identitas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
NO. 851 TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
IPK Tinggi Tak Jadi Solusi Ajakan Anies Baswedan untuk turut berlembaga dalam ‘Pesan dari Pemimpin Untuk Calon Pemimpin’. Lanjut hal. 8
2
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
karikatur
tajuk
Kami mengangkat berita terkait sisi kemanusiaan lembaga mahasiswa, seperti bantuan terhadap Muballigh, aksi donor darah, desa binaan. Bagaimana pendapat Anda?
Membungkam Suara Perubahan KARIKATUR/BENNY SUHARDI WIRANATA
Anggun Friska @FriskaAnggun @identitasonline Dan juga Kebijakan publik.
dari redaksi
nuralfianita @nuralfianitan Bagus. Ternyata lmbaga mahasiswa tdk hanya bisa bdiam diri d himpunan, ada aksi nyata dari mereka. Lola Adriana N @Lolaa_AN @identitasonline sperti inilah sharusnya lmbaga mhasiswa. Kmbali k hakikatx sbgai sosial control maupun moral force Andi uci @andiiucii Sepakat SkyWalk Channel @SkyWalk_Channel @identitasonline lanjutkan !!!
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
“KAU ingin jadi apa? Pengacara, untuk mempertahankan hukum kaum kaya, yang secara inheren tidak adil? Dokter, untuk menjaga kesehatan kaum kaya, dan menganjurkan makanan yang sehat, udara yang baik, dan waktu istirahat kepada mereka yang memangsa kaum miskin? Arsitek, untuk membangun rumah nyaman untuk tuan tanah? Lihat di sekelilingmu dan periksa hati nuranimu. Apa kau tak mengerti bahwa tugasmu adalah sangat berbeda: untuk bersekutu dengan kaum tertindas, dan bekerja untuk menghancurkan sistem yang kejam ini?” –Victor Serge, Bolshevik. Belum lama ini mahasiswa digegerkan dengan kasus Drop Out (DO) yang menimpa Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ronny Setiawan (5/1). Berawal dari protes sejumlah kebijakan yang ada di UNJ, akhirnya melalui surat keputusan bernomor 01/SP/2016 tentang Pemberhentian sebagai mahasiswa UNJ akhir nya diberikan kepada Ronny atas tuduhan tindak kejahatan berbasis teknologi dan aktivitas penghasutan. Tindakan Rektor UNJ Prof Dr Djaali ini langsung menuai kritik dikalangan mahasiswa. Merasa mendapat tindakan sewenang-wenang, Ronny pun sangat menyayangkan tindakan rektornya itu. Media sosial pun tak kalah heboh nya menanggapi kasus ini dengan seruan #SaveRonny. Bagaimana tidak, tindakan yang tak berdasar dilakukan rektor UNJ sangat anti kritik. Aksi-aksi yang dilakukan Ronny dan mahasiswa lainnya adalah bentuk demokrasi mahasiswa yang berhak bersuara dan berpendapat atas segala ketidakadilan yang dirasakan. Namun dianggap sebagai tindakan penghasutan dan tindakan kejahatan. Meski Ronny pada akhirnya kembali menyandang status mahasiwa setelah dicabutnya surat DO tersebut, namun tetap saja kejadian ini masih menuai antipati dari berbagai kalangan. Hal ini juga tidak menjadi jaminan terwujudnya kebebasan mengemukakan pendapat bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa UNJ. Mahasiswa adalah agen perubahan. Harus mampu menjadi penggerak dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Tak hanya dalam lingkup kampus saja, tapi mahasiswa telah dikenal sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Mampu mengkritik setiap kebijakan yang merugikan rakyat kecil hingga menuntut keadilan yang seharusnya menjadi hak. Jika mahasiswa dibatasi bersuara bagaimana bisa menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Apakah mahasiswa apatis yang diinginkan oleh banyak kampus? Setiap kebijakan diterima begitu saja dengan segerombol akibat yang nampak jelas namun tak dihiraukan lagi? Mahasiswa yang kritis dianggap melakukan kejahatan? Mahasiswa dibungkam dengan ancaman DO??? Tentu kita semua tak setuju dengan hal ini. Idealnya mahasiswa memang harus kritis dan skeptis atas setiap kebijakan yang ada. Tak ha nya terfokus pada akademik saja. Juga tak melulu adalah tanggung jawab lembaga mahasiswa. Tapi tiap kita yang menyandang status mahasiswa adalah seorang yang memiliki bayak ilmu pengetahuan dan mampu membuat perubahan atas ilmu tersebut. Mampu mendahulukan kepentingan orang banyak dibanding kepentingan pribadi, se nantiasa mengajak untuk peduli dengan lingkungan sekitar, mengawal isu politik negara, serta kebijakan yang tidak pro-rakyat. Hidup mahasiswa!!! n
Silaturahmi: Kru identitas berkunjung ke rumah senior identitas Maman Sukirman di Perumahan Antang Makassar, Minggu (17/1). Kunjungan ini merupakan bentuk silaturahmi pada acara open house rumah baru.
Kenangan adalah satusatunya anugrah dari Tuhan yang tidak bisa direnggut, sekalipun oleh maut – Khalil Gibran SETIAP orang di dunia ini pasti memiliki kenangan. Kenangan layaknya jembatan dari masa lalu yang membawa kita ke masa kini. Kenangan tidak melulu tentang diri kita, kerap kali datang dari orang lain. Ada yang datang mengantarkan kenangan dan ada yang pergi menyisakan kenangan. Hal ini tercermin dari keluarga kecil identitas. Kami keda-
Kenangan tangan anggota baru, buah hati Redaktur Pelaksana periode 2011-2012 Hardianti Larasati. Disaat yang hampir bersamaan keluarga kecil berduka dengan berpulangnya Ibunda dari Prof Alfian Nur yang merupakan salah satu pendiri identitas. Selain disibukkan de ngan tugas redaksi. Aktifitas kru identitas semakin padat dengan kelas menulis feature guna peningkatan kualitas tulisan. Kenangan menjadi sejarah tentang apa yang kau tanam kini, akan kau tuai nanti. Segala pembelajaran di ranah
Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di
identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com
identitasunhas.com 082196362838 089632301019
redaksi maupun kekeluargaan kini, diharapkan menjadi guru terbaik. Kali ini kami menyapa pembaca dengan liputan khusus ajakan Anis Baswedan untuk turut berpartisipasi dalam lembaga kemahasiswaan dalam ‘Pesan dari Pemimpin Untuk Calon Pemimpin’. Selain itu kami juga menghadirkan wawancara khusus bersama Dr HM Darwis MA DPS yang membahas paham radikalisme mungkinkah merasuki mahasiswa? dalam berita ‘ Radikalisme Salah Kaprah’. Selamat membaca! n
sms inbox Identitas tolong dimuat laporan kami ini. Yang kami hormati Ibu Rektor UH dengan ini kami menyampaikan bahwa kenapa kasus di Ramsis tentang penyelewengan dana oleh staf yang diangkat oleh bendahara aset yang di SK-kan oleh Rektor dan dipecat oleh bendahara aset ditindaklanjuti pada hal datanya lengkap di ramsis dan separuh dananya sudah di kembalikan yang bersangkutan dan saat ini dipegang oleh bendahara aset dan kami juga minta agar pengangkatan pegawai aset harus di seleksi betul-betul jangan asal terima atau asas rekomendasi pejabat sekian dan kami harap secepatnya diselsaikan agar tidak berlarut2. Tim Audit
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Akhmad Dani nKoordinator Liputan: Novianto Dwiputra Addi, Nur Alfianita N. nLitbang: Ermi Ulia Utami, Siti Atirah, Risky Wulandari nStaf Penyunting: Ramdha Mawaddha, Asmaul Husna Yasin, Fransiska Sabu Wolor nReporter: Khusnul Fadilah, Riyami, Nur Rismawati nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Kun Arfandi Akbar nArtistik dan Tata Letak: Radiah Annisa (Koordinator)nIklan/Promosi: Devika Saputri nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Akhir Januari 2016 Desain Sampul: Benny Suhardi Wiranata Layouter: Irmayana
surat dari pembaca
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Penggantian Ijazah yang Hilang atau Terbakar
Batas Waktu Ujian Agar Tidak Bayar SPP
TERIMAKASIH dan salam hangat bagi kru identitas. Saya mau tahu kapan batas ujian meja agar tidak lagi membayar Sumbangan Pendanaan Pendidikan (SPP) untuk semester delapan ? Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Angkatan 2012 Tanggapan : TERIMAKASIH atas pertanyaannya. Batas ujian meja agar tidak membayar SPP di semester delapan yaitu tanggal 22 Januari, selain itu telah mendapat nomor alumni dan pihak fakultas
wall facebook
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
ASSALAMUALAIKUM. Terima kasih kepada identitas yang telah memuat pertanyaan saya. Apakah Unhas bisa memberikan ijazah baru kepada alumni yang ijazahnya hilang atau terbakar. Jika bisa, bagaimana prosedurnya ? Via akun twitter @identitasonline Tanggapan: WAALAIKUMSALAM, Unhas tidak bisa lagi memberikan ijazah, tetapi bisa memberikan surat keterangan pengganti ijazah yang sifatnya sama saja dengan ijazah. Prosedurnya yaitu pertama-tama orang (tidak bisa diwakili) yang ijazahnya terbakar atau hilang harus meminta surat keterangan di kepolisian kemudian membawa surat tersebut ke pihak fakultas dengan menyertakan fotokopi ijazah dan dokumen yang menguatkan (jika ada) untuk memudahkan melacak nomor alumni. Nanti setelah diklarifikasi, pihak fakultas yang akan mengurus ke universitas sampai surat keterangan pengganti ijazah tersebut ditanda-tangani oleh rektor. Ernawati Rifai SE.MM Kepala Bagian Pendidikan Unhas
Berduaan: Dua orang laki-laki dan perempuan tengah duduk bersama di pinggir danau, Selasa malam (19/1). Larangan berduaan telah diterapkan namun masih juga dilanggar.
telah mengupload penelitiannya. Ernawati Rifai SE.MM Kepala Bagian Pendidikan Unhas
Larangan Berduaan di Pinggir Danau di Malam Hari
ASSALAMUALAIKUM. Terima kasih telah memuat pertanyaan saya. Setahu saya ada larangan berduan antara laki-laki dan perempuan di sekitar danau jika sudah malam. Tetapi saya masih biasa melihat ada yang berduaan, banyak teman-teman saya yang juga masih sering lihat sendiri. Sebenarnya bagaimana bentuk tindak lanjut dari satpam Unhas ? Mahasiswa Fakultas Sastra Angkatan 2013 Tanggapan : WAALAIKUMSALAM. Ya memang benar ada larangan berduaan disekitar danau jika sudah malam. Bentuk tindak lanjutnya yaitu jika ada yang kedapatan berduaan maka akan ditegur dan diberikan peringatan. Akan tetapi jika yang dilakukan sifatnya sudah sensitif maka akan dibawa ke kantor untuk pemeriksaan lebih lanjut. Bagi sivitas akademika Unhas
yang melihat ada yang berduaan, dimohon kerjasamanya untuk melapor ke satpam agar satpam segera melakukan tindakan, tidak setiap saat ada satpam yang berjaga disekitar danau karena satpam tidak hanya berjaga disana tapi berkeliling Unhas. Nurdin, SE Kepala Satpam Unhas
Peminjaman Sepeda untuk Acara Funbike
SALAM HANGAT. Saya ingin bertanya, apakah sepeda Unhas bisa dipinjam secara kolektif untuk kegiatan funbike? Jika bisa bagaimana prosedurnya dan berapa biaya sewanya ? Mahasiswa Fakultas Teknik Angkatan 2011 Tanggapan : TERIMAKASIH atas pertanyaannya. Sepeda Unhas bisa dipinjam secara kolektif dengan syarat yang meminjam adalah mahasiswa Unhas dan mengatasnamakan organisasi. Silahkan bersurat ke Biro Administrasi Umum minimal tujuh hari sebelum kegiatan. Haeruddin Kepala Bagian Rumah Tangga
agenda Workshop and Test TOEFL BEM Farmasi Unhas kerjasama dengan Briton Tema “Prepare Yourself to be Grduated with the Good English Skills” Sabtu, 20 Februari 2016 Pukul 09.00 Wita – Selesai Auditorium Prof. Amiruddin FK Unhas Cp. Dicky (085298322000), Nurfadilah (085242888079) Festival Jepang Terbesar di Makassar Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang Unhas kerjasama Japan Lovers Community Sabtu – Minggu, 20 – 21 Februari 2016 Pukul 10.00 – 17.00 Wita Gedung MULO Menampilkan Tari Tradisional Jepang, Foto Yukata, Parade Cosplay, dan masih banyak lagi Ayo Cari Kerja Bursa Kerja Makassar Tema “Campus Hiring, Bursa Kerja Kampus Terbaik” Sabtu – Minggu, 20 – 21 Januari 2016 Pukul 10.00 – 16.00 Wita Baruga A.P Pettarani Unhas
3
Diikuti oleh Puluhan Perusahaan BUMN, Nasional, dan Multinasional Cp. 081284554928, Pin BB: 5AB3EE41 Fb: garuda organizer, Twitter: @garudaorganizer Charity Human Banner (Kampanye Sosial Amal) Aksi Indonesia Muda (AIM) Minggu, 24 Januari 2016 Pukul 06.30 Wita – Selesai lapangan Karebosi Fb: Aksi Indonesia Muda, twitter: @aksi_muda Inaugurasi dan Apresiasi Seni Ilmu Keperawatan 2015 Himpunan Ilmu Keperawatan Tema “Let’s Show Your Expression and Color Your Day with Enthusiastic of Happiness” Senin, 25 Januari 2016 Pukul 13.00 Wita sampai selesai Baruga A.P Pettarani Unhas Menampilkan: Flag Spanning, Four Ethnic Dance, Medley Dance, Anonymous Dance, dan banyak penampilan lainnya Reuni Akbar
Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia Tema “Eratkan Silaturahmi para Pejuang Pertanian dari Masa ke Masa” Sabtu, 30 Januari 2016 Pukul 19.00-22.00 WIB Hotel Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cp. Riskita (085774561198), Syahrur (085832476947) National Disaster and Emergency Training Squad of Disaster and Emergency Assistance (SIAGA) Ners HIMIKA, FK Unhas Tema “Creating Qualified Generation to Handle Disaster and Emergency” Talkshow “Indonesia Market Bencana”: Rabu, 3 Februari 2016 Auditorium Prof. Amiruddin, FK Unhas Training: 3 – 7 Februari 2016 Auditorium Prof. Amiruddin FK, Unhas dan Gedung Ipteks Unhas Cp. Gunawan (085298928445), Nina (081355505952) email: nerssiaga@gmail.com, fb: SIAGA NERS UNHAS
Edisi Akhir Januari kami mengangkat liputan terkait kurangnya minat mahasiswa untuk berlembaga. Tak sedikit mahasiswa tidak ikut dalam proses pengaderan, padahal mengikuti sebuah lembaga merupakan proses yang baik. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pun, Anies Baswedan mengungkapkan bahwa berorganisasi itu penting, “IPK hanya mengantar ke ruang wawancara sedangkan kepe mimpinan, kemampuan komunikasi dan analitik. Hal inilah yang mengantar ke masa depan” Kemampuan seperti itu hanya bisa kita dapatkan ketika ber lembaga. Bagaimana tanggapan Anda? Fadly Al Fhadl Sepakat dengan Pak Menteri, namun sayang sekali sepertinya kampus Unhas tercinta tidak begitu tertarik dan menganggap penting akan hal pembentukan kepribadian dalam berlembaga dengan bukti adanya pembatasan aktifitas berlembaga dikalangan mahasiswa, disadari atau tidak potensi strategis dari sebuah proses berlembaga telah menghasilkan pemimpin dan tokoh-tokoh besar dunia. Viki Wulandari Harusnya ini menjadi cermin bagi lembaga yang dimaksud. Kenapa sampai peminatnya sedikit? Jika yang dimaksud adalah lembaga yang pintu gerbangnya pengaderan, jujur saja saya meragukan integritasnya. Bukannya apa, substansi dalam prosesnya masih banyak yang masuk kategori ‘tidak perlu’. Ya, bisa jadi bahan renungan untuk lembaga-lembaga itu sendiri. Padahal jika ini maksimal, mahasiswa yang berlembaga dan berprestasi jauh lebih keren dibanding mahasiswa yang hanya unggul di bangku kelas saja. Abdul Wahid Kaimuddin mahasiswa pada dasarnya memiliki spirit “agent of change” tapi sayangnya lembaga mahasiswa hari ini menjadi “agent of entertainer” dan “agent of LSM”. Lihatlah pola kaderisasi di kampus yang bermuara pada acara hiburan di Baruga. Lihatlah aktivitas mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan LSMnya seperti baksos dll. Sementara ruang-ruang diskusi dan kritik atas kebijakan yang zalim semakin menghilang. Maka wajar, mahasiswa sangat jarang memberikan tekanan kepada ketidakadilan yang marak sekarang ini. Lembaga mahasiswa bukan LSM bukan pula tempat menghibur senior yg sedang galau. M Dahlan Abubakar Pengaderan itu bagus jika dilakujan secara terstruktur dan terencana. Dari beberapa mahasiswa saya secara acak pada tahun yang berbeda ketika ditanya alasan menurunnya IPK mereka di semester awal, seluruhnya menyebut penyebabnya pengaderan. Saya tanya lagi kenapa pengaderan? “Kami tidak cukup waktu dan stamina untuk belajar, karena dari kampus sudah capek,” kata mereka. Data ini boleh dibantah, tapi jika senior yang bertanya pastilah mereka tidak akan jawab dengan jujur. Tapi dengan dosen karena diminta mengatakan dengan benar; mereka akan nengatakan yang sebenarnya. Wahyu Supardi Menurut saya, ada beberapa faktor sehingga kurangnya minat mahasiswa dalam berorganisasi dalam kampus, baik dari segi proses dan alurnya. Tak sedikit pun yang mengatakan bahwa ketika tidak berlembaga maka akan terjadi dampak pada proses akademik mahasiswa yang dimana pada proses tersebut terdapat anggota lembaga yang memungkinkan untuk melakukan diskriminasi terhadap mahasiswa. Adanya anggapan tersebut membuat mahasiswa berpikir dua kali, bahkan saya yakin banyak mahasiswa yang hanya terpaksa ikut berlembaga hanya karna takut nilai akademiknya akan hancur lebur, ini yang harus dibenahi. Selain itu, berlembaga pun tak harus di dalam kampus, banyak kok organisasi diluar kampus . Dari proses pengaderan yang saya alami di dalam kampus, saya kira belum terlalu menyentuh dan mendapatkan tujuan yang sebenarnya. Bahkan melenceng dan tidak masuk akal !! Whandy Pantang Menyerah Miris juga apa yang terjadi di ruang lingkup kampus ini dimana mahasiswa(i) perlunya kebebasan untuk berlembaga sehingga menjadi fungsi mahasiswa yang subtansial sebagai mana mestinya. Tapi yang jadi permasalahan oleh oknum-oknum masih saja menjadi penghalang kebebasan itu,maka seharusnya orang yang berada barisan akademik, kemahsiswan, dsb adalah orang paham akan kelembagaan.
4
opini
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Akankah Kita Tak Jadi Apa-Apa di Negeri Sendiri? Oleh: Muh Fadli SEBUAH negeri dengan sumber daya ma nusia, mineral dan alam yang melimpah ruah. Sebuah negeri yang menurut sajak lagu sebagai tanah subur ketika tongkat di tanam maka akan jadi tanaman, lautannya laksana kolam susu yang bergelimpangan mutiara, tongkat dan kail menjadi alat yang cukup untuk mencari penghidupan. Inilah Indonesia dengan beragam gelar dan kelimpahan berkah dari Sang Pencipta. Lautan luas dan gugusan pulau nan indah laksana butiran intan yang tersusun rapi di etalase barang antik. Kita dan generasi bangsa ini mungkin akan takjub dengan berbagai fakta dan realitas kekayaan dimi liki bangsa ini, tapi pertanyaannya akankah kita bangga dengan kekayaan sebanyak dan seistimewa itu ? Kita sadari atau tidak perjalanan dan di namika bangsa ini akan senantiasa terukir dalam rangkaian sejarah panjang yang suatu saat nanti kita pun akan menjadi rangkaian sejarah panjang itu. Sejarah panjang yang membuat bangsa ini akan mempelajari ba nyak hal dan akan mengalami banyak hal
aksara
Oleh: Dhihram Tenrisau PERNAH suatu waktu saya bertandang ke klinik seorang rekan dokter dan mantan senior panutan di salah satu bilangan di ibukota. Bisa dibilang senior ini salah satu jawara dalam urusan lama studi. Lama studinya jauh melewati ambang batas normal dan wajar seorang mahasiswa untuk menyelesaikan studi, bahkan me lebihi usia cicilan kredit rumah. Senior ini mencurahkan kehidupan mahasiswanya untuk kegiatan sosial dan kegiatan intra serta ekstra kampus – untuk urusan ke giatan perkuliahan dan akademik berada di nomor kesekian – yang diikuti. Dia terkenal sebagai seorang maha siswa troublemaker oleh birokrat fakultas di sisi lainnya adalah enterpreneur, hal itu terbukti bahwa dia memiliki bisnis apa saja mulai dari bisnis fotokopian ba han kuliah, kuliner anak kosan, hingga yang terakhir bisnis perjalanan haji, yang hingga hari ini masih digelutinya. Dia lu
sebelum nantinya bertahan sebagai sebuah negara ataukah ia akan mengalami seja rah kehancuran. Akankah kita membiarkan bangsa ini larut dalam keterpurukan dan ke hancuran yang senantiasa mengintai? Ketika beberapa dekade silam kita dibuat risih dengan asumsi bangsa pribumi men jadi tamu di negeri sendiri, kitapun sempat mendengarkan asumsi laksana buruh di negeri sendiri. Memang pada kenyataan nya kondisi kita benar adanya menjadi seperti asumsi-asumsi itu. Kita laksana se bagai seorang tamu yang hanya sekadar menumpang di negeri kita dan kitapun lak sana buruh yang siang dan malam hari kita habiskan hanya bekerja keras memenuhi kebutuhan perusahaan yang notabenenya dikelola oleh pihak asing. Beberapa waktu lalu kita dikagetkan dengan fenomena banyaknya tenaga kerja asing khususnya dari Negara Tirai Bambu yang didatangkan untuk menjadi buruh di negeri ini yang jumlahnya mencapai pulu han ribu. Sempat beredar isu bahwa akan ada satu juta tenaga kerja dari Tiongkok untuk dipekerjakan di Indonesia yang disisi lain buruh warga negara sendiri kini banyak terancam di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara besar-besaran. Lantas bagaimana kita melihat fenomena ini. Akankah warga negara Indonesia sendi ri tidak akan menjadi apa-apa dinegerinya sendiri ketika hanya untuk menjadi seorang buruhpun sudah menjadi hal yang sulit. Ini semakin memperbesar persoalan dengan kebijakan pemerintah yang tidak meng
haruskan tenaga kerja asing untuk mampu berkomunikasi bahasa Indonesia. Belum lama ini kita juga disodorkan pemberitaan tentang beberapa anak neg eri dengan berbagai penemuan dan ino vasinya dibidang teknologi, kesehatan dan bidang lainnya. Sebagai contoh ditemukan rompi dan terapi anti kanker. Selain itu ada pula penemuan kompor ramah lingkun gan, teknologi internet 4G, dan berbagai pe nemuan lainnya yang mestinya membuat bangsa ini bangga akan hal tersebut men jadi cenderung terabaikan bahkan sampai dibatasi ruang geraknya oleh pihak-pihak yang (mungkin) tidak ingin melihat bangsa ini maju dan berkembang. Akankah rakyat Indonesia tak akan menjadi apa-apa di negerinya sendiri ke tika berbagai penemuan anak bangsa yang mestinya membuat kita mengapresiasi hal tersebut malah dimanfaatkan oleh negara lain dan melihatnya sebagai potensi yang bermanfaat bagi negaranya. Sejarah bapak B.J Habibie sebagai penemu teori dibidang transportasi pesawat akan kembali mengi ngatkan kita akan kurangnya semangat dan kepekaan mengapresiasi inovasi anak ne geri. Mungkin sebagian kita kembali terenyuh dengan kenyataan bahwa bangsa ini tak belajar dari sejarah orang-orang is timewa yang dengan segala kecerdasan dan potensi luar biasa yang dimilikinya men jadi pupus harapan ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa negeri ini adalah orangorang yang tak tahu diri dengan statusnya sebagai bangsa Indonesia.
Betapa tidak, telah sekian banyak anak negeri ini yang memiliki keistimewaan, bakat, dan penemuan yang mendunia na mun tidak juga membuat Indonesia maju. Salah satu sebabnya adalah adanya pihakpihak yang tak bertanggung jawab yang menginginkan bangsa ini tidak menjadi apa-apa dan bukan siapa-siapa dinegara nya sendiri. Kita sebagai bangsa yang besar memang harus memiliki segerombolan orang-orang yang memiliki keistimewaan, bakat, inovasi dan talenta yang unggul serta didukung oleh pemimpin dan pengambil kebijakan yang kompeten, peduli, apresiatif dan mencintai bangsanya sepenuh hati. Bukan orang yang berpura-pura dan bersembunyi dibalik jan ji-janji manis yang sekadar membawa pe nyakit serta menimbulkan kepahitan hidup yang berkepanjangan. Memang pahit melihat dan merasakan realitas bangsa ini. Tapi yakinlah Tuhan senantiasa memberikan kita hari esok yang lebih baik untuk berbuat dan beramal yang jauh lebih baik. Yakinlah pejuang kebaikan dan kebenaran sejati tidak akan pernah berkhianat untuk bangsanya. Untukmu para pemimpin dan pengambil kebijakan negeri ini, cintai dan apresiasilah segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada Indonesia. Buatlah kami bangga menjadi Indonesia yang mandiri, berdaulat dan berkepribadian unggul. n Penulis adalah (Aktivis KAMMI Makassar)
Dokter Plus-Plus lus nyaris tanpa prestasi akademik yang berarti disertai sekelabat ingatan akan pesimisme dosen yang pernah membim bingnya. Namun siapa yang menyangka bahwa ketika saya menyempatkan diri untuk mampir ke prakteknya, lusinan orang mengantri per malam hanya un tuk menanti dirinya. Menanti dirinya menginstruksikan membuka mulut. Konsep klinik yang menarik , perjua ngan dan keberanian bereksplorasi, juga yang paling penting adalah jaringan – ja ringan yang dimilikinya semasa berma hasiswa dulu menjadikan kliniknya besar di kota ini dan mengungguli rekanan se jawatnya – bahkan para junironya - yang lebih dahulu memulai klinik dan lebih duluan selesai dari bangku kuliah. Saat mendapatkan izin, melihat pengerjaan di ruangan kerjanya, sangat berbeda dari rekan saya yang pertama, Dia sa ngat tinggi empati, basa – basi yang memban jiri seluruh pengerjaan, hingga terasa suasana yang cair antara sesama dokter dan pasien. Terkahir adalah pasien terse but meminta dokter untuk menyediakan waktu merawat kembali giginya dan ke luarganya. Saya selalu ingat bagaimana birokrasi kampus berkoar – koar tentang dokter yang memiliki sisi lain yang bisa dijual di masyarakat. Bolehlah diistilahkan seba gai dokter plus-plus. Potret itu sekiranya
ada pada dokter B – tentunya dengan hst spsn prestasi akademik yang lebih baik – yang memiliki nilai lebih diluar pen didikan formal yang diperolehnya. Dokter yang memiliki kemampuan otak kiri dan kanan yang menghardik zaman dengan semangat dan militansi Hippokrates. Cita - cita mengharapkan orang yang membe rontak, terlebih dokter yang Charles Boe len dan turut diamini oleh WHO perlu untuk memperbaiki kondisi kesehatan dunia. Jargon memang tetaplah hanya jargon, sepatutnya panggung parodi dengan sega la omong kosongnya. Saya salut dengan mayoritas mahasiswa kedokteran akan konsistensi dan ketundukan terhadap sistemnya. Saya salut juga dengan mo del totaliteran yang langgeng dilakukan oleh birokrat fakultas kedokteran untuk menjaga prestise. Praksisnya pendidikan kedokteran masih kurang “sreg” mencip takan dokter plus-plus. Mahasiswa yang dinyatakan “sukses” apabila sesuai de ngan standar baku akademik – cukup IPK, taat aturan, penurut, dan selesai tepat waktu – bukan dokter yang menjelajahi ruang lainnya selain ruang perkuliahan. Bahkan orang tua mahasiswa senantiasa berinstruksi untuk secepatnya menamat kan kuliah, bukan semangat carpe diem (mencari makna dan menyelami dalam nya lautan pengetahuan) selagi muda
Dokter plus – plus memang adalah utopia, sama omong kosongnya dengan Dokter Hunter Doherty dalam film Patch Adams. Dunia pendidikan kedokteran me mang tidak butuh orang yang berbeda. Dunia pendidikan kedokteran tidak butuh para anasir untuk tafsir tunggal risalah sehat. Dunia pendidikan kedokteran tidak butuh para pembaharu ataupun mereka yang kritis bin kreatif. Cukup orang yang taat pada sistem secara taqlid dan tidak banyak menuntut serta rajin mengerja kan segala tugas dan memahami keingi nan pembimbing dan dosen. Masa depanlah yang berhak berbicara dan memperlihatkan - mungkin beberapa tahun setelah dokter selesai dan mening galkan institusi – perlu atau tidaknya dok ter plus-plus. Tempat di mana masyarakat akan meminta pelayanan dan deretan pasien yang kadangkala memelas harap. Tempat instingtif dan kreatifitas dalam pengabdian yang dibutuhkan. Tempat di mana mereka tak akan bertanya “Berapa tahun anda menyelesaikan pendidikan dokter ?” atau “Berapa IPK anda ?” hingga hapalan – hapalan kitab textbook.n Penulis adalah Mahasiswa Kedokteran Unhas Angkatan 2010 Anggota Komunitas Literasi Makassar
civitas
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
5
obituari
IDENTITAS/NURSARI SYAMSIR
Prof. Stanislaus Sandarupa Berpulang
Menyesuaikan Diri di Negeri Rantau
Tiap tahun Unhas tak pernah absen menerima mahasiswa asing. Bahasa dan budaya yang jauh berbeda terkadang membuat mereka kesulitan berinteraksi dengan civitas akademika lainnya.
S
aat ini tercatat 414 mahasiswa dari berbagai negara menuntut ilmu di kampus merah, namun perbedaan tanah kelahiran dan tanah rantauan membuat beberapa diantaranya mengalami culture shock. Gegar budaya lebih dikenal dengan culutre shock. Istilah yang sering digu nakan untuk menunjukkan ketidak nyamanan seseorang baik psikis mau pun fisik akibat melakukan kontak dengan budaya lain. Hal ini disebab kan karena pada umumnya seseorang tumbuh dan berkembang di lingku ngan yang tidak asing bagi mereka. Inilah latar belakang Indah Elza Pu tri, mahasiswa magister Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas melakukan pe nelitian terkait rintangan komunikasi yang dihadapi oleh mahasiswa asing dalam interaksi dengan mahasiwa lokal di Unhas. “Menarik untuk mengetahui culture shock mahasiswa asing dan bagaima na cara mereka mengatasinya,” tutur Elza saat diwawancara via email. Culture shock seringkali dihadapi oleh mahasiswa asing di Unhas teru tama karena bahasa dan budaya yang jauh berbeda. Selain itu, menu ma kanan yang berbeda pun terkadang menjadi kesulitan tersendiri bagi mereka. Seperti yang dialami oleh Ganesha Ledchumanan, mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 asal Ma laysia. Ia mengatakan cukup terkejut dengan suasana dan lingkungan di In donesia terutama aturan agama yang tidak terlalu ketat meski mayoritas penduduknya muslim.
Bahasa Indonesia dan Bahasa Me layu (Bahasa Kebangsaan Malaysia, red) memang tak jauh berbeda. Hal inilah yang membuatnnya tak memi liki kesulitan beradaptasi terkait ba hasa. Bahkan setelah delapan tahun tinggal di Makassar aksen bahasa le laki ini pun sudah seperti masyarakat Makassar asli. Berbicara soal menu makanan Ganesha sempat merasa kesulitan ka rena tidak terbiasa dengan makanan di Indonesia. Tak seperti kebiasaanya di Malaysia, karena ia keturunan In dia yang terbiasa dengan nasi dicam pur dengan kari sedang di Makassar masyarakat biasanya hanya makan nasi saja tanpa kuah. “Nasi saya campur dengan kecap manis, agar lebih berkuah,” kata ma hasiswa yang pernah menjalani Kuli ah Kerja Nyata-nya di Kabupaten Sop peng ini. Rabu (13/1) Lain halnya dengan Lee Clement, mahasiswa asal Kepulauan Solomon ini justru kesulitan beradaptasi untuk bahasa. Setelah lulus beasiswa kerja sama negaranya dengan Indonesia, Ia harus kursus Bahasa Indonesia se lama tiga bulan di Universitas Brawi jaya. Namun mahasiswa Fakultas Kes ehatan Masyarakat angkatan 2014 ini mengaku masih kesulitan mengikuti proses perkuliahan dimana Bahasa Indonesia dijadikan bahasa pengantar. “Di kelas, semua pakai Bahasa Indo nesia, mulai dari dosen menjelaskan, presentasi dan sebagainya. Saya tak mengerti, jadi biasanya setelah kelas berakhir saya meminta materi pre sentasi dan diskusi bersama teman di
luar,” katanya dalam bahasa Inggris. Selasa (19/1). Sedangkan terkait hal cuaca, ia mengeluhkan bahwa di Makassar sangat panas tidak seperti di negara asalnya yang lebih dingin meski sa ma-sama memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau. Begitupun halnya dengan budaya orang Indonesia. Ia menyukai ke ramahan mereka yang murah senyum meski tidak saling mengenal. Meski punya pengalaman buruk saat me ngunjungi ibukota. “Saya tiba-tiba didatangi anak kecil dan dia meminta rokok dan mencaricari dompet. Mereka terlihat sangat agresif,” tuturnya. Dari semuanya ia tetap menyukai Indonesia dan bangga karena mampu mempertahankan nilai-nilai budaya seperti budaya Toraja. Tak seper ti tradisi-tradisi dari negara asalnya yang sudah mulai luntur karena pe ngaruh budaya modern utamanya bu daya barat. Fenomena ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Elza. Penelitian yang dilakukakan se jak April 2015 hingga Agustus 2015 ini dilakukan di Unhas dimana terdapat beberapa mahasiswa asing dari berba gai negara, diantaranya China, Eritrea, Malaysia, Papua New Guinea, Korea, Sudan, dan Kepulauan Solomon. Hasilnya menunjukkan bahwa se bagian mahasiswa asing mengalami kesulitan dalam beradaptasi baik dari segi bahasa, makanan, budaya, dan cuaca. Adapun cara mengatasi ke sulitan tersebut adalah dengan belajar mandiri, bergaul, ataupun meman faatkan teknologi informasi. n Irn/Vit
Prof. Drs.Stanislaus Sandarupa, M.A., Ph.D, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin yang kini menjabat Ketua Program Studi Doktor Linguistik Unhas, sekitar pukul 01.00 dini hari Senin (18/1) berpulang ke rakhmatullah setelah dirawat sejak Jumat (15/1) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. ‘’Kita kehilangan cendekiawan Antropolinguistik yang sangat produktif dengan riset dan tulisan-tulisannya di media nasional, khusus Harian Kompas,’’ kata Rektor Universitas Hasanuddin, Dwia Aries Tina Pulubuhu usai melayat bersama Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unhas Prof.Drs.Burhanuddin Arafah, M.Hum, Ph.D. bersama beberapa guru besar, sahabat almarhum, setelah melayat ke Kompleks Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea AG 10, kediamannya, Senin pagi. Dwia mengatakan, sebagai Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Humaniora, Stanislaus Sandarupa mampu membawa lembaga itu aktif kembali. Selain menjabat sebagai Kepala Puslitbang Humaniora, almarhum juga dipercayakan sebagai Ketua Program Studi Linguistik S-3 Unhas. Kamis, almarhum masih sempat memimpin ujian mahasiswa Magister dan mencicipi kue dos. Jumat (15/1) Stanis laus hadir di Kampus dan bersiap-siap memimpin sidang ujian mahasiswa. Tiba-tiba pulpennya terjatuh saat berjalan memasuki ruang ujian di Fakultas Ilmu Budaya Unhas. Ketika tunduk hendak mengambil barangnya yang jatuh itulah dia tidak bisa lagi bangkit. Dalam keadaan tidak bisa berbicara sama sekali dia digotong dan dilarikan ke RSU Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo yang ditinggalkannya Oktober 2015. ‘’Beliau mengalami ‘afasia global (tidak bisa bicara),’’ kata Drs.H.Tammasse Balla, M.Hum, mahasiswa S-3 asuhan almarhum, yang mengutip penjelasan istrinya yang pakar stroke, Dr.dr.Jumraini, Sp.S. Stanislaus Sandarupa yang dilahirkan di Makale 9 Oktober 1956, terhitung 1 Maret 2015 diangkat sebagai guru besar dalam mata kuliah Antropolinguistik Unhas. Ayah empat anak dengan istri Katrina Patabang (56 tahun) ini termasuk salah seorang dosen yang produktif menulis artikel di Harian Kompas Jakarta. Sulung dari tiga bersaudara anak pasangan mendiang Martinus Ello-Clara Tibe ini menyelesaikan pendidikan doktor di University of Chicago, AS tahun 2004 dengan memilih bidang Antropologi. Bermodalkan pengetahuan yang ditimbanya di Departement of Linguistic University of Chicago, almarhum memperdalam pengetahuan dengan mengembangkan disiplin anthropolinguistic (bahasa masyarakat). Menggunakan pisau analisis ilmu tersebut, Stanislau membahas wacana sosial politik para tokoh publik dengan analisis wacana kritis di beberapa media, khususnya di Harian Kompas. ‘’Tidak hanya itu, dia termasuk salah seorang tokoh intelektual Toraja yang aktif menganalisis masalah budaya Toraja secara akademik, terutama dikaitkan dengan antropolinguistik,’’ kata Kepala Humas dan Protokol Unhas M.Dahlan Abubakar yang juga mahasiswanya di Program S-3 Linguistik Unhas. Kemampuan menulisnya mulai berkembang sejak SMA Katolik Makassar (tamat 1972). Dia memperoleh penghargaan berupa sertifikat dari sekolahnya karena berhasil tampil sebagai juara I lomba mengarang. Dia juga meraih ‘’sertificate of merit’’ dari Japan Sophia University, Tokyo, ketika mewakili Universitas Hasanuddin mengikuti kuliah Musim Panas di Universitas Internasional Sophia, Tokyo selama 1 bulan 15 hari pada tahun 1978. Tujuh tahun kemudian, dia juga memperoleh ‘’ ‘’sertificate of Appreciation’’ dari Saybrook Institute, San Fransisco, AS. n M.Dahlan Abubakar Kepala Humas & Protokol Unhas
6
potret
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Santap Sedap, Ramah di Kantong Naskah dan Foto : Nursari Syamsir PAGI, siang, malam, hingga pagi lagi, tempat ini selalu ramai oleh perut yang keroncong. Mahasiswa yang hendak mengisi ‘jawa tengahnya’ akan segera ke Workshop, begitu sebutan tempat ini. Menu santapan yang variatif dan murah meriah sangat cocok untuk kantong mahasiswa. Mulai dari nasi tempe, nasi ikan, nasi ayam, bakso, hingga Âaneka es buah dijual dengan harga murah. Enam ribu rupiah hingga lima belas ribu rupiah. Terletak di jalan Politeknik, tepatnya di belakang Workshop Centre Unhas puluhan kios dan warung berjejer dengan aroma makanan yang berbeda-beda. Penjualnya didominasi oleh orang jawa dengan resep makanan yang dibawanya dari tanah kelahiran. Salah satu pemilik warung di Workshop ini mengaku mempunyai omset hingga 9 juta per hari. Rasa dan harga menjadi jaminan untuk usaha ini. Mahasiswa kenyang, penjual untung! n
Memilih Menu
Siap Saji
Membayar Makanan
Meracik Makanan
Santap Sedap Memotong Sayur
wansus Kampus Jadi Sarang Pencuri Motor TERCATAT dalam kurun waktu empat hari (12-15/1) telah terjadi pencurian motor di kampus merah. Sekiranya sudah ada lima motor yang digondol ma ling dalam tempo hampir bersamaan. Sekitar pukul 19.30, Senin (12/1), Dwi Aprianto mahasiswa Fakultas Peternakan harus menanggung apes, pasalnya motor Jupiter Z yang diparkir tepat depan portal Kantin Jasa Pertanian (Jasper) telah hilang. Seketika itu Dwi melaporkan ke Satuan Pengamanan (Satpam) Pos III dekat Rusunawa. Dwi berharap agar kampus memasang Closed Circuit Television (CCTV) di setiap pintu masuk. “Semoga di setiap pintu masuk Unhas dilengkapi dengan CCTV sehingga motor yang keluar masuk bisa dikontrol,” ujarnya ketika ditemui di ruang Senat Fakultas Peternakan, Jum’at (15/1). Di hari yang sama pula, namun tempat berbeda yakni di Laboratorium Teknologi Pengolahan Ternak (THT) juga terjadi pencurian motor. Iwan Herdiyadi harus kehilangan motor Mio Biru dengan Plat DD 2165 QY. Tak berhenti, keesokan harinya Rabu (13/1) terjadi lagi pencurian motor atas nama Darmiati, ia harus kehilangan motor nya, Mio Sporty dengan Plat Nomor DD 2163 MU. Hanya berselang satu hari, Jum’at (15/1) terjadi pencurian motor di Pelataran Baruga. Nur Rifan Rahmat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) angkatan 2015 harus menerima kenyataan pahit, motor Jupiter MX King dengan plat DD 2767XY telah digondol maling. Seketika itu Rifan pun langsung melapor ke Polres BTP untuk menindaklanjuti kejadian tersebut. ”Saya harap teman-teman sekalian bisa lebih waspada saat memarkir motor dan pihak keamanan Unhas pun diharapkan bisa lebih meningkatkan pengawasannya agar kejadian yang seperti ini tidak terulang lagi,” ujarnya, Jumat (15/1). Di hari yang sama terjadi juga kecurian atas nama Muhammad Asrir dengan plat nomor DD 2628 DF. Menanggapi kejadian pencurian tersebut, Satpam mengatakan hal ini bisa terjadi karena terkadang mahasiswa tidak menghiraukan aturan parkir. Mahasiswa sering melakukan parkir liar. Padahal Unhas sudah memasang tanda larangan parkir ataupun yang larangan berhenti. Seperti contoh yang terjadi di depan Fakultas Kedokteran, mahasiwa memarkir mobilnya disembarang tempat. Alhasil terjadi pembobolan mobil, pelaku memecahkan kaca mobil dan mengambil tas korban, Jumat (8/1). Terkait hal ini, Satpam mengatakan sudah sering memberi peringatan baik secara lisan maupun menempelkan selebaran larangan parkir di kendaraan civitas akademika yang sering parkir liar. “Pada seluruh civitas akademika supaya parkir di tempat yang ada penjaganya dan jangan parkir dan berhenti di sepanjang jalan,” himbau Ari, salah seorang satuan pengaman Unhas, Kamis (14/1). n
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
7
Radikalisme Salah Kaprah
Aksi terorisme kembali membuat galau bangsa ini. Perekrutan mereka melalui ja ringan yang tak diketahui, mereka menyasar kaum muda khususnya mahasiswa. Kampus sebagai ladang mudah untuk menanamkan paham yang kerap mendompleng agama. Mesti siaga menghalau paham yang cende rung mengatasnamakan agama dan ideolo gi tertentu. Lantas, bagaimanakah seharusnya peran kampus dalam menangkal masuknya pa ham radikal yang tak jarang memanfaatkan kepolosan dan energi berlebih mahasiswa? Berikut wawancara khusus reporter identitas Riyami kepada Pakar Sosiologi Unhas DR HM Darwis MA DPS. di Kantornya, Juru san Sosiologi Unhas, Senin (18/1). Kampus adalah tempat proses pem bentukan karakter dan pembangunan in telektualitas mahasiswa. Seberapa besar kemungkinan mahasiswa disusupi radika lisme yang ekstrem? Jadi radiakalisme bukan saja radikalisme yang misalnya mau melakukan pemberontakan. Sejatinya antara radikal dan radikalisme itu berbeda. Radikalisme itu adalah sikap seseorang yang melihat sesuatu bertentangan dengan norma-norma, dan ideologi yang dianutnya. Sedangkan radikal adalah sikap dasar yang juga harus dimiliki mahasiswa. Mahasiswa memang harus mempunyai sikap radikal, dalam artian radikal dalam berpikir dan mengambil keputusan demi perubahan sosial di masyarakat. Namun yang sekarang menonjol menonjol pada mahasiswa adalah radikalisme yang berujung kekerasan.
Seperti apa paham radikal yang harus di miliki mahasiswa? Mereka agen perubahan yang bisa radikal untuk merubah tatanan sosial. Asalkan dalam koridor yang benar. Artinya memang mahasiswa sudah dibekali sikap ini dalam dirinya, dan sikap ini kembali akan muncul melalui interaksinya di kampus. Tinggal radikalnya mau dikemanakan, ke arah positif atau negatif. Kalau mereka salah dalam memaknai sikap radikal yang mereka miliki, maka disi tulah sikap ini akan berujung pada kekerasan dan kerusakan. Bagaimana cara mengarahkan sikap radikal yang bibitnya sudah ada pada diri mahasisswa agar tidak terkontaminasi oleh paham ekstrem? Lembaga mahasiswa ada, itu tidak lain dalam rangka membina mahasiswa jangan sampai radikalismenya itu lari ke arah yang negatif. Disini, Lema fungsinya untuk menampung dan mengakomodasi semua aspirasi mahasiswa dalam menyuarakan perubahan dan perjuangan atas nama keadilan. Kalau maasiswa sudah punya sikap radikal dan pu nya organisasi yang kuat, maka dia akan labrak semua hal yang tidak sejalan de ngan semestinya. Sebenarnya pesannya ja ngan menjadi radikal di kampus, kalau hanya radikal untuk melakukan kerusakan. Mahasiswa harus mengkaji sesuatu dan menciptakan sikap radikal dalam dirinya. Agar dia mempunyai karakter. Bagaimana menangkal paham radikal ekstrem tersebut agar tidak bertumbuh subur di kampus kita? Sekarang akses terhadap informasi sangat mudah. Ditambah lagi, negara ini tidak mem-
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
kronik
identitas identitas NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
batasi bacaan yang dibaca warganya. Semua informasi bisa didapatkan, semua orang bisa baca. Jadi bayangkan saja ada mahasiswa yang rajin membaca buku ideologi tertentu, namun ia membaca tanpa menyaring informasi yang ada. Maka disitulah sering muncul salah kaprah dan salah tafsir terhadap kajian yang dibacanya, karena hanya dikaji secara ekslusif tanpa adanya proses dialektika. Timbullah radikalisme, dan susah dibendung kalau mereka sudah terlanjur paham. Jadi disini memang harus ada lembaga mahasiswa agar proses dialektika dan aktualisasi diri mahasiswa dapat tersalurkan. Dan peran semua pembimbing mulai dalam proses belajar me ngajar, dosen harus betul-betul jadi pembim bing mereka jadi jika ada yang salah bisa langsung diidentifikasi.
ologi yang masuk, makanya gampang sekali beberapa paham radikalisme ekstrim menetas di kampus. Jadi, mahasiswa harus jadi benteng dari radikalisme lewat sikap radikal mereka. Mahasiswa punya kekuatan moral yang bisa mengalahkan semua masalah kepentingan, dan kalau ini dipakai oleh oknum luar penyebar radikalisme ekstrem maka hal yang benar bisa jadi salah dalam pandangannya dan akan dilawannya. Kampus juga punya tanggungjawab untuk hidupkan kembali lembaga mahasiswa. Melihat kemungkinan kekerasan atas nama paham atau ideologi dapat terjadi, apa yang bisa diperbuat untuk menang kalnya? Yang harus dilakukan kampus, pertama harus menciptakan keadilan bagi semua civitas akademika. Mahasiswa juga diberi rasa bahwa dia tidak terpinggirkan dalam hal ke giatan yang terjadi di kampus. Selain itu, kampus juga harus mampu menciptakan atmosfer akademik, dimana mahasiswa bebas mengaktualisasikan diri dan berdialektika. n
Lantas bagaimana jika kiprah Lembaga Mahasiswa redup dan mahasiswa kehila ngan sosok pembimbing di kampus? Mahasiswa bakal kehilangan wadah untuk menyalurkan sikap radikalnya. Ketika mereka tidak terwadahi maka mereka yang sejatinya sudah mempunyai bibit-bibit radikal, akan lebih mudah dimasuki oleh doktrinNama : DR HM Darwis MA DPS doktrin ideologi dan TTL : Watampone, 9 Juli 1961 agama yang salah kaprah. Begitu dokJenis Kelamin : Laki-Laki trin itu masuk ke dia Pendidikan: dan dia tau bahwa ada • SD Kompleks Butung Makassar penyimpangan pelak• PGAN 4 Tahun Watampone sanaan maka mereka • Madrasah Aliyah Negeri I (MAN) Watampone akan memberontak. • S1, Sarjana Sosiologi FISIP Unhas Makassar Maka hal ini juga bisa • S2, Magister Sosiologi Universitas Indonesia Jakarta jadi mengarah pada • Diploma Course, International Institute Population Study, munculnya pelaku Demeed University Bombay India terorisme dari kala • Doktor Bidang Sosiologi Pascasarjana Unhas ngan mahasiswa.
Data Diri
Apa yang dapat di lakukan kampus? Kampus juga harus sadar pentingnya lembaga mahasiswa. Kalau Lema mati maka perannya akan diambil alih oleh ide-
Karir: • • • • • • •
Ketua Jurusan Sosiologi periode 2011-sekarang Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Unhas Kordinator Pendidikan Pusat Studi HAM Unhas Anggota Dewan Riset Pemprov.Sulawesi Selatan Tenaga Ahli Gubernur Sulsel bidang Politik dan Kesbang Direktur Eksekutif Polling Centre Makassar Sekertaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Unhas
8
8
identitas identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Pesan Pemimpin untuk Calon Pemimpin
bundel Edisi Akhir Januari 1993
Edisi Akhir Januari 2004
Berharap Polisi Menodong Rusuh
SETELAH kerusuhan yang terjadi pertengahan Desember lalu, merebak kabar bahwa akan diadakan polisi pengamanan kampus. Namun, entah kabar tersebut encer bersama waktu. Pada rapat koordinasi pimpinan fakultas sepakat perlunya diadakan polisi untuk keamanan kampus. Pembantu Rektor III, Ambo Ala berdalih polisi kampus akan menjadi public security serve. Selain itu, dengan adanya polisi juga upaya menangkal terjadi pelanggaran hukum ataupun niat jahat terhadap orangorang yang akan masuk kampus. “Lokasi kampus relatif terbuka, jadi cukup rawan,” imbuhnya dingin. Jika rencana ini terealisasi maka ancang-ancang tugas dan wewenang pun sudah ada. Polisi kampus akan ditempatkan pada wilayah lingkaran jalan kampus. Namun, sekali lagi Ambo menegaskan. “Masih sebatas wacana. Formatnya pun belum pasti, kita akan pertimbangkan untung dan ruginya,” tandasnya khawatir ide ini akan mendatangkan kecaman dari penghuni kampus. Kekhawatiran Ambo terjawab, belum juga rencana ini terealisasi, kritik sudah berdatangan. Seperti Harnoto, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Pertanian mengungkapkan dengan adanya polisi kampus tekesan terlalu awas, karena sampai hal kecil seperti helm akan menjadi perhatian polisi. Senada, Jabbal Barring pun demikian, mahasiswa Akuntansi angkatan 2002 ini mengatakan kehadiran polisi bakal mengurangi ruang gerak sivitas akademika, terutama mahasiswa. Tidak tertutup kemungkinan, polisi akan menekankan pada prioritas utama pada pemerikasaan helm, surat kendaraan bahkan narkoba. Jika mahasiswa menolak rencana tersebut, AKBP Eko Sukriyanto, Kapolresta Makassar Timur berpandangan lain. Menurutnya pos polisi di dalam kampus seyogianya ada sehingga kejadian yang tidak diinginkan bias ditangani dengan cepat. n
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Pola KKN Perlu Diubah
“SUDAH saatnya pola Kuliah Kerja Nyata (KKN) perlu dipikirkan kembali. Kalau KKN yang diadakan sekarang masih sama dengan pola KKN 20 tahun yang lalu. Hal ini berarti tidak ada kemajuan dan peningkatan,” ujar Imran Arief, SH MS selaku Kepala P2KKN. Untuk melakukan sebuah perubahan pada pola KKN, perlu diadakan evaluasi terkait dengan program KKN. Imran Arief mengatakan pola KKN saat ini ialah proses oriented bukan program oriented. “Saya juga belum menemukan pola yang terbatas,” lanjut Mantan Staf Ahli Pembantu Rektor III. Adapun bentuk evaluasi untuk menemukan pola KKN ini berupa seminar yang harusnya melibatkan unsur perguruan tinggi, Badan Penyelenggara Daerah (Bappeda) dan pemerintah. Dalam seminar ini akan menyatukan persepsi sehingga semua pihak merasa KKN itu sebuah kebutuhan perguruan tinggi. Hal lain yang dilakukan oleh Imran Arief yakni memanfaatkan data yang telah diperoleh oleh mahasiswa selama KKN. Data ini akan diolah P2KKN dan akan dipergunakan untuk kepentingan univeristas atau pemerintah daerah setempat. Hal ini dapat dicapai dengan era komputerisasi sehingga hasilnya dapat diketahui lebih cepat. KKN sendiri merupakan cara agar mengaplikasikan disiplin ilmu untuk memanajemen masyarakat. Persoalan masyarakat sangat beragam sehingga tidak cukup diselesaikan dengan satu disiplin ilmu saja, melainkan menyeluruh dengan berbagai aspek, sehingga perlu sinkronisasi dari masing-masing ilmu. Tentu hal i ni berbeda dengan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang hanya memandang dari satu aspek saja.n
liputan khusus
“Jadilah pegiat, IP tinggi hanya mengantarkan anda pada panggilan wawancara, tapi kepemimpinan, kemampuan komunikasi, analytical thinking yang akan mengantarkan ke masa depan,”
R
ekaman Pidato Menteri Pen didikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang diunggah di media sosial youtube menjadi tamparan bagi mahasiswa baru agar mengetahui pentingnya mengikuti lembaga kemahasiswaan. Dalam video tersebut berisi ajakan kepada maha siswa untuk mempersiapkan diri men jadi pemimpin di masa depan. Suami dari Fery Farhati Ganis ini juga berpendapat bahwa status ‘Maha’ siswa yang disandang merupakan masa di mana seseorang memulai babak baru. Mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan siswa lainnya. Maka, mereka mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri juga mengembangkan bangsanya. “Kalau kalian hanya belajar didalam ruang kuliah, kalian akan masuk ke dalam golongan orang yang merugi,” Menurut lelaki kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini pembela jaran tidak hanya bisa didapatkan di ruang kuliah tetapi juga dengan diluar kelas, termasuk untuk berpartisipasi dengan lembaga kemahasiwaan, tapi dengan menyeimbangkan dengan pen capaian akademiknya. Lebih lanjut alumni Universitas Ga djah Mada ini mengatakan dunia kerja tidak hanya sekadar membawa selem bar ijazah dan transkip nilai, tetapi lebih dari itu, mereka dituntut memiliki softskill, misalnya kemampuan leadership dan komunikasi. Ironinya mahasiswa di Unhas kini mengalami penurunan minat berlem baga dengan berbagai alasan. Kekha watiran akan menurunnya indeks pr estasi akademik mahasiswa dijadikan
alasan untuk mengurangi aktivitas di luar perkuliahan. Selain itu beberapa aturan universitas yang tidak men dukung kegiatan mahasiswa, misalnya diberlakukannya aturan jam malam, komisi disiplin dan skorsing. Menanggapi hal tersebut, Man tan Ketua Senat Mahasiswa Unhas, Aminuddin SKM MKes MMedEd mem benarkan. Menurutnya ilmu yang dida patkan di dalam ruang kelas merupa kan bagian dari pelengkap persyaratan administrasi ketika seseorang mendaf tar pekerjaan. Lebih dari itu juga dibu tuhkan ilmu yang ditimba di luar bang ku kuliah. “Lembaga itu membentuk cara ber pikir dan pengembangan itu didapat kan diluar bangku kuliah. Itu bagian dari perjalanan yang tidak didapatkan dalam proses perkuliahan. Misalnya bagaimana mengasah kepekaan ter hadap orang lain, semua itu tidak ada dalam kelas,” ujar Dosen Fakultas Kese hatan Masyarat ini saat di wawancarai, Jumat (8/1). Aminuddin menggambarkan maha siswa baru itu layaknya kertas kosong, misalnya jika dia ditulisi dengan huruf Arab maka dia akan menjadi orang Arab. Dengan kata lain lingkungan lah yang berperan dalam membentuk karakter mahasiswa. “Permasalahannya bukan pada ma hasiswanya, tapi pada kebijakan. Apa pun yang dilakukan dan apapun yang menjadi kebijakan itu diikutinya,” tegasnya. Dalam penjelasan Aminuddin, pola pengaderan yakni pengumpulan yang dijalani hampir setiap hari oleh para mahasiswa baru, tidak mendukung terbentuknya karakter mahasiswa.
Pengaderan sebaiknya dibuat secara formal dengan memberikan pelatihan kepemimpinan secara berjenjang. “Buatkan pelatihan, misalnya maha siswa yang suka dakwah, jurnalistik dan lain sebagainya,” harapnya. Selain itu, pihak birokrasi juga mempunyai peran penting dalam pengembangan kecerdasan maha siswa. Agar dapat merumuskan profil mahasiswa Unhas kedepannya. “Me nurut saya harus ada urung rembuk antara pihak pimpinan dengan maha siswa, merekalah yang merumuskan bahwa mau seperti apa mahasiswa unhas kedepan,” tutur Aminuddin. Harapan dosen berkacamata ini juga, agar Anies tidak hanya melem par pernyataan seperti yang disam paikan dalam videonya. Tapi juga agar dapat merumuskan kebijakankebijakan yang dapat menunjang pelajaran kepemimpinan pada dunia pendidikan bukan hanya di Perguru an Tinggi tapi juga ditingkat SD, SMP, dan SMA. “Misalnya ada pelajaran yang me mang khusus terkait dengan kepemim pinan, yang pembelajaran ini tidak hanya memenuhi otak pelajar tapi juga memenuhi hatinya,” harapnya.n
Tim Lipsus: Koord. Lipsus: Devika Saputri
Anggota:
Asmaul Husna Yasin Sriwidiah Rosalina Bst Rasmilawanti Rustam Wadi Opsima Sri Hadriana Andi Ningsi
liputan khusus
liputan khusus
identitas identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
9
9
Aturan dan Keinginan Tak Sejalan Mahasiswa sejatinya tidak hanya berproses dalam bangku kuliah saja. Pengalaman di lembaga kemahasiswaan akan mendukung saat menjadi pemimpin. Sayangnya, kegiatan kemahasiswaan kini masih menanti restu aturan.
P
agi itu, Selasa (19/1) beberapa mahasiswa berpakaian serba hi tam bergegas menuju Kampung Rimba Fakultas Ke hutanan Unhas. Tepat pukul 07.00, mereka akan melakukan Bina Jasmani (Binjas). Kegiatan binjas ini sangat akrab di kala ngan Mahasiswa Baru (Maba) untuk melatih fisiknya sebelum mengikuti kegiatan pengaderan di lapangan. Semangat mengikuti tahap awal perkenalan kampus atau lebih dikenal dengan istilah pengaderan yang dilakukan di Fakultas Kehutanan, justru tidak dirasakan oleh beberapa maha siswa dari fakultas lain. Salah satunya, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial ini, sedari awal tidak pernah berniat untuk berproses dalam pengaderan. Menurutnya aturan di lemba ga terlalu banyak. Selain itu sis tem pengaderan yang turun te murun menjadi alasannya tidak berminat untuk mengikuti pe ngaderan. “Disana ada beberapa panitia yang kurang profesional atau terbawa dengan dendam masa lalu ketika masih junior,” ujar Lana, Rabu (13/1). Bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan menjalin relasi tidak hanya melalui berlembaga, namun bisa didapatkan dimana saja. “Wadah untuk menjalin re lasi bukan hanya di himpunan. Justru bagi saya, mahasiswa di
himpunan sekarang kurang ber gaul dengan orang diluar,” tu turnya. Lain halnya, mahasiswa Fakul tas Pertanian, sebut saja Mican. Mahasiswa Program Studi Ag ribisnis ini menganggap ikut pengaderan bukanlah hal yang buruk. Sayangnya, keinginan nya untuk ikut pengaderan kan das di tengah jalan. Ada anca man pencabutan beasiswa yang dilakukan oleh pihak birokrasi fakultas. “Saya berhenti ditahap kedua pengaderan, takut bea siswa saya dicabut, lagipula ada kesalahpahaman antara pihak birokrat dengan senior,” katanya saat diwawancarai, Kamis (7/1). Beda dengan Mican, Andi arini Tenri Pada melanjutkan tahap pengaderannya. Maha siswa Fakultas Pertanian mera sa berlembaga akan mendukung akademik, juga menambah wa wasan dan relasi. Banyak yang tidak diajarkan di bangku perkuliahan, seperti softskill. Menurut mahasiswa angakatan 2015 ini, lembaga bukanlah penghalang untuk ber prestasi dalam akademik. “Senior yang aktif organisasi malahan berprestasi di akade mik sehingga kami jadi termo tivasi,” ungkapnya, Kamis (7/1). Arini sapaanya, membutuhkan akademik dan organisasi berja lan beriringan. Menurutnya pe ngalaman berorganisasi sa ngat penting saat melamar pekerjaan
“Organisasi juga saya butuhkan karena kalau kita lamar kerja, ada pasti tertera pengalaman berorganisasi,” ucapnya. Menanggapi hal ini, Ketua Himpunan Ilmu Pemerintahan Muhammad Chaeroel Ansar ini mengatakan tidak ada proses pengaderan yang diluar batas kemanusiaan. “Dari awal kon sep pengaderan dirumuskan bersama dan telah disepakati, kita ingin mendidik seseorang tidak ada unsur balas dendam,”
jelasnya, Selasa (19/1). Sedangkan menurut Mustam mir Sultan aturan pedoman Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru (P2MB) mengintervensi lembaga maha siswa. Dalam aturan pedoman P2MB Unhas 2015 tertera bahwa kegiatan pembinaan mahasiswa angkatan 2015 oleh BEM Fakul tas dan Himpunan Jurusan, mu lai dilaksanakan pada bulan No vember 2016 pada poin ketiga. Tetapi dijelaskan dalam poin
selanjutnya bahwa pembinaan mahasiswa angkatan 2015 dapat dilaksanakan sebelum Novem ber 2016 apabila mendapatkan persetujuan dari Wakil Dekan III. Namun, baginya sosialisasi dengan Maba tidak perlu me nyurat kepada Wakil Dekan III. Mahasiswa angkatan 2013 meli hat pengalaman bahwa setiap pengaderan, WD III tidak mem beri izin, padahal sudah selesai Basic Character Study Skill. “Apa salahnya kita sosialisasi dalam bentuk pengumpulan,” tanggap Mustamir Sultan, Rabu (20/1). Melihat kenyataan yang terja di di kalangan birokrat dan lem baga mahasiswa miris rasanya. Padahal, Menteri Pendidikan dan Kebudayan Anies Baswedan menghimbau Maba untuk tak hanya kuliah saja, namun ikut berproses di lembaga. “Mereka yang memberikan kontribusi pada masyarakat, mereka yang berpengaruh, mereka yang bisa mendorong kemajuan adalah orang yang pada masa muda nya tidak hanya menghabiskan waktu di dalam ruang kelas, tapi juga di luar kelas,” ujar Anies Baswedan. Hal ini menjadi contoh, bahwa pembelajaran tidak hanya bisa hanya didapatkan dari ranah akademik, tetapi juga bisa dida patkan dari luar, misalnya de ngan turut berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan. n
10
kolom
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Mengembangkan Masyarakat llmiah Oleh: Anwar Arifin AndiPate STUDI ilmu sosial memperkenalkan taksonomi masyarakat dengan menyebutkan bahwa setiap komunitas terdiri atas beberapa subkomunitas (subcommunities). Ada masyarakat agama, ada masyarakat bisnis, ada masyarakat politik, ada masyarakat kesenian, ada masyarakat pertanian, dan ada masyarakat ilmiah. Semua subkomunitas itu amat diperlukan dalam kehidupan suatu bangsa dalam mengembangkan dirinya diantara bangsa-bangsa lain. Tak adanya salah satu subkomunitas tersebut, dapat mengakibatkan suatu kehidupan yang pincang. Hal itu dapat membuat masyarakat yang bersangkutan akan terlindas oleh bangsa lain yang semua subkomunitasnya mengalami kemajuan, terutama kemajuan dalam bidang Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Bahkan masyarakat tersebut dapat hilang diantara bangsa-bangsa lain.
Ilmu Sebagai Masyarakat Setiap subkomunitas itu memiliki pusat-pusat tersendiri, seperti yang terlihat di Indonesia. Misalnya pusat masyarakat ekonomi berada di kompleks pertokoan dan pasar raya, pusat masyarakat agama berada di suatu perkampungan yang berintikan masjid seperti yang ditemukan di pesantren (pesantrian), dan pusat masyarakat ilmiah terletak di kampus perguruan tinggi. Khusus masyarakat ilmiah yang relatif
belum terlalu lama berkembang di Indonesia, hanya ditemukan di kampus perguruan tinggi dan boleh dikatakan belum tumbuh di luar kampus. Kenya taan itu menunjukkan betapa penting nya peranan kampus perguruan tinggi dalam mengembangkan masyarakat ilmiah, yang memperlakukan ilmu sebagai proses, ilmu sebagai produk, ilmu sebagai masayarakat, dan ilmu sebagai paradigma moral. Kehidupan ilmiah seperti itu belum berkembang di luar kampus perguruan tinggi Indonesia. Sedang di negara – negara maju kehidupan ilmiah dan masyarakat ilmiah tumbuh dan berkembang juga di luar kampus perguruan tinggi. Hingga kini memang di Indonesia belum tumbuh tradisi penelitian untuk pengembangan ilmu di luar kampus, terutama karena belum ada fasilitas ilmiah yang memadai. Demikian juga kurangnya jiwa dan semangat ilmiah yang dapat menumbuhkan masyarakat ilmiah di luar kampus. Pendidikan informal misalnya belum begitu tajam me rasuki jiwa rakyat Indonesia, mungkin karena perhatian dan pemikiran mereka masih terpusat pada perjuangan untuk memperoleh kehidupan yang layak di bidang ekonomi. Jika kita memasuki perpustakaan – perpustakaan, maka terbanyak kita jumpai adalah mahasiswa dan pelajar. Itu pun mungkin hanya karena dorongan menghadapi ujian atau peristiwa lain yang menentukan kehidupan belajarnya. Sedang kesadaran untuk membekali kemampuan intelektualnya setelah habis masa belajarnya di perguruan tinggi, hampir tak banyak menghinggapi mayoritas manusia Indonesia. Sehingga ada kesan kuat, bahkan semacam ironi, bahwa wisuda sarjana yang dilakukan oleh perguruan tinggi, juga bermakna bahwa mulai hari itu buku – buku (terutama buku teks) ditutup dan perpustakaan tak begitu pen ting lagi. Artinya kegiatan akademik akan
berakhir untuk memasuki hidup “baru”. Hanyalah segelintir diantara alumni yang akan melanjutkan kegiatan ilmiahnya, yaitu mereka yang kebetulan bekerja sebagai akademisi di perguruan tinggi.
Benteng Terakhir Kenyataan tersebut menunjukkan betapa penting dan strategisnya kampus sebagai pusat pengembangan ilmu, teknologi, kebudayaan dan pengembangan peradaban bangsa. Hal itu bersumber dari budaya akademik yang kental dengan kajian ilmiah, riset, dan publikasi ilmiah. Tak salah jika, kampus memang “sementara” ini harus berperan sentral sebagai pusat kehidupan masyarakat ilmiah. Meskipun demikian, masih seringkali muncul pertanyaan, apakah betul kampus perguruan tinggi Indonesia telah memberikan gambaran kehidupan ilmiah yang diharapkan …? Itu merupakan pertanyaan yang serius Diakui bahwa kepincangan – kepinca ngan dalam kampus memang masih terjadi dewasa ini. Bahkan bebagai bidang kepincangan itu masih bersemi juga. Hubungan dosen dengan dosen dan hubungan dosen dengan mahasiswa mi salnya masih sering tidak mencerminkan suatu interaksi ilmiah yang di harapkan. Kampus perguruan tinggi juga belum menampakan adanya produksi Ilmu Pengetahuan dn Teknologi (Iptek) yang “mengejutkan” dunia ilmiah maupun yang mengejutkan masyarakat. Tak salah jika beberapa orang dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menilai bahwa kampus perguruan tinggi masih mengutakan pendidikan (ilmu sebagai proses transfer ilmu). Kepincangan–kepincangan itulah yang senantiasa menghawatirkan banyak pihak, bahwa kampus tak bisa berperan sebagai masyarakat ilmiah yang memadai, sebagaimana yang diharapkan. Justru itu kampus perguruan tinggi sebagai
satu – satunya “benteng terakhir” suatu masyarakat ilmiah, harus terus-menerus dibenahi dan dikembangkan. Jika hal itu tidak terjadi, maka pada suatu saat akan membawa akibat, bangsa kita akan semakin tertinggal dari bangsa– bangsa lainnya, dalam produksi Iptek untuk memajukan peradaban. Selain pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana fisik kampus, juga sangat diperlukan pengembangan budaya akademik bagi sivitas akademika. Perguruan tinggi tidak boleh hanya memusatkan peratiannya pada memperlakukan ilmu sebagai proses saja, melainkan harus memperlakukan ilmu sebagai produk dalam bentuk Iptek. Justru itu sivitas akademika harus juga serius memperlakukan ilmu sebagai masyakarat yaitu berkembangnya masyarakat ilmiah yang kreatif, inovatif, dan produktif melalui riset, dengan tidak membiarkan diri nya hanya sebagai “konsumen” atau hanya selaku “pengecer – pengecer” Iptek saja dari produk bangsa–bangsa lain. Demikian juga sivitas akademika harus memperlakukan ilmu sebagai pararadigma moral, yaitu mengutamakan kejujuran, kecintaan kepada kebenaran, dan kesetiakawanan dalam masyarakat ilmiah di kampus perguruan tinggi. Sivitas akademika harus juga memanfaakan fasilitas ilmiah berupa kemerdekaan berpikir, kemerdekaan berpendapat, dan kebebasan mimbar. Hal itu akan membahagiakan civitas akademika, sehingga kampus perguruan tinggi benarbenar tumbuh dan berkembang menjadi suatu masyarakat ilmiah yang melakukan peranananya dengan sungguh – sungguh, guna mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan mengembangkan peradaban umat manusia. n Penulis adalah Guru Besar Ilmu Komunikasi Unhas dan Pendiri PK identitas
rampai
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Aksi Nyata Pemuda untuk Indonesia Negeri ini butuh anak muda yang melakukan aksi sosial nyata, bukan anak muda yang suka komentar nyindir di media sosial
BEGITULAH kutipan Ridwan Kamil, walikota Bandung. Ia menilai pemuda Indonesia itu seharusnya mampu melakukan aksi nyata, bukan sekedar protes akan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Hal ini sama dengan landasan Aksi Indonesia Muda (AIM) terbentuk. Dicetuskan oleh Derry Perdana Munsil, mahasiswa Fakultas Teknik Unhas dan Muh Sahlan dari Fakultas Hukum Unhas. Saat itu, sang pionir merasa untuk memberantas kemiskinan di masyarakat butuh sebuah aksi sosial yang nyata, tidak se kedar turun di jalan dan memprotes kebijakan pemerintah tapi harus ada advokasi berkelanjutan dan turun langsung membantu masyarakat. Niat mulia inilah yang menjadikan AIM terbentuk pada 2013 dan eksis hingga saat ini. Pada mulanya, aksi yang dilakukan ini diberi nama Mahasiswa Turun Tangan (MTT) pada 2012. Namun, karena nama MTT ini mirip dengan program yang dianjurkan oleh Anies Baswedan Pemuda Turun Tangan, akhirnya MTT diubah menjadi AIM. Awal terbentuknya, AIM fokus untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di Kampung Kusta Dangko. Tempat ini dipilih karena menurut data dari Badan Pusat Statistik, daerah ini pusat dari kemiskinan di kota masyarakat. Masyarakat Dangko mulanya 70% berprofesi sebagai pengemis, sisanya pemulung, tukang parkir dan tukang cuci. Tak hanya itu, Dangko terkenal dengan banyaknya preman. Namun, keha diran AIM perlahan mengubah pandangan negatif itu. Datang dengan misi mensejahterakan masyarakat bukanlah hal mudah, apalagi jika mahasiswa yang melakukannya. Inilah yang dialami Derry, saat awal masuk ke Kampung
Dangko. Di Kampung Dangko, AIM berkomitmen untuk melakukan pendidikan informal kepada anakanak. Ini dilakukan atas pemikiran untuk memutus mata rantai kemiskinan suatu keluarga, dimulai dari peningkatan pendidikan bagi anak-anak. Untuk pendidikan informal ini, setiap hari Sabtu-Minggu diadakan kelas di Rumah Baca AIM. Selain itu, juga ada 20 anak usia SD dan SMP yang diberikan beasiswa untuk bersekolah. AIM juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan usaha kreatif. Para ibu diajarkan bagaimana membuat produk kerajinan tangan. Program ini mendapat bantuan mesin jahit dan bros dari Dompet Dhuafa, Yayasan Kalla dan Dinas Sosial Makassar. Adapun produk yang dihasilkan ialah bros, sandal jepit, lampu hias dan keset kaki. “Kami ingin menjadikan Dangko ini sebagai kampung kerajinan tangan di Makassar,” kata Sulaiman. Untuk bergabung di AIM, pemu-
da harus melewati tahap menjadi volunteer selama kurang lebih tiga bulan. Setelah menjadi volunteer, maka akan jadi pengurus AIM selama satu tahun. Kini, AIM tak hanya ada di Makassar saja. Pada 2014 telah terbentuk AIM Pontianak, lalu disusul lagi dengan AIM Medan dan Mataram setahun kemudian. Bahkan tahun ini, sudah ada AIM Sulawesi Barat. “Kami ada rencana adakan Pertemuan Pemuda Nasional, di sini seluruh pengurus AIM akan berkumpul dan berdiskusi bagaimana kondisi sosial masyarakat di Indonesia dan aksi apa yang akan dilakukan selanjutnya,” jelas Sulaiman, selaku Sekretaris Jenderal AIM. Di akhir pertemuan, ia berpesanagar mahasiswa yang katanya agent of change ini tak hanya aksi di jalan namun juga aksi di masyarakat. “Semoga AIM membuat pemuda lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya,” pesannya mengakhiri perbincangan, Senin (11/1). n Fransiska Sabu Wolor
DOK. PRIBADI
11
akademika
Habibie Kedua
DULU BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi perambatan retak. Penemuannya ban yak dipakai di berbagai lembaga du nia, termasuk National Aeronautics and Space Administration (NASA) di Ameri ka. Yogi Ahmad Erlangga kembali me ngulang kesuksesan Presiden ketiga ini. Melalui riset gelar doktornya. Ia berhasil memecahkan rumus persamaan Helm holtz pada Desember 2005. Penemu rumus Helmholtz ini lahir pada 8 Oktober 1974, di kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sekolah Dasar hingga Sekolah Me nengah Atas dia habiskan di kota kelahirannya. Kemudian untuk melanjutkan perguruan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Penerbangan. Pasca lulus 1998, Yogi muda melanjutkan pendidikan mag ister di Delft University of Technology (DUT) Belanda, Jurusan Matematika Terapan. Tak berselang lama dari kelulusannya, dia langsung melanjutkan pendidikan Doktoralnya di universi tas yang sama dengan jurusan yang sama pula. Ini dipilih Yogi sebagai bentuk kecintaanya terhadap dunia matematika. Hal ini dibuktikan saat membuat disertasi perihal persamaan Helm holtz. Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan persamaan matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk men cari titik lokasi minyak bumi. Keberhasilan Yogi dalam memecahkan rumus Helmholtz memuluskan jalan bagi perusahaan perminya kan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah. Selama ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemeca han rumus Helmholtz agar bisa lebih cepat dan efisien dalam me lakukan pencarian minyak bumi. Setelah Yogi memecahkan persa maan Helmholtz yang selama ini justru banyak dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat dalam me lakukan pencarian minyak bila dibandingkan dengan sebelumnya. Kini, Sang tokoh menjadi buruan para konglomerat dunia bis nis perminyakan. Universitas kelas atas pun tak ketinggalan mengincarnya agar bisa hadir di kampusnya untuk menggelar kuliah umum.Termasuk media elektronik pun berlomba-lomba me ngundangnya untuk acara Talk Show. Dikutip dari kompasiana.com, pernah dalam suatu seminar ber tema, “Muslim yang berkarakter dan motivasi sukses” yang dise lenggarakan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh, Ia mengungkapkan, sebelum persamaan Helmholtz dipecahkan olehnya, perusahaan-perusahaan perminyakan selalu memiliki masalah besar dalam menemukan sumber minyak bumi. Persa maan Helmholtz yang digunakan oleh perusahaan minyak waktu itu sangatlah tidak efisien karena membutuhkan biaya tinggi, waktu yang lama dan membutuhkan ribuan komputer untuk melakukan survei hanya di satu daerah saja. Hebatnya, meskipun penemuan untuk memecahkan rumus Helmholtz sangat fenomenal dan sangat menguntungkan industri perminyakan dan insdustri gelombang, Yogi tidak mematenkan penemuannya tersebut. Ini alas an spektakuler tersebut: “Pe nemuan ini berasal dari otak sehingga tidak perlu untuk dipatenkan, biarlah penemuan ini menjadi milik publik”. Bermimpi ingin memajukan indonesia. Menurutnya, saat ini Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan India, China dan Korea. Padahal, Indonesia dan India sama-sama sebagai negara berkembang dan banyak penduduk miskin. Selain perusahaan minyak bumi, industri yang dapat mengguna kan Persamaan Hemlholtz yaitu industri radar, penerbangan kapal selam, penyimpanan data dalam blue ray disc, laser, dan ilmu-ilmu lain terkait gelombang elektromagnetik. Buku yang ditulis Yogi ten tang Persamaan Hemlhotz laris terjual. Kini, ilmuwan yang mendapat julukan Habibie Muda menjadi dosen di Alfaisal University, Riyadh, Arab Saudi. Tak puas dengan pencapaiannya, ia masih ingin melakukan penelitian tentang pe sawat terbang, perminyakan, dan biomekanik. Setelah berhasil memecahkan Rumus Helmholtz, Yogi masih memiliki mimpi yang belum terwujud. Mimpi tersebut adalah melihat Indonesia maju. Dia ingin suatu saat nanti bisa melakukan riset di Indonesia tentang perminyakan, pesawat terbang, dan biomekanik, dengan anak-anak muda Indonesia. Menempatkan posisi Indone sia sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. n Atikah
12
resensi
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Antara Kita dan Fenomena Alam KITA semua tentu pernah mendengar mitos mengenai suatu tempat ataupun benda. Misalnya saja, kita akan mendapatkan sial jika menebang pohon di hutan adat. Kenyataannya, hal tersebut bisa saja terjadi. Namun, itu tak serta merta mampu menjadikan mitos sebagai alat untuk mencegah kerusakan, dalam hal ini alam. Ada hal yang perlu dipikirkan secara mendalam dari semua itu. Pernahkah kita memikirkan lebih jauh mengenai kebenaran suatu mitos itu? Bisa saja dalam contoh tersebut, seseorang mendapatkan kesialan bukan karena kekuatan gaib, sebagai penyebabnya. Melainkan, ada hal dalam dirinya yang mengalami ketidakseimbangan (disekuilibrium) atau akhirnya si penebang pohon itu tiba-tiba menyadari bahwa hal yang dilakukannya itu salah. Akibatnya, ia menyesal dan terus memikirkannya. Hingga perasaan itu berimbas pada semua hal yang dilakukannya, maka timbullah kesialan. Tapi sekali lagi, untuk mencapai sebuah kesimpulan kita butuh perenungan mendalam. Kira-kira seperti itulah salah satu pesan yang ingin disampaikan buku ini. Bagian awal buku cukup menarik. Kisah masa kecil, sebuah penyesalan karena tak mampu menyelamatkan sebatang Pohon Ketapang yang benar-benar dialami penulis. Pengalaman itu kemudian menjadi titik tolak pemikirannya dalam membahas ekologi, yang diluaskan melalui pandangannya terhadap fenomena yang terjadi kini. Karya Saras Dewi ini, mengulas tentang hal yang mendasar dari pentingnya sebuah perenungan filosofis terhadap kerusakan alam yang sedang terjadi. Dosen Filsafat Universitas Indonesia ini ingin mengurai
ketidakjelasan kontradiksi kepentingan manusia dalam konservasi alam, juga distingsi atau perbedaan masalah subjek dan objek dalam hubungan antara manusia dan alam. Buku bergenre filsafat lingkungan hidup ini, memberikan analisis yang radikal terhadap relasi manusia dengan alam. Sebagai pembuktian bahwa perenungan filosofis penting dalam mengatasi masalah kontemporer, kerusakan alam. Karya setebal 172 halaman ini mencoba mematahkan anggapan, bahwa sains dengan semua kepraktisannya dapat memberikan solusi terhadap masalah lingkungan hidup saat ini. Pelantun lagu Lembayung Bali ini menawarkan metode Ekofenomenologi sebagai alat pengupas disekuilibrium relasi manusia dan alam. Metode tersebut diulas melalui beberapa teori ekologi dan filsuf lingkungan, diantaranya yaitu: teori “Etika Tanah” Aldo Leopold, fenomenologi Edmund Husserl, relasi subjek-objek Merleau-Ponty dan Konsep Heideggerian. Dalam bukunya, Saras juga menilai bahwa etika lingkungan tidak sanggup mencapai akar permasalahan pokok. Bahkan kerap menyulitkan dalam menjelaskan kepentingan manusia di dalam kesatuan hidup bersama alam. Pendekatan etika lingkungan masih terbentur pada tema aturan, kebiasaan, serta anggapan baik ataupun buruk menyangkut alam. Sedangkan pada metode ekofenomenologi (fenomenologi lingkungan), sudah menyentuh persoalan bagaimana memahami ekosistem sebagai fenomena, bukan objek yang terlepas dari subjek, tetapi fenomena yang mensyaratkan adanya intensionalitas relasi semua unsur di
dalamnya. Sebagai buku filsafat, buku ini cukup memberikan pemahaman yang utuh tentang tinjauan disekulibrium relasi manusia dengan alam. Suatu ‘ketidakharmonisan,’ yang terjadi karena manusia gagal memahami substansi hubungan dirinya dengan alam. Seperti penjelasan teori Martin Heiddegger, bahwa sebenarnya manusia tidak hanya hidup selintas lalu di dalam dunianya. Tetapi ia harus menjadi ‘pemukim’ yang hidup harmonis dan damai dengan alam. Sayangnya, pada bagian pertengahan buku pembaca akan merasakan adanya pengambangan wacana. Barangkali pembahasan fenomenologi memang harus demikian adanya. Penjelasan mengenai teori subjek-objek pun terasa sangat panjang. Tepatnya, butuh waktu yang tidak sedikit untuk memahami isi buku ini. Di bagian penutup, kita akan disuguhkan
semacam rangkuman dari seluruh ide yang ada pada buku. Namun kesannya, ide-ide itu hanya untuk menawarkan metode pe nelusuran akar dan titik temu masalah. Tidak terlalu menekankan sikap dalam solusi permasalahan ketidakseimbangan hubungan manusia dengan alam. Secara keseluruhan, dari penggunaan diksi yang cukup rumit nampaknya pembaca harus belajar untuk membuat glosarium sendiri. Agar bisa lebih memahami rangkaian kata yang ada. Terlepas dari kekurangannya, karya pe rempuan kelahiran 1983 silam ini menunjukkan riset yang mendalam. Terlihat dari pencantuman referensi yang ada pada daftar pustakanya. Pesan lain yang menarik dari Saras Dewi adalah: “bahwa peristiwa bukanlah kejadian biasa, dan perjumpaan seorang manusia dengan alam adalah suatu peristiwa, sesuatu yang bermakna.” Selamat membaca!. n Riyami
Judul Buku Penulis Catakan Tebal Penerbit
: Ekofenomenologi Mengurai Disekuilibrium Relasi Manusia dengan Alam : Saras Dewi : I, Maret 2015 : xiv + 172 halaman, 14 x 20,3 cm : Marjin Kiri
ragam
Apapun Tipe Pembimbingnya, Skripsi Harus Selesai
PENYUSUNAN skrispsi merupakan tahapan yang harus dilalui oleh seorang mahasiswa Strata I untuk menyandang gelar sarjana. Bagi sebagian besar mahasiswa, prosesnya bisa sangat melelahkan sebab banyak waktu dan tenaga yang digunakan untuk mengerjakannya. Untuk menyelesaikan skripsi, seorang mahasiswa tidak bisa mengerjakannya dalam waktu semalam seperti mengerjakan tugas kuliah biasa. Selain itu, mahasiswa juga memerlukan bimbingan khusus. Nah, bimbingan tersebut disediakan oleh dosen pembimbing. Jadi tidak dapat dipungkiri, dosen pembimbing memegang peranan yang sangat penting. Selesai tidaknya sebuah skripsi, tepat waktu atau tidak seringkali sedikit banyak terkait dengan dosen pembimbing. Dosen pembimbing tersebut pun memiliki ciri khas atau tipe yang berbeda-beda. Berdasarkan Video yang diunggah oleh Kompas di Youtube, ada enam tipe pembimbing skripsi yaitu : tipe santai, tipe desain grafis, tipe meremehkan, tipe perfeksionis, tipe banyak job, tipe artis. Pertama, tipe santai yaitu dosen pembimbing yang ketika mahasiswa menemuinya maka diajak ngobrol berbagai hal dulu yang tidak ada hubungannya dengan skripsi. Kedua, tipe desain grafis yaitu tipe yang yang suka mencorat-coret hasil pekerjaan anak bimbingannya. Ketiga, tipe mere-
mehkan yaitu pembimbing yang biasanya menganggap bahwa penelitian yang dipilih mahasiswa bimbingannya terlalu mudah sehingga menyuruhnya untuk mengganti dengan penelitian lain. Keempat, tipe perfeksionis yaitu tipe yang tidak ingin ada kesalahan sedikit pun yang dilakukan oleh mahasiswa bimbingannya, meskipun itu hanya tullisan yang salah ketik atau ukuran gambar. Kelima, tipe banyak job yaitu pembimbing yang sangat susah ditemui karena memiliki banyak pekerjaan diluar. Keenam, tipe artis yaitu tipe yang mirip dengan tipe kelima, untuk bisa menemuinya harus selalu mengecek jadwal kosongnya sebab banyak orang lain yang juga ingin me nemuinya, layaknya seorang artis. Menurut Muh.Nazir, mahasiswa Fakultas Hukum, tipe dosen pembimbingnya yaitu santai. Ketika bertemu tidak langsung membahas mengenai perkembangan skripsinya “Biasanya kalau ketemu, dia cerita dulu tentang anaknya, pengalamannya waktu di luar negeri, dan lain-lain, jadi kayak keba nyakan cerita daripada bimbingan,” kata nya, Selasa (12/01). Meskipun santai, Nazir menambahkan bahwa proses bimbingannya lancar dikarenakan dosennya tersebut mudah untuk ditemui sehingga jika ada yang perlu dita nyakan ia akan segera mendatangi ruangan pembimbingnya.
Cerita yang berbeda dari Ratnaningsih, pembimbingnya adalah tipe banyak job. Me nurutnya sangat susah untuk menemui pembimbingnya. “Sering keluar kota, bahkan janji bertemu yang sebelumnya sudah disepakati kadang dia batalkan. Biasa juga sampai harus saya tunggui berjam-jam didepan ruangannya, untung kalau ada ji waktunya,” katanya, Selasa (12/01). Hal tersebut membuat pengerjaan skripsinya terhambat. Dengan berbagai tipe pembimbing tersebut, tentunya ada mahasiswa yang mengerjakan penyusunan skripsi secara lancar atau mudah saja, pun ada yang penuh perjua ngan. Namun meskipun pembim bing skripsi memiliki peranan yang penting, usaha yang dilakukan oleh mahasiswa juga sangat menentukan. Viki Wulandari misalnya, yang dosen pembimbingnya memiliki tipe perfeksionis. Segala hal sangat diperhatikannya dengan detail, misalkan saja ukuran gambar yang kurang besar atau kurang jelas, susunan dan padanan kata. Setiap pertemuan benar-benar digunakan untuk membahas tentang penelitiannya. “Tapi bagusnya pembimbingku, sekali ketemu langsung menunjukkan kesalahan yang banyak. Misalnya pertemuan pertama proposal langsung dicoret semua. Revisi selanjutnya tinggal menambahi kekurangan, revisi ketiga mempermantap konsep yang sudah bagus. Datang selanjutnya sudah
ACC,” kata mahasiswa Jurusan Biologi tersebut. Ia menambahkan bahwa mengerjakan skripsi sebenarnya mudah yang penting rajin, Rabu (13/1). Berbicara mengenai bimbingan skripsi, Dr Muhammad Nur Latif MHum yang kerap kali menjadi dosen pembimbing angkat bicara. Ia mengatakan bahwa setiap dosen pembimbing masing-masing memiliki ciri khas tersendiri dalam dalam membimbing mahasiswa. “Apapun alasannya yang pen ting jangan sampai merugikan mahasiswa, jangan sampai ada yang drop mengerjakan skripsi, janganlah menganggap mahasiswa yang mau bimbingan itu hanya nomor yang kesekian,” katanya, Selasa (12/1). Ia sendiri dalam membimbing mahasiswa bersifat fleksibel. Ketua Jurusan Sastra Asia Barat tersebut mengizinkan bimbingannya untuk menelepon 24 jam. Selain itu agar memudahkan, mahasiswa bisa melakukan konsultasi dengan via email. Ia menambahkan bahwa pembimbing yang ideal yaitu pembimbing yang selalu memotivasi dan memberikan arahan yang sesuai kepada mahasiswa yang bersangkutan agar tidak ada yang sampai drop. “Prinsipnya tidak terlalu membuat mudah-mudah sekali tetapi juga tidak terlalu mempersulit,” jelasnya. n Khusnul Fadilah
cerpen
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Kepada Mereka yang Diam Oleh: Dian Maudyan Arham KATAMU aku tidak pernah selesai menuliskan sebuah kisah panjang. Aku manggut mengiyakanmu. Lalu kujawab sekenanya bahwa hidup itu singkat, buat apa menulis yang panjang bila yang pendek saja sudah cukup. Dan aku tambahkan lagi, aku sudah menyelesaikannya. Tapi menurutku tulisan yang pendek itu membuktikan bahwa kamu tidak bisa menulis. Kilahmu. Sore itu sepasang kekasih berkelakar di bibir kota dan mendebatkan beberapa hal, termasuk pendidikan. Di bawah lelehan cahaya senja yang hampir lenyap mereka akhirnya saling menyiapkan kalimat. Meski pada akhirnya keduanya memilih diam dan mendengar alam berangsur ringsut. Dia mulai menyerangku, batin si lelaki. Bila kau perhatikan dengan baik, tentu akan kau mengerti bagaimana raut muka perempuan itu; serius dan terlihat sungguh-sungguh. Tekanan kata dan cara bicaranya penuh ungkapan, bahkan terlihat sangat antusias. Teori dalam kepalanya keluar satu-persatu. Seolah membentuk sebuah strategi, dengan laskar, dengan satu kali serang. Ah, seperti permainan catur saja. Meski begitu, tentu saja aku tahu, kau akan tidak langsung mati, bagiku penulis itu tidak pernah mati, batin si perempuan. * Lagian aku bukan seorang penulis, simpan saja teorimu itu untuk orang yang tepat bukan sepertiku. Aku bukan penulis, aku hanyalah orang yang kebetulan meyukai menulis. Kata si lelaki keesokan paginya ketika si perempuan kembali memancing perdebatan. Perempuan itu selalu saja me ngomentari setiap apa yang aku tulis. Bahkan ia selalu ingin tahu lebih dari aku. Aku menyukainya, meski sebagian orang menganggapnya orang yang berbahaya, sebab ia penuh terus terang. Mungkin di kota ini kejujuran tidak ada artinya lagi. Ia seringkali menggebu-gebu saat bicara, meski bukan itu yang membuatku menyukainya. Aku menyukai rasa ingin tahunya, komentarnya dan yang terpenting ia teman yang baik untuk diajak diskusi. Kau tahu? Suaranya mengalir begitu hanyut. Aku juga menyukai pendiriannya. Kuat. Dan tak tergoyahkan. Perempuan sepertinya membuatku bermimpi. Ia telah memilih bertahan dan terasing, selain kesendirian dan kesunyian ia tak punya apa-apa lagi. Anehnya, ia menikmatinya. Kesepian selalu saja bersemayam dalam dirinya. Ah, rasanya aku tidak perlu malu untuk mengungkapkannya. Aku selalu ingin menulis tentangnya. * Orang-orang memanggilnya Ody. Begitulah si lelaki memulai menu-
13
puisi Sajak dari Seorang Gelandangan Oleh: Selvy Annesa Putri
Beginilah hidup seorang gelandangan Mengais rezeki dari kejaran petugas keamanan Debu dan aspal menjadi kawan Melihat makhluk bertopeng berkeliaran di jalanan Beginilah hidup seorang gelandangan Makan di bawah kolong jembatan Tidur di emperan rumah orang-orang Padahal bos-bos besar pernah bilang, “Tidak usah merasa begitu sungkan Kalau-kalau punggungmu lelah karena bekerja seharian Siapa tahu kau butuh sejumlah uang Ini kartu namaku untuk kausimpan” Tapi tidak jua kutemukan bala bantuan Setelah kutelepon nomor yang mereka berikan Kata suara di seberang sambil cekikikan, “Nanti, kapan-kapan” Ah, aku ditipu angan-angan
ILUSTRASI/IRMAYANA
lis. Ia salah satu mahasiswa Sastra di salah satu Universitas ternama di Makassar. Ia gemar mengkritik ki nerja birokrasi kampus, hampir setiap hari ia mempropagandakan isu-isu kampus, diantaranya: fasilitas kampus yang tidak memadai, toilet yang jorok, korupsi, dan kekerasan akademik serta masih banyak lagi. Begitulah ia menikmati hidupnya. Setiap waktu. Setiap hari. Lelaki itu menggambarkannya sebagai sosok yang tangguh. Seperti pendapatku terhadap perempuan itu. Buku adalah teman sebayanya. Ia mulai membaca sejak kecil. Ayahnya seorang guru yang tegas. Sejak dipertemukan dengan buku ia langsung jatuh cinta padanya. Katanya setiap hari ia banyak belajar dari temannya. Belajar pada hal-hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Seseorang harus cukup berani untuk melawan ketakutannya sendiri. Berani membaca dan berteman de ngan sepi, sebab selain buku, mungkin hanyalah fana dimatanya. Tapi tidak bagi perempuan ini, ia malah hidup di dalamnya. Buku telah memberiku mimpi dan alasan untuk hidup, kata perempuan itu pada suatu sore di bibir kota. Buku telah memberinya apa yang pantas ia pikirkan. Wajar saja sosoknya se pertinya unik. Tangguh. Dan pantang menyerah. * Pagi Januari bersikap ramah kali ini. Meski anginnya sedikit usil, sejujur nya ia memainkan rambut panjangku, batin si lelaki. Udaranya terasa sejuk, aku mengatasinya de ngan menyeruput segelas kopi dan satu linting kretek. Rasanya di surga saja. Ah, meski aku tidak paham apakah disurga orang-orang masih bisa merokok? Apakah di surga masih ada pagi? Tapi sudahlah. Aku kembali menulis tentang pe rempuan itu dan mencoba mengi ngat setiap peristiwa bersamanya dan membiarkan waktu mengalir dan aku hanyut di dalamnya. Di beranda ini aku merasa terselamatkan dari pagi yang sial. Aku ingat kejadian dua hari yang lalu. Perempuan ini dengan gagah
berani orasi di depan kantor dekanat. Dia menyerukan kepada seluruh mahasiswa Fakultas Sastra untuk memboikot ruangan. Mari bersama-sama mengganyang kesewenang-wenang birokrasi. Begitu perempuan itu memulai orasinya. Tidak ada tempat di kampus ini untuk penguasa yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Mari bebaskan teman kita yang diskorsing. Kekerasan akademik harus dihentikan. Jangan hanya diam kawan-kawan. Univesitas hari ini, nyatanya hanya membunuh kemanusian atas nama kemanusiaan. Esok atau lusa jika itu terjadi kepada kawan-kawan. Apakah masih akan diam? Perempuan ini menciptakan kehe ningan. Di sekolahku dulu, saat upacara kejadian seperti ini dikenal dengan hening cipta. Dengan alunan musik, dengan lagu yang menghanyutkan. Apa yang terjadi sesudah itu? yang terjadi membuat berang para birokrasi dan ia menerima surat panggilan setelahnya. Kenyataan yang sebenarnya, ia diskorsing dengan tuduhan menghasut mahasiswa lain. Lebih pahit lagi, mahasiswa lain hanya diam saja, seoalah tidak terjadi apa-apa. Pernah suatu ketika mahasiswa lain, menegurnya. “Ody, berhentilah membuat keo naran!” “Bila aku berhenti, apakah kamu akan menggantikanku?” kilah Ody. Begitulah aku menyelesaikan tulisanku dan membiarkan membacanya. Perempuan itu diam sejenak. Menarik napas sedalam mungkin lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Sangat pelan. Aku mengingat semuanya. Seharusnya, aku juga menulis ucapanya yang mengatakan bahwa perjuangan tidak sesingkat hidup ini. Aku kembali menyeruput kopiku. Di bibir gelas aku berkaca. Kupandangi wajahku sendiri. Sejujur-jujurnya. Seutuhnya. Pagi ini mulai menciptakan rasa sesak. Barangkali hidup di kota tak lagi memberi rasa nyaman. Bahkan untuk sebuah pagi. n Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Angkatan 2013
Beginilah hidup seorang gelandangan Mencari nafkah dari sisa-sisa pengharapan Oleh para penguasa yang menjanjikan kehidupan Semoga dosa mereka diampuni oleh Tuhan Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Angkatan 2013
Lentera Harapan
Karya : Reski Mandasari Aku…. Bertahta diatas tanah yang nyaris gersang Aku menyusuri belantara kebingungan Diantara pohon akasia dan pohon oak. Aku… Bibit muda yang berusaha menyapa matahari yang tinggi Berharap ia mampu memberi setitik cahaya Beraharap ia mampu membantuku melakukan respirasi Aku… Perlahan menyusuri belantara yang temaram itu Belantara yang hanya diterangi lilin kecil yang nyaris meleleh oleh hembusan angin. Bukankah itulah angin? Hembusan tiap detik berbeda Kadang bertiup lembut, namun kadang bertiup terlalu kencang Hingga memporak-porandakan daun-daun kecil yang ku miliki Memporak-porandakan duniaku Tapi tahukah kau? Hidup bukanlah negeri dongeng yang bahagia selamanya Hidup adalah perjuangan panjang yang harus dilalui Kadang hujan berkepanjangan membuatku terendam Kadang terik yang terlalu lama membuatku kering kerontang Tapi tahukah kau jika ternyata di tiap ujung jalan ada lentera? Tiap bibit berhak untuk berjuang melawan angin yang menerpa Bermain bersama ricik yang jatuh dari langit Tersenyum bersama dengan sangpusat tata surya Mungkin aku belum memiliki caulis yang kokoh Belum memiliki radix yang kuat Belum memiliki corolla yang indah Apalagi memiliki flos yang mampu menebar semerbak Tapi aku ingin tumbuh kuat Menjadi pohon yang dirindukan Pohon yang memberi kesejukan Memberi ketentraman di tiap insan yang berteduh di bawahnya Memberi secercah kebahagiaan untuk tiap insan yang pernah meninggalkan jejaknya Aku ingin memberi lentera harapan meski hanya setitik…. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Biologi Unhas Angkatan 2012
14
ipteks
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
cermin
Pusing Cari Pondokan? Yuk, Klik caripondokan.com
Janji
ALKISAH hiduplah seorang putri mahkota cantik jelita, banyak pangeran yang ingin melamarnya. Namun untuk menguji kemampuan pengeran, sang putri lalu melakukan sayembara, dan menyisakan lima orang pangeran. Pada sayembara terakhir, putri memberikan tes dengan menyembunyikan satu jari kelingking dibelakang punggungnya, dan hanya satu pengeran yang berhasil menebak dengan benar, akhirnya keduanya pun menikah. Hingga pada suatu hari sang pangeran diutus untuk memimpin perang salib, sebelum ia pergi ia mengaitkan jari kelingkingya dengan jari kelingking sang putri dan berjanji akan kembali. Namun naas pangeran dinyatakan menghilang dalam perang. Setelah beberapa tahun berselang, putri kembali melakukan sayembara untuk mencari raja baru. Syarat menjadi raja terbilang mudah, ia hanya harus tahu apa yang dilakukan saat sang putri mengacungkan jari kelingkingnya. Banyak pangeran yang gagal, dan suatu ketika muncullah seorang pengemis yang juga ingin mengikuti sayembara. Ia lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking sang putri. Sang putri pun sadar bahwa pengemis itu adalah suaminya yang telah lama hilang. Mereka akhirnya kembali bersama. Setelah empat puluh hari, pangeran kembali menghilang. Ternyata ia hanyalah jelmaan arwah pangeran yang ingin menepati janji untuk bertemu kembali dengan sang istri. Cerita ini bukan tentang kisah cinta, apalagi tentang jari kelingking, tapi tentang kekuatan sebuah janji. Janji adalah sebuah kontrak psikologis yang menandakan transaksi atau kesepakatan antara dua orang. Di mana orang pertama sebagai pemberi janji, mengatakan kepada orang kedua, sebagai orang yang dikenai janji, untuk melakukan atau memberikan sesuatu. Menurut Islam, janji itu hukumnya mubah dan menepati janji hukumnya wajib. Saat masih kecil saya termasuk anak yang banyak mau, layaknya anak kecil lainnya. Mama dan Bapak seringkali saya repotkan dengan permintaan ini dan itu. Untuk menghentikan rengekanku mereka akan cepat mengi-
yakan, meskipun ada banyak yang ditepati dan tidak sedikit pula yang diingkari. Seiring perkembangan usia, saya lalu sadar kalau ‘iya’ yang diucapkan orang dewasa berarti dua kemungkinan ‘iya akan ditepati atau iya tidak akan ditepati’. Kini saya menjadi orang dewasa, dunia berputar. Dari anak kecil yang seringkali menelan janji, saya bertransformasi menjadi orang yang seringkali membuat janji, meski tidak sedikit yang saya ingkari. Alasannya selalu sama, “Pikiranku sedang kemana-mana, saya sibuk, makanya tolong diingatkan.” ‘Al wa’du dainun’ janji adalah hutang. Kepada Mama dan Bapak saya masih punya hutang gelar akademik yang harus saya selesaikan. Tahun kemarin adalah tahun penuh janji yang hingga kini belum saya tepati. Saat ditanya kapan sarjana, saya jawab “bulan enam Ma,” “Bulan sembilan Ma,” dan sampai sekarang putri yang sudah empat tahun mereka dikuliahkan, masih bergelar mahasiswa. Lelah terus berjanji, tentu dosa jika tidak ditepati. Makanya setiap ditanyai kapan sarjana, saya hanya menjawab “Doakan secepatnya saja Ma.” Belum selesai janji dengan orang tua yang harus ditepati, saya kembali diperhadapkan dengan janji baru. Janji yang mengharuskan saya membagi dua pikiran, antara menyegerakan menyandang status sarjana kesehatan masyarakat dan melanjutkan estafet regenerasi organisasi. Janji yang sebenarnya sejak awal, sangat ingin saya ingkari. Saya sadar, saya punya hutang budi di organisasi ini. Tempat yang mengajarkan arti komitmen atas nama profesionalitas dan kekeluargaan. Dengan begitu saya harus berjanji untuk bertahan di kampus, mungkin untuk setahun kedepan. Mengutamakan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi, sekali lagi. Dari semua itu yang sangat penting adalah janji kepada diri sendiri. Janji untuk berusaha menepati janji yang sempat diucapkan. Saya harus berjanji untuk tidak ingkar janji. Saya berusaha mewujudkan cita-cita orang tua saya utuk segera meraih gelar sarjana, dan sebisa mungkin tidak meninggalkan tanggung jawab. Janji, bukankah sekecil apapun dia tetap harus ditepati. Maka dari itu bagi orangorang yang sedang berjanji, mari sebisa mungkin kita tepati. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Koordinator Liputan PK identitas 2016
ILUSTRASI/IRMAYANA
SEBAGAI mahasiswa, sebagian dari kita pasti pernah mengalami kesulitan saat akan mencari pondokan di Makassar. Sudah pernahkah anda membuka situs caripondokan. com? Jika belum, anda layak untuk mencobanya. Startup kota daeng ini, akan memberikan anda layanan untuk mencari pondokan di sekitar wilayah kampus. Startup tersebut lahir dari Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM), yang gagal dilulusi Sidik Permana, Chief Executive Officer (CEO) caripondokan.com. Creativity comes in walking time. Kreativitas didapat dari pengalaman, bukan hal instan. Kalimat yang cocok untuknya. Dengan alasan yakin bahwa kreatifitasnya ini akan bermanfaat luas, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Unhas ini terus melanjutkannya. Tak dapat dipungkiri, kebutuhan akan tempat tinggal kadang berbenturan dengan waktu dan tenaga yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencarinya. Situs yang menyediakan informasi yang fokus pada rumah sewa maupun pondokan (indekos) di Makassar, pun terbilang sangat jarang sekali. Di sinilah caripondokan.com berpeluang dalam membantu masyarakat. Tidak hanya dari sisi mahasiswa, namun pemilik pondokan yang dipromosikan pondokannya juga. “Ini adalah salah satu cara saya untuk mengabdi pada almamater,” ungkap mahasiswa angkatan 2012 ini. Situs ini tak serta merta langsung jadi, ada proses panjang untuk mengembangkannya. Pada Januari lalu, bermodalkan 150 ribu rupiah mahasiswa yang juga web developer ini membeli domain untuk caripondokan. com. Tak cukup sampai disitu, karena situs ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pondokan, maka ia harus melakukan survei satu per satu pondokan yang ada di sekitar wilayah kampus di Makassar. Semua demi memberikan data yang lengkap bagi pencari pondokan. Setelah proses panjang dan melelahkan itu, caripondokan.com pun mulai beroperasi sejak Maret lalu. Dalam pengoperasiannya, peserta Summer School Taiwan 2015 ini dibantu oleh tim kerja sejumlah tujuh orang, yang masing-masing bergerak dalam bidang pemasaran, teknis, dan survei. Hingga saat ini, tercatat sudah ada 8000 pengguna dan 150 data pondokan yang terdaftar dalam situs ini. Fitur pencarian dalam caripondokan.com sangat memudahkan penggunanya. Pencariannya tak hanya
didasarkan pada lokasi kampus. Namun juga didasarkan gender, tipe pondokan dan harga sewa. Tak cukup sampai disitu, situs ini juga dilengkapi peta letak pondokan dan foto detail bagian dalam pondokan. “Semua informasi dalam web sudah lengkap, mulai dari info kontak pemilik, bahkan hingga ke jenis air yang ada di pondokan air sumur atau air PDAM. Jadi datanya memang nggak asal mengarang,” jelas alumnus SMAN 17 Makassar ini. Dalam proses pengembangan startup, tim Cari Pondokan masih terkendala pada pemasaran dan modal. Untuk biaya operasi teknis saat ini, berasal dari hasil bekerja sebagai Front-end Developer di Upa’na Studio, miliknya sendiri. Kendala lain, juga muncul dari pemilik pondokan yang kadang curiga dan tidak mau disurvei pondokannya. Mengingat angka kejahatan di kawasan pondokan yang cukup tinggi saat ini. Selain itu, biasanya pemilik pondokan juga tidak paham mengenai periklanan melalui internet. Tak cukup sampai disitu, tantangan lain kadang datang dari kesempatan untuk mengikuti suatu lomba atau event tertentu. Sehingga fokus mahasiswa yang tidak tinggal di pondokan ini, kadang teralihkan. Menjaga kekompakan teman se-tim pun menjadi tantangan mutlak untuknya. “Niat pertama situs ini dibuat itu hanya untuk bantu orang, kita kerja sukarela. Sementara teman-teman kan juga butuh makan. Jadi biasanya mereka pergi. Ya, itu namanya seleksi. Tapi saya tetap yakin kalau situs ini terus dikembangkan, nanti bakalan ada ji profitnya,” papar peserta Unilever Future Leaders 2015 ini. Usaha untuk mengembangkan startup ini mulai menunjukkan geliatnya. Sebagai langkah awal untuk dikenal masyarakat, tim Cari Pondokan diundang dalam “Sagoo Festivity 2015”, kegiatan festival Industri Kreatif Digital (IKD) yang diselenggarakan oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) (29/9). Untuk kedepannya, caripondokan.com akan ditambahi fitur lain yang berhubungan dengan kebutuha n akan tempat tinggal, yang target pemasarannya lebih luas lagi. “Semoga caripondokan.com segera punya model bisnis yang tepat, dan bermanfaat lebih luas lagi, serta makin dikenal para pencari dan pemilik pondokan,” harapnya saat mengakhiri wawancara, Jumat (15/1). Pu sing cari pondokan? Klik saja caripondokan. com. n Riyami
kampusiana
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
OKJE Adakan Kontes Robot
ORGANISASI Kemahasiswaan Jurusan Elektro (OKJE) Unhas gelar Celebes Robot Contest and Techno Exhibition di Aula Benteng Rotterdam Makassar, Sabtu-Ahad (9-10/1). Kontes yang mengangkat tema “Makassar Tidak Rantasa” merupakan rentetan dari Hasanuddin Techno Fest. Tema ini bertujuan sebagai bentuk kontribusi mahasiswa dalam menyukseskan program pemerintah. Sebanyak 28 tim peserta lomba robot dari berbagai universitas di Indonesia Timur. Yakni Unhas, Universitas Negeri Makassar, Universitas Muhammadiyah, Universitas Islam Negeri Alaudin, Politeknik Negeri Makassar, STMIK Dipanegara, STMIK Handayani, Politeknik Bosowa dan Universitas Islam Makassar. Keluar sebagai juara pertama ialah tuan rumah, Unhas yakni Tim Dara-Daeng, kemudian disusul oleh juara kedua yakni Tim Winrar dari Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) dan juara ketiga yakni tim NOOB dari Politeknik Akademi Teknik Industri Manajemen (ATIM). Harapan pertama juga berasal dari Unhas yakni Tim Komang dan sebagai juara strategi terbaik diperoleh Tim Dara-Daeng. Tim Kalomang PNUP menjadi jura dengan desain terbaik. Dary Mochammad Rifqie selaku ketua panitia yang juga merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini menjelaskan bahwa kontes robot tersebut merupakan kegiatan tahunan dari OKJE. “Dengan diadakannya lomba tingkat nasional ini sebagai upaya menunjukkan karya-karya dari mahasiswa teknik,” ungkapnya, Sabtu (9/1). (Dya)
UKM Tenis Meja Adakan Musyawarah Ke-23
UNIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja Unhas menggelar Musyawarah Besar (Mubes) ke-23. Mengangkat tema “Merangkai Nalar Menuju Asa.” Mubes ini
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
UKM KSR PMI Lantik Ketua Baru
UNIT Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (UKM KSR PMI) periode 2016 melantik ketua baru. Pelantikan ini dilaksanakan di Gedung Lantai Dasar Rektorat Unhas, Sabtu (6/1). Dihadiri oleh ketua-ketua UKM dan Korps Sukarela Se-Makassar, kegiatan ini dibuka dengan pembacaan tujuh prinsip dasar gerakan palang merah. Dilanjutkan dengan pelantikan ketua UKM KSR PMI terpilih yakni Muyadhil Nurindar oleh Ir Muh Ali Mantung MSi sebagai Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan. Muyadhil Nurindar terpilih menjadi ketua senat musyawarah anggota di Sumpang Bita, Pangkep. Dengan mempe roleh 22 suara lebih unggul daripada calon kedua Farid Muhammad dengan 14 suara. Adapun rangkaian kegiatan ini yakni menandatangani berita acara oleh ketua pengurus 2015 yang telah demisioner dan ketua pengurus tahun 2016, kemudian sebagai saksi ketua panitia dan Ali Mantung. “Semoga ketua periode sekarang dapat melanjutkan apa yang dilakukan ketua sebelumnya dan membawa KSR PMI jauh lebih baik dengan tetap konsisten menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kita integrasikan UKM ini sebagai organisasi kemahasiswaan di bidang kemanusiaan dan yang terpenting mampu menaungi teman-teman pengurus,” harap Amar Ma’ruf Zarkawi sebagai anggota Teamwork Pelantikan, Senin (11/1). (Win)
Diskusi: Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Sulawesi Selatan melakukan diskusi awal tahun bertajuk “Komunikasi dalam Berbagai Perspektif Birokrasi Marketing IT dan Budaya” di ruang kuliah Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, Rabu (13/1). Diskusi ini dihadiri oleh Wakil Walikota Makassar Syamsul Rizal, Dosen Komunikasi Fisip Unhas Dr Muhammad Akbar Msi, Dr Hasrullah dan anggota ISKI lainnya.
digelar di Bantimurung, Sabtu-Selaa (2629/12). Dihadiri oleh 33 orang yang terdiri atas anggota biasa dan anggota luar biasa, Mubes ini akan dilanjutkan dengan kegiatan pelantikan dan rapat kerja pengurus baru periode 2016 pada 29 Januari mendatang. “Semoga melalui kegiatan ini UKM tenis meja tetap eksis dalam kegiatan kelembagaan, mampu menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif dan kreatif, serta semua anggota UKM ini memiliki rasa tanggungjawab, kerja sama dan kekeluargaan yang tinggi,” harap Rahmat Alfian Sofyan sebagai Ketua Terpilih, Rabu (13/1). (Kbs)
Ikab Adakan Screening Untuk Calon Pengurus
siswa Kimia dan Mahasiswa Baru (Maba). Selain itu, Polyhedral ini sebagai ajang Maba untuk mengenal organisasi. Adapun rentetan kegiatan dari bina akrab ini yakni bangun tenda, persembahan, pe ngenalan anggota lama dan calon anggota dan penerimaan materi. Sebelum kegiatan berlangsung di Maros, terlebih dahulu diadakan latihan rutin. Abdul Gaffar selaku ketua panitia berharap dari kegiatan bina akrab ini Maba dapat mengenal dinamika kampus dan membina akhlak maba. “Bagaimana kita membina akhlak karena memang di zaman modern ini tinggi sekali keegoisan dan hedonisme, jadi itu yang mau diperbaiki dari mahasiswa baru,” ujar Gaffar. (M24)
UKM TKU Adakan Harmonisasi Alam
IKATAN Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (Ikab) adakan Screening untuk merekrut pengurus baru, Jumat (15/1). Kegiatan Screening merupakan salah satu persyaratan keanggotaan Ikab. Adapun persyaratan lainnya ialah SMART dan Bidak (Bina Dasar Kepemimpinan) dan persyaratan administrasi. Adapun elemen yang berpartisipasi di acara ini ialah tim panitia yaitu Dewan Pengadaan Organisasi (DPO) dan warga Ikab. Jumlah peserta Screening yakni 49 mahasiswa dari angkatan 2014 dan 31 mahasiswa angkatan 2015. Walaupun masuk keanggotaan Ikabmerupakan pilihan bagi anak Bidik MIsi, tapi diharapkan seluruh anak Bidik Misi bisa berpartisipasi aktif di organisasi ini. “Orang-orang yang memang kita luluskan melalui proses ini diharapkan benar-benar bisa berpartisipasi aktif dalam kepengurusan organisasi, kompeten, profesional, loyal, serta mengedepankan kekeluargaan. Kemudian, baik pengurus ataupun bukan tetap jaga komunikasi satu sama lain, baik itu komunikasi sesama pengurus, warga, maupun birokrasi,” ucap Syafriman selaku ketua Ikab. (M24)
UNIT Kegiatan Mahasiswa Teater kampus Unhas (UKM TKU) gelar pengaderan tahap tiga bertajuk Harmonisasi Alam di Desa Kompang, Sinjai Tengah. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, Jum’at – Ahad (8-10 /1). Sebelumnya telah diadakan Dasar Teater dan Workshop sebagai pengaderan tahap satu dan dua. Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini yakni mengakrabkan antara anggota baru dengan warga teater. Selain itu, harmonisasi alam juga sebagai ajang refreshing. Adapun rentetan kegiatan ini berupa pementesan terbuka yang ide ceritanya dari alam, bincang lepas anggota baru dengan anggota lama, pemanasan dan olah tubuh, kerja bakti, games, olah nafas, ditampilkan potongan adegan yang akan dimainkan oleh anggota baru. Selesainya suatu kegiatan tentunya terdapat harapan yang nantinya akan berguna kedepannya. Hal ini juga diharapkan oleh pengurus kegiatan Harmonisasi Alam. “Selain mengakrabkan calon anggota baru dengan anggota lama, mereka juga dapat memahami keasyikan di teater kampus dan dapat bertahan di UKM ini,” ucap Hasman selaku Sekretaris. (M24)
HMK Gelar Bina Akrab di Maros
MSDC Sosialisasi Maritim Kepada Siswa Bantaeng
HIMPUNAN Mahasiswa Kimia gelar Bina Akrab yang bertajuk Polihedra. Bertempat di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, kegiatan ini diselenggarakan selama tiga hari, Jum’at – Ahad (15-17 /1). Bina akrab ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antara keluarga maha-
BERTEMPAT di Baruga Bantaeng Marine Science Diving Club (MSDC) mengadakan kegiatan yang bertajuk MSDC Goes to School. Kegaitan ini mengundang seluruh SMA se Kabupaten Bantaeng, kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan untuk menumbuhkembangkan karakter maritim
15
generasi muda indonesia, Senin(11/1). Acara ini dibuka resmi oleh Haji Asri selaku Ketua Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Bantaeng. Selain itu, dalam kegiatan ini MSDC juga secara langsung mengenalkan kampus dan jurusan pada umumnya kepada peserta. Sebagai generasi muda sangat penting untuk menjaga laut. “Generasi muda yang akan melanjutkan masa depan bangsa Indonesia dan pentingnya menjaga laut Indonesia dan mensosialisasikan tentang pentingya menjaga laut kepada para ge nerasi muda sejak dini dia bisa menjaga laut,” harap Hardin Lakota selaku ketua MSDC Unhas. (M25)
Peringati Hari Ginjal Sedunia, AIESEC Gelar Kidsneyteen Project
DALAM memperingati Hari Ginjal Sedunia 12 Maret nanti, Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) mengadakan Welcoming Party Incoming Preparation Seminar (Kidsneyteen Project). Menghadirkan partispan Gabor dari Hu ngaria, Ben dan Aran dari Cina, serta Bicarso dari Taiwan. Kegiatan ini diselenggarakan di Digital Lounge, Ratulangi Nomor 68, Jum’at (15/1). Pada kegiatan Kidsneyteen Project ada beberapa rangkaian yaitu School Road Show di sepuluh sekolah di Makassar, Sticker Campaige, Aksi Ginjal, Coloring Competition, dan Senam Ginjal. Selain itu, ada juga Donation Day. ini merupakan puncak kegiatan ini yang akan diselenggarakan, Ahad (14/2). Dengan memberikan seluruh dana yang telah dikumpulkan kepada tiga orang pasien penderita penyakit ginjal di wilayah Makassar sendiri. Jabal Noor selaku Public Relations me ngutarakan kegiatan ini guna memberi penyuluhan kepada anak-anak akan pentingnya menjaga ginjal sejak usia dini. Dengan adanya acara ini juga untuk membawa nama Indonesia. “Event participation yang hadir dalam acara ini bisa lebih meningkatkan public speaking, meningkatkan sikap dan lebih mudah beradaptasi. Selain itu, harapan yang lebih penting adalah kita bisa membawa nama baik Indonesia menjadi lebih baik lagi melalui kegiatan Kidsneyteen Project ini,” harap Fransiske selaku Ketua Panitia. (M25)
Himbio Rekrut Kader dengan Pengenalan Lapangan
DALAM rangka perekrutan kader baru angkatan 2015,Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) adakan Studi Pengenalan Lapangan (SPL) yang bertempat di Desa Tompo bulu, Dusun Ara, Kecamatan Tompo bulu, Kabupaten Maros. SPL ini berlangsung selama tiga hari yakni Jum’atAhad (15-17/1). Dengan mengangkat tema “Alam adalah data, data ilmu ku” kegiatan ini akan lebih bernuansa ilmiah sebagai ciri khas Jurusan Biologi. Diikuti sebanyak 48 orang, kegiatan ini berupa pemberian materi dan training, jungle survival, hiking (pengamatan alam), ramah tamah, upacara pembukaan dan penutupan. Lepas kegiatan peserta akan membuat laporan ilmiah dan pameran serta presentasi hasil pengamatan yang diperoleh ketika di lapangan. ”Semoga kedepannya kegiatan ini bisa lebih ilmiah lagi dan maba Jurusan Biologi dapat ikut pengaderan karena itu bukan ajang perpeloncoan tetapi ajang untuk saling mengenal satu sama lain dan juga untuk belajar,” ujar Nur Ramaliani Samsul selaku Steering Kegiatan. (M26)
16
lintas
identitas
NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016
Okayama, Karya dalam Kebersamaan Oleh : Mutia Larasati PERNAH mendengar tentang kisah Momotaro? Legenda seorang anak laki-laki melawan raksasa yang terkenal ini berasal dari kota Okayama, Jepang. Okayama juga terkenal dengan taman Korakuen yang letaknya di jantung kota. Lokasinya menjadi satu kawasan dengan Kastil Oka yama. Dari stasiun kereta JR Sanyo Line, jaraknya hanya 1,5 km saja. Pemerintah Jepang memasukan Okayama Korakuen dalam kategori Special Place of Scenic Beauty. Tempat tersebut dimanfaatkan untuk menjamu tamu-tamu negara serta sekaligus destinasi wisata. Awal November lalu, saya bersama teman Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unhas berkesempatan berpijak di kota ini. Kota yang berada di sebelah selatan Pulau Honsyu ini kami kunjungi untuk menghadiri acara “Culture Festival Okayama Perfectural University”. Kegiatan ini berkat kerjasama antara Fakultas Kedokteran Unhas dengan Okayama University. Selama berada di kota yang dijuluki Fruit Kingdom, kami juga tampil di Shoja Showa Junior High School Okayama dan Soja West Junior High School Okayama. Penampilan tim PSM Unhas Culture Festival Okayama Perfectural University semua berjalan lancar. Masa latihan yang cukup lama te lah membuahkan banyak pengalaman indah.
Kebersamaan antara kami de ngan para mahasiswa maupun siswa di Okayama nampak ketika di sela-sela persiapan festival. Kami saling mengajarkan beberapa lagu dan tari khas daerah Indonesia dan mereka pun mengajari kami beberapa lagu-lagu, permainan, kerajinan tangan, serta kebudayaan khas Jepang lainnya. Kami juga diajak ke berbagai tempat khas sambil memandangi pemandangan musim gugur di Okayama. Adapula yang mengajak ikut dalam house party yang diadakan keluarganya. Di situ kami menyantap makanan khas Jepang juga mengajarkan lagu dan tarian serta kebudayaan Indonesia. Tak kalah menarik dari kunju ngan tim kami di Okayama yaitu panitia pelakasana festival tidak menyiapkan penginapan di hotel, melainkan kita di rumah-rumah penduduk (home stay). Setiap keluarga Jepang diinapkan 2-3 orang dari tim kami. Mereka pun me nganggap kita seperti keluarga baru dari kehidupan sehari-hari nya. Kami makan bersama, bercanda, saling bercerita mengenai jenis makanan dan kebiasaan sehari-hari. Suatu kesempatan yang luar biasa bisa bertukar pengetahuan dan budaya dengan salah satu negara maju dengan kebudayaan yang masih kental. Kami sangat bahagia dan senang dengan pe nerimaan dan antusias masyarakat Jepang. Meskipun waktunya singkat, ke sempatan tersebut menjadi pe
ngalaman luar biasa buat kami. Selama kunjungan kami di Oka yama, pelajaran yang kami terima bukan hanya mengenai budaya orang Jepang, melainkan pelajaran berharga bahwa berkarya dalam kebersamaan dan kekompakan tim itu kunci kesuksesan dan suatu hal yang tidak ternilai harganya. Sebelum berpisah, tak lupa kami berbagi souvenir dari Indonesia kepada keluarga homestay. Merasakan kehangatan dan keterbukaan keluarga homestay, menjadi salah satu kenangan terbaik bagi kami. n Mahasiswi Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Unhas Anggota UKM PSM Unhas Angkatan 2014
DOK. PRIBADI