Buletin Selebaran
Edisi Pendidikan, 15 Jnuari 2014
LEMBAGA PERS MAHASISWA
SPIRIT-MAHASISWA
BULETIN MEMUAT OPINI YANG DIBAGIKAN KE MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
By : Al-Hakim
Buletin Selebaran
Pendidikan
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRIT-MAHASISWA@GMAIL.COM
Buletin Selebaran
Pendidikan
Kalau Jelek, Jangan Jadi Guru
D
alam sejarahku sekolah, dari sejak SD hingga kuliah, aku telah merasakan berbagai sistem pembelajaran. Di bangku sekolah dasar, posisiku tak lebih dari seorang pendengar setia. Tapi, menjelang SMP dan SMK, aku bukan lagi seorang pendengar. Bahkan, di semester satu saat kelas tiga SMK, nilai-nilai yang kudapat tidak pernah kurang dari sembilan. Tapi semua hanya jadi sejarah bagiku. Jangankan untuk mendapat nilai sembilan, bahkan untuk mendapat nilai delapan pun menjadi hal yang berat. Ada apa dengan diriku? Apa ini terjadi karena kebetulan? Atau faktor pengajar? Lambat laun aku mengerti mengapa aku begitu sulit mendapat nilai sembilan. Aku baru sadar bila di semester satu penyampaian materi dilakukan oleh seorang guru yang pandai memahami suasana dan menjaga kedekatanya dengan para siswa. Lain halnya di semester dua. Kelas menjadi lebih hampa. Hanya materi dan materi yang di suguhkan dengan dalih mengejar target waktu yang ditentukan. Keadaan inilah yang membuat aku sulit untuk berpikir jernih. Bukankah pengetahuan yang baik seharusnya tidak membingungkan, tapi membuat kita tercerahkan dan memperoleh keyakinan yang kuat serta mendasar. Tapi, mungkinkah pengetahuan dicapai tanpa disampaikan dengan cara yang salah? Umumnya guru adalah figur pembentuk pengetahuan dan pencetak kader-kader yang bermartabat. Tiada pengindahan yang cukup untuk melukiskan jasanya, dimana aku di gembleng agar nantinya dapat menjadi manusia yang berbudi luhur dan tahu benar-salah. Seperti pembentuk kata “guru” itu sendiri, yaitu ”digugu lan ditiru”. Maka guru merupakan seorang yang ucapannya menjadi pedoman dan tingkah lakunya jadi panutan.
Seorang guru yang baik adalah orangorang yang mampu lolos dari proses penempaan dan seleksi yang ketat. Karena tidak mungkin seseorang yang cacat moral dan tidak memadai pengetahuannya menjadi seorang guru. Ada sebuah paradigma lama yang menyatakan bahwa, ”guru harus seseorang yang pandai dalam bidangnya”. Tapi, masih relevankah paradigma lama tersebut pada remaja telah dibuat bebal dengan keberadaan teknologi? Butuh konsepsi baru yang diperlukan untuk menghadapi remaja saat ini. Selain itu, sudah waktunya paradigma lama tentang guru yang hanya pintar di bidangnya itu diganti dengan paradigma baru : guru yang cerdas yang piawai dalam memberikan keasikan dan mampu membawa suasana. Karena hal ini terbukti membawa dampak dalam peningkatan kecerdasan siswa. Selain itu yang diperlukan seorang guru adalah Bagaimana bisa membawa seorang siswa untuk berfikir dan berusaha memahami apa yang siswa pelajari. Sehingga kalau diibaratkan jangan menilai buku dari isinya saja, tapi juga dari sampulnya. Meski kecerdasan guru setinggi langit, tapi menjadi percuma bila guru tersebut gagal menarik perhatian dan minat siswa. Karena karakteristik siswa sekarang, yang notabene semakin bebal, butuh lebih dari sekedar kecerdasan. Artinya, jangan menilai baikburuk seorang guru hanya dari kecerdasan di bidang yang dia ajar, melainkan juga harus menilai kualitas seorang guru dari cara dia membawa suasana positif di kelas. Selain itu, guru-guru saat ini selalu gagal dalam menyajikan kebaruan untuk menarik minat siswanya. Mungkin kehadiran sosok mahasiswa-mahasiswi yang kebetulan praktek di sebuah sekolahan membuat suasana baru di kelas menjadi bukti bila seorang guru gagal membawa suasana yang positif. Dan ironisnya, siswa jadi lebih senang diajar
oleh guru praktek ketimbang guru utama. Dalam sebuah pelajaran kehadiran sosok pengajar yang berpenampilan bagus (cakep, muda, enak dipandang, dan bertempramen rendah) akan lebih bisa mengkondisikan suasana dan menghasilkan respon positif dari pendengar atau siswa. Berbanding terbalik dengan kehadiran sosok pengajar yang berpenampilan buruk (jelek, tua, tidak enak di pandang, dan bertempramen tinggi) akan lebih susah menciptakan suasana yang mengasikan. Karena dengan respon dan anggapan yang kurang baik atau bisa dikatakan kurang mendukung. Keadaan akan lebih parah apabila guru yang ”jelek” tersebut merupakan guru di matapelajaran matematik, saint, dan cabang ilmu yang lain dengan logika sebagai poros pembahasan. Kesan pertama untuk memulai sebuah proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Selama ini guru sering melupakan kondisi psikologis siswa, terutama dalam mempelajari suasana hati. Guru hanya memikirkan target selesainya sebuah materi saja dan melupakan bila otak siswa terbatas dalam menyerap informasi yang disampaikan seorang guru. Padahal kemampuan otak manusia sangat terbatas dalam menerima rangsangan. Belum lagi dengan kejenuhan pada saraf akibat tekanan pada mental siswa membuat informasi tidak akan sampai ke otak dan hanya menimbulkan gejala neurotik atau gangguan saraf. Bukankah sungguh riskan apabila proses belajar-mengajar sekarang masih di dasarkan pada pemikiran kolot generasi tua. Peradaban telah berubah, rasa ingin tahu semakin berkurang, dan hal-hal baik menjadi terlihat aneh. Syaiful Anwar, Anggota Baru 2014 LPM Spirit-Mahasiswa.
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRIT-MAHASISWA@GMAIL.COM
Buletin Selebaran
Pendidikan
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRIT-MAHASISWA@GMAIL.COM
Buletin Selebaran
Degradasi
T
idak ada masa yang lebih menyenangkan selain masa awal-awal kuliah. Teman baru, dosen baru, pengalaman, petualangan dan tantangan baru. Semua serba baru sampai datanglah keresahan seputar dunia perkuliahan. Saya pikir, di perkuliahan ini saya dapat melakukan banyak hal berguna bersamasama. Tapi, jangankan melakukan hal berguna untuk masyarakat. Bahkan untuk mengajak belajar bersama saja susahnya minta ampun. Saya pikir, penolakan teman-teman karena kesibukan masingmasing. Seiring waktu, saya mulai berpikir kalau kesibukan dengan tugas kuliah sampai keasyikan pada dunia baru ini sudah tidak wajar. Seakan tak ada hal lain yang harus dicapai selain mendapat IPK bagus dan perlakuan istimewa dari dosen. Bukankah seharusnya sebagai seorang mahasiswa, selain dituntut untuk dapat menguasai keilmuan di bidang yang digeluti, tapi bukan berarti harus acuh pada masyarakat sekitar. Sampai saat ini kepedulian mahasiswa pada masyarakat telah mengalami sebuah degradasi. Mereka lebih mementingkan kepentingan individu ketimbang kegunaan diri di masyarakat. Tuntutan akademik terkait dengan keputusan Permendikbud tentang SNPTN (Standar Nasional Perguruan Tinggi Negeri) yang mengharuskan mahasiswa S1 atau D4 lulus dengan batas waktu maksimal 5 tahun membuat mahasiswa dituntut untuk sesegera mungkin menyelesaikan kuliah maksimal 10 semester. Selain itu, akibat tuntutan Permendikbud tersebut membuat para mahasiswa ingin lebih menonjol dari lainnya dan menyebabkan sikap acuh antara sesama mahasiswa. Serta memicu persaingan tidak sehat. Selain itu, ketakutan akan persaingan di dunia kerja menjadi salah satu faktor kurangnya kepedulian sosial di kalangan mahasiswa.
Pendidikan
Kepedulian Anggapan tentang perusahaan besar hanya mencari mahasiswa dengan IP tinggi membuat mahasiswa hanya menggebu-nggebu mengejar nilai. Sedangkan ilmu yang didapat merupakan tanggung jawab besar untuk diaplikasikan dan sebisa mungkin bermanfaat bagi masyarakat. Namun, yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Mahasiswa dirasa sangat kurang dalam pengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh pada masyarakat. Semacam virus pseudo intelektual yang saat ini menjangkiti mahasiswa. Mereka merasa menjadi orang yang sangat pintar di masyarakat sehingga tidak perlu menghiraukan masyarakat sekitar. Padahal, ironisnya anggapan dan narsisme intelektual hanya di dalam pikiran dan tidak dapat dibuktikan di ranah praktis. Kritis dan pandai beragumen, memahami banyak wacana-wacana besar. Tapi, rasarasanya lucu bila melupakan hal-hal kecil yang semestinya berguna; melupakan masyarakat di sekitar mereka. Mahasiswa juga mahluk sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Makhluk yang memerlukan orang lain atau sesamanya. Sehingga sebagai mahasiswa, sudah selayaknya memiliki rasa kepedulian atas sesama. Kesadaran akan saling membutuhkan harus tertanam di pikiran kita. Maka seharusnya dilakukan adalah meluangkan waktu sejenak untuk bercengkrama dengan sekitar dapat menjadi salah satu cara agar kepedulian pada masyarakat tidak hilang begitu saja. Seperti gotong-royong, kerja bakti, dan turut aktif dalam setiap kegiatan masyarakat.
Mahasiswa Kepedulian sosial dapat diterapkan dengan baik akan menghasilkan individu yang berbudi luhur. Namun, hidup bukan hanya budi luhur tapi kecerdasan dan budi luhur adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kecerdasan tanpa budi luhur akan berakibat pada kejahatan atas orang lain. Sedang budi luhur tanpa kecerdasan hanya berujung pada kebodohan. Keselarasan antara budi luhur dengan kecerdasan akan membentuk individu yang hebat. Disadari atau tidak, melakukan kegiatan sosial yang merupakan salah satu bentuk kepedulian dan tak lupa dilandasi dengan tingkat kecerdasan yang tinggi akan menghilangkan penyakit acuh tak acuh. Citra kita akan meningkat di mata masyarakat dan lebih menonjol dari orang lain. Selain itu, kita akan mudah mendapat pekerjaan karena memiliki banyak relasi. Dan segalanya terjadi otomatis. Menyenangkan bukan? Tidakkah penat dengan rutinitas perkuliahan yang memaksa kita untuk berpikir secara keras? Bukankah diri dan lingkungan adalah sebuah mekanisme yang saling berhubungan? Sudah semestinya jika kita saling mempedulikan. Alvi Awwaliya, Anggota Baru 2014 LPM Spirit-Mahasiswa
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRIT-MAHASISWA@GMAIL.COM
Buletin Selebaran
Pendidikan
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRIT-MAHASISWA@GMAIL.COM
Buletin Selebaran Edisi, 15 Januari 2015
KARYAMU Siapapun bisa mengirim tulisan/informasi yang berkaitan dengan apapun. Jenis tulisan bisa berupa opini, berita, feature, wawancara, artikel, resensi, siaran pers, jadwal/agenda kegiatan seni & budaya, foto maupun karya seni (untuk seni sastra berupa cerpen atau puisi. Untuk seni visual berupa karya foto), essay, paper, analisis, wacana, cergam, cerita rakyat/foklor. Dll. Setiap tulisan disertai dengan nama atau identitas (CV) lengkap dan foto 3x4, pengirim. Tulisan tidak menyinggung Suku, Agama, Adat maupun Ras tertentu. Tulisan tidak mengandung fitnah ataupun unsur bohong apalagi Plagiasi. Tulisan berita disarankan sudah memenuhi standar yang baik. Untuk Foto (untuk karya fotografi) yang dikirim menggunakan kualitas medium (± 150 dpi). Jika ingin tau lebih mengenai syarat pengiriman tulisan, detailnya silakan akses di : “Spirit-Mahasiswa.blogspot.com”
r
r
Spiritmahasiswa.lpm@gmail.com Spirit-Mahasiswa.blogspot.com Warta Kampus Universitas Trunojoyo @Lpmsm | @WartaUTM Telp : 083-857-958-435
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRIT-MAHASISWA@GMAIL.COM
TIN RAN E L U B LEBA
SE
LEMBAGA PERS MAHASISWA
SPIRIT-MAHASISWA
BULETIN MEMUAT OPINI YANG DIBAGIKAN KE MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TIN RAN E L U B LEBA
SE