Identitas Awal Mei 2016

Page 1

identitas

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat


2

identitas

wall facebook

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

tajuk

karikatur

Selamat pagi civitas akademika. Belakangan ini marak beredar sms penipuan mengatasnamakan wakil rektor, dekan maupun wakil dekan. Motifnya beragam seperti seminar MEA, namun sebelumnya harus transfer uang hingga jutaan rupiah. Bagaimana tanggapan Anda? Apakah Anda termasuk salah satu korban?

Kemana Arah Pendidikan Kita KH Dewantara dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional. Dua Mei adalah harilahirnya yang tiap tahun disebut sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sejak di bangku sekolah dasar telah terbangun sistem yang kurang tepat. Guru hanya memperhatikan siswa siswi yang berprestasi saja misalnya. Sehingga terjadi kesenjangan, yang pintar semakin pintar dan bodoh bertambah bodoh. Bukannya pendidikan kita untuk mencerdaskan bangsa ini? lantas jika yang bodoh semakin bodoh apakah tujuan itu tercapai? Demikian halnya dengan pemberian beasiswa bagi mereka yang cerdas saja. Jika kurang mampu pun harus cerdas terlebih dahulu. Tak hanya soal beasiswa saja, bahkan siswa yang nakal dan bodoh banyak yang di drop out. Pendidikan saat ini meminggirkan mereka yang bodoh dan hanya mementingkan yang cerdas saja. Belum lagi pendidikan tinggi saat ini tersulap menjadi tempat bisnis yang hanya berorientasi laba. Seperti lupa akan tugas utamanya dengan alibi mencari dana untuk kepentingan pendidikan itu sendiri. Semua berlomba menjadikan institusi penghasil produk semata, hal yang dianggap bermanfaat jika hanya menghasilkan uang. Mahasiswa hanya digenjot untuk terus mengharumkan nama kampus dengan berbagai macam event nasional dan internasional. Mengatur kurikulum sedemikian rupa agar mahasiswa cepat meraih gelar sarjana dan menganak tirikan lembaga mahasiswa yang hanya dianggap pembuat onar dan hanya tahu menentang penguasa. Karena mencari sumber pendapatan yang banyak, akhirnya berdampak pada kenaikan tarif dimna-mana. Seperti asrama mahasiswa, pajak kantin dan gedung yang kemudian tibatiba berbayar. Ditambah lagi sisitem Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang ternyata beranak cucu. Lantaran mahasiswa pada akhirnya juga harus menggelontorkan banyak biaya tambahan karena anggaran untuk praktek lapang misalnya. Segelintir contoh liberalisasi pendidikan tadi hanya sebagian dampak yng kini mulai tampak dan harus menjadi kekhawatiran kita bersama. Universitas yang kini membatasi rakyat miskin mengenyam pendidikan dengan menetapkan hanya 20% dari pendaftar yang bisa mendapat UKT golongan I dengan pembayaran lima ratus ribu. Sementara yang kita saksikan bersama kualita pendidikan kita tak layak dikatakan bagus. Dosen lebih mementingkan banyak proyek di luar sana ketimbang mengajar di kelas. Literatur yang tersedia di kampus sangat menyedihkan, laboratorium yang tak layak pakai hanyalah sejumput masalah yang terlihat. Lebih dalam, kampus ini sudah semakin jauh dari mencerdaskan kehidupan bangsa. n

KARIKATUR/SRI HADRIANA

dari redaksi

Ismaniar Ismail Saya pernah mendpt sms sprt itu... mrka mngatasnamakan direktur dan wakil direktur pasca unhas. Ktnya si penipu via sms dan tlpon sy d tunjuk pasca unhas utk mewakili seminar d jakarta yg d adakan dikti. Awalnya saya percaya krn sipenipu berbicara layaknya sprt direktur dgn logat makassar + bugis selain itu semua data ttg sy ditahu mulai dr almt rmh, judul tesis, nama pembimbing bahkan nama orang tua sekalipunn... jd saat itu dia meminta sy utk k atm ktnya utk memastikan apakah uang akomodasi yg d kirim unhas sdh masuk k rek saya atau tidak.. d situ saya mulai curigaaa, sy tdk k atm tp lngsung menghubungi bagian kominfoox pasca dan ternyata memang mrka penipu ulung.. banyakk sekaliimi alumni pasca yg menjadi korban bahkan ada beberapa yg sdh mentransfer uangg kpd penipu... Yg menjadi pertanyaaan, knp bisa si penipu itu tahu dgn sgt baik data ttg kitaa “alumni unhas”? Unhas juga perlu mewaspadai hal sprt itu, kasiann kan...sdh banyakk mahasiswa dan alumni yg jadi korbannya.. Ifz Menurut saya kak kasus ini termasuk pencemaran nama baik karena membawa nama dikti dan nama dekan fakultas yang bersangkuta. Jadi kasus ini sebaiknya di tindak lanjuti agar tidak ada lagi mahasiswa yang tertipu. Karena saya juga termasuk salah satu yang mendapat sms tersebut.

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Foto Bersama: Peserta Diklat Jurnalistik ke 42 Penerbitan Kampus identitas berfoto bersama kru dan senior identitas usai pelatihan di Lec Atira Antang, Minggu (1/5). Selain dari Unhas, peserta juga berasal dari luar yaknidari Komando Militer VII wirabuana, Universitas Haluoleo, serta beberapa universitas di Makassar.

Selamat Datang Penerus

REGENARASI merupakan kewajiban bagi suatu organisasi. Para penerus memiliki tanggung jawab dalam pembaharuan tata susila organisasi dan penggantian generasi tua ke generasi muda. PK identitas pun memiliki tanggung jawab serupa. Kami baru saja menyelesaikan pelatihan dasar jurnalistik identitas yang rutin diadakan setiap tahunnya, kali ini dikhususkan untuk adik-adik magang identitas, tujuannya jelas, agar mereka terbiasa dengan kerja kewartawanan. Tidak sampai disitu saja, nyatannya tanggung jawab yang jauh lebih besar kini ada didepan mata. ‘Menyeret’ para penerus ini kedalam tim kami (identitas red) mengharuskan mereka melihat

keadaan redaksi yang sebenarnya. Kakunya redaksi yang menguras tenaga dan pikiran dijadikan candu oleh kru. Bersetia pada informasi dan mempertarungkannya di meja rapat, puluhan kepala dari disiplin ilmu berbeda untuk disatukan demi membenahi kampus merah ini. Bukan hanya para penerus yang perlu belajar, untuk setiap hari-hari di balik terbitan pun adalah sebuah pelajaran. Sembari mengurus para penerus, terbitan pun harus tetap berjalan terus. Kali ini kami menyapa pembaca dengan sajian berita mengenai transformasi dunia pendidikan di kampus merah dalam sajian laporan utama. n Selamat Membaca!

Nurias wah wah saya juga kena tuh.. untung saja langsung dikasih tau sama temen klo itu penipuan.Hampir mau menghadap ke ruangan dekan. Lol sekali, bikin malu saja -___-

sms inbox

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Akhmad Dani nKoordinator Liputan: Novianto Dwiputra Addi, Nur Alfianita N. nLitbang: Ermi Ulia Utami, Siti Atirah, Risky Wulandari nStaf Penyun­ting: Ramdha Mawaddha, Asmaul Husna Yasin, Fransiska Sabu Wolor nReporter: Khusnul Fadilah, Riyami, Nur Rismawati nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Kun Arfandi Akbar nArtistik dan Tata Letak: Radiah Annisa (Koordinator)nIklan/Promosi: Devika Saputri nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi xxxxxxxxxxxxxx Desain: xxxxxxxxxxxxxxxxxxx Layouter: xxxxxxxxxxxxxxxxx


wansus

identitas

NO. 858| TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Senjakala Media Cetak Menjamurnya media online saat ini membuat beberapa media cetak gulung tikar. Kecepatan sebuah media dalam menyajikan berita kian diminati. Hal ini membuat beberapa pembaca beralih dari media cetak. Para pengiklan pun ikut berpindah. Sampai kapankah media cetak akan bertahan? Inikah senjakala media cetak? Berikut petikan wawancara Reporter identitas Rasmilawanti Rustam dan Khusnul Fadilah bersama Anggota Dewan Pers, Henry Ch Bangun soal masa depan media cetak saat Diklat Dasar Jurnalistik 42 identitas, Minggu (1/5). 1. Bagaimana Anda melihat perkembangan media secara umum saat ini? Pada umumnya, ada dua kelompok media. Media yang dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen professional dan media yang memprioritaskan perkembangan

Sumber Daya Manusia. Media secara professional memiliki hubungan d e n g a n pihak lain, seperti memerhatikan pelanggan. Bagaimana supaya pelanggan itu loyal. Selain itu, wartawan harus ditingkatkan terus pengetahuannya. Diikutkan pelatihan, dikirim meliput. Jadi ada pengalaman dan berkembang. Wartawan yang meliput di luar, bergaul dengan orang luar. Beda dengan wartawan

data diri Nama : Hendry Ch Bangun Pendidikan : Lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia Tahun 1982 Jenjang Karir : Dewan Pers Wartawan Harian Warta Kota Jakarta Wartawan Kompas Organisasi : Forum Penyair Muda Dewan Kesenian Jakarta Karya : Kumpulan puisi Ken Mokar, Ikan Dalam Kaca Tango Kota Air Antologi Puisi 20 Penyair The Fifties (2009) Senandoeng Radja Ketjil (2010) Pangeran Katak dan Sang Putri (2011). Elegi Bagi Cinta

yang hanya ada di sini saja terus. 2. Berbicara soal pembaca, kini banyak media cetak yang tutup dan beralih ke media online. Bagaimana peralihan media cetak ke media online ? Jadi ada perusahanan yang sudah mengantisipasi. Lima tahun ganti komputer dan lain-lain. Media cetak masih tetap hidup. Tapi sudah tidak seperti sekarang. Orang ingin media lokal di media cetak. Dia punya kelebihan karena dekat dengan pembaca, cuma semakin berkurang. Untuk mengantisipasinya, gedung tidak perlu terlalu tinggi. Kalau kapasitas ekonominya mengecil, efisiensi itu kuncinya. Kalau begitu masih bisa untung dan masih hidup. 3. Selain, menampilkan konten yang berbeda. Menurut Anda, hal apa lagi yang harus dilakukan media cetak ? Jadi media cetak dan online kulturnya beda. Kalau cetak bisa santai, bisa tidur dulu baru nanti cari berita. Tetapi sekarang konvergensi. Sekarang kalau ke lapangan, wajib buat berita online dulu. Buat yang simple jika di lapangan. Begitu pulang, buat berita yang lengkap. Harus ada insentif untuk orang yang bekerja di dua media begitu. Jangan dia suruh bekerja tambah keras tapi tidak dikasih apa-apa. Dulu kita waktu wartawan, setiap ada berita online yang di kerja dapat bonus. 4. Melihat kondisi ini, apakah media cetak sekarang bisa disebut senjakala ? Sekarang laptop saja senjakala. Memang kemajuan teknologi itu bisa membuat semua senjakala. Sama dengan bisnis online. Pasar swalayan, sekarang bisa belanja online. Bukan cuma media yang senjakala. Oleh karena itu, seorang pemimpin media harus melihat lima sampai sepuluh tahun ke depan. Bagaimana supaya bisa bertahan, harus aktif. Update tiap hari. 5. Apa pertimbangannya media sampai saat ini masih aktif, padahal media online lebih simple dan menguntungkan ? Orang ingin media lokal di media cetak. Dia punya kelebihan karena dekat dengan pembaca, cuma semakin berkurang. Selain itu, pemilik dari media tersebut masih menginginkan koran tetap eksis dan tetap menjadi kebanggaan. Ia akan merasa ganjil jika suatu media tidak lagi menerbitkan koran. 6. Bagaimana dengan LPM di kampus yang kurang peminat, apakah ini juga tanda senjakala media cetak? identitas juga harus tau tanda-tanda zaman. Seperi online. lakukan sesuai perkembangan zaman. Kaitkan dengan blog-blog mahasiswa. Jadi setiap orang kirim tulisan pasti dimuat di identitas. Semua dikerahkan. Menurut saya dunia jurnalis itu penting bagi mahasiswa. Karena itu mampu berpikir teratur dan mencurahkan aspirasinya secara teratur. Penting. Keterampilan menulis itu bisa dilakukan di dunia jurnalistik. n

3

kronik Peringati Hardiknas, Mahasiswa Aksi Tolak Liberalisasi Pendidikan HARI Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati mahasiswa dengan aksi tolak liberalisasi pendidikan. Ribuan mahasiswa adakan long march menuju jembatan gantung Fly Over dan berakhir di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi-Selatan (DPRD Prov. Sulsel). Adapun bentuk aksi yakni orasi, pembacaan puisi, pembacaan sumpah mahasiswa dan aksi bakar ban di depang Gedung DPRD. Tak hanya massa dari Unhas, mahasiswa dari Univerisitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI), Universitas Muslim Indonesia (UMI), Politeknik dan STIM Pembangunan juga turut dalam aksi peringati Hardiknas. Mengatasnamakan Aliansi Radikal, demonstran memiliki enam tuntutan yang dibacakan di depan Gedung DPRD. Adapun tuntutannya yakni pencabutan UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, menghapuskan pemberlakuan jam malam di kampus, menolak segala bentuk kekerasan akademik dan intervensi kampus, menuntut adanya transparansi anggaran, menuntut kebebasan pers mahasiswa di kampus dan menolak segala bentuk militerisme pendidikan. Koordinator Lapangan, Muhammad Tarikh mengungkap ternyata mahasiswa masih memikirkan bangsanya. Kedepannya dari aksi ini aspirasi mahasiswa akan disampaikan oleh Ketua DPRD Provinsi Sulsel ke DPR RI. “Kita mau undang semua rektor di Makassar yang tergabung dalam Aliansi Radikal agar permasalahan bisa teratasi,” ucapnya. Sayangnya, Ketua DPRD tidak berada di tempat hanya diwakili oleh Kepala Bagian Humas Kesektariatan, Dra Syamsia, MM. “Saya apresiasi mahasiswa yang memperjuangkan pendidikan,” ujarnya, Senin (2/5). “Jika ingin bertemu dengan Ketua DPRD, pekan depan datang dalam bentuk unjuk rasa atau diskusi buat surat dan dijadwalkan audiensi,” Syamsia menambahkan. n

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Spanduk: Dua mahasiswi melintas jalan keluar Gedung Baruga AP Pettarani Unhas, Rabu (11/5). Spanduk beasiswa Djarum Beasiswa Plus dari salah satu perusahaan rokok kembali publikasikan informasi pendaftaran untuk ajaran 2016/2017.


4

opini

identitas

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

agenda Open Recruitment Hasanuddin English Community Hasanuddin English Community Waktu : 7 Mei 2016-05-02 Tempat : Gedung Ipteks lantai 1 Unhas CP :085398998717 (Azhar)

Laut dan Pesisir, Haruskah Direklamasi?

Japan Pop Festival Waktu : 6-8 Mei 2016-05-02 Tempat : Ballroom Clebes Convention Center Makassar CP : 085298367355 (Faldy) Launching Eage Hasanuddin University Geoscience Himpunan Mahasiswa Fisika Tema : “Explore Earth With Geoscience” Waktu : 7 Mei 2016-05-02 Tempat : Auditorium Prof Ahmad Amiruddin Unhas CP : 085241025078 (Octa) Paskah dan Baksos Persekutuan Doa Rimbawan Sulawesi Selatan Waktu : 4-8 Mei 2016 Tempat : Gereja Toraja Jemaat Imanuel, Pinrang CP : 0855394446672 (Elsy) Seminar Islam Akbar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Tema : “Rekonstruksi Sains dan Teknologi dalam Membangun Peradaban Islam” Waktu : 21 Mei 2016-05-02 Tempat : Gedung Baruga Andi Pangerang Pettarani Unhas Cp : 082337107378 (Akhwat) Festival Seni Bahari Himpunan Ilmu Kelautan Tema: Berkreasi dan Berkarya Diajang Kreativitas Seni Bahari Waktu : 8 Mei 2016 Tempat : Pelataran Gedung FIKP Unhas CP : 085256086609 (Ilham) Pagelaran Karya Seni Mahasiswa Unit Ke­giatan Mahasiswa Seni Tari Unhas Tema : “To Manurung Ri Bone” Waktu : 7 Mei 2016-05-02 Tempat : Gedung Baruga Andi Pangerang Pettarani Unhas Bulan Bakti Unit Kegiatan Mahasiswa Renang Unhas Waktu Pendaftaran : 30 April-8 Mei 2016 Technical Meeting : 8 Mei 2016-05-02 CP : 085299747713 (Tiffany)

Oleh : Prof. Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, ST, M.Fish.Sc

Di kota-kota besar, dalam menghadapi masalah laju pertumbuhan penduduk dan keterbatasan lahan, dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mengembangkan kota di dalam perut bumi atau mengembangkan kota dengan mereklamasi pantai. Dengan mempertimbangkan tantangan, maka reklamasi pantai sering menjadi pilihan dalam mengatasi kebutuhan lahan. Persoalan reklamasi di Indonesia sejauh ini menimbulkan pro dan kontra. Kondisi ini karena kurangnya pemahaman yang mendalam tentang reklamasi. Selain itu, karena masyarakat belum memperoleh informasi yang menyeluruh terkait manfaat reklamasi, sehingga masyarakat menyimpulkan reklamasi sebagai hal yang menakutkan dan mengerikan. Di satu sisi dampak positif reklamasi, daerah pemekaran kawasan menjadi daerah bernilai ekonomis tinggi. Disisi lain yang perlu diingat bahwa reklamasi adalah bentuk campur tangan manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu seimbang dinamis sehingga jika tidak diperhitungkan dengan matang akan melahirkan masalah ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan kerusakan lingkungan lainnya. Dan karena lahan reklamasi berada di daerah perairan, maka prediksi dan simulasi perubahan hidrodinamika saat pra, dalam masa pelaksanaan proyek dan pasca reklamasi serta sistem drainasenya juga harus diperhitungkan. Karena perubahan hidrodinamika dan buruknya sistem drainase ini yang biasanya berdampak negatif langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Tak hanya itu, kegiatan reklamasi juga dapat mengakibatkan perubahan sosial ekonomi seperti, kesulitan akses publik menuju pantai dan hilangnya mata pencaharian nelayan. Oleh karena itu, reklamasi harus dilakukan secara hati-hati dan berdasar pada pedoman yang ada dan dibutuhkan kerja sama sinergis dari semua komponen stakeholders. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 juncto Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 atas perubahan Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, mengamanatkan pasal 34 bahwa reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan untuk meningkatkan manfaat lingkungan dan sosial ekonomi. Jika hal pokok ini dilakukan, maka yakinlah reklamasi akan sangat bermanfaat dan berguna bagi masyarakat. Namun kenyataan berkata lain, banyak reklamasi yang berujung kerusakan lingkungan, pengusuran nelayan, dan penutupan akses pantai untuk masyarakat umum. Belajar Reklamasi dari Negara Maju Belanda yang secara geografis hampir separuh wilayahnya memiliki ketinggian kurang dari 1 meter di atas permukaan laut sehingga menjadi negara yang paling menakjubkan saat mereklamasi pantainya sejak abad ke 11. Belanda juga merupakan negara yang melakukan reklamasi besar-besaran pertama di dunia pada tahun 1970. Di berbagai bagian dunia lainnya pun seperti China, Jepang dan Korea Selatan, reklamasi telah lama dilakukan. Singapura, memperluas wilayahnya hingga 710 km persegi dan terus mereklamasi pantai mereka, sampai sekarang. Keberhasilan dalam pembangunan Changi Airport di atas lahan reklamasi menjadi bandara terpadat ke-4 di kawasan Asia Pasifik dan menjadi salah satu tujuan bisnis dan wisata utama dunia. Kini Singapura terus menambah kawasan perumahan, industri dan obyekobyek wisata dunia untuk menarik lebih banyak turis asing. Pariwisata Singapura menurut laporan Data Travel & Tourism Council telah menciptakan 310.500 lapangan pekerjaan pada 2015. Jepang dengan rekayasa teknologi telah

dari pembaca Sertifikat BCSS Hilang

TERIMA KASIH buat kru identitas yang telah memuat pertanyaan saya. Sertifikat Basic Character and Study Skill (BCSS) saya hilang, bagaimana cara menggantinya? Apakah dengan ikut BCSS ulang ataukah bisa di urus kembali? Mahasiswa Fakultas Kehutanan Angkatan 2013 Tanggapan: UNTUK sertifikat BCSS yang hilang bisa di urus kembali dan kepada mahasiswa yang bersangkutan, agar kiranya datang langsung ke ruangan Wakil Rektor III Dr. Ir.Abd Rasyid,M.si Wakil Rektor III

Disposisi Proposal Kegiatan Internasional

ASSALAMUALAIKUM saya ingin bertanya mengapa setiap saya memasukkan proposal kegiatan internasional tidak pernah didisposisi? Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2014 Tangapan: Setiap fakultas itu masing-masing punya kuota untuk pendisposisian proposal terkait kegiatan internasional. Dr. Ir.Abd Rasyid,M.si Wakil Rektor III

Biaya Tambahan untuk KKN Tematik

ASSALAMUALAIKUM, terima kasih telah memuat pertanyaan saya. Apakah KKN tematik dengan KKN reguler tetap membayar dengan jumlah pembayaran yang sama? Adakah biaya tambahan untuk KKN Tematik? Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2014 Tanggapan: PEMBAYARAN untuk KKN Reguler tidak ada tambahan, kalau tematik tergantung dari kerja samanya, biasanya jika ada bantuan dari berbagai pihak bisa tidak membayar. Sedangkan jika tidak ada bantuan, biasanya mengeluarkan biaya tambahan. Kamaluddin Staf UPT KKN

melakukan reklamasi untuk perluasan pelabuhan laut dan perluasan Bandara Internasional Kansai dengan panjang 4 km dan lebar 2,5 km. Uni Emirat Arab (UAE) menambah lahan dengan reklamasi sekitar 250 km persegi pantai kota Dubai. Pasca selesainya pembangunan pulau reklamasi, Palm Jumeirah tahun 2005, kontribusi pariwisata di area reklamasi ini memberi manfaat yang cukup besar khususnya sektor pariwisata dan industri retail. Reklamasi di Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Belanda maupun Dubai adalah pekerjaan besar yang telah melalui proses perencanaan dan dukungan studi dari berbagai aspek kajian dan tetap mempertimbangkan kajian berbagai dampak lainnya. Manajemen pelaksanaan pembangunan reklamasi di negara tersebut konsisten pada rencana yang telah dibuat, termasuk dalam pentahapan pembangunannya, dampak social, dampak lingkungan, dan dengan sentuhan pendekatan teknologi dan dukungan perekonomian yang kuat, serta penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Di Indonesia sendiri, sebanyak 319 kabupaten-kota yang berada di wilayah pesisir yang punya peranan strategis, selain menjadi pusat konsentrasi penduduk juga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, seperti perikanan, industri maritim, pariwisata bahari, perhubungan, jasa-jasa perdagangan serta permukiman. Contoh proyek reklamasi di Indonesia yang menuai pro kontra antara lain reklamasi laut Bali Benoa, reklamasi pantai utara Jakarta, reklamasi pantai utara Surabaya, reklamasi pantai utara Semarang dan reklamasi pantai Losari Makassar. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam reklamasi adalah menghasilkan area yang aman. Pertimbangan sebelum melakukan reklamasi meliputi pemanfaatan lahan, persyaratan keamanan, lingkungan, dan biaya. Sementara evaluasi dan monitoring perlu dilakukan secara ketat, kontinu, dan terpadu, untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. n Penulis adalah Guru Besar Ilmu Kelutan Unhas

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 089630868669 082343555654


civitas

identitas

NO. 858| TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Tersirat Protes Lewat Apresiasi Seni Seabrek persoalan kampus membuat mahasiswa tergerak. Apresiasi seni pun jadi wadah mengkritik.

T

eriakan terdengar dibalik tirai hitam, sosok lelaki perlahan berlari ke tengah panggung. Tangan kanannya memainkan microfon, dengan suara lantang ia berteriak. “Unhas go swasta, Unhas mulai pakai BH,” Sabtu (12/3). Penolakan status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) ini disampaiakan lewat inaugurasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Apresiasi seni yang digelar di Baruga Andi Pangerang Pettarani Unhas, ini tak hanya menampilkan hiburan semata. Lewat inaugurasi tersebut lebih jauh mereka ingin menyuarakan aspirasi akan persoalan kampus saat ini. Menilik kembali esensi inaugurasi yang awalnya digelar sekedar hiburan semata dan hedonis mahasiswa. Tapi sekarang menjadi wadah yang memiliki nilai tambah, seperti menyampaikan aspirasi mahasiswa yang kontra terhadap kebijakan yang semakin mencekik. Lewat panggung seni, mahasiswa mengangkat persoalan kampus, seperti larangan aktivitas malam, Uang Kuliah Tunggal (UKT) , serta status PTN-BH. Sama halnya dengan inagurasi Jurusan Fisioterapi yang mengangkata tema “Aru petembeha,” dalam bahasa Makassar berarti janji PTN-BH. Menurut Sekertaris Umum inagurasi, Rifka Utami Az-Zahra bahwa awalnya inagurasi ini hanya ingin ditampilkan seperti inagurasi pada umumnya, namun karena teguran dari senior tentang kosep inagurasi yang hanya membuang-buang dana dan tidak ada yang didapatkan dari kegiatan tersebut. Sehingga mereka terpaksa merombak konsep yang dibuat sebelumnya, yang kemudian mengangkat isu-isu terkini dan banyak dibicarakan oleh sivitas akdemik. “Jadi kita berharap supaya apa yang kita tampilkan dipahami juga oleh penonton, tidak hanya kita sekedar menghabiskan banyak uang,” ucap Rifka, senin (2/05). Selain itu, mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) turut mendukung konsep inaugurasi sebagai saluran aspirasi. Mengangkat tema Buku, Pesta dan Cinta ini beranggapan bahwa ketiganya tak dapat dipisahkan dari mahaasiswa. Untuk itu selain mengkritisi birokrasi kampus, juga mengkritisi mahasiswa yang semakin menganut hedonisme. “Melihat kenyataan mahasiwa yang kekinian, kurang peka, hanya suka berhura-hura, datang kekampus hanya lebih memperhatikan pakaiannya ketimbang kuliah,” tutur Muh Faudzan, Kamis(28/04). Semua item yang ditampilkan hampir berisi kritikan, dan yang paling mengena ada di tetrikal, drama musikal, genrang bulo. Teatrikal yang menyampai-

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Parodi: Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara Fisip Unhas dalam acara Humaniora day memainkan parodi yang menampilkan karakter seorang mahasiswa kepada pihak birokrasi. Kegiatan berlangsung di Gedung Baruga AP Pettarani Unhas,Rabu (27/4). Kritikan mahasiswa tidak hanya disampaikan melalui aksi tapi juga dalam pentas seni.

kan pesan bahwa mahasiswa jangan mau ditindas, citra mahasiswa selalu rusak karena oknum yang bertindak anarkis. Karena kita tahu bahwa sangat jarang pihak birokrasi yang menyaksikan inaugurasi ini secara keseluruhan. Untuk itu kami Menyelipkan tetrikal di awal sehingga mereka dapat menyaksikannya. “Inovasi perjuangan lewat inagurasi dianggap sangat efektif karena kegiatan ini menjadi wajib untuk dihadiri oleh wakil dekan masing-masing fakultas,” lanjut Faudzan. Inagurasi biasanya dihadiri oleh ketua jurusan, Wakil Dekan (WD) III, kepala biro kemahasiswaan. Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan melangsungkan inaugurasi dengan nama Go Fiesta juga menyampaikan banyak aspirasi. Dengan mengusung tema “Praktik konspirasi problema demokrasi” mengkritik demokrasi yang mulai tercederai. Steering kegiatan, Afdal Karim mengemukakan bahwa demokrasi yang di agung-agungkan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, seharusnya konsep demokrasi memihak pada rakyat namun semua itu hanya simbolis belaka. “Kami menyampaikan pesan-pesan lewat gerakan seperti Dance modern, perkusi, tari tradisional,

akustik band dan teatrikal,” jelasnya, Selasa (26/04). Seperti WD III FISIP, Dr Rahmat Muhammad yang sering menghadiri inaugurasi mahasiswanya. Menurutnya ada pergeseran cara mahasiswa merangkai inagurasi. Jika dulunya hanya sekedar menghibur dan sekarang sudah mulai bergeser, dimana tetap ada nuansa hiburannya. Tapi disisi lain jika kita jelih melihanya ada pesan moral yang ingin disampaikan. “Di sini tempatnya anak-anak untuk menunjukkan kreativitasnya mereka lewat inagurasi, panggung seni tempat mereka memasukkan ide-ide dan kita juga dapat menikmati walau sebenarnya kita tepuk tangan dan tanpa sadar bahwa kitalah yang sebenarnya di kritik oleh mereka,” papar Rahmat, Kamis (28/4). WD III Fakultas Kedokteran, Prof Dr MUH Narsum Massi Ph D menanggapi positif. Menurutnya ini merupakan sesuatu yang bagus karena seni adalah salah satu media untuk mengungkapkan perasaan, tetapi degan menyatukan cara-cara yang lain dan sangat Inovatif. “Saya kira karena lewat seni sehingga mereka bisa menikmati kedua-duanya karena secara tidak disadari kita juga menikmati pesan tersembunyi dari itu yang mereka selipkan di inagurasi,” jelasnya, Selasa (2/5). n M26/Ask

5

akademika Majukan Bangsa Tak Harus dengan Pendidikan Formal ROHANA Kudus lahir di Kota Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 20 Desember 1884. Ayahnya bernama Mohammad Rasjad Maharadja sedangkan ibunya bernama Kiam. Ia merupakan kakak tiri dari Sutan Sjahrir, perdana menteri pertama di Indonesia. Ayahnya menikah dengan ibu Syahrir setelah ibunya meninggal. Ia juga merupakan sepupu KH Agus Salim. Bahkan penyair terkenal Chairil anwar adalah keponakannya. Meski memiliki keluarga yang cukup terkenal, tak banyak yang tahu sosok perempuan dengan nama asli Siti Rohana. Padahal ia patut disebut sebagai pahlawan nasional atas dedikasinya dalam mencerdaskan bangsa utamanya untuk kaum peremuan. Pada usia yang masih sangat muda yaitu delapan tahun, ia sudah berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya untuk mengajari teman-teman sebayanya. Mulai dari membaca, menulis dan berbagai keterampilan lainnya. Namun ia melakukannya dengan sembunyisembunyi. Rohana, menguasai berbagai bahasa seperti bahasa Belanda, Arab, Latin, dan Arab Melayu. Meski tak pernah merasakan pendidikan formal tapi ia mampu menguasai semua hal itu hanya dengan belajar dari berbagai bacaan dan koran yang dibawa ayahnya dari kantor. Di usia 24 tahun, ia menikah dengan Abdul kudus. Inilah mengapa ia juga dikenal dengan nama Rohana Kudus Pada 11 Februari 1911 ia mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia. Sekolah khusus perempuan dimana ia mengajarkan baca tulis, budi pekerti, pendidikan agama, dan bahasa Belanda. Ia terus mengajar meski harus menghadapi hujatan dari lingkungan sosialnya baik dari pemuka adat maupun masyarakat sekitarnya. Selain itu, karena kepandaiannya ia mendapat tawaran mengajar di sekolah Dharma Putra. Disini ia tak hanya mengajar perempuan namun juga laki-laki. Ia mengajar mata pelajaran agama, budi pekerti, bahasa Belanda, politik, sastra, dan teknik menulis jurnalistik. Sepanjang hidupnya ia habiskan dengan belajar dan mengajar. Tak hanya aktif mengajar, ia pun sering menulis puisi maupun artikel. Tuturnya yang setara dengan orang berpendidikan tinggi serta memiliki wawasan luas membuat ia banyak dikenal oleh para petinggi Belanda. Berita perjuangannya yang luar biasa ini pun ditulis dalam surat kabar terkemuka di Belanda. Keinginan untuk berbagi kisah tentang perjuangannya untuk memajukan perempuan ditunjang dengan kemampuan untuk menulis pun melatarbelakangi terbitnya Surat Kabar Sunting Melayu pada tanggal 10 Juli 1912. Soenting berarti perempuan. Sunting Melayu sendiri merupakan surat kabar perempuan pertama di Indonesia. Mulai dari pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya seorang perempuan. Karya-karya jurnalistiknya pun tak hanya itu, ia pernah memimpin surat kabar perempuan bergerak, menjadi redaktur Surat Kabar Radio yang diterbitkan Cina Melayu di Padang juga karya lain seperti Surat Kabar Cahaja Sumatera, Saudara Hindia, serta Suara Koto Gadang. Tak hanya di Sumatera Barat, ia juga pernah menulis di beberapa surat kabar yang terbit di Jawa seperti Mojoahit, Guntur Bergerak dan Fajar Asia. Namun berkat mendirikan Sunting Melayu, pada 25 Agustus 1974, Rohana diberi gelar pelopor wartawan perempuan pertama di Sumatera Barat, dua tahun setelah ia meninggal dunia pada 17 Agustus 1972 di Jakarta. Tak hanya itu, penghargaan lain sebagai Perintis Pers Indonesia juga diberikan padanya pada hari pers nasional ke tiga, 9 Februari1987 dan pada tahun 2008 pemerintah Indonesia menganugerahkan bintang jasa utama. n Dikutip dari berbagai sumber Irmayana


6

rampai

identitas

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Dokter Spesialis Lapangan Hijau

FOTO-FOTO: DOKUMEN PRIBADI

Siapa bilang dokter hanya tau mengobati? Mahasiswa Kedokteran Unhas membuktikan bahwa mereka juga bisa berprestasi dalam sepak bola. MAHASISWA Fakultas Kedokteran selalu diidentikkan dengan jadwal kuliah dan laboratorium yang padat. Tak hanya itu, banyak yang menganggap bahwa mahasiswa kedokteran hanya disibukkan dengan belajar. Anggapan tersebut ternyata tak sepenuhnya benar, pasalnya salah satu ekstrakurikuler di Fakultas Kedokteran Unhas yakni Hipocrates Football Club (HFC) tetap eksis dan berprestasi ditengah kesibukan yang padat. Organisasi yang terbentuk pada 1989 ini menjadi perkumpulan mahasiswa kedokteran yang menyukai olahraga bola. Keberadaan HFC selama 27 tahun mematahkan anggapan bahwa mahasiswa kedokteran juga bisa berorganisasi, tak hanya belajar saja. Bergabung menjadi atlit di HFC sangat mudah, cukup mendaftar saat perekrutan anggota, mengikuti materi ruangan dan lapangan serta menjadi magang selama satu bulan. Setelah itu, penentuan lolos tidaknya ditentukan oleh jumlah kehadiran. Kebijakan ini ingin melihat keseriusan calon anggota. “HFC jangan hanya dianggap sebagai wadah olahraga saja, kita perlu tegas,” ujar Ketua HFC Muhammad Faizal Alkharizma, Selasa (3/5). Ia menambahkan bahwa dengan penegasan seperti itu diharapkan mampu menciptakan kader-kader yang nantinya mau mengurus organisasi. Bukan sekedar menjadi anggota. Organisasi yang terletak di Lantai 3 depan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran ini melakukan latihan setiap Senin, Selasa dan Kamis. Adapun pengurus dalam organisasi ini ada 31 orang yang terbagi dalam lima divisi. Ada Divisi Perlengkapan, Pendidikan dan Pelatihan, Dana dan Usaha, Hubungan Luar dan Kesekretarian. HFC hadir dengan segudang prestasi yang pernah diraih. Tercatat selama lima

tahun terakhir, organisasi ini mampu berkibar dalam Juara 1 HMI Cup 2010 seMakassar. Dua tahun kemudian, Juara 1 dan 3 Liga Futsal Poltekkes Daya Makassar, Juara 4 Liga Medika FK-UI Jakarta dan Juara 3 liga Unhas tahun 2012 se-Unhas. Pada 2013 pernah Juara 1 Liga Futsal Kedokteran Unhas 2013 se-mahasiswa Kedokteran Unhas, Juara 1 HMI Cup 2013 se-Makassar, Juara 3 Liga Medika FK-UI Jakarta 2013 se-Indonesia, Juara 2 Divisi I Liga Unhas tahun 2013 se-Unhas, Juara 1 Liga Futsal Regiona Medical Games Malang 2013 se-Indonesia. Setahun kemudian, HFC kembali menjadi Juara 1 Liga Medika FK-UI Jakarta 2014 se- Indonesia. Di Makasar, juara 1 dan 2 Liga Futsal World Health Day 2014, Juara 2 Divisi Utama Liga Unhas tahun 2014 se-Unhas, Juara 2 Futsal Mahasiswa Dies Natalis Unhas ke 58 se-Unhas dan Juara 2 Medical Futsal Competition 2014 FKM UNHAS. Pada 2015, ada Juara 2 Economic Futsal Challenge 2015 se-Unhas, Juara 1 Liga Medika FK-UI Jakarta 2015 se-Indonesia, Juara 1 Divisi Utama Liga Unhas tahun 2015 se- Unhas. Tahun ini, HFC menjuarai Lomba Economic Futsal Challenge 2016 se-Unhas, Liga Futsal Unhas 2016 dan Juara 3 liga Medika Fk-UI Jakarta 2016. Setiap bertanding, HFC dibiayai oleh fakultas. Namun, penginapan, akomodasi dan konsumsi ditanggung sendiri. Setiap kejuaraan di luar Makassar, ada 15 orang yang diberangkatkan untuk mewakili satu tim. Tetapi, jika lombanya di Makassar HFC menurunkan dua tim dalam setiap pertandingan. Sebelum mengirim delegasi, ada proses penyeleksian oleh pelatih HFC. Penilaian berdasarkan rajin tidaknya datang latihan, perkembangan dan kesiapan pemain. Sebelum berangkat bertanding pun HFC selalu mengundang tim dari fakultas

lain baik dari Unhas sendiri maupun dari kampus lain untuk melakukan pertandingan uji coba. Demi menjaga kejayaannya, HFC konsisten latihan rutin dua kali seminggu. Ketika dua bulan sebelum kegaiatan latihan bisa empat kali latihan dalam seminggu. Lalu, satu bulan sebelum kegiatan biasa latihannya setiap hari. Olehnya itu masing-masing angggota harus pintar bagi waktu. Tak hanya fokus terhadap prestasi, mempererat kekeluargaan dan solidaritas pun menjadi hal yang penting bagi

organisasi ini. Olehnya itu, kegiatan untuk mempererat kekeluargaan pun sering diadakan. Ada nonton bareng dan liburan bersama para anggota HFC. Di akhir pembicaraan, Faizal menegaskan bahwa organisasi dan kuliah harus mampu berjalan beriringan. “Organisasi ini bukan menjadikan kami pemain bola. Kita tetap jadi dokter, tapi perlu kita tahu bahwa kuliah sambil berproses di organisasi tidaklah merugikan,” kata Faizal menutup perbincangan. n Khusnul Fadilah


laporan utama

identitas NO. 858| TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016 identitas NO. 858| TAHUN XLII| EDISI AWAL MEI 2016

Transformasi Pendidikan Kampus Merah

Unhas telah berumur 59 tahun, perubahan status Unhas terjadi berulang kali akankah mempengaruhi kualitas pendidikannya?

D

alam pertemuan universitasuniversitas se-Asia Pasifik tahun 1990 merumuskan fungsi perguruan tinggi sebagai pelayan masyarakat melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Fungsi inilah yang menjadi tanggung jawab mahasiswa sebagai orang yang menuntut ilmu dalam perguruan tinggi. Tahun 1976 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr Syarif Thayeb kala itu menyerukan kepada mahasiswa agar menyadari tanggung jawab sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita bangsa dan pembinaan yang memiliki loyalitas serta integritas. Menurut John Henry Newman, universitas sebagai komunitas orang terpelajar memiliki tanggung jawab untuk melahirkan orang-orang yang dapat mengembangkan pikiran serta mampu menguak cakrawala kehidupan dan mendalami suatu masalah sampai ke akar persoalan. Universitas Hasanuddin telah berdiri sejak tahun 1947 yang lalu diresmikan pada tahun 1956. Fakultas Ekonomi merupakan fakultas pertama yang berdiri, dan merupakan cabang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Berdasarkan keputusan Letnan Jenderal Gubernur Pemerintah Hindia Belanda Nomor 127. Namun, selamat empat tahun Unhas sempat dibekukan karena

ketidakpastian dan kekacauan di Makassar. Kemudian Unhas dibuka kembali pada 7 Oktober 1953 di bawah pimpinan Prof. Drs. G.H.M. Riekerk. Berumur 59 tahun, Unhas tentu memiliki sejarah panjang pendidikan. Pendidikan yang awal diretas demi perkembangan akademik perlahan memiliki pergeseran status. Status Unhas awalnya, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Swadana. PTN Swadana diberlakukan karena timbulnya krisis di Indonesia pada tahun 1999. Menurut Pror Dr H Halide, Guru Besar Fakultas Ekonomis Unhas pada terbitan koran identitas nomor 496 awal Mei 1999 menyatakan universitas swadana berorientasi bisnis. Hal ini mengakibatkan kecenderungan untuk mementingkan pencarian keuntungan ketimbang mengurus akademik yang menjadi tanggung jawab utamanya. Tak jauh berbeda dengan PTN Swadana, tahun 2004 lahirlah PTN Badan Hukum Pendidikan (BHP). Status ini digagas oleh Forum Rektor Indonesia, karena pemerintah cenderung mengurangi subsidi pendidikan. Dengan adanya status baru yang diemban oleh Unhas membuat dosen tak lagi dibiayai oleh pemerintah. Pada 2008 lahirlah Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Yang tujuannya untuk mempermudah pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan pelayanan

pendidikan. Namun, kelahiran BHMN mendapat protes dari mahasiswa di hampir seluruh Indonesia karena dinilai adanya kecenderungan untuk mencari keuntungan. Kecenderungan untuk mencari keuntungan dapat dilihat pada Universitas Indonesia pada Tahun 2008. Selama pelaksanaan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang menjadi cikal bakal PTN BH yang kala itu, UI menduduki peringkat 278 dunia. Namun, pembiayaan ditarik dari mahasiswa berubah secara drastis hingga tiga kali. Selain itu, juga terjadi perubahan jalur masuknya mahasiswa baru untuk menutupi biaya operasional. Senada dengan Prof Dr H Halide, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo pada tahun 2008, mengungkapkan pengelolaan BHMN seharusnya tidak mendapatkan dana dari mahasiswa sampai membuat jalur khusus penerimaan mahasiswa baru. Hal ini disebut dengan komersialisasi pendidikan, dimana hanya orang yang memiliki uang yang dapat mengenyam pendidikan pada universitas berkualitas. Kini Unhas telah berstatus PTN BH atas mandat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen-Dikti). Konsep kerjasama dan pengembangan aset yang dimiliki Unhas dilakukan untuk memperoleh dana dalam menunjang kebutuhan pendanaan kampus. Selain itu, adanya pungutan dana dari pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan. n

7

7

bundel qAwal Mei 2012

Buku Ajar Sang Guru Besar Seorang guru besar memiliki tanggung jawab besar mulai dari penelitian berkala, mengajar, juga membuat buku. Hal ini diatur oleh Direktorat Jeneral Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti), dalam tiga tahun sekali seorang guru besar berkewajiban untuk membuat buku yang digunakan pada saat kuliah. Bukan hanya digunakan saat perkuliahan, buku ajar juga menjadi indikator kerja. Selain itu, publikasi bukunya pun harus ditingkatkan tiap tahunnya. Namun, tak semua guru besar Unhas melaksanakan aturan tersebut. Guru Besar Fakultas Farmasi Prof Dr Gemini Alam MSi Apt misalnya, ia merangkum buku luar negeri menjadi hand out. Lain lagi dengan Guru Besar Fakultas Pertanian Prof Dr Ir Elwakib Syam’un yang tak memiliki buku ajar yang dibuatnya sendiri, ia menggunakan buku karya koleganya di Unhas. Lain halnya dengan Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Prof Andi Iqbal Burhanuddin dengan inisiatifnya sendiri membuat buku. “Walaupun tak ada aturan yang menuliskan tentang aturan pembutan buku ajar oleh seorang guru besar, namun seharusnya seorang guru besar memiliki buku sendiri,� ujar Prof Dr Dadang Sumiaharja selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik. n

qAwal Mei 1999

Kurikulum Baru, Masalah Baru

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Diskusi Publik: Aliansi Unhas bersatu adakan diskusi publik yang berlangsung di koridor Fakultas Kehutanan, Selasa (26/4). Mahasiswa rutin mengadakan diskusi untuk kampanyekan penolakan status Unhas sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum

Unhas menerapkan kurikulum baru. Hal ini menyebabkan kesemrawutan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, karena adanya penghilangan beberapa mata kuliah. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan misalnya, terjadi penghilangan mata kuliah Sedimentologi, Antropologi, dan Sosiologi Masyarakat Pantai yang dianggap sebagai substansi dasar Ilmu Kelautan. Menurut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Dr M Tahir Kasnawi SU, kurikulum yang diterapkan di Unhas kurang mampu menjawab kebuntuan masyarakat. Selain itu tenaga pendidik tidak seimbang dengan kebutuhan mahasiswa. Mengenai kurikulum, Dekan Fakultas Ekonomi Dr H Djabir Hamzah MA angkat bicara, menurutnya kurikulum tidak boleh kaku, agar lebih berkembang. Dimana kurikulum di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sama, yang membedakan adalah muatan lokalnya. Lain halnya dengan Dekan Fakultas Kedokteran. Kurikulum yang diterapakan di Fakultas Kedokteran tidak mutlak yang diterapkan di Unhas. Namun, kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum nasional. n


8

8

identitas identitas

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016 NO. 858| TAHUN XLII| EDISI AWAL MEI 2016

laporan utama

PTN-BH, Akankah Pendidikan Terkomersialkan? Bagaimana nasib pendidikan pada status Unhas sebagai PTNBH?

“T

olak liberalisasi pendidikan” hal ini menjadi tuntutan mahasiswa pada aksi peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh 2 Mei lalu. Ribuan mahasiswa mengadakan aksi long march dari Kampus Unhas menuju Jembatan Gantung Fly Over dan berakhir di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bergabung bersama massa dari kampus lain. Lantas yang menjadi pertanyaan. Akankah pendidikan dikomersialkan atau diprivatisasi? Tentunya pertanyaan ini tak begitu saja muncul, banyak yang melatarbelakangi hal ini bisa terjadi. Berdasarkan kajian lembaga mahasiswa yakni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Hukum. Ada dua tinjauan untuk melihat keadaan pendidikan di masa PTNBH saat ini yakni uji formil dan uji materil. Pada uji formil, jelas Undang-Undang Perguruan Tinggi (UUPT) tidak mengacu pada aturan yang lebih tinggi yakni UUD 1945. Sedangkan uji materil pada ranah subtansi Badan Hukum Pendidikan dan UUPT sama yakni komersialisasi pendidikan dan hal ini tidak dibenarkan karena cacat hukum. “Kita melihat bahwa UU BHP dan UUPT substansinya sama yaitu komersisalisasi pendidikan. Pendidikan dijadikan komoditas. Inikan tidak boleh, norma yang

tadinya cacat hukum (UU BHP) kemudian dipakai kembali,” ujar Sainuddin dari BEM Hukum, Kamis (5/5). Tak jauh beda dengan kajian lembaga mahasiswa Fakultas Ilmu Matematika dan Alam (MIPA). Unhas bersatus PTNBH membuat kampus memiliki wewenang dalam penyelenggaran akademik maupun non akademik. Imbasnya pengelolaan kampus kurang lebih mirip dengan pengelolaan perusahaan. “Ketika kita menginisiasi dengan dunia pendidikan kita diarahkan ke dunia usaha. Bagaimana kita mengadakan pendidikan kritis, kalau pendidikan kita ke dunia usaha?” ujar Alam Saputra, Rabu (4/5). Pun dengan pasal 74 Ayat 1 dalam UU PT No. 12 Tahun 2012 yang berbunyi PTN wajib mencari dan menjaring calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu secara ekonomi dan calon mahasiswa dari daerah terdepan, terluar dan tertinggal untuk diterima paling sedikit 20 persen dari seluruh mahasiswa baru yang diterima dan tersebar di seluruh program studi. Pembatasan ini menurut Alam merupakan bentuk diskriminasi. “Artinya secara logika, orang kaya dan pintar pasti kuliah, orang kaya tapi bodoh kuliah, orang miskin tapi pintar, dia punya kuota 20 persen, pertanyaannya bagaimana orang yang kurang secara akademik dan finansial?” tambahnya. Sedangkan menurut ketua tim PTNBH Unhas, Prof Dedy Tikson, PhD mengatakan setelah perubahan status Unhas

Daftar UKT Mahasiswa Angkatan 2014 dan 2015 KETERANGAN: UKT 1 : 500.000

UKT II : 600.000

UKT III : 1.750.000

menjadi PTNBH belum ada perubahan yang mendasar terkait pendidikan Unhas. “Belum ada kebijakan-kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang sifatnya perubahan dengan yang lalu belum ada perubahan bisa dilihat oleh kita semua,” katanya. Menurutnya kuota mahasiswa miskin 20 persen tidak ada hubungan dengan jalur penerimaan Unhas. Memang Unhas mewajibkan minimal 20 persen. Namun, butuh tes untuk bisa menjadi mahasiswa Unhas. “Orang miskin boleh kuliah, tapi untuk masuk universitas tidak boleh sembarangan. Untuk yang miskin dia harus lulus dan diterima,” ujarnya. Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengatakan PTNBH tidak ada hubungannya dengan komersialisasi pendidikan. Unhas yang termasuk kategori PTN masih bergantung pada pemer-

UKT IV DAN BIDIK MISI: 2.400.000

UKT V : 5.000.000

intah. Hanya saja Unhas mempunyai hak otonomi terhadap penyelengaraan pendidikan. Seperti buka tutup program studi, penggunaan pendanaan non akademik yang tidak lagi terikat. Selain itu, rektor wanita pertama Unhas ini pun mengungkap kuota mahasiswa miskin wajib memenuhi 20 persen. “Itukan aturan dari Unhas minimal, justru menguntungkan,” tanggap Dwia. Sayangnya sejak Unhas mengusung PTNBH sejak 2014 lalu, aturan wajib kuota mahasiswa miskin ini belum memenuhi 20 persen. Menurut data yang kami peroleh hanya 18 persen mahasiswa angkatan 2014 yang memeroleh UKT 1 dan UKT II yakni 418 dan 684 mahasiswa. Sedangkan tahun 2015 menjadi 14 persen yakni 678 mahasiswa. n

Pendidikan, antara Harapan dan Hambatan Unhas memiliki cita-cita besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sayangnya angan dan kenyataan masih belum sejalan

P

endidikan adalah poin utama yang akan diperoleh ketika berada di sebuah universitas, sebagai tempat berkumpulnya orang-orang untuk mencari ilmu. Pendidikan akan melahirkan mahasiswa yang mengembangkan pikiran dan menjunjung tinggi kejujuran ilmiah yang bukan hanya sebagai penghafal, namun dapat mengaplikasikan ilmunya dengan baik. Untuk menghasilkan mahasiswa dengan kualitas yang baik diperlukan pendidikan dengan kualitas yang baik pula. Hal ini yang melatarbelakangi anggota Lingkar Advokasi Mahasiswa (LAW) Unhas melakukan riset tentang kualitas penyelenggaraan akademik yang dikeluarkan pada Maret 2016. Menurut Agung Gumilang salah satu tim riset LAW ada sembilan isu yang diriset dan diadvokasi. “Dengan adanya riset ini, diharapkan lembaga mahasiswa dapat memfasilitasi warganya mendapatkan hak dan tidak mengalami

kekerasan akademik,” ungkapnya, Senin (3/5). Dari hasil riset yang dilakukan oleh LAW terdapat lima hal utama yang menentukan kualitas pendidikan di Unhas. Hal tersebut yaitu dosen yang lebih memilih proyek, memberi nilai secara nepotisme, subjektifitas dalam pemberian nilai, membeli buku sebagai syarat mata kuliah, serta kontrak kuliah antara dosen dan mahasiswa tidak partisipatif. “Sebagai institusi pendidikan, Unhas seharusnya memberikan pemahaman yang menanamkan nilai-nilai, misalnya demokrasi. Namun yang terjadi nilai demokrasi tidak dapat dilaksanakan seperti partisipasi mahasiswa dalam menentukan kontrak kuliah,” tambah Agung. Senada dengan Agung, Andi Rewo Batara Wanti Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menyatakan pendidikan di Unhas masih perlu perbaikan. “Unhas perlu merumuskan sebuah sistem pendidikan yang baru, tenaga pendidik harus dapat memacu mahasiswa menjadi lebih produktif dan kontributif,” ungkapnya, Senin (3/5).

Ketua BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) Andi Muhammad Faiz Wahid juga angkat bicara. Lelaki yang biasa disapa Faiz ini menilai sistem pendidikan di Unhas tak dapat diukur baik dan buruknya. Sebagai seorang mahasiswa seharusnya mendapat pengajaran langsung dari dosen. “Dosen tidak boleh menjadi fasilitator saja, dan mengarah ke kontrak kuliah. Saya sepakat dengan Student Center Learning (SCL), namun dibutuhkan dosen yang cerdas untuk menerapkan sistem tersebut. Bagaimana dosen menghasilkan mahasiswa yang mandiri dan mampu berkreasi,” ujarnya, Jumat (6/5). Di lain sisi, beberapa dosen mengomentari hasil riset LAW. Dosen Antropologi Dr Muhammad Basir Said MA mengungkapkan penyelenggaraan pendidikan di Unhas berjalan dengan baik. Dengan sistem SCL, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan diri.“Berbeda dengan sistem sebelumnya, dimana mahasiswa hanya menunggu dorongan dari dosen” ungkapnya, Rabu (4/5). Lebih lanjut menurutnya dosen yang memiliki proyek seharusnya lebih men-

gutamakan status sebagai dosen dalam mengajar. “Seorang dosen memiliki tugas dan tanggung jawab. Jika terdapat dosen yang lebih mengutamakan proyek dibanding mengajar, sebaiknya diberi sanksi,” tambahnya. Dosen Jurusan Fisika FMIPA Eko Juarlin SSi MSi juga angkat bicara. Menurut Dosen Fisika Komputasi ini dosen proyek terjadi karena tidak adanya kegiatan yang dapat menunjang kinerja dosen, seperti fasilitas mendukung untuk melakukan riset. “Sebaiknya kampus menyediakan

Tim Lipsus: Koord. Laput:

Asmaul Husna Yasin Wadi Opsima

Anggota:

Fransiska Sabu Wolor Sriwidiah Rosalina Bst Rasmilawanti Irmayana Sri Hadriana Ayu Lestari


laporan utama

potret

identitas identitas

NO. 858| TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016 NO. 858| TAHUN XLII| EDISI AWAL MEI 2016

9

9

Tolak Liberalisasi Pendidikan dengan Iklim Akademik Ideal Sejak ditetapkan sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH), mahasiswa Unhas ramai-ramai berdiskusi dan menolak status ini karena ditakutkan akan terjadi liberalisasi pendidikan. Melihat hal ini, bagaimana peran universitas selanjutnya sebagai institusi pendidikan? Apakah pendidikan akan terciderai dengan status Unhas sebagai PTNBH? Berikut petikan wawancara Reporter identitas Fransiska Sabu Wolor bersama Dosen Jurusan Ilmu Politik Unhas, Endang Sari SIp MSi, Kamis (12/5) di Ruang Baca Jurusan Ilmu Politik Unhas. Bagaimana Anda melihat sistem pendidikan di Unhas saat ini ? Saya melihat Unhas sekarang sesuai visinya menuju World Class University yang kemudian akhirnya berimpact kepada kurikulum, kompetensi dari mahasiswa, harapan terhadap lulusan, peraturan-peraturan akademik. Semua itu berpengaruh pada aktivitas akademik, staf dosen, mahasiswa. Berbicara soal kurikulum, belakangan ini kurikulum ada perubahan lagi. Bagaimana Anda melihat hal ini ? Tentu perubahan kurikulum ini tidak efektif karena adanya perubahan itu pasti akan berpengaruh terhadap proses dalam kelas. Butuh penyesuaian jika ada penerapan itu, misalnya sudah lama kita jalani Student Centre Learning (SCL) itu kan proses perubahannya membutuhkan waktu dan hasilnya tidak maksimal. Idealnya kurikulum jangan sering diganti-ganti karena di tengah jalan akan mengalami kesusahan, tetapi jika penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya itu suatu hal yang positif. Namun, jika perubahan itu sangat jauh dari kurikulum sebelumnya itu butuh waktu dan proses lama. Apakah perubahan kurikulum ini sesuai dengan kondisi mahasiswa sekarang ? Sebenarnya, kampus itu tujuan utama sebagai proses pembelajaran di kampus yakni pembentukan cara berpikir dan karakter. Jadi, perlu ada iklim akademik yang memberikan kebebasan berpikir dan berekspresi. Kampus menjadi satusatunya wadah dimana kita berdialektika dan berselisih pendapat namun dalam ranah rasionalitas. Unhas ini sudah punya karakter sendiri, bisa dilihat dari alumni Unhas yang menjadi tokoh nasional. Misalnya saja, Jusuf Kalla, Abraham Samad dan tokoh lainnya. Mereka itu punya nyali membela sesuatu yang dianggapnya benar, ada karakter keras dalam dirinya. Terkait kebebasan berekspresi, beberapa kebijakan justru mengekang ranah berekspresi mahasiswa seperti larangan jam malam, larangan pengaderan. Bagaimana Anda melihat hal ini, bukankah secara tidak langsung iklim akademik dikekang? Itu dia yang saya jelaskan tadi, kampus harus memahami fungsinya bahwa tugasnya ialah untuk membentuk karakter dan cara berpikir mahasiswa. Ketika,

mahasiswa dikekang itu akan sangat berdampak saat ia keluar menjadi lulusan. Ia akan tetap terkekang, tidak kreatif dan hanya menjadi pekerja saja. Hal ini karena sejak kuliah ia tidak bebas. Kampus ini ruang dialektika, jika ada mahasiswa yang tidak setuju dengan kebijakan birokrat lakukanlah dialog ilmiah. Di sini tempatnya orang beragam pendapat, jika ada yang tidak setuju dan memberikan argumennya secara ilmiah kemudian yang membuat aturan memberikan argumen secara ilmiah juga disitulah warna dalam kampus. Jika ada peraturan dan 100 persen orang setuju itu harus kita pertanyakan, ada apa di balik setujunya semua orang? Adakah tekanan di dalamnya? Itu tadi jika dilihat dari segi kebijakan, lantas bagaimana dengan sisi pendidikan sendiri. Bagaimana Anda melihat ketakutan adanya liberalisasi pendidikan di Unhas saat berstatus PTN-BH ? Berbicara liberalisasi pendidikan, ada tiga indikator yang harus kita pahami. Pertama ialah kompetisi bebas, hal ini membiarkan para mahasiswa berkompetisi hanya dari sisi nilai semata tanpa melihat lainnya. Kemudian, yang dijadikan mahasiswa berprestasi hanya dilihat dari Indeks Prestasi Kuliah (IPK) dan cepatnya waktu kuliah. Selanjutnya, penyuplai tenaga kerja dan yang terakhir ialah reduksi peran negara dalam pembiayaan pendidikan. Unhas kan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), sebagai PTN jelas masih ada peran pemerintah dalam pendidikannya. Beda dengan Perguruan Tinggi Swasta yang siapa mampu dia silahkan masuk belajar di dalam. Di PTN, kita tidak boleh membatasi orang masuk jika kompetensinya memang memadai. Saya heran dengan pengurangan kuota SNMPTN dan penambahan jalur mandiri. Jika mendengar penjelasan Anda, berarti liberalisasi pendidikan itu sudah ada sebelum masuknya seseorang di PTN ? Liberalisasi pendidikan itu ada sejak 1998. Saat itu kondisi ketenagakerjaan Indonesia gagal bersaing pasca reformasi saat globalisasi. Indonesia tidak punya kualitas tenaga kerja. Sehingga ini berdampak pada tidak adanya tenaga kerja yang memiliki keahlian secara spesifik. Ketakutannya ialah ketika liberalisasi pendidikan ini masih ada maka kampus hanya jadi penyedia tenaga kerja.

Sekarang Unhas sudah berstatus PTN-BH dan indikasi liberalisasi pendidikan itu ada. Bagaimana solusi dari Anda baik untuk dosen ataupun mahasiswa ? Saya melihat iklim akademik, kebebasan berdiskusi dan berdialektika harus tetap ada. Kampus harus tetap jadi ranah dialektika karena alumni Unhas punya karakter. Alumni Unhas itu punya nyali, tekenal keras saat sesuatu yang tidak sesuai

idealismenya terjadi. Di kampus perbedaan itu biasa saja. Kampus harus mampu menjadi ibu yang memberi ruang, seperti arti almamater. Di sini tempat bertarungnya gagasan dan ide. Iklim akademik harus tetap sehat dan dijalankan oleh setiap orang. n

Endang Sari SIP MSi

data diri

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Tempat Tanggal Lahir : Watampone, 15 Oktober 1985 Alamat : Jl. Dg Rammang Griya Mulya Asri E4 Pekerjaan : Dosen Jurusan Ilmu Politik Unhas Karier : qPenyiar Radio Merkurius 2007-2009 qKoordinator Litbang IDEC 2010-sekarang Pengalaman Organisasi : qDivisi Politik Komite Nasional Pemuda Indonesia Sulawesi Selatan 2015 qKetua Alumni Pascasarjana Ilmu Politik Unhas 2016 qHimpunan Mahasiswa Ilmu Politik 2004-2006


10

civitas

identitas

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

koridor Catatan Seminar Internasional bertema “Reflections On The Condition Of Contemporary Indonesian Women” di Gedung Ipteks Unhas yang diadakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Minggu (24/04)

Refleksi Hari Kartini HARI Kartini yang jatuh pada 21 April dimaknai sebagai hari perjuangan perempuan di Indonesia. Hal itu dikarenakan Raden Ajeng Kartini yang dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional adalah sosok yang gigih memperjuangkan emansipasi perempuan. Berbicara tentang perempuan, tak lepas dari perannya yang terukir dalam sejarah. Sebelum tahun 1928 budaya patriarkhi di Indonesia memarginalkan perempuan. Sehingga pada tahun 1928 terdapat gerakan perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya. Hal ini ditandai dengan adanya kongres perempuan pertama di indonesia pada 22-25 Desember. Setelah adanya gerakan tersebut, tindakan kaum perempuan yang pertama adalah menanamkan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Maka lahirlah Sekolah Istri atau Sekolah Gadis pada 16 Januari 1904. Perkumpulan tersebut menjadi embrio penerbitan majalah dan surat kabar perempuan yang berfungsi sebagai pembangun kesadaran kaum perempuan yang masih terbuai dengan nina bobok budaya patriarki yang mengesampingkan peran dan kedudukan perempuan dalam rumah tangga dan perkawinan. Dengan munculnya majalah atau surat kabar tersebut, perempuan juga harus berusaha untuk menyampaikan pendapat dengan cara menulis. Laiknya Kartini, ia sering menyampaikan ide atau pendapatnya melalui surat kabar atau mengirim surat ke teman-temanya. Adanya artikel dalam surat kabar Poetri Mardika edisi Mei 1917 karya Koesoemo yang berjudul Sampai di manakah Kemadjoean Perempoean Boemi-Poetra membuktikan adanya usaha para pahlawan pendidikan perempuan di Indonesia mendapat keberhasilan yang besar dengan mampu mengubah pola pikir pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Kemudian pada tahun 1974 undang-undang perkawinan nomor I Tahun 1974 pun disahkan. Itulah yang digunakan oleh perempuan sebagai lisensi atau dasar hukum hak-hak perempuan Indonesia terkhusus dalam lingkungan keluarga dan perkawinan untuk menghapus diskriminasi seperti perkawinan dini, kawin paksa, poligami dan perceraian sepihak. Tak hanya itu, perempuan Indonesia berusaha menata diri dalam melakukan suatu gerakan dengan membuat organisasi-organisasi baik tingkat daerah maupun Nasional. Seperti, Wanita Oetomo, Poetri Merdeka, Keutamaan Isteri, Serikat Perempuan Islam Indonesia, Wanito Katolik, Poetri Indonesia dan masih banyak lagi. Itulah berbagai perjuangan yang dilakukan oleh perempuan dahulu untuk mendapatkan hak-haknya. Sehingga disahkannya undangundang pernikahan yang pro perempuan, men Semioga Hari Kartini menjadi ajang refelksi. Sudahkah perempuan-perempuan Indonesia secara merata mendapatkan haknya? Pertanyaan tersebut hendaknya dijawab dengan perbuatan. Semangat Kartini tak boleh begitu saja dihilangkan dari nurani. n Ayu Lestari

Cara Lama, Panggung Baru “Lagi, penipuan melalui pesan singkat yang mengatasnamakan birokrat terjadi, Sayangnya, hingga saat ini masih tidak ada langkah tegas dari birokrasi”

“A

ssalamualaikum. Malam, ini Bapak Dr Ir Abd Rasyid J (WR III Unhas). Undangan: Strategi Peningkatan dan Pengembangan PMW Berpotensial dalam Era MEA. Kepada Yth: Ruli Tim PMW 2016) bapak harap, ikut hadir untuk mendampingi tanggal 26-27 April di Hotel Ibis Jakarta. Bagi peserta mendapatkan akomodasi Rp 4 juta Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Harap telefon bagian keuangan sekarang” Itulah bunyi pesan singkat yang diterima oleh sebagian besar mahasiswa Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Dengan data peserta PMW yang tertempel, akses untuk menghubungi peserta pun rasanya menjadi hal yang mudah, jadilah marak beredar sms penipuan yang mengatasnamakan pihak birokrat. Hal inilah yang dikeluhkan oleh salah satu Mahasiswa Hukum yang tidak ingin disebutkan namanya, pada April lalu. Nyaris saja ia percaya isi pesan singkat yang menggiurkan itu. Kronologinya, Ruli (samaran, red) sedang berdiskusi di cafe bersama dengan teman-temannya. Di tengah-tengah diskusi, tiba-tiba ia mendapatkan pesan singkat yang mengatasnamakan Wakil Rektor III. Tanpa berfikir panjang, Ruli akhirnya menghubungi nomor tersebut. Ketika dituntun menuju ATM terdekat, Ia lalu menaruh curiga, alhasil uang yang diminta tidak jadi dikirimkannya. Meski awalnya Ruli percaya dengan sms tersebut karena datanya diketahui oleh penipu. Mulai dari tempat tinggal, nim dan yang terpenting nomor telefonnya. “Saya berharap birokrat tidak mencantumkan data mahasiswa di online,” harapnya, Sabtu (14/5). Sama halnya dengan salah satu Mahasiswa Peternakan, Ofir Tangkelangi, Ia nyaris mengirim uang kepada penipu. Ia bahkan sempat dipandu mencari ATM. Berhubung ATM milik Ofir merupakan ATM Bidik Misi maka ia meminjam kartu ATM milik sang tante. Belum sempat ia mengirimkan uang, setelah terlebih dahulu dicegah oleh sang tante yang merasa ada keganjilan. “Aneh saja, kita sebagai perwakilan seharusnya kan mendapatkan akomodasi, kok ini tanggung sendiri,” ujar Mahasiswa Angkatan 2013 ini, Sabtu (14/5) Dan setelah adanya mahasiswa yang melapor kepada birokrat. Akhirnya Ketua Pengurus PMW mengumumkan sms tipuan melalui portal kemahasiswaan. Hal ini diakui oleh ketua PMW Ir Ilham Jaya NN pengumuman PMW pada website Unhas dan kertas yang ditempelkan dilampirkan nomor telefon mahasiswa. Sehingga memudahkan pelaku penipuan untuk memanfaatkan database yang dibeberkan di online. “Supaya mereka bisa saling komunikasi, saya mau semua yang terlibat dalam program PMW, bisa bersinergi, konsultasi dan berdiskusi ber-

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Pesan Singkat: Terlihat isi pesan singkat dilayar handphone salah satu mahasiswa Unhas. Pesan penipuan ini diterima oleh mahasiswa Unhas yang lulus Program Wirausaha Mahasiswa dengan motif mengikuti seminar.

sama,” harapnya, Selasa (3/5). Lelaki yang akrab disapa Ilo ini, mengatakan bahwa pengalaman kali ini akan dijadikan pelajaran, pun sampai kali ini tidak ada korban yang mengalami kerugian, karena mahasiswa yang dikirimi sms langsung melapor ke bagian PMW. Oleh sebab itu pihak kemahasiswaan hanya memberikan peringatan via website unhas. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dr Ir Abd Rasyid J menghimbau agar mahasiswa tetap hati-hati dengan sms yang mengatasnamakan pemangku jabatan struktural. Ketika menerima pesan, diharapkan untuk segera mengonfirmasikannya kepada orang yang dicatut namanya itu. “Semua mahasiswa harus hati-hati, karena ini bukan modus yang baru. Segera cek dan klarifikasi,” himbaunya, Selasa (3/5). Penipuan berkedok SMS yang mengatasnamakan pihak birokrasi ini bukan modus baru lagi. Meski dari tahun ke tahun ada saja mahasiswa yang menjadi korban penipuan, sayangnya hingga saat ini belum ada langkah tegas dari pihak

birokrat. Tercatat, sudah beberapa kali mahasiswa Unhas terperdaya penipu yang bahkan mampu mengetahu data pribadi si korban dengan sangat detail ini. Identitas Edisi Awal November 2012 mencatat, NPH (inisial, red) mahasiswa yang mendapatkan sms undangan dari Dikti yang mengatasnamakan Esan Lamban sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Unhas. Kejadian ini lalu kembali terjadi, tercatat di Edisi Akhir Agustus 2015, Mahasiswa Fakultas Sastra, Muthia Syahidah dan seorang Mahasiswa Hukum angkatan 2013 Nurul Fauziah Ridwan telah tertipu masing-masing dua juta dan satu setengah juta rupiah. Muthia mengirim uang sejumlah dua juta rupiah. Tetapi, ia mengatasnamakan Wakil Dekan III Fakultas Sastra dengan panggilan mengikuti Seminar Nasional Dikti. Meski kembali terjadi, kali ini memang belum ada kerugian materi yang dialami, akankah tahun depan terjadi lagi? n Win/Vit


aksara

identitas

NO. 858| TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

11

Menyoal Hari Pendidikan Nasional

Oleh : Mukhammad Yusuf Kadir Pole MEI, bulan yang oleh kaum intelektual merupakan bulan refleksi dan evaluasi khususnya di bidang pendidikan. 2 Mei lalu, negeri ini, baru saja merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), di usia yang ke-70 tahunnya. Ada hal yang menarik jika kita membahas masalah pendidik dalam negeri khusunya mekanisme pendidikan secara nasional. Mari, menoleh sejenak kebelakang, Hardiknas merupakan hari yang diberikan kapada ‘Bapak Pendidikan Nasional’, Raden Mas Soewardi, atau yang lebih akrab disapa, Ki Hajar Dewantara, terhadap usaha beliau. Peringatan itu tepat pada tanggal lahir beliau. Dengan semboyan ‘Tut Wuri Handayani’ beliau berahasil memberikan karakter pendidikan dalam negeri yang tergambar jelas dalam UU No. 2 tahun 1989, dan UU No. 20 tahun 2003.

Dibalik Pagelaran Hardiknas

Undang-undang di atas menjelaskan tentang tujuan pendidikan nasional, untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang mendiri serta demokratis. Ketika berkaca pada kejadian yang tel-

ah terjadi selama setahun terakhir, maka kelihatanlah wajah suram pandidikan dalam negeri. Benar saja, dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015 jumlah pengangguran dalam negeri mencapai 7,65 juta. Angka ini meningkat sebanyak 320 ribu dari periode sebelumnya. Jumlah ini ditambah buruk dengan persetase hampir 46,5 persen nilai tesebut diisi oleh pelaku didik dalam negeri. Lebih jauh, anggaran APBN 2016 sebesar 49,2 triliun pada bidang pendidikan seharusnya dapat menjadi bagian pembangunan sektor pendidikan. Namun apa yang terjadi, mekanisme pendidikan yang dijalankan masih jauh dari harapan. Persentase kasus kriminalitas terhadap pelaku didik semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Ketua Dewan Pembinaan Komis Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Seto Mulyadi, ”Sistem pendidikan kita sudah salah, hal ini didasarkan dengan tingkat kekerasan yang dari tahun ke tahun meningkat pada bidang pendidikan” (Republika, 12/05/2014).

Sasaran Evaluasi

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mekanisme evaluasi dengan sangat jelas diteragkan pada pasal 57-59. Pada pasal 59 misalnya, dijelaskan bahwa “Masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat membentuk lembaga yang mandiri untuk melakukan evalusi.” Hal serupa jugalah yang dilakukan oleh sekitar 1000 mahasiswa Unhas, yang tegas menyerukan penolakan sistem liberalisasi dalam bidang pendidikan,

dalam Aksi damai yang dilakukan pada peringatan Hardiknas (Tribun Makassar, 2/05/2016). Enam tuntutan yang dilayangkan, cabut UU pendidikan tinggi, Tolak segala bentuk kekerasan akademik, tolak intervensi birokrasi kampus, jaminan trasparansi anggaran di kampus, tolak pelarangan aktivitas terhadap mahasiswa dan lembaga kemahasiswaan di kampus, jaminan kebebasan pars dalam dunia pendidikan, dan tolak militerisme dalam kampus (Tribun Makassar, 2/05/2016). Semua tuntutan di atas paling tidak menjadi sarana evaluasi yang dilakukan oleh organisasi terkait, khususnya mahasiswa. Pemberlakuan UU sistem pendidikan nasional, menjadi sasaran utama yang harus dievaluasi. Regulasi yang menjadi induk dari semua mekansime sistemik yang dilakukan dari pusat sampai kedaerah harus sesuai dengan tujuan dan cita-cita pendidikan nasional. Membentuk karakter yang luhur seperti termaktub jelas pada UU tersebut. Ada bebrapa hal yang perlu dievalusi menurut penulis. Pertama, keluaran dari pendidikan nasional. Akhir-akhir ini, sistem pendidikan nasional begitu banyak disoroti khususnya dalam mencetak para pelaku didik. Sistem pendidikan dilaksanakan ternyata jauh dari harapan dan tujuan pandidikan itu sendiri. Pembentukan karakter yang seharusnya diharapkan lahir dari sekolah atau kampus, malah mencetak generasi yang sebaliknya. Kasus begal, kenakalan remaja, tauran, hingga kekerasan dunia pendidikan semua adalah hasil pendidikan saat ini. Kedua, Kegagalan tenaga pengajar. Ba-

hasan ini mungkin bukan hal yang asing diperbincangkan. Sebab salah satu peran sentral untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional adalah pada tenaga pengajar. Tapi sayangnya, alih-alih memberikan peran dalam perwujudan tersebut, 38-43 persen tindakan kekerasan seksual malah terjadi di lingkungan intitusi pendidikan. Ketiga, Penerapan Sistem Pendidikan. Penerapan sistem pendidikan yang carut marut mungkin menjadi biang utama dari semua permasalah di sektor pendidikan yang saat ini telah menjadi PR besar para pengambil kebijakan. Sistem pendidikan yang semerawut, perlahan mulai memberikan efek yang sangat besar dalam penentuan kebijakan mekanisme pendidikan nasional. Lihat saja, bagaimana sistem pangelolahan anggaran jauh dari kata trasnparansi, bantuan pendidikan yang salah sasaran, pembangunan yang tidak merata, hingga yang kini marak diperbincangkan adalah swastanisasi pendidikan nasional. Akhirnya, cita-cita pendidikan nasional yang tergambar dengan jelas pada pembukaan UUD 1945 ‘Mencerdaskan kehidupan bangsa’ yang diproklamirkan setiap tahunnya, hanya akan menjadi khayalan belaka jika semua sektor dalam sistem pendidikan tidak dibenahi sesegera mungkin. Sampai pada akar atau sistem yang menjadi titik sentral masalah yang kini membelit. n Penulis adalah Mahasiswa Kedokteran Hewan Angkatan 2013, Anggota Lk-Uswah dan Anggota FLP-Ranting Unhas


12

iptek

identitas

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Terapi Komunikasi Nonverbal Yang paling penting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan –Peter F. Drucker DARI kutipan bapak manajemen modern itu, kita bisa menginterpretasi kalimat ‘mendengar apa yang tidak dikatakan,’ sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Jenis komunikasi ini, punya porsi penting dalam membantu komunikasi verbal. Melalui pemanfaatannya, setiap pribadi bisa lebih cermat mengambil kesimpulan terhadap apa yang dirasakan. Entah itu sebuah perasaan senang, sedih, benci, puas, ataupun macam perasaan lainnya. Tak dapat ditampik. Kekuatan komunikasi nonverbal pun telah merambah ke dunia manajemen pelayanan kesehatan. Pentingnya komunikasi ini, sudah semestinya membuat setiap rumah sakit berupaya memberikan servis primanya kepada kosumen. Komunikasi antara dokter dan pasien menjadi salah satu faktor optimalnya pelayanan kesehatan. Namun yang terjadi, terkadang dokter hanya sekadar mendengarkan keluhan pasien. Tanpa menindaklanjuti hal yang sebenarnya diharapkan oleh pasien. Akhirnya, terjadi ketidakseimbangan informasi yang bisa berakibat buruk pada kondisi pasien. Melihat fenomena tersebut, Dr Indrianty

ILUSTRASI/IRMAYANA

Sudirman, MSi tertarik meneliti pengaruh komunikasi nonverbal terhadap kepuasan dan kesehatan pasien. Menurutnya, dalam terapi pengobatan, komunikasi verbal memang berperan penting. Namun, verbal akan lebih efektif diterima jika didukung komunikasi nonverbal. Intinya bagaimana pasien menginterpretasi komunikasi verbalnya bergantung pada komunikasi nonverbalnya. “Penanganan pasien tidak cukup dengan memberi obat ataupun suntikan. Perlu adanya kejelasan komunikasi dokter-pasien,” tutur dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas ini. Dimulai sejak 2015 lalu, penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terhadap 420 pasien rawat inap di rumah sakit se-kota

Makassar. Variabel yang diteliti ada enam. Pertama, faktor artifak yang terkait dengan apa yang dikenakan dokter. Kedua, faktor haptik berupa sentuhan seperti mengelus-ngelus atau memegang anggota tubuh pasien. Ketiga, faktor ekspresi wajah dan kontak mata yang disebut kinesik. Keempat, durasi waktu yang cocok atau kronemik. Kelima, variabel proksemik yang berhubungan dengan ruang dan jarak komunikasi. Terakhir, variabel vokalik berupa cara, intonasi, dan kecepatan dalam berbicara. Hasilnya, dari enam variabel tersebut haptik menjadi komunikasi nonverbal yang paling berpengaruh pada kepuasan dan pemulihan kesehatan pasien. “Memang, seseorang yang misalnya mengalami patah tulang, bukan berarti langsung

sembuh ketika disentuh. Akan tetapi jika komunikasi ini berlangsung dengan baik, pasien dapat menyerap informasi dengan baik dan mengikuti anjuran dokter. Yang terpenting, pasien bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi jiwanya,” papar ahli manajemen pemasaran ini. Namun penulis buku Manajemen Strategi “Topik-Topik Riset” ini, menekankan bahwa ada beberapa aspek demografi pasien yang harus diperhatikan untuk menunjang keefektifan komunikasi nonverbal. Pertimbangan itu terdiri dari kelompok umur, jenis kelamin, ruang perawatan, suku, tingkat pendidikan, dan pekerjaan pasien. Dalam kurun waktu setahun, penelitian berbasis hibah unggulan perguruan tinggi ini sudah terpublikasi di Jurnal Internasional Scopus. Tidak hanya itu, hasilnya pun telah diseminarkan di Malaysia dan Dubai, serta meraih predikat Best Paper. Kedepannya, penelitian tersebut diharapkan bermanfaat untuk dunia pengobatan, terkhusus dalam pengelolaan pelayanan pasien. “Semoga penelitian ini dapat dimanfaatkan menjadi bentuk pelatihan atau buku ajar bagi para dokter dalam meningkatkan kemampuan komunikasinya,” harap direktur keuangan RSP Unhas ini, Rabu (27/4). n Sriwidiah Rosalina Bst

resensi

O, Lompatan Kisah Seekor Monyet Dunia itu berputar, semesta ini bulat. Seperti namamu, O –hal. 418. YA, buku ini berjudul O. Huruf ke-15 dalam alfabet, sesingkat itu. Tak seperti judul novel karya Eka Kurniawan yang biasanya panjang. Novel keempat dari laki-laki kelahiran 1975 ini, konon terinspirasi dari sebuah pertunjukan topeng monyet. Dalam karyanya ini, ia seakan ingin lebih menegaskan kritikan bahwa terkadang binatang bisa lebih manusia daripada manusia, dan manusia bisa lebih binatang daripada binatang. Seperti biasa, ia memang lihai dalam meramu cerita tentang potret sosial yang terjadi di sekelilingnya. Tak ayal kisah-kisah dalam novel ini akan memunculkan paradoks, yang akan membuat kita lebih berpikir lagi, dan merasakan kemirisan yang terjadi dalam kehidupan yang ada di depan mata kita. Ya, bisa kita lihat terkadang beberapa manusia telah kehilangan sisi manusiawinya. Saat mendapati sesamanya dianiaya, mereka kadang tak peduli. Pun untuk bisa memenuhi ambisi dan dendamnya, beberapa dari mereka tidak segan menyiksa, bahkan membunuh. Karyanya ini hampir tergolong sebagai fabel, cerita yang tokoh hewannya bisa berbicara. Namun tak sepenuhnya demikian, sebab Eka juga masih menempatkan tokoh manusia di dalamnya. Tak seperti karyanya yang lain, ia bahkan menjadikan benda mati seperti kaleng sarden sebagai tokoh yang punya cerita

tersendiri dalam novel ini. Dalam buku ketujuh lulusan Fakultas Filsafat UGM ini, dikisahkan tentang kehidupan absurd seekor monyet betina bernama O yang ingin menikah dengan Entang Kosasih, monyet jantan nan tengil pujaannya. Namun sayang, akibat ambisi untuk menjadi manusia, Entang Kosasih harus duluan mati meninggalkan O. O pun berpikir bahwa kekasihnya itu telah berubah menjadi manusia. Ya, Entang Kosasih si Kaisar Dangdut. Maka terbesitlah harapan di pikirannya, untuk menjadi manusia. Melalui atraksi topeng monyet, ia berlatih untuk mewujudkan impiannya itu. Ia menirukan gerak-gerik manusia, seperti menjadi tentara dan belanja ke pasar. Kehidupan pribadi O terus bergulir hingga ke pertemuannya dengan Kaisar Dangdut, sekaligus

Judul Buku Penulis Penerbit Terbit Tebal

:O : Eka Kurniawan : Gramedia Pustaka Utama : Maret 2016 : 496 halaman

makin disemarakkan dengan lompatan kehadiran tokoh-tokoh yang lain, seperti Betalumur si pawang topeng monyet dan anjing kecil bernama Kirik. Sudah menjadi ciri khas Eka, menghadirkan begitu banyak karakter, dengan nama-nama juga sifat yang unik dalam setiap karyakaryanya. Hal yang terjadi kemudian, pembaca akan digiring untuk menikmati kisah tiap karakter itu, yang terasa begitu hidup

de­­­ngan ironinya masing-masing. Walaupun terdiri dari banyak kisah tiap tokoh didalamnya. Namun dengan kejeniusan Eka, semuanya bisa menjadi satu kesatuan cerita yang utuh, tanpa meninggalkan kejanggalan. Sama seperti pada novel “Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas,” Eka masih menggunakan alur maju mundur. Gaya cerita melompat-lompat dari kejadian satu, lalu bisa ke tiga, lalu bisa kembali ke dua, dan seterusnya. Semua seperti lompatan monyet, tetapi tidak sampai mengurangi esensi ceritanya. Banyak pesan hidup yang berhasil diracik oleh nominasi Man Booker International Prize 2016 ini. Namun pembaca harus lebih jeli untuk menemukannnya. Terlepas dari beberapa penulisan kata yang tipo, O sekali lagi memberikan gambaran kepada kita bahwa hidup ini seperti sebuah lingkaran. Seperti sedih, yang suatu hari akan bertemu bahagia, dan sebaliknya. Laiknya sebuah roda yang berputar, kita yang saat ini bertemu dengan kehidupan, suatu saat akan berpisah dengannya. Lantas bagaimanakah akhir dari rentetan kisah dalam buku setebal 496 halaman ini? Apa yang kemudian terjadi pada kisah cinta O dan Entang Kosasih, apakah akhirnya mereka benar-benar menikah?. Dapatkah O mewujudkan asanya untuk menjadi manusia seperti kekasihnya yang diyakini telah menjelma Kaisar Dangdut?. Selamat membaca!. n Sriwidiah Rosalina Bst


cerpen

identitas

NO. 858| TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Setangkai Edelweis Oleh: Yusriah Ulfah Winita

MASIHKAH kau sebut Edelweis sebagai lambang keabadian, jika bersamanya terkubur ikrar abadi? Masih segar di ingatan wanita bermata cekung itu, tiga puluh tahun lalu, dua rupa yang mungkin sekalipun ia ingin, tak akan pernah lekang. Ekor matanya yang sudah dimakan usia bergerak-gerak. Kelebat dua rupa itu kembali mengusik. Memaksa kenangan yang sangat ingin dikuburnya bangkit lagi. “...Maukah kau menjadi penyempurna hidupku? Bukan hanya di dunia, melainkan kelak di kehidupan kedua. Tuhan dan Gunung Bawakaraeng ini menjadi saksinya.” Pria berkulit kecokelatan itu berjongkok di atas bongkahan batu besar berlumut. Setangkai Edelweis dalam genggamannya. “Aku...” Jari yang tak lagi seperti dulu menyeka sudut matanya. Bahkan setelah waktu berputar, matanya masih saja tak sanggup membendung rasa sakit itu. Bukan hanya mata, tetapi juga hatinya. Kadang ia menyesali, mengapa waktu itu ingatannya tak hilang saja. Bukankah dalam hidupnya sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan? Bersama dengan kenangan itu, Tuhan merenggut semua yang dimilikinya. Lihat saja, sekarang ia telah menjelma menjadi boneka tua yang hanya bertumpu pada kursi roda, tangan kiri tak lagi bisa bergerak, dan jari-jari yang luluh lantah bentuknya. Sungguh, Tuhan tidak pernah adil padanya. Sejak dulu... *** Oriza. Agustus, 1992 Wawan nama pria itu. Kulitnya kecokelatan, tubuh tidak terlalu tinggi, tetapi selalu dapat menarik perhatian kaum hawa. Termasuk Oriza. Seorang gadis sederhana yang memiliki setumpuk mimpi. Ia terlampaui mengagumi sosok Wawan. Bahkan ketika para pengagumnya mundur perlahan-lahan karena hobi mendaki, Oriza tetap kukuh pada pendiriannya. Bukan hanya mengagumi lagi, ia ingin memiliki sosok itu. Dan keinginannya menjadi kenyataan. Setahun setelah mengenal Wawan, mereka melangsungkan ikrar suci. Tanpa wali. Sehari, seminggu, sebulan... semua baik-baik saja. Hingga pada suatu hari, untuk pertama kali, Wawan mengajaknya mendaki. Meski awalnya ragu,

pada akhirnya Oriza setuju. Tetapi, siapa sangka. Pendakian yang harusnya berakhir bahagia itu justru mendatangkan prahara. Wanita yang sudah begitu dikenalnya entah mengapa terlihat lain hari itu. Juli, teman sekampus Wawan. Sejak pertama kali mengenal Wawan, kala itu juga ia mengenal Juli. Pembawaannya ceria. Juga satu-satunya teman Wawan yang memiliki tatapan lain padanya. “Julia Sativa, Maukah kau menjadi penyempurna hidupku?...” Pertanyaan di benak Oriza terjawab sudah kala itu. Lanjutan kalimat Wawan tak lagi didengarnya. Hanya ada gelap, setelah kalimat almarhum Ayahnya terngiang. “Ayah memberi kalian nama yang jauh berbeda tetapi saling melengkapi...” Alasan kenapa Juli memiliki tatapan berbeda padanya, bukan sekedar sebagai orang terdekat Wawan, melainkan karena darah mereka memang sama. *** Juli. Februari, 2022 Kini air mata telah membanjiri wajah keriputnya. Miris mengenang kejadian ketika Wawan berlutut di hadapannya dengan setangkai Edelweis. “Ibarat Edelweis, aku ingin cinta kita abadi.” Sementara beberapa meter dari mereka, Oriza tergolek tak berdaya. “Kakak...”

Saat itu, ia baru sadar kalau dirinya berada di antara Wawan dan Oriza, adiknya sendiri. “Kalau kau masih menganggapku wanita yang melahirkanmu, jangan pernah mengukir cerita dengan laki-laki itu!” Bola mata gadis berusia dua puluh itu bergerak-gerak. Ada kilatan tekad terpancar di dalamnya. “Kenapa!?” setengah berteriak. “Bukankah salah satu kewajiban orang tua adalah menikahkan anaknya? Mama pernah bilang sudah bosan dengan tingkahku, jadi biarkan saja aku dengannya. Karena setelah itu, kewajiban Mama gugur padaku. Tidak lagi perlu memberiku uang jajan, membuat sarapan, atau...” “Ambil.” Suara wanita bertubuh gempal itu pelan, tetapi cukup menghentikan kalimat putri semata wayangnya. Sebuah amplop putih disodorkan. Seketika ia tersentak. Kenapa ingatan itu baru melintas di benaknya sekarang? Saat semua sudah terlambat. Mungkinkah ini teguran Tuhan karena ia telah menyakiti hati orang yang paling tulus mencintainya? Astaga! Betapa durhakanya ia pada waktu itu... Jika berandai-andai tidak terlalu menyakitkan, maka ia akan mengandaikan waktu itu lebih sabar sedikit. Membuka amplop putih dari Mama, membacanya. Mungkin saja, di antara lembaran rupiah yang diberinya terselip sebuah fakta kalau pria yang diperjuangkannya telah menikah siri dengan adiknya sendiri. Andai saja... Mungkin saat ini ia masih bisa melihat Oriza... Mama... mungkin juga Wawan. Tidak peduli lagi dengan kalimat Mamanya, gadis dua puluh tahun itu meraih amplop putih di atas meja yang taplaknya sudah usang. Dan tanpa basabasi menarik ransel besarnya, lalu pergi. Ia sudah bulat, hari ini adalah hari terakhir menginjakkan kaki di rumah reot yang sudah bertahun-tahun mengikuti langkahnya. Ketika kakinya terhenti tepat di ujung pekarangan, ia melempar amplop itu ke tong sampah. Tanpa membukanya. n ***   Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Asia Barat Angkatan 2014 Pengurus FLP Ranting Unhas

13

puisi Kembali

Oleh: Holothurians Lihatlah! Aku menangis Menangis berdesir mengerikan Tangis tanpa air mata Tangis yang menggentarkan langit Tuhan Sadarkah? Kau tersenyum Senyum yang kaku Senyum yang membuat segenap malaikat langit bertanya-tanya diam Rembulan telah tenggelam di wajahmu Sungguh, semua pesona dunia akan layu Pergilah! Pergi dengan senyum Tangisku pecah menghujam menerabas langit gelap Wajahku redup oleh sisa-sisa kesedihan Senyummu menyemburat cahaya Membuat terang semesta alam Malaikat tak henti bertasbih memuji kebesaran Tuhan Kembalilah! Kembali kepada-Nya Kembali dengan senyum Tersenyum menatap wajah Allah Tanpa tabir tanpa pembatas Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam Angkatan 2014 Jurusan Biologi

Hujan Tak Tersisa Kenangan Oleh: Akmal Mangkana Palaloi

Apakah kamu tahu, ada yang lebih meleleh dari sekadar hujan yang cair di kaca jendela sore itu. Adalah hati, ketika melihatmu menangis bersamaan deras hujan di luar sana. Dan kau tetap terisak. Kau terlihat cantik saat menangis, Tapi, aku tak bisa tidur malam itu juga Karena telah membuatmu mengalirkan air mata. Hujan 16 Maret, Terima kasih. Mungkin hari itu sudah cukup, Bahwa kita bertemu hanya karena urusan tertentu, Bukan suatu hal yang semestinya di kenang. Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Geofisika Unhas.

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.


14

cermin

identitas

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Kasih Ibu

Oleh: Sriwidiah Rosalina Bst “Namun tak kau lihat terkadang malaikat tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan. Namun kasih ini, silahkan kau adu, malaikat juga tahu siapa yang kan jadi juaranya,” PENGGALAN lagu Dewi ‘Dee’ Lestari ini mengingatkan kita akan sosok seorang Ibu. Kasih sayang manusia mana yang sanggup mengalahkan sosok perempuan yang melahirkan kita ini. Tak perlu berpenampilan mewah, hanya daster usang di badan, bau sambal di tangan, bau peluh di dahi dan mulut yang tak pernah berhenti merapal doa yang baik-baik bagi si buah hati. Ibu, bukan hanya darahnya yang mengalir dalam tubuh kita, kasih sayangnya pun terbawa-bawa sepanjang masa. Cintanya tak pernah usang dimakan waktu. Senyumannya yang tak pernah pudar setiap saat.

Teringat masa kecil dulu, dibuai dan dinyanyikan lagu sebelum tidur. Tertidur dalam pangkuan Ibu selalu menyenangkan, lelap seakan tiada beban. Saat kita menangis kesakitan dilarut malam, Ibu rela menahan kantuk untuk menenangkan. Mengelus pundak dan mengusap pipi agar anaknya tertidur dengan nyaman. Kini, saat kita telah menginjak usia dewasa, raga terpisah kota dengan malaikat penyayang itu. Tidak ada lagi sarapan nasi goreng hangat sebelum ke sekolah, sudah tak ada lagi salam hangat dari tangan berbau sambal itu. Alhasil kita hanya bisa mendengar nasehat via telepon genggam. Namun apakah kita telah membalas apa yang Ibu berikan? Dalam kerinduan kita terhadap Ibu, terbayang bahwa betapa besar hadirnya dalam kehidupan. Bisa jadi, disaat kita jauh Ibu tak mampu terlelap dengan tenang. Selalu gelisah sebab jauh dari pandangan matanya. Selalu memikirkan tentang keadaan kita. Ibu ibarat cahaya yang tak pernah berhenti bersinar menerangi pahit manis perjalanan hidup ini. Sosok yang tiada duanya. Bidadari yang selalu mengajarkan kekuatan menjalani hidup. Disaat ruang dan waktu yang memisahkan kita, doa-doa Ibu tetap menemani. Cita-cita yang kau harapkan akan ku kejar dan ku junjung tinggi hanya untuk mu.

ILUSTRASI/IRMAYANA

Sebab aku ingin melihat senyuman mu dihari tua mu nanti, dan tak lagi mendengar cerita pahit dimasa lalumu. Tuhan… jangan pisahkan kami sebelum semuanya indah, jangan ada air mata karena perpisahan. Saat nanti, aku ingin menjadikan hari-harinya lebih berarti dan melihatnya tersenyum bangga. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut

kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548). n Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas Angkatan 2013 dan Fotografer PK identitas


kampusiana

identitas

NO. 858| TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Green Fish Rayakan Milad ke 17

15

HIMTI Jalin Kebersamaan Melalui POTAS

UNIT kegiatan Mapala Green Fish (UKM Green Fish) Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas rayakan milad ke 17. Milad ini berlangsung di gedung baru FIKP, Kamis (21/04). Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Prof Dr Ir Amran Saru, MSi, lembaga-lembaga yang ada di FIKP, dan organisasi mahasiswa pecinta alam se-Unhas dan se Makassar seperti Univeristas Negeri Makassar, Univeristas Islam Negeri, Kelompok Pecinta Alam Sidrap. Milad secara resmi dibuka oleh WD III kemudian dilanjutkan pemotongan kue dan peniupan lilin oleh Agus Ketua Umum Green Fish, pemotongan tumpeng secara simbolis oleh WD III. Adapun persembahan yakni perkusi oleh Betutu angkatan 2015, tari empat etnis, penyampaian sepatah kata oleh para perwakilan mapala dan KPA yang hadir, makan bersama, dan pemutaran film dokumenter.“Semoga kegiatan ini tidak sampai disini saja, dan semoga kekompakan dalam organisasi kami bisa tetap terjaga,” ujar Agus selaku Ketua Umum Green Fish, Kamis (21/4). (M26)

HIMPUNAN Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (HIMTI) Fakultas Pertanian Unhas adakan Pekan Olahraga Tanah dan Seni (POTAS). Kegiatan tahunan ini berlangsung selama dua pekan, (25/04 – 8/05) bertempat di Fakultas Pertanian dan Lapangan Unit Kegiatan Mahasiswa Hoki. Bertemakan “Learn From Healthy Soil for a Better Life” ini memiliki empat perlombaan diantaranya bola voli, sepak bola, bakiak, tarik tambang dan akustik. Dimana peserta berasal dari tiap jurusan di Fakultas Pertanian Unhas. Acara ini merupakan salah satu rentetan kegiatan Soil Science Day. Kemudian akan dilanjutkan dengan kegiatan yaitu Soil Judging Contest, seminar nasional dan temu alumni. Lebih lanjut semua item kegiatan dapat berjalan lancar dan kebersamaan semakin terjalin dengan adanya acara seperti ini. “Menjalin kebersamaan dengan jurusan yang ada di Fakultas Pertanian,” ungkap Muhammad Akbar Pratama selaku ketua panitia, Senin (02/05). (M24)

Falsafah Hijab Dikaji Kohati FISIP

Identitas Ajak Mahasiswa Jadi Jurnalis Kritis

KORPS Himpunan Mahasiswa Islam Wati (Kohati) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unhas adakan kajian dengan materi “Falsafah Hijab” yang dibawakan oleh Risky Wahid di pelataran Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas, Kamis (21/4). Kajian tersebut merupakan rangkaian paket kajian materi kedua yang didahului pemberian materi hakikat penciptaan manusia. Kajian ini rutin dilaksanakan oleh pengurus Kohati setiap sekali dalam sepekan dengan materi yang berbeda. Tak hanya dihadiri oleh perempuan saja, kajian ini lebih didominasi oleh kaum laki-laki dengan jumlah 10 orang dari 18 orang peserta yang hadir dalam kajian tersebut. Hijab pada umunya yang memiliki arti yang luas dan bukan hanya berupa penutup kepala saja, bahkan juga ditekankan kepada kaum laki-laki utuk menghijab hatinya. “Gerakan-gerakan perempuan sekarang bagusnya memiliki target dalam mencapai kesadaran individu dimana perempuan harus bergerak bahwa hijab dan kita sebagai perempuan tidak menghalangi untuk turun ke ranah masyarakat,” ujar Risky Wahid, Kamis (21/4). (M29)

Ilmu Sejarah Memperingati Hari Kartini

JURUSAN Ilmu Sejarah adakan seminar internasional dalam rangka peringatan Hari Kartini. Merajut tema “Kartini di Zaman Baru: Peranan Perempuan Indonesia Masa Kini” seminar ini berlangsung di Gedung Ipteks Lantai 2 Unhas Sabtu, (23/4). Kegiatan ini dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Ariestina Pulubuhu MA, Pakar Kartini, Dr Joost Cote Senior Research Fellow Monash, Dr Michiko Hosobuchi Tokyo Metropolitan University, A. Fatikhul Amin Abdullah dosen STKIP PGRI Sidoarjo, Yostiani Nor Asmi Harini dari Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Yulianeta, Universitas Pendidikan Indonesia, Baharakkas Teng, dan Dr muhamad Hasyim MSi. “Semoga materi yang telah dibagikan oleh teman-teman pemateri di tempat ini, bisa memotivasi kita semua, khusunya para generasi muda untuk kemudian meningkatkan potensi akademik dan bisa

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Teatrikal: Para lelaki tua tampil dengan teater yang bertajuk “Kondo Buleng dari Palopo” dalam festival budaya oleh Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah di Aula Prod Mattulada, Minggu (24/4).

mengenal kartini lebih dekat lagi,” ujar Margriet M Lappia M.S selaku ketua panitia, Sabtu (23/4). (M26)

Film “Sabangka Asarope” Dibedah Himpunan Mahasiswa Antropologi

HIMPUNAN Mahasiswa Antropologi (Human) Fakultas Ilmu Sosiologi dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas adakan kegiatan bernama Human Festival dengan tema “Warna-Warni Kebudayaan”. Salah satu kegiatan yakni bedah film berjudul “Sabangka Asarope”, tradisi pelayaran orang Buton, di Pelataran Baruga, Rabu (27/04).Bedah film ini mengundang Dr Tasrifin Tahara, SSos MSi selaku pembicara yang juga merupakan dosen Antropologi Unhas. Secara garis besar, film ini menceritakan ritual yang ada pada Pulau Buton ketika turun laut dan setelah pulang melaut. Tujuan dari bedah film ini ialah untuk mempertahankan budaya kita sejak nenek moyang teterdahulu yang selama ini mengajarkan kita semua. Secara tidak langsung film ini dapat mengajarkan untuk menjaga ekosistem laut dan mematuhi aturan-aturan di dalamnya. Dari kegiatan ini mahasiswa dapat bedah film ini memberikan pengajaran untuk menghargai sistem ekologi khususnya di bidang maritim. “Apalagi khusus Indonesia, sebenarya kitalah yg menjadi tolak ukur dalam menjaga sistem ekologi kita,” ucap Heri, selaku ketua panitia, Rabu (27/4). (M23)

Mahasiswa Punya Cerita dalam Inaugurasi Humaniora Day

HIMPUNAN Mahasiswa Administrasi (Humanis) Unhas menggelar inaugurasi bernama Humaniora Day. Dengan tema “Mahasiswa Punya Cerita : Buku, Pesta dan Cinta” di Baruga Andi Pettarani, (27/04). Hadir Wakil Dekan III FISIP Unhas Dr H Rahmad Muhammad MSi, dan Dr Ir Abd Rasyid Jalil, MSi selaku Wakil Rektor III yang sekaligus membuka acara. Dalam inaugurasi ini menampilkan tari Toraja, paduan suara, teaterikal, tari Saman, tari

multi etnis, drama musikal, musikalisasi puisi, dance, akustik, gandrang bulo, pompom boys dan flash mob. Jonathan selaku ketua panitia, kegiatan ini menjadi tempat berekspresi. “Nah ini kita menyiapkan ruang bagi mahasiswa Humanis untk berekspresi sebanyak-banyaknya,” ungkapnya. (M23)

Kosmik Adakan Diskusi Tradisi Retoris

BIRO Center Study Club (CSC) dari Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) Unhas menggelar diskusi terbuka dengan tema “ Tradisi Retoris” di Ruang Kema A FISIP Unhas, Rabu (27/04). Menghadirkan Andrian Akbar, selaku pembicara angakatan 2012 Jurusan Ilmu Komunikasi. Diskusi ini membahas tentang tradisi retoris yang berasal dari tujuh tradisi komunikasi, diantaranya tradisi semiotika, tradisi cybernatik, tradisi fenomenologi, psikologi sosial, sosial budaya, tradisi kritis, dan tradisi retoris. Tujuan kegiatan ini sebagai penambah ruang diskusi yang minim. ”Kegiatan ini untuk memberi generasi pemateri,” papar Andar, selaku Koordinator CSC. (M23)

Diklat Lanjutan, FOSEI Gelar SELT

FORUM Mahasiswa Sosial Ekonomi Islam (FOSEI) gelar diklat lanjutan yang bernama Shariah Economic Leadership Training (SELT). Bertempat di LEC UP I Atira kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari, Jumat- Ahad (29/4-1/5). Mengangkat tema “Rekonstruksi Jiwa Kepemimpinan yang Berkarakter Ekonomi Rabbani dalam Mewujudkan Kader Militant”, kegiatan ini menghadirkan 45 peserta. Tujuan kegiatan yakni untuk melatih kepemimpinan dan manajemen organisasi. Serta untuk mengembangkan pengetahuan tentang bisnis syariah. “Semua kader yang lulus SELT ini menjadi pengurus yang sifatnya militant, amanah, tanggap, serta bertanggung jawab” Ujar Sandi S selaku Sekertaris kegiatan, Ahad (1/5). (M21)

PENERBITAN Kampus (PK) identitas Unhas mengadakan Diklat Dasar Jurnalistik ke 42 di LEC Atirah Antang. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, JumatAhad (29-30/4 dan 1/5) mengangkat tema “Kamu Kritis? Ayo Jadi Jurnalis”. Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa Unhas dan beberapa Lembaga Pers Mahasiswa se-Makassar. Dikdas rutin kali ini difasilitatori oleh Irmawati yang bergelut sebagai redaktur Koran Tempo Makassar. Menghadirkan pemateri dari Dewan Pers, Kompas, Fajar, Tribun Timur, Sindo, celebesonline dan senior-senior identitas. Hadir dalam pembukaan yakni Kepala Biro Kemahasiswaan Suprihadi SE Msi, Ketua Penyunting identitas M Dahlan Abubakar dan Redaktur Pelaksana, Ramdha Mawaddha. Diklat ingin diadakan dengan harapan menghasilkan jurnalis yang tak hanya kritis dalam pemikiran namun juga mampu menuliskannya dengan baik. “Semoga kegiatan ini mampu menghasilkan jurnalis yang dapat bermanfaat,” harap Suprihadi saat memberikan sambutan, Jum’at (29/4). (M21)

Eksistensi Perisai Lewat Festival Inggris

PERHIMPUNAN Mahasiswa Sastra Inggris (Perisai) Divisi Penelitian dan Pengembangan Unhas gelar Festival bertajuk The 6th British Festival. Kegiatan tahap Lanjutan dari pengaderan angkatan 2015 ini mengusung tema “Bring The Atmosphere of UK”. Dalam festival ini memperkenalkan empat budaya yaitu negara Inggris, Wales, Scotlandia, dan North Irlandia. Berlangsung di Fort Rotterdam, Sabtu (16/04) kegiatan resmi dibuka oleh Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Dr Andi Muhammad Akhmar, SS MHum. Adapun item kegiatan berupa poem musicalication, music performence, theater dan British traditional dance. Kegiatan ini diakhiri dengan pengukuhan mahasiswa angkatan 2015 Jurusan Sastra Inggris. Steering komite Wela Hamida berharap festival yang keenam ini tidak berhenti sampai disini dan akan berlanjut ditahun selanjutnya. “Selain itu, sebagai bentuk eksistensi dari Perisai.” ungkap mahasiswa angkatan 2013, Jumat (6/5). (M24)


16

lintas jejak langkah

identitas

NO. 858 | TAHUN XLII | EDISI AWAL MEI 2016

Sebarkan Ilmu Lewat Seminar PENAMPILAN dengan busana muslim merupakan ciri khas Prof Dr Basri Syam MAg. Koordinator Mesjid Kampus Unhas ini, kerap menyelenggarakan seminar nasional maupun internasional baik di dalam maupun diluar kampus. Hingga kini Ia tercatat telah menyelenggarakan dua kali seminar nasional dan empat kali seminar internasional bertajuk Islam. Alasannya mengadakan seminar tak lain untuk menambah wawasan mahasiswa dan dosen terhadap ilmu agama khususnya. Menurut dosen kelahiran Pangkep ini, melalui seminar para mahasiswa ataupun dosen mendapat kesempatan untuk menimbah ilmu pengetahuan. Sebab dalam seminar dihadirkan tokohtokoh sebagai pembicara yang ahli dibidangnya. Selain itu, penyelenggaraan seminar yang dilakukan tak lain untuk mengembalikan kondisi masa lalunya saat kuliah. Alumni Universitas Islam Negeri Makasar Jurusan Akidah dan Filsafat ini, semasa kuliah gemar mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar. “Dulu memang sering ikut seminar, saat kuliah hampir separuh waktu saya dihabiskan mengikuti kegiatan diluar perkuliahan. Jadi ketika menjadi dosen, saya termotivasi untuk menyelenggarakan seminar,” tutur suami dari Dra Rasiowati Humanika MM. Pengetahuan Basri dibidang filsafat

tidak menjadikannya hanya belajar sampai pada ilmu tersebut saja. Melainkan Basri merasa tertantang untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang kemudian dibagikannnya dalam bentuk seminar yang diselenggarakan. “Saya tidak mau menjadi katak dalam tempurung yang hanya mempelajari disiplin ilmu saya saja,” tutur alumni Pendidikan Guru Agama Islam ini. Sejak menempuh pendidikan menengah pertama hingga menengah atas. Basri termasuk orang yang aktif diberbagai organisasi di luar kampus seperti Pelajar Islam Indonesia (PII) sebagai pengurus wilayah ketua mejelis dakwah dan pusat studi dan pengabdian Islam. Prestasi yang pernah diraihnya yakni mendapat juara pertama dalam lomba MTQ di Kampus. Awal merancang sebuah seminar, Basri sebelumnya mengidentifikasi isuisu yang sedang berkembang. Sehingga penyelenggaran seminar ini diperuntukkan kepada khalayak umum. “Saya melihat dulu perkembangan isu yang kira-kira bisa dicerna secara umum. Jadi menggagas yang memang ini kebutuhan masyarakat dari kalangan mana saja. Tak jarang dari kegiatan-kegiatan seminar yang diselenggarakan Basri terkendala dari dana. Namun semangat membagi ilmu membuatnya harus mengeluarkan uang pribadi untuk pada awal menyeleng-

garaan kegiatan. “Bukan cuma tenaga dan pikiran yang saya pakai. Uang pribadi saya juga saya keluarkan. Pembiayaan administrasi itu dimulai dari saya,” ungkap Basri. Basri juga bukan hanya aktif menyelenggarakan seminar. Guru Besar Di bidang Agama Islam sejak 2005 ini juga seringkali diundang menjadi pemateri dalam seminar. “Saya juga biasannya diundang membawakan materi oleh seminar yang diselenggarakan oleh Lembaga Institusi Sadra Internasional di Jakarta,” beber penulis buku Eksistensi Islam ini. Tema yang sering dibicarakan saat menjadi pembiara dalam seminar bukan hanya dibidang ilmu filsafat saja, namun juga didang politik, ilmu sosial, serta perspektif islam tentang hukum. “Saya juga biasanya diundang menjadi pembicara di seminar, kedepannya akan tetap menyelenggarakan seminar untuk berbagi ilmu pengetahuan,” tutup Basri. n Sriwidiah Rosalina Bst


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.