jongArsitek! Febuary 2008

Page 1


Selamat menikmati.. Desain menginspirasi

jongArsitek!

arsitekmuda@googlegroups.com sampul : adikritz

Except where otherwise noted, content on this magazine is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License



JongEDITORIAL

!

oleh : Danny Wicaksono

selamat senang semuanya, selamat bahagia! selamat yang baik2 deh pokoknya! . walaupun beberapa minggu ini jakarta sedang sangat tidak cerah, tapi nampaknya hari-hari sedang cerah untuk dunia arsitektur kita. beberapa gerakan mulai menggeliat, forum-forum diskusi mulai ramai, beberapa arsitek indonesia berhasil menjadi pemenang dalam BCI Asia design competition, dan Ikatan profesi kita sedang memperjuangkan disahkannya undang-undang keprofesian arsitek. semuanya tampak berjalan kearah yang lebih baik. oleh karena itu kami merasa sekarang adalah momentum yang paling tepat untuk meluncurkan edisi per-

JongArsitek!

dana bundelan kertas yang bisa dimiliki secara cuma-cuma ini adalah kumpulan pemikiran beberapa arsitek muda, yang merasa perlu untuk berkata-kata di tengah riuh rendah dunia arsitektur kita. bukan dengan tujuan untuk cari nama, tapi hanya membekukan pemikiran mereka, agar bisa di bagi dengan khalayak lebih ramai. harapannya agar pemikiran-pemikiran ini bisa di sanggah, di patahkan, malah mungkin di bungkam oleh pemikiran-pemikiran baru yang juga terbekukan. agar dunia arsitektur kita bisa terus bergerak dengan pemikiran-pemikiran baru yang dapat terus mendefinisi ulang arsitektur indonesia. saatnya yang muda bersuara. menggariskan awal, lewat kata dan karya hasil pemikiran. dengan bersyukur kepada tuhan yang maha esa,dan dengan segala kerendahan hati, kami mempersembahkan edisi perdana ini untuk dunia arsitektur indonesia.

4


Kontributor

tanpa basa basi, anda bisa mengecek profil mereka langsung ke frenster dan media sosialweb lainnya.

adikritz http://profiles.friendster.com/adikritz

ariko andikabina profiles.friendster.com/7108104

rafael arsono http://profiles.friendster.com/8063285

ardes perdhana http://profiles.friendster.com/8923678

danny wicaksono http://profiles.friendster.com/3982445

paskalis khrisno a http://profiles.friendster.com/6831264


3 9 15/22

JongEditorial

jongGambar

selamat datang di edisi perdana ini

fashionably fresh!

jongTulisan

kota cantik yang tidak sekedar bedak arsitektural arsitek, manifesto, dan perkotaan

6


jongArsitek! febuari 2008

28 34 38 JongRiview

JongEvent

JongLainnya

tegang bentang

hijau menjadi pilihan?

sosialitur


jongArsitek! feb uari 2 00 8

photo by adikritz

Holga - ELITE Chrome 160

a pile of dishes 8

Melalui lorong koridor servis, Karya Paul Rudolph ini seperti tumpukan piring yang akan dicuci


Sing sing sing

Mernyanyi, mengekspresikan diri, membuat orang-orang berkumpul, dan mencari uang, bisa dilakukan sekaligus kalau kita punya runag publik yang baik...


jongGambar

jongArsitek! fe b u ari 2008

10


fashionably fresh! The New Era for Contemporary Design Center in Jakarta oleh : Rafael Arsono desain : Ardes Perdana, Paskalis Khrisno A, Rafael Arsono


Sayembara renovasi fasade gedung Jakarta Design Center (JDC) yang diadakan IAI Jakarta beberapa bulan lalu adalah sebuah proyek facelift yang juga mencakup penataan halaman muka serta entrance gedung tersebut. Sayembara “operasi wajah� mencari desain yang mampu menyegarkan wajah JDC yang dianggap tidak lekang jaman. Gedung JDC dirancang oleh Ir.Murito pada akhir tahun 1980-an. Pada masa itu JDC bisa jadi sangat hype dengan stepped box pada sudut gedung, khas semangat post-modern yang sempat bergaung di Indonesia.

12

Namun di jaman semua-serba-internet, dimana demand terhadap perubahan dan

sesuatu yang baru meningkat drastis, dan munculnya kelompok masyarakat pembosan (boring society), JDC saat ini nampak tua, kusam dan tidak bicara apa-apa selain menjadi showroom produk interior import dari seluruh dunia. Masyarkat awam desain pun lebih mengenal JDC sebagai showroom sekaligus ruang sewa seminar ketimbang sebuah ‘pusat desain’. Dari gambaran di atas, timbul sebuah pertanyaan: arsitektur seperti apakah yang sesuai dengan sebuah pusat desain di Jakarta sekaligus yang dapat mencerminkan semangat kekinian? Pada sayembara ini, saya beserta dua partner arsitek, Ardes Pradhana dan Paskalis Khrisno Ayodyantoro, mengedepankan dua fungsi fundamental yang muncul dari keberadaan JDC saat ini dan di masa datang, yaitu: JDC sebagai showroom desain (fungsi komersial), seperti yang sudah dikenal banyak orang serta JDC


jongArsitek! fe bu a ri 20 0 8

sebagai wadah pusat desain (fungsi kultural), mengembalikan JDC pada hakikatnya (design center). Kedua kepentingan tadi diikuti dengan negosiasi program pada beberapa lokasi di lantai dasar. Sebagai sebuah pusat desain, gedung ini harus lebih terbuka terhadap publik, ramah terhadap pejalan kaki. Mengingat semakin minimnya free-public open space di Jakarta, halaman muka didedikasikan sepenuhnya terhadap publik dengan sebuah plaza yang terbuka bagi warga kota untuk berekspresi sewajarnya di dalamnya dan memindahkan parkir mobil ke basement. Dengan membuka lantai basement baru, kuota parkir bertambah, serta memaksimalkan fungsi muka bangunan sebagai ruang publik yang ramah lingkungan. Dari jalan, plaza ini berangsur naik mengarah sejajar ketinggian lobby di lantai

dasar. Sebuah jalur pedestrian ditarik dari trotoar menerus masuk ke dalam lantai dasar menembus lobi, seakan mengintervensi pejalan kaki dan mengajak masuk ke dalam. Jalur ini tidak simetris—miring—terhadap lobi, sehingga memberikan ketegangan baru, memecah kekakuan desain bangunan asli yang cenderung simetri. Sebagai ruang transisi yang menarik perhatian pengunjung, plaza ini bisa dimaksimalkan menjadi tempat pameran outdoor temporer. Water-feature berupa kolam air mancur merefleksikan bangunan serta menjadi sumber cahaya alami ke lantai parkir di bawahnya. Dapat dibayangkan kerjasama dengan seniman dalam pembuatan artwork mampu memaksimalkan peran plaza lebih dari sekedar taman. Program lain yang disuntikkan di lantai dasar adalah sebuah fungsi ‘museum kecil’ tentang desain, arsitektur, dan ketatakotaan. Kegiatan ritel di lantai dasar dikurangi, digantikan


“ arsitektur seperti apakah yang sesuai dengan sebuah pusat desain di Jakarta sekaligus yang dapat mencerminkan semangat kekinian? “

jongArsitek! feb uari 2 00 8


dengan pusat informasi desain dan kafetaria, serta hall pameran. Sebagai pusat desain, lantai dasar akan diramaikan dengan kegiatan kultural dan edukatif seperti eksibisi, diskusi tentang desain, serta menjadi tempat kongkow baru para desainer dan arsitek. Kontras dengan keberadaan grid kolom pada interior bangunan asli, ruang dibagi secara organik dengan pembatas transparan yang meliuk diantara kolom-kolom. Selain memberikan flow ruang yang lebih dinamis dan bebas, juga menjauhkan kesan sepi dan “angker” dari tata interior eksisting yang cenderung me-lorong.

memberikan celah angin dan cahaya. Efek tersibak dan tersobek ini adalah gambaran dari kecepatan kendaraan yang lewat di jalan, di atas flyover di depan JDC. Material fabric sebenarnya menerapkan teknologi layar tancap yang sudah dikenal dan sangat kenal di masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Di satu sisi mengandung intepertasi lokalitas, di sisi lain mampu menampilkan kesan ringan dan fashionable.

Memberikan penekanan pada “tempat”, sebagai sebuah bangunan yang berdiri di tengah persimpangan sibuk, mencitrakan konteks yang chaos, serta jaman yang menghendaki perubahan cepat, fasad baru JDC mau tidak mau Pada proyek facelift selalu mengharap harus mencitrakan kekinian. Fasad JDC baru klimaks justru di luar bangunan, yaitu pada dapat dibayangkan sebagai sebuah lampion wujud bangunan itu sendiri setelah ‘dioperasi’. Material membran dipilih sebagai kulit yang menyala di malam hari dengan berbagai warna, sekaligus menjadi ‘layar tancap’ yang yang membungkus fasad lama. Kulit yang disorot image tertentu. Plaza di muka gedung me-layar ini kami anggap mampu meluweskemudian menjadi tempat yang ideal untuk kan JDC yang rigid, layar ini pun tersibak sedemikian rupa membentuk relung aerodina- menikmati perubahan yang terjadi pada layar membran, sehingga terjadi relasi antara keselumis yang menaungi area lobi dan drop-off. Kulit disobekkan pada beberapa bagian untuk ruhan pendekatan desain. (Raf)


jongArsitek! feb uari 2 00 8

jongTulisan

Kota cantik yang tidak sekedar bedak arsitektural. Peran Arsitek dalam Menata wajah kota.

oleh : Paskalis Khrisno Ayodyantoro Mahasiswa Universitas Bina Nusantara

16


[1] Beberapa bulan lalu, seorang bapak tua baru saja turun dari pesawat yang membawanya dari Eropa ke Indonesia. Begitu di terminal kedatangan Bandara Soekarno Hatta, ia tampak bersemangat melihat ke buku kecilnya dan terdiam begitu lama. Terlihat kecewa, iapun berlalu, berpapasan dengan saya kemudian berbincang sejenak. Sebagai Arsitek, saya merasa prihatin, wisatawan itu telah memetakan semua objek wisata budaya dan historis di Jakarta, namun ia belum menemukan bangunan arsitektural yang menarik untuk dikunjungi. Terlebih, karena saya hanya bisa menjawab daerah sekitar kota tua, Monas, Taman Mini, Senayan City? Lalu....


Kembali ke jaman Soekarno, pembangunan terasa pesat dimana-mana. Daerah dan bangunan baru berskala kota bermunculan, seperti Stadiun Senayan, Masjid Istiqlal, dan Kawasan Monas menjadi salah satu usaha Soekarno menjadikan Jakarta sebagai ibukota yang unik dan mengangkat harga diri bangsa pada saat itu. Lalu kawasan dan bangunan apakah yang merepresentasikan jakarta sekarang ini yang dapat menjadi kebanggaan warganya dan dikenal dunia?

18

dian mencari informasi tentang alamat dan letak bangunan yang akan ia kunjungi lewat bantuan wireless internet yang bertebaran disetiap tempat umum. Dalam sekejap, wisatawan itu mengepak laptopnya, kemudian pergi menuju stasiun MRT (mass rapid transportation) terdekat dengan tersenyum puas.

Singapura memang sedang menggalakkan kotanya sebagai tujuan wisata internasional serta sebagai tempat tinggal yang menyenangkan, dengan semangat “To Make Singapore A Great City to Live, Work and Play In�, Singapura berusaha membuat kotanya menjadi kota yang ramah dan dapat di Inilah salah satu wajah jakarta, setiap akses oleh siapa saja. Dibentuknya URA(Urban tahunnya. Redevelopment Authorities) memberikan hasil yang postif bagi perencanaan kotanya. Setiap [2] Di lain tempat, seorang wisatawan tampak lahan yang berada di Singapura diawasi dan diatur antusias menyandang tas besarnya, menje- perkembangannya oleh pemerintah demi kenyalajahi sebuah jalan yang menjadi daya tarik manan bersama. Informasi perencanaan kawasan negara tersebut. Sembari melepas lelah, ia dapat diakses langsung melalui internet atau kantor dan museum URA oleh siapa saja. Dengan duduk, membuka laptopnya dan kemu-


seperti Zaha Hadid, Toyo Ito, SMC Alsop, Fumihiko Maki, dan lainnya. Tidak terlewat rencana tahun 2008, sebagai tuan rumah pertama kalinya penyelenggaraan balap mobil Formula One malam ditengah kota membuat Singapura semakin menarik. Hal ini terwujud tak lain karena kesiapan struktur dan rencana kotanya sendiri. Mengintip Singapura, perlu juga kita menilik pembangunan daerah Bilbao, Spanyol. Salah satu kota terbesar di Spanyol ini sempat turun citranya karena adanya serangan. Pemerintahnya kemudian mengambil inisiatif untuk merubah kotanya secara besar-besaran, dari citra kota industri menjadi kota budaya yang dibangun oleh arsitek kaliber internasional. Dalam beberapa saat, Bilbao menjadi kota yang menarik. Mulai dari bandara buatan Santiago Calatrava, jalur transportasi Norman Foster, kawasan komersial Caesar Peli hingga museum Guggenheim oleh Frank Gehry. Perkembangan asitektur yang dipuncaki oleh pembangunan Museum Guggenheim tahun 1997 tersebut kemudian membuat Bilbao effect dimana sebuah arsitektur dan perencara ini, pemerintah dan masyarakat dapat ber- canaan kota dapat merdampak pada meninsama-sama mengawasi perkembangan kotanya, gkatnya aktifitas pariwisata dan berlanjut sehingga dapat terjalin keterlibatan masyarakat kemeningkatnya aktifitas di segala bidang. (advocacy) dalam perencanaan kota. 1,37 juta pengunjung memberikan 147 juta dolar US pada ekonomi lokal pada tahun Terlebih dengan adanya keinginan singapura se- 2001 dan meningkat menjadi 170 juta dolar bagai pusat ekonomi kreatif asia, didukung ger- US pada tahun berikutnya. Bahkan dalam akan nasional tahun 2005 yang berisikan : Dewaktu 3 tahun, pemerintahnya telah berhasil sign Singapore, Media 21 dan Rennaisance City mencapai break even point untuk pembangu2.0, mereka berharap adanya peningkatan eko- nan museum. nomi sebanyak dua kali lipat dalam tujuh tahun. Gerakan ini diimbangi dengan pengembangan [3] kawasan waterfront Marina Bay sehingga bisa Menurut Sosiolog Bintarto, kota adalah suatu menjadi kawasan destinasi pariwisata internasi- sistem jaringan kehidupan manusia dengan onal. Singapura kemudian membuka kawasan kepadatan penduduk yang tinggi, strata ini dan mewajibkan ketentuan desain yang unik sosial ekonomi yang heterogen, dan corak serta standar arsitek kaliber dunia(starchitects) kehidupan yang materialistik. Bayangkan bagi setiap bangunan yang akan dibangun di ketika masing-masing arsitek diberikan tugas area ini. Sebutlah Michael Graves, KPF, Aedas untuk membangun, tanpa sensivitas urban dan Moshe Safdie, sudah ditunjuk untuk mem- serta permasalahannya, maka akan terjadi bangun di kawasan ini, belum disebutkan arsitek kechaosan, karena masing-masing arsitek lain yang telah membangun di kawasan lain,


foto : usaha visioning arsitek yang masih muda dalamkegiatan urban accupunture k

20

berlomba membuat tanda atau mengkontras kan(contrasting) bangunan mereka terhadap lingkungannya.

tidak lagi silau oleh keagungan kecantikan yang ditawarkan oleh desain arsitek asing yang terkadang tidak kontekstual dengan kota kita.

Mengacu dari ekonom terkenal Phillip Kotler, Jakarta kini sedang mengalami City decay dynamic, karena memekarnya penduduk kota ke sub-urban yang disebabkan tingginya biaya hidup dan tidak terwujudnya penataan permasalahan high density dan untuk mengembalikan citra kota menjadi positif kembali, perlu diadakan perubahan citra dan identitas kota yang melibatkan seluruh kota seperti apa yang dilakukan oleh Singapura, dan Bilbao.

Srategi yang pertama adalah Arsitek berkampanye tentang kesadaran (ber)arsitektur yang baik. Dengan melakukan peyuluhan bangunan, kampanye sosial, pendidikan dini, peraturan bangunan yang pro terhadap semua golongan. Arsitektur kemudian menjadi debat publik tentang bagaimana mengisi ruang kota yang baik sehingga kaidah “architecture should reflect continuity and connectivity of culture, climate, and craft.� dapat terwujud dengan baik.

[4] Kita mulai sadar akan ketimpangan produk kapitalisme yang mulai merambah ke ruang sosial dan budaya kita sehingga menciptakan sebuah kesenjangan yang signifikan. Maka dari itu perlu adanya strategi untuk mengembalikan jati diri dan budaya kota, agar arsitek

Yang kedua adalah arsitek mengikutsertakan sasaran pengguna dan masyarakat (advocacy) dalam mengambil keputusan, mengawasi proyek, dan merawatnya.Termasuk kawasan slums(daerah kumuh yang diakui sebagai permukiman) dan kawasan squatter elements(permukiman liar yang menempati lahan yang tidak ditetapkan) yang diisi oleh ma-


“ Memang banyak ruang kota yang terbuang, dan belum terolah. Kita tidak membutuhkan arsitek untuk menteorikan hal tersebut, tetapi menjawab “bagaimana menyediakan solusi hidup yang baik?”, menjadi tanggung jawab utama seorang arsitek daripada hanya berlomba meninggalkan tanda atau jejaknya di ruang kota melalui sekedar bentuk. “ Robert A.M.Stern

ke Pemda DKI Jakarta/adikritz

syarakat ekonomi bawah. Sehingga bersama masyarakat, arsitek dapat membangun kota yang lebih baik. Ketiga, Arsitek berperan dalam pengambilan keputusan dalam setiap proyek. Kebanyakan pembangunan komersial hanya berlombalomba menjadi landmark yang merusak tatanan visual kota demi keuntungan sepihak. Arsitek menurut Ridwan Kamil diharapkan bisa memiliki kemampuan project visioning dalam mempengaruhi keputusan proyek sehingga bisa meningkatkan kualitas kawasan dalam proyeknya. Dengan memahami sensitivitas urban, arsitek bisa memberikan input bagi pemilik kapan saatnya bangunan akan menjadi kontekstual(context) atau kontras(contrast) dengan lingkungannya. Dan yang terakhir, Arsitek berperan dalam memberikan ide kreatif solusi pemecahan masalah-masalah arsitektur-urban dengan keluar dari trend setter yang ada. Arsitektur

kemudian bisa memberikan cara pandang baru sebagai kendaraan dan solusi untuk mengakomodasi permintaan politik, budaya, sosial, dan ekonomi kota. Arsitektur kemudian meningkatkan produktifitas kota karena telah sebagai destinasi, menaikkan ruang publik-sosial terbuka, dan menurunkan efek pemekaran kota(urban sprawl) menjadi kota berkepadatan tinggi(high density). Namun tidak lupa mengutip kata Robert A.M.Stern, Memang banyak ruang kota yang terbuang, dan belum terolah. Kita tidak membutuhkan arsitek untuk menteorikan hal tersebut, tetapi menjawab “bagaimana menyediakan solusi hidup yang baik?”, menjadi tanggung jawab utama seorang arsitek daripada hanya berlomba meninggalkan tanda atau jejaknya di ruang kota melalui sekedar bentuk. Tanggung jawab yang menjadi conditio sine qua non(syarat mutlak yg tidak bisa ditawar) sebagai sensitivitas dalam konteks urban. Dengan meningkatnya perbaikan wajah kota, maka diharapkan terwujudnya a beautiful city.


arsitek, manifesto, dan perkotaan

jongArsitek! febuari 2008

(Sebuah refleksi singkat terhadap sejarah arsitektur pada pertengahan awal abad XX) oleh : Ardes Perdhana

Pada beberapa kesempatan sebelum kegiatan urban accupuncture (citywalk) ini dimulai, terjadi diskusi yang menarik di antara para arsitek muda yang terlibat di dalamnya mengenai hubungan antara arsitek, manifesto, dan perkotaan. Manifesto dirasa perlu oleh beberapa kawan untuk memperjelas arah dan keberadaan sebuah kelompok diskusi yang telah dirintis pada kegiatan urban accupuncture ini. Manifesto dapat merupakan sebuah intisari dari cita-cita kolektif akan kondisi ideal yang harus dicapai, atau dapat berupa kegelisahan dan kritik terhadap kondisi yang sedang berlangsung. Sedangkan isu perkotaan, dirasa perlu untuk menanggapi tren arsitektur global yang sedang ramai dibicarakan dan dipraktekkan oleh arsitek-arsitek dunia sebagai sebuah kebenaran baru yang segar. Inilah fenomena pencarian yang sedang terjadi di kelompok arsitek (sangat) muda ini. 22


Berdasarkan fenomena itulah tulisan ini dibuat. Penulis merasa perlu untuk mengkaitkan sejarah arsitektur sebagai landasan berpijak pencarian tersebut. Karena tanpa melihat, menganalisa, dan mengevaluasi sejarah, penulis merasa apapun yang dihasilkan dari pencarian tersebut bukanlah sesuatu yang baru dan segar. Melainkan merupakan pengulangan-pengulangan hal-hal yang sebenarnya usang, yang disebabkan keawaman/ keasingan pelaku pencarian terhadap sejarah, dianggap sebagai suatu formula kebenaran yang baru. Tentu saja hal ini patut dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari. Sejarah bercerita‌ Sepanjang penelusuran penulis terhadap sejarah arsitektur pada abad XX, sebenarnya hubungan antara arsitek (yang tercatat mengeluarkan manifesto) dengan masalah perkotaan bukanlah hal baru. Beberapa dari mereka telah mengangkat masalah perkotaan pada berbagai tingkat keterhubungan. Ada yang secara gamblang mengeluarkan rumusan/ konsep bentuk perkotaan yang baru, ada pula yang secara tersirat mengemukakan bahwa manifesto mereka terpengaruh oleh kondisi perkotaan. Ebenezer Howard haruslah disebutkan sebagai orang pertama yang mengeluarkan rumusan/ konsep perkotaan modern sebagai tanggapan terhadap dimulainya masa industri, dan berakhirnya masa klasik (renaissance,

Gbr.01. Diagram Garden City oleh Ebenezer Howard

medieval, dst). Berbeda dengan konsep perkotaan klasik, melalui bukunya yang berjudul To-morrow: a Peaceful Path to Real Reform pada tahun terbit 1898, konsep Garden City yang diajukan oleh Ebenezer Howard membatasi ukuran sebuah kota modern (hanya 32.000 penduduk) dan membagi kota berdasarkan fungsi1. Dia memang hanya memberikan sebuah ilustrasi konsep perkotaan yang berbentuk radial, yang masih terlepas dari kondisi spesifik sebuah kota tertentu (Perhatikan gbr.01 dan gbr.02). Namun konsepsi tersebut memberikan dampak yang sangat kuat terhadap arsitek lainnya untuk mengaplikasikannya pada kondisi kota yang lebih spesifik dan riil. Konsep Garden City-lah yang memandu Barry Parker dan Raymond Unwin pada tahun 1903, serta Luis de Soissons 1919 merancang perluasan kota London. Juga pada tahun 1909 Hellerau merancang sebuah Garden City di dekat Dresden, Jerman. Pembagian sebuah kota berdasarkan fungsi juga dilakukan oleh Tony Garnier. Melalui bukunya Une CitÊ industrielle: Étude pour la construction des villes pada tahun 1917 di Paris, Tony Garnier


dianggap sebagai sebuah bentuk estetika baru. Pengertian estetika yang baru ini jelas sekali terlihat pengaruhnya dari gerakan seni modern yang lebih dahulu ada6. Salah satu karya Le Corbusier yang dapat dijadikan bukti perwujudan dari visinya mengenai perumahan masal dan perkotaan modern yang telah diungkapkan pada manifestonya terdahulu adalah sebuah bangunan multi-fungsi pertama, Unité d’habitation7.

Gbr.02. Pembagian kota berdasarkan fungsi

mengajukan kategori pembagian kota tersebut menjadi 3 bagian: area bekerja, area kehidupan sosial, dan area tempat tinggal2. Tentu saja kita tidak dapat mengalihkan perhatian terhadap Le Corbusier. Selain karena melalui buku-bukunya3 yang memuat manifestonya merupakan sumber yang pertama menguak propaganda gerakan arsitektur modern dibandingkan dengan publikasipublikasi kolega-koleganya4, Le Corbusier pula lah yang dianggap paling lantang meneriakkan dan mewartakan standar-standar karya arsitektur di jaman modern-industri.

24

Pada bukunya yang kedua, Urbanisme, Le Corbusier menganggap kota sebagai sebuah alat untuk hidup, dan harus berkenaan dengan fungsi yang rasional. Sebagai akibat adalah lahirnya proposal bentuk-bentuk murni geometri, baik pada masterplan maupun pada tampak sebuah kota5, yang

Terletak di Marseille, Perancis, Unité d’habitation, yang merupakan bangunan mid-rise, mengakomodasi beberapa fungsi yang sebelumnya selalu terpisah Gbr.03. Ruang publik Unité (terfasilitasi di d’habitat http://www.flickr.com/ dalam beberphotos/richardreynapa bangunan olds/127678830/ yang berbeda) ke dalam satu bangunan. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebuah ruang publik pada lantai dasar yang merupakan “kolong” bangunan yang diangkat oleh kolom-kolom beton raksasa, kompleks perumahan masal yang murah pada bagian setengah bangunan bawah, hotel dan pertokoan pada bagian setengah bangunan ke atas, serta fasilitas rekreasi pada bagian atap ( roof garden ). Yang lebih menarik lagi adalah konsep penyusunan interlock8 pada unit-unit perumahan ma-


yang dapat berpindah tempat dan hidup di mana saja. Mereka mempopulerkan ide mereka melalui media komik.

Gbr.04. (atas) tampak Unité d’habitat, (bawah) aplikasi konsep interlock pada potongan Unité d’habitat.

salnya yang ternyata sudah eksis sejak tahun 1947! (Perhatikan gbr.04) Politik pun terlihat pengaruhnya pada konteks perkotaan melalui manifesto yang dikeluarkan oleh Council of Ministers of the GDR (German Democratic Republic) pada tahun 1950. Sebuah rumusan yang menjelaskan bagaimana seharusnya perancangan kota dan arsitektur di sebuah negara komunis. Dijelaskan bahwa perkotaan di negara komunis harus “democratic in content and national in form”9, harus dihindari adanya hierarki yang membedakan kelas sosial tetapi harus memiliki nilainilai tradisi yang berkenaan dengan sejarah/masa lalu sebuah bangsa. Bergerak ke tahun 1960-an, kita dapat melihat pengaruh kecanggihan teknologi dan pop art pada perkembangan manifesto arsitektur dan perkotaan. Archigram menawarkan konsep-konsep yang tergolong utopia, terinspirasi oleh The Beatles dengan album Yellow Submarine dan mimpi komunal tentang perjalanan manusia ke luar angkasa, seperti “Walking City” oleh Ron Heron dan “Plug-In City” oleh Peter Cook

Gbr. 05. (atas) Walking City, (bawah) Plug-In City

Tidak beberapa lama setelah itu, muncul pemikiran mengenai “Metabolism Architecture” oleh arsitek Jepang, Kisho Kurokawa. Dia ingin mewujudkan metafora dari ilmu biologi mengenai DNA dengan kecanggihan teknologi. Pertumbuhan


Gbr. 06. Superblok untuk kota Paris oleh Le Corbusier

perkotaan yang sebelumnya bergerak ke arah horizontal, sebenarnya ingin diatasi oleh arsitek modern awal dengan menciptakan sistem superblok. Di mana mulai muncul ide mengenai superblok dengan bangunan skyscraper10 oleh Le Corbusier misalnya. Namun kecanggihan teknologi yang ada dinilai terlalu kering, sehingga beberapa arsitek Jepang pada Tokyo World Design Conference merasa perlu mengkaitkan tradisi. Metabolism, yang berdasar pada budaya arsitektur Jepang, merupakan sebuah struktur kota utopia yang ditopang oleh sebuah mega-structure yang menyerupai double helix pada DNA, dan unit-unit yang dapat berubah-ubah11 seiring berjalannya waktu sesuai dengan kebutuhan.

26

Hal penting yang patut digarisbawahi dari Archigram dan Metabolism in Architecture adalah munculnya kesadaran akan adanya aspek fleksibilitas12 pada perancangan sebuah kota. Meskipun belum ada implementasi nyata, hanya pada tataran ide saja (utopia).

Gbr. 07. (kiri) Double helix DNA, (kanan) City In The Air, karya Arata Isozaki, salah seorang peserta Tokyo World Design Conference, event yang mempublikasikan Metabolism Architecture

Kesimpulan Tentu saja, pembahasan singkat mengenai sejarah arsitektur seperti tulisan ini tidak dapat memberikan banyak jawaban yang berarti. Tetapi, menurut hemat penulis, tetap saja terdapat hal-hal yang bisa dipetik. Hal yang paling penting adalah dengan mempelajari sejarah arsitektur, kilau dan hebohnya pembicaraan/ pembahasan arsitek-arsitek dunia dengan berbagai isu (baik arsitektur maupun perkotaan) yang diangkat oleh media massa dapat kita cerna dengan lebih jernih. Artinya, kita boleh saja terpukau, tetapi keterpukauan yang terjaga dan tetap menyediakan ruang di dalam benak kita untuk mengkritisi. Hal lain yang tak kalah penting adalah keterkaitan/ persinggungan arsitektur dengan bidang-bidang keilmuan di luar arsitek-


tur dan perkotaan. Bidang keilmuan tersebut antara lain ideologi/ filsafat yang “berlaku” di sebuah masyarakat (kota, negara, maupun dunia), ekonomi, sosial-budaya, politik, sains, seni, atau bahkan sejarah itu sendiri. Bidang-bidang tersebut tentu sangatlah menarik untuk disertakan ke dalam proses pencarian/ riset untuk menghasilkan sebuah manifesto yang menyentuh/ menjawab hingga ke dasar permasalahan. Pada akhirnya, arsitektur dan perkotaan perlu kita sadari hanyalah salah satu bidang keilmuan yang tidak dapat berdiri sendiri13 untuk menemukan jalannya menuju pelayanan terhadap kemanusiaan. Di bagian akhir tulisan ini, penulis merasa perlu untuk menyimak sebuah kutipan dari Robert A.M. Stern sebagai penutup: “ Urbanism is about human life. It is not about human form. It is not about art movement. Architecture is an experiential art in which all the circumstances of knowledge and technique are brought together to create the possibility of memorable and unexpected encounters occurring on street corners and sidewalks. That is the heart of the issue. We must make and preserves these cities, and for that, we need a vision of the good. What is a good city? What is the good life that we as architects should advocate? We should answer these questions rather than compete to leave our mark on the city through form.”14

Daftar Pustaka 1 “Ebenezer Howard (1850-1928), To-morrow: a Peaceful Path to Real Reform” dalam buku Architectural Theory, from Renaissance to the Present, oleh Thierry Nebois (Ed.), Taschen, Köln, hlm 437. 2 “Tony Garnier (1869-1948), Une Cité industrielle: Étude pour la construction des villes” dalam buku Ibid, hlm 442. 3 Vers une Architecture (1923), Urbanisme (1925), dan La Charte d’Athénes (1943). 4 Walter Gropius dengan Internationale Architektur (1925), Henry-Russel Hitchcock dan Philip Johnson dengan The International Style: Architecture Since 1922 (1932), 5 “Le Corbusier (1887-1965), Urbanisme” dalam buku Architectural Theory, from Renaissance to the Present, oleh Thierry Nebois (Ed.), Taschen, Köln, hlm 437. 6 Lebih khususnya adalah gerakan De Stijl. Walaupun arsitek yang diakui secara jelas sebagai penggagas dan penggerak De Stijl adalah Gerrit Rietveld, jejak-jejak pengaruh De Stijl pada estetika Le Corbusier dapat terlihat di beberapa karyanya, termasuk Unité d’habitation di Marseille, Perancis. 7 Darling, Elizabeth, Le Corbusier, Carlton Books Limited, London, 2000, hlm 22. 8 Sebuah konsep yang menyusun ruang secara ringkas dan padat untuk mengatasi isu kepadatan perkotaan yang akhir-akhir ini banyak dipakai oleh arsitek-arsitek kontemporer dunia. 9 “Council of Ministers of the GDR: The Principles of Town Planing” dalam buku Architectural Theory, from Renaissance to the Present, oleh Thierry Nebois(Ed), Taschen, Köln, hlm 510. 10 Teknologi yang mengarahkan pertumbuhan perkotaan secara vertikal. 11 Bertambah, berkurang, berpindah posisi. 12 Bandingkan dengan konsep cross-programing yang banyak digandrungi akhir-akhir ini. 13 Dalam hal ini, penulis kurang mempercayai sebuah ungkapan “arsitektur untuk arsitektur itu sendiri.” 14 A.M. Stern, Robert, “Urbanism is About Human Life” dalam buku The State of Architecture At the Beginning of the 21st Century, oleh Bernard Tschumi dan Irene Cheng (Ed.), The Monacelli Press, New York 2003, hlm 21.


jongRiview

TEGANG BENTANG ide dibalik pameran 100 tahun perspektif Tension adalah sebuah pameran Sejarah Arsitektur yang baru saja berakhir awal tahun ini. di adakan di erasmus huis, acara ini diprakarsai oleh PDA (Pusat Dokumentasi Arsitektur) dan NAI(Netherlands Architectuur Instituut) pameran ini mencoba untuk menggambarkan sejarah panjang Arsitektur indonesia lewat sudut pandang ketegangan yang dikatakan selalu terjadi dalam tiap jamannya. oleh : Danny Wicaksono

28

tim desain: Adikritz,Ardes Perdhana, Ariko Andikabina, Andriferik, Danny Wicaksono, Dickie Wizmar, Faisal syamsalam, Gigin, Imron Yusuf M, Hikmat Subarkah, Paskalis Khrisnoayodyantoro, Rafael Arsono


jongArsitek! febuari 2008

tensIon

arsitektur di Indonesia

pasca kemerdekaan

timeline

era kolonial

AMI

next

era Soekarno


timeline

AMI

pasca kemerdekaan

era kolonial

era Soekarno

30

Ide awal dari desain pameran ini adalah untuk sebisa mungkin menghadirkan ketegangan yang terjadi dalam perjalanan panjang sejarah arsitektur Indonesia melalui elemen2 pembentuk ruang. ketegangan pemikiran yang mewarnai diskursus arsitektural di indonesia, yang kemudian melahirkan banyak karya yang mendefinisi budaya bangun kita. Di project ini Halma dengan pola heksagonalnya di ambil sebagai titik berangkat, karena pada brief awal, ada 6 bagian besar yang ingin di tampilkan di dalam pameran ini. idenya adalah untuk membuat bagian-bagian ini seperti berdialog dalam sebuah ruang. bagian-bagian ini kemudian terkait satu dan lainnya melalui elemen bidang dan garis yang membentuk ruang.

next

Rencana untuk membawa pameran ini ke beberapa kota di indonesia, membuat instalasi ini menjadi instalasi yang harus bisa di bongkar-pasang. Masalah mengenai tempat pameran di kota lain yang masih belum jelas, membuat kami berpikir bahwa sebaiknya instalasi ini harus bisa menjadi ruang, di dalam ruang tempatnya nanti akan berada. Hal ini memberikan keuntungan,karena pameran ini kemudian tidak harus bergantung pada banyak elemen ruang, ia hanya memerlukan ruang yang lebih besar dari dimensinya untuk bisa berdiri. Pemikiran itulah yang membuat kemudian membuat kami memutuskan menjadi kan ruang pamer erasmus huis sebagai “cetakan� instalasi pameran ini. Bentuk bidang segi enam halma kemudian di tarik ke beberapa sisi hingga memenuhi sebagian lantai dan


2 5

6

era kolonial

next

AMI

era Soekarno

timeline

3

1

pasca kemerdekaan

4

dinding ruang pamer erasmus huis. Bagian halma yang ter-imposisikan dengan lantai dan dinding ruang pamer ini kemudian di “extrude� 15 cm untuk memberikan kedalaman dan perbedaan bidang dengan lantai dan dinding ruang pamer erasmus huis. bagian-bagian halma yang terimposisikan di dinding kemudian menjadi panel tempat materi akan ditempatkan. bidang yang terimposisikan di lantai kemudian mendefiniskan ruang baru yang ditempatkan di dalam ruang lama. Besi CNP digunakan sebagai kerangka utama instalasi ini. penempatannya di lantai dan di dinding mengikat panelpanel instalasi, dan yang di melintang diatas berfungsi mengikat tiap panel yang berdiri agar tetap tegak, sekaligus sebagai tempat untuk meletakkan lampu. Agar kelak ketika pameran ini di letakkan di tempat lain, ia sudah memiliki sumber cahayanya sendiri. warna putih dipilih sebagai warna

utama yang dipakai, setelah kami merasa bahwa jika kami tetap memakai warna-warna Halma, hal itu akan membuat materi pameran tertutupi oleh ramainya warna yang ada. bahan glossy dipakai untuk memberikan kesan elegan bagi pameran yang menceritakan sejarah arsitektur modern indonesia ini. dinding dan lantai ruang pamer erasmus di tutup dengan warna hitam, agar ke-ruang-an yang di kejar dalam instalasi ini, dapat di rasakan dengan lebih kuat oleh para pengunjung. perbedaan warna yang kontras serta tata cahaya yang independen pada akhirnya dapat mengubah ambiance dalam ruang pamer erasmus. maket-maket kemudian diletakkan dalam posisi tertentu, selain disesuaikan dengan konteks pameran, juga untuk mengatur alur gerak pengunjung. hal ini dilakukan agar pengunjung masih dapat nyaman menikmati pameran tanpa perlu terganggu keberadaan maket-maket ini dan juga sebaliknya. secara keseluruhan desain ini mencoba untuk melihat kemungkinan lain dalam desain instalasi pameran yang mobile. ruang yang dihasilkan dari elemen-elemen pembentuknya membuat instalasi pameran ini dapat berdiri dimana saja, sepanjang dimensi ruang tempatnya berdiri lebih besar dari dimensinya.



foto : Anggie Radik P


jongArsitek! feb uari 2 00 8

HIJAU MENJADI PILIHAN? OLEH : ARIKO ANDIKABINA

Sekalipun bukan hal yang baru, tetapi sebuah film yang disusun oleh mantan wakil presiden Amerika Serikat, Al Gore seperti menyentak kesadaran banyak orang. Isu perubahan iklim dan pemanasan global laris menjadi berita di setiap media, menjadi bahan obrolan warung kopi hingga pembahasan serius di Senayan. Kampanye hijau mulai menghiasi ruang berita surat kabar. 34



Rekan : “ Loe ngapain Ko? “ Saya : “ Buka kaca mobil. “ Rekan : “ Gak usah, gue mau idupin AC. “ : “ Hah! Yang bener aja Saya Gak pake AC aja gue udah menggigil, apalagi pake AC. “ Rekan : “.... “ Hal ini adalah indikasi yang baik. Ketika kesadaran masyarakat kian pulih akan ancaman kelangsungan hidup penghuni bumi. Walau hingga saat ini juga masih tidak terbilang jumlah yang menganggap hal ini sekedar fiksi dan tidak nyata. Pemda DKI Jakarta dalam posisi limbung untuk memenuhi ketentuan 30 % ruang terbuka hijau (RTH) yang saat ini hanya ada tersedia 9 %. Di lain pihak upaya pemenuhan terhadang masalah ketersedian lahan. Ada banyak solusi untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan. Di antaranya dengan menetapkan aturan koefisien dasar hijau (KDH). Ketentuan ini akan menentukan berapa besar lahan pada sebuah site yang boleh dilakukan perkerasan.

36

persegi (10 km2). Luasan tersebut setara dengan 1,52 persen dari luas Jakarta secara keseluruhan. Tetapi kiranya menjadi hijau jangan melulu diartikan selamanya menamam pohon atau tetumbuhan. Dalam hemat saya menjadi hijau lebih kepada ‘menghijaukan’ pikiran. Hijau bisa juga diartikan sebagai upaya mengkonservasi energi, meredam pelepasan emisi karbon, dan lain sebagainya. Namun sering kali hal ini menjadi sulit karena banyak hal yang “hijau” bersinggungan gaya hidup.

Jika sempat sesekali anda berjalan-jalan di sekitar Taman Menteng. Kurang lebih berjarak 100 meter dari taman tersebut ada beberapa rumah yang membeton halaman mukanya. Di atas perkarangan yang permukaannya sudah diperkeras itulah berjejer Jikalau setiap rumah menyumbang 10 dengan rapih sejumlah mobil. meter persegi lahan untuk dijadikan area resapan air, dikalikan 1 juta rumah se- Dalam sebuah kunjungan ke kota Bandung DKI Jakarta, maka lahan yang tersedia di akhir tahun 2007, saya dan seorang rekan untuk daerah resapan adalah 10 juta meter berkendara menuju rumah rekan yang lain.


foto rumah ciganjur, arsitek adi purnomo/paskal

Sebagai seorang yang lahir dan besar di Jakarta, Bandung tentunya berhawa lebih sejuk. Berikut cuplikan perbincangan kami dalam perjalanan tersebut. Rekan : “ Loe ngapain Ko? “ Saya : “ Buka kaca mobil. “ Rekan : “ Gak usah, gue mau idupin AC. “ Say : “ Hah! Yang bener aja. “ “ Gak pake AC aja gue udah menggigil, apalagi pake AC. “ Rekan : “.... “

rus pake ac? Klien : Tapi nanti nyamuknya masuk. Saya : Kan bisa pake kawat nyamuk. Klien : Tapi kamarnya terlalu sempit. Dan saya mau selalu pake ac. Saya : Listriknya akan boros. Klien : Biarin. Saya ini yang bayar. (Issue global warming yang sangat mencemaskan, buat beberapa orang, ternyata masih fiktif.)

Dan disinilah letak tantangan berat bagi Dan akhirnya pun kami melaju dengan arsitek, sebelum meng”hijaukan” kliennya ia harus terlebih dahulu “menghijaukan” kaca terbuka. dirinya sendiri. Untuk itu upaya meyaBerikut juga cuplikan perbincangan yang kinkan klien adalah sebuah perjuangan saya kutip dari jurnal on-line arsitektur.net terlebih jika hal tersebut adalah upaya untuk meyakinkan klien untuk merubah pola Volume 2 Nomor 1 tahun 2008 : dan gaya hidupnya. Merubah gaya hidup adalah perjalanan yang panjang. Kiranya Klien : Kamarnya terlalu sempit. Saya : Sebenernya ini cukup. Ruang me- gaya hidup kita yang akan membawa diri mang sengaja saya buat tipis supaya bisa kita selanjutnya, apakah selamat atau tenggelam? Hijau seharusnya adalah sebuah terjadi cross sirculation udara. Klien : Buat apa? Saya kan mau pake ac di keniscayaan bukan pilihan. semua kamar. Saya : Kalau bisa tidak pake ac kenapa ha-


jongArsitek! febuari 2008

socialitur

media acara dan sosialisasi event arsitektur

OpeningPameranTegangBentang2007 kika:hikmat,andri,imron,paskal,doyok, gigin, danny

Urban Accupunture Workshop dan Presentasi Pemda 2006

Opening Pameran IAI Award 2006 kika : Indra, indi, rafael, adikritz, danny

38


jongArsitek! adalah media bulletin kegiatan arsitek yang tujuannya sebagai media dokumentasi keg iatan karya dan wadah berkarya kita-kita orang arsite k yang dibuat oleh kita dikerjakan oleh kita untuk siapa saja. Siapa saja bisa berkontribusi dan meluangkan pikiran maupun wujud desain yang memiliki makna yan g terkadang di lewatkan oleh orang lain, bahkan bo s-kita. Gratis dibagikan dan disebarkan dalam bentuk dig ital, fotokopi, print out maupun di mading kampu s-kampus, kantor, jadwal kerja, atau sebagai poster di kam ar anda, sebagaimana bisa disebarkan sebagai berita baik, doktrinasi maupun propaganda arsitektur dan issuenya. Awas penipuan dalam bentuk uang, laporkan ke Polisi terdekat bila media ini di distrib usikan secara komersial. selamat membaca, desain meng

inspirasi

jongArsitek! Febuari 2008



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.