4 minute read

Aku dan Ekspresi Diriku

Bulan April 2023 ini terbilang unik

Bagaimana tidak, di bulan April ini ada empat peringatan keagamaan yang terjadi berturut-turut, sehingga hari libur kerja pun semakin banyak Selain itu, bulan April juga dikenal sebagai bulan Kartini, bulan perempuan, dimana para perempuan Indonesia diundang untuk berefleksi tentang keperempuanan mereka di tengah masyarakat majemuk di Indonesia ini. Dalam beberapa perjumpaan dengan temanteman sesama mahasiswa UKDW di kampus, seringkali saya menjumpai beberapa temanteman perempuan, yang berpakaian cukup minim. Entah baju mereka yang sangat ketat dan menonjolkan bagian payudara mereka, menggunakan rok yang sangat pendek dan ketat, atau mengenakan baju crop top hingga pusar mereka terlihat Mungkin sebagai sesama perempuan, saya melihat hal tersebut sebagai hal yang biasa saja. Tetapi entah apa yang ada di pikiran laki-laki dan sesama perempuan lainnya ketika melihat ada teman perempuan yang berpakaian demikian.

Advertisement

Suatu ketika saya mencoba menanyakan beberapa dari mereka, “Menurutmu bagaimana, Mas?”. Beberapa mengatakan, “Untuk apa sih?

Supaya dilihat orang gitu bagian tubuhnya bagus?” Ada juga yang mengatakan, “Bagian yang seharusnya dinikmati oleh suaminya kelak, malah dibagikan untuk orang lain”. Bahkan ada pula yang mengatakan, “Mau jadi seperti apa mereka? Kalau merantau lalu pulang bukan memberikan ijazah, tetapi memberikan cucu untuk orang tua”. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan masih sangat dibatasi dalam berekspresi mengenai pakaian.

M e n u r u t S i s t e m I n f o r m a s i O n l i n e

Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni P P A ) y a n g d i k e l o l a o l e h K e m e n t e r i a n

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, dari 25 077 kasus kekerasan, jumlah korban perempuan sebanyak 22 786 Lebih khusus lagi, kasus yang paling banyak terjadi adalah kekerasan seksual. Artinya, perempuan paling rentan terkena kasus kekerasan seksual Pertanyaannya adalah mengapa perempuan rentan menjadi korban kasus kekerasan seksual?

Stigma yang beredar di masyarakat adalah kasus pemerkosaan terhadap perempuan ini terjadi karena faktor perempuan itu sendiri Dimana cara berpakaian yang tidak pantas, sehingga menaikkan nafsu seksual para laki-laki. Hal ini sebenarnya terkesan sangat tidak adil, karena perempuan tidak hanya menjadi korban, tetapi juga dianggap sebagai penyebab kasus itu terjadi.

Stigma seperti ini membuat perempuan terkurung dalam tubuhnya sendiri. Seharusnya tubuh itu menjadi sarana perempuan untuk mengekspresikan dirinya, tetapi tubuh perempuan justru dijadikan sebagai objek yang membuat rugi perempuan itu sendiri. Seolaholah perempuan tidak lagi memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri dan orang lainlah yang mengatur tubuh perempuan Mengeksploitasi tubuh perempuan adalah sebuah tindakan yang tidak menghormati Allah sebagai Sang Pemberi karena tubuh perempuan juga diciptakan oleh foto:dok./pinterest

Allah.

Sebagian besar perempuan Indonesia, dididik dan dibesarkan dalam beberapa aturan yang hampir sama di setiap daerah. Contohnya, setiap perempuan dilarang untuk berpakaian yang terlalu terbuka atau terlalu pendek. Berita yang berkembang adalah jika seorang perempuan menggunakan baju atau celana yang terlalu terbuka atau terlalu pendek dapat membuat orang lain merencanakan pemerkosaan terhadapnya.

Jika pernyataan tersebut memang benar adanya, maka seharusnya Bali menjadi salah satu kota dengan tingkat kasus pemerkosaan tertinggi di Indonesia Namun menurut riset Databoks, wilayah Indonesia dengan kasus pemerkosaan terbanyak adalah Jawa Timur. Di Bali, kita bisa dengan mudah menjumpai orang-orang yang berpakaian sangat terbuka, baik itu di pantai maupun di sepanjang jalan raya. Berbagai model pakaian dapat kita jumpai di sana. Mulai dari pakaian yang bagian atasnya terbuka atau bagian

Percakapan itu direspons dengan kesediaan para murid untuk tinggal bersama Yesus Awalnya Yesus hendak meninggalkan mereka, tetapi mereka meminta agar Yesus bersedia tinggal bersama mereka karena hari sudah petang. Mereka merasa ada kedamaian selama mereka bercakap-cakap. Yesus bersedia tinggal bersama mereka Kemudian Yesus menampakkan kemuliaanNya kepada kedua muridNya dan menghilang. Setelah itu, mereka kembali ke Yerusalem untuk memberitakan apa yang baru saja terjadi kepada para rasul. Mereka merasakan ketakutan serta kegembiraan yang besar karena Tuhan telah bangkit. Dalam kehidupan ini, kita dipenuhi ketakutan dan krisis seperti kedua murid ini. Dalam ketakutan dan krisis ini kita juga sering lupa bahwa Tuhan ada bersama kita. Melalui pengalaman kedua murid ini, kita diingatkan bahwa Yesus yang telah bangkit tidak pernah absen meskipun Dia seakan absen dari sekitar kita Yesus selalu ada dan berjalan bersama ziarah hidup kita Lalu, apakah kita menyadarinya? Selamat merayakan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus! Amin. [MS] bawahnya yang terlalu pendek, maupun memperlihatkan hampir keseluruhan tubuh perempuan dan laki-laki.

Contoh lain yang menegaskan bahwa p a k a i a n b u k a n l a h p e m i c u d a r i k a s u s pemerkosaan adalah teman-teman yang beragama Islam. Meskipun sudah menggunakan hijab, bahkan cadar, masih tetap menjadi korban pemerkosaan. Perempuan yang bercadar pun hanya menunjukkan matanya saja Bahkan menurut survey yang dilakukan oleh Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) ada sekitar 17,47% korban yang mengenakan rok panjang dan celana panjang, 15,82% perempuan dengan baju lengan panjang, 14,23% yang mengenakan seragam sekolah serta pakaian lainnya, 13,20% perempuan berhijab pendek atau sedang, 3,68 % perempuan berhijab panjang, serta sekitar 0,17% perempuan berhijab dan bercadar Artinya sekitar 17% korban pelecehan seksual menggunakan hijab. Jika pakaian menjadi faktor pemicu terjadinya kasus pemerkosaan, bukankah mereka telah menutup hampir seluruh bagian tubuh mereka? Dari fakta tersebut, kita bisa melihat bahwa berpakaian seperti apapun modelnya, tidak menentukan apakah orang tersebut akan menjadi korban kasus pemerkosaan atau tidak. Sebenarnya kita tidak bisa mengatakan bahwa perempuan adalah korban sekaligus penyebab dalam kasus pemerkosaan atau kekerasan seksual.

Berkaitan dengan hal berpakaian, para mahasiswa (tidak hanya yang bergender perempuan) seharusnya tetap memperhatikan etika dalam berpakaian di kampus UKDW sebagai perguruan tinggi berupaya memberi ruang aman untuk kepelbagaian yang ada dan w a d a h b a g i s e t i a p m a h a s i s w a u n t u k mengekspresikan dirinya Sehingga yang menjadi poin atau tolak ukur kita bukan terletak pada nafsu seksualitas seperti statement ‘pulang bukan bawa ijazah tapi bawa cucu ’ Kita seharusnya lebih menyoroti etika dalam berpakaian, sopan atau tidak, pantas atau tidak, jika berpakaian seperti itu di lingkungan institusi pendidikan Bagaimanakah kira-kira para Kartini muda milenial akan menanggapi hal ini?

[Michelin Isa Bana – TIK]

This article is from: