EKOFEMINISME TRANSFORMATIF : INTERPRETASI DAN INTERKONEKSI PEREMPUAN TERHADAP LINGKUNGAN
Citra Lindiyani Kabid RPK IMM FEB UMY
“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.” –
R.A. Kartini
PENDAHULUAN Ekologi dan Feminisme Kata “Eko” dalam ekologi berasal dari bahasa Yunani Oikos yang berarti rumah-tempat tinggal: tempat tinggal semua perempuan dan laki-laki, hewan, tumbuhan, air, tanah, udara, dan matahari. Ekologi mempelajari hubungan
antara
manusia
dan
lingkungan
hidup,
mengaitkan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam-bersifat interdisipliner.
Kesadaran
ekologi
hendak
melihat
kenyataan dunia ini secara integral holistik, bahwa dunia yang
satu
itu
ternyata
mengandung
banyak
keanekaragaman (Isshiki, 2000). Hakikat feminisme adalah perlawanan, anti, dan bebas dari penindasan, dominasi, hegemoni, ketidakadilan, dan kekerasan terutama yang terjadi pada perempuan. Feminisme, meskipun memiliki banyak bentuk, inti sarinya adalah suatu prinsip bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan selalu diwarnai ketidakadilan dan penindasan yang kebanyakan terjadi pada perempuan.
PEMBAHASAN Interpretasi – Interkoneksi Alam dan Perempuan Isu lingkungan hidup sebenarnya sangat berkaitan dengan perempuan, yaitu ada persamaan berupa pola dominasi terhadap perempuan dan perlakuan dominasi terhadap alam. Sementara itu menurut mitos-mitos yang ada di masyarakat, perempuan sering diasosiasikan dengan alam. Sebut saja misalnya perempuan diandaikan sebagai bumi, bunga, ayam, malam, bulan dan padi. Kadang mitos-mitos tersebut bukanlah mitos-mitos yang mempunyai makna positif tetapi justru banyak yang negatif. Pada titik ini, ide-ide dan aktivitas feminisme pernah menaruh curiga pengasosiasian perempuan dengan alam. Namun, bila perempuan dan alam diterjemahkan sebagai suatu badan pengetahuan, maka, persoalan mitos akan terkikis dan yang kemudian muncul adalah sebuah sistem interaksi yang memungkinkan untuk memahami epistemologi feminis dalam lingkungan. Carolyn Merchant (1980) seorang profesor University of Berkeley dalam bidang lingkungan, sejarah dan filsafat, menggambarkan sistem interaksi tersebut sebagai sebuah konsep kerangka kerja untuk me-reinterpretasi ekologi dan menghasilkan revolusi ekologis, di mana di sana peran perempuan menjadi penting.
(Gambar. Kerangka kerja revolusi ekologis yang melibatkan peran perempuan)
Apabila kita perhatikan dalam gambar tersebut, terlihat bahwa Carolyn Merchant menggaris bawahi empat (4) hal yang saling berkaitan yakni ekologi, produksi, reproduksi dan kesadaran. Di lingkaran paling dalam tertera inti dari ekologi (ecological core) yang berinteraksi dengan produksi manusia. Tanaman, binatang, bakteri, fangus, mineral saling menukarkan energi termasuk juga dengan manusia.
Produksi manusia (ekstraksi, proses, dan penukaran komoditas) diarahkan pada pembuatan makanan, baju, tempat tinggal atau yang dapat membuat profit
dalam
perdagangan, industiralisasi dan kapitalisme. Ketika industrialisasi meningkat, sektor nilai menurun dan orientasi pasar menjadi penting dan berkembang (seperti yang terlihat dari tanda panah). Dalam lingkaran di tengah terlihat reproduksi manusia dan non- manusia yang berperan. Perhatikan bagaimana dalam reproduksi. Manusia terlihat pentingnya peranan kehidupan sehari-hari rumah tangga, sosialisasi keluarga dan komunitas. Kesadaran manusia berada pada lingkaran luar yang merepresentasikan hasil refleksi alam dalam mitos, kosmologi, agama, filsafat, ilmu pengetahuan, bahasa dan seni. Melalui etika, nilai-nilai moral, taboo, ritual, permainan dan seni tari, semua ini, diterjemahkan kedalam tindakan dan tingkah laku yang mempengaruhi lingkungan,
produksi
dan
reproduksi. Secara keseluruhan, kerangka kerja tersebut menjelaskan hubungan antara perempuan (manusia) baik terhadap lingkungan biotik maupun non-abiotik.
EKOFEMINISME: AKAR GERAKAN DAN TIPOLOGINYA Akar Gerakan Ekofeminisme Sebenarnya, dalam nomenklatur gerakan sosial, ekofeminisme adalah istilah baru untuk gagasan lama. Istilah ekofeminisme mulai populer di akhir tahun 1970-an dan 1980-an sebagai protes dan aktivitas menentang perusakan lingkungan hidup yang berlanjut jadi bencana ekologis secara berulang-ulang. Ekofeminisme adalah “politik” berskala planetarium yang menyorot segala persoalan tidak secara atomistik dan parsial melainkan memandang interkoneksi antar berbagai elemen secara holistik. Françoise d’Eaubonne yang pertama kali memperkenalkan “Revolusi Ekologis” juga berpendapat hanya perempuanlah yang cocok mengemban misi perdamaian. Perempuan memiliki potensi melakukan revolusi ekologis, sebab kedekatannya dengan konsep ibu Bumi (mother’s nature). Sementara laki- laki justru harus disadarkan dari sikap destruktifnya. Ia mengingatkan kerusakan peradaban pasti akan terus terjadi bila kekuasaan masih tetap digenggam laki-laki. Kurang lebih satu dasawarsa setelah Eaubonne mempopulerkan istilah itu, Karen J. Warren menspesifikasi lebih jauh asumsi dasar dari ekofeminisme. la menyatakan: (1) ada keterkaitan penting antara opresi terhadap perempuan dan opresi terhadap alam; (2) pemahaman terhadap alam dalam keterkaitan ini adalah penting untuk mendapatkan pemahaman yang memadai atas opresi terhadap perempuan dan opresi terhadap alam; (3) teori dan praktik feminis harus memasukkan perspektif ekologi dan (4) pemecahan masalah ekologi harus menyertakan perspektif feminis.
Tipologi Ekofeminisme Menurut Sari Novita dkk (2019), Ekofeminisme setuju bahwa bubungan antara perempuan dengan alam adalah penyebab utama seksisme dan naturisme, mereka tidak bersepakat dalam hal apakah hubungan perempuan dengan alam, pada dasarnya, bersifat biologis dan psikologis, ataukah pada dasarnya, bersifat sosial dan kultural. Mereka juga tidak sepakat mengenai hal apakah perempuan harus menghilangkan, menekankan, atau membentuk kembali hubungannya dengan alam. Pada titik inilah, sama halnya dengan beragamnya aliran feminisme sendiri, muncul pula beragam aliran ekofeminisme. Tabel di bawah ini akan mencoba memetakan tipologi dari beberapa aliran ekofeminisme. Ekofeminisme Alam/Kultural
Berusaha memperkuat→B ahwa sifat2 yang Asumsi tentang hubungan Perempua n-Alam
dihubungkan dengan perempuan bukan semata- mata hasil konstruksi kultural namun juga produk dari pengalaman aktual biologis dan psikologis.
Ekofeminis Spiritual
Berusaha memperkuat→a da hubungan yang dekat antara degradasi lingkungan dan keyakinan bahwa Tuhan memberikan manusia “kekuasaan” atas bumi→Hubunga nperempuan dengan alam lebih diuntungkan daripada hubungan lakilaki alam. Fokus pada penyembahan terhadap dewi kuno dan ritual penduduk asli Amerika
Ekofeminis Sosial/Konstruksi Sosial
Menghilangkan penekananhubungan perempuanalam→mahkluk hidup adalah alamiah dan juga kultural.
Ekofeminis Transformatif
1) mengakui dan mengeksplisitkan saling keterkaitan antara semua sistem opresi. 2). menekankan keberagaman pengalaman perempuan, dan menghindari pencarian "perempuan" dan pengalaman bersamanya. 3).Menolak logika dominasi. 4) memikirkan ulang apa artinya menjadi manusia, dan dengan penuh keberanian mempertimbangkan kembali apakah manusia harus memandang "kesadaran" (dan rasionalitas), tidak saja sebagai pembeda manusia dari bukanmanusia, tetapi juga menjadikan manusia lebih baik daripada bukan-manusia. 5) bergantung pada etika yang menekankan nilai-nilai "feminin" tradisional yang cenderung untuk menjalin, saling menghubungkan, dan menyatukan manusia. 6) berpendapat bahwa
ilmu pengetahuan dan teknologi hanya dipergunakan untuk menjaga kelangsungan bumi Akar Feminism Tokoh
Radikal Kultural
Radikal Kultural
Mary Daly: Gyn/Ecology; Susan Griffin
Starhawk
Sosialis Dorothy Dinnerstein, Karren J. Warren
Transformatif Maria Mies dan Vandana Shiva
(Tabel. Perbandingan Tipologi Aliran Ekofeminisme)
Ekofeminisme transformatif menawarkan cara pandang, basis, dan program aksi yang sama sekali baru. Cara pandang yang tidak sekadar melihat lelaki dan perempuan, tubuh dan jiwa, manusia dan alam, sebagai oposisi dualistik yang saling meniadakan. Ekofeminisme transformatif menawarkan cara pandang yang holistik, pluralistis, dan inklusif, yang lebih memungkinkan lelaki dan perempuan membangun relasi setara, untuk mencegah kekerasan, menentang perang, dan menjaga alam-lingkungan di mana mereka hidup. Ekofeminisme, seperti feminisme multikultural dan global merupakan sebuah aliran feminisme yang melihat berbagai bentuk penindasan terhadap manusia dan penindasan yang dilakukan oleh manusia terhadap non- manusia seperti alam. Karena perempuan selalu dikaitkan dengan alam maka pembahasan lingkungan menjadi penting dalam wacana feminisme. Namun dalam tataran ini para ekofeminis tidak ingin mengembalikan perempuan pada argumentasi kodrat akan tetapi melihatnya sebagai kesadaran feminis, yakni melihat adanya relasi yang menindas dalam wacana lingkungan (Mies dan Shiva, 2005). Akibatnya, ekofeminisme secara lebih kuat mampu menerangkan mengapa kesetaraan jender pada akhirnya bukan hanya menguntungkan kaum perempuan, tetapi juga kaum lelaki. Bila alam-lingkungan rusak, bukankah semua manusia (lelaki maupun perempuan) pada akhirnya akan menderita? Sebaliknya, bila alam-lingkungan lestari dan terjaga, bukankah manusia (lelaki dan perempuan) akan lebih sejahtera?
KESIMPULAN Terdapat beberapa pandangan dalam ekofeminisme. Aliran keras ekofeminisme menuduh bahwa laki-laki yang paling banyak berperan dalam merusak alam, apalagi bila dikaitkan dengan karakter maskulin dan budaya patriarki. Kaum feminis moderat (spiritualis) mengusulkan bahwa cara berelasi manusia dengan yang non manusia harus dikaji ulang. Pada titik ini, penulis memilih ekofeminisme transformatif yang memberi “ruang berpikir” tempat perempuan dan laki-laki dari seluruh dunia dapat berkumpul untuk bergabung dan bertukar pandangan feminis yang beragam sekaligus ada semangat agar bekerja sama melawan patriarki kapitalis dan isme-isme destruktif (merusak) yang lain. Pada titik ini
ekofeminisme transformatif secara lebih kuat mampu menerangkan mengapa kesetaraan jender pada akhirnya bukan hanya menguntungkan kaum perempuan, tetapi juga kaum lelaki
Selamat hari Bumi dan hari Kartini! Salam lestari! Salam Bestari!
Referensi :
Sari, Novita, Rabina Yunus, and Suparman. ―Ekofeminisme : Konstruksi Sosial Budaya Perilaku Perempuan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. ‖ Social
Religion
Research 4, no. 2 (2019): 161–78. Shiva, V and Mies, M. 2005. Ecofeminism Perspektif Gerakan Perempuan dan Lingkungan, IRE Press. Yogyakarta. Tong, R. P. 2005. Feminist Thought : Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis. Sumber Terjemahan : Feminist Thought : A More Comprehensive Introduction, Second Edition, 1998, Westview Press, Colorado. Penerjemah : Aquarini PriyatnaPrabasmoro. Jalasutra. Yogyakarta.
RELEVANSI KESETARAAN GENDER DALAM KEHIDUPAN
Lathifah Nur Baiti Anggota Bidang RPK IMM FEB UMY
PENDAHULUAN Gender merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada pembeda antara laki -laki dan perempuan. Ini merupakan suatu hal yang melekat oleh keduanya dan terbentuk secara sosial maupun budaya, Gender dalam hal ini juga digunakan untuk membedakan maskulinit as juga feminitas. Isu gender di Indonesia terjadi karena adanya ketimpangan. Ketimpangan yang hadir akan budaya yang terus berjalan dan keadaan sosial yang memaksa untuk kalangan perempuan menjadi sosok yang terus dianggap remeh. Hal inilah yang menyebabkan bermunculan banyak gerakan kesetaraan gender. Gerakan yang membawa asas kesataraan dan keadilan gender ini hadir untuk mengangkat keadilan dan kesempatan yang sama khususnya bagi perempuan. Isu ini menjadi isu yang sering digaungkan oleh aktivis sosial dikarenakan perempuan selalu menjadi objek inferior. Kesetaraan gender mendobrak bahwa mitos perempuan inferior adalah hal yang salah. PEMBAHASAN Jika ditanya apakah gema Kesetaraan Gender masih relevan untuk digaungkan? Secara lugas saya tuturkan; masih sangat relevan! Kesetaraan gender sejak masa dulu hingga kini masih kerap kali diperjuangkan. Perempuan memiliki hak yang sama seperti laki-laki. Bukan lagi hanya hak atas pekerjaan ataupun dalam menentukan pilihan hidupnya sendiri namun juga dalam partisipasi ekonomi, kesetaraan dan pencapaian pendidikan hingga pada political empowerment. Jika dikaji satu persatu, perempuan mempunyai peran penting dalam kehidupan hingga ke aspek yang sangat penting. Peran perempuan diperlukan dalam pembangunan perekonomian. Perempuan memiliki kapasitas berpikir yang cerdas sehingga seluruh aspirasinya dapat digunakan dalam seluruh aspek. Akses pendidikan yang sama bagi perempuan dan laki-laki juga diperlukan dalam membangun relevansi kesetaraan gender dalam kehidupan. Walaupun pada realitasnya banyak perempuan yang masih sulit dalam mengakses pendidikan karena ekonomi hingga persepsi perempuan tidak perlu sekolah tinggi. Pada lain hal, peningkatan akses pendidikan juga sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan sustainable development goals.
Bahkan tak perlu jauh hingga political empowerment dan upaya mewujudkan sustainable development goals, kehidupan terdekat dari kita seperti kehidupan organisasi saja masih terdapat budaya atau mindset bahwasanya laki-lakilah yang cenderung dapat mempimpin sebuah roda kepemimpinan. Perempuan selalu dianggap hanya mampu mengurus urusan rumah tangga saja. Perempuan selalu dianggap hanya atau dapat bekerja di sektor-sektor feminim seperti kesekretarisan dan keterampilan. Bias gender yang terlihat hingga saat ini merupakan bukti nyata bahwa keadilan yang rata belum sepenuhnya dilakukan secara maksimal. PENUTUP DAN CATATAN KRITIS Penutup Pada akhirnya, seluruh perjuangan dalam penegakkan kesetaraan gender sebagai upaya untuk pemerataan keadilan dalam banyak segi dan aspek hingga terwujudnya perempuan berdaya merupakan hak dan kewajiban yang harus kita kaji, pahami, sadari dan teraplikasi. Karena pada hakikatnya, seluruh cita dan harapan dari kesetaraan gender ini adalah terciptanya ruang agar laki-laki dan perempuan memiliki porsi hak hingga kontribusi yang adil dan merata. Catatan Kritis Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan atau Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) sejak 22 tahun lalu, melalui Undang-undang No. 7 tahun 1984 (UU No. 7/1984). Dalam perjalanan pelaksanaan CEDAW pemerintah Indonesia menyadari masih kuatnya diskriminasi terhadap perempuan di segala bidang pembangunan. Disksriminasi ini mengancam pencapaian keadilan dan kesetaraan gender di Indonesia. Pada tahun 2000 Presiden RI, Abdurahman Wahid, mengeluarkan Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan (Inpres PUG). Harapannya pembangunan nasional akan mengintegrasikan perspektif gender sejak proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, hingga evaluasi serta pemanfaatan hasilhasilnya. Untuk memperkuat payung hukum Pengarusutamaan Gender, maka tahun 2006 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyusun draft Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengarusutamaan Gender Dari aspek filosifis, Pancasila sebagai falsafah Negara merupakan landasan filosofis pentingnya UU KKG, terutama Sila Kedua Pancasila “Kemanusiaan yang adil dan bera dab” dan Sila Kelima Pancasila “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab terkandung makna bahwa keadilan belaku bagi setiap manusia Di sisi lain, Pemerintah Indonesia telah menandatangani dokumen kesepakatan global tentang Sustainable Development Goals (SDG) atau istilah resmi pemerintah adalah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), yang terdiri dari 17 Tujuan (Goal) dan 169 sasaran (target). Dalam TPB tersebut terdapat satu tujuan, untuk : Mencapai Kesetaraan Gender serta Memberdayakan semua Perempuan dan Anak Perempuan. Tujuan 5 SDG tentang Mencapai kesetaraan gender serta memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan, memiliki lima target yaitu : (1) Mengakhiri segala bentuk diskriminasi. (2) Menghapuskan segala bentuk kekerasan (3) Menghapuskan semua praktek-
praktek yang membahayakan (4) Menyadari dan menghargai pelayanan dan pekerjaan (5) Memastikan bahwa semua perempuan dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan berpolitik, sosial dan ekonomi. Visi dari ke lima Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini sesuai dengan proses dan upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan Gender yang tengah berjalan di Indonesia.
Referensi :
Ganiem, L. M. (2017). Jurnal Aspikom. Pemberdayaan Perempuan Miskin Kota Melalui Pendidikan, 3(2), 239-255. Rahminawati, N. (2000). Isu Kesetaraan Gender Laki-Laki dan Perempuan. Bandung: Gramedia Pustaka. Tamba, W. R. (2020). Implementasi Pendidikan Masyarakat . Jurnal Paedagogy, 7(3), 237-243.
TANTANGAN DAN PERANSUASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN
Melynia Kartika Ardiani Sekretaris Bidang Kader IMM FEB UMY
PENDAHULUAN Dalam konteks perempuan dan peranannya, tentu erat kaitannya dengan persoalan kodrat dan gender. Secara kodrat, perempuan merupakan sebagai salah satu mahluk ciptaan Tuhan yang indah dan memiliki kelebihan luar biasa. Perempuan dianugerahi sikap lebih lembut dan peka dalam menyikapi persoalan yang ada di sekelilingnya. Secara gender, gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran, kedudukan dan sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan melalui konstruksi secara sosial maupun kultural. Adanya kedua hal tersebut, justru keberadaan perempuan kurang mendapat perhatian baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosialnya. Apalagi, untuk berada dan mendapatkan posisi yang strategis di negeri ini, perempuan bukan hanya sosok yang diperhitungkan, terutama dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan publik. Akibatnya sering kali perempuan mengalami keterbelakangan akses dalam sendi bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ironisnya, kelembutan dan kepekaan yang melekat dalam diri perempuan seringkai dijadikan alasan untuk meletakkan perempuan pada posisi marginal dan dijadikan sebagai ajang eksploitasi untuk memenuhi kepuasan dan keuntungan sekelompok orang. Bukan hanya memandang kecerdasan dan keterampilan yang dimiliki perempuan, melainkan semata-mata karena adanya kecantikan wajah, tubuh, dan perempuan itu sendiri. Maka dari itu menyertakan perempuan dalam proses pembangunan bukan berarti hanya sebagai suatu tindakan yang dipandang dari sisi humanisme belaka. Namun peran yang dilakukan oleh perempuan dalam kesertaannya di bidang pembangunan merupakan tindakan dalam rangka mengangkat harkat serta kualitas dari perempuan itu sendiri. PEMBAHASAN Keterlibatan perempuan menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkeadilan. Negara tidak mungkin sejahtera jika para perempuannya dibiarkan tertinggal, tersisihkan dan tertindas. Seperti yang di ungkapkan oleh Vivekananda (Darwin 2005:8) bahwa: negara dan bangsa yang tidak menghormati kaum perempuannya tidak akan pernah menjadi besar, baik di saat ini maupun di masa depan. Pembangunan yang utuh dan menyeluruh dari suatu negara menuntut peranan penuh dari kaum perempuan dalam segala bidang kehidupan. Bahwa wanita baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber insan pembangunan mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam segenap kegiatan pembangunan di segala bidang kehidupan.
Dewasa ini, peransuasi perempuan dalam aktivitas publik dan turut serta dalam menentukan kebijakan pembangunan mendapat porsi yang seimbang dengan kaum laki-laki. Kaum perempuan telah menyebar di mana-mana mengisi tempat dan posisi yang strategis, baik di instansi pemerintah, legislatif, yudikatif, maupun sebagai tenaga profesional lainnya. Keberadaan perempuan telah membawa perubahan positif bagi perkembangan pembangunan di negeri ini. Tentunya dalam memperjuangkan hak-hak kaum marginal yang terlupakan, termasuk warga miskin dan kaum perempuan. KESIMPULAN Upaya mengimplementasikan peransuasi perempuan dalam pembangunan perlu secara eksplisit tersedia kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada partisipasi perempuan dalam pembangunan, sekaligus kemudahan mengakses hasil-hasil pembangunan baik kepada peran pelaku maupun objek pembangunan, sehingga nantinya akan tercipta kesetaraan dengan lakilaki dalam wacana objek subjek pembangunan.
Referensi : Djoyomartono, Mulyono. 1991. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat Dalam Pembangunan. Semarang : IKIP Semarang Press Semarang Press. 1995. Mengenal penelitian kualitatif. Semarang : IKIP Rostyaningsih. 2010. Konsep Gender. Semarang : LPPM UNDIP Sumaryadi,I,Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. CV. Citra Utama.
PEREMPUAN DAN PANDEMI
Nur Ngaeni Sekretaris 1 IMM FEB UMY
PENDAHULUAN Pandemi covid-19 menjadikan sebuah tantangan bagi setiap negara terhadap keamanan masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu dari sisi keamanan kesehatan dan keamanan ekonomi yang nantinya akan berdampak pada keamanan politik di setiap negara yang terdampak. Negara-negara yang memiliki tingkat percepatan kasus covid yang meningkat secara signifikan dalam waktu singkat diakibatkan karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya covid-19. Sebaliknya, angka kasus covid-19 akan semakin menurun, ketika tingkat kesadaran dan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan yang ditetapkan WHO itu tinggi. Kesadaran masyarakat dapat dibangun sejalan dengan ketegasan pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakannya untuk menekan angka kasus penyebaran covid-19. Masyarakat menjadi kunci utama dalam menekan angka kasus covid-19 dan menjadi tolak ukur keberhasilan pemerintah terhadap kebijakan yang telah ditetapkan. Kesadaran dapat dibangun mulai dari ruang lingkup kecil yang mengajarkan dasar-dasar tentang arti sebuah kedisiplinan terhadap suatu aturan. Keluarga merupakan ruang lingkup utama yang mengajarkan dan mensosialisasikan berbagai kehidupan bermasyarakat. Berbagai hal mencangkup agama, pendidikan, pembentukan karakter dan sosial masyarakat sudah mulai ditanamkan dalam lingkup keluarga. Perempuan memegang kendali utama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui agen sosialisasi pertama di setiap negara, yaitu keluarga. Perempuan memiliki peran ganda dalam keluarga, baik sebagai istri sekaligus menjadi ibu bagi anak-anaknya. Seorang ibu diharapkan dapat memberikan pelajaran dan mempengaruhi kesadaran anggota keluarganya terhadap bahaya covid-19 serta menanamkan protokol kesehatan dimasa pandemik.
PEMBAHASAN Penerapan kebijakan pembatasan jarak sosial menyebabkan sebagian besar kegiatan harus dilakukan dirumah. Banyaknya kegiatan yang terpusat di dalam rumah menyebabkan bertambahnya tanggung jawab perempuan di dalam rumah tangga. Di masa pandemik seorang ibu yang bekerja harus dapat mengatur waktunya untuk mendampingi anak-anak yang bersekolah secara daring. Selain itu dimasa pandemi ibu juga harus memastikan apakah gizi keluarga terpenuhi sehingga anggota keluarga tidak rentan terhadap penyakit, hal ini juga berkorelasi dengan meningkatnya kebutuhan pangan dan pendapatan yang menurun. Peran perempuan saat ini tidak hanya terpusat dalam lingkup keluarga saja, di era globalisasi perempuan sudah memiliki ruang gerak yang semakin luas sehingga dapat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan dan pembangunan nasional. Dalam kondisi pandemi, perempuan yang memiliki kesadaran tinggi atas pandemi covid-19 akan membantu dan berinisiatif menekan angka covid-19 dengan melakukan sosialisasi antar kaum perempuan, mengembangkan edukasi mengenai covid-19 di berbagai komunitasnya. Perempuan dapat membangun serta mendorong aksi kolektif, tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga menciptakan ruang kebijakan publik. KESIMPULAN Perempuan menduduki berbagai peran dalam situasi pandemi saat ini. Peran perempuan yang strategis dapat dijadikan suatu alternatif dalam menyukseskan kebijakan publik. Akan tetapi perlu adanya optimalisasi yang dibangun sebagai sebuah dukungan terhadap peran strategis perempuan. Jika peran perempuan dapat dioptimalkan dalam segala segi, maka hal ini dapat menjadi peluang bagi pemerintah untuk menekan kasus covid-19 di Indonesia maupun negara lainnya melalui pola bottom up. Berbagai upaya dan kebijakan dapat dilakukan sebagai bentuk pemerintah dalam mengatasi permasalahan wabah covid-19 yang melanda negaranya. Akan tetapi kesadaran masyarakat adalah kunci utama dalam keberhasilan sebuah kebijakan yang ditetapkan. Kesadaran dapat dibangun melalui hal kecil yang nantinya dapat berdampak besar bagi jalannya sebuah kebijakan. Hal ini dapat dimulai dari peran perempuan melalui pola bottom up yang dinilai cukup strategis dalam membantu kebijakan pemerintah untuk menekan angka covid-19. Oleh karena itu sebagai perempuan haruslah sadar akan pentingnya belajar serta menuntut ilmu
dari berbagai aspek, karena nantinya kitalah yang akan menjadi madrasatul ula dan ibu yang melahirkan generasi bangsa yang berkualitas.
Referensi: Arivia, G. (2020). Perempuan dan pandemi Covid-19. Jurnal Perempuan, 25(4), 221–231. Susilowati, I., & Hakiem, F. N. (2020). Optimalisasi Peran Perempuan Sebagai Strategi Alternatif Kebijakan Publik Dalam Menekan Penyebaran Pandemi Covid-19.
PERAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF LINGKUNGAN
Rifki Julmanudin Kader IMM FEB UMY
PENDAHULUAN Lingkungan merupakan perpaduan antara komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik terdiri dari segala sesuatu yang tidak bernyawa, seperti air, tanah, udara, matahari, cahaya, iklim dan sebagainya. Sedangkan komponen biotik merupakan komponen yang terdiri dari segala suatu hal yang bernyawa, seperti hewan, tumbuhan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Perpaduan antara komponen abiotik dan biotik menciptakan ekosistem atau hubungan timbal balik satu sama lain, yaitu saling ketergantungan. Manusia memerlukan air, udara, cahaya, matahari, tanah dalam menjalani kehidupannya. Sebaliknya, manusia perlu menjaga komponen abiotik agar tetap lestari dan terjaga. Belakangan ini, isu mengenai pencemaran terhadap lingkungan sedang naik-naiknya, dengan dalih pembangunan secara umum. Kondisi ini menimbulkan pengaruh terhadap semua sektor kehidupan. Salah satu pihak yang terdampak dari kondisi tersebut adalah perempuan. Perempuan merupakan pihak yang bergantung terhadap alam atau lingkungan. Misalnya adalah mereka memerlukan air untuk mencuci, memasak, dan sebagainya. Pencemaran terhadap lingkungan dapat menyebabkan kualitas air menurun, sehingga membuat para perempuan kesusahan dalam melakukan kegiatannya. Di samping itu, perempuan memiliki konstribusi yang besar terhadap pengelolaan lingkungan. Misalnya, perempuan pedesaan biasanya bekerja sebagai buruh tani, buruh ternak, buruh perkebunan dan lainnya. Akan tetapi, mereka tetap menjalankan tugasnya sebagai pelayan keluarga, sehingga perempuanlah yang memiliki peran yang besar terhadap pembangunan lingkungan. PEMBAHASAN Perempuan memiliki peran sebagai agen perubahan dan memberi pengaruh terhadap kualitas lingkungan hidup. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perempuan dalam
menjaga lingkungan adalah sebagai berikut : (1) Membatasi atau mengurangi penggunaan kosmetik dan membuang sisa kosmetik pada tempatnya. (2) Mengurangi penggunaan detergen dan mengatur pembuangannya agar tidak terjadi pencemaran air. (3) Perempuan sebagai ibu rumah tangga dapat memberikan edukasi kepada anak-anaknya untuk peduli terhadap kesehatan lingkungan. (4) Perempuan sebagai inisiator penanaman tumbuhan di sekitar pekarangan rumah. (5) Perempuan dapat terlibat langsung dalam menjaga lingkungan melalui organisasi lingkungan dan melakukan sosialisasi langsung, misalnya melalui organisasi desa Ibu-Ibu PKK. (6) Perempuan sebagai ibu rumah tangga dapat mengatur jumlah sampah plastik yang dihasilkan, sehingga dapat mengurangi jumlah pencemaran sampah plastik terhadap lingkungan. Perempuan merupakan sosok yang luar biasa. Sosok yang luar biasa ini bisa kita lihat di dalam seorang ibu. Ibu merupakan perempuan hebat yang dapat mengatur segalanya di dalam kehidupan, mulai dari mendidik, memberikan asupan yang baik, memberikan rasa kepedulian terhadap sesama dan lingkungan dan sebagainya, sehingga dapat menghasilkan generasi yang baik pula. KESIMPULAN Mari kita telaah singkat studi kasus selain sosok ibu, sebutlah para pejabat perempuan yang pada faktanya menggambarkan peranan yang penting terhadap lingkungan. Bu Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan memiliki peranan penting terhadap lingkungan keuangan negara, Bu Risma selaku Menteri Sosial memiliki peranan terhadap lingkungan sosial negara dan sebagainya. Oleh karena itu, kita tidak boleh memandang perempuan sebelah mata. Mereka memiliki kedudukan dan hak yang sama sebagai warga negara, terlebih melihat peran atau kontribusi mereka yang besar terhadap lingkungan. Marilah menjadi generasi perempuan yang cerdas, aktif, kreatif dan peduli lingkungan, karena perempuan memiliki peranan penting terhadap lingkungan.
Referensi Griffin, S. 1978. Women and nurture: The Roaring Inside Her. New York: Harper & Row. Luviana. 2002. Perampuan Indonesia Pejuang Lingkungan. dalam Jurnal Perempuan. No. 21 hal. 85-96. Shiva, Vandana dan Maria Mies. 2005. Ecofeminism Perspektif Gerakan Perempuan dan Lingkungan. Alih Bahasa oleh Kelik Ismunanto. Yogyakarta: IRE Press.
BAGAIMANA KONDISI KESETARAAN GENDER HARI INI?
Rizka Amalia Kader IMM FEB UMY
PENDAHULUAN Slogan “kesetaraan gender” acapkali digaungkan oleh banyak kalangan. Lalu apakah ini menjadi tanda sudah sempurnanya kesetaraan gender hari ini? Ataukah sebaliknya? Menurut Silvana dalam Women Studies Ensiklopedia (2013), Gender adalah suatu konsep kultur yang membuat perbedaan dalam hal peran, tingkah laku, dan karakteristik emosional antara laki-laki atau perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Moore (2017) mengemukakan bahwa gender berbeda dari seks dan jenis kelamin lakilaki dan perempuan yang bersifat biologis. Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan (ciptaan Tuhan) dan bentukan budaya (kontruksi sosial). Istilah gender merujuk kepada perbedaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan kontruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan perannya dalam masyarakat. Kemudian kesetaraan gender atau keadilan gender sendiri memiliki artian pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka. Tidak boleh ada tekanan untuk kaum hawa maupun keistimewaan untuk kaum adam. Keduanya harus mempunyai derajat yang sama, semuanya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Namun sayangnya, sampai saat ini kaum hawa sering kali dianggap lebih lemah daripada kaum adam, sehingga banyak sekali stigma-stigma masyarakat yang muncul yang membuat tembok besar antara kaum hawa dan kaum adam. "Hak asasi manusia adalah hak perempuan, dan hak perempuan adalah hak asasi manusia. Janganlah kita lupa bahwa di antara hak-hak itu adalah hak untuk berbicara dengan bebas dan hak untuk didengar.” –
Hillary Rodham Clinton
PEMBAHASAN Banyak orang masih belum melek terhadap kesetaraan gender, apalagi dengan adanya pola pikir bawah perempuan memiliki peran hanya sebatas sumur, dapur, kasur yang memperkeruh masalah kesetaraan gender hari ini. Dalam Realita yang ada, bahkan penulis menyaksikan sendiri kejadian-kejadian yang merujuk pada ketidakadilan terhadap perempuan. Sebagai studi kasus, teman perempuan penulis didoktrin agar tidak perlu disekolahkan setinggi mungkin. Hal ini merupakan catatan penting di dalam keluarganya. Mindset mereka bahwa pada ujungnya seorang perempuan hanya berkutat pada pekerjaan domestik atau pekerjaan rumah tangga saja. Pemikiran konservatif inilah yang menjadi akar penyebab perempuan lebih tertinggal dari laki-laki baik dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga keterwakilan dalam politik. Lebih bengisnya lagi, terdapat kenyataan bahwa perempuan acapkali mendapat kekerasan serta batasan-batasan yang membuat kaum wanita terbungkam yang kemudian tidak bebas menyatakan pendapat maupun keinginannya. Perempuan hingga hari ini masih dianggap the second class yang lazim disebut sebagai “warga kelas dua” yang keberadaannya tidak begitu diperhitungkan (Hermawati, 2007). Sudah sejak dulu hingga sekarang kesetaraan gender menjadi masalah runyam yang dihadapi banyak negara, begitu pun Indonesia. KESIMPULAN R.A Kartini sebagai pelopor kebangkitan Wanita pribumi memiliki peran begitu besar dalam meruntuhkan tembok-tembok yang membatasi kaum perempuan Indonesia pada masa itu. Namun hal tersebut tidak membuat tuntasnya semua permasalahan kesetaraan gender dikarenakan banyaknya isu-isu yang terus muncul sepanjang zaman. Isu kesetaraan gender perlu menjadi perhatian bersama, baik pemerintah maupun masyarakat. Eka Kurniawan dalam buku Beauty Is a Wound mengatakan; “Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika ada”. Di luar sana tidak sedikit perempuan yang merasakan tekanan dari pasangannya sendiri akibat rendahnya akan kesetaraan gender yang dimiliki. Kemerdekaan perempuan harus lebih sering digaungkan, kekerasan terhadap perempuan harus diberantas, kebebasan perempuan harus lebih diperjuangkan lagi.
Referensi : Arivia, Gadis. 2002. Ekofeminisme: Lingkungan Hidup Berurusan dengan Perempuan. Jurnal Perempuan. No. 21. hal. 111-120. Buntaran, Fredy. 1996. Saudari Bumi Saudara Manusia. Yogyakarta: Kanisius. Dankelman, Irene & Joan Davidson. 1988. Women and Environment in the Third World. London: Alliance for the Future Earthscan Publications Ltd.
REKAM JEJAK PEREMPUAN MEMBERDAYAKAN LINGKUNGAN Sofia Bunga Nisrina Kader IMM FEB UMY
“Power’s not given to you, you have to take it.” –
Beyonce Knowledges.
PENDAHULUAN Perempuan dan Alam, 2 ihwal serius yang menapaki kerapuhannya dewasa ini. Perempuan yang dirapuhkan oleh budaya patriarki, dan alam yang dirapuhkan oleh monster monster kota. Keduanya sering disandingkan kemudian dijawab oleh paham ekofeminisme yang menghubungkan antara perempuan dengan alam. Menilik kerapuhannya tadi, perempuan dan alam sama-sama berada dalam keadaan darurat yang perlu diatasi. Dan hadirlah para perempuan yang mengupayakan alam dengan tekad kuatnya. PEMBAHASAN Sukinah. Petani sekaligus aktivis asal Rembang, Jawa Tengah yang suarakan keresahan pasal kerusakan wilayahnya. Pegunungan Kendeng, hidup mereka yang bergantung pada kekayaan alamnya itu dirusak dan disulap menjadi pertambangan dan pabrik semen. Rentetan dampak pun timbul setelahnya, mulai dari ranah kehidupan, pertanian, ekonomi, hingga masalah gender. Menanggapi hal itu, Sukinah dan teman-temannya tak tinggal diam. Sukinah turun ke jalan menggaungkan berbagai aksi. Memimpin aksi pemasangan tenda di jalan menuju pabrik semen hingga dilempari dan diinjak-injak kakinya, merayakan ulang tahun Presiden Joko Widodo dengan hasil alam Kendeng, hingga aksi mencor kaki dengan semen di Istana Negara. Namun parahnya, kasus ini masih belum membawa Sukinah dan temanteman menuju kemenangannya hingga sekarang. Aleta Baun. Perempuan pemegang amanat adat yang sangat peduli pada sumber kehidupannya di Mollo, NTT. Awalnya masyarakat Mollo masih leluasa menjadikan hutan sebagai tempat berladang, beternak, dan berkebun dengan bijak. Namun kemudian datanglah delegasi monster kota yang hendak mendirikan perusahaan tambang disana.
Tanpa sepengetahuan dan persetujuan masyarakat Mollo, perusahaan tersebut mengeksplorasi daerah Mollo dibantu aparat setempat, bahkan kawasan baru mereka dipagari agar masyarakat Mollo tidak bisa melakukan aktivitas di tempat tersebut. Akhirnya Aleta Baun meluncurkan aksinya. Beliau mengajak puluhan perempuan untuk turun protes sambil menenun di celah gunung batu yang hendak di tambang. Melihat keadaan itu, banyak dari war ga Mollo yang ikut mendukung perjuangan Aleta dan perempuan lain disana. Tak hanya pada kasus ini, Aleta selalu berupaya menyelamatkan alam tempat kelahirannya itu sesulit apapun keadaannya. Bahkan sampai anak dan suaminya terancam dibunuh dan Aleta yang terseret ke pengadilan karena dituduh menyerobot tanah pemerintah. Beruntungnya aksi-aksi tersebut membuahkan hasil. Dua perusahaan akhirnya berhasil angkat kaki dari wilayah Mollo, NTT. KESIMPULAN Masih banyak lagi perempuan-perempuan hebat yang memberdayakan lingkungannya. Mereka yang kita pandang ini justru merupakan orang-orang adat yang masih dengan keterbatasannya dalam mengelola informasi. Lantas kita yang sudah cakap dalam mengelola informasi seperti sekarang, hendaklah kita suarakan kembali kepada khalayak ramai mengenai kepedulian pada alam dan perempuannya. Karena sejatinya dengan kecanggihan teknologi informasi yang kita punya, monster-monster alam dan pelaku budaya patriarki ini akan mendengar dan harapannya akan tersadar.
Referensi : Arivia, G. (2006). Feminisme: Sebuah Kata Hati. Jakarta: Penerbit Kompas. Astuti, T. (2012). Ekofeminisme dan Peran Perempuan Dalam Lingkungan. Indonesian Journal of Conservation, Vol. 1. No. 1, 49 – 60 Dewi, S. (2015). Ekofenomenologi: Mengurai Disekuilibrium Relasi Manusia Dengan Alam. Tangerang: Marjin Kiri.
PERANAN PEREMPUAN DI ERA LINGKUNGAN DIGITAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Syamsiyah Yuli Dwi Andari Kader IMM FEB UMY
PENDAHULUAN Seiring berkembangnya dan berkemajuannya zaman perempuan tidak akan pernah lepas dari kiprah dan tantangan yang datang sili berganti. Namun, perempuan sangat minim dalam pergerakannya menurut pandangan ataupun stigma yang ada. Di dalam peradaban romawi menyebutkan bahwa ayah memiliki hak kekuasaan penuh atas anak wanitanya namun setelah menikah hak tersebut sepenuhnya akan berpindah ke tangan sang suami. Kekuasaan tersebut banyak mencakup perihal terhadap seorang wanita diantara-Nya yaitu menjual, mengusir, menganiaya serta membunuh. Hal tersebut awal mula dimana kelamnya nasib seorang perempuan. Hal semacam inilah yang membuat keresahan pada zaman dahulu mengenai peran perempuan, yang mana perempuan juga dikatakan tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan seorang laki-laki. Namun seiring berjalannya waktu datanglah peradaban Islam membawa kejayaan bagi seorang perempuan. Islam datang dengan mengkiprahkan feminisme Islam yang mana menyebutkan tentang pengangkatan derajat seorang perempuan. Sehingga perempuan dapat disetarakan ataupun dapat melakukan pekerjaan seorang laki-laki. Selain itu juga Islam menerangkan tentang pemuliaan posisi seorang perempuan dimana tidak ada istilah diskriminasi ataupun perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan, hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surat AL-Hujurat 13,QS.An-Nahl : 97, Qs. At-Taubah: 71. Isi dari surat dan ayat tersebut sangat menerangkan bahwa tidak ada perbedaan di dalam peranan dan kiprah perempuan dan laki-laki. Setiap manusia memiliki potensi, begitu pun perempuan. Perempuan layak mendapatkan dukungan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, karena perempuan makhluk Allah yang setara derajatnya degan laki-laki. Dalam hal ini membangkitkan kiprah perempuan serta
memberikan kesempatan untuk mengeksistensikan di segala bidang yang dikuasainya. Islam dalam memakai ilmu di sebutkan dalam Al-Quran surat Al-Mujadalah : 11 yang mana memerintahkan umatnya untuk berlapang-lapang dalam majelis serta meninggikan derajat bagi orang yang menuntut ilmu. PEMBAHASAN Dalam penelitian (Suarmini et al., 2018)1 bahwa dengan adanya kesetaraan antara lakilaki dan perempuan memberikan kesempatan akses serta peluang yang sama sebagai sumber daya pembangunan. Dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional jangka panjang maupun Millenium Development Goal (MDGs) sangat memerlukan kesetaraan. Kecerdasan buatan (artificial intelligence) mewarnai perkembangan revolusi industry 4.0 dimana pekerjaan manusia akan lebih cepat dan cerdas. Menurut Lestari (2011), Kesetaraan akses dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi bagi kaum perempuan dan laki-laki menjadi perhatian tingkat global, isu gender dan teknologi informasi dan komunikasi telah dicantumkan sejak deklarasi Beijing 1995 yang merupakan hasil konferensi keempat tentang perempuan hal ini dikemukakan. Di era modernisasi saat ini kemampuan individu untuk bisa mengakses informasi sangat penting termasuk bagi perempuan. Peranan perempuan saat ini tidak hanya sebatas menuntut hak, melainkan menyatakan fungsinya dan mempunyai arti penting bagi pembangunan khususnya di Indonesia. Selain itu juga pernyataan yang diungkapkan oleh ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Ardiningsih mengenai perempuan Indonesia sebagai ibu bangsa harus bersiap untuk menghadapi era inovasi disrupsi atau Revolusi Industri 4.0, agar perempuan tidak tertinggal maka perubahan ini harus diantisipasi. (Martiany, 2019). Perubahan di era revolusi industri 4.0 ini sangat membutuhkan kiprah perempuan yang kognitif , dimana perempuan dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dalam memasuki pasar industri baik di dunia kerja atau usaha. Kiprah perempuan ini sangat membuka lebar peluang bagi perempuan dalam lapangan pekerjaan. Partisipasi perempuan dalam penggunaan energi akan membawa perubahan image perempuan muda Indonesia di dunia teknik industri dan energi. KESIMPULAN 1
Suarmini, N. W., Zahrok, S., & Yoga Agustin, D. S. (2018)
Pemberdayaan perempuan saat ini sangat penting bukan hanya untuk kesetaraan gender maupun kemuliaan perempuan melainkan untuk kemajuan pembangunan nasional di Indonesia sendiri. Secara teori dan praktik tidak ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan, maka dari itu memulai untuk sedikit menghilangkan peradaban kuno akan membantu perkembangan yang ada. Secara rasional tanpa adanya seorang perempuan maka pembangunan nasional serta revolusi industri yang hadir selanjutnya tidak akan berkembang sebagai mana mestinya. Perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan, oleh karena itu dukungan dari segala pihak sangat dibutuhkan. Dengan adanya kepenulisan ini memberikan harap untuk dukungan yang lebih besar terhadap perempuan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 serta mulai menerapkan perspektif kesetaraan gender yang luas.
Referensi : Hasyim, F., & Anisa Makruf, S. (2022). Pemberdayaan Perempuan Melalui Gerakan Literasi Di Era Digital. JUKESHUM: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 46–52. https://doi.org/10.51771/jukeshum.v2i1.175 Martiany, D. (2019). Tantangan dan Peluang. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, XI(5). Suarmini, N. W., Zahrok, S., & Yoga Agustin, D. S. (2018). Peluang Dan Tantangan Peran Perempuan Di Era Revolusi Industri 4.0. IPTEK Journal of Proceedings Series, 0(5), 48– 53. https://doi.org/10.12962/j23546026.y2018i5.4420
PENTINGNYA KEBERADAAN PEREMPUAN INSPIRATIF UNTUK MENYELAMATKAN BUMI
Ziyan Zulfajarisa Anggota Bidang RPK IMM FEB UMY
PENDAHULUAN Perempuan dan lingkungan hidup adalah sebuah perpaduan harmonis yang tidak dapat dipisahkan. Peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi diperingati sangat berdekatan. Hari Kartini diperingati tepat setiap tanggal 21 April sebagai titik awal emansipasi wanita, sedangkah Hari Bumi diperingati tiap tanggal 22 April sebagai pengingat bahwa bumi makin renta dan perlu dirawat lebih seksama sebagai tempat tinggal anak cucu kita. Ada benang merah antara wanita dan bumi, keduanya sama-sama perlu diperhatikan. Ada banyak kemajuan wanita Indonesia yang dapat dicontoh dalam berbagai segi kehidupan, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan, dan keamanan, serta lingkungan. Bahwa seorang wanita yang mandiri dan aktif dapat membuat sesuatu yang besar dan menjadi pelaku pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut juga membuktikan bahwa peran wanita sebagai ibu rumah tangga dan seorang istri yang kreatif dan terampil, atau sebagai wanita pekerja cerdas dan sukses bisa berkontribusi untuk menopang perekonomian rumah tangga. Ini dapat menjadi tolak ukur ba hwa peranan perempuan telah banyak memberikan sumbangsih bagi kemajuan peradaban masa kini. Keberadaan Perempuan sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya lingkungan. Bumi membutuhkan banyak perempuan yang inspiratif agar terhindar dari kehancuran dimasa mendatang. Sebagai khalifah di bumi, seorang perempuan selalu memperhatikan lingkungannya dan akan mengajak keluarganya untuk memperbaiki pola hidup untuk ramah lingkungan. Peran perempuan dengan kepedulian yang tinggi memperhatikan lingkungan dan keberadaannya sebagai mitra sejajar manusia dalam menjalankan perannya di muka bumi dan bagi keberlangsungan seluruh aspek kehidupan, serta menjadi pola hidup yang memperhatikan lingkungan.
PEMBAHASAN Di era ini peran perempuan yang Inspiratif sangat berarti dan mempunyai andil sangat besar berkaitan dengan lingkungan dan konservasi alam. Keberlanjutan makhluk hidup di bumi menjadi tanggung jawab bersama. Namun, peran perempuan lebih terlihat karena sifat dan nalurinya. Seorang ibu rumah tangga yang juga seorang perempuan memiliki suatu kelebihan dimana dia bisa memberikan sumbangsih terhadap alam melalui hal-hal kecil yang selama ini kita anggap tidak berarti apa-apa. Salah satunya adalah menerapkan pola hidup bersih dan ramah lingkungan di lingkungan keluarga. Berbagai cara dan upaya untuk menyelamatkan bumi telah digagaskan oleh perempuan, baik dalam bentuk gerakan atau komunitas, baik secara global, nasional, maupun tingkat tapak. Wujud penerapannya adalah dengan membuang sampah pada tempatnya. Hemat energi, menanam di pekarangan rumah dengan tanaman yang berfungsi peneduh dan menanam sayuran yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari. Selain itu, tanaman yang berfungsi sebagai obat dan bumbu dapur. Seorang perempuan telah menjalankan perannya dalam penyelamatan lingkungan, walaupun hanya lingkungan di sekitarnya, namun hal ini tidak bisa dianggap remeh, karena hal tersebut juga bias jadi dapat memberikan inspirasi bagi orang lain agar mengikuti jejak para perempuan-perempuan tersebut. Seorang ibu rumah tangga yang mengajarkan anggota keluarganya untuk menghemat listrik dan air bersih mungkin bukan tindakan yang besar dari seorang ibu rumah tangga, tetapi jika hal itu diajarkan dari rumah dan akan dibawa oleh anggota keluarganya di lingkungan yang lebih luas lagi, maka akan terbentuk pola hidup yang hemat energi.
KESIMPULAN Apakah perlu pengelolaan bumi ini diserahkan kembali pada kaum perempuan? Pertanyaan ini muncul karena pengelolaan bumi sejak era revolusi industri telah berubah menjadi pengelolaan yang bersifat patriarki, atau kelaki-lakian. Betapa tidak, sejak revolusi ini sepertinya eksploitasi terhadap sumber daya alam telah semakin gencar, revolusi yang dimulai dari benua biru Eropa telah menjalar kepada bentuk penaklukan terhadap dunia baru. Dan Inilah pentingnya keberadaan perempuan inspiratif, mereka dapat menjadi pemimpin dalam memulai perubahanperubahan dari yang kecil hingga besar untuk menyelamatkan bumi kita yang sudah tua ini.
Referensi : Reiter, R. R.(1975). Toward an Anthropology of Women: Introdution. New York: Monthly Tong, Rosemary Putnam. (2006). Feminist Thought: A More Comprehensive Introduction. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Aquaini Priyatna Prabasmara. Bandung: Jalasutra Zega, D, C & Putri ,S.(2014). Relasi Alam dan Perempuan dalam Pemikiran Ekofeminisme Vandana Shiva. Jurnal Filsafat Review Press.