KETAWANGGEDE
1
DAFTAR ISI 03
Editorial
04
Gerbang Utama : Maba Dilarang Bawa Motor, Parkiran Rusunawa Padat
07
Gerbang Khusus : Rektorat Menunggu 30 Ha Lahan Kota Kediri
Pemimpin Umum: Akhtur Gumilang
10
Pemimpin Redaksi: Yan Mulyana
12
Redaktur Pelaksana: Efrem Siregar
14
Jajak Massa : Menolak Jam Malam Gerbang Khusus : PKH Jadi FKH, Mungkinkah? Gerbang Khusus: Professor Pun Harus Jalan Kaki
Tim Design Kreatif: Rizqi Nurhuda Ramadhani, Yan Mulyana, Akhtur Gumilang
16
Kolom Kontrol: Ijazah dan Kelulusan Sempurna ?
19
Si Kasep: Macet
KETAWANGGEDE diterbitkan oleh: LPM UAPKM Kavling 10 UB
SUSUNAN REDAKSI
Tim Riset: M. Iqbal Yunazwardi, Anggria Ahda M, Theoilus Richard Reporter: M. Ulil Azmi, Rizqi Nurhuda Ramadhani, Rahmawati Nur Azizah, Bunga Astana, Uswanul Oktafa, Ainun Syahida Atsari, Efrem Siregar
Editor : Efrem Siregar, Fadrin Fadhlan Bya Fotographer : Efrem L. Siregar Sirkulasi dan Sponsor : Aulia Nabila, Fanandi Prima, Haroki Mardai, M. Ulil Azmi
Anda dipersilahkan mengirim surat pembaca, komentar atau gagasan mengenai kebijakan/layanan kampus, konten redaksi kavling 10, ataupun pemberitaan di buletin ketawanggede. Jumlah maksimal 100 kata. Surat pembaca atau komentar dapat dikirim ke onlinekavling10@gmail.com atau bisa melalui sms ke 087859374465 (Yan), dengan menuliskan nama lengkap, jurusan, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Cover: Akhtur Gumilang ALAMAT REDAKSI, SIRKULASI, IKLAN DAN PROMOSI: Sekber Rusunawa Unit Kegiatan Mahasiswa Kav.2 e-mail : onlinekavling10@gmail. com Website : www.kavling10.com Twitter : @uapkm_ub Kontak : Yan Mulyana (087859374465) Rekening BNI Malang 333632045 a.n M. Akhrizul Yusuf
“Kualitas Pengajar PTIIK sudah baik, namun kuantitasnya yang belum” -IQBAL AFIF Teknik informatika PTIIK UB 2011
“Mungkin untuk mengatasi masalah kemacetan dan mengurangi resiko Curanmor (curian Motor, red) di kampus ini perlu diberlakukan kebijakan, menurut saya sistem 3 in 1 bagi mobil dan plat nomor angka akhir ganjil dan genap bisa masuk kampus pada hari-hari tertentu” -MOHAMMAD FATHUR ROHMAN Jurusan Teknologi Hasil Perikanan FPIK UB 2011
“Pada dasarnya Kavling 10 adalah media untuk Mahasiswa tidak hanya kampus saja, lingkungan yang berkaitan dengan mahasiswa pun harus ada. Oleh karena itu Kavling 10 tidak hanya mengangkat isu-isu kampus saja, alangkah lebih baiknya mengangkat juga isu-isu di luar kampus” -AGUNG WIDIANTORO Jurusan ilmu politik FISIP UB 2011
2
KETAWANGGEDE
EDITORIAL
Ekspansi Strategi Bisri Kali ini Universitas Brawijaya (UB) telah kembali meraih akreditasi A kembali dengan poin 367, setelah proses pengajuan Reakrditasi ke Badan Akreditasi Nasional Perguruan tinggi mengabulkannya. Sebelumnya UB meraih akreditasi B (Baik) dengan poin 357 kurang 3 poin yang seharusnya 360 untuk meraih nilai A. kembalinya akreditasi ini merupakan salah satu program utama Rektor baru Muhammad Bisri yang telah dilantik pada tanggal 16 juni 2014. Selain itu, rektor dengan rambut putih ini telah menertibkan lingkungan kampus, diantaranya dengan Surat Edaran (SE) No: 4109/UN10/ TU/2014 tentang aturan tidak diperbolehkan Mahasiswa Baru (Maba) membawa motor selama dua semester atau satu tahun penuh. Selain itu muncul kebijakan lain, SE rektor No:3469/UN10/LL/2014 yang berisikan tidak adanya aktivitas di kampus, yang diantara lain tidak diperbolehkan kendaraan motor masuk area kampus setelah lewat pukul 22.00 dan seluruh aktivitas kampus yang tidak berkaitan dengan akademis. Buletin Ketawanggede Edisi Oktober 2014 kali ini menguak tuntas pembahasan tentang rancangan strategi Bisri untuk men-
gatur dan memajukan kembali UB di mata Nasional dan Internasional. Namun beberapa kebijakan tidak menimbulkan kepuasan terhadap mahasiswa pada khususnya, fasilitas wi-i yang biasanya dapat digunakan sampai pagi, kini hanya sampai jam 22.00. Padahal banyak Mahasiswa yang masih menggunakan fasilitas tersebut untuk kegiatan akademis, meskipun masih banyak yang menggunakannya untuk kegiatan yang tidak produktif. Kuota Wi-i disetiap gedung fakultas tidak merata. UB memang telah meraih Akreditasi A dengan poin 367 dari nilai maksimal 400 poin, namun jika melihat Universitas Negeri Malang (UM) yang sama mendapat akreditasi A mampu mendapat poin 372 (www.malang-post. com). Meskipun demikian program seratus hari bisri sudah dapat dibuktikan dengan beberapa prestasi yang telah diraih Universitas Brawijaya. Untuk lebih mengetahui langkah rancangan strategi Bisri selanjutnya, tetap pegang bulletin Ketawanggede dan jangan lewatkan lembar-demi lembarnya.
KETAWANGGEDE
3
GERBANG UTAMA
Foto: Ketawanggede/Akhtur Gumilang
Maba Dilarang Bawa Motor, Parkiran Rusunawa Padat
Sejumlah motor terparkir di Rusunawa Universitas Brawijaya. Setelah ajaran Baru 2013-2014 pengendara motor semakin banyak padahal Maba tidak membawa motor dan banyak motor yang parkir sembarangan
Belum genap seratus hari menjabat, Bisri mengeluarkan kebijakan baru. Ada aturan baru yang membatasi kunjungan ke kampus sampai jam sepuluh malam. Begitu juga mahasiswa baru tak boleh membawa kendaraan bermotor ke dalam kampus. Surat Edaran No. 4524/UN10.16/LK/2014 dibagikan kepada setiap Unit Kegiatan Mahasiswa dan BEM Fakultas. Isinya memberitahu, mulai dari jam sepuluh malam sampai enam pagi, tak ada lagi kegiatan di dalam kampus. Aturan itu pun berlaku bagi setiap penjual makanan di kantin. Lewat SE No. 107/UN10.16/ LK/2014, tak boleh ada aktivitas apapun dan kantin harus tutup jam sepuluh
4
KETAWANGGEDE
malam. Melanggarnya, perizinan kantin ditinjau ulang.. Siti Marfuah, Kasubag Humas UB, mengatakan, pembatasan jam malam ini lantaran banyaknya mahasiswa yang melakukan kegiatan yang tak pantas saat malam hari di area kampus. Selain itu, dia mengatakan biaya listrik yang harus ditanggung UB setiap bulannya mencapai 250 juta rupiah per bulannya. Keamanan
juga menjadi alasan diberlakukannya jam malam ini. Di atas jam sepuluh sampai jam enam pagi, listrik di area wi-i dipadamkan, parkir sudah tak dijaga, dan kantin pun ditutup. Jam malam menuai gugatan dari Fatah, Dewan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Beberapa UKM harus membatasi kegiatannya pada jam sepuluh malam. “Kita kan sudah membayar UKT mahal-mahal tapi seenaknya memberlakukan
“
Kita kan sudah membayar UKT mahal-mahal tapi seenaknya memberlakukan jam malam dan tidak ada realisasinya. Sebenarnya dari Dewan UKM sendiri akan langsung ke rektorat untuk menyampaikan terkait jam malem ini, jam malam dan tidak ada realisasinya. Sebenarnya dari Dewan UKM sendiri akan langsung ke rektorat untuk menyampaikan terkait jam malem ini,” ungkap Fatah. Ada lagi aturan khusus Mahasiswa Baru (Maba). Maba dilarang membawa kendaraaan bermotor ke dalam kampus selama setahun lantaran lahan parkir tak cukup menampung jumlah kendaraan. Nyatanya, sebelum adanya maba, lahan parkir dalam kampus sering penuh. “Apalagi setelah maba datang,” ungkap Siti Marfuah lagi. Aturan ini masih punya kekurangan. Tak bisa dipastikan setiap kendaraan yang masuk punya maba. Untuk menindak lanjuti hal itu, Bisri berencana membuat stiker bagi setiap kendaraan mahasiswa bukan angkatan 2014, pegawai UB, dan dosen. Arinda, maba Vokasi, tak mempermasalahkan aturan ini. Dia menilai, pembatasan ini mengurangi kemacetan di UB dan Malang. Tetapi, aturan ini memiliki kekurangan karena mempersulit maba yang bertempat tinggal jauh dari UB. “Naik angkot kan tanggung, mau bawa motor jugak ngga bisa,” ungkapnya.
Dampaknya, maba yang membawa motor akan mencari tempat parkir, baik di dalam maupun luar kampus. Hal ini memunculkan banyak juru parkir liar di sekitar area Universitas Brawijaya. Siti Marfuah menanggapi, pihak UB sudah memberi surat ke polsek wilayah. “Di luar universitas penggunaannya bukan untuk parkir. Jadi kami membuat surat teguran kepada pengelola parkiran liar agar berhenti,” katanya. Parkiran di area UKM rusunawa pun menjadi padat. Pasalnya, maba yang takut ketahuan, memarkirkan sepeda motornya di area UKM dan kantin. “Kalau sudah jam 13.00 kami merasakan parkiran yang sudah penuh, kami juga kebingungan harus mencari-cari parkiran kosong,” kata Rifki, anggota Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UB. Tetapi rektorat mengatakan tak mungkin mengawasi maba secara penuh. Maba tetap menjadi tanggung jawab fakultas masingmasing. Aturan lalu lintas di UB yang baru tidak memberlakukan karcis ataupun pemeriksaan KTM untuk masuk ke dalam area UB. Jadi siapa saja bebas untuk memasuki area UB, baik mahasiswa, dosen,
GERBANG UTAMA staf, bahkan orang luar sekalipun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya arus kendaraan di sekitar bundaran UB dan kemacetan di dekat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Alasan rektorat membebaskan jalan masuk UB adalah karena pihak UB disorot oleh pemerintah daerah kota malang karena menarik retribusi sehingga UB harus membayar kontribusi dan retribusi. Siti mengakui banyak sekali terjadi kehilangan kendaraan bermotor sejak pembebasan masuk ke UB. Antisipasinya, pihak rektorat membuat spanduk dan banner himbauan. “Kami juga menghimbau mahasiswa agar mematuhi edaran dari rektorat yang menyatakan tidak boleh parkir sembarangan. Diatas jam 10 malam parkiran juga sudah tidak dijaga,” ungkap Siti Marfuah lagi. Bila kendaraan hilang, pihak rektorat akan memproses hal itu dan mengganti sesuai aturan yang berlaku. Rektorat tidak akan bertanggung jawab jika ada yang kehilangan kendaraan di wilayah yang bukan kantong parkir. Siti Marfuah menambahkan, pos satpam pusat juga pastinya tidak akan bertanggung jawab. “Tentu saja akan kami tinjau dulu, jika kehilangan kendaraan berada di area parkir dan dibawah jam 10 malam akan kami ganti. Tetapi tidak 100 persen. Kalau tidak salah 50 persen. Jadi akan ada bantuan jika mahasiswa
KETAWANGGEDE
5
Gerbang Khusus
Info Grais: Tim Design Kreatif
yang kehilangan memenuhi prosedur perparkiran tadi.� Ujar Siti Marfuah. Beberapa waktu lalu, kasus kehilangan sepeda motor dialami mahasiswa di area parkir sekitar UKM. “Ketika kami maju ke rektorat, tidak ada tanggapan karena dianggap bukan parkiran resmi. Nah, ini juga yang sebenarnya saya dan teman-teman dewan UKM ingin bicara-
6
KETAWANGGEDE
kan ke rektorat, alasannya karena parkiran resmi itu ada tanda garis putih, jadi parkiran di UKM itu ilegal kecuali parkiran di asrama dekat UKM,� kata Fatah Untuk menjaga keamanan di area parkir fakultas, pihak rektorat dalam proses pemberlakuan kartu parkir bagi mahasiswa. Rencananya di semua fakultas akan diterapkan penggunaan
kartu parkir. Jadi ketika masuk dan keluar area parkir harus menggunakan kartu parkir tersebut. Memang sementara masih ada fakultas yang kartu parkirnya belum selesai. Jadi masih dalam proses.
Penulis : M. Ulil Azmi Azif Kontributor : Uswanul Oktafa, Ainun Syahida Atsari
Gerbang Khusus
foto: ketawanggede/Efrem L. Siregar
Rektorat Menunggu 30 Ha Lahan Kota Kediri
Plang Kampus IV Universitas Brawijaya di Badan Kepegawaian Daerah Kediri. Kampus ini telah digunakan untuk aktivitas mahasiswa selama tiga tahun terakhir
Pihak rektorat masih menunggu tanah hibah dari Pemkot Kediri ke Dikti untuk pembangunan gedung kuliah di Kediri. Hariyono, Ketua UB Kediri, berharap proses hibah selesai tahun ini. Pembangunan kamuniversitas itu berdiri sendiri. Samsul Ashar dan Rektor pus di Kediri bukan tanpa “Syaratnya, pemkot harus UB, Yogi Sugito, pada tahun alasan. Peta lokasi perguruan menghibahkan tanahnya sel2011. Kebetulan, Samsul tinggi di Jawa timur cenduas 30 ha, dan di awal penye- Ashar, merupakan alumni erung mengarah ke bagian lenggaraan, dianjurkan untuk UB. timur. Banyak Perguruan membantu biaya operasional Namun, setelah tiga tinggi Negeri (PTN) tersebar di kampus,” jelas Hariyono. tahun, gedung perkuliawilayah Malang, Surabaya, Jika tidak, ada skema prohan Kampus IV UB di Kediri Jember dan Banyuwangi. gram studi di luar kota. masih berstatus sewa. MahaMaka dari itu, pihak Dalam UU Nomor 12 Tahun siswa UB Kediri, secara terrektorat tergerak untuk mem- 2012 pasal 34, hal tersebut pisah kuliah di dua kampus, bangun sebuah perguruan sudah diatur. Program studi yakni di gedung milik Unitinggi yang berorientasi ke dapat diselenggarakan di luar versitas Pawyatan Daha dan barat. Kota Kediri ini menjadi kampus utama dalam satu Badan Kepegawaian Daerah pilihannya. provinsi yang sama atau di (BKD). Membedakannya, maSelain itu, ada perprovinsi lain melalui kerjasahasiswa menyebut kampus di mintaan dari Pemkot Kediri ma perguruan tinggi setemUniversitas Pawiyatan Daha yang mau mendirikan perpat. Dalam kasus ini, UB dan sebagai Kampus IPS dan guruan tinggi. Dikti, melalui Kediri berada pada provinsi gedung BKD sebagai kampus Direktur Kelembagaan dan yang sama. “Sekarang, PemIPA. Kerjasama, mengatakan, kot Kediri maunya gimana ?” Secara isik, gedungPemkot Kediri bisa membuat kata Hariyono. nya tak sebesar kampus universitas dengan prospek Akhirnya, Pendapusatnya di Malang. Fasilitasjangka panjang. UB sifatnya tangan kerjasama dilakunya juga minim. Mahasiswa membantu pemkot jika ingin kan antara Walikota Kediri, harus melakukan perjalanan
KETAWANGGEDE
7
Gerbang Khusus
Info Grais: Tim Design Kreatif
8
KETAWANGGEDE
GERBANG KHUSUS Kediri-Malang setiap praktikum. Begitu pula para dosennya, menempuh perjalanan empat jam dari Malang untuk mengajar di UB Kediri. Melihat keadaan ini, Mei lalu, beberapa mahasiswa UB Kediri yang kecewa dengan Yogi Sugito, rektor UB periode lalu, berdemo di depan rektorat. Wajar saja, sarana dan prasarana kampus di Kediri tidak layak dalam proses pembelajaran. Pihak rektorat sendiri sebenarnya ingin membangun gedung perkuliahan yang permanen. Namun, rencana ini terhambat, karena pihak rektorat masih menunggu tanah hibah dari Pemkot Kediri. Di atas tanah ini, nantinya, gedung perkuliahan itu dibangun. Meski mampu membeli lahan, pihak rektorat tak bisa melakukannya. Sebagai instansi pendidikan milik pemerintah, tak boleh ada transaksi jual-beli lahan dari Pemkot Kediri. “Proseduralnya, Pemkot Kediri memberikan lahan seluas 30 hektar kepada Dikti. Nah, Dikti kemudian memberikannya kepada UB untuk mengelolanya,” kata Hariyono. Dia menambahkan, Dikti meminta lahan luasuntuk mencegah harga jual tinggi tanah di sekitar kampus nantinya. Buntut masalah terjadi saat tahun ajaran 2014-2015 dimulai. UB Kediri tak memiliki mahasiswa baru. Ainurrasyid, Pembantu Rektor III (PR III) Bidang Ke-
mahasiswaan, mengatakan, Pemkot Kediri masih melakukan pengondisian agar UB Kediri menjadi lebih baik. “Hanya sementara. Masih ada kemungkinan tahun depan dibuka kembali,” katanya pada hari pertama PK2MU, (2/9). Beberapa mahasiswa semester tujuh UB Kediri juga kuliah di Malang. Mahasiswa ini bisa berkuliah disini, karena pangkalan data UB Kediri mengikuti kampus pusat di Malang. Selebihnya, mahasiswa tetap melakukan perkuliahan di Kediri. Masa sewa juga sudah diperpanjang sampai tahun 2015. “Masa sewa diperbarui setiap dua tahun,” kata Hariyono. Tiga tahun belakangan, proses pembangunan tersendat, karena proses hibah belum menemui titik terang. Menurut Hariyono, permasalahan tersebut terjadi, karena Dikti merubah beberapa kebijakannya dan pergantian Walikota Kediri tahun lalu. “Pemkot sendiri sudah setuju UB membangun kampus disini. Sekarang kita hanya menunggu putusan tersebut,” katanya. Dalam 13 program prioritasnya, Bisri memasukkan UB Kediri. Komunikasi antara pemerintah dan pihak rektorat sudah dilakukan guna mendukung pendirian UB Kediri ini. “Baru- baru ini pihak UB, Dikti, dan Pemkot Kediri bertemu di Malang untuk kedua kalinya. Sebelumnya, pertemuan dilakukan
di Jakarta,” jelasnya. Tawaran pendirian perguruan tinggi tidak hanya datang dari Pemkot Kediri sendiri. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri juga meminta UB untuk mendirikan kampus di wilayah Kabupaten Kediri. Bupati Kediri sekarang, Haryanti Sutrisno juga alumni UB. Walau begitu, pihak rektorat tetap menunggu keputusan Pemkot Kediri terkait hibah tanah. “Yang mengajukan pertama kali adalah Pemkot Kediri, jadi secara etika kita mendukung yang Kota Kedirinya dulu,” ungkap Hariyono. Soal batas waktu, Hariyono berharap, Pemkot Kediri mengeluarkan putusan tanah hibah pada tahun ini. Dengan begini, pembangunan gedung kuliah bisa terealisasi tahun depan. Hariyono juga tak bisa memastikan lahan yang diberikan nantinya berada di Mrican, desa yang beberapa tahun belakangan dikabarkan lokasi tanah hibah tersebut. Selama ini, Hariyono mengungkapkan, banyak media yang melakukan interpretasinya masing-masing soal UB Kediri. Hal ini membuat banyak penafsiran dan isu seputar UB Kediri. “Beberapa waktu lalu, saya diwawancarai sebuah media cetak. Tapi, ketika saya baca beritanya, kok, pernyataan saya jadi berbeda,” katanya Penulis : Erem L. Siregar Kontributor : Efrem L. Siregar
KETAWANGGEDE
9
JAJAK MASSA
Menolak Jam Malam Sekitar kurang lebih selama satu bulan, kampus Universitas Brawijaya mengeluarkan kebijakan baru yang bertujuan menunjang keamanan dan kenyamanan di dalam kampus. Dua kebijakan yang saat ini telah diterapkan adalah mengenai diberlakukannya jam malam dan pelarangan menggunakan kendaraan bermotor bagi mahasiswa baru. Aturan jam malam sendiri diberlakukan di dalam kampus mulai Pk 22.00 hingga Pk 06.00. Mengingat kebijakan ini merupakan hal yang baru di kalangan mahasiswa, tentu mengundang pro dan kontra di kalangan mahasiswa sendiri, terutama karena selama ini masih banyak mahasiswa yang beraktivitas di dalam kampus hingga di atas Pk 22.00. Berkaitan dengan hal tersebut, Tim Litbang Kavling10 mengadakan riset jejak pendapat mahasiswa mengenai peraturan tersebut. Kebijakan ‘Jam Malam’ ini dianggap sebagai jalan untuk meningkatkan kualitas kemanan dan kenyamanan di wilayah kampus Universitas Brawijaya, namun tampaknya masih banyak kebingungan di kalangan
10 KETAWANGGEDE
mahasiswa sendiri mengenai tujuan dari diberlakukannya kebijakan ‘Jam Malam’ ini. Selain itu, pro dan kontra pun datang dari kalangan mahasiswa, terutama bagi mahasiswa yang seringkali beraktivitas di kampus pada malam hari. Sebagaimana telah diketahui memang ada beberapa UKM yang sering melakukan latihan di malam hari ataupun mahasiswa yang masih mengerjakan tugas kuliah di sekitar wilayah perpustakaan. Kegiatan mahasiswa yang padat, deadline yang ketat ataupun aktivitas non-akademik di kampus adalah pemandangan yang biasa dilihat di dalam lingkup kampus baik siang ataupun malam. Dengan diadakannya ‘Jam Malam’ berarti waktu mahasiswa dalam menyelesaikan kegiatannya, baik yang bersifat akademik ataupun non-akademik semakin
menipis. Peraturan lainnya yang masih terbilang baru adalah mengenai dilarangnya mahasiswa mengendarai kendaraan motor pribadi di dalam area kampus. Hal ini dilakukan untuk mengurangi volume kendaraan di dalam kampus. Namun, efektif atau tidaknya peraturan tersebut perlu ditanyakan kembali kepada mahasiswa sebagai subjek yang merasakan lalu lintas kampus UB di tengah-tengah aktivitas perkuliahannya Di dalam survey ini, juga Litbang Kavling10 ingin mengupas jejak pendapat mahasiswa mengenai efektivitas 2 kebijakan tersebut dalam meningkatkan keamanan dan kenyamanan kehidupan kampus.
Sumber: Litbang UAPKM UB Kavling 10
METODE YANG DIPAKAI : Dalam survey ini, metode yang digunakan adalah metode sampling. Tim Litbang Kavling 10, melakukan sampling secara acak kepada 200 responden yang merupakan mahasiswa aktif UB. Info Grais: Tim Design Kreatif
JAJAK MASSA
Info Grais: Tim Design Kreatif
KETAWANGGEDE
11
GERBANG KHUSUS
PKH Jadi FKH, Mungkinkah? “Bisri memasukkan wacana perubahan Program Kedokteran Hewan menjadi Fakultas ke program prioritasnya. Tetapi, kapan pastinya, mahasiswa masih harus bersabar dan menunggu. Ahmad Nurendi, Presiden BEM PKH menyebutnya sebatas janji�
baran asal mahasiswa seIndonesia; SDM yang tersedia seperti baik dosen dan tenaga pendidik; serta kelengkapan gedung dan laboratorium. Namun ada dua poin yang harus dituntaskan pihak dekanat, yakni lulusan dan laboratorium. Gedung perkuliahan dan fasilitas praktikum PKH pun sekarang berstatus pinjam. Hal ini perlu digaris bawahi, karena salah satu poin persyaratan juga menyebutkan kejelasan gedung pekuliahan. Menanggapi itu, Bisri sudah menyediakan gedung
baru di daerah Dieng. Gedung ini nantinya khusus bagi mahasiswa dalam melakukan praktikum dan uji laboratorium. PKH juga akan mendapat jatah tempat di sini. “Kalau gedung sudah. Poin kelulusan bisa diubah-ubah,� ujar Agung Mahendra, Ketua PKH. Meski bagi mahasiswa jarak dan tempat gedung baru kurang strategis, gedung ini memiliki fasilitas lengkap. Proses perkuliahan dan praktikum bisa lebih terfokus, karena sekarang saja, mahasiswa masih bolak-balik dari Ruang Kuliah Bersama
foto: ketawanggede/Efrem L. Siregar
Pihak rektorat sudah mengajukan usulan ini ke Dikti. Selain Dikti, Pihak rektorat juga akan mengurus persetujuan ini ke Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Dikti, nantinya, menerbitkan SK fakultas baru. Semua berkas persyaratan sudah disiapkan. Pihak dekanat, dalam proposalnya, mengklaim sudah melengkapi izin operasional; kelengkapan organisasi; keuangan dan pendanaan yang mandiri; minat mahasiswa setiap tahun 1:7; penye-
Banner penyambutan ulang tahun program kedokteran hewan (PKH) di salah satu sudut bangunan. Tidak hanya penyambutan ulang tahun yang ke-6 untuk PKH begitu juga dengan harapan untuk menjadi Fakultas di tulis di bagian bawah bannernya
12 KETAWANGGEDE
Plang Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya. Kini masih tertulis salah satu program UB untuk mengubah PKH menjadi Fakultas Kedokteran Hewan
(RKB) ke laboratorium Kedokteran Hewan. “Kami juga masih pinjam peralatan dari Fakultas Kedokteran,” kata Ahmad. Syarat lainnya yang perlu dipenuhi adalah kelulusan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH). Pendidikan ini profesi ini lebih mengarahkan sarjana Kedokteran Hewan melalui magang profesi yang mengarah pada kecerdasan afektif dan psikomotorik (Co. Assistensi). UB bekerjasama dengan IPB, UNAIR, untuk Co. Assistensi, karena UB belum memiliki peralatan dan sumber daya yang memadai. Setelah lulus, mahasiswa harus mengikuti ujian Kompetensi Nasional Dokter Hewan. Ini merupakan syarat Konsorsium Kedokteran Hewan Indonesia. Setelah lulus, yang menyumpah pelantikan menjadi dokter hewan harus seorang dokter hewan. Ini satu masalah yang menghambat. PKH hanya memiliki satu
dokter hewan, yakni, Aulani yang menjabat Pembantu Dekan I. Hal ini pernah membuat BEM PKH berseberangan dengan pihak dekanat yang mengakibatkan seluruh Lembaga Kedaulatan Mahasiswa (LKM) PKH vakum. “Kita terikat profesi tetapi jajaran dekanatnya berasal dari non dokter hewan. Setelah kuliah, mahasiswa pasti ingin bekerja. Jangan sampai ijasah atau sertiikatnya dipermasalahkan, karena yang menandatangani bukan dokter hewan,” kata Ahmad. Ahmad mengatakan, mahasiswa PKH belum merasa sejajar dengan fakultas lannya. Hal ini sempat menimbulkan permasalahan antara BEM PKH dengan pihak dekanat PKH yang menuntut kejelasan penunjukkan jajaran dekanat. Namun masalah ini tak berlangsung lama karena nyatanya merugikan mahasiswa. Sebabnya, beberapa
foto: ketawanggede/Efrem L. Siregar
GERBANG KHUSUS
program kerja terhambat. “Sudah mediasi dengan Pak Bisri, juga organisasi profesi PKH yang mengatur kurikulum,” katanya. Menurut sejarah berdirinya UB, Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan sudah ada setelah Soekarno mengeluarkan Keppres RI No. 196/1963. Namun, karena dinamika saat itu, jurusan Kedokteran Hewan sementara waktu tak aktif. Selanjutnya, fakultas ini berkembang menjadi Fakultas Peternakan dan Perikanan. Rektor UB menghidupkan kembali program studi Pendidikan Dokter Hewan dengan ailiasi akademis pada Fakultas Kedokteran. Program studi ini kemudian mendapat izin operasional pertama dari Dikti lewat SK Dikti No. 2953/D/T/ 2008 dan mendapat perpanjangan sampai 2014. Penulis : Rizqi Nurhuda Ramadhani Kontributor : Ainun Syahida Atsari, M. Ulil Azmi Azif, Rahmawati Nur Azizah
KETAWANGGEDE
13
GERBANG KHUSUS
Professor Pun Harus Jalan Kaki Belum genap seratus hari menjabat, Bisri mengeluarkan kebijakan baru. Ada aturan baru yang membatasi kunjungan ke kampus sampai jam sepuluh malam. Begitu juga mahasiswa baru tak boleh membawa kendaraan bermotor ke dalam kampus.
membuatnya. Dia mengatakan, nantinya, pemusatan parkir itu berada di belakang Samantha Krida. “Mahasiswa harus mau, jangan membantah lagi,” katanya kepada awak Ketawanggede. Imma Widyawati Agustin, dosen Perencanaan Wilayah Kota, juga mendukung gagasan pemusatan perparkiran tersebut. Imma berpendapat selama ini para pengendara sulit mendapat lokasi parkir yang tepat. Hampir semua tempat parkir di fakultas penuh kendaraan.” Iya, muter-muter kita naik motor semua,” katanya. Menurut Imma, setelah para pengendara memarkirkan kendaraannya, selanjutnya mereka bisa melanjutkannnya dengan berjalan kaki.
foto: ketawanggede/Efrem L. Siregar
Hampir di setiap pinggir jalan di UB menjadi tempat parkir. Lahan parkir yang tersedia minim dan tak sebanding dengan membludaknya volume kendaraan yang masuk setiap hari. Akibatnya, jalanan macet. Dimana ada lahan kosong, disitu pula kendaraan diparkirkan. Setiap pinggir ruas jalan selalu dipenuhi dengan mobil dan sepeda motor yang parkir. Kejadian ini menjadi pemandangan setiap hari saat jam aktif perkuliahan dan perkantoran di UB. Perluasan tempat parkir malah akan memotivasi orang menggunakan kendaraan bermotor. Pemusatan perparkiran perlu untuk mengatasi permasalahan ini. Bisri, pun berancang-ancang
Jalur pejalan kaki saat ini sudah diperbaiki dan mendukung para pejalan kaki. Khusus untuk parkir mobil, dia mengatakan, idealnya, nanti menggunakan model car pool. Satu car pool dengan kapasitas yang terbatas, otomatis, ketika pengendara mobil masuk, yang lainnya berjalan kaki, karena mobilnya sudah masuk parkiran. Sistem ini secara tidak langsung juga memaksa orang untuk berjalan kaki. “Entah profesor, entah itu apa, dia juga jalan kaki meskipun tadinya dia bawa mobil,” katanya. “Nanti dia mau ke fakultas, ke tempat tujuannya dari depan dia jalan kaki.” Dia juga tak terlalu menyetujui penerapan sewa sepeda dalam kampus. Model semacam ini lebih cocok diterapkan untuk lingkup yang besar. Dia menilai, UB tidak memiliki ruang lingkup yang besar. Sistem ini juga bisa berkontribusi dalam menciptakan kemacetan. “Iya kalau disiplin. Kalau misalnya nggak, nanti macetnya malah ditambah pergerakan sepeda,” katanya. Penulis : Bunga Astana Kontributor : Ainun Syahida Atsari.
Kendaraan roda dua dan roda empat di sekitar Bundaran UB. Setiap hari aktivitas Masyarakat Universitas Brawijaya yang selalu menimbulkan kemacetan didaerah ini.
14 KETAWANGGEDE
GERBANG KHUSUS
UAPKM-UB MENGUCAPKAN
SELAMAT ATAS DIWISUDANYA Kepada:
WELGA FEBDI RISANTINO, S.IKom. PEMIMPIN REDAKSI ONLINE 2012-2013
HERDA PRABADIPTA, S. AP. DIVISI HUMAS 2012-2013
ADIL SAADILAH, S. IP. KOORDINATOR LITBANG 2012-2013
SEMOGA DAPAT MENGABDI UNTUK BANGSA DAN NEGARA INDONESIA!
KETAWANGGEDE
15
KOLOM KONTROL Ijazah dan Kelulusan Sempurna ? Oleh : Ignatius Andra Aditya *
Pendidikan pada dasarnya mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Tetapi, kerakusan manusia memutarbalikkan makna tersebut. Sikap seperti ini lumrah terjadi kepada para petinggi yang bersikap pragmatis menciptakan eksistensi. Vakumnya enam program studi (prodi) Fakultas Ilmu Budaya merupakan
16 KETAWANGGEDE
contoh nyatanya. Tak heran keenamnya harus vakum semester ini. Bagaimana tidak, ruang kelas dan fasilitas, serta dosen terkesan dipaksakan ada. Sah-sah saja FIB memiliki banyak program studi. Namun, bila tak siap, lebih baik tak perlu memiliki banyak program studi. Jangan sampai hal ini sebagai ajang komersial. Ajang yang
hanya membanggakan fakultasnya saja, bukan mahasiswanya. Program studi lain yang tak bernasib sama dengan enam prodi tersebut juga tak boleh berbangga hati. Maklum saja, fasilitas yang ada sekarang masih jauh berbeda bila dibandingkan dengan fakultas sastra “tetangga�. Sebagai mahasiswa
KOLOM KONTROL
FIB, tuntutan agar mengharumkan almamaternya dengan membuat banyak prestasi adalah kewajiban. Setelah menorehkan banyak prestasi kepada fakultas, birokrasi kampus selalu mempersulit mahasiswa untuk meminta haknya, seperti beasiswa. Minim dukungan dari fakultas terhadap mahasiswanya. Idealnya, birokrasi kampus mempermudah mahasiswa. Birokrasi harus luwes dan lebih terbuka kepada para mahasiswa. Selama ini kesannya selalu mempersulit. Yang kerap terjadi, mahasiswa selalu dilempar kepada ini-itu. Terkesan kaku. Wajar mahasiswa menjadi malas lalu enggan menemui beliaubeliau. *** FIB merupakan kampus bagi mahasiswa mempelajari bahasa. Indektinya, bahasa merupakan media ekspresi. Ketika orang berbahasa, disitu pula dia menunjukkan ekspresinya. Tetapi yang terjadi, FIB seakan mengekang ekspresi itu. Meski tak terucap, secara tersirat, kenyataan selama ini menggambarkan pengekangan tersebut. Kritik mahasiswa
penting disini. Selama ini mahasiswa cenderung diam dan membiarkan hal-hal yang bertentangan dengan dirinya. Tetapi, kritik itu pun harus dibarengi dengan tindakan yang tepat pula. Jangan sampai semua berakhir hanya di kritik tanpa tindakan yang tepat, akrena akan berakhir pada ketidakpastian pula. Contoh sederhananya, ada pada seminar proposal (sempro) dan seminar hasil (semhas). Selama ini, sempro dan semhas ini hanya sebagai ajang “pembunuhan” dan pada akhirnya tak ada penyelesaian. Seharusnya kegiatan ini adalah tempat diskusi skripsi yang dikerjakan oleh mahasiswa, namun kerap kali dipakai sebagai ajang penjatuhan mahasiswa. Walau begitu, ini hanya gambaran sebagian saja. Tak semua dosen pembimbing berbuat demikian. Namun, harus ada pembenahan, karena pada akhirnya, semua itu lebih kepada proses bukan pada hasil semata. Memang, agar lebih baik, perlu sedikit keras. Tetapi, caranya tentu harus enak, agar mahasiswa terdorong menjadi lebih baik, bukan sebaliknya. Hal ini penting supaya mahasiswa merasa nyaman bila ingin bertemu dosen pembimbingnya. Karakter mahasiswa itu berbeda, jadi tak bisa diseragamkan. *** Seorang imam Carmel, Teguh, pernah mengatakan kepada saya pengalaman belajarnya
sewaktu menempuh studi di Jerman. “Sekolah dan kuliah itu teoritis. Kamu lulus jangan sempurna-sempurna, yang penting kamu lulus. Yang paling penting adalah bagaimana mengaplikasikan nilai kita kepada masyarakat. Itu yang luar biasa. Jangan setengah-setengah,” ceritanya menggambarkan suasana pendidikan di Jerman saat itu. Logikanya benar. Apalah artinya mahasiswa dengan ijazah dan gelarnya. Keduanya belum tentu memberi kesuksesan. Kita bisa melihat sekitar, melihat rekam jejak seseorang. Liem Sioe Yong, seorang pengusaha sukses, tak punya rekam pendidikan tinggi. Barangkali, ini bisa menyemangati para mahasiswa dari enam program studi yang vakum, karena sampai saat ini yang mereka pikirkan adalah bagaimana gelar dan ijazah yang akan diperoleh nanti. Tak perlu patah semangat, kembangkanlah karya-karya kalian. Don’t ask about what your country can give, but ask about what you can give for your country, ungkapan John F. Kennedy yang lebih presisi untuk itu.
* Demisioner Menteri PSDM BEM FIB UB 2013-2014 Sastra Inggris 2010 Kami menerima tulisan opini satir tentang kebijakan kampus sepanjang 800850 kata. Kirim ke onlinekavling10@ gmail.com atau hubungi 087859374465 (Yan). Tulisan yang telah dikirim sepenuhnya milik redaksi
KETAWANGGEDE
17
18 KETAWANGGEDE
KETAWANGGEDE
19
20 KETAWANGGEDE