JEJAK KASUS
Isop Sopiati, PMI Malaysia yang Terkena Diabetes Berhasil Dipulangkan Isop Sopiati Bersama dengan Ina, Perwakilan dari Komunitas Kowikacu dan Petugas BP3TKI Tanjung Pinang.
I
sop Sopiati (40) Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Padasuka RT/RW 01/05, Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat menderita sakit diabetes hingga menimbulkan borok pada kaki. Sopiati sendiri PMI tidak berdokumen yang telah tinggal di Malaysia dalam kurun waktu sepuluh tahun. Selama sakit di Malaysia, Sopiati tidak mendapatkan perawatan medis dan hanya mengkonsumsi obat-obatan herbal yang dikirim kerabat dari Indonesia. Kondisi sakit yang diderita Sopiati pertama kali disebarluaskan oleh PMI bernama Shifa di jejaring sosial Facebook. Shifa saat itu meminta bantuan dana untuk proses pemulangan Sopiati. Unggahan tersebut diketahui oleh salah satu rekan Komunikasi Organisasi Migran Indonesia (KOMI) dari organisasi Pagarnusa, lalu diteruskan kepada rekan-rekan KOMI. Yoga Pramono, perwakilan dari organisasi Pejuang Devisa Peduli (PEDEPE) yang tergabung dalam KOMI, beserta Wahyudi perwakilan dari organisasi Laskar Peduli Kasih (LPK) menjenguk untuk memastikan kondisi Sopiati. Saat didatangi Yoga Pramono dan Wahyudi, Sopiati masih tinggal menumpang di rumah Shifa di Jalan Silat Harimau 1/2 Selesa Jaya, Johor Bahru. Saat itu Sopiati menuturkan keinginannya untuk dapat segera pulang ke kampung halaman. Ia juga sudah mengurus Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) di KJRI Johor Bahru, namun
Oleh Eka Pramono
dikarenakan ketiadaan biaya, proses pemulangan Sopiati terhambat. Kondisi Sopiati kemudian disebarluaskan Yoga Pramono pada jaringan KOMI untuk segera mendapatkan solusi. Dikarenakan biaya compound (denda) dan biaya tiket dari Johor Bahru-Batam sebesar RM3100, akhirnya disepakati KOMI akan membantu proses pemulangan. KOMI melakukan penggalangan dana serta pendampingan pengurusan dokumen kepulangan. Dari kegiatan penggalangan dana, selain mendapatkan tambahan bantuan biaya, Sopiati juga mendapat bantuan kursi roda dari organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Sementara menunggu proses kepulangan, Sopiati harus segera mendapatkan tempat tinggal baru dikarenakan rumah yang ditumpangi diminta oleh pemiliknya. KOMI berupaya untuk mendapatkan bantuan tempat tinggal dari KJRI Johor Bahru, namun gagal dikarenakan shelter atau rumah tinggal sementara dalam kondisi penuh. Akhirnya Sopiati ditampung oleh Wini yang merupakan salah satu rekan Shifa. Proses kepulangan Sopiati terkendala oleh peraturan baru kerajaan Malaysia, yang menyatakan bahwa setelah pembayaran denda, Sopiati masih harus menunggu kurang lebih dua bulan sebelum dipulangkan ke Indonesia. Kendala lain adalah uang yang terkumpul
EDISI AGUSTUS 2019 BULETIN KOMI | 5