MAJALAH UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KAVLING 10 Tegur Sanubari Mahasiswa EDISI II/TAHUN XXIX/2012
AREMA
IDENTITAS MILIK SIAPA? www.kavlingsepuluh.blogspot.com
SALAM REDAKSI A
rema sudah menjadi iden�tas bahkan agama kedua bagi sebagian masyarakat malang. Hampir di se�ap sudut kota Malang akan nampak Arema dalam berbagai bentuk. Dari bendera bergambar singa dengan background biru pu�h maupun slogan-slogan kebanggaan akan Arema. Definisi Arema bukan lagi menyangkut kesebelasan sepakbola namun juga merupakan sebuah penanda kelompok sosial di Malang. Arema menjadi ciri penanda penduduk asli Malang baik berdomisili di Malang maupun diluar kota Malang. Warga Malang yang merantau, menyebut diri sebagai Arema atau Arek Malang merupakan kebanggaan tersendiri. Uniknya, bagi mereka yang membuka usaha di berbagai bidang, juga menggunakan iden�tas arema sebagai iden�tas usahanya. Sehingga jangan heran apabila ada “Warung Makan Arema”, “Bakso Arema”, “Toko Mebel Arema”, “Kripik Singkong Arema”, dan lainnya. Kebanggan menjadi seorang Arema meberikan sisi posi�f tersendiri. Arema yang dahulu sejarahnya bertujuan mempersatukan kelompok-kelompok pemuda yang sering ber�kai di tahun 1970-an. Memberikan dampak posi�f luar biasa dalam mempersatukan warga Malang. Loyalitas local yang sebelumnya dimiliki pemuda Malang akan wilayah dimana mereka �nggal dapat bersatu dan melebur menjadi satu iden�tas yaitu Arema. Dalam Majalah Kavling 10 edisi kedua ini dibahas seputar sejarah berdirinya Arema dan Arema kini yang menjadi “barang komoditas” serta bagaimana Arema dalam kondisi sosial kota Malang yang semakin majemuk dan mengalami modernitas. Semoga melalui majalah Kavling 10 edisi kedua ini dapat menambah pengetahuan dan rasa tenggangrasa antar kelompok serta membuka kesadaran kita bahwa keloyalan pada satu kelompok �dak berakhir pada sebuah ke anarkisan. SALAM PERSMA!
ALAMAT REDAKSI, SIRKULASI, IKLAN, DAN PROMOSI Sekber Unit Aktivitas Mahasiswa, Kav.10 Jl. MT Haryono 169 Malang 65145 Website : www.kavlingsepuluh.blogspot.com Twitter : @uapkm_ub Kontak : Herda P (085781299492) Redaksi menerima tanggapan, tulisan, kritik, maupun saran pembaca sekalian yang berkaitan dengan lingkungan Universitas Brawijaya, bisa melalui sms ke 085751145207 atau bisa juga langsung disampaikan ke Redaksi Kavling 10
SUSUNAN REDAKSI PELINDUNG
Rektor Universitas Brawijaya
PENANGGUNG JAWAB Ahmad Yani Ali R
PEMIMPIN REDAKSI Bayu Yoga Dinata
REDAKTUR PELAKSANA Zahra Firdausiah
EDITOR
Faiz Nasrillah, Dedy Siswanto, Dhea Candra Dewi
REPORTER
Fadrin Fadhlan B, KarinaTri Hapsari, Rizky Dwi, Layla R (Non Aktif), Elyvia Inayah, Abd. Hikmah R, Rizal, Gibran, Fitrotul Aini, Adil Saadilah,
FOTOGRAFER
Bayu Yoga Dinata, Ovan Setiawan
KREATIF DESIGN & LAYOUTER Ahmad Yani Ali R
KARIKATUR
Ahmad Yani Ali R, Akhtur Gumilang
TIM SPONSOR
Herda Prabadipta, Gibran
D A F T A R AREMA DALAM INGATAN SEJARAH DAN BALUTAN KULTUR
KARIKATUR
KICK OR KILLED? 14
Amplop 44 Pu�hPanjang Lusuh Cerita 46 Tentang Ibu
BOSO WALIKAN, BAHASA KHAS AREMA
PROFIL :
18
AREMA,
“Sejarah Arema adalah Sejarah Nurani”
SURVEY : 26 IDENTIFIKASI EKSISTENSI
KEIDENTITASAN
AREMA
DIBALIK LENSA
GAZEBO :
JADILAH SUPORTER BAIK
50
BUKAN SOAL UANG
WAWANCARA EKSKLUSIF : Ovan Tobing 24
39
SASTRA :
SASTRA :
15 RUANG KHUSUS :
RUANG KHUSUS : SERTIFIKAT SAKTI ITU BERNAMA SERTIFIKAT KELULUSAN PK2
BALKON :
SAVE STREET 42 CHILDREN BERSAMA ANJAL
5 RUANG UTAMA :
RUANG KHUSUS : 10 DAYA PIKAT NAMA AREMA
I S I
33
RESENSI : FILM : BLUE MOON RISING 53 BUKU : MEMAHAMI DUNIA LEWAT SEPAK BOLA 56 KOLOM OPINI :
Dari Soedomo sampai Johny Mangi: Kisah Arek Malang GAZEBO : 59
FANATISME AREMA 64 KOLOM OPINI :
Ada yang Lebih Membanggakan Dari Kemenangan KOMIK STRIP :
APAPUN ITU, AREMA
65
DOK. AREMA
RUANG UTAMA
AREMA DALAM INGATAN
SEJARAH DAN BALUTAN KULTUR Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), dijelaskan bahwa iden�tas adalah sebuah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda; ja�diri. Sesuatu yang bisa diiden�fikasi sebagai suatu kesatuan yang memiliki ciri khusus dan ja�diri. Ini yang dimiliki Arema, sebutan bagi Arek Malang asli peranakan lokal. Arema atau Arek Malang adalah kultur yang tercipta dari rasa solidaritas dan persatuan dari pemuda di Malang. Solidaritas dan persatuan yang tercipta sebagai bentuk primordialisme. Ini yang menjadikan Arema sebagai kekuatan lokal Malang yang menjadi sorotan saat ini. Lahirnya Arema memang �dak luput dari lahirnya gengster yang ada di Malang. Lantas keterkaitan apa yang ada di Arema dan geng dari waktu ke waktu. Ini yang akan dibahas pada liputan utama kali ini. Tentang sebuah pergumulan pemuda asli Malang yang menamakan diri mereka sebagai Arema.
KAVLING 10 | 5
RUANG UTAMA M
alang adalah kota te�rah dengan seribu keindahan dan keunikannya yang menggoda untuk sekedar singgah. Selain keindahan dan keunikannya, Kota Malang pun salah satu daerah yang memiliki kekayaan sejarah. Sejarah tentang Kerajaan Singosari dengan rajanya Ken Arok. Salah satu raja yang mewariskan kultur kejagoanan pada masyarakat Singosari atau yang saat ini dikenal dengan Kota Malang. “Ken Arok mewariskan kultur kejagoannnya kepada rakyat Singosari yang sekarang menjadi Kota Malang- turun temurun, dari generasi ke generasi,” tutur Hudijono wartawan senior mantan kontributor Kompas Surabaya. Disamping itu, Hudijono menambahkan bahwa pada tahun 1970-an pewarisan kultur kejagoanan itu dijewantahkan dengan berbiaknya geng di Kota Malang. Geng yang diiden�kkan dengan tawuran, mabuk, memeras dan kriminalitas. Mereka menjadi patologi masyarakat yang ditaku� dan dibenci. Ini yang melatarbelakangi bahwa selain kota te�rah dan sejarah, dulu Kota Malang pernah dikenal sebagai kota para jagoan keturunan Ken Arok yang beringas. Banyaknya jagoan yang ada di Kota Malang, maka banyak pula geng-geng yang bermunculan. Selain dari warisan kultur kejagoanan dari Ken Arok, geng-geng tersebut muncul bersama dengan kegiatan yang bergelut pada olahraga �nju. Seper� yang dijelaskan Hudijono bahwa berbarengan dengan ak�vitas �nju pada dekade 1970, ak�vitas kejagoanan tersebut dileburkan sebagai atribut dunia geng. Sehingga �dak sedikit dari para jagoan dan kawula muda yang bergabung pada geng. Misalnya saja di kawasan Kidul Dalem muncul geng bernama Argom (Armada Gombal). Ada pula Higam (Hidup Gembira Awet Muda),
6 | EDISI II/XXIX/2012
Mapelma, Moprat, Igama, Areta, Gajah Oling, dan Marabunta. Itulah wujud dari mereka yang membentuk suatu kesatuan dalam wadah aksi kolek�f. Ini yang menjadi cikal bakal dari Arema sebagai subkultur kejagoanan Arek Malang. Awal Ikhwal Iden�tas Arema Bertanya awal Ikhwal dari sejarah pengucapan “Arek Malang” pada awalnya tercipta dari bahasa lokal kedaerahan. “Awalnya Arema di iden�fikasikan pada budaya �ga bahasa pengucapan kawula muda, arek, cah, cong. Arek diinden�fikasi pada bahasa yang digunakan orang Malang, Jember, Surabaya. Sedangkan untuk pengucapan dari cah untuk daerah Kota Madiun dan sekitarnya, sedangkan untuk cong itu sendiri untuk daerah Madura.” Tutur Herujogi, wartawan senior Surabaya Post. Sehingga �dak mungkin bagi orang Malang menggunakan kata cong, ataupun cah. Karena wujud rasa satu kesatuan tersebut muncul berawal dari kata Arek. Disamping dari pengucapan Arek sebagai iden�tas bahasa orang Malang, nama Arema muncul sebagai bentuk dukungan untuk klub sepak bola di Kota Malang. “Nama Arema itu sendiri tercipta dari Arema Fans Club (AFC), kenapa dipilih nama Aremania, karena AFC sulit untuk diterima oleh banyak kalangan karena banyak peran dari kalangan poli�k maka dibutuhkan oleh sebuah solusi sebuah nama, yang terinspirasi dari menggabungkan nama Arema dan mania,” jawab Ovan Tobing sebagai orang yang mencetuskan nama Aremania. Selain itu, Ovan pula berpendapat bahwa jauh sebelum nama Arema itu muncul dan tenar seper� saat ini, nama itu sudah ada dan dipakai oleh berbagai pihak. Akan tetapi, masih cenderung berkonotasi dunia kekerasan. Sehingga �dak semua orang mau
mengaku bahwa saya adalah Arema. Secara simbolis, Arema diinden�kan dengan pelambangan seekor singa atau dalam bahasa Jawanya singo. Singo yang bersanding dengan kata Edan, yang berar� singa gila. Nama singo edan atau ongis nade ini sempat menuai kri�k dari berbagai pihak karena dianggap �dak sesuai dengan iden�tas bahasa keseharian Arek Malang. “Biasanya orang Malang itu kalau ngatain orang itu “kon iku gendeng,” bukan “kon iku edan.” Jadi sempat dikri�k karena �dak sesuai dengan kaidah kebahasaan atau iden�tas orang Malang. Nama singo edan itu sendiri muncul dari sebuah ar�kel yang pernah dimuat oleh koran harian Surya dengan penulisnya Herman. Sempat terjadi perdebatan mengenai kata “edan” itu sendiri dikalangan para jurnalis, karena diksi yang dipakai �dak sesuai dengan iden�tas Arema. Sejalan dengan itu, akhirnya kata “edan” itu sendiri mulai diterima khalayak orang Malang.”cerita Herujogi. Dasar dari falsafah simbol itu sendiri dijelaskan sebagai simbol dari keberanian. Dan secara sederhana orang yang terlibat dalam pembentukan Arema kebetulan lahir di bulan yang sama. “Sedangkan simbol daripada Arema itu adalah singa. Secara simbolik, pelambangan singa itu sendiri melambangkan keberanian dan lahir dibulan agustus. Karena Acub Zainal sebagai pendiri Arema pun lahir di Bulan Agustus.” Sambung Herujogi. Secara filosofis Arema memeiliki sisi psikologis yang hampir persis dengan singa. Berani, cepat, kasar dan ngeyel. Tokoh penggerak Arema sebagai bagian dari historis Kota Malang, �dak terlepas dari para to-
RUANG UTAMA
koh penggerak yang pernah terlibat. Tokoh yang berada di belakang layar terbentuknya Arema sebagai pembentuk dari subkultur Kota Malang. Salah satunya adalah Ebes Sugiyono. Tidak lebih dari sekedar Walikota Malang, beliau adalah orang yang mendukung sepenuhnya Arek Malang dalam hal berkrea�vitas. Sugiyono pula yang mencoba mengubah perilaku pemuda yang masuk ke dalam pertempuran geng, kembali pada hal-hal yang posi�f. Melihat keadaan historis Malang pada tahun 70’an diatas, Malang memang kota yang sangat dekat dengan dunia gengster. Akan tetapi bagaimana bila geng-geng tersebut nyatanya bisa menjadi hal yang posi�f bagi Kota Malang bila dipersatukan. Seper� halnya yang pernah dilakukan oleh Ebes-nya Arema, yakni Sugiyono. Menurut Hudijono, “Ebes Sugiyono seolah menjadi reinkarnasi Sang Hyang Lohgawe (Dalam sejarah Ken Angrok, Lohgawe adalah guru atau penyelamat Ken Angrok). Dengan sentuhan humanisme transedental Jawa, dia melakukan pencerahan terhadap genggeng ini. Melakukan transformasi kultur kejagoanan geng yang nega�f dan destruk�f menjadi produk�f dan bermanfaat,” jelas laki-laki kelahiran Madiun. Hudijono juga menambahkan bahwa para jagoan yang semula ditaku�, dibenci, dan dinistakan berubah menjadi dibanggakan karena prestasinya dibidang olahraga. ini yang dihadiahkan Ebes Sugiyono untuk penduduk bagi kebanggaan Kota Malang. Selain dari Ebes Sugiyono, ada pula boss Arema, Ovan Tobing. Pria kelahiran Sumatra ini di anggap oleh orang Malang sebagai bossnya Arek Malang, karena Ovan Tobing adalah orang yang terlibat ak�f dalam pendirian awal kesebelasan Arema. Ovan bercerita sedikit mengenai pengelamannya saat mendirikan kesebela-
KAVLING 10 | 7
RUANG UTAMA
san Arema. “Saya adalah orang yang menjadi langganan untuk di indoktrinasi oleh pihak keamanan. Bolak-balik dipanggil karena mereka mendengar Arema ini akan lahir. Jadi pihak keamanan pun menganggapnya mungkin ini mau ngumpulin anakanak jalanan. Dan itu memakan waktu berbulan-bulan, karena kekhawa�ran dan kekurang penger�an dari pihak keamanan,” tutur Ovan. Ada pula Acub Zainal dan Lucky Zainal adalah orang yang mencetuskan sekaligus mendirirkan Arema bersama Ovan Tobing. Orang pertama yang menganggap bahwa pergulatan Arek Malang harus lebih dari daerah lain.
Keterkaitan poli�k prak�s memang sangat berpengaruh pada pola gerak Arema sebagai subkultur yang diciptakan Arek Malang. Maka Herujogi berpendapat bahwa “Sah-sah saja bila Arema masuk ke dalam poli�k, asalkan �dak masuk kedalam arus putaran poli�k, habislah kalau masuk arus putaran poli�k.” Bila Herujogi mewaspadai peran dan arus poli�k yang akan mengancam kesatuan Arema, Ovan lebih mengecam pada daya jual Arema sebagai komoditas poli�k. Karena berbicara Arema bukan berar� hanya berbicara kekuatan massanya saja, tapi ada nilai-nilai lebih dari kuatnya Arema. “Bahkan saya juga merasa untuk poli�k, nama ini sangat laku jual. Di mulai dari beKaitan secara Poli�s berapa orang tertentu dimana orang terseKaitan secara poli�k memang �dak but mengklaim bahwa membeli Arema dapat dihindari. Adapun demikian Arema dan memiliki Arema. Dalam satu hal secara sebagai basis masa dengan kekuatan kul- hukum mungkin mereka bisa membeli dan tur yang kuat, menjadi strategis untuk bisa memiliki, tapi �dak ada satu pun manusia dikuasai oleh para poli�si. Maka tak heran yang memiliki nurani, karena berbicara bila Arema menjadi incaran bagi partai poli- Arema itu berbicara nurani.” Tegas Ovan. �k untuk digunakan sebagai basis massa poli�k. Ini pernah terjadi saat Arema harus Kekuatan Kultur diklasifikasikan dalam Arema Kuning, Arema Merah, dan Arema Hijau. “Secara poliDari serangkaian peris�wa diatas, �k �dak, tetapi orang-orang poli�k yang lahirnya Arema sudah barang tentu terlibat terlibat pada Arema. Dulu kan hanya ada pada dunia kekerasan atau gangster. Kare�ga partai merah (PDI), kuning (Golkar), na peris�wa tersebut menjelaskan bahwa dan hijau (PPP). Karena orang-orang poli�k pembentukan subkultur yang dimiliki Arek yang terlibat sehingga dari partai tertentu Malang, dipengaruhi oleh faktor historis yang ak�f sekali masuk di dalam komunitas dan faktor komunal masyarakat yang tersupoter Arema membuat suporter Arema wadahi dalam gangster. Selain itu, saat ditini sulit untuk diterima oleh level-level atas anya kelebihan apa yang dimiliki kultur Arek tertentu.”ujar Ovan Tobing. Ovan men- Malang dibanding kultur kota lain Herujogi ganggap bahwa keterkaitan poli�k prak�k hanya menjawab bahwa secara psikologis dalam tubuh Arema, ini akan menghambat orang Malang atau Arek Malang adalah tumbuh kembang Arema di dalam kehidu- �pikal orang yang ngeyel, keras, cepat dan pan masyarakat Malang. Sehingga akan kasar. terjadi eksklusifitas Arema dan tergolong Kultur atau budaya yang dimiliki pada golongan tertentu. orang Malang dulu atau saat ini yakni si-
8 | EDISI II/XXIX/2012
kap sedulur atau solidaritas. Rasa itu yang hingga sampai saat ini di pupuk dan ditularkan pada sesama Arema. Kuatnya kultur tersebut nyatanya membawa Kota Malang sebagai kota yang menjadi referensi bagi daerah lain untuk menunjang kemajuan secara ekonomi maupun sosial kemasyarakatannya. Keterkaitan budaya dengan Arema sangat erat keterkaitannya. Banyak budaya yang diciptakan oleh Arema selain dari pembangunan solidaritas itu sendiri. Misalnya saja bahasa walikan, bahasa keseharian yang melekat dalam komunikasi antar Arema. Seper� halnya dua mata koin dari sisi yang berbeda, kaitan kultur Arema dengan dunia olahraga berjalan beriringan. Olahraga seolah bukan menjadi sekedar barang hiburan lagi di Kota Malang, tapi lebih kepada hal yang harus tetap dibela dan dijaga rasa kebanggaan dan kecintaan pada kejagoanan klub sepak bola dan �njunya. “Dengan lahirnya Arema sepak bola, menjadi sebuah payung untuk anak-anak Malang yang pada saat itu masih era genggengan. Jadi kekerasan jalan itu, memang sangat kuat antara satu kampung dengan kampung lainnya, satu daerah dengan daerah lain. Gesekan sedikit saja sudah menimbulkan perkelahian, tetapi dengan munculnya nama Arema, mereka merasa dulur (saudara). Jadi kalo mau ribut, podho Arema ne cak (sama Aremanya, mas), jadi lebih mudah untuk diselesaikan.” Ujar Ovan. Adapun olahraga �nju �dak semeriah hingga sampai saat ini. Seolah tergan�kan oleh Arema klub sepak bola, segudang prestasi sudah dicapai oleh kesebelasan Arema. Ini yang membuat sorotan kebanggan Kota Malang teralih pada kejayaan klub sepak bolanya. Dengan lahirnya Arema sepakbola, membuat ma-
RUANG UTAMA
syarakat Malang sadar bahwa kebanggaan bersama membela klub sepak bola yang dicintai dan dibanggakannya senan�asa memupuk rasa persamaan dan semangat. Sehingga wujud kepedulian terhadap sesama Arema, mereka terapkan dalam kekerabatan sesama Arema di perantauan. Rasa primordialisme navis�k yang kuat dibalut rasa solidaritas yang �nggi yang tertanam dalam individu orang Malang. Saat ditanya apa yang melatarbelakangi rasa solidaritas dan persatuan dari Arema itu sendiri, Herujogi menjawab, bahwa pada dasarnya rasa persatuan dan solidaritas Arema ada pada semangat keikhlasan, dan semangat kebersamaan. Jadi, bila ditanya apa kunci dari persatuan Arema, terletak pada dua poin semangat diatas. Kuatnya kultur Arema memang �dak bisa diragukan lagi. Nama Arema yang berkibar di se�ap penjuru Kota Malang berdampak pada usaha yang dibangun masyarakat lokal Malang. “Akhirnya Arema bisa menghidupi orang Malang kan? Jagung rebus pun ada yang namanya jagung rebus Arema kok, hehe.” Kekeh Ovan. “Jadi sebagai bagian dari sejarah untuk sepak bolanya ya, sebenarnya menjadi sebuah kendaraan, sebuah jembatan untuk bisa lebih diterima. Bisa menghidupi orang yang tadinya bukan apa apa menjadi apa apa.” Tambah Ovan yang sehari-hari bekerja sebagai penyiar radio lokal Malang. Maka �dak heran jika saat ini Arema berdiri kokoh dalam balutan rasa satu kesatuan dan semangat berapi-api. Semua itu dibentuk berawal dari proses jatuh bangun dan sejarah. Walaupun nama Arema memang �dak tahu kapan awal ikhwalnya terbentuk, akan tetapi nama tersebut memang sudah mengikat dalam se�ap individu penduduk Kota Malang dan menjadi kebanggaan bagi Kota Malang. (al/gib)
KAVLING 10 | 9
RUANG KHUSUS
KAV. ELY
DAYA PIKAT NAMA AREMA “Lukisan singa itu sering laku terjual. Orang-orang banyak yang tertarik karena singa itu lambang kebanggaan Arema,” tutur Anis, istri Hery, seorang penjual lukisan yang memberi nama usaha pigura dan lukisannya itu dengan nama Hery Arema. Hery di mata Anis adalah seorang fans berat klub sepakbola asal Kota Apel itu.
K
ata Arema, lebih dipahami oleh seba- yang lahir di Kota Malang pada 11 Agustus, gian besar masyarakat sebagai akronim 25 tahun silam. Tidak ada pencatatan sejarah yang dari ‘Arek Malang’. Kata ini juga diiden�kkan dengan nama salah satu klub sepakbola jelas dan terpercaya tentang pencetusan
10 | EDISI II/XXIX/2012
RUANG KHUSUS
Malang. Hery Arema yang berdiri sejak tahun 1990 merupakan bisnis pembuatan pigura dan lukisan yang dibentuk oleh Hery. “nama tokonya Hery Arema, soalnya suami saya suka sekali dengan klub Arema,” tutur Anis, istri Hery ke�ka ditanya tentang alasan pemakaian nama Arema pada usaha mereka. Rohman dan Hery �dak sendiri. Di Malang, banyak dijumpai usaha-usaha lain yang berlomba menarik konsumen dengan nama kesebelasan kebanggaan Arek Malang ini. Tidak hanya usaha-usaha besar seper� milik Rohman dan Hery, tetapi juga warung-warung kecil penjual makanan dan minuman di pinggir jalan pun ternyata menggunakan nama Arema. Misalnya, Bambang, penjual Es Kenapa Arema? Teler dan Es Doger Arema. Bapak paruh baya asal Madiun mengungkapkan bahwa Kebanggaan terhadap Arema men- ia menggunakan nama Arema untuk mejadikan banyak wirausahawan memajang nyesuaikan dengan lingkungannya, karena nama klub pemenang Copa Indonesia 2006 jualannya berada di Malang, dan hampir ini pada usaha mereka. Arema Tour and seluruh masyarakat Malang suka dengan Travel milik Abdul Rohman misalnya. Abdul Arema. Setali �ga uang dengan Ibu Tubi, Rohman yang mengaku penggemar fana�k penjual warung bernama Pojok Arema. Arema memulai usaha jasa transporta- “Karena jualannya di Malang, dan kebetusinya ini tujuh tahun setelah usaha pen- lan suami saya juga suka dengan Arema,” jualan atribut Arema. “Nama Arema saya kata warga asli Lumajang tersebut. ambil karena menyesuaikan dengan toko yang sudah berdiri sebelumnya. Toko yang Arema, Bagai Gula diantara Semut berdiri sebelumnya menjual atribut Arema Mengenai pengaruh penjualan yang sampai saat ini ada. Saat mendirikan usaha Tour and travel saya sesuaikan saja yang dirasakan oleh para seller ini, dengan namanya,” jelas Rohman. menggunakan nama Arema pada usaha Rohman juga menambahkan alasan mereka, ternyata memberikan efek masutama ia menggunakan nama Arema pada ing-masing. usahanya ini hanya semata-mata karena ia Bagi Rohman, nama Arema memadalah fans Arema. “Pendiri usaha ini ka- berikan profit yang �dak sedikit ke�ka kak saya, Deny. Kami sama-sama pengge- klub berlogo macan ini berada di puncak mar fana�k Arema, mangkanya usaha ini pamornya, dan sebaliknya, profit itu menudikasih nama Arema,” ungkapnya. run ke�ka Arema ‘berhen� mengaum’. Hal senada juga disampaikan oleh Rohman juga menambahkan, pengaruh ini pengusaha lain di jalan Ahmad Yani Kota ia rasakan pada penjualan atribut Aremanama ini. Satu-satunya hal yang dapat dipas�kan Arema di mata orang Malang dan Aremania (sebutan bagi fans Arema, red.) di Indonesia bukan hanya sebuah nama yang mewakili klub sepak bola yang memiliki lambang singa. Nama Arema telah menjadi iden�tas tersendiri yang melekat dalam se�ap individu yang memuja-mujanya. Kefana�kan tentang Arema begitu terasa ke�ka menyusuri Kota Malang. Keberadaan atmosfer Arema �dak hanya berlaku ke�ka kesebelasan ini bertanding di stadium Gajayana, tetapi juga di sepanjang jalan, di se�ap plakat yang sengaja dipasang para pebisnis di depan tempat usaha mereka.
KAVLING 10 | 11
RUANG KHUSUS
KAV. ELY
nya. Pengaruh berbeda tapi sama dirasakan oleh Hery. Anis, istrinya, mengatakan bahwa nama Hery Arema �dak memberikan efek tersendiri pada pengaruh penjualan pigura dan lukisannya. “Yang berimbas pada penjualan bukan karena Arema menang atau kalah, tapi karena hari libur. Kalau hari libur malah sepi, karena orangorang keluar kota semua,” jelas wanita ini. Ke�ka Anis melihat salah satu lukisannya yang bergambar kepala singa, ibu dua putra tersebut kerap bercerita jika lukisan itu yang banyak dimina� orang yang menggemari Arema. “Lukisan singa itu sering laku terjual. Orang-orang banyak yang tertarik karena singa itu lambang kebanggaan Arema,” tutur Anis.
Bagi Bambang dan Tubi, nama Arema hanya berfungsi agar pembeli mudah mengingat, selain berpatokan pada jalan tempat mereka berjualan. “Biar orangorang mudah menghapal, makanya dikasih nama warung pojok Arema, kalau jualan saya sih laris terus, lha wong yang dijual emang nasi,” kata Ibu Tubi sambil tertawa. Arema Branding, Legalkah?
Sesungguhnya terdapat undangundang yang mengatur masalah penggunaan nama atau merek dalam perdagangan yang telah diatur pada Undang-undang nomor 15 tahun 2001 mengenai penggunaan merek. Nama atau merek merupakan salah satu bentuk harta yang �dak berwujud (intangible property). Ar�nya, merek memiliki nilai ekonomis. Dalam hukum terdapat upaya untuk melindungi merek dagang maupun jasa. Tujuannya, agar merek dagang atau jasa tersebut mendapatkan perlindungan hukum, sehingga hanya orang yang berhak sajalah yang dapat memanfaatkannya. Seper� yang kita ketahui bahwa Arema sendiri mewakili nama dari klub sepak bola Malang, maka Arema dapat memberlakukan perijinian tersendiri atas penggunaan nama Arema. Namun untuk perijinan penggunaan Arema sebagai nama toko hingga kini masih belum dipertegas oleh pihak Arema. Pengusaha yang mengLARIS: Lukisan singo ini dianggap iden�k dengan Arema gunakan Arema sebagai nama toko mereka Lain halnya dengan Bambang dan merasa �dak masalah selama �dak mengTubi, penggunaan nama Arema pada ban- gunakan logo serta tagline yang sama ner di depan warung mereka �dak mem- persis dengan Arema Official. Lebih jauh berikan profit yang cukup berar�. “Gak ada Rohman menjelaskan, “kalau sementara �efeknya nama Arema ini, jualannya ter- dak izin. Sebenarnya, aturan yang dianjurgantung cuaca, es-nya bakalan laris kalau kan izin ke pihak resminya, tapi berhubung cuacanya panas, kalau lagi musim hujan ya sama-sama di Malang jadi �dak izin, �dak apa-apa. Tapi logo yang dipakai tentu saja sepi,” tutur Bambang.
12 | EDISI II/XXIX/2012
�dak sama dengan logo resmi Arema. Saya hanya menggunakan logo huruf (A R E M A)”. Sementara logo resmi Arema adalah yang bergambarkan singa mengaum. Untuk penjualan merchandise yang bertemakan Arema, pihak resmi Arema tetap melakukan kontrol. Hal ini dilakukan dengan pemberian nametag resmi dari pihak Arema. Dalam UU No. 15 Tahun 2001 tentang merek pada Bab V Pasal 43 ayat 1 dinyatakan pula pemberian izin oleh pemilik merek kepada orang lain berupa pemberian lisensi, yakni memberikan izin kepada orang lain untuk jangka waktu tertentu menggunakan merek tersebut sebagaimana ia sendiri menggunakannya. Lisensi yang diberikan Arema berbentuk nametag resmi tersebut. Abdul Rohman menyatakan, “Untuk atribut yang dijual, pakai nametag resmi yang dikeluarkan oleh pihak Arema. Atribut seharga 60ribu kebawah beli nametag resmi tersebut seharga 2000-2500 rupiah untuk yang atribut seharga 60ribu keatas beli nametagnya lebih mahal. Untuk atribut yang saya jual �dak semua menggunakan nametag resmi”. Penggunaan ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu upaya dari Arema untuk mengontrol produkproduk yang mengatasnamakan Arema. Hal ini dilakukan agar produk asli Arema tetap terjaga orisinalitasnya. Menanggapi hal ini, seorang Media Officer Arema Indonesia, Sudarmaji, mengatakan nama Arema mengalami perluasan makna. Nama Arema �dak hanya terbatas pada nama sebuah klub sepakbola tapi juga sebagai icon dan kultur orang-orang Malang, sehingga nama Arema juga iden�k dengan Kota Apel ini. Sudarmaji pun menjelaskan nama Arema yang dipakai oleh berbagai bisnis tersebut �dak dapat dicegah, karena pelegalan nama Arema �-
RUANG KHUSUS
dak dapat dilakukan, pihak Arema Indonesia hanya bisa melakukan pelegalan terhadap logo klub mereka. Lebih lanjut, ia pun menyinggung bahwa Arema sebagai klub sepakbola juga merupakan industri milik rakyat, yang membutuhkan rakyat sebagai pendukung sehingga citra posi�f Arema juga bisa tercipta. “Selama nama Arema �dak persis, ar�nya �dak menggunakan font dan logo yang sama, kita �dak bisa mempermasalahkannya,” imbuhnya. Senada dengan pendapat salah satu fans Persela Lamongan, Faiz Nashrillah menyatakan bahwa Arema layaknya klub sepakbola yang lain, �dak patut dikenakan hukum merek yang penggunaan namanya diatur oleh perundang-undangan. “Arema itu klub sepakbola, klub sepakbola itu milik rakyat, jadi penggunaan nama Arema oleh para fans-nya menurutku legal-legal saja,” imbuhnya. Faiz pun mengatakan klub sepakbola tanpa rakyat (supporter, red.) sama saja seper� calon pemerintah tanpa dukungan. Selama ini kita pun �dak pernah mendengar tentang klub sepakbola Indonesia yang menuntut para penjual atributatribut mereka karena plagiarisme produk asli ataupun sekedar menggunakan nama resmi mereka. Seja�nya, dengan adanya pengusaha yang menggunakan nama Arema akan dapat pula menguntungkan pihak Arema. Selain dapat meningkatkan produksi produk asli, nama Arema juga semakin terkenal dan mampu melahirkan supporter lebih banyak lagi. Pihak resmi Arema diharapkan dapat merangkul seluruh pebisnis pengguna nama Arema agar menjadi lebih baik pula jalinan persaudaraan antar Aremania. (ely/lay)
KAVLING 10 | 13
KARIKATUR
KICK OR KILLED? LI
A V. KA
RUANG KHUSUS
DOK. Ayinosa31.wordpress.com
BOSO WALIKAN, BAHASA KHAS AREMA Arek Malang atau yang biasa disebut Arema, selain terkenal karena sepakbolanya juga mempunyai keunikan lain yang juga menjadi iden�tas Arema yaitu bahasa Arema atau yang lebih dikenal dengan bahasa Walikan
A
uman singo edan dari supporter fana�k klub sepak bola asal Malang yakni Arema telah membahana dan melanglang buana, �dak hanya di regional Malang saja akan tetapi juga seluruh Indonesia. Kekompakan Aremania (supporter Arema) �dak hanya terlihat dalam arena stadion, akan tetapi soul dari Arema itu sendiri telah melekat dalam diri Aremania di manapun mereka berada. Yogyakarta salah satunya, daerah yang terkenal akan kota budaya dan kota pelajarnya ini memiliki komunitas Aremania Jogja. “Arema �dak hanya menjadi klub sepak bola yang kita dukung, akan tetapi Arema telah menyatukan kita dari berbagai daerah yang berbeda,” jelas Hadie selaku Korlap dari Aremania Jogja. Salah satu faktor yang menyebabkan solidaritas Aremania Jogja �nggi adalah
semangat dari soul Arema itu sendiri. Faktor yang lain adalah karena mereka sesama perantauan sehingga menjadikan mereka semakin dekat dengan satu sama lain, sesama pendukung Arema. “Aremania Jogja berbeda dengan Aremania yang berada di Malang. Kami terdiri dari berbagai daerah yang berbeda, tetapi memiliki kesukaan yang sama terhadap Arema,” tutur Hadie. Aremania Jogja memiliki berbagai kegiatan seper� touring untuk menyaksikkan pertandingan Arema, Nobar (nonton bareng), futsal, dan kegiatan sosial lainnya. Berbicara tentang Arema tentu �dak akan terlepas dari budaya bahasa walikan yang biasa digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa walikan yang melekat sebagai iden�tas Arema ini menjadi ciri khas tersendiri yang membanggakan.
KAVLING 10 | 15
RUANG KHUSUS
“Kami se�ap saat selalu menggunakan bahasa walikan, meskipun hanya sekedar oyi, sam, ayas, nakam dan lainnya sebagai komunikasi,” ungkap Hadie sembari tersenyum. Rasa bangga terhadap Arema dan budayanya begitu melekat dalam benak se�ap Aremania, meskipun itu berada di luar malang. Bahasa walikan telah menjadi kebudayaan yang menjadi daya tarik tersendiri, karena di luar Malang bahasa walikan terdengar unik dan menarik. Sekelumit kisah dari seorang Arema yang berada di Luar malang di atas, menjadi contoh bagaimana bahasa walikan dapat berfungsi sebagai bahasa pemersatu dan pergaulan yang �dak mengenal golongan, kasta bagi para penuturnya. Bahasa ini ternyata mampu memperkuat modal sosial yang ada di masyarakat sehingga suasana khas Malangan yang guyub dan saling percaya bisa terbangun. Sejarah Bahasa Walikan
Bahasa Arema atau lebih dikenal dengan bahasa walikan adalah bahasa gaul yang memiliki keunikan tersendiri. “Bahasa gaul Arema ini lebih tua usianya jika dibandingkan dengan bahasa gaul ar�s Indonesia yang diperkenalkan oleh Deby Saher�an,” ujar Djoko Rahardjo, peneli� bahasa walikan dan pengasuh rubrik pada rubrik Bahasa Arema di situs h�p://berkarya.um.ac. id. Menurut Dukut Imam Widodo dalam bukunya “Malang Tempo Doeloe”, bahasa walikan telah digunakan oleh pejuang pada zaman perang kemerdekaan. Bahasa walikan saat itu dipakai sebagai bahasa sandi untuk mengenali Arek Malang di tengah medan pertempuran. Djoko menambahkan, dalam perkembangannya bahasa walikan banyak
16 | EDISI II/XXIX/2012
digunakan oleh kalangan-kalangan Arema menengah ke bawah yang kebanyakan adalah komunitas preman. Mereka menggunakan bahasa walikan untuk ajang eksistensi mereka dan juga untuk ngerasani (menyindir) kalangan Arema menengah atas. Dari komunitas preman inilah muncul kosakata-kosakata khas bahasa walikan Malang. Sekitar tahun 60-an, bahasa walikan berkembang dan mempunyai basis penggunanya yang berada di kidul pasar (Pasar Besar Malang bagian selatan). Pedagang yang berjualan di Pasar Besar Malang terdiri dari berbagai suku bangsa, mulai dari suku Jawa, Madura, Arab, dan Cina. Ke�ka berbicara dengan sesama sukunya mereka menggunakan bahasanya masing-masing, namun ke�ka berbicara dengan suku lain mereka menggunakan bahasa walikan untuk berkomunikasi. Pada tahun 70-an bahasa walikan semakin berkembang. Muncul banyak komunitas-komunitas pemuda di Malang yang menggunakan bahasa walikan sebagai bahasa komunitas mereka. Sejak saat itu hingga sekarang bahasa walikan menjadi bahasa pergaulan di Malang. Karakteris�k Bahasa Walikan Bahasa walikan khas Arema bukan merupakan bahasa murni yang berdiri sendiri seper� Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa. Bahasa walikan banyak dipengaruhi dari �ga bahasa yang sehari-hari dipakai Arek Malang seper�; Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa khas Jawa Timur, dan bahasa Malangan. Contoh dari Bahasa Jawa khas Malangan itu seper�, ebes (orangtua), ojir (uang), dan sibun (habis). “Kata-kata itu tak ada di daerah lain, itu asli dari Malang,” ungkap Djoko.
Walau disebut bahasa walikan, ternyata �dak semua kata dapat begitu saja dibalik. Membalikkan kata harus memperha�kan e�ka. Hal ini dilakukan untuk menghindari kata-kata yang bermakna ambigu dan berkonotasi porno. Contohnya ada pada kata ‘beli’ yang jika dibalik akan menjadi ‘ileb’. ‘Ileb’ memiliki kesamaan bunyi (homofon) dengan ‘ilep’ yang berasal dari kata ‘peli’ yang merupakan bahasa jawa dari alat kelamin pria. “Untuk menggan� kata ‘beli’ maka yang digunakan adalah kata ‘tuku’ atau ‘ukut’,” ujar Djoko. Menurut Djoko, Bahasa Arema adalah bahasa pergaulan yang bersifat luwes dan dinamis. Jika ada kosakata baru, kata tersebut dapat menyesuaikan agar bisa dibalik tapi tentu saja membalikkan kosakata baru tersebut harus memperha�kan e�ka. Membalikkan kata juga harus enak didengar dan mudah dipahami oleh banyak orang.
RUANG KHUSUS
babkan kurang dimenger�nya bahasa ini adalah banyak kosakata yang barasal dari ejaan lama tahun 50-60an, sehingga menyulitkan anak-anak muda sekarang untuk memahaminya dan mengejanya. Misalnya kata ‘nagarod’ yang berasal dari kata ‘djoeragan’. Belum ada peneli�an khususnya dari kalangan akademisi yang fokus meneli� tentang bahasa walikan, apalagi yang secara khusus membahas kaidah-kaidah membalik kata. Djoko mencoba memulainya dengan membuat dan mengasuh rubrik Bahasa Arema pada situs blog h�p:// berkarya.um.ac.id. Djoko �dak hanya sekedar memuat tulisan dengan gaya bahasa walikan. Ia juga membuat ar�kel bagaimana cara membalikkan kata dengan benar dan merumuskan tata kalimat bahasa walikan. Agar menarik perha�an pembaca, Djoko menulis bahasa walikan sesuai dengan konteks kekinian. “Saya selalu menulis ar�kel di blog berdasarkan peris�wa-perisTantangan Bahasa Walikan pada masa kini �wa terbaru dari surat kabar,” kata Djoko. Selain untuk menarik perha�an pembaca, Diakui oleh Djoko bahwa kini peng- hal tersebut juga dilakukan agar kosakatagunaan bahasa walikan �dak se-intens kosakata baru yang belum ada walikan-nya dulu. “Dulu masih banyak komunitas-ko- mendapatkan kata walikan yang pas. munitas yang menggunakan bahasa waTak disangka usahanya banyak likan sebagai bahasa komunitas mereka, mendapat respon posi�f. “Sudah banyak sekarang komunitas-komunitas tersebut permintaan untuk meminta saya membuat sudah tak ada,” kata Djoko. Komunitas sebuah buku yang membahas bahasa wayang dimaksud adalah komunitas-komu- likan. Tetapi perlu peneli�an dan kerjasanitas anak muda yang eksis sekitar tahun ma berbagai pihak untuk mengumpulkan 60-70an di Malang, seper� Arthur (Arek kosakata-kosakata khas bahasa Arema,” Turen), Arembo (Arek mBunul), Arpol (Arek ungkap Djoko. Polehan). Saat ini Komunitas masih intens Usaha yang dilakukan Djoko boleh menggunakan bahasa walikan adalah sup- jadi adalah sebuah langkah kecil untuk porter sepakbola Aremania. melestarikan bahasa walikan. Diperlukan Selain karena mulai berkurangnya beribu-ribu langkah kecil lain agar bahasa komunitas yang memakai bahasa walikan, walikan terus terdengar di Bumi Arema. menurut Djoko kendala lain yang menye- (�/ram)
KAVLING 10 | 17
RUANG KHUSUS
SERTIFIKAT
V. A KA
LI
SERTIFIKAT SAKTI ITU BERNAMA SERTIFIKAT KELULUSAN PK2 Surat pengakuan atau yang iden�k dengan ser�fikat, seringkali dianggap sebagai sebuah imbalan yang begitu berar�. Tidak jarang se�ap kegiatan selalu diimingi pemberian ser�fikat. Hal ini dapat bermakna ”sakral” karena ser�fikat tersebut menjadi simbol dari keikutsertaan dalam sebuah kegiatan. Begitu juga yang terjadi pada rangkaian keikutsertaan mahasiswa baru dalam seluruh kegiatan yang wajib diiku�. Dalam prak�knya, apakah ser�fikat tersebut mampu mengakomodasi segala kepen�ngan mahasiswa dalam kehidupan mereka sebagai civitas akademika?
18 | EDISI II/XXIX/2012
S
er�fikat kelulusan rangkaian kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2 Maba) menjadi persyaratan yang harus dipenuhi bagi seluruh mahasiswa di Universitas Brawijaya (UB) dalam beragam kegiatan, baik yang bersifat akademis seper� proses menempuh tugas akhir maupun kegiatan non-akademis seper� mencalonkan diri sebagai ketua himpunan ataupun organisasi mahasiswa yang lain. Bahkan di beberapa fakultas ser�fikat ini dijadikan salah satu syarat bagi mahasiswa yang hendak mengajukan beasiswa. Dalam hal ini, �dak ada peraturan baku yang berlaku bagi semua fakultas mengenai penilaian terhadap kelulusan PK2 Maba dan penerbitan ser�fikat. Proses sepenuhnya dipercayakan kepada kebijakan masing-masing fakultas. Hingga berita ini diturunkan, Ainurrasjid selaku Pembantu Rektor III UB bidang kemahasiswaan masih belum bisa ditemui untuk dimintai konfirmasi. Namun se�daknya, dalam buku pedoman akademik yang diterbitkan UB se�ap tahun, �dak disebutkan mengenai kegunaan ser�fikat PK2 Maba untuk beragam keperluan mahasiswa. Hanya saja, di bagian sistem pendidikan yang di dalamnya membahas mengenai persyaratan membuat tugas akhir, disebutkan bahwa selain memenuhi beberapa persyaratan dari pusat, mahasiswa juga harus memenuhi syarat-syarat lain yang ditentukan fakultas masing-masing. Fandi Rizki Rosyari selaku Presiden Ekseku�f Mahasiswa (EM) UB menyebutkan bahwa yang menentukan mahasiswa berhak menerima ser�fikat PK2 Maba atau �dak adalah pihak dekanat fakultas bersama dengan Badan Ekseku�f Mahasiswa (BEM) di �ap-�ap fakultas yang menilai secara teknis. Sedangkan pemantau
RUANG KHUSUS dalam proses penentuan ini dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Dengan demikian, pihak pusat baik rektorat maupun EM �dak banyak campur tangan dalam segala bentuk kegiatan PK2 Maba termasuk penerbitan ser�fikatnya. Menurutnya, justru dengan cara yang demikian keadilan dalam penerbitan ser�fikat tersebut dapat tercapai. “Lebih baik (penentuan kelulusan) di fakultas. Yang berhak melawan adil atau �daknya, manfaat atau �daknya (penerbitan ser�fikat) adalah masing-masing fakultas,” ujar mahasiswa angkatan 2008 ini. Fandi juga menjelaskan bahwa kegiatan PK2 Maba sangat pen�ng, terutama bagi mahasiswa baru untuk memperkenalkan mereka kepada kehidupan kampus. Selain itu, kegiatan ini juga sangat membantu mahasiswa baru untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Dirinya �dak memungkiri bahwa mahasiswa yang telah lulus dalam mengiku� rangkaian kegiatan PK2 Maba belum tentu termasuk mahasiswa yang telah benar-benar mengenal kehidupan kampus dan beradaptasi di dalamnya. Mengenai penerbitan ser�fikat yang diberikan kepada mereka yang telah lulus mengiku� rangkaian kegiatan PK2 Maba, Fandi menilai itu hanya formalitas. “Itu Formalitas saja. Sama seper� orang dapat ijazah, itu kan berar� lulus menyelesaikan kuliah. Tidak selamanya buk� surat atau ser�fikat itu menjadi tanda bahwa mahasiswa itu sudah paham (kehidupan kampus) semuanya. Banyak juga kan, mereka yang dapat nilai A atau B atau C tapi juga �dak paham,” ungkapnya. Hal senada diungkapkan oleh Arif Zainudin, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum UB ini mengungkapkan bahwa rangkaian PK2 Maba bersifat wajib dan harus diiku� oleh
KAVLING 10 | 19
RUANG KHUSUS
seluruh mahasiswa baru Fakultas Hukum pada khususnya dan UB pada umumnya. Hal ini karena ser�fikat PK2 Maba digunakan sebagai syarat awal untuk melakukan kelancaran administrasi dalam mengajukan beasiswa dan skripsi. Dengan demikian, dirinya mengharapkan adanya keseragaman tentang rangkaian PK2 Maba yang selama ini sudah dilaksanakan oleh semua fakultas yang bernaung di UB. Pertemuan-pertemuan para pembantu dekan bagian kemahasiswaan sebenarnya sudah dilakukan berkali-kali, supaya mampu mewujudkan suasana PK2 Maba yang menyenangkan. Mengenai persiapan untuk PK2 Maba para dekan fakultas sedang merumuskan acara yang kiranya menarik bagi mahasiswa. “Ya, para dekan sedang merumuskan berbagai macam cara untuk membuat PK2 Maba menjadi menarik dan menyenangkan. Untuk itu, harus ada sosialisasi,” ujar Arif. Se�ap tahun selalu ada mahasiswa yang �dak lulus rangkaian PK2 Maba. Arif menyatakan, para dekan fakultas masih mencari pemberian sanksi yang sesuai untuk mahasiswa yang �dak lulus rangkaiaan PK2 Maba. Apakah akan melakukan pemu�han sesuai kegiatan mana yang dia �dak lulus atau diharuskan melakukan rangkaian PK2 Maba dengan para mahasiswa baru di tahun berikutnya. ”Untuk itu kami (para dekan) sedang merumuskan rangkaian PK2 Maba yang baik dan sekiranya bisa diiku� oleh semua mahasiswa. Lalu, Rektor juga memiliki program dimana nan�nya para mahasiswa di se�ap hari tertentu dharuskan bisa senam sehat bersama di lapangan rektorat,” tutupnya. Sementara itu, Suryadi selaku PD III FISIP juga mengatakan hal yang sama. Rangkaian kegiatan PK2 Maba menjadi kegiatan yang wajib untuk diiku� oleh seluruh ma-
20 | EDISI II/XXIX/2012
hasiswa baru. Nan�nya kegiatan PK2 Maba ini akan dijadikan juga sebagai syarat untuk kelancaran administrasi di kampus, seper� pengajuan beasiswa hingga syarat saat akan mengajukan ujian tugas akhir. Kegiatan PK2 Maba menjadi hal pen�ng karena acara ini dinilai berguna untuk pembentukan karakter mahasiswa baru. “Probinmaba (PK2 Maba) itu kan rangkaian kegiatan pen�ng yang diharapkan digunakan sebagai sarana mahasiswa baru masuk kampus; mengenal lebih baik; bisa beradaptasi dengan lebih baik; menciptakan iden�tas diri yang lebih baik bahwa sekarang sudah mahasiswa.” FISIP sendiri memiliki 3 poin penilaian dalam penentuan kelulusan rangkaian PK2 Maba. Poin-poin penilaian itu adalah 4 hari rangkaian PK2 Fakultas, student day, dan pengabdian masyarakat. Akumulasi poin itulah yang akan menjadi penentuan lulus atau �daknya mahasiswa baru mengiku� rangkaian PK2 Maba. Jika ada salah satu acara yang �dak diiku� oleh mahasiswa baru bisa menyebabkan mahasiswa �dak lulus PK2 Maba. Disinggung mengenai adanya mahasiswa yang �dak lulus se�ap tahunnya, Suryadi menjelaskan bahwa pihak dekanat memberikan semacam kompensasi untuk menggan�kan kegiatan PK2 Maba yang �dak diiku� selain dengan cara mengulang semua rangkaian PK2 Maba di tahun berikutnya. Misalnya jika ada Maba yang �dak lulus kegiatan pengabdian masyarakat, ia bisa mengulang kegiatan tersebut saja. “Rasanya �dak adil kalau harus mengulang semua, makanya kita putuskan untuk mengulang kegiatan yang �dak lulus saja,” tutur bapak orang putra ini. Suryadi mengakui bahwa pelaksanaan rangkaian PK2 Maba di FISIP masih mengalami banyak kekurangan, seper� dari �dak adanya ruang yang luas untuk men-
gakomodir seluruh mahasiswa baru FISIP, sehingga harus menyewa di tempat lain seper� di Samantha Krida (Sakri). Meskipun diakui bahwa pelaksanaan kegiatan PK2 Maba memiliki banyak kekurangan, FISIP terus konsisten melakukan kegiatan ini. Menurut Suryadi, dahulu pada awalnya seluruh universitas setuju bahwa keikutsertaan rangkaian PK2 Maba berimplikasi pada keikutsertaan mahasiswa dalam ujian komprehensif tugas akhir atau �dak. Namun, dalam perjalanannya banyak fakultas yang �dak terlampau memperha�kan, kecuali FIA dan FISIP.
RUANG KHUSUS
berhak menduduki jabatan ketua himpunan. Pasalnya, dia belum memiliki ser�fikat PK2 Maba karena �dak lulus mengiku� rangkaian acara PK2. Akhirnya, melalui Pembantu PD III FISIP diputuskan bahwa posisi Wafi’ sebagai ketua himpunan terpilih digan�kan oleh calon lain dengan perolehan suara terbanyak kedua. Wafi’ �dak mempermasalahkan adanya persyaratan yang mengharuskan seorang ketua himpunan harus memiliki ser�fikat kelulusan PK2 Maba. Hanya saja, dia menyesalkan kurangnya sosialisasi dari pihak fakultas. “Yang saya sesalkan, kalau memang ser�fikat (PK2 Maba) menjadi persyaratan dalam mencalonkan diri sebagai Tidak Hanya Kelulusan ketua himpunan, harusnya terlebih dahulu Suryadi menjelaskan bahwa kelu- ada sosialisasi ke bawah agar kejadian seplusan PK2 Maba tak hanya menjadi syarat er� saya �dak terulang. Saya mencalonkan untuk kelancaran akademis mahasiswa diri karena memang saya �dak menemuseper� pengajuan beasiswa dan syarat kan persyaratan itu dalam tata ter�b penmengiku� ujian tugas akhir. Lulus PK2 calonan” ujarnya. Maba juga menjadi syarat untuk menjadi Ser�fikat kelulusan PK2 memang fungsionaris (pengurus) organisasi. “Sudah hanya formalitas, namun dalam formalimenjadi kebijakan fakultas bahwa kegiatan tas ini terdapat banyak efek samping yang Probinmaba (PK2 Maba) akan membawa tentunya sudah diperhitungkan terlebih konsekuensi-konsekuensi yang cukup ban- dahulu oleh pemangku kebijakan. Sebelum yak, yang pertama bagi yang �dak lulus ditetapkan bahwa ser�fikat ini merupakan terutama bahwa mereka yang �dak lulus syarat pen�ng bagi banyak kepen�ngan �dak bisa mendapatkan beasiswa, �dak mahasiswa, tentunya para pe�nggi tersebut sudah memiliki per�mbangan mengebisa menjadi fungsionaris.” Aya Nawafi’ atau yang lebih akrab nai berapa banyak mahasiswa yang nan�dipanggil Wafi’, salah seorang mahasiswa nya gagal memperoleh ser�fikat, berapa FISIP dari jurusan ilmu poli�k angkatan banyak yang karena �dak memiliki ser�2010 mencalonkan dirinya untuk menjadi fikat lantas gagal mendapatkan sebagian ketua himpunan pada masa pemilihan haknya sebagai mahasiswa UB. Di beberketua himpunan beberapa bulan yang lalu. apa fakultas yang memiliki peraturan ketat Setelah dilakukan perhitungan perolehan mengenai kegunaan ser�fikat PK2, mersuara, Wafi’ mengantongi suara terban- eka yang �dak memilikinya ibarat ‘manusia setengah mahasiswa’. (v3/rzl/gib) yak. Namun 50 hari setelah dilakukan perhitungan suara, tepat sehari sebelum pelan�kan jabatan, Wafi’ dinyatakan �dak
KAVLING 10 | 21
Iklan Layanan Masyarakat ini Dipersembahkan oleh LPM Kavling 10
K
R
TU
KH
.A AV
UAPKM-UB MENGUCAPKAN
SELAMAT ATAS DIWISUDANYA kepada :
FAIZ NASHRILLAH S.P PEMIMPIN UMUM 2010-2011
DHEA CANDRA DEWI S.AP KORDINATOR MEDIA 2010-2011
HARYO KUNTO WIBISONO S.AP, M.AP KORDINATOR LITBANG 2007-2008
Selamat Menempuh Fase Kehidupan yang Baru!
PPMI KOTA MALANG & LPM KAVLING 10
MENGUCAPKAN
SELAMAT DAN SUKSESNYA ACARA
MUSYAWARAH KERJA NASIONAL (MUKERNAS)
PPMI NASIONAL
“Awasi Pelaksanaannya, Adukan Pelanggarannya” -PPMI Kota Malang-
WWW.PERSMA.COM CP ; 088992053611 ( Edo )
2012
WAWANCARA Wawancara Eksklusif :
Ovan Tobing (Pendiri Arema)
“Sejarah Arema adalah
S
KAV. ZAHRA
Sejarah Nurani” iang yang cerah (4/5/12) membawa kami meluncur ke stasiun radio mini, radio Senaputra FM, tepat di jantung kota Malang. Langkah kami kemari bukan tanpa alasan, kami ingin menemui sosok yang pernah menjadi bagian dari saksi sejarah Arema. Lewat perawakannya yang masih gagah meski sudah dimakan usia dan suaranya yang menggelegar namun tetap santun, tanpa sungkan Ovan Tobing pun bersedia membagi kisahnya ke�ka pernah mencicipi peran sebagai manajer di Arema. Meski beliau keturunan Batak-Sulawesi, akan tetapi kecintaan dan kebanggaannya terhadap Arema tak pernah padam. Berikut seklumit percakapan kami dengan Ovan Tobing :
nomor satu untuk urusan sepakbola yang dulunya bernama Galatama. Kemudian beliau menyarankan saya untuk membuat klub sepakbola Galatama di Malang. Melalui proses panjang akhirnya terbentuklah �m ini. In�nya, agar bisa membawa nama Malang, dulu kan Malang �dak terlalu dikenal orang malah lebih dikenalnya Kota Batu.
Mungkin bisa cerita bagaimana peran Bung Ovan ke�ka menjadi manajer Arema?
Bukan. Dari Sumatera. Tapi kan minimal saya sudah memberikan sesuatu untuk orang Malang.
Saya salah satu pendiri Arema pada tahun ’87an. Saya orang yang mencetuskan nama Aremania. Dulu sewaktu bikin Arema pikirannya apa sih? Waktu itu saya masih di Persema, kemudian Persema menghadapi pertandinagn sulit lalu saya mengundang pak Acub Zainal atas ijin dari putranya. Beliau adalah orang
24 | EDISI II/XXIX/2012
Dulu waktu mendirikan Arema usia berapa? Ya masih semangat-semangatnya. Sekitar umur 30an. Bung sendiri asli Malang?
Apa saja hambatannya mendirikan Arema? Kurangnya prestasi. Dulu awalnya kalahan. Masalah keterbatasan dana dan waktu juga, klasiklah. Dulu orang Malang lebih ganas mangkanya ke�ka kalah selalu dipisuhi, tapi namanya kalah ya terima saja. Tapi bukan berar� kita larut kan, mikir gimana biar bisa menang. Kemenangan itu suatu kerinduan buat kita.
WAWANCARA
Kapan awal mula jaya-jayanya Arema ?
Bagaimana dengan Arema yang sekarang?
Waktu tahun ‘91-‘92 kita juara. Ke�ka saya manajernya. Kita mulai diawal terseokseok tapi di akhir musim selalu jadi lima besar. Kita �dak pernah sampai terancam. Melalui proses jatuh bangun, setapak-setapak bisa jalan lalu mulai naik. Kemudian eranya menjadi meledak-ledak ke�ka arema mulai di takeover oleh Bentoel. Itulah ke�ka Arema mulai punya mimpi untuk menjadi juara lagi.
Kalau Arema sendiri sekarang sudah lebih terbuka dan sudah banyak yang mengklaim bahwa “saya adalah bagian dari Arema”. Banyak yang mengatakan bahwa “saya bukan orang Malang” tetapi justru banyak yang belajar menger� arema, belajar sedikt sedikit bahasa Arema yaitu bahasa walikannya.
Dulu arema adalah klub bola lalu sekarang menjamur menjadi sebuah suporter besar, menurut Bung Ovan sendiri bagaimana? Sebetulnya kita juga �dak menduga akan menjadi seper� ini, akan menjadi sesuatu yang dibanggakan. Karena memang awalnya arema kan klub sepakbola. Keinginannya beberapa orang yang memikirkan Arema itu adalah malah mempunyai sebuah kebanggan memiliki sepakbola. Waktu itu kan sudah ada Persema, tetapi kebanggan itu seper� ada yang kurang sampai lahirlah nama kesebelasan , karena awalnya dulu nama arema kan kesebelasan. Sebenarnya nama arema sebelum ada kesebelasan Arema sudah dipakai bertahun-tahun lalu oleh banyak pihak tetapi masih cenderung berkonotasi dunia kekerasan, jadi �dak semua orang mau mengaku bahwa “saya adalah Arema” -is�lahnya preman-. Sehingga diawal munculnya kesebelasan arema ini saya adalah orang yang menjadi langganan untuk diindoktrinasi oleh pihak keamanan. Bolak-balik saya dipanggil. Karena mereka mendengar arema ini akan lahir menjadi besar, jadi pihak keamanan pun berfikiran bahwa saya akan mengumpulkan orang-orang jalanan dan itu memakan waktu berbulan-bulan. Hal ini karena kekhawa�ran dan kurangnya penger�an. Sampai nama itu menjadi demikian besar. Banyak orang Malang yang menganggap bahwa itu menjadi suatu kebanggaan yang kemudian bisa kita lihat sekarang bahkan siapa pun �dak enggan dan �dak senggan untuk mengaku sebagai Arema.
Tapi kenyataanya sekarang terjadi dualisme padahal taglinenya “satu jiwa”? Dualisme kan terjadi karena ada orang-orang yang semua ingin menguasai. Ar�nya, jika Arema ini sudah mencapai pada proses yang demikian besar sehingga �dak ada satupun perusahaan yang �dak melirik Arema. Untuk bisnis mereka nama ini sangat luarbiasa bahkan saya merasa untuk poli�k nama ini sangat laku jual. Nah, sebenarnya dualisme ini dimulai dari beberapa orang-orang tertentu, dimana orang-orang tertentu mengklaim bahwa mereka membeli arema kemudian mereka memiliki Arema. Dalam satu hal secara hukum mungkin mereka bisa membeli dan memiliki, tetapi �dak ada satupun manusia didunia yang bisa membeli nurani. Sejarah arema adalah sejarah nurani Mengapa Bung lebih memilih untuk bergabung di ISL? Karena kawan-kawan yang mengelola ISL yang datang kepada saya, datang lebih dulu. Meminta saya untuk mau muncul di Kepanjen. Ya kalau orang-orang IPL yg mungkin datang lebih dulu ya mungkin saya bergabung dengan mereka. Karena munculnya dualisme ini membuat saya kemudian mundur dan �dak breaksi. Mungkin karena �m makin baik, saya �dak tahu. Ke�ka saya di Kepanjen penontonnya pun meningkat, itu bukan karna saya tapi karna mereka menyukai satu hal. Kemenangan. Kemudian idola. Kemanapun idolanya ada ya kesana mereka pergi. Itulah orang indonesia. (zhr/krn/al)
KAVLING 10 | 25
SURVEY IDENTIFIKASI EKSISTENSI
KEIDENTITASAN AREMA K
eiden�tasan suatu unit masyarakat tentu mendeskripsikan karakterisasi suatu unit yang secara spesifik dan totalitas memiliki perbedaan ciri baik secara biologis, sosiologis, maupun psikologis dengan masyarakat lain serta menjadi dasar utama unit masyarakat tersebut dalam mengaplikasikan suatu �ndakan. Dalam lingkup pembentukannya, keiden�tasan suatu unit masyarakat tentu �dak terbentuk dengan sendirinya secara instan, terdapat beberapa kajian faktor yang dinilai menjadi basis utama pemersatu suatu unit masyarakat baik secara subjek�f maupun objek�f. Faktor subjek�f merujuk pada faktor yang secara sosial dan dinamis berasal dari dalam masyarakat yang dapat dijadikan unit pemersatu dalam membentuk suatu komunitas, seper� faktor historis, sosiopoli�k, basis psikona�vis�k, budaya lokal, primordialisme, basis etnosentris, basis stereotype, kecemburuan kolek�f, munculnya unit sosial tertentu yang mewakili komunitas kolek�f, dan aspek lainnya, sementara faktor objek�f merujuk faktor yang secara natural dan paten dapat dijadikan unit pemersatu dalam membentuk komunitas, seper� kondisi geografis, sumber daya alam, dan kondisi ekologis. Kedua faktor pemersatu tersebut, pada hakikatnya memiliki keterhubungan
26 | EDISI II/XXIX/2012
satu sama lain dimana suatu komunitas masyarakat seringkali menggunakan keduanya sebagai faktor pemersatu dalam membentuk suatu komunitas sosial dan menguatkan suatu keiden�tasan, salah satunya tercermin dari terbentuknya komunitas sosiona�vis�k Arema. Arema pada hakikatnya merupakan komunitas yang terbentuk melalui kombinasi faktor tersebut, dimana secara subjek�f, esensi psikona�vis�k, primordialisme, aspek historis, dan munculnya unit sosial pemersatu dijadikan sebagai basis establisi dan dinamisasi eksistensi komunitas, serta secara objek�f, faktor geografis berupa kesatuan wilayah Malang raya dijadikan pula sebagai basis utama pembentuk komunitas. Hal ini dikuatkan oleh hasil riset Litbang Kavling 10 dalam beberapa cakupan penjelasan berikut ini. Dasar Keiden�tasan Dasar keiden�tasan merujuk pada basis utama pembentuk iden�tas suatu unit kelompok masyarakat, dimana dari hasil survey yang telah dilakukan menunjukan bahwa 64% responden menyatakan bahwa esensi solidaritas na�vis�k yakni solidaritas se�ap orang dalam suatu unit masyarakat yang secara bersama-sama
membentuk suatu komunitas sosial dengan dilatari faktor pemersatu berupa kesatuan wilayah (Malang) secara geografis dimana se�ap unit masyaraktnya mendeskripsikan diri mereka sebagai Arema yang berasal dari Malang. Hal ini tentu merefleksikan faktor pemersatu masyarakat secara objek�f dalam konteks kesatuan wilayah dalam komunalisasi iden�tas, sementara secara subjek�f, 18% responden menyatakan bahwasanya Arema dipersatuakn oleh munculnya unit tertentu yang mewakili komunitas (masyarakat Malang) yakni berupa kemuncululan klub sepak bola Arema. Sementara itu, responden sebanyak 16% menjawab primordialisme sebagai faktor pemersatu, dan hanya 2% responden yang menjawab bahwa kecemburuan kolek�f masyarat lokal Malang terhadap pendatang sebagai faktor pemersatu Arema.
SURVEY
�tasan komunitas Arema, 56% responden bahwasanya solidaritas na�vis�k dan basis stereotype �dak lagi layak untuk dijadikan unit pemersatu en�tas Arema. Subjek Pengampu Iden�tas dan Dinamisasi Toleransi
Bicara mengenai subjek pengampu iden�tas Arema tentu erat kaitanya dengan karakterisasi personal masyarakat Malang berhubungan dengan eligibilitas dan kelayakanya dalam mengampu status Arema. Dalam konteks kontemporer saat ini, esensi pengampu iden�tas tersebut telah mengalami dinamisasi, dimana 70% responden menyatakan bahwasanya en�tas pengampu status Arema �daklah lagi haru masyarakat yang secara na�vis�k berasal dari Malang. Dalam lingkup dinamisasi toleransi, 76% responden yang secara na�vis�k berasal dari Malang pun menyatakan bahUnit-Unit Pemersatu wasanya masyarakat pendatang juga meDalam situasi kontemporer Malang miliki hak untuk patut menyandang status saat ini, unit-unit pemersatu komunitas Arema, 61% responden pun menyatakan Arema dinilai mengalami dinamisasi, di- bahwasanya mereka memiliki intensi unmana unit tersebut �dak lagi berkaitan tuk bersikap secara adil jika terdapat warga dengan hal-hal yang sifatnya sosiona�vis�k yang secara na�vis�k bukan bersal dari dan primordialis�k namun lebih cenderung Malang yang memegang jabatan pen�ng pada kemunculan unit baru yang merepre- dalam pekerjaanya di Malang (penghapusentasi masyarakat Malang secara kolek�f, san segregasi kecemburuan na�vis�k). Dari deskripsi diatas dapat disimhal tersebut dapat dilihat dari hasil survey pulkan bahwasanya Arema merupakan koLitbang Kavling 10 yang menunjukan 75% responden yang menyatakan bahwa klub munitas sosial na�vis�k masyarakat yang sepakbola Arema dinilai sebagai unit kokoh berkembang secara dinamis, dimana nilaiyang mempersatukan masyarakat Malang nilai segrega�f seper� primoridialis�k, kesaat ini. Serta 64 % responden menyatakan cemburuan na�vis�k, dan stereotype �dak bahwasanya klub sepak bola Arema �dak lagi dijadikan sebagai acuan pemersatu hanya dijadikan sebagai unit pemersatu komunitas, namun telah tergan�kan oleh namun juga simbol dari sikap bangga ma- budaya toleransi dan komunalitas unifisyarakat Malang terhadap budaya lokal kasi komunitas dalam satu unit pemersatu. dalam bentuk klub sepak bola. Sementara (Adl) itu, sebagai pendukung dinamisasi keiden-
KAVLING 10 | 27
SURVEY 64% 18% 16% 2%
Solidaritas Na�vis�k Munculnya Unit Representa�f terhadap Komunitas Primordialisme Kecemburuan Kolek�f terhadap Masyarakat Pendatang
PERSENTASE FAKTOR-FAKTOR
DASAR PEMERSATU AREMA YA
YA YA
TIDAK
TIDAK
Menurut Anda, apakah pembentukan klub sepak bola Arema merupakan simbol dari sikap terlalu bangga masyarakat Malang terhadap budayanya sendiri dalam bentuk klub sepak bola?
TIDAK Menurut anda, apakah esensi kecemburuan na�vis�k masih layak untuk dijadikan faktor pemersatu Iden�tas Arema?
Menurut Anda, apakah keberadaan klub sepak bola Arema menjadi faktor pemersatu yang kuat bagi en�tas Arema di masa sekarang?
UNIT-UNIT PEMERSATU
28 | EDISI II/XXIX/2012
INFO GRAFIS : ALI
SURVEY
SUBJEK PENGAMPU IDENTITAS YA
DAN DINAMISASI TOLERANSI
TIDAK
Menurut Anda, apakah pihak yang pantas menyandang status Arema haruslah warga Malang asli?
30%
YA
Jika anda warga Malang asli, apakah anda setuju dan memiliki intensi untuk bersikap adil terhadap warga yang bukan asli Malang yang baik yang memiliki maupun yang �dak memiliki jabatan dan posisi strategis tertentu di Kota Malang?
61%
YA
70%
39%
Jika anda warga Malang asli, apakah anda setuju jika warga luar Malang yang menjadi pendatang juga patut untuk menyandang status Arema?
76%
TIDAK
TIDAK
24%
Pengumpulan data dilakukan oleh Litbang kavling 10 melalui metode sampling terhadap 200 responden yang merupakan masyarakat Malang dari beragam latar belakang baik dari latar akademisi maupun non akademisi dari beragam profesi, serta yang secara na�vis�k berasal dari Malang dan luar Malang (pendatang) dalam melihat realita eksistensi dan dinamisasi komunitas Arema.
Iklan Layanan Masyarakat ini Dipersembahkan oleh LPM Kavling 10
MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY, KOK, HARUS MAHAL?
. ALI KAV
TULIS DAN KABARKAN!
Di Balik Lensa
Foto : Bayu Yoga | Teks : Ahmad Yani Ali Ovan Setiawan Kamera : Canon EOS 550D
API SEMANGAT
Lokasi : Malang
Merah membara bukti keberanian kami. Berani mendukung, berani memberikan semangat. Semangat ini yang ingin kami tunjukan.
FOTO : OVAN
Simbol, gambaran sebuah karakteristik yang mencerminkan kami. Kenapa singo yang kami pilih? Karena singo jelmaan dari diri kami. Berani dan Buas!
SINGO, OUR SYMBOL
FOTO : OVAN
SUMBER
PENGHIDUPAN Dia bukan Dewa ataupun Tuhan. Tapi bagi sebagian kecil dari kami, Arema tempat menggantungkan hidup kami untuk memperpanjang sisa hidup kami.
FOTO : BAYU
BERDIRI KOKOH
Menjulang tinggi, kokoh, kuat bak beton, kami tidak akan terkalahkan! Bukan tidak terkalahkan, menang karena kami menjunjung tinggi sportiďŹ tas bermain. FOTO : OVAN
Mereka bukan pahlwan bagi kami. Mereka adalah para kawanan singo yang siap mencakar jaring gawang lawan.
FOTO : OVAN
TIM KESAYANGAN
KANDANG SINGO
Disini tempat kami beradu padu dalam satu riuh suara buas! Riuh kekompakan dalam satu aba-aba.
FOTO : OVAN
FOTO : OVAN
WE ARE AREMANIA Dalam satu naungan bendera. Bukan bendera partai atau bendera tanda peperangan. Tapi bendera persatuan. Because we are AREMANIA!
Space buat BCA
KAV. OVAN
GAZEBO
JADILAH SUPORTER BAIK !
F
ana�sme bisa hadir dimana saja. Bisa melalui fana�sme golongan, partai, komunitas maupun �m olahraga. Fana�sme sendiri didefinisikan sebagai suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang posi�f atau yang nega�f, pandangan ini dianut secara mendalam sehingga susah diubah. Dalam olahraga dapat dibagi menjadi dua kelompok penikmat sebuah pertandingan, yaitu penonton dan supporter. Penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara itu suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat ak�f. Di lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fana�sme terhadap �m. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai suporter terloyal. Dan hal itu dibuk�kan dengan �ngginya angka ratarata kepadatan stadion di Indonesia yang
bisa mencapai 96%. Indonesia berdasar penelusuran sebuah Firma Sport Marke�ng yang berbasis di Inggris, Ini�a�ve Futures Sport+Entertainment, suporter sepakbola di Indonesia termasuk paling fana�k di dunia. Dari da�ar yang telah dirilis tahun 2012, Indonesia masuk dalam urutan �ga besar di dunia setelah Inggris dan Argen�na. Hal ini menjadi sesuatu yang membanggakan sekaligus mengkhawa�rkan. Fana�sme dipandang sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok yang �dak jarang dapat menimbulkan perilaku agresi. Individu yang fana�k akan cenderung kurang memperha�kan kesadaran sehingga seringkali perilakunya kurang terkontrol dan �dak rasional. Sepak bola bisa melahirkan faham rasis, pada pihak-pihak yang “kebablasan” dalam mendukung klub kebanggannya. Di tangan orang-orang seper� mereka, konsep hooligan dan rebelion menjadi landasan
KAVLING 10 | 39
GAZEBO
utama untuk menghalau infiltrasi tekanan dari rival seterunya. Alhasil, fana�sme ini bisa berujung pada kekacauan, pertengkaran bahkan pada �ndak kriminal. Cemooh, siulan, sorakan, dan pemajangan-pemajangan poster bernada nega�f bisa membuat �m lawan menjadi down atau emosi sebelum bermain yang akibatnya akan membuat konsentrasi mereka di lapangan hijau menjadi terganggu. Ada beberapa kawasan di negara-negara baik di Eropa maupun Asia yang memiliki pendukung yang cukup fana�k dalam dunia sepakbola. Contohnya adalah negara kawasan bagian Amerikan Selatan, Brazil dimana supporter fana�knya sangatlah banyak. Kemampuan negara ini menghasilkan bintang-bintang sepak bola berkelas menjadikan sepak bola sudah seakan-akan menjadi budaya dalam masyarakatnya. Terbuk�, dalam se�ap pertandingan yang digelar, angka jumlah supporter minimal yang dimiliki oleh Brazil adalah 93% dari jumlah penonton yang ada, atau dengan kata lain bisa dikata selain manula dan anak-anak, bisa dipas�kan orang dewasa di Brazil pas� akan dengan senang ha� menonton �m kesayangan mereka se�ap kali berlaga di lapangan hijau. Di Eropa terdapat banyak kantongkantong supporter fana�k. Salah satunya Jerman, Tingkat jumlah supporter minimal Jerman adalah 85% �ap pertandingan. Klub yang paling banyak memiliki supporter adalah Bayern Munich dan Hertha Berlin. Kemudian ada Inggris, sebagai negeri yang mengklaim dirinya sebagai asal sepak bola, sangat bisa dimaklumi jika Inggris memiliki jumlah supporter yang �dak sedikit. Bahkan jika boleh dikata, Inggris-lah satu-satunya negara di dunia yang memiliki supporter paling fana�k. Basis supporter fana�k Inggris berada di Manchester United dan
40 | EDISI II/XXIX/2012
Liverpool. China merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat di Asia. Tak heran jika jumlah supporter di negara ini pun tak sedikit. Saat ini persepakbolaan di negeri �rai bambu ini tengah menggeliat. China sedang menyusun diri guna mengangkat reputasi diri mereka dalam dunia sepak bola. Terbuk�, mereka sangat open terhadap masuknya pemain-pemain eropa yang diharapkan dapat membagi ilmunya bagi sepak bola China. Secara jumlah �ngkat kepadatan, sebenarnya Indonesia masih berada di atas Brazil dan Jerman dengan �ngkat kepadatan supporter sampai dengan 96 persen. Sayang tradisi sepak bola yang masih kurang kental menjadikan jumlah supporter yang ada di Indonesia �dak berbanding lurus dengan prestasi yang diraih negara ini. Terlalu banyaknya suporter yang ada di Indonesia, legenda sepak bola Franz Backenbeur merasa sangat terkejut dengan �ngginya animo masyarakat Indonesia terhadap sepak bola. Backenbeur menilai dengan supporter seper� itu Indonesia akan mampu menjadi kekuatan baru di sepak bola di masa depan. Indonesia memang sangat dinilai berlebihan dalam masalah suporter dimana beberapa suporter yang cukup fana�k akan memberikan dampak yang baik maupun buruk dalam pertandingan sepakbola. Tetapi dampak biaknya masih bisa dilihat saat �mnas Indonesia bertanding dengan �mnas-�mnas dari negara lain. Di Indonesia juga terdapat beberpa supporter fana�k yang militan seper�: 1. Aremania, Arema Malang 2. Bonek, Persebaya Surabaya 3. The Jakmania, Persija Jakarta 4. Viking, Persib Bandung 5. The Macz Man, PSM Makasar Militansi dalam dunia supporter
sepak bola memang sudah menjadi kelaziman dalam mengawal pertandingan sebuah �m kesayangan. Maka tak mengherankan segala daya dan upaya dilakukan untuk membantu perjuangan �m mencapai hasil yang maksimal. Tapi seiring dengan itu, terkadang arogansi dan vandalisme mengiringi langkah para supporter dalam membela �m kesayangannya. Namun, bagaimanapun juga hadirnya suporter di lapangan sangat pen�ng bagi sebuah �m. Dimana para pemain seper� mendapatkan energi dan tenaga tambahan untuk bertanding di lapangan. Jadi bisa dibayangkan kan, apa jadinya sebuah �m sepak bola tanpa suporter? Layaknya sebuah masakan tanpa garam, hambar tak berasa. Meskipun ulah mereka terkadang meresahkan, atau bahkan sering berubah menjadi anarkis, namun kehadiran mereka di sebuah stadion sepak bola adalah elemen pen�ng dalam sebuah pertandingan. Jadilah Suporter yang Baik Untuk mendukung �m kesayangan kita �dak harus bersikap anarkis. Seolah memperlihatkan kekuatan massa yang lebih banyak kemudian bersikap anarkis. Selain dapat menyebabkan jatuhnya korban luka maupun jiwa juga bisa merugikan �m kesayangan yang kita dukung. Seper� terkena sanksi atau di diskualifikasi dari kompe�si maupun jadi menderita kerugian ke�ka stadion kebanggaan harus rusak karena tawuran yang seharusnya bisa dihindari. Beberapa �ps menjadi supporter yang baik ha� ialah: 1. Tanamkan bahwa sepakbola hanya sebuah pertandingan yang menang dan kalah sudah biasa terjadi. 2. Jadikan dukungan sebagai wahana untuk
GAZEBO
berlomba mendapatkan penghargaan sebagai pendukung fair play. 3. Jangan takut kalah, walaupun �m yang kita dukung kalah kita harus menghargai usaha keras para pemain, pela�h dan manajemen �m. 4. Hilangkan rasa egois berlebihan. Kalau ini di biarkan maka kita akan merasa paling hebat dan sombong. Hal ini seringkali akan berakibat pada percecokkan karena �dak mau dirinya direndahkan atau ada kelompok lain yang merasa superior. 5. Senyum dan puji �m kesayangan walaupun kalah dalam pertandingan. 6. Menghargai �m lawan ke�ka mereka menang dalam pertandingan juga jangan menghina �m lawan ke�ka kalah bertanding dengan �m yang kita dukung. 7. Saling menghargai antar supporter baik pada pendukung �m yang sama maupun bukan. 8. Terus memberikan dukungan pada �m kesayangan. Semua orang yang menonton pertandingan sepakbola baik antar klub maupun dengan negara lain pas� ingin menyaksikan pertandingan dengan nyaman dan merasa aman tanpa harus was-was takut setelah pertandingan akan terjadi tawuran antar suporter. Bukan hanya pemain yang harus menjunjung semnagat supor�fitas tapi semua suporter juga harus melakukan hal yang sama. Selain itu hak pen�ng yang harus ditanamkan dalam diri suporter adalah rasa nasionalisme. Bahwa meskipun kita mendukung klub kesebelasan yang berbeda kita tetap satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Karena itu kita wajib menjaga keter�ban dan keamanan bersama, Jadikan persaingan antar klub sepakbola sebuah persaingan yang sehat untuk saling memberikan mo�vasi agar lebih maju. Demi majunya persepakbolaan Indonesia. (bay)
KAVLING 10 | 41
BALKON M
SAVE STREET CHILDREN BERSAMA ANJAL
omentum untuk beraksi melakukan kegiatan sosial terkadang menemui suatu hambatan. Masalah fasilitator yang acapkali menjadi kendala telah tertepis dengan terbentuknya komunitas yang menamai dirinya Save Street Children (SSC). Komunitas yang mengusung nilai sosial �nggi ini memfokuskan perha�an mereka pada anak-anak jalanan (Anjal) di kota Malang. Komunitas yang awalnya hanya dibentuk oleh lima orang itu, kini telah beranggotakan sekitar dua puluh orang lebih. Se�ap anggota yang bergabung �dak dibatasi umur ataupun darimana mereka berasal. Terbuk� bahwa semua anggota yang bergabung berasal dari berbagai kalangan dan berbagai universitas di Malang, baik negeri maupun swasta. Seper� UB (Universitas Brawijaya), UNM (Universitas Negeri Malang), UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) dan beberapa universitas lainnya. Bukan perekrutan anggota secara besar-besaran yang mereka lakukan, melainkan informasi dari mulut ke mulut yang membuat mereka kenal akan adanya komunitas sosial ini. Siapapun yang ingin bergabung akan langsung diterima dengan tangan terbuka oleh se�ap anggota di SSC. Se�ap individu yang tergerak ha�nya untuk membantu sesama berkumpul dalam komunitas ini. Komunitas yang dibentuk pada 6 Maret 2012 ini mengusung misi sosial yang diharapkan dapat melakukan berbagai kegiatan bermanfaat antar manusia. Kegiatan SSC terfokus pada anak-anak jalanan. Walau masih baru terbentuk, mereka berharap bahwa kegiatan sosial ini dapat terus berjalan. Komunitas SSC ini �dak hanya ada di Malang saja, tetapi di luar Malang seper� di Surabaya, Bandung, dan Medan juga terdapat komunitas yang sama, serta memiliki visi dan misi yang sama pula. Awal mula terbentuknya SSC di Malang dilatarbelakangi oleh ajakan salah satu rekan mereka dari SSC Surabaya. Ajakan untuk mem-
42 | EDISI II/XXIX/2012
bentuk komunitas yang sama tersebut diterima dengan antusias oleh sejumlah sahabat yang berdomosili di Malang. Niat tulus itu akhirnya terwujud dengan melahirkan Komunitas SSC di Malang. Dalam perjalanan karirnya, komunitas ini mempunyai dua agenda yang wajib dijalankan. Agenda pertama akrab disebut “Weekend Seru”, yaitu agenda kegiatan yang dilakukan teman-teman SSC se�ap satu minggu sekali. Dan agenda kedua dinamakan “Happy Vaca�on”, yaitu agenda kegiatan anggota SSC yang dilakukan dua bulan sekali. Hanya dari namanya, dapat dilihat bahwa kedua agenda ini sangat menyenangkan. Dan pada kenyataannya, kedua agenda tersebut memang betul sangat menyenangkan. Hal ini karena serangkaian acara dalam kedua agenda tersebut diatur agar tercipta suasana yang santai dan menyenang bagi mereka dan tentu saja bagi anjal. Kegiatan teman-teman SSC pada hari Selasa ( 5/6 ) merupakan kegiatan perdana serta termasuk kegiatan “Weekend Seru”. “Berkunjung ke Penampungan Anjal (Anak Jalanan) di daerah Sukun ini adalah acara perdana kami”, terang Anita, mahasiswi FIA (Fakultas Ilmu Administrasi) UB (Universitas Brawijaya) sekaligus Bendahara SSC. Kegiatan perdana yang dimaksudkan adalah kegiatan yang dilakukan di suatu tempat, pernah sebelum kegiatan ini berlangsung, mereka telah melakukan pembagian seratus susu kepada masyarakat yang sedang berlalu lalang di jalanan sekitar area kampus ITN (Ins�tut Teknologi Nasional), Arjosari, dan Rampal. Kegiatan di Sukun kali ini bisa dikatakan kegiatan pertama yang dilakukan para anggota baru di SSC. Karena di hari itu para anggotanya masih banyak yang berkenalan dengan anggota lain karena baru pertama kali bertatap muka. Maklum, sebagian besar dari mereka untuk berkomunikasi satu sama lain, selama ini hanya melalui jejaring sosial. Merencanakan keg-
iatan, membicarakan isi kegiatan, dan berbagai hal yang berbau persiapan kegiatan seringkali mereka lakukan melalui jejaring sosial. Persiapan untuk melakukan kegiatan di Sukun ini dibutuhkan waktu satu minggu. Dalam persiapannya, telah dilakukan pemilihan penampungan mana yang akan dikunjungi, pemesanan susu dan kue, serta pembuatan permainan yang akan ditunjukkan kepada adik-adik di penampungan dan tentu dengan sendirinya akan memupuk kekompakan dari para anggota SSC. Pembagian tugas yang merata dan pengorbanan yang dilakukan dengan sukarela tersebut diharapkan bisa membuat adik-adik anjal merasa senang serta bahagia ke�ka menerima pemberian yang tulus ikhlas dari mereka. Hari yang ditungu-tunggu itupun �ba. Sebelum teman-teman SSC berkunjung ke tempat tujuan, mereka berkumpul di rumah Ika, ketua SSC, yang tak jauh dari tempat Penampungan Anjal untuk melakukan briefing. Dalam acara persiapan tersebut, dilakukan sambutan atas bergabungnya beberapa anggota baru dan pengecekan kembali kesiapan pani�a terhadap tugasnya pada hari itu. Dan setelah mendapat jawaban atas kesiapan para pani�a dan anggota, Ika memimpin doa. Tepat pukul 18.00 WIB mereka berangkat menuju penampunagan anjal dengan mengendarai sepeda motor. Disana, di tempat penampungan, adikadik yang ingin mereka temui telah siap menan� kedatangan mereka. Duduk berjajar rapi seakan menan� kedatangan kakak-kakak mereka yang datang dari jauh. Untuk menunjukkan kepedulian kepada mereka, teman-teman dari SSC merasa �dak perlu melakukan serangkaian kegiatan yang muluk-muluk. Asal apapun yang dilakukan berlatar belakang keikhlasan dan ketulusan untuk sesama, itu sudah cukup. Yang mereka lakukan disana hanyalah belajar, bermain, dan menghabiskan waktu bersama. “Isi dari kegiatan perdana ini adalah pembagian susu dan kue kepada para anjal”, ujar Anita. Awal acara dibuka oleh saudara Ika. Sangat atrak�f dan ramah ke�ka dia menyapa adik-adik disana. Sedangkan anggota SSC yang lain duduk menyebar membaur dengan
BALKON
adik-adik mereka disana. Suasana yang hangatpun �mbul, di saat Ika mengungkapkan bahwa mereka akan membagikan susu untuk adik-adik, tawa riuh dan teriakan gaduh diiringi sorak sorai pun bergemuruh. “Ada yang mau susu?”, teriak Ika pada adik-adik disana. “Mauuuuuuuu!!!!!!”, teriak mereka nyaris bersamaan. Sangat keras dan bersemangat. Pani�a pun mengatur adik-adik agar berbaris dan segera membagikan susu serta kue. Dalam hitungan menit bahkan de�k, beberapa anjal telah menghabiskan susu yang mereka dapat. Tak lupa di sela-sela waktu yang mereka habiskan bersama diselingi oleh obrolan ringan dan permainan yang mengundang tawa. Di hari itu kedekatan merekapun terjalin. Tak butuh waktu lama untuk bisa membaur bersama adik-adik di penampungan. Membuat mereka senang di hari itu sudah merupakan kebahagiaan bagi rekan-rekan SSC. Kegiatan SSC bertujuan untuk menunjukkan kepada para Anjal bahwa masih ada orang-orang yang memiliki kepedulian kepada mereka. “Tujuan dari kegiatan kami adalah untuk menunjukkan kepada para anjal bahwa kami peduli pada mereka”, jelas Arsyad, sekretaris SSC. “Kami juga berharap kegiatan kami dapat memo�vasi mereka (Anjal)”, jelas mahasiswa FIA tersebut pada reporter kami. Pukul 20.00 WIB dijadwalkan kegiatan akan selesai. Kegiatan perdana tersebut berjalan dengan lancar. Kegiatan dari teman-teman SSC �dak berhen� sampai disini. Untuk kegiatan selanjutnya, Komunitas SSC melaksanakan kegiatan jual baju bekas pada 9 Juni 2012. Dan tentunya beberapa kegiatan yang telah tersusun sebagai agenda SSC yang wajib untuk dilaksanakan. Kebahagiaan Anjal di hari itu semoga memberi mereka mo�vasi dan semangat baru dalam menghadapi liku jalan kehidupan. Betapa beruntungnya bagi kita yang bernasib jauh lebih baik dari Anjal itu. Kesempatan besar untuk membantu orang lain sangat jarang sekali muncul namun banyak sekali kesempatan-kesempatan kecil di sekeliling kita untuk membantu sesama. Karena itu, tak ada salahnya bila kita saling peduli antar sesama. (krn)
KAVLING 10 | 43
SASTRA Amplop Pu�h Panjang Lusuh
K
Riezky Vieramadhani*
uhempaskan diriku disebuah kursi kayu panjang berwarna pu�h. Sebuah pohon berdaun rimbun yang ku tak tahu jenisnya menaungi dengan rindang tempatku kini duduk. Kutatap kedepan, bangunan itu menjulang �nggi dihadapanku. Sebuah rumah sakit yang cukup terkenal dikota kelahiranku. Sebersit keraguan muncul, menundaku melangkahkan kaki kedalam. *** Aku seorang pria berusia akhir 20an yang sedang menan� kenaikan karir disebuah perusahaan ternama. Secara financial aku berkecukupan. Tapi berkecukupan tak selalu membuat hidup seseorang bahagia. Sejak kecil aku percaya bahwa aku terlahir untuk bermain bola. Selepas SMU aku bercita-cita melanjutkan ke sebuah sekolah sepak bola di negri ini. Akan tetapi benar kata orang, bahwa �dak semua hal yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Hal itu juga berlaku untukku. Dibesarkan dalam sebuah keluarga dimana kedua orang tua maupun kakakku satu-satunya menekuni profesi sebagai pengajar, membuatku menyadari bahwa takdirku kelak akan menjadi pengajar seper� mereka. Pada akhirnya, egoku melawan ayahku. Kupikir, kenapa mereka tak merelakan aku saja aku, toh mas Anto su-
44 | EDISI II/XXIX/2012
dah bersedia menjadi guru SMP seper� yang mereka mau. Hidup ma�ku hanya untuk bola. “Ini hidupku! Kenapa ayah tak mau menger� itu bu?” tuntutku pada ibu yang saat itu memberitahuku bahwa aku harus mengiku� tes masuk perguruan �nggi untuk menjadi seorang guru seper� �tah ayahku. Ibu hanya mengelus kepalaku dengan lembut sambil meni�kkan air mata. *** Semakin mendeka� hari pelaksanaan tes masuk perguruan �nggi, suasana dirumah tak lagi membawa kedamaian seper� yang kurasakan sebelumnya. Ayah tak juga menyerah dengan tekadnya. “Kalau kau begitu suka dengan sepak bola, kenapa kau tak jadi guru olahraga saja?” ayahku masih mencari-cari alasan untuk membuatku menjadi seorang pengajar, seorang guru. “Aku tak mau jadi guru ayah, aku mau jadi pemain bola,” jawabku. “Mau jadi apa kau? Mau kau beri makan apa anak dan istrimu kalau kau hanya main-main saja dengan bolamu itu?” teriak ayahku. “Pemain bola juga punya penghasilan ayah,” belaku. Tapi itu tak lagi mempan. Penda�aran tes masuk perguruan �nggi di-
tutup beberapa hari lagi. Aku tahu segala resiko yang kuambil. Aku bertanggung jawab sepenuhnya dengan hidupku. “Kalau kau tetap mau melanjutkan sekolah bola, silahkan kau cari biaya sendiri dan pergi dari rumah ini!” itu adalah katakata terakhir ayah yang kuingat. Seke�ka itu aku langsung mengemasi barang-barang dan pergi dari rumah. Aku �nggal dari rumah satu teman kerumah teman yang lainnya, mencegah agar tak ada yang menemukanku. Aku bertekad untuk membuk�kan bahwa aku berhasil. Bahwa aku bisa hidup, dan sukses karena pilihanku. Sejak saat itu aku tak lagi berminat pada bola. Aku bekerja dan melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri. Tak mudah memang, tapi aku akan membuk�kan bahwa aku bisa dan ayah salah. Hampir 10 tahun aku tak pulang. Aku akan pulang ke�ka aku sukses. Akan kutunjukkan pada ayah bahwa untuk bisa sukses tak harus menjadi guru. *** Kulangkahkan kaki menuju pintu masuk rumah sakit. Ah, seper� mimpi rasanya aku berada disini. Kutanya pada seorang suster tentang letak sebuah kamar bernomor. Selanjutnya langkahku menyatu dengan otakku, berjalan tanpa kusadar betul. Beberapa koridor dan belokan rasanya telah kulalui sebelum akhirnya kulihat nomor kamar itu. Tak salah lagi. Terhuyung aku berjalan tak percaya. Kupegang ganggang pintu dan kubuka. Cklek! Suaranya membuat seluruh orang dalam kamar itu memandangku. Tidak. Tidak semua orang memandangku. Ada sepasang mata yang tetap tertutup meskipun aku telah memasuki ruangan. Sepasang mata milik lelaki tua yang rambutnya penuh uban dengan kulit kriputnya. Seorang wanita tua menubruk
SASTRA
memelukku hingga rasanya aku akan terjungkal andai tangan mas Anto tak merangkulku tepat waktu. Ya, sudah 10 tahun lamanya dan banyak yang berubah. Ada wajah-wajah baru yang tak kukenal sebelumnya, istri dan anak mas Anto. Wanita tua yang tadi memelukku adalah ibuku, sedangkan ayahku memilih untuk �dur disaat kedatanganku. Kuhampiri tempat �dur itu. Kupandangi rambutnya, matanya, alisnya, hidungnya, pipinya, bibirnya... Tak ada garis kekerasan yang muncul diraut wajahnya seper� dulu. Laki-laki ini ayahku. Kugoyangkan sedikit bahunya. Berharap sebuah sentakan kecil dari matanya. Tapi dia memilih untuk tetap ter�dur. Tetap ter�dur walau aku telah datang. Rasanya seluruh jiwaku tercabut bersamaan dengan syara�u yang memaksaku menyadari bahwa lakilaki tangguh ini telah �ada. Kini kelebatan kenangan dimasa lalu melintas dipikiranku. Membuatku semakin tak kuasa menahan air mataku. Kuingat kata-kata yang sering diucapkan ayahku sepulang aku mengaji dulu. Terkadang seorang ayah memang harus bersikap keras kepada anaknya. Tapi sekeras apapun seorang ayah, dia tetap seorang ayah yang menyayangi anaknya. “Ayah selalu menunggumu kembali untuk memberimu ini,” ibu yang masih terisak memberiku sebuah amplop pu�h panjang lusuh yang masih tertutup. Saat kubuka isinya sebuah tabungan atas nama ayahku. Diamplop itu tertulis, “Biaya sekolah bola Andy”. Tulisan tegak bersambung khas seorang guru SD.
*Mahasiswi Psikologi 2008 Awak Media Kavling 10
KAVLING 10 | 45
SASTRA Cerita Tentang Ibu Ariska Puspita Anggreini*
S
eper� ikan asin yang di goreng. Begitulah nasib kabar itu sekarang. Kabar bahwa ibuku seorang wanita malam. Tentu saja aku tak percaya. Aku yakin, bapak pas� memilih wanita baik-baik sebagai pendamping hidupnya. Sorot mata ibu-ibu itu membuatku tak nyaman. Walau hanya sekedar membeli gula diwarung. Terlebih lagi jika mulut nyingnying mereka mulai menyindirku. Sungguh rasanya dada ini sesak. Hingga ha� ini tersengat. “Baru beli, nih”, celetuk Mbak Marni saat aku memarkir motor supraku. “ Ya, maklumlah, kan sekarang sering lembur”, �mpal Bu Ari. “ Pas� banyak pelanggan, ya?” tambah Mak Eno tak mau kalah Tak ku pedulikan mulut ular mereka. Cepat-cepat aku meninggalkan warung dan menstater motor. Pantas saja ibu melarangku memakai motor kalau hanya pergi ke warung. Tapi, semua sudah terlanjur. Waktu tak mungkin bisa di undur. Dan ini semua karena ulahku. Mengapa memilih melaju dengan supra? Padahal dengan jalan pun tak akan membuatku terluka. Aku masih ingat. Bagaimana usaha almarhum bapak untuk mendapatkannya. Beliau rela mencari tambahan kerja. Lalu mengumpulkan lembar demi lembar rupiah hanya untuk menuru� pinta putri
46 | EDISI II/XXIX/2012
semata wayangnya. Hingga akhirnya, dua bulan setelah kema�annya. Tepat saat aku berusia delapan belas tahun. Motor hitam itu datang sebagai hadiah untukku. Kini dengan teganya mereka menuduh motor itu dari hasil ibuku menjual harga diri. Anak sang wanita malam. Seper� label yang sudah tertempel di jidatku. Begitulah nasib diriku sejak kema�an bapak. Mereka mengucilkanku. Bahkan ibuku. Hampir �ap malam aku menangis memikirkan omongan mereka. Tapi, lihat. Ibu hanya tersenyum. Seolah kata-kata pedas yang mereka lontarkan adalah pujian baginya. Gaji bapak sebagai guru honorer memang tak meninggalkan jutaan warisan untuk aku dan ibu. Sejak kema�an bapak, ibulah yang mengan�kan peran sebagai penyangga ekonomi keluarga. Saat petang menjelang, ibu selalu keluar rumah dan kembali saat matahari terbit. “Bu, lebih baik ibu cari pekerjaan lain sajalah. Kalau ibu tetap bekerja seper� sekarang, aku yang malu, Bu”, pintaku dengan nada naik lima oktaf. Seolah menger� dengan gemuruh dalam dadaku, ibu mengelus pipiku. “Ibu mencari uang agar kau bisa sekolah se�nggi-�ngginya. Tidak seper� ibu yang hanya tamatan SMA.” Sungguh aku tak menger� apa yang ada dalam pikiran ibu. Aku memang lebih dekat dengan almarhum bapak. Sering kali aku berselisih paham dengannya. Namun kali ini, aku tak bisa mentolerirnya lagi. Perasaan curiga pada ibu pun mulai meracuni kepalaku. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk mengintai ibu saat beliau bekerja. Malam �ba. Aku pun memulai aksiku. Sungguh aku tak percaya. Ibu ,orang yang melahirkanku memasuki sebuah klub malam. Aku benar-benar tak sanggup meli-
SASTRA
hatnya. Bahkan aku merasa malu memanggilnya ibu. Aku hen�kan sejenak langkahku. Sindiran tajam mereka kembali tergiang di pikiranku. Hingga aku kehilangan jejak ibu. Ku edarkan pandanganku di seluruh penjuru klub. Disana, aku melihat seorang pemuda muntah karena efek alkohol. Tiba�ba hadir sosok ibuku sedang menolong pemuda itu. Kemudian ibu membersihkan lantai yang terkotori oleh muntahan pemuda tadi. Saat pengunjung asyik berdansa, aku melihat ibu sedang membersihkan toilet. Bahkan, saat pengunjung mulai sepi ibu membersihkan seluruh rungan di klub malam itu. Mulai dari sisa botol alkohol yang berserakan hingga putung rokok yang berantakan, beliau bersihkan dengan sabar. Tak kulihat sedikit pun gurat lelah di wajahnya. Padahal, saat pagi hari pun ibu masih harus menyiapkan makanan untukku. Belum lagi harus merawat nenek yang sudah sakit-sakitan. Aku menyesal telah mempercayai mulut ular mereka. Belum lagi, aku telah membentaknya. Padahal tak sedikit pun ibu mengeluh padaku. Sungguh maki saja aku yang terlalu. “Ibuuuu.” Aku hampiri beliau. Memeluknya dan menangis di bahunya. “Loh, kamu kok bisa ada disini? “Tanyanya heran. “Bu, maa�an aku. Harusnya aku percaya pada ibu.” Tangisku menjadi. Ibu hanya tersenyum dan mengusap air mataku. “Selalu ada maaf ibu untukmu, Nak.” Ucapnya lirih.
*Mahasiswi Sastra Perancis 2012 Pegiat Media Kavling 10
KAVLING 10 | 47
SASTRA
Laut Indonesia
Di Sudut sebuah Kota
Dia datang Dia berdendang Sejauh mata memandang Kulihat mis�snya gelombang
Menjejak hingar bingar dunia Dihiasi keindahan kasat mata Ku nampak seraut wajah yang hampa Ada apa?
Perlahan desirannya mengusik keheninganku Basahi pasir di hadapanku Aroma wangi laut buyarkan imajinasiku Mengoyak naluri ba�nku
Tatapanku melekat Aku mendekat Ia �dak disini, bisikmu pelan Siapa?
Oleh : Karina Tri Hapsari
Dia tenang Dan hanya bergelombang Indahnya �mbulkan takjubku Dialah laut Indonesia-ku
KUAS DALAM JERUJI Oleh : Karina TrI Hapsari
Otak diperas, raga di�ndas Tak kuasa kupelihara mentalku Hampir ku menyerah Memotong nadi yang nyaris terpotong Tapi �dak Tidak cukup sampai disini Tak ingin ku melebur dan hilang Hanya karena terhalang jeruji Walau kutapaki hari-hariku dalam sepetak ruang Ku masih harus mencari makna kebenaran Dengan keyakinan ku memohon Tuntun aku mengambil kuasku
48 | EDISI II/XXIX/2012
Oleh: Herda Prabadipta
Sang Pencipta, keluhmu menghembus asap yang menari Tariannya begitu liar, serupa imajiku Mungkin pula serupa imajimu Kenapa? Kau mulai berceritera Tempat ini, dunia yang fana Orang-orang ke sini pamer emas Mereka lupa banyak orang seper� kita Hanya mampu melihat dan bermimpi, rasa membuang harta Seper� mereka Ia tak menjadikan kami sama Sang Maha Segalanya tak ada di sini Aku menjawab Jangan lagi kau biarkan dirimu terpana, oleh gemulai asap yang menari Jangan lagi melihat dan bermimpi, mulailah berdiri dan menjejak Jangan tanya aku kalau nan� kau heran Bagaimana keringatmu tak ubah tetes emas Tuhan �dak meninggalkan kita Pun kita �dak meninggalkan Tuhan Mata kita hanya bias sesaat Oleh kerlap kerlip pendar lampu kota.
Kesentosaan Tugas Besar Oleh : Andi G. Prasetya
Mentari mungil muncul dari balik embun-embun bersahaja Tumpukan waktu yang berantakan akan membuatku termakan Begitu cepat mengunyah serat-serat halus ro� yang hangat, tapi terbuang Bersanding dengan segelas kopi dan gulungan tembakau Ini adalah kali pertama aku sarapan tanpa dirimu di mejaku Aku adalah kalkulator usang penuh dengan debu-debu berterbangan Penggaris usang dengan jaring laba-laba yang labil Hanya kuat sebagai tempat bergantung �nta yang berjuntai lemah Semakin cepat dirimu terlaminasi, semakin lambat kenangan melintas di harapku Ini adalah pertama kali aku menikma� senja tanpa dirimu di mejaku Entah berapa purnama telah aku saksikan Merinding hangat di kamar berjendelakan bintang-bintang yang pemalu Aku tangkupkan kedua tanganku, berdoa agar dirimu cepat terselesaikan Ini adalah pertama kali aku menutup mata tanpa dirimu di pelukku Aku adalah pinggiran ro� yang pahit, bersanding dengan kamu yang begitu lembut dengan taburan coklat Aku adalah aku yang akan selalu berusaha menganalisa dan merangkai kata-kata tubuhmu di �ap geliatku, walaupun aku akan kembali melewa� serat jingga lembayung di purnama yang entah keberapa.
SASTRA
Bu�ran Surya Sepanjang Masa Oleh :Luckyta Anjarsari
Illahi Rab Terimakasih telah Engkau kirimkan makhluk sesempurna ini Makhluk yang menjagaku dikala malam �ba Makhluk yang menenangkanku dikala hujan tangis melanda Makhluk yang memompa semangat keseriusanku meraih cita Makhluk yang memiliki sejuta kasih sayang, berjuta pelangi keajaiban Mampu mendekap dikala dingin ini melanda Mampu membasahi raga ini kala kering mendera Engkau telah mengantarku sejauh ini Melewa� batu terjal melewa� sejuta rintangan Terimakasih bunda, cintamu, kasihmu sepanjang masa Bagai sang surya menyinari dunia Kau ciptakan beribu senjata di dunia Untuk berlaga di arena Kau pemenang bagi semua Dibalik senjatamu yang ampuh kau hanya memasukkan satu peluru Ya,peluru cinta untuk putramu Putramu yang kini tumbuh dewasa Berada dalam arena sesungguhnya Yang telah mencapai kesuksesannya
Aku akan terus menunggumu, bercengkerama di mejaku yang lapuh itu.
KAVLING 10 | 49
PROFIL
AREMA,
BUKAN SOAL UANG
M
elihat Dunia Sepak Bola di liga-liga Eropa akan membuat kita langsung membayangkan kehidupan mewah para pemainnya. Lihat saja Beckham atau Cris�ano Ronaldo yang bisa bergan�-gan� mobil mewah. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi di Indonesia, hanya sebagian pemain yang “beruntung” mendapat sponsor atau dapat tawaran membintangi sejumlah iklan. Mereka bisa bernafas lega, se�daknya bisa mengumpulkan modal usaha ke�ka gantung sepatu kelak. Namun �dak semua pemain bola liga Indonesia apalagi era 2000-an kebawah bisa seberuntung Irfan Bachdim atau Gonzalez. Bermain bagi Tim Besar bukan sebuah jaminan bagi seorang pemain sepak
50 | EDISI II/XXIX/2012
KAV. BAYU
bola untuk hidup mapan. Apalagi gonjangganjing dunia sepakbola Indonesia saat ini turut berperan dalam menyebabkan sering telatnya pemain menerima hak-hak mereka (gaji). Budaya Sepakbola yang kurang kental di Indonesia juga berperan dalam memandang miring sepakbola sebagai sebuah profesi. Sepak bola bukan hanya soal uang. Tapi juga soal semangat, passion dan kadang soal falsafah hidup. Ribuan orang menggantungkan hidup dari sepakbola di Indonesia. Baik sebagai pemain, pela�h,maupun sebagai manejemen. Sebagian besar bermimpi mendapatkan hidup yang lebih baik, sebagian lagi menjadikan sepakbola sebagai passionnya dan men-
jalaninya dengan senang ha� demi �m juga suporter yang terus mendukung �m kesayangannya. Seper� yang dilakoni Nanang Supriadi selama ini bersama Arema. Nanang Supriadi adalah salah satu diantara pemain legenda yang pernah memperkuat Arema dan memakai nomor punggung 8. Nanang Supriadi pernah merasakan manisnya �tel Juara Divisi I tahun 2004. Namun perjuangan Nanang bersama Arema �daklah cukup sampai disitu., Nanang yang lama �nggal di Jl Sumpil di Kota Malang 3 kali mengantarkan Arema ke babak 8 besar Divisi Utama dan sekali di babak 12 besar pada tahun 1997. Tak cukup sampai disitu Nanang juga pernah membuat hat trick gol kala Arema melakoni laga kandang di Divisi 1 pada tahun 2004. Sesuatu yang jarang dilakukan oleh pemain Arema yang berposisi sebagai gelandang tentunya. Nanang Supriadi tampak sibuk melayani anak-anak yang belanja di kios sederhana miliknya ke�ka �m Kavling 10 datang. Mantan gelandang serang Arema era Galatama tersebut dengan ramah mempersilakan masuk dan menyambut baik ke�ka kami mengutarakan maksud kedatangan untuk melakukan wawancara dan memasukkan profil dirinya dalam rubrik profil di majalah Kavling 10. Pria Kelahiran 26 Maret 1973 itu sangat bersemangat ke�ka ditanya mengenai perjalanan karirnya di dunia sepakbola. Sejak kecil diakuinya dirinya sudah sangat senang dengan sepak bola, seper� anakanak lain seumurannya dirinya kerap bermain bola dijalan dengan bola seadanya. Mahalnya sepatu bola kala itu membuat dirinya harus puas bertelanjang kaki untuk menyalurkan hobinya bermain bola. Teori-teori sepak bola mulai ia terima pertama kali ke�ka bergabung di Seko-
PROFIL
lah Sepak Bola (SSB Unibraw). Dari sana talenta sepak bolanya dila�h agar memiliki dasar sepak bola yang baik. Tahun 1990 dirinya mulai membela persema Yunior , berkat kemampuan lihainya dalam mengolah si kulit bundar dua tahun kemudian dirinya di promosikan ke Persema. Tak lama berselang, pada tahun 1993 pria yang sering kali di samakan dengan mantan pemain Itali Gianfranco Zola karena sama-sama memiliki postur tubuh yang rela�f kecil namun gesit dan lincah dalam menggiring bola tersebut membela Arema . “Saya sebenarnya gak nyangka waktu itu bisa masuk arema,” ungkapnya sambil tertawa kecil. Bermain bersama Arema sebuah berkah tersendiri bagi Nanang. Diakuinya bermain di Arema adalah impiannya sejak kecil. Arema yang menjadi klub sepakbola kebanggaan masyarakat Malang ini berperan besar dalam mengangkat namanya di dunia sepak bola. Semua Aremania hampir bisa dipas�kan mengetahui namanya. Bersama Arema Nanang merasakan Piala Copa Indonesia pertamanya. Selama 12 musim pria asli Malang ini membela Arema. Sesekali tampak sibuk melayani pembeli di kiosnya. Kadang dengan ramah menyapa para tetangga yang lewat didepan rumahnya. Nanang mengungkapkan Arema adalah klub yang paling berkesan baginya selama berkarir di sepakbola. “Bagi saya Arema adalah �m yang paling berkesan bagi saya, suasana saat bermain dan keakraban antar pemain selalu berkesan hingga saat ini,” ditambahkannya “Aremania itu luar biasa, dukungan para supporter selalu membuat para pemain berusaha untuk menunjukkan hasil maksimal.” Nanang juga menceritakan bagaimana para pemain arema kala itu tetap memilih untuk la�han kenda� Arema sedang mengalami kesulitan keuangan hingga �dak bisa membayar
KAVLING 10 | 51
PROFIL
gaji pemain. Saat dimintai komentarnya tentang kondisi Arema saat ini Nanang hanya menjawab “ Saya ya ikut sedih melihat kondisi Arema sekarang. Tapi biarkan manajemen yang menyelesaikan semua permasalahan di dalam Arema, saya �dak bisa memberikan komentar apa-apa” ungkapnya. Kondisi persepakbolaan Indonesia memang sedang diuji. Dualisme di dalam PSSI ikut berdampak pada kondisi klub sepak bola di Indonesia. Arema tak luput mengalami dualisme, “Akan sangat disayangkan jika permasalahan yang ada ikut menurunkan prestasi Arema”tambahnya. Ditambahkan Nanang pula bahwa Arema adalah milik Aremania. Jadi sangat �dak pantas kalau Arema dijadikan milik sekelompok orang saja. Pria yang sedang menempuh sekolah pela�h ini juga mengamini bahwa sebenarnya saat ini Arema memiliki banyak pemain berbakat. Sebut saja Kurnia Meiga, Dendy dan Sunarto. Mereka memiliki skill yang tak bisa dipandang remeh. Sangat disayangkan jika mereka sulit mendapatkan prestasi di Arema hanya karena masalah manajemen atau carut-marutnya liga di Indonesia. Mengenai siapa saja yang bisa di sebut atau dikatakan Aremania Nanang mengungkapkan bahwa Aremania adalah orang Malang. Kalau ada bukan orang Malang, tetapi mendukung atau menyukai Arema menurut Nanang dia buka Aremania, tetapi hanya sekedar fans atau pendukung biasa. Pria yang kini telah berusia 39 tahun ini berpesan agar Arema dan Aremania harus tetap menjaga kekompakan dan Solidaritasnya. Walaupun Arema sedang mengalami masa-masa sulit Aremania harus tetap memberikan dukungan pada Arema.(bay)
52 | EDISI II/XXIX/2012
BIODATA Nama : Nanang Supriadi Lahir : Malang 26 Maret 1973 Pendidikan : - SD Purwodadi Sumpil - SSB Unibraw Prestasi
: - Juara Divisi I Liga Indonesia - Juara Piala Copa
Tim yang Pernah di Bela : -
1990-1991 Persema Yunior 1992-1993 Persema Senior 1993-2005 Arema 2006-2008 Persegi Gianyar, Persekam, Persikoba
RESENSI
belum Perang Dunia I (tahun 1918an) hingga era globalisasi (tahun 2000-an). PenjelaJudul Buku : Memahami Dunia san mengenai bagaimana bola pada masa lampau mengiringi kehidupan masyarakat Lewat Sepak Bola hingga pergeseran-pergeserannya karena Penulis : Franklin Foer globalisasi juga dikupas dengan jelas dalam Penerjemah : Alfinto Wahhab buku ini. Penerbit : Marjin Kiri Penggambaran spesifik mengenai bagaimana bola menjadi bagian hidup para Cetakan I, Juni 2006 gangster Serbia tahun 70-an hingga 2000Tebal : xii +248 halaman an, keterlibatan sepak bola dalam manifestasi konflik agama antara Katolik dengan Protestan, muncul dan eksisnya hooliganisme yang menyertai kejayaan Chelsea, kolobalisasi iden�k dengan menjamurnya rupsi yang menyertai sepak bola “indah” budaya-budaya barat dan arus budaya-bu- Brazil, hingga persepakbolaan di dunia Isdaya lain ke seluruh dunia. Hal tersebut lam juga dikupas tuntas dalam buku ini. dapat menjelaskan bagaimana budaya ma- Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa pada syarakat Amerika Serikat atau bahkan bu- perkembangannya sepak bola menjadi daya Kpop Korea dapat sampai tersebar ke suatu sarana poli�sasi yang berperan pentseluruh dunia. Globalisasi yang juga sering ing dalam membantu kebangkitan bangsa akrab di telinga masyarakat selain berkai- Yahudi dari alienisasi masyarakat Eropa tan dengan budaya juga tak terlepas dari bahkan perang budaya Amerika Serikat menjamurnya gedung-gedung dan pola dari sudut pandang sepak bola juga dijelashidup konsum�f hingga ke level grassroot. kan dalam buku ini. Buku Franklin Foer ini merupakan Segala ide yang akrab pada masyarakat mengenai globalisasi seper� yang diung- salah satu buku yang �dak patut dilewatkapkan di atas, disajikan dalam bentuk kan oleh para penggemar sepak bola yang berbeda oleh Franklin Foer dalam buku kri�s akan sejarah. Tetapi di sisi lain bagi ini. Dalam buku yang berjudul “Memahami masyarakat yang bukan penggemar bola Dunia Lewat Sepak Bola” ini, Franklin Foer tetapi ingin mengetahui seluk beluk tenmencoba menanamkan paradigma baru tang olahraga ini, buku ini juga mampu pada masyarakat bahwa globalisasi bukan memberikan penjelasan yang baik. Data-data dan fakta yang dijelaskan hanya berkutat pada gedung-gedung dan di buku ini cukup mendetail dan bahasa kehidupan cozy di metropolitan melainkan apa yang disebut dengan globalisasi terse- yang digunakan mampu membangkitkan but juga dapat dijelaskan dengan sepak imajinasi pembaca. Kelemahannya kajian bola yang merupakan olahraga kegemaran detail dengan pengungkapan data dan fakta �dak disertai bahasa yang mudah dicerseluruh lapisan masyarakat. Buku ini menjelaskan secara detail na semua kalangan. Penggunaan beberapa mengenai menjamurnya budaya sepak is�lah sulit tanpa adanya catatan kaki akan bola dan serba-serbi �ndakan supporter cenderung menyulitkan bagi masyarakat yang iden�k dengan olahraga ini sejak se- awam dalam pemaknaan.(ky)
G
KAVLING 10 | 53
RESENSI
DOK. GOOGLE
Judul Film Sutradara Tahun Durasi Bahasa
B
lue Moon Rising adalah sebuah film dokumenter olahraga klub sepak bola Manchester City, yang akrab dengan sapaan Man City atau The Ci�zens. Film ini lebih banyak mengambil sudut pandang dari para suporter Man City. Dimana para suporter ini lah yang menjadikan Man City sebagai hidup mereka dan membuat Man City menjadi lebih hidup. Film ini memberikan kita akses penuh pada tempat-tempat pribadi klub sepak bola ini, seper� ruang memorabilia hingga ruang gan� pemain. Nama film sendiri diambil dari katakata ciptaan suporter untuk Man City, yaitu “Blue Moon”. Pembukaan dikemas sangat drama�s, dimana serpihan kenangan akan kejayaan Man City ditampilkan secara kronologis. Mulai dari ekspresi para suporter Man City dalam pawai kemenangan Man City pada tahun 1960an, hingga kebanggaan puncak mereka saat menang pada tahun 1976. Miris, semenjak saat itu prestasi Man City mulai menurun dan �dak kunjung membaik. Tidak sedikit media yang membandingkan antara kejayaan Man United dengan keterpurukan Manchester City. Walaupun klub yang kerap dipanggil The Blues ini sering dicemooh banyak orang, namun dukungan dari suporter mereka ternyata �dak berubah. Sejak 34 tahun yang lalu, para supporter masih mengharapkan kemuliaan akan datang kembali kepada Man City. Tahun 2008 adalah ��k dimana Man City berjuang untuk mencapai top four atau
54 | EDISI II/XXIX/2012
: Blue Moon Rising : Steward Sugg : 2010 : 95 Menit : Inggris
empat terbaik dalam klasemen Liga Inggris. Terdapat ketegangan sendiri bagi �m dan juga suporter mereka. Pete, Danny, Adam, James dan Steve adalah contoh kecil dari lima sekawan yang masih menggantungkan iman mereka sebagai diehard City. Mereka adalah lima pemuda biasa, dengan kehidupan biasa, serta kehidupan cinta sebagaimana pemuda pada umumnya. Namun saat masuk ke dalam stadion, diri mereka sepenuhnya hanya untuk Man City. Man City bertanding melawan klub sepak bola Arsenal di Manchester Stadium, 12 September 2009, menjadi pertandingan pembuka dalam film ini. Untuk �m, pertandingan ini merupakan tes pertama dan terbesar bagi mereka dalam musim ini. Emosi dari �m ditampakkan dengan apik, mulai dari permasalahan Emmanuel Adebayor yang sebelumnya merupakan pemain Tim Arsenal dan rasa sedih sang Manager, Mark Hughes, karena penurunan prestasi mereka. Man City memenangkan pertandingan ini dan mampu menaikkan peringkat mereka dari peringkat ke 4 menjadi peringkat ke-3. Film ini juga membawa kita flashback kembali ke masa lalu. Melalui kisah Mark Whittaker, seorang anak lelaki berumur 9 tahun menyaksikan pertandingan Football League pada tahun 1976. Ia datang bersama ayahnya, menonton pertandingan klub sepakbola berseragam biru ini memenangkan Piala Liga. Sebuah gol yang luar biasa dalam pertandingan itu
membuatnya semakin mencintai sepak bola dan Manchester City, yang tentunya terus dikenangnya hingga dewasa. Emosi Whi�aker dan euforia pada Piala Liga tahun 1976 tergambar dengan sangat baik. Manchester City turun peringkat menjadi peringkat ke 7. Tanggal 5 Desember 2009, dimana Man City bertanding melawan Chelsea menjadi pertandingan yang sangat penting bagi para suporternya. Sebelum masuk ke dalam stadion, Pete, Danny, Adam, James dan Steve masih dapat bersenda gurau dan tertawa. Namun saat pertandingan berlangsung, ketegangan mereka sangat terasa. Saat Chelsea menjebol gawang Man City, rasa ketakutan, kekecewaan dan kekhawa�ran seluruh suporter terwakili oleh Steve, yang menjadi sangat pucat hingga berkeringat. Namun tak lama, sebuah gol indah dari Adebayor membuat mereka gila, histeris dan bernyanyi penuh antusias. Kemudian gol tambahan dari Carlos Tévez juga menjadi gol yang sarat emosional, baik dari para pemain sendiri maupun suporternya. Carlos Tévez, yang juga menjadi salah satu pemain terbaik dari Argen�na, menjadi sorotan pula dalam film ini. Sebagai mantan pemain dalam �m sepakbola Manchester United, bagaimana suporter dan Tévez menyingkapinya juga menjadi salah satu konflik yang menarik. Saat pertandingan derby¸ para suporter Manchester United memberikan riuh cemooh kepada Tévez. Begitupun komentar kejam dari komentator, yaitu “Tonight, Tévez turns in ‘blue’”. Namun Tévez tetap berpikir posi�f dan memberikan yang terbaik untuk Manchester City. Sutradara Steward Sugg mungkin mengarahkan film ini untuk koreksi bagi �m Manchester City, namun ia �dak melupakan bumbu-bumbu yang tentunya menambah greget dari film dokumenter ini. Steward Sugg menyelipkan kehidupan sehari-hari dari Pete, Danny, Adam, James dan Steve dengan sangat rapi dan apik, tanpa mengganggu tema dari film dokumenter ini sendiri. Bagaimana hubungan mereka dengan anak, istri dan kekasih mereka
RESENSI
masing-masing. Tidak ke�nggalan, bagaimana kesan para orang terkasih di sekitar mereka terhadap Helios, bus tua tahan ban�ng yang selalu siap mengantar mereka kemana pun. Selipan kisah drama antara hubungan kekeluargaan mereka memberikan sisi tersendiri yang cukup menyentuh. Tidak hanya kehidupan para suporter yang disorot oleh Steward Sugg, namun juga kehidupan dari pengurus klub bola yang dimiliki oleh milyuner Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan ini. Roberto Mancini, misalnya. Sangat mengejutkan bahwa sang manager kelahiran Italia ini ternyata belajar bahasa Inggris di sebuah kursus bahasa biasa di sudut kota Manchester, yaitu Manchester Academy of English. Bahkan, tempat kursus dari mantan manager klub Inter Milan ini bersebelahan dengan klinik kecil dokter gigi dan studio ta�oo. Sangat menggeli�k melihat Mancini belajar menjelaskan tak�k sepakbola dalam bahasa Inggris dengan guru lesnya, seorang wanita yang sudah berumur. Dalam scene ini, kesan Mancini sebagai seorang milyarder dalam dunia sepak bola mendadak hilang, berubah secara dras�s menjadi pela�h yang sederhana, ramah dan humoris. Secara keseluruhan, film berdurasi 1 jam 35 menit ini sangat informa�f dan menghibur. Adegan pertandingan dikemas dengan sempurna. Selama pertandingan, efek-efek yang diciptakan mampu membangun ketegangan penontonnya, seper� benturan antar pemain atau slow mo�on pada tendangan gol yang membuat kita menahan nafas. Tidak ada plot yang terbuang percuma. Steward Sugg memang pantas untuk diacungi dua ibu jari. Tentunya apabila anda mencari-cari apa yang menjadi penyebab Manchester City menjadi pecundang tanpa piala selama bermusimmusim, anda �dak akan menemukannya dalam film dokumenter ini. Satu yang pas�, film “Blue Moon Rising” berisikan doa, baik dari para suporter dan seluruh orang yang mencintai klub sepak bola Manchester City, bahwa suatu saat Manchester City mampu merengguk kembali kejayaan dan kemuliaan mereka. (her)
KAVLING 10 | 55
KOLOM OPINI
Dari Soedomo sampai Johny Mangi: Kisah Arek Malang Raymond Valiant R Anggota UAPKM-UB Angkatan 1991
KA V. AL I
B
56 | EDISI II/XXIX/2012
anyak orang yang entah karena dilahirkan, dibesarkan, bersekolah atau alasan lain pernah berada di Malang – bangga disebut arek Malang. Lebih dari kebanggaan, ada makna yang bisa dikupas darinya. Sebenarnya, kota di dataran �nggi Jawa Timur ini �dak berbeda dengan kota lain di pedalaman Jawa. Hanya saja, ada
sesuatu yang khas. Yakni, apa yang dinamakan kultur arek. Kultur ini, menurut para sosiolog merupakan suatu gaya hidup kaum muda (arek = celurit kecil) yang khas Jawa Timur karena diwarnai semangat kesetaraan (egaliter), solider, cenderung spontan dan berani. Sehingga frasa arek Malang sebenarnya dipakai untuk merujuk pada kelompok masyarakat yang mengiden�taskan diri mereka dengan gaya hidup yang serba cair tersebut. Mula-mula, Arema (demikian frasa arek Malang disingkat) memiliki kesan nega�f, bahkan dicap kriminal. Kesan ini muncul karena is�lah Arema dulu dipakai untuk menamai sejumlah perantau yang pada awal sampai akhir 1970-an bekerja secara informal di Jakarta sebagai tukang parkir, penjaga malam dan pekerja serabutan, khususnya di sekitar Pasar Senen, Kota dan Pulogadung. Tentu saja, kerasnya persaingan dalam pekerjaan informal ini mendorong tumbuhnya persatuan yang kuat di antara mereka. Sehingga bermodalkan kekuatan primordial ini, mereka akhirnya merambah ke sektor yang lebih menantang – seper� menjaga keamanan bar, disko�k dan tempat pros�tusi. Bagai semut berebut gula, tak teringkari munculnya pertengkaran dengan perantau asal daerah lain. Arek Malang harus bersaing dengan kelompok Ambon di Pasar Senen, Madura di Kota, Batak di Pulogadung. Premanisme ini kian mempriha�nkan dan menimbulkan ketakutan pada sejumah pelaku usaha, yang akhirnya meminta bantuan Laksamana Soedomo, yang dilan�k menjadi Panglima Komando Keamanan dan Keter�ban (Pangkomkam�b) pada tahun 1978. Atas inisia�f laksamana yang dibe-
KOLOM OPINI
sarkan di Tongan (Malang) ini, berbagai geng di Jakarta disatukan pada tahun 1979 di bawah organisasi bernama Prems. Sejumlah tokohnya bahkan dimasukkan ke onderbouw Golongan Karya, baik melalui wadah Angkatan Muda Pembangunan Indonesia (AMPI) ataupun Pemuda Pancasila (PP). Mungkin hanya kelompok perantau asal Malang yang bertahan untuk �dak seluruhnya masuk ke dalam organisasi yang ada. Beberapa pentolan Prems asal Malang akhirnya pulang ke kota kelahiran mereka. Mereka disebut korak dalam bahasa walikan, singkatan dari kotoran rakyat. Sebagian lagi, yang �dak mau ikut dengan praktek poli�k saat itu memilih bergeser ke tempat, misalnya di sekitar Bulungan, Jakarta Pusat. Kelak, kelompok di Bulungan ini menelorkan Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ) yang terkenal itu. Boleh jadi, inilah awalnya Malang dikenal sebagai kota dengan kultur yang keras, lengkap dengan bahasa walikan atau pembalikan kata-kata sehingga menjadi semacam bahasa rahasia. Memang, walikan ini pernah diakui sebagai milik mereka yang hidup di jalan kelam. Namun, sebenarnya bahasa ini lebih dulu dimiliki para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang pada 1946-1949 menggunakannya sebagai sandi ke�ka berperang di sekitar kota Malang. Belakangan, penggunaan bahasa walikan ini lebih sering ditemui di sektor informal Kota Malang - seper� pedagang pasar loak, makelar karcis bioskop dan pengemudi angkutan bemo. Seolah tak tertampik, awal tahun 1983 dimulailah sebuah rangkaian kekerasan yang luar biasa di Indonesia bernama Pembunuhan Misterius (Petrus). Ribuan tokoh kriminal, residivis, preman dan (juga) orang biasa, dieksekusi secara
KAVLING 10 | 57
KOLOM OPINI
misterius. Juga di Kota Malang yang pada 1 Mei 1983 menyaksikan tewasnya seorang pe�nju bernama Johny Mangi yang disegani preman, di depan pasar loak Talun. Konon, kepalanya ditembak ke�ka sedang duduk di pinggir jembatan. Saksi mata lain bilang dia ditembak ke�ka main karambol. Yang pas�, dia menjadi korban pertama dari hampir 200 nyawa diputus oleh Petrus di kawasan Malang Raya. Akibat habisnya generasi pertama preman ini tumbuh geng-geng lokal dengan ideologi yang lebih sempit. Pada tahun 1983 sampai 1985 dikenal berbagai geng di Malang, seper�: Aku Cinta Indonesia (ACI), Armada Gombal (Argom), Hidup Gembira Awet Muda (Higam), Arek Polehan (Arpol), Ermera, Remaja An� Cina (RAC), Remaja An� Jawa (RAJA), bahkan dengan nama seram semacam Khmer Merah (Kemirahan Atas). Geng-geng ini berbeda dengan generasi preman pertama. Jika generasi pertama merupakan vrijman (orang kriminal bebas) maka generasi kedua ini lebih terorganisir secara lokal. Paling �dak mereka berseteru lantaran wilayah. Acap perkelahian itu terjadi di wilayah publik, semacam alun-alun. Fenomena menarik justeru terjadi pada tahun 1987. Atas inisia�f beberapa tokoh yang dipelopori seorang militer kelahiran Malang bernama Mayjen Acub Zainal, dibentuk sebuah klub sepakbola par�kelir di Malang. Mula-mula diusulkan nama Armada, namun atas saran beberapa orang dipilih sebuah nama yang sudah lama dikenal: AREMA. Selanjutnya kita semua tahu – adalah sejarah. Klub sepakbola Arema ini secara ajaib menjadi pemersatu berbagai geng dan melekat sebagai iden�tas diri arek Malang. Bahasa walikan pun berkem-
58 | EDISI II/XXIX/2012
bang menjadi bahasa pergaulan, bahkan dalam is�lah perekonomian: trademark kultur yang ikut melengkapi keunikan Kota Malang. Bisa jadi kebanggaan orang Malang akan iden�tas unik ini adalah sebuah perpanjangan dari sikap tegar dan tak mudah berkompromi. Konon, sikap ini sudah ditunjukkan ke�ka Sultan Demak bermaksud menundukkan kota Malang pada abad 16. Dalam kisah lisan mengenai peris�wa ini disebutkan penduduk Malang bertempur gagah selama berbulan-bulan. Pertahanan mereka yang terakhir ada di dekat pertemuan Sungai Amprong. Tempat yang kini disebut Kutobedah (kota yang terbelah) baru berhasil ditundukkan setelah pasukan Demak meracuni air sungai dengan bangkai. Namun, melihat ongkos dan korban yang jatuh di pasukannya, Sultan Demak pun mengumpat geram: “Kota ini menghalangi (malang) jalanku!” Semoga saja, hikmah cerita ini mengingatkan warga kota Malang – dan siapapun – untuk menghargai kulturnya sendiri. Tentu saja, �dak ada kultur yang berdiri terpisah dari sejarah. Sebab sejarah adalah yang memberi iden�tas pada kelompok masyarakat apapun. Melalui sejarah kita berharap bisa belajar, dan mendorong masyarakat untuk bersikap tegas dan tanpa kompromi terhadap apapun yang melukai negeri ini.
Zuid-Holland, 23 Juni 2012. Raymond Valiant Ruritan (lahir dan dibesarkan di Malang)
FANATISME AREMANIA
KAV . AL
I
Oleh : Dr. Moh. Muzakki MSi
KAVLING 10 | 59
KOLOM OPINI Dr. Moh. Muzakki MSi Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli�k (FISIP) Universitas Brawijaya
“…AREMAKU, Aremaku hoho…ho.. ho !” Berawal dari �ga orang penabuh genderang, puluhan, ratusan, ribuan, bahkan sampai belasan ribu pasang mata Aremania begitu antusias menepuk dada sambil bernyanyi untuk mendukung �m idola mereka yaitu Arema FC (Klub Eks Galatama) yang berdiri di Malang pada 11 Agustus 1987. Lagu yang beberapa baitnya disadur di sebuah gubuk di kawasan Bulungan Jakarta Selatan itu telah menggetarkan seisi Stadion Gajayana Kota Malang, markas kebanggan �m berjuluk Singo Edan. Berawal dari stadion tua milik Persema yang kini dihimpit oleh mall dan hotel itu, suara Aremania membahana, gegap gempita dan menembus batas tradisi seper� holiganisme di Inggris atau �fosi di Italia. Nyanyian penuh semangat, lugas dan berkarakter itu memang belum terdengar saat Arema masih nomaden, berpindah-pindah home base, berla�h di Lapangan Tanjung dan bertanding di Stadion Brantas (Kini milik Persikoba Kota Batu). Akan tetapi sekarang, lagu itu terdengar lebih keras saat Arema berlaga di lapangan yang besar yaitu Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang (Milik Persekab Malang). Arema sendiri belum punya stadion, tetapi para suporter Aremania begitu fana�k, bagaikan patriot di medan perang. Kehadiran Aremania di stadion seper� gemuruh suara mesin di pabrik-pabrik gula. Pemain
60 | EDISI II/XXIX/2012
berlaga di lapangan, suporter terus mengibarkan bendera, berkepala tegak dan bernyanyi memberikan dukungan sampai pertandingan selesai. Arek-arek Malang (Aremania) itu rela berjubel, berdesak-desakan bahkan berpeluh keringat. Mereka lupa tentang apa saja yang telah mereka jual seper� baju, celana, sepatu, radio, bahkan telepon seluler untuk sekedar membeli �ket demi mendukung laga Arema. Sementara yang sudah �dak punya apa-apa, duduk di atas ran�ng pohon seper� burung. Sebagian lainnya, nekad memanjat dinding pembatas stadion se�nggi enam meter seper� lomba panjat tebing demi untuk menyaksikan Arema bertanding. Dalam beberapa jam saja, pusat Kota Malang mengharu biru, buku catatan kriminalitas di kantor kepolisian nihil, sejumlah barang elektronik di pasar tradisional dijual dengan ban�ng harga. Seper� sedang ada obralan, perayaan, fes�val, karnaval atau orkestra besar pada saat Arema bertanding. Jalan di pusat kota penuh sesak, kerumunan Aremania datang dari berbagai penjuru lengkap dengan genderang dan alat musik seadanya. Mereka mengalir dari gang-gang (kampung-kampung) di kota bahkan dari berbagai pelosok desa. Dulu mereka ke stadion berombongan naik truk dan pickup, �dak sedikit pula yang menggunakan angkot dan angkudes bah-
kan ada yang jalan kaki, kini sebagian besar naik motor sendiri. Orang kemudian menyebut mereka sebagai fana�k terhadap Arema atau Arema maniak maka jadilah (Aremania) julukan bagi suporter fana�k Klub Arema Malang seper� yang kita kenal sekarang. Harta, benda, bahkan beberapa nyawa telah mereka korbankan. Pada tahun 1993, sebagian besar dari mereka �ba-�ba meneteskan air mata. Sebagian lainnya, berpeluk gembira. Mereka hampir �dak percaya jika �m idola mereka mengukir tonggak sejarah, Arema menjadi juara nasional. Sebelumnya mereka selalu dianggap sebagai warga negara kelas dua, kalah dengan Surabaya dan dianggap remeh oleh orang Jakarta. Di Stadion Gajayana, Ketua Umum PSSI Azwar Anas dengan bangga menyerahkan mahkota juara kepada Arema. Sebuah keajaiban datang, dalam usianya 6 tahun menggelu� sengitnya kompe�si Arema sudah menjadi juara Galatama ke-12. Setelah Arema beberapa kali juara dan mengalami perubahan manajemen, pusat-pusat pertokoan tak lagi tutup karena takut. Kota menjadi aman, karena Aremania datang dan pergi membawa prestasi. Dalam beberapa tahun, berdiri Korwil (Koordinator Wilayah) Aremania di banyak kota. Di Jakarta, muncul Aremania Batavia mewadahi suporter Arema di Jabodetabek. Bersama Wahab, Syamsul, Mochtar, Hari Paimin Pandiono mereka mendeklarasikan Aremania di Bukit Sentul. Di luar Jawa, juga berdiri Aremania Balikapapan, Aremania Makasar dan Aremania Irian Jaya. Bendera Arema berkibar di mana-mana. Delapan tahun kemudian, ratusan juta orang menjadi sadar. Mereka baru paham bahwa bertahun-tahun lamanya Arekarek Malang itu sedang membagun masa depannya, merin�s sebuah gerakan iden�-
KOLOM OPINI
tas masyarakat sipil yang bebas, damai dan berprestasi. Tahun 2001, secara mengejutkan Ketua Umum PSSI Agum Gumelar menobatkan Aremania untuk pertama kalinya sebagai suporter terbaik di Indonesia. Sejak itu muncul Korwil Aremania luar negeri seper� di Cili dan Amerika. Bagi Aremania, Arema adalah sebuah iden�tas besar dan pen�ng. Klub ini dikenal melarat dan selalu diterpa masalah krisis dana, tetapi sejarah membuk�kan Arema tetap eksis sebagai pewaris Galatama beserta Pelita Jaya. Arseto Solo dan sejumlah klub lain milik konglomerat seper� Kramayudha Tiga Berlian (KTB) dan Bandung Raya (BR) boleh bubar, tetapi Arema yang dirin�s oleh Dirk Sutrisno dengan nama Aremada tahun 1986 kemudian diubah oleh Jenderal Acub Zainal beserta Lucky AZ menjadi PS Arema tahun 1987 tetap berdiri tegar dengan dukungan para ak�vis wartawan (Muzakki, 1993:17). Aremania adalah kerumunan orang yang hidup bebas. Sebuah komunitas yang awalnya lahir dari sebuah klub sepakbola, kemudian menjadi masyarakat sipil yang begitu berdaya seiring berakhirnya masa brutalisme pada awal tahun 1990-an. Sejak menjadi pelopor suporter terbaik tahun 2001, fana�sme Aremania menjadi model bagi pengembangan organisasi suporter di Indonesia. Di Jakarta misalnya, muncul Jakmania, Deltamania (Sidoarjo) termasuk yang belakangan yaitu Persikmania (Kediri) dan LA Mania (Lamongan). Sebagian kelompok suporter lain ada yang �dak menambahkan kata mania di belakangnya seper� Bonek (Surabaya), Viking (Bandung), Pasopa� (Solo), dan Ultras (Gresik). Trilogi Fana�sme Aremania Dari perjalanan panjang itu, seb-
KAVLING 10 | 61
KOLOM OPINI
agai pelaku sejarah (salah satu pengurus Yayasan Arema dan pendiri Aremania) saya mencatat se�daknya ada �ga hal sebagai trilogi yang seksi di dalam tubuh Aremania. Pertama, Aremania menghindari pragma�sme poli�k. Sudah �dak terhitung jumlahnya, organisasi sosial poli�k yang gagal memanfaatkan Aremania sebagai kendaraan poli�k dalam Pilpres, Pilgub, Pilbup, Pilwali sampai Pilkades. Fenomena ini mengingatkan kita pada berdirinya Forum Pelangi di Malang pada tahun 1998 yang bernuansa warna-warni; bersifat lintas sektor, lintas profesi dan terbebas dari afiliasi poli�k. Aremania juga mengingatkan kita pada konsep masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society) yang bersifat egaliter. Pribadi-pribadi Aremania adalah seorang relawan (volunter) yang ber�ndak secara bebas dan sukarela seper� gerombolan rakyat Walles di Eropa. Mereka menjadi pribadi yang utuh sebagaimana dirinya sendiri. Pada situasi tertentu, mereka �dak mau diperintah tetapi juga �dak mau memerintah. Unik, tetapi itulah Aremania. Kedua, sebagai kelompok yang bersifat cair Aremania juga �dak mau terjebak dalam aturan organisasi yang bersifat rasional, legal dan formal yang mengikat secara kaku seper� dalam konsep Birokrasi dari sosiolog Jerman, Max Weber. Pada kenyataannya, �dak ada prosedur dalam berorganisasi di Aremania, �dak ada AD/ART dan �dak ada kartu anggota. Jika dilihat dari konsep Weber dalam The Theory of Social and Economic Organiza�on (1947), fenomena seper� Aremania tentu �dak masuk akal. Tetapi fakta membuk�kan, dengan cara begitu komunitas Aremania terus mengalir seper� air. Mereka diikat oleh kekuatan moral yang melekat secara sosial dan kultural sebagai sumber dari hukum formal, tetapi mereka
62 | EDISI II/XXIX/2012
menolak aturan formal itu sendiri. Sekali lagi unik, tetapi itulah Aremania. Pada konteks ini, kita teringat konsep demokrasi substansial yang tumbuh dari massa akar rumput (grass root) di Athena Yunani. Dengan mengiku� logika kekuasaan dari Foucault, maka fana�sme Aremania seper� itu dapat dipahami sebagai mewujud dalam sekujur tubuh sosial masyarakat. Model demokrasi seper� ini, meniscayakan perubahan kekuasaan dari bawah. Bukan dari atas. Itu pula sebabnya, sebagian dari aktor Aremania seper� Antok Baret, Ovan, Johny, Surtato, Maheis, Slamet, Leo, Endar, Ghorib, Kepet, Kacong, Idur, Lukman, Fuad, Tembel, Hazbi dan Yuli Sumpil boleh saja berbeda peran dan kepen�ngan, tetapi sebagai ‘tubuh sosial’ mereka tetap bagian utuh dari slogan ‘Salam Satu Jiwa’ (SSJ) yang memiliki daya magis dalam menyatukan semua elemen bangsa. Sebagai sebuah kerumunan sosial, Aremania cukup teruji menjadi model dari gerakan moral yang pernah ada di negeri ini. Dalam banyak sisi, gerakan sosial Aremania juga memiliki kesamaan dengan gerakan mahasiswa pada se�ap zamannya (Angkatan 66 dan 98). Berbeda dengan organisasi suporter lain yang bersifat formal seper� Yayasan Suporter Surabaya (YSS) yang dikomandani Wastomi Suhari, atau suporter Solo yang bernaung dalam organisasi formal bernama Suropa� dan dipimpin oleh seorang presiden suporter bernama Mayor. Pada model terakhir ini, terbuk� �dak stabil, pragma�s, transaksional dan �dak bertahan lama. Sebaliknya, dengan �dak adanya is�lah pimpinan tunggal atau pimpinan pusat organisasi Aremania justru berkembang dan memiliki lebih dari 220 Koordinator Wilayah (Korwil) suporter seluruh
Indonesia. Sejalan dengan itu, klub Arema juga naik kasta menjadi Arema Indonesia. Di Aremania, berlaku asas kolek�f kolegial. Model organisasinya mirip dengan bentuk presidium, �dak ada puncak organisasi yang bersifat sentralis�k. Otoritas yang terbangun dari ketokohan sosial masingmasing Korwil lebih mirip dengan konsep desentralisasi, berlaku bagi masing-masing anggota di se�ap Korwil. Cara kontrolnya adalah semua mengawasi semua, masingmasing orang mengawasi dirinya sendiri (self controlling) sehingga menyerupai konsep panop�con. Ke�ga, kekuatan moral Aremania diikat oleh modal sosial (social capital) sebagimana konsep Putnam (1995), Fukuyama (1997), Dasgupta et al (2000), dan Nooteboom (2002). Fukuyama dalam Social Capital (1997) mengandaikan bahwa terdapat �ga pilar utama dalam modal sosial yaitu kepercayaan (trust), pertukaran (resiprocity), dan �ndakan bersama (collec�ve ac�on). Berdasarkan �ga kekuatan itu, kita melihat Aremania tetap abadi se�daknya sampai hari ini. Dari awalnya bersifat lokal, kini menasional, bahkan mendunia. Satu lagi daya tarik cukup seksi yang dapat kita catat dari fana�sme Aremania, sebagai bagian dari masyarakat dunia mereka menjungkirbalikkan teori yang ada. Se�daknya kita bisa lihat mereka dapat menjalani proses transisi global secara damai. Fenomena demikian sekaligus menegasikan temuan Fred W. Riggs yang melakukan peneli�an di Thailand dan Filipina untuk melihat perilaku masyarakat di negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Dalam Administra�on in Developing Countries, The Theory of Prisma�c Society, Riggs (1964) pada in�nya mengandaikan bahwa di masa transisi seper�
KOLOM OPINI
sekarang masyarakat cenderung bersikap mendua, �dak beraturan, tumpang-�ndih dan membagi kepatuhan kepada banyak tokoh, formal maupun informal sehingga perilaku masyarakat menjadi �dak jelas. Sikap demikian dipengaruhi oleh kecenderungan masyarakat yang mulai meninggalkan nilai-nilai tradisional menuju era modern tetapi mereka belum sepenuhnya menjadi masyarakat modern yang rasional. Riggs menyebut masyarakat model ini sebagai masyarakat prisma�k (prisma�c society) dimana perilaku ekonomi masyarakat cenderung menyebar dan perilaku poli�knya memusat. Kondisi demikian menimbulkan ke�dakpas�an, baik secara individu maupun dalam organisasi. Fenomena ini pernah disinggung oleh pakar organisasi dunia bernama Mary Jo Hatch dalam Organiza�on Theory, Modern, Symbolic and Postmodern Perspec�ve (1997) yang mengandaikan bahwa terdapat adanya ke�dakpas�an dalam sebuah organisasi yang berbentuk pas� sekalipun (certainty is uncertainty). Jo Hatch berkesimpulan bahwa ke�dakpas�an adalah kepas�an itu sendiri. Bagi Aremania, meskipun hari ini penuh dengan ke�dakpas�an seper� sinyalemen Jo Hatch tetapi itulah kepas�an mereka. Dalam situasi yang �dak pas� pun, Aremania tetap se�a menjadi suporter fana�k yang dengan bebas bernyanyi lepas, bersalawat, melakukan yel-yel, bahkan berteriak secara lantang menembus batas tradisi banyak orang yang pontang-panting hidup susah di luar stadion. Begitulah fana�sme Aremania, sebuah katarsis dari kerumunan rakyat dunia yang menghibur kita semua.
KAVLING 10 | 63
KOLOM OPINI
Ada yang Lebih Membanggakan Dari Kemenangan Oleh:Ovan Se�awan*
“Bicara Arema iden�k dengan sepakbola, hal yang berhubungan dengan kekalahan dan kemenangan, tapi Arema bukan soal kalah dan menang,”
B
arangkali pendiri-pendiri Arema, siapapun itu �dak pernah menyangka bahwa nama klub sepakbola yang berdiri sejak 11 Agustus 1987 ini akan menjadi salah satu simbol yang sangat dihorma� di negara ini. Arema tumbuh sebagai suatu ikatan persaudaraan kera-kera ngalam. Sempat berpikir apa yang menjadi kebanggaan orang Malang bila tak ada nama Arema, mungkin sudah tak ada lagi yang bisa dibanggakan. Bisa jadi nama besar Arema membuat iri daerah-daerah lain. Nama sederhana namun memiliki ar� besar yang tumbuh melebihi bidang yang digelu�nya, sepakbola. Hal itulah yang membuat masyarakat Malang yakin, bahwa Arema lebih dari sekedar lambang spor�vitas dalam sepakbola, karena mereka berpikir bahwa ada yang lebih membanggakan dari pada kemenangan, hal itu adalah kebersamaan dari rasa memiliki yang diwakili dengan jargon khas Salam Satu Jiwa. Bila dibandingkan dengan klub-klub lainnya, Arema tergolong klub-klub paling muda yang dari deretan klub-klub yang punya sejarah panjang di Indonesia. Persebaya misalnya, klub asal Surabaya yang menjadi rival abadi “Singo Edan” berdiri pada tahun 1927, Persija Jakarta lahir pada tahun 1928, bahkan saudara sekota Persema dilahirkan pada tahun 1953. Namun, muda usia �dak
64 | EDISI II/XXIX/2012
menghalangi langkah Arema menjadi �m dengan nama besar. nama besar yang melebihi ar� pen�ng dari prestasi. Nama bisa tumbuh besar berbanding lurus dengan dukungan besar. Arema menjadi nama besar juga �dak lepas dari dukungan besar Aremania, suporter se�anya. Hal tersebut memang terbuk�, kenapa Persema yang lebih dulu dilahirkan puluhan tahun sama-sama dari kota Malang, namun namanya masih kalah bergema dari pada Arema. Kebanggaan yang Menyebar Seper� kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya, masyarakat Malang juga dituntut untuk bertahan hidup dengan mencari penghidupan yang layak, mereka �dak hanya bergerak di dalam kota, tapi juga diluar kota, bahkan di mancanegara. Hal itu membuat nama Arema sangat berperan besar sebagai lem perekat bagi individu asal Malang. Kita juga patut berterimakasih pada pihak-pihak yang masih konsisten menggelar kompe�si sepakbola yang bisa menjangkau seluruh penjuru tanah air. Indonesia merupakan negera kepulauan, terdiri dari ribuan pulau dengan wilayah yang teramat luas. Tidak jarang banyak menyebut kompe�si sepakbola nasional juga sebagai
ajang silaturahmi. “Kami sangat bangga. Ini adalah kali pertama klub yang sangat kami banggakan menginjakkan kaki di tempat kami,”ungkap salah Vonte, satu Aremania Sorong ke�ka �m Arema baru saja mendarat di Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, Papua Barat. Saat itu adalah kali pertama Arema menginjakkan kaki di Sorong. Karena selama dalam sejarah kompe�si kasta ter�nggi sepakbola Indonesia baru pada musim kompe�si 2011/2012 ada �m yang berhome base di stadion Wombik, Sorong, yakni Persiram Raja Ampat. Persiram sengaja �dak berhome base di Raja Ampat karena �dak memiliki stadion yang layak untuk menyelenggarakan pertandingan. Kedatangan kali pertama tersebut sangat disambut suka cita. Berbagai jamuan untuk �m Arema juga disiapkan. Tidak hanya itu yang mencarikan tempat la�han �m Arema sebelum dimulainya pertandingan adalah Aremania Sorong. “Kapan lagi kita akan menyambut seper� ini. Belum tentu tahun depan Arema kesini lagi,”lanjut Vonte. Aremania Sorong adalah komunitas luar daerah terbesar yang ada di Sorong. Banyak komunitas-komunitas lain yang berasal tanah Jawa. Namun yang paling terlihat eksistensinya adalah Aremania. “Komunitas Aremania disini adalah terbesar yang ada di Sorong,”jelas Vonte. Aremania Sorong adalah salah satu contoh dari jumlah yang �dak terhitung menyebarnya Aremania diseluruh penjuru Indonesia bahkan dunia. Bahkan, salah satu Aremania, yang bernama Harie Pandiono yang senan�asa dengan bangganya mengibarkan bendera Arema di berbagai penjuru dunia disela-sela kesibukannya sebagai pekerja.
KOLOM OPINI
Kalah, Tak Mengalahkan Semangat
“Kami ini Aremania, kami selalu dukung Arema dimanapun berada kami selalu ada, karena kami Aremania,” yel-yel tersebut mengiringi kedatangan bus �m Arema saat akan bertanding di Stadion Wombik, Sorong. Ikut dalam rombongan bus pemain, saya merasakan rasa merinding yang luar biasa. Betapa jarak yang jauh Malang-Papua, menjadi tak berjarak saat berselimut kebanggaan. Sepanjang pertandingan Aremania tak pernah berhen�-hen�nya memberikan dukungan. Sayang hasil akhir �dak berpihak dengan Arema. Tim Singo Edan harus menyerah 1-0 dari �m tuan rumah Persiram. Hasil itu merupakan kali ke�ga Arema kalah saat mengawali putaran kedua Indonesia Super League 2011/2012. Sebelumnya Arema harus takluk saat melawan tuan rumah Persiwa Wamena dengan skor 1-0. Selanjutnya Arema juga harus mengakui keunggulan Persipura dengan skor 2-1. Hasil mengecewakan untuk kali ke�ga berturut-turut, membuat Aremania cukup menyadari bahwa lawan yang dihadapi cukup berat, terlebih mereka tampil dikandangnya. Meski begitu kekalahan tersebut �dak menyurutkan dukungan Aremania pada Arema. Karena mereka berpendapat, kalah memang mengecewakan. Tapi ada yang lebih membanggakan dari pada kemenangan. Kekalahan justru membuat Aremania semakin yakin, bahwa mendukung Arema bukan hanya persoalan kalah dan menang karena dukungan mereka berdasar keyakinan. *Pegiat media Kavling 10
KAVLING 10 | 65
“APAPUN ITU AREMA”
Ilustrator : Akhtur Gumilang
Space buat percetakan
RIA DJENAKA COFFE HOUSE -good mood with good coffeJL.BANDUNG 5 C MALANG, tlp : 0341 - 551003
Open Daily : 11.00-02.00