KAJIAN 5_KONSELING SEBAGAI UPAYA PREVENTIF STUNTING

Page 1

1


“KONSELING SEBAGAI UPAYA PREVENTIF STUNTING�

I.

Pendahuluan Di negara berkembang stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan prevalensinya tetap tinggi. Saat ini Indonesia dihadapkan pada Beban Gizi Ganda atau sering disebut Double Burden, yang artinya pada saat kita masih terus bekerja keras mengatasi masalah Kekurangan Gizi seperti kurus, stunting, dan anemia, namun pada saat yang sama juga harus menghadapi masalah kelebihan gizi atau obesitas. Gizi buruk adalah salah satu hal yang menjadi masalah global, termasuk di Indonesia. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga bayi lahir dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan, baik pada ibu maupun bayinya. Salah satu gangguan kesehatan yang berdampak pada bayi yaitu stunting atau tubuh pendek akibat kurang gizi kronik. Pada waktu belakangan ini stunting juga menjadi masalah atau persoalan yang sedang hangathangatnya, bahkan untuk saat ini stunting menjadi salah satu indikator pembangunan Kesehatan di Indonesia dan menjadi salah satu fokus peningkatan Kesehatan di Indonesia. Di provinsi jawa timur menurut data dari Dinas Kesehatan Jatim berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E PPGBM), per 20 Juli 2019 prevalensi stunting balita di Jatim sebesar 36,81 persen. Adapun, tiga daerah tertinggi prevalensinya yakni di Kota Malang sebesar 51,7 persen, Kabupaten Probolinggo 50,2 persen, dan Kabupaten Pasuruan 47,6 persen.dan menurut data e-PPGBM per 29 Juni 2020 prevalensi stunting mencapai 26,9 % pada masa setelah pandemic COVID-19. Adapun 3 daerah yang tertinggi prevalensi stunting di jawa timur yaitu kabupaten probolinggo mencapai 54,75 %, kabupaten trenggalek mencapai 39,88 %, kabupaten jember mencapai 37,94 %.

Gambar 1.1 Jumlah Stunting di Jawa Timur Sumber : e-PPGMB per 29 juni 2020

1


Menurut dua data tersebut menunjukkan terdapat penurunan dari angka presentasi prevalensinya namun penurunan tersebut belum mencapai target atau indikator yang telah ditetapkan, yang dimana target pencapaian yang menjadi indikator pembangunan Kesehatan Indonesia 2024 untuk stunting adalah 14 %.

Gambar 1.2 Penurunan angka stunting nasional (%) Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2020

Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Salah satu cara mencegah stunting adalah pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Upaya ini sangat diperlukan, mengingat stunting akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan sulit diperbaiki. Pencegahan dan penurunan stunting menjadi tanggung jawab bersama

II.

Diskusi 1. Apa yang disebut stunting ? Stunting merupakan hambatan pertumbuhan yang diakibatkan oleh selain kekurangan asupan zat gizi juga adanya masalah kesehatan. Stunting adalah suatu proses yang berdampak pada perkembangan anak mulai dari tahap dini, yakni saat konsepsi hingga tahun ke 3 atau ke-4 kehidupan anak, di mana keadaan gizi ibu dan anak merupakan faktor penting dari pertumbuhan anak. Menurut WHO, stunting merupakan tidak tercukupinya kebutuhan gizi anak akibat infeksi yang terus menerus selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak. Dalam beberapa literatur Stunting juga diartikan sebagai sebuah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

2


Dalam beberapa pengertian diatas memiliki kesamaan yaitu stunting sangat berhubungan dengan tumbuh kembang anak, dalam hal ini peran orang tua dalam pemantauan status gizi anak sangat dibutuhkan guna mengurangi prevalensi kejadian stunting di daerah tersebut. Selain peran orang tua, dalam hal ini juga terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stunting

Anak stunting penyebab utamanya asupan gizi. Tak satupun penelitian yang mengatakan keturunan memegang faktor yang lebih penting daripada gizi dalam hal pertumbuhan fisik anak. Masyarakat, umumnya menganggap pertumbuhan fisik sepenuhnya dipengaruhi faktor keturunan. Pemahaman keliru itu kerap menghambat sosialisasi pencegahan stunting yang semestinya dilakukan dengan upaya mencukupi kebutuhan gizi sejak anak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Sosialisasi terus dilakukan. Meski demikian, diperlukan juga kemauan masyarakat untuk dapat menerima hal tersebut, diikuti dengan kesadaran akan kewajiban menjaga kesehatan. Selain itu Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi di awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek disebabkan oleh malnutrisi. Menurut kementrian Kesehatan (2018) Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Buruknya gizi selama kehamilan, masa pertumbuhan dan masa awal kehidupan anak dapat menyebabkan anak menjadi stunting. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga bayi lahir dapat menyebabkan terjadinya masalah kesehatan pada balita. Salah satunya panjang lahir bayi yang menggambarkan pertumbuhan linier bayi selama dalam kandungan. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat dari kekurangan energi dan protein yang diderita ibu saat mengandung Stunting juga dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental juga memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif. Anak stunting juga cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga berisiko mengalami penurunan kualitas belajar di sekolah dan berisiko lebih sering absen, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.

3


Menurut Unicef Framework faktor penyebab stunting pada balita salah satunya yaitu asupan makanan yang tidak seimbang. Asupan makanan yang tidak seimbang termasuk dalam pemberian ASI eksklusif yang tidak diberikan selama 6 bulan. ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan dan perkembangan bayi. Bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim, selama 6 bulan. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi antara lain sebagai nutrisi lengkap, meningkatkan daya tubuh, meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang stabil serta spiritual yang matang diikuti perkembangan sosial yang baik, mudah dicerna dan diserap, memiliki komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein dan vitamin, perlindungan penyakit infeksi, perlindungan alergi karena didalam ASI mengandung antibodi, memberikan rangsang intelegensi dan saraf, meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, Menurut beberapa penelitian, pada analisis bivariatnya yang dihasilkan menunjukkan hasil yang signifikan atau bermakna. Hal ini berarti ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita khususnya pada balita dengan rentan usia 2-3 tahun. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, menunjukkan pentingnya peningkatan pemahaman pada masyarakat pentingnya pemberian ASI dan juga pentingnya memperhatikan gizi seimbang khususnya terhadap anak, balita sejak dari dalam kandungan maupun setelah lahir guna membantu mengatasi prevalensi angka stunting di Indonesia.

3. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi prevalensi jumlah stunting ? Sunting sendiri memiliki dampak besar bagi tumbuh kembang seperti halnya mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, saat tua berisiko terkena penyakit berhubungan dengan pola makan, fungsi-fungsi tubuh tidak seimbang, mengakibatkan kerugian ekonomi, postur tubuh tidak maksimal saat dewasa dan lain sebagainya. Maka dari itu pentingnya upaya pencegahan stunting ini. Stunting data dicegah dengan pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil, diberikan ASI dan MPASI, akses air bersih dan fasilitas sanitasi, memantau pertumbuhan balita di posyandu. Selain itu Kegiatan intervensi spesifik juga dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan masalah gizi antara lain: a. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil b. Promosi ASI Eksklusif c. Promosi Makanan Pendamping-ASI d. Promosi makanan terfortifikasi termasuk garam beryodium e. Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah f.

Suplemen gizi mikro (Taburia)

g. Suplemen gizi makro (PMT) h. Kelas Ibu Hamil

4


h. Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan perilaku i.

Pemberian obat cacing

j.

Tata Laksana Gizi Kurang/ Buruk

k. Suplementasi vitamin A m. Jaminan Kesehatan Nasional

Namun penanggulangan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan semua pihak, setiap keluarga Indonesia. Dalam jangka panjang, stunting berdampak buruk tidak hanya terhadap tumbuh kembang anak tetapi juga terhadap perkembangan emosi yang berakibat pada kerugian ekonomi; baik skala mikro semata dalam keluarga maupun skala makro, dalam hal ini anggaran belanja kesehatan nasional. Karena itu upaya percepatan perbaikan gizi membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan, akademisi, organisasi profesi, media massa, dunia usaha/mitra pembangunan, dan masyarakat secara keseluruhan. Diharapkan kerjasama ini berhasil mencapai satu tujuan utama yaitu perbaikan generasi masa depan yang sehat dan produktif dan memiliki daya saing. Dimulai dari pemenuhan gizi yang baik selama 1000 HPK anak hingga menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Dalam penanganan stunting dikenal istilah 5 pilar, yakni: -

Pilar 1: Komitmen dan Visi Pemimpin Tertinggi Negara

-

Pilar 2: Kampanye Nasional Berfokus pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen politik, dan akuntabilitas

-

Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional, Daerah, dan Masyarakat

-

Pilar 4: Mendorong Kebijakan Nutritional Food Security

-

Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi

Lima pilar penanganan stunting tersebut dilakukan melalui intervensi spesifik oleh sektor kesehatan dan intervensi sensitif oleh lintas sektor terkait dengan target yang akan dicapai yakni Tumbuh Kembang Anak Yang Maksimal (dengan kemampuan emosional, sosial, dan fisik siap untuk belajar, berinovasi, dan berkompetisi).

5


Gambar 3.1 : pentingnya pencegahan stunting Sumber : WartaKesmas edisi 2.(2018)

Adapun pada tahun 2020 presiden RI memberikan arahan untuk percepatan pencegahan atau penanggulangan stunting yang meliputi : 1. Fokus pada 10 Provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi 2. Akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil maupun balita di Puskesmas dan Posyandu ini harus dipastikan tetap berlangsung dan tidak berhenti di tengah pandemi ini 3. Aspek promotif, edukasi, sosialisasi bagi ibu-ibu hamil juga pada keluarga harus terus digencarkan sehingga meningkatkan pemahaman untuk pencegahan stunting

4. Dalam upaya penurunan angka stunting juga disambungkan dengan program perlindungan sosial

Gambar 3.2 : tiga prioritas dalam stranas stunting Sumber : Dinas Kesehatan

6


Komitmen pemerintah dalam upaya percepatan perbaikan gizi telah dinyatakan melalui Perpres Nomor 42 Tahun 2013, tanggal 23 Mei 2013, tentang Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan Perbaikan Gizi yang merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).

4. Pemenuhan Zat Gizi dalam Upaya penurunan angka prevelensi Stunting Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Yuniar Rosmalina, dkk. (2018) penanggulangan masalah stunting dengan memberikan zat gizi tunggal, kombinasi 2-3 zat gizi atau multi-zat-gizi-mikro misalnya kombinasi Fe dengan Asam folat atau kombinasi Fe dengan Vitamin telah banyak dilakukan dan dampaknya, walau sedikit, bisa mencegah anak balita menjadi stunting. Dalam kasus ini sangat diperlukan adanya gizi seimbang Istilah “Isi Piringku� dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.

Gambar 4.1 Isi Piringku Sumber : p2ptm.kemkes.go.id Contoh isi dari Isi Piringku sekali makan dengan Âą700 kalori adalah dibagian makanan pokok bisa berupa ( Nasi dan penukarnya 150 gr Nasi = 3 centong nasi = 3 buah sedang kentang (300gr) = 1 1/2 gelas mie kering (75gr)). Dibagian lauk pauk bisa berupa (Lauk Hewani, 75 gr Ikan Kembung = 2 potong sedang ayam tanpa kulit (80gr) = 1 butir telur ayam ukuran besar (55 gr) = 2 potong daging sapi sedang (70 gr)b. Lauk Nabati, 100 gr Tahu = 2 potong sedang tempe (50 gr)). Pada bagian buah-buahan berupa (150 gr pepaya = 2 potong sedang = 2 buah jeruk sedang (110gr) = 1 buah kecil pisang ambon (50 gr)). Dan yang terakhir adalah bagian sayuran (Sayuran = 150 gr = 1 mangkok sedang).

7


Selain yang telah disebutkan diatas, peningkatan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI serta konseling semasa ibu hamil, masa kehamilan merupakan masa terpenting dalam pencegahan stunting, karena jika anak gizinya terpenuhi sejak dalam kandungan, hal ini tentu akan memudahkan si Kecil untuk tumbuh dan berkembang optimal. Dilansir dari berbagai sumber ada beberapa gizi yang wajib dipenuhi dan dihindari oleh para calon ibu hamil, diantaranya seperti. 1) Zat Besi Pemenuhan zat Besi sebelum kehamilan sangatlah penting dikarenakan, Ketika seorang wanita menstruasi di setiap bulannya sebelum terjadinya kehamilan dapat menyebabkan cadangan zat besi yang ada di tubuh rendah. Cadangan zat besi yang rendah pada masa itu dan dika berkelanjutan hingga masa kehamilan datang maka akan berpengaruh besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. Untuk itu ada beberapa sumber zat besi yang mudah didapat disekitar kita seperti daging merah, daging unggas, sayur-sayuran, kacang-kacangan, polong-polongan dan biji-bijian, sayuran disini seperti halnya bayam-bayaman dan sejenisnya. 2) Kalsium Menurut stanford children's.org, saat hamil janin akan mengambil kalsium dari sang ibu. Untuk itu, penting bagi mereka memenuhi kebutuhan kalsium selama persiapan kehamilan, sebab kekurangan mineral tersebut dapat membuat resiko osteoporosis meningkat di kemudian hari. Asupan kalsium yang direkomendasikan untuk wanita adalah 1.000 miligram setiap hari.untuk itu ada beberapa sumber kalsium tinggi yang mudah didapat disekitar kita seperti makanan laut seperti ikan tongkol, sayuran hijau seperti bayam, kale, lobak, sawi hijau, brokoli 3) Asam Folat Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mengkonsumsi asam folat sangat penting bagi para calon ibu dalam mempersiapkan kehamilan. Dengan mengonsumsi setidaknya 400 mikrogram (mcg) asam folat sehari selama satu bulan sebelum hamil dan selama trimester pertama, ibu dapat mengurangi peluang memiliki bayi dengan cacat tabung saraf seperti spina bifida hingga 50-70 %. Makanan yang mengandung asam folat yang pertama seperti sayuran hijau yang meliputi bayam, brokoli, lobak, selada dan masih banyak lagi, lalu yang kedua seperti buah-buahan seperti tomat, pepaya, pisang, melon, alpukat, buah bit dan lain sebagainya. Lalu yang ketiga adalah kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah dan lain-lain. Dan selanjutnya yaitu makanan yang tinggi protein juga kaya akan asam folat seperti daging unggas, hati sapi, daging merah, hati ayam, mengonsumsi 1 porsi hati sapi yaitu sekitar 85gr dapat memenuhi setengah kebutuhan asam folat harian.

8


Dilansir dari rsupsoeradji.id bahwa Kenaikan berat badan bisa dijadikan indikator kesehatan ibu dan juga janinnya. Menurut Pudjiadi (2005) selama kehamilan, ibu akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 10-12 kg, sementara ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 150 cm kenaikan berat badan cukup sekitar 8,8-13,6 kg (Arisman, 2001). Selama trimester I pertambahan berat badan sebaiknya sekitar 1-2 kg (350-400 gram/minggu), sementara trimester II dan III sekitar 0,34-0,5 kg/minggu. Untuk dapat mencapai kenaikan berat badan optimal, ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang seimbang dengan bahan makanan bervariasi. Untuk itu sangat dibutuhkan pengontrolan pola makan sesuai kebutuhan. Berikut merupakan penambahan kebutuhan zat gizi selama hamil :

Gambar 4.2 Kebutuhan Gizi selama kehamilan Sumber : Gizi.fk.ub.ac.id Berikut merupakan contoh menu makanan dalam 1 kali makan :

Gambar 4.3 Menu Makanan Dalam 1 Kali Makan Sumber : Gizi.fk.ub.ac.id

Berikutnya yaitu frekuensi makan dalam sehari. frekuensi makan dalam sehari merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makanan utama atau pun

9


selingan, sebanyak 3 kali makan utama dan 2 kali makan selingan atau porsi kecil namun sering dan harus sesuai porsi dibawah ini:

Gambar 4.4 Frekuensi makan dalam sehari Sumber : Gizi.fk.ub.ac.id Periode selanjutnya merupakan juga menjadi periode yang sangat mempengaruhi kejadian stunting. Karena, pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya terjadi di dalam kandungan namun setelah lahir juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Bahkan pada masa ini bisa disebut golden period, maka dari itu gizi pada masa ini juga harus diperhatikan. Setelah bayi lahir hanya diperbolehkan diberi ASI saja selama kurang dari 6 bulan tanpa pemberian makanan apapun hingga mencapai usia 6 bulan lebih yang dimana MPASI sudah dapat diberikan juga perlu diperhatikan. pemberian MPASI yang tidak mencukupi nutrisi dapat menyebabkan terjadinya stunting. MPASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Menurut beberapa penelitian Asupan protein hewani pada MPASI memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, di antaranya adalah untuk membangun otot dan tulang serta mendukung perkembangan otaknya. Selain itu, protein hewani juga lebih mudah dicerna oleh tubuh anak dan dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada sumber protein nabati. Melihat keefektifan MPASI dengan Asupan protein dalam tumbuh kembang anak, berikut merupakan contoh beberapa MPASI hewani seperti daging-dagingan seperti daging ayam atau daging sapi lalu ada ikanikanan, ikan=ikanan ini sumber protein hewani yang rendah lemak, lalu selanjutnya ada telur, telur banyak mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. Telur kaya akan kolin, betadine, dan vitamin B12 yang sangat baik bagi perkembangan otak anak. Selain sumber protein hewani Adapun sumber protein nabati untuk MPASI seperti halnya kacang merah, selai kacang makanan yang terbuat dari kacang tanah ini mengandung protein yang cukup tinggi. Dalam 1 sendok makan selai kacang, terkandung sekitar 4 gram protein. Selain itu

10


ada juga tahu dan tempe Pada 1 potong tahu ukuran sedang (± 50 gram), terkandung sekitar 4 gram protein. Sementara itu pada 1 potong tempe (± 25 gram), terkandung sekitar 4,5 gram protein. Meski tahu dan tempe dapat diberikan sejak Si Kecil mengkonsumsi MPASI, Anda disarankan untuk memberikannya dalam porsi kecil terlebih dahulu. Sumber protein nabati selanjutnya ada buah alpukat Nutrisi yang terkandung di dalam buah ini juga beragam, misalnya vitamin B, vitamin C, vitamin E, kalium, dan folat. Selanjutnya ada kacang hijau, Kacang hijau mengandung ragam nutrisi, seperti vitamin B, mangan, magnesium, fosfor, zat besi, tembaga, kalium, seng, serat, dan protein. Dalam 2 sendok makan bubur kacang hijau, terkandung sekitar 3 gram protein. Dalam pemberian MPASI ini disarankan mengganti sumber protein dalam MPASI Si Kecil setiap hari agar ia tidak mudah bosan dengan 1 jenis makanan tertentu. Dalam pernyataan dan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa peran kita sebagai tenaga Kesehatan khususnya bidan sangat dibutuhkan untuk memberikan penyuluhan dan memberikan konseling baik pada masa hamil maupun setelah bayi lahir karena asuhan kebidanan merupakan asuhan yang saling berkesinambungan. 5. Mengapa konseling dapat menjadi salah satu dasar untuk mengurangi prevalensi kejadian stunting di Indonesia ?

Untuk menekan angka tersebut, tentu saja masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menyebabkan stunting. Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya. Akibatnya, masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti diketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Direktur Gizi Masyarakat, Ir.Doddy Iswadi mengungkapkan ‘’Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih,’’. Untuk itu dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan. Berikutnya, bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD), dan bersiaplah agar bayi mendapat kolostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya

11


dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan. Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak. Berdasarkan pernyataan sebelumnya terlihat dengan jelas salah satu cara untuk memberikan edukasi informasi untuk upaya-upaya pencegahan atau penurunan prevalensi stunting di Indonesia yang mana meliputi Kesehatan reproduksi hingga pemenuhan gizi seimbang yaitu dengan cara memberikan konseling baik pada remaja, ibu hamil maupun ibu pasca bersalin. Dengan adanya konseling yang berisikan edukasi dan informasi mengenai stunting tersebut diharapkan masyarakat dapat mengetahui faktor penyebab, bahaya, dan cara penanganan stunting itu seperti apa dan akhirnya nanti akan menghasilkan kontribusi dalam penurunan angka stunting di Indonesia. III.

Penutup 1. Kesimpulan Stunting di negara berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan prevalensinya tetap tinggi. Gizi buruk adalah salah satu hal yang menjadi masalah global, termasuk di Indonesia. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga bayi lahir dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan, baik pada ibu maupun bayinya. Salah satu gangguan kesehatan yang berdampak pada bayi yaitu stunting. Stunting merupakan hambatan pertumbuhan yang diakibatkan oleh selain kekurangan asupan zat gizi juga adanya masalah kesehatan. data e-PPGBM per 29 Juni 2020 prevalensi stunting mencapai 26,9 % pada masa setelah pandemic COVID-19. Adapun 3 daerah yang tertinggi prevalensi stunting di jawa timur yaitu kabupaten probolinggo mencapai 54,75 %, kabupaten trenggalek mencapai 39,88 %, kabupaten jember mencapai 37,94 %. Dari data tersebut masih dibutuhkannya pencegahan guna menurunkan prevalensi stunting di Indonesia. dicegah dengan pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil, berikan ASI dan MPASI, akses air bersih dan fasilitas sanitasi, memantau pertumbuhan balita di posyandu. penanggulangan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan semua pihak, setiap keluarga Indonesia. Berdasarkan pernyataan sebelumnya dapat disimpulkan salah satu cara untuk memberikan edukasi informasi untuk upaya-upaya pencegahan atau penurunan prevalensi stunting di Indonesia yaitu dengan cara memberikan konseling baik pada remaja, ibu hamil maupun ibu pasca bersalin. Dengan adanya konseling diharapkan masyarakat dapat mengetahui faktor penyebab, bahaya, dan cara penanganan stunting itu seperti apa dan akhirnya nanti akan menghasilkan kontribusi dalam penurunan angka stunting di Indonesia.

12


Referensi Astuti,Sri., Megawati,Ginna., dan CMS,Samson. 2018. Gerakan pencegahan stunting melalui pemberdayaan masyarakat di kecamatan jatinangor kabupaten sumedang. Vol. 7(3): : 185188. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. Universitas Padjadjaran : Jatinangor Kabupaten Sumedang. Fitriana , Diah Ayu. 2016. Gizi Seimbang Ibu Hamil. http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-hamil/. Diakses 17 Oktober 2020. Iannotti, L.L., et AL 2017. Eggs in Early Complemenyary Feeding and Child Growth A Randomized Controlled Trial Pediatrics. 140(1) Kemenkes. (2018a). Cegah Stunting itu Penting. Jakarta: Kemenkes RI Kementerian Kesehatan RI. 2018. Wartakesmas : Cegah Stunting itu Penting. Edisi 02. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang. Edisi 01. Kurnia, Dadang. 2019. Angka Stunting di Jatim Lebih Tinggi dari Nasional. https://republika.co.id . diakses 8 Oktober 2020. Klien, E., & Chertoff, J. Healthline. 2019. 19 High-Protein-Vegetables and How to Eat More of Them. P2PTM Kemenkes RI. 2018. Isi Piringku Sekali Makan. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/obesitas/page/14/isi-piringku-sekali-makan. Diakses 17 Oktober 2020. Purnamasari, Heni.,dkk. 2020. Pelatihan Kader Posyandu Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Margadana Dan Puskesmas Tegal Selatan Kota Tegal. Volume

8(3).

Jurnal

Kesehatan

Masyarakat

(E-Journal).

http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm Universitas Diponegoro : Tegal. Rosmalina, Yuniar., dkk. 2017. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Batita Stunting: Systematic Review. Vol 41(1):1-14. Journal of the Indonesian Nutrition Association.: Jakarta. Saputra, Anjar. 2020 Berantas Stunting ; 5 Asupan Gizi Yang Mesti Dipenuhi Dan Dihindari Para Calon Ibu. https://health.grid.id/read/352005676/berantas-stunting-5-asupan-gizi-yangmesti-dipenuhi-dan-dihindari-para-calon-ibu?page=all. Diakses 17 Oktober 2020. Sr. Anita Sampe, SJMJ., etal. 2020. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. jiksh Vol 11(1). Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada : Makassar.

13


Tang, M. 2019. Yhe Impact of Complementary Feeding Food of Animal Organ on Growth nad the Risk of Overweight in Infant. Animal Frontiers, 9(4). Pp 5-11. WebMD. 2018. Top Food For Calcium and Vitamin D

14


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.