
4 minute read
Keamanan Digital PENIPUAN DUNIA MAYA
Keamanan Digital
PENIPUAN DUNIA MAYA
Ibung, remaja 16 tahun hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Uang hasil tabungan selama 5 bulan sebesar Rp. 750.000 ludes. Ia tertipu pembelian gawai dengan harga promo di Instagram (IG). “Saya sudah tanya ke nomer yang ada di IG itu, (te)tapi abis itu sudah tidak ada lagi. Uang saya hangus Rp. 750.000. Saya ditipu promo di IG yang jual hp murah. Sempat saya hubungi dan kirim SMS tapi tak ada balasan sama sekali,” aku pelajar SMA kelas 10 itu.
Ibung bukan korban satu-satunya. Ada banyak korban lainnya yang juga mengalami penipuan lewat online. Modusnya mulai jualan barang bermerek hingga pengumpulan dana dan pinjaman online (pinjol).
Soal kejahatan siber data dari situs Cekrekening. id mengungkapkan bahwa kasus penipuan online dari ecommerce (penjualan online) melalui media sosial mulai Januari hingga September 2021 sebanyak 115.756 kasus dan angka ini terus akan naik.
Menilik hal itu betapa soal keamanan siber amat penting dan perlu diperhatikan oleh warganet. Di Januari 2023 akhir, laman trendmicro.com menulis soal hiruk pikuk 2022 dengan cybersecurity. Persoalan penipuan, virus dan dan kejahatan online masih marak. SetaIi tiga uang, hasil jajak pendapat Social Media Habit and Internet Safety 2022 oleh populix.co menyebut bahwa hampir 80% responden dari 1.000 orang lebih yang dimintai pendapatnya pernah mengalami pengalaman negatif saat menjelajahi dunia internet.
Pengalaman-pengalaman negatif itu, antara lain pesan spam (52%), penipuan (31%), maintenance error (30%), hacking (26%), stalking (21%) dan cyberbullying (16%). Masing-masing angka itu didapat dari pengguna aplikasi media sosial terbanyak, yaitu YouTube (94%), Instagram (93%), TikTok (63%), Facebook (59%) dan Twitter (54%). Mungkin saja angka itu sudah berubah saat ini.
Persoalan keamanan berinternet atau cybersecurity karena netizen mengisi waktunya –entah itu kosong atau memang pekerjaanya – untuk mencari informasi atau berita terbaru atau hiburan semata disediakan di dunia maya.
Dari hasil survei populix itu, ada beberapa alasan warganet berlama-lama di dunia maya, yaitu mencari informasi baru 79 %, menjalin hubungan atau relasi 66 %, hiburan 75%, musik dan film 66%, dan informasi film 48%. Tentu saja lamanya warganet di dunia maya semakin besar. Minimal mereka berada di dunia maya empat sampai delapan jam sehari.
Lamanya warganet berada di dunia maya dan mendapatkan pengalaman negatif tadi memang tak terhindarkan. Meski ada aplikasi-aplikasi keamanan, masih banyak korbannya. “Melalui studi ini, kami ingin melihat lebih jauh seputar pemahaman dan sejauh apa orang Indonesia menggunakan fitur-fitur [keamanan] tersebut untuk melindungi pengalaman online mereka di media sosial secara umum,” kata Chief Technology Officer Populix, Jonathan Benhi.
Harus diakui pemahaman warganet soal keamanan online dan aneka fiturnya masih di bawah 50%. Survei itu mengatakan 48% responden mengetahui soal privasi dan keamanan digital. Sementara 49% lainnya ragu-ragu, dan sisanya 3% tidak tahu.
Pentingnya meliterasi warganet amat perlu dilakukan. Namun sederhananya adalah, warganet diajak untuk tidak mudah men-share sesuatu apapun informasi itu agar tidak mendapatkan pengalaman negatif.
Berikut tujuh langkah agar warganet memahami keamanan digital, yaitu:
1. Simpan Data secara Offline
Hindari menyimpan informasi pribadi secara online atau di media sosial, seperti scan KTP, SIM atau Kartu Keluarga secara online atau bahkan di media sosial. Simpanlah informasi pribadi dalam USB external. Hal itu dapat menghindarkan dari ancaman siber lewat jaringan online.
2. Cari Website yang Aman
Selalu memeriksa dengan teliti website yang aman, tandanya website tersebut memiliki sertifikat Secure Sockets Layer (SSL). Caranya lihatlah ikon gembok yang terdapat di ujung paling kiri kolom Uniform Resource Locators (URL). Jika tidak punya itu, jangan pilih.
3. Koneksi Internet Aman
Pastikan koneksi internet yang digunakan aman. Hindari wifi umum karena tak terjamin keamanannya. Tambahkan pula jika diperlukan Virtual Private Network (VPN) untuk menutup Internet Protokol (IP) address pribadi.
Gunakan kata ganti sandi yang kuat kombinasi huruf, angka dan simbol. Jangan gunakan kata sandi yang sama disetiap aplikasi yang digunakan. Ini untuk mencegah peretasan.
5. Autentikasi Dua Faktor
Aktifkan autentikasi dua faktor untuk mencegah digunakan oleh pihak lain. Autentikasi dua faktor itu bisa dalam bentuk sidik jari, wajah dan kode OTP.
6. Enkripsi
Sistem enkripsi untuk mencegah orang lain untuk mengklaim data yang Anda miliki.
7. Cek dan Ricek Link Baru
Ini penting, selalu lakukan cek dan recek link yang baru atau belum dikenal. Dan jangan mudah untuk langsung klik link yang baru tersebut. Ini yang sering membuat Anda terjebak pada pengalaman negatif.
Selalu hati-hati dalam bersosial media…
Penulis: Brenetho Noel, seorang mahasiswa tinggal di Jakarta
Editor: Juniati