Balada Generasi Perdana Menjalani Bukan Wisuda Biasa Hot News: Serba-Serbi Wisuda UPNVJ Ke-65: Bukan Wisuda Biasa
Info Utama: Balada ‘Generasi’ Perdana Skripsi Online di Tengah Pandemi
-
Fokus: Menyoal Sosialisasi Seminar Nasional Prasyarat Sidang di FISIP
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com BULETIN LPM ASPIRASI EDISI KHUSUS WISUDA KE-65 2020
1
2
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
EDITORIAL
Pagebluk yang Menggebuk Proses Skripsi Hingga Wisuda Pihak kampus dan para mahasiswa yang menggarap skripsi pada semester genap 2019/2020 dipaksa beradaptasi dengan keadaan yang sepenuhnya berbeda akibat pagebluk Covid-19.
W
isuda tak ayal merupa Hal ini diakui oleh mahakan sebuah prosesi sakral siswa tingkat akhir cukup memberyang dilakukan mahasiswa atkan mereka yang akan melakukan Balada Generasi Perdana Menjalani setelah menyelesaikan studinya. Bukan Wisuda Biasa sidang skripsi. Tak hanya itu, koorSecara simbolik, wisuda seringkali dinasi yang belepotan antara fakulHot News: Serba-Serbi Wisuda UPNVJ Ke-65: diwarnai dengan momen menghaBukan Wisuda Biasa tas, dosen pembimbing, dan maharukan dan peristiwa apresiasi bagi siswa menjadi akar dari informasi orang tua dan kerabat wisudawan. terkaitseminar nasional. Akhirnya, Di tengah merebaknya pelaksanaan dari segi proses mauInfo Utama: pandemi Covid-19, wisuda menjadi Balada ‘Generasi’ Perdana pun output tidak sesuai dengan yang Skripsi Online di Tengah Pandemi salah satu acara yang tidak bisa dilediharapkan. Hal ini pun diakui oleh watkan. Kendati demikian, UniversiFokus: pihak kampus bahwa persiapan meMenyoal Sosialisasi Seminar Nasional tas Pembangunan Nasional Veteran Prasyarat Sidang di FISIP mang belum matang sepenuhnya. Jakarta (UPNVJ) tetap melaksanakan Realitasnya, polemik terse wisuda ke-65 tahun ajaran but secara tidak langsung akan berdampak tak 2019/2020 secara virtual melalui platform video bagus pada UPNVJ. Persiapan seminar nasional conference Zoom. yang tidak matang akan berbuntut pada peng Tak hanya wisuda yang dilaksanakan umpulan jurnal ilmiah yang tidak maksimal. Hal secara daring, melainkan juga prosedur keluluini bisa berdampak pada kualitas mahasiswa dan san mahasiswa. Mulai dari penyusunan skripsi kampus UPNVJ. hingga sidang sepenuhnya mau tak mau harus Lantas apakah kualitas output dari dilaksanakan secara daring. mahasiswa UPNVJ akan dikorbankan? Kenyata Peralihan mekanisme yang dilakukan annya, permasalahan juga muncul saat pengmelalui daring ini lantas dianggap memunculkan garapan skripsi dan sidang yang dilakukan denberbagai kendala bagi para mahasiswa tingkat gan seadanya. Skripsi layaknya gerbang bagi akhir, mulai teknis pelaksanaan kursus dan tes mahasiswa sebelum menyandang gelar sarjana. TOEFL secara daring, observasi penelitian skripsi Skripsi tersebut diharapkan untuk menjadi karya yang terhambat, serta sidang skripsi virtual yang terbaik mahasiswa. Namun, di tengah pandemi dinilai kurang efektif oleh beberapa mahasiswa. Covid-19 realitas berkata demikian. Kendala teknis seperti sinyal, peladen yang (serv Berubahnya sistem pendidikan secara er) error, dan ketidaktersediaan kuota internet keseluruhan menjadi virtual membuat pihak menjadi sejumlah problematika yang tidak dapat kampus harus bisa membagi perhatian dan fokus dihindari. secara adil dalam mempersiapkan Pembelaja Satu dari sekian hal yang lantas menran Jarak Jauh (PJJ) dan kegiatan penelitan yang jadi pertanyaan yaitu, apakah UPNVJ sudah siap dilakukan oleh mahasiswa akhir. Sebab, sebagian dan mampu mengakomodasi kegiatan mahamahasiswa akhir mengaku merasa dikesampsiswa tingkat akhir yang sepenuhnya dilakukan ingkan. Birokrat perlu mempersiapkan secara secara daring? matang dalam menanggulangi permasalahan Dalam laporan-laporan pada Buletin pembelajaran. Hal ini perlu digarisbawahi untuk Wisuda UPNVJ ke-65 ini, kami menyuguhkan menghindari adanya penurunan kualitas terhaberbagai problematika yang masih dialami oleh dap segenap mahasiswa UPNVJ. segenap mahasiswa akhir dalam menyelesaikan Pandemi Covid-19 adalah masalah yang penelitian skripsinya. Misalnya, ketidaksiapan perlu dihadapi bersama. Alangkah baiknya jika pihak fakultas dalam menyelenggarakan semipihak kampus bisa mengakomodasi mahasiswa nar nasional dan informasi-informasi yang masih dengan baik. Sehingga tidak ada mis-komunikasi bersifat sumir serta dadakan. yang nantinya akan merugikan mahasiswa.[] -
BULETIN LPM ASPIRASI EDISI KHUSUS WISUDA KE-65 2020
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
1
HOT NEWS
Foto : M. Rafi Shiddique
Serba-Serbi Wisuda UPNVJ Ke-65 : Bukan Wisuda Biasa
Oleh : Suci Amalia T, Sekar Ayu, Ikhwan Agung N. Berbeda 180 derajat dengan sebelumnya, prosesi wisuda ke-65 Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) mau tak mau harus dilaksanakan di kediaman masing-masing para wisudawan akibat adanya pandemi,
K
2
artini Sekar Anggraini, salah satu wisudawan UPNVJ, bergegas mandi untuk mengawali hari penting yang telah ditunggu-tunggunya. Hari itu menjadi tanda bahwa ia telah di ujung garis perjuangan studinya. Terhitung sejak tahun 2016, ia menginjakkan kaki di kampus bela negara. Genap empat tahun sudah ia mengemban status sebagai seorang mahasiswi perguruan tinggi. Kini saatnya ia melepas status tersebut dengan sebutan wisudawan. Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, momen wisuda ini merupakan yang pertama di keluarganya. Alih-alih menghadiri wisuda di Jakarta Convention Center (JCC) seperti wisuda-wisuda sebelumnya, kondisi pandemi Covid-19 yang belum usai ini membuat Sekar harus menjalani wisuda secara daring dari kediamannya. Meski begitu, Sekar tetap antusias mengahadiri wisudanya. Wisudawan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini terlebih dahulu merias diri dan mengenakan toga yang dikirimkan pihak kampus sebelum siap menghadap gawai yang digunakan
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
untuk media untuk menghadiri prosesi wisudanya secara virtual. Tepat setengah jam sebelum prosesi wisuda berlangsung, Sekar sudah siap dan duduk manis dihadapan laptopnya. Di tempat lain, suasana sibuk terasa di Auditorium Bhinneka Tunggal Ika UPNVJ. Di sana, para kru sudah siaga di dalam ruangan guna mempersiapkan siaran langsung dan Zoom Meeting untuk pelaksanaan wisuda. Pembawa acara bersiap-siap menuju ke tengah auditorium yang sudah dilengkapi dengan green screen dan dikelilingi oleh sejumlah lampu di atasnya guna mendukung pencahayaan. Tepat pukul delapan pagi, operator mulai menghitung mundur dan meminta semua kru untuk bersiap yang menandakan pelaksanaan wisuda ke-65 secara daring telah dimulai. Semua kru tampak fokus pada posisinya masing-masing dan mengatur kelancaran wisuda agar sesuai dengan konsep dan susunan acara yang ada. Acara dimulai khidmat dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Bela Negara, yang kemudian dilanjutkan dengan Menghening-
HOT NEWS kan Cipta. Total wisudawan yang yang terdaftar pada wisuda kali ini mencapai 1454 mahasiswa, namun pada sepuluh menit pertama wisuda berlangsung baru terlihat 525 mahasiswa yang sudah masuk meeting room. Setelah pembacaan do’a, prosesi wisuda dimulai ditandai dengan tiga ketukan palu sidang dari Erna Hernawati selaku Rektor UPNVJ dan dilanjut dengan pidato sambutannya yang menyampaikan materi tentang tema “Siap Bersaing di Era Society 5.0, untuk Indonesia Maju”. Namun, di tengah pidato rektor terjadi kesalahan teknis dimana gambar dan suara yang tertampil di room meeting mendadak hilang. Tak hanya sekali persoalan suara ini terjadi, terhitung lebih dari tiga kali, mulai dari suara yang tiba-tiba hilang, atau suara yang terdengar bergema. Menanggapi kendala-kendala yang terjadi pada prosesi wisuda, Firdaus Noor selaku Program Director menyatakan hal tersebut merupakan akibat adanya keselahan teknis meskipun pada saat pra-produksi sudah dipastikan kesiapannya. Firdaus juga menuturkan bahwa dalam pelaksanaan wisuda kali ini kampus turut mengikutsertakan patisipasi mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UPN Fotografi atau UFO, KSM FiveTV, dan KSM Fiber. “Jadi dapat menambah pengalaman mereka di acara seperti ini dengan deadline yang sangat tinggi dan standar kualitas, yang menurut saya, seperti industri dan ya, hasilnya menurut saya Alhamdulillah,” terang Firdaus saat ditemui ASPIRASI dalam pelaksaan wisuda, Sabtu (10/10). Firdaus juga menambahkan dengan melihat banyaknya wisudawan dan orang tua wisudawan yang tebawa dalam suasana senang, bangga hingga menangis bersama mengartikan bahwa konsep yang usung dalam pelaksanaan wisuda tercapai. “Konsep wisuda yang asalnya adalah sesuatu acara hikmat, ritual gitu ya ketika kita masuk karena online kita harus membawa itu juga dan berhasil,” tutup Firdaus. Wisuda Dengan Sistem Baru
Seluruh prosesi wisuda telah dibuat sebelum hari acara dan ditampilkan dalam bentuk rekaman. Hiburan yang disajikan selama acara seperti tari dan persembahan lagu juga merupakan video kompilasi yang telah di edit sebelumnya. Di samping itu, prosesi sakral pemindahan kuncir yang biasanya dilakukan oleh rektor kali
kali ini terpaksa diwakilkan oleh orang tua atau wali wisudawan dari rumahnya masing-masing.
Foto : M. Rafi Shiddique
Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Ria Maria Theresa menuturkan bahwa meskipun wisuda diselenggarakan secara daring namun sebagian besar komposisi acara masih sama dengan prosesi wisuda seperti biasanya. Ria juga menyampaikan bahwa panitia sebetulnya telah berencana untuk untuk menghadirkan Senat, lulusan dengan IPK tertinggi dari tujuh fakultas yang tinggal di Jakarta, serta dua wisudawan peraih gelar Mahardika yaitu Widha Aulia dan Nurul Avianty untuk hadir ke kampus tepat pada hari wisuda. Namun, rencana tersebut batal dan digantikan dengan rekaman. Terkait jadwal wisuda yang sempat tertunda dari jadwal awalnya yaitu 26 September 2020, Ria menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena jadwal sebelumnya terlalu dekat dengan jadwal Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di bulan Agustus lalu. Akibatnya persiapan wisuda belum maksimal, sementara pengiriman toga kepada wisudawan lebih cepat dari perkiraan. Menanggapi hal ini, Putri Hardyanti, wisudawati Fakultas Kedokteran (FK) angkatan tahun 2013 menyayangkan terkait sosialisasi wisuda yang minim.
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
3
HOT NEWS
“Untuk pengumuman tentang wisuda aku rasa lebih baik diumumkan secara personal via surel kepada wisudawan. Jangan via YouTube atau Instagram karena terkadang beberapa dari kami tidak selalu melihat postingan YouTube atau Instagram UPN.” “Untuk pengumuman tentang wisuda aku rasa lebih baik diumumkan secara personal via surel kepada wisudawan. Jangan via YouTube atau Instagram karena terkadang beberapa dari kami tidak selalu melihat postingan YouTubeatau Instagram UPN” terang Putri saat diwawancara ASPIRASI, Senin (5/10). Di samping itu, hinga lima hari menjelang berlangsungnya wisuda, Putri juga mengaku belum mendapat runtutan acara dan hanya mendapat informasi terkait jadwal gladibersih yang diselenggarakan pada tanggal 8 Oktober atau dua hari sebelum acara inti. Senada dengan Putri, Wida Aulia, wisudawan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) juga menyampaikan informasi yang diberikan pihak kampus telalu mendadak. Sebagai peraih penghargaan mahardika, ia diminta untuk meliput video dokumenter dan ucapan terima kasih di kampus. “Memang mendadak sekali sih dikasih tahunya. Makanya saat dikasih tahu syuting itu langsung batalkan agenda-agenda di tanggal itu,” ujarnya saat dihubungi ASPIRASI setelah prosesi wisuda (10/10). Walaupun begitu, Wida tetap mengapresiasi acara wisuda daring yang telah berhasil diselenggarakan UPNVJ meskipun terdapat kendala jaringan selama acara berlangsung. Ia mengaku tetap merasa terharu, senang, dan bersyukur atas keseluruhan acara terlebih karena ia merupakan salah satu wisudawan yang mendapatkan penghargaan Mahardika. “Perasaannya tetap senang meskipun jadi beban dan tanggung jawab sebagai mahasiswa Mahardika kan selanjutnya harus bisa lebih baik lagi dari sekarang,” tutup Wida. Peniadaan Biaya Wisuda
4
Selain pelaksanaan acara yang terpaksa
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
online, adanya pandemi Covid-19 juga memaksa wisudawan harus mempunyai toga sendiri dan tidak lagi melakukan peminjaman toga seperti wisudawan-wisudawan sebelumnya. Dilansir dari laman upnvj.wisuda.ac.id, UPNVJ sebagai pihak pelaksana menyebutkan bahwa tidak ada pemungutan biaya seperser pun dari wisudawan. Dalam hal ini wisudawan hanya dikenakan biaya produksi Toga yang akan digunakan di hari pelaksanaan wisuda sebesar Rp190.000. Ditiadakannya fasilitas sewa toga ini merupakan upaya meminimalkan dampak penyebaran Covid-19. Achmad Akbar Rivai, wisudawan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) menyetujui kebijakan yang diberlakukan oleh pihak kampus, menurutnya ditengah keadaan pandemi tidak memungkinkan wisudawan untuk melakukan peminjaman toga. “Saya mikirnya lagi pandemi Covid-19 tidak mungkin toga itu sewa lalu dibalikin,” ucap laki-laki yang akrab disapa Akbar ini kepada ASPIRASI, Jumat, (9/10). Peniadaan biaya wisuda juga berlaku untuk wisudawan angkatan sebelum tahun 2014 alias angkatan saat UPNVJ masih berstatus Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Putri, selaku wisudawan dari Fakultas Kedokteran angkatan 2013, yang turut menerima kebijakan terkait biaya wisuda yang diberlakukan sama rata untuk seluruh peserta wisuda. “Kalau untuk angkatan 12 sampai 14 hanya dikenakan biaya toga saja. Sama seperti angkatan lainnya,” ucap wanita akrab disapa Putri ini. Ria mengamini hal tersebut. Ia menyatakan wisudawan hanya diwajibkan membeli toga yang sudah disediakan oleh UPNVJ tanpa adanya biaya tambahan seperti biaya ongkos kirim ke rumah wisudawan. “Tidak, tidak ada biaya ongkos kirim hanya toga saja,” tutup Ria kepada ASPIRASI pada Jumat, (18/9).[]
INFO UTAMA
Ilustrasi : Indah Jullanar
Balada ‘Generasi’ Perdana Skripsi Online di Tengah Pandemi
Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) yang meradang wilayah Indonesia sejak Maret lalu membuat proses penggarapan skripsi dan sidang dilakukan dengan seadanya. Oleh : Tegar Gempa, Azzahra Dhea S, Yurri Nurnazila
S
kripsi layaknya gerbang akhir bagi mahasiswa sebelum menyandang gelar sarjana. Setiap mahasiswa berlomba-lomba menyusun skripsi sebagai karya terbaiknya selama menempuh pendidikan tinggi. Mulai dari memilih topik yang akan dibahas, mencari sumber literasi, penelitian di lapangan, hingga melewati berbagai revisi yang diarahkan langsung oleh dosen pembimbing mereka lakukan dengan segala daya dan upaya. Momen yang panjang dan tak mudah tersebut, tentu diharapkan dapat dilalui tanpa hambatan. Sayangnya, realitas pahit di tahun ini membuat harap itu harus dikebelakangkan dulu karena pandemi telah berdampak terhadap aktivitas penelitian yang dialami mahasiswa tingkat akhir. Hal ini dirasakan oleh Indy Surya Putri, mahasiswa Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES). Ia mengatakan bahwa dirinya menyusun skripsi dengan konsentrasi masyarakat sehingga harus mengumpulkan data penelitian dengan cara terjun langsung ke lapangan. “Banyaknya kualifikasi dalam penelitian seperti, ukur tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut agar datanya gak bias, sehingga harus benar-benar kita yang ukur sendiri,” jelas
Indy kepada ASPIRASI, Minggu, (20/9). Menurut Indy, kendala lainnya juga ia temui pada saat sidang proposal. Pihak kampus yang lebih fokus pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di awal pandemi ini membuat ia sebagai mahasiswa tingkat akhir merasa dikesampingkan. Berangkat dari hal itu, Indy dan mahasiswa lainnya lalu membuat kajian tentang keluhan terhadap etika penelitian untuk disampaikan ke pihak rektorat. “Syukurnya, dekan langsung mengeluarkan edaran,” ujar Indy. Indy pun menjelaskan bahwa ketika mahasiswa sudah melakukan sidang proposal, mereka tidak bisa langsung mengambil data ke responden. Mereka harus mengajukan kode etik terlebih dahulu pada Komisi Etik Kesehatan UPNVJ. Ia mengaku bahwa proses pengajuan kode etik tersebut terbilang cukup memakan waktu dan membuat Indy kebingungan langkah apa yang harus ia lakukan setelahnya. “Karena penelitian gak bisa turun kalau etiknya belum ada,” jelasnya. Kebijakan work from home (WFH) di saat pandemi ini juga membuat surat pengantar dari FIKES yang perlu ditandatangani oleh jajaran dekan dan kaprodi menjadi terhambat.
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
5
INFO UTAMA
6
Hal itu juga Indy masukkan ke dalam kajian permasalahan yang ia buat. Hingga akhirnya, pihak komisi etik pun mengeluarkan edaran untuk memudahkan mahasiswa. “Jadi gak perlu tanda tangan ini dan itu. Bahkan kemarin harus ada cap basahnya karena pandemi membuat semuanya tambah susah,” ucap perempuan itu. “Setelah permasalahan tersebut selesai, akhirnya surat pengantar dari FIKES ke komisi etik dipermudah,” lanjutnya kemudian. Berbeda dengan Indy, seorang mhasiswa Fakultas Hukum (FH) Akwila Arif Athallah menjelaskan kendala yang dialaminya saat proses pembuatan skripsi di tengah pandemi ini. Ia menuturkan bahwa fakultasnya memiliki kebijakan untuk mengganti bentuk tugas akhir. Pada mulanya, mereka yang seharusnya membuat tugas akhir dalam bentuk skripsi juga diubah menjadi jurnal. Pun, kebijakan tersebut tak lantas disambut baik oleh mahasiswa FH pada awalnya karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak fakultas mengenai kebijakan tersebut. Lain dengan Akwila, kesulitan yang dialami mahasiswa Teknik Mesin, Chrisnady Ramadhan ialah karena sulitnya mendapat sumber literasi yang diperlukan dalam skripsinya. Ditambah, repository UPNVJ juga tidak bisa diakses oleh mahasiswa. Chrisnady mengatakan bahwa repository tersebut hanya bisa diakses ketika ia ingin mengupload skripsi. “Jadi pas udah sidang skripsi segala macem, baru gua bisa akses,” ucap Chrisnady saat dihubungi ASPIRASI pada Rabu, (16/09). Kepala Divisi Advokasi Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HMTM) Arkan Mahadi juga mengungkapkan upaya HMTM dalam mengatasi kendala yang dialami mahasiswa akhir Teknis Mesin. Melalui tautan formulir Google yang mereka bagikan, HMTM bersama dengan ormawa fakultas lain menindaklanjuti permasalahan yang dialami mahasiswa akhir dalam proses penyusunan skripsi. ”Kalau dari himpunan sendiri, rencana kami sih nanti mau tekankan soal pendaftaran sidang. Supaya lebih jelas, lebih terbuka, jangan mendadak,” kata Arkan. Kendala juga sempat dialami oleh mahasiswa Hubungan Internasional Chelsea Canada dalam pembuatan skripsinya tentang Gastrodiplomasi Indonesia di Sydney Periode 2017-2019. Menurutnya, menjangkau instansi di kala pandemi ini menjadi salah satu kendala yang rasakan. Sehingga satu proses wawancara yang seharusnya ia lakukan dengan kementerian
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
pun terpaksa ia urungkan. “Karena kalau kita datangi langsung instansi tersebut, pasti lebih enak. Kita bisa mastiin orang itu mau untuk interview,” ucap Chelsea saat dihubungi ASPIRASI pada Senin, (14/9). Chelsea juga menjelaskan bahwa sebelumnya ada aturan dari pihak fakultas yang mewajibkan mereka untuk memaparkan hasil karya artikel dalam seminar nasional. “Seingat aku, mereka ngasih tahunya sekitar seminggu-an sebelum akhirnya kita harus ngumpulin draf skripsi,” tutur Chelsea. Hal itu berujung pada dikirimkannya delegasi dari tiap jurusan untuk dibicarakan dengan pihak BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan bahwa mahasiswa FISIP hanya meringkas karya skripsi yang dibagi dalam kelompok lalu dipaparkan dalam Seminar Nasional. Kendati demikian, Chelsea sangat menyayangkan pemberitahuan yang dadakan tersebut. ““Karena aku dan teman-temanku kelabakan dan pusing ngurusin persyaratan untuk skripsi, terus draf skripsi kita juga belum beres, jadi kita seadanya aja.”ujarnya.
“Karena aku dan temantemanku kelabakan dan pusing ngurusin persyaratan untuk skripsi, terus draf skripsi kita juga belum beres, jadi kita seadanya aja.”
Aral Melintang Kala Bimbingan Online Bimbingan skripsi yang biasa dilakukan dengan tatap muka sepenuhnya dialihkan menjasdi via daring saat pandemi meradang negeri. Hal ini menimbulkan kendala tersendiri seperti yang dialami oleh Chelsea. Ia mengatakan bahwa beberapa dosen lebih nyaman melihat draf skripsi dalam bentuk fisik (hardcopy). Sedangkan di saat kondisi pandemi ini membuat dosen hanya menerima file softcopy dan menambah waktu untuk direvisi. “Kayak 3-5 hari kemudian baru dibalikkin. Kayak gitu sih yang paling aku enggak suka kendalanya,” ujar Chelsea. Kendala tidak hanya dialami oleh mahasiswa, melainkan juga Dosen Pembimbing Teknis Mesin Nur Cholis pun juga merasakan
INFO UTAMA
Ilustrasi : Indah Jullanar
beberapa hambatan. Menurutnya, pemberlakuan pembelajaran via daring membuat dosen dan mahasiswa yang perlu beradaptasi. “Hambatannya paling secara psikologis, jadi jarak jauh dan kebiasan baru yang unpredictable,” ucap Cholis pada ASPIRASI pada Selasa, (22/09). Menurut Cholis, kesulitan yang dialami oleh mahasiswa bimbingannya pun tetap ada. Contohnya, mahasiswa yang mengeluhkan tidak ada kuota untuk bimbingan secara daring. Maka bisa dilakukan dengan voice note. “Lebih kepada fleksibel saja yang penting kita bisa berkomunikasi dengan media apapun,” ucap Cholis. Sama dengan Cholis, Dosen Pembimbing Hubungan Internasional Asep Kamaluddin Nashir, menuturkan bahwa dirinya merasa tidak leluasa melakukan bimbingan karena dibatas jarak dengan mahasiswa. “Kalau ketemu bisa lebih leluasa ya, ada interaksinya. Jadi kita juga bisa langsung memperlihatkan yang salahnya di mana, yang harus diperbaiki,” ungkap Asep saat dihubungi ASPIRASI pada Selasa, (22/9). Selain melalui aral kendala saat bimbingan online, Chelsea juga masih merasa kurang puas dengan suasana ketika sidang skripsi. Lantaran, dosen penguji memilih untuk tidak mengaktifkan kamera saat sidang skripsi virtual (offcam). Oleh karena itu, sebagai peserta sidang pun Chelsea tidak bisa mengetahui bagaimana reaksi dosen pembimbing dan penguji ketika sidang. Chelsea juga merasa hal itu tidak adil mengingat mahasiswa yang diwajibkan untuk selalu oncam. Sementara dosen bisa offcam.
“Karena menurut aku itu sangat penting untuk peserta sidangnya juga karena kita pengen tahu feedback dari dosennya itu gimana,” ungkap Chelsea. Sidang yang dilakukan melalui platform Google Meet itu, pun juga dipersiapkan oleh Chelsea sendiri. Mulai dari menyiapkan dan mengirimkan tautan Google Meet untuk dosen penguji dan dosen pembimbing. Hingga lima belas menit sebelum sidang dimulai, ada satu dospem yang tidak bisa dihubungi sehingga membuat Chelsea harus melaporkan permasalahan ini ke pihak prodi. Sementara untuk Indy, sidang online tidak memiliki kendala yang berarti. Namun untuk menghindari jadwal antara dosen yang bentrok, Indy harus memastikan sendiri kehadiran dosen sehari sebelum jadwal sidangnya. “Jadi memang harus di-reminder dulu satu hari atau beberapa jam sebelum wisuda,” ungkap Indy. Tidak bernasib sama dengan Chelsea dan Indy saat sidang online, Chrisnady sempat mengalami pemunduran waktu sidang karena ada beberapa dosen yang bentrok jadwal sidang. Sehingga Chrisnady mengalami kemunduran waktu sidang selama seminggu. “Karena bentrok jadwal antara penguji, ada yang di Mesin dan Industri. Jadi karena yang udah di-fix-in itu industri ya ditunda jadi tanggal 29. Diundur seminggu,” katanya. Yudisium Chelsea mengaku belum mendapat kabar apapun dari kaprodi tentang ada atau tidaknya yudisium ini. “Jadi menurut aku memang kurang info juga. Karena dari pihak jurusan maupun fakultas juga belum ngasih tau.” Tutur Chelsea. Sementara di FIKES sendiri, Indy menjelaskan bahwa tidak ada ada yudisium di fakultasnya, jadi langsung wisuda. . “Cuma pada saat tanggal itu berlangsung gak ada apa-apa,” ucap Indy. Chrisnady pun tidak mengetahui akan ada yudisium atau tidak. Karena menurut kalender akademik, yudisium seharusnya dilakukan pada tanggal 31 Juli. Namun sampai saat ini, Chrisnady pun belum menemukan kejelasan dari yudisium tersebut. Sama halnya dengan Surat Keterangan Lulus (SKL). “Sampai sekarang SKL pun enggak ada. Apa karena pandemi kah jadi kesulitan,” pungkas laki-laki itu.[]
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
7
SELINTAS
Ilustrasi : Indah Jullanar
Semrawut Kursus dan Tes TOEFL Daring Saat Pandemi
Oleh : Adhiva Windra, Syena Meuthia, Naafi’ Sekar Arum
Sertifikat TOEFL sebagai prasyarat skripsi menimbulkan sejumlah permasalahan yang berarti, dari pelaksanaan teknis yang kerap eror hingga biaya kursus yang dinilai memberatkan.
S
8
elama pandemi Covid-19, aktivitas perkuliahan tatap muka dialihkan menjadi secara daring, di antaranya kegiatan untuk tes maupun les Test of English as a Foreign Language (TOEFL) yang dilaksanakan oleh Pusat Bahasa dan Bimbingan Karir (Pusbabimkar) UPNVJ. Tahun ini secara pertama kalinya tes dan les dilakukan secara online. Ketua UPT Bahasa UPNVJ Devi Suprasti mengatakan bahwa penyelenggaraan les TOEFL UPNVJ secara daring memengaruhi animo mahasiswa. Sebab, grup-grup kelas kursus juga mengalami peningkatan. Terhitung dari Juli-Agustus sendiri sudah terjadi pertambahan dua kali lipat dibandingkan pada bulan Januari-Juni 2020. Selain itu, kata Devi, proses pembelajaran secara daring ini diupayakan semaksimal mungkin berjalan sesuai Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang ada, yaitu selama 44 jam dengan 22 kali pertemuan dan final online test. Peralihan proses kursus TOEFL dari luring ke daring menimbulkan beberapa perbedaan di tataran teknis. Dosen kursus TOEFL Tuti Ismawati mengatakan bahwa ia mengajar lewat
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
e-learning 4.0 UPNVJ dibantu dengan video conference saat kegiatan les sedang berlangsung. “Jadi dua jam itu kita bagi-bagi, misalnya ada materi yang kita taruh di e-learning terus ada materi yang saya kasih di WhatsApp atau ada latihan dari buku yang mereka kerjakan di luar video conference,” jelasnya kepada ASPIRASI pada Kamis, (24/9). Berangkat dari penyelenggaraan les TOEFL secara daring ini, ternyata masih ditemukan kendala selama proses les berlangsung sehingga membuat proses pembelajaran terhambat, baik dari mahasiswa sendiri maupun pengajar. “Yang namanya belajar online itu pasti ada kendala, salah satunya di sinyal,” ungkap Miftahul Jannah, mahasiswi Ekonomi Pembangunan angkatan 2017 yang baru mengikuti les TOEFL online selama dua minggu, kepada ASPIRASI pada Rabu, (16/9). Tuti Ismawati juga mengatakan hal yang selaras. Menurutnya, kursus TOEFL secara online tidak terlalu efektif karena berpotensi adanya jeda (delay). Kendati demikian, ia berupaya menjadikan kelasnya lebih interaktif lewat video
SELINTAS conference dengan melemparkan pertanyaan. Tes TOEFL Daring Sarat Kendala
Foto : Firda Cynthia
Seperti yang telah disebutkan, tak hanya pelaksanaan les TOEFL saja yang dilakukan secara online melainkan juga tes TOEFL. Pelaksanaan tes TOEFL sendiri dilakukan secara Computer Based Test (CBT) yang diawasi oleh pengawas tes melalui Google Meet. Adapun teknis pelaksanaan tes TOEFL CBT untuk persyaratan skripsi terdiri dari 11 nomor. Pertama, data peserta tes dilengkapi nomor handphone dan alamat email. Kedua, peserta tes wajib menyiapkan komputer PC atau laptop. Ketiga, peserta tes wajib berada di dalam ruangan yang tidak berisik atau tidak sedang dalam perjalanan. Keempat, peserta tes wajib mengaktifkan video dan menonaktifkan sound. Kelima, peserta tes yang menggunakan komputer PC wajib dilengkapi dengan webcam. Bila tidak ada fasilitas webcam dapat digantikan dengan handphone sebagai media pengawasan. Handphone dilengkapi dengan aplikasi Hangout Meet. Keenam, peserta tes yang menggunakan laptop wajib mengecek fungsi webcam-nya agar dapat beroperasi dengan baik. Selanjutnya, peserta tes wajib login ke Google Meet melalui undangan yang dibagikan via email atau WhatsApp. Kedelapan, peserta tes wajib menyiapkan kuota internet minimal 1,5 gigabyte. Kesembilan, peserta wajb melunasi biaya tes sebelum melaksanakan les.
Kesepuluh, peserta tes wajib menunjukan kartu identitas yang dilengkapi dengan foto sebelum tes dimulai. Kesebelas, UPT Bahasa sebagai pelaksana tes akan membagi peserta ke dalam beberapa kelompok dengan menunjuk satu peserta sebagai penghubung. Pelaksanaan tes TOEFL CBT selama pandemi masih ditemukan beberapa permasalahan dalam praktiknya sendiri, dari segi pelaksanaan sampai pengawasan selama tes tersebut berlangsung. Ditta Dwi, mahasiswi S1 Akuntansi angkatan 2017 mengaku bahwa dirinya mengalami kendala teknis dan harus mengerjakan soal tes TOEFL dari awal. “Ini entah jaringanku yang rada jelek atau emang server-nya ya, jadi pas ngerjain soal saat mau save jawabanku gak bisa, terus eror gitu. Jadi balik lagi ke soal nomor satu,” ujar Ditta kepada ASPIRASI, Kamis (1/10). Ia melaksanakan tes TOEFL CBT tanggal 21 Agustus 2020 lalu. Kata Ditta, tak hanya dirinya yang mengalami kendala tersebut, teman-temannya pun demikian. “Pas aku tanya teman-teman, ternyata mereka juga begitu,” katanya. Hal lain yang menjadi kendala Ditta yaitu rentan terdistraksi oleh suara-suara lain. Ia bercerita bahwa sempat ada pengawas yang menegur salah satu peserta ketika sesi listening berlangsung. Akibatnya, ia tidak bisa mendengar dengan jelas soal yang ada sedangkan soal tersebut juga tak bisa diputar ulang.
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
9
SELINTAS
“Seharusnya kalau memang online, biayanya bisa dikurangin gitu atau dibalikin berapa persennya.”
Pada sesi reading, Ditta mengaku kesal dengan urutan soal yang dianggap tak seperti biasanya. “Normalnya kan misal satu cerita untuk soal nomor satu sampai sepuluh gitu kan, nah ini diacak. Nomor satu cerita A, nomor dua cerita B. Jadinya makan waktu karena harus baca ulang ceritanya beberapa kali.” Di sisi lain tentu saja pengawasan tes TOEFL CBT tetap harus berjalan dengan semestinya agar tetap memaksimalkan kualitas tes yang sehat dan tidak ada kecurangan dari peserta. Namun, dari pihak UPT Bahasa sendiri juga mengatakan terdapat sedikit masalah dalam hal pengetatan pengawasan. Kepala UPT Bahasa UPNVJ Devi Suprasti menjelaskan bahwa pelaksanaan tes TOEFL CBT baru bisa dilaksanakan setelah lima kali uji coba dengan para instruktur dan baru bisa dilaksanakan di bulan Juli lalu. Selain itu, Devi mengatakan bahwa pihak Pusbabimkar masih melihat situasi dan kondisi mahasiswa sebagai peserta tes yang masih banyak terkendala dengan ketersediaan kuota internet. “Dari pengalaman mengawas tes online selama ini, masih banyak yang perlu kita tertibkan persyaratan mengikuti tes online,” ujarnya. Keluh Kesah Biaya TOEFL
Bukanlah barang baru terdengar jika pandemi Covid-19 ini berdampak pada perekenomian sehingga tidak sedikit yang mengalami kendala pembiayaan kursus TOEFL. Salah satunya dialami oleh Mikha –bukan nama sebenarnya– salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (FIK) UPNVJ,
10
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
mengatakan bahwa dirinya cukup merasakan penurunan ekonomi pada keluarga akibat adanya pandemic sehingga terkendala dengan masalah biaya untuk membayar kursus TOEFL. “Saya sendiri secara pribadi merasakan sekali dampak dari ekonomi keluarga saya dan juga saya kemarin sudah membayar UKT sebesar 7,4 juta padahal saya sudah memasuki tahap akhir yang memang masih menempuh beberapa mata kuliah tetapi menurut saya memberatkan,” keluhnya. Keluhan lainnya juga datang dari Bernie –bukan nama sebenarnya– menilai bahwa apa yang ia terima tidak sesuai dengan apa yang ia bayarkan. Salah satunya durasi waktu untuk les TOEFL secara online masih belum cukup untuk membahas keseluruhan pelajaran dari buku pegangan TOEFL yang dibagikan Pusbabimkar. Keluh kesah lain juga datang dari Rizky, seorang mahasiswa Teknik Mesin. Ia menyayangkan bahwa tidak ada keringanan biaya TOEFL meskipun dalam keadaan pandemi. “Saya juga anak Bidikmisi yang mengandalkan uang beasiswa yang turun setiap semesternya dan itu saya gunakan untuk les TOEFL,” ujarnya. Ia menceritakan bahwa ketika menerima uang beasiswa, dirinya langsung menyimpan uang tersebut untuk keperluan semester akhir, salah satunya TOEFL. “Tapi ada beberapa anak Bidikmisi mungkin menggunakan uang beasiswa tersebut untuk keperluan hidup ini-itunya, sehingga belum bisa untuk membayar les ataupun tes TOEFL.” Menanggapi persoalan pembiayaan TOEFL selama pandemi, Devi menilai bahwa untuk tarif tes TOEFL sebesar Rp50.000,00 dan les TOEFL Rp500.000,00 sudah sangat murah dibandingkan di tempat lain “Jadi kami tidak bisa memberi keringanan ataupun cicilan,” tutupnya[].
“Jadi kami tidak bisa memberi keringanan ataupun cicilan.”
LENSA
Tetap Wisuda di Tengah Pandemi Virus Corona Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, membuat Wisuda ke-65 UPN Veteran Jakarta dilaksanakan secara daring. Para wisudawan mengikuti proses wisuda selama 4 jam di depan layar komputer. Oleh : Ikhwan Agung Nugroho
Wisudawan bersiap mengikuti prosesi sidang terbuka Wisuda ke-65 secara daring.
Sambutan Rektor UPNVJ yang disampaikan secara virtual.
Permasalahan suara terjadi beberapa kali selama prosesi berlangsung.
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
11
LENSA
Potret bahagia wisudawan di rumah masing-masing.
Proses di balik layar, pembawa acara dengan tetap menjaga protokol kesehatan tampil di depan kamera.
12
Seusai Wisuda bingkisan dan ucapan selamat datang dihantarkan kurir pengiriman online.
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
Operator gabungan dari beberapa mahasiswa dan dosen di Audit BTI.
FOKUS
Foto : Firda Cynthia
Menyoal Sosialisasi Seminar Nasional Prasyarat Sidang di FISIP
Informasi dan sosialisasi seminar nasional yang belepotan dari pihak fakultas dianggap menyulitkan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dalam memenuhi syarat sidang skripsi mereka. Oleh : Marsya Aulia, M. Rafi Shiddique, Nabila Tiara
P
ada 11 Februari 2020, Dekanat FISIP Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) mengeluarkan surat pengumuman pelaksanaan seminar nasional yang diselenggarakan pada 19 dan 20 Februari 2020. Pelaksanaan seminar nasional ini ditujukan kepada mahasiswa program studi (prodi) Ilmu Komunikasi dan Hubungan Internasional yang sedang melaksanakan skripsi sebagai prasyarat sidang skripsi. Dalam surat edaran tersebut diberitahukan bahwa mahasiswa diwajibkan menyiapkan artikel ilmiah yang berasal dari penelitian atau skripsi yang digarap oleh masing-masing mahasiswa sebelum melaksanakan sidang skripsi. Wakil Dekan (Wadek) III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Asep Kamaludin Nashir mengatakan bahwa tujuan diadakannya seminar nasional merupakan realisasi peraturan rektor yang mengatur bahwa mahasiswa akhir harus melakukan publikasi karya akhir dalam bentuk jurnal. Dalam seminar tersebut, mahasiswa akan diberi masukan terkait jurnal yang mereka buat sehingga perbaikan pun dapat dilakukan.
Draf penulisan jurnal yang dibuat merupakan tulisan terkait skripsi yang sedang dijalankan oleh mahasiswa tingkat akhir. Menurut Ketua Pelaksana Seminar Nasional FISIP Sri Lestari Wahyuningroem, seminar nasional dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa tingkat akhirseperti memberikan masukkan yang penting bagi penulisan ilmiah mahasiswa. Seminar nasional ini menurutnya penting sebagai upaya institusi pendidikan tinggi untuk memfasilitasi mahasiswa guna menerbitkan jurnal, sebagai feedback atau masukan agar penelitian mahasiswa lebih berkualitas, sebagai akuntabilitas akademik, semnas diadakan secara terbuka agar publik tahu tentang riset yang dilakukan mahasiswa tersebut, ebagai sarana untuk penyebarluasan ide dari riset yang dilakukan mahasiswa, dan bermanfaat bagi Bmasyarakat umum sebagai sarana untuk memperoleh serta memperluas wawasan. “Namun, harus saya akui bahwa perencanaannya memang kurang matang,� jelas perempuan yang akrab dipanggil Lewe tersebut kepada ASPIRASI, Kamis, (24/9) lalu.
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
13
FOKUS Penyampaian informasi dan sosialisasi oleh pihak fakultas kepada mahasiswa menjadi permasalahan yang berarti bagi mahasiswa FISIP. Salah satunya datang dari Diah Ayu Wulandari, mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi angkatantan 2014 yang menyayangkan informasi terkait pelaksanaan seminar nasional disampaikan secara mendadak. Diah yang saat itu sedang menyelesaikan skripsinya merasa terbebani dengan adanya kewajiban untuk mengerjakan jurnal untuk dipresentasikan pada seminar nasional. Tidak hanya itu, waktu yang mepet dengan pendaftaran sidang skripsi menjadi keluhan lain yang ia lontarkan.
“Banyak mahasiswa yang complain karena waktu mepet untuk pendaftaran sidang tapi harus juga ikut seminar dan wajib buat artikel dan di presentasikan.”
“Banyak mahasiswa yang complain karena waktu mepet untuk pendaftaran sidang tapi harus juga ikut seminar dan wajib buat artikel dan dipresentasikan,” keluh Diah kepada ASPIRASI, Selasa, (8/9). Diah menambahkan bahwa informasi terkait seminar nasional baru dia dapatkan dua minggu menjelang pendaftaran sidang skripsi. Pelaksanaan seminar nasional yang mepet dengan pendaftaran sidang skripsi ini bukan tanpa alasan. Asep menuturkan bahwa kegiatan ini harus dilaksanakan sebelum skripsi selesai sehingga waktu persiapannya hanya memakan waktu satu bulan. “Makanya pelaksanaan ini terkesan mendadak karena yang awalnya setelah skripsi jadi dimajukan sebelum skripsi,” ungkap Asep kepada ASPIRASI pada Rabu, (7/10). Guna menjawab keluhan mahasiswa terkait pelaksanaan seminar nasional, pihak fakultas akhirnya memberikan keringanan kepada mahasiswa dalam pengumpulan jurnal. Jika semula mahasiswa harus mengumpulkan artikel ilmiah penuh, pihak fakultas kemudian memberikan keringanan pengumpulan jurnal berdasarkan perkembangan pengerjaan skripsi mereka. Tidak hanya itu, Asep mengatakan waktu pengumpulan jurnal juga diperpanjang. Jika sebelum
14
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
nya mahasiswa sudah harus mengumpulkan jurnal pada 18 Februari menjadi satu minggu lebih lama yaitu pada 25 Februari. Sosialisasi dan Kepanitiaan Yang Kacau
Informasi dan sosialisasi yang simpang siur serta mendadak terkait pelaksanaan seminar nasional menjadi keluhan bagi mahasiswa FISIP yang sedang menjalankan skripsi. Sri Lestari mengaku bahwa pihak panitia sempat melaksanakan pertemuan dengan para dosen pembimbing guna memberikan informasi seminar nasional yang nantinya akan diteruskan kepada mahasiswa. Namun, Sri Lestari tidak memungkiri adanya penyebaran informasi yang rumpang terkait seminar nasional. Menurutnya, pemahaman antardosen pembimbing yang berbeda menyebabkan informasi yang didapatkan oleh mahasiswa tidak seragam. Faktor inilah yang membuat informasi mengenai seminar nasional tak terdiseminasi dengan baik. “Ada dosen yang enggak punya pemahaman yang sama meski sudah diadakan sosialisasi,” jelasnya. Tersebarnya informasi yang rumpang ini merupakan buntut dari kepanitiaan yang dibentuk baru satu bulan sebelum pelaksanaan seminar. Sri Lestari selaku ketua pelaksana seminar nasional mengaku tidak diuntungkan dari kepanitaan kilat ini. “Saya sendiri sebagai panitia juga merasa tidak diuntungkan. Kepanitaan sendiri kan juga butuh konsolidasi, otomatis secara efektif kita bekerja sebulan kurang termasuk saya menghubungi profesor sebagai keynote speaker. Sampai pelaksaan teknisnya memang dari sisi kepanitaan juga diburu-buru,” keluh Sri. Sri Lestari sempat mengajukan pelaksanaan seminar nasional pada akhir tahun 2020 lantaran butuh persiapan yang panjang. Namun, banyaknya mahasiswa yang akan melaksanakan sidang skripsi di tengah tahun menyebabkan pelaksanaan seminar nasional tetap berjalan pada waktu awal.
“Terus terang itu jauh di bawah standar dari segi proses maupun output, saya pun tidak senang dengan ini.”
FOKUS “Terus terang itu jauh di bawah standar dari segi proses maupun output, saya pun tidak senang dengan ini,” kata dia. Menanggapi hal ini, Asep mengatakan pelaksanaan seminar nasional saat ini belum dimasukkan ke dalam kalender akademik. Dia pun mengaku sedang berupaya memasukan seminar nasional ke dalam kalender akademik sehingga ke depan pelaksanaannya bisa lebih matang. “Harapannya di tahun 2021 sudah ada (seminar nasional di kalender akademik, red), jadi pelajaran kemarin itu memang akan lebih baik hasilnya kalau semuanya sudah direncanakan sampai pasti,” pungkas Asep. Permasalahan ini pernah menggugah salah satu grup diskusi pro-demokrasi bernama Forum Diskusi Pondok Labu (FDPL) untuk menjembatani antara mahasiswa dan panitia melalui audiensi terbuka. Audiensi terbuka ini diadakan pada 31 Mei 2020 secara daring. Pada awal sesi audiensi, mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional (HI) angkatan 2016, Restu Maulidya mengeluhkan hal yang serupa dengan mahasiswa FISIP yang lainnya terkait dengan informasi seminar nasional yang tidak rapi, mepet, dan mendadak. Jadwal mendadak itu membuat mahasiswa kalang kabut, terlebih lagi juga masih ada mahasiswa yang mengikuti sidang proposal skripsi gelombang dua yang diadakan pada 2-4 Juni 2020 sedangkan pendaftaran seminar nasional 2 dilakukan 6 Juni 2020. Tak hanya itu, Restu juga mengkritik penyampaian informasi yang tidak mengenakkan oleh salah-satu panitia. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP 2020, Tiara Alya menggarisbawahi beberapa hal misalnya pada surat awal yang beredar pada 9 April berisi persyaratan sidang proposal dan sidang skripsi tidak mencantumkan Seminar Nasional sebagai salah satu persyaratan untuk bisa ikut sidang skripsi. Tak hanya itu, terdapat juga perbedaan antara pihak dekanan dan panitia serta penyampaian informasi yang tidak luwes membuat persoalan masalah seminar nasional ini harus diadakan audensi terkait kebijakan ini. Menanggapi persoalan penyampaian informasi yang tidak luwes Humas Semnas FISIP ke-2 sekaligus Dosen HI, M. Chairil Akbar menjawab bahwa terjait tentang penyampaian pesan yang dianggap mahasiswa kurang mengenakan dapat diselesaikan dengan cara menyampaikan langsung kepada dirinya. Ia menyinggung bagaimana respon mahasiswa terkait kebijakan ini dengan menyebarkan screen capture berisi pesan yang ia kirimkan kepada mahasiswa
untuk disebarluarkan. “Kalau kawan-kawan punya problem etis, silakan langsung bicara ke saya,” ujar Chairil. “ Lanjutnya, Chairil juga melayangkan kritikan terkait permasalahan yang ada di FISIP seperti, jadwal yang kerap dadakan, komunikasi ke dosen pembimbing (dospem) bermasalah serta dospem yang tidak menanggapinya sebagai masalah yang penting. Persoalan terkait informasi dan sosialisasi yang mendadak dan dianggap memberatkan pihak mahasiswa bukanlah persoalan baru di UPNVJ. Persoalan informasi yang simpang siur juga terdapat di Fakultas Teknik (FT). ASPIRASI menemukan syarat yang dirasa memaksa dan memberatkan mahasiswa teknik yaitu syarat untuk melakukan seminar hasil. Seminar hasil ini dilakukan oleh prodi Teknik Industri yang tahun sebelumnya akan dilakukan, tetapi belum terlaksana. Mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015, Valecia Rachel Nabila mengeluhkan kewajiban seminar hasil yang diterapkan di fakultasnya walaupun ia mengakui bahwa informasi tersebut tidak mendadak.
“Dengan adanya seminar, itu yang memberatkan terlebih ketika kondisi pandemi yang semuanya harus serba online.”
“Dengan adanya seminar, itu yang memberatkan terlebih ketika kondisi pandemi yang semuanya harus serba online,” ujarnya kepada ASPIRASI, Rabu, (21/9).
Dari penelsuran awak redaksi ASPIRASI, di fakultas lain nampak tidak terjadi pemberitahuan seperti yang terjadi di FISIP. Permasalahan di tataran teknis baik dari segi mahasiswa maupun dosen pembimbingnya seperti kendala jaringan dan internet serta diundurnya jadwal sidang selama beberapa jam merupakan kasus yang terdapat di fakultas lain.[]
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
15
OPINI
Idealisme Pendidikan Harga ‘Cincai’ Oleh : Dilla Andieni, M. Faisal Reza
Institusi pendidikan yang sejatinya sebagai sarana untuk mengembangkan potensi diri dan kebebasan manusia, kini semata-mata tak lebih dari entitas barang dagangan oleh para birokrat.
D
unia pendidikan tak lepas dari dampak masifnya perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi saat ini. Perkembangan cepat ini dihasilkan untuk kepentingan industri Revolusi Industri 4.0 terang-terangan dikumandangkan tanpa henti. Tak ayal, revolusi ini benar-benar diimplementasikan dalam semua aspek kebijakan, tak terkecuali dunia pendidikan. Kata industri dari frasa revolusi industri 4.0 selalu menjadi momok ketika kaitannya selalu berhubungan dengan kegiatan manufaktur atau sebut saja kegiatan yang mendatangkan profit atau keuntungan. Namun apa jadinya jika dunia Pendidikan hanya disandingkan kepada hal yang berorientasi pada laba? Realitasnya, pendidikan tidak dapat disandingkan dengan proses industri. Filosofi ekonomi kapitalistik yang selalu berorientasi pada untung dan rugi bukanlah suatu konsep yang cocok diterapkan pada sebuah institusi sosial seperti lembaga-lembaga pendidikan. Sebab, jika industrialisasi pendidikan diterapkan, maka konsekuensinya akan melahirkan sistem pendidikan yang pragmatis. Rasanya akan dianggap menjadi hal yang utopis ketika membicarakan cita-cita pendidikan seperti yang dikatakan Sosiolog William Edward Burghardt Du Bois, “Pendidikan harus menjaga cita-citanya yang luas, dan tidak pernah lupa bahwa pendidikan berhubungan dengan jiwa dan bukan dengan dollar.� Pada intinya pendidikan merupakan hal yang tak lepas dari pengajaran etika, penghormatan hak asasi manusia maupun moral yang mengikat pada jiwa manusia. Bukan sekadar pemuas roda ekonomi yang hanya selalu berhubungan dengan uang belaka. Selain itu, dalam aspek pembelajaran, pendidikan karakter juga tak dapat disamakan dengan sebuah proses industri. Sebab, peserta didik tentu bukanlah suatu output barang produksi yang menjadi suatu objek ekonomi. Kegiatan produksi dalam suatu proses industri akan melewati suatu proses standarisasi terhadap produk yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam proses ini, hasil akhir produk yang diharapkan mampu untuk memenuhi
16
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
standar kualifikasi tersebut. Sementara itu, manusia bukan suatu entitas yang melewati proses produksi demi memenuhi kualifikasi yang ditentukan secara seragam. Sebaliknya, manusia memiliki beragam potensinya yang perlu dikembangkan sesuai bidangnya, terlepas apakah hal itu akan memuaskan sektor industri atau tidak. Pendidikan Kapitalistik Bukan menjadi barang rahasia lagi bahwa kini pendidikan dijadikan sebagai alat untuk melakukan eksploitasi terhadap sumber-sumber penting dalam menunjang akumulasi produksi. Dalam buku Belenggu Ilmuan dan Pengetahuan, Andrew Goss pernah mengisahkan bagaimana limpahan kekayaan alam di bumi pertiwi menjadi ladang tak terhingga bagi peneliti asing untuk melakukan penelitian terkait sumber daya alam di Indonesia. Namun, jangan senang dulu. Sebab hal itu justru dapat menjadi penanda terbukanya keran eksploitasi yang semakin buas terhadap alam dan manusia. Andrew Goss juga memperlihatkan bagaimana bobroknya peran pemerintah yang justru secara terang-terangan mengorientasikan pendidikan yang pro terhadap kepentingan kapitalis. Hal ini sejalan seperti yang dikatakan Althusser dalam kumpulan tulisannya yang berjudul Filsafat Sebagai Senjata Revolusi. Althusser mengatakan bahwa tidak hanya reproduksi keterampilan untuk menyokong kapitalis, tetapi juga memastikan reproduksi ketundukan pada ideologi yang berkuasa. Tak ayal, pendidikan yang dijalankan oleh kapitalis ialah dalam rangka mempertahankan reproduksi kapitalisme itu sendiri, yakni menanamkan ide-ide kapitalis. Negara sebagai alat kekuasaan kelas penindas melalui ideologi aparatus pendidikannya (Ideological State Apparatus) berusaha dengan sepenuh hati untuk melanggengkan eksploitasi oleh kelas kapitalis melalui cara-cara dalam bidang pendidikan. Kini institusi pendidikan juga menjalankan pendidikan kapitalis yang semakin
OPINI
mahal dan tidak terjangkau bagi seluruh masyarakat. Tentu saja praktik ini mendapat legitimasi negara, melalui liberalisasi sistem pendidikan nasional dan segala turunan dibawahnya. Namun sebaliknya, kebebasan ini tak berlaku ketika mahasiswa menuntut kebebasan akademik. Pelarangan diskusi dan buku, ancaman terhadap aktivis mahasiswa, serta berbagai aturan lainnya yang membatasi gerakan kritis. Padahal, nilai ini menjadi bagian terpenting dalam iklim pendidikan progresif. Baru-baru ini, salah satu yang menjadi sorotan yaitu masuknya klaster Pendidikan dalam draf Omnibus Law UU Cipta Kerja. Dalam draf tersebut makin terlihat bahwa pemerintah menyokong kapitalisasi melalui terkoneksinya pendidikan dengan proses investasi yang merupakan bagian industrialisasi. Seperti hilangnya frasa Nirlaba yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) – yang menjadi sebuah penanda bahwa pendidikan kita akan menjadi ladang komersil karena membolehkan adanya komersialisasi dalam dunia Pendidikan. Menyadarkan Kembali Pendidikan yang Ideal
Berbicara kapitalisme maka tidak bisa kita lepaskan dari ideologi antitesisnya: Marxisme. Marxisme memiliki perhatian terhadap bidang pendidikan. Hal itu juga tertera dalam Manifesto Komunis (Manikom) bahwa tugas pendidikan Marxis ialah menyelamatkan pendidikan agar terhindar dari pengaruh kelas yang berkuasa.
Ilustrasi : Indah Jullanar
Marx mengarahkannya pada praktek yang merevolusionerkan, bukan menghamba pada keuntungan laba semata. Seharusnya, pendidikan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Namun, saat ini pendidikan kita “direbut� untuk kepentingan kapitalis semata. Sosiolog pendidikan, Henry Giroux pernah memberikan kritik terhadap pendidikan kapitalis seperti dalam Neoliberalism’s War on Higher Education yang menyatakan kebijakan-kebijakan neoliberal dalam ranah pendidikan tinggi telah mengubah visi dan misi pendidikan tinggi secara keseluruhan. Atau dengan kata lain, institusi pendidikan berusaha mengerucutkan orientasinya menjadi sebuah mesin untuk memenuhi ekspekstasi ekonomi mahasiswa maupun masyarakat. Soal ini, padahal Ki Hadjar Dewantara telah memberikan pemikiran progresifnya dalam memahami pendidikan yang ideal. Pendidikan harus mampu menguatkan manusia, bukan malah bersandar pada kekuatan modal yang menyebabkan terpinggirnya kesadaran dan nilai kritis manusia. Atau bahkan semakin menumbuhkan semangat individualis dan tak mau berpihak kepada kepentingan rakyat banyak. Jika kita memang masih menghormati pemikiran Ki Hadjar sebagai bapak pendidikan nasional. Namun mengapa pendidikan kita masih berorientasi pada profit semata sehingga semakin menjauhkan manusia dari kemerdekaan batin dan bersandar kepada kekuatan modal semata? Hanya kita yang mampu menjawabnya.[]
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
17
RESENSI
Semangat Environmentalisme dalam Kepercayaan dan Budaya Nusantara
Sumber : Cadaazz.com
Oleh : Shafa Azzahra
Semesta menyorot tentang cara tujuh tokoh di tujuh provinsi di Indonesia untuk menjaga keselarasan mereka dengan alam sesuai agama, budaya, dan kepercayaan masing-masing. Film ini juga memperlihatkan langkah sederhana yang dapat kita lakukan bersama untuk memperlambat kerusakan lingkungan.
S
aat ini, tanda-tanda perubahan iklim sudah semakin terlihat dan dapat dirasakan. Kenaikan suhu bumi yang terjadi sejak pertengahan abad 19 akibat peningkatan emisi karbon, kenaikan permukaan laut, curah hujan yang esktrem, dan musim kemarau berkepanjangan telah berdampak pada rusaknya lahan pertanian akibat kurangnya ketersedian air. Bahkan sekelompok peneliti dari Leeds University, Edinburgh University, dan University College London baru-baru ini menemukan fakta bahwa sekitar 28 ton karbon dioksida (CO2) setelah menghilang dari bumi sejak 1994. Tanpa disadari, aktivitas-aktivitas yang kita lakukan sehari-hari juga menyumbang jumlah emisi karbon di atmosfer. Polusi udara berupa CO2 dari kendaraan bermotor yang kita kendarai, alat-alat elektronik yang biasa kita gunakan dirumah, serta kegiatan-kegiatan industri dan perkantoran. Dilansir dari laman Katadata, pembakaran bahan bakar minyak di sektor transportasi di Jakarta menghasilkan 182,5 juta ton CO2 per tahun.
18
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
Judul: Semesta (Islands of Faith) Skenario: Cory Michael Rogers Sutradara: Chairun Nissa Produser: Nicholas Saputra Durasi: 1 jam 28 menit Genre: dokumenter Tanggal Rilis: 30 Januari 2020
Sayangnya, masih banyak orang yang tidak peduli terhadap lingkungan, lantaran belum menyadari dampak dari perubahan iklim yang terjadi saat ini. Walaupun kita tidak dapat mencegah terjadinya perubahan iklim, namun kita dapat berupaya melakukan banyak hal agar perubahan iklim tidak terjadi dengan cepat seperti saat ini. Bicara tentang perubahan iklim, Semesta memperlihatkan aktivitas tentang tujuh tokoh di tujuh provinsi di Indonesia dan cara masing-masing dari mereka untuk memelankan dampak dari perubahan iklim, serta mengajak warga sekitar
RESENSI wilayahnya menjaga keseimbangan alam. Film ini dibuat dengan satu tujuan besar, yaitu lebih meningkatkan lagi kepedulian masyarakat terhadap perubahan iklim. Film Semesta ini dibuka denga fenomena alam di Bali, yang kemudian berlanjut ke Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Aceh, Papua Barat, Yogyakarta, dan juga Jakarta. Ketujuh tokoh ini berusaha untuk menjaga alam sekitar atas dorongan agama, kepercayaan, dan kearifan lokal. Mereka menyadari bahwa dengan melindungi lingkungan, mereka juga akan mendapat manfaatnya secara berkelanjutan. Langkah Kecil yang Berarti
Tjokorda Raka Kerthayasa di dalam film tersebut menceritakan bagaimana ritual Hari Raya Nyepi di Bali oleh umat Hindu yang ternyata tak hanya memiliki manfaat untuk ketenangan batin umat yang menjalankannya, melainkan juga bagi bumi. Ritual Nyepi dapat menghemat sekitar 30.000 ton karbon bagi atmosfer bumi, juga mengurangi emisi harian di Bali hingga sepertiganya. Di Yogyakarta, Iskandar Waworuntu menginisiasi hal yang berbeda dalam menjaga lingkungan. Ia menggunakan kotoran ternak sebagai salah satu energi alternatif untuk mereka gunakan. Mulai dari permakultur, pengunaan biogas, dan daur ulang. Mereka memasak menggunakan biogas yang tercipta dari kotoran sapi. Selain itu, limbah air bekas dapur ataupun kamar mandi, kemudian di-filter dan digunakan untuk menyiram kebun. “Bumi tidak akan kemana-mana, alam tidak akan kemana-mana.
Sumber : today.line.me
Mereka akan terus berevolusi, mau ada perubahan iklim atau pemanasan global. Tapi bila manusia mau tetap tinggal disini, mereka harus berubah. Karena ini sebenarnya bukan masalah alam, alam akan hidup terus, sampai dimana akan ada istilahnya, akhir zaman,� ujar Waworuntu dalam salah satu adegannya Sementara masayarakat adat Sungai Utik, Kalimantan Barat, secara turun temurun mewariskan hutan untuk dijaga. Mereka membuat beberapa peraturan tidak boleh menebang sembarangan dan tiap orang hanya dapat menebang tiga pohon pertahun. Selain itu, mereka.
Sumber : Greens.co
juga melarang binatang rangkong dan orang utan untuk di buru. Usaha hebat yang dilakukan masyarakat adat di Sungai Utik dalam melestarikan lingkungan, dusun di kabupaten Kapuas Hulu itu mendapatkan penghargaan Kalpataru pada 2019 karena berhasil menjaga 9.000 hektar lahan adat. Di NTT, tepatnya di Bea Muring, Romo Marselus Hasan menginisiasi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Sebab, sebelumnya warga desa menggunakan genset atau pelita. Namun, ia melihat penggunaan genset tidak ramah lingkungan, lantaran menghasilkan asap. Selain ramah lingkungan, dengan adanya PLTMH Romo berharap warga Bea Muring akan menjaga mata airnya. Sementara di Raja Ampat, Papua Barat tepatnya di Kapatcol, ada tradisi yang hidup di masyarakat setempat bernama Sasi. Sasi merupakan adat di kepulauan bagian timur Indonesia. Adat Sasi yaitu larangan untuk masyarakat maupun orang luar mengambil hasil laut di daerah tertentu, dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
19
RESENSI Sejak 2010, para perempuan di Kapatcol memulai Sasi yang sepenuhnya dilakukan oleh wanita. Hal ini dilakukan karena hasil laut yang kian hari kian berkurang. Terlebih, sebelumnya banyak penangkapan ikan berlebihan di daerah sana, menggunakan bahan peledak. Selain terkenal dengan keindahannya, Raja Ampat sendiri adalah rumah dari 75% jenis terumbu karang dan 1.400 spesiesikan. Raja Ampat dapat dikatakan sebagai salah satu wilayah di dunia yang vital untuk tempat berkembang biota laut. Sejak tahun 2000 hingga 2005, Indonesia kehilangan rata-rata 498.000 hektar hutan setiap tahun. Menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat deforestasi terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Hasil analisis Forest Watch Indonesia (FWI) juga menunjukkan deforestasi pada periode 2013-2017 mencapai angka 5,7 hektar atau sekitar 1,46 juta hektar per tahun. Di desa paling ujung Sumatera, gajah-gajah turun ke kebun warga dan memakan tanaman warga lantaran tempat tinggalnya dirusak. Dalam satu generasi, gajah sumatera kehilangan 50 persen populasinya beserta 70 persen habitatnya.
20
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
Sejak 1990, setidaknya setengah hutan primer Sumatera habis dibabat, sebagian besar untuk kepentingan industri. Di akhir film ini, penonton disuguhkan dengan cerita sepasang suami istri yang membangun lahan kebun organik dari lahan bekas pembuangan sampah liar. Di tengah hiruk pikuk gemerlap ibu kota, mereka juga membuka pelatihan cocok tanam secara urban yang semuanya organik. Kisah ini mengingatkan bahwa menjadi masyarakat urban tidak melepaskan diri dari alam. Dari Semesta, kita disadar-tahukan bahwa tindakan individu dapat membantu menyelesaikan kondisi krisis iklim. Kendati hal tersebut tetap membutuhkan kebijakan nyata pemerintah yang dapat dijalankan oleh pemerintah. Di samping itu kita dapat belajar bahwa manusia dan alam merupakan satu kesatuan. Apa yang kita perbuat kepada alam, akan kembali memantul ke kehidupan kita sendiri, manusia. Bukan alam yang memerlukan kita untuk menjaganya, melainkan kita, manusia yang membutuhkan alam untuk selalu menyuapi dan menopang kehidupan kita. []
Sumber : Warnaplus.com
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
21
22
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
PERINGKAT IPK
Daftar Wisudawan dan Wisudawati Terbaik Wisuda ke-65 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi
Nama
S.1 Akuntansi S.1 Manajemen Magister Mnagemen
Fakultas Kedokteran Prodi
S.1 Kedokteran
IPK
Noviana Poernama Sari Kartika Sekar Anggraini Dhisa Tania Priyadi
3,86 3,79 3,87
Nama
IPK
Annisa Dinda Rachmatya
3,69
Nama
IPK
Fakultas Teknik Prodi
S.1 Teknik Mesin S.1 Teknik Industri S.1 Teknik Perkapalan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi
S.1 Ilmu Komunikasi S.1 Hubungan Internasional
Vira Dhatul Fauziah Melva Asionna Firdania Amelia Riyanto
3,84 3,84 3,88
Nama
IPK
Irfan Al Hamdi Natasha Aurora Salsabila
3,95 3,95
Fakultas Ilmu Komputer Prodi
S.1 Sistem Informasi S.1 Informatika DIII Sistem Informasi
Fakultas Hukum Prodi
S.1 Ilmu Hukum Magister Hukum
Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi
S.1 Kesehatan Masyarakat S.1 Ilmu Gizi DIII Keperawatan
Nama
IPK
Aisyah Farisa Jasmine Salsabilah Khansa Savira Rahmawati
3,91 3,83 3,78
Nama
IPK
Ahmad Renardi Landy Noor Annisa Mayangsari
3,86 3,88
Nama
IPK
Eka Dhiffa Safira Mayrin Trifosa Veronica Evina Putri Utami
3,87 3,94 3,78
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
23
24
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke- 65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com
25
26
Buletin Edisi Khusus Wisuda Ke-65 Tahun 2020
www.aspirasionline.com