PK identitas Unhas Edisi Maret 2020

Page 1

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

Menyikapi Arti Merdeka Belajar

Wansus: Musik sebagai Medium

Pergerakan Sosial... Sosial... hal 3

Rampai: Lingkar, Komunitas

Peduli Sejarah dan Budaya...hal 8

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020


DARI REDAKSI

2 TAJUK

KARIKATUR

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

SOSIAL MEDIA

Memanasnya Isu FT Unhas Menjadi Institut UNIVERSITAS Hasanuddin merupakan salah satu perguruan tinggi terpandang di kancah nasional. Bahkan, universitas yang memiliki julukan Kampus Merah ini masuk dalam delapan besar pemeringkatan perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Kemenristekdikti. Berbagai cerita menarik terus mewarnai perkembangan Unhas dari masa ke masa, salah satunya adalah Fakultas Teknik (FT). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 7 September 1960 No.75623/UU, FT resmi berdiri di bawah pimpinan Rektor ketiga Unhas, Prof Arnold Mononutu. Setelah 25 tahun mengukir sejarah di Kampus Baraya, FT Unhas harus memekarkan diri ke Tamalanrea. Kampus ini ternyata bukanlah “pelabuhan” terakhir bagi Unhas. Berdasarkan bundel identitas Edisi Awal April 2004, berhembus kabar mengenai rencana pembangunan kampus baru yang dikhususkan untuk FT Unhas di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Seiring perkembangan zaman, fakultas yang didominasi oleh lelaki ini diterpa isu akan berpisah dengan Unhas. Pemekaran ini bermaksud akan menjadikan FT perguruan tinggi baru di Sulsel. Isu ini kembali mencuat pada tahun 2018, dalam berita identitas Unhas berjudul, “Berikut Beberapa Kampus Cabang Unhas, dan Isu Fakultas Teknik Jadi Institut”, dituliskan bahwa Wakil Presiden RI periode 2014-2019, Muhammad Jusuf Kalla menginginkan Kabupaten Gowa, sebagai pusat pengembangan teknologi masa depan di kawasan Indonesia timur, dengan menjadikan FT Unhas sebagai institut. Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Rektor, Suharman Hamzah PhD mengatakan, saat itu Unhas belum mengadakan pembahasan dan membicarakannya. “Saya selaku Sekretaris Prof Dwia, mengatasnamakan Rektor Unhas bahwa sekarang belum ada pembicaraan mengenai FT yang ingin dijadikan institut,” ungkapnya. Melihat pernyataan dari pemangku kebijakan di tingkat universitas dan fakultas, nyatanya belum ada kesepahaman untuk mewujudkan wacana ini. Hingga tahun 2020, sivitas akademika Unhas kembali dihebohkan dengan pemberitaan mengenai isu FT Unhas yang telah mendapat persetujuan pengajuan proposal dari hasil Rapat Senat FT Unhas. Saat dikonfirmasi kepada Dekan FT Unhas, Prof Arsyad Thaha membenarkan hal tersebut. Ia telah membentuk tim penyusun proposal Pengembangan FT menjadi Institut Teknologi. "Kami menunjuk Prof Saleh Pallu sebagai Ketua Tim. Beliau adalah anggota senat sekaligus Rektor Unibos. Besar harapan akan lahir institut teknologi baru di Pulau Sulawesi," katanya, Jumat (21/2/2020). Akankah isu ini terealisasi dan FT Unhas menjadi institut? Mari bersamasama menanti kabar besarnya.

KARIKATUR/URWATUL WUTSQAA

SURAT DARI REDAKSI

IDENTITAS/SANTI KARTINI

Magang 49: Penyambutan magang baru oleh Katua Penyunting, Dr Ahmad Bahar ST M Si serta kru identitas, di Sekretariat Penerbitan Kampus identitas, Minggu (8/3).

Mahasiswa Pembelajar

Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat”, kalian pasti tidak asing dengan peribahasa yang mungkin sudah dihafalkan sejak kecil ini. Ilmu pengetahuan adalah hal dasar yang harus dimiliki manusia. Sebagai mahasiswa, tentunya kita sangat dekat dengan yang namanya ilmu pengetahuan. Ilmu sifatnya sangat luas, tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal. Jangan membatasi diri hanya pada satu bidang keilmuan. Di Penerbitan Kampus identitas, kami berasal dari berbagai disiplin ilmu yang sangat beragam, ada Fisika, Sastra, Politik, Hukum, Perikanan hingga Peternakan. Selain disiplin ilmu masing-masing,

kami bersama-sama menggeluti dunia jurnalistik. Tak jarang kami bertukar pikiran mengenai masalah hukum, membicarakan sejarah, atau sekadar diskusi kecil soal politik. Hal ini tentunya dapat menjadikan khazanah keilmuan kita menjadi lebih luas. Jadilah mahasiswa pembelajar, yang selalu haus akan ilmu pengetahuan, dimanapun dan kapanpun. Di edisi kali ini kami menyuguhkan laporan utama terkait Langkah Unhas Merespon Kebijakan Kampus Merdeka, Ulasan terkati Praktik Lapang, dan berbagai rubrik menarik lainnya. Selamat membaca!

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu Anggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi  Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Wandi Janwar Koordinator Liputan: Urwatul Wutsqaa Litbang SDM: Arisal Litbang Online: Sri Hadriana Litbang Data: Hafis Dwi Fernando (tidak aktif) Staf Penyunting: Ayu Lestari, Andi Ningsi, Khintan, Fatyan Aulivia, Fitri Ramadhani Fotografer: Santi Kartini Artistik dan Tata Letak: Alfianny Maulina, Badaria Iklan/Promosi: Muh. Irfan (tidak aktif)Reporter: Melika Nur Jihan, Muh. Syahrir M. E. Cahyadi Tim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Mukhlis Amans Hady, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa  Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com Tarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Maret 2020 Ilustrasi: Finsensius T. Sesa Layouter: Badaria


WANSUS

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

3

Data Diri Nama

: Soleh Solihun

TTL

: Bandung , 2 Juni 1979 (40 tahun)

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Aktor, pelawak tunggal, komedian, -Jurnalis (Reporter Trax Magazine 2004-2005) -Feature Editor Playboy Indonesia 2006-2008 -Rolling Stone Indonesia 2008-2012

Jadi memang musik dipercaya menjadi salah satu ajang untuk menyuarakan aspirasi orang.

IDENTITAS/SANTI KARTINI

Musik sebagai Medium Pergerakan Sosial

M

usik dengan semiotikanya tersendiri sering disebut sebagai bahasa yang universal, alasanya tidak lain karena unsur-unsur pembentuk musik. Seperti irama, birama, melodi, tempo, sampai ekspresi yang membentuk sebuah lagu punya suatu daya yang mampu menggerakan “hasrat”. Kalau kita menyetel musik dangdut di acara nikahan, siapa sih yang tidak dengan sendirinya ikut bergoyang. Universalisme musik dalam artian satu buah lagu juga tidak terlepas dari kekuatan liriknya, bait-bait berirama inilah yang sejak dahulu menjadi medium para musikus menyampaikan keresahan mereka. Misalnya Bob Dylan lewat Blowin in the Wind yang menyuarakan Hak Asasi Manusia, The clash yang bosan dengan imperialisme Amerika dan Inggris pada dekade 1970an, menyoroti itu dalam salah satu lagunya yang berjudul I’m so bored with the U.S.A, serta John Lennon yang mendoakan

dunia supaya damai dan sentosa lewat Imagine. Di dalam negeri, musikus Iwan Fals yang pernah konser di Universitas Hasanuddin (Unhas) sebulan setelah orde baru tumbang, tepatnya awal Juni 1998, dikenal sangat vokal menyuarakan perjuangan kelas saat itu, bersama Bandnya Swami dan album mereka Swami satu dengan mega hits macam Bento dan Badut adalah balada kritik mereka terhadap pemerintahan orde baru saat itu, tidak ketinggalan Raja dangdut Rhoma Irama pun menyuarakan respek terhadap Hak Asasi manusia lewat lantunan Hak Asasi. Di skena pergerakan mahasiswa, lagu-lagu yang sering menemani menyusuri jalan-jalan raya tidak lain lagu-lagu maknawi dan pembakar, macam Darah Juang ciptaan John Tobing, Totalitas Perjuangan, dan Buruh Tani. Tiga lagu ini pasti sangat akrab di telinga mahasiswa, utamanya mahasiswa Unhas. Dekade ini, muncul

musikus-musikus utamanya dalam skena Independen yang juga menyuarakan lirik-lirik pergerakan sosial, macam Feast, Jason Ranti, Sisir tanah, dan banyak lagi. Di samping eksistensi suatu musik-lagu sejatinya adalah repitisi yang akan terus berlanjut, pastinya membuat karya-karya Iwan Fals, Lennon, akan selalu abadi dan menjadi alternatif lagu pemantik turun ke jalan, selain Dara Juang dan kawankawan. Membahas musik sebagai medium pergerakan sosial, Reporter identitas, Muh Syahrir, mewawancarai Soleh Solihun yang hadir di Baruga AP Petarani Unhas, Senin (10/2) seusai tampil sebagai moderator dalam acara Be The Future Starter with Axis Edu Pack, berikut kutipan wawancaranya. Bagaimana anda melihat musik sebagai salah satu medium pergerakan? Sejak dulu musik memang sudah dijadikan medium pergerakan, dari mulai John Lennon yang menyanyikan lirik-lirik pergerakan, Bob Dylan dengan protes-protesnya.

Mengenai lirik tentang kritik sosial, apa sih yang membedakan musisi zaman dulu dengan zaman sekarang? Intinya dari zaman tahun 60-an sampai sekarang 2000-an, musisi-musisi yang menyampaikan kritik sosial sebetulnya sama saja. Mereka berupaya melawan ketidakberesan. Ketidakberesannya itulah yang berbeda – beda. Kalau seperti Iwan Fals sih sudah segala macam disuarakan, intinya dari jaman dulu kalau kita lihat musisi-musisi yang menyuarakan kritik-kritik, intinya mereka resah dengan ketidakberesan yang mereka hadapi, terus disampaikan lewat lagu. Dari dulu hingga sekarang esensinya sama saja, hanya bahasanya saja yang agak berbeda. Pada intinya musisi itu mengungkapkan keresehannya. Sebenarnya genre apa yang paling pas untuk membawa pesan pergerakan di dalam liriknya? Untuk menyampaikan sebuah kritik sosial sebenarnya tidak terbatas genre lagunya. Dari musik metal sampai musik balada juga ada kalau mau menyampaikan kritik sosial. Hanya saja, untuk lagu-lagu yang vokalnya lebih mudah didengar dan lebih mudah menyampaikannya, seperti Jason Ranti, Iwan Fals, yang ketika orang mendengar lagunya, langsung tahu liriknya tentang apa tentu akan lebih cocok membawa pesan pergerakan. Pada dasarnya, musik-musik yang vokalnya lebih mudah didengar itu lebih gampang dicerna. Beda halnya dengan seringai, mungkin orang harus baca lebih dulu liriknya atau dengar dulu baik-baik, baru mereka bisa paham ternyata

ngomongin ketidaksukaannya terhadap kondisi sosial. Tapi sebetulnya itu tidak salah, setiap musisi punya ekspresiekspresi masing-masing dalam menyampaikan pesannya. Kalau di zaman Anda, lagulagu apa yang menemani mahasiswa turun ke jalan, selain darah juang dan kawan-kawannya? Dari dulu juga Iwan Fals. Dari tahun 80-an sampai sekarang pun lagu-lagunya masih relevan. Lagu Iwan Fals, dari jaman dia bikin lagu Wakil Rakyat tahun 1989, sampai sekarang masih relevan. Bahkan sampai kemarin demo-demo di Senayan, Jakarta lagu wakil rakyat masih terus menemani mahasiswa. Menurut Anda, bagaimana esensi lagu-lagu tersebut dinyanyikan saat turun ke jalan? Ketika mahasiswa turun ke Jalan untuk memperjuangkan hak orang banyak, menyampaikan kritik sosial, sebenarnya bukan soal lagu yang menemani mereka. Itu semua bebas, turun ke jalan tidak harus mendengarkan lagu. Yang terpenting adalah mereka paham apa yang harus mereka perjuangkan, jangan hanya ikutikutan. Pesan anda buat mahasiswa supaya berani berkarya? Orang mau menulis lirik kritik yah silahkan, mau menulis lirik cinta yah silahkan yang penting jujur. Ketika kamu nyamannya di lirik cinta ya sudah menulis lirik cinta saja, kalau lebih tertarik menulis lirik tentang kritik sosial yah bikin saja Tapi jangan sampai karena sekarang lagi tren bikin lirik kritik sosial, malam ikutikutan. Intinya jadi musisi harus jujur, jadilah apa adanya.


4

SANTAI

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

Mendatar

Menurun

3. Perguruan tinggi yang pernah bergabung dengan Unhas 6. Direktorat yang menangani alumni dan penyiapan karir mahasiswa Unhas 8. Rumah Susun Sederhana Sewa (singkatan) 11. Rubrik PK identitas yang memuat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni 13. Biaya kuliah yang ditanggung setiap mahasiswa dalam satu semester 14. Karakter pola ilmiah pokok Unhas 16. Pelaksana kebijakan umum yang dibuat penerbitan pers dari pemimpin redaksi. 17. Kepala Biro Administrasi Umum Unhas 18. Ajang pemberian apresiasi bagi sampul muka (cover) pers mahasiswa terbaik se-Indonesia 19. Unit Kegiatan mahasiswa Unhas yang bergerak dalam bidang kewirausahaan 20. Pusat pembibitan sapi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin 23. Pejabat yang memimpin suatu fakultas 24. Pencipta Mars Unhas 25. Jalur undangan masuk perguruan tinggi negeri

1. Ilmu kedokteran yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakit 2. Nama portal akademik baru Unhas 4. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI 5. Nama depan Rektor ke-10 Unhas 7. Fakultas termuda di Unhas 9. Sistem kelola informasi yang menggantikan LMS Unhas 10. Orang yang telah tamat dari suatu sekolah atau perguruan tinggi 12. Bantuan biaya pendidikan dari pemerintah bagi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang memiliki potensi akademik baik tetapi memiliki keterbatasan ekonomi 15. Fakultas yang resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1963 21. Slogan Unhas dalam mengingatkan peran dan tanggungjawab sivitas akademika untuk berperan aktif dalam mencapai World Class University 22. Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas

KOMIK

Gegara Corona

Ketentuan Penebak 1. Civitas akademika Unhas 2. Tulis jawaban di kolom yang telah disediakan 3. Foto jawaban Anda dan Posting di instagram, jangan lupa tag @identitas_unhas dan mention lima orang temanmu untuk ikut kuis ini 4. Pastikan akun Anda tidak privat 5. Pemenang terpilih akan dikonďŹ rmasi melalui Dirrect Messanges (DM) instagram 6. Pemenang terpilih akan mendapatkan hadiah menarik dari pihak redaksi PK identitas Unhas


identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

IPTEKS

5

Meningkatkan Produksi Sapi Bali dengan Teknik In Vitro

S

api merupakan salah satu komoditas menjanjikan di Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TAB BPPT), Soni Solistia Wirawan. Menurutnya, daging sapi merupakan komoditas potensial yang menyumbang 18 persen terhadap konsumsi daging nasional. Pada tahun 2017, total konsumsi daging sapi Indonesia sekitar 720.225 ton, dengan perhitungan bahwa jumlah penduduk sebesar 261.900.000 orang dan konsumsi daging sapi sebesar 2,75 kg/kapita/ tahun. Namun, konsumsi daging tersebut tidak sejalan dengan produksi daging sapi dalam negeri yang hanya mencapai 437.300 ton. Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan produksi daging sapi di dalam negeri, salah satunya adalah menggunakan metode pengembangan teknologi produksi embrio secara in vitro. Seperti yang dilakukan oleh Prof Dr Ir Herry Sonjaya DEA DES bersama dengan rekannya, Hasbih. Dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Teknik Produksi Embrio

In Vitro untuk Meningkatkan Bibit Sapi Bali”, Herry berhasil memproduksi embrio in vitro yang dapat digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kualitas genetik sapi Bali. Terobosan tersebut terdiri dari pematangan in vitro (IVM), fertilisasi in vitro (IVF) dan kultur in vitro (IVC). Ketiga proses itu telah dipelajari menggunakan oosit sapi Bali dengan tingkat kematangan mencapai 91,53 persen, sedangkan tingkat pembuahan dan pembagian adalah 68 -70,03 persen dan embrio in vitro kultur sapi Bali mencapai 32 tahap blastokista sel. Riset yang dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Fertlisasi In Vitro dan Embrio Hewan, Unhas ini telah diaplikasikan di Maiwa Breeding Center, Enrekang. Meski penelitian seperti ini telah dilakukan sebelumnya, Herry mengaku risetnya masih sangat jarang dan Unhas lebih memfokuskan pada jenis sapi Bali. “Ada teknologi yang dapat memproduksi embrio secara in vitro dan ini adalah pertama kalinya di Unhas. Meski di Jawa sudah ada dan kebanyakan yang berhasil

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

itu sapi perah. Kalau kita sedang kembangkan pada jenis sapi Bali,” ujarnya. Aplikasi produksi embrio in vivo dan in vitro memang masih perlu dikaji, sehingga teknik ini dikembangkan untuk mempercepat peningkatan populasi dan kualitas genetik sapi Bali. Salah satu

terobosan baru adalah dengan menerapkan teknologi produksi embrio in vitro (IVEP). Teknologi produksi embrio di laboratorium ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan teknologi produksi embrio in vivo. Pertama, IVEP dapat digunakan pada sapi bermasalah seperti sapi yang gagal menanggapi pengobatan superovulasi. Kedua, IVEP dapat digunakan untuk menyelamatkan potensi genetik sapi yang sakit yang tidak diharapkan untuk merespon produksi embrio konvensional. Ketiga, semen dari sapi jantan yang berbeda dapat digunakan untuk membuahi oosit hasil panen dari ovarium sapi betina, yang menghasilkan banyak oosit dan berpotensi dibuahi oleh sperma dari berbagai sapi jantan menjadi embrio. Keempat, oosit untuk IVEP dapat diperoleh dari ovarium donor hidup menggunakan ovum pick up (OPU) atau dari ovarium sapi potong. Adapun metode yang dilakukan untuk pengembangannya adalah mengambil ovarium dari rumah potong hewan, kemudian dicacah untuk diambil oosit yang berkualitas bagus dan dimatangkan di inkubator. Selanjutnya, sperma beku yang menjadi bahan dasar

dilakukan fertilisasi dan kultur. Lalu diamati perkembangannya setiap dua hari dan diperiksa hingga tahap blatosis. Penelitian teknologi produksi embrio in vitro ini telah dilakukan selama tiga tahun terakhir. Dalam penelitian di laboratorium Unhas, oosit yang digunakan berasal dari RPH. Faktor-faktor untuk karakter yang berperan penting dalam keberhasilan kematangan oosit in vitro adalah kualitas oosit, waktu maturasi dan media kultur yang digunakan. Dimana keberhasilan pematangan oosit sangat ditentukan oleh kualitas oosit pada awal proses pematangan. Herry menjelaskan bahwa sejak fertiliasi hingga siap untuk dikembangkan, teknologi tersebut membutuhkan waktu delapan hari. Setelah itu, dilakukan penanaman ke induk betina resien sebagai penerima. Saat ini, ia berencana mengembangkan teknologi hasil risetnya di kabupaten Takalar. “Sekarang kita rencanakan dengan menyusun proposal LPDP dan akan dikembangkan di Takalar. Hingga saat ini dana yang telah digunakan sekitar 100 juta rupiah yang bersumber dari Dikti dan Unhas,” pungkasnya. Wandi Janwar

Kantong Kertas Ramah Lingkungan Bukan hanya untuk kebutuhan rumah tangga dan ternak, rupanya limbah pertanian dapat dimanfaatkan menjadi bahan dasar pembuatan kantong kertas.

P

ada Maret 2019 Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) kembali menerapkan kebijakan Kantong Plastik Tidak Gratis (KPTG). Program ini, akan menyentuh 40.000 toko di Indonesia untuk mendukung dan mengurangi kantong plastik. Seperti diketahui, Februari 2016, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Aprindo pernah menjalankan kebijakan serupa, dengan kantong plastik berbayar seharga Rp 200. Namun belum setahun, Aprindo memutuskan menghentikan program dengan alasan tidak adanya payung hukum yang jelas. Langkah lain untuk mengurangi penggunaan kantong plastik digagas Empat Mahasiswa Universitas Hasanuddin. Keinginan mereka terwujud melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang mereka ikuti, yaitu pada Bidang Pengabdian Masyarakat di Dusun Mappasaile, Kabupaten Maros. Keempat mahasiswa itu yakni Chaerunnisa Nur Fitrah selaku ketua tim, Anggotanya Arjun Azis (Kehutanan 2016), Hardianti Hasyim (Kehutanan 2016) dan Friska Mambela (Kehutanan 2016).

Dalam pelaksanaannya, mereka berupaya mengendalikan tingkat penggunaan kantong plastik dengan menggunakan barang alternatif yang ramah lingkungan. Mereka memanfaatkan limbah pelepah pisang dan sabut kelapa sebagai bahan dasar pembuatan kertas yang dapat menjadi alternatif pengganti kantong plastik sekali pakai. Umumnya, pembuatan kertas diambil dari kayu yang memiliki kadar selusosa yang tinggi. Limbah pelepah pisang dan sabut kelapa seperti diketahui memiliki pula kandungan selusosa, yang cukup untuk diolah menjadi kertas. Lingkungan masyarakat Dusun Mappasaile yang mata pencarharian utamanya adalah hasil pertanian, menjadikan limbah pelepah pisang dan sabut kelapa tidak sulit ditemukan. Namun, dikarekan belum adanya media dan pelaku pengolahan, potensinya lebih diarahkan kebutuhan rumah tangga dan ternak. Ketua Tim PKM, Chaerunnisa Nur Fitrah menyampaikan memang belum ada data akurat mengenai jumlah sampah plastik di Dusun Mappasaile. Mereka hanya mengobservasi di masyarakat khususnya pasar yang rata-rata

menggunakan kantong plastik. Oleh karena itu, selama empat bulan melalui metode pengajaran secara langsung baik penyampaian materi dan pengajaran, mereka mengedukasi masyarakat mengenai cara dan proses pembuatan kantong kertas dari limbah pertanian. “Sejauh ini media yang digunakan masih manual mulai dari pencacah (gunting dan pisau) begitu pun alat cetaknya masih menggunakan jaring dan balok kayu mirip degan screen sablon,” ucap Chaerunnisa. Pembuatan kantong kertas yang masih sederhana memang bukan pekerjaan yang mudah, apalagi dalam prosesnya, kelompok PKM ini sering mendapat kendala, seperti alat yang digunakan untuk dan memasak pelepah pisang yang mesti diperbaharui. Berkat kerja sama masyarakat Dusun Mappasaile, mereka dapat mencetak 30 kantong kertas yang layak pakai. Untuk satu panci besar limbah pelepah pisang dan sabut kelapa, dapat menghasilkan lima sampai delapan kertas berukuran A3. “Untuk pembuatan satu buah kertasnya, kalau dihitung mulai dari pencacahan hingga pencetakan itu tiga jam, hanya saja proses

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

memasaknya yang lama,” jelas mahasiswa angkatan 2017 ini. Lebih lanjut, dia menyampaikan pengeringan bisa menghabiskan waktu sampai satu hari penuh, itupun kalau cuaca mendukung. Jika cuaca kurang cerah, bisa membutuhkan waktu yang lebih lama. Selain itu, pelipatan dan proses desain butuh waktu setengah jam. Kendala lain juga sering didapati Chaerunnisa dan ketiga temannya, setelah kertas tercetak masih ditemukan yang mudah robek. Mereka mengakui mitra atau masyarakat masih belum terbiasa

dan ahli dalam pembuatannya sehingga tingkat ketebalan kertas tidak merata. Walau belum seratus persen mengurangi penggunaan kantong plastik. Tapi sudah ada peningkatan penggunaan kantong belanja yang ramah lingkungan. Kedepanya, tim PKM ini ingin mengembangkan produk mereka di wilayah kampus Unhas, misalnya kawasan Workshop. “Kami ingin mengembangkan produk ini bukan hanya di Dusun Mappasaile, tapi di daerah penghasil limbah kantong plastik yang tinggi juga termasuk kampus Unhas,” tutupnya. Arisal


6

WANSUS

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

Public speaking, Kunci Semua Profesi

T

ak dapat dipungkiri, kemampuan berbicara di depan umum (Public Speaking) merupakan salah satu skill yang wajib dimiliki b agi setiap individu. Tidak terbatas pada bagi profesi, usia, ataupun latar belakang seseorang. Kemampuan berbicara di depan umum bisa membantu kita untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Namun, bebicara di depan umum tidaklah semudah yang dibayangkan. Ketika

Bagaimana tanggapan Anda tentang kemampuan berbicara di depan umum? Berbicara itu adalah kemampuan yang dimiliki semua orang. Karena pada dasarnya saat kita baru lahir berbicara itu ditandai dengan tangisan. Nah, tangisan itu merupakan salah satu bentuk komunikasi sederhana. Berbicara adalah seni, karena setiap orang mempunyai dinamika yang berbeda-beda. Kemudian, pancaran dari pembicara itu terwujud dari gestur, sikap tubuh atau wiraga. Ketika kita berbicara, semua panca indra pada wajah ikut berbicara. Mata, hidung, muka, dan bibir ikut berbicara. Jadi kemampuan berbicara itu adalah karya seni.

IDENTITAS/SANTI KARTINI

Data Diri Nama Lengkap Tempat/Tanggal Lahir Riwayat pendidikan

Pekerjaan

: Eddyman E. Ferial, S.Si., M.Si. : Makassar, 10 Januari 1970 :-S1 Biologi UNHAS (1994) -S2 Biologi ITB (1997) -S3 Ilmu Kedokteran UNHAS (2010) -International Sandwich Program di Griffith University, Queensland Brisbane Australia (2010) :-Dosen Biologi FMIPA UNHAS -Dosen Luar Biasa di F. Teknik Gowa, FK Unhas (Dept. Kedokteran Hewan & Fisioterapi), FKG Unhas, FKM, Kehutanan, Ekonomi, dan Berbagai Kampus Sekolah Tinggi Kesehatan di Makassar -Peneliti Dalam Bidang Biologi Reproduksi & Herbal Medicine -Kepala Laboratorium Biologi Dasar Universitas Hasanuddin -Presenter & Newscaster TVRI -Instruktur Pada Berbagai Komunitas Bertopik Personality Plus, Public Speaking, Service Excellent

Kesalahan apa yang sering dilakukan ketika berbicara di depan umum, tetapi tidak disadari? Kesalahan yang dilakukan ketika berbicara di depan umum contohnya, salah dalam menyampaikan. Hal ini disebabkan karena kurangnya wawasan, jam terbang, dan kurang membaca. Selain itu, kesalahan dalam menyampaikan juga disebabkan oleh faktor kebiasaan dan budaya. Karena untuk orang bugis makassar, kadang-kadang ada budaya di mana kita kelebihan “vitamin G”, contohnya “Ayo kita makang ikang bakar”. Nah, itu tidak perlu ditertawakan, karena sudah menjadi budaya. Sama ketika orang jawa barat mengatakan “Maap”, karena membedakan huruf p dengan f itu agak sulit untuk mereka. Bagaimana cara kita menguasai diri ketika berbicara di depan umum? Untuk menguasai diri kita harus percaya diri, tapi tidak boleh percaya diri yang berlebihan. Salah satu caranya adalah berlatih di depan cermin, lihat bagaimana bentuk bibir ketika mengucapkan

hendak menyampaikan sesuatu di depan hadirin, kita harus mengetahui teknikteknik tertentu. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang teknik tersebut, Reporter identitas, Risman Amala Fitra mendatangi salah satu dosen Biologi FMIPA Unhas, yang juga merupakan presenter dan newscaster TVRI, Dr Eddyman W. Ferial SSi MSi CPS, di sebuah festival, Rabu (11/3). Berikut kutipan wawancaranya.

kata, sikap tubuh disarankan untuk tegak, dan berbusana yang pantas dan wajar, sesuai dengan tema atau materi acara yang dibawakan. Kerapian juga harus selalu dijaga, karena dengan tampil rapi akan meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu, untuk menguasai forum, kita harus kenali siapa audience. Caranya, kontak panitia dan tanyakan audience nya dari mana saja, usianya berapa, dan profesinya. Karena dengan mengenal audience lebih awal, kita akan mudah mengatur irama yang diinginkan. Seberapa penting bagi mahasiswa untuk mempelajari teknik berbicara di depan umum? Teknik berbicara di depan umum sangat penting bagi mahasiswa. Dalam berbagai kegiatan seperti Kuliah Kerja Nyata, mereka harus berbicara di depan masyarakat desa. Kemudian untuk menghadapi seminar proposal, ujian skripsi atau hasil penelitan, dan ujian sidang sarjana juga dibutuhkan skill ini. Karena mereka harus berbicara dengan teratur dan tertib, tidak boleh asal ngomong. Teknik apa saja yang biasa digunakan ketika berbicara di depan umum? Teknik berbicara di depan umum yang pertama kita harus prepare. Harus siapkan apa saja yang ingin kita sampaikan. Kedua, harus menjaga penampilan, sehat jasmani, dan rohani. Ketiga, tepat waktu, dalam arti tepat memulai dan tepat mengakhiri. Keseluruhan dari poin itu disebut dengan istilah IBC. Introduction adalah pendahuluan secara singkat, B adalah Body atau badan dari keseluruhan apa yang ingin kita sampaikan, dan C adalah Closing atau penutup. Penutup boleh memberikan penekanan pada closing statement, yang membuat orang mengingat kita.

Metode apa saja yang efektif digunakan untuk latihan berbicara di depan umum? Metode latihan yang dapat kita gunakan adalah berbicara dengan teman dekat. Nantinya teman dekat akan memberi evaluasi. Kemudian berbicara di depan keluarga dekat, lalu berbicara di depan khalayak ramai, seperti di tingkat lurah, RT, dan RW. Jadi, jangan coba berbicara di depan umum, sebelum berbicara dengan teman dekat terlebih dahulu, karena mereka adalah guru yang paling jujur. Indikator apa saja yang bisa menunjukkan bawa seseorang sudah sukses sebagai pembicara publik? Indikator yang pertama adalah ketika kita selesai dan menutup acara, hadirin tersenyum dan bertepuk tangan tanpa kita minta. Kedua, kita akan melekat dipikiran orang-orang sebagai pembicara publik yang profesinal, tepat waktu, tepat janji. Dan ketiga repeat order, orang akan mengundang kita untuk acara yang lain. Itu bisa menjadi ukuran keberhasilan kita sebagai public speaker. Adakah pesan yang ingin disampaikan untuk pembaca PK identitas Unhas? Untuk seluruh mahasiswa khususnya para pembaca identitas, apapun profesi Anda, di mana pun Anda bekerja, public speaking harus selalu di utamakan. Public speaking sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan sangat mendukung karir apapun yang kita pilih. Di Indonesia, kurang lebih lima tahun belakangan ini kesadaran akan pentingnya public speaking mulai mencuat. Mari kita jadi pembicara publik yang bersertifikat teratur, terstruktur, terukur, singkat, tepat, padat, jelas, memikat dan bermartabat.


identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

SASTRA

Wanprestasi Oleh : Thania Novita

L

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

terlambat untuk Fajar mengejar cita-citanya bagi sebagian besar orang. Lelaki jangkung itu punya orang tua yang mampu membiayainya untuk kuliah jika hanya di jurusan ekonomi atau sastra. Dia juga cukup pintar jika hanya melulusi jurusan tersebut. Tapi, Fajar punya mimpi mulia yang mahal untuk diwujudkan. Dia ingin menjadi seorang dokter. Untuk itu, butuh waktu tiga tahun bekerja demi menambah uang orang tuanya agar bisa membayar biaya kuliah dan memantapkan ilmunya untuk ikut ujian masuk. Padahal tugas negara ialah mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana terkandung sakral dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945. Bukankah seharusnya perguruan tinggi membuka lebar-lebar dan sebanyak-banyaknya peluang bagi tunas bangsanya untuk berilmu? Bukannya membuat lebih dari 70% tunasnya gagal dalam ujian. Kurang lebih 40% sisanya menyerah untuk berpendidikan dan sebagian besar perempuan memilih menikah saja. Sudah sering sekali Fajar dinasihati untuk menyerah pada impiannya tapi lelaki itu berpendirian kuat. Katanya, tidak seharusnya minat sesorang dibunuh dengan alasan ‘asal lulus’ atau ‘asal kuliah’. Hal keliru yang masih dipertahakan masyarakat. Bahwa kuliah asal lulus entah dalam hal apapun itu, di jurusan apapun itu yang penting perguruan tinggi negeri. Padahal, minat anak yang berbeda-beda mempengaruhi psikologis anak pula. Misalnya, Anak yang minat dan berbakat artistik dimasukkan ke jurusan kedokteran hanya karena silsilah keluarganya dokter. Beberapa tahun di sana, habislah kebahagiaan anak itu. Dia tertekan, stres, dan hal negatif lainnya. Fajar menjelaskan semuanya dengan jelas pada Mala sehingga perempuan bugis itu termotivasi mengikuti kata hatinya untuk keluar dari jurusan ekonomi dan mengambil jurusan seni tari. Hasil pertama, tentu saja ejekan dan hinaan menghujani. Setiap jurusan memiliki peringkatnya tersendiri di mata masyarakat, jika kedokteran ada di peringkat pertama, maka seni tari menduduki peringkat paling bawah. Tapi Mala tidak pernah menyesal dengan pilihannya, hasil akhir, dia sukses di jurusan tersebut. Dia membawa Tari Padduppa, Tari Pakkarena, dan tari tradisional lainnya dicintai di negara-negara lain. Hubungan jarak jauh bagi sebagian besar orang adalah hubungan yang berdiri di atas keragu-raguan tapi tidak dengan mereka. Seluruh tindakan lelakinya telah membangun dinding kepercayaan yang kokoh bahwa lelaki lain mungkin bisa bermain-main saat tidak dilihat, tapi tidak dengan Fajar. Bukankah selama ini dia telah membuktikannya? Dan sesuai janjinya, dia selalu berkunjung sekali sebulan. Padahal biaya tiket sekarang seperti lelucon, tiket ke jawa sama mahalnya dengan ke luar negeri, tapi lelaki jangkung itu tetap tidak ingkar janji. Terakhir, saat Mala tahu bahwa lelakinya sampai harus cuti satu semester demi menepati janji, dia menangis menyesal atas keegoisannya. “Sudah cukup. Kali ini kau harus berjanji tidak akan

PUISI Tampuk Kesah

“Belum pernah ada janji yang membunuh seseorang, Mala. Jangan khawatir. Kau tau kan aku adalah orang yang paling benci ingkar janji?.” elaki jangkung itu benar. Dia tidak pernah bohong. Mala ingat saat lelaki bermata seri itu berjanji akan membawanya menelusuri pantai paling indah. Dengan menempuh empat jam perjalanan, dia berhasil membawa Mala melihat pantai paling putih dan langit biru cerah yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Pantai itu berada di Bulukumba. Seperti namanya yang selalu membawa harapan baru, Fajar pun berjanji akan membawanya menemui pantai yang lebih putih lagi, yakni di Kota Palu. Sayangnya, Palu telah ditimpa musibah tsunami saat mereka hendak ke sana. Tapi sekali lagi, lelaki itu sangat takut mengingkari janji. Dia mengatakan, lelaki diukur dari omongannya. Atas prinsipnya itu, mereka tetap ke Palu, mengenang sisa-sisa keindahan yang berusaha dibangun ulang. Bagi Mala, Palu memang yang paling indah karena di sana dia bisa melihat betapa luar biasa lelakinya itu. Dia lebih bisa dipercaya daripada Bapaknya sendiri. Berkat Fajar, Mala yang dulunya menurunkan kedudukan lelaki setara dengan benda mati, kini mengangkat kembali kedudukan mereka lebih tinggi dari kedudukannya sendiri. Fajar memang tidak perlu diragukan lagi. Orang-orang menyukai mulutnya yang bersih, jujur, dan terpercaya. Bahkan, Ibunya yang punya banyak pengalaman pahit tentang lelaki pun setuju bahwa Mala harus mempertahankan lelaki bermata seri itu. Mala senang. Dia amat mencintainya. Semua tentang pria subuh itu membawa rasa kagum. Pernah Mala memaksanya untuk mengambilkan buku tugas yang tertinggal di rumah temannya. Malamnya hujan deras dan pekerjaan memaksa lelaki itu lembur. Mala tidak masalah. Toh, tugas dikumpul dua hari lagi. Dia bisa mengambilkan besok. Tapi jam setengah dua belas malam, lelaki itu datang basah kuyup membawakan buku tugas. Mala heran mengapa dia sangat keras kepala ingin membawakan buku itu dan menyusahkan diri sendiri. Dia sempat berpikir mungkin lelakinya itu sedikit bodoh atau sudah mejadi budak cinta. “Bukan begitu, Mala. Aku tau bukunya masih bisa diambil besok. Tapi aku sudah terlanjur janji hari ini dan laki-laki diukur dari janjinya. Tidak ada alasan yang bisa membuat sebuah janji terpatahkan, kecuali mati.” Sekali lagi Mala kagum. Dia bahkan tidak ragu untuk melepas lelakinya menimba ilmu di Pulau Jawa. Memang sudah cukup

7

Oleh : Iswatun Khazanah datang lagi jika memberatkan bagimu. Datanglah dengan beban dan perasaan ringan, aku baru bisa menemuimu.” Untuk menepati janji pada Mala, lelaki bermata seri itu tidak lagi datang tiap bulan. Dia datang hanya di acara besar keagamaan. Mala tenang. Berbeda dengan pasangan lainnya yang justru kebakaran jenggot saat pasangannya lama di tempat jauh sana, dia justru merasa tenang karena kepercayaannya yang besar pada lelakinya. Kedatangan lelakinya justru yang membuatnya gelisah. Dia selalu terpikir uang dari mana lagi yang digunakan lelaki itu. Apakah dia kerja lembur lagi? Ataukah dia harus meminjam uang lagi? Ataukah uang SPP-nya harus dikorbankan lagi? Sering kali dia berharap lelaki itu tidak pernah mengetuk pintu rumahnya lagi dan berdiri tersenyum di hadapannya seakan biaya tiket tidak pernah mengguncang pikiran. “Mala, aku akan ke rumahmu malam ini. Aku dan orang tuaku akan datang melamar. Tanya Ibumu jangan memasak makanan yang berlebihan. Kami senang memakan makanan apa adanya. Dan ingat! Jangan makan ataupun minum tanpaku. Karena percayalah aku pasti datang.” Setelah berita wisuda menggirangkan hati Mala dua hari yang lalu, hari ini dia kembali tenggelam dalam euforia. Lelakinya yang sudah enam bulan tidak dijumpainya, kini akan datang bersama sebuah lamaran. Lengkap sudah hidup Mala. Saat itu, dia baru hendak makan siang ketika menerima telepon dari Fajar. Hilang sudah niat makannya. Dia terlalu bahagia sehingga hanya bisa berlari menuju kios baju Ibunya di pasar untuk menyampaikan kabar gembira. Tentu saja itu juga kabar gembira bagi sang Ibu. Dia segera menutup kios dan membeli seluruh bahan makanan dan menyulapnya menjadi hidangan lezat. Tapi malam berlangsung sangat panjang karena lelakinya tak kunjung datang entah mengapa. Dia tidak bisa dihubungi. Hingga fajar yang lain muncul di garis langit, Fajar yang dinanti tidak datang-datang dan begitu seterusnya hingga tiga hari kemudian. Lelaki itu baru datang, tapi bukan untuk melamar. Dia datang untuk melayat. Kekasihnya yang mati demi menepati janji. Mala yang dengan jujurnya tidak menyentuh makan ataupun minum demi memercayai lelakinya. Padahal dia pun punya riwayat sakit maag akut. Fajar sungguh menyesali omongannya. Padahal dia baru saja kehilangan Ibu dan kali ini dia harus kehilangan wanita terakhir yang dicintainya. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Hukum Administrasi Negara, Angkatan 2016.

Aku menatap cakrawala dengan sendu Lalu mengelak rindu dengan tangguh Berkokoh ria meski nestapa membelenggu Mengenyam raga yang tersayat akan ragu Gemblengan diri merapuh Ikatan rasa mengendur dengan tabu Pahit, kering, hampa bercampur jadi kelabu Malang menjadi arah yang dituju Tatapan ironi menyala akan cemburu Dentuman rasa berkecamuk menjadi tabuh Kembali luka tersisip pilu Memojokkan diri, bersama dinding menyatu Nyatanya hati ini kembali terbentur Tertoreh pedih tersulap keping hancur Naas, asabiah diri bebal bersandiwara kebal Melantun kata yang miskin akan sesal Napas mulai terbebang Kala realita sudah tak mengambang Merasa candala, melebur andai dan cita Dihempas kejam dengan tak terkira Awalnya rujukan hati mulai menetap tapi ternyata berlabuh pun enggan Lantas, haruskah kubercinta dengan senyap? Atau melacur langlang bak biduan?

Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penetahuan Alam, Angkatan 2018.

Setan Bertopeng Malaikat Oleh : Wiranti Aku sangat suka berlari hingga Melaju dan terus melaju sampai tak ditemukan Mengejar masa depan lalu melupakan yang dibelakang Sangat suka mengiming-imingi Hingga terwujud hanya dalam mimpi Aku diri yang ingin diberi tanpa memberi Pun memilih melupakan janji yang mereka ingini Tak pedulikan rasa sakit yang nantinya menggerogoti Asal anganku mampu kucapai apapun kulampaui tinggi Aku menyusuri ujung negeri Seolah mengasihi tapi sebenarnya menyakiti Berjalan seolah paling tersakiti Enggan mengakui bahwa semua terjadi karena kesalahan diri sendiri Meski hati menyadari ia yang tengah mencabikcabiki

Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Hukum Unhas, Angkatan 2017.


RAMPAI

8

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

Lingkar, Komunitas Peduli Sejarah dan Budaya

S

ejarah merupakan kajian masa lampau yang tidak lepas kaitannya dengan manusia. Hal tersebut dikarenakan sejarah sangat penting dalam peradaban dunia. Seiring berjalannya waktu, studi tentang sejarah mulai meluas dan telah diajarkan dalam dunia pendidikan. Berbicara tentang ilmu sejarah, tidak terlepas dari peristiwa masa lampau yang meninggalkan bukti atau jejak bahwa sesuatu pernah terjadi. Sayangnya, generasi muda saat ini tidak begitu tertarik dengan dunia kesejarahan. Ada banyak hal yang melatarbelakangi hal itu, seperti pembelajaran yang hanya bersifat teoritis sehingga terkesan membosankan dan kurangnya observasi lapangan. Melihat hal itu, beberapa mahasiswa program studi Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin mendirikan sebuah komunitas yang bernama Lingkar. Mereka adalah Anna, Anto, Ma’ruf dan Kahfi. Komunitas ini merupakan sebuah wadah untuk menjembatani orangorang dalam belajar sejarah dengan cara yang asyik dan menyenangkan. Koordinator Komunitas Lingkar Periode 2020, Abd. Rachman Halim

AD, menjelaskan bahwa komunitas ini lahir dari kegundahan para mahasiswa yang hanya belajar teori sejarah di kelas dan tidak bersifat praktis sehingga terkesan membosankan. “Komunitas Lingkar lahir dari mahasiswa Ilmu Sejarah 2012 yang berusaha untuk menjelaskan dan memperkenalkan sejarah secara praktis, tidak hanya teori tetapi langsung ke lokasinya,” tutur Alle, sapaan akrabnya. Menurut Alle, nama komunitas Lingkar tidak mempunyai makna atau akronim yang spesifik. Namun, komunitas ini mengedepankan kesamaan dan persatuan, tidak ada yang lebih tinggi di antara para anggota. Maka dari itu mereka memilih nama Lingkar sebagai nama komunitas tersebut. Seiring berjalannya waktu, Lingkar yang semula fokus pada kesejarahan kini telah berkembang menjadi sebuah komunitas kebudayaan dan kesastraan. Walaupun komunitas ini lekat dengan sejarah tetapi bukan berarti orang yang bergabung dengan komunitas Lingkar harus mahasiswa sejarah. Alle menuturkan bahwa Lingkar terbuka untuk umum tanpa ada batasan

DOKUMENTASI PRIBADI

gender dan umur. “Kalau anggotanya kita buka untuk umum dengan kriteria orang itu tertarik dengan dunia sejarah dan kebudayaan,” tutur Alle. Sebuah komunitas tentunya memiliki manusia di dalamnya. Sumber Daya Manusia menjadi hal vital dalam sebuah badan atau komunitas. Begitu pula dengan komunitas Lingkar ini. Walaupun secara administratif, anggota tetap atau yang mengurus komunitas ini hanya berjumlah sekira 15 orang, tetapi ada banyak anggota yang bersifat tidak mengikat karena sistem perekrutannya bersifat relawan disetiap kegiatan. Saat ini banyak kegiatan yang telah Lingkar laksanakan, di antaranya yaitu Tour Museum Kota Makassar bersama anak jalanan, Wisata Kota Tua Makassar, Chinatown, Kartini Celebration: Wanita dan Seni, Nonton dan Ngobrol Karya Sastra, Membaca

W.S Rendra: Ngobrol, Pembacaan Sajak hingga Musikalisasi. Selain kegiatan di atas, Lingkar juga sering mengadakan kegiatan bakti sosial yang melibatkan masyarakat umum seperti anakanak, khususnya anak-anak jalanan. Seperti yang telah dilakukan di Bangunan Tua bersama anak-anak Kampung Kara’ba di Kelurahan Tallo. Lebih lanjut, Alle menjelaskan bahwa komunitas ini bukan hanya sekadar bertamasya dan jalanjalan tapi lebih dari itu. Mereka membawa sebuah misi akan pentingnya sejarah dan budaya saat ini sebagai identitas bangsa. Para pengurus Lingkar ingin mengajak masyarakat untuk menjaga dan merawat situs-situs sejarah sehingga dapat dinikmati oleh anak cucu di masa depan. “Dengan adanya komunitas ini, kami harap masyarakat sadar akan pentingnya menjaga dan merawat

situs-situ bersejarah sehingga kelak bisa dinikmati oleh anak cucu kita,” jelas Alle. Untuk diketahui, komunitas ini pernah mendapat dana hibah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk melaksanakan kegiatankegiatan yang bersifat edukasi sejarah dan budaya kepada masyarakat. Kedepannya, Alle berharap komunitas ini dapat bertahan meski kenyataannya sekarang orang yang minat dengan sejarah berkurang. “Tentunya kami berharap agar Lingkar tetap bertahan meskipun kenyataannya saat ini tidak banyak orang yang tertarik dengan dunia sejarah. Kami yakin dengan cara asyik dan kegiatan yang bermanfaat, gerakan advokasi ini dapat mengajak banyak orang untuk lebih peduli terhadap situs-situs sejarah dan kebudayaan,” tutupnya. Finsensius T. Sesa


identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

OPINI

9

Dunia yang “Tunanetra”

D

alam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tunanetra berasal dari dua kata yaitu “tuna” yang artinya rusak atau cacat dan kata “netra” yang artinya mata atau penglihatan, jadi tunanetra adalah rusak penglihatan. Tunanetra dapat jadi gambaran kondisi dunia saat ini dimana hampir seluruh negara seolah bungkam dan menutup mata akan beberapa peristiwa yang terjadi di daerah konflik. Seperti persoalan Muslim Uyghur yang sempat memanas sejak Desember 2019 hingga Januari 2020. Seluruh umat Muslim yang ada di Tiongkok diperlakukan secara tidak manusiawi oleh pemerintah disana. Informasi yang diterima dari beberapa penduduk muslim yang berhasil kabur dari siksaan pemerintah Tirai Bambu itu, menyatakan penduduk Xianjing ditempatkan dalam suatu kamp penahanan. Di kamp itu, kaum Uyghur mendapatkan perlakuan dan siksaan yang tidak manusiawi selama berhari-hari. Tujuan mereka ditempatkan di kamp tidak lain untuk mencuci otak hingga mereka mau menentang agamanya sendiri. Salah satu

perempuan Uyghur membenarkan hal tersebut, mereka ditempatkan dalam suatu ruangan khusus yang hanya terdapat satu jalan keluar. Terdapat sebuah monitor dibagian depan serta kamera pada bagian belakang yang akan terus mengawasi gerak-gerik mereka. Ruangan tersebut dapat menampung puluhan orang, di dalam kamp mereka dipaksa duduk menghadap arah monitor selama 24 jam dan tidak diperbolehkan melakukan aktivitas lain selain makan dan buang hajat. Bahkan untuk menoleh sedikitpun sangat tidak diperbolehkan, karena mereka akan dikira melakukan gerakan salat. Apabila ada yang melanggar maka orang tersebut akan disiksa dengan cara yang tidak manusiawi. Makan dan buang hajat dilakukan ditempat yang sama sehingga pada saat buang hajat akan menjadi tontonan yang sangat memalukan. Bayangkan saja bagaimana rasanya bila dalam suatu ruangan digunakan untuk makan sekaligus buang hajat, maka aroma yang terdapat dalam ruangan tersebut akan menjadi tidak karuan. Akan ada satu waktu pakaian mereka akan diganti kemudian proses pencucian otak

akan berlangsung kembali. Jika dilihat dengan seksama anak-anak dan perempuan-lah yang paling merasakan dampaknya. Anak-anak dimasukkan ke dalam pusat pendidikan yang dibawahi oleh pemerintah Tiongkok. Di pusat pendidikan tersebut,mereka akan dicuci otaknya hingga mereka membenci dan mau melawan agama mereka sendiri. Sedangkan perempuan, mereka dipaksa untuk menikahi laki-laki Tiongkok. Maksud dari pernikahan untuk memutuskan dan memusnahkan keturunan Muslim Uyghur secara permanen. Pemerintah Tiongkok sangat memaksakan hal tersebut agar tujuan mereka dapat tercapai. Namun dengan beredarnya tindakan keji pemerintah Tiongkok ini, masih ada beberapa pihak yang masih tidak membenarkan hal tersebut, contohnya Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian. Xiao Qian berdalih hal tersebut dilakukan murni untuk memerangi aksi radikalisme dan terorisme, bukan untuk menghapuskan keturunan Uyghur. Lebih lanjut Duta Besar tersebut menyampaikan memang ada segelintir orang yang berusaha dan berkeinginan untuk

memisahkan Xinjiang dari Tiongkok dan mendirikan satu Negara merdeka bernama Turkistam Timur. Tindakan tersebut tidak dapat diterima oleh pemerintah dan masyarakat Tiongkok sekaligus menyayangkan akan publikasi dokumen internal mereka yang dilakukan media AS, New York Times, beberapa waktu lalu. Dokumen itu diartikan oleh media tersebut sebagai sebuah upaya penganiayaan pada kaum Uyghur. Beredarnya persoalan Uyghur ini, masyarakat dunia seharusnya sudah mulai mengambil tindakan untuk mengatasi kejadian itu. Namun para memimpin negara seolah-olah menjadi “tunanetra” akan hal tersebut. Mereka masih belum menyuarakan akan hal ini, termasuk Indonesia. Apakah pemerintah Indonesia masih melakukan pertimbangan akan protes ke Pemerintahan Tiongkok, mengingat Tiongkok salah satu investor terbesar Indonesia. Hal ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut lebih lama. Jika dibiarkan begitu saja, maka kasus serupa akan muncul kembali entah kapan dan dimana. Bisa saja

Oleh: Anriyan hal tersebut juga terjadi di negara tercinta kita ini, Negara Indonesia. Negara-negara Muslim dunia seharusnya dapat bersatu untuk memerangi hal ini, mengingat bahwa umat Muslim-lah yang paling mendominasi. Kita saling membahu membantu saudarasaudara kita yang kini mengalami kesusahan dan membutuhkan uluran tangan untuk terbebas dari tindakan keji dan tidak manusiawi. Penulis adalah mahasiswa jurusan Teknik Mesin Unhas, Angkatan 2017.

Dilema Kekerasan Masa Lalu

M

asa lampau bisa diibaratkan naik motor, dimana keinginan terus melaju kedepan dan selamat, pengendara mestinya harus selalu memperhatikan kaca spion. Untuk mengetahui kejadian yang telah ia lewati. Begitulah adanya apa yang terjadi masa kini tidak bisa dilepaskan dari masa lalu. Apa yang dilakukan Raja Belanda, Willem-Alexander dan permaisuri Maxima Zorreguieta Cerruti serta rombongannya saat datang ke Indonesia, Senin (9/3/2020), merupakan generasi yang sadar akan keberadaan bangsanya. Yang tidak bisa lepas dari masa lalu baik kekejaman atau sebaliknya yang dilakukan para nenek moyang mereka. Satu hari setelah kedatangannya, rombongan Raja Belanda bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Disana Ia menyampaikan permohonan maaf atas kekerasan yang dilakukan Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Peristiwa yang terjadi tidak bisa dihitung jari bila berkaitan dengan kekerasan. Kekejaman itu diantara lain, Agresi Militer pertama dan kedua Belanda, di Sulawesi Selatan kita kenal kekerasan dan pembunuhan oleh Raymond Pierre Paul

Westerling. Langkah yang dilakukan Raja Willem-Alexander bukan yang pertama, sebelumnya 2013 Kerajaan Belanda menyampaikan hal serupa. Kala itu, diwakili Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Tjeerd de Zwaan secara resmi menyatakan permintaan maaf pada keluarga korban pada periode kekerasan 1945 hingga 1949 di Kedutaan Belanda, Jakarta. Waktu itu juga, pemberian uang kepada janda korban Agresi Militer Belanda sebesar Rp 270 juta. Permohonan maaf oleh generasi Belanda sekarang ini, tentunya diperlukan untuk membangun hubungan yang lebih erat lagi, seperti dalam berbagai bidang kehidupan. Di Indonesia tentu masih ada yang teringat, terutama mereka yang merasakan langsung. Ingatakan kolektif tersebut, akan tetap disandingi dengan kekerasan masa lalu. Dan itu, adalah fakta sejarah yang tak bisa disembunyikan. Selain Belanda, Negara seperti Jerman pun mengakui kejahatannya yang pernah dilakukan, adanya Nazi dalam buku-buku sejarah Jerman, sebagai contohnya. Upaya untuk menyembunyikan atau menutupnutupi kekerasan Nazi tidak dilakukan Pemerintah Jerman. Jerman mengajarkan kepada generasinya, bahwa bangsanya

Oleh : Arisal pernah melakukan kejahatan dan dosa atas kemanusiaan yang didukung oleh Negara di masa lalu. Di Asia pun, negara yang pernah terlibat dalam Perang Dunia, menyampaikan penyesalannya dan menyampaikan maaf kepada korban kejahatan perang. Jepang, dalam Pimpinan Kaisar Akhito dalam kunjungannya ke negaranegara yang pernah di invasi seperti Tiongkok dan Korea menyampaikan penyesalan atas apa yang Jepang lakukan di masa lalu. Bila bangsa lain saja berani mengakui kesalahan yang pernah mereka lakukan masa lalu. Mengapa tidak dengan Bangsa dan Negara Indonesia mendewasakan diri,

atas nama Negara meminta maaf kepada korban kekerasan Negara pada masa lalu. Misalnya Korban 1965 yang terlibat dalam simpatisan PKI, atau orang-orang yang dituduh sebagai orang PKI yang mengalami kekerasan sampai pembunuhan. Ariel Haryanto dalam symposium nasional yang bertemakan “Membedah Tragedi 1965, dalam Perspektif Kesejarahan” di Jakarta Pusat pada 2016 lalu, telah menyampaikan Negara seharusnya bertanggungjawab dalam kegagalan melindungi masyarakatnya pada peristiwa 1965. Negara yang meliputi : Presiden, parlemen, dan tentara. Kenapa harus Negara? Negara tentunya hadir dalam setiap pemerintahan, Ia tidak dibatasi oleh waktu. Dibandingkan dengan pemerintahan yang bisa datang dan pergi, artinya memiliki masa waktu memerintah. Dalil yang diajukan oleh salah satu Guru Besar di Universitas Monash, Australia ini, peristiwa yang meliputi kekerasan massal dalam wilayah yang luas di Indonesia dan berlangsung berbulan-bulan. Negara tentunya mengetahui, dan biasanya terlibat dalam peristiwa tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan agar korban 1965 tidak ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat di Indonesia. Namun kenyataannya, memaafkan masa lalu tidak

semudah membalikkan telapak tangan. Masih ada saja yang melihat upaya penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai persoalan kepentingan beberapa kelompok saja, begitupun upaya lain seperti pengungkapan kebenaran, rekonsiliasi dan penelurusan sejarah. Hal ini juga dikarenakan kurangnya dukungan sangguhsungguh dari pihak Negara. Selama ini, pembahasan mengenai 1965 belum banyak yang menyentuh dimana sesungguhnya diletakkan persoalan kekerasan pada masa lalu. Ketika sudah sampai pada kesepakatan itu, maka bidang kehidupan yang lain dapat mengikuti. Seperti dalam dunia pendidikan, bagaimana mengajarkan sejarah kekerasan yang dilakukan oleh bangsa sendiri pada masa lalu. Oh sejarah ini saja yang di tulis, dan yang lain tidak perlu diketahui. Masih menjadi kontroversi di sebagian akademisi. Hal ini pun, berdampak kepada upaya menyelesaikan persoalan hak asasi manusia, yang hanya menyudutkan dan melimpahkan kesalahan kepada kelompok lain. Karena kekuranganya perspektif historis. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, Angkatan 2016.


10

POTRET

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

Kicauan Merdu di Wisma Unhas Foto dan Naskah: Santi Kartini

M

atahari mulai tergelincir ke ufuk barat, saat itu umat muslim tengah menyelesaikan peribadahan. Di belakang Rumah Sakit Wahidin, tepatnya di Wisma Unhas, terdengar puluhan burung berkicau merdu. Ada yang berjenis burung kenari, murai batu, lovebird, burung kecer, jalak hingga plece. Burung-burung cantik itu saling memamerkan keunikan dan durasi panjang suara, seolah sedang mengikuti kontes nyanyi.

Hari itu, Minggu (8/3), Komunitas Lomba Burung Indonesia (KLBI) Unhas menyelenggarakan lomba burung berkicau. KLBI adalah komunitas pecinta burung berkicau yang mewadahi para pecinta burung di Sulawesi Selatan, untuk melombakan dan melatih burung berkicau. Latihan diselenggarakan setiap hari Selasa, Kamis dan Jumat sedangkan lomba di buka pada hari Minggu. Ingin melihan keseruannya? Berikut kami sajikan potret perlombaan burung berkicau.

Memberi Makan

Mendaftar

Membawa Sangkar

Meletakkan di Area Pertandingan

Memberi Instruksi


identitas NO.identitas 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

11

LAPORAN UTAMA

IDENTITAS/ FINSENSIUS T. SESA

Menyikapi Arti Kemerdekaan Belajar Kemerdekaan dalam belajar tidak dinilai dari fasilitas yang mendukung, melainkan sistem pendidikan yang mendukung atmosfer.

D

emi memenuhi berbagai tantangan arus perubahan, dan kebutuhan akan link and match antara dunia usaha dan dunia industri (DU/DI), serta guna menyiapkan generasi mendatang yang unggul dalam berbagai hal, kebijakan Kampus Merdeka kini digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim BA MBA. Menilik evaluasi yang telah dilakukan atas kebijakankebijakan sebelumnya, Kampus Merdeka hadir di tengah kehidupan kampus dengan menjadikan mahasiswa sebagai pusat (student centered learning) yang esensial. Kebijakan ini lahir dari keyakinan Nadiem bahwa perguruan tinggi (PT) harus berinovasi karena kebutuhan untuk bersikap adaptif dan bergerak lincah. Pendiri startup GoJek itu pun menjelaskan dalam suatu kegiatan yang bertempat di Gedung D Kemendikbud, Jum’at (24/1) bahwa berbagai kampus di Indonesia adalah ujung tombak persiapan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi dunia kerja. Hadirnya konsep Kampus merdeka ini rupanya direspon baik oleh Universitas Hasanuddin. Dengan empat poin yang diusungnya yaitu kemudahan akreditasi, fasilitas untuk menjadi PTNBH, pembukaan

prodi, dan pembelajaran tiga semester di luar prodi, ini dinilai tidak perlu dipermasalahkan. Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Palubuhu mengaku kebijakan ini disambut baik oleh Unhas karena sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 18 yang menegaskan beberapa cara yang dapat ditempuh untuk pemenuhan masa dan beban dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan. Pasal itu nyatanya juga mengulas kewajiban PT untuk memfasilitasi pemenuhan masa dan beban tersebut. “Mekanisme yang baru ini lebih memudahkan evaluasi, terlebih untuk perpanjangan evaluasi internal. Sementara, makna dari merdeka belajar kan luas, sebut saja bila mengambil kegiatan diluar kampus bisa dihitung sebagai SKS, seperti magang yang seolah kegiatan berkuliah di kegiatan lain. Kebijakan itu bagus untuk menyiapkan mahasiswa dengan skripsi unggulnya,” ujar Dwia, Senin (2/4). Tanggapan ini diperkuat oleh Wakil Rektor Bidang Akdemik Unhas, Prof Dr Ir Muh Restu MP yang menegaskan bahwa keberadaan kebijakan Kampus Merdeka justru memudahkan Unhas melenggang dengan lebih leluasa. Untuk poin

yang pertama terkait pembukaan prodi, bukanlah hal yang baru bagi Unhas mengingat PTNBH telah di genggaman sehingga kampus merah itu telah memiliki otonomi untuk membuka dan menutup prodi. Sementara poin kedua mengenai akreditasi, Prof Restu menegaskan bahwa Unhas sedang menunggu peraturan dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Ketika kebijakan ini telah diterapkan, program studi yang tidak perlu lagi melakukan usulan reakreditasi, melainkan akreditasi akan diperpanjang berdasarkan hasil pemantauan dari BAN PT. Lalu, untuk poin terkait sistem pengambilan SKS tiga semester, Unhas mengaku akan memberlakukan sistem kredit yang resiprokal. “Kami para WR 1 dari berbagai universitas sudah bertemu untuk memfasilitasi itu. Kelak akan dicanangkan suatu sistem transfer kredit yang resiprokal. Contohnya, jika kami mengirimkan sepuluh mahasiswa ke Universitas Gadjah Mada (UGM), universitas itu juga harus mengirimkan sepuluh mahasiswanya ke kampus kita. Jika tidak bersifat resiprokal, sebut saja terdapat mahasiswa Unhas yang mau berkuliah di UGM, dia mendaftar di sana dan kelak UGM yang menyeleksi, apakah

diterima atau tidak. Begitu juga sebaliknya,” tuturnya Kamis (5/4). Prof Restu, lebih lanjut mengutarakan bahwa sistem ini bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, pemerintah memiliki program bernama Permata yang berjalan sejak tahun 2012. Sistem itu adalah sistem pengiriman mahasiswa ke perguruan tinggi yang lain, dan begitu pula sebaliknya. Selain itu, Prof Restu juga mengatakan bahwa mata kuliah magang kerja telah diterapkan oleh Unhas sejak lama. Beberapa program studi telah menjadikan proses magang sebagai mata kuliah. “Beberapa program studi di Unhas hampir semuanya memiliki mata kuliah magang, seperti di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unhas dan lain sebagainya. Kemudian, di Fakultas Teknik itu telah diterapkan praktek kerja. Jadi sebenarnya, beberapa yang disarankan di kebijakan itu seperti poin keempat, yaitu kebebasan mengambil 3 semester di luar prodi itu sebagian sudah dijalankan di Unhas. Mendikbud bahkan menginginkan full satu semester bagi mahasiswa dilaksanakan di luar, itulah yang kelak akan kita fasilitasi,” tambahnya. Ketika disinggung perihal keberlanjutan kebijakan di masa

mendatang, Prof Restu menegaskan tidak ada kata gagal. Sebagai Perguruan Tinggi (PT), kebijakan kementerian itu harus dijalankan. Unhas akan tetap menjalankan poin mengenai kebijakan itu menyesuaikan dengan kondisi dan karakteristik yang dimiliki Unhas. Sisi lain, atas arahan Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas, Departemen Sastra Perancis telah mengirimkan 21 pilihan mata kuliah yang bisa ditawarkan ke mahasiswa dari prodi, fakultas, bahkan universitas yang berbeda. Ditemui di ruangannya, Kepala Departemen Sastra Perancis, Dr Ade Yolanda Latjuba SS MA mengaku bahwa departemen tersebut siap bila kebijakan Kampus Merdeka benar-benar akan diterapkan. “Kami siap saja. Kebetulan kami juga telah mendapatkan ruangan kelas baru, saya kira tidak ada masalah. Mungkin yang masih meresahkan adalah belum adanya juknis dan keputusan resmi tentang penerapan kebijakan itu di Unhas. Oleh karenanya, kita perlu wait and see,” ujar wanita berkerudung itu pada Rabu (18/2). Tim Laput


12

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

LAPORAN UTAMA

Merdeka Belajar, Bukan Hal Baru di Kampus Merah Merdeka belajar adalah hak mahasiswa, kampus sebagai fasilitator untuk mewujudkan mahasiswa memperoleh hak belajarnya.

P

ada akhir bulan Januari tepatnya tanggal 25 Januari, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarin mengeluarkan kebijakan kampus merdeka. Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari konsep merdeka belajar yang telah digagas sebelumnya. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi di Indonesia, Universitas Hasanuddin tentunya akan mengimplementasikan kebijakan tersebut. Hal tersebut ditegaskan oleh Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubu MA dalam rapat koordinasi yang berlangsung di Ruang Senat Akademik Gedung Rektorat Unhas, Rabu (5/2). “Kita memiliki tanggungjawab untuk mengimplementasikan peraturan baru tersebut,” jelasnya. Dalam rapat koordinasi tersebut, Dwia mengundang semua pimpinan baik para Wakil Rektor hingga Wakil Dekan 1 dari semua fakultas untuk mensosialisasikan mengenai kebijakan tersebut. Bahkah kebijakan ini juga telah disosialisasikan hingga pada program studi. Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Muh Restu MP sendiri telah

mengimbau Dekan fakultas untuk mengarahkan setiap departemen untuk mengirimkan mata kuliah pilihan dan menyusun rencana untuk memfasilitasi kampus merdeka, itu berdasarkan prodi masing-masing. Kemudian dibuatkan kebijakannya. Salah satu poin kebijakan tersebut, mahasiswa diberi hak untuk mengambil mata kuliah di luar program studi (Prodi) dan perubahan definisi Satuan Kredit Semester (SKS). Saat ditemui di ruangannya, Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Muh Restu MP mengatakan, program Kampus Merdeka bukanlah hal baru di Unhas. Di beberapa Fakultas, seperti Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (Fisip) dan Fakultas Peternakan (Fapet) telah melaksanakan program yang serupa dengan kebijakan tersebut. “Sebenarnya program ini bukanlah hal yang baru di Unhas. Di Fakultas Ekonomi itu, kita mata kuliahnya seperti pengantar Ilmu Sosiologi itu ambil di sospol, mata kuliah hukum dagang itu kita ambil di Fakultas Hukum. Cuma memang ini diharapkan

lebih meluas,” jelas Prof Restu. Dalam memilih mata kuliah di luar prodi, syarat Indeks Prestasi Akademik (IPK) minimum ditiadakan. Hal tersebut dikarenakan Unhas telah menerapkan sistem pengambilan 24 SKS tanpa minimum IPK. Hal tersebut dibenarkan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Prof Dr Abd Rahman Kadir SE M Si CIPM yang mengatakan bahwa konsep serupa telah lama diterapkan di fakultas ini. “Di Fakultas Ekonomi mahasiswa bisa memilih mata kuliah dari fakultas lain, dan itu memang kurikulumya, mahasiswa diberi kebebasan untuk menambah kemampuan mata kuliah seperti Pengantar Sosiologi di FISIP dan Hukum Bisnis/Dagang dari Fakultas Hukum,” terangnya. Tak jauh berbeda dengan yang berlaku di FEB, (Fapet) telah menerapkan sistem magang yang dimasukkan dalam SKS, hal ini diungkapkan oleh Prof Dr Ir Lellah Rahim M Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan. “Yang jadi masalah itu program magang di Fapet hanya 2 SKS, sedangkan Mentri Pendidikan

aturanya 4 SKS setiap satu bulan magang. Bahkan, sekarang kita telah menjajaki tempat-tempat lain untuk magang. Harapan saya semua perusahaan yang terkait dengan bidang peternakan kita sudah bisa bersinergi untuk program magang. Jadi sebetulnya kalau di peternakan sudah lama jalan, hanya saja belum memenuhi yang diinginkan Mas Mentri terkait dengan jumlah SKSnya,” ucap Prof Lellah. Untuk mencegah over kapasitas yang diakibatkan kendala sarana dan prasarana, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Muh Restu MP, akan melakukan pembatasan kuota. Masing-masing prodi akan diminta menentukan kuota yang dapat diterima. “ Jadi sistem kuota akan diterapkan. Misalnya, mahasiswa yang mendaftar 100 dan kuotanya hanya sekitar 15, maka harus melalui proses seleksi. Dari proses seleksi itu, maka yang diterima pasti 15 orang saja,” ungkapnya. Sistem kampus merdeka sendiri memiliki dua piihan. Mahasiswa diberi kebebasan untuk belajar di prodi lain karena tidak senang belajar di prodi sendiri dan mencari pengelaman untuk berintetaksi dengan teman yang ada prodi lain selama satu semester, tetapi mahasiswa tersebut tetap wajib belajar di prodinya dan mengiuti kurikulum yang diterapkan.

IDENTITAS/ARISAL

Untuk mahasiswa yang ingin belajar di prodi lain, sebaiknya konsultasikan dengan Pendamping Akademik. Sebenarnya, kebijakan ini sudah dijalankan tetapi tidak dalam konteks seperti yang dicanangkan Nadiem, sehingga tidak serta merta bisa dijalankan. Seperti, orang yang ingin kuliah di Gadjah Mada, tidak serta merta pergi ke sana. WR 1 harus membuat kesepakatan dengan yang di sana bahwa kalau ada mahasiswa kami yang ingin ke sana, mohon kiranya agar dia bisa diterima di sana. Jadi sekarang ini kita sudah tahap untuk menyiapkan dan menjajaki proses yang bisa mendukung itu. “Kita harapkan, mulai bisa berjalan semester ini dan semester depan. Jadi, tergantung mahasiswanya, apa mereka mau atau tidak untuk mengikuti program itu,” tutupnya. Tim Laput

Tim Laput Koordinator: Badaria Nadhira Noor Sidiki Anggota: Santi Kartini Alif Akbar Finsensius T. Sesa Melika Nur Jihan


LAPORAN UTAMA

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, MARET 2020

13 9

Program Magang BerSKS Ala Nadiem Makarim Dengan adanya kebijakan kampus merdeka, mahasiswa seakan diuntungkan. Kegiatan di luar kuiah formal seperti magang atau praktik kerja kini terhitung dalam Satuan Kredit Semester (SKS).

K

ebijakan kampus merdeka yang kini menggemparkan dunia perkuliahan mengandung empat poin penting, salah satunya adalah kebijakan bahwa mahasiswa diberikan kebebasan mengambil SKS di luar perguruan tinggi sebanyak dua semester atau setara dengan 40 sks. Nyatanya, kebebasan mengambil SKS itu selain diterapkan dalam hak mengambil SKS di prodi dan atau perguruan tinggi yang berbeda, pun dalam kegiatan magang atau praktik kerja. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, program magang atau praktik kerja ini ditujukan bagi seluruh mahasiswa Indonesia demi mempersiapkan employability di dunia kerja atau industri. Program magang tersebut dinamai Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB). Berbeda halnya dengan program magang sebelum kebijakan Kampus Merdeka dicanangkan, program ini menghitung SKS selama pelaksanaannya. Betapa tidak, berkat adanya kampus merdeka, mahasiswa tidak hanya mendapatkan sertifikat belaka. Sebut saja dalam kurun waktu

minimal enam bulan (satu semester) disetarakan dengan 20 SKS, begitu pula program magang atau praktik kerja yang dilakukan selama dua belas bulan (dua semester) akan disetarakan dengan 40 SKS. Menilik fakta tersebut, kebijakan kampus merdeka tak ayal mampu mempersiapkan mahasiswa sebagai sumber daya manusia (SDM) yang unggul sebelum kelulusan. Program PMMB ini dirancang apik bersama dengan industri yang direkognisi dan ditetapkan SKSnya oleh Perguruan Tinggi (PT). Oleh karenya, MoU atau kontak antara PT dan industri menjadi titik penting. Nyatanya, program magang mahasiswa bersertifikat ini telah diterapkan di beberapa fakultas di Unhas. Fakultas Peternakan Unhas adalah salah satu yang sudah menerapkan program magang yang terhitung sebagai SKS. “Di Fakultas Pertanian telah diterapkan, bagi yang berminat magang akan terhitung sebagai SKS. Mahasiswa yang berminat magang di perusahaan yang bergerak di bidang peternakan unggas dapat dilakukan di Japfa, Pokhpan, Clouse House, dan perusahaan unggas lainnya. Program magang

bisa dilakukan di kota Makassar atau bahkan di luar negeri,” tutur Dekan Fakultas Peternakan Unhas, Prof Dr Ir Lellah Rahim MSc. Ia juga menambahkan bahwa mahasiswa Fakultas Peternakan pun dapat mengajukan program magang ke Maiwa Breeding Center (MBC), yaitu perusahaan ternak potong atau sapi perah. Selain itu, bisa juga ke perusahaan penggemukan sapi di berbagai daerah, contohnya Lampung, balai inseminasi buatan yang ada di Maros, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Namun, pria ini menyebutkan terdapat kendala yang sedang dihadapinya, yaitu pengadaan program magang di Fakultas Pertanian hanya terhitung sebagai dua SKS saja. Di lain sisi, kebijakan empat SKS yang diusungkan Nadiem menuntutnya untuk menjajaki tempat lain untuk magang. Ia bahkan berharap agar semua perusahaan terkait dapat bersinergi untuk melakukan program magang. “Sebenarnya program magang mahasiswa bersertifikat yang terhitung SKS itu sudah fakultas ini lakukan sejak lama, hanya saja belum sesuai dengan

keinginan mas menteri. Kita perlu menjajaki kembali tempat lain untuk magang, harapannya semua perusahaan terkait dapat turut bersinergi,” ungkapnya. Sesuai juknis yang telah ada, penilaian magang yang dilakukan di Fakultas Peternakan pun menerapkan kebijakan yang sama. Berdasarkan kurikulum yang diatur, terdapat adanya penilaian untuk magang. Kelak, penilaian untuk magang dilakukan oleh dua subjek. Mereka ialah pembimbing utama dan lapangan. Pembimbing utama dari pihak universitas dan kedua berasal dari pihak lapangan, tempat mahasiswa melakukan program magang. Alur PMMB itu sendiri diawali dengan proses pendaftaran yang dilanjutkan dengan seleksi administratif dan akademik sesuai dengan mekanisme perusahan atau PT yang diicar. Lalu, seusai proses magang kerja berlangsung, penilaian akan dilanjutkan oleh dosen pembimbing dari kampus asal serta pembimbing industri. Selanjutnya, mahasiswa akan mendapatkan sertifikat industri yang kelak akan dikonversi sebagai nilai

dalam KHS dan pengakuan SKS. Disinggung mengenai keputusan alur program magang mahasiswa bersertifikat yang dilakukan di kampus merah, WR I Unhas, Prof Dr Ir Muh Restu MP. Menanggapi bahwa terdapat beberapa perbedaan baru akibat adanya kebijakan kampus merdeka. Dahulu, sebelum program itu dicanangkan, program magang mahasiswa tidak terhitung sebagai SKS. Namun, dengan adanya kebijakan ini, perhitungan magang atau praktik kerja lebih menguntungkan banyak pihak dengan menjadikan SKS sebagai perhitungan. “Soal alur keuangan, tetap seperti biasanya. Tidak ada keuangan khusus untuk kampus merdeka. Dari 62 program studi, terdapat 28 prodi di Unhas yang menyediakan program magang. Hanya saja, itu perlu kembali diperkaya. Selama ini kan ada beberapa program yang dilakukan mahasiswa, namun tidak terhitung sebagai SKS. Dengan kebijakan ini, program magang akan terhitung sebagai SKS,” tegasnya. Tim Laput

Program Magang: 40 mahasiswa Unhas mengikuti kegiatan pelepasan dan pembekalan Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB) di Gedung Lantai Dasar Rektorat, Selasa (29/1/19).

IDENTITAS/ NIDHA


14

D

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

LAPORAN UTAMA

Konsep Kampus Merdeka dari Kacamata Sivitas Akademika Unhas

alam rangka merealisasikan tujuan nasional yang tercantum pada Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2012, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) melahirkan kebijakan baru, yaitu Kampus Merdeka, kebijakan ini merupakan kelanjutan dari Merdeka Belajar yang berisi empat amanah diatur sebelumnya pada Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Seperti yang telah ketahui bahwa perombakan kebijakan yang terjadi di dunia pendidikan dewasa ini menandai adanya inovasi dan kemajuan pola pikir. Namun, dengan berbagai aspek positif yang mengikutinya, keempat kebijakan tersebut tidak berarti luput dari kekurangan. Patut dikhawatirkan, kebijakan yang digagas oleh Nadiem Anwar Makarim BA MBA ini akan

mengalami kendala terkait jaminan pendanaan dan implikasi dari mahasiswa itu sendiri. Pemberian kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan yang merdeka dari birokratisasi pun ditakutkan akan menjadi bumerang bagi universitas. Terlebih beberapa Perguruan Tinggi (PT) belum mencakup standarisasi yang diinginkan. Namun, Nadiem menegaskan bahwa kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka tersebut memberikan jawaban konkrit atas tuntutan kepada Perguruan Tinggi untuk mencanangkan dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif sehingga terciptanya kultur belajar yang tidak mengekang dan sesuai minat mahasiswa. Lalu, bagaimana pandangan sivitas akademika Unhas mengenai kebijakan Kampus Merdeka?

Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa, MSc, Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas. Sebagai universitas yang berada di bawah kementerian, kebijakan itu perlu diamankan. Substansi perihal kampus merdeka ini nyatanya sudah lama dicanangkan. Kebijakan ini bukanlah hal yang baru dari segi global. Beberapa kampus modern bahkan telah mengadopsi jauh lebih lama. Di beberapa negara dalam kondisi tertentu liberal art, yaitu fakultas yang tidak memiliki program studi. Berbeda halnya di Indonesia, liberal art dinilai terlalu ekstrem. Saya menyambut kebijakan itu secara positif. Mengingat perubahan itu tidak mudah sehingga yang perlu kita lakukan adalah kembali belajar dan menempuh strategi kebijakan itu dengan kondisi tiap-tiap perguruan tinggi. Ini adalah tantangan baru sehingga kita menemukan equilibrium memaknai kata merdeka dan menjadi lebih baik. Nyatanya, Indonesia telah kalah telak dari aspek kemajuan diakibatkan generasi kita menyukai hal-hal tradisional. Era berubah, kita harus berbenah. Kita harus memberikan peluang bagi generasi muda sehingga tidak terbelenggu atas kurikulum sehingga tidak mampu bersaing, kita diharuskan bekerja sama dengan banyak pihak. Saya tidak mau melihat generasi muda kita pesimis. Jika perubahan itu tidak sesuai pendapat kita itu adalah hal yang normal. Tapi tentu kita tidak bisa menilai dari sisi negatif saja, kebijakan Kampus Merdeka ini memberikan banyak feedback positif. Bertahan pada zona nyaman itu akan menenggelamkan.

Muliana Mursalim, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Unhas, angkatan 2016. Berbicara mengenai pro dan kontra, sebenarnya aspek yang perlu untuk ditanyakan adalah kesiapan kampus itu sendiri. Jangan sampai kampus mengalami kecatatan pengimplementasian. Oleh karenanya, saya mengira diperlukan adanya uji coba, mengingat dari banyaknya kriteria, kita memiliki konsekuensi tertentu. Kebijakan ini ada baiknya untuk tidak langsung diberikan secara keseluruhan kepada semua kampus, kecuali kampus yang dituju untuk melaksanakan kebijakan tersebut bisa dijadikan acuan. Ditakutkan kebijakan ini tidak cocok untuk diterapkan di suatu kampus karena beberapa faktor. Saya harap pemerintah tidak lagi mengeluarkan kebijakan dengan terburu-buru dengan mempertimbangkan dan melakukan pengkajian lebih mendalam.

Takdir Cinta, Koordinator Forbes PKM Unhas Saya pribadi kurang sepakat dengan kebijakan Kampus Merdeka. Menurut saya, kebijakan yang satu ini justru meningkatkan sistem kapitalisasi dalam kampus. Mengingat adanya pencabutan dana dari pemerintah yang diberikan kepada perguruan tinggi, maka akan lebih mudah lagi bagi Perguruan Tinggi untuk menaikkan UKT mahasiswa. Terang saja, hal ini tentu merugikan mahasiswa yang memiliki taraf perekonomian menengah ke bawah, seolah perkuliahan hanya ditujukan bagi mereka yang memiliki ďŹ nansial di atas rata-rata. Saya kira Kemendikbud perlu menilik fakta seringnya perubahan kebijakan dalam pendidikan tanpa mempertimbangkan untung dan rugi. Sejak awal saya tidak sepakat dengan adanya kebijakan ini, jika tetap berjalan dan tiba-tiba berhenti di tengah jalan dan tidak berlanjut, maka hal ini akan menjadi masalah besar yang pastinya merugikan banyak orang. Saya berharap pendidikan di Indonesia semakin lebih baik, terlebih atas sistem yang dianut sehingga semua kalangan dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi tanpa terkendala biaya hingga tercapainya kesetaraan dalam hal pendidikan.

Ade Ilham Tamara Kurniawan, Mahasiswa Berprestasi Unhas (Mawapres) Unhas 2019.

Saya pribadi merespon positif kebijakan ini dan mendukungnya agar mampu terealisasi. Jika kebijakan ini saya teropong melalui kacamata mahasiswa, merdeka secara diksi berarti mahasiswa merdeka dalam meramu mata kuliah, mengembangkan skill, pengalaman, dan kreatiďŹ tas. Baik itu melalui magang, pertukaran pelajar, perlombaan atau kompetisi antar mahasiswa sesuai dengan minat, bakat dan kebutuhan mahasiswa. Apalagi berdasarkan kebijakan magang untuk mahasiswa yang berminat akan dapat feedback setara dengan 20 SKS per semester sampai 3 semester. Perlu diingat, tidak menutup kemungkinan kebijakan ini tanpa kekurangan. Hal utama yang meresahkan adalah jaminan funding. Banyak mahasiswa yang tertarik untuk magang, sayangnya kendala selalu berkutat pada pendanaan dan sponsorship. Kedua, jika orientasinya adalah magang (industri), saya justru menakutkan kebijakan masing-masing PT dalam menanggapi hal ini akan terfokus pada magang, kompetisikompetisi, dan pertukaran pelajar. Sementara fungsi kampus sebagai tempat mahasiswa mengasah kreativitas dan soft skill justru dikesampingkan sehingga mahasiswanya ditakutkan malah makin banyak mahasiswa yang tidak berminat mengikuti kompetisi-kompetisi antar mahasiswa.

Rian Alfaridzi, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas, angkatan 2019. Menurut saya kebijakan kampus merdeka yang baru ini adalah perubahan pesat yang pemerintah lakukan untuk pendidikan Indonesia. Kebijakan ini adalah wujud upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk suatu perubahan yang berarti. Mengingat mahasiswa diberikan kebebasan untuk untuk mempelajari mata kuliah yang tidak hanya di jurusannya itu sendiri tentu memberikan dampak positif. Kita semua membutuhkan perubahan agar tidak hanya stuck di situ-situ saja. Perubahan adalah hal normal, khususnya di bidang pendidikan itu. Kalaupun kedepannya program itu berhenti di tengah jalan, setidaknya dari program yang telah dijalankan, kita dapat mengambil poin-poin positif dan mengevaluasi hal-hal yang yang tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat.ď Ž Tim Laput


identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

WANSUS

15

Taklukkan LPDP? Persiapkan Diri Sejak Dini

B

erkuliah di luar negeri merupakan impian bagi banyak orang. Meskipun ini bukan hal yang mudah mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan, tak lantas kita menyerah begitu saja. Saat ini sudah sangat banyak beasiswa yang bisa memudahkan kita untuk mewujudkan mimpi berkuliah di luar negeri. Salah satu beasiswa yang paling banyak diincar oleh mahasiswa untuk melanjutkan studi adalah LPDP. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) merupakan sebuah

lembaga pemerintah yang menyediakan beasiswa untuk Program Magister dan Doktor, di dalam maupun di luar negeri. Lembaga ini bekerja di bawah pengawasan 3 kementrian yaitu: Kementrian Keuangan (Kemenkeu), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan Kementrian Agama (Kemenag). Tingginya jumlah peminat untuk beasiswa ini tentu menjadikan peluangnya semakin kecil, tak jarang hal ini menjadi

momok yang menakutkan bagi mereka yang tertarik untuk apply beasiswa. Ibarat sedang berperang, para mahasiswa yang ingin menaklukkan beasiswa ini harus mengerti seluk-beluk proses apply beasiswa itu sendiri. Ditemui oleh reporter PK identitas Unhas, Nadhira Sidiki, Muhammad Ashry Salatu SIP MSi selaku penerima awardee LPDP University of Amsterdam Belanda ini menjelaskan beberapa prosedur jitu terkait hal tersebut, berikut kutipan wawancaranya.

Apa persiapan yang dapat dilakukan semasa perkuliahan sebelum apply beasiswa? Persiapan penting yang perlu dilakukan bisa dicicil sejak masih kuliah. Salah satu hal yang paling penting adalah keseimbangan antara kegiatan akademik dan non-akademik. Mahasiswa yang ingin apply beasiswa S2, khususnya LPDP harus terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, utamanya kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Pengalaman memimpin suatu organisasi merupakan modal leadership yang tak kalah penting, tidak semua orang memiliki kemampuan tersebut. Kelak, ketika apply beasiswa, yang ditanyakan pertama kali adalah perihal apa kontribusi yang telah dilakukan. Selain itu, Indeks Prestasi Kumuatif (IPK) itu poin penting dalam penilaian, diharapkan IPK mahasiswa harus memuaskan. Sedangan untuk beasiswa S3, yang terpenting adalah riset dan jurnal yang ditulis.

dipilih bisa jadi berhubungan dengan apa yang sedang dilakukan saat ini. Saran saya, bagi mahasiswa yang ingin apply beasiswa S2 dapat memilih beberapa universitas bergengsi yang sesuai. Sementara untuk mahasiswa atau orang umum yang berkeinginan untuk mendapatkan S3, perlu adanya mencari professor dengan bidang ilmu yang sesuai. Nyatanya, banyak professor yang berkualitas meski berada di universitas yang kecil.

dimana umumnya ujian untuk penerima scholarship dilaksanakan? Untuk LPDP sendiri, tes wawancara dilakukan di Kota Makassar. Makassar kini tengah menjadi poin utama Sulawesi. Beberapa mahasiswa luar daerah banyak saya temukan ketika tes wawancara.

Apa berkas yang harus dipenuhi? Untuk poin yang satu ini tidak ada syarat tertentu perihal berkas yang harus dipenuhi mahasiswa untuk apply beasiswa. Berkas yang harus disiapkan telah tertera di pedoman LPDP, mahasiswa yang tertarik diharapkan menyertakan berkas sesuai yang di arahkan. Bagaimana menentukan pilihan untuk memilih suatu beasiswa? Untuk memilih beasiswa, harus mengerti terlebih dahulu kemana arah yang dituju. Utamakan jurusan yang dipilih memiliki keterkaitan dengan hal yang ingin dituju. Di sisi lain, beasiswa yang

Kapan pendaftaran untuk beasiswa pada umumnya dilaksanakan? Pembukaan pendaftaran untuk beasiswa umumnya dilaksanakan setiap awal dan pertengahan tahun. Mahasiswa memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan berkas dan lain sebagainya. Apa saja tips-tips jitu agar pengajuan beasiswa diterima? Sederhana saja. Pertama, bedetail atas berkas yang kamu ajukan. Saya pernah melakukan kesalahan dalam penyerahan berkas. Waktu itu yang diminta adalah hasil dokter bahwa saya terbukti tidak mengidap TBC. Namun, yang saya sertakan adalah hasil laboratorium. Oleh karenanya, berkas saya tidak diterima. Berkas perlu disesuaikan dengan apa yang diminta. Lalu, jangan lupa juga untuk tidak tidur terlalu larut malam sebelum hari wawancara, makan teratur dan bersikap sewajarnya. Penting adanya menjadi diri sendiri tanpa menutupi sesuatu karena ketika seleksi wawancara, terdapat psikolog yang mengawasi. Tidak perlu juga terlalu merasa mampu, sewajarnya saja. Setelah mengirim berkas,

Apa saja prosedur ujian yang harus dipenuhi? Selain melengkapi berkas hal yang harus dilalui adalah Tes Berbasis Komputer (TBK), berupa Tes Potensial Akademik (TPA) dan menulis artikel dalam kurun waktu tiga puluh menit. Lalu, tahap tersebut dilanjutkan dengan sesi wawancara. Bagaimana lika-liku yang anda alami sebelum apply beasiswa dan sesudah menerima beasiswa LPDP? Saat saya apply beasiswa LPDP ini, saya mengalami kegagalan sampai lima kali. Jujur, saya menikmati kegagalan tersebut. Saya memulainya sejak tahun 2008 dan hal ini tentu tidak mudah. Tapi saya percaya, hidup ini bukan balapan. Mungkin semua orang pernah merasakan bahwa si A begini, mengapa saya tidak begini? Nah, perlu ditanyakan ke diri sendiri apakah betul kita membutuhkan beasiswa tersebut? Percaya saja semua ada waktunya. Terhitung lebih dari sepuluh tahun saya berusaha dan tepat setelah Ibu saya meninggal dan dimakamkan, saya mendapatkan telepon dari penguji beasiswa. Hal itu seperti keajaiban bagi saya. Nadhira Sidiki

IDENTITAS/ARISAL

Data Diri Nama Riwayat Pendidikan

Pengalaman Kerja

: Muhammad Ashry Sallatu : -S1 Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin, 1997-2004 -S2 Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin, 2006-2008 -Awardee LPDP University of Amsterdam Belanda, 2020 : -Universitas Hasanuddin, Dosen di Departemen Hubungan Internasional -Makassar, Indonesia 2008 - Sekarang -Yayasan Bakti - Makassar, Indonesia 2010 – 2012 -P2KP UNHAS - Makassar, Indonesia 2012 - sekarang


CIVITAS

16

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

IDENTITAS/SANTI KARTINI

Praklap: Tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas tengah mengukur kedalaman laut, saat mengikuti Praktik lapang terpadu di Kabupaten Barru, Minggu (1/11/2019).

Kewajiban Praklap Minim Biaya Operasional Bagaimana jadinya jika biaya praktik lapang yang menjadi bagian dari UKT harus ditanggung oleh mahasiswa?

P

raktik Lapang (Praklap) merupakan salah satu implementasi antara program pendidikan di kelas dengan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan di lapangan. Di samping itu, praklap dapat memberikan keuntungan pada pelaksanaannya, misalnya saja keahlian dalam sebuah bidang yang tidak diperolah di ruang kelas. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Hasanuddin, Prof Dr Ir Muh. Restu MP, mengatakan bahwa Praktik Kurikulum akademik Unhas ada yang bersifat setara pengembangan sikap, meliputi keterampilan umum dan khusus. Tak jauh berbeda dengan Praktik Kerja Nyata (PKN), praklap merupakan pembelajaran di lapangan untuk mengaplikasikan materi yang telah diperoleh di kelas. “Itu kan bagian dari mata kuliah jadi manfaatnya sangat besar, karena memberikan keterampilan bagi mahasiswa untuk merefleksikan ilmu yang didapatkannya di kelas ke lapangan,” ucap Restu, Kamis (6/3).

Lebih lanjut, Restu mengatakan, penyelenggaraan Praklap disesuaikan dengan kebutuhan program studi (Prodi). Di Unhas sendiri, praklap diterapkan di beberapa fakultas, seperti Fakultas Peternakan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Fakultas Teknik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Ilmu Budaya. “Itu kan kurikulum yang diterapkan di fakultas, lalu ditetapkan di universitas. Kurikulum tersebut harus mengacu sesuai visi dan misi, serta kebutuhan di setiap mata kuliah,” lanjutnya. Menanggapi hal tersebut, Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan dan Prasarana Fakultas Pertanian, Dr Rer Nat Zainal STP MFood Tech, bercerita mengenai mekanisme pengajuan mata kuliah dan praktikum. Di setiap semester, prodi mengadakan rapat untuk menentukan mata kuliah dan penyelenggaraan praklap. “Praklap tidak menetap seperti di mata kuliah, bila dirasa tidak cocok, masing-masing dari mereka

langsung saja ditugaskan ke tempat usaha,” ucap Jamil, Kamis (5/3). Namun, di sisi lain praklap merupakan bagian dari pembelajaran substansi yang tidak akan cukup di kelas sehingga harus ke lapangan. Jamil mengatakan bahwa program ini akan menambah wawasan mahasiswa dan memahami kegiatan sosial di masyarakat. “Justru yang memberikan arahan langsung itu yah di lapangan. Kalo ke lapangan juga bisa membangun kebersamaan, tanggung jawab, dan rasa memiliki satu sama lain,” jelasnya. Saat disinggung mengenai anggaran, Jamil mengungkapkan bahwa masing-masing prodi sudah menyediakan dana untuk dua kali praklap. Untuk semester genap dan ganjil di setiap tahun, pembiayaan praklap sebagian tangungan mahasiswa dan selebihnya untuk dosen. “Ada prodi yang mengatur 100 ribu per mahasiswa yang disesuaikan dengan jarak tempuh perjalanan, konsusmsi, dan penginapan. Selebihnya untuk

uang perjalanan dosen itu urusan administrasi,” ungkap Jamil. Tak hanya itu, Wakil Dekan Bidang Perencanaan dan Sumberdaya FIKP Unhas, Dr Ir Syafruddin SPi MP PhD, membeberkan biaya operasional, termaksud dana praklap yang didapatkan dari Uang Kuliah Tunggal mencapai 4,1 miliar. “Dana operasional yang disediakan itu mencapai 4.1 Miliar, segaiannya digunakan untuk praklap di setiap semester,” kata Syafruddin, Kamis (28/11/2019). Besarnya dana tersebut nyatanya belum bisa menutupi semua biaya operasional praklap. Terbukti saat penyelengaraan praklap pada semester ganjil 2019/2020, anggaran kegiatan masih melibatkan mahasiswa. Hal ini membuat sebagian mahasiswa ‘menjerit’. Seperti yang dirasakan Risfah, mahasiswa FIKP Unhas. Kala itu, Risfah terpaksa meminjam uang dari teman indekosnya untuk membayar dana praklap karena beasiswanya belum cair. “Keberatan, belum cair

Bidikmisiku baru uang praktek 300 ribu rupiah, terpaksa saya pinjam uang di temanku,” keluh Risfah, Senin (30/12/2019). Mengenai pembayaran tersebut, Koordinator asisten praklap terpadu Prodi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Rachmat Hidayat S Pi membeberkan, penyelenggaraan praklap di dua lokasi yakni di Kabupaten Barru dan Pare-pare menghabiskan dana sekira 300 ribu rupiah untuk setiap mahasiswa. Biaya tersebut meliputi transportasi, dalam hal ini menggunakan bus, biaya tempat tinggal, konsumsi lima kali makan dan dua kali cemilan. “Biaya tersebut diperkirakan untuk transportasi, penginapan dan makan. Uang akan dikembalikan jika ada sisanya. Dan yang memegang uangnya mahasiswa itu sendiri, kita bentuk panitia. Jadi dosen maupun asisten tida ada urusannya di situ,” ucap Rachmat. San/Wjn


JEKLANG

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

17

Senang Menjadi Bagian Masyarakat Kecil Tidak ada kelompok yang tidak memiliki ruang dalam kehidupan ini sepanjang pada porsi dan kemampuan yang dimiliki masing-masing.

I

tulah prinsip yang dipegang oleh dosen Antropologi Unhas, Tasrifin Tahara yang mendorongnya menjadi konsultan pejabat yang dekat dengan masyarakat kecil. Selain menjabat sebagai dosen dan penulis buku, ia punya mindset menfokuskan penelitian pada kelompok-kelompok terpinggirkan, dan termarginalkan oleh struktur yang besar atau kelompok-kelompok mayoritas. Ia berpendapat bahwa selain sebagai peneliti, Ia punya tanggung jawab memberi ruang kepada kelompok-kelompok kecil tersebut. “Kerja-kerja kecil yang selama ini orang tidak mampu lihat, tapi sebenarnya efeknya begitu besar. Kalau kita bekerja, harus didasari oleh sebuah ketulusan. Sebagai antropolog, prinsip-prinsip yang namanya kemanusiaan harus selalu dikedepankan,” kata Tasrifin. Dalam bekerja, Ia selalu mengikut dengan visi misi yang ia pegang daripada mengikuti pejabat yang selalu jalan sesuai dengan arah yang mereka inginkan. Ia mencoba menyinkronkan kebijakankebijakan yang ada pada visi misi sejak mereka menjadi calon maupun saat mereka sedang menjabat

sebagai bupati, walikota, ataupun gubernur, dan setelah itu mencoba untuk meramu keadaan pada 5 tahun yang akan datang. “Di berbagai fenomena, kapasitas saya hanya dalam konteks sosial budaya, tidak seperti orang lain. Kita harus sadar, bahwa kita sebagai orang akademik, kita bekerja dalam koridor keilmuan kita. Sekecil apapun keahlian Anda, yang penting fokus mendalami dan profesional, pasti diterima oleh semua kalangan,” tuturnya. Hal yang ia lakukan ini tentu saja berdampak positif, khususnya terhadap masyarakat kecil yang menjadi sasarannya. Misalnya saja, mereka menjadi lebih percaya diri, merasa hak-hak dan ruangruang dalam ekspresi kebudayaan yang mereka miliki sama dengan kelompok lain, tidak lagi menjadi minder saat berinteraksi dengan orang karena Ia berusaha meyakinkan pada prinsipnya, semua yang hidup di permukaan bumi ini memiliki posisi yang sama. Menurut pria kelahiran Malai, 23 Agustus 1975 ini, penghargaan tertinggi baginya adalah ketika Ia memiliki ruang untuk masuk pada arena di mana Ia harus memanusiakan orang hingga

mereka menaruh banyak empati terhadapnya. Menurutnya, tidak ada kelompok manapun yang tidak memiliki ruang dalam kehidupan ini. Semua diberi ruang pada porsi dan kemampuannya masingmasing. “Selalu saja ada orang yang tertarik, menganggap saya sebagai orang yang kredibel dan kompeten untuk menjawab masalah-masalah, bagi saya itu prestasi yang luar biasa,” ujar Tasrifin. Dalam menggeluti pekerjaannya, Ia juga tak luput dari sejumlah kendala. Kendalanya yang Ia hadapi, yakni lokasi yang terbilang jauh untuk menjangkau masyarakat sasarannya dan juga banyaknya orang yang tidak menaruh simpati terhadapnya. Walau demikian, Ia tetap berusaha bergerak untuk menjadi bagian dari masyarakat sasarannya walau Ia berbeda agama dan suku dari mereka. Dalam menghadapi kendalakendala itu, yang Ia lakukan yakni tetap memegang keyakinan bahwa sepanjang niat kita lurus dan baik, Allah akan selalu bersama kita. “Sebagai antropolog, saya tidak terlalu banyak menuntut dengan kondisi kita terhadap orang yang kita teliti. Kita tetap berkeyakinan,

sepanjang niat kita lurus dan baik, Allah itu selalu bersama kita,” ujarnya. Dengan pekerjaan konsultan pejabat yang Ia jalani saat ini, Ia berharap agar semakin banyak memperoleh relasi hingga tak ada lagi perbedaan dalam ruangruang ekspresi kebudayaan. Tak ada lagi stigma atau perbedaan, tidak ada lagi kelompok-kelompok termarginalkan. Semuanya memiliki hak dan posisi yang sama sepanjang masingmasing bekerja pada porsi status dan peran yang telah diperoleh. “Bagi saya, mau posisi atau jabatan apa pun, itu adalah konsekuensi dari apa yang kita sudah lakukan hari ini. Makanya, di agama kita diajarkan bahwa Tuhan tidak buta terhadap apa yang kita lakukan. Jadi, bekerja sebaik-baik saja, tidak usah pedulikan walaupun

IDENTITAS/SANTI KARTINI

itu pekerjaan bagi orang kita memerhatikan orang kecil, ternyata efeknya besar,” pungkasnya. Melika Nur Jihan

Menikah Bermaharkan Buku, Patahkan Tradisi Bugis Makassar

P

ernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam kehidupan seseorang karena hanya dilakukan sekali seumur hidup. Indonesia dikenal memiliki keberagaman budaya, termasuk tradisi pernikahan yang berbeda-beda di setiap daerah. Selain beragam, beberapa daerah memiliki tradisi yang unik dalam pelaksanaan pernikahan. Adat pernikahan masyarakat Bugis-Makassar misalnya. Dalam tradisi mereka, dikenal istilah uang panai. Uang panai adalah sejumlah uang yang harus diserahkan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita sebagai tanda keseriusan meminang wanita pujaannya. Jumlah uang panai yang diberikan biasanya ditentukan atas kesepakatan keluarga kedua calon mempelai. Tradisi uang panai ini selalu menjadi hal menarik untuk dibicarakan. Bagaimana tidak? Hampir setiap saat kita disuguhi berita viral tentang pernikahan dengan uang panai ratusan juta rupiah. Besarnya uang panai yang diberikan menjadikan uang panai seakan menjadi ajang adu gengsi

dalam masyarakat BugisMakassar. Namun, Algifari Jasin, mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin berhasil mematahkan semua itu. Agi sapaan akrabnya, menikahi kekasihnya, Feranda, Senin (23/12/2019) dengan mahar sebuah buku dan seperangkat alat salat, tanpa uang panai sepeser pun. Saat ditemui di kediamannya, Selasa (24/2), Agi membeberkan alasan ia menikahi kekasihnya dengan mahar tersebut. Ia terinspirasi dari kisah Muhammad Hatta, Wakil Presiden pertama Indonesia yang menikahi istrinya dengan sebuah buku yang ditulisnya sendiri. Agi mengaku, mengetahui hal tersebut sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan berpikir

IDENTITAS/SANTI KARTINI

akankah ada wanita yang seperti istri Muhammad Hatta. “Saya terinspirasi dari Muhammad Hatta dan dari awal juga berjanji kepada diri saya bahwa jika saya menikah saya ingin menikah dengan memaharkan wanita itu dengan buku dan perangkat salat,” ujarnya. Selain itu, Agi berpikir bahwa ia tidak memiliki harta selain buku. Dengan buku, ia merasa mewah. Sebenarnya, Agi berencana memberi mahar dengan dua belas buku, namun hal tersebut ditolak oleh Feranda,

istrinya. Feranda mengaku, ia akan merasa kesulitan menjaga dua belas buku nantinya. Selain itu, Feranda juga ingin ditunggalkan. Akhirnya Agi memilih satu buku saja untuk dijadikan mahar, sebuah Ensiklopedia Indonesia. Pasangan muda ini pertama kali bertemu pada bulan Agustus 2019. Waktu pertemuan hanya berselang 4 bulan dengan pernikahan mereka. Waktu yang sangat singkat untuk memutuskan mengucapkan ijab kabul, hal yang sangat sakral. Menurut Agi, keputusan tersebut dilandasi rasa posesif. Ia mengaku sangat takut kehilangan kekasihnya itu. Menurutnya, menikah adalah menyatukan dua pemikiran dan Feranda memiliki pikiran yang membuat Agi kagum kepadanya. ”Saya kagum dengan pemikirannya, saya mungkin orangya posesif sekali, saya tidak mau kehilangan dia,” ujarnya. Dengan tekad yang bulat dan mental yang siap ditolak oleh kedua orangtua Feranda, Agi menemui kedua orang tua kekasihnya itu yang terbilang sangat terpandang. Bagaimana tidak, dalam istilah BugisMakassar, keluarga Feranda adalah keturunan karaeng. Selain mahar yang sederhana, pasangan Algifari dan Feranda

ini juga tidak menggelar resepsi seperti pada umumnya yang mengundang banyak orang. Mereka hanya melangsungkan ijab kabul di Kantor Urusan Agama (KUA) dengan disaksikan keluarga dari kedua mempelai dan temanteman dekat mereka. Temanteman yang hadir pada saat itu pun tidak mendapat undangan. “Kami tidak mengundang. Ijab kabul disaksikan keluarga saya dan keluarga istri. Kalau dari teman- teman sendiri kami memang tidak membuatkan undangan khusus, hanya memanggil mereka langsung,” jelasnya. Agi yang merupakan sahabat Alfian Dipahattang dan Faizal Oddang ini mengaku tidak ingin menggelar resepsi karena tak ingin merepotkan banyak orang. Rupanya menikah di usia yang masih sangat muda saat masih berstatus mahasiswa bukan tanpa masalah. Tak jarang mereka mendengar omongan miring dari orang-orang terkait keputusan mereka menikah muda. Namun, Agi dengan tegas membatah hal tersebut. “Kalau saya menikah karena ‘kecelakaan’, tentu istri saya sudah lama mengandung, tapi kenyataannya kan tidak,” pungkasnya. Irmalasari


18

KAMPUSIANA

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

Silaturahmi Menteri Agama, Prof Dwia: Unhas Steril Radikalisme

IDENTITAS/SANTI KARTINI

Kuliah Umum: Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) tengah mengikuti Kuliah Umum dari Dirjen Perikanan Tangkap, M Zulficar Moschtar ST M Sc di Ruang Senat FIKP Unhas, Selasa (11/3).

Aturan Tambahan PR Ormawa Tahun 2020, Unhas Gelar Sosialisasi UNIVERSITAS Hasanuddin melalui Bagian Kemahasiswaan menyelenggarakan sosialisasi mengenai Aturan Tambahan Peraturan Rektor Tentang Organisasi Mahasiswa (PR Ormawa) Tahun 2020. Kegiatan yang menghadirkan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhas dan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) ini berlangsung di Ruang Rapat A, Lantai 4 Gedung Rektorat Unhas, Kamis (05/03). Dalam sosialisasi ini tersebut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin MKes menyampaikan, kegiatan tersebut dilaksanakan guna mendengarkan saran dan masukan sekaligus menyamakan persepsi di antara seluruh unsur lembaga kemahasiswaan di Unhas. “Kita duduk bersama di tempat untuk bersama-sama mendengarkan respon temanteman terkait Aturan Tambahan PR Ormawa, untuk selanjutnya kami olah dan tindaklanjuti,” jelas

Prof Arsunan. Lebih lanjut, Prof Arsunan menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu wujud keterbukaan kemahasiswaan Unhas dalam menyusun suatu peraturan. Harapannya, peraturan yang disusun dengan melibatkan semua pihak bisa diterima oleh semua unsur sivitas akademika. “Aturan tambahan ini belum mutlak, ini masih bisa direvisi atau diperbaiki jika memang ada hal yang menurut temanteman perlu dikoreksi, intinya kami ingin membuat peraturan yang semuanya bisa sepakat,” tambahnya. Dalam menyusun Aturan Tambahan PR Ormawa, Bidang Kemahasiswaan membentuk Kelompok Kerja (Pokja) yang terdiri dari beberapa unsur. Pokja ini yang kemudian bersama-sama dengan Bidang Kemahasiswaan melakukan diskusi sampai menghasilkan rumusan Aturan Tambahan dalam PR Ormawa sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Unhas.

Setidaknya, ada empat isi aturan tambahan yang disosialisasikan, yaitu organisasi kemahasiswaan, organisasi kemahasiswaan di jenjang Pascasarjana, pemberian penghargaan, dan sanksi terhadap organisasi kemahasiswaan. Menanggapi hal tersebut, Ketua BEM UH, Abd. Fatir Kasim mengatakan, pihaknya dan para ketua lembaga di tingkat fakultas perlu waktu untuk membahas lebih lanjut aturan baru tersebut. “Tadi siang kami belum jauh melangkah membahas aturan tambahan ini, dikarenakan dari BEM UH dan BEM fakultas menganggap aturan baru tersebut kurang tersosialisasi ke lembaga kemahasiswaan.,” ujar Fatir. “Kurangnya waktu yang hanya dua hari saja menjadi alasan kuat, sehingga kami meminta diberi waktu hingga minggu depan agar organ BEM UH maupun fakultas lebih dalam kajiannya terhadap aturan ini,” lanjutnya. Wandi Janwar

BEM Kema FKep Bahas Evaluasi PTN-BH SEGENAP anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Keperawatan (BEM Kema FKep) Unhas, mengadakan Diskusi Isu (DIKSI). Bertempat di pelataran Baruga A. P Pettarani Unhas, diskusi kali ini mengusung tema “Menghadapi Evaluasi PTN-BH Universitas Hasanuddin 2020”, Senin (2/3). Dalam pelaksanaannya, kegiatan yang dimoderatori oleh Diez Izzah Qonita ini, mengundang dua pemateri andal. Mereka ialah Nur Wahid (Menteri Kastra dan

Pergerakan) dan Andi Hendra ER (Demisioner Ketua Senat FEB Unhas). Saat diskusi, Nur Wahid, begitu biasa ia disapa menerangkan bahwa persolan pendidikan tidak bisa lepas dari politik. “Persoalan pendidikan tentu tidak bisa dilepaskan dari ranah politik, kecuali negera ini benar-benar otonom. Sehingga pengelolaan sumber daya manusia harus dimaksimalkan. Dengan adanya PTN BH seolah negara tidak mampu mengakomodir biaya

kampus,” ujarnya. Lalu, pernyataan tersebut disetujui oleh Andi Hendra. Ia menyatakan bahwa kini paradigma pendidikan muncul sebagai komoditas. “Ada tiga negara, pertama yang menjadikan pendidikan menjadi komoditas, itulah jejaknya. Kini muncullah paradigma pendidikan sebagai komoditas. Kita seolah melihat satu tema besar tentang pendidikan,” tuturnya. M19

MENTERI Agama Republik Indonesia, Jenderal (Purn) TNI Fachrul Razi melakukan kunjungan ke Universitas Hasanuddin, Selasa (3/3). Kunjungan yang mengusung tema “Pemuda Islam Unggul untuk Indonesia Maju” tersebut, dilaksanakan dalam rangka Silaturahmi Menteri Agama RI dan Organisasi Mahasiswa Islam Unhas. Dalam pelaksanaannya, kegiatan yang dikemas dalam Tausia Kebangsaan itu dilaksanakan di Ruang Senat, Lantai 2, Gedung Rektorat Unhas. Dihadiri oleh Rektor Unhas, (Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA), Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas (Prof Dr drg A. Arsunan Arsina MKes), para pegawai dan staf se-lingkup Unhas, serta mahasiswa dari berbagai organisasi. Lewat sambutannya. Prof Dwia

mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi bagi para sivitas akademika dengan menteri agama. Selain itu, ia juga membeberkan kegiatan yang bersifat islami di Kampus Merah. Misalnya saja Gerakan Unhas Mengaji yang bertujuan untuk menghasilkan alumni yang memiliki keimanan dan ketaqwaan. “Selain cerdas, para mahasiswa Unhas juga diharapkan memiliki keimanan dan ketaqwaan dari kegiatan seperti itu,” jelasnya. Lebih lanjut, Prof Dwia mengungkapkan bahwa mengenai isu radikalisme yang menyusup ke dunia kampus, Unhas bisa dikatakan bebas dari paham tesebut. “Tentang radikalisme di Unhas, kami bisa katakan bahwa Unhas steril dari paham ini karena dipantau dengan ketat, pungkasnya. Wandi Janwar

SAR Unhas Lantik Pengurus Baru MELAKUKAN pergantian pemimpin dalam sebuah organisasi adalah hal mutlak. Seperti yang dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Search and Rescue (SAR) Universitas Hasanuddin. UKM ini kembali mengganti struktur kepengurusan yang ditandai dengan pelantikan pengurus baru di Lantai Dasar Gedung Rektorat Unhas, Kamis (05/03). Dalam pelaksanaannya, acara yang dirangkaikan dengan Rapat Kerja tersebut dihadiri Direktur Alumni dan Penyiapan Karir (DAPK) Unhas, Abdullah Sanusi PhD, yang sekaligus melantik secara resmi para pengurus baru. Lewat sambutannya, Abdullah mengatakan bahwa pelantikan merupakan wujud dari proses keberlanjutan lembaga. Pengurus baru diharapkan bisa melanjutkan estafet kepemimpinan sebelumnya dengan membawa organisasi kepada tujuan yang sesuai dasar dari kehadiran organisasi tersebut. “Pengurus yang diberikan amanah semoga bisa menjalankannya secara bijak dengan penuh tanggung jawab. Kami pihak Unhas tentu sangat senang dengan kegiatan positif mahasiswa yang tersalur dengan baik melalui UKM yang ada di

Unhas,” jelas Abdullah dalam rilis yang diterima. Pada kesempatan yang sama, Fajar Bakti Tandi Datu sebagai Ketua SAR Unhas yang baru mengucapkan terima kasih atas kepercayaan untuk melanjutkan roda kepemimpinan SAR Unhas. Untuk program kerja mendatang, Fajar bersama para pengurusnya akan memaksimalkan peran dan tanggung jawab kemanusiaan sebagai sebuah tugas yang harus dilakukan dengan baik. Selain itu, dirinya juga akan fokus pada manajemen organisasi, memanfaatkan basis digital yang sedang menjadi tren. “Kami menawarkan sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk menghitung seluruh anggota. Dimana aplikasi ini juga bisa digunakan untuk berbagi informasi tepat dan akurat tentang seluruh kegiatan yang dilakukan SAR Unhas,” jelas Fajar, yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas. Usai acara, kemudian dilanjutkan dengan rapat kerja guna membahas rekomendasi rencana kerja yang ditawarkan oleh pengurus yang baru. Wandi Janwar


identitas

FH Unhas Datangkan Wakil Ketua KPK dalam Kuliah Umum MEMPERINGATI Dies Natalis yang ke-68, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (FH Unhas) menggelar Kuliah Umum dengan tema “Eksistensi Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua UU No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”. Kuliah umum tersebut dibawakan oleh Wakil Ketua KPK RI, Dr Nurul Ghufron SH MH di Baruga Prof Dr Baharuddin Lopa SH, Selasa (03/03). Dalam pelaksanaannya, acara ini dihadiri Dekan FH Unhas, Prof Dr Farida Patittingi SH MHum, para pegawai dan staf FH Unhas, serta mahasiswa Unhas. Lewat pemaparannya, Ghufron menjelaskan bahwa korupsi termasuk dalam kehajatan bersama. “Korupsi itu adalah musuh kita bersama, bukan merupakan kejahatan

Gelar Inaugurasi, FKep Singgung Masalah Rasisme

pribadi tetapi kesalahan sistem pemerintah,” ungkapnya. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa saat ini KPK memiliki tugas yang strategis dalam penangangan kasus di Indonesia. Menurutnya, KPK harus bersinergi dengan instansi lain untuk menuntaskan korupsi. “Saat ini tugas KPK pasca revisi sangat strategis, kami KPK bersinergi dengan instansi lain untuk menuntaskan kasus. Kita harapkan jika ada kasus korupsi, semua badan bekerja sama meliputi Kepolisian hingga Pengadialn, bukan malah rebutan kasus,” tutur Ghufron. Dia berharap semua bisa bekerja sama untuk memberantas korupsi saat ini yang dimulai dari diri sendiri. “Korupsi harus menjadi musuh bersama, kita harus memberantas dan mulai dari diri sendiri, serta memberikan contoh kepada lingkungan sekitar,” harapnya. M20

Departemen Fisika Resmikan Taman Belajar Baru DEPARTEMEN Fisika

tujuan dibuatnya taman tersebut

Fakultas Matematika dan Ilmu

adalah menyediakan tempat

Pengetahuan Alam Universitas

yang nyaman bagi mahasiswa

Hasanuddin (FMIPA Unhas)

untuk belajar. Selain itu, Ia juga

meresmikan taman belajar baru di

ingin meminimalisir tempat

pelataran LT. 2, Rabu (11/3).

pembuangan sampah yang

Acara yang berlangsung intim dalam nuansa kekeluargaan ini dihadiri beberapa dosen Departemen Fisika, staf dan para mahasiswa. Ketua Departemen Fisika, Prof Dr Arifin MT menjelaskan, taman belajar ini sebelumnya adalah tempat pembuangan sampah yang diubah menjadi cantik dan menarik. “Jadi dulunya ini adalah

Dodi selaku Ketua Panitia kegiatan menjelaskan, inaugurasi dilaksanakan karena ada isu atau topik yang ingin disampaikan kepada orang lain. Selain itu juga sebagai wadah penyampaian aspirasi secara elegan tanpa ada anarkisme. “Di penampilan ini ada topik atau isu yang ingin disampaikan kepada orang lain, yang disampaikan melalui pentas seni,” jelas Dodi. Lebih lanjut Dodi menjelaskan, alasan konsep yang diusung pada inaugurasi tersebut adalah Bhineka Tunggal Ika. Faktor utama yang mendorong Bhineka Tunggal Ika dijadikan sebagai konsep yaitu di Indonesia kerap terjadi konflik khususnya masalah rasisme, misalnya konflik yang terjadi di Wamena. “Kita tahukan di Indonesia terdiri atas beragam bahasa, suku dan budaya. Faktor utama yang menyebabkan kenapa kami

mengambil konsep ini karena adanya konflik yang terjadi di Wamena,” lanjut Dodi. Selain isu rasisme, pada saat acara juga disampaikan kritik terhadap birokrat kampus, misalnya air yang menggenang di depan Fakultas Keperawatan, pembangun jembatan mitigasi yang belum rampung, serta sistem pembayaran kasir di kudapan BNI Unhas. Dalam pelaksanaannya, acara tersebut juga dirangkaikan dengan pengukuhan mahasiswa Fakultas Keperawatan angkatan 2019. Dodi berharap, pelaksanaan inaugurasi ini bukan hanya menampilkan hiburan semata, akan tetapi isu yang digaungkan dapat tersampaikan. “Diharapkan, pastinya pesan dapat tersampaikan ke penonton dan bermanfaat, serta penonton dapat memetik hikmah di dalamnya,” tutupnya. M002

Realisasikan Kerja Sama, BPS dan Unhas Siap Jalankan Sensus Penduduk 2020 DALAM rangka Keterlibatan Perguruan Tinggi dan Mahasiswa untuk merealisasikan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Hasanuddin, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mengadakan Rapat Koordinasi di Science Building, Selasa (3/3). Kegitan ini dihadiri oleh Ketua Departemen Statistika, Dr Nurtiti Sunusi SSi MSi, Kepala Bidang Statistik Sosial, Dr Fachruddin MSi, para staf BPS, dosen dan mahasiswa. Sekadar informasi, sensus penduduk merupakan kegiatan untuk mendata kondisi tiap

keluarga agar pemerintah mudah dalam mengatur infrastruktur di suatu wilayah. Kegiatan ini melibatkan 20 dosen dan 100 mahasiswa statistika Unhas. Titi mengatakan, dengan keterlibatan tersebut, diharapkan ilmu dari mahasiswa statistik bisa diterapkan. “Dengan adanya keterlibatan mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu statistika di dunia kerja,” ujar Titi. Pada rapat tersebut, Titi juga membahas bahwa mereka yang terlibat langsung akan diberikan leaflet selama terjun ke lapangan. Adapun isi dari leaflet itu tentang

tata cara pengisian online yang kemudian disosialisaskan ke masyarakat. Selain itu, acara tersebut juga dirangkaikan dengan pengukuhan sahabat sensus yang telah melalui berbagai timeline kegiatan dukungan sensus penduduk 2020. “Program sahabat sensus ini guna mendekatkan kepada masyarakat agar mereka sadar bahwa data yang diberikan akan berguna bagi bangsa dan negara,” jelas Fakhruddin selaku Kepala Bidang Statistik Sosial. M005

menganggu. “Tujuan dibuatnya taman ini untuk tempat belajar bagi mahasiswa. Selain itu, dulunya kan adalah tempat sampah, jadi kami ingin mengubah itu karena sangat menganggu,” jelas Arifin. Arifin berharap agar mahasiswa dapat mempergunakan fasilitas itu dengan baik. “Kalau harapannya

tetapi kami dari Departemen

sih semoga mahasiswa yang

Fisika mengubahnya menjadi

menggunakan dapat menjaga

menarik seperti sekarang,”

fasilitas ini, karena juga untuk

tuturnya.

kenyamanan mereka sendiri,”

Instrumentasi ini mengatakan,

MAHASISWA Angkatan 2019 Fakultas Keperawatan Unhas menggelar Inaugurasi dan Apresiasi Seni di Baruga Andi Pangeran Pettarani, Sabtu (29/2). Kegiatan yang mengusung tema “Kebisuaan yang Bersuara Sembuhkan Luka Rasisme di Bumi Pertiwi” tersebut, dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin MKes, pihak Dekanat Fakultas Keperawatan, Ketua BEM Universitas, Badan Permusyawaran Mahasiswa, serta para Ketua Lembaga lingkup Fakultas Keperawatan. Sekadar informasi, kegiatan inaugurasi merupakan langkah awal bagi mahasiswa baru untuk menjalani dinamika kepengurusan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ketua BEM Unhas, Abd. Fatir Kasim. “Inaugurasi adalah langkah utama bagi anggota untuk menjalani dinamika kepengurusan,” ujarnya.

sebelumnya sangat kotor dan

tempat pembuangan sampah,

Dosen Fisika Elektronika dan

19

KAMPUSIANA

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

pungkasnya. M20

IDENTITAS/SANTI KARTINI

Seleksi: Pemeriksaan berkas calon mahasiswa Unhas Jalur Ketua Osis di Aula Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pendidikan, Senin (2/3).


RESENSI

20

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

Ungkap Makna Film The Lady dengan Ilmu Semiotik

F

ilm adalah media komunikasi berupa audio visual yang berfungsi sebagai hiburan dan edukasi. Media satu ini dapat dikatakan sebagai alat komunikasi yang sangat kaya akan bahasa karena dapat mewakili pesan seorang sutradara. Seperti yang kita ketahui bersama, maksud atau pesan dari bahasa verbal akan mudah ditangkap oleh penonton, tapi tidak dengan non verbal. Oleh karenanya, sebuah film membutuhkan pisau ilmu untuk menganalisis tanda bahasa atau lambang visual. Ilmu yang digunakan untuk menganalisis makna atau lambang dalam sebuah film dikenal dengan istilah semiotik. Ilmu semiotik ini memandang bahwa manusia dapat menelusuri makna dari komunikasi yang sedang berlangsung melalui sistem tanda, yaitu hubungan antar tanda dan acuannya. Semiotika memberi kesempatan yang lebih besar dalam mengkaji makna karena menyediakan ruang psikologi dan sosial di dalamnya. Dengan menggunakan ilmu semiotika, Nurul Ichsani dalam bukunya yang berjudul The Lady

(Film, Ideologi, dan Kebudayaan) berhasil mengungkapkan maknamakna tersirat film biografi tentang Aung Sang Suu Kyi, tokoh politik Burma. Film yang bercerita mengenai still-dire human rights situation ini menyajikan cerita tentang kisah puteri Jenderal Burma Aung Sang sebagai tokoh politik. Fokus utama film The Lady berada di Burma yang merupakan tanah jajahan Inggris hingga perang dunia II. Film garapan Lec Besson sebagai sutradara dan Brenda Frayn selaku penulis skenario ini lahir dari ‘Rahim Barat’. Dalam film tersebut, Aung Sang Suu Kyi sebagai pemeran utama menjadi pusaran power of strunggel for freedom, democracy and human rights yang tengah berkembang dalam pergolakan tirani politik. Hal yang menggetarkan dalam perjuangan Aung San Suu Kyi yakni dimulai saat tuntutan keras dari demonstrasi pro-demokrasi sejak 8 Agustus 1988, yang dikenal dengan 8888 uprising. Uprising ini kemudian disusul dengan rally massa oleh Aung San Suu Kyi yang mengumpulkan satu juta orang di Shewdagon Pagoda dalam melakukan propaganda

pemerintahan. Nurul Ichsani berhasil mengantarkan pembaca menemukan gambaran bagaimana ideologi Barat dileburkan dalam film Thel Lady. Aung San Suu Kyi diiklankan sebagai film tentang seorang perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan di Burma. Hal itu terlihat pada halaman 21 yang tertulis, meskipun dalam publikasi film The Lady, Aung San Suu Kyi digambarkan sebagai sosok yang menghidupkan perjuangan Burma, tapi kenyataannya secara komprehensif menampilkan figur Michael Aris suami Aung San Suu Kyi yang berkebangsaan Inggris, sebagai sosok dibalik layar membangun pondasi dan pilar perjuangan demokrasi Burma. Sosok Michael Aris secara implisit menekankan bahwa perjuangan demokrasi Burma dicapai berkat usaha-usaha dari luar Negara Burma, khususnya keterlibatan Eropa. Di mana Michael Aris merupakan methapor bangsa Eropa. Selain itu, dengan teliti penulis dapat mengungkapan maknamakna tersirat dalam film The Lady. Seperti tampilnya bendera Inggris

Perjuangan Mengejar Mimpi dan Harga Diri

H

idup di sebuah pulau kecil dengan masyarakat yang terlena dengan tradisi yang sudah mengakar selama beberapa generasi, bukanlah sesuatu yang mudah. Tradisi yang secara tidak langsung berbunyi “Semulia-mulianya peran perempuan adalah segera mencari pasangan hidup dan memproduksi anak.” Inilah yang dialami seorang gadis berusia 20 tahun bernama Ona, dalam film Between The Devil And The Deep Blue Sea. Film dokumenter Between The Devil And The Deep Blue Sea, garapan Kampung Halaman Foundation ini disutradarai oleh Dwi Sujanti Nugraheni. Film ini ditayangkan pada sebuah acara Film Musik Makan pada Maret 2020. Secara garis besar, film doKumenter ini bercerita tentang pahit manis kehidupan Ona, yang berada di antara pilihan-pilihan sulit. Itulah alasan mengapa film ini berjudul Between The Devil and The Deep Blue Sea. Film yang berdurasi 73 menit

tersebut menceritakan tentang keseharian Ona, seorang gadis ceria dan optimis dari Kaledupa, Kepulauan Wakatobi yang bercitacita menjadi ahli biologi kelautan. Ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Orang tuanya hanya bekerja sebagai nelayan tradisional, petani, dan pekerja serabutan dengan pendapatan yang sangat tidak menentu. Di mata keluarganya, Ona merupakan gadis yang selalu berusaha untuk bersikap mandiri. Cerita terus bergulir kala Ona melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas di Kendari yang jaraknya ratusan kilometer dari desa. Uang kuliah yang harus dibayar setiap semester menjadi hal sulit bagi keluarga Ona. Pada Scene awal film, kita akan langsung diperdengarkan Ona bercerita tentang kisah masa lalunya yang hingga sekarang mungkin tidak mudah untuk dilupakan. Saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Ona menjalin hubungan dengan seorang laki-

laki yang dikenal sering berbuat onar. Kekasihnya bernama La Nua, memperkosa Ona saat kencan pertama mereka. Merasa tersakiti atas perlakuan itu, Ona berusaha untuk memperbaiki harga dirinya dengan terpaksa bertunangan bersama La Nua. Ia berfikir masih ada banyak waktu untuk menyelesaikan studinya sebelum menikah. Namun, percuma saja. Menikah dengan La Nua malah hanya akan menjadi cemoohan banyak masyarakat. La Nua adalah orang yang kurang baik di mata masyarakat. Ia bahkan pernah dipenjara akibat kasus penikaman. Kisah berlanjut, kala kehidupan Ona di tempatnya menimbah ilmu juga tidak pernah lepas dari masalah. Kiriman uang dari orang tua yang tidak menentu, membuatnya harus mencari pendapatan sendiri untuk memenuhi kebutuhan. Salah satunya bekerja di sebuah kafe kecil di dekat indekosnya. Belum lagi masalah akademik. Salah seorang dosennya memberinya nilai eror

Data Buku Judul Buku: The Lady (Film deologi, dan Tirani) PenuliS: Nurul Ichsani Tahun Terbit: 2020 Penerbit: UPT. Unhas Press Tebal: 97 Halaman

dan British Embassy. Penggunaan senjata yang sering dimunculkan dalam film merupakan simbol ancaman untuk menakut-nakuti dan bersifat memaksa. Untuk membantu pembaca mengingat bagian film yang dimaksud, penulis tidak lupa menampilakn scene shoot di setiap pembahasan simbol yang dimaksud.

Sampul dari buku ini berhasil menyita banyak perhatian karena dikemas dengan indah. Tapi sangat disayangkan tatak letak dari naskahnya terkesan memaksakan untuk menjadikan buku ini tebal. Terlalu banyak ruang kosong hampir di setiap halaman. Irmalasari

Data Film

: Between The Devil And The Deep Blue Sea : Dwi Sujanti Sutradara Nugraheni : 73 Menit Durasi : Dokumenter Genre Maret 2020 g Tanggal Tayan : 8

Judul

dengan alasan yang tidak adil untuk Ona. Dosennya hanya akan memberinya nilai apabila Ona membayarnya 150 ribu rupiah. Dalam film ini, tergambar secara nyata masalah yang sering dihadapi perempuan yang tinggal di daerah transisi. Ona harus memainkan tiga peran, yakni sebagai anak perempuan, seorang mahasiswa, dan seorang perempuan yang bersolidaritas. Ona seakan sudah mewakili suara ratusan perempuan yang bernasib sama sepertinya. Film ini juga menjadi mediasi bagi Ona untuk bersuara. Banyak perempuan lain yang senasib dengannya, hanya saja enggan bersuara karena menceritakan kisah seperti ini pada orang lain

tidak akan lebih dari membuka aib sendiri. Impian dan cita-cita Ona untuk menjadi ahli biologi kelautan tidak akan terhenti hanya karena masalah yang dihadapi. Ia sebagai harapan bagi kedua orang tua dan juga contoh bagi kedua adik perempuannya, harus berjuang untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Meskipun memiliki masa lalu yang kelam, Ona terus berusaha menjadi perempuan mandiri. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari keseharian dan peran berat Ona. Yang paling utama adalah jangan takut bermimpi setinggi-tingginya untuk sebuah harapan yang lebih baik. Risman Amala Fitra


21

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

CERMIN

Bertaruh Hidup

Kata Sutan Sjahrir “Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan”.

K

ata-kata tersebut memang sudah akrab didengar. Saya mendengar kembali kutipan diatas, sebulan lalu saat berdiskusi kecil di sebuah teras Rumah Toko (Ruko) milik teman. Kala itu malam Senin, kami berbincang hingga pukul 3 subuh. Pembahasan kami berkutat pada tokoh di masa lampau. Saking asyiknya, kami cuek saja mendengar bisingnya kendaraan yang tak pernah absen walau telah dini hari. Memang jarak jalan raya dengan tempat kami berdiskusi hanya sekira sepuluh jengkal. Satu pembahasan usai, berlanjut ke pembahasan berikutnya. Obrolan kami awet malam itu, mungkin karena kami samasama dari disipliln ilmu Sejarah. Diantara beberapa hal yang kami bahas, ada satu hal yang ingin saya bagikan ke pembaca identitas. Pembahasan mengenai prinsip hidup dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya. Seperti apa yang dikatakan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia yang saya kutip di awal tulisan saya. Bagi saya, sosok tokoh nasional satu ini begitu istimewa. Selama hidupnya, Sutan Sjahrir berjuang, berkorban bahkan kebanyakan menderita demi cita-cita mulianya,

membebaskan rakyat Indonesia dari segala penindasan. Bahkan sampai akhir hidupnya, ia meninggal dengan status tahanan politik Indonesia. Kemampuan berdiplomasinya cukup membuat saya kagum. Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, bangsa ini dihadapkan dengan berbagai persoalan. Salah satunya upaya mendapatkan pengakuan internasional atas kemerdekaan. Langkah yang ditempuh Sutan Sjahrir kala itu dalam bentuk perundingan dan perjanjian. Banyak kelompok menilai langkah Sjahrir merugikan Indonesia dalam berdiplomasi. Tapi Sutan Sjahrir tetap pada apa yang diyakininya. Ia tidak membiarkan perasaanperasaan lain menghalanginya, ia tetap berpikir jujur. Menurutnya, akal budi harus sanggup berpikir dan bertindak menurut keadaan dan perubahan. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari Sutan Sjahrir. Terutama kumpulan nasihat yang sempat disampaikan semasa hidupnya. Kawan dengan cerutu di tangan, seakan memaksa kami malam itu memahami kalimat Sutan Sjahrir. Katanya ini bukan sekedar quote yang tersebar di media sosial. Tapi ucapan seorang tokoh nasional

Oleh : Arisal yang merasakan kegelisahan hidup dalam lingkungannya. Walau kebanyakan kita mengenal kalimat diatas berasal dari Sutan Sjahrir, tetapi kami di lingkungan anak Sejarah mengetahui Syahrir nyatanya juga mengutip dari Friedrich Schiller, yang hidup di abad ke-18. Umumnya dikenal sebagai filsuf dan sejarawan Jerman. Walau malam semakin pekat, kalimat yang tidak terlalu panjang ini menggetarkan hati. Kami sangat terkesan meskipun tidak cukup waktu membahasnya lebih jauh. Sjahrir, mengingatkan kita pada hidup yang tak lain menjadi pentas pertarungan. Hidup ibarat panggung yang harus selalu

KRONIK

diperjuangkan. Zaman menawarkan berbagai rupa persoalan, silih berganti tak ada habisnya. Untuk kokoh berdiri di panggung pertarungan, tentu kita harus selalu siap bertempur dan terbiasa terbentur. Kemenangan akan menjadi milik orang-orang yang terbiasa mempertaruhkan hidupnya. Sama halnya dengan mahasiswa, ia rela meninggalkan kemapanan hidup di kampung halaman. Mereka memasuki kampus di kota-kota untuk meraih hal yang lebih dari sebelumnya. Begitulah masyarakat modern diciptakan, hari ini harus lebih dari pada hari sebelumnya. Mulai saat meninggalkan rumah, hidup mulai dipertaruhkan. Saat berkuliah, terkadang kita dihadapkan pada pilihan ingin lulus lebih cepat, atau berlama-lama di kampus. Tentu pilihan yang diambil sudah dipertimbangkan, tak ada yang dibuang percuma. Niat kita tentu tertuju ke masa depan yang ingin dimenangkan. Kita terbiasa pula dihadapkan pada masalah finansial. Diantara kita, ada yang harus mempertaruhkan waktu luangnya untuk bekerja mencari uang demi menambal ongkos hidup sekolah di kota. Sebagian yang lain akan memilih mempertaruhkan waktunya aktif berorganisasi, atau memilih sekadar fokus belajar dan beristirahat. Kerap kali, ketika kita menemui kegagalan, kita akan mendegarkan omongan orang

terdekat yang sering kali menuduh. Sedikitnya itu yang membuat kita percaya bahwa hidup tidak berjalan begitu saja. Ada semacam ombakombak yang mengoyang kita. Dengan tujuan yang ingin dicapai, dibutuhkan komitmen agar dapat memastikan kita dapat terus berjuang. Seberapa pun terjal jalan yang kita lalui untuk mencapainya. Tetap kita akan terus konsisten bertaruh karena kita tidak tahu kemungkinan-kemungkinan apa saja yang kita temui saat berusaha menuntaskan apa yang ingin kita capai. Dalam hal menentukan pilihan pun, ketika mantap memilih pilihan yang satu, yang lain pasti akan kita lepas. Pada proses menentukan pilihan, terkadang kita dilema, takut sampai salah menentukan pilihan. Kenyataanya, tidak seperti itu, bukan pilihan yang salah tetapi kemampuan terhadap pilihan, belum maksimal. Kita hanya perlu berbenah dan kembali mencoba. Kegagalan tidak akan datang terus menerus bagi orang-orang yang mau bertaruh kemudian berusaha karena tak ada jalan pintas untuk menjadi tuan bagi diri sendiri. Sekali lagi, kita butuh bertaruh untuk menang.

Penulis adalah Litbang SDM PK identitas 2020, Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Unhas, Angkatan 2016.

Wabah Corona, Prosesi Jabat Tangan Wisuda Ditiadakan

IDENTITAS/SANTI KARTINI

Aksi: Aliansi Unhas Bersatu dan Bara-barayya Bersatu menuju pintu satu Unhas melakukan demonstrasi tolak Omnibus Law, Selasa (11/3).

WISUDA Periode III Universitas Hasanuddin sebentar lagi akan dilaksanakan. Dalam kalender akademik Unhas, wisuda ini rencananya akan digelar pada Selasa-Rabu (1718/3) mendatang di Baruga A.P. Pettarani Unhas. Namun tak seperti biasanya, prosesi jabat tangan rektor dengan wisudawan akan ditiadakan. Hal ini sesuai dengan hasil Rapat Persiapan Wisuda Periode III Tahun Akademik 2019/2020, yang dilaksanakan pada Selasa (10/3) pukul 14.00 Wita. Saat dikonfirmasi ke Kasubdit Humas dan Informasi Publik Unhas, Ishaq Rahman membenarkan hal tersebut. “Iya betul. Jumlah wisudawan lebih dua ribu. Rapat panitia tadi memutuskan, prosesi jabat

tangan rektor dengan wisudawan ditiadakan. Hanya akan ada penyerahan map ijazah, tanpa jabat tangan,” jelas Ishaq. Lebih lanjut, Ishaq mengatakan, hal tersebut dilakukan sesuai dengan isi protokol pencegahan penyebaran Covid-19 yang dikeluarkan pemerintah. Dalam protokol itu, tertulis bahwa pemerintah menginstruksikan kepada warga sekolah untuk menghindari kontak fisik langsung (bersalaman, cium tangan, berpelukan, dsb). “Sesuai protokol pencegahan penyebaran Covid-19 yang dikeluarkan pemerintah. Ada di website Kantor Staf Kepresidenan, tepatnya pada nomor 12 menyebutkan hal itu,” pungkasnya. Wjn


TIPS

22

S

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

Langkah Ampuh Pulihkan Trauma akibat Pelecehan Seksual

iaran pers yang diterbitkan oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2019, mencatat ada 185 kasus kekerasan terhadap perempuan kategori pemerkosaan dalam perkawinan, 1071 pemerkosaan sedarah, dan 1750 kasus kekerasan dalam pacaran. Hal ini membuktikan bahwa perempuan mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa menjadi korban dari pelecehan seksual. Menjadi korban pelecehan seksual dapat menciptakan trauma yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik itu bagi laki-laki maupun perempuan. Tahun 2019, Komisi Perlindungan Anak Indonesia melansir data tingkat kekerasan mencapai 21 kasus yang dilakukan pada 123 anak,

71 anak perempuan dan 52 anak laki-laki. Dosen Psikolog Unhas, Andi Tenri Pada Rustham SPsi MA menjelaskan, penanganan terhadap anak di bawah umur dan remaja atau dewasa itu berbeda. Penanganan trauma yang diberikan kepada korban harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing korban. Lebih lanjut, Tenri mengatakan waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan trauma disesuaikan dengan keadaan korban, hingga korban benar-benar bisa menerima dan berdamai dengan kejadian tersebut. Hal tersulit yang dirasakan oleh korban adalah perasaan yang menggap diri sendiri tidak layak lagi, dan merasa sudah tidak suci. Selain itu rasa kecemasan juga menghantui pikirannya. Trauma yang dirasakan

bisa berdampak buruk bagi kehidupan korban karena kondisi psikologisnya. Korban seringkali menyalahkan diri sendiri atas kondisi yang dialami, apalagi korban berusia remaja yang kondisi emosionalnya cenderung lebih labil. Dampak yang paling fatal adalah korban bisa mengalami depresi bahkan mengakhiri hidupnya. Untuk mengatasi hal tersebut, korban perlu melakukan penanganan yang tepat. Dalam beberapa kasus, korban seringkali tidak paham apa yang harus dilakukan saat mengalami kondisi tersebut. Oleh sebab itu, dikesempatan kali ini kami menyajikan sejumlah tips mengatasi trauma akibat pelecehan seksual, khususnya pada remaja dan orang dewasa.

1. Terbuka kepada orang terdekat Hal pertama yang harus dilakukan adalah menceritakan kepada orang terdekat seperti orang tua, sahabat, atau guru. Jangan menutupi kejadian yang dialami dan menyimpannya sendiri, tetapi terbukalah

dengan peristiwa yang dialami tersebut. Selain itu, ceritakan pengalaman Anda kepada orang yang dapat dipercaya, karena merekalah yang akan menyemangatimu dan memberikanmu solusi.

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

2. Bergabung dengan LSM atau support group Bergabung dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau support group merupakan salah satu bentuk terapi penyembuhan. Support group merupakan kelompok dukungan yang terdiri dari orang-orang yang memiliki atau pernah mengalami masalah

yang serupa. Bergabung dengan grup ini dapat membantu agar tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalah. Berbagai informasi dan pengalaman juga dapat membantu mempercepat pemulihan. Sehingga bisa saling mendukung satu sama lain.

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

4. Berolahraga Berolahraga secara rutin dapat membantu mengelola emosi dengan lebih baik setelah mengalami kejadian traumatis. Studi menunjukkan olahraga secara teratur dapat mengurangi stres dan depresi. Jika bosan berolahraga di dalam ruangan, berolahraga di ruang terbuka seperti taman, pantai, dan pegunungan juga dapat mengurangi stres.

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

5. Kegiatan sosial IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

3. Menenangkan diri Kejadian traumatis dapat tiba-tiba muncul kembali dalam ingatan pada situasi yang tak terduga. Ingatan ini dapat memunculkan kepanikan, kecemasan, dan ketakutan. Saat hal itu muncul, cobalah untuk menenangkan diri. Menenangkan diri dapat

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA

dilakukan dengan menarik napas panjang secara perlahan. Pergi ke tempat lain juga dapat membuat perasaan lebih tenang. Menghubungi orang yang dipercaya juga dapat meringankan perasaan khawatir dan cemas.

Jangan mencoba untuk menutup atau mengisolasi diri. Tenri menyarankan untuk selalu terhubung dengan lingkungan sosial. Misalnya, dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti aktivitas relawan. Studi menunjukkan aktivitas relawan dapat meredakan stres dan rasa sakit.ď Ž Santi Kartini

IDENTITAS/FINSENSIUS T SESA


identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

23

BUNDEL AKADEMIKA

Syamsuddin Mumammad Noor

Guru Besar Hukum yang Lebih Dikenal sebagai Wartawan dan Sastrawan

Dunia saya adalah menulis. Saya tidak pernah bosan menulis, tidak akan pernah.

T Jalan Terjal IKA Unhas Pertahankan Eksistensi Ibarat cuaca, ada-ada saja dinamika yang dilalui oleh Ikatan Alumni (IKA) Unhas. Sebagai wadah yang bertugas mengikat tali persaudaraan antar alumni, IKA Unhas tak jarang dirundung suasana ‘mendung’ yang datang tiba-tiba.

T

epat pada tanggal 23 Maret 1963 silam, IKA Unhas resmi berdiri. Organisasi tersebut diprakarsai oleh Prof Mattulada, Prof Rahman Rahim, Prof Dr H. A. M. Akil dan Prof H. Halide. Di awal berdirinya, IKA Unhas mampu menggebrak dan menemukan citranya sebagai lembaga yang diperuntukkan bagi para alumni, dengan Prof Akil sebagai Ketua Dewan Pembina dan Drs H. M. Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Harian kala itu. Menilik tujuan utamanya, kehadiran IKA dinilai sangat mulia. Selain merangkul para alumni, IKA juga memiliki misi untuk melakukan pengembangan dan pembinaan terhadap alumni, almamater, dan masyarakat sesuai tri dharma perguruan tinggi. Hal itu diharapkan dapat terealisasikan melalui kegiatan yang dicanangkan dalam program kerja, seperti halnya sumbangsih kepada berbagai acara dan fasilitas Unhas, reuni, bakti sosial dan lain sebagainya. Namun cukup disayangkan, tepatnya ketika IKA Unhas berusia 39 tahun, ‘mendung’ seolah datang lebih panjang. Dipimpin oleh H. M. Jusuf Kalla saat itu, dengan kepiawaiannya mengatur organisasi, dinilai oleh sebagian kalangan masih cukup minim. Kesibukannya sebagai Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Menko Kesra), dianggap sebagai penyebab IKA Unhas jauh dari nahkoda. Hal itu dibuktikan dengan kinerja IKA yang dipimpinnya selama sepuluh tahun tak juga menunjukkan grafik peningkatan. Menyikapi problematika ini, Prof Dr H. A. M. Akil yang kala itu menjabat sebagai Dewan Pembina, menegaskan bahwa IKA Unhas

tentu tidak akan ‘mati suri’ jika para pengurus aktif dan terjun langsung. “Menurut saya, salah satu hal yang menyebabkan IKA menjadi mandek adalah tidak adanya suatu garis koordinasi sesama anggota, yang secara khusus untuk membicarakan IKA Unhas dan perkembangannya,” terang Prof Akil yang dilansir dari Bundel identitas tahun 2002. Meski keberadaan IKA telah puluhan tahun, sebagian besar alumni Unhas tidak mengetahui eksistensinya. Masuk menjadi anggota IKA acapkali dianggap sebagai formalitas. Seperti yang diungkapkan Ahman Nur ST, salah satu alumnus Jurusan Elektro Fakultas Teknik Unhas, dalam bundel identitas tahun 2002. “Saya sama sekali tidak mengenal IKA Unhas, tetapi pernah dengar bahwa di Unhas ada ikatan alumninya. Begitupun dengan kegiatan yang dilakukan, saya tidak pernah dengar apalagi mengikutinya,” tutur Ahman, yang merupakan mahasiswa angkatan 1996. Seiring berjalannya waktu, dinamika terjal ini beringsut membaik. Perlahan tapi pasti, IKA Unhas kembali berbenah dan menemukan jati dirinya. Berbagai inovasi datang bermunculan demi menunaikan tujuan mulia IKA Unhas yang dahulu dicita-citakan. Tercatat dalam sejarah pada 24 Maret 2017, Pengurus Pusat IKA Unhas Periode 2017-2021 dilantik oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, H. M. Jusuf Kalla. Acara yang bertempat di Istana Wakil Presiden tersebut diawali dengan pembacaan Surat Keputusan Pengangkatan Pengurus No.Istimewa/IKA-UH/SKEP/2017, tertanggal 17 Februari 2017 oleh Sekretaris Eksekutif, Suardi Erik. Dalam sambutannya, Ketua Harian

Pengurus Pusat IKA Unhas, Prof Dr dr Idrus Andi Paturusi Sp BO, menyatakan rasa optimisnya bahwa kegiatan IKA Unhas ke depan akan semakin semarak dengan partisipasi aktif segenap pihak. “Gairah berkomunitas alumni Unhas dalam dua tahun belakangan begitu meriah dan bersemangat, saya sangat berharap bahwa kepengurusan IKA Unhas yang baru ini bisa bersinergi secara konstruktif baik eksternal maupun internal,” harap Prof Idrus, Jumat (24/3/2017). Pelantikan pengurus baru tersebut lantas membuat langkah IKA Unhas semakin matang. Hal itu terbukti dari pengadaan Halalbihalal 2019 Alumni Unhas yang digelar pada 6 Juli 2019 silam. Bertempat di Istana Wakil Presiden RI, acara tersebut dirangkaikan dengan pelantikan pengurus IKA lima daerah periode 2018-2022. Setelah melalui perundingan panjang dan penyatuan persepsi, IKA Unhas resmi mengadakan Koperasi Alumni (Kopalumni) Unhas yang dibentuk dan berkantor di Jl. Setiabudi Tengah, Jakarta pada Jumat (2/8/2019). Ketua Koperasi Alumni, Acram M. Azis menyatakan telah membangun komunikasi serius dengan Badan Usaha Milik Negara, seperti BNI Life, Garuda Indonesia Group, dan Bank Mandiri untuk bersinergi. Bahkan, kini IKA Unhas telah melebarkan sayapnya di berbagai penjuru dunia, sebut saja IKA Malaysia, Singapura, dan lain sebagainya. Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Palubuhu MA menyatakan harapannya, IKA Unhas tidak hanya berperan untuk meningkatkan silaturrahmi, melainkan menunaikan tujuan mulia seperti yang diidamkan sejak dalu. Nadhira Sidiki

idak asing rasanya bila menyandingkan sosok Guru Besar Fakultas Hukum (FH) Unhas, Prof Dr Syamsuddin Muhammad Noor SH MH atau yang akrab disapa Bang SM Noor dengan hal-hal terkait kepenulisan, jurnalistik dan sastra. Lelaki berkacamata ini sangat aktif menggandrungi dunia literasi sejak SMA. Terhitung ia memiliki tiga buku yang telah diterbitkan, judul-judulnya antara lain : Perang Makassar, Putri Bawakaraeng, dan Baruga. Tidak hanya itu, beberapa naskah novelnya juga pernah diterbitkan di media lokal, antara lain : Gema Menawan Gita, Diimbau Lalu Berlalu, Prahara Sang Putri, semuanya dimuat secara bersambung pada harian pedoman rakyat. Selain itu, novel Balada Cinta di Bukit Kaktus disebutkannya pernah dimuat bersambung di Koran Kampus identitas Unhas. Ia bahkan pernah berkesempatan menerbitkan noveletnya berjudul Pelarian yang telah diterbitkan oleh Sudirman HN sebagai proyek Yayasan Pena yang bekerjasama dengan Masyarakat Sastra Tamalanrea (MST) tahun 1999. Menjadi seorang guru besar diakuinya memerlukan kreatifitas dan kreasi, terutama dalam bidang penulisan ilmu. Namun, tidak berarti bidang tulisan lain harus diabaikan. Lelaki yang juga memiliki hobi mendaki gunung ini bahkan mengungkapkan bahwa kemungkinan besar ia terjebak di jurusan yang salah. “Sepertinya saya salah jurusan ya, seharusnya saya di Ilmu Budaya. Saya memiliki banyak teman di Fakultas Ilmu Budaya. Terutama ketika saya bergabung di Dewan Kesenian Sulawesi Selatan,” ujarnya, Kamis (20/2). Perjalanannya menjadi Guru Besar FH Unhas dinilainya sebagai proses panjang yang sejatinya sederhana. Karena hal yang ditekankan adalah jurnal terkait bidang keilmuan. Namun, Ia mengaku tidak menemukan banyak kesulitan karena menulis adalah bagian penting dari hidupnya. Dikatakannya sederhana, bukan berarti Bang SM Noor tidak pernah mengalami kegagalan. Pria yang menggeluti bidang Hukum Internasional ini pernah merasa frustasi sebelum akhirnya mengambil S2 di Unhas. Ia sempat mendapatkan Beasiswa Fullbright di Jakarta. Namun, batas usia yang ditetapkan menjadi hambatan untuk melanjutkan studinya di luar negeri. “Awalnya saya sempat merasa frustasi, lalu memutuskan untuk memfokuskan diri dalam penulisan novel dan cerpen yang dimuat di koran-koran. Tiba-tiba Prof Rady, Rektor Unhas kala itu menyarankan untuk tidak berhenti dan melanjutkan studi di Unhas,” ujar pria yang diangkat sebagai Guru Besar FH Unhas pada tahun 2008 itu. Bang SM Noor pribadi membina dirinya dalam bidang kepenulisan ketika ia bergabung di Penerbitan Kampus (PK) identitas Unhas. Tercatat pernah menjabat sebagi Pimpinan Redaksi PK identitas, ia tidak pernah merasa bosan ketika menulis. Bahkan beberapa orang lebih mengenalnya sebagai wartawan dan sastrawan. Selama merintis karir sebagai wartawan PK identitas Unhas semasa kuliah, Bang SM Noor sempat memiliki pengalaman lucu dengan Prof Marwah Daud. Kala itu, Prof Anwar Arifin menugaskannya untuk mewawancarai Prof Amiruddin yang masih menjabat sebagai Rektor Unhas. Namun, Prof Amiruddin saat itu sedang terbaring sakit. Sebagai Pemimpin Redaksi kala itu, Prof Anwar tidak mau tahu. Bagaimanapun caranya, Bang SM Noor dan Prof Marwah Daud harus mewawancarai Prof Amiruddin. Saat itu, ia bahkan harus panjat di RS Khadijah yang saat itu terkunci dari dalam demi sesi wawancaranya. Proses yang dilalui pria ini bukanlah sesuatu yang tidak menantang. Dunia jurnalistik adalah salah satu hal yang memiliki paling banyak tantangan. Itulah mengapa, ia menggaris bawahi ‘daya tahan’ sebagai komponen seseorang untuk bertahan. “Segala sesuatu itu membutuhkan daya tahan, karena hidup memiliki banyak tantangan. Semakin banyak tantangan dalam hidup, pemikiran kita lebih rasional dan lebih bijak,” tutupnya. Nadhira Sidiki


24

LINTAS

identitas

NO. 910, TAHUN XLVI, EDISI MARET 2020

DOKUMENTASI PRIBADI

Relawan Pendidikan di Pesisir Kampung Buttue Oleh : Salwa Yulianti

K

ampung di pesisir Desa Kanaungan, Kecamatan Labakkang, Pangkajene agak berbeda dalam tiga hari itu. Betapa tidak, Kampung Buttue dikunjungi relawan pendidikan. Jumat hingga Ahad, 21-23 Februari 2020, sejumlah relawan KPAY FM melakukan touring pendidikan dengan tema “Membangun Sinergitas untuk Pendidikan Lebih Maju.” Aku bersama sekitar 157 relawan lainnya turut andil dalam touring pendidikan tersebut. Perjalanan memerlukan waktu kurang lebih dua jam dari Kota Makassar. Dari dua jam itu, 40 menit digunakan berjalan kaki, hal ini dikarenakan akses kendaraan yang belum memadai. Kedatangan relawan pendidikan Indonesia di Kampung Nelayan ini, sangat disambut baik oleh

masyakarat. Kampung pesisir yang memiliki sekitar 30 Kepala Keluarga ini, tentunya memiliki anak-anak. Terhitung yang hadir waktu itu 23 anak. Kala itu, kami memberikan kelas agama, inspirasi, karakter, bahasa dan infrastruktur. Setiap kelas sudah memiliki bahan dan trik untuk mengajar adik-adik agar pembelajaran dapat berlangsung tanpa rasa bosan dan kantuk. Tempat belajar yang disebut sekolah terapung berdiri tegak layaknya rumah panggung terkemas kayu seadanya, sekolah ini terdiri dari dua kelas. Setiap kelas berlangsung dalam waktu yang telah ditentukan. Siswa sangat antusias menerima pembelajaran, terbukti dengan keaktifan mereka dalam setiap sesi kelas . Semangat luar biasa dari para relawan terus membangun dan mendorong mereka untuk tak lelah

mengejar cita-cita meski dengan berbagai keterbatasan. Kolaborasi para siswa dan relawan membuat suasana kelas begitu hidup. Hal tersebut tergambar jelas pada wajah adik-adik yang memiliki mimpi dan semangat untuk belajar. Selain mengajar di SDN 38 Buttue, para relawan juga turut membantu kegiatan masyarakat sambil melakukan wawancara. Kurangnya infrastruktur menjadi keluhan, utamanya akses jalan, masjid, listrik, dan air bersih yang belum mampu dipenuhi dengan baik oleh pemerintah setempat. Akses jalanan yang hingga detik ini masih belum dibangun membuat fasilitas seperti listrik dan air bersih menjadi sulit pula. Semangat anakanak di desa setempat untuk tetap bersekolah perlahan redup akibat kelelahan berjalan kaki. Mereka harus menempuh perjalanan sekitar 5 kilometer setiap harinya bila ingin melanjutkan pendidikan ditingkat SMP. Meski ada perahu yang dapat digunakan untuk sampai lebih cepat, perahu tersebut tidak bisa digunakan setiap hari. Sebab, perahu adalah sarana utama orang tua mereka dalam mencari nafkah. Bensin yang mahal juga menjadi alasan para siswa memilih untuk berjalan kaki. Bahkan, dari hasil wawancara, hanya ada satu anak yang mampu bertahan hingga kini untuk tetap melanjutkan sekolah di tingkat SMP, sedangkan yang lainnya tidak melanjutkan sekolah dan memilih membantu orangtua. Tidak adanya infrastruktur seperti akses jalan yang baik

menuju sekolah tingkat SMP dan SMA membuat anak-anak tidak dapat memenuhi rasa haus mereka akan dunia pendidikan. Pemerintah seharusnya bertanggung jawab dalam hal ini sebagaimana maksud Pasal 28I UUD RI 1945 bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Untuk itu sudah sepatutnya pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Pemerintah setempat berulang kali mendapat keluhan. Warga sering mengutarakan kegelisahannya kepada kepala desa yang sudah dua periode menjabat. Namun hingga sekarang hanya sedikit bantuan yang diberikan di Kampung Buttue, padahal warga setempat telah dijanji akan dibangunkan jalanan, masjid dan pengadaan listrik. Bahkan, data dari pusat menunjukkan bahwa sudah ada anggaran untuk alokasi pembangunan masjid di Kampung Buttue yang bersamaan dengan pembangunan sekolah dasar, tetapi hanya sekolah yang dibangun,

masjid dibiarkan tetap tidak ada. Keluhan tidak adanya masjid sebagai tempat beribadah membuat mereka tergganggu, khususnya saat salat jumat dan bulan ramadan. Seperti yang disampaikan oleh warga setempat. “Di bulan puasa paling susah karena kami harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke masjid menunaikan tarawih, belum lagi ongkos bensin untuk perahu yang mahal,” ungkap salah satu warga. Belum lagi cuaca yang kurang mendukung seperti hujan dan ombak yang tinggi seringkali menghalangi untuk berangkat. Saripuddin selaku Kepala Rukun Tetangga (RT) Kampung Buttue sangat berharap agar pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan lebih memperhatikan lagi persoalan infrastruktur yang begitu dibutuhkan warganya. Jalan yang dirasa begitu sulit untuk dilewati, masjid sebagai tempat beribadah, dan listrik sebagai kebutuhan utama. Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Unhas, Angkatan 2016.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.