mendaftarkan diri di salah satu program di organisasi kepemudaan Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) di UNHAS. Saya memilih program Outgoing Global Volunteer dan negara tujuan saya adalah The land of smile “Thailand”. Setelah memilih project dan interview dengan pihak Aiesec thailand, saya mendapatkan e-mail bahwa saya telah diterima di project yang saya apply. Betapa hati saya gembira pada saat itu.Saya memilih project yang fokus pada pendidikan “Sawasdee Thailand Project” yang mendukung SDG nomor 4 yaitu “Quality Education”. Kenapa saya memilih project ini? Saya selalu mengingat dan sekaligus menjadi motivasi saya yaitu apa yang dikatakan oleh bapak Nelson Mandela “Education is the most powerful weapon you can use to change the world” . Bahwa, Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat anda gunakan untuk mengubah dunia. Saya ingin sekali turut berkontribusi kepada masyarakat khususnya anak-anak. Memberi semangat untuk belajar sekaligus memotivasi mereka betapa pentingnya pendidikan itu sendiri. Saya berada di Thailand selama 6 minggu. Saya mengajar bahasa
Inggris di Sekolah Dasar di daerah Udon Thani, Thailand. Hari pertama di Udon Thani, hostfamily ku menjemput saya dan teman saya Ling yaitu seorang Exchange participant dari Cina. Kemudian, kami diajak berkeliling melihat tempat tempat wisata di Udon Thani sebelum sebelum mengajar disekolah. Udon Thani adalah Kota yang sangat indah dan bersih yang dimana penduduknya sangatlah sopan dan ramah. Yah, inilah rumah saya di Thailand selama 6 minggu. Saya tinggal bersama keluarga asuh yang kebetulan juga beliau adalah Kepala Sekolah dimana saya mengajar yaitu Ban Dong Magrood Sai Tong school. Project ini diikuti oleh 31 peserta. Saya bertemu dengan Exchange Participant dari berbagai negara (China, Korea, Vietnam, Portugal, Malaysia, Philippines, Pakistan, Hongkong, Denmark, Taiwan, dan Indonesia). First day at work, saya datang ke sekolah yang dimana letaknya 24 km dari tempat tinggalku. Ban Dong Magrood Sai Tong School ini terletak di daerah persawahan. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, persawahan dan kuil-kuil budha menjadi pemandangan sehari hariku. Yah, hari hariku ku jalani sebagai guru bahasa Inggris di sekolah ini. Awalnya, saya mengikuti kegiatan selama dua hari di Bangkok yaitu Incoming Preparation Seminar. Di hari pertama kegiatan ini, saya dan peserta lainnya mendapatkan pembekalan materi dari AIESEC in
Chulalongkorn University seperti pengenalan budaya Thailand dan kelas bahasa. Di hari ke-dua, kegiatan ini dinamakan “Global Village” yang bertujuan memperkenalkan budaya masing-masing. Pada saat itu, saya dan teman teman lainnya dari Indonesia membawakan Tarian khas Papua. Tidak hanya itu, kami memperkenalkan souvenir khas Indonesia kepada peserta lainnya. Menurut saya, moment ini membuat saya bangga sekali rasanya menjadi orang Indonesia. Respon mereka terhadap Indonesia sangat positif. Mereka kagum akan budaya dan keanekaragaman yang Indonesia miliki. Dari sinilah, membuat diri saya semakin semangat untuk belajar dan terus melakukan kegiatan positif yang dapat berguna bagi banyak orang. Kendala yang saya hadapi adalah guru - guru di sekolah sulit berbahasa Inggris sehingga membuat saya kesulitan berkomunikasi. Tapi, hal itu bukanlah penghalang bagi saya untuk tetap berjuang mengajar disekolah ini. Murid - murid yang sangat lucu dan menggemaskan adalah sumber semangat saya saat itu. Mereka adalah murid yang mempunyai kemauan untuk belajar bahasa Inggris. Hari demi hari yang saya lalui di sekolah sangatlah menyenangkan. Makan siang hingga bermain bersama dengan mereka adalah salah satu moment yang sangat berharga dan tak akan terlupakan pastinya. Ditambah lagi dengan guru di sekolah yang sangat
DOKUMENTASI PRIBADI
perhatian sehingga membuat saya semakin nyaman dan membuat mereka seperti keluargaku sendiri. Tanggal 16 Agustus 2018 adalah hari terakhir project saya mengajar di sekolah dan sekaligus hari terakhir di Udon Thani sebelum kembali ke Indonesia. Dengan perasaan bangga dan sedih juga bagiku. Pamit dengan guru di sekolah dan para siswa merupakan momen yang sangat mengharukan. Mereka semua menangis karena tidak ingin saya kembali ke Indonesia. Sedih rasanya melihat semua itu. Para siswa membuat surat yang hampir semuanya berkata “ I love teacher Antor, I will miss teacher Anto” Oh sungguh kata kalimat yang sangat menyentuh. Kalimat yang membuat saya berpikir “ Anto, you did well!” bangga rasanya bisa memberikan perubahan yang nyata kepada mereka sampai bisa berbahasa Inggris.
Di malam harinya, Ibu angkatku dan para guru di sekolah membuat farewell party. Mereka memberikan saya kenang-kenangan yang katanya agar saya akan selalu ingat dengan mereka dan akan kembali ke Thailand untuk berjumpa lagi. Dari pengalaman ini saya belajar untuk bisa menghargai perbedaan dari latar belakang budaya yang berbeda. Pengalaman yang sungguh meningkatkan kepercayaan diri dalam berbahasa inggris hingga mempunyai teman dari berbagai negara, serta keluarga baru. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga dan akan terus saya kenang selama hidupku. Terima kasih Indonesia dan Terima Kasih Thailand.n Iswanto Nursila, Mahasiswa Sastra Prancis, Angkatan 2016