BAGIAN 1 MENCERMATI TRADISI BUDAYA
1
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
2
Panorama Musim di Korea
PANORAMA MUSIM DI KOREA Fitri Achiriani
Pendahuluan Korea tak seberuntung Indonesia dalam hal keadaan alamnya. Tanpa sengaja, jika kita membuang biji jeruk, suatu saat nanti akan muncul tunas dan dapat tumbuh menjadi pohon jeruk yang subur. Namun, Korea yang hampir 70% daerahnya berupa pegunungan, perbukitan dan dataran tinggi, menyebabkan tanahnya sulit ditanami sehingga miskin akan sumber-sumber alam khususnya sumber pertanian. Hal lain yang menyebabkan minimnya produk pertanian Korea adalah faktor iklim dan musim. Korea beriklim sedang. Musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin silih berganti menyelimuti negeri Korea. Turunnya salju pada musim dingin membuat tanah tertutup salju, sehingga tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam. Curah hujan yang tinggi pada musim panas dan kadang-kadang badai bersamaan dengan hujan yang lebat juga dapat merusak tumbuhan pertanian. Ketika mendapat kesempatan mengunjungi Korea, hujan deras yang tiba-tiba dan badai yang kencang juga pernah dialami penulis. Saat itu sedang dalam perjalanan menuju tempat wisata Seokguram yang berada di Gyeongju, provinsi Gyeongsang selatan. Hari yang terang menjadi gelap, ranting pohon berjatuhan, bahkan ada pohon yang tumbang. Situasi yang berbahaya itu menjadikan perjalanan tidak memungkinkan untuk dilanjutkan lagi. Cuaca Korea pada musim panas sungguh sangat ekstrim dan kadangkadang menegangkan. Setiap musim mempunyai karakter yang berbeda-beda. Keempat musim di Korea masing-masing mempunyai keunikan dalam hal suhu, cuaca, efek terhadap alam dan tradisi yang dilakukan masyarakatnya. Sifat-sifat musim yang berbeda membawa dampak yang berbeda pula dalam kehidupan masyarakat Korea. Keindahan alam Korea pada setiap musimnya dapat dinikmati melalui tayangan drama atau film yang pernah ditayangkan di stasiun TV kita, salah
3
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
satunya pada serial drama Winter Sonata. Drama percintaan yang berlatar Korea musim dingin ini memberikan gambaran yang cukup jelas kepada pemirsa tentang keadaan alam Korea di musim dingin. Salju putih menyelimuti tempat-tempat yang menjadi setting pada drama ini. Setiap tokohnya menggunakan mantel tebal, beserta sarung tangan, syal, dan sepatu boot, sehingga terlihat betapa dinginnya cuaca pada musim ini. Penampakan tentang musim yang berbeda pasti juga terlihat pada setiap drama atau film Korea yang lainnya. Tulisan ini akan memberikan gambaran mengenai musim yang ada di Korea beserta cuaca dan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Korea pada saat itu.
Musim Semi : Pesona Aneka Bunga Bulan Maret hingga Mei adalah musim semi. Mulainya musim semi ditandai dengan mekarnya bunga genari (bunga berbentuk lonceng emas) dan bunga azalea. Pada musim ini dinginnya musim dingin sedikit demi sedikit mereda dan cuaca semakin hangat. Tumbuh-tumbuhan mulai bertunas dan bunga-bunga yang lain pun mulai bermekaran. Daratan yang membeku selama musim dingin pun mencair dan terlihat uap yang muncul dari tanah (SG, 2006: 230). Jika bunga-bunga telah mekar, maka akan terlihat keindahan musim semi yang mempesona. Berwarna-warni bunga memamerkan kecantikannya, menarik perhatian kita untuk menikmati keindahannya. Suhu pada musim semi berkisar antara 8°C hingga 18°C (PSK, 2006:117). Selain itu pada musim semi juga terjadi fenomena debu pasir kuning, yaitu bertiupnya angin yang membawa pasir dari padang pasir di sebelah utara China (PSK,2005:3). Pasir tersebut berasal dari tanah yang membeku selama musim dingin lalu mencair dan uapnya naik ke langit membawa tanah dan debu. Sejak awal musim semi, debu yang berwarna keabu-abuan menyelimuti langit dan inilah yang disebut debu pasir kuning (SG,2006:230). Jika hal ini terjadi, penyakit pernapasan pun akan menyerang masyarakat. Musim semi bagi masyarakat Korea dikenal sebagai ratunya musim. Suasana musim ini jauh lebih menarik dari musim-musim lainnya. Suhunya tidak dingin dan tidak panas, sementara pemandangan bunga mekar terlihat di seluruh pelosok Korea. Namun ada kalanya suatu hari yang indah ini menjadi hari yang berbahaya, yaitu ketika serbuk sari dari bunga berterbangan bersama angin yang bertiup. Untuk mencegah serbuk sari tidak terhirup, memakai masker dan selalu mengibaskan pakaian setelah bepergian sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya gangguan pernapasan.
4
Panorama Musim di Korea
Orang Korea menganggap bahwa awal musim semi merupakan awal sesuatu yang baru. Oleh karena itu bulan Maret menjadi bulan dimulainya semester baru di sekolah dan di universitas (IIE, 2002:89). Musim semi sering diisi dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah festival bunga. Anakanak, remaja, orang tua bahkan lansia pun berbondong-bondong untuk menyaksikan kemolekan beraneka ragam bunga di antaranya bunga cherri atau sakura. Kicauan burung-burung dan hembusan angin sepoi-sepoi yang menyebarkan aroma harum bunga yang sedang mekar menghadirkan nuansa musim semi yang romantis. Kesempatan yang indah ini digunakan oleh pemuda-pemudi Korea untuk melangsungkan pernikahan. Banyak orang Korea menikah pada musim ini.
Musim Panas : Sengatan Matahari Menghilangkan Tenaga dan Nafsu Makan Jika musim semi telah berakhir, maka akan berganti dengan musim panas. Untuk menyambut datangnya musim panas diadakanlah festival Dano. Dano jatuh pada tanggal 5 bulan ke-5 kalender Imlek. Festival ini dilaksanakan berdasarkan kepercayaan bahwa angka 5 merupakan angka yang baik dan positif, sehingga pada tanggal dan bulan tersebut terkumpul semua sifatsifat yang baik. Pada hari ini ada tradisi yang dilakukan orang Korea, yaitu mencuci rambut dengan sari daun iris. Tradisi ini dipercaya dapat mengusir arwah jahat dan kesialan (TNAKL, 2002:282). Pada hari ini para wanita Korea bermain ayunan bertali panjang, sementara para pria bergabung dalam olahraga gulat traditional Korea (PIK, 2002:103) Musim panas dimulai sejak bulan Juni dan berakhir pada bulan Agustus. Jika di Indonesia musim panas atau kemarau itu identik dengan suhu udara yang tinggi dan kekurangan air hingga kekeringan, di Korea pada musim panas justru kelebihan air, bahkan juga terjadi banjir. Pada musim panas, ada periode turun hujan deras selama beberapa hari. Mungkin ini aneh bagi orang Indonesia, tetapi itulah keunikan yang ada pada musim panas di Korea. Khususnya sejak akhir bulan Juni hingga awal bulan Juli, hujan turun terusmenerus dan ini disebut jangma. Setelah periode jangma berlalu, musim panas yang sebenarnya baru akan dimulai. Suhu maksimal antara 33°C sampai 35°C (SG, 2006:230). Panas yang sangat menyengat membuat orang Korea tidak bertenaga dan tidak ada nafsu makan. Kantor pemerintah, juga perusahaan-perusahaan memulai masa liburan atau cuti musim panas. Sekolah-sekolah juga mendapat liburan musim panas (SG, 2006:230). Orang-orang Korea menggunakan cuti atau liburan musim
5
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
panas untuk berwisata dengan tujuan menghilangkan rasa panas. Tempat yang menjadi tujuan wisata biasanya adalah pantai atau gunung. Lokasi renang di pantai atau disebut haesuyokjang dipadati pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Tak sedikit pula orang yang menghabiskan liburan musim panas dengan mendaki gunung. Setelah melewati pendakian yang berat dengan keringat yang bercucuran dan kelelahan yang amat sangat, sesampainya di puncak gunung yang dituju, hawa pegunungan terasa sangat menyejukkan. Udara yang segar dapat dinikmati, sehingga memberikan kepuasan tersendiri. Di Korea banyak gunung yang bisa didaki, di antaranya gunung Seorak yang merupakan salah satu gunung yang terkenal. Tidak sedikit pula orang yang menghabiskan masa liburan musim panas untuk berwisata ke luar negeri. Selain pergi ke pantai dan gunung, ada lagi tradisi yang dilakukan orang Korea pada musim panas, yaitu menikmati makanan khas Korea yang disebut samgyetang. Samgyetang adalah makanan berkuah yang terbuat dari ayam utuh yang di dalamnya berisi nasi, ginseng, kurma China, dan bawang yang disajikan dalam keadaan panas. Mengapa orang Korea di hari yang panas justru makan makanan yang panas pula? Di balik budaya makanan yang seperti ini, ternyata ada kearifan lokal nenek moyang masyarakat Korea. Menurut nenek moyang Korea, walaupun cuaca di luar panas. hawa di dalam tubuh dingin. Jadi, dengan makan samgyetang yang panas dapat menghangatkan tubuh serta memulihkan stamina. Kemudian jika banyak makan makanan yang dingin pada musim panas, dapat menimbulkan gangguan pencernaan. Mengkonsumi makanan atau minuman yang panas adalah salah satu cara menjaga kesehatan pada musim panas (YSDH, 1999: 131). Adapun saat-saat yang diyakini paling panas selama musim panas adalah saat mulainya panas atau disebut chobok. Lalu jungbok di saat pertengahan musim panas, dan malbok yang merupakan akhir dari panas di musim panas. Pada saat-saat itu, orang Korea biasanya juga menyantap hidangan samgyetang di rumah makan atau memasak sendiri di rumah. Di tengah cuaca yang panas, orang Korea rela menunggu antrean panjang hingga di luar rumah makan, demi mendapatkan satu porsi samgyetang yang lezat. Hal ini juga pernah dialami penulis ketika berkunjung ke Korea. Di bawah terik matahari, kami berdiri mengantre di depan rumah makan hanya untuk mencicipi kelezatan samgyetang.
Musim Gugur: Warna-Warni Dedaunan Pegunungan Setelah terik musim panas berlalu, musim gugur pun menghampiri dan jadilah musim yang paling menyenangkan di antara musim yang lain dalam
6
Panorama Musim di Korea
satu tahun. Musim gugur diawali dengan angin yang sejuk dan nyaman. Di Korea ketika musim gugur, kita dapat menikmati angin yang sejuk dan langit yang biru. Suasananya nyaman untuk membaca buku, hingga ada istilah yang menyebut bahwa ‘musim gugur adalah musim membaca’ (IIE, 2002:89). Perpustakaan sekolah semakin banyak didatangi siswa. Toko-toko buku pun semakin ramai dipadati pembeli. Ada juga yang mengatakan bahwa pada musim gugur ‘langitnya tinggi dan kuda bertambah gemuk’, yang berarti bahwa musim gugur adalah musim bangkitnya nafsu makan yang hilang selama musim panas (SG, 2006:231). Musim gugur juga merupakan musim panen. Pada musim gugur ada salah satu hari raya terbesar di Korea yaitu Chuseok (hari raya panen). Hari raya ini jatuh pada tanggal 15 bulan ke delapan yang merupakan hari istimewa di Korea. Chuseok atau hari raya panen adalah hari untuk menyatakan syukur kepada leluhur atas hasil panen yang bagus (TNAKL, 2002:293). Banyak keluarga yang pulang ke kampung halaman untuk merayakannya bersamasama. Pemerintah memberikan libur satu hari sebelum dan sesudah hari raya, sehingga orang-orang dapat merayakan bersama keluarga dengan leluasa. Ada tradisi yang dilakukan untuk menyambut hari raya ini, yaitu membuat songpyeon (kue beras berbentuk seperti bulan sabit) pada malam hari sebelum hari raya. Ada kepercayaan bahwa barang siapa dapat membuat songpyeon dengan cantik, ia akan mendapatkan anak yang cantik atau pasangan yang baik wajahnya, sehingga seluruh keluarga berlomba-lomba membuat songpyeon yang bagus (TNAKL,2002:294). Setelah itu orang Korea bersama keluarga juga melihat bulan purnama sambil mengucapkan keinginan atau harapan. Permainan ganggangsullae juga dimainkan pada malam hari ini. Di bawah indahnya bulan purnama, para wanita memakai hanbok, lalu bergandengan tangan membentuk lingkaran, dan memutar sambil menari. Kemudian pada pagi hari, semua keluarga dan sanak saudara berkumpul dan mengadakan upacara penghormatan untuk leluhur dengan menghidangkan songpyeon yang terbuat dari beras yang baru dipanen, buah-buahan hasil panen, dan lain-lain. Pada hari raya ini, orang-orang juga pergi berziarah ke kuburan atau disebut seongmyo. Di pemakaman, orang-orang membersihkan makam leluhur, menyiapkan berbagai makanan semacam sesajen untuk upacara penghormatan (TNAKL, 2002:294). Setelah selesai berziarah, orang-orang menikmati berbagai macam permainan tradisional. Ini biasanya dilakukan di luar rumah.
7
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Saat musim gugur juga dapat menyaksikan indahnya daun-daun yang berubah warna dari hijau menjadi kuning, oranye, merah, dan coklat. Fenomena perubahan warna daun ini disebut danpung. Untuk menikmati keindahan warna-warni dedaunan ini, banyak orang yang pergi ke gunung Seorak, gunung Nejang dan gunung lainnya.
Musim Dingin : Hembusan Angin dan Salju Putih Bulan November sampai bulan Februari tahun berikutnya adalah musim dingin. Pada musim dingin, bertiup angin yang kuat dari Siberia (SG, 2006:230). Cuacanya dingin dan kering. Karena kering, maka kebakaran hutan pun mudah terjadi (IIE, 2002: 89). Suhunya mencapai minus 10°C (PSK, 2006:54). Saat musim dingin, kita harus ekstra hati-hati supaya tidak terserang influenza. Untuk mencegah flu atau masuk angin sebaiknya sering mencuci tangan dan membuat ruangan tidak terlalu panas. Lalu makan banyak buah dan banyak minum air. Mandi dua atau tiga kali dalam seminggu sudah cukup dan selalu mengoleskan krim pelembab kulit (HGGT, 2007: 61). Supaya rumah tetap hangat pada cuaca yang dingin, maka rumah-rumah Korea dilengkapi dengan sistem penghangat lantai yang disebut ondol. Tungku di dapur dihubungkan dengan ruang atau celah bawah lantai yang mengalirkan panas melalui ubin (PIK, 2001:53). Seiring berkembangnya zaman, saat ini telah digunakan alat pemanas yang lebih modern. Tradisi penting yang dilakukan ibu-ibu Korea pada awal musim dingin adalah gimjang, yaitu pembuatan kimchi dalam jumlah banyak untuk persediaan selama musim dingin. Pada umumnya gimjang dilakukan sekitar hari ke delapan bulan November. Kegiatan ini tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi memerlukan banyak tangan tetangga untuk mengerjakannya besama-sama (TNAKL, 2002:296). Kimchi yang telah dibuat biasanya disimpan di gudang bawah tanah dalam guci-guci tanah yang dapat membantu proses fermentasi. Tetapi saat ini cukup disimpan di dalam lemari pendingin yang khusus untuk menyimpan kimchi (PIK, 2001:109). Seperti samgyetang yang baik disantap pada musim panas, nengmyon atau mi dingin juga baik dikonsumsi pada musim dingin. Para leluhur pada musim dingin, makan mi ini sebagai menu utama. Walaupun sebenarnya pada zaman dahulu mi dingin ini dimakan pada musim dingin, saat ini mi itu juga dikonsumsi pada musim panas (YSDH, 1998:132). Akhirnya nengmyeon menjadi menu yang menyegarkan ketika suhu udara tinggi. Peristiwa yang sangat dinantikan masyarakat Korea pada musim dingin adalah turunnya salju pertama. Orang Korea merasa senang dan akan mengucapkan keinginannya ketika menyaksikan salju pertama turun (PSK,
8
Panorama Musim di Korea
2006:54). Walaupun salju tidak turun banyak di wilayah Seoul, di wilayah Gangwon salju banyak turun. Di daerah ini banyak arena bermain ski, jadi banyak orang yang pergi ke tempat ini untuk berwisata ski (IIE, 2002:89). Festival es pun sering diadakan untuk meramaikan musim dingin. Pada festival es, banyak orang dapat menikmati dan mengikuti lomba membentuk salju. Ada juga festival yang kegiatannya memancing di danau yang sedang beku. Festival layang-layang juga merupakan agenda pada musim dingin orang Korea. Pada zaman dahulu, saat musim dingin, anak-anak bermain papan seluncur di sungai dan bermain layang-layang dengan mengandalkan angin musim dingin yang berhembus. Namun akhir-akhir ini permainan seperti ini jarang dimainkan lagi. Sebagai gantinya anak-anak bersama keluarga bermain ski. Jika salju turun dengan lebat, lalu lintas pun terganggu. Tebalnya salju yang menyelimuti jalan raya akan menghambat lajunya kendaraan yang berlalu lalang. Kemacetan pun terjadi. Jika suatu hari salju turun dengan sangat lebat ada kalanya sekolah atau perkantoran diliburkan.
Kesimpulan Perubahan ke empat musim di Korea terlihat sangat jelas. Perbedaan suhu, cuaca dalam satu tahun juga terlihat sangat mencolok. Untuk beradaptasi dan bertahan hidup dalam musim yang berubah-ubah, orang Korea mempunyai serangkaian kegiatan khas yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi setiap musim pun beranekaragam. Walaupun budaya modern telah masuk dan berkembang di Korea, produk kearifan lokal leluhur masih dijalankan. Tradisi-tradisi warisan nenek moyang yang dilakukan pada setiap musimnya hingga kini masih bertahan dan dilestarikan. Meskipun seolah-olah tradisi dan budaya tradisional telah terhapus oleh budaya modern, sebenarnya tradisi itu masih ada di antara masyarakat Korea dan berjalan bersama dengan budaya modern.
9
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Referensi Ahn, Kyung Hwa, Cho Hyun Yong, Florian H. 2009. Bahasa Korea Terpadu untuk Orang Indonesia Tingkat Dasar 2. Seoul: Korea Foundation. Ahn, Kyung Hwa, Lee Jung Hee, Dyastringrum. 2010. Bahasa Korea Terpadu untuk Orang Indonesia Tingkat Madya 4. Seoul: Korea Foundation. IID, Institute of International Education. 2002. . Seoul: Kyunghee University Press. PIK, Pelayanan Informasi Korea. 2001. Selamat Datang di Korea. Jakarta: Dian Lestari Grafika. PSK, Pusat Studi Korea. 2005. Lokakarya tentang Korea II. Yogyakarta: Pusat Studi Korea. PSK, Pusat Studi Korea. 2006. Lokakarya tentang Korea III. Yogyakarta: Pusat Studi Korea. TNAKL, The National Academy of the Korean Language. 2002. An Illustrated Guide to Korean Culture:233 Traditional Key Words. Korea: Hakgojae.
Penulis: Fitri Achiriani adalah dosen muda pada Program Studi Korea, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. E-mail: achirianif@yahoo.com
10
Dimensi Budaya dalam Manajemen Korea
DIMENSI BUDAYA DALAM MANAJEMEN KOREA Ratih Pratiwi Anwar
Pendahuluan Bersamaan dengan peningkatan status ekonomi Korea Selatan (Korsel) dari negara agraris menjadi negara industri maju, dari negara dengan daya saing rendah menjadi negara dengan daya saing tinggi, kinerja dan citra perusahaan-perusahaan Korsel di tingkat global pun ikut melesat. Saat ini Korsel dikenal sebagai salah satu tempat lahirnya perusahaan berskala dunia. Ini terbukti dengan secara rutin perusahaan-perusahaan Korsel masuk dalam daftar 500 Perusahaan Paling Unggul di Dunia yang dirilis majalah bisnis terkemuka FORTUNE. Perusahaan asal Korsel yang masuk daftar 500 Top Global Companies ditinjau dari besarnya penerimaan perusahaan naik jumlahnya dari 12 perusahaan pada tahun 2006 menjadi 14 perusahaan tahun 2009. Nama-nama perusahaan Korsel yang masuk dalam daftar perusahaan paling unggul di dunia itu adalah Samsung Electronics, LG, POSCO, Hanwha, Hyundai Motor, Samsung Life Insurance, Korea Electric Power, Korea Gas, Doosan, SK Holdings, GS Holdings, Hyundai Heavy Industries, S-Oil, dan Samsung C&T. Unggulnya perusahaan-perusahaan Korsel di pentas dunia serta ’keajaiban ekonomi’ negara itu menunjukkan pentingnya peran manajemen Korea. Budaya nasional Korea diyakini oleh banyak pakar manajemen mempengaruhi sistem manajemen dan menciptakan perilaku manajer dan karyawan secara unik, sehingga berbeda dari sistem manajemen negara lain. Keunikan sistem manajemen Korea menjadi salah satu faktor penting, di balik pesatnya perkembangan perusahaan Korea selama empat dekade terakhir. Mengenal budaya dan sistem manajemen Korea ini, tentu saja perlu diketahui oleh generasi muda Indonesia yang tertarik untuk berkarier di perusahaan Korea yang kini banyak membuka bisnisnya di Indonesia.
11
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal mengenai beberapa aspek utama dalam manajemen Korea dan perubahannya dalam perspektif budaya. Tulisan diawali dengan dengan pemaparan tentang benang merah budaya nasional Korea dan manajemen Korea, diikuti dengan orientasi nilai keluarga dan masyarakat Korea dan pengaruhnya pada perilaku manajer dan karyawan dalam organisasi bisnis atau perusahaan. Bagian selanjutnya menjelaskan karakteristik manajemen Korea dan keunikan manajemen sumber daya manusia dalam konteks budaya Korea.
Relasi Budaya dan Manajemen Korea Telah disebutkan sebelumnya, bahwa budaya suatu negara mempengaruhi dan membentuk sistem manajemen di negara tersebut. Dengan demikian untuk memahami manajemen perusahaan Korea alangkah baiknya apabila terlebih dahulu mengetahui budaya nasional bangsa itu. Bagan di bawah ini menunjukkan hubungan antara sistem manajemen dan budaya nasional Korea. Gambar 1 Kerangka Sistem Manajemen Korea Sistem Manajemen = f (Identitas Budaya)
Sistem Manejemen Korea = f (Budaya Korea)
Budaya Timur
Budaya China
China
Korea
Jepang
Taoisme Buddhisme Konfusianisme Shamanis me Sh intoisme
Sumber: Chang & Chang (1994)
Gambar di atas menunjukkan identitas budaya suatu bangsa menentukan sistem manajemen. Identitas budaya ditandai oleh warisan budaya yang unik yang dimiliki bangsa atau negara tersebut. Warisan budaya dapat ber-
12
Dimensi Budaya dalam Manajemen Korea
bentuk bahasa, agama, wilayah, sistem sosial dan politik, makanan, pakaian dan tempat tinggal. Agama dan kepercayaan, sistem politik dan wilayah berimplikasi besar pada pembentukan sistem nilai, identitas budaya, dan sistem manajemen. Chang dan Chang (1994: 141) menyatakan bahwa setiap sistem manajemen diatur oleh sistem nilai yang dikembangkan dari doktrin agama dan kepercayaan yang diyakini masyarakat. Untuk mengetahui agama dan kepercayaan yang mempengaruhi manajemen Korea, perlu diketahui pengaruh budaya China yang selama ribuan tahun lamanya mendominasi kehidupan sehari-hari masyarakat Korea melalui sastra, kepercayaan, etika, sistem politik, hukum, dan sosial. Agama dan kepercayaan dari China, seperti Taoisme, Buddhisme, dan Konfusianisme menjadi bagian integral dari budaya nasional Korea. Buddhisme masuk ke Korea melalui China pada tahun 372 M dan berkembang sangat pesat pada abad ke-10 sampai abad ke-14 M. Konfusianisme di Korea telah menjadi agama kerajaan saat kekuasaan Dinasti Choseon (1392—1910) dan kemudian menjadi doktrin politik dan doktrin sosial (Chang & Chang, 1994: 9; Rowley & Paik, 2009: 16). Konfusianisme di Korea lebih dipandang sebagai ajaran moral dan sistem etika daripada sebagai agama. Ajaran dan sistem etika Konfusianisme telah tertanam dalam pikiran orang Korea. Masyarakat Korea modern disebut masyarakat multi-agama, karena terdapat berbagai penganut agama dan kepercayaan, seperti Shamanisme, Buddhisme, Konfusianisme, Protestan, dan Roman Katolik, dapat hidup berdampingan. Meskipun demikian, lebih dari 90% masyarakat Korea menganut Konfusianisme yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, apa pun agama yang dianut mereka. Melalui Konfusianisme, masyarakat Korea diajarkan berperilaku menurut norma-norma kepantasan. Salah satunya adalah pentingnya harmoni dalam masyarakat. Harmoni dalam masyarakat akan terwujud jika masyarakat mengikuti five cardinal principles (Kode Etika Konfusianisme) yaitu aturan mengenai kewajiban orang yang dianggap lemah (anak, anak laki-laki, rakyat, istri, dan orang yang lebih muda) kepada orang yang digolongkan lebih kuat (orang tua, ayah, suami, raja, dan orang yang lebih tua). Kode etika Konfusianisme tersebut adalah sebagai berikut (Chung, Lee & Jung, 1997: 5): a. Rakyat setia kepada raja b. Anak berbakti kepada orang tua c. Orang yang muda hormat pada orang yang lebih tua d. Istri patuh pada suami e. Sesama teman saling percaya.
13
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Sementara itu, orang yang dianggap lebih kuat diharapkan memberikan perlindungan kepada orang yang lebih lemah. Kewajiban melindungi orang yang lebih lemah telah menciptakan budaya paternalisme dalam masyarakat Korea. Paternalisme merupakan salah satu nilai keluarga tradisional Korea. Keluarga merupakan hal yang penting menurut Konfusianisme. Oleh karena itu, tanpa pemahaman atas nilai-nilai keluarga tradisional Korea akan sulit memahami manajemen Korea (Chang & Chang, 1994: 11). Tabel 1 menunjukkan bahwa budaya Konfusianisme di Korea telah membentuk karakteristik masyarakat Korea yang mengutamakan keluarga. Selain itu, budaya Konfusianisme juga membentuk karakteristik masyarakat Korea menjadi masyarakat yang mementingkan kelompok dan pendidikan. Tabel 1 IMPLIKASI BUDAYA KONFUSIANISME PADA KARAKTERISTIK MASYARAKAT KOREA 1. Masyarakat yang teratur Seseorang diharuskan memahami dan menjaga posisinya di masyarakat 2. Masyarakat yang bebas a. Tidak ada sistem kasta berdasarkan agama b. Tidak ada larangan makan, kecua li untuk alasan kesehatan c. Kemampuan dan tekad menentukan posisi tertinggi yang dapat dicapai individu 3. Masyarakat yang mengutamakan keluarga a. Berbakti kepada kedua orang tua b. Setia kepada atasan c. Mempraktikkan paternalis me 4. Masyarakat yang berorientasi kelo mpok a. Individualisme dalam konteks kelo mpok b. Menjaga harmoni di antara anggota kelompok 5. Masyarakat yang berorientasi pendidikan a. Sukses dalam karier adalah fungsi dari motivasi meraih pendidikan tinggi b. Menghormat i kau m intelektual Sumber: Chang and Chang (1994: 10)
14
Dimensi Budaya dalam Manajemen Korea
Karakteristik masyarakat Korea yang terbentuk oleh budaya Konfusianisme telah mempengaruhi perilaku orang Korea dalam organisasi bisnis atau perusahaan. Berikut ini akan dijelaskan tiga karakteristik utama masyarakat Korea dan dampaknya pada perilaku orang Korea dalam organisasi bisnis atau perusahaan.
Masyarakat yang Mengutamakan Keluarga Bagi masyarakat Korea, keluarga adalah unit sosial yang paling penting. Keluarga tidak hanya dipandang sebagai lembaga biologis, tetapi juga sebagai lembaga yang paling penting dalam relasi antarmanusia yang merupakan landasan berbagai lembaga sosial dan politik. Ada empat nilai dalam keluarga tradisional Konfusianisme, yaitu sistem keluarga luas, paternalisme, suksesi berdasarkan hubungan darah, dan peran gender. a.
Sistem Keluarga Luas Konsep keluarga tradisional di Korea, tidak hanya keluarga inti (nuclear family), tetapi juga meliputi keluarga luas (extended family), seperti kakek— nenek dan sanak kerabat. Nilai-nilai keluarga tradisional dipertahankan dan diwariskan melalui sistem keluarga luas. Bakti seorang anak kepada orang tua diperluas menjadi bakti kepada kakek dan nenek, serta penghormatan pada leluhur. Kasih sayang antara saudara kandung diperluas kepada sanak kerabat. Aturan perilaku yang berlaku antaranggota keluarga tradisional juga diaplikasikan pada hubungan antara karyawan dan atasan, karena perusahaan dianggap sebagai sebuah keluarga luas. Pemimpin perusahaan dianggap sebagai ‘bapak’ yang harus dihormati oleh karyawannya yang berperan sebagai ‘anak’. b.
Paternalisme Nilai keluarga tradisional Konfusianisme menempatkan Bapak sebagai sosok pusat dalam keluarga. Kewajiban seorang Bapak yang ditetapkan Konfusianisme mempunyai otoritas untuk memimpin istri dan anak-anaknya dan wajib memberikan perhatian serta kasih sayang kepada keluarga. Dalam suatu organisasi bisnis, pemilik atau pemimpin perusahaan diharapkan berperan seperti seorang bapak dalam memimpin perusahaan dan karyawan sesuai dengan otoritasnya. Pada saat yang bersamaan, ia diharuskan memberikan kebutuhan karyawan, seperti layaknya peran seorang bapak dalam keluarga. Sementara itu, kewajiban seorang karyawan adalah menghormati otoritas pemilik atau pemimpin perusahaan. Pola perilaku seperti ini juga berlaku bagi seorang atasan kepada bawahan dan bagi bawahan kepada atasan. Paternalisme menciptakan budaya perusahaan Korea yang otoriter dan paternalistik.
15
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Dalam praktiknya, seorang bawahan tidak hanya menjalankan perintah kerja atasan, tetapi juga harus bersedia melakukan permintaan pribadi atasannya. c.
Suksesi Berdasar Hubungan Darah Dalam keluarga tradisional Korea yang dipengaruhi Konfusianisme, anak lak-laki tertua mendapatkan posisi yang paling penting. Relasinya kepada saudara-saudaranya seperti hubungan seorang bapak kepada keluarganya. Anak laki-laki tertua dalam keluarga akan mewarisi aset keluarga dan menggantikan peran bapak. Sistem pewarisan harta kepada anak laki-laki tertua ini banyak diterapkan dalam pewarisan posisi kepemimpinan/aset perusahaan. Orang Korea masih berpandangan bahwa kepemilikan perusahaan harus di tangan keluarga. Konsep suksesi kepemilikan perusahaan berdasar hubungan darah menjaga kepemilikan aset perusahaan oleh keluarga pemilik perusahaan dan menciptakan struktur kekuasaan terpusat dalam perusahaan Korea. d.
Peran Gender Dalam budaya Korea yang dipengaruhi Konfusianisme, peran-peran perempuan dan laki-laki dibedakan. Dalam masyarakat yang terpengaruh Konfusianisme ini, ciri-cirinya, antara lain, peran laki-laki dalam masyarakat cenderung dominan. Dalam rumah tangga, peran laki-laki mencari nafkah, sedangkan peran istri mengatur rumah tangga dan mengasuh anak. Meskipun undang-undang menjamin kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki di tempat kerja, kenyataannya masih terjadi diskriminasi kepada perempuan di tempat kerja. Misalnya, perempuan dibayar lebih rendah dan mereka diharapkan berhenti bekerja setelah menikah.
Mementingkan Kelompok Konfusianisme membentuk masyarakat Korea yang berorientasi pada kelompok. Tetapi orientasi kelompok pada masyarakat Korea mempunyai sifat unik, yaitu individualisme dalam konteks kelompok. Artinya, orang Korea loyal dan dapat berkompromi pada keputusan kelompok, tetapi mereka juga berharap dapat diberi kesempatan mengekspresikan aspirasinya. Di dalam situasi tidak ada konsensus kelompok atau arahan yang jelas dari pimpinan, karyawan cenderung menunjukkan perilaku yang individualistik. Sebagai dampaknya, kerja sama antaranggota kelompok sangat lemah. Untuk mengembangkan kerja sama kelompok, orang Korea mengadopsi yon-go relation (perilaku berdasarkan hubungan) yang merupakan salah satu nilai tradisional
16
Dimensi Budaya dalam Manajemen Korea
Korea. Secara tradisi, orang Korea membentuk kelompok-kelompok informal dengan basis keanggotaan dari keluarga, alumni sekolah, dan daerah asal (Family, Alumni, and Regionalism atau disebut FAR). Yon-go relation di perusahaan Korea dikembangkan untuk meningkatkan kepercayaan dan kedekatan antara seseorang dan orang yang lain, sehingga terjadi kelompok dengan bentuk melting pot. Rasa kedekatan dan kepercayaan antaranggota kelompok ini awalnya didasarkan pada hubungan keluarga dan kekerabatan, kemudian diperluas pada orang yang mempunyai latar belakang sekolah/ universitas yang sama atau berasal dari daerah yang sama. Banyak organisasi bisnis di Korea mengadopsi yon-go relation ini dalam struktur kekuasaan atau kepemimpinan, sehingga terbentuk suatu budaya kelompok yang berorientasi pada jaringan relasi-relasi sosial yang erat. Sering kali kelompokkelompok informal dalam organisasi bisnis ini mempunyai pengaruh dalam pengambilan keputusan manajemen. Dampaknya yang negatif adalah sifat kelompok informal ini menjadi eksklusif terhadap karyawan yang bukan anggota yang kemudian dapat pula menimbulkan nepotisme.
Mementingkan Pendidikan Konfusianisme menentukan status sosial seseorang berdasarkan pekerjaan dan tingkat pendidikannya. Masyarakat Korea percaya bahwa pendidikan merupakan jalan terpendek untuk mengubah status sosial dan memperoleh kesuksesan atau jasusungga (Rowley & Paik, 2009: 16). Pada masa kerajaan Choseon, calon pegawai kerajaan dipilih dengan ujian negara mengenai doktrin Konfusianisme. Setelah masa kerajaan, banyak perusahaan Korea merekrut karyawan berdasar prestasi akademiknya, hasil ujian tertulis, atau dari universitas mana ia berasal. Hal ini membuat masyarakat Korea mempunyai motivasi yang besar untuk mencapai pendidikan yang tinggi dan berlomba-lomba memasuki perguruan tinggi terkemuka di Korea. Dalam perusahaan Korea, pentingnya pendidikan karyawan dapat dilihat dari adanya program training dan pengembangan untuk karyawan. Tabel 2 menunjukkan implikasi dari karakteristik masyarakat Korea terhadap manajemen Korea.
17
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Tabel 2 IMPLIKAS I MANAJ EMEN DARI KARAKTERIS TIK MAS YARAKAT KOREA 1. Ke luarga dan hubungan darah Keluarga dan hubungan darah sangat penting. Keterlibatan anggota keluarga dala m bisnis. 2. Hubungan alumni dan pendidikan Kesamaan alu mni dan tingkat pendidikan sangat penting Lu lusan dari perguruan tinggi prestisius sangat menentukan kesuksesan karier atau keberuntungan seseorang 3. Hubungan berdasarkan kesamaan daerah asal Kesamaan daerah asal sangat penting. Kesamaan daerah asal menentukan kesuksesan karie r 4. Loyalitas pada atasan dan paternalisme Loyalitas pada atasan dan paternalisme sangat penting Sumber: Chang & Chang (1994: 154-155)
Tidak ada budaya yang tidak berubah, termasuk budaya nasional Korea. Industrialisasi, demokratisasi dan globalisasi pasar merupakan tiga faktor yang ikut mengubah budaya nasional Korea. Munculnya masyarakat urban industri menjadi faktor berubahnya sistem keluarga luas menjadi sistem keluarga inti. Selain itu, nilai-nilai keluarga tradisional mengalami pergeseran seperti kewajiban anak berbakti kepada orang tua, menghormati orang yang lebih tua, dan pentingnya menjaga harmoni dalam keluarga. Banyak ahli manajemen Korea berpendapat, bahwa sejak tahun 1990-an karakteristik masyarakat Korea telah banyak berubah, sehingga perilaku orang Korea dalam perusahaan juga terpengaruh oleh perubahan tersebut. Nilai-nilai paternalisme dalam perusahaan mulai melemah. Banyak karyawan di perusahaan Korea yang tidak lagi mengikuti permintaan pribadi dari atasan atau pimpinan mereka (Chung, Lee & Jung, 1997: 138). Meskipun demikian, tidak semua nilai tradisional keluarga di Korea terkikis oleh perubahan itu. Penulis telah melakukan penelitian mengenai paternalisme dan norma-norma perilaku orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda ternyata masih diterapkan di perusahaan Korea, khususnya di perusahaan kecil dan menengah. Untuk mengetahui hal tersebut, pada tahun 2010 penulis melakukan survei kepada 91 orang Indonesia yang pernah
18
Dimensi Budaya dalam Manajemen Korea
bekerja di perusahaan Korea (Tenaga Kerja Indonesia). Hasil survei yang disajikan dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisional keluarga Korea, seperti paternalisme, hormat kepada yang lebih tua, dan aturan perilaku harus saling percaya antarteman, banyak diterapkan orang Korea dalam perusahaan Korea, sebagaimana tercermin dalam perilaku mereka sebagai atasan, bawahan, dan karyawan. Tabel 3 Perilaku Orang Korea dalam Perusahaan Perilaku or ang Korea
Persentase
Pemilik/pemimp in perusahaan memberi perhatian kepada karyawan Korea
72,5%
Karyawan Korea mematuhi perintah atasan
83,5%
Karyawan Korea yang lebih muda menghormati karyawan Korea yang lebih tua
72,5%
Sesama karyawan Korea saling percaya
59,3%
Karyawan Korea yang lebih tua me mberi perhatian pada karyawan yang lebih muda
44,0%
Catatan: Total responden = 91 mantan TKI asal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Sumber: Ratih Pratiwi Anwar (2010: 10).
Karakteristik Manajemen Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai orientasi nilai masyarakat Korea dan pengaruhnya pada perilaku yang diharapkan dalam sebuah keluarga atau perusahaan. Budaya Konfusianisme juga mempengaruhi karakteristik manajemen Korea. Menurut Chung, Lee dan Jung (1997: 152-158) tiga karakteristik yang unik dari manajemen Korea adalah sebagai berikut: (1) perusahaan dijalankan dan dikendalikan oleh manajer yang sekaligus pemilik atau pendiri perusahaan, (2) struktur manajemen yang terpusat, dan (3) gaya kepemimpinan yang otoriter dan paternalistik. a.
Pengelolaan Perusahaan Ciri unik pertama dari manajemen perusahaan Korea adalah pemilik perusahaan atau keluarga pendiri perusahaan terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan Korea yang pada awalnya berupa perusahaan keluarga. Konsekuensinya tidak aneh apabila ada anak dan kerabat pemilik atau pendiri perusahaan itu mendapat peranan dalam menjalankan bisnis sehari-hari sebagai manajer atau bahkan sebagai eksekutif puncak. Namun, dengan makin berkembangnya bisnis perusahaan dan makin diperlukannya sumber keuangan dari luar perusahaan,
19
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
maka perusahaan Korea mulai menjadi perusahaan publik. Hal ini membuat perubahan dalam pengisian sumber daya manusia. Tuntutan kinerja dari pemegang saham dan kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas menyebabkan perusahaan Korea mulai mempekerjakan manajer profesional. Hanya, mengingat keluarga pendiri pada umumnya masih mempunyai saham terbanyak, maka para manajer profesional ini tidak dapat berperan banyak dalam mengendalikan perusahaan. Dimensi budaya yang mempengaruhi tata kelola perusahaan (corporate governance) seperti ini adalah nilai tradisional keluarga Korea yang menekankan pentingnya hubungan darah dalam pewarisan harta keluarga. Masyarakat Korea cenderung menganggap, bahwa kepemilikan perusahaan masih dipertahankan di tangan keluarga pemilik atau pendiri perusahaan sebagai bagian dari usaha mempertahankan kehormatan keluarga dan menghargai generasi tua yang mendirikan perusahaan tersebut. b.
Struktur Manajemen yang Terpusat Ciri khas yang kedua dari perusahaan Korea adalah struktur manajemen yang terpusat dan praktik manajemen yang bersifat formal. Struktur manajemen yang terpusat artinya otoritas terkonsentrasi pada mereka yang berada di posisi teratas dalam hierarki organisasi. Dampaknya adalah banyak perusahaan Korea yang memiliki kekuasaan pengambilan keputusan terpusat pada manajer puncak yang biasanya terdiri dari manajer dari kalangan pemilik atau pendiri perusahaan dan dari kalangan terdekat mereka. Sedangkan formalisasi praktik manajemen mengandung arti, bahwa aturan-aturan dalam perusahaan dibuat secara eksplisit untuk mengatur perilaku manajer dan karyawan, peran dan tugas, serta relasi peran dengan orang lain. Sebagai contoh, keputusan-keputusan yang bersifat penting selalu diputuskan melalui prosedur formal. Perubahan struktur manajemen sudah dirasakan semenjak dekade 1990-an. Pemusatan kekuasaan di tangan manajer-pemilik mulai berkurang di kelompok perusahaan besar, tetapi masih tinggi di kelompok perusahaan berskala kecil. c.
Kepemimpinan yang Paternalistik dan Otoriter Ciri khas ketiga manajemen Korea adalah kepemimpinan yang paternalistik dan otoriter. Kepemimpinan yang paternalistik sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kepemimpinan yang otoriter memiliki arti, bahwa perilaku manajer dipengaruhi oleh hierarki sosial dalam budaya Konfusianisme, yaitu kuatnya jarak kekuasaan (power distance) antara pemimpin dan bawahan. Kepemimpinan otoriter di perusahaan Korea didukung oleh struktur manajemen yang terpusat dan perilaku bawahan yang pasif dan patuh (sebagai bawaan dari masyarakat yang berbudaya agraris). Gaya kepemimpinan yang otoriter
20
Dimensi Budaya dalam Manajemen Korea
para manajer Korea lebih menekankan pada terselesaikannya tujuan pekerjaan. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan yang dibutuhkan adalah manajer yang mempunyai kemampuan dan kinerja tinggi.
Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia secara umum adalah manajemen untuk memperoleh sumber daya manusia terbaik bagi bisnis yang sedang dijalankan dan bagaimana memelihara sumber daya manusia tersebut, agar tetap bekerja dengan kualitas kerja yang diharapkan perusahaan. Fungsi dari proses manajemen tersebut adalah untuk merencanakan, menyediakan, mengembangkan, memelihara, dan memanfaatkan sumber daya manusia (Kartiwi, 2012: 18-21). Sumber daya manusia mempunyai posisi penting dalam pembangunan ekonomi di Korea. Mengingat Korea tidak mempunyai banyak sumber daya alam, maka keberhasilan pembangunan ekonomi sangat tergantung pada sumber daya manusia. Perusahaan-perusahaan Korea telah memanfaatkan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor yang menentukan keunggulan daya saing. Perusahaan Korea banyak mendapatkan tenaga kerja yang mudah dimotivasi untuk belajar dan mencapai kesuksesan, karena budaya Konfusianisme telah mempengaruhi nilai dan sikap orang Korea, seperti misalnya, pentingnya pengembangan diri, disiplin, dan kemauan untuk bekerja keras (Rowley and Park, 2009:16). Praktik manajemen sumber daya manusia di perusahaan Korea bervariasi dan bergantung pada skala perusahaan. Berikut ini akan dibahas manajemen sumber daya manusia di perusahaan yang berskala besar. Bagian yang dibahas meliputi rekrutmen karyawan, training dan pengembangan, serta evaluasi kinerja dan promosi seperti yang dijelaskan oleh Chung, Lee dan Jung (1997), dan Chang & Chang (1994). a.
Sistem Rekrutmen dan Seleksi Karyawan Rekrutmen memegang peran penting dalam manajemen sumber daya manusia di perusahaan Korea, karena banyaknya perusahaan yang mempekerjakan karyawan untuk seumur hidup (life time employment). Secara tradisional, perusahaan Korea dalam proses rekrutmen eksternal mengadopsi sistem rekrutmen berbasis yon-go relation, yaitu mengutamakan calon karyawan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga pemilik atau pendiri perusahaan, alumni sekolah yang sama atau daerah asal yang sama. Banyak perusahaan Korea yang kini menerapkan berbagai metode rekrutmen formal dan bersifat terbuka yang disebut dengan sistem gong-chae. Sistem gong-chae diterapkan karena meningkatnya kebutuhan jumlah kar-
21
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
yawan dan tingginya tingkat persaingan pasar. Samsung Group merupakan salah satu chaebol yang menerapkan sistem ini. Pengumuman rekrutmen karyawan dilakukan dengan cara publikasi melalui surat kabar, majalah, brosur perusahaan, iklan televisi, program magang, dan datang mengunjungi kampus. Proses seleksi karyawan dalam sistem rekrutmen berbasis gongchae secara umum meliputi: (a) menyeleksi biodata pelamar, (b) melakukan ujian tertulis, tes bahasa asing, dan tes psikologi, (c) menyelenggarakan wawancara, (d) memeriksa surat rekomendasi, (e) mencermati prestasi saat magang, dan (f) melihat hasil tes kesehatan. b.
Pelatihan dan Pengembangan Manajemen sumber daya manusia di perusahaan Korea sangat menekankan pada pelatihan dan pengembangan karyawan. Hal ini terpengaruh oleh budaya Korea yang mementingkan pendidikan. Metode training dan pengembangan karyawan yang diterapkan oleh perusahaan Korea, antara lain, pelatihan berbasis pendidikan, orientasi karyawan baru, pembangunan karakter, pelatihan indoktrinasi, on-the-job-training, dan pelatihan di luar negeri. Beberapa perusahaan besar mempunyai lembaga pelatihan sendiri atau training center yang mempunyai kapasitas ribuan karyawan untuk pelatihan atau program orientasi. Pada pelatihan indoktrinasi, karyawan-baru mendapatkan nilai-nilai moral dan ideologi yang diadopsi perusahaan yang menjadi arahan bagi perilaku karyawan. Karyawan juga diberi kesempatan menempuh program MBA di luar negeri atau mengikuti pelatihan bahasa asing setelah bekerja. Globalisasi membuat pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia menjadi sangat penting. Akibatnya, dana untuk pengembangan dan pelatihan karyawan di perusahaan Korea semakin bertambah. c.
Evaluasi Kinerja dan Promosi Sistem evaluasi kinerja dalam manajemen sumber daya manusia berpengaruh pada promosi dan penghargaan pada karyawan. Banyak perusahaan Korea yang sudah mempunyai sistem evaluasi kinerja. Kinerja karyawan dievaluasi dengan kriteria, antara lain, kuantitas dan kualitas kerja, kemampuan dan keterampilan interpersonal, serta kemampuan kepemimpinan dan sikap kerja. Walaupun sistem evaluasi kinerja sudah didesain dengan baik, dalam praktiknya banyak manajer Korea setelah memberikan evaluasi tidak bersikap tegas kepada karyawan yang kinerjanya kurang baik dan tidak menggunakan hasil dari evaluasi kinerja tersebut dalam pertimbangan pemberian kompensasi atau penghargaan kepada karyawan. Sikap manajer yang tidak tegas dalam mengevaluasi karyawan tersebut dipengaruhi oleh budaya Korea, khususnya untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan bawahannya.
22
Dimensi Budaya dalam Manajemen Korea
Sementara itu, di perusahaan Korea, promosi dianggap sebagai penghargaan bagi karyawan yang dianggap penting. Secara tradisional, praktik promosi di perusahaan Korea didasarkan pada senioritas, keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan, prestasi kerja, dan sifat-sifat individu. Kriteria promosi yang paling penting adalah senioritas yang didasarkan pada lama kerja. Normalnya, seorang karyawan mencapai tinggat manajer setelah bekerja antara 12—17 tahun di perusahaan yang sama. Sistem promosi lama saat ini mengalami pembaharuan. Usia dan lama kerja dianggap tidak menjadi kriteria promosi yang utama dan banyak pemimpin eksekutif puncak dipromosi kan karena faktor kemampuan mereka.
Kesimpulan Budaya nasional Korea sangat dipengaruhi oleh Konfusianisme yang menekankan harmoni dalam hubungan antara ayah—anak, suami—istri, tua—muda, dan raja—rakyat. Hubungan yang harmonis antara orang yang dianggap lebih kuat dan orang yang lebih lemah dalam masyarakat diatur dengan kode etika yang menetapkan kewajiban atau perilaku yang diharapkan sesuai dengan nilai-nilai moral Konfusianisme. Konfusianisme telah mempengaruhi orientasi nilai dan perilaku orang Korea, baik di dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam organisasi bisnis. Masyarakat Korea menjadi masyarakat yang mengutamakan keluarga, mementingkan kelompok, dan berorientasi pada pendidikan. Aspek positif dari Konfusianisme adalah tercipta harmoni dalam keluarga, masyarakat, dan organisasi bisnis. Selain itu, Konfusianisme juga membentuk sikap orang Korea yang mempunyai semangat untuk mengembangkan diri, disiplin dan mau bekerja keras. Karakter ini terbukti telah mendukung pesatnya perkembangan perusahaan Korea. Selain itu, orientasi pada pendidikan membuat perusahaan Korea mengutamakan pelatihan dan pengembangan karyawannya. Namun ada juga nilai-nilai Konfusianisme yang menciptakan budaya yang negatif. Budaya yang lebih berorientasi pada kelompok dianggap menekan aspirasi individu dan hubungan yong-go yang lebih mengutamakan anggota dalam kelompok dalam perusahaan mendorong nepotisme dan diskriminasi dalam perusahaan Korea serta menghambat produktivitas. Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, meskipun perubahan budaya terkesan lebih lamban daripada perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik. Nilai-nilai industrialisasi, demokrasi dan globalisasi telah memperlemah nilai-nilai tradisional yang berorientasi pada Konfusianisme. Perubahan tersebut membawa dampak perubahan pada nilai-nilai individu, keluarga dan masyarakat Korea dan selanjutnya mengubah aspek-aspek utama manajemen Korea. Nilai tradisional harmoni dalam perusahaan telah digantikan oleh
23
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
nilai-nilai berorientasi kinerja, seperti inovasi, kualitas produk, pelayanan, dan kemajuan. Hubungan yon-go masih diterima masyarakat, tetapi rekrutmen dan promosi kini lebih banyak ditentukan oleh kemampuan individu daripada senioritas. Corporate governance juga berubah setelah banyak perusahaan Korea go public sehingga proporsi owner-manager di perusahaan Korea semakin berkurang. Perubahan manajemen Korea masih bervariasi dan perusahaan kecil dan menengah cenderung masih menggunakan manajemen tradisional dibandingkan perusahaan berskala besar. Perkembangan budaya nasional Korea selanjutnya tetap menarik untuk terus diikuti karena akan membawa dampak pada manajemen perusahaan Korea di masa yang akan datang, baik perusahaan Korea yang berada di Korea, maupun perusahaan Korea yang ada di Indonesia. ***
Referensi Anwar, Ratih Pratiwi. 2010. “Menguak Keajaiban Ekonomi Korea.” Paper dipresentasikan pada Workshop Korea VI. Pusat Studi Korea UGM dan Korea Foundation. Anwar, Ratih Pratiwi. 2011. “Social, Cultural and Economic Transformation from Indonesian Labour Migration to South Korea in Yogyakarta Special Region Province.” Research report submitted to the POSCO TJ Park Foundation. South Korea. Chang, C.S. & Chang, N.J. 1994. The Korean Management System: Cultural, Political, Economic Foundations. Quorum Books. USA. Kartiwi. 2012. “Konfusianisme dalam Manajemen Sumber Daya Manusia di Korea Selatan.” Skripsi S1. Jurusan Bahasa Korea. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Januari. Kim Sungsoo. 2008. The Role of The Middle Class in Korea Democration. Korean Studies Series No. 39. Jimoondang. Rowley, Chris and Yongsun Paik. 2009. Setting the Scene for the Changing Face of South Korean Management. Dalam Rowley, Chris and Yongsun Paik (editor). The Changing Face of Korean Management. Routledge. New York.
Penulis: Ratih Pratiwi Anwar adalah kepala Bidang Riset Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. E-mail: RatihAnwar@yahoo.com
24
Mengintip Korea Lewat Kimchi
MENGINTIP KOREA LEWAT KIMCHI* Andri Saefudin
Apabila kita menyebut negara Korea, apakah yang terlintas di kepala kita? Sekilas, pikiran kita mungkin akan tertuju pada taekwondo, ginseng atau dapat juga kimchi. Korea memang terkenal sebagai tempat asalnya seni beladiri taekwondo. Banyak orang juga menyebut Korea sebagai negara ginseng, karena keampuhan khasiat ginseng Korea sudah diakui di seluruh dunia. Kimchi adalah makanan tradisional Korea sejenis asinan sayur yang difermentasikan dan diberi bumbu pedas yang merupakan menu wajib yang harus ada ketika orang Korea makan. Tiga kata ini sendiri merupakan tiga kata serapan dari bahasa asing yang pertama kali masuk dalam daftar kata pada Oxford English Dictionary. Di Indonesia sendiri baru-baru ini sering kita jumpai restoran-restoran Korea yang menyajikan kimchi. Di kota Yogyakarta saja sekarang sudah ada lima restoran Korea, yang pada tahun 2003, baru ada satu restoran. Di Yogyakarta juga masih banyak lagi restoran lain yang juga menyajikan menu makanan Korea dan toko-toko serta supermarket terkenal yang menjual makanan dan jajanan atau snack Korea. Pada awalnya pelanggan dan konsumen utama restoran Korea adalah orang-orang Korea yang tinggal di Indonesia. Ketika seseorang tinggal di tempat yang baru dengan budaya yang berbeda, hal yang paling dirindukan selain keluarga adalah makanan. Misalnya dalam hal makanan, orang Korea di mana pun tinggal mereka tidak dapat meninggalkan kimchi. Seperti halnya orang Indonesia yang sudah belasan tahun tinggal di Amerika, kulkas di rumahnya hampir selalu tersedia tahu dan tempe. Korea merupakan bangsa yang kental akan budaya sendiri dan tidak mudah menerima budaya negara lain.
*
Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman penulis selama tinggal di Korea Selatan yang sempat mengunjungi Museum Kimchi Pulmuone. Sebagian tulisan ini diambil dari www.kimchimuseum.com.
25
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Di Korea sendiri pada umumnya menu makan sehari-hari terdiri dari nasi, lauk-pauk dan sup. Namun kimchi merupakan lauk-pauk wajib yang harus ada di meja makan. Bahkan jika menu makan sehari-hari tidak komplet, hanya ada nasi dan kimchi saja sudah cukup. Kalimat seperti ‘kalau sudah ada beras di rumah, sudah dapat tenang’ untuk orang Korea tidak berlaku. Memang beras adalah menu pokok untuk dimasak menjadi nasi, namun orang Korea masih belum juga dapat tenang apabila di meja makan mereka belum ada kimchi. Di Korea hampir di semua rumah makan disediakan kimchi, bahkan di restoran Jepang pun disajikan ramen atau shusi dengan menyertakan kimchi sebagai lauknya. Kadang-kadang juga di restoran steak kita dapat minta untuk disajikan kimchi sebagai pelengkapnya. Begitu lengketnya kimchi melekat pada tuannya, ke mana pun orang Korea pergi di sana pasti ada kimchi. Kecintaan orang Korea terhadap kimchi, tidak hanya dapat dilihat dari kebiasaan makan mereka, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari lainnya. Misalnya ketika orang Korea sedang mengambil foto, setelah menghitung angka ‘hana dul set’ (satu dua tiga) mereka menyerukan ‘kimchi‘ untuk mengekspresikan senyum mereka. Kata ‘kimchi’ yang sebenarnya hanya makanan setiap hari yang ditemui di meja makan, ternyata menggantikan kata smile dan cheese yang membuat orang tersenyum manis dan bahagia.
Asal mula Kimchi Apabila kita melihat sejarah Korea, mungkin dapat dikatakan bahwa makanan pokok orang Korea bukan hanya nasi, tetapi nasi dan kimchi. Kimchi merupakan lauk-pauk yang lebih dulu disajikan di meja makan dibandingkan makanan Korea lainnya. Kimchi dan nasi adalah pasangan yang tidak pernah meninggalkan meja makan. Walaupun orang Korea sudah dari dulu setiap hari menikmati kimchi, makanan warisan dari nenek moyang, sampai sekarang belum diketahui tepatnya kapan orang Korea mulai mengkonsumsi kimchi. Literatur tertua yang berisi tentang kimchi adalah buku puisi Tiongkok bernama Sigyeong. Ketika itu kimchi disebut ji dan kemudian berkembang dengan sebutan chimchae. Kata ini adalah sebutan untuk jenis-jenis makanan sayuran yang cara pembuatannya melalui pengasaman atau fermentasi. Apabila kita berbicara mengenai sejarah kimchi, mengartikan kimchi dengan cara menjelaskan dan menjabarkan pengertiannya secara umum mungkin akan lebih tepat. Secara umum, kimchi mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, kimchi adalah makanan yang diawetkan dan dimakan ketika musim dingin. Dalam arti luas ini, kimchi berarti makanan yang tidak hanya dinikmati orang Korea, namun juga berarti makanan yang dinikmati bangsa dari negara-negara lain yang mempunyai musim dingin seperti Korea.
26
Mengintip Korea Lewat Kimchi
Ketika musim dingin, tumbuhan sayur-sayuran tidak dapat hidup. Untuk menghindari bencana kelaparan, karena tidak ada hasil panen, orang-orang biasa menyimpan makanan dengan cara mengawetkannya. Oleh karena itu, makanan seperti asinan sayur tsukemono dari Jepang dan sauerkraut dari Jerman dapat digolongkan sejajar dengan kimchi Korea, apabila kita lihat kimchi dalam arti luas. Kimchi yang dimaksudkan dalam arti luas ini adalah bentuk kimchi yang dibuat dengan metode lama, yaitu hanya mengutamakan fermentasinya tanpa menambahkan yangnyeom (bumbu) tambahan. Sementara itu, dalam arti sempit dimaksudkan sebagai kimchi yang dibuat dengan menambahkan bumbu. Kimchi ini sudah dikenal sejak zaman kerajaan Goryeo. Pengenalan masyarakatnya pada teknik pembuatan masakan dengan cara menambahkan bumbu, menjadikan rasa kimchi lebih bervariasi lagi. Setelah memasuki pertengahan masa kerajaan Joseon, teknik pembuatan kimchi dengan penambahan bumbu semakin berkembang. Masyarakat juga mulai dapat membuat jeotgal (ikan atau makanan laut lainnya yang diasinkan atau terasi ala Korea). Mereka juga sudah mulai memanfaatkan bubuk cabai.1 Pada masa kerajaan Joseon ini, teknik pertanian di Korea terus mengalami kemajuan. Pertanian sayur juga berkembang. Jumlah jenis sayur yang dibudidayakan bertambah dengan kualitas hasil panen yang baik. Kondisi itulah yang memungkinkan munculnya berbagai kreasi dalam pembuatan kimchi. Bermacam-macam jenis kimchi yang dibuat menggunakan cara berbeda-beda dengan bumbu yang juga lebih bervariasi. Maka, kimchi pun tampil dengan rasa yang beraneka ragam. Sejalan dengan perkembangan model kehidupan masyarakat berburu menuju model kehidupan masyarakat berkebun atau bertani, cara membuat makanan atau memasak pun tidak terhindarkan mengalami proses perkembangan. Pada awal kehidupan masyarakat berburu, orang hanya dapat makan hasil buruannya dengan cara mengasapi atau membakar di atas api. Hasil ladang di hutan, seperti biji-bijian, sayur atau jagung, sebelum dimakan, diolah dan dimasak terlebih dahulu dengan cara yang mudah dan sederhana. Misalnya, dengan mencampur semua bahan makanan itu dalam satu wadah. Hasilnya, setelah matang, makanan itu akan terlihat seperti bubur. Namun, setelah masyarakat mulai berkebun dengan hasil panen yang dapat diperoleh secara berkala, mereka mulai meninggalkan cara memasak yang dilakukan sebelumnya. Mereka juga mulai memasak bahan makanan pokok secara terpisah. Ketika memasak nasi, misalnya, nasi sudah tidak dicampurkan lagi dengan bahan makanan lain. Metode memasak seperti ini yang berlangsung 1
www.kimchimuseum.com (diakses 6 November 2011)
27
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
lama akhirnya menjadikan nasi sebagai makanan pokok untuk dihidangkan dengan lauk-pauk lain. Di Korea sendiri, proses ini terlihat pada masa samgukshidae (Zaman Tiga Kerajaan).2 Sebagian besar kandungan makanan pokok adalah zat tepung atau karbohidrat. Kelebihan dari makanan pokok ini, selain memberi efek rasa kenyang setelah makanan pokok ini dimakan, juga pencernaan dalam tubuh menjadi lebih lancar karena kandungan seratnya banyak. Kemudian, rasa makanan pokok itu dibiarkan netral. Maka, nasi akan lebih cocok dan enak jika dimakan bersama dengan lauk sayur yang mengandung garam dan mempunyai rasa asin. Diperkirakan, dimulainya pembuatan kimchi ketika pertama kali nasi mulai menjadi makanan pokok. Waktu itu, kimchi yang menjadi lauk-pauk utamanya. Kimchi pada zaman prasejarah dan Zaman Tiga Kerajaan, dibuat hanya dengan menggunakan cara pengawetan sayur dengan garam.3 Mirip pengawetan lobak dan mentimun yang memalai garam seperti sekarang ini. Tetapi ada pula perbedaannya, yaitu mengawetkan mentimun dan lobak dilakukan dengan cara mengeringkannya terlebih dahulu. Kimchi yang merupakan jenis asinan sayur yang diawetkan ini disesuaikan dengan perubahan musim Korea, sehingga pada musim dingin yang panjang pun kimchi dapat disimpan dalam waktu yang lama. Kimchi yang berwarna merah dan pedas sekarang ini merupakan hasil dari pengembangan teknik memasak orang Korea sejak abad ke-17, ketika cabai untuk pertama kalinya masuk ke Korea.4 Tanah asal cabai yang sekarang dinikmati orang di seluruh penjuru dunia adalah Meksiko. Pada abad ke-15, Columbus, pelaut asal Spanyol ketika pertama kali tiba di benua Amerika, tepatnya di Hispanolia melihat orang-orang Indian sedang mengonsumsi cabai. Itulah pertama kali cabai diperkenalkan suku bangsa asli benua Amerika. Cabai yang dalam bahasa Spanyol pimiento, berarti merica yang pedasnya lebih tajam dan menyengat. Penemuan benua Amerika ini menjadikan Eropa dibanjiri hasil perkebunan yang belum pernah dijumpai sebelumya. Tersebarnya cabai ke Eropa bersamaan dengan hasil perkebunan lain, seperti kentang, jagung, tomat, ubi. Kemampuan tanaman cabai untuk tumbuh lebih fleksibel. Cabai dapat tumbuh di tempat yang iklim berbeda dengan asalnya. Maka, cabai semakin cepat penyebarannya di seluruh penjuru dunia. Penyebaran cabai ini mengikuti jalur niaga para pedagang Spanyol dan Portugis ke Eropa, Goa, India, dan terus menyebar sampai ke seluruh wilayah Asia. Dalam catatan Lee 2 3 4
www.kimchimuseum.com (diakses 6 November 2011) www.kimchimuseum.com (diakses 6 November 2011) www.kimchimuseum.com (diakses 6 November 2011)
28
Mengintip Korea Lewat Kimchi
Suh-Kwang tahun 1613, cabai masuk ke Korea melalui Jepang yang sebelumnya sudah singgah terlebih dahulu di China. Sekitar 150 tahun kemudian, yaitu tahun 1765, cabai mulai dibudidayakan dan menjadi komoditas pasar karena orang Korea sudah banyak menggunakannya.5 Sebelum ada cabai di Korea, kimchi tidak berwarna merah. Warna asli sayuran itu masih terlihat. Sebelum abad ke-19, kimchi pada mulanya dibuat dari bahan sayuran yang ada di Korea ketika itu. Sampai abad ke-19, bangsa Korea boleh jadi belum mengenal sawi putih. Begitulah, sebelum cabai masuk ke Korea, kimchi belum dapat diolah sedemikian rupa, sehingga dapat menghasilkan kimchi berwarna merah dengan rasa yang pedas.
Tradisi Kimjang Kimjang adalah tradisi pembuatan kimchi dengan jumlah besar sebagai cadangan bahan makanan menjelang masyarakat Korea menghadapi musim dingin yang panjang. Kimjang merupakan tradisi yang dimulai sejak zaman Tiga Kerajaan dan kerajaan Goguryeo.6 Peninggalan zaman Tiga Kerajaan berupa guci-guci raksasa tempat menyimpan kimchi. Adapun gambar sumur yang juga sebagai tempat menyimpan kimchi terdapat pada pahatan ditembok kuburan kuno zaman kerajaan Goguryeo. Ada empat musim di Korea dengan musim dingin lebih panjang daripada musim lainya, yaitu musim semi, musim panas, dan musim gugur. Musim dingin adalah masa para petani tidak dapat bercocok tanam. Mereka tidak dapat mengasilkan bahan pangan. Setiap datang musim dingin, siklus hidup tumbuhan sayur-sayuran seperti terhenti. Oleh karena itu, ketika para petani menghasilkan panen sayuran yang banyak, mereka harus menyimpannya untuk persiapan musim dingin. Tetapi, mengingat sayuran tidak dapat bertahan lama dan cepat busuk, diperlukan cara menyimpan atau mengawetkan sayuran itu untuk waktu yang lama. Maka, diperlukan guci-guci besar untuk penyimpanan kimchi dalam jumlah banyak. Dari sinilah muncul tradisi kimjang, yaitu kebiasaan membuat kimchi dalam jumlah besar sebagai persiapan menghadapi musim dingin yang panjang. Tradisi ini pada awalnya dilakukan saat hari cerah ketika angin dingin sudah mulai bertiup sebagai tanda musim dingin segera tiba, yaitu pada awal November hingga awal Desember. Kini, terjadinya pemanasan global menyebabkan iklim di Korea berubah drastis. Waktu melaksanakan tradisi kimjang pun pada akhirnya berubah menyesuaikan waktu datangnya musim 5 6
www.kimchimuseum.com (diakses 6 November 2011) www.kimchimuseum.com (diakses 6 November 20)
29
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
dingin di Korea. Setelah hari untuk melakukan kebiasaan ini ditentukan, pada hari yang cerah para anggota keluarga, kerabat dan tetangga berkumpul di suatu tempat untuk beramai-ramai membuat kimchi. Satu keluarga yang terdiri dari empat orang biasanya memerlukan sawi berukuran besar antara 40 sampai 50 buah. Bahan membuat kimchi adalah berbagai jenis sayurmayur, meskipun yang sering digunakan adalah sawi putih dan lobak. Proses pembuatannya dilakukan sebagai berikut. Pertama-tama, sawi dibelah menjadi dua bagian dan dicuci terlebih dahulu, kemudian ditaburi garam dan direndam di dalam air pada hari sebelumnya. Di Korea masyarakat yang tinggal di daerah pesisir atau dekat dengan pantai biasa memanfaatkan air laut yang asin sebagai pengganti garam. Setelah itu, lembar demi lembar daun sawi diolesi bumbu kimchi. Bumbu yang dioleskan ini adalah campuran bawang putih, jahe yang sudah dihaluskan, jeotgal (terasi ala Korea), potongan daun bawang, bubuk cabai, garam, gula dan bahan lain. Kimjang juga merupakan kesempatan untuk meneruskan resep keluarga yang diwariskan nenek kepada ibu, ibu kepada anak perempuan atau dari mertua kepada menantu perempuan. Kimchi yang dibuat ini cukup untuk persediaan selama musim dingin hingga musim semi pada tahun berikutnya, yaitu sekitar April—Mei. Tradisi ini tidak hanya berarti menyiapkan makanan untuk musim dingin, namun juga berarti bentuk syukur orang Korea karena telah melewatkan satu tahun dengan selamat dan awal memulai kehidupan di tahun yang baru. Dulu kimchi yang dibuat biasa disimpan dalam guci besar dan dikubur dalam tanah. Sekarang, sesuai dengan perkembangan zaman, di Korea sudah dikenal lemari es khusus untuk menyimpan kimchi. Mengingat sebagian besar orang Korea membuat kimchi dalam jumlah besar, maka diperlukan lemari es khusus untuk menyimpan persediaan kimchi selama setahun.
Aneka Macam Kimchi Korea dengan empat iklim, memaksa penduduknya harus selalu menyesuaikan diri dengan perubahan alam. Pakaian dan makanan pun harus pula mengikuti iklim yang terjadi. Itulah salah satu faktor yang membuat penduduk Korea mempunyai begitu banyak ragam dan macam jenis makanan. Makanan yang biasa dinikmati pada musim dingin berbeda sekali dengan makanan untuk musim panas. Begitu juga dengan makanan-makanan yang biasa disajikan pada musim semi atau musim gugur. Letak geografi Semenanjung Korea berada di wilayah yang ketiga sisinya, laut. Laut ini mengandung kekayaan ikan yang besar sebagai sumber jeotgal, bahan pembuat kimchi. Kekayaan laut itu pula salah satu faktor
30
Mengintip Korea Lewat Kimchi
yang mempercepat perkembangan teknik pembuatan kimchi. Bahan dasar jeotgal yang terbuat dari udang atau ikan teri mempengaruhi rasa kimchi. Topografi Korea juga mempengaruhi jenis dan rasa kimchi, Wilayah timur adalah pengunungan penghasil sayur-mayur yang berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan iklim antar-wilayah selatan dan utara semenanjung menghasilkan panen cabai yang tingkat kepedasannya berbeda. Setiap wilayah di Korea yang menghasilkan ikan laut atau jenis sayur yang tidak sama, ikut memperkaya ragam jenis kimchi yang ada di setiap daerah. Masing-masing mempunyai ciri khasnya sendiri. Misalnya, di wilayah semenanjung bagian selatan yang banyak mengahasilkan ikan teri untuk membuat jeotgal, mempunyai kimchi dengan beraroma ikan teri. Dalam jangka waktu musim panas yang panjang, rasanya tetap tidak berubah. Sedangkan semenanjung bagian utara, pembuatan jeotgal lebih banyak menggunakan bahan daging sapi daripada ikan laut. Kimchi yang dihasilkan dari dari ini terasa lebih gurih. Museum Kimchi Pulmuone yang ada di kota Seoul, mencatat 187 jenis kimchi, mulai dari kimchi zaman dulu sampai sekarang. Jenis kimchi yang mudah dikenali misalnya baechu kimchi terbuat dari sawi putih, kaktugi terbuat dari lobak yang dipotong-potong berbentuk kotak seperti kubus, kimchi mentimun atau biasa disebut oisobagi dan kaennip kimchi yang dibuat dari daun perilla yang direndam dengan kecap asin, cabai merah, bawang putih dan daun bawang. Menurut musimnya, kimchi digolongkan sesuai musimnya, yaitu kimchi musim dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur. Kimchi yang biasa dikonsumsi pada musim dingin, antara lain, baechu kimchi, baekkimchi, dongchimi, thongmu kimchi yang dibuat ketika kimjang. Kimchi yang cocok dikonsumsi pada musim semi, antara lain, haetbetchu kimchi, minari kimchi, dan olgari kimchi. Kimchi yang segar untuk dikonsumsi pada musim panas adalah yeolmu kimchi, oikimchi dan buchu kimchi. Kimchi yang biasa dinikmati pada musim gugur, antara lain, chonggak kimchi, gaji kimchi, gulkaktugi kimchi. Sedangkan pengelompokan kimchi berdasarkan cara memasak dan kegunaannya dapat digolongkan ke dalam lima macam, yaitu songsongi, yeolmu kimchi, sukkaktugi, nabak kimchi, dan kimchi yang biasa dikonsumsi seharihari. Songsongi merupakan jenis kimchi yang terbuat dari lobak, biasa dikonsumsi di lingkungan istana. Kimchi ini biasa disantap sehari-hari oleh raja dan keluarganya. Yeolmu kimchi adalah kimchi yang disediakan di biara atau klenteng untuk dikonsumsi para biksu dan biarawati. Kimchi ini dibuat tanpa menambahkan oshinchae (lima jenis bumbu) yang dilarang dikonsumsi biksu atau biarawati. Alasannya, sifat bumbu ini panas dan dapat memancing kemarahan
31
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
dan hati tidak tenang. Lima jenis bumbu yang tidak boleh dicampurkan ketika membuat kimchi ini, di antarannya, bawang merah, bawang putih, bawang perai, daun recambole dan jeotgal. Berikutnya adalah sukkaktugi, yaitu kimchi yang cocok dikonsumsi oleh orang lanjut usia yang giginya sudah tidak kuat lagi. Kimchi ini dibuat dengan cara merebus lobak terlebih dahulu, baru kemudian ditambahkan bumbu kimchi sehingga teksturnya lembut. Kimchi berikutnya adalah nabak kimchi yang biasa digunakan untuk sesaji dalam upacara adat penghormatan kepada leluhur.
Manfaat Kimchi Kimchi dibuat dari berbagai jenis sayuran sehingga mengandung kadar serat yang sangat tinggi dan rendah kalori. Oleh karena itu, kimchi dipercaya dapat memperlambat penuaan dan menghindari penyakit kegemukan. Sebagian besar bumbu yang dicampurkan adalah bawang putih, bawang bombay dan cabai yang bagus untuk kesehatan. Kimchi yang biasanya mempunyai rasa pedas dan asam karena pembuatannya melalui proses fermentasi ini, kadang-kadang tidak cocok untuk orang yang tidak menyukai makanan pedas atau untuk orang yang mudah sakit perut atau diare. Namun, kimchi yang kaya akan vitamin A, thiamine (B1), riboflavin, kalsium, zat besi dan asam laktat sangat baik untuk pencernaan. Majalah Health Magazine edisi Maret 2006 melaporkan, bahwa kimchi termasuk salah satu dari lima makanan tersehat di dunia. Kimchi yang kaya dengan vitamin, bagus untuk pencernaan dan kemungkinan dapat mencegah kanker. Kultur bakteri yang hidup dalam kimchi, diketahui lebih banyak daripada bakteri yang ada pada yogurt, juga sangat bagus untuk pencernaan. Bakteri ini yang membunuh bakteri berbahaya lain yang hidup dalam usus. Menurut berita http://news.bbc.co.uk (14 Maret 2005), hasil penelitian di Seoul National University, Korea Selatan pada 13 ekor ayam yang terinfeksi virus flu burung setelah diberikan ekstrak kimchi, 11 ekor di antaranya dapat kembali sembuh normal. Penelitian ini membuktikan bahwa kimchi juga mempunyai fungsi mencegah dan mengobati infeksi virus flu burung. Oleh karena itu, Korea yang masyarakatnya mayoritas mengkonsumsi kimchi, hanya mendapat dampak kecil dari wabah virus flu burung dibandingkan dua negara tetangganya: China dan Jepang. Berita ini juga menyebutkan bahwa saat itu omset penjualan kimchi di Korea atau di China dan Jepang, meningkat hingga 40-45% dibanding biasannya. Selain itu, kandungan zat pectin pada kimchi dapat menguraikan protein dalam usus, sehingga dapat mencuci saluran pencernaan dengan baik dan mencegah kegemukan. Kandungan vitamin C yang tinggi karena pemakaian
32
Mengintip Korea Lewat Kimchi
cabai merah dalam jumlah banyak dalam kimchi, juga bagus untuk mengatasi kekurangan vitamin C bagi orang yang kurang mengkonsumsi buah-buahan. Protein yang berasal dari bumbu jeotgal, misalnya, udang atau ikan teri, dalam proses fermentasi diubah menjadi asam amino, sehingga kebutuhan asam amino untuk tubuh terpenuhi. Sedangkan rasa dan rupa kimchi itu sendiri yang khas dan menggoda dapat membantu menambah nafsu makan.
Kimchi di Meja Makan Korea Korea, sebuah negara dengan wilayah yang tidak begitu luas di Asia Timur, yang diapit dua negara besar, China dan Jepang, ternyata mempunyai kekayaan makanan tradisional yang sangat khas dan menggoda. Korea mempunyai jenis dan macam makanan tradisional yang begitu beraneka ragam. Beberapa makanan Korea yang populer adalah Bulgogi, Samgyetang, Kimbab, atau Bibimbab yang sangat digemari di Semenanjung Korea dan di luar negeri asalnya. Makanan pokok orang Han atau orang Korea adalah nasi, sama halnya dengan kebanyakan penduduk di negara-negara Asia lainnya. Selain itu, orang Korea, seperti juga orang Jawa di Indonesia, merasa sudah makan jika ia sudah makan nasi. Ekspresi bahasa Korea bab mongneunda yang berarti makan, di dalamnya mengandung kata bab yang berarti nasi. Orang Korea akan tetap mengatakan belum makan, jika hanya makan roti atau kentang goreng, walaupun perutnya sudah kekenyangan. Selain dalam hal makanan, orang Korea juga sering menggunakan kata bab dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya, salam pengganti anyeonghaseyo ‘apa kabar’ sering digunakan juga bab mogossoyo? ‘sudah makan’. Kata bab dalam kalimat ini tidak untuk menanyakan kondisi seseorang sudah makan atau belum, melainkan sebagai salam untuk menyakan kabar sebagai salah satu cara orang Korea bersosialisasi di masyarakat. Begitulah, nasi dianggap sangat penting bagi kehidupan orang Korea. Di atas bab sang (meja makan) yang disajikan tiga kali sehari, ada tiga jenis makanan yang terdiri dari bab (nasi), banchan (lauk-pauk), dan guk atau chigae (sup). Bab adalah nasi, makanan pokok yang disajikan dengan menu utama. Di Korea, ketika menanak nasi biasa ditambahkan biji-bijian, seperti kacang, beras merah atau ubi jalar, agar rasanya menjadi lebih gurih dan aromanya menjadi lebih harum. Banchan adalah lauk-pauk atau dapat juga diartikan sebagai menu utamanya. Banchan biasanya namul, saengseong, gogi, atau kimchi. Untuk menu sederhana biasanya terdiri dari dua atau tiga macam lauk-pauk. Namun pada saat-saat istimewa dihidangkan hingga 10 macam lauk-pauk. Sedangkan guk atau chigae adalah sup yang menjadi menu pelengkap.
33
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Guk atau chigae adalah jenis sayuran, daging atau ikan yang dimasak dengan menambahkan air dalam volume yang besar. Pada umumnya sayur yang berkuah banyak dan tidak asin disebut guk, sedangkan apabila kuahnya lebih sedikit dan rasanya lebih keras dan kuat serta isi sayurannya lebih banyak dibandingkan kuahnya disebut chigae. Biasanya di antara dua menu makanan yang sangat penting yang harus disiapkan di atas meja makan sebagai teman nasi adalah banchan. Banchan selain lauk-pauk juga dapat sebagai menu utama. Walaupun banyak di antara orang Korea tidak dapat makan tanpa guk, kimchi adalah lauk-pauk yang harus ada di meja makan ketika tidak ada guk. Begitu cintanya orang Korea pada kimchi, tidak hanya dapat dilihat ketika duduk di meja makan, namun juga ketika orang Korea sedang bersantai bersama teman akrab atau menjamu tamu dengan sul (minuman beralkohol). Kimchi adalah teman serasi sul untuk dinikmati bersama pada musim dingin atau musim panas. Orang Korea juga biasa menggunakan asinan sayur kimchi sebagai bahan dasar membuat menu makanan atau lauk-pauk lainnya. Misalnya, ketika membuat nasi goreng dan membuat sup, kimchi sering ditambahkan sebagai bahan utama atau bumbu pokok yang dapat memberikan rasa kimchi yang asli pada hasil masakannya. Bogkembab adalah nasi goreng dengan campuran asinan sayur kimchi, sedangkan kimchi chigae adalah sup yang dibuat dengan bahan dasar kimchi. Selain itu juga ada kimchijeon dan makanan lainya berbahan dasar kimchi.
Kimchi di Indonesia Kimchi masuk ke Indonesia sudah sejak lama, dibawa bersama orangorang Korea yang saat itu datang ke Indonesia. Kecintaan orang Korea terhadap kimchi menjadikan orang Korea sepertinya tidak dapat hidup tanpa kimchi. Ke mana pun orang Korea pergi dan tinggal, mereka harus menyediakan kimchi sebagai pendamping nasi. Pada awalnya, restoran-restoran Korea yang muncul di Indonesia pelanggan setianya adalah orang Korea sendiri, bahkan juga sampai sekarang. Munculnya restoran khas suatu negara ketika pertama kali biasanya tidak akan bertahan lama apabila tidak mendapat perhatian dan kunjungan warga asli negara tersebut. Sebelum demam Korea menjamur di Tanah Air, restoran Korea yang selalu menghidangkan kimchi pasarnya di Indonesia dengan pelanggan Korea saja sudah cukup stabil. Bagaimanapun orang Korea masih kental pada budayanya sendiri, Mereka juga begitu mencintai makanan khas negaranya. Sekarang jumlah orang Korea yang tinggal di Indonesia sudah cukup banyak. Pada akhir tahun 1990-an, ketika kegemaran akan budaya pop Korea mulai menyebar di China dan Asia Tenggara, makanan Korea juga mulai
34
Mengintip Korea Lewat Kimchi
dikenal oleh negara lain. Ketika Korea sudah menyadari bahwa film, drama TV dan musik pop dapat menjadi produk ekspor ke negara-negara di Asia, Korea semakin gencar mempercepat langkahnya. Di Indonesia kegemaran budaya pop Korea sudah muncul sejak awal tahun 2000-an. Bersamaan dengan itu, makanan tradisional khas Korea juga mulai diminati oleh penggemar budaya pop Korea di Indonesia. Sekarang hallyu (gelombang Korea) sedang merajalela di Tanah Air. Hallyu atau sering juga disebut ‘demam Korea’ sebenarnya sudah mulai masuk di Indonesia sejak awal tahun 2000-an, yang dimulai dengan masuknya beberapa drama Korea yang ditayangkan stasiun televisi Indonesia, seperti Winter Sonata dan Endless Love. Kedua drama itu telah berhasil mendapatkan tempat khusus di hati penonton. Kesuksesan drama ini dilanjutkan dengan tayangan drama Full House, Dae Jang-Geum dan lain-lain yang akhirnya menjadi salah satu jembatan utama masuknya hallyu di Indonesia. Setelah drama-drama Korea berhasil menghibur para penggemarnya dengan cerita-cerita cintanya yang khas, melalui serial drama yang diekspor ke Indonesia, ternyata Korea juga mampu memperkenalkan khazanah budaya mereka dalam hal makanan tradisional. Di samping menyuguhkan cerita cinta melodrama yang rumit dan membuat penasaran penontonnya, dramadrama itu juga menyisipkan konten kuliner khas Korea. Konten kuliner ini akhirnya tidak lepas dari perhatian penikmat drama Korea yang notabene adalah manusia yang selalu tertarik pada makanan. Apalagi makanan asing sangat berbeda dengan menu sehari-hari orang Indonesia, tentu membuat banyak orang yang melihatnya tergoda. Konten kuliner ini ternyata menjadi air segar yang mengobati dahaga para penggemarnya akan rasa penasaran mereka terhadap kuliner Korea. Serial Dae Jang-Geum yang ditayangkan tahun 2005 di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia adalah drama kolosal Korea yang banyak menyajikan konten kuliner tradisional khas Korea, terutama makanan tradisional yang berkhasiat menyembuhkan penyakit. Makanan-makanan berat dan jajanan ringan tradisional Korea dapat dilihat oleh penonton dari Tanah Air hanya dengan menonton drama di rumah. Oleh karena itu, tidak heran apabila peminat kuliner Korea semakin meningkat setelah serial ini ditayangkan. Rasa makanan khas Korea yang sebagian besar pedas menjadi tidak begitu asing untuk lidah orang Indonesia. Masakan Padang ternyata lebih pedas daripada makanan khas Korea. Begitu juga kebanyakan asinan yang dikonsumsi orang Sunda di Jawa Barat juga tidak jauh berbeda dengan rasa kimchi yang rasanya asam dan pedas. Makanan khas Korea menjadi lebih mudah diterima masyarakat Indonesia, khususnya para penggemar budaya pop Korea.
35
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Selain itu pemerintah Korea Selatan juga memberikan dukungan yang besar terhadap usaha memperkenalkan budayanya di dunia internasional. Di Indonesia sendiri secara rutin festival Korea (Korea-Indonesia Week) diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Korea di Jakarta. Tahun 2011, Korea – Indonesia Week diselenggarakan 28 September-3 Oktober di tiga tempat, yaitu Tennis Indoor Senayan, Korean Culture Center, dan Grandia City Mall dan dimeriahkan berbagai konten budaya, mulai dari film, K-POP, Taekwondo, dan makanan. (The Jakarta Post, Jakarta 27 September 2011).
Penutup Dilihat dari sejarah Korea yang sudah lama sekali mengenal kimchi dan mereka begitu mencintainya, tidak heran jika kimchi tidak dapat dipisahkan dari budaya makanan masyarakat Korea. Begitu pula dalam kebiasan seharihari orang Korea, kimchi menjadi dasar makanan bangsa yang sudah mengakar sangat dalam. Oleh karena itu, sampai sekarang, orang Korea di seluruh penjuru dunia di mana pun berada masih menikmati kimchi yang mereka banggakan. Dari penyebaran hallyu ke seluruh dunia, khususnya ke Indonesia yang di dalamnya membawa kimchi, dapat diketahui, bahwa orang Korea sangat mencintai budaya nasional negara mereka. Korea berupaya mengenalkan kimchi, makanan sehari-hari mereka untuk dijadikan teman makan di meja makan kepada warga negara lain.
Referensi Indrastuti, Novi Siti Kussuji, dkk. 2011. Sejarah Korea menuju Masyarakat Modern: Beberapa Peristiwa Penting. Yogyakarta: INAKOS. Kee Young, Im. 2011. Masakan Korea untuk Keluarga Multi Budaya. Seoul: Daewoo Sekuritas. www.kimchimuseum.com (diakses 6 November 2011) http://news.bbc.co.uk (diakses 6 November 2011)
Penulis: Andri Saefudin adalah dosen muda pada Program Studi Korea, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Dia adalah lulusan dari Program S-1 Bahasa dan Sastra Korea Kyungpook National University 2011. E-mail: andrisaefudin@yahoo.com
36
Perempuan Sebagai Ibu dalam Film My Mom/Chin Jeonge Omma
PEREMPUAN SEBAGAI IBU DALAM FILM MY MOM/CHIN JEONG OMMA Eka Susanti
Perbedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki di era modern masih menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan, termasuk perbincangan tentang superwoman ‘perempuan super’, yaitu perempuan yang beraktivitas di ranah domestik dan ranah publik. Perempuan di era modern tidak hanya berperan sebagai ibu dan istri yang bertugas menyelesaikan tanggung jawab rumah tangga, tetapi juga menjadi perempuan karier yang bekerja di luar rumah. Meskipun demikian, masih banyak perempuan di dunia ini yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan tidak berkiprah di ranah publik, baik karena tidak memiliki kesempatan, maupun karena pilihan. Perempuan terpaksa bekerja sepenuhnya di ranah domestik, karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Hal itu disebabkan terbatasnya kesempatan untuk mengembangkan diri dengan mengakses pendidikan tinggi. Pemisahan kehidupan menjadi ranah domestik dan ranah publik diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya subordinasi perempuan. Perempuan yang lembut dan lemah dilekatkan dengan pekerjaan rumah tangga, seperti mengurus anak, mencuci, dan memasak, sedangkan laki-laki yang rasional dan tegas dilekatkan dengan pekerjaan di ranah publik, meskipun saat ini telah banyak perempuan yang juga bekerja di ranah publik. Ideologi familialisme pun menuntut perempuan untuk menjadi perempuan ideal, yaitu perempuan yang dapat mengurus tugas-tugas domestik, seperti yang dikemukakan oleh Baso (2002:16) bahwa ideologi familialisme membentuk ide keperempuanan sebagai pengabdi dalam rumah tangga, yaitu perempuan sebagai ibu dan perempuan sebagai istri. Di Indonesia, hal itu pun masih banyak ditemui, terutama di daerah-daerah pedesaan. Namun, ideologi tersebut belum banyak diikuti dengan pemberian penghargaan dan penghormatan terhadap pekerjaan perempuan di ranah domestik yang dianggap tidak bernilai ekonomis. Tanggung jawab untuk mengurus semua peker-
37
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
jaan rumah tangga dilekatkan sebagai tugas dan kewajiban perempuan, baik sebagai istri maupun sebagai ibu, tetapi belum dianggap sebagai peran dan tanggung jawab bersama dalam keluarga. Pemisahan peran dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki juga dapat ditemui dalam masyarakat Korea, terutama peran dan tanggung jawab perempuan sebagai ibu. Choi (2005:58) mengatakan bahwa peran yang lebih penting dan dihormati dalam masyarakat Korea adalah menjadi seorang ibu. Perempuan yang berperan sebagai ibu dalam masyarakat Korea mengorbankan diri untuk anak-anaknya tanpa rasa ragu. Seorang ibu juga direpresentasikan seperti rumah, yaitu tempat bagi anak-anaknya ketika mereka ingin kembali (Choi, 2005:63). Hal di atas membuat seorang ibu tidak memiliki dunia dan kehidupannya sendiri karena harus merawat anak-anaknya dan bertanggung jawab atas semua kebutuhan mereka. Namun, adanya konstruksi sosial dalam masyarakat patriarki menyebabkan kaum perempuan tidak merasa tertekan dengan peran dan tanggung jawab tersebut. Menjadi seorang ibu dianggap sebagai hal yang alami, normal, sesuatu hal yang benar, dan harus dilakukan oleh perempuan. Terkait dengan hal itu, seorang ibu kemudian mempunyai kekuasaan penuh terhadap anak-anaknya karena dia yang melahirkan, merawat, dan menyediakan semua kebutuhan anak-anaknya. Akan tetapi, menurut Choi (2005:63), hal tersebut menyebabkan seorang ibu menjadi objek kemarahan dan kecerobohan anak-anaknya. Dalam perkembangannya, peran dan tanggung jawab perempuan sebagai ibu yang dianggap sebagai hal yang alami, normal, sesuatu hal yang benar, dan harus dilakukan oleh perempuan dianggap sebagai pengalaman perempuan yang bersifat kultural, sosial, dan psikologis dalam masyarakat Korea. Hal tersebut dikemukakan oleh para feminis psikologi Barat dan Timur seiring menggemanya feminisme di Barat (Choi, 2005:63). Budaya, kehidupan sosial, dan kondisi psikologis perempuanlah yang kemudian dianggap sebagai penyebab adanya pembagian peran dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat, termasuk dalam masyarakat Korea, yang didasarkan pada gender. Peran dan tanggung jawab perempuan sebagai ibu dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan keluarga atau melalui media massa, seperti televisi dan koran yang mengangkat permasalahan tersebut. Selain itu, film juga dapat menjadi media untuk mengamati dan manganalisis peran dan tanggung jawab perempuan sebagai ibu, mengingat film sebagai produk sosial mengangkat fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata. Pada kesempatan ini akan dibahas tentang perempuan sebagai ibu dalam film Korea yang berjudul My Mom/Chin Jeong Omma.
38
Perempuan Sebagai Ibu dalam Film My Mom/Chin Jeonge Omma
Pembahasan itu diharapkan dapat memberikan nilai-nilai positif, selain juga dapat meningkatkan penghargaan serta penghormatan terhadap peran perempuan sebagai ibu; serta dapat mengubah cara pandang masyarakat tentang pembagian peran antara perempuan dan laki-laki yang masih menimbulkan ketimpangan gender. My Mom merupakan film bergenre drama keluarga yang disutradarai oleh Yoo Sung Yup dan dirilis pada 2010. Film ini bercerita tentang kasih sayang seorang ibu kepada anak perempuannya sejak kecil sampai dewasa, bahkan sampai anak perempuannya tersebut menikah dan mempunyai anak. Namun, bagi si anak perempuan yang bernama Jisuk, kasih sayang ibunya tersebut dianggap berlebihan karena ia selalu diperlakukan seperti anak perempuan yang masih kecil. Akan tetapi, lebih dari perasaan itu, Jisuk sadar akan besarnya kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan ibunya. Di akhir cerita, Jisuk yang diketahui menderita kanker dan tidak dapat disembuhkan merasa sangat sedih. Di sisa waktu yang dimilikinya, Jisuk menyempatkan waktu untuk tinggal bersama ibunya selama beberapa hari di desa dan mengajak ibunya berjalan-jalan untuk terakhir kalinya. Jisuk pun menyadari tentang besarnya peran ibu dalam kehidupannya selama ini. Film My Mom –judul lain— Chin Jeong Omma mengangkat kehidupan perempuan Korea yang tinggal di pedesaan. Perempuan itu hidup miskin dan terbatas dalam mengakses pendidikan. Tokoh ibu yang diperankan Kim Haesook merupakan perempuan yang tidak beruntung, hidup miskin dan tidak punya kesempatan mengakses pendidikan. Ia menikah dengan laki-laki yang juga miskin dan sering memukulinya. Latar belakang kehidupan itulah yang membuat tokoh ibu berjuang keras untuk merubah nasib putrinya agar tidak mengalami nasib yang sama. Tokoh ibu meyakini bahwa pendidikan merupakan cara yang tepat untuk mengubah nasib anaknya. Dengan pendidikan yang tinggi, putrinya tidak akan hidup miskin dan dihargai oleh orang lain. Dikisahkan bahwa tokoh ibu sangat menyayangi putrinya yang bernama Jisuk—diperankan Park Jin-hee. Kasih sayang ibu melebihi kasih sayang yang diberikan kepada anak laki-lakinya. Sejak kedua anaknya masih kecil, tokoh ibu selalu menyiapkan semua kebutuhan mereka. Namun tokoh ibu lebih memanjakan Jisuk daripada adik laki-lakinya. Untuk mewujudkan impiannya menyekolahkan Jisuk sampai ke perguruan tinggi, si ibu berusaha dengan berbagai cara, salah satunya dengan menyisihkan uang belanja. Suaminya yang bekerja sebagai sopir tidak mempunyai penghasilan yang besar, sehingga tokoh ibu harus pandai menyisihkan uang untuk masa depan anak-anaknya, terutama untuk Jisuk. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut yang diambil dari petikan surat ibu untuk Jisuk yang akan pergi ke Seoul.
39
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
“Ini tidak banyak, tapi aku menyimpan ini untukmu.” “Kalau aku harus membeli kacang seharga 20 sen, aku hanya membeli 10 sen.” “Kalau aku harus membeli tahu, aku hanya membeli setengah.” Dari kutipan di atas terlihat kesungguhan tokoh ibu menyisihkan uang guna membiayai sekolah putrinya. Bahkan, tidak jarang tokoh ibu terpaksa harus bertengkar dengan pedagang di pasar ketika menawar harga barang. Seorang ibu dalam masyarakat Korea mengorbankan dirinya untuk anakanaknya tanpa rasa ragu. Dalam film My Mom, hal itu dihadirkan melalui pengorbanan tokoh ibu untuk anak-anaknya, terutama untuk Jisuk yang tampak dalam kutipan dialog di bawah ini. Jisuk : “Jangan tinggal dengan ayah. Mengapa ibu membiarkan ayah memukuli, meski ibu tidak melakukan kesalahan.” Ibu : “Bukan seperti itu. Aku kasihan padanya.” Jisuk : “Apa hal itu kemudian membolehkannya memukuli ibu?” Ibu : “Apa kamu senang jika ibu tidak tinggal dengan ayahmu?” Jisuk : “Bercerailah atau pergi ke Seoul.” Ibu : “Ibu sudah memikirkan hal itu.” Jisuk : “Jadi, mengapa ibu tidak melakukannya?” Ibu : “Karena kamu.” Jisuk : “Karena aku?” Ibu : “Kalau ibu pergi, kamu harus bekerja keras. Kamu harus memasak, bersih-bersih, dan merawat adikmu. Kamu tidak akan bisa pergi ke sekolah. Aku tidak bisa berbuat seperti itu hanya karena tidak ingin dipukuli. Aku hanya harus sedikit berkorban.” Dari kutipan di atas diketahui bahwa tokoh ibu bertahan menjalani kehidupan seperti itu demi anak perempuannya. Ia rela dipukuli suaminya, meskipun tanpa alasan yang jelas. Ia tidak ingin Jisuk hidup menderita, menghabiskan seluruh waktunya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan merawat adiknya. Ia ingin Jisuk tetap bisa bersekolah. Hal tersebut menunjukkan besarnya pengorbanan yang dilakukan seorang ibu demi kebahagiaan anaknya. Pengorbanan lain yang dilakukan tokoh ibu untuk putrinya dalam film My Mom adalah kerelaannya untuk mengalahkan ego pribadi dan merendahkan diri. Diceritakan bahwa Jisuk mencintai seorang laki-laki, namun orang tua laki-laki itu tidak menyetujui hubungan mereka karena perbedaan tingkat ekonomi dan latar belakang pendidikan. Orang tua si laki-laki tidak setuju jika anaknya menikah dengan perempuan dari keluarga miskin dan tidak
40
Perempuan Sebagai Ibu dalam Film My Mom/Chin Jeonge Omma
berpendidikan, seperti Jisuk. Hal tersebut juga disampaikan di depan kedua orang tua Jisuk. Tokoh ibu pun tersinggung dengan penghinaan yang dilakukan oleh kedua orang tua si laki-laki. Namun, lebih dari sebuah rasa tersinggung dan amarah, tokoh ibu merasa sangat sedih dan merasa gagal sebagai orang tua karena putrinya tidak dapat menikah dengan orang yang dicintai hanya karena ia berasal dari keluarga miskin dan tidak berpendidikan. Tokoh ibu meratapi nasibnya yang tidak pernah mendapat pendidikan yang baik, miskin, bahkan tidak bisa menikah dengan laki-laki yang kaya sehingga membuat anak yang dibanggakannya menderita. Hal itu tampak dalam kutipan dialog berikut ini. Ibu
: “Aku tidak mendapat pendidikan yang bagus dan aku tidak kaya. Aku tidak bertemu dengan suami yang kaya yang dapat memberiku hidup mewah. Kamu satu-satunya kebanggaanku! Aku ingin pamer pada saat kamu menikah. Mengapa kamu harus mencintainya?” Jisuk : “Hentikan itu. Aku tidak akan menikah dengannya. Tidak akan pernah.” Ibu : “Putriku yang malang. Seumur hidupmu, kamu menderita karena orang tuamu. Sekarang, kamu tidak bisa menikah dengan orang yang kamu cintai, karena kedua orang tuamu. Aku merusak masa depanmu, aku bukan ibu yang baik.” Tokoh ibu yang sangat menyayangi putrinya merasa tidak rela jika Jisuk tidak bisa menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Ia pun menyadari bahwa hal itu terjadi karena keadaan kedua orang tuanya yang miskin dan tak berpendidikan. Tokoh ibu merasa sangat sedih dan bersalah. Oleh karena itu, demi kebahagiaan putrinya, ibu pun menanggalkan ego dan harga dirinya dengan menemui ibu si laki-laki untuk meminta maaf atas kemarahan yang ia lakukan dan memohon agar putrinya diperkenankan menikah dengan putranya. Hal itu terlihat dalam kutipan dialog tokoh ibu ketika menemui ibu si laki-laki berikut ini. “Saya telah melakukan kesalahan kemarin. Sejujurnya, hal itu terjadi karena kebodohan saya. Saya mungkin bodoh, tetapi anak perempuan saya, tidak. Dia tidak seperti saya. Sakit rasanya melihat dia sangat menderita karena kedua orang tuanya. Sekarang, dia tidak bisa menikah dengan orang yang dicintai. Saya sangat kecewa pada ibu saya. Seharusnya, ibu saya dulu menyekolahkan saya. Mengapa dia tidak menyekolahkan saya? Dia seharusnya melakukan hal itu. Maafkan
41
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
saya. Saya sangat menyesal. Apa yang harus saya lakukan agar Anda tidak marah? Maafkan saya. Saya sangat menyesal. Maafkan saya. Maafkan saya.” Dalam masyarakat Korea, seorang ibu direpresentasikan sebagai rumah, yaitu tempat bagi anak-anaknya ketika mereka ingin kembali. Seorang ibu akan senantiasa menanti kedatangan anak-anaknya dengan penuh cinta kasih, bahkan ketika anaknya sudah menikah sekalipun. Hal tersebut juga dihadirkan dalam film My Mom, yaitu melalui kerelaan tokoh ibu untuk tetap tinggal di desa, meskipun suaminya telah meninggal karena sakit. Tokoh ibu ingin agar putrinya yang telah menikah itu tidak pernah merasa kehilangan rumah dan orang tua, sehingga jika menghadapi masalah, ia dapat pulang ke rumah, meskipun hanya untuk sekadar bercerita kepada ibunya. Tokoh ibu akan selalu menjadi sosok manusia yang setia mendengarkan keluh-kesah putrinya, meskipun mungkin ia tidak dapat membantu menyelesaikan masalah. Hal itu tampak dalam kutipan dialog berikut ini. Jisuk Ibu Jisuk Ibu
: “Ibu, ikutlah dengan kami.” : “Aku tidak bisa hidup di Seoul, karena di sana sangat ramai.” : “Ibu, jangan keras kepala, dengarkanlah perkataan anakmu ini.” : “Hal ini karena kamu. Sedih rasanya saat perempuan yang telah menikah tidak bisa pergi ke mana pun saat ia kesal. Ibu akan berada di sini. Datanglah jika kamu merasa kesal. Ibu akan mendengarkan ceritamu, meskipun ibu tidak bisa menyelesaikan masalahmu.”
Pengorbanan dan kasih sayang tokoh ibu dalam film My Mom juga terlihat dari kesetiaan mendampingi putrinya sejak masih kecil sampai dewasa. Ketika Jisuk bersekolah, tokoh ibu sering menengok dan membawakan makanan kesukaan putrinya ke Seoul. Ia juga dengan setia mendampingi putrinya yang hamil, mengupaskan makanan, dan menemaninya, bahkan sampai sang putri melahirkan, sosok ibu senantiasa berada di sampingnya. Dengan tulus, ia membuatkan makanan dan mengirimkannya ke Seoul untuk putri dan cucu kesayangannya. Sesekali datang ke Seoul hanya untuk menjenguk dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ketulusan, kasih sayang, cinta, dan pengorbanan yang dilakukan tokoh ibu dalam film My Mom, sesungguhnya, merupakan wujud dari harapan tokoh ibu terhadap putrinya, Jisuk. Ia berharap putrinya akan dapat mengakses pendidikan setinggi-tingginya, mendapat pekerjaan yang baik, dan dihargai orang lain. Hal itu dilatarbelakangi dan didorong oleh pengalaman kehi-
42
Perempuan Sebagai Ibu dalam Film My Mom/Chin Jeonge Omma
dupannya yang tidak dapat bersekolah, sehingga hidup miskin. Tokoh ibu tidak ingin putrinya mengalami hal yang sama. Ia tidak ingin putrinya tinggal di rumah dan menghabiskan waktu hanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak bernilai ekonomis. Tokoh ibu meyakini bahwa pendidikan merupakan hal penting yang harus diperjuangkan untuk putrinya yang juga pandai dan ingin bersekolah. Pendidikan akan mengantarkan seseorang menuju kehidupan yang lebih baik. Tokoh ibu juga berpendapat, bahwa orang tua tidak hanya mendidik anak perempuannya untuk menikah dan mengerjakan perkerjaan rumah tangga, tetapi juga mempersiapkan anak perempuannya itu agar bisa mencari uang sendiri. Oleh karena itu, orang tua harus menyekolahkan anak perempuan setinggi-tingginya. Pemikiran tokoh ibu tersebut sejalan dengan pemikiran kaum feminis yang ingin meningkatkan peranan dan kedudukan perempuan dalam masyarakat. Salah satu langkah yang memungkinkan mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. Salah seorang tokoh feminis liberal abad ke-18, Mary Wollstonecraft mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai kapasitas nalar yang sama. Oleh karena itu, masyarakat wajib memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada perempuan, karena semua manusia berhak mendapatkan kesempatan yang setara untuk mengembangkan kapasitas nalar dan moralnya sehingga menjadi manusia yang utuh (dalam Tong, 1998:21). Hal lain yang digambarkan dalam film My Mom adalah perilaku tokoh ibu yang lebih menyayangi dan memanjakan anak perempuan daripada anak laki-laki, terutama dalam hal pendidikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan perlakuan antara anak perempuan dan laki-laki dalam masyarakat Korea, terutama di daerah pedesaan. Tradisi patriarki yang masih kuat dalam masyarakat pedesaan menyebabkan masyarakat beranggapan bahwa tujuan pendidikan bagi anak perempuan hanya untuk mempersiapkannya menikah, menjadi istri dan ibu yang baik, sedangkan tujuan pendidikan bagi anak lakilaki untuk berkarier di ranah publik. Hal itulah yang mendorong tokoh ibu berjuang menyekolahkan dan mewujudkan keinginan putrinya bersekolah sampai perguruan tinggi di Seoul. Hal yang menarik yang juga dihadirkan dalam film My Mom adalah kuatnya peran seorang ibu dalam mengatur kehidupan rumah tangga dan mengasuh anak. Sebagaimana dikatakan Lee Kwang-kyu (1997:198), bahwa meskipun seorang ibu rumah tangga di desa tidak mempunyai kekuasaan dan kekuatan seperti yang dimiliki kepala keluarga, ia adalah sosok penting dalam kehidupan keluarga. Ia mengatur dan mengurus kebutuhan rumah tangga, seperti makanan dan pakaian. Ia juga yang merawat anak-anak dan mengatur keuangan rumah tangga.
43
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan sebagai ibu rumah tangga, terutama sebagai ibu, mempunyai peran besar dalam keberlangsungan kehidupan sebuah keluarga. Peran dan tanggung jawab perempuan di ranah domestik, seperti memasak, menyiapkan pakaian, dan merawat anak bukanlah pekerjaan yang mudah meskipun tidak bernilai ekonomis. Oleh karena itu, penghormatan dan penghargaan terhadap peran dan tanggung jawab di ranah domestik harus pula menjadi kesadaran masyarakat, terutama kaum laki-laki, yaitu bahwa peran dan tanggung jawab itu tidak hanya menjadi tanggung jawab perempuan, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga.
Referensi Baso, Zohra Andi, dkk. Kekerasan terhadap Perempuan: Menghadang Langkah Perempuan. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada. Choi Hee An. 2005. Korean Women and God: Experiencing God in a Multireligious Colonial Context. New York: Orbis. Lee Kwang-Kyu. 1997. Korean Family and Kinship. Korean Studies Series No. 3. Seoul: Jipmoondang Publishing Company. Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis. Terjemahan Aquarini Priyatna Prabasmoro dari Feminist Thought: A More Comprehensive Introduction (Second Edition). Yogyakarta: Jalasutra. Laman: http://movienthusiast.com/2011/09/review-my-mom-chinjeong-eomma-2010/ Diakses pada Kamis, 5 Januari 2012. Pukul 16.20 WIB.
Penulis: Eka Susanti adalah staf dan peneliti pada Pusat Studi Korea, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. E-mail: santiwaskito@yahoo.com
44
Pernikahan Tradisional Adat Korea dan Jawa
PERNIKAHAN TRADISIONAL ADAT KOREA DAN JAWA Dewi Sumpaniwati
Setiap negara dan suku bangsa di dunia memaknai peristiwa kelahiran, pernikahan, dan kematian sebagai peristiwa penting dan sakral dalam fase kehidupan manusia. Pernikahan, misalnya, merupakan bentuk penyatuan dua manusia yang berbeda jenis kelamin ke dalam sebuah ikatan keluarga dengan peran dan tanggung jawab yang berbeda. Pernikahan juga menyatukan dua individu dari dua keluarga yang berbeda karakter, budaya, bahasa, dan daerah asal ke dalam satu keluarga. Di Indonesia, khususnya di daerah Jawa, dan di Korea, pernikahan dianggap sebagai acara penting, sehingga dalam pelaksanaannya melibatkan banyak pihak, seperti orang tua, pemimpin upacara pernikahan, panitia pelaksana, petugas dekorasi, dan perias pengantin. Bahkan, di zaman modern ini, banyak pasangan pengantin, terutama kelas menengah ke atas yang menggunakan jasa event organizer untuk membantu pelaksanaan rangkaian upacara pernikahan. Saat ini, upacara pernikahan di Indonesia dan di Korea telah mengalami banyak perkembangan. Meskipun masih menyimpan aspek-aspek upacara pernikahan tradisional, bentuk upacara pernikahan modern atau pernikahan dengan gaya Barat, lebih banyak diminati dengan alasan kepraktisan. Di antara derasnya pengaruh pernikahan gaya modern atau Barat, sebagian masyarakat masih ada juga yang tetap memegang teguh budaya leluhur dengan melaksanakan upacara pernikahan secara tradisional. Hal itu dilakukan untuk menjaga dan melestarikan tradisi para leluhur. Dalam masyarakat Korea, istilah menikah bagi seorang laki-laki disebut janggagada ( ) yang berarti memperistri, sedangkan istilah menikah bagi anak perempuan adalah sijipgada ( ) yang secara harfiah bermakna pergi ke rumah mertua. Di Indonesia, khususnya di Jawa, tidak dikenal perbedaan istilah pernikahan untuk laki-laki atau perempuan. Keduanya disebut dengan istilah menikah.
45
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Di Indonesia, pelaksanaan pernikahan sebagai sebuah prosesi yang dianggap sakral, selalu mensyaratkan adanya aturan atau tata cara yang pelaksanaannya sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu. Jadi, sebelum upacara pernikahan itu dimulai, ada prosesi pelamaran. Kemudian ada pula semacam perundingan antara pihak keluarga perempuan dan laki-laki untuk menentukan hari baik pelaksanaan upacaranya. Tentu masih ada kegiatan lain sebagai pelengkap rangkaian pelaksanaan pernikahan. Bagi masyarakat Yogyakarta sebagai wilayah budaya yang dianggap representasi budaya Jawa, berlaku juga serangkaian kegiatan dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Ada serangkaian tahapan dalam pelaksanaan upacara pernikahan, seperti lamaran, resepsi pernikahan, dan tahap setelah upacara pernikahan dilaksanakan. Hal yang hampir sama juga berlaku pada masyarakat Korea, meskipun tradisi itu sangat dipengaruhi ajaran konfusianisme. Pelaksanaan upacara pernikahan tradisional di Korea, juga memiliki beberapa tahapan. Konon, pada zaman dahulu, baik di Indonesia maupun Korea, pasangan pengantin yang yang akan melaksanakan pernikahan, terlebih dahulu harus melalui tahap jungmae ( ) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah perjodohan. Artinya, ada pihak ketiga –di luar pasangan pengantin— yang melakukan kesepakatan tentang perjodohan pasangan tersebut. Sekarang, orang Indonesia atau Korea lebih menyukai yeonae ( ), yaitu hubungan yang dilandasi rasa cinta dari pihak si lelaki dan perempuan sebelum menuju ke gerbang pernikahan. Oleh karena itu, sebelum pernikahan terjadi, diperlukan masa bagi keduanya saling mengenal lebih dekat satu sama lain. Tahapan menuju gerbang pernikahan pada masyarakat Jawa dan Korea mempunyai persamaan, yaitu melalui proses pemilihan pasangan atau calon menantu, penetapan tanggal dan resepsi pernikahan, serta prosesi setelah pernikahan.
Tahap sebelum Menikah Tahapan utama sebelum dilangsungkan pernikahan disebut nontoni atau upacara untuk melihat dan memilih pasangan atau calon menantu. Pada tahap ini, orang tua calon pengantin laki-laki dan perempuan harus memperhatikan bibit, bebet, dan bobot. Secara tradisional, kriteria penerimaan seorang calon menantu dalam masyarakat Indonesia dan Korea selalu didasarkan pada bibit yang berarti latar belakang kehidupan keluarga yang baik; bebet yang berarti kemampuan kedua calon pengantin, terutama pengantin laki-laki untuk memenuhi semua kebutuhan hidup setelah menikah; dan bobot yang berarti kriteria kualitas, mental, dan pendidikan yang baik bagi kedua calon pengantin. Untuk mengetahui ketiga kriteria tersebut, sebelum berse-
46
Pernikahan Tradisional Adat Korea dan Jawa
pakat untuk melaksanakan pernikahan, para orang tua akan melakukan penyelidikan terhadap calon menantunya dengan menggunakan pesuruh. Pinangan atau lamaran dalam upacara pernikahan adat Jawa dan Korea, biasanya dilakukan oleh calon pengantin laki-laki. Pada zaman dahulu, pihak orang tua calon pengantin laki-laki akan mengutus seorang wakil dari pihak keluarganya untuk melakukan pinangan. Akan tetapi, untuk kepraktisan, pinangan juga dihadiri oleh calon pengantin laki-laki. Pada saat itu, kesepakatan untuk melaksanakan pernikahan juga langsung dimusyawarahkan, seperti hari pernikahan dan pelaksanaan rangkaian upacara, seperti peningsetan, siraman, midodareni, panggih, dan resepsi. Penentuan tanggal pernikahan dalam upacara pernikahan tradisional adat Korea dikenal dengan istilah napchae. Dalam pernikahan tradisional adat Korea, setelah lamaran diterima, keluarga calon pengantin laki-laki akan mengirimkan sajudanja ( ) atau disingkat saju ( ). Saju merupakan kertas putih berukuran panjang 90 cm dan lebar 40 cm yang dilipat lima kali secara merata, dan di tengahnya bertuliskan tanggal kelahiran pengantin laki-laki yang meliputi tahun, bulan, tanggal, dan waktu kelahiran yang mengandung nasib baik dan buruk si pengantin laki-laki. Untuk menyegel isinya, pihak keluarga pengantin laki-laki akan membungkus saju dengan cabang bambu dan diikat dengan benang berwarna merah dan biru. Setelah rapi, saju tersebut dibungkus dengan kain sajubo ( ), yaitu kain yang bagian dalamnya berwarna merah dan bagian luarnya berwarna biru. Kain berwarna biru berarti eum ( ) yang sering disebut yin dan melambangkan energi perempuan, sedangkan kain berwarna merah melambangkan unsur terang atau energi laki-laki yang sering disebut yang ( ). Setelah dibungkus rapi, saju diserahkan kepada calon pengantin perempuan. Setelah menerima saju dari pihak calon pengantin laki-laki, keluarga calon pengantin perempuan akan meminta seorang ahli nujum untuk menentukan tanggal terbaik untuk melangsungkan pernikahan berdasarkan informasi yang berkaitan dengan kelahiran calon pengantin laki-laki yang tertulis di saju. Setelah tanggal pernikahan ditentukan, calon pengantin perempuan akan mengirimkan yeon-gil-danja ( ) atau yeon-gil ( ) yang artinya ‘penentuan hari perayaan yang baik’. Yeon-gil yang berisi tanggal pernikahan yang telah disepakati kemudian dikirimkan kepada calon pengantin laki-laki sebagai balasan telah diterimanya saju.
Tahap Menjelang Pernikahan Tahap setelah pemilihan menantu adalah pinangan dan resepsi pernikahan. Di Indonesia dan Korea pada umumnya, keluarga laki-laki adalah pihak
47
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
yang melakukan pinangan kepada calon pengantin perempuan. Dalam tahap pinangan, biasanya, pihak laki-laki akan memberikan berbagai macam barang sebagai pengikat tanggal pernikahan. Adapun untuk acara resepsi pernikahan, biasanya, biaya ditanggung oleh kedua belah pihak, yaitu dari keluarga pengantin perempuan dan laki-laki. Pada saat upacara pernikahan, kedua belah pihak juga memegang peran penting. Dalam pernikahan tradisional adat Korea, pengantin laki-laki akan datang ke rumah pengantin perempuan untuk melaksanakan upacara pernikahan kurang lebih selama tiga hari. Setelah itu, pengantin laki-laki akan memboyong pengantin perempuan untuk tinggal di rumah keluarga pengantin laki-laki bersama orang tua pengantin laki-laki. Namun, sampai pada 1950-an, tradisi ini mengalami perubahan, yaitu pengantin laki-laki dapat tinggal bersama pengantin perempuan lebih dari tiga hari, bahkan bertahun-tahun. Berbeda dengan upacara pernikahan di Jawa, pada umumnya, pengantin laki-laki dan perempuan dilarang untuk bertemu hingga satu minggu ketika menjelang hari pernikahan. Hal itu disebut dengan istilah dipingit. Mereka bertemu pada hari pernikahan dan setelah prosesi pernikahan selesai, pengantin perempuan akan dibawa ke rumah pengantin laki-laki untuk tinggal beberapa waktu atau selamanya. Dalam upacara pernikahan adat Jawa, pihak keluarga perempuan merupakan pihak yang punya gawe atau pihak yang mengurusi jalannya pernikahan. Maka, di rumah keluarga calon pengantin perempuan, akan terjadi kesibukan mulai dari mengundang keluarga untuk menyiapkan proses pernikahan dan pemasangan bleketepe atau janur atau anyaman daun kelapa, tarub, serta tenda. Sama halnya dengan upacara pernikahan adat Korea, pihak keluarga perempuan sibuk mempersiapkan kedatangan pengantin lakilaki. Hal itu sering disebut taerye atau upacara/ritual besar. Upacara pernikahan tradisional Korea biasanya dilaksanakan dengan rangkaian acara yang rumit. Hal itu dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatnya yang masih memegang teguh ajaran dan nilai-nilai Konfusianisme. Pada pernikahan adat Jawa, perundingan tentang penetapan tanggal pernikahan oleh kedua pihak keluarga dilaksanakan sebelum acara peningsetan atau upacara seserahan. Penetapan tanggal pernikahan, biasanya, didasarkan pada perhitungan weton (perhitungan hari kelahiran) dari kedua calon pengantin yang dikombinasikan dengan perhitungan tanggal masehi dan perhitungan tanggal sepasaran (perhitungan tanggal secara mingguan yang biasa dilakukan oleh orang Jawa). Hal tersebut merupakan bagian yang dianggap penting dalam rangkaian pelaksanaan upacara pernikahan. Upacara seserahan atau peningset dalam pernikahan adat Jawa juga terdapat pada upacara pernikahan adat Korea. Upacara seserahan dalam
48
Pernikahan Tradisional Adat Korea dan Jawa
pernikahan adat Korea dinamakan Napp’ae ( ) atau bertukar barang berharga. Sebelum penikahan dilangsungkan, biasanya, keluarga calon pengantin laki-laki akan mengirimkan hadiah untuk calon pengantin perempuan dan keluarganya yang dibungkus dengan kotak bernama ham ( ). Setelah dibungkus, ham akan diikat dengan tali yang tidak kencang agar mudah dibuka kembali. Hal itu menyimbolkan kemudahan dalam menguraikan dan menyelesaikan masalah yang akan dihadapi oleh pengantin baru dalam menjalani kehidupan bersama sebagai pasangan suami—istri. Orang yang membawa ham akan berteriak-teriak “Ham saseyo ( )” yang berarti ‘Tolong belilah kotak ini’ dan dengan mengenakan topeng berbentuk cumi-cumi yang terbuat dari cumi-cumi yang telah dikeringkan. Topeng cumi-cumi ini dipercayai dapat menangkal hantu dan energi yang tidak baik. Pembawa ham tidak datang sendirian, tetapi didampingi oleh beberapa teman dekat dari pengantin laki-laki. Mereka akan mengambil pat bongji ( ) atau kue beras kacang merah dari keluarga pengantin laki-laki. Orang yang membawa ham disebut hamjin-abi ( ). Hamjin-abi merupakan salah satu sahabat pengantin laki-laki yang sudah menikah dan berhubungan baik dengan calon pengantin perempuan serta mempunyai anak sulung laki-laki. Saat ini, upacara pemberian ham ( ) berkembang menjadi peristiwa penting bagi teman-teman pengantin laki-laki, karena dengan menjual ham akan dibicarakan juga tawar-menawar mengenai sejumlah uang yang akan dikeluarkan untuk membeli bir atau minuman berakhohol. Sampai sekarang, uang pembelian makgeolli ( ), minuman beralkohol tradisional yang terbuat dari biji padi-padian, rasanya seperti arak, juga dibicarakan dalam upacara pemberian ham. Biasanya, ham terdiri atas tiga jenis barang, yaitu honseo ( ) berupa a kertas pernikahan yang terbungkus oleh sutra hitam dan di dalamnya berisi Ch’aedan ( ), yaitu kain tenun berwarna merah dan biru yang melambangkan energi Yin dan Yang. Kain tenun tersebut akan digunakan untuk membuat pakaian. Honseo (kertas pernikahan) akan diselimuti dengan kain sutra berwarna merah dan biru yang di dalamnya tercantum nama pengirim dan tujuan pengiriman ham tersebut, yaitu untuk melangsungkan pernikahan. Honseo ini melambangkan sikap teguh istri untuk memiliki satu suami. Seorang istri harus menjaga honseo ini seumur hidup. Honseo akan dikubur bersama jasad istri ketika ia meninggal. Selain itu, honseo juga akan diisi dengan koleksi barang-barang berharga untuk calon pengantin perempuan yang diberikan oleh orang tua calon pengantin laki-laki. Dalam tradisi pernikahan adat Jawa, biasanya, peningset atau seserahan terdiri atas kain kebaya dan batik yang digunakan untuk membuat baju oleh pengantin perempuan guna melangsungkan acara akad nikah, perhiasan emas
49
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
khususnya cincin, dan sejumlah uang yang biasanya disebut sebagai pasok tukon (imbalan) yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dari orang tua pengantin laki-laki. Biasanya, pada saat upacara peningset akan ditentukan hari baik untuk melaksanakan pernikahan.
Tahap Pernikahan Pernikahan dalam adat Jawa dan Korea, biasanya, digelar di rumah keluarga pengantin perempuan. Namun, sekarang ini, banyak upacara pernikahan dilaksanakan di gedung pernikahan yang disewakan atau di wedding hall karena banyak masyarakat Korea atau Indonesia yang hanya memiliki rumah berukuran kecil. Dalam pernikahan adat Korea, setelah penyerahan ham, sesegera mungkin dilaksanakan resepsi pernikahan. Para tamu undangan, sanak saudara, dan keluarga akan datang untuk menyaksikan upacara tersebut. Beberapa tahap rangkaian acara yang ada pada upacara pernikahan adat Korea memiliki makna mendalam dan sakral. Pada tahap ini, biasanya, pengantin laki-laki mengendarai kuda poni dan para pembantunya akan berjalan di belakang menuju rumah pengantin perempuan atau ke tempat dilaksanakannya upacara pernikahan sambil memainkan alat musik agar suasana menjadi meriah. Tahap-tahap dalam pernikahan adat Korea yang harus dijalani oleh pengantin laki-laki atau pengantin perempuan adalah sebagai berikut. Tahap pertama dinamakan jeon-an-rye ( ) atau persembahan angsa liar. Gireokabi ( ), yaitu orang yang memimpin jalannya upacara pernikahan adat Korea, akan mengadakan gireogi ( ) atau angsa liar. Setelah sampai di rumah pengantin perempuan, gireok-abi ( ) akan memberikan gireogi atau angsa liar kepada pengantin laki-laki yang kemudian diletakkan di meja kecil. Setelah membungkuk dua kali di depan ibu mertua, pengantin laki-laki akan mengambil gireogi dan memindahkannya ke dalam rumah. Pada masa lalu, pengantin laki-laki akan memberikan angsa hidup kepada ibu mertua, tetapi saat ini, mereka menggantinya dengan angsa liar dari kayu. Pemberian angsa ini melambangkan janji atau sumpah dari pengantin laki-laki untuk selalu setia kepada pengantin perempuan. Gyo- bae- rye ( ) atau gerakan membungkuk yang dilakukan kedua pengantin dalam pernikahan adat Korea menandakan pertemuan pengantin laki-laki dan perempuan untuk pertama kalinya. Pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, masing-masing memiliki dua pengawal yang akan membantu mereka selama upacara pernikahan berlangsung. Hal pertama yang dilakukan oleh pengantin laki-laki adalah berjalan ke sisi timur dari meja altar pernikahan. Kemudian, pengantin perempuan berjalan ke ujung barat.
50
Pernikahan Tradisional Adat Korea dan Jawa
Pembantu pengantin laki-laki menggelar karpet atau tikar ke luar untuk pengantin laki-laki, begitu pula dengan pembantu pengantin perempuan. Kemudian, kedua pengantin saling berhadapan di meja pernikahan. Para pembantu kedua pengantin mencuci tangan pengantin laki-laki dan perempuan sebagai lambang penyucian diri. Dalam pernikahan adat Jawa, gerakan membungkuk kepada orang tua disebut sungkeman. Pasangan pengantin laki-laki dan perempuan akan melakukan sungkeman kepada kedua pihak orang tua secara bergantian. Diawali dengan sungkeman kepada orang tua pengantin perempuan dilanjutkan sungkeman kepada orang tua pengantin laki-laki. Hal ini bertujuan untuk menghormati kedua orang tua dan kedua mertua serta untuk memohon doa restu. Dalam pernikahan adat Korea, pengantin perempuan membungkuk dua kali di hadapan pengantin laki-laki dengan bantuan dua orang pembantu di sisi kiri dan kanan. Kemudian, pengantin laki-laki kembali membungkuk sekali di hadapan pengantin perempuan dilanjutkan pengantin perempuan yang membungkuk dua kali dan pengantin laki-laki membungkuk satu kali. Setelah selesai membungkuk kedua pengantin akan berlutut dan berhadap-hadapan. Kedua pengantin saling membungkuk sebagai simbol janji dan komitmen pernikahan. Acara selanjutnya adalah hap-geun-rye ( ) atau dalam pernikahan adat Korea disebut haphwanju ( ). Dalam acara ini, sesungguhnya, sepasang pengantin tidak minum anggur, tetapi minum semacam soju. Pada tahap ini, minuman anggur atau haphwan ( ) disajikan dalam sebuah tempat yang terbuat dari buah labu yang telah dikeringkan dan dipotong setengah bagian. Potongan buah labu itu melambangkan pengantin perempuan dan pengantin laki-laki yang pada awalnya bersatu kemudian dilahirkan secara terpisah dan dipersatukan kembali melalui pernikahan. Setiap daerah mempunyai ciri khas yang berbeda dalam pelaksanaan haphwanju. Namun, pada dasarnya, ciri khas tersebut ada dua. Ciri khas pertama, pasangan pengantin akan minum anggur dari cangkir yang sama secara bergantian. Ciri khas kedua, pasangan pengantin akan minum anggur dari bagian terpisah, yaitu dari buah labu yang telah dikeringkan dan dipotong menjadi dua bagian yang sama besar. Acara minum anggur ini menyimbolkan kehidupan baru pasangan pengantin sebagai suami dan istri serta terjalinnya harmonisasi dalam menjalani kehidupan bersama. Buah labu yang telah dikeringkan dan dipotong menjadi dua bagian yang sama besar yang digunakan untuk minum itu, melambangkan pengantin laki-laki dan perempuan yang pada awalnya hanya terdiri atas setengah bagian dan menjadi utuh ketika mereka menikah dan hidup bersama-sama.
51
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Proses pelaksanaan haphwanju sebagai berikut. Pertama, salah satu pembantu menuangkan minuman beralkohol ke dalam cangkir kecil untuk pengantin laki-laki. Kemudian, pengantin laki-laki harus meminum minuman tersebut. Pembantu lain menuangkan anggur untuk pengantin perempuan dan pengantin perempuan hanya menghirup atau berpura-pura meminum anggur itu. Selanjutnya, salah satu pembantu menuangkan anggur ke dalam cangkir atau ke dalam potongan labu untuk pengantin laki-laki dan pengantin lakilaki itu harus meminumnya lagi. Pembantu lain harus melakukan hal yang sama kepada pengantin perempuan, dan kembali pengantin perempuan harus menghirup atau pura-pura meminum minuman itu. Akhirnya, prosesi pernikahan adat Korea diakhiri dengan gerakan membungkukkan badan yang dilakukan oleh kedua pengantin secara bersamasama sebanyak tiga kali. Gerakan yang pertama sebanyak satu kali untuk orang tua, gerakan yang kedua sebanyak satu kali untuk nenek moyang, dan gerakan yang terakhir sebanyak satu kali untuk menghormati semua tamu.
Tahap setelah Pernikahan Dalam pernikahan adat Korea, setelah resepsi pernikahan selesai, pengantin perempuan segera bertemu dengan orang tua pengantin laki-laki. Kemudian pengantin perempuan dan pengantin laki-laki melakukan upacara pyebaek ( ), yaitu memberi hormat kepada kedua orang tua pengantin laki-laki dengan cara membungkukkan badan. Upacara ini berlangsung di area tertutup, yaitu di ruang tamu utama yang ditutup dengan layar lipat. Ayah pengantin laki-laki duduk di sisi timur, sedangkan ibu pengantin laki-laki duduk di sisi barat. Pengantin perempuan membungkukkan badannya sebanyak empat kali kepada orang tua pengantin laki-laki. Hal ini menunjukkan rasa hormat pengantin perempuan kepada keluarga suami dan nenek moyangnya serta melambangkan kesetiaan. Ibu pengantin laki-laki kemudian melemparkan daechu ( ), yaitu sejenis buah-buahan seperti kurma, ke arah rok pengantin perempuan. Kedua pengantin menangkap buah tersebut dengan harapan pengantin perempuan akan dikaruniai banyak anak. Pyebaek ( ) dalam pernikahan adat Jawa disebut mertui atau mapag besan. Pada tahap ini, kedua orang tua pengantin perempuan akan menjemput kedua orang tua pengantin laki-laki di depan rumah, lalu mempersilakan masuk ke ruang upacara pernikahan. Setelah itu, mereka akan berjalan beriringan menuju tempat resepsi. Kedua orang tua pengantin laki-laki akan duduk di sebelah kiri pengantin perempuan dan orang tua pengantin putri akan duduk di sebelah kanan pengantin laki-laki.
52
Pernikahan Tradisional Adat Korea dan Jawa
Pada masyarakat Korea, setelah tahapan tradisi pernikahan selesai, kedua pengantin akan melaksanakan bulan madu, sedangkan pada masyarakat Indonesia, acara bulan madu tidak selalu dilakukan karena kedua pengantin telah lelah mengikuti rangkaian prosesi pernikahan yang rumit. Selain itu, biaya yang digunakan untuk melaksanakan upacara pernikahan juga banyak. Biasanya, hanya masyarakat kalangan menengah ke atas yang melakukan acara bulan madu. Dalam masyarakat Korea, pada umumnya, pihak pengantin laki-laki harus menyediakan apartemen sebagai tempat tinggal mereka setelah menikah dan pengantin perempuan berkewajiban untuk mengisi perabotan rumah tangga di dalam apartemen tersebut. Akan tetapi, jika pengantin perempuan tidak memiliki uang, dia tidak harus membeli perabotan rumah tangga. Hal tersebut berbeda dengan kondisi masyarakat Indonesia yang kebanyakan tinggal di rumah biasa. Di Indonesia, pada umumnya pasangan pengantin akan menyewa sebuah tempat tinggal jika mereka belum mampu membeli rumah atau mereka akan tinggal bersama orang tua, baik orang tua dari pengantin laki-laki, maupun orang tua pengantin perempuan. Hal itu dilakukan sesuai dengan kesepakatan karena tidak ada aturan atau tradisi yang mengikat. Di Korea, hal tersebut jarang dilakukan, terutama oleh pengantin laki-laki, karena hal tersebut dianggap sebagai hal yang tidak baik. Namun, ada juga ibu mertua yang menghendaki menantu perempuannya untuk tinggal bersama mereka sebab mereka ingin agar anak laki-lakinya tetap dilayani dengan baik seperti ketika ibu yang melakukannya. Hal ini, biasanya, dilakukan karena orang tua, terutama ibu sangat menyayangi anak lakilakinya atau karena menantu dan anak laki-lakinya harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, sehingga ibu dan bapak mertualah yang akan merawat cucu mereka. Saat ini, di Korea, pasangan suami-istri yang tinggal bersama mertua sudah jarang dijumpai karena mereka tidak ingin terlalu banyak melibatkan orang tua dalam urusan rumah tangga. Di sisi lain, mertua juga ingin menikmati hari tuanya tanpa harus direpotkan dengan kegiatan mengurus cucu. Jika pasangan suami istri harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan ekonominya, mereka akan menitipan anak-anaknya kepada orang tuanya sampai mereka duduk di bangku sekolah dasar atau sekolah menengah pertama. Pada umumnya, orang Korea menikah hanya sekali dalam seumur hidup. Mereka lebih memilih tetap menduda atau menjanda setelah ditinggal pasangannya. Bagi orang Korea, orang yang bercerai dianggap sebagai orang yang cacat dalam kehidupan di tengah masyarakat, sedangkan orang yang menjanda atau menduda karena ditinggal mati pasangannya dianggap se-
53
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
bagai orang terhormat. Oleh sebab itu, jarang sekali dalam masyarakat Korea, kita temui peristiwa kawin cerai. Di Korea, seorang janda yang ingin menikah lagi harus mematuhi beberapa aturan adat. Salah satunya adalah calon pengantin laki-laki harus menculik pengantin perempuan di malam hari. Jika keluarga pengantin perempuan menyetujui hubungan itu, mereka akan berpura-pura tidak tahu penculikan itu dan membiarkan pengantin laki-laki mengajak pergi atau membawa lari pengantin perempuan. Setelah pengantin laki-laki membawa pergi pengantin perempuan, mereka akan hidup bersama tanpa harus melakukan pernikahan lagi. Namun, saat ini, hal itu sudah jarang terjadi.
Referensi Choi, Yong-Shik. 1999. Pictorial Korea The Monthly. Korea: Korean Overseas Culture and Information. Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Korea Foundation. 1997. Korean Cultural Heritage Traditional Lifestyles. Seoul Korea: Moonwha Printing Co., Ltd. The Korean Overseas Information Service. 2003. Handbook of Korea, Seoul, Korea: Jung Moon Sa Printing Co., Ltd. Yang, Seung Mok. 1994. Korea, Old to New. Seoul, Korea: Moon Yang Gak. Yang, Seung-Yoon. 1995. Seputar Kebudayaan Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Laman http://www.lifeinKorea.com/Culture/marriage/marriage.cfm. Diakses pada 10 November 2011. http://jagadkejawen.com/id/upacara-ritual/upacara-pernikahan-tradisionalJawa. Diakses pada 10 November 2011. http://lubisgrafura.wordpress.com/f-kejawen/mengenal-tata-upacarapengantin-adat-jawa. Diakses pada 10 November 2011.
Penulis: Dewi Sumpaniwati adalah staf pada Pusat Studi Korea, Universitas Gadjah Mada. Dia adalah alumni Program Studi Bahasa Korea UGM. Dia juga penerima beasiswa dari Korea Foundation untuk Korean Language Fellowship Program pada tahun 2010 – 2011. E-mail: deyaviolet@yahoo.co.id
54
Kehamilan dan Kelahiran dalam Kepercayaan dan Tradisi Masyarakat Korea
KEHAMILAN DAN KELAHIRAN DALAM KEPERCAYAAN DAN TRADISI MASYARAKAT KOREA Crisna Epi Setiyani
Setiap masyarakat memiliki kepercayaan dan tradisi berbeda-beda yang diwariskan nenek moyangnya secara turun-temurun. Kepercayaan dan tradisi tersebut merupakan bagian dalam daur hidup setiap manusia yang tidak dapat terpisahkan. Secara umum daur hidup manusia dapat dibagi menjadi tiga fase penting, yaitu kehamilan-kelahiran, pernikahan, dan kematian. Pada masing-masing fase tersebut terdapat berbagai kepercayaan dan rangkaian tradisi yang dijalankan secara berbeda-beda. Masyarakat tradisional Korea memiliki kepercayaan dan tradisi yang dipengaruhi tiga ajaran dari nenek moyang mereka yaitu ajaran Buddha, Taoisme, dan Konfusianisme. Ajaran yang paling banyak memberikan pengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea sampai saat ini adalah Konfusianisme. Hal tersebut dapat dilihat dari penyelenggaraan berbagai perayaan pada tiga fase penting daur hidup manusia, yaitu kehamilan-kelahiran, pernikahan, dan kematian. Berikut adalah sekilas kepercayaan dan perayaan-perayaan yang diselenggarakan masyarakat Korea terkait dengan kehamilan dan kelahiran. Kepercayaan masyarakat tradisional Korea yang terkait dengan kehamilan dan kelahiran, antara lain, berupa anjuran, larangan, dan perayaan-perayaan pada hari-hari tertentu. Beberapa anjuran dan larangan yang diwariskan secara turun-temurun seringkali tidak logis dan belum terbukti secara ilmiah. Namun, masih banyak anggota masyarakat modern Korea yang mempercayai dan menjalankan anjuran dan larangan-larangan itu.
Kepercayaan yang Berkaitan dengan Kehamilan Pada masyarakat tradisional Korea, biasanya wanita yang menikah akan mengikuti suaminya dan tinggal bersama mertua. Tanggung jawab seorang menantu yang tinggal bersama dengan mertuanya, tidak hanya menjaga, merawat dan menyediakan kebutuhan suaminya, tetapi juga mertuanya. Ketika ia terlambat datang bulan sebagai pertanda bahwa ia hamil, maka perta-
55
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
ma-tama ia akan memberitahukannya pada mertua, suami dan terakhir pada orang tua kandungnya. Dengan demikian seluruh keluarga akan menjaga, merawat, dan menyediakan segala kebutuhannya.
Anjuran Masyarakat Korea banyak memberikan anjuran pada ibu hamil dengan maksud agar ibu hamil selalu sehat dan selamat sampai saat melahirkan. Demikian juga janin yang dikandungnya selamat sampai kelak menjadi anak yang sehat dan kuat. Ada tiga anjuran yang perlu diperhatikan, yaitu apa yang dipikirkan, apa yang dilihat, dan apa yang dimakan haruslah yang semuanya baik. Bagaimanapun, segala hal yang dipikirkan, dilihat, dan dimakan oleh ibu hamil akan berpengaruh pada bayi yang dikandungnya. Oleh karena itu, pada masyarakat tradisional Korea, ibu yang sedang hamil biasanya selalu dianjurkan untuk tidak keluar rumah, semata-mata menghindarkan berpikir, melihat, dan memakan sesuatu yang tidak baik. Berbeda dengan anjuran pada masyarakat tradisional, anjuran bagi ibu hamil pada masyarakat modern Korea seperti sekarang ini disesuaikan dengan perkembangan zaman. Mereka menganjurkan agar ibu hamil memperbanyak membaca buku dengan tema-tema yang baik, mendengarkan musik yang baik, seperti misalnya musik klasik, dan makan berbagai makanan yang mengandung nutrisi yang baik bagi ibu hamil dan bayi serta menambah makan suplemen atau vitamin. Namun, dalam beberapa kasus, begitu pedulinya masyarakat modern Korea terhadap kesehatan ibu hamil ini, berakibat pada begitu banyaknya anjuran. Dengan demikian, kesannya kadang-kadang justru jadi berlebihan, terutama dalam mengkonsumsi suplemen atau vitamin.
Larangan Larangan, tabu atau pantangan-pantangan pada hakikatnya bertujuan baik. Dari generasi ke generasi sejumlah pantangan diwariskan masyarakat tradisional Korea. Dalam hal kehamilan, berlaku juga berbagai pantangan. Tujuannya, agar si jabang bayi dan ibunya, tetap sehat sampai pascamelahirkan. Secara medis memang belum terbukti kebenarannya. Tetapi, masyarakat Korea tetap memberlakukannya. Pantangan-pantangan itu terkait juga dengan apa yang dipikirkan, dilihat, dan dimakan oleh seorang ibu yang sedang mengandung. Berikut adalah beberapa pantangan pada ibu hamil: ď Ž Ibu hamil tidak boleh berpikiran negatif terhadap segala sesuatu. Jika si ibu berlaku demikian, dikhawatirkan bayinya kelak akan ikut berpikiran negatif.
56
Kehamilan dan Kelahiran dalam Kepercayaan dan Tradisi Masyarakat Korea
Ibu hamil tidak boleh membicarakan atau mengucapkan—meskinpun dalam hati— kejelekan seseorang. Konon, jika si ibu melanggar pantangan ini, kejelekan orang tersebut akan menurun pada bayi yang sedang dikandungnya. Ibu hamil tidak boleh melayat dan menghadiri pemakaman, karena dikhawatirkan bayi yang dikandung mendapat dampak buruk dari roh-roh jahat yang biasanya ada dalam acara-acara tersebut. Selain itu pada acara pemakaman, banyak orang yang bersedih sehingga dikhawatirkan kesedihan tersebut akan berdampak buruk juga bagi bayi yang dikandung. Ibu hamil tidak boleh datang ke berbagai acara perayaan, misalnya perayaan 100 hari setelah bayi dilahirkan (baekil— ), perayaan ulang tahun bayi pertama (doljanchi— ), atau perayaan-perayaan lain yang diselenggarakan di luar rumah. Jika melanggar pantangan ini, dikhawatirkan ibu hamil akan kelelahan. Hal itu tentu akan berdampak tidak baik bagi bayi yang dikandungnya. Ibu hamil tidak boleh melihat segala sesuatu yang mati, baik tumbuhan, maupun hewan. Hal tersebut juga akan berdampak tidak baik bagi bayi yang dikandungnya. Ibu hamil tidak boleh makan segala sesuatu yang bentuknya tidak bagus, misalnya buah-buahan yang bentuknya jelek, makanan yang dipotong dengan bentuk potongannya tidak bagus, dan makanan lain yang dianggap jelek. Ibu hamil tidak boleh makan daging ayam, yaitu bagian kulit dan tulang rawan. Jika makan kulit daging ayam yang kasar, kelak si bayi akan memiliki kulit yang kasar dan tidak bagus seperti kulit ayam. Jika yang dimakan bagian tulang rawan yang teksturnya lunak dan lemah, akan berakibat buruk bagi tulang si bayi. Ibu hamil tidak boleh makan itik atau bebek, karena dikhawatirkan bayi yang dikandung kelak akan berjalan seperti itik. Ibu hamil tidak boleh makan tahu, karena tekstur tahu yang lunak dan mudah hancur itu akan membuat si bayi nantinya lemah seperti tekstur tahu.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang kedokteran, masyarakat Korea secara perlahanlahan mulai meninggalkan berbagai pantangan itu. Masyarakat modern Korea sekarang lebih mempercayai berbagai pantangan yang logis dan telah terbukti secara ilmiah.
57
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Perkiraan Jenis Kelamin Jabang Bayi Sebagaimana telah disebutkan, ajaran konfusianisme sangat mempengaruhi masyarakat tradisional Korea. Itulah sebabnya, masyarakat Korea cenderung lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. Ada anggapan, bahwa anak laki-laki dapat menjadi tumpuan orang tua, penerus marga keluarga dan akan membawa istrinya ke dalam keluarga mereka. Jika menantu melahirkan anak pertamanya perempuan, biasanya muncul masalah dalam keluarga. Hadirnya anggota keluarga baru itu tidak memberikan kebahagiaan dalam keluarga. Ibu mertua biasanya akan menasihati anak dan menantunya agar segera memiliki anak lagi dengan harapan segera lahir anak laki-laki. Jika anak kedua perempuan lagi, masalahnya akan semakin rumit. Bahkan, tidak jarang berakhir dengan perceraian. Begitu pentingnya seorang istri melahirkan anak, maka dalam masyarakat tradisional Korea, ada berbagai kepercayaan dalam memperkirakan jenis kelamin bayi yang masih dalam kandungan. Caranya, dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri fisik dan gejala yang dirasakan si ibu. Ada juga kepercayaan berdasarkan mimpi tertentu. Melalui ciri-ciri fisik dapat dilihat dari bentuk perut si ibu hamil. Jika perut ibu hamil itu tampak bulat rata, diperkirakan bayinya laki-laki. Sedangkan jika perut ibu hamil itu kelihatan berbentuk lancip dan menonjol, diperkirakan bayinya perempuan. Melalui gejala-gejala yang dirasakan ibu hamil dapat dilihat dari tingkah laku atau perbuatan si ibu dalam hal makanan atau gejala lain. Jika ibu hamil itu menyukai makanan yang asam, buah-buahan, dan sayuran, diperkirakan bayinya perempuan. Sementara jika ibu hamil menyukai daging dan makanan yang manis, diperkirakan bayinya laki-laki. Dari gejalan lain dapat dicermati manakala ibu hamil sering mengalami mual dan muntah-muntah yang intensif pada pagi hari (morning sickness). Jika itu yang terjadi, maka diperkirakan bayinya laki-laki. Sebaliknya jika ibu hamil itu tidak mengalami hal yang demikian, diperkirakan bayinya perempuan. Mimpi bagi masyarakat Korea dianggap punya makna tertentu sebagai isyarat atau tanda bakal terjadinya sesuatu. Mimpi atau sering disebut taemong ( ) yang terjadi pada ibu mertua, saudara perempuan (kakak atau adik perempuan), dan ibu kandung dapat ditafsirkan sebagai isyarat untuk memperkirakan jenis kelamin bayi jika di antara anggota keluarganya ada yang sedang hamil. Mimpi melihat binatang-binatang yang kuat dan perkasa, seperti harimau atau naga, misalnya, bermakna akan lahir bayi adalah laki-laki. Demikian juga jika mimpi melihat buah-buahan bermakna akan mendapat bayi laki-laki. Tetapi, jika mimpi melihat burung, ular, cincin, atau bunga, bermakna akan mendapat bayi perempuan. Meskipun mimpi tertentu bermakna tertentu, jenis taemong
58
Kehamilan dan Kelahiran dalam Kepercayaan dan Tradisi Masyarakat Korea
itu sendiri dimaknai sesuai dengan kebiasaan atau kepercayaan yang berlaku di masing-masing daerah. Jadi, makna mimpi itu sangat ditentukan oleh tafsir masyarakat dalam memaknainya. Perkembangan teknologi kedokteran saat ini memungkinkan jenis kelamin bayi yang masih dalam kandungan dapat diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, karena pengaruh ajaran Konfusianisme yang sudah mengakar begitu lama, pemerintah Korea mengambil kebijaksanaan lain, yaitu menetapkan peraturan agar dokter tidak memberi tahu jenis kelamin bayi yang masih dalam kandungan. Jika dokter melanggar ketentuan ini, ia dianggap telah melakukan tindakan ilegal. Tindakan pemerintah itu, didasarkan pada kekhawatiran adanya dampak negatif, jika jenis kelamin bayi yang dikandung tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut, selain akan membuat ibu hamil merasa sedih, enggan menjaga dan merawat bayi yang dikandungnya, juga sangat mungkin akan memicu tindakan aborsi.
Tradisi yang Terkait dengan Kelahiran Selama masa kehamilan, tidak ada tradisi atau perayaan diselenggarakan. Tradisi dan perayaan yang ada, yaitu hanya ketika terjadi proses persalinan dan pascapersalinan. Bagi bayi setelah dilahirkan, ada perayaan 100 hari atau disebut baekil ( ), dan perayaan ulang tahun yang pertama yang disebut doljanchi ( ). Proses Persalinan Dalam masyarakat tradisional Korea, proses melahirkan pada umumnya terjadi di rumah, karena pada masa itu memang belum terdapat rumah sakit atau klinik bersalin. Jika sudah mendekati masa persalinan, ibu mertua akan menyiapkan kamar khusus untuk proses kelahiran bayi. Pada proses persalinan, ibu hamil yang akan melahirkan didampingi ibu mertua, ibu kandung, dan beberapa ibu-ibu yang akan membantu selama proses persalinan itu. Ayah calon bayi dapat juga mendampingi selama proses persalinan itu jika memang ia bersedia atau kemauannya sendiri. Namun selama proses persalinan, pada umumnya laki-laki tidak berada di sana. Ayah calon bayi akan memasang semacam tali di depan pintu utama rumah sebagai tanda bahwa akan ada proses persalinan. Mereka percaya bahwa tali tersebut akan menghalau roh-roh jahat yang mungkin mengganggu selama proses persalinan. Di zaman modern seperti sekarang ini, masyarakat Korea melakukan proses persalinan di rumah sakit atau di klinik bersalin. Persalinan dilakukan baik secara normal maupun melalui bedah sesar (caesarean section). Namun, sebagian besar masyarakat Korea cenderung menyukai proses persalinan melalui operasi sesar (C-section).
59
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Pasca-Melahirkan Selama kurang lebih 21 hari, ibu yang baru melahirkan diharuskan istirahat total. Dia hanya makan dan tidur. Dianjurkan pula untuk tidak mandi selama kurang lebih satu minggu; badan hanya dibersihkan dengan cara diseka. Segala kebutuhan akan disediakan ibu mertua atau ibu kandung. Demikian juga perawatan bayi dilakukan oleh ibu mertua dan ibu kandung. Sampai tiga bulan pertama, si ibu yang baru melahirkan itu biasanya tidak dibolehkan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah, seperti menyapu, memasak, dan lain-lain. Ibu yang baru melahirkan juga dianjurkan untuk makan sup rumput laut atau miyeokkuk ( ). Mereka percaya bahwa sup miyeok akan membantu mempercepat proses pemulihan setelah melahirkan, melancarkan peredaran darah, dan memperbanyak air susu ibu.
Perayaan 100 hari / Baekil (
)
Baekil merupakan perayaan yang dilakukan setelah bayi berusia 100 hari. Apa makna sebenarnya perayaan baekil? Masyarakat modern sekarang banyak yang kurang mengetahui makna sebenarnya perayaan baekil. Akibatnya, banyak di antara masyarakat Korea sendiri yang menyelenggarakan perayaan baekil tanpa mengetahui makna yang sebenarnya. Mereka melakukan perayaan tersebut hanya sebagai tradisi yang dilakukan secara turun-temurun. Setiap wanita mengalami datang bulan (menstruasi) sebulan sekali, yaitu proses keluarnya sel telur (ovum) yang sudah matang dan tidak dibuahi sperma. Jika sel telur dan sperma bertemu di tuba fallopi, maka terjadilah pembuahan. Setelah kurang lebih seminggu, hasil pembuahan tersebut akan bergerak menuju rahim dan menempel di dinding rahim. Selanjutnya hasil pembuahan itu akan tumbuh menjadi janin dan setelah 266 hari (¹ 9 bulan) akan lahirlah sebagai bayi. Satu tahun rata-rata 365 hari. Jika jumlah hari dalam setahun dikurangi masa tumbuh bayi selama dalam kandungan (365—266) hasilnya adalah 99 hari. Jadi perayaan 100 hari setelah kelahiran pada dasarnya adalah perayaan satu tahun bertemunya sel telur dan sperma yang kemudian menjadi bayi. Inilah makna sebenarnya dari baekil (100 hari). Perayaan baekil biasanya dihadiri oleh keluarga dan sanak saudara. Bagi masyarakat Korea yang masih menganut ajaran Konfusianisme, perayaan dimulai dengan kegiatan berdoa bersama untuk memohon kesejahteraan, panjang umur, dan kebahagiaan. Setelah berdoa, mereka akan makan bersama. Makanan yang selalu ada pada saat perayaan baekil adalah kue beras/ tteok ( ), yaitu baekseolgi tteok ( ) dan susuphat tteok ( ). Biasanya beberapa susuphat tteok diletakkan di empat penjuru arah mata angin (timur-selatan-barat-utara) dari rumah dengan maksud untuk melin-
60
Kehamilan dan Kelahiran dalam Kepercayaan dan Tradisi Masyarakat Korea
dungi si anak. Di samping itu juga bermakna agar datang keberuntungan dan kebahagiaan. Masyarakat tradisional Korea juga percaya, bahwa jika membagikan tteok kepada 100 tetangga dan masyarakat sekitar, maka si anak akan panjang umur. Selanjutnya para tetangga yang menerima tteok akan mengembalikan piring yang digunakan untuk mengantar tteok dengan menyertakan sejenis benang panjang, beras, dan uang. Benang panjang sebagai simbol panjang umur, beras dan uang sebagai simbol kemakmuran di masa yang akan datang. Pada masyarakat modern Korea, perayaan baekil biasanya dilakukan secara lebih sederhana, karena sebagian besar dari mereka sudah tidak menganut ajaran Konfusianisme. Biasanya mereka hanya melakukan makan bersama dengan salah satu menu makanan yang tidak pernah ketinggalan, yaitu tteok.
Perayaan Ulang Tahun Pertama / doljanchi (
)
Doljanchi merupakan perayaan untuk memperingati satu tahun umur bayi sejak dilahirkan. Pelaksanaan doljanchi hampir sama dengan baekil, namun terdapat beberapa bagian yang berbeda. Perayaan doljanchi diawali dengan upacara berdoa yang dilakukan oleh ibu si anak atau oleh neneknya. Pertama-tama mereka menyiapkan meja doa yang di atasnya terdapat semangkuk nasi putih, semangkuk miyeokkuk, dan segelas air putih. Di samping meja, juga terdapat tteok (samshin siru). Selanjutnya ibu atau nenek si anak akan mengucapkan syukur sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada dewi kelahiran (samshin), dan memohon umur panjang dan keberuntungan bagi si anak kepada dewa gunung (sanshin). Upacara berdoa itu hanya boleh diikuti para wanita, laki-laki dilarang. Sama halnya dengan perayaan baekil, upacara doa pada perayaan doljanchi sekarang ini sudah jarang dilakukan. Pada saat perayaan doljanchi, si anak akan memakai pakaian tradisional yang disebut dolbok ( ). Dolbok yang dipakai anak laki-laki dan perempuan, berbeda, baik warna maupun modelnya. Anak laki-laki biasanya memakai pakaian bermotif garis-garis yang berwarna-warni / saekdong jeogori ( ), celana panjang abu-abu / hwesaek baji ( ), jaket lengan panjang warnawarni / durumagi ( ), dan topi warna hitam / bokkeon ( ). Sementara anak perempuan biasanya memakai pakaian bermotif garis-garis yang berwarna-warni / saekdong jeogori ( ), rok merah / palgan chima ( ), dan topi warna-warni / jobawi ( ). Sekarang ini sudah banyak sekali model dolbok modern. Namun dua hal yang yang tidak boleh ketinggalan, yaitu sabuk
61
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
/ doltti ( ) sebagai simbol panjang umur, dan kantong / dol jumeoni ( ) sebagai simbol keberuntungan. Bagian utama dalam perayaan doljanchi adalah doljabi ( ). Doljabi merupakan bagian doljanchi yang bertujuan untuk meramalkan masa depan si anak. Mereka akan menyiapkan meja yang cukup besar yang disebut dolsang ( ). Di atas dolsang terdapat berbagai macam tteok. Pada zaman dahulu, kalangan bangsawan akan meletakkan lebih dari 12 macam jenis tteok, sedangkan rakyat biasa hanya meletakkan 2-3 macam jenis tteok. Seperti halnya dalam perayaan baekil, dua jenis tteok yang harus ada, yaitu baekseolgi tteok ( ) dan susuphat tteok ( ). Selain tteok, di atas dolsang juga diletakkan berbagai buah-buahan dan barang-barang yang akan diambil oleh si anak dan digunakan untuk meramalkan masa depan si anak. Barang-barang tersebut, antara lain, pensil, buku, benang, kertas, uang, busur, dan anak panah. Jika anak mengambil pensil atau buku, maka diramalkan di masa depan anak tersebut akan menjadi orang yang pandai. Jika mengambil benang, si anak akan berumur panjang, jika mengambil uang, akan menjadi orang kaya, dan jika mengambil busur dan panah, si anak akan menjadi prajurit/tentara yang handal. Sekarang ini, barang-barang yang diletakkan di atas dolsang semakin bervariasi, sesuai keinginan dari keluarga atau orang tuanya.
Referensi h t t p : / / w w w . n a m y a n g i . c o m / c o n t e n t s / content_view.asp?c_id=8576&cms_cd=A04010000 ht tp :/ /c af e. na ve r. co m/ ims an bu .c af e? if ra me _u rl =/ ArticleRead.nhn%3Farticleid=16141155& h t t p :/ / c a f e . n av e r. c o m / ra s p b e r r yma r ke t . c a fe ? i f r a m e _u r l = / ArticleRead.nhn%3Farticleid=2211& http://blog.naver.com/llsshh84?Redirect=Log&logNo=80148293245 ht tp :/ /ca fe .na ve r. com /a mymom .c af e?i fr ame _u rl =/ ArticleRead.nhn%3Farticleid=31& http://en.wikipedia.org/wiki/Korean_birthday_celebrations http://www.hawcc.hawaii.edu/nursing/RNKorean00.htm Penulis: Crisna Epi Setiyani adalah staf dan peneliti pada Pusat Studi Korea, Universitas Gadjah Mada. Saat ini dia menempuh Program Sarjana di Gangneung-Wonju National University, Korea (2010-2013). E-mail: crisnaepi@yahoo.com
62
Kehamilan dan Kelahiran dalam Kepercayaan dan Tradisi Masyarakat Korea
BAGIAN 2 MEMANDANG MODERNITAS
63
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
64
Fenomena Masyarakat Korea Modern
FENOMENA MASYARAKAT KOREA MODERN Yuni Wachid Asrori
Pendahuluan Sebagai salah satu negara yang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir, Korea mempunyai berbagai cerita yang menarik untuk dibahas, mulai dari perkembangan ekonomi, politik sampai dengan persoalan sosial kemasyarakatan Korea. Tulisan ini akan memberikan gambaran tentang masalah kependudukan di Korea yang mengalami perubahan yang cukup pesat. Modernisasi yang sedang melanda Korea sedikit banyak berimbas pada pemikiran orang Korea dan memberikan dampak, baik positif maupun negatif bagi masyarakat Korea sendiri. Korea adalah salah satu negara yang menarik perhatian para peneliti di dunia. Keajaiban yang telah mereka ciptakan dalam bidang ekonomi sungguh luar biasa. Bagaimana tidak, sempat diragukan menjadi negara yang dapat berkembang setelah dijajah oleh Jepang dari tahun 1910-1945, dilanda peperangan yang hebat dengan negara tetangga, yaitu Korea Utara, yang memporakporandakan infrastruktur yang ada pada saat itu dan banyak merenggut nyawa dari kedua belah pihak. Tetapi dalam waktu yang relatif singkat, mampu membuktikan diri bahwa Korea, yang dulu hancur oleh peperangan, dapat menjadi negara maju dan para pemerhati Korea pada khususnya menyebut Korea sebagai sebuah keajaiban sungai Han (Miracle of Han River). Perekonomian yang meningkat dengan pesat tentunya didorong oleh berbagai sektor yang terkait, seperti industri dan sumber daya manusia. Pembangunan industri dipusatkan di kota-kota besar di Korea Selatan, seperti Seoul, Gumi, Pohang, Ulsan, dan sebagainya. Beberapa perusahaan Korea juga sudah memperluas pemasarannya, bukan hanya di Korea, tetapi di seluruh dunia. Siapa yang tidak kenal dengan Samsung dan LG, perusahaan yang bergerak di bidang elektronik tersebut sudah merambah pasar dunia dengan produk-produk mereka yang inovatif. Sebut juga Hyundai dan KIA yang bergerak di dunia otomotif, mereka sudah dapat bersaing dengan
65
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
produsen-produsen otomotif dari Jepang dan Eropa. Tidak ketinggalan juga perusahaan galangan kapal terbesar di dunia yang berada di daerah Ulsan yang bernama Hyundai Heavy Industries. Pesatnya perkembangan industri ini sangat menarik bagi orang Korea yang masih berusia produktif untuk bekerja. Banyak pemuda Korea pada masa itu berbondong-bondong pergi ke kota untuk mencari nafkah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa pusat-pusat industri Korea menjadi kota dengan penduduk terbanyak. Berdasarkan fenomena tersebut, tulisan ini akan coba menampilkan beberapa gambaran yang ada tentang sejumlah hal yang terkait dengan masalah kependudukan di Korea.
Urbanisasi sebagai Dampak Modernisasi Masalah kependudukan sepertinya bukan hanya terjadi di Korea, tetapi juga di berbagai negara di dunia, seperti halnya Indonesia. Urbanisasi menjadi masalah yang umum terjadi di kota-kota besar. Kita dapat melihat bagaimana media masa di Indonesia selalu memberitakan masalah-masalah yang muncul karena kepadatan penduduk yang meningkat dengan pesat di kota-kota besar di Indonesia. Sebut saja, di antaranya, masalah pemukiman, pembangunan kawasan elite, sampai masalah lingkungan yang muncul akibat semakin berkurangnya daerah aliran sungai (DAS). Bagaimana kita dapat melihat pemerintah DKI Jakarta selalu melakukan operasi yustisi secara berkala yang bertujuan untuk menekan datangnya warga baru dari luar daerah DKI Jakarta yang ingin tinggal di Jakarta tanpa keahlian apa pun. Bagi orang yang tidak dapat menunjukkan kartu identitas akan dikenakan tindak pidana ringan (tipiring). Dengan adanya operasi tersebut, diharapkan dapat mencegah datangnya pendatang baru yang ingin bekerja di ibukota. Memang kota-kota besar di setiap negara mempunyai daya tarik tersendiri sebagai tempat mencari penghasilan, karena tentu saja di sana lebih banyak lapangan pekerjaan yang tersedia dengan banyaknya kawasan-kawasan industri yang dibangun di sekitar kota-kota besar. Sebagai salah satu negara yang mempunyai banyak industri besar, kotakota besar di Korea tentu saja menarik minat para generasi muda untuk datang ke kota besar yang ada di Korea, seperti Seoul. Urbanisasi masyarakat Korea secara besar-besaran dimulai pada tahun 1960-an, saat industri Korea mulai berkembang dengan pesat. Hingga saat ini, di Seoul sendiri terdapat beberapa kantor perusahaan yang termasuk dalam The Global Fortune 500 Companies yang diteliti pada tahun 2007. Perusahaan Korea yang termasuk dalam 500 perusahaan terkaya di dunia tersebut dan memiliki kantor di Seoul adalah sebagai berikut: Samsung Electronics (46), LG (73), Hyundai Motor (76), SK (98), Korea Electric Power Corp. (228), Samsung Life Insurance (229),
66
Fenomena Masyarakat Korea Modern
POSCO (244), Kookmin Bank (349), Hanhwa (374), KT Corp. (388), Hyundai Heavy Industries (422), Samsung Corp. (436), SK Networks (438), dan S-Oil (491). 1 Dengan banyaknya perusahaan Korea yang memiliki basis di Seoul, tentu saja akan menarik banyak generasi muda untuk mengadu nasib ke Seoul. Sebenarnya bukan hanya karena daya tarik industri di Seoul saja, tetapi juga karena Seoul merupakan kota dengan fasilitas terbaik di Korea, maka banyak orang berurbanisasi ke Seoul untuk mendapatkan fasilitas tersebut. Dari segi sejarahnya, Seoul merupakan kota yang berada di tengah-tengah semenanjung Korea. Kota Seoul dipilih sebagai ibukota kerajaan, yaitu pada masa kerajaan Chosun dengan pertimbangan bahwa jika ibukota kerajaan berada di tengah wilayah suatu kerajaan, maka pemerintah dapat dengan mudah mengawasi setiap daerah yang berada di bawah kekuasaannya. Dalam dunia pendidikan di Korea misalnya, Seoul National University merupakan pilihan pertama bagi banyak generasi muda Korea untuk melanjutkan studi mereka. Dengan demikian, Seoul merupakan kota yang mempunyai beragam daya tarik bagi orang-orang Korea. Dengan berbagai fasilitas yang tersedia di Seoul, persaingan di antara masyarakat Korea pun semakin meningkat. Sebagai contoh, setiap pelajar di Korea berkeinginan untuk belajar di Seoul National University karena merupakan universitas ternama di Korea. Oleh karena itu, para pelajar belajar dengan giat supaya dapat diterima di Seoul National University. Mereka dengan giat belajar dan rela untuk tidur hanya beberapa jam saja demi tujuannya masuk ke universitas yang bagus. Setelah mereka selesai belajar, persaingan dilanjutkan untuk mendapatkan karier yang sesuai dengan keinginan mereka. Begitulah persaingan yang begitu ketat di Korea dan menuntut kegigihan dan keseriusan orang Korea agar dapat meraih sukses.
Berkurangnya Angka Kelahiran Persaingan hidup yang ketat tersebut sedikit banyak berimbas pada pertumbuhan penduduk Korea. Bagaimana tidak, banyak orang Korea menunda pernikahan mereka, bahkan ada yang menganggap pernikahan itu tidak penting. Pandangan tersebut muncul, karena mereka lebih mengutamakan karier untuk masa depan daripada membentuk suatu keluarga. Namun hal tersebut belum tentu menjadi motif yang utama dalam penurunan angka kelahiran dalam masyarakat Korea. Pemerintah Korea memang sejak lama sangat memperhatikan perkembangan penduduk di Korea Selatan. 1
Kim, June-Woo. “Seoul: A Magnet for Power, Wealth and Population� dalam Social Changes in Korea. Kim Kyong-Dong and Korean Herald (Eds.). Seoul: Jimoondang, hlm. 53.
67
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Korea mengenal pembatasan angka kelahiran ini pada saat dunia barat masuk ke Korea melalui misionaris-misionaris yang datang ke sana dengan memperkenalkan sistem kesehatan Barat di Korea pada akhir abad ke-19.2 Sistem kesehatan Barat yang telah diperkenalkan itu mempengaruhi angka harapan hidup bagi para lanjut usia Korea dan bayi yang baru lahir. Tidak mengherankan bahwa angka harapan hidup masyarakat Korea meningkat karena sistem kesehatan mereka sudah semakin maju. Berbagai peristiwa yang terjadi di Korea mempengaruhi pertumbuhan penduduk Korea Selatan, seperti perang Korea, pengungsi Korea yang pulang dari pengasingan, seperti di Jepang dan Manchuria, serta orang Korea yang melarikan diri dari Korea Utara dan sebagainya. Pada masa pemerintahan Presiden Park Chung Hee, pemerintah mencanangkan program keluarga berencana untuk merespons tingkat pertumbuhan penduduk Korea yang cepat. Dimulai pada tahun 1962, angka kelahiran dalam masyarakat Korea secara konsisten menurun. Pada awal 1960, Korea memiliki total tingkat kesuburan (Total Fertility Rate/TFR) sebesar 6,0 yang berarti bahwa setiap wanita di Korea melahirkan anak rata-rata enam anak selama hidupnya dan angka tersebut menurun pada tahun 1970, yaitu sebesar 4,53, dan menurun lagi menjadi 2,87 pada tahun 1980, dan pada tahun 1983, indeks tersebut menjadi 2,1.3 Program keluarga berencana ini sepertinya sukses, karena telah berhasil menekan angka kelahiran anak di Korea. Namun kecenderungan tersebut terus berlanjut hingga mencapai indeks terendah pada tahun 2005, yaitu 1,08.4 Hal ini menjadi fenomena yang menarik perhatian dunia, karena merupakan angka terendah yang pernah dicapai oleh suatu negara. Bahkan, hal ini lebih menjadi topik menarik, karena bukan hanya indeks terendah yang dicapai oleh Korea pada tahun 2005, tetapi juga lebih dari itu, Korea merupakan negara dengan perubahan komposisi penduduk tercepat di dunia. Hal ini menyebabkan warga Korea mengalami ketidakseimbangan antara kelahiran dan kematian. Idealnya, TFR suatu masyarakat adalah pada angka 2 karena dengan angka tersebut, jumlah penduduk suatu bangsa akan stabil dan komposisi antara golongan tua dan muda juga menjadi seimbang. Angka tingkat kesuburan yang rendah seperti itu dan angka harapan hidup yang semakin tinggi menyebabkan Korea akan menjadi negara yang 2
3
4
Tai-Hwan Kwon, “Democratic Trends and Their Social Implications” dalam Social Indicators Research, Vol. 62/63, The Quality of Life in Korea: Comparative and Dynamic Perspectives (Apr., 2003), hlm. 20. Choi, Jin-Ho. “Two waves in Korea’s population revolution” dalam Social Changes in Korea. Kim Kyong-Dong and Korean Herald (Eds.). Seoul: Jimoondang, hlm. 44-45. Choi, Jin-Ho. “Two waves in Korea’s population revolution” dalam Social Changes in Korea. Kim Kyong-Dong and Korean Herald (Eds.). Seoul: Jimoondang, hlm. 45.
68
Fenomena Masyarakat Korea Modern
sebagian besar penduduknya adalah masyarakat yang tidak produktif. Bahkan ada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa pada tahun 2026, 20% penduduk Korea adalah penduduk di usia tidak produktif.5 Tentu saja fenomena ini akan berimbas pada ketersediaan tenaga kerja yang terbukti turut memberikan sumbangan besar pada kemajuan ekonomi Korea. Jika penduduk usia produktif semakin berkurang, maka roda ekonomi suatu negara juga akan turut tersendat. Hal ini tentu saja berbahaya bagi ekonomi Korea Selatan dalam beberapa dasawarsa ke depan. Seperti yang dapat kita lihat akhir-akhir ini, banyak tenaga kerja yang berasal dari berbagai negara berkembang datang ke Korea untuk bekerja, termasuk orang-orang Indonesia yang bekerja di sana. Hal ini memberikan dampak positif untuk orang-orang yang bekerja di luar negeri, karena fenomena ini berarti memberikan lapangan pekerjaan yang lebih luas bagi pekerja-pekerja asing. Negara asal pekerja tersebut juga mendapatkan keuntungan, bukan hanya berupa devisa dari orang yang bekerja di luar negeri, tetapi tentu memberikan pendapatan yang lebih bagi pekerja tersebut karena pada umumnya pekerja asing yang bekerja di Korea mendapatkan gaji yang lebih besar. Jika membicarakan ketahanan suatu bangsa, Korea akan mengalami ketergantungan terhadap negara lain, jika tenaga kerja dari dalam negeri juga terus menurun jumlahnya. Bagaimanapun juga, ketergantungan dalam hal apa pun terhadap negara lain akan merugikan negara tersebut. Walaupun hanya dalam hal ketersediaan tenaga kerja, hal tersebut tetap akan mempengaruhi Korea Selatan di masa depan.
Korea menuju Masyarakat Multi-Etnis Arus globalisasi yang sedang melanda dunia beberapa tahun terakhir membuat segala informasi dari seluruh dunia dapat menyebar dengan cepat. Berbagai perusahaan Korea yang sudah mendunia, juga membuat Korea Selatan dikenal oleh masyarakat internasional. Kemajuan ekonomi Korea yang begitu pesat membuat interaksi dengan dunia internasional juga semakin beragam. Dalam dunia hiburan, fenomena Hallyu seakan-akan membuat dunia semakin tertarik pada Korea. Hallyu sangat efektif dalam memperkenalkan budaya Korea kepada dunia melalui film, dramanya dan musik-musiknya. Korea menjadi kiblat dunia hiburan di Asia. Bagaimana tidak, kita dapat melihat tren tersebut misalnya di Indonesia, ada beberapa grup musik di Indonesia yang meniru gaya Korea.
5
Choi, Jin-Ho. “Two waves in Korea’s population revolution� dalam Social Changes in Korea. Kim Kyong-Dong and Korean Herald (Eds.). Seoul: Jimoondang, hlm. 49.
69
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Peranan Korea Selatan yang semakin nyata dalam dunia internasional, seperti dalam OECD, G-20, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa Korea Selatan merupakan salah satu bagian penting dalam kancah internasional. Tidak boleh dilupakan juga bahwa orang Korea bernama Ban Ki-Moon, adalah orang ke-8 yang pernah menjabat sebagai Sekertaris Jenderal PBB. Beberapa faktor tersebut tentunya menarik bagi dunia internasional untuk datang ke Korea. Banyak orang asing datang ke Korea Selatan dengan berbagai tujuan, mulai dari berbisnis atau belajar. Banyaknya interaksi dengan dunia luar ini sedikit banyak juga berdampak pada peta kependudukan Korea Selatan. Jumlah orang asing yang datang ke Korea juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Interaksi masyarakat Korea dengan orang asing menyebabkan beberapa orang Korea menikah dengan orang asing. Menurut Direktorat Jenderal Statistik Nasional Korea, pada tahun 2006, 39.700 warga Korea menikah dengan warga asing dan menempati 11,9% dari jumlah pernikahan di Korea yang terjadi pada saat itu. Jadi, konsep Korea sebagai bangsa yang homogen sekarang ini mulai berubah seiring semakin meningkatnya peranan Korea di era globalisasi ini.
Kesimpulan Korea Selatan yang semakin maju dan berkembang memang menarik bagi banyak orang. Sejumlah orang yang memprediksi Korea Selatan hanya akan menjadi negara miskin setelah dilanda peperangan yang hebat dengan Korea Utara, ternyata tidak terbukti. Korea Selatan berhasil mematahkan prediksi tersebut. Korea berhasil menjadi negara maju dengan berbagai industrinya yang merajai ekonomi dunia. Sebagai contoh, di bidang elektronik, Samsung dan LG merupakan dua perusahaan Korea yang dikenal luas masyarakat dunia. Demikian juga di bidang otomotif dengan Hyundai dan KIA sebagai salah satu produsen otomotif ternama dari Korea. Hasil positif yang diraih Korea tentu saja berkat sumbangan besar masyarakat Korea sendiri. Pemikiran orang Korea yang selalu ingin bekerja keras dan pantang menyerah adalah salah satu ciri yang menonjol. Akan tetapi ada beberapa pandangan orang Korea yang dapat berdampak buruk bagi masa depan mereka. Sebagai contoh, pandangan tentang pernikahan dan memiliki keturunan dalam masyarakat Korea yang mulai berubah, sedikit banyak mempengaruhi peta demografis Korea Selatan. Survai yang dilakukan pada tahun 2005 pada laki-laki dan perempuan Korea, menunjukkan bahwa laki-laki Korea yang berumur antara 20-44 tahun, sekitar 29,4% menyatakan dapat menikah, 42% menyatakan lebih baik menikah, 23,5% menyatakan tidak masalah menikah atau tidak, dan 2,2% menyatakan lebih baik tidak menikah. Sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap
70
Fenomena Masyarakat Korea Modern
perempuan Korea, hampir setengah dari responden (44,9%) menyatakan bahwa dapat menikah dapat juga tidak.6 Pandangan tentang pernikahan menjadi tidak begitu penting dalam generasi muda Korea masa sekarang ini. Tentu saja hal ini akan berimbas pada angka kelahiran di Korea. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, dalam beberapa dasawarsa ke depan, Korea akan mengalami masalah kependudukan. Komposisi masyarakat Korea menjadi tidak seimbang dengan banyaknya orang-orang yang tidak produktif. Fenomena lainnya yang terjadi dalam masyarakat Korea beberapa tahun terakhir ini adalah pernikahan campuran. Seperti yang terjadi pada tahun 2006, sekitar 11,9% dari pernikahan di Korea yang terjadi pada saat itu merupakan pernikahan campuran. Hal ini membuat Korea akan menjadi masyarakat yang multi-etnis dan konsep tentang Korea Selatan sebagai bangsa yang homogen semakin berubah. Begitulah sedikit dari begitu banyak gambaran tentang fenomena yang terjadi dalam masyarakat Korea Selatan. Tentu banyak segi positif dan negatif yang muncul dari fenomena tersebut. Melalui pembelajaran tentang Korea yang semakin berkembang di Indonesia, semoga banyak hal positif yang diraih Korea dapat menjadi salah satu referensi yang berguna bagi pembangunan di Indonesia.
Referensi Choi, Jin-Ho. “Two waves in Korea’s population revolution” dalam Social Changes in Korea. Kim Kyong-Dong and Korean Herald (Eds.). Seoul: Jimmoondang. Kim, June-Woo. “Seoul: A magnet for power, wealth and population” dalam Social Changes in Korea. Kim Kyong-Dong and Korean Herald (Eds.). Seoul: Jimmoondang. Tai-Hwan Kwon, “Democratic Trends and Their Social Implications” dalam Social Indicators Research, Vol. 62/63, The Quality of Life in Korea: Comparative and Dynamic Perspectives (Apr., 2003) Penulis: Yuni Wachid Asrori adalah dosen di Program Studi Korea, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Pernah mendapat beasiswa dari Asean University Network (AUN) pada tahun 2009-2011 untuk program pascasarjana pada Korean Studies Programme, kerjasama antara Chulalongkorn University, Thailand dan Seoul National University, Korea Selatan. E-mail: whdasrori@gmail.com 6
Choi, Jin-Ho. “Two waves in Korea’s population revolution” dalam Social Changes in Korea. Kim Kyong-Dong and Korean Herald (Eds.). Seoul: Jimoondang, hlm. 47.
71
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
KOMUNIKASI CYBER GENERASI MUDA KOREA1 (FITUR EMOTIKON DALAM AKSARA KOREA HANGUL) Prihantoro
Pengantar Salah satu fungsi bahasa yang paling dasar adalah sebagai sarana komunikasi antar manusia. Komunikasi bisa dilakukan dengan ragam bahasa lisan, maupun ragam bahasa tulis. Instrumen komunikasipun sangat beragam: telpon, surat, tatap muka dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak sekali piranti cyber yang bisa digunakan untuk menunjang kelancaran komunikasi. Di sisi lain, kehadiran piranti-piranti ini sedikit banyak memberikan pengaruh dalam komunikasi, termasuk dalam ragam bahasa tulis. Layanan Short Message Service (SMS) yang ada pada telpon seluler misalnya, dengan keterbatasan ruang (160 karakter) membuat para penggunanya harus kreatif menggunakan berbagai macam singkatan dan akronim agar pesan yang ingin disampaikan tidak lebih dari 160 karakter. Layanan attachment yang ada pada e-mail misalnya, membuat para penggunanya tidak perlu mendeskripsikan konten secara detil melalui tulisan karena mampu file berupa video, suara, atau gambar bisa didownload melalui attachment. Tidak seperti e-mail dan SMS, sarana Messanger Chat mampu membuat para penggunanya mampu berkomunikasi secara real-time. Namun pada ragam bahasa tulis cyber seperti ini, ada keterbatasan dalam mengungkapkan kondisi psikologis si penutur2. yang dapat dilakukan dengan ragam bahasa lisan seperti intonasi, tekanan, tinggi-rendah suara dan lain-lain. Oleh sebab itu, dibutuhkan satu fitur yang mampu mengakomodir kebutuhan tersebut. Emotikon berasal dari kata emotion dan ikon. Singkatnya, fitur ini adalah salah satu fitur yang digunakan secara kreatif oleh pengguna internet dalam ragam bahasa tulis untuk mengungkapkan emosi mereka dalam ragam bahasa
1 2
Kata Korea yang digunakan dalam paper ini merujuk ke Korea Selatan Pengirim atau penulis pesan
72
Komunikasi Cyber Generasi Muda Korea
tulis: kata, frasa, atau kalimat melalui ikon. Caranya adalah dengan menggunakan, selain karakter alphabet, simbol dan angka. Uniknya, emotikon pengguna emotikon kebanyakan adalah generasi muda serta digunakan dalam situasi informal. Perhatikan potongan komen dari jejaring social facebook. Figur 1. Contoh Penggunaan Emotikon Hangul dalam Komentar Facebook
Gambar di atas diambil dari situs facebook. Konteksnya adalah, si penutur mengomentari sebuah gambar dimana ada beberapa politikus yang berkelahi. Padanan kata dalam bahasa Indonesia adalah ‘gila’. Sebuah respon dari anomali yang ditunjukan oleh gambar yang dikomentarinya. Setelah , bagaimana dengan ? Kondisi psikologis seperti apakah yang ingin disampaikan oleh si penutur pesan? Orang yang memahami bahasa Korea pun belum tentu memahami makna emotikon ini apabila tidak memiliki shared knowledge3 yang sama dengan penulisnya. Meski cukup dikenal luas secara universal, namun emotikon yang digunakan muda-mudi Korea cukup unik dalam komunikasi Cyber. Hal ini dikarenakan penggunaan penggunaan aksara Korea Hangul yang berbeda dengan penggunaan karakter latin yang sebelumnya sudah cukup dikenal secara universal. Paper ini akan mendeskripsikan tentang bentuk dan fungsi emotikon dalam komunikasi cyber oleh muda-mudi Korea melalui SMS, e-mail dan messanger.
3
Situasi dimana pengirim dan penerima pesan sama-sama memahami kode yang digunakan. Misalnya, ‘tidak’ dalam konteks SMS seringkali disingkat menjadi ‘tdk’. Namun hal ini bisa berbeda dengan komunikan yang lain; misalnya menjadi ‘gak’, ‘gk’ atau ‘g’. Dalam memilih bentuk singkatan, pengirim pesan harus memperhitungkan pengetahuan si penerima pesan akan singkatan tersebut.
73
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Komunikasi Cyber di Korea Internet dan Telepon Genggam di Korea Tingkat penetrasi internet di Korea termasuk salah satu yang tertinggi di asia, bahkan di dunia. Korea Times, dengan mengutip laporan dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), melaporkan bahwa pada tahun 2007, menempati peringkat pertama untuk penetrasi household internet. Tingkat penetrasi dilaporkan mencapai 94,7 persen4. Ini artinya, dari 10 lokasi hunian di Korea, misalnya setiap sepuluh rumah, kita akan menemukan koneksi internet di paling tidak sembilan rumah. Jumlah ini bisa saja meningkat jauh sekarang. Dengan rasio kondisi geografis yang tidak terlalu besar dan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, tingkat peneterasi internet secara geografis dan jumlah pengguna internet di Korea cukup mengagumkan. Internet World Statistics5 melaporkan bahwa dengan penduduk sebanyak 48.636.068 jiwa dan luas lahan sebesar 100,210 km2, 81 persen diantara penduduk Korea aktif menggunakan internet sehari-hari. Survey dari OECD6 yang dikutip Korea Times tadi juga melaporkan bahwa Korea berada di urutan pertama dari tingkat penetrasi internet mengungguli Islandia dan Belanda di urutan ke dua dan ke tiga. Selama periode 2000-2007, Korea adalah negara yang akselerasi penetrasi internetnya berkembang paling cepat selain Jerman, Inggris dan Swiss. Jika ditilik dari kelompok umur, ada dua kelompok pengguna internet terbanyak yaitu 6-19 tahun dan 20-29 tahun. Ini artinya kaum muda, atau remaja, merupakan kelompok yang paling sering menggunakan internet dibandingkan kelompok umur yang lain. Perhatikan tabel berikut: Figur 3. Penggunaan Internet (%) di Korea Berdasarkan Rasio Umur
4 5 6
7
7
http://www.koreatimes.co.kr/www/news/biz/2008/06/123_26007.html http://www.internetworldstats.com/top25.htm, http://www.internetworldstats.com/asia/kr.htm http://www.itu.int/en/pages/default.aspx,http://english.peopledaily.com.cn/90001/90776/ 90881/6404489.html National Internet Development Agency of Korea (NIDA) (2007: 47-51). Survey on the Computer and Internet Usage. Seoul, Korea
74
Komunikasi Cyber Generasi Muda Korea
Meski didominasi muda-mudi Korea, pengguna internet dari kelompok umur di atas 60 tahun juga menunjukan perkembangan yang cukup signifikan, seperti dilaporkan Shim et al (2007). Mengenai situs yang diakses oleh mudamudi ini berjenis musik, game, e mail dan jejaring sosial, dibandingkan dengan situs-situs akademis. Melalui sebuah penelitian, Lee and Chan-Olmsted (2004) menjelaskan, jenis situs yang diakses oleh generasi muda Korea kebanyakan adalah situs berjenis hiburan seperti on-line games dan internet shopping. Selain itu, jenis situs lain yang paling sering dikunjungi adalah situs berjenis social-networking seperti e-mail dan messanger. Dengan kehadiran smartphone, internet tak hanya bisa diakses dari tempat yang statis, bisa juga diakses dari tempat yang dinamis seperti di mobil atau kereta bawah tanah yang sedang berjalan. Figur 4. Akses Internet dalam Kereta yang Sedang Berjalan
Perkembangan teknologi telepon genggam memperlancar komunikasi baik lisan (melalui telepon) maupun tulisan (SMS). Namun seiring dengan perkembangan teknologi internet, munculah smartphone, telepon genggam yang mengakomodasi kebutuhan koneksi internet. Tidak hanya itu, smartphone juga dilengkapi dengan sarana advanced multimedia (selain multimedia basic: kamera dan perekam video) seperti game dan streaming TV. Dengan adanya smartphone ini, maka fasilitas-fasilitas berbasis internet seperti e-mail dan messanger bisa diakses melalui telepon genggam. Posisi Hangul dalam Komunikasi Cyber Hangul adalah aksara asli Korea. Sebelum menulis dengan aksara Hangul masyarakat Korea biasa menulis Bahasa Korea dengan aksara Cina atau lebih dikenal dengan sebutan Hanja. Karena Hanja ini cukup sulit, maka pada tahun 1443 Raja Sejong memerintahkan para ahli Bahasa Korea untuk menciptakan sistem aksara Korea yang mudah dipahami. Sistem ini disebut Hunmin Jongeun atau sekarang dikenal dengan nama Hangul. Aksara Korea terdiri dari 10 vokal dan 14 konsonan.
75
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Saat ini terdapat sekita 70 juta penutur Bahasa Korea di Korea Utara dan Korea Selatan. Sik (2010:214), mencatat ada sekitar 7 juta penutur Korea yang bukan penutur asli, tersebar di seluruh dunia. Untuk memudahkan orang yang tidak memahami Bahasa Korea dalam membaca huruf Hangul, dibuatlah sistem romanisasi, yaitu huruf hangul yang ditranskripsi dengan huruf latin. Ada beberapa sistem romanisasi, misalnya Sistem Yale8 (Martin 1992) atau Mc. Cune–Reischauer 9. Misalnya bisa diromanisasi menjadi Daejon atau Taejon. Ada sedikit perbedaan dalam pemilihan alphabet ‘t’ atau ‘d’. Yang terbaru adalah sistem romanisasi yang dikeluarkan oleh The National Academy of Korean Language10, semacam Badan Bahasa Korea yang dibentuk secara resmi oleh pemerintah Korea. Oleh karena adanya berbagai sistem romanisasi Bahasa Korea yang berbeda, maka dalam paper ini, untuk pembahasan katakata yang dianggap penting digunakan pula transkripsi fonetik yang berlaku secara universal. Posisi Hangul dalam komunikasi Cyber di Korea sangatlah strategis. Hal ini dikarenakan Hangul berperan sebagai aksara komunikasi yang berbeda dengan aksara latin. Sehingga hanya penutur bahasa Korea saja yang bisa menggunakannya. Ada perbedaan layout antara keyboard Hangul dan keyboard latin. Fitur aksara Hangul ini sangat berpengaruh dalam efektifitas search engine. Misalnya ketika kita akan mencari alamat satu restoran di Korea, akurasi search engine yang didesain khusus untuk Hangul seperti www.naver.com, www.daum.net, www.nate.com, akan relatif lebih baik dibandingkan dengan search engine universal seperti google atau yahoo. Figur 5. Tampilan Naver Search Engine
8 9
10
Biasa digunakan dalam karya tulis ilmiah bidang linguistik Kamus Romanisasi Mc.Cune–Reischauer versi online dapat diruj uk ke http:// www.romanization.org/main.php, sementara guidelines untuk romanisasinya dapat dilihat di http://mccune-reischauer.tistory.com/ http://www.korean.go.kr/eng/roman/roman.jsp
76
Komunikasi Cyber Generasi Muda Korea
Hal ini relatif wajar karena banyak konten website yang berkaitan dengan Korea, ditulis dengan aksara Hangul. Dari sini saja bisa kita lihat bahwa ada komponen kebahasan dalam komunikasi cyber di Korea yang merupakan ciri khas dari Korea dan tidak dimiliki oleh penutur bahasa lain. Hal ini sangat strategis karena berpengaruh tidak hanya dari segi kebahasaan namun juga dari segi teknologi informasi.
Metode Data dalam penelitian ini diperoleh dari konten e-mail, SMS, dan messanger history dari lima penutur asli bahasa Korea dengan isi yang bervariasi panjang-pendeknya. Dari setiap penutur masing-masing ada lima konten email, SMS, dan messanger history; sehingga jumlah konten per penutur adalah lima belas. Total jumlah konten adalah 75. Konten ini kemudian disortir secara manual untuk menemukan konteks penggunaan emotikon. Setelah diidentifikasi, emotikon yang paling sering digunakan, ditunjukan pada penutur asli bahasa Korea untuk kepentingan verifikasi makna. Emotikon yang sudah diverifikasi kemudian dianalisis dan dideskripsikan lebih lanjut pada seksi berikutnya dari paper ini.
Emotikon dengan Aksara Hangul Untuk membuat emotikon dengan Hangul, paling tidak dalam word processor di komputer kita, perlu diinstall plug-in khusus Hangul. Dalam Microsoft word, aksara Hangul dapat diinstall bersama aksara Cina dan Jepang yang terkumpul dalam satu file East Asian Language Support. Setelah menginstall, kita harus menyesuaikan input keyboard kita dengan input keyboard aksara Hangul. Karena perbedaan struktur, sulit menemukan padanan satu lawan satu antara alphabet latin dan Hangul dalam keyboard. Misalnya, untuk meromanisasikan konsonan geminate11 seperti /ppa/, alphabet ‘p’ harus diinput sebanyak dua kali. Sedangkan dengan input Hangul di komputer kita, maka yang harus kita lakukan adalah menekan tombol shift dan input alphabet ‘q’. Untuk itu, ada standar layout keyboard Hangul yang diintegrasikan bersama keyboard yang biasa kita pakai.
11
Konsonan yang diberi penekanan; misalnya /appa/ yang bermakna ayah. Jika konsonan /p/ tidak diberi tekanan /apa/ maka maknanya akan berbeda
77
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Figur 7. Perbandingan Keyboard Hangul dengan Keyboard Biasa
Seperti diperlihatkan dalam kedua figur diatas, (kiri: keyboard Hangul, kanan: keyboard biasa), Hangul ditempatkan dalam template yang sama dengan keyboard biasa, namun karakter Hangul diletakan dibawah alphabet latin. Dengan menggunakan input Hangul inilah muda-mudi Korea menuliskan emotikon dalam komunikasi cyber mereka. Fungsi dari emotikon sendiri adalah untuk memperjelas keadaan psikologis dan sikap penutur terhadap lawan tuturnya. Berikut adalah daftar dari beberapa emotikon yang sering digunakan oleh penutur Bahasa Korea: Tabel 1. Emotikon Hangul yang Sering Digunakan oleh Muda-Mudi Korea Emotikon Tersenyum/Tertawa
Emotikon Hangul ㅎㅎㅎ ㅋㅋㅋ
Sedih/Menangis
ㅠ-ㅠ ㅠ_ㅠ ㅠㅠ -_ㅔ
78
Bernyanyi
ㅎㅁㅎ
OK
ㅇㅋ
Terimakasih
ㄳㄳ
Memperlembut pesan
~~~
Mendengarkan musik
(]-_-[)
Komunikasi Cyber Generasi Muda Korea
Bingung
-ㅅ-a --;
Thumb up
-ㅅ-b
Banyak teman
(-(-(-.-)-)-)
Muntah
ㅇㅠㅇ
Tidak seperti emotikon keyboard pada umumnya, penutur bahasa Korea menggunakan keyboard Hangul untuk membuat emotikon. Pada emotikon keyboard biasa, untuk memahami emotikon (misalnya: tersenyum ataupun sedih) maka para pembaca emotikon tersebut harus merotasi sudut pandangnya 90 derajat ke arah kanan. Sehingga emotikon :) baru bisa dipahami sebagai kondisi psikologis pembaca yang ada dalam keadaan senang, setelah dirotasi. Formasi Emotikon dan Asosiasinya Menurut bentuknya, emotikon bahasa Korea banyak yang sepenuhnya mendayagunakan huruf Hangul. Hal ini agak berbeda dengan emotikon yang digunakan oleh penutur bahasa Indonesia yang kebanyakan menggunakan simbol atau tanda baca. Dari data-data yang didapat, bisa dideskripsikan bahwa emotikon yang menggunakan Hangul dibentuk dengan beberapa asosiasi. Dari formasi beberapa emotikon yang paling sering digunakan oleh penutur Bahasa Korea, paling tidak ada tiga jenis asosiasi: asosiasi suara (termasuk intonasi), bentuk wajah, dan asosiasi Bahasa Korea Asosiasi Suara dan Intonasi Kondisi psikologis senang diasosiasikan dengan orang yang tertawa. Dalam hal ini, emotikon yang digunakan oleh penutur Bahasa Korea berasosiasi dengan suara orang yang tertawa. Perhatikan ilustrasi berikut: Huruf hieut dalam bahasa Korea merupakan representasi ortografis konsonan frikatif /h/. Emotikon ini berasosiasi dengan orang yang sedang tertawa hahaha atau hohoho. Suara orang tertawa pun tidak hanya satu macamnya. Sehingga ada juga emotikon lain yang digunakan seperti contoh berikut:
79
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Huruf kieuk dalam bahasa Korea merupakan representasi ortografis dari konsonan velar /k/, sedangkan merupakan representasi ortografis dari konsonan velar dengan aspirasi /kh/. Suara ini diasosiasikan dengan bunyi tertawa yang cenderung terkikik. Yang cukup unik dari emotikon Hangul adalah emotikon yang sanggup merepresentasikan intonasi. Perhatikan contoh berikut: /oppa/ sendiri bukanlah satu emotikon. Kata tersebut mengacu pada kakak laki-laki dari seorang perempuan, tetapi meluas menjadi panggilan dari perempuan kepada laki-laki yang lebih tua. Yang merupakan emotikon adalah lambang ~~. Fungsi dari emotikon ini adalah memperlembut tuturan dari si pengirim pesan. Bandingkan dua contoh berikut:
Dua pesan tersebut, baik yang pertama maupun yang ke dua, samasama dapat diterjemahkan secara literal menjadi ‘Ibu, berikan (buatkan) aku makanan’. Tanpa emotikon, pesan ini biasanya akan diinterpretasikan sebagai satu tuturan direktif atau suruhan. Tambah lagi pesan ini tidak menggunakan sentence ending penanda tingkat tutur, sehingga sebenarnya hanya bisa dituturkan antar penutur yang setara (umur, keakraban) atau dari orang yang status sosialnya lebih tinggi ke yang lebih rendah. Pesan ke dua (yang disertai emotikon) tidak mengakomodasi tingkat tutur. Namun dengan disertakanya emotikon, tuturan yang secara struktur bersifat direktif ini dapat diturunkan menjadi sebuah request atau permohonan. Lambang ~~ merupakan satu diantara beberapa emotikon Hangul yang mengunakan simbol. Uniknya, dari hasil pengamatan konten dan wawancara dengan penutur asli Bahasa Korea yang menjadi responded dalam penelitian ini, emotikon ~~ biasa digunakan oleh perempuan, dimana kata yang posisinya mengakhiri sebuah kalimat, diakhiri dengan kata vokal berintonasi naikturun-naik. Fenomena ini biasa disebut /ogyang/ dalam bahasa Korea. Dalam paper ini tentu tak mudah menggambarkan ogyang. Namun dengan software fonetik akustik PRAAT, penulis berhasil mengekstrak intonasi dari ogyang yang berasal dari penutur asli bahasa Korea. Perhatikan ilustrasi berikut
80
Komunikasi Cyber Generasi Muda Korea
Figur 4. Intonasi yang direpresentasikan Emotikon ~~
Cara memperoleh ekstrak ini adalah dengan memotong rekaman suara bagian vokal /a/ dari [oppa] yang dututurkan langsung oleh penutur Bahasa Korea. Bagian vokal /a/ ini saja yang kemudian diekstrak untuk kemudian diolah dengan PRAAT. Dapat kita lihat garis biru pada spektograf bagian bawah yang menunjukkan intonasi penutur bahasa Korea secara lisan yang merepresentasikan emotikon ~. Supaya lebih jelas, PRAAT menghilangkan bagian spektograf yang lain, dan menyisakan hanya intonasinya. Perhatikan garis hijau pada figur spektograf bagian bawah berikut: Gambar 5. Ekstrak Intonasi yang Serupa dengan lambang ~ (Hijau)
81
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Intonasi ini hanya bisa digunakan pada komunikasi lisan, dan hampir tidak mungkin direpresentasikan secara ortografis karena konteks penggunaannya yang umumnya informal. Namun penutur Bahasa Korea secara kreatif dapat merepresentasikanya dalam komunikasi cyber dengan bentuk emotikon dengan symbol ~. Sehingga efek pelembut yang dibawa oleh intonasi tersebut dapat direpresentasikan meski dalam ragam komunikasi tulis cyber. Asosiasi Bentuk Wajah Bentuk wajah merupakan asosiasi emotikon yang cukup sering digunakan secara universal. Namun Emotikon menggunakan Hangul cukup unik. Emotikon biasa seperti :.( mengharuskan para pembacanya untuk merotasi pandangan mereka di layar komputar 90 derajat untuk memahami bahwa emotikon :.( berasosiasi dengan bentuk wajah orang yang sedang menangis (bermakna kesedihan). Simbol kolon : diasosiasikan dengan bentuk mata. Sedangkan tanda titik . diasosiasikan dengan air mata yang menetes. Simbol kurung buka ( diasosiasikan dengan bentuk mulut yang cekung ke atas karena menangis. Perhatikan asosiasi emotikon :.( di bawah ini dengan bentuk wajah orang yang sedang menangis. Dalam emotikon menggunakan Hangul yang bermakna kesedihan penutur bahasa Korea menggunakan emotikon . Perhatikan bahwa garis horizontal ă…Ą merefleksikan mata seseorang. Sedangkan dua garis vertikal | |, mengindikasikan air mata yang deras mengalir. Di sini bisa kita lihat bahwa emotikon mengindikasikan wajah orang yang sedang menangis. Yang menarik dari emotikon ini adalah kita tidak perlu merotasi pandangan kita untuk mengasosiasikan bahwa emotikon tersebut mengindikasikan orang yang sedang menangis. Perhatikan emotikon dan asosiasinya dengan wajah orang yang sedang menangis berikut. Perhatikan pula bahwa kita tidak perlu merotasi pandangan kita untuk memahami asosiasi tersebut. Emotikon yang lain adalah yang merupakan kombinasi simbol dengan aksara Hangul /e/, yang merepresentasikan bentuk mata yang menangis. Emotikon ini juga bermakna kesedihan. Asosiasi Bahasa Beberapa emotikon dalam Bahasa Korea tidak berasosiasi dengan suara maupun bentuk, namun dengan Bahasa Korea. Inilah emotikon yang cukup sulit untuk dipahami oleh penutur non-Korea. Perhatikan emotikon berikut: Emotikon di atas terdiri dari ditambah kieuk. Yang menarik di sini adalah kedua huruf hangul tersebut tidak sekaligus berasosiasi pada bahasa.
82
Komunikasi Cyber Generasi Muda Korea
Huruf Hangul dipilih karena menyerupai huruf o dalam keyboard latin. Dari sini mungkin timbul pertanyaan mengapa asosiasi yang digunakan tidak langsung saja dengan mengetik /okhei/, yang berasosiasi dengan bahasa Inggris OK. Ini dikarenakan mengetik lebih menghemat waktu dan tenaga. Memang dalam sekejap input hangul di komputer yang telah terinstal aksara hangul dapat dilakukan dengan menekan tombol shift. Namun mengalihkan dengan keyboard latin dan mengetik OK tentu saja akan lebih memboroskan lagi karena konten yang akan diketik adalah dalam bahasa Korea dan ditulis dengan Hangul. Asosiasi Bahasa Korea yang terjadi sepenuhnya adalah pada emotikon untuk berterima kasih. Dalam bahasa Korea, Kamsa Hamnida bermakna terima kasih, yang dilambangkan dengan . Kata Hamnida di situ adalah sentence ending penanda kata kerja yang bisa berubah-ubah sesuai dengan speech level yang digunakan antar penutur. Sentence ending ini tidak hanya merupakan properti khusus untuk kata terima kasih, namun juga untuk kata kerja lain baik itu action verb, maupun descriptive verb12. Ini menyebabkan emotikon terima kasih hanya dilambangkan dengan kieuk untuk mewakili suku kata pertama /kam/ dan untuk mewakili suku kata kedua /sa/, dimana jika digabungkan menjadi /kamsa/ yang bermakna terima kasih. Pola Penggunaan Emotikon Dari dimensi solidaritas, emotikon banyak digunakan antar penutur yang akrab, misalnya antara teman atau sahabat. Namun ini bukan berarti emotikon tidak digunakan untuk mereka yang barus saling mengenal. Dalam komunikasi cyber, banyak para pengguna internet yang memang menggunakan internet sebagai sarana untuk saling mengenal, bahkan dengan pengguna internet lain yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Hal ini bisa dilihat pada fitur facebook yang memperkenankan seorang pengguna facebook untuk menjalin pertemanan dengan orang yang belum mereka kenal sebelumnya.
12
Yang dimaksud Descriptive Verb adalah kata sifat (Bin 2001). Dari sini kita lihat sepertinya ada dua kelas kata yang bertumpuk. Namun jika kita lihat struktur bahasa Korea, kata sifat bisa mengalami infleksi seperti kata kerja. Dari bentuk, kata /jotta/ yang bermakna ‘bagus’ misalnya, bisa mengalami infleksi (past tense) menjadi / jowassoyo/ seperti /kada/ yang bermakna pergi (present tense) menjadi / kassOyo/. Dari sini bisa kita lihat, meskipun secara semantis descriptive verb dalam bahasa Korea mengarah ke kata sifat, namun secara morfologis bentuknya lebih mengarah ke kata kerja.
83
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Dalam situasi belum akrab, emotikon memang terkadang masih digunakan, namun frekuensi penggunaanya masih belum terlalu tinggi. Namun seiring dengan meningkatnya skala solidaritas, emotikon akan lebih sering digunakan. Ini kencenderungan yang ada jika kita menggunakan parameter tingkat solidaritas. Tapi bagaimana jika kita menggunakan parameter gender? Dari hasil observasi konten dan wawancara, ditemukan bahwa penggunaan emotikon oleh para laki-laki jauh lebih sedikit dari para wanita. Misalnya, salah satu responden hanya aktif menggunakan satu emotikon (walaupun responden ini mengenal emotikon lain juga). Bahkan ada yang tidak menggunakan emotikon sama sekali. Hal ini mengerucutkan hasil pengamatan penggunaan emotikon Hangul, bahwa ada pengguna aktif (wanita), dan pengguna semi-aktif (pria). Ketika para pengguna ini ditanya apakah mereka menggunakan emotikon ketika berkomunikasi cyber dengan orang yang lebih tua, kebanyakan menjawab tidak. Ada beberapa responden yang mengaku tetap menggunakan emotikon, dengan syarat: orang yang berkomunikasi dengan mereka juga menggunakan emotikon, atau sudah mengenal orang tersebut secara baik.
Kesimpulan Dalam komunikasi Cyber yang menggunakan ragam bahasa tulis, penggunaan emotikon sebagai penjelas nuansa psikologis dari pesan yang ingin disampaikan cukup tinggi, termasuk dalam komunikasi dengan manggunakan bahasa dan aksara Korea, Hangul. Paper ini telah mendata emotikon Hangul apa saja yang paling sering digunakan oleh muda-mudi di Korea: tertawa (senang), terkikik (lucu), menangis (sedih), persetujuan, dan cute intonation. Seperti emotikon secara universal, emotikon Hangul berasosiasi dengan bentuk fisik, misalnya wajah. Namun emotikon bahasa Korea cukup unik karena selain bentuk fisik, ada yang berasosiasi dengan Bahasa Korea, suara, bahkan intonasi yang tidak begitu mudah untuk direpresentasikan dalam ragam bahasa tulis. Emotikon yang berbentuk wajah atau mimik dari si pengguna juga unik karena tidak memerlukan rotasi untuk bisa dipahami sebagai emotikon yang bermakna, misalnya menangis. Menengok emotikon Hangul dari segi penggunanya yang kebanyakan muda-mudi Korea, ternyata ada beberapa hal yang bisa kita simpulkan. Pertama kendati digunakan oleh kebanyakan muda-mudi Korea, namun emotikon
84
Komunikasi Cyber Generasi Muda Korea
ternyata lebih sering digunakan oleh wanita. Para laki-laki walaupun memiliki pengetahuan tentang emotikon, namun jarang sekali menggunakan emotikon, apalagi ke sesama laki-laki. Hal lain yang berpengaruh adalah skala keakraban. Pada pengguna yang lebih tua, emotikon memang kadang digunakan. Hal ini bisa terjadi apabila antar penutur sudah terjadi hubungan yang cukup akrab.
Referensi Shim, T-Y., Kim M-S., Martin, J-N. (2008). Changing Korea: Understanding Culture and Communication. New York: Peter Lang Publishing. Koo, H (ed). (2007). State and Society in Contemporary Korea. Ithaca and London: Cornell University Press. Sik, H-S. (2010). An Easy Guide to Korean History. Seoul: The Association For Overseas Education Development Press Martin, Samuel E. (1992). “Yale Romanization.� A Reference Grammar of Korean (1st edition ed.). Rutland and Tokyo: Charles E. Tuttle Publishing. PRAAT Manual, Boersma Lieshout, P-V. (2003). Praat Tutorial: A Basic Introduction. Oral Dynamics Lab. University of Toronto (Unpublished) Ihm, Ho Bin. 2001. Korean Grammar for International Learner. Yonsei University Press: Seoul
Penulis: Prihantoro adalah dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Dia adalah alumni Sekolah Pascasarjana dalam bidang Lingustik Bahasa Korea di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul. E-mail: prihantoro2001@yahoo.com
85
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
SUBWAY SEBAGAI URAT NADI DAN STRUKTUR NEURON SEOUL Suray Agung Nugroho
Gambaran Awal Bagaikan urat nadi bagi seorang manusia, subway atau yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai ‘kereta bawah tanah’ adalah urat nadi bagi sebuah kota bernama Seoul. Bak struktur neuron yang lengkap dengan sinapsisnya dalam otak seorang manusia, maka jalur subway kota Seoul adalah struktur neutron yang lengkap dengan stasiun-stasiun transfer sebagai sinapsisnya. Tidak dapat terbayangkan apa jadinya bila jalur kereta kota berpenduduk sekitar sebelas juta ini tiba-tiba berhenti beroperasi. Banyak sendi kehidupan kota yang terimbas dengan berbagai konsekuensi yang mahalnya tak terbayangkan. Hal ini sama halnya dengan urat nadi seorang manusia yang berhenti bekerja atau terblokir di beberapa titik; atau sama halnya dengan sinapsis dalam otak manusia yang tak dapat berfungsi menghubungkan sinyalsinyal antarneuron. Memang semua ini hanyalah sebuah ibarat karena dua hal itu tentulah berbeda. Namun itulah yang penulis rasakan dan lihat manakala menaiki sistem transportasi modern ini selama tinggal di kota metropolitan Seoul. Ditilik sebagai sebuah urat nadi dengan fungsi signifikannya membawa darah yang di dalamnya tersimpan oksigen yang sangat penting bagi organisme, jalur subway Seoul berfungsi mengangkut berjuta-juta orang setiap harinya menuju berbagai tempat di Seoul dan sekitarnya. Belum lagi bila dilihat pula nutrisi-nutrisi yang juga memerlukan urat nadi sebagai jalur distribusi ke seluruh tubuh. Dalam hal ini, jalur subway menjembatani berbagai macam kepentingan orang seperti bekerja, berdagang, belajar, bertamasya, maupun untuk pelbagai hal lain yang memerlukan sarana transportasi. Sementara itu, bila dilihat sebagai struktur neutron dengan sinapsisnya, maka jalur-jalur yang berseliweran di bawah dan di atas kota ini menggambarkan Seoul sebagai
86
Subway Sebagai Urat Nadi dan Struktur Neuron Seoul
sebuah otak yang terus bekerja tanpa henti untuk menyalurkan dan mengangkut informasi dan kepentingan yang dibawa para penumpangnya. Itulah Seoul dengan jalur subway sebagai urat nadi dan sistem neuronnya!
Tentang Subway Sebelum membahas lebih jauh mengenai subway ini, ada baiknya digambarkan selintas mengenai apa yang perlu diketahui mengenai sarana transportasi yang lebih dikenal dengan sebutan jihacheol dalam bahasa Korea. Sebenarnya sebutan (jihacheol) ‘kereta bawah tanah’ adalah sebutan yang telah lama melekat dan seakan telah menjadi merek dagang dari sarana transportasi di kota ini. Namun, seiring dengan perkembangannya, banyak hal yang telah berubah sesuai dengan perkembangannya. Saat ini lebih banyak istilah ‘metro’ yang dipakai untuk lebih menggambarkan kemetropolitan-an kota Seoul di mata internasional. Untuk itulah, baik di dalam buku, brosur wisata, peta wisata, papan informasi, dan berbagai petunjuk yang lain istilah ‘Seoul Metro’ semakin banyak dipakai. Hal pertama yang perlu diketahui adalah bahwa sarana transportasi masal ini telah mewarnai kehidupan warga kota Seoul sejak tahun 1974 ketika jalur satu atau jalur biru dongker (navy blue) dibangun. Dalam beberapa tahun perkembangannya, sampai tahun 2012 telah ada jalur yang penamaannya dapat dibedakan seperti berikut. Ada jalur yang dapat dengan mudah dihafal dengan mengenal nomor, warna, maupun nama daerah yang disinggahinya. Melihat hal ini, maka sekarang ada jalur 1 sampai 9 yang dapat pula dikenali dengan warna jalurnya yang secara berurutan (dari 1 – 9) adalah jalur biru dongker, hijau, oranye, biru, ungu, coklat muda, olive, merah muda, dan emas. Lalu ada pula jalur Bundang, jalur Incheon, dan jalur Jungang yang dinamai sesuai dengan ciri tempat atau daerah yang dilaluinya. Hal kedua yang perlu diketahui adalah bahwa Seoul Metro sebenarnya merupakan salah satu dari beberapa pengelola kereta subway; yang lain misalnya adalah Seoul Metropolitan Rapid Transit (SMRT) & KORAIL. Terlepas dari siapa yang mengelola dan apa julukannya, penulis sendiri merasakan bahwa semua pengelola tetap atau paling tidak terus berusaha menjunjung tinggi pameo bahwa penumpang adalah raja yang harus dihormati. Hal ini dapat terlihat dari fasilitas yang disediakan bagi para penumpang dari efisiennya sistem pembelian tiket, nyamannya stasiun, tepatnya kedatangan kereta, hingga fasilitas-fasilitas lain yang ada baik di dalam maupun di luar kereta. Banyak yang dapat dituangkan di sini, namun dua saja sudah cukup untuk melukiskannya, yaitu T-money dan citra stasiun dengan berbagai
87
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
sketsa budaya yang menyertainya. Melalui dua hal inilah subway sebagai urat nadi dan struktur neuron kota Seoul tergambar yang di dalamnya akan terekam kilasan-kilasan kehidupan kota Seoul dengan warga atau penumpang dengan berbagai kepentingannya. Mereka itu diibaratkan sebagai darah dan oksigen yang disalurkan menuju berbagai tujuan di tubuh kota Seoul. Sementara bila dilihat sebagai struktur neuron, para warga atau penumpang itu dalam fungsinya sebagai pekerja, pelajar, pegawai, atau apa pun dalam suatu titik tertentu memerlukan stasiun-stasiun transfer yang memudahkan mereka untuk mencapai tempat tujuannya guna menyampaikan ide, semangat kerja, kreativitas, dan aktivitasnya setiap hari.
Seoul melalui Subway Seperti yang disinggung sebelumnya, ada dua hal yang akan digunakan sebagai mikroskop untuk memasuki urat nadi dan struktur neuron kota ini. Yang pertama adalah T-money atau Korea smart card. Benda adalah kartu transportasi terintegrasi yang dapat dipakai untuk membayar saat naik subway, bis, dan taksi, atau bahkan dapat digunakan sebagai ganti uang tunai saat membeli apa pun di semua tempat yang bertanda T-money di seluruh kota. Dengan tergabung dalam layanan T-money ini, layanan subway semakin banyak diminati orang, termasuk penulis. Yang menarik, ternyata dengan menggunakan T-money ini, harga tiket subway sedikit lebih murah 100 sampai 200 Won dari harga seharusnya. Per Maret 2012, harga subway per jarak dekat adalah 1150 Won. Jadi, dengan memakai T-Money, penumpang hanya dikenai biaya 1050 Won saja (khusus dewasa). Oleh karena itu, pergi ke mana pun naik subway akan dikenai ongkos sekitar itu saja asalkan masih dalam jarak tempuh 10 km atau katakanlah jarak dekat. Sementara itu, untuk remaja dan anak-anak harganya lebih murah, yaitu masing-masing 900 dan 450 Won. Untuk memudahkan berapa 1050 Won itu, kalikanlah dengan 10 (sepuluh) yang artinya sama halnya dengan Rp 11.500. Memang jumlah ini akan terlihat mahal jika dilihat dari kacamata nilai uang Rupiah; terlebih dengan standar ongkos transportasi umum di tanah air. Namun, bila dilihat dari pelayanan serta kecepatan yang ditawarkan, maka menaiki subway dengan membayar memakai T-money adalah pilihan yang bijak, terutama bagi para pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, pedagang, ibu-ibu rumah tangga, dan banyak warga Seoul lainnya. Belum lagi bila dilihat dari segi daya beli masyarakat Korea yang tinggi, maka nilai uang sekitar 1000 Won tak akan ada nilainya dibandingkan dengan apa yang dapat diperoleh dari kombinasi T-money dan subway ini.
88
Subway Sebagai Urat Nadi dan Struktur Neuron Seoul
Dengan kata lain dapat digambarkan bahwa T-money adalah semacam kunci ajaib untuk memasuki relung terdalam urat nadi subway ini. Banyaknya warga yang memiliki benda ini menunjukkan betapa gadget dan teknologi sudah menjadi bagian integral kehidupan warga Seoul atau Korea pada umumnya. Terlebih, T-money yang huruf T-nya ternyata terkait dengan travel, touch, traffic, dan technology ini hadir dalam berbagai bentuk yang tak terbayangkan sebelumnya, misalnya jam, boneka, pemutar MP3, atau memory stick. Memang benar adanya. Untuk mendukung lancarnya aliran darah dan oksigen yang begitu cepat di kota sesibuk Seoul, fasilitas pendukung semacam t-money tak pelak adalah sesuatu yang tak terelakkan. Semua terasa begitu nyaman karena semua orang dengan cepat dapat masuk dan keluar stasiun lewat pintu-pintu otomatis tanpa harus antri untuk membeli tiket secara manual lagi. Bahkan bagi mereka yang kehadapatn isi kartu ini, dengan mudah mereka dapat mengisi ulangnya di mesin-mesin otomatis di setiap stasiun—lagi-lagi tanpa perlu bantuan manual—walaupun ada pula petugas yang dapat dipanggil setiap saat bila ada keluhan atau sekadar bertanya dan minta bantuan. Yang kedua, citra stasiun dengan sketsa budaya yang tercermin di dalamnya. Membicarakan hal ini dapat jadi akan menghabiskan berlembarlembar halaman karena tiap stasiun dari 300-an stasiun yang ada memang memiliki ciri tersendiri yang terkadang hanya dimiliki oleh stasiun itu. Namun, yang perlu dilukiskan di sini adalah apa yang penulis lihat dan rasakan selama menyelami hiruk-pikuk stasiun subway di Seoul. Untuk gamblangnya, dapat penulis berikan dua contoh guna membantu visualisasi, yaitu apa yang dapat dilihat dan dilakukan saat transfer antarsubway dan saat menunggu subway datang. Transfer atau pindah jalur subway yang mengharuskan para penumpang untuk berjalan berliku dengan menaiki atau menuruni anak tangga atau eskalator dapat jadi merupakan kegiatan yang sedapat mungkin dihindari, terutama bila penumpangnya berjibun, namun tak ada pilihan lain. Sebenarnya memang tersedia fasilitas lift, namun ini tersedia bagi para manula, penyandang difabel, dan mereka yang benar-benar membutuhkan. Jadi, pindah jalur subway yang terkadang harus berjalan agak jauh memang sesak rasanya. Namun, apa yang penulis rasakan dan lihat sebagai orang asing di tengah kehiruk-pikukan stasiun subway Seoul adalah sesuatu yang menantang sekaligus mengasyikkan. Di sinilah seninya. Di tembok-tembok atau dinding lorong transfer akan mudah dijumpai berbagai macam lukisan, potret, gambar, maupun iklan-iklan yang bila dilihat dengan hati, maka semua itu dapat memberikan nuansa tersendiri. Ini menunjukkan usaha para pengelola stasiun subway untuk mengajak para warga
89
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Seoul yang sibuk untuk sejenak di tengah kesibukannya menikmati apa yang terpendam di kota ini. Bahkan bukan hanya apa yang terpendam di kota ini atau negara ini saja, lukisan dan potret pemandangan alam dari beberapa negara pun ada yang terpampang menghiasi langit-langit dan dinding-dinding lorong transfer subway di beberapa stasiun. Sebagai sebuah ruang iklan— yang bagi sebagian orang mungkin mengganggu—lorong subway adalah surga bagi mereka yang mau menyelami ada apa di balik Seoul atau Korea. Lebih lanjut mengenai ini akan disinggung lagi saat membahas lapisan dan isi urat nadi subway. Ini baru sekelumit dari banyak cerita yang dapat digali dari suasana saat berjalan untuk transfer subway. Saat menunggu subway datang. Terkait dengan hal ini, puisi dan televisi adalah dua hal yang menjadi kunci sorotannya. Bila ditanyakan apa hubungan antara menunggu datangnya subway dengan puisi, maka jawabannya bukanlah suasana adanya beberapa penumpang yang membaca puisi sembari menunggu. Walaupun itu tak terlalu jauh juga. Yang dimaksud di sini adalah adanya puisi-puisi sederhana namun menyentuh dan mengena yang sengaja dipampang oleh para pengelola stasiun di dinding-dinding peron stasiun. Tentu semua itu ditulis dalam bahasa Korea. Orang asing yang tak tahu dan tak mengerti bahasa dan tulisan Korea tentulah tak akan dapat memahaminya. Namun, apa yang penulis coba gambarkan di sini adalah lagi-lagi usaha para pengelola subway yang sepertinya ingin menggugah dan mengetuk hati penumpang di tengah ketergesaannya untuk sekadar membaca beberapa kalimat atau semua isi puisi itu sembari menunggu datangnya subway yang mereka tunggu. Barang semenit atau beberapa detik untuk sekadar menoleh atau melirik puisi ini tentunya akan memberikan pengaruh yang sedikit banyak memengaruhi nuansa hati dan pikiran penumpang yang notabene adalah oksigen kota Seoul ini. Memang tidak di semua stasiun dapat ditemukan suasana ini, namun hal ini setidaknya memberikan gambaran seberapa dalam layanan yang memang ingin diberikan oleh pihak terkait Seoul subway ini. Lalu, bila ditanyakan apa hubungan antara televisi dan menunggu subway, maka jawabannya bukanlah banyaknya orang yang menonton televisi saat menunggu datangnya subway. Walaupun itu—lagi-lagi—tak terlalu jauh pula. Di hampir seluruh stasiun subway akan ditemukan televisi layar datar yang tergantung di atap peron atau tertempel di tembok-tembok penyangga beton kerangka stasiun bawah tanah. Sebenarnya ada dua jenis televisi, yaitu sebuah jenis yang hanya menayangkan informasi terkait subway dan televisi yang sengaja digunakan sebagai papan iklan. Yang pertama tak lain ubahnya sebagai kotak informasi digital yang menayangkan jadual kedatangan subway; berapa lama lagi subway akan tiba di stasiun yang bersangkutan termasuk gambar bergerak yang
90
Subway Sebagai Urat Nadi dan Struktur Neuron Seoul
menunjukkan di mana posisi subway saat itu sehingga para penumpang dapat membayangkan dan bersiap kapan serta berapa lama harus menunggu. Yang kedua adalah televisi yang pada umumnya menayangkan berbagai macam iklan mulai iklan layanan masyarakat hingga iklan komersil. Yang terakhir inilah yang akan disinggung lebih jauh dalam balutan cerita berikut ini.
Lapisan Luar Urat Nadi Seoul Yang dimaksud dengan lapisan luar urat nadi subway Seoul tak lain dan tak bukan adalah stasiun-stasiun subway yang penuh dengan berbagai macam polesan. Darah dan oksigen, yaitu para penumpang subway sebelum memasuki subway mau tak mau harus melihat atau terpapar terhadap berbagai macam polesan yang dalam hal ini disebut iklan. Darah dan oksigen yang berupa darah bersih dan kotor serta oksigen segar dan tak segar tentulah terimbas dengan bagaimana cara kerja tubuh itu. Sama halnya dengan apa yang terjadi di subway di kota metropolitan Seoul, para penumpang dengan berbagai macam niat serta tujuannya setiap hari terpapar pulalah mereka terhadap berbagai macam iklan di hadapan mereka. Otomatis mereka terpaksa melihat dan terkena iklan yang serta merta ada di hadapan diri mereka setiap saat berada di peron-peron subway. Bagaimana tidak. Setiap jengkal ruang baik itu dinding maupun kaca serta pintu otomatis yang membatasi rel dan peron pun tak luput dari tempelan dan balutan pesona iklan. Dengan kata lain, darah dan oksigen (penumpang dengan berbagai tujuannya) sebelum memasuki urat nadi (subway) sebelumnya telah terpapar dahulu dengan berbagai macam iklan seperti iklan pendidikan, kecantikan, asuransi, kesehatan, belanja online, pariwisata, produk digital, dan pelbagai iklan lainnya. Tak dapat dikatakan mana iklan dominan yang menghiasi lapisan-lapisan urat nadi peron-peron subway di Seoul, iklan kecantikan adalah yang sering dijumpai. Tentunya ini dapat menjadi suatu gambaran sekilas mengenai apa yang sedang menjadi tren di dalam warga Seoul atau Korea pada umumnya—suatu topik menarik yang dapat menjadi bahan liputan dan riset selanjutnya. Dapat disinggung sedikit bahwa kecantikan atau penampilan adalah sesuatu yang penting. Tak pelak, berbagai macam iklan produk kecantikan dan bahkan operasi plastik lengkap dengan nama rumah sakit atau klinik pun dengan mudah terpampang jelas di kaca-kaca dan pintu otomatis stasiun subway. Yang terakhir ini sangat menarik, karena saking banyaknya orang yang dikabarkan telah melakukan operasi plastik, maka isu ini bukanlah sesuatu yang tabu lagi untuk dibicarakan di masyarakat Korea. Walaupun tentunya menunjuk langsung atau menanyakan langsung apakah seseorang
91
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
telah menjalani operasi plastik di Korea tetaplah sebuah faux pas dalam kehidupan sosial masyarakat Korea. Kembali ke masalah urat nadi kota Seoul, dari berbagai macam iklan inilah gambaran mengenai isu sosial dan ekonomi yang ada dalam masyarakat akan terekam. Kini, hal yang perlu dibahas adalah muatan subway. Sebagai sebuah urat nadi, maka muatan itu tak lain adalah darah dan oksigen yang sebelumnya juga telah terpapar dengan berbagai pengaruh di luarnya. Begitu masuk ke dalam urat nadi yang dalam hal ini adalah subway itu sendiri, oksigen dan darah (para penumpang) tersebut berinteraksi antara satu dengan lainnya membentuk semacam interaksi unik yang dapat jadi hanya ada dalam masyarakat Seoul atau Korea pada umumnya. Banyak hal yang dapat diungkap dari berbagai macam tingkah laku darah dan oksigen yang terangkut dalam urat nadi kota Seoul ini. Banyak kisah yang dapat dilukiskan, namun dalam balutan cerita ini akan dibahas dua buah hal mengenai interaksi antara darah dan oksigen dalam urat nadi sistem transportasi kota metropolitan Seoul ini. Pertama mengenai apa yang terjadi dengan tempat duduk khusus bagi manula, ibu mengandung, dan penyandang difabel. Kedua mengenai generasi digital yang terekam dalam urat nadi Seoul. Sebagai sebuah negara dengan nilai-nilai Konfusianisme yang pada tataran tertentu masih melekat, adanya layanan berupa tempat duduk yang dikhususkan bagi para manula, penyandang difabel, dan ibu mengandung adalah suatu keniscayaan. Tak heran rasanya melihat fasilitas itu secara jelas tersedia di semua gerbong baik di bis maupun subway dalam hal ini. Yang menarik adalah bahwa kebanyakan orang Korea mematuhi peraturan atau malah suatu konvensi ini. Walaupun tentunya ada kejadian-kejadian anomali di mana ada remaja yang dengan sengaja duduk di sana, namun hal ini secara kasat mata tak mudah ditemui. Sejauh ini, pojok khusus untuk mereka ini benar-benar mencerminkan bahwa yang muda dan yang kuat menghormati mereka yang tua dan yang lemah. Satu hal lagi yang dapat diceritakan dari situasi ini adalah bahwa betapa gigih tekad dan semangat para manula warga Korea atau Seoul dalam hal tetap berinteraksi dan beraktivitas menggunakan sarana transportasi umum tanpa membebani orang lain. Sering kali terlihat mereka yang telah berusia sepuh dengan sekuat tenaga dan sedapatnya menaiki tangga berjalan atau lift untuk lalu lalang bersama dengan orang-orang lainnya. Tak terlihat sedikit pun kesan bahwa mereka lelah atau mengeluh. Tak ada. Inilah yang membuat penulis salut dan terkadang bergumam betapa kuatnya budaya
92
Subway Sebagai Urat Nadi dan Struktur Neuron Seoul
pantang menyerah di tengah bertambahnya usia dan menurunnya kekuatan fisik para manula Korea. Dari kacamata ini, salah satu yang menjadi ciri khas gambaran urat nadi subway tak lain dan tak bukan adalah banyaknya para manula yang tanpa segan dan rikuh tetap menggunakan sarana ini untuk menunjang aktivitasnya. Satu gambaran lain yang tersirat adalah memang benar adanya bahwa saat ini demografi penduduk usia senja (di atas 65 tahun) di Korea memang banyak, yaitu 10,7% dari sekitar 48 juta penduduk Korea.1 Tak pelak lagi, di subway memang mudah dijumpai banyak manula yang masih aktif bepergian dengan tujuannya masing-masing setiap hari. Menyinggung masalah para penyandang difabel, urat nadi Seoul ini patut diacungi jempol atas pelayanan yang diberikan kepada mereka yang kurang beruntung secara fisik. Layaknya tubuh manusia yang berusaha memenuhi dan menutupi kebutuhannya untuk menunjang kelancaran sirkulasi darahnya, para pengelola subway Seoul pun melakukan hal yang sama. Berbagai macam fasilitas mulai dari lift, alat khusus pengangkut kursi roda, tempat khusus bagi penyandang difabel untuk menunggu kereta, hingga bagian tersendiri di beberapa gerbong khusus yang memang dikosongkan untuk mereka adalah cerminan upaya yang dilakukan urat nadi Seoul ini demi kelancaran sirkulasi darah dan oksigen kotanya, tak terkecuali mereka yang memerlukan bantuan khusus semacam ini. Semua ini tak akan terjadi dan tak akan tercipta bila tida ada rasa tanggung jawab, rasa memiliki, rasa hormat, dan rasa mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Di tengah kisah bagaimana para manula banyak terlihat memakai sarana ini, perlu pula disisipkan salah satu gambaran budaya ajumma atau budaya ibu-ibu paruh baya yang juga telah banyak menjadi buah bibir kehidupan sosial Korea. Tak ada orang Korea yang tak paham siapa ajumma dengan semua perangai dan ciri-cirinya. Satu hal yang perlu dikisahkan di sini adalah bahwa banyak kejadian menarik dan unik terkait mereka yang termasuk sebutan ini. Mereka adalah para ibu yang baik hati, ramah, dan terlihat mencolok dari cara berdandan dan dari model rambutnya yang sengaja dikriting atau paling tidak bergelombang. Namun, dengan suara yang terkesan keras dan dengan sekuat tenaga terlihat berusaha mendapatkan tempat duduk begitu masuk ke dalam subway, maka siapa pun seakan akan tidak berani melawan dalam urusan mencari tempat duduk dengan mereka. 1
Jung Ha-won �Statistics highlight scale of the aging population�, http://koreajoongangdaily.joinsmsn.com/news/article/article.aspx?aid=2912868 Korea JoongAng Daily, November 21, 2009, diakses 24 Januari 2012.
93
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Itulah pemandangan khas yang terkesan lucu dan unik. Tak ada yang merasa tersinggung oleh sikap mereka karena memang itulah kesan yang seolah-olah sudah menjadi semacam rahasia umum ini. Bahkan ada pameo bahwa tak ada yang tak dapat dilakukan bila seseorang adalah seorang ajumma—sesuatu yang agak berlebihan memang, tetapi itulah kenyataannya. Penulis sendiri dalam pengalamannya memang mendapati kesan itu dalam perjumpaannya dengan mereka di semua subway, namun rata-rata mereka adalah para warga Seoul yang tetap sopan dan bahkan mereka selalu ramah bila bertemu dengan orang asing seperti saya. Mereka sering kali menawarkan tempat duduk bila melihat seseorang dengan anak kecil atau bayi. Mereka terkadang juga terlihat mencoba bertanya kepada orang asing walaupun sekadar basa-basi atau entah serius mengenai dari mana seseorang datang dan paling tidak pergi ke mana. Penulis sendiri kerap mengalaminya. Jadi dalam hal membicarakan subway, tak lengkap rasanya bila tidak menyinggung peran dan sepak terjang ajumma yang kerap kali terlihat dalam subway. Balutan kisah kedua yang patut dituangkan adalah generasi digital Korea yang terangkut dalam urat nadi transportasi masal ini. Generasi digital atau generasi smartphone lengkap dengan aksesorisnya adalah sebutan yang pas untuk menggambarkan darah dan oksigen kota Seoul yang terangkut dalam urat nadi sistem transportasi kota ini. Korea yang memang terkenal sebagai produsen produk-produk elektronik terkini tak ayal tercemin pula dalam wajah masyarakatnya. Dalam hal tersebut, para penumpang baik tua maupun muda tak ubahnya bak manusia digital yang bila dilihat sekilas akan nampak bahwa mereka lebih tertarik untuk memelototi layar kecil di genggaman tangannya dibandingkan dengan melihat sekelilingnya. Begitu memasuki urat nadi atau gerbonggerbong subway ini, yang terlihat dan terasa dapat jadi adalah suasana khas yang unik, yaitu hampir tak ada orang yang tidak memiliki telepon selular atau yang semakin populer: smartphone, terlebih dengan hadirnya teknologi 4G yang diusung oleh beberapa perusahaan telekomunikasi Korea. Banyak orang yang sibuk dengan layar sentuh gadgetnya, entah untuk menulis sms, mendengarkan musik lewat MP3nya, bercengkerama di Kakao Talk (twitter asli ala Korea), menerima dan melakukan panggilan, atau pun untuk menonton televisi lewat layar hapenya. Yang terakhir inilah yang patut dicatat. Banyak warga Korea yang tak mau kehilangan atau ketinggalan berita atau informasi atau yang lebih menarik lagi: drama serial di televisi. Ditunjang
94
Subway Sebagai Urat Nadi dan Struktur Neuron Seoul
dengan kemajuan teknologi smartphone, menonton lakon favorit dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun, tak tekecuali saat naik subway. Untuk itulah, kilasan orang-orang dengan earphone terpasang yang senyum-senyum atau tertawa simpul atau terkadang keras sembari mata menatap layar hape adalah pemandangan biasa saat ini. Di tengah menjamurnya siaran televisi dengan puluhan saluran, mereka dapat jadi adalah individu-individu, pasangan, teman sekelas, para ajumma atau ibu-ibu, dan orang umum lainnya yang notabene adalah penggemar acara televisi favorit. Dapat dikatakan mereka telah tersedot ke dalam era keterbukaan dan kebebasan informasi di negara ini sehingga kemajuan teknologi telah memudahkan atau mungkin pula memanjakan (?) kehidupan mereka. Yang mana pun itu, itulah gambaran sekilas mengenai muatan dalam urat nadi sistem transportasi massal di Seoul.
Struktur Neuron Subway Seoul Bagaikan labirin di dalam bawah tanah, lorong-lorong subway dengan semua stasiun yang menghubungkan satu dengan lainnya adalah suatu pencapaian teknologi manusia untuk memudahkan dirinya dalam beraktivitas dan berinteraksi dalam siklus hidupnya. Begitu pula fungsi labirin loronglorong subway kota Seoul. Bak neuron-neuron di otak manusia dengan sinapsisnya, sistem transportasi subway adalah gambaran bagaimana Seoul sebagai sebuah otak terus bekerja dengan ditunjang oleh stasiun-stasiun, terutama stasiun transfer yang berfungsi mengumpulkan dan menyalurkan gerak dan alur semua penumpangnya. Bila salah satu fungsi otak untuk mengumpulkan dan menyalurkan informasi bagi manusia, maka subway dengan semua jalur-jalurnya merupakan suatu sistem terintegrasi yang memungkinkan manusia sebagai penumpang membawa informasi dalam kesehariannya. Informasi ini dapat berupa aktivitas, barang, serta jasa yang melandasi kehidupan keseharian warga Seoul. Semua ini mengalir setiap saat dari subuh hingga tengah malam tanpa henti demi kelangsungan denyut nadi perekonomian dan sosial masyarakat metropolitan Seoul. Dilihat dari suasana, kondisi, dan kenyataan beserta plus minusnya, subway sebagai salah satu sistem transportasi kota Seoul, memang tak ubahnya bak urat nadi bagi tubuh manusia dan struktur neuron dalam otak manusia. Dalam hal ini: tubuh itu bernama kota metropolitan Seoul dan sebuah otak bagi kota serumit Seoul dengan semua pesonanya.
95
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Referensi Jung Ha-won. (2009). “Statistics Highlight Scale of the Aging Population.� Artikel di Korea JoongAng Daily, 21 November 2009. Diakses 24 Januari 2012. (http://koreajoongangdaily.joinsmsn.com /news/article/ article.aspx?aid=2912868)l Seoul Metropolitan Government. 2011. Living in Seoul. Seoul Global Center. Edisi perdana. Februari 2011. Laman: http://eng.t-money.co.kr/ http://www.seoulmetro.co.kr/eng/
Penulis: Suray Agung Nugroho adalah dosen di Program Studi Korea, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Dia saat ini mengambil program doktor di bidang Studi Korea di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul. (2011 2015) E-mail: suray83@yahoo.com
96
Bagaimana Naik Subway?
BAGAIMANA NAIK SUBWAY? Kurniawan Santoso
Akhir Agustus 2011 pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Korea, yang dalam pelajaran waktu sekolah dasar disebut dengan Negeri Ginseng. Oya, sama seperti teman senior di kantor yang minta oleh-oleh ginseng, hmm .... Berbeda dengan teman-teman yang masih muda, kalau yang cowok minta tanda tangan dan fotonya SNSD atau yang cewek menasihati, jangan mengubah penampilanku seperti boyband Korea. Halah, jangankan mengubah penampilan ketika temanku bilang SNSD aja, aku harus tanya google kok, apalagi Big Bang atau boy band lainnya aku malah gak tahu. Mungkin aku yang kuper atau gak gaul, K-Pop itu lagi terkenal di Indonesia. Aku juga tahunya Korea sebatas negeri ginseng tadi, haha .... ternyata aku sama dengan teman sekantor yang sudah mau pensiun, gak update informasi. Sampai Ayu Ting-ting, penyanyi dangdut aja penampilannya mirip artis Korea, berbeda dengan artis dangdut lainnya. Iya, K-Pop memang lagi nge-trend di Indonesia. Oke stop dulu ngomongin K-Popnya, karena aku pengen cerita tentang Subway Korea. Kok cerita sih, emang siapa yang mau bobok? Ah, jadul lagi. Emang kalo cerita harus ada yang mau bobok? Dasar orang jadul, ke norebang juga nyanyinya lagu-lagu lama, lama milihnya. Oya, setelah sampai Korea, aku nggak langsung kuliah. Jadi masih sempat jalan-jalan dan juga buat alien card. Bikin alien cardnya diantar ama orang kampus, baik banget pelayanan dari kampus HUFS ini. Berbeda dengan teman dari kampus lain, mereka harus ngurus sendiri. Ke kantor imigrasinya kami rame-rame, selain mahasiswa dari NIIED Scholarship ada juga Student Exchange, mungkin sekitar 50-an orang. Jadi pas di kantor imigrasi penuh dengan kami, mahasiswa HUFS. Kami pergi ke kantor imigrasi naik subway. Yach ... itu pertama kali naik subway. Kami dibantu bagaimana membeli tiket di mesin, walaupun ada dalam bahasa Inggris, sudah ngeper dulu karena tampilan awalnya dalam
97
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Hangeul. Berbeda dengan di Indonesia, tiket subway dijual lewat mesin untuk tiket yang one way. Selain itu, kita juga bisa memakai T-Money untuk semua perjalanan memakai angkutan umum di Korea yang bisa diisi ulang. T-Money ini tarifnya lebih murah dibanding tiket yang dibeli setiap kali kita akan pergi. Sehari sebelumnya aku dah dapat peta rute subway. Jadi abis dari kantor imigrasi sampai di asrama buka-buka peta dan mengingat-ingat tadi lewat mana aja. Ada beberapa kantor imigrasi di Seoul. Kemarin aku pergi ke Seoul Immigration Sejongno Branch Office yang di Anguk. Pertama dari stasiun yang dekat dengan kampus namanya HUFS Station menuju ke kantor imigrasi di Anguk Station. Dari HUFS station naik Line 1 terus melewati 8 stasiun terus ganti Line 3 di Jongno 3-Ga dan turun di Anguk Station. SEOUL MAP SUBWAY
Perjalanan menuju Immigration Sejongno Branch Office
98
Bagaimana Naik Subway?
Rute Subway Di Seoul ada 9 rute subway. Line 1 adalah rute paling lama, pembangunannya tahun 1971-1974, kemudian dibuka secara resmi tahun 15 Agustus 1974. Line 1 melintasi pusat bisnis dan langsung berhubungan dengan Korail Kyongbu, Kyongin (68,5 km) dan Kyongwon (31,2 km). Pada 12 Desember 2005, cabang Yongsan-Hoegi lewat Oksu dipisah dari Line 1 dan perluasan dari rute timur ke Dokseo. Kemudian Line 2 dibangun tahun 1978-1984 bersamaan dengan cabang Seongsu - Senseol-dong, cabang kedua SindorimKkachisan dibangun 1989-1993. Line 2 ini menghubungkan pusat kota dengan Gangnam. Line 3 dibangun 1980-1993 dan menghubungkan baratlaut Seoul dengan pusat kota dan Gangnam. Line 4 dibangun antara tahun 1980-1994 dan menghubungkan kawasan padat timur-laut Seoul ke selatan melalui pusat kota tua. Dari Namtaeryeong terhubung dengan Korail Gwacheon Line ke Ansan. Line 5 dibangun 19901996 dan menghubungkan timur dengan barat termasuk Gimpo Internasional Airport dan Kawasan Business Yoidu. Line 6 dibuka pertama kali pada 7 Agustus 2000: Bonghwasan-Sangwolgok 4 km, kemudian pada 15 Desember 2000 rute sisanya sejauh 27 km walaupun 4 stasiun di pusat Seoul diselesaikan setelahnya (Itaewon-Yaksu). Line 7 dibangun tahun 1990-1996 (Jangam-Konkuk Univesity) dan berakhir pada 1 Agustus 2000 (Konkuk University-Sinpung). Jalur ini menghubungkan uatra dan selatan, tidak melalui pusat kota, tetapi menghubungkan Gangnam langsung ke bagian utara kota. Sedangkan Line 8 pembangunannya tahun 1990-1999 dan melayani bagian tenggara Seoul dan kota satelit Songnam. Jamsil ke Amsa dibuka 2 Juli 1999. Line 9 dibangun dari tahun 2002 dan jalur sepanjang 25,5 km antara Gaehwa dan Sinnonhyeon dibuka 24 Juli 2009. Line 9 adalah triple track yang merupakan subway pertama menggunakan kereta ekspres dan juga subway pertama yang dioperasikan oleh swasta (80% Veola Transport Korea dan 20% Korea’s ROTEM Group). Ada beberapa perusahaan yang mengoperasikan 9 jalur subway ini. Seoul Metropolitan Subway Corporation (Seoul Subway) mengoperasikan Lines 1-4, dibangun antara tahun 1971 dan 1994; Seoul Metropolitan Rapid Transit Corporation (SMRT) mengoperasikan Lines 5-8, dibangun antara 1990 dan 2000; Veolia mengoperasikan Line 9, dibuka pada tahn 2009 Korail (Korean Railroad) mengoperasikan line 1 (kecuali dari Seoul Station ke Cheongnyangni), line 3, Gwangcheon dan Ansan Line, Line Bundang dan Line Jungang.
99
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Tarif Seoul Subway Tarif Dasar untuk 12 Km
19 tahun ke atas
13-18 tahun
6-12 tahun
Kartu Transport (T-Money)
1.050 Won
900 Won
450 Won
Single-Journey
1.150 Won
1.100 Won
500 Won
-
Gratis untuk anak-anak di bawah 6 tahun. Untuk kelebihan jarak sampai 10 km, ditambah 100 won setiap 5 km. Untuk kelebihan jarak sampai 40 km, ditambah 100 won setiap 10 km. Untuk perjalanan di luar Seoul, ditambah 100 won setiap 5 km.
Membeli Kartu Transportasi Sebagian besar masyarakat Seoul menggunakan T-Money. T-Money dapat dibeli kantor stasiun atau toko atau kios yang memasang logo T-Money. Dengan menggunakan T-Money kita akan mendapat diskon 10% pada tarif reguler. Harga T-Money: 2.500 won dan kartu tersebut dapat dengan mudah diisi ulang dari 1.000 won sampai 90.000 won.
Menggunakan Automated Travel Card Recharging Machine
1. 2. 3.
4. 5.
100
Letakkan T-money di lubang seperti ditunjukkan di gambar 1. Cek saldo yang ditunjukkan pada baris pertama di layar LCD. Tekan tombol pilihan kamu. Di sana ada 8 pilihan jumlah uang yang mau diisikan: 1.000 won, 2.000 won, 3.000 won, 5.000 won, 10.000 won, 20.000 won, 30.000 won, 50.000 won. Mesin akan mengkonfirmasi sebelum pengisian dan ditunjukkan pada baris kedua layar LCD. Masukkan uang. Hanya pecahan 1.000 won, 5.000 won, dan 10.000 won yang dapat diterima.
Bagaimana Naik Subway?
6.
Ketika uang dimasukkan, baris paling bawah di layar LCD akan menunjukkan uang saldo yang baru (saldo awal + jumlah pengisian)
Kartu Single Journey Setelah pergi ke imigrasi diantar oleh orang International Student HUFS, berikutnya hari Jumat mesti pergi solat Jumat di Itaewon. Ketika pertama kali datang, aku belum punya T-Money jadi mesti beli tiket untuk single journey dari “Ticket Vending and Reload Device� yang terdapat di dalam stasiun. Kartu single journey hanya dapat digunakan subway dan tidak dapat digunakan untuk bus atau taksi.
1. 2. 3.
4.
5.
Pada Ticket Vending Machine, pilih tujuan kamu (tarif akan berbeda tergantung tujuannya) Untuk mendapatkan kartu single journey, kamu harus membayar 500 won sebagai deposit. Untuk masuk ke subway, lihat tanda panah hijau, dan jika tanda silang merah adalah untuk pintu keluar bagi penumpang dari arah yang berlawanan. Letakkan kartu pada electronic card reader (ada tanda T-Money). Sesudah sampai di tujuan, cek pintu keluar yang akan kita tuju, dan jalan ke subway turnstiles, letakkan kartunya pada electronic card reader pada sisi kanan lagi. Ambil deposit dengan memasukkan kartu pada Deposit Refund Device sebesar 500 won.
101
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Tips: 1. Pada layar awal, kamu dapat memilih “ENG” untuk bahasa Inggris. 2. Jika kamu akan transfer ke line yang berbeda, yakinkan kamu mengikuti tanda di stasiun subway. Ketika transfer tidak perlu keluar dan tidak perlu membeli kartu lagi.
Referensi http://www.urbanrail.net, http://www.visitkorea.or.kr, http://www.railway-technology.com/features/feature129997/
Penulis: Kurniawan Santoso adalah pegawai di Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Balikpapan, Kalimantan Timur. Dia mengikuti pelatihan bahasa Korea di Hankuk University of Foreign Studies (2011-2012) dan program pascasarjana di Korea Development Institute, Seoul. (2012 – 2014) . Email: on_one78@yahoo.com
102
Fenomena Bedah Plastik: Makna Cantik Ala Korea
FENOMENA BEDAH PLASTIK: MAKNA CANTIK ALA KOREA1 Marisa Latifa Dinar
Tindakan bedah plastik di Indonesia saat ini tidaklah setabu seperti sewindu yang lalu. Namun perkembangan teknologi bedah plastik di Indonesia tidaklah secanggih seperti teknologi bedah plastik di Singapura atau di negeri yang terkenal dengan ahli bedah plastik ‘mata cantik’-nya, Korea Selatan. Sebelum kita membahas lebih jauh kaitan antara bedah plastik dengan makna cantik di Korea Selatan, baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu bedah plastik? Ada dua macam bedah plastik, yakni bedah plastik rekonstruksi (reconstructive surgery) dan bedah plastik estetik atau kosmetik (cosmetic surgery). Tindakan bedah plastik yang dilakukan pada bagian tubuh atau anggota tubuh yang mengalami cacat sejak lahir, bekas operasi atau akibat kecelakaan disebut dengan bedah plastik rekonstruksi. Contoh kasus tindakan bedah plastik ini adalah bedah plastik face off Siti Nur Jazilah atau Lisa tahun 2006 lalu. Sementara itu, bedah plastik estetik adalah bedah plastik yang bertujuan untuk mempercantik diri bukan karena cacat lahir, kecelakaan atau bekas bedah plastik, tetapi murni untuk mengubah tampilan wajah dan tubuh menjadi lebih baik sesuai standar ideal wajah dan tubuh yang ada. Tindakan bedah plastik estetik ini dicontohkan oleh Michael Jackson. Lalu seperti apa fenomena bedah plastik di Korea Selatan? Dan mengapa negeri Ginseng tersebut terkenal dengan ahli bedah plastik ‘mata cantik’-nya? Berikut ini, penulis akan memberikan sedikit gambaran tentang industri bedah plastik di Korea Selatan. Setelah itu, penulis akan membahas tentang faktor yang menyebabkan wanita Korea Selatan melakukan bedah plastik, khususnya bedah plastik mata. Pembahasan fenomena bedah plastik ini bertujuan untuk memahami makna tubuh yang dianut masyarakat Korea Selatan dan pergeseran nilai yang terjadi setelah masyarakat negeri tersebut mengalami modernisasi. 1
Tulisan ini merupakan rangkuman buku Cantik ala Korea. 2012. Jakarta: NulisBuku.com.
103
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Industri Bedah Plastik di Korea Selatan Fenomena bedah plastik di Korea Selatan telah dikenal di dunia. Pembahasan tentang fenomena ini pernah dibahas dalam Oprah Winfrey Show. Permintaan tindakan bedah plastik di Korea Selatan yang begitu tinggi menyebabkan pula tingginya penawaran. Tidak sulit untuk mendapatkan keinginan mempercantik diri dengan merombak bagian wajah atau tubuh di Korea Selatan. Tidak hanya ahli medis dan dokter-dokter bedah plastik yang menawarkan jasa perombakan wajah dan tubuh tersebut. Orang awam yang tidak memiliki keahlian medis bahkan kedokteran bedah plastik pun, dapat melakukannya. ..... ada ribuan lain yang melakukan operasi tanpa mendapat pendidikan formal. Seorang juru bedah terkenal bercerita kepada BBC bahwa ia mengenal seorang psikiater yang melakukan operasi memperbaiki bibir. Ada lagi seorang ahli radiologi yang melakukan operasi kelopak mata‌ Ledakan bisnis medis bedah plastik Korea Selatan terjadi pada akhir tahun 1990-an dan berlangsung hingga saat ini. Klinik-klinik bedah plastik bermunculan dan mengalami peningkatan jumlah dari 141 menjadi 411 klinik, dengan jumlah peningkatan 3,7% untuk klinik medis dan 13, 6% untuk klinik bedah plastik pada April 2000 hingga April 2001. Tetapi jumlah klinik tersebut belum termasuk klinik-klinik bedah plastik yang ada di rumah sakit universitas dan klinik tidak tercatat lainnya yang jumlah mencapai 913.412 klinik pada tahun 2001 (Woo, 2004: 61). Klinik-klinik tersebut tersebar di kota Seoul, tepatnya pada daerah yang disebut dengan Gangnam.
104
Fenomena Bedah Plastik: Makna Cantik Ala Korea
Country
Total Procedures
South Korea Brazil
365,000 1,054,000 103,000 1,300,000 411,000
Total Population 49,232,000 193,000,000 22,929,000 309,000,000 127,288,000
76,000 1,215,000 683,000
65,500,000 11 1,322,000,000 9 1,184,000,000 6
Taiwan United States Japan Thailand China India
PP10K 74 55 44 42 32
Sumber: PP10K = procedures per 10,000 people of all ages per year. http://www.asianplasticsurgeryguide.com/news10-2/081003_south-korea-highest.html
Pada awalnya, permintaan bedah plastik di Korea Selatan banyak dilakukan oleh remaja putri yang telah menginjak dewasa, khususnya bagi mereka yang telah lulus SMA dan kuliah. Pada perkembangannya, sebagian pria Korea Selatan juga melakukan tindakan bedah plastik. Bagian yang umum dioperasi adalah mata, baik wanita maupun pria. Bedah plastik bagian mata secara medis disebut dengan double fold surgery and medial epicanthoplasty. Secara fisik, mata orang Korea Selatan memiliki karakteristik seperti mata orang Asia Timur pada umumnya. Mata mereka tidak memiliki garis/lipatan yang berada di kelopak mata. Double fold surgery and medial epicanthoplasty tersebut adalah bedah plastik standar yang dilakukan oleh wanita dan pria Korea Selatan. Setelah itu baru bagian lain yang mereka rombak dengan bedah plastik. Mata mengapa mata begitu ingin dirombak dengan bedah plastik oleh pelaku bedah plastik di Korea Selatan?
Mengapa Mereka Bedah Plastik? Fenomena bedah plastik di Korea Selatan merupakan fenomena bedah plastik yang dilakukan dengan tujuan untuk mempercantik diri. Banyak faktor yang menjadi latarbelakang tindakan bedah plastik di Korea Selatan. Ada 2 faktor yang akan dibahas oleh penulis untuk memahami lebih jauh motivasi wanita Korea Selatan melakukan bedah plastik, yakni: ď Ž
Konsep Tubuh Konfusianisme vs Westernisasi
Bukan tanpa alasan jika mata menjadi target utama untuk dibedah plastik, khususnya di Korea Selatan. Masyarakat Korea Selatan ternyata memiliki nilai tubuh terkait mata ini. Hal ini terkait dengan Konfusianisme, suatu paham yang menjadi nilai moral masyarakat Korea, dan telah memberikan banyak pengaruh dalam setiap sendi kehidupan masyarakatnya.
105
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Paham Konfusius mengajarkan nilai-nilai tubuh pada masyarakat Korea Selatan. Tubuh manusia Korea menjadi media identifikasi nilai-nilai kebajikan dalam diri. Ada bagian-bagian tertentu yang dapat mengidentifikasikan nilainilai bijak dalam diri individu Korea, yakni: mata. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mencius: “Of all the parts of man’s body there is none excellent than the pupil of eye. The pupil cannot be used to hide a man’s wickedness. If within the breast all be correct, the pupil is bright. If within the breast all be not correct, the pupil is dull. Listen to a man’s words and look at the pupil of his eye. How can a man conceal his character?” (Lee, 2004: 11-12) Dari keseluruhan bagian tubuh manusia, tidak ada yang unggul selain pupil mata. Pupil tidak dapat bisa menyembunyikan kejahatan manusia. Jika keseluruhan dalam dada manusia itu benar (kebaikan hati), pupil akan bercahaya. Jika keseluruhan dalam dada manusia tidak benar, pupil akan pudar. Dengarkanlah ucapan manusia dan lihat pupil matanya. Bagaimana bisa seseorang menyembunyikan karakternya? Oleh karena itu, mata menjadi bagian yang dinilai penting oleh masyarakat Korea. Itu alasannya mengapa standar utama bagian tubuh yang harus dibedah plastik oleh wanita dan remaja putri Korea adalah mata. Bedah plastik mata yang mereka lakukan adalah double fold surgery & medial epicanthoplasty. Tabel 1
Sumber: Data hasil survei Klinik Real tentang bagian wajah yang ingin dioperasi. Survei ini dilakukan terhadap 583 siswa kelas 3 (laki-laki 91 orang dan perempuan 492 orang)2
2
Artikel koran internet Yonhap News 15 Desember 2008 “à¬3 ‘ÂØÕÝÀ 1ÁÖ tÇÁÀÖ@Ç” h t t p : / / c y n e w s . c y w o r l d . c o m / S e r v i c e / n e w s / ShellView.asp?LinkID=740&articleID=2008121510212076111&sid=635 diakses pada tanggal 4 Januari 2009
106
Fenomena Bedah Plastik: Makna Cantik Ala Korea
Secara fisik, wajah masyarakat Korea Selatan tergolong ke dalam ras mongoloid, sama halnya dengan orang Indonesia. Tetapi bentuk mata orang Indonesia berbeda dengan bentuk mata orang Korea. Bentuk mata orang Korea seperti halnya bentuk mata orang Asia Timur lainnya tidak memiliki lipatan mata seperti orang Indonesia. Orang Korea menyebut lipatan mata ini dengan ssang keo pool. Gadis Korea yang memiliki ssang keo pool ini pasti tergolong gadis cantik. Itu penilaian utama cantik di kalangan masyarakat Korea. “Thank goodness you have ssang-ku-pool. Your parents saved a lot of money,” said a close family friend when I was five years old … . I never quite understood how having lines above my eyelids saved my parents money until the summer of 1998 when I visited Korea. I knew that the lines above my eyes supposedly made them appear larger than other “Asian eyes,” but I did not see the financial connection until I saw my aunt in Korea whom I hadn’t seen for years. She just had eyelid surgery a year before, and I noticed how the lines above her eyes opened them up so that they appeared a bit rounder. She was beaming as she was telling me how she got a discount on the surgery, paying only $700 because she knew the surgeon. Then she was telling my sister, who wasn’t blessed with ssang-ku-pul like me, to get the surgery through the surgeon she knew. She was going on about how the majority of the female Korean population gets this eyelid surgery and how lucky she was to have connections. I felt fortunate; I had saved seven hundred dollars. But instead of yelling this aloud, I remained silent. For the first time in my life, I felt a bit ashamed of my race3 (Julia Yoo) Cerita Julia Yoo di atas menunjukan betapa mata menjadi standar utama nilai cantik di Korea Selatan. Seperti kata Mencius “Dengarkanlah ucapan manusia dan lihat pupil matanya”, penulis menduga karena pandangan Mencius tentang kebaikan dalam diri seseorang yang terlhat dari matanya inilah yang menjadi faktor mengapa masyarakat Korea Selatan begitu menilai tinggi mata cantik yang memiliki ssang keo pool. Sebelum bedah plastik menjadi solusi untuk mendapatkan ssang keo pool, anak muda Korea Selatan menggunakan sebuah alat kosmetik (eye clipper). Bentuknya hampir mirip seperti garpu dengan dua jari. Sebelum digunakan, para gadis tersebut mengoleskan gel, seperti lem di atas kelopak mata mereka, setelah itu mereka menekan kelopak mata mereka dan mem3
Dalam essay blog-nya Beauty: The Korea Way diakses melalui http://web.mit.edu/ cultureshock/fa2006/www/essays/koreanbeauty.html pada tanggal 20 Oktober 2008
107
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
bentuk ssang keo pool. Solusi bedah plastik untuk merombak mata di kalangan masyarakat Korea Selatan tak lepas dari modernisasi kehidupan masyarakat Korea Selatan. Mereka mengenal konsep cantik ala Barat melalui media massa. Tindakan bedah plastik di Korea Selatan pun tidak dapat dilepaskan dari pengaruh media massa, dalam hal ini media elektronik, yakni: televisi (Kim, 2003; Woo, 2004). Standar tubuh ideal yang direpresentasikan pada tayangantayangan program televisi menghegemoni kehidupan masyarakat Korea Selatan. Program-program televisi, seperti: “Challenge! Cinderella” (Dongah TV), “The Swan” (On Style), “Vitamin” (KBS 2TV), dan “America’s Next Top Model” (On Style) menggunakan tubuh-tubuh selebritis Barat dan Korea Selatan sebagai contoh representasi tubuh ideal. Nilai baru tentang tubuh ideal ala Barat bertemu dengan nilai tubuh ala Konfusius memunculkan nilai tubuh baru di Korea, tubuh Eurasia. Tubuh ideal Eurasia ini memiliki ciri wajah berhidung mancung, mata lebar dengan lipatan mata, dagu tirus, rambut berwarna coklat dan rahang bawah yang melengkung tidak bersudut seperti tipikal bentuk wajah orang Korea pada umumnya. Contemporary women have re-channelled the Neo-Confucian drive for self-cultivation into a new form of self-improvement that centres on the physical body and is achieved through ‘proper’ consumption practices (Kim, 2003: 107). Tekanan Sosial Terhadap Wanita Korea
Faktor lainnya adalah tekanan sosial yang dialami wanita Korea. Mereka menghadapi suatu aturan tidak tertulis tentang tubuh mereka. Mereka yang tidak mengikuti aturan tidak akan berhasil dan meraih kesuksesan dalam hidupnya. Berikut ini beberapa faktor yang dimaksud penulis, yakni: Kompetisi Dunia Kerja Pernah melihat serial drama My Name is Kim Sam Soon4? Sedikit gambaran di awal cerita episode serial drama tersebut benar adanya. Ketika Kim Sam Soon ditolak diterima kerja hanya karena wajahnya tidak cantik dan tubuhnya tidak langsing. Para wanita Korea ini harus bekerja ekstra keras untuk mendapatkan pekerjaan. Tampilan fisik menjadi faktor penilaian utama bagi perusahaan-perusahan Korea dalam merekrut pegawai wanita, kepintaran dan keahlian menjadi faktor penilaian kedua.
4
Serial drama produksi MBS tahun
108
Fenomena Bedah Plastik: Makna Cantik Ala Korea
Married Market Tidak hanya di dunia kerja, kompetisi juga terjadi dalam usaha mendapatkan jodoh. Berikut ini pernyataan Kim Eun Young, 40 tahun, pada Su Hyun Lee dalam artikel For Love and Money, Koreans turn to Facial Tucks yang dipublikasikan pada 31 Mei 20065 di atas menunjukan faktor lain kenapa wanita Korea Selatan melakukan bedah plastik. ď ˇ
People say that the fortunes of a husband and a wife go hand in hand. But I’ve never had plump cheeks and two fortune-tellers told me that this meant that money would slip away. Dua faktor tersebut dapat menjadi gambaran untuk memahami keputusan bedah plastik yang terjadi di Korea Selatan. Walau bedah plastik menjadi hal wajar di negeri Ginseng, namun perkembangan terbaru menunjukan bahwa pemerintahan Korea mulai melakukan himbauan pada masyarakatnya untuk tidak melakukan bedah plastik akibat dari resiko yang ditimbulkan. Himbauan ini diumumkan setelah banyak keluhan yang diterima oleh pelaku bedah plastik Korea atas efek samping dari bedah plastik. Belajar dari fenomena bedah plastik di kalangan wanita Korea Selatan ini, penulis ingin menunjukan bahwa makna cantik di setiap budaya berbeda. Jika orang Indonesia menganggap gadis cantik adalah mereka yang berkulit putih bersih dan berambut lurus seperti orang Korea, sedangkan orang Korea mengganggap gadis cantik adalah mereka yang berwajah Eurasia dengan mata yang memiliki ssang keo pool seperti yang dimiliki orang Indonesia. Banyak yang dilakukan oleh wanita dan gadis di dunia agar terlihat cantik sesuai standar wajah dan tubuh ideal yang dianut oleh masyarakat sekitarnya. Modernisasi dengan masuknya budaya Barat telah menghegemoni dunia dengan mitos kecantikan ala Barat yang membuat para wanita dunia ini tidak bersyukur atas anugerah hidup yang diberikan-Nya. Wanita dan gadis Korea berusaha mempercantik diri dengan bedah plastik sebagai usaha ekstrem. Wanita dan gadis Indonesia menggunakan obat-obatan pemutih yang menghilangkan pigmen warnanya dan justru membahayakan kulitnya jika terlalu terkena paparan sinar matahari tropis. Peribahasa rumput tetangga selalu lebih hijau daripada rumput sendiri dapat merefleksikan situasi ini.
5
Diakses melalui http://www.iht.com/articles/2006/05/14/news/face.php pada tanggal 20 Oktober 2008
109
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Tidak perlu menjadi diri orang lain dan melakukan usaha berlebih untuk menjadi cantik, karena kecantikan sejati adalah kecantikan hati. Seperti kata Sophia Loren tentang cantik berikut ini: “… how you feel inside, and it reflects in your eyes. It is not something physical” ~ Sophia Loren ~ Penulis: Marisa Latifa Dinar adalah alumni S1 Antropologi UGM dan mahasiswa Pascasarjana (S2) Program Magister Manajemen, UGM. Email: waterlilykoe@yahoo.com.
110
Pola Pikir Budaya : 7 Days dan Tetesan Darah Perawan
POLA PIKIR BUDAYA : 7 DAYS DAN TETESAN DARAH PERAWAN Dyastriningrum Subandiati
Pendahuluan Hiburan yang menarik sekaligus memberikan penjelasan budaya, bahasa, etika, lokasi, dan pola pikir adalah film. Film menjadi salah satu kebutuhan yang cukup penting bagi manusia modern dewasa ini. Di dalam film terdapat muatan-muatan penting tentang kehidupan yang terkadang menjadi sebuah tolok ukur pola pikir manusia. Film memiliki konsep-konsep imajinasi yang mampu memberi pengaruh cukup hebat bagi kehidupan manusia. Manusia seolah-olah terasuki jiwa film ketika menikmati film tersebut, bahkan memberi pengaruh luar biasa bagi kehidupannya setelah itu. Film adalah salah satu alat canggih yang mampu mencuci otak manusia. Penikmat film bahkan mempercayainya bahwa memang demikianlah kehidupan nyata masyarakat yang melatarbelakangi film itu. Penikmat film terbius oleh pengaruh film itu hingga kadang-kadang kehidupan mereka dapat berubah mengikuti alur kisah film tersebut. Berkaitan dengan kajian sosiolinguistik, film dapat dilihat dari segi kebahasaan masyarakat yang melatarbelakangi film tersebut. Hudson R.A mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah sebuah kajian kebahasaan yang berkaitan dengan masyarakat (1995). Melalui film, latar belakang kebahasaan dapat dilihat sebagai sebuah pola pikir masyarakat penghasil film tersebut. Beberapa ahli linguistik mengatakan bahwa penggunaan kreativitas bahasa menunjukkan karakter seseorang yang melatarbelakangi kehidupannya yang terbentuk semenjak ia kecil hingga sekarang pada kehidupan kesehariannya (Aminudin. Ht, Faruk. Budiman, I Dewa Putu Wijana, Kris. Budianta, Melani : 2002). Hal ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam kehidupan keseharian orang tersebut bergantung pada karakter budaya yang melatarbelakanginya semenjak ia kanak-kanak. Film sebagai sebuah produk budaya, tidak terlepas dari penggunaan bahasa yang berkaitan dengan pola pikir insan perfilman yang menghasilkan film tersebut.
111
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Dikatakan bahwa wacana verbal adalah sebagai sebuah wacana secara oral, termasuk media oral. Wacana oral dapat ditemukan pada percakapan, pidato, dan lain-lain. Teks pembicaraan adalah kalimat yang ditranskripsikan dari rekaman bahasa percakapan (Arifin, Bustanul. Martutik dan Rani, Abdul. 2000 : 16). Dalam hal ini, film pun dapat dikategorikan sebagai sebuah bentuk wacana verbal yang juga dapat dikategorikan sebagai media oral. Berkaitan dengan budaya pada sebuah film, pada dasarnya budaya adalah hasil pemikiran manusia pada bentuk yang bervariasi produk budaya (Dyastriningrum, 2009 : 3). Budaya nasional adalah budaya yang didukung oleh hampir seluruh masyarakat suatu negara dan menjadi sebuah identitas dan kebanggaan masyarakat tersebut (Koentjaraningrat, 1985). Film dapat menjadi sebuah jendela kebudayaan masyarakat yang melatarbelakangi film itu. Penikmat film seolah-olah melongok ke dalam sebuah rumah besar yang berisi bermacam perangkat rumah beserta kehidupan pemilik rumah tersebut. Terkadang penikmat film tidak dapat membedakan kehidupan nyata dan bumbu cerita. Sebagai contoh, drama serial Korea yang sebagian besar mengisahkan pertemuan ayah dan anak kandung yang terpisah sekian lama akibat ibunya yang merahasiakan keberadaan anak hasil hubungan terlarang itu, boleh jadi dianggap sebagai kenyataan yang sebenarnya. Latar belakang kisah itu mampu membuat penonton mempercayai bahwa kehidupan di Korea penuh dengan misteri hubungan anak dan ayahnya. Kisah kematian tragis akibat penyakit kanker hampir selalu mewarnai kisah drama seri Korea. Hal ini mengundang keyakinan bahwa banyak masyarakat Korea yang mengalami kematian tragis akibat kanker. Konsep pemikiran di dalam pembuatan film dapat menguak pola pemikiran masyarakat pembuatnya. Konsep pemikiran hubungan orang tua dan anak, kesetaraan gender, politik, budaya kerja, kepercayaan, bahkan misteri di luar nalar dapat dilihat melalui film. Film “thriller� yang mengandung muatan menakutkan memiliki konsep pemikiran yang berbeda dari satu film suatu negara dengan film dari negara lain. Berikut ini akan dibandingkan film thriller Korea berjudul 7 Days dengan film Indonesia, Tetesan Darah Perawan.
Film Thriller Film terdiri dari beberapa genre. Ada film yang memiliki genre romantik, keluarga, laga (action), komedi, fiksi ilmiah, peperangan, sejarah, biografi, misteri detektif, misteri supernatural, misteri thriller, dan sebagainya. Hampir sebagian besar film di seluruh dunia memuat cerita cinta romantik yang berakhir bahagia. Meskipun film tersebut memiliki genre action, akan selalu
112
Pola Pikir Budaya : 7 Days dan Tetesan Darah Perawan
dibumbui kisah romantik atau kisah cinta para pelakunya, atau paling tidak, ada keberpihakan antara lelaki dan perempuan yang saling membela. Apabila akhir cerita dibuat tragis atau sad ending akan membuat penonton tidak lega dan cenderung tidak merekomendasikan film tersebut kepada orang lain. Film yang dibuat untuk kepentingan art akan cenderung memiliki muatan yang sulit dicerna penonton. Film itu tampak indah sebagai sebuah art, namun berat bagi pengertian pencernaan pemikiran penonton. Sebuah film yang dibuat untuk kepentingan art lebih banyak memuat cerita berbelit dan menggantung pada akhir ceritanya sehingga penonton memiliki pertanyaan “lho?� atau “terus bagaimana?� Sebagai penikmat film yang tidak mementingkan nilai art akan menilai film tersebut sebagai film yang tidak bagus untuk ditonton, padahal film tersebut memiliki nilai keindahan yang luar biasa; baik dari segi penceritaan, teknik pembuatan film, atau bahkan pemain filmnya. Pada umumnya penonton film mencari kebahagian dari sebuah film yang dinikmatinya. Film adalah sebuah konsumsi masyarakat untuk melepas stres akibat kepenatan kerja, studi, atau masalah kehidupan lainnya. Oleh karena itu, cerita ringan sebuah film lebih disukai penonton dibandingkan cerita berat, atau film yang membuat penonton tidak lega selepas menonton film tersebut. Film yang memiliki genre romantik, drama, komedi, dan action menjadi salah satu pilihan penonton untuk dinikmati, dengan catatan film tersebut bersifat ringan dan tidak membuat penonton berpikir berat. Ada hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut berkaitan dengan latar belakang penonton. Penonton yang terbiasa hidup di lingkungan lebih maju cenderung akan menyukai film yang bersifat fiksi ilmiah, dan penonton yang terbiasa hidup di lingkungan sederhana akan cenderung menyukai film ringan yang kadang disebut sebagai film picisan. Untuk hal ini perlu adanya pengkajian lebih lanjut secara detail dan intensif. Produksi film pada umumnya akan mengikuti selera pasar di negara tersebut, atau bahkan jika ditujukan untuk konsumsi dunia, maka film diproduksi berdasarkan keinginan pasar dunia. Terkadang insan perfilman memproduksi film untuk kepentingan keuntungan, sehingga tidak mementingkan nilai art. Akibatnya banyak film kurang berkualitas yang dilepas di pasaran. Thriller sebagai salah satu genre film dapat dipakai sebagai salah satu tolok ukur pemikiran masyarakat yang memproduksi film tersebut. Sebagai contoh film thriller Korea cenderung memiliki muatan yang keamerikaan. Hal ini berkaitan dengan sejarah Korea yang berkaitan dengan pemisahan Korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. Korea Selatan di bawah kuasa Amerika Serikat, dan Korea Utara di bawah kuasa Rusia. Pengaruh pola pikir keamerikaan hampir selalu mempengaruhi pola pikir masyarakat Korea. Amerika menjadi sebuah sumbu tiruan Korea dalam berbagai hal, termasuk
113
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
produksi film. Amerika dipandang sebagai sebuah negara percontohan yang baik untuk Korea, bahkan pada banyak drama seri Korea dimunculkan bahwa Amerika adalah sebuah negara tujuan untuk tinggal, atau menenangkan diri. Mengapa tidak negara lain, seperti Indonesia? Hal ini disebabkan bahwa Indonesia bukanlah negara contoh untuk Korea. Keputusan Korea untuk mengarah ke Amerika pada pelbagai industri, termasuk industri film tampaknya ada pengaruh besar dari sejarah pemisahan Korea tersebut, di samping bahwa Amerika adalah negara adidaya yang memberi pengaruh besar pada dunia hingga Amerika termasuk menjadi salah satu negara yang menjadi kebanggaan Korea. Pengaruh keamerikaan tampak pada produksi film-film action Korea yang para pelakunya memiliki pistol, dan dengan bebas menggunakan senjata api, padahal pada kehidupan nyata masyarakat Korea tidak demikian adanya. Hal ini jelas dipengaruhi film Amerika yang memang penduduknya terbiasa dengan pistol. Thriller adalah sebuah film yang memberikan muatan tekanan pada batin dan pikiran penonton, meningkatkan adrenalin, teror, pengaruh psikis, keterkejutan dan ketakutan. Ada penonton yang menyukai gairah itu, namun ada penonton yang kurang menyukainya. Misteri adalah salah sebuah kunci yang utama pada produksi film thriller. Film thriller yang mampu membuat senam jantung penonton pada hampir keseluruhan penceritaannya dianggap sebagai film thriller yang berkualitas. Namun film thriller yang justru membuat penonton menjadi tertawa karena kelucuan penceritaan atau teknik pembuatan film yang lucu, dianggap sebagai film thriller yang gagal. Film thriller memiliki subgenre yang beragam; di antaranya thriller misteri, thriller psikologis, thriller kriminal, thriller horror, thriller politik, dan sebagainya.
Film Thriller “7 Days� dan “Tetesan Darah Perawan� 7 Days adalah film thriller Korea yang berkisah tentang seorang pengacara perempuan sukses yang memiliki seorang anak perempuan berusia tujuh tahun. Dia berambisi mampu memecahkan misteri pembunuhan seorang gadis yang memiliki kekasih pecandu obat terlarang. Pada film itu dimunculkan tertuduh pembunuh yang memang mendatangi apartemen gadis yang menjadi korban pembunuhan. Lelaki tertuduh datang ke apartemen itu untuk menagih pembayaran obat terlarang si kekasih gadis itu. Gadis itu berjanji untuk melunasinya. Oleh karena itu, si gadis mempersilakan lelaki penagih hutang datang ke apartemennya. Pada saat itulah, gadis itu mati terbunuh. Penagih hutang dijadikan sebagai tertuduh meski dia jelas-jelas menyangkal membunuh gadis itu. Sebenarnya kekasih gadis itu ada di apartemen itu. Misteri pembunuh menjadi alur cerita itu.
114
Pola Pikir Budaya : 7 Days dan Tetesan Darah Perawan
Penonton digiring untuk berpikir logis mengenai pembunuhan tersebut. Secara tegas, penonton dibawa ke arah pemikiran logis. Akhirnya misteri mulai terbuka ketika ayah kekasih gadis itu menculik anak perempuan pengacara dan mengancam akan membunuh anak perempuan itu dalam tujuh hari, jika pengacara tidak menghentikan investigasinya. Ayah kekasih gadis itu adalah seorang politisi yang bersiap menuju pemilihan pejabat. Oleh karena itu, dia tidak ingin terkuak kenyataan bahwa anak laki-lakinya yang menjadi kekasih perempuan itu membawa jenasah si terbunuh di dalam mobilnya. Pikiran penonton dicoba digiring pada anak politisi sebagai pembunuhnya. Di pengadilan, kembali penonton dibawa kepada tertuduh pembunuh lain, yaitu politisi. Pada akhir cerita dikisahkan bahwa pembunuh perempuan itu adalah ibu kandungnya. Film ini membawa penonton untuk berpikir logis. Pembunuh adalah penagih hutang, politisi ayah dari kekasih korban, atau kekasih korban. Film thriller Indonesia yang berjudul Tetesan Darah Perawan berupaya pula menguak pembunuh rombongan mahasiswa yang berkemah di sebuah hutan yang terlarang. Film tersebut secara tegas membawa penonton untuk berpikir bahwa pembunuh para mahasiswa tersebut adalah hantu penari yang terbunuh di telaga hutan itu. Secara tegas diperlihatkan hantu penari yang selalu muncul dalam film tersebut. Pikiran penonton dibawa kepada hantu penari. Hantu itu dimunculkan sebagai tertuduh pembunuh para mahasiswa karena mereka berbuat tidak senonoh di telaga itu. Salah satu mahasiswa yang memiliki indera keenam mengatakan bahwa telaga itu angker, penjaga hutan mengatakan hal yang sama, dan berulang kali hantu penari dimunculkan dan memberi kesan bahwa hantu itulah yang membunuh para mahasiswa. Pada akhir episode terkuak bahwa pembunuh para mahasiswa itu adalah mahasiswa yang memiliki indera keenam. Ternyata ia memiliki karakter psikopat. Ada hal yang berbeda yang dapat dilihat pada kedua film thriller tersebut. Film thriller Korea berupaya mendidik masyarakat penontonnya untuk berpikir logis, dan pada film thriller Indonesia masyarakat penonton digiring ke arah keberadaan supernatural yang membodohi masyarakat mengenai mitos hantu. Pada film 7 Days terdapat aspek hukum, keadilan, penculikan, masalah asuransi, kecerdasan berpikir, dan berpikir logis. Pada film thriller Indonesia, Tetesan Darah Perawan, dari judulnya saja sudah bersifat horor kehantuan. Diceritakan pada film tersebut tentang mitos penduduk, bahwa jika ada darah perawan yang menetes di telaga itu, hantu penari yang terbunuh di telaga itu, akan dapat bangkit lagi. Akibat perbuatan tidak senonoh antara sepasang kekasih yang berhubungan seksual untuk pertama kalinya, membuat darah
115
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
perawan menetes dan jatuh di telaga itu. Hantu penari pun bangkit dan meneror para mahasiswa yang berkemah di sekitar tempat itu. Film ini menggambarkan budaya bangsa Indonesia yang sangat percaya pada mitos daripada pemikiran logis. Meski jenis kedua film tersebut menyimpan misteri pembunuhan, pada sisi pola pikir keduanya memiliki perbedaan. Pola pikir logika secara penuh terdapat pada film Korea, sementara logika berpikir pada film Indonesia dikaitkan dengan aktivitas supernatural. Kedua film tersebut sebetulnya mengarah pada fokus pembunuh yang memiliki penyimpangan jiwa. Kedua film tersebut sebetulnya mengisahkan pembunuh yang memiliki kelainan jiwa. Pembunuhan dilakukan karena ketidaksadaran. Si pelaku merasakan kepuasan tersendiri saat membunuh. Namun pada film Korea, ada kandungan logika berpikir; sementara pada film Indonesia diarahkan pada horor hantu. Perbedaan ini menunjukkan keberadaan pola pikir masyarakat Korea dan masyarakat Indonesia.
Kesimpulan Konsumsi film di Korea menyiratkan bahwa masyarakat Korea berupaya berjalan seiring kemajuan negaranya, sementara itu konsumsi masyarakat Indonesia masih ramai dengan kesukaan pada hantu dan dunia supernatural. Produksi film dibuat berdasarkan konsumsi permintaan pasar. Dalam hal ini, masyarakat Korea berjalan lebih pada masalah logika dan pemikiran nyata. Sementara itu, masyarakat Indonesia masih diliputi kehidupan tahayul dan dunia gaib yang tidak masuk akal. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dianggap sebagai pasar yang sangat menyukai film-film kehantuan. Maka dapat dipahami jika produksi film Indonesia hampir sebagian besar dikaitkan pada kegiatan supernatural, meski pada kenyataannya bahwa pembunuhnya bukanlah hantu. Bumbu makhluk hantu menjadi salah satu cerita yang dianggap dapat menarik perhatian masyarakat Indonesia. Bahasa yang digunakan di dalam film berkaitan erat dengan pola pikir produsen film itu. Film yang cenderung logis, bahasa yang digunakan pun mengarah pada katakata yang logis, sementara itu film yang berkaitan dengan kehantuan, kata yang muncul adalah mitos, hantu, tahayul, dunia gaib, kemarahan, gentayangan, dan seterusnya.
116
Pola Pikir Budaya : 7 Days dan Tetesan Darah Perawan
Referensi Aminudin, dkk. 2002. Analisis Wacana: Dari Lingustik sampai Dekonstruksi. Yogyakarta: Kanal. Arifin, Bustanul, dkk. 2000. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang : Bayu Media. Dyastriningrum. 2009. Antropologi Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Hudson, R.A. 1995. Sosiolinguistik. Terj. Misbach Djamil Rochayah. Jakarta: Depdikbud. Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Penulis: Dyastriningrum Subandiati adalah dosen Program Studi Korea, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia sedang menempuh program Doktor di Pukyong National University, Busan, Korea (Konsentrasi Film, Budaya, dan Bahasa). E-mail: dyastri2005@yahoo.com
117
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
KOREA: KIBLAT ALTERNATIF INDUSTRI KREATIF INDONESIA Grace Lestariana Wonoadi dan Taufan Himawan
Tiba-tiba industri musik Indonesia menemukan momentum baru. Ayu Tingting muncul sebagai salah satu sosok fenomenal sepanjang paruh kedua 2011. Dapat dipastikan, ia muncul di layar kaca, radio, atau ‘hape’ 24 jam setiap harinya. Lagu “Alamat Palsu” yang dibawakannya menggapai popularitas setelah beredar tanpa gema berarti sejak 2007. Hal itu melengkapi kemunculan sejumlah boybands dan girlbands Indonesia yang cukup kontroversial sejak 2010, seperti SM*SH, MAX5, 7 ICONS, ataupun Cherrybelle. Didukung dengan program kompetisi Boy Girl Band Indonesia di salah satu stasiun televisi pada akhir 2011, sejumlah band yang lebih dulu tersohor, baik dari dalam negeri, maupun dari Barat, seolah-olah agak terkesampingkan dari keramaian. Sementara itu, berita dari dunia hiburan pada akhir 2011, mewartakan bahwa Agnes Monica terpilih sebagai salah satu nominator MTV Europe Music Award. Namun sayang, langkahnya terhenti untuk meraih penghargaan itu. Padahal, penampilannya penuh totalitas, bahkan di panggung internasional pun, tidak diragukan lagi. Ada apa di balik semua itu? Tentu ada berbagai faktor yang dapat menjelaskannya. Tetapi, salah satu yang paling nyata adalah Ayu Tingting tampil berbeda dari penyanyi dangdut pada umumnya. Kostum ketat warna-warni dan goyang berlebihan tidaklah menonjol dalam penampilannya. Sebaliknya, ia tampak elegan, berpenampilan sebagaimana penyanyi pop Korea (K-Pop). Ia pun berstatus mahasiswa dan dapat menunjukkan keterampilannya berbahasa Korea. Tidak heran jika lebih banyak pihak menerima kehadirannya. Demikian pula dengan boy/girl band yang bermunculan. Mereka tidak hanya tampil menyanyi dan menari dengan tampilan mirip boy/girl band Korea, tetapi juga dipromosikan melalui sinetron yang sangat mirip drama Korea. Mengenai Agnes Monica, ia terganjal boyband asal Korea, Big Bang. Band remaja pria ini memperoleh suara beberapa persen lebih banyak daripada Agnes Monica, sehingga berhak memboyong penghargaan atas nama Asia.
118
Korea: Kiblat Alternatif Industri Kreatif Indonesia
Jika ditelisik lebih lanjut, ternyata tak hanya musik K-Pop saja yang bergema di Indonesia. Film dan drama Korea (K-Drama) sudah lebih dulu merambah pada dasawarsa 2000-an menyusul Hallyu atau Korean Wave di Asia. Belakangan berbagai hiburan Korea terbaru, seperti animasi dan games pun sedemikian rupa maraknya. Jadi, masyarakat Indonesia tidaklah steril dari interaksi dengan produk budaya atau produk kreatif Korea. Akan tetapi, boleh kiranya dikatakan bahwa paruh kedua 2011 menjadi penanda memuncaknya nuansa Korea dalam industri kreatif Indonesia. Pengaruh Hallyu kali ini agaknya lebih besar dan telah menggeser dominasi pengaruh Barat dan Jepang sebagai acuan utama berbagai subsektor industri kreatif di Indonesia.
Industri Kreatif: Wacana Perekonomian Mutakhir Meskipun aktivitasnya sudah lama dilakukan, wacana industri kreatif memang masih tergolong baru. Departemen Perdagangan RI mendefinisikan industri kreatif sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu. Beberapa negara lain menggunakan istilah industri budaya. Industri kreatif inilah yang menjadi tulang punggung era Ekonomi Kreatif, yakni ekonomi yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual. Era Ekonomi Kreatif merupakan hasil pergeseran orientasi ekonomi dunia Barat yang paling mutakhir. Setelah ekonomi pertanian bergerak ke ekonomi industrial, kemajuan di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi telah membuka Era Ekonomi Informasi yang bercirikan globalisasi dalam segala bidang. Nah, hal ini semakin mendorong produktivitas manusia dan daya kritisnya. Akibatnya, kompetisi dunia usaha pun semakin keras. Murahnya produk Tiongkok yang tak tersaingi dan efisiensi luar biasa industrialisasi Jepang, menyadarkan negara-negara Eropa akan ancaman kejayaan perekonomian industri Barat. Untuk tetap eksis, mau tidak mau, mereka melirik aspek lain. Tony Blair, kandidat perdana menteri dari New Labour Party, memenangkan pemilihan umum Inggris 1997 dengan mengangkat isu pemanfaatan kreativitas untuk menyelamatkan perekonomian. Pada tahun 1998, Department of Culture, Media and Sports (DCMS) Inggris mempublikasikan hasil pemetaan industri kreatif Inggris yang pertama. Industri kreatif didefinisikan sebagai “those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth
119
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content�. Definisi DCMS ini selanjutnya banyak diadopsi oleh negaranegara lain, termasuk Indonesia dengan penyesuaian seperlunya. Harus diakui, bahwa rejim perdagangan bebas dunia setelah efektifnya World Trade Organisation (WTO) 1 Januari 1995 memberi banyak pilihan kepada konsumen. Akan tetapi, produsen dan produk yang tidak kompetitif akan terpojok. Kesiapan Indonesia dalam era liberalisasi perdagangan ini benar-benar diuji. Belajar dari berbagai negara Barat, Indonesia melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan dan menjadi sarana untuk meraih keunggulan dalam ekonomi global. Bangsa Indonesia kaya akan warisan budaya dan memiliki sumberdaya insani kreatif. Dengan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, yaitu cendekiawan, bisnis, dan pemerintah (IBG = Intelectuals, Business, Government), tentu hasil yang diharapkan lebih mudah tercapai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Kreatif adalah wujud dari upaya mencari bentuk pembangunan yang berkelanjutan. Kekayaan sumber daya alam tidak mudah diperbarui, sehingga perlu dihemat untuk generasi yang akan datang. Sebaliknya, sumber daya yang dimanfaatkan dalam Ekonomi Kreatif bukan hanya terbarukan, namun tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Di samping itu, industri kreatif menyediakan lapangan kerja baru untuk menyerap tenaga kerja. Ini adalah manifestasi semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan menawarkan peluang yang sama bagi negara-negara berkembang. Bagi Indonesia, telah banyak karya insan kreatifnya yang diburu di luar negeri. Sejumlah warisan budaya Indonesia pun diakui sebagai ilham industri kreatif modern. Wayang kulit, misalnya, telah diakui Walt Disney sebagai sebagai salah satu ruh film animasi buatannya. Wajar kiranya jika terbetik harapan bahwa aktivitas dan produktivitas kreatif itu akan memberi kontribusi optimal bagi perekonomian nasional dan masing-masing individu. Setelah satu tahun diprogramkan, barulah tahun 2007 Departemen Perdagangan RI meluncurkan hasil studi pemetaan Industri Kreatif Indonesia dan menetapkan 14 subsektornya. Dapat disebutkan di sini Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain, dan Fesyen. Demikian pula dengan Video, Film dan Fotografi, Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio, serta Riset dan Pengembangan. Semua itu sudah tidak asing bagi kita. Meskipun demikian, pada umumnya perkembangan industri kreatif mengikuti kecenderungan di Eropa dan Amerika Serikat. Dunia Fesyen selalu mengambil referensi utama dari ParisPerancis dan Itali. Sedangkan Video, Film dan Fotografi, Layanan Komputer
120
Korea: Kiblat Alternatif Industri Kreatif Indonesia
dan Piranti Lunak didominasi oleh referensi dari Amerika Serikat. Eropa dan Amerika Serikat pun berbagi dominasi menjadi pusat referensi dalam semua aktivitas industri kreatif lainnya, dari Periklanan hingga Riset dan Pengembangan. Mungkin hanya Jepang dan India yang mapan dalam andilnya sebagai trend setter subsektor industri kreatif tertentu di seluruh dunia. Jepang ikut berpengaruh dalam Kerajinan, Desain, Fesyen, Permainan Interaktif, dan kemasan acara Televisi sedangkan India meluaskan pengaruh melalui industri Film. Nantinya, Indonesia pun berharap dapat melakukan positioning dalam Era Kreatif global. Oleh karena itu, tahun 2008-2014 ditetapkan sebagai Penguatan Pondasi dan Pilar agar pada 2015-2024 siap menjalani periode Akselerasi yang penting bagi masa tercapainya kematangan industri kreatif Indonesia. Nah, Korea dengan Hallyu-nya apakah juga telah menjadi kontributor yang mapan?
Wacana Budaya Korea di Indonesia Sampai awal 1990-an belum banyak perbincangan tentang Budaya Korea di Indonesia. Masa itu adalah masa pengaruh budaya pop Jepang dalam industri kreatif Asia. Demikian juga di Indonesia, meskipun konsep industri kreatif Indonesia belum dicanangkan. Berbagai ekspresi kreatif dari Jepang menyita perhatian, mulai dari Desain, Fesyen, anime sebagai bagian tak terpisahkan dari Video, Film dan Fotografi, software terbaru Permainan Interaktif, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, bahkan juga pengemasan berbagai acara televisi, serta Riset dan Pengembangan. Manga, komik Jepang, merajai pasar buku non-fiksi. Film kartun utama yang disukai anakanak bukan lagi hanya film-film Walt Disney. Produk animasi Jepang yang kaya dengan beragam tema mendapat alokasi tayang dan rating tinggi, seperti Doraemon, Hikaru No Go, Kapten Tsubasa, Naruto, dan lain sebagainya. Barangkali hanya sejumlah kecil kalangan akademik yang menyinggung budaya Korea dalam pembicaraan di kelas. Wacana budaya Korea berkaitan erat dengan budaya masyarakat di bagian utara maupun selatan Semenanjung Korea. Karena letak geografis dan perjalanan sejarahnya, budaya Korea pun terbentuk melalui persentuhan dengan budaya lain. Jika budaya kawasan Asia Tenggara tak dapat dilepaskan dari kontribusi budaya India, China, Islam dan Barat yang memperkaya budaya lokal pada masanya, maka budaya lokal masyarakat di Semenanjung Korea diperkaya oleh kontribusi budaya China, Barat, dan Jepang. Akan tetapi, Perang Korea telah menjadi pembelah kesatuan bangsa Korea. Karena faktor ideologi politik, bangsa Korea di sisi utara dan selatan Semenanjung mengha-
121
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
yati kebudayaan Korea dengan nuansa yang sedikit banyak berbeda. Oleh karena itu dalam pembicaraan di kelas seringkali Budaya Korea dijuluki sebagai sebagai “Budaya Setengah Bangsa”. Tidak mengherankan jika hanya segelintir orang yang pernah melihat ataupun mendengar tentang pertunjukan Pansori dan P‘ungmul Nori, misalnya. Keduanya adalah seni pertunjukan tradisional Korea. Pansori disebut sebagai opera rakyat Korea dengan unsur utama penabuh drum dan penyanyi. Sedangkan P’ungmul Nori adalah salah satu kesenian rakyat tertua dan paling populer di Korea dalam bentuk ansambel perkusi untuk merayakan berbagai kesempatan, seperti musim tanam, musim panen, Seollal (tahun baru kalender bulan) dan Chuseok (festival bulan purnama kedelapan). Di antara instrumen musik yang dipakai adalah changgo, yakni drum khas Korea berbentuk jam pasir, dan sesekali dilengkapi pula dengan alat musik tiup. Di kalangan awam Indonesia banyak pula yang mengira Hanbok, busana tradisional Korea, adalah Kimono dari Jepang, dan Hangul adalah sama saja dengan huruf Kanji dari China. Tentu saja ini cukup ironis mengingat Korea telah menjadi salah satu negara penerima tenaga kerja migran Indonesia yang penting. Sebaliknya, dewasa ini siapapun dapat mengakses informasi mengenai produk budaya Korea dan perkembangannya. Pusat Kebudayan Korea menyediakan rangkuman dalam situsnya http://id.korean-culture.org dengan cara memilah topik budaya Korea menjadi Style Bangsa Han, Festival dan Permainan Rakyat, Kesenian Tradisional, UNESCO, Hallyu, dan Kesusastraan. Dengan demikian berbagai hal terkait sandang, pangan dan papan mereka, berbagai Hari Raya yang diperingati, musik dan tari tradisionalnya, kesusastraannya, dan pengakuan dunia atas warisan sejarah dan budaya Korea tersebut makin banyak diketahui.
Hallyu dan Budaya Kontemporer Korea di Indonesia Istilah Hallyu atau Korean Wave mengacu pada peningkatan minat publik yang luar biasa terhadap budaya pop maupun tradisional Korea di berbagai negara. Pusat Kebudayaan Korea bahkan menegaskan persebaran itu di Asia, Eropa, Timur Tengah, dan benua Amerika. Dengan demikian, kiranya Hallyu dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia bukan hanya dengan “Gelombang Korea” tetapi juga “Demam Korea”. Awalnya istilah Hanliu ( ) atau Hallyu ( ) muncul sebagai “bahasa koran” di China pada pertengahan tahun 1999. Bukan tanpa alasan jika media massa menggunakan istilah tersebut. Industri perfilman dan musik Korea saat itu baru saja resmi membuka diri untuk menerima produk kreatif
122
Korea: Kiblat Alternatif Industri Kreatif Indonesia
Jepang. Tak dipungkiri, hal itu memacu minat remaja Korea terhadap produk kreatif Jepang. Namun di sisi lain, persaingan antar kedua bangsa mendorong TV Korea untuk meningkatkan produksi drama dan musik pop Korea yang lebih sesuai dengan minat pasar. Ternyata, tidak perlu waktu panjang untuk menjadikan sinema elektronik dan musik tersebut menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Yang sangat menyita perhatian, pemutaran drama seri Korea (K-drama atau sinetron Korea) “What Is Love All About” meraih rating tertinggi dalam sejarah pertelevisian China pada tahun 1998. Setelah itu berbagai sinetron berikutnya selalu mengundang khalayak untuk meluangkan waktu menontonnya. Album musik pop band Korea HOT yang dirilis di China pun tak kalah diminati. Tak disangka, peredaran sinetron dan musik itu sedemikian cepat memperngaruhi perilaku penikmat siaran televisi dan musik China. Demikian juga yang terjadi di negara Asia Timur dan Tenggara lainnya, baik yang menerima peredaran K-drama, film, dan musik melalui China maupun yang langsung memperolehnya dari produsen Korea. Bahkan, publik Jepang pun ternyata tidak lepas dari hal itu. Setelah itu minat publik pun tertuntun mendekati berbagai hal yang terkait dengan budaya Korea. Bagaimana dengan di Indonesia?
Drama Korea: Riak Gelombang Pertama Konsumen Indonesia mulai akrab dengan produk kreatif Korea setelah agenda Piala Dunia 2002. Keberhasilan Korea bersama Jepang menjadi tuan rumah bersama perhelatan sepak bola tersebut dan masuknya kesebelasan Korea dalam Empat Besar telah menjadi promosi tersendiri. Lebihlebih, Korea selalu menjadi contoh terbaik negara yang terbebas dari krisis ekonomi 1997. Publik menjadi lebih melek informasi tentang Korea. Akibatnya, drama seri “Winter Sonata” mendapat tanggapan lebih baik daripada drama seri Korea yang pertama beredar melalui RCTI, yaitu “Autumn in My Heart” yang lebih dikenal dengan judul “Endless Love”. Pemirsa televisi yang tidak puas dengan menonton sinetron tersebut bahkan memburu edisi lengkapnya ke persewaan VCD/DVD, tak peduli asli atupun bajakan. Masuknya produk Korea lewat drama ini beriringan dengan liberalisasai pasar Indonesia pada tahun 1990-an. Harga drama televisi Korea sangat kompetitif dibanding produk Jepang ataupun Hongkong. Pada tahun 2003, produk ini lebih murah seperempat dari harga produk Jepang dan sepersepuluh dari harga drama televisi Hong Kong. Sudah barang tentu ini menjadi daya tarik bagi importir.
123
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Film Korea pun mendapat tanggapan positif. Suray Agung Nugroho mencatat bahwa awalnya film Korea masuk ke Indonesia lewat China. Jadi, tidak mengherankan apabila kebanyakan film Korea tersebut judulnya tertulis dalam huruf Kanji. Sejumlah film bahkan ber-subtitle atau berteks terjemahan dalam bahasa Mandarin. Akibatnya banyak pula orang awam yang menganggap bahwa film-film Korea itu adalah film China atau Hongkong. Namun dengan suksesnya drama seri Korea di televisi, masyarakat pun mulai bisa mengenali drama seri atau film yang ditonton tersebut adalah produk Korea. Peredaran film tersebut kemudian berkembang bukan hanya melalui persewaan DVD/VCD, tetapi juga toko-toko kaset. Artinya, film dan video tersebut original, diedarkan oleh distributor resmi. Para pecandu film Korea bahkan dengan relatif mudah mendapatkan film-film yang belum disiarkan di televisi Hallyu yang dipicu oleh drama Korea tersebut mendorong orang mempelajari bahasa dan kebudayaan Korea. Banyak pula yang menggunakan nama Korea dalam akun jejaring sosialnya. Meskipun demikian, penggemar drama Korea tersebut pada umumnya adalah kaum hawa. Alur cerita dan penokohan drama/film Korea pada awal peredarannya memang cenderug melankolis dan tidak maskulin. Bagi remaja pria yang sudah terbiasa menonton suguhan film laga Holywood dan Hongkong, hal itu menjadi kurang menarik. Meskipun sejumlah drama berlatar sejarah ikut mencetak rating tinggi, namun belum juga berhasil merangkul mereka. Yang nyata dalam aktivitas sektoral adalah dunia fesyen ikut tergerak. Kali ini sebagian peminat mode mengalihkan perhatiannya dari gaya busana artis Holywood ataupun perancang rumah mode di Paris, terpengaruh oleh gaya busana artis utama drama Korea waktu itu, Song Hye-kyo. Berbagai pusat fesyen mendatangkan busana dan asesoris dari Korea. Perhiasan imitasi dari Korea pun naik daun dalam perdagangan. Sejumlah mal bahkan membuka gerai kosmetika Face Shop dan Etude yang duta labelnya adalah Song Hye-kyo Jam tangan Enakei, produk asli Korea, rancangan feminin Sooran Lee pun menjadi digandrungi pecinta waktu. Sedikit perubahan terjadi ketika Rain alias Bi, penyanyi yang pandai menari dan sekaligus juga model dan perancang busana, membintangi drama seri “Full House�. Drama seri ini beserta sejumlah judul lain menawarkan drama komedi romantis. Mulailah musik pop Korea menyedot perhatian. Berbekal lagu-lagu tema drama dan film Korea, kawula muda Indonesia mulai menelusuri media sosial, khususnya youtube, untuk dapat mengakses video berbagai lagu pop Korea. Akan tetapi, demam drama Korea ini agak surut setelah berjalan lima tahun. Mungkin dalam bahasa ekonomi sedang terjadi koreksi pasar.
124
Korea: Kiblat Alternatif Industri Kreatif Indonesia
Sementara itu, film kartun Korea pun mulai menghias layar televisi. Pororo dan kawan-kawannya adalah bintang kartun/animasi yang mulai dikenal anak-anak. Bagi anak-anak, ini adalah tambahan hiburan yang melengkapi animasi Walt Disney maupun anime Jepang. Bagi remaja, Pucca menjadi tokoh animasi yang menantang popularitas Mickey Mouse ataupun Hello Kitty. Meskipun belum ditayangkan melalui layar kaca, tetapi tokoh ini telah banyak digunakan sebagai figur merchandise. Penelusuran di dunia maya ternyata juga banyak menemukan desain animasi dari Korea, permainan interaktif baru dari Korea, dan informasi seputar festival film maupun festival kreatif lainnya. Dapat diduga bahwa lalu lintas penggunaan jaringan internet mengalami peningkatan yang signifikan karenanya.
K-Pop: Pemicu Gelombang Kedua Sejarah K-Pop dimulai dengan munculnya boy band yang beranggotakan tiga orang seperti Seo Taiji dan Boys pada tahun 1992. Beberapa nama yang sedang naik daun saat ini adalah bentuk baru dengan jumlah personel yang juga jauh lebih banyak, seperti TVXQ, Se7en, Lee Hyori, Shinhwa, Wonder Girls, Epik High, Super Junior, Big Bang, SS501, Girls ‘Generation. Mereka saat ini sibuk menghibur para penggemar dengan konser, penampilan TV, konferensi pers, dan festival baik di luar maupun dalam negeri. Di Indonesia, K-Pop mendapat tempat di hati anak muda setelah drama seri korea yang mereka bintangi beredar, seperti “Full House�. Kalau beberapa waktu yang silam, media dipenuhi dengan boyband dari negara-negara barat maka saat ini giliran musik populer Korea yang mengisi beberapa tangga lagu di acara-acara musik remaja. Pada awalnya, sebagian besar penggemar musik populer Korea ini mendengar soundtrack drama seri Korea yang ditayangkan di televisi. Dari sinilah mereka mulai mencari tahu, siapa yang menyanyikannya dan segala informasi tentang lagu tersebut. Tentu saja hal ini mudah dilacak karena semua informasi tersedia di internet, hampir tanpa biaya. Bukan hanya mereka dapat mengunduh lagunya dalam format audio, tetapi dalam bentuk audio-visual. Bukan hanya mereka dapat berbagi pakai atas informasi terkait dengan lagu dan penyanyinya, tetapi juga dapat menemukan kartun animasi terkait yang benar-benar menarik. Dengan demikian, mudah sekali bagi kawula muda untuk melakukan identifikasi diri pada boy/ girlband tersebut. Tidak mengherankan jika kemudian terbentuk kelompok-kelompok penyuka band tertentu atau fans club yang menggunakan atribut-atribut semirip mungkin dengan yang melekat pada idolanya, dalam hal ini boy/girlband Korea. Melalui K-Pop dapat ditegaskan adanya identitas pribadi dan kelompok.
125
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Saat ini adalah puncak fenomena Hallyu yang kedua di Indonesia. Sebagai sebuah fenomena, tentu saja demam ini memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia. Gaya hidup sebagian kalangan muda Indonesia mulai terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat Korea. Kondisi ini menunjukkan bahwa budaya Korea saat ini memang sudah mendapat tempat istimewa di Indonesia. Tak hanya di kalangan biasa, tetapi juga telah merambah sekaligus menginspirasi produser dan artis di Tanah Air. SM*SH, boyband Indonesia yang paling mapan saat ini, mengawali debut pada tahun 2010. Pada awal kariernya SM*SH Indonesia ini dituduh sebagai duplikat boyband Korea, Super Junior. Tetapi berapa banyakkah yang ingat bahwa nama SM*SH pun sama dengan nama sebuah boyband Korea yang sudah terbentuk tahun 2008? Mungkin memang SM*SH Korea tidak seberuntung Super Junior yang menjadi idola banyak remaja. Yang pasti, produser sangat jeli melihat potensi pasar yang sudah memberi lampu hijau kepada K-pop. Menjamurnya boy/girlband Indonesia sejak tahun 2010 membenarkan sinyalemen itu. Acara-acara televisi pun mulai mengemas program acaranya dengan kesan Korea. Salah satunya sinetron yang dibuat Trans TV berjudul Cinta Cenat Cenut. melibatkan SM*SH sebagai pemeran utama dalam sinetron tersebut. Tampak sekali bagaimana gaya rambut, dandanan, fashion dan pernak-pernik Korea menjadi muatan penting dalam garapan sinetron tersebut. Tidak ketinggalan iklan televisi pun ikut bermain dengan menyisipkan kesan Korea dalam tayangannya. Industri kreatif Indonesia memang lebih semarak sejak keberadaan mereka. Genre musik yang muncul sebenarnya tidaklah terlalu jauh berbeda dari yang telah ada, yakni musik Pop, sedikit R & B, ataupun Hiphop. Dengan kata lain, genre musik yang pada dasarnya “mudah didengar�. Namun, kesempatan bagi seluruh anggota kelompok untuk membawakan satu lagu dengan bergantian memperdengarkan kemampuan vokal masing-masing telah menjadi pembeda dari gaya band-band lain yang hanya mengandalkan satu atau dua orang vokalis. Tampilan penuh tari enerjik yang didukung oleh gaya berdandan ceria dan relatif rapi pun telah menjadi atribut tersendiri. Tanpa disadari, K-Pop mendorong meningkatnya apresiasi peminatnya atas musikalitas dan kemampuan afektif band yang diidolakan maupun dirinya sendiri. Semakin banyak remaja yang tidak lagi malu-malu untuk menyanyi di depan orang banyak karena dirinya dapat tampil bersama sebanyak-banyaknya kawan. Artinya, semakin banyak insan kreatif yang siap berkarya dalam era Ekonomi Kreatif. Panggung subsektor seni pertunjukan pun menjadi lebih terbuka. Dampak positif berikutnya tentu saja pada peningkatan penyerapan tenaga kerja dan kesempatan kerja.
126
Korea: Kiblat Alternatif Industri Kreatif Indonesia
Dunia fesyen pun terpengaruh untuk menghadirkan lebih banyak pilihan gaya berpakaian. Diilhami kostum yang dikenakan band K-Pop dan dituntut untuk menghadirkan ke-Indonesiaan serta harga yang relatif terjangkau, industri pakaian jadi menunjukkan kreasi yang tak pernah mati. Sementara itu pasar fesyen di luar negeri pun sedemikian menjanjikan. Tidak mengherankan jika fesyen memberikan kontribusi ekspor hingga 55% dari total ekspor Indonesia dan menjadi subsektor industri kreatif yang pertumbuhan penyerapan tenaga kerjanya hingga 52%. Sementara itu subsektor industri kreatif yang lain pun ternyata terhubung satu sama lain. Subsektor Periklanan jelas lebih produktif karena kebutuhan promosi dari subsektor seni pertunjukan yang meliputi juga konser musik. Kontribusi Hallyu terhadap subsektor penerbitan pun diperkirakan berpengaruh. Hampir semua majalah remaja pernah beberapa kali dalam satu tahun lalu mengangkat topik terkait Hallyu. Bahkan, majalah anak-anak pun demikian sering menyorot kelompok-kelompok K-Pop, informasi seputar Korea, maupun tokoh animasi Korea yang lebih baru, seperti Bernard si Beruang Kutub dan Monk Si Anjing. Ternyata muatan tersebut cukup menarik untuk menaikkan penjualan, sebagaimana penyiarannya di televisi. Dalam hal subsektor Televisi dan Radio, kreativitas pengemasan acara menjadi kian terpacu. Bukan hanya drama seri Korea dan musik K-pop mengilhami munculnya paket-paket acara yang menonjolkan boy/girlband Indonesia yang sudah ada, tetapi juga mendorong munculnya acara pemilihan “Boy Girl Band Indonesia�. Dengan tantangan untuk melahirkan boy/girlband yang berkarakter khas, pemirsa televisi telah memberikan suara terbanyak kepada “SUNNI�. Kelompok gadis remaja ini mengantongi 35,12% suara, menyisihkan dua boyband finalis lainnya, dan merupakan satu-satunya girlband berjilbab saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa Korea makin menjadi topik hangat dalam beragam kesempatan, termasuk dengan menempatkannya sebagai tujuan pembelajaran seni kuliner dan wisata utama di Asia. Ginseng, kimchi, galbi dan bulgogi tetap merupakan icon kuliner khas Korea yang kini telah sedemikian dikenal. Paket-paket perjalanan wisata ke Korea pun semakin banyak ditawarkan dan diminati. Tantangan kreativitas seni kuliner kemudian tidak hanya pada persoalan membuka restoran makanan khas Korea di Indonesia ataupun membawa pelancong Indonesia ke Korea dan sebaliknya. Bisnis kuliner berbasis on line sudah marak. Dengan mempertimbangkan jumlah pekerja Indonesia di Korea, keberadaan pelajar Indonesia yang telah difasilitasi untuk belajar di Korea, maupun keberadaan masyarakat Muslim Korea, tentu semakin terbuka kesempatan untuk mengembangkan bisnis hidangan Korea yang halal dan mudah diakses. Kreativitas semacam inilah yang men-
127
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
jadi salah satu wacana untuk memasukkan aktivitas kuliner sebagai subsektor kelimabelas industri kreatif Indonesia.
Memetik Pelajaran: Dukungan Pemerintah dan Pendidikan Secara ekonomi, agaknya patut diperhitungkan juga perkembangan dan kontribusi industri kreatif dengan pengaruh ‘Gelombang Korea’ ini. Bagi Korea sendiri, Hallyu telah mmberikan kontribusi yang positif untuk melempangkan jalan bagi eksistensi perekonomiannya pasca krisis ekonomi Asia 1997. Angka ekspor program televisi Korea meningkat secara dramatis karena Hallyu. Pada tahun 2007 Korea berhasil meraup US$ 150.950.000. Bandingkan dengan nilai yang diperoleh tahun 1994 yang hanya sebesar US$ 12,7 juta. Sebuah angka yang fantastis. Sedemikian kuatnya terpaan gelombang itu, China yang kuat pun sampai mengalami defisit dalam perdagangan komoditas budaya dengan Korea sepuluh kali lipat daripada defisit perdagangan komoditas industrinya. Akibatnya, dalam beberapa kesempatan China mengancam akan membatasi jumlah drama Korea dan konser band Korea di China. Kita pun memiliki sejumlah capaian yang pantas dicermati. Rata-rata pertumbuhan industri kreatif Indonesia tahun 2002-2006 hanyalah sebesar 0,74%, jauh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,24%. Namun, beberapa subsektornya tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu musik 18,08%, penerbitan dan percetakan 12,59%, periklanan 11,35%, arsitektur 10,8%, layanan komputer dan piranti lunak 10,60%, televisi dan radio 8,51%, permainan interaktif 8,35%, pasar barang seni 7,65%, dan seni pertunjukan 7,65%. Indikator ini sangat menjanjikan dan menjadi pendorong bagi pencanangan industri kreatif pada tahun 2006. Sebagai pembanding, selama tahun 2006-2010 nilai ekonomi industri kreatif mengalami kenaikan tiga kali lipat, dari Rp 157 triliun menjadi Rp 468 triliun. Sementara itu kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto pun naik dari 7,4% menjadi 7,74%. Nilai ekspor industri kreatif meningkat dari Rp 85 miliar menjadi Rp 131 miliar, belum termasuk jasa-jasa yang tidak dapat dihitung. Cukup menjanjikan, bukan? Bagaimana mempertahankan atau meningkatkannya? Untuk mengoptimalkan dan mendapatkan posisi yang kian baik dalam Ekonomi Kreatif global, tidak ada salahnya Indonesia mengambil pelajaran dari pengalaman berbagai pihak, seperti Korea. Salah satu cara yang efektif untuk melipatgandakan dan menyebarkan produk budaya atau produk kreatif Korea adalah dengan mengolah sebuah produk menjadi beberapa bentuk sekaligus. Semisal ada produk drama, maka olahan lainnya adalah dikomikkan, dianimasikan, difilmkan sebagai film layar lebar, dibuat permainan interaktif, dibuat merchandise tokohnya, dan sebagainya untuk menembak pangsa
128
Korea: Kiblat Alternatif Industri Kreatif Indonesia
pasar yang lebih beragam. Sudah tepat kiranya langkah Pemerintah Indonesia menetapkan game dan animasi sebagai salah satu bagian dari pilar pengembangan industri kreatif. Optimalisasi kerjasama IBG adalah mutlak. Meskipun kemajuan dunia animasi Korea kurang dikenal di Indonesia dalam fenomena Hallyu, tetapi tidak demikian dengan yang terjadi di Amerika Serikat. Pusat-pusat kreasi animasi itu merasakan tekanan luar biasa dari produk Kore yang berhasil memasuki pasarnya. Hal itu tidak lepas dari dukungan resmi dan konsisten pemerintah Korea. Sejak tahun 1994, animasi diakui pemerintah Korea sebagai produk yang memiliki nilai tambah. Kebijakan berupa pajak yang rendah, pinjaman modal berbunga rendah, kuota jam tayang, pilot project atau prototipe, program inkubasi, insentif pajak, dan pembangunan infrastruktur yang memadai menjadi insentif bagi para penggerak industri animasi. Pada tahun 1997 pemerintah Korea secara resmi menetapkan animasi sebagai bagian dari culture contents technology yang menjadi satu dari enam pilar teknologi tinggi di masa depan. Dalam istilah yang mudah, animasi menjadi salah satu industri strategis. Tahun itu juga dibentuk Korea Culture and Contents Agency (KOCCA) di bawah Kementrian Budaya dan Pariwisata yang secara khusus menangani animasi, komik, game, film, musik dan program televisi serta menanamkan investasi sebesar U$ 10 juta pertahun untuk pengembangan dunia animasi. Untuk pendidikan, Pemerintah Korea menyediakan hibah kompetisi. Sekolah-sekolah yang memenangkan kompetisi memiliki kesempatan yang luas untuk mengundang pakar animasi internasional sebagai dosen dan pembicara tamu, melengkapi fasilitas pendidikan agar sesuai dengan perkembangan teknologi terakhir, melakukan studi banding ke sekolah-sekolah animasi di dunia, khususnya ke Amerika Serikat dan Jepang, maupun ke industri animasinya, misalnya ke Sony Imageworks atau Dreamworks Studio. Di samping itu, perlu kiranya diperhatikan pandangan Direktur Institute of Creative & Cultural Entrepreneurship, Goldsmiths, University of London, Prof Gerald Lidstone, agar Indonesia mengubah paradigma “buatan Indonesia” (made in Indonesia) menjadi “kreasi Indonesia” (creative in Indonesia). Melalui konsep made in Indonesia, banyak produk kreatif anak bangsa dimanfaatkan oleh pelaku asing sehingga nilai tambahnya yang besar menjadi milik mereka. Namun dengan konsep creative in Inonesia maka nilai tambah produknya selalu melekat ke dalam negeri. Fenomena Hallyu selayaknya dapat memperkaya pengetahuan masyarakat Indonesia akan berbagai hal. Sampai tahun 2011, setidaknya sudah 50 judul drama Korea yang ditayangkan di layar kaca Indonesia. Berbagai tema yang diangkat dalam drama tersebut menunjukkan kearifan lokal dan
129
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
sekaligus visioner, berpandangan ke masa depan. Dengan memfasilitasi generasi mudanya, Korea memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang telah sedemikian memudahkan segalanya. Sebagai salah satu negara maju di Asia, Korea berhasil menjembatani dikotomi budaya tradisional dan modern dengan memanfaatkan arus besar globalisasi. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan melalui warna musiknya, drama serial atau beberapa filmnya yang menggambarkan tentang seni, budaya dan kehidupan sehari-harinya yang menjadi ciri khas masyarakat Korea. Kuatnya karakter dan identitas merekalah yang membuat bangsa tersebut mampu menjadi trendsetter baru dalam dunia musik, seni peran, fashion dan gaya hidupnya, melintasi batasbatas negara, bangsa dan budaya. Bagi pembangunan industri kreatif Indonesia, kerja keras dan kreativitas mereka yang berhasil menjadi ‘kiblat” alternatif dalam tren dunia itulah yang seharusnya menginspirasi masyarakat Indonesia untuk juga terus bekerja keras, disiplin, kreatif dan memiliki etos kerja yang tinggi. “The World is flat!” kata Thomas L. Friedman, hanya bila generasi baru memiliki kemampuan berkolaborasi dalam kerjasama bak orkestra, mensintesakan segala sesuatu, menjelaskannya, menciptakan nilai tambah, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan mampu membumi. Dengan demikian kemajuan industri kreatif Indonesia hanya tinggal menunggu waktu saja. Semoga!
Referensi Cho, Hae-joang (2005). “Reading the “Korean Wave” as a Sign of Global Shift”. Korea Journal, Vol 45/ Friedman, Thomas L. (2005). The World is Flat. London, New York, etc.: Penguin Group. http://en.wikipedia.org/wiki/Korean_wave#cite_note-4 http://forum.detik.com/dfm-fenomena-kpop-dan-audisi-kpop-member-dft259918.html http://id.korean-culture.org/ http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu. http://microsite.kapanlagi.com/k-pop/ragam/k-pop-dan-fenomena-virtualhusband-and-wife.html http://muda.kompasiana.com/2010/09/24/demam-korea/ http://tekno.kompas.com/read/2011/07/06/19250137/Industri.Kreatif.Naik.Tiga.Kali.Lipat http://tekno.kompas.com/read/2011/07/27/04271310/Produk.Kreatif.Dimanfaatkan.Asing http://www.indonesiakreatif.net/index.php/id/page/read/definisi-industri-kreatif http://www.korea.net/detail.do?guid=28234 http://www.korea.net/exploring.do.
130
Korea: Kiblat Alternatif Industri Kreatif Indonesia
http://www.nagaswarafm.com/marissa-dominique-reporter-media-indonesiapeduli-korean-wave.php Is the Korean Wave Dead? The Next Phase of Korean Pop Culture. Korea Society, August 23, 2007 http://www.koreasociety.org/arts/film/ is_the_korean_wave_dead.html Kelompok Kerja Indonesia Design Power – Departemen Perdagangan, Pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2009-2015, Studi Industri Kreatif Indonesia, Departemen Perdagangan RI, 2008 Korean Culture and Information Service, Passport to Korean Culture. Ministry of Culture, Sports and Tourism , Seoul, Republic of Korea, 2010 Kuswanto, Djoko, Strategi Pengembangan Cluster Industri Animasi di Daerah yang Bertumpu pada Dukungan SMK Jurusan Animasi, www.its.ac.id/ personal/files/pub/3248-djokokuswantost-proceeding edit-1.pdf Nugroho, Suray Agung, Hallyu ‘Gelombang Korea’ Di Asia Dan Indonesia: Trend Merebaknya Budaya Pop Korea, elisa1.ugm.ac.id/files/suray_daryl/ .../hallyu.doc Ria Utari, Hallyu: Kualitas Tinggi Harga Terjangkau, http:// www.beritasatu.com/mobile/hiburan/24905-hallyu-kualitas-tinggi-hargaterjangkau.html South Korea’s pop-cultural exports: Hallyu, yeah! A “Korean wave” washes warmly over Asia, The Economist, Jan 25 2010, http://www.economist.com/node/ 15385735
Penulis: Grace Lestariana Wonoadi adalah staf pengajar Prodi Ilmu Hubungan Internasional, FISIPOL, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; Dr. Cand. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. E-mail: grace_lw808@yahoo.com Taufan Himawan adalah mahasiswa Prodi Ilmu Hubungan Internasional, FISIPOL, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; APIMUNetwork. E-mail: fc_marikomon@hotmail.com
131
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
132
Korea: Kiblat Alternatif Industri Kreatif Indonesia
BAGIAN 3 MAHASISWA INDONESIA MEMANDANG KOREA
133
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
134
Taekwondo dan Mind Set
TAEKWONDO DAN MIND SET Ryan Rifai
Banyak orang Indonesia bertanya mengapa orang Korea cenderung punya etos kerja dan disiplin yang tinggi. Selain itu mereka juga bertanya mengapa orang Korea juga terkenal akan penghargaan mereka terhadap waktu yang jauh lebih efisien dibandingkan dengan orang-orang Indonesia. Tentu saja saya juga mempunyai pertanyaan serupa. Namun, jika kita terus bertanya tanpa ada usaha untuk mencari tahu sebabnya, sama halnya hal itu dengan apa yang sudah kebanyakan orang Indonesia lakukan. Jika itu yang terjadi, maka pertanyaan saya selanjutnya adalah “Terus, kapan majunya?”. Indonesia diciptakan oleh Tuhan dengan segala keindahan dan kemudahan bagi orang-orang yang tinggal di dalamnya. Saking mudahnya hidup di Indonesia sampai-sampai ada sebagian dari masyarakat Indonesia yang melupakan sesuatu yang disebut “berusaha”. Bagaimama mereka itu mau berusaha keras kalau menurut mereka hidup dengan menancapkan sebatang pohon singkong ke dalam tanah itu saja sudah cukup baginya. Nah, sementara itu, orang Korea yang tinggal di sebuah semenanjung di mana tak semua tanahnya setiap tahun dapat ditanami padi dan sayuran, maka mereka harus berusaha memanen padi atau tanaman lain sebelum waktu musim dingin tiba. Itu salah satu contohnya. Jika tidak seperti itu, maka mereka tidak akan mendapatkan bahan makanan selama musim dingin. Yang artinya itu akan sangat menyusahkan dan menyengsarakan mereka sendiri. “Kasihan orang Korea” kata Prof. Yang Seung-Yoon dalam kuliahnya. Namun demikian, kalau perkataan itu datang dari saya, maka akan saya katakan “Berbanggalah orang Korea”. Hal itu tak lain karena kondisi alam mereka yang kurang bagus ternyata telah membuat mereka mau tak mau harus berusaha dengan keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari sinilah, secara tak langsung terbentuklah mind set atau pola pikir bahwa tanpa berusaha keras, seseorang tidak akan dapat bertahan hidup. Situasi itu bukan hanya terpatri dalam urusan
135
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
hal bertahan hidup, namun tertuang dalam hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat Korea itu sendiri. Itu yang saya pelajari. Masyarakat Korea di belahan selatan semenanjung Korea, yaitu mereka yang saat ini dalam hubungan kedua negara telah banyak memberikan pengaruhnya terhadap Indonesia, mampu berkembang pesat dalam bidang ekonomi, sains, dan teknologi. Bagian terakhir inilah yang menjadikan Korea saat ini mempunyai pengaruh yang pengaruh cukup besar di dunia. Sungguh ini adalah hal yang luar biasa jika dilihat dari barbagai kekurangan Korea dibandingkan dengan negara kita, Indonesia. Walaupun apa yang saya tulis ini masih perlu dilihat dari berbagai segi, namun tidak sedikit yang sering menyentil dengan berkata bahwa perbedaan dua hari lebih awal dalam hal memerdekakan dirinya dari belenggu penjajahan jepang, Korea mampu melesat di depan kita saat ini. Dengan segala sumber daya alam yang kita miliki seharusnya kitalah yang melesat kencang jauh meninggalkan peradaban Korea saat ini dan muncul sabagai negara maju di dunia. Inilah tantangan yang harus dijawab oleh generasi muda sekarang dan generasi yang akan datang. Tantangan globalisasi dan semakin menyusutnya sumber daya alam akan menjadi masalah yang harus dipecahkan oleh kita sekarang ini. Tidak hanya sampai di sini, masalah sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan kemakmuran masyarakat juga harus dipikirkan. Menurut saya salah satu upaya efektif untuk memajukan Indonesia dari ketertinggalan adalah dengan membentuk mind set atau pola pikir yang kuat dan pola pikir untuk menjadi sukses. Saya punya pendapat ini karena dari mana kita memulai perubahan jika tidak dimulai dari kita sendiri. Banyak orang yang masih bingung dan tidak tahu bagaimana memulai membentuk pola pikir tersebut. Sebenarnya tidak perlu terlalu dipikirkan karena pola pikir itu pada dasarnya sudah terbentuk sejak kita mulai dapat berbicara dalam bahasa kita sendiri, misalnya. Dalam tulisan inilah saya akan mencoba menuangkan bagaimana mendapatkan pola pikir yang sesuai dengan karakter kita dan tentunya pola pikir yang bisa menjadikan kita berusaha maju. Untuk itulah, dengan latar belakang saya sebagai seseorang yang pernah belajar taekwondo, saya akan mengaitkan tulisan saya dengan bagaimana salah satu olahraga ini telah membantu saya dalam memahami bagaimana Korea dan masyarakat Korea itu sendiri. Taekwondo adalah salah satu seni bela diri yang menjadi olahraga dunia modern yang telah dikembangkan secara bebas selama lebih kurang dua puluh abad di Korea. Karakteristik dasar taekwondo adalah sebagai olahraga pertarungan perkelahian-bebas dengan menggunakan tangan kosong dan
136
Taekwondo dan Mind Set
kaki untuk memukul mundur lawan. Seluruh pergerakannya berdasarkan prinsip semangat untuk bertahan sebagaimana taekwondo dikembangkan sebagai pertahanan terhadap serangan musuh. Dahulu orang menjalankan kehidupan secara sederhana dan sedikit sekali memperhatikan kesehatan jasmaninya sehingga tubuhnya menjadi bungkuk di usia senja. Untuk itulah, selain bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan, taekwondo juga membantu menjaga kesehatan jasmani dan memberikan keseimbangan kepada orang yang melakukannya. Seseorang yang berlatih taekwondo akan meningkat percaya dirinya. Jadi tak hanya dalam segi fisik, tetapi juga dalam disiplin mentalnya. Hal ini karena dia telah mengembangkan teknik-teknik unggulan dengan menjadikan seluruh tubuhnya sebagai senjata, dan dia dengan mudah dapat melawan dan mengalahkan seorang penyerang dengan pergelangan tangan, kepalan, siku, lutut, kaki, atau bagian tubuh lainnya. Hal terpenting mengenai taekwondo sebagai salah satu olahraga seni bela diri adalah bahwa taekwondo tidak hanya untuk pertahanan diri, tetapi juga memberi manfaat luar biasa bagi pelakunya. Kepercayaan diri membuat orang bertingkah laku baik terhadap orang-orang lemah. Mereka berdiri dengan gagah ketika berhadapan dengan lawan, tetapi senantiasa menjunjung tinggi kode etik pertempuran yang fair atau tidak berlebihan dalam bertempur. Latihan taekwondo akan memberikan seseorang bersikap dan bermental rendah hati. Sifat kerendahhatian dan kemurahan-hati merupakan dasar pembentukan kepercayaan pada diri sendiri. Untuk itulah, dalam tulisan saya ini, saya akan memaparkan enam hal yang bisa dipelajari seseorang melalui taekwondo untuk menemukan pola pikir dan sikap diri yang mereka cari.
Bela Diri Saya akui bahwa saya adalah orang yang sedikit menyimpang dan tidak suka dikekang dan hal ini telah menjadi sifat saya. Waktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya tergolong siswa yang sering berkelahi dengan siswa lain. Kenakalan bisa dikatakan adalah bagian dari diri saya bahkan sampai pada saya bersekolah tingkat SMP. Akan tetapi, saat menginjak SMA, saya mulai berubah. Saya merasa terdorong untuk masuk ekstrakurikuler taekwondo. Hal itu didasari pada rasa penasaran saya akan seni bela diri taekwondo. Kenapa olahraga dari Korea ini begitu populer saat itu. Saya berpikir sederhana saja karena berkelahi tak perlu memakai teknik macammacam. Banyak contoh dari dari film-film mandarin zaman dulu yang kebanyakan menampilkan seni beladiri kungfu atau wushu. Untuk itulah, saya
137
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
mulai tertarik untuk mengikuti ekstrakurikuler taekwondo. Satu hal lagi yang perlu saya sampaikan di sini adalah bahwa saya juga kebetulan mantan karateka dan saya ingin mencoba membandingkan karate yang dulu saya pelajari dengan taekwondo. Apa saja yang membuat keduanya berbeda. Pada saat pertama kali saya mengikuti latihan rutin taekwondo, saya tidak terlalu terkejut karena teknik dasar taekwondo ternyata tidak begitu berbeda dengan karate. Ternyata hal itu malah membuat saya malas untuk mengikutinya lagi, karena saya pikir sama saja antara karate dengan taekwondo. Akan tetapi, seiring dengan waktu, lama-lama saya merasa ingin mengikuti latihan rutin taekwondo lagi. Saya tersadar bahwa ternyata teknik yang diajarkan semakin berbeda dengan karate, walaupun ada sebagian kecil yang tetap sama. Hal yang menarik adalah saat saya ditantang sabeomnim saya yang kebetulan perempuan. Kebetulan saat itu saya sedang ingin berkelahi,tetapi pada awalnya saya merasa canggung karena yang menjadi lawan saya adalah perempuan dan saya tidak berani mengeluarkan segenap kekuatan saya. Ronde pertama dimulai. Karena saya masih baru dan belum begitu mengenal teknik, jadi gaya bertanding saya masih kacau dan terlihat begitu lugu. Saat saya mencoba menyerang sabeomnim, dia langsung berbalik dan menendang dada saya sampai saya merasa sesak dan langsung ambruk di tempat. Masih terasa rasa malu saya akan kejadian itu. Kalah karena menyepelekan perempuan. Dari sanalah terbentuk pola pikir saya yang baru, yaitu menghormati orang. Sikap ini penting dan rasa percaya diri saya pun mulai tumbuh seiring dengan sifat rendah diri yang selama ini tidak saya hiraukan. Sekarang semua karakter itu sudah menjadi bagian dari karakter diri saya. Dengan menguasai sebagian kecil teknik taekwondo, saya mulai berpikir bahwa berkelahi adalah sesuatu yang kurang berguna. Saya merasa lebih baik dan lebih senang menggunakan teknik yang saya pelajari di dalam arena pertandingan saja. Dari fase itulah, saya berpikir bahwa taekwondo ternyata sangat berguna bagi pembentukan mental karena kemampuan untuk membela diri memiliki banyak hubungannya dengan kepercayaan diri. Pertahanan diri secara alami adalah produk dari setiap seni bela diri dan merupakan salah satu alasan utama mengapa orang terus berlatih.dari sini saya ingin mengatakan bahwa menemukan jati diri akan berpengaruh terhadap pembentukan pola pikir kita selangkah ke depan.
Kepercayaan Diri Banyak orang dewasa maupun anak-anak memiliki kepercayaan diri yang rendah tak terkecuali saya pada saat itu. Waktu saya masih duduk di SD, saya
138
Taekwondo dan Mind Set
selalu gugup dan malu jika disuruh maju ke depan kelas apalagi jika saya harus melakukan apa yang disuruh oleh guru. Bahkan, sampai saya masuk ke SMA pun rasa gugup dan kurang kurang percaya diri saya masih melekat pada karakter saya. Jika saya nilai diri saya sendiri, saya dulu adalah orang yang payah, terlalu payah untuk memperkenalkan diri saya sendiri kedepan kelas. Hal yang membuat saya merasa malu jika mengingatnya. Saat mengikuti salah satu latihan taekwondo di SMA,saya disuruh oleh sabeomnim untuk mempraktekan rangkaian gerakan dasar pada taekwondo. Sebenarnya tidaklah begitu sulit jika dilakukan bersama-sama. Namun, karena sifat kurang percaya diri saya muncul, gerakan yang saya lakukan selalu salah hingga sabeomnim saya sedikit kesal dengan saya. Akan tetapi, kesalahan yang saya lakukan justru mendorong saya untuk memperbaikinya terus dan terus, sehingga gerakan yang saya lakukan akhirnya baik dan benar. Pada latihan selanjutnya saya ditunjuk lagi oleh sabeomnim untuk mempraktikkan kembali rangkaian gerakan dasar itu. Memang, pada awalnya terasa berat dan susah mengingat gerakan-gerakan tersebut, tapi saya berpikir akan lebih malu jika saya hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Kemudian, saya memulai gerakan awal sampai gerakan terakhir selesai. Hasilnya, hanya sedikit kesalahan yang saya lakukan, jauh lebih sedikit dari pada yang pertama. Dari situlah saya untuk pertama kalinya berani memunculkan diri saya di depan orang banyak. Suatu sikap yang terus berlanjut sampai saat ini. Karakter pemalu saya kemudian lama kelamaan mulai sedikit berkurang dan berganti dengan rasa percaya diri yang sudah melekat erat pada karakter diri saya sekarang. Ini membuktikan bahwa taekwondo juga berfungsi sebagai pembentuk karakter dan pola pikir yang maju. Ini pulalah salah satu alasan utama bagi seseorang untuk mencari cara bagaimana meningkatkan rasa kepercaan diri mereka. Melalui Taekwondo, rasa kepercayaan diri seseorang baik dalam hal fisik maupun mental akan terasah secara bertahap dan pasti. Hal ini karena takkwondo menuntut pelakunya untuk mampu menguasai situasi apapun untuk meraih satu tujuan, yaitu kemenangan.
Disiplin Dulu saya adalah seseorang yang tidak begitu dapat menghargai waktu, bahkan saya cenderung selalu menyepelekannya. Saat pertama kali saya menjadi siswa SMA, saya selalu datang terlambat, bahkan sering tidak masuk sekolah hanya karena terlambat. Kelakuan saya ini sangat diperhatikan oleh guru-guru di sekolah sampai menjadi topik pidato kepala sekolah saat upacara bendera yang setiap hari Senin rutin dilaksanakan. Sampai-sampai saya
139
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
pernah mendapatkan surat panggilan untuk orang tua dari sekolah karena intesitas keterlambatan saya yang termasuk tinggi. Akan tetapi, kelakuan itu hanya berlangsung selama tahun pertama saja. Pada tahun kedua, saya telah resmi menjadi atlit taekwondo di SMA. Dimulai dari rutinitas mengikuti jadual latihan taekwondo dan dimulai dengan belajar sesatu yang baru, saya mulai melihat bahwa taekwondo adalah sesuatu yang menyenangkan. Bisa dikatakan pula bahwa hukuman dari sabeomnim saya juga menjadi salah satu faktor mengapa saya harus berdisiplin, karena hukuman yang diberikan juga di atas rata-rata kewajaran. Tak disangka, itu malah justru menambah rasa suka saya terhadap taekwondo dan memotivasi saya sehingga terbentuk anggapan bahwa taekwondo dan sekolah itu sama-sama menyenangkan. Di sisi lain, sebagai atlit saya juga harus menjaga nama baik taekwondo di mata teman-teman saya. Itulah yang menjadi landasan saya untuk berdisiplin dalam segala aspek, walaupun sampai saat ini saya masih belum bisa disiplin dalam segala hal. Untuk itulah taekwondo tidak hanya berpengaruh pada lingkup kehidupan yang kecil saja, namun juga pada hampir keseluruhan lingkup kehidupan. Pola pikir yang secara otomatis akan terbentuk adalah disiplin karena salah satu unsur penting dalam latihan taekwondo adalah kedisiplinan. Sikap disiplin di sini dapat mencakup beberapa aspek, seperti disiplin waktu, disiplin aturan, disiplin dalam bertanding, dan sebagainya. Dalam setiap organisasi taekwondo diterapkan peraturan-peraturan yang bertujuan untuk membentuk pribadi yang mandiri dalam mengolah waktunya dengan sebaik mungkin. Selain itu, disiplin juga berfungsi untuk meminimalkan segala risiko yang ada pada saat berlatih, ujian kenaikan tingkat, maupun pada saat bertanding. Jadi melalui kegiatan taekwondo, pola pikir disiplin seseorang akan tertancap dalam dan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mental Saya bukan termasuk perokok dan peminum, oleh karena itu tingkat kebugaran saya lebih baik dari pada teman-teman saya yang mengkonsumsi rokok dan minuman keras. Meskipun, bagi kalangan tertentu kedua hal tersebut adalah wajar, tetapi menurut saya keduanya adalah hal yang lebih baik dihindari. Mentalitas di dalam taekwondo adalah hal yang paling menentukan untuk menjadi seorang pemenang walaupun dalam taekwondo tingkat kebugaran fisik seseorang sangat perlu diperhatikan pula. Akan tetapi, tingkat kebugaran tersebut juga harus ditunjang dengan tingkat mentalitas yang tinggi. Suatu hari pada saat saya mendapat kabar bahwa saya akan bertanding untuk
140
Taekwondo dan Mind Set
pertama kalinya di kejuaraan terbuka tingkat provinsi, saya giat berlatih terutama melatih teknik dan meningkatkan kekuatan fisik saya saja. Sampai pada saat hari dimulainya pertandingan, saya merasa tidak nyaman dan jantung saya berdegup lebih kencang dengan tempo lebih cepat dari biasanya. Perasaan seperti ini tentunya sangat mengganggu konsentrasi saya untuk meraih minimal medali perunggu yang telah ditargetkan oleh sabeomnim saya dalam pertandingan itu. Hal itu memaksa saya untuk menguatkan mental saya. Namun, perasaan saya yang terlanjur cenderung tidak karuan itulah yang menyebabkan konsentrasi saya pecah dan menyebar kemanamana. Akibatnya, pada saat saya bertanding, saya tidak bisa menunjukkan hasil yang maksimal. Saya kalah dalam perebutan medali perak. Walaupun target sudah tercapai, saya masih saja menyesali mentalitas saya yang masih rendah. Dari sanalah saya mulai belajar memperbaiki mental dan sifat saya. Saat itulah saya mengambil kesimpulan bahwa pembentukan pola pikir dan mentalitas yang kuat dapat diperoleh dari taekwondo, tergantung sejauh mana pikiran kita untuk mau maju dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian.
Koordinasi Sebagian orang hanya menggunakan satu sisi tubuh mereka untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam taekwondo kita diajarkan untuk menggunakan kedua sisi tubuh dengan cara yang sama sehingga kita dapat meningkatkan keseimbangan dan koordinasi tubuh. Pada awalnya saya hanya bisa menggerakkan dengan baik anggota tubuh bagian kanan saja. Namun, ketika saya belajar taekwondo saya mulai terlatih untuk mangkoordinasikan kedua bagian tubuh saya secara bertahap. Saya pernah ditantang untuk menendang target yang ada di atas kepala teman saya dengan kaki kiri. Hal ini tentunya cukup sulit untuk seorang pemula seperti saya. Bukannya target yang berbunyi keras, malah teriakan teman saya yang terdengar cukup keras sampai keluar ruangan latihan. Apa daya saya, saya pun langsung dihukum oleh sabeomnim. Belum cukup sampai di situ, sabeomnim juga memberi tambahan hukuman sabagai bentuk pertanggungjawaban saya atas apa yang saya perbuat. Hukuman tersebut adalah menendang tembok dengan menggunakan kaki kiri sebanyak seratus kali. “Jackpot� kata saya. Ternyata, bukan hanya saya saja yang mendapat hukuman itu. Salah seorang teman saya juga mendapatkan hukuman yang serupa dan yang lebih serunya pada latihan selanjutnya saya dan salah seorang teman saya itu harus berhasil menendang target di atas kepala teman dengan menggunakan kaki sebelah kiri.
141
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Mulai keesokan harinya saya mulai berlatih menendang menggunakan kaki kiri. Dibandingkan dengan materi yang saya pelajari, menerapkan apa yang saya pelajari adalah hal yang menurut saya jauh lebih sulit. Sudah beberapa kali saya mencoba saya tetap selalu terjatuh dan gagal. Saya nyaris putus asa waktu itu karena sangat sulitnya hal itu. Namun, pikiran saya itu seketika langsung berubah akibat melihat semangat teman saya dalam berlatih. Teman saya berkata bahwa semangat untuk bisa menendang dengan kaki kiri dalam taekwondo perlu sistem koordinasi tubuhnya dengan baik. Bukan masalah bisa atau tidaknya, yang penting kita berusaha dengan sungguh-sungguh terlebih dahulu. Dari sana, saya belajar pola pikir yang lain untuk menjadi seorang yang pantang menyerah. Dengan berbekal itu, saat latihan berikutnya, saya dihadapkan dengan teman saya yang mendapat hukuman sama dengan saya, dan ternyata dia bisa menendang target yang ada di atas kepala saya dengan mudah tanpa menyentuh ujung kepala saya. Jika teman saya bisa, mengapa saya tidak. Tapi, tendangan saya meleset dan teman saya itu langsung mereflek tendangan saya dengan baik. Dari situlah, saya belajar pula bahwa dalam taekwondo diperlukan usaha untuk melatih bagian tubuh kita yang jarang terpakai. Jika kita dapat mengkoordinasikan seluruh bagian tubuh maupun pikiran kita, kita akan dapat mengubah pola pikir kita dengan tepat dan cepat. Sehingga kemajuan bagi diri kita dapat diraih dengan maksimal dan cepat.
Tanggung Jawab Menjadi seorang atlit taekwondo adalah hal yang bagi saya luar biasa karena dari sini saya sanggup membanggakan kedua orang tua saya dengan berbagai prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Dalam suatu kesempatan saya diwajibkan untuk mengikuti latihan di dojang lain karena saya lolos seleksi tingkat daerah dan harus mengikuti program latihan khusus di sana. Walaupun sabeomnim selalu tegas dan terkadang kasar yang membuat beberapa rekan tidak nyaman dan mendapat tekanan, namun saya belajar bahwa dari sana pun saya belajar apa itu tanggung jawab. Apalagi, tanggung jawab guna mengharumkan nama daerah dalam pekan olahraga pelajar tingkat provinsi (PORPROV). Demi itulah, di tengah tekanan yang keras ada kalanya saya ingin menyerah dan keluar dari program latihan tersebut dan tidak mengikuti kejuaraan resmi tersebut. Tetapi, melihat harapan kedua orang tua saya yang begitu besar untuk kemenangan saya dan kepada daerah asal tempat tinggal saya, motivasi saya bertambah dan menganggap tekanan yang saya dapatkan adalah tak ada apa-apanya. Walaupun pada akhirnya saya tidak dapat meraih
142
Taekwondo dan Mind Set
medali apapun dalam kejuaraan itu, saya sudah belajar bertanggung jawab terhadap apa yang saya lakukan. Banyak dari teman saya juga merasakan hal tersebut dan kebanyakan dari mereka dapat bertanggung jawab minimal atas diri mereka sendiri. Dalam dunia taekwondo, seorang taekwondoin harus siap menjalani segala konsekuensinya, tidak terkecuali loyalitas terhadap perguruan dan lembaga yang menaungi organisasi taekwondo sampai tingkat terkecil. Pola pikir yang tidak secara langsung akan kita dapatkan adalah berani bertanggung jawab atas segala tindakan yang kita ambil, menjadikan kita pribadi yang dapat dipercaya di lingkungan kita. Sebenarnya masih banyak lagi pola pikir yang dapat didapatkan dari seni bela diri Korea ini. Satu hal yang ingin saya tegaskan adalah bahwa kemauan untuk terus maju, menjadi cerdas, berlatih disiplin, dan belajar bertanggung jawab adalah sikap dan pola pikir yang dapat membantu dalam meraih kesuksesan. Seperti dalam pepatah yang mengatakan bahwa dalam raga yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Itu artinya tingkat keberhasilan seseorang dalam memprogram pola pikirnya sendiri secara efektif dan mampu mempengaruhi lingkungannya itu dikarenakan tubuhnya banyak melakukan aktifitas di luar kebiasaan sehingga organ-organ dalam tubuh tersebut sering dilatih dan jarang mengalami kerusakan sehingga kinerjanya masih lebih bagus dibandingkan dengan seseorang yang jarang beraktifitas seperti berolahraga. Dalam hal ini, olah raga yang dimaksudkan adalah taekwondo. Berbagai macam materi yang ada dalam taekwondo seperti teknik dasar, teknik bertanding kyoruki, teknik poomsae, dan lain sebagainya mempunyai fungsi dan peranan masing-masing dalam pembentukan pola pikir orang yang melakukan kegiatan olahraga taekwondo. Saya jarang melihat adanya seorang taekwondoin yang mempunyai pola pikir sederhana dan karakter yang kurang maju bagi dirinya sendiri. Bahkan dari sisi keorganisasian taekwondo pun terlihat adanya fungsi organisatoris yang memastikan pelakunya untuk terus berpola pikir baik dan tentunya maju. Melihat keenam pelajaran berharga dari pengalaman menjadi seorang taekwondoin, saya melihat bahwa budaya Korea yang melatarbelakangi terbentuknya olah raga taekwondo ini adalah suatu budaya di mana orangorangnya memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi serta etos kerja yang baik. Kemajuan negara Korea di berbagai bidang, terutama ekonomi, budaya, sains, dan teknologi pastilah terkait dalam beberapa segi dengan sifat orang Korea yang—dalam kacamata saya sebagai seorang taekwondoin—selalu memegang teguh disiplin dan etos kerjanya. Dari negara yang terobek karena
143
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
perang saudara, Korea telah berhasil menjadi negara yang berhasil bangkit dan menjadi salah satu negara yang maju di dunia. Inilah bagaimana taekwondo dan pola pikir terkait satu dengan lainnya dalam hal mengubah sikap seseorang. Di sini taekwondo tentulah dilihat sebagai olah-raga bela diri yang lahir di tengah bangsa Korea yang saat ini menjadi negara maju dengan pola pikir masyarakatnya telah membantu negaranya menjadi negara yang kita kenal seperti saat ini. Dari apa yang saya pelajari mengenai taekwondo, saya telah belajar dari bagaimana taekwondo dapat membantu mengubah pola pikir ke arah kemajuan. Inilah salah satu cara saya memandang Korea yang maju saat ini melalui pengalaman saya langsung dengan belajar taekwondo yang menjadi kebanggaan bangsa Korea.
Referensi Yang, Seung-Yoon. 2009. Kebudayaan Korea: Tanah dan Lingkup Hidup. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Situs http://zztkdteam.wordpress.com/2009/10/14/manfaat-berlatih-taekwondo/ http://rosipradita.blogspot.com/2009/05/manfaat-tae-kwon-do.html http://taekwondonesia.blogspot.com/2010/07/manfaat-taekwondo.html http://hamidzic.wordpress.com/tag/kenapa-harus-taekwondo/
Penulis: Ryan Rifai adalah mahasiswa di Program Studi Bahasa Korea, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. E-mail: ryanrifai2@gmail.com
144
Dialek (Saturi) di Korea Selatan pada Era Modern
DIALEK (SATURI) DI KOREA SELATAN PADA ERA MODERN Risa Rizkia
Pendahuluan “Kami Putra Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.� Kalimat di atas adalah kutipan janji Sumpah Pemuda yang diutarakan oleh Muh.Yamin beserta para pemuda-pemudi Indonesia pada Kongres Pemuda tertanggal 28 Oktober 1928. Dari kutipan tersebut dapat diambil satu kesimpulan bahwa bahasa adalah salah satu unsur terpenting dari keberadaan sebuah negara. Tanpa adanya bahasa maka sebuah negara tak akan menjadi sebuah kesatuan yang utuh, karena pada dasarnya bahasa adalah unsur pemersatu di dalam sebuah negara. Dalam pengertian secara umum, bahasa dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan gagasan, ide ataupun pendapat yang dimiliki oleh seseorang kepada orang lain. Bahasa yang ada di pelosok dunia memang sangat beragam, hal ini terkait dengan banyaknya negara yang masing-masing memiliki bahasa tersendiri. Termasuk di antaranya adalah negara Korea yang memiliki bahasanya sendiri, yaitu bahasa Korea atau dikenal dengan (hangugo). Dewasa ini, perkembangan bahasa Korea sangatlah cepat. Hal itu tak terlepas dari keberadaan Hallyu yang kini terus menjamah hampir ke seluruh penjuru dunia dan membuat para penggemarnya ingin mengetahui kebudayaan asal dari sang idola, salah satunya adalah dengan mempelajari bahasa Korea. Hal ini membuat bahasa Korea semakin banyak dipelajari oleh berbagai orang dari berbagai negara. Selain itu, bahasa Korea beserta huruf Hangeulnya juga mudah dipelajari karena setiap huruf vokal dan konsonannya memiliki ciri khas sehingga terkadang mudah dan terkadang sulit tergantung dari pembelajarnya. Namun inilah tantangan yang membuat bahasa ini semakin menarik untuk dipelajari. Namun di balik semua keistimewaan dari
145
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
segi bahasa, Korea tetap memiliki nilai kebudayaan yang terkait erat dengan unsur kedaerahan. Tak ubahnya seperti Indonesia, Korea juga memiliki dialek bahasa Korea yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan jati diri dan eksistensi kekhasan daerah masing-masing. Ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pembelajar bahasa Korea. Namun, tentu saja, bahasa yang digunakan di Korea tetap dapat disebut dengan satu bahasa, yaitu bahasa Korea itu sendiri. Bahasa Korea digunakan sebagai bahasa utama oleh kedua belah pihak negara, baik Korea Utara dan Korea Selatan. Pada umumnya, masyarakat Korea Selatan menggunakan saturi ( ) atau dialek sebagai salah satu ciri untuk membedakan keberadaan daerah antara satu wilayah dengan wilayah lainnya sekaligus untuk mengetahui dari daerah mana seseorang berasal. Tulisan ini menjelaskan mengenai perkembangan dialek daerah atau saturi ( ) di tengah masa globalisasi atau era modern yang kini tengah dialami oleh Korea Selatan.
Perkembangan Saturi di Era Modern Pengertian Saturi Bahasa Korea adalah bahasa utama yang digunakan di Korea, baik di daerah Korea Selatan maupun Korea Utara. Korea menggunakan sistem penulisan huruf atau aksara yang diperkenalkan oleh Raja Sejong dan beberapa ilmuwan lainnya pada zaman Joseon di tahun 1443. Aksara Korea itu kini lebih dikenal dengan nama Hangeul ( ). Namun untuk menunjukkan ciri khas bahasa Korea yang ada di Korea itu, setiap daerah dengan daerah lainnya dalam masyarakat Korea menggunakan dialek atau saturi ( ) sebagai satu dari sekian banyak cara untuk merefleksikan hal tersebut. Saturi yang ada di Korea Selatan sangatlah beragam. Saturi tersebut dibagi berdasarkan provinsi yang membatasinya. Berikut adalah gambaran mengenai saturi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya di berbagai daerah di Korea.
146
Dialek (Saturi) di Korea Selatan pada Era Modern
Provinsi-provinsi tersebut di antaranya adalah: Provinsi
Hangul
Ibukota
Dialek yang digunakan
Chungcheong
충청도
Gongju
Dialek Chungcheong
Gangwon
강원도
Wonju
Dialek Gangwon
Gyeonggi
경기도
Seoul
Dialek Seoul
Gyeongsang
경상도
Daegu
Dialek Gyeongsang
Hamgyeong
함경도
Hamhung
Dialek Hamgyeong
Hwanghae
황해도
Haeju
Dialek Hwanghae
Jeolla
전라도
Jeonju
Dialek Jeolla atau Jeju
Pyeongan
평안도
Pyeongyang
Dialek Pyeongan
Sumber : Wikipedia/Koreandialect
Pada dasarnya, Korea Selatan memiliki dialek-dialek yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Hal itu dikarenakan setiap dialek tetap menggunakan bahasa Korea sebagai dasar kalimat, hanya saja terdapat beberapa unsur partikel kalimat yang berbeda di tiap daerah. Selain unsur partikel kalimat, hal lain yang membedakan dialek tersebut adalah intonasi pengucapan. Secara umum, saturi adalah aksen atau dialek yang dimiliki oleh para penduduk lokal dari tiap daerah yang tersebar di seluruh penjuru Korea. Namun seiring perkembangan zaman, pengertian saturi kini telah bergeser menjadi bahasa tidak baku (non-formal) yang digunakan di beberapa daerah. Sebagai contoh kasus, dialek yang digunakan di Seoul sangatlah berbeda dengan dialek yang digunakan di Provinsi Gyeongsang. Hal itu terkadang membuat beberapa orang yang bukan berasal dari daerah dengan dialek tersebut akan sedikit sulit untuk memahami kalimat yang diucapkan. Namun untuk daerah yang berada dalam wilayah yang sama, hal yang membedakan antara satu dengan yang lainnya adalah intonasi pengucapan. Contohnya adalah intonasi pengucapan antara daerah Daegu dengan daerah Busan. Biarpun kedua daerah itu berada di wilayah yang sama, yaitu provinsi Gyeongsang, tetapi intonasi pengucapan di antara kedua daerah tersebut sangatlah berbeda. Untuk daerah Daegu, masyarakat lokal cenderung berbicara dengan suara lantang dan berkesan tegas. Sedangkan untuk daerah Busan, masyarakat lokal lebih sering berbicara dengan nada halus dan lembut. Sementara itu, daerah pulau Jeju memiliki dialek yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan daerah lainnya yang tersebar di Korea. Hal ini mengakibatkan dialek Jeju kurang dapat dimengerti oleh banyak orang, termasuk oleh orang Korea sendiri.
147
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Dialek di pulau Jeju memang sempat terpengaruh oleh beberapa bahasa dunia lainnya, yaitu bahasa Mongol, bahasa Cina, bahasa Jepang, dan bahasa Manchu. Maka tidak mengherankan jika banyak orang yang kesulitan untuk mengartikan kalimat yang diucapkan oleh penduduk lokal dari Pulau Jeju, mengingat kata-kata dari dialek Jeju tidak terdapat sangkut pautnya dengan bahasa Korea yang kebanyakan terpengaruh oleh dialek Seoul. Mengambil satu contoh kasus dari aktifitas sehari-hari adalah ucapan selamat datang. Untuk daerah Seoul dan kebanyakan provinsi lainnya, masyarakat lokal mengucapkan selamat datang dengan “ ” (eoso oseyo). Sedangkan bagi masyarakat lokal di pulau Jeju, mereka mengatakannya dengan “ ” (honjeo opseoye).
Perkembangan Saturi dari Waktu ke Waktu Jika dicermati secara lebih teliti, saturi merupakan salah satu dari unsur kebudayaan Korea yang seharusnya dilestarikan keberadaannya supaya tidak punah dan hilang ditelan oleh perkembangan zaman. Namun pada kenyataannya, Korea juga memiliki masalah yang sama dengan negara lainnya, yaitu efek globalisasi yang membuat semua aspek negeri juga ikut berubah menyesuaikan seiring dengan perkembangan zaman. Dewasa ini, Korea Selatan dikenal sebagai salah satu dari negara maju. Setelah berhasil membangun keadaan ekonomi negara dengan berada di posisi ke 14 perekonomian terbesar di seluruh dunia dan juga di urutan ke 3 se-Asia, Korea Selatan juga mulai menaikkan prestasi negaranya dengan berbagai macam aspek lain yang dimiliki oleh mereka. Korea Selatan berhasil menunjukkan kehebatannya dalam hal olahraga dengan mengangkat nama Kim Yu Na (figure skater -- peraih medali emas Winter Olympic 2010), Jang Mi Ran (atlet angkat besi — juara dunia Asian Games GuangZhou 2010), dan Park Ji Sung (first squad Manchester United). Selain itu, Korea Selatan juga terkenal dengan fashion-trendsetter dan semakin didukung dengan adanya Hallyu. Tak perlu diragukan lagi, dua hal ini sedang menjadi trendsetter hampir di seluruh penjuru dunia. Namun di tengah semua kemajuan yang ada, negara Korea Selatan masih dibayangi oleh satu masalah besar yaitu ancaman kelestarian kebudayaannya. Menurut penelitian sederhana yang telah dilakukan secara amat sederhana, kami bertanya pada 10 orang narasumber dan memberikan satu pertanyaan : “Hal apa sajakah yang Anda ketahui tentang Korea Selatan?”. Hasil akhirnya adalah 8 di antara 10 narasumber menjawab beberapa kebudayaan yang memang umum dikenal di Korea Selatan, yaitu : hanbok, hallyu, kimchi, dan berbagai makanan khas Korea lainnya. Namun tak ada
148
Dialek (Saturi) di Korea Selatan pada Era Modern
satu pun dari narasumber yang menuliskan saturi sebagai salah satu bagian dari kebudayaan Korea. Padahal di satu sisi, saturi adalah salah satu hal yang berfungsi sebagai bahasa pemersatu di berbagai daerah dan hal tersebut tak kalah pentingnya dengan berbagai jawaban yang telah narasumber tersebut jawab di pertanyaan sebelumnya. Mengapa banyak orang asing yang tidak mengetahui saturi sebagai salah satu bagian dari kebudayaan Korea Selatan? Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor masyarakat Korea Selatan dalam menanggapi keberadaan saturi tersebut. Beberapa alasan-alasan tersebut di antaranya adalah: Terdapat sebagian orang Korea yang menganggap saturi sebagai hal yang memalukan. Pada dasarnya, Korea Selatan memiliki ruang lingkup yang sama seperti negara lainnya. Di Korea Selatan masih banyak terdapat batas kesenjangan antara daerah yang dikenal sebagai pusat kehidupan dengan daerah yang hanya berada di pinggir semenanjung. Jika di Indonesia, Jakarta dikenal sebagai kota metropolitan. Maka, dalam wacana Korea Selatan pun tak ubahnya seperti begitu. Seoul dianggap sebagai kota elit di mana hanya orang dengan pergaulan yang luas dan memiliki tingkat kepintaran tertentu yang dipandang dapat berada di sana. Bagi masyarakat Korea Selatan yang tinggal di Seoul, berbicara dengan menggunakan saturi secara tidak langsung menunjukkan bahwa orang tersebut bukan berasal dari Seoul. Kebanyakan penduduk yang tinggal di daerah Seoul menganggap bahwa saturi adalah sebuah hal yang lucu dan tak biasa bagi mereka, maka tidak mengherankan jika mereka tertawa saat mendengar seseorang berbicara dengan saturi. Dengan alasan ini, maka banyak orang yang berasal dari daerah pinggir semenanjung ataupun daerah lainnya mulai berusaha untuk menanggalkan aksen saturi yang mereka miliki sejak awal. Tujuan awalnya adalah supaya posisi mereka tidak terlihat berbeda dengan masyarakat Seoul yang dikenal sebagai ‘orang yang cerdas’ dan ‘memiliki pergaulan yang luas’. Namun jika terus dibiarkan, peristiwa seperti ini akan mengakibatkan satu hal yang fatal. Jika seseorang telah berhasil untuk menanggalkan aksen saturi yang dia miliki hanya untuk mengubah diri supaya tidak dianggap berbeda, bagaimana bisa keragaman dialek yang dimiliki oleh Korea akan terus berlanjut?
Kurangnya kesadaran generasi muda untuk mempelajari saturi. Saturi yang ada di Korea sangatlah beragam dan setiap wilayah daerah memiliki ciri khasnya tersendiri. Dalam saturi yang berasal daerah Gyeongsang, tiap kalimat saturi dibedakan kedalam dua jenis: pertanyaan yang
149
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
dijawab dengan “Ya” atau “Tidak” dan pertanyaan yang bersifat identifikasi (siapa – apa – kapan – di mana – mengapa – bagaimana). Dalam percakapan terhadap teman sebaya (informal), masyarakat lokal dari wilayah Gyeongsang cenderung untuk menggunakan partikel dengan akhiran kata a ( ) sebagai akhiran untuk pertanyaan “Ya” atau “Tidak”, dan menggunakan partikel dengan akhiran kata o ( ) sebagai akhiran dari pertanyaan identifikasi. Di sisi lain, masyarakat lokal daerah Seoul menggunakan partikel dengan akhiran kata i ( ) sebagai akhiran untuk pertanyaan “Ya” atau “Tidak”, dan menggunakan partikel dengan akhiran kata eo ( ) sebagai akhiran dari pertanyaan identifikasi. Tak ada perubahaan maupun perbedaan dalam bentuk kata yang membentuk kalimat, hanya saja ada sedikit perbedaan di akhir kalimat tersebut. Contoh kalimat untuk pertanyaan “Ya” atau “Tidak” adalah : Provinsi Gyeongsang (Busan, Daegu, dll) : “ ?” (Bap mugeutna?) — ‘Sudah makan nasi?’ Provinsi Gyeonggi (Seoul) : “ ?” (Bap meogeotni?) – ‘Sudah makan nasi?’
Contoh kalimat untuk pertanyaan yang bersifat identifikasi adalah: Provinsi Gyeongsang (Busan, Daegu, dll) : “ ?” (Mwohaetna?) – ‘Apa yang sudah kamu lakukan?’ Provinsi Gyeonggi (Seoul) :” ?” (Mwohaetni?) – ‘Apa yang sudah kamu lakukan?’
Daerah pulau Jeju dikenal sebagai daerah yang memiliki saturi paling berbeda di antara daerah lainnya. Saturi yang digunakan di pulau Jeju tidak memiliki satu ketentuan khusus untuk membentuk satu kata maupun kalimat, semuanya berdasarkan bahasa yang merupakan warisan turun temurun dari penduduk lokal di daerah Jeju. Sayangnya di pulau Jeju hanya terdapat kurang dari 10.000 penduduk yang fasih berbicara dalam dialek Jeju dan jumlah itu semakin berkurang karena populasi masyarakat Jeju yang semakin menipis. Rata-rata kumpulan populasi ini adalah para lanjut usia (lansia) yang lahir sekitar tahun 1950 sehingga tak banyak di antara mereka yang masih bisa berkomunikasi dengan para generasi muda untuk mewariskan dialek Jejunya. Pada bulan Januari 2011, United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sudah memasukkan dialek Jeju sebagai dialek yang berpotensi punah keberadaannya. Keadaan ini sama halnya dengan berbagai daerah lain, yaitu bahasa-bahasa daerah dari Indonesia, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko. Negara-negara ini memiliki kekayaan ragam bahasa namun beragam bahasa yang terancam punah.
150
Dialek (Saturi) di Korea Selatan pada Era Modern
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap keberadaan saturi sebagai bagian dari keberagaman kebudayaan Korea. Tak ada yang tidak mengetahui bentuk Hanbok, pakaian tradisional masyarakat Korea. Tak ada pula yang tak mengenal Kimchi atau Bulgogi, makanan khas negara Korea. Banyak pula yang mengetahui di mana letak Lotte World, tempat wisata paling terkenal di Korea. Dalam kaitan dengan K-Pop, tak ada yang tak mengenal 2PM, Wonder Girls, Dong Bang Shin Ki, Super Junior, Bigbang maupun Girls’ Generation, pelopor Hallyu dari Korea yang kini menjadi idola setiap orang. Akan tetapi, jika mengangkat tema mengenai saturi, maka dapat dipastikan akan jarang orang yang mengaku bahwa ia mengerti dan paham mengenai hal ini. Berbeda jika topik mengenai hanbok, makanan tradisional Korea maupun Hallyu yang diangkat ke permukaan, akan ada banyak orang yang paham bahkan dapat menjelaskannya secara fasih. Semua orang mengetahui hanbok, makanan tradisional Korea maupun hallyu karena adanya peran pemerintah dalam mempromosikan setiap hal tersebut. Ditambah lagi, semua hal itu dapat dipromosikan secara lebih mudah dan efektif dalam menarik perhatian maupun minat turis untuk berkunjung ke Korea. Tak bisa dipungkiri bahwa setiap pemerintah pasti menginginkan untuk memperkenalkan budaya negaranya kepada khalayak luas sekaligus mendapatkan devisa dari setiap turis yang datang ke negaranya, dapat dikatakan bahwa sistem ini adalah “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampauiâ€?. Lotte World, hanbok, makanan tradisional maupun Hallyu semua hal itu bersifat visual atau dapat dideskripsikan dengan hanya menggunakan indera penglihatan saja. Berbeda dengan saturi yang harus dideskripsikan secara lebih mendetail dan membutuhkan bantuan panca indera lainnya, tidak hanya penglihatan. Hal itulah yang membuat saturi tidak begitu menarik perhatian khalayak luas atau publik di luar Korea. ď Ž
Keberadaan Saturi di Korea pada Masa Kini Pada masa kini Korea Selatan telah dikenal sebagai negara yang menganut paham demokrasi. Sebagaimana yang sudah diketahui, negara yang menganut paham demokrasi selalu memberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat kepada setiap rakyatnya, begitu pun dengan Korea Selatan. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Korea Selatan mulai dapat menerima saturi sebagai satu dari keberagaman budaya Korea yang harus dilestarikan dengan sebaik-baiknya. Anggapan orang-orang mengenai saturi pun lambat laun mulai mengalami pergeseran secara signifikan ke arah yang positif. Jika pada awalnya orang-orang menganggap saturi sebagai suatu hal yang memalukan dan ter-
151
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
kesan kampungan, maka kini setiap orang beranggapan bahwa saturi adalah hal yang menarik dan lucu sekaligus menyenangkan untuk didengarkan. Hal ini adalah hal yang positif dan memang sudah seharusnya terjadi sejak awal. Karena sesungguhnya saturi tidak menunjukkan bahwa seseorang terlihat memalukan ataupun tidak berpendidikan saat menggunakannya. Saturi adalah ciri khas yang dimiliki seseorang untuk menunjukkan asal usul eksistensi tempat dirinya dilahirkan dan dibesarkan. Selain itu, kini warga yang berada dalam posisi mayoritas (warga dari provinsi Gyeonggi) mulai memberikan kesempatan kepada para minoritas (warga dari berbagai provinsi selain Gyeonggi) untuk dapat bergabung tanpa harus merubah nilai kedaerahan yang mereka miliki. Hal ini bisa kita lihat pada perkembangan Hallyu yang semakin menanjak dari waktu ke waktu. Tak bisa dipungkiri bahwa perkembangan keberadaan saturi dapat meningkat karena peran dari para artis tersebut. Contohnya adalah Kang Ho Dong, dia dikenal sebagai MC terkenal di Korea Selatan dan mempunyai banyak acara talkshow ternama di Korea. Namun, tak ada yang menyangka bahwa Kang Ho Dong ternyata memiliki tingkat kefasihan saturi yang sangat kental setiap kali ia sedang berbicara. Hal ini justru semakin membuat orang-orang menyukai bakatnya dalam memandu sebuah acara sehingga tidak begitu mempedulikan mengenai saturinya tersebut. Sebuah contoh lagi yang bisa disebutkan adalah adanya penggunaan saturi dalam acara semacam Gag Concert atau acara komedi-komedi di dunia pertelevisian Korea yang dengan sengaja memasukkan unsur-unsur saturi sebagai bahan komedi. Bukan berarti memojokkan, namun dilihat dari perkembangan dunia hiburan, hal ini justru menaikkan pamor saturi itu sendiri. Hal senada juga terjadi kepada dua anggota dari grup yang berada di bawah naungan JYP Entertainment, 2PM Kim Junsu dan 2PM Jang Wooyoung. Mereka berdua selalu membanggakan daerah asal mereka, yaitu Daegu dan Busan yang berada di provinsi Gyeongsang. Seringkali mereka berbicara dengan menggunakan saturi yang kental dalam berbagai kesempatan. Hal itu tak jarang membuat para penggemar dari grup 2PM menjadi penasaran mengenai dua daerah tersebut dan akhirnya tertarik untuk mengetahui mengenai lebih lanjut mengenai saturi. Hal tersebut secara tidak langsung membantu berbagai pihak untuk dapat mewariskan saturi secara turun temurun dan mencegah saturi punah ditelan oleh zaman.
Penutup Bahasa adalah satu dari beragam cara untuk menunjukkan identitas suatu bangsa di hadapan negara lain. Sedangkan di sisi lain, unsur kedaerah-
152
Dialek (Saturi) di Korea Selatan pada Era Modern
an juga tak kalah penting keberadaannya untuk menunjukkan sebagaimana kuatnya fondasi kebangsaan sebuah negara. Maka dari itu, bahasa daerah dan dialek suatu bahasa adalah hal penting yang terkait dengan dua hal utama tersebut. Pada awalnya di negara Korea Selatan, saturi dianggap sebagai hal yang menunjukkan posisi seseorang dalam pandangan yang kurang mendukung. Namun lama kelamaan seiring perkembangan zaman, masyarakat Korea mulai berpikir positif dan menjangkau pemikiran secara luas. Dewasa ini, orang-orang berpikir bahwa saturi bukan lagi sebuah alasan untuk menilai tingkat pendidikan seseorang. Saturi kini dianggap sebagai ciri khas yang dimiliki seseorang untuk menunjukkan eksistensi atau tempat lahirnya berada. Masyarakat Korea Selatan berhasil mengubah pola pemikirannya ke arah yang lebih positif dibandingkan sebelumnya. Hal itu mereka lakukan karena kepedulian terhadap kelestarian kebudayaan negaranya. Negara kita pun juga terus dan berusaha menjaga kasus semacam ini dalam kancah perkembangan bahasa Indonesia di tengah arus globalisasi dan di dalam wacana menghilangnya bahasa-bahasa daerah. Indonesia memiliki lebih banyak bahasa daerah, namun pada kenyataannya selalu terlihat kesenjangan jika satu bahasa dipertemukan dengan bahasa lain. Dalam masyarakat Indonesia masih ada sebagian banyak orang yang masih menganggap bahwa logat daerah yang dimiliki oleh tiap penduduk lokal dari daerah terpencil sebagai hal yang memalukan. Dengan adanya sedikit ulasan mengenai saturi ini, penulis berharap agar pemerintah ataupun rakyat Indonesia, terutama para generasi mudanya untuk dapat terus menjaga nilai kedaerahaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, khususnya untuk bahasa daerah beserta dialeknya karena bahasa adalah alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan bermasyarakat yang sekaligus mencirikan identitas diri seseorang atau suatu bangsa.
Referensi Jeju dialek : http://en.wikipedia.org/wiki/Jeju_dialect Gyeongsang dialek : http://en.wikipedia.org/wiki/Gyeongsang_dialect Seoul dialek : http://en.wikipedia.org/wiki/Seoul_dialect Eight Provinces of Korea : http://en.wikipedia.org/wiki/Eight_Provinces_of_Korea
Penulis: Risa Rizkia adalah mahasiswa di Program Studi Korea, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. E-mail: icha_chachichu@yahoo.com
153
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
KOREAN POP DI INDONESIA: DESKRIPSI DAN DAMPAK SOSIALNYA Endang Dwi Hastuti, Nurul Siskawati, Toki Yulinovita, Ulinu Hayil
Korean Wave dan K-Pop Korea Selatan, sebagai salah satu negara di Asia Timur, memiliki pengaruh cukup signifikan pada negara-negara Asia lainnya dalam bidang ekonomi, pendidikan dan budaya, khususnya hiburan. Negara yang beribukota di Seoul ini mampu menggebrak dunia di abad ke-21 ini melalui dunia entertainment dengan Korean Wave nya. Korean Wave adalah gelombang budaya, musik, film dan segala sesuatu tentang Korea yang menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Salah satu bentuk Korean Wave yang sedang tren di Asia adalah musik Korea yang biasa disebut Korean Pop atau K-Pop. K-Pop adalah genre musik pop modern dan sedang digemari tidak hanya terjadi di Korea saja tetapi di negara-negara lain juga termasuk Indonesia. Penulis sengaja memilih tema K-pop ini karena K-pop sedang populer di Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Musiknya yang dinamis serta penampilan fisik dan tarian yang memukau mampu menghipnotis remajaremaja di Indonesia. Penulis di sini berusaha mendeskripsikan tentang KPop serta dampak sosialnya bagi Indonesia, khususnya bagi perkembangan musik dan penampilan para remaja. Dalam hal pengumpulan data, penulis menggunakan metode studi pustaka melalui baik melalui bahan tertulis seperti buku dan majalah maupun media online (internet). Penulis juga melakukan wawancara dengan mahasiswa Korea yang ada di Semarang.
Deskripsi Sejarah K-Pop K-pop atau Korean pop adalah jenis musik popular yang berasal dari Korea Selatan. Musik pop Korea pra-modern pertama kali muncul pada tahun 1930-an akibat masuknya musik pop jepang yang juga turut mempengaruhi
154
Korean Pop di Indonesia: Deskripsi dan Dampak Sosialnya
unsur-unsur awal musik pop di Korea. Penjajahan jepang atas Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukan musik yang diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Musik Pop Korea awalnya terbagi menjadi genre yang berbedabeda, pertama adalah genre “oldies” yang dipengaruhi musik barat dan popular di era 60-an. Pada tahun 1970-an, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil. Genre lain yang cukup digemari adalah musik trot yang dipengruhi gaya musik enka dari Jepang. Debut penampilan kelompok Seo Taiji and Boys yang beranggotakan tiga orang pada tahun 1992 menandakan awal mula musik pop modern di Korea yang memberi warna baru dengan aliran musik rap, rock, techno Amerika. Suksesnya grup Seo taiji and Boys diikuti grup musik lain seperti Panic dan Deux. Tren musik ini turut melahirkan banyak grup musik dan musisi berkualitas lain hingga seperti sekarang. Musik pop decade 90-an cenderung beraliran dance dan hip hop. Pasar utamanya adalah remaja sehingga decade ini muncul banyak grup “teen idol” yang sangat digilai seperti CLON, H.O.T, Sechs Kies, S.E.S dan G.O.D. Kebanyakan dari kelompok musik ini sudah bubar dan anggotanya bersolo karier. Di tahun 2000-an pendatang-pendatang baru berbakat mulai bermunculan. Aliran musik R&B serta Hip-Hop yang berkiblat ke Amerika mencetak artis-artis semacam MC Mong, 1TYM, Rain, Big Bang, yang cukup sukses di Korea dan luar negeri. Beberapa artis underground seperti Drunken Tiger, Tasha (Yoon Mi-rae) juga memopulerkan warna musik kulit hitam tersebut. Musik rock masih tetap digemari di Korea ditambah dengan kembalinya Seo Taiji yang bersolo karier menjadi musisi rock serta Yoon Do Hyun Band yang sering menyanyikan lagu-lagu tentang nasionalisme dan kecintaan terhadap negara. Musik techno memberi nuansa modern yang tidak hanya disukai di Korea saja, penyanyi Lee Jung-hyundan Kim Hyun-jung bahkan mendapat pengakuan di Cina dan Jepang. Musik balada masih tetap memiliki pendengar yang paling banyak di Korea. Musik balada Korea umumnya dikenal dengan lirik sedih tentang percintaan, seperti yang dibawakan oleh Baek Ji Young, KCM, SG Wannabe, dan sebagainya. Musik balada umumnya digemari karena sering dijadikan soundtrack drama-drama televisi terkenal seperti Winter Sonata, Sorry I Love You, Stairway to Heaven dan sebagainya. Berbagai artis Korea meraih kesuksesan di dunia internasional seperti BoA yang menembus Jepang dan digemari di banyak negara. Kemudian artis-artis lain seperti Rain, Se7en, Shinhwa, Ryu Shi-won, dan sebagainya berlomba-lomba untuk menaklukkan pasar musik di Jepang. Rain tercatat
155
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
sebagai artis Asia pertama yang mengadakan konser internasional bertajuk RAINY DAY 2005 Tour, di Madison Square Garden.
Boyband dan Girlband
Terbentuknya sebuah boyband ataupun girlband di Korea bukanlah merupakan suatu proses yang singkat dan mudah. Oleh karena itu, tidak mengejutkan bahwa perusahaan agensi Korea mengutamakan pemilihan anggotaanggota boyband dan girlband dengan memilih para remaja yang masih berusia belia. Hal ini agar mereka bisa dilatih dan dibina dalam jangka waktu yang panjang, sehingga menjadi seorang entertainer yang professional dalam bidangnya. Perusahaan-perusahaan agensi artis di negara Korea pada awalnya hanya mengadakan proses pencarian bakat di dalam negeri (hanya di negara Korea) dengan mengadakan audisi secara langsung maupun melalui contoh video unjuk kemampuan peserta. Namun beberapa tahun terakhir ini mereka berbondong-bondong untuk menyelenggarakan ajang pencarian bakat secara global (di luar negara Korea) juga. Dimulai dengan perusahaan SM Entertainment pada tahun 2006 yang sudah memulai pencarian bakat secara global melalui program audisi mereka yaitu “SM Entertainment Global Audition”. Program audisi penjaringan bakat untuk artis Korea diselenggarakan secara langsung di negara Korea dan Amerika secara rutin dan negara Asia lainnya secara temporer. Bagi remaja yang tinggal di luar area audisi tersebut, mereka juga memberikan kesempatan untuk mengikuti audisi dengan cara mengirimkan contoh video unjuk bakat mereka. Program pencarian bakat secara global tersebut juga diikuti oleh perusahaan agensi lain yaitu JYP Entertainment yang juga menyelenggarakan audisi di Amerika dan Asia sejak beberapa tahun yang lalu dan mulai tahun Desember 2011 ini JYP Entertainment merambah area audisi di New Zealand. Begitu juga dengan YG Entertainment telah memulai audisi ke luar negeri pada Juni 2011 lalu untuk pertama kalinya sejak 6 tahun dan akan melakukan perjalanan ke Amerika dan negara-negara lainnya untuk mencari penyanyipenyanyi yang bertalenta. Hal ini dilakukan YG Entertainment karena mereka telah menerima banyak saran dan masukan dari para penggemar K-Pop di luar negara Korea yang ingin mengikuti audisi. Untuk audisi penjaringan bakat artis Korea dari perusahaan-perusahaan ini, finalis-finalis dari audisi online akan melakukan audisi yang sebenarnya di Korea dan akan di nilai langsung (menjadi jurinya) pemimpin YG yaitu Yang Hyun Suk. YG dikenal tidak membuka audisi sebelumnya, namun perusahaan akhirnya memutuskan untuk memperluas pembukaan audisi mulai dari Juni lalu. YG ASIA Auditions akan dimulai awal tahun 2011, dimulai dari Korea
156
Korean Pop di Indonesia: Deskripsi dan Dampak Sosialnya
lalu Thailand, Malaysia, Singapore, Taiwan, dan Hong Kong. Sebagian besar audisi pencarian bakat oleh perusahan-perusahan agensi tersebut bukan hanya mencari finalis dengan bakat menyanyi saja, namun juga bagi mereka yang memiliki bakat akting, model, menari, MC, VJ, mencipta lagu dan menulis lirik. Tahun ini, untuk menemukan generasi berikutnya dari K-pop star Korea “BIG3” (SM, JYP dan YG Entertainment), telah sepakat bersamasama untuk mengadakan audisi disebuah program TV baru. Acara yang disiarkan oleh stasiun TV SBS ini berjudul, “Survival Audition Kpop Star”, yang akan mengudara pada bulan Desember. Premis untuk program ini adalah kompetisi bakat dan survival, tiga perusahaan Korea manajemen besar tidak hanya akan untuk menemukan bintang berikutnya di korea saja, tetapi juga di berbagai lokasi di seluruh dunia. Kompetisi ini tidak akan hanya berfokus pada vokal; keterampilan lain dan bakat juga akan dinilai untuk menentukan siapa yang akan menjadi fenomena Hallyu berikutnya. Pemenang program ini akan memenangkan hadiah uang sebesar © 300.000.000 untuk produksi album nya, serta kesempatan untuk merilis album secara global melalui tiga perusahaan manajemen (SM, YG, JYP). Hadiah lainnya termasuk kesempatan untuk menandatangani kontrak dengan perusahaan manajemen, tawaran untuk membintangi sebuah drama atau menjadi model CF, mobil gratis, dan peluang lainnya. Babak pertama audisi dimulai pada bulan Juli lalu. Ajang pencarian bakat yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan agensi tersebut tidak dipungut biaya apapun. Oleh karena itu, setiap tahunnya audisi-audisi yang diselenggarakan pun semakin ramai diminati oleh para remaja. Audisi pencarian bakat oleh perusahaan-perusahaan agensi tersebut tidaklah singkat dan mudah. Ada beberapa tahap audisi yang harus diikuti oleh para finalis. Setelah itu, bagi mereka yang sudah benar-benar diterima akan menjalani masa training yang minimal 4-5 tahun, walaupun ada beberapa artis yang hanya menjalani masa training selama beberapa bulan saja. Hal tersebut merupakan kebijakan dari perusahaan masing-masing. Waktu debut para trainee pun ditentukan dari progres mereka selama masa training dan tidak jarang juga dalam pembentukan sebuah boyband atau girlband, perusahaan tersebut mengadakan audisi diantara para trainee yang sudah menjalani training dan mempunyai progress yang bagus. Hal ini dilakukan karena perusahaan-perusahaan agensi di Korea benar-benar ingin mendapatkan hasil kerja yang maksimal dan professional dari trainee asuhan mereka yang akan memasuki dunia entertainment bukan hanya secara nasional tetapi juga internasional. Setelah mendapatkan trainee yang siap dan mampu untuk debut di dunia entertainment sebagai sebuah boyband atau girlband, perusahaan
157
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
pun membagi tugas mereka dalam menyanyi maupun dalam pertunjukan. Dalam menyanyi boyband ataupun girlband tersebut biasanya terdiri dari : a) Lead Vocalist : mereka dipilih karena memiliki suara yang bagus dan bisa memberikan balancing jika sedang bernyanyi sehingga lagu yang mereka bawakan menjadi suatu harmoni yang enak didengar. b) Main Vocalist : biasanya mereka dipilih karena memiliki suara yang paling bagus, stabil dan berkarakter sehingga mampu memberikan melodi tersendiri pada lagu yang dinyanyikan. c) Vocalist : tugas posisi vocalist tidak berbeda jauh dengan lead vocalist maupun main vocalist. Tugasnya adalah bernyanyi walaupun tidak sebanyak porsi lead vocalist maupun main vocalist. d) Rapper : meskipun semua anggota boyband atau girlband biasanya bisa menyanyikan bagian rap dari lagu mereka, namun mereka juga membutuhkan orang yang paling menguasai dan ahli dalam menyanyikan bagian rap dalam lagu mereka. Karena bagian rap adalah salah satu bagian sulit e) Dancer : Semua anggota boyband dan girlband diwajibkan untuk bisa menyanyi dan menari. Namun dalam suatu grup tersebut biasanya ada yang paling ahli dan menguasai berbagai macam gerakan dance. Mereka sangat dibutuhkan dalam sebuah grup karena biasanya di negara korea sering diadakan dance battle antar boyband atau girlband. Posisi dancer dalam boyband atau girlband ini sering disebut juga “dance machine”. Mereka biasanya juga menciptakan koreografi dari lagu mereka sendiri. Walaupun tidak semua bagian (posisi) dalam boyband atau girlband tersebut antara satu dan lainnya sama persis. Namun sebagian besar mereka memiliki susunan yang pada dasarnya sama seperti di atas.
Musik dalam K-pop
Korean Populer atau yang lebih dikenal dengan K-Pop mempunyai beberapa genre music, perkembangannya pun sangat cepat dan sekarang KPop telah mempunyai music yang beragam. Genre music yang digunakan sampai sekarang antara lain yaitu : a) Balada (ballad) : merupakan jenis music slow yang mendayu-dayu. b) Electropop/Technopop : sebuah genre musik populer yang menggunakan synthesizer sebagai instrumen musikal dominannya. Jenis music ini berasal dari Amerika yang biasa disebut juga dance music. c) Hip Hop : merupakan perpaduan yang sangat dinamis antara elemenelemen yang terdiri dari MCing (lebih dikenal rapping), DJing, Break-
158
Korean Pop di Indonesia: Deskripsi dan Dampak Sosialnya
d) e)
f)
dance, dan Graffiti. Musik ini awalnya dikembangkan oleh orang AfroAmerika dan Latin-Amerika Rap : jenis musik yang menggabungkan antara vokal dan elemen instrument music hip hop. R n B : singkatan dari rhythm and blues adalah genre musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan blues, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika-Amerika. Rock : genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun ‘50-an. Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari tahun ‘40 dan ‘50-an serta berbagai pengaruh lainnya
Biasanya lirik lagu dalam lagu-lagu K-Pop menceritakan tentang cinta, persahabatan, kenangan-kenangan berharga dalam kehidupan maupun semua hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam K-Pop tidak selalu yang bercerita tentang kesedihan pasti music dalam lagu pun ikut menjadi mendayu-dayu (ballad), banyak diantaranya yang menggunakan music electropop/ technopop yang digabungkan dengan rap. Dan sebaliknya tidak jarang juga lagu yang menggambarkan kegembiraan mempunyai melodi yang mendayu-dayu.
Dampak Sosial K-POP Belakangan ini tak bisa dipungkiri bahwa telah terjadi demam K-pop di kalangan remaja Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya antusiasme remaja dalam mengikuti perkembangan musik pop Korea. Sepanjang tahun 2011 ini saja, banyak promotor Indonesia yang berlomba-lomba mendatangkan musisi Korea demi memuaskan hasrat para fans di Indonesia untuk bertemu sang idola. Sebagai contoh, konser boyband Super Junior di pertengahan tahun ini yang sukses di gelar di Jakarta dan memberikan kepuasan tersendiri kepada para Elf (sebutan untuk fans Super Junior) di Indonesia. K-pop, yang merupakan bagian dari Korean Wave, membawa dampak tersendiri bagi para penggemarnya maupun pada pelaku industri musik di Indonesia. Di dalam industri musik Indonesia sekarang dapat dijumapi banyak boyband dan girlband Indonesia bermuculan seiring masuknya Korean Wave di Indonesia. Tak hanya itu, gaya berpakaian boyband dan girlband Indonesia tersebut banyak juga berkiblat pada fashion idola-idola Korea. Musik dan koreografi yang di bawakan pun seolah tak lepas dari pengaruh K-pop. Boyband dan girlband ala K-Pop tersebut mau tidak mau memberi pengaruh pada para fans mereka yang didominasi oleh remaja putri. Banyak remaja putri yang mulai meniru gaya busana idola mereka, bahkan mereka
159
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
tak segan mengeluarkan dana yang cukup besar untuk membeli aksesoris yang mirip dengan aksesoris yang dikenakan oleh idola mereka. Barang-barang impor dari Korea pun laris manis diburu para fans K-pop yang ingin tampil seperti idola mereka. Sangat disayangkan bagi sebagian fans yang bahkan rela mengorbankan uang yang seharusnya mereka gunakan untuk keperluan lain seperti kebutuhan dasar (kesehatan dan pendidikan) hanya untuk meniru idola mereka. Selain dampak fisik, ada juga dampak non-fisik. Banyak remaja Indonesia yang sanggup menyanyikan lagu K-Pop walau mereka tidak bisa berbahasa Korea. Meski berbasis menghafal, hal ini tidak menghentiakan keinginan mereka untuk dapat menyanyikan lagu-lagu idola mereka dan secara tidak langsung mendorong mereka untuk belajar bahasa Korea. Dengan begitu mereka dapat mengucapkan beberapa kosakata bahasa Korea sembari menyanyikan lagu dari idola mereka. Minat belajar bahasa Korea pun meningkat. Selain itu, seiring dengan berjalannya waktu, banyak festival-festival Korea diadakan di beberapa kota di Indonesia yang bertujuan untuk mengenalkan Hallyu kepada masyarakat dan juga sebagai wadah komunitas bagi para K-pop lovers (sebutan untuk para pecinta K-pop) untuk dapat saling bercengkerama, berbagi, dan bertukar pikiran mengenai idola-idola pop Korea mereka. Perlu diketahui bahwa Korean Wave selama ini identik dengan nilai-nilai modernitas dalam bidang hiburan di Korea. Oleh karena itu segala pengaruh Korea yang berjenis hiburan seperti drama dan musik diberikan label K-Pop. Sangat disayangkan sekali apabila hanya ini yang sanggup dikonsumsi oleh para remaja di Indonesia. Padahal, masih banyak pengaruh Korea lain yang bisa ditiru. Misalnya dalam bidang falsafah hidup baik modern maupun tradisional. Ada beberapa sikap positif yang bisa ditiru oleh para remaja Indonesia, yang tidak terlalu sering ditampilkan di media. Contohnya adalah, semangat para siswa di Korea untuk belajar, keinginan untuk selalu bergerak cepat (tidak membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna), kesantunan terhadap pendidik dan orang yang lebih tua, makanan sehat dan lain-lain. Hal ini tidak lepas dari pengaruh media yang memblow-up drama dan musik Korea dengan porsi yang tidak seharusnya dan hanya dari sisi hiburan semata. Kesnejangan ini dirasakan oleh para mahasiswa Indonesia yang ada di Korea. Sebelumnya mereka selalu membayangkan Korea dengan hingar bingar drama dan musiknya. Namun setelah mereka mulai menjalani hidup di Korea dalam waktu yang tidak sebentar, mereka mulai sadar bahwa ada sisi lain dari Korea yang positif dan tidak di blow up oleh media di Indonesia sebagaimana mereka mem blow up musik dan drama Korea.
160
Korean Pop di Indonesia: Deskripsi dan Dampak Sosialnya
Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa K-pop sebagai salah satu jenis musik di Korea bisa dikenal oleh berbagai negara bahkan sampai popular dan memiliki banyak peminat di banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Disamping karena easy listening dan faktor penampilan serta koreografi, k-pop disukai oleh anakanak muda di Indonesia karena adanya pengaruh Korean Wave yang kuat melanda Indonesia. Sedangkan dampak demam K-pop di Indonesia adalah banyak muncul boyband atau girlband yang berkiblat pada boyband dan girlband asal Korea. Musik di Indonesia pun ikut semakin berwarna dengan munculnya boyband dan girlband baru. Di samping itu, segala sesuatu tentang Korea sangat digandrungi anak-anak muda; seperti fashion ala Korea, aksesoris berbau Korea, produk-produk Korea, bahkan sampai bahasa pun menarik minat banyak remaja Indonesia untuk mempelajarinya.
Referensi en.wikipedia.org/wiki/K-pop id.wikipedia.org/wiki/K-pop memobee.com/index.php?do=c.news&idn=4820 pelangiofmusic.blogspot.com/2011/07/news-sm-yg-jyp-mengadakan-audisi.html www.kaskus.us/showpost.php?p=536641619&postcount=6292 yeppopo.wordpress.com/2010/12/04/news-yg-entertainment-membuka-audisidi-seluruh-asia/ yeppopo.wordpress.com/2011/04/03/news-sistem-training-di-jyp-entertainment/ Penulis adalah 4 orang mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang. Endang Dwi Hartanti (zala_zetha2000@yahoo.com) Ulinnuhayil Musyarofah (ulinnuha.m@gmail.com) Nurul Siskawati (n.siska2009@gmail.com) Toki Yulinovita Candraningrum (toki_soprano@yahoo.com).
161
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
SISTEM PENDIDIKAN DI KOREA SELATAN Ryan Musaiman
Latar Belakang Sejak zaman dahulu bangsa Korea sangat mementingkan pendidikan. Setiap kerajaan dalam sejarah Korea tetap membuka sekolah kerajaan untuk para anggota keluarga raja dan kaum bangsawan berkedudukan tinggi. Di masa awal Kerajaan Joseon (1392—1910), yaitu kerajaan yang terakhir dalam sejarah Korea, telah dibuka Dewan Pendidikan Kerajaan yang disebut Sungkyunkwan. Universitas Sungkyunkwan di Seoul, sampai sekarang merupakan perguruan tinggi yang tertua di Korea. Perguruan tinggi itu berasal dari dewan pendidikan kerajaan di masa awal Kerajaan Joseon. Sejak masa awal Kerajaan Joseon, di peringkat rakyat umum, juga terdapat organisasi pendidikan yang disebut Seodang. Seodang sepanjang masa Kerajaan Joseon dapat disamakan dengan pondok pesantren di Indonesia. Mengingat raja dan kerajaan sangat mementingkan pendidikan, maka dalam waktu singkat terwujudlah semboyan kerajaan yang mementingkan dan mengutamakan pendidikan. Konsep goon-sa-bu il-che yang diwujudkan pada abad ke-14 berlangsung sepanjang masa Kerajaan Joseon. Semboyan atau kebijakan pendidikan kuno itu berarti bahwa posisi guru sama dengan raja dan orang tua, sementara konsep dasar untuk mementingkan pendidikan itu berakar mendalam dan berpengaruh sampai masa modern. Walaupun demikian, kesempatan pendidikan untuk rakyat umum sangat kurang, karena kebanyakan rakyat ketika itu banyak yang berada dalam keadaan miskin. Setelah merdeka pada tahun 1945, sebagian besar rakyat yang sangat haus akan pendidikan umum, mulai giat mengikuti pelajaran resmi. Pelajaran wajib bebas biaya pendidikan segera diumumkan Pemerintah Korea selama enam tahun di Sekolah Dasar (1952), kemudian selama sembilan tahun (1954) setelah Perang Korea (1950-1953). Masyarakat berusaha menyekolahkan anak-anaknya dengan berbagai cara. Dalam waktu cukup singkat, penduduk yang buta huruf di Korea, makin berkurang. UNESCO sangat meng-
162
Sistem Pendidikan di Korea Selatan
hargai usaha Pemerintah Korea itu, sehingga menetapkan Hadiah Raja Agung, Sejong akan diberikan kepada kepala negara yang berusaha keras untuk menghapuskan buta huruf di negaranya sendiri. Raja Sejong adalah raja ke-4 dalam sejarah Joseon Korea yang berhasil menciptakan huruf Korea, Hangeul, pada tahun 1432. Presiden Park Chung-Hee yang berhasil kudeta tahun 1962, untuk pertama kalinya menghidupkan pendidikan. Menurut Presiden Park, yang pernah menjadi guru SD itu, jika pendidikan hidup, semua bidang kenegaraan ikut bangkit dan bergerak untuk maju ke depan. Presiden Park meningkatkan gaji guru dua kali lipat dalam waktu singkat. Kepada guru SD, diberikan hak khusus untuk tidak harus memenuhi wajib militer. Presiden Park sangat percaya bahwa pendidikan adalah unsur terpenting di negara yang miskin akan sumber-sumber alam seperti Korea. Mereka yang dididik akan memegang peran penting untuk mengembangkan negara dan bangsanya.
Politik dan Tujuan Pendidikan Salah satu keputusan Dewan Nasional Korea Selatan tahun 1948 ialah menyusun Undang-Undang Pendidikan. Bedasarkan undang-undang ini, pendidikan bertujuan untuk menanamkan pada setiap orang rasa identitas nasional dan penghargaan terhadap kedaulatan nasional. Disebutkan dalam Pasal 1 bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membuat setiap warga negara mampu menyempurnakan kepribadiannya, mengemban cita-cita persaudaraan yang universal, mengembangkan kemampuan untuk hidup mandiri, dan mampu berbuat untuk pengembangan negara yang demokratis dan untuk kemakmuran bagi seluruh umat manusia. Untuk tercapainya tujuan dasar itu, undang-undang pendidikan mengutamakan: Badan yang sehat dan semangat yang pantang menyerah Patriotisme sebagai dasar bekerja ke arah perdamaian dunia Evaluasi atas tradisi Korea sendiri sebagai prasyarat bagi perkembangan budaya di seluruh dunia Dorongan terhadap aktivitas yang kreatif Cinta atas kemerdekaan dan kerja sama Kemampuan untuk menghargai dan menciptakan karya-karya artistik yang bernilai tinggi Pada tahun 1968 undang-undang tertulis tentang pendidikan nasional diumumkan. Hal tersebut dianggap perlu karena perubahan-perubahan yang cepat akibat modernisasi dan industrialisasi telah mengalahkan adat-istiadat
163
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
serta budaya lama. Ketentuan undang-undang menekankan perlunya membangkitkan kembali semangat dan cita-cita para nenek moyang bangsa Korea, yaitu kemandirian. Pendidikan harus mampu mengembangkan kreativitas dan kepeloporan serta semangat gotong-royong pada setiap individu. Undang-undang itu menjelaskan bahwa ideologi Korea adalah menentang komunisme dan mendukung patriotisme. Pendidikan di Korea telah berperan sebagai alat sosialisasi politik. Pendidikan telah membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik, di samping menyiapkan dan memproduksi personel administratif yang sadar politik. Mencerdaskan masyarakat, menghayati nilai-nilai demokrasi, dan menyiapkan kader-kader pemimpin merupakan tujuan dasar pendidikan. Secara lebih rinci tujuan pendidikan Korea dijabarkan sebagai berikut: Pendidkan berfungsi membangkitkan kesadaran agar setiap individu termotivasi untuk mewarisi, mengembangkan, dan mewariskan budaya bangsa kepada generasi penerus. Pendidikan harus mampu membangun manusia seutuhnya (whole person) sehingga terdapat keseimbangan antara ilmu pengetahuan, kepribadian, pikiran dan kesehatan jasmani. Pendidikan berfungsi sebagai pembangkit kreativitas yang dianggap sebagai sangat penting untuk kelangsungan hidup bangsa dalam berpacu dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Pendidikan harus mencapai tingkat terbaik (excellence) dan untuk itu diperlukan guru yang punya kualifikasi dan kualitas tinggi, program-program yang beraneka ragam, dan metodologi pengajaran yang mampu melayani kebutuhan individu. Operasional pendidikan harus sedemikian rupa, sehingga mampu mengembangkan potensi murid seoptimal mungkin. Pendidikan berfungsi untuk masa depan dengan pengertian bahwa keterampilan murid sesuai dan dapat diaplikasikan dalam dunia masa depan. Manajemen pendidikan harus berbentuk pemberian otonomi sebanyak mungkin kepada sekolah-sekolah. Otonomi mengembangkan rasa tanggung jawab dan akuntabilitas. Sehubungan dengan ini, setiap sekolah didorong mengelola diri sendiri melalui kreativitas dan sumber daya sendiri. Pendidikan harus terlaksana dalam kondisi lingkungan bersih dan manusiawi. Pendidikan harus menyatu dengan lingkungan sosial, sehingga masyarakat dapat memahami dengan baik alam pendidikan, dan untuk itu usaha kerja sama dengan media masa perlu digiatkan.
164
Sistem Pendidikan di Korea Selatan
Struktur dan Jenis Pendidikan Sistem pendidikan secara umum di Korea Selatan terdiri dari empat jenjang: Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas, dan pendidikan tinggi. Keempat jenjang pendidikan ini sejalan dengan ‘grade’ 1-6 (Sekolah Dasar), ‘grade’ 7-9 (Sekolah Menengah Tingkat Pertama), ‘grade’ 10-12 (Sekolah Menengah Tingkat Atas), dan ‘grade’ 13-16 (pendidikan tingkat tinggi/program S-1). Tingkat yang lebih tinggi mencakup program pascasarjana (S-2 dan S-3). Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama merupakan pendidikan wajib selama 9 tahun bagi anak-anak berusia antara 6—14 tahun. Jumlah anak yang terdaftar pada tingkat ini telah mencapai 99.8%, anak-anak yang putus sekolah sebelum menamatkan sekolahnya sudah tidak ada lagi. Setelah menamatkan Sekolah Dasar, anak-anak berusia 12—14 tahun memasuki pendidikan Sekolah Menengah Pertama selama tiga tahun. Diversifikasi pada Sekolah Menengah Tingkat Atas telah terlaksana di Korea Selatan dengan adanya berbagai jenis sekolah pada ‘grade’ 10, 11, dan 12. Sekolah Menengah Tingkat Atas ini dibagi dalam dua kategori, yaitu umum dan kejuruan. Sekolah kejuruan mencakup bidang pertanian, perdagangan, perikanan, dan teknik. Di samping itu, ada pula sekolah komprehensif yang menggabungkan mata pelajaran umum dan kejuruan.Tamatan Sekolah Menengah Tingkat Atas dapat memilih melanjutkan pendidikannya ke akademi atau ke universitas.
165
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Setara dengan jenjang pendidikan umum ada pula sekolah dagang menengah dan sekolah dagang tingkat atas yang memberikan program-program keterampilan dengan spesialisasi yang sangat khusus. Sekolah kewarganegaraan (civic schools) setingkat sekolah dasar dan menengah pada awalnya diadakan untuk program-program pemberantasan buta huruf. Dengan diberlakukanya wajib belajar sampai ‘grade’ 6 sekolah ini dihapuskan. Di samping itu, juga diadakan sekolah khusus bagi anak-anak tunarungu, tunanetra atau anak-anak yang menyandang cacat fisik atau mental. Prasekolah dilaksanakan oleh Taman Kanak-Kanak. Sekolah pendidikan guru yang melayani ‘grade’ 13 dan 16, dan lulusannya memenuhi kualifikasi dapat menjadi guru sekolah dasar. Baik akademi maupun universitas di Korea Selatan, sebagaimana juga sekolah-sekolah level yang lebih rendah, melaksanakan penerimaan mahasiswa secara terbatas. Oleh karena jumlah lembaga pendidikan tinggi yang tidak seimbang dengan pelamar, apalagi dengan pembatasan penerimaan yang ketat, maka setiap tahun ajaran muncul siswa yang gagal mengikuti ujian lagi dalam jumlah cukup besar. Dari tahun ke tahun jumlah ini meningkat yang menyebabkan makin ketatnya kompetisi untuk masuk ke perguruan tinggi. Ketidakseimbangan ini terus meningkat karena lulusan sekolah menengah juga meningkat. Para lulusan Sekolah Menengah Atas yang akan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi harus melewati dua rintangan untuk dapat diterima. Rintangan pertama adalah ujian kualifikasi yang didasarkan atas mata pelajaran di Sekolah Menengah Tingkat Atas. Melalui ujian ini dipilih calon dua kali lipat dari jatah penerimaan. Hanya yang lulus ujian inilah yang dapat mengikuti ujian masuk yang diselenggarakan oleh masing-masing perguruan tinggi. Ujian masuk ini memfokuskan bahan ujian pada mata pelajaran pokok, seperti bahasa Korea, bahasa Inggris, dan matematika. Untuk menetukan nilai akhir, hasil kedua ujian digabung, biasanya bobotnya seimbang dengan rasio 50:50. Beberapa perguruan tinggi tertentu sama sekali tidak menggunakan ujian kedua. Mereka menerima mahasiswa berdasarkan hasil ujian kualifikasi tahap pertama dilengkapi dengan transkrip akademik di sekolah menengah. Kecenderungan ini cukup beralasan, karena bahan ujian kualifikasi sangat mirip dengan bahan ujian kedua, sehingga seorang calon yang berhasil dengan baik pada ujian pertama cenderung akan berhasil pula pada ujian kedua.
166
Sistem Pendidikan di Korea Selatan
Untuk dapat diterima menjadi dosen pada ‘junior college’ seseorang harus sudah memiliki kualifikasi atau gelar paling rendah magister (S-2) ditambah paling kurang dua tahun pengalaman akademik atau penelitian. Untuk menjadi dosen pada universitas, kualifikasi Doktor (S-3) sangat penting walaupun hanya untuk jabatan asisten professor. Penerimaan mahasiswa pada program pascasarjana dilakukan atas dasar kompetisi antara calon-calon yang telah memiliki kualifikasi sarjana muda (bachelor) dengan menamatkan kuliah regular selama empat tahun. Program pascasarjana mencari calon yang benar-benar berkeinginan mengejar karier akademik atau karier profesional. Dari data yang dapat dikumpulkan, di Korea di antara mahasiswa program magister (S-2), jumlah terbesar berada pada bidang ilmu-ilmu sosial, diikuti bidang ‘engineering’, dan kedokteran. Tetapi ditingkat Doktoral (S-3), jumlah terbesar adalah pada bidang kedokteran, diikuti bidang ‘engineering’ dan bidang ilmu sosial.
Manajemen Pendidikan Menteri pendidikan yang bertanggung jawab terutama pada bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, adalah anggota Dewan Negara dan karena itu ikut dalam pembuatan keputusan kebijakan negara tingkat atas sebagai pimpinan kementerian pendidikan. Menteri bertanggung jawab atas pembuatan kebijakan berhubungan dengan seluruh aspek pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan melakukan kontrol serta supervisi atas implementasi kebijakan tersebut. Kekuasaan dan wewenang yang dilimpahkan kepada menteri pendidikan mencakup, antara lain, pembuatan dan implementasi keputusan-keputusan menteri, pengarahan dan supervisi administrasi pendidikan, penyusunan aturan administratif dan pemberian dispensasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pedidikan, seperti mengeluarkan izin, memberikan persetujuan dan otoritasi, penataan administrasi pribadi karyawan pendidikan, dan pengarahan serta pengawasan atas perangkat-perangkat pendidikan. Unit utama adminisrtasi di daerah adalah dewan pendidikan (Board of Education) pada setiap provinsi dan daerah khusus istimewa ibukota Seoul dan daerah istimewa Busan, Daegu, Daejeon, Incheon, Gwangju dan Ulsan. Masing-masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang anggota yang dipilih oleh sebuah badan daerah yang otonom dan dewan pendidikan ini dibantu oleh menteri pendidikan atas nama badan otonomi daerah.
167
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Setiap anggota Board of Education Provinsi atau daerah khusus Seoul dan Busan harus mempunyai reputasi baik dalam daerah kerjanya dan telah punya pengalaman karier mengajar paling kurang selama dua tahun. Dari tujuh anggota dewan pendidikan ini, lima orang ditunjuk, sedangkan dua orang lainnya merupakan jabatan ‘ex officio’ yang dipegang oleh walikota daerah khusus atau oleh gubernur provinsi dan ‘superintendent’. Dewan pendidikan diketuai oleh walikota atau gubernur. Anggota dewan pendidikan diangkat untuk masa empat tahun, tetapi setiap anggota dapat diangkat tidak lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut. Superintendent pendidikan setiap daerah khusus atau provinsi atas rekomendasi menteri pendidikan, bertugas untuk masa empat tahun dan dapat diperpanjang. Kualifikasi dasar untuk menjabat posisi ini adalah bahwa ia mempunyai reputasi baik di daerah kerjanya, telah punya karier yang menonjol, dan memiliki keahlian khusus dalam bidang pendidikan. Hampir semua superintendent pendidikan memiliki karier yang lama dalam bidang kependi-
168
Sistem Pendidikan di Korea Selatan
dikan, dan sebagian ada yang mantan profesor atau adakalanya berasal dari pegawai negeri yang kawakan. Di luar dari penelitian yang dilakukan oleh universitas dan fakultas atau akademi, dua badan penelitian utama lainnya adalah “The Korean Educational Development Institute” (KEDI), dibentuk tahun 1972, dan The Korea Institute For Educational Research and Training (KIERT) dibentuk tahun 1982. KEDI mempunyai staf spesialis lebih dari 350 orang dan melakukan penelitian mengenai sasaran dan isi pendidikan, metode instruksional, peningkatan mutu belajar, penyususunan dan pengimplementasian tes secara nasional, dan penelitian terhadap peserta pendidikan. Pada saat-saat awal, KIERT telah memulai program-program testing, dan di antaranya telah terlibat dalam “the Science Achievement Study of the International Association for the Evalution of Educational Achievement” (IEA).
Kesimpulan Salah satu alasan dalam memilih Korea Selatan untuk bahan tulisan ini adalah cepatnya negara Korea berkembang dan bangkit menjadi salah satu negara industri modern. Mengikuti perjalanan sejarah, Korea Selatan sebelum terpecah menjadi dua bagian, Korea Selatan dan Korea Utara mengalami berbagai macam bencana. Silih bergantinya penguasa di Semenanjung Korea ini, salah satu aspek kehidupan yang hancur bahkan hilang ialah aspek kebudayaan Korea yang telah ada sejak 4000 tahun yang lalu dengan dominasi ideologi dan falsafah Konfusianisme. Dengan berbagai gejolak politik dalam negeri dalam dekade ‘60 dan ‘70-an, Korea Selatan dapat tampil menjadi salah satu negara industri di Asia menyusul tetangganya Jepang. Belum lama ini Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama, berkali-kali menghargai tinggi terhadap keberhasilan bidang pendidikan di Korea. Menurut Presiden Obama, Korea berhasil sukses, karena rakyat Korea mementingkan pendidikan, sementara semua orang tua Korea dengan seribu daya menyekolahkan anak-anaknya. Keberhasil Korea, baik di lapisan perdagangan internasional, maupun di bidang olahraga, tetap berdasarkan pendidikan Korea yang tetap mengutamakan berusaha sedapatnya dan etika kerja, demikian puji Presiden Obama. Kini di Korea terdapat lebih dari 400 perguruan tinggi, sementara hampir di seluruh dunia, terdapat mahasiswa Korea. Sebuah contoh, di Amerika Serikat mahasiswa asing terbanyak adalah mahasiswa Korea. Demikian pula, di China dan Selandia Baru. Lebih dari 80 persen murid SMU masuk ke perguruan tinggi. Dalam kecendeungan sedemikian itu, terjadi pengangguran tinggi dari golongan yang terdidik sampai perguruan tinggi. Pemerintah Korea
169
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
setiap tahun mengundang ratusan ribu orang tenaga kerja asing. Bagaimana pun pendidikan kewarganegaraan merupakan kebijakan terpenting di setiap Pemerintahan Korea Selatan.
Referensi Korean Educational Development Institute (KEDI).1991. Educational indicators in Korea. Seoul: KEDI. Ministry of Education (MOE).1992. Education in Korea. Seoul: MOE. Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk. Shin, Se-ho. 1995. Education system of Republic of Korea. In Postlethwaite, T. Neville, 1995, International Encyclopedia of National System of Education (2nd ed). New York: Elsevier Science Inc. Yoo, Hyung Jin (1985). Republic of Korea: System of Education. In Husen, T. and Postlethwaite, T. Neville, International Encyclopedia of Education (1st ed). New York: Pergamon Press.
Penulis: Ryan Musaiman adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Buton (UMB). E-mail: hcryanokun@yahoo.co.id
170
Wanita Korea
WANITA KOREA Sri Sugiarti dan Kartika Hapsari
Wanita Korea zaman dahulu dan Gisaeng Perkembangan budaya di Korea pada zaman dahulu pada dasarnya sama seperti di Indonesia. Pada umumnya, kedua negara sama-sama menganut sistem patriarki yang menempatkan kedudukan pria di atas wanita. Di dalam keluarga terutama, pria dianggap lebih utama dan memiliki derajat yang lebih tinggi di atas wanita. Wanita yang memiliki derajat yang lebih rendah dibandingkan pria seringkali disepelekan bahkan dimanfaatkan sebagai alat tukar. Mereka dijual kepada para bangsawan dan dijadikan selir atau pelayan. Pada zaman kerajaan Georyeo dan Joseon, wanita tidak diperbolehkan mendapat pendidikan, wanita juga tidak diberi hak untuk berpartisipasi dalam bidang pemerintahan, terkecuali bagi (permaisuri), ratu, atau (yang mulia permaisuri) yang terkadang diikutsertakan dalam rapat kerajaan bersama raja dan para menteri. Status sosial seseorang pada masa itu sangat diperhitungkan. Wanita pada masa itu ditakdirkan memiliki kedudukan di bawah pria sehingga ruang gerak mereka dibatasi. Terlebih apabila mereka bersatus sosial rendah, maka mereka akan semakin kecil pula mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan hidupnya. Hal inilah yang membuat kemajuan wanita pada masa itu semakin terbelakang. Sejak kecil wanita Korea pada umumnya hanya mengikuti ibu mereka melakukan pekerjaan rumah tangga seperti bekerja di dapur atau merajut. Banyak wanita yang merasa bahwa hal itulah yang sudah menjadi takdir mereka. Mereka hanya perlu menjalaniya dengan baik, mendapatkan suami yang baik pada waktunya, dan menghabiskan sisa umur mereka dengan mengurus anak. Cara pikir seperti itulah yang cukup lama dianut oleh para wanita Korea yang pada akhirnya semakin membuat kemajuan para wanita di Korea tertinggal. Terdapat kaum wanita yang menerima hal itu, tetapi sebagian pula ada yang menentang keadaan tersebut. Segelintir wanita yang berasal dari kelas
171
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
bawah, mereka yang merasa hak hidupnya sama sekali tidak dihargai dan hanya dijadikan sebagai alat, mulai bermunculan. Terbatasnya ruang gerak yang dimiliki dan keinginan untuk memperbaiki masa depan adalah tujuan utama munculnya wanita-wanita yang menentang sistem patriarki. Berikut adalah beberapa contohnya. Dong Yi, salah satu wanita yang cukup terkenal pada masanya, berasal dari kaum rakyat jelata, tetapi hal itu tidak membuat niatnya kecil untuk mengubah hidupnya. Ia mampu menjadi selir kesayangan raja. Tinggal di istana adalah pilihan dan pencapaian hidupnya dan ia terus berusaha mengabdikan hidupnya untuk rakyat jelata. Keterbatasan ruang gerak wanita di bidang pemerintahan tak membuat Mishil, salah satu wanita Korea yang juga menjadi sumber inspirasi, berkecil hati. Mishil adalah seorang selir raja yang berkeinginan menjadi raja yang bersaing dengan putri kembar sang raja, Putri Deokman, dalam memperebutkan takhta. Selain itu, Jang Geum juga merupakan salah satu wanita yang berusaha untuk memajukan hidupnya. Ia mencoba untuk menjadi dayang di bagian dapur istana hingga pada akhirnya menjadi tabib wanita di istana khusus untuk raja. Kisah wanita-wanita tersebut pun telah diangkat menjadi drama-drama yang meninspirasi banyak wanita. Para wanita tersebut hidup pada zamannya yang berbeda. Mishil dan Deokman yang hidup pada tahun 400-an Masehi. Jang geum hidup tahun 1400-an Masehi dan Dong Yi tahun 1700-an Masehi. Dari hal tersebut jelas terlihat bahwa wanita-wanita di Korea sejak dahulu kala sudah memulai suatu gerakan yang disebut dengan pergerakan wanita. Wanita-wanita yang ‘kuat’ mulai bermunculan. Kuat yang dimaksud bukanlah kuat secara fisik, melainkan keberanian para wanita tersebut yang berani menentang budaya patriarki di lingkungan mereka. Mereka tidak pandai berkelahi, tetapi dengan kecerdasan mereka yang melebihi pria, mereka mampu menunjukkan pada dunia bahwa wanita juga mampu berkarya. Status sosial bukanlah penghalang bagi seorang wanita untuk mengembangkan kemampuannya. Hal ini jugalah yang menjadi acuan bagi para gisaeng untuk tetap berkarya. ‘Gi’ yang bermakna ‘penghibur’ dan ‘saeng’ bermakna ‘kehidupan atau kadangkala’. Berarti gisaeng atau ginyeo ( ) adalah sebuah profesi yang dijalankan oleh para wanita sebagai penghibur para bangsawan dan raja di Korea. Gisaeng di Korea bukanlah wanita penghibur seperti dalam konotasi yang negatif, melainkan mereka adalah seorang entertainer. Karena itu, gisaeng sering disalahartikan hanya sebagai penghibur semata. Padahal, para gisaeng dituntut untuk memiliki bakat yang tinggi dalam bidang seni khususnya. Beberapa catatan sejarah mengenai gisaeng dapat ditemukan di kitab Goryeo-sa dan Joseon Wangjo Sillok serta dapat ditemukan di cerita-cerita rakyat yang diturunkan dari mulut ke mulut. Meskipun cerita yang bersumber
172
Wanita Korea
dari mulut ke mulut memang agak diragukan, harus diakui sumber tersebutlah yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam menelusuri jejak gisaeng. Dasan dan Yi-ik, sejarawan asal zaman Joseon, mengemukakan beberapa teori yang mengatakan bahwa gisaeng kemungkinan muncul pada zaman Silla pada saat banyak para wanita berbakat yang direkrut untuk menjadi wonhwa, yakni prajurit yang ditugaskan untuk berperang. Teori keduanya mengatakan bahwa gisaeng berawal dari zaman Goryeo yang pada saat ditemukan masih banyak sisa-sisa orang Baekje yang terlantar di seluruh negeri. Tidak jelas apakah pada saat itu orang-orang Baekje masih mempraktikkan cara-cara hidup nomaden mereka ataukah karena kondisi negara yang belum stabil. Namun, Tajo, raja pertama Goryeo pada saat itu menjadikan orang-orang Baekje tersebut sebagai budak dengan anggapan bahwa mereka dikhawatirkan akan mengganggu keamanan negara. Meskipun tidak ditemukan bukti-bukti secara akurat, kemungkinan besar diperkirakan bahwa gisaeng muncul dari kelas budak tersebut. Gisaeng di Korea dikategorikan dalam kelas cheonmin. Kelas cheonmin merupakan kelas sosial yang terendah yang terdiri dari para masyarakat tukang daging dan budak. Gisaeng terbagi atas tiga tingkatan. Tingkat tertinggi disebut Haengsu dan tingkat terendah adalah Samsu. Seorang samsu tidak diperkenankan untuk memainkan tarian atau alat musik atau pun menggunakan hasil karya lainnya yang dihasilkan oleh haengsu. Apabila terjadi masalah antara gisaeng dengan tamu maka haengsu lah yang bertugas untuk menjadi penengahnya. Dimulai sejak zaman Dinasti Goryeo, di setiap kantor pemerintahan distrik menyimpan data para kelas cheonmin, termasuk data para gisaeng dan budak-budak lainnya. Hal ini dilakukan demi mempermudahkan pengawasan data-data para budak dan gisaeng tiap tahunnya. Gisaeng juga dipekerjakan di kantor pemerintahan lokal, yang disebut sebagai gwan-gi, tetapi status mereka benar-benar dibedakan dengan budak lain yang juga dipekerjakan di kantor pemerintahan lokal. Data diri mereka pun terdata secara terpisah dalam pendataan sensus penduduk. Hal itu disebabkan karena gisaeng dianggap berkedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan budak lain walaupun mereka termasuk ke dalam kelas sosial yang sama, yaitu cheonmin. Terdapat pepatah yang mengatakan bahwa “gisaeng diibaratkan layaknya wanita yang memiliki tubuh di kelas bawah, tetapi memiliki kemampuan berpikir layaknya seorang bangsawan�. Banyak berbagai cara untuk menjadi seorang gisaeng. Sebagian besar putri dari seorang gisaeng maka pastilah akan menjadi gisaeng pula. Salah satu cara lainnya adalah perempuan yang dijual ke gijeok, yaitu pencari
173
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
gisaeng-gisaeng pemula, oleh keluarga miskin yang tidak mampu membiayai hidup anak-anaknya. Keluarga miskin tersebut berasal dari golongan kelas cheonmin. Namun, terdapat keluarga miskin dari kelas cheonmin yang statusnya lebih tinggi yang menjual anak perempuan mereka dengan cara ini. Tidak hanya kalangan kelas bawah yang dapat menjadi gisaeng, bahkan kalangan bangsawan pun berkemungkinan menjadi gisaeng. Seperti kasus yang terjadi pada seorang wanita kalangan bangsawan yang melanggar norma sopan santun, statusnya sebagai bangsawan dicabut dan dijadikan seorang gisaeng. Pemerintah pada saat itu menunjukkan kepeduliannya pada dunia pendidikan dan kebudayaan dengan cara mengesahkan gyobang, yaitu sebuah institusi yang melatih keterampilan musik dan tari gisaeng-gisaeng baru (gwonbeon). Inilah yang menjadi bukti bentuk dukungan pemerintah terhadap eksistensi gisaeng di Korea. Pyeongyang pun pada masa itu menjadi kota yang terkenal akan sekolah-sekolah musik dan tari yang berkualitas dan masih beroperasi hingga masa penjajahan Jepang. Gisaeng merupakan budak pemerintah. Oleh karena itu gisaeng dianggap aset penting bagi pemerintah sehingga pemerintah selalu menunjukkan kepeduliannya terhadap keberadaan gisaeng. Karena hal itu pula, pemerintah telah mengatur sedemikian rupa kehidupan gisaeng. Seorang hojang pun ditugasi untuk melakukan pemantauan dan perlindungan untuk para gisaeng. Hojang tersebut juga bertugas untuk mengawasi gisaeng agar para gisaeng tidak melarikan diri terhadap tanggung jawab yang dimiliki. Dalam menerima tawaran panggilan untuk menghibur, gisaeng pun harus terlebih dahulu memberitahukan apabila ada tawaran menghibur para bangsawan. Gisaeng juga diharuskan untuk melakukan inspeksi dua kali dalam sebulan dan mendampingi para petinggi yang mengunjungi distrik mereka. Gisaeng diharuskan untuk melaporkan segala aktivitas dalam belajar mengajar musik dan tari. Sebagian besar gisaeng memiliki suami yang disebut gibu yaitu suami gisaeng dalam pengertian yang berbeda. Para gisaeng memiliki tujuan tertentu dalam memiliki suami gibu. Gibu berfungsi untuk memberikan perlindungan dan dukungan ekonomi seperti membeli kebutuhan sehari-hari, membeli keperluan make-up dan baju demi tuntutan profesi. Gibu pada umumnya berasal dari bekas prajurit perang atau petugas istana. Kemunculan gibu semakin meningkat terutama pada akhir periode dinasti Joseon. Pemukiman tempat tinggal gisaeng pada akhir periode Joseon terletak di pasar, pusat kota, dan tempat-tempat yang dilengkapi dengan taman dan pemandangan yang indah. Pada umumnya karier seorang gisaeng tidak berumur panjang dan sangat singkat, rata-rata hanya mencapai pada saat umur 16 atau 17 tahun
174
Wanita Korea
dan sedikit sekali yang di atas 22 tahun. Hanya beberapa gisaeng yang dapat berkarir lebih lama dari umur tersebut dan jumlahnya terhitung sedikit. Karena hal itulah gisaeng telah mendapat pelatihan minimal pada usia delapan tahun. Semua gisaeng, bahkan yang tidak bekerja diperintahkan oleh pemerintah dalam undang-undang agar pensiun pada usia 50 tahun. Prospek yang paling baik agar gisaeng dapat terus bersinar dalam karirnya adalah dengan menjadi istri pejabat tinggi pemerintahan. Namun, untuk dapat terlepas dari statusnya tersebut mereka harus dibebaskan terlebih dahulu dari statusnya dengan cara membayar sejumlah uang yang jumlahnya tidak sedikit. Terlebih sedikit sekali pejabat atau pegawai pemerintah yang mampu mengeluarkan uang yang banyak untuk membebaskan gisaeng dari kelas sosial mereka. Karena itu, sebagian besar gisaeng yang masa karirnya telah redup menghabiskan hidup mereka dengan bekerja di kedai minuman. Gisaeng banyak memainkan peran penting dalam bidang politik pada masa dinasti Joseon. Mereka diberi tugas untuk menghibur para tamu dari negeri tetangga bahkan menemani para tamu itu apabila hendak bepergian keliling negeri. Karena gisaeng banyak memiliki tempat usaha dan pemukiman di kota, gisaeng termasuk dari salah satu orang-orang yang mengetahui informasi dan kejadian penting. Oleh karena itu, gisaeng seringkali menjadi sumber kunci informasi. Beberapa nama gisaeng yang terkenal di antaranya Hwang Jini (gisaeng yang terkenal akan kecantikan dan kecerdikannya, berasal dari Gaesong), Hong Rang, Seol Mae, Non Gae (gisaeng asal Jinju, merupakan pejuang Perang Tujuh Tahun), Gye Wol Hyang (gisaeng asal Pyeongyang, merupakan pejuang Perang Tujuh Tahun), dan Kim Ja Ya (salah satu gisaeng yang terakhir di Korea). Karya-karya puisi sijo yang dihasilkan oleh para gisaeng didominasi dengan tema patah hati dan cinta. Salah satunya yang paling terkenal adalah karya gisaeng berbakat, Hwang Jin-i. Ini adalah salah satu karya terkenal Hwang Jin-I yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. “Oh, Aku ingin menangkap malam yang indah, di pertengahan musim dingin ini Dan melipatnya dengan lembut dalam hembusan bulan musim semi Kemudian mengorak di malam hari saat kembalinya kekasih saya� Gisaeng adalah contoh kecil dari segelintir wanita Korea yang berjuang menunjukkan bakatnya. Sedikit demi sedikit wanita Korea mulai mempelihatkan kemampuannya di berbagai bidang. Hal itu sudah dianggap wajar, karena para wanita pada periode masa pemerintahan Dinasti Silla memiliki status dan kedudukan yang relatif tinggi dii masyarakat. Mereka pun telah memiliki
175
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
beberapa tingkat pengaruh dalam pemerintahan kerajaan misalnya saja sebagai penasihat-penasihat, permaisuri, dan wali raja. Di luar kerajaan pun, wanita dapat bertindak sebagai kepala keluarga sejak garis matrilineal ada bersisian dengan garis patrilineal mulai saat itu. Prinsip yang berkembang bahwa wanita ditempatkan di dalam posisi kurang penting di dalam keluarga berdasarkan ajaran Konfusianisme tidak memiliki dampak yang besar di Korea sampai pertengahan periode Joseon pada abad ke-15. Namun, masih terdapat larangan di dalam perbuatan dan tindakan. Wanita didiskualifikasikan dari kegiatan yang dianggap tidak pantas bagi wanita.
Wanita Modern Korea Sebelum memulai tulisan dalam bagian ini, perlu disinggung bahwa gambaran mengenai kehidupan wanita modern Korea ini didapatkan dari beberapa hasil survei serta apa yang tercermin dari drama-drama yang mendunia melalui Hallyu. Kehidupan wanita Korea pada zaman modern tak lepas dari semakin berkembangnya ideologi bahwa wanita masa kini mampu berperan dalam berbagai bidang, bekerja, dan mengukir prestasi. Ideologi zaman dahulu tentang wanita Asia pada umumnya adalah sama, wanita tidak pantas untuk bekerja dan seharusnya mengurus rumah saja. Namun, ideologi ini tak lagi berlaku karena adanya sistem kesetaraan gender yang terus berkembang dan diterapkan di berbagai negera, termasuk di Asia. Ideologi lain yang berkembang dalam masyarakat modern adalah pada umumnya wanita atau pun pria diharuskan untuk bekerja setelah mereka lulus dari perguruan tinggi. Mereka harus bersaing kembali untuk mendapatkan posisi di sebuah perusahaan. Masyarakat Korea juga umumnya berpikir seperti itu. Mereka harus bekerja demi menghidupi keluarganya dan demi memenuhi kebutuhannya sendiri. Wanita yang sudah bekerja akan dianggap lebih tinggi derajatnya terlebih apabila ia berada di posisi yang cukup tinggi di perusahaan tempat ia bekerja. Banyak Orang tua yang sudah mulai mengubah pandangan mereka apabila anak perempuan mereka melakukan pekerjaan yang pada umumnya digeluti oleh laki-laki, seperti dalam dunia politik. Korea memang terkenal akan besarnya semangat bekerja dan semangat untuk semakin maju. Kecepatan dan ketekunan warganya dalam bekerjalah yang mampu membuat Korea menjadi negara maju. Semua itu dapat diperoleh karena keikutsertaan wanita-wanita Korea, Mereka juga menorehkan prestasi layaknya pria-pria Korea. Kesulitan yang dihadapi antara pria dan wanita Korea sebenarnya sama, tetapi yang membedakan adalah kesempatan bagi wanita Korea untuk berkarya dan berkembang lebih sedikit.
176
Wanita Korea
Banyak wanita pada kisaran umur 25 tahun yang harus menunda pernikahannya atau mempunyai sedikit waktu luang untuk keluarga karena mereka sibuk untuk bekerja, membangun karier, berusaha keras mewujudkan citacita, dan membuat diri mereka bahagia dengan cara mereka sendiri. Inilah realita kehidupan yang dihadapi oleh wanita Korea, terlebih bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar dengan beratnya persaingan kerja dan keadaan sosial yang keras. Wanita-wanita tersebut memiliki semangat untuk berani menghadapi realita dan terus melangkah hingga mereka menjadi sukses. Dari segi psikologi seorang wanita yang sukses karirnya akan membantu perekonomian keluarga, kepercayaan dirinya akan lebih tinggi, dan dia akan semakin termotivasi untuk membuat dirinya menjadi lebih baik lagi. Wanita Korea selalu berusaha memperbaiki kualitas pendidikan mereka, tidak hanya sampai tingkat SMA saja, mereka juga menuntut ilmu hingga S2 atau S3. Tak hanya sekedar menuntut ilmu, tapi mereka juga terjun ke dalam masyarakat dengan menjadi seorang relawan di bidang sosial atau politik. Dengan cara ini mereka bisa melatih diri mereka sendiri menjadi lebih kompeten dan memiliki pengalaman, semua itu dibutuhkan untuk menghadapi masalah yang nantinya akan mereka hadapi saat memulai karir dan saat mempertahankan karir mereka. Semakin berkembangnya peran dari wanita Korea ditunjukkan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Institut Pengembangan Perempuan Korea pada akhir tahun 2010 lalu. Dari hasil survei yang dilakukan, terlihat bahwa 4,7% wanita Korea menduduki jabatan manajer di perusahaan besar, angka tersebut sudah lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2007, yaitu 1,5%. Menurut OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development) pada tahun 2008 jumlah wanita yang ikut serta dalam aktivitas perekonomian masih berada di bawah rata-rata milik OECD (63,2%), yaitu 58,7%, jika dibandingkan dengan laki-laki Korea yaitu 82,2% ditahun yang sama. Dapat disimpulkan bahwa di Korea terdapat kesenjangan dalam aktivitas perekonomian antara laki-laki dan wanita di mana angkanya lebih dari 20%. Angka ini kurang lebih sama dengan angka di Italia dan Jepang. Di masa kini juga banyak pengusaha sukses wanita, contohnya saja Kim Sung-Joo. Beliau adalah pengusaha sukses dalam bidang fesyen. Dengan usaha kerasnya beliau mampu membuat merk terkenal dari Eropa menjadi merk terkenal di dunia, yaitu MCM. Beliau juga yang mengenalkan Korea kepada merk-merk fashion seperti Gucci dan Yves Saint Laurent, dengan cara membeli lisensinya dan dijual di Korea. Selain sebagai pegusaha, Kim SongJoo juga seorang pemimpin yang baik dalam perusahaan dengan 600 pegawai. Dari 600 pegawai tersebut, ternyata 500 pegawai di antaranya adalah wanita dan mereka juga menduduki jabatan tinggi seperti pemimpin direksi.
177
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
Yang kedua adalah Hyun Jeong-Eun, pemimpin dari Hyundai Grup Korea yang dihormati dan dikagumi karena kemampuan yang dalam dunia bisnis dan kepimimpinannya yang baik. Pada tanggal 30 Oktober 2011 beliau memperoleh penghargaan Dr. Hwal-lan Kim’s Leadership Award, tidak hanya itu bahkan beliau memimpin Hyundai Engineering and Construction (Hyundai Mesin dan Konstruksi). Wanita modern Korea selain sibuk bekerja, mereka juga identik dengan kecantikan dan sifat borosnya. Antara satu wanita dengan wanita lain akan terjadi persaingan, mereka berlomba-lomba untuk tampil cantik dengan cara melakukan diet dan meng-update gaya berpakaian mereka agar terlihat menarik. Dengan tampil cantik mereka akan merasa lebih diakui oleh orangorang sekitarnya. Memang, wajar saja jika seseorang menginginkan keberadaannya diakui oleh orang lain. Banyak juga wanita yang mengeluarkan uang mereka untuk operasi plastik, pada umumnya mereka akan mengoperasi matanya agar terlihat lebih besar dan hidung mereka akan dibuat lebih mancung. Hal ini tentu saja menimbulkan respon positif dan negatif dari masyarakat. Sebagai misal, dengan operasi plastik dan perubahan gaya berbusana, seseorang yang tadinya tidak percaya diri akan penampilannya menjadi lebih percaya diri. Namun, ada juga hal yang perlu dilihat mengenai operasi plastik ini, yaitu adanya keberhasilan melakukan bantuan pada seseorang yang memiliki cacat fisik baik sejak lahir atau dikarenakan sebuah kecelakaan (luka bakar, bekas luka, kanker kulit, dsb) untuk bisa tampil lebih baik dengan bantuan operasi plastik. Dilihat dari sisi perekonomian, operasi plastik ini juga menjadi sumber pemasukan bagi negara karena beberapa agen travel membuat paket wisata kesehatan yang mampu menarik perhatian para turis, selain biaya operasi yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain, hasil yang diperoleh juga memuaskan pelanggan. Respon negatifnya adalah tidak sedikit wanita yang memiliki ketergantungan dengan operasi plastik dan menjadi hal yang umum bila seorang remaja melakukan operasi plastik juga. Ada pula kakus rusaknya wajah seorang wanita yang bernama Hang Mikou karena ia telah tergantung pada operasi plastik sehingga wajahnya rusak dan tampak sangat besar. Ia harus menjalani beberapa operasi untuk mengecilkan wajahnya. Bahkan beberapa orang tua menjanjikan hadiah operasi plastik kepada anaknya jika ia lulus SMA. Walaupun terdapat pro dan kontra, hal terakhir ini bukanlah sesuatu yang tabu dalam masyarakat. Ingatkah dengan wanita Korea pada zaman kerajaan Georyeo hingga kerajaan Silla? Di antara wanita-wanita yang hidup pada zaman itu sebagian dari mereka berprofesi sebagai Gisaeng, yaitu wanita yang pandai akan kese-
178
Wanita Korea
nian tetapi mereka berada di kelas yang rendah atau cheonmin. Dalam beberapa waktu yang lalu profesi ini dipandang sebagai bagian kebudayaan Korea yang kontroversial. Akan tetapi, pada zaman modern profesi ini dipandang lebih baik karena para Gisaeng ini memiliki pengetahuan yang baik dan mampu melestarikan budaya tradisional Korea yang bisa saja punah kalau tidak ada yang melestarikan. Tidak menutup kemungkinan hingga saat ini ada anak-anak dari seorang Gisaeng yang mencoba menutupi masa lalu mereka karena masih malu untuk mengakuinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya keadaan sosial yang tidak baik sehingga mempengaruhi perkembangan psikis anak-anak mereka. Di zaman modern para penyanyi wanita bisa dianggap sebagai Gisaeng versi modern. Tentu dengan cara pandang yang berbeda karena mereka yang pasti bukan masyarakat kelas bawah. Selain itu, kemampuan bermusik atau kesenian yang lain juga baik karena terdapatnya sekolah-sekolah kesenian tempat mereka berlatih. Itu baru satu contoh saja. Selain itu, mereka juga bebas untuk menuntut ilmu yang lain di samping kemampuan menyanyi. Di zaman modern ini tentu masyarakat Korea dan masyarakat dari negara lain mengenal musik Kpop (Korean Pop), Kpop juga identik dengan adanya boyband atau girlband. Para penyanyi ini tak hanya sekedar bernyanyi saja saat di panggung, tetapi juga menari. Tren ini dimulai sekitar tahun 1990-an, kemudian mucullah penyanyi-penyanyi dengan tipe boyband atau girlband, seperti Seo Taeji ( ), S.E.S, Fin K.L, H.O.T, GOD, dsb. Sedangkan memasuki era tahun 2000-an Dong Bang Shin Gi ( ), Cheon Sang Ji Hee ( ), Super Junior ( ), Davichi ( ) mulai muncul. Semakin berkembangnya zaman, kualitas menyanyi dari Gisaeng modern ini tak sebaik dari Gisaeng zaman dahulu. Bisa jadi mereka bernyanyi sambil menari sehingga mereka tidak fokus dengan menyanyi dan lebih memilih lypsinc. Hal ini juga akhirnya menjadi kontroversi di kalangan masyarakat. Mereka menginginkan penyanyi dengan kualitas vokal yang baik (live saat menyanyi) tetapi juga menarik. Saat diadakan penilaian terhadap penyanyipenyanyi di Korea, nama penyanyi Davichi seringkali menempati posisi nomor satu sebagai penyanyi dengan kualitas yang baik (menyanyi live dan vokal yang baik). Seperti halnya banyak laki-laki di Korea, wanita Korea juga mempunyai kebiasaan meminum Soju ( ), Maekju ( ), Makgeoli ( ), dan Podoju ( ). Soju adalah minuman beralkohol, dapat diminum kapan saja dan dalam suasana apapun. Meski ada minuman beralkohol lainnya, namun Soju tetaplah menjadi minuman yang sangat digemari masyarakat Korea dan turis yang berkunjung ke Korea. Harga soju bervariasi, ada yang
179
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
berharga 1000 won hingga 3000 won. Selain itu Soju juga bisa dibeli di berbagai tempat di Korea. Kadar alkohol yang terkandung dalam soju adalah 20 - 45%, namun yang umumnya diedarkan dalam masyarakat adalah soju yang berkadar 20%. Soju dibuat dari beras yang difermentasikan, namun ada juga soju yang dibuat dari kentang dan gandum. Dalam drama (Protect The Boss) ditunjukkan bahwa No Eun-Seol dan Seo Na-Yoon pergi bersama ke sebuah bar dan meminum soju bersama. Saat mereka mulai mabuk, mereka berbincang-bincang dengan leluasa karena pada keadaan biasa (ketika bertemu di kantor selalu bertengkar) mereka tidak bisa benbincang-bincang secara terbuka. Ketika seorang wanita sedang ada masalah, bahagia, atau lama tak berjumpa dengan teman lama, mereka akan meminum Soju. Itu paling tidak yang tergambar dalam sebuah drama di dunia televisi. Apakah ini memang benar mencerminkan realitas di Korea, bisa jadi hal ini bisa mengundang pro dan kontra, walaupun drama atau film pada dasarnya pada tataran tertentu memang mencerminkan realitas kehidupan suatu sosial masyarakat. Di Korea ada sebuah ritual yang bernama poktanju. Secara harifah sebenarnya poktaju berarti bom alkohol dan poktanju merupakan puncak dari acara minum-minum yang dilakukan oleh orang Korea. Poktanju terkenal di antara kalangan orang tua, sedangkan di kalangan mahasiswa tidak terlalu terkenal. Cara melakukannya yaitu dengan memasukkan satu sloki berisi soju ke dalam segelas besar yang pada umumnya berisi bir, kalau gelas belum terisi penuh akan ditambahkan soju hingga penuh. Ketika minuman untuk ritual Poktanju sudah dibuat harus ada seseorang yang meminumnya dengan sekali tegukan, teman-temannya akan menyoraki hingga ia menghabiskan segelas besar minuman itu. Dengan melakukan ritual ini akan mendekatkan hubungan antar rekan kerja dan hubungan dengan bos mereka. Bagi orang luar negeri yang bekerja di Korea, bisa jadi hal ini akan mengejutkan baginya karena ia disambut dengan ritual yang tak biasa ia temui di negaranya. Namun, itulah salah satu keunikan dari Korea. Orang Korea tidak banyak yang mengkonsumsi maekju tetapi mereka lebih banyak mengkonsumsi makgeoli, sehingga tingkat popularitas makgeoli lebih tinggi. Makgeoli adalah wine versi Korea yang dibuat dari beras dan air, kandungan alkoholnya antara 6,5 – 7%. Makgeoli berwarna putih seperti susu dan tidak pahit seperti Soju, harganya pun tak jauh berbeda dengan Soju. Saat ini Makgeoli memiliki bervariasi rasa karena perkembangan zaman dan semakin banyak anak muda yang meminum Makgeoli. Contoh rasa lain dari Makgeoli, seperti makgeoli rasa frambos, makgeoli rasa stroberi, makgeoli rasa kiwi, dsb. Dengan adanya variasi rasa makgeoli, akan semakin
180
Wanita Korea
banyak orang yang tertarik mencoba meminumnya. Bahkan para pengusaha soju, bir, dan makgeoli tak kalah kreatif dalam memasarkan produknya agar semakin digemari. Bintang-bintang Kpop atau aktris dan aktor terkenal dijadikan model produk mereka. Inilah beberapa contoh produk minuman beralkohol yang menggunakan bintang Hallyu sebagai model iklannya. Cass Beer yang diiklankan oleh Lee Min-ho (aktor), Sandara Park 2NE1 (penyanyi), Yoon Eun-Hye (aktris), dan 2PM (penyanyi) mengalami kenaikan penjualan yang banyak. Produk Hite Beer oleh Big Bang (penyanyi), (Charm) Soju oleh Son Dam-bi (penyanyi), dan After School Uee (penyanyi) mengiklankan . Banyaknya bintang-bintang muda yang mengiklankan minuman beralkohol itu mempengaruhi generasi muda, karena mereka menyukai artis tersebut dan akhirnya tertarik membeli produk minuman beralkohol. Selain faktor lingkungan keluarga atau lingkungan pergaulan, iklan dari minuman beralkohol turut mempengaruhi banyaknya para pemuda yang mengkonsumsi minuman beralkohol. Harga penjualannya juga terjangkau sehingga mudah untuk membelinya. Menurut Pusat Penelitian Alkohol Korea (the Korea Alcohol Research Center) pada akhir tahun 2008 dari 2.200 orang yang berumur antara 19-59 tahun mengaku telah meminum alkohol. 85,2% dari responden mengaku meminum alkohol karena mempunyai masalah pribadi. Secara psikologi, ada sebuah opini yang mengatakan bahwa ketika laki-laki meminum soju atau minuman beralkohol, mereka ingin menghilangkan setres, sedangkan bagi para wanita meminum alkohol adalah salah satu cara mereka mengekspresikan dirinya. Dengan meningkatnya jumlah penikmat alkohol, di Korea kini dilakukan kampanye anti minuman keras (anti-binge drinking campaign) oleh Pusat Penelitian Alkohol Korea yang dihadiri oleh 200 mahasiswa dari 500 universitas yang ada. Masalah peminum minuman beralkohol di kalangan mahasiswa menjadi masalah yang besar karena sebagian besar mahasiswa dari suatu universitas mengaku bahwa mereka sering meminum minuman beralkohol. Data penelitian tahun 2010 menunjukkan bahwa 85.4% mahasiswa meminum alkohol sekali dalam sebulan, prosentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 59,4%. Pusat Penelitian Alkohol Korea juga mengadakan program konseling bagi para mahasiswa yang banyak mengkonsumsi minuman beralkohol. Dari peserta konseling yang ada, 50% lebih pesertanya adalah wanita. Lebih dari 82,6% mahasiswi Korea mengkonsumsi minuman beralkohol setiap harinya, angka ini lebih tinggi dari prosentase wanita dewasa Korea yang mengkon-
181
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
sumsi minuman beralkohol. Dari survei muncul kekhawatiran apa yang terjadi apabila pada tahun-tahun selanjutnya jumlahnya lebih meningkat lagi. Oleh karena itulah, kampanye ini semakin sering dilakukan. Bahaya dari minuman beralkohol cukup banyak, akan tetapi lebih cepat timbul kepada wanita. Dalam drama ditunjukkan bahwa tak lama setelah Goo Hyo-Sun meminum makgeoli dalam jumlah banyak, ia merasa mual dan kemudian muntah. Akibat lain yang sangat dibenci oleh seorang wanita adalah bertambah gemuk. Umumnya minuman beralkohol memiliki kadar gula dan kalori tinggi, belum lagi kalau seseorang sedang minum sembari memakan cemilan, maka dalam waktu singkat berat badan seseorang akan langsung naik. Akibat yang lebih parah adalah menurunnya sistem kekebalan tubuh, tulang menjadi lebih cepat keropos, menurunnya kinerja jantung, dan kerusakan sistem syaraf tubuh. Dari hal-hal yang berskala kecil hingga yang berskala besar, wanitawanita Korea ingin menunjukkan bahwa dirinya ada dan bias. Mereka juga bersusah payah agar mampu mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang di dapatkan oleh kaum laki-laki. Hampir di seluruh dunia memang belum terbentuk kesetaraan gender yang sempurna, akan tetapi perbaikan terus dilakukan. Wanita juga telah menunjukkan bahwa mereka mampu berprestasi dalam berbagai bidang pekerjaan. Namun, bukan tentu hal-hal yang wanita Korea inginkan untuk maju dapat terjadi dengan mudah. Budaya buruk yang selalu mengikuti langkah wanita-wanita Korea sejak zaman dahulu haruslah ditinggalkan agar mereka mampu melangkah maju, membuat dirinya berprestasi dan memiliki kebebsana untuk berkarya. Menciptakan budaya baru yang lebih baik dan mereka lebih dihargai lagi. Para wanita ini sudah memberikan konstribusi demi kemajuan negara Korea, mereka juga memegang peran penting dalam berbagai sektor, contohnya yaitu sektor pendidikan, kesehatan, hukum, politik, dan ekonomi. Diharapkan kesetaraan gender di Korea maupun di negara-negara lain lebih maju. Hukum-hukum negara yang berlaku juga tidak hanya berpihak kepada kaum laki-laki saja. Wanita mampu menjalankan kewajibannya dan berhak untuk mendapatkan hak-haknya, untuk memenuhi itu banyak upaya yang dilakukan oleh semua wanita maupun The Korean Institute for Gender Equality Promotion & Education (Institut Korea untuk Kesetaraan Gender dan Pendidikan), dan upaya tersebut tak pernah berhenti.
Perbedaan Wanita Korea Zaman Dahulu dan Zaman Modern Setiap manusia yang hidup di zaman yang bebeda pastinya memiliki perbedaan juga, tentu hal ini berlaku juga pada wanita Korea yang hidup
182
Wanita Korea
pada zaman Kerajaan Silla dan Joseon. Keadaan kehidupan mereka dengan wanita yang hidup di zaman modern tentu berbeda. Semua berawal dari tidak lagi berlakunya kasta di zaman modern, yang membedakan kelas sosial mereka hanyalah tingkat kesejahteraan, dalam arti siapa yang bekerja keras kemudian menjadi sukses, yang lainnya adalah mereka yang hidup sederhana atau kurang mampu. Gaya hidup wanita Korea zaman dahulu juga lebih sederhana jika dibandingkan dengan wanita zaman modern. Wanita Korea zaman modern memiliki daftar kebutuhan tambahan/tersier lebih banyak. Contohnya adalah seorang wanita akan mengeluarkan uang ekstra jika mengikuti les memasak, yoga, kecantikan, atau bahasa Inggris. Karena wanita yang hidup di zaman Kerajaan Joseon masih sangat tradisional, mereka hanya mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sekunder. Pada zaman dulu, biaya yang dihabiskan wanita Korea bidang pendidikan tentu tidaklah sebanyak sekarang, karena pada zaman dahulu wanita masih banyak yang dilarang untuk memperoleh pendidikan formal seperti saat ini. Sebagian dari mereka hanya mengikuti sekolah untuk menjadi seorang Gisaeng. Dewasa ini, wanita-wanita Korea berkeinginan kuat untuk dapat sekolah hingga ketingkat yang lebih tinggi, hingga mereka memiliki ilmu yang banyak. Untuk itulah, pada abad ke-21 ini kesempatan bagi mereka untuk memperoleh pendidikan yang layak dan kebebasan bagi mereka telah terbuka. Mereka tak segan-segan untuk menuntut ilmu hingga tingkat S2 atau S3. Pendidikan adalah nomor satu dan pendidikan juga merupakan pilar untuk memajukan suatu negara. Wanita yang berumur 25 tahun atau bahkan lebih muda pada zaman dulu cenderung berkeinginan untuk menikah atau mereka akan dijodohkan oleh orang tuanya. Tentu saja saja hal ini dilakukan demi memiliki seorang keturunan dalam sebuah keluarga dan menaikkan status keluarga mereka. Berbeda dengan wanita yang hidup di zaman modern, pada umur 25 tahun mereka masih sibuk bekerja, mereka lebih menginginkan sebuah karier yang bagus dibandingkan menikah. Bagi wanita-wanita karier, menikah adalah sebuah hal yang mampu menghentikan langkah mereka untuk lebih sukses lagi karena mereka memiliki tanggung jawab mengurus keluarga. Hal yang lebih dikatutkan lagi adalah jika mereka memiliki tingkat kesibukan yang tinggi, tibatiba harus berhenti bekerja karena mengurus keluarganya setelah menikah. Tuntutan hidup yang semakin maju dari zaman ke zaman membuat setiap orang berambisi untuk menaikan taraf hidupnya. Walaupun ini juga terjadi di belahan dunia mana pun, para wanita Korea juga tak mau ketinggalan. Wanita Korea pada zaman sekarang cenderung memandang bahwa kesuksesan seseorang adalah penting. Seseorang yang tidak mampu meraih
183
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
kesuksesan dalam hidupnya akan hidup semakin terbelakang dibanding yang lainnya. Hal ini sangat berpengaruh pada pandangan yang akan diberikan oleh orang lain terhadapnya. Prestise juga merupakan salah satu faktor yang membuat para wanita Korea sangat memperhatikan penampilan mereka. Wanita Korea menganggap bahwa penampilan adalah hal utama khususnya dalam bersosialisasi. Cara berpenampilan mereka pun berbeda dari zaman ke zaman. Jika wanita Korea zaman dahulu menggunakan make-up sebagai perias utama mereka dalam berpenampilan, khususnya digunakan oleh para wanita bangsawan dan gisaeng, lain halnya dengan wanita Korea zaman sekarang. Make-up memang masih dianggap perias utama dalam berpenampilan, tetapi masih banyak keluhan yang dialami oleh wanita Korea. Ketidaksempurnaan bentuk wajah yang dimiliki sepertinya menjadi masalah utama yang sedang dihadapi wanita Korea, khususnya zaman sekarang. Hal inilah yang menjadi pemicu timbulnya tren baru yang mulai menjalar di kalangan wanita Korea zaman sekarang. Tren operasi plastik telah menjangkit di kalangan wanita Korea. Berawal dari rasa ketidakpuasan akan kecantikan yang sudah dimiliki dan prestise yang dijunjung tinggi, operasi plastik sepertinya menjadi pilihan yang menggiurkan bagi mereka. Cara instan ini banyak diminati oleh wanita Korea untuk mempercantik penampilan dibanding dengan wanita Korea zaman dahulu. Semakin berkembangnya teknologi juga ikut mempengaruhi gaya hidup para wanita Korea dalam memilih operasi ini sebagai sarana mempercantik diri. Berikut ini adalah fakta-fakta terkait wanita Korea dan operasi plastik: ď ˇ 76% wanita di Korea telah menjalani operasi plastik. Padahal usia mereka masih berkisar 20-30 tahun ď ˇ 25% orangtua (terutama ibu) di Korea meminta anaknya yang baru berusia 12-16 tahun untuk menjalai operasi plastik. ď ˇ 27,4% (termasuk wanita) para pencari kerja menjalani operasi plastik untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka saat melakukan wawancara. Banyak hal yang mempengaruhi wanita Korea untuk melakukan operasi ini. Tren budaya yang kian lama makin berbeda semakin terjadi. Dahulu kecantikan hati (inner beauty) memiliki peranan penting. Begitu pula anggapan wanita Korea zaman dahulu. Namun, kini nilai-nilai tersebut telah bergeser seiring berkembangnya zaman. Saat ini di Korea, yang dianggap cantik adalah yang mampu memiliki kesempurnaan penampilan terutama pada fisik. Hal ini sangat menunjang karir dan kesuksesan mereka. Persepsi berbeda yang terjadi antara zaman yang berbedalah yang akan melahirkan budaya yang berbeda pula.
184
Wanita Korea
Teknologi zaman sekarang sangat maju, Korea adalah salah satu negara penghasil gadget dan alak elektronik yang berkualitas baik dan mampu membuat tren sendiri di kalangan masyarakat. Perusahaan-perusahaan elektronik, seperti Samsung dan LG terus bersaing untuk menghasilkan produk yang inovatif dan mampu mendukung program go green1 . Wanita Korea juga selalu mengikuti tren gadget, seperti membeli Samsung tab atau iPad, handphone berprogram android, iPhone 4 yang diluncurkan tahun 2011 lalu. Semakin bervariasinya kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Korea patut diiringi oleh semakin baiknya filter pelindungnya, seperti hukum yang berlaku dan rasa toleransi agar tetap tercipta masyarakat yang rukun, berprestasi, memiliki moral, dan sukses. Perlindungan kepada wanita dan kesetaraan gender juga semakin membaik sehingga tak ada lagi diskriminasi sosial maupun kekerasan terhadap wanita. Wanita Korea mampu bersaing dengan laki-laki, walaupun suara-suara untuk lebih memberikan kesempatan bagi para wanita terus terdengar.
Referensi Buku : David I. Steinberg. 1989. The Republic Of Korea: Economic Transformation and Social Change. United States Of America: Westview Press. Situs: http://id.wikipedia.org/wiki/Kisaeng http://id.wikipedia.org/wiki/Kelas_sosial h t t p : / / m yk o r e a n s t u d i e s . w o r dp r e s s . c o m / 2 0 1 0 / 0 6 / 0 4 / g i s a e n g %EA%B8%B0%EC%83%9D-the-arty-entertainer/ http://chasyagoresanhati.blogspot.com/2011/08/gisaeng.html http://en.wikipedia.org/wiki/Kisaeng, diunduh pada tanggal 26 Oktober 2011 pukul 21.44 WIB http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2011/10/07/2011100701180.html, diunduh pada tanggal 8 November 2011 pukul 21.00 WIB http://blogs.wsj.com/korearealtime/2011/08/24/park-geun-hyes-balancing-acton-north-korea/, diunduh pada tanggal 8 November 2011 pukul 21.00 WIB h t t p : / / e n g l i s h . y o n h a p n e w s . c o . k r / n a t i o n a l / 2 0 1 1 / 11 / 0 3 / 4 0 / 0301000000AEN20111103008000315F.HTML, diunduh pada tanggal 8 November 2011 pukul 21.02 WIB
1
Program penyelamatan bumi agar bumi tetap hijau dan mencegah pemanasan global (global warming)
185
Mengintip Budaya Korea: Pandangan Generasi Muda Indonesia
http://www.gti.org/Pressroom Proportion%20of%20women%20in%20senior %20management%20falls%20to%202004%20levels.asp, diunduh pada tanggal 8 November 2011 pukul 21.02 WIB http://www.theglasshammer.com/news/2011/01/20/key-issues-anddevelopments-for-women-managers-in-asia/, diunduh pada tanggal 16 November 2011 pukul 10.23 WIB http://www.hyundaigroup.com/eng/main/news_list.jsp, diunduh pada tanggal 16 November 2011 pukul 10.48 WIB http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2011/06/11/2011061100333.html, diunduh pada tanggal 21November 2011 pukul 10.51 WIB http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2011/11/ 19/4655/2/Perempuan-Peminum-Alkohol-Lebih-Berisiko-KerusakanOtak, diunduh pada tanggal 26 November 2011 pukul 12.19 WIB http://www.kigepe.or.kr/usr/eng/intro.asp, diunduh pada tanggal 26 November 2011 pukul 12.31 WIB http://rizqiarifuddin.blogspot.com/2011/07/wanita-korea-yang-perkasa.html Drama : Drama , tayang di KBS World pada tahun 2010 dan ditonton pada bulan Maret-Juni 2010 Drama , tayang di SBS pada bulan Agustus-Septembember 2011 dan ditonton pada tanggal 7 Oktober 2011 Majalah : Majalah Korea edisi bulan Maret 2011, halaman 24, Poktanju : Getting Bombed Korean Style
Penulis: Sri Sugiarti adalah mahasiswa pada Program Studi Korea, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Email: girl_muars@yahoo.com Kartika Hapsari adalah mahasiswa pada Program Studi Bahasa Korea, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
186