PK identitas Unhas 2021

Page 1

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

Alumni di Fase Kritis Jalan meniti karier alumni kian ditantang di tengah kepungan pendemi Covid-19. PHK terjadi di mana-mana, sarjana baru merana. Wansus Jangan Takut Divaksin Lanjut hal 3 Jeklang Mengabdikan Diri dalam Tulisan Lanjut hal 16

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021


DARI REDAKSI

2 TAJUK

KARIKATUR

KOSAKATA

Soft Skill Baru di Masa Pandemi TAK ada yang siap dengan datangnya pandemi. Kehadirannya bak petir menyambar di tengah terik siang hari. Tak terkirakan. Semua sektor jadi kalang kabut dalam menghadapi situasi ini termasuk sektor industri. Hal tersebut berdampak pada banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Indonesia. Dilansir dari tirto.id Kementerian Ketenagakerjaan mencatat ada 1, 79 juta buruh terdampak pandemi Covid-19 hingga 27 Mei 2020 lalu. Bahkan perusahaan sekelas Gojek dan Grab turut melakukan PHK terhadap karyawannya. Masih dilansir dari tirto. id, Gojek merumahkan sembilan persen karyawannya atau sekitar 430 orang pada Selasa (23/06/2020). Sedangkan Grab telah lebih dulu mengistirahatkan lima persen atau sekitar 360 karyawan. Angka tersebut tentu menjadi mimpi buruk bagi para wisudawan atau wisudawati yang baru saja meraih gelar sarjana. Harapan dan peluang mendapatkan pekerjaan menjadi lebih kecil dibanding saat pandemi belum terjadi. Ya, pandemi ini menjadikan tantangan para alumni dua kali lipat lebih rumit. Kerumitan situasi bagi alumni yang sekarang patut menjadi contoh bagi mahasiswa yang masih berusaha meraih gelar sarjana. Mengaktifkan diri di organisasi, misalnya. Kemampuan memimpin, memecahkan masalah, dan lebih kreatif adalah keterampilan yang masih banyak dibutuhkan oleh industri. Organisasi dapat menjadi salah satu cara untuk melatih dan mengasah keterampilan tersebut. Sambil melakukan inovasi dan penyesuaian terhadap tuntutan di masa pandemi seperti saat ini. Semisal menguasai beragam teknologi informasi yang kini menjadi basis media paling banyak digunakan. Selaras dengan kesadaran mahasiswa untuk terus meningkatkan kualitasnya, sudah seharusnya kampus turut hadir dalam mendorong dan menyediakan wadah bagi mahasiswa dan alumni. Program-program yang telah ada tentu memerlukan inovasi dan kebaruan yang sesuai dengan tuntutan saat ini. Sebagai universitas terbaik di Indonesia Timur, Unhas mesti mengerahkan segala daya upaya untuk menyiapkan para mahasiswa dan alumni.

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

Amerta : Abadi Aksa: Jauh Derana: Tabah Kulminas: Puncak Renjana: asa sakit yang kuat ILUSTRASI/HANNA KANAYA

Kakus: Kloset Khalis: Suci, Jujur

SURAT DARI REDAKSI

Jatmika: Sopan Suryakanta: Kaca pembesar Taksa: Ambigu Undagi: Tenaga ahli Jenggala: Hutan Niskala: Abstrak Lembayung : Warna IDENTITAS/NUR AINUN AFIAH

Diskusi: Kru bersama senior identitas, Supratman berdiskusi mengenai rencana pembuatan buku Rektor Unhas 1987-1997, Prof Basri Hasanuddin MA. Sebelum itu, Prof Basri meminta kru untuk dibuatkan buku tentang dirinya

Kekuatan Bekerjasama

M

asih ingat dengan serial adopsi aksi Jepang, super sentai? Yup, Power Rangers menceritakan lima pahlawan super kuat untuk melawan monster yang selalu mengganggu kedamaian kota. Para pahlawan ini memiliki karakter dan kekuatan yang berbeda-beda, seperti ada bisa memanipulasi elemen ataupun tidak terlihat. Selain itu, setiap ranger memiliki senjata uniknya masing-masing, bisa digabungkan untuk melawan musuh yang lebih banyak dan kuat. Di identitas, Jajaran Atas (Jartas) diibaratkan sebagai para rangers tersebut, berperan utama menjalankan dan menjaga meja redaksi berjalan dengan

semestinya, terutama menerbitkan koran tepat waktu. Selain itu, identitas mulai merambat ke beberapa platform online dengan kondisi sumber daya manusia yang minim menjadi tantangan dan musuh terbesar di kepengurusan ini. Jartas harus benar-benar bisa bekerjasama satu sama lain untuk menuntaskan permasalahan demi menghasilkan produk berita yang berkualitas untuk pembaca. Edisi perdana di Tahun Kerbau Logam ini, identitas menyajikan laporan utama tantangan lulusan Unhas selama masa pandemi. Selain itu ada penambahan rubrik, seperti kosa kata, dan katalog film yang bisa dijadikan referensi. Selamat membaca!

merah campur ungu Jumanta : Langit, Udara Litani: Doa yang diucapkan bersamasama Adiwarna: Indah sekali Candala: Rendah hina

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu Anggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi  Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Wandi Janwar Koordinator Liputan: Urwatul Wutsqaa Litbang SDM: Arisal Litbang Online: Sri Hadriana Litbang Data: Hafis Dwi Fernando Staf Penyunting: Andi Ningsi, Ayu Lestari, Khintan, Fatyan Aulivia, Fitri Ramadhani Fotografer: Santi Kartini Artistik dan Tata Letak: Alfianny Maulina (tidak aktif), Badaria Iklan/Promosi: Muh. Irfan (tidak aktif) Reporter: Muh. Syahrir (tidak aktif), Melika Nur Jihan (tidak aktif) Tim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa  Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com Tarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Januari 2021 Ilustrasi : Hanna Kanaya Layouter : Badaria


WANSUS

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

3

Jangan Takut Divaksin

Setelah pemberian vaksin, tidak serta-merta seseorang kemudian tidak terkena Covid-19. Bisa saja mendapatkan paparan, meski dengan gejala yang lebih ringan dan lebih terkendali.” Bagaimana Anda melihat program vaksinasi yang dilakukan pemerintah? Program vaksinasi Covid-19 adalah salah satu program pelengkap dalam upaya pengendalian pandemi. Program ini perlu didukung kalangan kampus sebagai salah satu ikhtiar baik pemerintah, dalam memberikan perlindungan jangka panjang bagi penduduk. Tahapan vaksin tentunya juga disesuaikan dengan studi kelayakannya seperti kesiapan logistik, sumber daya manusia, mengawasi dan evaluasi.

ISTIMEWA

Nama Lengkap: Prof Dr Ridwan Amiruddin SKM MKes MSc PH Tempat dan Tanggal Lahir: Soppeng 27 Desember 1967 Pendidikan S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (1991) S2 Epidemiologi Universitas Indonesia (1994) S2 Public Health Leadership Griffith University Australia (2008) S3 Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2007)

P

rogram vaksinasi yang digalakkan pemerintah resmi berlaku, Rabu (13/01) setelah Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang divaksin. Namun tak semua orang menyambut baik program tersebut. Banyak masyarakat manaruh curiga hingga menolak ikut divaksin.

Lantas seberapa penting vaksin dalam menekan penyebaran virus Covid-19? Seperti apa harusnya menyikapinya? Berikut kutipan wawancara reporter identitas Arisal bersama dosen Epidemiologi Unhas, Prof Dr Ridwan Amiruddin SKM MKes MSc PH, Rabu (13/01).

Seberapa besar dampak vaksin dalam menekan penyebaran virus? Dalam sejarah, memang belum ada pandemi yang berakhir karena vaksin. Pandemi sebelumnya, membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menghasilkan vaksin. Sekarang kondisi berubah drastis, karena ini bersifat darurat jadi memakai pendekatan kedaruratan kesehatan masyarakat. Jadi uji cobanya juga bersifat paralel. Maka bisa menghemat waktu, tidak perlu membangun opini keraguan untuk produksi vaksin, semua ini berbasis ilmu pengetahuan yang sistematik terukur. Ini semua berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia kedokteran dan virologi, serta kolaborasi antar ilmuan. Apakah setelah terlaksananya vaksinasi di Indonesia, masyarakat dapat kembali ke gaya hidup normal? Meskipun masyarakat sudah divaksin, penyebaran virus akan tetap berlangsung namun dalam skala yang dapat dikendalikan. Kita masih butuh beberapa tahun, sambil menunggu terbangunnya imunitas kelompok, terbentuknya kultur baru yang pro sehat. Vaksin Sinovac ini memberikan efikasi atau kemanjuran sebesar 65,3%, jadi masih dapat ditoleransi dan menurut WHO diatas 50% pada situasi pandemi boleh diedarkan. Vaksinasi ini akan berdampak baik bila diberikan secara simultan dan dapat mencakup sekitar 70% dari populasi, untuk terbentuknya imunitas komunal. Jadi tidak menutup kemungkinan bila cakupan vaksin ini cukup besar, tentu akan memberikan perlindungan yang maksimal bagi masyarakat. Setelah divaksin, seberapa besar potensi seseorang kebal dari virus Covid-19?

Setelah pemberian vaksin, tidak sertamerta seseorang kemudian tidak terkena Covid-19. Bisa saja mendapatkan paparan, meski dengan gejala yang lebih ringan dan lebih terkendali. Membangun kekebalan seseorang sangat subjektif dan sangat ditentukan oleh beberapa faktor misalnya metabolisme individu, nutrisi, umur, seks, etnik, fisiologi. Selain itu, pada situasi serangan Covid-19 yang sangat hebat dibutuhkan banyak amunisi untuk bertempur. Jadi jangan hanya mengandalkan vaksin. Selain vaksin, apa yang mesti diandalkan? Jadi pengendalian Covid-19 seperti umumnya mitigasi wabah, perlu dilakukan pertama kontrol agen virus dengan mengisolasinya, melemahkannya atau membasminya. Kedua, memperbaiki kualitas hidup dengan nutrisi yang baik, istirahat yang cukup, dan berpikiran positif. Ketiga, ciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi virus untuk berkembang dengan tidak membuat kerumunan, menata tempat kerja yang berjarak. Secara singkat dikemas dalam program Tracing (pelacakan), Testing (Pengujian), Isolasi dan Treatment. Kemudian untuk level individu dengan 3M, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Bagaimana dengan masyarakat yang telah divaksin, tetapi mendapat efek negatif? Setiap vaksin ada efek sampingnya, karena itu pelajari efek sampingnya. Dari hasil uji coba tahap tiga, tergambar ada efek samping ringan, dan tidak signifikan terhadap masalah kesehatan responden. Itu juga sebabnya diberlakukan kriteria inklusi dalam pelaksanaan vaksinasi ini. Vaksin ini diperkenalkan ke dalam tubuh seseorang untuk memberi respon agar tubuh memproduksi antibodi untuk melawan corona. Sehingga pada saat ada paparan virus Covid-19 dari luar, tubuh mampu mengenali dan memberi respon perlawanan sehingga tidak berdampak buruk bagi yang bersangkutan. Bagaimana seharusnya kampus terlibat dalam vaksinasi ini? Pihak kampus sebagai kelompok terdidik harus menjadi pelopor membantu pemerintah dalam mengendalikan pandemi Covid-19, termasuk dalam pemberian vaksinasi.


OPINI

4

D

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

Sarjana Pengangguran

i perguruan tinggi, terdapat perdebatan ideologis tentang bagaimana universitas mencetak sarjana ideal. Apakah lulusan sarjana harus sesuai dengan kemauan dunia industri atau seorang sarjana sepatutnya dibentuk sebagai pemikir, pelopor, dan penggerak perubahan yang bebas berkarya? Singkatnya ia tidak hanya mengadu nasib di meja job fair kampus. Bila perguruan tinggi sebagai produsen tenaga kerja siap pakai, maka basis rumpun ilmu murni tak lagi relevan untuk dipertahankan, seperti Sosiologi, Sejarah, Antropologi, Filsafat, dan Sastra adalah contoh jurusan yang mesti dikurangi atau ditutup. Karena tidak kompatibel dengan permintaan pasar yang membutuhkan lulusan ilmu terapan atau praktis. Kampus yang melahirkan pemikir dan penggerak perubahan, mitra kritis dan independen, maka harga yang harus dibayar adalah tidak diliriknya mereka dari dunia industri. Untuk apa mempekerjakan lulusan sarjana kritis jika nantinya sulit dieksploitasi oleh dunia industri. Selain itu, kesesuaian keterampilan dan pasar tenaga kerja seringkali menjadi penyebab pengangguran. Bukan karena tidak tersedianya lapangan kerja tetapi ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dan kebutuhan pasar. Kini permintaan tenaga kerja berupa mahir desain graďŹ s, analisis data dan media kreatif, namun banyak yang melamar malah lulusan ilmu kehutanan, ilmu kesehatan, ilmu Bahasa, misalnya. Belum lagi bila menyoal tantangan

robotisasi pekerjaan. Hadirnya kecerdasan buatan (ArtiďŹ cial intelligence) telah banyak mendisrupsi pekerjaan dan tenaga manusia. Pekerjaan yang tadinya bisa dikerjakan empat sampai lima orang, kini digantikan oleh sebuah mesin pintar. Apalagi dihadapkan dengan gengsi sosial dan beban sarjana. Seringkali lulusan strata satu, IPK cumlaude mematok ekspektasi tinggi terhadap pekerjaan yang layak. Sebuah gengsi jika hanya bekerja sebagai admin atau sales marketing, padahal ada titel sarjana yang mesti dijaga marwahnya. Perasaan kurang berwibawa di hadapan calon mertua dan tetangga. Oleh karena itu, menganggur tak terhindarkan lagi menjadi budak korporasi. Sisi lain, ada tuntutan perut yang harus segera diisi secara mandiri, maka berwirausaha kecilkecilan menjadi opsi yang digandrungi sembari melirik pengumuman kapan pendaftaran calon PNS dibuka. Fenomena pengangguran bukan hanya monopoli negara kaya seperti Indonesia tetapi telah menjadi isu global terlebih saat pandemi ini. Negaranegara makmur, penganggurannya diberi insentif bulanan. Di Indonesia pengangguran diberi kartu sakti bernama kartu pra-kerja plus paket

bonus UU cipta lapangan kerja. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2020 (sebelum Covid-19), melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 6,8 juta orang. Sementara data terbaru mengumumkan pengangguran per Agustus 2020 adalah 9,77 juta orang. Hanya rentang enam bulan saja angka tersebut telah naik secara signiďŹ kan. Penyebab meningkat pengangguran yaitu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), terjadi secara besar-besaran selama pandemi Covid-19. Menurut Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia atau Kemnaker, sebanyak 3,5 juta orang mengalami PHK, di mana banyak perusahaan atau industri gulung tikar. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan hingga akhir 2020 jumlah pengangguran akan mencapai angka 11 juta orang dan awal 2021 bisa mencapai 12,7 juta. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun hanya menyentuh ambang batas maksimal 0,4 hingga 1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara November kemarin BPS telah mengumumkan Indonesia telah masuk jurang resesi akibat ekonomi tumbuh

minus selama 2 kuartal berturut-turut. Menurut BPS per Februari 2020, jenjang pendidikan yang paling banyak terserap dalam pasar tenaga kerja adalah lulusan SD dan SMP. Sedangkan lulusan SMA/SMK, Diploma dan Sarjana terbilang sedikit. Sekurang-kurangnya tiap tahun sekitar 650 hingga 700 ribu sarjana yang menganggur. Angka yang memilukan untuk level pendidikan yang disematkan kepada kelompok agent of change. Namun, masalah pengangguran tidak cukup dilihat dari aspek angkatan kerjanya saja, sebab ada soal struktural ketenagakerjaan yang mesti diberi perhatian khusus. Paling tidak soal jaminan lapangan kerja, link and match pendidikan dan kebutuhan pasar kerja, serta peningkatan kualitas dan kuantitas workshop tenaga kerja. Maka pelarian yang elegan, bila tak ingin bekerja dengan gaji rendah atau sesuai Upah Minimun Regional (UMR) tetapi juga tak mau disebut sarjana pengangguran, yakni lanjut S-2. Selama dua tahun bisa mengisi dan mengasah keterampilan dan pengetahuan lebih tinggi lagi. Namun, gelar magister seyogyanya tak lagi diniatkan sekadar penghias nama belakang seperti waktu masih sarjana, tetapi juga dibuktikan oleh luasnya wawasan, kedalaman pengetahuan, dan kecerdasan pikiran.ď Ž

Achmad Faizal Penulis merupakan Alumnus Departemen Sosiologi Unhas, sekaligus Ketua Himpunan Mahasiswa Sosiologi Unhas 20162017

IDENTITAS/HANNA KANAYA


5

LISTICAL NEWS

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

5 Langkah Menjaga Data Privasi di Internet

B

eberapa hari lalu jagat maya dihebohkan dengan ajakan untuk berpindah dari Platform Whatsapp (Wa) ke Telegram. Isu tersebut mencuat setelah pengumuman WA yang hendak mengesahkan kebijakan baru pada 8 Februari 2021. Salah satu kebijakan yang disoroti ialah pemberian data ke pihak Facebook. Pengguna WA banyak yang khawatir data pribadi mereka bocor ke Facebook dan diawasi selama menggunakan WA. Dilansir dari Independent, kebijakan baru tersebut mengharuskan penggunanya menyetujui. Jika tidak, pengguna akan kehilangan akses. Jika sobat ident masih kebingungan cara menjaga data pribadi di internet, berikut kami sajikan beberapa tipsnya.

1. Pembuatan sandi Tentunya setiap akun yang ada di dunia maya memerlukan kata sandi. Kebanyakan dari kita menggunakan data pribadi sebagai sandi agar mudah diingat, seperti nama, tanggal lahir, nomor rumah dan lainnya. Ternyata, anggapan itu salah. Akun dengan mengunakan data pribadi mudah diretas, hal itu tak lain dan tak bukan karena mudah ditebak melalui media sosial anda.

Untuk itu, buatlah sandi yang terdiri dari huruf besar dan kecil, angka serta simbol. Tambahan, bagi kalian yang memiliki akun lebih dari satu, buatlah sandi yang berbeda. Karena jika ada orang yang mengetahui salah satu dari akun anda, kemungkinan ia bisa mengakses data pribadi ataupun media sosial lainnya.

4. Menyiapkan opsi pemulihan sandi Selama menggunakan akun, mungkin kalian pernah lupa atau tidak bisa mengaksesnya. Hal ini tentu membuat kesal dan kehilangan akses ke berbagai dokumen di dalamnya. Anda dapat memulihkannya dengan cara yang cepat, hanya perlu mengaktifkan opsi

pemulihan sandi. Opsi ini meminta kita menyambungkan kontak atau alamat email ke akun anda. Dengan begitu, anda menerima kode atau link untuk melakukan pengaturan ulang sandi dan mendapat akses ke akun.

5. Ubah sandi Mengganti sandi akun memang diperlukan, tetapi anda harus tau kapan saat yang tepat untuk menggantinya. Waktu yang paling tepat ialah saat di akun ada terdapat aktivitas tak wajar. Selain itu, jika anda sudah merasa tidak aman dengan sandi yang ada,

maka gantilah. Hanya saja, Pastikan kamu memilih sandi baru yang tidak berelasi dengan yang lama. Juga jangan gunakan kata sandi yang mirip dengan akun anda lainnya.ď Ž HaďŹ s Dwi Fernando

2. Mengaktifkan verifikasi dua langkah Sebagai keamanan ganda, kalian dapat mengaktifkan mode ini. Seperti namanya, untuk masuk ke sebuah akun kan dibutuhkan dua langkah. Pertama, orang yang berusaha login diwajibkan memasukkan sandi. Jika benar,

kode sebagai pertahan kedua akan masuk ke ponsel anda. Seseorang mungkin akan beruntung bisa menebak sandi anda, tapi mereka tidak akan mengetahui kode yang muncul di ponsel.

3. Logout Login yang baik sama pentingnya dengan logout, terutama bagi kalian yang acap kali menggunakan komputer umum, seperti di warung internet, perpustakaan maupun rumah teman. Berusahalah untuk selalu mengeluarkan akun anda,

karena jika tidak orang yang menggunakan perangkat setelah anda akan punya akses mengakses dan mendapatkan informasi pribadi.

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA


CERPEN

6

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

Mengapa Kuburan itu selalu Ramai sebelum Musim Tanam?

B

apak dan Ibu hadirin sekalian, terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk datang di kantor desa kita tercinta ini. Tidak lama lagi, jabatan kepala desa yang saya emban akan selesai muskil jika terpilih untuk ketiga kali. Maka, pada kesempatan berbahagia ini, saya hendak menyampaikan cerita yang telah saya pendam sejak bertahuntahun lalu. Tentu, ingatan manusia memang tidak sebaik seekor gajah tetapi kejadian itu terekam dengan baik di kepala saya. Baru-baru ini saya mengikuti pelatihan kepala desa “Loka karya Kesadaran Membaca Masyarakat” di ibu kota kabupaten, pembicaranya orang dari kota, profesor dari universitas. Katanya sih begitu, saya juga tidak tahu dari universitas mana ia berasal. Tapi memang beliau kelihatannya pandai dari caranya berbicara membawakan materi. Hal yang membuat saya menyampaikan ini, juga bagian dari pesan beliau yang ingin ia teruskan. Katanya, untuk membantu program pemerintah mewujudkan masyarakat literasi, kita harus membudayakan kebiasaan membaca. Membaca, menurutnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Lebih lanjut, sang profesor berpesan untuk bersiap menghadapi perkembangan sains dan teknologi. Maka, kita harus membatasi cara percaya kita dengan halhal mistis atau takhayul. Jadi, saya berencana membangun perpustakaan desa untuk mewujudkan itu. Tapi saya tentu sadar sekali, Bapak-Ibu sekalian akan lebih memilih datang ke sawah ketimbang datang ke perpustakaan yang rencananya akan kami buat bersama dengan anggota LMD. Biarlah saya tetap membuat perpustakaan itu, soal pelaksanaan dan efisiensi ke depan, cukup menjadi tugas kepala desa selanjutnya. Semacam Win to win lah. Paling tidak, saya punya laporan pertanggung jawaban. Tapi, di luar itu, sebagai pribadi, izinkan saya bercerita saja soal kuburan di kampung kita yang selalu didatangi menjelang musim panen tiba. Saya pastikan ceritanya adalah keterangan sebenarnya yang saya tahu, simak, dan alami. *** Usia saya baru saja memasuki pangkal remaja, awal tahun 1950-an, beberapa tahun sebelum H.A. Wana dilantik untuk pertama kali sebagai ibu pati yang menandai berakhirnya masa kekuasaan Datu di Watansoppeng. Dikampung Caruwala, kala itu, aroma ranumpa diselalu tercium begitu kuat dari arah rumah Arajang. Setiap kali panen besar usai, orang-orang di kampung harus menyetor hasil panennya ke Datu Tondong. Datu kecil yang menguasai wilayah tetentu, seperti

lurah atau camat kalau sekarang. Tentu, sebagian besar Bapak dan Ibu kenal atau bahkan akrab dengan nama itu. Saya tidak mencoba mengungkit-ungkit masa lalu, ya! Hanya berusaha menyampaikan yang sebenar-benarnya. Sebelum jadi datu, Tondong begitu rajin menyambangi rumah kami ketika masih bertani. Ia belum dilantik mengganti saudaranya Tonding yang ditemukan mati di kamarnya. Tidak ada yang bertanya bukan? Apalagi waktu masa transisi itu orang masih berpantang berbicara sesuatu tentang keluarga berdarah biru itu. Kematian Datu Tonding begitu tibatiba, ia ditemukan begitu saja tidak bernyawa oleh istrinya, ketika hendak membawakan sirih dan sarapan pagi. Tondong sering datang ke rumah menemui ayah sebelum musim tanam tiba, ayah saya, seorang pandai besi nomor satu di kampung ini, dulu. Selain itu, tangan dinginnya dapat dengan cekatan membuat rakkala, alat bajak sawah ditarik oleh kerbau atau sapi, agar tanah-tanah habis panen cepat gembur. Kualitas buatan rakkala Ayah tidak pernah mengecewakan. Paling bagus sampai kampung sebelah. Ia memberi rakkala pada Tondong yang waktu itu tidak punya uang dengan membolehkannya membayar nanti setelah panen. *** Sabar Bapak dan Ibu hadirin sekalian! Saya tidak bermaksud mengungkit kejelekan masa lalu kampung kita. Jangan beranjak dulu! Saya belum cerita bagian paling intinya, sabar sedikit ya! Ini tidak akan lama. Bapak dan Ibu sekalian pasti pernah dengar tentang kayu Tondong, kan? Ah, yang kalian punya itu palsu. Bukan asli dari aslinya. Itu cuma kayu biasa yang rupanya dimirip-miripkan. Diberi nama kayu Tondong karena muasalnya memang dari tongkat kayu Datu Tondong. Ia yang menemukan dan itulah yang mengubah hidupnya untuk selamanya. Ceritanya kurang lebih begini: Bungkusan yang ditinggalkan di rumah kami malam itu berisi kayu yang lebih menyerupai ranting kecil, seukuran jari kelingking anak kecil. Potongan kayu kecil itu berasal dari setangkai kayu yang memiliki panjang kurang lebih lengan orang dewasa. Karena memang itu bukan kayu biasa, kayu itu didapati beberapa saat setelah langit mendung dan gulungan awan berjejer berkeliling di petala. Seorang lelaki masih mantap dengan cambuk di tangan kanannya, memandu dua kerbau di hadapannya mengelilingi petakan sawah. Beberapa orang sudah memperingatkannya untuk beranjak karena sebentar lagi ada hujan besar. Tetapi ia menolak selesai sebelum tuntas. Hujan ya hujan, bertani ya bertani, tidak ada hubungannya. Katanya pada orang- orang yang mengajaknya pulang. Mati ya mati, Tondong, kau sudah gila? cetus salah seorang petani memperingatkannya.

Jika langit seperti itu kelihatan dan gemuruh-gemuruh kecil samar kedengaran, kemungkinan besar petir akan turut serta. Dan benar, petir besar menyambar sebuah pohon dan membelah batangnya menjadi dua bagian. Lelaki tadi yang menolak pulang gemetaran bukan main. Pohon itu hanya berjarak satu petak sawah dari posisinya berdiri. Ia melihat dengan jelas kilatan itu sebelum menyambar pohon. Hujan turun begitu deras. Setelah melepaskan rakkalanya, ia menarik—dengan bantuan cambuk, dua kerbaunya menepi dengan sekuat tenaga. Serangan air hujan membuatnya berkutat lebih keras dengan tali yang ia genggam. Kerbau yang ketakutan karena suara petir tentu bukanlah tandingannya. Kedua tali kerbau itu lepas dari genggamannya dan melukai telapak tangannya. Dengan telapak tangan yang masih belum berhenti mengeluarkan darah, ia berjalan begitu lemas mendekati jalan tani, hendak menuju pulang. Namun ia terhenti di dekat pohon tersambar petir itu dan menemukan sebuah kayu yang tertancap di tengah belahan pohon itu. Dengan sangat berani, ia mencabutnya dan tangannya yang tadinya luka, sembuh sekedipan mata. Sejak saat itulah Tondong menamai kayu yang ia temukan dengan namanya sendiri. *** Kehadiran kayu sakti itu, rakkala buatan ayah tidak lagi laku banyak. Bahkan, saking dipercayai khasiat kayu Tondong itu, orang tidak lagi membajak sawahnya berkali-kali untuk mendapatkan tanah gembur. Orangorang lebih percaya pada berkat dari kayu sakti Datu Tondong yang diketukketukkan di atas tanah sawah sebelum ditanami. Persis seperti ketukan Musa ketika hendak membelah lautan. Ayah saya akhirnya harus bertahan hidup dengan hasil jualan parang, sabit, cangkul yang tidak seberapa. Bapak dan Ibu hadirin sekalian! Alasan itulah orang-orang terus menerus datang hingga hari ini ke makamnya. Datu Tondong membawa kampung kita selangkah lebih sejahtera dari kampung lainnya karena menghasilkan beras kualitas bagus. Petani-petani kampung sebelah tidak ketinggalan kabar itu, juga beberapa kampung lainnya yang berjarak seperempat hari berjalan kaki. Seperti pisau bermata dua, tongkat itu pula yang membuat Datu Tondong menduduki kursi kekuasaan. Memonopoli harga beras. Hasil panen harus melewati titahnya sebelum dijual. Datu Tondong mematok sepuluh hingga dua puluh persen pada petani yang selesai panen. Atau, kadang seenak hatinya. Anak-anak remaja yang berusia belasan seperti saya waktu itu sering dipanggil ke rumah Arajang untuk bantu-bantu sortir beras. Kami diajari membedakan mana beras berkualitas

bagus, mana sedang-sedang. Mana bisa dijual, mana untuk dikonsumsi semata. Inilah bagian intinya yang perlu saya katakan Bapak-Ibu sekalian, ini agak tidak mengenakkan tetapi beginilah kenyataannya. Bukankah kenyataan disembunyikan karena fakta terlalu mengecewakan untuk kita terima? Datu Tondong sering memanggil salah satu dari remaja lelaki untuk masuk ke kamar, kawan saya Salim pernah cerita waktu itu disuruh buka celana dan dipijit selangkangannya. Supaya kuat bekerja, kata Datu Tondong setiap kali Salim berusaha menghalau tangan yang menggeranyangi tubuhnya. Awalnya, saya tidak percaya perkataan Salim sampai akhirnya. “Masuklah! kau pasti kelelahan.” saya teringat suaranya, pelan ia membuka baju dan merapatkan pintu kamar. Baru saja ia selangkah mendekat, Datu Tondong melihat bungkusan kecil berkalung di leher saya. Barangkali, karena merasa berhutang budi pada Ayah saya ketika masih bertani, atau bungkusan itu memang ampuh. Datu Tondong seketika pucat gemetar, ia menyodorkan sejumlah uang, meminta saya merahasiakan perbuatannya. Ia bahkan bilang, kalau butuh uang, bilang saja ke dia. Begitulah cerita yang sebenarnya, saya sama sekali tidak melebih-lebihkan apa pun. Saya bercerita apa adanya. Borok masa lalu tidak boleh disimpan, ini demi maslahat kita ke depan untuk tidak membiarkan kejadian seperti itu terulang. Apalagi, menganggap Datu Tondong itu seorang yang layak memberi berkat. Maka dari itu, saya meminta pada sekalian yang hadir hari ini, kita harus menghentikan kebiasaan datang mohon berkat ke makamnya sebelum musim tanam tiba. Yah, walau Datu Tondong pernah menyejahterakan kampung kita, dialah yang sebetulnya membunuh saudaranya, Datu Tonding, menggunakan kayu itu. Dicelupkannya ke air mandi Datu Tonding yang mati keesokan harinya tanpa aba-aba. Keserakahannya memonopoli hasil panen, juga mengingat para remaja lelaki korbannya, membuang diri di rantau karena malu untuk kembali, barangkali, cukup menjadi alasan kuat untuk berhenti datang ke makamnya, untuk urusan apa pun. Ada pun uang yang pernah ia berikan, saya pikir sudah impas dengan puluhan tahun menutup rahasia. Tetapi, yang paling penting dari itu semua, Bapak-Ibu hadirin sekalian harus percaya dengan apa yang baru saja saya kisahkan. Penulis Fadhil Adiyat merupakan Juara 2 Cerpen Dies Natalis ke-46 identitas Unhas, sekaligus Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Hasanuddin IDENTITAS/HANNA KANAYA


OBITUARIUM

8

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

7

Kenangan di Timtim: ”Jadi, Kita Serang Mi”

Almarhum merupakan maha guru dalam Bidang Elektronika spesialiasi Opto Elektronika. Orang ke-4 di Fakultas Teknik yang meraih gelar doktor di luar negeri pada masanya.”

T

idak cukup dua minggu terakhir, tiga guru besar Unhas berpulang. Setelah Prof Dr dr Nur Aeni Malawat A Fattah Sp KJ (K) A & R dan Prof Dr Rahmat M Si Selasa (12/1) menyusul Prof Dr Ir Muhammad Tola M Eng meninggalkan kita semua di buana yang fana ini. Sivitas akademika Kampus Merah berduka cita atas kepergian mereka. Almarhum Muhammad Tola, seorang guru besar yang semasa hidupnya tenang dan gaul. Dilahirkan di Mare, Bone 1 Agustus 1946, almarhum termasuk guru besar senior. Pertama menyandang jabatan akademik tertinggi itu terhitung 1 Juli 1999, almarhum merupakan maha guru dalam Bidang Elektronika spesialiasi Opto Elektronika. Almarhum meraih insinyur pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unhas 1975 dengan mempertahankan skripsi berjudul “Tenaga Mikro Hidro untuk Elektrifasi Desa.” Tujuh tahun (1982) kemudian dia meraih gelar magister (Master of Engineering) di Universitas Kagoshima Jepang, yang terletak di penghujung barat daya Pulau Kyushu. Dalam waktu tiga tahun (1985), almarhum berhasil meraih gelar doktor (Philosophy of Doctor) dengan judul disertasi “Study of Model Equation of Flourescent Lamps.” Setelah kembali ke Kampus Baraya (waktu itu belum pindah ke Tamalanrea), almarhum aktif mengajar sebagai doktor baru, gelar akademik tertinggi yang belum banyak dimiliki sejumlah fakultas di Unhas, termasuk Fakultas Teknik. Saya mencatat, Muhammad Tola merupakan orang ke-4 di Fakultas Teknik yang meraih gelar doktor di

luar negeri pada masanya. Dosen pertama Fakultas Teknik Unhas yang meraih gelar doktor (di Jepang) adalah almarhum Dr Ir Haruna Mappa M Eng. Saya memiliki kenangan menarik dengan almarhum pada tahun 1994, bersama-sama dengan beberapa mahasiswa dan alumni Keluarga Mahasiswa serta Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA PBS) Unhas menghelat Bakti Sosial di Timor Timur. Dari Makassar, di antara para dosen yang ikut selain almarhum, ada Ir Syahriady Kadir Ir Toban Batosamma Ir JB Manga dan saya sebagai wartawan. Selebihnya ada beberapa mahasiswa dari berbagai fakultas. Juga tiga orang mahasiswa asal Timor Timur. Dari Makassar ke Dili kami menumpang KM Kelimutu yang memang berlayar hingga ke ibu kota Timor Leste itu. Saat transit di Kupang, saya bersama lima orang lainnya, turun jalan-jalan di Maumere, kota yang saya “tinggali” selama seminggu ketika gempa bumi berkekuatan 7,2 SR dan tsunami hebat di daerah itu pukul 13.20 Wita 12 Desember 1992. Namun apesnya, saat ingin melanjutkan perjalanan, kami terlambat naik ke kapal. Teman-teman di atas kapal sempat “memprotes” bahwa ada teman mereka yang ketinggalan, namun kapal tetap melaju ke utara timur laut, menuju Dili. Tidak ada pilihan lain, kami berlima jalan darat menumpang sebuah kijang yang dicarter menuju Larantuka, kota pelabuhan di ujung timur Pulau Flores. Di situ ada feri yang akan ke Kupang dan kami dapat tumpangi. Kami sempat menginap semalam hingga pukul 13.00 keesokan hari, kami berlayar dengan terpaan angin laut yang membuat kami menggigil sepanjang malam karena hanya bermodalkan pakaian di badan tanpa jaket sama sekali. Saya terpaksa membungkus tubuh dengan koran saat berbaring. Siang hari, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki bus tiga perempat di Terminal Sasando, Kupang, kami menuju Dili. Setelah meluncur tanpa henti, bus tiba di Asrama TNI Komoro,

Dili pukul 22.00. Kami disambut bagai pejuang yang baru pulang dari medan perang. Kami selama dua minggu di Timor Timur. Prof Dr Ir Radi A Gany (alm.) atas nama Rektor Unhas menyerahkan rombongan Bakti Sosial KMA PBS ini kepada Pemprov Timtim secara simbolis disertai beberapa ton beras yang ikut bersama KM Kelimutu untuk warga Timtim. Setelah beberapa hari di Dili, kami bergeser ke Manatuto, salah satu kabupaten di bagian timur Kota Dili. Lantaran tidak ada hotel di kota ini, kami berbaring saja di ruang Kantor Bupati Manatuto yang kosong dengan tikar plastik. Kami harus bangun cepat setiap pagi hari kerja, karena keesokan harinya karyawan Pemkab Manatuto akan berkantor. Akan halnya dengan mahasiswa perempuan, mereka diinapkan di rumah salah seorang pejabat Camat setempat atas jasa baik almarhum Muhammad Thoriq Husler, Bupati Luwu Timur (Terpilih periode II), Dari Manatuto kami bergerak melaksanakan bakti sosial ke beberapa desa dikawal seorang petugas keamanan berpakaian preman yang membekali diri dengan dua senjata pistol. Kami menumpang dua truk tentara, dimana masing-masing memuat 2 ton beras untuk masyarakat yang akan didatangi. Komunikasi waktu itu menggunakan “single side band” (SSB) antara tempat berangkat dan di lokasi tujuan. Pada kedua truk tidak ada alat komunikasi. Belum sampai ke tujuan, truk yang saya tumpangi dengan Lucio pecah ban, sementara truk pertama terus melaju. Hari sudah mulai gelap ketika truk yang saya tumpangi dengan Lucio bergerak. Saat menuruni tebing kecil sebuah sungai kering, beberapa orang laki-laki melompat naik di bagian belakang truk, Lucio, teman asal Timtim yang duduk di depan bersama saya dan sopir terlihat gelisah. “Ada apa Lucio,” tanya saya. “Tidak, saya kira tadi itu anggota klandenstein yang mau menjarah muatan truk,” kata Lucio yang membuat saya terdiam kemudian merasa ngeri.

Ketika hendak memasuki jalan hutan di tepi sungai kering kedua, beberapa pria bersenjata muncul dari balik semak. Kembali Lucio gelisah dan saya juga ikut terpengaruh karena melihat mereka yang bersenjata. Hanya saja, pengemudi yang juga prajurit agaknya mengenal mereka sebagai teman-temannya. Malam itu, ketika kami bertemu dengan masyarakat setempat dikawal beberapa orang tentara, Lucio berpidato dalam bahasa Tetun dan diterjemahkan lagi. “Kami mahasiswa tidak tahu urusan politik, datang di sini bertemu bapakbapak dan ibu-ibu, membawa bantuan beras untuk warga di sini,” kata pria bertubuh sekitar 160 cm ini. Setelah menuntaskan tugas di Timtim, saya kembali ke Makassar seorang diri karena mau mampir di Pante Makassar, daerah tempat para nelayan Makassar singgah mengisi air sebelum melanjutkan pelayaran memburu teripang di perairan Australia beberapa abad silam. Rombongan besar menyusul di belakang dan kembali ke Makassar menggunakan pesawat atas jaminan Rektor Unhas Prof Dr H Basri Hasanuddin M A. Ketika saya masih aktif dan berkantor di Rektorat Unhas, hampir setiap hari saya selalu bertemu dengan almarhum Muhammad Tola. Pada kesempatan inilah kami selalu bernostalgia mengenai lawatan Bakti Sosial ke Timtim yang bersejarah itu. Dia juga selalu tanyakan di mana Oyang Orlando, lelaki Timor Timur berambut keriting (pastilah) bertubuh kecil padat yang bila berbicara sangat berapi-api. Saya menjelaskan dia bertugas di Takalar, tetapi tidak pernah bertemu. “Di mana Lucio,” dia beralih bertanya ke pria Timor Leste yang lainnya. “Kalau yang itu sih sudah balik kampung. Dia sudah jadi pejabat karena memang cerdas dan pintar serta berbakat,” kata saya. “Bagaimana dengan keadaan Timor Timur sekarang,” usutnya lagi. “Ya, tentu saja jauh lebih baik dibandingkan ketika masih bagian Republik Indonesia,” jawab saya. “Bagaimana, kita serang mi’?” usutnya dengan wajah tanpa senyum sama sekali. “Ya...bagaimana ya,” jawab saya pendek, karena yakin dia hanya becanda karena pertanyaan ini terus berulang setiap kami bertemu. Selamat jalan Profesor! M.Dahlan Abubakar. Penulis merupakan Dosen Tidak Tetap Unhas dan Penasihat Ahli PK identitas Unhas. Alumnus Bakti Sosial KMA PBS Timor Timur 1994


JEKLANG

8

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

Mencari Makna Hidup dengan Bersepeda

S

etiap orang punya cara sendiri menikmati hidup, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Abdul Masli, yang memiliki hobi jalan-jalan menggunakan sepeda. Seluruh kabupaten kota di Sulawesi Selatan telah ia jelajahi bersama Si Simba, sepedanya. Bagi pria yang kerap disapa Masli tersebut, sepeda merupakan kawan perjalanan terbaiknya. Menurutnya menggunakan sepeda dapat membuatnya lebih menikmati perjalanan untuk merasakan suasana alam sekitar. Namun, walau sering mengendarai sepeda, pria tersebut tak ingin disebut sebagai pesepeda, ia hanya menganggap dirinya sebagai penunggang sepeda. “Saya hanya memilih sepeda sebagai teman menjelajah. Kan kalau pesepeda, mereka kesannya cinta sekali, sampe tahu setiap bagian-bagian dari sepeda, sedangkan saya tidak tahu itu,” ujarnya. Masli sendiri sudah memiliki ketertarikan bersepeda sejak duduk di bangku sekolah dasar. Namun mulai aktif saat memasuki sekolah menengah atas karena ia sering pergi-pulang dari sekolah menggunakan sepeda. Saat melanjutkan studinya di Makassar, ia mulai aktif menggunakan sepeda pada tahun 2017. Waktu itu ia sering jalanjalan di Makassar dengan mengayuh sepeda milik temannya, sebelum akhirnya memiliki sepeda sendiri, Si Simba yang ia beli pada tahun 2019. Mahasiswa angkatan 2015 tersebut melakukan perjalan pertamanya dari Kota Makassar menuju kampung halamannya Kabupaten Majene selama tujuh hari. Di awal tahun 2018, ia memang sudah punya pemikiran untuk berpergian menggunakan sepeda, namun baru bisa terealisasi akhir tahun 2018 karena momennya juga bertepatan dengan libur semester. Pada perjalanan keduanya di tahun 2020, mahasiswa Departemen Antropologi ini menutup cerita di akhir tahun dengan proyek yang ia beri nama PelanPelan Melaju, bersepeda dari Makassar ke Selayar kemudian dari Selayar ke Sidrap selama 32 hari. Pelan-Pelan Melaju merupakan kegiatan yang dibuatnya untuk menelusuri dan menunjukkan sisi lain dari Sulawesi Selatan yang tidak

diketahui oleh orang-orang di luar sana. Proyek ini juga sebagai pembuktian terhadap persepsi bahwa orang Sulawesi Selatan adalah orang-orang yang keras tidaklah benar, ada banyak orang baik dan ramah di luar sana. “Saat itu saya ingat, di tengah jalan rantai sepeda saya putus, namun saya hanya tertawa. Karena saya tahu bahwa saat menghadapi sebuah masalah, kita harus tetap tenang, semakin kita panik maka akan semakin sulit untuk menemukan solusinya,” ucapnya mengenang. Dalam beberapa kesempatan, Masli tentu pernah merasa ingin menyerah ketika tubuh dan pikirannya sudah merasa lelah. Seperti saat ia menemukan tanjakan dibarengi dengan teriknya matahari, pikiran untuk kembali terus terngiang di benaknya. Namun saat mencapai puncak dan berteduh di bawah pohon sambil menikmati angin yang berhembus, godaan tersebut seketika menghilang lagi. Pria yang pernah menjadi relawan Majene Mengajar tersebut pernah mengalami hal buruk saat perjalanan dari kampus menuju lokasi pengaderan, tepatnya di Jalan Camba. Saat itu, di jalan sepi dan gelap, fisiknya mulai

lelah ditambah pikiran yang mulai kacau karena merasa membebani temantemannya. Masli memilih menghentikan sepedanya dan merasa tak sanggup lagi melanjutkan perjalanannya. Untung saja saat itu ada seorang teman yang melintas mengendarai sepeda motor, sehingga Masli memutuskan untuk ikut dengannya. Dari pengalaman tersebut, pemuda itu belajar satu hal; jangan lakukan sesuatu yang memang tidak mampu kamu lakukan, jangan menjadi egois. Setiap perjalannya, Masli pribadi lebih nyaman melakukannya seorang diri, karena dengan itu ia dapat lebih menikmati setiap momen tanpa harus terburu-buru, atau merepotkan orang lain. Selain itu, bukannya Masli tak pernah mengajak teman untuk menemaninya, hanya saja tak ada yang mampu atau mungkin karena mereka memiliki kesibukan lain. Bagi mahasiswa yang pernah bergabung dalam UKM KPI Unhas, semua perjalanan yang ia lakukan tentu mengajarinya

banyak hal, memberinya banyak pelajaran yang mungkin tak akan ia dapatkan di tempat lain. Ia juga belajar menjadi lebih dewasa, lebih tenang dalam menyikapi masalah, lebih banyak bersyukur, dan tidak mudah menyerah. “Selain itu, dari pengalaman ini, saya belajar survive, merefleksikan diri dan menjalin silahturahmi dengan orangorang yang baru saya kenal di jalan,” katanya. Sebagai tipe orang yang suka menjelajah, Pandemi Covid-19 yang mengharuskannya harus berdiam diri di rumah membuat pria tersebut cukup stress, untung saja ada kegiatan pertanian yang dapat ia lakukan untuk menghabiskan waktu. Selain suka memakai sepeda berkeliling kota, Masli juga suka menulis, terutama terkait pengalamannya selama menjelajahi setiap sudut Sulawesi Selatan dan membagikannya di platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Blog. Sedikit bocoran darinya, Masli juga berencana akan membuat buku yang berisi pengalaman pribadinya. “Saya suka membagikan pengalaman saya melalui tulisan dan menyebarkannya di media sosial, jadi kita ini juga harus bisa belajar memanfaatkan media sosial dengan baik,” ujarnya. ujarnya. Annur Nadia F. Denanda

IDENTITAS/NUR AINUN AFIAH


identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

LAPORAN UTAMA

Nestapa ‘Sarjana Covid-19’ di Dunia Kerja Alumni Unhas 2020 punya tantangan baru. Lulus di kala pandemi Covid-19 butuh adaptasi. Prosesi wisuda berubah. Persaingan mencari kerja jadi tinggi karena banyak PHK yang terjadi.

P

endidikan tinggi sebagai pencetak sumber daya manusia yang unggul tidak berhenti meluluskan pemuda bergelar sarjana. Tidak terkecuali Universitas Hasanuddin. Di 2020, setelah empat periode wisuda, Unhas meluluskan 6.574 sarjana. Momen lulus dari bangku kuliah selalu ditunggu. Sayangnya, sejak awal Maret tahun lalu pandemi Covid-19 menyerang. Semua prosesi seremonial perayaan wisuda berubah. Lulusan periode Maret dan Juni digabung dalam satu seremonial dan dilakukan secara dalam jaringan (daring). Periode September dan Desember pun harus dibagi menjadi dua sesi luar jaringan (luring) secara terbatas. Tak hanya itu, pandemi juga mengubah dunia setelah lulus menjadi lebih rumit, terutama dalam proses mencari kerja. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan kini semakin ketat. Selain harus bersaing dengan para lulusan baru yang lain, mereka juga harus bersaing dengan para karyawan yang di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), yang jelas sudah berpengalaman. Hasil survei yang dilakukan oleh Research and Consulting Saiful Mujani

(SMRC), menyebutkan ada 29 juta warga Indonesia yang di-PHK. Bahkan, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, Iqbal Said mengatakan bahwa akan ada ledakan PHK pada tahun 2021 karena resesi yang disebabkan oleh pandemi. Tidak sedikit lulusan baru yang menjerit akibat situasi yang sulit ini. A. Meliyana Annisa Cahyani Amran, salah satunya. Lulusan Fakultas Kehutanan mengaku telah melamar pekerjaan hingga 20 kali. Baginya, sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan, terlebih lagi yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Wisudawan periode Maret ini mengaku tantangan terbesar yang ia hadapi adalah sulitnya persaingan. “Bukan minim informasi sih, cuman belum ada panggilan. Mungkin persaingan yang ketat, apalagi di masa pandemi sekarang semua jadi terhambat,” keluhnya. Sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang keilmuan membuat para wisudawan cenderung menurunkan target mereka. Bekerja di tempat yang selama ini mereka dambakan seakan hanya jadi impian belaka. Terlebih lagi tekanan sosial yang mereka dapatkan

sebagai seorang sarjana di masyarakat, membuat tak sedikit dari mereka melenceng dari bidang keilmuannya dan memilih mempersiapkan diri untuk bidang lain yang dinilai memiliki peluang kerja lebih besar. Salah satunya dialami oleh Muhammad Abdul. Lulusan jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unhas ini wisuda pada periode Maret. Abdul, demikian ia disapa, ingin dapat bekerja di bidang konservasi lapangan seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ia mengaku pernah mendaftar di Yayasan Blue Forest, namun gagal karena persyaratan wajib bagi pelamar untuk memiliki surat rekomendasi dari tempat kerja sebelumnya, yang sangat sulit diperoleh lulusan baru sepertinya. Tidak habis akal, Abdul kemudian memutuskan untuk mengambil kursus ISO Management untuk mengasah kemampuannya. Hampir setiap hari, Ia juga selalu meluangkan waktu untuk mencari informasi lowongan pekerjaan di berbagai platform media sosial, tetapi tidak kunjung menuai hasil. Hal yang menjadi kendala adalah kurangnya kemampuan berbahasa asing, juga ketatnya persaingan. Setelah ratusan kali melamar pekerjaan, kini ia fokus mempersiapkan dirinya untuk pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil yang akan datang.

99

SANTI KARTINI

“Setiap hari selalu buka aplikasi cari lowongan kerja. Meskipun dua kali berhasil ke tahap wawancara, tetapi karena kendala bahasa dan jawabanku kurang memuaskan, apalagi yang ditemani saingan itu sudah punya pengalaman kerja atau orang yang di PHK,” ungkapnya. Di sisi lain, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mungkin dapat memperbesar peluang mendapatkan pekerjaan. Namun, biaya yang harus dikeluarkan tidaklah sedikit. Solusi lain yang dapat diambil oleh wisudawan 2020 yaitu dengan membangun bisnis atau berwirausaha. Seperti yang dilakukan oleh Haslinda Melani, lulusan Jurusan Perikanan ini memilih untuk membangun bisnis produk fashion muslimah setelah empat kali mencoba melamar pekerjaan. Haslinda juga mengaku sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Dalam pandemi Covid-19 yang semakin tidak terkendali, wisudawan tahun 2020 harus pandai-pandai memanfaatkan peluang yang ada. Disamping mencoba peruntungan di dunia kerja, beban psikis yang diterima harus dikelola sebaik mungkin. Dalam permasalahan dan situasi yang sulit ini, lantas bagaimana upaya Unhas mengatasi problematika yang ada? Tim laput


10

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

LAPORAN UTAMA

Alumni Harus Punya Skill “Engkau sarjana muda, resah mencari kerja, mengandalkan ijazahmu, empat tahun lamanya bergelut dengan buku tuk jamin masa depan.”

P

enggalan lagu Sarjana Muda ciptaan Iwan Fals tersebut sangat relevan dengan nasib wisudawan sekarang. Setelah menerima selembar ijazah, mereka mendapat embel-embel baru di belakang nama. Selanjutnya, alumni dihadapkan dengan sebuah pilihan. Mau lanjut studi, cari kerja, bangun bisnis, buat gerakan sosial atau menjadi pengangguran. Sulitnya persaingan di dunia kerja terkadang membuat opsi terakhir jadi nasib alumni. Unhas sendiri telah memproduksi sarjana sebanyak 5.879 orang, terhitung sejak Maret sampai Desember 2020, 29,9% menganggur, 24,3 kerja kontrak, 16,7 % lanjut pendidikan, 12,8% berwirausaha, 5,6% kerja tetap, 2,5% melakukan pengabdian dan 7,9% mengasah skill. Dari survei tersebut, Masa pandemi Covid-19 ternyata menambah tantangan alumni. Kepala Sub Direktorat Alumni dan Penyiapan Karir (DAPK), Dr A Amidah Amrawaty SPt MSi menyampaikan para lulusan tidak harus berkecil hati karena banyaknya saingan dalam mencari kerja. Tetapi, terus berusaha mencari kesempatan lain. “Selama Covid ini perusahaan yang mencari tenaga kerja memang sangat

menurun. Tapi jangan berkecil hati, kita bisa memanfaatkan kesempatan apa saja yang muncul. Sekarang itu, dunia sudah mengarah ke digital. Kita bisa membuat bisnis dengan memanfaatkan itu,” ujarnya, Jumat (15/1). Dosen Fakultas Peternakan ini melanjutkan, DAPK memiliki berbagai program menyiapkan alumni sebelum terjun ke dunia kerja, seperti Hasanuddin Career Program (HCP), Career Expo, Career Clinic dan lain-lain. Program ini dikhususkan untuk mengasah kemampuan berbicara di depan umum (public speaking). Tak hanya itu, juga ada materi cara membuat Curiculum Vitae (CV) dan simulasi TOEFL. Di sisi lain, mahasiswa juga diajarkan bagaimana memanfaatkan sosial media untuk mempublikasikan kegiatan yang positif. Lewat materi Personal Branding, mereka diajar cara menggunakan LinkedIn, platform untuk mencari pekerjaan. DAPK Unhas juga mendukung mahasiswa dan alumni yang ingin menjadi wirausaha. Melalui kerja sama dengan Gojek, para pebisnis ini bisa menjadi super partner. Keuntungannya, produk kuliner mereka dipromosikan di beranda aplikasi dan kemungkinan

gerainya lebih mudah ditemukan. Setiap tahun, DAPK juga memantau aktivitas alumninya. Lewat program Tracer Study, alumni disurvei agar bisa menekan jumlah pengangguran. Amidah menambahkan pihaknya juga terus menghubungi perusahaan yang sedang membuka perekrutan dan memberikan informasi kepada alumni melalui akun sosial media DAPK. “Kalau misalnya dua sampai tiga tahun itu tidak bekerja, kami punya rencana program menghubungi mereka dan menanyakan apa penyebab mereka tidak bekerja. Kami akan bantu dengan penyebaran informasi lowongan kerja kepada alumni,” ucapnya. Fenomena pemutusan hubungan kerja dan bertambahnya lulusan juga diperhatikan oleh Kasubag Pengembangan Sumber Daya Manusia PT Perkebunan Nusantara (PN) XIV, Galih Ariprayugo. Galih mengungkapkan HRD sebuah perusahaan tidak hanya mempertimbangkan pengalaman semata. Bisa jadi fresh graduate kalah bersaing dengan pelamar berpengalaman saat mendaftar di posisi yang sama. Namun, tidak menutup kemungkinan bila alumni tanpa pengalaman ini yang lolos. Semuanya bergantung pada

kemampuan saat wawancara daring. “Di tahap wawancara itu akan kelihatan jelas siapa yang cocok dengan suatu posisi. Nah tidak semua orang memiliki kemampuan wawancara daring. Ada yang tidak benar-benar mempersiapkan diri dengan baik, gestur bicara yang kaku dan kontak matanya terkadang tidak dapat. Hal ini sering terjadi pada lulusan baru,” jelasnya. Oleh karena itu, lulusan baru sebaiknya menambah potensi diri. Galih meneruskan, pengembangan potensi bisa didapat dengan cara mengkuti training online atau sertifkasi yang sekarang makin bertebaran. Jadi selama Work From Home (WFH), mahasiswa tetap memiliki kesempatan mengembangkan potensi. “Sekarang itu kan online training bertebaran di mana-mana. Pokoknya banyak sekali platform menyediakan proses pengembangan diri buat temanteman. Nah selama WFH kan temanteman punya banyak waktu luang nih, sebaiknya dimanfaatkan untuk melatih kemampuan baru,” tutup Galih. Tim Laput

IDENTITAS/HAFIS DWI FERNANDO


LAPORAN UTAMA

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

9

11

Menerka Peluang di Tengah Terpaan Keterbatasan di masa pandemi menantang alumni Unhas untuk bertahan hidup. Setelah lepas dari bangku kuliah, mau bikin apa?

M

omen kelulusan 2020 tidak seriuh yang dulu. Tak ada lagi kemacetan di depan Gedung Baruga AP Pettarani yang dipenuhi wisudawan wisudawati menanti proses seremonial. Kemeriahan proses wisuda hilang karena pandemi Covid-19. Awalnya bisa bertemu, sekarang jadi virtual. Perubahan yang signifikan memaksa alumni harus kreatif. Menentukan arah hidup setelah lepas dari status mahasiswa. Tantangan mencari pekerjaan begitu berat, seiring dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai perusahaan. Hal ini dialami oleh alumni Sastra Prancis, Andi Bau Anisa Apriani. Ia mengaku setelah wisuda September tahun lalu, sudah 30 kali mencoba melamar pekerjaan. Namun, hasilnya nihil. “Saya coba masukkan lowongan di Shopee, Gojek, Tokopedia, bahkan perusahaan luar negeri. Sayangnya sebagai ffresh graduate saya minim pengalaman jika bersaing dengan orang lain,” katanya, Sabtu (16/1). Setelah berusaha selama hampir tiga bulan, kini Nisa sapaan akrabnya, mengeluti hobi masaknya. Sebulan setelah lulus, ia iseng mengunggah hasil racikan masakannya ke media sosial dan mendatangkan pesanan dari orang sekitar.

Mahasiswa angkatan 2016 ini dapat dukungan dari keluarganya membangun bisnis kuliner. Ia berjualan roti canai kari dan pancake ice cream. Meski baru dijalankan secara kecilkecilan, Nisa berniat untuk lebih serius mengembangkan bisnisnya. “Pemesanannya masih lewat akun instagram pribadi dan whatshapp. Ke depannya, saya berpikir untuk buat akun bisnisnya agar lebih berkembang lagi,” ucap Nisa yang sudah mengantongi keuntungan sekitar satu juta sejak awal menjalankan bisnisnya. Kisah lainnya datang dari alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Muh Asri Ashar yang juga beralih ke dunia bisnis setelah wisuda. Asri yang juga wisuda September 2020 beralih dari mencari pekerjaan ke membuka lapangan kerja. Kini, ia berbisnis hadiah wisuda, cendera mata dan dekorasi rumah. Usaha Asri hingga kini telah memiliki lima marketter, satu di Kabupaten Gowa dan empat di Kota Makassar. “ D i t e n g a h pandemi ini, s a y a

memilih untuk membuka lapangan kerja bagi orang lain karena banyak yang terdampak corona. Selain itu, menafkahi keluarga terus menjadi motivasi saya melanjutkan bisnis yang ada,” ungkapnya, Minggu (10/1). Tidak hanya berwirausaha, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi jadi pilihan para alumni. Fatyan Aulivia yang awalnya berencana untuk bekerja setelah kuliah, tetapi tantangan dalam mendapatkan pekerjaan menjadi lebih rumit. Ini menyebabkan alumnus Fakultas Ilmu Budaya ini tidak lolos di lima perusahaan yang ia daftar. Awalnya ia berencana lanjut di Universitas Indonesia, namun karena kendala biaya pilihan kembali tertuju di Unhas. “Kalau saya sih maunya kerja dulu, kumpul uang karena studi masih bisa ditunda. Tapi karena keadaan akhirnya saya mengubah rencana,” ucap mahasiswa yang dulu ambil jurusan Sastra Prancis ini. Beda halnya dengan Muliana Mursalim. Wisudawan Berprestasi Hukum ini menunda lanjut studi karena pembelajaran akan dilakukan secara daring. Akhirnya, ia magang di salah satu lembaga independen negara. Di lain sisi, pilihan menjadi relawan juga dijalani beberapa alumni. Begitulah Salwa Yulianti yang wisuda

Juli tahun lalu. Salwa bersama teman komunitasnya, Komunitas Bolang Kusam rutin membantu pembagian sembako kepada masyarakat yang membutuhkan. “Semua orang butuh uang, tetapi juga penting untuk mejadi orang yang bermanfaat. Perbuatan baik hari ini akan dituai di masa mendatang” ujarnya. Sebelumnya, Salwa sudah pernah lolos lamaran pekerjaan hingga tahap wawancara. Sayangnya, perusahaan yang didaftarinya berada di luar kota. Ia sudah meminta kebijakan diadakan wawancara online, tapi tak ditanggapi. Jiwa relawan juga mengalir ada dalam diri alumni Fakultas Teknik, Al Imran. Setelah wisudi Juli lalu, Imran sapaan akrabnya bergabung sebagai relawan penanganan corona di Sulawesi Selatan, sebagai Duta Covid. Ia bertugas di Rumah Sakit Darurat Penanganan Corona, Wisma Atlet Kemayoran Jakarta. Syukurnya saat menjadi relawan ia mendapat panggilan wawancara kerja. Kini, ia resmi bekerja di PT Inzan Permata. “Sebelum memutuskan jadi relawan, saya sudah mendaftar di berbagai perusahaan. Sambil menunggu panggilan saya ingin bermanfaat untuk sesama,” ucapnya. Gejolak di masa pandemi memang membawa alumni pada ketidakpastian. Alumni tidak boleh kehabisan akal menata hidup selepas kuliah.  Tim Laput

Tim Laput Koordinator Irmalasari Anggota Aninsa Luthfia Basri Risman Amala Fitrah Nadhira Noor R Sidiki Annur Nadia F Denanda ISTIMEWA


12

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

LAPORAN UTAMA

Kenali Diri Sebelum Berkarier Bagaimana Anda melihat lulusan Unhas yang menganggur akibat pandemi Covid-19? Sebagian alumni mungkin tidak langsung bekerja ketika lulus. Banyak skill yang diperlukan di dunia kerja, yang tidak diajarkan di bangku kuliah. Mereka perlu menyiapkan diri, pandemi ini akan belangsung dalam jangka waktu yang belum diketahui. Jika belum mendapatkan pekerjaan, atau menciptakan peluang kerja, baiknya membekali diri (upgrade kualitas diri). Aktivitas apa saja yang bisa dilakukan untuk menyiapkan diri memasuki dunia kerja? Ada banyak misalnya mencari tempat magang, kursus atau studi lanjutan. Jadi kenali diri dulu, maunya pekerjaan seperti apa? Sesuai jurusan di bangku kuliah atau tidak? selanjutnya mengerti pekerjaan yang akan dilakukan, lalu mencari tahu lagi keterampilan yang bisa mendukung agar kita dapat bekerja dengan baik. Selain itu, perlu mengenal budaya kerja instansi yang diminati. Sebenarnya,untuk memasuki dunia kerja, persiapannya akan lebih baik jika dilakukan sebelum lulus.

yakin dengan dirinya, yakin dengan kemampuannya. Kadang kita sering melihat keluar dan mendengar komentar orang, tapi lupa mengecek ke dalam diri. Coba sesekali duduk tenang, lalu menanyai diri, saya ini sebetulnya butuh apa? Kemudian menimbang baik buruk segala sesuatu dan memikirkan alternatif tindakan yang perlu dilakukan. Dari survei identitas Unhas terkait aktivitas alumni setelah lulus, rata-rata alumni mendapatkan tekanan. Bagaimana seharusnya mereka menghadapinya? Ketika lulus kuliah, sejuta kegembiraan dialami. Lambat laun akan muncul pertanyaan atau komentar kapan kerja? Lulusan terbaik kok belum kerja! Ijazahnya buat apa? Bagi sebagian orang komentar tersebut menjadi tekanan tersendiri. Namun komentar itu wajar saja, tergantung dari sudut pandang mana Anda melihatnya. Jika malah membuat tertekan, berarti si alumni perlu mengubah cara berpikirnya. Anggaplah komentar itu membangun, jadikan motivasi. Jika kita terbiasa memasukkan dalam hati, ujung-ujungnya kita akan hidup dalam sudut pandangan orang lain.

DOKUMENTASI PRIBADI

Data Diri

ď ŽNama Lengkap A Juwita AM S Psi M Psi Psikolog ď ŽTempat dan Tanggal Lahir Sinjai, 13 Maret 1981 ď ŽPendidikan S1 Psikologi Universitas Negeri Makassar (2000) S2 Psikologis Klinis Anak, Universitas Padjadjaran (2010)

W

isuda menjadi momen yang paling dinantikan hampir semua orang di perguruan tinggi. Tapi mereka yang lulus di tengah pandemi tak dapat merasakan euforia tersebut. Tak hanya itu, mereka juga harus menghadapi fakta sulitnya memasuki dunia karier. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, angka pengangguran di Indonesia

tertinggi dalam lebih dari 10 tahun, meningkat hingga 9,2% atau hampir 13 juta orang di akhir tahun 2020 seperti dikutip dari The Conservation. Lantas bagaimana sesungguhnya tantangan alumni di masa pandemi Covid-19 ini? Berikut wawancara reporter identitas, Nadhira Sidiki bersama dosen Psikologi Unhas, Andi Juwita AM S Psi M Psi, Senin (11/1).

Bagaimana kampus harus mempersipkan alumninya agar siap bersaing? Sejatinya perguruan tinggi telah melakukan pembangunan mental selama proses pembelajaran. Tapi sebenarnya bukan tentang apa yang diberikan, tapi bagaimana mahasiswa mengambil hikmah dari hal tersebut. Unhas sendiri sudah melakukan banyak kegiatan untuk mempersiapkan lulusannya melalui Direktorat Alumni dan Penyiapan Karir (DAPK), diantaranya membuat seminar-seminar dengan mengundang pembicara yang mengulas topik tertentu seputar peluang dunia kerja, persiapan bekerja, beasiswa dan juga membuat program magang dengan pihak eksternal. Apakah tekanan di lingkungan sekitar ikut mempengaruhi kondisi seseorang? Tekanan di lingkungan sangat mempengaruhi kondisi psikis seseorang. Hal tersebut membahayakan, namun di mana bentengnya berada? tentu ada pada diri sendiri. Kita tidak bisa menuntut lingkungan untuk memahami, karena lingkungan akan selalu memberi tekanan. Mengingat pesatnya persaingan dalam mencari kerja, mahasiswa harus

Bagaimana seharusnya mereka berdamai dengan kondisi ? Cobalah mereeksikan, kalau sudah bisa mengenali diri sendiri, apapun komentar atau tekanan yang ada pasti bisa dihadapi. Tidak perlu memahamkan semua orang, misalnya kenapa belum bekerja? yah jawab saja dengan santai, misalnya bilang iya lagi cari, atau tanya balik, punya info lowongan yah? Tidak perlu kasih penjelasan ini dan itu. Sebagai individu kita harus memiliki tapisan, sejauh mana hal yang harus didengarkan dan siapa saja yang perlu didengarkan. Bagaimana seharusnya keluarga mengambil peran dalam kondisi seperti ini? Dukungan keluarga dan lingkungan itu perlu. Keluarga adalah pendukung yang utama. Individu lahir, tumbuh dan berkembang dalam keluarga. Keluarga membuat individu mampu mengerahkan usaha terbaiknya. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga juga terkadang memberikan tuntutan. Namun kita tidak perlu mengiyakan komentar semua orang.ď Ž Tim Laput


identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

SASTRA

CERMIN

PUISI

Pemuda Desa juga Bisa “Orang-orang dewasa di Tompotikka hanya punya dua cara mendidik. Menghalangi semua rencana kami atau menghukum kami bila melanggar aturan.”

B

egitulah salah satu kutipan dari buku berjudul “yang Tersisa dari yang Tersisa.” Di dalam buku setebal 183 halaman itu diceritakan kehidupan sebuah desa yang ditinggalkan penduduknya agar mendapat kehidupan yang layak. Angan saya sontak mengingat penduduk di kampung halaman yang masih menjunjung tinggi nilai gotong royong, sehingga tercipta harmonisasi di dalamnya. Di Dusun Tappina, Kabupaten Polewali Mandar, banyak penduduk memilih hengkang dari kampung dengan alasan yang sama. Sebagian dari mereka memilih membawa anaknya, sisanya lagi menitipkan ke kerabat terdekat. Ada pula yang keluar desa untuk mengenyam pendidikan. Kampung nan ramai, perlahan senyap seiring dengan fenomena yang sering disebut merantau. Termasuk saya, di usia belia memilih pergi dari desa demi menimba ilmu di ibu kota provinsi. Memang betul, berat rasanya meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan masa kecil. Setelah delapan tahun, tepatnya saat saya semester tiga di perguruan tinggi, saya baru kembali ke kampung halaman untuk waktu yang cukup lama. Semua terasa berbeda dan asing, tidak seperti di tempat saya mengenyam pendidikan, pemuda aktif berkegiatan. Sangat berbeda dengan kondisi di kampung saya. Pemuda di sini tidak memiliki ruang untuk berkegiatan. Mereka tidak difasilitasi oleh pejabat desa. Masyarakat juga tak percaya dengan kemampuan pemuda. Bahkan untuk sekadar membentuk kelompok olahraga saja, pemuda tidak mendapat dukungan, baik dalam bentuk material maupun finansial. Saat momen kemerdekaan tujuh belas Agustus, pemuda tidak pernah dipercayakan untuk membuat kegiatan. Naasnya pemerintah daerah hanya membutuhkan nama dan tanda tangan anak muda untuk dijadikan

13

bahan pertanggungjawaban ke pemerintah pusat. Semenjak itu, anggapan terhadap masyarakat yang harmonis buyar. Saya menyadari ada banyak hal janggal dan tak seharusnya dibiarkan. Anak muda sering disepelekan saat ingin mengambil peran. Hal ini dirasakan oleh pemuda di sana. Tapi mau bagaimana lagi, mereka tak dapat berbuat banyak, karena dianggap bocah ingusan. Sebagai gantinya,

Oleh: Badaria

pemuda ramai-ramai banting setir menjadi buruh tani demi melanjutkan hidup. Saya melihat sosok Amir yang diceritakan dalam buku Nurhady Sirimorok pada diri pemuda kampung. Amir bersama ketiga temannya dipandang sebelah mata karena kebiasaannya di desa, yang cuma nongkrong. Geng Jarum Super, begitu mereka disebut hanya sesekali dipanggil jika ada lomba antar desa. Tidak ingin dipandang sebelah mata, Amir dan kawannya mengajukan diri menyelesaikan babi hutan yang selalu merusak kebun. Berbagai cara dilakukan, seperti mengajak masyarakat untuk turun bersama hingga menggunakan anjing pelacak. Sayangnya, gerakan mengusir babi hutan ini tak berlangsung lama. Personil Geng Jarum Super satu persatu pergi dari desa karena terhimpit masalah ekonomi. Ditinggal sendiri, Amir tak

Anak Kecil Menangis Oleh : Adnan Akram Anak kecil menangis, tersedu, dan kecewa, Ia masih ingat papan yang selalu ia mainkan setiap saat.

kehabisan akal. Ia tetap berusaha meyakinkan masyarakat desa untuk tidak menyepelekan peran pemuda. Ide cemerlang muncul, Amir menjerat babi dengan menggunakan tali kopling. Permasalahan selesai dan namanya dikenal seantero desa. Kita semua bisa menjadi Amir dalam menghadapi permasalahan di lingkungan sekitar. Sikap tidak mudah menyerah harus dimiliki generasi muda. Begitupun yang seharusnya dilakukan pemuda di kampung saya. Mereka tak semestinya berdiam menyaksikan berbagai kekeliruaan yang ada. Pemuda sebagai agen perubahan, pembaharuan dan pembangunan seharusnya memiliki semangat juang yang tinggi. Pemuda harus berani mengambil sikap untuk menunjukkan potensi yang dimiliki, tak menunggu waktu menjadi dewasa dalam menyelesaikan permasalahan. Setiap orang punya kesempatan untuk membangun daerahnya. Saat ada permasalahan, jangan malu untuk maju memberi ide. Meski belum tentu didengar dan diterima, kita harus terus berjuang menyampaikan aspirasi. Karena pemuda merupakan pelanjut tongkat kepemimpinan bangsa ke depan. Bung Karno, pendiri bangsa kita saja percaya dengan kemampuan pemuda. “Berikan aku seribu orangtua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”. Tugas pemuda tentunya semakin berat, tapi perilaku yang tak mudah menyerah harusnya dijunjung tinggi untuk bisa bertahan hidup di era digital yang semakin berkembang. Penulis merupakan Manager Iklan PK identitas Unhas, mahasiswa Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2018

Anak kecil menangis, meronta dan memaksa, Agar ia kembali bermain dengan papan itu. Anak kecil menangis, merengek, dan meminta kepada sang ayah, Agar ia bisa merangkai cerita dengan papan itu. Namun ia sadar, ayahnya sudah berkelana, Papan itu telah menyelimutinya dan membawanya pergi bersamanya. Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Kedokteraan Gigi, Angkatan 2019

Asa pada Penguasa Oleh : A. Fahru lIslami Untukmu pemegang hak kuasa Lihatlah sepasang mata menatap penuh asa Tatap mata sang jelata Yang kadang berderai air mata Jelata hanya ingin melihat pelangi Walau kadang terhalangi mentari Jelata ingin bebas bermimpi Walau hidup bagai dirantai Apa gunanya menjadi pemimpi Jika pada akhirnya harus gigit jari Apa gunanya janji-janji Jika pada akhirnya diingkari Lihatlah! Pemegang hak kuasa meneguk jus buah Sementara jelata menangis darah Lihatlah! Pemegang hak kuasa di rumah mewah Sementara jelata di pematang sawah. Penulis merupakan mahasiswa Departemen Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Angkatan 2018


KATALOG BUKU

14

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

GOVERNASI NUSANTARA Jejak Kosmopolitalisme dalam Sejarah Kepemerintahan di Indonesia Penulis : Anwar Sanusi & Fadillah Putra Penerbit : LP3ES Terbitan : 2019 Tebal : xii+280 halaman Sinopsis : Buku Governasi Nusantara menawarkan satu bentuk pandangan politik, yaitu kosmopolit. Dari hasil bedah buku di akun youtube Center for Indonesian Policy Analysis (CIPA) Indonesia, Prof Dr Agus Pramusinto MDA mengatakan bahwa paham kosmopolitanisme sering dipahami berbeda oleh masyarakat. Padahal jika dibenahi dan diterapkan secara tepat, bisa menjadi salah satu pilihan dalam menghadapi pemerintahan Indonesia di masa sekarang. Kosmopolitanisme adalah ideologi negara di mana semua suku bangsa memiliki moralitas yang sama. Governasi Nusantara terbit sebagai solusi dari penulis kepada pemerintah dalam memimpin rakyatnya, membuat kebijakan berdasarkan nilai yang berlaku di

Bagaimana Demokrasi Mati

Penulis : Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Penerjemah : Zia Anshor Terbitan : 2019 Tebal : vii + 272

Sinopsis : Saran buku selanjutnya How Democracies Die, hasil terjemahan dari karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt. Buku ini membahas bagaimana praktik demokrasi mengalami kehancuran dan berubah menjadi bentuk pemerintahan lain yang mengerikan dari berbagai negara, khususnya di Amerika. Buku yang menjadi best offer di luar maupun di dalam negeri ini mengajak pembaca untuk memahami apa arti demokrasi sebenarnya. Penulis mempelajari gambaran sejarah praktik politik Amerika dan negara-negara lain yang belum sempurna. Untuk itu mereka menekankan bahwa kunci utama menangkal kematian demokrasi adalah menjunjung tinggi toleransi dan kesabaran mengendalikan diri. Jadi bagi kalian yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak soal demokrasi, bisa langsung membaca karya Steven dan Daniel tersebut. Agar berbagai permasalahan demokrasi bisa diatasi dan diredam oleh penerus bangsa serta jajaran pemerintahan lainnya.

Politik Relawan di Indonesia

Penulis : Arga Pribadi Imawan Penerbit : PolGov Terbitan : 2018 Tebal : xxviii + 97 Halaman Sinopsis : Kemunculan komunitas relawan, kelompok yang berasal dari kelas menengah, menjadi awal buku ini diterbitkan. Komunitas tersebut bernama Jogja Independent (Joint). Joint terbentuk karena adanya tujuan dan landasan yang kuat seputar politik di Indonesia. Penulis membagikan hasil pengalamannya dalam buku ini guna menambah warna studi kajian Ilmu Politik. Penulis banyak membahas seputar Pemilihan Umum (Pemilu) dan bagaimana sikap Joint membuat Pemilu menjadi lebih baik. Joint memiliki strategi tersendiri untuk memberikan edukasi politik kepada masyarakat. Salah satunya adalah melakukan identifikasi masalah yang terjadi di masyarakat sehingga

Model & Desain Negara Kesejahteraan Penulis: Budi Setiyono, Ph. D. Penerbit: Nuansa Cendekia Terbitan: 2018 Tebal: 288 Halaman Sinopsis : Konsep negara kesejahteraan (Welfare State), merupakan konsep pemerintahan di mana negara menjamin perlindungan serta kesejahteraan sosial ekonomi warganya secara menyeluruh. Buku ini membahas sejumlah negara yang mempraktikkan konsep pemerintahan tersebut. Sejarah seputar negara kesejahteraan dirangkum

masyarakat sehingga dapat diterima secara universal dan dibangun dari tingkat bawah. Melakukan pendekatan budaya dan kearifan lokal agar tidak terjadi ketimpangan dengan kepentingan masyarakat. Buku ini mengurai secara lengkap seputar tata kelola pemerintahan dan analisis praktik pemerintahan di nusantara dengan teori modern. Oleh sebab itu, ketua komisi Aparatur Sipil Negara tersebut menyarankan agar pelaku manajemen sektor publik dan mahasiswa membaca buku ini. Ketua Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia (RI), Dr Adi Suryanto juga menuturkan bahwa membaca buku ini, berarti kalian juga sedang membaca Indonesia dan memahami warisan sejarah untuk merumuskan strategi tata kelola sektor publik di masa depan.

lengkap dengan menghadirkan model dan konsep tata negara Welfare State di negara lain. Tidak lupa pula dengan kerangka dan aspek-aspek tata negara. Jadi bagi kalian yang tertarik untuk melihat tata negara dari sisi lain, bisa mencoba untuk membaca buku karya Budi Setiyono ini. Hanna Kanaya

terbentuklah visi, misi serta program berdasarkan kepentingan rakyat. Untuk kalian yang ingin mempelajari dan mengetahui sisi lain dari politik, buku karya Arga Pribadi Imawan bisa membuka pikiran dan pemahaman kalian seputar Pemilu, dan tidak terpaku oleh satu ketentuan yang ada.


KATALOG FILM

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

15

Tarung Sarung Sutradara : Archie Hikagery Produksi : Starvision Plus Tanggal rilis : 2 April 2020 Aktor Pemeran : Panji Zoni, Yayan Ruhian Sumber : Netflix Genre : Drama, Laga, Romantis

Tarung sarung bercerita tentang budaya Bugis-Makassar yang digunakan masyarakat terdahulu dalam menyelesaikan masalah antara dua orang. Film tersebut bergenre drama, laga, dan romantis yang dibintangi Deni Ruso (Panji Zoni ), Pak Khalid (Yayan Ruhian), dan Tenri (Maizura). Film ini tayang secara eksklusif di Netfilx, 31 Desember 2020. Cerita dalam sinema ini bermula ketika Deni Ruso pindah dari Jakarta ke Makassar, kampung halaman sang ibu. Ia merupakan seorang anak

Ati Raja Sutradara : Syahfuddin Bahrum Produksi : Persaudaraan Peranankan Tionghoa Makasaar (P2TM) Tanggal rilis : 7 November 2019 Aktor Pemeran : Fajar Baharuddin, Jennifer Tungka, lainnya Sumber : Google Genre : Sejarah, Romantis, Drama

Film Ati Raja ini berkisah tentang biografi seorang penyair dan musisi berdarah Tionghoa, Ho Eng Ji, yang hidup harmonis dengan masyarakat Bugis-Makassar. Perjalanan hidupnya sebagai keturunan

Tionghoa penuh tantangan. Terlebih kisah asmara yang selalu kandas dengan pujaan hati karena terhalang oleh perbedaan budaya. Persoalan karir, keluarga, asmara dan sosial-budaya yang kuat turut mewarnai kisah sang musisi. Bagaimana kelanjutan kisah Ho Eng ji?

Tenripada Sutradara : Rere Art2tonik Produksi : Pramedia Indonesia – Sky Movie Entertainment Tanggal rilis : 12 Maret 2020 (Indonesia) Aktor Pameran: Reza Pahlevi, Jeihan Dun Sumber : Google Genre : Romantis, Sejarah, Drama

Tenripada merupakan film yang mengangkat tema budaya BugisMakassar mengenai silariang atau kawin lari. Syamsir dan Melati ialah sepasang kekasih yang akan melangkah ke jenjang lebih serius. Namun kisah cinta mereka harus kandas ketika Melati kawin lari dengan lelaki lain di hari pertunangannya dengan Syamsir. Pengkhianatan Melati tak lepas dari

Maipa Deapati Datu Museng Sutradara: Rere Art2tonic Production house: Paramedia indonesia Aktor Pemeran: Shaheer Sheikh, Fildzah Burhan, Hans de Kraker Tanggal Rilis : 11 Januari 2018 Sumber : Google Genre : Drama, Legenda, Romantis Sinema Maipa Deapati dan Datu Museng ialah cerita rakyat yang disampaikan secara turun temurun. Kemudian diangkat menjadi sebuah film kolosal yang mengisahkan sejarah di tanah Makassar, Sulawesi Selatan. Datu Museng diutus ke tanah Makassar untuk membantu penduduk setempat melawan VOC. Dengan kesaktiannya, ia mampu mengalahkan pasukan Belanda. Konflik pun terjadi ketika Tom Lompoa (pemimpin VOC) mencintai istrinya, Maipa Deapati. Maipa lebih memilih mati di tangan suaminya ketimbang harus menyerahkan diri ke pemimpin VOC. Kisah cinta berlatar pada masa penjajahan VOC ini memberikan

dari salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Hidup bergelimangan harta membuat ia lupa kehadiran Tuhan dan arti hidupnya. Ketika tiba di Makassar, Deni mendapati situasi yang berbeda 360 derajat dari hidupnya di Jakarta. Masalah silih berganti menghantamnya mulai dari asmara, pertemanan, agama, sosial budaya, serta adat Bugis yang kental semakin membuat alur film ini begitu kompleks. Mampukah Deni beradaptasi?

nuansa tragis nan apik yang mewarnai kisah asmara rumah tangga keduanya. Tokoh Datu Museng diperankan oleh aktor film India berjudul Mahabarata yaitu Shaheer Sheikh. Lokasi film ini diambil dari berbagai tempat berbeda, di antaranya Makassar dan Pulau Sumbawa. Penonton pun akan dibawa kembali ke suasana zaman dulu dengan pemandangan gunung dan pesisir pantai yang indah. Nah, bagi kalian yang tertarik mempelajari sejarah Indonesiadalam bentuk lain, film ini bisa menjadi jalan alternatif buat kalian. Oktafialni Rumengan

konflik keluarga di antara kedua belah pihak yang memiliki dendam masa lalu. Peristiwa tersebut memicu kemarahan keluarga mereka sebab silariang merupakan aib besar. Keluarga Bugis-Makassar sangat menjunjung siri na pacce sehingga siapapun yang melakukan itu, hanya ada dua pilihan; dibuang dari keluarga atau dibunuh.


16

JEKLANG

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

Mengabdikan Diri Lewat Tulisan

DOKUMENTASI PRIBADI

Sumbangsih pemikiran dalam bentuk tulisan bisa menjadi amal jariah dan bermanfaat bagi masyarakat.

B

anyak upaya yang dilakukan seluruh pihak untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19, seperti sosialisasi akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan serta diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah. Selain itu, peran akademisi dalam bentuk advokasi dan sumbangsih pemikiran yang bisa dipertimbangkan sebagai pengambilan kebijakan oleh pemerintah untuk menghadapi pandemi juga ikut serta dalam langkah preventif ini. Bentuk advokasi yang dituangkan ke hal literasi juga besar pengaruhnya terhadap kondisi ini. Bagaimana tidak,

banyak istilah medis digunakan dalam menjelaskan virus ini yang tidak semua bisa dipahami oleh masyarakat awam. Dosen Departemen Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyakat Unhas, Dr Irwandy SKM M Kes M Sc PH atau akrab disapa Irwandy berhasil menerima penghargaan dari media The Conversation Indonesia sebagai science and health editor favorit. Hal ini ia peroleh dari kecakapannya, mampu menjelaskan konsep kesehatan yang mengandung banyak istilah teknis dan jargon menjadi mudah dipahami oleh pembaca yang tidak memiliki latar belakang akademisi.

Setelah diwawancarai pada Sabtu, (9/1) Pria kelahiran Kendari, 12 Maret 1984 ini menceritakan awal mulanya menulis terkait dunia kesehatan di media The Conversation Indonesia. Saat itu di pertengahan 2019, ia memuat disertasi penelitian S3 nya pada beberapa buku, literatur dan jurnal. Ia mengangkat isu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang saat itu lagi marak menghantam rumah sakit dalam hal efisiensi karena keterlambatan klaim dan pembayaran. “Dari isu JKN itu mungkin dibaca sama editor The Conversation, mereka tertarik lalu menghubungi saya menawarkan bilamana kalau hasil penelitian saya dituliskan ke dalam artikel ilmiah populer, setelah beberapa kali diskusi dengan editor, terbitlah tulisan-tulisan saya hingga saat ini,” paparnya. Alumnus Administrasi Kebijakan FKM Unhas 2005 ini sudah suka menulis sejak ia masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah, banyak dari tulisannya yang berupa opini, sastra ataupun cerpen bermula dari keresahan yang terlintas di pikirannya. Saat ini, barulah beberapa artikel ilmiah populer yang dituliskannya banyak fokus ke bidang utamanya, kesehatan dan rumah sakit. “Saya sekarang sudah umur, jadi tidak seperti dulu yang bisa menulis banyak hal. Fokusnya kini hanya pada bidang kerjaan, itupun paling menulis di waktu tertentu, seperti malam atau setelah salat subuh. Saat anak-anak saya beristirahat, baru setelah itu, pagi melanjutkan aktivitas seperti biasanya,” terangnya. Menanggapi pandemi ini juga, Irwandy tentu ikut serta dalam menuliskan banyak hal, termasuk tentang Covid-19. Banyak isu lain yang dituliskan selain isu JKN, seperti bagaimana rumah sakit kewalahan dalam menghadapi pandemi, juga saat penggantian menteri Kesehatan RI oleh personal yang latar belakangnya bukan dari kesehatan “Penolakan yang terjadi, resistensi dan hoaks itu sebenarnya salah satu bukti kegagalan kita dalam advokasi bidang kesehatan dalam mengomunikasikan hal ini,” ungkapnya. Semangatnya untuk mengemas tulisan tentang Covid 19 menjadi

bentuk sederhana yang dapat dikonsumsi masyarakat karena di dunia kesehatan terlalu banyak istilah dan jargon yang sulit dipahami. Selama menerbitkan beberapa artikel, ide yang muncul pertama berasal dari keresahan pribadi, lalu ia diskusikan dengan editor kemudian diterbitkan. Ada juga editor yang melemparkan isu dan meminta pendapat padanya, setelah isu yang dibincangkan saling cocok baru tulisan itu ia eksekusi. Ia juga berharap apa yang menjadi pemikirannya ini bisa menjadi amal jariyah dan bermanfaat bagi masyarakat. “Kemarin juga ditawarkan untuk diterjemahkan di media internasional waktu saya memprediksi jumlah rumah sakit collapse. Rata rata opini saya kurang bisa diterima media internasional, tapi untuk skala nasional ada, seperti Kompas dan National Geography. Pernah juga diterbitkan di website resmi FKM Universitas Airlangga,” paparnya. Di tengah kesibukannya menjadi peneliti dan dosen, banyak lika-liku yang ia hadapi selama proses ini. Hal yang menyulitkan baginya adalah menulis dengan dibatasi jumlah kata. Ia menambahkan kalau dalam menuliskan tesis, disertasi, jurnal ataupun artikel ilmiah bahasanya sangat berbeda sekali, belum lagi di satu jurnal biasanya ada banyak ide yang bisa ditumpahkan di dalamnya sehingga sulit baginya untuk berhenti menulis. “Susah bagi saya berpikir bidang jurnalistik. Saya seringnya menulis artikel ilmiah tesis dan sebagainya, tiba-tiba dibatasi misalnya 500700 kata dan itu saya belajar betul bagaimana caranya memfokuskan dan cara berhenti,” jelasnya. Harapannya, ia bisa meningkatkan kemampuan dalam menulis artikel ilmiah popular dan berharap bagaimana ide-idenya bisa berguna bagi masyarakat umum. Agar bisa membaca bahasa ilmiah dengan lebih muda, perilaku kesehatan bisa terwujud dan bisa menjadi sumbangsih dalam pengambilan kebijakan nasional oleh pemerintah. Nurul Hikma


identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

BUNDEL

Kiprah Setahun Pembantu Rektor V

S

etiap universitas memiliki rektor sebagai pemimpin tertinggi. Namun rektor tidak bekerja sendiri, ia dibantu oleh beberapa wakil rektor (WR) untuk menjalankan penyelenggaraan pendidikan. Di Unhas sendiri, saat ini memiliki empat WR yang bertanggung jawab pada bidangnya masing-masing, diantaranya WR I Bidang Akademik, WR II Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Infrastruktur, WR III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, dan WR IV Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan. Tapi, tahukah kamu, Unhas pernah memiliki WR V yang kala itu lazim disebut Pembantu Rektor V (PR). Gagasan tentang pembentukan PR V pertama kali terlontar pada Rapat Kerja Senat Guru Besar Universitas pada 1998. Di bawah kepemimpinan Prof Dr Ir Radi A Gani, PR V dibentuk untuk mengurusi bidang perencanaan dan pengembangan Pola Ilmiah Pokok (PIP). PIP ini merupakan orientasi lembaga pendidikan tinggi yang dilihat dari keadaan lingkungan, sejarah, dan budaya kampus tersebut berada. Walaupun sebelumnya, Unhas telah menetapkan Pola Ilmiah Pokok (PIP) pada 27 Desember 1975. Dengan

menerbitkan SK Rektor No 1149/ UP-UH/1975 yang menetapkan Ilmu Kelautan sebagai ilmu andalan Unhas. PIP Ilmu Kelautan dipilih lantaran Unhas lahir di tengah-tengah masyarakat bahari dan mempunyai keterkaitan historis dengan laut. Radi menilai pembentukan PR V ini penting, karena kurang lebih 15 tahun visi Unhas ke depan tidak jelas, maka diperlukan suatu badan pengelolah PIP. Oleh karena itu, tepatnya 1 Februari 2001, resmi dibentuk dan diangkat Prof Dr A Mappadjantji Amien sebagai PR V, dikutip dari Bundel identitas 2001. Hanya saja, pembentukan PR V tak pelak mengundang kecurigaan dari berbagai pihak, lantaran pejabat yang diamanahkan dikenal kawan dekat Radi. Apalagi tiga bulan menjelang pemilihan rektor, sehingga isu berkembang bermuatan politis, Prof Mappadjantji tegas membantah dan menganggap asumsi tersebut sangat tidak mendasar, “Jabatan di kampus tidak ada yang politis, melainkan struktural dan profesional,” tuturnya dalam Bundel identitas Edisi Oktober 2001 Di awal pembentukan yang mulai diragukan dan dipertanyakan, PR V tetap berjalan dengan gebrakannya mendesain kurikulum berkonsep kelautan. Tetapi tetap saja kinerjanya

menjadi sorotan. Seperti yang diucapkan Ketua Senat Fakultas Ekonomi, bila hanya membuat kurikulum, kenapa tidak dibawahi saja langsung oleh PR I. Senada dengan itu, Presiden Mahasiswa Unhas, Haryanto pun mempertanyakan alasan pembentukan PR V. “Jika hanya mengurusi masalah perencanaan dan pengembangan PIP, kenapa tidak dirangkaikan saja oleh PR yang lain, agar tidak terjadi ‘Penggendutan’ struktural,” tuturnya. Gejolak kritik yang menghujani PR V tak ayal membuatnya tidak bertahan lama. Baru setahun terbentuk dan tidak adanya kinerja nyata dihasilkan, di awal Tahun 2002 PR V dibubarkan. Prof Mappajantji Amin kemudian ditunjuk menjadi PR IV menggantikan Syarifuddin Wahid di periode dua Radi (2002-2006). Secara blakblakan, Radi mengakui pembentukan PR V itu didesak oleh beberapa pihak. “Setelah dibentuk Badan Pengembangan dan Penerapan PIP, banyak teman-teman yang mendesak agar dibentuk PR V,” ucapnya dalam Bundel identitas Edisi Februari 2002. Setelah penghapusan jabatan yang hanya seumuran jagung itu, hingga saat ini belum ada lagi pembentukan Pembantu Rektor V. Annur Nadia F. Denanda

17 Puisi Selepas Tiada Oleh: Fika Saputri

Dengan sajak ini aku menolak lupa Dalam secarik kertas yang kemudian hari akan usang Aku rangkai kisah tentangnya Seperti Sapardi Djoko Damono Yang hidup di antara jutaan sajaknya Begitu pun aku berusaha mengenang Kepada Hujan Bulan Juni yang tabah Membasahi bumi berkali-kali Meluapkan sedih Kepada sang ibu pertiwi Yang telah dilanda gelisah Melihat anak meraung dalam tangis Belum usai hujan di bulan Juni Kini terukir kenangan pahit Kepergian yang terkasih mengusik hati sanubari Mata telah menutup sayu dengan perasaan bangun esok hari berjalan menyusuri lorong-lorong mimpi Dalam sebuah tidur yang sangat nyenyak Ternyata rohnya pun memilih menetap di pelukan sang Khalik Dengan sajak, aku menolak lupa Dalam secarik kertas yang kemudian hari akan usang Merawat sketsa yang hilang jiwanya Seperti Wiji Tukul, ia pergi tak Kunjung kembali Membawa pucuk ingatan Goresan tinta yang tabah itu memahat waktu untuk bersua Dalam rentetan nostalgia Ia hadir dan pergi tanpa permisi Menyisihkan angin ilusi Pandanganku terperangkap di padang gundah gulana Betapa mengherankannya! Dirindu, dikenang, namun tak selesai! Dirindu, dikenang, dipuja anganangan Hilang di balik kabut pertanyaan Kucari tetap saja terkubur Kuceritai tetap saja tak lengkap Begitu abstrak dunia yang nyata. Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Unhas.


18

CERPEN

identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

Ceria Bukan Berarti Tak Punya Luka

S

amar-samar sinar matahari menembus kamarku. Aroma bekas hujan semalam masih menyisakan temaram dalam hatiku, entah karena karakterku yang overthinking, atau karena depresi yang aku alami. Ku singkap sarung tipis peninggalan almarhum kakekku yang telah usang. Terlihat sedikit lusuh, karena warnanya mengeruh. Tidak heran, karena ini hadiah khitanan kakek pada tahun bangsa ini mewujudkan kemerdekaan. Seperti pagi-pagi biasanya, sarapanku masih berupa nasi. Meski sebenarnya mual, aku paksakan untuk tetap menelan. Tidak ada pilihan. Apalagi sanggahan. Terutama perihal pasokan perutku setiap pagi. Meski aku hanya sekadar berpendapat, itu sudah dianggap mendebat. Cukup semalam, pagi ini jangan lagi terulang. Dengan mood sekelam awan kumulonimbus, juga selera makanku yang telah hiatus, aku memutuskan bergegas ke kampus. "Mentariiii!!!!" Tanpa menoleh aku sudah tahu pasti pemilik suara serak ini. Bastian. "Mau ke kampus?" Aku hanya mengangguk. "Kenapa murung? Terjadi lagi?" Kali ini suaranya merendah. "Kamu selalu tahu apapun mengenai aku, Bas." "Hemm, pastinya. Sudahlah, apapun itu, sekarang bukan waktunya kamu bermuram hati. Kamu bisa cerita nanti, ayo ku temani ke kampus. Semangat, Mentari! Ayo tularkan ceriamu lagi hari ini hihihi." Aku bahagia telah menghadirkan tawa orang lain, aku senang melihat orang lain meluruhkan sendunya karena leluconku. Meski terkadang untuk menghasilkan sesuatu yang lucu aku perlu melakukan hal "gila" tapi begitu melihat orang lain tertawa, beban hatiku mampu meluap ke udara. Meskipun untuk sementara. *** Siang ini, usai mata kuliah kedua, seperti biasa aku berkunjung ke Rumah Sakit Gerilya, tempat Bastian bekerja. Beberapa rekan kerjanya heran, ada pula yang menggelengkan kepala, entahlah, tujuanku hanya menunggu Bastian. Ya, menunggu Bastian. "Loh, kamu di sini? Kelar sudah kuliahmu?" Bastian dengan peluh menghampiriku. "Minum?" Sebotol air mineral ku tawarkan pada Bastian. Seperti biasa juga, ia tersenyum dan langsung menandas habis isinya. "Kamu yang paling mengerti aku, Mentari." "Bukankah kamu juga begitu, Bas?" Balasku sambil menyeka cucuran keringatnya. "Aku berbenah dulu,

tunggu, ya. Tak akan lama." Secepat kilat ia berlari. Benar. Tak lama Bastian pun kembali. "Kemana tempat yang pas untuk berbagi cerita hari ini? Taman Siliwangi? Tempat biasa kita merapuhkan frustasi." Lalu, tanpa iya dan tanpa kata apa-apa, Bastian menarik tanganku. Ia mengajakku berlari menerobos terik matahari. Kulit menghitam? Haha, aku dan Bastian tak pernah memikirkan. Sinar itulah yang membuat persahabatan kami awet. "Jadi, Mentari? Sudah siap cerita?" Tawar Bastian setelah duduk bersila di salah satu gazebo sudut taman. Tempat andalan. "Bas... Haruskah ku ceritakan lagi? Apa kamu tidak akan muak mendengar keluhku setiap hari?" Suaraku sedikit

tersendat. Bastian pasti paham bahwa aku sedang menahan tangisan. "Mentari, kami harus tahu, di antara semua yang aku punya, kamu paling berharga. Bukan hanya aku yang terusterusan mendengar keluhanmu, tapi kamu juga, kan? Biarkan terus begini, kita sahabat sejati." Dengan intonasi yang halus, ucapan Bastian barusan terdengar tulus. "Ibuku melukai hatiku lagi. Kesekian kali." Kali ini Bastian terdiam, tanda aku kembali dipersilahkan bercerita sepuaspuasnya. "Aku melakukan saranmu, Bas. Tapi tetap sama. Ketika aku bicara penuh kelembutan, aku dibentaknya. Kesabaranku terkuras, Bas. Aku hanya ingin menyuarakan apa yang selama ini aku pendam, tapi ibuku tak pernah memberiku ruang. Selalu aku yang salah. Pengorbananku seakan tak pernah memberi arti, kehadiranku seolah tak pernah dinanti, aku sakit pun ibuku tak peduli. Seluruh pemberiannya diungkit kembali. Sakit hatiku, Bas." Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar. "Aku tidak pernah peduli dengan orang yang pamer kemesraan sanasini. Tapi aku sangat iri melihat orang lain dipeluk ayah mereka. Aku tak

pernah bisa, Bas. Sekadar mengetahui keberadaanya saja tak mampu, apalagi hendak bertemu. Aku ingin dipeluk ibu penuh kasih sayang, tapi tak pernah juga kudapatkan. Aku selalu disalahkan. Padahal aku hanya ingin diperhatikan, Bas. Tapi tak pernah terlaksana." Tumpah sudah air mataku. Tak tahan sudah hatiku terus-terusan merangkul pilu. Bagaimana mau memikirkan asmara, jika kasih sayang orang tua tak pernah dirasa? Keceriaanku hanya kedok belaka. Kedok agar lukaku seolaholah tak ada. Tangisku menguar tanpa henti. Sakitnya berturut-turut, pedihnya berlarut-larut. "Sesuai dugaanku, di sini kamu." Aku mendongak. "Kenapa Ibu di sini? Bastian? B.. Bastian kemana?" Orang

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

yang kusebut sebagai Ibu itu,

mencengkeram erat pundakku. "Buka matamu!!! Bastian telah meninggal satu bulan yang lalu. Sampai kapan kamu berlaku begini, Mentari? Ikhlaskan Bastian." Kali ini setengah berteriak, Ibu menatapku lekat. Aku menepikan tangannya. "Kenapa Ibu bilang begitu? Aku tahu Ibu tak terlalu menyukaiku, aku paham itu. Tapi jangan mengatakan bahwa Bastian telah tiada, aku tak rela. Ibu tahu betul setiap ucapan adalah doa. Bastian masih ada! Dia mengantarku kuliah setiap hari." "Sadar, Mentari! Kamu sendiri yang menjadi saksi saat-saat terakhir Bastian. Kamu tidak ingat? Ingat kembali baik-baik.! Semuanya hanya ilusi dari depresimu sendiri. Pulang dan bersiaplah! Ibu akan mengantarmu ke luar dari kota ini.. Kamu harus diobati, tidak boleh seperti ini." Tangisku mulai tak terbendungkan. Selintas, kenangan kelam itu menguar, yang hingga kini menyebabkan ruam tak berkesudahan di pikiran. Hari itu, seperti biasa, sepulang kuliah aku menunggui Bastian bekerja. Aku melihatnya tengah mengecat dinding. Sesekali dia melempar senyum dan memasang mimik wajah lelah. Aku memamerkan sebotol air mineral.

Tiba-tiba, braaak!!!! Bastian lengah. Ia menginjak kayu yang salah. Kayu itu tak mampu menahan berat tubuhnya. Dari lantai dua Rumah Sakit Gerilya yang belum ďŹ nish renovasinya, Bastian terjun dan membentur bekas adonan semen yang sudah mengeras. "Bastiaaannnn." Teriakanku mengejutkan semua orang. Argh.. Kepalaku sakit mengingat hal itu. Kejadian yang selalu ingin kulupakan. Hari itu, satu-satunya sahabatku direnggut maut. Karut sudah otakku. Kosong sudah hari-hariku. "Jangan lagi pergi ke proyek itu. Orang-orang menganggapmu gila karena kamu selalu datang ke sana, duduk, dan tersenyum sendiri, lalu tanpa menyapa siapapun kamu bergegas pergi. Tolong hentikan, Mentari! kita pindah ke tempat baru untuk suasana baru. Ikhlaskan Bastian!" Aku berjalan pulang. Kutinggalkan Ibu di sana. Aku berjalan, tapi rasanya kakiku mengambang. Bastian.. Maaf, aku belum bisa mengikhlaskanmu. Masa ketika kita berbagi cerita dan membagi tawa, adalah part terbaik dari kisah-kisah kita yang luar biasa. Satu sesalku, aku tidak tahu apakah aku mencintaimu sebagai sahabat atau lebih dari itu. Yang pasti, kehilanganmu membuat aku terjerembab, aku tak lagi patah, tapi hancur sudah. Bagian terberat dari setiap perpisahan adalah mengikhlaskan. Bisakah kulakukan, Bas? Katamu aku kuat, bukan? Akhirnya, aku memilih pergi dari tanah ini. Di kota baru, aku menjalani konseling dan terapi mental. Hari-hari berlalu, dan kini statusku kembali menjadi mahasiswa baru. Aku akan tetap menjadi pribadi ceria, yang menutup rapat-rapat semua lukalukanya. Tenang, Bas, kepergianmu tak akan membebaniku. Kisah kita terjilid sempurna bersampul doa-doa. "Halo, aku Dinar. Kamu?" Sedikit kikuk, tapi aku berusaha tersenyum lebar, seperti senyum yang pernah Bastian berikan. "Mentari." Uluran tanganku disambutnya hangat. "Hy, Mentari.." Aku menoleh ke bangku belakang. Aku terhenyak. "Bas... Bastian." Wajah itu, kenapa persis dengan wajah Bastian? "Namamu bagus." Suara itu, kenapa mirip suara Bastian? Dia juga tersenyum. Tapi, senyumnya tak semanis Bastian. Jadi, dia Bastian atau bukan?ď Ž Penulis Mona Veronica Wahyuningtyas merupakan Juara 3 Lomba Cerpen Dies Natalis ke-46 identitas Unhas, sekaligus Mahasiswa Ilmu Politik, FISIP Universitas Hasanuddin


identitas

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

POTRET

19

Lapangan Sepak Bola

Taman Teras

Sepi di Ruang Ramai

Gedung Ipteks

Naskah dan Foto oleh: Nur Ainun Afiah

K

ampus Unhas, kini kembali sepi. Peraturan work from home diterapkan lagi. Pintu satu ditutup, sehingga beberapa fasilitas umum tak dapat dinikmati. Taman Teras, tempat berteduh sambil olahraga terlihat sunyi. Gedung Ipteks yang sering dipenuhi mahasiswa juga kosong. Semuanya terasa berbeda karena pandemi tak kunjung redah. Kami sajikan jejak visual tepi kampus yang ramai dan sepi. Penangkaran Rusa

Taman Pascasarjana Kantin Kudapan


LINTAS

20

identitas

21

NO. 919, TAHUN XLVII, EDISI JANUARI 2021

DOKUMENTASI PRIBADI

Kota Separuh Dunia Kota separuh dunia. Di manakah gerangan?

J

angan Anda bayangkan bahwa sebutan separuh dunia lantaran luas wilayah geografisnya. Sama sekali tidak. Penyematan gelar itu lebih kepada keberadaan suatu kota yang punya kekuatan pada dimensi sejarah, seni, budaya, ilmu pengetahuan dan filsafat. Kota itu bernama Isfahan, di mana pemberian gelar ‘Kota Separuh Dunia’ karena menjadi pusat peradaban dan kemajuan dunia ketika Dinasti Safawi berkuasa di wilayah Iran pada abad ke-16. Sebelum itu, di abad ke11 Isfahan merupakan pusat belajar ilmu kedokteran, di mana pengajarnya adalah Ibn Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern dalam Abad Pertengahan. Ibn Sina juga dikenal sebagai pionir ide karantina, pada pemikirannya untuk menghindari penyebaran penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, dengan adanya interaksi antar manusia maka diperlukan isolasi selama 40 hari yang disebut metode al-Arba’iniya (Empat Puluh). Terkait dengan kota Isfahan, dalam beberapa sumber tertulis disebutkan kota ini memiliki setidaknya kurang lebih enam ribu monumen bersejarah yang berusia lebih dari 2.500 tahun. Bangunan bersejarah di kawasan ini, seperti Alun-alun Imam Khomeini dan Naghseh Jahan masuk daftar monumen United Nations Scientific, Cultural and Educational Organization (UNESCO). Naghseh Jahan adalah alun-alun persegi panjang besar di kota Isfahan, yang dikelilingi oleh bangunan dari zaman Safawi. Bangunan lain yang berdiri selama Dinasti Safawi, Masjid Sheikh Lotfollah yang mendapat sentuhan arsitektur khas Persia.

Kemudian ada juga Masjid Agung Isfahan yang dihiasi dengan karya seni dari periode pasca-Islam. Di mana menjadi referensi untuk memahami adanya perubahan dan perbedaan arsitektur dari periode pra Islam ke Islam dalam sejarah Iran. Ada pula Masjid Imam (khomeini) yang merupakan masjid terpenting pada periode Safawi dalam hal kemegahan, arsitektur. Bangunan masjid lainnya; Masjid Agung Ardestan, Masjid Zavareh yang 15 km timur laut Ardestan, adalah masjid empat teras pertama di Iran yang dibangun selama periode Seljuk, namun yang menjadi salah satu karya berharga dari periode Seljuk, Masjid Golpayegan. Daripada itu, daya tarik kota ini adalah Gereja Hagop pertama kali dibangun oleh orang-orang Armenia di Julfa, Isfahan. Tetapi gereja yang paling terkenal di Julfa dalam hal arsitektur dan lukisan adalah Gereja Saint-Sur yang dibangun 1065 M. Ada pula menara tua yakni Menara Jonban merupakan salah satu contoh bangunan bergaya Mongolia. Hal yang paling menarik dari monumen bersejarah ini adalah dengan memindahkan salah satu menara, tidak hanya menara lainnya yang bergerak, tetapi seluruh bangunan. Menara yang paling tinggi adalah menara Golpayegan pada periode Seljuk abad ke-5 Hijriyah. Tidak ketinggalan pemandangan alam Provinsi Isfahan merupakan perpaduan antara pegunungan, gua dan peninggalan kehidupan manusia selama bertahun-tahun, sehingga menjadi destinasi wisata alam di provinsi ini. Gua Kastil Kambing di utara Hassanabad, yang diyakini tempat permukiman manusia tertua di provinsi Isfahan.

Di dalam gua, telah digali terowongan oleh orang-orang kuno, yang sulit untuk digali dengan peralatan modern. Mengunjungi gua ini harus membawa alat dan perlengkapan untuk mendaki. Panorama yang indah, akan terasa sejuk jika ditemani dengan minuman. Nah Isfahan terkenal dengan rumah teh tradisionalnya (chaykhâne; kedai). Mereka umumnya ditemukan di komunitas asli orang Isfahan, di persimpangan gang bazar, di bawah jembatan, di sudut-sudut kota. Di kedai ini Anda dapat menghabiskan berjamjam mengobrol sambil minum teh dan menikmati kurma yang direndam dalam bubur wijen. Dinding kedai biasanya dipenuhi dengan jendela kaca dengan lukisan yang menggambarkan pemandangan dari kehidupan sehari-hari: kisah cinta, puisi, anggur, dan alat musik. Selain itu, isfahan juga memiliki

sejarah Yahudi yang menarik. Yudaisme adalah agama tertua kedua di Iran setelah Zoroastrianisme, telah ada pada masa Kekaisaran Achaemenid, di bawah Cyrus Agung. Komunitas Yahudi Iran secara historis terkonsentrasi di Isfahan, dan diyakini ada sekitar 1.500 orang. Secara umum, warisan budaya yang unik dan buatan tangan dari orangorang Isfahan yang berselera tinggi dan artistik, telah berusia lebih dari ribuan tahun. Hal ini menyebabkan orangorang dari provinsi lain melakukan perjalanan ke kota tersebut setiap tahun seperti liburan Nowruz. Sebanding bukan bila Isfahan mendapat gelar ‘Separuh Dunia’? Penulis Supratman SS M Sc PhD merupakan dosen Departemen Sastra Asia Barat FIB Unhas


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.