B E C A U S E
YOU
A R E
T H E
PEREMPUAN, PENDIDIKAN, &PERGERAKAN. EDISI DESEMBER
H E R O E S
DAFTAR ISI Kabar Komsat.....................................2 Fokus Utama.......................................4 Opini...................................................7 Sosok.................................................8
SAPA REDAKSI
TIM REDAKSI
Assalamualaikum wr.wb Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan Seru Sekalian Alam. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Rasulullah SAW. Semoga sholawat serta salam kita mendapatkan rahmat dari Nya di akhirat kelak. Alhamdulillahirobilalamin atas ijinnya buletin edisi november dapat kami hadirkan kepada pembaca. Ucapkan terima kasih pada segenap pihak yang ikut andil dalam proses pembuatan buletin. Muhammadiyah hadir dalam memerangi sikap hukum yang ekstrim dan ketat dalam lingkup agama bagi kaum muslimin. Muhammadiyah juga berperan penting dalam membantu pengentasan sisi konotasi negaatif “radikalis” baik yang longgar dalam beragama maupun dotrin kultur dalam maupun luar negeri. Pada edisi kali ini, tim redaksi mengangkat tema muhammadiyah dengan bertajuk "mencerdaskan atau hanya buaian belaka" yang membahas bagaimana cara pandang Muhammadiyah dalam menyikapi penyimpangan yang ada, apakah mencerdaskan atau hanya buaian belaka ?
-PENASEHATDPI DAN BPH IMEFEFM FEB UMY -PIMPINAN UMUMBIDANG MEDIA DAN KOMUNIKASI IMM FEB UMY -PIMPINAN REDAKSIALVISYAHRI WIDODO -SEKRETARISTIARA DITTA -TIM JURNALISVIQI NURSYAHBANI RIZKA PUSPITA DEWI YOGA HADI ANNISA FITRIANI KHAIRUNNISA NURAINI MAKARIM RAHMA DIANSETA DILLA TITANIA DEWI MASYITHOH INSAN TRINAWAN MUH. RAFLI MUAZ AMRI ZAKIAN FERRY FERDIANSYAH KHAZANAH AGUS RIFQI YULIAN M SAFIRA SESIANA CITRA LINDIYANI DEA ARSANDA MELLYNIA M FIRMAN UMAR ALWAFI YELIZA NURLIKA -TIM EDITORRIFQI YULIAN M DIANSETA TIARA DITTA MUH. RAFLI MUAZ
dekombat.com
Kabar Komsat Alhamdulillah Komisariat IMM FEB UMY telah mengadakan acara Sarasehan pada Kamis (19/12). Acara tersebut terselenggara di Ruang Sidang FEB UMY. Sarasehan berarti suatu pertemuan yang bertujuan untuk mengumpulkan pendapatpendapat, keluh kesah, saran dan kritik yang dalam konteks ini adalah dari Komisariat IMM FEB UMY kepada pihak fakultas. Pada acara tersebut disampaikan oleh ketua umum PK IMM FEB UMY beberapa hal mengenai arah gerak komisariat pada hari ini dan juga sebagai momen pengenalan kader awal kepada pimpinan fakultas dan prodi. Acara ini dihadiri oleh Rizal Yaya, S.E., M.Sc. PhD., Ak. CA (Dekan FEB UMY), Meika Kurnia Puji Rahayu Dyah Anggraeni, S.E., M.Si. (Wakil Dekan II FEB UMY), Retno Widowati Purnama Asri, M.Si., Ph.D (Kaprodi “Immawati Indi Manajemen FEB UMY), Dr. Ahim Abdurahim, S.E., M.Si., Ak., Ketua Acara Serasehan” SAS., CA (Kaprodi Akuntasi FEB UMY), Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si. (Kaprodi Ekonomi FEB UMY Beberapa hal juga disampaikan adalah mengenai Visi yakni, “mengusahakan terbentuknya kader yang bersinergi dalam gerakan praksis sosisal berbasis keilmuan dan tafaqquh fiddin.” Maksudnya ialah kader IMM bisa berproses untuk mencari pengalaman dan pengetahuan agar mampu membawa perubahan pada lingkup internal komisariat, fakultas, universitas, dan masyarakat dan saat sudah mendapat pengetahuan tersebut diharapkan agar dilakukan sebagai amal shalih atau tafaqquh fiddin. Serta Misi yang dibawakan oleh komisariat antara lain, Revitalisasi perkaderan dalam tubuh ikatan, Rekonstruksi keilmuan dan budaya kekeluargaan dalam tubuh ikatan, Mengaplikasikan 5 kodrat kader dan juga banyak hal lain sebagainya. Kegiatan yang di ketuai oleh Immawati Indi itu juga diisi dengan beberapa tanggapan berupa pesan atau saran dari pihak dekanat dan juga prodi terhadap komisariat IMM FEB UMY kedepannya, diantaranya · Diharapkan Komisariat IMM FEB UMY kedepannya lebih menampakkan dan mengekspos lagi segala kegiatan yang diadakan. · Diharapkan Komisariat IMM FEB UMY dapat menjadi contoh yang baik bagi lembaga, komunitas maupun organisasi yang lainnya. · Kader-kadernya dituntut untuk lebih jujur dalam segala hal. · Diharapkan kader-kadernya dapat selalu berprestasi di segala bidang disetiap saat. · Tidak hanya Intelektual yang ditingkatkan namun agama juga mengikuti.
Komisariat IMM FEB UMY pun menanggapi dengan baik saran tersebut, namun komisariat pun juga tak luput dalam memberi saran terhadap pihak Fakultas maupun prodi, yaitu diharapkan agar pihak fakultas dapat mendukung dan mendorong semua mahasiswa FEB UMY untuk datang dan mengikuti semua kegiatan yang dibuat Komisariat IMM FEB UMY. Karena Komisariat IMM FEB UMY sudah membuat poster kegiatan dan sudah disebarkan di so sial media, tapi dari mahasiswa kurang minat untuk datang dan mengikuti kegiatan yang diadakan.
Penulis: Tim Redaksi
FOKUS UTAMA 22 Desember memang diperingati sebagai hari ibu nasional, namun sebelumnya apa yang mendasari hal tersebut, mengapa harus ditetapkan hari ibu? dan siapa yang menetapkan itu? Sumber : https://historia.id/politik/articles/perdebatan -di-kongres -perempuan -DOaWj
22 – 25 Desember 1928 meru pakan kali pertama terselenggaranya Kongres Perempuan Indonesia I di pendapa Dalem Jayadipuran, Yogyakarta untuk membahas sejumlah isu terkait kesejahteraan kaum mereka yang dihadiri oleh 600 hingga 1000 perempuan. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa to koh-tokoh organisasi -organisasi terkemuka di Hindia Belanda antara lain, Mr. Singgih dan Dr. Soepomo dari Boedi Oetomo, Mr. Soejoedi (PNI), Dr. Soekiman (PSI), A.D. Haani (Walfadjri). Selain resepsi pembukaan, ada 3 pertemuan terbuka berikutnya selama berl angsungnya kongres. Kongres Perempuan Indonesia sendiri merupakan salah satu gerakan yang diadakan oleh kaum perempuan pada tahun 1928 -1941 dalam upaya membantu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sekaligus sebagai Momentum Kesadaran Kolektif Perempuan I ndonesia untuk memperjuangkan hak -hak perempuan bersama -sama. Kesadaran mengenai berbagai permasalahan yang hingga kini, tahun 2006 masih relevan: poligami, perdagangan orang, kekerasan, dan buruh perempuan
Perempuan dengan berbagai latar belakang suku, agama, kelas, dan ras Berkumpul dan bersatu dalam Kongres yang dilaksanakan di Yogyakarta. Kongres dihadiri perwakilan 30 organisasi perempuan dari seluruh Indonesia, di antaranya adalah Putri Indonesia Wanito Tomo Wanito Muljo Wanita Katolik Aisjiah Ina Tuni dari Ambon Jong Islamieten Bond bagian Wanita Jong Java Meisjeskring Poetri Boedi Sedjati Poetri Mardika Wanita Taman Siswa. Pembahsan isu utama masalah perempuan dilakukan pada rapat ter buka. Topik yang diangkat diantaranya, kedud ukan perempuan dalam perkawinan, perempuan ditunjuk, dikawin dan diceraikan di luar kemauannya , poligami , dan pendidikan bagi anak perempuan. Berdasarkan hasil pembahasan antara lain Kongres memutuskan : 1. Mengirimkan mosi kepada pemerintah kolonial untuk menambah sekolah bagi anak perempuan; 2. Pemerintah wajib memberikna surat keterangan pada waktu nikah (undang undang perkawinan); dan segeranya 3. Memberikan beasiswa bagi siswa perempuan yang memiliki kema mpuan belajar tetapi tidak memiliki biaya pendidikan, lembaga itu disebut stuidie fonds ; 4. Mendirikan suatu lembaga dan mendirikan kursus pemberatasan buta huruf, kursus kesehatan serta mengaktifkan usaha pembe rantasan perkawinan kanak -kanak. Selain putu san di atas, berbagai perkumpulan berdiri atas inisiatif peserta Kongres untuk membela dan melindungi hak perempuan, di antaranya Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak -anak (P4A) untuk didirikan 1929 . Pendirian perkumpulan itu disebabkan oleh merajelanya perdagangan anak perempuan . Lalu bagaimana tanggal 22 Desember bisa ditetapkan sebagai hari ibu? Setahun setelah Kongres Perempuan I, gagasan untuk mengadakan Hari Ibu muncul dan disetujui pada Kongres Perempuan tahun 1938. Tanggal hari pertama Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember 1928 inilah yang kemudian menjadi acuan bagi pemerintah RI
untuk menetapkan peringatan Hari Ibu, yang diresmikan oleh Presiden Sukarno melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1953. Susan Blackburn menyebut Hari Ibu di Indonesia adalah hari ulang tahun Kongres Perempuan I yang menjadi tonggak sejarah bagi pergerakan perempuan Indonesia. Sementara, Julia Suryakusuma dalam Ibuisme Negara (2011) menulis "Hari Ibu di Indonesia berbeda makna dengan Mother's Day di Barat, Hari Ibu menandai emansipasi perempuan Indonesia dalam hubungannya dengan persatuan nasional dan nasionalisme." Jadi 22 Desember tidak hanya diperingati sebagai hari ibu, namun juga menjadi peringatan langkah awal pergerakan perempuan di Indonesia.
Penulis: Tim redaksi Sumber : https://www.padamu.net/sejarah-kongres-perempuan-indonesia
OPINI Apakah islam menjaga wanita? Seperti apakah bentuk kemuliaan yang diberikan islam kepada wanita? Dalam islam,pria & wanita dipandang sama sebagai mahluk allah swt. Dengan tujuan penciptaan yang sama yaitu untuk menyembah allah swt dengan sebaik baiknya ibadah. Islam tidak pernah punya masalah tentang relasi antara pria & wanita sebab datangnya islam justru mengangkat derajat wanita yang direndahkan oleh sistem kehidupan yang ada sebelum islam. Islam datang memberikan keadilan dengan memuli akan wanita sesuai dengan fitrahnya Dalam islam wanita merupakan nikmat allah swt yang paling mulia,apabila ia bertaqwa kepada allah swt dia adalah wanita shalihah yang diibaratkan sebaik baiknya perhiasan dunia,dan tidak hanya itu, wanita dinilai sangat istimewa karena wanita dinobatkan sebagai tonggak peradaban dunia. Hal ini disebabkan karena dari rahim wanitalah para generasi generasi penerus terlahir di dunia dan berkat didikan wanita pulalah para generasi tersebut mengarahkan kemana peradaban dunia i ni akan di bawa. “ Dunia itu perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shaliha� (HR.muslim)
Sumber:https://www.islamramah.co/wp-content/uploads/2018/10/Hikmah-Nabi-Muhammad-MemuliakanPerempuan-IslamRamah.co_.jpg
SOSOK Berbicara mengenai Perempuan, Pendidikan, dan Pergerakan sosok yang satu ini pasti sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Beliau merupakan pahlawan nasional yang memperjuangkan emansipasi wanita. Beliau adalah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau dikenal sebagai R.A Kartini, lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Kota Jepara . Mengenai sejarah RA Kartini dan kisah hidup Kartini, ia lahir di tengah tengah keluarga bangsawan oleh sebab itu ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di d epan namanya. Gelar itu sendiri (Raden Ajeng) dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah, jika sudah menikah maka gelar kebangsawanan yang dipergunakan adalah R.A (Raden Ayu) menurut tradisi Jawa. Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara. Beliau ini merupakan kakek dari RA Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang terpandang sebab posisinya kala itu sebagai bupati Jepara Ibu kartini yang bernama M.A. N gasirah, beliau ini merupakan anak seorang kiai atau guru ag ama di Telukawur, Kota Jepara. m enurut sejarah, Beliau sendiri merupakan anak kelima, namun ia merupakan anak perempuan tertua dari 11 bersaudara. Sebagai seorang bangsawan, Ia juga berhak mempe roleh pendidikan. Mengenai riwayat pendidikan RA Kartini, Ayahnya menyekolahkan anaknya di ELS (Europese Lagere School). Disinilah ia kemudian belajar Bahasa Belanda dan bersekolah disana hingga ia berusia 12 tahun. Sebab ketika itu menurut kebiasaan ketik a itu, anak perempuan harus tinggal dirumah untuk ‘dipingit’. Sumber: https://www.biografiku.com/biografi -ra-kartini/
Pemikiran -Pemikiran RA Kartini Tentang Emansipasi Wanita Meskipun berada di rumah, Ia aktif dalam melakukan korespondensi atau surat menyurat dengan temannya yang berada di Belanda. Sebab beliau juga fasih dalam berbahasa Belanda. Dari sinilah kemudian, Ia mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa yang ia baca dari surat kabar, majalah serta buku -buku yang ia baca. Hingga kemudian ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi. Dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu. RA Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah majalah kebudayaan eropa yang menjadi langganannya yang berbahasa belanda. RA Kartini memberi perhatian khusus pada ma salah emansipasi wanita melihat perbandingan antara wanita eropa dan wanita pribumi. Selain itu ia juga menaruh perhatian pada masalah sosial yang terjadi menurutnya, seorang wanita perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum. Sur at-surat yang kartini tulis lebih banyak berupa keluhan -keluhan mengenai kondisi wanita pribumi. Ia melihat contoh kebudayaan jawa yang ketika itu lebih banyak menghambat kemajuan dari perempuan pribumi ketika itu. Ia juga mengungkapkan dalam tulisannya ba hwa ada banyak kendala yang dihadapi perempuan pribumi khususnya di Jawa agar bisa lebih maju. Ia menuliskan penderitaan perempuan di jawa seperti harus dipingit. Tidak bebas dalam menuntuk ilmu atau belajar, serta adanya adat yang mengekang kebebasan pere mpuan. Cita -cita luhur RA Kartini adalah ia ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini. Gagasan -gagasan baru mengenai emansipasi atau persamaan hak wanita pribumi. Itu dianggap sebagai hal baru yang dapat merubah pandangan masyarakat.
Pernikahan Hingga Wafatnya Dalam Biografi RA Kartini, diketahui dari pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, RA Kartini kemudian melahirkan anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904. Namun miris, beberapa hari kemudian setelah melahirkan anaknya yang pertama, RA Kartini kemudian wafat pada tanggal 17 September 1904. Di usianya yang masih sangat muda yaitu 24 tahun. Beliau kemudian dikebumikan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang. Berkat pe rjuangannya kemudian pada tahun 1912, berdirilah Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang kemudian meluas ke Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon serta daerah lainnya. Sekolah tersebut kemudian diberi nama “Sekolah Kartini� untuk menghormat i jasa-jasanya. Yayasan tersebut milik keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis di era kolonial Belanda.