identitas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
Bahasa Tidak Jadi Kendala Tercatat lima mahasiswa asing tengah mengikuti program beasiswa yang difasiÂlitasi oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan di Unhas,sayangnya kelima mahasiswa tersebut justru terkendala bahasa. Lanjut halaman 7
2
identitas
wall facebook
NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
tajuk
karikatur
Tingginya angka DO ini membuat Unhas untuk meluncurkan aplikasi e-Wali agar memudahkan wali/ orangtua untuk mengontrol anaknya selama kuliah di Unhas. Bagaimana pendapat Anda terkait aplikasi baru ini?
Usia Baru, Semangat Baru SEPULUH September 1956 silam, kampus merah ini resmi berdiri. Tahun ini genaplah usianya enam dekade. Usia yang tergolong tak muda lagi dengan semangat pahlawan Sultan Hasanuddin yang selalu membara. Layaknya manusia, usia yang baru adalah ruang untuk menengok dan merefleksi diri. Agar langkah selanjutnya lebih baik dan lebih dipertimbangkan secara matang. Perayaan bertambahnya usia Unhas ini , beragam acara digelar. Seumpama sebuah kesyukuran karena bisa mencapai usia 60. Doa-doa pun banyak diaminkan, terselip haru dan rasa gembira. Perhelatan Dies Natalis Unhas tahun ini terbilang sangat meriah karena dirangkaikan dengan temu alumni skala nasional. Alumni Unhas sejak tahun satu melepas rindu dengan almamaternya. Tak hanya itu, kedatangannya diharapkan memberikan semangat baru, juga harapan baru bagi berkembangnya institusi ini. Semua perayaan yang telah digelar, tentu tak sekadar ritual perayaan belaka. Lebih dari itu Unhas mengharapkan sesuatu yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Saat ini, tantangan Unhas semakin meng-global. Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat siapapun harus segera berbenah diri agar tak ketinggalan. Unhas sebagai kampus terbaik kedelapan di Indonesia masih memiliki tantangan berat nantinya. Apalagi dengan tagline kita menuju Word Class University. Melihat kondisi saat ini, Unhas mungkin belum stabil. Peralihan status otonomi yang baru membuat kampus ini harus mengoptimalkan apa yang dimiliki agar menghasilkan pundi-pundi rupiah. Belum lagi tantangan mendasar yang sebenarnya harus dipenuhi yaitu menciptakan suasana perkuliahan yang nyaman dan tenang. Bagaimana ingin nyaman jika satu kelas ada yang lebih dari 40 mahasiswa. Bagaimana bisa tenang jika dosen jarang masuk, hanya beri tugas dan berjumpa saat ujian akhir semester. Untuk saat ini tak perlu jauh berpikir hal besar yang ingin dilakukan. Jangan menganggap perkuliahan yang nyaman itu jika sarana dan prasarananya bagus. Tapi lebih dari itu, bagaimana kampus ini bisa menciptakan iklim kampus dan ilkim belajar yang lebih nyaman dan bersahabat. Terutama bagaimana menjalin hubungan saling menerima antara dosen dan mahasiswa. Tapi bagaimana hubungan baik ini akan terjalin jika masih ada dosen yang berwatak feodal dan tidak demokratis dalam proses pembelajaran. Buktinya masih saja ada dosen yang acuh tak acuh menjalankan kewajibannya sebagai pengajar. Tak heran jika dalam satu semester hanya hadir dua atau tiga kali saja. Pemandangan ini tentu tak sulit ditemukan. Karena telah mewabah hampir di semua fakultas. Meski tak semua berlaku demikian. Padahal dosen adalah panutan mahasiswa di kampus dalam berperilaku. Maka nya jangan heran dan merasa tak dihargai jika banyak mahasiswa yang lebih patuh pada seniornya, karena mereka menganggap lebih banyak hal yang bisa dicontoh dari seniornya. Semoga usia baru Unhas ini kita semua bisa merefleksi diri, perlahan membangun budaya akademik baru dan lingkungan akademik yang nyaman akan tercipta. Semoga saja! n
RoidRajab Muhammad Bagaimana unhas meraih peringkat 8 univ terbaik d indonesia klo tinggi angka DO nya juga? Bisa kasi data yg DO min
KARIKATUR/MUHAMMAD ABDUL
dari redaksi
Ayu Amriani Mahasiswa tp masih dikontrol sama orangtua seperti anak sekolah saja, saya kira e-wali nda perlu dibuat, ba nyak aplikasi yg telah dibuat Unhas seperti LSM yang penggunaannya masih kurang optimal sehingga perlu ditingkatkan daripada membuat e-wali Muammar Qadhafy Ipaenin Perlu dicoba apalagi sekarang jaman kian mobile. Biar survey yang berbicara
Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di
identitasonline @identitasonline
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Foto Bersama: Andreas Harsono dan kru identitas berfoto bersama di Rumah Kecil, Minggu (28/8). Dalam kunjungannya, Andreas mendiskusikan soal kesetaraan gender bersama kru identitas.
Cinta
“Orang yang bekerja keras akan me ngalahkan orang yang cerdas, tetapi orang yang pekerja keras dapat dikalahkan oleh orang yang mencintai pekerjaannya” CINTA, semua orang pasti memiliki hal yang dicintainya, entah itu orang tua, teman, kekasih, maupun pekerjaan. Melakukan sesuatu dengan rasa cinta memang akan membuat apa yang dilakukan terasa ringan, menyenangkan dan tanpa beban. Seakan semua hal terbaik akan dicurahkan untuk hal tersebut. Lalu bagaimana jika rasa cinta itu kita salurkan ke pekerjaan yang kita geluti saat ini. Rasa cinta inilah yang sepertinya perlu ditanamkan lebih mendalam lagi oleh kru identitas. Cinta pada dunia pewarta yang
terkenal akan pressure yang ‘gila-gilaan’ membuat sebagian diantaranya memilih angkat kaki. Mereka lupa bahwa dunia nyata lebih gila dari ini. Bukankah setiap pekerjaan punya tantangannya masing-masing? Lalu yang tersisa hanya beberapa orang yang masih perlu dipertanyakan kadar kecintaannya. Satu yang pasti entah cinta atau tidak, tapi kru yang tersisa ini masih memiliki rasa tanggung jawab untuk menghadirkan kembali koran identitas ke hadapan para pembaca tercinta. Kali ini kami hadir dengan suguhan be rita yang mengupas eksistensi karya guru besar setelah adanya wacana penarikan tunjangan bagi guru besar tanpa karya dalam Laporan Utama. Selain itu kami juga menghadirkan berita yang mengulik kesulitan mahasiswa asing yang terken dala bahasa dalam civitas berjudul “dilema bahasa yang jadi kendala”. Singkat kata, selamat membaca! n
bukuidentitas@gmail. com
identitasunhas.com 082343555654 089630868669
sms inbox sistem parkir d fakultas teknik gowa, yg kurang layak disebut sbgai tmpat parkir. tmpat parkir mtor sgat bcek, trkesan mbeda2kan parkiran mobil yg bgus dtambah lagi dgn sikap ptugas parkir yg berperilaku layak nya preman brtindak semaunya sja 08524261xxxx
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyunting: Riyami, Khusnul FadilahnReporter: Rasmilawanti Rustam, Nur Amri (non aktif), Wadi Opsima.nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: IrmayananIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Awal September 2016 Foto: Sriwidiah Rosalina Bst Layouter: Irmayana
wansus
identitas
NO 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Tingkat kekerasan terhadap anak di Indonesia masih tergolong tinggi. Setiap tahun angka kekerasan terhadap anak mencapai 3.700 dan rata-rata terjadi 15 kasus setiap harinya. Indonesia memang sempat disebut-sebut darurat kekerasan anak, utamanya kekerasan seksual. Belakangan kita dibuat bergidik dengan berbagai pemberitaan tekait kasus kekerasan seksual yang menimpa anak dibawah umur. Tidak main-main, kekejian ini bahkan membuat korbannya meregang nyawa. Masih segar diingatan, kita dihentak dengan kasus pemerkosaan yang menimpa Yeyen. Gadis muda usia empat belas tahun yang menjadi korban kekerasan seksual dan pembunuhan oleh empat belas pemuda dan tujuh diantaranya masuk kategori anak-anak. Hal ini tentu saja berpengaruh ke mental dan psikologi anak nantinya. Lantas, bagaimana cara melindungi anak dari kekerasan seksual ? Berikut petikan wawancara reporter identitas, Wadi Opsima dan Muhammad Abdul dengan Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dr Susanto MA sesaat setelah menjadi pembicara pada kegiatan seminar nasional dengan tema “Selamatkan Indonesia dari Darurat Kejahatan Seksual Terhadap Anak,” Jumat (16/9). Bertempat di Auditorium Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran, diadakan oleh Asian Law Student’s Association Local Chapter Universitas Hasanuddin (ALSA LC Unhas). Belakangan kita disentak dengan berbagai kasus kekerasan tehadap anak, lalu bagaimana anda meli hat hal ini? Kasus yang berkembang saat ini memang cukup kom pleks. Bukan hanya modus kejahatan terhadap anak, yang terbaru media pun ikut memfasilitasi terjadi nya kekerasan yang ber basis teknologi. Hal ini menyebabkan anak tidak hanya menjadi korban, juga bisa menjadi pelaku. Contoh nya kasus di Bogor, marketing prostitusi anak dilaporkan banyak melalui facebook yang membawa dampak serius bagi anak-anak. Data Komisi Perlindu ngan Anak Indonesi (KPAI), mencatat tahun 2015 ada 298 kasus ke kerasan pada anak, atau meningkat 157 kasus dari tahun sebelumnya. Menurut Anda menga pa hal ini bisa terjadi?
data diri Nama Lengkap: Dr. Susanto, MA Tempat dan Tanggal Lahir: Kabupaten Pacitan Jawa Timur, 5 Mei 1978 Riwayat Pendidikan: •SD di Temon II Arjosari Pacitan •MTs Pondok Pesantren Al Fattah, Pacitan, Jawa Timur •MA Pondok Pesantren Al Fattah, Pacitan, Jawa Timur •S1 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo Jawa Timur, •S2 Konsentrasi Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007 •Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Karir: •Ketua Departemen Pengembangan Kebijakan PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat periode 2015-2020 •Wakil Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2015-2020 •Wakil ketua KPAI periode 2014-2017
Kalau dibandingkan tahun 2014-2015, kasus kekerasan seksual terhadap anak menurun. Namun, anak yang menjadi pelaku kejahatan seksual justru mening kat. Sedangkan, untuk tahun 2016 ka sus anak menjadi korban dan pelaku kedua-duanya naik. Lantas apa solusinya? Saat ini dibutuhkan konsistensi negara untuk melakukan pencegahan. Ada tiga pola yang harus dilakukan, pertama ada lah intervensi langsung yaitu melakukan upaya langsung tanpa upaya penegakan hukum, seperti pendekatan pembangu nan mekanisme penanganan dan pe layanan. Kedua adalah anticipatory intervension yaitu pendekatan antisipatik agar tidak menjadi korban dan pelaku. Terakhir adalah preventif intervention, melalui pendidikan, pendekatan agama, budaya, dan politik. Pemicu kasus kekerasan seksual se lain karena perkembangan teknologi, apa lagi? Tiap tahunnya pemicu kekerasan seksual memang bervariatif. Kasus ke kerasan seksual dengan anak sebagai pelaku cukup tinggi, namun kasus ke kerasan pada tenaga pendidik justru menurun. Tahun ini ada perubahan terhadap pergeseran posisi anak antara menjadi korban kini menjadi pelaku. KPAI butuh langkah besar, tidak hanya menyelesaikan kasus kemudian melaku kan intervensi, namun harus dibangun sistem yang kuat untuk melindungi dan mencegah kekerasan seksual pada anak. Langkah seperti apa yang anda maksud? Dibangun kemitraan yang intensif antar sekolah dan keluarga mulai dari komunikasi, serta penanganannya. Seluruh lembaga perlindungan jangan hanya fokus pada korban, namun juga terhadap pelaku agar tidak melakukan tindakan berulang. Lalu punishment apa yang seharus nya diberikan kepada pelaku? Hukum pidana yang diberikan bagi pelaku harus berat, sehingga memberi kan efek jera dan cegah, karena dari sisi norma saja tidak cukup. Hal utama yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara menyatukan dan menyamakan persepsi antara aparat penegak hukum di tingkat jaksa, kepolisian serta hakim, agar kepu tusan terhadap pelaku kejahatan seksual dapat dituntut semaksimal mungkin. Kendala apa saja yang ditemui un tuk menuntaskan suatu kasus ke kerasan seksual? Seperti yang saya katakan, tidak semua aparat hukum mempunyai pers pektif yang sama. Misalnya dilaporkan nya kasus kekerasan seksual, lalu polisi mewajibkan untuk mendatangkan saksi fakta. Padahal, kasus kekerasan seksu al akan sulit mendapatkan saksi fakta, bayangkan ketika menjadi korban dan harus menghadirkan saksi fakta. Selama ini, dalam beberapa kasus keluarga kor ban tidak dapat mendatangkan saksi fak ta, karena beberapa penyelesaian kasus dilakukan secara diam-diam. Sehingga sulit untuk mendatangkan saksi fakta.n
kronik SYL Curhat Soal Cinta di TAN Unhas GUBERNUR Sulawesi-Selatan, H Syahrul Yasin Limpo menghadiri malam ramah tamah Temu Alumni Nasional (TAN) 2016 dan Dies Natalis Unhas ke 60, Sabtu (10/9). Dalam sambutannya mengatakan kampus Unhas harus berkontribusi untuk Indonesia yang harus lebih baik dari sekarang. SYL melihat Unhas pemimpin telah bahu membahu dalam membekali generasi muda agar intelektual bidang akademik semakin baik. “Izinkan saya berterima kasih untuk kepemimpinan rektor dan para dekan sekalian, kampus ini dapat terjaga jika para pemimpinnya bahu membahu membangun kebersamaan yang harmonis,” ujarnya, Sabtu (10/9). Tak hanya itu, kesempatan TAN kali ini, SYL juga curhat terkait soal cintanya selama berkuliah di Unhas. “Ibu rektor saya mau curhat, saya merasakan kampus di Baraya dan Tamalanrea, tapi Tamalanrea ini membuat saya tujuh kali patah hati baru selesai S-1,” ujarnya berseloroh, Sabtu (10/9). Sontak seluruh tamu undangan riuh terhadap curhatan orang nomor saru di Sulawesi Selatan ini. Diakhir sambutannya SYL menyanyikan sebuah lagu lawas tahun 80-an yang juga ikut di nyanyikan oleh para alumni Unhas. n
Tak Terima Pernyataan Menteri, Mahasiswa Teriak Saat BCSS MAHASISWA Baru 2016 mengikuti Basic Cha racter Studi Skill (BCSS), Sabtu (3/9) di Baruga Andi Pangerang Pettarani. Dalam BCSS kali ini hadir Menteri Pertanian, Dr Ir H Andi Amran Sulaiman MP. Pada kesempatan ini, Amran menceritakan pe ngalaman hidupnya saat menuntut ilmu di Fakultas Pertanian Unhas. Mulai dari cara belajar hingga bagaimana menjadi mahasiswa yang mandiri. Tak disangka, saat Amran menyampaikan pesan dalam pidatonya, seorang mahasiswi berinisial CSC berteriak. Aksi tersebut ia lakukan sebagai bentuk pengungkapan rasa tidak terima terhadap pesan yang disampaikan oleh sang menteri. Setelah berhasil diamankan oleh Polisi Wa nita (Polwan) dan Satpam kampus mahasiswa 17 tahun ini mengaku menyesali perbuatannya. “Saya tadi mau angkat tangan, mau bertanya tapi malah tidak dihiraukan. Saya menyesal atas kelakuan saya, saya mau minta maaf sama pak menteri, tambahnya. Seorang pegawai mencoba untuk meluruskan dan memberikan pengertian kepada mahasiswa tersebut dan menyarankan untuk melakukan konseling ke bimbingan konseling di Unhas.n
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Bukan Hanya Korban, Pelaku juga
3
Sisa Pembakaran: Penampakan Gedung Persatuan Orangtua Murid dan Dosen (POMD) setelah pembakaran, Selasa (27/9). Pembakaran ini dilakukan oleh kelompok mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Geologi yang berjumlah 27 orang.
4
opini
identitas
NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Borjuis Upahan
agenda Diklat Ekonomi Islam VI Forum Studi Ekonomi Islam Hari/Tanggal: Sabtu 24 September dan Minggu 25 September 2016 Tempat: Aula Fis B Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas Tema: Melejitkan Potensi Generasi Emas Menuju Ekonom Rabbani Contact Person: 082348788518 (Yuli) Kuliah Umum The 6th ICTAP dan PFN XXIX Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Hari/Tanggal: Rabu, 19 September 2016 Pukul: 10.00-16.00 WITA Tempat: Gedung Ipteks Unhas Seminar Nasional Hutan Sebagai Habitat Satwa Oleh Mapala Anoa Waktu: Sabtu, 24 September 2016 Pukul: 08.00 – 13.00 WITA Tempat: Auditorium Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas Contact Person: Ainun (082310228646) Penerimaan Anggota Baru, Tapak Suci Putera Muhammadiyah Unit 44 Unhas Waktu Pendaftaran: Mulai 29 Agustus – 29 September 2016 Tempat: Gedung PKM I lantai 1 Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII Ilmu Kesehatan Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unhas Waktu: Sabtu-Rabu, 17-21 September 2016 Tempat: Hotel Grand Clarion Makassar Dedikasi 2016 Himpunan Mahasiswa Sipil Fakultas Teknik Unhas “Creating Golden Pioneers To Lead Our Nation” “Desain Pemecah Gelombang Metode Tiang Pancang yang Aplikatif, Inovatif dan Efisien” Pengumpulan Karya: Ahad-Jumat, 11 September-7 Oktober 2016. Tempat: Gedung Sipil Lantai Satu Fakultas Teknik Contact Person: 081355520207 Ahmad
Oleh : Nurul Damasih Bismillahir rahmaanir rahiim Salam mahasiswa pejuang Islam. SAUDARA-saudaraku sesama mahasiswa, agen perubah, ujung tombak peradaban. Apa kabar kita semua di era kapitalisme global hari ini? Teman-teman sekalian pasti sudah merasa ‘basi’ mendengar pembahasan terkait MEA, PTNBH, neoliberalisme. Telah banyak kegiatan diskusi yang diadakan mahasiswa dalam rangka membahas kebijakan panas ini. Bukan hanya mahasiswa, para intelektual dosen dan guru besar hingga level kementerian pun melakukan seminar dalam rangka yang sama. Hasilnya, ada kubu yang pro dan ada kubu yang kontra. Walaupun masing-ma sing kubu berbeda pendapat. Tapi pada kenyataanya sikap yang diambil cenderung sama. Memilih berpasrah atas keadaan yang ada. Katanya mau tidak mau, rakyat Indonesia harus menghadapi era perekonomian global yang juga terjadi di negara-negara lain. Solusi yang ditawarkan juga cenderung sama apatisnya, kita diminta untuk mempersiapkan diri menghadapi keadaan yang akan terjadi di masa depan pasca kebijakan ini diberlakukan. Namun kawan-kawan sekalian, wajib kita sadari sikap apatis seperti di atas berakibat pada lemahnya pengaruh intelektua litas untuk mengalahkan kezaliman. Selagi para pemilik modal (baca: para kapitalis) yang menguasai pasar di negara kita. Lalu kampus berlomba-lomba untuk mencetak lulusan-lulusan terbaiknya yang nantinya menjadi pekerja untuk melayani kepen tingan kapitalis di perusahaan-perusahaan mereka. Atau dengan kata lain, kampus telah menjadi pabrik pencetak robot-robot industri yang kapan saja siap dieksploitasi. Jika dalam kapitalisme dikenal kelas masyarakat tinggi yang memiliki modal disebut kapitalis/borjuis, dan kelas ma syarakat rendah pekerja disebut proletar. Maka mahasiswa adalah kelas menengah
yang tidak memiliki modal tapi memiliki kualitas intelektual yang diberi upah oleh kapitalis, sebut sebagai ‘borjuis upahan’. Pola pikir untuk menjadi pekerja dengan bekal prestasi akademik ditanamkan selama kita belajar di kampus. Kita mengejar karir dan posisi di kantoran yang menjanjikan gaji sekian juta, yang bisa digunakan untuk kredit rumah atau mobil. Intelektualitas kita telah terbeli sementara pada saat yang sama apa yang kita peroleh sangat sedikit jika dibandingkan dengan apa yang telah diambil dari kita. Para kapitalis dengan leluasa menguasai sumber-sumber kekayaan negara yang melimpah karena penguasa kita membuat UU negara untuk mengabsahkan hal tersebut. Teman-teman mahasiswa sekalian, ke terpurukan bangsa ini seyogyanya kita beri perhatian yang besar dengan menentukan sikap yang tidak apatis. Layaknya agen perubahan, tetaplah fokus mengoreksi kezaliman penguasa dengan pemikiran yang solutif. Kapitalisme yang telah mengobrakabrik tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara negeri ini, harus diganti dan diberikan solusi. Satu-satunya solusi yang pantas untuk mengganti kapitalisme hanyalah Islam. Allah SWT telah memperingatkan kita dari 14 abad yang lalu ketika Alqur’an diwah yukan kepada Rasulullah SAW. Dalam surah Ar-rum ayat 41, Allah SWT berfir-
man: “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” Para ulama menafsirkan kerusakan dalam ayat ini sebagai kesulitan hidup yang kita rasakan disebabkan oleh ulah tangan manusia berbuat dosa dan maksiat se hingga Allah SWT membiarkan berbagai kesulitan dan musibah itu menimpa umat. Adalah perbuatan dosa ketika negara kita mengadopsi ideologi kapitalisme yang bertentangan dengan Islam. Di akhir ayat Allah swt juga memberikan solusi untuk kembali ke jalan yang benar yaitu ke jalan Islam. Berbeda dengan ka pitalisme, Islam memiliki seperangkat atu ran sistem kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia dan membawa keberka han bagi umat manusia. Islam tidak akan menciptakan robot-robot intelektual demi kepentingan materi. Tetapi insan-insan manusia berkepri badian islam yang unggul yang siap memberikan ilmu pengetahuan mereka demi memajukan peradaban manusia. Wallahu a’lam. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jepang Angkatan 2012 Aktif di Lembaga Dakwah Kampus Muslimah LK Uswah
ILUSTRASI/IRMAYANA
dari pembaca Menanti Pencairan Dana Insentif PKM
ASSALAMUALAIKUM. Tahun 2015, sebanyak sembilan judul Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Gagasan Tertulis lolos seleksi. Sesuai surat evaluasi Direktorat Jnederal Pendidikan Tinggi (Dikti), judul yang lolos tersebut berhak mendapat insentif. Saya sudah sering menanyakan mengenai pencairan insentif PKM ini sejak Februari lalu. Saya ingin menanyakan kapan sebenarnya pencairan dana PKM ini? Apakah betul keterlambatan ini karena pihak Unhas tidak menandatangani kuitansi dengan Dikti? Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2014 Tanggapan: WAALAIKUMSALAM. Dana PKM di cairkan pada Selasa (13/9). Sekarang sudah lima tim yang kumpul nomor re-
keningnya dari sembilan tim yang lolos seleksi. Kuitansi yang dimaksud sudah lama ditandatangani, hanya saja butuh proses yang panjang untuk pencairan insentifnya. Dr Ir Abdul Jalil Rasyid MSi Wakil Rektor III Unhas
Kuota untuk Beasiswa PPA
TERIMA KASIH. Saya mendaftar beasiswa PPA tahun ini dan telah melalui proses wawancara. Saya ingin menanyakan tahun ini berapa kuota penerima beasiswa PPA? Mahasiswa Fakultas Farmasi Angkatan 2014 Tanggapan: WAALAIKUM SALAM. Tahun ini kuota untuk PPA sebanyak 185 dengan pe rincian untuk kode fakultas A seban-
yak 6 orang, B 19 orang, C 23 orang, D 23 orang, E 15 orang, F 11 orang, G 15 orang, H 12 orang, I 6 orang, J 9 orang, K 6 orang, L 4 orang, M 10 orang, N 6 orang. Jatah untuk universitas 6 orang, artinya akan diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi. Nominal yang didapat sebanyak 4,2 juta. Esan Lamban SSos MSi Kepala Bagian Kesejahteraan Mahasiswa
Salah Input Data di Website Beasiswa Unhas
ASSALAMUALAIKUM. Bagaimana cara memperbaiki kesalahan penginputan data pada website beasiswa? Saya terburu-buru memasukkan data nomor hand phone yang seharusnya menggunakan kode “+628” dan saya sudah terlanjur mendaftar salah satu beasiswa pada web
site tersebut. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Angkatan 2015 Tanggapan: WAALAIKUM SALAM. Jika terjadi kesalahan penginputan data pada website itu dan sudah terlanjur mendaftar pada salah satu beasiswa, data yang salah tidak bisa dirubah kalau sudah melakukan pendaftaran online. Kecuali kalau data nya dihapus sebagai pendaftar, baru bisa melakukan perubahan data. Atau pilihan lainnya mengundurkan diri dari beasiswa yang didaftar dan data diubah. Jika masih belum jelas silahkan hubungi saya di +628114113023, nanti dibantu. Lukman Staf Bagian Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
opini
identitas
NO. 865| TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Uang Panai’: Kewajiban Adat atau Prestise
Oleh : Mutia Larasati FILM Uang Panai’ produksi sineas lokal Kota Makassar telah tayang secara serentak sejak tanggal 25 Agustus 2016 lalu di bioskop XXI, 21, Megaplex dan Sinaplex seluruh Indonesia. Antusias penonton, khususnya masyarakat Makassar pada film bergenre komedi romantis dengan icon kata pelesetan mahar menjadi mahal cukup besar terlihat pada setiap pemutaran film tersebut di beberapa bioskop. Film ini becerita tentang seorang pemuda Bugis Makassar bernama Ancha yang baru saja kembali dari perantauan. Tanpa sengaja ia dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya, Risna. Benih-benih cinta akhirnya muncul kembali. Tidak ingin kehilangan Risna untuk kedua kalinya, Ancha berniat mempersunting Risna. Namun niat Ancha terbendung oleh syarat pernikahan secara adat yaitu uang panai dalam jumlah yang cukup fantastis. Perjuangan Ancha pun dimulai. Dia dibantu kedua sahabatnya Tumming dan Abu yang sering memberi ide kocak dan absurd. Di tengah perjuangan Ancha mengumpulkan uang panai, hadir Farhan sahabat Risna yang baru pulang dari luar negeri. Ayah Farhan yang juga sahabat Ayah Risna, berniat menjodohkan Farhan dan Risna. Intinya, film ini bercerita tentang kehidupan masyarakat Bugis Makassar dan pesan yang ingin disampaikan yakni uang panai pernikahan bukan segalanya dalam mewujudkan cinta suci dua insan dalam ikatan pernikahan.
Hakikat Uang Panai
Uang panai’ (uang naik atau doi menre’) dalam tradisi Bugis adalah sejumlah uang yang diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita sebagai sebuah penghargaan dan realitas penghormatan terhadap norma dan strata sosial. Besarnya jumlah uang panai atau uang belanja bagi pihak mempelai pria yang harus dibayarkan kepada mempelai wanita, terkadang menjadi momok menakutkan bagi para pemuda Bugis-Makassar yang ingin melamar pujaannya. Terlebih jika ia berasal dari suku yang sama. Uang panai’ untuk menikahi gadis Bugis Makassar terkenal tidak sedikit jumlahnya tergantung pada tingkat strata sosial dan pendidikan dari sang gadis. Pengambilan keputusan akan besarnya uang panai’ terkadang dipengaruhi oleh
ILUSTRASI/IRMAYANA
keputusan keluarga perempuan (saudara ayah ataupun saudara ibu). Jumlah uang panai’ yang terkadang tidak mampu diberikan oleh sang lelaki kepada sang perempuan membuat pasangan kekasih yang telah saling mencintai ini mencari jalan pintas, de ngan melakukan tindakan diluar norma tradisi Bugis Makassar yaitu kawin lari (Siliariang). Banyak masyarakat daerah luar Sulawesi Selatan yang menganggap hal aneh dalam pernikahan suku Bugis. Mahalnya mahar dan uang panai yang harus diberikan sehingga mereka beranggapan seolah-olah sedang membeli anak gadis orang lain. Meskipun uang naik merupakan tra disi yang sudah lama berlangsung dalam kebudayaan Bugis-Makassar, namun seiring perkembangan zaman, persentuhan dan perkenalan dengan budaya lain tidak ketinggalan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, lambat laun tradisi ini terkikis bahkan mulai hilang hingga kini hanya menjadi sebuah formalitas. Tradisi ini dianggap sudah usang sehingga tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang. Menurut beberapa literature menyebutkan bahwa uang panai’ menjadi ‘kewajiban adat’ dalam ritual suci perkawinan. ‘Uang panai’ pun merupakan cerminan budaya ‘siri na pacce’ yang menjadi karakter orang Bugis-Makassar. Dalam cermin budaya ‘siri na pacce’ seorang mempelai atau keluarga mempelai laki-laki akan merasa malu apabila tidak bisa menyanggupi permintaan ‘uang panai’ dari keluarga mempelai perempuan.
Begitu juga sebaliknya, pihak keluarga perempuan akan merasa malu apabila anak perempuannya dibawakan ‘uang panai’ yang lebih rendah dari anak perempuan keluarga lain atau tetangga-tetangganya. Kesemua itu, tentu tidak lepas dari budaya ‘gengsi’ sosial yang melekat dalam masyarakat khususnya masyarakat Bugis-Makassar. Semakin tinggi ‘uang panai’ yang diberikan maupun yang diterima akan semakin meningkatkan nilai strata sosial keluarga itu. Jika jumlah uang naik yang diminta mampu dipenuhi oleh calon mempelai pria, hal tersebut akan menjadi prestise bagi pihak keluarga perempuan. Kehormatan yang dimaksudakan disini adalah rasa penghargaan yang diberikan oleh pihak calon mempelai pria kepada wanita yang ingin dinikahinya dengan membe rikan pesta yang megah untuk pernika hannya melalui uang panai’ tersebut. Di satu sisi, uang panai’ diindikasikan sebagai salah satu bukti keseriusan lelaki untuk mendapatkan kekasih hatinya. Logikanya, ketika laki-laki memang serius mau melamar maka ia akan mencari cara untuk mendapatkan uang panai, tentunya setelah ia berani datang berkunjung ke rumah kedua orang tua perempuan yang ia cintai. Maka, mari memaknai uang panai dengan aura positif, bahwa itu adalah cara orang terdahulu dan leluhur Bugis-Makassar untuk membuktikan keseriusan dari sang laki-laki untuk melamar. n Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Imu Budaya Unhas
5
akademika Pengetik Teks Proklamasi, Sayuti Melik BULAN lalu, kita memperingati hari ulang tahun ke71 rakyat Indonesia. Selama 71 tahun lamanya kita terus menerus terpaku pada kedua tokoh prokla mator kita, yakni Bung Karno dan Hatta. Namun tahukah kita siapa yang mengetik teks proklamasi yang diproklamirkan di jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta Pusat itu? Ia tak lain adalah Mohammad Ibnu Sayuti, atau lebih dikenal dengan sapaan Sayuti Melik. Ia turut mengambil peran dalam mengawal detikdetik proklamasi. Walau namanya tak banyak tercatat dalam sejarah, namun jasanya begitu besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Salah satu tokoh yang mengambil bagian dalam penculikan Sukarno dan Hatta dari tangan Belanda ini dilahirkan di Sleman pada tanggal 22 November 1908. Jauh sebelum perkenalannya dengan Soekarno, Sayuti Melik sudah aktif sebagai penulis muda. Ia banyak menelurkan tulisan yang mampu membuat penjajah kebakaran jenggot. Mengingat tulisannya saat itu berisi kritik terhadap kepemim pinan kompeni. Sejak kecil ayahnya yang bernama Abdul Mu’in yang merupakan kepala desa di Sleman, telah menanamkan kepada Sayuti tentang pentingnya menumbuhkan jiwa nasionalisme. Sang ayah pun menentang keras kebijakan-kebijakan pemerintah Belanda yang tanpa belas kasih merebut harta benda penduduk Sleman. Karena itulah, maka tak heran jika saat Sayuti tumbuh menjadi seorang pemuda ia memiliki keberanian untuk melawan segala bentuk penjajahan. Hingga akhir nya ia harus merasakan keluar-masuk penjara. Koran Pesat di Semarang ia dirikan bersama istrinya Soerastri Karmi Trimurti yang merupakan aktivitis perempuan sekaligus wartawan. Segala bagian redaksi hingga percetakan dan penjualan dikerjakan bersama istrinya mereka berdua. Selama menerbitkan koran tersebut, Sayuti Melik dan istri bergantian keluar masuk penjara dan pengasingan. Hal itu dikarenakan tulisan mereka yang kritis. Anak dari pasangan Abdul Mu’in dan Sumilah ini juga pernah di buang di Boven Digul (1927-1933) karena dianggap terlibat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh Belanda. Selain itu ia juga pernah dipenjara di Singapura pada tahun 1937. Hingga pada Tahun 1938 dimasukkan lagi ke sel di Gang Tengah, Jakarta. Selain aktif sebagai jurnalis, karir politik Sayuti Melik pun tidak kalah berkembangnya. Ia pernah menjabat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sedangkan pada masa orde baru karier politik Sayuti Melik berkembang menjadi anggota DPR pada tahun 1971 hingga 1977. Meski berada di bawah kepemimpinan Sukarno, lelaki asal Jogjakarta ini berani menentang kepemimpinan Sukarno saat itu. Ia tidak setuju usulan PKI untuk menjadikan Sukarno presiden seumur hidup. Sayuti lalu membuat tulisan berjudul ‘Belajar Memahami Sukarnoisme’ yang dimuat di sekitar 50 koran dan majalah dan kemudian dilarang peredarannya. Ia juga termasuk orang yang berani menentang gagasan nasionalisme (nasionalisme, agama, komunisme) dan mengusulkannya berubah nama menjadi nasasos, dengan mengganti unsur “kom” menjadi “sos” (sosialisme). Penghargaan yang pernah diraih lelaki kelahiran Sleman ini adalah Bintang Mahaputra (1961) dan Bintang mahaputra Adiprana pada tahun 1973. Sayuti kemudian meninggal di usia 80 tahun, pada Tanggal 2 Maret, 1989 setelah satu tahun terbaring sakit. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. n Andi Ningsi
6
identitas
NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
rampai
Tetap Bertahan Walau Badai Menerjang Lets survive with Korpala SEMBOYAN ini tetap dipegang oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Pencinta Alam (UKM Korpala). Korpala menjadikan alam sebagai sebuah tempat mengasah diri. Tantangan di alam bebas seperti mendaki gunung, susur gua, panjat tebing dan penelusuran sungai serta laut begitu akrab dengan UKM ini. Bukan sekedar menjelajah, Korpala juga turut serta dalam evakuasi bencana dan kecelakaan kegiatan alam bebas. Tanggal 8 Agustus 1985 menjadi hari lahir Korpala. Gunung Bawakaraeng jadi saksinya saat sebelas mahasiswa bersepakat membentuk korps ini. Dua tahun berkembang, prosesi penerimaan mulai dirumuskan. Pendidikan Dasar (Dikdas) prosesi pertama yang harus dilalui. Selanjutnya, proses untuk mendapatkan nomor anggota. Tak sampai disitu saja, ada juga pendidikan lanjutan, pendidikan khusus dan pelatihan ekstra. Hingga tahun ini, ada 510 anggota aktif telah melalui proses seleksi alam. Mental tangguh, pantang menyerah dan terampil di lapangan menjadi hasil dari pendidikan berjenjang. Eksistensi UKM ini terlihat dari sejumlah pencapaian dalam ekspedisi yang mengharumkan nama Unhas dan Indonesia. Seperti Ekspedisi Pelayaran Akademis (EPA I – II) yang mengunjungi beberapa daerah dan negara dengan perahu tradisional, Sandeq pada 1996 dan 2011. Selain itu juga ada Indonesia Caving Expedition pada 2011. Tiga tahun kemudian, Korpala mencapai puncak Mount Blanc dalam L’expedition on France. Tidak hanya sebatas menjelajah alam bebas, lewat kegiatan ekspedisi, banyak data yang dikumpulkan dan diperbaharui. Laporan wajib mereka kumpulkan setelah ekspedisi. Hasil perjalanan itu nantinya akan disimpan dalam bank data Korpala. Jadi, jika ada yang membutuhkan data-data tersebut, Korps ini sudah menyimpannya. Dalam hierarki kepengurusan, organisasi ini terdiri dari divisi operasional dan divisi non operasional. Divisi operasional meliputi bidang panjat tebing, susur gua, bahari dan gunung serta rimba. Sedangkan dalam divisi non operasional terdapat bidang rumah tangga, perlengkapan, data informasi, dana usaha dan pendidikan pengembangan. Tak ada anggota yang mengkhususkan diri di bidang operasional tertentu. Semua harus dikusai. Minimal dasar-dasar dari semua bidang. Hal ini membuat semua anggota memiliki keterampilan lapangan yang sangat berguna dalam proses riset dan belajar. Aktivitas alam bebas memerlukan fisik yang kuat dan tangguh. Hal ini membuat Korpala didominasi laki-laki. Namun, di setiap pendaftaran Dikdas selalu juga dijumpai sosok perempuan tangguh yang dengan semangat melewati seluruh proses. “Untuk pendaftar perempuan biasanya ada 2 setiap dibuka pendaftaran,” ujar Arman, selaku Ketua Umum, (29/8). Belakangan ini alam bebas memang tengah diminati kaum muda, baik laki-laki atau perempuan. Hari-hari tertentu menjadi momen tersendiri untuk menjelajahi gunung, laut, lembah dan bukit. Banyak diantara mereka berangkat dengan persiapan dan pengalaman minim. Menanggapi hal ini, ketua umum Korpala bertanya-tanya motivasi apa yang membuat banyak orang
FOTO-FOTO/DOKUMEN PRIBADI
ramai-ramai ke alam bebas. “Mereka sekedar memperingati, tanpa peduli lingkungan,” ujarnya. Selain kegiatan ekspedisi dan observasi alam, UKM ini juga banyak melakukan kegiatan bakti sosial di berbagai daerah. Pengobatan gratis, donor darah, sunatan massal hingga penyuluhan kesehatan. Tidak lupa kegiatan berbasis lingkungan, sebagai organisasi pecinta alam, tentunya mereka akitf dalam kegiatan penghijauan dan penyuluhan pentingnya kelestarian alam ke ma syarakat di berbagi daerah. Banyak cara mengabadikan kisah perjalanan di alam bebas, bisa lewat foto atau video. Ada juga yang mengabadikan perjalanannya lewat tulisan. Untuk berbagi pengalaman dan kisah perjalanan, Korpala me nerbitkan Buletin Lembanna. Buletin ini pertama kali dicetak tahun 1990 dalam bentuk hardcopy. Sekarang, buletin ini tidak cetak lagi, penerbitannya hijrah ke dunia digital. Buletin Lembanna kini diterbitkan di blog Korpala Unhas yang dikelola dengan sangat baik. S u d a h 39 tahun
Korpala terbentuk. Masalah kader masih saja jadi persoalan. Hal yang umum di semua organisasi. Arman Bunguran berharap organisasi yang dipimpinnya tetap survive menghadapi masalah ini. Korpala akan terus bertahan sekalipun badai menerjang. n Musthain Asbar H
civitas
identitas
NO. 865| TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Wisuda Dulu Ijazah Kemudian
“Wisudawan pascasarjana periode Juni lalu kini harus gigit jari, pasalnya ijazah yang dinanti tak kunjung menghampiri”
“
P
enyampaian, sehubungan de ngan adanya perubahan Or ganisasi dan Tata Kerja (OTK) di lingkungan Universitas Hasanuddin, maka disampaikan kepada wisudawan periode Juni 2016 di tingkat fakultas, bahwa proses pencetakan ijazah dan transkrip prestasi akademik asli akan diselesaikan paling lambat bulan Agus tus 2016” Inilah bunyi pengumuman yang diterima Triyudha Yanto SSi MIkom bersama 289 mahasiswa pascasarjana lainnya. Wisuda memang tidak hanya identik dengan memakai toga di kepala namun juga ada penyerahan ijazah di tangan. Namun jauh panggang dari api, kenyatannya mahasiswa sarjana perio de Juli lalu, harus gigit jari. Mendapati map yang diserahkan di hari wisudanya hanya berisi sebaran, bukan ijazah se perti yang diharapkan. Hal ini jelas merugikan beberapa pi hak, khususnya mahasiswa. Triyudha Yanto SSi Mikom salah satunya. Pang gilan pekerjaan sudah di depan mata baginya, Lulusan magister ilmu komu nikasi ini mendapat lowongan untuk mengajar di salah satu universitas swas ta terbesar di Pulau Jawa bermodalkan ijazah magisternya. “Karena pemberi an ijazah yang terlambat, pengurusan administrasi saya juga ikut terlambat,” saat ditemui, Kamis (29/9) Hal serupa pun dialami oleh Maha siswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Christine Purnamasari Andu. Wanita
kelahiran 1990 ini mengaku, sebelum nya telah dijanji oleh pihak akademik Sekolah Pascasarjana (SPs), bahwa ijazahnya akan diberikan bertepatan pada saat wisuda. Karena janji tidak ter bukti, Christine kemudian menghadap ke pihak SPs untuk kembali menanya kan perihal ijazahnya, namun lagi-lagi dijanji pada bulan Agustus. Ketika ditanyai perihal usaha selan jutnya, perempuan asal Flores ini ha nya berkelakar “perlu usaha apalagi jika pihak fakultas bilang belum ada, masa saya mau cetak sendiri,” ketika di hubungi via email, Kamis (29/9). Adanya keterlambatan pencetakan ijazah ini dikarenakan nomor wisu dawan mulai periode Juni harus mengi kuti nomor alumni di fakultas masingmasing, hal ini setelah keluarnya aturan OTK yang baru, sesuai dengan Peratu ran Rektor Universitas Hasanuddin No: 5441/UN4/OT.04/2016 tentang OTK Pe ngelola Unhas, pasal satu poin tujuh yang berbunyi sekolah adalah unsur pelaksana akademik setingkat fakultas yang bertugas menyelenggarakan dan/ atau mengoordinasikan program pas casarjana multidisiplin. Ketika dikonfirmasi mengenai hal ini, Kepala Sub Bagian (Kasubag) Akademik FISIP Sutamin Ssos mengatakan bahwa ijazah hingga saat ini masih tersimpan di bagian akademik, sembari menunggu transkrip mahasiswa yang juga semen tara dalam proses pengadaan. “Mahasiswa yang minta untuk disim pan saja dulu, dan akan diambil seka lian bersama transkrip nilainya, tapi kalau ada mahasiswa ingin mengambil ijazahnya silahkan datang ke ruangan saya,” tuturnya, Jumat (30/9).
Dekan FISIP, Prof Dr Andi Alimud din Unde Msi pun mengemukakan pendapatnya. Alimuddin mengatakan pihaknya telah mengakomodasi pe ngadaan ijazah dan transkrip nilai ma hasiswa pascasarjana. Perihal perubahan aturan OTK yang dimaksud memang sudah lama dibi carakan bersama pimpinan fakultas se-Unhas. Ketika ada aturan baru ini diberlakukan, pihak fakultas sedang be rusaha menyesuaikan. “Setelah SK rektor keluar sejak bulan 16 Mei 2016, kami godok dan berlaku kan aturan ini secara perlahan-lahan” katanya, Jumat (30/9). Tidak hanya di FISIP saja, beberapa fakultas yang meluluskan mahasiswa pas casarjana periode Juni pun mengalami hal yang sama terkait keterlambatan pe ngadaan ijazah bagi mahasiswa magister. Semenjak diterapkannya aturan OTK pengelolaan pascasarjana Mei lalu. Kini SPs hanya mengurusi beberapa prodi multidisiplin saja, diantaranya ilmu pertanian, sistem-sistem pertani an, perencanaan dan pengembangan wilayah, pengelolaan lingkungan hi dup, agribisnis, manajemen perkotaan, ilmu biomedik, gender dan pembangu nan, teknik perencanaan prasarana dan teknik transportasi. Sementara prodi monodisiplin khusus diserahkan ke fakultas masing-masing. Ini sesuai dengan keterangan Kasu bag Akademik SPs Unhas, “Kami urus prodi kami sendiri. Kami sisa mengelo la prodi multidisiplin, untuk sementara prodi itu tetap kami yang disuruh cetak ijazahnya.” Tutur Susi Asteria Irafany ST, Jumat (23/9). Mal/Vit
7
bundel mEdisi Awal September Tahun 1990
Saran Pembenahan Universitas dari Menteri MELANJUTKANpendidikan ke luar negeri untuk menaikkan pangkat, dinilai tidak benar oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Ir Sarwono Kusumaatmaja. Hal ini diungkapkan menteri ketika berbicara di Gedung Pertemuan Ilmiah (GPI) Unhas, Kamis (30/8). Menyinggung masalah SDM di Indonesia (kalangan PTN), mantan Sekretaris Jenderal Golkar mengemukakan pendapatnya, bahwa ada tiga masalah utama yang dihadapi. Pertama, rendahnya motivasi di kalangan pendidik dalam rangka peningkatan prestasi keilmuan. Padahal pemerintah mengirim mahasiswa ke luar negeri untuk belajar (dalam program pasca sarjana-red). “Saya merasa heran, sebab selalu ada sisa anggaran beasiswa yang dimanfaatkan,” ujarnya. Kenyataannya, tidak selamanya gelar dari luar ikut menaikkan pangkat. Lebih dan kurangnya turut mengurangi tumbuhnya motivasi di kalangan pendidik untuk lanjut. “Hal ini jelas merugikan mahasiswa,” tegas menteri. Mahasiswa juga dirugikan, sebab ilmu yang dituntutnya justru diajarkan oleh pendidik yang hanya mengejar pangkat saja. Sementara mahasiswa hanya asyik me ngonsumsi ide-ide dari pendidik. Masalah kedua adalah rendahnya masalah analitik pada mereka (pendidik-red). “Hal ini mungkin karena pengajaran ilmu sosial sejak SMA hanya cenderung ke hapalan tanpa analitik,” ujar Sarwono Selanjutnya, menyangkut soal kemampuan bahasa yang rendah. Hal ini merupakan kurangnya penggunaan bahasa secara efektif yang diberikan. Dengan demikian, bahasa asing mendapatkan kesulitan yang berarti. Menteri juga mengungkapkan bahwa perlu diciptakan suasana yang lebih dialogis bagi mahasiswa. “Mereka harus dibiasakan bertanya, berdiskusi dan berdialog secara terbuka,” tegasnya. Dalam menghadiri seminar di GPI, ia juga mengemukakan agar universitas jangan dijadikan kepanjangan tangan administratif dari Mendikbud. “Untuk itu, pemerintah hendaknya membiarkan perguruan tinggi mengelola dananya sendiri, sebab lebih menghemat subsidi dana pemerintah.”n
mEdisi Awal September Tahun 2000
Menunggu Eksistensi SMUH SENAT Mahasiswa Universitas Hasanuddin (SMUH) kini masih dipertanyakan oleh beberapa mahasiswa. Ari, mahasiswa FKG malah tidak tahu SMUH sebenar nya. “Saya sama sekali tidak tahu, SMUH,” ujarnya. Bukan hanya Ari, bahkan sejumlah mahasiswa Unhas tak mengetahui keberadaan SMUH. Terbukti pada survey yang dilakukan identitas terhadap 58 orang mahasiswa hanya sekitar 37% yang tahu keberadaan SMUH. Sedangkan 63% tidak tahu. Dari jumlah tersebut, mencerminkan kurangnya sosia lisasi yang dilakukan, khususnya mahasiswa yang tidak berlembaga. “SMUH hanya berkembang pada wacana elitis, tidak menyentuh seluruh mahasiswa Unhas,” ujar Zainal. Juni lalu misalnya, hanya sekitar 3.735 dari 23.000 mahasiswa yang menggunakan hak suaranya. Walaupun terbentuk dalam keadaan prematur, sayangnya sosia lisasi dan kinerja pengurus minim. “Seharusnya, seusai Pemilu, presiden harus segera melakukan sosialisasi ke lapisan mahasiswa yang belum mengetahui keberadaannya,” ungkap Zainal. Persoalan memang sedang merundung pemerintahan Presiden SMUH Heriyanto, kabinetnya dianggap kurang oleh beberapa parlemen mahasiswa sehingga terkesan tidak solid. Belum lagi kerja bawahannya yang tak jelas, sehingga membuat Heriyanto bekerja sendirian. Sudah tiga bulan berjalan, SMUH tak tampakkan eksistensinya. “Sekarang ini, SMUH harus menampilkan kinerjanya,” ujar Soni Anggota Kontra. n
8
8
identitas NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016 identitas NO. 865| TAHUN XLI| EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
laporan utama
Profesor Dilarang “Tidur”
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Pada 2017 mendatang karya profesor dievaluasi. Professor yang tidak produktif akan dicabut tunjangannya.
T
ahun ini, Direktur Jenderal Sum ber Daya Ilmu Pengetahuan, Te knologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD menyampaikan jika pada akhir 2017 mendatang para profesor tidak produktif maka tunjangan kehormatannya akan di cabut. Dikutip dari media online okezone. com. Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah menyebarkan surat edaran terkait pencabutan tunjangan tersebut. Hal ini sebagai bentuk evaluasi kepada guru besar yang tidak mampu menghasil kan karya seperti menulis jurnal nasional maupuan internasional. Di Unhas sendiri, tercatat hingga 2016 terdapat 270 profesor dari 14 fakultas. Lantas dari jumlah tersebut sebagian dari mereka masih kurang produktif men jalankan tugasnya sebagai mana mesti nya seorang profesor. Mirisnya, dari data yang dipaparkan oleh sekretaris Publica
tion Managemen Center (PMC) saat ini baru International Journal of Arts & Sci ences (IJAS) yang merupakan jurnal inter nasional Unhas. Padahal, pada 2013 lalu, sebanyak 43 miliar rupiah keluarkan oleh Unhas un tuk meningkatkan karya ilmiah profesor. Karyanya diharapkan terbit bukan hanya di tingkat lokal, tapi juga ditingkat nasio nal, bahkan internasional. Hal ini tentu kan agar para profesor mematuhi aturan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi. Berlaku sejak tahun 2010, guru besar diwajibkan menunaikan tugas khusus, seperti menulis buku, publikasi karya il miah, dan menyebarluaskan gagasannya untuk masyarakat. Jika tiga tahun ber turut-turut tidak melakukan kewajiban tersebut, maka tunjangan kehormatan yang besarnya dua kali gaji pokok akan ditunda hingga sang guru besar menyele saikan kewajibannya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No
mor 78 Tahun 2013, tentang pemberian tujangan profesi dan tunjangan kehor matan bagi dosen yang menduduki ja batan akademik profesor. Peraturan terse but dijelakan tugas utama profesor adalah mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni melalui pendi dikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Prof Dr Basir Syam MAg saat ditemui mengatakan statusnya sebagai seorang profesor sekaligus guru besar di bidang Agama Islam bukanlah hal yang mudah. Sebab, selain bertanggung jawab untuk mengajar di kelas juga ada tanggung jawab khusus yang dipikul tiap tiap profesor. Produktivitas seorang profesor diukur dari bagaimana dia aktif menulis jurnal, buku, dan menyebarkan gagasan kepada masyarakat. Kata Basri, untuk menghasil kan satu jurnal dalam setahun rasanya sulit. Dikarenakan membagi waktu antara mengajar dan meneliti bukanlah hal yang mudah. “Menulis jurnal bukanlah hal yang mu dah, itu membutuhkan waktu. Belum lagi
harus keluarkan biaya,” tutur Basri yang ditemui saat memberikan kuliah umum, Jumat (26/8). Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA saat dimintai tanggapan soal wacana pencabutan tunjangan pro fesor justru mendukung hal ini. Baginya, wacana tersebut menggairahkan bagi seo rang profesor untuk menggenjot karyanya. “Kalau wacana itu sudah jadi kebijakan kita harus ikuti. Sebenarnya di luar kebi jakan tersebut memang sudah tanggung jawab profesor untuk produktif berkarya,” tutur Dwia, Senin (15/8). Maka untuk mengatasi hal tersebut, ta hun ini Unhas membentuk klinik untuk penulisan karya ilmiah yang dikelola oleh Publicatioan Management Center (PMC) yang nantinya digunakan sebagai sara na untuk mengembangkan produktivitas dosen khususnya profesor dalam meng hasilkan karya ilmiah. “Kita sudah dampingi profesor de ngan membuka klinik untuk menulis manuskrip artikel untuk publikasi yang dikelola oleh PMC,” tambah Dwia. n Tim Laput
laporan utama
potret
identitas NO 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016 identitas NO. 865| TAHUN XLI| EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Apa Kabar Karyamu Prof? Layaknya seorang panutan, seorang guru besar harus menelurkan karya. Lantas bagaimana dengan Unhas?
P
uncak karir fungsional seorang dosen sebagai pendidik ialah guru besar. Karir ini diraih tidak semerta-merta berhenti begitu saja. Ada amanah yang harus dijalan kan oleh sang guru besar. Tri Dharma Perguruan Tinggi berupa pendidikan, penelitian dan pengabdian pada ma syarakat serta menjadi teladan kepada mahasiswa dan dosen juniornya adalah tugas yang harus diemban. Berbekal amanah itu, seorang guru besar dan profesor sangat diperhatikan oleh negara. Perhatian ini berupa pemberian tunjangan kehormatan. Sayang nya, masih banyak guru besar ‘tidur’ dengan amanah yang diembannya. Lantas bagaimana Unhas dengan guru besar dan profesornya? Amanah yang sama harus juga dijalankan oleh semua guru besar Unhas ini. Seperti yang tertuang dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 49 butir 2 dijelaskan Profesor memiliki kewajiban khusus yakni menulis buku, menghasilkan karya ilmiah dan memperluas gagasan untuk mencerahkan masyarakat. Semua kewajiban ini harus selesai per tiga tahun. Hal inilah yang dilakukan oleh salah
seorang Guru Besar Fakultas Peternakan, Prof Ir Sudirman Baco MSc PhD. Dekan Fakultas Peternakan ini sudah menyandang Profesor sejak sebelas tahun yang lalu. Meskipun diikuti ber bagai kesibukan, Sudirman tetap aktif dalam penelitian bahkan telah meneliti sebanyak dua puluh lima kali dan dilakukan secara berkelanjutan. “Karena rasa ingin tahu yang semakin tinggi,” katanya, Rabu (10/8). Meski begitu, Sudirman baru sekali menerbitkan buku yakni pada tahun 2015. Serupa, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Prof Dr Andi Alimuddin Unde, MSi pun demikian. Menurutnya tidak ada alasan seorang guru besar untuk tidak berkarya. “Saya saja menjabat sebagai dekan yang bisa dikatakan sibuk, tapi masih aktif meneliti. Apalagi kalau guru besar yang hanya mengajar. Kuncinya, ada kemauan dan sadar akan kewajiban,” ungkapnya, Senin (15/8). Guru Besar di bidang Komunikasi Massa ini sudah menyandang profesor sejak 2007 telah menelurkan berbagai hasil penilitiannya sebanyak lima kali dan semua berada ada konten Ilmu Komuniksi. Serta menerbitkan buku dua kali pada tahun 2014 dan 2015 lalu. Hal yang sama diungkapkan Prof Dr
Tajuddin Maknun SU, dosen yang sudah menyandang status guru besar sejak tahun 2010 ini sudah meneliti beberapa kali, tepatnya pada tahun 2013 dan 2014. Selain itu Tajuddin juga sudah menerbitkan buku yang berjudul “Nelayan Makassar, Kepecayaan dan Karakter”. Hanya saja pada tahun ini lelaki yang sudah enam tahun berstatus profesor ini, vakum meneliti sejak tahun 2015 karena terkendala dana. “Masalahnya, instansi (Unhas, red) tidak menyediakan dana untuk guru besar berkembang, harusnya disiapkan dana untuk itu,” ungkapnya, Senin (15/8). Seorang guru besar adalah objek diseminasi ilmu pengetahuan dan tek nologi. Sehingga pengembangan gagasan ke masyarakat sangatlah penting. “Kalau ada guru besar tidak pernah punya publikasi, maka itu menjadi pertanyaan yang sangat besar,” ungkap Sekretaris Publication Management Centre (PMC), Ir Muhammad Aryad PhD, Senin (15/8). Pernyataan tersebut didukung oleh Ketua Jurnal Internasional Unhas, Prof Saleh Ali, MSc bahwa guru besar harus menulis sebanyak mungkin dan tak hanya meneliti. “Menulis lah sebanyak mungkin lalu publikasi, publikasi dan publikasi,” ujarnya, Senin (15/8).n Tim Laput
9
9
parade pendapat Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD mengeluarkan wacana terkait pencabutan tunjangan bagi professor yang dinilai tidak produktif. Lantas bagaimana tanggapan civitas akademika Unhas? Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA Rektor Unhas Kalau itu sudah jadi kebijakan kita harus diikuti. Sebenar nya di luar kebijakan tersebut memang su dah tanggung jawab profe sor untuk produktif. Prof Ir Sumbangan Baja M Phil PhD Dekan Fakultas Pertanian Saya belum bisa berpendapat terkait wacana tersebut karena masih belum jelas. Namun dalam wa cana itu ada kata ‘produktif’ yang harus diperjelas definisinya terlebih dahulu. Lalu dibuatkan kriteria-kriteria khusus sehingga jelas ukuran seorang profesor dinilai produktif atau ti dak produktif. Prof Tahir Kasnawi Ketua Senat Akademik Unhas Mewujudkan hal tersebut tidak mu dah, diperlukan da ta-data yang men dukung tidak hanya menilai dari tulisan yang dibuat dan terpublikasi. Biasanya seorang profesor memiliki kegiatan yang tidak di buktikan secara tertulis, dan hanya menilai yang nampak dipermukaan. Berkaca dari hal tersebut, tidak bijak jika langsung berkesimpulan bahwa profesor tersebut dinilai tidak produktif. Kita butuh bukti yang objektif dan dapat dipercaya sehingga harus hati-hati dan cermat dalam menilai. Muhammad Akbar Baharuddin Ketua BEM Fakultas Ilmu Budaya Saya tidak setuju terhadap wacana Kemeristek Dikti yang akan menco pot tunjangan profe sor yang tidak produktif. Seharusnya sebelum menetapkan seorang menjadi profesor harus benar-benar cermat dan se suai dengan syarat yang berlaku sehingga ketika menjadi seorang profesor tidak perlu lagi ada evaluasi. Kalaupun memang perlu dievaluasi tidak hanya dari tulisan yang dibuat dan terpub likasi tetapi dari sisi yang lain juga harus diper timbangkan. n
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
10
civitas
identitas
NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Dilema Bahasa yang Jadi Kendala Tak mudah belajar dengan status mahasiswa asing, lebih lagi jika tak me nguasai bahasa ibu tempat kita menuntut ilmu. Hal inilah yang dialami oleh beberapa mahasiswa asing kampus ini.
C
ita-cita Unhas sebagai World Class University diwujudkan secara perlahan. Salah sa tunya dengan memiliki mahasiswa asing berkuliah di Unhas. Hal ini pun dilakukan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI). Tahun 2014 lalu, Kemdikbud yang bekerjasama dengan negara-negara lain, salah satunya adalah negara So lomon mengirimkan lima mahasiswa asal Salomon ke Unhas. Selain memberikan fasilitas pendidikan gratis, bia ya hidupnya pun turut menjadi tanggungan pemerintah Indonesia selama empat tahun. Kelima mahasiswa ini disebar ke beberapa fakultas sesuai bidang yang mereka minati. Satu orang ditempatkan di Jurusan Matematika Fakultas MIPA, satu orang di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), satu orang di Fakultas Kehutanan dan dua lainnya di Fakultas Teknik. Sayangnya, proses tak semulus yang diharapkan. Beberapa diantara mereka mengaku kesulitan mene rima pelajaran dengan baik. Hal ini disebabkan bahasa yang digunakan dosen dalam proses perkuliahan adalah bahasa Indonesia yang belum begitu mereka kuasai sepenuhnya. Sehingga ketika ada mata kuliah yang tidak dimengerti, ia berkonsultasi dengan Pembimbing Akademiknya (PA). Lalu PA inilah yang akan meng
hubungi dosen mata kuliah terkait untuk menjelaskan kembali materi tersebut dalam bahasa Inggris. “Ketika tidak memahami suatu mata kuliah, saya akan meminta bantuan PA. Setelah itu ia akan menghubungi dosen yang bersangkutan untuk bertemu dengan saya dan menjelaskan kembali materi dalam bahasa Inggris” ungkap Clement Lifoia, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, angkatan 2014, Rabu (7/9). Lain lagi ketika ada tugas kuliah yang harus dikerjakan dalam bahasa Indonesia. Mahasiswa yang akrab disapa Lee ini akan menggunakan penerjemah online untuk menerjemahkan tugas yang sebelumnya ia tulis dalam bahasa Indonesia, kemudian meminta bantuan salah seorang teman untuk mengoreksi kata yang tidak sesuai. Kondisi seperti ini sempat membuat mahasiswa angkatan 2014 ini kecewa. Pasalnya saat mengikuti wawancara beasiswa, ia diberitahu bahwa semua universitas di Indonesia memiliki kelas internasional dan menyangka akan ditempatkan di kelas tersebut. “Saya sempat merasa kecewa, kami ternyata berada di kelas reguler yang berbahasa Indonesia, karena saya kesulitan mengerti pelajaran, padahal sebelumnya kami dijanjikan akan disimpan di kelas internasional,” ung kapnya. Tak hanya Clement, Arapa’asi Samantha pun mengalami hal yang
sama. Mahasiswa Fakultas Kehuta nan ini mengaku sering mengalami kesulitan ketika berada di laboratorium. Saat sedang asistensi, keba nyakan asisten tidak bisa menjelaskan menggunakan bahasa Inggris sehingga ia harus meminta bantuan temannya yang mengerti bahasa Inggris untuk menerjemahkan. Sam pun mengaku kecewa setelah tahu ia bergabung di kelas reguler. Kekecewaan yang begitu besar sempat membuatnya berpikir untuk kembali ke Solomon. “Saya sempat ingin kembali ke negara saya karena sulitnya memahami pelajaran dalam Bahasa Indonesia. Tetapi saya berpikir ketika kembali maka saya harus memulai dari awal untuk mengurus masuk ke universitas. Itu butuh waktu dan tidak mudah sehingga saya memutuskan untuk tetap bertahan,” ungkap Sam, Rabu (31/8). Kesulitan ini pun bukan tanpa sebab. Pembekalan bahasa yang dibe rikan sebelum memasuki kuliah yakni program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) selama empat bulan di Universitas Brawijaya, Malang dinilai terlalu singkat. Dr Andi Amri, Ph.D selaku Kepala International Office Unhas sangat menyayangkan kejadian ini. Ia juga berharap kejadian ini bisa ditanggulangi kedepannya. “Diharapkan mahasiswa diberi kursus bahasa sebagai bekal mereka dengan waktu yang tidak terlalu singkat, misalnya dengan memberi mereka kursus intensif selama berkuliah disini,” Kamis (22/9). n Syv/Irn
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Belajar: Mahasiswa yang berasal dari luar negeri melakukan diskusi di Runsunawa Unhas Blok A Unhas, Kamis (22/9). Sebagian besar mahasiswa asing kelas reguler yang tersebar di beberapa fakultas kesulitan memahai bahasa saat proses belajar mengajar di kelas.
koridor Catatan Launching Jurnal Keperawatan Icon yang dilaksanakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan di Aula Prof Amiruddin, Senin (29/8).
Menulislah dan Kau Akan Dikenal Dunia JIKA kau ingin mengenal dunia, membacalah. Jika kau ingin dikenal dunia maka menulislah, itulah kutipan dari sastrawan terkenal Indonesia Pramoedya Ananta Toer. Dewasa ini, menulis adalah sesuatu yang sangat penting. Seperti dari kutipan Pramoedya Ananta Toer diatas, dijelaskan bahwa kita akan dikenal dunia dengan menulis. Bahkan ketika kita telah meninggalkan dunia fana ini, kita akan selalu hidup dengan tulisan kita. Suara kita akan abadi dengan menulis. Menulis adalah salah satu hal yang tak bisa lepas dari se seorang yang berstatus sebagai seorang mahasiswa. Untuk mendapatkan gelar sarjana mahasiswa diharuskan menulis hasil penelitiannya dalam bentuk skripsi, tesis atau disertasi. Ketika baru memasuki dunia perkuliahan pun juga akan di hadapkan dengan tugas-tugas menulis, misalnya membuat makalah dan laporan praktek kerja. Kesemuanya itu termasuk karya ilmiah. Oleh karenanya mahasiswa hendaknya mempe lajari cara membuat karya ilmiah yang baik dan benar. Sebelum menulis hendaknya terlebih dahulu mengerti prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Yakni menulis berarti mengonstruksi, melibatkan proses rekonstruksi yang berkelan jutan, menulis adalah cara berpikir, menulis berbeda dengan berbicara, harus mengikuti langkah-langkah penulisan ilmiah. Pertama mengatur dan mengorganisasikan gagasan melalui pemikiran konseptual. Kedua, mengikuti kaidah-kaidah dalam penulisan yang lazim digunakan. Ketiga, menghindari plagiat. Kemudian untuk memperlancar proses pembuatan karya ilmiah, ada beberapa hal yang membantu. Seperti memiliki pengetahuan dasar tentang menulis suatu karya ilmiah, baik menyangkut struktur tulisan, teknik penulisan dan kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku. Menguasai teori karena sebuah karya ilmiah akan berdasarkan teori yang terkait dengan topik yang akan dibahas dalam tulisan tersebut, memilki pengalaman, bersifat terbuka dan objektif, serta memiliki kemampuan bahasa yang baik dan benar. Setelah itu, mulailah membuat karya ilmiah dengan melaku kan langkah-langkah berikut. Pertama, cari dan tentukan topik, cari bahan kajian literatur, diskusi dengan teman, lihat contoh tulisan dan jurnal. Selanjutnya, buat outline atau kerangka tu lisan, buat draf tulisan dan konsultasikan pada pembimbing. Kemudian, lakukan penulisan ulang dan minta orang lain untuk membacanya. Terakhir, periksa kembali tulisan yang telah di buat tersebut hingga yakin tidak ada yang perlu diperbaiki lagi. Memang tak dapat dipungkiri dalam menulis terkadang ada hambatan. Yang paling sering terjadi adalah kurangnya pub likasi (kuantitas dan kualitas), budaya membaca dan menulis rendah karena dominan meningkatkan budaya mendengar, kurang memahami cara menulis yang baik dan benar, dan kesibukan yang menyita waktu. Serta kurang percaya diri un tuk menulis. Selain itu, banyak mahasiswa yang mengerjakan tugas membuat karya ilmiah sekedar menggugurkan kewajiban. Hingga mengerjakannya pun secara asal-asalan. Padahal ada banyak sekali manfaat jika kita membudayakan menulis. Diantaranya melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan, meningkatkan pengorganisasian fakta/ data se cara jelas dan sistematis, memperoleh kepuasan intelektual, serta memperluas cakrawala ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, mahasiswa harus lebih memotivasi diri untuk menulis dan belajar menghasilkan sebuah karya ilmiah yang baik. Caranya mahasiswa harus bisa memiliki sikap ingin tahu, misalnya bertanya mengapa, apa dan bagaimana. Sikap kritis dengan mencari informasi sebanyak mungkin merupa kan pegangan yang juga harus dimiliki oleh seorang penulis. Terakhir, menerima pendapat orang lain dengan terbuka dan bersikap objektif, dengan menyatakan apa adanya dalam laporan penelitian adalah sikap lain yang mesti dimiliki oleh seorang penulis. n Ayu Lestari
civitas
identitas
NO 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
11
Aplikasi Baru untuk Mengawasi Kamu E-wali dijadikan kunci untuk mengawasi sang buah hati, pertanyaannya efektifkah aplikasi baru ini?
U
niversitas Hasanuddin baru saja dinobatkan sebagai Perguruan Tinggi peringkat ke-8 terbaik dari seluruh Indonesia. Hal ini membuat Unhas terus memacu diri untuk berinovasi. Salah satu inovasi yang masih segar ditelurkan kampus merah adalah e-wali. Aplikasi monitoring berbasis online ini di buat untuk memonitoring perkuliahan mahasiswa oleh orang tua/wali. Hasil karya Direktorat Teknologi Informasi Unhas ini bertujuan untuk melibatkan orang tua/wali mahasiswa dalam memantau proses perkuliahan mahasiswa. Melalui aplikasi ini, orang tua/ wali dapat mengetahui jadwal kuliah dan memantau kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan, mengetahui nilai mahasiswa setiap semester, indeks prestasi (IP) setiap semester, dan IP kumulatif. Aplikasi ini diluncurkan sebagai wadah partisipasi bagi orang tua/wali mahasiswa untuk secara aktif terlibat dalam memantau perkembangan studi anaknya. Mengingat selama ini, orang tua mempercayakan aktivitas perkuliahan sepenuh nya kepada sang anak, alhasil beberapa diantaranya justru tidak terkontrol. Masih segar diingatan melejitnya angka mahasiswa terancam drop out (DO) yang mencapai 920, yang diduga datang dari sulitnya pihak kampus untuk melakukan komunikasi dengan orang tua/wali mahasiswa. Tertanggal 18 Agustus lalu, orang tua mahasiswa baru (maba) angkatan 2016 diundang oleh pimpinan fakultas masingmasing, untuk mengikuti sosialisasi aplikasi baru ini. Kenyataanya, meski hidup di era serba canggih, namun tak semua orang tua mengerti akan penggunaan tek nologi, apalagi untuk menggunakan aplikasi e-wali. Tengok saja, Asdiana Nekasari, Mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan ini mengatakan, bahwa orang tuanya tak terlalu paham menggunakan internet dan aplikasi e-wali. “Orang tua saya tak tahu internet, apalagi pakai e-wali. Justru saya sebagai anak yang harus mengerti untuk kuliah dengan baik dan menjaga kepercayaan yang diberikan,” ujar perempuan yang akrab disapa Diana ini, Minggu (7/8). Membenarkan pernyataan putrinya, Nur Asia Ibunda dari Diana mengatakan bahwa ia tidak mengerti penggunaan aplikasi e-wali “Saya tidak mengerti dengan aplikasi yang disosialisasikan, saya juga tidak bisa menggunakannya karena saya memang tidak tau menggunakan internet,” ujar Asia saat diwawancarai via telepon, Kamis (8/9). Sama halnya yang disampaikan oleh Mahasiswa baru Fakultas Hukum Zia Khobnul Habib Akhmad, yang mempe roleh informasi dari ibunya bahwa saat sosialisasi tak mendapat password. “Ibu saya seorang PNS, dia sudah bisa pakai internet. Namun ia belum tahu caranya menggunakan e-wali karena katanya saat sosialisasi hanya diberitahu kalau dia bisa pantau semua yang saya lakukan di kampus,” Ujar Habib. Hal serupa dirasakan oleh Yanti, orang
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Pemanfaatan Aplikasi e-wali: Pantau aktivitas anak melalui aplikasi e-wali, Selasa (27/9). Aplikasi ini diperuntukkan untuk orangtua mahasiswa agar dapat memantau aktivitas dan prestasi akademik anaknya. Namun hingga saat ini belum juga bisa digunakan.
tua Anabel Masyura yang merupakan salah satu mahasiswa prodi Ilmu Hukum. Wanita yang berprofesi sebagai pengusaha ini sangat antusias dengan adanya aplikasi e-wali, namun ia mengeluhkan karena tak diberi informasi cara log-in, ia pun mengaku tak tahu alamat website aplikasi tersebut. “Saya senang sebagai orang tua bisa pantau kegiatan anak di kampus, karena semua kegiatan akademiknya bisa kita ketahui mulai dari jadwal pembayaran, idealnya anak bisa sarjana, kurikulum apa yang bisa diambil, siapa dosen pembimbingnya, serta tata tertib apa yang dia langgar di kampus, sehingga saya sebagai orang tua yang jauh dari anak dapat memantaunya,” ujar Yanti saat di hubungi via telepon. Menanggapi hal tersebut, Kepala Bagian Pusat Informasi dan Komunikasi (PTIK) Unhas, Dr Muhammad Niswar ST MT, mengatakan bahwa masalah penggunaan e-wali, dikembalikan pada orang tua mahasiwa itu sendiri. “Terserah me reka mau pakai atau tidak, itu sudah bukan urusan kita, yang penting kita sudah fasilitasi dan informasikan. Sebab tipe orang tua itu beda-beda ada yang peduli sama anaknya dan adapula yang tidak peduli, jadi yang peduli pasti mereka gunakan,” ujarnya saat di wawancara di rua ngannya, Selasa (30/8). Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Palubuhu MA, turut sumbang suara, menurutnya surat peringatan DO yang selama ini diterapkan masih belum efektif, mengingat mahasiswa yang biasanya tidak menyampaikan surat itu kepada
orang tuanya. “Semoga dengan adanya aplikasi e-wali ini orang tua mahasiswa dapat ikut memantau kemajuan akademik anak-anaknya,” harap Dwia Senin, (29/8).
Banyak Aplikasi yang Masih Butuh Solusi
Satu persatu aplikasi dihadirkan sebagai fasilitas pendukung kelancaran akademik. Aplikasi yang dibuat ini, diperuntukkan untuk mahasiswa dan dosen. Sebut saja, Learning Management System (LMS), Portal Akademik, Sistem Informasi Management (SIM) serta beberapa aplikasi penunjang lainnya. Hanya saja, hingga saat ini aplikasi yang disediakan itu, masih dengan ber bagai permasalahan yang mengekor dibelakangnya. Tengok saja, pengurusan Kartu Rencana Studi (KRS) yang hingga beberapa waktu lalu terus mengalami perubahan jadwal akibat server yang sering error. Selain itu, pemanfaatan Learning Management System (LMS) yang tidak dipergunakan secara maksimal. Belum habis permasalahan KRS, LMS dan SIM kini Unhas kembali menelurkan aplikasi baru bernama E-Wali. Hal ini diakui oleh ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Prof Dr Elly Wahyudin DEA Apt. Ia mengatakan bahwa sebagai seorang yang berprofesi sebagai dosen yang aktif menggunakan LMS, mengaku pernah kesulitan mengakses LMS. “Dua hari yang lalu saat saya ingin mengakses LMS namun LMS bermasalah,” ujar dosen Fakultas Farmasi ini, Kamis (25/8). Menyikapi hal tersebut Staf Pusat In-
formasi dan Komunikasi (PTIK) Hendra mengungkapkan bahwa LMS Unhas dibangun menggunakan Claroline sebagai base aplikasinya. “Seperti umumnya pengguna aplikasi, tidak semua hal dalam Claroline yang dapat dikontrol oleh pengelola LMS. Sehingga Masalah LMS terjadi karena hal tersebut,” ungkap Hendra Rabu, (31/8). Ia juga menambahkan bahwa secara umum masalah pada pengisian KRS muncul karena ketersediaan data yang tersendat, misalnya karena koneksi sistem ke Bank terputus, informasi penerima beasiswa terlambat diberikan, jadwal belum di-input, SKS mata kuliah salah input, admin tidak mengikuti SOP penggunaan SIM dengan benar sehingga SKS yang diprogramkan tidak sesuai, koneksi jari ngan yang bermasalah sehingga data se ring tidak sinkron dan masalah-masalah teknik lainnya. “Semua masalah ini dapat diatasi tanpa intervensi ke script aplikasi. Jadi masalahnya bukan pada aplikasi SIM,” tambahnya (31/8). Hal tersebut dibenarkan oleh Hendra staf PTIK yang membuat aplikasi e-wali, saat diwawancara via email ia mengaku bahwa pembuatan aplikasi e-wali didasarkan pada kenyataan sulitnya meng hubungi orang tua/wali karena pindah alamat atau mengganti nomor telepon, Rabu, (31/8). “Jadi jika terjadi masalah pada aplikasi dapat dengan mudah ditangani oleh TIM IT PTIK jika saya tidak sempat mena nganinya,” ujar Hendra (31/8). n Ann/Vit
12
iptek
identitas
NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Bor Otomatis untuk Keakuratan Papan Sirkuit Makin praktis dengan bor otomatis. MARI kita lihat di sekeliling kita. Alat-alat elektronik hampir dipakai dalam semua bidang. Mulai dari industri, telekomunikasi, kesehatan, hiburan, bahkan pendidikan. Di balik fakta itu, alat elektronik sendiri tak bisa lepas dari papan sirkuit cetak atau biasa disebut Printed Circuit Board (PCB). Tempat dimana setiap komponen elektronika diletakkan. Penyusunan tiap komponen itu, membutuhkan sistem alat pengebor yang dapat mempermudah dan memastikan keakuratan peletakan kaki komponen. Sebab, makin kompleks rangkaian PCB, makin banyak pula titik-titik bor yang diperlukan untuk meletakkan kaki komponen. Maka pengeboran secara manual menggunakan tangan, bisa menimbulkan resiko terjadinya kesalahan. Misalnya, ada titik bor yang terlewat dari pengeboran, hasil pengeboran yang miring, bahkan terputusnya jalur pada PCB. Chaidir Anwar, mahasiswa Fakultas Teknik Unhas, berhasil membuat alat pengebor PCB otomatis itu. Sebab, alat yang sudah pernah dibuat sebelumnya masih membutuhkan kendali manusia secara terus-menerus dalam hal input koordinat titik-titik pengeboran. “Alat ini adalah perbaikan dari mesin bor yang te lah dibuat sebelumnya,” tuturnya. Dibawah bimbingan Ir Christoforus Yohannes, MT dan Dr-Ing Faizal A. Samman, mahasiswa Prodi Teknik Elektro ini menyelesaikan robot pengebor PCB. Robot
ini, dapat menggantikan tangan manusia dalam pengeboran PCB pada tiap-tiap titik bor, sesuai instruksi yang dibe rikan. Nantinya, perintah akan otomatis dilaksanakan dengan menggunakan data koordinat pengeboran (Excellon Drill File), yang diperoleh dari software desain layout letak PCB. “Dalam penggunaanya, file itu berfungsi sebagai penyedia koordinat titik-titik bor sesuai layout yang telah dibuat. Sehingga, bor tetap melaksanakan tugasnya secara otomatis, tanpa harus kita masukkan koordinat titik bornya satu per satu,” jelas mahasiswa angkatan 2012 ini. Dalam perancangannya, alat ini dilengkapi dengan bor dan motor stepper sebagai penggerak. Tak hanya itu, Computer Nu merical Control (CNC) pun diaplikasikan untuk mengontrol pengeboran secara otomatis berdasarkan Excellon Drill File yang dipakai. Kedua sistem alat itu, kemudian dihubungkan melalui metode komuni kasi Universal Synchronous/Asynchronous Receiver/Transmitter (USART). Metode ini memungkinkan komputer untuk berkomunikasi secara bersamaan maupun tidak, dengan perangkat yang terhubung secara berurutan. Pembuatan alat pengebor otomatis PCB ini membutuhkan waktu yang relatif lama. Perencanaan alatnay saja memakan waktu sebulan. Kemudian melalui tahap implementasi selama tiga bulan. Terakhir, tahap penyelesaian sekitar enam bulan. Proses pengerjaan tugas akhir ini, tentu
tak mulus-mulus saja. Kendala paling besar berupa sulitnya memperoleh beberapa komponen alat, pun dirasakan alumnus SMK Telkom Sandhy Putra 2 Makassar ini. Pada saat ini, hasil dari tugas akhir itu masih dimanfaatkan dalam skala laboratorium. Belum menyentuh ranah industri PCB. Sebab, ketelitiannya masih perlu di
tingkatkan. “Saya berharap dengan ada nya alat ini dapat meminimalisir kerugian akibat faktor kelalaian manusia, sehingga industri PCB kecil/rumahan sekalipun tetap dapat menghasilkan PCB dengan hasil pengeboran yang berkualitas,” harapnya saat menutup perbincangan, Sabtu (3/9). n Ayu Lestari
IDENTITAS/AYU LESTARI
ragam
Senior di Mata Junior wPasal pertama, senior tidak pernah salah. wPasal kedua, jika senior salah, maka kembali ke pasal pertama. KALIMAT ini tidak asing lagi di kalangan Mahasiswa Baru (Maba). Pernyataan di atas terkadang membuat Maba takut sebelum mengenal seniornya lebih jauh. Label sangar sudah ditempelkan kepada senior sebelum masuk ke dalam kampus. Seolah harus dipatuhi, dihormati, dan dihargai bahkan melebihi dosen. Pelabelan ini seharusnya dihilangkan karena karakter setiap orang yang berbeda. Tidak sepatutnya sifat senior di-ge neral-kan dengan sikap galak, sangar dan kejam. Di sisi lain, ada juga senior yang
bisa dijadikan sebagai sumber informasi. Sebagai seseorang yang sudah merasakan asam manis kampus, Maba bisa belajar banyak dari senior. Mahasiswa bisa saja malu-malu bertanya kepada dosen, namun tidak pada senior yang sudah akrab. Misalnya saja, Maba lulusan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Intan Arifiah. Ia menganggap senior sebagai alterrnatif tempat bertanya. “Jika punya tugas kuliah, saya bisa bertanya cara mengerjakannya,” tuturnya, Selasa (19/7). Senior adalah pahlawanku. Hal ini benar dijiwai oleh mahasiswa Fakultas Kehuta nan, Israwati Andi Saputri. Lulus di Unhas
ILUSTRASI/IRMAYANA
mengharuskannya mengikuti proses verifikasi yang panjang. Namun, kebingungan mahasiswa penyuka buku sains ini diatasi dengan bertanya kepada seniornya. “Kakak senior itu bisa bantu jawab kalau ada pertanyaan terkait pendaftaran ulang via grup media sosial,” ujarnya, Selasa (19/7). Senada dengan Isra, Fitra juga merasa senior di kampus sangat membantunya. Segala sesuatu yang kurang dimengerti tentang fakultas dapat ditanyakan. Seperti dalam hal pengurusan Kartu Rencana Studi (KRS). Sebagai seorang awam hal ini tentunya membuatnya pusing. Ia pun memanfaatkan seseorang yang sudah berpengalaman dalam kepengurusan ini yakni senior. “Itu KRS buat pusing, bertanya sama senior apa lagi yang perlu dilakukan. Pokoknya membantu sekali,” tutur mahasiswa hobi main Voli ini, Selasa (19/7). Namun, di lain sisi mahasiswa usia 18 tahun ini juga beranggapan ada senior yang galak, suka membentak, ingin dihargai dan dihormati. Ada beberapa hal yang boleh dilakukan senior kepada junior nya. Misalnya saja, ketika Maba kurang sopan ke mahasiswa lama, maka senior akan bersikap tegas. Hal ini dilakukan untuk kebaikan Maba sendiri supaya lebih
sopan kepada orang yang kebih tua. Hal yang berbeda datang dari mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Nur Zukmawati. Ia mengatakan mahasiswa lama itu menakutkan wajah nya. Mahasiswa Program Studi Budidaya Perikanan ini pernah melihat seorang senior meminta uang kepada Maba saat Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru (P2MB) di Baruga A. P. Pettrani. Waktu itu, Zukma melihat seorang senior mendekat ke Maba laki-laki. Sepertinya mahasiswa lama tersebut meminta sesuatu ke lelaki yang sedang berdiri sendiri daerah parkiran dengan cara yang memaksa. “Bukan saya na kasi begitu, tapi takut-takut ka liat ki, ucapnya, Jumat (2/9). Pandangan senior yang kejam ini nampaknya masih tersisa. Orientasi Pengenalan Kampus (Ospek) yang dahulu menjadi pemicu istilah ini masih ada di pikiran mereka. Namun, ini kembali lagi ke individunya. Tidak semua senior galak ataupun kejam. Ada juga yang baik. Maba harus percaya diri dan tidak takut. Hargailah sesama mahasiswa, baik dia yang lebih tua ataupun muda. Sri Hadriana
cerpen
identitas
NO. 865| TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Sekali Lagi
puisi Puisi telah Mati
Oleh : Zdavir
AKU ingin mencintaimu sekali lagi. Kau terkejut. Lidahmu tercekat. “Apa?” kau bertanya, iramamu aneh. Kau berkata lamat-lamat, “A....p.....a” mirip-mirip begitu. Seperti mengeja. “Aku kira kau sudah mendengarnya” aku balik menimpali. Kau tidak mendengar. Tak peduli. Entah, atau pura-pura tidak peduli. Aku berharap. Sedang matamu, menyasar dan menyusuri langit Selat Makassar. Matahari mulai sembunyi. Anak kaki langit menjingga. Anak-anak berjingkrak. Kau berbalik. Memunggungi selat, memilih bersandar pada teralis, tidak pundakku. Di belakangmu, di sisi kiriku, ombak menggulung, menggulung lapis demi lapis. Lalu kembali enggan, malu-malu. Aku ingat. Wajahmu memerah kemudian. “Hampir sama dengan warna kaki langit. Langit menyenja” kau menggamit lenganku. “Tapi lebih mirip dengan udang rebon” aku belum menyelesaikan kalimatku, “Aku suka udang rebon”. Kau tertawa. “Anak-anak itu”, kau berkata lekas menutupi senyummu sembari menyorotkan pandang pada anak-anak tak beralas kaki. Yang lain tak beralas badan. “Kemana mereka setelah ini?” kau berta nya, tanpa arah. Tak bermuara. Aku tak paham. Mungkin mengalihkan pembicaraan. Kau lantas menatapku lekat. “Reklamasi ini katamu?”, aku menimpali. Wajahmu mengangguk manis. Sema nis jagung yang tadi kita santap bersama. Tentu dengan sambal garamnya. Kau, tanpa celetukan, amarah, hanya berparas mahligai pun tak lengkap tanpa
itu. Kau. cinta,amarah, syahdu, ego, merdu, cadel, amuk, manja...satu. Dan cinta adalah keseluruhan. Bulat. Seperti ijab kabul, menerima seutuhnya. “Jakarta” jawabku singkat. Kau me longo. Polos. Tak mengerti. “Kau ingat percakapan kita kemarin?” tambahku. “ Di atas motor ke Societet de Harmonie, di mana seni dikubur mati, aku bilang “Mereka akan terusir”. Kau terkesiap “Aku ingat.” Bagai Archimedes ketika menemukan rumusnya di kamar mandi dan berteriak “Eureka, Eureka”. Tidak. Aku tak membayangkanmu bagai Archimedes yang bertelanjang bulat. Walau aku ingin. “Tapi,” katamu, “Bukan kah mereka akan diberi apartemen bagus, mewah, manusiawi?” kau mengelak. Di bayangmu berkelebat apartemen2 modern. Tanpa politik. Putih. Tanpa hitung-hitungan bisnis. “Tak ada sarapan yang gratis,” aku mencoba menjawab keherananmu. Tak pernah aku tak tertarik. “Lalu sepelti apa?” tanyamu cadel, manja. Aku selalu senang mendengarmu berbicara bercerita. Aku senang hanya mendengarmu seharian. Mengomel tak karuan. Suaramu lucu. “Kau mengacuhkanku lagi!” serumu cemberut. Aneh. Tapi tetap lucu. Kau berbalik. Mengamati Selat Makassar. Mungkin jauh di sana, di Borneo sana, aku menerawang atau saja kita dianugerahi penglihatan. Kita bisa melihat hutan-hutan dibabat demi bibit-bibit sawit. Sebelumnya, orang utan-orang utan mati. Tewas bersama burung-burung yang terbang mendengar nyalakan senapan. Atau terbang melihat api yang
ILUSTRASI/IRMAYANA
13
disulut demi receh-receh, triliunan rupiah hutan terbakar habis. Aku bercerita di suatu saat. “Di mana pemerintah?” kau bertanya heran, terisak. Kau bi lang “Mereka juga berhak untuk hidup,” lalu kau mengutuk mereka yang biadab setelahnya. “Kau tahu harga tanah di Jakarta?” Aku mengingatkanmu kembali. “Ia dihargai sepuluh juta per meter”, lalu mereka ganti lahan dua-tiga petak dengan 2.4 juta senilai harga sewa apartemen yang digratiskan tiga bulan. Kau tak percaya, walau aku berusaha meyakinkan. Pembangunan sayangnya acap lapar. Dan yang ditelannya ialah mereka yang tak berpunya. “Apa yang kau tunggu selama ini?” kau membuka pertanyaan setelah aku mengikutimu Melemparkan pandang pada satu-dua phinisi yang berlayar jauh ke selatan mencari ikan. Lampu kerlapkerlip di buritan dan ruang kapten. Asap mengepul dari belakang. Entah Asap mesin. Entah Asap dapur. Para kelasi mung kin mengganjal perut demi mengusir angin yang hendak bertamu di lambung. Angin malam mulai berhembus. La ngit mulai membiru gelap. “Sebuah kata tidak lalu aku berhenti berharap,” aku menjawab, bernafas dalam-dalam. “Tapi bukankah kau tak pernah mengiyakan, tiada pula mentidakkan?” Kedua Ujung bibirmu bergerak horizontal, berlomba mencapai tepi pipimu. Kau tersenyum. Tampak, setelahnya, bagai hukum sebab-akibat, selalu ada yang kau luruhkan dengan senyummu. Kelaki-lakianku misalnya. Jiwaku misalnya, tunduk. “Seperti pada malammalam yang tak hentinya mencintai bumi. Datang silih berganti. Tak menuntut balas. Seperti laron-laron yang mencintai cahaya walau ia tahu ia akan mati dengan mencintai cahaya itu” malam itu, entah kenapa kau terdengar puitis. Desir angin menggeliat, lalu gaunmu terliuk. Aku mengulurkan tanganku, kau me rangkul lenganku. “Aku ingin mencintaimu sekali lagi” aku membisiki telingamu. Kau menge ratkan rangkulanmu. Di atasku, di atas kita, awan-awan lembut mulai membulat-bulat. Melingkari langit kota. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Angkatan 2012 Aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Makassar Timur. Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.
Oleh : Dian Moudyan Arham
Puisi telah mati digilas kerumunan gadis pesolek, mereka telah membunuhnya dengan medali di dada. Aku menjadi saksi mata, sungguh, aku kabarkan pada penegak hukum terdekat. katanya, negara ini tidak menyediakan kain kafan untuk puisi. cukup omong kosongnya! Puisi telah mati meski seolah hidup dalam dandanan bahasa cinta yang menggairahkan. penuh berahi. Sungguh, aku ingin jatuh cinta tapi aku sedang berduka. Penulis adalah Ketua Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia KMFIB-UH Angkatan 2013
Menatapmu dalam Sebuah Kafetaria Oleh : Achmad Hidayat Wajahmu bisa kulihat dari dasar sebuah gelas kotor karena satu-satunya sumber terang tempat ini ialah ponsel berlatar parasmu. Kita berhenti makan dan menyisakan nasi untuk dilahap semut-semut yang buta arah sebab antenanya lupa dibersihkan. Kucing-kucing juga butuh lauk, perutnya mengemis meminta daging-daging dalam suguhan tak tertata lagi berantakan. Aku terbaring di hamparan karpet menyak sikan kupu-kupu menjahili bola lampu gemetaran penahan beban kantuk. Di seberang, kubah-kubah menulis lembar demi lembar hasil pengamatannya mengenai dirimu yang selalu gelisah. Bulan hanya seiris rambut, memilih sembu nyikan pesonamu sebelum dicuri pemuda- pemuda mabuk cinta dan lagu nostalgia. Menara lonceng menjadi satu-satunya tempat kita mengamati bintang paling bagus, mengusir polusi cahaya dan sampah. Para pramusaji saling bertutur, menjelaskan proses bertautnya udara dan api sehingga dihasilkan ruangan nihil tabir. Kemana sisa wajahmu berangkat aku tidak tahu, tidak ada keinginan mencari karena takut tersesat dalam labirin buatanku sendiri. Kamu tak ingin mencariku, takut jemarimu akan bergerak liar menuju rambutku dan menyibak jalan pintas menuju beranda rumahku. Tangisan bisa menenangkanmu. Hal itu mau tak mau kita yakini. Makassar, 9 Juni 2016 Penulis adalah Mahasiswa FISIP Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Angkatan 2013
14
identitas
NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Passion Oleh: Irmayana PASSION diartikan sebagai perasaan suka yang kuat terhadap sesuatu dimana kita akan mengerjakan hal tersebut dengan penuh semangat. Banyak orang menumpu hidupnya pada satu kata ini. Mereka hanya ingin mengerjakan se suatu jika itu sesuai dengan passion yang mereka miliki. Seperti seorang teman terdekatku yang memilih keluar dari salah satu organisasi kepenulisan kampus karena merasa menulis bukan passion-nya. Padahal baru setahun lebih ia bergabung di organisasi ini. Waktu yang cukup singkat untuk memutuskan apakah menulis merupakan passion-nya atau bukan. Sampai pada suatu hari ia merasa ragu untuk tetap bertahan. Padahal beberapa hari sebelumnnya ia begitu semangat untuk menulis. Bukan tidak mungkin menulis akan menjadi passion-nya jika ia terus
belajar dan mempertahankan semangat seperti itu. Yah, passion tidak muncul secara ins tan. Setiap orang butuh waktu untuk mengenali apakah hal yang dikerjakannya merupakan passion-nya atau bukan. Karena seringkali passion disetarakan dengan minat. Padahal, minat seseorang belum tentu akan menjadi passion-nya. Butuh waktu yang tidak singkat untuk mengetahui passion seseorang seperti apa. Seseorang yang mempunyai minat seperti menyanyi, menggambar, dan lainnya belum tentu menjadi passion suatu hari nanti. Bahkan bisa saja sesuatu yang justru sangat kita benci saat ini justru menjadi passion kita di masa depan. Karena bukan persoalan benci atau suka yang menjadikan passion melainkan keinginan dan usaha untuk menjadikan nya sesuatu yang menantang dan mena rik pada akhirnya. Tak hanya temanku seorang, nyata nya banyak mahasiswa lain yang menggantungkan hidupnya pada kata passion. Seperti yang sering terjadi di kampus kita, Unhas. Fenomena pindah jurusan misal nya, alasan yang paling sering muncul
adalah mereka merasa passion-nya bukan di jurusan tersebut. Seperti halnya dengan seseorang yang kukenal tak lama ini. Seorang laki-laki di usia yang ke 25 tahun memilih tak bekerja dahulu karena terlalu pemilih dan belum menemukan pekerjaan yang cocok untuknya. Padahal ia sudah mendapat kesempatan bekerja namun ia tolak. Kurang bijak menurutku. Seharusnya ia mengambil kesempatan itu, toh belum tentu ia akan mendapatkan kesempatan yang sama kedua kali. Padahal bisa saja ia memanfaatkan waktu selama bekerjanya sembari mencari apa yang sesuai dengan passionnya. Passion memang penting namun tak selamanya seseorang harus mengikuti passion yang dimilikinya. Saya tak mengatakan untuk tidak mengikuti passion. Melakukan pekerjaan yang dicintai memang perlu, namun tak selamanya kita harus bekerja de ngan apa yang kita sukai saja. Terkadang kita juga harus mencintai apa yang sudah kita kerjakan saat ini. Itu lah suatu bentuk kesyukuran yang harus dimilki seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Bukan malah memperma-
cermin salahkan apakah pekerjaan itu adalah passion-nya atau bukan. Banyak orang terpengaruh dengan nasihat bijak oleh orang sukses seperti Steve Jobs yang mengatakan kerjakan apa yang kamu cintai. Yah, tak ada yang salah dengan perkataannya. Namun, itu tak akan berhasil pada semua orang. Itulah mengapa saya menganjurkan untuk tidak terlalu mempermasalahkan passion. Melainkan untuk terus mensyukuri pekerjaan kita saat ini. Dengan begitu saya yakin kesuksesan tak akan jauh. Lantas bagaimana jika selama bekerja, tetapi tidak juga pekerjaan itu kita sukai? Maka, kita harus realistis, jika kita terus menyia-nyiakan yang ada, kapan kita akan sukses? Bukankah bekerja itu di samping untuk membiayai hidup juga adalah jalan untuk meraih kesuksesan? Maka jalan satu-satunya adalah berusaha menikmatinya. n Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Inggris, Angkatan 2013 Layouter identitas 2016
resensi
350 Tahun Dijajah: Mitos atau Fakta? Penyataan Indonesia dijajah pemerintah kolonial Belanda selama tiga setengah abad, dipatahkan oleh buku karangan GJ Resink ini. INDONESIA dijajah oleh pemerintah kolonial Belanda 350 tahun lamanya. Deklarasi itu, nampaknya sudah mengakar pada pikiran kita. Betapa tidak, sejak berada di Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), kita didoktrin lewat buku pelajaran sejarah mengenai hal tersebut. Masa itu, tentu terlintas di pikiran kita, betapa kejam dan berkuasanya Belanda hingga menjajah nusantara selama ini. Namun, tersiar kabar bahwa negara kita sebenarnya tidak dijajah selama itu. Ialah Gertrudes Johan Resink. Lelaki kelahiran Yogyakarta, 11 Oktober 1911 ini mampu mematahkan mitos waktu penjajahan Belanda di nusantara. Dalam bukunya yang berjudul “Bukan 350 Tahun Dijajah” ini, Resink berupaya memberikan bukti-bukti sejarah dengan pendekatan Hukum Internasional. Historiografi oleh ahli sejarah dulu yang bersifat Eropasentris dan Belandasentris menjadi pemicu tersebarnya mitos ini. Mereka menulis perspektif kolonial de ngan memusatkan perhatian kepada kegiatan orang Belanda di republik ini. Padahal itu bukan sejarah Indonesia yang sesungguhnya. Jika, penjajahan Belanda dimulai sejak menginjakkan kaki di tanah air, hal itu tidak benar. Sebab, saat itu ne gara kincir angin datang ke nusantara untuk berdagang. Guru besar Hukum Universitas Indonesia pada 1974 ini, memiliki pandangan yang berbeda dari sejarawan dulu. Ia
melepaskan diri dari perspektif kolonial. Lebih memusatkan sudut pandang pada perkenalan pribumi dengan dunia barat. Hal ini bukan bermaksud untuk memutarbalikkan sesuatu yang sudah dianggap fakta sebelumnya. Namun, GJ Resink mencoba untuk menggali lebih banyak sumber sejarah dengan perspektif Indonesiasentris. Ia menyayangkan cara penulisan sejarawan dulu, yang sifatnya mengeneralkan sejarah Indonesia. Terbukti, ketika bangsa kolonial berkuasa di hampir seluruh pulau Jawa, mereka lantas berpandangan bahwa Belanda menjajah seluruh nusantara. Buku yang diterjemahkan oleh University of British Columbia ini terdiri dari 14 esai tulisan Resink. Salah satu tulisan ahli hukum ini, berisi pernyataan-pernyataan yang diabaikan. Bukti sejarah yang dipaparkannya, berupa kasus-kasus pengadilan menimpa warga pribumi, yang tidak dapat diperkarakan oleh Hakim dan Mahkamah Agung dari Hindia Belanda. Sebab, mereka dianggap bukan penduduk kolonial ini. Hal itu membuktikan, Belanda masih mengakui adanya negara-negara atau kerajaan merdeka di nusantara. Dalam tulisannya, lelaki keturunan Belanda ini menjelaskan secara mendetail bagian Kepulauan Indonesia yang masih dianggap merdeka. Melalui pernyataan-pernyataan yang dilupakan oleh sejarah 40-100 tahun, Belanda ternyata me ngakui beberapa kerajaan yang setingkat dirinya, seperti Soppeng, Gowa, Torete,
Bone, Wajo-Luwu dan Baikonka. Ditunjang oleh segudang sumber yang menjadi rujukan Resink dalam tulisannya. Buku ini membuat fakta-fakta hukum yang disajikan menjadi kuat. Tak terkecuali Sejarawan, Taufik Abdullah yang mengakui tulisan Penyair ini. Dengan pendekatan hukum internasional, Belanda menjajah Indonesia 350 tahun, tak lebih dari mitos politik belaka. Sejarawan, Asvi Warman Adam pun turut membenarkan penyajian fakta-fakta yang dibuat Resink. Namun, Asvi mempertanyakan mengapa mitos tiga setengah abad dijajah, masih sering disebut dalam pelajaran sekolah dan pidato-pidato. Bukti-bukti yang dipaparkan oleh Resink dalam bukunya ini tentunya berlawanan dengan buku yang selama ini dibaca dan dipahami. Setuju ataupun tidak dengan perspektif penulis dalam menelaah seja rah itu tergantung dari persepsi pembaca. Peneliti di School of Oriental and African Studies (SOAS) ini, hanya berupaya untuk membuktikan bahwa Indonesia tidak dijajah selama itu. Sebab, menurut perkiraannya hanya sekitar 40 tahun. Sejak pertama kali melihat sampul buku yang diterbitkan Penerbit Komunitas Bambu ini, ketertarikan untuk membuka lembaran-lembaran isinya akan muncul. Kertasnya yang timbul menampilkan lukisan gaya realisme, yang mengisahkan Perang Puputan antara rakyat Bali dengan Belanda pada 1894 di Puri Cakranegara. Tak hanya itu, buku ini menyuguhkan beberapa gambar ilustrasi sebagai penunjang untuk lebih menghidupkan tulisan Resink. Bacaan setebal 366 halaman ini,
pun dilengkapi dengan catatan belakang dan glosari. Sehingga, pembaca bisa lebih mengerti hal-hal yang awam diketahui. Namun, yang menjadi kekurangan dalam karya ini terletak pada penerjemahannya yang kurang apik. Walaupun demikian, buku ini sangat disarankan untuk dibaca oleh pecinta sejarah bangsa Indonesia. Selamat membaca!. n Sri Hadriana
Judul Buku Penulis Penerbit Tebal Cetakan
: Bukan 350 Tahun Dijajah : Gertrudes Johan Resink : Komunitas Bambu : xxxiv + 366 Halaman : Kedua, Juli 2013
kampusiana
identitas
NO. 865| TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
Talkshow Mahasiswa Berprestasi UKM KPI
UNIT Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) mengadakan Talkshow Welcome To Red Campus dengan tema “Dare To Share & Be a Future Figh ter” bertempat di Lantai Dasar Science Building, Ahad (4/9). Kegiatan ini menghadirkan delapan pe materi dengan tiga pemateri berprestasi dan lima pemateri penerima beasiswa. Tiga pemateri berprestasi diantara nya Azizul Hakim Mansyur (Awardee Beasiswa Bidik Misi), Saifullah Masdar (Mawapres Pertanian 2015), Arifuddin Jamil (Winner YSEALI Trip USA) dan lima pemateri penerima beasiswa diantara nya Faiz Adani (Awardee Beasiswa Tanoto Foundation), Selastrio Nir (Awardee Bea siswa KSE), Nanda Nahdiyah (Awardee Beasiswa BI), Sitti Fatimah (Awardee Bea siswa Djarum), dan Ahmad Akbar Syuaib (Awardee Beasiswa PPSDMS). Tujuan utama diadakannya kegiatan ini adalah bentuk kontribusi UKM KPI da lam menyambut mahasiswa baru. UKM KPI ingin mahasiswa mengetahui Unhas memiliki banyak mahasiswa berpresta si baik nasional maupun internasional. “Kami tidak ingin mengecewakan maha siswa baru karena ini salah satu betuk tanggungjawab sosial UKM KPI Unhas dan juga sekaligus sangat menyayangkan tidak dapat dihadiri oleh birokrasi karena satu dan lain hal,” ujar Ketua Panitia, Afif Fauzan Muslim. (M06)
Permantap Calon Anggota Muda, MSDC Adakan Latihan Kolam
BERTEMPAT di Kolam Renang Unhas, sebanyak 56 calon anggota muda Marine Science Diving Club (MSDC) mengikuti la tihan kolam, Ahad (4/9). Latihan ini ber tujuan untuk mempermantap kesiapan mental dan fisik calon anggota muda. Kegiatan ini rencananya akan dilaku kan sebanyak tujuh kali dalam waktu sebulan. Untuk hari pertama ini sekitar pukul 07.00 Wita peserta sudah melaku kan pemanasan dilanjutkan berenang 200 meter. Setelah istirahat siang, calon anggota muda permantap gaya renang berupa gaya bebas, gaya dada dan eva luasi berupa water trap selama 30 menit. Selama water trap, mereka menyanyikan mars MSDC. Sebelum pulang mereka kembali dievaluasi berenang empat kali bolak-balik kolam renang Unhas yang panjangnya 50 meter itu. Kedepannya peserta akan diajarkan menggunakan alat scuba (alat selam). Hal tersebut akan dipraktekkan di Pulau Bar rang Lompo akhir bulan nanti. Muhammad Ikramullah berharap, calon anggota muda untuk tetap semangat. “Jangan patah se mangat mulai awal hingga akhir, terus ber juang dengan semangat Walrus,” ujar Koor dinator Divisi Diklat, Ahad (4/9). (Mal)
Pembukaan BCSS Dihadiri Menteri Pertanian
PEMBUKAAN Basic Character and Study Skill (BCSS) untuk mahasiswa baru 2016 berlangsung di Baruga Andi Pangeran Pettarani. BCSS kali ini diikuti sebanyak 4972 mahasiswa baru, Sabtu (3/9). Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh Unhas dan wajib dii kuti oleh seluruh mahasiswa baru. Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Palubuhu MA secara khusus membuka acara ini dan dilanjutkan oleh Wakil Rektor III, Dr Ir Rasyid Jalil, MSi yang memberikan ma teri mengenai pengenalan kegiatan kema hasiswaan dan alumni. Berbeda dengan tahun-tahun sebelum
15
Belajar Karya Ilmiah Bersama Ikab
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Bernyanyi: Ebiet G Ade bernyanyi pada malam ramah tamah Temu Alumni Nasional Unhas yang berlangsung di tepi danau Unhas, Sabtu (10/9). Selain Ebiet, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo juga menyumbangkan satu lagu.
nya pembukaan BCSS tahun ini dihadiri oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Su laiman dan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo. Keduanya mem berikan motivasi kepada mahasiswa baru untuk terus belajar, disiplin, bekerja keras dan komitmen agar dapat meraih kesuk sesan. “Anda harus disiplin, tidak disiplin adalah awal dari kegagalan,” tegas Amran dalam pidatonya. (M03)
Himbio Gelar Mubes XXVI
HIMPUNAN Mahasiswa Biologi (Himbio) Keluarga Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (KM-FMIPA) Unhas mengadakan pembukaan Musya warah Besar (Mubes) XXVI. Bertempat di Lecture Theater dua FMIPA, Jumat (2/9). Mubes yang dibuka oleh Wakil Dekan (WD) III, Dr Andi Ilham Latunra MSi di hadiri oleh ketua Maperwa KM-FMIPA, dewan masing-masing himpunan se lingkup FMIPA, kordinator dewan Him bio, Ilham dan Ketua Himbio, Muhammad Al-Anshari. Pembukaan Mubes ini akan dilanjutkan dengan pembahasan agenda sidang dan tata tertib persidangan. Ketua panitia yang merupakan mahasiswa ang katan 2015, Muhammad Rifaat berharap agar ia dan seluruh teman-temannya dapat menjadi penerus lembaga. WD III FMIPA berterima kasih kepa da Ketua Himpunan, Alan dan segenap pe ngurus himpunan yang telah bekerja keras bersama-sama untuk Himbio. Selain itu, melihat di Himbio sendiri do minan kaum hawa, hal ini disampaikan dalam sambutannya. “Semoga lahir pemim pinpemimpin wanita dari biologi dan kaum pria sebagai pengawalnya,” harap Ilham Latunra. (Mal)
Sikapi Harga Rokok dalam Diskusi BEM Hukum
BADAN Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hu kum (BEM Hukum) Unhas mengadakan diskusi kenaikan harga rokok. Mengusung tema “Pro-Kontra Wacana Kenaikan Har ga Rokok, Bagaimana Me nyikapinya?” diskusi ini berlangsung di Pelataran BEM Hukum Unhas, Rabu (31/8). Diskusi ini mengkaji tiga aspek dalam menyikapi kenaikan harga rokok. Seper ti aspek kesehatan, ekonomi dan hukum. Dari hasil diskusi, Indonesia yang bera da pada posisi empat peringkat kondusif rokok menurut data World Health Orga nization (WHO) membutuhkan banyak pihak dan aspek untuk menekan angka tersebut. Hadir sejumlah mahasiswa dan bera khir dengan proses tanya jawab. “Semoga kita semua dapat memahami bersama
mengenai perspektif rokok yang telah di paparkan,” ujar Andi Ikram Rifki, salah satu pemateri. (Ann)
IKATAN Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Unhas (Ikab) menggelar kegiatan berte ma Membentuk Mahasiswa sebagai Insan Berwawasan Maritim dan Terampil da lam Menulis Ilmiah di Gedung Penelitian Ilmiah, Ahad (28/8). Adapun tujuan kegia tan ini yakni memberikan pemahaman terhadap literasi fiksi dan nonfiksi, serta membuat mahasiswa berminat dalam penulisan ilmiah. Bertindak sebagai pemateri, Ketua UKM KPI periode 2013/2014 Andri Setia wan dan Juara 1 lomba Karya Tulis Ilmiah Balit bangda Sulawesi Selatan Tahun 2013, Imam Hidayat. Kegiatan ini diikuti oleh 170 peserta dan diharapkan maha siswa lebih memahami penulisan KTI. “Sehingga, ada kemauan untuk menulis”, tutur ketua panitia Nur Sandrawali, Ahad (28/8). (Sih)
49 Mahasiswa Kelas Internasional Resmi Diterima
HIMPUNAN Mahasiswa Hubungan Inter nasional (Himahi) mengadakan teatrikal. Bertempat di Taman Sospol, kegiatan ini bekerja sama dengan Kedai Buku Jenny (KBJ), Disupport Kontras Sulawesi dan Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI). Dengan mengangkat tema “Pulangkan Mereka” kegiatan ini pun diadakan dalam rangka memperingati Hari Anti Penghi langan Paksa Internasional yang tepat 30 Agustus. Kegiatan teatrikal juga dirang kaian dengan live painting oleh Pena Hi tam Makassar, tipografi oleh Inawaloni, pembacaan kesaksian, pameran poster infografis, music performance (The Qui ver, Next Delay, Minor Bebas, Burning the Hawks). Acara ini dirangkaikan juga dengan diskusi publik mengenai pengantar Hak Asasi Manusia (HAM) dan aksi solo Hima hi, serta bedah film yang telah terlaksana pada hari sebelumnya. “Kami berharap pemerintah mendorong untuk menganti sipasi konsensi anti penghilangan paksa,” ujar koordinator pelaksana, Amel. (Yus)
MAHASISWA kelas internasional Unhas diterima secara resmi oleh Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA yang berlangsung di Aula Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP), Senin (29/8). Sebanyak 49 mahasiswa baru kelas internasional yang terdiri dari 32 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan 17 Fakultas Kesehatan Masyarakat. Turut hadir dalam kegiatan ini Wakil Rektor I Unhas, Prof Dr Junaedi Muhidong MSc dan Wakil Rektor IV, Prof dr Budu PhD SpM (K) M Med Ed serta staf akade mik Unhas. Acara ini dirangkaikan de ngan pemberikan Surat Keputusan kelas internasional kepada dekan fakultas serta pemasangan jas almamater oleh rektor sebagai simbol peresmian dalam peneri maan mahasiswa baru. Setelah berlangsungnya rangkaian peresmian, mahasiswa tersebut kemudian diarahkan ke fakultas masing-masing un tuk untuk pengisian Kartu Rencana Stu di. Dwia juga berharap mahasiswa kelas internasional dapat mengikuti kegiatan kemahasiswaan. “Saya harap kalian juga bisa ikut bergabung dengan kegiatan ke mahasiswaan,” kata Dwia dalam sambu tannya. (Dya)
Jasa Raharja Sosialisasi Jaminan Kecelakaan di Unhas
Identitas Bahas Diskriminasi Perempuan Bareng Andreas Harsono
Himahi Peringati Hari Anti Penghilangan Paksa Sedunia
JASA Raharja mengadakan dialog pub lik dengan tema “Budaya Proaktif Guna Meningkatkan Pelayanan kepada Masya rakat” bertempat di Gedung Iptek Unhas, Selasa (30/8). Kegiatan ini diadakan se bagai bentuk sosialisasi dan memberikan pemahaman tentang Jasa Raharja kepada masyarakat sebagai bentuk pendekatan untuk menangani kecelakaan dengan ce pat. Selain menangani kecelakan, juga un tuk menurunkan tingkat kecelakaan. Ini memudahkan masyarakat untuk menghubungi Jasa Raharja ketika terja di kecelakaan. Jasa raharja memberikan asuransi kepada ahli waris dengan ala san kecelakaan yang jelas. Dalam dia log disebutkan bahwa jasa raharja akan memberikan asuransi melalui rumah sakit, sehingga korban tidak lagi kesulitan membayar biaya pengobatan. Selain itu, Jasa Raharja juga berbeda dengan asuransi lainnya, seperti BPJS salah satunya, yang harus dibayar setiap bulan atau tahunnya. “Sebetulnya yang membayar asuransi adalah pemiliki ken daraan sendiri, diambil dari pajak STNK yang dibayar,” ujar Ketua Jasaraharja M Evert Yuliono, Selasa (30/8). (Yus)
JURNALIS senior yang juga aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Andreas Harsono berkunjung ke Penerbitan Kampus identitas, Minggu (28/8). Dalam kesempatan ini, Andreas bersama kru identitas mendis kusikan isu gender dalam perspektif jur nalistik. Selain itu, Andreas juga bercerita tentang pengalamannya selama menjadi wartawan investigasi. Anggota konsorsium jurnalis investigasi internasional (ICIJ) ini mengungkapkan perempuan sebenarnya banyak dikekang aturan-aturan. Stigma perempuan yang selalu dibawah lelaki membuat aturan ini semakin kuat. “Peradaban yang maju itu menghargai hak-hak perempuan,” ujar nya. Lewat kesempatan ini, Andreas juga berpesan pada wartawati identitas agar turut ikut memperjuangkan hak-hak kaumnya. “Liputan keperempuanan mes tinya diperdalam di lingkungan kampus,” tambahnya. Jurnalisme, menurutnya harus mampu mengedukasi masyarakat. “Semakin ber mutu karya jurnalis maka makin bermutu masyarakatnya,” tutur penulis buku Aga ma Saya Adalah Jurnalisme ini. (Aim)
16
identitas
NO. 865 | TAHUN XLII | EDISI AWAL SEPTEMBER 2016
lintas jejak langkah
Sang Aktivis yang Berprestasi ANDI Adini Thahira Irianti, alumni Fakultas Hukum yang memiliki segudang prestasi. Pencapaian perempuan yang menyan dang status sarjana sejak Juni 2015 lalu dengan judul skripsi Analisis Dampak Komersialisasi Geo Stationary Orbit (GSO) Ditinjau dari Aspek Hukum ruang angka sa tersebut berawal dari minat berorgani sasinya yang tinggi. International Law Student Association, Hasanuddin Law Study Centre, Badan Ek sekutif Mahasiswa Fakultas Hukum, Him punan Pengusaha Muda Indonesia PT Unhas, dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar Timur. Itulah sederet organisasi yang digelutinya sejak masuk di Unhas pada tahun 2011. Menurut perempuan kelahiran Ja yapura ini, banyak manfaat dari menjadi aktivis. Misalnya memiliki banyak jari ngan karena memang ia tipikal orang yang suka bergaul. Selain itu, berkat or ganisasi yang diikutinya itulah ia menjadi mahasiswa berprestasi. “Sebenarnya saya bukanlah tipikal orang yang obsesif dengan lomba. Semua lomba yang pernah saya ikuti berasal dari organisasi, atau diajak oleh rekan organi sasi,” ujar Adini, Senin (29/8). Tercatat telah banyak prestasi yang berhasil diraihnya, seperti menjadi Rep resentasi Bangladesh dalam kegiatan Makassar Model United Nation (2012), Penasehat Hukum pada National Moot Court Competition piala Mahkamah
Agung di Malang (2013), lulus Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertu lis (2013), Oralist pada acara The Philip C. Jessup International Law Moot Court Competition di Jakarta (2014), mewaki li Sulawesi Selatan dalam Pertukaran Pemuda Antar Negara (2014), menjadi Duta Muda Indonesia dalam program Pertukaran Pemuda Indonesia-Australia (2015, dan terpilih sebagai Puteri Bahari Sulawesi Selatan dan Puteri Bahari Indo nesia Iptek. Pencapaian perempuan berdarah Bugis Soppeng tersebut tak lepas dari motivasi ke luarga dan sahabatnya. Ia selalu mendapat izin dan dukungan materil kedua orang tuanya ketika mengikuti perlombaan. Sa habatnya pun seringkali ikut mendampingi. Perempuan yang sewaktu kuliah me ngambil konsentrasi hukum tersebut se lalu mengutamakan persiapan mental dan fisiknya. Menurutnya, ketika fisik ti dak terjaga dan sakit tepat ditengah lom ba, itu akan memberi dampak negatif. Selain prestasi, manfaat lain yang ia dapatkan karena organisasi yaitu bisa mengatur waktu dengan baik. Dari sekian banyak organisasi yang diikutinya, tidak satupun membebani kuliahnya. Caranya dengan membuat agenda kegiatan. “Saya punya kalender untuk menjad walkan agenda per hari, per bulan, dan per tahun. Saya juga menjadwalkan be rapa jam saya mengikuti kegiatan yang bersamaan,” tuturnya, Kamis (8/9).
Peremuan yang hobi berenang ini, bia sanya membuat catatan setiap pagi, siang, sore dan malam. Kadang ia meminta ban tuan pada orang terdekatnya untuk mem bantu menentukan kegiatan yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. “Saya lebih mengutamakan peran saya dalam sebuah kegiatan, misalnya saya bertanggung jawab penuh di kegiatan itu, maka saya akan memprioritaskannya ter lebih dahulu, ” ujarnya. Kamis (8/9). Setelah lulus kuliah pun, ia masih ak tif di beberapa organisasi seperti Putera Pu teri Bahari Indonesia, Lintas Genera si Australia Indonesian Youth Exchange Program (AIYEP), dan Purna Caraka Muda Indonesia, serta menjadi Ketua di Komuni tas Wanita Muda Sulawesi Selatan. Dari semua kompetisi yang diikutinya, Anak dari pasangan Andi Taufan Made Ali dan Sukarniaty Kondolele ini berhasil membuat orang tuanya bangga dengan terpilihnya menjadi Duta Indonesia un tuk Australia dalam AIYEP. Ikut dalam komunitas dan kompetisi internasional tidaklah sulit baginya ter khusus dalam hal bahasa. Dikarenakan ia mengikuti kursus bahasa Inggris sejak SD hingga SMA. Dari semua prestasi yang telah diraih nya, ia berharap bisa bermanfaat bagi orang banyak. Ia juga berpesan kepada civitas akademika untuk tidak takut men jadi yang berbeda dari orang lain. n Ayu Lestari
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Berdedikasi Lewat Publikasi
ISTIMEWA
SAAT ini Unhas sedang gencar-gencar nya meningkatkan publikasi penelitian dosen. Salah satu yang berperan penting dalam hal tersebut yakni Muhammad Ar syad SP M Si Ph.D. Pada awalnya bersama rekan dosen Fakultas Pertanian Prof Dr Saleh S Ali, M Sc, Arsyad dipanggil oleh Wakil Rektor IV untuk membahas cara menaikkan rating publikasi. Hasilnya, terbentuklah Publica tion Management Centre (PMC) pada De sember 2015. Bersamaan dengan pembentukannya, wisudawan terbaik di Fakultas Pertanian tahun 1998 tersebut dipilih sebagai sek retaris. Sebelumnya, tahun 2013 sampai saat ini, ia menjadi Associate Editor In ternational Journal of Agriculture System (IJAS). Ketertarikannya pada penelitian dan publikasi di kampus merah ini sebenar nya sejak ia menyelesaikan studi Strata 3 nya di Ryukoku University Tokyo Jepang pada tahun 2010. Lelaki kelahiran Banua Majene, 9 Juni 1975 ini sering memper baiki jurnal fakultasnya dan melakukan pelatihan menulis skala Internasional. Mengenai penelitian dan publikasi di Unhas, ada kendala yang sangat krusial menurutnya. “Meneliti dan melakukan publikasi belum masuk dalam jiwa setiap dosen, makanya susah,” tutur dosen yang terkenal sangat disiplin oleh mahasiswa nya, Jum’at (26/8). Namun ia sendiri, dalam kurun waktu lima tahun terakhir berhasil melakukan penelitian berskala nasional maupun
internasional. Misalnya, dengan hibah Stranas Kemendikbud, ia melakukan pe nelitian berjudul Aplikasi ”Path Analysis” untuk Memformulasi Kebijakan Pengen tasan Kemiskinan Petani Kakao di Indo nesia: Suatu Tawaran untuk Bappenas. Tak hanya itu, Bank Dunia pun ikut andil dalam penelitian Arsyad. Dengan hibah sebesar 850 juta, penelitian dalam bahasa Inggris berjudul Assessment Research on Current Model of Sustainable Natural Resource Management in Coastal, Lowland and Highland Areas in Indonesia. Kegemarannya pada penulisan artikel ilmah, membuatnya berhasil menulis berbagai artikel dalam jurnal nasional maupun internasional. Dosen matakuliah Statistika Ekonomi ini juga sering diundang sebagai pembi cara dalam seminar ilmiah baik nasional maupun internasional. Berbagai Negara seperti Jepang, Laos, Cina, Malaysia, dan Korea Selatan sudah pernah ia datangi. Diawal kepengurusannya di PMC, salah satu dosen yang masuk dalam Top 1000 ilmuan menurut lembaga pemeringkatan penulis yang paling banyak publikasi il miah di Google Scholar Webometriks ini, harus menghadapi berbagai kendala da lam meningkatkan publikasi. “Peneliti masih sulit menerjemahkan hasil penelitian ke dalam bahasa Inggris, sering tidak mengikuti format yang diten tukan oleh lembaga pengindeks dan para dosen senang menulis sendiri se hingga dapat memperlambat sitasi Unhas,” ujarnya Jum’at (26/8).
Kekonsistenannya berdedikasi mening katkan publikasi membuatnya meluang kan banyak waktunya di kampus untuk mengurus hal ini. Mensosialisasikan publikasi ke para dosen melalui pelatihan menjadi program awalnya untuk mening katkan rating publikasi Unhas. Misalnya, Workshop Open Journal System (OJS). Ke giatan tersebut tak hanya sekedar mem berikan materi kepada peserta tetapi juga dipraktekkan langsung. Ia sendiri menja di pembicara dan mengajarkan para pe serta pelatihan agar manuskripnya bisa di terima di lembaga pengindeks artikel ilmiah internasional Kesibukannya dalam mengelola jurnal tak membuatnya mengeluh. Walaupun tak ada upah, ia jadikan pekerjaannya sebagai kewajiban. Tak jarang ia harus pulang le bih lama dari dosen pada umumnya. “Itu menjadikan saya berbeda dari tenaga pengajar yang lain. Dari pekerjaan ini juga banyak sumber pengetahuan yang saya peroleh,” ujarnya, umat (26/8) Ia berharap dengan adanya PMC ini semoga bisa meningkatkan kreativitas dosen dalam menulis. Prinsipnya jika masuk di lingkungan dengan iklim yang baik, maka kedepannya akan baik pula. “Prinsip tersebut juga berlaku dalam hal publikasi Unhas, dimana saat ini sistem untuk meraih gelar professor, dosen diwa jibkan untuk membuat publikasi. Dengan sistem yang baik itu semoga kedepannya juga akan lebih baik dan publikasi Unhas meningkat,” katanya Jumat (26/8). n Sri Hadriana