Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
TRANSFORMASI
PORTAL AKADEMIK UNHAS
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
DARI REDAKSI
2 TAJUK
KARIKATUR
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
SOSIAL MEDIA
Akankah Kebijakan Kampus Merdeka Terealisasi? BELAKANGAN ini, dunia pendidikan gencar melakukan perombakan kebijakan sejak Nadiem Makarim menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Mulai dari kebijakan mengganti sistem Ujian Nasional di sekolah hingga “Kampus Merdeka” yang katanya bisa “memerdekakan” mahasiswa. Kebijakan Kampus Merdeka merupakan sebuah rombakan dalam dunia perkuliahan, di mana gebrakan ini menitikberatkan pada empat poin penting. Pertama, bagi perguruan tinggi (PT) diperbolehkan untuk membuka program studi baru jika kampus tersebut telah terakreditasi A atau B. Selain itu, kebijakan Kampus Merdeka juga dapat mempermudah proses akreditasi perguruan tinggi, di mana re-akreditasi dapat diperbarui secara otomatis. Nadiem juga akan mempermudah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berstatus Satuan Kerja dan Badan Layanan Umum untuk menjadi PTN Berbadan Hukum. Poin terakhir dan paling menyentuh mahasiswa adalah jumlah Sistem Kredit Semester (SKS) yang wajib diambil. Para mahasiswa hanya diwajibkan berkuliah sebanyak 5 semester dari total 8 semester yang ada. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasanuddin (BEM Unhas), Abd. Fatir Kasim mengaku, kebijakan yang keempat sangat menarik perhatiannya. Di mana nantinya, mahasiswa diwajibkan mengikuti 5 semester di prodi asalnya dari total semester yang harus dijalankan. Kemudian, mereka berhak menggunakan 3 semester akhirnya untuk menjalani magang, pertukaran belajar, pengabdian masyarakat, wirausaha, riset, studi independen, pelatihan militer ataupun kegiatan mengajar di daerah terpencil. Menurutnya, kebijakan tersebut akan memberikan mahasiswa ruang untuk lebih menemukan apa passionnya. “Karena kan betul bahwa selama ini kita (mahasiswa, red) terlalu terikat dengan program studinya dan tidak mungkin meninggalkan karena ada penilaian di situ. Karena kalau ditingalkan 3 semeter itu, wah, luar biasa fatalnya,” ujar Fatir. Sama dengan Fatir, Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 2019 Unhas, Ade Ilham Tamara Kurniawan juga mengungkapkan hal demikian. Secara pribadi berminat pada kebijakan keempat yang dinilainya dapat menggiring mahasiswa untuk mendapatkan banyak pengalaman dari luar kelas. “Yang mau magang, bisa diberi wadah dan feedback dari kampus, tidak mesti terbebani ketinggalan SKS atau mata kuliah karena itu setara dengan 20 SKS persemester dan diberi hak sampai tiga semester. Ya, menurut saya itu kebijakan yang luar biasa,” ungkap Ilham. Walaupun begitu, kebijakan keempat ini juga menimbulkan kekhawatiran dalam dirinya. Misalnya saja, terkait ja-minan pendanaan dan implikasi dari mahasiswa. “Saya takutnya kebijakan ini jadi tidak terlalu termanfaatkan atau teraplikasikan di mahasiswanya, karena gairah dan semangatnya kurang. Perlu peran dari sivitas akademika agar bisa mendorong mahasiswa untuk bisa me-manfaatkan kebijakan ini dengan baik,” imbuhnya.
KARIKATUR/FENSENSIUS T SESA
SURAT DARI REDAKSI
DOKUMENTASI PRIBADI
Penghargaan: Penerima piala Indonesia Student Print Media Award (INSPRIMA) kategori The Best of Sulawesi non Magazine 2020, di Hotel Mercure, Banjarmasin, Jumat (07/02/20).
Jurnalis Kampus
L
ibur semester telah usai. Memasuki bulan Februari, para mahasiswa Unhas kembali disibukkan dengan persiapan perkuliahan, mulai dari belanja mata kuliah, konsultasi dengan Pembimbing Akademik, hingga urusan skripsi bagi mahasiswa tingkat akhir. Kuliah perdana berlangsung sejak tanggal 3 Februari 2020. Aktivitas perkuliahan kembali dilaksanakan di Unhas. Para dosen, pegawai dan mahasiswa pun kembali menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Tak terkecuali kami, para Jurnalis Kampus. Di tengah aktivitas perkuliahan yang padat, kami tetap berupaya menerbitkan koran identitas yang
ditunggu-tunggu oleh pembaca. Pada edisi kali ini, kami mengangkat topik utama terkait penggantian portal akademik. Selain itu, kami juga menyajikan rubrik jejak langkah di balik prestasi dosen muda Departemen Hubungan Internasional, dan tips tentang 5 tempat diskusi yang menyenangkan di Unhas. Tak lupa kami menyuguhkan rubrik wawancara khusus yang membahas tentang kondisi pers saat ini, wabah virus corona, dan permasalahan laut natuna Indonesia. Dan yang tak kalah menariknya adalah ulasan pohon Hutan Kota Unhas dan masih banyak lagi rubrik lainnya. Selamat membaca!
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu Anggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Wandi Janwar Koordinator Liputan: Urwatul Wutsqaa Litbang SDM: Arisal Litbang Online: Sri Hadriana Litbang Data: Hafis Dwi Fernando (tidak aktif) Staf Penyunting: Ayu Lestari, Andi Ningsi, Khintan, Fatyan Aulivia, Fitri Ramadhani Fotografer: Santi Kartini Artistik dan Tata Letak: Alfianny Maulina, Badaria Iklan/Promosi: Muh. Irfan (tidak aktif)Reporter: Melika Nur Jihan, Muh. Syahrir M. E. Cahyadi Tim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Mukhlis Amans Hady, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com Tarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Februari 2020 Ilustrasi : Finsensius T Sesa Wandi Janwar Layouter : Badaria
Putri Firsati Ronia
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
A
OBITUARI
3
Hilangnya Cincin “Permata Ungu”
da kekhawatiran saya ketika berangkat ke Bima, Rabu (12/02/2020) kemarin. Saya mengontak Baco, pembantunya, perihal kondisinya. Dia menjawab, masih di rumah sakit dan keadaannya masih belum berubah, Masih terpasang oksigen dan peralatan lain di beberapa tempat. Prof.Radi sejak masuk kembali ke RS Unhas, sudah tidak bisa berkomunikasi lagi dengan siapa pun. Jika tidak salah, sudah dua minggu di ruang Intensive Care Unit (ICU), unit perawatan khusus, di lantai II RS almamaternya. Saya hanya sempat membesuk sekali, setelah masuk kembali ke RS Unhas. Kamis (13/2/2020) pagi sekitar pukul 07.00, saya baru saja bangun berdiri di pondok kecil di atas dua petak kolam di ujung kampung kelahiran, Kanca Bima, sekitar 55 km di sebelah selatan Kota Bima, ketika Albez, yang pernah jadi “ajudan” Prof Dr Ir Radi A. Gany saat menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) 2006-2010. “Prof meninggal!,” pendek sekali informasinya, diikuti suara Albez, putra Mamasa yang pernah tinggal bersama Pak Radi hingga diangkat menjadi aparatur sipil negara (ASN) membuat suara saya tercekak sejenak sebelum melanjutkan. “Abu, (panggilan ayah yang sudah berhaji di Bima), Prof Radi meninggal,” kata saya dengan air mata menyungai dan terisak. Ayah saya, H. Abubakar H. Yakub, yang terakhir kali bertemu almarhum saat saya menjalani ujian promosi doktor 18 Mei 2018 di Unhas langsung melafazkan “inna lillahi wa inna ilaihi rajiun’’. Prof. Radi bagi saya melekat tiga predikat. Beliau adalah orang tua, atasan, dan juga sahabat saya -seperti selalu dikatakannya. Sebagai orang tua, karena dari beliau saya banyak belajar tentang kepribadian dan keadaban sebagaimana yang
menjadi ciri khasnya. Dari beliau saya banyak “diuji” bagaimana mempertahankan integritas sebagai orang yang dipercaya. Saya masih ingat, tahun 2004 ketika berlangsung peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang dirangkaikan dengan Pekan Olahraga wartawan Nasional (Porwanas) di Palembang, minta izin meninggalkan tugas sebagai Kepala Humas Unhas dan juga dosen Fakultas Ilmu Budaya beberapa hari. “Apa yang bisa saya bantu, Lan?,” begitulah beliau menyapa saya, mengindikasikan hubungan silaturahim kami begitu sangat akrab. “Saya hanya perlu sedikit biaya pengiriman berita melalui faksimili,” jawab saya. “OK, suruh saja Dana (Mardiana, Staf Rektor Unhas) bikin kuitansi, nanti saya tandatangani,” kata beliau dan saya bergembira mendengar titahnya. Dana kemudian membuat kuitansi dan sempat bingung beberapa saat karena ternyata di kolom rupiah tidak tercantum angka yang dibutuhkan, sementara kuitansi sudah diteken rektor. Saya maklum, Prof. Radi memercayakan kepada saya untuk menyebut berapa dibutuhkan, sementara bagi saya, menyebut berapa adalah sesuatu yang mustahil sebagai bawahan. Setelah mengetahui kebingungan Ibu Dana, saya mengatakan, tulis saja Rp 500.000. Salah seorang pembantu dekat Prof. Radi mengetahui angka tersebut menimpali dengan mengatakan, jika dia pada posisi seperti itu, nolnya akan berjumlah enam. Saya berpikir waktu itu, tidak mau merusak kepercayaan Prof Radi dengan mem-patgulipatkan angka. Jika saya ingin memanfaatkan kesempatan, banyak peluang tersedia untuk itu ketika saya dipercaya mencetak beberapa bukunya yang saya tulis dan edit dan dicetak di Yogyakarta. Kalau saya mau, sebut saja biaya cetak seenak perut, toh waktu itu biaya operasional
rektor tidak perlu dipertanggungjawabkan dan beliau tetap percaya angka yang saya katakan. Tetapi untuk apa? Hanya merusak integritas dan kepercayaan. Prof. Radi adalah atasan saya saat menjabat Pembantu Rektor I Unhas (1993-1997) dan Rektor Unhas (1997-2006). Sebagai bawahan, saya kerap ditempatkan menjadi teman, karena berangkat dari pertemanan sejak 1987, saat beliau menjabat Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unhas. Bahkan ketika berkunjung ke Timor Timur 1994 sekaligus menyerahkan peserta Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemat (KMA PBS) ke Pemprov Timor Timur (sebelum jajak pendapat), selaku Pembantu Rektor I dan mewakili Rektor Unhas, Prof Radi minta saya menemaninya di hotel. Saya justru minta tidur di kamar lain, tetapi beliau minta satu tempat tidur besar “diduai”. Pertemanan saya dengan beliau mungkin melebihi yang lain. Pada saat sepi sendiri habis bermain golf di Jakarta, terkadang saya ditelepon. “Lagi di mana, Lan?,” begitu kalimatnya yang bagi saya sudah terasa klise tetapi tetap senang mendengarnya. “Di Makassar ji,” jawab saya pendek. “Kapan ke Jakarta?,” balasnya lagi. “Iih.. kalau ada yang “perjalankan” hari ini, siap,” sambung saya sedikit kelakar. “Ok, tunggu,” katanya lagi. “Nanti berangkat jam segini, sebentar saya kirimkan tiketnya,” katanya lagi dan tidak berapa lama kiriman tiketnya meluncur masuk ke WhatsApp. Kalau tidak salah waktu itu, saya terbang ke Jakarta Jumat. Setelah sarapan pagi di kediamannya di Bekasi Barat, beliau mengajak saja ke toko buku di kawasan Bekasi, karena tahu saya maniak buku. Dari toko buku beliau mengajak saya ke Masjid Istiqlal menunaikan salat zuhur. Ini kedua kali saya bersama beliau ke masjid megah ini, setelah pertama kali ketika menjabat Wantimpres. Kembali dari masjid, kami kembali ke Bekasi. “Kapan pulang, Lan?” beliau bertanya saat kami duduk sembari menyeruput kopi yang dihidangkan Didi, pria bujang
DOKUMENTASI PRIBADI
yang disekolahkan Prof. Radi dan menjaga rumah itu seorang diri. “Minggu sore,” jawab saya. “Kalau begitu sama-sama saja pulang,” beliau memberitahu. Saya kemudian maklum, Prof. Radi ingin ada teman yang diajak diskusi. Sambil menyeruput kopi di kediamannya di Bekasi, kami menghabiskan puluhan menit berdiskusi dan memperbincang beragam masalah sosial politik yang sedang viral di media. Menjelang kepergian Prof. Radi, sempat membuat saya gundah ketika pada tanggal 29 Oktober 2019, sehari sebelum usianya genap 77 tahun, mata cincin berwarna ungu pemberiannya tiba-tiba saja hilang ketika saya sedang memberikan kuliah. Begitu mengetahui mata cincin yang dibeli tahun 2003 seharga Rp 250.000 di Pasar Sayur Balikpapan itu, batin saya langsung bagaikan ter-strom. Mata batin saya bertanya beberapa saat, ada apa ini?. Ternyata pada kesempatan yang sama, Prof. Radi sedang sakit. Setelah kejadian itu, saya singgah membesuknya dengan Hery sebelum terbang ke Bima. “Jatuh ka, Hanya lecet,” katanya pendek saat saya singgah membesuknya. Beliau tidak ingin merepotkan orang, sehingga kisah sakitnya orang tahu dari mulut ke mulut. Setelah kehilangan permata cincin pemberiannya itu, saya sempat ditelepon dan memberitahu kalau beliau habis dirawat di Rumah Sakit Akademis. “Ih.. tidak diinfokan ka,” begitulah bahasa gaul saya dengan beliau. “Ah.. nanti merepotkan,” balasnya. “Ah..tidak ji, itu, karena kita mau datang menghibur,” ucap saya. Ketika masuk di RS Unhas, saya sempat khawatir karena ada pesan tidak boleh dibesuk. Saya dua kali gagal membesuk karena dihadang oleh Petugas Satpam RS Unhas yang meneruskan pesan tidak boleh dibesuk. Pertengahan Januari 2020, usai dari RS Unhas, kalau tidak salah, saya membesuknya lagi ketiga kalinya di kediamannya di Pai Sudiang. Waktu itu, beliau terbar-
ing. Karena saya datang, Baco yang biasa mengangkat dan menurunkannya ke dan dari tempat tidur “menjemputnya” di kamar dengan kursi roda. Dia keluar, duduk bersama saya, Hery, dan seorang cucunya. Beliau minta diambilkan laptopnya dalam susunan kalimat yang terdengar sulit dipahami. Tangannya membantu meluruskan maksudnya, sehingga benda itu ada di depannya. Hery, anak saya, yang biasa membantu ketika beliau lupa “pintu masuk” ke laptopnya itu, langsung menghidupkan laptop. Saya memberi Hery membuka saja file dengan “produksi” terakhir. Di situ ada tulisan dengan label “Tamalanrea 30 Oktober 2019”, tepat pada ulang tahunnya yang ke-77. Berjudul “Keadaban” dan “Operasi Lappo Ase, Kebijakan Peningkatan Produksi Beras bernapaskan Kearifan Lokal”. Tulisan ini salah satu impiannya dapat mengisi edisi revisi buku almarhum berjudul “Irigasi Tanpa Bendung” yang saya edit tahun 2015. Dan tentu saja, titipan amanah buat saya untuk mewujudkannya. Saat masuk lagi RS Unhas yang terakhir kali, suatu sore saya membesuknya bersama Dr. Hasrullah. Sudah tidak bisa lagi berkomunikasi. Setelah memegang tangannya dan berdoa bagi kesembuhannya, saya pun bergerak ke luar kamar tempatnya berbaring. Dari balik kaca kamar, saya mendengar pekiknya karena kepanasan. Suhu tubuhnya waktu itu, 38,90 tertera pada indikator peralatan medik di sebelah kanan pembaringannya. Mata saya sembab dalam pandangan yang kosong..... Selamat jalan, Prof. kenangan bersamamu tidak cukup dikisahkan selembar media ini. Semoga husnul khatimah. Al Fatihah.....(*). (Kanca, Bima, tempat kelahiranku, saat tidak sempat menatapmu terakhir kali, 13 Februari 2020). M. Dahlan Abubakar. Penulis merupakan Dosen Tidak Tetap Unhas Dan Penasehat Ahli PK identitas Unhas.
4
WANSUS
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
Pers Hari Ini
P ISTIMEWA
ers di Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak sebelum kemerdekaan. Meskipun di awal perkembangannya, melalui banyak tantangan dan tekanan. Pers mempunyai peran cukup kuat dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Memasuki zaman demokrasi terpimpin dan orde baru, pers banyak mengalami penindasan atas aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah. Kebebasan pers baru diraih pasca reformasi yang ditandai dengan disahkannya UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers. Pers mahasiswa sendiri lahir telah lahir beriringan dengan munculnya gerakan kebangkitan nasional yang diinisiasi oleh pemuda, pelajar dan mahasiswa. Saat itu, pers memainkan peran dalam
menyebarkan ide-ide perubahan untuk memantik kesadaran rakyat akan pentingnya arti kemerdekaan. Di zaman itu pers mahasiswa kurang dipandang sebagai pergerakan pers yang profesional. Setelah era kemerdekaan, barulah pers mahasiswa memulai kiprahnya ke arah profesional. Syahdan, bagaimana tantangan dan kondisi yang dihadapi pers di era revolusi industri 4.0 seperti saat ini? Apa yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan tersebut? Menjawab pertanyaan tersebut, berikut kutipan wawancara reporter identitas, Urwatul Wutsqaa dengan Ketua Komisi Pemberdayaan Organisasi Dewan Pers Indonesia, Asep Setiawan via Whatsapp, Senin (3/2). Berikut kutipan wawancaranya.
Data Diri Nama : Asep Setiawan Riwayat Pendidikan : S1 Hubungan Internasional Fisip Unpad, Bandung tahun 1988 S2 Hubungan Internasional, Universitas Birmingham, Inggris tahun 1994 S3 Hubungan Internasional dari Fisip Unpad, Bandung tahun 2019 Pekerjaan : Anggota Dewan Pers, Ketua Komisi Pemberdayaan Organisasi Dewan Pers Periode 2019 – 2022 Pengalaman Kerja : Wartawan Harian Kompas 1989 Wakil Editor Desk Internasional sejak 1991 Editor Kompas.com 1999 Presenter BBC World Service Departemen Indonesia di London tahun 2000 Kepala Biro BBC Indonesia di Jakarta tahun 2002 dan kemudian tahun 2008-2010 Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV 2012 Kepala Media Research Center di Metro TV 2013
Semakin derasnya kebutuhan informasi, bagaimana Anda melihat peran pers hari ini? Peran pers tetap pada tiga hal penting yakni sebagai media pendidikan, informasi dan hiburan serta kontrol sosial. Dengan banjirnya informasi melalui media digital, maka fungsi informasi semakin penting bagi media. Media massa memiliki kemampuan memproses data menjadi informasi berguna untuk publik melalui kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah jurnalistik berupa olah data yang diterima, kemudian menyunting, dan memublikasikannya. Di antara prinsip jurnalistik itu adalah akurat, berimbang dan tidak menghakimi. Dunia pers sudah memasuki era revolusi industri 4.0, artinya kebebasan pemberitaan semakin terbuka dan akan memberikan dampak kedepannya. Bagaimana cara menyikapi fenomena tersebut? Revolusi industri 4.0 adalah
penggunaan digital dan kecerdasan buatan dalam proses keluarannya. Dampak positifnya adalah berubahnya cara manusia dalam melakukan proses produksi, termasuk mengolah informasi yang semakin cepat dan padat tanpa mengenal waktu dan tempat. Alhasil, semakin banyak manusia memproduksi informasi apalagi melalui media sosial, maka semakin sering juga konsumsi informasi palsu. Agar tidak menjadi malapetaka, maka publik perlu diedukasi untuk mengonsumsi informasi secara cerdas, seperti proses cek dan ricek sebelum menyebarkan informasi yang diterima. Selain itu, melacak sumber informasi, sehingga jika ada informasi anonim atau palsu maka publik tidak langsung percaya tapi berusaha untuk memeriksa terlebih dahulu. Sisi lain, dengan peredaran rentetan informasi palsu di ranah digital, apakah membuat
kepercayaan publik terhadap pers menjadi berkurang? Ya,. itu menjadi tantangan pers di era milenal. Kita harus menjaga kepercayaan publik terhadap pers. Selain menjaga kepercayaan publik terhadap pers nasional, maka pers mahasiswa juga harus memiliki komitmen menjaga kualitas informasi yang disebarkan dengan menganut asas-asas seperti media nasional, mengacu kepada kode etik jurnalistik. Adanya informasi yang bisa dipercaya dari pers, maka dengan metode apapun berita itu disampaikan, publik akan mempercayainya. Apa yang harus dilakukan seorang jurnalis dalam menghadapi tuntutan zaman , khususnya para jurnalis kampus? Saat ini jurnalis dihadapkan kepada perkembangan teknologi informasi yang super cepat, sehingga harus menangani banjir informasi yang dapat bermanfaat untuk publik. Maksudnya, data yang dikelola itu menjadi pengetahuan yang bermanfaat dalam mengambil keputusan. Oleh sebab itu, jurnalis harus dilengkapi dengan bekal pengetahuan yang memadai mengenai teknologi. Jurnalis kampus juga harus memiliki bekal pengetahuan dari kalangan jurnalis profesional. Ilmu yang diberikan harus terus dipraktekan di kampus, sehingga menjadi ajang latihan sebelum terjun ke pers nasional. Jurnalis kampus yang melatih diri dengan prinsip dasar jurnalistik serta penggetahuan mengenai UU Pers No 40/199 dan Kode Etik Jurnalistik, begitu memproduksi karyanya di kampus akan menyamai mereka yang menjadi jurnalis profesional. Bagaimana posisi pers mahasiswa di masa sekarang?
Posisi pers mahasiswa adalah tempat belajar dan berlatih sebagai kader bagi pers nasional di masa datang setelah selesai pendidikan tingginya. Oleh sebab itu, Dewan Pers berharap bahwa posisi sebagai mahasiswa yang masih dalam masa studi ini dimanfaatkan juga untuk belajar mengelola media massa, sebagai bagian dari pelatihan dan pendidikan. Adapun peran pers mahasiswa saat ini tidak lain adalah menjadi media pembelajaran jurnalistik yang profesional. Jadi sebelum terjun ke media profesional, pers kampus menjadi bagian dari kehidupan pers nasional untuk mempersiapkan kader-kader jurnalis yang profesional di masa mendatang. Menurut Anda, apa perbedaan antara idealisme pers mahasiswa masa lampau dengan sekarang? Idealisme mahasiswa sebagai kaum intelektual tidak ada perbedaan yang esensial, yakni menyuarakan kebenaran ilmiah karena bagian dari institusi pendidikan tinggi. Kebenaran ilmiah itu sendiri berbasiskan kepada riset melalui tahapan dan metode riset yang sudah biasa dilakukan di perguruan tinggi. Oleh sebab itu idealisme pers mahasiswa juga sebenarnya sama menyuarakan kebenaran hanya dengan berkembangnya teknologi media maka cara penyampaian idealisme ini bisa semakin luas, semakin cepat dan semakin lengkap. Menjamurnya media online di Indonesia, apa ini menjadi tantangan atau sebaliknya? Media online yang jumlahnya puluhan ribu di Indonesia merupakan bagian dari aspek teknologi yang semakin terjangkau dan murah. Namun, catatan Dewan Pers, tumbuhnya media online tidak diimbangin dengan sertifikasi
media dan kompetensi wartawan yang sesuai. Artinya media online harusnya dapat menata diri di tingkat perusahaannya, memiliki syarat sehingga dapat memberikan manfaat besar bagi karyawan, wartawan, dan publik. Jika tumbuhnya media online ini tidak diimbangi penjagaan kualitas lembaga dan wartawan, maka menjamurnya media ini akan membawa masalah baru bagi publik karena karya jurnalistik yang tidak profesional akan melahirkan informasi yang tidak akurat, berimbang dan bermanfaat. Tiga pilar utama penyangga Pers (idealisme, komersialisme, profesionalisme) , di era sekarang, apa yang harus dilakukan seorang jurnalis agar ketiganya dapat berjalan seimbang? Idealisme itu menyangkut peran pers menjalankan fungsi menyebarkan informasi, edukasi, hiburan, dan kontrol sosial. Jadi pers tidak hanya memerankan diri kontrol sosial seperti mengkritik pengambil kebijakan dan melalukan investigasi, tapi di atas semuanya haruslah memberikan pendidikan kepada publik termasuk di kalangan kampus. Komersialisme di dunia pers merupakan bagian dari kehidupan pers nasional yang diperbolehkan menurut UU No. 40 Tahun 1999, dimana pers merupakan lembaga ekonomi. Artinya ketika idealisme itu harus dicapai dengan lahirnya produk jurnalistik yang memberikan informasi berharga dan bernilai pendidikan, maka lembaga media itu harus sehat. Profesionalisme jurnalis sudah didudukng oleh program Dewan Pers melalui ujian kompetensi, dimana wartawan dibagi tingkatan mulai muda, madya dan utama.
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
5
RESENSI
Menguak Kebudayaan Warga Dunia
P
erilaku sosial para manusia yang sering dibilang tak terjelaskan nampaknya kini memiliki jawaban. Seorang antropolog, Marvin Harris menelaah berbagai pertanyaan yang bersemayam di otak manusia dalam bukunya berjudul “Sapi, Babi, Perang, dan Tukang Sihir”. Buku tersebut menjawab sebab-musabab dari gaya hidup yang seolah tidak rasional. Mengapa pemeluk Hindu di India mengagungkan sapi? Mengapa Yahudi dan Muslim mengharamkan babi, dan sebaliknya orang Maring di New Guinea seakan tidak bisa hidup tanpa babi? Mengapa beberapa kepala suku Indian Amerika Utara membakar harta bendanya sendiri untuk menyombongkan kekayaannya? Mengapa begitu banyak orang di Abad Pertengahan percaya penyihir? Dan mengapa sihir hadir kembali secara mencolok dalam kebudayaan popular kita sekarang? Marvin, pria berkebangsaan Amerika dan penganut paham “materialisme kultural” tersebut menegaskan dalam bukunya bahwa seaneh apapun pola manusia, tentu memiliki penjelasan yang bersumber dari kondisi ekonomis dan ekologis konkret. Diterjemahkan oleh Ninus S.
Andarnuswari, buku ini memulai penjelasan teka-teki tersebut secara bertahap. Materi yang akan dijabarkan bermula dari alasan kecintaan orang Hindu akan sapi betina sebagai lambang dari segala yang hidup. Seperti halnya Maria bagi umat kristiani adalah bunda tuhan, sapi bagi orang Hindu adalah bunda kehidupan. Jadi tidak ada penistaan yang lebih besar bagi seorang Hindu selain membunuh seekor sapi. Bahkan, mencabut nyawa manusia pun tidak menjadi penghujatan tak terkatakan, mengingat ia tidak mengandung makna simbolis atas penyembelihan sapi. Disisi lain, kegiatan pemujaan hewan tersebut berbuah tidak manis, terlebih para orang Hindu yang tinggal di India. Betapa tidak, banyak pakar mengatakan bahwa pemujaan sapi betina adalah penyebab kemiskinan dan kelaparan di India. Pemujaan sapi menurunkan efisiensi pertanian karena hewan tersebut tidak menyumbangkan susu maupun daging, padahal ikut berebut lahan dan pangan dengan hewan lainnya. Selanjutnya Marvin menjelaskan teka-teki babi yang dibenci sekaligus dicintai oleh dua kelompok manusia berbeda. Para pakar yang mengamini kutukan
Data Buku Judul Buku: Sapi, Babi, Perang dan Tukang Sihir Penulis: Marvin Harris Tahun Terbit: 2019 Jumlah Hal: 262
Alkitab dan Alquran atas babi menawarkan sejumlah penjelasan. Hal itu didasari sebuah fakta bahwa babi adalah hewan yang sungguh kotor, lebih kotor daripada yang lain karena berkubang dalam air kencingnya sendiri dan makan tinja. Pada pertengahan abad ke-19 juga ditemukan bahwa penyakit cacing pita timbul akibat mengonsumsi daging babi yang kurang matang. Buku ini pun menjelaskan mengapa beberapa kalangan justru sebaliknya. Berbagai kuliner berbahan dasar babi, termasuk Eropa-Amerika dan Cina, sengaja disuguhkan untuk menegaskan kebersamaan total antara manusia dan babi. Mencintai babi yang dimaksud adalah membesarkannya dengan cara tidur bersama, mengajak babi berbincang, mengelusnya, dan lain sebagainya. Selanjutnya, buku yang ditulis Harris dengan melakukan penelitian dan menelisik berbagai sumber tersebut menjelaskan tentang perang yang dilakukan oleh suku primitif. Penjelasan mutakhir mengenai perang primitif didominasi oleh motif-motif irasional dan sukar dimengerti. Hal itu dikarenakan perang yang memiliki konsekuensi mematikan bagi para pelakunya. Buku ini juga menggiring pembaca untuk lebih memahami
berbagai gaya hidup yang membingungkan. Dipamerkan di museum etnografi dunia, sebagian gaya hidup tersebut mengandung jejak keinginan aneh yang dikenal sebagai “dorongan akan prestise”. Sebagian orang tampak mendambakan pengakuan, sebagaimana orang lain mendambakan seonggok daging. Yang membingungkan bukanlah perihal orang yang haus pengakuan, melainkan bahwa terkadang keinginan yang begitu kuat tersebut menimbulkan persaingan demi sebuah prestise. Salah satunya ialah potlatch, suatu kondisi di mana seseorang dengan sengaja membagi-bagikan hartanya agar dia mampu mempermalukan para pesaingnya. Dalam buku ini tertulis bahwa dengan cara seperti itulah ia mampu menggaet kekaguman tiada habisnya dari para pengikut. Buku ini tepat bagi sebagian orang yang resah dengan berbagai pertanyaan yang terdengar tidak rasional. Marvin mencakup jawaban yang ringan dan mampu dipahami. Nyatanya, seaneh apapun hal tersebut, tentu disertai penjelasan yang bersumber dari kondisikondisi ekonomis dan ekologis konkret. Nadhira Sidiki
Merawat Bumi dari Perspektif Budaya dan Agama
P
erubahan iklim dan pemanasan global merupakan isu yang saat ini sedang hangat diperbincangkan. Kesadaran masyarakat, khususnya penduduk Indonesia tentang isu tersebut masih sangat rendah. Menyoroti hal itu, seorang sutradara bernama Chairun Nisa menggarap sebuah film berjudul Semes7a. Dalam film ini, Chairun mengangkat sebuah kisah dari beberapa tokoh tentang langkah sederhana untuk menyelamatkan bumi dari krisis lingkungan. Film Semes7a merupakan bentuk kampanye peduli lingkungan yang dikemas bukan hanya dari sisi manusianya, tetapi juga dari perspektif budaya dan agama. Semes7ta merupakan film dokumenter Indonesia yang diproduseri Nicholas Saputra bersama Mandy Maharahimin pada tahun 2020. Film yang berdurasi 1,5 jam ini berhasil digarap berkat kerja sama antara Mitsubishi Motors dengan Kementrian Lingkungan dan Kehutanan(KLHK) Republik Indonesia. Film yang telah tayang sejak 30 Januari lalu ini, bercerita tentang tujuh tokoh yang berasal dari latar belakang, tempat tinggal, budaya dan agama yang berbeda. Tujuh tokoh tersebut adalah Tjokorda
Raka Kerthyasa (Budayawan di Ubud Bali), Agustinus Pius Inam (Kepala Dusun di Sungai Utik Kalimantan Barat), Romo Marselus Hasan (Pastor di Bea Muring NTT), Almina Kacili (Kepala Kelompok Wanita Gereja di Kapatcol Papua Barat), M. Yusuf (Imam di Desa Pameu Aceh), Iskandar Waworuntu (pendiri Bumi Langit di Yogyakarta), dan Soraya Cassandra (Petani Kota yang mendirikan Kebun Kumara). Terbagi dalam tujuh babak, dikemas dengan latar menarik dan diikuti visual yang menampilkan keindahan Indonesia, membuat film ini semakin seru untuk dinikmati. Masing-masing babak menceritakan tentang bagaimana ketujuh tokoh tersebut memaparkan upaya mereka dalam menggali kekayaan alam, dan merawat Indonesia untuk meminimalisir dampak perubahan iklim. Film tersebut diawali dengan cerita Tjokorda Raka Kerthyasa tentang ritual Nyepi yang menjadikan manusia dan alam seakan beristirahat. Dari Pulau Dewata, cerita bergulir ke provinsi Seribu Sungai, tepatnya di Dusun Sungai Utik, Kalimantan Barat. Di babak ini, diceritakan kisah masyarakat setempat memahami tata cara dan aturan adat dalam memanfaatkan sumber daya alam,
khususnya hutan. Ada pula cerita tentang pemanfaatan energi baru dan terbarukan, yakni pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang memanfaatkan sungai alami oleh masyarakat Bea Muring, Nusa Tenggara Timur (NTT). Cerita terus berlanjut ke ujung timur Indonesia tepatnya di Kapatcol, Papua Barat. Dimana ada cerita tentang Kelompok Wanita Gereja yang melakukan kegiatan untuk menjamin regenerasi biota laut. Dari daerah timur beralih ke ujung barat Indonesia, penonton diajak untuk melihat masyarakat Kota Serambi Mekkah, tepatnya di daerah Pameu, Aceh. Di sana, masyarakat lebih memilih berdamai dengan alam saat para gajah liar memasuki desa dan merusak panen. Lalu, cerita ditutup dengan kisah seorang wanita di kota metropolitan Jakarta, yang membangun sebuah kebun belajar untuk membantu masyarakat perkotaan agar kembali terkoneksi dengan alam. Selain menceritakan tentang langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak krisis lingkungan, penonton juga seakan-akan dibawah menjelajahi Nusantara yang kaya akan keindahan alam dan budaya. Mulai dari barat ke timur, hingga dari kota ke pelosok desa.
Pada intinya, film ini membuka mata kita bahwa agama maupun budaya di Indonesia memiliki semangat ekologis dan menjaga alam, termasuk suku-suku yang berada di pedalaman. Secara keseluruhan film tersebut patut diapresiasi. Fungsi film dokumenter sebagai penyampai informasi yang berimbang dan pesan membangun sangat terpenuhi
di film ini, tanpa melupakan sisi hiburannya. Namun sangat disayangkan, film Semes7a memiliki keterbatasan edar dan jumlah tayang. Sebagai contoh, film ini menceritakan masyarakat Aceh, tetapi penduduknya sendiri tidak dapat menonton dikarenakan tidak adanya bioskop di daerah tersebut. Finsensius Titse Sesa
Data Film
Judul : Semes7a Sutradara : Chairun Nissa Durasi : 1 Jam, 28 menit Genre : Dokumenter Tanggal Tayang: 30 Januari 2020
6
OPINI
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
Pergeseran Peran Pemuda dari Sektor Formal ke Informal
L
irik lagu “Sarjana Muda” yang populer tahun 1990an, oleh Iwan Fals, tepat untuk membayangkan kondisi pemuda atau pencari kerja dewasa ini, dikarenakan sulitnya mendapat pekerjaan layak. Persoalan ini terus menjadi perbincangan “klasik” dari pihak pemerintah, hingga melibatkan berbagai pakar ekonomi maupun sosial. Pertumbuhan pembangunan dan modernisasi perkotaan tidak disertai dengan pembukaan lapangan pekerjaan, adalah suatu kebijakan yang bisa dianggap fatal dan rentang menciptakan kesenjangan ekonomi serta meningkatnya angka pengangguran tiap tahun di Indonesia. Kebijakan pemerintah seolah tak mampu memberi jaminan, bagi pemuda berpendidikan masuk dunia kerja sektor formal. Pergerseran nilai-nilai sosial di lingkungan masyarakat modern terus memaksa pemuda berpendidikan untuk membuka peluang kerja bagi diri mereka. Gejala ini sepuluh tahun terakhir
terus bermunculan ketika sektor informal misalnya di warung makan, pedagang kaki lima, kafe, toko, restoran dan lain sebagainya kian banyak dimotori oleh pemuda berpendidikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Februari 2019 penduduk berusia 15 tahun ke atas mendominasi pekerjaan di sektor informal sebanyak 74 juta. Dibandingkan sektor formal hanya 55,3 juta. BPS juga menjelaskan perkembangan sektor informal dipandang dari munculnya wiraswasta mandiri dan kaum muda cenderung memilih pekerjaan yang jam kerja fleksibel. Gejalah ini sudah muncul diberbagai kota di Indonesia. Walaupun awalnya sektor informal dipandang tidak begitu penting. Namun, pergeseran nilai sosial menempatkan dunia informal menjadi pilihan tepat untuk menampung pemuda menciptakan dunia usaha. Turunnya nilai pendidikan dan bertambahnya jumlah generasi muda tidak melanjutkan sekolah, bukan karena biaya pendidikan
mahal, tapi mereka memilih bekerja di sektor informal dari pada melanjutkan pendidikan. Walaupun dunia sektor informal tidak membutuhkan keahlian, cukup dengan tenaga, seperti yang dijelaskan oleh para ahli kajian sosial-ekonomi, mampu menyerap tenaga kerja yang murah dan dapat menyediakan bahan baku bagi industri kapitalis. Pekerjaan sektor informal kadang kala dicaci dan digusur, sekaligus dibiarkan tumbuh tanpa peraturan yang jelas melindunginya. Hal yang dipandang perlu dalam mengatasi kasus-kasus seperti ini, harusnya ada payung hukum yang jelas melindungi hak-hak warga negara yang bekerja di sektor informal, karena sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Ketika sektor informal terus mengalami pertumbuhan utamanya di wilayah perkotaan akan semakin tampak menarik jika diperhatikan lebih lanjut, karena sektor informal dalam perkembangannya tidak lagi di “mainkan” oleh masyarakat berpendidikan rendah beberapa tahun terakhir. Pergeseran
pekerja ke sektor informal kian banyak digerakkan oleh pemuda berpendidikan tinggi. Tentu yang dilakukan oleh pemuda ini bukanlah hal yang buruk tapi suatu bentuk kewajaran untuk menciptakan dunia usaha bagi dirinya ketika pemerintah tidak mampu memberi “ruang” di sektor formal. Inovasi bagi pemuda berpendidikan sebagai penggerak ekonomi informal yang dikomprasikan dengan perkembangan teknologi adalah keharusan dalam menanggapi perkembangan zaman yang terus berubah. Tentu semangat seperti ini bagian yang cukup penting dalam memaknai kembali arti semangat kepemudaan beberapa tahun silam. Hal menyakinkan bagi pemuda menjadi penggerak utama dalam mengembangkan ekonomi di sektor informal, mereka mempunyai keinginan memperkerjakan orang yang tidak mempunyai pekerjaan. Apa yang dilakukan pemuda tidak hanya mempunyai tujuan etis, tetapi sekaligus otokritik kepada pemerintah yang tidak peka dalam mengurusi permasalahan sosial.
Oleh : Ma’ruf Tentu yang dilakukan pemuda secara langsung mengambil tanggung jawab pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan menekan jumlah pengangguran. Pola ini adalah bagian yang cukup penting untuk menempatkan dan memberi “ruang” bagi pemuda ambil bagian dari perubahan. Maka ada benarnya perkatakan Taufik Abdul yang menempatkan pemuda sebagai agen perubahan sosial dan sejarah pun mencatat hal demikian. Ketika Ben Anderson, menempatkan pemuda sebagai motor penggerak utama dalam sejarah pergerakan nasional. Penulis merupakan alumni Jurusan Ilmu Sejarah Unhas
Virus Corona Gegerkan Dunia
Oleh: Nur Azizah
A
wal tahun 2020 dunia maya semakin banyak menarik perhatian saya, membuat aktivitas libur panjang dihabiskan untuk menatap layar ponsel. Bukan perseteruan antara Lucinta Luna dan sederet selebgram yang saya pantengin, tapi berita lebih penting. Perihal makhluk kecil tak kasat mata yang menyita banyak perhatian warga dunia. 2019-nCoV namanya atau lebih sering didengar, virus Corona Wuhan. Virus ini ditemui pertama kali mewabah di sebuah kota besar bernama Wuhan di Negeri Tirai Bambu, Cina. Virus Corona yang mengintai berpotensi besar merenggut kesehatan manusia ini tersebar
melalui udara yang terinhalasi atau terhirup hidung dan mulut sehingga masuk mengganggu sistem pernapasan. Gejala ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan infeksi virus pernapasan lainnya. Diawali dengan gejala ringan seperti dada berat, napas pendek, sesak, flu disertai batuk, kemudian memberat dan menyebabkan deman juga infeksi radang tenggorokan. Jika masuk ke sistem pernapasan, virus ini akan mengakibatkan terjadinya bronkitis, pneumonia bahkan berpotensi menginfeksi organ tubuh lainnya. Yang menakutkan, virus ini tidak merespon pengobatan antibiotik sehingga berpotensi tinggi menyebabkan kematian. Dilansir dari media online Kompas.com, pada Minggu, 26 Januari 2020 terdapat 13 negara mengonfirmasi terinfeksi virus Corona. Bukan tidak mungkin jumlah ini akan semakin bertambah setiap harinya. Negara tersebut yakni Cina, Kanada, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Nepal, Perancis dan Australia. Cina khususnya Wuhan diduga merupakan pusat
penyebaran virus ini diawal tahun baru Imlek dengan ancaman mematikan. Tidak ada perayaan tahun baru meriah, yang ada hanya ketakutan menghantui masyarakat. Banyak media online menggambarkan kondisi Wuhan mirip kota zombie di film-film. Beredar video mengerikan, korban terinfeksi virus Corona berjatuhan di jalan. Dengan cepat dibangun rumah sakit darurat untuk menampung pasien terinfeksi. Kota Wuhan dan beberapa kota di sekitarnya terpaksa ditutup. Warga tidak diperbolehkan keluar untuk menghindari penyebaran virus yang semakin meluas. Akibat kebijakan ini perekonomian warga menurun drastis, membuat sebagian dari mereka frustasi. Selain itu, di rumah sakit tidak sedikit pasien komplain bahkan marah serta mengancam akan menularkan virus yang menginfeksi tubuhnya. Diyakini bahwa pasien tersebut marah dan frustasi sebab penyakit parah yang diderita, sedangkan sumber daya medis yang ada di rumah sakit masih sangat kurang. Banyak petugas kesehatan kewalahan hingga stres saat bekerja tanpa batas untuk menangani
pasien yang membludak setiap harinya, seorang dokter bahkan dikabarkan meninggal dunia karena terinfeksi virus ketika menangani pasiennya. Berita buruk perihal munculnya makhluk kecil mematikan yang mengancam warga Cina mencuak menggemparkan dunia. Berbagai pandangan kemudian muncul di beberapa negara, tak terkecuali Indonesia. Di media sosial seperti facebook, instagram hingga twitter dipenuhi oleh berbagai pendapat. Ada yang mengatakan ini merupakan kebiasaan warga Cina mengonsumsi berbagai jenis hewan bahkan memikirkannya saja membuat sebagaian orang mendelik ngeri. Ada pula menuliskan di laman berandanya musibah yang menimpah Cina adalah balasan dari sikap yang telah mengurung sekitar satu juta muslim Uyghur. Selain itu, munculnya virus mematikan yang mengancam manusia ini apakah dapat disebuat azab? Apapun jawaban dilontarkan, saya rasa itu sah-sah saja, bukannya kebebasan berpendapat sudah diatur dalam Undang-Undang dan merupakan sesuatu yang wajar. Pun
yang menganggap ini adalah sebuah azab dari Allah subhanahu wa ta’ala juga tak bisa dibantah telak. Dalam Alquran disebutkan bahwa Allah mengancam orang-orang yang menentang dan membuat kerusakan dengan azab. Dengan harapan mereka mau kembali dari kesesatan kepada ketaatan. Azab yang dimaksud adalah azab besar maupun azab kecil. Virus mematikan yang mewabah dan membuat was-was ini, sebagaimana tafsir salah satu ulama mengatakan musibah dunia, penyakit, bencana yang menimpah jiwa orang-orang dzalim merupakan azab kecil yang terjadi jika Allah berkehendak. Adapun orang beriman yang ikut terkena dampaknya, maka itu adalah ujian agar mereka senantiasa kembali kepada jalan yang dirahmatali Allah subhanahu wa ta’ala. Wallahu’alam bish sawab. Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan Unhas, Angkatan 2018
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
SASTRA
CERPEN
Aku Memang Pecundang! Oleh: Mukhlis Amans Hady
PUISI Kawan Sang Kuda Perkasa Oleh : Mulawarman Ada seorang kawan telantar sebab pikirannya menjadi dokar tak berkuda
S
uasana cerah di sore itu. Andri, lelaki paruh baya itu, tampak menikmati secangkir kopi hitam yang masih mengeluarkan sedikit kepulan asap. Sesekali mengisap rokok, sambil serius menyimak berita sensasi lewat layar kaca gawainya. Tiba-tiba muncul jagoannya, satusatunya, Wandy. Dia langsung menyerbu bapaknya, Andri. Memeluk erat, terlalu gembira, dengan nafas tersenggalsenggal. “Tenang dulu. Ada kabar apa yang dibawa anak kebanggaan bapak ini?” Tanya Andri selidik. “Kok, gembira sekali. Padahal, biasanya mahasiswa baru, pulang dari kampus, justru murung dan mengadu yang tidak-tidak akan perlakuan seniornya,” sergahnya. “Saya dapat teman baru. Orangnya baik sekali, cantik, tinggi anggun, tapi sangat tegas,” ujar Wandy. “Heh! Kamu itu disuruh kuliah, bukan untuk pacar-pacaran.” “Tapi, ini dosen saya, pak! Dia juga WD3 di fakultasku.” “Hah… ! Dosenmu yang ingin kamu pacari. Hebat sekali kamu.” “Bukan pacaran, pak. Dia mau jadikan saya anak angkatnya.” “Memangnya dia tidak punya anak?” “Dia belum menikah, pak. Meski umurnya, yah seumuran bapaklah.” Wandy kemudian bercerita, dosen sekaligus WD3-nya itu namanya Bu Ika. Ketika mahasiswa, dia menjabat Ketua BEM. Setelah putus pacarnya yang tak lain juniornya, dia memilih terus melanjutkan kuliahnya. Dia dosen Ekonomi Syariah yang sangat bagus dalam memberikan kuliahnya. Padahal, ketika mengambil S1-nya di Unhas, Teknik Mesin. Dia lanjut ke UI, dengan mengambil S2 dan S3 program Ekonomi. Wandy juga menyampaikan kepada bapaknya, Bu Ika sempat menanyakan nama ibunya, Karina, namun dijawabnya kalau nama ibunya, Dewi. Tetapi ketika ditanya nama bapaknya Andri, Wandi mengiyakan. Dan Wandy terpana ketika Ibu Ika menyebut nama panjangnya bapaknya; Andri Mukhlis Ahmad Usman Saddia Hady. “Bapakmu itu dulu penulis dan selalu pakai nama samaran Amans Hady, yah singkatan dari nama lengkapnya Andri Mukhlis Ahmad Usman Saddia Hady (Amans Hady),” jelas Wandy menirukan ucapan Ibu Ika. Mendengar penjelasan anaknya, Andri tiba-tiba tercenung. Mengingat puluhan tahun lalu, masa-masa kuliahnya, termasuk ketika memacari seniornya, yang juga ketua BEM-nya, Ika. Waktu itu, dia mendapat pujian dari teman-teman kuliahnya, karena mampu menaklukkan gadis cantik, ayu, dengan bodi tinggi sempurna. Terlebih lagi aktivis dengan predikiat Ketua BEM. Mungkin satu-satunya perempuan di kampusnya yang menjabat ketua BEM fakultas. Hanya saja, perjalanan cintanya dengan Ika, putus di tengah jalan, lantaran teman-temannya juga.
7
Pada matanya yang kosong ia sembunyikan dengan kacamata kuda Kakinya pun bersepatu kuda tak kunjung beranjak dari kedai pasar kampung memamerkan dirinya yang tiada Di tangannya ia rebut aspirin di jalan-jalan kampung tiba jelang magrib Ia bertanya, "siapa yang mencuri kuda rakyatku?" Semua yang melapor adalah mereka yang tersungkur mereka yang diancam mereka yang direbut mulut kudanya, sebab kelak kekuasaan yang ditunggangi nurut dengan mulut itu Ada seorang kawan terlantar baru dapat kuda dari bapaknya: rakyat Karena tak mampu mengendarai kuda maka ia umumkan Dirinyalah kuda yang paling perkasa Penulis merupakan Senior PK Identitas
Tenggelamkan! Oleh : Multatuli Muda ILUSTRASI/FINSENSIUS T SESA
Yah, teman-temannya mengatakan percintaannya dengan Ika, hanya kamuflase. “Sebenarnya Ika itu mengidap penyakit yang disebut tidak memiliki rasa cinta atau kasih sayang, tetapi hanya rasa suka,” ungkap Hafis, teman baik Andri. “Pernahkah kamu merasakan getargetar cintanya Ika padamu, Ndri? Yah, semisal kamu bersamanya, berpegangan tangan, atau kalau sedikit kurang ajar, menciumnya? Ika itu hanya suka sama kamu, tapi tidak ada perasaan cinta,” timpal Ical. Akhirnya, perbincangannya dengan teman-teman se-gank-nya memutuskan untuk menguji cinta Ika. Andri, selaku ketua bina akrab, harus pura-pura mencintai salah seorang mahasiswa baru, Karina, guna membuktikan apakah Ika punya rasa cemburu. Ternyata, inilah malapetaka yang membuat hubungan Andri dengan Ika terpaksa putus. Saat itu, pulang dari bina akrab, Andri ingin menghadiahi Ika, jam tangan cowok untuk hadiah ulang tahunnya. Maklum, Ika yang cantik ayu, meski bukan tomboi, tapi lebih suka mengenakan asesoris cowok. Yah, mungkin untuk menyesuaikan perawakannya yang tinggi itu. Begitu Andri membuka dus jam tangan itu dan hendak memasangkan ke tangan Ika, seketika Ika menepisnya. “Berikan saja kepada Karina, mahasiswi baru itu, yang suka kamu manja-manja,” ujarnya berang, sembari berlalu. Dan Andri semakin merasa bersalah, karena Ika yang meninggalkannya tiba-tiba, terpaksa harus dirawat di rumah sakit selama dua minggu, karena kecelakaan lalu lintas. Dahinya
robek terkena pecahan kaca depan mobilnya, ketika menabrak pohon, saat menghindari kendaran yang tiba-tiba memotong di tengah keramaian lalu lintas. Terakhir kali pertemuan antara Andri dan Ika, saat menjelang Pemilu BEM. Ika dengan masih perban di dahi, mengajak Andri masuk ke ruangan Ketua BEM. Di situ, Ika secara sepihak memutuskan hubungannya dengan Andri, meski Andri berusaha memberi penjelasan. Ika hanya meminta Andri membantunya menyukseskan Pemilu BEM. *** Andri mengadang putra satu-satunya, Wandy di ruang tamu, begitu Wandy keluar kamar siap-siap berangkat kuliah. “Berikan jam tangan ini kepada Bu Ika, sebagai tanda terima kasihmu dijadikan anak angkat,” ujarnya sembari menyerahkan jam tangan itu kepada Wandy. Begitu Wandy berlalu, Andri pun duduk di sofa, lalu mengenang jam tangan yang disimpannya berpuluhpuluh tahun itu. “Mudah-mudahan Ika mau menerima jam tangan itu, yang memang kuhadiahkan dulu saat ulang tahunnya.” Andri menyadari ketololannya. “Aku dikenal penakluk gadis. Tetapi, aku tak mampu meluluhkan kecemburuan Ika. Mengapa aku tak bisa menyadari betapa cintanya Ika padaku. Padahal, aku menikahi Dewi demi untuk selalu mengenang Ika, karena Dewi adalah teman baik Ika sewaktu kuliah. Ah..! Aku Memang Pecundang!” Penulis adalah Tim Supervisor PK Identitas Unhas
Setelah dia tiada, lalu siapa berani berdiri tegak di lautan samudera Menantang badai, menenggelamkan lautan, melempar puing-puing kapal dari selatan Riak ombak gundah, ikan-ikan meringkih takut akan binar laut Angin timur melambat Binar cahaya samudera redup seketika Pantai selatan, laut Arapura, teluk Jawa, Sulawesi pun berduka Nestapa kian menanti lautan berdarah Nyanyian pulau Rote tenggelamkan lenyap dalam samudera raya Pasir putih lunglai, kapal-kapal nelayan, Suku Bajo, dunia maritim terlihat muram Lalu mereka berlari ke belantara Bersembunyi dalam kabut dekat kuil para petapa Menggigil takut gelap Armada perompak, bajak laut dari selatan tertawa Meringkih menjamah lautan kemilau cahaya Lalu mereka menyelinap di antara pulau Menembus dinding sekat menjarah lautan teduh Habisi semua tak ada tersisa Tangkap ubur-ubur itu Bawa semuanya sekalipun pulau-pulau kecil itu Lalu kita berpesta mengitari lautan Indonesia Jangan takut suara gelegak tenggelamkan tidak ada lagi Dia terbuang jauh ke pengasingan Ke dasar samudera yang diam Kita rampas semuanya Sekalipun kita curi ratu pantai selatan Lalu kita bawah berlari ke ujung dunia Tak ada yang tahu Suara tenggelamkan Terdengar samar dalam kuil para pertapa Lalu hilang bersama senja Mati bersama malam Duka cita penghuni lautan Tertunduk lesu menanti fajar sang Puji Astuti Seribu tahun yang akan datang
Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya.
RAMPAI
8
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
Peduli Kota, Masa Depan Terselamatkan Meski terbilang baru, Kotata’ Community telah berkontribusi banyak dalam menyelesaikan permasalahan di daerah perkotaan.
K
ota merupakan tempat dengan populasi yang sangat ramai dan padat. Hal ini disebabkan karena banyaknya aktivitas manusia di kawasan perkotaan. Perkembangan yang terjadi di daerah perkotaan terkadang tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Hal inilah yang menjadi pemicu komunitas peduli kota bermunculan. Salah satunya adalah Kotata’ Community. Kotata’ Community merupakan komunitas yang berfokus pada penyuluhan dan sosialisasi tentang isu-isu perkotaan, khususnya untuk siswa sekolah dasar. Komunitas yang merupakan lanjutan dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
Pengabdian Masyarakat ini resmi terbentuk pada 2 Mei 2018. Agung Alif Pratama bersama Nur Zahra Afifa, Muh Farid, Amirullah, dan Nur Ainun Magfirah, yang merupakan mahasiswa Universitas Hasanuddin, berhasil meloloskan proposal mereka yang bertemakan “Pengenalan Isu Perkotaan dan Lingkungan Sejak Dini”. Dalam kelompok tersebut, Agung Alif Pratama, Mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota (PWK) Fakultas Teknik Unhas, dipercayakan menjadi Wali kota Kotata’ (red: ketua). Komunitas yang awalnya hanya terdiri dari lima orang volunteer tersebut, kini telah beranggotakan 30 mahasiswa dari berbagai jurusan. Untuk perekrutannya sendiri, mereka menggunakan metode esai. Bagi
siapapun yang ingin bergabung, diwajibkan menulis esai tentang isu perkotaan dan kemudian dilakukan penyeleksian. Peserta yang terpilih akan dinyatakan sebagai anggota dan dapat langsung berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Dalam kesehariannya, aktivitas komunitas ini masih berpusat di Fakultas Teknik Unhas. Salah satu kegiatan yang pernah mereka laksanakan adalah sosialisasi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kompleks IKIP pada 27 Mei 2018 lalu. Uniknya, para volunteer Kotata’ Community melakukan penyuluhan dengan metode games interaktif. Tak hanya itu, para siswa juga diajak untuk membuat video iklan layanan masyarakat yang kreatif. Misalnya
DOKUMENTASI PRIBADI
saja, tentang pentingnya menghemat air, taat berlalulintas, serta menjaga kebersihan lingkungan. Bukan hanya sekali, hingga Juni 2018, Kotata’ Community telah sukses mengadakan sosialisasi di tempat yang sama. Siswa SDN Kompleks IKIP juga sangat antusias dengan adanya penyuluhan tersebut. Bahkan, dari kegiatan yang telah dilaksanakan, Kotata’ Community berhasil melahirkan Kotata’ Kids yang beranggotakan siswa SDN Kompleks IKIP. “Jadi awalnya kita lihat dulu isu-isu perkotaan yang ada di sekolah mereka, misalnya saja banjir. Kita sosialisasikan apa penyebab banjir serta cara mengatasinya,” papar Agung. Dalam beberapa kesempatan, Kotata’ Community juga turut andil dalam perayaan Hari Perduli Lingkungan. Seperti yang dilaksanakan pada 15 September 2018, mereka memperingati World Cleanup Day. Para volunteer Kotata’ Community berkolaborasi dengan Komunitas Peduli Mitigasi Bencana (Kompac), menyelenggarakan kerja bakti untuk membersihkan muara sungai Jene’ Berang di Jembatan Barombong. Tidak hanya itu, dalam rangka memperingati Hari Perduli Sampa Nasional yang jatuh pada 24 Februari, Kotata’ Community juga bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Teknik Lingkungan Indonesia, mengajak para pengunjung car free day Pantai Losari untuk bersama-sama memungut sampah. Sampah
yang telah mereka kumpulkan ditukar dengan sebuah tumbler. Tak sia-sia, cara tersebut berhasil membuat para pengunjung antusias memungut sampah, baik itu kalangan anak-anak sampai orang tua. Selain kegiatan sosial, Kotata’ Community juga aktif menciptakan ruang diskusi. Salah satunya yaitu diskusi yang membahas tentang Urban Planning Collective. Bekerja sama dengan Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, mereka membahas tema mengenai degradasi kualitas lingkungan, kemacetan, banjir, kemiskinan, pemukiman kumuh, hingga perubahan iklim. Kotata’ Community juga terus mengembangkan relasinya dengan berbagai komunitas peduli kota, seperti Pemuda Tata Ruang (Petarung) Yogyakarta dan Kolektif Agora dari Bandung. Agung berharap dengan adanya komunitas ini, dapat membuka pikiran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan kota. Bukan hanya menjaga kebersihan, tapi juga cara mencegah dan mengatasi masalah yang ada di wilayah perkotaan. “Semua orang harus menanamkan sikap peduli kota. Sebagus apapun infrastruktur, jika tidak dibarengi dengan adab yang memadai, tetap saja akan rusak. Jadi alangkah bagusnya jika infrastruktur maju, pemikiran warganya juga maju,” pungkas Agung. Risman Amala Fitra
WANSUS
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
9
Mengenal Virus Corona, Teror Wabah yang Menggegerkan Dunia
A
wal tahun 2020 dibuka dengan peristiwa yang menghebokan dunia. Sebuah wabah virus yang diduga berasal dari Wuhan, Cina menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat. Virus Corona ini bahkan menimbulkan ketakutan di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Wabah Virus Corona atau dalam istilah medis disebut COVID-19, menjadi trending topic selama beberapa bulan terakhir di negeri ini. Namun karena banyaknya pemberitaan tentang wabah tersebut, masyarakat Indonesia dibuat panik.
Bagaimana tanggapan Anda tentang wabah Virus Corona yang sedang hangat diperbincangkan saat ini? Dalam dunia medis, wabah ini dikategorikan Emerging Disease. Di mana status Corona telah masuk pantauan Public Health Emerging of International Concern (PHEIC) oleh World Health Organization (WHO). Jika dilihat dari sejarahnya, virus ini sebenarnya hanya menular dari hewan ke hewan atau kadang dari hewan ke manusia. Sering berjalannya waktu, virus tersebut mampu bermutasi dan menularkan dari manusia ke manusia. Corona ini mempunyai beberapa keluarga, kalau tidak salah ada 6 famili Corona yang sudah dikenal. Bagaimana gejala dan pola penularan Virus Corona? Penyebarannya melalui droplet. Droplet adalah butiran berukuran sangat kecil yang keluar pada saat kita bersin atau batuk tanpa memakai masker. Contohnya, ketika saya bersin dan tidak memakai masker maka seseorang yang berada di depan saya akan menghirup droplet tadi. Selain itu, ada juga kondisi lain ketika seseorang bersin lalu menutup mulut dengan telapak tangan lalu mengusap ke badan, otomatis akan terhirup kembali. Gejalanya sendiri ada beberapa, tergantung dari tingkatannya. Kalau gejala ringan seperti demam, pilek, sakit tenggorokan dan batuk, mirip dengan gejala flu. Beberapa orang juga bisa menderita lebih parah daripada itu. Apalagi jika usia lanjut, sangat rentan terhadap Corona ini. Seperti yang disebutkan tadi, terinfeksi Corona mirip dengan gejala flu biasa. Bagaimana cara membedakannya?
Berdasarkan data yang diunggah oleh John Hopkins University, hingga Rabu, 26 Februari 2020, jumlah pasien yang positif terinfeksi COVID-19 telah mencapai 80.994 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.760 orang telah meninggal dunia. Setiap negara telah menyiapkan upaya pencegahan dan pengamanan dari wabah ini. Untuk mengetahui lebih lanjut menggenai COVID-19, Reporter PK identitas, Finsensius T Sesa melakukan wawancara dengan dr Irawaty Djaharuddin Sp P (K) di Infection Center, RSUP Wahidin Sudirohusodo, Kamis(13/02).
Dalam dunia medis kita punya tingkatan, kapan dikatakan positif Corona atau tidak. Itu ditentukan dari kondisi dan gejalanya. Tetapi karena Corona ini baru dan berasal dari luar, kita harus mengetahui riwayat perjalanan seseorang. Misalnya, riwayat perjalannya dari Cina dan ada kontak langsung dengan penderita Corona. Sama halnya dengan seseorang, walaupun tidak ada riwayat perjalanan ke Cina, tetapi ada kontak langsung dengan penderita maka patut diwaspadai. Cara mengetahuinya yaitu lewat pemeriksaan. Pusat pemeriksaannya sekarang ada di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) di Jakarta. Sampai hari ini sudah ada lebih dari 70 sampel yang dites, namun belum ada yang positif. Menurut Anda, seberapa besar peluang Corona masuk ke Indonesia? Peluang tetap ada karena adanya mobilisasi penduduk dari luar ke dalam dan migrasi yang cepat. Jadi, dengan kontak orang-orang dari luar ke dalam khususnya dari negara Cina bisa saja menimbulkan penularan. Sejauh ini apakah sudah ada Vaksin untuk menyembuhkan seseorang dari infeksi Corona? Terus terang, obat sampai saat ini belum ada. Walaupun Cina telah melakukan percobaan untuk membuat sebuah vaksin, tetapi belum dapat dipublis. Saat ini kita hanya mengobati penyakit pemberatnya, selain Corona. Misalnya, pasien Corona juga mengalami diabetes, maka kita obati penyakit diabetesnya. Ketika dia (red: pasien) ada demam, kita berikan obat demam, istilahnya untuk mengurangi penyakit pemberatnya.
Apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dan menyikapi virus Corona? Pertama adalah jangan panik. Ini merupakan isu internasional, kita harus mencari berita dari sumber terpercaya. Kemudian mulai dari diri sendiri, kita harus membiasakan untuk lebih sering cuci tangan setelah melakukan sebuah aktivitas. Cuci tanganlah dengan air mengalir dan sabun. Setelah membiasakan cuci tangan, maka gunakanlah masker. Kebanyakan orang Indonesia kadang malu menggunakan masker saat flu, karena takut dikatakan TBC. Selanjutnya yaitu edukasi batuk atau bersin yang betul. Jadi kalau kita batuk atau bersin, tutup mengunakan punggung tangan. Apa harapan Anda tentang mewabahnya virus Corona? Wabah Corona ini ada plus minusnya. Sekarang masyarakat lebih peduli akan kesehatan, terbukti dengan masyarakat lebih haus informasi. Jadi kami sebagai orang-orang medis harus mengambil peluang ini untuk mengedukasi masyarakat tentang hidup sehat. Mudahmudahan virus ini tidak ada yang masuk ke Indonesia. Semoga dengan pola hidup sehat yang kita terapkan, insyallah infeksi virus Corona tidak terjadi.
Data Diri Nama: Dr.dr.Irawaty Djaharuddin SpP(K) TTL: Ujung Pnadang, 17 Juni 1972 Instansi: RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Unhas Konsultan Pulmonologi Bidang Infeksi, 2013 Riwayat Pendidikan: Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Unhas, 1997 Dokter Spesialis Paru, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 2006 Doktor Bidang Ilmu Kedokteran Unhas, 2012 Penelitian: What is New in Lower Respiratory Tract Infection: Focus on Bacterial Infection, 2019.
10
POTRET
Alur Transaksi di Kantin Kudapan
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
Memesan makanan
Foto dan Naskah: Santi Kartini
K
etika mengunjungi Kantin Kudapan akan ditemukan hal berbeda. Kali ini, pembayaran harus melalui kasir. Diberlakukannya sistem tersebut berawal dari kerugian Unhas akibat beberapa kedai menunda biaya sewa tempat dan Cleaning Service (CS). Setelah beberapa kali dilakukan perundingan antara penjual dan pihak Direktur Aset dan Kewirausahaan Unhas, disepakati sistem kasir diterapkan pada tanggal 27 Januari 2020 dengan pemotongan 7,5 persen dari keuntungan pedagang. Adapun prosedur pembayaran dari Direktur Aset
dan Kewirausahaan Unhas, mahasiswa maupun pengunjung lain yang hendak menikmati makanan atau minuman terlebih dahulu harus memesan di kedai untuk mendapatkan nota pesanan. Nota yang berisi daftar menu dan harga pesanan disetor ke kasir. Setelah membayar, kasir akan memberi struk bukti pembayaran untuk disetor ke penjual. Kemudian, barulah pemilik kedai mengantarkan makananya. Untuk memperjelas alur transaksi di Kantin Kudapan, berikut kami sajikan dalam bentuk potret.
Mengisi Nota
Mengantar makanan
Memberikan Nota
Antre
identitas NO.identitas 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
LAPORAN UTAMA
11
BUNDEL IDENTITSAS
Meninjau Kembali Perjalanan Sistem Informasi Akademik di Unhas Kebutuhan akan teknologi dan informasi yang semakin kuat tentunya perlu didukung dengan sistem yang ter-update.
B
agi setiap perguruan tinggi kebutuhan akan data informasi yang cepat, akurat dan komprehensif merupakan hal primer. Universitas Hasanuddin telah menyadari hal ini sejak lama. Seperti yang tercermin pada kebijakan akademik dalam hal pengurusan pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) atau kini disebut Uang Kuliah Tunggal (UKT), pengisian Kartu Rencana Studi (KRS), jadwal kelas dan sebagainya. Memasuki awal semester, mahasiswa akan mengisi KRS untuk kemudian disetujui oleh Pembimbing Akademik. Sebelum semua proses dilakukan secara digital seperti sekarang, dulunya mahasiswa mengurus KRS secara manual. Setelah pihak program studi mengumpulkan KRS mahasiswa, pendataan dan pemeriksaan KRS yang masuk akan dilakukan oleh staf akademik. Selanjutnya, dibawa ke Satuan Tugas untuk kemudian diserahkan ke Ketua Jurusan untuk ditandatangani. Pada proses ini, dilakukan pemeriksaan dan pengecekan data secara teliti. Proses yang memakan waktu yang lama ini pun masih mendapat kendala. Data Bundel identitas
Oktober 2005, mahasiswa di Jurusan Fisika dan Sastra Prancis harus mengurus kembali KRS mereka akibat kelalaian pihak akademik yang menghilangkan KRS mahasiswa. Ketidakberesan pihak akademik dalam mendokumenkan data di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Sastra (FS) waktu itu kerap terjadi. Fakultas lain pun tidak menutup kemungkinan menghadapi hal yang serupa. Dalam menginputan nilai, yang diberikan dosen terkadang mengalami perubahan setelah di output oleh pihak akademik. Kelalaian bukan berarti disebabkan oleh sepihak saja, dalam hal penginputan nilai, dosen sering kali terlambat dalam menyetor hasil ujian ke begian akademik. Mahasiswa pun sangat berperan aktif mengurus KRS-nya masing-masing. Dalam menjamin mutu pelayanan akademik, Unhas pernah mengembangkan layanan short message service (SMS) dengan kerja sama Telkomsel. Dengan adanya kebijakan ini, sivitas akademika dapat mengakses informasi seputar nilai Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK), jadwal kuliah, ujian mid test, final test, hingga data dosen, kala itu caranya
cukup mengirim pesan ke 7890. Untuk meningkatkan layanan ini, Unhas harus menyiapkan database yang lengkap. Kendala kala itu, Pusat Informasi Unhas (PIU) yang membawahi semua sistem informasi di setiap fakultas, belum mampu bekerja maksimal, dikarenakan beberapa fakultas belum semuanya mengirim database-nya ke PIU. Unhas terus bergerak dalam upaya menjamin database mahasiswanya, tahun 2008 kampus merah menggandeng Worl Bank dengan proyek Indonesian Managing Higher Education for Relevance and Efficciency (I-MHERE). Kerjasama ini diujicobakan pertama kali di Departemen Sastra Asia Barat dalam menggunakan KRS berbasis online. Sejak saat itu, Kampus yang berdiri tahun 1956 ini mulai menggenjot digitalisasi akademik mahasiswa. Dalam prosesnya memang masih menerapkan dualisme sistem. Dimana mahasiswa masih tetap mengisi KRS manual dan print KRS online yang telah diisi sebelumnya di situs www.unhas.ac.id/sim. Seperti yang dikatakan Wakil Dekan Bidang Akademik Farmasi, Prof Dr rer nat Marianti A Manggau yang dikutip dari bundel identitas edisi Februari 2011, KRS online
yang mereka jalankan masih terkendala prasarana, misalnya jaringan. Maka itu, mengantisipasi hal yang tidak inginkan, KRS manual, tetap diwajibkan. Perkembangan penggunaan KRS online mengalami fase tidak tetap. Dalam perjalananya, bahkan ada fakultas yang menarik diri dari sistem KRS online. Hal ini disebabkan kurang dan tidak adanya pegawai di fakultas yang meng-input data-data akademik. Selain itu, beberapa fakultas telah menggunakan database sendiri seperti Fakultas Teknik (FT), kemudian menyusul Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Kedua fakultas tersebut menggunakan Sistem Informasi Akademik (SIAKA). Keunggulan SIAKA, yakni masing-masing program studi sudah memilik operator sendiri untuk meng-input data ke database akademik yang langsung terkoneksi ke fakultas. Dengan adanya fasilitas ini, sudah saatnya tumpukan data-data dalam bentuk kertas ditinggalkan. Walaupun Fakultas Teknik telah menerapkan sistem informasi yang terbilang canggih, sistem tersebut tidak terintegrasi ke server pusat Unhas.
“Memang dulunya mengunakan SIAKA, disisi lain mereka juga harus print KRS di portal akademik pusat Unhas,” jelas kepala DSTI, Dr Eng Muhammad Niswar ST M IT. Lebih lanjut, Niswar menjelaskan ini salah satu upaya agar database akademik sedikit demi sedikit dapat terkoneksi ke server induknya yakni Unhas. Sesuai dengan tujuannya agar data semua sivitas akademika dapat didigitalkan dan terpusat. Beberapa tahun belakangan, portal yang telah digunakan selama sepuluh tahun lebih kerap kali mengalami masalah, utamanya saat memasuki masa pengisian KRS. Puncaknya awal semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Menurut Niswar, masalah tersebut diakibatkan adanya hacker yang mencoba menembus keamanan server portal akademik. Karena gangguan server tersebut, mahasiswa terpaksa melakukan pengisian KRS secara manual. Menanggapi masalah tersebut, Niswar bersama timnya segera mengambil tindakan cepat. Mereka menggarap portal baru yang kemudian dinamai neosia.unhas.ac.id. Tim Laput
12
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
LAPORAN UTAMA
IDENTITAS/RISMAN
Segudang Masalah Portal Akademik Kehadiran sistem informasi digital membawa banyak kemudahan bagi sivitas akademika Unhas. Meski selama lebih dari sepuluh tahun beroperasi sistem informasi tersebut kerap kali mengalami masalah.
B
eberapa tahun belakangan, keluhan terkait masalah portal akademik semakin banyak, baik dari kalangan mahasiswa, maupun dosen dan pegawai. Banyaknya masalah yang bermunculan disebabkan karena teknologi yang digunakan sudah sangat lama. Bahkan portal tersebut telah digunakan di Unhas sejak 2008. Salah satu langkah yang dilakukan Unhas untuk mengatasi hal tersebut adalah mengupdate teknologi yang digunakan. Namun, pihak Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi (DSTI) Unhas mengalami masalah dalam melakukan update terhadap sever portal lama. Hal ini dikarenakan pihak pengembang yang bukan dari Unhas, melainkan dari Jawa. Oleh karena itu, pihak DSTI dengan tanggap menggarap portal baru yang kemudian akan menggantikan portal lama. Portal baru yang dinamai neosia.unhas.ac.id tersebut digarap selama kurang lebih enam bulan. Portal ini pun sudah digunakan dalam pengisian KRS online semester genap 2019/2020, meski masih ada beberapa ďŹ tur yang belum dapat diakses karena proses pemindahan data belum rampung. Menurut penelusuran identitas,
permasalahan portal ini rupanya sudah menjadi masalah klasik, bahkan sejak awal dirintis. Dirangkum dari bundel identitas dan laman identitasunhas.com, berikut sejumlah permasalahan portal lama yang terjadi di Unhas: Teknisi yang kurang memadai Tahun 2010, Sistem Informasi Akademik (SIAKA) yang berisi datadata terkait mahasiswa, termasuk sisitem Kartu Rencana Studi (KRS) online, pembayaran SPP dan jadwal kuliah belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan mengenai pemanfaatan teknologi informasi, baik oleh pegawai maupun tim teknisi. Padahal, sejak tahun 2008, mereka telah mengikuti lima kali pelatihan terkait pemanfaatan dan penggunaan teknologi sistem informasi Unhas. Dampaknya, pemanfaatan fasilitas database secara online oleh mahasiswa menjadi kurang maksimal. Database yang harusnya bisa diakses di website tidak dimanfaatkan dan mahasiswa tetap melakukannya secara manual. Koneksi jaringan Pada tahun 2011, penggunaan
portal akademik sedang gencargencarnya. Namun, belum diterapkan secara menyeluruh dikarenakan masalah koneksi jaringan. Para pegawai merasa kewalahan dalam penginputan data karena koneksi jaringan yang tidak memadai. Beberapa mahasiswa di Fakultas Farmasi bahkan harus bekerja dua kali, mereka diharuskan mengisi KRS secara manual setelah mengakses online. Mahasiswa pun turut mengeluhkan masalah ini karena dianggap terlalu berbelit-belit. Meskipun sudah ada sejak 2008, saat itu hanya beberapa fakultas dan prodi yang menerapkan pengisian KRS secara online. Misalnya saja Jurusan Sastra Asia Barat dan Fakultas Farmasi. Sedangkan Fakultas Hukun dan Jurusan Ilmu Kelautan yang berencana memberlakukan KRS online, urung melaksanakannya dikarenakan kondisi koneksi jaringan. Server eror Dilansir dari bundel identitas Edisi Agustus 2011, para mahasiswa mengeluhakan akses KRS online yang PINnya hanya bisa digunakan satu kali, padahal tahun sebelumnya PIN tersebut dapat digunakan berkali-
kali. Karena masalah itu, mahasiswa harus berurusan bagian akademik demi mendapatkan PIN baru. Tak hanya itu, masalah lain yang disebabkan erornya server yaitu nilai yang tidak sesuai. Nilai yang tertera di Kartu Hasil Studi online tidak sesuai dengan nilai di rapor asli. Hal ini disebabkan karena beberapa dosen belum menyetor nilai mahasiswa. Setelah melakukan penelusuran, didapati akar dari semua masalah tersebut adalah kapasitas internet Unhas yang tidak memadai (red: kekurangan bandwith). Berdasarkan data dari Pusat Informasi, Teknologi dan Komunikasi (PTIK) Unhas pada tahun 2009, kapasitas bandwith yang dimiliki Unhas saat itu hanya 16 Mbps. Diretas Hacker Pada tahun 2019, mahasiswa dibuat repot karena harus mengurus KRS secara manual. Dilansir dari identitasunhas.com, Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu bahkan mengeluarkan imbauaan dengan nomor 21585/ UN4.1/DL.02/2019 terkait pengisian KRS secara manual. Beberapa mahasiswa pun mengeluh terkait pengisian KRS manual ini. Hanifa misalnya,
mahasiswa Fakultas Perikanan tersebut telah mengisi KRS secara online dan harus mengisi kembali dikareakan data yang terhapus,. Tak hanya itu, pengisian ini pun harus dilakukan melalui jaringan internal kampus. Sepekan berselang, Hanifa kembali diharuskan mengisi KRS secara manual. Pengisian ini bahkan berimbas pada pekan pertama perkuliahan yang kurang kondusif, dikarenakan masih banyak mahasiswa yang belum menyelesaikan pengurusan KRS secara manual. Ketua DSTI, Dr Eng Muhammad Niswar ST M IT, menjelaskan bahwa masalah ini terjadi disebabkan ada hacker yang mencoba menerobos sistem keamanan server. Untuk itu, pihaknya mencoba mengamankan dengan memindahkan server ke jaringan lokal kampus. Sementara, tim DSTI menggarap portal baru yang nantinya akan menggantikan portal lama. Portal ini pun telah digunakan sejak semester genap 2019/2020. Tim Laput
LAPORAN UTAMA
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
13 9
IDENTITAS/ARISAL
Tampilan Baru, Setumpuk Soal Belum Usai Setelah sempat mengalami gangguan, database akademik Unhas berbasis online kini hadir dengan tampilan baru, bagaimana proses transisi database dari server lama?
S
ejak tahun 2008, Unhas telah menggunakan sistem database berbasis online. Menggandeng World Bank dengan proyek Indonesian Managing Higher Education for Relevance and Efficciency (I-MHERE), sistem Kartu Rencana Studi (KRS) online ini diujicobakan pertama kali di Departemen Sastra Asia Barat. Sistem ini tentunya membawa dampak positif karena memberi kemudahan akses informasi, khususnya pengurusan KRS bagi sivitas akademika Unhas. Sisi lain, pengurusan KRS online dapat menekan penggunaan kertas. Setelah lebih dari sepuluh tahun beroperasi, portal beberapa kali mengalami masalah, mulai dari server eror, mata kuliah yang terisi dari prodi lain, serta sederet masalah lainnya. Puncaknya pada awal semester ganjil 2019/2020, karena dampak dari gangguan server, mahasiswa terpaksa mengisi KRS secara manual. Bahkan dalam menyiasati hal tersebut, akses sistem portal
dibatasi hanya menggunakan jaringan kampus. Selain itu waktu akses untuk pegawai dan mahasiswa pun dijadwalkan untuk menghindari server penuh. Dalam berita identitasunhas.com, Unhas bahkan mengeluarkan surat edaran terkait jadwal pengisian KRS. Surat tersebut berisi jadwal pengisian KRS secara online, yaitu (16.00-08.00 Wita) dan hanya dapat diakses menggunakan jaringan internal kampus. Menjawab masalah tersebut, Direktorat Sistem Teknologi dan Informasi (DSTI) secara tanggap memberikan solusi dengan menghadirkan portal baru. Portal yang dinamai neosia. unhas.ac.id ini telah digarap selama lebih dari 6 bulan, terhitung sejak sistem pengisian KRS di portal lama bermasalah. Kepala DSTI, Dr Eng Muhammad Niswar ST M IT, menyebutkan portal baru ini memiliki keunggulan dari sisi keamanan teknologi dan lebih user friendly. Selain itu, kelebihan portal ini sudah bisa dikses baik menggunakan
jaringan internal kampus maupun jaringan luar kampus. Perbedaan lainnya terletak pada penambahan menu-menu. Terdapat beberapa menu yang bisa diakses di portal baru, salah satunya adalah penguploatan foto KRS. Akses portal baru ini juga diharapkan akan lebih cepat dan kapasitas yang mengakses bisa lebih banyak. Untuk saat ini, proses pemindahan data dari portal lama ke portal baru masih berlangsung. Meskipun tidak mudah, Niswar dan timnya menargetkan pemindahan data ini dapat rampung secepatnya. “Pemindahannya masih dilakukan sekarang, tapi jangan kira mudah melakukan pemindahannya karena kita harus masuk program yang dulunya bukan kita yang garap. Kita harus jeli mengetahui menu yang sebelumnya dimana dan akan ditempatkan dimana,” jelasnya. Menurut Niswar, pemindahan data ini membutuhkan proses yang cukup panjang. Hal tersebut dikarenakan data dipindahkan dari server yang dikelola oleh tim dari luar. “Portal lama itu bukan kami
yang kelola, dan ada kontraknya dan kontraknya sudah berakhir. Maka untuk memindahkan data di portal lama ke portal baru, harus diketahi seluk beluknya portal lama itu,” ungkap Niswar saat ditemui di ruangannya, Rabu (26/2). Selama proses pemindahan, data yang ada di portal lama masih bisa diskses hingga portal baru dirampungkan. Untuk mengakses kartu hasil studi, saat ini hanya bisa dilakukan melalui portal lama, hal ini dikarenakan data nilai belum dipindahkan. Menurut Niswar, pemindahan data nilai ditargetkan akan rampung awal Februari. Setelah pemindahan data rampung, portal lama akan ditutup dan neosia.unhas.ac.id akan berganti nama menjadi portal-akademik. unhas.ac.id. Namun hingga saat ini, pemindahan data belum juga selesai sehingga akses nilai masih belum bisa dilakukan di portal baru. Sedangkan untuk pengisian KRS, mahasiswa diarahkan untuk melakukan pengisian melalui portal baru. Pengisian di portal lama tidak lagi diperbolehkan, hal
ini dikarenakan data KRS di portal lama tidak akan terdaftar di sistem. Niswar bersama timnya terus berupaya melakukan pembaruan aplikasi dan sistem informasi di Unhas. Menurutnya, hal ini penting karena mesin penelusuran di internet juga terus berkembang, sehingga aplikasi dan sistem informasi yang digunakan juga harus menyesuaikan. “Jika tidak terus diperbaharui maka akan tidak sesuai dengan browser yang berkembang sekarang ini. Apa jadinya ketika mengakses misalnya di google chrome untuk login ke portal Unhas tapi akhirnya tidak bisa, itu dikarenakan google chrome terus update tetapi aplikasi kita tidak,” jelas Niswar. Untuk segi keamanan, Niswar menjamin akan lebih baik dari portal sebelumnya. Sistem portal baru ini diakuinya telah disesuaikan dengan perkembangan teknologi sekarang. Sebagai antisipasi, tim melakukan pencadangan data secara berkala. Jadi, jika terjadi kebobolan di portal ini, cepat akan diatasi karena datanya sudah dicadangkan sebelumnya. Tim Laput
14
U
identitas
NO. 908, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
LAPORAN UTAMA
Neosia dalam Pandangan Sivitas Akademika Unhas
niversitas Hasanuddin merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang telah memanfaatkan sistem informasi digital sejak dulu. Terlihat dari kebijakannya dalam bidang akademik, seperti pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) yang telah berbasis online. Dilansir dari Bundel identitas Edisi Awal Februari 2004, Unhas saat itu telah memasuki era digitalisasi informasi dengan melakukan beberapa upaya, antara lain mengadakan website resmi dan mencanangkan Sistem Informasi Akademik (SIAKAD). Namun, seiring berjalannya waktu, SIAKAD kemudian digantikan oleh Portal Akademik. Dalam satu dekade terakhir, Portal Akademik juga mengalami masalah. Di pertengahan tahun 2019, permasalahan portal membuat geger satu
universitas karena registrasi mahasiswa untuk semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 menjadi terhambat. Dalam berita online identitasunhas.com, Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi (DSTI) Unhas saat itu, Dr Eng Muhammad Niswar ST M IT, mengatakan gangguan terjadi pada portal disebabkan oleh berlebihnya jumlah mahasiswa yang mengakses laman tersebut. Oleh karena itu, Niswar bersama timnya kemudian mengembangkan sistem baru yang dinamakan neosia.unhas.ac.id selama enam bulan lamanya. Kini portal baru tersebut sudah resmi digunakan sejak registrasi mahasiswa semester genap tahun ajaran 2019/2020. Lalu bagaimana tanggapan sivitas akademika Unhas mengenai hal ini?
Dr Eng Zulkifli Tahir ST M Sc, Dosen Teknik Informatika. Sebagai salah satu tim pengembang, saya tentu sudah mengetahui. Dibandingkan dengan portal sebelumnya, tentu ini sudah lebih baik. Meskipun begitu, kami akan terus berupaya mengembangkannya. Selama menggunakan portal baru ini, saya merasa aman-aman saja. Beberapa fitur ada yang belum bisa diakses, hal ini dikarenakan masih dalam proses pemindahan data. Dari segi teknologi tentunya menggunakan yang terbaru dan jauh lebih baik dari portal sebelumnya.
Tuty Arsrini K, pegawai Administrasi Fakultas Kedokteran. Untuk masalah jaringan, portal saat ini jauh lebih baik tetapi masih ada kekurangannya. Masih banyak fitur belum bisa diakses yang baru siap hanya KRS, sedangkan fitur transkip nilai dan penginputan nilai masih dalam tahap penyelesaian. Di Unhas saat ini tidak mengenal sistem manual. Semua sudah sistem by sistem. Jadi untuk sekarang, admin masih terkendala dengan sistem, utamanya penginputan nilai yang belum bisa dilakukan. Kendala akses KHS ini juga berimbas pada mahasiswa yang akan wisuda, sementara nilai yang ada di sistem portal hanya sampai nilai 2019. Harapan saya, semuanya siap baru diresmikan karena itu saling terikat. Misalnya di FK selesai S1 pindah ke profesi. Mereka tidak bisa ikut ujian nasional dan yudisium kalau nilainya tidak lengkap.
Salahuddin, mahasiswa Teknik Informatika, angkatan 2018. Kebetulan saya kuliah di jurusan informatika, jadi sedikit tahu bahwa membuat website yang sempurna dengan database sebanyak itu bukan hal yang mudah. Dalam jangka waktu enam bulan tergolong cepat untuk bisa membuat website seperti itu. Menurut saya, tidak ada kekurangan untuk webnya, hanya belum sempurna saja, karena masih banyak fitur yang belum bisa diakses oleh mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, neosia akan jadi web portal akademik yang lebih baik dibanding portal sebelumnya. Saya rasa tampilannya lebih simpel dan mudah dimengerti. Tak hanya itu, kecepatannya juga lebih baik daripada portal yang sebelumnya.
Wahidah, mahasiswa Kimia, angkatan 2019. Kalau diberi nilai satu sampai sepuluh, portal lama satu dan neosia empat. Portal lama lambat loading dan sering error tapi bisa ditempati isi KRS sekaligus unduh KHS. Kalau neosia kadang error juga cuman tidak separah portal lama. Sayangnya, neosia tidak bisa mengunduh KHS padahal saya mahasiswa bidikmisi yang selalu butuh. Kemarin pas buka neosia pertama kali ada mata kuliah yang hilang. Pernah juga tiba-tiba langsung kosong KRS padahal sudah tambah mata kuliah, banyak sekali masalah pokoknya.
Tim Laput Andi Ario Ichsan Dharmawan, mahasiswa Ilmu Komputer, angkatan 2019. Menurut saya sangat membantu kegiatan akademik, tapi dalam pengurusan KRS terdapat sedikit miskomunikasi antara pihak Prodi dan pengelola portal, sehingga pengurusannya agak terlambat. Salah satu contoh adalah terdapat beberapa kesalahan dalam susunan mata kuliah. Mata kuliah dalam kurikulum terdapat di semester dua, tapi tidak ada dalam list mata kuliah di portal akademik. Semoga nantinya akses akademik lebih lengkap dan efisien lagi. Tim Laput
Koordinator: Arisal Urwatul Wutsqaa
Anggota: Wandi Janwar Santi Kartini Finsensius T Sesa Risman Amala Fitra
WANSUS
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
15
Laut Natuna
di Mata Hubungan Internasional
B
aru-baru ini, masyarakat Indonesia dibuat geger dengan keberadaan kapal penangkap ikan Tiongkok di Laut Natuna. Dikawal Coast Guard (patroli penjaga pantai), kapal Tiongkok tidak hanya mengambil sumber daya perikanan, tapi juga mengklaim lautan tersebut masuk wilayah teritorialnya. Persoalan Laut Natuna memang sudah ada sejak dulu. Langkah tiap pemerintah berbeda-beda. Sisi lain, Indonesia punya
Dalam kajian hubungan internasional, apakah kisruh antara Indonesia dengan Tiongkok merupakan persoalan sengketa perikanan atau masalah kedaulatan negara? Ini termasuk persoalan perikanan, tetapi tetap mereka melanggar kedaulatan negara. Apalagi hal ini berpotensi melanggar kedaulatan Indonesia berulang kali. Oleh karena itu, Indonesia harus bersikap lebih keras lagi, dan kalau perlu harus melawan membuat suatu standing point bahwa negara siapa pun tidak boleh melanggar kedaulatan Indonesia. Selain itu, dalam pemberitaan, Tiongkok ini berulang-ulang kali datang ke Laut Natuna. Terlihat tidak ada ketegasan dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini. Apalagi ada semacam kerja sama dengan Tiongkok, dan prospek ke depannya sangat bagus. Tindakan apa yang mesti dilakukan Indonesia? Pemerintah harus bersikap lebih jauh. Indonesia harus memperlihatkan upaya bahwa negaranya tidak senang atas tindakan Tiongkok di Laut Natuna. Tindakannya bisa melalui diplomasi saling berhadapan berargumentasi dalam menyelesaikan itu. Tapi, kalau menurut saya memang kita harus perangi mereka. Apa maksud Anda dengan memerangi mereka? Iya, bila terjadi saling serang, persoalan Indonesia dan Tiongkok dibawa ke Mahkamah Internasional. Hal ini, serupa Filipina dengan Tiongkok, Filipina sudah mampu menghalau Tiongkok dengan keputusan Mahkamah Internasional di Den Haaq. Bukankah, harus ada persetujuan kedua belah pihak bila kisruh Laut Natuna ingin dibawa ke Mahkamah Internasional? Maka dari itu, kalau tidak saling serang, kita harus sama-sama membawa ke Mahkamah Internasional. Kalau kebijakan kita dengan cara datang mengusir saja itu tidak akan ada hasil maksimal. Bagaimana dengan tindakan seperti penarikan duta besar Indonesia untuk Tiongkok, apa bisa jadi opsi untuk melawan klaim Tiongkok di Laut Natuna ini? Itu masih sangat jauh. Masalah Natuna ini belum terjadi flash point yang begitu membahayakan bagi eskalasi negara
hubungan diplomatik dengan negeri tirai bambu itu. Lantas, tindakan seperti apa yang semestinya dilakukan pemerintah? Menjawab hal tersebut, Reporter identitas Unhas, Arisal menemui Ketua Departemen Hubungan Internasional, Drs Darwis MA Ph D, usai menjadi pemantik dalam diskusi “Natuna; How Far China Can Go?” di ruang Senat Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Unhas, Senin (13/1).
Indonesia, karena itu baru di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia belum memasuki daerah kedaulatan 12 mil itu. ZEE itu hak kedaulatan Negara Indonesia, karena penetapannya juga jelas yakni melalui United Nations Convention on the Law of the Sea (Unclos) 1982. Dalam pandangan hubungan internasional, menarik duta besar Indonesia hanya akan merugikan negara sendiri, ketergantungan ekonomi Indonesia terbilang tinggi, begitu juga ekspor dan impor. Jadi, apakah kisruh Laut Natuna sekarang akan berdampak pada ekonomi dan investasi Tiongkok ke Indonesia? Saya kira belum sampai ke situ, skalanya masih kecil. Tapi Indonesia harus tetap memperhatikan Tiongkok agar tidak semena-mena memasuki wilayah teritorial Indonesia. Akan tetapi, kalau Tiongkok lebih intensif lagi ke Laut Natuna, akan membahayakan keamanan negara. Timbal baliknya, otomatis Indonesia akan memprotes itu semakin keras juga. Bila itu terus terjadi, kemungkinan akan berdampak pada ekonomi, politik dan budaya. Kalau berkesempatan bertemu dengan pemerintah Indonesia, apa yang akan Anda sampaikan? Pemerintah harus serius menanggapi karena ini masalah kedaulatan, apalagi pemerintah sendiri selalu mengatakan NKRI harga mati. Walaupun ada persepsi Tiongkok belum melanggar kedaulatan Indonesia tapi kapal Tiongkok sudah memasuki wilayah ZEE. Mestinya Tiongkok minta izin dulu, artinya dia harus permisi sebelum masuk karena itu adalah hak prerogatif negara dan sesuai dengan Unclos 1982. Terakhir Tiongkok harus mengerti kedaulatan Republik Indonesia, artinya tidak lagi melakukan pelanggaran dan menghormati kedaulatan suatu negara tanpa melihat latar belakangnya. Indonesa tidak pernah terlibat dalam Laut Tiongkok Selatan, tidak pernah mencampuri dan tiba-tiba peta sembilan garis putus-putus milik Tiongkok masuk wilayah Indonesia. Di dalam hubungan internasional itu sama halnya manusia, kalau orang itu kaya, punya senjata, ada kencenderungan takut. Coba lihat Iran ketika dilanggar dari hak konsititusinya, mereka melawan karena punya kekuatan. Masalahnya apakah kita bisa melawan mereka?.
Data Diri Nama : Drs H Darwis MA Ph D Pendidikan : - S1 Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin - S2 Asian Studies Griffith University - S3 Universiti Kebangsaan Malaysia Catatan : Darwis sekarang menjabat sebagai Ketua Departemen Hubungan Internasional. Dia konsen dalam Bidang Ekonomi Politik Internasional dan Politik Luar Negeri Indonesia.
CIVITAS
16
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
Tumbang: Pohon tumbang menimpa sejumlah motor mahasiswa di Parkiran Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, lima di antaranya rusak parah, Selasa (7/1).
IDENTITAS/SANTI KARTINI
Saatnya Hutan Kota Berbenah Pohon bukan hanya ditanam tapi juga perlu untuk dirawat.
H
iruk pikuk Kota Makassar dengan padatnya kendaraan, terutama pada saat memasuki jam kerja dan pulang kantor. Pengendara bergelut kemacetan, polusi dan suara gaduh dari kendaraan. Hanya saja, suasana berubah ketika memasuki kawasan kampus Unhas Tamalanrea. Masuk lewat gerbang pintu satu, pengendara disambut dengan rindangnya pepohonan. Suasana yang awalnya panas dan gerah, dirasakan sirna begitu saja dengan kesejukan pepohonan hutan Unhas. Namun, tahukah kalian bahwa awalnya, Unhas sendiri merupakan kebun bambu yang kering kerontang dan tidak ada pohon. Berkat kerja keras dan usaha Unhas dalam menanam pohon pada tahun 1980-an ketika Kampus Unhas Tamalanrea mulai dirintis, dan perkuliahan sebagian sudah berpindah dari Kampus Baraya, akhirnya Unhas bisa rindang seperti saat ini. Berdasarkan bundel identitas tahun 1989, Unhas menjadi tuan rumah pada kegiatan jambore
siswa (Jamsis) yang salah satu programnya adalah penanaman pohon di sekitaran Danau Unhas. Waktu itu, jumlah pohon ditanam mencapai sekira 225 bibit pohon, terdiri dari 50 bibit pohon Asam Keranji, 75 bibit pohon Flamboyan, dan sisanya merupakan bibit pohon Cendana dan pohon Mahoni. Tak lepas dari upaya Unhas menghijaukan kawasannya, kini berbagai jenis pohon telah tumbuh lebat di Kampus Tamalanrea. Berdasarakan pantauan identitas, jenis pohon yang mendominasi tumbuh di kawasan Unhas Tamalanrea adalah Trembesi atau Ki Hujan. Jenis pohon ini sering dipilih sebagai pohon lindung karena tajuknya yang lebar dan daunnya yang lebat, ditambah dengan jaringan akarnya yang luas sehingga mampu menyerap air dengan maksimal. Pohon ini juga dipercaya mampu memberikan kontribusi dalam menanggulangi pencemaran udara dan ancaman pemanasan global, sehingga banyak ditanam di pinggir jalan sebagai pohon peneduh. Tak
hanya itu, Ki Hujan juga memiliki pertumbuhan yang cepat. Namun, satu dekade terakhir, kondisi pepohonan di Unhas sungguh memprihatinkan. Nampak beberapa pohon besar Unhas dipenuhi dengan tumbuhan lumut dan benalu yang membuat batang dan ranting pohon mudah lapuk. Apalagi ketika hembusan angin mengenai pepohonan tersebut, maka rantingnya akan jatuh berserakan ke jalan. Bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan usia pohon di Unhas sudah sangat tua. Hal ini dibenarkan oleh Guru Besar Fakultas Kehutanan, Prof Ngakan Putu Oka. Menurutnya, Unhas sudah seharusnya melakukan pergantian pohon. “Pohon yang ada di Unhas seharusnya diganti jenisnya, sudah tua dan apabila roboh bisa saja memakan korban,” ucapnya saat ditemui di ruangannya (27/11/19). Berbagai langkah harus dilakukan agar kawasan Unhas yang telah menyandang gelar Hutan Kota bisa tetap eksis. Salah satunya adalah melakukan pemeliharaan pohon. Baik itu
dengan pemangkasan secara rutin hingga membentuk tajuk pohon agar seimbang. Idealnya, sebuah pohon harus dipangkas setahun sekali. Pemangkasan ini bukan dipotong semata, melainkan perlu memperhitungkan keseimbangan pohon dengan teknik perhitungan yang benar. Memasuki tahun 2020, tercatat sebanyak tujuh pohon tumbang di Unhas. Di antaranya, belakang gedung PKP, Fakultas Kedokteran, dan Parkiran Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Dilansir dari identitasunhas.com, pada Selasa (7/1) lalu, sebatang pohon besar tumbang tepat di parkiran mahasiswa FMIPA. Kala itu, kendaraan mahasiswa yang tengah menjalani pengaderan terkena imbasnya. Dari sejumlah kendaraan sepeda motor yang terparkir apik, lima di antaranya mengalami rusak parah ditindis pohon. Kerusakan kendaraan tampak pada bagian kap depan dan samping yang pecah, serta bagian jok motor yang sampai terlepas. Melihat kondisi tersebut, Prof Oka turut memberikan
komentarnya. Ia menyatakan bahwa kondisi fisik pohon di Unhas yang usianya rata-rata tergolong tua dan tidak terawat, utamanya pohon di bagian Sekolah Pascasarjana. “Pohon di Unhas yang tidak sehat lagi dan sudah banyak yang tua. Itu sangat berbahaya sekali, apalagi jenis pohon ini ratarata memiliki batang besar dan rantingnya yang mudah patah,” ungkapnya. Lebih lanjut, Prof Oka, memberikan pesan bahwa ketika Unhas akan melakukan penanaman pohon baru, sebaiknya jangan menanam jenis pohon Ki Hujan lagi. “Pohonpohon yang sudah tua di Unhas harus diganti dengan pohon jenis lain, jangan menanam pohon Ki Hujan karena rantingnya besar dan mudah patah. Jika ingin menanam pohon jenis trambesi, sebaiknya ditanam di daerah yang jarang dilewati oleh orang,” tuturnya. Fis, Dar/ Wjn
JEKLANG
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
17
Kepala UPT Perpustakaan yang Cinta Mengajar
F
ierenziana Getruida Junus, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Hasanuddin (Unhas) juga merupakan dosen jurusan Sastra Prancis. Meski sekarang mendapat jabatan, rupanya Fieren lebih cinta pada profesinya sebagai tenaga pengajar. Sejak diangkat menjadi Kepala UPT Perpustakaan Unhas tahun 2019 lalu, dia mengaku sempat kebingungan membagi kesibukan antara mengajar dan menjadi Kepala UPT Perpustakaan. “Awalnya sih sempat pontang-panting membagi waktu antara mengajar dan di sini (red: perpustakaan). Tapi ya, syukur sekarang saya sudah agak lebih luang dan bisa membagi waktu dengan adil,” jelas Fieren, panggilan akrabnya, saat ditemui identitas di ruang kerjanya, baru-baru ini. Maklum, sebelum menjabat sebagai Kepala UPT Perpustakaan, dia sehariharinya sebagai Dosen Jurusan Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas. Makanya, kini merangkap tugas, dosen
sekaligus pustakawan. Disinggung visi-misinya selaku kepala perpustakaan, Fieren mengaku, tidak ada semacam visi-misi khusus. “Mungkin sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya.” Namun begitu, wanita yang tergolong serba bisa ini menginginkan perpustakaan menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh pengunjungnya. Dia mengakui, tertarik dengan metode pemanfaatan kembali, sehingga ia mendapatkan ide dengan memanfaatkan kembali barang bekas yang dulunya berserakan di gudang. “Kini barang-barang tersebut telah berubah menjadi berbagai macam benda layak pakai, yang sekaligus berfungsi untuk mempercantik ruangan. Dengan sedikit polesan cat saja, sudah bermanfaat, paling tidak mempercantik ruangan,“ tutur Fieren sembari terkekeh. Kembali membincang soal mengajar, Fierenziana mengaku sangat mencintai dunia mengajar. Baginya mengajar juga merupakan hobi sekaligus mimpinya sedari muda. “Saya sangat mencintai dunia mengajar. Boleh dibilang, memang sedari muda
dulu sudah menjadi asisten dosen dan sangat berminat mengajar,” bebernya. Hal menarik, wanita pemilik berperawakan cantik ini, selain mengajar dan menjadi kepala perpustakaan, ternyata juga memiliki beberapa hobi lainnya, seperti menyanyi, bermain musik, dan bahkan fotografi. “Dulu sejak masih di bangku perkuliahan, saya dan teman-teman mempunyai kegemaran traveling sembari melakukan fotografi bersama.” Membahas tentang metode pembelajarannya, wanita berkulit putih ini mengakui, menggunakan metode pembelajaran sesuai perkembangan zaman. “Anak muda zaman sekarang, sangatlah mudah bosan dengan berbagai mata perkuliahan. Oleh karena itu, saya memutar otak dan memberikan banyak game berupa kuis di sela-sela jam mengajar,” ungkapnya. Diakui Fieren, game yang dipertandingkan sangatlah variatif dan menarik. “Alhasil, anak-anak yang semula mulai mengantuk dan bosan, kembali bersemangat dan aktif. Saya sangat puas dengan hasil dari metode mengajar ini,” jelasnya.
Dosen Sastra Prancis ini mengaku bahwa dirinya adalah family woman. Liburan, natal, dan tahun baru merupakan momen yang paling ditunggu bersama keluarganya. Sebab, momen seperti inilah, dia bersama keluarga besarnya dapat berkumpul. Wanita yang memiliki enam saudara ini mengungkapkan, walaupun saudara-saudaranya tinggal berjauhan karena masing-masing berada di berbagai daerah di Indonesia, tetapi mereka selalu kompak dalam meluangkan waktu untuk keluarga. Yah, slogan yang tepat untuk dicerminkan wanita ini adalah; “family come first”. Bahkan di saat libur Idul Fitri pun dia mengaku dirinya dan keluarganya turut meluangkan waktu untuk berkumpul bersama. Terakhir, wanita yang supel ini menyatakan, harapan ke depan lebih banyak mengenai isu pendidikan. Baginya, merupakan wanita yang terlahir dari keluarga yang sangat mementingkan pendidikan. Dia sangat peduli terhadap pendidikan saat ini, khususnya di Indonesia.
IDENTITAS/ARISAL
“Saya berharap berharap besar terhadap pemerintah agar program pemerataan pendidikan di Indonesia dapat benar-benar terlaksana. Kurangnya tenaga pengajar ahli juga menimbulkan kekhawatiran. Sehingga, seharusnya pemerintah dapat memberikan solusi terhadap hal tersebut,” imbuh Fieren. Tak lupa mengenai infrastruktur, wanita dikenal cukup modis ini berharap, pemerintah dapat lebih memperhatikan dan memprioritaskan masalah pendidikan. “Tanpa pendidikan, seseorang tidak dapat berpikir kritis dan cerdas,” pungkasnya. Isabella Annelise
Kekuatan Impian sebagai Penggerak Utama
B ISTIMEWA
ama Andika Putra, sosok dosen muda Hubungan Internasional Unhas layak diacungi jempol atas berbagai prestasi yang berhasil ditorehkannya. Sebagai sosok dosen muda, Bama banyak menjadi idola mahasiswa lantaran prestasinya. Menjadi “Best Delegate” dalam beberapa konfrensi Internasional,
menulis berbagai jurnal berbahasa Inggris bahkan sudah ditekuninya sejak menjadi mahasiswa. Saat menyelesaikan studi strata satu, Bama bahkan tercatat sebagai Mahasiswa Berprestasi Unhas tahun 2012. Hasil pencapaian yang cemerlang itu tentu membutuhkan proses yang tidak sebentar. Menurut Bama, hal yang terpenting adalah mencintai bidang yang kita geluti. Kecintaan Bama terhadap bidang Hubungan Internasional yang kemudian dapat membawanya mengikuti berbagai konfrensi internasional. Sejak menjadi mahasiswa, Bama mengaku memang mempunyai ketertarikan yang kuat atas isu-isu internasional, baik konflik dan
perdamaian internasional. Menurut Bama, kegemarannya terhadap bidang tersebut lahir dari proses panjang yang dimulai dari proses mencintai. “You have to loved. Kamu harus cinta atas apapun yang kamu lakukan. Kalau kamu hanya setengah hati, kamu tidak mau mempelajari sesuatu yang baru, tentu kamu tidak akan pergi kemana-mana. Selain itu, kamu harus bertahan berusaha. Karena jika tidak, usaha tersebut tentu tidak bertahan lama,” tambahnya. Setelah menyelesaikann studi strata satu, Bama melanjutkan pendidikan Magisternya di luar negeri. Berkat beasiswa LPDP yang diraihnya, pria ini berkesempatan mengenyam pendidikan di University of Melbourne. Untuk dapat meraih beasiswa tersebut, rupanya Bama telah mempersiapkannya dengan baik. Bama melakukan persiapan tersebut dengan “menyicil”. Bama berhasil mebuktikan dengan kekuatan “menyicil” yang dilakukannya sedari lama, seolah membuka pintu kesuksesan di masa depannya. Memegang teguh prinsip ‘Life Is Planning’, Bama percaya bahwa mereka yang tidak merencanakan, maka hidupnya tidak akan
terencana. Pada akhirnya, hidup seseorang tersebut tidak akan ada visi dan misi, hanya mengalir begitu saja. Menjalani studi strata dua di negeri orang lain tentunya bukan hal yang mudah. Ada setitik kerja keras yang harus dialaminya, belajar hingga larut malam bahkan hingga seusai perpustakaan tutup. Ketika ditanya apa motivasi terbesarnya menggeluti berbagai bidang dan mampu berkiprah baik atasnya, ia mengaku bahwa Biondi Sanda Sima, mahasiswa prodi HI Unhas angkatan 2008 adalah salah satu sosok yang menginspirasinya. Biondi adalah kakak kelas Bama yang mengajarkannya berbagai hal, telebih MUN, debat, diplomasi, dan lain sebagainya. Setelah menyelesaikan studi magisternya, Bama pulang dan kembali pada almamaternya untuk mengajarkan kembali ilmu yang telah didapatkannya. Kini ia dikenal sebagai dosen muda yang memiliki segudang prestasi. Bagi pria yang merupakan suami dari Andi Adini Thahira Irianti ini, selain dikuatkan oleh impian yang dimiliki, seseorang harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Terlebih di zaman modern ini, terdapat banyak hal yang
harus dikembangkan. Sebut saja, berbagai start up yang kini semakin mendunia dan lintas negara. Secara tegas ia menyampaikan bahwa berbagai hal itu harus dipersiapkan alurnya. Mahasiswa yang sedang menjalani studi strata satu harus berprestasi dan aktif demi karienya ke depan yang lebih cemerlang. Di akhir percakapan, pria ini berpesan kepada generasi muda untuk terus belajar. Ia menyadari rawannya generasi ini untuk tumbuh besar dan kuat efek media sosial yang sangat berbahaya. Oleh karenanya, ia menegaskan pentingnya menggunakan media sosial dengan bijak. “Sayangnya, mahasiswa kini sering kehilangan prioritas. Hal ini tentut sangat berbahaya karena cepatnya laju sosial media, seseorang jadi mudah insecure dan menyendiri sehingga tidak menciptakan relasi baru dan network. Jika sosial media hanya digunakan untuk entertainment saja, tentu hanya itu yang didapatkan. Kita bisa accelerate our carrier dengan media sosial secara bersyarat, yaitu kehausan dan keinginan untuk menjadi lebih baik,” ungkap Bama. Nadhira
18
KAMPUSIANA
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
Dies Natalis FISIP Dihadiri Gubernur Sulsel
IDENTITAS/SANTI KARTINI
Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, memimpin penghormatan terakhir dan pelepasan jenazah Prof Dr Ir Radi A. Gany, di Gedung Rektorat, Kamis (12/2).
Penghormatan Terakhir Prof Radi A Gany di Unhas REKTOR Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, memimpin penghormatan terakhir dan pelepasan terhadap almarhum Prof Dr Ir Radi A. Gany, di Kampus Unhas Tamalanrea, Kamis (12/2). Prof Dr Ir Radi A Gany merupakan Rektor Unhas selama dua periode, yakni periode pertama (1997-2001) menggantikan rekror sebelumnya, Prof Dr Basri Hasanuddin MA. Dia berhasil terpilih kembali menjadi Rektor Unhas untuk periode keduanya pada tahun 2001-2006. Sebelum menjabat Rektor Unhas, Prof Radi menjadi Bupati Wajo. Selesai masa jabatannya sebagai Bupati, dia kembali menjabat sebagai Pembantu Rektor I Bidang Akademik, mendampingi Prof Basri Hasanuddin di periode keduanya. Begitu Prof Basri menyelesaikan tugasnya, Prof Radi
berhasil terpilih sebagai Rektor Unhas. Pelepasan dan penghormatan terakhir kepada Prof Radi yang dilangsungkan di Lantai Dasar Gedung Rektorat Unhas oleh segenap sivitas akademika Unhas, sebelumnya disemayamkan di rumah duka, Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 18 No. 237A. Disalatkan di Masjid An-Nur dekat rumahnya, selepas salat dzuhur. Sementara penghormatan terakhir ini, dilakukan sebelum dimakamkan di Perkuburan Unhas Lingkungan Patte’ne Kabupaten Maros. Almarhum mengembuskan nafas terakhir di ruangan ICU Rumah Sakit Pendidikan Unhas, Kamis (12/2) sekira pukul 02.13 Wita dini hari. Sebelum Rektor Unhas, Prof Dwia memberi sambutan ucapan pelepasan, terlebih dahulu pembacaan riwayat singkat
almarhum oleh Sekretaris Unhas, Prof Dr Ir Nazaruddin Salam MT. Menurut Rektor Dwia, almarhum Prof Radi semasa hidupnya, merupakan guru besar sekaligus kolega yang baik dan penuh perhatian. “Beliau juga merupakan rektor yang tegas dan disiplin,” ungkapnya. Prof Dwia tak mampu menahan haru di kala mengenang jasa-jasa almarhum. "Yang dirindukan dari sosok beliau adalah kejenekaannya dan sikap humoris. Saya mendapat info, di saat ulang tahun beliau ke-77, dia masih menyempatkan menorehkan tulisannya," jelasnya. Pelepasan almarhum di Unhas ini, disesaki segenap sivitas akademika Unhas. Rombongan pengantar dari Unhas, mengantarkan jenazah almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya. Badaria
Departemen Pemerintahan Bahas Pemilu Berintegritas DEPARTEMEN Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin (FISIP Unhas) menggelar Seminar Nasional bertema “Pilkada Serentak 2020 yang Berintegritas”. Kegiatan dilaksanakan di Aula Syukur Abdullah Lt 3 FISIP Unhas, Selasa (4/2). Seminar ini menghadirkan Plt Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia (DKPP RI), Prof Dr Muhammad Al Hamid M Si dan Komisioner Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI), Frids
Edward Siregar SH LL M PhD sebagai pembicara. Turut hadir pula Dekan FISIP Unhas, Prof Dr Armin M Si. Dalam sambutannya, Armin berharap dengan diadakannya seminar ini Pilkada yang akan berlangsung akan nantinya bisa berintegritas. “Diharapkan pada saat Pilkada nanti tidak ada penyelenggara ataupun peserta yang melakukan kesalahan, melanggar ataupun menyiasati aturan yang ada,” jelas Armin. Menurut Frids, memang pada hakikatnya yang berwenang mengawasi Pemilihan Umum
(Pemilu) bukan hanya Bawaslu. Lebih dari itu Frids menerangkan Pemilu juga memerlukan pengawasan bersama-sama dari semua elemen masyarakat. “Secara hakikatnya mengawasi pemilu adalah tugas kita semua, tugas saya, dan tugas kawan-kawan sekalian, terutama kawan-kawan yang memiliki hak pilih,” jelasnya. Frids mengumpakan, Pemilu sebagai suatu pertandingan sepak bola, di mana Bawaslu merupakan wasit yang bertugas mengawasi jalannya pertandingan. “Pertandingan akan berjalan dengan baik jika wasitnya memiliki integritas,” pungkasnya. M004
FAKULTAS Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (FISIP Unhas) menggelar acara Semarak Dies Natalis ke -59. Kegiatan bertemakan “Membangun Masyarakat Inklusif untuk Indonesia Sejahtera Berdaulat” ini diadakan di Baruga AP pettarani Unhas, Minggu (9/2). Menariknya, kegiatan yang dipimpin langsung Dekan FISIP Prof Dr Armin Arsyad M Si, dihadiri langsung Gubernur Sulawesi Selatan, Prof Dr Ir HM Nurdin Abdullah M Agr. Tampak pula Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, Ketua IKA Komisariat FISIP Dr H Andi Fahsar Mahdin Padjalangi M Si, yang tak lain adalah Bupati Bone, serta sejumlah alumni lainnya, dan segenap sivitas akademika FISIP Unhas.
Salah satu rangkaian dari Semarak Dies Natalis FISIP Unhas adalah Peletakan Batu Pertama Gedung Education Center oleh Prof Nurdin Abdlullah (NA) selaku Gubernur Sulsel yang didampingi Prof Dwia dan Prof Armin. Nantinya, gedung tersebut akan dijadikan infrastruktur penunjang pembelajaran dan perkuliahan di FISP Unhas. Guru besar Fakultas Kehutanan ini meminta semua pihak untuk membantu menyelesaikan Gedung Education Center FISIP Unhas. “Ini tanggung jawab kita semua untuk menyelesaikan, termasuk Pemerintah Provinsi dan kota,” ujarnya. Ketua pelaksana, Irwan Ade Putra berharap ke depannya, alumni FISIP Unhas berkontribusi besar dalam membangun Indonesia sejahtera. M005
PK identitas Unhas Raih Bronze Winner dari SPS PENERBITAN Kampus (PK) identitas Universitas Hasanudin berhasil meraih penghargaan Bronze Winner dari Sarikat Perusahaan Pers (SPS) dalam kategori Student Print Media Award (ISPRIMA) kategori The Best of Sulawesi non Magazine 2020. Penghargaan ini diberikan dalam ajang Awarding Night ke 11 SPS yang diselenggarakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (7/2). Penganugerahan tersebut diterima langsung oleh Redaktur Pelaksana PK identitas Unhas, Wandi Janwar. Selain PK identitas Unhas, penghargaan ISPRIMA juga diraih oleh beberapa media, seperti Teknokra (Universitas Lampung), Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat (UIN Walisongo), dan Tabloid Institut (UIN Syarif Hidayatullah). Wandi mengatakan penghargaan ini merupakan yang kesembilan kali diraih dalam ketegori non Majalah
Pers Sulawesi. “Alhamdulillah, tahun ini identitas berhasil mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemenang dalam kompetisi sampul muka non-majalah pers mahasiswa,” ujarnya. Lebih lanjut, mahasiswa Departemen Fisika Unhas itu menjelaskan, penghargaan tersebut berhasil diraih karena kerja keras semua kru redaksi. “Terima kasih kepada semua kru dan magang identitas yang telah membantu dalam menerbitkan karya ini, sehingga kita bisa memperoleh penghargaan dari SPS Indonesia. Semoga tahun depan, identitas dapat meraih Gold Winner,” harapnya. Kegiatan yang bertema “Kreasi yang Menginspirasi Negeri” ini juga dirangkaikan dengan pelantikan pengurus SPS cabang Sumatra Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Wandi Janwar
Mengulik Jejak Kebudayaan Mamasa Melalui Diskusi Buku DEPARTEMEN Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas menggelar kuliah tamu dan diskusi buku yang menampilkan Kees Buijis selaku pembicara. Kees Buijis sendiri selaku penulis buku dan Antropolog Belanda mengambil tema “Tradisi Purba Rumah Toraja Mamasa Barat” yang digelar di Aula Prof Syukur Abdullah FISIP Unhas, Rabu (05/02). Pada kesempatan ini, Kees membeberkan, keadaan wilayah hunian masyarakat Toraja Mamasa yang masih memiliki rumah-rumah adat tradisional. Hal ini, kata dia, membuatnya tertarik untuk menyelidiki petunjuk-petunjuk pada tradisi purba kelompok masyarakat, berpindah dari wilayah Toraja
ke bagian barat yang kini disebut Mamasa. “Kalau kita mempelajari sejarah, rumah-rumah di daerah Mamasa lebih tua, lebih asli bentuk dan ornamennya dibandingkan dengan rumah-rumah adat di daerah Tana Toraja,” terang Kees. Selain itu, ia juga menjelaskan terkait kehidupan orang Mamasa ketika ingin membangun rumah adat. “Saat ini, untuk membuat rumah adat di Mamasa sudah tidak ada lagi. Tapi dulu, kalo mau buat rumah adat harus ada izin dari dewa-dewa bumi sebagai pemilik dunia ini. Oleh karena itu, terdapat banyak upacara ritual yang dipakai pada waktu membangun rumah,” terangnya. Melika
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
19
KAMPUSIANA
Axis Edu Pack Ajak Mahasiswa Cermati Peluang Kerja UNIVERSITAS Hasanuddin bekerja sama dengan PT XL Axiata Tbk menggelar Pop Up Campus bertajuk “Be The Future Starter with Axis Edu Pack”, di Baruga A.P Pettarani, Senin (10/2). Acara yang dipandu Soleh Solihun (Komika) ini dihadiri Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas), Adhi Himawan (Head Consumer Proposition PT XL Axiata Tbk), Andi Mattuju (Digital Media Strategist and Creativepreneuer), dan Yanuar Tirta Kumaya (Scrum Master PT XL Axiata Tbk). Turut hadir, Adam Saputra (GM Marketing Kapanlagi Youniverse), Ardy Siji (Founder Chambers and Rock in Celebes), Rijal Djamal (CEO Beda Baik and Content Creator) serta para mahasiswa se-Makassar. Dalam sambutannya, Prof Arsunan mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan para mahasiswa dalam memasuki bursa kerja di luar kampus. Menurutnya, generasi milenial merupakan generasi yang ingin bekerja sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena itu, mahasiswa harus pandai dan jeli dalam memanfaatkan teknologi untuk menambah
peluang-peluang baru. “Untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki bursa kerja di luar kampus, kegiatan seperti ini akan memberikan wawasan baik ke depan,” jelas Prof Arsunan. Dalam pelaksanaannya, acara ini terbagi atas tiga pokok pembahasan dengan tema dan pemateri yang berbeda. Pada sesi pertama, mengusung tema “Your Career Step by Step”. Sedangkan sesi kedua dibawakan dengan tema “Know Your Character and Passion”, dan pembahasan ketiga dibawakan dengan tema “Is it wrong to be Ambitious”. Rijal Djamal selaku CEO Beda Baik dan Content Creator menjelaskan perihal organisasi atau lembaga di suatu kampus. Ia mengatakan bahwa salah satu alasan mahasiswa tidak tertarik dengan organisasi karena yang dimasuki tidak adaptif dengan perkembangan zaman. “Mereka tak dapat memasuki suatu organisasi karena menggunakan cara mengader dengan teknik yang lama. Passion dan era digital cepat berubah. Mari ikuti kata hati kita, seperti apa yang kemudian ingin kita kerjakan,” ajaknya. Melika
Pendingin Ruangan Portebel, Inovasi Mahasiswa FT Unhas KABAR bahagia datang dari Departemen Teknik Lingkungan Unhas. Empat mahasiswinya berhasil menorehkan prestasi dalam ajang “Kemitraan Menjaga Bumi” yang dilaksankan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia. Mereka adalah Andi Annisa, Suarni, Nur Khafifah Rusni, dan Nur Rahmawati Amir. Bertemakan “Kemitraan Menjaga Bumi”, acara yang mereka ikuti dilaksanakan di Phinisi Point Makassar, Kamis (6/2). Dalam pelaksanaanya, para peserta ditantang untuk membuat inovasi daur ulang yang menghasilkan suatu produk baru siap pakai dari plastik bekas, kertas, dan karton. Tak hanya itu, barang yang dihasilkan harus kreatif dan inovatif serta dapat bersifat utilitas dan bermanfaat. Saat mengikuti perlombaan, keempat mahasiswa Unhas mengaku tidak mengalami kesulitan. “Kami diharuskan membuat produk inovasi daur ulang 100 persen sudah jadi, kemudian dibawa saat lomba dan mengumpulkan file ppt untuk dipresentasikan,” ujar Annisa, salah satu anggota kelompok. Mengenai persiapan lomba, mereka hanya butuh sehari saja untuk mengumpulkan bahan-
bahan yang diperlukan. Mereka mengumpulkan botol plastik bekas sebanyak 25 buah yang didapatkan dari area kampus FakultasTeknik Unhas. “Persiapan yang kami perlukan hanya sehari lamanya. Karena dosen kami mengarahkan untuk mengikuti lomba ini dan baru diberi tahu info lombanya selang dua hari sebelum berlangsung,” paparnya. Annisa bersama rekan kelompok memperkenalkan karya yang digagasnya, yakni Pendingin Ruangan Energi Angin Portable (PREP) melalui presentasi lomba. Menurut Annisa, karya tersebut terinspirasi dari penemuan Ashis Paul dari Bangladesh. Mereka kemudian memodifikasinya dengan menambahkan kawat agar dapat menjadi portabel. Annisa berharap, ke depannya ia dan teman-temannya bisa mengikuti lomba-lomba inovasi lainnya dan membuat suatu kegiatan pengabdian masyarakat dengan memperkenalkan karya mereka. “Semoga ke depannya kami dapat membuat inovasi yang lebih bagus lagi untuk diaplikasikan di masyarakat,” harapnya. M19
MUNAWIR/IDENTITAS
Pelantikan: Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unhas, Prof Dr drg A Arsuna Arsin MKes Melantik 33 ketua UKM periode 2020 di Auditorium Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Jumat (07/02/20).
WR III Lantik 33 Ketua UKM Unhas WAKIL Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr drg A. Arsunan Arsin MKes, baru saja melantik 33 ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) se-Unhas untuk periode 2020 di Auditorium Prof. Amiruddin, Fakultas Kedokteran Unhas, Jumat (07/02). Ke-33 UKM tersebut adalah UKM Sepakbola, SoftBall, Hockey, Tenis Meja, Bulutangkis, Bola Basket, Bola Voli, Catur, Menembak, Karate-Do, Taekwondo, Shorinji Kempo, Pencak Silat, Renang, Tenis
Lapangan, Panahan, PSM, Seni Tari, Fotografi, Pantun, Teater Kampus, Liga Film, Radio Kampus EBS, Menwa, KSR-PMI, Korpala, SAR, Pramuka, Koperasi Mahasiswa, Lembaga Dakwah Kampus, Pers Mahasiswa, KPI, dan UKM Debat Bahasa Inggris Dalam sambutannya, Prof Cunang, sapaan akrabnya menyampaikan dukungan dan harapan dari pihak kampus agar ke-33 UKM ini dapat mempersembahkan prestasi untuk Unhas. “Kami akan tetap membina dan mendampingi ke-33 UKM ini dari berbagai
bidang untuk meraih prestasi baik itu nasional hingga tingkat internasional,” ujarnya. Lebih lanjut, guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat itu berharap agar para ketua UKM yang terpilih dapat bekerja untuk memajukan UKM masing-masing dan membanggakan nama besar almamater. “Berbuatlah untuk almamater, kita bekerja bukan untuk pribadi tetapi institusi, kalau Anda besar, kampus kita juga besar,” pungkasnya. M20
Gebrakan Ketua Baru Garda Tipikor PARA mahasiswa berseragam coklat tampak memadati Aula Harifin A. Tumpa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (FH Unhas), Jumat (7/2). Bertemakan “Bersama Mewujudkan Garda Tipikor yang Progresif dan Revolusioner dalam Pencegahan Tindak Pidana Korupsi,” kegiatan pelantikan pengurus organisasi Gerakan Radikal Anti Tindak Pidana Korupsi (Garda Tipikor) berlangsung hikmat dengan dihadiri oleh beberapa pengurus lembaga dari FH Unhas dan Universitas Muslim Indonesia (UMI). Ketua Umum Garda Tipikor,
Reza Revorma Putra Alam yang baru saja terpilih berujar bahwa dipilihnya tema tersebut karena merupakan serapan visi dan misinya sebagai ketua umum yang baru. “Tema kegiatan untuk pelantikan ini berasal dari saya selaku ketua umum, progresif dalam peningkatan kualitas kader-kader garda tipikor serta revolusioner dalam upaya melawan korupsi,” tegasnya. Bagi para pengurus Garda Tipikor sendiri, pelantikan adalah momen yang penting dan sakral. Karena tepat saat pelantikan, para pengurus mengucap sumpah dan sebagai titik awal dalam periode
kepengurusan. Reza mengatakan tidak ada persyaratan khusus yang dibutuhkan untuk menjadi pengurus, kecuali terus berusaha mengembangkan organisasi tersebut ke arah yang lebih baik. Adapun pengurus yang terpilih ialah Reza Revorma Putra Alam sebagai ketua umum, dengan Muh. Asrar Asnal Arifin dan Dhandy Teguh Prasetya HR sebagai wakil ketua satu dan dua. Lalu, Adhelia Pratiwi H sebagai sekretaris umum dan Megumi Juchi Ayu Utami sebagai bendahara umum. M19
IPTEKS
20
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
Metode Pancing, Eliminasi Buta Aksara di Pulau Terluar Pendidikan merupakan jalan emas menuju perbaikan kualitas hidup. Itulah sebabnya muncul pepatah: Belajarlah mulai dari ayunan sampai ke liang lahat.
D
i negara kita, sistem pembelajaran diidentikkan dengan pendidikan formal, mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT). Menjadi pertanyaan, bagaimana jika di suatu tempat tidak ada sekolah untuk mendapatkan pendidikan formal? Seperti daerah-daerah pelosok terpencil, termasuk pulau-pulau luar yang tidak memiliki sekolah. Masalah ini yang juga dialami warga Pulau Lanjukang. Pulau yang hanya dihuni 14 Kepala Keluarga ini merupakan pulau terluar dalam wilayah Makassar. Menginjak pulau ini harus menempuh perjalanan selama tiga jam menggunakan perahu motor
dengan jarak sekitar 40 Km dari Makassar. Itulah penyebab akses keluarmasuk ke pulau ini terbilang sulit. Kurangnya penduduk di pulau itu, terlebih dengan tingkat kehidupan masyarakatnya sebagian besar tergolong kurang mampu, padahal menyewa perahu motor biayanya cukup mahal. Inilah yang membuat anak-anak di pulau itu tidak mendapatkan pendidikan formal dan rata-rata buta huruf, karena tidak ada bangunan sekolah. Melihat fenomena ini, lima mahasiswa Unhas, masing-masing Nur Yanti Pangloli (FIKP 2015), Aisyah Humairah Jibril (FIKP 2015), Andi Risang Qinthar Latunra (FIB 2015), Giovanni Tri Hadi Wibowo Budiardjo (Pertanian
ILUSTRASI/FINSENSIUS T SESA
2015), dan Wildayati Khairiyah Syamsuddin (FIKP 2016), berusaha mencerdaskan warga Pulau Lanjukang dengan membuat suatu metode pendidikan yang mereka sebut Metode Pancing. Mendapat bimbingan Dr Marlina Achmad SPi MSi, kelima mahasiswa tersebut menggunakan Metode Pancing dalam mendidik anak-anak pulau terluar itu, guna mengeliminasi buta aksara. Menurut Nur Yanti selaku ketua kelompok sistem pembelajaran ini, metode tersebut lahir setelah menilik keseharian anak-anak para nelayan yang kebanyakan waktunya dihabiskan di laut. Yanti mengungkapkan, timnya menggunakan media Word Card untuk mengembangkan metode Pancing ini. Word Card yang digunakan berisi huruf yang sesuai dengan awalan kata dari benda yang ditunjuk. “Metode Pancing ini pada dasarnya merupakan cara pembelajaran pengenalan huruf dan belajar membaca. Peserta diajak mengenal huruf lewat memancing. Itulah sebabnya metode ini kami
sebut Metode Pancing,” terang Yanti. Yanti mencotohkan huruf A sebagai huruf awal dari kata AYAM, B untuk kata BUKU, begitulah seterusnya, semua menggunakan huruf awal dari semua kata yang disebutkan. Word Card ini berfungsi untuk melatih kemampuan anakanak dalam menyusun dan mengenal kata. “Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara memancing huruf yang ditempelkan pada ikan mainan. Jadi, kita membuat ikan mainan yang moncongnya ada besi, dimasukkan ke dalam kolam karet. Anakanak nelayan ini memancing menggunakan alat pancing mainan pula, yang ujungnya terdapat magnet,” jelas Yanti. Menurut Yanti, metode ini tergolong unik dan memiliki kelebihan lain karena anakanak bermain sambil belajar membaca dan mengenal huruf. Metode ini dilakukan secara outdoor dan pengajar dengan peserta didik saling berinteraksi. “Peserta didik dituntut menggunakan kecerdasan kinestetik yang mereka miliki. Dengan visualisasi yang
ditampilkan dalam kegiatan metode pancing menjadikan metode ini lebih menarik dan mudah diterima anak-anak usia prasekolah,” terang Yanti. Dalam perjalanannya, penerapan metode ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Kecamatan Sangkarrang, utamanya Lurah Barrang Caddi. Pembelajaran yang dilakukan dalam 10 pertemuan ini nyatanya membawa perubahan yang cukup menggembirakan. Tim peneliti melakukan Post-test dan Pre-test dalam melihat perkembangan peserta. Hasilnya, perkembangan keahlian membaca dan menulis meningkat secara signifikan pada setiap anak. “Kami dari tim ini berharap, semoga sistem ini bisa diterapkan pada anak-anak yang telah bosan melakukan kegiatan belajar membaca dengan metode biasa, khususnya anak-anak pulau yang tidak mengenyam pendidikan formal sehingga buta aksara di usia anak sekolah dapat diatasi,” imbuh Yanti. Nadhira Sidiki
21
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
CERMIN
KRONIK
Menemukan Kebahagiaan
S
aya yakin, semua orang pasti pernah merasa bahagia sesuai dengan versinya masing-masing. Untuk merasa bahagia, kita cukup menemukan sumbernya. Menurut riset Harvard Study of Adult Development yang dilakukan selama 75 tahun, faktor terpenting dalam kebahagiaan sejati adalah bagaimana hubungan kita dengan keluarga, pasangan, dan teman. Mari membaca sepenggal kisah ini: Siang itu sepulang sekolah, Ahmad berjalan kaki ke persimpangan di salah satu sudut kota. Matahari cukup terik, membuat seragam sekolahnya tampak basah oleh keringat. Dari kejauhan, seorang pria paruh baya terlihat sedang tertidur di atas becak lusuhnya. Dengan segera Ahmad menghampiri pria itu yang tak lain adalah Ayahnya. “Ayaaah…!” Pekik Ahmad saat berada tepat di samping kemudi becak. Sontak pria yang tengah terlelap tadi bangun dan menoleh ke arah sumber suara. “Sudah pulang nak?,” tanya sang Ayah. Ahmad hanya membalasanya dengan anggukan. Mereka kemudian pulang, di tengah perjalanan Ahmad tiba-tiba bertanya: “Apakah Ayah bahagia menjalani kehidupan seperti sekarang ini?” Mendengar pertanyaan itu, sang Ayah hanya tersenyum tanpa menjawab dengan sepatah kata pun, bahkan ia tetap sibuk mengayuh becak. Ahmad bingung pertanyaannya tidak dijawab bahkan hingga mereka berdua sampai di rumah. Sang Ayah mendorong becak ke halaman rumah dan bergegas masuk beristirahat. Saat waktu salat Magrib tiba, ia memanggil putra kesayangannya itu. Ia hendak mengajaknya salat berjamaah. Usai salat, Ahmad dan Ayahnya tak beranjak dari sajadah. Ayahnya terlihat menatap dinding rumah, lalu perlahan membuka perbincangan. Ia mencoba menjawab pertanyaan anaknya tadi siang. “Nak, apakah kamu bahagia dengan kehidupan kita sekarang?” Ahmad merasa aneh, pertanyaannya tadi justru dikembalikan kepadanya. Ia memang sering kali merasa iri dengan kehidupan teman sebayanya di sekolah yang dirasanya jauh lebih baik darinya. Temantemannya dapat membeli mainan mahal, pakaian bagus dan makanan enak di kantin sekolah. Tapi disisi lain, ia tetap merasa beruntung dan bersyukur dengan kehidupannya sekarang. Meskipun Ayahnya hanya tukang becak, dirinya masih beruntung dapat makan dengan layak, hidup di tempat yang aman
Oleh : Urwatul Wutsqaa dengan kasih sayang kedua orang tuanya dan masih berkesempatan melanjutkan pendidikan. Suara serak sang Ayah kemudian menyadarkan Ahmad dari lamunannya. “Nak, Ayah merasa bahagia menjalani kehidupan seperti sekarang ini, memang kelihatan sederhana, tapi Ayah sangat bahagia,” ucapnya tulus sambil mendekat lalu membelai kepala sang anak. Setelah terdiam sejenak, Ayahnya kemudian kembali menyambung perkataannya. “Ayah sangat bahagia meskipun hanya menjadi seorang tukang becak. Ayah sangat senang meskipun tinggal di rumah yang sempit. Ayah senang dapat menyaksikan kamu tumbuh menjadi anak yang pintar dan saleh. Ayah senang meskipun harus makan sepiring bertiga bersama kamu dan Ibu mu,” ucapnya dengan suara yang semakin parau. Suaranya kembali keluar. “Kebahagiaan itu berasal dari sini nak,” ucapnya seraya mengarahkan telapak tangannya ke arah dada sang anak. “Kebahagiaan itu tidak dapat diukur dari materi, karena bahagia itu berasal dari hati yang lapang dan senantiasa bersyukur”. Mendengar semua penjelasan itu, Ahmad mendongak menatap sang Ayah, dilihatnya air mata meluncur ke pipi. Ia bangkit dari duduknya lalu memeluk sang Ayah dengan sangat erat, lalu perlahan berkata “Maafkan Ahmad, jika selama ini Ahmad kurang bersyukur, Ayah,” ucapnya lirih. Kisah singkat di atas, setidaknya dapat menjadi cerminan jikalau kita memiliki kebahagiaan hidup masing-masing dan kita tidak perlu mengkopi diri kita menjadi orang lain untuk dapat bahagia. Kebahagiaan sebenarnya bersifat luas. Kita tidak harus hidup di rumah mewah untuk merasa bahagia. Tinggal di rumah sempit seperti keluarga Ahmad pun sudah cukup bahagia luar biasa. Materi bukan satu-satunya tiket untuk
mendapatkan kebahagiaan. Banyak orang dari luar kelihatan sangat bahagia dengan hidupnya karena sepintas kita melihat pada kekayaan dan jabatan yang mereka miliki. Kita tidak pernah tahu apakah mereka benar-benar merasa bahagia. Bahkan kita sering mengecap orang yang hidupnya melarat sebagai orang yang tidak bahagia. Padahal merekalah justru yang paling banyak merasakan kebahagiaan. Mereka menyadari letak kebahagiaan ada pada rasa syukur. Seperti kisah Ahmad tadi yang memperlihatkan bahwa kebahagiaan bersarang di dada manusia. Shawn Anchor, peneliti kebahagiaan dan penulis “The Hapines Advantege” mengatakan, praktik bersyukur dapat meningkatkan energi dan kualitas tidur seseorang. Bahkan bersyukur juga dapat mengurangi depresi dan dapat meningkatkan optimisme dalam hubungan sosial. Shawn Anchor juga mengatakan, mengucapkan terima kasih ke orang lain sekali saja dalam sehari, dapat melatih otak menjadi lebih optimis dan positif. Bahkan dalam ajaran agama Islam, kita dianjurkan memelihara hubungan dengan Sang Pencipta (Hablumminallah), dan menjaga hubungan dengan sesama manusia (Habluminannas). Hubungan dengan Sang Pencipta meliputi menjalankan segala ibadah dan perintah yang menjadi kewajiban setiap makhluk, sedangkan Hablumminannas adalah kaitannya dengan sesama makhluk, termasuk menjaga hubungan baik. Kebahagiaan tidak harus bergantung pada materi dan kondisi sosial. Setiap orang berhak bahagia karena kebahagiaan ada di tangan masing-masing dan saya menciptakan kebahagiaan dengan mensyukuri apa yang telah saya miliki.
S
Ketua BEM Unhas Pertama Kali Ikut Rapat Paripurna MWA
urat keputusan (SK) Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), nomor 6705/ UN4 01/KEP/2019 tentang pengangkatan anggota ex-officio Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas dari unsur mahasiswa pada 27 Desember 2019. SK tersebut menjadi tiket Abdul Fatir Kasim, terlibat pertama kalinya dalam rapat paripurna yang dipimpin langsung Ketua MWA Unhas, Komjen Pol. (purn) Drs Syafruddin, di Ruang Rapat A, Lantai 4, Gedung Rektorat Unhas, Senin (20/1). Adapun peraturan MWA yang dibahas dan disahkan dalam rapat ini yaitu peraturan MWA tentang norma dan tolok ukur kinerja Unhas, dan peraturan MWA tentang kode etik dan pedoman Perilaku Anggota MWA Unhas. Ketika ditanya soal dapat tidaknya mahasiswa mengetahui informasi pembahasan di setiap rapat MWA, Fatir mengatakan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pimpinan Unhas. “Saya juga membicarakan hal ini ke pimpinan (red: informasi pembahasan di rapat MWA), mana yang bisa kita sampaikan dan mana yang sifatnya internal,” jelas Fatir ketika diwawancara langsung, Selasa (21/01). Adanya perwakilan satu orang dari unsur mahasiswa, menjadikan MWA Unhas kini memenuhi syarat Statuta Unhas. Sebelumnya, anggota MWA Unhas terdiri atas 18 orang yang terdiri atas unsur masyarakat tiga orang, unsur dosen delapan orang, unsur tenaga kependidikan dua orang, dan unsur ex-officio lima
orang. Walaupun pengangkatannya sebagai anggota MWA terbilang agak lambat, Fatir sapaan akrab Ketua BEM Unhas, tetap mengaggapnya sebagai peluang besar. Berada di tengah-tengah pimpinan Unhas dan seluruh unsur MWA, Fatir memanfaatkan partisipasi perdananya memperkenalkan diri, sekaligus mempertegas kehadirannya untuk mengawal kebijakan dan memperjuangkan aspirasi mahasiswa Unhas. Mahasiswa angkatan 2014 ini mengaku telah mempersiapkaan diri mengikuti rapat jauh hari sebelumnya. Fatir menyampaikan, ke depan ia akan lebih memanfaatkan kesempatan di luar rapat untuk berkoordinasi dengan unsur MWA, termasuk melakukan diskusi ringan soal kondisi mahasiswa saat ini. Fatir berharap, kehadirannya ditengah-tengah MWA dapat mengawal kebijakan kampus bukan dianggap formalitas belaka saja, seperti yang selama ini dikhawatirkan pegiat lembaga di Unhas. Mahasiswa Fakultas Teknik ini juga menginginkan pimpinan Unhas dapat lebih terbuka, utamanya kebijakan terkait Unhas. Menurut Fatir, nada-nada protes dari mahasiswa justru muncul karena kurangnya keterbukaan dari pimpinan. “Saya berharap, kehadiran saya tidak dianggap sebagai formalitas mengisi MWA, tapi betul-betul substansiaonal forum. Dalam artian bahwa ketika ada aspirasinya mahasiswa, kita coba bantu untuk realisasikan,” pungkasnya. M13
Penulis merupakan Koordinator Liputan PK identitas Unhas 2020 Mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya, Angkatan 2016.
ISTIMEWA
Rapat: Ketua BEM Universitas Hasanuddin, Abdul Fatir Kadir pertama kali terlibat dalam Rapat Paripurna MWA di Ruang Rapat A, Lt. 4, Gedung Rektorat Unhas, Senin (20/1/20).
5
TIPS
22
D
Tempat Diskusi Terfavorit di Unhas
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
ILUSTRASI/FINSENSIUS T SESA
i Universitas Hasanuddin terdapat 35 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), 16 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan terbagi lagi atas beberapa himpunan dan UKM di bawah pengawasan BEM
Fakultas. Dengan jumlah lembaga mahasiswa yang begitu banyak, tentu sebanding dengan kegiatan yang diselenggarakan setiap harinya. Entah itu diskusi buku atau rapat untuk merancang kegiatan berdasarkan program kerja. Berbicara mengenai diskusi atau rapat, pastinya membutuhkan tempat untuk membuat forum yang nyaman dan bisa
menampung banyak peserta. Di Unhas sendiri terdapat banyak ruang terbuka yang dapat dijadikan tempat berdiskusi, tempat-tempat itu dapat ditemukan hampir di setiap sudut kampus. Di antara sekian banyak tempat diskusi, ternyata ada beberapa tempat yang menjadi langganan mahasiswa. Saking populernya tempat diskusi ini, tempatnya nyaris tidak pernah terlihat sepi. Kalian penasaran di mana saja tempat favorit itu? Berikut kami sajikan lima daftarnya:
1. Taman Teras Unhas Tempat yang pertama ini pasti tidak asing lagi di telinga kita. Yup! Taman yang biasa disebut Taman Teras Unhas ini berada di Pintu Satu Unhas. Pada sore hari, tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh mahasiswa dan pengunjung dari luar. Selain menjadi tempat tongkrongan dan berpose ria, tempat ini juga sangat cocok untuk berdiskusi santai sembari menikmati rindangnya pepohonan. Jika kalian membutuhkan tempat outdoor yang nyaman untuk diskusi atau sekadar mengerjakan tugas, tempat ini bisa menjadi pilihan yang tepat. Seperti yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kehutanan Unhas, Ardianti. Selain untuk mengerjakan tugas, Ia juga terkadang mendatangi tempat ini untuk berdiskusi bersama temannya. Menurut Ardianti, suasana adem yang ditawarkan di taman tersebut menjadikannya betah berlama-lama berada di sana. Sayangnya, tempat ini bukan pilihan yang tepat ketika hujan turun.
2. Lantai Dasar Gedung Ipteks Tidak jauh dari lokasi pertama, tempat kedua berada di belakang Gedung Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata (P2KKN) Unhas, yaitu Gedung Ipteks. Meskipun letaknya sedikit terpencil, gedung tersebut selalu ramai digunakan oleh mahasiswa. Tempat ini cukup luas dan sangat cocok untuk berdiskusi baik dalam forum yang kecil, maupun forum yang besar. Ketika mengunjungi tempat ini, kita akan mendapati beberapa forum diskusi kecil yang berasal dari berbagai lembaga, baik lembaga dalam kampus maupun dari luar kampus.
3. Taman Pascasajana Terletak di depan Kandang Rusa, tempat ini tak kalah ramainnya dengan kedua tempat sebelumnya. Taman ini dikelilingi pepohonan besar, dan terdapat gazebo dan beton melingar untuk berdiskusi. Tempat ini paling sering dikunjungi oleh mahasiswa agrokomplek, yaitu: Fakultas Peternakan, Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dan Fakultas Kehutanan. Adnur Cahyu Fatima, Mahasiswa Fakultas Perikanan mengatakan, untuk diskusi dan menerima materi di sini sangat nyaman dan tidak membosankan. “Di sini sangat nyaman dan tidak membosankan, nyaman terima materi, berbeda dengan di dalam kelas,� terangnya (9/2).
4. Pelataran Baruga A.P Petterani Gedung yang digunakan sebagai tempat pelepasan mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikanya, ternyata juga nyaman digunakan sebagai tempat diskusi. Bukan di auditoriumnya, melainkan di pelataran. Tempat ini paling sering digunakan oleh mahasiswa Sosial Politik (Sospol). Maklum saja, jaraknya begitu dekat dengan sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa atau Himpunan Mahasiswa. Ketua Himpunan Ilmu Politik, Musran, mengatakan tempat tersebut cukup efektif untuk duduk melingkar, apalagi masa pengaderan seperti sekarang. Selain itu, tempat tersebut tetap aman digunakan meski hujan.
5. Ampliteater Tak ketinggalan nih, walaupun jauh dari pusat pendidikan Unhas, Fakultas yang berada di Kabupaten Gowa juga memiliki tempat diskusi, yaitu di Ampliteater. Tempat yang berada di depan Gedung Arsitektur dan Class Room ini juga sering dijadikan tempat menyambut mahasiwa baru. Hasrudin, Mahasiswa Teknik Perkapalan, mengatakan tempat ini nyaman digunakan sebagai tempat diskusi karena terdapat banyak pohon yang rindang dan bunga yang tertata rapi.ď Ž Santi Kartini
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
AKADEMIKA
Tapak Tilas Dunia Digital di Kampus Merah
P
erkembangan teknologi sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah teknologi komputer yang berkolaborasi apik dengan jaringan, mampu menggiring manusia untuk menciptakan gaya hidup baru bernama digital. Hadirnya telepon genggam juga menjadi faktor utama berkembang pesatnya gaya hidup digital ini. Universitas Hasanuddin (Unhas) sebagai pusat pergembangan ilmu pengetahuan sudah sepatutnya mengikuti kemajuan teknologi yang ada. Hal ini juga berhubungan dengan kebutuhan Unhas terhadap digitalisasi informasi, mengingat banyak hal yang harus didata dengan baik. Dilansir dari Bundel identitas Edisi Awal Februari 2004, saat itu Unhas telah memasuki pintu gerbang digitalisasi informasi dengan melakukan beberapa upaya, antara lain: pengadaan website resmi Unhas, layanan teleconference, layanan informasi berbasis telepon genggam, jaringan lokal kampus, dan mencanangkan Sistem Informasi Akademik (SIAKAD). Untuk mengetahui lebih lanjut seperti apa sistem digitalisasi informasi di awal masuknya ke Unhas, Litbang Data identitas menyajikannya dalam bentuk berikut.
Website Website resmi Unhas, www.unhas. ac.id ternyata sudah eksis sejak tahun 2004 lalu. Lewat website ini, Unhas memberikan informasi tentang akademik, dosen, mahasiswa, dan fasilitas kepada para penggunanya. Kuliah Jarak Jauh (teleconference) Selain website resmi, Unhas juga mempunyai sistem informasi menarik. Sistem tersebut bernama teleconference. Di bawah pimpinan Prof Dr Ir Radi A Gany, Unhas menggandeng perusahaan telekomunikasi seperti Indosat untuk menyediakan layanan teleconference yang digunakan untuk kuliah jarak jauh. Melancarkan layanan tersebut, berbagai perangkat khusus disediakan seperti ruang khusus, komputer, serta kamera yang dapat menerjemahkan video image dan suara analog menjadi sinyal digital. Teknologi audio visual ini diketahui sudah digunakan sejak tahun 2003 oleh Program Pasca Sarjana. Setelah sukses mengembangkan teknologi teleconference, Pusat
Syahrir Makkuradde, Wartawan Senior yang Bercita-cita Jadi Tentara
H
BUNDEL TAHUN 2004
Informasi Unhas (PIU) sebagai unit khusus untuk menangani sistem informasi di Kampus Merah, berencana untuk membangun sebuah sistem kuliah berbasis website. Dimana website ini menyediakan berbagai modul bahkan kuliah bagi penggunanya. Mereka juga bisa berkonsultasi dengan dosen melalui mailing list. Layanan Informasi Berbasis Telepon Genggam Selain itu, Unhas juga telah mempunyai layanan informasi berbasis telepon genggam menggunakan teknologi Phone Automatic Box (PABX). Mesin penjawab otomatis akan terdengar begitu pertama kali menghubungi nomor khusus. Namun, setelah berjalan hampir kurang lebih satu tahun, layanan ini tidak berjalan mulus. Berbagai kendala dirasakan, seperti informasi yang disajikan oleh layanan ini tidaklah up to date bagi pelanggannya. Hal ini disebabkan oleh lambatnya penyetoran data oleh fakultas kepada pihak PIU sebagai pusat data. Local Area Network (LAN) Di bawah tanggung jawab PIU, pengadaan sistem jaringan komputer bernama LAN, yang dapat menghubungkan universitas dengan seluruh fakultas sedang diupayakan untuk terealisasikan saat itu. Sebagai langkah strategis, PIU langsung memetamorfosis dirinya menjadi tiga divisi. Divisi pertama mengurus persoalan software dan sistem operasi. Divisi kedua mengurus hardware dan jaringan, dan divisi ketiga, mengurus pengadaan pelatihan untuk sivitas akademika Unhas. Meski pemasangan LAN telah dilakukan secara bertahap mulai dari tahun 1994 hingga pemasangan terakhirnya tahun 1998, perkembangan sistem jaringan itu tergolong lambat dan pernah mengalami kerusakan saat uji coba. Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) Berbagai upaya dilakukan Unhas untuk mendukung proses peningkatan layanan pendidikan. Misalnya saja, Unhas membuat suatu sistem informasi digital yang dinamakan SIAKAD. Sistem inilah yang menjadi pemenuh kebutuhan sivitas akademika, khususnya mahasiswa Unhas terhadap informasi kurikulum, mata kuliah, jadwal
23
BUNDEL
kuliah, jadwal ujian, dan ruangan. Selain memberikan informasi, sistem ini juga akan menyediakan fasilitas untuk mengisi Kartu Rencana Studi, mengakses Kartu Hasil Studi, Transkrip Nilai, dan registrasi mahasiswa tiap semester. Seiring berjalannya waktu, SIAKAD kemudian digantikan oleh Portal Akademik. Tidak banyak perubahan, fungsi yang ditawarkan oleh Portal Akademik masih relatif sama dengan SIAKAD. Menjadi andalan seluruh civitas akademika Unhas selama satu dekade terakhir, Portal Akademik menemui masalahnya di pertengahan tahun 2019. Masalah ini membuat geger satu universitas karena registrasi mahasiswa untuk semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 menjadi terhambat. Dilansir dari identitasunhas.com, Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi (DSTI) Unhas saat itu, Dr Eng Muhammad Niswar ST M IT, mengatakan gangguan terjadi pada portal disebabkan oleh berlebihnya jumlah mahasiswa yang mengakses laman tersebut. Oleh karena itu, Niswar bersama timnya kemudian mengembangkan sistem baru yang dinamakan neosia.unhas.ac.id selama enam bulan lamanya. Kini portal baru tersebut sudah resmi digunakan sejak registrasi mahasiswa semester genap tahun ajaran 2019/2020. Learning Management System (LMS) Pada tahun 2008, Unhas mewujudkan cita-citanya membangun sebuah sistem kuliah berbasis website. Sistem ini dikenal dengan istilah LMS. Hadirnya LMS di Kampus Merah merupakan hasil kerja keras Unhas memenangkan hibah kompetisi Indonesian Higher Education Network (Inherent) pada tahun 2006 silam. Penerapan LMS juga tidak lepas dari peran Dosen Sastra Asia Barat, Yusring Sanusi Baso SS MApp Ling, dalam mengembangkan sistem tersebut. Sama halnya dengan Portal Akademik, seiring berjalannya waktu, LMS juga mengalami kerusakan server. Karena masalah tersebut, pada tahun 2019, LMS dimodifikasi menjadi sistem baru yang dikenal dengan nama Sistem Kelola Pembelajaran (Sikola) dan telah digunakan hingga sekarang. Putri Firsati Ronia
aji Andi Syahrir Makkuradde. Na-manya tidak asing bagi wartawan Makassar, khususnya era 70-an. Dikenal baik sebagai wartawan senior dan anggota Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sul-Sel, melalui rentetan peristiwa jatuh-bangun yang tercatat dalam sejarah. Berikut kisahnya: Seperti diketahui, Syahrir dikenal sebagai sosok yang tak pernah menyangka takdir akan membawanya jauh dari apa yang pernah dicita-citakannya. Sejak kecil, ia bermimpi menjadi tentara. Pengalaman empirisnya menyaksikan tebaran ketakutan di manamana, melihat sekelompok prajurit berbaju loreng berlatih untuk membela negara terpatri dalam hatinya agar bisa bergabung dengan mereka. Waktu bergulir, membawa lelaki kelahiran Bone 10 Januari 1946 ini meninggalkan kampung halamannya menuju Kota Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Menamatkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA), lalu menuju Kota Makassar, kuliah di Akademi Maritim selama tiga tahun lamanya. Kendati kemudian, takdir tidak juga membawanya menjadi tentara. Ia malah masuk ke dunia jurnalistik. “Kak Syahrir tidak pernah menyangka akan terjun terlalu dalam di dunia jurnalistik, impian kecilnya tak pernah terbesit demikian. Lantaran terlahir di situasi labil kemerdekaan era 40-an, Syahrir kecil terpaksa hijrah meninggalkan Bone menuju Sengkang,” tulis M Dahlan Abubakar, Dosen Unhas yang cukup mengenal wartawan senior itu, di website Tribun Timur. Syahrir terjun ke dunia jurnalistik bermula setelah bergabung Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Tak hanya itu, di sana ia menerbitkan koran mingguan bernama Koran Mahasiswa (KAMI). Koran ini pulalah mengantarnya menjadi peserta diklat jurnalistik nasional di Jakarta waktu itu. “Bahkan dalam suatu lomba penulisan tingkat nasional, pria pendiam ini berhasil menyabet juara III,” tulis Dahlan. Ayah dari dua orang anak ini terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Unhas pada tahun 1973. Ketika itu pasca pemilu I Orde Baru sedang memanas, ia pun
terbawa arus politik. Berbagai gerakan dimasukinya demi memperjuangkan nasib bangsa. Pada peristiwa 15 Januari 1974 (Malari) pecah, mantan Ketua Badan Komisi Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia Timur ini beserta sembilan rekannya ditangkap dan ditahan pemerintah, karena dituduh terlibat dalam peristiwa tersebut. Ia pun dibebaskan delapan bulan kemudian. Namun lepas dari penjara, masih menjadi incaran para intel. Statusnya sebagai mahasiswa sekaligus wartawan, seringkali membuat penguasa merasa tak nyaman. Pemerintah pun membatasi gerakan mahasiswa dengan melarang mendirikan media di luar kampus, bahkan di dalam kampus pun media diawasi. Syahrir merasa terjepit akhirnya bergerilya di Dewan Mahasiswa (Dema) Unhas. Di Dema, suami Andi Tappa ini menjabat sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa. Ia lalu diberi mandat bersama beberapa rekannya menerbitkan koran kampus. Hingga terlahirlah Penerbitan Kampus Identitas Unhas pada bulan Desember 1974 yang dipimpin Anwar Arifin. “Di identitas, Syahrir belajar arif dan menyesuaikan diri dengan lingkungan intelektual. Bersama Anwar Arifin, berjuang menerbitkan koran kampus yang masih bertahan hingga saat ini,” tulis M Dahlan Abubakar dalam karyanya. Pada tahun 1979, Syahrir lalu diterima di Koran Tempo. Di situlah Alumnus Fakultas Hukum Unhas ini memulai pertarungan barunya sebagai wartawan professional. Dalam dunia kewartawanan, ia bukan hanya sekadar jusnalis, tetapi juga sebagai penulis yang memaparkan sesuatu dengan latar yang besar dan detail. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1980-an, Syahrir diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil di Unhas. Namun pada akhirnya ia melepaskan diri dari CPNS itu lantaran jadwalnya yang kian padat dan merasa tidak enak hati ketika diberi gaji sementara tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Pada 2016 tepatnya tanggal 30 November, penyakit paru-paru basah menjangkit tubuhnya, hingga menyebakan ia dalam keadaan kritis, ia lalu dilarikan ke Rumah Sakit Unhas hingga akhirnya menutup usia. Santi Kartini
24
LINTAS
identitas
NO. 909, TAHUN XLVI, EDISI FEBRUARI 2020
Menjemput Silver Medali di Negeri Gajah Putih Oleh : Andi Ashabul KahďŹ
M
elalui email ketua tim, pihak National Research Council of Thailand (NRCT) menyatakan kami lolos mengikuti kegiatan Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation, and Technology Expo (IPITEx 2020), yang dilaksanakan di Bangkok International Trade and Exhibition Centre (BITEC) pada 2-6 Februari 2020. Kami lalu mempersiapkan segala kebutuhan sebelum keberangkatan. Mulai dari pengurusan paspor, produk yang akan kami presentasikan, hingga mengurus proposal pendanaan. Pertengahan bulan Januari, pemberitaan mengenai wabah Virus Corona yang telah berstatus kondisi darurat global membuat kami cemas dan was-was. Keputusan untuk membeli tiket pun kami pertimbangkan dengan matang sebelum menetapkan tetap berangkat atau membuyarkan mimpi. Apalagi Thailand menjadi salah satu negara tertinggi yang terdampak wabah Virus Corona. Pada akhirnya, kami bulatkan keputusan untuk tetap berangkat dengan penerbangan lebih awal dari tanggal pelaksanaan, yakni berangkat pada Jumat, 31 Januari 2020. Upaya pencegahan kami persiapkan, masker dan penguat antibodi. Tak lupa hand sanitizer dari alkohol yang rencananya akan kami pakai setiap selesai berkegiatan.
Tiba di Bandara Internasional Dong Mueang, Bangkok, Thailand, Kami menyelesaikan urusan administrasi imigrasi terlebih dahulu. Berhubung tim yang lain belum datang, kami beristirahat sejenak. Setelah menunggu sekitar empat jam lamanya, kami pun bersama-sama berangkat menuju apartemen yang terletak di Sukhumvit, Bangkok. Pukul satu dini hari kami tiba di 101 Apartemen. Pemiliknya seorang etnis Cina yang berbisnis di Thailand. Kami disambut dengan baik. Pemilik apartemen tidak fasih berbahasa Inggris, beruntungnya ia memiliki anak yang lancar bahasa Inggris. Kami sempat memiliki masalah dengan pemilik apartemen terkait jumlah kamar dan biaya penginapan. Betapa tidak, kami diberikan dua kamar yang sebenarnya satu ruangan bisa ditempati sepuluh orang. Lobi alot, berbuah hasil. Pemiliknya juga setuju dengan harga penginapan sebesar 12.000 bath atau sekitar 6 juta rupiah selama seminggu. Esok harinya, kami berjalan kaki ke gedung BITEC untuk mempersiapkan pameran dan presentasi inovasi produk untuk dua hari ke depan. Pada kesempatan lain, aku berkeliling mengunjungi booth dari peserta lain. Satu yang kupelajari, usia tak membatasi kreativitas dalam berkarya. Ide yang sempat terpikir olehku dibuat menjadi sebuah produk oleh pelajar
berusia delapan tahun. Setelah dua hari itu, kami berkesempatan mengunjungi berbagai destinasi wisata di Bangkok. Kami menjelajahi Wat Arun, Pratunam Market, Shukumvit, dan Chatuchak Weekend Market. Setelah sepekan berada di Bangkok, tepatnya sehari setelah pengumuman dari pihak NRCT yang menyatakan kami berhak membawa pulang Silver Medal. Tibalah di penghujung pengalaman pertama berada di luar negeri. Sebelum berangkat ke bandara Internasional Dong Mueang. Kami berpamitan dengan pemilik apartemen yang telah memberikan kami sedikit keringanan biaya penginapan dan pelajaran berharga dari cara melobi biaya penginapan. Selepas salat Jumat, kami berangkat kembali ke tanah air. Tapi, ada yang unik sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta. Kekhawatiran akan Virus Corona belum usai. Kami diperiksa dengan ketat oleh tim kesehatan melalui Posko Siaga Monitoring Waspada wabah Virus Corona yang dikhususkan menangani penumpang dari negara yang terjangkit wabah Virus Corona. Monitoring ini dilakukan usai World Health Organization (WHO) menyatakan kondisi darurat global. Upaya pemeriksaan dilakukan PT. Angkasa Pura dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kementerian Kesehatan melalui
DOKUMENTASI PRIBADI
pemantauan dengan thermal scanner, surveillance syndrome, melengkapi personil bandara dengan Thermo Gun, dan menyediakan lebih banyak hand sanitizer di terminal penumpang pesawat. Selain itu, saat pemeriksaan langsung oleh petugas. Kami diwajibkan mengisi selebaran yang berisi identitas diri dan keluhan selama berada di Thailand hingga tiba kembali di tanah air. Setelah mengisi, selebaran itu kemudian dibagi dua. Satu untuk petugas dan satu lagi untuk penumpang kalau sewaktu-waktu merasakan kesakitan sesuai yang tertera dalam Health Alert Card. Waktu menunjukkan pukul satu
dini hari. Kami terbangun dari tidur setelah lampu pesawat kembali dinyalakan dan suara awak kabin kembali terdengar, pesawat yang kami tumpangi akan landing. Perjalanan ke luar negeri telah usai. Banyak cerita dan pelajaran yang terukir. Rasa syukur tak hentinya kepada Allah Subhanawataala. Rasa terima kasih kepada orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah mendukung hingga cerita dalam tulisan ini bisa terangkai. ď Ž Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi, FEB Unhas, Angkatan 2016.