Edisi Februari 2021 PK identitas Unhas

Page 1

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

Riset Merana di Kampus Merah

Civitas Dilema Kuliah Malam Lanjut hal 5 Laporan Utama Pandemi Melanda, Peneliti Gundah Lanjut hal 11 Opini Hilangnya Makna Intelektual Lanjut hal 4

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021


DARI REDAKSI

2 TAJUK

KARIKATUR

KOSAKATA

Kewajiban Dosen Butuh Revisi KEGIATAN penelitian merupakan titah dari tri darma perguruan tinggi, melalui riset-riset yang dilakukan. Kampus dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berdaya guna bagi dosen dalam jenjang karier dan menyampaikan bahan ajar yang up to date. Melansir dari theconversation yang terbit Agustus 2020, berdasarkan Science and Technology Index (SINTA) keluaran Kementerian Riset dan Teknologi, jumlah dosen yang telah memublikasikan artikel ilmiah mencapai sekitar 200 ribu orang. Sedangkan dosen dan peneliti di Indonesia yang tercatat di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan totalnya lebih dari 305 orang. Angka tersebut menunjukkan sepertiga peneliti belum memublikasikan artikel ilmiahnya. Ya, tentu menjadi momok tersendiri bagi perguruan tinggi dan harapan pembangunan suatu bangsa melalui riset-risetnya. Tentunya semua dosen ingin melakukan penelitian, namun beberapa dari mereka terkendala. Kerumitan situasi pandemi Covid-19 menjadi salah satu rintangan. Keterampilan membagi porsi mengajar, meneliti dan mengabdi merupakan masalah yang belum terselesaikan. Kemampuan dosen untuk beradaftasi mutlak diperlukan. Sambil dosen sibuk membagi waktunya, dibutuhkan inisiatif dari lembaga perguruan tinggi untuk memperbaiki, misalnya seberapa persen dosen harus mengajar, meneliti dan melakukan pengabdian masyarakat. Sebab dosen bukanlah dewa yang bisa melakukan banyak hal. Namun, sejauh ini beban teramat sangat untuk mengajar, bertanggung jawab membuat materi perkuliahan, dituntut mempunyai metode pembelajaran. Sehingga meneliti menjadi bukan soal prioritas atau kewajiban, melainkan beban sebagai dosen. Tanpa harus menawar lagi, kampus harus memberikan perhatian bagi tenaga kependidikan demi terselenggaranya tri darma perguruan tinggi yang seharusnya.

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

Wanodya : gadis remaja Ugahari : sedang, pertengahan Trengginas: lincah dan terampil Karsa: kehendak ILUSTRASI/ILMA NURFAHMI

Kanigara: bunga matahari Puspas : campur aduk Pendar: cahaya yang

SURAT DARI REDAKSI

menyebar Ranum: matang Nuraga: simpati Nirwana: surga Adarusa : orang yang pinjam sesuatu tapi enggan mengembalikan Lengkara: mustahil IDENTITAS/NUR AINUN AFIAH

Pracetak: Kru dan magang tengah mengoreksi naskah cetak sebelum diterbitkan, Jumat (19/2). Selain dilakukan bersama di meja redaksi, ada pula yang mengoreksi via daring.

Tak Terduga Ketangguhan adalah tantangan mampu mengatasi hal-hal yang tak terduga. Keberlanjutan adalah tentang kelangsungan hidup. Tujuan ketangguhan adalah berkembang – Jamais Cascio

A

lhamdulillah, kembali lagi bersua bersama pembaca setia identitas di edisi Februari ini. Kami akan tetap hadir disetiap bulannya, meskipun banyak hal tak terduga terjadi di luar rencana meja redaksi. Beberapa dari kami mengundurkan diri dan meninggalkan tanggung jawab sebagai aktor dalam menerbitkan produk jurnalis. Namun, itu bukanlah masalah baru yang mesti direnungi berlarut-larut.

Saling merangkul dan menguatkan satu sama lain menjadi kunci utama ketangguhan identitas sejak dulu, kini dan nanti. Pada edisi kali ini, kami menyajikan Laporan Utama mengenai partisipasi dosen dalam melakukan penelitian dan pengabdian. Ada pula civitas pemindahan jadwal kuliah online dan pemberian bantuan kepada mahasiswa korban bencana gempa Sulawesi Barat. Selamat membaca!

Incut : bengkok Abandonemen: keadaan tertinggal atau terbuang Acakadut: tidak tertata sembarangan Adika: lebih baik Kama: cinta Sundari: perempuan cantik Amsal: umpama perempamaan

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu Anggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi  Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Wandi Janwar Koordinator Liputan: Urwatul Wutsqaa Litbang SDM: Arisal Litbang Online: Sri Hadriana Litbang Data: Hafis Dwi Fernando Staf Penyunting: Andi Ningsi, Ayu Lestari, Khintan, Fatyan Aulivia, Fitri Ramadhani Fotografer: Santi Kartini Artistik dan Tata Letak: Alfianny Maulina (tidak aktif), Badaria Iklan/Promosi: Muh. Irfan (tidak aktif) Reporter: Muh. Syahrir (tidak aktif), Melika Nur Jihan (tidak aktif) Tim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa  Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com Tarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Februari 2021 Ilustrasi : Finsensius T Sesa Layouter : Annur Nadia F. Denanda


WANSUS

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

3

Adi Maulana:

Mitigasi Bencana Harus Dimulai Sejak Usia Dini

IDENTITAS/ARISAL

Nama : Prof Dr Eng Ir Adi Maulana ST M Phil Tanggal Lahir : 28 April 1980 Pendidikan: S1 Teknik Geologi Universitas Hasanuddin (1997-2002) S2 Australian National University (Canberra, Australia) (2007-2009) S3 Kyushu University (Fukuoka, Jepang) (2010-2013)

G

empa bumi yang terjadi di pertengahan Januari lalu di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat meruntuhkan sejumlah infrastruktur, mulai dari rumah masyarakat hingga fasilitas umum lainnya. Tak hanya gempa bumi, banjir bandang terjadi pula di Kalimantan Selatan. Kedua bencana alam tersebut mengakibatkan kerugian harta benda dan korban ratusan jiwa. Namun, fenomena alam ini tak hanya sekali terjadi, tapi hampir setiap tahun di beberapa wilayah Indonesia. Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan

empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kondisi tersebut sangat berpotensi terjadinya bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Dengan wilayah Indonesia yang rawan bencana tersebut, lantas bagaimana masyarakat menangani resiko bencana? Berikut kutipan wawancara reporter identitas Nur Ainun Afiah bersama Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Unhas, Prof Dr Eng Ir Adi Maulana ST M Phil melalui telepon, Kamis (21/1).

Bagaimana Anda melihat bencana alam di Indonesia? Potensi terjadi bencana di Indonesia sangat tinggi. Bisa dibayangkan tahun 2020 telah terjadi 2.925 kejadian bencana alam. Artinya dalam sehari itu delapan kali terjadi bencana, sekitar 56 kali dalam seminggu, dan sekitar 240 kali dalam sebulan. Dari tahun ke tahun angka tersebut naik 5-10 persen berdasarkan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB). Sehingga Indonesia harus mempunyai penanganan kebencanaan yang terbaik, karena sudah menjadi ‘makanan’ seharihari kita. Namun, kenyataanya penanganannya sangat jauh dari standar. Mengapa hal tersebut belum maksimal? Literasi potensi bencana yang ada di masyarakat sangat rendah.

Seharusnya penduduk sudah tahu peristiwa alam yang akan terjadi di daerah masing-masing, sehingga perilaku ke depan seperti membangun rumah, kantor pemerintah dan hotel menyesuaikan kondisi daerah tersebut. Daerah yang rawan gempa tidak boleh sama struktur gedungnya dengan lokasi yang tidak ada gempa. Selain itu, penting juga memahami sejarah bencana yang pernah terjadi di wilayah tersebut, sebab wilayah yang pernah terjadi bencana berpotensi terjadi kembali. Selain itu, apa yang perlu diperhatikan lagi baik masyarakat maupun pemerintah? Masyarakat Indonesia tidak menjadikan bencana sebagai salah satu hal yang penting dalam tata kelola kehidupan. Sehingga dibutuhkan political will dari pemerintah dan menjadikan bencana sebagai salah satu faktor yang penting dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk membangun suatu kota atau daerah. Seperti pembangunan rumah dari kayu dan bambu, disarankan untuk daerah rawan gempa, karena bahanya yang elastis sehingga tidak mudah roboh. Kalaupun ingin membangun seperti gedung, struktur pondasi harus kuat, serta mengetahui takaran semen dan besar tulangan besi yang akan digunakan. Kemudian juga harus menciptakan generasi yang tanggap bencana melalui pendidikan formal. Hal ini memang sudah terlambat, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Pendidikan seperti apa yang Anda maksud, sehingga bisa diterapkan di Indonesia? Seperti di Jepang, kurikulum dari tingkat taman kanakkanak sampai perguruan tinggi membahas daerah yang rawan bencana, jenis bencana, cara melakukan mitigasi, dan evakuasi. Negeri matahari terbit ini dalam enam bulan sekali melakukan pelatihan pengungsian bila terjadi bencana alam. Mereka juga

mempelajari segitiga kehidupan, di mana terdapat dinding dan lemari yang dimiringkan lalu bersembunyi ruang kosong tersebut. Hal tersebut menjadi salah satu upaya melindungi diri dari langit-langit yang akan runtuh. Indonesia belum seperti ini karena mengajarkan “Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi” atau negeri yang sangat sejahtera. Padahal, disamping kita kaya dengan sumber daya alam, juga berpotensi bencana alam yang sangat tinggi di dunia. Lalu, bagaimana dengan Unhas sendiri sebagai salah satu tempat pendidikan formal? Unhas sudah cukup baik, karena memiliki Pusat Studi Kebencanaan yang bekerja sama dengan beberapa instansi untuk menerapkan mitigasi kebencanaan. Seperti kolaborasi dengan P2KKN dan pemerintah provinsi untuk melakukan KKN Tematik Kebencanaan. Program kerja utama KKN ini yakni menanam pohon, yang diharapkan banjir di Makassar berkurang. Selain itu, Pusat Studi Kebencanaan Unhas juga terus melakukan sosialisasi, edukasi, seminar, membuka jasa konsultasi pada pemerintah, masyarakat, bidang usaha, pers untuk membagi ilmu tentang isu kebencanaan. Sehingga informasi dapat menyebar luas dan tercipta masyarakat yang tanggap bencana. Apa harapan Anda mengenai mitigasi bencana ke depannya? Pemerintah sudah harus menjadikan isu kebencanaan sebagai muatan kurikulum atau pendidikan formal sehingga diharapkan akan terbentuk suatu generasi yang tangguh dan tanggap. Indonesia juga diharap dapat menjadi salah satu negara dengan teknologi yang paling maju di dunia karena memiliki laboratorium alam dan laboratorium bencana, sehingga kita dapat mempelajari bencana yang terjadi di sekitar kita.


OPINI

4

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

Hilangnya Makna Intelektual

P

enyematan Gelar Doctor Honoris Causa (DHC) pada Nurdin Halid oleh salah satu universitas di Indonesia memicu perdebatan di kalangan akademisi. Gelar kehormatan ini ditujukan pada mereka yang umumnya memiliki peran dan fungsi intelektual. Nurdin Halid bukanlah yang pertama kali, sudah banyak politikus maupun tokoh masyarakat yang turut diberikan gelar tersebut. Pemberian gelar ini sebenarnya tidak proporsional, mengingat pengalaman dan kesan yang diberikan tidak mencirikan apa itu “Intelektual.” Dalam wawancara Luthfi T. Dzulfikar bersama beberapa dosen pendukung gerakan mahasiswa dua tahun lalu yang dimuat di The Conversation, memperlihatkan betapa sempitnya makna intelektual yang selama ini dipahami oleh kebanyakan orang. Lantas, seperti apakah makna sejati dari intelektual? Apakah makna intelektual yang diamini hari ini sudah sesuai dengan landasan luhur yang mengafirmasi prinsip-prinsip emansipasi, humanis, dan usaha membumikan ilmu pengetahuan?. Perkembangan zaman pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari mereka yang terdidik. Banyak peristiwa maupun dinamika kehidupan masyarakat, dimulai dari pengaruh kaum yang tercerahkan, memposisikan diri sebagai aktor hingga merancang segala maklumat perubahan layaknya seorang konseptor.

IDENTITAS/ DWI ARINI ARDAT

Paradigma mengenai siapakah yang pantas disematkan sebagai intelektual itu seakan memiliki jawaban dan penafsiran yang berbeda-beda setiap zaman. Seperti masa abad pertengahan, di benua Eropa, intelektual umumnya sangat erat dan dekat dengan para rohaniawan dan pelajar teologi. Dalam buku Kees Bertens berjudul “Ringkasan Sejarah Filsafat” (2011) menjelaskan salah satunya didorong oleh menjamurnya fakultas teologi, yang tidak bisa dilepaskan oleh tokoh pengeraknya. Sebut saja Thomas Aquinas seorang filsuf rohaniawan memiliki pengaruh yang besar pada pergolakan sosialpolitik di Eropa. Penggunaan istilah intelektual selama ini didominasi oleh para agamawan berangsur-angsur tergantikan seiring berkembangnya rasionalitas dan semangat pencerahan di Eropa. Posisi intelektual kemudian melekat bagi mereka di kampus dan mengembangkan pemikirannya di luar institusi pendidikan, seperti Comte, Marx, dan sebagainya. Mereka memiliki semangat modernitas, kecintaan terhadap sains, dan juga penolakan terhadap metafisika abad pertengahan. Perkembangan makna dan paradigma intelektual meluas melewati batas-batas teritorial, bukan lagi soal dominasi barat, melainkan munculnya kaum terdidik di “dunia ketiga”. Negara-negara yang akrab dengan berbagai revolusi (kemerdekaan) tidak lepas dari peran

intelektual selaku inti dari pergolakan sosial-politik. Ada benang merah yang dapat ditarik dari berbagai untaian perjalanan intelektual di pelbagai zaman ini. Keberadaannya berkaitan erat dengan hadirnya pendidikan di tengah masyarakat. Namun, tidak menutup kemungkinan dilahirkan dari olah rasa dan pikiran melalui pendidikan yang “sederhana”. Tidak melulu intelektual, tapi juga memiliki daya guna dan manfaat untuk masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh seorang intelektual kiri, Antonio Gramsci dalam “The Prison Notebook” (1925-1939) yang meyakini semua manusia adalah intelektual, tetapi tidak semua manusia dalam masyarakat memiliki fungsi intelektual. Hal ini tidak lain karena ciri seorang intelektual sukar dimiliki oleh kebanyakan orang. Ciri ini pun memiliki penafsiran berbeda-beda, apa lagi membandingkan definisi intelektual dalam sudut pandang Edward Said, Julian Benda, Noam Chomsky, Jean-Paul Stare atau Antonio Gramsci, mereka terkenal dengan rumusan mengenai intelektual sekaligus mengaktualisasikanya. Dalam “Peran Intelektual: KuliahKuliah Reith 1993” (terj. 2014) Karya Edward Said, mengemukakan secara lugas makna dan peranan intelektual selaras dengan kompleksnya persoalan dunia modern. Said menghimpun berbagai ragam paradigma dan definisi, sehingga

Oleh: Muh. Akbar ada hal yang pasti. Kelima orang di atas sepakat mengenai usaha membumikan ilmu pengetahuan dan menempatkan posisi kaum termajinalkan selaku peran utama dari fungsi intelektualitas. Selanjutnya, makna intelektual tidak lepas dari usaha manusia untuk menyelaraskan alam pemikiran dan hati nurani, terhadap realitas kehidupan masyarakat yang penuh dinamika dan ketimpangan sosial. Sehingga intelektualitas menjadi aktivitas kemanusiaan. Seperti Gramsci membela para pekerja atau kaum buruh di Italia, memiliki esensi yang sama dengan Said yang menyuarakan isu timur tengah, utamanya Palestina di kancah nasional dan internasional. Begitu juga Chomsky mengkritisi keterlibatan Amerika Serikat di berbagai pergolakan sosial-politik dunia, seperti perang dingin, perang Vietnam, intervensi Guatemala dan El-Salvador. Selain itu, Satre juga melakukan hal yang sama terhadap agresi dan kolonialisasi Prancis di Aljazair. Pekerjaan intelektual memang tidak mudah, banyak hal yang dikorbankan. Resiko yang dihadapi bukan main-main, aktivitas intelektual bahkan merenggut sisi personal yang bersangkutan. Sebut saja, Edward Said, beliau sering diasumsikan sebagai teroris karena vokal menyampaikan isu-isu mengenai timur tengah dan kemudian dikucilkan dalam pergaulan global. Noam Chomsky pun demikian. Mengutip Esainya Chris Knight berjudul “Chomsky at MIT: Between War Science and The Anti-War Student”banyak dari petinggi di MIT, tempat Chomsky bekerja dan mengajar—merasa jengkel terhadap tingkah lakunya karena menentang beberapa penelitian dan pengembangan instrumen persenjataan di sana. Jadi, apabila intelektual disematkan secara serampangan seperti pemberian gelar kehormatan, atau mahasiswa yang memiliki rambut gondrong dan sering mempertanyakan Tuhan di setiap diskusi. Jangan lupa akademisi yang rajin menyetorkan jurnal terakreditasi scopus secara berkala. Niscaya, pelabelan yang terjadi hanya mengaburkan makna dan jati diri dari intelektual itu sendiri. Penulis merupakan Mahasiswa Sosiologi, FISIP Unhas, angkatan 2019


identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

5

CIVITAS

Dilema Kuliah Malam Guru kencing berdiri, murid kecing berlari. Begitulah pribahasa yang menggambarkan perkuliahan yang dialihkan dalam jaringan. Jadwal kuliah tak menentu, kadang malam, hari libur, membuat mahasiswa jadi keteteran.

S

ehabis Salat Isya, Hidayat buru-buru membuka laptopnya. Sarung dan kopiah bahkan belum di lepas saat link Zoom dibagikan oleh dosen mata kuliahnya sekitar pukul 20:00. Ia memprogram mata kuliah (matkul) Pemetaan Pesisir dan Laut di kartu rencana studi (KRS) seharusnya dilaksanakan siang hari, bukan hanya sekali tetapi tiga kali. Tidak terlihat konsistensi dosen untuk mengajar sesuai KRS. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keluatan dan Perikanan (FIKP) ini mengatakan dosen terkadang melupakan dan menganggap semuanya baik-baik saja. “Buah yang jatuh jatuh tidak jauh dari pohonnya. Bila dosen tidak disiplin, jangan salahkan mahasiswa juga tidak disiplin,” ucap Hidayat, Kamis (21/1). Bagi mahasiswa angkatan 2019 ini keluhan merupakan salah satu solusi. Namun niatnya kandas, lantaran ketakutan akan berpengaruh pada nilai matkul. Hingga akhirnya ia pasrah mengikuti perkuliahan. Mahasiswa Fakultas Teknik, Nofriana pun mengalami pemindahan matkul, tidak tanggung-tanggung perkuliahan hingga pukul satu malam. Meski sebelumnya dosen dan mahasiswa sudah sepakat melakukan perubahan jadwal kuliah. “Sebenarnya matkul tersebut hanya dua jam, namun mengingat banyak kelompok yang presentasi maka memakan waktu lebih lama,” ucapnya Selasa (19/1). Keluhan selanjutnya datang dari Annisa. Ia terpaksa harus menggunakan dua aplikasi yakni Zoom dan Google Meet untuk dua mata kuliah yang bertabrakan. Mahasiswa Agribisnis ini juga mengeluhkan Zoom yang terbatas. “Dosen yang tidak memakai Zoom premium, mahasiswa jadi berlomba-lomba untuk masuk room. Terkadang yang jelek jaringan akhirnya tidak bisa

bergabung, ke buru penuh,” jelasnya, Jumat (22/1). Bukan hanya perkuliahan, tetapi ujian matkul pun dilakukan tengah malam sampai subuh. Nasib tersebut dialami mahasiswa Kelautan, Irsan. Hal ini dikarenakan server Sikola yang mengalami maintenance. Cukup lama menunggu, dosen akhirnya melaksanakan ujian menggunakan Google Form dan memberikan pilihan untuk melaksanakan ujian pada pukul satu malam atau lima subuh. “Pastilah kami mengeluh, tapi mau bagaimana lagi. Niat protes ada, namun melihat kondisi yang susah mencocokkan jadwal antara dua pihak,” kata mahasiswa angkatan 2018 ini, Kamis (21/1). Bukan hanya dilakukan malam hari, tetapi pemindahan matkul juga dilaksanakan pada hari libur. Munawar yang mengambil matkul Ekonomi Venteriner “Hal ini cukup mengganggu dan merepotkan. Terlebih saat pemindahan terjadi pada hari yang sudah padat jadwal,” katanya, Jumat (22/1). Menanggapi hal tersebut, dosen Agribisnis, Ir Darwis Ali M S mengatakan alasan melakukan memindahkan perkuliahan menjadi satu angkatan. Dikarenakan terlalu banyak kelas yang sejajar, seperti kelas Mananejemen Agribisnis yang memiliki lima kelas paralel, dan khawatir akan ada perbedaan inti materi yang disampaikan juga mempertimbangkan efisiensi perkuliahan. Darwis sendiri belum pernah menemukan mahasiswanya mengeluh, tetapi meminta mahasiswa lebih berusaha. “Setiap keputusan yang dilakukan sebelumnya sudah ada kesepakatan dengan mahasiswa soal ini, dan mereka setuju,” ucap Darwis, Sabtu (23/10) . Dosen Ilmu Kelautan, Dr Ir Amir Hamzah Muhiddin M Si mengatakan permasalahan akses jaringan dan beberapa jadwal

IDENTITAS/ NUR AINUN AFIAH

Ilustrasi Kuliah Malam : Seorang mahasiswa sedang melaksanakan kulah daring, Sabtu (20/2). Sejak kuliah dialihkan dalam jaringan, jadwal kelas pun tidak terprogram sesuai Kartu rencana studi (KRS).

kelas bertabrakan, apalagi punya porsi mengajar di empat fakultas. Pemindahan jadwal pun jadi solusi. Bukan berarti tidak ada keluhan, Amir mendengar sendiri keluhan tersebut. Bahkan keluhan ini melalui perantara ketua kelas, dan semua hasil tetap diserahkan ke mahasiswa. “Kuliah online waktunya senggang, jadi mencari waktu yang cocok untuk kondisi yang tepat. Kalau memang mengeluh silakan sampaikan,” jelas Amir, Jumat (22/1). Menurut dosen Kedokteran Hewan, drh Zainal Abidin Kholilullah S KH M Kes kuliah daring fleksibel, ruang dan waktu tidak menjadi kendala. Namun, memang pemindahan tidak seharusnya dilakukan. Perkuliahan harus sesuai jadwal agar tidak ada keluhan dengan alasan sudah ada jadwal yang ditentukan. Pria yang biasa dipanggil, Zaki ini mengatakan mahasiswa seharusnya lebih terbuka mengenai keluhan yang dirasakan. “Mahasiswa bisa menyampaikan langsung ke dosennya, juga tidak perlu ragu takut nilainya akan terancam,” ucapnya, Selasa (26/1). Lain hal dengan dosen Fakultas Teknik Dr Eng Mukhsan Putra H ST MT saat diminta keterangan melalui Zoom. “Saya tidak mau dijadikan bahan wawancara, untuk nanti kamu olah menjadi tulisan,” tegasnya Sabtu (23/1). Mukhsan malah mengalihkan pembicaraan, ia mempertanyakan nomornya didapatkan dari mana. Sehingga bisa dihubungi terkait perubahan jadwal perkuliahan

ini. Bahkan memberikan katakata kasar yang tidak sepantas disampaikan oleh pendidik. “Kamu tahu kalau anak teknik bilang kabulampe? Ini caranya bicara anak teknik. Tanya saja mahasiswaku semua itu, bagaimana saya berperilaku sama mereka,” kata Mukhsan. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Muhammad Restu M P jadwal mata kuliah seharusnya tidak dipindahkan seenaknya. Setiap pengubahan jadwal harus berdasarkan kesepakatan mahasiswa, karena jadwal mahasiswa bukan hanya satu matkul. “Walaupun itu darurat dan Unhas memang tidak punya aturan tertulis soal ini, tetapi kami mengharapkan civitas akademika menggunakan jadwal yang sudah ditetapkan,” ucap Restu, Senin (25/1). Ia melanjutkan, mahasiswa harus bisa menyampaikan keluhannya, jangan takut. Kalau punya cara menyampaikan dengan sopan, kenapa tidak dilakukan. Melalui rapat bersama antar wakil dekan akademik setiap fakultas, bisa menjadi salah satu cara menyampaikan keluhan-keluhan tersebut sebagai langkah persiapan perkuliahan semester depan. “Di fakultas ini ada perkuliahan sampai malam, fakultas lain ada kasus jadwal kuliah digabungkan. Silahkan sampaikan kendalakendalanya. Jangan sampai ada yang dirugikan,” tutup Restu.

Alf/San


6

CERPEN

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

Siapa Penghianat?

G

adis tomboi yang sejak siang datang bersama lelaki berperawakan lebih muda darinya duduk di dekat pintu masuk warkop, dan tanpa aku sadari telah dikelilingi oleh beberapa orang berseragam hitam putih. Tampaknya, mereka yang berseragam hitam putih itu merupakan mahasiswa baru, sebab seluruh anak laki-laki di situ berkepala plontos, sedangkan perempuannya mengenakan pita kuning di lengan kiri mereka. Penampilan mereka hampir sama dengan penampilan aku beberapa tahun silam, saat menginjakkan kaki sebagai mahasiswa baru di dunia perkuliahan. Meskipun aku harus berhenti sebelum semester dua. Menurut aku perkuliahan belum tentu menjamin cita-cita, malah hanya menghambat keinginanku untuk kaya di usia muda. Ditambah lagi, hampir setiap hari merasa jengkel dengan perlakuan senior yang berlaku semena-mena. Aku dikenal sebagai pembangkang, karena acap kali menentang aturan mereka yang terlampau mengada-ada. Sembari telunjuk dan pandangannya mengarah ke atas kepalaku, bibir gadis itu bergerak seolah sedang menjelaskan sesuatu kepada anak-anak itu. Tampaknya mereka sedang membincangkan sesuatu yang ada di atas kepalaku. Hal itu terjadi beberapa kali. Merasa tidak nyaman, aku segera memutar badan dan mendongak, melihat apa yang sebenarnya menjadi objek pembicaraan mereka. Terlihat, gambar seorang pemuda kekar tak berbaju dengan ikat kepala merah, dan tongkat tergenggam di tangannya,

IDENTITAS/DWI ARINI ARDAT

tergantung tepat sejajar dengan kepalaku. Gambar Arung Palakka. “Akhhhhh! Penghianat bangsa” Sontak memaki dengan nada lumayan tinggi, saat pandangan kembali kualihkan ke judi online di laptopku dan mendapati uang dalam rekening hampir habis. Uang itu hasil menjadi buruh pembangunan rel kereta api Trans Sulawesi bulan lalu. Setelahnya, aku hanya membatin sebab sadar hampir seisi warkop menatapku akibat teriakan tadi. Meskipun tatapan mereka tidak berlangsung lama, tetapi aku rasa cukup untuk menciutkan nyali. “Untuk apa warkop ini memajang lukisan penghianat bangsa yang mau kerja sama dengan penjajah?” Sekali-kali, aku melirik ke arah orang-orang yang kini melanjutkan kesibukannya masing-masing. Aku pun berusaha kembali fokus untuk melanjutkan permainan. Chip di akun aku lagi-lagi menipis, sehingga segera menuju ATM untuk melakukan deposit dengan tekad mengejar dan mengambil kembali uang-uang yang sudah banyak direbut oleh pemain lain, karena admin sialan yang tak pernah memberi saya kartu bagus. *** Sore hari, menjelang pertengahan Bulan November, langit baru saja berhenti mencumbu bumi, meninggalkan genangan pada jalan ber-paving block yang belum juga dirampungkan. Aku dan Maman yang sore ini punya agenda berdiskusi dengan beberapa mahasiswa baru Jurusan Ilmu Sejarah perihal penyerangan Belanda terhadap Kerajaan Bone dan Gowa di awal Abad XX,

Kami datang ke warkop lebih awal, Maman memilih tempat duduk di dekat pintu masuk, sebab area itu cukup luas dan asik untuk dijadikan tempat diskusi. Setelah kudaratkan pantat dan kuayunkan tangan memanggil penjaga warkop membawakan daftar menu, juga memintanya agar kursi di samping kami diatur melingkar. Segera kukeluarkan rokok yang Maman belikan untukku, sebagai hadiah karena tidak banyak mengeluh ketika aku haid bulan lalu. Dua gelas kopi hitam tak bergula menjadi satu-satunya pesanan kami di hari menjelang tanggal tua ini. Tatkala menunggu mereka yang katanya akan datang selepas hujan reda, sedikitbanyaknya kami membahas kemerdekaan Makassar yang kebetulan beberapa hari mendatang akan kembali diperingati. Maman yang sejak beberapa menit lalu gelisah tetapi masih tetap berbicara panjang lebar, menceritakan kemerdekaan Makassar sampai menjelaskan sejarah kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan, segera mengangkat pantatnya yang tidak tahan lagi menahan resah. “Eh, Ika! aku ke toilet dulu nah” Aku hanya mengangguk, sebab bibirku harus menjepit rokok ketiga yang tegak pasrah menanti nyala api menghabisinya. Tatapanku mengikuti jalan Maman hingga ia masuk toilet. “Aku mulai menyukainya, lelaki yang cukup pendiam seperti dia, sangat cocok dengan gadis rewel sepertiku” itu yang kupikirkan. Selepas mengikuti Maman, tatapanku tidak segera kukembalikan di atas meja atau tempat yang lebih dekat. Kubiarkan ia berkelana menyusuri seisi warkop, dan tiba-tiba memilih berhenti pada lukisan Arung Palakka yang tergantung di pojok kiri ruangan. Kubiarkan tatapanku melanjutkan perjalanannya, menyusuri setiap sisi warkop, melihat banyak orang yang menurutku sedang membincangkan Pilkada, sebab di bulan Desember akan diadakan di Kota Makassar. Lelah berkelana, ia kubiarkan kembali bersama para mahasiswa baru yang dari tadi kami tunggu, sementara Maman belum juga kembali dari toilet. Kupersilakan mereka duduk di bangku yang sudah kuminta untuk dikosongkan oleh penjaga warkop. Sembari menunggu Maman kembali, aku melontarkan pertanyaan kepada para mahasiswa yang kelihatanya kaku. Pertanyaan itu didapati saat aku menatap menyusupi kepulan asap rokok yang kumainkan, kembali menancap pada lukisan di pojok ruangan itu “Eh, menurut kalian bagaimana Arung Palakka?”. *** Maman harus menghentikan langkahnya di meja tak jauh dari tempat kami duduk, lantaran suara teriakan pria berumur sekitar 30-an. Sejak tadi pria itu duduk di sudut ruangan dan berapa kali ke ATM samping warkop ini. Ia juga sempat membalikkan badannya dan mendongak, melihat gambar Arung Palakka yang baru saja kami hendak bicarakan. Suara lelaki itu samar-samar ku dengar mengatakan “penghianat bangsa”. Aku menahan senyum, memperhatikan ekspresi orang-orang seisi warkop, termasuk

para mahasiswa baru yang belum juga sempat menjawab hal yang kutanyakan. Kuperhatikan semua orang menatap heran lelaki itu. Namun semua itu tidak berlangsung lama. Ia segera berdiri berjalan kembali menuju ATM, dan Maman sudah duduk kembali tepat di hadapanku. Hanya menebar sedikit senyum dan melirik ke arahku, Maman langsung memulai pembicaraan. “Jadi, ketika Belanda diserang oleh Napoleon Bonaparte sekitar Tahun 1800-an, Raja William V lari ke Inggris. Posisi Belanda melemah, dan akhirnya Hindia Belanda diambil alih Inggris. Usaha mereka untuk menguasai seluruh Hindia Belanda itu, hingga Sulawesi Selatan ini. Namun, Kerajaan Bone menolak kedatangan Inggris, sehingga Inggris berusaha memperkuat Kerajaan Gowa sebab menurut pandangan Inggris, menguatnya Bone yang berlokasi di pedalaman itu akibat melemahnya Kerajaan Gowa. Meskipun upaya mereka itu sebenarnya bukan betulbetul untuk membantu Gowa agar mencapai kembali kejayaannya” “Iya, teman-teman” aku menyambung cerita Maman. “Lagi pula Inggris tidak lama di Indonesia, setelah itu Belanda kembali juga ke Sulawesi Selatan. Mereka membantu Gowa juga. Mungkin boleh dikata, mereka bekerja sama dengan Gowa untuk menyerang Bone, meskipun pada akhirnya pada permulaan abad XX Bone dan Gowa dibombardir oleh Belanda” *** Lelaki di sudut ruangan itu tiba-tiba kembali berteriak, “Bajingan! penghianat” Saya dan Ika hanya saling tatap dan tersenyum sementara seluruh isi warkop kembali memandanginya lebih lama, termasuk adik Mahasiswa yang baru pulang dari acara pembukaan Rapat Kerja Himpunan Ilmu Sejarah. Ana, salah satu dari mereka yang turut hadir untuk berdiskusi, tiba-tiba memecah keheningan dengan langsung memantik tawa kami akibat pertanyaannya yang begitu polos. “Jadi, siapa sebenarnya pengkhianat ini kak?” Teman-temannya yang dari tadi tampak kaku, tidak dapat menahan diri untuk menertawai teman mereka itu. Sementara itu Ana tersipu. Belum juga sempat kami menyelesaikan tawa, lelaki yang agaknya sedang mengalami masalah dengan emosinya itu segera pergi meninggalkan warkop. Ika tertawa sepuaspuasnya melihat ia pergi terseok-seok, semacam orang yang baru saja kalah berjudi. Beberapa menit setelahnya, kami melanjutkan diskusi. Adik-adik pun kini kembali fokus untuk melanjutkan pembahasan. Bahasan diskusi juga kami perluas untuk mencari tahu siapa sebenarnya pengkhianat dalam perjalanan kerajaankerajaan di Sulawesi Selatan. Penulis adalah Tulus La Mbuna lahir Muna, mahasiswa Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, angkatan 2017


8

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

BUNDEL

7 AKADEMIKA Prof Rakhmat, Sosok Intelektual dan Inspiratif

Bundel identitas edisi akhir Mei 2004

‘Panas-panas Tahi Ayam’ Program 5K Unhas

U

sai salat subuh, wilayah Unhas masih temaram, dingin dan sepi. Namun sejumlah orang berseragam jingga sudah berada di berbagai area kampus. mereka adalah Cleaning Service (CS). Berbekal sapu lidi dan gerobak sampah, dengan cekatan mereka membersihkan sampah dan kotoran. Pemandangan tersebut kerap kali ditemui setiap hari Senin hingga Sabtu. Hal ini dilakukan untuk kenyamanan civitas akademika Unhas. Tahu kah kamu? Untuk meningkatkan kenyamanan itu, Unhas pernah menerapkan program 5K (Kebersihan, Keamanan, Ketertiban, Keindahan, dan Kenyamanan). Program ini dibentuk pada 15 Maret 2003, di mana bukan hanya memaksimalkan peran CS tapi juga Satuan Pengaman (Satpam). Dilansir dari bundel PK identitas Unhas edisi April tahun 2003, dalam upaya mendukung Program 5K, Unhas menggalakkan penataan fisik berbagai fasilitas, mulai dari pengecatan gedung hingga menyediakan 60 tong sampah yang tersebar di seluruh fakultas. “Usaha penyadaran kebersihan di kampus ini dilakukan dengan penyediaan banyak tong sampah dan pengecatan kembali beberapa tembok yang kotor,” ujar Pembantu Rektor III, Prof Ambo Ala MS selaku koordinator Program 5K. Namun, upaya tersebut dinilai kurang efektif karena terfokus pada pembenahan fisik dan mengabaikan budaya bersih. Ditambah lagi kampus seluas 240 hektar ini hanya dibersihkan oleh 14 CS. Dosen sosiologi Unhas, Drs Ramli AT Msi menganggap, tak cukup

dengan melahirkan aturan saja, tapi juga pengawasan secara ketat untuk membuang sampah pada tempatnya. Selain mengupayakan aspek kebersihan, Unhas juga mengeluarkan aturan baru pada Mei 2003, isinya mengatur tentang pengelolaan beberapa tempat parkir yang selama ini tidak dimanfaatkan secara optimal dan memisahkan parkiran motor dan mobil. Berlaku secara menyeluruh di Unhas sebagai upaya penertiban guna menghindari parkir liar yang mengganggu pemandangan dan kenyamanan. “Dari evaluasi program seratus hari gerakan ini, terlihat bahwa telah banyak perubahan ke arah lebih baik untuk segi keamanan kampus ini,” komentar Koordinator Bidang Ketertiban dan Keamanan Unhas, Drs Andi Sangkuru MS. Memasuki akhir Mei 2003, semangat mematuhi aturan tersebut mulai kendor. Batu-batu besar yang sengaja diletakkan untuk menjadi penghalang, pada akhirnya digeser oleh mahasiswa agar bisa memarkir motornya. Bahkan daerah yang sebelumnya ditertibkan, jejeran sepeda motor kembali tampak dalam beberapa pekan saja. Belum lagi tamu kampus yang tidak menuruti himbauan maupun teguran satpam dengan dalih ‘urusannya hanya sebentar.’ Meski begitu, Prof Ambo tak menyerah. Pada tanggal 1 September 2003, ia menerapkan stikerisasi dalam menerbitkan kembali kendaraan bermotor. Sayangnya setelah tiga bulan, kebijakan ini menemui kegagalan. Disebabkan penjualan stiker belum merata, banyaknya jalan yang yang

dapat diakses untuk masuk ke wilayah kampus, serta aktivitas warga yang tinggal di belakang kampus dan menggunakan pintu kampus sebagai akses untuk keluar masuk. Belum lagi sanksi yang diberikan hanya teguran sehingga kurang menghasilkan efek jera. Setelah setahun berjalan, program yang awalnya menuai simpati ini pun dibubarkan. “Program ini telah berakhir dan kembali ke penanggung jawab semula yaitu Kepala Bidang II (Syamsul Arifin-Red),” ungkap Ambo dalam bundel identitas edisi Mei 2004. Hasilnya yang tidak maksimal adalah akibat dari pelaksanaannya yang kian lama kian kendor. Pada akhirnya, dinilai hanya sentralistik, sebab kondisi kampus masih jauh dari perwujudan 5K tersebut. “Hasil Program 5K masih jauh dari harapan,” komentar salah satu mahasiswa Fakultas Peternakan dan Kehutanan Adi. Mengenai pemaksimalan peran Satpam yang menjadi salah satu latar belakang diluncurkannya program ini, Kepala Satpam Unhas pada masa itu, Drs Bambang berkomentar bahwa pihaknya akan tetap melakukan yang terbaik dalam menjalankan tugasnya. “Sebelum dan saat pelaksanaan Program 5K, kami tetap menjalankan tugas sebaik mungkin. Apapun program yang nantinya disiapkan, kami tetap melaksanakan tugas menjaga keamanan dengan baik,” tegasnya. Terlepas dari program 5K, lingkungan yang bersih, aman, indah, tertib, dan nyaman tak hanya tanggung jawab kampus tapi semua elemen termasuk diri sendiri. Devi Trianna Ramadhani

PROF Dr Rakhmat M S merupakan Guru Besar FISIP, Sekaligus Ketua Program Studi Administrasi Negara jenjang S3 di Unhas. Pria kelahiran Pare-pare, 20 Mei 1963 menjadi mahasiswa berprestasi saat menamatkan S1 di FISIP Unhas. Meraih predikat kelulusan Cumlaude saat S2 di Universitas Padjajaran Prodi Administrasi Negara, dan tercepat dalam menyelesaikan masa studinya saat menempuh pendidikan S3 di Unhas Prodi Ilmu Sosial. Selain menjadi Dosen, Rakhmat pun mempunyai riwayat mengajar di berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Tadulako, Universitas Indonesia Timur, dan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna. Berdasarkan pernyataan Ketua Program Studi S1 Administrasi Publik, Dr H Nurdin Nara M Si menceritakan, Rakhmat selalu tampil menarik saat menjabat sebagai Pembantu Dekan 1 dan Kabid di STIA LAN Makassar. “Beliau selalu tampil modis dan suka menyanyi lagu-lagu Makassar, Bugis, dan Pop,” tuturnya. Hubungan karib antara mereka berdua cukup dekat, diketahui bahwa kedua kaprodi tersebut pernah bertetanggaan rumah dan sering saling berkoordinasi terkait pengelolaan program studi. Selain sosok intelektualnya, Rakhmat juga merupakan sosok yang dekat dengan keluarga dan sangat inspiratif. Diketahui Rakhmat memiliki lima orang anak, salah satunya Fadel Islami. Melalui wawancara pada Senin (25/01), Fadel menceritakan sosok ayahnya yang memiliki hubungan erat dengan ia dan saudara-saudaranya. Ayahnya adalah sosok humoris, penyayang keluarga, dan jujur. Selain itu sosoknya juga sangat taat agama, berkomitmen, sabar dan ikhlas, serta selalu berbaik sangka. “Ayah itu adalah seseorang yang selalu istiqomah dalam hal apapun beliau tidak bisa berpura-pura baik, selalu apa adanya, tidak suka mempersulit sesuatu. Ia juga sangat bersungguh-sungguh dalam hal kebenaran, tidak suka menyusahkan orang lain, dan sangat mandiri mulai dari sekolah sampai saat-saat terakhirnya,” ungkapnya. Ahad (10/1/2021) kabar duka datang dari keluarga Rakhmat, sang sosok intelektual telah tutup usia. Rakhmat sebelumnya dirawat karena positif Covid-19 di Rumah Sakit rujukan Covid-19, RS Dadi Makassar. Fadel sebagai anak hanya bisa berharap yang terbaik bagi sang Ayah, “Kami berharap bisa meneruskan prinsip hidup yang Ayah berikan sejak kecil. Semoga Ayah ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya. Selain itu, kami juga senantiasa berdoa agar Ayah tenang di sisi-Nya,” tutup Fadel. Ivana Febrianty


TIPS

8

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

Lima Olahraga yang Bisa Dilakukan Sendiri di Rumah

R

aga yang sehat dan sistem imun kuat sangat diperlukan di masa kebiasaan baru ini. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah resiko penularan virus Covid-19. Selain mengonsumsi makanan bergizi, menjaga jasmani tetap bugar bisa dilakukan dengan olahraga secara rutin. Menurut World Health Organization (WHO), olahraga tak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik, tapi juga

Plank

Sit Up

Plank dapat dinobatkan menjadi salah satu olahraga yang sederhana dan praktis. Olahraga ini dilakukan dengan menempelkan kedua sisi tangan hingga siku di permukaan lantai atau tanah. Kemudian meletakkan lainya seperti push-up. Walaupun plank kelihatannya mudah tapi butuh upaya ekstra untuk konsisten melakukan gerakan olahraga ini. Adapun manfaatnya dapat memperbaiki postur tubuh, meningkatkan fleksibilitas tubuh, memperkuat otot dan menguatkan tulang belakang.

IDENTITAS/ IVANA FEBRIANTY

mental. WHO juga menyarankan untuk melakukan olahraga di tengah pandemi minimal 30 menit per hari, selama lima kali dalam seminggu. Olahraga di tengah pandemi yang disarankan bersifat individual dan bisa dilakukan di rumah sendiri tanpa melibatkan banyak orang. Dengan demikian, risiko penularan virus corona bisa ditekan. Nah, berikut beberapa olahraga yang bisa dilakukan sendiri di rumah.

Yoga

Sit up adalah olahraga sederhana, tetapi mesti dilakukan dengan cara yang benar. Ada beberapa cara melakukan sit up yang benar, pertama berbaring dengan punggung menempel di lantai dan lutut yang menekuk. Kemudian tempelkan kaki ke lantai atau kaitkan kaki pada pegangan dan bisa juga meminta seseorang untuk memegang kaki anda. Selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di samping kepala atau menyentuh telinga bisa pula menyilangkannya di bahu. Sembari menarik napas, angkat tubuh bagian atas serta tekukkan ke arah lutut. Hembuskan napas saat kepala berada di dekat lutut. Turunkan badan secara perlahan ke posisi semula. Olahraga ini dapat menguatkan otot perut, memperbaiki postur badan, dan meningkatkan fleksibilitas

Olahraga ketiga ini, tak hanya menyehatkan tapi juga merileksasi. Yoga adalah aktivitas olah tubuh dan pikiran yang fokus pada kekuatan, fleksibilitas dan pernapasan untuk meningkatkan kualitas mental dan fisik. Terdapat banyak gerakan yoga sebagai pilihan olahraga di tengah pandemi. Setiap gerakan memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda. Adapun manfaat dari olahraga ini yakni menjaga kebugaran fisik dan psikis serta memperbaiki postur tubuh.

Jumping Jack

Lompat Tali

Jumping Jack merupakan jenis olahraga yang bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Tak perlu pula peralatan khusus, cukup dengan sepatu olahraga yang nyaman. Adapun manfaatnya dapat meningkatkan kekuatan otot secara efektif, terutama otototot yang terlibat dalam gerakan tersebut, yaitu betis, pinggul, perut, punggung bawah, dan bahu.

Mirip dengan jumping jack, jenis olahraga yang juga dikenal dengan nama skipping ini dilakukan dengan cara melompat. Bedanya adalah dibutuhkan peralatan berupa tali. Manfaat olahraga ini yaitu dapat meningkatkan koordinasi tubuh, menjaga kesehatan jantung dan menguatkan otot kaki.

Azzahra Zainal


identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

LAPORAN UTAMA

99

IDENTITAS/ NUR AINUN AFIAH

Dana Terpotong, Angka Merosot

P

enelitian dan pengabdian masyarakat menjadi salah satu indikator dalam klasterisasi perguruan tinggi. Kinerja penelitian menentukan bagus tidaknya posisi sebuah kampus. Jargon Unhas “Catch WCU” bukan lah jargon biasa. Hal ini merupakan misi segenap akademika untuk menjadikan Unhas sebagai kampus berkelas dunia. Kampus berbasis penelitian (Research University) dituntut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian sebagai penopang jalannya Tri Darma Perguruan Tinggi. Upaya ini menjadi salah satu rencana strategis khususnya dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat. Beberapa tahun terakhir, perkembangan penelitian dan pengabdian masyarakat Unhas boleh dikata dinamis. Di tahun 2017, tercatat terdapat 760 penelitian dan pengabdian masyarakat, kemudian naik menjadi 848 pada tahun 2018. Akan tetapi, di tahun 2019 jumlah tersebut menurun menjadi 689 dan terus turun di tahun 2020 menjadi 633. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh hadirnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Ditambah pemerintah melakukan pemotongan anggaran di setiap kementerian, termasuk Kementerian

Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti). Hal ini dibenarkan oleh Prof Dr Andi Alimuddin Unde M Si, Ia menuturkan bahwa kebijakan tersebut berdampak pada anggaran penelitian yang berkurang sehingga jumlah kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat pun menurun. “Sebelumnya kita dapat sekitar Rp. 37,9 miliar. Namun karena kebijakan tersebut berkurang sekitar tujuh miliar rupiah,” tuturnya, Kamis (11/02). Dosen Ilmu Komunikasi Unhas itu menerangkan, dana yang diterima dari Kemenristek-Dikti tersebut diperebutkan oleh 11 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Jumlah dana yang diterima dipengaruhi oleh kinerja penelitian sebuah kampus. Sebagai perbandingan, UI menerima sekitar 70 miliar, IPB sekitar 48,5 miliar dan USU di posisi 11 menerima sekitar 24,1 miliar. Faktor dana menjadi salah satu hal yang riskan dalam hal ini. Banyak tidaknya proposal penelitian dan pengabdian yang didanai bergantung pada seberapa banyak dana. Alimuddin menjelaskan bahwa tidak ada kuota pasti berapa penelitian yang lolos pendanaan namun dimaksimalkan sesuai dengan dana yang tersedia. “Masing-masing skim memiliki

maksimal pendanaannya dan itu yang kita usahakan agar merata,” tambahnya. Kemudian, dalam sosialisasi penelitian dan pengabdian masyarakat pada awal Januari lalu, Alimuddin Unde mengatakan, selain mengalami penurunan, partisipasi dosen juga baru mencapai 60 persen. Angka tersebut masih di bawah target. “Angka ini akan terus diupayakan mencapai 70 hingga 80 persen di tahun mendatang,” tuturnya. Padahal, keterlibatan dosen dalam penelitian dan pengabdian merupakan hal yang mutlak. Hal ini sudah diatur dalam UU No. 12 Tahun 2012, Pasal 1 Ayat 9. Tugas itu dijabarkan dalam Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Kata Alimuddin selain kewajiban itu, partisipasi dosen juga dapat meningkatkan peringkat perguruan tinggi. “Sebuah keharusan bagi dosen untuk tiga hal tersebut. Di samping sebagai pendidik, penelitian dan pengabdian masyarakat itu banyak manfaatnya. Seperti meningkatkan H-Indeks hingga membantu menaikkan nama institusi,” jelasnya. Alimuddin melanjutkan bahwa animo dosen dalam meneliti sebenarnya sangat tinggi. Namun yang menjadi problema

ketika seorang dosen mengikuti pendanaan di tingkat Kemenristek-Dikti juga mengikuti pendanaan di tingkat internal. Oleh sebab itu, kesempatan dosen lain menjadi berkurang. Hal ini menjadi salah satu pembenahan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) agar satu dosen hanya dapat mengikuti satu pendanaan saja. “Meskipun ini kompetisi, namun kita harapkan agar partisipasi dosen semakin meningkat,” harapnya. Banyaknya penelitian yang didanai ditentukan oleh LPPM dalam hal ini adalah tim reviewer dan dewan riset. Prof Dr drg Muhammad Harun Achmad Mkes Sp KGA sebagai salah satu tim reviewer proposal mengatakan, kompetisi memperebutkan pendanaan di kalangan dosen begitu ketat. Sebagai reviewer, mereka memiliki indikator-indikator tertentu untuk menentukan siapa yang lolos atau tidak. “Tim reviewer ditekankan agar yang lolos adalah yang bisa menghasilkan output karena sekarang riset berbasis output sesuai dengan skim penelitiannya,” jelas Harun saat diwawancarai melalui telepon, Kamis (11/02). Tim Laput


10

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

LAPORAN UTAMA

IDENTITAS/ NUR AINUN AFIAH

Tersandung saat Berburu Riset Tidak mudah melakukan penelitian. Dosen dihadapkan dengan berbagai kendala dan tantangan

B

erpindah dari satu kelas ke kelas lainnya, itulah aktivitas yang melekat dalam keseharian seorang dosen. Di tengah kesibukan mengajar, dosen juga berkewajiban memenuhi tuntutan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Namun tidak semudah itu melakukan ketiganya secara bersamaan, mereka harus berulang kali keluar daerah untuk pengambilan data penelitian. Seperti yang dirasakan oleh Dosen Kehutanan Unhas, Dr Makkarennu S Hut MP. Setiap dua minggu sekali, Ia bersama timnya harus ke Kabupaten Sinjai untuk mengembangkan gula aren sebagai bahan penelitianya. Tidak hanya sampai di situ, ia juga harus mengatur waktu saat memasuki tahap penulisan hasil penelitian. “Setiap hari kita harus targetkan menulis, meskipun sebenarnya berat. Harus mengatur waktu dengan kesibukan, apalagi kalau ada tugas tambahan.” ujar Nunu, sapaan akrabnya. Kendala lainnya yakni dana yang telat cair. Untuk menyiasati hal tersebut,

biasanya dosen melakukan penelitian awal menggunakan dana pribadi. “Kan prosesnya lama dari kementerian, kalau misalnya mau ditunggu dana cair baru bergerak saya kira target output yang diinginkan bakalan tidak tercapai,” jelas Nunu, Kamis (4/2). Hal ini juga dirasakan oleh Dr Anas Iswanto Anwar MA CWM. Menurutnya proses administrasi pendanaan sangatlah ribet. “Menurut saya itu ribet dan prosesnya lama. Sejak 30 tahun jadi dosen, saya baru dua kali ikut penelitian pendanaan internal,” jelas dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas. Jangka waktu penelitian yang hanya setahun juga menjadi tantangan baginya. pasalnya dosen dituntut mengumpulkan output sesuai jenis skim penelitian. “Misalnya jurnal bereputasi butuh waktu yang lama sementara waktu penelitian hanya satu tahun,” papar Anas. Cerita lain berasal dari dosen Fakultas Pertanian, Prof Dr Ir Meta Mahendradatta. Saat meneliti beras analog untuk mengurangi konsumsi beras dengan memanfaatkan pangan

lokal, Meta sempat sulit mendapatkan bahan baku penelitian seperti jagung dan ubi jalar lokal. Akibatnya waktu penelitiannya terulur. “Selain bahan baku yang musiman, waktu penelitian juga biasa mundur karena kami membutuhkan banyak waktu untuk mengadakan atau merakit alat pengolahan,” ucap Meta saat diwawancarai, Kamis (4/2). Sementara itu, kurangnya alat penelitian menjadi perkara bagi dosen yang berkutat di laboratorium. Seperti yang diceritakan Prof Dr drg Muhammad Harun Achmad MKes Sp KGA, ia harus bertandang ke Pulau Jawa untuk meneliti biologi monokuler. “Jangankan alat dan bahan, sarana dan prasarana saja kita masih kekurangan,” jelas Dosen Kedokteran Gigi Unhas, Minggu (12/2). Penelitian yang sementara dilakukan di masa pandemi Covid-19 ini dilakukan di laboratorium Unhas dan alat yang menjadi penghambat sebelumnya ia sudah miliki. “Alatnya kita sudah punya. Sehingga cukup di dalam ruangan saja

dan mematuhi protokol kesehatan,” ujarnya. Berbicara pandemi, situasi ini sangat mempengaruhi peneliti asal Fakultas Sosial dan Humaniora. Pemberlakuan hidup berjarak membuat pekerjaan sedikit terhambat. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya dosen memilih untuk wawancara mendalam dengan masyarakat lewat panggilan telepon atau media konferensi jarak jauh. Tim Laput

Tim Laput Koordinator Finsensius T Sesa Anggota Irmalasari Anisa Luthfia Basri Annur Nadia F. Denanda Nur Ainun Afiah


LAPORAN UTAMA

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

9

11

IDENTITAS/ FRISKILA NINGRUM YUSUF

Pandemi Melanda, Peneliti Gundah Pandemi menantang para peneliti untuk kreatif mencari solusi. Sebagai kewajiban seorang dosen, kegiatan riset mutlak dilakukan.

T

anda tangan kontrak telah selesai. Saatnya turun lapangan. Namun tampaknya beberapa peneliti belum beruntung. Mereka harus menelan pil pahit setelah rencana kunjungan penelitiannya ke Jawa dibatalkan karena pandemi. Maksud hati ingin menyempurnakan penelitian bersama timnya namun berakhir runyam. Jangka waktu penelitian yang terus berjalan membuatnya harus memikirkan solusi yang paling efektif. Dr Sri Dewi Astuty Ssi MT, dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini terkendala dalam peralatan penelitian yang dibutuhkan. Penelitiannya mengangkat pengembangan potensi klorofil Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L) sebagai fotosensitizer untuk eradikasi penyakit infeksi dalam sistem fotodinamik tetapi berbasis laser dan oksigen. Laboratorium menjadi tempat utama dalam penelitiannya. Namun peralatan yang dibutuhkan hampir sebagian besar berada di Jawa. Ia menjelaskan bahwa penelitiannya menitikberatkan pada cahaya. Lagi-lagi karena pandemi, ia dan timnya batal berkunjung ke Jawa untuk melakukan penelitian. “Kalau mau dikirim juga lama dapat respon dari pengujinya. Hal ini menyebabkan banyak tahapan penelitian

yang terpotong dan tidak bisa dilakukan,” keluhnya saat diwawancarai, Rabu (03/02) Untuk mengatasi kendala tersebut, Sri dan timnya memutuskan untuk mencari metode lain dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada. Ia menjelaskan bahwa peralatan yang tersedia di laboratorium hanya bisa mengukur intensitas cahaya, namun dayanya tidak bisa. Dosen Jurusan Fisika ini terpaksa menyederhanakan cara penelitiannya dengan tidak melakukan tahapan pengukuran daya. Sri mengaku metode yang berubah ini membuat banyak variabel penelitian yang kurang maksimal dan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Tak beda jauh dengan Sri, Shinta Dewi Thikson SE Mgt, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini harus berjuang melakukan penelitian di lapangan saat pandemi. Shinta bersama tim harus turun lapangan untuk mengambil data penelitian, sedangkan situasi Covid-19 mengharuskan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Hal ini mengakibatkan timnya sulit untuk bertemu secara langsung apalagi beberapa dari mereka memilih kembali ke kampung halaman. Tahun lalu, penelitiannya mengenai Potensi Pasar Tope’ Le’leng sebagai

Strategi Mengembangkan Industri Kecil Penenun Masyarakat Suku Kajang lolos didanai hibah internal Unhas. Sayangnya saat ingin turun lapangan, wabah Covid-19 melanda. “Walaupun sulit namun kemarin saya dengan tim menyempatkan untuk turun lapangan di Kajang, Bulukumba. Di sana kita observasi dan sempat bagi survei ke masyarakat,” tuturnya saat di wawancarai melalui telepon, Jumat (22/01). Aktivitas penelitian di masa normal dengan masa pandemi pastinya berbeda. Salah satu dosen Fakultas Peternakan, Dr Agustina Abdullah SPt Msi IPM mengaku harus memasang strategi untuk mendapat data di lapangan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Tahun lalu, ia melakukan penelitian mengenai Model Transformasi Kelembagaan Penyuluhan dalam Meningkatkan Hilirisasi Inovasi Teknologi untuk Keberdayaan Peternak Sapi Potong. “Kami mengambil data lapangan dengan melakukan seminar daring. Sayangnya, kendala di lapangan banyak calon partisipan yang tidak memiliki laptop dan handphone. Belum lagi jaringan juga kadang tidak mendukung,” ungkapnya saat diwawancarai, Senin (01/02) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) memiliki peran penting dalam hal ini. Agustina mengatakan bahwa LPPM memiliki tim yang siap membantu jika ada kendala

saat pelaksanaan penelitian. “Saat itu, tim kami terkendala mencari respoden dan melapor, untungnya ada solusi berupa tim lapangan dari LPPM yang diturunkan membantu mengambil data di lapangan meski tengah pandemi,” terangnya. Hal yang sama dirasakan Dr Iin Karita Sakharina SH MA. Dosen Fakultas Hukum ini tidak memandang peneltian hanya sekedar kewajiban, namun juga passion. Ia mengaku senang dan selalu tertarik mendalami sebuah isu mengenai permasalahan sosial yang ada di masyarakat. “Aktivitas penelitian tahun ini memang berbeda. Kendalanya itu di tahap pengumpulan data karena harus turun lapangan. Sementara ada pandemi yang menyebabkan pergerakan terbatas,” jelasnya saat diwawancarai melalui telepon, Jumat (22/01). Menanggapi situasi sulit tersebut, Prof Dr Alimuddin Unde sebagai ketua LPPM menuturkan bahwa mereka memaklumi penelitian yang terdampak pandemi ini. Dosen Ilmu Komunikasi ini menerangkan bahwa pihaknya memberikan kelonggaran waktu dalam pemenuhan output. “Tahun ini diberikan perpanjangan waktu hingga enam bulan karena melihat situasi dan kondisi,” tuturnya saat diwawancarai di ruangannya, Kamis (11/02).  Tim Laput


12

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

LAPORAN UTAMA

Naikkan Kuantitas, Tingkatkan Kualitas

ISTIMEWA

Tahun 2020, partisipasi dosen belum memenuhi target. Hal tersebut menjadi tantangan baru Unhas untuk meningkatkan publikasi.

S

alah satu tolak ukur klasterisasi dari World Clas University (WCU) ialah publikasi penelitian. Untuk mendapatkan publikasi, dosen atau mahasiswa harus melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Inilah yang menjadi tugas utama dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Awal Januari 2021, LPPM kembali mengadakan sosialisasi dana hibah internal Unhas. Dalam kegiatan rutin itu, Sekretaris LPPM Unhas, Dr Ir Abdul Rasyid Jalil Msi menyampaikan tiga perubahan pada ketentuan umum mengajukan penelitian tahun 2021. Perubahan itu di antaranya, setiap dosen yang awalnya bisa mengajukan lima usulan pengabdian, kini hanya boleh satu sebagai ketua dan anggota. Begitu pula pada Penelitian, kecuali skim Dosen PA maksimal dua. “Yang paling ditekankan, dosen yang sudah mendapatkan pendanaan Ristek BRIN tidak diperkenankan lagi mengikuti pendanaan internal Unhas,” ujar dosen Kelautan dan Perikanan Unhas tersebut, melalui kanal YouTube LPPM, Selasa (12/1). Pernyataan tersebut dibenarkan oleh ketua LPPM, Prof Dr Andi Alimuddin Unde MSi saat ditemui di ruangannya,

Selasa (26/02). Ia menjelaskan, kebijakan itu dilakukan untuk meningkatkan jumlah partisipasi dosen dalam penelitian. “Hal ini kita tempuh agar partisipasi dosen itu merata. Bukan hanya itu- itu saja, kasian teman-teman yang tidak memiliki kesempatan,” jelasnya. Selain belum memenuhi target jumlah dosen, penelitian Unhas juga mengalami penurunan, dari 689 menjadi 633 di tahun 2020. Hal ini diakibatkan oleh pendanaan yang dialihkan untuk penanganan virus Covid-19. Beberapa dosen juga mengalami kendala akibat peristiwa tersebut. Memang tak ada yang menyangka, keadaanya begitu tiba-tiba. Akan tetapi LPPM tidak bisa lepas tangan begitu saja. Apa lagi ini sudah memasuki tahun pertama hidup berdampingan dengan makhluk tak kasat mata itu. LPPM sudah harus punya rencana yang matang untuk aktivitas penelitian kedepannya. Merespon hal tersebut, Alimuddin menerangkan LPPM membuat domain untuk pengajuan usulan penelitian, mulai dari submit proposal hingga tahap review. Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir aktivitas peneliti di masa keterbatasan seperti sekarang ini.

“Dulu proses review itu secara tatap muka, sekarang semuanya daring guna mengurangi kontak langsung dan keselamatan peneliti juga,” jelas Dosen Ilmu Komunikasi itu. Dalam Rencana Strategi Penelitian Unhas, ternyata fakultas juga berperan aktif mendorong para dosen mengikuti penelitian. Selain itu, roadmap penelitian Unhas memberikan tanggung jawab ke fakultas untuk memfasilitasi baik dari segi sarana dan prasarana misalnya laboratorium, studio hingga workshop. Agar semakin efektif dalam meningkatkan jumlah kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat, setiap fakultas tentu memiliki strategi khusus tersendiri. Misalnya saja Fakultas Kesehatan Masyarakat. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Dr Aminuddin Syam SKM Mkes MMed Ed menuturkan bahwa fakultasnya mewajibkan output penelitian dosen seperti jurnal atau publikasi haruslah terindeks Scopus minimal accepted. Bahkan kebijakan tersebut berlaku bagi mahasiswa S2 dan S3 di sana. Tugas akhir mereka wajib di daftarkan di Scopus. “Dari segi output yaitu publikasi, FKM sangat mendominasi. Kita berusaha menciptakan budaya riset di kalangan civitas

akademika,” tuturnya saat diwawancarai di ruangannya, Jumat (05/02). Selain FKM, Fakultas Ilmu Budaya pun mewajibkan dosennya untuk melakukan penelitian. Untuk mendukung produktivitas dosen dalam meneliti, Dekan FIB, Prof Dr Akin Duli menjelaskan bahwa terdapat lembaga riset dan penerbitan di fakultasnya. Fungsinya adalah membantu dosen dalam pembuatan proposal hingga mencari mitra untuk diajak bekerjasama. “Di sisi lain, kualitas riset tentu juga harus dimodali. Selain itu, dosen juga harus lebih giat lagi untuk mencari mitra dengan tetap membawa nama lembaga,” jelas Dosen Arkeologi ini saat diwawancarai melalui Telepon, Sabtu (06/02) Selain itu, ia menuturkan bahwa mencari mitra luar perlu dilakukan agar tidak bergantung pada satu pendanaan saja seperti dana hibah internal maupun Dikti. Hal tersebut mendorong dosen disana kadang melakukan penelitian mandiri. “Karena kita sadar bahwa dana yang ada sangat minim makanya mereka disarankan untuk kerjasama dengan pihak lain,” jelas Dosen Ilmu Arkeologi ini. Tim Laput


identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

SASTRA

CERMIN

PUISI

Lihatlah Bunga

Gabut Produktif

Oleh: Caesar Islami Wahidin Lihatlah bunga Mati lampu disana Mulut tak mengeluarkan kata Berat nafas berganti dentuman senjata

Al-waqt ka-s-syaifi fainlam taqtohu qotoaka “Waktu ibarat pedang. Jika engkau tidak menggunakannya dengan baik, ia akan memotongmu.” Begitulah sebuah pepatah Arab mengingatkan akan waktu yang terus berjalan, apapun yang terjadi dan dilakukan.

S

edari duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), saya terbiasa mengatur waktu menggunakan buku catatan sehingga rutinitas pun tertata. Namun, hal yang tidak dikehendaki terjadi. Tepatnya ketika duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), Twitter dan Instagram sedang hangat-hangatnya menjadi bahan perbincangan. “Kamu akan terlihat gaul ketika memiliki akun media sosial” begitulah jargon yang selalu sahabat saya katakan. Alhasil, saya mengikuti tren. Dalam sehari, saya bisa menghabiskan enam jam hanya bermain media sosial, terkadang lebih. Kebiasaan itu membuat catatan kegiatan saya berantakan. Berkembangnya teknologi memang memudahkan dan mengasyikkan. Kita dapat berkomunikasi bersama siapapun tanpa terpisahkan oleh jarak. Namun, tenggelam dalam dunia maya membuat hasil Ujian Nasional saya tidak sesuai ekspektasi. Hasilnya tidak buruk, tapi bukan itu angka yang diharapkan. Itulah mengapa, waktu digambarkan dapat membunuh siapapun yang menyianyiakannya. Usai wisuda SMP, saya melanjutkan studi di pondok pesantren. Alasannya sederhana, saya ingin membiasakan diri disiplin seperti sedia kala. “Seseorang yang berkualitas itu tergantung

Mereka percaya kau mulai membaca Walau hanya sekedar mengeja Buku-buku mereka sita Mereka menutup cahaya

bagaimana ia mengisi waktu luang semaksimal mungkin.” Begitulah perkataan Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, yang masih terngiang hingga sekarang. Perkataan itu bukan sekadar imbauan saja, di pesantren tidak ada lagi waktu yang terbuang sia-sia. 24 jam dalam sehari sudah tertata rapi. Mulai dari belajar, mengaji, shalat lima waktu, mengikuti ekstrakulikuler, dan istirahat. Kami juga tidak diperkenankan menggunakan ponsel, hal inilah bisa menjauhkan saya dari ketergantungan dunia maya. Lima tahun di pondokkan, saya menyadari bahwa waktu luang adalah anugerah. Sebuah kesia-siaan terjadi jika tidak berperan produktif dalam membenahi diri dan orang sekitar. Memanfaatkan teknologi seperti media sosial tentu sah-sah saja, selagi apa yang dilakukan membawa manfaata. Saya pribadi sering mencari inspirasi dan tips untuk menciptakan sesuatu, mencatat setiap kegiatan dan memasang pengingat saat deadline tiba, hanya dengan bermodalkan ponsel. Selain itu, di sela kegiatan perkuliahan sekarang, saya mengisinya dengan mengajar anak-anak yang bersiap masuk pesantren dan mengaji bagi anak usia dini. Saya juga aktif

Oleh : Nadhira Sidiki berkegiatan di beberapa lembaga kemahasiswaan di kampus. Berbagai aktivitas di luar prioritas tersebut saya namakan ‘Gabut Produktif’. Saatnya kita menggunakan waktu sebaik-baiknya, beribadah dan beramal seikhlas-ikhlasnya, bekerja sekeras-kerasnya, memanfaatkan teknologi untuk berkarya sebanyak-banyaknya, dan berprestasi setinggitingginya. Karena penyesalan hanya datang di akhir. Waktu tidak bisa diputar kembali, pun tidak bisa ditunda. “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang,” Hadis Riwayat Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Upgrade yourself as what Allah commanded, so be someone who is beneficial to other!  Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unhas Litbang Data PK identitas Unhas.

KAMPUSIANA 24 Dosen dan Alumni Unhas Raih Sertifikasi Internasional SEBANYAK 24 dosen dan alumni Unhas memperoleh sertifikasi Internasional Certified Wealth Manager (CWM) setelah mengikuti Training of Trainer (ToT) International CWM pada 14-30 Desember 2020 lalu. Bertempat di ruang Lecture Theatre Profesor Latanro Gedung Pasca FEB, kegiatan ini juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube CWMA, Senin (15/2). Kegiatan ini kerjasama FEB Unhas dan CWMA. Pada kesempatannya, Dekan FEB Unhas, Prof Dr Abdul Rahman Kadir SE M Si CIPM menjelaskan tujuan kegiatan ini. Dilakukan guna mengembangkan kompetensi dan keahlian dalam bidang wealth management. “Keahlian di bidang itu adalah peluang untuk membuka program

13

di kampus, baik program reguler maupun berbentuk pelatihan atau kursus singkat,” ujar Abdul. Sekretaris Jenderal CWMA, Desi Armadiani CWM menambahkan, kebutuhan jasa wealth manager juga sangat tinggi. “Bidang ini merupakan jasa pengelolaan keuangan dan kekayaan. Tidak hanya terbatas pada investasi, pun mencakup sesuatu terkait keuangan pribadi. Wisuda kali ini diharapkan memiliki nilai lebih, sebab pesertanya dari kalangan dosen,” jelasnya. Turut hadir pula Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA. Ia menyampaikan program seperti ini menjadi kebutuhan untuk dikembangkan dengan dukungan dan input kurikulum CWMA. Hal ini dalam rangka mengembangkan

misi Unhas sebagai Perguruan Tinggi (PTN) berbadan hukum. “Saya berharap wisuda ini menghasilkan tenaga profesional sehingga ke depannya dapat membuka program sejenis di kampus Unhas,” kata Prof Dwia. Pada kesempatan yang sama, CWMA juga menganugerahkan gelar Certified Wealth Manager (CWM) Kehormatan kepada Prof Dwia. Diharapkan ini dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan program pengembangan yang sama di Unhas. Menutup kegiatan, Pengurus Pusat CWMA juga mengukuhkan Dewan Pengurus Daerah CWMA Sulawesi Selatan periode 2021-2025 hingga pukul 17.30 Wita.  M124

Lihatlah bunga Mati lampu lagi disana Lidah tak mau lagi merasa Pandangan mata tertutup oleh ludah Mereka percaya api mulai menyala Dari helai rambut yang mereka coba patah. Lihatlah bunga Mereka berlari dari kota ke kota, hingga desa ke desa Menggembalakan para manusia Meratakan yang berbeda Menutup tiap lembar yang ada Lalu dibakarnya, hingga debu ia ganti Arang dia bumbui Bara dia tutupi Namun, Lihatlah bunga Bara enggan untuk padam Tidak kemarin, juga lagi, hari-hari yang lain Nanti, akan datang angin Menggalakkan lagi api Dan kau Akan merebakkan kobarannya Lagi, menyalakan cahayanya  Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, angkatan 2016.

Mandar Kuat! Oleh: Darwan Saudara ku terluka Aku pun terluka Tanah Mandar ku terusik Kami pun terusik Sakit Sesak Sedih Susah Iya, itulah yang ada Saat alam menyapa Sayembara kepanikan Sayembara kesabaran Ibu, apakah alam marah? Ayah, apakah ini hukuman? Kawan, sabar dan kuatlah! Dik, jangan takut ada aku dan mereka! Uluran tangan mereka adalah semangat Kepedulian mereka adalah obat Kesedihan mereka adalah bukti bahwa kita, Adalah satu, saudara Alam, maafkan Mandar kuat Ayo bangkit!  Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, angkatan 2018.


KATALOG BUKU

14

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

Hujan Judul: Hujan Penulis: Tere Liye Penerbit: PT Gramedia Pustaka Umum Tahun terbit: 2016 Tebal buku: 320 halaman Novel Hujan berlatarkan kisah di Bumi pada tahun 2050. Novel ini menceritakan tentang dunia modern yang penuh teknologi. Ada seorang gadis bernama Lail mendatangi sebuah pusat terapi saraf untuk menghapus ingatannya tentang hujan. Menghapus semua kenangan yang dianggapnya pahit agar terapinya berhasil, Lail harus menceritakan kisah hidupnya mendetail dengan menjawab pertanyaan yang disodorkan oleh Elijah, fasilitatornya. Kemudian, kita dibawa ke delapan tahun silam, yakni pada tahun 2042 ketika sebuah bencana alam dahsyat terjadi di bumi yang mempertemukan Lail dengan Esok,

The Memory Police

Judul: The Memory Police Penulis: Yoko Ogawa Penerbit: PT Gramedia Pustaka Tahun terbit: 2020 Tebal buku: 295 halaman

anak laki-laki yang menyelamatkannya. Selama berada di pengungsian, mereka semakin akrab. Namun, mereka harus berpisah setelah kota kembali pulih. Mereka menjalani kehidupan mereka masing-masing dengan cerita yang berbeda. Esok yang cerdas sejak kecil tergabung dalam tim proyek pembuatan kapal yang berencana membawa manusia meninggalkan dari bumi, sedangkan Lail menjadi relawan muda yang berjasa besar. Namun, ada yang terselip dari kisah keduanya, Lail menyimpan rasa suka kepada Esok yang kemudian menjadi latar belakang ia melakukan terapi untuk menghapus ingatan.

We All Looked up

Suatu pulau, kebanyakan penghuninya mengalami kehilangan pengetahuan atau memori tentang benda-benda yang hilang. Mereka hidup dibawah kepamimpinan yang diktator. The Memory Police atau Polisi Kenangan bertugas untuk menghapus kenangan itu. Polisi ini juga akan melenyapkan orang-orang yang tidak bisa lupa alias tetap memiliki memori terhadap benda-benda yang sudah hilang. Salah satunya adalah ibu dari ‘Aku’. Dalam buku tersebut Ibunya dikisahkan meninggal. ‘Aku’ yakin bahwa hal itu terjadi akibat kemampuan ibunya yang tidak bisa melupakan benda-benda yang hilang. Tokoh ‘Aku’ adalah seorang penulis. Ia kemudian bertemu R dan menjadi editornya. Ternyata, R sama dengan ibunya, memiliki kemampuan tidak bisa lupa. Mengetahui hal tersebut, ‘aku’ ingin menyelamatkan R.

Judul: We All Looked Up Penulis: Tommy Wallach Alih Bahasa: Harisa Permatasari Penerbit: PT Gramedia Pustaka Tahun terbit: 2018 Tebal buku: 424 halaman

Aroma Karsa Judul: Aroma Karsa Penulis: Dee Lestari Penerbit: PT Bentang Pustaka Utama Tahun terbit: 2018 Tebal buku: 696 halaman Saat kecil, Raras Prayugang sering diceritakan dongeng oleh eyangnya mengenai bunga legendaris yang bernama Puspa Karsa. Ia pun kemudian mengetahui bahwa Puspa Karsa tenyata bukanlah dongeng belaka. Bunga itu sungguh ada, bersembunyi di tempat rahasia. Puspa Karsa ini hanya bisa diidentifikasi melalui aroma. Obsesi Raras terhadap Puspa Karsa membuat ia mengabadikan hidupnya memburu bunga tersebut yang kemudian mempertemukannya dengan Jati Wesi. Jati yang tinggal di TPA Bantar Gebang mendapat julukan Si Hidung Tikus sebab memiliki penciuman luar biasa. Ia memiliki kelebihan dalam mengenal dan mengingat aroma.

Kemampuan Jati memikat Raras. Tidak hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya, Raras juga menyilakan Jati masuk ke kehidupan pribadinya, mengenalkan Jati dengan Tanaya Suma, anak tunggalnya. Serupa dengan Jati, Suma juga memiliki kemampuan penciuman meski tak sehebat Jati. Bagi kalian yang suka novel fiksi buku ini sangat cocok untuk kalian, terlebih Aroma Karsa sangatlah layak dibaca tidak terlalu berat dalam bahasa, tapi sama sekali tidak ringan dalam penyampaian, alur, tokoh, hingga riset yang luar biasa. Ilma Nurfahmi

Buku berikutnya We All Looked Up (Menatap Langit), mengisahkan tentang bumi yang akan dihantam asteroid bernama Ardor dan diperkirakan hanya dua pertiga bumi akan selamat. Itulah yang disampaikan presiden dalam pengumumannya pada hari itu. Kabar buruk tersebut membuat penduduk dunia panik. Ada perubahan dalam kehidupan manusia, termasuk kehidupan empat remaja yang bernama Peter, Eliza, Andy, Anita. Awalnya, keempatnya masing-masing memiliki kehidupan yang berbeda-beda dengan julukan yang masing-masing ada pada mereka: si atlet, si kuper, si berandal, dan di berprestasi. Namun, sejak kabar datangnya Ardor, mereka mengubah cara dalam menjalani kehidupan masing-masing. Mereka punya waktu dua bulan untuk menjadi lebih berarti dalam kehidupannya. Lantas bagaimanakah cerita selanjutnya?


identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

KATALOG FILM

15

The post (2017) Judul: The Post Sutradara: Steven Spielberg Genre: Biografi, Drama Tahun Rilis: 22 Desember 2017 The post adalah film biografi yang diambil dari kisah nyata, tentang sejarah bocornya dokumen rahasia yang disebut pentagon papers. Film ini menggambarkan kehidupan jurnalis di Amerika Serikat dalam menegakkan kebebasan pers dan menyampaikan informasi ke khalayak ramai. Konflik terjadi ketika Ben Bradlee (Tom Hanks) selaku kepala editor mendesak Kay Graham untuk mempublikasikan berita tersebut. Sedangkan Katharine Graham (Meryl Steep), penerbit perempuan pertama saat itu harus dihadapkan pada dua pilihan, antara menerbitkan atau membiarkan informasi tersebut demi melindungi perusahaannya. Lantas bagaimanakah kelanjutannya?

Spotlight

Judul: Spotlight Sutradara: Tom McCarthy Genre: Drama, Biografi Tahun Rilis: 17 Februari 2016

The Pirates Somalia

Flim berikutnya Spotlight, menceritakan empat jurnalis yang disebut Spotlight dari harian Boston Globes. Mereka mengungkap sebuah kasus pelecehan oleh pastor yang telah berlangsung bertahun-tahun dan telah banyak memakan korban. Film ini menampilkan tim Spotlight mencari bukti kasus pencabulan oleh pastor. Bukti yang dicari berupa dokumen kasus, wawancara bersama korban dan pengacara yang menangani kasus tersebut. Film ini menggambarkan bagaimana kebebasan pers dalam pemberitaan. Di dalam dunia jurnalistik tidak memandang tokoh tertentu, baik berkaitan dengan masyarakat atau masyarakat biasa. Jika ada hal yang seharusnya diketahui masyarakat banyak maka media masa seharusnya tidak menutupinya. Sinema ini juga menggambarkan bahwa berita yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari isu semata, tetapi juga harus didukung dengan bukti yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Judul: The Pirates Somalia Sutradara: Bryan Buckley Genre: Drama Tahun Rilis: 8 Desember 2017

Samahalnya The post, film The Pirates Somalia ini juga mengangkat kisah nyata, karya tulis dari Jay Bahadur yang berjudul The Pirates of Somalia: Inside Their Hidden World. Film ini disutradarai oleh Bryan Buckley dan diproduseri oleh Mino Jarjoura, Matt Lefebvre, Claude Dal Farra, dan Irfan Frederick. Film dengan nama lain Dabka ini menceritakan Jay Bahadur saat berada di Somalia, negara yang dikenal sebagai sarang bajak laut. Ia memberanikan diri ke nagara tersebut untuk membuat sebuah buku. Sebenarnya Jay merupakan seorang wartawan yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan jurnalistik. Sehingga sangat bertekat ke Somalia untuk membuktikan dirinya bisa menjadi jurnalis independen tanpa melalui jalur pendidikan.

Nothing But The Truth Judul Film: Nothing But The Truth (2008) Sutradara: Rod Lurie Skenario: Rod Lurie Pemain: Kate Beckinsale, Matt Dillon, Alan Alda, Vera Farmiga, Harry Lennix, David Schwimmer, Preston Bailey, Angela Bassett, dan Noah Wyle Menjadi seorang wartawan tentu memiliki resiko yang sangat tinggi terutama ketika harus mengungkapkan sebuah kebenaran yang berkaitan dengan mereka yang memiliki kekuasaan. Intimidasi, teror bahkan di penjara merupakan konsekuensi yang harus dihadapi. Nothing But The Truth merupakan film yang mengangkat kisah seorang wartawan politik bernama Rachel Amstrong (Kate Beckinsale). Rachel memegang kode etik jurnalis, sehingga memilih mendekam di jeruji besi ketimbang mengungkapkan identitas narasumbernya. Selain di penjara, Rachel harus menelan pil pahit, ditinggalkan istri dan kehilangan hak asuh anaknya. Kisah ini bermula ketika Rachel nekat mengungkap identitas agen CIA, Van Doren (Fera Farmiga) yang sedang dalam tugas penyamaran. Rachel memprediksi ada keterkaitan antara agen CIA dengan skandal percobaan pembunuhan presiden AS di Venezuela. Tulisan Rachel Amstrong ini kemudian membuat petinggi CIA gusar. Pemerintah pun akhirnya terpaksa turun tangan. Rachel dipaksa membeberkan identitas informannya. Namun, ia tetap tutup mulut. Jadi bagi kalian yang penasaran dengan kisah Rachel jangan lupa memasukkan film ini dalam daftar tontonan kalian. Warda Athirah


JEKLANG

16

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

Hidup Abadi dengan Sastra Kalau mau hidup seribu tahun lagi, maka menulis lah

S

Karya sastra mengajarkan kita untuk lebih sensitif, lebih peka terhadap keadaan, dengan membaca kita terlibat didalamnya sebagai tokoh, hati, perasaan dan pikiran kita terlibat.”

jarang menikmati karya sastra. Ibu satu anak ini pun bertekad mendirikan majalah sastra berkualitas untuk dunia eksekutif. Majalah yang diberi nama MAJAS tersebut, menjadi jembatan bagi Ana untuk kembali ke dunia sastra setelah pensiun dari pekerjaannya. Dibantu empat temannya, MAJAS bertajuk “sastra untuk semua” terbit pertama kali pada November 2018. Namun, di tengah berkembangnya dunia digital, majalah yang dibuat berbentuk cetak. Kata Ana, Ia bersama teman

sastrawanya lebih menyukai media cetak ketimbang e-book atau platform media sosial lainnya. “Secara umum, memang agak susah media cetak untuk bertahan, pertama karena biaya cetak yang mahal dan prosesnya lama. Tapi kalau media digital sifatnya real time, sekali baca berita selesai. Saya bersama sastrawan lainya suka membaca dan menyimpan karya di media cetak,” ucapnya. Akan tetapi itu bukan batasan untuk tidak melestarikan dan menyukai karya sastra. “Saat ini menjadi sastrawan paling nyaman, sudah tidak ada batasan berkarya. Kalau karyanya ditolak, bisa membuat platform sendiri, seperti blog atau memanfaatkan media sosial,” tutupnya. Anisa Luthfia Basri

I

S BA

RI

IP

S TA

EN

M KU

SMP, syukur langsung diterima. Hal itu benar-benar membangun semangat dan motivasi untuk terus menulis,” kenangnya dengan nada penuh semangat, katika diwawancarai melalui Zoom, Rabu (3/2). Kebiasaan wanita bersuara lembut itu ia teruskan ke bangku kuliah. Ana menuturkan, awal perkuliahan di Ilmu Komunikasi Unhas menjadi masa paling produktifnya menulis cerpen. Hampir setiap minggu tulisannya terbit di berbagai media dan majalah lokal Sulawesi Selatan dan nasional. Semasa kuliah, Ia juga mengasah keterampilannya di Penerbitan Kampus identitas Unhas. Setelah lulus dari Unhas, Ana melanjutkan pendidikannya ke strata dua Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Dan berhasil menjabat sebagai Direktur SDM dan Umum di salah satu perusahaan Asuransi terkemuka di Inonesia, Bumiputera 1912. Meskipun posisi itu sedikit menyibukkannya, tetapi tidak menenggelamkan minatnya terhadap dunia sastra. Ia masih meluangkan waktu untuk membaca dan sesekali mendatangi acara berbaur sastra. “Sangat sibuk sebagai direktur di industri keuangan. Tetapi saya tetap membaca atau ada waktu tertentu menghadiri acaraacara sastra, meskipun hanya menjadi penonton. Banyak teman-teman juga heran, apa hubungannya pekerjaanku dan karya sastra seperti puisi dan novel,” ujarnya diiringi tawa dan senyum manis. Dari situ pula, Ana menyadari bahwa direktur perusahaan seperti dirinya

DO

eperti itulah prinsip jeklang identitas kali ini, Suryana Tri Yuliningtyas Mustamin, yang juga mengutip dari penyair kondang Indonesia, Chairil Anwar. Sastrawan yang kerap disapa Ana tersebut sudah banyak menjajal berbagai majalan lokal maupun nasional, bahkan berhasil mendirikan majalahnya sendiri. Ana terbiasa membaca sejak kecil dan sangat menyukai karya sastra. Menurutnya, sastra dapat memberikan perasaan menjadi halus dan peka dengan lingkungan sekitar. Ia juga meyakini, orang yang menyukai sastra memiliki pemahaman yang lebih dalam terhadap sesuatu. “Karya sastra mengajarkan kita untuk lebih sensitif, lebih peka terhadap keadaan, dengan membaca kita terlibat didalamnya sebagai tokoh, hati, perasaan dan pikiran kita terlibat,” tutur wanita kelahiran Bone itu. Dari kegemarannya tersebut, Ana mulai menulis dan menerbitkannya ke media. Baginya, dengan menulis karya sastra tidak hanya menuangkan hobi tapi juga meninggalkan jejak. “Menulis itu sama dengan meninggalkan jejak kita. Tulisan bisa melampaui usia kita, apa lagi karya sastra yang bisa dinikmati kapan saja. Sehingga ketika suatu saat nanti tidak ada, orang lain tetap bisa menikmati karya saya,” ujar Ana. Saat duduk di kelas lima sekolah dasar, tulisannya dimuat di koran lokal. Ia menceritakan, pada zamannya tidak mudah mejadi penulis, apa lagi menerbitkannya ke media. Selain harus mengirim lewat pos, penulis tidak mendapat kepastian apakah karyanya akan dimuat atau tidak dalam waktu cukup lama. Namun hal itu tidak melenyapkan tekadnya, justru menjadi tantangan untuk menerbitkan naskahnya ke media yang lebih besar lagi. Ia pun berhasil menerbitkan karyanya di media nasional saat kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Pertama kali mengirimkan tulisan ke media nasional kelas tiga


identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

CIVITAS

17

ISTIMEWA

Bangunan Runtuh: Kantor Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) menjadi salah satu gedung yang ambruk akibat gempa bumi di Kabupaten Majene, Jumat (15/1). Pascabencana ini, Unhas mengeluarkan kebijakan bagi mahasiswa asal Sulbar dalam penyesuaian uang kuliah tunggal (UKT).

Uluran Tangan Unhas di Tengah Kondisi Pelik

A

wal tahun 2021, Indonesia berduka. Gempa bumi tektonik melanda Sulawesi Barat, Jumat (15/1). Bencana ini merusak berbagai fasilitas umum dan tidak sedikit harta benda warga yang hilang. Menanggapi hal tersebut, Universitas Hasanuddin (Unhas) mengeluarkan kebijakan pembebasan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sementara bagi mahasiswa asal Sulbar. Surat Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Rektor Unhas No. 266/UN4.1/KEP/2021. Maklumat yang dikeluarkan Senin (16/1) ini diperuntukkan untuk Program Pendidikan Sarjana, Profesi Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan, ners dan Fisioterapi. Untuk mendapatkan bantuan tersebut, mahasiswa harus memenuhi beberapa syarat. Di antaranya yakni harus mengajukan surat permohonan kepada rektor Unhas melalui dekan fakultas masing- masing. Kemudian, mahasiswa juga menyiapkan surat keterangan dari lurah atau kepala desa, surat pernyataan orang tua atau pihak yang membiayai dan foto rumah sebelum bencana (opsional) dan sesudah bencana. Menurut Direktur Perencanaan dan Pembangunan Unhas, Dr Nirwan Msi, syarat- syarat tersebut diperlukan untuk memastikan bantuan tepat sasaran. “ Justifikasi atau bukti diperlukan untuk memastikan penyaluran bantuan tepat,”

kata Nirwan, Selasa (19/1). Sejumlah syarat yang harus diunggah di portal regmhs.unhas.ac.id ini menimbulkan keluhan. Salah satunya datang dari mahasiswa Peternakan, Andi Cahyani Aulia. Ia menyayangkan mengapa mahasiswa harus mengurus beberapa berkas di tengah kondisi pelik. “Teman- teman di sini masih trauma untuk pulang, bahkan beberapa takut keluar dari posko,” ujar mahasiswa angkatan 2018 ini, Kamis (21/1). Lebih lanjut, ia menjelaskan beberapa mahasiswa yang mengungsi di luar kota juga harus kembali ke daerah asal demi mendapatkan tanda tangan lurah/ kepala desa untuk memenuhi persyaratan berkas. Sementara itu, kantor belum beroperasi dan lurah sendiri sedang mengungsi. Di balik sejumlah keluhan, salah satu mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2018, Nilam Sedayu berusaha mencari solusi. Sulitnya mendapatkan surat keterangan lurah atau kepala desa ia coba atasi dengan tanda tangan dari kepala lingkungan. Tidak hanya itu, di tempat pengungsian Nilam juga mengaku sulit mengakses portal pengajuan berkas karena jaringan. “Untuk mengirim berkasnya itu saya minta tolong ke temanku yang ada di Makassar karena di sini jaringan jelek. Kami mengungsi di pegunungan,” paparnya. Mendengar keluhan- keluhan tersebut, identitas mencoba

menghubungi kepala Humas Unhas, Ishaq Rahman. Namun ia dan timnya mengaku belum mendengar keluhan seperti itu. “Saya belum mendengar keluhan seperti itu, syarat yang ditetapkan itu pun sudah dipertimbangkan sebelumya,” ujarnya, Kamis (21/1). Setelah mendengar kabar ini, tepatnya Selasa (25/1) barulah Unhas menanggapi. Nirwan Msi kembali angkat bicara. Ia menjelaskan mahasiswa yang terkendala surat keterangan kepala desa atau lurah dapat menggantinya sementara dengan surat pernyataan. “Surat pernyataan dapat ditulis tangan oleh mahasiswa itu sendiri,” papar dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini, Selasa (25/1). Lebih lanjut, Nirwan menjelaskan, dalam surat pernyataan tersebut mahasiswa harus menjelaskan alasan mengapa surat lurah atau kepala desa belum diperoleh. Mahasiswa juga menyertakan waktu kapan berkas tersebut dapat dilengkapi. Dengan adanya keringanan ini, Nirwan berharap tidak ada lagi mahasiswa Sulbar terdampak gempa yang tidak mendaftar. Setelah dinyatakan lulus sebagai penerima bantuan, namun tidak segera mengumpulkan berkas sampai batas waktu yang telah disebutkan dalam surat pernyataan maka bantuannya akan dibatalkan. Tidak hanya itu,

mantan penerima bantuan juga harus membayar kembali UKT nya. Jika tidak, mahasiswa bersangkutan akan terkendala saat menyelesaikan studinya nanti. “Dibatalkan persetujuannya, berarti dia lalai sama janjinya. Mereka diwajibkan membayar kembali UKT-nya sendiri. Yah kalau misalnya dia tidak bayar, nanti akan terkendala sendiri saat mau jadi sarjana,” tegas Nirwan. Dari 125 orang Mahasiswa Sulbar yang mengajukan surat permohonan bantuan, berkas yang diterima sebanyak 85 orang. 40 diantaranya tidak menyelesaikan langkah-langkah hingga ke tahap verifikasi. “40 itu tidak melanjutkan, ada yang karena salah pilih, mungkin juga ada alasan lain, 40 orang itu tidak melanjutkan ke tahap mengunci dokumen” ujar Nirwan Selasa, (9/2). Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam itu menjelaskan, dari 85 orang yang sampai pada tahap verifikasi, 3 orang ditolak. Satu di antaranya disebabkan salah memilih kategori bantuan. Sebenarnya ia memilih bantuan kategori potongan 20%, namun dengan alasan bantuan yang masih terbuka saat itu hanya bantuan Sulbar saja. Dua di antaranya ditolak karena kelengkapan dokumennya tidak sesuai, alamat Kartu Keluarga bukan berdomisili Sulawesi Barat.  Ils/San


18

IPTEKS

identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

IDENTITAS/ ILMA NURFAHMI

Cegah Gizi buruk dengan Ekstrak Daun Kelor

T

ubuh membutuhkan gizi seimbang dengan asupan vitamin dan mineral yang cukup agar tetap sehat dan mencegah berbagai penyakit. Terlebih pada masa kehamilan, gizi ibu hamil perlu lebih diperhatikan untuk kesehatan dan perkembangan janin yang dikandungnya. Lalai dalam memerhatikan kebutuhan nutrisi dapat menyebabkan gizi buruk atau malnutrisi. Kondisi ini membuat berat badan rendah, menurunnya kemampuan belajar, sulit konsentrasi, dan mudah terserang penyakit. Dilansir dari nasional.tempo.co, kasus kekurangan gizi di Indonesia sangat tinggi, yakni sekitar dua juta anak mengalami gizi buruk dan lebih dari tujuh juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting. Keadaan ini diperburuk dengan hadirnya pandemi Covid-19, di mana banyak keluarga tidak mampu membeli makanan sehat dan bergizi akibat penurunan pendapatan. United Nations Children Fund (UNICEF) memperkirakan anak

yang mengalami kekurangan gizi bisa meningkat 15 persen. Peristiwa ini pastinya membutuhkan perhatian lebih, baik dari pemerintah maupun kalangan akademisi. Di Unhas sendiri, melalui Fakultas Kesehatan Masyarakat menemukan solusi mengatasi malnutrisi dari daun kelor. Riset ini dilakukan oleh Prof dr H Veni Hadju M Sc PhD bersama timnya. Veni mengatakan tanaman herbal yang banyak ditemukan di Indonesia ini memiliki khasiat istimewa dan mampu mengatasi berbagai penyakit. “Suplemen kelor lebih bagus dibanding suplemen gizi yang lain, kelor mampu memperbaiki kerusakan seluler karena mengandung antioksidan,” ungkap Veni. Dalam penelitiannya, daun kelor diekstrak dan dijadikan kapsul, kemudian diberikan kepada ibu hamil dan menyusui. Pemberian satu kapsul daun kelor diberikan sekali sehari, sedangkan suplemen yang masih dalam bentuk tepung diberi dua kali. Lokasi penelitian pun

Tak hanya rasanya yang lezat untuk dijadikan sayur, ternyata daun kelor memiliki banyak manfaat. Salah satunya dapat mencegah kekurangan gizi bagi ibu hamil dan anak.

dilakukan di beberapa Puskesmas di Sulawesi Selatan, Kota Makassar, Jeneponto, Maros, dan Gowa. Untuk memastikan khasiat suplemen ini, Veni tak hanya mengamati perkembangan ibu hamil, tapi juga perkembangan bayi hingga usia enam bulan dan balita sampai menginjak usia lima tahun. Riset yang dimulai sejak 2013 ini pun menemukan bukti bahwa daun kelor memberikan manfaat yang baik. “Pada ibu hamil luar biasa hasilnya, banyak yang merasa tenang, lebih nyaman dan berat badannya juga naik. Sedangkan pada balita sampai saat ini masih diamati, dilihat dari aspek berat badannya,” jelas pria kelahiran Kota Gorontalo pada Jumat (22/01). Meskipun penelitian Veni sudah membuahkan hasil, bukan berarti tidak mendapatkan kendala. Adanya mitos di lingkungan masyarakat mengenai daun kelor yang dapat membahayakan ibu hamil, sedikti menghambat diawal penelitiannya.

Oleh karena itu, Ia harus melakukan beberapa kali penyuluhan kepada masyarakat dan tenaga medis. Hingga sekarang, Veni dan timnya tengah mengurus izin produksi massal dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain itu, mereka juga melakukan pengembangan inovasi dengan bantuan dana dari Kementerian Kesehatan dan Riset, APBD dari beberapa kabupaten seperti Jeneponto dan bekerja sama dengan pabrik herbal Madium. “Kami sedang mencoba beberapa modifikasi, saya mencoba membuat kapsul kelor yang dicampur royal jelly,” ujarnya. Ia juga berharap bisa mensinergikan satu kapsul tambah darah dan satu kapsul ekstrak daun kelor serta memiliki pabrik untuk memudahkan produksi. “Saya punya mimpi punya pabrik sendiri untuk memproduksi ekstrak kelor di Makassar,” harapnya. Oktafialni Rumengan


identitas

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

POTRET

19

Vaksinasi Massal Kota Makassar

S Pemeriksaan Suhu

Registrasi

Naskah dan Foto : Nur Ainun Afiah

Pengecekan Tekanan Darah

Menyiapkan Suntik Vaksin

Menyuntikkan Vaksin

ejumlah tenaga kesehatan (nakes) terlihat di Gedung JK Arenatorium Unhas, Senin (15/2). Sembari membawa berkas pendaftaran, para nakes berbaris mengambil nomor antrian untuk divaksin. Ini kali kedua pelaksanaan vaksinasi massal di Kota Makassar, kerja sama antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Kota Makassar dan Satgas Covid-19 Unhas. Berikut kami sajikan potret suasana vaksinasi.


20

LINTAS

identitas

21

NO. 920, TAHUN XLVII, EDISI FEBRUARI 2021

Lintasi Samudra Bersama Lalat Buah

M

ungkin judul ini terasa aneh. Bagaimana bisa lalat buah dapat membawa seseorang melintasi samudra. Namun, setelah membaca tulisan ini, semoga dapat menggambarkan apa yang saya alami. Cerita dimulai saat saya diterima sebagai mahasiswa program doktoral di Universias Kanazawa pada 1 Oktober 2012. Universitas itu terletak di ibu kota Prefektur Ishikawa, kota bersejarah yang terletak di pantai barat Jepang. Dahulu merupakan tempat tinggal salah satu klan terkaya dan terkuat masa Tokugawa Shogunate, yakni Klan Maeda. Karena dikenal dengan cerita sejarahnya, di kota tersebut terdapat beberapa tempat wisata yang digemari oleh pelancong mancanegara, di antaranya museum seni kontemporer abad ke-21, pasar Omicho, dan distrik Higashi Chaya. Bila ingin berkunjung, kesempatan yang baik ketika musim semi saat Bunga Sakura bermekaran dan musim dingin salju menghiasi berbagai tourist spot tersebut. Kembali lagi, selama menempuh pendidikan saya dibimbing oleh Prof Yoshinobu Nakanishi, seorang peneliti bidang imunologi (cabang ilmu kedokteran dengan asas ilmu pengetahuan alam dasar yang mempelajari penyakit, penyebab, dan solusinya). Saya diperkenalkan dengan lalat buah. Serangga mungil ini biasa dijumpai pada buah yang sudah kelewat matang. Lalat buah atau Drosophila melanogaster merupakan organisme model yang sangat menjanjikan dan masih jarang diteliti dalam ilmu biomedik. Di mana sebelumsebelumnya

menggunakan model tradisional seperti mencit dan tikus, maka keberadaan organisme model alternatif pun sangat diperlukan. Terobosan ini menjadi pertimbangan untuk menggantikan penggunaan hewan model tradisional dalam pengujian pra-klinik kandidat obat baru. Berkat penelitian menggunakan lalat buah, saya diberikan kesempatan mengikuti berbagai konferensi internasional di Kyoto, Kobe, dan Toyama, serta dua kota mancanegara yaitu Busan (Korea Selatan) dan Marbella (Spanyol). Salah satu pertemuan ilmiah internasional yakni Toll Meeting 2015 di Marbella yang memberikan saya kesempatan untuk mempresentasikan hasil riset di depan peneliti dunia, termasuk peraih Nobel Prize tahun 2011, Prof Jules Hoffman. Marbella merupakan suatu kota turis yang terletak di dekat Cordoba dan laut Mediterania. Saking terkenalnya, ilmuwan dan petualang Islam Ibnu Battuta mengumpamakan Marbella sebagai “a pretty little town in a fertile district.” Salah satunya adalah Alcazaba, sebuah benteng yang dibangun ketika Islam berkuasa di Cordoba pada abad ke10. Hingga kini, masih berdiri kokoh dan merupakan salah satu lokasi yang sering dikunjungi oleh turis domestik maupun mancanegara. Singkat cerita, pada Maret 2016 saya pun berhasil menyelesaikan studi program doktoral di Kanazawa University dan kembali ke tanah air. Tentunya, kerja sama penelitian dan publikasi dengan Prof Nakanishi masih terus berlanjut. Hingga kami, tim dari Unhas melakukan studi banding ke laboratorium

lalat buah yang ada di luar negeri. Lagi-lagi, berkat hal itu saya berangkat ke Manchester, Inggris menggunakan dana kerja sama Unhas dan The University of Manchester (UoM), Juni 2017. Saya bertemu dengan beberapa peneliti lalat buah namun yang paling berkesan dengan Prof Andreas Prokop. Melalui kolaborasi internasional dengan Prof Prokop, saya berinisiatif untuk memperkenalkan platform riset in vivo alternatif menggunakan lalat buah di Fakultas Farmasi Unhas. Maka diluncurkan laman Fly Indonesia atau flyindonesia. wordpress.com untuk mendukung inisiatif tersebut. Fly Indonesia, mencoba untuk memperkenalkan penggunaan lalat buah sebagai model alternatif dalam riset biomedik dan farmasi. Halaman ini menawarkan solusi murah, mudah, dan applicable terhadap permasalahan pendidikan dan penelitian pada level perguruan tinggi. Berkat kerja sama Jepang dan Inggris, penelitian menggunakan lalat buah di Unhas pun mulai berjalan. Tim riset kami, Unhas Fly Research Group (UFRG) pun terbentuk dan hingga kini telah berhasil mempublikasikan hasil penelitian di jurnal nasional maupun internasional.

DOKUMENTASI PRIBADI

Kemudian berhasil mengantarkan lebih dari 20 mahasiswa bimbingan strata sarjana dan magister untuk menyelesaikan penelitian dan mendapatkan gelarnya. Hingga saat ini, peneliti di UFRG telah berkolaborasi dengan puluhan peneliti mancanegara. Manfaatnya dapat dirasakan oleh Unhas secara langsung maupun tidak. Seperti mendatangkan peneliti-peneliti kelas dunia untuk berbagi ilmu. Nah yang akan datang, empat dosen dari luar negeri, termasuk Dr. Tim Weil dan Dr. Robert Kinobe (James Cook University, Australia), bersedia menyampaikan ilmunya untuk mahasiswa program sarjana dan Pascasarjana Fakultas Farmasi Unhas pada Maret - Mei 2021. Pertemuan dengan Prof Nakanishi dan lalat buahnya telah membuka jalan bagi saya untuk menyusuri berbagai tempat di luar negeri dan menjadi pribadi yang lebih berkembang. Melalui perjumpaan dengan peneliti dan cendekiawan dunia, kolaborasi internasional dalam bidang pendidikan dan penelitian pun berhasil dilahirkan. Penulis Firzan Nainu, dosen Fakultas Farmasi Unhas


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.