Kompilasi Puisi Kader Spesial Hari Puisi Nasional

Page 1

1


SUAR ALERTA Citra Lindiyani Kabid RPK IMM FEB UMY

Wiji Thukul mati tuk jadi peluru Soe Hok Gie demonstran yang mati dari semeru Gus Dur mati meninggalkan toleransi Tan Malaka mati demi hak-hak pribumi

Alerta! Alerta! Selamat datang di negeri para bedebah Rakyatnya hidup dengan sampah diupah Cuitannya hidup dengan sumpah serapah Pejabatnya mandi dengan sauna yang mewah

Alerta! Alerta! Kriminal miskin ditinju bogem mentah Kriminal kaya nomor selnya diubah Pekerja miskin disengat mentari yang panas Pejabat kaya berehat dengan terapi yang hangat

Alerta! Alerta! Karena pulut santan binasa Karena mulut badan binasa Karena demo sebatas unjuk rasa Lewati batas siap di bui paksa

Wahai negeri yang gagah perkasa Mahasiswa minyak peka dan membawa massa Peluh dan puasa hanyalah ujicoba sebentar Pemerintah sadar adalah tujuan yang besar Ekonomi mekar pikiran pun ikut segar

2


ANTARA PEMIMPI DAN PENGUASA Lathifah Nur Baiti Anggota Bidang RPK IMM FEB UMY

Banyak asa melekat di setiap manusia Menjadi atma yang tumbuh dengan doa Bermimpi bersama jutaan netra

Ternyata bermimpi tak semudah yang terbayang Kerap mimpi dihadang ego yang meradang Bermimpi tak semudah itu di negeri yang garang

Apathea si berdasi tak bisa dihindari Pemimpi mekar dengan berseminya pasak kunci Adu aksi kerap terjadi tiada henti

Lahir, selaras dan berbiak Mati satu yang tumbuh beribu-ribu Yang redup hanyalah ia di ujung takluk Yang terbit ialah sejati sang penakluk

3


BAGAIMANA MENCIPTAKAN KEADILAN? Muhammad Akbar Aryan Saputra Anggota Bidang Organ IMM FEB UMY

Sibuk sekali kuperhatikan Mondar – mandir berbicara keadilan Berkata semua hal segera diselesaikan Nyatanya saban hari terkucilkan

Jeritan kelaparan tak dipedulikan Anak-anak putus sekolah diabaikan Berita kematian ialah kiasan hiburan Selebaran berita hanyalah alas kacang lebaran

Salam hangat, para dewan yang terhormat! Apa yang kau bahas hari ini? Apa yang kau tetapkan hari ini? Apa yang kau perdebatkan hari ini? Apa yang kau mimpikan dengan lelap di kursi jatimu hari ini?

Salam hangat, para pejabat yang terhormat! Berilah kami edukasi akan keadilan Samakah dengan yang rakyat inginkan? Agar kandas ambigu yang (katanya) berkeadilan

Salam hangat, rekan-rekan yang turun ke jalan! Wakili aspirasi tentang keadilan Dimana adil tak hanya bagi yang seikatan Dimana adil tak hanya bagi yang berkepentingan Dimana adil ialah berperikemanusiaan 4


ANTARA MINYAK, AMBISI DAN KORUPSI Reza Athabi Zayeed Anggota Bidang Tabligh IMM FEB UMY

Katanya, negeri ini kaya Kelakar sahaja, semuanya formalitas belaka Katanya, negeri ini toleran Kelakar sahaja, wong kecil adanya disepak goleran

Mana ada bangsa yang semaju bangsaku? Sandang, pangan dan papan wong dari upetiku Pencoleng lahir dan mati dengan menipu Makamnya cantik dihiasi lelayu

Kata orang, tanah kita ibarat surga Benar, surganya mafia dan berjebah durjana Kata orang, Negeri kita adil dan masyhur Benar, adil dan mahsyur yang kian mengabur Kata orang, bangsa kita rukun dan sejahtera Benar, rukun dan sejahtera bagi mereka yang menikmati dengan riba

Sadarlah, Tuan.. Menjadi durjana ialah pilihan Menjadi bencana adalah keputusan Sadarlah, Puan.. Minyak curah tak jadi hambatan Minyak premium bagaikan pungguk yang rindu bulan

Kini, cuan kami adalah rebusan Harga mati dari korban kerakusan Alangkah sembab pipi dari sekam Menggulir nasi dengan harapan yang menghitam 5


HUKUM ADALAH MILIK MEREKA YANG BERKEPENTINGAN Rifki Julmanudin Kader IMM FEB UMY

Ironis.. Melihat para tikus tak menangis Padahal menuju jeruji teralis Dengan congkak dan gaya politis Menebar senyum yang tampak apatis

Ironis.. Rakyat ialah pasar tak higienis Dikerat demi penguasa yang ambis Demokrasi adalah ujaran pemanis Wong cilik jadi korban bujukan manis

Ironis.. Negeri ini sedang berbisnis Hukum timpang adalah kebenaran yang miris Hukum adil adalah sandiwara yang laris Salam dukaku bagi negeri yang kian dramatis

6


BANGKITLAH BANGSAKU Rizka Amalia Kader IMM FEB UMY

Rakyat kecil menjerit Sang penguasa ongkang kaki nyaring melejit Dimanakah keadilan itu diletakkan? Ekonomi terombang-ambing dipermainkan

Yang dibawah kian melarat Yang diatas kian konglomerat Katanya, bangsa ini punya rakyat Nyatanya cuma bualan yang berkarat

Hak kami adalah kebebasan Namun diatur atas kebebasan orang lain Bangsa ini dituntut untuk bangkit Dipecut agar tak jadi sudra yang sakit

Bangsa ini dilarang bungkam Berani melawan meski disengat tajam Bersatu juang demi hidup yang maju Menghapus kelabu menjadi harapan yang baru

Wahai bangsa dengan nurani yang kian luruh! Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh Tanah air kita tanah air satu Pantang mundur demi bhinneka yang satu

7


PAHLAWAN PANDEMI Sofia Bunga Nisrina Kader IMM FEB UMY

Keadaan yang terjadi tanpa terka Detik demi detik habiskan jutaan manusia Seketika menghadirkan duka menahun Haru biru senada ditenun

Dibalik riwayat riuh berita Belacak kiat medis bertaruh nyawa Merangsek acuh oknum abai nan jumawa Memendam lelah dan senyap bersuara

Sukma satu-satunya mereka pertaruhkan Demi rajut benang harap kehidupan Sebab kebahagiaan pasien hanyutkan haru pahlawan Kepedihan nya jadi lembah luka dan hujan

Jerih yang tiada ternilai Kesembuhan bumi pertiwi yang dijunjung tinggi Mendatangkan senyum dunia serta alam raya Berterimakasih atas setiap detak dan asa

Bahkan hingga akhir cerita Mengabdi patuh nan setia Perwira luhur, tanpa pangkat dan lencana Pahlawan pandemi, kebanggaan kami

8


Syamsiyah Yuli Dwi Andari Kader IMM FEB UMY

Netraku memejam dari sekian pandang Tak lagi mampu untuk memandang Hidup yang penuh dengan lika liku terjal Kini semua hampa saat terganjal

Sandang dan pangan bukan lagi tujuan Namun telah berubah jadi penampilan Tak lagi kami mampu menolaknya Tak lagi kami sanggup menanggungnya

Karena kami rakyat tak berpunya Yang hanya menunggu belas iba belaka Dari mereka yang punya kuasa

Tiiinnn.. Tiiinnn.. Nyaring dering klakson roda empatmu Apakah benar kau perhatikanku? Gagah nan perkasa namun hanya ilusimu Sungguh tiada martabat dimataku

Wahai sang penguasa! Kami kian letih semi tanpa daya Tamakmu memakan rupiah di atas tanah Lelah kami tak lagi terbayar dari nafkah Lelah kami setia pada hukum yang serakah

Wahai Tuhan kami! Ampunilah dosa-dosa kami 9


Karena kami tak mampu melihat yang benar Saat harus memilih pemimpin kami Kami hanya menunggu janji-janji Yang hampir semuanya ilusi

Entah kemana Entah dimana Entah kapan Kami tetap mengharapkan Titah pembaharu bagi negeri yang kufur Baldatun toyyibatun warrobun ghofur

10


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.