Saphara Edisi 2, Oktober 2013

Page 1

Edisi #2 Oktober 2013

SAPHARA

Sebuah Perjalanan, Sebuah Kehidupan

Menapaki Jejak Langkah Olahraga Alam Bebas Nasional

Kebun Binatang Bandung: Ramai Oleh Apa? Desa Pembawa Kebaikan dalam Hutan Iket Sunda, Identitas Urang Sunda


Sumber gambar: http://ganjarruntiko.blogspot.com

SAPHARA | 2


Salam Pemred Daftar Isi Salam Pemred

3

Perjalanan Lokal

4

Desa

6

Perjalanan Lintas Kota

8

Laporan Utama

11

Wisata Budaya

18

Halaman

20

Acara

22

Foto Essay

24

Refleksi

28

Operasi

30

Kata Kita

32

Buah Pena

34

Etalase

37

Menapaki Evolusi Hari olahraga nasional yang jatuh pada tanggal 9 September telah mengantarkan wajah baru dalam dinamika olahraga di Indonesia. Olahraga pegunungan, tebing dinding, dan arus deras, tiga jenis cabang olahraga alam bebas tersebut kini telah banyak mengalami perkembangan, bahkan berevolusi. Tak kenal maka tak sayang, mungkin itulah pepatah asli Indonesia yang mampu mendeskripsikan bagaimana kita, sebagai warga negara Indonesia yang berkegiatan di alam bebas, seharusnya bersikap dengan lebih dulu mengenali bagaimana perkembangan olahraga alam bebas nasional. Di edisi kedua ini, Saphara mencoba membahas nasib olahraga alam bebas nasional diri tiga sisi: Panjat tebing, orienteer-ing, dan riverboarding secara lebih mendalam. Semoga sajian kami di edisi ini dapat menjadi refleksi serta panduan dalam kegiatan alam bebas yang Explorer lakukan. Dimas Jarot Bayu, Pemimpin Redaksi.

KLUB AKTIVIS PEGIAT DAN PEMERHATI ALAM FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN @kappafikom

SAPHARA Pemimpin Umum: Thaariq Basthun Natsi Pemimpin Redaksi: Dimas Jarot Bayu - Redaktur Opini dan Foto: Ryan Hilman Redaktur Bahasa: Sri Oktika Amran - Redaktur Perjalanan: Dina Aqmarina Yanuary Redaktur Desa dan Budaya: M. Rifqy Fadil - Redaktur Acara dan Lingkungan: Alfath Aziz Redaktur Perwajahan: Panji Arief Sumirat Reporter: Olfi Fitri Hasanah, Alfa Ibnu Wijaya, Aflah Satriadi, Deando Dwi Permana, Nelly Yustika, Dwi Desilvani, Ryan Dwi, Ariel Driantoro, Andhika Soeminta, Mutiara Annisa, Istnaya Ulfathin, Dwy Anggraeni, Wini Selianti, Olaf Palma, Jejen Zaenuddin Advertising: M. Hanif Izzatullah (08561610062) Email: fikomkappa@gmail.com Alamat Redaksi: Gedung Student Centre (SC) Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung - Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat

SAPHARA | 3


Perjalanan Lokal

TEGAL ALUN

Lembah Edelweiss Sang Pandai Besi Teks: Dimas Jarot Bayu & Dina Aqmarina Yanuary Foto: Dimas Jarot Bayu

Menjajaki Gunung Papandayan tanpa ke Tegal Alun rasanya seperti makan sayur tanpa garam. Tempat khas di Gunung Papandayan ini memiliki daya tarik tersendiri. Memang ada apa sih di Tegal Alun? Papandayan, gunung yang terletak di daerah Garut, tepatnya berada pada desa Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Papandayan yang berarti “Pandai Besi� merupakan gunung dengan tipe stratovulkanik dan berketinggian 2665 meter di atas permukaan laut (mpdl). Papandayan bisa menjad alternatif Anda untuk berekreasi karena medan masih bias dilalui oleh pendaki pemula. Yang m e m b e d a ka n Pa p a n d aya n dengan gunung lainnya adalah variasi medan yang disuguhkan. Pada awal perjalanan, pendaki akan disambut oleh kawah, dilanjut dengan hutan mati, dan sebuah lembah dengan hamparan edelweiss. Ya, dikenal dengan nama

SAPHARA | 4

Te g a l A l u n , t e m p a t i n i menyuguhkan padang edelweiss yang bertebaran di segala penjuru pada ketinggian sekitar 2500 mdpl. Mau lari kemana juga, di sini, Explorer akan sering bertemu dengan tumbuhan yang sering disebut sebagai 'bunga abadi' ini. Tegal Alun memiliki luas 35 hektar dan membentuk lembahan antara puncak gunung Papandayan dengan kawah belerang yang ada di gunung Papandayan. Edelweiss yang memiliki nama latin Anaphalis Javanica ini merupakan tumbuhan endemik zona alpina/montana yang hanya hidup di pegunungan nusantara. 'Bunga abadi' yang biasa mekar pada April hingga Agustus ini sekarang sudah digolongkan

sebagai tumbuhan langka. Di berbagai wilayah, bunga ini dianggap hampir punah karena jumlah spesies yang semakin menurun setiap harinya. Hal tersebut terjadi karena bunga ini sering dikeringkan dan dijual sebagai souvenir. Alasan keindahan maupun spiritual menyebabkan bunga ini banyak dipetik baik oleh para pendaki maupun penduduk sekitar. Sehinga menyebabkan populasi dari tumbuhan ini semakin langka. Padahal sudah banyak peringatan yang menyebutkan larangan memetik bunga ini. Kabar gembiranya, kini bunga edelweiss telah banyak dibudidayakan oleh para petani terutama petani yang berada


di daerah Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Para petani ini membudidayakannya dengan cara menanam anakan yang tumbuh dari biji dan tersebar di sekitar pohon induknya serta ditanam di daerah dataran tinggi lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut, pada tanah liat berkapur ataupun berpasir dengan keasaman tanah (pH) antara 4-7. Apabila Anda hendak menyusuri Tegal Alun, tak perlu khawatir dengan masalah air. Di sini Anda akan menemukan sebuah lembahan di mana terdapat sungai yang aliran airnya masih sangat jernih. Air di sungai ini dapat diminum langsung. Rasanya begitu sejuk dan sedikit manis yang berasal dari ganggang hijau di sungai tersebut. Ganggang hijau inilah yang menjadi produsen utama dari dalam rantai makanan air tawar. Selain itu, ganggang hijau ini juga menghasilkan oksigen

dari proses fotosintesis yang diperlukan oleh hewan-hewan air tersebut. Keindahan dari Tegal Alun memang luar biasa, tapi keindahannya tersebut bisa membius para pendaki dan lupa diri hingga ingin bermalam disana. Ini yang harus diwaspadai oleh para pendaki. Butuh persiapan ekstra kalau ingin bermalam di Tegal Alun, disamping Tegal Alun merupakan tempat perlintasan para babi hutan, suhu yang ditawarkan di Tegal Alun juga benar-benar ekstra.

TIPS & TRIK 1. Selalu bawa jaket tebal, kupluk, sleeping bag apabila ingin pergi ke gunung Papandayan. Suhu di gunung Papandayan bisa sangat dingin. 2. Selalu membawa jas hujan atau ponco, cuaca di Papandayan bisa sangat berubah-ubah. 3. Selalu siap peralatan navigasi, sangat mudah tersasar di Tegal Alun apabila tidak mengetahui jalur dengan baik.

“Bisa bikin kalian ingusan, terus ingus kalian jadi beku,� sahut Dhanang David, salah satu anggota pegiat alam yang sebelumnya memang pernah mendaki gunung Papandayan. Jadi, bila Anda ingin berwisata ke gunung Papandayan. Jangan lupa untuk datang ke padang edelweiss ini. Tegal Alun menawarkan keindahannya, yang tak mungkin bisa kita dapatkan di tempat lainnya.

ESTIMASI BIAYA 1. Jatinangor-Rancaekek (angkutan kota) = Rp2000,2. Rancaekek - Terminal Guntur, Garut (bus) = Rp7000,3. Terminal Guntur, Garut Cisurupan (angkutan kota) = Rp 7000,4. Cisurupan - Pos Pendakian (Bakcolt) = Rp10.000,-

SAPHARA | 5


Desa

DESA PEMBAWA KEBAIKAN DALAM HUTAN Teks dan Foto: Nelly Yustika E.B.

“ Tinggal disini lebih nyaman dari pada tinggal di perkotaan kalau di perkotaan kami tidak bisa bercocok tanam dan beternak. Kami juga bisa hidup bahagia walaupun dengan kondisi sederhana,� ujar Dede, Ketua RT Desa Cigumentong.

Jarum jam sudah menunjukan pukul tiga sore dan perjalanan menuju Kareumbi diguyur hujan deras. Hutan Konservasi Masigit Kareumbi terletak di tiga kabupaten berbeda yaitu Kabupaten Bandung, Sumedang, dan Garut. Menggunakan sepeda motor, perjalanan ditempuh selama satu jam dari Jatinangor. Jalan menuju Kareumbi menjadi licin karena hujan lebat. Hal ini kerap membuat pengendara motor berhati-hati karena selain jalanan yang licin, banyak kerikil berukuran kecil bertebaran di tengah jalan. Cigumentong adalah desa yang terdapat di dalam Hutan Konservasi Masigit Kareumbi. Untuk menuju ke Cigumentong, Explorer harus memasuki kawasan hutan sekitar dua kilometer terlebih dahulu. Keadaan hutan yang sepi , dalam kondisi hujan dan tidak ada penerangan membuat suasana terlihat mengerikan. Begitu sulit membayangkan mengapa ada orang yang lebih memilih untuk tinggal di dalam hutan.

SAPHARA | 6

Dengan akses jalan yang sulit, tanpa penerangan, dan serba kekurangan fasilitas, Cigumentong memiliki 18 rumah yang dihuni 16 kepala keluarga, dua rumah lainnya dikosongkan karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk dihuni. Sebagian warga Cigumentong merupakan pendatang yang berasal dari Majalaya, Tasik, dan Lembang. Sisanya merupakan warga asli Desa Cigumentong sejak lahir. Tidak diketahui secara pasti kapan desa ini berdiri dan siapa pencetusnya, namun menurut Dede (38), Ketua RT Desa Cigumentong, desa ini sudah ada sebelum jaman kerajaan Sumedang Larang. Kerajaan Sumedang Larang merupakan salah satu kerajaan Islam yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-15 di Jawa Barat. Dapat diperkirakan umur Cigumentong lebih dari enam abad sebab desa ini berdiri sebelum munculnya kerajaan Sumedang Larang.


Desa Cigumentong memiliki segudang keunikan. Pertama, rumah di Cigumentong memiliki arsitektur serupa rumah adat dan tidak permanen sehingga jika rumah rusak, warga hanya menunggu bantuan atau pohon tumbang untuk memperbaikinya. Warga tidak ingin menebang pohon hanya untuk membetulkan rumah karena sadar akan kelestarian lingkungan. Terlebih lagi, mereka tahu bahwa Hutan Konservasi Masigit Kareumbi merupakan paruparu tanah Pasundan dan bila terjadi kerusakan di hutan ini maka banjir pun bisa terjadi di sekitar daerah Jawa Barat. Hal ini pula memungkinkan beberapa sungai besar di Jawa Barat mengering saat musim kemarau panjang. Kedua, setiap tahunnya di Desa Cigumentong mengadakan pesta panen yang disatukan dengan hajat buruan. Bila Explorer telah sering mendengar pesta panen, lalu apa itu hajat buruan? Hajat buruan adalah upacara adat setempat sebagai bentuk rasa syukur kepada alam dan para leluhurnya. “Hajat buruan dilakukan agar tidak ada makhluk halus yang mengganggu warga di sini,“ ujar Dede. Tata cara hajat buruan adalah dengan menanam lima persyaratan, yaitu serbuk besi, telur ayam, telur angsa, cabai arei dan rumput jawer kotok atau palias. Kelima persyaratan itu ditanam membentuk lingkaran besar dan di dalamnya ditaruh sesaji seperti tumpeng dan hasil panen. Semua warga di Desa Cigumentong juga harus masuk kedalam lingkaran tersebut tanpa tertinggal satu pun. Menurut Dede, tradisi hajat buruan dilaksanakan berawal dari legenda setempat yang menceritakan tentang kedatangan makhluk jahat mencuri alat pemotong rumput. Namun saat mahluk itu hendak keluar dari desa, ia tertahan oleh “Penjaga” Desa Cigumentong dan tertangkap oleh warga pada keesokan paginya. Sejak itu warga pun percaya bahwa memang ada yang melindungi mereka selama ini sehingga mereka pun tetap mempertahankan tradisi hajat buruh setiap tahunnya. Ketiga, dilihat dari cara berkebun, warga Cigumentong selalu menggunakan bahan-bahan organik dalam mengolah perkerbunannya. Mereka tidak menggunakan pupuk anorganik

“ “

Desa Cigumentong memiliki segudang keunikan.

apalagi pestisida untuk perkebunan. Hasil kebun warga biasa dijual pada perantara untuk dikirim ke wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang. Namun, sebagian dari hasil panen digunakan untuk makan sehari-hari. Warga berpendapat karena memakan tanaman yang fresh, hal tersebut membuat mereka sehat. Hal ini terbukti dengan banyak warga yang sudah berumur tua namun masih bertenaga, tidak sakit-sakitan, bahkan hingga berumur lebih dari 100 tahun dan masih menjalani aktivitas seperti biasanya. Penerangan di desa ini menggunakan pembangkit Pikohidro yang merupakan bantuan dari pemerintah. Alat ini berfungsi jika debit air cukup untuk memutar turbin. Nantinya, tenaga air akan mengalirkan listrik 300 watt sehingga cukup untuk menerangi semua rumah. Selain Pembangkit Pikohidro, ada juga pembangkit listrik tenaga surya yang dipasang di atas atap tiap-tiap rumah. Tahun depan Desa Cigumentong berencana membuat biogas agar kemudian dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar memasak. Dalam waktu dekat, Desa Cigumentong juga akan dijadikan Kampung Wisata sehingga para pengunjung Hutan Konservasi Masigit Kareumbi ini dapat berkunjung serta bermalam disini.

SAPHARA | 7


Perjalanan Lintas Kota

GUNUNG SEMERU

MENUJU MAHAMERU, PUNCAK PARA DEWA Teks: Deando Dwi Permana Foto: Deando Dwi Permana & Dimas Jarot Bayu

Danau jernih terhampar luas di ketinggian 2500 mdpl yang dikelilingi hutan cemara adalah sambutan pertama dari pemandangan yang menakjubkan menuju lautan awan di puncak Mahameru. Berteman padang sabana dengan hamparan bunga berwarna ungu yang indah, eksplorer akan dihantarkan menuju puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3676 mdpl.

J

eep berhenti, debu dan pasir mulai membuat sesak hidung, suasana asri dan dingin mulai terasa saat menjejakkan kaki di Desa Ranu Pane sebagai awal pendakian menuju Semeru. Desa yang namanya berasal dari salah satu nama danau di desa tersebut, Danau Ranu Pane, dihuni suku Tengger yang mayoritas beragama Hindu. Maka dari itu, jangan kaget bila Explorer melihat pura, tempat persem-bahyangan umat Hindu di desa ini. Desa ini dijadikan sebagai pos pendaftaran serta pos pemeriksaan terakhir menuju Gunung Semeru oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Sebagai pintu awal pendakian, seluruh alat transportasi menuju Gunung Semeru baik Jeep atau truk sayur berakhir di desa ini. Kedua jenis alat transportasi tersebut disewakan oleh pengelola dari Tumpang menuju Ranu Pane. Tidak jarang juga Explorer dapat menyewa langsung dari kota Malang, Jawa Timur. Hal ini tergantung sesuai pesanan pelanggan alat transportasi tersebut. Perjalanan pertama biasa dilakukan oleh pendaki untuk menuju titik istirahat yang berada di Ranu Kumbolo, danau yang berada pada ketinggian 2400 mdpl. Jalur menuju Ranu Kumbolo dapat terlihat dengan jelas dan cukup landai sehingga tidak begitu melelahkan dalam melewati jalurnya.

SAPHARA | 8

Sapa-menyapa atau sekedar bertegur senyum sudah menjadi hal yang biasa saat bertemu pendaki lain. Inilah hal yang akan sering Explorer lakukan selama di perjalanan. Pasalnya, Explorer akan sering bertemu pendaki lain yang berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bandung, Malang, Surabaya, Sumatera, hingga Mancanegara. Namun, banyaknya pendaki ini kadang menyebabkan jalur macet karena hanya bisa dilewati oleh satu orang sehingga Explorer mungkin harus menunggu giliran bila ada pendaki yang turun atau menunggu pendaki yang berada di depan Explorer. Jalur pendakian Ranu PaneRanu Kumbolo memiliki 3 pos yang harus dilewati. Biasanya, pendakian pada jalur ini memakan waktu 4 hingga 6 jam. Tak perlu khawatir untuk bosan sebab pemandangan akan menemani Explorer selama perjalanan tersebut. Bila beruntung, puncak Mahameru bisa Explorer lihat dari jalur ini. Sesampainya di Ranu Kumbolo, Explorer akan langsung disuguhi oleh pemandangan danau yang begitu megah nan indah. Dikelilingi oleh hutan cemara, air di Ranu Kumbolo begitu jernih sehing ga Explorer dapat menggunakan air tersebut untuk minum ataupun memasak. Biasanya, para pendaki mendirikan tempat camp di bawah tanjakan terjal yang biasa disebut sebagai “Tanjakan Cinta” karena sunrise jatuh tepat di depan tempat camp

tersebut. Ada yang kurang rasanya bila Explorer belum mengabadikan foto atau sekedar narsis dengan latar belakang sunrise dan danau Ranu Kumbolo di tempat camp ini. “ Tanjakan Cinta”, begitu julukannya. Tanjakan terjal itulah yang akan menanti Explorer setelah beristirahat dan hendak melanjutkan pendakian menuju puncak Mahameru. Disebut tanjakan cinta karena masyarakat Tengger percaya jika kita memikirkan seseorang saat mendaki tanpa menoleh ke belakang, niscaya orang yang kita pikirkan tersebut akan menjadi jodoh kita. Boleh percaya boleh tidak, sebab hal tersebut masih berupa mitos belaka di kalangan pendaki Semeru. Tanjakan ini dapat Explorer lalui dengan waktu tempuh sekitar 5-15 menit. Setelah melewati “Tanjakan Cinta”, Explorer akan disuguhi oleh padang sabana seluas 20 hektare dengan hamparan bunga berwarna ungu yang indah dan menawan. Ya! Apalagi kalau bukan Oro-Oro Ombo. Di Oro-Oro Ombo ini terdapat bunga yang bernama Verbena Brasiliensis. Banyak pendaki yang salah kaprah mengenai bunga tersebut. Mereka mengira bunga asal Amerika Selatan tersebut merupakan bunga lavender. Setelah melewati “Tanjakan Cinta”, Explorer akan disuguhi oleh padang sabana seluas 20 hektare dengan hamparan bunga berwarna


ungu yang indah dan menawan. Ya! Apalagi kalau bukan OroOro Ombo. Di Oro-Oro Ombo ini terdapat bunga yang bernama Verbena Brasiliensis. Banyak pendaki yang salah kaprah mengenai bunga tersebut. Mereka mengira bunga asal Amerika Selatan tersebut merupakan bunga lavender. Karena sifatnya yang invansif, saat ini bunga Verbena Brasiliensis ini telah menutupi hampir 1/5 bagian dari OroOro Ombo. Perjalanan Explorer melewati Oro-Oro Ombo akan menempuh waktu 30 menit. Setelah melewati Oro-Oro Ombo, Explorer akan memasuki kawasan hutan Cemoro Kandang. Di hutan ini, medan yang akan Explorer lalui akan sedikit menanjak hingga mencapai Jambangan. Dari Jambangan, jalan menuju Kalimati akan didominasi oleh jalan landai dan turunan. Perjalanan dari Cemoro Kandang hingga Kalimati akan dapat Explorer tempuh dengan waktu 2,5 jam. Edelweiss, Pendakian Malam, dan Puncak Mahameru Edelweiss, Edelweiss di mana-mana. Itulah yang akan terbesit ketika sampai di Kalimati. Kalimati adalah batas terakhir pendakian yang telah ditetapkan oleh TNBTS. Aturan ini dibentuk karena kondisi Gunung Semeru yang masih labil. Kawah Semeru rutin meletup-letup dan berbahaya. Area berketinggian 2700 Mdpl dengan hamparan bunga edelweiss ini biasa digunakan oleh para pendaki untuk beristirahat sebelum menempuh perjalanan ke puncak. Selain itu, dari Kalimati ini Explorer sudah bisa melihat puncak Mahameru yang megah berdiri. Pada perjalanan menuju puncak Mahameru ini Explorer akan kembali memasuki kawasan hutan Cemoro Kandang sebelum memasuki Arcapada. Sebenarnya, Arcapada dapat dijadikan tempat camp sebelum sampai ke puncak. Namun, faktor keselamatan dan perbekalan rasanya patut diperhatikan sebelum menjadikan Arcapada sebagai tempat camp. Sebab selain bukan area batas aman pendakian, di Arcapada ini pula tidak terdapat sumber air seperti di Kalimati ataupun Ranu Kumbolo. Jalur pun akan berganti menjadi pasir yang licin setelah melewati Arcapada. Pepatah “naik satu langkah, turun dua langkah” boleh jadi berlaku di sini karena dalamnya pasir menyebabkan jalur agak kurang mantap saat memijakkan kaki, karena pasir akan merosot saat setiap kita menapakkan kaki. Dari seluruh jalur pendakian Gunung Semeru, perjalanan menuju puncak Mahameru merupakan jalur yang paling berat karena pasir yang dibentuk oleh abu vulkanik Semeru. menggunakan tongkat dan berjalan zig-zag dapat menjadi tips yang bisa Explorer pakai saat melakukan pendakian menuju puncak. Perjalanan sekitar 6-8 jam dari Kalimati ini akan membuahkan hasil tatkala Explorer telah berada di puncak. Dari puncak yang digadang sebagai puncak para dewa ini dapat terlihat pegunungan yang letaknya mengelilingi Semeru. Lautan awan serta mentari pagi juga akan menghiasi pagi Explorer yang indah. Berdiri di puncak Mahameru, puncak tertinggi di Pulau Jawa, menjadi sebuah nikmat penuh syukur atas indahnya alam Indonesia.

“ “

Jika kita memikirkan seseorang saat m e n d a k i t a n p a m e n o l e h ke belakang, niscaya orang yang kita pikirkan tersebut akan menjadi jodoh kita.

Sampah, Tingkat Kesadaran Pendaki Semeru Masih Kurang Di samping keindahan alam dari Semeru. Nampaknya ada satu fenomena lagi yang perlu diperhatikan. Fenomena tersebut adalah sampah. Banyak oknum pendaki tidak bertanggung jawab yang meninggalkan sampahnya di kawasan Gunung Semeru. Padahal, telah ada peraturan yang menjelaskan bahwa sampah pendakian harus dibawa turun kembali. “Kondisi sampah di Gunung Semeru sudah terlalu parah dan sulit untuk dikendalikan,” ujar Agus, Anggota Asia Pencinta Alam (ASPAL) yang berdomisili di Malang, Jawa Timur. Agus juga menambahkan bahwa hal tersebut terjadi karena tingkat kesadaran dan memiliki para pendaki masih amat kurang. Semeru adalah bagian alam Indonesia yang merupakan titipan Tuhan untuk kita jaga bersama. Mari kita lestarikan alam Indonesia dengan menaati etika perjalanan serta dengan tidak mengotori tempat kita melakukan perjalanan.

SAPHARA | 9


Sumber gambar: http://earthgreen9.com

SAPHARA | 10


Laporan Utama

Menapaki Jejak Langkah Olahraga Alam Bebas Nasional

EVOLUSI ATAU EVALUASI? Teks: Olfi Fitri Hasanah, Aflah Satriadi, Alfa Ibnu Wijaya Foto: Olfi Fitri Hasanah, Dimas Jarot Bayu, Panji Arief Sumirat

Hari Olahraga Nasional yang jatuh pada tanggal 9 September 2013 mengingatkan pada kisah-kisah di balik perjalanannya di dunia. “Men Sana In Corpore Sano�, itulah ungkapan Latin sebuah mahakarya sastra seorang pujangga Romawi, Decimus Iunius Juvenalis, yang dijadikan jargon olahraga dan kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Ungkapan itu mengantarkan perkembangan dunia olahraga hingga kini. Lahir sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan di ruang terbuka, olahraga, khususnya cabang olahraga alam bebas memiliki dinamika tersendiri dalam perkembangannya di Indonesia. Ia bukan hanya berkembang, tetapi juga berevolusi. Namun, masih pula perlu adanya perbaikan dalam perkembangan olahraga ini.

SAPHARA | 11


Laporan Utama PANJAT TEBING

Langkah Naik Kelas Si “Olahraga Kelas Tiga�

D

imulai pada tahun 1960 ketika Tebing 48 di Citatah digunakan sebagai ajang latihan pasukan TNI AD, olahraga panjat tebing mulai berkembang. Perkembangan ini dilanjutkan dengan adanya SKYGERS sebagai grup panjat tebing modern pertama pada 1977. Padahal, kehadiran tebing buatan baru diperkenalkan di Indonesia oleh atlet dari Perancis pada 1988. Di Indonesia sendiri, telah ada Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) sebagai organisasi yang menaungi para penggelut olahraga panjat tebing di Indonesia. "Awal dibentuk FPTI sebenarnya atas dasar kepentingan untuk komunikasi ke federasi internasional. Selain di pusat, sekarang ada cabang-cabang FPTI di kota maupun provinsi untuk memudahkan koordinasi," jelas Iwan Darmawan (40), Ketua Harian FPTI Kota Bandung. Iwan menambahkan, sulit untuk mempertahankan konsistensi atlet muda panjat tebing karena olahraga ini termasuk olahraga "kelas 3" yang peminatnya masih berkembang. Lain halnya dengan olahraga bulutangkis atau sepakbola yang sudah lebih maju. Faktor lainnya adalah mengenai usia. Mengingat olahraga ini termasuk dalam olahraga ekstrim, kebanyakan karir sebagai atlet terhenti ketika memasuki usia 35 tahun karena kondisi kekuatan fisik yang sudah menurun. Pembinaan dan penarikan minat atlet muda pun masih mengandalkan lomba-lomba yang diikutinya sebagai perwakilan klub. Jika menang, maka atlet akan dikirim ke kejuaraan selanjutnya sebagai utusan cabang. Siklus atlet seperti ini berjalan sangat lambat, sehingga mendorong FPTI Kota Bandung untuk mendirikan sebuah sekolah panjat tebing untuk menambah atlet muda dengan segmentasi siswa usia 7-12 tahun. Untuk mendukung pembinaan atlet tersebut,FPTI bergabung dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada tahun 2000 dengan merangkul enam klub sebagai syarat awal. "KONI memberikan alokasi dana untuk operasional organisasi dan pembinaan atlet. Jadi, FPTI lebih bisa mengatur jalannya kegiatan serta program kerja organisasi," ujar Iwan. Dari puluhan klub yang tergabung FPTI Kota Bandung, termasuk organisasi siswa dan mahasiswa, tidak lebih dari 10 klub saja yang masih aktif. Hal ini tentu menjadi salah satu indikator kurangnya kontribusi di sektor klub bagi kemajuan dunia panjat tebing. Upaya Pemertintah Upaya pemerintah dalam menyejahterakan atlet maupun mantan atlet kini sudah menemui bukti nyata. Pemerintah Daerah Jawa Barat misalnya menyediakan

SAPHARA | 12

jalur prestasi. Tahun 2010, tiga orang mantan atlet panjat tebing Kota Bandung telah ditempatkan di Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dispora). Namun, jika menilik kejadian-kejadian mantan atlet di Indonesia yang kemudian hidup kurang layak, kembali lagi pada individu masing-masing. "Pemerintah sudah melakukan upaya, tinggal bagaimana kita sebagai manusia mengatur kehidupan ke depannya dan kembali pada tanggung jawab masing-masing. Pemerintah belum bisa cover mengenai hal ini," ujar Iron Gama, Pelatih Pelatcab Kota Bandung sekaligus mantan atlet nasional yang pernah meraih medali emas di kategori grup pada PORDA Kabupaten Karawang tahun 2000. Di samping kejuaraan-kejuaraan di tingkat distrik seperti Kejuaraan Daerah dan Kejuaraan Nasional, perkembangan dunia panjat tebing di Indonesia juga dapat diihat dengan adanya IOXC (International Open Xtreme Competition), kompetisi olahraga-olahraga ekstrim yang diadakan setiap tahun oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Acara tersebut menjadi salah satu wadah bagi para penggelut olahraga ekstrim. Pelaksanaan pertama acara ini bertempat di Kota Bandung pada 2010. Sedangkan, pada 2013 ini, acara akan dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 1-3 November.


Debut Internasional

Kemajuan dunia climbing di Indonesia nampaknya ditunjukkan juga dengan adanya inovasi sarana papan pemanjatan. Adalah Abalaba, sebuah perusahaan yang mampu merealisasikan ide-ide kreatif "penghuninya" untuk mendukung perkembangan olahraga panjat. Jenis speed track merupakan salah satu yang menjadi fenomena. Ide pembuatannya karena ada keinginan untuk memodifikasi speed record asal Eropa yang desainnya menguntungkan orang-orang dengan jangkauan jauh saja (orang-orang Barat). Desain speed track cocok untuk segala tinggi badan. Selain itu, ide inovatif tersebut bertujuan untuk menambah kemeriahan dalam kompetisi-kompetisi climbing. Mengapa bisa? Dalam perlombaannya, atlet bisa langsung dua orang seperti perlombaan renang dan lari sprin, sehingga kompetisi bisa lebih terukur dan tentunya kemeriahan akan lebih terasa. Proses kreatif ini juga yang telah berhasil membuat Abalaba mendapatkan kepercayaan pembuatan papan panjat untuk kompetisi-kompetisi besar baik dalam maupun luar negeri, seperti pada tahun 2006 yang jadi titik awalnya masuk kancah internasional. Pada saat itu, ia memenangkantender untuk membuat papan pada Climbing World Cup di Singapura. Padahal, ia bersaing dengan provider negara lainnya, seperti Discovery dari Korea, Enterprise dari Perancis, dan T-Wall dari Israel. Perkembangan yang terjadi pada sarana papan pemanjatan tidak berjalan pincang. Banyak atlet-atlet nasional yang kini menambah daftar panjang prestasi di dunia climbing Indonesia. Misalnya, Agung Etty Hendrawati yang berhasil menyabet juara 1 kompetisi internasional ESPN X Games tahun 2000 mengalahkan juara UIAA asal Ukraina. Selain itu, ada juga Evi Neliwati yang hampir memecahkan rekor dunia untuk kategori speed pada Kejuaraan Dunia Panjat Tebing, Belgia yang digelar International Federation of Sports Climbing (IFSC) tahun 2007. Pada kejuaraan yang sama di tahun 2012, Indonesia mampu menorehkan kebanggaan walaupun belum berhasil menjadi juara. Dalam kejuaraan tersebut diturunkan dua atlet, yaitu Aspar Jailolo, atlet panjat dinding DKI Jakarta asal Palu, Sulawesi Tengah pada kategori speed men dan seorang atlet tunadaksa asal Surakarta, Sabar Gorky pada kategori ampute di kelompok paraclimbers. Aspar berhasil menduduki peringkat ke-19 dari 184 peserta sedangkan Sabar melenggang ke babak final bersaing dengan tiga peserta lainnya. Back to Basic

Dalam FPTI sendiri sebenarnya ada dua cabang olahraga panjat tebing, yaitu sport climbing dan tebing

alam. Terlalu fokus pada pembentukan atlet yang bergerak di tebing buatan (cabang sport climbing) membuat kegiatan memanjat di tebing alam terlupakan. “Basic pemanjat itu harusnya dari tebing alam terlebih dahulu. Dari tingkat kesulitan dan kerumitan alat yang digunakan, manjat di tebing alam punya kelas yang lebih tinggi,” jelas Iwan. Iwan juga mengungkapkan bahwa atlet panjat tebing sekarang banyak yang lebih mengenal tebing buatan bahkan ada yang sama sekali belum pernah mencoba di tebing alam. “Salah satu pemanjat tebing alam yang masih konsisten hingga kini adalah Tedi Ixdiana,” tambahnya. Mengantisipasi hal tersebut, FPTI bersama klub-klub di seluruh Indonesia akan mengadakan Jambore Tebing Alam dengan tema “Back to Basic” pada tahun 2014. Diharapkan dengan adanya acara tersebut akan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya basic memanjat di tebing alam. Syaedatul (17), salah satu atlet binaan FPTI Kota Bandung yang merupakan perwakilan atlet dari Organisasi Pecinta Alam SMAN 1 Bandung, Gideon, mengisahkan awal mulanya masuk ke dunia panjat tebing. “Awalnya diperkenalkan oleh Ayah. Saat SMA, ikut Gideon dan tergabung ke Pelatcab untuk jadi atlet,” ujar Sae, begitu ia disapa. Sae menjelaskan bahwa untuk menjadi atlet panjat tebing, cukup latihan dengan rajin sesuai dengan instruksi pelatih. “Sejak dulu, olahraga panjat tebing mendapat julukan sebagai olahraga 'Otak, Otot, dan Nasib'. Otak saat pemanjat harus memecahkan jalur dalam waktu sesingkat mungkin. Otot tentu saja menyangkut fisik untuk menunjang gerakan. Terakhir adalah nasib yang ada di tangan Anda sendiri,” ucap Iwan.

SAPHARA | 13


Laporan Utama ORIENTEERING

Evolusi yang Terlambat Si Peta dan Kompas Bukan hal yang sulit untuk menemukan pegiat alam bebas, khususnya di gunung, akhirakhir ini. Perkembangannya yang begitu cepat menyebabkan seluruh kalangan masyarakat saat ini, dari yang tua hingga muda, gemar untuk berkegiatan di alam bebas. Hal tersebut menunjukkan kegiatan ini adalah kegiatan umum yang bisa dilakukan oleh siapa saja, dan tidak ada batasan yang konkret untuk berkegiatan di alam bebas.

O

lahraga alam bebas di pegunungan yang populer dan banyak menarik minat masya-rakat akhirakhir ini adalah moun-taineering. Mountaineering sen-diri adalah olahraga yang memacu pada ketahanan, ke-kuatan, kesiapan mental, kesiapan peralatan, dan kecer-dasan berpikir seseorang, sehing-ga dapat mendaki gunung atau bukit dengan aman dan nyaman. Olahraga ini mengharuskan pegiat olahraga ini untuk siap secara fisik, mental, ilmu dan peralatannya. Keempat komponen tersebut harus dimiliki

SAPHARA | 14

terlebih dahulu sebelum melakukan olahraga mountaineering ini, a ga r t id a k terj a d i h a l- h a l insidental yang tidak diinginkan. Seiring berjalannya waktu, mountaineering pun berevolusi. Adalah Orienteering, bentuk evolusi dari olahraga di pegunungan tersebut yang membutuhkan kemampuan dan keterampilan navigasi menggunakan peta dan kompas dalam melakukan perjalanan dari satu titik ke titik yang lain di alam bebas dan biasanya merupakan daerah yang belum dikenali. Sebenarnya, ilmu yang dipakai dalam orienteering

merupakan bagian ilmu yang dipakai dalam olahraga mountaineering yaitu navigasi. Pada olahraga ini, orienteer (peserta orienteering) diharuskan untuk memilih rute terbaik dengan melihat karakteristik medan yang akan ditempuh untuk menuju titik-titik kontrol. Biasanya, pemenang orienteering ditentukan oleh waktu tercepat dalam menyelesaikan perlombaan. Istilah orienteering sebenarnya berasal dari bahasa Swedia yang memiliki arti melintasi medan yang tidak dikenali dengan dibantu peta dan kompas. Ilham Fauzi, Ketua Umum Wanadri, mengatakan bahwa di


Terlambat Sayangnya, perkembangan olahraga ini terkesan lambat di Indonesia. Hal ini terlihat jelas dari segi prestasi. Meski telah dipayungi oleh Federasi Orienteering Nasional Indonesia (FONI), saat ini atlet orienteering masih berlatih secara independen. Ilham menjelaskan bahwa tidak seperti olahraga lain, orienteering belum banyak difasilitasi pelatihan-pelatihan untuk membina atletnya. Hanya militer yang sudah diberikan pelatihan khusus dengan mengundang 3 pelatih ahli dari Denmark untuk mengikuti kejuaraan World Military Games di Rio De Janeiro, Brazil pada 2011 silam. Orienteering sendiri di Indonesia belum dikenal secara menyeluruh dalam lapisan masyarakat. Padahal, orienteering telah memiliki berbagai variasi seperti urban orienteering yang dilakukan di perkotaan. Hanya di kalangan pegiat alam bebas kemasyhuran olahraga ini dapat terlihat. Melirik dari sisi teknologi, Indonesia juga masih tertinggal dibandingkan dengan di negara luar. “Bahkan kalau di luar sendiri, pesertanya sudah

menggunakan sensor di sepatu. Jadi, gak perlu berhenti saat di titik kontrol. Sedangkan kalau di sini, kita masih pakai puncher (Red. alat pelubang kertas atau stempel yang tergantung dekat bendera untuk menandai kartu kontrol orienteer),” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Klub Aktivis Pegiat dan Pemerhati Alam (KAPPA) Fikom Unpad periode 2006-2007.

pada awalnya hanya digunakan oleh kalangan militer untuk melatih kemampuan navigasi darat bagi anggota. Barulah pada 1999, Wanadri menggelar perlombaan orienteering untuk umum di Telaga Warna, Bogor. “Pertamanya dari militer dan pelayaran. Itu karena militer dan pelayaran yang paling lama menggunakan teknik bernavigasi. Sekarang ini bertranformasi menjadi sebuah olahraga yaitu orienteering,” ujar Ilham.

Melintasi medan yang tidak dikenali dengan dibantu peta dan kompas.

Pemerintah sendiri belum terlalu fokus di olahraga ini. Namun menurut Ilham, seharusnya Indonesia mengikuti kondisi olahraga alam bebas di luar. “Di sana, antara pelaku industri produk-produk outdoor dan komunitasnya bersatu untuk membuat federasi. Jadi cenderung mandiri bahkan dalam hal membuat event perlombaan ataupun ekspedisi, tapi si pelaku industri mendapat hasil juga seperti iklan atau promosi, mendapatkan timbal balik,” tambahnya.

SAPHARA | 15


Laporan Utama RIVERBOARDING

Berselancar di Tengah Olahraga dalam bidang alam bebas tentunya tak lepas dari arus deras. Beberapa olahraga arus deras seperti rafting dan kano mungkin sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Namun kali ini, ada sebuah olah raga arus deras bernama riverboard yang mulai memasuki dunia olahraga alam bebas di Indonesia.

R

iverboard adalah sebuah olahraga arus deras menggunakan sebuah papan khusus yang dikendarai oleh seorang riverboarder dengan menggunakan gerakan kaki sebagai kemudi. Di beberapa negara, tekniknya pun memiliki banyak perbedaan tergantung dari karakteristik sungai yang ada di negaranya masing-masing. Dari olahraga ini, munculah sebuah organisasi bernama Indonesian Riverboard Association (IRA) yang diresmikan pada Juni 2007. Awal kelahiran olahraga ini di Indonesia berasal dari berbagai disiplin ilmu olahraga outdoor, munculnya itu dari para veteran yang mencari kegiatan-kegiatan baru khususnya di sungai. “Beda sama sejarahnya di Eropa, kalo di sana itu ada kejenuhan dari skipper sehingga memunculkan ide baru untuk mengarungi jeram dengan cara yang individual. Nah, di situlah uniknya olahraga ini,� ujar Dukut Budiyono (45) yang merupakan ketua pendidikan dan latihan dari IRA. Ia juga menambahkan bahwa kemunculan riverboarding di Indonesia terkesan mandiri, karena segala alat yang dimiliki hingga saat ini berasal dari pembuatan sendiri tanpa menggunakan satupun alat buatan luar negeri. Tingkat dunia Organisasi ini telah aktif mengadakan berbagai kompetisi sembari meningkatkan popularitas olahraga ini di Indonesia. Kompetisi pertama dilaksanakan di Citarum dan sudah mencakup tingkat nasional. Untuk tahun ini, IRA sedang mempersiapkan kompetisi riverboarding tingkat internasional berjudul World Riverboarding Competition (WRC) yang bertempat di Citarum dan akan dilaksanakan pada tanggal 6-10 November 2013. Sebelumnya, masih di tahun 2013, organisasi ini juga telah mengadakan kejuaraan nasional di Pekalen, Probolinggo, Jawa Timur, yang pada

SAPHARA | 16

akhirnya menghasilkan 10 atlet terbaik yang kemudian akan diikutsertakan dalam kejuaraan riverboarding tingkat dunia ini. WRC ini akan diikuti oleh 11 negara yakni, Indonesia, Amerika Serikat, Kanada, Swiss, Perancis, Spanyol, Malaysia, Australia, New Zealand, Singapura, dan Slovenia. Atlet-atlet Indonesia yang ikut serta dalam WRC ini berasal dari anak-anak pribumi yang dilihat memang memilik bakat dalam olahraga arus deras yang satu ini. Untuk berbagai hal yang menyangkut kesejahteraan atlet riverboarding di Indonesia, hingga saat ini masih menjadi tanggung jawab IRA sendiri.


foto: google.com

Arus Deras

Untuk sebuah event yang besar ini, IRA masih bergerak sendiri tanpa ada campur tangan dari pemerintah. Mulai dari pendanaan hingga koordinasi antarnegara, mereka lakukan secara mandiri. “IRA sendiri masih bersih, belum ada campur tangan pemerintah. Masih independen lah, soalnya kita berkaca dari organisasi-organisasi sebelumnya yang setelah tergabung dengan badan pemerintah justru malah muncul intervensi yang dapat mengubah isi dari organisasi itu sendiri, makanya untuk saat ini belum bergabung bersama

KONI,� ujar Dukut yang sekaligus sebagai Humas dari acara WRC ini. Selain itu, riverboarding di Indonesia ini juga telah mendapatkan dukungan dari sebuah perusahaan sport equipment Amerika bernama Face Level Industries (FLI). Lalu, untuk penyelenggaraan berbagai kompetisi, olahraga ini masih dipusatkan di pulau Jawa.

SAPHARA | 17


Wisata Budaya

B

agi Explorer warga Bandung, ataupun Explorer yang seringkali mengunjungi kota Bandung, deretan penjual ikat kepala khas Sunda yang tersebar di berbagai sudut kota adalah hal yang lumrah terlihat di mata kepala kita. Kadang juga kita melihat orang-orang di kota ini, menggunakan baju dan celana khas sunda, serta menggunakan ikat kepala khas sunda, baik tua maupun muda. Mungkin di antara kita ada yang bertanya-tanya, “Untuk apa sih iket kepala kayak gitu?” atau “asal-usulnya emangnya gimana sih?” Menurut salah satu anggota Komunitas Iket Bandung Raya, Gumilar Sukmawijaya, atau yang akrab disapa Kang Gum, yang sempat ditemui Saphara beberapa waktu yang lalu, ikat kepala khas sunda memang sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun sejak zaman kerajaan Padjadjaran beberapa abad yang silam. “Fungsi Iket dalam kebudayaan Sunda sejak zaman dulu sebagai pelengkap busana adat seperti upacara adat atau acara budaya para leluhur sampai akhirnya ke zaman sekarang masih memakai iket kepala sebagai pelengkap busana khusus untuk laki-laki,” Gum kepada Saphara. “Sekitar abad ke-14 ada seseorang bernama Prabu Jaya. Dia diutus dengan nama samaran, yaitu Pujangga Manis. Dalam salinan naskah yang dibuat oleh Prabu Wijaya, yang dia beri nama serupa dengan nama samarannya, Pujangga Manis, pada baris ke 36, berisikan sepenggal kata yaitu iket kain. Ketika dia hendak pergi keluar, dia mengambil seikat kain untuk menutup kepalanya,” ujar Gum menjelaskan sejarah dari iket kepala. Kang Gum juga sempat menjelaskan soal filosofi dari iket Sunda tersebut. “Dari bentuknya yang segiempat mewakili empat unsur alam yaitu angin, bumi, air dan api, bergabung menjadi bilur opat, yang maknanya yaitu prinsip alam itu sendiri yang bersatu dalam tubuh, “ ujar Kang Gum dengan jelas. “Mengenakan iket kepala itu salah satu style fashion yang sekaligus melestarikan budaya dan ajaran karuhun (leluhur) orang Sunda,” kata dia menambahkan. Kurang Promosi Saphara beberapa waktu yang lalu sempat juga meninjau penjualan iket sunda ini di pelbagai sudut kota Bandung. Adalah Abdul (38), salah satu penjual pakaian khas sunda, tentunya termasuk iket kepala, yang biasa membuka lapak dagangannya di sekitaran Gedung Sate. Sambil berbincangbincang, dia menjelaskan bahwa iket Sunda ini adalah identitas masyarakat Sunda. “Dulu itu sebagai identitas dan tiap macam rupa iket Sunda itu menunjukkan status sosial,” kata Abdul. Selain soal sejarah dan filosofi dari iket kepala, ia juga menjelaskan soal jenis-jenis dan cara pakai dari iket kepala khas tanah sunda ini. “Beberapa model ikat misalnya yang paling sederhana, perengkos nangka. Biasanya jenis ini dipakai oleh orangtua yang sedang tergesa-gesa, jadi cukup dibelitkan di kepala. Kalangan jawara atau jagoan, lain lagi ikat kepalanya, mereka menggunakan model barangbang semplak atau kuda ngencar. Barangbang semplak, iket ini seperti barangbang (dahan kering) yang patah tapi masih nempel dipohon. Culannya hampir menutupi mata. Bagian atasnya terbuka (terlihat rambut).Bisanya iket model ini dulu dipakai oleh para jawara. Ada juga jenis Julang ngapak, bentuk iket ini seperti sayap burung terbang, yang ini juga biasanya ramai digunakan oleh para orang tua,” ungkap Abdul dengan detail. Soal penjualan, iket sunda ini dinilai Abdul cukup menguntungkan. Apalagi dengan diadakannya berbagai macam festival yang bercorak khas tanah sunda, seperti Braga Festival beberapa waktu yang lalu. Masyarakat jadi tertarik dengan penggunaan iket tersebut. Pembeli pun meningkat, terutama dari golongan mahasiswa. “Ada juga untuk kebutuhan ospek mahasiswa baru yang diadakan tiap tahun,” katanya. Ia sendiri mulai menjual iket Sunda sejak

SAPHARA | 18


Iket Sunda Identitas Urang Sunda Teks dan Foto: Sri Oktika Amran

tahun 2009 sampai sekarang dan sudah tiga kali ikut festival tersebut. “Awalnya dari iseng-iseng mempelajari pemakaian rupa-rupa iket Sunda, dari perjalanan yang dia lakukan, dan melihat orang lain cara memakainya.” Abdul menyayangkan bisnis iket kepala yang semakin ramai akhir-akhir ini seolah menimbulkan kesan hanya mencari keuntungan semata, tanpa benar-benar memahami pesan yang disampaikan melalui penjualan iket kepala beserta pakaian khas sunda lainnya. “Ada yang sampai menjual dengan kisaran harga Rp100.000, seperti di toko-toko besar, “ kata dia. Abdul sendiri enggan untuk meniru hal yang serupa (menjual dengan harga yang mahal). Ia memegang prinsip, lebih baik murah tetapi makna iket itu sendiri tersampaikan kepada pembeli daripada mahal yang mengutamakan keuntungan semata, seperti kebanyakan pedagang pakaian khas sunda akhir-akhir ini.

Adapun sebelumnya, Gun juga menyayangkan iket kepala hanya dianggap sebagai keunikan semata, tanpa dihayati sebagai wujud identitas orang sunda. “Fenomena zaman sekarang, iket kepala hanya dipakai pada acara adat. Tapi itu semua balik ke orangnya masingmasing karena saya pribadi tergantung pada situasi dan kondisi karena belum tentu semua orang memahami makna iket itu sendiri. Di luar mungkin orang memandang iket itu aneh dan itu menjadi trik kita sebagai komunitas untuk memperkenalkan iket tersebut supaya tidak asing lagi di mata mereka,” tukasnya. Selain itu, soal kesulitan promosi budaya ini, dia dan komunitasnya hingga saat ini masih berusaha keras agar tren ini makin berkembang. “Kami sendiri berusaha mencoba mencari solusinya lewat pembuatan video tata cara pemakaian iket tentunya untuk mempromosikan ini ke luar Bandung dan Jawa Barat,” tutup Kang Gun.

SAPHARA | 19


Halaman Foto: M. Andika Putra

Kebun Binatang Bandung

Ramai Oleh Apa? Teks dan Foto: Istnaya Ulfathin, Dwy Anggraeni, Wini Selianti

Siapa yang tak tertarik mengunjungi kebun binatang? Di sana, Explorer bisa berlibur dan melepas penat bersama keluarga atau teman. Ragam binatang dapat dijadikan objek edukasi bagi berbagai kalangan termasuk anak-anak. Kebun binatang juga merupakan salah satu pusat konservasi dan pelestarian dari hewan dan tumbuhan.

K

ebun Binatang Tamansari, Bandung adalah satusatunya kebun binatang yang dimiliki kota dengan julukan Paris Van Java ini. Lokasinya cukup strategis karena berada di sebelah kawasan pendidikan Institut Teknik Bandung (ITB), tepatnya di Jl. Kebun Binatang No. 6, Bandung. Tak heran, kebun Binatang ini banyak dikunjungi oleh turis domestik pada akhir pekan.

ditambah pepohonan rindang akan mengawali perjalanan Explorer di kebun binatang ini. Tempat sampah banyak disediakan di dekat kandang – kandang selama perjalanan. Bila lapar, banyak pedagang penjual kopi dan snack siap sedia mengganjal perut Explorer. Mereka juga menyewakan tikar bila Explorer ingin bersantai a la picnic.

62 jenis satwa mulai dari gajah, buaya, siamang, lutung merah, kanguru, singa, hingga hewan-hewan yang dikategorikan langka seperti komodo, orangutan, ataupun beruang madu menjadi daya tarik kebun binatang ini. Ditambah lagi, wahana hiburan seperti sepeda air, perahu, gajah tunggang, unta tunggang, flying fox,dan istana balon serta suasana alam dan pepohonan rindang juga melengkapi. Hanya dengan membayar tiket masuk sebesar Rp. 15 ribu pada hari kerja dan Rp. 20 ribu pada hari libur, pengunjung kebun binatang sudah dapat menikmati wisata edukatif yang murah meriah ini.

Pemandangan seperti ini akan berbanding terbalik jika berjalan terus ke daerah belakang kebun binatang. Sampah plastik banyak dibiarkan menumpuk di sudut dekat pepohonan. Sampah juga terlihat di kandang harimau Sumatera, unta, gajah dan beberapa kandang lainnya. Dondy (40), petugas pemberi makan karnivora kebun binatang, mengatakan bahwa sebenarnya sampah di kebun binatang selalu dibersihkan oleh petugas. Namun, pengunjung juga menjadi faktor atas masalah sampah tersebut. Walaupun di sediakan tempat sampah dan dibersihkan setiap hari, ternyata hal tersebut tidak cukup untuk menampung ulah pengunjung “bandel� yang masih saja membuang sampah sembarangan.

Saat pertama kali masuk, Explorer akan langsung disambut dengan suara kicauan burung macaw asal Amerika yang bersahutan. Suasana asri dan bersih

SAPHARA | 20


Bukan hanya di dalam kebun binatang saja, pemandangan yang lebih parah dapat dilihat di luar kebun binatang. Tempat Pembuangan sampah Sementara (TPS) diletakkan sangat dekat dengan pintu gerbang kebun binatang yang hanya berjarak 50 m. Selain merusak pemandangan, aroma dari TPS tersebut juga mengganggu pengguna jalan dan pengunjung kebun binatang.

Walaupun disediakan tempat sampah dan dibersihkan setiap hari, ternyata hal tersebut tidak cukup untuk menampung ulah pengunjung “bandel” yang masih saja membuang sampah sembarangan Masih Ramai

tegas menanggulangi persoalan sampah ini. Bukan hanya sampah yang di dalam Bonbin, tapi TPS yang di luar juga mengganggu banget,” Ujar Eva (28), salah satu pengunjung kebun binatang pada Sabtu (28/9). Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bandung pernah berkerjasama dengan pihak pengelola kebun binatang untuk mengatasi masalah sampah tersebut. Mereka berkampanye dengan membagikan trashbag kepada pengunjung. Namun, hal tersebut hanya bertahan beberapa minggu saja. “Ini kembali lagi ke niat dan konsistensi dari pengelola kebun binatang sendiri. Karena jika dilihat, dari pihak pengelola sendiri kurang memperhatikan tentang edukasi sampah di dalam area. Mereka masih mengandalkan petugas kebersihan saja,” ujar Meiki W. Paendong, Konservator Lingkungan WALHI Bandung. Sungguh memprihatinkan, wisata edukasi serta pusat konservasi dan pelestarian alam ini masih “diramaikan” oleh sampah. Alangkah baiknya bila pihak pengelola, Pemerintah Daerah, dan pengunjung kebun binatang turut bekerja sama dalam menjaga kebersihan kebun binatang ini.

Meski begitu, tetap saja Kebun Binatang Tamansari ini masih diramaikan oleh para pengunjung. Ramainya pengunjung biasanya memuncak pada hari Minggu sekitar jam 10 pagi. “Mau bagaimana lagi? Kebun binatang cuma ada di sini. Saya hanya berharap supaya Pengelola Kebun Binatang dan Pemerintah Daerah dapat

SAPHARA | 21


Acara

Adu Keterampilan Dayung

FORSI Unpad 2013 Teks: Dwi Desilvani & Ryan Dwi Destyadi Foto: Dimas Jarot Bayu

SAPHARA | 22


T

iang-tiang gawang telah dipancangkan, dua

berwarna hijau dengan cara yang sama seperti tiang

perahu sudah dipersiapkan. Sepuluh tim dari

pertama. Setelah melewati ketiga gawang, peserta

berbagai fakultas telah siap berkompetisi

kembali ke garis awal.

berebut kedudukan pertama. Teriakan Skipper (kapten

Sesi pertama ini berlangsung dengan menarik

perahu) beradu dengan sorak sorai para penonton yang

karena banyak perahu yang tidak mampu melewati tiang

menyemangati dari pinggir danau. Dengan satu gerakan

gawang dengan sempurna. Butuh kekompakan tim dan

penuh semangat dan seirama, perahu-perahu karet itu

ketelitian skipper untuk melewati sesi ini. Flat Lake Race

melaju, saling mendahului.

dimenangkan oleh Fakultas Ilmu Budaya dengan catatan

Pagi itu, danau Arboretum Univesitas

waktu 4 menit 3 detik.

Padjadjaran (Unpad) dipenuhi ratusan mahasiswa yang

Sesi kedua yang berjudul Head-to-head ini

antusias menonton kompetisi dayung dalam Festival

adalah lomba adu kecepatan. Setelah 10 tim bermain,

Olahraga dan Seni (FORSI) di Kampus Unpad Jatinangor,

empat tim tercepat akan maju ke babak semi-final sesi

Sumedang pada Selasa (8/10).

ini. Empat tim tercepat yang maju ke semi-final adalah

Konsep pertandingan tahun ini tidak jauh

tim FakultasTeknik Geologi (FTG), Fakultas Peternakan

berbeda dengan konsep tahun-tahun sebelumnya.

(Fapet), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan

“Dalam satu perlombaan, ada tiga sesi. Yang pertama

Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom). Setelah empat tim

Flat Lake Race. Kedua Head-to-head. Dan ketiga Flip

tersebut adu kecepatan, akhirnya tim FTG menjadi juara

Party,” ucap Aksel Derian, mahasiswa Fakultas Teknik

pada sesi Head-to-head dengan catatan waktu 3 menit 3

Geologi (FTG) 2010 selaku perwakilan panitia cabang

detik.

olah raga dayung. Aksel menambahkan, peminat lomba

Setelah head-to-head selesai, pertandingan

dayung tahun ini mengalami peningkatan dari tahun

dilanjutkan ke sesi terakhir yaitu Flip Party. “Teknisnya

sebelumnya. Tahun ini peserta tidak hanya dari kaum

sama seperti Head-to-head. Tapi setelah melewati garis,

adam, kaum hawa pun ikut berkompetisi dalam

peserta harus membalikkan perahu, naik ke atasnya, dan

perlombaan ini.

dibalikkan seperti semula sebelum berpacu kembali ke

“ Butuh kekompakan tim dan ketelitian skipper

Awalnya kompetisi dayung diadakan di danau

garis awal,” jelas Aksel. Sesi ketiga ini diiringi dengan langit gelap dan hujan deras. Namun semangat para penonton dan peserta tidak luntur. Pada sesi ini, tim dayung FTG kembali memenangkan sesi terakhir ini.

ITB Jatinangor karena danau Arboretum Unpad

Setelah poin dan waktu dari ketiga sesi

mengalami kekeringan. Namun, hujan yang mengguyur

diakumulasikan, keluarlah tim FTG sebagai juara umum

Jatinangor pada malam sebelum pertandingan telah

lomba dayung FORSI Unpad 2013. Bayu Nugraha, skipper

mengisi kembali danau Arboretum, sehingga tempat

tim dayung FTG, merasa senang atas kemenangan ini.

pertandingan pun dipindahkan ke danau Arboretum.

Namun ia merasa latihan yang dijalankan timnya tidak

Pertandingan dayung diawali dengan Flat Lake

maksimal. “Harusnya latihan minimal dua bulan. Tapi tim

Race. Peserta harus berpacu dari ujung danau yang

FTG kurang latihan, hanya tiga kali latihan dan jarang-

disebut hulu, ke ujung danau lainnya yang disebut hilir,

jarang,” ucapnya.

sambil melewati tiga tiang gawang yang memiliki warna berbeda. Peserta melewati tiang pertama berwarna hijau dari hulu ke hilir. Setelah lolos tanpa terkena anggota tubuh dan dayung, peserta melewati tiang gawang selanjutnya yang berwarna merah dari arah hilir ke hulu, sehingga perahu harus memutar arah terlebih dahulu. Setelah lolos, dilanjutkan ke tiang terakhir yang

SAPHARA | 23


Foto Essay


Oro-Oro Ombo, "Cinta" Setelah Tanjakan "Tak ada cinta tanpa pengorbanan" nampaknya menjadi pepatah yang tepat untuk menggambarkan lokasi ini, setelah melewati tanjakan cinta yang cukup melelahkan, explorer akan disuguhi pemandangan padang savana yang luasnya mencapai 100 hektar, padang savana yang berada di Gunung Semeru, Jawa Timur ini biasa disebut "Oro-Oro Ombo" yang merupakan bahasa Jawa dengan arti "padang rumput yang luas�


Foto Essay Pesona Curug Goa Badak Berada di Subang, Jawa Barat, Curug Goa Badak merupakan air terjun dengan ketinggian 8 meter. Air terjun ini berada pada hilir sungai Cimuja. Tepat di bawah Curug Goa Badak, nampak terlihat bentuk cekungan seperti goa di mana explorer dapat memasukinya. Air terjun ini terdapat dalam kawasan wisata Capolaga Adventure Camp bersama dengan 3 air terjun lainnya, yaitu Curug Cimuja, Karembong, Sawer, dan Goa Badak.


Offense! Mutiara Annisa, salah seorang anggota Klub Aktivis Pegiat dan Pemerhati Alam (KAPPA) Fikom Unpad, sedang melakukan latihan olahraga arus deras dengan melakukan swimming offense. Foto ini diambil pada Kamis (6/4) di sungai Citarum, Jawa Barat.


Refleksi

Kreatif Memenuhi Kebutuhan Oleh: Hafiyyan Berolahraga di alam bebas, ataupun kegiatan serupa dengan tempat buatan (misalnya panjat tebing di papan) membutuhkan kemampuan daya cipta yang tinggi. Gagasan-gagasan baru pun harus terus ditumbuhkan dari ide-ide yang sudah ada. Kemampuan ini dibutuhkan, mengingat pegiat ataupun pehobi kegiatan alam bebas, selalu berusaha dan belajar memenuhi kebutuhannya di bidang yang ia senangi dan kuasai.

M

enurut Knowles, salah satu kebutuhan dasar manusia u n t u k p e n g e m b a n ga n program belajar ialah kebutuhan akan pengalaman baru. Dia mencontohkan, sementara orang lain memilih tetap dalam “zona nyaman”, orang-orang ini (yang butuh pengalaman baru) malah menciptakan ketegangan dalam bentuk petualangan yang mengasyikkan dan penuh risiko. Kebutuhan dasar inilah yang terpatri, sadar ataupun tidak, dalam pikiran para pegiat alam bebas. Namun, lambat laun kebutuhan inipun meningkat, mengingat manusia memiliki keinginan untuk mengaktualisasikan diri dalam iklim kompetisi. Abraham Maslow, pelopor psikologi humanistik percaya setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya memiliki “puncak pengalaman” yang lebih, dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya. Menurutnya, kebutuhan aktulisasi ini dapat terpenuhi, setelah seseorang mendapatkan kebutuhan fisiologis atau dasar, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, dan kebutuhan untuk dihargai.

SAPHARA | 28

Need for achievement, yang diperkenalkan oleh David McClelland sebagai salah satu teori kebutuhan, membahas tentang kebutuhan individu untuk berprestasi, merupakan refleksi dari dorongan akan tanggungjawabnya untuk pemecahan masalah. Seseorang dengan kebutuhan prestasi tinggi cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, dan selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi. Pemenuhan kebutuhan inilah yang mendorong para pegiat dan pehobi menelurkan ide-ide kreatif. Contohnya, olahraga riverboard lahir setelah adanya pemikiran pemenuhan kebutuhan terhadap olahragaolahraga baru di sungai. Kegiatan olahraga arus deras yang identik dengan penggunaan perahu, kini menjadi lebih beragam, karena riverboard hanya menggunakan papan sebagai “kendaraan” para riverboarder. Namun, karena keterbatasan alat, para pegiat di Indonesia pun harus kreatif memenuhi kebutuhannya, sehingga mereka masih menggunakan alat buatan sendiri (lokal).


Kreativitas dalam penciptaan alat pun terterap pada cabang wall climbing. Tahun 2009, Abalaba, salah satu provider pembuat papan panjat, menjadi fenomena setelah membuat speed track yang baru. Papan ini merupakan desain Harry Suliztiarto (pelopor olahraga panjat tebing di Indonesia) yang didukung oleh FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) dan Kemenpora. Dengan adanya speed track, olahraga panjat menjadi lebih meriah. Atlet yang bertanding bisa langsung dua orang, tidak satu per satu seperti dahulu, sehingga mirip seperti perlombaan renang dan lari sprin. Kompetisi panjat dinding pun menjadi lebih terukur. Olahraga pendakian gunung dan bukit, yang lebih dikenal dengan istilah mountaineering, terus berkembang, dan kemudian munculah spesialiasinya, yakni orienteering. Orienteering adalah olahraga melintasi gunung atau bukit yang menitikberatkan pada kemampuan dan keterampilan navigasi menggunakan alat peta dan kompas. Dalam melakukan perjalanan, praktik navigasi darat ini dilakukan agar peserta dapat bergerak dengan arah yang tepat dari satu titik ke titik yang lain. Oleh karena itu, biasanya, kegiatan orienteering dilakukan di tempat-tempat yang belum dikenali. Dibalik segala kisah kreatif dalam memenuhi kebutuhannya, sayangnya, para pegiat ataupun pelaku cabangcabang olahraga alam bebas dituntut harus kreatif pula untuk memopulerkan kegiatan ini di masyarakat. Masyarakat, yang terlanjur menerima 'hipnotis' media massa, lebih memilih sajian yang dianggap media lebih menjual, termasuk sajian berita olahraga. Mereka lebih memilih menyaksikan ataupun turut serta dalam cabang-cabang olahraga lain yang lebih populer.

Media pun lebih mempertimbangkan rating pembaca, penonton, atau pendengar, karena “jumlah konsumen” inilah yang mereka “jual” pada pemodal atau pengiklan, sebagai modal media untuk terus hidup. Fenomena ini menjadi satu tantangan terbesar yang harus ditaklukan, untuk mempopulerkan kegiatan olahraga alam bebas. Selain memopulerkan masyarakat, pegiat olahraga alam bebas pun harus mampu menarik perhatian pemerintah. Dukungan pernah diberikan Kemenpora salah satunya dalam pembuatan speed track lokal. Namun, konsistensi perhatian mutlak diperlukan, mengingat adanya calon atlet potensial, d ita m b a h d en ga n s u a s a n a a la m Indonesia yang tentu mendukung pendidikan dan pelatihan atlet.

Pemenuhan kebutuhan inilah yang mendorong para pegiat dan pehobi menelurkan ideide kreatif.

Berkaitan dengan menjadikan alam sebagai sarana pendidikan dan pelatihan, para pegiat olahraga pun harus menjaga lingkungan dengan baik. Jangan malah kegiatan olahraga semakin membuat alam Indonesia terluka. Spirit dan nilai-nilai kreativitas dalam memenuhi kebutuhan juga mesti teraplikasikan untuk mendukung penjagaan alam ini. Semoga olahraga alam bebas “naik kelas” dalam segala hal, sehingga mampu memenuhi kebutuhan para pegiatnya khususnya, dan masyarakat umumnya. Bukan tidak mungkin prestasi internasional dapat kita raih!

SAPHARA | 29


Operasi

TIPS DAN TRIK

OLAHRAGA ALAM BEBAS Teks: Mutiara Anissa

Sesekali bermain dengan alam bebas tentunya akan me- refresh kembali pikiran yang lelah. Salah satu maksud dan tujuan berolahraga di alam terbuka adalah untuk kesegaran jasmani dan kesehatan diri bagi yang melakukannya. Saat berada di pegunungan yang masih bersih tentunya tubuh akan bekerja secara maksimal untuk menghirup udara segar serta mengeluarkan racun lewat keringat. Bagi Explorer para penikmat alam, banyak kelebihan ketika berolahraga di alam bebas dibandingkan treadmill di dalam ruangan. Bersepeda, lari, mendaki, bahkan memanjat dan berenang di alam bebas tentu sangat mengasyikkan. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melangkah keluar rumah.

SAPHARA | 30


Ketika Explorer berada di alam bebas ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan diantaranya : · Tidak meninggalkan sesuatu, selain jejak kaki (leave nothing but footprints) · Tidak mengambil sesuatu kecuali foto (take nothing but picture) · Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu (kill nothing but time) · Tidak membakar sesuatu kecuali semangat (burn nohting but spirit) · Bukan gunung yang kita taklukan, kecuali diri sendiri ("it is not the mountain we conquer, but ourselves" - Sir Edmund Hillary)

Udara Segar & Vitamin D Ini tentu akan Explorer dapatkan jika berolahraga di luar ruangan. Apalagi jika melakukan di alam terbuka yang masih asri dengan udara segar. Tak hanya itu, matahari pagi yang memaparkan vitamin D juga membuat tulang menjadi lebih kuat. Sebelum melangkah ke luar, sebaiknya gunakan tabir surya. Apalagi jika berolahraga dalam waktu yang cukup lama. Siapkan pula handuk penyeka keringat dan topi untuk menghindari terpaan matahari langsung ke muka.

· Mimpikan, rencanakan, lakukan, dan nikmatilah · Menghargai sesama pendaki, masyarakat, maupun mitos yang berlaku · Setinggi-tingginya manusia masih tinggi Sang Pencipta (Red. Diambil dari pepatah Jawa: sak duwur-duwure gundul isih duwur Kang Maha Luhur)

Lebih Keras Mengambil latihan di luar berarti juga harus melawan matahari, angin, perubahan suhu, dan berbagai faktor lainnya. Mungkin butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan cara menurunkan intensitas dibanding olahraga di rumah. Jadi untuk pertama kali, lakukan hal yang ringan lebih dahulu.

Panas dan Dehidrasi Sebaiknya Explorer sudah merencanakan berapa lama dan rute olahraga yang akan dilalui. Siapkan air jika di tempat berolahraga susah mendapatkan air minum. Ini untuk menghindari tubuh mengalami dehidrasi. Kelembaban udara juga memengaruhi tubuh Makin kering udara, makin besar tubuh mengalami dehidrasi. Yang juga harus diperhatikan adalah kondisi udara tempat berolahraga. Polusi dari knalpot, debu, dan asap pabrik dapat menyebabkan asma dan peningkatan risiko untuk kanker paru-paru. Itu sebabnya, disarankan melakukan olahraga pagi hari manakala kualitas udara lebih bersih.

SAPHARA | 31


Kata Kita

Seiring berjalannya waktu, olahraga alam bebas pun kini mulai dilirik oleh masyarakat. Pria dan wanita, tua maupun muda, kini mulai menggandrungi jenis olahraga ini. Lalu, apa kata mereka mengenai olahraga alam bebas? Berikut Saphara merangkumnya dalam Kata Kita.

DHARA LARISSA DEVINA

Teks: Ariel Driantoro & Andhika Soeminta P

“Menurut saya sekarang ini kebanyakan orang menjadikan itu sebagai gaya hidup (lifestyle) dan banyak yang hanya ikutikutan tren doang, tidak ada safety procedure-nya. Seharusnya mereka cari tau dulu sebelum mengikuti trend dan patuhi standart safety procedure-nya�

SAPHARA | 32


ARYA PRATAMA

LUTHFI PARAMA A.

“Olahraga alam bebas itu menarik dan memacu adrenalin, sangat tertarik mencoba saat melihat orang berkegiatan olahraga alam bebas. Dalam olahraga alam bebas juga banyak resiko tetapi dapat menambah pengalaman.”

“Dengan olahraga alam bebas kita akan dekat dengan alam dan bisa menilai kemampuan dalam diri kita secara psikologis dan fisik, secara menyeluruh dapat mengetahui potensi kekurangan dan kelebihan dalam diri kita”

HELMI APRIYANTO “Olahraga alam bebas secara keseluruhan telah mengalami perkembangan yang sangat baik, hal ini terlihat makin banyak yang antusias pada olah raga alam bebas, ditambah lagi dengan maraknya objek wisata yang menawarkan objek wisata olahraga alam bebas. Olahraga alam bebas telah menjadi gaya hidup beberapa orang khususnya anak muda karena olahraga alam bebas dibuat sangat menarik pada saat ini”

SAPHARA | 33


Buah Pena

Si Penjelajah Fana (1) Oleh: Thaariq Basthun N.

Selalu kau bandingkan gang gang sempit di sudut jalan Dengan rambat waris para penerima nasib.

Engkaulah burung yang berakhir Jauh dari rindang sarang dan kelepak sayap langit.

Dengan cempor Mahasagala kau mencari-cari makna Puluhan destinasi menelusuri cakrawala kota, hutan, dan goa.

Yang kau temukan cuma sajak-sajak semata wayang, Rangka jung tua yang terdampar, dan guci retak dari si penjelajah fana.

Karena jenuh dengan seluruh jalan, akhirnya kau berhenti dan menjelma menjadi hiruk jalan itu sendiri.

Si Penjelajah Fana (2) Kau rebahkan dirimu kedalam kubangan air hayat yang berombak Menimbulkan lingkaran-lingkaran riak kehadiran yang tak terbatas

Berpotongan dan bersilangan melahirkan aneka ciptaan baru

Bila lingkaran-lingkaran itu diperbesar, ia akan seluas jagat raya Bila lingkaran-lingkaran itu diperkecil, ia akan menjadi inti dirimu

Maka teluk yang menganga dalam rongga sajak-sajakmu Menampung ledakan makna segala pengalaman dunia—

Bak seberkas bara air yang menyamudra

SAPHARA | 34


Si Penjelajah Fana (3) Telah Kau sebrangi jembatan yang melanglang jauh Melengkung dari dirimu menuju dirimu Kini kau tinggal di sebuah kota yang sepi senyap Di mana banyaknya pasir yang kau genggam sebanyak pasir yang hambur Bagaikan kapal yang semakin jauh dari tempat berlabuhnya Lubang yang kau dulu jatuh di situ, kembali kau gali untuk tempat persemayaman renunganmu Ibarat matahari yang silau akan cahayanya sendiri Tak terdengar suara sepikuk kecilpun Selain nyanyian lampau yang tumbuh pada kerajaan mas kecilmu Kau menerobos masuk menatap cahaya matahari Hingga pandanganmu merona, membakar memenuhi seluruh ruang tata Di kota ini kau aman dan tersembunyi dari dirimu sendiri Seperti seekor rajawali yang tak terbang di cakrawala, Tak juga berlindung dari sapuan senja

Si Penjelajah Fana (4) Kesendirian yang bening dan megah Telah tegak di sini sejak permulaan kala

Seluruh kenangan berpendar bagai lampion-lampion malam Engkau hanya memandangnya, tanpa tersentuh olehnya.

Ayunan air di antara pepohonan, halus dan hening, Seperti melodi gerakan tangan dan kaki seorang bayi

Bak puisi yang kau rangkai dari batas-batas bahasa Atas bawah, bolak balik, hingga membungkus seantero kota

Maka kota menjelma doa yang mekar Merambati pohon awan

SAPHARA | 35


Si Penjelajah Fana (5) Jiwamu bermukim dalam jeda rahasia antara kata dan kata Selengang kerlipan ruang antara bintang dan bintang

Kehadiranmu ringan dan kokoh laksana selembar bulu gunung Bertiup dari keluasan ke keluasan sayup

Seluruh jalan berkayuh menuju jalanmu Yang keemasan dan biru, bak bentangan gelombang Jalan Langit

Di kota ini kau membangunkan hari kedua Dari tenunan benang ganda: kehidupan dan kematian

Mungkin kota ini hanya muncul sekejapan dari rimbunan kabut Sebelum kefanaan jatuh bagaikan malam yang jatuh.

Pelacur Duduk termangu membaca sajak Chairil Dikelilingi wanita berlisan Blackberry Oh, aku pikir memang begini jadinya Masuki zaman modern bertuhankan fashion = gadget mutakhir

Cetak diri masuki dunia Raih uang kerangkengi kebebasan Dan status twitter muncul 3 menit sekali Hempaskan identitas diri

Menjadi seragam dalam arus zaman Dirimu hancur lebur dalam nyata, dan hidup dalam maya Jadi, kita dengarkan anthem hari ini: “Geekssmile – Tuhan Tuhan Baru� Aku bukan pelacur zaman

SAPHARA | 36


Etalase Teks: Olaf Palma, Jejen Zaenudin, Thaariq Basthun N.

Aksesoris Kepala Keren untuk Pegiat Alam Bebas Gaya, aman, dan nyaman, siapa yang tak mau? Buff hadir sebagai aksesoris keren untuk para pegiat alam bebas. Buff merupakan sebuah produk aksesoris kepala multifungsi. Ia bisa dibuat dalam berbagai bentuk sesuai keinginan pemakainya seperti topi, headband, neck gaiter, balaclava, bandana, dan pelindung debu serta angin. Sifatnya yang elastis karena bahan polyester microfibre dan tanpa jahitan membuat Buff menjadi nyaman dipakai saat berkegiatan. Berbagai varian dan warna ditampilkan oleh Buff. Dengan berat 35 gram, Buff dapat dipakai oleh orang dewasa, remaja, hingga bayi. Harga Buff sendiri dibandrol dengan harga USD 20 atau sekitar Rp 210 ribu.

Hammock, Alternatif Tenda yang Ringan

Malas membawa tenda? Atau berkegiatan dengan tipe ultralight? Nampaknya hammock bisa jadi pilihan yang tepat bagi Anda. Kali ini, ada terobosan terbaru yang ringan dan nyaman dari Hennesy Hammock. Bentuk asi-metris barunya memberikan kenyamanan instan di medan yang lebih berbatu, basah, atau miring serta memberikan perlindungan dari matahari, angin, dan hujan. Bentuk baru ini juga menjaga agar punggung Anda tetap lurus. Hammock ini dapat menutup dirinya melalui bagian bawah setelah Anda masuk ke dalamnya. Hal tersebut disebabkan segel otomatis yang dimiliki oleh hammock ini. Dengan berat yang hanya 1,15 Kg dan dapat menampung 100 kali lipat beratnya, hammock ini dibandrol dengan harga USD 144,49 atau sekitar Rp. 1,5 juta.

SAPHARA | 37


Etalase

Tenda Katabatic: Sumber Listrik di Alam Bebas

Minimnya sumber listrik kini bukan lagi jadi masalah saat berkegiatan di alam bebas. Tenda Katabatic dapat menjadi solusi dari masalah tersebut. Tenda keluaran Eddie Bauer ini memungkinkan Anda untuk menyimpan tenaga listrik hingga 48 jam dalam 1 kali charge. Hal ini disebabkan tenda ini dilengkapi dengan panel surya di bagian atas tenda. Tenda pemenang dari National Geographic's 2012 Gear of the Year Award ini dibanderol dengan harga USD 500 atau sekitar Rp 5,6 juta. Anda tertarik membelinya?

Sportiva, Kenyamanan dalam Berlari di Gunung Explorer memiliki hobi mountain running? Kesulitan menemukan sepatu yang cocok? Lasportiva, sebuah merk sepatu asal Italia, kini menghadirkan terobosan ciamik berupa sepatu mountain running dengan teknologi morphodynamic. Empuk, aman, gaya, dan tidak membuat kaki lecet. Itulah janji teknologi morphodynamic a La Sportiva. Sepatu ini akan terasa semakin ringan, dan nyaman bila anda gunakan berlari. Beratnya hanya 368 gram. Sol morphodynamic dibuat untuk menambah keseimbangan dan cengkraman saat anda berjalan di medan tidak rata. Berbagai varian warna ditampilkan oleh Lasportiva. Harga yang ditampilkan pun cukup sepadan dengan teknologi yang ditawarkan. Walaupun harus merogoh kocek agak dalam sebesar 1,4 juta rupiah, dijamin, explorer akan puas bila menggunakan sepatu ini.

SAPHARA | 38


SAPHARA | 39



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.