identitas
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
Instruksi Cegah Pungli Adanya surat edaran dan Tim Sapu Bersih Pungli, harapan baru bagi mahasiswa agar tak terbebani lagi. Lanjut hal. 7 n n
Kolom Unhas Pusat Perdamaian Dunia. Lanjut hal. 5 n
n
Civitas Menanti Kualitas Setelah Perubahan Status Lanjut hal. 12
Ipteks Lemahkan Bakteri TB dengan Rosella Lanjut hal. 10
Resensi Buah Reportase Rasa Sastra. Lanjut hal. 14
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
2
DARI REDAKSI TAJUK
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
Memutus Mata Rantai Pungli
B KARIKATUR/Dhirga Erlangga
SURAT DARI REDAKSI
eberapa bulan lalu, ini masyarakat Indonesia digegerkan pemberitaan, tentang jumlah tenaga kerja asing di Indonesia. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2016 menunjukkan 74.183 orang tenaga kerja asing tercatat secara legal bekerja di negara ini, dan China menempati urutan teratas dengan jumlah 21.271 tenaga kerja. Para pekerja itu didominasi oleh buruh kasar, yang kenyataannya negara kita pun punya banyak. Hadirnya tenaga kerja asing itu, apalagi yang dalam kategori buruh kasar, berarti merebut hak rakyat Indonesia untuk mendapat pekerjaan yang layak. Apalagi jika digunakan pertimbangan keterampilan hingga kedisiplinan kerja menjadi alasan untuk menjelaskan kondisi tersebut. Padahal jika kita cermati mendalam, ini pelanggaran konstitusi negara kita yaitu Pasal 27ayat 2 UUD 1945, yang bunyinya “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaaan.” Inikah Revolusi Mental? Keadaan seperti ini seakan ingin
identitas/mustafa
Ramah Tamah Identitas ke 42 : Penerbitan Kampus Identitas kembali merayakan Ramah Tamah ke 42 dengan mengusung tema “Identitas Kita” di Lantai Dasar Rektorat Unhas, Sabtu (17/12). Dalam acara ini hadir Prof. Rady A Gani selaku Rektor pada periode 1988 s/d 1993.
Awal Pergantian Generasi
SEPERTI beberapa kasus pada hewan yang mengalami pergantian kulit, identitas juga mengalami hal serupa. Namun bukan dalam artian yang sebenarnya, melainkan pergantian pengurus. Selesainya masa kepengurusan lama tak berarti mereka melepas dan membiarkan pengurus baru begitu saja. Terlebih ketika menilik kondisi identitas yang semakin kekurangan kru. Olehnya, tetap ada pembinaan, pendampingan, bahkan bantuan yang diterima dari pengurus lama yang telah berstatus “alumni”. Kondisi kru yang minim memang sangat menghawatirkan. Apalagi jika dibandingkan dengan kepengurusan sebelumnya, yang memiliki kru lebih banyak namun masih tetap tertatih mengejar terbitan. Sedikit pesimis, namun
3
OPINI
Revolusi Mental di Tengah Serbuan Tenaga Kerja Asing
KARIKATUR
BERBICARA mengenai pungutan liar seakan tak ada habisnya. Upaya untuk mengakhiri pungutan liar di semua lini dan semua instansi bukannya tidak dilakukan. Tapi pungutan liar selalu bisa diwarisi turun temurun. Keberadaannya bagaikan pohon yang sudah mempunyai akar kuat. Sehingga susah untuk dirobohkan jika tidak dilakukan dengan kekuatan penuh. Masalah ini tampaknya sangat serius ditangani belakangan ini. Iming-iming mendapatkan hadiah bahkan ditawarkan bagi siapapun yang berani membukanya. Hal itu me¬nandakan pemerintah sudah sadar aktivitas pungutan liar sudah terlalu bebas dibiarkan. Jadi sebelum semua sampai ke stadium akhir dan sulit untuk disembuhkan, maka pemerintah menginstruksikan agar pungutan liar dipangkas habis. Unhas pun tak ketinggalan untuk melakukan tindakan pencegahan. Pada tanggal 14 Desember 2016, berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar di seluruh instansi baik di Pusat maupun di Daerah. Dalam rangka melaksanakan komitmen Wilayah Bersih dan Bebas Korupsi (WBBK) di lingkungan Unhas, Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada para pejabat di Unhas. Surat tersebut berisi enam poin yang berisi (1) melakukan langkah-langkah pencegahan dan penindakan pungutan liar dalam pelaksanaan tugas maupun pemberian layanan di lingkungan Unhas, (2) meningkatkan pengendalian intern terhadap proses pelaksanaan tugas maupun pemberian layanan di lingkungan Unhas, (3) melarang mahasiswa membayar dan membawa bingkisan pada setiap tahapan penyelesaian studi: S1 (ujian penutup strata, ujian proposal, dan ujian skripsi), S2 (ujian proposal, ujian seminar hasil, dan ujian tutup), S3 (ujian prelium, seminar proposal, seminar hasil, pra promosi dan promosi), (4) menginformasikan dan mengomunikasikan surat edaran ini kepada seluruh pegawai di lingkungan unit kerja masing-masing, (5) memasang banner pada pintu utama yang bertulisakan “Anda memasuki wilayah bersih dan bebas korupsi/pungli”, (6) menjatuhkan sanksi disiplin pegawai terhadap praktik pungutan liar yang dilakukan oleh para pegawai sesuai dengan peraturan yang berlaku dan berkoordinasi dengan Lembaga Satuan Pengawas Internal (LSPI). Maka hendaknya itu disambut baik dan dilaksanakan oleh sivitas akademika Unhas. Ironisnya, tak lama setelah diedarkan, poin tiga pada surat tersebut telah ada yang melanggarnya. Di beberapa jurusan masih saja ada mahasiswa yang membawa bingkisan dengan berbagai alasan. Banyak pula dosen penguji yang menganggap bahwa itu hal yang wajar. Olehnya, diperlukan langkah tegas. Seharusnya, redaksi kalimat poin ketiga tidak hanya ditekankan kepada mahasiswa saja, akan tetapi juga untuk dosen penguji. Hal itu agar keduanya bisa sama-sama mawas diri. Persoalan membawa bingkisan tersebut adalah hal nyata yang bisa langsung disaksikan dari belum berhasilnya aturan dijalankan. Semestinya dengan terjadinya hal itu, pihak yang berwenang segera melakukan tindakan agar kedepannya tak terjadi lagi. Selain itu Ketua Tim Sapu Bersih Unhas Dr Ir H Nasaruddin Salam, ST MT mengatakan bahwa telah mengantongi pegawai atau dosen yang diduga melakukan praktik pungli (30/12/2016). Semoga tak hanya sekedar mengantongi tapi segera melakukan penindaklanjutan dan memberikan sanksi tegas jika terbukti. Membersihkan dan memutus mata rantai pungli ini harus disegerakan. Mau tidak mau pungli harus dipukul mundur. Mata rantai yang diturunkan turun temurun harus segera diputus. Kampus harus menjadi tempat belajar, ruang intelektual yang bukan hanya mengajarkan tapi juga memberi contoh yang baik. Jangan sampai akibat cukup seringnya pungli malah menghasilkan generasi yang nantinya juga melakukan hal tersebut ketika ia duduk di sebuah instansi atau menjadi pendidik. Dengan membumi hanguskan praktik pungli, akan menjadikan kampus tempat yang betul-betul melahirkan generasi yang bukan hanya cerdas, tapi juga berkualitas. Berkualitas dari segi pengaplikasian ilmu dan berkualitas dari segi akhlak. Untuk mewujudkan itu semua, mari bersama-sama bergandengan tangan untuk memukul mundur budaya pungli. Semua sivitas akademika Unhas harus berani angkat bicara jika mengetahui ada praktik pungli. Karena pungli bisa berumur panjang sampai sekarang dikarenakan aksi diam. Belum banyak yang berani membuka mulut untuk menelanjangi kebobrokan kampusnya sendiri dikarenakan takut. Jadi jangan berharap akan berhasil jika aksi diam masih saja dianggap emas dan yang berwewenang melakukan penindakan dan sanksi kepada yang melakukan pelanggaran hanya panas-panas tahi ayam.n
identitas
kesadaran akan tanggung jawab dan komitmen untuk membangun identitas, membuat setiap kru tetap semangat mengerjakan tugas redaksi. Tertatih, namun harus terus berlatih. Di edisi awal Januari ini, identitas membahas persoalan aturan dilarang melakukan pungli, termasuk larangan meminta mahasiswa membawa “tentengan” baik saat akan ujian proposal, maupun ujian hasil seperti yang selama ini menjadi tradisi kampus.
merevolusi Indonesia. mental kita Susahnya sebagai rakyat mencari lapangan Indonesia. pekerjaan, Bahwasannya membuat sekarang beberapa rakyat negara tidak Indonesia butuh orang mencari bodoh dan pekerjaan di luar tidak terampil. negeri secara Pemerintah, legal maupun seakan melepas illegal. tanggung jawab Masih teringat dan melupakan jelas di memori bahwa bentuk kita pada 2 negara ini Novomber lalu, adalah Negara kapal yang Andi Muhammad Kesejateraaan memuat 93 TKI, Fais Wahid yang wajib tenggelam di menyejahterakan rakyatnya. Batam yang memakan korban jiwa Masyarakat yang bodoh dan sebanyak 54 orang dan sedihnya tidak terampil bukankah suatu lagi sebenarnya mereka adalah TKI bentuk kegagalan pemerintah illegal. Begitulah gambaran sulitnya dalam memenuhi hak dasar menemukan pekerjaan di Indonesia. warganegaranya yaitu mengenyam Sehingga rakyat harus rela pendidikan. menanggung segala resiko untuk Sebagaimana diketahui bersama, dapat bekerja di negeri orang. menurut data yang dikemukakan Kini, revolusi mental dapat Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) dikatakan hanyalah sebuah tag line Suryamin, tingkat pengangguran kampanye belaka. Ataukah mental terbuka pada Februari 2016 yang dimaksud adalah membuat mencapai 7,02 juta orang atau mental rakyat Indonesia menjadi 5,5 persen dari jumlah penduduk ciut, ketika harus bersaing dengan asing? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita dapat meninjau spekulasi pemerintah yang menyatakan bahwa kita masih kekurangan tenaga ahli. Pernyataan tersebut seakan menjadi dogma, bahwa memang kita jauh tertinggal secara pengetahuan dan teknologi. Doktrin ini membuat kita lupa bahwa Indonesia pernah berhasil menciptakan pesawat dengan tenaga asli penduduk Indonesia, berpuluh-puluh tahun silam. Industri pesawat di era itu, bukti bahwa sebenarnya kita mampu. Akan tetapi ada misi tersembunyi, dari pihak-pihak yang mencoba ilustrasi/sri hadriana
menciptakan kondisi agar kita bermental kerupuk dan tidak percaya pada kekuatan bangsa sendiri.
kekuatan modal asing. Kondisi ini, tentunya tidak kita inginkan. Maka sudah seharusnya pemerintah tegas dalam menyikapi kondisi saat ini. Dan yang paling penting adalah pemerintah, stake holder, bahkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia harus melakukan pembingkaian kembali cita-cita kemerdekaan yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945, dalam rangka melakukan revolusi mental yang sesungguhnya. Hanya dengan memahami kekurangan dan kelemahan kita, yang akan membuat arah perubahan itu akan jelas. Bukan tidak mungkin, Indonesia akan kembali bangkit sebagai kampiunnya negara-negara di dunia ini.n
Neoimperalisme melalui hutang Instrumen hutang dalam dunia Internasional, merupakan suatu bentuk untuk memperkenalkan teknologi serta alih keahlian (transfer of expertise) dan alih pengetahuan. Tujuannya membantu suatu negara berkembang untuk menjadi negara maju. Akan tetapi bentuk hutang dari Tiongkok berbeda. Mereka justru mengikut sertakan syarat angkatan kerja mereka, dalam hal ini buruh. Untuk memberikan hutang ke Indonesia. Di sinilah bentuk ketidak-tegasan Penulis adalah mahasiswa pemerintah dalam melakukan Program Studi Geofisika negosiasi. Fakultas Matematika dan Ilmu Ini adalah bentuk penindasan Pengetahuan Alam baru, neoimperialisme. Hutang Ketua BEM FMIPA Unhas Indonesia ke Tiongkok membuat 2015-2016 negara kita tunduk dan patuh atas Angkatan 2012 segala keinginan mereka. Dapat dikatakan bahwa kapitalisme kini bukan lagi dikendarai oleh koorporasi multinasional. Tapi oleh suatu negara yang bersekutu dengan Bila anda memiliki informasi, perusahaan-perusahaan harapan, dan saran mengenai yang punya modal. kondisi Unhas silahkan hubungi Kekuatan modal inilah dan kunjungi kami di yang digunakan untuk menjajah Indonesia, identitasonline dengan melahirkan para Kapitalis Komprador dan @identitasonline Kapitalis Birokrat Mereka mencoba mengobok-obok hukum di negara ini, serta bukuidentitas@gmail. membeli aparat hukum com kita. Akan ada saatnya identitasunhas.com rakyat yang melihat kondisi karut-marut 082196362838 negara ini, akan meledak bagai air bah. Mereka 089632301019 diperhadapkan dengan
Tak hanya itu, kali ini tampilan identitas akan sedikit berubah. Tak ada maksud lain kecuali ingin menyajikan tampilan yang lebih segar kepada para pembaca. Semoga perubahan ini dapat disambut dengan baik. Selamat membaca!n
KRONIK Tertibkan Dosen dan Mahasiswa dengan Presensi Fingerprint
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Ramdha MawaddhanKoordinator Liputan: Devika Saputri. nLitbang: Fransiska Sabu wolor, Asmaul Husna Yasin, Khusnul Fadilah nStaf Bagian Umum: Akhmad Dani nStaf Penyunting: Riyami, Wadi Opsima, Rasmilawanti Rustam nReporter: Sri Hadriana, Andi Ningsi, Ayu Lestari, Rahima Rahman, Muhammad Abdul, Musthain Asbar Hamsah, Vega Jessica nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Sri Widya Rosalina Bst. nArtistik dan Tata Letak: Irmayana nIklan/Promosi: Nursari Syamsir nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supratman, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Awal Januarti 2017 Desain: Sri Hadriana Layouter: Sri Hadriana
identitas/rahima rahman
Pengerjaan Menara Jaringan : Untuk mempercepat akses interner, Unhas membuat menara jaringan Smartfren untuk memudahkan para pengguna ,Kamis(5/1). Ini salah satu dari beberapa proyek yang sedang dikerjakan oleh Unhas.
DI AWAL Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas mulai menerapkan presensi cerdas fingerprint. Sebuah mesin yang di desain untuk memenuhi kebutuhan data yang cepat dengan menggunakan verifikasi sidik jari. Untuk sementara, mesin presensi fingerprint hanya akan diterapkan di tiga kelas internasional, dan bertahap akan diterapkan juga di kelas reguler.
Prof Dr Gagaring Pagalung MS CA selaku Dekan FEB, menyatakan alasan penggunaan alat ini yakni untuk menertibkan mahasiswa yang sering bolos dan suka titib tanda tangan kehadiran kuliah, serta dosen yang kadang malas mengajar. “Peralihan dari presensi manual ke fingerprint menjadi salah satu program kerja saya sebagai dekan di FEB. Sistem tersebut diterapkan untuk mendorong mahasiswa dan
dosen berperilaku jujur,” ujar Gagaring, Rabu (3/1). Namun di awal waktu penerapannya, Gagaring memprediksi masih akan ada hambatan dalam penggunaan fingerprint. “Kemungkinan penerapan sistem ini, akan banyak mendatangkan protes dari dosen yang malas masuk mengajar,” tambahnya.n Ann
4
OPINI
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
“
Pada dasarnya keutamaan membaca dan menulis dalam Islam telah mendapat legitimasi secara epistemologis, aksiologis maupun ontologis.
ilustrasi/sri hadriana
Etika Islam dan Semangat Literasi
Achmad Faizal
I
slam adalah agama ilmu pengetahuan. Teks-teks dalam Al-Quran dan Hadist yang menjadi dasar epistemologis, ontologis dan aksiologis ilmu pengetahuan, baik ilmu duniawi (science) maupun ilmu ukhrawi (agama). Islam pernah mencatatkan sejarah emas, sebagai masyarakat yang peradabannya maju, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Tradisi intelektualisme Islam yang tinggi pada masa itu, mengantarkan Cordova sebagai pusat perpustakaan terbesar di dunia kala itu. Dalam buku berjudul Destiny Disrupted: A History of the World through Islamic Eyes, (Dari Puncak Baghdad: Sejarah Dunia Versi Islam), menyebutkan bahwa pada zaman kekuasaan Islam di Andalusia, perpustakaan terbesar di Cordova konon berisi lebih
dari 500.000 jilid buku (Tamim Anshary, 2012). Namun peradaban emas itu tidak bertahan lama dan hanya tinggal kenangan manis karena pemusnahan jutaan buku dalam perpustakaan tersebut oleh musuh Islam dan seturut dengan itu lenyaplah pula tradisi intelektualisme Islam di Cordova. Hal ini mengingatkan saya pada Milan Kundera, seorang novelis asal Republik Ceko yang pernah berujar “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah”. Menyoal Islam dan ilmu pengetahuan adalah entitas yang tidak dapat dipisahkan. Di dalam Al-Quran dan Hadist, terdapat banyak perintah dan anjuran terkait keutamaan menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana tercantum dalam QS Az-Zumar:9 dan QS Al-Mujadilah:11. Bahkan menurut para ulama, kedudukan para penuntut ilmu disejajarkan bersama seorang muslim yang berjihad mengorbankan harta dan jiwanya di medan perang. Realitas Budaya Literasi Umat Islam Indonesia Berdasarkan hasil penelitian UNESCO Tahun 2012 menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia
hanyalah 0,001 persen, artinya dari seribu orang, hanya terdapat satu orang yang memiliki minat baca. Selain itu secara kelembagaan, berdasarkan hasil studi Most Littered Nation in The World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara soal minat baca. Indonesia hanya bisa berbangga diri berada diatas Negara Bostwana (61) dan persis berada dibawah Thailand (59). Dunia kepenulisan pun terkena imbas dari rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Menurut IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 jumlah buku yang terbit hanya 30 ribu lebih judul buku. Angka tersebut sangat rendah jika jumlah usia produktif masyarakat Indonesia yang dijadikan patokan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya penawaran sekaligus permintaan masyarakat terhadap buku. Walaupun hasil penelitian tersebut tidak menggunakan variabel agama, suku ataupun ras secara khusus namun dari hasil tersebut kita dapat menarik benang merah bahwasanya Indonesia yang notabenenya terdiri dari 80% populasi muslim maka secara implisit harus disadari bahwa
umat Islam termasuk penyumbang terbesar angka tersebut. Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa tingkat literasi umat Islam Indonesia masih rendah. Etika Islam dan Semangat Literasi Sebagaimana yang diketahui bahwa wahyu yang pertama kali diturunkan kepada umat Islam adalah perintah membaca sebagaimana yang tercantum dalam QS Al-‘Alaq:1 “Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan”. Bahkan di ayat 3, Allah menyebut kembali kata iqra (baca) sebagai penegasan kembali akan keutamaan membaca. Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsirnya Al-Manar mengatakan “Tidak didapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini di dalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang dan bahagiannya”. Pada dasarnya keutamaan membaca dan menulis dalam Islam telah mendapat legitimasi secara epistemologis, aksiologis maupun ontologis. Semangat literasi banyak terkandung di dalam Al-Quran, Hadist, maupun diktum-diktum para Ulama Salaf. Misalnya dalam QS AlMuzammil:6 yang menawarkan waktu terbaik untuk membaca yakni pada sepertiga malam. QS AlQalam:1, dimana Allah bersumpah demi pena dan hasil tulisan manusia dan malaikat. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwasanya Nabi Muhammad SAW memberikan tawaran kemerdekaan kepada
setiap saeorang tawanan untuk mengajarkan sepuluh muslim bacatulis. Selain itu, dalam sebuah atsar dikatakan bahwa “Qoyyidul ‘ilma bil kitaabihi” artinya “Ikatlah ilmu itu dengan tulisan“. Belum cukup dengan itu, berikut hadir deretan pelaku sejarah dalam islam. Ibnu Al-Jauzi telah melahap 20.000 jilid kitab semasa hidupnya. Ada Ibnu Hajar Al Asqalani yang menamatkan kitab Mu’jam atjThabrani ash-Shagir hanya selang waktu antara dhuhur dan ashar padahal isi kitab tersebut 500 halaman. Imam An-Nawawi yang terkenal dengan kitabnya Riyadhus shalihin ,selama 2 tahun tidak pernah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur demi membaca dan menulis. Di Indonesia, ulama sekelas Buya Hamka telah menitahkan sebuah kitab tafsir Al-Azhar, Quraish Shihab dengan tafsir Al-Misbah dan masih banyak lagi deretan ulamaulama islam yang agung dengan tumpukan karyanya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bagaimana umat islam terdahulu begitu memiliki semangat berliterasi yang tinggi. Sebagian besar hidup mereka hanya diisi dengan menulis dan membaca, sehingga mampu menelurkan berbagai karya-karya agung bagi peradaban islam dan tercatat dalam barisan pelaku sejarah peradaban emas dunia. Maka kini saatnya umat Islam kembali membuka navigasi hidupnya (Al-Quran & As-Sunnah) untuk mengambil sari kehidupan dan ilmu pengetahuan. Membaca lembaran-lembaran sejarah peradaban karena di setiap lipatanlipatan sejarah ada kebenaran dan pelajaran. Untuk penutup tulisan ini Pramoedya Ananta Toer berkata “kodrat umat manusia kini dan kemudian ditentukan oleh penguasaannya atas ilmu dan pengetahuan. Semua, pribadi dan bangsa-bangsa akan tumbang tanpa itu. Melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan pada maut dan kehinaan”.n Penulis adalah Mahasiswa Departemen Sosiologi juga merupakan Ketua Umum Himpunan Sosiologi FISIP 2016/2017
AGENDA Sinapsis 2017 Tema : “How to Control Sport Injuries, Prevention and Treatment Management for Lower Extremity Injuries and Electrotherapy Intervention” Himpunan Mahasiswa Fisioterapi Fakultas Kedokteran Unhas Waktu : Sabtu-Minggu, 18-19 Februari 2017 Tempat : Hotel Tree Panakukang CP :Rismayanti (085397783543) Bakti Sosial Himika Waktu : Sabtu-Minggu, 27 -28 Januari 2017
Tempat : Desa Parang Baddo, Kecematan Polong Bangkeng Utara, Kabupaten Takalar Contact Person: 085145093760 Urban Care 2017 Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota FT-UH • Plano Contest 14 Desember - 25 Februari 2017 Fotografi (Contact Person: 082332908090 (Adhim)) Poster Perencanaan (Contact Person: 085343699909 (Alim)) Sketsa Kota (Contact Person:
0852 4287 0095 (Aulia)) Paper dan Essai (Contact Person: 081243383081 (Arlyn)) • Plano Graphy 20-26 Februari 2017 • Plano Care Contact Person : O82 220551066 (Zaky) • Plano Lecture 26 Februari 2017 Mathematic Event XVII Tema :“Wujudkan Generasi Muda Indonesia yang Berkarakter Jiwa Kompetensi” Himpunan Mahasiswa Matematika Waktu : 25-27 Februari 2017
Tempat : Baruga A.P Pettarani Unhas Call For Paper Tema : Jurnal Alternativa Vol. V Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional FISIP UH Deadline : 20 Januari 2016 Contact Person : 085222040306 (A. Aulia Hardina Hakim) Archi Ray 2016 Tema :“ Green Vernacular architecture For Coastal Settlement” Himpunan Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Unhas
Waktu : 15 Desember 2016 – 11 Februari 2017 Tempat : Sekretariat Gedung Arsitektur Lt 1 Fakultas Teknik UH Jadwal Akademik Unhas Penerbitan Jadwal Kuliah Semester Akhir TA. 2016/2017 Waktu : 2-13 Januari 2017 Jadwal Akademik Unhas Pembayaran SPP/UKT dan Pengisian KRS Online Semester Akhir Waktu : 2-27 Januari 2017
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
5
KOLOM
Unhas Pusat Perdamaian Dunia
BUNDEL • Bundel Edisi Awal Januari Tahun 2000
Raungannya Nyaris Tak Terdengar
“
Sangat mungkin Unhas berperan sebagai negosiator dan mediator konflik di daerah, nasional dan tingkat internasional.
Supratman ilustrasi/sri hadriana
K
onflik dan kekerasan baik atas nama agama seolah-olah tak pernah sepi. Kejadian tidak hanya di Indonesia tetapi nyaris melanda semua negeri. Dari negara sekuler Barat, seperti Perancis, Amerika Serikat, Bulgaria hingga negara di Timur Tengah yang dikenal sebagai tempat lahirnya agama-agama seperti Palestina, Suriah, Yaman, Irak, dan Lebanon. Serasa tak percaya bila sebuah konflik dikatakan berdasarkan motif agama. Mengapa? Karena semua orang tahu bahwa agama apapun pada dasarnya mengajarkan tentang perdamaian dan kasih sayang. Namun konflik itu riil adanya diberbagai belahan bumi ini. Sehingga apabila ada konflik disebut atas nama atau dipicu oleh isu agama yakin saja bahwa persoalan tersebut pasti tidak sederhana. Ia akan berlangsung lama, terus berkembang dan menyebar kemana-mana seiring dengan ada banyak motif dan intrik yang menyertai. Agama menjadi tunggangan dari pihak-pihak yang punya kepentingan tertentu dari sebuah konflik. Hidup pada situasi seperti ini tentu tidak mudah. Kita butuh semangat dan kekuatan yang lebih. Saya kira banyak orang Indonesia, terutama kaum minoritas, merasa ketakutan dan stress dengan kondisi demikian. Untung saja pemerintah dan beberapa kelompok masyarakat tampak sangat peduli. Kita bisa menyaksikan ada banyak program dan kegiatan yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi konflik. Sayang, hasilnya belum dapat memuaskan warga yang menjadi korban dari bencana itu. Konflik di mana-mana belum berakhir sepenuhnya meskipun dikatakan oleh pihak yang berwajib telah ditangani kasusnya. Memang, nyaris tak ada cara dan metode yang telah digunakan efektif untuk menyelesaikan konflik atas nama agama
tanpa ada dendam yang tersisa. Kita masih harus bersabar untuk berharap lebih bila berkaca pada pengalaman dan kejadian sebelumnya. Modus konflik atas nama agama selalu menyimpan bara yang sewaktu-waktu dapat kembali berkobar dengan bara yang lebih dahsyat. Sebagai orang beragama yang telah dianugerahi akal untuk berpikir apalagi yang berkecimpung di dunia akademik tentu tidak boleh kalah dengan dilema itu. Sewajarnya bila kita punya perspektif alternatif. Kekurangan penanganan konflik dengan motif agama selama ini ada hanya sekadar melibatkan individu yang dikenal sebagai akademikus tetapi belum disentuh full academic colours. Pentingnya melibatkan institusi pendidikan, secara khusus perguruan tinggi untuk target jangka pendek dan semua level pendidikan untuk target jangka panjang. Pertama, karena universitas adalah lembaga yang netral. Kedua, perguruan tinggi di Indonesia punya tiga fungsi yang disebut tri dharma. Ketiga, perguruan tinggi sangat dihormati oleh semua pihak. Bukti keberhasilan institusi pendidikan menangani konflik agama adalah Drew University, New Jersey, USA. Saya menyaksikan itu ketika terlibat dalam kegiatan yang disebut ‘transformasi konflik agama’ yang melibatkan berbagai negara, diantaranya Indonesia, Palestina, Israel, Mesir, Pakistan, dan Nigeria. Dari latar belakang agama yang berbeda, yakni Islam, Yahudi dan Kristen. Kegiatan tersebut menunjukkan bahwa orang-orang dari negara dan kelompok agama yang berbeda, yang mana sering terlibat dalam konflik agama dan kekerasan, bisa duduk bersama dan membicarakan secara terbuka masalah termasuk yang berkaitan dengan doktrin agama. Semua perbedaan dapat dipahami tanpa perlu menyepakati doktrin agama masing-masing.
Unhas sangat mungkin melakukan hal yang sama bahkan melebihi itu bila melihat potensinya, baik sumber daya manusia dan sumber daya pendukung lainnya. Di antara alumni Unhas ada beberapa orang yang dihormati dalam isu resolusi konflik. Masyarakat Indonesia pasti tidak akan luput untuk menyebutkan nama wakil presiden Indonesia, Drs H M Jusuf Kalla dalam beberapa kasus penanganan konflik di Indonesia seperti Aceh, Maluku, Poso dan beberapa kasus di Makassar. Ada juga orang-orang seperti Prof Dr Idrus A Paturusi, Dr Hamid Awaluddin, serta Rektor Unhas sendiri, Prof Dr Dwia A Tina Pulubuhu yang juga ahli dalam masalah konflik dan kekerasan. Penjelasan di atas menegaskan bahwa Unhas seharusnya sudah mulai secara serius mengolah isu konflik dan kekerasan atas nama agama dan lainnya mengingat bahwa kajian ini semakin signifikan untuk diperhatikan berdasarkan fenomena dan kecenderungan situasi yang tidak hanya terjadi di lingkungan sekitar wilayah Indonesia Timur tapi juga secara nasional bahkan dunia. Dengan adanya kegiatan dan institusi yang fokus pada isu tersebut, maka sangat mungkin Unhas berperan sebagai negosiator dan mediator konflik di daerah, nasional dan tingkat internasional. Selanjutnya, Unhas semakin punya posisi untuk dapat berkiprah dan berpartisipasi dalam membangun perdamaian dunia. Harus ada optimisme dan ambisi besar untuk tidak hanya menjadi universitas kelas dunia, tapi pada saat yang sama sebagai pusat perdamaian dunia.n Penulis adalah Dosen Departemen Sastra Asia Barat, Prodi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya Unhas dan Alumni Drew University, New JerseyUSA
BEBERAPA kali kebakaran melanda Unhas, dua unit mobil pemadam kebakaran nyaris tak terdengar raungan sirenenya. Kerugian akibat amukan si jago merah tak terhindarkan lagi. Sore itu, Jumat (5/12) saat umat islam merayakan hari kemenangan , sekitar pukul 17.30 Wita, tiba-tiba si jago merah menjilati Sekretariat Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (Himahi). Api diduga akibat korsleting aliran listrik. Tak lama kemudian, terlihat asap hitam mengepul membumbung ke angkasa. Bahkan merambat ke seketariat Himpunan Mahasiswa Administrasi ( Humanis). Beberapa orang yang mengetahui kebakaran itu, berusaha memadamkan api. Beruntung, apinya dapat dipadamkan. Namun, beberapa arsip milik Himahi tak terselamatkan. Semuanya hangus terbakar. Kerugian ditaksir sekitar tujuh juta rupiah. Beberapa bulan lalu, ruangan lembaga kemahasiswaan Fakultas Hukum juga diamuk si jago merah. Tapi pemadam kebakaran masih tak mampu berbuat banyak. Kurang sigapnya pemadam kebakaran, disebabkan mobilisasinya terjanggal jadwal tugas yang hanya hingga pukul empat sore. Jam kerja pun ikut membatasi. Pada hari libur mereka tidak masuk kantor. Namun, dibalik diamnya sirene kedua mobil tersebut, faktor kesejahteraan pegawai ternyata belum mendapat perhatiaan para petinggi rektorat. Bagaimana tidak, gaji pegawai pemadam kebakaran hanya sekitar 50 ribu rupiah per bulan. Masih di bawah upah Minimum Pegawai (UMP) Unhas sebesar 70 ribu. Pantas saja kinerja mereka lambat, sebab tuntutan pekerjaan tak seimbang dengan kesejahteraan. Bukan begitu, Pak ?n
• Edisi Awal Januari 2003
Kode Etik Buat Pak Dosen
BEBERAPA pekan lalu, Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unhas mendapat pengaduan keberatan dari seorang mahasiswi studi pembangunan atas tindakan seorang dosen melecehkannya. Mahasiswi yang saat ini sedang dalam tahap penyusunan skripsi itu, mengaku sering diperlakukan yang tidak seharusnya oleh dosen pembimbing skripsinya. Kasus pelanggaran akademik seperti ini, memang sering terdengar di beberapa fakultas. Pelecehan serupa pernah dialami mahasiswi Fakultas Sastra, Kelautan dan Perikanan, serta Pertanian dan Kehutanan. Belum lagi kasus tindak kekerasan oleh oknum dosen. Toh itu semua hingga kini, tak terdengar lagi bagaimana tindak lanjutnya. Kendati dalam konteks yang berbeda, namun, ada benang merah yang dapat ditarik dari kasus ini. Bahwa dosen memiliki posisi lebih menguntungkan, kerap kali memanfaatkan posisinya untuk mengambil keuntungan dari mahasiswa. Menyikapi hal ini, pimpinan Fakultas Ekonomi, Dr. Djabir Hamzah, MA segera mengambil langkah untuk memroses, dengan melimpahkan kasus ini untuk ditangani Komisi Disiplin fakultas. Mengantisipasi kasus-kasus semacam itu, Unhas kini telah menelorkan kode etik dosen Unhas No 8241/JO4.5/UM.14/1999. Isinya setiap dosen Unhas wajib melaksanakan tugas sesuai dengan keahliannya, dengan penuh tanggung jawab dan menghindarkan diri dari perbuatan tercela. Wajib menjadi contoh yang baik, bertanggung jawab mendahulukan pertimbangan- pertimbangan nalar daripada perasaan, serta bertindak lugas. Sanksi atas pelaggaran kode etik berupa peringatan lisan, peringatan tertulis, penundaan kenaikan pangkat dan pencabutan haknya sebagai dosen.
6
RAMPAI
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
Hadapi banyak kendala, UKM Hockey tak menyerah untuk berkarya
doku
men
tasi
LAPORAN UTAMA
7
“
Di dalam ruangan ujian tidak boleh ada mahasiswa yang bawa makanan, karena disitulah sebenarnya tanggung jawab fakultas,” Dr Mursaling Nohong SE MSi, Rabu (5/1).
prib adi
Wujudkan Visi Ditengah Keterbatasan
B
identitas NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017 identitas
anyak jalan Menuju Roma. Pepatah tersebut bisa memberikan motivasi kepada orang bahwa peluang menuju target dan tujuan yang hendak dicapai tidak pernah tertutup. Akan selalu ada jalan bagi yang berusaha. Itulah yang dibuktikan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Hockey Unhas. Meski UKM ini selalu menghadapi kendala. Tak menyurutkan langkah pengurusnya untuk terus memasyarakatkan olahraga yang berasal dari Negara Persia, namun mulai berkembang di Inggris ini sesuai dengan visinya. Selain itu, mempererat persaudaraan antar sesama mahasiswa, mencarikan peluang lapangan kerja bagi anggotanya, menjadi ikon utama olahraga Hockey di Indonesia Timur, mengembangkan dan membina olahraga Hockey serta pengaderan atlet adalah beberapa visi yang sedang berusaha diwujudkan oleh UKM yang telah terbentuk lebih
dari seperempat abad ini. Ketika diwawancarai, Marham selaku Ketua UKM Hockey periode 2016 bercerita tentang awal mula terbentuknya organisasi ini. “Dibandingkan dengan olahraga lain, hockey masih asing di telinga masyarakat khususnya di Sulawesi Selatan. Melihat fenomena itu, Unhas berniat untuk memasyarakatkan Hockey,” jelasnya, Sabtu (24/12). Alhasil, pada 9 September 1978 terbentuklah komunitas Hockey di kampus merah ini. Awal terbentuknya memperlihatkan eksistensi yang cukup baik dengan berhasil merekrut anggota sekitar 40 orang. Namun, mulai mengalami kemunduran saat anggota-anggotanya sudah tidak berstatus mahasiswa lagi. Ditambah dengan kaderisasi yang saat itu tidak berjalan dengan baik mengakibatkan vakumnya komunitas ini. UKM ini kemudian kembali aktif berkat usaha Mujahidin,
mahasiswa Fakultas Teknik Sipil angkatan 1987. Pecinta olahraga hockey ini merekrut anggota sebagai langkah awal. Sehingga cita-cita untuk mempopulerkan olahraga ini kembali dimulai. Kenyatannya, itu menjadi pekerjaan berat bagi komunitas ini. “Kendala terbesarnya yaitu anggota, karena memang permainan Hockey belum dikenal secara luas. Beda dengan olahraga lain. Apalagi komunitas Hockey seperti ini hanya di Unhas,” ujar ketua Marham, Sabtu (24/12). Demi mengatasinya, lelaki asal Enrekang ini bersama pengurus lainnya berinisiatif untuk mengubah pola penerimaan calon anggota. Jika dulu perekrutan hanya sekali diadakan dalam setahun, kini dilakukan dua kali. Adapun calon anggota membutuhkan waktu sepekan untuk menjadi anggota penuh. Mereka harus melalui beberapa tahap, seperti screening, mengikuti materi dasar bermain hockey, mengikuti praktek lapangan bermain Hockey,
dan Latihan Kepemimpinan. Selain sumber daya manusia, tempat latihan juga menjadi masalah serius sampai sekarang. Hakikatnya, permainan ini membutuhkan dua lapangan dengan ukuran yang berbeda. “Outdoor luasnya seperti lapangan bola, kemudian indoor yang seperti lapangan,” kata Mahram Sabtu (24/12). Ironinya, lapangan indoor tidak ada dan untuk outdoor kini tak bisa digunakan lagi. Sebab pembangunan Gelanggang Olahraga (Gor) yang mengambil sebagian wilayahnya. Sehingga, permainan yang melatih kerjasama tim ini sering menggunakan arena bola basket. Bahkan demi menyukseskan kejuaraannya, perkumpulan ini menggunakan dana UKM untuk memperbaiki Gor, dikarenakan pembangunannya yang sampai sekarang belum rampung. Ditengah keterbatasan anggota dan tempat latihan, pengurusnya tetap bersemangat mempopulerkan olahraga yang membutuhkan keseimbangan ini. Mereka melakukan segala upaya untuk menarik masyarakat, khususnya mahasiswa dalam mengglobalkan hockey. Hal ini terlihat dari perumusan program kerja, seperti mengadakan fun game yang dilaksanakan setiap tahun,
mengadakan kejuaraan nasional, sosialisasi ke sekolah-sekolah dan mengikuti kejuaraan. Jika melihat prestasi yang telah diraih selama ini, organisasi ini pun patut untuk diacungi jempol. Kejuaraan tingkat provinsi bahkan nasional telah berhasil didapatkannya. Seperti, Juara 2 Kabelvision International Hockey Festival Tahun 2003, mewakili Sulawesi Selatan diajang Indonesia Open Tahun 2011, Juara 1 Kategori Putra pada Kejuaraan Fun game Hockey Unhas Tahun 2016, dan Juara 2 kategori Putri pada Invitasi Hockey Ruangan antar Perguruan Tinggi se-Indonesia. Rencana terbesarnya yaitu mengadakan kejuaraan nasional pun telah terealisasi dengan Kejuaraan Hockey Ruangan antar Mahasiswa dan Club Se-indonesia di penghujung tahun ini. Terus berkarya, menghasilkan atlet berkualitas, mengharumkan nama tanah air, khususnya kampus merah ini menjadi harapan terbesar perkumpulan pecinta olahraga hockey ini. “Semoga UKM ini bisa melahirkan anggota atau atlet yang berkualitas dan dapat bermain di kancah nasional,” tutup Marham, Senin (26/12).n Sri Hadriana
identitas/rahima rahman
Instruksi Cegah Pungli Adanya surat edaran dan Tim Saber Pungli, harapan baru bagi mahasiswa agar tak terbebani lagi
P
raktik pungutan liar telah merusak sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Olehnya diperlukan suatu upaya pemberantasan secara tegas, terpadu, efektif, efisien, dan mampu menimbulkan efek jera. Berdasarkan hal tersebut, terbentuklah Peraturan Presiden RI nomor 87 tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli). Unhas sebagai salah satu institusi pendidikan yang ikut memberikan pelayanan publik pun diwajibkan untuk menerapkan aturan tersebut. Untuk itu Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengeluarkan surat edaran tentang penguatan pengendalian intern dalam rangka pencegahan praktik pungutan liar di lingkungan Unhas pada
14 Desember 2016. Surat tersebut berisi enam poin pokok yakni himbauan kepada para pejabat agar melakukan langkah-langkah pencegahan dan penindakan pungutan liar dalam pelaksanaan tugas maupun pemberian layanan di lingkungan unhas, meningkatkan pengendalian intern terhadap proses pelaksanaan tugas maupun pemberian layanan di lingkungan unhas, melarang mahasiswa membayar dan membawa bingkisan pada setiap tahapan penyelesaian studi, menginformasikan dan mengkomunikasikan surat edaran kepada seluruh pegawai di lingkungan kerja unit masing-masing, serta memasang banner di pintu utama Unhas sebagai tanda memasuki wilayah bebas pungli dan korupsi.
Tak hanya surat edaran, Rektor pun membentuk Tim Sapu Bersih Pungli yang diketuai oleh Sekretaris Universitas, Dr Ir Nasruddin Salam MT dan Sekretaris Tim dijabat oleh Kepala Biro Perencanaan dan Sistem Informasi, Drs Ahmad MSi. Dibantu oleh Wakil Rektor II, Prof Dr Syamsul Bachri SH MS dan Lembaga Satuan Pengawas Internal. Menangggapi surat edaran tersebut, Mahasiswa Fakultas Hukum Muhammad Nur Imam Martono berpendapat bahwa surat tersebut adalah reaksi tegas terhadap tindakan pungutan liar yang kerap menimpa mahasiswa. “Dalam beberapa kasus, demi kelancaran urusan administrasi ataupun akademik, mahasiswa menganggap pungli tersebut adalah harga yang pantas dibayar dan tidak
memberatkan. Bagi mahasiswa berekonomi kelas atas, itu adalah hal yang menolong. Namun bagi mereka yang kalangan ekonomi bawah, mau tidak mau meratapi repotnya pengurusan administrasi dan akademik,” paparnya, Selasa (3/1). Ia menambahkan, bahwa meski didasari semangat yang baik, universitas harus pula menjadi instrumen yang mampu mengawasi dan menindak tegas jika terbukti ada tindakan pungli. Menurutnya, universitas memiliki dua pilihan peran, yakni membiarkan pungli tetap ada dengan cara mengabaikan penindakannya ataukah menjadi instrumen yang berintegritas terhadap pemberantasannya. Adapun Muhammad Amri Murad, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam mengatakan bahwa keluarnya instruksi mengenai surat edaran rektor ini tak lain karena di Unhas rawan terjadi praktik pungli. “Edaran ini baik adanya, tapi instruksi tersebut perlu dijelaskan lebih detail mengenai seperti apa pungli itu dan kemana mahasiswa harus melapor saat mendapatkan tindakan pungli,” ujarnya, Rabu (5/1).
Sedangkan mahasiswa S2 Fakultas Teknik, Jurusan Teknologi Lingkungan, Ahmad Ashar Abbas sangat setuju dengan aturan itu terutama poin ketiga tentangan larangan mahasiswa membawa bingkisan. Ia berpendapat bahwa budaya membawa bingkisan yang kerap dilakukan oleh mahasiswa condong ke gratifikasi. “Dari situ kita belajar mengenai gratifikasi atau memberi sesuatu untuk mendapat imbalan. Kadangkala ada dosen yang meminta kepada mahasiswa tanpa melihat latar belakangnya,” ujarnya saat diwawancarai via line, Selasa (3/1). Dosen Fakultas Ekonomi, Dr Mursaling Nohong SE MSi juga mencela tindakan dosen yang mau saja pamrih saat menjalankan tugasnya. “Tidak boleh sebenarnya ketika kita berbicara etis. Sebagai contoh di dalam ruangan ujian tidak boleh ada mahasiswa yang bawa makanan, karena disitulah sebenarnya tanggung jawab fakultas,” tambahnya, Rabu (5/1). Ia kemudian menegaskan bahwa tanpa ada edaran rektor pun tetap tidak boleh ada pungutan liar.n
LAPORAN UTAMA
Taati Aturan atau Lanjutkan Tradisi? Seperti peribahasa enggang apa kepada enggang, orang apa kepada orang; menyuruh melakukan sesuatu hal, jauh lebih mudah daripada mengerjakannya.
T
ertanggal 14 Desember 2016 kemarin, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA telah mengeluarkan surat edaran tentang penguatan dan pengendalian intern, dalam rangka pencegahan praktik pungutan liar di lingkungan Unhas. Dengan nomor surat 50738/UN4.1/KP.25/2016 ini, tepatnya pada poin ketiga, disebutkan melarang mahasiswa S1, S2 dan S3 membayar dan membawa bingkisan pada setiap tahapan penyelesaian studi. Walaupun surat edaran itu telah berlaku agar ditaati bersama. Kenyataannya, masih saja ada mahasiswa yang menyiapkan tentengan ataupun hidangan saat ujian. Alasannya sederhana, sudah menjadi tradisi yang melekat di kalangan sivitas akademika kampus. Seperti yang masih dilakukan Riri Arianti Said. Padahal, fakultasnya telah menyiapkan konsumsi untuk tim pembimbing dan penguji. Bahkan, ada nominal dan sertifikasi bagi mereka. Sebab itu sudah tergolong sebagai tunjangan yang ditanggung
Uang Kuliah Tunggal pascasarjana, yang dibayarkan di tiap semester. Namun mahasiswa strata dua Ilmu Hukum Kepidanaan Unhas ini, masih tetap membawa hidangan, saat seminar proposal tesisnya, Jumat (23/12) lalu. Ia sempat diingatkan oleh dosen pembimbingnya bahwa sekarang mahasiswa tidak boleh begitu (red: bawa hidangan). Tapi Riri menganggapnya sebagai bentuk kecil ucapan terima kasih kepada dosen dan rekan yang meluangkan waktu untuk hadir. “Lagi pula, hidangan yang saya bawa itu untuk dimakan saat itu saja. Tidak untuk dibawa pulang,” ujarnya menanggapi, Selasa (3/1). Di lain kasus, ada yang merasa terjebak tradisi di jurusannya dan tak mau mengambil resiko. Sebab, menyiapkan makanan dan bingkisan menjadi hal yang wajib bagi beberapa dosen pembimbing dan penguji. Bahkan sedikit banyak dipercaya punya pengaruh terhadap penilaian saat ujian tugas akhir. Mahasiswi Fakultas Teknik Unhas yang tak ingin disebutkan naman-
ya ini, pun mengamini kebiasaan mengakar itu memberatkan bagi mereka yang punya bujet pas-pasan. “Dari tahap seminar pemetaan hingga ujian tugas akhir, rata-rata teman mahasiswa menghabiskan dana sebesar 2,5 juta per orang untuk bawa makanan dan bingkisan,” tuturnya. Meski telah mengetahui adanya larangan membawa bingkisan saat ujian, ia masih enggan untuk menjalankan aturan itu. Alasannya, ia belum lihat ada mahasiswa yang memulai menerapkannya. Saat surat edaran itu sudah keluar, teman seangkatannya pun masiih tetap membawa makanan dan parsel ketika ujian. Menurutnya, mahasiswa cari amannya saja, supaya tidak dipersulit nantinya. “Kita mahasiswa juga tidak mau terbebani. Apalagi saya, tidak mauka nanti nilaiku ditunda atau apa, benar-benar cari aman,” tambahnya, Rabu (4/1). Peristiwa itu jauh berbeda dengan keputusan Muh Nur Iman Martono. Mahasiswa Fakultas Hukum yang mencoba lepas dari jeratan akar tradisi, dengan menaati surat edaran.
Mahasiswa angkatan 2012 ini beren- merlukan sikap terbuka, pencarian cana tidak akan membawa bingkisan kebenaran menurut dalih ilmu pensaat ujian proposal, akhir Januari getahuan. Ia pun merasa adanya larangan nanti. Imam, merasa membawakan buku untuk pembimbing dan pengu- membawa tentengan pun sebenarnjinya itu lebih berharga, ketimbang ya harus mengikat dua pihak, maharus membawakannya bingkisan. hasiswa dan dosen. Dengan redaksi “Mungkin akan lebih berguna kalau yang mengikat kedua belah pihak. saya bawakan pembimbing dan pen- “Agar keduanya bisa sama-sama guji buku dengan judul tertentu. Se- mawas dan bergerak di latar yang bagai bentuk kritik kepada mereka sama, yaitu ilmu pengetahuan. Ada agar menjadi pengajar yang waras, benarnya otoritas ilmu pengetahuan ataupun tetap menjaga kewarasann- berada di pihak dosen. Tapi, ilmu ya, dalam memahami dan menerap- pengetahuan itu harus diselenggarakan konsep pedagogi dalam mendi- kan berdasarkan prinsip emansipasi. Memerdekakan semua pihak dari dik,” Ujarnya, Selasa (3/01) Ia juga berharap, sosialisasi surat ketidaktahuan,” tutur Alwy, Selasa edaran ini dapat tersampaikan ke (3/1). Maraknya mahasiswa yang memseluruh sivitas akademika unhas. Agar tujuan yang termuat di dalam- bawa bingkisan ke ruang ujian, di beberapa fakultas. Pun membuat nya dapat tercapai. Melihat fenomena yang kerap Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis terjadi ini, Alwy Rachman selaku (FEB), Prof Dr Gagaring Pagalung, budayawan menanggapi bahwa ke- MSi angkat bicara. Ia mengaku trabiasaan yang telah mengakar ini disi seperti itu tidak lagi berlaku di tidak bisa dianggap sebagai budaya FEB Unhas. Anggaran penyediaan kampus. Menurutnya, perguruan makanan saat ujian itu telah diurus tinggi ini sejatinya harus mengem- Wakil Dekan (WD) II. “Mahasiswa bangkan budaya yang membawa kan sudah bayar UKT, pokoknya nilai-nilai melampaui budaya etnik. diatur bagaimana caranya fakulWajar memang, jika saling memberi tas siapkan itu, tandasnya, Selasa bingkisan langsung di latar keke- (3/1).n rabatan kelompok sosial, tapi sama sekali tak patut kalau buTim Laput: daya ini dihidupkan di kampus. Koordinator: n Andi Ningsi Dosen Fakultas Ilmu Budaya n Ayu Lestari Unhas ini juga menambahkan, Anggota: n Khusnul Fadilah jika budaya kampus adalah n Riyami budaya publik, bukan budaya n Sri Hadriana etnik. Kampus juga berurusan n Rahima Rahman dengan pengetahuan yang me n Muhammad Abdul
Sanksi Tegas Semoga Tak Sekedar Janji Sanksi yang jelas dan tegas serta teknologi canggih, hendaknya seiring dengan komitmen bersama untuk memberantas pungli.
S
ebelum surat edaran rektor tentang penguatan pengendalian intern dalam rangka pencegahan praktik pungutan liar di lingkungan Unhas dikeluarkan, jauh sebelumnya telah ada Surat Keputusan (SK) terkait pungutan liar (pungli). “Dulu bukan pungli namanya tapi penyalahgunaan kewenangan, tapi sama saja namanya pungutan liar karena tidak berdasar pada aturan, sehingga oknum yang kemudian terlibat akan kami sikapi secara tegas,” ujar Ketua Tim Sapu Bersih Pungli, Dr Ir Nasruddin Salam MT, Jumat (30/12). Ia menambahkan bahwa nantinya akan disediakan contact person yang dapat dihubungi oleh orang-orang yang merasa dirugikan karena menjadi korban pungli. Adapun pemberian sanksi bagi pegawai dan dosen yaitu mengacu pada UU nomor 53 tahun 2010 tentang
disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). Terdapat tiga kategori sanksi yang akan dikenakan yaitu sanksi ringan, sedang dan berat. “Laporan terkait praktik pungutan liar akan ditindak lanjuti oleh pimpinan Unhas secara tegas melalui Tim Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli), dan jika cukup bukti akan dipanggil dan diselidiki lebih lanjut,” ujar Nasaruddin, Jumat (30/12). M Dahlan Abubakar selaku Kepala Humas Unhas pun menegaskan bahwa pelaku pungli akan ditindak tegas sesuai tingkat kesalahannya. “Hukuman yang diberikan mengacu ke SK rektor, tindakannya lebih ke sanksi administrasi, terkecuali ada unsur pidana seperti penipuan dan pemalsuan yang langgar hukum formal,” tuturnya, Kamis (29/12). Dahlan menambahkan bahwa pemecatan, penurunan pangkat, peringatan keras akan dilakukan
sesuai tingkat pelanggaran. Namun, terlebih dahulu akan dirapatkan Tim Saber Pungli untuk penindaklanjutan, kemudian diserahkan ke komisi disiplin universitas. Saat ini Tim Saber Pungli telah mengantongi daftar nama pegawai yang diduga melakukan praktik pungli. “Sudah ada beberapa pegawai yang diperiksa di Lembaga Pengawas Satuan Internal berkaitan dengan informasi yang masuk. Jadi, edaran ini bukan tidak jalan, tapi untuk mereka yang terkait kita jaga namanya karena ada praduga tak bersalah,” Ujar Nasaruddin, Jumat (30/12). Ia juga mengatakan bahwa dalam proses penyelidikan akan melibatkan teknologi canggih. Di unit Tim Saber, terdapat bagian dari sistem informasi yang menyiapkan komputer khsusus untuk menerima data. Komputer tersebut dihubungkan dengan handphone sehingga semua sms atau info yang masuk ke handphone yang dicurigai melakukan pungli bisa tercetak. Walau sudah ada sanksi jelas oleh pimpinan kampus, hal ini tidak cukup bila komitmen mahasiswa un-
tuk bersama menciptakan kampus yang bersih dari pungli tidak ada. Seperti diungkapkan oleh Dosen Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen Dr Mursalim Nohong SE MSi yang kecewa terhadap mahasiswa yang justru lebih memilih tertindas ketimbang melawan. “Saya pribadi menyambut baik edaran rektor dan rencana adanya call center yang bisa dihubungi mahasiswa, karena saat ini rasa takut mahasiswa ke dosennya lebih besar sehingga lebih memilih dikenai pungli, ketimbang bersatu untuk melaporkannya langsung,” ujarnya, Rabu (4/01). Berdasarkan kasus yang pernah didapatinya bulan Agustus kemarin. Dimana ada mahasiswa tak berani membungkam oknum yang telah melakukan pungli kepada dirinya. “Si mahasiswa dimintai dosennya membeli rokok dan bola lampu. Meskipun masalah kecil, tapi ini tak etis dilakukan seorang dosen. Si mahasiswa juga enggan menyebutkan nama pelakunya kerena takut dipersulit saat proses penyelesaian,” paparnya, Rabu (4/01). Walau ia tau adanya kasus pungli yang dilakukan oleh oknum, ia juga
tak berani melaporkan, berhubung karena permintaan mahasiswa bersangkutan agar kasus ini tak diungkit sebelum ia menyandang status sarjana. “Seandainya si mahasiswa berani menyebutkan identitas dosen bersangkutan, saya dampingi. Tapi dia tidak mau, lebih pilih diperas,” ujar Mursalim, (4/01). Tak hanya di Fakultas Ekonomi saja, hal serupa terjadi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, tepatnya di tahun 2015. Sejumlah mahasiswa yang sudah seminar proposal dan hasil dimintai uang seikhlasnya oleh panitia penyelenggara seminar hasil. Beruntung mahasiswa bersangkutan melaporkan kejadian ini. “Mereka cerita ke saya bahwa dirinya telah dimintai uang, sehingga saya langsung melaporkan ke ketua jurusan dan alhasil oknum tersebut langsung dipecat menjadi pengurus,” tutur Muhammad Amri Murad, mahasiswa Jurusan Kimia angkatan 2011 ini, Rabu (4/01). Sesuai dengan janji Ketua Tim Sapu Bersih bahwa setiap pelaku pungli akan ditindak secara tegas. Realisasi dari janji tersebut tentunya dinantikan oleh sivitas akademika Unhas agar kedepannya tak ada pungli lagi. Tak hanya itu, semua pihak harus saling bekerjasama demi berhasilnya aturan ini.n
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
9
9
Jangan Sampai Bingkisan Buat Tak Nyaman Pada 14 Desember Rektor Unhas mengeluarkan surat edaran tentang penguatan pengendalian intern dalam rangka pencegahan praktik pungutan liar di lingkungan Unhas. Salah satu poinnya melarang mahasiswa membawa bingkisan pada setiap penyelesaian tahap studi. Bagaimana sebenarnya awal mula tradisi bingkisan itu ada dan bagaimana Unhas menindaklanjuti aturan tersebut ? Berikut kutipan wawancara tim laporan utama dengan Dr. Ir. Triyatni Martosenjoyo, M.Si. Sejak kapan sebenarnya awal mula tradisi bawa bingkisan ? Mengenai waktunya, saya tidak begitu ingat. Yang jelas, tradisi bawa bingkisan itu sebenarnya dimulai oleh Jurusan Arsitektur. Waktu saya ketua himpunan, ujian alumni pertama arsitektur itu saya seksi konsumsi. Karena ujiannya dari pagi sampai malam. Yang ujian itu tidak mau repot. Mereka patungan dan meminta tolong himpunan untuk menyediakan konsumsi. Saat itu cuma nasi bungkus dan air minum. Dari situ berkembang ada kuenya , lamalama ada bingkisan. Berlanjut, kayaknya dianggap kewajiban. Kalau tidak bawa merasa tidak enak. Nah, itu sudah tidak wajar. Makanya di arsitektur pelanpelan dihilangkan. Tetapi setelah di arsitek hilang, malah ditiru di tempat lain dan malah lebih mewah lagi. Rektor sudah mengeluarkan surat edaran dalam rangka mencegah terjadinya pungutan liar dan salah satu poinnya adalah melarang mahasiswa S1, S2 dan S3 untuk membawa bingkisan pada setiap tahapan
penyelesaian studi. Bagaimana pendapat Anda ? Dari dulu itu sudah dilarang. Saya salah satu orang yang memfoto ketika dosen mendapat bingkisan dan saya publish. Banyak yang marah karena merasa di permalukan. Sepanjang itu bukan pemaksaan, tidak berlebihan, dan tidak ada yang meminta bingkisan tertentu misalnya maka tidak ada apa-apa. Lantas bagaimana dengan konsumsi yang disediakan oleh mahasiswa ?
Sebenarnya ujian itu adalah rapat. Selama ini banyak yang salah persepsi. Jadi konsumsi itu harusnya disediakan oleh unit kerja bukan oleh mahasiswa . Selama ini selalu disediakan oleh mahasiswa akhirnya institusi lupa bahwa itu kewajibannya. Apapun yang namanya rapat, yang membayar adalah institusi yang bikin rapat. Cuma kita sudah terlena karena mahasiswa yang membiasakan bawa makanan. Dari dulu itu kalau rapat dikasih minum, snack. Kalau mau mewah, susah juga karena ada batasan anggaran
Lantas apa yang harus dilakukan ? Aturan itu dibuat tujuannya supaya kita tidak bertransaksi. Harus ada kesadaran bahwa proses belajar mengajar itu mandiri dan tidak terpengaruh dengan bingkisan atau makanan. Tanya hati nurani kita, kalau itu sudah belebihan, kita sudah tidak nyaman. Jangan sampai itu bisa mempengaruhi nilai atau keputusan pada saat ujian. Gunakan asas kepatutan saja. Kalau saya bukan fokus kepada membawa, Tapi lebih kepada jangan sampai mahasiswa menghabiskan waktu untuk kegiatan diluar akademik. Dia harusnya belajar tapi malah sibuk cari dan beli kue dan bingkisan misalnya. Jadi waktunya dihabiskan untuk kepentingan menyenangnyenangkan dosen. Itu membebani. Seharusnya antara mahasiswa yang bawa atau tidak, tak ada bedanya. Akademik tidak boleh dicemari dengan hubungan ‘transaksi’. Jangan sampai
berpengaruh pada kemandiriaan dosen dalam bersikap. Itu yang dijaga. Jangan berlebihan, pekalah mengggunakan hati nurani melihat fenomena ini. Saat ini menurut keterangan Ketua Tim Sapu Bersih Pungutan Liar, sudah ada daftar nama dosen atau pegawai yang diduga melakukan praktik pungutan liar. Bagaimana pendapat Anda ? Bagus dan harus didukung oleh segenap pihak. Harus konsisten. Yang penting juga berkesinambungan. Jangan panaspanas tahi ayam. Kesadarankesadaran itu dijaga. Jangan karena ada kasus, Semangat buat aturan tapi kedepannya tindaklanjutnya kurang. Unhas harus menyelesaikan komitmen yang dibuatnya untuk mencegah pungutan liar.n
Data Diri Nama lengkap : Dr Ir Triyatni Martosenjoyo, MSi Riwayat Pendidikan : n n n n Organisasi : n n n
SMAK Cendrawasih Makassar S1 Arsitektur Unhas S2 Ilmu Lingkungan S3 Antropologi Budaya Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur Unhas Pembina UKM Pramuka Unhas Pendiri Komunitas Peduli Bangunan Tua Makassar
Pekerjaan : n n n n
na
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
identitas
/sri hadria
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
identitas
8
identitas
identitas
Dosen Jurusan Arsitektur Unhas Kepala Laboratorium Perancangan Arsitektur Antropolog Praktisi Reiki
10 KORIDOR Catatan diskusi ketiga oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar bekerja sama dengan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI), Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (Mampu), dan Australian Government. Mengangkat tema “Membangun Perspektif Peliputan dan Penulisan Berita Isu Perempuan dan Anak”. Berlangsung di Gedung Lantai Dasar Ipteks
IPTEKS
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
Lemahkan Bakteri TB dengan Rosella
Unhas, Sabtu (24/12).
Kesetaraan Gender dalam Media Massa MEDIA massa sebagai penyaji informasi, tiap saat akan selalu memberitakan berbagai macam perkara. Biasanya informasi dan kejadian akan diolah oleh kuli tinta dan diramu sedemikian rupa menjadi sebuah fakta. Kasus kekerasan, tindak kriminal, korupsi, dan penipuan sudah menjadi hal yang selalu akan diberitakan. Namun, terlepas dari banyaknya kejadian tersebut, gender sebagai masalah klasik sejak dahulu juga tidak terlepas dari pemberitaan. Adanya ketidaksetaraan gender telah menjadi momok yang belum mendapat solusi nyata hingga sekarang. Perempuan selalu menjadi tokoh sentral dalam masalah ini. Gender bukan hanya dilihat dari seberapa banyak jumlah narasumber perempuan dalam sebuah berita, bukan pula seberapa besar perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang menjadi pusat pemberitaan. Akan tetapi, juga dari berapa jumlah perempuan yang menjalankan tugas sebagai seorang wartawan ataukah seberapa banyak perempuan yang mengirimkan tulisannya ke media massa. Dalam dunia jurnalistik, ditemukan bahwa perempuan memiliki persoalan yang tidak sedikit, antara lain kesempatan yang diberikan kepada perempuan untuk menjadi jurnalis, upah yang layak, serta perlindungan dalam pekerjaan. Sebuah berita berpotensi untuk membentuk opini masyarakat. Sehingga perlunya media massa dalam membangun perspektif gender yang sesungguhnya. Perspektif yang dimaksudkan agar terjadi kesamaan bagi perempuan maupun laki-laki dalam menggunakan hak dan kemampuannya dalam memberikan kontribusi sosial, politik, dan budaya terhadap lingkungan sekitarnya. Berita yang sering menjadikan perempuan sebagai objek, misalnya pada kasus kekerasan terhadap perempuan. Seorang wartawan yang handal haruslah pandai memilih sudut pandang, cara penokohan, cara penyampaian fakta dan nada pemberitaan yang membahas tentang perempuan. Ketika media massa tidak memahami tentang kesetaraan gender, pada akhirnya akan menghasilkan pemberitaan yang bias terhadap perempuan dalam media massa. Sehingga peran yang dimiliki setiap perempuan sulit ditemukan. Contohnya saja pemberitaan yang masih kurang mengenai pemimpin maupun ilmuan perempuan. Wartawan yang menyajikan informasi sebagai pencari dan penulis berita, harus terbuka dan mengetahui isu gender yang sedang berkembang agar dalam penulisan berita tidak terjadi bias gender. Bias yang dimaksud merupakan suatu pandangan dan kondisi yang memihak serta merugikan salah satu gender. Salah satu cara untuk mengurangi bias gender yaitu dengan mendorong jurnalisme berprespektif gender. Jurnalisme yang berperspektif gender diartikan sebagai kegiatan atau praktik jurnalistik yang selalu menginformasikan atau mempermasalahkan dan menggugat secara terus-menerus, baik dalam media cetak, maupun elektronik adanya hubungan tidak setara atau ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan. Dalam menulis pemberitaan tentang perspektif gender, tak melulu harus dimonopoli oleh perempuan. Laki-laki pun bisa memiliki perspektif ini sepanjang ia mengetahui permasalahan yang ada dan melihat konstruksi ketimpangan dalam berbagai bidang terkait dengan perbedaan identitas laki-laki dan perempuan. n Nurwahida
identitas/sri hadriana
TANAMAN bernama ilmiah Hibiscus sabdariffa ini biasanya dimanfaatkan sebagai teh. Manfaatnya bagi kesehatan tak diragukan lagi. Hingga Ayu Wijaya, mahasiswa pascasarjana Farmasi Unhas ini meneliti kegunaannya sebagai obat penyakit Tuberkulosis (TB). Dari hasil survei yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia, menjelang Hari Tuberkulosis sedunia 24 Maret lalu. Jumlah kasus baru TB di tanah air ini diperkirakan mencapai satu juta kasus per tahun atau naik dua kali lipat dari estimasi sebelumnya. Indonesia pun melonjak ke posisi kedua, negara dengan kasus TB terbanyak setelah India. Dalam rangka meminimalkan kasus TB yang cukup besar itu, para tim medis menggunakan obat antibiotik. Golongan obat yang berfungsi untuk melemahkan dan mematikan bakteri. Namun sayangnya, pengobatan dengan antibiotik membutuhkan waktu sangat lama. Bahkan membuat tubuh penderita kebal dari obat-obat TB. Terutama obat TB, Isoniazid dan Ripamfisin. “Nah, kalau sudah tidak mempan yang lini satu. Mau tidak mau harus melangkah ke penggunaan obat TB
lini dua yang efek sampingnya lebih berbahaya bagi penderita,” tutur Ayu, sapaan akrabnya. Agar masalah resistensi terhadap obat dapat diminimalkan, maka ia melakukan penelitian dengan memanfaatkan tanaman Rosella. Herba yang berkhasiat sebagai antimikrobakterium. Kandungan senyawa antosianin dalam kelopaknya merupakan sumber antioksidan, yang dapat mengganggu pertumbuhan bakteri TB. “Senyawa itulah yang kemudian dikombinasikan dengan Isoniazid. Guna menurunkan dosis maksimum obat dan mengurangi resiko terjadinya resistensi.” Proses penelitian ini dimulai dengan uji aktivitas anti tuberkulosis, melalui metode proporsi menggunakan medium Lowenstein-Jensen (L-J). Ekstrak air kelopak Bunga Rosella dan Isoniazid ditimbang dan dicampurkan dengan medium L-J pada konsentrasi yang berbeda. Sebagai variabel kontrol, dosen tetap Stikes Amanah ini pun membuat medium L-J tanpa ekstrak Rosella dan medium L-J dengan Isoniazid. Bakteri Mycobacterium tuberculosa uji, kemudian dimasukkan ke masing-
masing media. Lalu diinkubasi pada inkubator CO² suhu 37ºC selama empat minggu. Pengamatan jumlah koloni bakteri dilakukan setiap hari selama 8 hari mulai minggu ketiga sampai minggu keempat. Dalam proses memantau perkembangan aktivitas bakteri TB, perempuan yang juga alumnus Universitas Pancasakti Makassar ini harus bersabar mengantri giliran untuk meneliti. Secara ia meneliti di Laboratorium Kesehatan Makassar. “Tempat penelitiannya kurang efektif. Banyak pasien yang periksa lab, jadi harus menunggu antrian untuk meneliti,” keluhnya, Kamis (29/12). Kesimpulannya, penelitian dibawah bimbingan Prof Dr Gemini Alam Msi Apt dan Dr Hj Sartini Msi Apt ini, menunjukkan bahwa ekstrak air kelopak Bunga Rosella mempunyai efek mematikan dan mencegah pertumbuhan bakteri penyebab TB. Dari risetnya ini, kedepan Ayu Wijaya berharap dapat menguji secara klinis dosis kombinasi Isoniazid dan ekstrak kelopak Rosella yang aman bagi manusia.n Ayu Lestari
11
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
AKADEMIKA Bapak Fisika Indonesia BEBERAPA bocah Papua yang dianggap paling bodoh dibawa ke Jakarta ternyata bisa menguasai materi pelajaran kelas 1-6 SD hanya dalam masa enam bulan pelatihan, terlebih mampu menjuarai Olimpiade Sains dan Matematika Asia. Salah satu dari mereka bahkan pernah tinggal kelas selama empat tahun saat duduk di bangku kelas dua SD namun mampu menjuarai Kompetisi Matematika dan Robot Nasional. Sosok di balik hal luar biasa ini tak lain ialah Prof Yohanes Surya PhD. Seorang fisikawan Indonesia kelahiran Jakarta, 6 November 1963. Ia juga dikenal sebagai pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Baginya, seluruh anak di Indonesia tidak ada yang bodoh, melainkan tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dengan metode yang baik pula. Maka dari itu ia memperkenalkan metode pembelajaran Gampang, Asik dan Menyenagkan (Gasing) dalam memahami fisika. Tercatat sekitar 68 buku yang sudah ia tulis untuk para pelajar Indonesia dengan menerapkan konsep itu. Tak hanya dalam bentuk tulisan, metode pembelajarannya itu ia digitalisasikan dalam bentuk CD ROM dan melalui program Televisi di Indonesia. Selain metode tersebut, ia menciptakan pemahaman yang kemudian dikenal dengan konsep Semesta dan Mendukung (Mestakung) yang ia tulis dalam “Mestakung The Secrets”. Konsep ini menjadi kunci sukses keberhasilannya selama ini, membawa para pelajar Indonesia menjuarai berbagai kompetisi. Selain kepada siswa, ia juga aktif memberikan pelatihan kepada para guru untuk menerapkan metode pengajaran tersebut. “Mencerdaskan kehidupan bangsa,” merupakan salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Nampaknya, kesadaran menjadi warga negara yang baik telah mendorongnya untuk terus mendedikasikan dirinya dalam dunia pendidikan. Semua tentu memiliki pangkal bagaimana ia bisa berkiprah sejauh ini. Berawal ketika ia menjadi kandidat doktor di College of William and Marry, Amerika Serikat dan melihat pengumuman akan diadakannya Olimpiade Fisika International (IPhO- International Physics Olympiad ke-24). Ia pun bersama seorang rekan meminta bantuan kepada Universitas Indonesia, universitas tempat ia menimba ilmu sebelum hijrah ke Negeri Paman Sam, untuk menyeleksi lima orang yang kemudian akan diberangkatkan ke Amerika, lalu ia bimbing untuk mengikuti olimpide tersebut. Hasilnya, salah satu siswa atas nama Oki Gunawan berhasil menyabet medali perunggu untuk Indonesia kala itu. Kemenangan ini kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Tahun 1994 setelah memperoleh gelar PhD dengan predikat cum laude, Yohanes pulang ke tanah air untuk mengabdikan diri di dunia pendidikan Indonesia dan memimpin TOFI. Tahun 2006, penulis buku Ayo Bermimpi ini, kembali membawa salah satu binaannya meraih predikat juara dunia pada IPhO ke-37 di Singapura, atas nama Jonathan Pradana Mailoa. Namun, semua pencapaian tersebut tak dirasa puas. Baginya, juara dunia hanyalah satu langkah menuju hal yang lebih besar lagi. Tujuan utamanya yakni mengembangkan fisika menjadi pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Sementara, cita-cita terbesar pria yang aktif di berbagai organisasi internasional salah satunya Board member of the International Physics Olympiad ini, yakni ada perwakilan Indonesia yang meraih penghargaan tertinggi dalam bidang Fisika, Nobel.n Dhirga Erlangga
12
CIVITAS
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
Menghukum Pengkritik Presiden Oleh : Achmad Hidayat
Menanti Kualitas Setelah Perubahan Status
A
“Intinya Lephas telah siap menjadi Unit Pelaksana Teknis. Akan ada perekrutan pegawai baru dan akan mendapat anggaran rutin setelah peresmian tersebut” (Drs Yohanis Sattu)
identitas/rahima rahman
Mencetak : Seorang pegawai Lephas sedang mencetak buku wisuda, Rabu (4/1). April 2016 lalu, lembaga ini telah mendapat mesin cetak baru dengan kualitas yang lebih bagus.
D
ulu, pada awal-awal didirikan, Lembaga Penerbitan Unhas (Lephas) menjadi primadona di kalangan sivitas akademika. Setidaknya, inilah lembaga percetakan perguruan tinggi pertama di luar Pulau Jawa. Mahasiswa dan dosen berbondong-bondong menerbitkan bukunya di lembaga ini. Ratusan bahkan ribuan buku mampu dicetak oleh lima mesin cetak yang ada. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi mesin yang sudah tua bahkan rusak pada beberapa bagian, membuat kuantitas dan kualitas cetak menurun. Tak ada dana rutin untuk perawatan serta dana terbatas oleh universitas, membuat Lephas tak bisa memperbaiki kualitas diri. Hal ini karena Lephas merupakan lembaga non-struktural Unhas dimana biaya operasionalnya tidak berada dalam tanggungan universitas. Sehingga Lephas harus tertatih untuk masalah ini. Satu per satu penggemarnya pun mulai melirik dan berpaling ke percetakan luar yang lebih bagus. Hingga akhirnya, Lephas hanya menerima pesanan untuk pembuatan buku mata kuliah umum dan buku wisuda
Unhas. Tak lagi dari mahasiswa, pun dengan dosen yang tinggal beberapa masih memercayakan cetak bukunya pada Lephas. Namun, kabar gembira datang pada April 2016 lalu. Lembaga Penerbitan Unhas (Lephas) telah memiliki mesin cetak baru yang lebih baik. Dibanding dengan mesin sebelumnya yang hasilnya hanya bisa hitam putih. Adanya pengadaan mesin cetak baru membuat percetakan yang telah berdiri sejak tahun 1956 ini sudah tidak mengalami masalah saat mencetak. “Kini kami tidak perlu bekerjasama dengan percetakan luar untuk membuat cover buku yang kita cetak,” terang pengelola Lephas, Basuki Harianto, Jumat (23/12). Pengadaan mesin baru juga membawa semangat baru bagi para pegawai Lephas. Hal tersebut dikarenakan para dosen Unhas kembali mempercayai Lephas dalam mencetak buku. “Ada peningkatan pemesanan. Jika sebelumnya hanya buku wisuda yang rutin dicetak serta satu atau dua buku dosen, sekarang sudah ada tujuh buku yang telah dicetak diluar
buku wisuda,” tambah Basuki. Meski begitu, ternyata kabar baik ini hanya diketahui oleh segelintir orang. Seperti Prof Dr Iqbal Burhanuddin M Sc M Fish yang mengatakan baru mengetahui jika Lephas sudah memiliki mesin baru dan bisa mencetak cover juga. Selama ini ia hanya mengetahui jika buku yang dicetak Lephas jumlahnya terbatas dan hasil yang hitam putih. Karenanya, ia memilih mencetak bukunya di luar seperti di Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor dengan kualitas yang jauh lebih bagus. “Sampai dengan buku ketujuh saya lebih memilih mencetak buku di percetakan luar,” ucap Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan ini, Jumat (23/12). Selain masalah kualitas, terlihat kurangnya sosialisasi menjadi salah satu faktor mengapa Lephas belum banyak diminati. Tak ada publikasi yang gencar dilakukan, hanya mengandalkan spanduk yang dipasang di depan dengan tulisan bahwa mereka menerima pesanan percetakan. Banyaknya sivitas akademika Unhas yang lebih memilih mencetak bukunya di luar ditanggapi oleh Di-
“
memiliki dana rutin. “Memang ada isu kalau akan jadi UPT, kami sementara menunggu. Kita Cuma bekerja, kalau masalah pembenahan itu memang tugasnya dari atas,” ujar Alwy, Selasa (27/12). Drs Yohanis Sattu selaku Kepala Keuangan Bagian Anggaran Masyarakat pun angkat bicara. “Tahun 2017 sudah ada anggaran untuk Lephas. Tapi, kalau masalah kepastian, intinya Lephas telah siap menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT). Akan ada perekrutan pegawai baru dan akan mendapat anggaran rutin setelah peresmian tersebut,” paparnya, Jum’at (23/12). Dengan menjadi UPT diharapkan Lephas bisa mengalami kemajuan baik dari segi kualitas maupun sumber daya manusia. Sehingga memudahkan dosen dalam mencetak bukunya Bukankah universitas mengharuskan dosen dan guru besar memilki karya ilmiah, salah satunya yaitu buku.n
“Memang ada isu kalau akan jadi UPT, kami sementara menunggu. Kita Cuma bekerja, kalau masalah pembenahan itu memang tugasnya dari atas,” ujar Alwy, Selasa (27/12).
rektur Lephas, Drs Alwy Rachman, Dipl TEFL. “Tidak ada larangan, apalagi paksaan untuk para dosen dan guru besar untuk mencetak bukunya di percetakan luar. Masing-masing memiliki hak untuk memilih,” kata Alwy, Selasa (27/12). Meski begitu, kualitas percetakan tetap perlu mendapat perhatian khusus karena Lephas adalah satu aset Unhas. Apalagi tahun ini Unhas berencana untuk menjadikan Lephas sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang nantinya akan
Rra
lkisah, ada sebuah negara kecoa berkembang bernama Coronesia yang sedang gegap gempita oleh urusan kopi oplosan yang dicampur kapur ajaib. Nama presidennya adalah Horib Gandola, seorang kecoa yang tidak punya potongan menjadi presiden. Horib berasal dari kalangan pekerja, awalnya hanya sebagai buruh di tempat pengumpulan makanan (jika tidak ingin disebut mencuri dari meja makan manusia). Namun keuletannya dalam bekerja membuatnya begitu dihormati oleh kecoa-kecoa pekerja lain dan para kecoa atasan. Singkat cerita, posisi Horib kemudian sedikit demi sedikit mengalami kenaikan dan akhirnya menjadi pemimpin tempat pengumpulan makanan. Sosoknya yang ramah dan begitu akrab dengan para kecoa bawahan membuat media massa Coronesia menganggapnya sebagai salah satu tokoh masa depan negara. Asal tahu saja, di dunia bawah tanah Coronesia, makanan adalah hal paling penting dan harus selalu ada. Sehari saja tidak tersedia, maka para warga negara kecoa menggila kemudian membakar dan menjarah toko persediaan makanan dari retail asal negara Coroncis atau Cororika. Dulu, Horib senang berjalanjalan tanpa pengawalan pengawal dan biasa berbincang dengan rakyat-rakyat kecoa biasa yang dia temui dalam perjalanan. Padahal untuk kecoa pejabat seukurannya (pemimpin pengumpul makanan Coronesia bukan jabatan yang main-main, setara menteri urusan pangan), fasilitas mewah sudah tentu jadi hal yang mudah. Hal itu membuatnya dikenal secara luas karena membumi, sehingga tidak sulit bagi partainya yang berlambang kecoa bertanduk untuk menarik suara dan dukungan dari rakyat kecoa. Horib tak tahu politik, namun mengiyakan saja ketika ditawari menjadi presiden Coronesia. Dalam hemat pemikirannya (jika tidak ingin disebut lugu), menjadi presiden berarti bisa berjalan-jalan ke luar negeri dan memperbanyak kenalan dari kalangan militer dan pengusaha. Namun belakangan ini Horib tidak habis pikir kenapa belakangan ini banyak kritik yang dilayangkan kepadanya. Semenjak jadi presiden, Horib belajar menerima kritik dengan lapang dada. Bahkan semua berita surat kabar yang mengkritiknya dia gunting kemudian ditempel di kantor kepresidenan Coronesia tempatnya bekerja. Katanya agar suara rakyat yang dia baca juga sebagai bahan introspeksi. Namun di internet (jangan
heran, kecoa disini juga sudah hobi selfie) ada seseorang bernama Morju yang seringkali membuat berita mengenai dirinya yang digambarkan tidak becus menangani negara. Ibukota kebanjiran, dibilang salah Horib, padahal ada walikota dan dinas tata kota yang punya tugas tersebut. Krisis ekonomi, dibilang Horib biang keladinya, padahal menteri ekonomi sudah pusing tujuh keliling dan setengah mati melindungi Coronesia dari akibat krisis ekonomi asal negara maju Cororika. Singkat kata, semua salah Horib. Dengan kebiasaan mengkritiknya, ada desas-desus mengatakan Morju malah dapat orderan dari lawan-lawan politik presiden Horib untuk mengkritiknya (kadang menghinanya) maksimal tiga kali seminggu. Horib sering curhat kepada penasihat presiden mengenai kritik (dan kadang hinaan) Morju. “Aku tidak habis pikir, kenapa Morju tidak pernah berbicara baik mengenai aku, ya?” tanya Horib sembari memakan pisang goreng di kantor presidennya sore itu. “Wah, saya tidak tahu, pak. Tapi yang saya tahu, intel bilang Morju sering bertemu lawan politik bapak.” jawab si penasihat. “Apa Morju bergabung dengan mereka?” tanya Horib lagi. Menghela nafas, si penasihat menjawab “Tidak, pak. Bukan karena Morju tidak tahu berpolitik, tapi dia ingin fasilitas wifi super cepat di kontrakannya sebagai syarat.” Presiden hanya terdiam. Si penasihat juga tahu Horib sudah melakukan apa pun untuk negaranya, tetapi Morju dan pengikutnya di internet selalu menganggapnya tidak becus dalam memimpin Coronesia. “Yah, seandainya Morju tahu betapa repotnya menjadi presiden…” kata si penasihat sambil menyesap kopi buatan barista kantor presiden. Horib yang mendengarnya tiba-tiba duduk tegak seolah punggungnya habis disetrum listrik. Matanya berbinarbinar, antena kecoanya bergoyanggoyang. Horib dapat ide! “Kumpulkan staf dan menteri secepatnya! Undang juga wartawan! Ada yang harus saya umumkan!” perintahnya. “Ba…baik, pak”, si penasihat kuyu melihat pisang goreng hangat itu malah bersisa. Malam itu, semua staf dan menteri bertanya-tanya kenapa ada rapat mendadak. Bisik-bisik terdengar. “Mungkin bapak mau ganti menteri!”, kata seorang wartawan. “Tidak mungkin reshuffle, dua bulan lalu kan sudah?” “Lah, kalau begitu apa?”
13
CERPEN Semua orang hanya bisa menerka. Sesaat kemudian presiden Horib masuk ruangan konferensi pers, kilatan kamera para wartawan sontak bekerja bersamaan. Beberapa menit kemudian, tanpa basa-basi dan kata pengantar, presiden Horib berpidato. “Seperti yang kita tahu bersama, negara Coronesia adalah negara yang menjunjung demokrasi. Semua orang memiliki hak untuk memilih dan dipilih, memimpin dan dipimpin. Maka untuk besok, saya cuti sehari penuh dan menyerahkan tugas kepala negara dan kepala pemerintahan kepada Morju.” Morju kemudian muncul dari pintu ruangan, berjalan dan mengambil tempat di samping podium untuk berdiri. Seolah ini semua sudah direncanakan. Semua terkejut. Staf terkejut, menteri terkejut, warga negara Coronesia terkejut. Morju akan menjadi presiden untuk satu hari? Luar biasa! Tukang kritik jadi presiden! Ternyata, sore tadi Horib memerintahkan pengawal presiden untuk menjemput Morju di kontrakan kecilnya yang terletak di daerah pinggiran ibukota. Ketika diberitahu mengenai rencana menjadikannya presiden sehari, Morju tidak mau dengan alasan membuang-buang waktunya untuk internetan. Tapi ketika dijelaskan bahwa kantor presiden dilengkapi fasilitas wifi super cepat, Morju langsung mengiyakan, segera mengemas pakaian dan laptopnya menuju kantor presiden. Morju malam itu tidur di kamar yang biasa ditempati presiden Horib untuk istirahat. Tidak ada hal lain yang dipikirkan oleh Morju kecuali wifi super cepat yang bisa dia leluasa gunakan, mengunduh apapun yang dia mau. Pagi-pagi sekali, Morju terbangun oleh ketukan pintu penasihat presiden. “Ada apa sih? Orang masih mau tidur, ini juga masih jam setengah 6 pagi!” hardiknya pada si penasihat. “Maaf, pak presiden Morju. Duta besar kita di Cororiah menelpon, penting. Warga negara kita disandera oleh kelompok teroris dan kini mereka meminta tebusan.” “Kenapa tidak bayar saja mereka? Kan masalah bisa langsung selesai?” kata Morju sambil mengucek mata. “Pak, mereka teroris, mereka tidak akan berhenti mencari orang untuk disandera dan dimintai tebusan karena itu yang menjadi sumber pembiayaan mereka.” “Kalau begitu pakai uang negara! Jangan ganggu tidurku!” teriak Morju sembari membanting pintu kamar. Bersambung... Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2013
PUISI Serdadu Para Penguasa Oleh Nurlatifah Amu LUBANG jalan yang nampak menganga dekat trotoar Garis putih zebra cross yang berubah abu-abu Dan lampu lalu lintas yang kini cuma memiliki dua mata Menjadi potret beringasnya alur kehidupan manusia Padang ilalang yang tumbuh gagah berani Kini hanya bisa mengintip di petak-petak tanah kosong Para pasukan daun bahkan telah bersiap untuk gugur Mereka beramai-ramai menyentuh tanah yang mulai diaspal Berevolusi dengan tuntutan zaman pra penjajahan Malah melahirkan monster-monster tak terawat Dan membungkam mulut burung-burung cantik itu Digantikan suara bising dari mesin yang terus dinyalakan Bahkan raksasa jalanan mulai menguasai tiap sudut kota Asap tebal dengan warna yang pekat beradu dengan hembusan angin Polusi menyusuri tiap ruas jalan dan bertengger dimana-mana Negeri ini dikepung oleh serdadu para penguasa Bagaimana cara mengembalikan potretmu yang hilang ? Di tengah hiruk pikuk peradaban dunia yang mencekik Jangan kau tanyakan pada semesta Tapi tanyakan kepada penguasa yang bertahta itu Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan Departemen Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2016
Pencipta dan Pembunuh Oleh Wiwiniarmy Andi Lolo SAAT hari menjelang pagi Matahari mengendap dalam gelap Bersua ia dengan sang bayu Yang memendam rindu kepada senja Saat hari menjelang malam Rembulan merangkak di balik matahari Bersua ia dengan sang senja Yang meredam kasih kepada bayu Bertanyalah matahari tentang senja Pun rembulan tentang bayu Mereka bertutur sama: Aku mendengar Kisah, bukankah ia teramat indah? Bayu mengadu kepada Apollo Senja mengadu kepada Artemis Namun mata keduanya buta Mereka sangsi: Apollo dan Artemis adalah pembunuh Penulis adalah Mahasiswa Departemen Sastra Inggris Angkatan 2013 Anggota UKM Menulis Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unhas Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan Panjang Naskah 2 Halaman, Spasi satu, Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas di bukuidentitas@gmail.com Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.
14
RESENSI
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
Buah Reportase Rasa Sastra Judul Buku: Pembunuhan di Ladang Tebu Penulis: Oryza Ardyansyah Wirawan Genre: Non Fiksi Ukuran: 12x18 cm, xxviii+136hlm Cetakan: Pertama, Oktober 2016 Penerbit: Gading Publishing dan Kalatida.com
INI kisah tentang kehidupan seorang pejuang sekaligus petani tebu, yang sepanjang hayatnya dibayangi kematian beruntun keluarga besarnya. Hingga sampai pada waktu ia sendiri harus mati, di ujung badik gerombolan perampok. Berita kematiannya pun menyedot perhatian masyarakat Semboro, Jember. Bahkan sempat menjadi persoalan berskala nasional. Banyak orang yang ingin membaca kabar kematian tragis petani tebu yang disegani itu. Buku nonfiksi karya Oryza Ardiansyah Wirawan ini pun hadir dalam empat bab untuk mengisahkannya. Bab pertama menceritakan
firasat seorang anak dan perampokan misterius yang menjemput nyawa seorang petani tebu. Kedua, tentang latar belakang tokoh utama dan kisah kematian yang pernah terjadi di keluarganya. Ketiga, paparan masalah pergulaan di tingkat nasional dan lokal Jember, serta perjuangan si petani tebu dalam melawan politik curang Pabrik Gula. Bagian terakhir menampilkan usaha anak dari tokoh utama dalam mengungkap motif dan pelaku pembunuhan ayahnya. Dalam pembuatan buku ini, awalnya penulis hanya memenuhi permintaan Mochammad Ali Fikri. Seorang kawan karib yang menginginkan dirinya menulis biografi tentang Rofik Nurhuda Sutrisno, ayah yang dirasa tak akan lama lagi meninggalkan dunia.
Namun belum selesai buku itu dibuat, terjadi perampokan yang menghabisi hidup Sutrisno, sang pejuang dan petani tebu itu. Oryza yang kala itu berprofesi sebagai wartawan Radar Jatim pun ditugaskan untuk meliput peristiwa itu. Kegiatan liputan kembali membangkitkan semangatnya, untuk menuntaskan penulisan biografi Sutrisno yang sempat terhenti. Setelah kurang lebih enam tahun melakukan reportase mendalam terhadap kasus kriminal itu. Pria yang sekarang menjadi jurnalis Beritajatim.com ini, akhirnya telah memenuhi permintaan Fikri dengan terbitnya buku “Pembunuhan di Ladang Tebu” ini. Sebuah pelaporan berita mendalam yang ditulis dengan gaya penulisan
Tak melulu orang ‘besar,’ bahkan orang ‘biasa’ sekalipun, punya tempat penting dalam narasi pemberitaan—Oryza Ardiansyah Wirawan, penulis buku Pembunuhan di Ladang Tebu
jurnalisme sastrawi yang mengalir. Buku setebal 136 halaman ini adalah contoh, bagaimana jurnalisme mampu menyajikan berita peristiwa secara mendalam, menarik, dan membuat seseorang memutuskan untuk meneruskan bacaan. Hasil reportase dan wawancara yang dilakukan penulis buku “Tobacco Man,” tak sekadar menampilkan berita mengenai 5W+1H. Namun, ia berhasil membangun alur, menampilkan adegan, mengembangkan karakter, membuat dialog dan tentu saja bercerita. Sehingga tak salah jika karya jurnalistik ini disebut sebagai “novel nonfiksi.” Sekalipun karyanya nampak seperti novel. Peraih penghargaan jurnalistik Prapanca 2010 ini tetap memerhatikan etika jurnalisme: kebenaran, kejujuran, verifikasi,
independensi, dan lain-lain. Sebab ia menampilkan fakta, bukan karangan atau hasil meraba-raba dan mengira-ngira. Serangkaian prosedur penyelidikan, investigasi yang panjang dan melelahkan telah dilakukannya. Kelengkapan dan keterincian data jurnalistik pun terlihat dari ulasan seputar pergulaan Indonesia. Namun dibalik kelebihan isi, yang mampu membuat pembaca seperti menonton sebuah film, ada lubang cerita yang masih menuai tanya. Khususnya terkait motif pembunuhan Sutrisno, yang terasa belum tuntas. Secara keseluruhan, bagi Anda yang menyukai kisahkisah investigatif, buku ini cocok untuk dikoleksi. Selamat membaca!n Riyami
CERMIN
IPK Versus Organisasi meninggalkan organisasinya dengan alasan akan mengganggu nilainya. Bahkan secara langsung menyalahkan organisasi ketika melihat nilainya yang rendah Sungguh miris! Padahal IPK bukanlah segalanya. Saya jadi teringat pesan dari Anies Baswedan “IPK yang tinggi itu hanya mengantarkan sampai meja wawancara, namun sukses pascawawancara ditentukan oleh pengalaman organisasi dimana kita menjalankan banyak peran dan relasi.” Untuk memilih antara akademik dan organisasi memang sangat susah. Fokus akademik tidak menjamin kehidupan setelah kuliah. Apalagi untuk fokus hanya di organisasi, tidak mungkin bisa lulus kuliah kalau hanya mengurus organisasi. Apalagi ancaman birokrasi terhadap mahasiswa yang selalu membantah tidak segansegan untuk mengeluarkan surat
skorsing bahkan Drop Out (DO). Aturan dari kampus yang sangat ketat, seringkali membuat mahasiswa, mau tidak mau lebih memilih untuk fokus ke akademik dibandingkan berorganisasi. Banyaknya ancaman serius membuat beberapa mahasiswa sangat patuh, bahkan tidak pernah mau merasakan yang namanya organisasi. Ditambah lagi iming-iming beasiswa kepada mahasiswa yang lulus dengan IPK tinggi juga menjadi salah satu alasan, mahasiswa jadi berlomba-lomba untuk menyelesaikan studinya di bawah waktu empat tahun dengan melupakan organisasi. Lulus dengan IPK tinggi tidak menjadi penentu suksesmu di masa depan, tidak adanya jaringan akan membuat mahasiswa kesusahan mencari lowongan pekerjaan. Maka sangat penting untuk mencari jaringan di luar, karena
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
FISHERIES Diving Club (FDC) Universitas Hasanuddin rayakan tahun baru dengan aksi nyata, yakni transplantasi karang, di Pulau Bontosua, Kecamatan Liukang Tumpabiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Aksi ini dilakukan sebagai upaya restorasi terhadap ekosistem pesisir yang mengalami degradasi. Dipromotori oleh CV Development Consultant (DECO), kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, Kamis-Sabtu (29/12/2016-1/1/2017) dengan tema “One Coral For a Million Life”. Adapun item kegiatannya meliputi mobilisasi peserta dan pelaksana, media transplantasi, pembukaan kegiatan sekaligus sosialisasi, penurunan media, serta penanaman bibit karang. Berbagai elemen masyarakat turut hadir dalam acara pembukaan kegiatan ini. Pun dengan Rusdi, Amd selaku Kepala Desa yang menyampaikan apresiasinya pada Mahasiswa Perikanan Unhas karena telah menyelenggarakan kegiatan ini. “Dengan harapan yang tinggi, semoga kegiatan ini dapat berkelanjutan dan seluruh lapisan masyarakat dapat ikut serta dan berpartisipasi aktif di seluruh rangkaian pelaksanaannya,” ujar Rusdi dalam sambutannya. Ketua Umum FDC Unhas periode 2016-2017, Muhammad Ikbal pun turut menyampaikan harapannya. “Semoga kegiatan restorasi ini dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan serta terkhusus bagi masyarakat dan nelayan Pulau Bontosua”. Citizen Reporter Fadhli Insani Ihsan
MINING Engineering Student Parade And Competiton (MineSpace II) 2016 yang dilaksanakan oleh Persatuan Mahasiswa Tambang (Permata) Teknik Pertambangan Unhas, berlangsung Kamis-Sabtu(15-17/12). Pembukaannya berlangsung pukul delapan pagi dan bertempat di Fakultas Teknik Unhas (FT), Kampus Gowa. Kegiatan ini bertemakan
Rahima Rahman secara tidak langsung mereka yang akan membantu kalian nanti. Kembali lagi teringat cerita dosen ku. Ia bercerita bahwa dulu karena jaringan yang diperoleh dari temannya di fakultas lain, ia mendapat info lowongan kerja. Dari situ saya lebih yakin, bahwa memang kita harus mempersiapkan semuanya dari sekarang, karena dunia kerja tak hanya mengandalkan IPK. Semua
harus diiringi dengan pengalamanpengalaman berorganisasi dan lainnya.n Penulis adalah Mahasiswa Departemen Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2015 Fotografer PK identitas Unhas 2016
15
KAMPUSIANA
Rayakan Tahun Baru dengan Transplantasi Karang
Permata FT Diiikuti PT Se-Indonesia
“Bergaul jangan sebatas teman yang ada di fakultas saja, coba jalan-jalan ke beberapa fakultas yang ada di Unhas, jalin silaturahmi yang baik dengan mereka, maka kau akan mendapatkan jaringan ketika kau selesai nanti.” Kata-kata dari dosen Oseanografi saya ini membekas dalam ingatanku.
MENGENAL seseorang dari fakultas lain, tentunya harus melalui organisasi. Tetapi sebagai mahasiswa yang belum lama mengecap dunia kampus seringkali diperhadapkan pada dua pilihan. Akademik atau organisasi? Membuat kedua pilihan ini beriringan tentulah tak mudah. Perlu manajemen waktu yang sangat mumpuni untuk menjalankan keduanya. Sehingga seringkali sebagai mahasiswa kita diperhadapkan pada beberapa pilihan. Menjalankan salah satu atau menyeimbangkan keduanya. Menjadi mahasiswa semester tiga mungkin menjadi masa galau memilih antara keduanya. Apalagi belakangan ini terlalu banyak suara sumbang yang ku dengar dari beberapa temanku karena Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menurun, bahkan sangat drastis. Banyak mahasiswa yang aktif berorganisasi tiba-tiba ingin
identitas
“Mining For Nation”. Acara ini memilki beberapa event, seperti Paper Competition, Poster Competition, Seminar Nasional, Mine Competition (Writing Teks, Vulcan, Crushing And Grinding, Bench Blasting, Hand Mucking, Panning, Water Quality Analysis dan Rock Identification) dan Field Trip. Pesertanya berasal dari beberapa perguruan tinggi di Indoneisa, yakni Universitas Triskati, Universitas Brawijaya, Institit Teknologi Sepuluh November, Universitas Muslim Indonesia, Universitas Pembangunan Nasional dan Universitas
identitas/rahima rahman
Wisuda : Berbeda dengan acara wisuda lainnya, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini , mahasiswa baru angkatan 2016 menyambut dan mengiringi seniornya yang telah di wisuda menuju BEM FMIPA, Rabu(21/12).
Mahasiswa Strata Dua Sastra Inggris Adakan The Annual Seminar MAHASISWA Program Pascasarjana Sastra Inggris Unhas mengadakan Seminar Nasional yang bertemakan “The Annual Seminar On English Languange Studies” di Aula Prof Mattulada Fakultas Ilmu Budaya Unhas (20/12). Kegiatan ini dihadiri sebanyak 212 peserta dari berbagai perguruan tinggi, diantaranya Universitas Gajah Mada, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Makassar, Sekolah Tinggi Agama
Pejuang Republik Indonesia, masing-masing universitas memiliki 3 delegasi. Andi Alam Sabir selaku Pengelohan Media Partner Mine Space II mengharapkan kegiatan ini terus diadakan setiap tahun dan memiliki partisipan setiap tahunnya terus bertambah dari seluruh Indonesia. “Event ini sangat berbeda dengan kegiatan lomba ilmiah di Indonesia karena pada lomba ini lebih fokus pada lomba bidang pertambangan pada skala nasional” ujar Andi, Kamis (15/12). Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Dekan Tiga FT, Daeng Paroka, ST MP PHD berharap “Mine Space ini terus berlanjut dan memiliki mutu kompetisi yang tinggi dan banyak yang terlibat dalam event ini” sebutnya, Kamis (15/12). (M43)
KK Fosil Adakan Civil Saves Coral
KELOMPOK Khusus Forum Studi Interaksi Lingkungan (KK Fosil) Himpunan Mahasiswa Sipil Fakul-
Islam Negeri Pare-Pare. Selain itu, juga dihadiri delegasi dari luar negeri seperti Kanada, Spain, Prancis dan Australia Adapun pemateri kegiatan adalah Prof Drs H Burhanuddin Arafah, MHum PhD, lalu pemateri luar negeri Mr Sean Turner dan Christopher A Woodrich. Acara ini menghadirkan pertunjukkan Mulitietnis Dance Oleh Kosaster dan Sinrili oleh Arif Rahman Dg Rate. Dalam sambutannya Burhanuddin selaku Dekan Ilmu Budaya Unhas sekaligus membuka aca-
tas Teknik Universitas Hasanuddin (HMS FT-UH) mengadakan kegiatan Civil Saves Coral (CSC) yang diselenggarakan selama dua hari Sabtu-Minggu, (17-18/12) di Pulau Lamputang, Kabupaten Pangkep. Ada empat rangkaian acara dalam kegiatan ini. Pertama, sosialisasi bersama masyarakat pulau lamputang dan mahasiswa/peserta CSC tentang terumbu karang, pelestarian terumbu karang dan factor-faktor penyebab terjadinya terumbu karang, dilaksanakan Sabtu, (17/12) pada pukul 15.00-17.00 WITA. Dalam kegiatan tersebut juga disampaikan keluhan masyarakat akan adanya nelayan dari pulau lain menggunakan pukat harimau. Kedua, di hari yang sama dilanjutkan dengan kegiatan malam yakni tudang sipulung mahasiswa dan masyarakat, kemudian nonton bersama yang dimulai pada pukul 20.00 sampai 11.00 WITA. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka membangun silaturahmi antara anggota HMS FT-UH dengan warga. Ketiga, kegiatan bersih-bersih pu-
ra berharap, agar mahasiswa Sastra Inggris Unhas tetap dapat mengikuti perkembangan zaman “dan mereka juga dapat melanjutkan Program Magister ke kanca Internasional seperti China, Australia, Amerika Serikat.” Waode Surya Darma Mahasiswa S2 sastra Inggris Angkatan 2015 juga ikut berharap semoga acara ini lebih sukses lagi kedepannya “acara ini bukan hanya ajang untuk mengadakan seminar tetapi event ini juga untuk menghadirkan kembali Alumni ILS,” ujar ketua panitia tersebut, Selasa (20/12). (M43)
lau dilakukan oleh mahasiswa peserta CSC, dimulai pada pukul 06.3009.00 WITA pada Minggu, (18/12). Keempat, di hari yang sama pula berlanjut kegiatan transplantasi karang yang berlokasi kurang lebih 150 meter dari pantai, dilaksanakan pada pukul 09.00-11-30 WITA. Bertujuan untuk untuk melestarian ekosistem terumbu karang. “Kami ucapkan banyak terimakasih kepada pihak Marine Science Diving Club, teman-teman dari MAPALA09, dan masyarakat Pulau Lamputang Pangkep yang telah membantu dalam menyukseskan kegiatan ini, ucap Ketua Teamwork Civil Saves Coral, Albert Nataniel. Citizen Reporter Ahmad Tapa
Himbio Gelar Sekolah Hilir di Pulau Lakkang
SEJAK 19 November 2016 lalu, Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas
yang diwakili oleh bidang Hubungan Masyarakat (Humas) mulai mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lakkang, di Pulau Lakkang, Kecamatan Tallo, Makassar. Kegiatan yang bernama Sekolah Hilir (Himbio Literasi) ini, diadakan setiap hari Sabtu, sekali dalam dua pekan. Merupakan upaya dalam mewujudkan kembali peran mahasiswa biologi dalam meningkatkan kemampuan diri dan terlibat secara langsung melalui proses interaksi pendidikan. Sesuai dengan temanya “Back to Nature For Better Education”, bentuk pengajaran yang diberikan kepada siswa SDN Lakkang berbasis Adiwiyata, yakni mengajak siswa untuk lebih banyak beraktivitas di luar ruangan. Para siswa diajarkan untuk dapat mengetahui pentingnya kebersihan lingkungan dan kebersihan diri sejak dini. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk dapat mengolah sampah anorganik, mengetahui tumbuhan sekitar yang dapat dimanfaatkan, dan outbound yang menjadi kegiatan akhirnya. Syahrul Gunawan selaku ketua panitia mengharapkan panitia mampu mengajar para siswa dengan baik. “Selain itu kami juga berharap agar siswa SDN Lakkang ini dapat memiliki wawasan terbuka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Harapan kami yang lain, agar kegiatan yang kami laksanakan ini mampu menyadarkan para dermawan untuk membantu mereka agar dapat melanjutkan pendidikan,” kata Syahrul mengakhiri wawancara, Selasa (3/1).(Mal)
Dialog Akhir Tahun Bersama BEM dan Alumni FMIPA
MENGANGKAT tema “Menggagas Pemimpin Muda di Era Digital”, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bersama dengan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) MIPA gelar Dialog Akhir Tahun di Lantai Dasar Science Building Unhas, Kamis (29/12/2016). Kegiatan ini dihadiri oleh para alumni FMIPA, seperti Irwan Patawari, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan, Lutfi Nugraha, Kepala Perusahaan Daerah Rumah Pemotongan Hewan Antang, Nirwan Ilyas, Dosen Jurusan Matematika FMIPA dan beberapa alumni lainnya. Bentuk kegiatan berupa diskusi antara alumni dengan mahasiswa baru 2016. Salah seorang panelis menjelaskan bahwa, selama ini yang dilakukan manusia kebanyakan berdiskusi melalui media social. “Padahal kebutuhan manusia untuk bersosialisasi tidak sesederhana itu. Mereka juga perlu untuk bertatap muka agar terjalin emosional yang kuat,” kata Irwan Patawari, Kamis (29/12).(Mal)
16
JEJAK LANGKAH
identitas
NO. 872, TAHUN XLIII, EDISI AWAL JANUARI 2017
Bisnis, Sarana Membangun Kepedulian
S
ejak kecil, laki-laki pemilik nama lengkap Muhammad Zulkifli AlQowy Yusring bercita-cita menjadi pebisnis. Hal inilah yang membuatnya peka melihat peluang usaha, hingga membuat coklat dari bahan dasar talas. Pria kelahiran Makassar, 4 April 1997 ini pun memberi label usahanya ‘Cookies Pacco’. Pemanfaatan talas menjadi bahan dasar kue ini berawal saat mahasiswa jurusan Teknik Informatika menghabiskan waktu liburannya di kampung ayahnya. Tepatnya di Desa Bontoduddung, Kabupaten Gowa. Tanaman berdaun menyerupai hati ini tumbuh subur di kebun keluarganya. Namun, mereka memicingkan mata atas tanaman umbi-umbian ini. Begitupun dengan petani lokal, lebih memilih menanam jagung ketimbang talas. Bahkan mereka menjadikan talas sebagai sumber pangan pilihan terakkhir. “Ada istilah, jika sudah tidak ada makanan lain, baru mereka makan talas,” ungkap pria yang akrab disapa Qowy ini, Selasa (27/12). Padahal menurutnya, talas akan mendatangkan untung yang lebih besar dibanding jagung. Pertama, karena modal untuk menanam jagung lebih besar jika dibandingkan dengan talas. Jagung menggunakan pupuk anorganik sedangkan talas tidak. Sementara, jika dipasarkan harga jagung lebih murah. “Saya cari tahu, ternyata harga jagung satu kilogram, seribu enam ratus. Sedangkan talas, dua ribu lima ratus,” kata pria yang fasih Bahasa Inggris dan Arab ini, Selasa (2/12). Kedua, interval tumbuh jagung cukup panjang dibanding talas. Hal inilah yang ia anggap sebagai penyebab petani masih berada di bawah garis kemiskinan. Prihatin dengan keadaan tersebut dan juga karena kecintaannya terhadap kuliner ia pun memutar otak untuk bisa memanfaatkan peluang besar dari tanaman yang dianggap hama oleh petani ini. Akhirnya, mahasiswa angkatan 2014 ini kemudian mencoba membuat masakan dari bahan dasar talas, seperti membuat bakso dan onde-onde. Meski awalnya tidak mendapat respon baik dari
isti
usahanya. Ide untuk membuat usaha tersebut tak datang begitu saja. Anak kandung pasangan Yusring Sanusi Baso dan Annisa Johani ini terinspirasi dari penduduk di Pulau Jawa yang telah lama memanfatkan tanaman ini.
me
wa
ayah dan petani di daerahnya, Qowy tetap melanjutkan
Keripik talas, dodol talas, tepung talas, dan enyek-enyek talas sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Jawa. Hal seperti itulah yang diharapkan oleh pria yang baru saja mengikuti program pertukaran pelajar di Jepang ini, pada para petani di desanya.
Kreativitasnya dalam mengolah talas ternyata didukung oleh ibunya yang juga gemar membuat kue. Bahkan berkat sang ibu lah, muncul ide membuat coklat olahan dari tanaman ini. Tapi, hal pertama yang harus dituntaskan yakni menghilangkan rasa gatal pada talas
ini. dan akhirnya berhasil dalam waktu kurang lebih tiga bulan percobaan. Keberhasilan coklatnya ini pun kemudian ia bawa ke kompetasi Teras Usaha Mahasiswa (TUM) yang diselenggarakan oleh Unhas tahun 2015 lalu. Hasilnya, ia keluar sebagai juara pertama kategori sosial. Kemudian pada tahun 2016 lalu, ia juga sempat mengikutkan coklat buatannya dalam ajang Sulawesi Economic Development Strategy Project by Humberbusiness School and Gouvernament du Canada. Tak disangka, lagi-lagi juara pertama berhasil diraihnya. Tak hanya juara-juara tersebut yang ia peroleh atas usaha coklatnya. Lulusan SDIT Arrahmah Makassar ini, bahkan telah mampu membayar uang kuliahnya sendiri berkat penghasilan dari kafe-nya. Kafe yang ia beri nama “Café Pacco” ini, awalnya merupakan tempat yang dipinjamkan oleh pihak Unhas sebagai modal awal untuk menjalankan bisnis coklatnya setelah menjuarai TUM. Ketertarikannya pada dunia bisnis memang sangat besar meski tak memiliki hubungan erat dengan disiplin ilmu yang ia jalani sekarang. Bagi alumni MAN Insan Cendekia Gorontalo ini, menjadi pebisnis tak mengenal apa disiplin ilmunya. “Komputer itu hanya sebagai hobi. Dari dulu saya berkeinginan jadi pengusaha,” ungkapnya, Selasa (27/12). Ia pun memadukan hobi dan cita-citanya ini dengan mencoba membuatkan website untuk produknya sebagai media promosi. Sebagai pebisnis muda, berbagai inovasi akan ia ciptakan dari sesuatu yang tak ada harganya jadi berharga,” jelas Qowy, Selasa (27/12). Di masa depan, ia juga berharap agar produknya bisa masuk majalah bisnis dan finansial yang didirikan di Amerika Serikat yakni Forbes Magazine dan dapat dikenal dunia. Meski berusaha keras untuk menggapai cita-cita besar tersebut, ternyata hal itu bukanlah prioritas utamanya. Membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat miskin adalah alasan ia memulai bisnis. Bahkan untuk saat ini ia mulai memberdayakan enam orang petani talas, serta tiga orang yang dijadikan pegawai di rumahnya untuk membantu bisnis coklatnya. “Bisnis bukan masalah uang, membantu orang lebih utama,” kata Qowy mengakhiri wawancara.n Sri Hadriana