11 minute read

VICE PRESIDENT OF POLICY AND ADVOCACY

Next Article
GENERAL TREASURE

GENERAL TREASURE

GRAND DESIGN VICE PRESIDENT OF POLICY AND ADVOCACY

IKATAN SENAT MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA

Advertisement

PERIODE 2022-2023

KATA SAMBUTAN Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa kedokteran Indonesia!Hidup rakyat yang melawan!

Salam sejahtera bagi kita semua,

Akhir-akhir ini, saya sering mendengar kritikan terhadap gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa dianggap sebagai sebuah gerakan yang ricuh, anarkis, tidak berdasar, ditunggangi kepentingan politik, hanya bisa kritik tanpa solusi, dan masih banyak lagi. Sentimen seperti ini tidak hanya muncul dari kalangan masyarakat, tetapi juga dari kalangan mahasiswa itu sendiri, khususnya mahasiswa yang tidak berkecimpung di dalam dunia pergerakan. Lantas, hal tersebut membuat saya mencoba merefleksikan kembali esensi dari gerakan mahasiswa. Apa sih itu gerakan mahasiswa, dan bagaimana seharusnyagerakan tersebut dilaksanakan? Sejatinya, terdapat tiga elemen dasar dari pergerakan, yaitu status quo, perubahan,dan tujuan. Ketidakpuasan terhadap status quo yang ada membuat suatu kelompok mendorong terjadinya sebuah perubahan ke arah tujuan tertentu. Namun, yang perlu diingat, tidak ada sebuah tujuan yang bersifat final, mengingat begitu kelompok tersebut mencapai tujuan tersebut, tujuan itu akan kembali menjadi status quo dengan room for improvement. Sejatinya, hal ini selaras dengan mindset yang senantiasaditanamkandalamdunia kedokteran, yaitu menjadi seorang lifelong learner, hanya saja dalam konteks ini mindset tersebut harus diterapkan pada skala yang lebih besar, yaitu sebuah kelompok gerakan. Sebelum kemerdekaan Indonesia, terdapat banyak tokoh bangsa yang memiliki latar belakang pendidikan kedokteran. Sebut saja dr. Soetomo, dr. Cipto

Mangunkusumo, dr. Wahidin Sudirohusodo, Ki Hadjar Dewantara, dan Tirto Adi Suryo. Bahkan, Budi Oetomodidirikan oleh mahasiswa-mahasiswa kedokteran yang saat itu merupakan pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Indische Partij, organisasi pertama yang mengungkapkan ide kemerdekaan Indonesia, juga diprakarsai oleh dr. Cipto Mangunkusumo dan Ki Hadjar Dewantara yang merupakan alumni STOVIA. Hal ini berpuncak pada Sumpah Pemuda, dimana digaungkan semangat nasionalisme Indonesia. Perlu dicatat bahwa banyak asosiasi kepemudaan pada saat itu dimotori oleh mahasiswa kedokteran.

Namun, saat ini, pergerakan mahasiswa kedokteran Indonesia seolah berjalan stagnan. Hal ini bisa dilihat dari penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah yang justru terkesan lebih mementingkan ekonomi dibanding kesehatan. Sudah banyak rekomendasi yang diberikan oleh mahasiswa kedokteran dan bahkan dokter-dokter Indonesia, tapi jarang sekali didengar. Hal ini selayaknya menjadi refleksi untuk kita, mengapa peran kita dalam dunia politik seolah hilang tergerus zaman? Padahal, dalam kondisi krisis kesehatan seperti saat ini, peran politik dari dokter-dokter dan mahasiswa kedokteran Indonesia sangat krusial. Oleh karena itu, sudah saatnya kita melakukan reaproriasi peran mahasiswa kedokteran Indonesia. Saya menelaah bahwa salah satu hal yang menyebabkan sentimen terhadap gerakan mahasiswa didasari dari salah kaprahnya mahasiswa dalam memahami esensi dan peran mereka. Kita seringkali dicecoki dengan peranperan mahasiswa yang diromantisasi, seperti agent of change, social control, iron stock, moral force, dan guardian of value. Kemudian, kita menginternalisasi peranperan tersebut tanpa mencoba untuk mengkritisi esensi dari peran-peran tersebut. Padahal, apabila diperhatikan, terdapat keganjilan dari peran-peran tersebut. Moral force dan guardian of value seakan mengisyaratkan mahasiswa untuk mempertahankan dan menjadi teladan bagi masyarakat berdasarkannorma-norma yang ada saatini. Sayangnya, banyak norma dan moralitas yangmasih bermasalah, contohnya budaya patriarki, feodalisme, main hakim sendiri, dan lain sebagainya. Selain itu, peran social control justru mengarahkan mahasiswa untuk mengontrol masyarakatdisaatmahasiswa justru harusnya menjadikontrolbagiPemerintahdan peran iron stock menyebabkan mahasiswa “meniru” semua cara, termasukcara

kotor, yang dilakukan oleh pejabat. Apakah hal ini tidak merupakan sebuah kontradiksi dengan peran agent of change, dimana mahasiswa diagung-agungkan sebagai sebuah agen perubahan? Perlu dipahami bahwa romantisasi peran-peran mahasiswa ini dikonstruksi oleh rezim Orde Baru untuk mengontrol mahasiswa, sehingga jelas peran ini tidak relevan apabila pemuda benar-benar ingin membuat suatu perubahan. Lantas, bagaimana seharusnya mahasiswa bergerak? Pertama, tanggalkan peran moral force dan guardian of value, karena peran-peran tersebut jelas kontraproduktif terhadap gerakan yang mendorong terjadinya sebuah perubahan. Kedua, rekonstruksiperansocialcontrolmenjadipoliticalcontrol.Peranmahasiswa sebagai pengawas masyarakat adalah hal yang absurd. Justru, mahasiswa harus bergerak bersama masyarakatsipil dalam mengawal kebijakan yang merugikan masyarakat. Di sini, penting juga untuk memahami bahwa mahasiswa hanyalah SALAH SATU agent of change, BUKAN SATU- SATUNYA agent of change. Apabila mahasiswa menganggap dirinya sebagai satu-satunyaagent of change, dia tidak akanmauberjejaringdengan masyarakatsipildan padaakhirnyaakan terperangkap dalam ilusi menara gading membela masyarakat. Terakhir, mahasiswa harus dapat melampaui dikotomi gerakan moral dan gerakan politik. Menurut saya, membawa embel-embel gerakan moral adalah sesuatu yang tidak masuk akal, utopis, dan kontraproduktif, karena mindset tersebut hanya akan membatasi mahasiswa untuk mendengar suara dari rakyat yang sebenarnya ingin mereka perjuangkan. Di sisi lain, apabila sepenuhnya menginternalisasi gerakan politik, mahasiswa dapat terbawa arus dan ditunggangi oleh kepentingan elit politik. Oleh karena itu, mahasiswa seharusnya bisa mengasimilasi aspek-aspek baik dari kedua gerakan tersebut. Gerakan mahasiswa adalah gerakan moral (independen, berpihak kepada kaum marjinal) sekaligus gerakan politik (beraliansi dan berjejaring dengan pressure group lain di masyarakat). Mahasiswa perlu menanggalkan kesombongan heroismenya, tetapi tetap menjalankan perannya untuk memperjuangkan hak-hak kaum marjinal. Dalam praktiknya, banyak hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk mencapaisebuah perubahan yang nyata. Secara vertikal, mahasiswa bisa berperan dalam pembuatan kebijakan publik dengan pembuatan kajian, audiensi, riset,

konsolidasi dengan mitra gerak, lobbying dengan stakeholder, pembuatan propaganda, dan bahkan aksi massa. Segala carabisa dilakukan, dengan catatan terdapat dua prinsip yang harus dipegang teguh. Pertama, independen. Mahasiswa bisa berjejaring dengan siapa saja, mulai dari mahasiswa lain, masyarakat sipil, organisasi profesi, bahkan stakeholder, tapi segala bentuk keputusan yangdiambil oleh mahasiswa haruslah merupakan keputusan yang terbaik berdasarkan rasionalisasi dan analisis dari mahasiswa tersebut, tanpa terpengaruh kepentingan kelompok lain. Kedua, berpihak pada kaum marjinal. Jangan sampai mahasiswa mengambil sikap yang akan merugikan kaum marjinal, karena hal itu akan mencederai esensi dari gerakan mahasiswa itu sendiri. Secara horizontal, mahasiswa juga dapat melakukan banyakbentuk pengabdian, seperti campaign, community service, community development, dan bahkan community empowerment. Namun, satu prinsip yang harus dipegang, yaitu community-based. Jangan sampai kita terjebak dalam semangat heroisme dimana mahasiswa berperan sebagai penolong masyarakat, tetapi kita harus membuat sebuah intervensi dimana masyarakat bisa mengembangkan dirinya sendiri dengan difasilitasiolehmahasiswa.

Semangat-semangat tersebutlah yang ingin saya bawa dalam pergerakan Ikatan Senar Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) tahun ini. Saya berharap, semoga pada tahun ini dapat terjadi “Reformasi ISMKI”, dimana pergerakan ISMKI, baik secara vertikalmaupun horizontal, berubah menjadi jauh lebih baik dan sesuai dengan esensi dari gerakanmahasiswa yang berdampak nyata bagi masyarakat. Tentu saya tidak lupa, bahwa niat baiksaya ini tidak akan ada hasilnya tanpa bantuan dari teman-teman mahasiswa kedokteran yang lain.

Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman mahasiswa kedokteran seIndonesia untuk ikut serta dalam gerakan “Reformasi ISMKI” ini, untuk pergerakan mahasiswa kedokteran Indonesia yang berdampak nyata. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasamemberkati niat baik kita semua dan bersama-sama kita bisa menjadi agent of change bagimasyarakat kita. Karena kalau hidup hanya sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalaukerja hanya sekedar kerja, kerbau di sawah juga kerja.

CHRISTOPHER CHRISTIAN

VICE PRESIDENT OF POLICY AND ADVOCACY

ISMKI PERIODE 2022-2023

A. PENDAHULUAN

Prolog

Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) adalah organisasi dengan anggota seluruh mahasiswa kedokteran di Indonesia. Secara filosofis, apabila menilik padasejarah, ISMKI merupakan organisasi mahasiswa kedokteran tertua (sudah berdiri sejak 1981) dan terbesar (saat ini memiliki 89 anggota institusi). Dari sudut pandang tersebut, tentu seharusnya ISMKI menjadi organisasi yang dapat menjadi representasi mahasiswa kedokteran Indonesia, mengingat keanggotaannya yang mencakup seluruh mahasiswa kedokteran di Indonesia. Secara yuridis, ISMKI pun juga merupakan satu-satunya organisasi representasi mahasiswa kedokteran di Indonesia yang diakui oleh organisasi profesi dokter Indonesia, yaitu Ikatan Dokter Indonesia (IDI), melalui Surat Keputusan Ikatan Dokter Indonesia No. 1771/PB/A.3/03/2006 yang didasari oleh Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 61/Dikti/Kep/1989.

Problematika

Sayangnya, secara sosiologis, dapat dilihat bahwa peran ISMKI yang seharusnyamenjadiorganisasirepresentasimahasiswakedokteranIndonesiajustru semakin menurun.Pertama, hal ini dapat dilihat dari kurangnya partisipasi dan kepedulian dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) atau Himpunan Mahasiswa (HIMA)FakultasKedokteran(FK)pada acara-acara dan kegiatan ISMKI. Pada ISMKI 2021-2022, dapat dilihat bahwa terjadipenurunan partisipasi BEM dan HIMA FK se-Indonesia yang ditandai dengan pasifnyasebagianbesarBEMdanHIMAFKseIndonesia pada hal-hal yang memerlukan koordinasi. Kondisi ini mungkin dipengaruhi oleh faktor pandemi Covid-19 yang menyebabkansebagian besar kegiatan harus dilaksanakan secara daring, tetapi sebagai sebuah organisasi yang modern, ISMKI seharusnya dapat mencari solusi dari permasalahan ini. Selain itu, penurunan peran ISMKI bagi mahasiswa kedokteran juga disebabkan oleh keluarnya ISMKI dari International Federation of Medical Students Associations (IFMSA) pada tahun2019. Meskipun sejatinya keputusan ini didasari oleh kenyataan bahwa ISMKI secara de facto tidak terlalu dilibatkan dalam representasi

mahasiswa kedokteran pada IFMSA, halini tentu memengaruhi posisi ISMKI dalam daya tawarnya sebagai organisasi mahasiswa kedokteran yang dapat merepresentasikan mahasiswa kedokteran Indonesia di kancah internasional. Perkembangan zaman yang sangat cepat membuat ISMKI harus segera beradaptasi dengan kondisi yang ada agar tidak tertinggal dengan progress yang ada.Dalamhal ini, ISMKI harus dapat menjadi organisasi yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan zaman yang menjadi semakin modern. Visi ISMKI HARMONI adalah “ekstensifikasi ISMKI dalam mengambil peran pembangunan yang kontributif, progresif, dan representatif dengan semangat kesejawatanmembentuk Ikatan yang HARMONI menuju Indonesia Society 5.0”. Apabila dijabarkan, terdapat beberapa komponen dalam visi tersebut. Komponen pertama adalah ekstensifikasiyang memiliki arti perluasan pergerakan ISMKI agar memiliki dampak yang lebih besar. DalamkonteksVPPA,khususnyaranahadvokasi kebijakan, hal inidapat dilakukan denganbeberapa hal, yaitu konsolidasi akbar dan bonding rutin Presiden BEM serta HIMA FK se-Indonesia dan memperluas jejaring dengan mitra-mitra gerakan, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), guru-guru besar dan dosen FK, dan organisasi mahasiswa kesehatan lainnya. Dengan kekeluargaan yang erat dari hasil konsolidasi rutin, ISMKI akan dapat lebih bergerak secara sinergis dengan BEM dan HIMA FK se-Indonesia, dan dengan relasi mitra gerakan yang luas, ISMKI akan memiliki daya tawar yang lebih tinggi dalam pembuatan kebijakan publik. Kemudian, terdapat komponen kontributif yang menunjukkan bahwa ISMKI memberikan dampak positif bagi kesehatan Indonesia. Selain dalam ranah advokasi kebijakan, ISMKI juga dapat memperluas dampaknya dalam ranah pengabdianmasyarakat.ISMKIdapatberperanlebihaktifdalamkegiatancommunity development yang dilakukanoleh BEM dan HIMA FK se-Indonesia, antara lain dengan melakukan supervisi danmemberikan bantuan apabila diperlukan. Dalam konteks pandemi Covid-19, RECONISMKI juga dapat bekerja sama dengan BEM dan HIMA FK se-Indonesia untuk memberikan edukasi terkait protokol kesehatan kepada kader kesehatand desabinaan BEMdan HIMA FK terkait. Selanjutnya,terdapatkomponenprogresif,yaitukemajuankearahyanglebih baik.Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan dari segi kekeluargaan

dan penyusunanstrategigerak bersama mitra gerakan yangakanditunjang dengan hal-hal seperti yang dijelaskan pada paragraf pertama. Kemudian, terdapat komponen representatif, yang berarti ISMKI adalah organisasi yang merepresentasikan kepentingan mahasiswa kedokteran Indonesia. Dalam praktiknya, segala advokasi kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh ISMKI harus berdasarkan analisis yang mendalam atas dampaknya bagi mahasiswa kedokteran Indonesia. Selain itu, perlu dilakukan jaring aspirasi dari mahasiswa FK seIndonesia untuk mengetahui pendapat mereka terkait berbagai isu kedokteranagar bisa dipertimbangkan dalam stance yang akan dibuat oleh ISMKI terhadapsuatu kebijakan kesehatan. Apabila semua hal tersebut dapat dijalankan dengan baik, akan tercipta sebuah gerakan yang HARMONI, yaitu sebuah gerakan yang sinergis dari seluruh mahasiswa FK se-Indonesia. Dengan adanya sebuah gerakan yang selaras, harapannya ISMKI dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia untukdapat menghasilkan sebuah gerakan yang masif dan memiliki kemungkinan berdampak yang besar dalam pembuatan kebijakan maupun pengabdian masyarakat. Di era IndonesiaSociety 5.0, ISMKI tidak akan ketinggalan zaman apabila menerapkan hal-hal tersebut.

Epilog

Misi “ISMKI sebagai manifesto (pengejawantahan) seluruh mahasiswa kedokteranIndonesia” menunjukkan bahwa dalam pergerakannya ISMKI harus melakukan semuaaspek yang sudah dijelaskan dalam pembedahan visi pada paragraf-paragraf sebelumnya. Sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa kedokteran yang diakui secara resmi untuk merepresentasikan mahasiswa kedokteran seluruh Indonesia, ISMKI harus dapat menjadiorganisasi yang sikapnya benar-benar mewakili seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia.Hal tersebut dapat dilakukan dengan pelibatan mahasiswa kedokteran Indonesia dalamperancangan kajian dan pembuatan sikap, misalnya melalui pembuatan Working Group Discussion (WGD) kepada institusi FK seluruh Indonesia dalam pembuatan kajian dansurvei penjaringan aspirasi terkait sikap mahasiswa kedokteran Indonesia dalammenanggapi sebuah isu kesehatan. Meskipun begitu, ISMKI juga harus 60

dapat menjadiorganisasi yang dapat memberikan pencerdasan yang berdasarkan analisis yang berbasis data kepada mahasiswa kedokteran, apabila pada kenyataannya tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran terkait isu kesehatan yangadamasihrendah.Halinidapatdilakukan melalui pengemasan konten-konten edukasi isu kesehatan dalam bentuk mediapropaganda yang kreatif dan sesuai dengan target pasar, dalam artian menyesuaikan minatkonten yang sering dilihat oleh mahasiswa kedokteran se-Indonesia. Minat konten ini pundapat diketahui melalui survei yang akan disebarkan kepada mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia.

B. RANCANGAN STRATEGIS

MISI :

ISMKI sebagai manifesto (pengejawantahan) seluruh mahasiswa kedokteran Indonesia. ISMKI sebagai organisasi pergerakan bekerja berlandaskan dengan hasil aspirasi mahasiswa kedokteran Indonesia, sehingga akan merepresentasikan kepentingan mahasiswa kedokteran yang solutif dengan mengedepankan aspek kajian dan riset terukur.ISMKI dapat bermediasi serta memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memberikan dampak terhadap sistem pendidikan kedokteran maupun penyelenggaraan sistemkesehatan Indonesia.

Ø Metode yang akan digunakan antara lain:

a. Melakukan konsolidasi Wilayah-Nasional untuk sinkronisasi pergerakan secararutin melalui bidang HPS dan CE b. Memaksimalkan peran HPS dan CE dalam pembuatan kajian untuk advokasi agarmemberikan dampak yang nyata c. Mengembangkan kemampuan penulisan kajian dan advokasi untuk institusi-institusi yang membutuhkan d. Menindaklanjuti hasil audiensi dalam bentuk yang nyata

e. Memperluas kolaborasi dengan berbagai elemen gerakan lain untuk menghasilkangerakan yang sinergis, masif, dan berdampak nyata

C. SUSUNAN TIM

Christopher Christian Vice President of Policy and Advocacy

Jihan Ramadhani

Assistant on HPS

M. Adam Eldawan

Assistant on CE

Keterangan:

- HPS: Health Policy Studies

- CE: Community Empowerment

D. ALUR KERJA

This article is from: