Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
Warna Demonstrasi
Hardiknas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
DARI REDAKSI
2 TAJUK
KARIKATUR
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
SOSIAL MEDIA
Setop Kekerasan, Dialog Utamakan BULAN Mei menjadi momentum besar bagi para pelajar utamanya mahasiswa di seluruh Indonesia. Tak terkecuali sejumlah mahasiswa Unhas. Momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) mereka pilih untuk menyuarakan ‘unek-unek’ yang bersarang di dalam hati dan pikiran kepada pihak rektorat. Dari konferensi pers yang diselenggarakan Serikat Mahasiswa Unhas di Pelataran Ipteks, Jumat (10/5) lalu diketahui bahwa awalnya mereka bertujuan melaksanakan aksi damai. Hanya saja, karena ‘oknum’, aksi damai tersebut berubah menjadi ricuh. Mahasiswa aksi saling serang dengan pihak keamanan kampus. Akibatnya, sejumlah fasilitas kampus mengalami kerusakan. Lebih dari itu, apa yang terjadi 2 Mei lalu, menjadi catatan merah tersendiri bagi perjalanan aksi mahasiswa Unhas. Hal itu juga sebenarnya mengaburkan enam tuntutan yang mereka bawa. Di antaranya, birokrasi Unhas yang kian tak professional, PTN-BH Unhas serta hiper-eksploitasi pekerja kebersihan dalam jerat sistem kontrak dan outsourcing, jam malam ; mengebiri hak atas kampus, pungli pada ujian mahasiswa, kekerasan akademik: studi kasus pada skorsing 4 mahasiswa kelautan, dan intervensi lembaga mahasiswa. Keenam tuntutan yang mereka usung agar ditindaklanjuti itu akhirnya tak kunjung mendapat respon sama sekali. Sebab setelah aksi tersebut, yang telihat dan tertinggal di memori banyak orang hanyalah pertengkaran antara mahasiswa aksi Hardiknas dan Satpam kampus. Padahal, hal buruk serupa itu dapat diatasi jika ada dialog dan komunikasi yang baik sebelumnya baik antar sesama mahasiswa maupun antara Satpam dan mahasiswa pengunjuk rasa. Nyatanya, hal tersebut pernah dilakukan aktivis mahasiswa era 90-an, Aslan Abidin beserta teman-temannya. “Sewaktu kami dulu mahasiswa, ketika turun aksi, kami sangat menghindari adanya pengrusakan. Tidak seperti aksi yang kemarin, ya,” katanya, Rabu (8/5). Lebih lanjut, ia menceritakan perihal koordinasi yang mahasiswa aksi lakukan ketika turun demo. Akademisi sekaligus sastrawan ini menyampaikan, saat hendak menyampaikan tuntutan dan turun aksi, maka mereka akan membangun komunikasi dengan para Satpam dan juga awak media. “Ketika kami sudah tentukan akan berpakaian seperti apa ketika aksi, maka kami langsung komunikasikan dengan Satpam. Salah satu tujuannya adalah agar kita bisa mendapatkan perlindungan dari mereka jika misalnya ada penyusup yang mencoba masuk,” katanya, Rabu (8/5). Selain itu, kata Aslan, sebenarnya aksi adalah salah satu cara untuk menyampaikan aspirasi yang telah lama terpendam. Tapi bukan satusatunya cara. Aslan juga menyebutkan bahwa data dan dialog menjadi hal utama yang harus ada dalam menangani sebuah kasus. Lantas, bukankah kebiasaan berdialog untuk menemukan solusi dari setiap masalah itu sangat perlu ditanamkan?. n
ILUSTRASI/MUH FAISAL
SURAT DARI REDAKSI
irgufran54 Andaikan bisaka’ masuk unhas .. Tak akan begitu saya … fachrunikhwanul @irgufran54 ahhsiyyaapp kanda taufik_khoerun @irgufran54 jadi aptis kakbuy @irgufran54 andaikan bisa masuk irgufran54 @kakbuy ia andaikan jii aanmumon kodong nom096 @awal_adwan_96 bukanji kita ARISAL/IDENTITAS
Training : Foto bersama setelah mengikuti In House Training Magang 47 selama tiga hari di Sekretariat identitas Unhas, Minggu (10/5).
dalangna ini kak? Hahaha aanmumon @nom096 korbanja sy kodong hhh ainunsssss @_ichsanulkhaliqin
Pasukan Baru
P
eriode demi periode kepengurusan selalu membawa sebuah harapan baru untuk kemajuan identitas yang lebih baik. Jalannya roda kepengurusan identitas tentu melibatkan peran aktif anggotanya sendiri untuk menyajikan berita setiap harinya. Namun, beberapa kondisi anggota, baik kru maupun magang terkadang berdampak pada terbitan identitas. Melalui perekrutan terbuka Pk identitas, kehadiran anggota baru tentu membawa harapan dan semangat baru dalam perjalanan
redaksi identitas. Kenyataan yang mendikte kerasnya dunia jurnalistik, semoga menjadi penyemangat kepada para pasukan baru dan seluruh penghuni rumah kecil lainnya untuk lebih berjuang sekuat tenaga. Terkhusus magang baru diharapkan belajar lebih besar perihal tanggung jawab dan bertarung di dunia jurnalistik. Kali ini kami menyapa pembaca setia identitas dengan sajian berita mengenai sistem pendidikan di Unhas di era milenial dan sajian rubrik lainnya. Selamat membaca! n
rahmat_anugrah99 @farhanabbas alifiasyam @utariekasetyani inimi tadi hamm_dani Di salah satu spanduknya “stop kekerasan akademik” dan ternyata… Ah sudahlah. Kampungan wkwk andrptrs_ @hamm_dani smoga pahamji yg dimksd dgn kekerasan akademik hamm_dani @andrptrs_wkwk persetanlah dgn paham atau tidak paham, intinya bukan dstu abdurrahmanabdullah Satpam yg merusak tidak dibuatkan berita?mustafainul_akhyar @ abdurrahmanabdullah humas tidak boleh menjatuhkan nama instansi sendiri abdurrahmanabdullah @mustafainul_akhyar Tesis yg sudah menjadi rahasia umum! ichansyafii terkadang saya heran juga…
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi nKetua Penyunting: Ahmad Bahar nKetua Penerbitan: Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Khintan nKoordinator Liputan: Fatyan Aulivia nLitbang SDM: Fitri Ramadhani nLitbang Online: Sri Hadriana nLitbang Data: MadelineYudith (tidak aktif) nStaf Penyunting: Ayu Lestari nFotografer: Arisal nArtistik dan Tata Letak: A. Suci Islameini (tidak aktif) nIklan/Promosi: Wandi Janwar nReporter: Urwatul Wutsqaa, Mayang Sari (tidak aktif),Muh. Arwinsyah nTim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan wwMashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www. identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/ kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Mei 2019 Foto : Arisal Layouter : Wandi Janwar Alfianny Maulina
identitas
NO. 901, TAHUN XLV EDISI MEI 2019
WANSUS
3
Bergerak untuk Kemanusiaan
T
anggal 8 Mei lalu warga dunia merayakan Hari Palang Merah Sedunia. Tanggal tersebut dipilih berdasarkan hari kelahiran Henry Dunant. Dia adalah pendiri Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Di peringatan tahun ini, Reporter identitas, Hafis Dwi Fernando berkesempataan mewawancarai salah satu pendiri KSR PMI Unhas, Awaluddin SKM M Kes mengenai perkembangan palang merah, baik di Indonesia atau pun secara khusus di Unhas, Jumat (10/5). Berikut kutipan wawancaranya:
Sebagai salah satu pendiri KSR PMI Unhas, apa yang membuat Anda kala itu terpanggil untuk mendirikan lembaga tersebut? Dorongan pertama waktu itu adalah persepsi mahasiswa era 90an yang terkesan anti kekuasaan. Kami bersama kelompok mahasiswa yang satu visi tidak mau ikut-ikutan, sehingga kami ingin ada gerakan mahasiswa di bidang kemanusiaan. Dan yang cocok adalah misi organisasi palang merah. Yang kedua, kami melihat di tahun 1990 organisasi palang merah ke depannya akan terus eksis.
Kemudian, kala itu konflik antar mahasiswa terjadi di Unhas. Kami turut andil menjadi tim kesehatan dengan melakukan pertolongan pertama. Berdasarkan pengalaman Anda, hal apa saja yang biasa ditangani palang merah? Tak hanya menangani bencana alam, kita dapat menangani bencana ekologi dan bencana sosial juga kita hadapi. PMI perlu mengadopsi model penanganan bencana sosial. Kemarin di waktu konflik Poso, itu kan kita kategorikan sebagai bencana sosial. Mestinya ada pihak penengah dan PMI bisa menempatkan diri di situ, dan tetap butuh skill untuk menyiapkan itu semua. Bagaimana peran yang diambil palang merah di berbagai kebencanaan yang ada? Mungkin kita pernah dengar Unhas itu selalu hadir paling pertama. Misalnya, saat tsunami Aceh, KSR PMI Unhas mengirim anggota. Bahkan sebenarnya saat tsunami ARISAL/IDENTITAS
Data Diri Nama Lengkap : Awaluddin, SKM., M.Kes. Tempat/Tinggal Lahir : Parepare, 25 Maret 1971 Pendidikan Terakhir : Magister Kesehatan Riwayat Pendidikan : - S1, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 1996 - S2, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 2005 Pengalaman Organisasi : - Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Komisariat FKM UNHAS, 1992-1993 - Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), FFKM UNHAS, 1992-1993 - Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan Senat Mahasiswa UNHAS (SMUH), 1994-1995 - Ketua Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) UNHAS, 1994-1996 - Sekretaris Koalisi Indonesia Sehat untuk wilayah Sulawesi Selatan (KuSSS), 2001-2004
Maumere tahun 1992, kita juga langsung membentuk tim dan diberangkatkan waktu itu. Hanya saja masih tergabung dengan palang merah pusat. Terus beberapa bencana-bencana lokal kita turut aktif, memberikan motivasi tersendiri karena letak kebahagiaan seorang relawan palang merah ialah ketika menyelamatkan orang. Kendala apa saja yang biasa ditemui saat berada di daerah bencana? Saat bencanan itu biasanya ada institusi yang bertanggung jawab, dalam hal ini adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Sebab birokrasi biasanya agak lambat. Kami yang relawan ini biasanya mau cepat dan itu biasanya terjadi miskomunikasi. Mestinya ini bisa diselesaikan dengan aktifnya sejumlah PMI cabang di setiap daerah. Tantangannya sekarang karena sudah mulai muncul beberapa kejadian-kejadian bencana, bencana alam terutama. Dan berarti itu membutuhkan sumber daya dan seharusnya palang merah menyediakan sumber daya itu untuk menangani hal tersebut. Apa yang seharusnya dilakukan agar PMI bisa terus hadir di tengah masyarakat? Menurut saya PMI harus konsisten untuk memperbanyak gerakan merekrut relawanrelawan khususnya yang berasal dari perguruan tinggi kita harus fokus ke situ. Karena di perguruan tinggi inilah terdapat tri dharma perguruan tinggi yang sebenarnya ketemu dengan misi palang merah. Tapi masalahnya adalah di organisasi palang merah tingkat daerah mungkin cara berpikirnya berbeda. Mereka melihat mahasiswa sebagai ancaman padahal semestinya dilihat sebagai kekuatan. Di Unhas sendiri, seberapa besar antusias para mahasiswa untuk bergabung dengan PMI? Antusiasmenya cukup besar, dilihat dari jumlah pendaftar. Hanya saja memang secara internal organisasi itu menerapkan
syarat-syarat tertentu. Kita tahu sekarang Unhas menerapkan lebih sistem cepat selesai lebih bagus, itu tantangan tersendiri. Saya kira seharusnya ada kebijakan tertentu secara akademik terhadap mahasiswa-mahasiswa yang mau berkecimpung di aksi relawan. Apalagi slogan yang digunakan meyatakan bahwa Unhas adalah salah satu perguruan tinggi yang peduli terhadap kemanusiaan. Mestinya ada penghargaan yang diberikan kepada kelompok mahasiswa yang mau bergabung PMI, karena panggilan jiwa. Terkait dengan hari PMI sedunia, apa yang ingin Anda sampaikan kepada masyarakat, terkhusus mahasiswa Unhas? Kalau kita melihat kebelakang waktu dicetuskan itu misi palang merah yang hanya ingin membantu akibat perang terbuka, bukan korban dari militer tapi masyarakat mulai dari anakanak dan ibu-ibu non militer. Ternyata saat ini masih sangat dibutuhkan peran dan tim palang merah karena banyak masalah terkait dengan masyarakat itu semakin kompleks,seperti masalah ketertinggalan, kemiskinan dan masalah sosial dan lainnya. Lantas, apa harapan Anda terhadap masa depan PMI? Menurut saya PMI adalah salah satu pilihan terbaik untuk menyalurkan gerakan-gerakan kemanusiaan dan kalau bisa terintegrasi dengan berbagai pemangku jabatan. Makanya sekarang perusahaan juga punya misi kemanusiaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) nya. Ini tidak terkoneksi dengan baik dengan organisasi yang diakui secara internasional tentang palang merah itu. Agar mengintegrasikan dibutuhkan kepemimpinan di bidang kepalangmerahan itu harus kuat dan hanya bisa didapatkan kalau siapkan dari sekarang terutama dimulai dari peran perguruan tinggi untuk menyuplai sumber daya manusia di bidang kepalangmerahan di masa yang akan datang.n
4
OPINI
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
Meretas Jarak Sosial Buruh dan Mahasiswa
S
elama ini, ada gap sosial yang masih terlalu menganga antara buruh dengan mahasiswa. Gap sosial tersebut berdampak pada platform perjuangan yang berlangsung secara sektoral. Gerakan yang dibangun oleh --baik buruh maupun mahasiswa--, berlangsung secara ekslusif. Padahal jika dilihat oleh keduanya memiliki satu kesamaan, menggulingkan “ketidakadilan�, meskipun ketidakadilan yang terbangun dalam terminologi yang berbeda. Bagi buruh, mungkin yang dimaksud adalah ketidakadilan dalam hal hubungan industrial. Begitupun bagi kalangan mahasiswa yang tentu saja punya terminologi yang berbeda. Terlepas dari perdebatan di atas, tulisan ini mencoba mencari titik kesamaan isu baik oleh buruh dan mahasiswa. Argumen tulisan ini, ternyata ada di titik kesamaan yang kemudian bisa merekatkan
hubungan antara buruh dengan mahasiswa. Di antaranya mengenai isu normatif Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Keamanan Kerja. Kedua isu ini secara tidak langsung punya kaitan yang sangat besar dengan (masa depan) mahasiswa, khususnya setelah menjadi pencari kerja. Sebagai wujudnya, setiap hari Buruh Internasional (May Day) buruh selalu mengangkat persoalan normatif seperti UMP dan Keamanan Kerja seperti kontrak dan outsourcing. Isu yang sebenarnya secara tidak langsung punya korelasi yang sangat penting bagi mahasiswa. Pun setidak-tidaknya mereka yang sebentar lagi akan menjadi buruh. Sebab, perjuangan buruh menyuarakan UMP bukanlah untuk buruh saat ini. UMP menjadi patokan dasar, jaring pengaman sosial bagi buruh yang berlaku dalam sebuah wilayah tertentu. Sulsel misalnya, UMP yang berada di kisaran Rp 2,7 juta- sekian
tidak hanya untuk buruh saat ini. Besaran ini justru lebih diperuntukan untuk buruh dengan masa kerja 0-12 bulan atau buruh dengan usia kerja kurang dari satu tahun. Jika secara konkret kita ingin mengkategorinya, UMP diperuntukan untuk buruh yang baru terserap di dunia kerja. Artinya, setiap lulusan yang kemudian terserap dalam dunia kerja akan mendapatkan upah paling rendah, standar UMP. Sekali lagi paling rendah. Jika beruntung dan dapat perusahaan besar, bisa mendapatkan gaji diatas standar UMP, namun setidaknya UMP menjadi standar upah yang kemudian disebut sebagai jaring pengaman sosial. Perlu pembaca pahami, UMP hanya diperuntukan bagi buruh dengan masa kerja hingga 12 bulan dengan status perkawainan single alias jomblo. Jadi, jika kalian sudah menikah, punya anak dan masa kerja di atas 12 bulan, gaji yang kalian dapatkan harus di atas UMP.
Artinya, selama ini yang diteriakan oleh buruh untuk kenaikan UMP untuk siapa? Sementara rata-rata pengurus serikat buruh yang sering aksi memiliki masa kerja lebih dari 12 bulan. Yah, kalau bukan untuk mahasiswa yang sebentar lagi menjadi buruh, siapa lagi. Persamaan lain yang dimiliki oleh buruh dan mahasiswa adalah keamanan kerja. Buruh selama ini setidaknya dalam agenda May Day rutin menjadikan outsourcing dan buruh kontrak sebagai isu yang harus disuarakan. Relevansinya dengan mahasiswa, sistem kontrak outsourcing menjadi sistem kerja yang akan merenggut mimpi indah kalian dalam dunia ketenagakerjaan. Pada praktiknya, sistem ini akan memberikan ketidakpastian kerja pada buruh. Outsourcing dan buruh kontrak, menjadi momok yang menakutkan. Cara kerjanya seperti ini, ketika kalian bekerja dalam sebuah perusahaan melalui penyaluran
ILUSTRASI/WANDI JANWAR
Oleh: Sunardi perusahaan outsourcing, maka urusan kalian ada pada perusahaan outsourcing, bukan pada perusahaan tempat kalian bekerja. Misalnya seperti ini, anda mendaftar sebagai pencari kerja di sebuah agen penyalur tenaga kerja. Kemudian agen penyalur kerja menempatkan anda di perusahaan A. Maka sepanjang kerja, anda punya hak dan kewajiban ganda, pada perusahaan penyalur dan perusahaan kerja kalian. Begitupun dengan upah, urusan upah biasanya dibayar oleh perusahaan penyalur kalian, jika kalian beruntung, kalian menerima dengan upah sesuai dengan kontrak di awal, namun jika nasib sial menimpa kalian maka bersiap untuk menerima potongan upah. Sementara ketika menjadi buruh kontrak, masa kerja kalian tidak menentu. Biasanya perusahaan menerapkan masa kontrak satu tahun, kemudian diperpanjang dua tahun dan setelah itu biasanya kontrak tidak lagi diperpanjang. Syukursyukur jika di awal kontrak tidak diterapkan magang yang pada umumnya berlangsung tiga hingga enam bulan tergantung kebijakan perusahaan. Ketika magang, kalian jangan berpikir untuk mendapat upah sesuai dengan UMP, bisa jadi di bawahnya UMP. Karena itu, apa yang kemudian diperjuangkan oleh buruh dengan meneriakkan menghapus sistem kontrak dan outsourcing sebatas untuk memberikan kepastian kerja, termasuk kepastian kerja pada mahasiswa sebagai calon buruh jika kelak diterima di sebuah perusahaan.n Penulis adalah Penggiat di Lingkar Advokasi Mahasiswa (LAW Unhas)
identitas
NO. 901, TAHUN XLV EDISI MEI 2019
5
LIPUTAN KHUSUS
ARISAL/IDENTITAS
Letupan Aspirasi yang Tak Didengar
R
atusan mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Unhas (Semaun) memadati gedung rektorat. Mereka kompak mengenakan jas almamater. Sambil membawa spanduk berisi tuntutan, mereka mendesak untuk bertemu Rektor Unhas, Prof Diwa Aries Tina Pulubuhu MA. Setelah lama menunggu, Dwia bersedia bertemu massa aksi. Saat itu, Semaun mendesak guru besar sosiologi tersebut untuk menandatangani pakta integritas yang telah mereka buat. Mereka ingin agar hasil riset yang mereka temukan di lapangan segera ditindaklanjuti. Di antaranya birokrasi yang kian tak profesional, eksploitasi pekerja kebersihan dalam jerat outsourcing, jam malam mengebiri hak atas kampus, pungli pada ujian mahasiswa, dan kekerasan akademik yang bercermin pada skorsing empat mahasiswa kelautan serta intervensi lembaga mahasiswa. Namun, Dwia menolak. “Tanda tangan rektor butuh kajian mendalam,” katanya, Kamis (2/5) lalu. Lama berdebat dengan mahasiswa, akhirnya Dwia memutuskan balik kanan menuju ruangannya di Lantai 8 Gedung Rektorat. Bak tak
kehabisan akal, mahasiswa lalu menuntut agar Ketua Majelis Wali Amanat, Komjen Pol (purn) Drs Syafruddin MSi, menemui mereka. Akan tetapi, saat itu Syafruddin tidak berada di ruangannya. Lalu, situasi memanas kala mahasiswa memaksakan langkah mereka masuk ke gedung rektorat, yang telah dijaga barisan Satuan Pengamanan (Satpam). Saling dorong pun tak dapat dihindari. Ada ‘oknum’ bak memancing di air keruh dengan melempar batu ke arah Satpam. Pada akhirnya, kericuhan antara mahasiswa dan Satpam pun tak dapat dielakkan. Terlebih kerusakan fasilitas menjadi catatan kelam untuk peringatan Hari Pendidikan Nasional di kampus merah. Tuntutan Berasal dari Sejumlah Masalah yang Tak Terselesaikan Aksi bukan satu-satunya jalan untuk menyalurkan aspirasi. Begitu kata salah satu aktivis di tahun 90-an, Aslan Abidin. Lelaki yang kini berprofesi sebagai dosen di Universitas Negeri Makassar sekaligus sastrawan ini menyampaikan bahwa ketika ingin menuntut sesuatu, dalam hal ini mahasiswa terhadap kebijakan
birokrasi kampus, dialog adalah cara pertama yang mesti ditempuh. “Dulu kami tidak langsung turun aksi begitu saja. Awalnya kami melakukan dialog dulu dengan pemangku kebijakan. Kemudian, kami mengadakan lagi mimbar bebas agar semua ide bisa didengar dan dilaksanakan untuk menemukan solusi,” kata Aslan saat diwawancara identitas. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa mimbar bebas juga mereka gunakan untuk membicarakan strategi aksi ketika mereka telah memutuskan untuk turun ke jalan. Mereka bisa berdiskusi semalam suntuk demi memikirkan secara matang apa-apa saja yang akan mereka sampaikan tatkala berorasi. “Jadi, malamnya kami itu belajar apa saja yang akan kami sampaikan ketika berorasi esok harinya. Saat itu juga, sudah dibagi memang siapa yang akan bicara apa. Sehingga orasinya tidak tumpang tindih,” ucapnya. Moderator konferensi pers Semaun, Rahmat, menyampaikan bahwa memang sebelum turun aksi mereka telah melakukan riset terkait tuntutan yang mereka ajukan. Pun keenam tuntutan tersebut lahir dari masalah-masalah yang tidak terselesaikan di tingkat fakultas.
Setali tiga uang, Ketua Senat Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Andi Hendra ER, menguatkan pernyataan Rahmat. Ia menyampaikan jika mereka telah berdialog beberapa kali dengan pihak Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Arsunan Arsin maupun stafnya dan pihak dekanat di beberapa fakultas yang mengalami masalah. Akan tetapi, dialog itu dinilai tidak melahirkan solusi apapun untuk mengatasi masalah yang ada. “Sebenarnya, harus juga dilihat seperti apa sebenarnya struktur pembagian kerjanya rektor dan para wakilnya ini. Mengapa permasalahan mahasiswa dibiarkan berlarut-larut. Apakah memang pihak yang kami temui tidak memberitahu rektor atau seperti apa,” beber Angga, begitu ia disapa. Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa keenam tuntutan tersebut merupakan akumulasi dari setiap masalah yang ada di beberapa fakultas dan aksi merupakan bentuk luapan aspirasi kami yang terkesan tidak mendapat tindak lanjut sama sekali. Terkait permasalahan mahasiswa yang tidak segera diselesaikan, Dekan Fakultas Kehutanan, Prof Dr Yusran S Hut M Si, yang turut hadir mengamankan mahasiswa saat
aksi mulai reda, berkomentar terkait aksi tersebut. Ia menyampaikan bahwa biasanya terjadi letupan kalau ada aspirasi yang terlalu lama tidak tersalurkan. Maka dari itu, sebagai pimpinan kita perlu memperbanyak komunikasi dengan mahasiswa. “Kalau saya, memberikan arahan kepada Wakil Dekan III, kalau ada sesuatu secepatnya didialogkan dengan mahasiswa, supaya tidak terjadi akumulasi. Sebab itu yang biasa mengundang masalah,” pungkas Yusran saat ditemui di ruangannya, Kamis (9/5). Tim Lipsus
Tim Lipsus Koordinator: Arisal Anggota: n n n n
Khintan Badariah Muh. Syahrir Fatyan Aulivia
6
LIPUTAN KHUSUS
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
Alternatif Pergerakan Mahasiswa Kini
H
ari-hari besar semisal hari pendidikan nasional, sering kali disuguhi aksi demonstrasi yang kadang kala berakhir ricuh. Teman-teman pasti tidak lupa Hardikanas tahun 2019 ini. Demonstrasi mahasiswa Unhas berakhir ricuh. Apalagi berbagai persoalan kemudian muncul, yang disoroti bukan pada tuntutan melainkan sejumlah fasilitas kampus rusak.
1. Bagaimana pandangan Anda mengenai demo mahasiswa Unhas yang berakhir ricuh di depan rektorat kemarin? Dulu kami itu cenderung tidak merusak, misalnya kalau ada masalah, metode yang kita pakai dialog akademik. Ada yang mau dipersoalkan kurang lebih modelnya seperti ini. Kalau itu juga tidak selesai maka demo, namun demonya tidak merusak. Meskipun coret-coretan kecil di tembok ada, tetapi belum memakai cat semprot hanya spidol dan itu kecil. Misal, saya ingat tulisannya tidak besar ‘Inilah jadinya kalau dekan jadi dukun’. Kebanyakan lucu-lucunya sih. Bahkan waktu itu tidak membakar ban, memecahkan kaca pun itu baru di zaman reformasi terjadi, dan yang merancang itu adalah media massa. Jadi bakar ban dan memecahkan kaca sebenarnya itu produk media masa. Mahasiswa yang pasca reformasi mau demo. Ketika itu sudah ada beberapa televisi swasta, sementara reporter tv swastanya adalah mahasiswa-mahasiswa senior atau yang sudah sarjana. Lantas hubungan mereka baik. Jadinya yang mau demo menelepon;
Lantas bagaimana seharusnya mahasiswa berdemonstrasi dan mengawal tuntutannya. Reporter identitas, Khintan melakukan wawancara dengan aktivis tahun 90an, Aslan Abidin SS, saat ditemui menjadi pemateri dalam seminar “Fakultas Ilmu Budaya sebagai Fakultas Ilmu Manusiawi� di Aula Mattulada, Rabu (8/5). Berikut kutipan wawancaranya :
besok kami mau demo kak, tolong diliput ya, lalu dijawab sama reporternya ada bakar ban tidak? Tidak ada, tapi kalau kita perlu kami bisa usahakan. Usahakan biar gambarnya bagus. Akhirnya mereka bakar ban lebih bagus lagi kalau ada pecahan kaca. Saya kira itu berkembang terus. 2. Sarannya untuk aktivis sekarang baiknya seperti apa? Sering kali sebenarnya tuntutan itu peningkatan kualitas, peningkatan layanan yang tidak dilaksanakan maka untuk menuntut itu tinggal disampaikan masalahnya ini. Setelah itu solusinya apa? kami akan perbaiki, maka itu tinggal ditagih saja. Karena merusak kemudian akan mengalihkan perhatian, jadi akan merusak dan merugikan misi sendiri sehingga yang media angkat adalah perusakannya bukan substansi tuntutan. Tuntutannya
menjadi hilang semestinya yang dijaga itu fokus pada tuntutan. Media meliput tuntutan ini akhirnya persoalan ini ter-blow up ke pubik. Oh ada masalah ini di Unhas jadinya nanti unhas perbaiki. Namun kalau merusak, bakar ban dan lainnya, media akan meliput itu, tidak akan meliput tuntutannya. Yang diliput siapa yang merusak, apa yang dirusak, siapa yang melakukannya hanya itu, tuntutannya tidak lagi, jadi rugi. 3. Menurut Anda era sekarang yang turun ke jalan untuk menyampaikan tuntutan itu masih punya andil atau sudah tidak ada dampaknya? Ini sebenarnya hanya satu cara, semestinya tidak dijadikan satu satunya cara, mesti mencari cara yang tepat. Liat persoalannya kemudian selalu cari cara yang tepat untuk menyelesaikan persoalannya bisa bertahap, lakukan survey,
setelah dialog, sampaikan masalahnya. Akan ada negosiasi, nanti kami perbaiki, kapan diperbaiki, nanti kalau itu mandet baru pakai cara lain kemudian persoalan ini di-blow up dengan mimbar bebas. Dengan demo itu targetnya adalah membuka persoalan ini ke tingkat umum ketingkat yang lebih luas. Jadi demo itu membuka gagasan kami sudah melakukan ini, ini sudah sampai ke tingkat ini karena tingkat ini tidak dipenuhi maka kami melakukan model ini, tetapi sekali lagi mesti dijaga misi awalnya. Tujuan dari demo ini adalah mem-blow up persoalan ini, sehingga dengan demikian Demo itu akan menghindari hal-hal lain kenapa karena ada misi yang dia jaga. 4. Bagaimana menurut Anda, jika pada saat demo ada penyusup atau provokator? Ketika kita betul-betul berniat baik untuk berdemo, kita harus melibatkan keamanan. Harusnya kita kerjasama dengan keamanan; kami ini begini pak dan ini tuntutan kami. Kalau pengerusakan itu bukan misi demonstan. Nah, demo ini terstruktur seperti itu tidak akan ada penyusup. Kalau ada penyusup, penyusupnya yang jadi masalah karena dia akan berhadapan dengan kita. Itu akan merusak misi. Namun yang repot itu kalau memang misinya tidak jelas. Apalagi demonya tidak digarap dengan baik. Dulu orang mau berdemo karena mimbar bebas, malamnya kita belajar. Dulu cara berdemo itu tidak langsung demo. Buat mimbar bebas dulu dan mengumpulkan orang untuk turun berdemo. Jadi para pemikir
demo ini rapat dulu atau diskusi malamnya. Terus, datang ramerame menyampaikan gagasannya. Tidak tahu sekarang apakah teman-teman juga mempersiapkan dengan serius kalau mereka berdemo. Kalau yang saya dengar biasanya sudah mengkaji, mencoba cara-cara mediasi tapi memang mandet dan akhirnya turun demo. 5. Apakah dulu cara mengumpulkan massa demonstrasi itu secara ekslusif? Misalnya lembaga ini saja yang boleh tahu, bagian lainya tidak boleh tahu? Ada juga, karena setelah mereka tahu persoalan mereka akan ikut, itu fungsi mimbar bebas. Tapi tidak menutup kemungkinan cara-cara lama itu relevan dengan yang sekarang. Tentu saja misalnya menyampaikan pandangan secara individu atau menyampaikan pandangan secara rame-rame. Paling penting sebenarnya bahwa ada yang tak beres dipihak kami dan yang bisa memperbaikinya itu adalah pihak yang lain. Sehingga, kami menyampaikannya kepada pihak yang lain itu dengan berbagai cara. Penyampaian masalah tetap saja sama, ada berbagai cara di tingkat universitas. Pelakunya adalah para intelektual seperti mahasiswa, survey untuk mengumpulkan data, dan penyampaian data itu kepada pihak yang berwenang untuk menyelesaikannya. Ya, tentu saja itu adalah cara yang utama. Bagaimana cara menyampaikannya nanti? apakah secara perorangan, perlembaga, berpakaian rapi atau tidak?, itu semua ada urutan-urutannya.n
Data Diri Nama: Aslan Abidin Tempat, Tanggal Lahir: Soppeng, 31 Mei 1972 Profesi: Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra di UNM Buku yang pernah ditulis : -Napas Kampus (1994) -Koridor dan Batu Beramal II (1995) -Getar (1996) -Temu Penyair Makassar (1999) -Mimbar Penyair Abad 21 (Balai Pustaka, 1996) -Sastrawan Angkatan 2000 (Grasindo, 2000) -Kitab Puisi Horison Sastra Indonesia (Horison 2002) -Puisi Tak Pernah Pergi (Buku Kompas, 2003) SANTIKA/IDENTITAS
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
SASTRA
7 PUISI Sandiwara Pasir Oleh : Muhammad Nur S.
Bersih sudah pasir-pasir Tersapu jauh walau tak tercemar Yang ada hanya debu-debu yang tersebar Lalu menjadi panutan yang berbinar Angin pun hanya mampu menyisir Di antara celah gurun yang terhampar Katanya kebodohan ini sudah mengakar Tumbuh menyimpang tak kenal air ILUSTRASI/ A. SUCI ISLAMEINI
Kuingin Menikahimu, Kirana!
Berdiri angkuh karena terlampau benar Katanya, kerikil yang berdiri di antara gurun pasir akan dicap sebagai kafir
(Buat Yael Stefany Sinaga)
G
adis itu duduk berseloyor di sebongkah batu karang di tepi pantai Galesong. Matanya nanar memandang lurus ke depan. Menatap matahari senja yang tak lama lagi kembali ke peraduannya. Segumpal amarah bergemuruh di dadanya. Siap-siap disemburkan guna meluluh-lantahkan apa saja di depannya. Mungkin saja perahu nelayan yang sedang mencari ikan, akan ditenggelamkannya. Mengingatkan perintah Ibu Susi Pudjiastuti menenggelamkan kapal yang melanggar perbatasan Indonesia. Raut wajahnya tampak mengerikan, karena terbalut kemarahan membuncah. Dipadu rambut sebahu yang acak-acakan bagaikan pemeran Mak Lampir di film; “Api di Bukit Menoreh”. Bila ditelisik lebih jauh, roman mukanya tergolong gadis ayu nan manis. Bentuk mukanya tidak menampakkan seperti gadis Batak lainnya. Dia tidak mempunyai bentuk rahang yang kuat, termasuk tidak memiliki tulang pipi dan dahi yang agak menonjol. Sepintas mirip gadis Jawa, sama persis namanya; Kirana. Yah, gadis itu bernama lengkap Kirana Cantika Putri Dewi. Kirana mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi ternama di pulau paling barat negeri ini. Gadis penuh obsesi, meski dengan kepribadian lugu, jujur, dan bijaksana. Menikmati perjalanan hidup apa adanya. Tetapi, dia hancur berkeping-keping karena ketidakmampuan menaklukkan tradisi lingkungannya. Etika yang diterimanya melalui perjalanan nasibnya, sangat bertentangan dengan tradisi kampus dan lingkungan masyarakatnya. Keluguannya menuliskan kisah hidupnya di koran kampus tempatnya menimba ilmu, membuat lingkup kampusnya jadi geger. Rektornya marah dan memecat seluruh kru penerbitan kampus itu. Kirana memutuskan meninggalkan kampus yang telah mendidiknya. Menjauh dari masyarakat yang mengusirnya. Meninggalkan Laras yang telah bertunangan dengan Aryo. Laras yang teleh menumbuhkan benih-benih cinta di hatinya. Laras yang ingin dinikahinya.
Melawan arus putaran matahari hingga terdampar di pantai Galesong. Negeri para pemberani. Negeri leluhur Panglima Perang Prancis yang fenomenal, Napoleon Bonaparte. Panglima perang yang gagal dieksekusi mati oleh prajuritnya. Panglima perang terpendek di dunia, yang tidak takut berhadapan 1.000 prajurit dengan bayonet terhunus. Namun, dia hanya takut dengan ujung pena seorang jurnalis. Kuberanikan diri mendekatinya. Kulemparkan senyum manisku begitu dia melihatku. Tanpa basa-basi, langsung kuucapkan permohonanku. “Boleh aku menikahimu, Kirana?” Seketika Kirana mengumpulkan air liurnya di dalam mulut. Lalu, menyemprotkan ke wajahku. Ludah yang penuh darah dan nanah itu, menutup wajahku. Aku bukannya melap wajahku. Tapi, gumpalan ludah justru kujadikan pembasuh wajah, bagaikan orang baru bangun lalu membasuh muka. “Menjauh dariku, banci!” Hardiknya. Tapi, aku tetap bergeming dan terus bersimpuh penuh harap. Terngiang kata terakhir; BANCI. Yah, aku sadari diriku memang banci. Banci benar-benar banci. Bukan banci Bissu, yang kebal dari senjata tajam. Bissu yang menjadi pasukan terdepan Kerajaan Bugis/Makassar dalam menghadapi perang. Bissu yang menari gemulai, tapi kalewang-nya telah menebas setiap musuh yang ada di hadapannya. Aku juga bukan bencong, yang pintar merias pengantin. “Kirana, sumpah aku betul-betul ingin menikahimu.” “Menikah denganku?” Tanyanya lalu terbahak-bahak. “Eh, kamu mau menikah dengan sampah masyarakat. Sumber penyakit bagi masyarakat, yang tak layak hidup. Bahkan di neraka saja orang-orang akan enggan mendekatiku. Aku wanita laknat.” “Justru karena alasan itu aku mau menikahimu. Aku mau menikahi dengan segala kesempurnaanmu itu. Menikahi keras kepala serta ambisiusmu. Menikahi keberanianmu yang tanpa tedeng alingaling melabrak ketidakadilan, dan tidak peduli siapa dan apa latar belakangnya.” “Kita tidak bisa menikah. Saya telanjur
tertarik sesama jenisku, perempuan. Sedangkan kamu lelaki. Bagaimana mungkin kita bisa membangun rumah tangga, kalau kita tidak saling mencintai.” “Fisikku memang lelaki. Tetapi sebenarnya aku adalah perempuan. Aku rela melumat kemaluan lelaki demi sesuap nasi. Aku rela menyerahkan pantat digerayangi lelaki berduit,” jawabku. “Tapi, siapa yang akan menikahkan kita. Tradisi di negeri ini tidak membolehkan kita kawin. Kita melabrak stigma dan dogma.” “Kita bisa mencari tempat yang memberi ruang untuk kita nikah,” timpalku. “Tapi, agama kita beda,” kembali Kirana memberi alasan. Seketika aku terpana. Tapi, dalam hatiku membatin; apakah sebenarnya kepercayaan dan agamaku. Apakah aku termasuk pemeluk dari kelima agama resmi di negeri ini? “Mungkin aku tidak punya agama. Kalaupun punya, yah aku beriman pada UANG. Agamaku: RUPIAH. Ibadahku; FULUS-FULUS. Keyakinanku ini, mungkin memang tidak ada di KTP. Tapi aku yakin, aku banyak seiman namun tidak seagama dengan sebagian masyarakat. Kalau boleh jujur, tidak ada warga di negeri ini yang tertulis di KTP-nya, agama: RUPIAH. Tapi, aku haqqul yaqin, nyaris setengah dari populasi penduduk di negeri ini, seiman dengan saya; UANG, dan beribadah hanya untuk mengejar: FULUS-FULUS,” beberku pada Kirana. Kirana tiba-tiba menangis tersedusedu. Dia tidak bisa lagi berkata-kata. Semuanya telah tergambar, tradisi, agama, dogma, stigma, maupun obsesiobsesi semu lainnya. “Sekarang, aku pahami siapa dirimu. Selain alasan yang telah kamu jelaskan tadi, bolehkah aku tahu apa alasan utamamu hingga mau menikahiku?” Tanyanya padaku. Kini, giliran aku yang tidak bisa berbuat apa-apa. Aku terpana membisu. Tidak bisa menjawab pertanyaan Kirana. Tapi, dalam lubuk hatiku paling dalam berkata: “Aku ingin melepas statusku: BANCI. Itu saja.”n Oleh: Mukhlis Amans Hady Penulis adalah tim supervisor PK Identitas Unhas
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Departemen Ilmu Kelautan Angkatan 2017
Di Ujung Pena Oleh : Muhammad Nur S.
Jauh di ujung pena Tergores sebuah takdir untukku Menuliskan sebuah konspirasi di muka semesta Tanpa tersisihkan satupun majas untukku Pena dan semesta masih bersandiwara Terus menggores melewati garis waktu
Jauh di ujung lembayung Senja masih saja terbayang Walau gelap malam telah datang Walau gores jingga telah pergi hilang Walau telah datang kerlip kerlip bintang Masih saja goresan megah itu terus terkenang Jauh di ujung nadir Aku ikut bersama takdir Mengalir dalam jam pasir Sembari mengingat sebuah hadir Jauh di ujung kenangan Ku berdiri di balik nisan Tanpa karangan tapi tangisan Ibu, sekarang aku datang dengan kesuksesan
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Departemen Ilmu Kelautan Angkatan 2017
RAMPAI
8
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
WELCOME09, Wadah Belajar Bahasa Asing Anak Teknik
B
elajar bahasa asing tak lagi sulit bagi mahasiswa Fakultas Teknik, cukup bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Worldwide Language Community of Engineering Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (UKM WELCOME09 SMFT-UH Mahasiswa Fakultas Teknik Unhas pasti sudah akrab dengan kata WELCOME09, kan? Bagi mahasiswa pada umumnya, welcome berasal dari Bahasa Inggris yang artinya selamat datang, tetapi memiliki arti ganda bagi Anak Teknik (sebutan khusus bagi mahasiswa Fakultas Teknik)Unhas, yakni sebuah wadah belajar bahasa asing. WELCOME09 merupakan sebuah UKM yang dinaungi langsung oleh Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Unhas. Organisasi ini terbentuk sejak 9 September 1998. Semuanya bermula dari perkumpulan mahasiswa teknik yang tertarik
untuk belajar Bahasa Inggris. “Awalnya hanya untuk Bahasa Inggris saja, tetapi seiring berjalannya waktu, mulai mempelajari bahasa asing lainnya. Lalu dibentuklah organisasi ini,” ujar Abdullah Gafururahim, yang kini menahkodai organisasi itu. Ada beberapa bahasa yang dipelajari dalam UKM ini, diantaranya bahasa Inggris, Arab, Jepang, dan Korea. Masing-masing dipelajari setiap pekan dengan jadwal yang telah ditentukan. “Misalnya pekan ini Bahasa Inggris, pekan depannya Bahasa Arab, selanjutnya Bahasa Jepang, dan terakhir Bahasa Korea. Kurang lebih seperti itu,” jelas Gafur lebih rinci. Syarat untuk bisa bergabung dengan UKM ini tidak begitu rumit. Cukup mengisi formulir yang telah disediakan panitia, selanjutnya mengikuti wawancara, dan membuat esai dengan tema yang telah ditetapkan. “Untuk esainya, kami memiliki tema tersendiri : What do you
think if you are speaking in English and there are people interrupt and judging you?” katanya. Gafur juga menambahkan bahwa Anak Teknik yang ingin bergabung dengan WELCOME09 tidak harus cakap dalam berbahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya. “Organisasi ini ada untuk orangorang yang mau belajar bahasa asing. Tetapi kami juga tetap menyediakan ruang bagi mahasiswa yang sudah cakap berbahasa asing,” ujarnya. Tak hanya menyediakan ruang belajar bahasa asing saja, UKM yang telah berusia 21 tahun ini juga rutin mengadakan debat Bahasa Inggris (British Parlementer) setiap tahun antar universitas se-Sulawesi Selatan sejak tahun 2016. Kegiatan itu mereka sebut WELCOME09 Interactive Seminar and Competition (WISAC). Sebagai ketua, Gafur berencana
untuk mengembangkan kegiatan ini dengan menambahkan lomba speech maupun story telling. Selain itu, WELCOME 09 juga belajar tentang keorganisasian, melalui program kerja yang dinamai Upgrading. “Kalau program itu berjalan baik, kami berharap bisa mendorong semua mahasiswa untuk belajar bahasa asing. Apalagi di zaman ini, suka atau tidak, kita harus menguasainya karena sangat dibutuhkan. Selain itu, dapat melatih kita dalam melihat suatu pokok permasalahan agar kedepannya mampu dituntaskan dengan baik,” timpalnya. WELCOME 09 pada periode tahun ini telah menampung 122 orang Mahasiswa Fakultas Teknik untuk belajar bahasa asing. Seperti yang lain, organisasi ini juga memiliki tantangan tersendiri. Menurut Gafur, kendala yang seringkali ia dapatkan adalah proses
mengajar yang terhambat, karena anggota baru belum memahami dasar dengan baik dalam setiap bahasa. “Terutama Bahasa Arab. Untuk belajar Bahasa Arab, setidaknya kita sudah harus tahu kata kerja untuk perempuan dan laki-laki. Nah, kalau Bahasa Inggris itu biasanya lebih kepada kosa kata-nya,” tambahnya. Untuk keberlangsungannya, Gafur berharap UKM itu akan tetap aktif dalam mewadahi orang-orang yang ingin belajar bahasa asing. Ia juga meminta kerjasama yang baik dengan pihak birokrasi. “Semoga pihak birokrat selalu mendukung kami, baik dari segi moril maupun finansial. Kami sebagai salah satu UKM, tentu sangat membutuhkan dukungan dari pihak birokrasi,” harapnya.n Hafis Dwi Fernando
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
CIVITAS
9
SANTIKA/IDENTITAS
Gelar sarjana: Mahasiswa tengah berjabat tangan dengan Rektor Unhas pada wisuda periode tiga tahun 2018/109 di Baruga AP Pettarani, Senin (26/3).
Gelar Pujian Kian Susah Digapai Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA mengeluarkan aturan baru mengenai syarat cumlaude. Kini, nilai yang mesti dimiliki mahasiswa minimal B.
M
ahasiswa Fakultas Hukum Unhas, M. Aris Munandar merasa kecewa dengan predikat kelulusan yang diraihnya. Pasalnya, mahasiswa angkatan 2015 yang berhasil memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,92 itu, hanya mendapatkan predikat kelulusan sangat memuaskan. Hal ini berbeda dengan yang ia bayangkan. Lelaki kelahiran Bulukumba tersebut menyangka, dengan IPK setinggi itu, predikat cumlaude dapat ia sandang. Jika dilihat dari aturan lama, dituliskan bahwa untuk mendapat predikat cumlaude mahasiswa harus memenuhi beberapa syarat. Di antaranya memiliki IPK minimal 3.50 dan lama studi sembilan semester. Sedangkan untuk aturan baru yang tertuang dalam Surat Keputusan Rektor Nomor 2781/UN4.1/
KEP/2018 dijelaskan, salah satu syaratnya adalah memiliki nilai minimal B dan tidak pernah mengulang mata kuliah. Nandar, sapaannya, berharap peraturan yang dikeluarkan pada tahun 2018 itu, hanya berlaku untuk angkatan 2018 saja. Walau demikian, ia tetap menerima aturan ini dengan lapang dada. “Lebih bagus kalau seharusnya ini aturan diterapkan untuk mahasiswa angkatan 2018. Cuman di situ tidak bisa juga disalahkan, karena di aturan baru dituliskan bahwa peraturan rektor ini mencabut semua ketentuan yang ada sebelumya,” tuturnya. Ia juga mengajak sivitas akademika Unhas untuk berhatihati dengan aturan baru ini. Sebab, bisa saja dosen tidak akan memberikan nilai jujur kepada mahasiswa jika ada ‘permainan’ di dalamnya. Tak hanya itu, Nandar juga sangat menyayangkan
mengenai sosialisasi aturan ini. Hingga peraturan tersebut diterbitkan, ia tidak pernah mendapat sosialisasinya. “Ini yang saya sesalkan, tidak ada sosialisasinya. Kenapa ada peraturan rektor tidak disosialisasikan kepada mahasiswa,” tanyanya, Senin (1/4). Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas, Prof Muh Restu mengatakan, melihat fenomena sekarang di mana kebanyakan mahasiswa Unhas dapat menyelesaikan studi kurang dari empat tahun, membuatnya optimis dengan aturan tersebut. “Jadi kita melihat tingkat kecepatan lulus mahasiswa semakin tinggi. Sekarang mahasiswa selesai rata-rata tiga tahun setengah. Jika kita gunakan aturan lama, itu terlalu jauh. Untuk IPK sendiri, mahasiswa Unhas punya IPK di atas 3.5,” jelasnya. Untuk kasus yang dialami
Nandar, Prof Restu berpendapat, kejadian itu memang tidak memenuhi syarat walaupun IPK nya mencapai 3,92. Sehingga Nandar hanya bisa mendapat gelar sangat memuaskan. “Kalau dilihat dari aturan rektor, kasus itu memang tidak memenuhi syarat. Sehingga hanya bisa mendapat predikat sangat memuaskan,” paparnya. Terkait aturan yang berlaku pada mahasiswa angkatan 2015, Restu menyampaikan bahwa itu sudah diatur dalam peraturan yang telah disahkan tahun 2018 lalu. Dia mengatakan, di dalam aturan baru dinyatakan bahwa SK rektor yang tidak sejalan dengan peraturan baru ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Selanjutnya, mahasiswi Ilmu Politik, Sri Widyawanti berpendapat bahwa aturan baru yang telah disahkan itu merupakan hal yang wajar. Baginya, dengan dinaikkannya standar mendapatkan
gelar cumlaude, mahasiswa akan berjuang untuk mendapatkan nilai bagus. “Masalanya kalau tidak diatur ki, bisa saja mahasiswa yang tidak berkompeten malah mendapatkan predikat cumlaude,” ujar mahasiswa angkatan 2018 ini. Berbeda dengan Sri, mahasiswi Fisika, Nurhidayah, berpandangan bahwa aturan itu memberatkan mahasiswa. Baginya, aturan lama yang tidak mensyaratkan nilai mahasiswa minimal B sudah cukup. “Cukup mi yang menjadi indeks itu IPK dan lama kuliah saja, serta tidak pernah mengulang. Dengan adanya aturan ini, seolah-olah mereka menyuruh kami menjadi mahasiswa yang akademisi. Padahal realitasnya nilai A, A-, hingga B tidak menjamin mutlak itu hasil individu,” tutup mahasiswi angkatan 2016 ini. n Wjn,M11, M01, M24/Tan
10
POTRET
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
Tempat Ngabuburit Asyik di Unhas
S
Foto dan naskah: Santi Kartini
etiap orang mempunyai cara berbeda saat ngabuburit. Hal yang biasa dilakukan seperti membaca buku, menonton film, berkumpul bersama teman, jalanjalan sore maupun mencari tempat yang Instagramable. Unhas bisa menjadi salah satu referensi tempat ngabuburit yang mengasyikkan. Rekomendasi tempat sembari menunggu waktu berbuka puasa bisa ke taman teras Unhas, danau, kandang
n Pemandangan
rusa, hingga ke taman Pascasarjana. Pepohonan rimbun di sekitar tempat tersebut memberi keteduhan bagi pengunjung. Dengan menikmati sejumlah pemandangan dan udara segar di Unhas, Anda akan melupakan rasa lapar yang menghampiri selama seharian. Tak lupa, foto yang Anda ambil di tempat ngabuburit itu dapat menjadi koleksi foto kece di feed instagram Anda. Selamat ngabuburit. n n Memberi makan rusa
n Berdikusi
n Bermain
identitas NO.identitas 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
LAPORAN UTAMA
11
Pendidikan dalam Genggaman Teknologi Universitas Hasanuddin sebagai penggerak pendidikan berusaha untuk mengimbangi era revolusi industri menuju society 5.0 dengan melakukan pendigitalisasian pada kegiatan belajar mengajar.
T
ak bisa lagi dipungkiri era revolusi industri 4.0 atau lebih tepatnya menuju ke 5.0 saat ini menuntut setiap perubahan di segala aspek kehidupan manusia. Setiap pekerjaan manusia dilakukan pendigitalisasian, dan hal ini berlaku juga bagi aspek pendidikan. Unhas sebagai penggerak pendidikan juga turut andil dalam melakukan perubahan tersebut. Saat ini Unhas menerapkan sistem berbasis digital terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar. Penggunaan aplikasi dan media sosial dalam proses belajar mengajar menjadi suatu polemik baru dalam pelaksaannya. Learning Management Sistem (LMS) sepertinya bukan lagi hal yang asing bagi civitas akademika Unhas. Setelah hadirnya LMS mahasiswa dan dosen dapat melakukan komunikasi dengan mudah, namun sepertinya LMS saja tidak cukup. Ada beberapa contoh lain dimana penggunaan media online dapat menjadi perantara dalam pelaksaanaan proses belajar mengajar. Contohnya saja adalah penggunaan aplikasi online dan media sosial. Di dalam pengajaran kelas beberapa dosen menggunakan aplikasi seperti “google classroom” dan telah diterapkan sejak semester
lalu oleh salah satu dosen muda Sastra Prancis, Irma Nurul Husnal Chotimah yang sempat beberapa kali mencari aplikasi apa yang cocok untuk diterapkan kepada mahasiswa milenial. “Dulu adik saya pernah memberitahu tentang aplikasi kuis, tapi ternyata ribet dan ternyata anak-anak juga gagap teknologi (gaptek). Setelah mencari di mbah google, nemulah google glassroom. Jadi, sejak semester lalu, saya menggunakan itu untuk mata kuliah Bahasa Prancis. Comprehension, expression, dan grammaire,” katanya. Selain itu, penggunaan media sosial juga diterapkan di program studi eksakta. Menurut Achmad Syahid, mahasiswa program studi Agribisnis angkatan 2017, ia pernah menggunakan instagram untuk mata kuliah Pancasila. Sistem pembelajaran tersebut dengan mencari isu tentang ideologi pancasila dan diabadikan dalam suatu postingan dan dikaji menurut pemahaman mahasiswa tentang isu tersebut. Senada dengan Syahid, Alief Anshary mahasiswa Hubungan Internasional mengungkapkan, ia juga pernah menggunakan sistem pembelajaran teknologi di mata kuliah Wawasan Ipteks. Menurutnya, pengaplikasian sistem belajar seperti
ini sangat menarik karena dapat memperdalam hubungan relevansi teknologi dengan kehidupan seharisehari. “Sistem pembelajaran online sangat menarik karena dapat memperdalam hubungan relevansi teknologi dengan kehidupan seharihari kita,” ucap mahasiswa angkatan 2017 ini. Lain lagi di Sastra Arab, Saib Akbar mengatakan pengaplikasian sistem pembelajaran teknologi sangat sering digunakan, misalnya saja pada Mata kuliah Media dan Desain Grafis, semester enam dihadapkan pada aplikasi “Joomla” yang mengharuskan mahasiswa dalam membuat website, dengan harapan setelah pembelajaran ini selesai mahasiswa mampu menjadi wadah bagi orang-orang yang butuh di buatkan website. Tak hanya itu, pada mata kuliah mata kuliah leksikografi mereka diharuskan berhadapan dengan kamus digital Maktabah Syamilah, yang keluarannya nanti dibekukan dalam bentuk CD, “kalau di mata kuliah leksikografi semester dua, di pertemuan ke dua sampai delapan yang mengharuskan kami berhadapan dengan kamus digital Maktabah Syamilah, dan di pertemuan kesembilan sampai 16 mengharuskan kami membuat sebuah kamus projek sendiri yang
berisikan kosa kata bahasa Arab yang keluarannya nanti dalam Bentuk CD,” ucap Akbar, Rabu (1/5). Lebih lanjut, mahasiswa angkatan 2016 ini menambahkan, pembelajaran sistem seperti ini sangat perlu, karena teknologi hadir untuk memudahkan dalam belajar, dan juga bagi mahasiswa yang aktif dalam organisasi sangat terbantu dengan adanya pembelajaran berbasis teknologi, karena bisa mengetahui jadwal tugas, batas pengumpulan, dan materi yang bisa diakses, sehingga mampu mengatur jadwal dengan sempurna, "Karena teknologi hadir untuk memudahkan akademik, dan melancarkan kinerja kita dalam berorganisasi," tambahnya. Sejumlah fakta diatas menunjukkan adanya kreativitas dosen dalam melakukan sistem pembelajaran berbasis digital. Namun, saat ini tidak ada Standar Operasional Prosedur (SOP) khusus yang mengatur sistem pembelajaran tersebut. “Belum ada aturan mengenai sistem pembelajaran dengan media sosial, yang kita atur itu melalui LMS. Saya pribadi belum tau tentang hal itu,” Jelas Prof Dr Ir Muh Restu, Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas. Lebih lanjut, Prof Restu sapaannya menambahkan, Unhas sudah membuka sistem pendidikan
jarak jauh dan sekarang tengah mengembangkan sistem Bandit Learning, “Kita sekarang membuka pembelajaran yang namanya Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) tetapi kita belum PJJ murni kita baru mengembangkan Bandit Learning, yakni pembelajaran yang dilakukan tidak hanya bertatapan langsung di kelas tetapi diatur porsi tatap muka di kelas dan online. Jadi mahasiswa itu tidak mesti datang ke Unhas tapi bisa di Palu misalnya,” tambahnya. Prof Restu, berharap ke depannya Unhas bisa menerapkan sistem dimana pembelajaran tidak dibatasi lagi oleh ruang. “Online tidak bisa dihindari karena tututan perkembanggan teknologi informasi, selain itu juga tuntutan masyarakat dan kita juga berkewajiban memberikan akses kepada masyarakat untuk memberikan pengetahuan, sehingga mau tidak mau kita harus mengembangkan itu. Karena dengan sistem itu kedepannya kita tidak dibatasi lagi bahwa mahasiswa Unhas itu harus di Unhas. Itu menjadi prioritas kita untuk menggembangkan hal tersebut,” pungkasnya. Tim Laput
ARISAL/IDENTITAS
12
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
LAPORAN UTAMA
LMS Dulu, Kini, dan Nanti Salah satu indikator peningkatan perguruan tinggi di Indonesia mulai tahun 2019 adalah jumlah mata kuliah online
T
eknologi sangat berperan penting bagi kehidupan manusia saat ini, hal ini ditandai dengan adanya revolusi industri 4.0 yang mengharuskan manusia mengikuti perkembangan zaman. Zaman yang terus berkembang ini memiliki berbagai inovasi yang menunjang setiap kegiatan manusia. Dalam dunia pendidikan sendiri sudah mengalami berbagai macam perubahan, khususnya dalam proses pembelajaran yang dianggap sudah semakin menarik karena pemanfaatan teknologi. Pemanfataan teknologi dalam proses pembelajaran di Unhas sudah hadir sejak tahun 2008. Teknologi itu dikenal dengan sebutan Learning Management Sistem (LMS) yang dicetus oleh Dosen Sastra Arab, Yusring Sanusi Baso SS MA. LMS merupakan suatu sistem e-learning (pembelajaran elektronik) untuk sivitas akademika Unhas. Setiap dosen bisa membuat kelas materi pembelajaran dalam aplikasi ini. Pada mata kuliah tersebut, tim dosen menuliskan deskripsi mata kuliahnya, mengunggah materi pembelajaran, menyiapkan tugas terstruktur, memberikan tugas-tugas, mengatur diskusi, dan lainnya. Mahasiswa pun
dapat mengikuti kuliah tersebut. Sebelumnya pada tahun 2007, Program Studi (Prodi) Sastra Arab mendapatkan mendapat dana hibah selama dua tahun dari Dikti Sistem Pengembangan, Perencanaan, dan Penganggaran Program Studiwww (SP4). Di situlah prodi itu membuat sistem informasi akademik. Tahun 2008 Unhas mendapat dana hibah inheren, dan salah satu yang diusulkan pada saat itu adalah pembelajaran berbasis online karena jurusan Sastra Arab sudah ada, tinggal dinaikkan ke tingkat Unhas. Selanjutnya, di tahun 2009 pembelajaran berbasis online mulai digunakan di tingkat universitas dengan keadaan yang sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, pada penerapannya, Sastra Arab menggunakan aplikasi Moodle. Akan tetapi, aplikasi learning memiliki banyak model seperti ada Moodle, Claroline, Chamilo, ITutor, dan segala macam. Pada saat itu aplikasi Moodle banyak kerumitan atau kesulitan yang dihadapi, karena sangat sulit memasukkan aksara lontara ke dalam aplikasi tersebut, sedangkan Fakultas Ilmu Budaya memiliki Prodi Bahasa Daerah. Sehingga setelah
membandingkan semua aplikasi itu dan selalu melakukan percobaan, dan diputuskanlah menggunakan Claroline mengingat sisi kemudahan yang diberikan seperti mudah digunakan, dimodifikasi, dan juga cocok dengan aksara lontara. Setelah diluncurkan tahun 2008, LMS memiliki banyak kendala salah satunya yakni masih menggunakan jaringan lokal. Hal ini diungkapkan langsung oleh Yusring. “Awalnya kendala yang saya rasakan yakni masih menggunakan jaringan lokal. Jadi bisa dibayangkan saya masih menggunakan jaringan lokal selama dua tahun pada saat awal pengembangan,� terang Yusring, Selasa (7/5). Tahun 2010, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang penyelenggaraan pendidikan jarak jauh. Permendikbud mengadakan inheren dengan program penyelenggaraan e-learning. Maka dikukuhkanlah semua universitas yang ada e-learningnya. Saat itu ada 86 perguruan tinggi yang memiliki e-learning, setelah beberapa kali penyaringan keluarlah hasil dan Unhas masuk dalam 10 universitas tinggi yang layak dinyatakan sebagai model pendidikan e-learning. Dalam peraturan Kemeristekdikti
Nomor 44 Tahun 2012 tentang sistem pembelajaran nasional. Penugasan yang terstruktur, pembelajaran yang mandiri harus terdata atau tercatat. Sesuai pada pasal 17 tentang Satuan Kredit Semester (SKS), bentuk pembelajaran dan metodenya. Namun masih banyak dosen yang kurang memahami hal tersebut. “Begitu pun mahasiswa, proses belajar mengajar akan lebih terdata. Itu semua bagus untuk pendataan Unhas, bagus untuk penelitian kelas, dan datanya akreditasi. Kan semua datanya bisa langsung dilihat di LMS dan tidak ada lagi bohongbohongan. Cuma memang tidak ada payung hukum yang tegas mengenai penggunaan LMS,� tambahnya. Hingga saat ini, program mata kuliah yang telah terdaftar di LMS yakni sebanyak 4000 mata kuliah, dan penggunaannya pun cukup intens yakni setiap harinya yang mengakses LMS sekitar 630 orang. LMS juga dapat dilihat berapa orang yang mengaksesnya perjam, perhari, perbulan maupun pertahunya. Namun, jumlah rata-rata pengguna LMS hanya 10% dari penggunaan seharusnya. LMS sudah dilengkapi dengan video panduan untuk mahasiswa dan dosen yang dapat diakses di
ARISAL/IDENTITAS
youtube, bahkan dari tahun ke tahun LMS selalu dikembangkan, dan tentu saja menu-menunya selalu ditambahkan. Akan tetapi, tidak semua menunya terpakai, hanya kolom untuk memberi tugas dan kumpul tugaslah yang sering digunakan. Kolom diskusi dan segalanya masih sangat kurang digunakan. Yusring berharap, ke depannya penggunaan LMS mesti dilakukan lebih intens lagi, karena salah satu indikator peningkatan perguruan tinggi di Indonesia mulai tahun 2019 adalah jumlah mata kuliah online. Dari Karakterisasi tersebutlah Unhas mesti meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen dalam hal penerapan penggunaan LMS. Tim Laput
Tim Laput Koordinator: n Suci Islameini n Muh. Arwinsyah Anggota: n Badariah n Nadhira n Santika
LAPORAN UTAMA
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
13 9
ARISAL/IDENTITAS
Menguak Sistem Pembelajaran Online “Kita harus up to date juga. Harus selalu memperbarui. Entah itu dari sistem mengajar materi atau lainnya. Harus selalu ada yang baru,” jelas Irma Nurul Husnal Chotimah MPd.
E
ra sekarang kemajuan teknologi sangatlah memengaruhi cara hidup manusia, termasuk juga cara belajar di kelas. Generasi milenial dituntut mengikuti perkembangan teknologi. Terkhusus mahasiswa, saat ini kian banyak cara pembelajaran berbasis online. Proses pembelajaran berbasis teknologi di Unhas sudah tidak asing lagi. Mulai dari pengajaran melalui layar proyektor, pengumpulan ataupun pemberian tugas lewat media sosial, hingga penerapan kuliah online pun sudah digaungkan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh identitas, kini mahasiswa Unhas telah disuguhkan dengan berbagai macam aplikasi belajar online yang menarik sebagai penunjang pembelajaran. Di antaranya Learning Management Sistem (LMS), Google Classroom, Joomla bahkan sosial media seperti E-Mail, Facebook, Instagram, dan Whatsapp dapat digunakan dalam proses pembelajaran online. Hadirnya pendidikan berbasis teknologi seperti ini tentu mengundang pro dan kontra
dalam penerapannya. Seperti yang diungkapkan oleh Sitti Khadijah Sri Oktaviana, mahasiswa program studi perikanan, menurutnya penerapan sistem pembelajaran berbasis teknologi sudah ia rasakan sejak semester pertama. Ia juga mengatakan penggunaan sistem ini sangat efektif dalam mengumpulkan tugas. Kendati masih banyak juga kendala yang dihadapi mahasiswa terkait penggunaan sistem ini contohnya buruknya jaringan. “Penggunaan sistem ini sangat efisien dan efektif karena tidak ribet, cepat kumpul tugas, dan dimana saja bisa diakses. Hanya saja kalau jaringannya jelek yah pasti terhambat. Misanya saja di kelas akuakultur itu cepat sekali waktu ujiannya, hanya 30 menit waktunya. Sehingga ada beberapa teman saya tidak ikut ujian,” ujar mahasiswa angkatan 2018 ini. Senada dengan Sitti, Mahasiswa Statistika, Rifka Yulia Sari yang juga pernah menggunakan pembelajaran berbasis teknologi . “Ya, pernah. Baru-baru ini saya dapat tugas bahasa Inggris yang dikumpul melalui aplikasi Whatsapp . Ada juga
tugas lab komputer. Semua tugas pendahuluannya mesti dikirm ke facebook, dan juga beberapa tugas dikumpul lewat LMS, “ jelasnya. Lebih lanjut, Rifka menambahkan pembelajaran berbasis teknologi ini sangat meringankan beban mahasiswa dalam proses belajar di perkuliahan. “Kalau membebankan saya rasa tidak, malahan ini sangat menguntungkan sekali, sehingga dalam mengumpul tugas di media sosial akan lebih menghemat banyak waktu,“ tambahnya. Lain halnya yang dirasakan Nurul Khaeriah, Mahasiswa jurusan Akuntansi ini berpendapat bahwa masih banyak mahasiswa yang mengeluh terkait penerapan sistem pembelajaran berbasis teknologi, “Banyak yang mengeluh karena deadline yang cepat. Semua dikontrol LMS karena sering tibatiba ada tugas dikirim. Dan yang memberatkan itu ketika kita tidak ada kuota, sehingga tidak bisa diakses,” keluhnya. Tak hanya mahasiswa, pro-kontra dalam penerapan sistem berbasis teknologi ini juga terjadi pada kalangan dosen. Seperti halnya yang
dialami Dr Ir Gunarto Latama M Sc, dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) ini menuturkan ia lebih suka memberikan tugas kepada mahasiswa dengan kertas, dibandingkan memberi tugas melalui media sosial. “Kalau saya belum menggunakan sistem teknologi seperti itu. Saya lebih suka beri tugas kepada peserta belajar dengan kertas. Saya juga harus melihat langsung bendanya. Kan juga sudah tua jadi yang begitu-begitu belum tau caranya,” ungkapnya. Gunarto menambahkan sistem tersebut ia tidak gunakan karena tidak suka memeriksa tugas melalui e-mail ataupun LMS karena mesti dicek lagi. Selanjutnya, meskipun begitu Gunarto berharap agar penerapan sistem seperti ini dimanfaatkan dengan baik oleh mahasiswa, sehingga mampu menunjang pekerjaannya kelak jika sudah sarjana. Beda halnya dengan Gunarto, dosen Sastra Prancis Unhas, Irma Nurul Husnal Chotimah MPd, menurutnya penerapan sistem pembelajaran teknologi ini membuat
dosen lebih tertantang lagi untuk membuat metode belajar yang lebih interaktif. “Kita harus up to date juga. Entah itu dari sistem mengajar materi atau lainnya. Harus selalu ada yang baru,” jelasnya. Tak hanya itu, alasan lain yang membuat dosen muda ini lebih giat menerapkan sistem pembelajaran berbasis teknologi, karena mayoritas mahasiswa sekarang sudah menggunakan smartphone android. “Sebenarnya dosen sudah enggak perlu mengingatkan apaapa lagi kepada mahasiswa, karena selalu ada notifikasi ketika ada materi masuk. Apalagi mahasiswa sekarang mayoritas pengguna android. Otomatis ada aplikasi e-mail ataupun g-mail, untuk google classroom, sebelum beralih dari grup WA. Jadi sudah tidak mungkin menyangkal tidak tau ada tugas atau apa,”ungkapnya. Lebih lanjut, Irma berharap agar sistem pembelajaran seperti ini lebih meningkat dan tidak monoton. Apalagi Unhas berada di kawasan Indonesia Timur, jadi menurutnya tidak boleh tertinggal dari daerah lainnya. Ia menambahkan agar penggunaan sistem LMS di kampus juga bisa lebih dimanfaatkan, agar materi tidak terbuang sia-sia. Tim Laput
14
F
LAPORAN UTAMA
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
Solusi Pendidikan di Era Milenial
akta saat ini, manusia sangat bergantung pada teknologi. Teknologi makin menjadi kebutuhan dasar setiap orang. Di masa kini teknologi telah berkembang pesat, apalagi dengan melubernya digitalisasi atau akses ke dunia virtual yang disebut internet of things. Tak hanya itu, peran teknologi dan digitalisasi juga mempengaruhi dunia pendidikan, sehingga membuat 1. Dalam era 4.0 saat ini, apa yang mesti direspon memajukan dunia pen didikan? Dunia kini memasuki suatu era yang berbeda sebelumnya, hal ini secara artifisial disebut era revolusi industri 4.0. Tapi bagi saya istilah itu disebut sebagai era digitalisasi. Di era ini muncul jaringan internet khususnya teknologi informasi bersifat jaringan, dan juga melahirkan istilah seperti digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan sebagainya. Menghadapi tantangan tersebut, maka dunia pendidikan pun dituntut untuk melakukan inovasi, termasuk dalam mengelola proses pembelajaran, pengembangan kompetensi dosen berkualitas, dan menghasilkan output pendidikan sebagai generasi masa depan yang lebih siap menghadapi kondisi disruptif tersebut. 2. Seberapa penting peran teknologi dalam pendidikan yang dihadapi di Indonesia saat ini? Dalam pendidikan, teknologi kini memiliki peranan tersendiri dalam proses belajar mengajar. Kini teknologi terebut semakin canggih dengan digerakkannya instrumen akses digitalisasi, inovasi robotisasi, artifisial intelegence, yang semua sudah dimanfaatkan bagi pendidikan. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Tuntutan global menuntut dunia pendidikan di Indonesia, untuk beradaptasi perkembangan teknologi terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Dengan perkembangan teknologi dan informasi saat ini, sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan mahasiswa dengan dosennya. 3. Apa tantangan terbesar mahasiswa dan dosen di era milenial ini? Tantangan terbesar yang diperlukan adalah perubahan mindset. Yaitu, bersikap lebih responsif, adaptif, dengan teknologi untuk menopang kualitas
pembelajaran sesuai tuntutan revolusi industri yang berkembang saat ini. Di era revolusi digital saat ini, mahasiswa sebagai pencari ilmu nantinya akan lebih fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan pangsa pasar. Bukan mencari ilmu sesuai “kurikulum� yang ditentukan kampus. Karena hakikatnya pengetahuan dan keterampilan bukan diskenario oleh kurikulum semata, namun terlebih pada perilaku inovatif dan kreativitas mahasiswa. Tak hanya itu peran dosen juga harus mengajak mahasiswa untuk keluar melihat kaitan antara apa yang dipelajari melalui buku dan teori dapat dipahami relevansinya dengan kondisi riil atau fenomena aktual. Maka disamping interaksi dosen dan mahasiswa yang penting dibangun di kelas, juga diperkuat praktikum dalam bobot perkuliahan dimana mahasiswa diajak untuk menganalisis realitas juga melihat langsung objek ilmu yang dipelajari di kelas yang berlaku di dunia nyata di tengah masyarakat. Itulah tantangan terbesar saat ini, mahasiswa paham teori juga paham kondisi riil, sehingga jika selesai dari pendidikannya, tidak mengalami kegagapan dan dapat mengaplikasikan ilmu di lapangan dengan baik. Inilah juga tantangan utama dosen sebagai pendidik dalam menciptakan mahasiswa yang siap berkompetisi jika selesai. 4. Kompetensi apa yang mesti dimiliki mahasiswa dan dosen dalam era 4.0? Tantangan yang dihadapi dalam rangka pengembangan pendidikan dan lebih khusus dosen yang berkualitas saat ini, adalah menjaring lulusan terbaik untuk menjadi dosen. Di samping itu, memberi dorongan bagi dosen untuk melek teknologi pembelajaran yang kian canggih. Jangan sampai dari segi kualitas penguasaan teknologi, dosen tertinggal dari mahasiswa. Hal yang paling mendasar, kualifikasi dan kompetensi dosen dalam interaksi pembelajaran (educational competence), yaitu kompetensi berbasis Internet of Thing sebagai basic skill. Dengan ini, dosen dan mahasiswa dapat membangun hubungan yang saling sinerji dalam transformasi ilmu dan pengetahuan.
mahasiswa maupun dosen mesti bersikap responsif dan adaptif dalam menghadapi era milenial. Lantas, apakah tantangan terbesar mahasiswa dan dosen untuk menghadapi era milenial ini? Kompetensi apa yang mesti dimilikinya?. Berikut kutipan wawancara Reporter identitas, Muh. Arwinsyah bersama Pengamat Pendidikan/Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr H Adi Suryadi Culla MA.
5. Bagaimana peran dosen atau tenaga pendidik dalam menyesuaikan sistem pembelajarannya di era 4.0? Pesatnya penggunaan teknologi di dalam dunia pendidikan yang dicapai tentu berdampak pula pada perubahan model pembelajaran. Ada tren ke masa depan dengan makin tumbuhnya pendidikan jarak jauh di mana dosen dan mahasiswa tidak perlu berada di tempat yang sama, dan semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia seperti buku elektronik, mudahnya mengakses aplikasi digital seperti e-library, e-forum, e-journal dan sebagainya. Teknologi telah memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang secara global terstandar, di mana menempatkan mahasiswa di tengahtengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Satu hal perlu dicatat pula, tantangan pembelajaran saat ini juga sudah menuju proses yang disebut paperless model, sehingga perangkat teknologi yang dapat sekaligus terakses online menjadi begitu penting. 6.Bagaimana dampak besar dalam pendidikan Indonesia dalam menghadapi era 4.0 ini? Revolusi industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi. Saat ini kita mengalami dua disrupsi yang luar biasa. Pertama, bidang teknologi karena revolusi industri digital yang sedang dialami, dan kedua, terkait perubahan gaya hidup sebagai dampak kemajuan teknlogi yang mendorong pula adanya perubahan generasi dengan gaya hidup yang berbeda. Namun,
yang menjadi masalah adalah tantangan menghadapi perubahan gaya hidup. Disrupsi ini yang paling rumit dan berakibat serius, terutama untuk menilai apakah industri digital menjadi berkah atau malahan menjadi kutukan. Untuk itu, perlu dibuat formulasi kurikulum, maupun metode belajar mengajar, yang di dalamnya internet ada pendidikan moral maupun etika. Pendidikan jangan sampai hanya berhasil dari segi pengembangan kognitif manusia, namun gagal dari segi afektif, yaitu dalam transfer moral, membentuk karakter bangsa, perilaku manusiawi. Itulah justru
kritik yang dihadapi sehingga muncul perspektif baru, yang disebut dengan istilah Society 5.0 sebagai antithesis dari Revolusi 4.0. Harapan Anda ke depannya tentang sistem pendidikan Indonesia di era 4.0? Perkembangan era digital, betapa pun maju dan canggihnya tidak akan setara dengan peran dan eksistensi manusia itu sendiri. Pemanfaatan, penggunaan, dan kompetensi digital tentu diharapkan menjadi solusi dan strategi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada saat ini. Di sinilah peran dunia pendidikan menjadi sangat penting, untuk membangun dan menghasilkan sumber daya manusia yang mampu. Tidak hanya berkontribusi bagi pembangunan fisik, namun juga moral. Secara esensial, itulah inti optimisme dan sekaligus harapan kita depannya.n
Data diri
ARISAL/IDENTITAS
Nama: Dr H Adi Suryadi Culla MA TTL : Makassar, 17 Februari 1963 Riwayat Pendidikan : S1 (Ilmu Hubungan Internasonal, Fisip Universitas Hasanuddin) S2 (Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia) S3 (Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia) Pekerjaan : - Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fisip Universitas Hasanuddin - Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
WANSUS
identitas
NO. 901, TAHUN XLV EDISI MEI 2019
15
Penelitian Sistem Proteksi Jaringan Listrik Butuh Mahasiswa
D
i zaman modern ini, tenaga listrik menjadi sesuatu yang sangat vital adanya. Tenaga listrik membantu meringankan beban manusia dalam menjalani kesehariannya, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Bisa dibilang hampir seluruh benda yang kita gunakan memerlukan tenaga listrik, mulai dari handphone, laptop, televisi, dan masih banyak lagi. Energi listik yang kita gunakan tentu tidak lepas dari kerja keras orang-orang yang berkecimpung di dunia kelistrikan. Mereka bahkan harus meregang nyawa dalam mengatasi masalah Mengapa bapak tertarik pada bidang kelistrikan, khususnya pada sistem proteksi jaringan listrik? Penelitian waktu S1 saya dulu mengenai perlindungan petir. Orangorang menganggap bahwa petir itu menakutkan, nah di situ saya memiliki keinginan untuk mengurangi ketakutanketakutan itu dengan membuat beberapa sistem keamanan atau penangkal petir yang dipasang di gedung-gedung. Setelah itu, saya lanjut S2 dan ingin mempelajari sistem yang lebih besar, sistem proteksi jaringan listrik ini. Apa sih susah senangnya bekerja di bidang kelistrikan, pak? Sebenarnya kebanyakan sukanya sih. Malah suka sekali kok. Kan bidang saya di stabilitas dan pengamanan, makanya saya menikmati pekerjaannya. Intinya kita mesti suka dulu, kalau kita suka maka kita akan senang bekerja, seperti pemadaman kemarin kita diundang Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk sharing pendapat. Bapak kan peneliti di bidang pengamanan jaringan listrik, apa mahasiswa bapak
banyak yang ikut meneliti di bidang itu juga? Penelitian soal pengamanan jaringan listrik itu seharusnya lebih banyak lagi, tetapi sekarang malah kurang minat mahasiswa meneliti soal itu. Permasalahannya mahasiswa biasa terkendala dengan data. Banyak mahasiswa saya yang kesulitan ambil data di PLN. Seperti anak bimbingan saya yang mau meneliti soal blackout , dia sudah kirim surat beberapa kali, tapi dijawabnya nanti. Mahasiswa kan capek juga dijanji-
DOKUMENTASI PRIBADI
kelistrikan. Dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti mati lampu atau bahkan korslet yang memicu kebakaran, maka dibutuhkan sistem proteksi jaringan listrik. Sistem proteksi jaringan listrik merupakan salah satu komponen yang penting dalam studi kelistrikan. Kendati, kajian tentang sistem proteksi masih sangat minim. Dr Indar Chaerah Gunadin ST MT, Kepala Laboratorium Proteksi Jaringan dan Pengukuran, Departemen Teknik Elektro Unhas, akan memberikan pandangannya terhadap hal tersebut. Berikut kutipan wawancaranya bersama Reporter Identitas, Muh Irfan.
janji. Akhirnya tidak dapat data. Tapi mungkin ini karena belum ketemu polanya. Artinya mahasiswa juga barangkali ingin simpel dapat datanya, namun PLN juga mensyaratkan harus jelas penggunaan datanya. Apakah mungkin harus ada semacam kerjasama dulu antara Unhas dan PLN ya pak, atau bagaiamana? Kemarin itu ada penandatangan MoU, sebenarnya itu peluang kita untuk melakukan link and match dengan PLN. Artinya gini, kita di dunia akademisi itu tempat
Data diri
Nama: Dr Indar Chaerah Gunadin ST MT Riwayat Pendidikan: S1 : Teknik Elektro Universitas Hasanuddin (1997) S2 : Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2006)
S3 : Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2013)
pengembangan teoriteori, dan mereka itu praktisi langsung, jadi harusnya memang antara teori dan praktek ini harus kita kawinkan. Jadi link and match antara universitas dengan PLN harus sejalan begitu. Saya juga sudah galang kerja sama dengan Area Panyaluran dan Pengatur Beban Sistem Sulawesi (AP2B) sudah ada penelitian bersama, yang tentu saja ini harus melibatkan mahasiswa. Bapak ini kan pasti sudah punya pengalaman di dunia industri, bapak tentu tahu tantangan seorang akademisi di industri itu seperti apa? Betul sekali. Ada banyak sekali, tetapi sekarang akademisi di universitas itu harus bisa mengaplikasikan keilmuannya di Industri, atau menjadi problem solver bagi industri. Industri dengan universitas itu mesti gandengan terus. Karena di Industri
ada permasalahan, di dunia pendidikan itu harusnya ada solusi. Jadi, harus ada link and match. Karena begini, banyak sekali industri yang setiap kali bermasalah, dia panggil konsulan dari luar, padahal sebenarnya universitas bisa digaet memberikan solusi yang ada di industrinya. Jadi ini PR untuk universitas, industri, juga pemerintah dalam berembuk dan membuat kebijakan. Harapan bapak kedepannya untuk mahasiswa, khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro? Harapannya: Mereka belajar dengan baik, karena keilmuan sistem pengamanan jaringan listrik di Indonesia ini sudah mulai kurang. Jadi sebenarnya harus ada regenerasi begitu. Mereka mungkin belum tahu bahwa keahlian di bidang sistem pengamanan jaringan listrik itu sangat dibutuhkan di dunia industri.n
CIVITAS
16
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
ARISAL/IDENTITAS
Renovasi selesai: Penggunaan Gedung PKM dikenakan Sembilan aturan, di antaranya tidak melakukan aktivitas malam, Sabtu (18/5).
Terkekang dalam Kemewahan Setelah melalui tahap renovasi, gedung PKM 1 kini mulai ditempati oleh mahasiswa. Kebijakan baru pun ikut berlaku. Namun nyatanya tidak sedikit mahasiswa yang keberatan terhadap kebijakan tersebut.
S
etelah menunggu selama kurang lebih delapan bulan, akhirnya renovasi Gedung PKM 1 rampung juga. Beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sudah terlihat menjalankan aktivitas seharihari di gedung yang terdiri dari dua lantai dan 18 ruangan itu. Selain merenovasi gedung PKM, pihak rektorat juga menetapkan kebijakan baru terkait penggunaan gedung dan pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan di PKM. Sebelumnya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes telah mengadakan rapat terkait kebijakan baru tersebut bersama pimpinan lembaga terkait, Selasa (28/2) lalu. Namun, rapat itu dinilai tidak berjalan demokratis oleh beberapa pimpinan UKM. Meskipun diberikan kesempatan untuk berbicara dan mengkritisi tata tertib yang dibacakan, pun kebijakan tersebut tetap diberlakukan.
“Menurut saya rapat itu asal jalan saja, mereka tidak terlalu mementingkan argumen yang kami sampaikan. Mereka maunya kita mengikuti aturan mereka, jadi kemarin begitu ji cuman penyampaian saja selain itu tidak bisa diganggu gugat,” kata Ketua Umum KSR PMI, Sarman. Jam malam merupakan kebijakan yang paling banyak dikeluhkan mahasiswa. Berdasarkan tata tertib yang diberlakukan, aktivitas di gedung PKM dibatasi sampai pukul 22.00 Wita. Aturan itu dianggap justru membatasi gerak mahasiswa. Hal serupa juga disampaikan Sarman. Menurutnya, UKM butuh waktu lebih lama untuk kegiatan di malam hari, utamanya dalam melaksanakan program kerja yang telah mereka susun. Keluhan yang sama juga disampaikan Ketua UKM Tenis Meja, Anselia. Menurutnya pembatasan jam malam justru menghambat aktivitas mahasiswa.
Utamanya UKM olahraga yang perlu banyak waktu untuk latihan. “Sebagai UKM olahraga kita mau menghasilkan atlet yang betul-betul bisa membawa prestasi untuk Unhas yang lebih banyak lagi. Tapi kita dibatasi dengan waktu,” keluhnya. Selain aturan mengenai pembatasan jam malam, kebijakan lain yang juga dikritisi oleh mahasiswa seperti penamaan sekretariat yang diganti menjadi ‘Kantor’. Kebijakan ini menjadikan sekretariat beralih fungsi sesuai namanya, yaitu tempat pembuatan urusan administrasi bagi setiap UKM. Menurut mereka, penamaan kantor kurang tepat karena fungsi utama sekretariat adalah sebagai tempat pengembangan kreativitas yang artinya memang digunakan untuk kegiatan keemahsiswaan. Menurut Ketua UKM Hockey, Muh. Rusli, jika UKM dibatasi hanya sebatas kantor maka tidak sesuai dengan fungsinya yaitu
sebagai tempat pengembangan kreativitas mahasiswa. “Kalau nantinya hanya disebut sebatas kantor di situ nantinya tidak bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya,” jelas Rusli. Ketua UKM Bola, Hasan Dawilah, mengungkapkan hal yang berbeda. Menurutnya, kebijakan penamaan kantor cukup tepat. Hanya saja jika digunakan untuk bermalam satu hingga dua hari seharusnya tidak masalah jika memang ada keperluan yang sangat mendesak. “Saya sepakat ji soal itu karena memang UKM bukan tempat untuk tidur. Cuman ketika kita bermalam satu sampai dua hari harusnya tidak masalah,” terangnya. Selain beberapa aturan dan kebijakan yang dikeluhkan mahasiswa, sejumlah UKM juga mengeluhkan ruangan sekretariat yang dinilai lebih kecil dari sebelumnya. Di antaranya UKM KSR, UKM Hockey dan Tenis Meja
yang memang memiliki banyak peralatan. Sedangkan untuk UKM yang tidak mempunyai banyak perlengkapan, tidak banyak mengeluhkan soal kondisi ruangan. Menurut mereka ukurannya sudah cukup dan sesuai dengan kebutuhan. Menanggapi hal itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Arsunan menjelaskan, kebijakan tersebut sudah diatur dan bersifat final. Sedangkan untuk kegiatan yang mengharuskan untuk bermalam itu sebenarnya boleh-boleh saja asalkan meminta izin terlebih dahulu kepada yang berwenang. “Saya tidak larang ji bermalam, tapi harus minta izin terlebih dahulu,” pungkasnya saat ditemui di ruangannya.n Uwt/Tan
identitas
NO. 901, TAHUN XLV EDISI MEI 2019
JEJAK LANGKAH
17
Tak Ada Senja untuk Bekerja “Basineng, juru bersih yang merasa akan tetap sehat selama bekerja, dan menjalani hari tuanya yang menyenangkan”
B
agi sebagian orang, mereka bekerja keras di masa muda dengan harapan untuk menikmati kekayaannya di masa tua. Akan tetapi, ada juga yang bekerja keras hingga usia tua. Ialah Daeng Basineng, Cleaning Service (CS) Unhas. Usianya kini telah 71 tahun. Meskipun usianya kian senja, kakek dari tujuh orang cucu ini tetap aktif bekerja sebagai juru bersih. Bisa dibilang ia tidak pernah absen dalam bekerja, kecuali jika ia benar-benar sakit. Anak pertama dari empat bersaudara ini menyapu halaman Unhas mulai jam tujuh pagi hingga jam dua siang, di bulan puasa. Sedangkan di hari-hari biasanya, ia bekerja dari pagi hingga sore hari. Area menyapunya saat ini berada di sekitar Kudapan sampai depan Kantor Pos Indonesia. “Sudah beberapa kali ma dipindahkan. Pernah di parkiran rektorat, depan masjid, sama lantai dasar perpustakaan. Tapi di sini baru dua tahun,” katanya sembari menunjuk area menyapunya. Sudah sebelas tahun ia berjasa atas kebersihan Unhas. Ia mulai bekerja sejak tahun 2008, setelah meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang bangunan. Sejak pertama kali
menjadi cleaning service, ia digaji dengan upah yang tak seberapa dibandingkan upah tukang bangunan saat itu, tetapi ia menyenangi pekerjaannya, sehingga ia memilih untuk tetap bertahan. “Gajiku dulu 400 ribu dalam satu bulan. Tapi ku suka ji, karena (Red kerjanya) santai. Sekarang naik mi lagi 1,6 juta mi,” tuturnya. Selain karena senang dengan pekerjaannya, alasan utama lelaki paruh baya berkaos orens tetap bekerja, karena ia tidak senang dengan hari libur. Baginya, hari libur adalah hari yang membosankan, karena ia tidak bisa mengerjakan sesuatu yang menurutnya produktif. Setidaknya dengan menyapu ia bisa mengeluarkan keringatnya, sehingga tubuhnya menjadi sehat. “Karena kalau tinggal ki di rumah toh, pusing jaki. Lebih baik begini (Red menyapu). Ada-ada dikerja. Kerja begini, keluar keringat, jadi baik ki,” ujarnya sambil tertawa kecil. Hal yang paling menyenangkan baginya selama bekerja adalah merawat taman di waktu senggang. Dan diberi santunan oleh pegawai rektorat. “Kadang dikasih ka pembeli rokok sama prop (Red Profesor). Paling banyak itu biasa kasih ka kalau hari Jum’at,” ucapnya. Lelaki yang suka meminum kopi
bekerja setiap hari Senin-Sabtu. Untuk menuju ke tempat kerjanya, setiap jam enam pagi, ia harus menahan pete-pete di sekitar rumahnya, Parangtambung untuk membawanya menuju ke Tamalanrea (Kampus 1 Unhas). “Pulang ka juga biasa naik pete-pete 02. Tapi sekarang biasa diboncenga’ sama cucuku yang kerja di situ,” katanya sambil menunjuk ke arah Jl Sahabat. Di hari libur, suami dari Almarhumah Daeng Baji ini biasa menghabiskan waktunya berjamjam dengan menonton televisi atau menyaksikan cucucucunya bermain. Siaran yang paling sering ditontonnya adalah Indosiar. Sedangkan sinetron andalannya adalah Azab. “Ku suka itu
(Red. film) Azab karena heba’ ki,” serunya bersemangat. Di tengah-tengah wawancara, ayah dari dua anak ini mengeluarkan telepon genggamnya sembari mengutak-
ngatiknya. Ia membaca informasi yang ada di telepon kecilnya itu. “Cek pulsa.. cek bonus. Nomornya ji anakku ada di dalam. Ka biasa na teleponga,” ucapnya. Meski usianya sudah kepala tujuh, kemampuan membaca, mengingat, dan mendengarnya masih berfungsi cukup bagus. Ia bahkan masih ingat tahun berapa ia lahir dan menikah dengan istrinya, serta membaca tulisan ukuran mini yang ada di gawai kecilnya itu. Lelaki yang mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat Maccini menceritakan hal unik yang jarang dijumpai pada sekolah umum sekarang. Waktu itu, sepatu dan tas menjadi benda paling elit, bahkan kertas dan pulpen pun belum ada. “Dulu pakai sandal jaki pergi sekolah. Itu lagi tidak semua punya sandal. Dulu juga tidak ada buku sama pulpen. Kita pakai papan tripleks dijadikan buku, pulpennya pakai paku,” kenangnya. Selama bekerja sebagai juru bersih, ia merasa tidak pernah mengalami nyeri otot, pegal-pegal atau penyakit lainnya, kecuali demam dan batuk. “Itu pun biasa sekali-sekali ji. Biasa kalau minum ma air (Red rebusan) daun pepaya, sembuh ma,” jelasnya. Selama bekerja, ia berharap akan selalu sehat, sehingga ia bisa tetap bekerja dan menjalani hari-hari tuanya yang menyenangkan. Muflihatul Awalyah
ARISAL/IDENTITAS
Belajar Antigagal dari Ade “Kegagalan bukan titik untuk berhenti, tetapi motivasi untuk berusaha lebih dari yang sebelumnya”
B
egitulah yang disampaikan Ade Ilham Tamara Kurniawan saat diwawancarai via WhatsApp. Ade seorang mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang meraih gelar sebagai Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) Unhas. Menjadi Mawapres tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, ia mesti kerja keras dan jatuh bangun untuk bisa meraih impiannya. Sebelumnya, mahasiswa angkatan 2016 ini telah mempersiapkan diri untuk menjadi Mawapres Unhas sejak semester tiga. Namun, hasil dari
ARISAL/IDENTITAS
usahanya itu belum mampu mengantarkannya meraih gelar Mawapres Unhas, melainkan hanya bisa menjadi Mawapres tingkat jurusan. Kendati kemudian, kesempatan itu setidaknya memberi jalan bagi pria kelahiran 1 Januari 1997 ini untuk berusaha lebih keras dengan memperbanyak belajar dan mencari referensi dari jurnal-jurnal internasional. “Bagi saya menulis karya yang baik tentunya harus dibarengi dengan pemaparan masalah yang dikaji jelas, harus solutif dan memiliki potensi implementasi, khusus Mapres karna berbasis studi pustaka, sehingga karyanya harus diperkaya dengan literatur dan sumber yang kredibel, mungkin jurnal internasional dan yang termutakhir sebagai nilai tambah,” tulisnya dalam pesan WA. Tak hanya menyabet gelar Mawapres, pria yang
hobi menulis ini juga seringkali meraih juara dalam berbagai kompetisi karya tulis, baik tingkat regional maupun nasional, seperti di antaranya Finalist National Science Week di Universitas Lampung, Finalist Engineering Physics Week di Institute Teknologi Sepuluh November, Finalist Diponegoro Science Competition di Universitas Diponegoro, dan Juara I kompetisi esai tingkat nasional di Universitas Malang. Dari banyak hal yang dilaluinya hingga bisa menang dalam berbagai lomba, pria yang hobi bermain bola ini akhirnya percaya bahwa setiap orang dilahirkan dengan kemampuan yang sama, yang membedakan hanyalah usahanya. “Kalau dia menang, mungkin usahanya lebih besar dari saya, dan itu tandanya saya harus berusaha lebih keras lagi,” katanya, Senin (22/4).
Sejak saat itu, ia tak lagi minder dan berpikir bahwa orang lain lebih hebat darinya, tetapi ia harus memberikan usaha yang terbaik dalam setiap hal. “Seperti di Pilmapres kemarin, saya sadar banyak yang lebih jago, tapi yang saya pikirkan, saya harus memberikan yang terbaik saja,” lanjutnya. Salah satu usaha yang cukup baik dalam meraih mimpi dan juara-juara nasional di antara sibuknya kuliah dan laboratorium itu, tak lepas dari manajemen waktu Ade yang baik. Setiap hari ia membuat daftar prioritas yang harus dikerjakannya. Seperti mengerjakan lebih awal sesuatu yang paling urgent lalu mengerjakan perencanaan lainnya. “Saya selalu ada skala prioritas jangka pendek (harian), target semesteran (setiap semester) yg bisa support untuk raih tujuan utama yang mau kuraih.
Jadi, ibarat setiap semester sudah saya planning apaapa yang mau dicapai,” tambahnya, Minggu (5/5) Selain manajemen waktu yang baik, tutor Lembaga Bimbingan Belajar Gadjamada tahun 2018 ini sadar bahwa motivasi terbesar dalam meraih impian tak lepas dari dukungan orang tua, keluarga, orang terkasih, juga kawan-kawannya. “Mereka itulah yang mendoakan saya dalam setiap langkahku,” ujarnya, Senin (22/4). Serangkaian prestasi yang telah diraihnya lantas tak menjadikannya puas. Ia akan tetap melanjutkan mimpi-mimpinya dengan prinsip “kegagalan bukan titik untuk berhenti, tetapi motivasi untuk berusaha lebih dari yang sebelumnya,” pungkasnya. Nadhira Noor R. Sidiki
18
KAMPUSIANA
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
Peduli Lingkungan, GenBI Ajak Masyarakat Sadar Sampah Plastik DEPUTI Lingkungan Hidup Generasi Baru Indonesia (GenBI) mengadakan Ecobrick di Jalan Toddopuli, Sabtu (4/5). Adapun yang menjadi pelaksananya yakni, para penerima beasiswa Bank Indonesia yang berasal dari Unhas, UNM, dan UIN Alauddin. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu anggota GenBI, Andi Muhammad Alief Ichwan Mawladri mengatakan, sampah plastik jika diabaikan akan merusak lingkungan di masa depan. “Di era sekarang banyak yang sudah tidak peduli akan bahaya sampah plastik, jika diabaikan saja tanpa memikirkan dampaknya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan di masa yang akan SANTIKA/IDENTITAS
Universitas Hasanuddin: Gelar Pelatihan dan Peningkatan Softskill untuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Gedung Ipteks, Minggu (19/5).
BPJS Ketenagakerjaan Tangkal Korupsi Lewat Kerjasama KPK KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerja sama denganBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan,menggelar Goes to Campus di Baruga AP PettaraniUnhas, Jumat (3/5). Kegiatan yang mengusung tema, “Membangun Generasi Positif”ini, menghadirkan Direktur Kepesertaan Ketenagakerjaan, Ilyas Lubis dan Penasehat KPK, Sarwono Sutikno sebagai pemateri. Adapun beberapa rangkaian acara dari kegiatan tersebut yakni, Talkshow dan pemutaran film
pendek. Dalam kesempatan itu, Ilyas banyak membahas mengenai BPJS Ketanakerjaan. Menurutnya, dana yang terkumpul di BPJS Ketanakerjaan sudah sangat banyak, sehinggga godaan untuk melakukan korupsi juga besar. “Sekarang di BPJS Ketanakerjaan sudah bergabung sebanyak 50,5 juta orang, dan dana yang terkumpul sudah cukup banyak hingga pasti akan ada banyak godaan,” ujarnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Ilyas bersama rekan
kerjanya bekerjasama dengan KPK. Tak hanya itu, ia juga mengajak peserta kegiatan ini untuk mengawasi para koruptor. “Pihak BPJS Ketanakerjaan bekerjasama dengan KPK untuk memperkuat dan menangkal adanya intervensi-intervensi dari luar. Kami juga mengajak bersamasama melaksanan program 3L, yakni lihat, lawan dan laporkan,” tutupnya.n M13
Mahasiswa Sipil Unhas Sulap Limbah Aspal Jadi Timbunan Rumah BEBERAPA waktu lalu, delegasi Unhas berhasil meraih penghargaan best presenter pada Seminar Nasional Teknik Sipil ke-9 di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Selasa (30/4). Mereka adalah Dosen Teknik Sipil Unhas, Dr Eng Tri Harianto ST MT dan Sitti Hajriani Nur ST MT, mahasiswa S3 Teknik Sipil Unhas, Ichsan Rauf ST DEA, dan mahasiswa S1 Teknik Sipil Unhas, Nurul Marfu’ah As. Adapun judul karya tulis ilmiah yang dibawakan adalah “Studi CBR Geokomposit Ringan Stabilisasi Aspal Buton”. Salah satuanggota delegasi, Nurul Marfu’ah membeberkan isi dari paper yang mereka buat. Secara ringkas paper tersebut berisi tentang penelitian inovasi
timbunan ringan, melalui komposit limbah Expanded Polystrene (EPS) dengan tanah yang terstabilisasi oleh aspal buton.Menurut Nurul, aspal jenis ini merupakan inovasi yang memanfaatkan sampah plastik sebagai bahannya. “Jadi ini juga salah satu upaya untuk menekan jumlah limbah plastik, memanfaatkan aspal buton yang depositnya kira-kira 700 juta ton sampai saat ini,” jelas Nurul. Tak hanya itu, mengingat bahan stabilisasi timbunan yang banyak diproduksi sekarang kurang ramah lingkungan, juga menjadi alasan penelitian tersebut. “Jadi memang banyak sekali bahan stabilisasi yang tersedia seperti semen dan kapur, tetapi mengingat proses produksinya yang kurang ramah lingkungan dan
datang,” ucapnya. Tujuan utama dilaksanakannya kegiatan ini yakni, mengurangi tumpukan sampah plastik yang sulit terurai di area padat pemukiman masyarakat. Selain itu, aksi seperti ini juga merupakan sarana GenBI untuk bercengkrama langsung denganmasyarakat. Alief, sapaan akrabnya, menuturkan, sebagai perwakilan GenBI, ia berharap kegiatan yang mereka laksanakan bisa menjadiinspirasi ke depannya. “Dengan diadakannya kegiatan Ecobrick ini, kami berharap bisa menjadi inspirasi dan pemantik gelombang masyarakat agar sadar akan pengelolaan limbah plastik,” harapnya.n M02
Inovasi dan Tindakan, Kunci Memulai Usaha IKATAN Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (Ikab) Unhas mengadakan Workshop Kewirausahaan bertajuk,”’Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Generasi Muda yang Mandiri, Kreatif, dan Inovatif Guna Menyongsong Indonesia Emas 2045”. Kegiatan tersebut berlangsung di Auditorium Prof Amiruddin, Fakultas Kedokteran Unhas, Sabtu (04/05). Acara ini dihadiri CEO Mall Sampah, Adi Syaifullah Putra, Tutor Volunteering and Small OwnerBussiness, Muh Taufan Gunawan, dan Dr Muh Ridwan SPt MSi, selaku pelatih dosen mata kuliah kewirausahaan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan tersebut dipandu oleh Alfiana. Salah satu pemateri, Taufan menyampaikan, untuk menjadi seorang pengusaha yang baik, harus memiliki ide kreatif agar usaha yang dimiliki dapat terlihat menarik oleh setiap orang. Selain itu, ia juga memaparkan,
dalam sebuah kreativitas terdapat inovasi dari suatu ide. “Tidak ada ide yang baru di dunia ini. Jadi, kreativitas lebih saya definisikan ke inovasi. Ide yang sudah ada, kita inovasikan seperti itu,” tuturnya. Di materi kedua, Adi menyampaikan persoalan sampah. Menurutnya, sampah telah menjadi masalah global yang menakutkan, karena dapat merusak ekosistem lingkungan. Dengan alasan itu, ia membentuk inovasi berupa Mall Sampah agar masalah ini bisa menjadi bermanfaat. Di akhir pemaparannya, Adi menyampaikan, agar dapat membuat suatu usaha maka diperlukan sebuah tindakan, “Jika ingin membuat suatu usaha, berbagilah dengan sesama dan mulailah dengan tindakan,” tuturnya.n M31
Menanti Kongres BEM Unhas
persediaan makin menipis. Jadi kami melakukan studi mengenai limbah aspal buton, yang bisa dimanfaatkan dan bahannya sangat berlimpah,” tutur Nurul. Mengakhiri penjelasannya, mahasiswa angkatan 2014 tersebut mengutarakan harapannya kedepan. “Harapan saya semoga nanti ketika penelitian ini rampung, dapat bermanfaat. Yang paling penting adalah aplikatif dalam dunia konstruksi. Kepada mahasiswa Unhas yang lain agar selalu berkarya dan jangan lupa Keep On Fighting Till The End,” tutupnya.n M01
Isu pembentukan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U) di Unhas mulai terdengar lagi. Kali ini beberapa BEM mulai berinisiasi membentuk badan kerja pembentukan BEM U. Sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Arsin MKes sangat mendukung inisiasi tersebut. Badan kerja ini berasal dari sepuluh fakultas yang telah memberikan pernyataan sikap setuju terhadap pembentukan BEM U. Adapun beberapa fakultas tersebut yakni, Fakultas Teknik, Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Peternakan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keseharan Masyarakat, Fakultas Keperawatan, dan Fakultas Kedokteran Gigi. “Selain fakultas itu, sebenarnya Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) juga setuju,
tapi FIKP kurang aktif karena ada masalah internal mereka,” papar Prof Arsunan saat di temui di ruangannya. Lebih lanjut, Prof Arsunan menjelaskan, badan kerja BEM U itu akan melakukan kongres untuk memilih kandidat presiden BEM U. “Selanjutnya, setelah kongres dilaksanakan, maka akan ada pemilihan presiden BEM U. Rencananya presiden BEM U harus terpilih sebelum penerimaan mahasiswa baru,” harapnya. Mengenai kriteria dan syarat kandidat presiden BEM U, Prof Arsunan menyerahkan sepenuhnya kepada Badan Kerja. “Kami tetap ingin yang terbaik karena presiden yang terpilih akan menjadi simbol anak Unhas. Badan Kerja akan memilih salah satu di antara mereka untuk duduk di MWA sambil menunggu presiden BEM terpilih,” tambahnya. n M13
identitas
19
KAMPUSIANA
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
Himafi Bahas Lubang Hitam Lewat Forum Keilmuan HIMPUNAN Mahasiswa Fisika (Himafi) Unhas mengadakan Forum Keilmuan bertajuk, “Lubang Hitam Tidaklah Begitu Hitam” di Science Building FMIPA Unhas, Sabtu (11/5). Kegiatan tersebut dihadiri Alumni FMIPA Unhas, mahasiswa FMIPA Unhas angkatan 2016, 2017, dan 2018. Adapun tujuan digelarnya diskusi ini, yakni sebagai sarana edukasi dan mengasah kemampuan serta kemauan berpikir, bicara, dan berbagi pemahaman. Pada kesempatan itu, panitia mengundang Muh Syahrul Padli SSi, Alumnus Fisika Unhas menjadi pemateri dalam forum tersebut. Dalam pemaparannya, lubang hitam (black hole) di perkenalkan secara matematis oleh Mathmatician, yang kemudian dikenalkan fenomena fisisnya oleh fisikawan. Black hole merupkan fenomena alami yang terjadi dalam semesta, saat sebuah bintang sudah mati. Ketika bintang telah mati, maka akan berubah menjadi bintang netral (jika massanya kecil) atau black hole (jika massanya besar).
Fenomena ini juga dikatakan sebagai peristiwa di mana gravitasi bintang sangat kuat, sehingga menarik semua materi ke dalamnya termasuk cahaya. Inilah yang menjadi alasan penamaan black hole. Berdasarkan teori dari fisikawan terkenal, Stephen Hawking, dalan lubang hitam ternyata ada kemungkinan cahaya keluar seblum masuk utuhnya dalam lubang hitam. Maka lubang hitam tidak benar-benar hitam. Atas dasar itu, maka digelarlah forum diskusi ini untuk membicarakan lebih jauh mengenai fenomena tersebut. Andi Anugrah Caesar Tenri Bali, Mahasiswa Fisika Unhas yang juga merupakan salah satu peserta diskusi mengatakan, forum diskusi seperti ini dapat dikembangkan menjadi sebuah kuliah umum. “Mahasiswa khususnya eksakta di Unhas, lebih banyak memperhatikan dan mendiskusikan fenomena-fenomena terbaru. Sebaiknya mereka membuat bukan hanya sebuah forum, tapi bisa mengadakan kuliah umum untuk selanjutnya,” paparnya.n M01
PLN Sulselrabar Beri Kuliah Tamu di Unhas PLN Unit Induk Wilayah Sulselrabar menggelar Kuliah Tamu di hadapan dosen dan mahasiswa Teknik Elektro di Lecture Thetaer 2, Gedung Center of Scientific Actifity (CSA) Fakultas Teknik Unhas, Rabu (24/4). Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Ketua Departemen Teknik Elektro, Prof Dr Ir H Salama Manjang ST MT IPM. Adapun beberapa tamu undangan yang sempat hadir dalam kuliah itu yakni, GM PLN Unit Induk Wilayah Sulselrabar Ir Andi Bambang Yusuf, Manager PLN UP3 Wilayah Bulukumba, Yuswastuti, Manager PLN UP3 Pinrang, Rizky Ardiana Bayuwerti, Manager PLN UP3 Makassar, Utara Yuli Ashaniais, para dosen dan mahasiswa Teknik Elektro Unhas. Tujuan diadakannya Kuliah Tamu tersebut adalah memberikan pemahaman mengenai kondisi kelistrikan Sulselrabar. Andi Imran Karim selaku pemateri menyampaikan, beberapa tantangan PLN dalam mencapai target mereka di tahun 2022, yakni akan menurunkan tarif dasar listrik. Salah satu langkah yang mereka lakukan adalah mengembangkan potensi pembangkit hydro seperti
PLTA dan thermal dari batu bara, yang relatif murah jika dibandingkan dengan gas dan BBM. Menanggapi pernyataan itu, Andi Tenri Sumpala, salah satu peserta kuliah ini mengajukan pertanyaan. “Bagaimana menurut Anda tentang dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan batu bara oleh PLTU? Berkaitan dengan keinginan PLN meningkatkan penggunaan bahan bakar batu bara,” tanyanya. Imran lalu menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan, kebijakan seperti itu telah dipertimbangkan oleh pejabat struktural terlebih dahulu. “Saat ini mungkin perusahaan besar di Indonesia dengan jabatan struktural setingkat Manager Atas, memiliki kewenangan tentang kesehatan, keselamatan kerja, dan lingkungan (K3L),” jawabnya. “Makanya adalah jabatan setingkat tersebut, ketika terjadi kecelakaan kerja dapat dipastikan prestasi kami sebagai unit tidak dapat performa 100%. Sehingga berlomba-lombalah kami di unitunit seluruh Indonesia, mengatur sedemikian rupa sehingga dampak yang ditakutkan dapat diminimalisir,” tambahnya.n M01
BADARIAH/IDENTITAS
Tracer Study: Wakil Rektor III Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Arsin mendapat cendra mata dari Kemenristekdikti, sesaat setelah membuka kegiatan bimbingan teknis perguruan tinggi di LPMPP Unhas, Jumat (17/5).
Kampus Bersifat Privatisasi, Pendidikan Terbatasi KELUARGA Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Kemasos Fisip) Unhas, mengadakan Apresisasi Seni bertema “Terang dalam Gelap”, sebagai acara puncak HUT ke-39, Selasa, (30/4). Acara yang dilaksanakan di Baruga Pettarani Unhas ini dihadiri beberapa civitas akademika Unhas. Mereka adalah perwakilan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Dr A Amidah Amrawaty SPt Msi, perwakilan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Fisip, Dr Sakaria MSi, dan Ketua Departemen Sosiologi, Dr Mansyur Radjab M Si. Turut hadir perwakilan Ketua IKA Sosiologi, Muh Taufik Arif SSos MSi, serta para petinggi lembaga dan mahasiswa Unhas. Adapun beberapa penampilan yang mereka persembahkan yakni, akustik, modern dance, tari kreasi, tari empat etnis, parodi, perkusi, teatrikal, Flashmob, pure hero, dan orkes maut. Dalam sambutanya, Ketua Umum Kemasos Fisip Unhas, Muhammad Ramdhan Syahroni
menyampaikan, fenomena kampus saat ini sangat membatasi orang dalam menikmati pendidikan. Ia berpendapat, tujuan sejati pendidikan adalah memanusiakan manusia. “Tujuan pendidikan yakni sejatinya memanusiakan manusia agar menuju kehidupan yang lebih baik. Namun melihat kondisi saat ini, kampus telah bersifat privatisasi sehingga membatasi orang lain untuk menikmati kehidupan pendidikan,” tuturnya.n M11
Mahasiswa Unhas Ukir Prestasi di Ajang World Young Inventors and Exhibition 2019 DUA tim Unhas berhasil meraih prestasi dalam ajang lomba World Young Inventors and Exhibition (WYIE) 2019, di Kuala Lumpur Convention Center, Malaysia. Lomba ini berlangsung sejak 2-4 Mei lalu. Kedua tim ini terdiri dari sepuluh mahasiswa Farmasi. Mereka adalah Hanylia Hamzi (2016), Andi Ameilia Sari Riandika (2016), Febiola Putri Zakinah (2016), Miftahul Janna Dwi Hasmin (2016), dan Reski Amelia Kamri (2017) yang tergabung dalam satu tim. Untuk tim tersebut, berhasil meraih penghargaan medali emas dengan membawa produk krim anti-aging dari ekstrak daun kemangi yang dimikroenkapsulasi. Sedangkan untuk kelompok
selanjutnya, terdiri dari Tri Dewi Astuti (2016), Fadhil Adam Dzaky (2016), Firdaus Fahkar (2016), Afdhaliyah Annisa (2016), dan Nurul Fitri Syahrir (2016), berhasil mendapat penghargaan Gold Medal dan Top 3 Best Young Inventor. Mereka menghasilkan produk Next in Tropica, sebuah produk dari kulit nanas yang dibuat dalam sediaan granul effervescent dan digunakan sebagai pencegah penyakit Gout. Saat dimintai keterangan, Hanylia Hamzi mengatakan, kesuksesan yang mereka raih tidak terlepas dari orang-orang terdekatnya. “Orang tua, keluarga, teman satu tim khususnya. Serta dosen pembimbing, dan beberapa orang
lainnya selalu memberi semangat,” ucapnya. Tak hanya itu, Tri Dewi Astuti juga mengungkapkan harapannya untuk mahasiswa Unhas terkait ajang perlombaan seperti ini. “Saya harap ke depannya banyak mahasiswa Unhas yang ikut ajang ini, soalnya di sini kalian bisa nunjukin inovasi kemasyarakat luas bukan hanya orang Indonesia,” ajaknya. “Selain itu, di sini kalian bisa lihat kreativitas seluruh pelajar khususnya Asia. Mulai dari anak TK hingga yang sudah lulus kuliah, jadi kita bisa melihat dan belajar sesuatu yang baru,” tutup Dewi.n M02
20
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
RESENSI
Jalan Panjang Pencarian Hakikat Cinta Cinta adalah fitrah manusia yang melekat dalam dirinya, dan tidak bisa terpisahkan karena pada dasarnya manusia memang terlahir dari sebuah rasa yang dinamakan cinta.
N
ovel ini menceritakan tentang kisah cinta pemuda pendiam yang hobi menulis. Imam, namanya. Dia adalah pemuda cerdas, namun seringkali ia lupa bahwa hanya cinta kepada sang pencipta sajalah yang berperan sebagai cinta yang kekal dan menentramkan hati. Alur kisah yang maju mundur mampu membawa para pembaca tenggelam dalam definisi cinta yang sukar digambarkan. Persahabatan Imam dengan Amar, Aldi, dan Azhar mau tak mau merenggang karena sebuah perkenalan singkatnya dengan Mira. Seorang gadis tidak berkerudung yang mampu menyita perhatian Imam ketika kali pertama pertemuannya di sebuah pantai. Pertemuan itu membawa Imam ke dalam syahdu cinta yang melenakan. Syahdu tersebut menciptakan saling ketergantungan antara Imam dan Mira. Mira yang terpaut dua tahun lebih tua
IPTEKS
B
terpaksa meninggalkan Imam yang kala itu masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Mira memutuskan untuk melanjutkan jenjang kuliahnya ke tingkat yang lebih tinggi. Tak ayal, perpisahan tersebut meninggalkan rindu yang mencekam. Untungnya, rindu itu selalu terobati dengan komunikasi via telepon genggam yang mereka lakukan tiap harinya. Sampai pada akhirnya, Imam memutuskan untuk pergi ke kota. Tanpa sepengetahuan Mira, ia ingin membuktikan bahwa rindu harus dibayarkan dengan sebuah pertemuan. Hal yang tidak diinginkan Imam nyatanya terjadi di depan mata. Ia melihat sosok Mira sedang menghabiskan waktu berdua dengan Idris —teman sekelas Mira ketika SMA yang pernah menyatakan perasaannya secara terang-terangan. Fakta tersebut membuat Imam berguncang, ia bak dihujani ribuan tombak. Hari-hari Imam berlalu tidak
seperti biasanya. Ada-ada saja kesedihan yang selalu menemani tiap malamnya. Satu tahun berlalu, tiba pada suatu masa di mana Imam dihadapkan pada sebuah Ujian Nasional. Ia berusaha sekuat tenaga, melawan perasaan kalutnya demi membanggakan kedua orang tuanya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Imam berhasil menembus salah satu fakultas bergengsi di Universitas Indonesia. Bersama dengan salah satu sahabatnya, Aldi, mereka berangkat merantau untuk mengejar impian. Sayangnya, bayangan Mira belum juga terhapus dari benaknya. Lagi-lagi Imam tenggelam dalam lautan kesedihan tanpa tepi yang ia ciptakan. Aldi —sebagai seorang sahabat— tentu merasa kecewa dengan Imam yang terlalu berlebihan mencintai manusia. Ia tidak lagi melihat sosok Imam yang pendiam dan bijak seperti sedia kala. Dengan sengaja, ia meluapkan emosinya kepada Imam yang masih saja bodoh terhadap cinta seorang perempuan yang sudah mengkhianatinya. Sejak peristiwa tersebut, baik Aldi dan Imam tidak saling tegur
sapa. Mereka berlagak seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Dan sejak peristiwa itu pula, Imam melakukan banyak perubahan terhadap hidupnya. Ia kini menghabiskan waktunya sebagai pembalap liar, pemabuk, serta hobi mempermainkan harga diri seorang wanita. Segala hal negatif itu ia lakukan tidak lain dan tidak bukan sebagai sebuah pelarian rasa sedihnya. Hingga tiba di suatu titik di mana Imam harus merelakan kepergian seseorang untuk selama-lamanya dan pertemuannya dengan Ima. Seorang gadis berkerudung besar yang terpaut empat tahun lebih tua darinya. Nyatanya, banyak teori tentang cinta, hingga tak satu teori yang bisa menguatkan apa arti cinta sebenarnya. Bukan suatu yang baru jika cinta datang menyapa seseorang. Ia datang tanpa diminta dan bisa pergi tanpa kita ketahui. Bukankah takdir ada di tangan
DATA BUKU Judul : Cinta dalam Naungan Tuhan Pengarang : Muliana Mursalim Penerbit : Jariah Publishing Intermedia Tahun Terbit : 2019 Tebal Halaman : 260 halaman Tuhan? Sampai jumpa di masa depan, dengan siapa pun kita dipasangkan. Buku yang ditulis mahasiswi Fakultas Hukum Unhas, Muliana M ini sangat menarik dari segi judul, karena membawa nama tuhan. Cerita yang ia tawarkan pun penuh dengan inspirasi yang mampu menggugah pembaca. Akan tetapi, banyak istilah dalam buku yang orang awam mungkin akan susah untuk mengerti. Selamat membaca.n Nadhira Sidiki
Budaya Meratakan Gigi Suku Konjo yang Mulai Pudar
udaya Attarasa milik suku Konjo di Bulukumba mulai memudar. Tiga mahasiswa Fisip Unhas mecoba mencari tahu mengapa hal itu dapat terjadi dengan melakukan observasi secara langsung. Tradisi. Sebuah diksi yang tak pernah bisa dilepaskan dari predikat masyarakat adat. Indonesia khususnya Sulawesi Selatan memiliki berbagai macam tradisi. Baik yang masih dilaksanakan hingga hari ini maupun yang telah punah. Nah, berangkat dari rasa penasaran terhadap tradisi salah satu masyarakat adat di Sulawesi Selatan, yakni Suku Konjo, Irfan Badawi bersama dua temannya, Musril Muchtadi dan Hikmawati, membuat sebuah proposal penelitian. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Unhas itu tertarik meneliti tradisi Attarasa Suku Konjo Hero Lange-Lange. Suatu tradisi meratakan gigi anak-anak yang telah memasuki masa remaja menggunakan batu asa. “Waktu itu kami brainstorming dan melakukan pencarian untuk menilik lebih jauh kira-kira suku apa di Sulsel yang memiliki tradisi unik. Nah, kami pun menemukan kalau ada tradisi meratakan gigi bagi anak-anak Suku Konjo. Bagi kami itu unik sehingga kami pun memutuskan untuk menelitinya,” kata Musril kepada identitas. Lebih lanjut, mahasiswa ilmu pemerintahan ini mengatakan bahwa tradisi tersebut kini mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya. Demi mengetahui alasan pudarnya tradisi itu, kelompok Pekan Ilmiah Mahasiswa Sosial Humaniora (PKM PSH) ini melakukan observasi langsung. Mereka
mewawancarai tokoh agama, tokoh masyarakat, keluarga yang melaksanakan maupun yang tidak melaksanakan tradisi tersebut. Dari sejumlah wawancara, mereka menemukan beberapa kepingan informasi terkait tradisi tersebut. Dulu, meratakan gigi anak-anak yang telah memiliki tanda memasuki masa remaja adalah suatu keharusan. Sehingga, keluarga yang tidak melakukan kebiasaan itu akan merasa malu. Bahkan kegiatan meratakan gigi selalu menjadi bagian dari acara sunatan anak-anak. “Jadi ketika dia sudah disunat atau diislamkan, dia harus diattarasa atau giginya digosok dengan batu asa. Ini menjadi simbol bahwa anak itu sudah memasuki pintu dewasa,” lanjut mahasiswa angkatan 2018 itu. Kurangnya guru-sebutan bagi orang yang melakukan prosesi
perataan gigi-menjadi salah satu penyebab lunturnya budaya attarasa ini. Hal tersebut dipicu kurangnya minat masyarakat Suku Konjo untuk mengambil peran sebagai seorang guru. Suatu tradisi memang memiliki kecenderungan punah ketika tak lagi ada orang yang ingin meneruskan kebiasaan turun-temurun tersebut. Atau bahkan ketika memang ilmu atau kemampuan melakukan tradisi tersebut tidak diturunkan sama sekali. Meski begitu, nyatanya masih juga ada yang setia merawat tradisi leluhur itu. Walau jumlahnya tak sebanyak dulu. Demi melestarikan budaya tersebut, pemerintah setempat memberikan kebebasan kepada masyarakatnya untuk mengembangkan kebudayaan mereka sendiri. Tak ada batasan sama sekali. Budaya attarasa ini
ILUSTRASI: WANDI JANWAR
penting untuk dipertahankan sebab merupakan ciri khas Suku Konjo yang tidak dimiliki oleh orang atau kelompok lain. Seluruh informasi tersebut kemudian mereka himpun dalam sebuah karya tulis ilmiah yang diberi judul “Pudarnya Tradisi Attarasa Pada Prosesi Akil Balig Masyarakat Suku Konjo Hero Lange-Lange”. Pada akhirnya Musril berharap agar penelitian yang telah lolos pendanaan dari Dikti ini, memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan orangorang yang telah mereka jadikan objek wawancara. “Semoga penelitian ini mampu mendorong mereka (Suku Konjo) agar lebih menjaga tradisi attarasa yang sudah menjadi jati diri mereka,” pungkasnya. n Muh.Irfan
21
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
CERMIN
Mengarifi Makna Kesuksesan Jadilah dirimu sendiri, ekspresikan dirimu sendiri, yakinlah pada dirimu sendiri, jangan pergi dan mencari kepribadian sukses dan menduplikasinya - Bruce Lee.
S
ejak kecil kita selalu diajarkan menjadi anak yang pintar dan berprestasi, sistem pendidikan di negara kita secara tidak langsung memang menuntut kita berorientasi pada nilai dan menjadikannya sebagai tolak ukur kesuksesan seseorang. Setidaknya ada tiga konsep yang hampir sepenuhnya dipercayai dalam sistem pendidikan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yaitu Nilai Ujian Nasional (NEM), Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dan rangking. Menjadi pintar memang sesuatu yang menyenangkan dan diharapkan oleh hampir semua orangtua kepada anaknya, seakan-akan kepintaran adalah satusatunya syarat mutlak untuk mengukur kapasitas dan kesuksesan seseorang. Prof Agus Budiyono,seorang Guru Besar Institut Teknologi Bandung adalah salah satu akademisi yang tidak mempercayai sepenuhnya konsep pada sistem pendidikan tersebut. Menurutnya, ketiga konsep tersebut sangat tidak relevan untuk mengukur apa yang disebut dengan kesuksesan. Hal yang diungkapkan oleh Agus tersebut relevan dengan sebuah riset yang pernah dilakukan oleh seorang penulis asal Amerika, Thomas J. Stanley. Ahli Teori Bisnis ini memetakan 100 Faktor yang akan berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Dari data yang dimiliki oleh Thomas J. Stanley, ternyata nilai yang baik yaitu NEM, IPK dan rangking hanyalah faktor sukses ke-30, sedangkan faktor IQ pada urutan ke-21 dan bersekolah ke universitas/ sekolah favorit di urutan ke-23. Di antara faktor utama yang menjadi mempengaruhi kesuksesan seseorang adalah kejujuran, disiplin dan kerja keras, masing-masing berada pada urutan pertama, kedua, dan kelima. Dengan melihat hasil tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sukses, bukan semata-mata bersekolah di sekolah favorit dan mampu meraih nilai yang memuaskan. Kepribadian yang baik dan usaha yang keras adalah kunci utama, maka sudah sepantasnya mereka yang merasa tidak terlalu pintar, bersekolah di sekolah biasa, ataupun berkuliah di perguruan tinggi biasa tak perlu merasa terputus dari kesempatan untuk sukses. Masuk di sekolah atau universitas favorit memang hampir menjadi impian semua orang, dan tak dapat dipungkiri bahwa masuk di sekolah favorit akan berbeda. Jika dibandingkan dengan masuk sekolah yang biasa-biasa saja, sekolah top memang selalu mempunyai banyak keunggulan dari sekolah-sekolah biasa pada umumnya. Tapi perlu kita ingat, di manapun kita menuntut ilmu, sebaik apapun fasilitas yang dimiliki, sekalipun lingkungan dan tenaga
pengajarnya sangat menunjang, itu semua tergantung dari bagaimana usaha kita untuk memaksimalkan potensi. Kadang kala, mereka yang tidak berhasil diterima di sekolah maupun Perguruan Tinggi (PT) favorit seringkali merasa putus asa, seakan-akan kesempatan itu sirna bersama dengan kegagalan yang mereka hadapi. Ada kisah seorang anak desa yang berawal dari kegagalan, justru mampu meraih sukses di usia muda, sebut saja namanya Anton. Setelah menamatkan pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di kampungnya, Anton memilih merantau ke Ibukota Jakarta. Bermodalkan tekad, ia mendaftarkan diri pada jurusan Pendidikan Dokter pada salah satu universitas negeri di Jakarta. Sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) Anton memang bercita-cita menjadi seorang dokter, ia adalah anak yang telaten dan pekerja keras, termasuk saat sebelum melalui tes seleksi masuk perguruan tinggi ia menyiapkan segala sesuatunya dengan sangat baik. Sayangnya nasib baik belum berpihak padanya, ia gagal dalam tes tersebut. Pun pada tahun kedua ketika kembali mengikuti tes, ia kembali harus menelan pil pahit atas kegagalannya. Akhirnya, tahun ketiga pendaftaran, ia memutuskan tak lagi mengambil jurusan Pendidikan Dokter. Setelah melalui banyak pertimbangan, ia memilih jurusan Desain Komunikasi Visual dan mulai melupakan cita-citanya menjadi seorang dokter. Setelah dinyatakan lulus, Anton menjalankan keseharian sebagai mahasiswa seperti pada umumnya. Siapa sangka berawal dari iseng membuat konten sederhana dengan ilmu yang dia dapatkan dalam perkuliahan, tahun kedua dalam masa studinya Anton menjadi seorang konten kreator dengan ratusan ribu penggemar di kanal Youtubenya. Hal yang tak kalah penting, terlepas dimana kita menuntut ilmu, sekalipun itu di sekolah yang biasa-biasa saja sama sekali bukan halangan untuk mencapai kesuksesan. Penentu utama kesuksesan bisa didapatkan dan dipelajari dari mana saja. Hal terpenting adalah bagaimana membentuk karakter yang baik dari pribadi masing-masing. n Penulis: Urwatul Wustqaa, Mahasiswa Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Angkatann 2016
KRONIK Dana Pembinaan Mawapres ‘Tersunat’ SETIAP kompitisi yang digelar tentu akan memberikan hadiah kepada para peserta yang menjadi pemenang. Tak terkecuai Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) tingkat universitas di Unhas. Para pemenang Pilmapres diberi penghargaan berupa uang pembinaan dan sertifikat dari rektorat Unhas. Namun sebuah kejanggalan didapatkan dari pemberian hadiah tersebut. Lantaran jumlah nominal uang yang dituliskan dalam pedoman Pilmapres sarjana 2019, tidak sesuai dengan Surat Kepurtusan (SK) Rektor Unhas mengenai Penetapan Pemenang dan Dana Pembinaan, Hasil Seleksi Tahap Akhir Pilmapres Unhas 2019. Seperti yang diungkapkan Nur Pratami, salah satu Finalis Pilmapres 2019. Sesaat setelah ia mengambil hadiahnya, reporter identitas menemuinya di depan Gedung Rektorat Unhas. Nur mengatakan, terdapat ketidaksesuaian antara lampiran pedoman dan SK Rektor tentang Penetapan Pemenang dan Dana Pembinaan Pilmapres. “Jumlah uang yang dijanjikan dalam pedoman itu lumayan besar. Namun ketika SKnya keluar, nominalnya kurang dan kami hanya mendapat setengahnya,” bebernya, Rabu (8/5). Memang jika dilihat dari isi
pedoman tahun 2019, pada bab 6 tentang pendanaan dan penghargaan, mahasiswa yang terpilih sebagai peserta Pilmapres pada tingkat Unhas akan diberikan penghargaan. Adapun hadiah yang akan mereka dapatkan yakni, untuk finalis (piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar satu juta rupiah, juara 1 (piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar tiga juta rupiah), juara 2 (piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar dua juta rupiah), juara 3 (piagam penghargaan dan uang pembinaan satu setengah juta rupiah), dan The Most Inspiring (piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar satu juta). Nyatanya, pada SK Rektor tentang Penetapan Pemenang dan Dana Pembinaan Pilmapres 2019, yang terbit 8 April lalu memutuskan, nominal uang yang diterima finalis dan para juara tidaklah demikian. Dalam SK itu ditetapkan, para finalis dan pemenang mendapatkan sertifikat penghargaan dan uang pembinaan dengan rincian, untuk finalis mendapat 500 ribu, juara 1 (satu setengah juta), juara 2 (1.2 juta rupiah), juara tiga (satu juta rupiah), dan The Most Inspiring (satu juta rupiah). Sementara itu, ketika reporter
identitas ingin mengonfirmasi ke pihak rektorat, mereka saling lempar tanggung jawab. Saat ditemui di ruangannya, Kepala Bagian Minat Penalaran dan Informasi Kemahsiswaan Unhas, Chandra Dewi Marmin SH hanya mengarahkan reporter identitas untuk menemui Kepala Biro Kemahasiswaan Unhas, Ir Andi Darwin MM. Hal serupa juga disampikan Darwin, saat ditemui ia menyarankan untuk langsung ke Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Arsin selaku yang bertanda tangan di SK tersebut. “Itukan kebijakan, mestinya langsung ke Prof Arsunan selaku WR 3 yang punya kewenangan,” sarannya. Akhirnya, ketika menemui Prof Arsunan di ruangannya, ia mengatakan pristiwa ini terjadi karena adanya miskomunikasi antar jajarannya, dan akan menegur keteledoran tersebut. Untuk pemberian penghargaan kepada pemenang, ia mengatakan SK rektorlah yang menjadi acuan. “Nanti saya tegur, tidak boleh terjadi seperti ini. Miskomunikasi, saya akan tegur yang buat panduan. Namun, yang legal adalah SK karena itulah yang saya tandatangani,” katanya, Rabu (9/5). n M05
SANTIKA/IDENTITAS
Pasca Aksi: Kaca Bank Mandiri pecah akibat saling lempar batu antara mahasiswa dan Satpam Unhas, Kamis (2/5).
22
D
identitas
TIPS
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
Tips Padu Padan Outfit yang Cocok Buat ke Kampus
ilema pemilihan outfit yang tepat digunakan ke kampus sepertinya masih menjadi masalah bagi sebagian orang. Bahkan beberapa dari mahasiswa mengaku membutuhkan waktu lama demi menentukan outfit yang akan dikenakannya. Nah, biar tak salah gaya, berikut gabungan tips sederhana dari dosen jurusan HI Unhas, Muh Ashry Sallatu SIP MSi dan dosen jurusan sastra Inggris Unhas, Rezky Ramadhani SS MLitt.
1. Pilih pakaian yang membuatmu nyaman Ketika nyaman menjadi alasan, tentu kamu akan leluasa melakukan banyak hal tanpa harus memikirkan pakaian yang kamu kenakan. Bukan hanya itu saja, pakaian yang membuatmu nyaman akan menampilkan sisi terbaik dirimu.
2. Pakaian yang sopan Indonesia adalah negara yang kental dengan budaya ketimuran. Ada baiknya, kamu memakai pakaian yang sopan dan tidak terlalu minim. Selain berguna untuk menjagamu dari beberapa hal yang tidak diinginkan, kamu pun tentu akan dihargai orang lain.
3. Menggunakan pakaian yang menutup aurat bagi para pemakai kerudung Pastikan aurat yang kamu miliki tertutup sempurna. Ketika kamu sudah sukses melakukannya, maka tidak ada lagi yang akan membuatmu risau.
4. Gunakan pakaian yang tidak terlalu lebar dan ketat Bagi sebagian orang yang bertubuh kurus dan gemuk, outfit adalah masalah utama yang belum juga menemukan penyelesaian. Menggunakan pakaian yang tepat akan membantumu leluasa bergerak. “Intinya pakaian tersebut
harus nyaman, untuk beberapa orang bertubuh gemuk mungkin bisa pilih baju yang bahannya longgar agar terlihat ringan dikenakan. Bisa juga dipadukan dengan jeans dan celana kain,� jelas Rezky Ramadhani
5. Padu padankan warna yang sesuai Untuk para mahasiswi nampaknya beberapa warna monochrome netral seperti nude, cokelat, dan biru bisa juga dipadukan dengan beberapa warna lain yang sedikit terang seperti hot pink, kuning dan merah. Warna-warna itu sahsah saja dipadukan, asal tidak ditemukan ketimpangan warna. Bagi mahasiswa, warna hitam mungkin bisa jadi alternatif terakhir. Selama ini warna hitam selalu dikaitkan dengan
dunia pria, namun teori ini nyatanya bisa dipatahkan. Beragam motif kemeja berwarna seperti biru, cokelat, dan abuabu bisa juga dikenakan untuk berangkat ke kampus. Selain itu, para mahasiswa jangan lagi minder untuk memilih menggunakan celana berwarna. Celana berwarna coklat muda rasanya tepat bila dipadukan dengan atasan berwarna gelap.
6. Ikuti mode yang membuatmu menjadi drimu sendiri Mengikuti mode tentu bukanlah sebuah kesalahan. Namun, perlu diingat untuk tidak terlalu bergantung padanya. Menciptakan mode baru yang sesuai dirimu sendiri tentu akan membuatmu nyaman dan percaya diri. Jika percaya diri itu timbul maka aura yang kita miliki
akan terpancar dan kamu akan terlihat mempesona. “Menurut saya, mengikuti mode itu penting karena bagi sebagian orang karena penampilan adalah kunci utama untuk menciptakan komunikasi yang baik dengan sesama.� ujar Muh Ashry Nadhira Sidiki
ILUSTRASI/WANDI JANWAR
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
23
BUNDEL AKADEMIKA
Bapak Fisikawan Unhas Adakah penjalaran yang lebih cepat dari cahaya? Bapak Fisikawan Unhas, Dr Abdullah Renreng punya jawabannya.
BUNDEL IDENTITAS
Kegiatan Sastra Mahasiswa Unhas di era 90-an.
Identitas coba menelusuri jejak kegiatan sastra mahasiswa Unhas di media 1990-an. Informasi dari tulisan ini dikumpulkan dari kepingan berita yang tertulis, maupun dari mahasiswa pegiat sastra masa itu.
B
ermula dari rasa tidak puas dengan sejumlah kelompok diskusi sastra, Aslan Abidin, alumnus Sastra Indonesia Unhas, berniat membuat sendiri kelompok diskusinya. Aslan pun mencari kawan dengan ketertarikan yang sama terhadap sastra. Dan proses pencarian kawan untuk pembentukan kelompok diskusi ini cukup unik, Aslan merinci nama-nama mahasiswa yang sering menulis di koran kampus. “Caranya itu dengan mencari tahu siapa saja mahasiswa di Unhas yang suka menulis dengan melihat tulisan mereka di identitas. Kemudian, dari situ bisa terlihat ada penulis seperti Sudirman HN dari Kedokteran, Muhendra Gunawan dari Ekonomi, dan Muhary Wahyu Nurba dari Sastra,” terangnya saat diwawancara, Rabu (8/5). Lalu tepat tanggal 15 Juni 1994, kelompok diskusi sastra yang diinginkan itu terbentuk. Bersama namanama yang disebutkan tadi dan setelah bertemu beberapa kali, mereka pun membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Unhas. Sebuah wadah bagi mahasiswa yang menyukai dunia menulis dan sastra. Selanjutnya, unit kegiatan tersebut pun mulai melakukan beberapa kegiatan dan pementasan. Aslan mengaku bahwa ketika ia dan teman-temannya
melakukan kegiatan di luar kampus, maka mereka menamakan dirinya sebagai Masyarakat Sastra Tamalanrea (MST). Hal itu bertujuan agar kelompok studi yang dibentuk bisa memiliki nama besar di tengah masyarakat. “Kalau kami membuat proposal untuk melakukan kegiatan, kami menggunakan proposal UKM Seni, meminta dana UKM Seni. Tetapi ketika melaksanakan acaranya, namanya berubah jadi Masyarakat Sastra Tamalanrea,” ungkapnya. Salah satu kegiatan yang pernah mereka laksanakan ialah pembacaan puisi sehari semalam. Aslan, yang kini menjadi dosen dan sastrawan, menceritakan bahwa waktu itu para pembaca puisi bahkan ada yang tertidur di atas panggung. Setelah bangun, pembaca puisi yang tertidur itu, kata Aslan, kembali membacakan puisi karyakarya sastrawan terkenal. “Pembacaan puisinya tidak berhenti selama 24 jam. Jadi, kalau ada yang sudah capek, maka diganti dengan yang lainnya. Bahkan ada yang pulang dulu, mandi, kemudian kembali lagi dan membacakan puisinya,” jelas Aslan. Di era 90-an, mahasiswa Unhas memang gemar melakukan kegiatan sastra. Misalnya, pada Maret 1991, Senat Mahasiswa Fisip
Unhas menyelenggarakan Festival Sajak dan Puisi Kreatif di Gedung Pertemuan Ilmiah. Festival itu dapat diikuti oleh kalangan pelajar SLTP, SLTA, mahasiswa, maupun masyarakat umum Sulsel. Piala yang diperebutkan kala itu ialah piala Gubernur Sulsel, Kanwil Deparpostel XIV Sulselra, Rektor Unhas, maupun Dekan Fisip Unhas itu sendiri. Kemudian, pada Juli 1991, Unit Kesenian Unhas mengadakan Festival Seni Mahasiswa bertema “Dengan Festival Seni Mahasiswa Kita Tingkatkan Persatuan dan Persaudaraan di Lingkungan Civitas Akademika Unhas”. Salah satu jenis lomba yang dipertandingkan, yakni cerpen dan puisi. Fakultas Sastra kala itu juga tidak ingin ketinggalan untuk mengambil andil dalam menyelenggarakan kegiatan sastra. Menjelang masuknya Bulan Bahasa dan Dies Natalis, Fakultas Sastra mengadakan Sastra Fair di Lembaga Cadika, Limbung, Gowa, SeptemberOktober 1991. Saat itu mimbar bebas juga dibuat untuk menyemarakkan acara sehingga siapa saja dapat menampilkan berbagai pertunjukkan dalam kegiatan tersebut. Tak berhenti sampai di situ, pada Oktober 1993, dalam rangka menyongsong Dies Natalis ke-34, Fakultas sastra kembali mengadakan Pekan Sastra III bertema
“Sastra Manifestasi Kontak Sosial Budaya”. Kegiatan yang diselenggarakan di Lapangan FIS bertujuan untuk meningkatkan apresiasi sastra mahasiswa. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang ditampilkan antara lain pameran sastra, lomba dan pertunjukkan sastra, permainan rakyat, olahraga, serta diskusi ilmiah sastra. Sedangkan, lomba-lomba yang digelar berupa puisi, cerpen, drama, esai sastra, karikatur, dan vokal grup. Tak hanya itu, menurut Muhary, ia dan temantemannya di MST, selain aktif melaksanakan diskusi dan pertunjukkan sastra, mereka juga sering menulis di media lokal maupun nasional, seperti Gatra, Horison, Kompas, dst. Jika dibandingkan dengan mahasiswa zaman sekarang, menurut alumnus Sastra Inggris Unhas ini, dunia kepenulisan mahasiswa mengalami perkembangan. Hal itu terjadi karena adanya kemudahan di bidang teknologi dan informasi. “Penulis sekarang sangat mudah untuk berkarya dan juga banyak media yang dapat digunakan untuk belajar. Beda dengan kami dulu, yang masih menjadi mahasiswa di zaman orde baru. Ruang kreatif tidak sebebas zaman sekarang. Tetapi, persoalan semangat, saya rasa tidak jauh berbeda,” pungkasnya. n Melika Nur Jihan
AHLI Fisika Unhas, Dr Abdullah Renreng, merupakan sosok yang mampu membantah teori yang telah berkembang di kalangan ilmuan. Melalui penelitiannya, ia menemukan bahwa ada penjalaran yang dapat melampaui kecepatan cahaya. Berbeda dengan teori yang telah dipercaya sebagian besar orang bahwa cahaya memiliki tingkat penjalaran tercepat. “Adakah penjalaran yang melampaui kecepatan cahaya? Dan saya telah menemukan jawabannya,” kata Renreng dikutip dari terbitan identitas edisi Desember 1983. Lebih lanjut, Renreng menerangkan bahwa melalui persamaan Einstein, tidak mungkin ada jenis dzarrah yang berkelakuan seperti cahaya yang massanya nol, terkecuali yang mencairkannya itu juga nol massanya. “Secara logis, karena massanya tidak nol, betapapun kecilnya, maka tentu gelombang gratifikasi lebih cepat penjabarannya daripada cahaya,” terang pembantu dekan III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam masa itu. Teori tersebut dia susun dalam makalah berjudul “Perihal Interaksi Medan Gratifikasi dengan Medan Vektor”. Lelaki kelahiran Belawa, Kabupaten Wajo itu juga menggabungkan Teori Kuantum dengan Teori Relatifitas milik Einstein. Hal tersebut belum berhasil digarap para pakar, kecuali dirinya. “Secara teoritis, cahaya sebagai kuantum tak mungkin massanya nol,” ungkap ayah empat orang anak itu. Meski terkenal sebagai ahli dalam dunia teori fisika, nyatanya Renreng juga menggemari buku yang berkaitan dengan perbandingan agama, ekonomi, sosial, dan budaya. Tidak melulu membaca teori fisika. Dosen yang senang berdiskusi itu juga tertarik menekuni ilmu-ilmu sosial. Baginya, perkembangan ilmu eksakta terlalu cepat dibanding dengan ilmu-ilmu sosial. Saking tertariknya, ia memasukkan unsur ilmu sosial dalam makalah pertama yang dia tulis tahun 1972. Makalah tersebut berjudul “Pelembagaan Sistem Nilai-nilai Sosial Budaya ke dalam Perumusan Global Mekanika Kuantum”. Pun ia telah menulis kembali makalah tersebut dan siap untuk dipublikasikan kala itu. “Saya percaya bahwa seluruh ilmu pengetahuan itu sebenarnya mempunyai perumusan yang eksak, jika ilmu yang bertolak pada fitrah, hakikat dari alam semesta,” kata pria yang gemar bermain sepak bola ini. Alumnus Universitas Gajah Mada ini sangat berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan utamanya dalam riset yang ia lakukan. Dia banyak melakukan riset dengan membaca sejumlah buku filsafat. Sebab filsafat menjadi landasan utama penelitian yang Renreng lakukan. “Kalau landasan filsafatnya keliru, maka perumusan matematiknya pun akan keliru,” ucapnya. Bapak Fisikawan Unhas ini juga pernah mengabdi di Perguruan Tinggi Malaysia yakni Interscience Sdn Bhd (ITS) Malaysia. Dilansir dari laman Kompasiana.com terbitan 2 Maret 2015, menurut Rektor ITS, Prof Dr Ir Triyogi Yuwono, DEA bahwa Malaysia tidak memiliki basic science yang kuat dalam bidang matematika dan astronomi. Jadi mereka mengambil Renreng dari Indonesia. Setelah itu, pada tanggal 27 Januari 2016 Renreng dipanggil menghadap Sang Pencipta. Salah satu pakar di bidang fisika teori milik Unhas gugur. Ia telah menuntaskan tugasnya sebagai pembelajar dan peneliti yakni menghasilkan sejumlah karya yang dapat dikenang dan bermanfaat bagi banyak orang. Karya termahsyur yang ia miliki adalah buku berjudul “Introducing to Theoretical Physics” terbitan tahun 2001, terpajang di toko buku online Amazon.com. Salah satu situs belanja online internasional.n Muh. Arwinsyah
24
LINTAS
identitas
NO. 901, TAHUN XLV, EDISI MEI 2019
Melancong ke Negeri Melayu Deli
P
erjalanan panjang dan melelahkan telah saya lalui untuk sampai di kota Medan. Butuh waktu sekitar 12 jam agar dapat memijakkan kaki di Negeri Melayu Deli itu. Kedatangan saya ke Medan kali ini bukan tanpa sebab. Beberapa hari sebelumnya, saya ditunjuk oleh Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus (PK) identitas Unhas, untuk menjadi delegasi ke Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN), yang diadakan Pers Mahasiswa Kreatif Universitas Negeri Medan. Sesaat setelah saya
sampai di Bandara Kualanamu, panitia PJTLN datang menjemput. Di sinilah awal saya mengenal watak orang Medan. Menurut pandangan pribadi, mereka orangnya asyik diajak bercanda, suaranya keras, dan pembawaannya hampir sama dengan orang Makassar. Lanjut cerita, setelah saya membersihkan diri dari keringat akibat perjalanan seharian penuh, akhirnya saya diarahkan untuk menunaikan salat magrib. Selepas itu, saya berkumpul bersama para peserta PJTLN yang berasal dari berbagai
daerah. Misalnya saja Kalimantan, Jambi, Aceh, Medan, Tasikmalaya, Palembang, dan Padang. Tak butuh waktu lama untuk bisa akrab dengan mereka. Sebagai seorang jurnalis kampus, kami tentunya sudah dibekali cara mendekatkan diri dengan orang lain. Bermodalkan hal itu, akhirnya jiwa kegilaan kami muncul dan bisa akrab satu sama lain. Ternyata memiliki teman dari berbagai daerah, dengan latar belakang bahasa dan suku yang berbeda itu menyenangkan juga. Ketika berbincang dengan mereka, rasa aneh sekaligus lucu menyelimuti pikiran saya. Bagaimana tidak, saat saya berdialog dengan teman sekamar yang berasal dari Banjarmasin dan Aceh, kami mencoba menggunakan bahasa asli daerah masing-masing. Tentu saja kami tak mengerti apapun dari percakapan yang berlangsung singkat itu, tetapi kami tetap lakukan untuk bahan candaan. Di hari kedua dan ketiga kami di kota Medan, para peserta diberikan materi terkait jurnalisme lingkungan. Mulai dari kondisi umum kebersihan kota Medan, tempat wisata dan keunikan yang ada di sana, hingga teknik pengambilan video jurnalisme lingkungan. Keesokan harinya, kami diberi tugas oleh panitia untuk turun langsung ke lapangan mengambil video bertemakan lingkungan. Ada tiga tempat yang menjadi lokasi peliputan kami. Lokasi pertama bertempat di Lapangan Merdeka kota Medan. Di lokasi kedua dan ketiga bertempat di Masjid Raya Medan dan Istana Maimun. Di tiga tempat itulah kami menghabiskan waktu seharian untuk meliput sekaligus berwisata. Maklum saja, kami
yang berasal dari luar kota Medan harus mengarsipkan setiap momen ketika berada di sana, agar bisa dikenang saat pulang ke daerah masing-masing. Bahkan sebagian dari kami mencoba berpakaian adat asli melayu untuk berfoto di Istana Maimun. Setelah peliputan selesai, malamnya kami mengadakan sebuah perkenalan budaya dari masing- masing daerah. Penampilan pertama dimulai dengan tari Ratoh Duek asal Aceh. Disusul nyanyian lagu khas Tanah Minang, Palembang, Makassar, Tasikmalaya, dan Banjarmasin. Kemudian pantun dari Jambi, dan ditutup dengan sebuah tarian khas kota tuan rumah, Medan. Sebagai perwakilan kota Daeng, saya bersama teman yang berasal dari LPM Profesi UNM menampilkan pembacaan puisi. Adapun judul puisi yang kami bacakan yakni, “Sukmaku di Tanah Makassar�, karya Asia Ramli Prapanca. Penampilan kami cukup menyita perhatian dan mengundang tepuk tangan yang meriah. Sebelum kami kembali ke daerah asal, panitia PJTLN mengajak semua peserta untuk melancong ke Danau Toba dan Pulau Samosir. Kami menghabiskan waktu selama lima jam untuk ibha di sana. Di pulau itulah saya belajar banyak budaya khas tanah Batak. Misalnya saja tarian Sigale-gale khas pulau Samosir. Tak hanya itu, setelah merasa puas menari bersama Si GaleGale, sebuah patung kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari, saat ritual penguburan mayat suku Batak di Pulau Samosir . Kami melanjutkan perjalanan menyusuri pulau kecil ini untuk membeli buah tangan. Kini perjalanan panjang
yang melelahkan, telah terbayarkan dengan semua pengalaman dan ilmu yang saya dapat. Megenal panitia yang begitu ramah menjadi kenangan tersendiri bagi saya. Ingin rasanya kembali bercengkrama langsung dengan mereka. Insya Allah suatu saat nanti kita akan bertemu lagi.n Penulis: Wandi Janwar Redaktur PK identitas, Mahasiswa Departemen Fisika, FMIPA Unhas, Angkatan 2016