Identitas awal oktober

Page 1

identitas

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

NO. 867| TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Pergerakan Pemuda dari Masa ke Masa Gerakan tak melulu unjuk rasa. Banyak cara kreatif bahkan lebih menyentuh masyarakat yang seharusnya kita lakukan, unjuk karya misalnya. Lanjut halaman 7


2

identitas

wall facebook

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

tajuk

karikatur

dari redaksi

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

MEDIA komunikasi tak hanya diartikan sebuah televisi atau koran saja. Seiring berjalannya waktu, media saat ini beragam jenisnya dengan kelebihan yang ditawarkan masing-masing. Bak jamur di musim penghujan, kini media komunikasi semakin banyak. Perkembangan media ini memiliki peranan penting bagi dunia literasi kita. Ibarat dua mata pisau yang memiliki sisi tajam yang persis sama. Di satu sisi media sosial dapat memudahkan kita mengakses informasi. Secara umum saat ini literasi di Indonesia lebih senang menggunakan bahasa lisan dan terbiasa meyakini sesuatu tanpa menganalisa secara menyeluruh sebuah masalah. Banjir informasi sana sini, membuat kita sulit membedakan mana yang sebaiknya kita percaya dan tidak. Ditambah lagi munculnya banyak media yang tidak lagi mengedepankan prinsip jurnalistik yang baik. Mengabarkan bukan fakta, mengambil dari satu sudut pandang saja, yang penting banyak keuntungan. Anehnya lagi banyak diantara kita yang menyukai berita macam ini. Karena terpikat judul berita yang aduhai, ternyata sama sekali tak berhubungan dengan isi berita. Belum lagi banyak media yang kini dikuasai orang tertentu, entah pemiliknya tau kerabat dekat dari pemiliknya. Yang disuguhkan ke masyarakat pada akhirnya memiliki maksud tersendiri yang sebenarnya sama sekali tak ada manfaatnya bagi masyarakat. Sehingga realita tak tampak lagi, yang ada hanya settingan penguasa yang mendambakan citra positif. Setumpuk permasalahan inilah yang coba dipecahkan literasi media, agar pembaca bisa kritis, selektif dan peka terhadap fenomena yang terjadi saat ini. Bacaan yang dibutuhkan masyarakat bukan yang sifatnya sensasional, melainkan informasi yang dapat meningkatkan kualitas diri dan intelelektualnya. Untuk itu, bentuk literasi yang disajikan lebih menyentuh ke dasar permasalahan, hal yang terkadang dianggap sepele oleh kita, tapi punya dampak lebih besar yang tidak kita ketahui. Untuk itu literasi media harus bisa memposisikan dirinya di ruang-ruang yang dijangkau semua kalangan. Harus bisa meramu tulisan paling enak agar betah di lidah pembaca, bahkan ingin menyantapnya berkali-kali. Literasi media harus menyentuh ranah publik dengan konten yang tak menonjolkan pemilik kekuasaan, tapi konten yang disajikan. Sementara itu, ruang persoanal kini mulai disentuh media. Sehingga ruang interaksinya lebih sempit dan dapat memenuhi kebutuhan eksistensi banyak orang. Meski memasuki ranah media sosial, kita harus sadar jika media komunikasi semakin memanjakan manusia. Membuat ruang gerak semakin sempit dan arena komunikasi semakin terbatas lewat tulisan saja. Media hanya mementingkan kebutuhan pasar tanpa melihat substansi yang diberikan. Sementara pengguna media tak bisa memilah mana yang baik. Ada yang pintar memilah namun tak punya pilihan lain selain ikut larut dalam peradaban ini.

KARIKATUR/MUHAMMAD ABDUL

Media dan Literasi di Indonesia

Kunjungan sejumlah anggota: Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) berkunjung ke Sekretariat PK identitas Unhas, Senin (17/10). Kunjungan ini dalam rangka silaturrahmui LPM yang baru saja mengikuti Diklat Jurnalistik Nasional Lima Washila UIN Makassar

J

Tantangan

ika ditanya apa hal yang paling kamu senangi di dunia ini? Sebagian orang mungkin akan bingung mau jawab apa. Bisa jadi karena sangat banyak hal yang disukai atau bahkan tidak ada. Diantara kita adakah yang menjawab jika hal yang kita sukai adalah tantangan? Berarti mirip-mirip sebuah masalah yang harus dipecahkan oleh sebuah tantangan. Hal tersebutlah yang terus digeluti teman-teman yang bergeliat di dunia pers kampus. Menyukai tantangan. Di tengah beban kuliah yang banyak, kesibukan lain yang juga bejibun, masih terbersit di hati mereka untuk menyelesaikan tantangan yang diber-

ikan. Termasuk tetap menghadirkan berita ke seluruh civitas akademik Unhas. Edisi awal Oktober ini kami menyajikan laporan utama terkait peringtan hari Sumnpah Pemuda. Terlepas dari aksi-aksi yang terjadi, kami menyajikan bagaiman pergerakan pemuda khususnya mahasiswa dari tahun ke tahun dan kondisi pergerakan saat ini dengan beragam kreativitas yang dilakukan. Selain itu kami juga menyajikan berita seputar persiapan Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional dengan melihat kondidi Gedung Olahraga yang belum selesai. Selamat membaca! n

Menjadi agent of change dan melakukan kontrol sosial merupakan tanggung jawab seorang mahasiswa. Ada banyak cara untuk melakukannya, misalnya aktif di organisasi kampus yang dijadikan sebagai wadah untuk berdiskusi banyak hal, mengkaji kebijakan yang dibuat oleh birokrasi, melakukan konsolidasi hingga aksi untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Namun seiring berjalannya waktu, pergerakan yang dilakukan mahasiswa tak lagi hanya berada pada tataran kampus. Banyak mahasiswa yang lebih memilih aktif di luar kampus, misalnya masuk komunitas literasi, organisasi yang bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat atau komunitas yang sesuai dengan hobinya. Bagaimana pendapat Anda tentang hal tersebut ? Slamet Riadi Istilah “agent of change” dan “agen dalam melakukan kontrol sosial” ialah istilah yang digunakan masa orde baru untuk mereduksi semangat juang para Mahasiswa dalam bergerak, sebab istilah2 tadi secara tdk lansung menyiratkan bahwa tugas utama Mahasiswa adalah sebagai agen perubahan yang kemudian tidak akan bergerak lgi ketika berubahan itu telah tercapai (Baca: dalam artian Mahasiswa akan plg kembali ke kampusnya ketika masalag sudah tdk ada dan akan muncul kembali ketika masalah ada “Bergerak reaksioner”). Saya pribadi berpendapat Bahwa Tugas Mahasiswa ialah mengawal suatu isu sebelum, sedang, dan setelah isu itu telah dicapai, gunanya untuk memberikan Pendidikan kepada masyarakat luas Terkait isu yang telah di kawal tadi. Sedangkan untuk masalah terkait banyaknya Mahasiswa yang lebih memilih aktif di luar Kampus, Menurut saya tidak menjadi persoalan. Justru seharusnya Kita harus memahami fenomena sosial yang terjadi sekarang ini sebagai kekuatan baru yang harus kita satukan bersama2, bukan malah memilih dan bahkan cenderung melihat fenomena ini sebagai suatu Masalah. Terakhir, fenomena ini (aktif di luar dan dalam Kampus) harus di lihat sebagai kekuatan baru yang saya maksudkan tadi dengan meminjam istilah Gramsci sebagai “Perang Posisi” dalam gerakan Mahasiswa yang intinya pada Penyatuan Gerakan Mahasiswa untuk Keberlangsungan gerakan Mahasiswa kedepannya. Nur Ramaliani Samsul Menurut saya bukanlah sebuah masalah mahasiswa yang aktif di organisasi luar kampus. Tapi kalimat “lebih memilih organisasi luar” lebih baik diganti menjadi “dan juga aktif di organisasi luar” karena bagaimanapun kita berstatus mahasiswa dengan adanya disiplin ilmu masing” yang bisa lebih dipermatang dengan organisasi di dalam kampus seperti HMJ, BEM dll, jadi kita punya Ilmu dan idealisme tersendiri yang bisa dibagikan keluar dari lingkup kampus melalui organisasi-organisasi di luar kampus. Selain itu dapat lebih membuka wawasan kita, dan memperluas relasi dengan juga ikut dalam organisasi di luar kampus. Ikut organisasi di dalam dulu, baru berkarya dan berkembang lebih di luar.

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyun­ting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Awal Oktober 2016 Foto : Rahima Rahman Layouter: Sri Hadriana


wansus

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

Korupsi dan Konstitusi

kronik Amankan Kendaraan dengan Kartu Parkir

BERBICARA korupsi tak bisa lepas dari konstitusi, karena korupsi merupakan bentuk pelanggaran atas konstitusi. Meski khusus mengenai masalah tersebut telah dibentuk sedemikian rupa, nyatanya korupsi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Parahnya korupsi ini sebagian besar dilakukan oleh mereka yang berasal dari lembaga negara. Di mana lembaga negara sendiri harusnya menjamin hak konstitusional warga negaranya. Lantas bagaimanakah pandangan Agus Rahardjo selaku Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait korupsi dan konstitusi yang ada di Indonesia? Berikut petikan wawancara reporter identitas, Irmayana dan Sriwidiah Rosalina Bst bersama ketua KPK sesaat setelah menghadiri Festival Konstitusi dan Anti Korupsi di Auditorium Baruga A.P Pettarani Unhas, Senin (24/10).

Sering ada kasus, dimana konstitusi memperlakukan pemberian hukuman dengan melihat status sosial dari pelaku. Misalnya orang yang status sosialnya di bawah melakukan tindak kejahatan, hukumannya lebih berat dibanding pejabat yang melakukan korupsi. Bagaimana Anda menanggapi hal ini? Itu artinya konstitusi masih runcing ke bawah. Mestinya kan konstitusi runcing baik ke atas maupun ke bawah.

sejak dini? Untuk pencegahan itu, saya mendorong semua lembaga mempunyai bisnis proses yang transparan dan melibatkan masyarakat. Lembaga dalam hal ini meliputi layanan rumah sakit, layanan pendidikan, layanan perizinan, layanan surat izin mengemudi, surat tanda nomor kendaraan, kartu tanda penduduk dan lainnya. Itu kalau semuanya transparan, mengontrolnya kan lebih bagus. Keterlibatan seperti apa yang Anda maksud? Saya punya harapan, ke depan ada suatu sistem, misalnya di tempat perizinan bisa mengetahui apa-apa saja yang harus dilakukan apabila sedang mengurus sesuatu, dan itu bisa terlihat di gadget masing-masing si aplicant. Misalnya jika mengurus suatu hal, si

SEBUAH pemandangan yang berbeda dari parkiran Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP). Setiap mahasiswa maupun dosen yang parkir di area parkir itu diberi kartu parkir. Hal ini dilatarbelakangi selama dua bulan terakhir tercatat dua buah motor hilang di parkiran, sehingga pihak fakultas mengantisipasi kejadian tersebut. “Kami mencoba mengamankan kendaraan dengan memberi kartu parkir, baik mahasiswa maupun dosen,” ujar Dekan FIKP Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa Msi ketika wawancara lewat via telepon. Pada kartu parkir tersebut, tertera ketentuan dalam parkir kendaraan, seperti tidak meninggalkan barang berharga dalam sadel kendaraan dan segala kehilangan atau kerusakan kendaraan yang diparkir dan barang-barang didalamnya adalah resiko pemilik kendaraan. Selain itu juga, pemilik kendaraan dihimbau untuk memasang kunci pengaman pada kendaraannya, serta menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Kartu Tanda Penduduk. Aturan ini dibuat agar keamanan kendaraam mahasiswa dan dosen terjamin. “Semoga parkiran di FIKP bisa lebih aman dan tidak ada lagi pencurian motor,” ujar lelaki yang akrab disapa Prof Jeje ini mengakhiri wawancara Rabu (28/9).n

aplicant bisa mengetahui tahap-tahap apa saja yang harus dilakukannya. Saya pikir kalau kita membudayakan hal seperti itu, mudah-mudahan bisa meminimalisir tindak korupsi karena sudah adanya transparansi. Jadi pencegahannya bukan hanya sekadar pidato peringatan untuk tidak korupsi saja yang belum tentu efektif, tapi juga diwujudkan dalam bentuk tindakan yang akan menjadi kebiasaan. Masalah inti dari korupsi yakni transparansi. Mengenai hal ini, apakah universitas sebagai salah satu lembaga pemerintah sudah menerapkan hal tersebut? Saya gak tahu satu per satu. Secara umumkan kita gak tahu anggarannya berapa, apakah proses lelangnya sudah benar atau salah. Oleh karena itu memang harus dibangun transparansi terkait masalah ini.n

Colek Maba, Dua Kelompok Mahasiswa Hampir Bentrok

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Apakah ada sistem yang diterapkan KPK untuk pencegahan korupsi

Data Diri Nama Lengkap : Ir. Agus Tri Rahardjo, MSM Tempat/Tanggal Lahir : Magetan, 1956 Riwayat Pendidikan : • Teknil Sipil ITS Surabaya pada 1984. • Pendidikan pasca sarjananya diselesaikan di Arthur D. Little Management Education Institute, Management, di Cambridge, USA pada 1991. Riwayat Karir : • 1986 : PNS Bappenas • 2000 – 2002 Direktur Pendidikan Bappenas • 2006 : Kepala Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik (PPKPBJ) yang menjadi cikal bakal LKPP • 2008 Sekretaris Utama Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) • 2010 : Ketua LKPP menggantikan Roestam Syarief. Agus Rahardjo menjabat Kepala LKPP hingga 2015. • 2015 : Ketua KPK

DUA kelompok mahasiswa hampir bentrok, karena salah satu oknum mahasiswa mencolek mahasiswa baru dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kejadiannya sekitar pukul 13.00 di dekat ruang Lecture Theatre (LT) 7 pada Kamis (15/09) Mengetahui kejadian itu, beberapa anggota Satuan Pengamanan (Satpam) yang berada di sekitar lokasi menghampiri kedua kelompok mahasiswa tersebut. Terduga oknum, dikejar hingga ke sekitar Fakultas Kedokteran oleh salah satu kelompok dari Fakultas Peternakan. Beruntung Satpam sudah banyak di lokasi kejadian hingga bentrok dapat dihindarkan. Untuk menghindari terganggunya kerukunan antar kedua lembaga, masalah ini akan dibereskan secara damai oleh kedua belah pihak. “Kejadian ini kita selesaikan dulu di tataran Senat Peternakan dan Bem FKM,” kata salah satu Maperwa FKM ketika ditemui identitas. Sekitar pukul 14.00, Wakil Rektor III Dr Ir Abdul Rasyid Jalil MSi datang bermaksud untuk mendamaikan. “Jangan ada yang terprovokasi, jangan sampai karena colek mahasiswa baru kita jadi hancur,” tuturnya Kamis (15/09).n

IDENTITAS/MUSTHAIN ASBAR HAMZAH

Banyak pejabat tinggi hingga pejabat daerah yang ditemukan melakukan tidak pidana korupsi, bagaimana Anda melihat fenomena ini? Mungkin kita perlu melihat sistem pemilihan kita. Sebagaimana yang kita ketahui, kalau ingin jadi bupati, biayanya mahal. Maka dari itu, harus dipikirkan orang yang berkompeten tapi tidak mempunyai dana bisa kok jadi bupati. Jadi, undang-undangnya harus dipikirkan terlebih dahulu oleh Komisi Pemilihan Umum dan dibantu oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

3

Ban pete-pete terperosok: Salah satu angkutan umum 07 terperosok ke kanal depan Fakultas Teknik, Rabu (28/9). Dua pengendara motor luka-luka


4

opini

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

agenda SMART oleh Ikatan Keluarga Bidik Misi (IKAB) 2016 dengan tema “Demi Organisasi Kami Berkreasi” Hari/Tanggal: Sabtu, 5 November 2016 Tempat : Baruga A.P. Pettrani, Unhas Pukul : 7.30 – Selesai CP : Isdam Supriadi : 081342211688 Seminar Nasional Inovasi 2016 dan Pesta Komunikasi Pendidikan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah dengan tema Meningkatkan Daya Saing Indonesia Melalui Pendidikan Inovatif Dalam Mendukung Sustainable Development Goals (SDGS) 2030 Hari/Tanggal: Minggu, 30 Oktober 2016 Tempat : Baruga A.P. Pettrani, Unhas Pukul : 08.00 – 13.00 WITA CP : Hasniar Anwar : 085397356608 Open Recruitment Angkatan VIII Unit Kegiatan dan Penalaran Ilmiah (KPI) Priode Pendaftaran : 10 Oktober – 31 Oktober 2016 Tempat Pengembalian : Rumah Ilmiah UKM KPI UNHAS CP : Fachruqi : 085298593298 Rektor Unhas CUP VIII Kejuaran Catur Mahasiswa dan Pelajar Se- Indonesia Hari/Tanggal : 28 -30 Oktober 2016 Tempat : Mall Daya Grand Squere, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 14, Makassar CP: Anteng : 081322514408 Rektor CUP VIII 2016 Se- Sulawesi, Selatan Kejuaraan Bola Voli Unhas Hari/Tanggal : 28 – 6 Oktober 2016 Tempat : Lapangan Bola Voli Unhas Makassar CP: Ikhwan: 085340992939 Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan (HIMIKA) adakan Ceramah Islam Masa Kini Hari/Tanggal : Ahad, 16 Oktober 2016 Tempat : Masjid AL-Aqso Pukul : 08.00 – 12.00 WITA CP : Ali : 085399389056 Workshop Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HUMANIKA) Hari/Tanggal : Ahad, 23 oktober 2016 Tempat : Gedung IPTEKS Unhas Makassar Pukul : 13.00 – 17.00 WITA CP : Ihksan Ansar : 085399919788 Open Rekrutmen oelh Unit Kegiatan Mahasiswa Persatuan Penembak Indonesia (Perbakin) Pendaftaran : 10 Oktober – 10 November 2016 Tempat :Sekretariat Perbakin Unhas (Lt 1 Gedung PKM 2)

Mahasiswa Takut Bersatu Oleh : Ahmad Akbar PEMUDA dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dan mengikrarkan tiga poin yang disebut sebagai Sumpah Pemuda. Ciri khas Berani, Aktif, dan Visioner merupakan potret akan pemuda kala itu. Latar belakang suku bangsa yang majemuk dari pemuda tersebut ternyata bukanlah sebuah hambatan yang berarti untuk mengikrarkan diri sebagai Bangsa yang satu yakni bangsa Indonesia. Kearifan lokal dengan berbagai tradisi kedaerahan masing-masing juga bukan penghalang untuk mengikrarkan Tanah Air yang satu yakni Tanah Indonesia. Ribuan bahasa daerah dengan platform kebanggaannya masing-masing juga bukan merupakan penghalang untuk mengakui bahwa Bahasa yang satu sebagai pemersatu kita, yakni bahasa Indonesia. Momentu hari sumpah pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2016, merupakan sebuah refleksi akan sebuah pelajaran tentang sebuah persatuan. Kata yang mungkin saja klise karena sudah sangat sering disebutkan. Namun kenyataan yang hadir hari ini, jangankan di skala nasional, skala Universitas Hasanuddin pun kita dihadapkan realitas tentang persatuan yang seakan jauh panggang dari api. Meskipun jargon “Kebersamaan milik Kita” telah terpampang hampir di tiap sudut Kampus.

Ruh Persatuan Organisasi

Ratusan Lembaga Kemahasiswaan baik dari internal kampus hingga eksternal kampus dengan mengusung titel organisasi, himpunan, persatuan, kesatuan, dan berbagai titel nama lainnya merupakan potret satu-kesatuan

visi sebagai organisasi yang ingin diraih. Kini titel nama tersebut hanya sekadar warisan karena tidak lagi menemukan ruh tentang persatuannya. Contohnya, satu himpunan mahasiswa keilmuan tertentu, yang harus dihadapkan dengan ketidaktertarikan anggotanya untuk bersatu, mewujudkan visi himpunan tersebut demi pengembangan keilmuannya. Begitulah fakta yang hadir setiap tahunnya mengenai menurunnya ketertarikan mahasiswa dalam berlembaga yang seakan menguatkan poin mahasiswa takut bersatu, takut berhimpun dan takut untuk mewujudkan visi besar sebagai mahasiswa sebagai agent of change, agent of social control, dan berbagai idealisme lainnya. Perkembangan zaman dengan isu apatisme mahasiswa didukung sistem pembelajaran yang semakin memanjakan, seakan menjadi kambing hitam dalam konteks permasalahan ini. Pendekatan tersebut sesungguhnya merupakan pendekatan yang terlalu eksklusif. Mari kita menengok pendekatan inklusif dimana pendekatan yang dilakukan juga harus melihat ke dalam berbagai organisasi yang mengusung ide persatuan tersebut. Platform yang menarik dan inovasi yang diusung lembaga kemahasiswaan dalam bergerak sesuai dengan perkembangan dinamika mahasiswa menjadi sebuah poin penting dalam menggapai visi. Tantangan untuk semakin efektif dan efisien sebagai organisasi harus dilihat sebagai peluang menghadirkan inovasi. Tentunya tetap fokus dan tidak bias dari tujuan lembaga mahasiswa yang mengusung nilai persatuan dan perubahan yang besar dan berkelanjutan. Titik Temu Berlembaga Pemuda yang hadir dalam sumpah pemuda benar-benar harus mengajarkan kita tentang kesadaran untuk bersatu sebagai awal sebuah kebangkitan. Persatuan adalah kekuatan untuk menjadi sebuah bangsa besar dan mandiri. Emile Durkheim dalam teori evolusi masyarakat modern menjelaskan tentang komunitas yang homogen hidup

bersama tumbuh menuju solidaritas organik yang semakin heterogen. Namun sisi heterogen tersebut tetap dapat dipersatukan oleh fakta sosial berupa ikatan moralitas bersama yang disebut juga kesadaran kolektif. Perkembangan organisasi yang semakin melembaga dan beragam merupakan sebuah peluang pengembangan potensi dengan saling melengkapi dengan tetap mengawal isu dan tantangan yang ada melalui gerakan bersama. Gerakan yang dilakukan tersebut, tentu akan jauh lebih berpengaruh. Batasanbatasan sebagai organisasi dan komunitas kecil yang ada dalam lingkup Unhas harus menemukan titik temunya. Ide tentang Lembaga Mahasiswa Universitas tertinggi sebagai wadah belajar persatuan dan manajemen organisasi yang jauh lebih efektif dengan hadirnya Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat universitas patut dinantikan dan diwujudkan bersama. Rasanya malu jika sampai saat ini kita masih sibuk dengan ego masing-masing dan takut bersatu ketika godaan untuk tertidur dan diam memang semakin memanjakan. Mari wujudkan Persatuan dan Perubahan!n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, Jurusan Matematika Program Studi Statistika

Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di

identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com

identitasunhas.com 082196362838 089632301019

dari pembaca Alur Pengajuan HAKI SALAM HANGAT kepada semua kru identitas. Saya ingin bertanya, bagaimana alur pengajuan Hak Atas Kekayaan Intelektual (Haki) melalui Unhas dan bagaimana pembiayaannya? Mahasiswa Fakultas Teknik Angkatan 2013 Tanggapan : TERIMA KASIH, Pertama saya akan menjelaskan jenis Haki ada tiga macam yakni paten, merek dan hak cipta. Ketiga Haki memiliki persyaratan pengajuan masing-masing. Adapun persyaratan pengajuan paten. Pertama, formulir pemeriksaan subtantif yang ditandatangai oleh ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M) sebanyak empat rangkap. Kedua, formulir permohonan paten sebanyak empat rangkap yang ditandatangai oleh LP2M Unhas.

Ketiga, membuat surat pengalihan hak cipta sebanyak empat rangkap yang ditandatangai inventor alias penemu dan LP2M, satu rangkap di tandatangai diatas materai. Keempat, menyiapkan drafting paten sebanyak empat rangkap. Kelima, menyiapkan satu buah map kertas berwarna biru. Kemudian, biaya pendaftaran sebesar Rp 2.450.000 dibayar di rekekning BPN 139 Dirjen Haki. Adapun yang bisa mengajukan Haki yakni para dosen, Strata 1, Strata 2, dan Strata 3. Khusus S1 harus didampingi dosen pebimbing yang bertindak sebagai inventor pertama. Setelah terdaftar, para inventor akan mendapat royalti, jika hasil patennya digunakan oleh industri maupun perusahaan. Hal-hal yang harus dipenuhi para Unit Kegiatan Mahasiswa, industri kecil sedang, dan besar dalam Haki jenis merek.

Pertama, formulir permintaan merek. Kedua, surat pernyataan sebanyak empat rangkap, dua rangkap ditandatangani diatas materai 6000. Ketiga, menyiapkan satu buah map kertas biru. Keempat, mencetak merek sebanyak 30 rangkap dengan ukuran minimal 3 x 3 cm, maksimal 9 x 9 cm. kelima, menyiapkan materai sebanyak empat lembar. Adapun biaya pendaftaran sebesar Rp 1.100.000 dibayar ke rekening Dirjen Haki. Keuntungan pengajuan ini yakni mendapat perlindungan hukum. Haki ketiga, Hak cipta berupa buku dan karya tulis ilmiah hasil penelitian. Pertama, membuat dokumen surat pengalihan hak cipta sebanyak empat rangkap ditandatangani oleh ketua LP2M atau Ketua Lembaga Penelitian dan Penciptanya. Setiap rangkap dibubuhi materai 6000 sebanyak empat buah. Kedua, surat pernyataan kepemilikan hak cipta sebanyak empat rangkap dibubuhi materai enam ribu.

Ketiga, menyiapkan satu buah map kertas warna biru. Keempat, menyiapkan materai tiga rangkap untuk lampiran pertama dari tiap surat pengalihan hak cipta. Biaya pendaftaran sebesar Rp 400.000. Setelah memperoleh nomor hak cipta maka ciptaan kita tidak akan ditiru oleh orang lain. Formulir dari ketiga jenis Haki tersebut dapat di-download di website Kementrian Hukum dan Hak Asasi manusia (Kemenkumham) dgip.go.id. Setelah semua berkas dikumpul di kantor Haki Unhas. Selanjutnya, berkas akan dikumpul di Kemenkumhan Kantor Wilayah. Setelah diverifikasi, selanjutnya akan dikirim ke Kemenkumham pusat di Jakarta. Adapun, waktu yang dibutuhkan hingga memeroleh bukti pendaftaran untuk paten sekitar lima sampai sepuluh tahun. Sedangakan, merek dan hak cipta hanya satu sampai dua bulan.n Zulfajri Nur Staf Desiminasi dan HAKI Unhas


opini

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

Islam dan Politik

BARU-BARU ini, sebagian besar masyarakat Indonesia tersentak dengan peryataan Basuki Tjahaja Purnama alis Ahok. Dalam kunjungan yang dilakukan pada masyarakat di Kepulauan Seribu, Ahok menyatakan bahwa, “... Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak-ibu enggak bisa pilih saya, karena dibohongin pake Surat al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapakibu ya. Jadi, kalau bapak-ibu perasaan enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibohongin gitu ya, enggak apa-apa.” (Repulika.co.id, 10/10) Hal ini, ditambah kisruh oleh pernyataan Nosron Wahid alias Nusron Purnomo, dalam acara ILC (11/10/2016) yang jelas mengtakan secara tegas bahwa “Hentikan pengunaan ayat-ayat al-Qur’an dalam politik.” Gejolak politik yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, tentu tak lepas dari susana perpolitikan dalam negeri yang semakin aburadul. Tingkat antusias perpolitikan yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) secara terbuka menunjukkan adanya penurunan dari tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2015. Data Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) tahun 2015 mengalami penurunan sampai pada level nasional yang berada di angka 72,82 persen sedangkan, data IDI tahun 2014 berada pada angka 73,04 persen. Inilah yang terjadi di Indonesia. Partai politik seolah menemuhi stigma negatif dalam pemahaman dan pandangan khalayak umum. Sehingga, menjadi hal yang wajar jika ditemukan diantara masyarakat Indonesia yang mengatakan “Politik hanya menjadi ajang perebutan kursi dan kekuasaan. Jadi, siapa saja yang naik, hasilnya akan sama saja.” Kondisi ini, tentu saja bukan tanpa alasan. Coba kita lihat, bagaimana rilis yang dikelurakan IDI tahun 2015 bersama dengan lembaga survei nasional, Poltracking Indonesia pada tahun yang sama. Tercatat bahwa, yang menduduki peringkat tertinggi terkait tingkat ketidakpuasan publik, terhadap mekanisme perpolitikan dalam negeri, berada pada salah satu instrumen penting batang tubuh demokrasi. Yaitu, lembaga DPR dan peran partai politik. Peringkat pertama, diduduki oleh DPR dengan presentase sebesar 66,5 persen, kemudian disusul oleh peran partai politik sebesar 63,5 persen.

Oleh : Mukhammad Yusuf Kadir Pole Kehidupan perpolitikan dalam Islam, sebenarnya jauh-jauh hari telah dicontohkan oleh baginda Muhammad SAW, dan menjadi rujukan dalam membangun makanisme politik modern saat ini. Begitu jelas tergambar dalam buku “100 Tokoh Paling Berpengeruh di Dunia” yang ditulis oleh Michael H. Hart. Dalam buku tersebut, ternyata penulis Ia menempatkan Muhammad SAW pada posisi petama. Salah satu faktor pendukung adalah karir politik Rasulullah di era itu. Tak perlu muluk-muluk. Sejarah peradaban Islam tentu menjadi bukti konkret yang bisa diterima oleh akal. Kekuasaan yang bertahan hingga 13 abad lamanya, tentu bukanlah peradaban yang kerdil. Pasalnya, peradaban ini berhasil mengusai

“Politik hanya menjadi ajang perebutan kursi dan kekuasaan. Jadi, siapa saja yang naik, hasilnya akan sama saja.”

Sebaliknya Islam

Sebaliknya Islam, menganggap hal ini, adalah hal yang serius. Menyikapi permasalahan yang kini terjadi, secara objektif. Maka, yang didapatkan solusi. Perkara ini juga menjadi bahan evalausi, sebab bara yang dilemparkan sudah jelas menciderai Islam dan para pemeluknya yang mencapai 87,2 persen di negeri ini (Badan Pusat Statistik, 2010).

hingga 2/3 belahan dunia. Pola hidup yang dibawa, menjadi bukti sejarah yang tak dapat dilupakan. Tingkat kesejahteraan tentu berbeda dengan yang sekarang. Kalau saja dulu serigala dan domba tidak lagi saling membunuh, karena melimpahnya makanan. Saat ini, justru berbeda. Seorang ibu bahkan relah menjual anaknya, hanya karena ingin memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Miris, memang. Namun, inilah yang terjadi di tengah gemerlap perpolitikan yang kini dijalankan. Peran pemerintah dalam mengurusi dan melayani masyarakat seperti yang termaktub dalam UU No. 25 tahun 2009, tentang Pelayanan Publik, seolah isapan jempol semata. Tanpa realisasi yang serius. Kondisi ini, jelas menjadi bahan evaluasi yang harus sesegera mungkin diselesaikan.

Islam-Politik

Penggunaan tanda “-“ dalam sub-

judul ini. Mengindikasikan adanya hubungan yang erat antara kedua kata tersebut. Dalam kehidupan Islam, politik memiliki definisi tersendiri. Artinya, politik dalam Islam bukanlah hal yang kotor. Politik dalam pandangan Islam, tidak identik dengan ajang rebut kekuasaan seperti yang saat ini terjadi. Dalam konteks bahasa arab, politik berpadanan dengan kata, “Sasa yasusu-siyasat[an]; atinya, mengurus dan memelihara. Samih ‘Athif, dalam bukunya As-Siyasah wa As-siyasah ad-Dauliyyah (1987: 31), menuliskan bahwa, politik (siyasah), merupakan pengurusan urusan umat, perbaikan, pelurusan, menunjuki pada kebenaran dan membimbing pada kebaikan. Karena alasan inilah, Islam dan politik tidak dapat dipisahkan. Politik dalam pandangan Islam sangatlah mulia. Sehingga jika dilakukan pemisahan maka akan menimbulkan masalah yang besar, persis dengan yang terjadi saat ini. Alasanya: Pertama, Islam adalah agama yang Syamil (menyeluruh) yang mengatur barbagai aspek kehidupan. Penerapan hukum-hukum Islam diperuntunkan baik bagi individu Muslim, maupun non-Muslim, tanpa melihat perbedaan status atau jabatan. Kedua, dalam kehidupan Islam, politik dan agama Islam saling berkaitan erat, gambaran ini tergambar jelas dalam sejarah panjang peradaban muslim dimasa lalu. Sehingga, tentu saja kehidupan Islam tidak akan luput dari mekanisme perpolitikan seperti apa yang diajarkan oleh sang suri tauladan. Efek domina yang terjadi saat ini, memukul telak peradaban dunia. Tentu saja jelas, bagaimana sisi negatif yang dari tahun ke tahun dipertontonkan kalangan politikus dalam negeri. Konflik antara staf kenegaraan, budaya korupsi yang semakin menjadi, jual-beli tampuk pemerintaha (money politic), maraknya pelecehan agama, dan beberapa masalah lainnya, hanya menambah yakin bahwa makanisme perpolitikan dalam negeri sedang mengalami keadaan yang memperihatinkan. Sehingga, dalam kehidupan Islam, masalah seperti ini, tentu tidak akan didapatkan. Penerapan mekanisme perpolitikan seperti yang telah dijelaskan di atas, adalah solusi yang kini dibutuhkan. Mekanisme yang bersih, tidak lagi mengejar kekuasaan, serta fokus dalam menjunjung tinggi point ketaatan pada sang khaliq, adalah beberapa landasan yang harus dipengang teguh. Sampai kehidupan Islam yang diinginkan benar-benar menjadi desain terbaik dalam tatanan kehidupan dunia. n Penulis adalah Mahasiswa Prodi Kedokteran Hewan Angkatan 2013 Ketua Umum Lk-Uswah dan Anggota FLP-Ranting Unhas

5

akademika

Pejuang Perempuan Berkiprah Lewat Tulisan

PEREMPUAN hebat, dari aktivis kemerdekaan, jurnalis hingga menjadi menteri pernah dirasakannya. Ialah Surastri Karma Trimurti. Nama aslinya, Surastri. Karma dan Trimurti hanya nama samaran. Ia lahir 11 Mei 1912. Keluarganya terpandang, termasuk keluarga Keraton Kasunanan Surakarta. Itulah mengapa perempuan yang karib disapa Zus Tri ini bisa mengecap pendidikan di Tweede indlansche school (sekolah kelas dua/sekolah rakyat), lalu melanjutkan di meisjes normaal school (sekolah guru putri) di Solo. Lahir di keluarga keraton membuat Surastri harus menerima ajaran empat tradisi bagi perempuan, yakni marak (bersuami), macak (pandai menghias diri), masak (pandai memasak), dan manak (melahirkan anak). Tapi ajaran ini, tidak ia terima dengan baik. Setelah menamatkan sekolahnya sebagai lulusan terbaik, perempuan kelahiran Boyolali ini kemudian menjadi seorang guru di tempatnya dulu pernah bersekolah. Sebab tak betah, ia lalu pindah ke sekolah ongko loro di Solo. Di kota inilah, perempuan yang akrab di sapa Zus Tri ini mulai aktif berorganisasi. Mulai dari rukun wanita hingga mengikuti rapat-rapat Boedi Oetomo. Pergerakan kemerdekaan pun mulai diikutinya. Hingga akhirnya, ia memutuskan berhenti menjadi pengajar, dan memilih dunia pergerakan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Keputusan besar ini tidak lepas dari peran Soekarno. Lewat tulisan dan pidato Bung Karno yang menggelagar, pandangan Zus Tri terhadap politik menjadi radikal. Langkah selanjutnya ia pindah ke Bandung, untuk mengikuti kursus kader Partai Indonesia (Partindo). Di kota ini Zus Tri tinggal sebentar di rumah Inggit, istri pertama Soekarno. Hal ini membuatnya semakin akrab dengan Bung Karno. Tahun 1933 menjadi awal mula SK Trimurti terjun di dunia jurnalistik. Saat itu bung Karno memintanya menulis untuk majalah pikiran rakyat, tapi Zus Tri menolak. Ia merasa tak punya pengalaman dalam mengarang. Namun setelah didesak, ia akhirnya berhasil menelurkan tulisannya. Saat usianya 22 tahun, Trimurti sempat pulang ke rumah orang tuanya di Klaten. Namun karena aktivitas dunia politiknya tidak disetujui keluarga, Ia akhirnya meninggalkan rumah dan pindah ke Solo. Dalam gerakan politik anti penjajahan yang ia ikuti, Menteri Perburuhan Indonesia pertama ini sering keluar masuk penjara. Bahkan ia pernah dipenjara selama sembilan bulan karena menyebarkan pamflet gelap yang berisikan ketidakadilan kolonial Belanda. Bahkan, anak pertamanya, Musafir Budiman Karman, turut merasakan dinginnya penjara. Perempuan yang dikenal sangat aktif menulis ini pernah menerbitkan majalah Bedug yang ditulis dalam bahasa Jawa. Namun hanya sempat terbit sekali, karena saat itu media harus menggunakan bahasa Indonesia. Setelah itu Bedug berganti nama menjadi Terompet. Namun sayang, karena keterbatasan dana dan pengelolaan yang masih mengandalkan idealisme, majalah ini berhenti dan hanya mengeluarkan beberapa edisi saja. Trimurti pun aktif di Gerwis (Gerakan Wanita Sedar). Di sini, ia banyak menulis tentang nasib kaum perempuan di Indonesia. Ia sering menulis di majalah Api Kartini, Berita Gerwani dan Koran Harian Rakyat. Tahun 1936, Trimurti bergabung dengan perkumpulan Mardi Wanita yang belakangan berganti nama menjadi Persatuan Marhaeni Indonesia (PMI) di Jogjakarta. Dalam organisasi ini, ia menerbitkan majalah Soeara Marhaeni dan menjabat pemimpin redaksinya. Pada tahun 1938 ia menikah dengan sang pengetik naskah proklamasi Muhammad Ibnu Sayuti, mereka berdua sama-sama pejuang kemerdekaan yang bergerak melalui tulisan. SK Trimurti adalah seorang pejuang yang tidak pernah mengharapkan sarana dan pemberian negara. Dengan sederhana ia menjalani hidupnya. Bahkan diujung umurnya yang ke 96, SK Trimurti masih tinggal di rumah kontrakan sempit di bekasi. Tuhan pun memanggilnya tanggal 20 Mei 2008. Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto akibat gangguan darah dan hemoglobin. Perjuangan SK Trimurti tentu tidak akan dilupakan begitu saja. Gerakannya di bidang jurnalistik dan perempuan membuat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengabadikan namanya dalam penghargaan SK Trimurti. Musthain Asbar Hamsah


6

6

identitas NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

identitas

NO 867| TAHUN XLI| EDISI AWAL OKTOBER 2016

Calon Dokter Ahli Jurnalistik Bergabung di Lembaga Pers Mahasiswa, bukti nyata bahwa kesibukan perkuliahan tak jadi penghalang untuk berkarya. “MEMEDIASI Komunikasi yang Sehat�, itulah slogan dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Sinovia Fakultas Kedokteran (FK) Unhas. Hingga saat ini, Lembaga Pers FK pertama yang mampu eksis di Sulawesi tersebut tetap rutin menerbitkan majalah dan buletin. Informasi yang disajikan sebagian besar tentang dunia medis, kemahasiswaan, dan penelitian yang bermanfaat bagi mahasiswa medikal. Meskipun sering terkendala dengan kesibukan perkuliahan, tak menghalangi pengurus untuk terus berkarya melalui tulisan. Hasilnya, karya jurnalistik berupa majalah pun bisa diterbitkan tiga kali dalam satu tahun dengan jumlah cetakan sebanyak 200 eksemplar. Didistribuskan ke beberapa tempat yaitu di Sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se Unhas, bagian akademik, kemahasiswaan, organisasi internal dan Rumah Sakit Unhas. Berbeda dengan majalah, buletin yang berisi opini dan cerpen rutin diterbitkan satu kali dalam dua minggu, didistribusikan di tiap angkatan Mahasiswa FK. Jumlahnya sekitar seratus hingga 120 eksemplar. Pemimpin Umum Sinovia, Cahya Ramadhani Sila bercerita asal muasal Sinovia diambil dari Bahasa Latin, yaitu nama cairan sendi pada lutut yang membantu melicinkan pergerakan. Sesuai dengan namanya, LPM yang berdiri 31 Desember 1990 ini diharapkan menjadi lembaga pers yang memiliki fungsi pergerakan dengan tetap berlandaskan pada idealisme mahasiswa.

Pembentukannya bermula saat Ketua Senat FK Unhas saat itu yang dijabat oleh Dr Marhaen Hardjo, mewakili Unhas untuk mengikuti kegiatan Musyawarah Besar Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia yang diadakan di Universitas Indonesia (UI). Melihat UI sudah memiliki LPM, Marhaen pun kemudian tertarik untuk menggagas didirikannya LPM di Indonesia Timur yang akan diawali di Unhas tempatnya mengenyam ilmu medis. Rudi S Pontoh saat itu yang diberikan kepercayaan untuk mendirikan LPM Sinovia sekaligus menjadi pemimpin redaksi pertama. Awalnya, produk yang diterbitkan bukan dalam bentuk majalah. Baru pada tahun 1995 terbit dalam bentuk tabloid, kemudian menjadi majalah. Sinovia memiliki dua kegiatan penting yang dijalankan, redaksi dan direksi. Kegiatan redaksi menghasilkan produk berupa majalah, buletin, mading dan berita online. Sedangkan kegiatan direksi mengadakan bakti sosial, seperti mengunjungi panti asuhan sekaligus berbagi dengan anak-anak panti. Untuk tahap perekrutan anggota baru, ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu Sekolah Dasar Jurnalistik (SDJ), Point of Action (POA) yaitu materi yang didapatkan di SDJ diaplikasikan dengan cara membuat sebuah majalah. Setelah itu, barulah dilantik untuk menjadi anggota biasa. Selanjutnya, menjadi pengurus dan menjadi anggota luar biasa setelah menyandang status sarjana.

Eksis hingga saat ini, bukan berarti Sinovia tak memiliki kendala. Selain kesibukan perkuliahan, Sinovia juga kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Tak banyak yang berinisiatif untuk bergabung. Saat ini, jumlah anggotanya hanya delapan orang. Hal itu membuat kinerja redaksi kurang efisien untuk menjalankan seluruh kegiatan kepengurusan. Olehnya, pengurus Sinovia pun berusaha lebih memperbaiki citra dengan memaksimalkan berita online serta mengadakan sosialisasi sebagai eksistensi Sinovia di FK. Rencana untuk kepengurusan periode ini, Pemimpin Umum Sinovia yang dilantik tanggal Lima Oktober berencana membentuk divisi baru yaitu divisi redaksi yang bertugas menentukan penanggung jawab berita tertentu. Hal ini dibuat agar jobdesk dalam hal kere-

daksian lebih jelas. Sejauh ini Sinovia terus mengirimkan kadernya di tingkat nasional menjadi pengurus Badan Pers Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia. Namun, Cahya menganggap bahwa Sinovia kurang ikut andil dalam lomba jurnalistik. Sehingga salah satu tujuan dari kepemimpinannya adalah mengirim kader untuk berpartisipasi dalam lomba lokal dan nasional. Cahya berharap di periode kepengurusannya ini ia dapat membuat Sinovia bisa lebih eksis lagi dan dapat membawa manfaat bagi khalayak umum “Semoga Sinovia tetap memediasi komunikasi yang sehat dalam berita-berita yang di terbitkannya,� ujarnya. n Andi Ningsi


laporan utama

identitas NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016 identitas NO 867 TAHUN XLI| EDISI AWAL AGUSTUS 2015

7

7

bundel • Awal Oktober 1987

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Lampu Kuning untuk Staf Akademik

Bangun pemudi pemuda Indonesia Tangan bajumu singsingkan untuk negara Masa yang akan datang, kewajibanmu lah Menjadi tanggunganmu terhadap nusa.

I

nilah sepenggal lirik dari lagu perjuangan Bangun Pemudi Pemuda karya Simanjuntak. Pada bait kedua dan ketiga “masa yang akan datang, kewajibanmu lah. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa” mencerminkan betapa besar peran dan tentu saja tanggung jawab pemuda bagi sebuah bangsa. Pemuda salah satu elemen dari sebuah bangsa, yang juga menjadi garda terdepan dalam menghadapi persoalan bersama. Dalam sejarahnya, kelompok muda ini acap kali menelurkan berbagai pemikiran dan pergerakan . Kiprah kaum muda sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum lahirnya negara Indonesia. Mari refleksi kebelakang, perjuangan rakyat Aceh yang dipimpin oleh Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Cut Mutia untuk mengusir bangsa Belanda dari tanah rencong di Abad Ke-16. Sedang di Sumatera Barat oleh Imam Bonjol. Lalu di daerah Tengah dan Timur Indonesia ada Sultan Hasanuddin dan Pattimura, serta para pejuang kemerdekaan lainnya, dinilai menjadi awal pergerakan kaum muda. Pergerakan pemuda lalu berubah bentuk beberapa tahun berikutnya. Pada zaman yang dikenal dengan istilah “Zaman Bergerak” oleh Takashi Shraishi tepatnya di tahun 1912-1926. Pada masa itu, kesadaran politik mulai muncul di kalangan pemuda. Perlawanan mereka tidak lagi dengan alat sederhana seperti bambu runcing, rencong dll. Lebih dari itu, mereka melawan dengan tulisan. Kritik terhadap kebijakan pemerintah Hindia-Belanda di koran-koran, aksi pemogokan, dan aktif berserikat menjadi bentuk perlawanan pemuda. Sedang, pada tahun 1908-1918 adalah masa pergerakan Dr Wahidin Sudirohusodo, melalui jalur pendidikan. Ia mem-

Pergerakan Pemuda

dari Masa ke Masa bentuk Studifound di tahun 19061907 dengan melakukan propaganda di seluruh tanah Jawa. Selain itu, bersama dengan pemuda STOVIA Dr Wahidin Sudirohusodo mengajak serta Gunawan, Sutomo, Suradji dan Suwardi Suryaningrat mendirikan organisasi pemuda pertama Boedi Oetomo yang artinya kebaikan yang diutamakan. Organisasi Boedi Oetomo inilah yang kemudian menjadi tonggak awal mulainya pergerakan pemuda modern. Lalu, pada tahun 1918-1928 muncullah serikat organisasi pemuda berbasis daerah. Saat itu Jong Java, Sumatera, Batak, Sulawesi, Ambon baik di dalam dan di luar negeri aktif mengawal isu-isu yang ada di nusantara. Para pemuda inilah yang kemudian aktif mendorong terbentuknya organisasi pemuda yang mampu mewadahi seluruh pemuda tanpa membeda-bedakan asal daerahnya. Hingga pada tahun tanggal 26-28 Oktober 1928, tepatnya pada kongres pemuda kedua di Batavia menjadi tonggak awal berdirinya organisasi pemuda yang tujuan utamanya adalah untuk memerdekakan Indonesia. Itulah kenapa pada tanggal 28 Oktober, kita memperingati lahirnya Hari Sumpah Pemuda. Namun saat itu, Belanda menangkapi beberapa pemimpin organisasi pemuda yang mampu membuat ‘kuping’ kompeni panas. Diantaranya adalah Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, Syahrir dan tokoh pemuda lainnya. Di tahun 1938-1945 Indonesia kembali mengalami perang fisik pasca masuknya Jepang menguasai nusantara. Pemuda dilatih untuk menjadi

anggota militer di PETA dan HEIHO, namun tidak berlangsung lama, pasca diserangnya Jepang oleh Rusia dalam peristiwa pengeboman Nagasaki dan Hiroshima, Jepang berhasil dipukul mundur kembali ke negaranya, saat itulah Adam Malik mendesak Sukarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Hingga 17 Agustus, Indonesia memproklamirkan diri telah merdeka. Pegerakan pemuda terus mengalami kemajuan sejak masa pemerintahan Sukarno, banyak partai dan organisasi berbasis pemuda yang dibentuk. Sayangnya saat Indonesia berada di masa orde baru, saat itu Indonesia dinahkodai oleh Suharto. Organisasi pemuda memang tumbuh bak jamur di musim penghujan, namun pemerintahan Suharto yang cenderung anti kritik malah membatasi pergerakan pemuda, bukan hanya pergerakan pemuda, saat itu media yang mengkritik pun tak lepas dari pembredelan. Hingga masa reformasi muncul, pemuda mulai bergerak untuk melawan pemerintah, di masa ini dikenal dengan peristiwa Malari, dimana Syahrir, Arif Budiman dkk ditangkapi, aksi – aksi heroik lainnya pun terjadi sebut saja peristiwa Trisakti, dan PeristiwaAmarah di Makassar. n

Tim Laput Koord. Laput: Devika Saputri Anggota: Ramdha Mawaddah Sriwidiah Rosalina BST Andi Ningsi, Ayu Lestari Sri Hadriana, Nor Hafizah

UPACARA pelantikan Pejabat Eselon III A di Lingkungan Unhas. Sebagian besar pejabat yang dilantik adalah pemangku jabatan di Biro Administrasi, Akademik, Tata Usaha, Kemahasiswaan dan Keuangan tingkat fakultas. Pelantikan ini menjadi peristiwa penting dalam berputarnya roda organisasi setingkat fakultas di Unhas. Jika biasanya pemangku jabatan disarankan memberikan inovasi terbaru, lain halnya dengan pelantikan kali ini. Rektor Unhas memberikan kesempatan kepada para pejabat baru untuk dapat menyelesaikan tugas yang telah diemban pendahulunya. Sejak sekian lama Unhas tidak melakukan pergeseran Pelantikan ini menajdi cerminan berjalannya sistem di Unhas. Pejabat-pejabat yang dipilih ini kelak menjadi acuan pengembangan pendidikan dikampus Unhas. Utamanya dalam mengambil keputusan dan merealisasikan perencanaan di tingkat birokrasi fakultas Oleh karenanya mereka wajib memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Fachruddin menyatakan telah memberikan lampu kuning kepada pejabat, utamanya staf administarasi yang selama ini hanya dikelola oleh tenaga-tenaga akademik. Pergiliran tugas dibidang administrasi semestinya dilakukan sebagai upaya untuk menambah pengalaman dan pengetahuan utamanya dalam bidang administrasi. Hal ini terjadi, menngingat dibeberapa fakultas hanya tingkat pendidikan staf administrasi masih rendah, hingga berpengaruh ke kinerjanya. Selain itu Fachruddin berharap agar staf yang telah dipilih ini tidak lagi merangkap jabatan, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya. • Edisi Awal Oktober 2007

Menakar Kinerja dengan Tunjangan MENANGGAPI tindak tanduk beberapa dosen yang tidak memberikan kuliah sesuai jadwal, Rektor Universitas Hasanuddin Prof Dr dr Idrus Patturusi SpBo mulai membentuk Unit Pengawasan Internal (UPI). Hal ini dilakukan agar proses verifikasi dan pengawasan kerja dosen menjadi lebih sistematis dan jelas. Berharap kerjasama dari mahasiswa, lembaga ini lah kelak akan yang menilai kinerja setiap dosen terkait terutma dalam pemberian sanksi bagi dosen yang terbukti lalai. “Bagi mahasiswa yang menemui dosen yang malas masuk kelas, langsung saja melapor ke UPI, jika ada dosen yang terbukti malas mengajar akan diberikan sanksi,” tegas Ketua UPI, Prof Dr Djuanda Nawawi MSi Beberapa fakultas seperti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) mulai melakukan proses monitoring. Monitoring di beberapa jurusan memang telah dilaksanakan, akan tetapi beberapa mahasiswa menilai bahwa kinerja dosen masih belum maksimal. Faktor lain yang diduga mempengaruhi intensitas kehadiran dosen belum berjalan merata, khususnya dosen yang merangkap jabatan struktural di jurusan dan fakultas adalah karena dosen tersebut disibukkan dengan aktifitasnya sebagai pemangku jabatan. Terkait hal ini, Pimpinan Unhas punya cara lain yakni dengan memberikan tunjangan atau reward bagi dosen yang melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar dosen tidak lagi melalaikan tugasnya hanya karena alasan rendahnya pendapatan. Walau terdapat pro kontra terkait hal ini, namun pemberian tunjangan kerja dinilai memberikan dorongan positif terhadap kinerja dosen.


8

laporan utama

identitas NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

Kala Mahasiswa dan

A

pril Makassar Berdarah (Amarah) telah berusia dua dekade, tapi masih membekas bagi sebagian orang yang menyaksikan bahkan terlibat di dalamnya. Gerakan yang meruntuhkan orde baru ini menelan tiga korban mahasiswa Universitas Muslim Indonesia. Barawal dari keputusan pemerintah kota menaikkan tarif angkutan umum yang menuai protes di kalangan mahasiswa karena dianggap memberatkan. Hingga terjadi penyerangan dari aparat dan akhirnya menumpahkan darah. Seperti itulah gambaran peristiwa demonstrasi yang dilakukan mahasiswa sebelum reformasi. Pergerakan begitu progresif melawan kebijakan-kebijakan pemerintah yang sewenang-wenang. Salah satu saksi sejarah kala itu, Prof Dr A Razak Taha yang merupakan ketua senat mahasiswa Unhas. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat ini mengatakan sejak awal menjadi mahasiswa di Unhas, demostrasi sering kali terjadi. Baru tiga hari menjadi mahasiswa langsung dihadapkan dengan demonstrasi penolakan memakai helm. Bentuk protes mahasiswa ada dalam bentuk puisi, tulisan dan banyak lagi. Karena melawan tentara dan polisi bukanlah perkara mudah. “Sebenarnya angkatan 1990 itu cuma penikmat, dia menikmati perjuangan-perjuangan sebelumnya, karna kami berhadapan dengan tentara, polisi, sedikit- sedikit ditangkap, sedikit-sedikit di sel,” terang Razak yang kini menjadi salah satu anggota Majelis Wali Amanat (MWA), Selasa, (22/10). Pergerakan yang sangat kental terlihat di Unhas saat itu adalah tersedianya mimbar bebas yang biasa dilaksanakan di lapangan FISIP. Di mimbar ini mahasiswa mnyuarakan apa saja, kebijakan negara, rektor dan siapa saja. Tujuannya tak lain memicu dan melatih mahasiswa sehingga lebih dewasa menyikapi banyak permasalahan masyarakat. “Kalau kita tidak bisa menyuarakan keluhan rakyat, siapa yang mau menyuarakan, kalau tentara, polisi, birokrasi mereka (pimpinan negara) punya. Semuanya dikendalikan oleh pimpinan

otoriter,” tegasnya. Pergerakan mahasiswa ini terus brgulir hingga 1990. Seperti yang diutarakan Supratman SS MA, mahasiswa Unhas di era itu. Menurutnya, di tahun 98an banyak kebijakan yang harus dikritisi oleh kaum intelektual dalam hal ini mahasiswa. Pada saat itu peluang memang ada di tangan mahasiswa untuk kemudian memanfaatkan momentum yang ada. Gerakan mahasiswa juga ikut mendorong untuk meningkatkan minat baca, daya kritis dan melatih mahasiswa membentuk kepribadian intelektual untuk berani menyampaikan apa yang dianggap salah. “Kecerdasan mahasiswa akan terasa bila dibarengi hal-hal di luar bangku kuliah di mana tidak hanya fokus kepada mata kuliah yang diajarkan namun mahasiswa juga dituntut peka terhadap persoalan yang ada di masyarakat,” tegas dosen Sastra Asia Barat ini, Sabtu(22/10). Lebih lanjut ia menegaskan jika dulu kekompakan dalam melakukan pergerakan sangat tinggi, radikalisme dan idealisme dalam melakukan pergerakan umum untuk menolak intervensi kepentingan penguasa dan orangorang tertentu. Sehingga dulunya pergerakan mahasiswa sangat disegani. Pergerakan berawal dari diskusi kecil Munculnya pergerakan mahasiswa secara besar-besaran tak muncul begitu saja. keinginan kuat dari mahasiswa untuk melakukan perubahan sangat ditonjolkan. Pergerakan tak hanya muncul dari lembaga-lembaga mahasiswa saja, tapi lahir dari diskusi kecil. “Dari kelompok diskusi ke diskusi muncul suatu visi dan misi untuk muncul ke arah yang lebih baik,” ujar Hasbi Lodang SS saat diwawancarai, Kamis (20/10) Mahasiswa yang merupakan aliansi pro demokrasi di Unhas ini menuturkan jika saat itu mahasiswa terhimpun dari beberapa universitas di Makassar. Dari kelompok diskusi membentuk lagi kelompok diskusi yang lain dan akhirnya menggurita dan muncul ratusan kelompok diskusi. Hal tersebut rutin dilakukan, dialog dengan melakukan proses dialektika di makassar dan aksi-aksi kecil, sehingga aksi membesar dan memuncak pada tahun 1998. Situasi yang terbuka membuat peluang besar menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Untuk itu mahasiswa diharapkan lebih peduli terhadap dinamika sosial sehingga predikat sebagai agen perubahan dan intektual bisa dipertahankan. n

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Mahasiswa bersatu menyuarakan kepentingan masyarakat. Tak lain karena mereka menjadi bagian dari mereka dan menjalankan fungsinya sebagai agen perubahan. Bagaimana pergerakan ini bisa muncul hingga meruntuhkan orde baru?

Pergerakan Kreatif

Kian Diminati

Gerakan tak melulu unjuk rasa. Banyak cara kreatif bahkan lebih menyentuh masyarakat yang seharusnya kita lakukan, unjuk karya misalnya.

R

atusan mahasiswa berbondong-bondong memenuhi jalan AP Pettarani-Jalan Hertasing, Kota Makassar, Jumat (28/10). Secara bergantian, dengan suara lantang menyampaikan aspirasi mereka dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober. Berawal dengan aksi damai, namun berakibat kemacetan lalulintas. Bentrok dengan petugas kepolisian pun tak dapat dielakkan lagi, hingga delapan motor anggota polisi hancur terbakar api. Beginilah potret mahasiswa saat ini di Makassar. Unjuk rasa masih sering terjadi dalam rangka memperingati hari bersejarah. Salah satunya peringatan sumpah pemuda ini. Mahasiswa menjadikan momentum ini sebagai wadah menyampaikan aspirasi mereka kepada pemegang kebijakan. Bahkan tak segan menunjukkan aksi anarkis sekalipun. Nyatanya tak semua mahasiswa memiliki keinginan melakukan pergerakan dengan cara seperti ini. Bahkan ada diantara mahasiswa yang tak menyadari perannya dalam masyarakat hingga melupakan tugasnya sbagai mahasiswa. Tak heran jika banyak lembaga mahasiwa yang kini minim kader untuk meneruskan roda kepemimpinan. Kabar baiknya, kini mahasiwa banyak menyalurkan aspirasinya melalui komunitas luar kampus. Ruang ini laksana energi baru bagi mereka untuk berkarya bagi negeri ini lewat gerakan edukasi dan sosial. Merka yang muda dan berkarya memilih mengabdi dalam bentuk lain ketimbang turun ke jalan. Salah satunya Derry Perdana Munsil, aktivis mahasiswa Fakultas Teknik Unhas. Derry sapaan akrabnya mendirikan komunitas bernama Aksi Indonesia Muda (AIM) yang membrdayakan orang-orang yang menderita kusta di Kampung Dangko, Makassar. Berawal dari kegelisahan Derry melihat pergerakan mahasiswa yang selama ini dilakukannya tidak menyentuh ke akar permasalahan dan terus bermain di ranah yang hanya bersifat teori saja hingga tak sadar bagaimana substansi gerakan mahasiswa sebenarnya. Akhirnya di tahun 2012 terbntuklah komunitas ini. Di tempat ini Derry membina 800 kepala keluarga dan pengemis di Makassar. Meski organisasi ini di luar kampus, penggiat di dalamnya adalah mahasiswa. Mantan ketua senat Fakultas Teknik ini mengimbau jika untuk pergerakan mahasiswa sekarang jangan terlena dan hanya sibuk dengan internal kampus saja menuntaskan program kerja. “Mahasiswa tidak boleh menjadi kerdil sejak dalam kampus. Pemikiran dan gerakannya harus sudah

mengindonesia,” ujar Derry, Rabu (19/10). Lain halnya Aswin Baharuddin. Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (Himahi) 2006/2007 ini saat mahasiswa banyak aktif di lembaga dan melakukan kaderisasi. Namun seiring berjalannya waktu, kini Aswin banyak bergerak dalam dunia literasi bernama Kedai Buku Jenny (KBJ). Dosen Hubungan Internasional FISIP ini, bersama teman-temannya ingin membentuk komunitas literasi dengan model musik sekaligus kedai buku. Melalui literasi dan musik banyak yang dapat tersampaikan. Sehingga tak melulu turun ke jalan. Sekarang subtansi sama pentingnya dengan kemasan. Pesan yang sampai bergantung cara kita menyampaikannya. Di KBJ ini Aswin terus berinovasi menemukan cara kreatif untuk menyampaikan ilmu. “Kalau dulu diskusi saja, sekarang diskusi sambil konser. Ada pameran data, ada pembacaan pusi, penampilan seni dan melibatkan lebih banyak orang,” tuturnya, Rabu (19/10). Berbeda dngan mereka yang melakukan pergerakan di luar kampus dengan ranah yang lebih besar. Badan eksekutuf Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) lebih sering mengawal permasalahan yang ada di kampus khususnya di fakultas sendiri. Dalam artian, lembaga yang kini dipimpin Arisandi lebih mengutamkan pembinaan karakter bagi anggota sendiri. Bagaimana bisa kritis dalam menilai setiap kebijakan yang ada. Mahasiswa Jurusan Kimia ini menambahkan jika saat ini tidak lagi menggunakan metode unjuk rasa besar-besaran seperti yang terjadi sbelumnya. Baginya jika aspirasi ingin didengarkan maka upaya yang dilakukan adalah berpolitik yang berintegritas agar kepentingan mahasiswa dan unversitas dapat bersinergi. Meski masih mengalami banyak hambatan, seperti banyaknya campur tangan birokrasi mengnai tata cara pembinaan mahasiswa baru. Upaya penyatuan paham ini berusha disinirgikan satu sama lain. “Beberapa peraturan dari pihak rektorat tantang tata cara untuk pembinaan tingkat lembaga kemahasiswaan,” kata Arisandi, Jumat (28/10). Beda orang, beda pergerakan. Masa mahasiswa dengan usia yang masih muda, saatnya kita berkarya sebanyak-banyaknya, menunjukkan kreativitas dan inovasi. Ada ideologi yang ingin diperjuangkan bersama, entah dalam lingkungan kampus atau bersentuhan langsung dengan masyarakat. Apapu itu, saatnya yang muda berkarya untuk bangsa.n

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Masyarakat Bergandengan


laporan utama

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

9

Pergerakan Juga Butuh Keterampilan Bagaimana anda melihat gerakan pemuda dari masa ke masa. Seperti saat ini demonstrasi bukan lagi satusatunya gerakan pemuda tetapi ada juga dalam bentuk yang lebih kreatif? Kalau menurut saya, semua jenis gerakan itu bagus, sepanjang tujuannya baik.Cuma yang jadi persoalan menurut saya itu, kalau itu tidak dilakukan berulang-ulang. Orang yang melakukan gerakan tidak melakukan proses yang namanya refleksi. Orang bisa memperbaiki gerakannya kalau dilakukan berulang-ulang. Setelah dilihat apa yang kurang dan apa yang perlu diperbiki. Bagaimana Anda melihat gerakan pemuda dengan demonstrasi? Kalau seperti demo kemarin (sumpah pemuda) malah kita ciptakan antipati dari rayat, sementara pesan kita tidak sampai karena tidak diliput oleh media. Sehingga apa yang mau kita sampaikan tidak sampai. Media hanya sebutkan bahwa ada bentrokan dan macet. Setelah itu harus ada perbaikan atau refleksi untuk mengevaluasi dan gerakan berikutnya yang tentu lebih bagus. Apa kira-kira permasalahan utama dalam pergerakan yang dilakukan oleh pemuda? Masalah yang terjadi adalah hampir semua orang yang melakukan gerakan itu adalah pemula. Misalnya kalau dihubungkan dengan jenjang

keorganisasian di kemahasiswaan di kampus, itu cuma satu tahun masa kepengurusan. Jadi hanya saya sekali kegiatan lalu berhenti. Jadi orang tidak menjadi semakin terampil melakukan apa yang mereka lakukan karena tahun depannya pemula lagi yang melakukan gerakan. Terkait gerakan berupa demonstrasi dan teatrikal, yang mana lebih efektif menurut anda? Kalau kita bicara yang ideal, semuanya ideal. Tapi masalahnya karena yang melakukan pemula semua. Bayangkan kalau kamu sudah lima tahun demonstrasi pasti demontrasimu semakin canggih. Malah demonstrasi dan teatrikal bisa digabung. Apapun yang kamu lakukan harus berulang-ulang supaya bisa lebih bagus, itu kalau ada refleksinya. Jadi bukan pada bentuk gerakannya tapi pada seberapa terampil anda melakukan gerakan, sebagus apa pesan yang disampaikan. Misalnya pesannya perlu dirumuskan menjadi lebih baik. Dan kita butuh bagaimana caranya supaya pesan itu benar-benar sampai di masyarakat. Jadi itu bisa canggih kalau dilakukan berulang-ulang. Jadi semakian cangih dan kalian juga semakin terampil. Efektifkah pergerekan pemuda yang dulu demontrasi hingga sekarang juga masih melakukan demontarsi? Itulah masalahn-

Pemuda memegang peranan penting bagi sebuah bangsa. Prinsip idealisme yang menggebu dalam diri mampu menghantarkan mereka menjadi sosok yang pemberani dan siap melakukan perubahan. Mereka inilah yang dikenal dalam istilah kaum intelektual pengubah zaman. Waktu terus beputar. Pergerakan pemuda kian beragam mengikuti zaman. Kini pergerakan mahasiswa bertransformasi menjadi kegiatan-kegiatan sosial dengan aksi nyata dalam bidang pendidikan dan sosial. Lalu sebenarnya bagaimana gerkan kepemudaan saat ini dan bagaimana kita mempersiapkannya. Berikut kutipan wawancara reporter identitas, Sri widiah Rosalina BST bersama Nurhad Sirimorok. Saat ditemui di Perpustakaan Kata Kerja, Selasa (1/11).

Demonstrasi yang lalu lebih canggih karena dulu orang lebih sering demo kemudian pulang konsolidasi lagi dan evaluasi lagi. Jadi semakin terampil. Kalau sekarang pengurus (lembaga) semua yang pergi demo kemudian berhenti sampai di situ saja.”

ya karena pemula semua. Jadi menetapkan agenda gerakan itu tidak dilakukan dengan baik. Sehingga bentuk gerakannya pun tidak dibicarakan dengan baik. Jadi bukan pada bentuknya. Karena apapun itu bisa bagus kalau dilakukan dengan baik. Bisa mencapai tujuan. Demontrasi hari ini dan sepuluh tahun lalu masih sama relevannya. Apa ada perubahan demonstrasi dulu dan sekarang?

Demonstrasi yang lalu lebih canggih karena dulu orang lebih sering demo kemudian pulang konsolidasi lagi dan evaluasi lagi. Jadi semakin terampil. Kalau sekarang pengurus (lembaga) semua yang pergi demo kemudian berhenti sampai di situ saja. Semunya ada keterapilannya sendiri. Misalnya dengan membaca kiat-kiat bagaiamana melakukan aksi massa. Lalu setelah itu baru bisa melakukan kontekstualisasi. Di zaman sekarang bagusnya seperti apa. Itu baru bisa terjadi kalau kalian bisa melakukan percobaan-percobaan. Seperti apa mahasiswa dulu melakukan perencanaan demonstrasi? Mahasiswa dulu banyak yang lama kuliah dan itu masih ada di kampus sampai bertahun-tahun. Jadi pelajaran demo itu sudah ditangani sampai secanggih mungkin. Itu kalau kita bicara soal demo. Pergeseran bentuk gerakan, melihat hal tersebut apakah pergerkan pemuda dari masa-ke masa akan berbeda? Tergantung, kalau membaca pasti ada inovasi. Tapi kalau tidak membaca mengikut saja dari tradisi. Kuncinya begini. Tanpa referensi, baik dari tindakan yang kita lakukan sendiri dan referensi dari tindakan yang dilakukan orang lain referensi secara umum dari bacaan. Maka orang hanya melihat bentukbentuk dari tndakan yang dilakukan sebelumnya. Jadi yang muncul hanya tradisi saja, tidak ada inovasinya. Tidak menggali konteksnya seperti apa.n

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Data Diri Nama Lengkap : Nurhady Sirimorok Tempat/Tanggal Lahir : Riwayat Pendidikan : • Alumni Jurusan Sastra Inggris Unhas 1999 • Alumni Institute of Social Studies, Den Haag 2007 Riwayat Karir : • Penulis Laskar Pemimpi: Andrea Hirata, Pembacanya dan Modernisasi Indonesia • Penerjemah The Bugis oleh Christian Pelras • Penerjemah The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) Seventeenth Century oleh Leonard Y Andaya • Penerjemah Bugis Nvigation oleh Gene Ammarell • Penerjemah And the Sun Pursued the Moon oleh Thomas Gibson • Editor Makassar Nol Kilometer • Anggota Dewan Pendidikan & Pengembangan INSIST


10

civitas

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

koridor Catatan kegiatan Diskusi Publik yang diselenggarakan oleh Forum Pemuda Bhinneka Tunggal Ika (FPBTI) bekerjasama dengan Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (HPPMI) Maros Komisariat Unhas-Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) dan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintah Umum Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia yang bertemakan “Gerak Pemuda Memandang Setengah Perjalanan Trisakti-Nawacita” bertempat di Lantai 2 Ruang Sidang Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas, Selasa (27/9).

GOR Unhas untuk POMNas

Suatu bangsa akan tumbang tanpa ilmu pengetahuan. Untuk memajukkan suatu bangsa dengan ilmu pengetahuan diperlukan peranan pemuda dalam berjuang dengan kreativitas. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia menunjukkan bahwa negara ini sedang berjuang keras melawan ketidakunggulannya. Posisi Indonesia dalam kancah publikasi internasional misalnya, sejak 1996 hingga 2012 Indonesia terus berada di bawah Amerika Serikat, China, Japan, Singapura, dan Thailand, beda tipis dengan Vietnam. Walaupun memiliki status yang sama sebagai negara berkembang, Indonesia jauh terbelakang dari dua negara tetangga tadi. Fakta tersebut harusnya sebagai cambukan untuk negara yang berpaham demokrasi pancasila dan tentu saja menjadi tantangan bagi ilmuan muda. Tahun 2045, Indonesia memiliki agenda untuk mengembangkan ilmu pengetahun dengan konsep 17-8-2045. Rancangan ini akan menggabungkan sinergi antara ilmuwan muda dan senior dalam mempromosikan budaya sains, yang terdiri atas delapan pokok perkembangan. Pertama, identitas, keragaman dan budaya. Jika dikelola dengan baik akan menjadi sumber kekuatan bangsa. Namun yang terjadi kini, justru menjadi pemicu konflik. Kedua, kepulauan, kelautan dan sumber daya hayati. Indonesia menempati urutan pertama dalam keragaman hayati laut. Potensi alam Indonesia ini justru tak membuat masyarakatnya sejahtera, terutama para nelayan. Nelayan masih berada di bawah garis kemiskinan di tengah berlimpahnya sumber daya laut. Ketiga, kehidupan, kesehatan, dan nutrisi. Adanya penebangan hutan, pertambahan penduduk dan perubahan iklim global, memicu adanya penyebaran penyakit dari hewan ke manusia. Beberapa penyakit yang terjadi belum memilki alternatif pengobatan, sehingga menjadi tantangan bagi ilmuwan muda untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk pengembangan obat. Keempat, air, pangan, dan energi. Ketersediaan air bersih di Indonesia semakin sulit untuk didapatkan. Pengguna air terbesar adalah lahan pertanian yang menjadi penghasil pangan. Selain itu, kurangnya pasokan air juga disebabkan adanya perubahan iklim karena penggunaan energi dari bahan bakar fosil. Hal ini menjadi tantangan dalam penyediaan air bersih dalam jumlah besar. Kelima, bumi, iklim dan alam semesta. Dinamika iklim yang terjadi di Indonesia mempengaruhi iklim yang terjadi di bumi. Posisi Indonesia diantara pertemuan lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik, serta beberapa fragmen lempeng lainnya menjadikan Indonesia sebuah busur kepulauan terpanjang di dunia, sehingga diperlukan ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan pemahaman tentang dinamika yang terjadi di bumi. Keenam, bencana dan ketahanan masyarakat terhadap bencana. Di Indonesia kerap terjadi bencana seperti gunung berapi, tsunami dan tanah longsor. Peranan ilmu pengetahuan diperlukan dalam menyusun strategi untuk hidup selaras dengan alam, mengetahui cara menanggulangi berbagai bencana yang siap menghadang Indonesia. Ketujuh, material dan sains komputasi. Material dan sains komputasi merancang dan mendesain struktur sehingga menghasilkan material baru. Hal ini menjadi tantangan bagi ilmuan muda untuk menemukan material baru dengan mengubah energi matahari menjadi listrik secara lebih efisien dengan berlimpahnya energi matahari. Kedelapan, ekonomi, masyarakat dan tata kelola. Kemajuan perekonomian sebagai tolak ukur kesejahteraan masyarakat. Ilmuan muda diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut dengan pengelolaan perekonomian yang baik. Adanya rancangan yang menggabungkan sinergi antara ilmuwan muda dan senior dalam mempromosikan budaya sains diharapkan dapat mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan.n Sri Hadriana

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Pemuda dan Tantangan Ilmu Pengengetahuan

Gor Unhas: Seorang buruh bangunan mengerjakan lantai GOR. Sejak awal pembangunananya, Gor ini belum juga rampung.

Sudah hampir enam tahun sejak peletakan batu pertama pertanda dimulainya pembangunan Gedung Olahraga (GOR) Unhas berjalan. Namun hingga detik ini belum juga selesai. Sementara 2017 mendatang Unhas menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas).

S

ebanyak sepuluh miliar dana telah dikucurkan untuk membantu pembanguna GOR Unhas. Melalui program Coorporate Sosial Responsibility (CSR) PT Pertamina, kampus ini membangun GOR tang ditargetkan selesai dalam kurun waktu satu tahun. Namun hingga tahun keenam pembangunannya belum juga selesai. GOR yang diklaim terbesar di Indonesia Timur dengan luas 4.500 meter, bahkan diprediksi sebagai yang terluas di luar Pulau Jawa. Rencananya akan memiliki dua lapangan futsal dan satu lapangan bulu tangkis. Dua puluh tahun silam, tepatnya 1996, Makassar menjadi tuan rumah POMNas IV. Tahun 2017 mendatang, kembali akan diadakan di Sulawesi Selatan. Penentuan tempat ini karena hanya Sulsel satu-satunya provinsi yang menawarkan diri sebagai tuan rumah berikutnya. Sejak Februari lalu, Badan Pengawas Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) menyetujui hal ini. Dan rencananya akan diadakan di GOR Mattoanging dan GOR Sudiang Makassar. Selain kedua tempat tersebut, GOR Unhas juga akan digunakan. Wakil Rektor III Unhas, Dr Ir Abdul

Rasyid Jalil MSi yang juga menjabat sebagai Ketua BAPOMI Sulawesi Selatan membenarkan penggunaan GOR untuk POMNas XV kedepan. “GOR Unhas juga akan digunakan,” jawabnya mantap ketika dihubungi lewat pesan singkat, Rabu (21/9). Namun hingga kini, pembangunannya telah berganti nama menjadi GOR Jusuf Kalla Unhas, terakhir hanya sampai pembangunan atapnya saja. Pergantian nama tersebut karena orang nomor dua di Indonesia yang juga sekaligus Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) akan memprakarsai pembangunannya bersama para alumni. POMNas memang tidak memandang suatu Perguruan Tinggi (PT) tetapi lebih berfokus pada provinsinya. Semua mahasiswa yang berada dalam provinsi tersebut akan diseleksi dari masing-masing PT untuk dapat perwakilan. Untuk kesiapan atlet sendiri, Sulsel belum melakukan persiapan. Selain itu, penentuan cabang olahraga apa yang akan dipertandingkan juga masih dibicarakan. “Kami belum melakukan persiapan untuk atlet, karena itu dilakukan tahun 2017. Lebih fokus melakukan persiapan lainnya, misaln-

ya menelusuri SK kepanitiaan dan kami masih berfikir untuk cabang olahraga apa saja yang akan dipertandingkan,” kata Ketua BAPOMI Sulsel, Kamis (29/9). Persiapan yang lain pun masih digalakkan, seperti cabang olahraga yang dipertandingkan ke depan akan dilaksanakan di mana. Bahkan ketua kontingen Sulsel pun belum ada. “Nanti setelah semua beres, saya selaku ketua akan menunjuk salah satu pimpinan perguruan tinggi yang ada di Makassar untuk menjadi ketua kontingen, itulah kemudian yang akan mencoba melaksakan POMNas,” lanjut Abdul Rasyid dalam kesempatan yang sama. Namun ketika dimintai keterangan tentang kapan pembangunan GOR Unhas dilanjutkan, dosen ilmu kelautan ini mengatakan sabar saja dulu. Selain itu, ia bahkan menganalogikan pembangunan GOR ini seperti halnya dengan membeli kerupuk. “Pembangunannya tidak seperti membeli kerupuk yang harganya hanya lima ratus rupiah, itukan (red, GOR JK Unhas) barang mahal dan masih dalam proses sekarang,” katanya mengakhiri wawancara. n Mal/Iam


resensi

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

Masa Muda Tergadai Habis Dalam Perjuangan BARANG siapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan sendiri. Siapa ingin merdeka harus bersedia dipenjara. Prinsip itulah yang dipegang teguh oleh Tan Malaka. Namanya kurang familiar diantara banyaknya Pahlawan Kemerdekaan Nasional Indobesia. Tak banyak, yang mengupas kisah hidupnya dalam bukubuku sejarah yang kita pelajari di bangku pendidikan. Seolah tidak pernah serius untuk dikenalkan kepada kalangan mayarakat. Namun, tak perlu risau. Lewat autobiografi berjudul Dari Penjara ke Penjara (DPKP) ini. Anda akan diajak menyesapi perjalanan hidup, perjuangan, dan pemikiran seorang Tan Malaka, yang hidup dalam persembunyian dan penjara. Tak pernah mau membungkuk kepada siapapun, termasuk tuan-tuan Belanda yang mempekerjakannya. Beberapa kali berpindah tempat dan pekerjaan. Namun tak pernah mengecap hasilnya. Mengorbangkan semua yang dimiliki, demi rakyat dan tanah air yang harus merdeka. Menurut pengakuan pria bernama kecil Sultan Ibrahim ini, DPKP lahir sebagai hasil desakan kawan sejawatnya yang menginginkan ia menulis riwayat hidup, jatuh bangun perjuangannya. Namun, karena merasa tak yakin menulis kisahn-

Tulisan yang baik adalah tulisan yang dibaca bukan diabaikan. Tulisan yang menarik dan mengundang pembaca untuk melahap habis tulisan yang disuguhkan di tabloid atau koran harian adalah pekerjaan terbesar bagi para wartawan. Karena menulis berita bukan sembarang menulis. Ada beberapa hal yang mesti diterapkan untuk menarik para pembaca. Goenawan Mohamad, pendiri koran Tempo, menjawab permasalahan itu dalam sebuah buku dengan judul “Seandainya Saya Wartawan TEMPO”. Buku setebal 110 halaman ini berisi materi-materi dasar dalam penulisan berita yang menarik. Mulai dari pembuka (lead), tubuh dan ekor. Selain itu dalam buku ini juga menjelaskan beberapa modal penting dalam menulis, seperti penguasaan kata-kata, ejaan dan menangkap kesalahan dalam tulisan. Pertama-tama bang Goenawan membahas pentingnya penguasaan kata bagi para wartawan. Menurutnya, pemilihan kata yang pas dan efektif sangat berpengaruh pada bentuk tulisan karena salah penempatan kata dapat mengurangi minat pembaca. Sebab akan membuat pusing dan tidak dimengerti. Untuk menangkap kesalahan penempatan kata, yang perlu digunakan hanya membaca naskah berulang-ulang. Kemudian setelah penguasaan kata, yang terpenting dalam menulis ialah kreativitas penulis. Bagaimana membuat berita biasa menjadi luar biasa dengan permainan bahasa. Selain itu sudut pandang dari penulis juga

ya sejak dilahirkan hingga dewasa. Maka, ia membuat karya ini menjadi intisari perjuangan serta reportasenya, selama melawan imperialisme Belanda, Amerika, dan Inggris. Pada dasarnya, buku ini dibagi menjadi dua jilid. Jilid pertama, mengungkapkan beberapa konsep dialektik Tan Malaka, terkait kodrat penolakan dan kodrat penarik, positif dan negatif, serta adil dan zalim. Melalui beberapa konsep itu, ia ingin menempatkan diri sebagai tokoh yang berjuang menuntut keadilan yang dicabut oleh kekejaman dan kezaliman imperalisme. Inti pada jilid ini, mengisahkan perjalanan hidup Tan Malaka dari Indonesia menuju tanah pengasingan. Sedang jilid ke dua, menceritakan perjuangannya untuk kembali ke tanah air. Melalui kisah panjang di Shanghai, Hongkong hingga ke Indonesia untuk berjuang menumpas penjajahan. Dari buku setebal 560 halaman ini, ada hal-hal menarik yang mencuri perhatian. Misalnya pada Bab 6: Di

Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan Tebal

Deli, deskripsi yang mendetail terasa dari tulisan Tan yang mengisahkan kondisi kuli kontrak yang merana, di bawah tekanan tuan-tuan kebun yang kejam. Dikisahkan, si kuli diberi upah yang hanya cukup untuk mengisi perut. Tak sampai di situ, mereka pun kerap dipikuli. Sungguh menyayat hati. Tak melulu mengisahkan pilu di masa lalu. Tan, pun berkisah tentang sekolah rakyat yang didirikannya di Bandung. Pada bagian ini, mata kita akan terbuka. Tan Malaka bukan hanya sosok yang pandai bicara. Ia juga adalah seorang pendidik, yang men-

: Dari Penjara Ke Penjara : Tan Malaka : Narasi : Kedua, 2016 : 14,5 x 21 cm, 560 hal.

11

ebar ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Baginya, kelak pendidikan akan menuntun bangsa ke pintu kemerdekaan. Karena tindakannya itu, ia pun akhirnya dianggap sebagai musuh berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda. Lewat buku ini, kita dapat menambah pengetahuan tentang kondisi Indonesia di masa penjajahan. Walaupun pada awal bab terdapat beberapa halaman yang rumpang. Mungkin karena proses pencetakan yang kurang teliti. Sehingga kelanjutan tulisan yang ingin disampaikan penulis tidak sampai ke pembaca. Bahasanya cukup sulit dipahami oleh orang awam. Pun tidak ada ada indeks dan glosarium yang bisa memudahkan pembaca memahami isi buku. Mungkin karena terlalu terfokus pada kelengkapan data, sehingga isinya kurang tersampaikan kepada pembaca awam. Buku ini akan lebih cocok jika dibaca oleh para sejarawan yang ingin mendalami secara komprehensif tentang Tan Malaka. Begitu pula Anda, pembaca yang mempunyai rasa ingin tahu dan jiwa nasionalisme yang tinggi. Namun tak perlu khawatir, buku ini berhasil menutupi kekurangannya dengan gaya cerita yang mengalir dan kaya akan kosa kata. Tak terasa kalau buku ini ditulis oleh orang politikus, yang biasanya punya gaya menulis yang kaku dan berapi-api. Ingin menyelami lebih jauh perjalanan Tan Malaka yang dibuang dan menjadi buronan di beberapa negara yang tak menginginkan kehadirannya, bahkan negara tempat kelahirannya sendiri? Bacalah DPKP! Andi Ningsi

Tulisan Menarik Ala Goenawan Mohammad menentukan isi tulisan sehingga ada halhal baru yang dibaca oleh para pembaca. Karena berita dan sudut pandang itu-itu saja akan terasa membosankan bagi para pembaca. Tulisan awet juga tak kalah penting menurutnya, seperti dalam kutipan di buku ini “Bertita mudah sekali punah, tapi feature bisa disimpan berminggu-minggu atau berbulan-bulan,” karena feature bukanlah tulisan kreatif yang

Judul Buku Penulis Penerbit Tebal

dapat membuat senang para pembaca. Kutipan dalam buku ini mungkin sudah mewakili pertanyaan kita tentang betapa penting lead atau pembuka dalam sebuah tulisan. “Mencoba menangkap minat pembaca tanpa lead sama dengan memancing ikan tanpa umpan.” Lead bukan hanya sebagai pemancing pembaca, tapi juga sebuah pembuka alur cerita pada paragraf berikutnya. Bermacam-macam lead yang disajikan Bang Goenawan dalam buku ini sangatlah menarik, karena mengajak kita membandingkan mana lead yang ampuh untuk memancing para pembaca. Setelah membahas lead atau pembuka, dikupas awal pembentukan naskah dan penutup. Naskah suatu berita adalah naskah dari sebuah fakta. Mengapa harus fakta? Sebab itulah jurnalisme, menulis apa yang telah terjadi menjadi sebuah berita yang menarik. Imajinasi seorang penulis tidak boleh masuk ke dalam tulisan jurnalisme, hal ini disebabkan keak-

: Seandainya Saya Wartawan Tempo : Goenawan Muhammad : Tempo Publishing : 104 hal.

uratan berita bukan berasal dari alam khayal. Tulisan isi atau naskah berbentuk “piramida terbalik” makin ke bawah tulisan semakin khusus pembahasan. Mengakhiri suatu cerita bukanlah perkara mudah yang bisa datang tiba-tiba. Mengakhiri cerita menurut lelaki yang lebih sering disebut GM ini ialah hasil dari proses penuturan tulisan sebelumnya. Ekor dari tulisan merupakan sebuah penyelesaian dari klimaks naskah yang sudah ditulis. Tapi, jangan sampai akhir dari sebuah tulisan menjadi terasa tanggung karena sudah pasti akan mempengaruhi pembaca. Yah, buku ini bisa dibilang buku dasardasar penulisan jurnalistik. Gaya penulisan yang becerita dan kiasan-kiasan yang menarik membuat pesan yang ingin disampaikan mudah dimengerti. Walaupun saya baru melahap sebagian dari sajian buku ini, saya sudah dapat membayangkan seperti apa teknik dan sulitnya menulis berita dari seorang wartawan. Tapi, dengan dimuatnya foto para wartawan Tempo membuat bayangan saya akan suasana kehidupan mereka sangatlah berbanding terbalik dengan pekerjaan mereka yang cukup sulit. Musthain Asbar Hamzah


iptek

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

ILUSTRASI/SRI HADRIANA

12

Rumpon Pemersatu Masyarakat Nelayan Mandar Bagaimana alat bantu tangkap ikan bernama Rumpon ini dapat mengurangi konflik antar nelayan? Kurang lebih dua per tiga dari wilayah teritori Indonesia adalah lautan. Kekayaan laut yang dimiliki oleh Nusantara ini, nyatanya seringkali masih memunculkan permasalahan klasik di kalangan para nelayan. Seperti sulitnya

menguasai variasi alat tangkap, kesenjangan sosial-ekonomi, konflik antar nelayan, hingga berujung pada rusaknya ekosistem laut. Namun, masalah tersebut bukan tidak punya penyelesaian. Keragaman hasil cipta dan karsa bangsa ini dapat jadi solusi alternatif. Salah satunya Rumpon. Alat tangkap ikan tradisional khas Suku Mandar. Tak sekadar untuk menangkap

ikan, Rumpon punya nilai lebih. Hal ini lantas menarik minat Dr Munsi Lampe, MA bersama rekannya Muhammad Neil, SSos MSi, Dra Nurhadelia MSi, dan Dr. Eymal Bahsar Demmallino, untuk meneliti lebih jauh hasil kebudayaan Mandar ini. “Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis manfaat Rumpon. Sebagai alat tangkap yang diadaptasi masyarakat nelayan Mandar dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut sejak ratusan tahun silam,” tutur Dosen FISIP Unhas ini. Dalam pelaksanaanya, peneliti dari Jurusan Antropologi ini menggunakan metode kajian kehidupan dan kebudayaan etnik (etnografi). Pendekatan itu dilakukan melalui teknik koleksi data, berupa wawancara mendalam dan pengamatan lapangan. “Tak hanya itu, metode strategi adaptif dalam antropologi ekologi pun kami terapkan,” tambah Munsi. Dari riset yang telah dilakukan di sepuluh desa di Provinsi Sulawesi Barat ini, diperoleh tiga manfaat utama Rumpon. Pertama, sebagai alat bantu tangkap ikan yang efektif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Kedua, berperan untuk memberikan simbol kepemilikan terhadap area penangkapan ikan di laut. Ketiga, Rumpon memberi distribusi peluang yang merata bagi nelayan, dalam hal pemanfaatan sumberdaya perikanan laut. Sehingga, integrasi sosial masyarakat nelayan Mandar dapat terjaga. Sebab, nelayan tak saling berlomba-lomba mengambil ikan di tempat yang sama. “Dengan mempertahankan fungsi Rumpon secara berkelanjutan, mereka dalam hal ini para nelayan Mandar dapat

terus bertahan sejak dahulu kala hingga di masa depan nanti,” tuturnya. Tak sekadar alat tangkap, penggunaan Rumpon ini ternyata dapat mengurangi terjadinya konflik antarnelayan. Melalui pengaturan hak-hak kepemilikan lokasi penangkapan ikan. Selain itu, pun memberi akses meluas bagi nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan laut dalam. Dalam praktek penangkapan ikan, kelompok-kelompok nelayan pemilik Rumpon boleh mengambil ikan di Rumpon milik nelayan lain. Jika memang tangkapan dari Rumponnya masih kurang, dan pemilik rumpon lainnya sedang tidak melaut. Praktik seperti ini sudah menjadi adat atau kebiasaan dalam masyarakat nelayan Mandar. “Kalau kondisi tangkapan banyak, diadakan bagi hasil dengan pola bagi tiga per empat bagi yang menangkap, dan seperempat bagi pemilik Rumpon. Intinya mereka bagi-bagi rezeki,” tutur pria kelahiran Enrekang ini. Tak berjalan mulus-mulus saja. Dalam pelaksanaan penelitian ini, Munsi dan koleganya sering menghadapi kendala. Seperti, adanya nelayan yang tidak bersedia untuk di wawancarai, khususnya nelayan yang sudah berusia matang. Namun, itu bukan batu sandungan yang tak bisa dilewatinya. Kedepannya, riset ini akan dipresentasikan pada Tim Benua Maritim Indonesia Pasifik, Desember mendatang. “Semoga riset terkait kearifan budaya daerah ini terus berlanjut. Saya juga berharap, nantinya hasil penelitian ini bisa menjadi bahan mata kuliah,” harapnya menutup wawancara, Selasa (4/10). Sri Hadriana

ragam

Bahasa Ibu Kian Berdebu

“Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negeri kita. Sayangnya tersaingi bahasa asing yang kian banyak diminati di negeri kita sendiri”

Bahasa merupakan salah satu identitas suatu negara. Bahasa sangat berperan penting dalam suatu kehidupan manusia, sebab bahasa adalah sarana makhluk hidup berinteraksi dengan sesama. Di indonesia misalnya, negara yang dikenal memiliki banyak pulau dan memiliki keanekaragaman suku. Dari keanekaragaman suku itu menghasilkan bahasa yang berbeda-beda. Namun, kehadiran Bahasa Indonesia sebagai pemersatu dari keragaman bahasa tersebut. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara diatur dalam UUD 1945 pasal 36 tahun 1945, dan resmi digunakan setelah pembacaan sumpah pemuda 28 Oktober 1982. Bulan Oktober dikatakan sebagai bulan bahasa, sebab pada bulan tersebut diikrarkannya sumpah pemuda, yang juga sebagai pencetus diresmikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Peresmian bahasa dalam sumpah pemuda, jatuh pada ikrar ketiga yang berbunyi “Kami poetra dan poetri indonesia mendjondjoeng bahasa persatoean,

bahasa indonesia”. Walaupun telah menjadi bahasa persatuan, namun kebanyakan pemuda lebih berminat mempelajari bahasa asing. Sebab kemampuan menguasai bahasa internasional atau Bahasa Inggris lebih berpotensi dalam menemukan lapangan pekerjaan. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memaknai bahasa persatuan indonesia. Seperti Ayu Gayatri, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), memandang Bahasa Indonesia semakin tersisihkan akibat terselenggaranya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). “Sekarang kan, sudah era MEA, jadi menuntut kita mampu dalam berkomunikasi lebih luas, seperti penggunaan bahasa asing. Jadi yah, Bahasa Indonesia terasa tersisihkan dari tanahnya sendiri,” ujarnya Minggu (31/7). Ia juga melanjutkan tanggapannya mengenai Bahasa Indonesia yang akan menjadi bahasa primitif, jika semakin banyak yang lebih mempemudai bahasa asing. “Walaupun tidak semua masyarakat di indonesia mempelajari bahasa asing, namun lama-kelamaan bisa jadi Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang primitif jika tak dilestarikan,” ujarnya

kembali. Minggu (31/7). Berbeda dengan Hartarto Akhmad, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, angkatan 2013 ini menganggap Bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu saat ini. Namun generasi muda saat ini kurang memaknai. “Generasi saat ini mengalami dekadensi moral dan krisis bahasa, akibatnya tidak mampu menyaring bahasa asing dengan bijak, sehingga bahasa kita dianggap old fashion dibanding bahasa asing,” ujarnya, Rabu (28/9). Lain halnya dengan Jonny, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, angkatan 2015 ini memandang Bahasa Indonesia masih kalah pamor dibanding bahasa asing. Terlepas dari pengaruh luar yang secara implisit. Sebenarnya kita sendiri belum sadar akan bahasa pemersatu kita dan belum ada budaya kesustraan yang mengakar secara mendalam di masyarakat sekarang. “Di sini dilihat lagi-lagi peran negara belum bisa menanggulangi permasalahan yang sebenanrnya urgent,” ujarnya, Rabu (28/9). Menanggapi hal ini, Dra Nur Sa’adah M Hum selaku Dosen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB), mengungkapkan Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dan bahasa negara, yang telah diatur dalam Undang-Undang.

Sehingga pada acara kenegaraan, diwajibkan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun, saat ini penggunaan Bahasa Indonesia mulai memudar. “Saya kira, ketika penggunaan Bahasa Indonesia mulai diabaikan, maka kita akan kehilangan identitas diri kita sebagai warga negara indonesia,” ujarnya. Rabu (28/9) Ia juga menambahkan bahwa pemerintah harus arif dalam melihat sejarah panjang terbentuknya Bahasa Indonesia. “Indonesia merdeka karna bahasanya, sedangkan ketika melamar pekerjaan, warga indonesia dites TOEFL, seharusnya kan dites Bahasa Indonesianya, nasionalisme dan kewarganegaraannya serta kepancasilaannya. Saya kira pemerintah harus cukup arif,” ujarnya, Rabu (28/9). Saadah juga mengungkapkan bahwa di Unhas sendiri, orang lebih mengedepankan Bahasa Inggris. Artinya rasa bangga dan identitas itu terabaikan. “Saya kira, tidak perlu seseorang memilih bahasa dan sastra indonesia, paling tidak memahami peran dan fungsi sastra,” ujarnya, Rabu (28/9). Saadah juga menghimbau kepada seluruh mahasiswa Unhas agar bisa menggunakan Bahas Indonesia dalam menulis skripsi, tesis, dan disertasi. Ayu Lestari


cerpen

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

Lelaki Pembaca Kenangan

puisi

Oleh: Fatmawati Liliasari tahu betul aku pasti akan menanyakannya. Bapak tidak segera menjawab, malah tebersit sedikit keterkejutan di wajahnya yang berahang kukuh. “Pertanyaannmu terlalu tua untuk gadis belia seusiamu, Nak. Tapi baiklah, Bapak akan menjawab sebisanya.” Itu malam yang sempurna. Bapak pulang, duduk bersama kami di halaman belakang rumah yang luas. Suara jangkrik, angin yang mendadak diam, gugusan bintang berkelip-kelip, dan tiga cangkir teh hangat mengepul di atas meja. Ditambah lagi bapak akan bercerita. “Bagi pelaut, bintang-bintang ialah penunjuk arah yang tidak pernah berkhianat, juga pelipur lara di tengah laut yang kemanapun mata memandang ialah air. Laut itu kejam, Nak. Sikapnya tak menentu, ibarat perempuan yang begitu sulit dimengerti. Tetapi kelip bintang sekecil apapun adalah harapan.” Bapak melirik sebentar ke arah ibu. Aku tahu senyum itu. “Bagi sebagian kecil orang yang dianugerahi kemampuan, bintang-bintang menjelma menjadi kitab-kitab sejarah masa lalu. Bintang-bintang menyajikannya untuk mereka, agar dijadikan pelajaran hidup.” “Bisakah bintang-bintang menunjukkan masa depan?” Tanyaku penasaran. “Entahlah, Nak. Setahuku, bintang-bintang hanya mencatat kenangan.” *** Aku menurut, mengikuti ibu ke halaman belakang untuk melihat bintang-bintang. Siapa tahu dengan memandangi kelipnya sambil menduga-duga sendiri cerita di baliknya, hatiku bisa terhibur sedikit. Tetapi alangkah kecewanya, ketika langit malam yang tadinya terang tiba-tiba gulita. Gulungan awan yang panjang serupa air bah menelan bintang satu persatu. Angin kalap, ia lupa

pada ketenangannya. Guntur menyalak, galak sekali. Membuat jangkrik-jangkrik bungkam ketakutan. Hati ibu mendadak mendung juga. Kudengar ibu bergumam, “Semoga bapakmu baik-baik saja.” *** Ini pagi yang seharusnya menyenangkan. Sinar matahari, daun-daun berembun, dan kicau burung-burung yang ceria. Tapi sisa badai semalam masih juga enggan pergi. Gerimis masih turun, meninggalkan bukan hanya bau tanah, tapi juga lumpur becek. “Perahu bapakmu merapat!” Seru ibu menghambur dari arah halaman depan. Kabar ini juga harusnya menggenapkan keceriaan pagi kami. Aku dan ibu bergegas, bersiap menuju dermaga tempat bapak biasa menambat perahunya. Sepanjang jalan, aku setengah berlari saking bersemangatnya. Ibu tertinggal di belakang. Aku tidak sabar ingin bertemu bapak. Perahu kami dicat biru dengan garis kuning di lambung dan tiangnya, dengan satu kata ditulis cukup besar di kedua sisinya. Perahu itu diberi nama Bintang. Kulihat anak buah bapak turun satu persatu, seseorang di antaranya berjalan cepat ke arah kami. Begitu melewatiku, beliau membelai rambutku sembari tersenyum tapi wajahnya terlihat sedih. Ah, apa peduliku? Kaki-kaki kecilku kembali berlari riang ke dekat perahu. Anak buah bapak sudah turun semua. Tapi bapak tak kunjung muncul dari bilik kemudi. Apa bapak hendak mengejutkanku? Ini pagi yang seharusnya menyenangkan. Tetapi apalagi yang bisa menyenangkanku? Ini pagi pertama perahu kami pulang tanpa bapak. Lelaki pembaca kenangan itu dikhianati oleh bintang-bintang.n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Pertanian Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Angkatan 2012

Malam dan Sang Pujaan Oleh: Muhammad Hasdir Menuju keheningan malam, Gurauan perlahan mulai bermunculan, Berteman angin, Menikmati sepi yang tak diam, Suara sang alam, Mengecup kening sang malam, Untuk bergegas menuju singgasana sang pujaan, Mencengkeram waktu untuk tetap diam, Takkan padam malam meski tanpa bintang, Takkan mati malam meski tanpa bulan, Ia takkan menderita meski ia meringis sendirian, Menikmati sakit yang akan jadi kenangan, Selamat tidur malam, Marahlah pada sang siang jika ia coba membangunkan, Ku kan bangun saat malam, Karena, ku tahu di saat siang kau takkan sendirian..... Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Angkatan 2011 Anggota BK-PLAT

Manuskrip Perjanjian Damai Oleh: Achmad Hidayat Mintalah sebuah kertas, untuk melukis rupa-rupa warna yang kaulihat dalam gelap. Mintalah sebuah pena, untuk menulis hal-hal yang kau baca dari buku-buku tak berhuruf. Dan kemudian bentangan tersebut akan kau gantung di langit malam yang menemanimu bersama sunyi. Sebab lelah akan ramah jika kita mengetahui apa yang dia inginkan saat memandang dari jendela kamarmu. Makassar, 6 April 2016 Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Penulis adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2013

ILUSTRASI/SRI HADRIANA

AKU tidak pernah melihat perempuan yang begitu mencintai bintang-bintang kecuali ibuku. Rumah kami yang berada di ketinggian dengan halaman cukup luas adalah tempat terbaik untuk memandangi bintang-bintang. Seingatku tak semalam pun dilewatkannya. Kecuali bila sedang hujan, hati ibu akan diselimuti mendung juga. “Ibu tidak pernah mendongeng untukku,” keluhku suatu malam. Umurku enam tahun dan aku dilanda kesulitan tidur sebab rindu pada bapak. Bapakku seorang nelayan, telah menggantungkan hidupnya dan jatuh cinta pada laut. Keberadaannya di rumah bisa dihitung jari. Sering bapak pergi satu atau dua minggu kemudian pulang hanya tiga atau empat hari. Bertemu keluarga dan menyiapkan perbekalan berlayar untuk satu atau dua minggu ke depan. Kadang juga, bapak pergi berbulan-bulan ke tempat-tempat yang jauh. Meski menghabiskan sebagian besar waktunya di laut, aku tetap dekat dengan bapak. Seperti kebanyakan anak perempuan, selalu lebih dekat dengan ayahnya. Bapak suka mendongeng, kebiasaan yang selalu menyenangkanku. Cerita-cerita heroik tentang nelayan Makassar dahulu kala selalu berhasil memukauku. Bapak pendongeng yang baik, sebab selalu berhasil membuatku susah tidur kalau beliau tak ada. “Kalau begitu, mari keluar melihat bintang, Nak. Segala yang diceritakan bapakmu tertulis di bintang-bintang,” ibuku membujuk. Ibuku tidak pandai mendongeng. Tetapi ibu pandai membaca gemintang. Katanya bapak juga membaca bintang-bintang untuk menentukan arah berlayar di lautan lepas. *** “Bintang itu apa, Pak?” Pertanyaan polosku pada suatu malam kedatangan bapak. Ibu tersenyum lembut di sisi bapak,

13

Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.


14

cermin

identitas NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

Pemuda Oleh: Musthain Asbar Hamzah Bangun pemudi pemuda Indonesia …….. Masa yang akan datang kewajibanmu lah Menjadi tanggunganmu terhadap nusa LIRIK lagu nasional di atas mungkin sudah jarang didengar. Bisa jadi sekali setahun, Saat ada perayaan hari nasional. Walaupun diciptakan zaman penjajahan Jepang, lirik lagu ciptaan Alfred Simanjuntak ini masih sangat tepat jadi

pengingat untuk para pemuda Indonesia di setiap zaman. Para pemudi pemuda memang mengemban tugas masa depan. Masa yang tentu memilki tantangan yang berbeda dari zaman dahulu dan kini. Perbedaannya seperti saat berperang. Jika dahulu pemuda berperang menggunakan senjata, saat ini, berperang cukup dengan mengumbar kata-kata di sosial media. Jika dahulu tulisan bernada patriotik terpampang di tembok-tembok gedung megah, saat ini cukup dengan meme di dunia maya seluruh orang akan melihatnya. Globalisasi dan melaju pesatnya teknologi membuat pertukaran budaya semakin cepat. Hal ini tentu berdampak langsung pada generasi muda. Salah satu dampak paling berbahaya ialah terjadinya krisis identitas. Budaya luar dimakan mentah-mentah tanpa diolah dengan akal sehat. Budaya sendiri ditinggalkan karena dianggap kampungan dan ketinggalan zaman. Selain itu, seringkali sifat tak mau peduli dan egosime menjangkit pemudi pemuda. Hal itu mungkin karena zaman yang telah nyaman dan sudah jauh dari ancaman. Tak ada lagi penjajah, tak ada

lagi rezim penyiksa. Semua terlihat baikbaik saja, dari luar. Tapi entah, saat di lihat lebih dalam seperti apa? Jika sifat ini belum hilang, betapa enaknya penguasa sekarang. Bisa berbuat sesuka hati, tanpa ada yang mengingatkan. Karena para pemuda sudah tidur dengan nyaman dan aman. Pejuang dulu-dulu telah mengorbankan seluruh jiwa raga untuk bisa merdeka, berdaulat, dan berdiri di kaki sendiri. Sekarang, setelah merdeka, generasi muda mestinya mengingat pesan-pesan mereka yang dahulu pernah berjuang. “Kami mati muda, yang tinggal tulang diliputi debu” tulis Chairil Anwar dalam puisi berjudul Karawang Bekasi. “Kami sudah coba apa yang kami bisa, tapi kerja belum selesai, belum apa-apa” Sang pelopor angkatan 45 ini melanjutkan, Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami … Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian. Para pemuda memang seringkali disebut sebagai generasi penerus bangsa. Namun, seniman masyhur, WS Ren-

dra menanyakan makna kata “generasi penerus” itu. “Tidak ada generasi penerus, apanya yang mau diteruskan ? generasi muda harus tampil sebagai tandingan agar senior sadar…” ujar penyair sajak Sebatang Lisong ini. Contoh generasi muda yang menjadi tandingan bisa kita lihat saat peristiwa Rengasdengklok. Sukarno dan Sayuti Melik adalah kaum muda yang patut dicontoh. Ketika Sukarno dan Bung Hatta masih menunggu perintah Jepang, kaum muda mengingatkan. Bayangkan saja, jika tidak didesak dan diingatkan, proklamasi kemerdekaan mungkin tidak akan dikumandangkan, 17 Agustus 1945. Chairil Anwar telah mengingatkan, lewat puisi puisinya. Sejarah pemudi pemuda juga turut serta. Saat tulisan ini dibuat, saya pun mengingatkan diri sendiri. Jangan tidur, bangun, karena masa yang akan datang kewajibanmu lah. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Perikanan Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Angkatan 2014 Reporter Pk identitas 2016


kampusiana

identitas

NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

ASIAN Law Students Association Local Chapter Universitas Hasanuddin (ALSA LC Unhas) mengadakan seminar nasional dengan tema “Selamatkan Indonesia dari Darurat Kejahatan Seksual Terhadap Anak” Kegiatan ini diadakan di Auditorium Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran, Jumat (16/9). Dibuka secara resmi oleh Dr Hamzah Halim SH MH selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Unhas, kegiatan ini dihadiri empat pemateri yang ahli pada bidang hukum dan perlindungan anak. Dr Susanto, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Nur Amelia Kahar sebagai Kepala Sub bidang Anak Berkonflik Hukum pada Deputi Bidang Perlindungan Anak, Kompol Hj Jamila SSos, Polisi daerah Sulawesi Selatan bagian Analisis Kebijakan Ditreskrim Umum, serta Prof Dr H M Said Karim SH MH MSi, Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum Unhas. Tujuan kegiatan ini sebagai langkah agar kejahatan seksual tehadap anak dapat diminimalisir bahkan dihilangkan sehingga Indonesia lebih sejahtera. Ketua Panitia, Sukardi mengungkap bahwa tidak akan ada perubahan besar di negeri ini tanpa diikuti dan dikawal oleh mahasiswa, termasuk pencegahan kejahatan seksual pada anak “Jika ingin Indonesia selamat, maka selamatkan anak dari kejahatan seksual,” harapnya. (Mal)

Gathering Pertama Menyambut Beswan Baru

PAGUYUBAN Karya Salemba Empat (KSE) Unhas mengadakan Gathering Pertama Beswan KSE Unhas di Science Building Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unhas, Minggu (1/10). Kegiatan ini mengangkat tema “Semakin Dekat, Semakin Akrab, Bersama Pangayuban Kita Belajar, Berkarya, dan Mengabdi Masyarakat”. Menghadirkan 36 peserta yang berasal dari berbagai fakultas di Unhas, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan KSE, menjalin silaturahmi dan keakraban antar penerima beasiswa. Kegiatan ini menghadirkan dua orang pemateri, yaitu Muhammad Selastrio Nir, ketua Pengayuban KSE Unhas periode 2016-2017. Menyampaikan materi pengenalan KSE. Pemateri kedua Azharul Nugraha Putra Paturusi periode 2016-2017, Wakil Ketua Paguyuban KSE Unhas dengan materi Hak dan Kewajiban Beswan KSE, serta pemaparan program kerja masing-masing divisi. “Semoga melalui kegiatan ini dapat terjalin silaturahmi antar penerima beasiswa KSE dan dapat berperan aktif dalam kegiatan Pangayuban” ungkap Azharul. (M03)

Sosialisasi Masalahan Perikanan Indonesia

KOMISI IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) adakan Sosialisasi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Sidang Lantai 2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Jumat (16/9). Dr Nursinah Amir SPi MSi selaku Master Ceremony (MC) membuka secara resmi, dilanjutkan dengan sambutan dari

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Seminar Stop Kejahatan Seksual pada Anak

Seminar Konstitusi dan Pemberantasan Korupsi: Ketua MPR RI, Mahkamah Konstitusi dan Ketua KPK, hadir di Unhas dalam rangka Seminar Konstitusi dan Pemberantasan Korupsi. Didampingi oleh Rektor Unhas di Baruga AP Pettrani Unhas, Senin (24/10).

Prof Dr Ir Budimawan. Kegiatan ini pun menghadirkan Pimpinan Komisi IV DPR RI Dr Ir Herman Khaeron MSi Sosialisasi ini membahas tentang permasalahan nelayan, pembudidaya ikan, dan petambak garam yang mayoritas dalam kondisi miskin baik sarana, prasarana, akses pendanaan, dan pembiayaan dalam profesinya. Komisi IV DPR RI berencana akan mengadakan asuransi perikanan dan penggaraman bagi satu juta masyarak persisir. “Ini adalah bentuk apresiasi Komisi IV DPR RI untuk mewujudkan undang-undang, semoga undang-undang ini dapat berjalan dengan baik” harap Dr Ir Herman Khaeron M Si. (Yus)

Seminar Nasional Mapala Anoa

MAHASISWA Pencinta Alam (Mapala) Anoa Program Studi Kedokteran Hewan Unhas mengadakan seminar nasional dengan tema “Meneropong Masa Depan Bumi, Refleksi Peran Strategi Satwa serta Habitatnya dalam Menjaga Keseimbangan Ekosistem”. Kegiatan ini diadakan di Auditorim Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Sabtu (24/9). Menghadirkan Prof Dr Ir Amran Achmad MSc, Guru Besar Fakultas Kehutanan Unhas Bidang Konservasi dan Ekologi, Drh Erni Suryanti Musabine, Dokter Hewan Konservasi di Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu, serta Dedy Asriadi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pemateri. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai peran strategis satwa dan habitatnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Selain itu, kegiatan ini menjadi media untuk menuangkan gagasan terkait masalah hutan dan satwa liar. Mapala Anoa menyadari mahasiswa memiliki tanggung jawab dalam memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya peran hutan dan satwa dalam menjaga keseimbangan ekosistem demi masa depan bumi yang lebih baik. “Semoga melalui kegiatan ini permasalahan hutan mendapat perhatian masyarakat dan mahasiswa,” harap Lola Andriana selaku ketua panitia.(Kbs)

Lahirkan Calon Dosen Berkualitas Lewat Pelatihan

LEMBAGA Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) bagian Pusat Kajian Pengembangan Aktivitas Instruksional (PK-PAI) mengadakan Pelatihan Program Peningkatan Katerampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) bagi alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mega Rezky Makassar, Program Studi D-IV Bidan Pendidik. bertempat di ruangan LKPP Unhas, Senin (3/10). Pelatihan yang diadakan selama dua minggu ini merupakan pelatihan wajib bagi lulusan Program studi D-IV Bidan Pendidik Stikes Mega Rezky untuk menjadi calon dosen yang memiliki kompetensi dasar dalam komunikasi, keterampilan mengajar, dan sertifikat pekerti. Dibuka secara resmi oleh Prof Dr Elly Wahyudin DEA Apt selaku Ketua LKPP. Pelatihan ini menghadirkan tiga orang pemateri, yakni Prof Dr Elly Wahyudin DEA Apt yang membawakan materi strategi peningkatan kualitas pendidikan tinggi, dilanjutkan oleh Sekretaris Unhas Dr Ir Nasaruddin Salam MT mengenai materi pembelajaran orang dewasa dan materi teori belajar serta motivasi. Terakhir Dr Sri Suryani DEA dengan materi konstruktivisme. “Saya berharap kita dapat mempersiapkan tenaga pendidik yang handal dan berkualitas, sehingga mahasiswanya juga bisa berkualitas untuk memperoleh lulusan yang kompeten,” ujar Ketua Panitia, Prof Dr Sutinah Made MSi. (Yus)

PSM Gelar Konser Menuju Jepang dan Amerika

UNIT Kegiatan Paduan Suara Mahasiswa (UKM PSM) Unhas menyelenggarakan konser dalam rangka pencarian dana di Gedung Baruga Andi Pangeran Petarani, Sabtu (24/9). Konser yang mengusung tema “The bth Annual Concert goes to 2nd Concert in Okayama Japan 2016 and Sing n Joy Princeton USA” ini, diadakan menjelang keberanggakatan anggota PSM yaitu Okayama, Jepang dan Princeton, Amerika. Dua tim dengan apik mempersembahkan lagu folklore khas Makassar, lagu jepang, dan lagu Inggris. Kedua tim inilah yang kelak akan akan berangkat ke Jepang. Sebanyak 18 orang, dua orang pemusik dan satu orang konduktor, akan memperkenalkan 20 lagu. Kebanyakan

15

diantaranya lagu foklore Sulawesi Selatan dan lagu Nusantara. Karena tujuan konser Jepang untuk memperkenalkan budaya Khas Makassar. Sedangkan untuk tim Amerika PSM mengirimkan 20 orang penyanyi, satu orang pemusik, dan satu orang konduktor. Mereka hanya akan membawakan dua buah lagu adat Bugis Makassar. “ Saya berharap ke depan konser yang digelar oleh PSM dapat berjalan dengan lancar juga membawa pulang juara,” ujar Irianta Frederico Da Lopez selaku Ketua Panitia. (Ann)

Diskusi Suara Dari Tembok Kota

Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (KemaFISIP) mengadakan Instalasi Otak Kiri (Instori). Kegiatan ini berlangsung di pelataran taman FISIP, Senin (26/9). Karena maraknya fenomena mural dan grafiti yang ada di masyarakat perkotan, diskusi ini mengusung tema “Suara dari Tembok Kota”. Diskusi ini mengahdirkan tiga pembicara, yakni Vini dari almuni FISIP Unhas, serta Swatantra dan Didi dari Pena Hitam. Mural dan grafiti terkesan vandal, sehingga persoalannya menciptakan akan selalu menciptakan ruang untuk dibahas. “Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat memperkuat integritas di lingkup Kema FISIP Unhas,” ujar Azwar Radhif selaku Ketua Panitia. (Yus)

Peringati Hari Tani Diskusi Buku Sajak Petani Tua

Unit Kegiatan Mahasiswa Menulis Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (UKMM KMFIB) mengadakan diskusi dan bedah buku, Kamis (22/9). Kegiatan ini berlangsung di pelataran Sekretariat KMFIB. Dalam diskusi yang membahas Wacana Kedaulatan Tani menghadirkan Muhammad Isbahuddin sebagai pembicara. Kedaulatan ini mencakup ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan. Menurut Isbah, saat ini konsep kedaulatan tanah hanya sebuah wacana, jauh dari realitas. Rata-rata petani hanya memiliki 0,3 Ha luas areal pertanian. Hal ini disebabkan karena pada masa kolonial tanah dikuasai oleh penjajah, hasil tanah dirampas dan masyarakat pribumi harus kerja paksa. Sedangkan buku yang dibedah adalah Angin Burangrang “Sajak Sajak Petani Tua” karya Samsir. Menghadirkan Andi Rewo Batari Wanti sebagai pembicara. Rewo menjelaskan bahwa Samsir tinggal di lereng Gunung Burangrang dan menghabiskan usia tuanya sebagai petani, sehingga orang-orang menyebutnya petani tua. Samsir pernah menjadi tahanan politik dan diasingkan ke Pulau Buru. Puisinya banyak menceritakan kekecewaan terhadap pemerintah. Sebelum akhir hayatnya, karya-karya Samsir menyoroti pelajar yang telah diam terhadap kebijakan yang banyak mengekang rakyat. Ketua UKM Menulis, Abdul Munib S Almuthahhari berharap dengan diadakannya diskusi dan bedah buku ini, mahasiswa dapat turut memperhatikan dan memperjuangkan petani, “Kita sebagai mahasiswa seharusnya memperhatikan petani, karena kita yang dekat dengan mereka dan memanfaatkan hasil taninya,” ujar Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris ini (Mal)


16

identitas NO 867 | TAHUN XLII | EDISI AWAL OKTOBER 2016

lintas jejak langkah

Bekerja keras sepanjang hari. Itulah yang dikatakan Dr dr Gatot Susilo Lawrence LAO Msc SpPA(K) DFM SpF FESC ketika ditanya mengenai kunci kesuksesannya. Ahli Patologi yang juga Dosen Fakultas Kedokteran tersebut pun menceritakan kisahnya, Minggu (18/9). Siapa sangka, lelaki kelahiran 11 April 1960 ini dulunya sempat tidak sekolah hingga usia 13 tahun. Berawal dari keinginannya menyicipi kue dan tak punya uang, lalu dirinya meminta uang pada guru dan akhirnya orang tua Gatot memberhentikan sekolahnya. “Mulai besok, kalian tidak usah sekolah. Jika kalian dididik dengan guru macam itu, tidak tau nantinya kalian akan jadi apa,” katanya meniru perkataan ayahnya, Minggu (18/9). Setelah diberhentikan sekolah, ia tidak serta merta berleha-leha. Ia memanfaatkan waktunya berjualan kelontongan dan juga belajar melukis. Ketika itu, ayahnya juga berprofesi sebagai tabib yang dipercaya di daerahnya sehingga banyak orang datang berobat, diantaranya sepasang suami istri Mustafa Rasjid dan Theresia Mustafa. Suatu ketika, Gatot menceritakan kejadian yang telah dialaminya sehingga berhenti sekolah kepada Theresia yang berprofesi sebagai Kepala Sekolah. Setelah itu, Theresia mengirimkan guru terbaiknya untuk membimbing Gatot dan kakaknya dalam semua mata pelajaran agar bisa diikutkan ujian sekolah dasar. Alhasil, setelah dibimbing selama enam bulan, ia dan kakaknya lulus ujian

Sekolah dasar. Sejak tahun 1973, mereka mulai merasakan pendidikan formal di Sekolah Menengah Pertama Bonerate. Disana ia belajar dengan keras dan berhasil memperoleh peringkat tiga umum se-Indonesia. Kemudian anak bungsu dari dua bersaudara ini melanjutkan sekolahnya di Sekolah Menengah Atas Katolik Cenderawasih Makassar. Gatot pun serius belajar Bahasa Inggris dengan cara otodidak. Dan , ayah dari tiga anak ini sudah mengajar Bahasa Inggris sejak di bangku kelas dua SMA. Ia juga memperoleh juara satu dalam pelatihan penulisan ilmiah dan metodologi penelitian di Institute PPM OTO Bappenas Jakarta pada tahun 1992. Rupanya minatnya terhadap bahasa lain juga tinggi. Konsultan kesehatan patologi jantung dan pembuluh darah ini juga berhasil menguasai Bahasa mandarin dan Bahasa Jerman. Hingga pernah meraih juara satu kursus bahasa jerman se-indonesia. Kepiawaiannya dalam menguasai bahasa asing, membuat Fakultas Kedokteran Unhas menawarkan pendidikan dokter kepadanya. Tak berpikir panjang, mantan Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Cabang Makassar ini pun menerimanya. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan kedokteran dengan konsentrasi patologi. Ia bercerita bahwa memilih belajar patologi karena ibunya. “Saat itu, saya ingin mencari jalan keluar penyakit diabetes melitus. Penyakit tersebut yang diderita oleh ibu saya dan

akhirnya meninggal diusia 55 tahun,” katanya, Minggu (18/9). Keinginannya yang kuat menekuni penyakit gula, membuatnya mendapat kesempatan belajar yang ditawarkan OTO Bappenas di The Ohio State University pada tahun 1992. “I am working daily very hard toward my dream, in all possible pathway,” ujarnya Minggu (18/9). Pendiri InaDOCARS (Indonesia Diabetes, Obesity Cardiovascular Disease, Stroke) ini memang selalu berusaha bekerja keras untuk mendapatkan yang terbaik. Selain itu, Gatot meraih banyak prestasi lainnya, pernah mengikuti misi UN-ICTY (United Nations-Interntional Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia) pada tahun 1988 di Bosnia. Saat itu, ia satu-satunya dokter Indonesia yang pernah ikut dalam misi tersebut. Tak hanya itu, dokter yang pernah diberikan penugasan khusus untuk

IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST

Kerja Keras Berbuah Prestasi

melaksanakan virtual autopsi pertama di Indonesia pada tahun 2009 ini juga aktif meneliti. Tercatat publikasi internasionalnya berjumlah 15 artikel dan 34 yang nasional. ,Dengan pencapaian dan prestasinya tersebut, ia berharap bisa bermanfaat bagi sesama. “Saya berharap, Tuhan masih mengizinkan melakukan hal-hal yang saya cita-citakan yaitu bisa bermanfaat kepada umat manusia,” harapnya menutup wawancara, Minggu (18/9). Ayu Lestari

Jadikan Dunia Hiburan Batu Loncatan

ISTIMEWA

SIAPA yang tidak kenal dengan Film Uang Panai yang sejak tayang perdananya telah menarik perhatian masyarakat di beberapa kota besar. Bercerita tentang Anca sebagai tokoh utama, berjuang untuk meminang kekasihnya Risna namun terkendala uang panai’ yang mahal. Sepenggal kisah tersebut, akan membawa kita lebih mengenal sosok jejak lang-

kah identitas kali ini, Muhammad Zoel Ikram Noer, pemeran Anca. Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas tersebut tak pernah menyangka akan bermain dalam film yang bisa dikatakan sukses dan membuatnya populer. Sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama, anak dari pasangan H Muhammad Noer Yasin dan Indrawati tersebut memang telah tertarik terhadap seni peran. Ketertarikannya tersebut membuatnya belajar seni peran dengan cara otodidak, sebab di Makassar sangat sulit mendapatkan tempat pelatihan yang mendukung minatnya. Saat kuliah, Ikram acapkali bergelut dengan seni peran. Ia sering diajak untuk main dalam film

pendek yang dibuat oleh mahasiswa Jurusan Imu Komunikasi. Suatu hari, kesempatan emas datang. Pembukaan casting Film Uang Panai. Meskipun sempat ragu untuk ikut, namun dengan dukungan teman ia akhirnya memberanikan diri. Perasaan cemas, takut, malu-malu, dan was-was ia rasakan ketika akan casting. “Ibaratnya itu seperti menunggu pengumuman hasil ujian,” katanya, Jum’at (23/9). Namun, kecemasannya berbuah hasil yang memuaskan. Alumni SMAN 16 Makassar ini berhasil masuk dalam 40 peserta yang lolos mengalahkan enam ratus pesaing. Kegembiraannya semakin lengkap dengan terpilihnya sebagai pemeran utama. Akhirnya pecinta klub liga Inggris, Manchester United ini berkesempatan untuk berakting dalam film layar lebar. Meski bisa dikatakan seni peran bukan lahan baru bagi Ikram, namun tantangan masih tetap ada. Misalnya saja, untuk akting marah dan sedih adalah yang paling sulit. “Jika melihat Film Uang Panai, ada adegan saya dalam keadaan marah mengembalikan kalung ke Nur Fadilah, pemeran Risna. Itu sangat sering diulang,” ujar pria yang dibesarkan dalam keluarga pebisnis ini, Jum’at (23/9). Ditengah kesibukannya sekarang ma-

hasiswa angkatan 2010 ini pun sedang menggarap tugas akhirnya, namun terkadang sulit untuk menyeimbangkan waktu. Selain itu, kebersamaan dengan keluarga juga berkurang. Berbicara tentang keluarga, Ikram awalnya tak memberitahu saat ikut casting. Keluarganya ingin Ikram cepat menyelesaikan skripsinya. Namun, ketua Marine Science Diving Club periode 2012-2013 ini pun membuktikan keseriusannya dalam dunia hiburan. Alhasil, orang tuanya pun bangga dengan segala pencapaian Ikram tersebut. Film perdana Pria kelahiran Kota Makassar 16 Januari 1993 ini memberinya semangat untuk terus berkarya. Ia berharap suatu saat nanti bisa masuk nominasi sebagai aktor terbaik, layaknya aktor terkenal Reza Rahardian dan memperoleh penghargaan. “Saya harus giat berlatih untuk mewujudkan impian tersebut,” katanya, Jum’at (23/9). Namun baginya dunia hiburan tak akan abadi. Meskipun begitu, saat ini ia akan tetap fokus pada dunia entertaiment dan digunakannya sebagai batu lompatan sebelum mengejar impian Ikram yang lain, misalnya bergelut dalam dunia kelautan sesuai bidang ilmunya atau menjadi pebisnis seperti kedua orang tuanya.n Sri Hadriana


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.