Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
Jemput Emas Imbalan Melimpah Tak hanya mendapatkan sejumlah uang, mahasiswa yang berhasil memenangkan medali emas Pimnas akan dibebaskan dari skripsi.
n Wansus Benarkah Trauma Bisa Disembuhkan? Lanjut Hal 3 n Cerpen Seorang Anak di Pinggir Sungai Lanjut Hal 6 n Liputan Khusus Apresiasi Dorong Prestasi Lanjut Hal 1o
n Lintas Belajar dari Penyintas Kemanusian Lanjut Hal 2o
Civitas Dilema Kuliah Malam Lanjut hal 5 Laporan Utama Pandemi Melanda, Peneliti Gundah Lanjut hal 11 Opini Hilangnya Makna Intelektual Lanjut hal 4
DARI REDAKSI
2 TAJUK
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
KARIKATUR
KOSAKATA
Ramai-ramai Bebaskan Skripsi
Acan: mengharapkan,
P
erguruan Tinggi tengah memasuki musim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Namun, partisipasi mahasiswa dinilai masih kurang pada ajang bergengsi yang diadakan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat ini. Berbagai kebijakan pun bermekaran guna mendorong mahasiswa aktif mengikuti kegiatan tersebut. Buah daripada itu, surat keputusan yang membebaskan skripsi bagi yang lolos PKM. Peraturan ini sudah diterapkan di beberapa kampus. Lihat saja Universitas Sebelas Maret Solo (UNS), pada 2019 bagi mahasiswa yang meloloskan PKM-nya ke tahap Pimnas akan mendapatkan pengakuan. Apalagi proposal yang merekan ajukan merupakan pengabdian masyarakat, maka bisa digunakan sebagai skripsi atau tugas akhir sesuai dengan bidang ilmunya. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNS, Prof Dr Kuncoro Diharjo ST MT mengatakan akan memberikan nilai A dan tanpa dilakukan ujian sehingga tidak perlu mengikuti proses skripsi. Ia pun berharap, minat mahasiswa UNS dalam mengikuti PKM semakin tinggi dan menorehkan penghargaan yang sepadan atas usaha dan kerja kerasnya dikutip dari Kumparan.com. Bukan hanya UNS, kampus lain pun mulai memberlakukan hal yang sama seperti Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Medan Area (UMA), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Hasanuddin (Unhas). Dalam surat keputusan nomor 888/ UN4.1/KEP/2021, Rektor Unhas, Prof Dwia Ariestina Pulubuhu MA meyatakan bahwa peraih prestasi setara emas di Pimnas akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk pengakuan telah memenuhi kewajiban seminar dan skripsi. Walaupun tidak ada larangan untuk bebas skripsi dari Kemendikbud, di mana kampus punya otoritas sendiri. Di samping itu, patut diapresiasi cara kampus dalam memacu dan memotivasi mahasiswanya untuk terus aktif berkarya. Namun, jangan sampai hal ini berdampak buruk pada pencapaian pembelajaran perguruan tinggi. Kualitas pembelajaran tidak dapat dikecualikan untuk meningkatkan iklim prestasi universitas. n
mencita-citakan Agak-agik: menerangkan, terangkan Agul : sombong, bangga megah ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY
Ahwal: keadaan Siah: menyiah (mengelakkan)
SURAT DARI REDAKSI
Imak : tiru (tentang bunyi) Imbit : pindah, ungsi Abar-abar: dinding penghalang Bekat: banyak sekali, sesak Diayah: pengumuman Kirana: sinar; cantik Lengkara: mustahil, beduk, tabuh, nekara. TANGKAPAN LAYAR
Webinar: Penerbitan Kampus (PK) identitas Unhas menyelenggarakan bincangbincang pertama bersama Dosen Teknik Arsitektur Unhas, Dr Ir Triyatni Martosenjoyo MSI, Enterpreneur, Fransiske Tatengkeng dan Aktivis dan Pemerhati Perempuan, Salma Tadjang, Sabtu (20/3). Kegiatan yang bertajuk Lawan Stereotip! Perempuan Harus Punya Mimpi, ini menjadi salah satu langkah identitas tetap eksis.
Harus Tetap Eksis
H
alo pembaca setia identitas! Alhamdulillah, tahun ini identitas kembali medapatkan Silver Winner kategori nonmajalah pada ajang Indonesia Student Print Media Award 2021, Kamis (25/2). Penghargaan ini hasil kerja sama semua kru dalam mempertahankan eksistensi identitas dan berkat dukungan dari pembaca sekalian. Memang tidak mudah untuk tetap bertahan di tengah perkembagan media informasi seperti sekarang ini. Untuk itu sebagai media yang sudah berdiri sejak tahun 1974,
kami selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Selain itu, kami juga sedikit mengubah sistem dapur redaksi dalam mendukung kru untuk berkarya. Namun perubahan ini harus dilakukan dengan konsep yang matang dan pastinya membutuhkan dukungan serta partisipasi aktif dari semua kolega yang terlibat di dalamnya. Di edisi maret ini, kami menyajikan liputan khusus mengenai pemberian reward kepada mahasiswa yang memenangkan medali emas di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. Selamat membaca! n
Ejawantah: menjelma; menjadi wujud Sandyakala: cahaya merah saat senja Pendar: cahaya yang menyebar Litani: doa yang diucapkan sama-sama. Taksa: ambigu, memiliki dua atau lebih arti Undagi: tenaga ahli
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi nKetua Penyunting: Ahmad Bahar nKetua Penerbitan: Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Arisal nKoordinator Liputan: Santi Kartini nLitbang SDM: Badaria nLitbang Data: Nadhira Noor R Sdiki nStaf Penyunting: Khintan nFotografer: Nur Ainun Afiah, Friskila Nigrum YusufnArtistik dan Tata Letak: Annur Nadia Felicia Denanda nIklan/Promosi: Nurul HikmanReporter: Irmalasari, Finsensius T Sesa (tidak aktif), Risman Amala Fitra, Anisa Lutfia Basri nTim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, RasyidAl Farizi,Arifuddin Usman,Abdul Haerah, Ibrahim Halim,Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar,Abdul Chalid Bibbi Pariwa, MuhammadYunus nAlamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@ gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Sampul Edisi Maret 2021 Ilustrasi : Risman Amala Fitra
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Layouter : Annur Nadia F. Denanda
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
WANSUS
3
Benarkah Trauma Bisa Disembuhkan? “
Trauma healing, bukan bekerja menghilangkan trauma tetapi untuk mengurangi dampak buruk dan tetap berdaya secara psikis dan fisik pasca trauma.”
S
IDENTITAS/OKTAFIALNI RUMENGAN
ekitar pukul dua dini hari, gempa bumi kembali meluluhlantakkan Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, pada 15 Januari 2021. Hingga membangunkan orang dari tidurnya, masyarakat pun buru-buru mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman atau dataran lebih tinggi. Warga mengungsi ke perbukitan dan mendirikan tenda darurat. Hingga kini sebagian masyarakat Sulbar masih bertahan di lokasi pengungsian dikarenakan kondisi rumah yang ambruk. Namun, pascabencana memunculkan masalah lain, kekurangan bahan makanan
misalnya. Penduduk pun juga rentan terkena trauma, apalagi kondisi daerah pengungsian yang tidak layak huni. Peristiwa traumatik seperti bencana alam membuat para korban rentan terkena gangguan psikis. Pemulihan trauma atau trauma healing pun jadi solusi. Lantas, seperti apa trauma healing? Apa saja tahapannya? Berikut wawancara khusus reporter identitas, Irmalasari dengan Ketua Program Studi Dapartemen Psikologi Fakultas Kedokteran Unhas Dr Ichlas N Afandi S Psi M A, Jumat (8/2).
Bagaimana pendapat Anda mengenai trauma healing, yang terjadi pascabencana alam? Sebenarnya trauma healing berupaya mencegah dampak buruk dari trauma. Setiap manusia punya pengalaman manis dan pahit. Pada kondisi bencana peristiwa yang terekam adalah momen negatif. Maka memerlukan trauma healing, secara praktis bukan bekerja untuk menghilangkan trauma. Akan tetapi mengurangi dampak buruk dan tetap berdaya secara psikis dan fisik pascatrauma.
enggan berkomunikasi, kehilangan nafsu makan, kurang semangat hidup. Macam orang depresi, apalagi mungkin ketika bencana kehilangan sesuatu yang ia sayang.
Apa saja ciri- ciri orang yang mengalami trauma pascabencana? Banyak ciri-cirinya misalnya lebih
Lantas, bagaimana masyarakat dapat membantu orang tersebut? Kalau masyarakat awam, baiknya buat si korban setenang mungkin. Apalagi sekarang sudah ada unit reaksi cepat termasuk penanganan trauma fisik dan psikologis. Perlu mengetahui trauma tidak terjadi seketika itu. Mungkin sehari setelah bencana baru terjadi atau dua hari ke depan baru menunjukkan tanda-tanda. Nah, di situ bisa melaporkan secepatnya.
Tidak dapat dipungkiri semua akan terdampak bencana alam, trauma healing yang dapat kita lakukan untuk diri sendiri itu seperti apa? Saya kira untuk diri sendiri itu agak sulit, self diagnosa tidak mudah dilakukan, yang bisa menilai adalah profesional. Saya kira kalau ada bencana yang paling bisa lakukan sebagai insan beragama. Mengembalikan bahwa hal ini sudah ditakdirkan dan harus menerima situasi. Ketika muncul perasaan menolak, akan cenderung menyalahkan, ujung-ujungnya mempersalahkan orang di sekitar, bahkan Tuhan pun disalahkan. Apabila menyangkal dan lari dari kenyataan, maka peluang masuknya gangguan-gangguan besar, akan terjadi. Namun hal itu, tidak berlaku pada anak-anak. Mereka belum bisa mengenal dengan baik apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Jangankan anakanak, orang tua saja masih ada yang salah dalam menilai. Ini yang perlu penanganan khusus. Selama ini tantangan yang sering Anda temukan dalam trauma healing? Di Indonesia sebenanrya sistem-sistem sosial belum begitu mendukung. Namun ada sisi positifnya. Maksudnya tingkat aduan masyarakat masih rendah. Hal ini disebabkan pengetahuan, ketika terjadi kasus trauma, masyarakat belum melaporkan, apalagi buru-buru dikaitkan dengan
mistis. Di sisi lain, menguntungkan karena pendekatan nilai-nilai agama pada setiap bencana. Artinya menerima kondisi dalam konteks budaya masyarakat Indonesia itu lebih tinggi dalam bahasa Jawa disebut namanya nerimo. Salah satu contohnya, Tim Psikologi Unhas melakukan trauma healing di Jeneponto, Desa Sapanang yang pernah tergenang banjir bandang. Kami tidak menemukan kasus spesifik terkait post traumatic stress disorder (PTSD) padahal korban begitu banyak. Nah, setelah kami eksplorasi ternyata yang menyebabkan mereka begitu kuat menghadapi bencana adalah nilai agama. Mereka selalu bilang dalam bahasa Makassar “ anu anne pak erokna mi karaeng Allah Taala” (Ini sudah kehendak Tuhan). Oleh karena itu, apa harapan Anda kepada masyarakat terkait trauma healing dan bencana alam? Selain menerima kondisi sebagai sebuah realitas sosial yang tidak bisa kita sangkal sama sekali, kita juga harus pandai-pandai memahami situasi lingkungan, melihat curah hujan begitu tinggi. Orang dewasa, mestinya bersiapsiap dengan situasi apapun. Dengan demikian, ketika bisa menerima kondisi kemudian menjadi agen kepada anakanak untuk memberikan pemahaman dan menerima situasi yang harus dihadapi. Bekerja sama dengan semua elemen untuk menangani dampakdampak buruk dari bencana ini.n
Nama Lengkap: Dr Ichlas N. Afandi, S.Psi, M.A Tempat, Tanggal Lahir: Makassar, 25 Juli 1981 Pendidikan: nS1 Psikologi UMM Malang (2002) nS2 Psikologi UGM Yogyakarta (2010) nS3 Psikologi UGM Yogyakarta (2019)
4
OPINI
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
Bergeraklah Mahasiswa Unhas!
P
erjalanan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran pemuda. Di era kemerdekaan, pemuda sangatlah krusial menghimpun diri dalam organisasi yang menjadi cikal bakal lahirnya perjuangan yang terorganisir dan masif hingga berhasil mengibarkan sang saka merah putih. Memasuki masa Orde Baru, pemuda utamanya mahasiswa juga tidak kalah pentingnya. Kampus menjadi ujung tombak keruntuhan kekuasaan otoritarianisme dalam mewujudkan demokrasi. Sehingga menjadi tonggak sejarah baru yakni peristiwa reformasi. Setelah reformasi, mahasiswa seyogianya masih mengambil peran penting sebagai sosial of control dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kampus pun dituntut untuk mengawal kebijakan-kebijakan dengan pikiran kritis dan sikap yang berpihak terhadap keadilan. Seperti yang pernah disampaikan, Pramoedya Ananta Toer, “Semua yang terjadi di bawah kolong langit adalah urusan setiap orang yang berpikir.” Merujuk dari perkataan Pram, harusnya yang paling tersinggung adalah mahasiswa, sebagai kaum intelektual yang berpikir dan hidup dalam ide-ide besar. Pemuda harusnya memastikan setiap kebijakan dari penguasa bersifat adil dan ideal melalui pengawalan yang dilakukan. Tidak bisa dipungkiri keberhasilan mahasiswa pada era-era sebelumnya tak lepas dari kesadaran diri dalam membangun gerakan kolektif dan menghimpun diri dalam satu perjuangan. Wadah tersebut salah satunya lembaga mahasiswa. Maka kesadaran sebagai kaum intelektual harusnya mengakar dalam kehidupan lembaga mahasiswa.
Lembaga mahasiswa sekaligus senjata sebagai organisasi yang jitu yaitu kebebasan melahirkan insanakademik, harusnya insan pemikir, minimal dipahami oleh para mempunyai dua fungsi, pejabatnya sebagai pertama sebagai kebebasan untuk wadah pembentuk mengucapkan pikiran jiwa kepemimpinan, alternatif. Namun yang biasa dinamakan sering kali pejabat kaderisasi dalam rangka kampus melakukan melahirkan sumber daya pengekangan dan manusia unggul dan intervensi terhadap berkualitas. lembaga mahasiswa. Oleh : Muhammad Shidiq Kedua sebagai tempat Hal tersebut terjadi perjuangan, wadah pergerakan dalam di hampir semua universitas tidak mewujudkan keadilan dan kemanusiaan. terkecuali Unhas. Namun, realitas yang terjadi hari Pengekangan dan intervensi birokrasi ini, lembaga mahasiswa terkesan kampus terhadap lembaga mahasiswa mengabaikan fungsi yang kedua. semata-mata untuk memuluskan Terbukti dari gerakan mahasiswa yang kepentingan yang diinginkan, tentu akan hanya monoton dan terjebak dalam merusak demokrasi dan melecehkan rutinitas internal semata dan lupa akan kebebasan akademik dan itu harus fungsinya sebagai penyambung lidah dilawan! rakyat. Lembaga mahasiswa harusnya Peneliti Perhimpunan Pendidikan bersifat independen, bebas dari berbagai Demokrasi (P2D), Rocky Gerung pernah intervensi baik faktor eksternal. Dalam berkata, “Selain mencatat pahlawan, lingkup Unhas, dibutuhkan kesadaran sejarah yang baik juga mencatat para lembaga kemahasiswaan dalam penghianat.” Mahasiswa yang mengawal menjalankan fungsinya. Harusnya kebijakan dengan pikiran alternatif akan mahasiswa sadar untuk bersama-sama tercatat harum dalam sejarah meskipun menghimpun kekuatan dalam satu tidak mengubah apa-apa setidaknya wadah pergerakan untuk mengawal telah berjuang. Sedangkan, pemuda kebijakan kampus. yang mendiamkan ketidakadilan dan Namun perhimpunan mahasiswa berpotensi merusak tatanan kehidupan bukan semata-mata karena intervensi generasi ke depannya, akan menjadi yang justru akan melahirkan perpecahan catatan buruk dalam sejarah. Oleh dalam internal wadah pergerakan karena itu, pilihannya cuma dua, lembaga mahasiswa. Perhimpunan berjuang sebagai pahlawan atau diam lembaga mahasiswa dalam satu wadah sebagai penghianat? gerak harus terlepas dari intervensi Mengawal kepentingan pemangku birokrasi kampus dan faktor eksternal kebijakan dari semua jenjang, mulai lainnya. dari pemerintah pusat, daerah, hingga Sesuai kata Najwa Shihab, “Jika ke perguruan tinggi yakni birokrasi terbelah niscaya perkara kekuasaan, kampus. Kampus yang memiliki benteng tidak ada yang pecah karena gagasan”.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pengawalan kebijakan baiknya dilakukan dalam wadah bersama, namun kesatuan dalam perhimpunan belum tercapai bukan tidak mungkin tidak ada yang bisa lembaga mahasiswa lakukan, Bisa menjadi alternatif apabila setiap lembaga mahasiswa mulai dari skala fakultas, himpunan, sampai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) mengawal kebijakan dan berteriak secara bersamasama melalui lembaganya masingmasing. Tentunya mahasiswa Unhas melalui lembaganya harusnya tidak mengabaikan fungsinya sebagai wadah perjuangan. Mahasiswa tidak semestinya diam atas kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat seperti UU yang menindas dan kebijakan birokrasi kampus yang kontroversial seperti penambahan kouta jalur mandiri dan pembangunan hotel pada masa pandemi yang notabene keadaan ekonomi dan orang tua mahasiswa sedang sulit. Kebijakan tersebut menghina dan jauh dari kata humaniversity justru bersifat dehumaniversity. Maka itu mari bersama-sama teriak atas kebijakan yang tidak berpihak kepada keadilan dan mengawal pengelolaan anggaran dari pemerintah maupun kampus pada masa pandemi ini yang rawan untuk dirampok oleh oknum-oknum kekuasaan. Ayo memilih berjuang melanjutkan agenda reformasi dan mencatatkan sejarah harum bagi perjalanan bangsa dan almamater atau hanya diam serta akan tercatat sebagai penghianat!n Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Kelautan FIKP Unhas, angkatan 2017
ILUSTRASI/RISMAN AMALA FITRA
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
IPTEKS
5
Basmi Hama Pertanian dengan Puntung Rokok
D
ua pertiga puntung rokok ditemukan berserakan di selokan dan berujung di lautan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kebiasaan itu dilakukan oleh jutaan orang. Padahal limbah puntung rokok termasuk limbah berbahaya dan beracun. Terlepas dari hal tersebut, ternyata limbah puntung rokok dapat dimanfaatkan menjadi biopestisida (cairan dari bahan alam untuk mendukung pertumbuhan tanaman). Inovasi ini pun sudah banyak diteliti, salah satunya Eko Siswoyo bersama kedua rekannya. Dari hasil penelitiannya mengatakan, tembakau dari kandungan limbah puntung rokok dapat mendukung kegiatan pertanian yang ramah lingkungan. Hal ini pun menarik perhatian dosen Departemen Kimia, Syadza Firfausiah S Si M Sc. Dibantu oleh kedua mahasiswanya, Taufik Hidayat dan Muhammad Alfliadhi, mereka membandingkan ekstraksi puntung rokok dengan tiga metode yaitu maserasi, soxletasi, dan Microwaveassisted ekstraksi (MAE). “Untuk mengunakan puntung rokok sebagai bio-pestisida, terlebih dahulu harus diekstraksi dalam pelarut. Sebab dibutuhkan perbandingan dari berbagai metode untuk mendapatkan hasil ektraksi terbaik,” ucap Syadza dalam penelitiannya. Dalam penelitian itu juga, Syadza menceritakan, mereka memanfaatkan limbah puntung rokok dari beberapa
restoran dan hotel. Puntung rokok itu dibersihkan dan hanya mengambil bagian tembakaunya saja, yang kemudian dikeringkan dan digiling untuk bahan uji atau sampel di laboratorium. Halusan puntung rokok dibagi dalam 20 gram untuk masing-masing metode. Untuk metode pertama atau maserasi, sampel dilarutkan dengan 200 ml etanol absolute (cairan kimia). Diaduk selama 10 menit, lalu disimpan di tempat gelap selama 48 jam. Metode ke dua atau Soxletation, sampel dicampur kedalam 200 ml etanol mengunakan labu alas bundar (alat kimia). Kemudian dimasukkan ke dalam refluks (teknik penyulingan yang melibatkan kondensasi uap) selama 12 jam sampai sampel habis. Sedangkan metode ke tiga atau MAE, puntung rokok di cairkan dalam 200 mL etanol absolute yang ditempatkan dalam microwave (alat pemanas) yang telah dimodifikasi untuk proses ekstraksi. MAE dilakukan dengan daya 100 watt selama 8 menit. Dari hasil penelitian menunjukkan, MAE merupakan metode ekstraksi terbaik, karena dapat menghasilkan sekitar dua kali lipat berat ekstrak baik dalam proses maserasi maupun soxletasi. Apalagi berdasarkan waktu pengerjaannya, MAE hanya membutuhkan ekstraksi 3 x 8 menit. Waktu yang sangat singkat dibandingkan dengan metode laserasi (2 x 48 jam) dan metode soxletasi (12 jam). Penelitian lain terkait MAE juga melaporkan bahwa metode ini tidak
ILUSTRASI/A. SRI SARTIKA
hanya lebih tinggi jumlah ekstraknya, tetapi juga mengkonsumsi lebih sedikit pelarut dan penghematan waktu (Dahmoune et al., 2014, 2015). Syadza mengatakan perbedaannya sangat besar jika dibandingkan dengan metode sebelumnya. MAE menggunakan energi dan bahan lebih sedikit untuk menghasilkan pengekstrakan nikotin yang banyak. “Microwave hanya menggunakan 100 watt listrik selama 8 menit. Maka proses yang dibutuhkan memerlukan tiga kali dan dalam waktu 24 menit,” tutur dosen Fakultas MIPA ini. Penelitian ini pun mendapat dana hibah dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) sebesar 19 juta dalam skema penelitian dosen muda tahun 2020. Lebih lanjut, ia mengatakan penelitian dana hibah dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ini belum sampai ke tahap pengaplikasian pada hama ulat grayak. Mengingat awal pemasukan proposal pada 2020, dihadapkan pandemi Covid-19 di mana tim tidak dapat mengumpulkan sampel.
“Kendala yang kami hadapi seperti Covid-19, Unhas lockdown dan untuk tahap pengaplikasian pestisida, hama ulat grayak harus dikembang biakkan terlebih dahulu karena tidak dapat ditemukan pada musim hujan waktu itu” keluh Syadza. Daripada itu, kata Syadza penelitian ini bisa segera dilakukan oleh masyarakat, tidak perlu biaya yang mahal. Harganya pun bervariasi tetapi umumnya sekitar sejuta dan bahkan ada yang kurang sejuta. “Orang pikir microwave mahal tetapi, kelebihannya dapat digunakan secara terus menerus,” jelasnya. Ia pun mengatakan semoga ke depannya dapat memproduksi sendiri, misalnya pestisida Unhas dengan biopestisida yang lebih sering digunakan. “Kami berharap lebih memanfaatkan sumber daya alam dan mengurangi limbah rokok yang sebenarnya membahayakan lingkungan,” tutupnya.n Muhammad Alif Muqorrabin
ILUSTRASI/SANTI KARTINI
6
CERPEN
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
Seorang Anak di Pinggir Sungai
ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY
S
iang itu tenang. Cuacanya teduh dan damai, namun pikiran Danu tidak karuan. Gerutuan kecil keluar dari mulutnya, mengumpati Yanto yang memilih ‘jelajah siang’ bersama anakanak lainnya dan membuatnya harus berjalan pulang sendirian. Danu bukan anak penakut, ia suka menikmati segala keteduhan yang ia lewati seorang diri. Namun, beberapa hari ini perjalanan pulangnya tidak setenang biasanya. Ia menduga ada sesosok hantu yang mengikutinya. Rasa was-was muncul ketika jembatan kayu yang menghubungkan dua desa utama mulai terlihat. Sesampainya Danu di ujung jembatan, batinnya berteriak padanya untuk menengok ke bawah sana. Oh, itu dia. Di sana di pinggir sungai, seorang anak laki-laki berpakaian abu-abu kusam sedang mencelupkan tangan kanannya ke dalam air, lalu menariknya kembali dan terdiam. Mulutnya komatkamit, matanya terpaku pada air sungai. Danu tidak tahu apa yang anak itu lakukan, tapi ia bergidik. Siapapun yang melihatnya pasti akan parno juga, kan? Danu berniat untuk menegurnya. Supaya dia berhenti komat-kamit. Tetapi ia takut kalau anak itu hantu sungguhan. Anak itu sepertinya menyadari sedang diawasi. Detik berikutnya, ia menoleh ke arah Danu dan Danu langsung berlari terbirit-birit meninggalkan tempat itu. Ia bahkan belum sempat melihat jelas wajah anak itu. Dasar pecundang.
*** “Ah, anak itu? Ia aneh. Aldo bilang anak itu ingin memanggil sesuatu dari dalam sungai, tapi sepertinya mantranya kurang ampuh karena makhluk itu tidak muncul-muncul.” Yanto menjelaskan dengan lagak serius. Danu merasakan dirinya merinding tapi tidak ingin menunjukkannya dengan jelas. “Makhluk? Makhluk apa?” “Mana kutahu. Tapi munurutku ya, dia memanggil buaya putih yang sudah lama hilang dari sungai itu. Kata abangku, buaya putih itu seekor siluman yang bisa mendatangkan uang padamu kalau kau berhasil menaklukkannya.” Danu melongo. “Ah, bercanda kau, Yanto. Mana bisa anak sekecil itu sudah tahu cara memanggil siluman. Sepertinya menganggap dia hantu lebih masuk akal daripada itu.” Yanto terbahak dengan suara cekingnya, “Danu! Kau mengira ia hantu? Haha, pantas kemarin kau lemas waktu kubilang tak bisa pulang bersamamu. Kau takut hantu!” Danu yang sadar telah keceplosan berubah merah padam dan cemberut. “Sialan kau, Yanto.” Danu mendorong bahu Yanto kasar dan pergi dengan perasaan dongkol. *** Danu menghentikan langkahnya ketika sampai di ujung jembatan. Beberapa anak sekolahan tak jauh darinya sedang heboh memanggil anak kecil di pinggir sungai itu. “Oy! Anak kecil!” “Balik dong, oy! Kau tidak dengar, ya?”
“Oy, dek. Kata Mbah Karno buayanya datang besok, bukan hari ini.” “Haha!” Rupanya bukan cuma Yanto yang mengira anak kecil itu memanggil siluman. Danu beralih ke anak kecil itu. Mulutnya telah berhenti komatkamit, dan sepertinya para siswa yang menganggunya itu menyadarinya dan langsung tutup mulut. Takut. “Hey, kita pulang saja. Ayo.” Setelah gerombolan itu pergi, Danu kembali menatap si anak laki-laki. Tangan kanannya sibuk bermain dengan percikan air kali ini. Entah apa yang merasukinya, tiba-tiba Danu ingin menghampiri anak itu. Perlahan, ia mengambil jalan turun ke sungai yang sedikit terjal. Yang penting dia bukan hantu.. Setelah mencapai dasar dengan sedikit kesusahan. Danu kemudian membatu di tempatnya, anak kecil itu tiba-tiba menghentikan pergerakannya. Danu meneguk ludah. Kau yang membawa dirimu sendiri ke sini, Danu bodoh. Hadapilah. Mengambil langkah ragu-ragu, Danu menghampiri anak yang sedikit menundukkan kepalanya itu. “Uh.. Halo.” Danu mencoba menyapa. Bocah itu tersentak pelan. Tak ada balasan, tubuhnya terlihat tegang. Danu berdiri canggung. Ia tidak suka membuat orang lain merasa tidak nyaman, dan ia yakin itulah yang ia lakukan sekarang. Dengan hati-hati, Danu berjongkok di samping anak itu, memastikan ia tidak terlalu dekat dengannya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Syukurlah pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya bukanlah kau bukan hantu, kan? Mata anak itu bergerak gelisah. Dilihat dari dekat, paras anak ini ternyata jauh lebih muda dari postur tubuhnya. Enam tahun? Tujuh tahun? Danu mengira-ngira. Sudah pasti dia tidak sedang memanggil siluman.. “Kau tinggal dekat sini?” Si bocah membuka mulut, lalu menutupnya kembali. Danu cemberut, sepertinya ia tak berniat mengobrol. “I-iya.” Eh? “Iya?” Danu memastikan. Si bocah mengangguk pelan. “A-ah!” Danu akhirnya tersadar. Anak itu bicara!! “Aku tinggal di desa seberang.” Danu berseru sedikit antusias. Anak itu menoleh kaget padanya, dan Danu langsung sadar ia terlalu sedikit bersemangat. “Hehehe….” Danu menyengir keki, malu. Mata bulat anak itu terpaku menatapnya. Dua detik, tiga detik, sebelum sebuah cengiran terpatri di wajah mungilnya. Danu langsung sumringah. Kecanggungan yang menguasai di antara mereka segera mencair seperti air sungai yang mengalir.n Penulis Mega Zasmi Wahidatunnisa, merupakan mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, angkatan 2016
8
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
BUNDEL
7
Kisah Berdirinya Pusat Bahasa
PUISI Gelap Oleh: Melika Nur Jihan Dalam gelap aku bertapa Saat terang aku baru menyapa Saat ini kusangat butuh cahaya Agar kubisa jalan dengan terpana Kegelapan ini sungguh menyiksa Seluruh sudut sangat terasa hampa Tak ada orang yang bisa aku sapa Dalam gelap nan sepi yang sungguh nyata Di gelap ini tak ada apa-apa Hingga membuat aku dilema Kusangat ingin jalan ke ujung sana Tapi tak kutemukan sinar merona Kegelapan ini sangatlah lama Aku tak ingin jalan terlunta-lunta Kepada Tuhan aku meminta Agar perjalananku takkan nestapa Dengan gelap yang sungguh meronta Sungguh buat aku takkan terlena Kuharap sinar ufuk kan kunjung tiba Tuk terangiku hingga ke ujung sana.n
U
nit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Bahasa Unhas merupakan salah satu unit layanan pelatihan, tes, terjemahan, dan kursus bahasa yang ada di lingkungan Unhas. Layanan tersebut tidak hanya disiapkan untuk internal Unhas tetapi juga kepada masyarakat luas. Namun, tahukah kamu? Kini Pusat Bahasa Unhas berusia 51 tahun. Didirikan pada tahun 1970 oleh Direktur Pusat Bahasa, Prof Dr Husen Abbas M A. Kala itu, PB bersifat nonstruktural dibawah naungan Fakultas Sastra (Sekarang Fakultas Ilmu Budaya). PB awalnya bertempat di Jalan Sunu, Kampus Barayya. Dulu tidak seluas dan senyaman sekarang, gedung laboratoriumnya bahkan pernah dijadikan gudang beras. Berdasarkan Bundel identitas tahun 1991, PB didirikan untuk meningkatkan mutu bahasa inggris mahasiswa, dosen dan pegawai. Dalam menjalankan peranya, Husen Abbas dibantu oleh lima asisten, diantaranya Asisten Direktur Administrasi bertugas mengkoordinir, kegiatan administrasi dan tata usaha, Asisten Direktur Internal Course bertugas mengelola kursus di luar Unhas, Teaching Staff bertugas mengkoordinir proses belajar mengajar dan pengadaan tenaga edukatif, serta Asisten Language Lab and Management bertanggungjawab terhadap laboratorium Pusat Bahasa. PB memiliki program unggulan yakni
BUNDEL IDENTITAS TAHUN 1991
Blocking System untuk mahasiswa sastras inggris selama dua semester dengan minimal daftar. Sistem ini mulai diterapkan pada tahun 1986, kerja sama antara Pusat Bahasa dan Fakultas Ilmu Budaya. Beberapa kendala juga pernah dihadapi Pusat Bahasa, salah satunya peserta kursus berasal dari berbagai fakultas. Sehingga menyulitkan tim Pusat Bahasa untuk menentukan waktu yang tepat memulai kursus, terlebih kurangnya Sumber Daya Manusia. Dilansir dari bundel identitas edisi akhir Agustus 2015, hal serupa kembali terjadi setelah lebih dari 20 tahun berjalan. Beberapa kekeliruan terjemahan dalam abstrak, seperti kata irrigation flow yang seharusnya furrow irrigation, dan distance sensing yang seharusnya remote sensing. Hal ini terjadi akibat kurangnya SDM yang ahli dalam bidang tertentu. Menurut Direktur Pascasarjana, kala itu Prof Dr Syamsul Bahri Dh MS menyatakan perlu dibentuk tim untuk setiap disiplin ilmu, “Harus ada rekrutmen dari berbagai bidang ilmu yang tau bahasa di bidangnya karena yang ahli bahasa inggris belum tentu ahli bahasa inggris di bidang lain,” tuturnya. Sehingga saat itu, M Syarif Badaruddin menyarankan untuk membentuk kelompok, berjumlah 20 orang sebagai syarat dilaksanakannya kursus. Kini, PB hijhrah ke Tamalanrea di
samping Gedung Rektorat Unhas. Kepala UPT PB, Dra Herawaty M Hum M A Ph D mengatakan tidak banyak perubahan yang terjadi, sejatinya Pusat Bahasa didirikan untuk akademika Unhas atau dari luar untuk mengembangkan kemampuan bahasa inggrisnya. Dari segi manajemen belajar PB tetap menerapkan aturan jumlah peserta. Tapi itu tidak menjadi permasalan yang terjadi sebelunya, lantaran banyaknya permintaan kursus maka kelas atau proses pembelajaran berlangsung cepat. “Kami menetapkan waktunya, jadi kalau ada yang mau kursus tinggal lihat saja dijadwal yang bisa disesuaikan dengan waktu luangnya,” ucap Dosen Bahasa Inggris itu, Rabu (17/2/2020). Selanjutnya, Herawaty menceritakan PB tidak hanya menyediakan kursus bahasa Inggris, tapi juga bahasa indonesia bagi penutur asing dan bahasa lain seperti bahasa Prancis, Jepang dan Arab. memberikan tes kepada dosen dan mahasiswa kelas internasioanl. Selait itu juga, ada kursus khusus bagi mahasiswa afirmasi atau penerima beasiswa LPDP yang dituntut sebelum mendaftarkan diri sebagai mahasiswa strata dua. Selain itu juga dilakukan berbagai kegiatan pengabdian, misalnya pemahaman mengenai Toelf dan tawaran kursus di Pusat Bahasa.n Nur Ainun Afiah/Santi Kartini
Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, angkatan 2018
Temaram Oleh : Fika Saputri “Untuk hati yang telah patah” Dunia ini membuatku sesak Perlahan-lahan indraku tewas Rasanya mata ingin terpejam saja Aku ingin menebas kecemasan Namun, Sulit aku beranjak Firasat buruk seakan melemahkan akalku Mengiringku kepada buana yang teramat kelam Aku meraba-raba setiap jengkal waktu Namun, yang kutemukan hannyalah labirin Aku terus saja, menapak jejak Menyisir setiap sudut dari ketikdakjelasan Lambat laun tubuhku terasa kaku Tersandung kegusaran dan tersesat pada takluk Dalam remang-remang aku berteriak “Lepaskan” Tetapi, suara itu sangat lemah Tidak bergema Tidak melenting Tidak terdengar n Penulis merupakan mahasiswa Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, angkatan 2018
8
TIPS
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
Mengenal Gangguan Kecemasan dan Cara mengatasinya
M
ahasiswa sering kali dihadapkan dengan kekhawatiran tugas kuliah yang kian bertambah, skripsi yang tak kunjung rampung, hingga masa depan yang entah kemana arahnya dan sebagainya. Akan tetapi pernahkah kamu merasa kegelisahan itu menghambat aktivitas atau aspek kehidupanmu lainnay? Sebaiknya kamu perlu mewaspadai hal tersebut, sebab bisa jadi kamu mengalami gangguan kecemasan atau Anxiety Disorder. Menurut Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Unhas, Istiana Tajuddin S Psi M Psi Psikolog, gangguan kecemasan adalah bentuk antisipasi untuk menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi dengan ditandai emosi negatif. “Apabila aspek kehidupan seseorang sudah mulai
terhambat maka hal tersebut sudah bisa dikatakan gangguan kecemasan, jadi kita tidak bisa menyamaratakan seseorang yang mengalami kecemasan biasa dengan penderita gangguan kecemasan,” ucapnya. Istiana melanjutkan, akibat dari gangguan itu seseorang terkadang terjebak dalam pikiran yang tidak logis, khawatir tentang perkataan atau perilaku yang salah dan ketakutan dari skenario buruk menjadi kenyataan. “Merasa tidak mampu beradaptasi dengan teman-temannya, kemungkinan ia akan bermalas-malasan ke kampus dan memperburuk performansi akademiknya,” lajutnya. Lalu, bagaimana cara menghadapi kecemasan berlebih tersebut? Berikut tips yang bisa kamu lakukan:
1. Curhat
2. Sediakan waktu untuk diri sendiri
Curhat (Curahan Hati) yaitu menceritakan apa yang sedang kamu rasakan dan alami kepada orang yang bisa kamu percayai. Orang tersebut bisa saja teman dekat, atau anggota keluarga yang memahami kondisimu. Sebagai alternatif, ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY
cobalah mencari support group yang beranggotakan orang-orang dengan keluhan yang serupa, sehingga bisa saling berbagi pengalaman dan tips tentang bagaimana cara mengatasi gangguan kecemasan.
Sediakan waktu untuk berileksasi dengan berjalan santai atau melakukan hal produktif lain diluar kegiatan utama. Bila perlu, matikan smartphone selama beberapa saat agar tidak terganggu. Terkadang kecemasan dapat disebabkan oleh
meningkatnya hormon stress yang bisa diperoleh dari sosial media atau pesan yang ada di smartphone kamu. Cara tersebut bisa membuat kamu merasa lebih tenang, sehingga rasa cemas pun bisa reda.
3.Lakukan hal yang kamu suka Yup, ketika rasa kecemasan itu hadir, lakukanlah hal yang disukai. Misalnya menonton film, bernyanyi atau pergi ke pantai. Langkah ini dapat menyegarkan kempali pikiran dari hal-hal negatif. Lalu mualailah berpikir positif terhadap apa yang sudah dilalui.
4. Lakukan hal baru Bukan hanya sekedar melakukan hal yang kamu suka, namun kamu juga dapat melakukan hal yang baru untuk menghindari pikiran-pikiran negatif. Saat menantang diri sendiri dengan melakukan berbagai hal baru, tanpa disadari tubuh bisa memproduksi hormon dopamin yang berkaitan dengan rasa bahagia dan senang.
5.Mengunjungi Psikoterapi Kecemasan berlebih termasuk gangguan kejiwaan, oleh sebab itu solusi terakhir yang dapat dilakukan ialah mengunjungi Psikoterapi. Di tempat tersebut, seseorang melakukan terapi dengan metode yang sesuai dengan prinsip ilmu psikologi modern. Kamu juga akan mengetahui tingkat kecemasanmu sudah sampai dimana. Ivana Febrianty
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
99
LIPUTAN KHUSUS
Dua Dekade PKM di Kampus Merah Perjalanan PKM di Unhas dari tahun ke tahun. Mulai dari kekurangan delegasi hingga keluarkan dana ratusan juta.
P
BUNDEL IDENTITAS TAHUN 2019
rogram Kreativitas Mahasiswa (PKM) kembali digelar pada awal Januari 2021. Salah satu ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti ini, bertujuan mengasah kreativitas, kemampuan menulis dan menyampaikan, serta penyaluran ide mahasiswa. PKM yang memenuhi kualifikasi akan diperlombakan di tingkat nasional pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). Selain itu, PKM juga menjadi salah satu pertimbangan dalam penilaian akreditasi universitas. Sehingga hampir seluruh kampus di Indonesia sangat mengantisipasi kegiatan tahunan ini, tak terkecuali Unhas. Pada awal penyelenggaraanya, Unhas mengirim ulasan 35 judul. Sayangnya, hanya tiga proposal yang berhasil diloloskan. Dua judul dari peternakan dan satu judul dari fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Di lansir dari bundel identitas No 532 Edisi Awal Juli 2001. Hingga beberapa tahun berikutnya delegasi Unhas ke Pimnas masih sangat minim. Hal tersebut diakibatkan kurangnya kegiatan mahasiswa mengenai karya ilmiah dan tidak adanya dukungan dari pihak birokrat. Seperti dilansir dari terbitan identitas tahun 2002, saat itu Unhas hanya diwakili oleh satu mahasiswa dari Fakultas Peternakan, M. Idham Adriansyah. Akan tetapi tidak ada stand pameran yang menampilkan karya penelitiannya. Bahkan saat pencairan dana dari universitas pun sempat terhambat. “Saya takut musim yang baik untuk meneliti keburu berlalu,” ujarnya dalam bundel identitas No 555 Edisi Awal Juli 2002. Tak hanya itu, pada terbitan identitas No 612 Edisi Akhir Maret 2005 menceritakan kembali keberangkatan Syarif yang menggunakan biaya sendiri ke Pimnas IX di Universitas Airlangga 2001. “Sangat miris, kita kan bawa nama Unhas. Tapi tak masalah jika harus menggunakan dana sendiri,” tuturnya. Dari rentetan kejadian tersebut membuktikan Unhas saat itu mengalami krisis delegasi. Kurangnya minat mahasiswa dalam menulis dan melakukan penelitian menjadi salah satu faktor. Bukan tanpa alasan, tidak tersedianya laboratorium yang memadai sebagai pendukung atmosfer penelitian kala itu serta kurangnya dorongan dari universitas membuat mahasiswa acuh tak acuh dalam hal menulis dan meneliti.
Satu dekade kemudian, Unhas mulai menunjukkan keseriusannya. Dikutip dari bundel identitas No 720 Edisi Akhir Januari 2010, Unhas mengganggarkan uang ratusan juta dari Dikti untuk pembinaan bagi mahasiswa yang akan membuat proposal dengan memperdalam kajian atau inovasinya. Dan dua hingga enam juta per judul penelitian yang kemudian akan diarahkan dalam ajang PKM. “Dengan cara seperti itu minat mahasiswa akan lebih terpacu. Karena setiap penelitian membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan hadiah yang cukup besar mendorong mahasiswa terangsang membuat riset,” kata Ir Nasaruddin Salam MT selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni saat itu. Walaupun begitu, jumlah proposal yang masuk tahun lebih sedikit dibandingkan tahun 2009, yang mencapai 171 proposal. Tahun 2010, jumlah proposal 139, namun yang lolos ke Pimnas hanya tiga tim. Peningkatan terjadi pada tahun 2011, dimana jumlah upload proposal mencapai 296 dan yang mewakili Unhas dalam ajang nasionalnya sebanyak lima tim. Tahun selanjutnya, meskipun hanya menyentuh angka 226 dalam pengunggahan proposal, Unhas berhasil mengirim tujuh tim ke ajang Pimnas. Melangkah ke tahun 2017, Unhas
berhasil masuk dalam daftar lima besar Pimnas dengan membawa pulang satu emas dan satu perak. Tak bertahan lama, tahun 2018 dan 2019, Unhas tak lagi menduduki posisi tersebut. “Usaha dan berbagai upaya telah dilakukan, tetapi pencapaian prestasi belum seperti yang diharapkan,” ungkap Ketua Tim Pokja tahun itu, Prof Dr Supratman MP, dikutip dari bundel identitas No. 905, Tahun XLV, Edisi Oktober 2019. Berbeda dengan tahun 2020, berbekal tagar seribu proposal PKM untuk Pimnas 2020, Tim Pokja lebih munjukkan kesungguhannya dalam persiapan PKM di Unhas. Pada bundel identitas No. 907 Tahun XLV Edisi Khusus Desember 2019, berbagai usaha dilakukan baik dari Tim Pokja Fakultas maupun Universitas dilakukan demi mewujudkan target yang telah dicanangkan. Seperti menjadikan PKM sebagai pengganti tugas kuliah seperti pada Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Teknik kala itu. Setiap usaha tidak akan mengkhianati hasil, pada Pimnas ke-33 tahun lalu pada November 2020, dari total 27 tim Unhas yang lolos ke Pimnas 33, sebanyak 10 tim diantaranya berhasil meraih medali. Hal ini mengantarkan Unhas kembali ke posisi lima besar dalam penggelaran Pimnas tahun 2020. Perjalanan dua dekade Unhas dalam pelaksanaan PKM memang menyimpan
banyak cerita. Berkaca dari hal itu, Unhas menyadari potensinya untuk berbenah diri tiap tahunnya. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Tim Kelompok Kerja (POKJA) Unhas, Dr Suhasman S Hut Msi bahwa Unhas telah melewati berbagai masa keikutsertaan dalam PKM. “Kita pernah berada pada masa ikut serta dengan memaksimalkan pengumpulan proposal saja, lalu masuk ke masa ikut dengan target Pimnas, hingga masa ini dimana keikutsertaan mahasiswa Unhas dalam PKM diharapkan dapat membawa pulang medali,” ujarnya saat diwawancara Senin (22/3). n Tim Laput
Tim Laput Koordinator Anisa Lutfia Basri Nurul Hikma Anggota Irmalasari Risman Amala Fitra Annur Nadia F. Denanda Wynona Vanesa Muhammad Alif M.
10
P
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
LIPUTAN KHUSUS
Apresiasi Dorong Prestasi
ertama kalinya, Unhas berhasil masuk 5 besar Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas). Dalam kegiatan tahunan bergengsi yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini, Unhas meraih 10 medali. Khusus kategori presentasi, dua medali emas dan dua medali perunggu. Sementara kategori poster, dua medali emas, dua medali perunggu, satu medali perak dan satu juara favorit. Dua bulan setelah mencetak presetasi bersejarah, tepatnya Senin(8/2) Unhas mengeluarkan Surat Keputusan Rektor Nomor 888/UN.4/KEP/2021 yang berisi pemberian penghargaan bagi mahasiswa peraih emas kategori presentasi pada Pimnas 33. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Arsin M Kes mengatakan penghargaan tersebut sebagai apresiasi mahasiswa untuk terus semangat berinovasi di bidang penalaran. “ Bu rektor beri penghargaan karena baru tahun 2020 kemarin kita dalam sejarah masuk lima besar Pimnas. Adanya penghargaan ini diharapkan bisa membakar semangat mahasiswa lain untuk terus berinovasi demi nama kampus kita,“ ujar Arsunan saat ditemui di ruangannya, Kamis (17/2). Lebih lanjut ia menjelaskan, bebas
skripsi yang dimaksud bukan lulus jadi sarjana tanpa ada skripsi dalam bentuk fisik. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengonversi ide PKM-nya menjadi skripsi, sehingga tidak lagi sibuk mencari judul baru. “Bebas skripsi yang dimaksud adalah ide PKMnya dikonversi menjadi skripsi, jadi satu ide PKM dapat digunakan oleh semua anggota kelompok,” paparnya. Lalu bagaimana jika ide PKM yang memperoleh emas tersebut tidak sesuai dengan disiplin ilmu? Misalnya mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan namun melakukan penelitian kebudayaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas, Prof Dr Ir Muh Restu MP mengatakan, ide PKM yang dapat emas di Pimnas harus disesuaikan dengan disiplin ilmu. “Saat lolos Pimnas, bisa saja idenya itu tidak dijadikan skripsi, harus buat skrpsi baru. Kalaupun digunakan, itu harus sesuai dengan pendekatan ilmunya. Misalnya dalam satu kelompok itu ada dari kedokteran gigi dan teknik. Saat anak teknik ini menggunakan ide PKMnya maka harus disesuaikan dengan pendekatan ilmunya,” jelasnya, Kamis (18/3). Berbeda dengan Fakultas Hukum Unhas. Bebas skripsi benar- benar ditasirkan tanpa skripsi. Salah satu
peraih medali emas, Andi Fauziah angkatan 2017 sudah dinyatakan bebas. Hal ini disampaikan oleh timnya, Putri Rofifah.“ Setelah melapor ke ketua prodi dan mengisi beberapa form, kemudian mendapat tanda tangan pendamping PKM, yah sudah bebas ujian,” papar mahasiswa angkatan 2018 ini, Selasa (23/2). Proses meraih medali emas pimnas dianggap lebih rumit dari skripsi. Bahkan untuk mendapatkannya, mahasiswa harus berkompetisi dan dinilai oleh juri nasional. Sementara dalam ujian skripsi, penguji hanya dari kalangan dosen Unhas saja. Alasan itulah yang menjadikan mahasiswa Fakultas Hukum benar- benar bebas skripsi. “Tidak usah lagi bikin skripsi, langsung dapat A. Metode yang digunakan itu jauh lebih rumit dan penilainya juga itu adalah juri nasional. Jadi saya kira begitu dapat emas, tidak usah disuruh mengubah sedikit baru ujian ulang, pokoknya tidak skripsi,” ujar Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Hukum, Dr Muh Hasrul. Lebih lanjut Hasrul mengatakan, meskipun ide PKM yang meraih emas tersebut tidak sesuai disiplin ilmu mahasiswa, tetap dibebaskan skripsi. “Walaupun kontennya bukan konten hukum, saya kira tidak masalah. Ini kan apresiasi kepada mahasiswa, syarat
DOKUMENTASI PRIBADI
dan ketentuan tidak berlaku,” jelas Hasrul. Sementara itu, Departemen Teknik Pertambangan memberikan pembebasan kuliah prektek jika lolos PIMNAS, Berdasarkan bundel identitas 2019. Di Fakultas Kedokteran Gigi yang juga memperoleh emas tahun ini, ternyata telah mengeluarkan kebijakan bebas skripsi sejak 2017 silam. Namun skripsi yang dimaksud di sini bukan benar- benar bebas seperti yang terjadi di Fakultas Hukum. Mahasiswa tetap menulis skripsi menggunakan data- data PKM nya. Tidak hanya itu, fakultas yang sedari dulu sering dapat medali pimnas ini juga membebaskan Uang Kuliah Tunggal satu semester. Terkait ide PKM yang tidak sesuai disiplin ilmu, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Kedokteran Gigi, Dr drg Eddy H Habbar Sp Ort(K) mengatakan, sampai sekarang belum ada mahasiswanya yang meneliti tidak sesuai disiplin ilmu. “Sampai saat ini belum pernah ada yang tidak sesuai dengan jurusannya. Lagi pula pembimbingnya sendiri dari FKG jadi tidak mungkin diarahkan keluar dari bidangya,” ujar Eddy. Sementara itu, di beberapa Fakultas seperti Fakultas Kehutanan dan Fakultas Ilmu Budaya, skema skripsi masih didiskusikan hingga sekarang. n Tim Laput
LIPUTAN KHUSUS
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
9
11
IDENTITAS/SANTI KARTINI
Menanti Rekor Baru di Pimnas 2021 Meski deadline pengunggahan proposal PKM terbilang singkat. Namun pendampingannya dinilai cukup baik.
H
ari telah berganti malam, tapi Ikhwan Ariesta Junaid masih sibuk menghadap layar laptopnya. Ia ditemani beberapa rekan serta dosen pembimbing, berdiskusi menguras otak melalui aplikasi Zoom Meeting. Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang angkatan 2019 itu tidak sedang berkuliah atau pun mengerjakan tugas akademik, melainkan sedang menyusun sebuah proposal usulan penelitian. Kurang lebih itulah yang dirasakan para mahasiswa Unhas yang berencana untuk mengikuti PKM. Mereka berusaha memberikan proposal yang terbaik, agar dapat bersaing dengan puluhan ribu proposal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Adanya pandemi Covid-19 membuat pelaksanaan PKM dua tahun terakhir dialihkan menjadi daring. Di samping itu, informasi tentang sosialisasi PKM 2021 baru dirilis pada Senin (2/2). Sedangkan untuk batas pengunggahan hanya diberi waktu seminggu. Namun, mendekati deadline ada perpanjangan waktu hingga Selasa (23/2). Meskipun diberi waktu selama 22 hari, beberapa tim masih merasa kalang kabut untuk segera menyelesaikan proposal yang lazimnya memakan waktu satu hingga tiga bulan. Seperti yang dirasakan oleh Febriyanti
Pratiwi. Mahasiswa Prodi Kimia 2018 itu berpendapat bahwa proses sosialisasi PKM terkesan mendadak. “PKM tahun ini sangatlah berbeda dari PKM tahun lalu. Sosialisasinya juga terkesan mendadak, mungkin karena info yang diberikan juga sangat tiba-tiba. Akan tetapi, hal ini tidak terlalu menjadi masalah dikarenakan pihak kampus dan fakultas yang cukup mampu dan cepat untuk mengatasinya.” Tulisnya ketika diwawancarai melalui Whatsapp. Hal yang sama juga dirasakan oleh Khulaifi Hamdani. Mahasiswa Fakultas Hukum itu mengatakan pihak fakultas sangat memfasilitasi mulai dari para dosen selaku penanggung jawab PKM yang sangat ramah dalam memberi arahan serta mentoring. “Belum lagi dosen pembimbing yang humble dan terus mentoring proses penyusunan proposal ini, bahkan dosen pembimbing kami begadang sampai jam 2 subuh untuk melakukan evaluasi internal sebelum mengirim ke SIM Univeristas,” ucap mahasiswa angkatan 2020 itu. Mengetahui lebih lanjut mengenai PKM tahun ini, identitas mengkonfirmasinya kepada Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Unhas, Dr Suhasman S Hut Msi. Ia mengakui terkait keterlambatan informasi PKM. Namun, setelah isu tersebut mulai
diumumkan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti, kata Suhasman, tim Pokja bergerak cepat mengumpulkan para Wakil Dekan Fakultas dan Wakil Rektor III ( WR 3) untuk membahas kesiapan Unhas menghadapi PKM tahun 2021. “Setelah keluar buku panduan sekaligus pengumuman upload proposal, di situ kita bergerak cepat menyiapkan strategi pelaksanaan mengingat waktu yang singkat sekali, hanya kurang dari 25 hari mendekati deadline upload proposal. Namun saya tetap menekankan agar tidak khawatir masalah itu, karena kita punya banyak sumber daya di Unhas yang siap digerakkan,” jelasnya kepada identitas. Dosen Fakultas Kehutanan itu juga menyampaikan strategi sosialisasi yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, Fakultas langsung yang didorong untuk mensosialisasikan PKM agar penyebaran informasi dapat lebih dimaksimalkan meskipun hanya melalui online. Sosialisasi meliputi perbedaan luaran PKM tahun ini dan tahun sebelumnya, tips dan trik menemukan ide, hingga sharing session bersama mahasiswa peraih medali di Pimnas tahun 2019. “Jadi dua hari setelah keluarnya buku panduan dan jadwal upload proposal,
kita kerahkan tim untuk sosialisasi di tingkat fakultas, kalau tidak salah itu selama empat hari intens dilaksanakan sosialisasi,” pungkasnya. Tidak lama setelah tenggat waktu pengunggahan proposal usai, Kementrian Dikti mengeluarkan penyampaian tentang perpanjangan waktu unggah proposal hingga 23 maret. Perpanjangan ini dimanfaatkan oleh tim Pokja untuk menyempurnakan proposal mahasiswa dengan mengadakan kontrol dan evaluasi lebih intens, salah satunya upgrading yang dilaksanakan di Hotel Swissbel Makassar, Senin (22/3). Suharman juga menerangkan bahwa tahun ini sekitar 800 PIN dibagikan ke mahasiswa yang dianggap pantas bersaing di kancah nasional. Tingginya antusias semua pihak, mulai dari mahasiswa, dosen, fakultas dan tim pokja, tentu kita berharap semoga banyak pula proposal yang berhasil lolos ke tingkat nasional. Ditambah lagi terbitnya surat keputusan bebas skripsi bagi peraih medali emas di Pimnas menjadi bukti betapa serius Unhas mendukung mahasiswa untuk mengikuti PKM. Semarak menyambut PKM tahun ini menjadi kesempatan emas untuk memecahkan rekor kemenangan tahun sebelumnya. n Tim Laput
12
D
i bawah rindangnya pohon yang berjejer di sepanjang perumahan yang asri, seorang gadis menghentakhentakkan kakinya seakan trotoar jalan telah berbuat kesalahan padanya. Bersungut dan menendangi hal remeh yang menghalangi jalannya. Kucing yang asik bersolek pun disepaknya. Rara kecewa. Kecewa dengan skenario yang dipenakan Tuhan untuknya. Kecewa dengan Tuhan. Dengan pena Tuhan. Dengan kucing. Dengan kerikil. Dengan trotoar jalan. Dengan hidupnya. “Namun bukankah hidupmu begitu sempurna?”, kata sebuah suara. Lagilagi suara itu muncul. Suara yang selalu menentang segalanya. “Pergi saja ”, jawab Rara ketus, terus berjalan tanpa arah. “Oh, kau tidak bisa mengusir sesuatu yang sejatinya sudah ada dalam dirimu, nak”. Rara menanggapinya dengan lamunan, menoleh ke arah memori berjam-jam sebelumnya. Rere telah berpulang. Anak itu, anak kecil yang sangat dikasihinya itu telah berpulang. Rere sedang mengejar keretanya yang meluncur di undakan. Lima belas anak tangga cukup untuk membunuh seorang anak kecil yang sedang terbirit - birit. “Aku sudah berkali-kali memintamu melupakan detik itu”
CERPEN
Skenario “Aku tahu”, jawab Rara sambil memutar bola mata. “Aku yang memberinya kereta itu, akulah yang membunuhnya. Tuhan bahkan mengecupkan kehidupan kepada seorang gadis pembunuh,” Rara mendengus dan kembali berjalan. “Namun tidak ada yang salah dengan memberikan kereta untuk dikejar”. Rara membisu. Tidak diperhatikannya bahwa rumah-rumah mulai jarang. “Apalagi kereta yang menopang kebahagiaan dan mimpi-mimpi anak kecil yang mati itu”. “Isinya cuma rongsokan belaka. Ia bahkan mati sebelum keinginannya kuwujudkan”, Rara menendang kerikil dengan muram. “Aku mengumpulkan kepeng dalam bentuk rongsokan sampah selama lima belas tahun bahkan sewaktu dikandung ibuku. Tapi Tuhan mengambil semuanya dalam lima belas detik, pernahkah kau membaca skenario takdir yang sekeji itu?”. “Ya, skenariomu” Rara mendengus dan hampir tertawa. Benar juga. “Jika saat ini kau bertamu ke rumah Tuhan, Ia akan mencekikmu di depan pintunya” “Mengapa?” “Karena pada akhirnya kau selalu menyalahkan-Nya” Rara tertawa. Ia lalu memandang
serkeliling dan baru saja menyadari betapa indah suasana di sepanjang jalan itu. Dedaunan gugur dan cahaya keemasan bertaburan tersepoi angin. Begitu sepi dan damai hingga Rara melompat-lompat riang ke tengah jalan. Di sela pepohonan yang semakin renggang, dilihatnya pendar keemasan yang menerobos. Senja sepertinya sedang mengadakan lomba mewarnai dan membuat kesalahan dengan hanya menyediakan krayon emas. “Ke mana semua orang?”, tanya Rara. “Mereka pasti sedang berkabung atas matinya gadis kecil pengejar kereta” Rara terdiam selama beberapa waktu. “Tahukah kamu, mengapa aku mengurung mimpi dan hasratku ke dalam wujud tubuh Rere?”, tanya Rara. “Tidak, aku tidak tahu”, jawabnya, berpura – pura. “Aku ingin tahu bagaimana rasanya menjadi anak perempuan yang memakai rok berenda di dalam kereta roda empat yang sejuk. Pena yang digoreskan Tuhan telah membiarkan seorang gadis kerdil berusia lima belas tahun yang hidup seperti perempuan dewasa dengan anak kecil yang ia lindungi dalam dirinya”, cahaya keemasan kini membelai pucuk kepala Rara. “Aku tidak berhasil menenggelamkan impian dan angan yang sesungguhnya tidak masuk akal untuk kugapai, maka
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
ILUSTRASI/RISMAN AMALA FITRA
kukuburkan semuanya ke dalam tubuh anak kecil dan mengumpulkan rongsokan dalam kereta agar anak kecil itu bisa tertawa dalam rok berenda”. Setelah membisu lama, suara berkata, “Barangkali mereka punya beragam rok berenda di sana, boleh jadi mereka punya katun”, pendar keemasan mulai menyelimuti Rara hingga ke ujung kaki, “Skenario yang kau dambakan mungkin menunggu di sana”. “Di mana?” Keabadian Suara yang menjawab kali ini memiliki pendar mistis yang anehnya menenangkan. Rara berhenti dan mendongak. Pintu megah dan besar terpampang kokoh di hadapannya. Baru kali itu Rara melihat ukiran pada kayu yang begitu indah dan berkilau tanpa bantuan permata. Tangannya terangkat untuk mengelusnya. Ketika hendak mengetuk, Rara teringat sesuatu. Dengan segera ia berbisik kepada suara batinnya sendiri yang menemaninya di sepanjang jalan. “Tapi ... akankah Dia mencekikku?”n
Penulis Aura Aulia Aslan merupakan mahasiswa Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan, angkatan 2019.
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
SASTRA PUISI
CERMIN
Menikmati Privilege?
S
iang yang cerah, aku dan Syarina nongkrong di perpustakaan kampus. Sembari mengerjakan tugas kuliahku, Syarina bercerita tentang dirinya yang pernah mengalami keseleo. Saat itu, ia disuruh pulang kampung oleh orang tuanya untuk mendapatkan pengobatan tradisional. Maklum yah, kami berdua berasal dari pelosok desa yang masih memegang teguh tradisi, sehingga kurang percaya dengan pengobatan medis. Setiap pagi dan petang, Syarina rutin menemui tukang urut yang tak jauh dari rumahnya. Namun tukang urut yang juga pembuat gula merah tersebut tidak bisa langsung ditemui. Ia selalu sibuk mengumpulkan air nira. Sembari menunggu, ia sesekali memperhatikan dan mengobrol bersama istri tukang urut, Mba Rohani. Dari situlah, Syarina mengetahui perspektif Mba Rohani tentang perempuan. Mba Rohani khawatir menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia takut anaknya tidak bisa menjaga diri. Lagi pula, menurutnya perempuan itu tugasnya bergelut di dapur, tak perlu melanjutkan pendidikan. Cukup belajar masak untuk memanjakan lidah suami dan anaknya kelak. Ternyata anggapan seperti itu tidak hanya terjadi di desa, di kota pun demikian. Beberapa waktu yang lalu, aku mendapat penugasan mengambil video penjual di kantin kampus dalam rangka hari perempuan sedunia. Setelah menjelaskan maksud dan tujuanku, dengan senyum ragu yang terukir di wajahnya, penjual itu atau biasa di sebut “Mace” itu mengiyakan. Ia lalu bertanya apa yang harus dikatakan dalam video tersebut. Sebelum mengarahkan, saya pun terlebih dahulu bertanya padanya, “apa cita- cita’ta?” Ia pun menjawab “Saya nda punya cita- cita, saya hanya mau jadi istri dan ibu yang baik untuk anak- anakku. Ia juga menceritakan, orang tuanya pernah memintanya
13
untuk kuliah, namun ia beranggapan melanjutkan sekolah akan tetap berakhir di dapur, akhirnya ia pun menolak. Setelah jadi ibu rumah tangga, barulah merasakan tidak enaknya berdiam diri. Untuk membantu perekonomian keluarga, kini ia mencoba untuk berjualan. Perspektif Mba Rohani, mace dan masyarakat lainya mengenai perempuan tidak bisa disalahkan. Sejak kecil, perempuan memang dikonstruksi sebagai makluk yang lemah
lembut, emosional dan bertugas mengerjakan urusan domestik. Sementara laki- laki memiliki sifat perkasa dan rasional. Perlahan-lahan pelekatan sifat- sifat tersebut dianggap sebagai kodrat. Perbedaan gender laki-laki dan perempuan sebenarnya tidak masalah, sepanjang tidak menimbulkan ketidakadilan. Tetapi dapat disaksikan, pembedaan tersebut mempengaruhi nasib perempuan. Misalnya subordinasi, anggapan bahwa perempuan emosional sehingga tidak bisa memimpin dan menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Bahkan untuk masalah pendidikan sekalipun, perempuan dipandang tak memerlukan itu. Dari perspektif itu, saya akhirnya bertanya pada diri sendiri, bagaimana jika sebagian besar perempuan memiliki pemikiran seperti itu. Bagaimana jadinya kalau
perspektif itu diturunkan pada anak perempuannya kelak? Duh ketidakadilan gender makin langgeng dan menggila. Ketidakadilan gender memang lumayan sulit dihapuskan. Lah wong hal itu sudah ada sejak dulu, sudah mendarah daging. Dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial yang ditulis oleh Mansour Fakih, disebutkan bahwa mempertanyakan status kaum perempuan pada dasarnya adalah mempersoalkan sistem dan struktur yang telah mapan, bahkan mempertanyakan status kaum perempuan berarti menggoncang struktur dan sistem status quo ketidakadilan dalam masyarakat. Apalagi sebagian perempuan menikmati privilege tersebut. Contoh kecilnya, perempuan terkadang sok lemah, terkadang penutup botol air mineral pun ia tak bisa buka, harus meminta bantuan pada laki-lakinya. Sebagai seorang perempuan yang sedang berusaha kuat, saya turut bersedih melihat kejadian seperti itu. Maksud hati ingin terlihat romantis namun semakin menciptakan anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. Umpamanya menggunakan hukum rimba, perempuan akan kalah. Di bulan Maret yang bertepatan dengan hari perempuan sedunia ini, sebagai seorang perempuan yang lelah dengan ketidakadilan gender, saya berharap para perempuan bangkit dari segala stereotype tentang dirinya. Ingat, perempuan juga bisa. Begitu banyak tokoh perempuan yang dapat kita jadikan teladan, misalnya R. A Kartini. Tak usah jauh- jauh, rektor Unhas saat ini, Prof Dwia merupakan salah satu bukti kalau perempuan juga bisa. Selamat hari perempuan sedunia! n Oleh: Irmalasari Penulis merupakan Reporter PK identitas Unhas, mahasiswa Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, angkatan 2018
Perempuan Malang Oleh: Wafiq Azizah Pada sebuah ruang gelap di penghujung malam Seorang perempuan malang terbaring meringkuk memeluk luka pada batinnya Sebuah hujan mengalir mulus pada sepasang matanya yang kelelahan Jatuh basah tak tertahan menembus alas kapuk peraduannya Dengan tangan ia dekap isaknya Tak ingin suara menyedihkan itu mencelos dari bibir pucat bergetarnya Namun sayang seribu sayang, dekap tangan tak mampu menahan sesak yang kian menjadi di dadanya Dinding kokoh di sekelilingnya menatap dengan iba, menjadi saksi di setiap malam pilunya Dalam bayang-bayang bahagia masa lalu ia terperangkap Sebab yang tersisa dari masa kini hanya sengsara yang terus menyeretnya tak berperasaan Hatinya sudah tak lagi berbentuk Lebam ia dikeroyok oleh pilu kenyataan Berjuta tanda tanya menjadikannya ada Menuntut jawaban, juga berharap keadilan bisa menjadi haknya Sebab serupa air dan racun tak berwarna Baginya sedih dan bahagia tak lagi bisa dibedakan Kemudian sebuah senyum kecut timbul di selasela tangisnya Menepis harap yang terus jadi tumpuannya Perempuan malang itu berusaha sadar untuk menerima Bahwa mungkin ia memang ada untuk hidup dalam sedih tak berkesudahan. Penulis merupakan mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP Unhas, angkatan 2020.
ILUSI Oleh: Nur Fadliansyah Abubakar Malam nan indah Rembulan yang tersenyum Menatap dirimu Tak memiliki Hai dirimu Purnama sedang bahagia Namun hanya sesaat Tak abadi Bermimpilah setingginya Berharap semampunya Jangan melebihi batas Dirimu akan lelah
Penulis merupakan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Angkatan 2018
KAMPUSIANA
14
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
Timsus Tangkap Basah Pencuri Helm
IDENTITAS/SANTI KARTINI
Tergenang: Akibat curah hujan tinggi, danau di pintu satu Unhas meluap memenuhi jalan Rabu (10/3). Tak hanya itu di beberapa tempat di dalam kampus juga tergenang, seperti di samping Rumah Sakit Wahidin, Depan Fakultas Ekonomi, dan di Depan Fakultas Kedoteran
DI siang yang terik itu, sekitar pukul 13.45 Wita, dua angggota Tim Khusus Pengamanan Tertutup Unhas ( Timsus Pamptup) melakukan patroli rutin di sekitar Baruga Andi Pangeran Pettarani. Saat itu mereka melihat gelagat yang mencurigakan dari seorang laki- laki dengan tinggi kirakira 160 cm. Setelah ditelisik lebih lanjut, laki- laki yang diketahui berasal dari Sudiang tersebut tengah mencuri helm yang ada di parkiran. Karena tertangkap basah, dengan entengnya timsus pamptup Unhas dapat meringkusnya ke ruang Timsus yang terletak di Lantai Dasar Perpustakaan
Dosen Asal Jepang Mengajar di Unhas “Selain itu, terbentuk pula tim riset bersama dari Kaikoukai yang akan meneliti terapi olahraga untuk pasien dengan penyakit kronis. Kerja sama ini sangat bermanfaat, antara lain untuk mempertahankan standar akreditasi internasional ASIIN, meningkatkan capaian program internasional Unhas, serta menghasilkan publikasi internasional bereputasi, hak cipta atau paten” jelas Syahrul, Selasa (23/3). Setelah kesepakatan tersebut, kerja sama sejak akhir 2019 itu akan berlanjut melalui pendidikan untuk mahasiswa FKep dan perawat alumni Unhas. “Dua orang staf Kaikoukai yang menjadi Dosen Unhas akan mengajar di beberapa mata kuliah mulai semester ini dan selanjutnya. Mereka juga melanjutkan riset bersama dosen FKep Unhas dengan peneliti dari Kaikouka,” lanjut Syahrul. n Nadhira Sidiki
Dosen Unhas Jadi Penilai PKM Nasional MELALUI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia (RI) mengumumkan hasil Penilai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2021. Adapun hasil yang tertuang pada Surat Nomor 1219/E2/ KM.05.01/2021 tertanggal 22 Maret 2021 itu ditandatangani oleh Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Aris Junaidi. Tercatat 200 dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dinyatakan lolos sebagai penilai (reviewer) nasional, tiga di antaranya berasal dari Unhas. Ketiganya ialah Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas, Dr Nursinah Amir, Dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unhas, drg Nursyamsi MKes, dan Dosen Fakultas Kehutanan (FKehut) Unhas, Sahriyanti Saad S Hut MSi. Saat diwawancarai, Nursinah menjelaskan tahapan seleksi yang
diikutinya. Diawali dengan pre-test dan training of trainer (ToT), kegiatan tersebut diakhiri dengan post-test. “Seleksinya berlangsung tiga hari, cukup kompetitif. Calon yang mengikuti tahapan ini berjumlah 630 orang secara virtual. Alhamdulillah, saya dan dua rekan dosen lain berhasil terpilih,” ujar Nursinah, Selasa (23/3). Ia juga menjelaskan tugasnya, di tahap pertama atau tahap administrasi setiap proposal akan diperiksa oleh satu reviewer. Sementara tahap kedua atau seleksi administrasi dan substansi diperiksa dua reviewer. Dari peran tersebut ia berharap dapat dijalankan dengan baik dalam menghasilkan mahasiswa yang memiliki ide kreatif, inovatif dan kaya akan gagasan. Sesuai penyampaian Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, seluruh dosen terpilih akan mengikuti bimbingan teknis yang akan dijadwalkan.n Nur Ainun Afiah
Himika Unhas Rangkul Mahasiswa Pahami Bantuan Hidup Dasar HIMPUNAN Mahasiswa Ilmu Keperawatan (Himika) Fakultas Keperawatan (FKep) Unhas mengadakan Basic Emergency Skill 2021. Bertemakan “Get Your Emergency Skill And Be Responsive Savior on The Pandemic Era”, kegiatan ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut, Jum’at hingga Ahad (12-14/3). Adapun serangkaian kegiatan meliputi pembukaan, materi, serta diskusi dan penutupan. Salah satu pembicara yang dihadirkan ialah Dosen Fakultas Keperawatan Unhas, Reni Hardiyanti Ahmad SKep Ns. Pada kesempatannya, ia membawakan materi tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD), Sabtu (13/3). BHD atau basic life support sendiri ialah pertolongan pertama yang dilakukan kepada korban henti jantung atau napas sebelum ditangani tim medis. “Ini merupakan tindakan darurat sebagai upaya pembebasan jalan napas untuk membantu pernapasan. Selain itu, BHD juga berguna untuk mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu,” terang Reni.
Ia juga menegaskan, BHD harus dilakukan secepat mungkin. Jika terlambat memberi bantuan, presentase peluang menyelamatkan korban juga akan berkurang. “Keterlambatan semenit, kemungkinan mencegah kematian 98%. Jika terlambat tiga menit, kemungkinannya menurun hingga 50%. Namun, keterlambatan 10 menit dapat menurunkan kemungkinan penyelamatan hingga 1%,” jelas Reni. Adapun tujuan dilakukan BHD sangat beragam. Di antaranya mencegah pernapasan dan sirkulasi darah berhenti, memberi bantuan dari luar melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP). “Jika seseorang yang mengalami henti jantung dan napas tidak segera ditangani, otak dan jantung akan mengalami kerusakan serta kehilangan fungsinya selama 6 menit,” lanjut Reni. Di akhir pemberian materi, Himika FKep Unhas mendaulat St Ramona Dini Fadjriati sebagai peserta terbaik Basic Emergency Skill 2021.n Nadhira Sidiki
IDENTITAS/OKTAFIALNI RUMENGAN
MERANGKUL Kaikoukai Healthcare Corporation, Fakultas Keperawatan (FKep) Unhas bekerja sama dalam bidang Tridharma, yakni pendidikan dan pelatihan. Kerja sama ini juga sabagai upaya mewujudkan Unhas menuju World Class University. Pada kesempatannya, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kemitraan Fakultas Keperawatan Unhas, Syahrul Said SKep Ns MKes PhD mengatakan, FKep Unhas telah berkolaborasi intensif dengan Kaikoukai Healtcare Group. Perusahaan itu merupakan lembaga perusahaan global berkantor utama di Nagoya, Jepang yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Lebih lanjut, implementasi kerja sama antara lain menempatkan dua orang staf pengajar Kaikoukai sebagai dosen di Unhas. Keduanya merupakan pakar keperawatan dasar dan pakar terapi olahraga.
Pusat Unhas. Salah satu Timsus Pamptup, Alfian mengatakan timnya mendapatkan barang bukti dua buah helm Scoopy, sepeda motor speecy hitam dan sebuah telepon genggam. Setelah diiterogasi, diketahui pelaku yang berinisial Al tengah mengincar helm scoopy untuk dijual ke klienn “ Dari hapenya, kita mengetahui kalau pelaku ini sedang mencari helm scoopy untuk dijual. Dia berjualan helm online dan sudahh punya calon pembeli” ujar Alfian saat diwawancarai sesaat setelah pelaku diserahkan ke pihak berwajib, Senin (22/3).n Ils
Berkas: Seorang mahasiswa tengah mengumpulkan dokumen Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) di Ruangan Pojok Kreatif, Lantai Dasar Perpustakaan Pusat, Senin (22/3).
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
KAMPUSIANA
15
Garda Tipikor Diskusikan Kasus NA GERAKAN Radikan Anti Tindak Pidana Korupsi (Garda Tipikor) Fakultas Hukum (FH) Unhas mengadakan Diskusi Publik secara luring di Kedai Kopi Megazone, Sabtu (13/03). Kegiatan tersebut bertemakan “Menyelisik Praktik ‘Fee Oligariki’ dalam Pembangunan Infrastruktur Sulawesi Selatan”. Turut hadir dua narasumber, yaitu Koordinator Forum Komunikasi Lintas FoKal NGO Sulawesi, Djusman AR dan Dosen HTN FN Unhas, Fajlurrahman Jurdi SH MH. Adapun pemandu diskusi kali ini adalah mahasiswa FH Unhas, Adri Amar. Adapun tujuan diadakannya guna memberikan pemahaman realita sistem pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia. Mengawali kegiatan, Djusman yang menceritakan kronologi kasus tersebut. “Munculnya permasalahan akibat biaya kampanye yang besar sehingga Nurdin
Abdullah berkewajiban untuk membayar hutang biaya tersebut. Di sana, terdapat banyak pihak yang terlibat,” terang Djusman. Tidak menjadi rahasia umum di Indonesia, kandidat pejabat publik menerima bantuan dari pengusaha. Di sisi lain, Pemilu yang dilaksanakan secara ideal, berkualitas, dan berintergritas diharapkan dapat menghasilkan pemimpin sesuai dengan keinginan rakyat. “Pada kenyataannya, hal tersebut tidak terwujud. Salah satu dugaan kasus tindak korupsi pada oknum Kepala Daerah Sulsel, Nurdin Abdullah,” ungkap Djusman. Selain latar belakang kasus, diskusi ini juga mengusut secara rinci penerima uang, tujuan uang, pihak-pihak bersangkutan dibalik setiap mega proyek infrastrukur, dan masih banyak lagi.n M218
LP2KI Pelatihan Legislative Drafting UKM Lembaga Penalaran dan Penulisan Karya Ilmiah (LP2KI) Fakultas Hukum (FH) Unhas mengadakan Sekolah Kepenulisan, Ahad (14/3). Bertemakan “Legislative Drafting”, kegiatan yang berlangsung melalui Zoom ini turut menghadirkan Analis Hukum di KPU Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Muhammad Yusran, SH. Adapun legislative drafting merupakan ilmu pengetahuan sekaligus seni. Sebagai ilmu pengetahuan, hal ini mengandung kepastian aturan yang dapat diterapkan secara universal pada aturan pembentukan perundangundangan. Perancangan peraturan sendiri meliputi Undang-Undang (UU) dan peraturan perundang-undangan di bawah UU. Kemudian, terdapat ketentuan-ketentuan yang pasti bagi drafter untuk segala metode perancangan peraturan. “Sebelum kita masuk ke dalam perancangan peraturan perundangundangan, ada naskah akademik yang perlu disusun sebelumnya. Hal ini ditegaskan dalam UU Nomor 11 Tahun 2012,” ucap Yusran. Lebih lanjut, berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2012 menegaskan, nomenklatur yang digunakan dapat disertai dengan naskah akademik meski bukan merupakan kewajiban. Poin tersebut terkait rancangan peraturan daerah. Naskah akademik sendiri adalah naskah hasil penelitian dan pengkajian hukum. Tidak hanya itu,
naskah tersebut merupakan hasil penelitian terhadap masalah dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun naskah tersebut terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya judul, kata pengantar, daftar isi, bab satu yang berisi pendahuluan, bab dua yang berisi kajian teoretis dan praktik empiris, bab tiga yang berisi evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait, bab empat yang berisi jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup materi muatan undang-undang, peraturan daerah provinsi, atau peraturan daerah kabupaten/kota, daftar pustaka, serta lampiran. “Meski mirip dengan karya tulis ilmiah (KTI), naskah akademik memiliki kekhasan tersendiri,” ungkap Yusran. Perbedaannya terletak pada pembukaan yang terdiri atas frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan, konsiderans, dasar hukum, dan diktum. Kemudian, batang tubuhnya terdiri atas ketentuan umum, materi pokok yang diatur, ketentuan pidana (jika diperlukan), ketentuan peralihan (jika diperlukan), dan ketentuan penutup. “Lalu ditutup pada bagian penutup. Sertakan pula penjelasan dan lampiran jika hal itu diperlukan,” tutup Yusran.n M211
IDENTITAS/OKTAFIALNI RUMENGAN
Pertemuan: UPT Perpustakaan Unhas menjadi tuan rumah dalam persiapan Musyawarah Wilayah Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Sulawesi Selatan, Rabu (17/3). Pertemuan tersebut menghadirkan beberapa Kepala Perpustakaan Perguruan Tinggi wilayah Makassar.
KSE Buka Beasiswa untuk Unhas YAYASAN Karya Salemba Empat membuka Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) Periode 2021/2022 bagi mahasiswa dari 34 Perguruan Tinggi Negeri yang terpilih di Indonesia. Salah satunya ialah Universitas Hasanuddin (Unhas). Adapun syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah menempuh pendidikan minimal semester kedua. Sebagai program yang ditujukan membantu mahasiswa kurang mampu dalam biaya pendidikan, Beasiswa KSE juga berkeinginan mencetak mahasiswa berdasarkan mottonya, yaitu Sharing, Networking, Developing. “Mahasiswa yang menjadi Beswan KSE diharapkan bisa memiliki jiwa dari ketiga poin motto rersebut. Itu juga bisa dilihat dari program utama Beasiswa KSE,” ujar Ketua Paguyuban KSE Unhas, Ratnah Ilyas. Lebih lanjut, terdapat empat program utama yang disediakan, di antaranya Regular Scholarship (pemberian bantuan finansial), Entrepreneur Academy (pelatihan kewirausahaan serta bantuan bisnis dan monitoring), Achievement Scholarship (pengembangan kompetensi unggul), dan Technology for Indonesia (persiapan beswan menjadi technopreneur muda). Ratna menyampaikan, tunjangan yang diberikan yayasan kepada mahasiswa Beswan KSE senilai Rp750.000,00 per bulan. Tunjangan tersebut bisa diterima beswan hingga semester kedelapan dengan catatan harus memperbarui datanya tiap tahun. “Apabila beswan baru muncul di tiap tahunnya, beswan lama harus memperbarui data agar tetap memperoleh tunjangan beasiswa,” jelas Ratna. Ia juga membocorkan manfaat khusus
yang bisa didapatkan oleh Beswan KSE yang jarang ditemui di program beasiswa lainnya. Manfaat tersebut berupa keikutsertaan dalam program pemberdayaan masyarakat dengan proyek pengadaan hidroponik, akuaponik, biopori, dan taman toga. Kegiatan pemberdayaan dilaksanakan serentak di 34 Paguyuban yang telah menjadi mitra Yayasan KSE. “Kegiatan terjun langsung di masyarakat ini adalah nilai tambahan ketika menjadi Beswan KSE,” tegas Ratna Untuk pendaftaran, Unhas bersama tujuh universitas lainnya dijadwalkan berlangsung sejak 8 hingga 13 April 2021. Prosedur pendaftaran terdiri atas registrasi secara daring, seleksi dokumen, melengkapi dokumen cetak, dan wawancara. Ratna turut menginfokan, sosialisasi Beasiswa KSE akan diadakan akhir Maret. Selain beasiswa di atas, ada pula Base Camp (Beasiswa Sosial Project Camp) sebagai hasil kerja sama Yayasan KSE dengan PT Kimia Farma Tbk. Beasiswa ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa dari program studi (Prodi) S1 tertentu. Khusus Unhas, program studi (Prodi) yang dituju adalah Kimia, Teknik Industri, Farmasi, Ilmu Komunikasi, dan Administrasi Publik. Pendaftaran telah dibuka sejak 8 Maret lalu hingga 25 Maret 2021. Mahasiswa penerima Base Camp berkesempatan besar menerima tunjangan reguler sebesar Rp750.000,00 per bulan dan program pembinaan berupa pelatihan, seminar, dan sebagainya. Tidak hanya itu, mereka jauh dipersiapkan magang dan berkarier di PT Kimia Farma Tbk. Informasi lebih lanjut bisa dijumpai di laman ini atau Instagram @kse_unhas.n M222
16
JEKLANG
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
Sri Nur Aminah, Pejuang Kesejahteraan Kupu-Kupu kupu betina yang pelihara tersebut raib dicuri orang. Karena kejadian tersebut, ujian desertasinya pun harus tertunda. Berbagai kendala yang dihadapi Sri tidak membuatnya hilang semangat. Baginya, kupu-kupu adalah salah satu aset yang sangat berharga. Mulai dari fungsi ekologi hingga ekonomisnya, kupukupu dapat memberikan manfaat apabila dikembangkan dengan baik. Selain itu, Sri juga menjelaskan bahwa pakan kupukupu juga menjadi kendala, karena setiap kupu-kupu memiliki spesifikasi makanan yang berbeda-beda, tergantung jenisnya. IDENTITAS/RISMAN AMALA FITRA
B
agi Dr Sri Nur Aminah Ngatimin SP Msi, Kupukupu tak hanya memiliki sayap dan corak yang indah, tapi juga perannya sebagai serangga penyerbuk di ekosistem alam. Ketika di kunjungi di kediamannya di Jalan Sunu, Kompleks Unhas Baraya, Ibu dari tiga anak itu menyambut kami dengan sangat ramah. Sebelum di wawancarai, ia sempat memperlihatkan koleksi kupu-kupu awetan bersayap putih berumbai yang telah ia simpan selama bertahun-tahun. Ia mengaku spesies yang diperlihatkannya itu sudah sangat sulit ditemui kini. Dosen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Unhas yang kerap di sapa Sri itu, mengawali ceritanya tentang ketertarikannya dengan kupu-kupu. Pada tahun 2007, ketika masih berkuliah di Program S3 Ilmu Pertanian Unhas, Sri mulai mempersiapkan desertasi untuk gelar doktornya. Ia sempat ikut dengan salah satu pembimbingnya, Prof Mappatoba dalam Program Restorasi Habitat kupu-kupu di Kecamatan Bantimurung. Kala itu,
Prof Mappatoba merekomendasikan Sri untuk meneliti lebah madu. Akan tetapi, keindahan kupu-kupu yang ia lihat di Bantimurung jauh lebih menarik perhatiannya. “Tahun 2007 saya ikut dengan Prof Mappatoba dalam program restorasi habitat di Bantimurung. Awalnya beliau mengarahkan saya untuk meneliti lebah madu. saya berpikir untuk mempertimbangkannya terlebih dahulu. Tapi ternyata magnet kupu-kupu lebih kuat. Siapa sih yang mau disengat lebah?” ujarnya. Selama tahun 2012-2014, Sri kemudian melaksanakan penelitian mandiri tentang perbanyakan kupukupu dengan menggunakan pakan buatan. Sri rutin berkunjung ke Bantimurung setiap minggu untuk meneliti Kupu-kupu yang menjadi objek risetnya itu. Sepasang kupukupu tersebut dipelihara di dalam kandang di sekitar pemukiman warga. Sri harus melakukan observasi hingga kupu-kupu itu bereproduksi. Meskipun telah mempercayakan spesimen penelitiannya tersebut kepada salah seorang warga, nasib buruk harus ia terima lantaran kupu-
Berbagai kendala mulai ia ceritakan. Matanya berkaca-kaca ketika ia bercerita tentang rintangan yang dihadapi. Cemoohan dari berbagai pihak terhadap penelitian yang dilakukannya kadang menyakiti hatinya, salah satunya dari masyarakat di tempatnya meneliti. Mereka berpikir bahwa penelitian yang Sri lakukan tidaklah bermanfaat, terutama ketika menyosialiasasikan tentang pentingnya konservasi untuk menjaga populasi kupukupu. “Banyak sekali saya dapatkan (cemoohan), masyarakat di sana kadang berkata ‘kita enak bu, meneliti dapat gelar, dapat uang. Kami di sini cuma bisa jual kupu-kupu’,”curahnya. (11/10/20) Pernah pula ketika Sri mengunjungi beberapa sekolah dasar untuk mengedukasi anak-anak, ia kadang harus bernegosiasi lama dengan pihak sekolah agar bisa memperoleh izin. Sri sadar betul, bahwa edukasi tentang menjaga populasi dan habitat kupu-kupu harus diberikan sejak dini. Salah satu pengalaman yang tidak akan ia lupakan adalah ketika rapat bersama Bupati Maros beserta beberapa instansi lainnya sekitar tahun 2008, membahas tentang
restorasi habitat kupu-kupu. Sri yang duduk sebagai seorang peneliti dari universitas, menyarankan adanya anggaran yang lebih untuk perbaikan habitat dan populasi kupu-kupu. Namun, sarannya tersebut ditolak mentah-mentah dengan alasan ada hal yang lebih penting untuk diprioritaskan dibanding kupu-kupu. Melihat berbagai ironi selama kariernya mendalami tentang kupukupu, semakin memotivasinya untuk lebih gencar dalam meneliti. Selama meneliti tentang kupu-kupu, Dosen Jurusan Proteksi Tanaman itu gemar menulis sejak bangku SMP itu kini telah banyak mempublikasikan hasil penelitiannya. Yang paling baru adalah buku yang berjudul “Strategi Cerdas Konservasi Kupu-Kupu Bantimurung”, yang menduduki posisi ketiga dalam Lomba Merdeka Menulis 2020 Naskah Buku Ilmiah tingkat nasional. Sebelumnya, Sri sudah menerbitkan empat judul buku yang masih membahas tentang kupukupu. Berkat kegigihannya, Sri banyak meraih beasiswa ke luar negeri. Di antaranya, Sandwich DIKTI Scholarship ke University of Queensland di Brisbane, Australia pada September-Desember 2011, Netherland Fellowship Program sebagai peserta International Course Integrated Pest Management and Food Safety pada Juni 2015 dan ICRA boosting Competencies for Higher Education Wageningen University di Belanda. Yang tidak kalah membanggakan adalah Beasiswa Fullbright ke Amerika yang baru-baru ini ia raih. Ke depannya, Sri akan terus berinovasi demi tetap eksisnya satwa bersayap cantik itu. Sri akan terus berusaha untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga habitat kupu-kupu. Ia berharap adanya upaya serius dalam melindungi eksistensi dan keberagaman spesies kupu-kupu. “Saya berharap, Ke depannya bisa diadakan yang namanya kolaborasi real dengan institusi terkait tentang pengembangan kupu-kupu. Karena ini adalah aset yang sangat berharga bagi kita, terutama karena di tempat kita dijuluki sebagai The Kingdom of Butterfly,” pungkasnya.n Risman Amala Fitrah
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
TIPS
17
6 Hal yang Sering Terjadi Saat Kuliah Online
T
ak terasa sudah lebih setahun pandemi Covid-19 di tanah air. Banyak hal yang sudah dilewati, mulai dari diberlakukannya sistem lockdown, ditutupnya toko pembelanjaan, hingga diberlakukannya kuliah online. Berbicara mengenai kuliah daring, dalam pelaksanaannya banyak hal-hal unik yang terjadi. Penasaran? Berikut Ini 5 hal yang terjadi saat kuliah online 1. Cari Jaringan Jaringan tidak stabil menjadi keluhan yang paling banyak didengar, apa lagi dari mahasiswa yang berada di perdesaan atau pelosok. Untuk mengikuti perkuliahan mereka bahkan harus naik di area yang sedikit lebih tinggi. Seperti cerita Budil, mahasiswa Fakultas Pertanian. Saat mengikuti perkuliahan melalui Zoom Meating, tiba-tiba koneksi jaringannya buruk, hal itupun membuat dirinya terpaksa mencari tempat yang memiliki koneksi jaringan bagus. Akan tetapi saat sampai ke tempat tersebut ternyata ia lupa membawa smartphone-Nya.
2. Mic Tidak Sengaja Menyala Biasanya, saat mengikuti kuliah online, mahasiswa tidak diperkenankan menyalakan mic tanpa dipersilakan. Namun apa jadinya jika mic-nya tak sengaja menyala, sementara dosennya tengah menjelaskan. Seperti yang dialami Mahasiswa Pertanian Unhas, Ratni. Saat itu, ia berteriak kencang mengunakan bahasa bugis tanpa menyadari mic-nya menyala. Alhasil tingkahnya tersebut ditertawakan oleh teman-temannya dan mendapat teguran dari dosen.
3. Belum Terbiasa Meskipun kuliah online sudah berjalan tiga semester, tapi masih ada saja dosen yang belum familiar. Saat itu, dosen asal Fakultas Pertanian membuat room dan membagikannya kepada mahasiswa. Ia mengira mahasiswa sudah masuk ke ruang kelas, ia pun menjelaskan materi sekitar 30 menit. Namun saat ingin melontarkan kepada mahasiswa, barulah sadar ia hanya sendiri di ruang online tersebut. Rupanya ia lupa belum menerima permintaan bergabung dari mahasiswa.
4. Dua Mata Kuliah Secara Bersamaaan Akibat beberapa dosen memindahkan kuliah dari jadwal seharusnya, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ainun harus mengikuti dua mata kuliah sekaligus. Untungnya, satu kelasnya menggunakan Zoom Meeting dan satunya lagi melalui Google Meet. Meskipun ia dapat mengikuti keduanya, namun hal ini membuatnya tidak tahu harus fokus pada mata kuliah yang mana.
5. Melakukan Pekerjaan Lain Kuliah online sangat fleksibel, dapat dilakukan kapan pun dan di manapun, bisa di rumah, kafe, dan tempat kerja. Bahkan dapat kuliah sambil baring, makan, memasak, mencuci dan pekerjaan lainnya. Hal ini diceritakan oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Herman mengaku selama berkuliah online ia bekerja sebagai ekspedisi pengiriman barang.
6. Ketiduran Siapa nih, saat kuliah offline sering memilih tempat duduk dibagian belakang untuk tidur?. Nah, sekarang ini menjadi kesempatan emas bagi kamu untuk menambah porsi tidur, apa lagi tidak diwajibkan menyalakan kamera. ILUSTRASI/A. SRI SARTIKA
Nur Alya Azzahra
KATALOG BUKU
18
Song For The Blue Ocean
The Sea Around Us Sinopsis:
Judul: The Sea Around Us Penulis: Rachel L. Carson Penerbit: Oxford University Press Tahun terbit: 1991 Tebal buku: 288 halaman Sumber: rachelcarson.org
Secara singkat, buku ini merupakan hasil riset Rachel Carson mengenai lautan dan keajaibannya. Carson menjelaskan mengenai dunia yang awalnya adalah bola berair, menggambarkan keberadaan angin, hujan, arus dan pasang surut. Kemudian bagaiman pulau-pulau terbentuk, ditumbuhi tanaman hingga dihuni oleh hewan. Ia juga menggambarkan pegunungan yang tersembunyi di dalam samudera. Rachel Carson berhasil menggabungkan imajinasi dan fakta. Bahasa yang digunakan pun menarik dan mendekripsikan dengan jelas. Sehingga, meskipun terbit pada tahun 1991 masih tetap menjadi buku klasik yang relefan dengan kehidupan sekarang.
Sea Change: A Message of the Oceans
Judul Buku: Sea Change: A Message of the Oceans Penulis: Sylvia A. Earle Penerbit: Ballatine Books Tahun terbit: 1996 Tebal buku: 361 Halaman Sumber: amazon.com
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
Sinopsis: Sama halnya dengan buku sebelumnya, Song For The Blue Ocean juga menceritakan hasil penelitian. Penulis mengkelilingi dunia untuk mencari penyebab penurunan penangkapan dan spesies ikan yang terancam. Populasi Bluefin tuna menurun hampir 90 persen dalam 15 tahun, selain itu 9 dari 10 penangkapan swordfish merupakan ikan berusia remaja yang belum pernah memijah. Ia juga mengikuti nelayan komersil yang dahulu dapat menangkap 400 ikan dengan ukuran yang sangat besar. Penulisa berhasil membawa pembaca dalam penemuan global, mengetahui berbagai ilmu pengetahuan, laut dan analisis politik.
Judul: Song For The Blue Ocean Penulis: Carl Safina Penerbit: Henry Holt Tahun Terbit: 1998 Tebal buku: 384 Halaman Sumber: kirkusreviews.com
Deep: Freediving, Renegade Science, and What the Ocean Tells Us about Ourselves
Sinopsis:
Sinopsis:
Sylvia Earle menyebutkan, kita sekarang berada di waktu yang sangat penting untuk mengambil berbagai keputusan yang dapat mengaruh lautan dunia secara seluruh. Ia menggambarkan beberapa peristiwa yang terjadi di laut, seperti ketumpahan minyak di teluk Persian, tempat buru paus, tempat pembuangan limbah sampai pasar ikan Tokyo. Dalam buku itu pula, Earle menbawa kita ke Great Barrier Reef yang terletak di Australia. Lokasi tempat terumbu karang terbesar, akan tetapi menjadi tempat peristirahatan bagi limbah manusia. Earle coba mengajak kita untuk membukakan mata melihat keindahan lautan yang bahkan sekarang kita masih bersikap bodoamat pada laut. Eaerle juga memberikan berbagai solusi realistis yang dapat diterapkan sekarang sehingga dapat menjaminkan kelangsungan hidup lautan. Berbagai solusi yang ia tawarkan diantaranya, penerapan lokasi terlindung seperti taman nasional laut, dan perkemabangan hukum-hukum internasional agar dapat mengakui bahwa lautan kita harus dijaga.
James Nestor sangat takjub melihat seorang pria menyelam hingga 300 kaki atau setara dengan 91 meter. Seperti amfibi, Pria itu hanya sesekali menghirup udara dan kembali empat menit kemudian. Ternyata pria tersebut merupakan penyelam bebas di Yunani. Cerita berlanjut saat Nestor bergabung bersama sekelompok atlet ekstrim dan peneliti. Di sepanjang kisahnya, kita akan di ajak dari permukaan kedalam lautan sekitar 28.000 kaki. Dari perjalanan itu, kita akan disadarkan mengenai keadaan planet dan makhluknya, serta tentang tubuh dan pemikiran manusia. n Muhammad Alif M.
Judul Buku: Deep: Freediving, Renegade Science, and What the Ocean Tells Us about Ourselves Penulis: James Nestor Penerbit: Eamon Dolan/ Houghton Mifflin Harcourt Tahun terbit: 2014 Tebal buku: 272 Halaman Sumber: amazon.com
identitas
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
POTRET
Genangan Air jadi Wahana Bermain
S
Foto dan Naskah : Santi Kartini
ejumlah anak sangat asik memercikan genangan air di lapangan sitensis JK Arenatorium Unhas. Meski dingin menembus kulit, mereka tetap gembira sambil kejar-kejaran, ada juga yang berbaring seolah tengah berenang. Gelak tawa pun terdengar nyaring di bawah derasnya hujan, Rabu (10/3). Memang setiap musim hujan, beberapa wilaya di Unhas selalu tergenang. JK Arenatorium salah satunya, selain itu di samping Rumah Sakit Wahidin, depan Fakultas Hukum, Fakultas kedokteran, dan di pintu satu Unhas. Terlepas dari masalah tersebut berikut kami sajikan potret sejumlah anak memainkan genangan air. n
19
20
LINTAS
identitas
21
NO. 921, TAHUN XLVII, EDISI MARET 2021
Belajar dari Penyintas Kemanusiaan
A
da duka yang mesti direnungi kemudian disyukuri, sebab duka sumber belajar kemanusiaan dan kearifan. Bangkit pascabencana menjadi keharusan yang mesti diupayakan bersama. Sepanjang 2021, berbagai musibah dan bencana satu persatu muncul di tanah air. Mulai dari banjir, gempa bumi, erupsi, hingga pesawat jatuh. Gempa berkekuatan 5,9 SR dengan kedalaman 10 km meluluhlantakkan Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, sekitar pukul 14.35 Wita Kamis, 14 Januari 2021. Bukan sekali saja, kedua kota tersebut kembali diguncang gempa berkekuatan 6,2 SR, sekitar pukul 02.28 Wita. Pusat gempa terjadi di wilayah Kecamatan Malunda, Majene. Telah membangunkan manusia dari tidurnya. Berlari mencari tempat aman, tak peduli guyuran air hujan di tengah gelapnya malam. Di tambah deru kendaraan dan bunyi klakson yang lalu lalang, memecah heningnya malam. Begitulah warga berhamburan menyelamatkan diri. Meninggalkan kerusakan hingga korban jiwa. Gempa bumi ini bukanlah pertama kali menimpah Sulbar, namun yang terbesar sejak berdirinya sebagai satu provinsi 2004 silam, sekaligus bencana kelima sejak Indonesia Merdeka. Rentetan peristiwa gempa yang pernah terjadi bahkan beberapa memicu lembong tallu atau gelombang tsunami. Bencana gempa yang pernah terjadi sebelumnya yakni 11 April
1967 gempa M: 6,3 SR berpusat di Polewali Mandar memicu gelombang tsunami. Kedua, 23 Februari 1969, gempa M: 6,9 SR berpusat Majene memicu gelombang tsunami juga. Ketiga, 6 September 1972, gempa M: 5,8 SR berpusat di Mamuju. Dan keempat, 8 Januari 1984, gempa M: 6,7 SR berpusat di Mamuju (diakses dan diolah dari berbagai sumber). Melihat jejak peristiwa tersebut, tiga hari pascagempa, dan memenuhi keinginan hati, niat menjadi relawan. Walaupun turun langsung ke lokasi bencana adalah hal baru bagiku. Tentu ada kekhawatiran, namun keyakinan semuanya akan baik-baik saja. Apalagi kemauan menengok keadaan keluarga. Aku pun berangkat bersama tiga kawan, Senin siang (18/1). Tiba di lokasi tengah malam dan langsung bergabung di posko PLN Peduli. Tiga hari berikutnya, aku bergeser ke posko Aliansi Relawan Peduli Gempa Sulbar yang diinisiasi oleh Tho Mandar Institute, SPPT (Alumni IPA 2 SMA Neg. 1 Majene 2012), Sibaliparriq, Relawan Pendidikan Indonesia, dan individu yang dengan sukarela bergabung untuk bergerak atas nama kemanusiaan. Sebelum menyalurkan donasi, kami berdialog untuk sasaran bantuan. Aku terkesan, dalam diskusi tersebut ternyata ada dua relawan yang keluarga intinya menjadi penyintas gempa, tapi masih memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk bergerak
bersama. penyaluran donasi kami lakukan di beberapa titik dengan sasaran utama keluarga relawan yang terdampak dan pengumupulan data awal menggunakan metode aduan yang kemudian diolah. Model ini kami sepakati bersama sebagai tahap awal, mengingat survei langsung ke lapangan belum bisa kami lakukan sebelum penyaluran. Bantuan untuk keluarga relawan yang menjadi prioritas pada penyaluran awal adalah bentuk penghormatan dan dukungan moril bagi mereka yang masih rela bergerak bersama. Menyedihkan rasanya jauh-jauh membicarakan korban untuk dibantu, sementara di lingkaran pergerakan kami ada orang terdekat yang ternyata membutuhkan juga. Mereka tidak akan pernah mengutarakan kondisi keluarganya, maka relawan lainnya mesti menyadari itu. Para penyintas mestinya hadir di tengah-tengah keluarga untuk memberikan semangat menghadapi luka yang melanda ini. Justru sebaliknya, mereka rela bergerak bersama. Mereka tidak pernah mengeluhkan kondisi keluarga, sedih mereka tutupi dengan senyuman di antara kami. Sungguh semua itu menjadi suntikan semangat untuk terus menebarkan kebaikan.
DOKUMENTASI PRIBADI
Donasi pertama ini, kami manfaatkan pula untuk survei persiapan penyaluran donasi selanjutnya. Mengidentifikasi kebutuhan para penyintas agar bantuan dapat di sesuaikan, dan lokasi untuk melakukan kegiatan pendampingan pascabencana atau trauma healing. Selain itu, pernah terdengar kabar angin, tentang penjarahan oleh para penyintas. Ketika di lapangan, aku justru takjub, bukan penjarahan tapi sebaliknya, dipertemukan dengan orang-orang baik, memiliki rasa berkecukupan dan kepedulian kepada sesama. Sungguh mereka para penyintas adalah manusiamanusia yang berjiwa besar. “Kasih naik mi kembali itu air di mobil ta dek, berikan untuk korban yang lebih membutuhkan. Ada ji sumber air kami yang dekat,” ucap salah seorang pengungsi yang kami jumpai di Kasambang, Kec. Tappalang, Mamuju. Ini hanya satu dari banyaknya bukti kebaikan para penyintas yang kami jumpai. Hal baik akan selalu menemui jalannya. Mari berdoa bersama untuk kebangkitan Sulbar. Lekas pulih, lekas membaik litaq Mandar.n Penulis Abdul Masli Mahasiswa Antropologi FISIP Unhas, angkatan 2015.