KETAWANGGEDE
1
DAFTAR ISI KETAWANGGEDE diterbitkan oleh LPM UAPKM Kavling 10 UB
SUSUNAN REDAKSI Pemimpin Umum: Akhtur Gumilang Pemimpin Redaksi: Yan Mulyana Redaktur Pelaksana: Efrem Siregar Tim Design Kreatif: Rizqi Nurhuda Ramadhani, Yan Mulyana, Akhtur Gumilang Tim Riset: M. Iqbal Yunazwardi, Anggria Ahda Reporter: Theoilus Richard, Gema Bajaning, Annisa El Kamila, Aulia Nabila, M. Ulil Azmi, Khusnul Khotimah, F.M. Nur Tauiki, Desy Wulandari, Fanandi Prima, Akhtur Gumilang Fotografer: M. Akhrizul Yusuf Editor: Fadrin Fadhlan Cover: Rizqi Nurhuda Ramadhani ALAMAT REDAKSI, SIRKULASI, IKLAN DAN PROMOSI: Sekber Rusunawa Unit Kegiatan Mahasiswa Kav.2 Website : www.kavling10.com Twitter : @uapkm_ub Kontak : Yan Mulyana (087859374465) Rekening BNI Malang 333632045 a.n. M. Akhrizul Yusuf Redaksi menerima tanggapan, tulisan, kritik, maupun saran dari pembaca sekalian yang berkaitan dengan lingkungan Universitas Brawijaya, bisa melalui sms ke 087859374465 atau langsung ke Redaksi Kavling 10.
2
KETAWANGGEDE
03 Editorial 04 Gerbang Utama: Lebih Tua Sebelas Bulan, Tak Bisa Jadi Rektor 06 Profil Khusus: Dari PERSEMA Junior Hingga Jadi Rektor 08 Gerbang Khusus: PJM : UB Layak Mendapat Peringkat A 10 Lensa: Malang Malam Hari 12 Jajak Massa: Menggugat Pelemahan Demokratisasi Kampus 14 Gerbang Khusus: Ifar Gantikan Bambang Sebagai Carek 16 Kolom Kontrol: Sebuah Nama, Sebuah Cerita: Tentang Gedung Fisip 19 Si Kasep: First Blood
EDITORIAL
Bukan Kebanggaan, Tapi Kesadaran! Buletin ketawanggede merupakan bentuk transformasi dari media cetak manuskrip tembok yang namanya sama, yaitu `Ketawanggede`. Buletin ini akan menyajikan tulisan dibalik terjadinya suatu kejadian serta isu dalam permasalahan yang dibahas secara tuntas, lugas dan tegas. Pada edisi Mei kali ini, buletin Ketawanggede akan membawakan permasalahan dibalik terpilihnya Rektor baru Prof. Dr. Ir. Muhammad Bisri. Dalam rentang tiga bulan terakhir, semua kalangan masyarakat Universitas Brawijaya telah tersedot perhatiannya kepada Proses pemilihan rektor baru Universitas Brawijaya periode 2014-2019. Layaknya pemilihan Bupati atau Gubernur yang penuh dengan konfrontasi dan kontroversi, pemilihan rektor pun tidak kalah menarik untuk diperhatikan. Pemunduran jadwal pemilihan rektor yang seharusnya tanggal 18 Maret 2014 diundur sampai tanggal 3 April 2014 menjadi sekelumit permasalahan yang terjadi dalam proses penjaringan Rek-
tor baru. Penundaan tersebut cukup beralasan, karena pihak Mendikbud tidak menghadiri rapat pleno tanggal 18 Maret tersebut. Namun, dibalik penundaan tersebut terselip pertanyaan “kenapa Mendikbud tidak hadir dalam rapat pleno tersebut?”. Setelah terjadinya penundaan tersebut muncul permasalahan lain, yaitu pencoretan Calon tetap Prof. Dr. Bambang Suharto, Ir. MS.. Pencoretan tersebut dikarenakan calon tersebut tidak sesuai dengan salah satu syarat calon Rektor yaitu usia calon rektor harus maksimal 60 tahun, oleh karena itu digantikan oleh Prof. Ir. Ifar Subagiyo, M.Agr.St. Ph.D. Dalam kaitannya itu muncul beberapa pertanyaan, “kenapa pencoretan salah satu calon dilakukan setelah terjadinya penundaan dari pihak Mendikbud?”, “adakah unsur politis dalam pencoretan calon rektor no 3 tersebut?”. Oleh karena itu, lebih lanjutnya temukan jawabannya disini. Untuk membahas lebih tuntas, temukan jawabannya disini.
KETAWANGGEDE
3
GERBANG UTAMA
Lebih Tua Sebelas Bulan, Tak Bisa Jadi Rektor Pemilihan Rektor tahun 2014 berjalan dengan alot. Terpilihnya Muhammad Bisri sebagai Rektor Universitas Brawijaya (UB) melalui berbagai ganjalan, baik dari internal UB maupun dari pihak eksternal, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Gejolak Pemilihan Rektor (Pilrek) UB 2014 didasari satu hal, yakni pencoretan salah satu nama calon rektor (carek) ketika memasuki tahap pemilihan. Nama carek tersebut adalah Bambang Suharto. Pencoretan tersebut membuat Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tidak hadir pada rapat pleno Pilrek, (18/4). Simon B. Widjarnako, ketua Panitia Pilrek 2014 ketika ditemui, di kantornya, gedung Pascasarjana Fakultas Teknologi Pertanian pada Kamis (17/4), menolak memberikan keterangan. “Pokonya pemilihan rektor sudah selesai, dan rektor terpilih yang sah adalah Muhammad Bisri,” demikian ujarnya. Beliau mengatakan jika beliau berbicara panjang lebar tentang pilrek, nanti perkatannya dapat menimbukan kontroversi. Mendikbud Tak Hadir, Mengapa? Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 24 Tahun 2010 pasal 6 ayat
4
KETAWANGGEDE
(2) huruf e, mendikbud memiliki hak suara 35% dari total pemilih dalam pemilihan calon rektor di setiap Perguruan Tinggi Negeri. Djalal Rosyidi selaku Sekretaris Panitia Pilrek 2014, ketika ditemui di kantornya pada Jumat (18/4), menjelaskan alasan tertundanya rapat pleno pilrek pada 18 Maret 2014 dan ketidakhadiran mendikbud dalam rapat itu. Ia menerangkan bahwa penundaan tersebut memang disebabkan adanya pencoretan salah satu calon rektor yang usianya melebihi batas maksimal yakni 60 tahun, sehingga rapat tersebut ditunda. Usia Bambang saat itu adalah 60 tahun 11 bulan. Ketidakhadiran mendikbud dalam rapat tersebut merupakan hal yang lumrah. “Untuk rapat pleno, mendikbud memang tidak wajib hadir dan dapat mengutus Dirjen Dikti,” tukasnya. Hal tersebut tercantum dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2010 pasal 6 ayat (2) huruf b yang bunyinya sebagai berikut : Menteri dapat memberi kuasa kepada pejabat yang ditunjuk melakukan pemilihan seba-
gaimana dimaksud dalam huruf a. Mengenai batas maksimal 60 tahun untuk calon rektor, Djalal menjelaskan bahwa hal itu sudah dibahas dalam rapat dengan senat dan mengalami dead-lock. “Setelah dead-lock dan dibawa ke mendikbud, akhirnya mendikbud-lah yang memutuskan mencoret,” jelasnya. Yogi Sugito selaku Ketua Senat UB pun memiliki tanggapan terhadap pelaksanaan pilrek 2014. Menurutnya, pelaksanaan pilrek tahun ini berjalan dengan bagus dan lancar. Yogi juga memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang terjadi dalam Pilrek 2014, seperti pencoretan salah satu calon, ketika ditemui di kantornya pada Jumat (18/4). “Ada beda persepsi mengenai umur 60 tahun antara pihak senat yang menggunakan acuan dari BPS (Badan Pusat Statistik,- red) dan persepsi dari Mendikbud,” jelasnya. Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa kerancuan tersebut disebabkan tidak diaturnya batas umur ini dalam Permendikbud secara jelas. Permendikbud No. 24
GERBANG UTAMA Tahun 2010 pasal 4 ayat (1) huruf c hanya menyebutkan bahwa salah satu persyaratan umum untuk diangkat menjadi rektor/ ketua direktur pada perguruan tinggi adalah berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat berakhirnya masa jabatan rektor/ketua/direktur yang sedang menjabat. Tak ada pembatasan lebih lanjut, misalnya seperti 60 tahun lebih 2 bulan. Karena itu
nyaringan, tepat di bawah Bambang. Ketika masuk dalam tiga besar, yang selanjutnya akan memilih rektor, tentu membutuhkan kesiapan. “Bukan hanya berkampanye, tapi butuh kesiapan mental tiap calon rektor (carek) menjelang pemilihan, ” jelasnya. Bambang Suharto selaku calon rektor yang dicoret mengatakan bahwa Ia sudah ikhlas menerima pencoretan oleh Kemendik-
“Tidak apa-apa karena prosesnya seperti itu, karena kalau mepetmepet kan tidak mungkin,”
“Penundaan rapat pleno tanggal 18 Maret 2014 itu hal yang wajar,”
“Apapun keputusan dari pihak Kemendikbud sudah sesuai prosedur, jadi tidak ada masalah,”
pihak panitia dan senat menggunakan acuan dari BPS. Namun, setelah hasil tersebut sampai kepada mendikbud, mendikbud memutuskan bahwa calon tersebut melebihi batas dan pada akhirnya dicoret. Penundaan rapat pleno kedua yang dijadwalkan pada 22 Maret 2014, dijelaskan oleh Yogi bahwa saat itu mendikbud juga memberi kesempatan untuk berkampanye bagi Ifar Subagiyo -- calon rektor yang menggantikan posisi Bambang Suharto selaku calon yang dicoret. Ifar merupakan calon pada posisi keempat tahap pe-
bud tersebut. “Apapun keputusan dari pihak Kemendikbud sudah sesuai prosedur, jadi tidak ada masalah,” ujarnya. Beliau juga berharap dalam pilrek selanjutnya semoga berjalan lebih lancar dan tidak ada pengunduran rapat. Karena banyak pihak yang dirugikan salah satunya para pemilih yang sudah meluangkan waktnya untuk datang dalam rapat pleno. Nuhil Hanani, calon rektor lainnya, mengatakan bahwa pilrek berjalan lancar. “Penundaan rapat pleno tanggal 18 Maret 2014 itu hal yang
rapat pleno itu sebuah hal yang prosedural saja. Penundaan rapat disebabkan karena ada salah satu calon rektot yang umurnya tidak memenuhi syarat. “Tidak apa-apa karena prosesnya seperti itu, karena kalau mepet-mepet kan tidak mungkin,” ujarnya. Dijelaskanny, penundaan itu memang disebabkan oleh interpretasi yang berbeda antara pihak UB dan rektorat mengenai usia 60 tahun.
wajar, karena mendikbud mungkin punya jadwal lain yang lebih penting daripada hadir di rapat pleno,” tukasnya. Nuhil juga berharap rapat pleno selanjutnya pihak panitia bisa menyesuaikan dengan jadwal Mendikbud, supaya rapat pleno selanjutnya tidak tertunda lagi. Tanggapan lain juga disampaikan oleh Muhammad Bisri selaku Rektor UB yang terpilih. Menurutnya, ditundanya
Penulis : Aulia Nabila Kontributor: Khusnul Khotimah, M. Ulil Azmi
KETAWANGGEDE
5
PROFIL KHUSUS
Dari PERSEMA Junior Hingga Jadi Rektor Dari Malang dan Untuk Malang. Itulah kalimat yang pantas menggambarkan sosok sederhana ini, Muhammad Bisri hingga Sekarang (2014) menjadi Rektor Terpilih Universitas Brawijaya. Oleh : Theoilus Richard & Akhtur Gumilang
6
KETAWANGGEDE
Seperti kebanyakan para remaja lainnya, hobi sepak bola memang dominan disukai, tak terkecuali sosok Bisri muda. Dirinya saat ditemui, di kantor Dekan Lantai 7 FT UB pun mengakui berhobi sepakbola pada masa mudanya. “dari dulu saya memang senang main bola, tapi semenjak menjadi mahasiswa hobi itu seakan hilang dengan sendirinya karena terbentur banyak kegiatan mahasiswa”, candanya. Minatnya dalam sepakbola ternyata berkembang hingga dirinya sempat tercatat sebagai salah satu skuad Persema Junior. Namun hal itu tidak begitu lama berlangsung. Bisri muda tidak lagi aktif di dunia sepakbola semenjak memasuki
dunia perkuliahan. Lulus dari SMA di tahun 1979, Bisri melanjutkan pendidikannya di jurusan Teknik Pengairan UB. Sebagai mahasiswa, dirinya juga aktif di luar kegiatan perkuliahan. Menjadi anggota Badan Pertimbangan Mahasiswa FT UB (dulu BPM, sekarang DPM) dan salah satu pengurus Himpunan Jurusan Teknik Pengairan adalah organisasi yang pernah diikutinya selama menjadi mahasiswa. Sebagian besar hidupnya berada di Malang, walau sempat mengenyam pendidikan magisternya di Yogyakarta, Universitas Gadja Mada. Namun, sosok asli arek malang ini kembali ke kota kelahirannya untuk melanjutkan studi doktoral di Universitas Brawijaya pada konsentrasi ilmu Teknik Sumber Daya Air. Kecintaannya terhadap kota yang dijuluki “Kota Apel” ini, membuatnya harus berkarir pula di kota kelahirannya. Terpilih menjadi Rektor Sempat diper-
PROFIL KHUSUS Nama Lengkap : - Prof. Dr. Ir. Muhammad Bisri Tempat dan Tanggal Lahir : - Malang, 26 November 1958 Riwayat Pendidikan : - MIN (SD Latian 3 Malang) - MTS Negeri 3 Malang - SMA Salahudin - Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya (S1) - Pengolahan Tanah dan Air, Universitas Gajah Mada (S2) - Teknik Sumber Daya Air, Universitas Brawijaya (S3) Riwayat Organisasi : - Klub Sepakbola Indonesia Muda (IM) - Persema Junior - Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pengairan UB - BPM Fakultas Teknik (FT) UB (Sekarang DPM) - Anggota Dewan Riset Kota Malang (2014) - Ketua Persatuan Insyinyur Indonesai (PII) Cabang Malang (2014) - Ketua Tablig Masjid Jami Malang (1995 – Sekarang) - Ketua Alumni FT UB - Ketua Pusat Jaminan Mutu UB (2012-2013)
caya menjadi Ketua Pusat Jaminan Mutu (PJM) UB di tahun 2012-2013, Pria berambut putih ini kembali mendapat amanat baru di pertengahan tahun
2013. Terpilihnya Bisri sebagai Dekan FT di tahun 2013 (5/6), adalah amanat baru setelah lama berkecimpung di PJM. Namun, belum genap setahun menjadi Dekan, Bisri didukung oleh banyak pihak untuk maju sebagai calon rektor UB untuk periode 2014-2019. “saya maju bukan atas kemauan sendiri, tapi banyak pihak yang mendorong saya untuk maju menjadi rektor”, tambahnya. Bisri mengakui bahwa dirinya tidak pernah berikir untuk menjadi Rektor. Jabatannya sebagai Dekan masih terhitung selama 10 bulan. Semua itu sangat tidak disangka oleh dirinya secara pribadi. Namun, nasi telah menjadi bubur, Bisri telah terpilih sebagai rektor periode selanjutnya. “Yah semua itu terasa berjalan terlalu cepat”, sadarnya. Program kedepannya Saat disinggung mengenai kondisi UB, banyak hal bagi dirinya sebagai rektor terpilih untuk dibenahi, salah satunya adalah soal akreditasi. Perihal turunnya akreditasi UB (dari A – menjadi B) memang sangat disayangkan. “Mungkin ini merupakan tugas awal di kepemimpinan saya untuk memperbaiki akreditasi UB sekarang.
Soal Akreditasi Internasional juga menjadi salah satu fokus utama demi terciptanya World Class University”, papar bisri tentang program yang akan dilakukan kedepannya. Mengenai akreditasi jurusan dan program studi baru, Bisri mengatakan bahwa jurusan atau program studi baru harus mendapatkan minimal akreditasi ‘B’. ‘’Ya, akreditasi untuk jurusan yang baru itu minimal harus dapat ‘B’,’’ tandasnya. Selain itu, yang menjadi rencana kerjanya lima tahun ke depan adalah manajemen parkir yang lebih teratur. Hal ini dilandaskan untuk menambah kenyamanan mahasiswa ketika berada di lingkungan kampus. Padatnya lalu lintas UB oleh kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor yang menyebabkan suasana kampus menjadi kurang kondusif. Ke depannya, Bisri berencana membangun gedung parkir yang tersentral. Namun, untuk mewujudkan hal itu tentu tidak bisa sekaligus langsung dikerjakan, namun perlu proses perlahan. “Ya, ga bisa langsung semuanya jadi, harus pelan-pelan,” jelasnya.
KETAWANGGEDE
7
GERBANG KHUSUS
Dapat B, UB Ajukan Banding PJM : UB Layak Mendapat Peringkat A
Akreditasi Universitas Brawijaya (UB) menurun setelah Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) memberikan surat keputusan Nomor: 030/SK/NABPT/Akred/PT/I/2014 dengan nilai 357 peringkat B pada 16 Januari 2014. Keputusan ini memunculkan berbagai pertanyaan penyebab turunnya akreditasi UB saat Pemilihan Rektor (Pilrek) UB 2014
8
KETAWANGGEDE
Seperti yang diberitakan surabaya.tribunnews.com (19/02/2014), turunya akreditasi Universitas Brawijaya menjadi perbincangan saat sosialisasi Visi, Misi, dan Progam tujuh bakal calon rektor UB. Para calon rektor banyak yang mempertanyakan mengapa masalah ini sampai terjadi, siapa yang bertanggung jawab, serta bagaimana progam para bakal calon rektor untuk memperbaiki nantinya. Hal ini membuat salah satu calon rektor (carek) yang terkait dengan akreditasi menjadi sasaran pertanggungjawaban. Sosok Moham-
Sumber: Prasetya.ub.ac.id
mad Bisri pun menjadi sorotan, karena memiliki peran penting sebagai Ketua Tim AIPT (Akreditasi Institut Perguruan Tinggi). Oleh karena itu, berbagai pertanyaan terkait menurunnya akreditasi UB tertuju padanya. Bisri berperan dalam menganalisis data dan informasi borang (dokumen). Apa yang telah dilakukan Tim AIPT dalam penyusunan dokumen memiliki target untuk mendapatkan nilai sempurna. “Dokumen kita sudah sangat bagus,� ujar Mohammad Bisri yang akan menjabat Rektor Baru dan Yudi Wiro selaku Staf Bidang Pelayanan Umum Pusat Jaminan
GERBANG KHUSUS Mutu juga mengatakan bahwa UB layak dapat peringkat A. Ternyata, target Tim AIPT tidak mencapai hasil yang diinginkan. Dalam Keputusan BAN-PT Nomor 030/ SK/BAN-PT/Akred/PT/ I/2014 , UB memeroleh nilai 357 peringkat B (Baik). Hanya kurang 3 angka untuk mendapat perngkat A. Menurunnya akreditasi UB, yang sebelumnya pada 20092013 berperingkat A, karena berbagai penyebab. Beberapa diantaranya adalah rasio jumlah dosen yang berpangkat profesor dan dosen yang berpangkat biasa, jumlah masa studi mahasiswa. “Idealnya jumlah Profesor adalah 10 persen dari total keseluruhan dosen yang ada,” kata Guru Besar di Bidang Teknologi Pertanian UB, Rabu (19/02/2014) kepada surabaya.tribunnews.com. Namun, ada hal lain yang memengaruhi proses penilaian akreditasi. “Apa yang kita tulis di dalam dokumen AIPT adalah yang baik-baik. Namun, ada komponen yang tidak mendukung, yakni seorang mahasiswa dan dosen yang kontradiktif dengan dokumen yang disajikan oleh Tim AIPT,” kata Yudie. Ia menyebutkan bahwa mahasiswa itu
“
Tujuh standarisasi ini merupakan aspek yang perlu dilihat secara keseluruhannya seolah-olah menjelekkan Universitas Brawijaya saat diwawancara assessor BAN-PT. Hal tersebut juga senada dengan perkataan Muhammad Bisri serta salah satu perwakilan mahasiswa yang mengikuti proses pewawancaraan oleh assessor BAN-PT. Setelah mendapatkan keterangan dari PJM, Tim Ketawanggede melakukan penulusuran untuk mencari mahasiswa yang kontradiktif tersebut, namun tidak menemukan hasil. Tim Ketawanggede hanya mendapatkan informasi bahwa mahasiswa tersebut berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. “Mahasiswa tersebut berasal dari FISIP dan merupakan mahasiswa biasa,” ujar salah satu anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa 2012-2013, yang namanya tidak ingin dicantumkan. Dia juga mengatakan bahwa mahasiswa tersebut hanya mengeluhkan pelayanan di FISIP. Naik turunnya akreditasi dipengaruhi oleh nilai-nilai dari tujuh standarisasi yang terangkum di buku Naskah Akademik AIPT
2011, yakni visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian; Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu; Mahasiswa dan lulusan; Sumber daya manusia; Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik; Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi; dan Penelitian, pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama. “Tujuh standarisasi ini merupakan aspek yang perlu dilihat secara keseluruhan,” kata Yudie. Rencananya, pimpinan Universitas Brawijaya akan mengajukan banding kepada BAN-PT. Namun, pengajuan ulang ini bisa membuat akreditasi UB tetap seperti sekarang, meningkat atau juga menurun. Oleh karena itu, berbagai persiapan seperti memperbaiki kelemahan yang ada di Universitas Brawijaya sudah mulai diperbaiki.
Penulis : F.M. Nur Tauiki Kontributor : Fanandi Prima, Desi Wulandari
KETAWANGGEDE
9
LENSA
MALANG DALAM KEREMANGAN MALAM Foto : M. Akhrizul Y
Teks : Yan Mulyana
Camera: Canon EOS 550 D
Transaksi di penghujung hari
Camera: Canon EOS 550 D
Santap malam diantara lalu lalang
KETAWANGGEDE
11
JAJAK MASSA
Menggugat Pelemahan Demokratisasi Kampus
info graik: Akhtur Gumilang
Menilik lebih lanjut keterkaitan peraturan kementrian pendidikan dan kebudayaan RI dengan peraturan universitas brawijaya tentang hal pemilihan rector. Acuan awal kami adalah bagaimana letak awal otonomi kampus dan demokratisasi kampus yang dijamin oleh Kementrian Pendidikan melalui . Isinya adalah ketentuan, yang harus otonom dan demokratis, seperti tertuang dalam Pasal 4 ayat 1 UU Nomor 20 ten-
12 KETAWANGGEDE
tang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Hal tersebut membuat fungsi senat dalam hak suara terhadap kemenangan calon rector semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dalam menganalisa hasi pemilihan rektor pada sidang pleno Tahap Pemilihan Calon Rektor Universitas Brawijaya Periode 2014 – 2018 yang diadakan pada tanggal 3 April2014.
JAJAK MASSA
Jumlah Senat yang hadir dalam sidang adalah 152 dari 161 orang. Penentuan Suara Menteri sendiri bukan dari 35 % total hak suara yang ada di dalam senat tetapi 35 % dari jumlah suara yang telah digabung. Hal ini berarti Jumlah
suara menteri dalam pemilihan tersebut adalah 35% x 248 (jumlah suara hadir+tidak hadir) =87 Suara. Dari data tersebut dapat dibuktikan bahwa Arah Suara menteri mengarah kepada M. Bisri yang mendongkrak jauh suaranya.
Dengan tidak adanya fungsi 35 % suara menteri dalam perbandingan tabel kedua ini, maka perolehan suara jauh berbeda dan dapat dilihat bahwa Rektor terpilih juga berbeda. seutuhnya suara berdasarkan dari senat. Aturan dan penjelasan diatas membuat adanya sifat tertutup dari senat dalam proses pesta demokrasi kampus dalam memilih Ub 1. Kita juga tidak bisa mengabaikan bahwa Menteri Pendidikan adalah sebuah kewenangan politik yang
dipunyai presiden. Oleh karena itu sifat dominasi yang dilakukan oleh mendikbud rawan akan kepentingan politik didalamnya. Hal ini menandai ada bentukbentuk Profesionalitas semakin jarang yang diperhatikan, tapi unsur kedekatan dengan atasan yang menentukan.
Sumber: Tim Litbang UAPKM Kavling 10
KETAWANGGEDE
13
GERBANG KHUSUS
Ifar Gantikan Bambang Sebagai Carek Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mempermasalahkan salah satu nama calon rektor Universitas Brawijaya (UB). Nama tersebut dianggap tidak sesuai dengan syarat kualiikasi carek yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No.33/2012. Permendikbud ini berisi aturan pengangkatan dan pemberhentian rektor perguruan tinggi.
Pada Pasal 4 ayat
pada 8 Juni 2014, saat
menunjuk Ifar Subagiyo
1c ditulis bahwa usia
berakhirnya masa jaba-
yang sebelumnya berada
carek setinggi-tingginya
tan Yogi Sugito sebagai
pada posisi keempat
adalah 60 tahun pada
rektor UB sekaligus
pemilihan calon rektor
saat berakhirnya masa
masa pengangkatan
UB, menggantikan po-
jabatan Rektor/Ketua/
rektor baru UB, usia
sisi Bambang.
Direktur yang sedang
Bambang saat itu ada-
menjabat. Bambang
lah 60 tahun 11 bu-
nama calon rektor dise-
Suharto, salah seorang
lan. Inilah alasan yang
tor ke pihak mendik-
carek, mendapat sand-
membuat Nuh mencoret
bud, Bambang Suharto
ungan atas pasal terse-
Bambang dari kandidat
malah dicoret,� ujar
but. Nuh mengatakan
carek. Selanjutnya, Nuh
Djalal Rosyidi, Sekre-
“Setelah tiga
taris Pemilihan Rektor.
14 KETAWANGGEDE
GERBANG KHUSUS Mendikbud, kata Djalal,
harto memertanyakan
setahun maka dicatat
menyalahkan keputusan
persepsi mendikbud
0 tahun .
para senat yang seolah
terkait konsep umur
tidak faham dengan
‘maksimum 60 tahun’.
mempertanyakan ala-
aturan. Persepsi umur
Ia justru membenar-
san dasar mendikbud
maksimum 60 tahun
kan konsep umur versi
memiliki porsi suara
yang digunakan oleh
BPS yang digunakan
sebesar 35% dalam
senat berbeda dengan
Senat UB sebelumnya.
pemilihan rektor.
persepsi umur yang di-
“Saya lebih membenar-
“Apa yang dilakukan
gunakan pihak mendik-
kan konsep umur yang
mendikbud sama saja
bud.
digunakan Senat UB,”
dengan mengebiri per-
ujarnya.
guruan tinggi,” ung-
Ketua Pascasarja-
kapnya.
na Fakultas Peternakan
“
UB tersebut juga menjelaskan bahwa rapatrapat senat sebelumnya sudah membahas konsep umur maksimum 60 tahun tersebut. Akhirnya, para senat memutuskan untuk menggunakan konsep kelompok umur dari Badan Pusat Statistik (BPS) pemerintah. “Misalnya Anda ditanya usia berapa, masa iya, Anda katakan,‘usia saya 20 tahun 5 bulan 17 hari.’ Logisnya, Anda hanya perlu menjawab bahwa usia Anda 20 tahun. Nah, itu konsep umur menurut senat UB (BPS),” kata Djalal.
Di tempat ter-
pisah, Bambang Su-
Bambang juga
Misalnya Anda ditanya usia berapa, masa iya, Anda katakan,‘usia saya 20 tahun 5 bulan 17 hari`
Terkait masalah
umur, BPS dalam situsnya, www.bps.go.id, menulis bahwa deinisi umur dihitung dengan pembulatan ke bawah atau sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Misalnya, umur 27 tahun lebih 9
Bambang hanya bisa berbesar hati dalam menyikapi masalah yang menimpanya. “Saya legowo saja, mau gimana lagi?” ujarnya. Karena sikap ikhlas yang diambilnya, para senat UB tidak melakukan pembelaan apapun terhadap keputusan Mendikbud tersebut. “Saya hanya berharap semoga rektor baru yang terpilih nanti, bisa membawa UB lebih baik daripada rektor sebelumnya,” kata Bambang menutup wawancaranya
bulan dicatat sebagai umur 27 tahun, sedangkan bila kurang dari
Penulis : Annisa El Kamilia Kontributor : Gema Bajianing
KETAWANGGEDE
15
KOLOM KONTROL
Sebuah Nama, Sebuah Cerita: Tentang Gedung FISIP
karikatur: Rizqi Nurhuda Ramadhani
Nama adalah sebua doa, peribahasa ini sejatinya sudah saya amini dari Sekolah dasar hingga kuliah. Nama yang baik diharapkan menjadi doa bagi si pemilik nama.
16 KETAWANGGEDE
Namun semenjak saya mengunjungi kampus saya akhir-akhir ini, FISIP UB tercinta. Peribahasa tersebut saya perlu tinjau lagi. Musababnya, karena nama dua gedung kembar
FISIP yang dihubungkan oleh gedung connector dinamai dengan memakai nama Dekan FISIP dan Rektor UB lengkap dengan gelarnya. Gedung Prof. Darsono dan Gedung Prof.
KOLOM KONTROL Yogi Sugito. Nama tersebut terpampang jelas di atas pintu masuk utama kedua gedung itu. Apakah dengan penamaan itu, FISIP inigin didoakan agar sperti Pak Darsono atau Pak yogi? *** Saya tak menyadari ternyata dua bapak petinggi kampus ini mempunyai level selera narsis yang amat tinggi. Biasanya tingkah para pejabat selalu memamerkan foto selienya di setiap banner, spanduk, dan baliho kegiatan institusi yang dipimpin. Namun tingkah dua bapak petinggi kampus ini tak main-main mencantumkan namanya sebagai sebuah nama gedung. Nama mereka akan abadi, karena setiap ada tukang pos mau mencari gedung FISIP, mau tak mau nama kedua bapak ini aka selalu disebut Bukannya bermaksud mencari-cari masalah melalui tulisan ini. Sepertinya penamaan gedung FISIP ini sepertinya adem ayem saja, tak ada yang merasa keberatan. Tentu tak seperti kasus penamaan kapal perang KRI AL beberapa waktu lalu, di mana Singapura merasa keberatan akan penamaan KRI Usman-Harun. Singapura merasa penamaan
Usman-Harun menyakiti rakyat Singapura, namun sebaliknya pihak Indonesia yang diwakili AL merasa penamaan Usma-Harun merupakan bentuk penghargaan kepada pahlawan bangsa. Usman-Harun merujuk kepada dua nama Pahlawan Indonesia ketika masa Konfrontasi dengan Malaysia pada 1965 (waktu itu Singapura masih menjadi bagian Malaysia), Usman Haji Mohamed Ali dan Harun Said. Sebenarnya tak ada yang salah dengan penamaan gedung FISIP ini. Kedua bapak yang terhormat ini, Bapak Yogi dan Bapak Darsono, merupakan tokoh yang berjasa melahirkan FISIP sebagai keluarga besar di Lingkungan UB (walau sebenarnya sudah ada Fakultas Ilmu Administrasi, saudara tua FISIP, yang di PTN lain Ilmu Administrasi masuk ranah FISIP). Pihak yang mengusullkan nama gedung FISIP ini, kemungkinan besar beralasan sebagai bentuk penghormatan kepada beliau. Namun apa salahnya menggunakan nama yang lebih merakyat untuk gedung itu. Sebelum dinamakan dengan nama yang sekarang, civitas akademika FISIP lazim menyebut
nama gedung itu dengan sebutan gedung A dan gedung B. Lebih mudah dan lebih simpel. Jika mau lebih terdengar estetis, penamaan gedungnya tetap memakai nama tokoh, tetapi pemilihan nama tokohnya berdasarkan tokoh yang mempunyai sumbangsih besar dalam ranah ilmu sosial dan politik. Seperti pada penamaan Masjid FISIP UB lantai 5 yang diberi nama Masjid Ibnu Khaldun, seorang tokoh Sosiolog Muslim. Itu baru bentuk penghormatan yang lebih pantas. Saya jadi teringat bukannya tokoh-tokoh yang namanya diabadikan menjadi nama Jalan atau gedung setahu saya, merupakan tokoh yang sudah tiada? Mudah-mudahan siapapun yang mengajukan nama untuk gedung FISIP ini tidak mempunyai pemikiran demikian. Masih banyak pekerjaan bagi Dekan, Bapak Darsono ataupun Bapak rektor yang sudah mau turun, Bapak Yogi, buat memajukan FISIP agar mengahrumkan nama UB dan bangsa ke depannya.
Fadrin Fadhlan Bya Alumni Tempo Institute
KETAWANGGEDE
17
18 KETAWANGGEDE
KETAWANGGEDE
19
20 KETAWANGGEDE