PK identitas Unhas Edisi September 2020

Page 1

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

Tertatih Mengejar Paten

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020


DARI REDAKSI

2 TAJUK

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

KARIKATUR

SOSIAL MEDIA

Seandainya Dosen Unhas Wajib Hasilkan Paten DIREJEN Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI) telah merilis hasil pemeringkatan perguruan tinggi terbaik tahun 2020. Tak seperti biasanya, sistem peringkat kampus di Indonesia ini berdasarkan pengelompokan. Dalam pelaksanaannya, sistem pengelompokan tersebut dibagi menjadi lima dengan jenjang klaster satu sebagai ‘kasta’ tertinggi. Universitas Hasanuddin yang selama ini dikenal sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia Timur berhasil menduduki posisi tujuh terbaik Nasional dalam klaster satu. Salah satu aspek penilaian dalam klasterisasi perguruan tinggi Indonesia adalah capaian kinerja jangka panjang (outcome). Dalam aspek tersebut terdapat lima indikator yang digunakan, salah satunya adalah jumlah paten per dosen. Sayangnya, pada poin ini Unhas tidak masuk dalam 10 besar. Hal tersebut dikarenakan, jumlah paten di Kampus Merah tak sebanding dengan jumlah dosennya. Berdasarkan data pelaporan periode 2019/2020 ganjil di laman pddikti. kemdikbud.go.id, dituliskan jumlah dosen Unhas sebanyak 1902 orang. Sedangkan jumlah paten terdaftar dan paten granted Unhas per 2019, masing-masing 27 dan 23. Hal ini membuktikan bahwa jumlah paten di Unhas masih sangat jauh dari kata ideal dengan rasio jumlah dosennya. Menanggapi fenomena tersebut, Ketua Pusat Diseminasi dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) Unhas, Prof Dr Ir Amran Laga MSi membenarkan hal ini. “Jumlah hak paten Unhas sekarang memang cukup stabil. Hanya saja pada penilaian, jumlah paten harus dibagi dengan jumlah dosen yang aktif sehingga nilainya menjadi sangat kecil,” kata Amran saat diwawancarai, Selasa (27/10). Andai saja setiap dosen diwajibkan untuk mengajukan penelitian dengan keluaran berupa paten, maka Unhas akan berpotensi menjadi perguruan tinggi terbaik urutan pertama. Bagaimana tidak, jika para dosen tersebut mengajukan penelitian dengan keluaran paten maka akan ada 1902 paten yang akan dihasilkan Unhas pertahunnya. Itu dalam hitungan kasar, bagaimana dengan para guru besar dan dosen produktif Unhas yang bisa menghasilkan paten dua, tiga, atau bahkan lebih dalam satu tahun, maka masalah Unhas dalam paten ini akan terselesaikan. Dengan harapan jika hal tersebut diberlakukan, peringkat Unhas akan meningkat dan bahkan menduduki posisi pertama terbaik nasional di klaster satu.

ILUSTRASI/AZZAHRA

SURAT DARI REDAKSI

DOKUMENTASI PRIBADI

Kelas Jurnalis: PK identitas Unhas bersama beberapa Lembaga Pers Mahasiswa di Sulawesi Selatan mengikuti kelas jurnalis lingkungan, diadakan oleh Perhimpunan Pers Makassar di Training Center Ininnawa, Kabupaten Maros, Rabu (2/10/2020).

M

Regenerasi

enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), regenerasi diartikan pembaruan semangat dan tata susila. Setiap lembaga tentu butuh regenerasi untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali PK identitas Unhas. Sabtu, 5 September 2020, empat orang personel yang telah melakukan pemagangan selama kurang lebih satu tahun resmi diangkat menjadi reporter identitas. Selamat bergabung dan selamat berjuang! Karena masih berada pada situasi pendemi, pelaksanaan screenig pengangkatan kru ini pun dilaksanakan dengan cara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Yah, pengangkatannya dilakukan secara online melalui Zoom meeting. Dua

orang calon kru hadir langsung di sekretariat identitas, sedangkan dua lainnya yang berada di daerah masingmasing harus bergabung via Zoom. Meskipun dilaksanakan dalam suasana yang cukup berbeda, hal ini tidak menurunkan semangat kami dan calon reporter. Para alumni pun terlihat sangat antusias untuk terlibat dalam screening reporter kali ini.Di samping itu, kami juga tetap mempersiapkan terbitan edisi September. Pada terbitan kali ini, kami menghadirkan Laporan Utama mengenai Hak Paten Dosen di Unhas, Ulasan Pelaksanaan Praktikum di Masa Pandemi, serta tips menghadapi Quarter Life Crisis. Jangan lewatkan berbagai rubrik menarik identitas lainnya, seperti Jejak Langkah, Resensi dan Potret. Selamat membaca!

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu Anggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi  Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Wandi Janwar Koordinator Liputan: Urwatul Wutsqaa Litbang SDM: Arisal Litbang Online: Sri Hadriana Litbang Data: Hafis Dwi Fernando Staf Penyunting: Andi Ningsi, Ayu Lestari, Khintan, Fatyan Aulivia, Fitri Ramadhani Fotografer: Santi Kartini Artistik dan Tata Letak: Alfianny Maulina (tidak aktif), Badaria (tidak aktif) Iklan/Promosi: Muh. Irfan (tidak aktif) Reporter: Muh. Syahrir (tidak aktif), Melika Nur Jihan (tidak aktif) Tim Supervisor: Amran Razak, Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan wwMashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa  Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail.com Tarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi September 2020 Ilustrasi: Finsensius T Sesa Hafis Dwi Fernando Layouter: Wandi Janwar Annur Nadia Felicia Denanda


LISTICLE NEWS

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

3

Kritis Hadapi Krisis Emosional

P

ertambahan usia diikuti dengan keinginan merealisasikan mimpi yang ada. Tak jarang dalam proses mengejar cita-cita, seseorang membandingkan apa yang dia lakukan dengan yang telah digapai orang lain. Kekhawatiran untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu, mendapat beasiswa, jadi aktivis kampus, punya pekerjaan, lanjut S2, memiliki bisnis, punya pasangan dan menikah sering menghantui pemikiran orang di rentang usia 20-30 tahun. Fenomena ini dinamakan Quarter Life Crisis yang tanpa sadar terjadi dalam kehidupan. Menurut penelitian Harvard Bussiness Review, ada empat tahap dalam

krisis emosional ini. Pertama, seseorang akan merasa terjebak dalam situasinya. Kemudian, merasa tidak ada orang yang memahaminya bahkan mulai kehilangan jati diri. Di fase akhir, ia sadar akan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Masuk dalam zona krisis sungguh menyiksa jika tak mampu diatasi dengan baik. Berikut beberapa tips yang bisa diikuti saat berada dalam Quarter Life Crisis. ILUSTRASI/ AZZAHRAH

1. Belajar mencintai diri sendiri Berada dalam situasi yang penuh ketidakpastian tidak mengenakkan. Namun, proses ini selalu ada dalam hidup. Menerima segala perasaan yang hadir dan belajar mencintai diri jadi solusi. Marissa Anita seorang jurnalis dan aktris yang sekarang

merambah ke dunia Youtube melalui channel Greatmind berbagi cerita tentang manfaat mencintai diri sendiri. Cinta diri sendiri bukan sikap yang egois, melainkan bentuk kedewasaan menerima hal-hal yang terjadi di luar kendali.

2. Berbagi cerita dengan sesama Menemukan seseorang yang peduli akan sangat membantu dalam melalui krisis kepercayaan diri yang menyerang. Kebiasan overthinking membuat orang tidak bisa melihat sisi positif dari dirinya. Dengan bercerita bersama teman, perasaan lega akan muncul dan kita

menjadi tenang. Psikolog klinis dan psikoterapis Henny Wirawan berpandangan bahwa persahabatan membuat orang lebih sehat mental. Saling berbagi cerita suka dan duka membuat orang lebih mudah menjalani kehidupannya.

3. Nikmati waktu sendiri Hiduplah dengan menyenangkan. Nikmati waktu dengan melakukan hobi yang mungkin sempat terbengkalai ketika terlalu fokus mengejar mimpi. Semua orang perlu ruang untuk mendengar dirinya dan mengapresiasi seberapa tangguh ia telah

berjuang melalui segala gejolak yang ada. Dilansir dari Psychology Today, psikolog Sherrie Bourg Carter, PsyD mengatakan memiliki waktu untuk diri sendiri terbukti mampu meredahkan stres dan khawatir yang berlebih.

4. Lepaskan ekspektasi Siapa bilang habis kuliah harus langsung kerja? Atau jika punya kemampuan akademik yang mumpuni perlu lanjut S2? Wah perempuan itu sudah 25 tahun umurnya, kenapa belum menikah? Percuma jadi bos di kantor, kalau belum punya calon istri. Ungkapan-ungkapan di atas sering menjebak pikiran kita. Seolah habis ini harus langsung itu. Hukumnya wajib tanpa pengecualian. Manusia akhirnya hidup dengan

segudang ekspektasi. Latih diri untuk melepaskan ekspektasi. Praktisi Mindfulness Adjie Santosoputro mengajak kita untuk lakukan hal ini. Baginya, hidup bukan soal mendapatkan namun bagaimana kita melepaskan. Bukan untuk menjadi seorang yang dipuja tapi bersiap menjadi bukan siapa-siapa. Dengan hidup dalam realita, kita lebih mudah melangkah menyusun mimpi.

5. Siapkan amunisi terbaik Terbentur dengan kenyataan impian yang gagal diraih selalu mengantar pada refleksi diri. Manfaatkan waktu luang untuk memperkaya kompetensi diri. Seperti nasihat bijak Mahatma Gandhi “Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya.” Mulailah belajar hal baru yang berguna di

masa depan, misalnya bahasa asing, desain grafis, atau cara membuat konten di sosial media. Ilmu-ilmu ini mungkin tidak selaras dengan mimpimu. Namun dengan menyiapkan amunisi softskill, kamu terlihat punya kualitas. Mampu bangkit dari keterpurukkan dan siap menghadapi dunia dengan pengetahuan yang baru.

Itulah lima tips yang dapat dicoba saat mengalami fase Quarter Life Crisis. Semoga membantu dan selamat mencoba. Fransiska Sabu Wolor


4

OPINI

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Pilkada Serentak 2020: Optimis atau Pesimis?

P

ilkada serentak 2020 kini berada di depan mata, namun pelaksanaannya masih menuai berbagai perdebatan. Utamanya kasus Covid-19 dari waktu ke waktu yang masih mengalami peningkatan dan belum melandai. Di sisi lain, pelaksanaan pilkada serentak di masa pandemi ini telah memasuki beberapa tahapan pelaksanaan pilkada. Dalam tahapan tersebut terbukti menurut Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), di lapangan ditemukan 243 dugaan pelangaran protokol Covid-19 yang dilakukan bakal calon kepala daerah seperti yang dilansir dari kompas.com. Dugaan pelangaran ini perlu menjadi perhatian serius oleh pemerintah agar mampu menciptakan pilkada yang sehat. Apalagi dengan virus Covid-19, pemerintah harus mampu menjamin hak kesehatan masyarakat, dalam memilih dan dipilih. Perlu diketahui paradigma pilkada pada hakikatnya adalah bagian dari langkah mewujudkan agenda demokrasi secara menyeluruh, atau

salah satu perwujudan komitmen negara demokrasi sebagaimana telah digariskan konstitusi menurut Zubakhrum Tjenreng. Akan tetapi dalam kondisi adaptasi kebiasaan baru, pilkada memperoleh tantangan dalam menjawab agenda demokrasi. Dimana kini pilkada serentak 2020 memasuki babak baru dengan munculnya dua persepsi bahwa pemerintah bersikap optimis pilkada berjalan sesuai protokol kesehatan. Sedangkan beberapa kalangan seperti organisasi masyarakat dan akademisi bersikap pesimis pilkada digelar di masa pandemi Covid-19. Persepsi ini tentunya berdasar atas analisis kajian dan fakta di lapangan. Namun, menyikapi agenda demokrasi, pemerintah opitimis bahwa pilkada mampu terlaksana di tengah pandemi. Pasalnya menurut Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), pilkada memiliki urgensi yang harus dilaksanakan. Seperti pelaksanaan pilkada 2020 merupakan keputusan bersama antara pemerintah, DPR dan penyelenggara pemilu. Kedua diyakini sebagai wujud

kedewasaan Bangsa Indonesia dalam demokrasi serta menjadikan pilkada momentum untuk memerangi pandemi Covid-19. Ketiga, menimalisir praktek kepemimpinan yang dipimpin oleh pejabat sementara atau pelaksana tugas (Plt) yang memiliki wewenang terbatas. Terakhir, diharapkan terpilihnya kepala daerah yang dipercaya publik mampu menangani Covid-19 di daerahnya masingmasing dikutip dari kompas.com. Oleh karena itu, betapa diperlukannya pilkada dilaksanakan. Pilkada pada dasarnya bukan hanya persoalan pergantian kepemimpinan semata-mata, akan tetapi terkait hajat hidup orang banyak dan menentukan nasib daerah tersebut. Meskipun munculnya penolakan agar pelaksanaan ditunda, yang berasal dari masyarakat sipil, akademisi epidemilogi dan oraganisasi masyarakat islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Dasar penolakannya adalah situasi negara yang masih mengalami peningkatan pandemi Covid-19. Namun, keputusan presiden jelas

mengambarkan betapa bahaya pandemi Covid-19 bagi kesehatan masyarakat. Bahkan sampai hari ini, Ahli Epidemilogi Universitas Indonesia mengatakan pelaksanaan pilkada memunculkan resiko tinggi penularan dan sulit mematuhi protokol kesahatan seperti dikutip dari tribunnews.com. Tentu saja jika tetap dilanjutkan akan ada konsukuensi yang harus diterima pemerintah. Kemudian, pelaksanaan pilkada ini pertama kali dan belum ada pengalaman dalam kondisi bencana nasional non-alam. Sehingga wajar, ketika timbul sikap pesimis pelaksanaan pilkada. Jadi, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan segala aspirasi atau tuntutan yang diterima menuju pilkada, 9 Desember 2020. Pengambilan kebijakan ini tentu sangat dilematis antara kesehatan dan amanat konstitusi. Namun, dengan segala pertimbangan akhirnya pilkada tetap dilanjutkan. Sehingga menjadi tantangan kita semua bahwa pilkada di tengah pandemi, harus disiplin dalam menaati protokol kesehatan agar

Oleh : Mohd. Riswan B. Jamal pilkada tidak menjadi bom waktu. Oleh karena itu, bersikap optimis atas keputusan melanjutkan pilkada boleh saja tapi jangan sampai terlena. Pemerintah, peserta dan pemilih beserta penyelenggara pilkada wajib bersinergi dan berkolaborasi untuk menciptakan pilkada serentak 2020 yang sehat dan berkualitas. Pilkada seperti ini akan menjadi bukti keberhasilan dalam perhelatan pilkada serentak 2020.  Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, angkatan 2016.

Menyelamatkan KMFIB-UH

Oleh: Ahmad Nurfajri Syahidallah

K

eluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin atau KMFIB-UH merupakan lembaga kemahasiswaan induk yang berada di Fakultas Ilmu Budaya Unhas. Dimana menaungi beberapa Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sejak dua tahun lalu, kami (baca: mahasiswa baru) diperkenalkan oleh senior perihal seluk beluk yang ada di lingkup KMFIBUH. Kami diberikan penjelasan dan pemantik akan pentingnya lembaga kemahasiswaan sekaligus menjadi aktivis kampus. Mereka menjelaskan betapa temehnya menjalani hidup sebagai mahasiswa bila tak diwarnai dengan lembaga kemahasiswaan. Setelah melakoni proses pergaderan, saya disahkan menjadi warga KMFIB-UH. Selama masih

berstatus mahasiswa, selain hak suara dan hak bicara, saya masih memiliki keterikatan dan hubungan dengan segala hal yang ada di lingkup KMFIB-UH. Termasuk kondisi kekinian: perihal minimnya partisipasi warga di setiap forum diskusi dan kegiatan yang ada, mandeknya kinerja lembaga kemahasiswaan, tergerusnya identitas, juga idealitas mahasiswa dan kondisi lainnya. Sejak Emir Raufi turun dari kursi jabatan sebagai Ketua BEM KMFIB-UH pada, 6 Desember 2019, KMFIB-UH tidak lagi memiliki pejabat struktural. Dan mengalami kekosongan kekuasaan. Kongres Istimewa merupakan pilihan kolektif warga KMFIB-UH untuk menanggulangi kondisi tersebut. Akan tetapi, kongres istimewa ini pun tidak dapat bekerja dengan baik dan belum melahirkan solusi yang tepat. Ini terbukti dari pelaksanaannya yang cukup lama. Memakan waktu hampir satu tahun sejak pertama kali dibuka pada, 18 Desember 2019. Tak hanya perihal pademi Covid-19, namun partisipasi warga dan utusan HMD serta UKM menjadi determinan utama bagi keberlangsungan kongres yang cukup alot. Hingga beberapa HMD yang telah memiliki pengurus baru, BEM KMFIB-UH masih saja tidak memiliki pejabat struktural. Tentunya, kondisi ini memiliki dampak sistemis yang signifikan bagi kelangsungan

lembaga di KMFIB-UH. Muncul pertanyaan besar, apa yang menjadi penyebab utama dari kondisi tersebut? Setelah beberapa waktu memikirkannya, saya memiliki tiga jawaban: kultur kampus yang mulai hilang, daya juang aktivis yang kian melemah dan tipologi aktivis kampus yang semakin tak jelas untuk diterka. Menurut Ubedillah Badrun dalam bukunya “Menjadi Aktivis Kampus Zaman Now” (2018) memaparkan dan membedah serta memberikan solusi yang tepat bagi tiga hal di atas. Baginya, kultur kampus yang harus ada dan tetap dilestarikan oleh aktivis kampus sebagai berikut: Pertama, kultur intelektual yang meliputi budaya dan praktik membaca, budaya diskusi, budaya merenung, budaya menulis, budaya meneliti, dan budaya responsif atas berbagai permasalahan yang hadir. Kedua, kultur demokratik dimana lembaga kemahasiswaan memiliki efek yang konstruktif. Ini disebabkan pada kultur demokratis terdapat ruang kritik, kontrol dan kesetaraan. Ketiga, kultur profesional yang mengandung makna perwatakan yang bertanggung jawab atas profesinya atau beban kerja yang disematkan. Selain itu, daya juang aktivis kampus atau ketahanan (enduring) menjadi indikator kuat atau tidaknya idealisme aktivis kampus. Tradisi intelektual, tradisi sprititual

dan tradisi kepekaan sosial dapat menjadi cara jitu untuk menakar seberapa kuat daya juang para aktivis kampus. Apabila ketiga tradisi tersebut dalam kondisi tinggi maka dapat melahirkan idealisme dan daya juang yang kuat. Sebaliknya, ketiga tradisi itu dalam kondisi rendah atau melemah, maka dipastikan melahirkan idealisme dan daya juang yang rendah. Tidak berhenti sampai poin di atas, tipologi aktivis kampus juga merupakan hal yang penting untuk diketahui. Umumnya, aktivis kampus dapat dipetakan menjadi tiga poin: Realis-Kritis, Realis-Pragmatis dan RadikalRevolusioner. Aktivis kampus yang realiskritis adalah mereka yang berpikir realistik, tetapi sambil mengusung sejumlah agenda perjuangan pada isu tertentu dengan cara-cara yang kritis. Bagi mereka, pangkat, pujian atau apapun itu tidak dapat menggugurkan idealismenya sebagai aktivis kampus. Sedangkan tipe kedua, realis-pragmatis, hampir serupa dengan tipe pertama. Hanya saja, apabila kritisismenya berada pada posisi tak berdaya, mereka dengan gampangnya mendompleng dan menjadi alat kekuasaan. Adapun tipe ketiga, radikalrevolusioner, merupakan aktivis kampus yang memiliki pemikiran radikal dan bertindak revolusioner. Artinya, aktivis ini tidak hanya bergerak sebagai

moral force, namun sudah masuk kategori aktivis mahasiswa yang terkesan politis dan radikal untuk menerapkan cita-cita yang diinginkannya. Agaknya, kultur kampus yang dipaparkan oleh Ubedillah Badrun di atas perlu untuk dielaborasi lebih lanjut. Membaca, menulis, berdiskusi, meneliti dan cakap dalam menghadapi perubahan serta perkembangan zaman merupakan kultur intelektual yang sedikit terdegradasi dalam lingkup KMFIB-UH. Tak hanya itu, kultur demokratik sebagai ruang kritik, kontrol dan kesetaraan perlu untuk dimaknai kembali. Serta kultur profesionalisme, agar tupoksi kerja dan orientasi fungsi dapat terealisasi sebagaimana mestinya. Kultur intelektual, selain menjadi keniscayaan juga dapat menjadi parameter bagi kuat atau tidaknya idealisme dan daya juang warga KMFIB-UH sebagai aktivis kampus. Kuat dan tingginya kultur intelektual di lingkup KMFIB-UH akan memantik kesadaran aktivis kampus yang bermental realistik, kritis, cakap dan tidak mudah untuk memperjual-belikan idealismenya dengan apapun. Sepakat Jalan Bersama!  Penulis merupakan mahasiswa Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya, angkatan 2018.


5

RESENSI

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Data Buku

Judul: Ganjil Genap Penulis: Almira Bastari Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

,

Jumlah Halaman: 344 halaman; 20 cm

Dari Patah Hati jadi Jomlo Berkualitas “Patah hati tidak hanya mengajarkan apa yang tidak kita mau, tapi juga memberikan keberanian untuk menjalani apa yang kita mau” –Jomlo yang sudah belajar dari pengalaman.

D

,

i Indonesia, seorang perempuan umumnya menikah di bawah umur tiga puluh. Dengan kata lain, umur dua puluh sembilan merupakan lampu merah masa lajang yang seringkali dibumbui dengan pertanyaan “kapan nikah?” dari sanak keluarga. Itulah yang dirasakan Gala, wanita metropolitan umur dua puluh sembilan tahun, yang diceritakan dalam novel “Ganjil Genap” karya Almira Bastari. Gala dihadapkan dengan guncangan besar dalam hidupnya. Hidup Gala mendadak berubah semenjak Bara, orang yang telah menjalin asmara dengannya selama tiga belas tahun, meminta putus dengan alasan yang sangat tidak jelas. Belakangan Gala tahu, Bara ternyata jatuh cinta pada perempuan lain di belakangnya. Galau? Pastinya. Berbagai cara ditempuh Gala agar bisa melupakan Bara dan membuka hati bagi lelaki lain. Namun, tentu tidak mudah menghapus kenangan yang telah membekas selama tiga belas tahun. Beruntung Gala mempunyai temanteman yang dapat diandalkan, khususnya dalam masalah “mencari jodoh”. Sahabatnya yaitu Nandi, Sydney, dan Detira selalu berada di barisan terdepan untuk menyemangati Gala. Interaksi Gala dan sahabatnya yang digambarkan dalam novel benarbenar memberikan kesan hangat. Tak lupa, penulis banyak menambahkan sisi humor yang sangat menghibur, terutama pada hubungan tokoh utama dalam cerita. Didesak oleh kenyataan bahwa adiknya akan segera menikah, Gala mencoba untuk mencari pengganti Bara secepatnya. Banyak pria yang ditemui Gala dalam proses pencariannya, saat berlibur di Penang, di bioskop, kenalan sahabatnya, kencan kilat, hingga melalui aplikasi

biro jodoh terkenal. Bagai mencari jarum ditumpukan jerami, tidak ada satupun yang masuk dalam kriterita pria idaman Gala. Dalam benaknya, Bara selalu menjadi tipikal cowok yang memiliki bobot, bibit, bebet yang sesuai dengan seleranya. Seolah menjadi jawaban dari doa-doanya, seorang pria datang bertamu di kehidupan Gala, dan ironinya, sukses membuat hati Gala tak karuan saat di dekatnya. Gala dengan pengalaman pahitnya bersama cowok sebelumnya, mencoba lebih berhatihati. Apa daya, pesona Aiman sama sekali tidak bisa ditolak. Walaupun terpaut usia yang cukup jauh, ia berhasil membuat Gala nyaman. Saat hubungan Gala dan Aiman sudah naik tingkat dari pendekatan memasuki pembicaraan masa depan yang lebih serius, Gala menyadari sesuatu. Aiman belum bisa membuat komitmen untuk melingkarkan cincin di jari manisnya. Walaupun harus kecewa lagi, Gala selalu berusaha untuk tetap kuat dan merelakan adiknya menikah lebih dulu darinya. Penggunaan bahasa yang santai dan kekinian membuat novel Ganjil Genap sangat cocok dibaca di waktu luang. Emosi yang disajikan dalam novel ini juga sangat bervariasi. Mulai dari kekalutan dan kesedihan Gala, asupan semangat dan bantuan dari sahabat serta keluarganya yang kocak dan tentunya menghibur, benar-benar menjadi poin tambah dalam novel ini. Dalam novel 344 halaman ini juga terselip banyak pesan dan kutipan yang sarat akan makna. Sangat cocok untuk para jomlo yang sedang berusaha mencari pasangan. Tidak hanya itu, penyajian cerita yang diambil dari kebijakan pengaturan lalu lintas Jakarta juga memberikan pengetahuan baru tentang ibu kota Indonesia tersebut. Selamat membaca! Anisa Luthfia Basri


SASTRA

6

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Bunga sebagai Kenangan

D

i musim dingin tumbuh sebuah bunga, dinamakan darah. Nama yang melambangkan sebuah perjuangan dan saksi tragedi berdarah, ia dirawat dengan sangat hati-hati untuk mengenang hilangnya seorang ayah dari sebuah keluarga kecil. Pagi itu cerah, tiba-tiba segerombolan orang lengkap dengan baju tentaranya mendatangi rumah Aurora, dengan perasaan bahagia ia menyambut dengan suka cita “Ibu... Ibu.., ada tentara yang mendatangi rumah kita,” dalam hati ia mengira keluarganya telah melakukan hal yang luar biasa hingga didatangi tentara. Dengan sangat tergesa-gesa seorang wanita menuruni tangga dengan perasaan cemas “Masuklah ke kamarmu terlebih dahulu nak,” Aurora pun menolak dengan hati yang penasaran, “Kira-kira ada hadiah apa, yah?” bibirnya yang mungil tersenyum manis. “Segera tinggalkan tempat ini,” kata tentara itu. Ibu Aurora telah paham dengan apa yang terjadi, ia kembali mengingat peristiwa dua malam yang lalu “Aku akan pergi ke suatu tempat, jaga Aurora, aku

akan selalu menjaga kalian, ada tugas yang harus kuselesaikan,” ucap suami kepada istrinya, dengan nada yang sedikit serak dan mata yang berkaca-kaca. Ia tak menyangka gosip-gosip tetangga yang terdengar, benar adanya. Namun ia tetap yakin, sambil memeluk erat suaminya, berharap tak akan terjadi apa pun. Tak menunggu lama, dua tentara maju dan memborgol kedua tangan Ibu Aurora, “Dasar istri penghianat,” ucap tentara itu. Aurora yang mengintip dari kejauhan, lantas langsung berlari ketika melihat sebuah senjata api. “Penghianat, penghianat, penghianat,” kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Aurora. Pertanyaan-pertanyaan menghantam ketenangan berpikirnya. “Ada apa? Kenapa?” perasaannya yang bercampur aduk dikelilingi awan kegelapan, kini hati yang cerah diselimuti awan mendung. Setelah kejadian itu, Aurora bertahun-tahun dititipkan ke kerabat ibunya, disana ia menjalani hari dengan perasaan hampa, rasa heran yang berkecamuk dalam jiwanya dimana ia masih berumur

10 tahun waktu peristiwa itu. Usia yang terbilang muda untuk mendapat tekanan batin dari sebuah peristiwa yang memilukan. Enam tahun kemudian, Aurora memutuskan untuk kembali ke rumahnya, menyusuri ruang-ruang berdebu, sesekali ia mengibaskan tangannya untuk menghalau debu yang menghampirinya. Dengan tangan yang terasa gugup, detak jantung semakin cepat ketika mengambil sebuah foto yang telah usang, diusapnya foto tersebut. Terlihat sosok seorang yang gagah berani, tampak dengan senyum yang lembut “Ini adalah foto ayahku,” air matanya jatuh tak terbendung, mengingat masa-masa indah yang telah hancur dalam sehari saja. “Apa kabar Ayah? Aku telah remaja saat ini, alangkah tidak beruntungnya dirimu tak melihatku tumbuh,”. Ia memasukkan foto tersebut ke dalam tasnya lalu melanjutkan langkanya ke sebuah ruangan, pintunya terbuat dari kayu jati dengan corak batik berwarna coklat. Itu adalah ruangan kerja ayahnya. Ia beranikan diri memasuki ruangan tersebut, memeriksa

dengan detail setiap catatan-catatan dari ayahnya. Namun, beberapa jam memeriksa meja tersebut ia tidak menemukan apa pun kecuali laporan pekerjaan dan tumpukan dari beberapa buku yang tersusun rapi di atas meja. Ia mendorongkan badanya sejenak di sebuah kursi panjang berwarna hitam, lambat laun mulai tertidur dengan perasaan yang masih penasaran. Berjam-jam ia tertidur, hingga sore tiba terdengar seseorang singgah di depan rumah Aurora dan berjalan masuk dengan tergesa-gesa yang membuat Aurora terkejut dan terbangun dari tempatnya beristirahat. “Paman?” kata Aurora. “Kenapa kamu kesini? Ingin merusak desa lagi?” Dengan nada yang mengancam, ia adalah tetangga Aurora pada saat masih tinggal di rumahnya. “Tidak paman, aku hanya rindu pada rumah ini dan keluargaku,” jawab Aurora. “Pergi sekarang, kalau tidak warga desa akan mengusirmu,” ancam pamannya sekali lagi. Tidak paman, tolong jelaskan padaku apa yang terjadi? Aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tolong jelaskan agar aku

ILUSTRASI/ AZZAHRAH

tidak lagi merasa gelisah,” Aurora memohon dengan berlinang air mata. “Baiklah,” ia menceritakan kisah kelam yang terjadi pada keluarga Aurora. Ayah Aurora adalah seorang pejabat pemerintah yang terbilang berani pada saat itu, lantang menyuarakan hak-hak rakyat kecil. Suatu hari terjadi pergolakan politik yang berlangsung selama bertahun-tahun, hingga para petinggi Negeri Shovia terlibat dalam perebutan kekuasaan. Tiba suatu malam terjadi penculikan dan pembunuhan, yang diyakini sebagai dalang adalah ayah Aurora, karena sebelumnya ia sempat terlibat pertikaian dengan beberapa anggota pemerintahan. Meskipun tidak dapat mempercayai cerita tersebut, ia tetap berkeyakinan ayahnya adalah seorang pejuang, dengan cinta dan kasih yang tidak bisa ia lupakan.  Penulis Fika Saputri merupakan Mahasiswa Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin, Angkatan 2018.


identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

SASTRA

7

Kita Berandai Tanpa Takut Badai

Di Balik Layar

Oleh : Latifa Putri Dimas

Oleh : RM. Alifuddin Purnomo Kahar

Aku ingin terbang bersama dua merpati Menyusuri hijau dalam genangan biru Terus bermimpi Terus bermimpi

Di balik tirai mimpi-mimpi Ku mulai merangkai sebuah puisi Tentang perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan misteri Sedikit letih namun terus untuk melangkah kembali

Aku ingin hilang dalam ramai Supaya mulut pedih panik terbakar mati Mari bermimpi Mari bermimpi

Menapaki jalan hidup yang tajam dan penuh liku Menyusuri jalan demi jalan yang terjal berbatu Menghadapi situasi dan kondisi yang kadang tak menentu Dengan tekad dan keyakinan yang ku miliki, aku pasti mampu

Aku mau menari hingga kulupa kapan harus berhenti Dengan mata jeli bebas akan kekaguman ini

Isak tangis ikut mewarnai perjalanan ini Indah merona membasahi pipi Inilah kisah dan perjalanan hidupku dengan sejuta aksi dan seribu motivasi Yang mungkin tak semua orang tahu

Raih dekapan ragu yang kau hendaki Menitipkan sejuta pinta agar tak membuih Terus bermimpi Terus bermimpi

Masing-masing insan punya jalan hidup Namun bagiku, aku punya jalanku sendiri untuk itu Jalan yang bagiku tak ada batasan untuk terus maju Maju dan terus berkarya mewujudkan impianku

Kita berandai tanpa takut badai Percaya akan diri dapat melampaui Beri kesempatan berulang-ulang kali Tuhan lebih menguji hamba yang peduli.

Aku juga seperti mereka Punya banyak mimpi dan tujuan hidup Namun tak perlu mereka tahu betapa keras perjuangan hidupku Karena ku yakin Tuwhan selalu bersamaku.

Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Angkatan 2019.

Penulis merupakan mahasiswa Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Angkatan 2018.

Bait-Bait Penguasa

Memori yang Terkubur

Oleh : Wildayati Khairiyah Syamsuddin

Oleh : Fika Saputri

Sungguh enak menjadi penguasa Sajaknya yang nyaring, tetap didengar rakyat jelata Dengan maksud pikiran kusut, dari adikuasa Yang penuh dengan simpul-simpul fatamorgana

Aku adalah sebuah memori kekejian Tentang masa yang tak pernah dilupakan Mengukir kelamnya peradaban Hingga dikenang sebagai hari berdarah

Sepanjang diksi, mereka masih mencari alamat Jelas awam akan menjadi seorang yang taat Oh, ini sungguh sebuah penderitaan

Narasi tentangku, mewariskan trauma untuk manusia Dalam detak waktu yang berjalan, aku semakin sengsara Peringatan untukku, mengumandangkan trompet kebencian

Dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan Melalui ekspresi mimik yang meyakinkan Frasa peraturan menembus cakrawala kepalsuan Membuat keadaan kita yang tidak berdaya Dimanfaatkan mereka sang penguasa Berdialektika dengan ejaan semakin menjadi-jadi Berbasa-basi melalui majas penuh permainan

Kisahku di bumi terus saja dinyanyikan Tetapi, apakah yang kalian pahami tentangku? Tahukah kalian tentang persis kejadian itu? Atau aku adalah dongeng, yang menjadi ujung tombak kelicikan? Tentang keadilan yang tak memiliki pelabuhan Gembok abadi, memaksa kisahku tetap berada di balik jeruji teka-teki Jika dibuka, aku akan meluluhlantakkan singgasana penguasa

Bait-bait mereka, adalah sirkus perangainya hari ini Beratraksi menampilkan artikulasi Dengan parade megah di kursi tanpa pamrih

Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Angkatan 2016.

Yang terus bertengger dan mengambang di tengah sejarah Bagaimanapun, aku ingin berbicara tetapi aku dibungkam Aku dikenang, namun terus saja terkubur Dan tak kunjung timbul ke permukaan. ILUSTRASI/ AZZAHRAH

Bila kita kalah, dan penguasa menang Rakyat harus bersiap sedia, menjadi penonton kecil Diacuhkan kritikan, dan dibuang seperti kertas kotor tak berarti.

Dan inilah aku, memori tentang kekejian,

Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2018.


RAMPAI

8

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Menanti Senja sambil Belajar

M

enurut hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dilakukan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Indonesia menempati peringkat 72 dari 77 negara berdasarkan kualitas pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih sangat tertinggal. Banyak faktor yang melatarbelakangi rendahnya kualitas pendidikan, mulai dari tidak meratanya sarana dan prasarana, kompetensi tenaga pendidik, hingga tingginya angka putus sekolah. Bahkan di daerah-daerah tertinggal, persentase angka anak putus sekolah masih sangat tinggi. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengeluarkan data angka anak putus sekolah di Indonesia pada 2019. Sepanjang tahun itu, sekitar 4,3 juta siswa Indonesia putus sekolah di berbagai jenjang. Melihat kondisi tersebut, Atifatul Qalbi Kadir, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, yang saat itu duduk di bangku kelas XI SMA mendirikan sebuah komunitas bernama Pondok Senja. Komunitas ini bergerak di bidang pendidikan khususnya untuk anak-anak putus sekolah di daerahnya. Mahasiswa angkatan 2018 ini menceritakan awal mula berdirinya komunitas Pondok Senja. Qalbi mengatakan, komunitas yang didirikannya muncul untuk menjawab keresahan pendidikan selama ini. Ia resah melihat tingginya angka putus sekolah di daerahnya yang berada di Pantai Biru Kelurahan Langnga, Pinrang. “Komunitas ini berawal dari keresahan saya yang tinggal tidak

jauh dari lokasi. Keresahan itu timbul akibat mayoritas anak-anak di daerah tersebut putus sekolah atau masih sekolah tetapi terancam putus, dan dilabeli sebagai anak pembuat masalah oleh masyarakat setempat,” tuturnya. Komunitas Pondok Senja berdiri pada 22 Mei 2017 dan pertama kali dideklarasikan di SMAN 11 Pinrang. Pondok Senja dipilih menjadi nama komunitas karena lokasi dan waktu pembelajaran. Kami belajar di tempat sejenis pondok yang dipinjamkan oleh masyarakat setempat, dan senja diambil dari waktu selesainya kegiatan yang biasanya ditandai dengan munculnya matahari terbenam,” jelas Qalbi. Adapun program utama komunitas tersebut adalah Sabtu Sore Seru. Kegiatan ini diadakan sekali seminggu di sore hari pada pukul 16.00-17.30 Wita, bertujuan menumbuhkan motivasi anak-anak untuk bersekolah melalui kegiatan pembelajaran yang menarik, ramah anak, dan aplikatif. Selain itu, mereka juga aktif melakukan upgrading sekaligus mentoring bagi pengurus dan relawan. Meski banyak komunitas di luar sana yang bergerak di bidang pendidikan khususnya di daerah tertinggal, tetapi Qalbi menuturkan bahwa komunitas ini berbeda. Menurutnya, Pondok Senja melibatkan siswa SMA dan sejenisnya untuk menjadi sumber daya utama. Hal ini mereka lakukan agar lebih dekat dengan anak-anak dan menumbuhkan kepedulian sosial sejak dini. Namun, menurut Qalbi, Pondok Senja sebenarnya menerima siapa saja yang mau bergabung selama dapat menjangkau lokasi dan bersedia mengikuti proses relawan. “Sejatinya siapa pun yang berkeinginan untuk ikut dalam komunitas Pondok Senja diperbolehkan selama orang

DOKUMENTASI PRIBADI

tersebut dapat menjangkau lokasi,” ujarnya. Lebih lanjut Qalbi menjelaskan, penduduk sekitar Pantai Biru merespon baik komunitas ini. Buktinya, penduduk bersedia meminjamkan pondok untuk kegiatan belajar mengajar. Bahkan mereka sudah memiliki lokasi pembangunan sekolah Pondok Senja dan sedang dalam tahap pengumpulan dana.

“Respon dari penduduk terutama orang tua sangat baik. Hal ini terbukti dari dipinjamkannya tempat untuk kegiatan kami, bahkan masyarakat turut aktif mencari solusi untuk masalah tempat tersebut. Kini kami sudah memiliki lokasi pembangunan pondok belajar, selanjutnya tinggal mengumpulkan dananya,” jelasnya. Qalbi berharap komunitas ini

dapat mengurangi angka putus sekolah. Ia mengatakan bahwa ke depannya tradisi putus sekolah di daerah tersebut dapat berganti menjadi tradisi bersekolah, sehingga anak-anak di sana dapat meraih cita-cita mereka. “Ke depan, anak-anak dapat mencapai cita-cita mereka dan bertahan di masyarakat,” tutupnya.  Finsensius T Sesa


WANSUS

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Nama Lengkap: Nurdin Amir Tempat lahir: Desa Butulappa, Kab. Pinrang,

9

Data Diri

Jejak Karier:  Kontributor Trans TV Biro Makassar  Kotributor VE Channel  Produser News dan Program di tv Lokal Makassar  Kontributor DW Indonesia,  Penulis Lepas  Ketua AJI Makassar. Riwayat Pendidikan:  Program Diploma 3 Bahasa dan Pariwisata Universitas Hasanuddin Pengalaman Organisasi:  Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Unhas  Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia DK Makassar.

DOKUMENTASI PRIBADI

Kampus Harus Membela Pers Mahasiswa

S

epanjang Tahun 2019, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia sedikitnya mencatat 53 jurnalis mengalami kekerasan saat peliputan aksi penolakan Rancangan Undang-undang (RUU) KPK dan RUU KUHP. Kekerasan tidak hanya menimpa para jurnalis media nasional, melainkan juga para jurnalis kampus, seperti yang dirasakan oleh tiga anggota Pers Mahasiswa (Persma) Gema Politeknik Negeri Jakarta. Dilansir dari nasional.tempo.com, mereka bersama beberapa anggota dari Persma lain ditangkap dan dibawa ke Polda Metro saat meliput FOTO: FRISKILA

Bagaimana tanggapan Anda terhadap kekerasan pada jurnalis, seperti penangkapan tiga jurnalis kampus di Kodingareng? Tiga mahasiswa yang ditangkap kemarin itu sebenarnya tengah melakukan proyek bersama. Mereka berkolaborasi melakukan peliputan terhadap penolakan penambangan pasir di Pulau Kodingareng. Menurut kami (AJI), para aparat kepolisian bersifat represif dan bertindak seenaknya. Padahal teman-teman jurnalis sudah menggunakan tanda pengenal. Penangkapan ini sangat bertentangan dengan pasal 8 UU Pers, di mana berisi tentang penjaminan jurnalis menjalankan profesinya. Selain UU Pers pasal 8 tersebut, apakah ada regulasi khusus yang melindungi Persma? Ini sebenarnya menjadi perdebatan. Jika kita lihat, memang selama ini Dewan Pers menganggap Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) tidak berbadan hukum. Tapi

teman-teman LPM jangan berkecil hati, meskipun tidak berbadan hukum, kami bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan aktivis pers lainya menilai LPM melaksanakan kerja-kerja dan menerapkan etika jurnalis. Dengan demikian, LPM dianggap sebagai jurnalis professional. Jadi tak perlu merasa khawatir dan harus tetap kritis dalam pemberitaan. Meski posisinya masih diperdebatkan, namun aktivis jurnalis tetap terlindungi berdasar pada pasal 28E ayat (3) UUD 1945 terkait kebebasan berpendapat. Ini juga sebenarnya berlaku terhadap semua warga negara untuk memperoleh dan menyebarkan informasi. Dengan mengacu pasal 28E ayat (3) UUD 1945 dan UU 40 tentang Pers, apakah Persma bisa menuntut para pelaku kekerasan? Pasal itu bisa membebaskan persma yang ditangkap dengan bantuan LBH. Tetapi yang perlu ditekankan ialah pertama, semua punya kewajiban untuk menyebarkan informasi. Kedua,

demonstrasi UU Cipta Kerja pada 9 Oktober 2020. Di kasus lain pada September 2020, Direktur Kepolisian dan Udara menangkap tiga jurnalis kampus saat meliput aksi penolakan tambang pasir di Pulau Kodingareng, Sulawesi Selatan. Lantas, kenapa jurnalis kampus kerap mendapatkan kekerasan? Bagaimana regulasi yang melindungi hak-hak pers kampus? Bagaimana sebenarnya etika meliput aksi unjuk rasa? Menjawab hal tersebut, simak wawancara khusus Reporter identitas, Santi Kartini bersama Ketua AJI Kota Makassar, Nurdin Amir via WhatApp Call, Jumat (16/10).

penangkapan terhadap kerja-kerja jurnalistik itu adalah perlakuan yang sewenang-wenang. Dengan demikian, jurnalistik punya kerja yang jelas, sehingga ketika ada yang menghalangi bisa dipidana. Lalu bagaimana keterlibatan pihak kampus terhadap aktivitas LPM? Kampus atau birokrat juga harusnya sadar terhadap kerjakerja jurnalis yang notabene bukanlah humas. Ketika terjadi kekerasan terhadap jurnalis kampus, universitas seharusnya melakukan upaya penyelamatan. Mahasiswa ibarat anak-anak mereka yang harus diurus dan dilindungi termasuk saat jurnalis kampus terkena kekerasan. Kewajiban itu berpedoman pada UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Dalam regulasi itu tepatnya pasal 6 menyebutkan, kampus dituntut untuk menerapkan prinsip demokrasi dan berkeadilan serta tidak diskriminasi dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan, dan

kesatuan bangsa. Konteks lainnya, kampus yang menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi mesti menjadi tempat memanusiakan manusia, sehingga lembaga apapun yang ada di dalamnya harus dibimbing. Lantas, bagaimana cara menghindari kekerasan ketika peliputan terutama saat aksi unjuk rasa ? Pertama harus memahami kondisi peliputan dan pintar membaca keadaan. Lalu, menyediakan peralatan keamanan seperti helm. Usahakan jumlah jurnalis ke lokasi aksi minimal dua orang dan selalu mengabarkan perkembangan kondisi di lapangan. Jadi ketika ditangkap, pihak redaksi dapat melaporkan ke pihak yang bisa mendampingi. Selain pintar menjaga diri, para jurnalis juga mesti memahami isu aksi sehingga isi berita yang dihasilkan tetap kritis. Intinya, temanteman LPM harus memperhatikan standar jurnalistik, sehingga tidak keluar dari konteks utama.

Apa peran AJI untuk mengurangi dan membantu para jurnalis yang mendapatkan tindak kekerasan? AJI terus mengampanyekan hak-hak jurnalis. Kami juga bekerja sama dengan LBH untuk menyelamatkan teman-teman yang mendapatkan tindak kekerasan dan melakukan pendampingan hukum. Bagaimana AJI melindungi dan mendukung kerjakerja jurnalis, apa saja yang dilakukan? Ada tiga tujuan utama AJI. Pertama, kita menyuarakan hak-hak para jurnalis. Kedua, meningkatkan dan memberikan kesadaran akan perannya tersebut melalui pelatihan-pelatihan. Terakhir, memberikan bekal kritis dalam melakukan peliputan atau pembuatan berita. Jadi ketika jurnalis itu paham akan peran dan etikanya, maka mereka tidak akan takut saat mendapatkan diskriminasi.


10

POTRET

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Potret Praktikum di Tengah Pandemi Foto dan naksah: Friskila Ningrum Yusuf

S

etelah beberapa lama kampus sepi akibat pandemi Covid-19, di pertengahan semester ganjil tahun akademik 2020 tampak aktivitas di berbagai fakultas. Beberapa fakultas seperti Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Farmasi, Pertanian dan Peternakan melaksanakan praktikum luring. Sejumlah aturan baru pun diterapkan untuk mencegah penularan Covid-19

seperti pemeriksaan suhu tubuh, wajib mengenakan masker, pelindung wajah, dan membawa hand sanitizer. Ada pula Fakultas yang menyediakan sabun pencuci tangan, yang dipasang di pintu masuk lab, seperti FMIPA dan Farmasi. Selain itu, jumlah praktikan pun dibatasi, misalnya di Jurusan Biologi FMIPA, hanya 15 dari 30 praktikan yang boleh masuk ke dalam laboratorium.

 Berdiskusi

 Melakukan pengujian  preparasi sampel  Menggunakan hand sanitizer

 Menggunakan pelindung wajah


identitas NO.identitas 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020 NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

LAPORAN UTAMA

11

IDENTITAS/ ARISAL

Laten Mengurus Paten Penilaian klasterisasi Unhas jatuh pada paten. Jumlah dosen tak sebanding dengan paten yang dihasilkan.

A

gustus kemarin, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan hasil Klasterisasi Perguruan Tinggi tahun 2020. Penilaian ini dikeluarkan untuk mengelompokkan universitas yang memiliki level pengembangan sama. Klasterisasi dihasilkan dari empat pembobotan yaitu Input, Proses, Output dan Outcome. Dalam setiap penilaian, ada 15 kampus negeri yang dimasukkan dalam satu klaster. Unhas masuk dalam klaster pertama untuk tiga penilaian, yakni input, proses dan output. Sayangnya untuk kategori outcome, Unhas tidak masuk dalam pemeringkatan. Bobot penilaian outcome diambil dari lima indikator yakni kinerja inovasi, lulusan yang memperoleh pekerjaan dalam waktu 6 tahun, jumlah sitasi per dosen, jumlah paten per dosen serta kinerja

pengabdian masyarakat. Dari kelima indikator tersebut, jumlah hak paten per dosen yang terendah. Padahal, paten sangat penting karena berhubungan dengan produktivitas dosen. Direktur Komunikasi dan Sekretaris Rektor, Suharman Hamzah ST MT Ph.D menuturkan bahwa paten sangat dipengaruhi oleh inovasi yang bisa diserap oleh industri. “Paten ini sangat dipengaruhi oleh produktivitas kita. Menghasilkan inovasi yang bisa diserap industri sangat penting untuk digenjot,” tutur Suhe saat ditemui di ruangannya, Rabu(21/10) Menanggapi tentang persoalan hak paten yang dimiliki Unhas, Prof Dr Ir Amran Laga MSi selaku Ketua Pusat Diseminasi dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) Unhas mengatakan jumlah hak paten Unhas saat ini sebenarnya cukup stabil. Hanya saja pada

penilaian, jumlah paten harus dibagi dengan jumlah dosen yang aktif sehingga nilainya menjadi sangat kecil. “Kita punya 29 paten yang diraih tahun lalu namun dibagi dengan 1500 dosen Unhas sehingga perolehan nilainya sangat kecil,” kata Amran saat diwawancarai, Selasa (27/10) Tak hanya sebagai indikator penilaian klasterisasi, paten juga jadi parameter dalam penilaian akreditasi. Lebih lanjut Amran menjelaskan bahwa fungsi paten yang paling utama adalah perlindungan hukum terhadap suatu hasil penemuan atau penelitian. Dengan mematenkan hasil penemuan tersebut, inventor atau penemu akan memperoleh hak eksklusif. Selain itu dalam dunia bisnis, paten berfungsi untuk menilai daya saing produk seseorang terhadap produk pesaing tentu dengan inovasi yang dilakukan

Tahun ini, Unhas sudah memperoleh 27 paten sehingga jika ditambah perolehan sebelumnya, total hak paten ada 174. Lagi-lagi, jumlah ini terlihat kecil jika dibagi dengan jumlah dosen yang ada. Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan ini mengungkapkan bahwa faktor pembiayaan dan administrasi yang terkadang menghambat dalam pengurusan paten. Apalagi waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan paten bisa sampai 54 bulan. Ini menjadi tantangan bagi para peneliti. Namun, juga tak bisa dipungkiri yang paling utama adalah kurangnya kesadaran dosen dalam melakukan penelitian berorientasi paten. “Masih banyak teman dosen yang belum termotivasi untuk melakukan penelitian berorientasi paten. Selain itu, banyak dari mereka belum dapat membedakan mana jenis potensi HaKI dalam bentuk paten dan mana yang

tidak,” jelasnya Kini, Pusat Diseminasi dan HaKI melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada para dosen terkait penelitian yang berpotensi menghasilkan paten. “Kami punya tenaga-tenaga pakar yang mendampingi untuk penyelesaian draft sebelum dikirim ke Kementrian Hukum dan HAM Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual,” jelas Amran.  Tim Laput

Tim Laput Koordinator: Fransiska Sabu Wolor

Anggota: Wandi Janwar Finsensius T. Sesa Friskila Ningrum Yusuf Annur Nadia F. Denanda


12

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

LAPORAN UTAMA

IDENTITAS/ SANTI KARTINI

Biar Waktu yang Menjawab Dosen dilatih untuk menghasilkan paten dari penelitiannya. Butuh waktu penantian yang lama untuk memperoleh hak itu.

T

ahun ini, Unhas telah memiliki 188 paten. Jumlah itu terus menerus bertambah seiring berjalannya waktu. Sayangnya dari jumlah yang ada, hanya 62 penelitian yang sudah disetujui patennya atau granted. Sedangkan, yang lainnya masih dalam proses pengurusan juga persetujuan dari Dirjen Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan HAM. Pengurusan paten memang memakan waktu yang lama. Ketua Pusat Diseminasi dan HaKI Unhas, Prof Dr Ir Amran Laga MSi menjelaskan butuh menahun dalam pengurusannya, tergantung dari jenis paten yang diusulkan. “Paten sederhana jangka waktu pengurusannya itu 24 bulan. Sedangkan paten biasa bisa menunggu hingga 54 bulan,”ucapnya saat diwawancarai, Selasa (27/10). Bahkan sebelum Unhas memiliki Pusat Diseminasi dan HaKI secara mandiri, pengurusan paten bisa menghabiskan waktu hingga enam tahun lamanya. “Di awal-awal itu pengurusannya masih lama karena tidak ada yang konsen dan perhatian dengan paten,” lanjut Amran. Selain itu, ia menjelaskan dalam pengurusan paten dibutuhkan strategi yang tepat. Misalnya saja, memetakan potensi proposal penelitian yang memiliki inovasi baru. Lalu, para inventor diarahkan

menulis draf pengajuan paten ke kantor HaKI. Di sini, kami akan melihat kelayakan standar minimal dari penelitian Jika dianggap telah memenuhi, maka akan dilakukan pendampingan hingga dikirim ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM. “Kami melakukan pendampingan untuk para dosen yang ingin mengusulkan penelitiannya. Jika tidak ada pendampingan, kemungkinan untuk ditolak sangat besar. Padahal kita belum tau produk yang akan dihasilkan bagus atau tidak,” ungkapnya. Berbicara soal masa pengurusan paten, Prof Dr Tutik Kuswinanti MSc angkat bicara. Dosen Fakultas Pertanian ini berbagi kisah tentang perjuangannya mengurus paten dari Pro Compost Biodekomposer Multifungsi. “Saya sebenarnya tidak ada kendala dalam pengajuan paten. Apalagi Unhas punya HaKI. Biasanya yang jadi kendala waktu untuk menunggu status granted yang lebih dari lima tahun. Ini kadang sudah lupa, nanti ada informasi baru tahu sudah granted.” tuturnya, Rabu (4/11). Hanya saja yang menjadi masalah utama dari paten ialah kesiapan kerjasama dengan indusri agar produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan langsung oleh

masyarakat. Hingga kini, Unhas masih terkatung-katung dalam hal komersialisasi paten. “Sebagai peneliti kita hanya bisa sampai ke penyiapan teknologinya, sedangkan untuk komersialisasi dan produksi massal secara kontinu diperlukan kemitraan dengan industri. Tahap ini yang masih sulit,” keluhnya. Pandangan lain datang dari Dosen Departemen Kimia Unhas, Dr Indah Diraya, MSi. Dulunya, Indah mengurus paten lantaran mendapat motivasi dari Prof Abubakar Tawali selaku Ketua Pusat Diseminasi dan HaKI Unhas periode sebelumnya. “Awalnya ikut hanya karena motivasi dari Prof Abubakar Tawali. Tapi, berkat banyaknya kegiatan yang berhubungan dengan kesiapan mengurus paten, akhirnya saya memuat draft juga,” papar Indah, Kamis (5/11). Indah menambahkan draf yang telah dievaluasi kemudian dilakukan perbaikan hingga dianggap layak untuk diajukan. Setelah disetujui maka Unhas akan membiayai pengusulan tersebut. “Sebenarnya banyak sekali bahan hasil riset yang layak untuk dipatenkan, baik itu sederhana maupun lebih tinggi. Hanya saja memang masih banyak yang tidak paham sehingga mereka tidak termotivasi,” ungkapnya. Seperti Tutik, Indah pun merasakan Unhas perlu wadah

untuk mengkomersilkan paten yang sudah ada. “Perlu ada kanal untuk membuat paten ini terimplementasikan ke masyarakat. Jangan diharap dosen lagi yang cari kanalnya,” ucap Indah. Hilirisasi Produk Inovasi Penelitian yang memiliki hak paten dititikberatkan pada invensi. Menurut Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan HAM RI, invensi yang dapat dipatenkan meliputi inovasi yang sama sekali belum ada, sesuatu yang belum pernah diprediksi akan ada di bidang teknik ataupun produk yang dapat diindustrikan. Dengan penilaian di atas, dosen yang memiliki paten atau disebut inventor berkewajiban untuk memasarkan produk yang telah ia buat. Prof Dr Ir Yushinta Fujaya memilih untuk menjual produknya sendiri. Dosen Jurusan Kelautan ini merasa produknya yang diberi nama Vitomolt lebih dibutuhkan oleh petani pembudidaya untuk meningkatkan produksi kepiting sehingga dipasarkan secara pribadi. Ia memanfaatkan sosial media dan juga informasi dari mulut ke mulut. “Sejauh ini saya belum mendapatkan keuntungan dari segi finansial. Hanya ada keuntungan akademik sebagai seorang dosen yang memiliki paten. Untuk pemasaran pun saya

mengeluarkan biaya sendiri tanpa bantuan universitas,” ucapnya saat diwawancarai, Jumat (6/11). Hal yang sama dirasakan oleh Prof Dr Ir Sylvia Sjam MS. Ia belum memasarkan produk perangkap kuning berperekat alami untuk lalat buah Asyta secara komersil. Sejauh ini, Dosen Fakultas Pertanian ini hanya membagi secara gratis kepada mahasiswa dan alumni yang membutuhkannya. “Belum ada keuntungan finansial yang saya peroleh karena belum dipasarkan. Namun bagi saya keuntungan yang mendasar ialah terciptanya teknologi ramah lingkungan yang dapat mengurangi populasi hama lalat buah,” tuturnya saat diwawancarai, Jumat (6/11). Sylvia berharap semoga dalam waktu dekat ada industri yang mau memasarkan produknya. “Sudah ada 10 tahun formula ini saya buat. Namun, patennya baru keluar beberapa tahun lalu. Semoga segera ada yang ingin memasarkan,” sahutnya. Para peneliti berpaten senantiasa berharap semoga ada wadah yang disediakan kampus agar hilirisasi produk inovasi dapat tersalurkan dengan baik kepada masyarakat yang membutuhkan.  Tim Laput


LAPORAN UTAMA

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

13 9

Inovasi Dosen untuk Konsumen

P

erolehan paten di Unhas masih minim jika dibandingkan dengan jumlah dosennya. Padahal, paten bermanfaat untuk menilai peringkat univeritas dan juga akreditasi. Dosen mesti punya inovasi yang baru dan bernilai jual. Menghasilkan produk dengan basis teknologi menjadi nilai utama penelitian yang mempunyai hak paten. Akhirnya, paten pun dapat dihilirisasi dan bermanfaat untuk masyarakat. Bagaimana Anda melihat jumlah paten yang dimiliki Unhas dalam klasterisasi tahun 2020? Sebenarnya paten di Unhas itu dari tahun ke tahun meningkat seiring dengan banyaknya penelitian yang sekarang dilaksanakan oleh dosen dan didanai dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendididkan Tinggi (Kemenristekdikti). Rata-rata keluarannya selain publikasi juga diharapkan menghasilkan suatu produk yang bisa dilindungi, dalam hal ini berupa paten, hak cipta, dan kekayaan intelekual lainnya. Jadi jika menilai dari kampus sendiri, setiap tahun paten kita bertambah. Seberapa pentingkah seseorang dosen memiliki paten? Hal ini penting karena kita sebagai insan akademik sebaiknya punya karya, baik itu pendidikan, penelitian, maupun pengabdian masyarakat. Nah, karya tersebut adalah suatu kekayaan intelektual yang sebenarnya harus dilindungi. Jika tidak, itu belum menjadi hak kita. Walaupun nantinya karya kita diberikan ke masyarakat, tetapi kita tetap harus lindungi sebagai bentuk penghargaan. Manfaat apa saja yang bisa diperoleh dosen dari paten yang dimilikinya? Secara garis besar, paten akan memberikan dampak akademik dan ekonomi. Dampak akademik bisa berkontribusi dalam kinerja perguruan tinggi dan meningkatkan kinerja dosen bersangkutan. Sedangkan dampak ekonomi, jika paten itu bisa dihilirisasi dalam bentuk komersial maka akan punya nilai ekonomi. Jadi yang punya paten itu akan mendapatkan royalti dari penelitiannnya. Adakah strategi khusus Anda agar penelitian bisa berpotensi mendapatkan hak paten? Dari awal memang penelitian

Bagaimana cara menghasilkan penelitian yang memiliki inovasi kebaruan? Apakah semua penelitian yang memiliki inovasi dapat dijual ke masyarakat? Mari kita mengenal lebih dekat tentang paten bersama Prof Dr Ir Abu Bakar Tawali. Dosen Fakultas Pertanian yang menjadi salah satu peraih paten terbanyak di Unhas ini diwawancarai oleh Reporter PK identitas, Wandi Janwar via Zoom, Senin (3/11).

harus dirancang jika ingin menghasilkan paten. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, pastikan pustaka acuannya itu ke paten yang aktual, tidak hanya dari jurnal. Kita bisa cari di internet sehingga tau ujungnya akan kemana. Jadi sistem informasi paten itu penting, terlebih lagi mengenai literasi patennya. Kedua, penelitiannya harus berorientasi pada produk. Hasil produk riset diharapkan mempunyai nilai ekonomis yang bisa dikomersialkan dan memang dibutukan masyarakat. Ketiga, harus punya teknologi yang jelas karena paten itu terkait dengan hal tersebut, sehingga nantinya bisa diindustrikan. Keempat, penelitian yang dibuat harus punya nilai kebaruan. Jangan sampai kita membuat sesuatu yang baru tapi karena tidak meriset sebelumnya, ternyata paten serupa sudah ada. Kalau empat hal tersebut telah dilakukan maka kita harapkan penelitian mengarah ke paten bukan hanya ke publikasi. Unhas tergolong produktif dalam hal penelitian. Tapi, mengapa paten yang dihasilkan masih minim? Sebenarnya penelitian itu ada banyak jenis. Ada penelitian dasar, terapan dan pengembangan. Tidak semua penelitian bisa didaftarkan hak patennya karena perlu diarahkan ke terapan dengan keluaran berupa produk yang punya nilai kebaruan. Selain itu, dalam penelitian ada istilah Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) dengan ukuran 1-9. Semakin besar nilai TKT maka penelitian semakin siap dihilirisasi dan diaplikasikan ke masyarakat. Penelitian dasar itu nilainya 1-3, penelitian terapan 4-6, dan penelitian pengembangan 7-9. Untuk menghasilkan paten harus memiliki TKT 5-6 Paten juga arahnya lebih ke produk industri dan teknologi, sehingga tidak semua dosen bisa

memilikinya. Kebanyakan temanteman dosen di soshum lebih banyak mengarahkan penelitiannya ke hak cipta dibanding paten. Apa saja yang harus disiapkan jika ingin mengusulkan paten? Paling utama adalah dokumennya. Sebuah dokumen akan siap jika hasil penelitian berpotensi paten dengan memperhatikan syarat-syarat tadi. Dari awal memang sudah harus direncanakan, buat road map, arah penelitian, kemudian hilirisasinya juga jelas. Jika road map jelas dari awal maka kita pasti punya kekuatan untuk mengurus paten itu. Apa yang membuat Anda tetap semangat mengurus paten? Hal yang perlu ditanamkan dalam diri bahwa kita punya kebanggaan jika paten yang dimiliki dapat berkontribusi untuk kinerja universitas. Berpikir bahwa paten tersebut juga akan kembali ke diri masing-masing, baik itu dalam hal kenaikan golongan maupun perekonomian. Ini yang mendorong saya untuk terus berkarya jika melihat apa yang dihasilkan dapat berguna bagi kehidupan banyak orang. Langkah apa yang harus diambil Unhas untuk menggenjot paten? Dulu waktu zaman saya jadi ketua HaKI, kami bekerja sama dengan LP2M memetakan penelitian yang berpotensi paten. Jika ada penelitian yang berpotensi paten maka Unhas akan membantu baik dari segi pendampingan maupun biaya. Seharusnya hal seperti ini tetap dilakukan Unhas agar jumlah paten meningkat. Selain itu, Unhas juga perlu mempercepat pendaftaran dengan menyiapkan pendampingan secara intensif supaya para peneliti tetap bergairah. Harus ada mediasi, mempertemukan antara dosen yang mengurus paten dengan

IDENTITAS/ FRISKILA

Data Diri Nama: Prof. Dr. Ir. Abu Bakar Tawali TTL: Enrekang, 2 Juli 1963 Riwayat Pendidikan: 1. S1 Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, tahun 1982-1986 2.

Paten: 1.

S2 dan S3 Kimia dan Analisa Pangan, Technische Universitaet Clausthal Jerman, tahun 1991-1996

Processing of precooked polished Corn (Jagung Sosoh Pratanak = JSP), No Paten ID P 0024077, 20 Agustus 2009;

2.

Produk Konsentrat Protein Ikan Gabus sebagai Suplemen Makanan Sumber Albumin (ProteinConcentrate Product from Snake Fish and the Use as Albumin-Source Food Supplement), No Paten ID P0027593 B, 16 Februari 2011.;

3.

Penyedap Rasa Alami ALL-IN-ONE, No Pendaftaran Paten P00201100537,14 September 2011;

4.

Proses Pembuatan Otak-Otak melalui Penerapan ModiďŹ kasi Teknologi Surimi, No Pendaftaran Paten P00201300736, 19 September 2013;

5.

Proses Produksi Konsentrat Protein Albumin Ikan Gabus (Channa Striatus) melalui Ektraksi dan Isolasi pada pH Iso-elektrik, No Pendaftaran Paten P00201406454, 23 Oktober 2014

inventor untuk memperbaiki dan menyempurnakan patennya. Di sisi lain, manfaat akademik dan ekonomi juga harus digaungkan. Hal ini sudah diprogramkan tetapi Unhas belum kelihatan pernah membuat itu. Jika

langkah-langkahnya sudah dilakukan, kita tinggal tunggu hasilnya seberapa banyak dosen Unhas mau turut berkontribusi berkarya untuk universitas dan masyarakat. ď Ž Tim Laput


CIVITAS

14

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Sebagai upaya menekan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), sistem perkuliahan termasuk praktikum bertransformasi dari tatap muka menjadi dalam jaringan (daring) atau luar jaringan (luring) dengan penerapan protokol kesehatan. Akibatnya, praktik belajar menjadi kurang efektif dan menemui pelbagai masalah.

Praktikum Jadi Kurang Efektif

S

udah sekitar dua jam, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Nurmagfirah Rafiuddin mengamati dosennya memaparkan video praktikum pulpa yang akan dilakukan. Di depan laptopnya, ia menyimak berbagai bahan dan peralatan yang akan ia gunakan seperti sendok takar, tabung hingga wadah. Selain praktikum pulpa, ia masih memiliki dua praktikum lain yang berlangsung secara daring yaitu gnatologi dan oromaksilofasial. Terhitung sudah delapan bulan lebih, Nurmagfirah melaksanakan perkuliahan virtual sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Nurmagfirah dan mahasiswa Unhas lainnya memang melaksanakan kuliah daring sejak 16 Maret 2020. Hal itu tercantum dalam surat edaran rektor, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA Nomor 7522/ UN4.1/PK.03.02/2020 tentang kesiapsiagaan dan upaya pencegahan penyebaran infeksi Covid-19. Peralihan kuliah tatap muka menjadi virtual nyatanya menjadi kurang efektif, khususnya pelaksanaan praktikum. Hal itu

pun berdampak pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Akui Nurmagfirah, ia kurang memahami pembelajaran lantaran keterbatasan alat yang tersedia di rumah. “Tentu ilmu yang didapatkan juga berbeda karena tidak tahu alatnya, bagaimana mengoperasikan secara langsung. Bukan hanya diimajinasikan saja,” keluh Fira, sapaan akrabnya. Di sisi lain, Drg Hasmawati Hasan Mkes, Dosen Fakultas Kedokteran Gigi juga mengeluhkan pelaksanaan praktikum daring. Menurutnya, praktik harus dilakukan langsung pada pasien atau paling tidak di laboratorium. Ia pun ragu mahasiswa akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. “Mahasiswa tidak bisa benarbenar memahami materi,” Tutur Hasmawati saat dihubungi via pesan Whatsapp, Jumat (6/10). Walaupun kurang efektif, Hasma akan tetap berusaha maksimal agar mahasiswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selain kurang efektif, pelaksanaan praktikum daring juga memiliki banyak tantangan. Wida salah satu asisten laboratorium menuturkan bahwa kerap terjadi permasalahan

teknis. Mulai dari jaringan tiba-tiba mati hingga suara tidak kedengaran. “Praktikum luring tentu lebih efektif daripada daring karena komunikasi asisten dan mahasiswa lebih terarah,” jelas mahasiswa Farmasi itu. Dua bulan setelah keluarnya kebijakan pelaksaan pembelajaran daring, Rektor Unhas kemudian mengeluarkan surat edaran lagi bernomor 11285/UN4.l/ KP.00.00/2020 tentang Panduan Pelaksanaan Kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi Universitas Hasanuddin Selama Masa Pandemi Covid-19. Dalam surat tersebut, bagian I Nomor 6 dituliskan bahwa praktik lab dan lapangan pada semester awal ini dapat dilakukan secara luring dengan penerapan protokol kesehatan. Selain wajib memakai masker dan cuci tangan, praktikan diatur dalam kelompok kecil dan dilakukan secara bergantian. Salah seorang praktikan luring, Vicky menuturkan bahwa ia dan 63 temannya memasuki laboratorium secara bergantian. Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam angkatan 2019 ini menceritakan bahwa praktikan dibatasi maksimal sepuluh orang

saja dan asisten sebanyak dua orang dalam ruang laboratorium. Selain itu, mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti protokol kesehatan seperti menggunakan masker hingga memakai penyanitasi tangan. Praktikum luring dengan penerapan protokol kesehatan juga dialami mahasiswa Fakultas Farmasi, Sulistiawati. Ia menjelaskan bahwa mereka memasuki laboratorium secara bergantian. Namun, dengan cara seperti itu, durasi untuk melakukan praktikum sangat terbatas. “Saya rasa kurang efektif dikarenakan setiap prosedur yang dilakukan tidak dapat diamati secara keseluruhan karena adanya keterbatasan waktu” jelas Sulis. Pada semester ini, Sulistiawati harus melaksanakan empat praktikum yaitu analisis farmasi, isolasi senyawa bioaktif dan teknologi sediaan cair dan semi padat. Ia kerap melakukan praktikum secara individu maupun berkelompok. Bila beberapa program studi melaksanakan praktikum daring dan luring. Beda halnya dengan prodi Ilmu Hukum. Shang Alan, mahasiswa angkatan 2018 ini

mengaku memiliki praktikum pada semester ganjil ini namun tidak dilaksanakan, yaitu praktik sidang yang seharusnya dilakukan di kampus. Ia pun sangat menyayangkan ditiadakannya praktikum ini. “Ilmu hukum tentu lebih efektif jika dipelajari secara praktik dan observasi bukan sekedar teori dan kepustakaan semata,” ujarnya. Salah seorang Dosen Fakultas Hukum, Dr Nur Azizah SH MH mengatakan bahwa praktik sidang ditiadakan karena praktik sidang tidak memungkinkan dilakukan secara daring. Terlebih aktivitas kampus sangat dibatasi. Menyikapi persoalan pelaksanaan praktikum di masa pandemi, Wakil Rektor I, Prof Ir Muhammad Restu mengatakan bahwa aktivitas perkuliahan sekarang tidak bisa disamakan saat ini. Adapun proses belajar mengajar yang tidak memungkinkan dilaksanakan daring boleh berlangsung luring dengan penerapan protokol kesehatan. “Kita tidak boleh menyamakan praktik di masa pandemi dengan saat situasi normal, karena kondisinya sudah berbeda” tuturnya. Finsensius T Sesa


identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

LISTICLE NEWS

15

Mengenang 6 Tempat Memorable di Unhas

S

etiap tempat pasti mempunyai kesan tersendiri bagi orangorang tertentu. Akan tetapi, zaman yang terus berubah menyebabkan banyak perubahan yang terjadi disekitar kita. Pembangunan dan renovasi terus dilakukan demi mengikuti perkembangan era saat ini. Tidak hanya itu, beberapa bangunan bahkan harus dihilangkan untuk pemanfaatan lahan yang lebih baik. Hal itu menyebabkan banyak tempat yang harus digusur atau dipindahkan. Walaupun sudah tidak ada, selalu ada cerita yang dapat dikenang dari tempat tersebut.

1. Kantin kolong ekonomi Kantin ini terletak di dekat tangga Fakultas Ekonomi yang berbatasan dengan Fakultas Ilmu Budaya. Pada tahun 2017, kantin itu dipindahkan di lokasi yang lebih terbuka. Selain menjadi tempat untuk mengisi perut di kampus, kantin ini ternyata memiliki kisah tersendiri. Mahasiswa Program Studi Sastra Asia

Barat angkatan 2016, Sakinah bercerita bahwa selain tempat makan dan bercerita kantin, kolong ekonomi kadang menjadi tempat persembunyian mahasiswa dari panitia pengkaderan himpunan kala itu. Selain itu, kantin ini dikenal memiliki menu yang enak dan murah yang menjadi incaran mahasiswa.

2. Lapangan samping FKM Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat pasti tidak asing lagi dengan tempat satu ini. Sebelum menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), lapangan ini menjadi tempat untuk pelaksanaan prosesi pengkaderan bagi mahasiswa FKM pada masanya. Lapangan itu menjadi salah satu tempat bagi anak FKM untuk

menerima tempaan karakter dari senior. Sayangnya, lapangan tersebut sudah tidak lagi digunakan oleh mahasiswa FKM sejak 2018, karena telah beralih fungsi menjadi tempat parkir gedung FKG. Alumnus FKM angkatan 2016, Nuristha Febrianti, mengaku sempat mendapatkan prosesi pengaderan di lapangan tersebut.

3. Kantin jasa pertanian Kantin yang lebih dikenal dengan sebutan kantin jasper ini juga menyimpan banyak cerita. Pasalnya, kantin tersebut adalah tempat pelarian mahasiswa saat sedang berhemat karena makanannya yang ramah bagi kantong mahasiswa. Namun saat ini, lokasi kantin jasper telah dikosongkan. Menurut alumnus fakultas pertanian angkatan 2015, A. Dwie Mochammad

ILUSTRASI/ AZZAHRAH

Abduh, kantin jasper menjadi tempat makan akhir bulan saat dompet telah terkuras karena laporan. Penutupan kantin ini menyebabkan rasa kehilangan muncul di beberapa mahasiswa. Banyak mahasiswa yang masih mencari lokasi kantin jasper jika benar kantin itu dipindahkan. Termasuk Mochammad Abduh, “Saat penutupan kantin itu, rasanya ada yang hilang tapi bukan dia,” ujarnya.

Termasuk di Universitas Hasanuddin. Unhas dikenal dengan banyaknya tempat fungsional di dalam kawasan kampus. Mulai dari gelanggang olahraga, aula untuk berbagai keperluan, banyak fakultas dengan berbagai fasilitas dan lainnya. Karena kemajuan era yang tidak dapat dibendung, beberapa dari tempat itu harus dihilangkan. Menyisakan kenangan sebagai tempat yang menyimpan banyak kesan serta cerita menarik di kalangan mahasiswa Unhas. Mau tahu, apa saja tempat memorable tersebut? Ini dia daftarnya.

4. Rumah kaca Agronomi Fakultas Pertanian Sama seperti rumah kaca pada umumnya, tempat ini juga digunakan sebagai tempat praktikum mahasiswa Agronomi. Alumnus Program Studi Agroteknologi angkatan 2010, Zulfikar mengatakan, rumah kaca tersebut adalah tempat ia banyak belajar tentang budidaya tanaman dan cara membuat pupuk

yang benar. Menurutnya, pada masanya rumah kaca tersebut kerap dijadikan tempat uji nyali dengan bangunan yang sudah sangat tua. Lokasinya yang tepat bersebelahan dengan sekretariat himpunan berbagai departemen di pertanian, menjadikan tempat ini semakin memorable, khususnya bagi mahasiswa fakultas pertanian.

5. Kampung rimbah Berlokasi di Kampung Kera-kera yang berdekatan dengan Teaching Farm Unhas, Kampung Rimba kerap menjadi tempat kumpul-kumpul mahasiswa kehutanan. Kampung rimba memang pusat kegiatan anak kehutanan pada masanya. Bebagai kegiatan seperti pengaderan, diskusi, seni, olahraga dan kegiatan pencinta alam lainnya dilakukan di sana.

Sayangnya, tempat ini sudah tidak digunakan lagi sejak akhir 2019 lalu. Menurut, Mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kehutanan Unhas, Andi Faisal Hidayat, kampung rimba akan direnovasi dan dialihfungsikan menjadi laboratorium. “Sedih sebenarnya, tapi mau bagaimana karena memang fasilitas kampus” ujarnya.

6. Lapangan merah Fakultas Teknik Alumnus Fakultas Teknik angkatan 2008, Abdul Rahman mengatakan, lapangan merah merupakan tempat pengumpulan mahasiswa baru Fakultas Teknik sebelum fakultas tersebut dipindahkan ke Gowa. Menurutnya, lapangan itu disebut “merah”, karena lapangan yang gersang setiap dipakai untuk mengumpulkan maba, kalau dari atas terlihat berwarna merah. Atribut fakultas teknik umunya berwarna merah. Jadi kalau mahasiswa baru

memakai atribut dan almamater lapangan itu semakin terlihat merah. Sejak Fakultas Teknik dipindahkan pada 2015, lapangan merah tidak digunakan sebagai tempat pengumpulan lagi. “Kalau saya sebenarnya tidak masalah kalau pindah karena memang sudah direncanakan sejak lama. Tapi karena kami anak teknik dikader di situ, jadi pasti ada kesan yang beda dengan kampus baru” imbuhnya.

Anisa Luthfia Basri


16

HIBURAN

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Mendatar 2. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (singkatan) 5. Sifat hukum kekayaan intelektual 7. Simbol kepemilikan HaKI yang digunakan untuk menandai suara-suara tertentu, misal suara unik yang ada dalam suatu ďŹ lm. 9. Hak atas kekayaan intelektual (singkatan) 10. Pemilik karya intelektual 11. Hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan invensinya. 13. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (singkatan) Menurun 1. Prinsip HaKI dimana negara bekerja melindungi hak-hak masyarakat dan menjamin keseimbangan antar kepentingan masyarakat sebagai warga negara. 3. Istilah merek yang digunakan pada produk atau jasa yang memiliki karakteristik yang sama dan diperdagangkan oleh badan hukum atau orang secara bersama-sama. 4. Turunan hak kekayaan industri 6. Kepala Pusat Informasi Diseminasi dan HaKI Unhas 8. Badan khusus yang menangani hak kekayaan intelektual 12. Simbol suatu produk atau merek sedang dalam masa pengajuan kepemilikan atau dalam proses perpanjangan masa HaKI.

Ketentuan Penebak 1. Civitas akademika Unhas 2. Tulis jawaban di kolom yang telah disediakan 3. Foto jawaban Anda dan posting di instagram, jangan lupa tag @identitas_unhas dan mention lima orang temanmu untuk ikut kuis ini 4. Pastikan akun Anda tidak privat 5. Pemenang terpilih akan dikonďŹ rmasi melalui Dirrect Messanges (DM) instagram 6. Pemenang terpilih akan mendapatkan hadiah menarik dari pihak redaksi PK identitas Unhas

Perguruan Tinggi Klaster Satu 2020 IPB UI UGM UNAIR ITB ITS UNHAS UB UNDIP UNPAD UNS UNY UNAND USU UMM


identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

JEKLANG

17

Panggilan Jiwa Relawan, mereka yang terpanggil untuk membantu sesama.

R

asa empati dimiliki setiap orang jika melihat di lingkungan sekitarnya terjadi musibah. Sama seperti kondisi pandemi Covid-19 yang menyerang dunia belakangan ini. Maraknya kasus pasien yang terinfeksi virus corona mendorong empati dari berbagai kalangan untuk menjadi relawan. Sosok jejak langkah identitas kali ini turun langsung membantu para pasien. Dialah Al Imran, relawan Program Wisata Duta Covid-19. Alumni Fakultas Teknik Unhas ini terjun langsung dalam program yang memiliki tujuan untuk membuat pasien Covid-19 jauh dari tekanan psikologis. Kegiatan yang dicetus oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ini diadakan di Hotel Swiss Bell, Al-Madera, Hotel Harper dan Hotel Remcy. Panggilan jiwa menjadi kunci saat ingin menjadi relawan. Imran, sapaan akrabnya bercerita jika ada orang yang membutuhkan pertolongan janganlah kita membantu dengan menyebarkan foto di sosial media untuk mencari sensasi. Melainkan, kita harus melakukan tindakan nyata untuk

menolong sesama manusia. Dengan berbekal ilmu IT dan pengalaman yang didapatkan selama kuliah, Imran bergabung sebagai relawan pengelola data Covid-19 di Sulawesi Selatan. Setiap harinya, ia bertugas untuk mendata pasien yang memiliki status Orang Tanpa Gejala (OTG) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP). Tak hanya itu, sebagai relawan, ia juga banyak memberi dukungan psikososial dan melakukan pendekatan secara humanis kepada pasien yang dikarantina. Sebelumnya, Imran bersama kawan-kawan dutanya telah menerima pemberdayaan terintegrasi. Di mana semua peserta diberi edukasi tentang Covid-19 agar nantinya mampu menjadi edukator andal di masyarakat. “Mereka yang jadi korban pandemi kadang memiliki banyak beban dan terus bertanya apakah ia mampu melalui semua ini? Kami hadir membantu mereka dengan memberi semangat agar cepat sembuh,” katanya saat diwawancarai, Rabu (28/10). Pria kelahiran 2 Mei 1998 ini melanjutkan kegiatan kerelawanannya hingga ke Rumah Sakit Darurat Covid

Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta karena rasa kemanusiaannya. Ia mendengar suara dari orang-orang yang membutuhkan relawan hingga hatinya terpanggil untuk terus membantu. Imran merasa bahagia saat membantu para pasien Covid-19. “Penghargaan tertinggi itu, saat kita bisa menolong dan membantu bangsa ini. Salah satunya menjadi Relawan Covid-19,” ujarnya. Apalagi, keputusan menjadi relawan sama sekali tidak dihalangi oleh kedua orangtuanya. Bahkan, pihak keluarga selalu memberikan dukungan atas apa yang Imran kerjakan serta mendoakan kesuksesannya. Ia mengatakan sejak kecil anak seharusnya ditanamkan nilai-nilai kemanusiaan melalui aktivitas berbagi. Imran yakin rasa kemanusiaan seseorang itu bisa diasah. Para pemuda harus lebih peka terhadap kondisi sekitar agar apa yang dilakukan dapat membantu orang di sekeliling dan juga menjalankan ajaran agama.

”Saya sangat terinspirasi oleh ajaran agama Islam yang menyebutkan bahwa menyelamatkan satu orang manusia sama seperti menyelematkan seluruh manusia.” imbuhnya.  Muh. Fajrul

DOKUMENTASI PRIBADI


18

KAMPUSIANA

Prodi Psikologi Unhas Raih Akreditasi A

BEM FH Bagi Tips Jadi Mahasiswa Berprestasi BADAN Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (BEM FH Unhas) menyelenggarakan Kelas Kajian Kaderisasi via Zoom Meeting, Kamis (17/9). Kegiatan mengusung tema “Menjadi Mahasiswa Berprestasi.” Kegiatan dimoderatori Staf Kementerian Kaderisasi BEM FH-UH, Deamitri Nadia Toding. Adapun pemateri ialah Wisudawan Berprestasi FH-UH 2020, Muliana Mursalim SH dan Wakil Menteri Kaderisasi BEM FH-UH, M Fadly Ridwan. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 100 mahasiswa FH Unhas. Dalam sesinya, Muliana Mursalim bercerita saat dirinya melakukan penjelajahan selama kuliah. Ia mengatakan harus memahami potensi diri, menentukan visi dan misi, membuat road map mimpi, meningkatkan kepo dan merendahkan ego, serta salawat dan doa ibu. “Karena manusia hanya bisa

mempersiapkan rencana sebaik mungkin selanjutnya kekuatan doa yang berkehendak,” kata Muliana Mursalim. Ia pun membagi tips untuk menjadi mahasiswa berprestasi. “Prinsip menumbuhkan prestasi hidup yang hebat berawal dari kemampuan untuk menemukan dan mengasah potensi unik dari diri kita sehingga menjadi ahli,” ungkapnya. Putri Pendidikan Sulbar 2019 ini juga menuturkan cara sukses dalam bidang akademik dan kompetisi dengan mampu mengatur waktu yang baik, mampu menentukan tujuan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan, serta menghilangkan kebiasaan kebut semalam. “Juga harus mampu membedakan dan membuat daftar kegiatan seperti penting mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting mendesak, dan tidak penting tidak mendesak,” tuturnya. Di kesempatan yang sama,

M Fadly Ridwan menjelaskan kompetisi adalah sebuah ruang untuk mencari eksistensi diri, mendapat pengakuan diri, dan meningkatkan kemampuan diri. “Dengan berprestasi seseorang dengan mudah mengenal kita. Karena respect itu tidak diminta, tapi didapatkan,” Kata Duta GenRe Indonesia 2019 ini. “Seseorang tidak harus pintar, tapi harus mampu mengumpulkan orang cerdas di sekitarnya,” katanya. Fadly juga mengatakan ada dua pertimbangan untuk menjadi mahasiswa berprestasi yaitu fokus pada apa yang dinilai dan diminta serta kenali kelebihan dan kekurangan diri. “Karena sekecil apapun langkah yang diambil hari ini, akan menentukan seberapa besar kemajuan diri di hari esok,” tutupnya. M124

SANTIKA/IDENTITAS

Mahasiswa Baru:Unhas mengukuhkan 6.949 mahasiswabaru program sarjana dan vokasi lewat upacara pembukaan Penerimaan dan Pengembangan Karakter Mahasiswa Baru (P2KMB) via daring, Senin (7/9).

Ucapan Selamat dari Para Rektor dan Tokoh Nasional UNIVERSITAS Hasanuddin (Unhas) menggelar upacara Dies Natalis ke-64 di Gedung Baruga AP Pettarani Unhas dan disiarkan melalui YouTube Universitas hasanuddin, Kamis (10/9). Turut hadir Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulububu MA, Ketua Ikatan Alumni Unhas, Gubernur Sulawesi Selatan, Prof H M Nurdin Abdullah M Agr, Ketua Majelis Wali Amanata, Komjen Pol (Purn) Drs Syafruddin M Si, Ketua Senat Akademik, Prof Dr Dadang A Susiamihardja M Eng dan tamu undangan. Mengusung tema “Mengokohkan Unhas sebagai Humaniversity

dalam Adaptasi Kebiasaan Baru”, Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Unhas, dan pembacaan do’a oleh Prof Dr Ir H Musbair M Sc. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Dwia dan dilanjutkan dengan testimoni ucapan selamat dari para rektor dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya Rektor Universitas Indonesia, Prof Ari Kuncoro S E MA Ph D. Dalam pidato Dwia, Ia berharap di usia Unhas yang menginjak 64 tahun ini semakin berkembang. “Kami memaknai agar Unhas semakin cerdas, semakin matang dalam bertransformasi,

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

dan tentunya semakin bijak dalam mengelola kehidupan ini,” kata Dwia. Upacara dilanjutkan dengan sambutan Ketua Majelis Wali Amanat, Gubernur Sulawesi Selatan, Ketua Ikatan Alumni Unhas dan ucapan selamat Dies Natalis ke-64 Unhas dari tokohtokoh nasional, di antaranya Wakil Presiden RI, Jaksa Agung RI, Ketua Mahkamah Konstitusi RI, Ketua MPR RI, Ketua DPD RI, Menteri Pertanian RI, Menteri Kelautan dan Perikanan RI, TNI, Polri, serta para Gubernur dan Bupati seSulawesi Selatan.  M116

PROGRAM studi (Prodi) Psikologi, Fakultas Kedokteran Unhas meraih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), Selasa (8/9/20). Kepala Program Studi Psikologi, Dr Ichlas Nanang Afandi S Psi MA bercerita saat sebelum diumumkan secara resmi berakreditas A, ada tim penilai lapangan dari Univeristas Airlangga dan Universitas Sanata Dharma yang datang ke Unhas pada 24-25 Agustus 2020. Ia mengatakan, untuk penilaian sangat bervariasi seperti visi misi, kemahasiswaan, sumber daya manusia, kurikulum, dana, sarana prasarana, penelitian dan pengabdian. “Semua menjadi indikator penilaian, Alhamdulillah kami bisa memenuhi semua standar itu dan diganjar dengan nilai A,” syukurnya. Atas pencapaian itu terlaksanalah syukuran di pelataran Gedung Mata Kuliah Umum Unhas Jumat, (11/09). Acara tersebut menerapkan protokol kesehatan dengan mengundang pihak yang berperan penting dalam pencapaian akreditasi A prodi psikologi, di antaranya rektor, sekretaris universitas dan tim Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pendidikan. “Alhamdulillah, yang hadir cukup banyak seperti Prof Nasruddin Salam (Sekun), Pak Prastawa Budi (LPMPP) dan juga Ibu Indrianty Sudirman

yang mendampingi kami selama proses penyusunan borang akreditasi. Ada pula Dekan FK Unhas Prof Budu didampingi oleh WD 1, dr Irfan dan WD 2, Prof Haerani rasyid,” kata Dr Ichlas kepada identitas. Ia melanjutkan, capaian ini tidak lepas dari kerja keras tim task force, baik pada level prodi psikologi yang diketuai Dr Muh Tamar dan ditingkat fakultas yang diketuai Prof Budu, serta doa dari semua civitas akademika Unhas. Dr Ichlas mengatakan, sekarang mulai mempersiapkan diri untuk akreditasi internasional. “Seluruh civitas dari Prodi Psikologi cepat atau lambat tentunya akan mulai mempersiapkan diri untuk akreditasi internasional. Tapi untuk saat ini sudah sangat bersyukur, ditambahan lagi untuk KTI, hanya Prodi Psikologi Unhas yang akreditasinya A dan hal tersebut kiranya sudah menjadi hal yang luar biasa,” paparnya. “Harapan ke depannya, kami terus memperbaiki kualitas prodi pada berbagai aspeknya. Tentu saja kami sangat optimis bisa melakukan itu. Dukungan pada berbagai level, baik universitas maupun fakultas sangat kami rasakan, yang tentu saja hal itu akan sangat membantu kami untuk pengembangan kualitas kami di masa yang akan datang. Mohon doanya ya. Terima kasih,” tutupnya.  M126

UPT Perpus Unhas Bagikan Cenderamata MEMPERINGATI Hari Kunjungan Perpustakaan, Unit Pelaksanaan Teknis Perpustakaan Universitas Hasanuddin (UPT Perpus Unhas) membagikan cenderamata kepada pengunjung, Senin (14/9). Kepala UPT Perpus Unhas, Dr Fierenziana Getruida Junus menceritakan Hari Kunjungan Perpustakaan ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1995 yang bertepatan dengan Bulan Gemar Membaca. Untuk merayakan hari tersebut para pustakawan Unhas mengenakan pakaian adat dan membagikan cenderamata. “Agar terlihat istimewa, beberapa pustakawan menggunakan baju adat dan kami memberi hadiah berupa souvenir khas Perpus Unhas bagi beberapa pengunjung. Diutamakan pengunjung

yang datang pertama hari ini, pengunjung yang dianggap pengunjung setia, dan pengunjung lain yang mengunggah foto selfie ke sosmednya saat berada di Perpus,” tuturnya. Fierenziana Getruida melanjutkan, hadiah diberikan kepada kurang lebih 25 orang pengunjung. Hadiah itu berupa cangkir, buku catatan, bolpoin dan coklat. Ia pun berharap jumlah pengunjung perpustakaan bisa meningkat setelah pandemi Covid-19 dan fasilitas yang dibutuhkan bisa terpenuhi. “Setelah masalah covid bisa diatasi, jumlah kunjungan perpustakaan makin meningkat dan Perpustakaan Unhas semakin dapat memfasilitasi kebutuhan pengunjung, baik civitas akademika Unhas maupun masyarakat umum,” harapnya.  M127


identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

AIBI dan Inkubator UPKB Unhas Bantu Startup Perguruan Tinggi ASOSIASI Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) bekerja sama dengan Inkubator Unit Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis Universitas Hasanuddin (UPKB Unhas) menyelenggarakan workshop melalui Zoom, Kamis (10/09/2020). Kegiatan ini diselenggarakan untuk mendorong pendirian inkubator di Perguruan Tinggi (PT). Webinar mengundang Ketua AIBI, Ir Asril Fitra Syamas M Sc, Ketua Inkubator UPKB Unhas, Ir Dr Ir Mardiana E. Fachry M Si, Deputi Direktur Inkubator Bisnis Science Techno Park IPB, Deva Primadia Almanda dan Former Menager Inkubator UPKB Unhas, Asdar Fajrin Multajam. Kegiatan yang dipandu oleh Menajer Inkubator UPKB Unhas, Arfiana Rauf S E ini dihadiri kurang lebih 45 orang dari kalangan dosen dan staf lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat di 22 PT di Sulawesi, Kalimantan, Papua, Jawa dan Bali. Saat membuka acara, Mardiana memaparkan jumlah PT di Indonesia, namun dari ratusan PT masih banyak yang tidak memiliki inkubator kewirausahaan dan bisnis. “Di Indonesia terdapat 275 PT negeri dan swasta di Pulau Kalimantan, 506 di Pulau Sulawesi dan

421 di Pulau Maluku, Bali, Nusa Tenggara dan Papua. Namun jika dibandingkan dengan ketersedian inkubator apalagi yang terhimpun sebagai anggota Asosiasi di AIBI masih sangat minim jumlahnya,” ujar Mardiana. Koordinator AIBI Wilayah Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Papua ini juga menjelaskan tujuan dari kegiatan. Pertama, menyatukan persepsi peserta dari berbagai perguruan tinggi mengenai inkubator bisnis dan teknologi. Kedua, membangun kerja sama yang kuat dan merangkul PT yang belum memiliki inkubator kewirausahaan dan bisnis. “Setidaknya tiga tujuan itulah yang mendasari kami untuk menginisiasi pelaksanaan workshop ini,” jelasnnya. Di akhir penyampaiannya, Mardiana mengatakan akan terus menggelar pelatihan dalam merancang dan mendukung perusahaan pemula, sehingga bisa membawa perubahan yang baik bagi institusi dan negara. “Semoga semangat perkembangan inkubator dari Timur Indonesia dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi institut, wilayah, bangsa dan negara kita,” harapnya.  Santika

19

KAMPUSIANA

Fapet Kenalkan Maiwa Breeding Center ke Maba 2020 FAKULTAS Peternakan (Fapet) Unhas melaksanakan Penerimaan Pengembangan Karakter Mahasiswa Baru (P2KMB) secara virtual melalui Zoom Meeting , Selasa (8/9). Meskipun dilaksanakan secara virtual, ketentuan pakaian yang harus tetap dikenakan saat mengikuti kegiatan yakni, memakai jas almamater, kemeja panjang putih, celana/rok panjang hitam, dan dasi warna hitam. Fapet Unhas menyambut 294 mahasiswa baru 2020. Dari jumlah tersebut terdiri 281 dari program sarjana dan 13 dari program vokasi yang diterima dengan berbagai jalur. Ketua Panitia Pelaksana, Dr Ir Aslina Asnawi SPt MSi IPM, dalam laporannya, mengatakan orientasi mahasiswa baru bertujuan sebagai pengenalan elemen kampus, melatih jiwa kepemimpinan, kemandirian, serta tanggung jawab. “Menjadi mahasiswa tentu berbeda dengan siswa, kata Maha yang disematkan adalah sebuah bentuk yang istimewa sekaligus tantangan yang akan dihadapi saat proses belajar, menjadi mahasiswa

dituntut untuk bertanggung jawab, mandiri, memiliki banyak referensi untuk kemampuan akademik maupun non akademik,” tuturnya. Pelaksanaan P2KMB Fapet Unhas, dibuka secara resmi oleh Dekan Fapet, Prof Dr Ir Lellah Rahim MSc. Kepada Maba Fapet 2020, Ia menjelaskan bahwa proses pembelajaran didukung 18 laboratorium fakultas dan laboratorium lapangan yang dikenal dengan Maiwa Breeding Center (MBC). MBC ini berada di Kabupaten Enrekang, Barru, dan Soppeng. Dari segi populasi ternak, lanjut Lellah menjelaskan, peternakan milik Fapet Unhas ini mempunyai sapi terbanyak di Indonesia. Jumlahnya kurang lebih 1000 ekor. Selain sapi, terdapat pula unit penggemukan, dan unit bakso yang dapat memproduksi dua ton perhari. Dalam operasionalnya, MBC Fapet Unhas mendapat dukungan dari Industri Pakan. Adapun Rumah Potong Hewan (RPH) sudah mengantongi sertifikat halal. Untuk ternak unggas, Fapet memiliki kandang Open House dan Close House yang dapat

menghasilkan sekitar 22.000 ekor ayam dalam sekali panen. Dekan Lellah juga memaparkan sumber daya manusia yang bekerja di Fapet Unhas. “Fapet memiliki 55 Doktor atau sekitar 80% dari 68 dosen atau yang tertinggi di Unhas, 21 diantaranya adalah Guru Besar atau sekitar 31% atau tertinggi kedua di Unhas,” lanjut Prof Lellah. Untuk diketahui, Fapet memiliki tiga departemen yakni Produksi Ternak, Nutrisi Pakan Ternak, dan Sosial Ekonomi. Ketiga sudah terakreditasi A oleh BAN-PT sejak tahun 2019-2024 dan terakreditasi Asean University Network Quality Assurance (AUN-QA) ditahun yang sama. Dekan Fapet berharap, mahasiswa baru dapat mengubah pola pikir dari peralihan sistem belajar di SMA ke sistem belajar di perguruan tinggi untuk dapat mengikuti proses belajar baik secara daring maupun luring. “Mari kita membangun Fakultas Peternakan menjadi yang terbaik, Saya Fapet Saya Bangga,” pungkasnya.  M124

Siapkan Pembina Maba 2020, Kemahasiswaan Gelar ToT DALAM rangka mempersiapkan penerimaan Mahasiswa Baru (Maba), Bidang Kemahasiswaan Unhas menyelenggarakan Training of Trainer (ToT) para Mentor Basic Learning Skills, Character and Creativity (BALANCE) via Zoom Meeting, Sabtu-Minggu (5-6/9). Kegiatan dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A. Arsunan Arsin M Kes, Ketua Kelompok Kerja Balance, Ira Taskirawati S Hut M Si Ph D, para dosen Unhas sekaligus Pemateri ToT 2020 dan mentor Maba dari kalangan mahasiswa angkatan 2019, 2018 dan 2017 di berbagai fakultas. Saat membuka acara, Arsunan menjelaskan Balance bagian dari rangkaian proses penerimaan mahasiswa baru untuk pembinaan karakter berbasis learning dan bisa menjadi role model. “Adanya transformasi dari dunia siswa ke mahasiswa,” jelasnya. Dalam mempersiapkan proses penerimaan itu, kata Arsunan perlu menyamakan persepsi antara para pemateri dan mentor yakni melalui

ToT. Ia melanjutkan, seorang mentor berperan penting untuk mewadahi Mahasiswa Baru dalam pengembangan karakter dan pengenalan perguruan tinggi. “Olehnya itu, tujuan ToT ini agar para instruktur dan tutor ini dapat menyajikan materi lebih menarik,” lanjut dosen Fakultas Kedokteran Gigi itu. Hari ini, sekitar 350 mentor mendapatkan materi mengenai Pengenalan Diri sebagai Mentor, Menjadi Mentor yang Keren, Komunikasi Empatik, Zoom, Menti, dan pada pukul 12.00 Wita. Sedangkan hari keuda mendapat materi Saya dan Unhas, Karakter Unhas, Keterampilan Belajar, Cerdas dan Kritis Menemukan informasi, Berpikir Spiritual. Berpikir Reflektif, Kesadaran dan Kepercayaan Diri, Motivasi and Adaptabilitas, Kepemimpinan Diri, Pemahaman Antar Pribadi dan Komunikasi, Membangun Relasi dan Berjejaring, Kolaborasi dan Bekerjasama, Berpikir Kreatif, Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan, serta Mitigasi Bencana dan Respon Covid-19.  M124

DOKUMENTASI PRIBADI

Terakreditasi A:Program Studi Psikologi, FakultasKedokteraanUnhas mengadakan syukuran di pelataran Gedung Mata KuliahUmum Unhas atas pencapaian akreditas A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Jumat (11/9).

Hotel Unhas akan jadi Guest House UNIVERSITAS Hasanuddin melaksanakan Dies Natalis ke64 yang dirangkaikan dengan peletakan batu pertama Training Center and Hotel Unhas, Kamis (10/9). Acara dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Prof H M Nurdin Abdullah M Agr, Ketua Majelis Wali Amanat Unhas, Drs Syarifuddin M Si, PJ Walikota Makassar, Prof Dr Rudy Djamaluddin ST, Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu M A dan tamu undangan Dies Natalis ke-64 Unhas.

Dalam kesempatannya, Rektor Dwia berterima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat, diantaranya gubernur Sulawesi Selatan dan walikota Makassar. Ia juga menjelaskan fungsi dari pembangunan yang dilakukan. “Potensi pembangunan ini dapat dimanfaatkan sebagai penginapan, terlebih terdapat dua rumah sakit di area Tamalanrea, pelaksanaan wisuda tiga sampai empat kali dalam setahun, dan pemanfaatan bagi sumber daya Unhas yang perlu pengasingan diri agar kinerja lebih

baik,” Kata Rektor Dwia. Rektor Dwia melanjutkan, Unhas memanfaatkan mitra hotel untuk menyanggah pelatihan yang tiada henti. Hal ini juga dapat membantu kegiatan pelatihan dan peserta pelatihan sebagai tempat penginapan. “Training Center and Hotel ini akan menjadi guese house untuk dosen tamu dan mitra Unhas yang ingin tinggal lebih lama,” sambungnya.  M124


RESENSI

20

Mulan: Kisah Heroik Perempuan Tangguh dari Tiongkok Apa jadinya ketika perempuan turun ke medan perang?

F

ilm animasi garapan Disney berjudul Mulan akhirnya rilis dalam versi live action dengan judul yang sama pada tanggal 4 September lalu. Berbeda dengan film Disney pada umumnya yang rilis di bioskop, film ini dirilis secara daring melalui aplikasi Disney+. Perilisan Mulan sempat ditunda pada awal Maret lalu akibat pandemi Covid-19. Mulan terinsipirasi dari cerita rakyat berjudul Balada Mulan atau The Ballad of Mulan, seorang pahlawan perempuan. Dikisahkan bahwa Mulan terlahir di sebuah desa kecil. Dia adalah putri dari seorang veteran tentara Kekaisaran Tiongkok. Suatu hari, kekaisaran akan diserang oleh penjajah Utara. Dalam tradisi Tiongkok, apabila akan terjadi penyerangan dari musuh ke wilayah mereka, setiap keluarga harus menyerahkan seorang anggota keluarga lakilaki untuk bertempur di medan perang. Namun, keluarga Mulan tidak memiliki satupun lelaki

selain sang ayah. Sebagai anak tertua, Mulan tak sanggup merelakan ayahnya yang mulai menua dengan sebelah anggota tubuh lumpuh kembali berperang. Kebiasaan Mulan yang sudah mirip lelaki sejak kecil memandu nalurinya untuk menggantikan peran sang ayah. Saat ayah, ibu, dan adik perempuannya masih tertidur pulas, ia mengendap-ngendap untuk mengambil baju zirah dan pedang milik ayahnya, lalu berkuda menuju kamp pelatihan prajurit. Ya, tentu saja dia harus menyamar serupa laki-laki. Karakter Mulan ini boleh dikata menjadi simbol ‘pemberontakan’ atas adanya ketimpangan kedudukan antara perempuan dan laki-laki dalam tradisi khususnya tradisi Tiongkok. Di mana perempuan harus bersikap sangat feminin, mengenakan baju yang dianggap elegan tetapi sangat menyiksa dan menyesakkan napas, memoles wajah dengan make up yang sangat tebal, lalu segera dinikahkan. Dengan begitu,

mereka dianggap telah menjaga kehormatan keluarga. Padahal ada banyak cara yang bisa perempuan lakukan untuk menjaga nama baik keluarga. Ikut berperang adalah cara yang dipilih Mulan. Iapun berhasil menyelamatkan nyawa Kaisar. Tentu keberhasilan Mulan tidak serta-merta terjadi karena ia adalah pemeran utama di dalam cerita. Pola asuh Mulan yang telah dilatih berkuda dan bela diri sejak kecil dapat menjadi alasan logis mengapa Mulan begitu kuat saat di medan perang. Ini mengindikasikan bahwa perempuan bisa menjadi apa saja ketika ia telah dibiasakan sejak kecil. Film ini juga mengajarkan agar setiap orang khususnya perempuan tetap mawas diri dan sadar akan posisi serta kedudukannya. Hal tersebut terlihat ketika Mulan menolak tawaran menjadi panglima istana lalu berkata, “Aku tidak bisa. Aku tahu kedudukanku”. Walaupun pada akhirnya ia menerima tawaran tersebut setelah sang

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Judul: Mulan Genre: Action & adventure, -Drama-

Data Film

Produser: Niki Caro Studio: Disney Durasi: 115 menit

ayah mengizinkan. Dalam remake film Mulan tahun 2020 ini beberapa bagian yang familiar dan mudah diingat dari film versi animasi tahun 1998 tetap dipertahankan. Hanya saja ada beberapa bagian lain yang perbedaannya cukup mencolok yaitu menghilangkan karakter seperti Mushu dan Nek Fah. Juga ada bagian yang ditambahkan agar jalan cerita lebih menarik dan historis seperti adanya Burung Phoenix hingga kisah cinta Mulan dengan Hua Jun. Pada penayangan perdana, Mulan sukses meraih respon positif dari penonton. Salah satu unsur terpenting yang banyak dipuji adalah visual film yang tidak lepas dari efek CGI yang ciamik. Hal lain yang tidak luput dari pujian penonton adalah latar film seperti kampung halaman Mulan hingga medan perang yang dibuat sedetail mungkin.

Tak ada gading yang tak retak, salah satu hal yang cukup disayangkan dari film ini adalah adegan ikonik saat Mulan memotong rambut dengan pedang ayahnya ditiadakan. Tak hanya itu, beberapa forum dan cuitan penonton di berbagai media sosial menuturkan bahwa karakter Mulan yang diperankan oleh Liu Yufei sangat datar dan lemah sehingga tidak menghidupkan karakter Mulan seperti aslinya. Entah penulis atau sutradaranya tidak begitu memikirkan pendalaman karakter bagi Mulan. Di luar semua itu, salah satu hal yang harus diapresiasi adalah Disney berusaha menampilkan film kolosal yang berkualitas dan modern. Film ini berusaha menunjukkan esensi perempuan yang sebenarnya. Mengeluarkan perempuan dari stereotip yang membelenggunya. Finsensius T Sesa


21

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

CERMIN

Mengapa Harus Sama?

“Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”

P

epatah di atas kerap digunakan untuk memiripkan sikap, perilaku, dan pola pikir orang tua dengan anaknya. Namun, pepatah lama itu tak selamanya diinginkan terjadi pada diri semua anak, termasuk sahabat karib saya, Awal. Saya tumbuh besar bersama Awal, rumah kami saling berdekatan, hanya diantarai satu rumah. Awal tinggal di sebuah rumah setengah permanen. Keluarganya cukup berada, mereka memiliki mobil dan beberapa sepeda motor. Ayah Awal seorang pengusaha bahan bakar minyak, dengan penghasilan di atas rata-rata. Ibunya pun turut membantu keuangan keluarga, dengan menyadap karet. Sebenarnya, penghasilan ayah Awal sudah lebih dari cukup untuk menghidupi istri, dan ketiga anaknya. Namun ibu Awal adalah sosok pekerja keras, ia tak suka bila hanya jadi ibu rumah tangga. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sering kagum melihat keharmonisan keluarganya.

Setiap dua pekan sekali, mereka pergi ke kota untuk membeli kebutuhan sehari-hari, atau sekadar berlibur ke Time Zone. Hidup mereka seperti sepenggal lirik lagu 8 Ring milik Ariana Grande, “I want it, I got it!!! Namun semua keharmonisan itu tak berlangsung lama, ketika kami sudah mendaftar di sekolah menengah pertama, ayah Awal jadi buah bibir tetangga. Ia dikabarkan menggunakan narkoba jenis sabu-sabu. Hari-harinya habis bersama teman-temannya di meja judi, ditemani kepulan asap sabusabu yang keluar dari bong sabu. Sebuah alat isap yang dipakai saat mengkonsumsi sabu, yang mereka buat sendiri dari botol bekas. Semakin lama, saya ikut prihatin melihat perilaku ayah Awal. Ia tak mau lagi bekerja dan mulai menjual segala benda yang ada di rumahanya. Mobil dan motor pun habis dijual. Sampai-sampai ibu Awal yang harus bekerja keras mencukupi kebutuhan keluarganya. Saya yang setiap hari berangkat dengan Awal ke sekolah, sering mendengar curhatan Awal. Hampir

semua kekacauan yang terjadi di rumahnya, ia ceritakan. Ia sangat membenci ayahnya. Sampai-sampai ia mengharapkan orang tuanya berpisah. Saya berpikir normal saja jika Awal menginginkan itu. Anak mana yang tega melihat ibunya menderita, setiap hari dikasari dan tak dinafkahi suami. Hari-hari Awal dipenuhi rasa takut, ia bahkan takut masuk ke dalam rumah jika ayahnya sedang di rumah. Awal tahu, ayahnya suka naik pitam, dikarenakan pengaruh zat haram. Selain itu, beberapa kali, saat pulang dari sekolah, kami sering memergoki ayahnya tengah mengisap sabu-sabu. Bahkan saya sudah terbiasa melihat bong bekas pakai, tergeletak di meja ruang tamu rumah Awal. Saat kami kelas tiga di sekolah menengah atas, saya mendengar dari Awal jika ibunya memutuskan untuk berpisah, tapi bukan secara hukum. Kami pikir itu adalah sebuah kabar baik, dan berharap masalah di keluarga Awal akan berkurang. Tapi sebaliknya, di saat ibunya pergi dan menetap di rumah orang tuanya, ayah Awal

menjadikan rumah mereka markas untuk teman-temannya bermain judi. Mengetahui fakta tersebut, Awal tak kaget sama sekali. Ia bereaksi biasa saja. Dari dulu, ia memang tak berekspektasi tinggi terhadap ayahnya. Sampai sekarang pun, walau kami kuliah di tempat berbeda, saya kuliah di Makassar dan Awal di Palembang, kami masih sering bertukar kabar. Awal tak pernah absen menceritakan keadaan keluarganya. Kali ini, kabar keluarganya cukup baik. Ayahnya sudah dua tahun bekerja sebagai buruh sawit, dan kedua orang tuanya kembali rujuk. Sebenarnya, ibu Awal selalu memaafkan dan memberikan kesempatan kepada suaminya. Walaupun Awal masih tetap yang dulu, ia tak banyak berharap ayahnya akan berubah banyak. Tapi sebagai anak, Awal tetap meginginkan ayahnya kembali ke jalan yang benar. Ketabahan Awal menghadapi kesulitan hidup, membuat saya kagum. Saya pribadi banyak belajar darinya. Ia satu-satunya sahabat terdekat saya yang masih

Oleh: Hafis Dwi Fernando berjuang mengejar mimpinya. Ia ingin membuktikan kepada semua orang, jika ia dan ayahnya berbeda. Ia bahkan bisa lulus masuk perguruan tinggi melalui jalur undangan, dan mendapat beasiswa pula. Ia jadi mandiri dengan beasiswanya dan bisa kuliah tanpa membebani orang tua. Sebagai seorang anak, ia hanya berharap perilaku buruk ayahnya tak menurun kepadanya. Bahkan ia tak pernah mengamini pepatah ”Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Ia pun selalu mengingat pesan ibunya “Kalau engkau berperilaku sama dengan ayahmu, maka anakmu kelak akan mendapatkan hal sama. Dan ingat buah jatuh tak selalu dekat dengan pohonnya”.  Penulis merupakan Reporter PK identitas Mahasiswa Jurusan Statistika, Angkatan 2018.

KRONIK Mahasiswa Unhas Ditangkap Polairud saat Liput Aksi MAHASISWA Universitas

Indonesia), serta enam orang

Hasanuddin (Unhas), Hendra

nelayan juga ikut ditangkap. Kala

ditangkap saat meliput aksi

itu, mereka yang hendak bersandar

unjuk rasa terkait penolakan

di Gusung, tiba-tiba Jolloro dan

penambangan pasir laut oleh PT

lepa-lepa yang dikendarai dihadang

Boskalis di Pulau Kodingareng,

dua speedboat Polisi Perairan dan

Sabtu (12/9).

Kepolisian Udara (Polairud).

Hendra yang juga merupakan

Dari informasi yang beredar,

Ketua Unit Kegiatan Pers

para mahasiswa dan nelayan

Mahasiswa Catatan Kaki (UKPM

mengalami tindak kekerasan

Caka) Unhas, ditangkap oleh

oleh oknum Polairud. Hendra

beberapa oknum polisi saat hendak

beserta mahasiswa lainnya sempat

bersandar setelah meliput aksi.

memperlihatkan kartu persnya,

Informasi penangkapan tersebut

namun tidak dihiraukan oleh

disampaikan melalui postingan

Polairud.

Instagram Caka sekitar pukul 13.00 Wita. Saat dikonfirmasi ke pihak Caka,

“Tiga orang mahasiswa yang ditangkap adalah pers mahasiswa yang sedang melakukan peliputan

Amri membenarkan hal tersebut.

aksi nelayan Kodingareng. Sebelum

“Iya betul, mereka sedang meliput,”

ditarik paksa, mahasiswa tersebut

ujarnya.

memperlihatkan kartu pers. Polisi

Selain Hendra, tiga orang

tak menghiraukan dan menarik

mahasiswa pers lainnya, Ramma

mahasiswa tersebut ke sekoci.

(Front Mahasiswa Nasional),

Mahasiswa dan nelayan dipukuli

Mansyur dan Muh. Raihan

hingga berdarah,” dikutip dari

(Unit Penerbitan dan Penulisan

media sosial Caka Unhas.

Mahasiswa Universitas Muslim

Rsm

DOKUMENTASI PRIBADI.

Pers Mahasiswa: Mahasiswa Unhas, Hendra ditangkap saat meliput aksi unjuk rasa tolak tambang pasir laut oleh PT Boskalis di PulauKodingareng, Sabtu (12/9).


22

identitas

WANSUS

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

Menyikapi Resesi sebagai Imbas Pandemi

P

andemi Covid-19 membuat ekonomi hampir semua negara terdampak, termasuk Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Kuartal III-2020 ekonomi Indonesia minus 3,49 persen, melanjutkan laju ekonomi di kuartal II-2020 yang tercatat minus 5,32 persen. Seperti yang diprediksi oleh banyak orang sebelumnya, Indonesia resmi resesi. Banyak negara telah lebih dulu mengalami resesi seperti Singapura, Malaysia, Italia hingga Amerika Serikat. Kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut membuat Indonesia kembali mengalami resesi sejak tahun 1999 silam. Dilansir dari The Economic Times, resesi adalah perlambatan atau kontraksi besarbesaran dalam kegiatan ekonomi. Dengan

Kapan sebuah negara dikatakan resmi resesi dan apakah Indonesia sudah mengalami resesi? Dikatakan resesi jika tiga kali terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi. Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini luar biasa akibat adanya pandemi. Sudah dibuktikan, masuk triwulan kedua, ekonomi sudah drop. Walaupun kita resesi namun ketika masuk semester kedua mulai dari bulan juli sampai sekarang, itu sudah mulai kelihatan membaik. Negara tidak bisa memilih antara ekonomi atau kesehatan. Tapi dengan pernyataan bahwa Indonesia resesi sebaiknya kita tidak terlalu panik. Melihat banyak negara lain yang lebih dulu jatuh kedalam resesi, menurut Anda berapa lama Indonesia akan mengalami resesi? Resesi ini berhubungan dengan masalah kesehatan sekarang ini yaitu Pandemi Covid-19. Jadi kapan kita bebas dari permasalahan ini? Yaitu ketika ada vaksin. Dengan adanya pandemi ini, ekonomi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Jadi selama masih belum ada vaksin untuk menangani ancaman dari sisi kesehatan ini, maka harus ada kebijakan darurat agar ekonomi tetap bisa berjalan. Sektor apa yang paling merasakan dampak resesi ini? Sektor yang paling merasakan dampaknya dari resesi ini adalah sektor yang mengandalkan ekspor dan impor. Semua komoditi kita yang di ekspor keluar negeri pasti berkurang karena banyak negara yang melakukan pembatasan wilayah atau lockdown. Pada sektor yang mengandalkan impor, terutama sebagai bahan baku. Yang menjadi permasalahan, kita

adanya resesi, banyak kemungkinan terburuk yang bisa dialami oleh perekonomian sebuah negara sehingga berujung pada krisis. Namun, resesi tidaklah seburuk yang kita bayangkan. Dilansir dari CNBC Indonesia, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, meyakini ekonomi Indonesia sudah menyentuh titik nadir. Kondisi terburuk sudah dilalui, sehingga kedepan adalah saatnya untuk bangkit. Lalu sebagai masyarakat, apa yang harus kita lakukan untuk menyikapi situasi seperti ini? Simak wawancara khusus Reporter PK identitas Unhas, Finsensius T Sesa bersama Pengamat Ekonomi Unhas, Dr Anas Iswanto Anwar SE MA di ruangannya yang bertempat di Gedung Pascasarjana beberapa waktu lalu.

sangat bergantung pada impor, bahkan kedelai saja kita impor. Jalan keluarnya adalah berupaya meningkatkan ekonomi lokal. Sebenarnya kita bisa bangkit dengan menggunakan kemampuan sendiri, dengan mencintai produkproduk lokal. Sebagai masyarakat awam, bagaimana menyikapi kondisi sulit ini? Masyarakat harus mulai sadar bahwa perlu ada dana darurat atau emergency fund yang disiapkan. Apakah itu dana dalam bentuk tabungan atau bahkan dalam bentuk investasi. Kemudian yang kedua, mulai memprioritaskan kebutuhan. Melakukan prioritas kebutuhan adalah cara yang paling tepat bagi kita. Di saat seperti ini, bukan lagi saatnya untuk membeli kebutuhan-kebutuhan sekunder. Buat apa beli baju, mobil dan sebagainya sementara aktivitas kita lebih banyak di rumah. Jadi, pola hidup masyarakat ini harus diubah dengan mengutamakan kebutuhan primer seperti makan, minum, olahraga dan sebagainya. Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi kondisi saat ini? Hampir sama dengan masyarakat. Negara harus punya emergeny fund untuk memberikan stimulus kepada masyarakat. Negara yang bisa bangkit dari situasi ini adalah mereka yang punya banyak cadangan uang. Selanjutnya mengurangi ketergantungan kepada negaranegara lain khususnya Tiongkok. Salah satu investor terbesar kita adalah Tiongkok. Pariwisata kita juga sebagian besar pengunjungnya dari Tiongkok. Mereka lockdown, jadi turis manca negara berkurang, pariwisata pun lesuh. Pada sektor

ekspor dan impor, Tiongkok masih mendominasi negara kita. Nah, itu yang harus dipikirkan strateginya, bagaimana mengurangi ketergantungan dengan negara lain. Bagaimana pandangan anda mengenai kondisi politik dunia saat ini. Seperti Amerika yang melaksanakan Election, kemudian perang dagang dan sebagainya. Apakah ini berpengaruh bagi Indonesia? Pasti, ekonomi itu berbicara tentang kebijakan. Kebijakan itu diberlakukan pemerintah. Kebijakan politik bergantung pada yang berkuasa. Seperti Amerika Serikat, Presiden Donald Trump melakukan proteksi dan akan selalu memihak kepada negaranya. “Ngapain saya kasih sejahtera negara lain, mending negara saya dulu”. Kira-kira begitu anggapan Presiden Trump. Amerika Serikat merupakan negara adidaya, ekonomi mereka kuat. Sama seperti Tiongkok, kita terlalu bergantung kepada Amerika. Apalagi tujuan ekspor kita banyak kesana. Maka dari itu perlu skenario di saat seperti ini. Ekonomi mereka goyang sedikit saja, akan berdampak signifikan bagi negara kita. Seperti yang saya katakan tadi bahwa saat ini yang paling penting adalah bagaimana mengembalikan masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri. Bagaimana harapan Anda mengenai kondisi ekonomi Indonesia kedepannya? Menurut saya, harus dilakukan pemuluhan ekonomi secara cepat. Pemerintah saat ini membuat beberapa kebijakan dalam rangkan pemulihan yang disebut Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Ada begitu banyak dana yang digelontorkan untuk membantu

IDENTITAS/ FINSENSIUS

Data Diri Nama Lengkap: Dr Anas Iswanto Anwar SE MA Tempat, tanggal lahir: Makassar, 16 Mei 1963 Riwayat Pendidikan:  S1 Ekonomi FE-Unhas 1983/1988  S2 Ekonomi Politik Internasional Griffith University, Queensland, Australia 1998/1999  S3 Ekonomi Universitas Hasanuddin 2010/2016 Pekerjaan:  Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Jabatan: Ketua Prodi Doktor Ilmu Ekonomi (S3) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

berbagai sektor agar tetap bertahan di situasi sulit seperti sekarang ini, baik itu sektor usaha, tenaga kerja dan lain-lain. Tapi yang menjadi kekurangannya saat ini adalah kita tidak punya database yang baik. Banyak bantuan atau stimulus yang salah sasaran. Itu kan menunjukkan bahwa belum ada database yang bagus. Pemerintah harus melakukan koordinasi yang baik.

Jadi bagaimana masyarakat akan mematuhi kebijakan jika koordinasi pemerintah saja tidak bagus. Saya berharap semua berpartisipasi, kita harus sadar bahwa persoalan ini adalah persoalan bersama. Hanya bisa selesai jika kita cepat tanggap. Bukan hanya pemerintah, kita sebagai masyarakat harus mendukungnya.


identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

23

OPINI AKADEMIKA

Prof Hafiedz, Sosok Hebat di Balik Program Studi Sosiologi ISTIMEWA

ILUSTRASI/ AZZAHRA

Saudara Berdiri di Pihak yang Mana?

S

eptember 2019, Dr Wolfgang Knorr, seorang Ilmuwan geografi fisik dan ilmu ekosistem dari Universitas Lunds, Swedia, memilih mundur dari dunia akademisi. Ilmuwan yang meraih gelar doktornya di University of Hamburg and the Max-Planck-Institute for Meteorology ini mundur setelah 27 tahun berkarir di dunia akademik. Padahal, dalam perjalanan karirnya, Dr Wolfgang Knorr pernah menjadi pemimpin deputi di University of Bristol and the UK’s Natural Environment Research Council, sebuah lembaga riset yang berbasis di Inggris. Melihat pencapaian itu, tentu kita bertanya: mengapa ia berhenti dari dunia akademik? Dalam pernyataannya di Deutsche Welle, Dr Wolfgang Knorr menyampaikan bahwa dunia akademis selalu menuntut objektivitas, sedangkan ia merasakan adanya risiko besar dari krisis lingkungan yang terjadi di dunia. Dr Wolfgang Knorr pun tak kuasa membendung perasaan dan keinginannya untuk berpihak pada kelestarian alam. “Setiap hari saya duduk dalam rapat, berdebat skema energi baru terbarukan dan lainnya. Di kereta saat perjalanan pulang, Anda membaca koran tentang perubahan iklim, tetapi halaman berikutnya adalah berita ekonomi tentang ekspansi dan pertumbuhan produk domestik bruto. Pada saat itu menjadi jelas bagi saya, bahwa ada dikotomi antara pekerjaan dan apa yang terjadi di seluruh dunia.” jelas Dr Wolfgang Knorr yang dilansir dari Deutsche Welle. Setelah berhenti dari dunia akademik, Dr Wolfgang Knorr lantas beralih menjadi aktivis lingkungan hidup. Di Kampus Merah, kita juga pernah mendengar, beberapa ilmuwan yang berhenti dari dunia

Oleh: Musthain Asbar Hamsah akademik. Hanya saja, mereka tidak beralih menjadi pejuang lingkungan hidup. Tetapi berubah haluan, dari dunia akademik menuju ke politik. Beberapa dari mereka dapat jabatan jadi pemimpin daerah, menjadi pengambil kebijakan yang menentukan hidup orang banyak. Dengan latar belakang sebagai akademisi dan punya dasar keilmuan yang kuat, harapan besar digantung di pundak mereka. Tetapi, harapan tinggal harapan. Beberapa kebijakan yang diambil oleh politisi berlatar belakang akademisi itu terkesan tak mengindahkan kelestarian alam dan merugikan rakyat kecil. Seperti kebijakan pemberian izin tambang pasir untuk reklamasi yang ditolak oleh nelayan, tetapi tetap dijalankan dengan alasan pertumbuhan ekonomi. “Ini akan memberikan pertumbuhan ekonomi, bayangin kalau industri berkembang, berapa lapangan kerja terserap, kalau mereka ini cuman lingkungan saja, apa yang dirusak?” Ujar sang pemimpin di media lokal. Ketika membaca pernyataan di atas, saya tertegun, sebab pernyataan sang pemimpin daerah itu, terdengar sangat antroposentris. Seolah menetapkan manusia sebagai pusat alam semesta. Demi pertumbuhan

ekonomi, mereka merasa berhak melakukan apa pun terhadap apa yang ada di sekitarnya. Watak seperti itu menunjukkan cara pandang superior manusia terhadap alam semesta. Berbanding terbalik dengan sang pemimpin daerah, Dr Wolfgang Knorr malah merasa ngeri melihat ekspansi dan pertumbuhan ekonomi. Seolah ia merasa perlu bertanggung jawab dan berbuat sesuatu untuk melindungi alam. Pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan memang bagai dua kutub yang saling berlawanan. Ekonomi tak dapat tumbuh jika eksploitasi sumber daya alam dihentikan. Sedangkan alam akan lestari apabila dimanfaatkan secukupnya dan seperlunya. Walau beberapa dari kita mencoba mencari jalan tengah agar keduanya bisa berjalan beriringan. Tetapi, sikap abu-abu seperti itu tetap menimbulkan pengaruh, yang akibatnya sedikit demi sedikit diakumulasi oleh alam hingga mencapai batasnya. Dari kedua tokoh itu, kita jadi tahu bahwa, sejumlah ilmuwan berpihak kepada yang berkuasa, dan beberapa yang lain berpihak kepada yang dikuasai. Melihat kenyataan ini, kita mungkin perlu membaca kembali pertanyaanpertanyaan WS Rendra; “Maksud baik saudara untuk siapa? Saudara berdiri di pihak yang mana? Kita ini dididik untuk memihak yang mana? Ilmu-llmu yang diajarkan di sini akan menjadi alat pembebasan ataukah alat penindasan?” Ya, tiap-tiap pilihan memang punya maksud baik. Tetapi apabila ada rasa gamang di dalam diri, maka penggalan kalimat Pramoedya Ananta Toer ini saya kira bisa jadi jawaban; “Kau terpelajar, cobalah bersetia pada kata hati!”  Penulis merupakan Alumnus Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Angkatan 2014.

BAGI Mahasiswa Fakultas

Sosiologi, lalu pada tahun 1986,

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

menjabat sebagai Sekretaris

Universitas Hasanuddin (FISIP

Studi Pedesaan LP Unhas. Tak

Unhas), Sosok Prof Drs Ahmad

hanya itu, Prof Hafidz juga

Rohaeni Hafidz MS mungkin

pernah menjabat Wakil Dekan

tidak terdengar asing lagi di

I dan II FISIP Unhas. Hingga

telinga mereka, khususnya

tahun 2000,

angkatan 1983 hingga 2010. Lelaki kelahiran Watampone itu merupakan salah seorang yang menginisiasi berdirinya Program Studi Sosiologi FISIP Unhas dan Program Studi Pascasarjana Sosiologi FISIP, bersama dengan dosen-dosen Sosiologi lainnya kala itu. Salah seorang mahasiswa yang pernah berada di bawah bimbingan Prof Hafidz, yang saat ini telah menjabat sebagai Ketua Jurusan Prodi Sosiologi FISIP Unhas, Hasbi menceritakan, bahwa pria dari empat orang anak tersebut merupakan sosok yang sangat disiplin dan sangat menghargai waktu, apalagi jika berhubungan dengan akademik. Dulu, pada saat ia menjadi asistennya di tahun 1988, Prof Hafidz akan selalu datang 15 menit lebih dulu dibanding dirinya. Pria kelahiran 1983 tersebut juga dikenal sebagai pribadi yang sangat bijaksana, karena selalu dapat menghadirkan solusi untuk setiap masalah baik itu pada dirinya maupun masalah yang mungkin dihadapi oleh orang-orang disekitarnya. Hasbi masih dapat mengingat dengan jelas, bagaimana dosennya tersebut tiap kali bertemu dengannya selalu dengan akrab menyapa bersama dengan senyum yang tak lagi asing di matanya, menanyakan kabar dan apa yang saat ini ia kerjakan, mencoba mencari tahu apakah ia sedang menghadapi masalah yang kiranya dapat ia bantu. Anak dari Abdul Hafidz dan Khadijah tersebut sepanjang hidupnya telah berkutat di bidang pendidikan, terutama di Universitas Hasanudin (Unhas). Hal ini terbukti dari rekam jejak kariernya selama

menjadi Ketua Program Studi

menjadi dosen di Unhas. Pada tahun 1970, Ia telah diangkat sebagai Lektor Muda Unhas. 13 tahun kemudian, Prof Hafidz menjabat sebagai Ketua Jurusan

Ia dipercayakan

Pascasarjana Sosiologi. Hasbi bercerita, bahwa dulu diawal berdirinya Pascasarjana Sosiologi sempat kekurangan sumber daya manusia baik itu mahasiswanya sendiri maupun tenaga pengajarnya, Prof Hafidz beserta dosendosen lainnya saat itu tetap berjuang untuk membangun dan mempertahankan Pascasarjana Sosiologi Unhas. Hal lain yang membuat Hasbi merasa kagum akan dosennya tersebut ialah saat sosok istri tercintanya yang ia nikahi sejak tahun 1971, Badrah Manada menutup usia pada tahun 2002. Prria tersebut terpaksa harus memerankan dua peran sekaligus dalam keluarganya, sebagai seorang ayah dan juga sebagai seorang ibu untuk empat orang anaknya. Untuk Hasbi sendiri, pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Pascasarjana tersebut merupakan sosok yang tidak akan ia lupakan, karena dia adalah orang yang paling berjasa dalam hidupnya, terutama dalam karirnya sebagai sebagai seorang dosen. “Bisa dikatakan saya dan beberapa dosen lainnya yang pernah berada di bawah bimbingan beliau dapat menjadi dosen di Program Studi Sosiologi karena rekomendasi beliau,” kenangnya Namun sayangnya, pada hari Jumat, September 2020 Civitas Akademika Unhas menerima kabar duka dari sosok hebat tersebut. Prof Drs Ahmad Rohaeni Hafidz MS wafat diusia 81 tahun. Berdasarkan keterangan Pak Hasbi, beliau wafat karena kesehatan yang semakin menurun di usia tua dan karena penyakit stroke yang dideritanya. Selamat jalan Prof Hafidz, semoga engkau tenang disisi-Nya. Annur Nadia Felicia D.


24

LINTAS

identitas

NO. 915, TAHUN XLVI, EDISI SEPTEMBER 2020

DOKUMENTASI PRIBADI

Tanah Tibung, Kasih Semesta bagi Manusia

S

ehari menjelang Idul Adha 1441 Hijriah, aku tiba di Tibung setelah melintas jalan berupa tanah, berbatu dan berlubang. Melewati patok perbatasan daerah Majene dengan Polewali Mandar. Perjalanan ke Tibung dapat diakses melalui jalur Limboro (Majene)-Tibung yang bisa dilalui dengan berjalan kaki, sepeda motor atau naik mobil hardtop. Jalur kedua bisa dilalui dari Galussangalla (Desa Manyamba, Majene)Rattetarring-Bulobulo-Tibung. Jalur ini bisa diakses dengan berjalan kaki. Jika ingin cepat bisa naik motor dari GalussangallaTibung, namun hardtop tidak bisa mengakses jalan tersebut. Tibung berlokasi di Desa Besoangin Kecamatan Tubbi Taramanu Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Tibung, tergolong desa yang masih mudah, sekitar 2010 silam dimekarkan dengan Desa Besoangin Utara. Desa ini sudah bisa menikmati listrik, beberapa rumah sudah terpasang token listrik. Ada pula

yang baru dipasangi instalasi, kabarnya pasca lebaran Idul Adha, token listriknya akan dipasang. Menurut Kapala Dusun Kampung Baru listrik dari PLN baru masuk tahun 2020. Sebelumnya dua tahun terakhir warga memakai energi matahari program Nawacita Kementerian ESDM. Selama tiga hari di Tibung, hampir setiap hari aku melihat beberapa orang berkunjung ke rumah Kapala Dusun Kampung Baru, dari pagi hingga sore untuk mengisi daya aki, lampu, senter, dan gawai. Tibung diberkahi kekayaan alam yang begitu melimpah. Cinta kasih semesta terwujud lewat tanah subur, tumbuh berbagai macam tanaman pertanian seperti cengkeh, durian, ubi, jagung dan berbagai rumput liar yang bisa dinikmati ternak sapi. Maka tak mengherankan peternakan sapi cukup berhasil di sini. Bahkan penduduk yang awalnya bertani, tiba-tiba melakoni peternakan. Jam satu siang, kami masih istirahat usai jalan kaki dari Limboro ke Tibung, Afdal seorang

kawan datang mengendarai sepeda motor hitam yang terlihat tua. Ia membonceng satu karung cengkeh yang baru saja dipetik. Setelah itu, Afdal langsung memutar motornya untuk kembali ke kebun cengkehnya menjemput adiknya Rani. Sementara aku mengangkat cengkeh tadi dan ditumpahkan ke lantai dalam rumah untuk dirottei (istilah Mandar: memisahkan bunga cengkeh dari tangkainya). Cengkeh menjadi berkah bagi banyak orang. Tanpa melihat umur atau jenis kelamin. Ketika ikut marrottei cengkeh, anak-anak kadang diberi upah. Kata Nunung, seorang anak yang biasa ikut marrotei cengkeh, kadang diupah Rp 500/liter. Selesai marrotei cengkeh, hasilnya akan diliter lalu dibuatkan catatan. Isinya memuat nama pappupu atau pemetik cengkeh dan jumlah yang dipetik. Gunanya untuk memudahkan nanti ketika akan dihitung berapa upah bagi pappupu cengkeh. Upah pappupu juga beragam tergantung harga jual cengkeh kering. Karena harga

cengkeh sekarang yang tergolong sangat murah, maka upah pappupu cengkeh kisaran Rp 3000 hingga Rp 4000/liter. Ada pula yang sistemnya bagi tengah atau diupah Rp 100.000/hari. Tapi yang umumnya digunakan upah untuk per liter. Cengkeh menjadi salah satu komoditas utama di Tibung. Dimana telah menggeser pamor beberapa tanaman seperti kopi. Ketika awal kemunculan cengkeh, banyak petani menebangi kopinya untuk diganti cengkeh. Alasannya karena harga yang lebih mahal. Selain itu, keberhasilan pertanian di Tibung khususnya padi juga cukup dikenal di beberapa tempat di desa sebelah. Teringat ketika Juni lalu aku menyambangi Suppungan. Tibung kerap disebut oleh beberapa orang di sana untuk tujuan membeli beras karena masyarakat baru saja panen. Pertanian padi memang cukup menjanjikan di Tibung. Daerahnya sangat dekat salu atau sungai memastikan pasokan air untuk lahan bisa terjamin. Pemukiman

penduduk pun terlihat mengikuti arah aliran sungai. Masyarakat juga memanfaatkan untuk mandi, mencuci, dan buang air besar. Di sungai penduduk kadang membuat karaka atau sumur jika air sungai dianggap kotor. Misal ketika sedang ada hewan yang mati, maka mereka akan menganggap air sungai tercemar. Mereka kadang menunggu hujan deras yang membuat air sungai meluap dan menghanyutkan kotoran itu agar kembali bersih. Setelah itu baru bisa dimanfaatkan kembali untuk mencuci atau mandi. Tibung salah satu perkampungan di pegunungan Sulawesi Barat, tempat manusia diberkahi Tuhan lewat melimpahnya kekayaan alam. Tunggu apa lagi mari berkunjung ke Tibung. ď Ž Penulis Abdul Masli merupakan Mahasiswa Jurusan Antropologi Unhas, Angkatan 2015.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.