Identitas awal juni 2016

Page 1

identitas

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Apresiasi Bernama Pendamping Ijazah Unhas berencana memberikan SKPI pada lulusannya. Surat ini menggambarkan prestasi mahasiswa.


2

identitas

wall facebook

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

tajuk

karikatur

UPT KKN mengeluarkan aturan baru yakni bagi mahasiswa KKN Gel 93 harus menyertakan surat ketera­ ngan tidak hamil sebagai salah satu berkas. Alasannya agar mahasiswa yang sedang hamil dapat ditempat­ kan di lokasi yang akses pelayanan­ nya lebih mudah dan dapat segera ditangani jika terjadi apa-apa. Bagaimana pendapat Anda?

Wanita Rahim Kehidupan “Tanpa wanita takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia takkan ada yang memuji kebesaranMu. Semua puji-pujian untukMu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan.” -Pram “TANPA wanita takkan ada bangsa manusia”. Ungkapan yang tepat menggambarkan betapa pentingnya posisi seorang perempuan di muka bumi ini. Wanita yang melahirkan kehidupan, lewatnyalah muncul rahim kehidupan di dunia ini. Tapi bangaimana sebaiknya penghargaan terhadap perempuan? Apakah dengan membiarkannya berdiam diri di rumah saja agar aman. Atau mengurus suami dan anak saja. Tentu lebih dari sekadar itu. Wanita hakikatnya adalah seorang yang harus kita hormati. Bukan karena saya adalah perempuan. Tapi jika ingin kita pahami bersama seorang perempuan adalah sumber kebahagiaan jika kita menginginkannya. Seperti yang diungkap dalam perkataan seorang filosof Italia mengatakan: “Jika anda ingin menjadi orang besar maka kawinlah dengan perempuan cantik, karena dengan kelembutannya menggugah inspirasi-inspirasi yang genius juga dapat mengendalikan kemarahan, dengan demikian tanpa terasa anda akan melakukan sesuatu yang luar biasa, hal ini tidaklah diketahui kecuali oleh orang besar saja”. Jangan menjadikan kecantikan wanita sebagai objek yang dapat dipermainkan dan dilecehkan oleh lawan jenis. Karena sesungguhnya kecantikan tersebut mampu memberikan banyak inspirasi bagi lelaki. Seperti yang marak terjadi belakangan ini mengenai kekerasan seksual. Sungguh mengundang banyak empati juga banyak anggapan dari masyarakat. Apalagi kalau bukan perkara siapa yang patut kita persalahkan atas masalah ini. Lelaki menganggap wanitalah penyebabnya dan sebaliknya juga demikian. Untuk kasus perkosaan sendiri, seperti data yang dilansir pada kompasiana.com data 3 tahun terakhir (1998-2010) setiap hari rata-rata ada 20 perempuan menjadi korban kekerasan seksual. Lebih 75% dari 93.960 kasus atau 70.115 kasus-kasus kekerasan seksual terjadi di ranah personal. Untuk korban perkosaan sendiri terdapat 4.845 kasus. Bisa dimulai dari diri masing-masing. Sebagai seorang wanita harus menjaga kehormatan dan menghargai dirinya sendiri. Penjagaan terhadap diri sendiri adalah modal awal untuk terhindar dari kekrasan seksual. Perempuan harus menghargai dirinya dengan tidak menganggap organ vitalnya sebagai sesuatu yang dianggap jorok dan tidak pantas untuk dibicarakan. Selayaknya seorang perempuan menganggapnya sebagai sesuatu yang patut utnuk dihargai dan dirawat. Demikian juga dengan kaum lelaki, penghargaan terhadap kaum wanita adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Laki-laki harus menaruh hormat atas perempuan, yang pada hakikatnya terlahir dari rahim seorang perempuan. Mengapa laki-laki jarang memandang tubuh perempuan bukan benda aneh yang harus ditertawakan dan dilecehkan sebagai sesuatu yang mengandung unsur porno. Berangkat dari rasa menghormati diri sendiri dan laki-laki menghargai perempuan, tak ada lagi pemaksaan, pelecehan dan kekerasan seksual. Saling menghormati ini harus lebih dulu dilakukan dibanding berdebat soal kebiri. n

KARIKATUR/ SRI HADRIANA

dari redaksi

Rhisky Herianty Saya pribadi tidak setuju. Itu kan privasi setiap orang. Lagian juga untuk apa diketahui? Jika landasannya agar mahasiswa yang hamil tidak KKN di tempat jauh-jauh. Kenapa tidak diberi peringatan saja bahwa mahasiswa yang hamil disarankan kkn di tempat yang bisa dijangkau. Jika mahasiswa hamil memilih KKN di tempat jauh pasti dia sudah tau bagaimana konsekuensi­ nya. Dia kan bukan anak kecil lagi. Memberi pe­ ringatan saja cukup. Landasan UPT KKN keluarkan aturan itu juga apa? Apakah takut jika mahasiswa setelah KKN langsung hamil? Jika itu alasannya, apakah ada data. Setiap kebijakan kan ada yang melatarbelakangi. Apapun latar belakangnya, aturan ini tetap tidak saya setujui. Merepotkan dan membuang-buang uang. Asia Arifin Bafadal Bagus jg

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Foto Bersama: Senior dan kru identitas melaksanakan kegiatan rutin jalin silaturahmi, jelang ramadhan di depan Gedung Ipteks Unhas. Hadir diantaranya Konsultan Hukum Wahyuddin Jalil, Legislator Makassar Rahman Pina, Redaktur Koran Tempo Makassar Irmawati dan senior yang bergelut di media, Minggu (5/6).

Tetap Hadir

BULAN suci ramadhan kini kembali menghampiri umat muslim. Beragam cara orang menyambutnya, tentu de­ ngan perasaan syukur dan bahagia. Tak terkecuali keluarga kecil identitas. Ramadhan penuh berkah ini disambut sangat antusias. Tetap fokus mengerja­ kan terbitan dan menyajikan informasi bagi seluruh sivitas akademika Unhas. Meski harus menahan bertemu de­ ngan keluarga, seluruh kru tetap se­ mangat. Belum lagi diantara kru di­ sibukkan dengan persiapan Kuliah Kerja Nyata. Sekali lagi, tak ada yang dapat menghalangi kami tetap mem­ berikan suguhan informasi dan edukasi bagi seluruh pembaca identitas.

Tetap menjalani rutinitas seperti bi­ asanya, berpuasa di sekretariat hingga saling membangunkan saat sahur. Se­ buah pengalaman yang menyenang­ kan, saling menguatkan dan memberi semangat untuk memprsembahkan yang terbaik. Edisi awal Juni ini identitas memba­ has tentang penerbitan Surat Ketera­ ngan Pendamping Ijazah yang kabar­ nya akan segera diterapkan. Tak hanya itu, kami menyajikan sosok mahasiswa Unhas yang menjadi imam masjid di Amerika Serikat, juga tiga orang maha­ siswa Teknologi Pertanian menemukan mesin pngupas sabut kelapa. n Selamat Membaca!

@identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 089630868669 082343555654

sms inbox keluhan saya terhadap unhas ada pada fasilitas WCnya di beberapa fakultas. kurang terawat dan kurang layak digunajkan lagi 08950180xxxx

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyun­ting: Riyami, Khusnul FadilahnReporter: Rasmilawanti Rustam, Nur Amri, Wadi Opsima.nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: IrmayananIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/ kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Awal Juni 2016 Desain: Sita Nurazmi Layouter: Irmayana


wansus

identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

Masa Remaja Saya Banyak Baca Begituan Saat menginjak bangku kelas 1 SMP Pangandaran tak ada yang mengenali lelaki yang gemar membaca buku di Perpustakaan sekolah ini. Keinginan untuk menulis cerpen pertamanya muncul dari kesehariannya membaca novel anak-anak dan horor. Selain membaca di perpustakaan sekolah, masa kecilnya ia habiskan dengan menyewa buku. Puisi pertamanya muncul di majalah anak-anak Sahabat. Ia juga rajin menulis cerpen-cerpen lucu untuk dibaca teman-temannya di sekolah. Setelah dewasa tak ada yang meragukan kehebatannya menulis novel. Memenangi World Readers 2016 di Hongkong Maret lalu adalah capaian anyar lelaki yang senang berkaos oblong ini. Reporter identitas Wadi Opsima mewawancarai Eka Kurniawan di sela-sela kesibukanmya sebagai pembicara pada Makassar International Writers Festival 2016 di Benteng Rotterdam. Bulan lalu. Berikut petikan wawancara, bersama penulis yang mengaku dahulu senang membawa pulang buku di perpustakaan tanpa izin.

Inspirasi tulisan bisa dapat darimana? Macam-macam, ada dari cerita-cerita tetangga, cerita ibu saya, buku-buku sejarah. Saya rasa kalau ide sih bisa dari mana saja. Artinya penulis harus tetap sedia memperoleh ide dari manapun, mengambilnya, memilahnya, membuangnya. Pernah membuat novel yang hanya dibutuhkan pembaca? Tidak sih, kalau saya menulis sebagian besar rata-rata untuk menjawab kegelisahan saya. Artinya karena saya sendiri tidak tahu siapa yang akan membaca. Kegelisahan saya, lingkungan saya, dan generasi saya. Apakah ada tempat-tempat khusus Anda merasa nyaman berkarya? Saya tidak punya tempat khusus seperti itu, saya hampir bisa menulis dimana saja. Kalau lagi jalan di sini (MIWF,red) saya bisa menulis di hotel sebelum tidur, bangun tidur saya bisa menulis. Artinya menulis bisa dimana saja. Bagaimana menumbuhkan ide-ide dan menuangkannya menjadi sebuah tulisan yang baik? Seperti yang saya bilang, ide itu ada dimana-mana, yang paling penting bagaimana membuang yang tidak perlu. Pertanyaannya, ide itu perlu tidak dituliskan. Artinya kita menyeleksi apa yang kita ingin buang, apa yang kita butuhkan, apa yang benar-benar perlu kita tuliskan. Jika sudah mendapat satu ide, bagaimana mengembangkannya? Saya tidak punya metode khusus, saya tuliskan saja, saya tidak punya rencana apa-apa. Tulis kalimat pertama, paragraf pertama, sambung menyambung saja. Ketika sudah jadi saya baca kembali. Dalam diri seorang Eka Kurniawan, apa tantangan terberat dalam menulis?

Kalau dari segi proses, yah itu tadi. Ketika saya punya ide, keinginan menulis sesuatu, namun ketika saya tuliskan itu tidak sesuai apa yang saya bayangkan. Itu biasanya saya akan menulis ulang sampai mendekati apa yang saya inginkan.

data diri Nama lengkap : Eka kurniawan Tempat, Tanggal lahir : Tasikmalaya, 28 November 1975. Pendidikan terakhir : Jurusan Filsafat, UGM. Pekerjaan : Penulis, novelis & Komikus. Penghargaan : mWorld Readers Award 2016, “Beauty Is A Wound mFT OppenheimerFunds Emerging Voices 2016, “Man Tiger” mNominasi The Man Booker International Prize 2016, “The Man Tiger” mHighlight Frankfurt Book Fair 2015, “Man Tiger”.

Pengaruh Obat, Lelaki Nekat Terjun ke Danau SEKITAR pukul setengah delapan malam, seorang lelaki menggemparkan masyarakat sekitar Danau Unhas. Dengan bertelanjang dada, ia nekat terjun ke danau. Melihat gerak-geriknya, salah satu warga melaporkan kejadian ini ke Satuan Pengamanan (satpam) Unhas yang saat itu sedang berjaga, Senin (30/5). Mendengar laporan tersebut, tiga Satpam Fahrul Hidayat, Syahdam, dan Sadli segera mengamankan lelaki itu. Tak membawa data diri, lelaki ini mengaku bernama Ilham, mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Makassar. Diduga karena berada dibawah pengaruh obatlah, Ilham nekat terjun ke danau, tercermin dari pola komunikasinya yang tidak jelas. Setelah ditenangkan dan pengaruh obatnya berkurang, Satpam lalu membiarkan Ia pergi. “Setelah tenang, lelaki ini akan dilepaskan. Ja­ ngan sampai orang tuanya sedang mencari,” ujar Sadli, Senin (31/5). n

KEBAKARAN di Jalan Sepakat sekitar Unhas terjadi ketika salat Jum’at sedang berlangsung, Jumat (10/6). Peristiwa ini menghabiskan empat rumah dari tiga bersaudara kandung Adam, Dg Sangkala dan Dg Rummallang. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun masyarakat masih sempat untuk menyelamatkan beberapa barang campuran dari dagangan serta peralatan rumah tangga. Meski belum diketahui penyebab pastinya, beberapa warga menduga kebakaran ini dipicu oleh ledakan gas ataupun korsleting listrik. “Tidak tau penyebabnya apa,” singkat Adam, salah seorang korban.n

Dalam sehari apakah Anda selalu meluangkan waktu untuk menulis? Tidak tentu, kadang-kadang tidak menulis juga. Kadang kalau ada ide tapi tidak ingin menulis saya simpan saja di kepala. Saya kalau ada waktu lebih banyak membaca buku, menulis kalau lagi pengen aja. Saya tiga hari di Makassar belum menulis apa-apa, yah tidak boleh dipaksa juga. Arti­ nya ada waktu-waktu dimana saya bisa menulis setiap hari. Di beberapa karya Anda banyak memasukkan unsur budaya dan agama. Apa tujuannya? Sudah pasti kita ngomongin tentang budaya. Agama, saya lahir dan tumbuh dengan ekspresi agama. Bagi saya yang paling penting kita hidup di sebuah masyarakat

kronik

Kebakaran Jalan Sepakat Hanguskan Empat Rumah

Contoh tantangannya? Yah katakanlah saya marah, saya ingin menuliskan kemarahan saya, itu terwujud gak kemarahan itu, kadangkadang tidak. Artinya ada yang salah dan kita coba lagi. Saya bisa berkali-kali menulis ulang cerpen atau novel. Novel bisa sampai delapan tahun saya tulis berulang kali setidaknya sampai mendekati apa yang saya inginkan.

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Bisa diceritakan bagaimana awalnya Anda tertarik untuk menulis? Yah, karena dari kecil suka membaca. Novel-novel anak & novel horor, yah masa remaja saya banyak baca begituan. Waktu kuliah juga kerjanya baca novel di perpustakaan, akhirnya lama-lama karena seneng ya coba menulisnya, akhir­ nya jadi penulis.

dengan aturan-aturan, moralitas ter­ tentu, ajaran-ajaran tertentu. Tapi di sisi lain saya rasa perlu untuk mengkritisi itu karena bagaimanapun kita hidup terus berkembang dan manusia terus berkembang bahkan termasuk agama. Agama mungkin dari sananya sudah begini tapi tafsir kita terhadap itu selalu berubah. Karena manusia berbeda-beda, generasi yang berbeda-beda, pada dasarnya yang kita kritisi itu kan bagaimana manusia bersikap. n

3

Tak Ada Anggaran, KKN Gorontalo Dibatalkan Dr Hasrullah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kuliah Kerja Nyata (UPT KKN) umumkan pembatalan 34 mahasiswa untuk KKN Gorontalo, Sabtu (11/6). Pembatalan ini disebabkan karena dana untuk KKN di kota tersebut tidak lagi dianggarkan oleh pemerintah Gorontalo. UPT KKN sendiri merencanakan KKN Gorontalo diadakan tiga kali setahun. Sayang­ nya, anggaran dari pemerintah kota hanya sekali setahun dan telah berlangsung pada gelombang 92 sebelumnya. “Kita lakukan KKN tiga kali setahun, sedangkan pemerintah Gorontalo menyiapkan anggarannya sekali setahun,” kata Hasrullah saat diwawancara, Sabtu (11/6). Kini mahasiswa yang tadinya berniat mengab­dikan diri di Gorontalo diarahkan memilih KKN Reguler atau Tematik. “Kita arahkan memilih KKN lain, kalau mau KKN di Gorontalo tunggu tahun depan lagi,” tambah Hasrullah. n


4

opini

identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

Pendidikan Tinggi Negeri Badan Hukum Merupakan Bentuk Kegagalan Negara

Oleh: A.Muh. Fais Wahid SEJAK awal dibentuknya negara ini para founding father sepakat bahwa Indonesia ini berbentuk Negara Kesejahteraan (welfare state) sebagaimana tertuang pada Pre­ ambule UUD 1995, yang berbunyi “Kemu­ dian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melin­ dungi segenap bangsa Indonesia dan selu­ ruh tumpah Indonesia dan untuk memaju­ kan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan ke­ merdekaan, perdamaian abadi, dan keadi­ lan sosial,...”. Dengan demikian negara melalui peme­ rintah bertanggung jawab untuk menjamin terpenuhinya segala hak dasar warga nega­ ra guna mencapai kesejahteraan. Jaminan dan perlindungan ini tentunya diberikan tanpa membeda-bedakan kelas sosial warga negara. Dengan demikian, seharusnya ne­ gara melalui pemerintah Indonesia harus memperlakukan warga negaranya dengan sama dan tidak membedabedakan dalam memberikan kebutuhan dasar berupa pen­ didikan, pangan, kesehatan, pekerjaan dan atas rasa aman kepada warga negaranya. Amanat konstitusi inilah yang kemu­ dian harus dipegang teguh dan dijalankan oleh pemerintah Indonesia walaupun para founding father negara ini telah tiada. Se­ luruh kebijakan dalam pemenuhan hak dasar tersebut sejatinya berlandaskan ke­ pada paham negara kesejahteraan dan tidak terhegemoni oleh paham-paham li­ beral dari luar. Dalam tipologi yang digunakan oleh para ekonom kegiatan usaha dalam masyarakat dibagi dalam 3 sektor. Sektor primer men­ cakup semua industri ekstraksi hasil per­ tambangan dan pertanian. Sektor sekunder mencakup industri untuk mengolah ba­

ILUSTRASI/IRMAYANA

han dasar menjadi barang, bangunan, produk manufaktur dan utilities. Sektor tersier mencakup industri-industri un­ tuk me­ngubah wujud benda fisik (physical services), keadaan manusia (human services) dan benda simbolik (information and communication services). Sejalan dengan pandangan ilmu ekonomi, Word Trade Or­ ganization (WTO) menetapkan pendidikan sebagai salah satu industri sektor tersier, ka­ rena kegiatan pokoknya adalah mentrans­ formasi orang yang tidak berpengetahuan dan orang tidak punya keterampilan men­ jadi orang berpengetahuan dan orang yang punya keterampilan. Indonesia sendiri bergabung dengan WTO sejak tahun 1995 yang secara langsung ne­ gara ini harus mengikuti rule of the game dari organisasi tersebut. Perlahan tapi pasti negara ini terus tergerus ke dalam arus glo­ balisasi yang katanya akan mensejahtera­ kan negara-negara dengan konsep inter­ dependensi simetris dan pasar bebas yang ditawarkan. Tetapi dengan konsep pasar bebas yang ada hanyalah negara berkem­ bang tidak akan mampu bersaing produk dengan negara maju yang lebih unggul, jadi tidak akan ada kesejajaran, yang ada ha­ nyalah interdependensi asimetris. Sehingga dapat dikatakan bahwa inilah bentuk neoimperalisme di masa sekarang ini, di mana negara-negara berkembang akan tunduk dengan sendirinya kepada negara adidaya dengan perangkap globalisasinya.

Di sinilah negara akan kehilangan ek­ sistensinya karena tidak lagi mampu ber­ tanggung jawab atas pemenuhan hak-hak dasar warga negaranya dan menyerahkan­ nya kepada mekanisme pasar. Pendidikan misalnya melalui UU Dikti 2012 Pasal 62, 63, dan 64 mengamanatkan kepada Perguruan Tinggi untuk mengelolah sendiri segala uru­ san lembaganya baik itu akademik maupun non akademik untuk pengembangannya. Hal ini kemudian membuat beberapa Per­ guruan Tinggi Negeri (PTN) berlomba-lom­ ba untuk menyandang status PTN Badan Hukum (PTN BH) tak terkecuali Unhas. Dengan status PTN BH kekuatan modal yang dimiliki oleh kampus menjadi pe­ nentu maju tidaknya suatu PTN. Sehingga sistem pendidikan yang terbentuk dalam suatu PTN substansinya bersifat korporatif dan komersialisasi, bahwa yang tercan­ tum dalam UU Dikti Pasal 63 yang me­ nyatakan PTN BH berprinsip transparan, akuntabilitas, nirlaba hanyalah berupa pengecoh bagi masyarakat. Bahwa sesung­ guhnya substansi dari otonomi tersebut menggeser para pelaku pendidikan untuk menjadi pelaku pasar, guna mencari ke­ untungan yang sebesar-besarnya untuk keberlangsungan jalannya pendidikan di suatu kampus. Sehingga jika Unhas ga­ gal dalam bidang pengelolaan usaha atau mendapat dana dari dunia usaha maka ja­ lan satu-satunya adalah menaikkan biaya pendidikan yang dibayarkan oleh maha­

Tanggapan : WAALAIKUMSALAM. Bisa saja terdapat perpindahan mahasiswa dari universitas lain namun sangat selektif, terdapat per­ syaratan yang harus dipenuhi beberapa diantaranya adanya kesetaraan insti­ tusi, kesetaraan dari program studi dan kesedia­an program studi untuk menerima mahasiswa tersebut karena setiap prog­ ram studi memiliki kuota masing-masing. Kemudian untuk mahasiswa Unhas yang ingin pindah ke universitas lain, pihak Un­ has hanya memberikan surat keterangan perna kuliah dan transkripsi nilai bukan

surat keterangan pindah. Jadi mahasiswa tersebut yang berurusan dengan univer­ sitas yang dimaksud. Namun selama ini masih sangat sedikit kasus seperti itu. Prof Dr Ir Junaedi Muhidong, MSc Wakil Rektor 1 Bagian Akademik Unhas

siswa atau masyarakat dalam artian lain. Menurut Jusuf Kalla dalam kolom terbi­ tan Identitas Edisi Akhir Maret 2016 menya­ takan “Bagi saya, PTN BH ingin melibatkan masyarakat dalam mengembangkan di­ rinya agar tumbuh lebih baik”. Pernyataan tersebut tentunya menimbulkan banyak kontroversi di beberapa kalangan seba­ gaimana diketahui bahwa UU Dikti 2012 be­ serta turunannya menyatakan masyarakat dapat berperan dalam pendanaan pendidi­ kan. Sehingga timbul pertanyaan kemudian maksud dari Pak JK tersebut bisa bermakna terlibat secara pikiran atau secara dana? Status PTN BH sendiri menyiratkan bahwa sistem kurikulum atau arahan ri­ set penelitian dari suatu universitas akan lebih mengarah kepada kepentingan para pemodal atau dunia usaha. Sebagaimana menurut Pak JK “riset-riset mesti dikem­ bangkan dan hasilnya yang bisa dipakai industri dan dunia usaha”. Hal ini akan menimbulkan potensi kampus akan menu­ tup prodi-prodi yang tidak banyak diminati oleh pasar, apalagi jika tidak dibutuhkan oleh investor. Inilah suatu bentuk gagalnya negara melalui pemerintahnya dalam menjalan­ kan amanat konstitusi guna menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Negara kini kehilangan eksistensinya dan hanya terus terjerumus dalam perangkap glo­ balisasi. Hal ini kemudian tidaklah men­ jadi masalah segelintir orang tetapi ini harusnya dipahami oleh seluruh elemen masyarakat bahwasannya dunia pendidi­ kan hari ini tidak sedang baik-baik saja. Hari ini dibutuhkan suatu simpul yang kuat dari masyarakat agar pemerintah sa­ dar bahwa pendidikan hari ini sudah ke­ luar dari koridor yang mesti ia lalui. Para professor yang telah lahir melalui hasil keringat rakyat yang membayar pajak, lalu kemudian mereka nikmati melalui danadana bantuan dengan beberapa bentuk nama untuk meraih gelarnya, harus sadar dan tidak justru menjadi otak dari kondisi saat ini. PTN BH yang lahir dari UU Dikti 2012 ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan amanat konstitusi Negara Republik Indonesia. n Penulis adalah Ketua BEM FMIPA Mahasiswa Jurusan Fisika Angkatan 2012 Periode 2015/2016

dari pembaca Pindah Universitas

ASSALAMUALAIKUM Terimakasih ke­ pada identitas yang bersedia memuat pertanyaan ini. Saya ingin bertanya, apakah di Unhas menerima mahasiswa dari universitas lain untuk pindah ke Unhas atau seba­ liknya? Jika ada mahasiswa Unhas yang ingin pindah ke Universitas lain diper­ bolehkan? Karena beberapa universitas memperbolehkan hal tersebut. Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014

Fasilitas Komputer di Laboratorium

TERIMAKASIH kepada identitas yang bersedia memuat pertanyaan ini. Perta­ nyaan saya, kenapa komputer di Labo­ ratorium kami hanya terdapat delapan buah saja, adakah niat untuk menambah? Mahasiswa FIKP Angkatan 2014

Tanggapan : WAALAIKUMSALAM. Mulai tahun lalu dilakukan peremajaan komputer dalam artian prosesor yang lama di ganti dengan prosesor yang baru sehingga baru sepuluh komputer bukan delapan yang di masukkan dalam laboratorium. Penambahan komputer akan di lakukan secara bertahap sehingga mahasiswa tidak perlu lagi membawa laptop ketika praktikum. Muhammadong, SIP MSi Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan


opini

identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

5

Jangan Persempit Literatur Kami !

Oleh: Musthain Asbar Hamsah BACALAH buku maka kau akan meli­ hat dunia. Membaca buku berarti mem­ buka cakrawala. Bukalah jendela dunia, maka kau akan melihat pemandangan baru. Buku membuat kita menyelami pe­ mikiran orang lain-penulis. Dengan ber­ tualang di lahan aksara dan menyelami setiap makna, wawasan dan kebijaksana­ an akan merasuk ke dalam pikiran kita. Setiap buku pasti membawa manfaat. Satu-satunya buku yang tak bermanfaat adalah buku yang tak pernah kita baca. Para tokoh negeri ini pun sebagaian be­ sar penikmat dan penulis buku. Sebut saja, Hatta yang rela dipenjara asalkan ber­ sama sekoper buku, Tan Malaka yang be­ gitu produktif menuliskan pemikirannya mejadi sebuah buku, dan Ki Hajar Dewan­ tara, bapak pendidikan Indonesia pernah

berkata “kemajuan bangsa ini bertumpu pada kemampuan membaca banyak buku”. Namun, di negeri ini buku ialah sebuah ironi. Di era demokrasi ini buku belum mendapat tempatnya untuk bersuara lan­ tang. Seringkali diabaikan, bahkan bebera­ pa buku diberangus, dilarang beredar. Dari zaman Soekarno sampai zaman Reforma­ si, pelarangan buku-buku tertentu masih saja terjadi. Bahkan di tahun 2016 ini terja­ di kasus penyitaan buku-buku komunisme atau biasa disebut buku “kiri”. Seperti dike­ tahui, sejak awal mei lalu, kasus penyitaan dan pelarangan hal-hal yang berbau “kiri” marak terjadi di beberapa wilayah Indone­ sia. Dari lapak-lapak buku kecil maupun supermarket buku yang ada di pusat per­ belanjaan dirazia oleh aparat. Tidak hanya itu, perpustakaan nasional juga diberitakan mendukung upaya pem­ berangusan buku-buku “kiri”. Seperti yang diberitakan tempo.co Senin (16/5/2016) kepala Perpustakaan Nasional, Dedi Ju­ naedi, mendukung tindakan itu “kalau ada buku itu nanti meresahkan, nanti ter­ provokasi” ujarnya. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika tindakan-tindakan ini tetap berlanjut. Mungkin teman-te­ man mahasiswa ilmu sosial dan sejarah nantinya akan kehilangan banyak litera­ tur. Hingga akhirnya mereka belajar hanya dari satu sumber. Hal ini sama saja dengan

menghalang-halangi kebebasan mencari dan mengolah informasi. Para pemuda tidak lagi memperoleh pengetahuan secara mandiri dan kritis. Mereka hanya di­suapi terus tanpa melakukan perbandingan liteartur satu dengan yang lainnya. Mungkin almarhum Soe Hok Gie masih harus menunggu agar impiannya bisa ter­ wujud. “Saya bermimpi bahwa di masa depan universitas-universitas akan men­ dapat kebebasan mimbarnya kembali. Dan mahasiswa merasa bahwa kebebasan mimbar adalah suatu yang fundamental bagi hidup mereka di dalam kampus. Se­ orang dosen yang marxis akan ditentang oleh mahasiswa dengan literature yang non - bahkan anti marxis. Dan seorang dosen yang anti komunis akan dihujani pertanyaan-pertanyaan bersumber pada buku komunis, yang dibaca oleh maha­ siswa dalam perpustakaan universitas” kata Gie dalam tulisan Berjudul MimpiMimpi Terakhir Seorang Mahasiswa Tua. Pelarangan buku ‘kiri’ adalah kemun­ duran yang luar biasa, selain itu merupa­ kan pekerjaan yang sia-sia. Di tengah arus informasi yang sangat cepat. Informasi atau tulisan beraliran apapun akan sangat mudah dicari dengan gadget digital. Pela­ rangan buku-buku ini merupakan tinda­ kan bodoh. Dalih ingin meredam tindakan makar dan provokasi adalah lagu lama yang dinyanyikan kembali oleh aparat.

Penegak hukum pada dasarnya tidak boleh mencampuri atau menghalanghalangi proses pencarian kebenaran me­ lalui literatur buku. Aparat baru harus bertindak apabila ada pihak-pihak yang sudah memaksakan kehendak dengan cara kekerasan. Pemikiran pada dasarnya hanya dapat dilawan dengan pemikiran. Bukan dengan senjata atau peraturan. Jika anda tidak setuju dengan tesis tertentu maka buatlah antithesis yang bisa membuat orang lain berkesimpulan bahwa pemikiran yang anda tentang adalah sebuah kesalahan. Biarlah sertus bunga berkembang, biarlah sejuta pikiran berlawanan. Pada akhirnya kita semua akan menemukan kebenaran masing-masing. Dengan buku kita akan menemukan se­ muanya. Sejarah yang diubah, kebenaran yang ditutup-tutupi, dan kesalahan yang disembunyikan serta pemikiran-pemi­ karan baru yang patut dikaji bersama. Ja­ ngan sampai kita semua seperti katak dalam tempurung. Menutup diri dari sega­ la hikmah dan makna yang tersurat. Me­ ngira tempurung adalah langit padahal diluar sana lebih luas adanya. Maka dari itu jangan persempit literatur kami dengan melarang atau memberangus buku. n Penulis adalah Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan Angkatan 2014

resensi

peRempuan:Melihat ‘Sisi Lain’ Kehidupan Darah lebih kental daripada air, ikatan batin yang kuat antara Melur dan Rere, mengantarkannya pada sebuah kebenaran, Ia anak pelacur.

NOVEL ini merupakan sekuel dari buku kesembilan Maman Suherman dengan judul yang sangat singkat RE. Berangkat dari kisah nyata Kang Maman, begitu Ia biasa disapa. Menceritakan kisah pem­ buatan skripsinya dan mengharuskan ia terjun langsung kedalam dunia pelacuran lesbian, hingga berkenalan dengan Rere yang lebih suka disapa Re. Re adalah perempuan yang terjebak ke­ dalam dunia pelacuran setelah ia terlilit hutang pada germo bernama Mami Lani karena ingin menyelamatkan anak dalam kandungannya. Re bukan hanya sekedar pelacur, Ia pun adalah seorang ibu, karena sadar atas posisinya itu Ia lalu menitipkan anak perempuannya Melur, untuk diasuh oleh orang lain. Hingga akhirnya hidup Re berakhir tragis Ia meninggal dalam keada­ an mengenaskan, tersalib di tiang listrik. Kisah hidup Re itulah yang diungkap di sekuel kedua novel yang berjudul peREm­ puan ini. Melur menjadi tokoh utama dan Herman menjadi tokoh kunci untuk men­ gungkap tabir siapa Re sebenarnya. Menggunakan sudut pandang orang pertama, cerita dimulai dari hadirnya Re yang menuntut balas atas kematiannya

dalam mimpi Herman. Ya, sebatas bunga tidur sebagai pengantar ke cerita inti. Melur masih sangat hijau sewaktu di­ serahkan Re ke orang lain untuk diasuh, meski sebenarnya Ia pun turut mengambil bagian dalam membiayai hidup put­rinya itu. Melur seringkali mendapat kiriman hadiah dari Tante Re, begitu ia dikenali oleh anak kandungnya sendiri. Darah lebih kental daripada air rasa­ nya begitu perumpamaan yang tepat bagi ibu dan anak ini. Ikatan batin yang kuat dirasakan oleh Melur. Hingga akhirnya Ia mendesak orang tua angkatnya untuk mengakui siapa ibu kandung sebenarnya. Rere, ia akhirnya dikenali oleh anak kan­ dungnya setelah dua puluh enam tahun kematiannya. Hingga setelah dua puluh enam tahun kematian Re, Melur pun kembali ke tanah air dengan gelar PhD dibelakang nama­ nya. Membawa sejumlah tanya. Tentang kebenaran cerita hidup ibunya. Hanya satu orang yang bisa menjawab itu semua. Herman.

Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: peREmpuan : Maman Suherman : Percetakan Gramedia : Pertama, Mei 2016 : x + 189

Lebih dari seperempat abad, bukan waktu yang sebentar bagi Herman untuk menyimpan rahasia ibu dan anak itu. Her­ man terus-terusan dihantui mimpi buruk setelah mendapat kabar Melur akan kem­ bali ke Indonesia. Ia takut kalau Melur akan balas dendam, jika Ia tau perihal ke­ matian Ibunya. Padahal diluar sepengetahuan Herman, Melur sebenarnya sudah tahu siapa ibu kandungnya Ia hanya ingin memastikan siapa ibu kandung sebenarnya langsung dari bibir lelaki yang telah dianggapnya

ayah itu. Juga diluar sepengetahuan Herman, sela­ ma kuliah di Jepang Melur dua kali pulang untuk menelusuri diam-diam kebenaran rekam jejak hidup ibunya. Perempuan bergelar PhD itupun mendapatkan bebera­ pa informasi dari Sinta dan Dika, kerabat Rere sewaktu menjadi pelacur dulu. Novel karya Notulen Indonesia Lawyers Club ini, mampu mengangkat sisi lain dari sebuah kisah kriminal yang ada di sekitar kita. Selain itu, cara penyampaian cerita tidak berbelit-belit.Novel ini seolah tegas­ mengingatkan kita akan kuatnya kontak batin antara seorang ibu dan anak. Ter­ baca dari kisah Melur yang ingin meng­ etahui seluk beluk kehidupan Rere yang kelam. Namun, menerima dengan lapang dada status ibunya yang seorang pelacur. Penulisan judul novel ini terbilang unik karena diantara huruf perempuan, huruf RE ditekan dengan kapital. Agar pembaca kembali mengingat kisah Rere sebagai to­ koh utama dalam novel sebelumnya. Diakhir kalam, pembaca akan sedikit dibuat penasaran terkait tragedi kema­ tian Surya Putra Buana, putra Mami Lani. Surya tewas akibat kecelakaan mobil. Setelah mengunjungi makam Rere ber­ sama Melur. Pada bagian ini, kita digan­ tung oleh jalan cerita. Terbuktikah ketaku­ tan Herman selama ini? Benarkah Melur membalas dendam? Selamat Membaca! n Asmaul Husna Yasin


6

rampai

identitas NO. 860| TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

Selamatkan Laut dari Maut “Justru di laut kita jaya”

INILAH semboyan dari Marine Science Diving Club (MSDC) Unhas. Klub selam ini didirikan pada 28 Juli 1990. Saat itu mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kelautan Muhammad Natsir Nessa dan Hasanuddin menyadari pentingnya menjaga laut. Sehingga, terbentuklah MSDC untuk mengembangkan kelautan Indonesia. Selama terbentuk, organisasi ini te­ rus berusaha mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Visi menghadir­ kan SDM yang cakap dan terlatih dalam bidang kelautan dan wilayah pesisir terus diupayakan melalui kegiatan riset, pelatihan dan olahraga. Berdasarkan tujuan mulia itu, orga­ nisasi yang kini genap berusia 16 tahun rutin mengadakan kunjungan ke se­ kolah. Januari lalu, para penyelam me­ ngunjungi Kabupaten Bantaeng. Dalam kunjungannya, mereka mengajak pela­ jar untuk membersihkan pesisir pantai. Setelahnya ada materi yang diberikan terkait ancaman terhadap tiga ekosis­ tem, yakni terumbu karang, lamun dan mangrove. Tidak hanya mengedukasi siswa/ siswi SMA, tindakan nyata pun dilaku­ kan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut. Se­ bulan kemudian, organisasi yang di­ nahkodahi oleh Sheryl Aprianti ini me­ lakukan bersih Pantai Losari. Uniknya aksi ini dilakukan sambil menyelam. Saat itu, aksi MSDC memprotes ba­ nyaknya sampah yang berserakan di sekitar pantai. Selain itu, organisasi selam ini rutin mengadakan reef check untuk menge­ tahui keadaan terumbu karang. Kegia­ tan ini aktif dilakukan sejak 2010. Saat 2015, mereka mengunjungi Kepulauan Spermonde untuk melihat kondisi te­ rumbu karang di Pulau Samalona, Pu­

FOTO-FOTO/DOKUMENTASI PRIBADI

lau Barrang Caddi dan Pulau Barrang Lompo. Berkat kegiatan yang dilakukan, ditemukan bahwa kerusakan laut ter­ jadi begitu besar. Saat itu Ketua MSDC Periode 2015-2016, Har­ din Lakota me­ nemukan tutu­ pan karang hidup yang bertambah setiap tahunnya. Pada 2013 terum­

bu karang dari ketiga pulau masih dalam keadaan baik dengan persentase masing-masing 56%, 67% dan 50%. Na­ mun, dua tahun kemudian mengalami perubahan yang signifikan dengan persentase masing-masing 35%, 33% dan 29%. Kenyataanya karang yang diteliti dari ketiga pulau terus mengalami pemuti­ han (coral bleaching). Hal ini disebab­ kan oleh naiknya suhu air laut yang nyatanya tidak terlepas dari aktifitas tangan manusia. Riset ini pun menjadi

informasi berharga bagi penelitian kerusakan karang selanjutnya. Selama terbentuk, MSDC juga per­ nah memantau karang di luar daerah Sulawesi Selatan. Lewat Ekspedisi Bom­ bana pada 2007 silam, organisasi yang sekretariatnya terletak di Lantai Tiga Kantin Jasa Pertanian ini memantau terumbu karang di tiga pulau yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dianta­ ranya Pulau Sigeri, Basah dan Motaha. Melihat kondisi laut memprihatin­ kan, maka diturunkan sebuah becak di Pulau Baranglompo April lalu. Be­ sar harapan nantinya becak yang ditu­ runkan ini mampu menjadi rumah bagi ikan-ikan kecil. “Tahun ini bisa dibilang laut sa­ ngat jauh dari kata baik, mungkin mendekati buruk, suhu bumi dan air laut yang semakin panas dan berpe­ ngaruh ke terumbu karang,” ujar Sher­ yl saat ditemui, Rabu (8/6). Tidak sekedar mengawal isu ling­ kungan, khususnya ekosistem laut. Organisasi selam tertua di Sulawesi Selatan ini pun aktif melakukan pe­ ningkatan kualitas anggota lewat ber­ bagai pelatihan. Diantaranya, Selam Lintas Nusa dan Selam Ekslusif bersa­ ma Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi dan Forum Masyarakat Ke­ lautan Indonesia (FMKI). Tak hanya itu, ada juga Pelatihan Selam dan Meteodologi Penilaian Ka­ rang serta Pelatihan Scuba Diver ber­ sama Pusat Pelatihan Oseanografi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kabar gembira hadir 2011 lalu, MSDC berhasil meraih medali emas dalam kejuaraan selam nasional yang diadakan oleh Pengda POSSI Sul-Sel. Memperingati World Ocean Day yang jatuh pada 9 Juni lalu, organisasi ini be­ rencana mengadakan kampanye kon­ servasi laut dan pesisir Juli mendatang. “Kami pilih Juli karena akan dirangkai­ kan dengan World Coral Triangle Day” ujar Sheryl. Organisasi ini mungkin saja tidak hidup dari selam, tetapi banyak arti hidup yang mereka dapatkan dari se­ lam. n Devika Saputri


laporan utama

identitas NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016 identitas NO. 860| TAHUN XLI| EDISI AWAL JUNI 2016

Pendamping Ijazah Kurang Persiapan

7

bundel mEdisi Awal Juni 1975

Short Course on Annual Crops di Unhas

Unhas berencana untuk memberikan Surat Keterangan Pendamping Ijazah kepada lulusannya. Namun hingga saat ini belum tampak persiapan yang matang untuk pengimplementasiannya

K

etika lulus dari perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, seseorang akan mendapatkan beberapa dokumen kelulusan seperti ijazah, surat keterangan kelulusan, trans­ krip akademik dan dokumen lain yang berkaitan dengan disiplin ilmu. Namun berdasarkan aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nomor 81 tahun 2014 tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi dan Sertifikat Profesi Pendi­dikan Tinggi disebutkan bahwa ijazah diberikan kepada lulusan Perguruan Tinggi disertai paling sedikit dengan transkrip akademik dan Surat Kete­rangan Pendamping Ijazah (SKPI). SKPI memuat informasi tentang pencapaian akademik atau kualifikasi dari lulusan pendidikan tinggi. Dokumen ini juga dapat dikatakan sebagai rekam jejak mahasiswa selama menjalani proses perkuliahan. Pencapaian mahasiswa selama perkuliahannya dapat digambarkan pada kolom capaian pembelajaran lulusan. Disini diterangkan kemampuan yang dibutuhkan sebagai prasayarat dalam persaingan dunia kerja dilihat dari latar belakang lulusannya. Capaian pembelajaran juga tidak hanya membahas mengenai kemampuan dalam persaingan kerja semata, namun juga tentang kemampuan pengetahuan dan sikap yang harus dimiliki oleh lulusan. Selain beberapa hal mengenai capaian pembelajaran, organisasi, seminar dan workshop yang diikuti, prestasi yang pernah diraih, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan akademik juga dicantumkan. Sejak dikeluarkannya aturan me­ ngenai SKPI pada tahun 2014. Sudah banyak perguruan tinggi yang telah menerapkan SKPI, diantaranya Universitas Indonesia, Universitas Negeri Makassar, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Gajah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjajaran, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Diponegoro dan Politeknik Negeri Bandung. Namun di Unhas sendiri hingga kini belum menerapkan. Menurut Wakil Rektor I Unhas Prof Dr Ir Junaedi Muhidong, MSc SKPI saat ini tengah dipersiapkan. “Formatnya secara umum akan mengikuti aturan yang ditentukan dalam Permendikbud. Persiapannya tidak ada tim khusus, tapi diserahkan kepada Program Studi masingmasing,” ujarnya.

7

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Menanggapi hal tersebut, Ketua Jurusan Keperawatan, Dr Aryanti Saleh SKp MKes mengatakan bahwa SKPI sudah pernah dibicarakan di Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Se-Indonesia ditingkat nasional dan ia menjadi salah satu pembicaranya. Juga sudah disosialisasikan dan didiskusikan bentuknya. “Di prodi ilmu keperawatan juga sudah pernah saya sampaikan. Namun karena Unhas belum mengeluarkan kebijakan SKPI, jadi kami hanya menunggu saja kebijakan dari rektorat,” katanya. Senada dengan Aryanti, Ketua Jurusan Akuntansi Dr Mediaty SE MSi Ak juga menunggu arahan dari rektorat. “Sebenarnya belum sampai ke Prodi, tapi pikiran kita sudah jalan kesitu. Secara formal belum ada pemberitahuan, jadi baguslah kalau akan diterapkan. Kami mendukung,” ujarnya Sementara itu Wakil Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Dr M Eng Amiruddin, mengatakan bahwa para Wakil Dekan I seUnhas telah melakukan pembicaraan mengenai SKPI. “Untuk selanjutnya, kami hanya menunggu arahan dari Wakil Rektor I,” ucapnya Jumat (3/6). Selain itu, Wakil Dekan I Pertanian Prof Dr Ir Sitti Bulkis, MS sudah pernah menghadiri kegiatan forum komunitas perguruan tinggi pertanian yang membahas tentang SKPI dan menurutnya pelaksanaannya tergantung universitas masing-masing. “Hanya saja kalau mau ada SKPI harus ada perangkat khusus, terkait kesiapannya, kita tidak boleh berbuat sesuatu jika belum dibicarakan secara tuntas oleh Unhas. Jika sudah ada pe­ rintah baru kita bicarakan ke tingkat prodi,” jelasnya Rabu (8/6). Jika beberapa hanya tinggal me­ nunggu instruksi dari wakil rektor, maka ternyata persiapan untuk penerapan SKPI ini masih kurang. Buktinya, menurut Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Budaya Prof Dr Tadjuddin Maknun, SU, ia belum mengetahui tentang akan di­

terapkannya SKPI. “Saya kira itu hanya wacana. Biasa­ nya jika ada yang menyangkut akademik diadakan pertemuan antar pimpinan Unhas. Namun ini belum ada sosialisasi jadi kami belum melakukan persiapan,” Kamis (2/6). Sedangkan Wakil Dekan I Fakultas Hukum Prof Dr Ahmadi Miru, SH, MH menyatakan bahwa telah ada sosialisasi dari Wakil Rektor I namun belum ada kepastian kapan akan diterapkan. “Untuk kesiapan Fakultas Hukum sejauh ini belum ada. Namun jika te­ lah ada aturan terkait penerapan SKPI maka kita harus siap karena itu perintah,” katanya. Menanggapi pernyataan dari beberapa Wakil Dekan I dari beberapa Fakultas tersebut, Prof Dr Ir Junaedi Muhidong, M.Sc mengatakan bahwa persiapan untuk menerapkan SKPI ini memang tidak mudah karena kita harus hati-hati terhadap formatnya. “Kontennya tidak sederhana jadi kita tidak mematok waktu untuk penerapannya karena itu harus dipersiapkan dengan baik. dan itu yang sedang dilakukan saat ini,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa juga harus dipertimbangkan standar mahasiswa yang akan diberikan SKPI apakah semua mahasiswa diberikan atau tergantung yang meminta. Wakil Rektor I UNM Prof Dr Sofyan Salam PhD berpendapat bahwa salah satuhal penting dalam penerapan SKPI yakni bagaimana menjamin kevalidan dan keterpercayaan apa yang ditampilkan di SKPI nantinya. “Peran Wakil Dekan III untuk memvalidasi record yang disodorkan mahasiswa amat penting,” ujarnya Jumat (3/6). Ia juga berharap bahwa mahasiswa memperbanyak “catatan baik” yang layak ditampilkan pada SKPI. Sebab SKPI sangat bersifat perseorangan. Ada yang SKPI nya hanya dua halaman, ada yang banyak tergantung dari pencapaian mahasiswa. n

SHORT Course on Annual Crops dibuka di Unhas. Program ini diadakan atas kerjasama antara Fakultas Pertanian Unhas dengan pemerintah Australia. Acara pembukaan dihadiri lima staf pengajar dari Australia, Rektor Unhas, Pangkowilhan III Ketua Dewan Penyan­tum Unhas, dekan dan dosen-dosen seUnhas, para peserta kursus dan mahasiswa. Dalam beberapa sambutan ditegaskan, Indonesia dan Australia mulai bekerjasama sejak perang dunia hingga sekarang. Ini membuktikan hubungan kerjasama antara Australia dan Asia yang semakin erat. Malah menurut pembicara di benua seberang telah banyak badan-badan dan sekolah-sekolah yang mengajarkan Bahasa Indonesia. Course ini diikuti oleh peserta dari universitas se-Indonesia yang memiliki Fakultas Pertanian, termasuk Unhas yang saat ini menjadi tuan rumah. Para peserta yang menerima penjelasan dari tenaga pe­ ngajar langsung praktik di laboratorium dan lapangan. Selanjutnya akan diadakan field trip ke Kabupaten Maros, Gowa, Bulukumba, Bone, dll. n

mEdisi Awal Juni 1984

Sasaran Pendidikan Bukan Jadi Pegawai Negeri

TANGGUNG jawab moral seorang pendidik adalah memberikan yang terbaik kepada anak didik, bukan memberikan asal-asal saja. Gubernur Sulawesi Selatan A. Amiruddin mengemukaan hal itu pada acara silaturahmi Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IX. Dalam kegiatan ini ada Kopertis lama yang dipimpin oleh Prof Dr Hasan Walinono dan kini H. Ridwan Saleh Mattayang SH di Pusat Kegiatan Akademik Kopertis IX Jl Chairil Anwar. Gubernur minta agar pimpinan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tidak terpaku pada jumlah anak didik yang banyak, melainkan yang sedikit bisa namun memberikan yang terbaik. Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IX Prof Dr Hasan Walinono mengatakan, tenaga ahli harus berkewajiban membantu di bidangnya masingmasing. “Lihatlah PTS itu dan kita bantu bersama tanpa melihat pejabat yang mengasuhnya,” ujarnya. Meski bukan lagi sebagai Koordinator PTS IX, namun Prof Hasan tetap membantu pengembangan PTS dalam kedudukannya sebagai tenaga ahli. Tenaga ahli harus berkewajiban membantu di bidangnya masing-masing. Koordinator PTS IX H. Ridwan Saleh Mattayang SH mengemukakan, kebijaksanaan yang lalu tetap dipertahankan. Saat ini, pengembangan disesuaikan dengan situasi dan kondisi demi perkembangan PTS. Ada lima fase pengembangan PTS yakni pembinaan dan kesadaran akan tugas dan tanggungjawab penyelenggaraan PTS, prasarana dan sarana fisik, pembinaan akademik, pengakuan dalam masyarakat ilmiah dan kemampuan untuk berdiri sendiri. Sedangkan fokus pembinaan PTS berupa pembinaan dosen terutama untuk disiplin kerja. Ia melihat, masih ada di antara dosen PTS yang belum bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Komponen akademik perlu ditingkatkan, monitoring bahan-bahan yang ada dan pemanfaatan sarana yang ada. n


8

8

identitas NO. 860| TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016 identitas NO. 860| TAHUN XLII| EDISI AWAL JUNI 2016

laporan utama Parade Pendapat

Aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 81 tahun 2014 tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi dan Sertifikat Profesi Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa ijazah diberikan kepada lulusan perguruan tinggi disertai paling sedikit dengan transkrip akademik dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). SKPI lebih menekankan kepada skill yang dimiliki mahasiswa baik itu yang berkaitan dengan disiplin ilmu mupun diluar disiplin ilmunya. Lantas, bagaimana sebenarnya urgensi SKPI untuk diterapkan di Unhas?

IDENTITAS/NURSARI SYAMSIR

Lamar Kerja (tidak) Butuh SKPI

Penerapan Surat Keterangan Pendamping Ijazah dinilai bermanfaat untuk melamar pekerjaan dan meningkatkan minat berorganisasi. Disisi lain penerapannya menimbulkan kekhawatiran mahasiswa bisa salah orientasi. Aktif berkegiatan diluar lingkup aka­ demik juga menjadi hal menguntungkan bagi mahasiswa. Adanya aturan dari Ke­ menterian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberikan lulusan suatu pergu­ ruan tinggi Surat Keterangan Pendam­ ping Ijazah (SKPI) menjadi kabar baik bagi mahasiswa yang banyak aktivitas sembari menjalani proses perkuliahan. Sebab, aktivitas tersebut akan dimasuk­ kan ke dalam SKPI sehingga menjadi semacam penghargaan tersendiri bagi mahasiswa. SKPI tersebut menurut Wakil Rektor I Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr Sofyan Salam PhD sebagai salah satu universitas yang telah menerapkan SKPI menjadi nilai tambah bagi lulusan. “SKPI dirancang untuk menjelaskan keunggulan lulusan yang tidak tercan­ tum di transkrip. Misalnya keterangan bahwa semasa kuliah, mahasiswa terse­ but aktif di organisasi,” ujarnya. Akan tetapi di UNM tidak semua lu­ lusan diberikan SKPI dikarenakan tidak semua membutuhkannya. “Mestinya kan wajib diberikan kepada semua, akan tetapi banyak juga mahasiswa yang tidak memerlukannya terutama yang sudah bekerja. Jadi kami prioritaskan bagi yang memerlukan,” katanya. Wakil Rektor I Unhas Prof Dr Junaedi Muhidong, MSc pun menjelaskan ke­ untungan SKPI yakni digunakan untuk melamar kerja. Dalam transkrip hanya menggambarkan bahwa lulusan pernah mendapatkan nilai A misalnya, tidak menggambarkan bahwa pernah mengi­ kuti kegiatan lain misalnya kursus dan lain sebagainya. Ia menambahkan bahwa di era global saat ini, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin luas bahkan bersa­ ing dengan orang dari berbagai negara.

“Di Luar negeri kualifikasi lulusan Unhas belum tentu diketahui. Kalau misalnya ke luar negeri orang akan ber­ tanya Unhas itu dimana dan bagaima­ na, maka disitulah fungsinya SKPI me­ nerangkan kualifikasi dan kompetensi lulusan,” katanya. Menurut Koordinator Divisi Penga­ deran Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta­ huan Alam Taufik Hidayat penerapan SKPI ini cukup bagus. “Bisa mempermudah mahasiswa dalam penyusunan Curriculum Vitae (CV) ketika melamar kerja. Semua pres­ tasi, kegiatan, dan organisasi selama kuliah tercantum dalam SKPI. Juga bisa menjadi salah satu solusi mendorong mahasiswa untuk lebih aktif meningkat­ kan prestasi dan berorganisasi. Karena kan dicantumkan nanti dalam SKPI,” ujarnya Selasa (7/6). Taufik menambahkan bahwa sebe­ narnya ada tidaknya tidaknya SKPI, ma­ hasiswa harus tetap terus berorganisasi dan berprestasi. Karena banyak yang ikut organisasi, namun tujuannya hanya untuk menambah isi CV. Padahal yang paling penting dari aktif dalam suatu or­ ganisasi adalah pengalaman dan pem­ belajaran terkait softskill. Namun ia berharap bahwa dengan akan diberlakukannya SKPI bisa mem­ buat mahasiswa lebih semangat me­ ningkatkan kedua hal tersebut, serta bisa bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya selama kuliah. Sedangkan menurut Taufik, Presiden Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indo­ nesia Fakultas Pertanian Unhas Algazali Lantera Parente khawatir dengan ada­ nya SKPI. “Saya belum tahu tujuan pasti SKPI. Saya hanya punya kekhawatiran, de­

ngan adanya SKPI fokus kita sebagai mahasiswa akan bertambah. Makin ribet saja masalah administrasi yang bukan merupakan hal yang substansial,” ujarnya Jumat (11/6). Menurutnya jika tujuannya hanya memudahkan dalam melamar kerja dan mendapatkan pekerjaan. Belum tentu orientasi semua mahasiswa akan men­ cari kerja, buktinya sekarang banyak mahasiswa yang setelah sarjana buka lapangan kerja sendiri. Muhammad Fujianto Manati, Ketua Senat Fakultas Teknik mengatakan bah­ wa di fakultasnya sejak tahun 2015 su­ dah ada kerangka konsepnya. Berangkat dari pemahaman bahwa aktivitas kema­ hasiswaan itu bagian dari kegiatan atau proses akademik. Formatnya dalam ben­ tuk ekstra kurikuler. Ia pun mendukung adanya SKPI “Adanya SKPI katanya bisa me­ nguatkan teman-teman dalam melamar pekerjaan. Saya sendiri sangat men­ dukung, karena bakalan mendukung profesionalitas teman-teman dalam ber­ lembaga. Namun ada juga efek negatif­ nya, beberapa dosen seolah seperti ingin mengomandoi jalannya kelembagaan mahasiswa,” katanya. Ia menambahkan bahwa sosialisasi SKPI sudah ada di tingkat program studi masing-masing. Namun paten kegiatan yang bisa tersertifikasi oleh birokrasi untuk masuk dalam SKPI be­ lum ada. “Jangan sampai mahasiswa makin materialistis melihat aktivitas kemaha­ siswaan, bergabung di organisasi kare­ na iming-iming untuk dapat SKPI agar lebih mudah saat mencari pekerjaan nantinya. Karena sesungguhnya, orien­ tasi yang ingin dicapai dalam organisasi dan perkuliahan adalah proses pencer­ dasan, peningkatan kualitas diri, dan pengabdian masyarakat. Saya tidak mau jika mahasiswa hanya terpatron pada pemahaman itu,” ujarnya. n

Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA (Rektor Unhas) Penerapan SKPI di Unhas penting karena mahasiswa banyak yang di­ ikutkan pelatihan-pelatihan dan pro­ gram di lur negeri untuk meningkat­ kan kompetensi mahasiswa. Dan kompetensi tersebut yang akan dimasukkan di SKPI. Untuk penerapannya disegerakan. Dr Abdul Rasyid Jalil, MSc (Wakil Rektor III Unhas) Tidak ada persoalan urgensi un­ tuk Unhas. Tapi untuk mahasiswa sendiri. Ini kan akan memperlihat­ kan prestasinya jadi orang yang akan menerimanya bekerja bisa tahu apa potensi di balik mahasiswa itu sendiri. Dr Ir H.Nasaruddin Salam, MT (Sekretaris Universitas Hasanuddin) Sangat penting bagi Unhas untuk menerapkan SKPI, fungsinya me­ mudahkan alumni diserap dilapa­ ngan kerja. Mendaftar pekerjaan bukan hanya nilai yang diperhitung­ kan tetapi juga kegiatan kelembagaan seperti organisasi, apalahi jika didukung prodi yang sudah terakreditasi. Bisa menjadi bahan pertimbangan. Alumni pun tidak repot membuat CV yang panjang dan tidak memiliki validitas jadi sulit untuk dipercaya. Beda dengan SKPI yang memang valid dari universitas dan sudah terstruktur dengan baik Dr Ir Burhanuddin Rasyid MSc (Dosen Jurusan Ilmu Tanah Unhas) SKPI diterapkan karena ada un­ dang-undangnya setahu saya uni­ versitas yang lain sudah terapkan. Akan sangat ketinggalan jika Un­ has tidak menerapkan. SKPI men­ jadi nilai tambah bagi alumni Unhas, agar ia tidak kerepotan untuk bersaing dengan alumni dari universitas lain. SKPI juga bisa mendorong mahasiswa untuk aktif berlembaga, agar tidak sekedar mampu dipen­ capaian akademik, tetapi juga memiliki kemampuan mana­ jerial, dan itu hanya didapatkan di organisasi. Suprihadi SE MA (Kabiro Kemahasiswaan Unhas) Lebih bagus kalau ada SKPI, Hal ini menjadi pertimbangan ketika alumni melamar pekerjaan. Ba­ yangkan jika indeks prestasi tinggi, tapi masih banyak juga mahasiswa lainnya yang memiliki indeks pres­ tasi yang tidak kalah tinggi dan disaat bersamaan melamar kerja, si alumni jadi tidak memiliki nilai lebih. Tapi bayang­ kan jika ia ikut berorganisasi, ada nilai lebih dibanding alumni lainnya didukung dengan bukti SKPI. Atau sekali­ pun nilainya tidak terlalu tinggi, tapi aktif di organisasi tetap ada nilai positifnya.


laporan utama

potret

identitas identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016 NO. 860| TAHUN XLII| EDISI AWAL JUNI 2016

9

9

Organisasi Sebagai Investasi Belajar adalah tugas utama seorang mahasiswa, itu sudah menjadi sesuatu yang umum diketahui. Namun berkegiatan di luar kelas juga dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Ya, dalam perkembangannya institusi atau perusahaan tidak lagi hanya melihat nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) seorang mahasiswa, tetapi juga prestasi, pengalaman kerja, dan riwayat organisasi melalui curriculum vitae yang dicantumkan pelamar. Dan saat ini telah ada aturan dari Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi untuk menyertakan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) untuk memuat semua unsur-unsur tersebut ketika mahasiswa telah diwisuda. Berikut kutipan wawancara reporter identitas bersama Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Periode 2011-2015 yang juga pernah menjabat ketua senat universitas Aminuddin Syam, SKM MKes MMedEd.

Bagaimana pendapatnya mengenai Unhas yang akan menerapkan SKPI ? Saya setuju saja sepanjang Unhas telah mempunyai persiapan yang cukup. Tidak boleh kita hanya sekedar mereplikasi. SKPI itu harus dirancang baik-baik, isi­ nya harus relevan dengan bidang ilmu agar dapat diketahui kompetensi keilmuannya si pemilik SKPI nantinya. Jadi SKPI itu baiknya dibuat terdiri atas dua yakni yang terkait dengan disiplin ilmu dan yang secara umum. Jadi jika dibutuhkan terkait dengan bidang ilmunya ada, kalau dibutuhkan yang umum juga ada. Harus dipahami betulbetul substansinya dan harus ada justifika­sinya. Seseorang dikasih SKPI yang bagaimana dan apa standarnya harus jelas. Misalnya untuk mengisi SKPI dibuktikan dengan piagam atau sertifikat itu bisa saja ada yang plagiat. Jadi yang me­ nurut saya paling bagus adalah Surat Keputusan (SK) yang terkait dengan kepe­ ngurusan dan aktivitas organisasi karena susah dipalsukan. Apakah dengan momen akan diterapkannya SKPI mahasiswa bisa lebih tertarik untuk ikut berorganisasi atau aktif berkegiatan? Sebab dalam SKPI itu selain diuraikan me­ ngenai kualifikasi dan capai­ an pembelajaran, juga berisi informasi tambahan seperti organisasi dan kegiatan-kegia­ tan yang pernah diikuti selama menjalani proses perkuliahan. Menurut saya mahasiswa itu mau eksis di organisasi bukan persoalan karena ada SKPI. Jadi itu tidak menyelesaikan masalah. Yang perlu adalah menyatukan pemikiran para pejabat universitas bahwa seluruh aktivitas kemahasiswaan adalah bagian dari aktivitas akademik. Yang perlu dibenahi adalah mentalitas universitas, harus dipahami esensi mahasiswa bukan hanya kecerdasan yang berhubungan dengan mata kuliah yang dipikirkan, akan tetapi membangun afeksi dan mentalitas sehingga mahasiswa kita bisa seimbang antara cara berpikir, bertinIDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

dak dan berorganisasi

nanya kegaiatan-kegiatan yang positif

Namun jika dilihat keadaan saat ini masih banyak mahasiswa yang tidak berminat bergabung disuatu organisa­ si, apa yang menyebabkan hal tersebut dan bagaimana melihat minat beror­ ganisasi mahasiswa saat ini dibanding­ kan dengan mahasiswa dahulu? Yang saya alami dulu berbeda dengan sekarang, setiap orang beda zamannya tetapi menurut saya idealisme itu tidak bergeser. Pertama, dulu suasana minat kemahasiswaan sangat besar karena ada represi dari luar. Ada tekanan dari tentara dan polisi. Akhirnya terjadi perlawanan dan itulah yang membuat kita semakin matang. Sekarang, Unhas harus memberi ruang yang seluas-luasnya, contoh penganggaran dana kemahasiswa dilimpahkan ke fakultas untuk dikelola sendiri. Nyatanya sekarang terjadi sentralisasi, keuangan berpusat di rektorat. Anggaran kemahasiswaan ada milyaran masalahnya sekarang, orang mau berkegiatan, mau jadi perwakilan ke luar anggarannya dibatasi.

Menurut Anda seberapa penting Un­ has menerapkan SKPI ? Saya ingin menjawab terlepas dari pen­ ting tidaknya SKPI diberlakukan, intinya jika SKPI berisi kualifikasi capaian pem­ belajaran yang berhubungan dengan disiplin ilmu maka Unhas harus mendukung itu dengan memerhatikan segala aspek. Kegiatan kemahasiswaan jangan terlalu dikekanglah dengan berbagai aturan. Biar­ kan mahasiswa melakukan aktivitas selain perkuliahan tanpa ditekan.

Untuk kegiatan lain misalnya yang juga bisa dimasukkan di SKPI sebagai informasi tambahan seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dimana mahasiswa membuat karya ilmiah dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) masih kurang peminatnya jika dilihat dari jumlah yang mendaftar dibanding­ kan jumlah keseluruhan mahasiswa Unhas, menurut Anda apa yang me­ nyebabkan itu ? Menurut saya itu karena prosesnya yang berbelit-belit. PMW dulu pernah saya minta agar mahasiswa yang proposalnya tidak usah dilatih lagi. Kan mahasiswa yang buat proposal, disitu sudah ada rincian anggaran dan perencanaan yang telah mereka buat sendiri, jadi mereka sudah tahu nantinya akan melakukan apa. Namun nyatanya masih harus melewati pelatihan, proses pemagangan dan lain-lain yang juga memakan biaya. Dan itu bisa saja membuat mahasiswa merasa bahwa persyaratannya sangat berbelit-belit sehingga mahasiswa kurang bersemangat. Jadi apa yang seharusnya dilakukan oleh Unhas ? Unhas seharusnya membangun suasana yang mendukung mahasiswa untuk aktif berorganisasi ataupun mengikuti PKM dan PMW. Namun yang saya lihat suasana kemahasiswaan saat ini tidak kondusif, kampus tidak memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk mahasiswa agar lebih tertarik untuk itu. Jangan malah membuat aturan se­perti larangan jam malam yang bisa membatasi mahasiswa untuk berlembaga. Dan mengenai PKM dan PMW, harusnya dipermudah jangan dipersulit. Dosen yang membimbing mahasiswa dalam kegiatan tersebut dan berhasil juga seharusnya diberikan reward. Jadi ada kesan bahwa Unhas memberikan apresiasi terhadap pihak-pihak yang mendukung terlaksa­

Menurut Anda apakah ada atau tidaknya SKPI ini, mahasiswa tetap harus berorganisasi dan aktif berkegia­ tan? Ya tentu saja. Menurut penelitian yang saya ketahui, ternyata diantara seratus yang berpengaruh terhadap kesusksesan seseorang, IQ itu hanya urutan ke 21, jadi Unhas ini hanya mendorong untuk urutan ke 21 yaitu mahasiswa untuk cerdas. Padahal yang nomor satu adalah kejujuran, itulah yang membuat orang sukses. Kedua kedisiplinan, ketiga interpersonal atau skill bagaimana bergaul dengan orang lain dan bisa berkreasi dengan baik. itu yang membuat orang sukses. Apakah itu diajarkan atau diperoleh ketika belajar di kelas? tidak, semua itu bisa diperoleh ketika mahasiswa aktif berorganisasi dan aktif berkegiatan. Apa saran Anda kepada mahasiswa Unhas ? Tidak ada orang yang berhasil tanpa organisasi. Orang yang aktif berorganisasi jika dikasih satu saja ide bisa dielaborasi menjadi sepuluh. Tetapi yang kerjanya hanya belajar tidak bisa karena tidak biasa berinteraksi dengan orang lain, tidak terbiasa dengan berinovasi. Nah dalam organisasi kita diajari pe­ rencanaan atau manajemen. Mahasiswa yang aktif diorganisasi pasti bisa me­ rencanakan, mengkoordinir potensi yang ada, pasti bisa menjalankan, juga bisa mengevaluasi, dan tentu saja ia kritis. Bisa memecahkan masalah dan melakukan evaluasi untuk perbaikan pada kegiatan selanjutnya. Mahasiswa tidak aktif organisasi tidak paham itu. Dan didunia kerja itulah yang dibutuhkan. Berorganisasi adalah investasi untuk masa depan, maka berorganisasilah n

Tim Laput: Koord. Laput: Khusnul Fadilah

Anggota:

Fransiska Sabu Wolor Riyami Sriwidiah Rosalina Bst Irmayana Ayu Lestari


10

civitas

identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

koridor Kedaulatan Pangan Demi Kemakmuran Rakyat Catatan kegiatan Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Unhas dengan tema “Tanah Untuk Kedaulatan Pangan dan Kemakmuran Rakyat”. Betempat di Aula Fakultas Kehutanan Unhas, Rabu (25/5).

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Setor Berkas: Mahasiswa menyetor berkas persyaratan ikut Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Unit Pelaksana Teknis KKN, Jumat (27/5). Tahun ini persyaratan mengikuti KKN harus mengumpul surat keterangan berbadan sehat dan tidak hamil.

Aturan Baru yang Semu

Mengurus surat ini membuat saya harus berdesak-desakan dan tidak jelas. Apa lagi saya harus mengeluarkan biaya 20 ribu.

S

udah menjadi rutinitas, setiap tahun Gedung Unit Pelaksana Teknik (UPT) Kuliah Kerja Nyata (KKN) ra­ mai oleh sejumlah mahasiswa yang ingin mengikuti program pengab­ ­ dian. Hal inilah yang terlihat, Sabtu (21/5). Mahasiswa tampak sibuk mengumpulkan berkas persyaratan yang telah ditentukan oleh panitia pelaksana. KKN Gelombang 93 kali ini mem­ berlakukan persyaratan baru. Khusus untuk kaum hawa harus melam­pirkan surat keterangan tidak sedang hamil. Namun tak semua peserta KKN merespon baik kehadiran aturan baru ini. Ayu Gayatri misalnya. Ma­ hasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini menyatakan bahwa surat ke­ terangan tidak hamil terkesan agak berlebihan. Seperti universitas tidak percaya sama mahasiswanya sendi­ ri. Itu urusan pribadi yang tak perlu dicampuri oleh universitas. Menu­ rutnya tidak perlu ada surat ketera­ ngan tidak hamil, Minggu (29/5). Hal yang sama juga disampaikan oleh mahasiswa dari Fakulas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Adiba merasa dipusingkan dengan peratu­ ran baru tersebut. “Mengurus surat ini membuat saya harus berdesak-desakan dan tidak jelas. Mana lagi saya harus mengeluarkan biaya 20 ribu,” ka­ tanya, Selasa (31/5). Senada dengan Adiba, salah satu

peserta dari Fakultas Peternakan yang tidak mau dituliskan nama­ nya tidak mendukung peraturan itu. “Tidak nyaman ketika harus melakukan tes kehamilan dan tidak enak dengan tetangga karena diper­ tanyakan tujuanya ke rumah sakit,” katanya Selasa (24/5). Lain halnya dengan Andi Gaung Lesang yang setuju terhadap aturan baru panitia pelaksana. Menurutnya aturan itu dapat menjaga nama baik Unhas sendiri di lokasi KKN. “Kalau ada mahasiswa Unhas yang hamil di lokasi, bikin malu kampus, bagus ji kalau sudah menikah, tapi ka­ lau yang belum menikah. Nassami mencoreng nama baiknya Unhas di lokasi KKN,” ujar mahasiswa yang juga berasal dari Fakultas Ekonomi, Minggu (29/5). Hal demikian juga dirasakan oleh Israya yang merupakan peserta KKN dari Fakultas Ilmu Budaya. Ia merasa setuju dengan aturan baru yang me­ minta surat keterangan tidak hamil. Hal demikian merupakan bentuk antisipasi sebelum berangkat KKN untuk memastikan keadaan sehat tidaknya sebelum turun langsung ke lapangan. “Ini kan untuk mengeta­ hui sehat tidaknya mahasiswa yang hamil sebelum berangkat KKN,” ung­ kapnya, Minggu (29/5). Sama dengan Desy Saputri, salah satu peserta KKN Reguler Fakul­ tas Pertanian yang setuju dengan aturan baru tersebut. Ia mengung­ kapkan bahwa UPT KKN memiliki maksud tersendiri dalam membuat

aturan tersebut dan telah memper­ timbangkan dengan baik. “Ikuti saja persyaratannya. Kan sudah diper­ timbangkan sama UPT KKN,” jelas­ nya, Selasa (31/5). Namun menurut Rusdy Alwi ST MT selaku Sekretaris UPT KKN bah­ wa aturan lebih diperuntukkan bagi mahasiswa yang sedang hamil. “Se­ benarnya mahasiswa salah persepsi. Semestinya surat keterangan hamil bagi yang sedang hamil. Bagi maha­ siswa yang tidak sedang hamil tidak perlu,” ujarnya (22/6). Selain itu, sekretaris UPT KKN juga menyatakan bahwa harus ada surat keterangan dari dokter bagi yang sedang hamil. Tujuannya un­ tuk mengetahui mahasiswa tersebut pantas atau tidak mengikuti KKN “Jangan sampai mereka berangkat kemudian terjadi sesuatu dan malah menyalahkan UPT,” tegas Rusdy Alwi ST MT (22/6) Aturan tersebut juga hadir se­ bagai bentuk hasil evaluasi dari kasus di tahun sebelumnya. Maha­ siswa KKN yang sedang berbadan dua tidak begitu aktif di lokasi KKN. “Pada gelombang sebelumnya, ada laporan masuk dari pembimbing kalau mahasiswa yang hamil tidak bisa aktif di lokasi KKN,” ujarnya (22/6). Kepala UPT KKN Hasrullah ber­ cerita tujuan dibuatnya aturan baru tersebut, agar mempermudah peser­ ta dalam mengakses lokasi rumah sakit. “Jikalau ada mahasiswa yang hamil, ditempatkan di lokasi yang dekat dengan rumah sakit atau pun pusat kota, ujarnya Selasa (24/5). n Yus/Vit

MEMAKMURKAN rakyat adalah tugas pokok suatu negara. Salah satu caranya yakni dengan mewujudkan kedaulatan pangan. Faktor penting untuk mencapai hal tersebut adalah tersedianya tanah yang subur untuk mendukung produksi pangan negara. Sayangnya, ketersediaan lahan pertanian dari tahun ke tahun semakin menurun. Penyebabnya yaitu konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian yang masif. Selain itu, konversi lahan untuk pembangunan infrastruktur pun seringkali menyebabkan terjadinya konflik agraria. Berdasarkan data Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA), sektor pembangunan infrastruktur pada tahun 2015 menempati urutan kedua penyebab terjadinya konflik agraria yakni 70 konflik (28%). Padahal untuk mencegah hal itu, telah ada peraturan UU Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Namun tampaknya hingga kini implementasinya belum efektif. Buktinya, dalam kurun 11 tahun terakhir yakni sejak 2004 telah terjadi 1772 konflik agraria diberbagai sektor dengan luas wilayah 6.942.381 Hektar. Hal ini melibatkan 1.085.817 kepala keluarga sebagai korban. Jika dirata-ratakan maka dapat disimpulkan bahwa dalam dua hari terjadi satu kali konflik agraria di Indonesia. Luas lahan pertanian pangan dan kualitas lahan pun terus menurun dan rata-rata petani hanya memiliki lahan 0,5 Hektar yang mengindikasikan terwujudnya kedaulatan pangan jauh dari harapan. Di sisi lain dalam UU Nomor 18 tahun 2012 tentang Kedaulatan Pangan terdiri atas tiga poin penting yakni pertama, kedaulatan pa­ ngan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pa­ ngan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Kedua, kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermartabat. Ketiga, ketahanan pangan sendiri adalah kondisi terpenuhinya pa­ ngan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. UU pangan tersebut jika ditilik lebih jauh terlihat memaksakan untuk menyatukan konsep kedaulatan dan ketahanan pangan. Terjadi ketimpangan ketika mengingat sejatinya kedaulatan pangan sendiri merupakan kritik atas ketahanan pangan yang tidak mampu menjawab persoalan konflik agraria di tanah air. Di tengah banyaknya konflik, masalah pertanian, petani dan pangan di Indonesia hingga kini pun masih berkutat pada tiga masalah pokok yaitu lahan, sarana produksi dan perlindungan pasar bagi petani. Berkurangnya lahan dan kualitas lahan yang menurun menyebabakan produksi pangan ikut menurun. Olehnya, untuk pemenuhan pangan, negara melakukan mekanisme impor. Pangan yang diimpor tersebut harganya lebih murah sehingga banyak masyarakat yang memilih impor dibanding pangan lokal yang menimbulkan kerugian bagi petani kita. Maka dari itu, untuk mengatasinya, kedaulatan pangan harusnya lebih diperhatikan secara serius. Tanah atau lahan pertanian yang tersedia dan berkualitas seharusnya diprioritaskan. UU perlindungan lahan pertanian sebaiknya diusahakan agar terimplementasi dengan baik sehingga negara tak perlu lagi melakukan impor pangan. Apalagi Indonesia merupakan negara yang menggantungkan hidup masyarakatnya di sektor pertanian. Berdasarkan data dari BPS tahun 2014 dijelaskan bahwa terdapat setidaknya 26,5 juta orang berprofesi sebagai petani. Maka konsep ketahanan pangan yakni mementingkan ketersediaan, keterjangkauan dan keamanan adalah hal yang perlu usaha yang lebih keras lagi oleh negara. Tak hanya sekedar membuat undang-undang, melainkan juga melakukan kerja nyata untuk mengimplementasikannya. n Sriwidiah Rosalina BST


civitas

identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

11

akademika Sosok Dibalik “Ini Budi”

Ini Budi Ini Bapak Budi Ini Ibu Budi

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Bakar Sampah: Tumpukan sampah yang berada di sekitar danau Unhas dibakar, Kamis (26/5). Pengelolaan sampah di Unhas butuh perhatian.

Agar Lingkungan Terjaga, Limbah Mesti Dikelola Lingkungan tak hanya menyoal tanaman yang indah nan cantik. Pun pengelolaan sampah menjadi bahasan yang tak kalah urgen.

K

etika melangkahkan kaki disepanjang gerbang Pintu I Unhas nampak berbagai jenis tanaman menyejuk­ kan mata berjejer di pinggir jalan. Tak sampai disitu, pemandangan puspa lainnya hampir terlihat di setiap sudut kampus, bahkan luar dan dalam gedung tiap fakultas, hingga rektorat. Kontras dengan pemandangan pe­ nyejuk mata itu, kenyataanya masih ada saja tempat yang dipenuhi tum­ pukan sampah dan sungguh meng­ ganggu indra penciuman kita. Pada­ hal Hari Lingkungan Hidup Sedunia baru saja kita rayakan tepatnya tang­ gal 5 Juni lalu. Hari itu, seharusnya menjadi momentum bagi kampus merah untuk lebih memperhatikan pengelolaan limbah, bukan hanya sibuk menanam bunga. Mari melirik alur pembuangan sampah di Unhas. Tahap pembua­ ngan pun masih menuai tanya. Te­ ngok saja kantin, sebagai penghasil limbah padat terbanyak, nyatanya tempat ini belum memiliki sarana pembuangan sampah yang layak. Hal ini diakui oleh salah satu peda­ gang di Kantin Kudapan BNI Lantai 1, Rabiah. Ia sangat menyayang­ kan tidak adanya Tempat Pembua­ ngan Sampah Sementara (TPS) yang disedikan oleh universitas. Saat ini, mereka hanya berinisiatif untuk membuat sendiri tong sampah se­ mentara yang diletakkan di dekat toilet kantin. Tong sementara ini pun digunakan bersama oleh penjual dari Kantin Jasa Mipa (Jasmip).

Dari tong ini, sampah lalu didistri­ busikan oleh petugas motor Viar ke tempat pembuangan yang letaknya di dekat Masjid Kampus. Pengang­ kutan sampah ini dilakukan dua kali sehari. “Kadang juga tidak datang, sehingga sampah membusuk,” ujar Tina penjual gorengan ini. Tak hanya limbah padat, pengelo­ laan limbah cair di Unhas pun belum baik. Limbah cair biasanya datang dari sisa bahan laboratorium. Mi­ salnya saja, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Saat praktikum, para praktikan menggunakan beragam jenis zat. Biasanya setelah pemakai­ an, zat ini akan dikumpul sesuai sifatnya dalam penampungan je­ rigen, sebagai tempat penampungan sementara. Seperti yang mengan­ dung logam, bahan organik dan anorganik. Alternatif lain ialah dibakar. Hal ini tentunya tidak sehat dan akan menjadi masalah baru nantinya. Hal seperti ini dapat terjadi karena Insta­ lasi Pengolahan Limbah (IPAL) tidak ada di Unhas. Menurut Ketua Juru­ san Kimia Dr Indah Raya, MSi Un­ has harusnya memiliki minimal satu IPAL yang letaknya antara FMIPA dan Farmasi. Setali tiga uang, Fakultas Farmasi pun melakukan hal yang sama. Prak­ tikan mengakalinya dengan mem­ buat lubang di tanah untuk mem­ buang limbah zat kimia. Adapun zat yang bisa dinetralkan dengan air, dilarutkan dulu kemudian dibuang di wastafel.

Menanggapi permasalahan pe­ ngelolaan limbah di Unhas, Kepala Bagian Tata Usaha dan Rumah Tang­ ga, Drs Haeruddin mengatakan bah­ wa alur pengelolaan limbah padat sendiri yakni dengan disediakannya TPS Sementara dan mobil truk yang akan membawanya ke Tempat Pem­ buangan Akhir (TPA) di Tamangapa, Antang. Sayangnya diakui oleh Haeruddin sendiri bahwa ia tak tahu menahu terkait pengelolaan limbah labora­ torium. “Masing-masing fakultas tahu cara pengelolaannya,” ungkap­ nya, Senin (30/5). Adapun TPS Se­ mentara, menurutnya telah banyak rusak dan belum ada rencana per­ baikan. Solusi datang dari Dosen Prodi Teknik Lingkungan, Prof Dr Ir Mery Selintung, MSc. Ia mengatakan pe­ ngelolaan limbah berbeda, ber­ gantung dari jenisnya. Misalnya limbah lab atau zat kimia membu­ tuhkan IPAL dan pengolahan yang mendalam. “Limbah ini tidak boleh dibuang saja. Perlu diolah di Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL),” ungkap­ nya, Senin (30/5). Membahas lingkungan tidak akan ada habisnya, jika bukan manusia yang sadar untuk menjaganya. Hal ini sejalan dengan pendapat Pa­ kar Kesehatan Lingkungan, Ruslan, SKM MPH. Ruslan mengungkap bahwa untuk menjaga lingku­ ngan, manusia terlebih dahulu harus dikendalikan.“Manusia harus me­ ngubah pola konsumsinya dan tidak membuang sampah begitu saja,” ungkap Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat ini, Jum’at (27/5). n (M24/Ahy)

APA yang anda ingat jika membaca kalimat-kalimat di atas? Sekolah Dasar (SD)? Bahasa Indonesia? Ya, mereka yang menginjak pendidikan SD di era 1980-an hingga awal tahun 2000-an pasti mengingat kutipan tersebut. Bagaimana tidak, itulah kalimat awal yang diajarkan kepada siswa saat belajar membaca dan menulis. Semua itu berawal dari Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS). Siti Rahmani Rauf merupakan sosok yang menciptakan metode ini. Perempuan kelahiran Sumatra Barat, 5 Juni 1919 ini mengabdikan separuh hidupnya untuk dunia pendidikan. Siti berprofesi sebagai guru sejak berusia 18 tahun. Kiprahnya sebagai guru dimulai di Pulau Sumatera, sejak tahun 1938 - 1953. Tahun berikutnya Siti pindah ke Ibukota Jakarta bersama suami dan anak-anaknya. Sebelum pensiun Siti sempat menjabat sebagai Kepala Sekolah SD Tanah Abang 5, Jakarta. Setelah pensiun sebagai guru, ia ditawari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Depdiknas) untuk membuat buku peraga Bahasa Indonesia. Pada saat itu, tahun 1980-an, buku paket Bahasa Indonesia sudah ada. Namun Depdiknas membutuhkan buku peraga untuk memperjelas isi buku paket. Karena kecintaannya pada dunia pendidikan, maka ia menerima tawaran tersebut dengan se­ nang hati. Gambar-gambar dipadukan dengan pelajaran membaca dimasukkan dalam satu buku, buku peraga. Hasil kerja Siti Rahmani ini dicetak Depdiknas lalu disebarluaskan ke seluruh Jawa dan Sumatera. Tidak hanya itu, buku peraga ini ke­ rap dicetak ulang hingga awal tahun 2000. Bahkan sebaran buku ini sudah menyeluruh di Indonesia. Walau sebaran buku peraga “Ini Budi” cukup luas dan kerap dicetak ulang, dirinya tidak pernah menginginkan bayaran ro­ yalti. Pengabdiannya terhadap dunia pendidikan dan kebutuhan spritual menjadi alasan utama. Ya, Siti Rahmani tak mau royalti, ia hanya ingin diberangkatkan naik haji. Atas dasar permintaan itu, pada 1986 Siti Rahmani diberangkatkan ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji. Buku peraga ciptaannya dinilai sangat berpengaruh untuk memancing minat baca penerus bangsa. Pemilihan nama Budi dan Ani juga sangat tepat untuk mengenalkan huruf dasar pada anak-anak. Pendekatan dalam buku ini me­ ngajarkan membaca huruf dan simbol pada gambar-gambar yang menarik. Keberhasilan membuat buku peraga “Ini Budi” dicapai Siti Rahmani berkat dua hal, yakni cinta dan perjua­ ngan. Kecintaan pada profesinya dimulai saat ia bersekolah pendidikan guru di Padang, Sumatera Barat. Bagi pribumi di zaman Belanda sangat tidak mudah untuk dapat merasakan manisnya pendidikan. Perjuangannya tak hanya itu, pandangan masyarakat Minang yang kolot juga menjadi suatu tantangan. Tapi karena kerja keras dan disiplin tinggi ia bisa lulus menjadi guru bersama 30 kawan sekelasnya. Kini, Siti Rahmani telah tiada. Setelah peringatan Hari Pendidikan Nasional (2/5) dunia pendidikan merasakan duka mendalam. Delapan hari kemudian Siti Rahmani meninggal dunia di usia 97 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak Jakarta Pusat, Rabu (11/5). Keluarga dan masyarakat dikabarkan ikut menghantarkan ke tempat peristirahatan terakhir. Pekerjaan sebagai guru dan buku hasil karyanya yang bermutu membuat banyak orang semakin tahu dan berilmu. Hal itu ialah setinggi-tinginya amalan yang telah ia kerjakan. Bayangkan saja, ia telah mengajar sejak tahun 1938 hingga 1980. Mungkin ia telah menuangkan ilmunya ke ratusan atau ribuan murid. Dan setelah itu, ia membuat buku dan metode yang sempat dipakai di seluruh indonesia. Dalam Islam, salah satu amalan yang tak akan terputus ialah membagikan ilmu yang bermanfaat.n Dikutip dari berbagai sumber Musthain Asbar Hamsah


12

iptek

identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

Kupas Kelapa Lebih Mudah Kelapa muda kupas-kupasin, kelapa tua tinggal batoknya. Selagi muda puas-puasin, bikin inovasi sekreatif-kreatifnya. APAKAH Anda pernah melihat petani, keluarga, atau pun orang lain mengupas sabut kelapa dengan Linggis atau beda ta­ jam lainnya? Jika ya, sekarang kita perlu bersyu­kur. Sebab, telah tercipta mesin pe­ ngupas kelapa yang lebih efektif dan efisien. Lantaran proses pengupasan kelapa se­ cara manual beresiko tinggi, seperti tangan yang terluka, butuh tenaga besar, dan wak­ tu kupas yang lama. Inovasi pun dibuat oleh Muhammad Ridwan bersama Gunawan Bahar dan Devi. Dibawah bimbingan Dr Ir Daniel MengSc. Ia dan dua rekannya mem­ buat alat pengupas kelapa pneumatic. “Alat ini diciptakan untuk memudahkan petani kelapa dalam menangani pasca panen,” ujar Ridwan, sapaan akrabnya. Pada dasarnya, prinsip kerja alat pengu­ pas kelapa pneumatic ini memanfaatkan kompresor sebagai sumber tenaga peng­ gerak. Melalui bagian masukan (input) alat, kompresor dihubungkan dengan sebuah tabung yang di dalamnya berisi pneumatic, perangkat yang bisa meng­ hasilkan gerakan naik turun. Lantas pada

bagian ujung tabung tersebut dipasangi besi siku sebagai mata pisau pengupas sabut buah kelapa. Ketika kompresor itu dioperasikan, udara akan masuk ke dalam tabung. Se­ hingga pneumatic yang ada dalam tabung akan memberikan tekanan pada mata pisau, untuk bergerak ke bawah agar sabut kelapa bisa terkupas. Tak hanya itu, alat ini juga dilengkapi dengan manometer angin. Fungsinya se­ bagai pengukur besarnya tekanan udara yang masuk dari kompresor ke dalam tabung alat. Sebab, kecepatan pengupasan dipengaruhi oleh besarnya tekanan udara yang masuk ke dalam tabung pneumatic. Menurut mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian Unhas ini, sebelumnya beberapa jenis mesin pengupas sabut kelapa memang sudah ada dan diperjualbelikan. Namun, hasil kupasannya tak sebanyak alat bua­ tannya. Kelebihan yang dimiliki pengupas kelapa pneumatic ini, kecepatan mengupas­ nya bisa diatur. Kemampuan maksimalnya, mampu mengupas 150 butir kelapa per jam. “Selain mampu menghasilkan banyak hasil kupasan. Alat ini juga lebih ramah lingku­ ngan dan hemat energi. Sebab menguna­ kan udara sebagai sumber tenaga pengge­

raknya,” tutur penyuka bakso ini. Alat yang dirancang sejak maret 2015 lalu ini masih bersifat semi mekanis. Input dan output alat masih harus dilakukan se­ cara manual. Meskipun demikian, pengu­ pas kelapa ini sudah lolos kategori 15 besar dalam Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat provinsi tahun ini. “Jadwalnya sih bulan Juni ini pengumuman pemenang­ nya. Semoga saja menang,” harap laki-laki asal Takalar ini. Selama pengerjaan alat ini, jalan Ridwan dan rekannya tak selalu mulus. Mereka bia­sanya terkendala dalam memanajemen waktu, antara menyeimbangkan waktu kuliah dengan merampungkan pembua­ tan alat. Jadi untuk menyiasatinya, mereka mengerjakan komponen yang diperkira­ kan mudah dibuat di bengkel jurusan. Tak hanya sampai disitu, anak dari pa­ sangan Muhammad Tang dan Haerani ini juga sempat terkendala dalam mendapat­ kan pneumatic. Lantaran komponennya masih jarang ditemukan di toko-toko bia­ sa, pun jika ada yang dijual secara online harganya selangit. “Karena mahal, ya saya akali pakai pneumatic yang ada di dalam hidrolik alat pencuci mobil,” tutur maha­ siswa Prodi Keteknikan Pertanian ini.

Sejauh ini, alat buatan­ nya telah diuji ki­ nerja di bebera­ pa tempat di Makassar dan Takalar. Jadi sudah ba­nyak masyarakat yang tahu manfaat mesin pengu­ pas kelapa ini. Ke d e p a n nya , ia berharap bisa segera menyem­ purnakan alat ini. Agar bisa memper­ m u d a h pekerjaan petani ke­ lapa yang ada di Sulawesi Selatan. n Riyami FOTO/ISTIMEWA

aksara

Menyelami Hadis Seperti Memahami Puisi Oleh: Al-Fian Dippahatang SEJAK hari pertama ramadan digelar, al­ hamdulillah saya belum absen shalat tar­ wih. Ini tentu hal baik bagi saya pribadi. Lebih baik lagi, karena peran ibu sayalah yang tanpa henti memotivasi saya untuk rajin shalat, di samping melaksanakan puasa. Soal puasa, ibu tidak meragukan saya lagi. Tentu anak terkutuk dan paling durhakalah jika mengubur kepercayaan ibunya. Kepercayaan ibu, menurut saya adalah modal yang akan berlipat ganda jika berbuat yang lebih baik lagi. Saya pikir, baik itu bagi pedoman ibu bukan yang lain lagi, hanya agama. Pengetahuan ibu saya mengenai agama cukup baik. Pandangannya persoalan per­ gerakan belasan setan yang hadir di hidup manusia menjadi referensi saya. Kele­ mahan setan dibukakan ibu saya dengan penjelasannya yang memikat. Persoalan memikat, bukan waktunya menceritakan pesona si doi yang belakangan ini tambah cettar dengan fotonya menggunakan jilbab di akun Instragram. Semoga, jilbab yang

dikenakan doi bukan musiman untuknya. “Carilah perempuan berjilbab nak.” Ibu tidak melarang saya dekat dengan semua perempuan. Tapi, dalam hal penentuan masa depan, ibu menyuruh saya mencari yang berjilbab. Saya sedikit mengeluh sih. Mengingat, yang pake jilbab seka­ rang banyak, tapi memilih di antara yang hatinya berbintang, Masya Allah, sesuatu yang tidak akan mempan jika disogok, layaknya jika mau duduk di bangku uni­ versitas negeri. Sedikit berbicara masa lalu, otak saya yang kadang buntu-buntu begini masih bisa mengingat perkataan guru PAI saya dulu. Pak Mursaling namanya. Sebe­ narnya, Mursalim, hanya saja lidah suku Makassar saya yang kental jika mengu­ cap fonem berakhiran m akan berganti ng masih terjaga dengan baik. Beliau, Pak Mursaling dengan tegas menyebut satu nama surah dalam kitab suci Al-Quran. Saya tak mungkin salah, sebab sebelum melanjutkan tulisan ini, saya memastikan terlebih dahulu, -jika sewaktu-waktu ada pembaca saleh rela meluangkan waktu mencocokkan isi surah tersebut-. Surah yang dimaksud Pak Mursaling itu adalah surah Al-Hijr, ayat 39-40 ber­ kenaan orang saleh. Jadi, katanya setan itu pernah berdialog dengan Allah. Saya bukan penghapal Al-Quran, mesti buka kitab dulu. Seperti inilah yang saya pe­ roleh, kata setan: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku

sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat di muka bumi ini, dan pasti aku akan me­ nyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka. Tanpa canggung, saya menggelari ibu saya seorang mukhlis, orang yang patuh beribadah kepada Allah. Di mana pun saya berada, ibu akan mengingatkan saya untuk menjunjung ibadah. Termasuk, berhenti sejenak menulis esai ini ke­ tika suara azan berkumandang. Ibu me­ nganggap setan begitu dekat dalam hidup manusia. Setan yang pandai jatuh cinta kepada seseorang, layaknya saya yang beribadah sesuai keinginan bukan kare­ na kebutuhan. Itulah yang saya syukuri kepada ibu saya. Ramadan ini masih bisa menatap wajahnya. Masih bisa berdampingan ber­ jalan menuju masjid. Ibu yang selalu pu­ nya waktu membuka pencerahan di otak anaknya yang tumpulnya minta ampun ini. Kadang tidak mau mendengar, jika pelukan setan sudah terlanjur nikmat untuk dibalas dengan pelukan juga. Ibu yang usianya hampir menginjak 60-an. Ibu yang menyadarkan saya, usianya su­ dah semakin berkurang. Sudah tua bagi saya yang belum menikah. Ehm. Hal yang membuka relung hati saya yang dikatakan ibu dan tentu saya per­ caya karena ibu mengutipnya dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa

Sallam. Sabda yang berbunyi dalam H.R. Muslim: Tutuplah pintu-pintu, dan sebut­ lah nama Allah ketika menutupnya, kare­ na setan tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang terbuat dari kulit binatang) dan bejana-bejana kalian (untuk masa sekarang, seperti lemari, bu­ pet, kulkas, dan lainnya) sambil menye­ but nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampulampu kalian. Tentu hadis di atas terstruktur rapi ka­ rena dikutip langsung. Saya pikir, untuk pembelajaran kita sekalian dan sebagai kelengkapan informasi. Saya perlu me­ nyempurnakannya dengan kembali me­ nulisnya sesuai hadis yang tertulis pada buku yang disarankan ibu saya. Demi menimbulkan efek puitis mencer­ na hadis tersebut, saya menyelaminya dengan cara seperti memahami puisi. Merasakan tenaga kata-kata yang dikata­ kan penyair Joko Pinurbo, Selamat menu­ naikan ibadah puisi. Selamat menjalani ibadah puasa. Semoga, ramadan tahun depan masih ditemani ibu, bukan ditema­ ni yang lain. Amin. n Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Pendiri dan Relawan di Kamar Baca Pembatas Buku di Makassar.


cerpen

identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

Mengapa Orang Rindu Setelah Bermimpi? Oleh : M. Palaloi

MANUSIA memiliki fase perjalanan hidup yang panjang, membuatnya me­ nemukan hal-hal baru di setiap momen tertentu, orang-orang baru, teman baru, sahabat begitu pun cinta. Bagi seseorang yang mengindahkan persahabatan mere­ ka akan mencari sahabat. Bagi seseorang yang mengindahkan cinta, mereka akan mencari seorang kekasih, dan ada pula yang tak mengindahkan dua-duanya. Namun, tak jarang orang akan melepas keduanya : cinta dan persahabatan, sece­ pat ia mendapatkannya dan sesulit apapun Ia menemukannya. Karena cinta baginya hanya momen tertentu saja, semuanya akan hilang oleh ruang dan waktu. Dalam beberapa waktu lalu, Ree sem­ pat mengenal seseorang lelaki. Tidak. Se­ benarnya ia belum pantas menyebutnya ‘telah mengenal’. Lelaki itu hanya kebetu­ lan saja Ia temui. Seandainya saja bukan karena sebuah praktikum kuliah umum Ia tentu saja tidak akan pernah melihat lelaki itu. Kalau pun pernah, hanya lantaran di jalan, pertemuan itu akan sama tidak be­ rartinya dengan menemukan koin di ten­ gah jalan. Selain itu lelaki tersebut hanya seorang koordinator asisten di golongannya, Ia bertemu di pintu laboratorium saja tiap akan masuk praktikum. Sebagai koordina­ tor, lelaki itu akan mengabsen tiap prak­ tikan, selebihnya asisten lain yang akan memeriksa kelengkapan praktikan; tugas pendahuluan, kartu kontrol yang sudah acc, dan lainnya. Praktikan yang tidak lengkap akan di­ tahan atau bahkan tidak diperkenankan masuk lab bila tidak memenuhi aturan yang diberikan. Ree, pernah bermasalah, tapi bukan karena tidak lengkap, tapi ka­ rena ia gagal respon. Ia sudah tahu, prak­ tikan yang gagal respon harus menghadap koordinator golongan untuk diberikan kebijakan. Di momen itulah Ree bertemu dengan lelaki itu. “Saya tidak perlu banyak tanya untuk menemukan alasan kenapa kamu gagal respon. Saya sudah berpengalaman dan jawabannya hanya satu. Kamu tidak sung­ guh-sungguh mengikuti praktikum ini” Kata lelaki itu sembari menghentikan keti­ kannya di keyboard komputer. Ia menatap tajam mata Ree. Ree memilih diam. Lagi pula meskipun Ia bicara dan membela diri tetap saja Ia salah. Sebenarnya Ree takut, selama tiga minggu praktikum Ia belum pernah melihat lelaki itu tersenyum. Mu­ kanya selalu saja datar dan bicara seper­ lunya. “Saya mau tahu, kenapa kamu ikut praktikum ini?” “Karena wajib, Kak.” Ree menjawabnya polos. Ia memang masih polos, seperti ma­ hasiswa baru lainnya yang mengikuti ke­ las praktikum. “Saya sebenarnya kasihan pada orangorang; mahasiswa, kebanyakan Ia melaku­ kan sesuatu hanya karena sebuah aturan, bukan karena Ia benar menginginkan­ nya. Termasuk praktikum ini, seandainya bukan karena nilai, kamu tidak mungkin mengikuti praktikum ini. Maksud saya,

13

puisi Spasi

Oleh : Abdul Wahab Tak Tahu mau menyebutmu apa? Awalnya kau datang sebagai tanda hubung, i­ngin menjadikan kita suku kata yang utuh meski dipisah baris Ambisi yang sangat besar merasuki mu Kau berfikiran untuk menjadi susunan kalimat yang indah Dengan menjadi tanda pisah, kau telah me­ netapkan semuanya, kita harus berakhir di kota yang kau sebut kalimat penutup.. Kau lupa bahwa kita telah berjalan bersama dari kata pengantar Karena kau bukan titik Maka jangan pernah memaksa ku untuk berhenti mengikutimu mu

ILUSTRASI/IRMAYANA

mengapa seseorang tidak mencoba untuk mendapatkan ilmunya.” Ree meminta maaf. Ia berusaha bicara, supaya Ia tetap diperkenankan mengikuti praktikum. “Kamu tidak usah minta maaf. Itu tidak akan mengubah aturan. Gagal respon berarti gagal percobaan. Tiga kali gagal sama dengan gagal lab! Kamu su­ dah tahu itu. Minta maaf saja pada orang tuamu. Dia yang menyekolahkanmu. Se­ harusnya kamu belajar dengan baik.” Ree tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis. Takut. Kesempatan untuk gagal ke depannya masih besar. “Kenapa kamu menangis. Saya kurang suka melihat pe­ rempuan menangis.” Ree memohon di­ berikan kebijakan tapi lelaki itu diam dan me­lanjutkan urusannya dengan komputer. Ree masih menangis. Sepertinya tidak ada lagi harapan. Ia membuka pintu dan me­ milih unuk keluar. “Baik. Saya akan mem­ berimu kesempatan.” Kata lelaki itu. Ia memberikan buku pada Ree. Sebuah novel. “Novel ini adalah novel filsafat. Kara­ ngan Jostein Gaarder. Kamu bisa memba­ canya. Kita akan bertemu minggu depan. Kamu harus menjelaskan apa yang kamu dapat dari buku ini. Buku itu cukup sulit, tapi paling tidak kamu akan tahu menga­ pa kamu harus hidup begitu pula mati. Ini adalah tugas pengganti!” Sebelum hari perjanjian tiba, Ree ter­ nyata lebih dulu jatuh cinta dari pada per­ temuan yang akan ia tuntaskan. Bukan jatuh cinta, tapi rasa kagum pada lelaki itu. Ree menemukan sisi peduli dalam le­ laki itu selain sikapnya yang abstrak, datar dan susah ditebak.Waktu itu, pertemuan tidak hanya berlangsung saat Ree ga­ gal respon, tapi juga saat Ree kehujanan, menunggu bus di halte hendak pulang ke rumah. Tiba-tiba saja ia melihat laki-laki itu, tepat berada di sampingnya. “Bukankah kamu Ree? Kamu basah. Saya ada jaket.” Lelaki itu menaruh ja­ ketnya di tubuh Ree. Ree kaget diselingi rasa kagum seketika. “Tadi saya memin­ jamkanmu buku, takut buku saya ikut ba­ sah” lanjut lelaki itu. Bus belum datang. Mereka hanya ting­ gal berdua di halte. Diam. Sunyi. Lelaki itu memang pendiam dan sok misterius. Tapi

tiba-tiba lagi ia melontarkan suara.“Apa kamu tahu hujan kadang menjadi alasan mengapa seseorang jatuh cinta. Karena kenapa? Ia selalu menyadarkan seseorang bahwa tak ada yang lebih hangat saat tu­ run hujan selain memiliki kekasih yang berada di samping kita. ”Ree pura-pura tidak tahu maksudnya. Memang tidak tahu. Jatuh cinta? Bagaima­ na mungkin seseorang jatuh cinta begitu cepat. Kecuali bila alasannya karena Ree cantik. Tapi tidak mungkin. Meskipun Ree memang cantik. Hujan reda dan bus belum juga datang. Lelaki itu pergi dan mengambil motor­ nya di samping halte. “Naiklah, saya akan mengantarmu pulang. Sepertinya bus tidak akan datang.” Bus memang tidak datang waktu itu. Untung saja Ree ikut dengan lelaki itu. Kekaguman yang sempat hilang akhirnya datang lagi. “Terima kasih telah mengan­ tarku pulang,” Kata Ree sambil mengelu­ arkan jaket yang dipakainya tadi. “Pakai saja, mungkin kau butuh saat besok besok turun hujan lagi.” Lelaki itu berlalu. Dan Ree merasa ada yang memasuki hatinya. Cinta? Mungkinkah? Hatinya bergetar. Ia tersenyum. Lelaki itu memang misterius dan tak sejahat yang ia kira. Hari praktikum datang lagi. Ada yang membuatnya berbeda dengan praktikum sebelumnya, mungkin Ia akan melihat lelaki itu dengan cara pandang yang ber­ beda saat Ia melihatnya di pintu lab. Tapi tidak. Ia tak pernah lagi melihat lelaki itu sampai minggu terakhir lab. Kata asisten, kordinatoor diganti karena yang sebe­ lumnya sedang penelitian di luar daerah. Ree belum sempat mengembalikan buku yang dipinjamkan lelaki itu. Juga jaket. Dan lebih dari itu, Ree belum sempat bi­ lang bahwa ia mencintai lelaki itu. *** Ree terbangun dari tidurnya. Ia me­ mimpikan lelaki itu. Perasaannya lemah dan ada sesuatu yang berusaha diingat. Mungkin. Ree merindukan lelaki itu. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas MIPA Program Studi Geofisika Angkatan 2012

Terkadang aku berhenti sejenak karena kau sebut dirimu tanda koma Kau juga bukan tanda seru, maka tidak sepantasnya kau menyuruhku memalingkan panda­ ngan ku dari mu Apalagi kau juga bukan tanda tanya, jadi jangan pernah tanyakan kenapa aku bisa sampai sejauh ini Kecuali kalau kau adalah tanda petik, maka silahkan sampaikan semuanya Dan jika benar kau hanya ingin hadir sebagai tulisan Maaf saja aku harus selalu menemanimu sampai akhir. Kau lupa yah? Jika tanpaku tak ada yang tertarik dengan mu Takkan ada yang siap membaca mu Apalagi sampai menyelami dalamnya makna mu Keniscayaan bahwa kita harus selalu bersama Meskipun menyatu denganmu tidak semudah meletakkan tanda baca sesuai tempatnya Jika setuju denganku, mari kita buat paragraf baru Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Sosial Ekonomi Perikanan Angkatan 2012

Ralat

Pada edisi awal Maret 2016 tertulis nama Ketua Program Studi Kepe­rawatan, Dr Aryanti Sakeh SKp MKes, harusnya Dr Aryanti Saleh SKp MKes

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.


14

identitas NO. 860| TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

cermin

Perempuan Oleh : Devika Saputri Tempat terindah untuk berlabuh adalah dihati dan pelukan perempuan INILAH catatan kecil yang ditinggalkan Maman Suherman dihalaman pertama bukunya peREmpuan dan baru saja saya tuntaskan. Perempuan memang identik dengan kasih sayang serta sikap lemah lembutnya. Perannya pun tidak sebatas hanya menjadi Ibu sekaligus madrasah pertama bagi anak-anaknya. Bercermin dari sejarah nasional, sejatinya peran perem­ puan dalam perjuangan kemerdekaan dan pendidikan tidak sedikit, diantaranya Cut Nya’ Dien, Cut Mutiah, Nyi Ageng Serang, Raden Dewi Sartika, Raden Ajeng Kartini dan perempuan lain. RA Kartini mendirikan sekolah untuk perempuan di Jepara dan kemudian di Rembang. Selanjutnya berdiri pula sekolah RA Kartini di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun dan Cirebon. Sementara Raden Dewi Sartika, berawal dari mengajar sanak keluarga terdekatnya

di belakang rumah sang ibu. Hingga Ia berhasil mendirikan Sakola Kautamaan Istri di Bandung, Garut, Majalengka dan Tasikmalaya. Dewasa ini, perempuan kerap dilihat hanya sebagai sesuatu yang dinilai secara fisik. Pada beberapa hal, panda­ngan ini nyatanya mampu mendegradasikan peranan dan identitas kaum hawa. Dampaknya kemudian, seabrek problem yang justru merugikan perempuan. Mulai masalah hak, peranan dan statusnya, hingga menjadi obyek eksploitasi, bahkan kekerasan. Belakangan kita dibuat bergidik de­ ngan berbagai pemberitaan tekait kasus kekerasan seksual yang menimpa pe­ rempuan. Tidak hanya pada mereka yang berusia dewasa, hal mengerikan ini, pun menimpa anak-anak. Tidak main-main, kekejian ini bahkan membuat korbannya meregang nyawa. Masih segar diingatan, kita dihentak dengan kasus pemerkosaan yang me­ nimpa Yeyen. Gadis muda usia empat belas tahun yang menjadi korban kekerasan seksual dan pembunuhan oleh empat belas pemuda dan tujuh diantaranya masih anak-anak. Juga kasus kekerasan pada seorang gadis Manado yang diperkosa oleh tujuh orang, atau Eno Parinah karyawati asal Banten yang sempat menggegerkan dunia maya, serta sederet kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengekor di belakangnya. Data Catatan Tahunan (Catahu) Komisi

Nasional Anti Kekerasan Terhadap Pe­ rempuan (Komnas Perempuan) memperlihatkan bahwa kasus kekerasan seksual semakin meningkatnya. Pada tahun yang sama, kasus gang rapel/ perkosaan kolektif pun mulai mencuat. Tahun ini, Catahu merilis jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan pada 2015 dengan jumlah 321.752 kasus, atau sekitar 881 kasus kekerasan terjadi setiap hari. Diantaranya kasus perkosaan sebanyak 72% atau sekitar dua ribu tiga ratus kasus, pencabulan 18% atau sebanyak enam ratus kasus, dan itu hanya terjadi pada ranah personal. Belum lagi kasus kekerasan pada ranah publik dan ranah negara. Pelaku kekerasannya pun lintas usia termasuk anak-anak. Direktur LSM Pembela Hak Perempuan Rifka Annisa, menemukan fakta bahwa kasus-kasus kekerasan ini terjadi akibat rape culture yakni pemahaman kaum lelaki yang merasa memiliki hak atas tubuh seorang perempuan. Hal ini lah yang seringkali terjadi, bahwa lelaki merasa memiliki hak atas tubuh kekasihnya, atau suami yang memiliki hak atas tubuh istrinya, atau ayah yang merasa memiliki hak atas tubuh anak perempuannya. Maka tak mengherankan bila kekerasan terhadap perempuan justru berasal dari orang-orang terdekatnya. Sayangnya, berbagai kekerasan terhadap perempuan termasuk kekerasan seksual hanya sedikit diantaranya yang melalui penanganan hukum. Kasus ini

cenderung ditutup-tutupi oleh korban karena dianggap sebagai aib. Melihat hal ini, nampaknya kita tak perlu repot membicarakan masalah ke­ setaraan lelaki dan perempuan. Rasanya menjadi hal yang sia-sia jika masalah kekerasan yang dialami perempuan adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, le­ bih-lebih dilaporkan. Dilahirkan sebagai seorang perempuan Indonesia yang terikat dengan norma serta budaya ketimuran dengan sejuta hal-hal tabu didalamnya memang bukanlah pilihan. Kaum hawa harus berlapang dada bila acap kali diidentikkan dengan pigura, pergaulan, peraduan dan pinggan. Di balik itu semua, ingatlah Islam begitu memuliakan perempuan sampai-sampai menjanjikan surga berada di bawah telapak kakinya. Atau ingatlah Riwa­ yat Hadis Bukhari dan Muslim tentang pernyataan nabi mengenai ibu, seorang perempuan. Namanya disebutkan bukan sekali, dua kali tetapi tiga kali. Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, lalu ayahmu.. Maka bagi kaum Adam, sebelum i­ngin melakukan hal yang buruk terhadap kaum hawa, ingatlah perempuan yang kau sayangi, Ibumu, atau saudara perempuanmu. n Penulis adalah Koordinator Liputan PK Identitas Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Lingkungan

ragam

Serba Serbi KKN Unhas MASA Kuliah Kerja Nyata (KKN) hanya sekali selama menjadi mahasiswa. Setelah lama belajar di bangku kuliah dan meneliti, mahasiswa dituntut untuk mengabdi pada masyarakat. Program KKN dimulai sejak 1971. Saat itu Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengamanatkan kepada Universitas Hasanuddin untuk menjadi poros pengab­ dian masyarakat di wilayah timur Indonesia. Hingga kini, program KKN terus berkembang. Setiap tahun ada tema-tema tertentu yang ditawarkan. Di Unhas sendiri sudah ada 93 gelombang mahasiswa yang turun mengabdi pada masyarakat. Setiap gelombangnya, banyak pilihan tempat yang ditawarkan. Khusus gelombang 93 ini, Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKN menawarkan beberapa jenis pengabdian. Ada KKN Tematik, KKN Reguler, KKN PPM Dikti, KKN Profesi Kesehatan dan KKN Internasional. Banyaknya pilihan tempat pengabdian ini terkadang membuat mahasiswa bi­ ngung. Misalnya saja Noviria Syifaun Nafsi. Mahasiswa Fakultas Pertanian ini, malah mendaftar di tiga program, yakni KKN Tematik Kebangsaan di Pulau Bangka Belitung, KKN internasional SUIJI Jepang dan KKN Reguler Kabupaten Enrekang. Novi, sapaan akrabnya mengatakan ia

memilih program KKN ini karena nanti­ nya mahasiswa yang berpartisipasi di dalamnya beragam tidak hanya dari satu fakultas saja. Perempuan berkacamata ini ingin memperluas jaringan pertemanannya dengan mahasiswa beda fakultas, universitas bahkan beda negara. Lain halnya dengan Dewi Asih Jaya Sukaltim. Meskipun juga berasal dari Fakultas Pertanian, ia malah memilih ikut Prog­ ram Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai (Upsus Pajale). Program yang berasal dari Kementrian Pertanian ini setara dengan KKN. Mahasiswa Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman ini melihat bahwa Upsus Pajale akan memberi pengalaman dan ilmu yang khusus pada dunia pertanian. “Di sini kami timbal balik. Petani beri kami ilmu dengan pengalaman, kami beri petani ilmu dengan pengetahuan,” ujarnya saat diwawancarai, Sabtu (18/6). Tak hanya itu, pilihan lain juga datang dari Lela Satriani Candra. Mahasiswa angkatan 2013 ini ingin mengabdi dalam KKN Tematik NKRI Poso. Ela, sapaan akrabnya merasa tertantang saat mengetahui ada program pengabdian di daerah itu. Mahasiswa Fakultas Kehutanan ini melihat jarang mahasiswa yang mau mengabdi di Poso karena dianggap sebagai daerah yang berbahaya. Namun pandangan itu, tak mengubah niatnya.

Nantinya, ia akan mewujudkan prog­ ram Green Way saat KKN. Dalam prog­ ram ini akan diadakan penanaman pohon peneduh di sepanjang jalan. Tapi, ia tetap melakukan survei lokasi terlebih dahulu. Ada lagi yang namanya KKN Profesi Kesehatanan. Merry Rhitsma, mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan mengikuti program ini. Ia merasa lewat KKN ini ia bisa bertemu dengan mahasiswa jurusan kesehatan lainnya. Selain itu juga bisa menjadi modal awal mahasiswa sebelum terjun ke dunia kerja yang sebenarnya. “Jadi di sini bisa jadi tempat awal untuk bekerja sama sebelum masuk ke dunia kerja nantinya,” ungkap Merry Rhistma, Jumat (29/4). Program KKN lainnya diminati oleh Astri Wulandari. Mahasiswa Jurusan Perikanan ini memilih KKN PPM Dikti yang diadakan di Kota Maros. Ia merasa program ini cocok dengan dirinya karena pelaksanaannya cepat setelah selesai final dan berakhir sepuluh hari sebelum lebaran. Dengan rentang waktu yang terbilang cepat, mahasiswa bisa fokus pada penyelesaian studinya. Selain itu, KKN ini sudah ada program kerja yang ingin dicapai. Sebagai mahasiswa, kita tinggal menyelesaikannya saja. “Saya mengajarkan bagaimana cara membudidayakan ikan lele mulai dari pem-

ILUSTRASI/IRMAYANA

benihan hingga manajemen pemberian pakannya,” katanya menjelaskan prog­ram kerja yang dilakukan, Sabtu (18/6). Menanggapi semua pilihan mahasiswa, M. Dahlan Abubakar selaku supervisior KKN mengatakan bahwa mahasiswa harusnya memilih tempat KKN sesuai dengan seleranya. Namun, butuh pertimbangan bagaimana kontur daerah yang dituju dan prodi mahasiswa tersebut. “Jika memilih KKN tematik harus dites terlebih dahulu. Reguler ditetapkan supervisior berdasarkan pemerataan prodi dan gender,” ujarnya, Minggu (19/6). n Rasmilawanti Rustam


kampusiana

identitas

NO. 860 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

Inaugurasi Keluarga Mahasiswa FMIPA

Musyawarah Kerja ini bertujuan untuk menentukan program kerja pengurus ha­ rian FDC periode 2016-2017. Harapan dari kegiatan ini agar FDC lebih dapat dikenal dengan program kerja yang akan dijalan­ kan. “Semoga program kerja tersebut bisa berguna bagi masyarakat dan ekosistem yang ada,” ungkap Asmaul Husna Asrum selaku Sekertaris Panitia, Ahad (29/5) (M04)

KELUARGA Mahasiswa Fakultas Matema­ tika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) adakan inaugurasi, Rabu (1/6). Bertempat di Baruga Andi Pangerang Pettarani Un­ has, kegiatan ini bertajuk “Untuk MIPA”. Hadir dalam kegiatan yakni Wakil Rek­ tor III, Dr Ir Abd Rasyid Jalil, MSi, Wakil Dekan III FMIPA, Dr Ilham Lantura, MSi, Ketua Maperwa, Ketua BEM dan Ketua Himpunan tiap jurusan. Selain acara pe­ ngukuhan, inaugurasi ini juga mementas­ kan tari tradisional, paduan suara, modern dance, tari kreasi, akustik, parodi dan puisi. Kegiatan ini diharapkan mampu mem­ besarkan nama FMIPA. “Semoga angka­ tan 2015 bisa membesarkan MIPA secara khusus dan Unhas secara umum,” tutur Muhammad Anugrah Ariansyah, selaku ketua panitia. (M05)

Rektor Unhas Tandatangani MoU Jaminan Kesehatan Bagi Mahasiswa

BADAN Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) adakan seminar di Hotel Clarion. Seminar ini dihadiri oleh Direktur Utama BPJS, Prof Dr dr Fachmi Idris, M Kes. Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pu­ lubuhu , MA serta dewan direksi BPJS serta para tim Unhas, dokter dan pegawai BPJS. Acara ini dirangkaikan dengan penan­ datanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama antara BPJS keseha­ tan dan Unhas terkait jaminan kesehatan bagi mahasiswa. Sesi selanjutnya, Direktur utama BPJS mengatakan bahwa rektor unhas adalah seorang pemimpin yang baik sangat ber­ peran aktif kepada para mahasiswanya dalam menjaga kesehatan. Selain itu perwakilan mahasiswa dari tiap fakultas diminta aktif mensosialisasi­ kan pengaplikasian kerjasama ini, agar bisa terlaksana dengan efektif. “Semoga dengan penandatanganan kerja sama ini bisa memberikan man­ faat yang baik dan bisa berjalan dengan sukses untuk diaplikasikan ke mahasiswa Unhas,” tutur Fahmi Idris. (M12)

Pelantikan Pengurus Baru UKM Tennis Lapangan

UNIT Kegiatan Mahasiswa Tennis Lapa­ ngan Mahasiswa (Utilma) mengadakan pelantikan pengurus baru priode 20162017, Rabu (1/6). Kegiatan berlangsung di Lapangan Tennis Unhas yang dihadiri oleh beberapa UKM. Adapun rentetan acara pelantikan yaitu pembukaan, sambutan Pembina yang di­ lanjukan dengan pelantikan pengurus oleh Awaluddin DM, SP MM mewakili Wakil Rek­ tor III Unhas dan penyerahan topi secara simbolis yang diakhiri dengan penutupan. Mashur Naufal Hamid sebagai Presiden baru Utilma berharap agar kedepanya Utilma dapat terus aktif dan mengukir prestasi untuk Unhas. Mahasiswa Fakul­ tas Ekonomi 2014 ini juga berharap Util­ ma dapat mengadakan kejuaraan Tennis khususnya di kota Makassar. “Saya ber­ harap Utilma dapat mengadakan event – event tenis khususnya di kota Makassar,” harapnya, Rabu (1/6). (M03)

Himsena Adakan Seminar Kebangsaan

HIMPUNAN Mahasiswa Sosial Ekonomi Peternakan (Himsena) Unhas bekerja sama dengan Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR) RI melalui Balai Senator menyelenggarakan Seminar Kebangsaan, Jumat (03/06). Kegiatan dengan tema “Re­ formulasi Perencanaan Pembangunan Nasional Model (GBHN)” ini dilaksanakan

15

BEM FMIPA Siarkan Peradaban Islam Melalui Sains

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Ujian: Peserta ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) mengerjakan soal dengan Computer Base Test (CBT) di ruangan Fakultas Kedokteran, Selasa (31/5). Tahun ini Unhas juga menjadi salah satu pelaksana ujian dengan menggunakan CBT.

di Aula Fakultas Kehutanan Unhas. Ketua Komite IV DPD RI Dr H Ajiep Padindang, SE MM selaku pemateri Peren­ canaan Pembangunan Berskala Nasional Model GBHN dan guru besar Fakultas Per­ tanian Unhas Prof Dr Ir Darmawan Sal­ man, MS yang menjelaskan Sejarah dan Teori Perkembangan Perencanaan. Risman Sudarmaji selaku mahasiswa peternakan sekaligus penanggung jawab kegiatan mengatakan seminar ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa. “Semoga semua peserta dapat menarik hasil dengar pendapat dan dapat menam­ bah pengetahuan seputar perencanaan pembangunan di Indonesia,” tutur Ris­ man. (M21)

Aldi Akbar Terpilih Sebagai Ketua Baru Misekta

MAHASISWA Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (Misekta) Unhas adakan pemi­ lihan ketua baru, Jumat-Sabtu (03-04/06). Pemilihan tersebut merupakan rangkaian kegiatan Musyawarah Tahunan (Musta) XXXVI yang bertempat di Pelataran Per­ tanian. Kegiatan ini mengangkat tema “Menjaga Konsistensi Berlembaga di Te­ ngah Runtuhnya Moral Kader dalam Bingkai Kekeluargaan”. Tahun ini calon ketua berasal dari ang­ katan 2014, Amaliah Asdar sebagai calon ketua nomor urut 1 diikuti Aldi Akbar no­ mor urut 2. Hasil perolehan suara Sabtu (04/06) memenangkan nomor urut dua dengan perolehan 55 suara dari 95 pe­ milih dan nomor urut satu memperoleh 35 suara, 5 suara tidak sah. Try Putra Harianzah selaku Badan Pe­ ngawas dan Pemeriksa (Bapper) meng­ harapkan dengan terpilihnya Aldi sebagai ketua baru dapat melanjutkan roda kepe­ mimpinan Misekta “Lahirnya kader Misek­ ta yang mampu memimpin lembaga seba­ gai pelanjut roda organisasi guna mencapai tujuan organisasi” tutur Try. (M21)

Musyawarah Luar Biasa UKM Menulis Fakultas Ilmu Budaya

UNIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Menu­ lis Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Bu­ daya (KMFIB) Unhas adakan Musyawarah Luar Biasa (Muslub) di Ruang Maperwa Fakultas Sastra, Sabtu (4/6). Muslub di­ hadiri oleh masing-masing Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) selingkup Fakultas Ilmu Budaya. Dalam Muslub ini dibahas Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga (AD/ART) UKM Menulis, penomoran anggota baru dan pemilihan ketua umum. Kegiatan ini dilakukan karena hasil kong­ res membekukan sementara UKM Menulis, sehingga diambil alih oleh Maperwa dan merekomendasikan agar ada perwakilan dari Komisi Konstitusi yang bertindak sebagai Pelaksana Antar Waktu (PAW). UKM yang terbentuk berdasarkan SK Terbit Tanggal 3 Mei 2006 ini sempat vakum tahun 2007-2008. Bentuk kegiatan berupa Pener­ bitan Buletin Kareba setiap sebulan sekali maupun diskusi mengenai kepenulisan. Hasil musyawarah ini memutuskan Abdul Munib Sulotungke sebagai ketua terpilih. “Semoga UKM Menulis tidak vakum lagi, dan semoga kepenulisan maupun roda kepengurusan UKM ini terus berlanjut” tu­ tur Inar sapaan akrabnya. (M21)

LK II BEM FK Berharap Lahirkan “Monster” Peradaban

BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Unhas mengadakan Latihan Kepemimpinan tingkat II (LK II). Kegiatan yang mengangkat tema “Kon­ solidasi dan Rekonsiliasi Lembaga Kema­ hasiswaan” bertujuan untuk membentuk mahasiswa agar lebih aktif dalam kegia­ tan-kegiatan organisasi. Sebanyak 34 peserta dari berbagai fakultas mengikuti karantina di Gedung Puskadik, Kamis-Ahad (26-29/5). Peserta LK II telah menjalani beberapa tahapan yakni pendaftaran, screening, seleksi esai, technical meeting, hingga akhirnya di­ karantina. Dalam karantina para peserta akan mendapat berbagai pemaparan ma­ teri dalam bentuk diskusi. “Setelah mengikuti kegiatan ini, semoga para peserta bisa menjadi penggerak di organisasi-organisasi yang telah layu, dan kami harapkan mereka dapat menjadi monster-monster peradaban untuk masa depan” ujar Muhammad Syahrial, selaku ketua panitia, Ahad (29/5). (M04)

FDC Gelar Musker XV

SETELAH melantik pengurus harian pe­ riode 2016-2017, Senin (16/05). Fishe­ries Diving Club (FDC) menggelar Musyawa­ rah Kerja (Musker) XV, Sabtu-Ahad (2829/05). Bertempat di Tanjung Bayang Makassar, kegiatan ini dibuka langsung oleh Dewan Selam FDC Unhas, Fadhli In­ sani Ihsan.

BADAN Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) adakan Seminar Islam Akbar (SIAR) dengan tema “Rekonstruksi Sains & Teknologi dalam Membangun Peradaban Islam” bertempat di Auditorium Prof Ami­ ruddin Unhas, Kamis (26/05). Hadir dalam seminar yakni Wakil Dekan III FMIPA Un­ has, Dr Andi Ilham Latunra MSc. Seminar ini diikuti oleh 169 peserta dengan menghadirkan tiga pemateri yaitu Ustadz Muhammad Ikhwan Abdul Jalil, Lc MHi dengan materi Sejarah Sains dan Ilmu Pengetahuan, Prof Ir Muslim Salam, Ir PhD selaku Guru Besar Ekonomi Pembangunan Pedesaan Fakultas Perta­ nian Unhas dengan materi Kontribusi Is­ lam Terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi, dan Prof Dahlan Tahir Msc dengan materi Memajukan Sains dan Teknologi dengan Semangat Islam. Latar belakang dari kegiatan ini yakni era modern ini kemunduran islam da­ pat dilihat dari kurangnya peneliti muda muslim yang mengkaji dari Alquran jus­ tru kebanyakan berkiblat ke dunia barat yang mana mereka memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan. Ketua Panitia Muhammad Yasin menga­ takan kegiatan ini bertujuan untuk mem­ bangun peradaban islam melalui sains dan teknologi, “Kami dari panitia sendiri melihat kondisi pemuda dalam hal ini ma­ hasiswa, khususnya sebagai calon saintis muslim yang lupa akan jati dirinya sehing­ ga diangkatlah tema ini,” ujarnya. (M06)

ISMKI Gelar National Multi Development Project

IKATAN Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) realisasikan program kerja National Multi Development Project (NMDP) di Auditorium Rumah Sakit Un­ has, Kamis (26/05). NMDP kali ini akan diadakan di Fakultas Kedokteran Unhas dengan mengusung tema “Leading With Integrity To Precede The Sense of Humanity” akan berlangsung selama empat hari, Kamis-Ahad (26-29/5). Kegiatan ini se­ cara resmi dibuka oleh Prof dr Muham­ mad Nasrum Massi, PhD selaku Wakil De­ kan III Fakultas Kedokteran Unhas. Pada hari pertama kegiatan ini dimulai dengan pembukaan dan keesokan hari­ nya Workshop Gerakan Kampus Menga­ wali Generasi dengan pemateri Dr dr Sitti Maisuri T. Chalid, Sp.OG (K) dari Kemen­ terian Kesehatan. Kemudian Sabtu (28/5) akan dilakukan riset dan Baksos oleh pe­ serta di Pulai Lakkang dan di hari terakhir yakni Ahad (29/30) pemberian materi oleh Suster Rabiah (Suster Apung) dan Dr Ananto (Pelopor Gerakan Bidadari) yang dilanjutkan pameran komunitas. Kegiatan ini bertujuan mencetak ma­ hasiswa yang benar-benar sadar dengan perannya sebagai agen perubahan. “Kare­ na kepedulian terhadap kesehatan bukan hanya milik dokter perawat saja, tapi juga milik orang yang peduli akan nasib bang­ sa ini”, ujar Muhammad Auliyah Fadly selaku ketua panitia, Kamis (26/5). (M06)


16

identitas NO. 860| TAHUN XLII | EDISI AWAL JUNI 2016

lintas jejak langkah

Setia Menjaga Penyu

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

SIAPA yang tidak mengenal penyu? Sat­ wa ini banyak ditemukan di pantai pada malam hari saat menguburkan telurnya. Perilaku meninggalkan telur tersebut membuat tingkat kelahiran penyu se­ makin menurun dan teran­ cam punah. Sebab ba­nyak predator alam bahkan te­ lurnya diburu oleh manusia. Tertarik me­ nyelamatkan dari kepunahan, Dr Risma Illa Mau­ lany MNatResSt aktif meneliti pe­ nyu. Penelitian ini dilakukan se­ lama mengemban studinya hingga strata tiga. Ber­ jumpa dengan Wa­ kil Dekan I Fakultas Kehutanan ini cukup mudah. Sebab akse­ sori penyu meme­ nuhi mobil dan rua­ ngannya. Risma, sapaan akrabnya awalnya terarik dengan kura-kura laut ini saat mengikuti Kursus Inventarisasi Flora Fauna di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Saat itu, ia dan dua orang kawannya masih menjadi mahasiswa minat Konservasi di Fakultas Kehutanan Unhas. Selama kursus, dosen mata kuliah

Ekologi Umum ini belajar cara me­ ngukur populasi satwa dan ikut patroli penyu bersama penjaga taman nasional yang lebih dikenal dengan sebutan ja­ gawana. “Sejak saat itu saya tertarik meneliti pe­ nyu, menunggu di malam hari menjadi tantangan tersendiri,” katanya saat dite­ mui, Senin (30/5). Berkat ketertarikannya terhadap he­ wan vertebrata ini, Risma berhasil me­ raih gelar Sarjana Kehutanan. Hal yang unik memang, mengingat penyu seba­ gai satwa yang hidup di laut dijadikan penelitian oleh mahasiswa kehutanan. Alasannya, keberadaan penyu di Taman Nasional yang hampir punah, berkenaan dengan peminatan konservasi yang saat itu digeluti Risma. Penelitiannya itu mengenai “Populasi Penyu di Taman Nasional Alas Purwo. Dalam penelitiannya, ibu satu anak ini melihat jejak dari empat spesies penyu, yaitu Penyu Lekang, Penyu Hijau, Penyu Sisik dan Penyu Belimbing. Untuk menga­ mati populasi penyu ini, ia membutuhkan waktu satu tahun. Seusai meraih gelar sarjana, penyu membawanya mendapatkan beasiswa magister. Dosen kelahiran 1977 ini lan­ jut belajar di University of Queensland, Australia. Pada masa studinya di Aus­ tralia, ia kembali fokus meneliti satwa yang hanya ada tujuh spesies di dunia ini. Dengan penelitian “Variasi Pemilihan Sarang dan Manajemen Kontribusi Kon­ servasi Penyu” ia berhasil meraih gelar

Master of Natural Resource. Semua pe­ nelitiannya dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo. Lima tahun kemudian, Risma kem­ bali lagi bergelut dengan studi doktor. Selama dua tahun, dosen yang gemar berwirausaha ini meneliti bagaimana kondisi sarang terutama temperatur mampu mempengaruhi kualitas anak penyu, tukik. Selain itu, ia aktif menjadi pembicara kegiatan konservasi penyu seperti yang diadakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan dan Taman Nasional Takabonerate. Pernah juga me­ ngadakan Kuliah Umum mengenai Kon­ servasi Penyu bersama Bali Sea Turtel. Tak kalah memperihatinkan adalah ke­ biasaan masyarakat mengonsumsi telur penyu. “Konservasi juga soal bagaimana kita mampu menyadarkan masyarakat di sekitar. Penyu ini satwa yang teran­ cam punah, jadi tidak boleh dikonsumsi,” ujarnya. Kedepannya, si peneliti penyu ini ber­ encana menciptakan alat pengusir bia­ wak yang aman, sehingga telur penyu aman di sarangnya. Selain itu, ia juga ingin meneliti penyu-penyu yang ada di Pulau Selayar. “Melestarikan itu dimulai dari diri sendiri saja. Kurangi penggunaan plastik yang utama. Penyu Belimbing itu kan ma­ kannya ubur-ubur, terkadang ia terkecoh sama plastik di laut dan itu bisa mem­ buatnya mati,” ujarnya menutup perbin­ cangan. n Fransiska Sabu Wolor

Jadi Imam di Negeri Paman Sam

SELAIN menjadi aktif menjadi hafiz, le­ laki yang satu ini juga terpilih menjadi imam di salah satu masjid di New York, Amerika. Dialah Azizul Hakim Mansyur, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Awalnya mahasiswa angkatan 2014 ini, mengikuti seleksi di Pesantren Darul Istiqamah yang diperuntukkan bagi hafiz-hafiz di pesantren tersebut pada ta­ hun 2015. “Hasilnya baru keluar tahun ini dan al­ hamdulillah saya lolos bersama dengan pimpinan Hafiz Darul Istiqamah,” ujar mahasiswa kelahiran Jakarta, 9 April 1996 tersebut, Kamis (28/04). Ketika diwawancarai di Sekretariat PK identitas, mahasiswa jurusan ilmu ko­ munikasi ini pun menceritakan pengala­ mannya. Masuk di pesantren memang merupakan keinginannya sejak kecil, setelah termotivasi oleh seniornya yang juga menjadi seorang hafiz. “Jadi ketika orang-orang sibuk tes masuk Sekolah Menengah Pertama, saya santai saja ka­ rena niatnya saya memang mau masuk pesantren,” ujar lelaki yang gemar ber­ main bola ini. Rupanya pilihannya tersebut kini mem­ buahkan hasil yang baik. Disana, ia tak hanya belajar menghapal Al-qur’an, me­ lainkan juga belajar menjadi imam. Sejak kelas tiga Tsanawiah ia telah diamanah­

kan menjadi imam. “Pesantren sering mengirim saya ke Bone dan Maros untuk jadi imam selama Ramadan, tiga tahun belakangan saya jadi imam di Makassar,” jelas anak ketiga dari 4 bersaudara tersebut. Meskipun menjadi imam di Makassar, ia lebih memilih untuk tinggal di masjid ketimbang tinggal dirumahnya “Ketika tinggal di masjid, setelah sholat saya bisa sharing bersama jamaah, dengan cara itu juga hapalan Alqur’an saya bisa terjaga,” ujarnya. Didikan tegas dalam tuntunan agama diterima dari orang tuanya sejak kecil, rupanya alasan ia selalu dekat dengan Alqur’an. Meski begitu, lelaki yang aktif di LDM Al Aqso Unhas ini lebih memilih masuk Unhas ketimbang mendaftar di kampus berbasis Islam. Hal itu dilaku­ kannya agar bisa lebih mengembangkan diri. Selama menjadi mahasiswa pun ia juga aktif organisasi. Sekarang menjabat sebagai ketua Komunitas Mahasiswa Pencinta Alquran di LDM Al Aqso Unhas, Gubernur Assossiasi Lembaga Alqur’an Mahasiswa Nasional wilayah SulawesiSelatan dan pengurus Ikatan Mahasiswa Bidikmisi Unhas. Meski dituntut dengan berbagai ke­ sibukan, rupanya lelaki yang lahir dua

puluh tahun lalu ini mampu mengatur jadwalnya hingga ia merasa sama sekali tidak sibuk. “Magrib dan Isya itu saya tidak bisa diganggu karena saya dimasjid, setelah isya saya mengajar privat di Antang. Saya mengajar mengaji dan tajwid juga meng­ hapal Alqur’an,” ujarnya Selain kemampuan manajemen waktu yang dimilikinya, hal yang membuatnya seperti sekarang dipengaruhi oleh prin­ sip hidupnya ‘paksa diri sebelum menye­ sal’. Tekad dan rencana konsisten diraih meski banyak halangan. “Jadi harus me­ maksa diri berusaha agar tidak menyesal” tutur lelaki yang pernah menjadi juara I MTQ Unhas. Tidak mengherankan jika ia berusaha menjalankan amanah sebagai imam, hafiz, mahasiswa dan pengurus organisasi. Cita-citanya bisa tetap mendakwahkan Alquran dengan cara melakukan aktivi­ tas-aktivitas yang dekat dengan Alquran. Baginya kitab suci umat muslim itu, bisa membawanya ketempat mana saja yang diinginkannya. “Saya tetap percaya diri dan optimis, kalau memang ini jalan yang diberikan Allah saya akan jalani,” tutup lelaki yang berencana membuat Unit Kegiatan Ma­ hasiswa Alqur’an di Unhas. n Khusnul Fadilah

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.