Identitas awal april

Page 1

identitas

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Skorsing, Pelajaran atau Hukuman Skorsing yang diberikan kepada mahasiswa dinilai tak sesuai aturan, alhasil sanksi tersebut dicabut. Lanjut halaman 7


2

identitas

wall facebook

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

tajuk

karikatur

Identitas Awal April mengangkat berita mengenai satpam di Fakultas Teknik Gowa menegur mahasiswa yang mengenakan kaos oblong, peng­ gunaan logo tengkorak dan pencarian dana kepanitiaan. Bahkan menegur dengan cara yang kurang wajar se­ perti mengusir saat penggalangan dana tanpa mengindahkan alasan mahasiswa. Namun, alasan satpam karena perintah langsung dari dekan Fakultas Teknik. Hal ini tidak sesuai dengan SOP satpam yang hanya ber­ tugas menjaga keamanan kampus. Bagaimana tanggapan Anda?

Birokrasi Vs Mahasiswa? SANKSI skorsing bukan lagi benda asing di kampus merah ini. Hukuman pemberhentian proses perkuliahan sementara ini kerap kali dijatuhkan pada mahasiswa. Seperti yang menimpa empat orang mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan yang berpangkal dari acara ramah tamah. Seperti yang diketahui bersama, penjatuhan skorsing ini berawal dari kegiatan bakar ikan saat ramah tamah mahasiswa baru Ilmu Kelautan dengan senior-senior. Karena tak mengantongi izin pelaksa­ naan kegiatan, akhirnya mereka dianggap melanggar aturan jam malam universitas. Kabar ini langsung menuai protes dari kalangan mahasiswa. Sejumlah aksi damai pun coba dilakukan, seperti melakukan dialog akademik bersama birokrasi fakultas dan mengajukan banding ke Komisi Disiplin (Komdis) universitas. Hingga sindiran dalam bentuk komik strip yang beredar di dunia maya. Kasus skorsing ini bukan kali pertama, awal 2015 lalu Moh Syaifullah juga harus menelan kenyataan pahit karena password portal akademik yang bocor. Banyaknya kasus yang terjadi dalam kehidupan mahasiswa, seharusnya menjadi bahan renungan dan perbaikan tak hanya pada mahasiswa tapi bagi juga birokrasi. Bagaimana hubungan antara mahasiswa dan pendidiknya selama ini. Melihat kegiatan ramah-tamah yang dilakukan sementara sanksi yang diberikan dinilai terlalu berat. Seharusnya ada proses diskusi agar kedua belah pihak dapat menemukan titik temunya. Birokrasi tak hanya wajib memberikan efek jera, itu bila skorsing memang dianggap memberi efek jera. Tapi pengajuan banding yang dilakukan oleh mahasiswa seharusnya ditanggapi, tidak dengan mengancam akan memberikan hukuman yang lebih baik. Biar bagaimanapun mahasiswa mempunyai hak untuk memperjuangkan dirinya selama ia merasa tidak salah, atau ada yang keliru terhadap pemberian hukuman tersebut. Kondisi ini tak hanya melahirkan ketidakpercayaan mahasiswa terhadap birokrasi, tapi seperti menganut jalan yang berbeda arah dan tujuan. Padahal keduanya saling terkait dan membutuhkan. Birokrasi tak seharus­ nya memperlihatkan sikap tak mendukung lembaga mahasiswa dengan memberikan sanksi yang berat atas apa yang mereka lakukan. Mahasiswa dilarang berekspresi dan melakukan kreatifitas. Padahal begitu banyak hal positif yang mereka lakukan yang juga dapat membanggakan almamater. Tirani birokrasi sepertinya ingin unjuk taring. Tak seharusnya memperlihatkan sikap sewenang-wenang, semua masalah dianggap selesai dengan pemberian skorsing tanpa adanya upaya untuk mengkaji akar permasalahan yang sebenarnya dan menjadi titik temu bersama-sama agar kesalahan yang sama tak terjadi lagi. Sikap birokrat yang otoriter seperti melenyapkan demokrasi negeri ini. Tak sepantasnya mahasiswa dihakimi dan dijatuhkan sanksi yang berat sementara melihat jenis kesalahannya yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan jalan yang lebih baik. Misalnya birokrasi merangkul mahasiswa dengan mengajak berdiskusi dan membuat kesepakatan bersama tentang tata tertib lembaga dan waktu-waktu berlembaga. Jika hal seperti ini masih saja dilakukan, bagaimana nasib lembaga mahasiswa kelak. Jika terus dikekang dengan pemberian hukuman yang tak humanis. n

KARIKATUR/SRI HADRIANA

dari redaksi

Khyma GreenMidori Tp Satpam yg cerdas shrsx dpt melaksanakan tugas dgn baik tanpa ada yg tercederai. Satpam shrsx memberikan peringatan awal kpd mahasiswa, lalu selanjutnya dpt ditindaklanjuti. Arie Setya Satpam tugasnya menjaga keamanan tapi satpamnya jg dpt job lain dr atasan. Mungkin dpt gaji tambahan dr atasan. Derry Perdana Munsil Ganti dekan!

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Bincang-Bincang: Senior identitas Suwarni Damar, Asisten Koordinator Liputan Koran Sindo Makassar­ (Kanan) berbagi pengalaman tentang teknik menembus narasumber di rumah kecil identitas, Sabtu (19/3).

Belajar

BULAN demi bulan telah berlalu, tidak terasa sudah tujuh edisi kami lewati dan identitas tetap hadir menyapa pembaca, tak banyak hal baru yang kami lalui, selain lagi – lagi berkutat dengan aktifi­ tas perkuliahan dan penugasan redaksi yang seolah tak ada habisnya. Berbicara soal redaksi, sekali lagi me­ mang tak pernah ada habisnya. Ada saja isu menarik untuk diangkat menjadi sebuah berita. Hanya, dibutuhkan ke­ pekaan sang reporter untuk mengasah isu tersebut hingga dirasa layak untuk diterbitkan kepada pembaca. Namun benarkah yang diperlukan ha­ nya sekedar kepekaan seorang reporter? Nyatanya bekerja pada sebuah media tidak cuma memperhitungkan kemam­ puan sang tulang punggung redaksi saja, karena ada editor yang bertugas me­ ngawasi kerja reporter dan koordinator liputan yang bersiap mengarahkan alur berita. Maka perlu dilakukan persa­

maan persepsi, visi misi dan peningka­ tan kemampuan disetiap tingkatan kerja redaksi. Mengasah kemampuan hanya bisa di­ lakukan jika belajar, gagal pun sejatinya adalah proses belajar, intinya jangan malas mencoba. Karena mencari berita layaknya mencari mata air, kita harus sabar menggali fakta dan kebenaran. Sadar proses belajar yang tidak boleh terhenti, maka diperlukan regenerasi, dan kini identitas membuka pemagangan, se­ lain disibukkan berbenah diri, kru pun disibukkan dengan pembukaan stan guna menarik minat mahasiswa untuk beridentitas. Tak lepas dari kesibukan itu, edisi awal april ini kami hadir menyapa pem­ baca dengan pemberian sanksi skor­sing, pembelajaran atau hukuman kah? Se­ lain itu kami juga menyapa pembaca de­ ngan beberapa berita menarik lainnya. Selamat membaca! n

Hidayatullah Yunus Saya kurang setuju dengan kebijakan kampus yang anarkis seperti ini. Kekerasan dibalas kekerasan malah akan tambah mengeras. Tanpa perlu saya memberi solusi kongkrit, saya rasa pihak intelegensi kampus yang sudah banyak pengalaman dan studi banding tahu cara yang lebih baik. Bagaimanapun, saya juga kurang respect terhadap mahasiswa yang berdarah menuntut haknya tapi melupakan kewajibannya. Kebebasan berekspresi mahasiswa memang harus dijaga, tapi jangan sampai intelektual kawan2 berjalan lurus dengan arogansi. Salam untuk UNHAS yang lebih baik :)

sms inbox sy sebagai mhasiswa yang bergelut d dunia wirausaha, dua kali ikt PKM, sampa hri ini bingung unhas mencnangkan mhasiswa untk memilki jwa wrausha, nmun knapa tdk d dkung, trutama bgian aset, minta untk sewa tempat usha sja tidak bsa, kalau bgitu tolong rincikan sjauh mana ­usahanya ini unhas bantu mhasiswa yg mau berwirausha. terima kasih 08534016XXX

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Akhmad Dani nKoordinator Liputan: Novianto Dwiputra Addi, Nur Alfianita N. nLitbang: Ermi Ulia Utami, Siti Atirah, Risky Wulandari nStaf Penyun­ting: Ramdha Mawaddha, Asmaul Husna Yasin, Fransiska Sabu Wolor nReporter: Khusnul Fadilah, Riyami, Nur Rismawati nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Kun Arfandi Akbar nArtistik dan Tata Letak: Radiah Annisa (Koordinator)nIklan/Promosi: Devika Saputri nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Awal April 2016 Foto: Sriwidiah Rosalina Bst Layouter: Irmayana


wansus

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

Tidak Korupsi, Mulailah Diri Sendiri

Tiap tahun, setidaknya terdapat 80 kasus korupsi yang ditangani oleh Komisi Pem­ berantasan Korupsi (KPK) di Indonesia. Tak pelak keberadaan lembaga super body pemberantas korupsi ini harus terus ada, bahkan dikuatkan. Namun, para pendekar hukum penindakan korupsi di Indonesia juga tak kalah mengalami tentangan. Mu­ lai dari sengketa Cicak VS Buaya hingga kriminalisasi ketuanya. Salah satu masalah yang kini mendesak dan rentan membuat KPK lemah bahkan mati suri ialah minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan hanya berpusat pada satu kantor saja. Berikut petikan wawancara reporter identitas, Ramdha Mawaddha dan Fransiska Sabu Wolor dengan Wakil Ketua KPK, Laode Muhamad Syarif, PhD, sesaat setelah menjadi pembicara pada kegiatan seminar nasional dengan tema “Sinergitas Pe­ negakan Hukum dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,” Senin (14/03). Ber­ tempat di Auditorium Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran dalam rangka Dies Natalis Fakultas Hukum Unhas.

Melihat semakin maraknya pene­ muan kasus korupsi, bagaimana strate­ gi KPK untuk makin me­ ningkatkan pene­muan kasus korupsi ini? Sekarang baru selesai kami sedang menyusun strategic plan KPK untuk 2015-2019. Salah satunya kami fokus untuk penindakan pada sektor perpajakan, sumber daya alam, hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti bantuan untuk pendidikan, bantuan kesehatan itu yang kami fokuskan. Kita juga ­ingin memfokuskan diri pada pembelanjaan yang besar, misalnya infra­ struktur untuk jembatan dan jalan. Saat ini difokuskan pada beberapa bi­ dang, apakah selama ini memang b ­ anyak penemuan kasus di sektor tersebut ? Iya di bidang itu memang paling rawan utamanya dibidang pengadaan barang dan jasa yang sering disasar dari segi pembelanjaan.

3

kronik Listrik Padam, Mahasiswa Kuliah di Luar Kelas PROSES perkuliahan mahasiswa Fakultas Kehutanan pada mata kuliah Metodologi Penelitian berlangsung di halaman Fakultas Kehutanan Unhas, Rabu (23/3). Perkuliahan yang biasanya dilaksanakan di ruang GA. 102 ini dipindahkan ke ruang terbuka sebab listrik di Unhas padam. Padamnya listrik sekitar empat jam, tidak membuat dosen ini menghentikan perkuliahan saat itu. Dr Mukkarennu SHut MSi PhD selaku pengasuh mata kuliah tersebut tetap melanjutkan diskusi pembelajaran selama listrik padam. Menurutnya dimanapun merupakan tempat belajar. “Mahasiswa butuh suasana belajar yang tidak monoton dan membosankan, apalagi pagi tadi pas mati lampu, saya kira ini waktu yang tepat untuk belajar di luar kelas,” kata dosen yang akrab di sapa Ibu Nunu, Rabu (23/3). n

Kendala yang dihadapi KPK, seperti apa? Kendalanya kita itu kurang orang. Jadi mi­ salnya kita itu kan harus seluruh Indonesia, padahal kami SDM tidak ba­nyak. Untuk penyelidik dan penyidik itu kurang dari 100 orang. IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

ISTIMEWA

FOTO ISTIMEWA

data diri Nama : La Ode Muhammad Syarif Tempat, Tanggal Lahir : Muna, 16 Juni 1965 Riwayat pendidikan : • SDN Negeri 1 Posunsuno (1979) • SMPN 1 Raha Kabupaten Muna tahun (1982) • SMAN 1 Raha tahun (1985) • Sarjana Hukum Universitas Hasanuddin, • Makassar Master LLM di Australia • Doktor (Ph.D) dari University of Sydney, Australia Karir : • Pengajar Tidak Tetap Sertivikasi Hukum Lingkungan, • Mahkamah Agung Republik Indonesia Trainer : Environmental Law, • Asian Development Bank, Manila • Pembina/Pengajar Klinik Hukum Anti Korupsi dan Klinik Hukum Lingkungan, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. • Lektor Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin dan Senior Adviser ­Partnership for Governance Reform in Indonesia (Kemitraan) • Wakil Ketua KPK

Kalau sinergitas dengan penegakan hukum yang lain, bagaimana? Khusus untuk sinergitas ini kami ingin meningkatkan dengan polisi dan kejaksaan. Karena kami tidak banyak orang­nya, maka perlu. Kan polisi dan kejaksaan itu, bahkan polisi sampai di desa. Jadi kalau dia melihat ada korupsi, dia bisa langsung melaporkan kejaksaannya. Kalau kejaksaan ada di tingkat kabupaten, KPK kan susah. Sinergitas akan kita tingkatan agar kerjasama KPK bersama polisi dan kejaksaan lebih baik di masa yang mendatang. Bagaimana Bapak melihat peran­dari masyarakat sendiri untuk mencegah korupsi? Masyarakat khususnya mahasiswa itu memang paling memegang peranan. Mi­ salnya dengan budaya anti korupsi ditingkatkan, kedua dimulai dari diri sendiri, tidak nyontek dan sebagainya. Ketiga kalau melihat korupsi itu kita laporkan ke KPK atau kita turun ke jalan bahkan itu boleh kita lakukan, tapi memang harus jangan anar­ kis tapi yang terkonsep de­ngan benar. n

Coretan: Papan coretan ini sempat menghiasi koridor Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas sebagai bentuk protes mahasiswa atas skorsing yang meninpa empat maghasiswa Ilmu Kelautan Unhas, Maret lalu.

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 082343555654 089630868669


4

opini

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

agenda Human Festival “Warna – warni Kebudayaan” oleh Himpunan Mahasiswa Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unhas Waktu : Sabtu-Kamis 23-28 April 2016 Tempat : Baruga A.P Pettarani Unhas. Cp : Heri (081356783148) Diklat Journalistic Camp 2016 oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Media Ekonomi Fakultas Ekonomi Unhas. Waktu : Jum’at-Minggu, 8 – 10 April 2016 Tempat: Hutan Pendidikan UNHAS BengoBengo Kabupaten Maros Email : mediaekonomifeuh@gmail.com CP : Irvan (08982018592) Akhmad (082291349512) The 6th British Festival (BRITFEST 2016) “Bring The Atmosphere of United Kingdom” oleh Perhimpunan Mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Sastra Unhas (PERISAI KMFS-UH) Waktu : Sabtu, 16 April 2016 pukul 09.00 WITA - sampai selesai Tempat : Fort Rotterdam (Jl. Ujung Pandang No. 02, Makassar) CP : 089527100025 (Zul) 087841566570 (Fira) 082344770772 (Ningsih) English Full Day 2016 “Youths Support on Chlidren Rights” oleh Hasanuddin English Community (HEC) Waktu : 16 April 2016 pukul 08.00 sampai 17.30 Wita Bertempat di Aula Hasanuddin, LAN Antang, Jalan Raya Baruga No. 48 Antang, Makassar CP : 089635128753 (Juliana Ham) 085756071672 (Rahmat) Dies Natalis VII “Harmonisasi Himafisio dalam 7 Tahun Berkarya” oleh Himpunan Mahasiswa Fisioterapi (HIMAFISIO) Waktu : Sabtu, 16 April 2016 pukul 06.30 Wita – selesai Bertempat di Taman Hipocrates Fakultas Kedokteran Unhas. Kejuaraan menembak Unhas Air Guns 2016 oleh Perbakin Unhas Waktu : Senin 18 April – 1 Mei 2016 Tempat : Lapangan tembak Perbakin Unhas Cp : Ardi (085298401945) Irsyad (082346686711)

Solusi Mampet, Kantong Kresek Akhirnya Berbayar

BELUM begitu lama, kebijakan peme­rintah kembali mencuat, diperbincangkan di ber­ bagai kalangan masyarakat. Kebijakan tersebut menyoal surat keputusan Kemen­ terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tanggal 17 Februari 2016, tentang harga dan mekanisme pe­nerapan kantong plastik berbayar. Putusan yang merupakan amanat dari UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolahan Sampah, menjadi salah satu sarana ditetap­ kannya kebijakan ‘Kresek Berbayar’. Benar saja, pada 21 Februari bertepatan dengan hari Peduli Sampah Nasional, ke­ bijakan ini akhirnya diberlakukan sampai pada 5 Juni 2016. Lanjutnya, “kebijakan ini awalnya akan dilakukan sebagai bentuk uji coba pada riter modern anggota Asosiasi Pengusaha Riter Indonesia (Aprindo), dan akan disusul pada pasar tradisional.” Me­ nukil dalam Kompas (09/02/2016).

Solusi Mampet

Menanggapi keputusan tersebut, Siti Nurbaya Bakar, menyatakan bahwa, putu­ san ini hanya menjadi kebijakan uji coba yang ditargetkan dalam jangka waktu enam bulan dengan evaluasi secara berka­ la setiap tiga bulan sekali. Tingkat pengunaan kantong plastik yang begitu tinggi dengan total produksi 9,8 mili­ lar kantong plastik per tahun, menempat­ kan Indonesia pada posisi kedua di bawah China. Selaras dengan hal tersebut, harus­ nya kebijakan ini, bisa menjadi jawaban dari permasalahan yang kian tak kunjung mendapatkan solusi khususnya dibidang pengelolahan sampah plastik di negeri ini. Penumpukan hasil produksi berupa limbah plastik menjadi salah satu permasalahan dalam pengelolahan lingkungan hidup di negeri ini. Kebijakan ini awalnya, diharapkam da­ pat mengurangi total pencemaran limbah plastik yang dari tahun ke tahun mengala­ mi peningkatan. Penetapan harga kantong plastik sebesar Rp 200 per kantongnya men­ jadi sarana yang digunakan sebagai media penekanan dalam penggunaan kantong

Oleh: Mukhammad Yusuf Kadir Pole plastik, yang mengacu pada total produksi limbah plastik, yang berkisar 8,96 juta ton sebagai rata-rata setiap tahunnya mulai ta­ hun 2010 (Kompas, 13/03/2015). Sayangnya, setelah diberlakukan sebulan lebih, regulasi ini mencuat ke permukaan. Fakta yang dihadirkan pun silih berganti menjadi bahan pembicaraan kaum in­ telektual dari berbagai kalangan. Apakah hasilnya sesuai yang diharapakan? Diber­ lakukan pada sembilan kota besar di In­ donesia, hasilnya ternyata tak memiliki perubahan yang berarti dari sebelum diber­ lakukan regulasi ini. Tumpukan sampah plastik masih saja menyeruat. Total timbu­ nan harian masih sekitar 24.500 ton per hari yang setara dengan 8,96 juta ton per tahun. Lalu dengan diberlakukan regulasi semacam ini, membuktikan minimnya so­ lusi yang diambil oleh pemerintah terkait dari pengelolahan sampah, khususnya pada sampah palstik yang mencapai 95 persen dari total sampah masyarakat Indo­ nesia. Belum lagi, biaya dari hasil penjua­ lan kantong plastik ini, sampai sekarang tak tahu akan dikemanakan, dan apakah selaras dengan kebutuhan masyarakat atau tidak (Republika, 04/03/2016).

Gagal Berpikir

Secara rasional, seseorang berpikir, lalu memberikan solusi terhadap permasala­ han yang terjadi, ditentukan oleh tingkatan berfikir orang tersebut. Dengan melihat dan mencermati, fakta regulasi yang dijalankan,

ternyata ‘pengambil kebijakan’ masih pada posisi tingkatan berpikir tahap pertama. Hal ini, sesuai dengan mekanisme regulasi yang diusung yaitu ‘Kebijakan Uji Coba’. Dan untuk mencermati semua itu, penu­ lis akan mencoba memberikan des­ kripsi singkat tentang kegagalan berpikir para pejabat terkait dari masalah sampah plastik ini. Pertama, kebijakan uji coba ini, hanya akan menjadi wara-wiri kebijakan yang sama dari rezim ke rezim, tanpa ada hasil yang didapatkan. Mulai dari membatasi penggunaan kantong plastik yang kita ke­ nal di masa presiden SBY, hingga saat ini, pembatasan itu, berubah menjadi kresek berbayar di rezim presiden Jokowi. Kedua, kebijakan uji coba ini, hanya akan berdampak pada ketidakpuasan masyarakat, terhadap solusi yang diberikan pemerintah untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pasalnya hal semacam ini hanya akan berdampak dalam waktu singkat, art­ inya, jika tak ada hambatan kebijakannya akan tetap jalan, walau tanpa kejelasan. Sebaliknya, jika ada masalah sewaktuwaktu, kebijakan dengan mudahnya akan dihapuskan. Ketiga, kebijakan uji coba ini, hanya akan menguntungkan pihak asing. Pengelolahan tanpa transparansi sudah menjadi bukti nyata keberpihakan peme_ rintah pada mekanisme asing. Sebut saja, jika diakumulasikan total pendapatan dari penjualan kantong plastik dengan harga Rp 200, dan total produksi setiap tahunnya mencapai 9,8 millar, maka hasil yang dida­ patkan dari penjualan kantong plastik tiap tahun adalah sebesar Rp 1,96 triliun dan ini tak tahu akan dikemanakan. Terakhir, jika masih saja solusi yang di­ berikan sama seperti ini. Maka hasilnya yang didapatkan akan sama saja. Jauh dari apa yang diharapkan. Hanya saja jika da­ rah para pahlawan dahulu, ingin dibalas de­ngan tumpukan sampah, maka silahkan saja tetap pertahakan kekonyolan ini. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Prodi Kedokteran Hewan 2013 Anggota Lk-Uswah

dari pembaca Akses Info Beasiswa Online

TERIMA kasih kepada identitas yang telah bersedia memuat pertanyaan saya. Yang ingin saya tanyakan,apakah ada website khusus untuk mengakses informasi beasiswa yang dapat via online? Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Angkatan 2014 Tanggapan : WAALAIKUMSALAM. Menu layanan terkait informasi beasiswa dapat diakses di web kemahasiswaan Unhas kemahasiswaan.unhas.ac.id Esan Lamban,S.Sos., M.Si Kepala Sub Bagian Kesejahteraa Mahasiswa

Batas Pengumpulan Berkas Untuk Wisuda

ASSALAMUALAIKUM Saya ingin bertanya, kapan batas

pemasukan berkas untuk wisuda periode IV bulan juni ? Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2011 Tanggapan : WAALAIKUMSALAM. Saat ini sudah boleh mengumpulkan berkas dan batas akhirnya sebelum tanggal 25 Mei 2016 mahasiswa wajib mengumpul keseluruhan berkasnya. Prof Dr Tadjuddin Mankun, SU Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Budaya

Kenapa Portal Akademik Bisa Terhack

TERIMAKASIH telah memuat pertanyaan saya. Beberapa waktu lalu, saya berniat mengecek portal akademik saya, namun tidak bisa, belakangan ini saya baru

tahu, bahwa portal akademik terhack, kok bisa? Terima Kasih. Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 Tanggapan : TERIMA kasih atas pertanyaannya. Hal ini terjadi karena seseorang memakai sebuah aplikasi yang dapat menebak username atau password lewat halaman login. Muhammad Niswar Kepala Pusat Teknoogi, Informasi dan Komunikasi (PTIK)

Status Tempat Perkuliahan Mahasiswa Teknik

ASSALAMUALAIKUM. Terima kasih kepada identitas yang telah bersedia memuat pertanyaan ini. Saya

i­ngin bertanya, bagaimana status tempat perkuliahan mahasiswa teknik saat ini, karena saya dengar semua jurusan teknik telah dipindahkan ke Fakultas Teknik di Gowa? Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi Angkatan 2010 Tanggapan : WAALAIKUMSALAM. Semua mahasiswa telah dipindahkan ke kampus teknik gowa, kecuali masih dua jurusan yang masih tetap di kampus teknik tamalanrea, yakni teknik mesin dan teknik elektro angkatan 2012. Hal ini disebabkan Karena pembangunan gedung masih dalam tahap pengerjaan. Prof Muhammad Tola Dosen Fakultas Teknik Unhas Jurusan Teknik Elektro


kolom

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

5

Membenahi Rumah Berpikir Kita BERKUNJUNGLAH ke fakultas-fakultas di universitas hari ini. Atmosfernya sangat berbeda dalam beberapa tahun. Animo berlembaga hari ini sedang dalam masa loyo. Meskipun tidak semua mengalami perlemahan syahwat berlembaga, tetapi serasa ada yang hambar. Lihat saja pelataran sangat sunyi de­ ngan kegiatan diskusi mahasiswa. Kopi-kopi yang disediakan oleh mace (ibu penjual di kantin) tetap dihuni oleh mahasiswa, tetapi cuman sebatas mengonsumsi atau pun menghabiskan waktu senggang. Lebih parahnya, ruang lembaga kemahasiswaan hari ini amat sulit ditemukan semangat bertukar pikiran. Ruangan itu menjelma menjadi kekosongan layaknya kantor yang memiliki waktu kerja. Jikalau kantor, semua serba kaku. Kegiatan ada hanya se batas program kerja saja. Pengaderan, inaugurasi, dan beberapa acara seremonial belaka guna menunjang laporan pertanggungjawaban kelak. Padahal, di luar sana ada banyak permasalahan bangsa yang butuh pemikiran segar lahir dari ruang diskusi mahasiswa. Mari kita cek dengan beberapa perta­ nyaan. Mengapa ada anak kecil di sekitaran kantin kampus membantu orang tua­ nya bekerja, bukannya seharusnya mereka belajar ataupun bermain? Mungkinkah

Oleh : William Gunawan kita tahu kesulitan apa yang ada dipikiran para cleaning service di kampus? Ataukah mengapa saat dirimu yang setiap hari naik kendaraaan, gonta-ganti tempat makan di restoran, nonton di bios­kop sementara masih ada yang hidup dari sampah yang setiap harinya kamu produksi di kampus? Kemana para pemilik semangat gerakan perubah ias l hari ini? Penulis meminjam mahakarya Eko Prasetyo di bukunya yang berjudul Bangkitlah Gerakan Mahasiswa. Dengan kalimat yang tajam, si penulis buku mencoba menegur bahwa hari ini mahasiswa berubah menjadi pemuka budaya komsumtif yang bertugas menjual barang apapun. Walau tidak jelas asal usulnya ada mahasiswa jutawan yang memakai kampus sebagai

pamer keunggulan. Lihat saja di kampus kita tercinta, lahan lahan hijau perlahan berubah menjadi rumah buat parkiran kendaraan para mahasiswa. Mobil digonta – ganti dan ias l sekenanya. Handphone jumlahnya me­ lebihi buku yang dibaca. Laptop terus berubah seiring dengan potongan rambut. Dan tidak lupa kartu kredit yang berasal dari semua bank. Begitu kira – kira Eko Prasetyo memandang mahasiswa hari ini. Kita semua ias melayangkan, bahwa tidak semua berlaku secara overgeneralisasi. Yang kita hadapi saat ini adalah kesenjangan keberanian serta krisis kepercayaan. Tetapi, pertanyaan yang kita harus temukan jawabannya segera adalah, mengapa kampus hari ini hadir dalam wajah menakutkan ketika mahasiswa membuat sebuah kegiatan intelektual. Tidak jarang pemandangan paradoksal kita dapatkan. Kegiatan mahasiswa diadakan dengan embel – embel di bawah pe­ ngawasan, sementara dengan mudahnya ceramah para pejabat elite mahasiswa berceramah dengan gigih tentang kebebasan. Bisa dikatakan yang ada hari ini adalah kumpulan mahasiswa yang diciptakan dengan proses hipokrit. Seberapa sering kita melihat mahasiswa menjadi hal yang ias dibanggakan di ruang ias l hari ini? Lihat saja ketika

ada demonstrasi, ocehan – ocehan kejengkelan masyarakat di ias l media sudah menjadi bukti mahasiswa hari ini sosok tidak berguna. Belum lagi, gossip – gossip dekatnya beberapa pejabat teras dengan para elite partai politik begitu asik dide­ ngar. Bahkan, amat tragis ias kita jumpai organisasi mahasiswa mengadakan ke­ giatan di hotel – hotel besar sambil membahas masalah rakyat hari ini. Mari kita duduk bersama, sambil ngob­ rol. Mungkin diujung perbinca­ ngan kita terbesit sebuah pertanyaan itu – itu saja, ke mana kita setelah lulus? Setelah itu, kita akan memilih pilihan – pilihan yang secara tidak sengaja akan berakhir menjadi bagian dari pende­ ritaan atau menjadi bagian dari tirani. Kuliah – kuliah yang kita dapat tidak satu pun membuat kita dapat menumbuhkan siapa diri kita. Dalam banyak hal, kita akan selalu sepakat, bahwa lembaga mahasiswa adalah rumah intelektual kita. Kita tinggal membutuhkan keberanian yang bermekaran serta pikiran segar bermunculan. Rumah intelektual kita perlu dibenahi seiring dengan perubahan semangat dipacunya bukan hanya universitas, tetapi juga kota kita tumbuh menuju kota dunia.n Penulis adalah Alumni Fakultas Kedokteran Unhas

resensi

Pertemuan Para Peretas Tidak ada hal besar yang tercipta dengan tiba-tiba, sama halnya dengan lahirnya seri ke enam novel Supernova. DISADARI atau tidak, sebenarnya para pelahap karya Dewi Lestari telah 15 tahun menunggu. Demi mendapatkan jawaban dari ujung perjalanan Gio, Bodhi, Elektra, Zarah dan terakhir Alfa, serta pertemuan mereka sebagai Peretas. Seperti lima seri Supernova sebelumnya, kali ini pembaca akan dibuat menikmati jalan cerita yang dijalani tiap tokohnya, dipancing untuk bertanya-tanya tentang kemana semua­ nya akan bermuara. Ini adalah penyatuan dari seri pertama hingga ke-lima. Semuanya akan menguak hal-hal yang kita rasa aneh di seri Ksatria, Putri, Bintang Jatuh (KPBJ). Tak hanya itu, di sini juga hal-hal sepele di seri-seri sebelumnya yang nampak seperti tak ada artinya, berbah menjadi hal yang penting. Pada seri Intelegensia Embun Pagi (IEP) ini, Dee menawarkan jawaban tuntas atas rasa penasaran kita. Tentang jawaban mengapa Bodhi bisa melihat mahluk alam lain, bagaimana Elektra mampu memanipulasi medan listrik, kemana ayah Zarah pergi, dan siapa sebenarnya Diva Anastasia yang menjadi awal mula keseluruhan cerita. Setiap seri novel Supernova, bisa dianalogikan sebagai potongan puzzle yang membuat pembaca menebak- nebak. Maka dalam IEP, penulis novel Perahu Kertas ini akan mencoba menjelaskan

gambaran semesta Supernova dan konsep kehidupan di dalamnya. Pembaca akan dibuat takjub dengan cara Dee menghadirkan interaksi semua tokoh sentral Supernova secara natural, terasa masuk akal, dan sekaligus romantis. Beberapa alur cerita yang berputar, makin menambah kayanya bumbu cerita dalam IEP. Plot itu juga sebagai penjelas terkait mengapa sejumlah hal terjadi. Karena­nya, kita akan dibuat terkejut saat mengetahui siapa Infiltran, Sarvara, dan Peretas dari gugus yang lain. Semuanya me­negaskan pemahaman yang ditawarkan Dee, bahwa dalam terjadinya sebuah peristiwa tidak ada yang namanya kebetulan. Jika pada seri KPBJ, Akar, Petir dominan bercerita tentang perjuangan hidup tokoh-tokohnya. Misalnya Re yang patah hati ditinggal Rana. Bodhi yang asyik backpacking lintas Asia Tenggara. Elektra yang sukses menjadi pengusaha Warnet. Tak lupa pula, konflik Zarah dengan keluarganya dan kesuksesannya sebagai fotografer wildlife. Sedangkan Gelombang dan IEP lebih dominan bercerita tentang konsep kepercayaan. Dapat kita rasakan bahwa konsep kepercayaan itu berasal dari agama Hindu/Buddha mengenai reinkarnasi dan samsara. Bahwasannya, manusia hidup

dalam jerat penjara abadi yang terus be­ rulang dari siklus kelahiran ke kematian. Intinya, dunia ini abadi dan manusia yang belum sempurna akan terlahir kembali dan begitu saja terus berulang. Novel ini merupakan penyatuan konsep sains dan religi, yang dibawakan secara fiksi. Dee menuliskannya sebagai pencarian jawaban atas pertanyaan tentang eksistensi kehidupan, tentang hakikat raga, tentang untuk apa, tentang siapa sebenarnya yang ada dalam diri kita. Ia ingin kita membiarkan proses bertanya itu terus berlanjut. Setebal 705 halaman, novel ini memuat fiksi yang tidak hanya menghibur, tapi juga menawarkan konsep berpikir yang bijak. Semuanya dibalut dalam latar belakang dengan deskripsi mendetail, yang hanya bisa didapatkan dari proses riset yang teliti. Secara keseluruhan, Dee memang menggenapkan kepingan-kepingan Supernova. Namun, dalam IEP terlalu ba­

Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan Tebal

nyak tokoh utama. Sehingga dapat dirasakan pergantian plot ceritanya terlalu cepat. Tak hanya itu, ada banyak metafora yang sulit dipahami. Jika seri Supernova pertama hingga kelima bisa dinikmati jalan ceritanya tanpa harus dibaca berurutan. Khusus untuk Supernova ke-enam ini, baiknya memang jika kita menamatkan seri KPBJ sampai Gelombang lebih dulu, untuk bisa mengikuti cerita. Walaupun, tetap ada sedikit pengantar bagi setiap karakter. Selamat membaca!.n Sri Hadriana

: Supernova: Intelegensi Embun Pagi : Dee Lestari : Bentang Pustaka : Pertama 2016 : xiv + 710 halaman


6

rampai

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

Aksi Nyata untuk Orang Rimba Melestarikan hutan itu butuh pendekatan dengan masyarakat. BEGINILAH prinsip dari Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM). Men­ jaga kekayaan alam tidak dengan me­ nyusuri hutan saja, banyak masyarakat di dalam hutan yang butuh dibimbing. Berdiri sejak 2010, TLKM memfokus­ kan kegiatannya pada bentuk pember­ dayaan masyarakat di sekitar hutan dalam hal meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan. Organisasi yang diprakarsai oleh alumnus Labo­ ratorium Kebijakan Kehutanan dan Kewirausahaan Fakultas Kehutanan ini dipionir oleh Andrayanti Sabar SHut MP. Dalam menjalankan tugasnya, orga­ nisasi yang sudah berusia enam tahun ini memiliki beberapa tim layanan. Di­ antaranya, Layanan Penguatan, Pelem­ bagaan dan Pengembagan Kapasitas yang bertugas menguatkan organisasi komunitas seperti kelompok tani hutan dan kelompok adat dalam mengakses dan mengelola sumberdaya hutan. Selain itu, juga ada Layanan Peren­ canaan Kehutanan Masyarakat yang membantu masyarakat lokal meren­ canakan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Layanan Pemetaan Parti­ sipasif, Layanan Fasilitas Konflik, Lay­ anan Perubahan Iklim, Layanan Jasa Wisata dan Layanan Defiminasi dan Publikasi. Selama tahun 2012-2013, TLKM membantu masyarakat di Kabupaten Barru yang diganjar hukum perdata karena memanfaatkan lahan di hutan negara. Padahal untuk memanfaat­ kan hutan negara harus memiliki izin. TLKM membantu mengusulkan area kelola Komunity Best Forest Management (KBFM) ke Kementerian Kehu­ tanan. Alhasil, masyarakat keluar dari tuntutan hukum dan tanah yang digu­ nakan menjadi legal. “Kami di sini ker­ ja nyata membantu masyarakat sekitar hutan,” ujar Muh Ichwan SHut MHut yang kini menjabat sebagai Direktur TLKM, Selasa (29/3). TLKM juga pernah membantu ben­ tuk penyelesaian konflik sengketa la­ han hutan di Bantimurung. Tak hanya itu, juga ada kegiatan survei biofisik dan sosial ekonomi masyarakat dalam rangka pengusulan hutan desa dan hu­ tan kemasyarakatan. Program ini bek­ erjasama dengan Peme­rintah Daerah Kabupaten Bantaeng. Ada juga bantuan perancangan keg­ iatan penanaman kebun bubut rakyat di delapan kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Balai Pe­ngelolaan Daerah Aliran Sun­ gai dari Kementerian Kehutanan pada 2012-2013. Di daerah Polewali Mandar, TLKM memfasilitasi penyusunan rencana umum kerja hutan kemasyarakatan. Organisasi ini membantu masyarakat dalam kelompok tani yang memiliki izin pemanfaatan lahan. Selain itu, juga dibuatkan program yang dirasa mampu dilakukan di hutan kemasyarakatan itu.

FOTO-FOTO: DOKUMEN PRIBADI

Tahun ini, TLKM fokus memfasilitasi masyarakat dalam menyusunan Rencana Kerja Hutan Desa selama tiga bulan di em­ pat desa yang terletak di Kabupaten Maros. TLKM memiliki banyak jaringan, se­ hingga dalam melakukan pendampi­ ngan masyarakat, organisasi ini biasanya dibantu oleh lembaga pendonor yang setuju de­ngan ide proposalnya ataupun bekerjasama den­ gan instansi pemerintahan. Tahun ini, TLKM sedang berjuang men­ dapatkan pendanaan dari lembaga di Amerika. Dengan bermodalkan, ide pem­ bangunan industri rotan yang berkelan­ jutan di Mamuju, TLKM mendapatkan pe­ ringkat ke-4 se Indonesia. Melihat banyaknya peran TLKM dalam membantu masyarakat sekitar hutan, se­ yogianya mahasiswa Kehutanan lainnya juga turut berpartisipasi. Organisasi yang aktif terjun ke lapangan ini, menerima mahasiswa semester lima sampai delapan Fakultas kehutanan. Namun, tak menutup kemungkinan jika ada peminat dari juru­ san lain juga bisa diterima. Setelah mendaf­ tar, calon anggota hanya diwawancarai oleh direktur. Setelah itu, anggota langsung diterjunkan dalam sebuah kegiatan untuk dilihat tang­ gung jawabnya. Biasanya anggota baru diikut­ kan dulu dalam pembuatan laporan perjala­ nan. Seperti pada tahun 2014-2015, anggota baru diajak melakukan program kerja Penan­ ganan, Identifikasi Daerah Rawan Bencana di daerah aliran sungai Sungai Saddang, Toraja, Enrekang, sampai ke Pinrang. Sayangnya, tak semua anggota setia ber­ tahan karena selalu ada seleksi alam dalam setiap proses. “Banyak orang yang terseleksi sendiri oleh alam karena tidak betah, tidak bisa menangani kegiatan di lapangan,” ujar Gabeng, sapaan akrab Direktur TLKM.n

Atikah


laporan utama

identitas NO. 856 | TAHUN XLII |identitas EDISI AWAL APRIL 2016 NO. 856| TAHUN XLI| EDISI AWAL APRIL 2016

7

7

Aturan Universitas Semestinya Jadi Acuan Keputusan penjatuhan skorsing dan aturan seharusnya sejalan.

M

ahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dibuat gusar, pasalnya penjatuhan hukuman kepada empat mahasiswa yang dianggap melanggar aturan jam malam dinilai tidak sesuai dengan aturan Unhas. Dalam aturan Universitas tertera jenisjenis sanksi yang akan diberikan kepada mahasiswa yang melakukan pelanggaran, berupa sanksi ringan, sedang dan berat. pelanggaran yang termasuk dalam sanksi ringan ialah terkait busana, pe­ rilaku, aktivitas malam, pelanggaran rambu lalu lintas, memasang iklan tanpa izin dan parkir sembarangan. Sanksi yang diberikan berupa teguran lisan, tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Sedangkan sanksi sedang yang diberikan berupa penundaan proposal, seminar, skripsi, tesis dan disertasi, penggantian kerugian, pemecatan dari jabatan lembaga kemahasiswaan, dan pemberhentian sementara sebagai mahasiswa (skorsing) paling lama dua semester.

Pelanggaran yang termasuk sanksi sedang terkait pengerusakan atribut Unhas, merusak tanaman dan semacamnya, mencoret, mengambil inventaris kampus, bertempat tinggal di dalam kampus, me­ lakukan aktivitas yang mengganggu pro­ ses perkuliahan dan mengeluarkan perkataan yang bertentangan dengan etika dan sopan santun. Terakhir, sanksi berat yakni pemberhentian dengan hormat atau tidak hormat sebagai mahasiswa, karena melakukan penyuapan, pemalsuan dokumen, minumminuman keras, menggunakan obatobatan terlarang, membawa atau menggunakan senjata, melakukan tindak asusila dan memicu perkelahian atau tawuran. Jadi ketika ditemukan pelanggaran yang dilakukan mahasiswa, pimpinan berhak memberikan surat keputusan kepada komdis untuk menindaklanjuti atau menyelidiki pelanggaran mahasiswa. BAB VIII pasal 11 tentang tata cara penyelidikan dan pemeriksaan dijelaskan bahwa komisi disiplin (komdis) melakukan penyelidikan dan pemeriksaan de­ ngan memanggil pelapor, terlapor dan saksi-saksi. Pemeriksaan ini dipimpin

oleh ketua komdis dengan terlebih dahulu memeriksa pelapor, lalu saksi-saksi dan selanjutnya tersangka. Terakhir hasil pemeriksaan dikeluarkan dalam berita acara pemeriksaan (BAP) de­ ngan memuat identitas terlapor dan pelapor, waktu dan tempat kejadian dan saksi-saksi. Selain itu jenis pelanggaran yang dilakukan juga dipaparkan dalam BAP serta pasal-pasal dari aturan yang dilanggar dan kemudian kesimpulan pemeriksaan. Aturan Tata Tertib Kehidupan Kampus Universitas Hasanuddin tentang tugas dan wewenang komisi disiplin BAB IV pasal 5 ayat 5 komdis wajib memberikan rekomendasi kepada rektor terhadap mahasiswa yang akan dijatuhi sanksi berupa skorsing bahkan hingga sanksi pemeca­ tan bila terbukti melakukan pelanggaran tata tertib kehidupan kampus. Adapun aturan tentang keberatan dan banding pada BAB IX Pasal 12 bahwa setiap mahasiswa yang dijatuhi sanksi berhak mengajukan keberatan secara tertulis dengan alasan-alasannya kepada Dekan dalam tenggang waktu tujuh hari kerja setelah diterimanya keputusan sanksi bagi yang bersangkutan.

Ayat 2 mengatakan bahwa dalam tenggang waktu 14 hari kerja, dekan menjatuhkan putusannya yang bersifat final dan mengikat atas keberatan tersebut. Hal itu juga bisa diajukan kepada Rektor dengan aturan yang sama. Mahasiswa yang dikenakan sanksi karena pelanggaran sudah tidak asing lagi didengar. Buktinya dari tahun ke tahun ada saja mahasiswa yang kena skorsing. Seyogiayanya pimpinan memberikan sanksi dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, namun universitas sebagai pusat kajian dan pendidikan seharusnya memberikan sanksi yang mendidik bagi mahasiswa. n

Tim Laput

Koordinator : Khusnul Fadilah, Rasmilawanti Rustam

Anggota: Fransiska Sabuwolor, Riyami, Sriwidiah Rosalina Bst, Hartina Sapa, Ayu Lestari

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST


8

8

identitas identitas NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016 NO. 856| TAHUN XLI| EDISI AWAL APRIL 2016

laporan utama

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Birokrasi Jilat Ludah Sendiri Skorsing terhadap empat mahasiswa kelautan terbukti tak sesuai aturan, sanksi dicabut pasca banding diajukan. LAPANGAN basket Fakultas Ilmu Kelau­ tan dan Perikanan nampak ramai, Kamis (7/1). Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelau­ tan (HMIK) rupanya sedang mengadakan malam ramah tamah Acara ini dilaksanakan setelah tahap akhir prosesi pengaderan angkatan 2015 selesai dan menjadi keluarga baru HMIK ini dilaksanakan demi mempererat kekeluar­ gaan HMIK, maka tak heran bila alumni HMIK pun turut hadir dalam acara makan bersama ini. Tak berapa lama beberapa pengurus mendapat telepon dari Wakil De­ kan III yang menginstruksikan untuk mem­ bubarkan kegiatan itu. Nyatanya kegiatan ini dianggap melang­ gar jam malam dan tidak mengantongi izin birokrat. Alhasil karena dianggap melang­ gar aturan universitas, beberapa pengurus pun berujung pada pemanggilan komisi disiplin (komdis) . Empat diantara mahasiswa tersebut ada­ lah Ketua angkatan 2015 Husni Awal, Ketua Himpunan Ilmu Kelautan Abdillah Salihin, Koordinator lapangan Faiz Fachri Masalam dan terakhir Ketua Panitia, Rover Manaba, namun tidak ada satupun yang menghadiri panggilan komdis jam 10.00 karena surat masuk satu jam sebelum rapat komdis. Surat kedua kembali dilayangkan kepada keempat mahasiswa tersebut. Berhubung Abdillah Salihin saat itu sedang mengha­ diri kegiatan Musyawarah Nasional Him­ punan Mahasiswa Ilmu Teknologi Kelautan Iindonesia di Purwokerto, akhirnya hanya tiga mahasiswa yang menghadiri rapat ini.

Namun Abdillah Salihin tetap mengirim­ kan surat pengklarifikasian kepada komdis mengenai alasan tidak hadirnya di rapat komdis. Akhirnya surat ketiga dilayangkan lagi kepada Abdillah Salihin untuk meng­ hadiri rapat komdis, Selasa (26/1). Selang lima minggu setelah panggilan terakhir, akhirnya surat keputusan pem­ berian sanksi ditanda tangani oleh Dekan FIKP. Empat mahasiswa Jurusan Ilmu Ke­ lautan dijatuhi sanksi skorsing karena di­ anggap melakukan pelanggaran sedang. Abdillah salihin dijatuhi skorsing selama satu semester dengan alasan mengabaikan larangan kegiatan malam ramah tamah. Faiz Fachri Masalam dan Husni Awal di­ jatuhi sanksi skorsing satu semester karena menyebar undangan yang mewajibkan ang­ katan 2015 untuk mengikuti kegia­ tan. Sedang Rover Manaba dikenai sanksi skorsing dua semester karena dianggap me­mimpin dan memakai dana himpunan untuk menjalankan kegiatan ramah tamah. Menanggapi hal ini Faiz Fahri mengemu­ kakan keluhannya, menurutnya keputusan komdis tidak berdasar aturan yang sebe­ narnya. “Baiknya sebelum mengeluarkan SK, komdis mengkaji baik-baik terlebih da­ hulu dan memperkuat data,” tutur maha­ siswa angkatan 2013, Jumat (1/4). Dekan FIKP Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc mengatakan bahwa sanksi yang di­ berikan sudah sesuai dengan aturan Uni­ versitas Hasanuddin BAB VI pasal 8 ayat 2, apabila pelanggaran ringan dilakukan tiga kali berturut-turut maka dapat ditingkatkan

menjadi pelanggaran sedang. “Yang kami lakukan sudah sesuai prosedur dan aturan,” tanggapnya, Senin (4/4). Nyatanya setelah sanksi dikeluarkan dan pengajuan banding mahasiswa dipertim­ bangkan, sanksi skorsing terhadap keempat mahasiswa dicabut.

Karena Tatib, Mahasiswa Selamat.

Dengan dikeluarkannya sanksi skorsing tersebut, maka mahasiswa HMIK beren­ cana melakukan banding. Menurut mereka sanksinya terlalu berat sebab sanksi yang dikeluarkan nyatanya tak sesuai aturan tata tertib (tatib) kehidupan kampus BAB V Pasal 7 ayat 2, Bab VI Pasal ayat 1 dan BAB VII Pasal 10 ayat 1. Hal tersebut mendapat tanggapan dari Wakil Rektor III Dr Ir Abd. Rasyid J., M.Si. “Jika memang ada hal yang perlu diper­ timbangkan untuk meringankan bahkan memberatkan sanksi, Untuk merevisi sank­ si yang sebelumnya diterima mahasiswa,” ujar Rasyid Langkah awal yang dilakukan mahasiswa HMIK adalah mengevaluasi kesalahanke­ salahan yang dirasa dilakukan saat pengambilan keputusan. Hasil evaluasi itulah yang aktif mereka sebarkan. Propa­ ganda pun dilakukan melalui berbagai cara termasuk melalui media sosial, dan jalan terakhir yang ditempuh adalah mengaju­ kan banding kepada Dekan FIKP Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc. Abdillah Salihin mengatakan pengam­ bilan keputusan pimpinan tidak sesuai de­ ngan aturan universitas. “SK yang keluar terkait kesalahan mengabaikan perintah pimpinan, sedangkan jelas dalam peratu­

ran akademik dan buku pedoman sama sekali tidak ada peraturan menjelaskan tentang melanggar perintah pimpinan akan diskorsing,” ungkapnya, Senin, (28/3). Ia me­ nambahkan bahwa sanksi skorsing yang di­ berikan kepada ketiga rekannya juga tidak terdapat dalam aturan ketertiban kampus. Namun menurut Ketua Komdis Dr Ir Alfa Nelwan MSi keputusan yang diambil ini berdasarkan aturan tata tertib Unhas. “Tidak ada aturan Universitas, ada SOP ka­ lau tidak salah dibuat oleh pimpinan fakul­ tas tapi itukan tetap rujukan tatib Unhas,” Imbuhnya, Senin (4/4). Mahasiswa mengajukan keberatan se­ cara tertulis disertai dengan alasannya mengajukan banding kepada dekan. Setelah itu dekan mengeluarkan keputusan yang bersifat final dan mengikat. Dan akhirnya sanksi skorsing yang dijatuhkan dalam SK berubah menjadi peringatan keras kepada mahasiswa. Apabila pelanggaran ini teru­ lang, maka pimpinan berhak memberikan sanksi yang lebih berat. Menilik aturan universitas yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan, pen­ jatuhan sanksi kepada empat mahasiswa FIKP memang terasa janggal, kenyataanya aturan yang dilanggar berupa jam malam semestinya hanya dikenai sanksi ringan. Yang artinya mahasiswa hanya menda­ patkan teguran keras. Selain itu, tidak ada aturan tertulis yang mengatur penjatuhan sanksi bagi mahasiswa yang tidak men­ jalankan perintah pimpinan, maka seyogi­ anya hal seperti ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan seperti orang tua yang mem­ bimbing anaknya atau setidaknya tak perlu terburu-buru dalam menjatuhkan sanksi.n


laporan utama

identitas NO. 856 | TAHUN XLII identitas | EDISI AWAL APRIL 2016 NO. 856| TAHUN XLI| EDISI AWAL APRIL 2016

Beri Sanksi yang Mengedukasi

Setiap perguruan tinggi memiliki kebijakan tersendiri dalam menerapkan aturan terkait pemberian sanksi terhadap mahasiswanya. Namun, beberapa aturan seperti larangan kegiatan pengaderan diluar kampus dan larangan berkegiatan hingga malam hari acapkali sulit diterapkan. Birokrasi dan mahasiswa belum memiliki kesamaan pemikiran tentang aturan tersebut. Akhirnya, pemberian sanksi kepada yang melanggar aturan, terkadang menimbulkan pro dan kontra. Berikut wawancara reporter identitas bersama Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Makassar yang juga merupakan alumni Fakultas Hukum Unhas, Prof Dr Heri Tahir MH ketika ditemui diruangannya di lantai enam Gedung Phinisi, Selasa (05/04). Jika ada mahasiswa yang me­ lakukan pelanggaran, misalnya aturan jam malam sanksinya apa ? Biasanya kita memberikan ancaman bahwa jika tetap melakukan itu lagi maka lembaganya akan dibekukan. Yang ke­ dua, kita tidak akan proses kegiatan-­ kegiatannya, de­ ngan cara misalkan dia minta tanda tangan kami tidak beri. Di Unhas ada kasus maha­ siswa yang melanggar aturan jam malam, sanksi yang di­ berikan adalah skorsing, apakah di universitas Anda juga pernah menerapkan sanksi seperti itu ? Tidak, disini jika yang dilakukan itu pe­ langgaran atas nama lembaga kemahasiswaan, maka sanksi yang diberikan juga yaitu dalam ranah kelembagaan.

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Pelanggaraan yang di­ lakukan atas nama lembaga juga diberikan sanksi dalam ranah lembaga, apa alasan­ nya? Alasannya yah karena mahasiswa berkegiatan atas nama lembaganya. Dia melanggar untuk kegiatan lembaga­nya, masa sanksi yang diberikan sanksi akademik. Pemberian sanksi akademik punya ranahnya sendiri. Kita harus memberikan sanksi yang ada aspek edukasinya. Mahasiswa harus mendapatkan pelajaran dari sanksi yang diberikan. Bukannya malah membuat hubungan dengan mahasiswa menjadi renggang. Apalagi jika sanksi yang diberikan hanya dianggap sebagai hukuman tanpa mereka melakukan refleksi. Biasanya saya kalau ada pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga, saya kontak ketuanya, saya hubungi secara personal bahwa dia sebagai ketua berarti dia harus bertanggung jawab. Saya tekankan jika melakukan itu lagi maka kegiatannya tidak kami perlancar secara administrasi atau persuratan.

Apakah itu efektif ? Iya, itu kan lebih mendidik. Sehingga disitulah kami harapkan kejujuran mahasiswa untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya, meskipun terkadang masih saja ada mahasiswa yang tidak patuh. Bisa saja hari ini patuh, besok­ nya tidak. Tapi kita harus berpikir bahwa dalam mengatasi persoalan mahasiswa harus menggunakan aspek-aspek edukasi. Jadi memang disini harus bersinergi antara mahasiswa dan birokrasi. Lantas bagaimana cara un­ tuk me­ ngatasi mahasiswa yang susah untuk mengikuti aturan tersebut ? Semua pihak seperti dekan, ke­ tua prodi dan jurusan semestinya harus seirama menyikapi setiap kebijakan-kebijakan yang ada. Jadi diperlukan koordinasi yang baik untuk membina mahasiswa. Misalnya ada satu lembaga yang me­ lakukan pelanggaran, apakah hanya lembaga yang melakukan pelanggaran yang di­ berikan sanksi atau semuanya? Tentu saja hanya lembaga itu. Masa satu yang bersalah, semua­ nya dikenakan sanksi. Harusnya yah proporsional. Jika ada lembaga yang mem­ butuhkan waktu lebih untuk berkegiatan dimalam hari, apa­ kah bisa diberikan dispensasi ? Ya, dia bisa meminta izin. Dan yang diberikan izin jika memang memiliki alasan yang khusus dan dapat di­ terima. Misalnya unit kegeiatan mahasiswa seni yang jika mau pentas kadang butuh tempat latihan yang gelap, pencahayaan gelap dan sebagainya. Jadi kami berikan dispensasi hingga jam 10 malam. Untuk tahap-tahap pemberian sanksi sendiri, siapa yang me­ nangani ? Saya yang tangani dulu. Sebaiknya diusahakan untuk melakukan pendekatan-pendekatan personal kepada mahasiswa. Komunikasi dengan mahasiswa harus jalan. Jadi tidak serta merta ditangani oleh komdis. Dan biasanya dengan pendekatan seperti itu lebih bisa memberikan efek jera kepada mahasiswa. Wakil Rektor III sebaiknya bukan sekedar mendampingi kegiatan-kegiatan mahasiswa tapi juga pembinaan karakter dan akhlak mahasiswa yang paling penting. Jadi untuk mencapai itu, kita harus tetap menjalin hubungan yang baik. n

9

9

bundel mEdisi Awal April tahun 2002

Jabatan Bukan Alat, tapi Amanah

BERDASARKAN Surat Keputusan (SK) Rektor Unhas tentang pemberhentian dan pengangkatan dekan dan pembantu dekan di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), No 1880/J04/KP.39/2002 tertanggal 21 Januari 2002, diputuskan bahwa Drs H Watief A. Rah­ man MS sebagai pembantu dekan I, Ir Nurhayanti MS sebagai pembantu dekan II, dan Ir.H Muh. Hasyim Djaffar MSi sebagai pembantu dekan III. Celakanya, Ir H Muh Hasyim Djaffar MSi menolak pe­ nunjukan dirinya sebagai Pembantu Dekan III FKM. Me­ nurut pengakuan Hasyim, sebelumnya ia telah menyata­ kan bahwa ia tidak bersedia untuk memangku jabatan PD III, namun tetap dipasang dalam SK tersebut. “Secara khusus saya pertegas kembali pada tang­ gal 20 Februari 2002 di Restauran Anggrek Delia, untuk tidak mengusulkan nama saya sebagai PD III FKM.” Jelas Hasyim, pada tanggal 18 dan 17 Februari 2002. Hasyim tak mempersoalkan posisi apa yang akan diterimanya, asalkan sesuai dengan kesepakatan bersama. “Saya melihat ada kecendrungan penetapan calon tersebut atas dasar kepentingan pribadi dekan,” tukas Hasyim, yang menanggapi isu bahwa dirinya mengiginkan posisi PD II dibanding PD III. Sebagai puncak protes Hasyim, 27 Februari 2002, ia tak menghadiri acara pelantikan sebagai PD III terse­ but. Akhirnya, Surat Keputusan Rektor No. 2643/J04/ KP.23/2002 tentang pengangkatan pudek III di duduki oleh dr Nur Bahri Noer MS sebagai pengganti Ir H Muh Hasyim Djaffar MSi. n

mEdisi Awal April tahun 1987

Awal Mula Pembaharuan Unhas

SEBELUM tahun 1975, pihak fakultas di Unhas masih berjalan sendiri-sendiri. Tampaknya seperti ada tembok pemisah di antara mereka, sehingga antara sivitas aka­ demika fakultas dengan yang lainnya memiliki hubungan yang kurang erat, dan kurang koordinasi. Unhas menuju ke arah yang lebih baik terlihat pada ta­ hun 1975. Adanya garis yang tegas tentang tujuan, serta sasaran dan program Unhas sebagai hasil dari Raker Unhas, serta penerapan pola organisasi matriks dan pe­ rintisan sistem kredit dalam pendidikan, yang diterapkan dengan pedoman “Berjalan sambil belajar”, dan meningkatnya pula seminar-seminar dan diskusi-diskusi baik di tingkat fakultas maupun di tingkat universitas. Tahun 1978, dalam memperbaharui pendidikannya, Unhas telah menyusun buku kajian dan buku pedoman untuk program-program pendidikan. Adapun tiga proyek utama dalam pembaharuan unhas, yakni proyek perintis, program diploma, dan program pascasarjana. Proyek perintis berupa pengelolaan hasil ujian dengan menggunakan komputer,adanya kelas persiapan untuk mahasiswa baru agar mereka akan lebih siap mengikuti pendidikan di Unhas yang diharapkan dapat menyele­ saikan pendidikannya dalam waktu yang relatif singkat, pemusatan pendidkan ilmu alamiah dasar, serta diber­ lakukannya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dimulai pada tahun 1974 untuk pengabdiannya kepada masyarakat. Adapun anjuran Ditjen untuk diberlakukannya program diploma, bahwa Perguruan Tinggi Unhas membutuhkan pengembangan program diploma yg sesuai dengan kebu­ tuhan pembangunan, dan persiapannya untuk maksud itu telah dilakukan pd tahun 1976. Untuk program pascasarjana, antara lain ialah pen­ didikan dokter yang semula hanya terbatas pada ilmu ke­sehatan mata dan penyakit kandungan, telah berkem­ bang menjadi beberapa ilmu kedokteran dan para klinik. n


10

civitas

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

koridor Catatan Seminar Nasional Neforia Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dengan tema “Revitaslisasi Ekonomi Kerak­yatan Dalam Mewujudkan Kemakmuran Rakyat” di Gedung IPTEKS, Sabtu (2/4).

Pemberdayaan UMKM untuk Kesejahteraan

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Presentasi: Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi memaparkan progress produk yang dipasarkan oleh kelompoknya dalam mata kuliah Promosi dan Periklanan, di Fis III, Selasa (15/3). Metode presentasi oleh mahasiswa merupakan salah satu penerapan pembelajaran Student Center Learning.

Tanya Jawab Metode SCL Sistem Student Center Learning (SCL) telah sejak lama diterapkan di kampus merah, namun kini, sudah berjalan efektifkah?

C

ita-cita menyelenggarakan pendidikan yang handal dan sesuai dengan perubahan zaman, menjadikan proses pe­ ngajaran yang dahulunya berbasis Teacher Center Learnig (TCL) yang me­ nitikberatkan pada dosen, kini beralih menjadi Student Center Learning (SCL) yang melibatkan mahasiswa, sehingga diharapkan mahasiswa menjadi lebih aktif. Setelah dicanangkan 2006 lalu dan resmi diterapkan pada tahun 2007 dosen diharuskan untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Pengembangan dan Pendidikan (LKPP) demi meningkatkan kemampuan dosen untuk melakukan dialog selama proses pembelajaran, sehingga mahasiswa dapat mengeksplorasi kemampuannya. Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Prof Dr Andi Iqbal Burhanuddin, MSc MFish mengaku sudah beberapa kali mengikuti pelatihan yang berbasis tentang metode SCL ia pun sudah sejak lama menerapkan metode SCL. “Saya rasa juga metode SCL itu sangat baik untuk mengembangkan pemikiran para mahasiswa karena mahasiswa bisa langsung aktif dalam proses belajar mengajar,” ucapnya, Minggu(13/3). Erna mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan yang merupakan salah satu mahasiswa Iqbal mengiyakan hal tersebut. Menurutnya metode yang diterapkan dosen mata kuliah Vertebrata itu sangat sesuai dengan penerapan SCL yang sebenarnya “Pada saat perkuliahan berlangsung Prof Iqbal lebih banyak membuat forum diskusi dengan mahasiswa,” ucapnya, Kamis(10/3). Tidak hanya di FIKP, Fakultas Sastra pun dinilai telah lama menerapkan sis-

tem SCL. Karmila Mokoginta, SS MHum, MArs mengaku menerapkan hal ini sudah sejak lama, dengan harapan agar mahasiswa bisa lebih aktif dikelas dan tidak mengharapkan dosen terus yang memberikan ilmu tanpa adanya keaktifan dari mahasiswa. “Saya sudah lama menerapkan sistem SCL tersebut di beberapa mata kuliah yang saya ajarkan, semenjak telah mengikuti pelatihan SCL yang diselenggarakan oleh LKPP,” ucap dosen mata kuliah Bahasa Inggris ini Annisa Anggraini, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2014 juga merasakan hal tersebut, menurutnya cara mengajar dosen di Fakultas Sastra memang lebih mengarah kepada metode SCL, karena sejauh ini cara me­ ngajar dosen lebih melibatkan mahasiswa dengan cara berdiskusi ataupun presentasi. “Metode mengajar dosen lebih banyak melibatkan mahasiswa dengan cara berdiskusi bersama,” saat ditemui, Jum’at (11/3). Walaupun sudah lama Unhas resmi menetapkan metode SCL, nyatanya beberapa mahasiswa masih mengeluhkan belum efektifnya penerapan metode SCL di beberapa mata kuliah. Seperti halnya yang terjadi di Fakultas Pertanian. Mahasiswa mengakui, sampai sekarang masih mendapat pengajaran de­ ngan metode TCL, dimana dosen jauh lebih aktif dibandingkan mahasiswa. Hal itu dialami oleh Fatmawati “Saya rasa dosen masih menggunakan metode TCL, walaupun pada saat kontrak belajar mereka mengaku menggunakan mertode SCL,” ucap mahasiswa ­angkatan 2015 ini, Kamis (10/3) Perasaan yang sama datang dari Amar, Mahasiswa Fakulas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) angakatan 2015 ini

merasa cara mengajar dosen di fakultasnya masih berbasis TCL. Dosen masih lebih aktif menjelaskan dan kurang melibatkan mahasiswa Karena para dosen menjelaskan de­ ngan menggunakan slide sehingga para dosen lebih aktif mengajar, dibanding mahasiswa. “Itulah kenapa saya bilang cara mengajar dosen di Fisip masih 80% menerapkan sistem TCL,” keluh mahasiswa jurusan Antropologi ini saat diwawancarai, Selasa (8/3) Nur Laeli mengeluarkan suara yang sama, harapan agar Mahasiswa Fakultas Hukum ini lebih aktif dalam perkulia­han nampaknya masih jauh panggang dari api. Mengingat materi yang diterimanya kini kebanyakan t­eori, tidak mengherankan jika dosen jauh lebih aktif menerangkan. “Karena kebanyakan teori, dosen jauh lebih a ­ktif daripada mahasiswa, bicara soal SCL mahasiwa kan bisa bertanya kalau ada yang tidak dimengerti,” ucap mahasiswa angkatan 2015 ini saat ditemui, Selasa (8/3). Terkait sistem SCL nyatanya muncul beberapa persepsi berbeda, tidak hanya dikalangan dosen, juga beda persepsi yang terjadi diantara mahasiswa. Perbedaan persepsi itulah yang membuat Ketua LKPP Dr Ir Nasaruddin Salam, MT angkat bicara. Menurutnya tidak selamanya dosen yang hanya menjelaskan bisa disebut TCL karena pada beberapa kasus, misalnya mata kuliah yang membutuhkan ba­ nyak rumus, dosen harus lebih banyak aktif menjelaskan, namun bisa diakali dengan memberikan tugas kelompok kepada mahasiswa untuk dikerjakan bersama-sama. “Sebaikya dosen yang mengajar bisa langsung mengajak mahasiswa ikut ­aktif di kelas agar mahasiswa bisa lebih cepat paham dengan materi yang diberikan,” ucapnya, Senin (21/3)n (M25/Vit)

USAHA Mikro Kecil Menengah (UMKM) berperan mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran. Keberadaannya sangat penting dan strategis dalam menunjang kegiatan ekonomi nasional. Namun, UMKM ini mengalami kesulitan dalam melaksanakan peran dan merealisasikan potensi yang ada, baik secara internal maupun eksternal. UMKM di Sulawesi Selatan saat ini memiliki 916.232 unit. Usaha mikro yang berpeluang memiliki hasil jualan tahunan paling banyak yakni 300 juta, memiliki 797.081 unit. Usaha kecil yang mampu menghasilkan penjualan lebih dari 300 juta sampai dengan 2,5 milyar hanya 114.656 unit. Sedangkan usaha menengah tidak terdapat satu unit pun mampu menghasilkan jualan tahunan lebih dari 2,5 milyar. Jika dilihat dari persenannya, Usaha kecil sebanyak 87%, usaha kecil 13% dan usaha menengah 0%. Berdasarkan data yang dipaparkan, terlihat jelas bahwa didalamnya terdapat masalah. Sehingga usaha yang diharapkan mampu memberikan keuntungan belum dapat diwujudkan. Nyatanya hal ini dikarenakan beberapa hal. Pertama, rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam hal ini bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran. Akibatnya produktivitas menjadi rendah. Kedua, keterbatasan akses permodalan. Akibatnya UMKM sulit dalam meningkatkan kapasitas usaha ataupun mengembangkan produk-produk barang. Ketiga,terbatasnya kapasitas UMKM untuk mengakses permodalan, informasi teknologi dan pasar. Sehingga untuk dapat dikelola secara mandiri oleh UMKM membutuhkan biaya besar. Masalah ini mampu diatasi dengan cara mempermudah UMKM untuk mengakses permodalan, memperluas jaringan pemasaran, meningkatkan kualitas SDM, menyediakan sarana dan prasarana usaha yang memadai, dan menciptakan iklim usaha yang kondusif dan teknologi yang tepat guna. Tentunya hal tersebut dapat terlaksana jika pemerintah memberikan perhatian yang serius. Namun disisi lain, cara-cara diatas tidaklah cukup. Perlu adanya usaha untuk meningkatkan semangat dan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat, khususnya gene­ rasi muda, untuk menjadi wirausaha yang mandiri handal dan tangguh, serta memiliki daya saing. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha yang kreatif dan berwawasan global khusus bagi para wirausahawan. Terus mendukung usaha UMKM hingga mampu melakukan interaksi melalui tukar menukar informasi dan peningkatan kerjasama di segala sektor. Terakhir, Mengekspos dan memberikan inspirasi atas keberhasilan wirausaha dari dalam dan luar negeri sehingga dapat mendorong tumbuh dan berkem­ bangnya wirausaha baru. Inti dari semuanya adalah pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi dalam upaya pemberdayaan UMKM. Jika banyak dukungan dari pemerintah dan masyarakat memiliki minat yang tinggi untuk berwirausaha maka tidak akan menutup kemungkinan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan bisa tercapai. Sehingga peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan eknomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan dapat meningkat. Dan tentu saja, kesejahteraan masyarakat akan terjamin. Rasmilawanti Rustam


civitas

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

11

Perintah dan Wewenang Tak Sejalan

Satuan pengamanan di Fakultas Teknik Gowa kini tak hanya menjaga keamanan. Dekan menambahkan tugas untuk mengatur kehidupan mahasiswa Fakultas Teknik selama di kampus.

U

ntuk pertama kalinya aksi protes dilakukan di Fakultas Teknik Gowa Unhas, selama ak­ tifitas akademik berjalan sejak tahun lalu. Siang itu, puluhan mahasiswa Fakultas Teknik Unhas berunjuk rasa di depan Pelataran Gedung JK Center, Kamis (10/3). Aksi tersebut merupakan bentuk protes mahasiswa atas sistem yang diber­ lakukan oleh pihak birokratnya. Diantara sekian banyak tuntutan, yang menarik adalah tuntutan mengenai tugas dan fungsi pokok dari Satuan Pengaman (Sat­ pam). Tugas tambahan yang dijalankan Sat­ pam Fakultas Teknik Gowa berupa tegu­ ran kepada mahasiswa yang mengena­ kan kaos oblong, larangan penggunaan logo tengkorak oleh mahasiswa, serta la­ rangan berjualan untuk dana kepani­ tiaan. Menariknya aturan ini tidak tertu­ ang dalam standar operasional yang se­ mestinya dijalankan oleh satpam. Jendral Lapangan Erwin Sukur me­ ngaku diresahkan dengan perilaku sat­ pam yang seringkali bertindak kasar ke­ pada mahasiswa. “Kalau diliat pakai baju kaos biasanya ditahan, disuruh cari ke­ meja, padahal setahu saya itu bukan we­ wenangnya,” keluh Erwin saat diwawan­ carai usai aksi, Kamis (10/3). Lebih lanjut dia menuturkan bahwa teguran seperti itu seharusnya datang dari dosen. Ibnu Asrullah Almansan juga me­ ngungkap keluhan atas perlakuan yang didapatkan dari pihak satpam. Puncak­ nya ketika sedang diadakan rapat kepani­ tiaan yang dilangsungkan di dalam kelas, mereka diusir keluar kelas. “Cara menegurnya kurang baik. Kalau

ada kegiatan sampai jam lima, kita langsung disuruh keluar tanpa dikasih kesempatan untuk memberikan penjelasan,” kata Ibnu saat diwawancara via telepon, Sabtu (2/4). Ketua Senat Fakultas Teknik Muham­ mad Fujianto Manati berujar banyaknya pembatasan ruang gerak mahasiswa, akhirnya menimbulkan rasa jenuh, maka tak heran jika kejenuhan itu dia­ kumulasikan dalam aksi protes yang di­ adakan beberapa waktu lalu. “Perlakuan sewenang-wenang dari pihak birokrasi diimplementasikan oleh satpam yang bertindak seperti polisi, apalagi kemarin bukan hanya mahasiswa yang dikasari tapi juga dosen,” kata mahasiswa angka­ tan 2011 ini, Senin (28/3). Kepala Satpam Fakultas Teknik Gowa Sukono S, mengaku bahwa setiap tugas yang dijalankan atas perintah pihak bi­ rokrat fakultas. Penerapan ketertiban ber­ pakaian, sistem parkir serta penggunaan simbol tengkorak juga atas perintah. “Kita menjalankan tugas sesuai yang diperin­ tahkan, mana kita berani kalau tidak ada perintah dari atasan,” kata Sukono saat ditemui diruangannya. Rasa gelisah pun muncul menghadapi aksi protes yang dilayangkan oleh ma­ hasiswa, apalagi jika mengingat perintah yang diberikan dekan hanya berupa pe­ rintah lisan kepada satpam, “Kalau masih mau tetap dijalankan (aturan, red) harus­ nya dibuatkan juga aturan tertulis, jadi lebih kuat,” saat diwawancarai, Senin (28/3) Menanggapi peristiwa tersebut, Dekan Fakultas Teknik Dr Ing Ir Wahyu H Pia­ rah MSME angkat bicara. Ia membenarkan bahwa penertiban cara berpakaian maha­ siswa, larangan penggunaan simbol teng­

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Unjuk Rasa: Puluhan mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Unhas berunjuk rasa di pelataran Gedung JK Centre,­ Jumat (10/3). Aksi yang baru pertama dilakukan ini merupakan bentuk protes mahasiswa terhadap sistem yang berlaku dalam kampus Gowa.

korak teknik oleh satpam memang atas pe­ rintahnya. “Jadi saya titip pesan ke satpam supaya diamankan, biar budaya yang ada di kampus Tamalanrea itu tidak dibawa ke sini. Termasuk pemasangan simbol teng­ korak,” ujarnya saat di temui, Senin (28/3). Melihat keadaan tersebut, Sekretaris Universitas, Dr Ir Nasaruddin Salam MT angkat bicara, menurutnya setiap kebija­ kan sebaiknya dikomunikasikan, apalagi bila kebijakan itu dirasa tidak sejalan se­ perti seharusnya. “Kalau mengenai tegu­ ran berpakaian itu, baiknya yang mene­ gur dosen di kelas. Jadi himbauan untuk

semua dosen sebelum mengajar untuk diperhatikan baju mahasiswa, jadi dosen yang menegur,” ujar Wakil Rektor III Bi­ dang Kemahasiswaan 2009-2014 itu saat diwawancarai, Selasa (29/3) Nasaruddin juga menambahkan bahwa sebaiknya setiap tugas yang dijalankan oleh satpam tidak boleh melebihi batas kewajaran. “Saya sudah komunikasikan dengan ketua satpam biar mengarahkan anggotanya supaya penugasan yang di­ jalankan jangan berlebihan dan harus sesuai prosedur,” Selasa (29/3) n Dya/Vit


12

iptek

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

Obat Manjur dari Tumbuhan Bayur Nantikan aku di Teluk Bayur.... SEPERTI nama tempat dalam lirik lagu yang ditembangkan Enie Djohan tersebut. Tumbuhan yang satu ini juga bernama Bayur atau disebut sebagai Banyuru di Sulawesi Selatan. Secara umum, kayunya biasa dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan furnitur rumah. Namun saat ini, Prof Dr Hj Asnah Marzuki, Msi Apt tengah menggali lebih jauh potensi medis dari kulit batangnya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat gigi dan penyakit kulit. Ia ingin mengangkat Banyuru sebagai obat tradisional, sumber bahan baku obat sediaan farmasi yang terstandar, dan berpotensi sebagai agen antiinfeksi. Perkenalan Prof Asnah dengan tumbuhan bernama ilmiah Pterospermum cele­ bicum Miq ini, berawal saat ia jalan-jalan di Bogor untuk mencari referensi tumbuhan yang berpotensi menjadi obat, tetapi belum pernah diteliti. Setelah menggali informasi lebih jauh, untung bagi Asnah, niatnya didukung, mengingat keterse­ diaan tumbuhan ini yang banyak di hutan Sulawesi Selatan. “Ternyata di Sul-Sel sendiri, Banyuru tumbuh endemik di Gunung Loka, Kabupaten Bantaeng. Bahkan dengan pengetahuan lokalnya, penduduk daerah itu telah memanfaatkannya untuk mengobati gatal-gatal pada kulit,” jelas

ILUSTRASI/IRMAYANA

Dosen Fakultas Farmasi Unhas ini. Pada penelitiannya terhadap kulit batang Banyuru, ia menemukan tiga struktur senyawa kimia bahan obat alami. Ketiganya, berupa dua senyawa triterpe­ noid dan satu senyawa flavonoid. Senyawa itu banyak dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan, yakni sebagai antikanker, anti-inflamasi, analgesik, antipiretik, hepatoprotektif, kardiotonik, anti-alergi dan efek penenang, serta antioksidan dan antivirus. Untuk mendapatkan senyawa tersebut,

perempuan kelahiran 66 tahun silam ini menggunakan metode maserasi, yakni proses ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan merendam kulit batang Banyuru ke dalam cairan pelarut, seperti Etil Asetat, Alkohol, dan Metanol. Setelah itu, hasil ekstraksi masuk pada tahap uji aktivitas antiinfeksi. Senyawa isolat itu dicobakan ke beberapa jenis bakteri, seperti Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus mutan, Staphylococcus au­ reus dan Eschericia coli. Hasilnya sesuai harapan, beberapa bakteri yang seringkali

membuat gatal pada kulit itu mati. Tak hanya itu, uji standarisasi terhadap ekstrak kulit batang Banyuru pun dilakukan. Tujuannya, tak lain untuk penjaminan mutu dan stabilitas sebagai produk kefarmasian. “Sebagai hasil uji standar mutu, dapat ditetapkan bahwa ekstrak Banyuru berwarna coklat tua, rasa sepat, pahit, tekstur serbuk dan memiliki bau yang khas,” paparnya. Tidak berjalan mulus-mulus saja, dalam melakukan penelitiannya dosen ahli kimia­farmasi ini pun mengalami beberapa kendala, seperti keterbatasan kemampuan saat pengambilan sampel di hutan dan terbatasnya bahan-bahan kimia di laboratorium. Hambatan sampel pun diatasinya dengan memberdayakan masyarakat untuk membantunya saat mengambil sampel Banyuru. Tak langsung putus asa, ia pun tetap semangat meneliti walaupun dengan bahan seadanya. Kedepannya, ia akan tetap mengembangkan penelitiannya terkait tumbuhan Banyuru. “Penelitian ini akan terus saya kembangkan. Rencananya ekstrak Banyuru­ini akan dibuat menjadi krim untuk mengatasi penyakit kulit. Semoga bisa bermanfaat dan memberikan hasil yang positif bagi masyarakat,” harap Prof Asnah mengakhiri wawancara, Selasa(4/4).n Rahima Rahman

aksara

Pesan Cinta Untuk Pegiat Gunung Oleh: Ishak R. Boufakar JAUH sebelum Anthoni de Vila (1495) menggapai mount Aiguilla (2097 mdpl), Yan Cartenz (1623) menaklukkan gugusan salju di pegunungan Irian Jaya, kemudian dinobatkan namanya sebagai puncak tersebut, Cartensz. Atau, Sir Edmund Hillary dan Sharpa Tenzing Norgay, menggapai puncak Everest (8840 mdpl), di Nepal. Kisaran abad ke-6 M di semenanjung Arabia, Khadijah perempuan agung bersama suaminya Muhammad bin Abdullah, telah menapak gunung Hira. ­Konon, pada masa itu, di kota Mekkah ada semacam tradisi tahanust yang dilakon oleh para tetua. Tahanust adalah sejenis ibadah yang bertujuan menjauhkan diri dari dosa dan keramaian. Kecintaan Khadijah terhadap Gunung Hira, Sebagaimana ungkapannya, “Bagiku gunung merupakan tempat terbebas dan lepas dari beban kehidupan. Sebuah tempat yang jauh dari keramaian dan gelom-

bang-gelombang kekerasan dunia serta dekat dengan langit.” Kecintaan Khadijah terhadap pendakian gunung semenjak bersama suaminya bolak-balik menghantar makanan kepada orang-orang yang tengah menjalani ibadah tahanust. Selain itu, Khadijah me­ nemukan bahasa yang sebelumnya tidak terpikir olehnya, sembari saya mengutip ditulis Sibal Eraslan dalam Col ven Denzi, “Kekuatan hati dan cinta menjauhkan dari bahasa dan bicara. Kehidupan saling terbuka secara langsung. Merasakan cinta tanpa perlu ada tanggung jawab atas kata, beban kalimat dan rangkaian huruf. Gunung Hira mengajarkan sesuatu yang berbeda tentang cinta. Merasakan dari pada mendengarkan.” Khadijah telah menemukan hakikat dari pendakian gunung, sebuah perjalanan yang tak hanya menaklukkan ketinggian gunung, akan tetapi sebuah perjalanan sejati yang menaklukkan diri sendiri. “Di balik tampilan yang keras itu, gunung hanya bisa ditaklukkan oleh orang-orang yang memiliki kesabaran. Dari Hira lah, tumbuh kecintaanku pada ibadah, berdoa, dan tafakur.” Pendakian gunung tidak hanya me­ ningkatkan makam spiritual saja, sebagaimana dilakoni oleh Khadijah. Belaka­ ngan, pendakian gunung muncul dengan bermacam motivasi dan orientasi. Ketika kita menelisik lebih jauh lagi, pendakian gunung juga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, sebagaimana yang dilakoni

oleh Soe Hoe Gie. Soe Hok Gie (1942-1964) mahasiswa sastra UI. Tampil dengan MAPALA (Mahasiswa Pencinta Alam) sebagai propaganda mengembalikan idealisme mahasiswa yang terhegomoni politik praktis, dimana terjadi pembekuan terhadap perhimpunan, pembekuan Dewan Mahasiswa (DEMA) serta berlakunya Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Soe Hok Gie adalah sosok visioner, militansi, kritis, dan idealis. Memandang rezim Orde Lama adalah sebuah rezim yang menyuarakan demokratisasi, tapi dilain sisi momotong lidah-lidah rakyat. Dengan sinis, bergumam bahwa, keadilan dan kebenaran hanya ada di langit, radio masih saja mendongeng tentang kebohongan dan kepalsuan. Soe Hok Gie, menulis dalam catatan hariannya, yang kemudian hari di terbitkan oleh LP3ES, pada tanggal 1 Mei 1983 setelah dua puluh tahun kematiannya. “Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrasi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan me­ngenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” Seperti itulah alasan Soe Hok Gie mendaki gunung, dan disana pula menuai ajalnya,

tepat pada tanggal 16 Desember 1969 akibat menghirup racun vulkanik gunung Mahameru. Menelisik hakikat pendakian gunung dari Khadijah adalah spiritual sedangkan Soe Hok Gie adalah nasionalisme. Lantas, bagaimana dengan para pegiat belaka­ngan? Krisis spiritual melonjak pada krisis nasionalisme, lihat saja hutan semakin ludes, sampah banjir kesana-kemari, dan gunung pun plontas menuai kepunahan. Hari ini, aktifitas pendakian gunung mengepung setiap tongkrongan; kantin, base camp, community, dan media sosial. Dengan kebanggaan diri telah mencaplok puluhan puncak gunung. Namun mereka tidak menyadari bahwa semakin besar pendakian, semakin besar pula kerusakan gunung dan hutan. Motivasi spiritual dan nasionalisme, tidak lagi kita jumpai pada para penggiat belakang. Semoga kelak para penggiat membenarkan ucapan Harley Bayu Sasta, dalam Tarian Sang Kembara-nya. “Karena disa­ nalah dapat kami kenali keramahan saudara-saudara kami. Karena disana dapat kami resapi tekad kuat masyarakat ne­ geri ini. Bagi kami mengenal bumi pertiwi harus dekat dengan alamnya, bagi kami mencintai nusantara harus kenal dengan masyarakatnya, bagi kami berbuat dan berkarya dengan kemampuan diri, itulah membangun negeri.” n Penulis adalah (Pegiat Literasi- Paradigma Institute)


cerpen

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

Jatuh Cinta

puisi DENTING

Oleh : Ayu Amriani Denting itu bersuara…., ting, ting, ting…. Mengajakku menyusuri lorong waktu Melihat sosok wanita tua terbaring lemah ke­sepian Menanti datangnya sang anak

Oleh: Mekay Lunikabezz Kripton

AKU jatuh cinta. Tentu saja kau tak per­ caya bahwa aku jatuh cinta. Tapi, ke­ nyataannya aku memang jatuh cinta. Aku jatuh cinta dengan seorang pemuda. Yah memang, aku belum pernah ber­ temu dengannya. Tapi, aku yakin bahwa aku benar-benar menyukainya. Sudah lebih dari enam bulan ini, aku berteman akrab dengan seorang gadis. Sebut saja namanya Alea. Yaa, mungkin dengan bangga aku bisa mengatakan bahwa aku adalah teman terdekatnya. Aku mengetahui apa-apa saja yang dia lakukan setiap harinya. Aku tahu tentang pemuda mana yang sedang ditaksir-nya. Aku tahu segalanya. Dia tidak pernah lupa untuk bercerita kepadaku setiap hari. Ngomong-ngomong tentang pemuda yang dia sukai itu, aku juga mengetahui­ nya dari Alea. Aku tahu sebanyak yang Alea tahu tentang dirinya. Nama pemuda itu Pras. Berperawakan tinggi de­ngan ku­ lit sawo matang dan wajah yang tampan. Dia mahasiswa angkatan 2011 di Fakul­ tas Sastra. Warna kesukaannya adalah hitam. Untuk ke kampus, ia mengendarai ves­ pa berwarna ungu-nya. Namun, ia akan bersepeda ke kampus pada hari Senin dan Jumat. Ia lahir pada bulan Desember. Pras tidak cocok de­ngan makanan yang pedas, Ia tidak tahan. Ia sering menggu­ nakan jaket berwarna abu-abu, dan uku­ ran sepatunya adalah 44. Semua yang Alea tahu, juga aku tahu. Aku bahkan mungkin lebih menyukai pemuda itu dibandingkan Alea. Iya. Aku menyukai pemuda yang juga Alea sukai. Mengapa? Apakah aku salah dengan itu? Bukankah jatuh cinta itu bebas kepada siapa saja? Namun sa­ yangnya, Alea yang selalu mendapat­ kan kesempatan untuk bertemu dengan Pras. “Hari ini, kami berpapasan di parkiran. Dia menyapaku terlebih da­ hulu. Pakai sepeda juga ke kampus?, tanyanya. Iya, jawabku singkat. Kami kemudian berjalan bersama mening­ galkan parkiran. Setelah itu, kami ber­ pisah menuju tujuan masing-masing.” Alea bercerita kepadaku betapa berke­ sannya hari itu. Hari demi hari berlalu. Kisah antara Alea dan Pras semakin semarak saja. mereka bertukar nomor ponsel, dan saling memberitahukan akun media so­ sial masing-masing. Hari ini, Alea ber­ cerita kepadaku tentang sebuh pesan yang ditinggalkan di sepedanya. Secarik kertas yang diselipkan pada shifter gear pada stang sepedanya. “Isi kertas itu sederhana. “Kukatakan padamu aku ingin mengenalmu lebih dekat, tapi diammu adalah penolakan yang menghancurkanku”. Isinya itu saja. Maksudnya apa coba?!”. Aku tidak men­ jawab apapun. Tentu saja aku juga tidak mengerti. Beberapa hari kemudian, Pras me­ ngakui bahwa dirinya-lah yang menaruh

13

Denting itu bersuara lagi Mengajakku menyusuri lorong waktu lagi Suara tangis bocah kurus memecah malam itu Meringkuk kedinginan menahan sakit, berharap makanan datang menghampirinya Denting itu bersuara lagi dan lagi Mengajakku melintasi lorong waktu yang lain Kulihat wanita tua dan bocah kurus itu tertawa riang bersama di padang rumput hijau nan indah Denting itu bersuara lagi, lagi dan lagi, ting, ting, ting……….. Mengajakku kembali kelorong waktuku Kulihat dua nisan di hadapanku Dan denting itu bersuara lagi Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Tanah Angkatan 2013

ILUSTRASI/IRMAYANA

kertas itu di situ. Alea mempertanyakan apa maksdunya, karena sama sekali tidak mengerti. Lalu Pras mengingatkannya akan pesan chat yang dikirimkannya pada Alea pada malam sebelum peristiwa itu terjadi. Sontak Alea teringat pada pesan itu dan menjadi gugup seketika. Pras mempertanyakan lagi maksud­ nya dan Alea hanya menjawab, tak ada salahnya dengan menjadi lebih dekat. Aku semakin dirundung rasa ke­ sal. Ingin rasanya aku menjadi Alea dan menikmati menghabiskan waktu dengan pemuda yanga aku sukai. Alih-alih men­ dapatkan kesempatan itu, Alea malah bercerita tentang hal yang dia lakukan kepada Pras. “Tadi, aku memesankan nasi goreng yang pedas untuk Kak Pras. Hahaha... ten­ tu saja dia tidak sanggup memakan­ nya. Alhasil, dia mengambil bakso-ku, dan me­ nyuruhku menghabiskan nasi gorengnya. Tentu saja setelah itu aku mendapatkan jitakan darinya. ‘jangan macam-macam denganku, anak kecil!’. Katanya penuh an­ caman. Hahhaha..” Terkadang aku berharap agar Alea menghilang saja dari muka bumi. Atau setidaknya dia sudi membawaku bertemu dengan Pras. Hingga akhirnya Alea benarbenar menghilang dari muka bumi ini, aku tak kunjung bertemu de­ngan Pras. Iya, Alea meninggal dunia. Ia mening­ gal dunia tepat sepuluh hari yang lalu. Ia mengidap tumor otak yang selama ini ia sembunyikan dariku. Ketika terakhir kali bersamanya, ia hanya bertutur singkat ke­ padaku. Ini bosan yang membosankan. Mungkin di sana, aku tak akan merasa bosan lagi. Pras datang bekunjung, kali ke-enam sejak hari kematian Alea. Orang tua Alea kemudian memperkenalkanku kepada Pras. Aku akhirnya bertemu dengan Pras.

Tentu saja aku sangat senang. Walau tengah dirundung duka, Pras tampak semenawan seperti yang pernah Alea ceri­ takan. Tinggi dan tampan. Aku ikut bersama Pras pulang ke ru­ mahnya. Sesampai di rumahnya, hari telah gelap. Pras membawaku duduk di taman di samping rumahnya. Beratapkan langit dan bintang-gemintang, Pras men­ gorek semua informasi yang kumiliki. Aku tak bisa berbuat banyak. Pras men­ dapatkan semua apa yang dia ingin­kan. Sejak kapan Alea menyukainya, mengapa Alea menyukainya, semua­ nya. Tak ada satupun kisah yang dapat kusembunyikan darinya. Kecuali kenya­ taan bahwa aku menyukainya, tentu saja. Setelah itu, Pras memasukkanku ke dalam sebuah wadah yang gelap dan ber­ bau tak sedap. Lalu menyiramkan sesuatu kepadaku. Ia kemudian memantik korek apinya, dan menyala-lah api disekelil­ ingku. Tubuhku panas, jilatan api meng­ hanguskan sedikit demi sedikit bagian tubuhku. Aku meronta, berteriak. Namun tak seorang pun menolongku. Kulihat Pras menangis, tak tertahankan. Tidak! Tidak! Pras tampan tidak boleh mengan­ gis. Tidak boleh! “Selamat jalan, Alea. Selamat jalan anak kecil. Aku telah membaca buku harian itu, dan aku tak ingin membacanya lagi. Aku tak sanggup, kau tahu?! Aku... berbahagi­ alah kau di sana.” Pras berpaling. Satu demi satu bagian tubuhku menjadi abu. Rasa panas ini sungguh tak tertahankan. Aku tahu aku akan segera berakhir. Dan akan kukata­ kan rahasia terakhirku kepadamu. Aku mencintaimu, Pras. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Hubungan Internasional Angkatan 2013

Prosesi Barbar Bernegara Oleh : Achmad Hidayat

Ada istilah yang berkelindan mengenai lembaran kepentingan. Entah orientasi penjualan, harapan pada kedaulatan, basis tanah kekayaan, atau budaya sebagai pengharapan. Namun ada yang luput : kerakyatan, cermin kuatnya keteguhan dalam setiap keputusan, namun tenggelam dia dalam kubangan. Ambigu selingkup kekuasaan, individu maupun pemerintahan. Kas negara kemalingan, ibadah nasional cuci tangan, ramai penimpaan kesalahan. Pesta parade kemubaziran, makmur dalam resonan. Propaganda sugesti kepalsuan, statistik penuh pertanyaan. Hukum tiada beriringan, tumpuklah urutan pelanggaran. Aku hilang keadilan, di dalam riuhnya kerumunan. Makassar, 14 Maret 2016 Penulis adalah Mahasiswa FISIP Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Angkatan 2013 Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.


14

cermin

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

Dilema ‘Sampah’ Berbayar Oleh: Riyami Di sana sini teriak bau sampah. GEROMBOLAN sapi itu, sekarang tak akan bisa lagi merumput di gunung sampah. Areal itu sudah ditutup bagi mereka. Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang, Makassar akhirnya mulai dikeruk. Setelah adanya rencana Pemkot Makassar untuk membangun TPA Bintang Lima yang terintegrasi de­ ngan berbagai inovasi, seperti konversi gas metan menjadi listrik, pabrik kertas dan juga pabrik plastik. Ya, aktifitas pengerukan sampah berimbas pada meruapnya aroma tak sedap di sekitar wilayah TPA ini. Bahkan seantero media sosial pun menggerutu karenanya. Padahal dalam realitanya, para penggerutu sendirilah yang juga ikut menyumbang bau sampah itu. Kurang pantas saja rasanya, kalau mereka mengeluh, bahkan mengumpat. Toh, orang-orang yang tinggal sekitar TPA saja tak pernah me­ngumpat saat mendapat kiriman sampah dari mereka. Kasus itu adalah salah satu contoh persoalan sampah, yang memang sangat mengganggu kita semua. Peliknya permasalahan sampah ini, ketika beberapa orang telah memilahnya, toh ujungujung­nya saat diangkut mobil sampah se-

mua tercampur-aduk lagi. Tak bisa dipungkiri, belum ada tempat khusus pengolahan sampah organik dan anorganik. Praktik pengolahan sampah dalam skala kecil juga masih minim. Padahal video tutorialnya sudah banyak ditonton. Masyarakat belum terbiasa untuk mengelola sampah yang mereka hasilkan. Yang ada, Pemulung hanya mengambil sampah plastik yang bisa dijual belikan sebagai barang rongsokan. Sampah organik yang harusnya bisa dikembalikan ke tanah, ikut terabaikan bersama kantong-kantong plastik yang membungkusnya, dan berakhir membusuk di TPA. Menguapkan emisi karbon dan gas metana ke udara. Mencemari tanah. Terganggu dengan sampah, tentu saya juga merasakannya. Tapi absurdnya, saya pun terlibat dalam menyumbang sampah, kantong plastik umumnya. Niat baik untuk mendukung gerakan diet kresek sudah ada. Tapi suatu ketika, saya merasa dilema. Saat saya ke sebuah minimarket membawa kantong belanja sendiri, lantaran tahu saat itu kresek sudah mulai berbayar, si Mbak kasir heran. Dia malah berkata “Belanjaannya harus dimasukkan di kantong plastik ini dek, tanda supaya tidak ditahan sama Satpam diluar,” tuturnya. Sudah begitu, di tempat itu ternyata kreseknya gratis pula. Heran saja, karena di minimarket lainnya berbayar Rp200. Kok bisa surat edaran Kementerian Lingku­ ngan Hidup dan Kehutanan Nomor S.1230/PSLB3-PS/2016, tentang Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar tidak berlaku di sini. Tak hanya sampai disitu, kalau kita tak jeli memperhatikan, si Mbak nya juga punya kebiasaan mengklasifikasikan jenis belanjaan dengan kantong kresek. Jika sudah begitu, gagal lah sudah diet kresek.

Bagi saya, untuk move on dari penggunan kresek rasanya cukup sulit. Ya, coba bayangkan saja, saat membeli makanan berkuah maupun tidak, pasti tak hanya satu plastik yang digunakan untuk membungkusnya. Mulai dari plastik sambal atau kecap yang kecil-kecil, kantong plastik ukuran sedang hingga yang besar. Belum lagi jika ditambah dengan beli jus buah. Bayangkan saja jumlah sumbangan plastik itu sekali jajan, belum lagi dikali per orang, per hari, per tahun, bahkan per wilayah. Itulah mengapa mendukung dan melaksanakan gerakan ‘diet’ ini, menjadi dua hal yang berbeda. Kita bisa dengan mudah mendukung, tapi belum tentu kita juga mudah melaksanakannya. Kontroversi terus muncul terkait diet yang diresmikan pemerintah tersebut. Lantas, hal apa yang semestinya dilakukan agar penurunan tingkat penggunaan plastik dapat terwujud? Diet itu mungkin akan efektif jika telah ada produk kanto­ ngan lain yang praktis dan ramah lingkungan, plus murah. Karena kalau hanya ada produk lain yang lebih ramah lingkungan tapi lebih mahal, tentu gerakan ini tak akan jalan. Selalu ada persoalan dalam hidup ini, namun asa dan cara menghadapi masalah diet plastik pasti ada. Mungkin salah satunya dengan memberikan reward pada konsumen yang memakai kantong belanjaan sendiri. Sebaiknya, Rp200,00 yang bakalan digadang masuk ke dalam dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan untuk gerakan peduli lingku­ ngan, itu dipikirkan kembali nilai eduka­ sinya. Makin banyak dana CSR yang terkumpul, maka bisa dipastikan penggunaan kantong plastik tidak menurun. Semua hanya kali nol. Nah, perlu dipikirkan bah-

wa konsumen akan lebih tertarik de­ngan hadiah walaupun kecil, dibandingkan dana CSR yang mungkin masih mengawang-awang dalam pahamannya. Dapat kita lihat secara nyata, pada setiap tempat berbelanja seperti ada kewajiban bahwa pedagang maupun perusahaan re­ tail wajib menyediakan kantong plastik. Ya, ini seperti diinisiasi oleh tradisi belanja tanpa persiapan, yang dilakukan kalangan rumah tangga di Indonesia. Dibanding harus pulang mengambil kantong belanjaan nonplastik, tentu banyak orang memilih dikenai biaya Rp200,00 atau membeli kantong belanjaan yang disediakan. Terkait hal itu, mungkin dapat diterapkan kebijakan pedagang tidak menyediakan plastik bagi pembeli. Dan, kebiasaan buruk konsumen itu, pun bisa dijadikan peluang bagi perusahaan retail untuk membuat kantong belanja non-plastik berlogo perusahaan dan menjualnya kepada konsumen. Berlaku transparan atas pengumpulan dana pembelian kantong plastik, menjadi hal penting dalam penerapan kantong plastik berbayar ini. Pro dan kontra timbul karena ada ruang samar yang tak bisa terlihat oleh publik. Maka publikasi hasil dari perolehan penjualan kantong plastik dan peruntukkannya, sebaiknya dilakukan. Ini juga untuk menjaga transparansi dan kredibilitas perusahaan yang bersangkutan. Ya walaupun dalam menuju perubahan ke arah keseimbangan alam ini di dalamnya masih ada motivasi ekonomi, tapi tak ada salahnya untuk coba dilakukan. n Penulis adalah Redaktur PK. identitas Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Unhas Angkatan 2013

ragam

Fobia, Ironi Akal dan Rasa

SETIAP orang memiliki rasa cemas dalam hidupnya. Entah, karena bayangan masa depan yang menakutkan termasuk rasa cemas pada hal-hal kecil. Bagi sebagian orang, rasa cemas dapat dikendalikan. Mereka yang tidak bisa mengendalikan rasa takutnya itu mengalami gangguan kecemasan atau fobia. Mereka yang memiliki fobia, memiliki rasa takut yang luar biasa. Biasanya mereka mengalami reaksi, seperti jantung berdebar, bahkan pingsan. Sehingga berupaya untuk terhindar dari hal yang membuatnya takut. Secara garis besar, penyebab seseorang mengidap fobia karena traumatik atas pengalaman hidup dan rasa tak suka terhadap sesuatu atau fenomena. Fobia pun digolongkan menjadi dua yaitu fobia spe­ sifik, seperti takut akan binatang, buah serta ketinggian dan fobia sosial yaitu ketidakmampuan seseorang berada di depan umum. Seorang penderita fobia akan menggunakan bahasa rasa, sedangkan orang lain

memakai bahasa logika. Sehingga terkadang kita berpikir hal yang ditakutkan itu tidak masuk akal, padahal bagi mereka yang mengidap fobia, itu sesuatu yang wajar. Misalnya, seseorang yang kecelakaan setelah makan nasi, lantas membeci nasi. Hal ini adalah sesuatu yang jika dipikir secara rasional tidak masuk akal. Akan tetapi, bagi mereka yang mengidap fobia, hal ini adalah sesuatu yang wajar. Hal ini terjadi pada diri Najmia yang fobia terhadap buah-buahan. Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan ini menceritakan ketidaksukaannya terhadap buah bermula ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Waktu itu, ia mencoba untuk memakan buah bidara. Akan tetapi, setelah melihat bijinya yang kecil, ia merasakan hal itu menjijikkan. “Setelah kejadian itu, saya tidak pernah lagi memakan buah apapun,” kata Mia sapaan akrab, Rabu (23/3). Beda halnya dengan Husnul Hatimah yang mengidap hemophobia atau takutan terhadap darah yang bercucuran. Menurut mahasiswa angkatan 2015 ini, dirinya

memang tidak sanggup melihat darah. “Saat melihat darah biasanya saya merasa lemah bahkan pernah pingsan,” ujarnya. Fobia yang lainnya datang dari mahasiswa jurusan Biologi, Ismi Azizah Aswad. Ia memilki cemas ketika melihat lubanglubang kecil atau trypophobia. Ia selalu merinding, tidak berselera makan bahkan muntah. Hal ini bermula ketika ia melihat meja sekolah yang sudah lama dan terdapat lubang-lubang kecil. “Saya jadi me­ rinding melihatnya. Itu mengerikan sekali,” ujar mahasiswa angkatan 2012 ini, Kamis (31/3). Ada juga yang takut dengan kucing. Iin Sariningsih selalu histeris saat melihat bayi kucing. Ia akan berteriak histeris bahkan menangis, walaupun melihatnya dari kejauhan. Ketakutannya ini bermula sejak dia duduk di SD. Ia sering ditakuttakuti bayi kucing oleh sepupunya. Sejak saat itu, ia jadi sangat benci terhadap bayi kucing. Menanggapi hal ini, pakar psikologi, Istiana Tajuddin SPsi MPsi beranggapan

bahwa tingkat kecemasan seseorang berbeda-beda tergantung pribadinya. Seseorang yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dapat mengidap fobia. Sedang­ kan, seseorang yang bisa mengendalikan sifat kecemasannya, ia tidak akan mengidap fobia. Fobia ini dapat saja disembuhkan melalui terapi. Namun, jika tak ingin diterapi, hal yang paling mudah dilakukan ialah relaksasi pernapasan. Gunanya agar oksigen yang masuk ke otak lebih banyak dan aliran darah semakin lancar. Sehingga, pikiran pun semakin jernih. Terapi lainnya yaitu hypnotherapy atau cara pengobatan dengan metode hipnotis kepada pengidap fobia. Ada abreaksi, flooding, refraiming, dan penyembuhan lainnya. Namun, hal ini tergantung ­orangnya bagaimana ia memaknai situasi fobia yang dialami. “Ada orang yang sulit sembuh dikarenakan ia tidak mengetahui apa yang sebenarnya ia cemaskan.” Ujar Isti sapaan akrabnya, Senin (28/03). n Sri Hadriana


kampusiana

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

LPM Sinovia Adakan Sekolah Jurnalistik Dasar

pat di Auditorium Prof Amiruddin, pelantikan ini bertajuk “Ekspresikan Dengan Seni, Lakukan Dengan Intuisi dan Wujudkan Dalam Organisasi”. Adapun rentetan kegiatan yakni pembukaan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Unhas, laporan ketua panitia, sambutan Fauzia Mas’ud selaku ketua baru UST, sambutan Ilham Aqza Ketua UST periode sebelumnya dan sambutan Dr Ir Abdul Rasyid Jalil, MSi selaku Wakil Rektor III Unhas. Sebanyak 50 anggota UST yang resmi dilantik oleh Wakil Rektor III Unhas. “Semoga amanah yang diberikan dan dipercayakan kepada kami, dapat kami jalankan dengan baik dan juga kedepannya UST bisa lebih eksis dan dapat ter­kenal di dalam maupun di luar negeri,” ujar Yusran selaku ketua panitia, Jumat (18/3). (M26)

LEMBAGA Pers Mahasiswa (LPM) Sinovia Fakultas Kedokteran Unhas gelar Sekolah Jurnalistik Dasar (SJD) ke XVII di Ruang GA 300 Fakultas Kedokteran Unhas, Sabtu-Ahad (19-20/3). Kegiatan ini merupakan salah satu persyaratan ikut keanggotaan LPM Sinovia. Peserta yang berjumlah 37 orang diberikan materi dasar jurnalistik seperti Sejarah dan Idealisme Jurnalistik, Teknik dan Etika Wawancara dan Teknik Penulisan Berita. Tujuan diadakan SJD ini adalah membentuk kader jurnalistik yang kompeten, serta memiliki nalar kritik yang bisa mempertahankan nilai-nilai jurna­ listik. Ayumi C. Kandacong selaku ketua panitia menjelaskan bahwa SJD tersebut me­ rupakan kegiatan tahunan LPM Sinovia. “SJD ini merupakan upaya untuk men­ cetak generasi-generasi jurnalistik yang kompeten,” katanya, Sabtu (19/3). (M02)

KSR PMI Unhas Adakan Pembukaan Diklat Mahasiswa dan Relawan

KAMMI Komisariat Unhas Adakan Kelas Jurnalistik

KESATUAN Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Unhas me­ ngadakan kelas jurnalistik. Kelas ini diadakan selama empat hari yakni Senin-Kamis (14-18/3) dan mengusung tema “Konvergensi Jurnalistik Dalam Tatanan Etika”. Kegiatan ini diperuntukkan bagi ka­ der-kader dalam KAMMI. Materi yang diberikan dalam kelas jurnalistik ini yakni Dasar-dasar Jurnalistik, Teknik Wawancara dan Menulis Berita dan Jurnalisme Online. Adapun pemateri dalam kelas jur­ nalistik ini berasal dari Penerbitan Kampus identitas Unhas. Tujuan kelas ini nantinya dapat bermanfaat untuk publikasi dan kebutuhan lain dalam organisasi. “Ini merupakan bentuk dari branding organisasi, serta bagaimana membangun sinergitas antara mahasiswa melalui forum-forum se­ perti ini” jelas Asmir, mahasiswa Fakultas Ekonomi Unhas selaku Ketua Penyelenggara, Senin (14/3). (M21)

BEM FKM Gelar Inaugurasi Bernuansa Mandarin

BADAN Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (BEM FKM) adakan inaugurasi dan apresiasi seni, Sabtu (26/3). Mengusung tema “Menjelajahi Jejak Kisah Dalam Romantika Perjuangan Menembus Gerbang Peradaban” inaugurasi ini juga untuk mengukuhkan mahasiswa baru angkatan 2015, Gammara. Berlangsung di Baruga Andi Pangerang Pettarani, kegiatan yang telah dipersiapkan sejak Desember tahun lalu ini mengangkat nuansa Mandarin, Tidak hanya dari kalangan mahasiswa, kegiatan ini pun turut menghadirkan orangtua mahasiswa dan alumni-alumni Unhas. Meski seringkali menghadapi kendala, Muhammad Ulil selaku Ketua Panitia menganggap inaugurasi ini mengandung esensi perjuangan mahasiswa. “Sulitnya mendapat tempat latihan, bahkan di kampus kami sendiri. Sehingga kami harus latihan di luar,” keluhnya. (M21)

Majelis Ilmiah Pemerhati Nobel Sains Unhas

MAHASISWA Pemerhati Nobel Sains Unhas gelar majelis ilmiah berjudul “100 Tahun Gelombang Gravitasi Einstein” bertempat di Lecture Theatre 2 Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam

15

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Teatrikal: Pementasan Goviesta 29th yang bertajuk “Praktik Konspirasi problem Demokrasi” oleh mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Unhas yang berlangsung di Baruga AP Pettarani Unhas, Rabu (30/3).

(FMIPA), Selasa (15/3). Majelis ini menghadirkan Bangsawang, MSi, Dosen Fisika Kosmologi selaku pemateri utama. Turut hadir pula mahasiswa dari berbagai jurusan. Dalam majelis ilmiah ini terkuak penemuan gelombang gravitasi sekitar sebulan lalu yang telah ditemukan oleh ilmuan asal United States. Penemuan yang hanya berasal dari coretan-coretan Einstein 100 tahun lalu, yang membuktikan adanya gelombang gravitasi dari ruang waktu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberitahukan peristiwa spektakuler yakni penemuan gelombang gravitasi. Muhammad Fauzi selaku Ketua Panitia berharap adanya majelis ini sivitas akademika terbuka akan wawasan sains serta mengikuti perkembangan dunia saat ini. “Karena bangsa yang besar tidak akan bisa menang kalo mereka tidak menguasai logika dasar dan bagaimana caranya kita me­ ngelola teknologi yang advance, kalo dasar saja kurang, ” ungkapnya. (M23)

Fakultas Kehutanan Adakan Seminar Optimalisasi Hutan Pendidikan

PERAYAAN hari jadi ke-sembilan, Fakultas Kehutanan gelar seminar nasional. Mengusung tema “Optimalisasi Pengelolaan Hutan Pendidikan” kegiatan ini berlangsung di Aula Fakultas Kehutanan Unhas, Sabtu (26/3). Seminar ini menghadirkan tiga pemateri, yakni, Direktur Eksekutif Indecon, Ary S. Suhandi yang membawakan materi Perencanaan, Pengelolaan, dan Pengembangan Hutan Pendidikan Sebagai Pusat Ekowisata dan Pendidikan Lingkungan. Selanjutnya, Ketua Dewan Pertimba­ngan Hutan Pendidikan Gunung Walat, Ir. Budi Prihanto yang memaparkan materi tentang Optimalisasi Pengelolaan Hutan Pendidikan Sebagai Miniatur Pendidikan

Kehutanan Dalam Mewujudkan Hutan Les­tari. Terakhir, Kepala Pengelolaan Hutan Pendidikan Unhas, Dr Suhasman yang membawakan materi Prospek dan Tantangan Pengembangan Hutan Pendidikan Sebagai Pusat Pendidikan Lingkungan. Diadakannya seminar ini, peserta dapat memahami cara pengelolaan Hutan Pendi­ dikan yang selayaknya dapat menjalin mi­ niatur modal pengelolaan hutan berkelanjutan. “Hal ini diperlukan adanya kesadaran meningkat terhadap lingkungan.” jar Ary S Suhandi, Sabtu (26/03). (M24)

Kosmik Gelar Mubes ke-XXVIII

BERTEMPAT di Ruang Rapat B Kema Fisip Unhas, Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) Unhas gelar pembukaan Musyawara Besar (Mubes) ke-XXVIII. Mubes akan dilakukan selama empat hari, Kamis-Ahad (17-20/3). Agenda pertama dalam Mubes kali ini membahas khusus tentang agenda sidang dan tata tertib. Selanjutnya berupa pe­ maparan laporan pertanggung jawaban, pembahasan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ), pengesahan, pembahasan kons­ titusi, pembahasan Anggaran Dasar (AD) dan pembahasan Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO). Setelah pengesahan LPJ akan dilanjutkan dengan pemilihan calon ketua umum dengan sistem voting. Aslam Aziz selaku ketua Kosmik berharap mubes ini dapat berjalan dengan lancar. “Semoga apa yang menjadi tujuan kami bisa tercapai dan kedepannya Ketua yang terpilih bisa memperbaiki kerja roda organisasi,” ujarnya, Kamis (17/3). (M26)

Wakil Rektor III Lantik Pengurus Baru UKM Seni Tari

UNIT Kegiatan Mahasiswa Seni Tari (UST) Unhas adakan pelantikan anggota baru periode 2016/2017, Jumat (18/3). Bertem-

UNIT Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (UKM KSR PMI) adakan pembukaan diklat “Mahasiswa dan Relawan” untuk calon anggota baru di Lantai Dasar Gedung Rektorat Unhas, Kamis (17/3). Kegiatan pembukaan ini diadakan sebagai bentuk formalitas dalam proses penerimaan anggota baru dan dihadiri oleh beberapa UKM dan KSR PMI se-kota Makassar serta anggota dan calon anggota KSR PMI sendiri. KSR PMI sebagai lembaga yang bergerak­dalam bidang kemanusiaan ini me­ngusung tema “Mahasiswa dan Relawan”. Alasan tema ini diangkat karena mengacu pada salah satu Tri Darma yakni pengabdian. “Harapan saya, teman-teman nantinya selain dapat menerapkan prinsip dasar palang merah dan bulan sabit merah, ia juga tidak lupa identitasnya sebagai mahasiswa, jadi relawannya jalan, mahasiswanya juga jalan, ” ujar Amar Ma’ruf Zarkawi, Koordinator Kurikulum KSR PMI Unhas, Kamis (17/3). (M29)

Buku Aku Mencintai Anak Didikku karena Allah Rilis di Unhas

Dra Hasnawati Latief, MPd selaku Ketua Yayasan Pendidikan dan Sosial Mardhati dan ­ Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar dan Haji Muhammad Fakhrazzy Anshar, BSH Mahasiswa Pascarajana Internasional University of Africa merilis karya­ nya yang berjudul “Aku Mencintai Anak Didikku karena Allah” di Baruga Andi Pangerang Pettarani, Ahad (20/3). Rilisnya buku ini diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Mardhati dengan bantuan dari mahasiswa Unhas dengan Politeknik Ujung Pandang. Bertindak sebagai moderator yakni Dr dr Muhammad Khidri Alwi, MKes MA dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat. Hadir sebagai keynote speaker­ialah Wakil Rektor IV, Prof dr Budu, PhD SpM(K) dan Prof Ir Muslim Salam, Mec Ph D Guru Besar Ekonomi Pembangunan Desa Unhas sebagai pembedah buku ini. Buku ini ada karena kerisauan penulis kepada posisi pendidik dan pengajar sekarang yang hanya merupakan sebagai sekedar formalitas saja. Biasanya yang terlihat sekarang pendidik dan pengajar hanya memfungsikan diri dalam ruang kelas saja dan bahkan mengurangi waktunya dalam kelas. “Semoga pendidik danpengajar lebih menghadirkan cinta saat mendidik. Ia harus ikhlas karena Allah, ini bukan sekedar melepaskan kewajiban,” ujar penulis buku, Ahad (20/3). (M29)n


16

lintas jejak langkah

identitas

NO. 856 | TAHUN XLII | EDISI AWAL APRIL 2016

Raih Kesuksesan Lewat Sumbangsih Pemikiran BERHASIL menjadi guru besar di bi­ dang ilmu hukum, tak membuatnya ber­ henti berkegiatan diluar kampus. Hal itu dibuktikan dengan meraih prestasi hing­ ga tingkat nasional. Dialah Prof Dr H M Said Karim, SH MH MSi. Dengan sema­ ngat ia bercerita tentang pengalamannya ketika ditemui reporter identitas di Kare­ bosi Condotel, Sabtu (02/04). Anak dari pasangan H Abd Karim dan Hj Halijah ini menganggap bahwa ilmu hukum adalah ilmu terapan yang harus dilihat pelaksanaannya didalam masyarakat. Bagi­nya, mengajarkan teo­ ri-teori didalam kelas tidaklah cukup tanpa melihat kenya­ taan yang terjadi dimasyarakat. Oleh karena itu, ia memu­ tuskan untuk menjadi konsultan hukum agar mengetahui permasalahan-per­ masalahan hukum di masyarakat. “Dengan mengetahui permasalahan tersebut, misalnya ada undang-undang yang sulit diterapkan, manfaatnya saya bisa memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar undang-undang terse­ but bisa dilakukan penyempurnaan,” je­ lasnya. Rekomendasi tersebut disampaikan­ nya ketika menjadi narasumber dalam ke­ giatan-kegiatan seminar maupun diskusi ilmiah. Ia tak pernah melewatkan menge­ mukakan pendapat yang diperolehnya berdasarkan hasil pemikiran dan pengala­ mannya di masyarakat, dengan harapan akan ada solusi untuk hal tersebut.

tertinggal, kita tidak boleh mengandal­ kan bahan kuliah tahun lalu misalnya , karena bisa saja terjadi perubahan,” ujarnya. Menurutnya memperbarui penge­ tahuan adalah suatu keharusan. Sebab bisa saja mahasiswa telah memperoleh tambahan informasi dari media sosial. “Sehingga kalau ada dosen tidak siap, boleh jadi nanti tidak ada mahasiswa yang protes, tapi mahasiswa bisa mena­ kar tentang kedalaman dan kedangkalan pemahaman dosennya terhadap materi yang disajikan, dosen juga harus up to date dan mengikuti perkembangan za­ man,” ungkapnya. Hingga saat ini berbagai jabatan penting telah pernah dipercayakan ke­ padanya. Sebut saja Konsultan Hukum Bank Danamon dan BNI, Staf Ahli Polda Sulselbar, Staf Ahli Pemerintah Provinsi Sulawei Selatan, Staf Ahli Ketua DPRD Kota Batam. Kesuksesan yang diraihnya tersebut, menurutnya tak pernah diimpikan sebe­ lumnya. Namun dengan niat untuk mem­ buat ilmu yang dimilkinya berguna bagi orang lain, ia bisa mencapai kesuksesan. “Prinsip hidup saya adalah hidup didu­ nia bahagia, mati masuk surga. Oleh ka­ rena itu, kemampuan yang saya miliki dalam hal ini ilmu hukum saya usaha­ kan berguna bagi masyarakat,” tutup dosen hukum acara pidana tersebut. n Rahima Rahman

Belajar HAM di Negeri Paman Sam

SOSOK jejak langkah kali ini datang dari Muhammad Ihsan Harahap, salah satu dari lima mahasiswa Indonesia yang ber­ hasil lolos dalam seleksi beasiswa YSEALI (Young Southest Asian Leaders Initiative) Academic Fellowship. Beasiswa tersebut memberinya kesempatan untuk belajar secara intensif di Kennesaw State Univer­ sity, Georgia. Berlatar belakang Jurusan Ilmu Sejarah membuatnya ingin mengunjungi tempattempat bersejarah demi menambah penge­ tahuan dan pengalamannya. Hal itulah yang memotivasinya untuk mendaftar bea­ siswa tersebut. Ia tahu bahwa kesempatan untuk me­ nimba ilmu di luar negeri tak boleh disiasiakan. Oleh karena itu, berbagai persiapan pun ia lakukan sejak awal mendapatkan informasi via internet. Termasuk mempela­ jari Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di negara-negara ASEAN dan Amerika Serikat Ada beberapa hal yang membuatnya bisa lolos beasiswa yang diusung Presiden Bar­ rack Obama tersebut. Hal yang terpenting yaitu karena kemampuannya dalam menu­ lis. Dan beberapa tulisannya tersebut telah dimuat di media lokal maupun internasio­ nal, seperti The Jakarta Post. “Saya seringnya menulis tentang HAM, dan kebetulan tema beasiswa ini juga ten­ tang HAM,”tutur anak kedua dari lima ber­ saudara ini, Senin (28/03). Tulisannya terse­

but sering mengangkat kaum minoritas. Minatnya dalam dunia kepenulisan telah tumbuh sejak alumni SMA I Takalar terse­ but masih berstatus murid Sekolah Mene­ ngah Atas. Saat itu ia membuat buletin dan menjadi pemimpin redaksi. Menurutnya menulis itu adalah kete­ rampilan yang wajib dimiliki oleh maha­ siswa. “Dengan menulis kita bisa sampaikan ga­ gasan kita dan bisa dibaca banyak orang,” katanya. Selain itu, sudah sejak lama ia telah ak­ tif dalam beberapa organisasi. Organisasi yang digelutinya seperti Kesatuan Aksi Ma­ hasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Un­ has sebagai Ketua Umum dan Indonesian Interfaith Weather Station (IIWS) sebagai monitoring officer yang berfokus pada pe­ nanganan konflik keagamaan. Maka tidak heran aktif berorganisasi memudahkannya. “Ini saya rasakan saat wawancara skype harus diwawancara oleh beberapa profes­ sor dan presentasi, karena terbiasa diorga­ nisasi, akhirnya rasa gugup dapat saya kon­ trol,” tegas laki-laki penyuka warna putih ini, Senin (28/03). Laki-laki kelahiran 20 september 1992 ini akhirnya berangkat pada tanggal 1 Februari hingga 17 Maret. Banyak negara bagian Amerika Serikat yang ia kunjungi. Ia akhirnya mendapatkan apa yang dici­ ta-citakannya. Ia banyak belajar tentang

bagaimana sejarah hak asasi manusia di dunia. Untuk menambah pengetahuannya, lelaki dengan tinggi badan 170 cm ini pun rajin mengunjungi banyak tempat berseja­ rah setiap pekannya. Dengan kemampuannya berbahasa Inggris, Ia lebih mudah untuk bersosia­ lisasi dengan 20 pemuda yang berasal dari negara-negara ASEAN. Sehingga Anak dari pasangan M.Harahap dan Dra Asmah Ibrahim ini juga lebih mudah un­ tuk mendapatkan informasi terkait seja­ rah perpolitikan dan isu-isu HAM di ne­ gara ASEAN dan cara merancang proyek sosial yang dirintisnya. Ilmu yang didapat diluar negeri tersebut pun ia sharing dengan orang lain ketika kembali ke Indonesia. Proyek sosial anak jalanan yang sudah dirancang akan dire­ alisasikan, Kedepannya meskipun sangat sibuk, mahasiswa yang bercita-cita menjadi dosen ini tetap akan aktif di kampus dan di­ luar kampus. “Kita harus pandai mengatur waktu dan selalu menerapkan disiplin, saat di ruang kuliah kita harus fokus ke kuliah dan se­ mua urusan kuliah harus selesai diru­ ang kuliah, begitu pun di organisasi,” tutup lelaki yang mempunyai prinsip hidup if you believe in nothing and stand up for nothing then you will become nothing. n Andi Ningsih

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

ISTIMEWA

Putra kelahiran Barru ini juga seringka­ li diundang menjadi pembicara di stasiun televisi lokal dan instansi pemerintah. Sumbangsih pemikirannya dalam berba­ gai kegiatan tersebut membuatnya lebih dikenal. Alhasil stasiun televisi nasional yakni TV One mengundangnya sebagai narasumber untuk menyumbangkan pemikirannya dalam acara Indonesia Lawyers Club. Konflik Kewenanangan antara POLRI dan KPK dan Benarkah Jes­ sica sebagai Pelaku Pembunuhan dengan Menggunakan Racun terhadap Mirna adalah dua dari beberapa tema yang ia hadiri sebagai narasumber. Keinginannya untuk terus memberi­ kan pencerahan tentang permasalahan hukum kepada masyarakat membuatnya tak berhenti belajar. Sebelum tampil se­ bagai pemateri ia selalu mempersiapkan diri agar menguasai topik yang akan dia bawakan. “Menjadi narasumber sekarang tanta­ ngannya lebih berat dibanding masa lampau. Dimasa lampau, pintu pembela­ jaran hanya melaui perpustakaan atau buku, namun saat ini ilmu pengetahuan juga bisa didapat melalui media-media sosial,” jelasnya. Sebelum mengajar dikelas pun ia ter­ lebih dahulu mempersiapkan diri de­ ngan matang. “Seorang dosen sekalipun dia professor sebelum mengajar harus belajar untuk menyegarkan kembali pemahamannya. Kalau tidak maka bisa


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.