Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
Program Unggulan Kian Sepi
DARI REDAKSI
2 TAJUK
KARIKATUR
KOSAKATA
Tantangan Kelas Internasional
S
alah satu tantangan perguruan tinggi adalah globalisasi, di mana masuknya pekerja luar seperti dokter asing ke Indonesia secara bebas. Menjawab tantangan tersebut, kampus mestinya menyediakan pendidikan yang dapat bersaing dengan kampus luar negeri. Pembentukan Kelas Internasional merupakan salah satu langkah menjawab tantangan tersebut. Program yang dirancang untuk berkompetisi dengan lulusan luar negeri. Oleh karena itu, Unhas yang telah menyandang Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN-BH) memiliki rencana strategis agar kampus ini dapat mengambil peran dalam internasional, terutama di kawasan Asia Pasifik. Menuju itu, program studi yang telah meraih akreditasi internasional membuka kelas internasional untuk mewujudkan rencana strategis Unhas dan tentunya menghadapi tatangan globalisasi. Pada 2016 hingga 2021 ada sebelas prodi yang membuka kelas ini, diantaranya Manajemen, Akuntansi, Kesehatan Masyarakat, Kedokteraan Gigi, Ilmu Hukum, Teknik Sipil, Teknik Geologi, Teknik Arsitektur, Hubungan Internasional, Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Kedokteraan. Kelas internasional dengan berbagai keunggulan, salah satunya sistem pendidikan menggunakan single degree atau double degree harusnya banyak memikat perhatian mahasiswa. Namun sayang program ini, belum tuntas terealisasikan di beberapa prodi. Membangun iklim internasional tentunya membutuhkan upaya bersama-sama dari prodi, fakultas dan universitas. Kerja sama yang kuat dapat menjadikan kelas internasional ini lebih unggul lagi. n
ILUSTRASI/RISMAN AMALA FITRA
SURAT DARI REDAKSI
FOTO: SANTI KARTINI
Tudang Sipulung: Kru bersama senior menyelenggarakan halalbilhalal dan tudang sipulung mengenai identitas baru, Sabtu (5/06). Pertemuan ini dilaksanakan di rumah kecil identitas dan secara virtual.
Bersinergi
K
ami sangat bersyukur masih bisa menyajikan bahan bacaan buat Anda. Meskipun tidak mudah terbit ditengah meja redaksi yang belum stabil. Kami harus mengeluarkan kekuatan ekstra, ditambah lagi memasuki minggu final perkuliahan. Namun, ini harusnya tidak menjadi alasan untuk terus menerus terlambat hadir dihadapan Anda. Pembaca yang budiman, Kami menyadari perlunya pembenahan untuk kembali mengepakan sayap di tengahtengah masyarakat kampus. Kami
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
mendapatkan banyak harapan dari civitas akademika Unhas untuk menyalakan api literasi dan kenepulisan mahasiswa dan dosen. Oleh karena itu, bersama sejumlah senior, kami menyatukan kekuatan dalam mewujudkan “identitas baru” yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Di edisi kali ini, kami menyajikan 5 cara memaknai reformasi yang patut diketahui. Ada pula potret peristiwa gerhana matahari yang berhasil diabadikan dan civitas mengenai kelas internasional.n
Asmaraloka: dunia (alam) cinta kasih. Cerpelai: musang, yang suka sekali memakan ular. Derana: tabah. Dersik: desir angin atau bunyi gin. Ejawantah: menjelma; menjadi berwujud. Elegi: syair dukacita. Eunoia: pemikiran yang indah, pikiran yang baik. Jatmika: sopan Jenggala: hutan. Kanagara: bunga matahari, mahkota raja, atau mahkota pengantin. Kelindan: benang yang berpilin, penggulung benang. Lembayung: nama bunga, warna merah campur ungu. Lengkara: mustahil, beduk, tabuh, nekara. Lindap: redup, mendung, teduh. Lokananta: gamelan di kayangan yang bisa berbunyi sendiri. Mangata: bayangan bulan di air yang terbentuk seperti jalan. Meraki: melakukan sesuatu dengan jiwa, kreativitas, dan cinta. Nayanika: mata yang indah dan memancarkan daya tarik. Nuraga: simpati atau berbagi rasa.
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi nKetua Penyunting: Ahmad Bahar nKetua Penerbitan: Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Arisal nKoordinator Liputan: Santi Kartini nLitbang Data: Nadhira Noor R Sdiki nStaf Penyunting: Khintan nFotografer: Nur Ainun Afiah, Friskila Nigrum YusufnArtistik dan Tata Letak: Annur Nadia Felicia Denanda nIklan/Promosi: Nurul HikmanReporter: Irmalasari, Risman Amala Fitra, Anisa Lutfia Basri nTim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa, Muhammad Yunus n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail. com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Mei 2021 Ilustrasi : Identitas Unhas Layouter : Annur Nadia F. Denanda
TIPS
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
3
Perhatikan Lima Hal ini Saat Bertemu Sahabat di Masa Pandemi
P
andemi Covid-19 yang sudah berlangsung dari tahun 2020 ini membuat semua orang sulit untuk berinteraksi secara langsung baik dengan keluarga besar, teman maupun kekasih. Perasaan rindu bisa muncul ketika Anda merasa kesepian di masa pandemi. Dari sisi kesehatan mental, itu normal. Ini hanya bisa hilang ketika Anda melakukan hal yang berhubungan dengan orang yang Anda rindukan tersebut.
Namun, sejak berada di era normal baru sudah banyak masyarakat yang beraktivitas di luar hingga pusat perbelanjaan pun telah banyak dibuka. Meskipun demikian, banyak batasan yang harus Anda patuhi untuk meminimalisasi penyebaran virus corona penyebab Covid-19. Berikut adalah tips saat bertemu dengan teman secara langsung di masa pandemi :
1. Memakai Masker Menggunakan masker pada saat pandemi Covid-19 merupakan hal yang wajib dipakai terutama ketika bepergian keluar rumah dan bertemu orang khususnya teman. Masker menjadi hal yang esensial karena mampu menangkal virus ataupun bakteri yang akan masuk ke mulut ataupun hidung seseorang. Menurut CDC, memakai masker adalah hal yang penting untuk mengendalikan penyebaran virus corona, termasuk di dalam rumah. Tinjauan CDC memperjelas bahwa penggunaan masker membantu mengendalikan penyebaran virus Corona, oleh karena itu saat di luar rumah jangan sesekali membuka masker karena akan membahayakan diri sendiri maupun orang di rumah.
2. Tidak Berbagi Makanan Menurut sebuah penelitian terbaru, berbagi makanan atau minuman dalam piring atau gelas, dapat melipat gandakan kemungkinan Anda tertular Covid-19. Tidak tanggung-tanggung, risiko meningkat tiga kali lipat. Hal tersebut diungkapkan dalam jurnal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Emerging Infectious Diseases yang diterbitkan baru-baru ini seperti dilaporkan oleh Bestlifeonline. Studi kasus kontrol itu meneliti 211 kasus virus corona dan 839 subjek kontrol di Thailand. Awalnya penelitian itu bertujuan untuk menemukan keefektifan dari menggunakan masker dan mencuci tangan dalam menghentikan penyebaran penyakit. Namun, temuan di lapangan juga menunjukkan bahwa mereka yang terlibat dalam perilaku tertentu, cenderung memiliki hasil tes positif Covid. Secara khusus, orang yang berbagi piring atau gelas dengan orang lain, 2,71 kali lebih mungkin tertular Covid -19 ketimbang mereka yang tak berbagi makanan dan minuman dengan orang lain. Jadi, pada saat bertemu dengan teman di luar, hendaknya jangan berbagi makanan agar mencegah penularan Covid-19.
ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY
3. Pilih Tempat yang Tidak Begitu Ramai Melihat tren peningkatan kasus yang masih terus terjadi dan perilaku masyarakat di tempat ramai ini, epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebutkan, masih besarnya tantangan pandemi virus corona di Indonesia. Jika ingin bertemu dan melepas rindu dengan teman maka pilihlah tempat yang cenderung tidak banyak orang agar meminimalisir potensi penularan Covid-19.
4. Hindari Kontak Fisik Berbagai laporan menyebutkan, virus corona bisa menular melalui kontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Namun, kontak fisik itu tidak terjadi satu kali melainkan secara intens dan dalam waktu lama dengan penderita. Itu sebabnya, Anda sebaiknya mengurangi kontak fisik jika memang tidak diperlukan. Misalnya, bersalaman, berciuman, atau pelukan dengan teman.
5. Jaga jarak Menjaga jarak atau physical distancing, sebagai bagian dari protokol kesehatan dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 menjadi penting untuk dilakukan. Sebagaimana menurut rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), jarak aman yang dianjurkan dalam physical distancing adalah satu hingga dua meter. Oleh karena itu, terapkan hal tersebut agar aman dari penularan covid-19.n Ivana Febrianty
OPINI
4
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
Kepercayaan yang Termediasi Adorno and Horkheimer claim that culture industry positions the masses ad objects of manipulation (instead of just satisfying their wants and needs)
P
ernah tidak kita menghitung berapa lama waktu yang dihabiskan menggunakan handphone? Atau bertanya kapan sebuah handphone lepas dari genggaman kita? Mungkin jawabannya hampir segaram, ketika sedang tertidur. Tak bisa dipungkiri kalau masa kini alat komunikasi yang dijuluki sebagai ponsel pintar tersebut begitu akrab menemani hari-hari kita. Kalau dulu kita punya istilah teman karib, tempat kita curhat segala macam cerita, sekarang benda ini menggantikan perannya. Keberadaan benda satu ini menjadikan komunikasi antar manusia tak lagi hanya dibentuk melalui perbincangan langsung tapi lewat media sosial. Akibatnya, kepercayaan antar manusia pun terbangun melalui teknologi. Aplikasi media sosial seperti Whatsapp, Line, Facebook dan sejenisnya yang memberikan fitur telepon video yang tentunya sangat bermaanfaat apalagi mereka yang sedang menjalin hubungan jarak jauh. Namun, tanpa disadari teknologi ini secara samar tanpa kita sadari telah mendikte masyarakat dalam membangun kepercayaan. Misalnya saja, pasangan yang sedang menjalin hubungan jarak jauh, tak lagi cukup jika mengabari sang kekasih hanya dengan pesan teks. Bahkan telpon pun serasa tidak cukup menuntaskan dahaga rindu yang membuncah. Untuk itu, dalam situasi tertentu, fitur panggilan video membuat sepasang kekasih lebih saling percaya dibanding dua lainnya. Ini seperti kehadiran uang pecahan dua ribuan yang bikin uang
seribuan tidak lagi berarti di mata juru parkir. Teknologi media telah mendefinisikan ulang makna kepercayaan dan membuat orang menjadi mekanistik. Anak muda zaman now sudah kehilangan spontanitas dalam bertindak. Semuanya telah diatur oleh mekanisme teknologi. Media tentu berperan penting sebagai moda penyampai pesan teknologi. Theodore Adorno dan Max Hokheimer menyebutkan bahwa segala persepsi kita tentang dunia adalah apa yang diinterpretasikan oleh media. Industri media telah mengambil peran untuk menginterpretasi bayangan kita tentang dunia. Masyarakat akhirnya tumbuh menjadi paranoid. Individu-individu berkembang dengan memediasikan kepercayaannya melalui teknologi. Orang tidak lagi akan percaya jika kita mengatakan sedang berada di suatu tempat tanpa mengirimkannya gambar atau video. Fitur panggilan video bukan cuma berfungsi sebagai ruang tatap gambar jika sedang rindu, tetapi lebih dari itu seakan menjadi alat kontrol. Alih-alih meraih kebahagiaan setelah berkomunikasi melalui video, fitur ini justru membangun penjara kepercayaan yang diciptakan handphone. Manusia masa kini terjebak dalam angst alias ketakutan dan ketidakpercayaan. Kalau Anda pernah menonton film series "Black Mirror", season 1 episode 3 menceritakan bagaimana kepercayaan manusia dikontrol oleh teknologi. Manusia di masa depan digambarkan menggunakan microchip yang dipasang
dimatanya yang berfungsi layaknya kamera untuk merekam setiap kejadian. Ketika seorang pasangan berbohong tentang sebuah kejadian, kita hanya perlu melihat hasil rekaman di matanya. Ini memang cerita fiksi, tetapi imajinasi akan masa depan seperti dalam film ini tentunya kemungkinan besar akan terwujud dengan perkembangan teknologi. Definisi kepercayaan berpotensi menjadi seragam seperti yang dibuat oleh logika teknologi. Perkataan Marshall McLuhan dalam tulisannya di buku Understanding Media sepertinya cukup relevan melihat situasi ini. “The Medium is The Message”, medium sebagai sebuah pesan. McLuhan percaya bahwa medium membentuk dan mengontrol skala dan bentuk asosiasi serta tindakan manusia. Baginya, media itu sendiri jauh lebih penting dibandingkan isi pesan yang disampaikan media tersebut. Di dalam situasi ini, handphone atau fitur panggilan video merupakan medium yang melakukan kontrol terhadap perilaku masyarakat, salah satunya membangun kepercayaan. Herbert Marcuse mengatakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mestinya menciptakan kebahagiaan dan kebebasan buat manusia. Namun, urung terwujud karena ilmu pengetahuan dan teknologi bukannya mengabdi pada manusia tetapi malah memperbudaknya. Saat ini smartphone yang semestinya mempermudah komunikasi rupanya secara tidak kita sadari telah menjadi alat kontrol. Fitur canggih
Oleh: Khairil Anwar seperti panggilan video menjadi alat pembangun kepercayaan antar manusia. Kita bisa melihat bagaimana kapitalisme sekali lagi berhasil memanfaatkan ‘kelemahan’ manusia, yaitu kepercayaan. Mereka menciptakan sebuah masalah seakan-akan itu adalah masalah kita dengan slogan “no picture = hoax”. Masyarakat kini secara tidak sadar tumbuh sekaligus terperangkap dalam kontrol teknologi. Alih-alih mendekatkan yang jauh, fitur panggilan video juga memerangkap kita dalam situasi yang selalu paranoid terhadap sesuatu. Dimana kita menyerahkan diri pada kepercayaan yang terbentuk atas definisi teknologi. Segala tindakan, perilaku, dan hubungan yang terjalin antarmanusia saat ini sedikit banyak dipengaruhi oleh logika yang dibangun oleh medium berupa teknologi seperti kata McLuhan. n Penulis merupakan Alumni Sastra Jepang Unhas Angkatan 2009
KRONIK
Demo Kemajik FIKP Diwarnai Aksi Saling Dorong
K
eluarga Mahasiswa Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (Kemajik FIKP) Unhas menggelar aksi, Jumat (4/6). Aksi tersebut menyuarakan pengekangan ruang kritis mahasiswa dan penyelewengan dana kemahasiswaan. Humas Aksi, Nur Ham mengatakan aksi tersebut menuntut agar fasilitas kampus yang dibatasi akibat pandemi dapat digunakan kembali. “Jadi dalam aksi ini kami menuntut kepada pihak birokrat, agar dapat dibukakan kembali ruang kritis, dan ada transparansi dana dari birokrat. Karena selama pandemi, bukan hanya sekretariat kami, tapi listrik, wifi, bahkan laboratorium yang
harusnya dapat digunakan dengan protokol kesehatan itu kami tidak dapat,” jelas Nur. Lebih lanjut, Nur menjelaskan, alasan dibatasinya aktivitas oleh birokrat itu karena penularan covid-19 di FIKP sempat menjadi yang tertinggi di Unhas beberapa waktu lalu. Namun Nur berpendapat bahwa sudah ada penurunan sehingga pembatasan aktivitas seharusnya sudah dilonggarkan. Berbagai cara sudah ditempuh oleh Kemajik FIKP untuk mendapatkan kelonggaran aktivitas, seperti mengirim surat dan berdialog. Namun usulan tetap ditolak, sehingga mereka menggelar aksi.
Massa mulai memadati titik kumpul di Lapangan FIKP sekitar pukul 14.00 Wita. Satu jam kemudian, titik aksi berpindah ke depan jalan masuk FIKP Unhas. Sembari menyuarakan aspirasi, peserta aksi menutup setengah badan jalan. Hal tersebut menyebabkan arus lalu lintas terganggu. Aksi berlangsung cukup kondusif hingga pukul 15.45 Wita. Massa meminta waktu 2 menit kepada satpam untuk menutup keseluruhan badan jalan utama Unhas. Lalu lintas lumpuh beberapa saat. Melihat kondisi tersebut, petugas keamanan membubarkan aksi secara paksa. Massa yang tidak terima atas perlakuan tersebut sempat
terlibat aksi saling dorong sehingga memicu keributan. Akhirnya massa membubarkan diri dan kembali ke titik kumpul. Kepala satpam Unhas, Sukono Singkilang yang juga turut meninjau lokasi aksi, mengatakan pembubaran secara paksa dilakukan karena menghambat aktivitas pengguna jalam. “Kami terpaksa melakukan pembubaran secara paksa, karena peserta aksi sudah mengganggu lalulintas dan waktu ibadah salat asar. Hal itu terlalu mengganggu mengingat aksi ini hanya di tingkat fakultas saja,” papar Sukono. n RSM
identitas
5
KATALOG FILM
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
Tanah Surga Katanya
Judul Film: Tanah Surga Katanya Sutradara: Herwin Novianto Genre: Drama Tanggal Rilis: 15 Agustus 2012
Film ini bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga yang tinggal di perbatasan Indonesia dan Malaysia. Selain itu, digambarkan pula bahwa betapa penduduk Indonesia di daerah perbatasan sangat kurang akan nilai-nilai nasionalisme, mereka tidak tahu lagu kebangsaan, bahkan mata uang yang mereka gunakan adalah mata uang Malaysia, untuk ke kota mereka lebih memilih pergi ke negara sebelah yang lebih maju. Melalui film ini, menunjukkan bahwa tanah air Indonesia tidak semakmur yang dibayangkan. Film ini secara nyata menyadarkan bagaimana masyarakat di daerah perbatasan hampir kehilangan jati diri mereka sebagai orang Indonesia akibat imbas pemerintah yang begitu tidak peduli terhadap daerahdaerah pelosok.n
Bumi Manusia Menceritakan tentang pertentangan batin yang dialami seorang intelektual Indonesia pada masa pra-kemerdekaan bernama Minke. Dalam film ini tokoh Minke seperti mengajak langsung penonton untuk terlibat dalam masa perjuangan pra-kemerdekaan Indonesia, pun pandangannya terhadap pendidikan, serta bagaimana pendidikan dapat merubah derajat manusia dan juga nasib bangsanya. Selain itu, film ini memiliki pesan tentang semangat bagaimana menjadi Indonesia. Yakni, bagaimana menjadi Indonesia yang modern, yang sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Menjadi Indonesia itu bukan berarti menjadi primordial, menjadi nasionalisme yang merasa paling benar, ataupun paling kaya. Tapi menyadari bahwa Indonesia itu setara dengan bangsa lain.n
Genre: Drama Politik Tanggal Rilis: 14 Juli 2005 Durasi: 147 MeniT
Genre: Drama Sejarah Durasi: 181 Menit
Gie
Sutradara: Riri Riza
Sutradara: Hanung Bramantyo Tanggal Rilis: 15 Agustus 2019
Durasi: 90 Menit
Judul Film: Gie
Judul Film: Bumi Manusia
Soekarno Selanjutnya film tentang drama, biografi, dan sejarah dari tokoh pemuda kritis yang bernama Soe Hok Gie. Film ini juga menggambarkan petualangan Soe Hok Gie untuk mencapai tujuannya dalam menggulingkan pemerintahan orde lama yang dianggap menyimpang, dan perubahanperubahan dalam hidupnya setelah tujuan tersebut telah dicapai. Gie adalah seorang yang berpendirian kuat, pendiam yang kritis, tidak mudah terpengaruh oleh siapa pun, juga seorang pemuda yang bercita-cita akan merubah negeri Indonesia yang semakin kacau menjadi negeri yang benar-benar dapat mewujudkan keadilan, persatuan, keamanan, dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dia dikenal sebagai pemuda yang kritis dalam melihat ketidakadilan di negeri ini, terutama pada masa pemerintahan orde lama.n
Film ini menceritakan perjalanan hidup Soekarno sebagai salah satu proklamator bangsa. Soekarno memiliki kepercayaan tinggi, berani, rela berkorban, cinta tanah air, kharismatik, menikmati keindahan, mensyukuri, melakukan perlawanan, menghargai, dan musyawarah. Ditunjukkan pula bagaimana Soekarno memiliki rasa cinta tanah air terhadap kekayaan alam di setiap pulau-pulau Indonesia yang begitu besar, dapat dilihat dari perilaku perlawanannya. Soekarno mampu menjadi karakter yang di mana kepimpinannya pantang menyerah, rela berkorban berani, dan tegas, Soekarno mau menerima pendapat dari rakyat agar mencapai mufakat bersama untuk berkehidupan sejahtera hingga dapat hidup dengan rukun dan damai untuk selamanya.n
Judul Film: Soekarno Sutradara: Hanung Bramantyo Genre: Drama Tanggal Rilis: 11 Desember 2013 Durasi: 137 Menit
Wynona Vanessa HN
CERPEN
6
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
Bias Diriku yang Panjang Umur “Jika aku melompat, apa aku akan bebas?” “Jika kau melompat, maka kau akan mati.”
R
embulan nampak malu di balik barisan pohon jati yang daunnya mulai berguguran, seakan bingung melihatku jalan sendirian dalam gelap malam. Sedikit berbeda dengan malam sebelumnya, wajahku yang biasanya polos tanpa riasan, kini terias indah dengan bedak dan gincu. Aku juga mengenakan baju dan sepatu terbaik yang kupunya. Aku merasa menjadi wanita paling cantik malam ini, setidaknya sebelum aku pergi. Deru ombak mulai terdengar keras, tak lama lagi aku tiba di atas mercusuar setinggi 80 kaki itu. Tidak ada apapun di sini, selain sebuah tangga yang meliukliuk ke atas. Dengan penuh kehati-hatian, kutapaki tangga yang nyaris keropos itu satu demi satu. Rasanya seperti berada di dalam sebuah kastil kuno tempat Rapunzel dikurung. Sejak mercusuar baru yang lebih efisien dibangun di selatan, puluhan tahun sudah mercusuar ini tidak lagi dioperasikan. Setibaku di puncak, udara semakin dingin menusuk jaket denim tebalku. Tak lama, Aku tertegun kaget melihat seorang gadis remaja berpiama merah, berdiri menghadap laut, di luar pagar pengaman mercusuar. Langkah kecilnya perlahan membawanya semakin dekat ke tepian mercusuar. Ia terlihat ragu-ragu, pikirku ia berniat melompat untuk mengakhiri hidupnya. Dengan sekuat tenaga aku berlari segesit mungkin, berharap bisa menggapainya sebelum iya menjatuhkan diri dan tewas di atas batu karang itu. “ Kumohon, berhenti... berhentiii, jangan melopat!!!” Teriakku sambil mencoba memanjat pagar besi. Ia terdiam menatapku dengan ekspresi yang sangat menyedihkan. Mata sipitnya deras dialiri air mata, rambut panjangnya berantakan. “Kemarilah, Ayo kita bicara dulu!” Ia menggeleng, menarik napas panjang, melangkah mundur yang sukses menjatuhkannya. Aku yang hanya berada satu langkah di depannya, dengan sigap menangkap lengannya, membuatku ikut tertarik hingga tersungkur di tepi mercusuar. Kukuku yang tidak sengaja tertancap di kulitnya membuat lengan putihnya berbalur darah segar. Aku tidak
akan membiarkannya mati. “Lepaskan aku!” pintanya. “Tidak! Sebelum kita bicara.” Dengan kedua tangan, kutarik lengannya untuk naik kembali ke tepi mercusuar. Ia tidak banyak melawan, mungkin ia khawatir jika aku ikut jatuh bersamanya. Kupeluk ia eraterat, menuntunnya duduk menyandarkan diri pada pagar besi karatan di belakangku. Ia berusaha mengatur napas, hingga akhirnya dengan kesal memprotes perbuatanku. “Hal penting apa yang sangat ingin kau dengar dariku?” “Aku akan mendengar semua apa yang ingin kau ceritakan,” rayuku lembut, mencoba meluluhkan hatinya. “Apa kau seorang peri yang akan mengabulkan permintaanku?” Nada bicaranya meninggi. “Bukan, tapi aku akan berusaha. Setelah kita bicara, aku tidak akan menghalagi apapun yang ingin kau lakukan. Aku janji,” imingku. Akhirnya ia memutuskan untuk bercerita, “Aku benci mereka!” “Siapa mereka?” tanyaku. “Geng cewek-cewek di kelasku, mereka benar-benar menyebalkan. Mereka seperti iblis, merebut semua yang kumiliki. Termasuk orang yang aku sayangi.” Ia memeluk lututnya semakin erat. “Itu benar-benar kejam.” “Iya, aku dan Heri sudah bersahabat sejak masih kecil. Kami sangat dekat, Heri adalah orang yang sangat mengerti diriku, dia sosok laki-laki yang sempurna bagi orang-orang yang mengenalnya. Itulah yang membuat mereka iri, hingga melakukan berbagai cara untuk memisahkanku dari Heri.” “Mereka berhasil?” tanyaku memastikan, walaupun sebenarnya aku sudah menduga jawabannya. “Iya, ketika mulai memasuki semester kedua, Heri mulai menjauhiku. Ia tak lagi ingin belajar bersamaku, ia selalu menolak ajakanku, dan untuk pertama kalinya, ia membentakku hanya karena aku selalu mengganggunya. Hatiku benarbenar sakit ketika aku tahu kalau Heri berpacaran dengan salah satu dari mereka. ” Aku mendengar ceritanya dengan seksama. “Pacar Heri dan temantemannya mulai merundungku. Mereka menghasut semua orang
ILUSTRASI/RISMAN AMALA FITRA
hingga tidak ada lagi yang ingin berteman denganku. Mereka mempermalukanku, memfitnahku, menjambak rambutku, mengambil uang jajanku, merusak barangbarangku, bahkan mengunciku di toilet. Itu rutinitas mereka selama empat bulan ini.” Suaranya mulai parau, air matanya semakin deras membasahi pipi tirusnya yang terbenam di antara kedua lututnya . Aku mencoba merangkulnya, menyandarkan kepalanya di pundakku. “Apa itu alasanmu ingin mengakhiri hidupmu? Apa hanya karena itu?” “Apakah kau mengerti bagaimana rasanya?!!” Ia membentak tanpa menatapku. “Lebih dari siapapun!” kubalas bentakannya dengan suara lebih besar sukses membungkamnya. “Lalu setelah kau mati, apa yang akan kau lakukan?” aku menarik pipinya pelan, memaksanya menatap mataku. “Aku menulis sepucuk surat di meja belajarku. Mama dan papa akan menemukannya besok pagi, dan memberi tahu semua orang kejahatan yang mereka lakukan padaku.” “Itu bukanlah tindakan yang tepat. Mengakhiri hidupmu bukanlah tindakan yang tepat. Jika kau mati, mungkin mereka akan disalahkan banyak orang, tapi itu tidak akan lama. Mereka bisa pindah sekolah.” Nada bicaraku sedikit meninggi. “Setelah Heri, apakah kau rela membiarkan mereka merebut hidupmu?” Sejenak ia tertegun, seperti mulai mempertimbangkan keputusannya. Aku menggapai lembut lengan kirinya yang masih meneteskan darah, “Apa ini sakit?” “Lumayan,” jawabnya singkat. “Menurutku kau tidak perlu sampai mengakhiri hidupmu. Coba pikirkan ini, ketika kau pulang ke rumah, aku yakin mama dan papamu yang akan mengkhawatir luka di lenganmu. Mereka dengan penuh cinta, merawat lukamu hingga sembuh.
Jangankan luka dilenganmu, mereka pasti mampu menyembuhkan luka dihatimu. Kau harus bersyukur masih memiliki orang yang mengkhawatirkanmu, mereka sangat berharga. Sekarang pikirkan, apa kau tega melukai hati mama dan papamu hanya demi membalas mereka?” Wajahnya murung dalam renungnya, tak lama kemudian menyumpal mulutnya dengan kedua tangan, “Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku berpikir sependek ini,” ucapnya menyesali perbuatannya. Ia memelukku erat, “Terima kasih sudah menyadarkanku, aku merasa lebih baik sekarang. Aku harus segera pulang dan merobek surat itu sebelum mama dan papa menemukannya,” ucapnya buru-buru berlalu. Gema suara kakinya menapaki tangga semakin kecil kemudian menghilang, meninggalkanku bersama angin laut yang tak henti-hentinya meniup kuping. “Sudahlah, biarkan saja” ujarku berbicara sendiri. Aku hanya berharap setidaknya ia bertanya padaku tentang niat yang membawaku ke mercusuar ini pukul dua dini hari. Sekarang tinggal aku sendiri, diselimuti cahaya rembulan dan angin malam yang dingin. Beginilah yang selalu terjadi, tidak ada yang peduli padaku, bahkan gadis yang baru saja kuselamatkan nyawanya. Aku mengeluarkan cermin kecil dari saku jaketku, tersenyum pada diriku yang sangat cantik malam ini sembari berterima kasih pada diri. Kulepas jaket denimku, kulit bahuku yang dipenuhi lebam seketika menggigil dijamah oleh dinginnya angin malam. Kutanggalkan sepatu ketsku, kucoba tersenyum sekali lagi kepada dunia, sebelum malaikat mau membawaku pergi dari rasa sakit ini. Aku akan lompat sekarang dan menghilang dari dunia ini n . Penulis, Risman Amala Fitra merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Jepang, angkatan 2019
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
BUNDEL
THR dari Barang, Rp20.000 hingga Kini Jutaan
M
enjelang hari raya idul fitri, THR selalu menjadi hal yang dinantikan para pekerja. Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan tunjangan non upah yang wajib diberikan instansi kepada para pekerja. Tujuannya, meningkatkan kesejahteraan menghadapi hari raya agama masing-masing. Kewajiban membayarkan THR juga berlaku bagi instansi akademik untuk para pegawainya, tak terkecuali Unhas. Bentuk dan nilai THR pun berubah-ubah dari masa ke masa. Dilansir dari bundel identitas edisi akhir Januari 1998, Unhas memberikan THR berupa barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti minyak, sirup, gula, serta kebutuhan lainnya. Namun, pada Ramadan tahun tersebut, lima hari menjelang hari raya idulfitri, THR yang dinantinanti belum kunjung diterima. Padahal lazimnya, THR diberikan paling lambat tujuh hari sebelum hari raya. Banyak pegawai berpikir kalau keterlambatan THR akibat Rumah Tangga Unhas sedang goyah karena adanya krisis ekonomi pada saat itu. Namun, Ir M Faisal Mansjur selaku Kasubag Rumah Tangga Unhas membantah rumor tersebut. Ia menjelaskan bahwa Rumah Tangga Unhas tidak terpengaruh oleh krisis. Akuinya, penyebab keterlambatan penyaluran THR murni karena adanya perubahan bentuk tunjangan. Pernyataan Faisal kemudian diperkuat dengan terbitnya lembaran SK Rektor NO 382/J04.02/KU.01/98 tertanggal 15
Januari tahun 1998. Dalam SK tersebut berisi tentang perubahan bentuk pemberian THR. THR yang sebelumnya diberikan dalam bentuk barang-barang diubah menjadi uang tunai sebesar Rp20.000 yang dinilai lebih efisien. Besaran ini juga disesuaikan dengan kondisi keuangan Unhas. Tunjangan tersebut akan dibagikan secara merata termasuk untuk pegawai administratif Unhas. THR tidak hanya diberikan kepada pegawai beragama Islam. Pegawai beragama lain juga mendapatkan tunjangan serupa menjelang hari raya agama masingmasing. Lambat laun, jumlah besaran THR banyak mengalami peningkatan. Hingga kini, ketentuan pun telah dibuat untuk menentukan besaran THR yang harus dibayarkan. Untuk dosen PNS, besaran yang diterima kisaran Rp1.000.000-1.700.000 tergantung golongan. Berbeda lagi hitungannya untuk pegawai non-PNS. Terdapat beberapa syarat untuk mendapatkan besaran THR tertentu. Syarat tersebut misalnya, warga negara Indonesia, telah bekerja selama satu tahun sejak peraturan presiden tentang THR dan gaji ke13 terbit, serta telah diangkat oleh pejabat yang memiliki kewenangan. Besarannya pun dihitung berdasarkan gaji rata-rata pegawai setiap bulan, selama satu tahun terakhir. Tunjangan hari raya awalnya dirumuskan pertama kali di Indonesia sejak kabinet Soekiman dilantik menjadi Perdana Menteri Indonesia ke-6 oleh Presiden
Soekarno pada 27 April 1951. Soekiman yang seorang nasionalis berhaluan islam juga politikus Partai Masyumi itu langsung merumuskan program untuk menunjang kebutuhan pamong praja (sebutan PNS kala itu) beserta keluarga. Program ini juga bertujuan agar pamong praja lebih aktif mendukung program pemerintah lainnya. Memasuki orde baru, rezim Soeharto kemudian melakukan pembersihan terhadap radikal seperti buruh dan menganggap pemberian THR sebagai hambatan melakukan investasi. Pada tahun 1972, pemerintah menerbitkan peraturan tentang THR yang tidak wajib dibayarkan bagi perusahaan yang berpindah tangan. Hal ini memicu rentetan aksi mogok dalam rentang 19891994 yang berhasil memaksa pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-04/ MEN/1994 Tentang Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan. Pada awalnya, THR disebut persekot hari raya dan hanya diberikan kepada PNS saja. Sesuai dengan namanya, tunjangan yang diberikan berupa pinjaman, dibayarkan di muka dan akan diganti lewat pemotongan gaji. Besarannya kala itu pun kisaran Rp150-200. THR lalu menjadi tradisi yang terus berlanjut di Indonesia. Pegawai swasta kemudian merasa tidak adil jika hanya PNS yang diberi THR, dan menuntut untuk diberikan hak sama. Saat ini, THR sudah menjadi upah yang wajib dibayarkan perusahaan untuk para pekerja atau karyawannya. Peraturan ini tertuang dalam Permenaker No.06 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya, dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 dan 19 tentang THR dan gaji ke-13.n Risman Amala Fitra
7 AKADEMIKA
B
Hassan Shadily Perumus Kamus Indonesia-Inggris
ahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional penutur terbanyak. Di Indonesia, bahasa Inggris bahkan sudah menjadi pelajaran wajib sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Oleh karena itu, pelajar pasti akrab dengan kamus terjemahan Inggris-Indonesia. Sosok dibaliknya yang juga namanya tertera dalam tampak depan buku ialah Hassan Shadily. Lelaki asal Balaikambang Pemekasan ini tak sendirian. Bersama ahli bahasa asal Amerika Serikat Prof Dr John M Echols, Hasan menyusun dua kamus yaitu Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia. Mereka berkenalan saat menempuh pendidikan di Universitas Cornell. Keduanya pun lebih akrab dikenal sebagai leksikografer, yaitu orang yang menekuni cabang ilmu bahasa yang mempelajari teknik penyusunan kamus. Awalnya kamus berjudul An Indonesian-English Dictionary dan An English-Indonesian Dictionary diterbitkan Cornell University Press pada tahun berbeda yaitu 1961 dan 1976. Keduanya kemudian diterbitkan berjudul bahasa Indonesia oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada 1976. Pada penerbitan pertama, kamus tersebut harus 30 kali revisi hingga tahun 2012. Pada perbaikan ketiga tahun 1982, Hasan harus merombak hampir seluruh isi kamus, sementara itu Prof Echols meninggal dunia. Untungnya dibantu tim Cornell University. Semua dilakukan atas masukan dari penduduk Indonesia dan pembaca edisi pertama dan kedua. Kesuksesan Hassan Shadily sebagai ahli perkamusan tidak ia duga sebelumnya. Pria kelahiran 20 Mei 1920 ini sempat belajar di Tokyo Internasional School pada 1944 dan Military Academy Tokyo Japan di tahun berikutnya. Namun ia belum sempat menamatkan pendidikan saat Jepang jatuh pada Perang Dunia II. Sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1974, Hassan pernah bekerja sebagai juru bahasa bagi tentara sekutu selama dua tahun. Di tanah air, ia melakoni berbagai jenis pekerjaan. Mulai dari guru Bahasa Inggris, banker di salah satu bank Indonesia, hingga pegawai di Departemen Luar Negeri. Barulah pada tahun 1952, ia dapat kembali melanjutkan pendidikan di Universitas Cornell. Tiket menempuh perguruan tinggi di Amerika Serikat itu ia peroleh melalui beasiswa Fulbright. Ia dan temannya, Mh Rustandi Kartakusuma menjadi orang Indonesia pertama penerima bantuan pendidikan tersebut. Di universitas itulah menjadi gerbang Hassan dikenal sebagai ahli perkamusan. Karier Hassan sebagai leksikografer makin mentereng tatkala ia berhasil menyusun Ensiklopedia dalam 7 Jilid 3.500 halaman pada tahun 1980. Ia lakukan saat menjabat sebagai Kepala Direksi Penerbitan Ichtiar Baru Van Hoeven dan Elseiver Publishing. Lewat Yayasan Dana Buku Indonesia, ia juga pernah dipercaya untuk mengembangkan program penerjamahan buku-buku Amerika ke Bahasa Indonesia. Di waktu lain, Hassan memimpin Franklin Book Programm Jakarta berkantor di New York. Hassan Shadily meninggal dunia pada 10 September 2000 dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Empat belas tahun setelah meninggal, ia dianugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia. n Sri Hadriana
8
LISTICAL NEWS
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
23 Tahun Reformasi, Ini 5 Cara Memaknainya
T
epatnya pada 21 Mei, Indonesia akan merayakan 23 tahun Reformasi. Memasuki usia yang lebih dari dua dekade, agenda Reformasi nyatanya belum terlaksana seperti mimpi para aktivis 1998. Peristiwa Reformasi 1998 sendiri merupakan momen bersejarah dan penting bagi ibu pertiwi. Selain mengakhiri masa pemerintahan Soeharto yang dikenal sebagai rezim otoriter dan militeristik, reformasi juga membawa angin perubahan. Di antaranya budaya berdemokrasi, penegakan hukum, serta
pemberatasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Namun, masyarakat kini cukup kecewa dengan agenda Reformasi 1998. Ketidakberhasilanan penegakkan hukum ditandai dengan berhentinya upaya penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan melemahnya pemberatasan korupsi. Memasuki Mei 2021, kita sebagai generasi muda harus turut memaknai peristiwa tersebut. Lantas bagaimana cara Anda memaknai Reformasi? Di bawah ini ialah beberapa hal yang bisa dilakukan.
1. Mempelajari Sejarah Reformasi 1998
4. Ikut berpartisipasi dalam pemilihan
Sejarawan Salim Said menegaskan kembali apa yang pernah dikatakan Presiden Soekarno, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Ungkapan ini ia sampaikan di talk show tvOne pada 19 Februari, 2021. Menurutnya ketika tidak mengetahui sejarah, kita tidak akan tahu ke mana tujuan bangsa. Mempelajari sejarah Reformasi 1998 merupakan salah satu langkah agar tetap merawat memori kolektif sebagai bangsa. Setiap generasi mestinya mempelajari masa lalu, utamanya generasi yang dilahirkan pasca tahun 1998. Jangan sampai terbuai dengan kebebasan yang dirasakan sekarang tanpa mengetahui bahwa kebebasan itu diraih dengan perjuangan.
Cita-cita reformasi dalam pemerintahan adalah partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik. Dikutip dari nasional.kompas.com, pemilihan umum (Pemilu) dilakukan pertama kali pada 7 Juni 1999 pascareformasi. Pemilu digelar secara serentak guna memilih anggota DPR, DPRD I dan DPRD II. Adapun buah dari reformasi adalah demokrasi, berpartisipasi dalam pemilu merupakan penghargaan kita terhadap pengorbanan para Reformasi 1998. Sedangkan tidak golput adalah upaya kita menentukan masa depan bangsa.
5. Menghindari SARA
2. Menyampaikan Peristiwa Reformasi kepada Generasi Muda Selain mempelajari sejarah, cara lain yang dapat dilakukan memaknai Reformasi 1998 adalah menyampaikan peristiwa ini kepada generasi muda. Hal ini bisa dimulai dari lingkungan sekitar, misalnya membicarakan peristiwa ini kepada saudara atau adik dan sepupu. Menyampaikan sejarah kepada anak-anak harus dengan cara menyenangkan dan mudah dimengerti. Berdasarkan kompasiana.com salah satu cara membentuk karakter bangsa adalah pembelajaran masa lalu. Dengan mempelajari sejarah, kita dapat mengetahui nilai atau pesan yang hendak disampaikan. Begitu pula dengan Reformasi sebagai salah satu tonggak peristiwa Indonesia.
ILUSTRASI: WARDAH
3. Merawat Kebebasan Kebebasan bukanlah hadiah yang turun dari langit, begitulah kata yang menggambarkan kebebasan yang dinikmati sekarang. Kebebasan pers, berserikat, berpendapat di media sosial merupakan hasil perjuangan dengan mengorbankan pemuda untuk meraih reformasi. Merawat kebebasan dan terus menyuarakan suara-suara di ranah publik adalah cara kita memaknai perjuangan para Reformis 1998. Mengutip Kontan.co.id. Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, kebebasan bagaimana pun menjadi simbolisasi perlawanan terhadap otoriter pemerintahan Soeharto. Walaupun ada yang beranggapan kebebasan sekarang kebablasan, inilah konsekuensi yang harus dihadapi.
Adian Napitupulu, salah satu tokoh Reformasi 1998 menyampaikan, selain kemajuan dalam reformasi, terjadi juga kemunduran. Dalam hal ini, isu suku, agama, ras dan antargolongan yang berkembang setelah reformasi menyebabkan mandeknya proses transisi demokrasi di Indonesia, dikutip dari beritasatu.com. Peristiwa seperti konflik antar etnis pribumi dan etnis Tionghoa, konflik agama di Ambon 1999, menjadi referensi untuk tetap menjaga kemajemukan di tanah air. Itulah mengapa, menghindari SARA berupaya agar reformasi tidak mengalami kemunduran.n
Arisal
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
BUNDEL
9
Pembangun Semangat Reformasi Mahasiswa Unhas
T
epat 113 tahun lalu, organisasi Budi Utomo berdiri. Organisasi yang menjadi pertanda awal era perjuangan baru bagi rakyat Indonesia. Bukan lagi melawan penjajah dengan senjata, melainkan dengan pemikiran. Bukan lagi perjuangan bersifat kedaerahan, melainkan bersatu berjuang menjadi lebih kuat. Perubahan tersebut tercipta karena para pemuda pada masa itu sadar akan pentingnya semangat persatuan sebagai mata tombak perjuangan melawan penindasan penjajah. Hingga kini, setiap 20 Mei
diabadikan sebagai hari peringatan kebangkitan nasional. Tanggung jawab pemuda setelah itu masih sama, menjadi kaum intelektual yang senantiasa berpikir untuk kemajuan bangsa dan negara. Hari Kebangkitan Nasional juga menjadi pengingat bagi kita agar selalu membangkitkan semangat berinovasi. Di Unhas sendiri, beberapa tokoh nasional telah sempat berkunjung untuk membakar semangat mahasiswa di masa menjelang reformasi, 19921999.
1. Iwan Fals (1998) Musisi pelantun lagu “Surat buat Wakil Rakyat” ini merupakan salah satu tokoh yang kerap melayangkan kritik terhadap pemerintah melalui lagu-lagunya. Siapa sangka, dalam bundel identitas edisi awal Juni 1998, Iwan Fals pernah berkunjung ke Unhas pada 6 Juni 1998. Melalui sebuah konser bersama Katanta Taqwa Samsara, Iwan mendendangkan lagunya di panggung yang berdiri di depan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Ribuan mahasiswa Unhas kala itu hadir memadati konser. Dalam foto dokumentasi, beberapa mahasiwa bahkan rela memanjat dan menonton dari puncak gedung PKM.
kapitalisme. Sosok yang pernah dicekal atas tuduhan menjelekjelekkan bangsa Indonesia di luar negeri itu, menyarankan agar mahasiswa banyak membuat diskusi kelompok kecil, agar isu dan pergerakan dapat lebih terorganisir.
2. Dr Arief Budiman (1992) Dilahirkan dengan nama Soe Hok Djin, Arief Budiman adalah seorang aktivis demonstran Angkatan ‘66 ketika ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Saudara laki-laki Soe Hok Gie ini datang ke Unhas sebagai pembicara dalam sebuah diskusi di lapangan Fakultas Sastra. Dilansir dari bundel identitas edisi akhir Oktober 1992, diskusi tersebut ramai dihadiri oleh mahasiswa, dosen muda, bahkan pembantu dekan. Hal ini karena Arief Budiman merupakan seorang sosiolog beken, tokoh Golput, dan tokoh pergerakan mahasiswa yang banyak dikagumi aktivis pada masa itu. Ketika berbicara di atas mimbar, Arief Budiman banyak membahas tentang kepercayaannya terhadap sistem sosialisme ketimbang sistem
3. Adnan Buyung Nasution (1993) Adnan Buyung atau akrab disapa Bang Buyung adalah salah satu tokoh pengacara senior Indonesia, pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Indonesia. Bang Buyung pernah hadir di Unhas atas undangan dari LBH Unhas dalam seminar Hak Asasi Manusia di Baruga Andi Pangeran Pettarani (20/11/1993). Tokoh yang dijuluki sebagai Si Burung Merak ini membawakan makalah berjudul Ke Arah Tegaknya Negara Demokrasi Konstitusional Indonesia. Menurut pria kelahiran 1934 ini, sistem demokrasi di Indonesia seharusnya hasil dari pergumulan ide pemikiran antar kekuatan di dalam masyarakat Indonesia. Adnan mengharapkan mahasiswa dapat terus bersatu dalam membuat pergerakan. Menghindari kerja sendiri-sendiri sebab persatuan adalah elemen penting menggapai tujuan bersama. 4. Dr Amien Rais (1998) Ribuan mahasiswa hadir memadati pekarangan depan gedung Perpustakaan Pusat Unhas. Mahasiswa yang kala itu masih aktif mengawal isu-isu nasional terpanggil karena hadirnya seorang tokoh
nasional ialah Dr Amien Rais. Dilansir dari bundel identitas edisi akhir Maret 1998, Amien hadir untuk memberikan dukungan moral kepada para mahasiswa Unhas. Tokoh kontroversial idaman mahasiswa ini digadang-gadang menjadi penyebab menguatnya simpul solidaritas sesama mahasiswa. Cara Amien menyampaikan pidato terkait reformasi ekonomi, politik, dan hukum mampu memukau mahasiswa yang sedang duduk bersila di hadapannya. 5. Setiawan Djodi (1998) Bersamaan dengan datangnya Iwan Fals mengguncang kampus merah, Setiawan Djodi, seorang pengusaha sekaligus penyanyi, ikut tampil dalam konser bersama Katanta Taqwa. Lelaki berdarah BugisMakassar itu cukup piawai ketika berbicara tentang kebudayaan. Dari bundel identitas edisi akhir Juni 1998, beredar kabar
bahwa ia merupakan salah satu tokoh yang dekat dengan Soeharto. Namun, melalui wawancara dengan identitas, Djodi menepis kabar tersebut. 6. Sri Mulyani Indarwaty (1999) Perempuan yang kini menjabat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia ini, sempat bertandang ke Unhas pada 29 Januari 1999. Saat itu, ia masih menjadi Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sri Mulyani pun memaparkan materi tentang kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Ia juga melayangkan aspirasinya tentang ketidakpercayaan terhadap Badan Usaha Milik Negara sebagai cara untuk mengembalikan kestabilan ekonomi pada masa itu.n Risman Amala Fitra
CIVITAS
10
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
Kelas Internasional Kurang Menjual? Kelas internasional menyodorkan berbagai program unggulan, sayang itu kurang bersambut. Minim peminat dan program kurang terealisasi.
M
ulanya kelas internasional dibuka untuk menampung mahasiswa dari luar negeri. Dalam perkembanganya kelas ini juga menerima mahasiswa lokal (Indonesia). Dari 2016 hingga sekarang, sudah 11 program studi (prodi) kelas internasional. Di antaranya Manajemen, Akuntasi, Kesehatan Masyarakat, Teknik Sipil, Teknik Geologi, Teknik Arsitektur, Ilmu Hukum, Hubungan Internasional, Kedokteran Gigi, Sayangnya, sebagian besar prodi itu minim mahasiswa bahkan kurang memiliki peminat. Kelas Internasional Ilmu Kelautan paling nahas. Sejak dibuka 2018 hingga 2019, prodi ini belum memiliki mahasiswa. Ketua Departemen Ilmu Kelautan, Dr A Faizal mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan dalam menyosialisasikan keunggulan programnya. Salah satunya, tambah Ical, begitu ia disapa, saat Unhas mengadakan pameran yang menghadirkan semua kelas internasional untuk menarik peminat. “Sayang hasilnya masih nihil. Tahun 2019 hanya satu pendaftar, jadi tidak dijalankan. Setelah itu tidak ada lagi,” terang Ical, Selasa, (18/5). Persoalan minimnya mahasiswa juga dirasakan prodi lain. Teknik Geologi dan Teknik Sipil, juga terbilang susah menggaet
ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY
mahasiswa. Beda dengan Manajemen dan kedokteran Gigi yang mampu menerima mahasiswa lebih banyak dibanding prodi kelas internasional lainnya. “Ada perbedaan strategi sosialisasi dari tahun ke tahun, mungkin itu yang perlu dikaji lagi,” ucap Kepala Departemen Teknik Sipil, Dr Eng Muhammad Isran Ramli ST MT Selasa (18/5). Minimnya peminat kelas internasional membangkitkan keprihatinan mahasiswa kelas internasional prodi Ilmu Hukum, Aghil Muhammad. Ia dan temantemannya membuat suatu upaya melakukan sosialisasi program. Langkah awal yang dilakukan ialah merintis himpunan kelas internasional yang akan membantu penyebaran informasi kelas ini. “Pihak kampus atau fakultas mesti menyediakan fasilitas agar mahasiswa yang mengikuti kelas internasional ini bisa menambah kemampuan dalam berbahasa Inggris,” kata mahasiswa angkatan 2019 ini, Selasa (18/5). Hal serupa juga disampaikan mahasiswa Kelas Internasional Hubungan Internasional (HI), Ahmad Azhar Rasak. Menurutnya sebaran informasi kelas internasional kurang maksimal, seperti belum tersampaikan program-programnya dan bagaimana keluarannya nanti. Beda pendapat yang diutarakan Kepala Departemen Hubungan
Internasional, Darwis MA PhD. Ia mengatakan Unhas telah melakukan strategi dalam menggaet mahasiswa. Awal-awal pembukaan kelas Internasional HI tahun 2018, tambah Darwis, pihak Unhas telah melakukan sosialiasi seperti pameran kelas internasional, mengirim informasi ke atase pendidikan sehingga antusias prodi ini cukup tinggi, terdapat 15 orang pendaftar masa itu. Selain sosialisasi melalui laman dan akun resmi universitas, Kepala Departemen Teknik Geologi Dr Eng Asri Jaya HS S T M T juga mengambil kesempatan bersosialisasi ketika ada kunjungan ke departemen. “Dulu, pernah ada kunjungan dari siswa SMA Bone dan SMK Balikpapan. Bukan hanya itu, kita juga menjalin kerja sama dengan mahasiswa yang punya kegiatan di daerah,” jelas Asri Jaya Senin (17/5). Direktur Pendidikan Unhas, Dr Ida Leida M SKM M KM M ScPH menanggapi penyebab rendahnya mahasiswa di kelas internasional. Menurutnya, memang ada prodi favorit, tapi ada juga yang tidak terlalu terkenal, biar juga reguler. Selain itu, pergantian wakil dekan akademik atau penanggung jawab juga mempengaruhi gerak atau visi dari kelas ini. “Tidak semua sih prodi punya upaya yang sama dalam kelas internasional ini,” ucapnya. Ida lanjut menerangkan, sosialisasi kelas internasional menyasar siswa lokal dan luar negeri. Selama ini, informasi disebar melalui penerimaan mahasiswa (SBMPTN), iklan di korankoran, kerja sama tempat bimbingan belajar (bimbel), dan pameran. Namun sosialisasi langsung belum pernah digelar kembali selama pandemi Covid-19. Adapun guna menyasar siswa luar negeri, jelas Ida, Unhas meminta bantuan ke atase pendidikan luar negeri untuk menyosialisasikan program kelas
internasional ke sekolah-sekolah. “Kami juga menjadikan mahasiswa asal luar negeri sebagai brand ambassador untuk sebar informasi program kelas internasional,” ucap dr Ida, Kamis (20/5). Keluaran Terasa Reguler Salah satu promosi kelas internasional ialah lulusannya dapat memiliki gelar sarjana ganda yaitu dari Unhas dan universitas mitra atau istilahnya double degree. Akan tetapi mahasiswa juga tetap memilih satu gelar saja atau single degree. Namun program andalan kelas internasional tersebut belum juga terealisasi di beberapa prodi. Kendalanya ialah belum mendapat persetujuan dari universitas luar. Dalam proses persetujuan itu, double degree dapat berlaku bila terdapat kesamaan konsep kurikulum. Hal ini diakui prodi HI dan Teknik Geologi. “Masih perlu kami jajaki dan bicarakan tingkat universitas, terutama program kuliah di universitas luar negeri” ucap Kepala Departemen Teknik Geologi, Dr Eng Asri Jaya HS S T M T. Di sisi lain, alumnus Akuntasi Kelas Internasional, Ayu Khumaera menyampaikan, kelas internasional perlu meningkatkan pengajar dari luar negeri maupun jumlah negara mitra, agar pilihan mahasiswa lebih bervariasi. Mahasiswa yang lulus 2020 ini menambahkan, sebaiknya kelas internasional membuat program yang mendorong mahasiswa giat mengikuti lomba tingkat internasional dan konferensi di luar negeri. “Saya belum pernah merasakan mengikuti konferensi di luar negeri,” ucap Ayu Minggu (16/5). Minimnya peminat kelas internasional adalah dampak dari kurangnya persiapan Unhas. Penilaian bisa diliat dari program, kurikulum, proses penerimaan mahasiswa, biaya pendidikan, sosialisasi, keluaran lulusan, dan masih banyak faktor lagi penyebab kurang bahkan tidak ada pendaftar. Bila tetap ingin mempertahankan, tentu dibutuhkan keseriusan Unhas khususnya prodi yang membuka kelas internasional.n Sal, Hia,Nsa
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
IPTEKS
11
Dosen Unhas Kembangkan Kendaraan Bawah Air Stok minyak mentah dari tahun ke tahun mulai menipis, eksplorasi sumber cadangan baru sangat diperlukan. Hal ini pun tentunya didukung oleh teknologi yang memumpuni.
I
ndonesia diperkirakan dalam beberapa dekade ke depan akan kehabisan cadangan minyak mentah. Sumur-sumur minyak yang terdapat di tanah air didominasi wilayah bagian barat seperti Jawa dan Sumatera yang akan mencapai masa produksinya. Maka dari itu perlunya eksplorasi guna meningkatkan cadangan minyak mentah ini. Berdasarkan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah mencanangkan program eksplorasi yang masif, demi mencapai penemuan cadangan minyak dan gas bumi berukuran besar. Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, kegiatan eksplorasi masih dapat ditingkatkan karena potensi cekungan minyak dan gas di Indonesia yang belum dibor masih sangat besar. Di Indonesia terdapat 128 cekungan, seperti yang dilansir dari ekbis. sindonews.com. Lebih lanjut, dalam berita tersebut terdapat 20 cekungan telah berproduksi, 27 masih status penemuan dan belum produksi, 13 cekungan masih belum ditemukan dan 68 cekungan belum dibor. Menurut Dwi Soetjipto, sebagian besar cekungan yang belum dibor berada di kawasan Indonesia Timur. Cekukan yang terdapat pada dasar laut diperkirakan banyak mengandung sumber minyak. Di kedalaman hingga 500 meter ke bawah laut, diperkirakan tidak dapat dikelola oleh manusia secara langsung karena tekanan air ILUSTRASI: ILMA NURFAHMI
yang tinggi. Untuk itu diperlukan kendaraan bawah laut untuk mengelola sumber minyak tersebut. Salah satu kendaraan yang dapat dioperasikan yakni Remoted Operated Vehicle (ROV). Kendaraan ini dapat melakukan operasi bawah laut seperti survei, observasi, pemasangan pipa kabel di bawah laut. Penelitian Dosen Teknik Sistem Perkapalan, Rahimuddin ST MT PhD yang membuat desain kendaraan untuk dioperasikan dari jarak jauh dengan antena Omni Directional atau Omni Directional Remotely Operated Vehicle (ROV) untuk operasi bawah laut. “Intinya pekerjaan bawah laut sulit dilakukan manusia karena adanya tekanan air yang berbahaya, maka diperlukan robot yang dapat dikontrol untuk mengelola sumber minyak di dasar laut,” ucap Raimuddin, Jumat (12/2). Konsep dari ROV yang dikembangkan berupa wahana untuk survei dan observasi bawah air dengan gerakan omni directional. Terdapat dua bagian penting yang dipertimbangkan dalam desain kendaraan ROV agar stabil yaitu titik pusat gravitasi dan gaya apung. Hal tersebut menentukan karakteristik kestabilan kendaraan, di mana kemampuan kendaraan untuk kembali ke posisi keseimbangan ketika ada gangguan gaya atau momen dari luar. Di sisi lain, kendaraan yang dirancang memiliki kemampuan untuk menjaga posisi kendaraan agar tetap stabil meski mendapat gangguan gaya
dari arus. Kendaraan ini juga didesain memiliki bobot yang sama dengan gaya apung sehingga memudahkan kendaraan bergerak secara vertikal. Untuk mengatur bobotnya, sistem pemompaan menjalankan pompa untuk mengisi sistem pemberat yang dapat memompa air masuk dan keluar ke tangki pemberat. Oleh karena itu, dalam perancangan distribusi bobot kendaraan dan daya apung setiap bagian dirancang dengan baik agar tidak menurunkan stabilitas kendaraan. Pada penelitian ini ROV dirancang untuk beroperasi pada ke dalaman 100 meter di bawah permukaan air. Dalam melakukan penelitian, Rahimuddin membutuhkan waktu sekitar tiga tahun terhitung sejak memulai dengan tahapan identifikasi terhadap model atau desain alat. Hingga tahap pembuatan kendaraan, kemudian selesai tahun 2019. “Tahun pertama kita mendesain alatnya. Tahun selanjutnya kita menambahkan aplikasi atau program-program yang nantinya akan menggerakan alat. Karena pergerakkannya di bawah air, jadi kita harus menggunakan joystick,” ujarnya dosen fakultas teknik ini. Alat ini juga dilengkapai dengan lima propeller sehingga ketika menggerakkannya, semua propeller harus dikontrol dalam setiap gerakan joystick. Karena setiap menggerakkan ke satu arah masing-masing propeller akan mengalami putaran yang berbeda. Disamping itu, penyediaan alat kendaraan bawah laut, mesti
didatangkan dari luar negeri. “Material yang dibutuhkan harus tahan dengan air dan tidak berkarat seperti kamera dan motor listrik. Inilah yang membuat alat ini mahal,” jelasnya. Salah satu kendala yang dialami yakni alat yang dibeli harus disesuaikan dengan anggaran. Sehingga peralatan yang didapatkan belum bisa untuk tekanan air tinggi. “Alhasil konsepnya dibuat untuk tekanan air yang rendah. Bila nantinya anggaran cukup, bisa membeli komponen tekanan air yang tinggi. Artinya tinggal mengganti alat saja kemudian menyesuaikan dengan desain yang baru,” ujar Rahimuddin. Adapun total dana yang digunakan sebanyak 300 juta bersumber dari Dikti. Penelitian yang beranggotakan tiga dosen dan dua mahasiswa. Ia pun berharap agar memiliki dana yang cukup untuk membeli komponen yang diinginkan, sebab teknologi cangih sangat dibutuhkan oleh negara yang dominan perairan. “Apalagi sangat penting bagi mahasiswa bidang teknologi. Misalnya perlombaan membuat robot bawah laut, dapat memicu mahasiswa semakin cepat menguasai teknologi. Di mana kini kita tertinggal dari Jerman dan Amerika dalam hal penguasaan teknologi,” tutup dosen Teknik Perkapalan ini. n
Friskila Ningrum Yusuf
CERPEN
12
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
Hadirku Hanya Semu
K
alimat tamparan dua bulan lalu itu masih sangat hangat di telingaku. Sebuah obrolan singkat dalam ruangan berdinding putih, yang berhasil menggores hati seorang Renata Anastasya. Anak yang sudah beranjak dewasa tapi ternyata tidak pernah diinginkan kehadirannya oleh sosok Papa. “Aku kan sudah pernah bilang, kalau aku tidak ingin punya anak perempuan. Kok malah lahirin anak perempuan sih? Anak pertama lagi,” ketus Papa. “Pa, ini kan sudah anugerah yang dititipkan Tuhan kepada keluarga kita. Bukan kita yang menentukan. Bagaimana pun juga, kita harus menerima itu,” balas Mama. “Ma, kita ini butuh penerus yang bisa memimpin keluarga. Anak perempuan kan nggak bisa jadi pemimpin,” kata Papa. “Ya udah, urusin aja anak perempuan kamu itu. Papa sih nggak mau yah,” lanjutnya. Apakah aku seburuk itu di mata Papa? Entahlah. Pagi yang bergegas. Kicauan beberapa burung di pepohonan seolah ikut menghiasi suasana damai ini. Hanya suasana yang damai. Tidak dengan batinku yang justru kian menangis setiap harinya. Entah kekacauan apa yang sedang bercampur-aduk di dalamnya. Papa terlihat sangat rapi pagi ini. Dia berjalan menyusuri beberapa anak tangga yang menghubungkan kedua lantai di rumah kokoh yang sudah mulai usang ini. Kami berempat telah menghuni rumah bak istana yang ada di Kota Makassar ini sejak 17 tahun yang lalu. Aku, Papa, Mama, dan Rama, si bungsu yang baru saja menginjak usia 12 tahun. Keluargaku termasuk keluarga yang berkecukupan. Uang jajanku tidak pernah kekurangan. Tapi, sejatinya bukan itu yang kuinginkan. Aku kehilangan kunci penting dari hidupnya
sebuah keluarga. PENGAKUAN. Seperti biasanya, Rama berangkat ke sekolah bersama Papa kesayangannya. Bagaimana denganku? Kasur, earphone, dan minuman soda adalah temanteman yang setia menemaniku selama lima hari terakhir ini. Aku seperti tidak lagi mengenal yang namanya sekolah. Semuanya berantakan. Gairah untuk duduk serius di kelas menerima materi sudah kukubur sedalam mungkin. “Semakin hari semakin malas saja kamu! Katanya mau membanggakan orang tua,” kata Mama. “What? Nggak.. nggak.. Mana bisa aku membanggakan orang tua yang tidak menganggapku?” batinku. Saat ini, aku masih terikat status sebagai siswi kelas tiga di SMA Nusa Bangsa, Kota Makassar. Seharusnya, sekarang aku sudah mulai bimbingan belajar untuk persiapan ujian akhir. Akan tetapi, jiwa ini seolah tidak punya semangat lagi untuk belajar. Boro-boro belajar, ke sekolah saja rasanya kaki ini sangat berat untuk dilangkahkan. Aku pun ketika berangkat ke sekolah harus menunggu angkutan umum terlebih dahulu. Tidak seperti Rama yang setiap hari diantar ke sekolah oleh sosok ayah yang dia sayangi. Sosok ayah itu pun sangat menyayanginya. “Dasar anak pemalas!!! Kenapa akhirakhir ini kamu suka bolos? Kamu mau sekolah atau nggak sih?” “Kamu ini kan anak perempuan. Kenapa kelakuannya brutal?” Itulah kalimat yang dilontarkan oleh guru BK lima hari yang lalu saat aku datang untuk memenuhi panggilan di ruangannya. Apa lagi kalau bukan akibat ulah nakalku. Aku jarang masuk kelas dan seringkali berbuat onar di sekolah. Akhirnya, aku pun di-skorsing dari sekolah selama dua pekan. Benar-benar masalah yang sangat kompleks. Ahhh.. andai saja mereka tahu semuanya. “Aku memang tidak seperti anak di luar sana yang memiliki segudang prestasi membanggakan. Tapi bukan
berarti aku harus mendapatkan perlakuan yang seolah terus menindas batinku. Aku muak,” batinku. ^^ Pukul 02.30 WITA. “Mau ke mana kamu?” tanya Mama. “Mau keluar sama teman-teman.” “Tapi ini kan udah larut malam,” kata Mama. “Yah bodo amat. Kan udah nggak ada juga yang peduli sama aku,” ketusku. “Kok kamu ngomong gitu? Mama ini peduli sama kamu,” kata Mama dengan suara sedikit lantang. Tanpa berkata apa pun, aku langsung bergegas menuju mobil yang sepertinya sudah menunggu di depan rumah sejak setengah jam yang lalu. Ya, itu mobil Andre. Bagaimana dengan Papa? Sampai saat ini Papa belum juga kembali dari kantor. Pukul tujuh malam tadi, Papa menghubungi Mama, katanya dia akan lembur. Saat jam pulang sekolah pun, Rama hanya diantar pulang oleh salah seorang temannya. *** Mobil kami mengarah ke sebuah tempat hiburan malam. Apakah ini sudah menjadi pilihan terakhirku untuk melepas beban? Entahlah. Tapi aku yakin bahwa dengan aku melakukan ini, sedikit masalah bisa melayang jauh dari diriku. Saat tiba di ruang hiburan, kelapkelip lampu menyambut kedatanganku bersama Andre. Di sana juga ada temanteman yang lain. Kami memang telah membuat janji sejak kemarin sore. Pesta pun dimulai. Segelas bir yang disediakan oleh pelayan di tempat tersebut dengan sangat lihai kuteguk. Berjoget sembari menikmati musik club menambah keseruan kami. Waktu sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Tiba-tiba... Perhatianku dialihkan oleh penampakan sesosok pria dewasa di pojok ruangan yang sepertinya tidak asing di mataku. Pria itu terlihat sedang merangkul wanita dengan busana yang cukup menarik di mata para lelaki yang melihatnya. “Papa...” teriakku saat melihat orang yang telah membuat pikiranku kacau ikut berpesta di sana. “Oh... jadi ini lembur yang Papa bilang ke Mama? Hah? Berduaan dengan wanita lain di tempat ini?” Sebuah tamparan keras melayang dan mendarat dengan sempurna di pipiku. Wajahku memerah. Aku segera menutupinya dengan tanganku, yang juga sebelumnya hampir kugunakan untuk menampar balik orang ini. “Berani sekali kamu berkata seperti itu. Kamu jangan kasar yah sama Papa!” “Kamu... kamu kenapa ikut-ikutan ada di sini?” ucap Papa dengan semburan aroma miras dari mulutnya. “Asal Papa tahu yah, aku ada di sini juga karena Papa. Papa nggak pernah sayang sama aku, kan? Papa udah nggak
peduli sama aku, kan? Ya udah, aku ke sini aja. Di sini ada teman-teman yang sayang dan peduli sama aku. Di rumah? Di rumah hanya ada Mama dan Rama yang lebih sibuk dengan gadget-nya,” ketusku. Tanpa sadar, air mataku menetes. Sakit sekali rasanya harus mengatakan ini di hadapan Papa secara langsung. Sontak kejadian ini pun menjadi sorotan mata para pengunjung club terbesar di Makassar itu. Waktu semakin berlalu. Tidak terasa, kondisi sudah hampir menyapa sang fajar. Aku memutuskan untuk segera pulang bersama Andre. Seperti biasanya, mobil kami melaju dengan kecepatan yang tidak biasa. Setengah perjalanan, Andre tiba-tiba hilang kendali. Entah itu karena kondisinya yang tengah mabuk, ILUSTRASI/RISMAN AMALA FITRA atau memang sudah sangat lelah karena tidak tidur semalaman. Kejadian nahas menimpa kami. Mobil sedan putih milik Andre menghantam sebuah pohon besar yang ada di sisi kanan jalan. Tidak ada kondisi yang baik-baik saja. Setiap sisi mobil Andre mengalami kerusakan parah. Aku melihat dengan sangat jelas Andre terbaring lemas, bahkan mungkin saja tidak ada lagi denyut nadi yang berdetak. Bagaimana denganku? Aku masih sadarkan diri, meskipun dalam kondisi penuh darah di kepala. Hampir satu jam tergeletak tak berdaya, aku pun mendengar suara ambulans datang semakin mendekat ke arahku, membawaku dan Andre menuju sebuah rumah sakit terdekat dari lokasi kami kecelakaan. Sungguh malam yang sangat tidak ku harapkan. Baru saja tiba di rumah sakit, suara dokter itu sangat hangat di telingaku mengatakan bahwa nyawa Andre tidak dapat diselamatkan. Aku yang sedang dilumuri darah pun semakin merasakan sakit yang mendalam. Aku segera dibawa ke ruang UGD untuk ditangani. Masih terlihat sangat buram di sepanjang sisi penglihatanku. Di sisi kiriku terlihat remang-remang sosok pria kekar yang belum aku tatap wajahnya. Yang jelas, aku sangat mengenali aromanya. Yah aroma itu. Aroma miras yang aku cium beberapa waktu lalu sebelum kecelakaan. Suaranya berbisik lembut kepadaku. “Maafkan Papa, Sayang. Maafin Papa yang tidak pernah menganggap kamu selama ini. Papa teperdaya dengan pikiran Papa. Papa janji, Papa akan mengubah sikap Papa demi kamu.” Aku merasakan beberapa tetes air mata papa jatuh membasahi pergelangan tanganku. n Penulis Dewi Rizky Purnama merupakan mahasiswa Ilmu Gizi, angkatan 2020.
identitas
13
CERMIN
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
ILU STR ASI /SA NT I
S
aya percaya bahwa pada satu titik kehidupan, kebanyakan dari kita, jika tidak semua, pernah merasa kehilangan. Entah kehilangan benda kesukaan, teman tercinta, atau orang terkasih. Orang tua, misalnya. Ketika beranjak dewasa, kita sadar bahwa tak semua anak diberi kesempatan hidup bersama kedua orang tuanya hingga tua. Ada yang telah diambil Sang Pecipta lebih dulu. Sama seperti kisah kawan saya sesama relawan perdamaian di yayasan Kita Bhinneka Tunggal Ika Makassar. Pada satu kesempatan kelas refleksi, kami menceritakan tiga momen membahagiakan di dalam hidup. Ya, salah satu kegiatan rutin yayasan ialah berbagi cerita di kelas refleksi dengan beragam tema. Saat itu tema yang kami bicarakan adalah “Happiness”. Kami saling bertukar pengalaman bahagia yang pernah dirasakan. Ada yang berbagi kisah ketika ia merasa berada di titik spiritual tertinggi dalam hidupnya, ada yang bercerita tentang pengalaman diksar kocaknya luar biasa. Seru sekali mendengar kisah mereka kala itu. Lalu, satu teman saya muncul dengan cerita soal kehilangan sosok bapak beberapa tahun lalu. Saya tahu Anda bingung. Kok tema refleksinya “Happiness” alias kebahagiaan tapi yang diceritakan malah tentang kehilangan? Saya juga bingung waktu itu. Namun, setelah ia menyelesaikan ceritanya, saya mendapatkan sisi lain dari kehilangan. Beberapa tahun lalu, bapak kawan saya mengidap penyakit kronis. Ia mesti dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Kawan saya tak pernah berhenti memohon kepada Tuhan untuk kesembuhan si bapak. Meski saat itu keadaan si bapak sudah tak memungkinkan pulih kembali. Kawan saya tak sanggup menahan sesak di dada. Ia mencoba menceritakan hal itu kepada salah satu teman dekat. Setelah bercerita, ia mendapat saran dari si teman
KA RT INI
Memaknai Kehilangan
kepercayaannya untuk mengubah doa yang ia panjatkan kepada Tuhan. Kawan saya pun mengubah doanya. Ia tidak lagi memohon kesembuhan si bapak, tetapi meminta diberi keputusan terbaik bagi si bapak, dia, dan keluarganya. Apapun itu. Tak lama setelah itu, saat diperjalanan menuju rumah sakit, di atas pete-pete, kawan saya mendapat kabar bahwa si bapak telah tiada untuk selamanya. Reaksinya, ia tidak merasa begitu hancur. Ia percaya bahwa kematian bapak adalah keputusan terbaik dari Tuhan untuk keluarganya. Oleh karena itu, ia membagi kisah kehilangan sosok bapak sebagai momen bahagia. Bukan karena ia akhirnya tidak memiliki bapak lagi, bukan. Merasa benarbenar kehilangan itu sudah pasti. Akan tetapi, di saat bersamaan, ia merasa lega atas apa yang telah terjadi. Sebab ia meyakini, sudah seharusnya seperti itu. Ketika mendengar cerita itu, saya seperti terlempar kembali ke masa enam tahun yang lalu, di kamar orang tua saya. Pagi itu langit di luar rumah sangat cerah, tetapi kecerahannya hanya sampai di depan kamar orang tua
saya. Sebab di dalam kamar, awan hitam menyelimuti saya, papa, dan kedua adik saya. Duka mendalam kami rasakan akibat kepergian ibu untuk selamanya. Hampir serupa dengan kawan saya tadi, saat itu saya memang merasa seakan seluruh jiwa pergi entah ke mana tetapi kelegaan juga bisa saya rasakan di waktu bersamaan. Saya waktu itu tidak sanggup melihat ibu terus menahan sakit, juga memanjatkan doa yang sama seperti kawan saya. Dan begitulah, saya kehilangan sosok manusia yang tak akan mungkin pernah temukan penggantinya di muka bumi. Oh iya, sewaktu berbagi cerita di kelas refleksi virtual itu, kawan saya sedang berada di rumah duka. Ia baru saja kehilangan kakeknya. Bukannya larut dalam kesedihan, kawan saya lebih memilih membagi kebahagiaan dan mendengar cerita bahagia dari kami sesama relawan. Begitulah sisi lain dari kehilangan. Ia tak melulu datang dengan wajah suram, kusam, dan penuh penderitaan. Ketika kita sudah menerimanya dengan tangan terbuka, ia bisa mengembangkan sisi kedewasaan. Mengajarkan untuk berdamai dengan segala kemungkinan terburuk yang kapanpun bisa terjadi. Kehilangan juga menyadarkan kita bahwa tak ada satupun hal yang benar-benar bisa dimiliki di dunia ini. Saya tahu, tak semua orang kuat melewati fase kehilangan. Apalagi di masa pandemi saat ini, banyak hal yang hilang; tak seperti dulu lagi dan banyak pula yang kehilangan orang terkasih. Oleh sebab itu, semoga melalui sepenggal cerita ini kita bisa saling menguatkan. Saya percaya bahwa pada satu titik kehidupan, kebanyakan dari kita, jika tidak semua, pernah merasa kehilangan. So, let it be, because it is what it is!n Khintan
PUISI Perempuan Terbaik yang Pernah Ada Oleh: Ahmad Fudail Teruntuk: 一夜 Sekiranya baru aku sadari Bahwasanya keheningan itu merambat Tak ada siapapun yang berlagak Pada panggung sandiwara Belum lagi ada narasi dilakonkan Dan kau pun sadar Jika keheningan itu merambat Yang tersisa tinggallah daun-daun Menyambut takdir bersama angin Berlagak seolah mereka kehidupan Dan kicau burung-burung menyadarkan Bahwa lakon mereka belum lengkap Tanpa alunan musik pengiring Merekalah sesungguhnya abadi Pohon-pohon akan tetap tumbuh Tunas-tunas baru akan bermunculan Meski seringkali daun-daun berguguran bahkan habis Laksana kenangan yang menyeruak Yang membuatmu hidup, disaat yang sama kau mati Pohon-pohon tak akan bersedih Meski daun-daun meninggalkannya Pergi mengembara bersama angin Menari-nari dalam panggung sandiwaramu Kaulah yang mati Merekalah sesungguhnya abadi Sekiranya kau belum terlambat Jika seorang dari balik panggung itu Bersedia mengisi keheningan yang merambat itu Mencoba menjadi seorang peran yang penting Untuk kau tertawakan sebagai pelipur Sebelum akhirnya kau bosan dan menjadi jahat Lalu menyaksikan seorang itu mati dalam peran Dan kau mencari panggung sandiwara lain Untuk kemudian kau tertawakan lagi Tatkala tirai telah menutup Kau dapati dirimu menjadi rakus Dan sekian banyak hati yang kau patahkan Menjadikan mu sebagai “Perempuan terhebat yang pernah diceritakan” Makassar, Oktober 2020 n Penulis merupakan Mahasiswa Departemen Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Angkatan 2017.
KAMPUSIANA
14
Rumah Sakit Unhas Gelar Podcast Bertajuk Hipertensi BIDANGPendidikan dan Pelatihan Unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit Unhas menggelar Obrolan Online (OBRAL) Sehat. Bertajuk “Ukur Tekanan Darah, Kontrol dan Hidup Berkualitas”, kegiatan menyambut Hari Hipertensi Sedunia (17/5) itu disiarkan melalui kanal Instagram dan YouTube Rumah Sakit Unhas Official, Jumat (21/5). Dipandu oleh dr Akhyar Albaar Sp PD, turut mengundang dokter spesialis ginjal, Prof Dr dr Haerani Rasyid M Kes sebagai narasumber. Menurut Haerani, hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolis mencapai level 140 atau diastolik sama dengan 90 yang diukur selama dua hingga tiga minggu berturutturut. “Hipertensi sebenarnya gampang didiagnosis, sehingga deteksi awal dianjurkan untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk,” ungkap Haerani. Sebagai pencegahan munculnya penyakit fatal, hipertensi sangat penting untuk diketahui. Cara
pengukurannya pun harus mengikuti prosedur medis. Jika pasien didapati mengalami hipertensi, perlu melakukan pemeriksaan berkala pada kesehatan organnya. “Kemudian, dilanjutkan dengan pengobatan farmakologi dan pengobatan non-farmakologi, yakni pengobatan berbasis obat – obatan dan terapi tanpa obat,” ujar Haerani. Ia kemudian mengungkit stigma masyarakat yang menganggap garam sebagai penyebab hipertensi. “Masyarakat hanya terpaku pada penggunaan garam dapur, kurang memperhatikan garam yang terkandung dalam makanan. Seperti halnya ikan laut, makanan yang diawetkan, kecap, dan saus,” sebut Haerani. Di akhir sesi, ia menganjurkan penerapan pola hidup sehat agar terhindar dari obesitas sebagai pemicu tekanan darah tinggi, serta rutin mengecek tekanan darah. n M201
IDENTITAS/OKTAFIALNI RUMENGAN
Terumbu Karang: FIKP bekerja sama dengan WALHI Sulsel dan EcoNusa Foundation gelar rapat urgensi dan pemeliharaan terumbu karang Spermonde yang bertepatan di Aula Pascasarjana Unhas, Selasa (25/5).
S
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
5 Tahun Meneliti, Dosen FKM Unhas Raih Penghargaan Pittu Laungani DOSEN Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, Sudirman Nasir Ph D, dianugerahi penghargaan tahunan Pittu Laungani Award atas artikel ilmiah yang ditulisnya, berjudul “Cultural norms create a preference for traditional birth attendants and hinder health facility-based childbirth in Indonesia an Ethiopia: a qualitative inter-country study“. Dr Sudirman menyelesaikan penulisan artikelnya ketika menjadi peneliti tamu (visiting fellow yang didukung oleh Program SAME Kementistek-Dikti tahun 2019) di Liverpool School of Tropical Medicine/ LSTM, sehingga bisa mengedit artikel dengan sejawat peneliti/penulis pendamping di LSTM yaitu Professor Miriam Taegtmeyer dan Dr. Rosalind Steege. Artikel ini diterbitkan pada International Journal of Health Promotion and Education, volume 58 issue 3, tahun 2020, edisi khusus yang menyorot determinan sosial kesehatan. Jurnal terbitan Taylor and Francis yang berbasis di Inggris dan merupakan jurnal resmi Institute of Health Promotion and Education, komunitas internasional akademisi, peneliti, juga profesional kesehatan yang memiliki keahlian dan minat pada promosi kesehatan. Pittu Laungani Award merupakan penghargaan yang dilaksanakan untuk mengenang jasa Dr Pittu Laungani, seorang yang banyak mendedikasikan dirinya di bidang promosi kesehatan lokal. Penghargaan ini diberikan kepada para peneliti yang artikelnya menekankan pentingnya aspek budaya lokal dan pengaruhnya pada sikap masyarakat dalam mengakses atau tidak mengakses layanan kesehatan esensil. Dalam proses penulisannya, Dr Sudirman Nasir bersama pendamping
(co-authors) yang merupakan kolaborasi antara sejumlah lembaga penelitian/perguruan tinggi seperti Universitas Hasanuddin, Liverpool School of Tropical Medicine, Eijkman Institute, Royal institute of Tropical Medicine, Reachout Indonesia dan Reachout Ethiopia. Penelitian ini melibatkan para pakar dari dua negara Asia (Indonesia dan Bangladesh), empat negara Afrika (Ethiopia, Kenya, Malawi, Mozambique) dan dua negara Eropa (Inggris dan Belanda) yang bergabung dalam konsorsium riest bernama REACHOUT yang didukung oleh European Commission. Dilansir dari Kasubdit Humas dan Informasi Publik, Direktorat Komunikasi Unhas (18/5), Sudirman Nasir menjelaskan penelitian ini berlangsung lima tahun sejak 2013 hingga 2018. Indonesia dan Ethiopia memilih fokus pada peran tenaga kesehatan di lini terdepan untuk mengurangi kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu/ perempuan (maternal health/women’s health). “Fokus artikel ini adalah untuk membandingkan pengalaman kedua negara, Indonesia dan Ethiopia, yang memiliki angka kematian ibu yang masih tinggi. Meskipun Ethiopia jauh lebih tinggi dari Indonesia, tapi keduanya terhitung tinggi di kawasan Asia maupun Afrika. Salah satu faktornya karena masih banyaknya hambatan, temasuk yang terkait dengan budaya lokal, yang dialami perempuan di lokasi penelitian di kedua negara untuk melahirkan di fasilitas kesehatan. Melahirkan di fasilitas kesehatan dan dibantu oleh tenaga kesehatan adalah salah satu aspek kunci upaya penurunan kematian ibu,” jelas Sudirman. n Risman Amala Fitra
Unhas Umumkan Mawapres Utama Tingkat Universitas 2021
eusai menggelar Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) tingkat Universitas, Unhas kini mengumumkan siapa Mawapres Utama Unhas yang terpilih, Rabu (25/5). Sebelumnya, para Mawapres perwakilan lima belas fakultas telah menjalani berbagai pelatihan dan seleksi. Dilansir dari postingan akun instagram @kemahasiswaanunhas, terdapat tiga pemenang utama yang terpilih. Di antaranya Mawapres Fakultas Teknik (FT), Andi Annisa Tenri R sebagai Mawapres Utama Unhas, Mawapres Fakultas Hukum (FH), Winda
Sari sebagai Mawapres Unhas II, dan Mawapres Fakultas Farmasi, Nurfadillah Asfa sebagai Mawapres Unhas III. Selain itu, predikat “The Most Inspiring Student” jatuh kepada Mawapres Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Indah Diantiara Nurul M. Pilmapres Unhas 2021 sendiri terdiri atas lima alur kegiatan seleksi yang berlangsung selama tiga hari. Di antaranya Penilaian Capaian Unggulan, Psikotest, Leader Group Discussion (LGD), wawancara, dan Presentasi Karya Tulis Ilmiah. Pada Penilaian Capaian Unggulan, Mawapres perwakilan fakultas
diminta mereka prestasi organisasi, ekstrakulikuer, dan prestasi lainnya. Sementara psikotest, ujian yang diadakan terbagi ke dalam beberapa jenis. “Kemudian, kami diminta berdiskusi dalam Leader Group Discussion (LGD) dan diwawancarai mengenai diri sendiri. Terakhir, ialah presentasi karya tulis ilmiah dalam dua jenis bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,” terang Annisa saat diwawancarai melalui Whatsapp, Kamis (26/5). Senang, gugup, dan bangga menjadi kesan bagi Annisa selama proses seleksi yang ia lalui. Ia bangga dapat
berpartisipasi dalam pilmapres tingkat universitas dan bertemu dan orangorang hebat. Sebagai Mawapres Utama Unhas, Annisa berharap dapat melakukan yang terbaik dalam membawa nama Unhas dalam pilmapres tingkat nasional. “Saya berharap dapat membawa kemenangan bagi Unhas di tingkat nasional,” ujarnya. Menutup pembicaraan, Annisa menegaskan pemenang tidak selalu merujuk pada mereka yang mendapat predikat juara. Menurutnya, siapapun yang berhasil berproses di tingkat universitas adalah seorang pemenang.n M222
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
KAMPUSIANA
Hasanuddin Contact Beri Tips Kurangi Resiko Stunting HASANUDDIN Center for Tobacco Control & Non-Communicable Diseases Prevention (Contact) menggelar Dialog Publik: Rokok, Stunting, dan Quit Smoking. Kegiatan ini dilaksanakan melalui Zoom Meeting, Sabtu (29/5). Turut hadir Dokter Spesialis Gizi FK Unhas yakni Prof Dr dr Nurpudji Astuti Taslim MPH Sp GK (K) sebagai pembicara yang mengusung materi “Berhenti Merokok Untuk Mengurangi Resiko Stunting”. Pada kesempatannya, ia menjelaskan stunting sebagai keadaan di mana seorang balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur anak tersebut. “Kurang gizi ini terjadi sejak masih dalam kandungan, pada masa awal bayi lahir. Namun, kondisi stunting tampak ketika bayi berusia 2 tahun,” jelas Pudji. Untuk menekan stunting, diperlukan adanya perbaikan gizi dengan mendukung salah satu program pemerintah. Salah satunya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang mencanangkan penurunan kondisi stunting dan keinginan menurunkan kondisi gizi buruk. Pudji memaparkan, kondisi stunting di Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 5 tertinggi di dunia dan tertinggi di Asia Tenggara. Angkanya bahkan jauh lebih tinggi dari angka stunting yang terjadi di beberapa negara miskin di Afrika. “Menurut data, stunting di Indonesia tidak hanya terjadi di keluarga miskin, tapi di keluarga mampu,” ungkap Pudji. Tidak lupa, ia menjelaskan cara mencegah stunting terhadap anak. “Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah stunting ialah perlunya pengoptimalan gizi pada anak dan pengetahuan pengasuhan untuk calon ibu,” papar Pudji. Menurutnya,penyebab stunting cukup beragam. Di antaranya anak yang tidak menerima asi eksklusif, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses
makanan bergizi yang dipengaruhi oleh harganya yang mahal, kurangnya penerapan hidup sehat. Ia kemudian menjelaskan, 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa yang sangat penting karna terjadinya pertumbuhan otak yang sangat pesat guna mendukung semua proses pertumbuhan anak dengan sempurna. Sayangnya, jika terjadi kekurangan gizi di 1000 hari pertama, maka tidak dapat diperbaiki lagi di tahap kehidupan selanjutnya. Dalam pemaparannya, Pudji menjelaskan, rokok juga ikut berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan anak. Adapun gangguan jangka pendek yang disebabkan rokok ialah berupa gangguan perkembangan otak, pertumbuhan massa tubuh atau komposisi badan, dan gangguan metabolisme. “Sedangkan gangguan jangka panjangnya akan mempengaruhi kognitif dan prestasi belajar anak. Tidak hanya itu, dampaknya akan memunculkan penyakit seperti diabetes, obesitas, jantung, stroke, kanker, dan disabilitas ketika lansia,” sebut Pudji. Ketika anak terpapar rokok maka hal itu akan mempengaruhi besar kecilnya tengkorak kepala dan membuat otak mengecil. Mengutip hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (UI), konsumsi rokok oleh orang tua dapat menyebabkan anak stunting. “Paparan asap rokok kepada anak akan mempengaruhi tumbuh kembang anak karna mengganggu penyerapan gizi. Efek rokok juga memberikan masalah lainnya seperti pengurangan pemberian makanan sehat kepada anak, pendidikan, dan sebagainya,” papar Pudji. Menutup kegiatan, Pudji menegaskan pentingnya berhenti merokok atau menjauhkan anak dari rokok.n M219
15
Bahas Kebijakan Energi Nasional, Marinesia OKSP Unhas Kembali Hadir ANGGOTA Dewan Energi Nasional RI Pemangku Kepentingan Industri 20202025, Dr Ir Herman Darnel Ibrahim MSc IPU membahas arah kebijakan energi nasional dalam Webinar Nasional Marine Innovation Festival Indonesia (Marinesia). Kegiatan bertemakan “Society 5.0 for SDGs in Maritime Technology” ini diadakan oleh Organisasi Kemahasiswaan Sistem Perkapalan (OKSP) Fakultas Teknik (FT) Unhas melalui Zoom Meeting, Sabtu (29/5). Pada kesempatannya, HDI menyampaikan, tujuan pengelolaan energi nasional ialah terwujudnya pengelolaan energi yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Hal itu dilaksanakan guna mewujudkan kemandirian energi nasional dan ketahanan energi nasional berlandaskan kedaulatan energi dan nilai ekonomi berkeadilan. “Sasaran utamanya adalah ketahanan energi nasional. Kemudian, kemandirian energi nasional, meningkatkan kedaulatan energi, dan memperhatikan agar energi berlangsung secara secure, ekonomis, bersih, dan bermanfaat bagi masyarakat,” terang HDI. Adapun arah kebijakan energi
nasional tertuang dalam PP No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Kebijakan utamanya antara lain ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional, prioritas pengembangan energi, pemanfaatan sumber daya energi nasional, dan cadangan energi nasional. ”Di sisi lain, kebijakan pendukungnya ialah konservasi energi, diversifikasi sumber daya energi, lingkungan hidup dan keselamatan, harga, subsidi dan insentif energi, infrastruktur, penelitian pengembangan penerapan teknologi energi, dan kelembagaan, serta pendanaan,” sebut HDI. HDI menambahkan, prioritas pengembangan energi didasarkan pada prinsip memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dengan memperhatikan tingkat keekonomian, meminimalkan penggunaan minyak bumi, serta mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan energi baru. “Kemudian, menggunakan batu bara sebagai andalan pasokan energi nasional atau sebagai pengaman, dan nuklir adalah pilihan terakhir,” pungkasnya.n M203
IDENTITAS/OKTAFIALNI RUMENGAN
Opera: IMSAD FIB Unhas gelar pameran Gaukang Nakku Ri Pangngadakkang mengangkat
Opera Bunga Eja 'tuk dukung kelestarian budaya daerah di Gedung Baruga Andi Pettarani, Sabtu (29/5).
UKM KPI Unhas Ulas Tokoh Perumus Pancasila Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (KPI) Unhas mengadakan Who’s To Talk About sebagai acuan inspirasi dan ide inovatif. Bertajuk “Tiga Tokoh Penting Perumus Pancasila”, kegiatan ini menghadirkan Dewan Konsultatif UKM KPI Unhas periode 2019, Muh. Iskandar Zulkarnaen melalui Zoom Meeting, Minggu (30/5). Berbicara tentang perumus pancasila, Iskandar mengatakan, banyak hal yang dirumuskan BPUPKI. Dari sekian pidato, dasar negara belum berbentuk konkret dalam poin-poin. “Berbeda dengan Mr Muhammad Yamin, Dr Soepomo, dan Ir Soekarno.
Mereka memiliki gagasan tertulis, bukan sekadar sebatas ide. Rumusan mereka mirip, hanya urutan katanya yang berbeda,” ujar Iskandar. Lebih lanjut, Yamin sendiri merupakan perumus pancasila yang ahli sastra dan sejarawan. Meski ia seorang sarjana hukum, namun Yamin dinilai lebih sejarawan. Bahkan, ia adalah penulis buku pertama kali dengan judul “Tan Malaka 1945”. “Muhammad Yamin adalah orang yang memproklamirkan Indonesia seperti sekarang. Menurut beliau, keseluruhan wilayah Indonesia adalah wilayah kekuasaan Majapahit dan Sriwijaya, artinya dari Sabang hingga
Merauke,” jelas Iskandar. Berbeda dengan Dr Soepomo. Pemikirannya ialah, Indonesia sebagai negara integralistik yang bertujuan untuk menggabungkan paham individualisme dan sosialisme. Paham integralistik itu menggabungkan kemauan rakyat dengan penguasa (negara). “Dr Seopomo menentang paham HAM dalam konstitusi. Menurutnya, HAM adalah produk turunan dari paham individualistik yang bertentangan dengan budaya Indonesia. Meski demikian, pada akhirnya beliau mengadopsi deklarasi HAM Universal 1948,” tambah Iskandar.
Iskandar juga menuturkan, Ir Seokarno muda sempat menuliskan konsep Indonesia yang menganut paham negara sekuler. Namun, beliau kemudian memilih menyatukan faksi nasionalis agamis dan komunisme dalam satu ideologi baru bernama Nasakom. “Bahkan dalam pidatonya, Soekarno mengatakan, orang-orang yang tidak memahami paham ini bukan termasuk Pancasila atau putra ideologinya,” katanya. Di akhir pemaparan, Iskandar menegaskan, pahlawan yang setia itu berkorban bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela asa.n M203
16
JEKLANG
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
Biondi Sanda Sima, Alumnus yang Berkiprah di World Bank Jar of life atau toples kehidupan harus diisi dengan bongkahan batu besar prioritas sebelum diisi oleh hal lain. Seperti halnya kerikil dan pasir.
KU
M
EN
TA S
IP
RI BA D
I
mengintegrasikan layanan satu sama lain,” ungkap Biondi. Contohnya dapat ditemui pada pembuatan dokumen sipil. Jika menggunakan sisteme-government, hal yang digitalisasikan adalah proses dari masing-masing loket. Adapun sistem digital government dapat menyatukan layanan dengan datang ke satu tempat. Masyarakat hanya perlu berkunjung ke satu tempat untuk menyelesaikan permasalahan. “Jika menilik situasi di luar negeri, semua urusan penduduk yang ada hubungannya dengan pemerintah berada pada satu portal yang terintegrasi. Contoh DO
B
erpartisipasi aktif sebagai Engagement Coordinator pada Digital Government Consultant di World Bank, perjalanan Biondi Sanda Sima terbilang cukup unik. Pria yang tertarik pada digital , development, dan diplomacy ini sebelumnya terjun sebagai praktisi di Jawa Barat (Jabar) Digital Service. Setelah dipertemukan dengan Gubernur Jabar, Dr H Mochammad Ridwan Kamil ST MUD pada 2019, Biondi menginisiasi Divisi Implementasi. Kiprahnya yang gemilang membuat Biondi menjadi salah satu rekomendasi internal untuk bergabung bersama World Bank. Alumnus Departemen Hubungan Internasional (HI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas angkatan 2008 ini menjelaskan, World Bank sendiri membuka Young Professionals Program (YPP) bagi siapapun yang tertarik melanjutkan karier di sana. Sebagai jalur penerimaan, World Bank YPP dibuka setiap tahun dengan melibatkan tes, interview, dan berbagai tahap lainnya. Namun sayangnya, proses rekrutmen secara publik ini tidak mencakup posisi tertentu. “Jika tertarik pada suatu posisi tertentu, biasanya menggunakan rekomendasi dari existing members dari World Bank atau networking. In my case, tidak ada tes yang terlalu rumit.Saya hanya perlu membaca sesuatu sampai ke akarnya dan interview beberapa kali,” terang Biondi. Terkait aktivitasnya, pria yang pernah aktif sebagai co-chair di Indonesian Youth Diplomacy tersebut menyebut riset sebagai hal utama. Riset itu sendiri dapat dilakukan melalui benchmarking ke negara lain yang menjurus ke document review, koordinasi dengan expert dari luar negeri, serta interaksi aktif dengan Indonesia sebagai internal client. Selain itu, Biondi juga menitikberatkan pada digital government atau digitalisasi pemerintahan. Pria yang cakap 4 bahasa ini menegaskan, digitalisasi sangat krusial, terlebih di tengah pandemi Covid-19 . “Sayangnya, regulasi di Indonesia masih mengupayakan perubahan dari analog government ke electric government (e-government). Padahal, digital government justru mencakup peranan lebih luas, yakni
idealnya, United Kingdom (UK).Semoga hal tersebut tidak hanya ditemukan di sektor swasta, tapi juga mendorong pelayanan pemerintah di ranah publik,” ujar Biondi. Selain aktif berkecimpung di World Bank dengan fleksibilitas jam kerja, pria yang pernah menjabat sebagai Communications Specialist di Humanitarian Open Street Map Team itu kini memutuskan kembali mengabdi sebagai dosen di Departemen HI FISIP Unhas. Biondi mengaku, dirinya ingin mengembalikan sesuatu yang ia dapatkan pada departemen. Nyatanya,
sejak dulu, ia telah berkeinginan untuk mengajar sebagai bentuk kotribusinya. “Saya sudah menginginkan hal ini sejak lama, tapi bukan karena ingin menjadi dosen professional yang full time mengajar. Saya merasa apa yang sudah saya dapatkan hingga kini harus dibagikan. Saya bersyukur, teknologi di tengah pandemi memudahkan saya mengajar secara virtual,” tutur Biondi. Menjalani aktivitas yang beragam, pria yang pernah belajar bahasa China di Nanchang University itu menegaskan pentingnya memiliki sense of direction sejauh 10 hingga 15 tahun ke depan. Hal tersebut tentu memudahkan siapapun
untuk meraih visi yang diinginkan. Meski tidak semua hal sesuai rencana, internal drive atau motivasi untuk bisa melakukan yang terbaik harus dimiliki “Kita harus mampu menerka masa depan, namun not necessarily position. Saya nggak pernah membayangkan posisi A B C D E. Saya lebih menekankan skill apa yang harus dikuasai ke depannya. Karena segala sesuatu tergantung dengan kesempatan, kompetensi, networking, atau luck,” ungkap Biondi. Seusai mengerti direction yang ingin dituju, menentukan prioritas adalah hal kedua yang harus dilakukan.Pria asal Palu ini kemudian menyebutkan beberapa prioritas yang dipilihnya, antara lain broad mindset, financial stability, relationship dan networking, kesehatan, serta ritual dan mental health. Ibarat jar of life, toples berisi banyaknya pilihan itu harus diisi dengan bongkahan batu besar prioritas sebelum diisi oleh hal lainnya. “Adapun hal-hal remeh seperti kerikil dan pasir dapat masuk dengan sendirinya. Namun, bongkahan besar prioritas terkadang tidak bisa dimasukkan akibat keberadaan kerikil dan pasir yang terlebih dahulu. Knowing your priority adalah hal yang harus diutamakan, tapi harus work-life balance,” jelas Biondi. Lebih lanjut, pria yang pernah menjabat sebagai radio announcer di Radio PPI Dunia ini beranggapan, waktu adalah satu-satunya resources yang dapat diraih tanpa biaya dan dibagikan secara adil ke semua manusia. Meski demikian, ada harga yang harus dibayar bernamakan kesempatan. Setelah mengetahui direction dan priority, siapapun tentu lebih mudah mengatur waktunya. “Dalam membagi waktu, mindset adalah hal terpenting. Kita harus belajar bagaimana menghargai waktu. Lalu, kita juga perlu maintain to-do-list agar segala sesuatu dapat dilakukan runtut tanpa terlalu memberikan pressure ke diri sendiri kalau ada yang tidak dilakukan. Ingat kita manusia, bukan robot,” tegas Biondi n Nadhira Sidiki
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
RESENSI
17
Minari, Potret Keluarga Imigran Korsel
M
inari mencuri banyak perhatian di perhelatan ajang bergengsi insan perfilman dunia, Oscar 2021. Film soal keluarga Korea Selatan ini masuk enam nominasi Academy Award, yakni Aktris Pendukung Terbaik, Film Terbaik, Aktor Terbaik, Sutradara Terbaik, Naskah Asli Terbaik, dan Musik Orisinil Terbaik. Di antara keenam nominasi itu, Yuh-Jung Youn berhasil membawa pulang piala Aktris Pendukung Terbaik. Pemeran nenek dalam film Minari tersebut menjadi artis Korea Selatan pertama yang pernah dinominasikan dan memenangkan kategori itu. Keseruan film semi-otobiografi sang sutradara, Lee Isaac Chung tersebut memang tidak lepas dari peranan sang nenek. Si nenek menjadi sosok yang sangat anti-mainstream. Ia bukan nenek yang bisa membuat kue, merajut, atau hal lain yang biasa dilakukan neneknenek untuk cucunya. Salah satu keahlian si nenek ialah bermain gaple alias judi kartu sambil melontarkan sumpah serapah dan kata-kata kasar. Semua itu ia lakukan di depan kedua cucunya, Anne yang
dimainkan oleh Noel Cho dan David yang diperankan oleh Alan S. Kim. Hal tersebut membuat David tidak begitu yakin bahwa si nenek yang didatangkan oleh ibunya, diperankan oleh Han Ye Ri, dari Korea Selatan untuk tinggal bersama mereka di Arkansas, Amerika, adalah seorang nenek yang bisa ia sayangi. Sehingga ada satu scene di mana David menjahili si nenek. Saat disuruh mengambil air minum oleh si nenek, ia malah memberi air kencingnya. Namun, seiring cerita berjalan, David dan si nenek menjadi semakin dekat. Mereka melakukan banyak aktivitas bersama termasuk menemukan lokasi yang tepat bagi si nenek untuk menanam Minari atau selada air. Semakin hari, David menjadi cucu yang sayang pada si nenek. Rasa sayang David mulai muncul ketika si nenek menyebutnya anak yang kuat. Sebagai anak dengan penyakit lemah jantung, David belum pernah mendengar siapapun berkata seperti itu terhadap dirinya. Ia selalu dianggap lemah dan tak boleh terlalu banyak berlari atau berjalan terlalu jauh. Di luar hubungan si nenek dan
David yang bisa dibilang lovehate relationship, cerita film ini sesungguhnya sangat sederhana dan hadir di situasi yang tepat. Saat Asian-hate merebak di Amerika, film ini muncul dengan kesederahaan penceritaan dan membuat siapapun yang menonton merasa hangat. Minari mengajak penonton untuk ikut merasakan perjuangan sebuah keluarga imigran yang ingin mewujudkan impian mereka agar sukses di Akansas, Amerika. Dan penonton benar-benar hanya menyaksikan keseharian keluarga ini dengan segala problematikanya yang mungkin juga dialami oleh banyak orang. Semisal, mencari sumber air untuk rumah baru yang akan mereka tempati, anak yang menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar terkait permasalahan ekonomi, atau bagaimana reaksi orang-orang sekitar ketika melihat pendatang baru yang berasal dari negara berbeda dan memiliki latar belakang budaya maupun bahasa yang jauh berbeda. Meski film ini digarap dan diproduksi di Amerika, akan tetapi tempo film tersebut tidak begitu cepat. Tak banyak perubahan atau kejutan yang
Sutradara: Lee Isaac Chung Penulis Naskah: Lee Isaac Chung Pemain: Steven Yeun, Alan S. Kim, Yeri Han, Noel Cho, dan Yuh-Jung Youn Durasi: 112 menit hadir seperti film Amerika kebanyakan. Dua budaya, Korea Selatan dan Amerika, berpadu dan disajikan setara dalam Minari. Sebagai penonton, kita tak diajak untuk membandingkan budaya mana yang paling baik. Keduanya disajikan untuk saling mengisi. Minari dapat ditonton semua kalangan usia. Banyak sekali makna kehidupan yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup keluarga imigran Korsel tersebut. Ohiya, film ini juga sangat pas ditonton bersama keluarga. Jadi, selamat menonton, ya! n Khintan
Kebiasaan adalah Kunci
Penulis: Charles Duhigg Judul: The Power of Habit Terbit: Tahun 2013 Penerbit: KPG Halaman: 370
S
ebagai orang yang pelupa, saya sering berpikir, bagaimana otak memilih pengalaman mana yang akan diingat dan mana yang tidak. Jika Anda juga adalah seorang pelupa dan pernah mempertanyakan hal serupa, buku The Power of Habit ini bisa menjadi titik terang untuk menjawab rasa penasaran itu. Buku yang ditulis oleh Charles Duhigg tersebut membahas bagaimana otak bekerja berdasarkan kebiasaan
sehari-hari yang kita lakukan. Buku ini termasuk buku self-control. Didalamnya ada banyak sekali hasil riset dalam bidang neurologi dan contoh kasus. Sehingga pembaca disajikan pernyataanpernyataan yang berbasis pada fakta di lapangan. Ambil contoh pada permulaan bab, Charles membukanya dengan cerita mengenai seorang lelaki berusia 71 tahun yang kehilangan ingatannya akibat sebuah kecelakaan. Jika Anda pernah menonton film 50 First Date, karakter Lucy yang kehilangan ingatan jangka pendeknya akibat kecelakaan mirip dengan yang dialami lelaki tersebut. Mereka tidak bisa menerima informasi baru. Dalam dunia medis, lelaki bernama Eugene Pauly (EP) menjadi orang yang memiliki sumbangsih besar terhadap ilmu pengetahuan khususnya di bidang neurologi. Selama hidupnya, para peneliti mengamati bagaimana otak EP bekerja untuk mengingat sesuatu. Mereka dikagetkan ketika EP yang tidak bisa mengingat denah rumahnya sama sekali dapat pulang ke rumahnya tanpa ditemani siapapun. Dokter yang menangani EP memang menyarankan agar sang istri, Beverly,
harus sering mengajak EP berolahraga kecil-kecilan, jalan-jalan keliling kompleks, misalnya. Setelah sering melakukan itu, pada suatu pagi, Beverly luput mengawasi EP. Ternyata ia pergi berkeliling kompleks seorang diri. Beverly panik hingga menangis. Dokter pernah memberitahunya bahwa jika EP hilang, maka dia tak akan pernah kembali. Akan tetapi, EP berhasil pulang ke rumah tanpa kebingungan. Selain itu, meski tidak bisa menunjuk di mana letak dapur di rumahnya dengan tepat, akan tetapi ketika ia lapar, ia tahu jalan mana yang harus ia tuju untuk tiba di dapur. Dari peristiwa tersebut, peneliti menemukan bahwa kebiasaan yang telah terbentuk di alam bawah sadar seseorang, dalam kasus ini adalah EP, dapat dilakukan tanpa mengandalkan ingatan. Setelah menemukan fakta itu, peneliti melakukan percobaan pada tikus untuk melihat bagaimana otak bekerja pada sebuah kebiasaan. Nah, dari percobaan itulah Charles Duhigg membuat sebuah lingkaran soal bagaimana kebiasaan bekerja agar mudah dipahami. Lingkaran kebiasaan itu terdiri dari tanda, rutinitas, dan kebiasaan. Ketika di fase awal atau fase melihat tanda, otak bekerja sangat keras. Tanda
bisa berupa apa saja. Misalnya, ketika kita ingin membangun kebiasaan berolahraga, kita bisa menjadikan sepatu lari yang kita letakkan di kamar sebagai tanda. Setelah itu, rutinitas. Rutinitas ini bisa kita pilih sekehendak kita. Lalu, rutinitas yang terus-terusan dilakukan akan membentuk kebiasaan. Citra otak tikus yang diteliti memperlihatkan bahwa aktifitas yang dilakukan secara rutin membuat kerja otak tidak sekeras di fase awal. Hal inilah yang membuat EP dapat pulang ke rumah atau tanpa sadar berjalan ke dapur ketika lapar atau toilet ketika ingin buang air. Banyak sekali hal menarik berdasarkan riset yang disampaikan penulis dalam buku ini. Kisah EP hanya salah satunya. Penulis juga menyadarkan pembaca bahwa sebagian keputusan besar yang kita ambil dalam hidup didasar oleh kebiasaan yang tanpa kita sadari terbentuk di alam bawah sadar kita. Ketika membaca buku ini saya jadi teringat kutipan di buku The God of Small Things, bahwa manusia adalah makhluk yang didikte oleh kebiasaan dan yang menakjubkan, manusia bisa terbiasa pada apapun. Selamat membaca! n Khintan
18
IPTEKS
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
Desain Mitigasi Bencana Banjir, Model Wilayah dan Waktu
B
anjir merupakan bencana alam yang cukup sering terjadi di Indonesia. Lebihlebih di daerah perkotaan dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Banjir selalu datang setiap musim hujan. Sebagai bencana alam, kehadirannya tentu tak diharapkan tetapi seringkali tak dapat dihindari. Daya destruksinya bahkan seringkali mengerikan, menghayutkan dan menghancurkan segala yang dilaluinya. Acap kali tersiar berita, nyawa orang melayang karena diterjang banjir. Selama tahun 2020, berdasarkan mediaindonesia.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat 2.831 kejadian bencana hidrometeorologi. Rinciannya yakni banjir 1.036 kejadian, puting beliung 858 kejadian, tanah longsor 549 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 326 kejadian, serta kekeringan 29 kejadian. Artinya, bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca seperti banjir merupakan peristiwa yang paling banyak terjadi. Banjir berdampak pada 258 orang meninggal dunia dan hilang, 271 orang terluka, 4.362.016 orang mengungsi dan terdampak, serta 815.905 rumah terendam. Kondisi ironi nan miris tentunya. Bertolak dari kesadaran dan keprihatinan atas persoalan tersebut, Dr Amran Rahim S Si M Si bersama timnya melakukan penelitian guna merancang Sistem Peringatan Dini (SPD) bencana banjir akibat curah hujan ekstrem. Hal ini berguna untuk memitigasi dan mereduksi dampak negatif yang ditimbulkan bencana banjir. Kegiatan penelitian yang dilakukan Amran dan rekan-rekannya ini didanai oleh Kemenristekdikti periode 2020 dan 2021. “Hasil penelitiannya berbentuk SPD yang dikonstruksi menggunakan kombinasi Model Spatio-temporal (wilayah-waktu) curah hujan ekstrem dan pola kecepatan serta tinggi muka air di suatu DAS,” ucap Ketua Prodi Ilmu Aktuaria Unhas ini. Lebih lanjut, ia menjelaskan SPD membutuhkan input berupa data curah hujan, variabel iklim, dan tinggi serta kecepatan aliran air. Setelah menginput datanya, SPD memodelkan hubungan antara varibel-varibel di atas. SPD juga dapat berfungsi sebagai media penyimpanan data. Dalam kajian ini dibuat alat pengukur ketinggian dan debit aliran berbasis desktop yang beroperasi secara real time dan dianalisis menggunakan model karakteristik curah hujan ekstrem yang dikembangkan dalam penelitian ini. Berdasarkan keterangan Amran Rahim, penelitian ini merupakan kelanjutan
ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY
dari kajian sebelumya di tahun 20172018. Di mana diperoleh analisis dan gambaran secara global terkait potensi dampak curah hujan ekstrem di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini akan fokus pada pengembangan SPD berbasis desktop dengan pertimbangan perubahan faktor lingkungan di suatu DAS. Selain itu, data ketinggian level dan debit aliran sungai yang dikumpulkan secara real time dapat menjadi informasi yang penting dalam menganalisis pola perilaku aliran sungai untuk membuat prediksi kejadian banjir yang akurat. Alumni doktoral Prodi Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini menjelaskan bahwa sistem peringatan dini sebenarnya telah ada sebelumnya, tetapi karena keterbatasan yang dimiliki oleh sistem tersebut maka membuka ruang atau kesempatan bagi peneliti untuk
mengembangkannya. “Adapun kajian tentang pengaruh perubahan iklim melalui model hierarki data curah hujan adalah model pengembangan baru yang diusulkan dalam penelitian ini dan diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu geostatistika dan bidang ilmu hidrologi,” jelas Amran Rahim. Ia juga mengatakan bahwa untuk saat ini, akurasi sistem dapat diukur pada skala laboratorium karena penelitian ini masih dalam tahap awal. Pengembangan akhir SPD ini rencananya akan diselesaikan pada tahun 2021 ini. “Hasil uji coba sistem pada skala laboratorium menunjukkan akurasi yang tinggi dalam memonitoring dan aktivasi tanda peringatan berdasarkan informasi curah hujan ekstrem, ketinggian, dan kecepatan aliran air,”
ucap Amran. Ketika ditanya seputar kendala yang dihadapi selama penelitian, Amran lantas mengatakan bahwa pada dasarnya belum ditemui kendala yang cukup berarti dalam melaksanakan tahap awal penelitian ini. Menurutnya, setiap anggota tim peneliti bekerja sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing berdasarkan jadwal yang telah disusun sehingga segalanya berjalan sesuai perencanaan. Dr. Amran bersama timnya berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya masyarakat yang berada di wilayah DAS. “Selain itu, kami berkeinginan mengembangkan sistem ini agar dapat adaptif terhadap perubahan kondisi alam yang terjadi di masa mendatang,” tutupnya. n Lusius Kasimirus Aga
identitas
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
POTRET
19
Potret Momen Gerhana Bulan Total Foto dan Naskah : Santi Kartini dan Oktafiani Rumengan
R
abu (26/5) sejumlah wilayah di tanah air menyambut gerhana bulan total atau juga dikenal bulan merah super (Super Blood Mood), posisi di mana matahari, bumi dan bulan berada dalam satu garis. Fenomena ini terjani setiap 195 tahun sekali.
Gerhana bulan total bisa dilihat dengan mata telanjang, namun untuk melihat secara detail, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Kota Makassar dan BMKG Kabupaten Gowa melakukan siaran langsung di kanal Youtube-nya. n
nMencari Posisi Bulan
nMengabadikan Gerhana Bulan
nMenjelaskan Terjadinya Gerhana Bulan
LINTAS
20
identitas
21
NO. 923, TAHUN XLVII, EDISI MEI 2021
DOKUMENTASI PRIBADI
Belajar Bahasa Ibu di Holiang “Kamu suku apa?” tanya seseorang. “Saya suku Bugis.” Sebuah jawaban yang membuat saya geleng-geleng kepala ketika diajak berdialog dengan bahasa daerah.
P
ertengahan bulan Januari lalu, saya dan temanteman relawan Lembaga Pemberdayaan dan Pendampingan Masyarakat (LPPM) Wanua Panrita berkunjung ke Dusun Holiang, Desa Cenrana, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dusun Holiang ini adalah lokasi kedua pendampingan Wanua Panrita. Sebelumnya telah dilakukan di Dusun Cindakko, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros. Berpindah ke lokasi yang baru, kami mengawali langkah dengan bersosialisasi bersama warga dan pemerintah setempat. Kami ingin memperkenalkan diri, juga mengetahui kondisi kehidupan masyarakat. Sebelumnya, memang sudah ada informasi dari teman-teman ekspedisi mengenai kehidupan di Dusun Holiang. Kami sudah tau bahwa tempat ini memiliki beberapa potensi komoditas
pertanian, seperti kemiri, kacang tanah, cabai besar dan jahe. Sayangnya, komoditas ini tidak merata ditanam oleh warga. Informasi awal yang kami dapatkan, masyarakat di RT 3 tidak bisa menanam komoditas unggul itu karena lahan pertanian kekurangan air. Mirisnya, untuk menanam padi saja warga di RT 2 dan 3 hanya mengharapkan air hujan. Di Dusun Holiang, kondisi tiap RT berbeda-beda, jaraknya pun terbilang jauh karena harus ditempuh selama satu jam dengan berjalan kaki. Rasanya kurang jika hanya mendengar informasi tanpa turun langsung ke lapangan. Akhirnya, saya, Yuta, Iin, Ikhwan, Nada, Modi, Rahmat, Resky, dan Kak Fadli berangkat menuju Dusun Holiang. Kami disambut baik oleh warga. Di sana mereka masih berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah, Bahasa Bugis. Sedangkan, di antara kami hanya dua orang saja yang bisa berkomunikasi dengan bahasa itu. Kejadian paling canggung berlangsung saat kami mengunjungi rumah seorang warga yang sama sekali tidak fasih berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Saat itu, teman saya Ikhwan tanpa memberi kode mempersilahkan saya menjadi penerjemah. Sontak, semua mata terpusat pada wajah saya. Mereka bahkan menunggu sesuatu keluar dari mulut ini. Saya memulai percakapan dengan menanyakan nama pemilik rumah. “Tabe bu, pak ingga aseng ta?” Si bapak menjawab “Dullah,” kemudian disusul si ibu “Setta,” katanya dengan
senyum kecil. Saya lalu memperkenalkan diri kemudian menjelaskan tujuan kedatangan kami. “Jalan-jalan ji ini ibu, pak lao maki silaturahmi,” saya menjelaskan bahwa kami datang untuk bersilaturahmi. Kalimat yang keluar mulai campur aduk, Bahasa Bugis dan Indonesia bersatu padu. Di momen itu, saya berusaha hemat bicara karena memang tidak fasih bercakap dengan bahasa Bugis. Otak berpikir keras mencari tema apa yang bisa dibicarakan. Akhirnya keluar ucapan “Poleki dare e pak?” Saya berusaha mengonfirmasi keberadaan bapak sebelumnya, karena kami sempat berkunjung namun tidak ada orang. Pak Dullah menjawab “Galung”. Saat itu, saya masih menerka arti Galung yang dikatakan. Saya membalas “Aga ji tane-taneng ko dare e pak?” Bapak menyambung “Galung mi upunnai. ma’ taneng ase mika,” Saya bingung apa arti dari kalimat yang dilontarkan. Kosa kata “Ase?” yang diucapkan asing di telinga. Saya mengulang “Ase?” dengan muka bingung sembari menengok semua orang. “Iye ase.” timpalnya. Saya diam tidak mengerti. Tiba-tiba, kak Fadli, senior saya yang juga bagian dari tim menjelaskan “Ase itu artinya padi Ren,” ujarnya. Astaga, rasanya campur aduk karena berkomunikasi dengan Pak Dullah jadi tidak nyambung. Ia mengatakan dia di “Galung” (sawah), saya malah membalas “Dare” (kebun). Lalu, ia mengucapkan “Ase”, saya malah tidak
mengerti apa artinya. Selama ini, saya hanya tau Berre artinya beras. Ternyata, untuk padi disebut “Ase”. Sepanjang perjalanan berkenalan dengan warga, saya banyak menemukan kosakata baru dalam Bahasa Bugis. Saya pun ikut berkomunikasi dengan Bahasa Bugis. Yah, meskipun pernah miss komunikasi dengan Pak Dullah dan artikulasi kata yang saya gunakan sering keliru. Namun, senang sekali karena anak-anak di sini membantu saya belajar Bahasa Bugis yang baik dan benar. Sekarang rasanya saya ingin terus kembali ke Dusun Holiang. Berada di sana seperti kembali ke pelukan ibu. Bahasa Bugis adalah bahasa ibu dan Holiang membangkitkan kesadaran dari mana saya berasal. Meskipun saya besar bersama keluarga di tengah lingkungan Suku Tolaki, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, tapi Bahasa Bugis masih kerap digunakan orangtua. Jika tidak, maka di Dusun Holiang saya pertama kali mengenal bahasa ibu.n Penulis Renita Pausi Ardila merupakan Alumni Unhas dan Koordinator Layouter Identitas 2018