Hustle Culture: Grinding or Harming?

Page 1

Hustle Culture:

Grinding or Harming?

Kastrat IMTI 2021

Is it Good or Bad?


KATA PENGANTAR Kastrat IMTI adalah bidang yang bertanggung jawab atas pencerdasan warga, terkhusus warga Teknik Industri UI, mengenai isu-isu poleksosbudhankamling yang terjadi baik di Indonesia maupun internasional. Kajian adalah salah satu hasil kegiatan Kastrat IMTI yang berupa hasil analisis, verifikasi, dan perumusan solusi terhadap isu yang diangkat dalam program kerja ONAR. Selain itu, kajian bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman warga terhadap isu tersebut. Pada periode ini, Kastrat IMTI FT UI 2021 mengkaji sebuah isu berkaitan dengan mental health atau kesehatan mental. Dengan topik yang luas ini, tim penulis berusaha mengerucutkan kembali topik tersebut sehingga kajian ini akan mengangkat isu mental health yang disebabkan oleh hustle culture terutama yang dialami oleh para mahasiswa. Isu ini pun memang dirasakan dari berbagai kalangan, terutama di saat mobilitas kita dibatasi karena peraturan-peraturan terkait pandemi Covid-19. Maka dari itu, kami mengumpulkan informasi dan data dari berbagai sumber untuk membahas isu tersebut dan menyatukannya dalam suatu kajian yang berjudul “Hustle Culture: Grinding or Harming?”. Akhir kata, tim penulis menyadari bahwa masih ada banyak ruang yang dapat dikembangkan dari kajian ini. Oleh karena itu, kami membuka pintu lebar bagi pembaca yang ingin menyampaikan saran dan masukan untuk peningkatan kinerja kami pada kajian berikutnya. Salam kepedulian, Kastrat IMTI FT UI 2021

ii

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


ABSTRAK Kondisi selama pandemi ini menuntut manusia untuk beradaptasi. Sebagian kantor dan pabrik mulai memberhentikan sebagian karyawan mereka karena kendala biaya. Ada juga tempat kerja yang dapat beradaptasi secara cepat dan memulai kebijakan work from home (WFO) untuk para karyawannya. Tidak hanya itu, para pelajar juga merasakan dampak yang diakibatkan oleh pandemi yang sedang berlangsung, dari melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sudah diberlakukan lebih dari satu tahun hingga segala bentuk kegiatan di kampus yang harus ditransformasi dan dilaksanakan secara daring. Masa transisi tersebut mengakibatkan banyaknya mahasiswa yang terpaksa merasakan kecemasan dan depresi. Hal tersebut dibuktikan melalui survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Seluruh Indonesia (PDSKJI) mengenai Kesehatan jiwa. Hal tersebut pun didukung dari budaya overworking atau hustle culture. Dengan adanya PJJ dan WFO, tempat kerja yang sudah menjadi satu dengan rumah membuat para penganut hustle culture semakin mudah untuk melakukan kegiatan kerjanya atau dapat disebut dengan grinding. Hal ini sangat berpengaruh kepada kesehatan mental masyarakat, termasuk mahasiswa. Maka dari itu, perlu untuk kita memahami gejala overworking dan cara-cara untuk menanggulanginya. Kata Kunci: Kesehatan Mental, Pandemi, Hustle Culture

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

iii


Kajian dan Aksi Strategis IMTI FTUI 2021

iv

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


DAFTAR ISI 01 Pendahuluan 02 Isi

03 Hasil Kajian 04 Kesimpulan

05 Referensi

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

v


PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Tujuan 3. Metode Penulisan 4. Penulisan Kajian

1

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


LATAR BELAKANG Kesehatan Mental Kesehatan adalah suatu keadaan terkait kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara menyeluruh dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kerentanan seseorang (WHO, n.d.). Dengan itu, kesejahteraan atau kesehatan mental adalah bagian yang integral bagi seseorang untuk dianggap sehat. Lebih dari pada itu, kesehatan mental adalah keadaan kesejahteraan mental dimana seorang individu dapat mengenali kapabilitasnya, dapat menhadapi stress normal mengnai kehidupan, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, dan dapat membuat suatu kontribusi kepada komunitasnya (PAHO, n.d.).

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

2


Stres, Cemas, dan Depresi Kata stres, cemas, dan depresi acap kali dipakai dalam obrolan sehari-hari secara bergantian. Namun, hal ini sebenarnya tidaklah tepat karena masing-masing dari kata tersebut mempunyai arti yang berbeda. Stres adalah suatu respons fisik terhadap suatu situasi (Raven, 2020). Stres juga berperan sebagai reaksi pertahanan diri ketika berada di bawah suatu tekanan, seperti harus mempresentasikan tugas kuliah untuk hari esok (Quamila, 2020). Lebih daripada itu, dua penyebab utama stres atau disebut juga stresor pada level individu adalah pekerjaan dan uang (Raven, 2020). Stres biasanya dapat menghilang sendirinya ketika penyebab stres atau stresor-nya menghilang. Akan tetapi, stres yang sudah kronis atau yang sudah berkepanjangan dapat terekskalasi menjadi gangguan kecemasan dan/atau depresi (Premier Health, n.d.).

Anxiety atau kecemasan adalah reaksi tubuh terhadap stres, seperti sensasi perut mulas atau keringat dingin saat wawancara kerja. Cemas dapat menjadi suatu gangguan psikologis Ketika rasa takut yang dirasakan sudah tidak terkontrol atau dapat dirasa secara terus-menerus. Di sisi lain, depresi adalah sebuah penyakit mental yang ditandai dengan memburuknya suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya. 3

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


Tujuan Dapat mengetahui dan menyadari hustle culture Mengidentifikasi akar fenomena terkait beserta dampaknya Mampu mencegah dan memberikan informasi fenomena terkait kepada khalayak luas

Metode Penulisan Mempelajari sumber bacaan sekunder berupa kajian yang dikeluarkan baik oleh instansi pemerintah maupun nonpemerintah Mencari berita ataupun artikel terkait hustle culture di Indonesia dan negara lain yang ditulis oleh media jurnalisme dan media yang berkaitan

Penulisan Kajian Pemilihan dan Penentuan Tema: 02 Oktober 2021 Pelaksanaan ONAR: 30 Oktober 2021 Mengkaji dari berbagai sumber: 6 Desember 2021 – 07 Januari 2022 Penyusunan Kajian: 29 Desember 2021 - 07 Januari 2022 Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

4


ISI 1. Apa itu Hustle Culture? 2. Bahaya Hustle Culture 3. Prevalensi Hustle Culture pada Pelajar

5

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


APA ITU HUSTLE CULTURE? Hustle culture dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana overworking atau bekerja secara berlebihan dianggap sebagai suatu gaya hidup. Kata hustle sendiri berarti aksi yang energik atau penuh dengan semangat. Fenomena sosial ini sendiri mulai populer pada tahun 1971, terutama di kalangan orang-orang muda. Alhasil, tren ini masih dapat kita lihat dari kebiasan pekerja yang lembur hingga tengah malam dan pelajar yang belajar serta rapat hingga larut dan menganggap sepele jam tidur dan istirahat. Lantas, bagaimana cara mengetahui bahwa kita sudah mencapai kondisi overwork? Dalam laporan yang dikeluarkan, WHO mendefinisikan overwork sebagai durasi kerja yang lebih dari 55 jam dalam seminggu. “Bekerja 55 atau lebih jam per minggu diduga berhubungan dengan 35% risiko lebih tinggi dalam memiliki stroke dan 17% risiko lebih tinggi untuk meninggal dari penyakit jantung iskemik, dibandingkan dengan bekerja selama 30—40 jam per minggu.” ditemukannya dalam laporan tersebut (Socio, 2021).

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

6


BAHAYA HUSTLE CULTURE Hustle culture bisa jadi sangat berbahaya bagi kita. Hustle culture memaksa orang untuk terus bekerja, terlepas dari kelelahan fisik atau mental. Kelelahan-kelelahan ini mulanya dapat diabaikan, tetapi itu tidak akan bertahan lama. Selain itu, hal ini juga dapat membuat kita mengabaikan kebutuhan fisiologis, seperti istirahat, tidur yang cukup, makan makanan yang bergizi, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur untuk bekerja. Budaya hustle culture memaksa seseorang untuk terlalu fokus pada satu hal dan mengorbankan hal lain, bahkan hal yang mereka sukai. Hal ini dapat menjauhkan orang dari sumber kebahagiaan yang akan mendorong mereka untuk tetap aktif. Selain harus bekerja berjam-jam, budaya ini juga cenderung memaksa seseorang untuk dapat melakukan tugas yang berbeda dalam waktu yang bersamaan atau multitasking. Melakukan multitasking dalam jangka waktu yang lama seringkali membuat orang kurang fokus pada kualitas pekerjaan dan menjadi tidak efektif.

7

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


Dengan memaksa seseorang harus terus bekerja keras, hustle culture juga dapat memicu fenomena burn-out yang disebabkan oleh stres kronis yang tidak terkelola dengan baik. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri kemampuan bekerja berkurang, berpandangan negatif terhadap pekerjaan atau rekan kerja, dan sering merasa lelah. Budaya ini pun mendorong orang untuk berlomba dan mencoba untuk bertahan lebih lama daripada rekan-rekan mereka. Hal ini dapat menciptakan lingkungan persaingan yang negatif. Pada tahun 2017, terjadi sebuah kasus yang dialami oleh salah seorang pekerja. Mita Diran meninggal karena gagal jantung dan jam kerja yang panjang. Selama lebih dari 1 tahun, Diran bekerja sebagai copywriter di agensi iklan Y&R di Jakarta. Memposting tweet mengenai jam kerja yang panjang dan kebiasaan meminum energy drink sering kali dilakukan oleh Diran. Ayahnya Diran mengatakan bahwa dia mengalami koma setelah bekerja selama 3 hari berturut-turut (Shaw, 2013).

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

8


Gambar: Tweet Mita Diran selama overworking 9

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


PREVALENSI HUSTLE CULTURE PADA PELAJAR Seperti yang kita tahu, sebagian besar mahasiswa di kampus penuh dengan semangat mudanya untuk meng-explore dunia atau bahkan hanya sekedar ingin kenal dan bermain dengan temantemannya. Selain itu, kuliah dan mengikuti organisasi sudah menjadi bagian integral dari mahasiswa di Indonesia. Fenomena hustle culture kini banyak menyita perhatian pelajar di Indonesia. Selama pandemi Covid-19 dan pembelajaran jarak jauh (PJJ), siswa melakukan banyak kegiatan lain di samping kegiatan akademik mereka, seperti organisasi, kepanitiaan, unit kegiatan mahasiswa, relawan, magang atau kerja. Kegiatan-kegiatan ini banyak dilakukan oleh mahasiswa dalam waktu bersamaan. Ambisi untuk bersaing di dunia perkuliahan dan dunia kerja selanjutnya membuat mahasiswa banyak mengikuti kegiatan dan terlihat produktif. Hal tersebut dijadikan cara untuk mengisi atau menambah resume sebelum melamar pekerjaan impian mereka.

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

10


Ditambah dengan banyaknya influencer di media sosial saat kini, mahasiswa terdorong mengikuti jejak mereka untuk menjadi produktif dan menunjukkan berbagai prestasi serta kegiatan yang mereka ikuti sehingga tidak merasa tertinggal oleh pencapaian teman-teman yang lain. Keinginan untuk tetap produktif mengikuti perkembangan orang lain membuat kehidupan mahasiswa menjadi suatu persaingan di masa pandemi— persaingan untuk mengikuti banyak kegiatan baik offline maupun online dan persaingan untuk menjadi seseorang yang paling berpengalaman. Selain itu, mahasiswa harus selalu menjaga nilai akademiknya dan berbagai kegiatan yang ditempuh. Perasaan takut tertinggal oleh teman, mendapatkan nilai rendah, dan ketakutan lainnya membuat mahasiswa menjadi workaholic dan tidak ingin menyia-nyiakan waktu santainya di masa pandemi. Mahasiswa terpantau sering menghabiskan waktu mereka untuk berpartisipasi dalam banyak kegiatan. Gagasan untuk banyak melakukan kegiatan non-akademik dan selalu produktif hingga rela untuk mengurangi waktu istirahat dan waktu luang tersebut dapat menimbulkan dampak negatif yang serius bagi kesehatan mental mahasiswa. 11

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Seluruh Indonesia (PDSKJI) melakukan survei kesehatan jiwa secara online di masa pandemi Covid-19, dengan total 4.010 responden berusia 17—29 tahun. Hasilnya, 64,8% responden mengalami gangguan kesehatan jiwa, 64,8% mengalami kecemasan, 61,5% mengalami depresi, dan 74,8% mengalami trauma. Survei tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran online dan banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh sebagian besar anak muda memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental mereka. Sementara itu, pada tanggal 3—14 Agustus 2021, Pemerintah Kota Bogor yang bekerjasama dengan tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), melakukan survei secara daring kepada warga pada rentang umur 18—55 tahun terkait dengan penyakit baru yang telah muncul di masa pandemi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi dan penyakit mental menjadi penyakit baru yang paling umum. Mahasiswa merupakan kelompok responden yang mendominasi gangguan jiwa (Apriyanti, 2021).

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

12


ANALISIS 1. Aware 2. Mindset 3. Do Something About It

13

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


LANGKAH KE-1: AWARE Untuk memperjelas duduk perkaranya, kultur ambisius memiliki dampak positif dan dampak negatifnya sendiri. Rasa energik yang muncul karena merasa bahwa pekerjaan sesuai dengan passion dapat menjadi driving force yang kuat untuk lebih bekerja keras dan tetap bergerak untuk menuju tujuan-tujuan.

Namun, di balik dampak positif itu terdapat dampak negatif yang “menghantui” jika kita tidak mengetahui batasan diri dimana berdampak kepada kesehatan fisik dan kesehatan mental setiap individu. Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui tandatanda bahwa kita sudah mengadopsi hustle culture dan sudah terdampak dari kerja yang berlebihan.

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

14


Selain mengetahui bahwa kita sudah kerja berlebihan menurut definisi WHO— 55 jam per minggu— kita dapat mengetahui gejalanya dari aspek-aspek sebagai berikut: Fisiologis: Berkunang-kunang, susah dalam memecahkan masalah atau membuat keteledoran. Fisik: Kelelahan, mengalami sakit kepala, merasa tegang atau tidak dapat rileks, atau merasa mual. Emosi: Merasa cemas setiap waktu, mempunyai rasa ketakutan, takut pergi kerja, atau merasa tidak berdaya. Antarpribadi: Menghindari teman kerja yang tadinya tidak punya masalah apapun, lebih sering terlibat konflik dengan orang di tempat kerja atau dengan orang terkasih di rumah, mengacaukan hal-hal kecil. Kebiasaan: Sering cuti sakit, membuat lebih banyak kesalahan, kurang tidur, meminum lebih banyak alkohol, atau menggunakan narkoba.

15

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


LANGKAH KE-2: MINDSET Merupakan fakta bahwa sebagian orang menganggap kebiasaan hustle culture sebagai hal biasa, bahkan sangat bermanfaat. Namun, apabila kebiasaan tersebut sudah membahayakan— seperti ciri-ciri di atas— dan telah masuk ke tipe yang toxic, mindset tersebut perlu diubah.

Penekanan kalimat “Toxic Hustle Culture Is Bad” untuk mendoktrin diri perlu dilakukan untuk menekankan bahwa kebiasaan ini bukanlah kebiasaan yang baik dijalani. Mindset tersebut dapat memperjelas pandangan terkait budaya ini sehingga dapat mencari solusi untuk keluar dari kebiasaan hustle culture.

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

16


LANGKAH KE-3: DO SOMETHING ABOUT IT "Hal-hal besar dimulai dari hal-hal yang kecil." Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk keluar dari zona hustle: Rencanakan cara untuk mencapai tujuan hidup Memiliki tujuan terhadap sesuatu dapat mempermudah seseorang dalam merencanakan cara-cara untuk menggapainya. Dengan rencana ini, kemudian dapat dilakukan pertimbangan terkait kondisi yang dialamin, seperti seberapa sibuk dan cara untuk menyeimbangkannya dengan kesejahteraan hidup. Hal ini dapat mengurangi kegiatan-kegiatan yang sedang kita lakukan dengan mengeliminasi kegiatan-kegiatan yang tidak sejalan dengan tujuan kita.

17

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


Buat batasan dalam bekerja Hustle culture diliputi dengan “janji” bahwa semua kerja keras yang dilakukan sekarang pasti akan terbayar di masa depan. Hal ini belum tentu tepat. Kita bisa mengubah pola pikir ini dengan membatasi jadwal kerja kita dan membuat waktu untuk diri sendiri. Work hard, rest hard Jika sudah menemukan tujuan hidup dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, hal tersebut dapat memudahkan dalam menjalankan prosesnya. Akan tetapi, kesehatan baik jasmani maupun rohani tetap harus didahulukan, oleh karena itu penting untuk istirahat demi mengisi ulang tenaga kita untuk tetap bisa melakukan proses-proses tadi keesokan harinya.

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

18


KESIMPULAN

19

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


Kasus Mita Diran dan survei yang dilakukan oleh banyak pihak mengenai hustle culture telah memberi banyak pelajaran kepada pelajara dan pekerja. Hustle culture yang toxic sangat memberi dampak buruk bagi orang-rang— mulai dari kesehatan fisik sampai mental. Anda dapat mengenali ciri-ciri kerja yang berlebihan dari berbagai aspek, seperti fisik dan emosional. Dengan mengetahui tanda-tanda ini, Anda bisa menetapkan pandangan Anda untuk memerangi budaya toxic ini atau tidak. Dengan mindset tersebut, menemukan cara-cara untuk menangani kebiasaan overworking akan menjadi satu langkah lagi menuju produktivitas yang sehat.

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

20


REFERENSI

21

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


Afra, A. (n.d.). The Truth About the Hustle Culture. Taylors University. https://university.taylors.edu.my/en/campuslife/news-and-events/news/the-truth-about-the-hustleculture.html Anxiety, Depression, Stress: Why the Differences Matter. (n.d.). Premier Health. https://www.premierhealth.com/yourhealth/articles/women-wisdom-wellness-/anxietydepression-stress-why-the-differences-matter Apriyanti, E. (2021, October 27). Fenomena Hustle Culture Menjerat Kaum Muda di Tengah Pandemi. suara.com. https://yoursay.suara.com/lifestyle/2021/10/27/094809/f enomena-hustle-culture-menjerat-kaum-muda-di-tengahpandemi de Socio, M. (2021, June 1). Can Too Much Work Increase Your Risk of Death? What to Know. Healthline. https://www.healthline.com/health-news/can-too-muchwork-increase-your-risk-of-death-what-to-know#How-totell-if-youre-being-overworked Izzati, L. (2021, October 25). Aktivitas PKIM. UIN SUNAN KALIJAGA. https://kegiatan.pkimuinsuka.ac.id/single/fenomena-hustle-culture-di-kalanganmahasiswa2021-10-2505-22-56

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

22


Pan Amarican Health Organization. (n.d.). Mental Health. PAHO/WHO | Pan American Health Organization. https://www.paho.org/en/topics/mental-health Quamila, A. (2020, June 9). Cara Membedakan Stres, Depresi, dan Gangguan Kecemasan. Hello Sehat. https://hellosehat.com/mental/gangguanmood/perbedaan-stres-dan-depresi-kecemasan/ Raven, K. (2020, May 21). Stress, Anxiety, or Depression? Treatment Starts With the Right Diagnosis. Yale Medicine. https://www.yalemedicine.org/news/stress-anxietydepression Shaw, A. (2013, December 8). Woman tweets about working 30 hours straight and dies the next day. Rolling Out. https://rollingout.com/2013/12/18/woman-tweetsworking-30-hours-straight-dies-next-day/ World Health Organization. (n.d.). Constitution. https://www.who.int/about/governance/constitution

23

Kastrat IMTI FTUI 2021 | Hustle Culture


Kajian dan Aksi Strategis IMTI FTUI 2021

Hustle Culture | Kastrat IMTI FTUI 2021

24


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.