identitas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
Pungutan Tanpa Aturan Hingga saat ini tak ada aturan jelas terkait pemanfaatan lahan parkir. Alhasil, pemungutan biaya menjadi seikhlasnya, bahkan seenaknya. Lanjut halaman 7.
2
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
karikatur
tajuk
Beberapa parkiran di Unhas ternyata ada yg berbayar, walaupun dijaga oleh pegawai, satpam apalgi org luar. Bagaimana pendapat Anda?
Mahasiswa Mengabdi Pada Siapa? PENDIDIKAN, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Ketiganya adalah tridarma perguruan tinggi yang menjadi visi seluruh universitas. Atas dasar inilah mahasiswa dianggap mampu memberikan perubahan dalam masyarakat jika telah melalui ketiganya. Sebelum mahasiswa benar-benar mengabdi di masyarakat, universitas membekali tiap lulusannya bagaima cara mengabdi ke masyarakat lewat Kuliah Kerja Nyata (KKN). Seiring berjalannya waktu, model KKN ini pun ikut termodifikasi. Dulunya KKN berdurasi dua bulan, terjun ke masyarakat melakukan berbagai program berdasarkan disiplin ilmu masing-masing. Sebenarnya tak banyak berbeda jika menilik dari segi tujuannya di masyarakat, namun perlu kita sadari bersama bagaimana hakikat pengabdian ke masyarakat. Karena belakangan berkembang model KKN yang lebih singkat, menjalankan program tertentu, hingga ikut terlibat dalam program pemerintah. Parahnya lagi jika ada pengab dian yang sekadar studi banding ke luar negeri, memakan biaya banyak dan dampak setelahnya juga tak jelas. Model pengabdian seperti ini hanya bisa dienyam oleh mashasiswa yang memiliki taraf ekonomi yang baik. Karena biaya yang digunakan terbilang banyak dan ditanggung oleh masing-masing peserta. Lantas jika kita menilik esensinya bagaimana? Bukan kah di negeri kita, di Sulawesi Selatan sendiri masih ba nyak yang membutuhkan sentuhan tangan-tangan mahasiswa yang dianggap paling tahu. Dibanding mengeluar kan banyak uang untuk hal tersebut lebih baik mana dengan mengabdi pada daerah sendiri dan menyalurkan dana tersebut ke masyarakat. Di Sulsel masih ada daerah yang kekurangan air bersih, listrik, akses transportasi dan banyak lagi permasalahan kecil yang mesti diselesaikan. Jangan heran ketika alumni nantinya tidak bisa survive di masyarakat. Karena pengabdian yang sesungguhnya akan kita peroleh saat menghadapi dunia kerja. Mental pengabdian harus betul terbangun lewat KKN. Jika KKN hanya berdurasi dua minggu apakah itu terbilang efektif? Sebelum mengabdi, terlebih dahulu mengenal masyarakat, bersosialisasi agar mudah diterima. Program kerja yang dilakukan juga harus menyesuaikan dengan lingkungan tempat kita mengabdi. Idealnya sesuai de ngan bidang ilmu yang kita tekuni di kampus atau yang biasa kita geluti. Sehingga pembagian kuota mahasiswa juga harus dipertimbangkan. Misalnya saja sebuah daerah yang mayoritas petani, tentu mahasiswa terkait yang mengabdi di sana adalah teknologi pertanian, agribisnis, teknologi pangan dan hal terkait lainnya. Terlepas dari itu, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kualitas KKN sendiri di mata masyarakat saat ini. Hal tersebut yang perlu dipikirkan kembali. Mahasiswa mengabdi bukan untuk menghabiskan uang sendiri mengerjakan program kerja, tapi menjembatani masyarakat ke arah yang lebih baik lewat ilmu yang telah didapatkan. Karena hal tersebut, tak sembarang orang boleh KKN, harus melulusi jumlah kredit ter tentu sehingga ilmunya dianggap cukup untuk terjun ke masyarakat. Karena mengabdi yang sebenarnya ke masyarakat tak semudah yang kita bayangkan. Tapi tak juga sulit jika kita betul mampu mengaplikasikan ilmu yang kita miliki. n
Wahyudi @yudnaval_09 Harusnya itu tdk terjadi dg memaksimalkan kerja satpam, itu tukang parkir apa ada ijinnya, siapa bosnya, dikemanakan hasil uang parkirnya?? Muhammad Asri M @ablam_asri @identitasonline perasaan itu sudah lama praktek bayar parkir di parkiran Unhas
KARIKATUR/MUHAMMAD ABDUL
dari redaksi
Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di
identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com
identitasunhas.com 082343555654 085342579343
sms inbox IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Foto Bersama: Foto bersama kru dan senior PK identitas setelah rapat evaluasi kedua di Pulau Lae-Lae, Makassar, Minggu (18/9).
Keberanian
Dalam hidup cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini? (Pramoedya Ananta Toer) ADA banyak cara untuk memanfaatkan kesempatan menjadi seorang mahasiswa dengan baik. Selain serius menjalani proses perkuliahan, masuk sebuah organisasi pun bisa dijadikan pilihan tepat. Namun banyak mahasiswa yang seringkali tak bisa bertahan di organisasinya, lantas memilih keluar, mencari organisasi lain atau memutuskan untuk tidak berorganisasi lagi. Tak semua orang berani untuk menjalani konsekuensi dari pilihannya. Misalnya saja, di Penerbitan Kampus identitas. Organisasi yang setiap harinya harus melakukan kerja-kerja jurnalistik. Tak banyak yang bisa bertahan, meskipun awalnya sudah berjanji untuk melaku-
kan yang terbaik. Yang bertahan pun seringkali tidak mengerjakan tanggungjawabnya. Tak hanya anggota baru, yang sudah lama bergabung pun terkadang belum maksimal. Keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan keberanian untuk berproses melakukan perbaikan rupanya sangat sulit. Namun memikirkan bahwa sivitas akademika menanti informasi dari identitas, maka berbagai cara pun dilakukan oleh kru yang masih memiliki keberanian menjalani konsekuensi dari pilihannya sebagai jurnalis kampus. Menerapkan sistem yang disiplin, me lakukan evaluasi, berusaha memperbaiki komunikasi, saling mengingatkan dan menyemangati. Hingga akhirnya berita mengenai banyaknya permasalahan KKN, parkir berbayar yang tak punya aturan, pembentukan IKA FIKP dan berita lainnya bisa kami hadirkan. n
assalamualaikum.... maaf sebelumnya saya cuma mw menyampaikan keluhan ku sebagai anak bidikmisi.. kenapa yach sampai sekarang dana BM belum cair padhal katanya sistem pencairan yg d pakai sekrng i2 pencairan per triwulan..dan tuk jadwal cair seharusnya september..skrng sudah oktober dan sudah meleweti pertengahan jadwal perkuliahan dana belum cair”.. katanya dana bm i2 d gunakan tuk biaya pendidikan seperti beli buku dan biaya hidup..sedangkan d kampus lain sdh cair.. apa sebenarnya yg menghambat pencairan..? +6281527651xxx Mau tanya, biaya hidup utk mahasiswa KKN gel.93 kapan cair yah ? kata temen aku, KKN pas tahun lalu itu, cairnya sebelum penarikan. Ini kok lama banget, kami kan butuh kejelasan... 085395932xxx
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyunting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Akhir September 2016 Foto: Sriwidiah Rosalina Bst Layouter: Irmayana
surat dari pembaca Mahasiswa di Majelis Wali Amanat
ASSALAMU ALAIKUM. Saya ingin ber tanya, saat ini apakah sudah ada perwa kilan mahasiswa di Majelis Wali Amanat (MWA)? Bagaimana kedepannya struktur MWA jika hingga 2017 mendatang belum ada perwakilan mahasiswa? Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Angkatan 2012 Tanggapan : WAALAIKUM SALAM. Terimakasih atas pertanyaannya. Sampai saat ini belum ada mahasiswa yang menjadi perwaki lan di MWA, karena belum ada lembaga yang mampu mewakili mahasiswa Unhas secara keseluruhan, dalam hal ini senat universitas. Jika 2017 mendatang masih tidak ada ketua lembaga mahasiswa ting kat universitas, MWA akan tetap berjalan tanpa mereka. Ir. Abdul Rasyid Jalil, M,Si. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Pilih Proyek atau Mahasiswa
TERIMAKASIH
telah
memuat
per
tanyaan saya. Selama mengikuti masa perkuliahan, saya seringkali mendapati ada beberapa dosen yang kinerjanya se bagai tenaga pengajar berkurang. Ada yang telat masuk kelas, bahkan tidak hadir dikarenakan kesibukannya dalam melakukan proyek penelitian atau sedang menerima tamu dari luar. Pada saat itu, tidak ada pengajar lain yang menggan tikannya. Pertanyaan saya, siapa sebe narnya yang lebih diprioritaskan untuk dicerdaskan? Mahasiswa Fakultas Farmasi Angkatan 2013 Tanggapan : TERIMA KASIH, Semestinya dosen tidak mengabaikan tugas pokoknya mengajar di kelas. Namun, seringkali bersamaan dengan itu, mereka pun harus menjamu tamu yang datang tiba-tiba, sehingga be lum sempat berkoordinasi dengan tim teaching. Bagi dosen yang menghadiri ra pat atau harus melaksanakan pengabdi an di tempat lain, seharusnya mengganti jam kuliahnya di hari lain. Prof Dr Gemini Alam MSi Apt Dekan Fakultas Farmasi
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER2016 Lapangan Sepak Bola Jadi Lahan Parkir
ASSALAMU ALAIKUM. Terimakasih ke pada identitas telah memuat pertanyaan saya. Di sekitar taman Pascasarjana yang biasanya digunakan sebagai arena lati han dan perlombaan sepak bola, kini be ralihfungsi menjadi lahan parkir. Lalu, bagaimana sebenarnya pengaturan lahan parkir di Unhas? Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2015 Tanggapan : TERIMA KASIH atas pertanyaannya. Sebenarnya sudah ada lahan parkir di sekitar sana. Lahan parkir di depan FIKP sudah difungsikan kembali. La han inilah yang tidak dimanfaatkan oleh mereka, sehingga beberapa dian taranya memilih memarkir kendaraan bukan pada tempatnya. Jadi saya meng himbau sivitas akademika untuk me markir kendaraan di tempat yang telah disediakan. Morex Rein SE Kepala Sub Bagian Rumah Tangga
3
wall facebook KKN Poso bekerjasama dengan Kementerian Sosial. Program KKN ini menjanjikan ke masyarakat beberapa program kerja, namun hingga KKN berakhir, dana yang dijanjikan oleh Kemensos tak kunjung cair. Beberapa program KKN Tematik pun dibatalkan karena kurangnya persiapan dan anggaran. Bagaimana tanggapan Anda? Dewi Asih Jaya Sukaltim Jika memang sejak awal ada perjanjian berupa kerja sama, maka pihak kemensos seharusnya harus lebih bertanggung jawab dalam mencairkan anggaran yang sudah seharusnya digunakan untuk program kerja yang telah dijanjikan untuk masyarakat. Roeslan Moehammad KKN poso; upaya mandiri mahasiswa menjaga nama baik almamater, Kodam, kemensos, & pemerintah setempat.
agenda Rapat Kerja Nasional Asosiasi Mahasiswa Anti Korupsi Indonesia Gerakan Radikal Anti Tindak Pidana Korupsi Fakultas Hukum (Garda Tipikor FH) Waktu: 28 – 30 Oktober 2016 Tempat: Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas CP: 085394495822 (Fauzy) Nursing Camp Badan Pengurus Harian Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran (BPH Himika FK UH) Waktu: 21- 23 Oktober 2016 Tempat: STIE AMKOP
CP: 089677775657 (sekretariat) Twitter: @bph_himika LP2KI Fair 2016 Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Penalaran dan Penulisan Karya Ilmiah (UKM LP2KI) Fakultas Hukum Waktu : 5-7 Oktober 2016 Tempat: Aula Harifin A Tumpa Fakultas Hukum CP: 081355973002 (Sekretariat) E-mail: lp2ki.hukumunhas@gmail.com Blog: www.lp2kihukumunhas.org Presentasi Pengumuman Juara Kompetisi Karya Ilmiah Remaja dan Esai Mahasiswa (Kreasi)
Tema: “Mewujudkan Indonesia Emas 2045 Berbasis Sustainable Development melalui Inovasi Generasi Muda” Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Penalaran dan Penulisan Karya Ilmiah (UKM LP2KI) Fakultas Hukum Waktu: 7 Oktober 2016 Tempat: Aula Harifin A Tumpa Fakultas Hukum CP: 081355973002 (Sekretariat) E-mail: lp2ki.hukumunhas@gmail.com Blog: www.lp2kihukumunhas.org Talkshow Ampuh 2016 “Dwikewarganegaraan: Anak Bangsa Indonesia atau asing?” Asosiasi Mahasiswa Hukum Perdata Fakultas Hukum (Ampuh)
Waktu: 9 November 2016 Tempat: Auditorium Fakultas Kedokteran CP: 085299792400 (Sekretariat) Twitter: @infoAMPUH E-mail: ampuh.unhas@gmail.com Guest Lecture Tema “Integrated View of Reservoir Engineering Daily Work” Society Of Patreleum Engineers Hasanuddin University Student Chapter (SPE Unhas SC) Waktu: 15 Oktober 2016 Tempat: Gedung TNR lantai 3 FMIPA Unhas CP: 087833075770 (Yanti)
4
opini
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
Masa Depan Kampus: Generasi Mace’ Versus Generasi Kudapan
Oleh M.Mario Hikmat.A SETIAP kampus pasti memiliki sebuah ruang yang menyimpan begitu banyak nilai sejarah. Entah itu di kantin, perpustakaan, lorong-lorong sempit di pinggiran kampus atau tempat duduk sederhana di sekitar ruang terbuka yang rindang. Di tempat itu, buah pikiran diadu. Perbincangan tentang persoalan filsafat hingga persoalan yang menimpa rakyat didiskusikan sampai menemukan titik terang. Semua dibahas mendalam. Aktivitas inilah yang menjadikan mahasiswa disebut sebagai kaum intelektual. Sebuah tempat menjadi penting bagi tumbuhnya gagasan tentang perubahan. Sebuah ide yang tidak didiskusikan hanya akan menjadi sekumpulan gagasan yang tak ada gunanya. Kita selalu butuh ruang untuk membenturkan gagasan kita de ngan gagasan lain. Produksi ruang intelektual yang diba ngun atas kesadaran ini, menjadi potret yang mengakar dalam tradisi pengemba ngan pengetahuan oleh para mahasiswa. Tindakan kolektif mereka telah menjadikan kampus selalu hangat dengan segala aktivitas diskusi tentang berbagai hal.
Aktivitas intelektual yang selalu dirawat inilah yang pada akhirnya mampu memberi makna baru bagi sebuah tempat yang bernama kantin atau lorong-lorong kampus yang oleh sebagian orang hanya digunakan sebagai solusi untuk mengisi perut. Lebih dari itu, kantin menjadi tempat mengisi dan memproduksi sebuah gagasan. Di ruang itu, sejarah lahir dan menyimpan banyak cerita utamanya awal mula munculnya ide-ide perubahan yang menegakkan kebenaran dan menjunjung tinggi keadilan.
Hilangnya Ruang
David Harvey, seorang professor antropolog terkemuka, mengulas tentang bagaimana semangat kapitalistis akan memiliki efek terhadap produksi sebuah ruang. Dalam tinjauanya, untuk menjaga akumulasi kapital tetap berjalan, ekspansi ke berbagai ruang menjadi sebuah keharusan. Ruang yang kelihatanya tidak memiliki sumbangsih besar terhadap proses memperbanyak keuntungan, akan digeser dan dijadikan darinya sebuah ruang baru yang cenderung lebih ‘menjual’ kepada konsumen dan mampu mendatangkan potensi meningkatnya keuntungan. Kapitalisme modern telah menjadikan ruang sebagai sebuah komoditas. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU-PT), mendapat respon negatif dari para mahasiswa. Terciumnya aroma kebijakan yang berbau kapitalistis, mengharuskan mahasiswa untuk memperketat konsolidasi
gerakan. Sebab, konsep otonomi yang dianut oleh kebijakan ini akan mengancam sedikit banyak kebebasan berekspresi mahasiswa. Privatisasi, komersialisasi, dan sekelumit permasalahan yang lain akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan kampus. Semangat kapitalistis yang dibawa UU-PT telah menjadi momok yang dapat mengancam ruang intelektual kampus. Logikanya sederhana, jika ruang tersebut tidak memberi keuntungan secara finansial, lebih baik ruang itu diberikan kepada investor yang mampu melipatgandakan keuntungan. Teror kemudian datang menghampiri ruang-ruang hidup (lived space) di dalam kampus. Ruang yang dihidupi oleh berbagai macam gagasan dari para mahasiswa dan telah berdiri sejak lama di kampus, sedikit demi sedikit, oleh para birokrat kampus mereka coba hilangkan dan ganti dengan outlet atau mini market. Di kampus, kita mengerti bahwa produksi pengetahuan tidak hanya terjadi di dalam ruang-ruang perkuliahan, proses pertukaran ilmu pun terjadi di ruang sederhana seperti kantin. Penggusuran dan upaya penghapusan ruang yang dihidupi oleh suasana intelektual tersebut ternyata berdampak bagi kemerosotan tradisi pertukaran pengetahuan di kampus. Mahasiswa yang tercerabut dari ruangnya akan me ngalami gangguan psikologis. Alih-alih munculnya gagasan baru, penghapusan ruang yang bersejarah di dalam kampus ini malah akan menurunkan semangat
ILUSTRASI/IRMAYANA
diskusi diskusikita. kita.Mahasiswa Mahasiswa seolah seolah kehila ngan ‘rumah’ dan seperti memasuki dunia baru yang kering dan asing bagi dirinya sendiri. Baru-baru ini di kampus Universitas Hasanuddin, ruang yang menjadi sumber kehidupan beberapa orang penjual makanan di kampus, harus menanggung akibat dari penggusuran yang dilakukan atas arahan pemimpin universitas. Berdalih untuk renovasi, uang kebersihan, sewa tempat dinaikkan harganya, hingga penjual tidak mampu membayar dan tak bisa lagi berjualan di sana. Pengusiran paksa yang dilakukan sangat lembut seperti ini lah yang kerap menjadi potret suram kebijakan kampus. Akibatnya, ruang yang selama ini menjadi menjadi tempat sebagian orang menggantungkan hidupnya dan tempat mengadu gagasan oleh para mahasiswa, kini telah tiada. Hal ini membuat sivitas akademika kecewa. Tidak sampai disitu saja, hal ini mengakibatkan munculnya dua generasi. Saya menyebut generasi pertama sebagai Generasi Mace’, generasi yang menyulap beberapa ruang kampus -termasuk kantin- menjadi ruang yang hidup dan kental dengan berbagai gagasan perubahan. Mereka tak risih dengan bungkusan sederhana dari warung para mace’-mace’ ini, karena yang terpenting bukan kondisi tempatnya, tapi nuansa intelektual didalamnya. Sedangkan generasi selanjutnya adalah Generasi Kuliner Dapur Nusantara(Kudapan). Generasi ini merupakan potret generasi yang acuh dan abai terhadap realitas sosial. Mereka akan merasa risih jika sebuah tempat membeli makan tidak senyaman kafe-kafe modern. Menjadikan ruang yang ada di kampus sekedar tempat persinggahan untuk menunggu jam kuliah. Tidak ada diskusi tentang rakyat miskin, tidak ada proses pertukaran gagasan yang mereka lakukan. Sungguh berbeda bagai langit dan bumi. Ringkasnya, kualitas intelektual mahasiswa beberapa tahun yang akan datang, ditentukan oleh sisa-sisa ruang intelektual yang masih terjaga di kampus. Acapkali terjadi upaya penguburan sejarah dengan cara menggusur atau mengganti ruangruang intelektual ini. Jelas, potret suram ini butuh perlawanan mahasiswa dengan berusaha me rawat dan mempertahankan sisa-sisa ruang intelektual yang masih hidup di kampus. Hal ini dilakukan sebagai salah satu perjuangan merawat keberanian dan menjaga masa depan kampus agar tetap menghasilkan gagasan-gagasan perubahan. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Angkatan 2012, Wakil Presiden BEM FKM UNHAS Periode 2015-2016, dan Ketua LISAN (Lingkar Mahasiswa Islam untuk Perubahan) Komisariat Medis UNHAS
wansus
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
Peradaban Maju Itu Menghargai Perempuan Barrack Obama mengatakan, tidak mungkin suatu negara maju jika mereka meninggalkan sebagian dari masyarakatnya. Olehnya, kalau bangsa ini mau maju, perempuannya pun harus maju. Kenyataanya, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), melaporkan terdapat 421 aturan yang tidak adil untuk kaum hawa. Ironis memang, karena ternyata masih banyak diantara mereka yang tidak menyadari haknya. Lantas bagaimana seorang Andreas Harsono, aktivis Hak Asasi Manusia yang kerap aktif memperjuangkan hak perempuan dan isu minoritas melihat hal ini. Berikut petikan wawancara reporter identitas, Khusnul Fadilah bersama Penulis Buku Agama Saya adalah Jurnalisme ini saat berkunjung ke identitas, Minggu (28/8). Perempuan sebenarnya dikekang banyak aturan. Lantas, haruskah kita melawan budaya atau pemahaman tersebut? Laki-laki yang baik adalah yang mendukung hak perempuan. Saya ingin menga takan, apapun jenis kelamin dan gender kalian, sebaiknya kita membuat kemajuan bersama. Siapa yang cakap memimpin, beri dia kesempatan memim pin. Intinya, beri mereka kesempatan tidak peduli apapun jenis kelaminnya. Perhatikan, negara yang maju adalah negara yang berusaha mengatasi diskriminasi pada perempuan dan sebaliknya negara yang miskin adalah negara yang tingkat diskriminasi perempuannya tinggi. Stigma perempuan yang selalu dibawah laki-laki membuat aturan ini semakin kuat. Padahal peradaban yang maju itu menghargai hakhak perempuan. Lantas, apa yang membuat diskriminasi tersebut masih sering terjadi hingga sekarang? Menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, terdapat 421 aturan di Indonesia yang mendiskriminasi perempuan. Misalnya, dilarang keluar malam, naik motor dilarang ‘ngangkang’ dan lain-lain. Di Sulawesi sendiri, saya
lihat memang ada semacam perangkap budaya. Perempuan bugis harus bersikap malebbi. Jika dia banyak bicara maka akan dianggap kurang sopan. Tak hanya disini, tempat lain juga ada. Jangankan soal budaya, tengok dunia pendidikan kita. Saya pernah bertanya ke beberapa professor di bidang kedokteran. Kenapa mahasiswi kodokteran sedikit yang diberikan bantuan biaya kuliah, paling banter hanya lima belas persen padahal dokter perempuan sa ngat dibutuhkan. Ia lalu menjawab, untuk menjadi dokter ahli, dibutuhkan waktu studi yang lama. Jika kita membiayai mahasiswi perempuan, biaya yang ditelan sangat banyak dan kenyataannya setelah menikah mereka memilih tidak jadi dokter. Lalu kenapa hal itu bisa terjadi? Sepertinya banyak perempuan yang masih tidak sadar akan haknya. Mereka kewalahan membedakan yang mana dan bukan kodrat. Kodrat perem puan sudah jelas melahirkand an menyusui anak, sedangkan mendidik anak dan mengerjakan pekerjaan rumah dianggap bukan, itu sesuatu yang bisa dipelajari. Hingga kini yang berkembang secara teori, laki-laki bekerja di
sektor publik dan perempuan di sektor domestik. Anda sangat aktif memperjuangkan kesetaraan gender dan membela hakhak perempuan, pengalaman apa yang yang sangat berkesan bagi Anda ? Pernah suatu kali saya memimpin liputan tentang tes keperawanan yang dilakukan oleh militer dan kepolisian. Jika sudah tidak perawan, dianggap tidak bermoral. Bagaimana mungkin meng hubungkan moral seseorang dengan keperawanan. Katakanlah seseorang terbukti tidak perawan, akan tetapi ia punya bakat, fisik dan cara berpikir yang cocok untuk jadi polisi. Saat itu polisi menjawab peruntukan tes ini guna menghalangi pelacur ma suk ke kepolisian. Pertanyannya kemudian, bagaimana dengan laki-laki yang tidak dites, dan ternyata seorang gigolo. Terbukti, aturan itu tidak adil untuk pe rempuan. Setelah liputan ini saya publikasikan, dampaknya sangat besar, tes keperawanan kini dihapus Anda selalu menegaskan bahwa untuk kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada perempuan seharusnya yang meliput adalah wartawan pe rempuan, alasannya ? Banyak sekali kasus pelecehan seksual yang diliput oleh wartawan laki-laki, pa rahnya dokter yang memeriksa korban juga adalah laki-laki. Kenapa tidak boleh laki-laki, karena kebanyakan pelaku kekerasan seksual adalah kaum adam. Jika yang mewawancarai korban adalah laki-laki maka besar kemungkinan besar korban akan takut dan trauma. Liputan yang pernah saya lakukan membuktikan, dengan wartawan perempuan, korban bisa lebih terbuka. Nilai-nilai apa yang Anda pegang sampai 20 tahun membela isu minoritas dan apa masalah yang pernah Anda hadapi? Selama saya masih bisa bermanfaat bagi orang lain, ya lakukan saja. Jangan terlalu emosional menghadapi kasus tertentu. Jangan berkelahi hanya karena membela atau mempertahankan pendapat. Saya sering mendapat ancaman, tapi intinya hingga saat ini saya masih selamat. n
ISTIMEWA
data diri Nama Asli : Andreas Harsono Pekerjaan : Peneliti Hak Asasi Manusia Anggota Aliansi Jurnalis Independen Jakarta Anggota Lembaga Studi Arus Informasi Anggota Konsorsium Internasional untuk wartawan investigasi Pendiri dan Jurnalis Majalah Pantau Pendididkan : Universitas Kristen Satya Wacana Prestasi : Penerima Nieman Fellowship on Journalism dari Universitas Harvard
5
kronik Rusa Unhas Mati Digigit Anjing KANDANG rusa Unhas yang terletak di Pintu Satu Unhas, sementara harus dipindahkan di kandang Fakultas Peternakan ketika perayaan Dies Natalis Unhas ke-60 tahun. Pemindahan ini berdasarkan instruksi dari Jusuf Kalla sebagai Ketua Ikatan Alumni (IKA) Unhas. Akibat pemindahan tersebut, rusa tidak lagi dijaga ketat keamanannya. Saat di Pintu Satu, kandang rusa berdekatan dengan pos Satuan Pengaman (Satpam), sehingga keamanan rusa dapat dipantau oleh Satpam. Jumat malam lalu (9/9), dua ekor anak rusa ditemukan mati di dalam kandang barunya. Anak rusa tersebut digigit oleh dua ekor anjing liar yang tibatiba masuk ke kandang. Melihat kejadian tersebut Trianta Tahir yang kebetulan pengurus kandang ayam Fakultas Peternakan melaporkan kejadian tersebut ke Satpam yang bertugas di Pintu Satu Unhas. Satpam yang menerima laporan mengaku bahwa itu bukanlah bagian dari tugasnya. “Tugas kami disini hanya menjaga keamanan kampus, apalagi besok Jusuf Kalla akan datang ke Unhas, jadi untuk hal tersebut silahkan melaporkannya ke Pak Laode,” ujar Buntu Layu salah satu Satpam Unhas. Trianta yang merasa was-was akan keamanan rusa dengan keberadaan anjing liar di dalam kandang rusa meminta Satpam agar cepat menindak lanjutinya. “Takutnya semua rusa mati digigit anjing, saya ingin anjing tersebut secepatnya dikeluarkan,” ujarnya kepada kru identitas, Jumat (9/9). Setelah dikonfirmasi ke Kepala Sub Bagian Rumah Tangga, Morex Rein SE mengenai penyebab kematian rusa, ia mengaku belum tahu kejelasannya karena saat ini masih menunggu informasi dari Dr Yuko. “Penyebab pasti matinya rusa belum saya tahu, karena saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan dan sampai sekarang belum ada hasil yang diberikan oleh beliau,” ujarnya (14/9). Namun, Morex menambahkan bahwa kedua rusa yang mati di malam Dies Natalis Unhas tersebut adalah rusa yang stres karena dipindahkan tempatnya. n
Co-As Kedokteran Hewan, Tak Sebanding dengan Lulusan MAHASISWA Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH) pastilah bercita-cita untuk menjadi seorang dokter hewan. Setelah menempuh pendidikan Strata satu (S-1) akan dilanjutkan dengan Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) untuk mencapai gelar dokternya. Namun seringkali mereka susah untuk mendapatkan tempat Co-Assistensi (Co-Ass). Setelah dua tahun, PPDH akhirnya terbuka. Akan tetapi, mahasiswa harus bersabar karena program Co-Ass hanya diperuntukkan bagi 45 mahasiswa. Sedangkan saat ini, Kedokteran Hewan telah meluluskan 110 alumni, tidak sebanding dengan daya tampung untuk program ini. Ketua PPDH, Dr drh Dwi Kesuma Sari me ngungkapkan bahwa hal ini terjadi karena penyesuaian dengan kapasitas laboratorium di Klinik Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Unhas. Setiap tahun akan dilakukan dua putaran besar yaitu putaran internal dan eksternal. 45 orang tersebut akan dibagi menjadi tiga kelompok kecil, untuk menempati setiap bagian dalam empat minggu. “Keberadaan PPDH Unhas diharapkan mampu menyediakan lulusan dokter hewan yang dapat membantu memecahkan masalah, serta bertambahnya tenaga medis bidang satwa akuatik,” ujar Dr drh Dwi Kesuma Sari selaku Ketua PPDH Unhas. n
6
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
potret
Pengasuh Satwa Foto-foto dan Naskah: Sriwidiah Rosalina Bst BANYAK yang beranggapan jika memelihara hewan haÂnya menyita waktu. Tapi bagi orang yang punya hobi memelihara hewan adalah hal yang paling menyenangkan. Selain menyenangkan, juga memiliki banyak manfaat yang tak kita duga. Diantaranya dapat mengurangi rasa jenuh saat melihat tingkah lucu hewan peliharaan kita yang menggemaskan. Dari segi kesehatan, banyak penelitian yang membuktikan bahwa memelihara hewan dapat memberi energi positif terutama pada segi psikologis. Sedangkan dari segi bisnis, hobi ini juga dapat menambah pundi uang dengan cara beternak, megikuti kontes foto hewan, bahkan penyewaan hewan. Dalam rangka memperingati Hari Hewan Sedunia yang jatuh pada 4 Oktober dan Hari Rabies Sedunia pada 28 September, Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (Himakaha) Unhas menyelenggarakan gathering. Beberapa rangkaian acaranya, sosialisasi hewan dan bahaya rabies, serta pameran komunitas pecinta hewan. Berlangsung di Pelataran Gedung Ipteks Unhas, Minggu (9/10). Komunitas yang berpartisipasi dalam kegiatan ini yaitu Komunitas Pecinta Iguana (KPI), Famili Animal Makassar (FAM), Komunitas Pecinta Sugar Glider Indonesia RegioÂnal Makassar (KPSGI), Komunitas Sugar Glider Makassar (KGSM), Exotic Pet Lover, dan Musang Lover Makassar. n
civitas
identitas NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016 NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER2016
Pungutan Parkir Tak Punya Aturan
Hingga saat ini tak ada aturan jelas terkait pemanfaatan lahan parkir. Alhasil, pemungutan biaya menjadi seikhlasnya, bahkan seenaknya.
D
i salah satu parkiran di Unhas, motor berjejer rapi. Pengendara keluar masuk. Di jalan keluar, sekotak kardus bertuliskan “Parkir Rp 2000” terletak di atas kursi. Di sebelahnya, duduk seorang laki-laki, siap menyambut pengendara yang ingin keluar. Rupiah demi rupiah pun masuk ke dalam kardus. Namun, ada juga pengendara yang hanya memberi senyuman, lalu pergi meninggalkan parkiran. Pemandangan itu memang sering terlihat di Unhas. Bayangkan saja, sebagian besar dari 20 ribu mahasiswa aktif dan dua ribu dosen membawa kendaraan ketika ingin ke kampus. Hal ini membuat parkiran penuh sesak. Lahan parkir pun dijadikan tempat untuk meraup keuntungan. Di beberapa fakultas terdapat oknum yang memanfaatkan parkiran sebagai lahan uang. Seperti di Fakultas Farmasi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Budaya, Kedokteran, dan parkiran di depan Baruga AP Pettarani. Ada juga oknum yang memanfaatkan waktu tertentu untuk menarik uang dari lahan parkir. Seperti di Gedung Unit Pelaksana Teknis Kuliah Kerja Nyata (UPT KKN), Gedung Registrasi, dan Gedung Pusat Kajian dan Penelitian (PKP). Di sebagian fakultas parkiran dijaga Satuan Pengamanan (Satpam), pegawai, dan tenaga honorer. Namun, tidak jarang di beberapa tempat, seseorang yang tidak tercatat sebagai pegawai terlihat menjaga. Seperti Abdullah, petugas jaga parkiran Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Ia bersama seorang rekannya tidak tercatat sebagai pegawai. Sebelumnya, ia menjaga di parkiran Fakultas Peternakan. Tetapi setelah FIB membuat parkiran baru, ia pun dipanggil jadi petugas jaga parkir. Walaupun ia bukan pegawai, sehari-hari mereka setia menjaga motor mahasiswa. Lelaki yang sudah dua tahun menjaga parkiran FIB ini mampu mengumpulkan uang
dari parkiran, dalam sehari rata-rata Rp 200.000. Abdullah mengaku tidak pernah menetapkan jumlah uang yang akan diterimanya. “Kalau kita sembarang saja, yang penting halal,” ujarnya, Rabu (14/9). Sama halnya dengan Adit. Seorang pegawai yang sering terlihat di parkiran belakang Kudapan BNI. Bersama Ichal Limpo, ia menjaga puluhan hingga ratusan motor. Adit mengatakan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum (UPT MKU), pun turut mendapat pundi-pundi hasil parkiran. Uang dari parkiran ini pun praktis dibagi tiga. Dalam sehari, mereka bisa mendapat Rp 150.000. “Kita tidak pernah paksakan kalau mahasiswa tidak punya uang, yang penting bicara baik-baik,” ujar Adit ketika ditemui, Rabu (14/9). Berbeda dengan Asrar Ananda, penjaga parkir di Fakultas Peternakan. Jika yang lainnya mengelola sendiri hasil pungutan parkir, ia malah harus menyetor uang yang didapatkannya ke fakultas. Jika beruntung, setiap hari Asrar bisa memperoleh uang dari mahasiswa sebesar Rp 100.000 bahkan terkadang lebih dari itu. “Uang itu saya kumpulkan selama satu bulan, lalu disetor ke fakultas. Dari uang yang terkumpul itulah, saya menerima gaji setiap bulan sebesar satu juta rupiah,” ujarnya, Senin (19/9) Adanya pungutan di parkiran tentunya dirasakan langsung oleh mahasiswa. Ada yang tidak setuju dan ada juga yang setuju. Seperti Noer Jihan, mahasiswa sastra Jepang, setiap keluar parkiran membayar Rp 1000. Ia mengaku kurang setuju dengan pungutan ini. “Ya namanya kampus toh, masa harus berbayar,” ujarnya, Selasa (13/9). Namun lebih lanjut mahasiswa yang akrab disapa Jihan ini mengungkapkan keamanan motornya cukup terjaga dengan baik. Tanggapan berbeda diungkapkan mahasiswa Jurusan Matematika Mu-
hammad Rusdi. “Tidak baik seorang pegawai yang telah menerima gaji tiap bulan, lantas masih mengambil pungutan parkir ke mahasiswa.,” ujar Mahasiswa angkatan 2014 ini, Kamis (15/9) Tetapi, ia setuju jika petugas jaga parkir yang tidak memilki gaji tiap bulan mengambil pundi-pundi rupiah dari parkiran. Terkait hal ini, Kepala Sub Bagian Rumah Tangga, Morex Rein SE mengaku tidak bisa berbuat banyak. “Kalau orang ikhlas mau kasih uang, saya kan tidak bisa larang, masa saya mau kontrol ini orang di bawah terima uang atau tidak,” ujarnya ketika ditemui, Rabu (7/9). Lebih lanjut Morex menjelaskan bahwa walaupun ada petugas jaga parkir pegawai fakultas dan bukan pegawai, tetapi koordinator untuk semua kegiatan pe ngawasan parkir itu dipegang Satpam. Wakil kepala Satpam, Alimin, mengamini hal tersebut. Tugas Satpam di parkiran itu selain mengawasi juga mengurus ketertiban tempat parkir. Lebih lanjut, Alimin mengatakan jumlah Satpam tidak bisa mencukupi untuk ditempatkan di seluruh tempat parkir di Unhas. “Seharus nya pimpinan universitas memikirkan petugas jaga parkir, agar dibayar gajinya setiap bulan. Supaya tidak ambil uang parkir lagi,” ujarnya ketika ditemui, Selasa (20/9). Selama ini memang belum ada peraturan yang dikeluarkan Rektor Unhas Prof Dr Dwia Ariestina Pulubuhu MA terkait parkiran berbayar di lingku ngan kampus merah. Hanya kompleks Rumah Sakit Unhas yang sudah be kerja sama dengan pihak swasta untuk me ngurus masalah parkiran. “Yang jelasnya semua parkiran yang ada di lingkungan Unhas itu tidak berbayar, belum ada aturan yang mengatur itu,” ujar Morex, Rabu (7/9). Lantas jika memang parkiran di Unhas tidak berbayar seharusnya dibuat aturan yang jelas terkait penanggung jawab parkiran, jadwal jaga dan gaji yang diberikan. Sehingga pihak yang bertanggungjawab mengenai keamanan ken daraan juga jelas. n Msh/Iam
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Tempat Parkir: Mahasiswa melintas di area parkir Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Rabu (14/9). Beberapa parkiran di Unhas memungut biaya, namun sebagian juga tidak. FKM salah satu yang tidak dikenakan biaya parkir.
7
koridor Catatan Diskusi “Pro-Kontra Wacana Kenaikan Harga Rokok, Bagaimana menyikapinya? Sebuah Perspektif Ekonomi”. Diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum, Rabu (31/8).
Tingkat Konsumsi Rokok Pengaruhi Ekonomi Negara PENDUDUK Indonesia menduduki peringkat ke empat dari 10 negara terbanyak di dunia dalam tingkat konsumsi rokok. Di tahun 2015, telah dilaporkan bahwa Indonesia pen duduknya mampu menghabiskan hingga 240 miliar batang rokok per tahunnya. Sementara dari lain sisi, angka kema tian akibat dari konsumsi rokok sangat tinggi. Indonesia mendudukui peringkat pertama terkhusus untuk penyakit kardiovaskular, di kawasan ASEAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rokok kretek berada pada nomor tiga tertingggi rumah tangga mis kin desa dengan tingkat proporsi 7,96 persen dari total be lanja rumah tangga. Sedangkan pada rumah tangga miskin berada pada nomor dua dengan proporsi 9,08 persen dari seluruh penghasilan. Proporsi tingkat pengeluaran akibat konsumsi rokok tersebut dipandang bahwa belanja rokok turut mendorong peningkatan angka kemiskinan di Indone sia, lantaran lebih besarnya uang yang harus dikorbankan untuk membeli rokok ketimbang komoditas pokok rumah tangga lainnya. Di sisi lain, perusahaan rokok yang beroperasi di Indone sia ini ikut berperan menjadi penggerak indeks harga saham gabungan (IHSG). Aktivitas industri rokok yang berjalan di Indonesia ini juga banyak menambah pendapatan negara dan menjadi penyumbang terbesar melalui hasil pemba yaran pajak dan cukai. Juga membantu menyerap tenaga kerja. Berdasarkan perhitungan Serad pada tahun 2009, terdapat 30,5 juta orang baik yang berhubungan langsung dengan industri ini maupun tidak langsung. Jika ditambah kan dengan angka yang menggerakkan ekonomi bawah seperti pengecer dan pedagang yang ribuan jumlahnya maka disimpulkan menyerap kurang lebuh 25 persen ang katan kerja atau sekitar 13 persen dari total penduduk In donesia. Ketertarikan pada rokok rupanya tak hanya dari segi untuk dikonsumsi dan sebagai sumber lapangan kerja atau pendapatan negara, akan tetapi juga penelitian dalam hal kesehatan. Misalnya, Wanda Hamilton yang telah mempub likasikan sejumlah hasil penelitiannya atas dampak positif terhadap kesehatan dari mengkonsumsi nikotin. Hasil riset tersebut secara tidak langsung ingin menyampaikan kepada publik bahwa nikotin merupakan zat yang diperlukan dalam tubuh. Dalam dunia medis nikotin dibutuhkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan perawatan penyakit tertentu. Penelitian tersebut bisa mempengaruhi pemikiran dan pengetahuan orang bahwa merokok merupakan hal yang berbahaya. Padahal walau berguna untuk perawatan, jika diterapkan secara berlebihan mampu mendatangkan keru sakan yang fatal pada kesehatan. Apalagi jika dikonsumsi dalam bentuk menghisap rokok. Saat ini, telah ada isu bahwa harga rokok di negara ini akan naik disebabkan pajak rokok juga naik. Kabarnya har ganya akan naik pada kisaran Rp 50.000 ke atas. Lantas bagaimanakah rakyat Indonesia khususnya pengonsumsi rokok menyikapinya? Bagi kalangan atas, bisa jadi itu tidak menjadi alasan untuk berhenti mengonsumsi rokok. Namun seandainya tingkat konsumsi rokok menurun akibat harga yang melambung tinggi, bisa jadi berpengaruh juga pada perekonomian Indonesia. Seperti yang diketahui, pajak rokok menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan ne gara. Atau jika konsumen tetap membeli meskipun dengan harga demikian, bukankah malah akan menambah tingkat kemiskinan di Indonesia. Jika dibahas dari segi ekonomi, persoalan ini memang menjadi dilematis. Tentu saja ada pro dan kontra di dalam nya. Pemerintah dalam hal ini sebagai pembuat kebijakan tentunya perlu mencari solusi. Di sisi lain, rakyat Indonesia sendiri khususnya bagi yang mengonsumsi rokok perlu juga bijak dalam menyikapinya. Tak hanya dari segi pengelua ran, melainkan juga dari segi kesehatan. n Andi Ningsi
8
8
liputan khusus
identitas NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016 identitas NO. 866| TAHUN XLII| EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
Kerja Sama Minim Koordinasi
Kurangnya koordinasi dan persiapan, beberapa program pengabdian terpaksa dibatalkan.
mEdisi Akhir September Tahun 1993
Dies Natalis Bukan Sekadar Seremonial
A
da banyak cara yang bisa dilakukan mahasiswa un tuk mengamalkan tridarma perguruan tinggi, khusus nya pengabdian kepada masyarakat. Waktunya pun bisa disesuaikan den gan jadwal kuliah maupun kesibu kan lain. Namun banyak mahasiswa yang memilih melakukan pengabdian ketika tiba masa Kuliah Kerja Nyata (KKN). Selain karena memang punya waktu khusus, juga ada banyak pili han program. Pada Gelombang 93 ini, Unit Pelak sana Teknis (UPT) KKN membuka program reguler, tematik dan interna sional. Beberapa program KKN dilak sanakan atas kerjasama dengan be berapa instansi pemerintahan. Namun mahasiswa harus menuai kecewa, dua program yaitu KKN Tematik Gorontalo dan Tematik Atam bua tiba-tiba dibatalkan. Padahal, program Tematik Goron talo sebelumnya berjalan lancar bah kan mahasiswa diberikan tunjangan hidup oleh pemerintah selama masa pengabdian. Belakangan UPT KKN baru menge tahui ternyata pemerintah Gorontalo menyiapkan dukungan dana untuk program KKN hanya satu kali setahun. Sebanyak 34 mahasiswa yang mendaf tarkan diri terpaksa gigit jari. “Kita lakukan KKN tiga kali setahun, sedangkan pemerintah Gorontalo me nyiapkan anggarannya sekali setahun. Jadi mahasiswa kita arahkan memilih program lain. Kalau mau KKN di Gorontalo tunggu tahun depan lagi,” kata Kepala UPT KKN Dr Hasrullah MA, Sabtu (11/6). Permasalahan yang sama terjadi
bundel
pada KKN Tematik Atambua yang bekerjasama dengan Kementrian So sial (Kemensos). Setelah sekian lama, sebanyak 44 pendaftar yang telah mengumpul berkas, tetiba mendapat kabar pembatalan program ini. Penyebab pembatalan karena kurangnya koordinasi persiapan pelaksanaan dengan Kemensos. Un tuk itu, UPT KKN akan menrencana kan pelaksanaan KKN Atambua tahun depan. “Untuk tahun ini persiapan un tuk KKN ke daerah perbatasan terse but masih kurang. Rencananya tahun depan, untuk mengirim mahasiswa ke sana, kesiapan akan lebih dimatang kan,” tegas Hasrullah. Berbeda dengan pelaksanaan KKN NKRI Poso yang juga bekerjasama dengan Kemensos. Pendaftar yang lulus seleksi tetap diberangkatkan ke Poso. Hanya saja bantuan dana yang dijanjikan tak juga cair hingga masa pengabdian berakhir. Sehingga, prog ram kerja yang diperuntukan bagi masyarakat tidak terlaksana. Setelah dikonfirmasi, Hasrullah membenarkan adanya tanggungan dana dari Kemensos, akan tetapi masih dalam proses administrasi. Hingga masa KKN selesai, belum
ada kepastian kapan pencairan dana tersebut. “Kita memang mau diberikan dana. Sudah dijanji sama Kemensos pasti dapat, tidak mungkin tidak dikasih. Saya belum bisa jawab kapan cair, sementara ini kita menunggu. Ada masalah administrasi mungkin,” jelas Hasrullah, Senin (15/8). Melihat permasalahan yang terjadi pada beberapa program, seharusnya UPT KKN melakukan evaluasi. Jangan hanya sekedar memperbanyak prog ram, sementara persiapan kurang. Koordinasi dengan pihak yang ikut membantu sebaiknya mendapat per hatian serius. Agar ke depannya tak lagi mengecewakan mahasiswa dan masyarakat. n
UPACARA peringatan Dies Natalis kini menjadi rutinitas. Pernyataan ini disampaikan oleh Rektor Unhas, Basri Hasa nuddin ketika menyampaikan laporan tahunan Rektor Un has pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa dalam Rangka Peringatan Dies Natalis Unhas XXXVII di Baruga Andi Pangerang Pettarani, 10 September 1993. Sebagaimana tema pokok Dies Natalis kali ini, kehidupan kampus dijadikan tempat masyarakat akademik. Dikatakan nya pula bahwa dalam waktu dekat ini, akan mulai dilaksa nakan pembagunan gedung Pusat Riset dan Pengembangan IPTEK Unhas. Gedung ini berlantai 5 dengan luas 9000 me ter persegi. Akan dilengkapi dengan ruang seminar, teater, ruang administrasi, cafetaria, ruang kerja pimpinan, ruang kerja penelitian tamu dan ruang-ruang khusus. Pembangu nan ini adalah merupakan bagian dari upaya untuk mewu judkan Universitas Hasanuddin bukan saja sebagai teaching university tetapi juga sekaligus sebagai research university. Dalam bidang pengabdian kepada masyarakat, telah berlangsung selama satu tahun terakhir ini antara lain pengabdian kepada masyarakat. Hal ini dilakukan Fakultas Kedokteran Unhas dalam bentuk sosial di Flores. Adapun kegiatan pengabdian melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) su dah memasuki angkatan ke 45. Kegiatan KKN ini ternyata membawa dampak yang cukup besar bagi pembangunan yang dimotori oleh mahasiswa. Sehingga momen dies natalis ini sebaiknya bukan hanya menjadi seremonial belaka, juga ada refleksi yang dilakukan demi perubahan Unhas menuju research university. n
mEdisi Akhir September 2003
Tim Lipsus: Koord. Lipsus: Khusnul Fadilah
Anggota:
Sriwidiah Rosalina Bst Sri Hadriana
Mahalnya Menjadi Sarjana RUWETNYA menjadi sarjana tak hanya menguras tenaga dan pikiran, tapi juga menguras kocek. Di sela-sela kesi bukan para calon sarjana mengurus kelengkapan admi nistrasi, mereka masih juga dibebani menanggung biaya konsumsi dosen penguji saat ujian skripsi berlangsung. Biaya yang dikeluarkan masing-masing mahasiswa tiap fakultas bervariasi tergantung menu konsumsi ujian dan jumlah dosen penguji. Sebenarnya tidak ada ketentuan dari fakultas ataupun perintah dari rektorat untuk menanggung biaya tersebut, hanya saja hal ini sudah menjadi tradisi. Berbeda dengan Diana, mahasiswa Fakultas Hukum yang diwisuda September 2003 lalu. Ia menyarankan, se baiknya hal-hal kecil seperti itu diurus oleh fakultas saja. Apalagi Fakultas Hukum telah membayar iuran Forum Orang Tua tiap semester sebesar 9 ribu rupiah. Apa yang disarankan oleh Diana sebetulnya telah ber laku di Fakultas Ekonomi, sejak beberapa tahun terakhir. Adapun sumber biaya ujian skripsi di fakultas tertua Unhas ini diperoleh dari pembayaran SPP yang telah dialokasikan sebelumnya. Namun untuk biaya wisuda, tiap calon wisudawan se mua fakultas tetap dibebani pembayaran sebesar 150 rupiah. Selain itu mereka juga masih harus menanggung sewa toga sebesar 50 ribu rupiah. Lantas kemana dana sebesar 150 ribu rupiah tersebut dialokasikan? Ketika dikonfirmasi mengenai rincian alokasi biaya wisuda tersebut ke Biro Keuangan Unhas, H Massa peary SH selaku kepala biro, ia enggan memberi penjela san. Malah ia hanya berdalih bahwa pertimbangan keluar masuknya uang kas untuk itu telah melalui SK Rektor. Ketertutupan informasi ini wajar saja menimbulkan tanda tanya di kalangan wisudawan. Apalagi selain menanggung biaya ritual wisuda di tinat Universitas, wisudawan juga masih harus merogoh kocek untuk seremonial wisuda di tingkat fakultas.n
liputan khusus khusus
identitas identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER2016
NO. 842| TAHUN EDISI AKHIR AGUSTUS2016 2015 NO. 866| TAHUN XLI|XLI| EDISI AKHIR SEPTEMBER
Katanya Tematik, kok Reguler
9
9
Hingga masa Kuliah Kerja Nyata berakhir, program kerja yang dijanjikan Kemensos tak kujung cair. Mahasiswa terpaksa buat program sendiri.
K
uliah Kerja Nyata (KKN), prog ram yang mengharuskan maha siswa mengabdi ke masyarakat. Mengaplikasikan ilmu dan men cari solusi dari masalah yang ditemukan dalam masyarakat. Di Unhas ada banyak program pengabdian yang ditawarkan, salah satunya KKN NKRI Poso yang bekerjasama dengan Komando Militer (Kodam) VII Wirabuana dan Ke mentrian Sosial. Program kerjanya pun sudah dirancang oleh Kemensos sebagai penyedia dana, seperti pembuatan jamban, pos keamanan lingkungan, bedah rumah, serta perbaikan sarana olahraga. Sayangnya dana yang di janjikan tak kunjung cair hingga berakhir nya masa KKN. Alhasil, program tidak da pat dijalankan oleh mahasiswa. Jabal Noor, salah satu peserta KKN Poso mengatakan bahwa ia dan teman nya berusaha untuk membuat program kerja (proker) lain sembari mencari dana sendiri. Mereka meminta sumbangan menggunakan sosial media untuk meng himpun dana.
“Dana yang terkumpul dari donatur awalnya Rp 4.200.000, itu kami sumbang kan ke pengurus musala untuk perbaikan jembatan, atap, dan tiang musala,” kata Jabal saat wawancara, Senin (17/10). Setelah itu, terkumpul lagi dana sebe sar tiga juta rupiah yang disalurkan ke masyarakat di Desa Pasir Putih, Pamona Selatan dalam bentuk barang. Seperti kubah masjid dan membeli kebutuhan anak-anak berupa buku-buku dan tas. “Kami juga menggelar lomba azan untuk anak-anak dengan memakai uang yang ter kumpul dari donatur,” tambah Jabal. Sama halnya dengan Abdul Aziz, menan ti dana yang tak kunjung cair tidak mem buatnya kehabisan akal untuk melanjutkan pengabdian. Ia bersama temannya juga membuat proker sendiri. “Kami buat program pendampingan ke pada masyarakat, seperti gemar menabung, penyuluhan pertanian, penyuluhan obat, juga perbaikan dan pembuatan gapura,” kata mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini, Selasa (6/9). Adapun dana yang digunakan untuk
menjalankan proker tersebut berasal dari dana pribadi. Aziz pun menambahkan bah wa rencananya setelah dana dari Kemensos cair, akan tetap disalurkan ke masyarakat.
Bayar Sewa Rumah
Tak hanya program Tematik Poso yang membuat mahasiswa terpaksa menge luarkan uang lebih untuk menjalankan program kerja. Beberapa peserta KKN Ke bangsaan malah menyewa rumah untuk
ditempati selama mengabdi. Satriani S, salah satu peserta menga nggap biaya keberangkatan ditanggung universitas, pulangnya yang ditanggung sendiri. Nyatanya ketika tiba di lokasi , ia kaget dengan pemberi tahuan bahwa ia harus menyewa rumah. “Saya sama 16 teman lainnya sewa posko pakai dana pribadi. 400 ribu per orang,” kata Satriani, Senin (17/10). n Tim Lipsus
Pendamping Kurang Membimbing Supervisor harusnya empat kali melakukan kunjungan. Nyatanya aturan tersebut belum sepenuhnya dikerjakan
B
erhasil atau tidaknya pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN), dosen pembimbing lapangan atau su pervisor memiliki peranan yang penting. Paradigma ini walaupun tidak sepenuhnya benar, tapi keberadaan mereka tetap diperhitungkan. Karenanya supervi sor baiknya memahami dan melaksanakan tugasnya, mengarahkan dan mengawasi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Supervisor yang ditugaskan membim bing mahasiswa di Enrekang, drh Mu hammad Fadhlullah Mursalim mengata kan bahwa ia mendapat himbauan dari UPT KKN untuk mengunjungi mahasiswa empat kali. “Empat kali kunjungan itu diwajibkan oleh UPT, ada aturannya,” tu
turnya Senin (19/10). Namun kenyataannya, banyak supervi sor yang tidak mematuhinya. Misalnya Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Peri kanan, Dr Ir Djumran Yususf MP yang ditugaskan untuk memegang tiga lokasi, yaitu Tematik NKRI Poso, Tematik Bangun Mandar, dan Reguler di Kecamatan Bela wa, Sengkang. Banyaknya lokasi yang di pegang membuatnya tak bisa maksimal mendatangi semuanya. Ia mengaku mengunjungi lokasi KKN Poso hanya dua kali. “Saya kurang mengetahui jumlah desa yang saya pegang, jadi tak semua desa saya kunjungi,” ujarnya, Kamis (13/10). Mengenai kendala dana akibat tidak cairnya anggaran dari Kementerian So sial (Kemensos), ia tidak ingin terlibat dan menyuruh mahasiswa untuk ber hubungan langsung dengan Kemensos. “Saya tidak mau terjepit antara kedua nya,” ucap Djumran, Kamis (13/10). Saat dikonfirmasi ke mahasiswa, Mira
(samaran) bertemu dengan Djumran hanya saat datang ke lokasi mengantar. “Yang jelasnya saat di posko, kami urus diri sendiri,” tambahnya, Minggu (16/10). Adapun Dosen Teknik Mesin, Ir Andi Mangkau MT, supervisor di Kecama tan Pituriawa, Sidrap, memaksimalkan pera nannya sebagai pembimbing se belum keberangkatan. Ia membantu merumuskan program kerja mahasiswa bimbingannya. Saat di lapangan, 12 desa yang dipegang Mangkau tak semua ia kunjungi. Hal ini karena akses ke lokasi KKN yang jauh dan sulit. “Kalau ada yang tidak dikunjungi karena terlalu jauh itu harus diberikan pengertian,” tegasnya, Jumat (16/9). Beda halnya dengan Dosen Kedokteran Hewan, drh Muh Fadhlullah Mursalim. Sulitnya akses ke lokasi, tak dijadikan penghalang. Ia melakukan perjalanan jauh dan melewati pegunungan untuk sampai di Enrekang. Walaupun demikian, terhitung empat kali ia melakukan kon trol secara langsung. Di lokasi, ia mengecek program yang sudah dan belum terlaksana, juga kondisi kesehatan mahasiswanya. Solusi pun ia tawarkan untuk mengatasi kekurangan dana. “Mereka biasanya patungan cari dana, dan saya mengingatkan bahwa ja ngan buat program kerja yang susah di laksanakan,” tuturnya, Senin (19/9). Beda pembimbing, beda cara. Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Dr Fathu Rahman
M Hum memantau mahasiswa melalui media sosial whatsapp dan line. Lewat itu, ia mendengarkan dan memberikan solusi ketika mahasiswa ada kendala. “Misalnya ada yang ingin bepergian, saya wajibkan minta izin dan menanyakan alasannya. Karena jika terjadi apa-apa itu tanggung jawab saya,” ujarnya Senin (19/9). Supervisor yang ditugaskan di Soppeng ini mengaku tidak bisa mengunjungi semua lokasi sebab banyak kesibukan lain. Ia kemudian menasihati mahasiswa bahwa keberadaan mereka bukan untuk menggantikan pemerintah, melainkan hanya memfasilitasi apa-apa yang dibu tuhkan oleh masyarakat. Menanggapi pernyataan Fathu, Kiki Wingriana Redewing beranggapan bahwa supervisornya berwibawa, santai, dan ber sahabat. “Tapi pengawasannya ke mahasiswa kurang ketat. Hal itu terlihat dari adanya mahasiswa yang pulang balik tidak minta izin dan tanpa sepengetahuannya,” ujar Kiki, Senin (17/10). Meskipun program KKN bisa berjalan tanpa kontrol maksimal, perlu diperhati kan pembagian lokasi kepada supervisor. Jangan sampai alasan banyaknya lokasi, kinerjanya tidak maksimal. Apa lagi mempersoalkan lokasi yang sulit dijangkau. Seyogyanya supervisor me laksanakan tanggungjawab yang telah diberikan.n Tim Lipsus
10
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
Alumni Tak Sehati
Ikatan Keluarga Alumni Komisariat Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan telah resmi berdiri. Namun hingga kini masih menuai pro dan kontra dari para alumni.
A
lumni adalah wajah al mamater di masyarakat. Olehnya alumni Unhas harus menjaga nama baik alamamaternya. Tak hanya itu, alumni juga hendaknya turut berpar tisipasi dalam membantu universitas terbaik di Indonesia Timur ini men capai visi dan misinya sesuai de ngan bidang keahliannya. Menyadari tanggung jawab tersebut, maka ter bentuklah Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas. Diharapkan organisasi yang resmi berdiri pada 23 Maret 1963 tersebut bisa menjadi wadah dan sarana penggalangan potensi untuk menjalankan tanggung jawab dengan semangat kekeluargaan. Seiring dengan bertambahnya usia, alumni yang dilahirkan pun semakin banyak. Di usia Unhas yang telah lebih setengah abad, IKA tidak lagi hanya pada tataran universitas, akan tetapi semua fakultas sudah memi liki ikatan alumni masing-masing. Fakultas Ilmu Kelautan dan Peri kanan (FIKP) yang sebelumnya tidak memiliki IKA Fakultas melainkan hanya IKA Jurusan pun melakukan Musyawarah besar (Mubes) untuk pembentukan IKA Fakultas, tepatnya pada 28 Agustus 2016. Mubes tersebut dihadiri 60 persen anggota IKA Perikanan dan 40 per sen Ikatan Sarjana Kelautan (ISLA). Kemudian pada 31 Agustus IKA FIKP resmi terbentuk, disahkan Dekan FIKP, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa. Adapun yang terpilih sebagai Ketua Umum yakni Ir H Syamsul Bachri Sirajuddin MM, Dr Ir H Syaiful Saleh MM sebagai Ketua Harian I, Sekre taris Umum Prof Amran Saru Msi dan Bendahara Umum Ir Liestiaty Fachruddin Msi. Wakil Rektor III, Dr Abdul Rasyid Jalil Msi menanggapi dengan baik pembentukan tersebut. “Bagus itu, kan selama ini hanya FIKP yang
tidak punya IKA Komisariat Fakul tas,” ujarnya, Rabu (12/10). Ia juga menambahkan bahwa IKA Komisariat Fakultas telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Aturan Rumah Tangga (AD/ART). “Jadi wajib semua fakultas punya IKA Komisa riat Fakultas,” ujarnya, Rabu (12/10). Dibalik terbentuknya IKA FIKP, ternyata masih menyimpan pro dan kontra diantara beberapa alumni. Menurut Firman, salah satu anggota IKA Perikanan mengatakan pem bentukan IKA komisariat FIKP de ngan menggabungkan dua IKA tanpa menghapus ISLA dan IKA Perikanan adalah hal yang bagus. “Ini kan baru dibentuk tahun ini. Jadi bagus jika kita bersatu. Pembentukan IKA FIKP juga telah diatur dalam AD/ ART sebagai IKA Komisariat Fakultas dan juga telah menyediakan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu jadi bagus,” ujarnya, Rabu (21/9). Alpiyani, Alumni Perikanan ta hun 2010 juga merasa setuju dengan dibentuknya IKA FIKP, “Bagus itu, kalau digabung mi, jadi tidak adami lagi sekat-sekat antara alumni FIKP,” ujarnya. Senin (26/9). Hal Senada diungkapkan Abdul Talib, alumni Ilmu Kelautan tahun 2016 mengatakan selain menjalan kan AD/ART, juga menyatukan IKA perikanan dan ISLA. “WD III yang juga pembimbing saya menjelas kan bahwa FIKP akan bentuk IKA komisariat fakultas, saya kira itu ba gus karena ikatan alumninya bisa lebih besar lagi dan bisa membantu mewadahi pekerjaan untuk alumni,” ujarnya, Rabu (28/9). Berbeda dengan anggota ISLA Fahri Angriawan, ia merasa tidak setuju. “Menurut saya, berbicara soal alumni tidak ada ji sumbangsihnya untuk mahasiswa, jadi lebih bagus kalau IKA perikanan dan ISLA ber jalan sendiri-sendiri saja,” ujarnya,
Kamis (6/10). Senada dengan Marto (samaran), salah satu anggota ISLA yang merasa tak diundang saat pembentukan IKA Komisariat FIKP. ”Tidak ada undangan secara res mi yang saya terima. Menyangkut pembentukan IKA Komisariat FIKP, seharusnya melalui diskusi yang panjang. Saya kira hanya kesepaka tan beberapa alumni yang aktif dan menjabat di fakultas, ngapain juga harus dibentuk, sedangkan ISLA dan IKA perikanan sudah punya IKA tersendiri,” ujarnya. Senin (26/9). Ridwan Salim, anggota ISLA pun merasa tidak setuju. “Saya kira IKA FIKP dibentuk dalam rangka menye marakkan dies natalis, waktu itu kan pembentukannya sebelum hari jadi Unhas, tak ada sosialisasi yang je las menyangkut pembentukan IKA FIKP,” ujarnya, Senin (26/9). Prof Amran Saru MSi selaku Stee ring Committee dalam pembentukan IKA Komisariat FIKP, menjelaskan tujuan dibentuknya. “Tak hanya sekedar menjalankan aturan dalam AD/ART, IKA FIKP juga merupakan wadah silaturahmi antar alumni perikanan maupun kelautan dan membangun komunikasi dalam sektor kelautan dan perikanan, me ngenai pekerjaan dan harapan ke lautan perikanan kedepannya,” ujar Amran, Kamis (29/10). Ia menambahkan berhasilnya pembentukan IKA komisariat FIKP, tak lepas dari berbagai kendala se perti waktu yang mepet dan mis-ko munikasi antar alumni diluar yang merasa tidak dilibatkan, tapi karena mereka tahu ini tujuannya baik, maka akhirnya bergabung. Ia berharap dengan adanya IKA komisariat FIKP ini, dapat membantu mahasiswa. “Alumni bisa membantu mahasiswa seperti fasilitas beasiswa, atau bantuan kegiatan besar ma hasiswa yang tak mampu dicukupi oleh dana fakultas,” ujarnya Kamis (29/10). n Yus/Kbs
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Ramah Tamah: Alumni Unhas menghadiri malam ramah tamah yang berlangsung di Pelataran Gedung Iptek, Sabtu (10/9). Saat ini semua fakultas telah memiliki Ikatan Keluarga Alumni (IKA).
civitas akademika Manifestasi Seni Legendaris Michaelangelo SENI adalah kenikmatan, keindahan dan sebuah impian dari hasil meniru alam yang tak dapat dirumuskan dalam bentuk kenyataan. Hal inilah yang membuat Michaelangelo menjadi se orang seniman. Ia ingin mengabadikan momen dalam seni rupa baik dalam bentuk lukisan maupun dalam bentuk pahatan patung. Bagi pecinta seni, nama Michael angelo pasti tidak asing. Seniman era Renaissans Italia ini, ter kenal dengan karya-karyanya seperti Fresco di langit-langit kapel Sistine, Roma dan Patung David serta Pieta-nya. Selain itu, ia juga seorang arsitek dengan rancangan besarnya seperti gereja Medici di Florence. Karya lain yang tak patut dilupakan diantara nya sajak dengan jumlah kurang lebih 300, menandakan ia juga seorang penyair berbakat yang pernah ada. Michaelangelo lahir pada 6 Maret 1475, di Caprese, Republik Florence (kini Toskana), Italia. Nama lengkapnya Michaelangelo Buonarotti yang dalam bahasa Spanyol disebut Miguel Ángel sedangkan dalam bahasa Perancis disebut Michel-Ange, bisa diartikan seperti Malaikat Mikail. Saat remaja, Lodovico di Leonardo Buonarotti Simoni, ayah nya, ingin membuatnya lebih mapan sehingga menyekolahkannya dengan harapan ia bisa mempelajari bisnis keuangan keluarga. Namun ayahnya cepat menyadari bahwa Michaelangelo tak me miliki ketertarikan dalam bidang tersebut dan lebih menyukai seni. Akhirnya Lodovico setuju mendaftarkan Michaelangelo pada sebuah lokakarya pelukis Florentine di usianya yang masih 13 ta hun. Disinilah ia belajar teknik Fresco, yakni teknik melukis pada bidang dengan plaster yang masih basah. Setahun kemudian yakni pada 1489, ia mendapat kesempatan luar biasa untuk pindah ke istana Florentine di kota Firenze yang saat itu dibawah kekuasaan Lorenzo yang Agung. Kurang lebih tiga tahun Michaelangelo tinggal di istana keluarga Medici ini. Karya yang berhasil diciptakan saat itu yakni dua patung relief, Madonna de la Salsa (1490-1492) dan Battle of the Centaurs (1491-1492). Sepeninggal Lorenzo, keluarga Medici harus terusir dari kota Firenze akibat pemerintahan lemah oleh Piero de Medici. Pada masa ini, Michaelangelo berhasil menciptakan karya Wooden Crucifix (1493) untuk gereja Santa Maria del Santo Spirito dan Patung studi Hercules dari marmer. Kekuasaan baru saat itu tak suka dengan aliran seni klasik seperti yang dianut Michaelagelo, makanya ia pun berpindah ke Venice kemudian Bologna dan melanjutkan profesinya meski di sana karyanya tak dikenal sama sekali. Pada November 1497, oleh Duta Besar Perancis ia diminta membuat Pieta, patung Bunda Maria yang menangisi kematian Yesus. Patung ini pun dapat diselesaikan kurang dari setahun dan dianggap sebagai karya genius pertamanya. Tak heran, se menjak saat itu karya-karyanya pun selalu mendapat apresiasi yang sangat baik. Pada tahun 1505, ia memulai karya hebat lainnya yakni ‘Da vid.’ Patung marmer dengan berat sembilan ton ini memerlukan waktu dua tahun untuk penyelesaiannya. ‘David’ jadi simbol ke bebasan bagi Firenze yang ketika itu jadi republik dan kota kebu dayaan. Patung ini jadi pencerminan manusia ideal dan akhir dari pandangan abad Pertengahan yang suram. Sekarang di Firenze berdiri tiruannya saja. Patung asli berada di gedung Akademi Seni, untuk mencegah kerusakan akibat cuaca. Melalui karya ‘David’ ini, Michaelangelo ingin menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya. Harmoni sempurna de ngan wajah manusia. Dua karya Michaelangelo diatas seolah-oleh mengabadikan suatu gerakan dari pahatannya. Begitu pula dengan karya Fresco di kapel Sistine. Kitab Kejadian, buku pertama dalam Alkitab yang memuat ce rita penciptaan dunia dilukisnya di langit-langit Kapel tersebut. Sejumlah karya diatas hanya sekian dari banyaknya karya yang diciptakan oleh seniman dengan julukan bapak dan master dari semua seni ini. Masa muda hingga masa tuanya ia habiskan dengan berkarya. Bahkan sebelum kematiannya pada 18 Feb ruari 1564 di usia 88 tahun, ia masih sempat membuat parodi Pietà dengan mengganti Bunda Maria dengan sosok yang diduga adalah dirinya sendiri. n Muhammad Abdul
rampai
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER2016
11
Lahirkan Inovasi Pemikiran Lewat Penalaran “Jika kau yakin, maka biarkanlah kerja keras dan doa mengantarkanmu pada cita-cita yang diinginkan.” DEMIKIANLAH jargon yang dicetuskan oleh Resha Agriansyah, salah satu mahasiswa Fakultas Hukum Unhas. Ia menyadari pentingnya wadah dalam bidang kepenulisan ilmiah. Bersama enam rekannya, Wardani Rizkianty, Sari Damayanti, Habibi, Muh Solihin S, Rafiqah Fakhruddin, dan Justika Puspasari. Mahasiswa angkatan 2005 ini, membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Penalaran dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Hukum Unhas (UKM LP2KI-UH). LP2KI ini dibuat sebagai tempat bagi mahasiswa Fakultas Hukum yang memiliki sikap kritis, minat dan bakat, kreativitas, serta keinginan untuk mengembangkan diri dalam hal penelitian dan penulisan karya ilmiah. Dalam sejarahnya, LP2KI terbentuk pada 7 Agustus 2007. Setelah tiga tahun
FOTO-FOTO: DOKUMEN PRIBADI
berdiri, lembaga ini resmi disahkan menjadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Hukum, pada 16 April 2010. “Tak hanya itu, LP2KI juga dipercayakan dalam mengelola mata kuliah Kokurikuler bidang Penulisan Karya Ilmiah di Fakultas Hukum sejak 2011 lalu,” tutur Nisrina Atikah selaku ketua periode 2016/2017. Sebagai program kerja, setiap tahun lembaga ini selalu mengadakan dua ke giatan rutin. Pertama, Kompetisi Karya Ilmiah Remaja dan Essai Mahasiswa (Kreasi) yang berskala regional. Kedua, Kompetisi Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional (Kertas) yang dihelat dalam skala nasional. Selain itu, LP2KI pun sering menggelar pelatihan penulisan skripsi dan pelatihan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Meskipun belum eksis dalam kompetisi internasional. Namun, organisasi ini te lah mampu mengukir prestasi di tingkat nasional. Tercatat, LP2KI telah meraih pres tasi dalam kompetisi karya tulis il-
miah nasional sebanyak 46 kali. Tak hanya itu, jurnal bernama Mahkamah Mahasiswa pun telah diterbitkannya. Bahkan, memperoleh penghargaan sebagai jurnal pertama di Indonesia yang ditulis oleh mahasiswa strata satu. “Jurnal tersebut berisi kumpulan karya tulis ilmiah anggota LP2KI yang telah diikutsertakan dalam kompetisi nasional. Mahkamah mahasiswa dibuat sebagai wadah bagi mahasiswa S1, untuk menuangkan gagasan dari karya tulis ilmiah yang dibuatnya,” ungkap mahasiswa yang juga aktif di Asosiasi Mahasiswa Hukum Perdata Unhas ini. Saat ini, jumlah anggota yang aktif di LP2KI sebanyak 40 orang. Terdiri dari pengurus inti dan tujuh divisi yakni divisi pengaderan dan pengembangan, penala ran dan penulisan, relasi dan kekeluar gaan, informasi dan komunikasi, bisnis dan keuangan, kesekretariatan, serta penelitian hukum.
Hampir sama seperti masalah orga nisasi lainnya di kampus merah, minim nya jumlah kader pun jadi salah satu kendala lembaga penulisan dan pena laran ini. Terkadang ada kader yang hanya ikut-ikutan, hanya cari teman saja, ataupun hanya ingin menulis saja tanpa berpartisipasi dalam kepanitiaan prog ram kerja. Melihat hal itu, mahasiswa angkatan 2013 ini terus berusaha mengkoordinir para anggotanya. Salah satunya dengan cara pendekatan personal. Kedepannya, ia berharap agar mahasiswa, utamanya di Fakultas Hukum bisa unggul melalui karya ilmiah yang dibuat. “Semoga penalaran tetap berjaya dan semua mahasiswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Untuk menjadi generasi kritis, positif dan peka dengan lingkungan sosialnya. Jayalah penalaran,” harapnya menutup wawancara, Rabu (21/9). n Ayu Lestari
12
resensi
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
Perjuangan di Tengah Diskriminasi Agama Kita tidak perlu memerkosa agama-agama itu untuk disama-samakan. Tidak perlu. Yang penting dan perlu adalah membangun kedewasaan dalam beragama—hal 574. JIKA pada novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) sebelumnya, Habiburrahman El Shirazy menuliskan kisah hidup Fahri sejak berstatus lajang hingga menemukan pendamping hidup. Maka pada seri kedua AAC, pria yang akrab dipanggil Kang Abik ini mengisahkan kelanjutan hidup Fahri setelah menikah dengan Aisha. Di awal cerita, kita akan mendapati gambaran indah Kota Edinburg. Tempat Fahri menjadi dosen pengganti bidang Filologi di Universitas Edinburg. Cerita berlanjut pada kesedihan Fahri saat mengenang istrinya. Kita pun akan digiring dengan ta nya tentang ke mana perginya Aisha. Kronologi hilangnya Aisha pun di ceritakan. Ia ternyata menghilang dalam sebuah perjalanan ke Palestina bersama Alicia. Namun setahun setelah kepergiannya, tersiar kabar mengejutkan. Israel menyerang Palestina, dan Alicia ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dengan
Judul Penulis Penerbit Tebal Terbit
kondisi tubuh yang mengenaskan. Kecemasan pun menghampiri Fahri. Meskipun ia berharap Aisha kembali, tetapi banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Aisha, sangat mungkin bernasib sama dengan Alicia. Meski tubuhnya belum ditemukan. Dua tahun lebih, Fahri masih larut dalam duka dan usaha untuk menemukan wanita yang dicintainya. Akhirnya ia pun pindah ke kota yang disukai istrinya itu. Ia menyibukkan diri untuk menyingkirkan kesedihan dan memperbaiki citra Islam
: Ayat-Ayat Cinta 2 : Habiburrahman El Shirazy : Republika : 697 : November 2015
di Britania Raya. Negeri yang juga punya minoritas muslim. Dikisahkan, pada beberapa kesempatan Fahri menghadiri debat terbuka di universitas tempatnya bekerja. Debat yang dihadiri 200 orang itu, membahas tentang bangsa Israel yang dianggap sebagai bangsa pilihan Tuhan, hingga pembahasan tentang Amalek. Fahri pun tampil menawan dengan argumentasi logisnya. Debat tersebut pun akhirnya mengantarkan Fahri ke debat terbuka di gedung kuno School of Divinity, Oxford Union. Ia pun berhadapan dengan Profesor Mona Bravman, seorang pakar kajian timur dari Chicago dan Profesor Alex Horten seorang pakar sosiologi agama dari London. Dalam perdebatan itu, mereka membahas Ibn Arabi dan teori tentang semua agama sama. Fahri dengan keilmuannya menjelaskan bagaimana sebenarnya Islam memandang hal tersebut. Kefasihannya dalam menjabarkan Islam membuatnya makin terkenal dan membuatnya ditawari jadi dosen di Oxford University. Tema islamophobia dan toleransi antarumat beragama pun menjadi sa ngat menonjol dalam novel AAC 2 ini. Jika se ringkali, toleransi disalahartikan dengan menyamakan semua agama atau bahkan meniadakan agama. Kang Abik, menganggap hal itu keliru. Menurutnya,
tetap ada hal yang tidak bisa ditawar me ngenai urusan agama. Batasan toleransi ini akan terasa saat kita membaca kisah Fahri dalam debat terbuka itu. Bagian yang akan menjadi penambah wawasan agama pembaca. Novel ini tak melulu menceritakan sikap diskriminatif kaum nonmuslim saja. Bahkan disiratkan bahwa umat muslim pun terkadang punya semacam fobia atau anti sekali dengan penganut agama lain. Feno mena yang muncul akibat kesalahan pola pikir juga kemiskinan wawasan para pemeluk agama. Lewat tokoh Fahri, alumnus Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar Kairo ini mencoba meluruskan kekeliruan itu. Hal yang menjadi kekurangan dalam buku ini, jalan ceritanya mudah ditebak. Kemudian terdapat banyak kesalahan pengetikan. Yang paling terlihat adalah huruf M yang menggantikan huruf R pada nama tokoh utama, Fahri menjadi Fahmi. Keteledoran dalam proses edit ini, bisa menyebabkan pembaca mengira ada tokoh baru, pun mengaburkan alur cerita. Secara umum, novel ini ingin menggambarkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta. Jika Anda tertarik untuk memahami agama islam lewat bacaan, namun bosan dengan buku-buku bergenre nonfiksi. Maka, AAC 2 karangan bisa jadi jawabannya. Selamat membaca!n Ayu Lestari
ragam
Nonton Uang Panai, Karya Lokal Diapresiasi Jika ingin meminang wanita bugis, seorang pria harus menyiapkan uang panai yang tinggi. SEPERTI itulah kiranya yang ingin disindir oleh film “Uang Panai” yang ta yang perdana 25 Agustus di layar lebar kemarin. Film yang disutradarai oleh Halim Gani Safia tersebut mampu menarik perhatian berbagai kalangan masyarakat. Film berlatar budaya khas Bugis Makassar yang bercerita tentang kisah asmara dipadukan dengan komedi ini sepertinya memang membuat penasaran akan ide ceritanya. Apreasiasi masyarakat pun terbilang tinggi. Tak tanggung-tanggung sejak awal ditayangkannya, tiket yang disediakan oleh bioskop di Makassar selalu habis terjual. Para aktor yang bermain dalam film ini juga membawa ketertarikan tersendiri bagi banyak mahasiswa untuk berdata ngan ke bioskop untuk menyaksikan acting tokoh idolanya. Seperti yang dialami oleh Iin Sari Ningsi yang beberapa kali datang ke Studio XXI Mall Trans Studio Makassar demi mendapatkan satu tiket. Mahasiswa Ilmu Kelautan Angkatan 2015 tersebut harus me nunggu beberapa hari, lantaran tiket yang disediakan di beberapa bioskop sering
habis terjual. Iin pangggilan akrabnya mengatakan bahwa ketertarikannya untuk nonton film uang panai karena diperankan oleh Zoel Ikram Noer, yang merupakan senior yang dikaguminya di kelautan. “Saya sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan isi ceritanya, akan tetapi saya i ngin melihat akting senior saya kak Ikram. Rugi kalau tak menyaksikan aktingnya di layar kaca,” ujarnya Rabu (13/9). Senada dengan Salehati yang tertarik nonton uang panai karena pemainnya, bedanya mahasiswa Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2013 tersebut mengidolakan Tumming dan Abu. “Persepsi awal saya pasti film ini lucu karena ada Tumming dan Abu,” katanya, Rabu(13/9). Adapun mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Ahmad Sahwawi, lebih tertarik menyaksikan film tersebut lantaran me rupakan buatan putra Bugis Makassar dan jarang film khas bugis seperti uang panai hadir di layar lebar. “Saya rasa sebagai putra Makassar, su-
dah sepantasnya untuk nonton film ini, ya hitung-hitung sebagai motivasi ke depan untuk ngumpulin uang panai juga,” ujar nya sambil tertawa, Rabu(13/9). Tidak hanya ditonton oleh mahasiswa, Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA juga tak ketinggalan. Ia me ngadakan nonton bareng dengan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo di Studio XXI Mall Trans Studio Makassar pada tanggal 3 September kemarin. Dwia mengatakan alasan ia tertarik nonton Film Uang Panai karena film tersebut merupakan kreativitas dari putra Makassar, sehingga karya yang dihasilkan ini perlu untuk diberi apresiasi bersama. “Uang Panai kan film buatan putra lokal, kita harus menghargainya karena kalau bukan kita yang mau hargai, bagaimana orang lain akan menghargainya juga” ujar orang nomor satu Unhas tersebut, Jumat (9/9). Film yang diagarap oleh Rumah Produksi Makkita Cinema Production ini memberikan kesan tersendiri bagi mereka yang telah selesai menontonnya. Seperti yang dikatakan Ahmad Syahwawi setelah nonton film tersebut bahwa ia menangkap kesan uang panai mahal di kalangan masyarakat bugis saat ini pada kenyataannya bukan karena adat, melain-
kan lebih ke gengsi. “Memang beberapa tahun ini, saat menikah uang panai menjadi persoalan di masyarakat, padahal sebelumnya tidak terlalu dipermasalahkan. Ini membuktikan di dalam adat uang panai tidak mesti mahal, dan sekarang saya lihat adat kita sudah berubah haluan, jadi gengsi kalau tidak banyak uang panainya,” ujar Wawi, Minggu, (11/9). Melihat realita sekarang di lingkungan masyarakat, Iin mengatakan bukan ha nya masalah gengsi uang panai jadi mahal, tetapi juga karena saat ini uang panai wanita bugis kebanyakan sudah menjadi campur tangan keluarga wanita. “Kalau di kampung saya rata-rata pernikahan wanita di urus oleh keluarga, mahal tidaknya uang panai tergantung dari permintaan dan persetujuan ke dua pihak keluarga wanita, bahkan biasanya ada yang gagal menikah karena pihak keluarga yang tidak setuju,” ujar Iin, Senin (12/9). Sedangkan menurut Dwia, untuk saat ini di daerah perkotaan sudah banyak yang berpikir rasional bahwa uang panai tidak selalu harus mahal tergantung di daerah-daerah tertentu, Jumat (9/9). n Andi Ningsi
cerpen
Takdir Oleh: Ayu Amriani “AKU ingin tidur sejenak Lingling,” ujar nya sambil menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon akasia yang lebat. “Hei, sadarkan dirimu, sedikit lagi kita akan sampai ke kota maju itu,” ucap Ling ling. Namun, dia tak kuasa menahan kan tuk dan membuatnya terlelap dalam tidur yang panjang. *** Terdengar suara kokok ayam jago, ter lihat seorang wanita paruh baya berjalan ke sebuah kamar. “Yaa, anak sialan, ce pat bangun dan kerjakan pekerjaanmu,” ujar wanita itu dengan menendang tubuh anak laki-lakinya. “Aku berangkat Bu, Assalamualaikum,” ujar anak lelakinya.” Iya, pokoknya kau harus kembali dengan membawa uang setoran yang lebih banyak dari kema rin, awas saja kalau kau pulang dengan tangan kosong, buku-buku yang ada di kamarmu akan kubakar,” ancam wanita itu sambil memukul kepala anaknya. Sepasang sandal jepit yang berwarna hijau kusam menemani langkah anak laki-laki itu mengais rezeki di jalan po ros yang ada begitu banyak kendaraan mewah berlalu-lalang. Dengan modal se buah karung besar dan besi pengait yang sudah karatan, dia berjalan menulusuri jalan demi jalan mencari sampah plastik yang merupakan sumber kehidupannya. Setelah berjalan sekitar dua jam, tibatiba kakinya tidak bisa melangkah ka rena mata dan pikirannya terpaku pada jejeran kaca jendela yang terbuka tepat berada di sebelah kanannya. Terdengar seorang wanita muda dengan seragam pengajar warna kuning agak gelap sedang menerangkan mengenai angka-angka ke pada anak-anak yang berada di depannya, anak-anak itu sebaya dengannya. “Beruntungnya mereka bisa bersekolah, aku juga mau bersekolah, memakai se ragam itu, apakah aku bisa bersekolah?” gumam anak-anak laki-laki itu di dalam hatinya. Dari luar jendela, terdengar su ara guru tersebut mengajar. “Jika 15x35…? Dengan penuh percaya diri, ia
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016 menjawab 40, sambil kembali berjalan mengais sampah plastik. Di dalam kelas, guru itu mencari anak yang menjawab pertanyaannya dengan cepat tapi ia tidak menemukan apa-apa. *** “Aku pulang,” ucap anak laki-laki itu. “Mana uang mulungmu hari ini anak sialan, ujar wanita paruh baya itu yang tidak lain adalah ibunya.Wanita itu ter lihat senang melihat hasil kerja anaknya yang banyak hari itu. Anak laki-laki itu berjalan menghampiri ibunya dan mem bicarakan tentang keinginannnya untuk bersekolah. Namun, pembicaraan terse but justru menyebabkan ibu dan anak tersebut berkelahi. “Pokoknya kamu hanya bisa mulung saja, tidak usah sekolah,” ujar wanita itu. “Tapi aku ingin menjadi dokter Bu, makanya sekolah adalah solusi dari citacitaku , aku mohon Bu izinkan aku berse kolah,” ujarnya.” Kau terlahir sebagai anak pemulung, jadi nantinya kau bekerja saja sebagai pemulung, dan itulah yang terjadi di ne geri ini, anak sialan,” ujar ibunya sambil menuju kamarnya untuk menghitung se mua hasil kerja anaknya. Ketika berada di kamar, anak laki-laki itu mengambil buku yang sudah tampak kumal dan lusuh dengan cahaya lampu kuning. Ia mulai belajar mengerjakan soal-soal yang ada di buku itu. Di dalam hati, ia berpikir mengapa di negara ini harus terjadi suatu alur hidup yang be gitu menyedihkan, mengapa anak dari seorang pemulung pada akhirnya akan menjadi pemulung juga, anak seorang dokter kelak akan menjadi dokter seperti orangtuanya. Ia terus saja memikirkan ironi yang terjadi disekitarnya, namun sekeras apapun ia berpikir hanya jalan buntu yang ia temukan. “Aku ingin sekolah, aku ingin pintar,” begitulah kata-kata yang tertulis di sudut buku yang dia baca. Lalu ia tertidur de ngan begitu banyak hal yang dipertanya kannya dan dipikirkannya. “Pemalas, cepat bangun, dan cari uang lagi untukku,” ucap ibunya. “Bu, hari ini aku tidak mulung dulu, entah kenapa badanku mengigil semua, kayaknya aku sakit bu,” ucap anak laki-laki itu. Namun ibunya tetap memaksanya. Dengan badan yang menggigil, ia menyusuri jalan, mengadukaduk tong sampah, sedikit demi sedikit sampah plastik pun berhasil dikumpulkan
nya. Setelah seharian berjalan, dia memu tuskan untuk beristirahat. Dari kejauhan, wanita muda yang dia li hat di sekolah kemarin datang mengham pirinya. Wanita itu ternyata sudah lama mencarinya dan ingin membantunya untuk bersekolah karena bakatnya yang cukup baik. Bila kesempatan ini ditolak olehnya maka kesempatan kedua mung kin belum tentu ada. “Bu guru, apakah kalau aku bersekolah bisa membuatku keluar dari lingkaran se tan kehidupan ini? Apakah aku yang anak seorang pemulung nantinya tidak akan menjadi pemulung? Ak?” tanyanya. Wani ta muda itu pun hanya mengangguk tanpa berkata apapun. Dan hari itu berlalu den gan suatu kesepakatan yang mungkin bisa mengeluarkan anak laki-laki itu dari ling karan setan kehidupannya. *** “Ah, aku bermimpi itu lagi,” ujarnya sambil melihat Lingling di sampingnya yang sedang terlelap pula. “Sekarang, aku sudah menjadi apa yang kuingin kan, entah mengapa aku ingin bertemu denganmu Ibu, apakah kau masih akan memanggilku anak sialan atau pema las. Entahlah, aku sangat penasaran dan sedikit lagi aku akan sampai kepadamu Ibu,” pikirnya. Sinar mentari sudah hampir tenggelam di ufuk barat, Lingling dan dia berjalan lagi menuju kota maju itu, tempat di mana pada masa kecilnya menjadi pemulung karena orang tuanya yang juga pemulung. Dia sangat penasaran ingin melihat reaksi ibunya melihat dia yang telah menjadi seorang dokter psikologi yang terkenal di negara ini dan membuktikan kepada ibu nya bahwa takdir itu dapat diubah dengan proses, usaha dan keyakinan. ”Selamat tinggal lingkaran setan kehidupanku,” ucapnya dalam hati sambil tersenyum setibanya di kota maju itu. n Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Angkatan 2013
13
puisi Oktober Basah dan Segala yang Hidup di Kepala Kita Oleh: Nurul Hidayah Nur Kota ini sudah tua, Kasih Kelak, musim akan selamanya hujan Seperti musim di hati kita yang selalu basah Orang-orang kota selalu tampak kesepian dan butuh hiburan Mereka berjalan dengan tanpa siapa-siapa Kecuali oleh bayangannya sendiri Mereka tampak sibuk membilang daun-daun yang jatuh di jalanan Juga di selokan Dan bangunan tua yang memisahkan kau dan aku ketika itu Suatu sore saat aku mengganti sepatuku yang basah Kau datang sebagai gerimis yang tiba-tiba jatuh di kening Mengalir ke pipi Lalu jatuh sebagai air mata ingatan Hai! Ini musim paling luka Dan sekali lagi kudapati diriku hanyut Oleh hujan yang adalah air matanya sendiri
Vice Versa Oleh: Nurul Hidayah Nur Dulu sekali Ketika masih kanak Hujan adalah pertanda bahwa perahu kertas Yang kita buat akan lepas berlayar Sementara kini—kau mesti tahu—kasih Manusia tidak lagi butuh semua itu Segala ingatan Juga permainan masa kecil kita nampak fana Hari ini Detik ketika menuliskan sajak yang tak pernah Cukup panjang untuk kau baca Aku berani bilang: “Semua orang jatuh Dan tenggelam dalam dirinya sendiri Seluruh kebahagian dan kesedihan mereka Ada di kotak persegi Yang kini juga memukim di tanganmu.” Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Angkatan 2013
Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin. ILUSTRASI/IRMAYANA
14
ipteks
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
cermin Kabholosi
Oleh : Wadi Opsima SETIAP nama punya cerita, setiap nama punya beribu makna. Siapapun namamu, percayalah dibalik nama itu tersimpan beribu doa di dalamnya, doa setiap orang tua. Setiap nama adalah identitas bagi pemiliknya. Pernahkah mendengar kutipan “apalah arti sebuah nama? Meskipun kita menye but mawar dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.” Kutipan pada dialog dalam drama Romeo dan Juliet karya William Shakespear. Ingin menuliskan pentingnya sebuah nama bagi identitas pemiliknya. Dalam bahasa Sansekerta nama dise but sebagai ‘naman’ sedangkan pada ba hasa Inggris kuno disebut sebagai ‘nāma’ yang digunakan untuk identifikasi, identi tas diri. Orang-orang biasa memanggilnya Osy. Menurut beberapa kerabat, diberi nama Osy diambil dari Oshin serial Jepang. Namun, kata Osy berasal dari kata kabholosi. Kabholosi berasal dari bahasa muna dengan kata dasar bholosi yang berarti ganti. Dengan awalan ka-, kabholosi be rarti pengganti. Seperti itulah kelahirannya diartikan, sebagai pengganti. Jumat, 1 September 1995 bertepatan dengan 6 Rabiul Tsani 1416 Hijriah. Di timur, matahari menampakkan jingga keagungan. Tak banyak yang ingat, tapi untuknya sebuah sejarah tercatat. Adalah Wakuru, tempat dimana Ia menulis seja rah itu. Sebuah kota yang terletak di teng gara Pulau Sulawesi, daerah yang dikenal sebagai surga mete, surga ratusan hektar hutan jati. Matahari pagi cerah, langit biru tersaput sedikit awan putih. Anak-anak berlarian ke sekolah, orang dewasa berangkat kerja. Kesibukkan pagi telah dimulai. Namun, hari itu seorang lelaki berumur 47 tahun tidak ke sekolah, tak mengajar seperti biasanya. Ketegangan merasuk di tubuh ayahnya, penantian panjang sembilan bu lan akan ditentukan hari itu. Lelaki itu memandang cemas pada se orang wanita cantik yang terbaring lemah di tempat tidur. Wanita yang sejak 7 Feb ruari 1976 menjadi teman hidupnya. Lelaki yang kini ia panggil ayah itu menunggu tak sendiri, bersama nenek, bibi, dan seorang bidan. Sejak sebelas jam lalu mereka menunggu, menunggu hadirnya ke dunia. Menunggu sebuah kabar bahagia. Matahari naik sepenggalan, hanya su ara rintihan kesakitan wanita yang terba ring itu dapat didengar. Bagaimana tidak, wanita yang kini Ia panggil ibu itu mera sakan kesakitan, tekanan hebat di bawah punggung. Lima belas menit berlalu, kesakitan dan rasa mulas tak terelakan lagi. De
ngan energi yang tersisa, pilihan antara hidup dan mati, tepat pukul sembilan sejarah pun mulai Ia catat. Menghirup udara pertama kalinya, Ia hadir dengan berat 3100 gram dan panjang 50 cm, Ia menjadi malaikat keenam dalam keluarga itu. Tangisannya memecah keheningan, tangisan itu seakan meluruhkan semua kesakitan yang dirasakan oleh ibunya. Tangisan, ucapan syukur, zikir, mewarnai kahadirannya. Kemudian Ia dibersihkan dengan kelembutan, diberi ASI. Ia mendengar kan lantutan penenang hati dari ayahnya, azan di telinga kananya dan iqamah di telinga kiri. Senyum, ucapan syukur, zikir terus bergeming. Nama indah telah disiapkan untuknya. Kabholosi itulah nama yang telah lama disiapkan kedua orangtuanya. Kabholosi, berasal dari bahasa muna dengan kata dasar bholosi yang berarti ganti. Dengan awalan ka-, kabholosi berarti pengganti. Seperti itulah kelahirannya diartikan, se bagai pengganti. Dia diartikan sebagai pengganti dari kakaknya yang telah wafat pada Ma ret 1994. Pengganti sebuah kesedihan menjadi kebahagiaan, pengganti yang diharapkan menjadi anak saleh. Dalam akta kelahiran, dia dituliskan se bagai Wadi Opsima. Dua kata namun pe nuh makna. Wa sebutan untuk perempuan dalam adat Suku Muna-Buton. Di atau De sebutan untuk masyarakat dari golongan walaka pada Suku Muna. Sedangkan Opsi adalah akronim dari kabholosi. Penamba han suku kata Ma pada akhir namanya karena dia lahir pada hari Jumat. Nama mengandung sejuta rahasia. Tak cuma panggilan semata atau pembeda antara si anu dan si anu. Lebih dari itu, dalam Islam nama merupakan doa dan harapan orang tua, maka nama yang baik merupakan hak anak yang wajib ditunai kan orang tua. Secara psikologis nama bukan hal main-main, ia bahkan mampu meme ngaruhi keperibadian pemiliknya. Di Barat, studi penelitian menemukan fakta bahwa anak lelaki yang dinamai agak keperempuanan, akan memicu perilaku nya yang juga ikutan feminim. Pada tahun 1966, John McDavid dan Herbert Harari juga pernah meneliti pe ngaruh nama terhadap anak. Mereka mendapati anak-anak yang namanya tidak menarik biasanya sering dikucilkan oleh kelompok anak-anak seusiannya. Nama yang memiliki kedekatan agama seperti Muhammad, Ibrahim pun disi nyalir lebih agamis daripada mereka yang memiliki nama yang tidak identik dengan agamanya. Sadar atau tidak sadar, sebenarnya setiap orang akan terdorong untuk meme nuhi citra yang terkandung dalam naman ya. Nama yang baik akan membawa anak mempunyai citra yang positif tentang di rinya. Jadi sudah sesuaikah kita dengan nama yang disematkan pada diri kita? n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Prodi Kedokteran Hewan, Angkatan 2013 Redaktur identitas 2016
Bias Gender: Perempuan di Bidang Pertanian Isu Gender tak pernah lepas dari sisi kehidupan manusia. Bahkan usaha tani bawang merah Desa Saruran tak luput darinya. SEBAGAI perekonomian utama Indonesia, pertanian juga berperan penting dalam pe nyerapan tenaga kerja, sumber pendapatan masyarakat maupun perolehan devisa. Dari 23 juta kepala keluarga petani di Indonesia, sebagian besar dari mereka adalah perem puan. Keterlibatan perempuan dalam hal ini memunculkan isu gender dalam bidang per tanian. Memandang adanya ketidakseimbangan kerja perempuan dalam bidang tersebut, As maul Husna Yasin pun terdorong untuk meng kaji gender pada rumahtangga petani bawang merah. Mahasiswa Prodi Sosial Ekonomi Per tanian Unhas ini, melakukan studi kasus per masalahan di Desa Saruran, Kecamatan Ang geraja, Kabupaten Enrekang. Menurut mahasiswa angkatan 2012 ini, pe ran gender yang terdapat dalam masyarakat sejak dahulu selalu merujuk pada konsep patriarki. Akibatnya, muncullah peran yang tidak seimbang. Tak hanya pada usaha tani tapi pada rumah tangga ataupun kegiatan so sial dalam bermasyarakat. “Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengkaji peran gender dalam pembagian kerja rumahtangga petani bawang merah. Baik dari segi kerja produktif, reproduktif dan sosial budaya,” tutur Unna, sapaan akrabnya. Penelitian pun dilakukan pada 30 sampel rumahtangga. Menggunakan metode analisis Harvard, peran gender dibagi menjadi tiga. Terdiri dari peran reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan. Peran reproduktif, meliputi aktivitas penye diaan makanan, mengasuh dan mengurus anak, kesehatan keluarga, pendidikan kelu arga, pengadaan peralatan rumahtangga dan
pekerjaan umum seperti mencuci, member sihkan halaman, maupun belanja ke pasar. “Hasil yang didapatkan, peran reproduktif responden istri di desa ini lebih mendomina si dibandingkan responden suami. Laki-laki yang beristri seringkali merasa tidak pantas apabila turut aktif dalam kegiatan reproduk tif karena lazimnya dikerjakan oleh istri,” jelas wisudawan periode September 2016 ini. Kemudian dilihat dari segi peran produktif, dalam hal menghasilkan uang untuk peme nuhan kegiatan sehari-hari. Mulai dari kegia tan pengolahan lahan hingga penjualan hasil panen. Responden suami lebih mendominasi dalam peran ini. Namun, istri pun masih tetap turut andil dalam beberapa aktivitas. Pengetahuan yang dimiliki suami dalam hal pertanian lebih banyak daripada pengeta huan yang dimiliki oleh istri. Hal ini, dikare nakan keterlibatan suami dalam kegiatan ke masyarakatan, khususnya pada penyuluhan pertanian dan kelompok tani. Sehingga suami mendominasi pengambilan keputusan dalam peran produktif. Sebab dianggap lebih menge tahui tentang proses budidaya bawang merah. Budaya kerja para petani di desa itu, masih mengikuti budaya patriarki yang membagi pekerjaan berdasarkan kemampuan. Merujuk pada hasil penelitian, terlihat jelas ketimpa ngan beban kerja antara suami dan istri. “Disarankan bagi masyarakat agar menga tur kesepakatan kerja antara suami dan istri. Selain itu, pemerintah harus proaktif dalam membuat kebijakan pembangunan pertanian berperspektif gender, yang melibatkan petani tanpa memandang jenis kelamin,” harap Unna mengakhiri wawancara, Selasa (13/9). n Muhammad Abdul
ILUSTRASI/IRMAYANA
kampusiana
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
Alumni Peternakan Sahkan Logo dan Seragam IKA
DALAM Rangka Temu Alumni Nasional Unhas, Ikatan Alumni Fakultas Peternakan (IKA-Fapet) mengadakan kegiatan internal. Temu Alumni Fapet ini dirangkaikan dengan pengesahan logo dan seragam IKA, penandatanganan prasasti Baruga Ir Said Assagaf, peluncuran kartu anggota, dan pembukaan rekening abadi alumni Fapet, Sabtu (10/9). Ketua Panitia, Dr. Syahrir Akir SPt menjelaskan bahwa temu alumni ini merupakan agenda ketiga dari agenda utama yang diadakan oleh IKA Fapet. Agenda pertama, workshop dan pasar murah dengan tema “Membangun Industri Peternakan Menuju Swasembadaya Protein Hewani,” Sabtu (3/9). Hasil dari acara ini berupa buku atas penjabaran kebijakan. Kedua, kampanye gizi di Sekolah Inpres Kera-Kera yang dibuka oleh Rektor Unhas, Jum’at (9/9). Hadir dalam kegiatan ini yakni ketua IKA Fapet, Ir Sukhri Effendi, Sekum IKA Fapet Unhas Dr Muh Yusuf, S Pt, dan alumni dari angkatan 1969 hingga 2012 dari berbagai daerah. “Alumni Fapet dimana pun berada, walaupun jarak memisahkan kita. Dengan perangkat media, dapat mempersatukan kita. Mempererat tali silaturrahmi diantara perbedaan status sosial,” harap Sukhri, Sabtu (10/9). (Sih)
Menyimak Munir di PKM Unhas
AKTIVIS dan pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib telah meninggal 12 tahun silam. Namun usaha untuk tetap mengingat jasa pejuang orang hilang ini tetap digalakkan. Seperti kegiatan bertajuk Malam Menyimak Munir dilangsungkan di Lapangan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unhas, Kamis (8/9). Kegiatan ini berlangsung atas kerjasama Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional Unhas, Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Unhas, Unit Penerbitan dan Penulisan Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia, Front Mahasiswa Demokratik– Sentra Gerakan Muda Kerakyatan, Front Mahasiswa Nasional Makassar, Kedai Buku Jenny, Kontras Sulawesi, dan Lembaga Bantuan Hukum Makassar. Bertujuan untuk merawat ingatan 12 tahun meninggalnya Munir ini, kegiatan ini diisi dengan pemutaran film dokumenter His Story Karya Stevie Pillar Setiabudi dan Tuti Kuto: A Brave Women karya Riri Riza. Dilanjutkan dengan diskusi bersama Nasrum SH (Kontras Sulawesi), Haswandy Andy Mas SH (LBH Makassar), dan Adi Rasyak (UPPM UMI). Dalam pengantar diskusi, Nasrum SH mengatakan bulan September adalah bulan berkabung untuk Munir. “Bulan September adalah bulan kelam bagi aktivis HAM dan orang hilang,” tuturnya, Kamis (8/9). (Msh)
Himapol Peringati Hari Demokrasi dengan Talkshow
HIMPUNAN Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Himapol FISIP) mengadakan talkshow yang bertema “Ragam Aksi Negeri Demokrasi” di Taman FISIP, Kamis (15/9). Acara yang ini merupakan program kerja Himapol untuk memperingati Hari Demokrasi Internasional. Menghadirkan pembicara As Chaidir Syam S ip (Ketua DPRD Maros), Prof Dr Armin Arsyad M si (Guru Besar FISIP Unhas dan alumni Ilmu Pemerintahan FISIP Unhas), Rizal Suaib (Alumni FISIP Unhas
15
oleh salah satu anggota KPU Kemafar yang juga menjabat sebagai divisi media dan eksternal BEM Kemafar, “Agar proses pemilihan berjalan sesuai aturan, pemilihan ini dapat jujur, bersih dan adil dan semoga yang terpilih nantinya memang sesuai yang diharapkan,” harap Muhammad Aldila Satria, Senin (5/9). (Mal)
Tudang Sipulung IKA Unhas Bahas Peran Alumni
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Seminar : Polisi Wanita Daerah Sulawesi Selatan Bagian Analisis Kebijakan Ditreskrim Umum, Kompol HJ Jamila SSos memberikan penjelasan solusi meminimalisir kejahatan seksual khususnya di Sulawesi Selatan. Bertempat di Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Jumat (16/9).
yang berkiprah di bidang kemasyarakatan dan politik) mewakili Notrida GB Mandica Nur Ph D (staf ahli kepresidenan Republik Indonesia). Demokrasi Indonesia berbeda dengan negara lain. Pemerintahan negara Indonesia belum menerapkan kebebasan dalam pemilihan umum, terbukti ba nyak calon pemimpin di Indonesia yang membeli suara. Seperti yang diungkapkan salah satu pembicara, Prof Dr Armin Arsyad M bahwa di Indonesia ternyata masyarakat ba nyak yang memilih tidak sesuai maksud hati karena adanya tekanan. Dalam hal ini sogokan sehingga masyarakat tersebut memberikan suara. Itulah sebab dari ba nyaknya pemimpin negara yang kurang efektif dalam melaksanakan perannya. “Saya harap yang hadir dalam kegiatan ini bisa sadar kembali bahwa demokrasi di Indonesia apakah sudah baik atau masih melenceng dari apa yang dicita-citakan Indonesia yang sebenarnya,” ujar ketua pelaksana M Fichri Hostira. (Yus)
Sastra Jepang Gelar Kuliah Umum Kesusastraan
BERTEMPAT di Aula Prof Mattulada Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Jepang mengadakan Kuliah Umum, Kamis (8/9). Adapun tema yang diangkat “Japanese Literature in a Global Context.” Hadir sebagai pembicara Dosen Tsuba University, Hiraishi Noriko. Ahli ke susastreraan Jepang khusus komparatif literatur ini membawakan materi yang difokuskan pada tiga pembahasan yaitu reexamination of the “singularity of Japanese literature” from the translation of traditional Japanese poems. The hidden cultural context in prima-facie “homogenized” urban lifestyles that appear to contribute to the oversea readability of contemporary Japanese literature, dan Global girls’ narrative. Dalam pemaparannya, ia berpesan agar tidak ada penyimpangan dalam penerjamahan suatu karya, misalnya dalam novel. Fitriyani Anwar, salah satu peserta kegiatan mengatakan bahwa butuh kehati-hatian dalam menerjemahkan, khususnya dari Bahasa Jepang ke Indonesia, maupun sebaliknya. “Butuh pengetahuan lebih terkait ini,” tuturnya, Kamis (8/9). (Yus)
Shorinji Kempo Perkenalkan Diri Lewat Donor Darah
UNIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Shorinji Kempo Unhas memperkenalkan diri melalui donor darah. Kegiatan ini ber-
langsung di pelataran lantai dasar Perpustakaan Pusat, Rabu (7/9). Donor darah yang bertemakan “Setetes Darah Kita, Nyawa Bagi Orang Lain” merupakan program kerja baru Kempo. Bekerja sama dengan KSR PMI Unhas, donor darah ini berlangsung sejak jam 10.00 hingga 14.00 Wita. Bertepatan dengan pelepasan wisudawan, antusias mahasiswa bahkan pegawai-pegawai ikut ambil bagian, mendonorkan darahnya. Muhammad Aidil, Koordinator Steering kegiatan ini, menyatakan dalam janji ikrar Kempo selalu disebutkan kalimat “Demi Kemanusiaan,” tetapi selama ini hanya latihan tanpa ada kegiatan nyata. Sehingga Kegiatan Donor darah akhirnya digelar. Selain itu, acara ini juga diselingi demonstrasi gerakan-gerakan Kempo untuk perkenalkan diri kepada sivitas akademika Unhas, “Kita bisa memperlihatkan bahwa Kempo bukan hanya fokus bela diri, tapi ada kegiatan sosialnya dan membantu masyarakat yang butuh darah,” tutur Aidil yang juga Kordinator Humas Shorinji Kempo. (Mal)
Pemilihan Ketua BEM dan Maperwa Fakultas Farmasi
KELUARGA Mahasiswa Fakultas Farmasi (Kemafar) Unhas melaksanakan pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan ketua Majelis Permusyarawatan Mahasiswa (Maperwa). Bertempat di sekretariat BEM dan pemilihan berlangsung dua hari, Senin-Selasa (5-6/9). Mengangkat tema “Ayo Memilih Satu Suara Kita untuk Jaya Kemafar-UH” ini memiliki dua kandidat yakni nomor urut satu Bobby Sugara dan nomor urut dua Muhammad Carnegi Matondang. Sementara kandidat untuk calon ketua Maperwa nomor urut satu Nurfajri Utami dan nomor urut dua Deti Endriati Rustan. Calon ketua telah melalui tahap uji kelayakan dan kepatuhan yang diadakan sebelumnya. Jumlah pemilih sebanyak 444 mahasiswa mulai angkatan 2015 hingga mahasiswa yang belum yudisium. Syarat memilihnya cukup dengan memperlihatkan kartu identitas diri dan akan dicocokkan dengan data dari penyelenggara. Perhitungan suara akan dilakukan setiap jam lima selesai pemilihan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kemafar berjumlah delapan orang masingmasing perwakilan dua orang tiap angkatan, dari angkatan 2015 hingga 2012. Melalui pemilihan ini, anggota Kemafar diajarkan untuk berdemokrasi. Selain itu, diharapkan pemilihan berlangsung jujur, bersih dan adil, seperti yang diharapkan
DALAM rangka menyambut Dies Natalis ke-60, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas mengadakan Tudang Sipulung, Jumat (9/9). Kegiatan yang bertempat di Lantai Dua Ipteks Unhas ini diikuti oleh Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Palubuhu MA, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Prof Basri Hasanuddin, Guru Besar Unhas, Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kerjasama Prof dr Budu PhD SPM(K), serta para Alumni dan mahasiswa Unhas. Adapun materi yang dipaparkan dalam acara ini yaitu “Menjadikan Sulawesi Selatan Sebagai Pelopor Industri Mekanisasi Pertanian untuk Mencapai Kedaulatan Pangan: Menanti Peran dan Kontribusi Alumni Universitas Hasanuddin oleh Kepala Balai Litbang Pertanian Dr Ir Muhammad Yasin MP. Dilanjutkan dengan materi Peluang dan Tantangan Sektor Energi di Indonesia, Indonesia Timur dan Sulawesi Selatan Khususnya. Terakhir, Tata Kelola Maritim dan Penegakan Kedaulatan Atas Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Oleh Abdul Rivai Ras. Dalam sambutannya, Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina MA mengatakan bahwa ia percaya dengan keterlibatan alumni Unhas akan mampu mewujudkan visi bersama, yakni mewujudkan Unhas yang berbudaya maritim.“Bersama alumni kita akan mampu berbuat lebih banyak, saya juga berharap alumni Unhas bisa menjadi solusi bangsa dengan pemikiran-pemikiran besar. Semoga apa yang menjadi pembahasan bersama hari ini dapat bermanfaat,” ujar Dwia. (Ann) HMTI Adakan Industrial Day HIMPUNAN Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) mengadakan Industrial Day yang berlangsung selama tiga hari, dimulai pada 19-21 September di Amphitheatre Fakultas Teknik Gowa, Senin (19/9). Kegiatan yang dibuat dalam rangka menyelenggarakan Dies Natalis Teknik Industri yang ke-14 ini mengangkat tema “One Step Closer”. “Tema tersebut diangkat karena sebenarnya ini kan tahun pertama himpunannya industri ada. Ini langkah awal buat tunjukkan kebolehan industri di ranah lembaga,” ujar Ketua Pelaksana, Fadhil Dimas Saputra. Ia menambahkan bahwa tujuan daripada kegiatan ini untuk memperdalam hubungan silaturahmi antar dosen dan mahasiswa. Adapun rangkaian acaranya yakni kegiatan enterpreneurship de ngan mengundang sekitar 30 komunitas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) luar, beberapa diantaranya: Toppoki Oko, Dcrepes, Oiishi, Rumah Cemilan Makassar, Archewbites, Fancy Ice Cream, Lampu Neon Hias, Handcraft, Whacky Wrislet, Souvenir Kaca, Potachis, Den-den. Acara lainnya yaitu donor darah yang bekerjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia. ”Semoga teknik industri bisa lebih dikenal dan eksis kedepannya,” harap Fadhil. (Yus)
16
lintas
identitas
NO. 866 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR SEPTEMBER 2016
Karena Cinta Kerukunan Tercipta Oleh : Devika Saputri
“Aku adalah kamu, kamu adalah aku. Kita semua bersaudara, agama menebar cinta dan karena cinta kerukunan tercipta” INILAH kata-kata yang dilontarkan oleh Romo Wiku Satya Dharma Telaga. Ia adalah pandhita yang memimpin peribadatan umat Hindu di Pura Adya Dharma. Satu-satunya pura di Kota Salatiga. Salatiga, merupakan kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Semarang dan Surakarta. Sebagai kota kecil dengan luas wilayah 56.781 kilometer persegi, Salatiga memiliki jumlah penduduk sebanyak 176.722 orang dan berasal dari latar belakang yang berbeda. Maka tidak mengherankan jika kota yang terletak di kaki Gunung Merbabu ini sangat kental akan pluralitasnya. Satu hal yang patut dibanggakan dari Salatiga ialah toleransinya yang tetap terjaga. Terbukti dengan dinobatkannya Salatiga sebagai kota paling toleran nomor dua se-Indonesia dan kota paling toleran se-pulau Jawa oleh survei Setara Institute 2015 lalu. Beruntung, saya berkesempatan menginjakkan kaki di kota ini. Bersama 24 kawan yang berasal dari berbagai Lembaga Pers Mahasiswa se-Indonesia, saya mengikuti workshop jurnalistik yang diselenggarakan oleh Serikat Jurnalis un-
tuk Keberagaman (Sejuk). Perjalanan dari Makassar ke Salatiga memakan waktu seharian. Dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, saya terlebih dahulu transit di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, lalu terbang menuju Bandara Ahmad Yani Semarang. Sesampainya di Semarang, saya me numpang taksi menuju terminal pemberhentian bus. Dari sana, saya menumpang bus tujuan Kota Solo. Perjalanan dari Semarang ke Salatiga memakan waktu sekitar tiga jam. Untungnya selama perjalanan itu, saya sudah bertemu dengan beberapa peserta Sejuk lainnya. Mereka berasal dari Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru dan Pontianak. Selama perjalanan itu, kami membicarakan isu SARA yang ada di daerah masing-masing. Sesampainya di Salatiga, kami lalu dijemput oleh dua orang mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana yang juga merupakan pengurus di LPM Lentera. Keesokan harinya Jumat (2/9), sekitar pukul 10.00 WIB kami check-in di hotel. Hari pertama, kami dibekali materi HAM, Kebebasan Beragama serta materi yang menurut saya paling menarik, Media dan Perempuan. Lalu di hari kedua, kami diajarkan cara meliput dan mewartakan kebebasan beragama, setelahnya ada liputan lapangan. Pada liputan ini saya merasakan langsung
harmoni keberagaman di Kota Salatiga. Panorama pegunungan Merbabu tertutup kabut saat saya dan beberapa teman ditugaskan meliput ke Pura Adya Dharma. Di tengah gerimis kami disambut ramah oleh dua lelaki paruh baya, mereka mempersilahkan kami masuk ke salah satu ruangan pura, Madya Mandala namanya. Namanya Romo Wiku Satya Dharma Telaga. Rambutnya putih diikat rapi, janggut dan kumisnya juga memutih, ia juga mengenakan baju berwarna senada. Kami berbicara banyak hal, mulai dari asal muasal Kota Salatiga, hingga berujung pada asal muasal dibangunnya pura yang terletak di lingkungan dengan mayoritas penduduk nasrani dan muslim. Pura ini terletak di Desa Bendosari, di sekitarnya mayoritas pemeluk Kristen Protestan. Namun, menurut Romo Wiku atmoster toleransi begitu terasa. “Kami rajin mengunjungi umat muslim untuk ikut halal bi halal saat lebaran dan rajin berkunjung ke umat nasrani jika mereka natalan,” jelasnya. Di sisi lain, jika diadakan hari ulang tahun pura atau Wedalan baik umat nasrani maupun muslim sama-sama membantu membuat janur untuk arak-arakan. Toleransi antar pemeluk agama tidak hanya terasa pada perayaan hari besar keagamaan. Di kehidupan sehari-hari,
rasa ini begitu terjaga. Untuk keamanan pura misalnya, dilimpahkan kepada penduduk yang beragama nasrani. Sedangkan untuk kebersihan rumah ibadah Hindu itu, dibantu oleh umat muslim. Semua dikerjakan tanpa pamrih, tanpa imbalan materi. Sebelum meninggalkan Kota Salatiga, saya menyempatkan diri mengunjungi Universitas Kristen Satya Wacana, tempat di mana pluralitas begitu terasa. Dari namanya saja, saya sudah bisa membayangkan menjadi satu-sa tunya perempuan berjilbab yang berlenggang santai di kampus ini. Kenyataannya tidak. Perempuan lain yang juga mengenakan hijab berlalu lalang bersama dengan mahasiswa lain. Semua bersinergi dengan harmoni. Di tengah ramainya kekerasan yang mengatasnamakan isu SARA di beberapa daerah di Indonesia, masyarakat Salatiga justru mampu merawat keberagaman nya. Maka tak heran jika kota ini me nyandang predikat kota ter-toleran. Kota ini mengingatkan saya pada Pre siden ke-35 Amerika Serikat, John F Kennedy yang pernah mengatakan “Jika kita tidak bisa mengakhiri perbedaan, paling tidak kita dapat membantu dunia aman untuk keberagaman.” n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Lingkungan, dan Koordinator Liputan PK. identitas 2016
FOTO-FOTO: DOKUMEN PRIBADI