7 minute read

TREND BUDAYA KOREA DI INDONESIA

Lala, remaja 14 tahun yang duduk di bangku SMA di sebuah kota di Jawa Barat menempeli dinding kamarnya dengan poster artis penyanyi asal Korea Selatan. Kebiasaannya yang tidak pernah mendengar musik-musik Korea, kini berubah. Sore hari saat pulang sekolah, ia masuk ke kamar dan mendengarkan musik-musik pop Korea atau K-Pop. Tak hanya itu, ia pun mulai berdandan ala-ala Korea padahal sebelumnya, Lala bukanlah anak yang suka bersolek.

“Saya juga bingung apa yang terjadi dengan anak saya. Tapi sejauh ini menurut saya masih aman. Cuma yaitu, dandannya yang biasanya kami ajak gereja atau sekolah biasa aja, kini sudah pake lipgloss dan baju-baju yang sedikit kedodoran,” ujar ibunya yang bekerja sebagai pegawai swasta ini.

Sekadar tahu, trend budaya Korea atau Korean Wave yang disebut Hallyu kini semakin meningkat di Asia maupun juga negara-negara lainnya termasuk Indonesia. Hal ini dapat kita jumpai di mana saja, bukan hanya di kalangan remaja tetapi juga dalam kalangan usia dewasa sekalipun, khususnya ibu-ibu muda.

Dikutip dari kumparan.com, berkembangnya Korean Wave di Indonesia muncul sekitar tahun 2000 dan terus berkembang semakin pesat hingga kini. Bahkan di masa pandemi Covid-19 tak menyurutkan kecintaan masyarakat Indonesia dengan budaya Korea, tetapi malahan mengalami kenaikan peminat khususnya serial drama.

Sementara itu, kpopchart.net merilis Indonesia berhasil masuk dalam daftar negara dengan jumlah penggemar dan cuitan K-Pop terbanyak di platform Twiter sepanjang tahun 2020 lalu. BTS, EXO, TXT, NCT 127 dan Stray Kids merupakan grup K-Pop yang paling populer di kalangan pengguna Twitter Indonesia. Bahkan dalam kurun waktu satu tahun, Indonesia berada pada urutan ke 4 sebagai negara dengan jumlah penggemar K-Pop terbanyak setelah Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan di Twitter.

Dimulai dari drama korea (drakor) yang ditayangkan melalui siaran televisi. Saat ini, media sosial mempermudah untuk mengakses segala hal menjadi salah satu pendorong budaya Korea di Indonesia semakin pesat hingga menggeser budaya barat.

Trend budaya Korea memang mempengaruhi hampir segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia khususnya para remaja dalam beberapa tahun belakangan ini, apa yang ditampilkan dan disajikan menarik serta tidak membosankan sehingga banyak diminati berbagai kalangan usia. Para aktor, aktris yang dilihat melalui drakor K-Pop yang dirangkai dengan tarian (dance) berhasil menghipnotis para penonton dan mulai mengikuti media sosial mereka untuk dapat mengikuti setiap momen dari sang idola. Paras yang bersih, cakep serta cantik bahkan prestasi yang ditampilkan berhasil menarik banyak penggemar khususnya kaum hawa. Tak hanya serial drama, musik, fashion, hingga makanan serta bahasa pun menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia.

“Drama Korea itu ceritanya simpel dan tidak bertele-tele, jadi nggak bikin bosen. Kalau di Indonesia kan biasanya kalau udah bagus (sinetronnya) diperpanjang sampai bikin bosen,” tutur Yohan Erviantina kepada Juniati dari Suara Baptis (SB), ketika ditanya alasannya menyukai drakor.

Yohan Erviantina

Yun Young Jun Direktur TV Kristen Korea (CGNTV)

Yohan bukanlah satu-satunya orang yang menyukai alur dari serial drakor yang ditayangkan di berbagai platform media sosial baik yang berbayar ataupun juga gratis.

Soal budaya Korea yang banyak diterima di sejumlah negara termasuk Indonesia, menurut Yun Young Jun Direktur TV Kristen Korea atau CGNTV, karena selaras dengan tradisional dan global.

“Kenapa menarik yang pertama karena Tuhan telah memberkati budaya Korea. Saya pikir budaya Korea berbeda dari Jepang dan China. Saya pikir orang-orang menyukai budaya Korea karena selaras dengan tradisional dan global,” katanya kepada Philip dari SB

Yun juga menambahkan soal perkembangan film dan musik Korea yang memproduksi hal-hal yang berkualitas namun selalu ada sisi yang tidak baik.

“Film dan musik Korea menyenangkan dan bagus. Film Korea lebih bagus dari film Hollywood. Namun, ada banyak hal yang tidak baik di mata Tuhan bahkan dalam film dan musik Korea. Jadi orang-orang perlu menonton dengan kebijaksanaan,” ujarnya.

CGNTV sendiri adalah sebuah stasiun TV yang fokus pada acara-acara kerohanian dan misi milik Gereja Onnuri Korea Selatan. “Ada banyak program bagus di CGNTV. Secara khusus, GodToon adalah program yang membantu kaum muda untuk mengetahui Alkitab. Dan Sekolah Minggu Gembira untuk anak-anak. Semua program CGNTV ditayangkan untuk membantu orang menemukan Tuhan,” ujarnya.

Fitria Linayaningsih, M.Psi., Psikolog

Fitria Linaningsih seorang Psikolog mengungkapkan, trend budaya Korea yang kian meningkat tak hanya di kota-kota besar tetapi juga di daerah-daerah yang disebabkan peranan dari media sosial. Hal ini memudahkan semua orang dapat bertukar informasi dan mengakses semua informasi dengan lebih mudah. Seperti Google, Twitter, Instagram, WhatsApp, Facebook dan lainnya.

Sementara serial drakor tersedia di berbagai platform baik yang berbayar maupun juga secara gratis dapat diakses dengan mudah melalui Youtube, Telegram, Netflix, Iflix, WETV Facebook serta aplikasi drakor yang bisa didapatkan dengan mudah melalui Play Store.

Selain itu juga, pada masa Covid-19, minat terhadap drakor ini semakin meningkat, diungkapkan Lina, hal itu disebabkan karena semua kegiatan di luar rumah dibatasi sehingga banyak orang tidak memiliki banyak aktivitas yang dapat dilakukan yang akhirnya mereka lebih banyak menghabiskan waktu di handphone atau di gadget

“Selain karena media massa itu yang cukup berperan penting juga karena kurangnya aktivitas di luar rumah sehingga lebih banyak waktu untuk dapat mengakses hal itu (tentang Korea),” ujar istri Gembala Sidang Gereja Baptis Indonesia Segrumung ini.

Dilanjutkannya, budaya Korea itu sebenarnya yang hebat adalah pemerintah Koreanya. Mereka dengan gencar mempromosikan budaya Korea dan Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat menerima budaya ini. Hal ini tentu saja membawa dampak positif tetapi juga berdampak negatif, misalnya dengan budaya Korea ini, anak-anak muda itu lebih kreatif, idol-idol K-Pop yang menjadi idola mereka menjadi model bagi mereka sehingga menjadi motivasi.

Bukan hanya itu, usia remaja sampai dewasa itu memiliki komunitas, sehingga mereka punya hubungan yang sangat erat melalui pertemanan solidaritas yang baik. Serta, ada banyak orang juga yang melihat ini sebagai sebuah kesempatan yang baik untuk finansial. Misalnya kaos BTS yang dapat dengan mudah dijual sehingga kalau anak-anak muda bisa melihat kesempatan itu sangat baik untuk mendapatkan pemasukan.

“Bukan hanya itu sebenarnya, kalau kita melihat perkembangan anak usia remaja, itu adalah masamasa mereka mencari jati diri, salah satunya adalah dengan mengikuti model-model K-Pop dan itu bisa menjadi pengaruh positif tetapi juga negatif,” tuturnya.

Dampak negatif dari trend budaya Korea ini, misalnya membuat mereka menjadi boros, karena ada yang sangat tergila-gila dengan idolanya hingga ada juga yang sangat fanatik. Misalnya saja tahun 2021 lalu ketika menu kolaborasi BTS dengan McDonalds dirilis, itu sampai antri panjang demi mendapatkan BTS Meal itu, dan kita bisa melihat mereka itu sangat konsumtif padahal kalau dari segi finansial mereka sebenarnya terbatas tetapi mau dengan rela demi mendapatkan sesuatu yang ada hubungannya dengan K-Pop. Bahkan kesehatan fisik dan kesehatan mata, khususnya bagi remaja maupun juga ibu-ibu yang sangat tergila-gila dengan drakor itu. Kalau sudah nonton satu episode itu biasanya tanggung sehingga akhirnya merugikan diri sendiri, salah satunya karena kecanduan menonton akhirnya kurang waktu tidur, kurang dapat memanajemen waktu, yang masih kuliah dan sekolah akhirnya tugas-tugas menumpuk dan lain sebagainya.

Serial drama yang menampilkan cerita romansa menjadi daya tarik penikmat drakor yang dapat membawa dampak negatif apabila apa yang dilihat di drakor akhirnya menjadi patokan untuk menjalin asmara.

Sementara gaya busana juga skincare menjadi salah satu yang diminati banyak kawula muda, hal ini karena gaya busana yang sederhana namun tetap elegan serta make up yang simpel tetapi tetap tampil natural banyak diaplikasikan dalam kehidupan anakanak muda saat ini.

Bahkan beberapa produk lokal pun menggunakan artis-artis Korea sebagai bintang iklan guna menarik banyak peminat, yang tentu saja menggeser posisi

artis-artis lokal. Sadar atau tidak, perlahan-lahan budaya Korea akan menggeser budaya lokal dalam hati masyarakat Indonesia sehingga akan mengancam eksistensi dan keberadaan budaya lokal. Meski membawa dampak positif tetapi juga dampak negatif yang tidak dapat dipungkiri, trend budaya Korea pun turut mempengaruhi kaum muda di gereja kita. Lalu bagaimana gereja harus mengambil sikap dalam hal ini?

Penulis: Phil Artha & Juniati

This article is from: