KAJIAN 4_PERBEDAAN KOMPETENSI ANTARA BIDAN DIPLOMA DAN PROFESI (STANDAR PROFESI BIDAN)

Page 1

1


“Perbedaan Kompetensi antara Bidan Diploma dan Profesi (Standar Profesi Bidan)” I. Latar Belakang Menurut ICM dan FIGO, bidan berasal dari Bahasa sansekerta yaitu “Widman” yang memiliki arti “cakap”. Selain itu dalam Bahasa Inggris bidan disebut “Midwife” yang memiliki arti with women as birth, the renewal of life continues through the ages. Yang dimaksud dengan “with woman” adalah dalam pelayanan kebidanan harus memiliki rasa empati, keterbukaan, menumbuhkan rasa saling percaya (trust). Seorang bidan diharuskan mengetahui pikiran dan perasaan serta proses yang dialami ibu dalam keluarganya. Kebidanan (Midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesis berbagai disiplin Ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dari masa pra konsepsi, masa hamil, ibu bersalin / post partum, bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Adanya keterkaitan antara bidan dan pelayanan kebidanan ini, menyebabkan adanya keterkaitan antara bidan dengan kompetensi seorang bidan yang dimana kompetensi sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan tingkat Pendidikan yang dimiliki seorang bidan yang nantinya diharapkan seorang bidan dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan berkesinambungan, sesuai dengan standar yang berlaku serta sesuai dengan disiplin ilmu yang ada. Perkembangan pelayanan kebidanan sejalan dengan kemajuan pelayanan obstetri dan ginekologi. Bidan sebagai profesi yang terus berkembang, senantiasa mempertahankan profesionalitasnya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Profesionalitas terkait erat dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesional (kompetensi profesional). Bidan profesional yang dimaksud harus memiliki kompetensi klinis (midwifery skills), sosial-budaya untuk menganalisa, melakukan advokasi dan pemberdayaan dalam mencari solusi dan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan, keluarga dan masyarakat. Pendidikan kebidanan di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat menurut sejarah Pendidikan kebidanan di Indonesia dimulai pada tahun 1851 dan pada tahun 1994 pendidikan kebidanan jenjang vokasi DIII Kebidanan dibuka di Indonesia. Sejak tahun tersebut perkembangan Pendidikan khususnya di Kebidanan terus berlangsung hingga tercatat pada tahun

1


2018 sudah berdiri 32 program studi profesi bidan. Pendidikan kebidanan di Indonesia terdiri atas Pendidikan akademik, Pendidikan vokasi dan Pendidikan profesi. Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan profesi Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, pelayanan keluarga berencana, masa klimakterium, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, serta keterampilan dasar praktik klinis kebidanan. Sedangkan Kompetensi Ahli Madya Kebidanan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan Pendidikan Diploma Tiga Kebidanan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan Pelayanan Kebidanan pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, pelayanan keluarga berencana, dan keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Dalam KEPMENKES Nomor HK.01.07/menkes/320/2020 Tentang standar profesi bidan, juga disebutkan sistematika dalam standar kompetensi bidan di Indonesia. Dalam hal ini disebutkan ada 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran dan fungsi bidan setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut juga dengan kompetensi dini. Dalam area kompetensi ini juga dijelaskan secara rinci apa yang menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir Pendidikan kebidanan tersebut. Susunan standar kompetensi bidan sebagai berikut : Area Kompetensi

Kompetensi Inti

Komponen Kompetensi

Kompetensi Bidan

Daftar pokok bahasan Daftar masalah Daftar keterampilan klinis

2


II.Diskusi

1. Apa saja area kompetensi seorang bidan ? Area kompetensi bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi yang meliputi : 1) Etika legal dan keselamatan klien Dalam area kompetensi etika legal dan keselamatan klien mencakup beberapa point yaitu bidan harus memiliki perilaku profesional, bidan harus mengetahui dan mematuhi aspek etik-legal dalam praktik kebidanan ( mampu memberikan dan melaksanakan praktik bidan sesuai dengan kompetensi inti sebagai lulusan bidan), seorang bidan mempunyai kewajiban untuk menghargai hak dan privasi klien beserta keluarganya, dan menjaga keselamatan klien dalam praktik kebidanan 2) Komunikasi efektif Dalam ilmu komunikasi di bidang ini juga merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan bidan dalam profesinya sebagai seorang bidan, dalam komunikasi kebidanan komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi efektif yang dimana komunikasi efektif dilakukan bidan terhadap perempuan dan anggota keluarganya, masyarakat, rekan sejawat, profesi lain/tim Kesehatan lain, dan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Komunikasi efektif dalam konteks Kesehatan dapat berupa anamnesis, konseling, advokasi, konsultasi, dan rujukan, dalam rangka memenuhi kebutuhan klien, dan menjaga mutu pelayanan kebidanan tersebut. Dalam hal ini bidan dituntut untuk memahami , menerapkan, membangun, dan Teknik-teknik komunikasi

yang

telah

didapat

serta

menyampaikan

informasi

dan

mengembangkannya sehingga didapat komunikasi efektif yang dimaksud.

3) Pengembangan diri dan profesionalisme Dalam area pengembangan diri dan profesionalisme bidan di harusnya memiliki sikap mawas diri, melakukan pengemabngan diri sebagai bidan prefesional, Menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang menunjang praktik kebidanan dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan perempuan, keluarga, dan masyarakat. Mawas diri yang dimaksud adalah bidan mampu Menyesuaikan keterbatasan kemampuan yang berkaitan dengan praktik kebidanan.

3


Dalam hal ini diharapkan seorang bidan dapat melakukan praktik kebidanan dengan memahami keterbatasan diri, kesadaran meningkatkan kemampuan profesional, dan mempertahankan kompetensi yang telah dimiliki, serta senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memberikan pelayanan kebidanan yang terbaik bagi masyarakat dan semua pemangku kepentingan.

4) Landasan ilmiah praktik kebidanan Sangat diperlukan seorang bidan mengetahui dan memperkaya pengetahuan kebidanan dengan landasan ilmiah dalam praktik kebidanan. Pengetahuan bidan ini diperlukan untuk memberikan asuhan yang berkualitas dan tanggap budaya sesuai dengan ruang lingkup asuhannya yang meliputi bayi baru lahir, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, masa klimakterium, pelayanan keluarga berencana, pelayanan Kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan. Selain itu pengetahuan yang dimiliki oleh bidan diperlukan untuk memberikan penanganan situasi kegawatdaruratan, sistem rujukan dan melakukan keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Bidan diharapkan Mampu mengaplikasikan keterampilan klinis dalam pelayanan kebidanan berlandaskan bukti (evidence based) pada setiap tahap dan sasaran pelayanan kebidanan. Sehingga seorang bidan dapat melakukan asuhan, identifikasi kasus, melakukan skrining, edukasi, kolaborasi dengan profesi terkait, dan melakukan prosedur tatalaksana dalam pelayanan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada bayi baru lahir (neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, masa klimakterium, pelayanan Keluarga Berencana, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan yang fisiologis.

5) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan Dalam Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan, seorang bidan mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada bayi baru lahir (neonatus), kondisi gawat darurat, dan rujukan, Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada bayi, balita dan anak pra sekolah, kondisi gawat darurat, dan rujukan, Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi kesehatan reproduksi pada remaja perempuan,

4


Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi kesehatan reproduksi pada masa sebelum hamil, Memiliki keterampilan untuk memberikan pelayanan ANC komprehensif untuk memaksimalkan, Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada kondisi gawat darurat dan rujukan, Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar praktik klinis kebidanan.

6) Promosi kesehatan dan konseling Area promosi Kesehatan dan konseling dalam kebidanan dapat meliputi beberapa hal seperti seorang bidan diharapkan memiliki kemampuan merancang kegiatan promosi kesehatan reproduksi pada perempuan, keluarga, dan masyarakat, kemampuan mengorganisir dan melaksanakan kegiatan promosi kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, kemampuan mengembangkan program KIE dan konseling kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan. Dalam hal ini bidan diharapkan mampu Menentukan prioritas intervensi promosi kesehatan yang sesuai dalam rangka peningkatan status kesehatan perempuan dan seksualitas. Menggunakan metode promosi kesehatan dan konseling yang tepat untuk perencanaan kehamilan yang sehat, persiapan persalinan dan kelahiran, antisipasi kegawatdaruratan dan persiapan menjadi orang tua, Mengadvokasi pemberdayaan komunitas untuk melakukan inisiatif promosi Kesehatan, dan lain sebagainya.

7) Manajemen dan kepemimpinan. Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Seorang bidan juga diharapkan Memiliki pengetahuan tentang konsep kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya kebidanan, kemampuan melakukan analisis faktor yang mempengaruhi kebijakan dan strategi pelayanan kebidanan pada perempuan, bayi, dan anak. Seorang bidan juga diharapkan Mampu menjadi role model dan agen perubahan di masyarakat khususnya dalam kesehatan reproduksi perempuan dan anak, Memiliki kemampuan menjalin jejaring lintas program dan lintas sektor, serta Mampu menerapkan Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. `

Dengan adanya area kompetensi bidan ini diharapkan bidan dapat memberikan pelayanan

kebidanan yang berkualitas dan sesuai dengan apa yang diharapkan serta dibutuhkan oleh klien.

5


2. Keterampilan klinis apa yang harus dimiliki seorang bidan ? sesuai dengan tingkat jenjang pendidikan yang dimiliki Menurut UU Kebidanan bab II pasal 6 dan 7 di Indonesia terdapat dua jenis bidan yaitu bidan vokasi yang berperan sebagai koordinator asuhan, dan bidan profesi yang berperan sebagai pengelola pelayanan serta dalam UU Kebidanan pada Bab II Pasal 4 disebutkan ada 3 jenis Pendidikan kebidanan yaitu Pendidikan vokasi/diploma, Pendidikan akademik atau sarjana ,magister dan doktor, dan Pendidikan profesi yang terdiri dari profesi dan spesialis. Dalam perbedaan Pendidikan bidan ini ada juga perbedaan hasil/ capaian yang diharapkan dari setiap jenjang kelulusan Pendidikan bidan dan hal tersebut juga akan mempengaruhi lingkup lingkungan kerja. Menurut piramida miller keterampilan atau kemampuan klinis, metode pembelajaran dan metode penilaian untuk setiap kemampuan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kriteria

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4 Mampu Melaksanakan Secara Mandiri

Tingkat

Mampu melakukan di bawah

Kompetensi

supervisi

Nutrisionis Memahami alasan berdasarkan klinik dan penyelesaian masalah Mengetahui teori keterampilan Melakukan pada pasien Metode Pembelajaran

Berlatih dengan alat peraga atau pasien terstandar Observasi langsung, demonstrasi Perkuliahan, diskusi, penugasan, belajar mandiri

6


Ujian tulis

Metode

Penyelesaian

Objective

Work Based

kasus secara

Structured

Assessment

tertulis dan

Clinical

misalnya: mini-

lisan (oral

Examination

CEX,

test)

(OSCE) atau

portofolio,

Objective

logbook, dan

Structured

sebagainya

Penlaian

Assessment of Technical Skills (OSATS).

Tabel 2.2.1 Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan Metode Penilaian untuk setiap tingkat kemampuan Sumber : KEPMENKES RI 2020 Tentang Standar Profesi Bidan

Adapun lingkup kompetensi menurut jenjang Pendidikan kebidanan yang dimiliki, sebagai berikut : 1. Lingkup Kompetensi DIII Kebidanan -

Kompetensi 1 : Bayi baru lahir

-

Kompetensi 2 : Bayi, balita dan anak pra sekolah

-

Kompetensi 3 : kehamilan

-

Kompetensi 4 : Persalinan

-

Kompetensi 5 : Nifas

-

Kompetensi 6 : Pelayanan Keluarga Berencana

-

Kompetensi 7 : Ketrampilan dasar praktik klinis kebidanan

2. Lingkup kompetensi Profesi Kebidanan -

Kompetensi 1 : Bayi baru lahir

-

Kompetensi 2 : Bayi, balita dan anak pra sekolah

-

Kompetensi 3 : Remaja

-

Kompetensi 4 : Masa sebelum hamil

-

Kompetensi 5 : kehamilan

-

Kompetensi 6 : Persalinan

-

Kompetensi 7 : Nifas

-

Kompetensi 8 : Pelayanan Keluarga Berencana

7


-

Kompetensi 9 : Pasca keguguran

-

Kompetensi 10 : Masa arAnta

-

Kompetensi 11 : Klimakterium

-

Kompetensi 12 : Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas

-

Kompetensi 13 : Ketrampilan dasar praktik klinis kebidanan

3. Bagaimana pandangan mahasiswa kebidanan terkait kebijakan bidan harus bergelar profesi dalam melakukan praktik mandiri dengan akreditasi minimal B ? 1) Memandang perspektif bahwa pendidikan profesi kebidanan masih kurang diwadahi Dapat dilihat dari banyak kasus yang terjadi di Indonesia, yang dimana banyak bidan di salah satu kabupaten di Indonesia terancam tidak dapat buka praktek mandiri. Dengan alasan mereka belum menyelesaikan studi Pendidikan profesi bidan. Seorang bidan dapat melakukan praktik mandiri apabila bidan tersebut memiliki STR ( Surat Tanda Registrasi ). Persyaratan mendapatkan STR yang tercantum dalam UU kebidanan meliputi : a. memiliki ijazah dari perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Kebidanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi, yang diperoleh setelah lulus ujian kompetensi. c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan e. membuat pernyataan tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Setelah seorang bidan mempunyai STR, bidan tersebut dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan SIPB kepada pemerintahan daerah sebagaimana yang telah dijelaskan pada UU Nomor 4 Tahun 2019 tentang kebidanan. Di Dalam UU pada pasal 43 juga dikatakan bahwa Bidan lulusan pendidikan diploma tiga hanya dapat melakukan Praktik Kebidanan di Fasilitas pelayanan Kesehatan dan untuk Bidan lulusan pendidikan profesi dapat melakukan Praktik Kebidanan di Tempat Praktik Mandiri Bidan dan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya

2) peraturan baru yang mewajibkan seorang bidan menempuh pendidikan profesi sebelum melakukan praktik mandiri sangatlah baik. Hal ini karena kita ketahui

8


bahwa ilmu Kesehatan khususnya ilmu tentang kebidanan sudah berkembang dengan pesat. Dalam keputusan tersebut juga diharapkan penyelenggaraannya dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah.dengan melihat standar nasional Pendidikan kebidanan, serta diharapkan dengan bidan lulusan Pendidikan profesi memiliki cakupan yang lebih luas sehingga bidan dapat memberikan pelayanan langsung kepada klien.

3) Terkait dengan akreditasi dalam hal pendidikan sangatlah penting, karena akreditasi akan menentukan relasi saat bekerja nantinya Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) akreditasi merupakan pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu. Akreditasi bagi suatu perguruan tinggi sangatlah penting yang dimana akreditasi menentukan dari mulai kepemimpinan yang ada di perguruan tinggi tersebut hingga program studi-program studi dan output lulusan atau alumni perguruan tinggi tersebut. akreditasi perguruan tinggi dan akreditasi jurusan merupakan dua hal yang berbeda, dua hal tersebut berbeda dalam poin-poin penilaian nya. Akreditasi tidak berlaku selamanya, akreditasi terus mengalami perubahan 2 hingga 4 tahun sekali. Akreditasi bisa diartikan sebuah upaya pemerintah untuk menstandarisasi dan menjamin mutu alumni perguruan tinggi sehingga kualitas lulusan antara perguruan tinggi tidak terlalu bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan kerja. Akreditasi itu merupakan cerminan kualitas dari sebuah perguruan tinggi dan jurusan, semakin bagus akreditasi bisa disimpulkan bahwa jurusan atau perguruan tinggi tersebut semakin baik dan tidak jarang dalam dunia pekerjaan beberapa instansi maupun perusahaan menggunakan akreditasi sebagai salah satu syarat untuk melamar kerja.

4. Apa hambatan yang perlu diperbaiki dari regulasi tersebut ? Hambatan yang perlu diperbaiki dari adanya regulasi yang terkait dengan kebijakan yang telah dibuat, Perlu ada pengembangan instansi keprofesian kesehatan, jadi bukan aturan yang diturunkan tapi kondisinya yang ditingkatkan dan diperlukan adanya pembaruan perbup agar bidan dapat melanjutkan pendidikannya dengan mudah. Seperti

9


yang diketahui, menurut kami Standar kebidanan di Indonesia tidak bisa disama ratakan dengan negara lain. Tetapi perlu mengkaji sebagai evaluasi kebijakan di negeri sendiri. Hal ini berkaitan dengan regulasi pendanaan pendidikan tinggi negara yang perlu dimaksimalkan lagi. III.Kesimpulan Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan profesi Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, pelayanan keluarga berencana, masa klimakterium, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, serta keterampilan dasar praktik klinis kebidanan. Area kompetensi bidan terdiri dari 7 (tujuh) area yang meliputi Etika legal dan keselamatan klien, Komunikasi efektif dalam konteks Kesehatan dapat berupa anamnesis, konseling, advokasi, konsultasi, dan rujukan, dalam rangka memenuhi kebutuhan klien, dan menjaga mutu pelayanan kebidanan tersebut, pengembangan diri dan profesionalisme, landasan ilmiah praktik kebidanan yang sesuai dengan evidence based yang ada, keterampilan klinis dalam praktik kebidanan, promosi Kesehatan dan konseling, dan yang terakhir yaitu manajemen dan kepemimpinan Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Menurut UU Kebidanan bab II pasal 6 dan 7 di Indonesia terdapat dua jenis bidan yaitu bidan vokasi yang berperan sebagai koordinator asuhan, dan bidan profesi yang berperan sebagai pengelola pelayanan serta dalam UU Kebidanan pada Bab II Pasal 4 disebutkan ada 3 jenis Pendidikan kebidanan yaitu Pendidikan vokasi/diploma, Pendidikan akademik/ sarjana ,magister dan doktor, dan Pendidikan profesi yang terdiri dari profesi dan spesialis. Adapun lingkup kompetensi menurut jenjang Pendidikan kebidanan yang dimiliki DIII kebidanan sebanyak 7 kompetensi yang meliputi Bayi baru lahir, Bayi, balita dan anak pra sekolah, kehamilan, Persalinan, Nifas, Pelayanan Keluarga Berencana, dan Ketrampilan dasar praktik klinis kebidanan. Sedangkan untuk kompetensi profesi kebidanan terdiri 13 kompetensi yang meliputi Bayi baru lahir, Bayi, balita dan anak pra sekolah, Remaja, Masa sebelum hamil, kehamilan, Persalinan, Nifas, Pelayanan Keluarga Berencana, Pasca keguguran, Masa antara, Klimakterium, Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas, dan Ketrampilan dasar praktik klinis kebidanan. dalam pandangan mahasiswa kebidanan terkait kebijakan bidan harus bergelar profesi dalam melakukan praktik mandiri dengan akreditasi minimal B. mahasiswa memandang perspektif bahwa

10


pendidikan profesi kebidanan masih kurang diwadahi, peraturan baru yang mewajibkan seorang bidan menempuh pendidikan profesi sebelum melakukan praktik mandiri sangatlah baik, akreditasi merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan akan menentukan relasi saat bekerja nantinya. Hambatan yang perlu diperbaiki dari adanya regulasi yang terkait dengan kebijakan yang telah dibuat, Perlu ada pengembangan instansi keprofesian kesehatan, jadi bukan aturan yang diturunkan tapi kondisinya yang ditingkatkan dan diperlukan adanya pembaruan perbup agar bidan dapat melanjutkan pendidikannya dengan mudah.

11


Daftar Pustaka Arifin, Jawanto. 2020. Mutasi Pendamping Komisi III DPRD Kab Pasuruan Jadi Sorotan. https://radarbromo.jawapos.com. Diakses 29 Agustus 2020. KEPMENKES RI,.2020. Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan. Sekretariat Jendral Kementrian Kesehatan : Jakarta. Tallesang, Sulkifly. 2018. Ini Alasan, Mengapa Akreditasi Jurusan sangat penting !. https://anakuntad.com. Diakses 29 Agustus 2020. UU Republik Indonesia. 2019. UU RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan. Salinan. Lembaran Negara RI Yahun 2019 Nomor 56 : Jakarta. Widhi.,K.H E.,dkk. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Cetakan pertama. Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan .

12


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.