Jurnal ASPIRASI Edisi Desember 2016

Page 1

www.aspirasionline.com

Hot News :

MAHASISWA DALAM PUSARAN KONFLIK Info Utama :

TAK ADA TEMPAT BAGI YANG BERPRESTASI

JURNAL JURNAL EDISI DESEMBER 2016EDISI DESEMBER 2016

1


www.aspirasionline.com

DAFTAR ISI

JURNAL ASPIRASI DESEMBER 2016

EDITORIAL

3 INFO UTAMA

4

TAMBAH UMUR TAMBAH MASALAH

DITERBITKAN OLEH Lembaga Pers Mahasiswa ASPIRASI Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta PELINDUNG Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan PEMBIMBING Biro Kerjasama dan Kemahasiswaan

PERAYAAN MINIM PERSIAPAN

LENSA

7 SELINTAS

6 FOKUS

8 JENDELA

10 RESENSI

12 OPINI

13 HOT NEWS

14

AJANG LOMBA RAMAIKAN DIESNAT HINGAR-BINGAR PILGUB DKI HINGGAP KE KAMPUS DAYUNG PRESTASI UNTUK DKI JAKARTA WAJAH KOLONIALISME ERA GLOBALISASI SOE HOK GIE DAN KEKERASAN MAHASISWA MAHASISWA DALAM PUSARAN KONFLIK

PEMIMPIN REDAKSI Brigita Ferlina Siamirani REDAKTUR PELAKSANA Haris Prabowo SEKRETARIS REDAKSI Winda Septi Adelina BENDAHARA REDAKSI Maryam Amini UTUSAN DEWAN REDAKSI Mevi Renanda KOORD. UMUM JURNAL Salma Decilia PRODUKSI Deden Abdul Qohar, Sasgia Rahmalia Chan KOORD. FOTO Tri Ditrarini Saraswati EDITOR Haris Prabowo, Brigita Ferlina, Faiz Irsyad, Maryam Amini, Mevi Renanda, Helena Lisa, Winda Septi Adelina, Haura Hafizhah, Hersa Khoirunnisa JURNALIS Donal Cristoper Siahaan, Danang Kurniawan, Sandy Mahdi Wibawa, Deden Abdul Qohar, Tri Ditrarini Saraswati, Aprilia Zul Pratiwiningrum, Salma Decilia, Sasgia Rahmalia Chan Redaksi ASPIRASI menerima kiriman kontribusi artikel dengan maksimal 7000 karakter. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa merubah makna dan isi. Tersedia bingkisan menarik bagi tulisan yang lolos rapat redaksi dan masuk dalam jurnal. Pintu redaksi terbuka lebar bagi tanggapan, kritik, hak jawab, maupun segala hal yang bersangkutan dengan redaksional. Gang Lorong, Pintu No. 3, Kampus Pondok Labu Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) Jln. Rs. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450 www.aspirasionline.com online.aspirasi@gmail.com @LPMaspirasi

KIRIM KARYA TULISMU

2

BERUPA ARTIKEL, OPINI, ESAY, CERPEN MAUPUN PUISI JURNAL EDISI DESEMBER 2016

KE ONLINE.ASPIRASI@GMAIL.COM ATAU KE GANG LORONG NOMOR 3


EDITORIAL www.aspirasionline.com

TAMBAH UMUR TAMBAH MASALAH

T

ahun 2016 merupakan tahun keduanya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran� Jakarta (UPNVJ) menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Penyelenggaraan hari jadi UPN yang dihiasi berbagai macam lomba sudah menjadi hal yang lumrah, pasalnya peringatan ini sudah dilaksanakan bahkan sebelum UPNVJ resmi jadi PTN. Tapi siapa sangka, kali ini acara yang rutin diadakan tiap tahunnya malah terkesan kurang persiapan. Semua berawal dari kurangnya sosialisasi kegiatan. Hal ini mungkin bukan menjadi masalah yang besar bagi pegiat unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang sering bertemu pihak kampus, entah itu ke bagian kemahasiswaan atau jajaran rektorat. Segelintir kabar pun terdengar mengenai pelaksanaan Dies Natalis UPNVJ ke-2, namun ketika sedikit melirik ranah dosen dan karyawan, ternyata banyak yang tidak mengetahui ihwal kegiatannya. Terlepas mereka merupakan bagian dari panitia atau bukan, tapi hal ini juga bisa membuktikan bahwa kurang adanya sosialisasi kongkret. Perlombaan yang diperuntukkan mahasiswa pun bernasib sedikit mengenaskan. Ada dua perlombaan untuk mahasiswa, yaitu lomba pidato dan lomba kebersihan UKM. Menurut laporan dari salah satu fakultas, ada peserta lomba pidato yang diminta mengikuti lomba satu hari sebelum kegiatan berlangsung, alhasil minim persiapan. Sebenarnya perlombaan ini terbuka untuk siapa saja, namun kembali lagi, dikarenakan minimnya sosialisasi membuat mahasiswa ‘biasa’ tidak tahu apa-apa. Akhirnya panitia terlihat kelimpungan tujuh keliling mencari peserta. Begitu juga halnya terjadi saat lomba kebersihan UKM. Surat pemberitahuan mengenai lomba disebar dan diterima tiap pintu UKM satu hari sebelum kegiatan berlangsung. Sebelumnya tidak ada sosialisasi ke seluruh UKM mengenai kegiatan tersebut. Kemudian beberapa organisasi mahasiswa tingkat fakultas pun ikut dinilai, padahal lomba jelas tertulis untuk UKM. Tak hanya itu, organisasi mahasiswa yang menang lomba tersebut ternyata tidak pernah mendapat surat pemberitahuan sebelumnya. Bagaimana bisa ketika teknis pelaksanaan pun terjadi kerancuan yang fatal. Tidak bermaksud membandingkan, para pegiat UKM juga sering mengadakan kegiatan yang membutuhkan massa. Namun setidaknya setiap UKM yang akan mengadakan acara besar-besaran pasti terdengar gaung ke berbagai pelosok kampus. Mereka melakukan banyak cara untuk sosialisasi acara mereka agar tidak minim partisipan. Mulai dari mengirimkan undangan ke setiap pintu UKM, memasang poster, membuka stand pendaftaraan, dan banyak lagi. Minimal,UPNVJ bisa memberikan surat pemberitahuan ke setiap pintu UKM dari

jauh-jauh hari. Apabila UPNVJ membutuhkan mahasiswa untuk membantu, tak ada alasan untuk tidak siap. Mungkin dikarenakan tidak adanya campur tangan mahasiswa yang mengambil andil penting Dies Natalis kali ini mempengaruhi kurangnya partisipasi mahasiswa dalam acara. Sedikit sedih, pada kegiatan tertanggal 3 Oktober lalu mahasiswa hanya bisa melihat para dosen dan karyawan bersenang-senang di panggung dan mendapat hadiah. Mungkin beberapa ada yang sedih mahasiswa tidak diikutsertakan, mungkin ada yang tidak. Mungkin beberapa ada yang merasa dibeda-bedakan karena acara semeriah itu hanya dinikmati para dosen dan karyawan, mungkin ada yang tidak. Untuk membangun UPNVJ yang lebih baik dibutuhkan persiapan yang lebih matang dan yang terpenting: kesatuan dari seluruh sivitas akademika. Perselisihan masih terjadi antar beberapa jurusan atau fakultas, bahkan mungkin antara dosen atau karyawan dengan mahasiswa, entah itu hanya perang dingin atau benar-benar dengan aksi. Wajar terjadi perselisihan, dari hal sekecil apapun, yang salah adalah cara penanganannya. Mari beranalogi. Jika terdapat kakak dan adik bertengkar, orang tua melerai dengan berbagai macam cara. Dan dari berbagai macam cara tersebut mempunyai dampak yang berbeda. Jika orang tua selalu membela si adik, pastilah si kakak merasa tidak adil, begitu pula sebaliknya. Sekali dua kali si kakak mungkin masih dapat menerima, tapi mungkin untuk ketiga kali si kakak bisa saja malah tambah geram. Ada baiknya orangtua melerai keduanya dengan cara yang lebih bijaksana dan lebih adil, misalnya dengan bertanya kronologis dan membuat siapa yang bersalah harus minta maaf. Tapi ada hal yang lebih baik lagi, orang tua harus bisa mengawasi anak-anaknya, jadi walaupun kronologisnya dibuat-buat, orang tua tetap tahu siapa yang sebetulnya salah. Begitupula yang harusnya UPNVJ lakukan untuk menangani perselisihan dan permasalahan lainnya. Harus bijak dan adil. Jangan sampai merugikan satu pihak. Para mahasiswa tentu ingin membantu guna menjadi lebih baik lagi. Tidak butuh ajakan dari pihak kampus, para mahasiswa juga pasti sudah punya caranya sendiri untuk memperbaiki rumah keduanya. Yang mahasiswa butuhkan hanyalah izin dari pihak kampus untuk bisa ikut berpartisipasi dalam pembenahan kampus. Dengarkan mahasiswa, jangan pandang sebelah mata para mahasiswa yang dianggap hanya bisa menuntut. Siapa yang benar-benar mengetahui apa yang dirasakan mahasiswa hanya mahasiswa itu sendiri. Sedikit torehan tinta ini dapat menjadi bahan koreksi bagi siapapun yang membacanya

.

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

3


SARAS | ASPIRASI

INFO UTAMA www.aspirasionline.com

PERAYAAN MINIM PERSIAPAN Kamis, 6 Oktober, menjadi kali kedua UPNVJ menginjak usia dengan status PTN. Namun, kegiatan Diesnat kurang dirasakan oleh seluruh sivitas akademika, khususnya mahasiswa. Minimnya persiapan menjadi salah satu faktor utama. Oleh :

D

Sasgia Rachmalia Chan

ua tahun lalu, tepatnya bulan Oktober, Serangkaian kegiatan Diesnat tahun ini menjadi sejarah sekaligus momen bagi dimulai dari 29 September hingga 6 Oktober. Kegiaketiga Universitas Pembangunan Nasional tan yang ada meliputi berbagai macam lomba, donor “Veteran” se-Indonesia, termasuk darah, hingga bakti sosial (baksos). Serta semUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” inar mengenai Bela Negara yang dilaksanakan Jakarta (UPNVJ). Tertanggal 6 Oktober sepada 24 Oktober. cara resmi ditetapkan status Perguruan Tinggi Semua lomba yang tersedia, kata Persiapannya Negeri (PTN) bagi ketiga kampus yang sebelLilik, diperuntukkan untuk seluruh sivitas memang mendadak,” akademika baik dosen, mahasiswa, hingga umnya berada dibawah naungan Kementerian Pertahahanan (Kemhan). Untuk merayakan karyawan. Seperti lomba pohon penelitian hari jadi UPNVJ tahun ini, yang terhitung yang diperuntukkan bagi dosen, dan lomba SASGIA | ASPIRASI sejak 6 Oktober, dihadirkan beragam lomba poster bagi dosen dan mahasiswa. Tak ketingserta hadiah bagi para pemenangnya. galan pula lomba Program Kreatifitas MahaNamun euforia Dies Natalis (Diesnat) siswa (PKM) bagi mahasiswa. Tak hanya itu ke-2 kurang dirasakan oleh seluruh sivitas akberagam lomba untuk mahasiswa juga hadir ademika kampus. Singkatnya kurang matangseperti lomba pidato bahasa inggris, lomba nya persiapan menjadi salah satu faktor utakebersihan sekretariat UKM, dan lomba kermanya. “Persiapannya memang mendadak. apihan arsip. Kebetulan sekitar Agustus lalu saya dipanggil Namun perayaan Diesnat tahun ini Warek II untuk dibagikan tugas-tugas panidinilai tidak tepat waktu pelaksanaannya. tia,” ujar Wakil Ketua Non-Akademik Lilik Wakil Dekan (Wadek) III Fakultas Ilmu KomZulaihah, saat ditemui ASPIRASI, 10 Oktober puter (FIK) Rudhy Ho Purabaya menuturkan silam. demikian mengingat beberapa agenda dilakPelaksanaan Diesnat ke-2 tahun ini sanakan saat kegiatan perkuliahan sedang berpun menimbulkan perdebatan ihwal waktu lansung, ditambah jadwal Ujian Tengah Sepelaksanaan dan usia UPNVJ. Sebelum resmi mester (UTS) yang akan dihadapi mahasiswa. menjadi PTN, tiap tahunnya UPNVJ merayaIa mengatakan demikian karena didikan hari jadi di bulan Januari. Namun pasca rikannya panggung Diesnat yang berlokasi di berstatus negeri, hari jadi UPNVJ mengikuti Lapangan Basket depan Gedung Dewi Sartika, tanggal ditetapkannya penegerian pada bulan yang merupakan lokasi FIK melakukan proses Wakil Ketua Dies Natalis Non-Akademik Lilik Zulaihah, saat ditemui di perkuliahan, dirasa mengganggu akibat suara yang Oktober. Terdapat sedikit perdebatan apakah UPNVJ ruangannya. merayakan hari jadi ke-54, jika mengacu pada bulan ditimbulkan. “Jika dosen merasa terganggu, ya ngaJanuari, atau ke-2 jika tetap bersandarkan bulan Okjarnya jadi tidak efektif,” ujarnya saat ditemui diruantober, tutur Lilik. gannya, 21 Oktober lalu.

4

JURNAL EDISI DESEMBER 2016


INFO UTAMA www.aspirasionline.com

SARAS | ASPIRASI

Kita baru tahu ada kegiatan seminggu sebelumnya, jadi persiapan kita terbatas,” Dari Mata Mahasiswa Minimnya sosialisasi terkait Diesnat tahun ini, menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya persiapan mahasiswa yang akan mengikuti pelbagai perlombaan. Ketua Badan Eksekutif Fakultas Kedokteran (BEM FK) Rian Mourbas mengeluh bahwa pemberitahuan kegiatan Diesnat ke organisasi mahasiswa masih kurang, “kita baru tahu ada kegiatan seminggu sebelumnya. Kita belum menyiapkan anak-anak untuk latihan, jadi persiapan kita juga masih terbatas dan hanya sekedar kirim delegasi saja,” tuturnya saat ditemui di Ruang Organisasi (RO) FK, 11 Oktober lalu. Ia juga mengatakan banyak mahasiswa yang tidak tahu mengenai kegiatan yang dilakukan oleh UPNVJ dalam rangkaian Diesnat. Suara lainnya datang dari ranah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Azrina Hotami, selaku Ketua Umum UPN Band Veteran (UBV), merasa bahwa UKM ranah seni kurang diikutsertakan secara keseluruhan dan hanya beberapa yang dilibatkan. Ia menyayangkan pihak kampus hanya melibatkan Seni Tari Veteran Jakarta (STVJ) dan Paduan Suara Gita Advayatva dalam kegiatan Diesnat.

SASGIA | ASPIRASI

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U) Danu Wintoro.

“Padahal juga ada Teater Hijau Lima Satu dan UBV. Jadi gak seimbang aja, terkesan gak adil,” ujarnya pada 14 Oktober. Selain itu, menurutnya Diesnat kali ini memang terlihat kurang persiapan. Menanggapi pernyataan Azrina, Lilik Zulaihah justru menilai keikutsertaan, kepedulian, dan kedisiplinan mahasiswa masih sangat minim. Menurutnya, mahasiswa belum ada rasa memiliki di dalam kampus. Namun, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U) Danu Wintoro menepis hal tersebut. Menurutnya, justru pihak kampuslah yang kurang memiliki rasa kekeluargaan. “Rasa egoisnya masih tinggi. Seperti Rektorat minta bantuan mahasiswa gak mau, dan ketika mahasiswa minta bantuan Rektorat juga ya seperti itulah. Harusnya bisa simbiosis mutalisme,” ungkapnya dalam menanggapi pernyataan Lilik. Oleh karena itu, Azrina kembali berharap untuk Diesnat tahun depan pihak kampus lebih melibatkan mahasiswa dalam segala kegiatannya. “Ada baiknya lebih koordinasi dengan mahasiswa. Justru di situ dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap UPN,” tutur perempuan berambut pendek tersebut menutup wawancara

.

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

5


INFO UTAMA www.aspirasionline.com

TAK ADA TEMPAT BAGI YANG BERPRESTASI Tiadanya penghargaan Rector Merit List tahun ini menimbulkan kekecewaan bagi mahasiswa yang mengharumkan nama kampus. Oleh :

R

Sandy Mahdy Wibawa

ector Merit List diketahui sebagai ajang penghargaan yang diberikan oleh Rektor bagi para mahasiswa, khususnya mereka yang memiliki prestasi dalam bidang akademik dan non-akademik. Pada tahun-tahun sebelumnya, Rector Merit List tak pernah absen hadir berbarengan dengan perayaan Dies Natalis (Diesnat) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ). Namun, penghargaan yang dinanti-nanti oleh para mahasiswa ini terhenti begitu saja. Kemeriahan perayaan Diesnat UPNVJ ke-2, 6 Oktober lalu, terlihat tidak adanya wajah dari para mahasiswa berprestasi. Hal ini jelas sangat bertolak belakang dari pernyataan Rektor UPNVJ Eddy S. Siradj. Ia mengatakan akan mendukung para mahasiswa yang berprestasi dalam bidang akademik dan non-akademik, ketika ditemui ASPIRASI usai upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-71. "Karena sekarang tahun inovasi nasional, kita harapkan mahasiswa itu untuk berinovasi dan inovatif, jadi kita harus mendukung para mahasiswanya untuk berprestasi dibidang akademik maupun non akademik,” ucapnya, 17 Agustus lalu. Pernyataan tersebut tidak diimbangin dengan realisasi Rector Merit List tahun ini. Padahal, ketika UPNVJ masih berstatus Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Rector Merit List terus diadakan setiap tahunnya. Hal ini sangat disayangkan oleh para mahasiswa, mengingat penghargaan terse-

6

Ketika UPNVJ telah menjadi kampus negeri, seharusnya banyak mahasiswa yang didukung untuk lebih berprestasi,” but merupakan bentuk apresiasi dari pihak kampus yang diberikan kepada mereka yang membawa nama baik UPNVJ. Diah Ayu Wulandari, salah satu anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Girigahana, menuturkan kekecewaannya. Sebagai salah satu pemenang dan mendapat medali perunggu dalam pagelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat 2016 kategori Arung Jeram, ia telah memberitahu pihak kampus dan mengajukan diri dalam Rector Merit List. “Tapi belum ada respons apapun dari pihak kampus,” sesal perempuan yang kerap disapa Ayok tersebut, pada ASPIRASI 13 Oktober lalu. Kampus hijau, kata Ayok, seakan tidak mendukung para mahasiswa untuk mengejar prestasi yang lebih baik. Padahal, apa yang telah dilakukan telah mengharumkan nama UPNVJ dalam kancah olahraga nasional. “Ketika UPNVJ telah menjadi kampus negeri, seharusnya banyak maha-

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

siswa yang didukung untuk lebih berprestasi,” tambahnya. Justru yang ditakutkan Ayok ketika para mahasiswa akan bersikap acuh dengan kampus, dikarenakan merasa tidak dihargai. Tidak adanya penghargaan bagi yang berprestasi menjadi tanda tanya besar, khususnya mereka yang memang berprestasi dan patut mendapatkan penghargaan dari pihak kampus. Wakil Ketua Panitia Non-Akademik Diesnat Lilik Zulaihah mengakui bahwa dalam rapat kepanitiaan memang tidak ada pembahasan Rector Merit List. "Mungkin nanti ada waktunya sendiri," jawabnya singkat, 21 Oktober lalu. Hingga tulisan ini diturunkan, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Halim Mahfudh belum bisa ditemui ASPIRASI untuk menanyakan hal terkait realisasi Rector Merit List. Penghargaan bagi mereka yang memperoleh prestasi dirasa penting, guna meningkatkan mutu dan prestasi yang lebih baik. Terlebih dalam suatu institusi pendidikan, apabila semakin banyak mahasiswa yang berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, maka mutu institusi tersebut akan meningkat. Untuk itu Ayok kembali menggantungkan harapan kepada pihak kampus. “Semoga kedepannya pihak kampus bisa mengembangkan prestasi mahasiswa dalam segala bidang. Serta memperhatikan, juga mendukung mahasiswanya untuk berprestasi, mungkin sampai tingkat global, bukan hanya nasional,” ujarnya menutup wawancara

.


Lensa www.aspirasionline.com

SARAS | ASPIRASI

Rektor UPNVJ Eddy S. Siradj bersama Warek I Moeljadi, terlihat sedang menikmati suasana dengan menyanyikan tembang lagu pada acara Dies Natalis UPNVJ ke-2, 6 Oktober lalu. SARAS | ASPIRASI

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

7


Selintas www.aspirasionline.com

AJANG LOMBA RAMAIKAN DIESNAT Mulai dari karyawan hingga mahasiswa yang diorganisasi kampus, ikut serta menyiapkan diri untuk mengikuti pelbagai perlombaan dalam Dies Natalis UPNVJ ke-2.

D

Sandy Mahdy Wibawa, Sasgia Rachmalia Chan

ies Natalis (Diesnat) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) tahun 2016 hadirkan beberapa perlombaan untuk sivitas akademika. Perlombaan dalam Diesnat kali ini terbagi menjadi lomba akademik dan non-akademik. Demi mencapai hasil yang maksimal, persiapan pun dilakukan walaupun dalam waktu yang singkat. Lomba akademik yang diadakan diantaranya lomba penyusunan pohon penelitian, metode pembelajaran melalui Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), poster dan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Sedangkan untuk lomba non-akademik meliputi lomba arsip, kebersihan sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), kantin favorit, gerak jalan, senam serta pidato bahasa inggris. Selain itu, terdapat pula lomba menyanyi, fashion show dan pengoperasian komputer yang banyak menarik minat para karyawan kampus. Beberapa lomba tersebut diadakan untuk menciptakan nuansa baru pada perayaan Diesnat UPNVJ tahun ini. Salah satu lomba yang baru diadakan adalah lomba pengoperasian komputer. Lomba yang bertempat di laboratorium Fakultas Ilmu Komputer (FIK) ini diikuti oleh delapan orang karyawan sebagai peserta yang berasal dari berbagai satuan kerja (satker). Mekanisme lomba ini terhitung mudah, pasalnya para peserta ditunjuk untuk membuat sebuah tulisan dalam kolom melalui aplikasi Microsoft Word, serta membuat jam kerja dari aplikasi Microsoft Excel.

8

Erika Lestianti yang merupakan karyawan di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) menjadi pemenang lomba pengoperasian komputer. “Jujur saya senang sekali karena menurut saya ini adalah lomba yang mendidik”, ungkapnya ketika ditemui ASPIRASI, Jumat (14/10) lalu. Sebelum mengikuti lomba, wanita kelahiran Pacitan, Jawa Timur ini menuturkan bahwa persiapan yang dilakukan hanya dalam waktu singkat, “persiapannya hanya seminggu setelah pengumuman lomba”, tambahnya sambil tertawa. Meski begitu, Erika tetap berlatih agar bisa mengikuti perlombaan dengan maksimal. “Kalau ada waktu senggang belajar Microsoft Excel, tapi belajarnya sih tentang keuangan walaupun yang keluar malah tentang jam kerja. Untungmya tetap bisa dan gak ada persiapan apa-apa lagi,” ujarnya. Selain lomba pengoperasian komputer, terdapat pula lomba fashion show yang diperuntukkan bagi para karyawan. Sutarno, selaku Laboran Departemen Patologi Anatomi dan Clinical-Skill Fakultas Kedokteran (FK), pun menjadi pemenang lomba tersebut. Senada dengan Erika, lelaki berdarah jawa ini mengaku tidak melakukan persiapan lebih sebelum mengikuti lomba fashion show. “Persiapan untuk lomba fashion show ini sebenernya tidak ada sama sekali, justru sebenernya saya mempersiapkan diri untuk perlombaan gerak jalan dan lomba nyanyi,” jelasnya, pada Senin (17/10) lalu. Tak disangka, meski kurang persiapan namun Sutarno berhasil memikat mata juri hingga bisa menjadi pemenang. “Keb-

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

etulan saya langsung koordinasi sama istri, kita pakai baju dengan warna yang matching. Gak menyangka bisa menang juga akhirnya,” tuturnya dengan wajah gembira. Menurut lelaki yang dahulu menjadi binaragawan ini, kemenangan yang diterimanya juga dikarenakan faktor kurangnya lawan dan pesaing yang hanya berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

SASGIA | ASPIRASI

Oleh :

Salah satu karyawan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES), Erika Lestianti.


Selintas www.aspirasionline.com

Warek III Bidang Kemahasiswaan, Halim Mahfudh, saat memberikan hadiah kepada para pemenang lomba.

SARAS | ASPIRASI

Lain Karyawan, Lain Pegiat Organisasi

FOTO | DOK. PRIBADI

Persiapan tidak hanya datang dari para karyawan, beberapa ormawa kampus pun telah menyiapkan diri dalam keikutsertaannya di perlombaan Diesnat UPNVJ. Misalnya lomba kebersihan sekretariat UKM yang dimenangi oleh UKM UPN Band Veteran (UBV), Badan Eksekutif dan Senat Mahasiswa FK, serta UKM Agape. Ketiga

Ketua Umum UPN Band Veteran (UBV), Azrina Hotami.

Ormawa kampus yang memenangkan perlombaan ini sendiri tidak luput dari berbagai persiapan. Seperti yang diungkapkan oleh Christina Pardede selaku pengurus dari UKM Agape, "kita saling kerjasama dan juga saling komunikasi antara pengurus lain agar tetap semangat ikut berpartisipasi untuk menjaga kebersihan sekret,” ujarnya. Para anggota UKM Agape ini bekerjasama untuk membersihkan ruangan sekretariatannya dan merapihkan arsip-arsip surat.Setelah bekerjasama merapihkan barang yang ada dalam ruang sekretariatnya, dengan sukarela para anggota UKM Agape mengeluarkan uang untuk membeli makanan dan minuman yang akan mereka santap bersama. Selain itu, Christina juga mengatakan bahwa kebersihan termasuk iman dalam kehidupan sehari-hari, sehingga penting untuk menjaga kebersihan di lingkungan sendiri. Berbeda dengan UKM Agape, UBV yang menjadi juara satu lomba kebersihan UKM mengaku tidak melakukan persiapan khusus untuk mengikuti perlombaan tersebut. Hanya saja, karena adanya jadwal piket yang diberlakukan setiap hari dirasa sudah membantu ruang sekretariatnya menjadi bersih. “Mungkin karena kita udah dibiasakan punya jadwal piket dari Senin sampai Minggu, jadi kita persiapannya emang gak ada,” tutur Azrina Hotami, Ketua Umum UKM UBV. Wanita berambut panjang ini mengaku tidak mengeluarkan modal untuk membeli perlengkapan yang diperuntukan

sebelum menghadapi lomba kebersihan UKM. "Engga ngeluarin modal sama sekali, kalau kotor ya dibersihin, kalau berserakan ya dirapihin, udah cuma gitu aja gak beli sesuatu,” tuturnya. Penilaian lomba kebersihan ruang sekretariat UKM dilakukan pada Selasa, 4 Oktober 2016. Mengenai sistem penilaian sendiri diakui oleh para pengurus Ormawa kampus ini bagaikan sidak mendadak. “ Jujur saya gak tau sistem penilaiannya kaya gimana, tiba-tiba udah dinilai aja dan gak tau penilaian dari juri itu indikatornya apa aja,” tutup mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) tersebut. Sebagai bentuk penghargaan untuk para pemenang lomba, diberikanlah hadiah yang diumumkan saat puncak acara Diesnat pada Kamis, 6 Oktober 2016 di Auditorium Rektorat Lantai 4. Hadiah yang diberikan pun bervariasi dan ada pula doorprize yang menambah semangat para peserta. Mulai dari kipas, sepeda, kulkas, handphone, tab dan lain-lain. Hadiah yang diberikan membuat Erika selaku karyawan merasa kaget karena berbeda signifikan dengan hadiah yang diberikan tahun lalu. “Selama ini kan hadiahnya handuk, nah kalo tahun ini hadiahnya handphone, jadi saya sempet kaget juga hadiahnya menarik,” ungkapnya, Jumat (14/10). Erika yang memenangkan perlombaan pengoperasian komputer juga mendapatkan hadiah handphone senilai 2 juta rupiah. Jadi yang kemaren gak ikut lomba pasti nyesel deh,” tutupnya sambil tertawa

.

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

9


Fokus www.aspirasionline.com

HINGAR-BINGAR PILGUB DKI HINGGAP KE KAMPUS Salah satu calon wakil gubernur DKI Jakarta menjadi pembicara sebuah seminar di UPNVJ. Dalam sesi tanya-jawab ia menyinggung program kerjanya yang bertendensi melalukan kampanye politik. Oleh :

S

Danang Kurniawan, Aprilia Zul Pratiwiningrum

elasa, 27 September lalu, Ruang Auditorium yang berlokasi di lantai 4 Gedung Jendral Soedirman UPNVJ diramaikan oleh kegiatan seminar yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (BEM FISIP). Dengan mengangkat tema “Proyeksi Indonesia Pasca Reshuffle Kabinet Jilid II”, pihak panitia mendatangkan dua pembicara, yaitu Fahri Hamzah dan Sandiaga Salahudin Uno. Seperti yang diketahui hingga saat ini Fahri Hamzah masih aktif menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sedangkan Sandiaga Uno merupakan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta tahun 2017 yang menjadi pasangan Anies Baswedan. Menurut pantauan ASPIRASI di lokasi, saat seminar berlangsung Sandiaga Uno beberapa kali melontarkan candaan berbau politik. Saat sesi tanya-jawab pun terlontar beberapa pertanyaan dari audiens yang menanyakan kebijakannya jika terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta mendatang. Sandiaga Uno merespons dengan memaparkan program–programnya sesuai dengan pertanyaan audiens. Moderator saat itu terlihat tidak menghentikan pembicaraan yang sudah melenceng dari tema dan menjurus ke kampanye politik. Padahal, agenda kampanye politik di perguruan tinggi tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang. Dalam Bab XI pasal 69, tertulis jelas dalam kampanye dilarang menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan. Tempat ibadah dan institusi pendidikan harus bersih dari kegiatan kampanye politik, dengan seperti apapun kegiatan tersebut dikemas.

10

Dalam menanggapi hal tersebut, panitia penyelenggara tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu. Munaya Anashuah, selaku bagian acara dari kepanitiaan, berpendapat hal tersebut terjadi mungkin karena desas-desus pencalonan Sandiaga Uno di Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2017 mendatang. “Kalau memang niat awal kita membantu dia berkampanye, kita pasti dapat uang dari dia. Kita nggak menerima itu. Jadi menurut saya, mungkin ketika Sandiaga memberi jawaban sesuai perspektifnya, jadi nggak ada niatan kampanye,” katanya. Pihak BEM FISIP mengaku Term of Reference (TOR) yang diberikan sama dengan Fahri Hamzah, dan tetap menegaskan ke pembicara untuk tidak keluar dari topik pembahasan. Munaya mengaku telah mengirimkan proposal pembicara ke Sandiaga Uno jauh sebelum ia menjadi Cawagub DKI Ja-

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

karta 2017. Awalnya, pihak panitia berkonsultasi ke pihak Dekanat FISIP untuk menentukan siapa yang sekiranya tepat untuk menjadi pembicara. Bersama dengan Wakil Dekan (Wadek) III Bidang Kemahasiswaan, pihak BEM FISIP pun akhirnya memutuskan dua nama tersebut. Fahri Hamzah dinilai dapat memberikan pandangannya dari sisi politik, sedangkan Sandiaga Uno dari sisi ekonomi. Para jajaran Dekanat pun bersuara tentang kelalaian yang terjadi dalam seminar BEM FISIP. Wadek III Bidang Kemahasiswaan FISIP Syahrul Salam yang sekaligus juga menjadi moderator saat itu berpendapat bahwa kampus perlu membuka diri. Ia menilai hal tersebut menjadi keuntungan bagi pihak kampus mendatangkan orang-orang besar seperti Fahri Hamzah dan Sandiaga Uno. Ia tidak menyalahkan siapapun mengenai apa yang terjadi dalam seminar tersebut,

ILUSTRASI | DEDEN


Fokus www.aspirasionline.com

APRIL | ASPIRASI

Sandiaga Uno saat memberikan materi di Seminar Politik, yang dilaksanakan oleh BEM FISIP.

bila memang ternyata saat berlangsungnya seminar pembicara merujuk hal yang di luar konteks yang seharusnya, ia mengaku sudah berusaha untuk mengembalikan ke koridor yang benar. “Kalau soal pertanyaan audiens yang memancing hal itu, kita tidak bisa menstop secara langsung. Namun kita arahkan kembali ke jalur yang sesuai,” ungkapnya. Melihat UU No. 1 Tahun 2015 pasal 69, Syahrul berpendapat bahwa kejadian tersebut tidak bisa secara langsung dikaitkan penerjemahannya dengan konstitusi. Syahrul mengaku sebenarnya tujuan ia menyarankan ke BEM untuk mengundang Sandiaga Uno sebagai pembicara, karena ia menilai sosok pengusaha muda ini cukup berkompeten dalam mengisi acara seminar itu. Ia juga menegaskan bahwa apa yang terjadi saat itu bukan agenda politik praktis. “Bila ada peserta yang menyinggung melalui pertanyaan bagaimana ia menjadi Cawagub, ya Sandiaga merespon,

Kampus harus bersikap netral dan tidak boleh ikut campur dalam urusan politik praktis.”

dan saya rasa kejadian itu tidak menyita keseluruhan acara saat itu,” tutupnya. Pendapat berbeda datang dari Wadek II Bidang Keuangan Hermina Manihuruk, yang enggan hadir dalam seminar tersebut. Keengganannya ihwal kurang setuju dengan adanya kedatangan Sandiaga Uno. Ia menganjurkan lebih baik mengundang pembicara yang lain, bukan tokoh yang sedang dalam masa kampanye politik. Sebagai lembaga pendidikan, ia menilai pihak kampus harus bersikap netral dan tidak boleh ikut campur dalam urusan politik praktis. Menurutnya walau kedua belah pihak tidak menginginkan hal tersebut, tetap pasti akan terjadi. “Saya tidak berpikiran buruk, namun yang ditakutkan nanti adalah kita memberi kesan menjual panggung untuk dia (red, Sandiaga), supaya dikenal dan dipilih,” ucapnya dengan perlahan. Ia juga berharap untuk kedepannya seminar dilaksanakan sesuai dengan tema yang ditentukan dan bukan dalam masa kampanye sepert saat ini. Dicky Adriansyah, salah satu mahasiswa FISIP, berkomentar bahwa memang Sandiaga Uno tidak memaparkan visi dan misi saat seminar berlangsung, justru dari pihak peserta yang membuat suasana seolah-olah menjadi seperti dalam masa kampanye. “Sepengetahuan saya kemarin tidak maparin visi dan misi, malah yang ada itu peserta yang bertanya kearah situ dan agak kepancing, sih, pembicaranya,” ujar mahasiswa jurusan Hubungan Internasional tersebut. Menurutnya, yang bisa mengontrol suasana tersebut adalah moderator yang bertugas saat itu. “Moderator punya wewenang dalam memberhentikan pembahasan yang

Moderator punya wewenang dalam memberhentikan pembahasan yang dianggap tidak perlu atau berlebihan.” dianggap tidak perlu atau berlebihan,“ tutupnya. Pada bulan November mendatang, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) juga berencana turut mengundang Sandiaga Uno sebagai pembicara dalam seminar entrepreneur. Melihat hal tersebut, Emirza Tanjung selaku Ketua HMJ berjanji akan melakukan pengawasan lebih ketat dalam mengarahkan pembicaranya, sehingga kejadian seperti di BEM FISIP tidak terulang lagi. “Kita akan terus mengarahkan dan mengingatkan beliau untuk tetap berbicara sesuai koridornya sebagai pebisnis, bukan sebagai calon wakil gubernur,” ujarnya tegas. Namun setelah mendapat konfirmasi dari pihak penyelenggara, ternyata Sandiaga Uno berhalangan hadir dikarenakan ia harus menyelesaikan urusannya di luar negeri

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

.

11


Jendela www.aspirasionline.com

Dayung Prestasi untuk DKI Jakarta Kebanggaan merupakan kesan pertama yang dirasakan oleh Diah Ayu Wulandari, anggota aktif Mahasiswa Pecita Alam (MPA) Girigahana, yang mewakili DKI Jakarta dalam pagelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat 2016. Oleh :

Deden Abdul Qohar S

Aksi Regu dayung putri DKI Jakarta (kiri) saat menghadapi lawannya pada PON XIX Jawa Barat 2016.

S

FOTO | DOKUMEN PRIBADI

emua berawal dari undangan untuk mengikuti seleksi PON XIX Jawa Barat 2016 yang diberikan Pengurus Cabang Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Jakarta Selatan, kepada beberapa Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) untuk mewakili provinsi DKI Jakarta. Undangan tersebut mengenai seleksi perlombaan kategori cabang olahraga eksibisi arung jeram. Girigahana, satu-satunya Mapala yang terdapat di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ), mengirim beberapa anggotanya untuk mengikuti seleksi tersebut. Diah Ayu Wulandari adalah salah satunya. Wanita yang kerap disapa Ayok ini lolos seleksi setelah mengikuti beberapa tes. Diantaranya tes fisik, tes kesehatan, dan tes dayung. Setelah dinyatakan lolos, Ayok memulai latihannya untuk mempersiapkan diri. “Latihan fisik kurang lebih dua hingga tiga bulan, setelah itu dilanjutkan dengan latihan dayung di danau,” terang wanita kelahiran Jawa Tengah ini ditengah kesibukannya. Cabang olahraga eksibisi tersebut diikuti oleh 19 kontingen provinsi, dengan ketentuan setiap kontingen dapat mendelegasikan kontingen putra dan putri yang terbagi menjadi dua kelas kategori. Berdasarkan kelas kategori, terdiri dari 2 tim putra dan 2 tim putri untuk kategori R4 (Rafting 4 Pendayung) dan R6 (Rafting 6 Pendayung). Di Girigahana sendiri, Ayok sebenarnya bukanlah atlet arung jeram, melainkan atlet panjat tebing atau wall climbing. “Kalau di Girigahana itu fleksibel, bisa ikut dimana saja, mungkin karena fisiknya dia

12

kuat, dia pun terpilih, makanya dia lanjutkan di PON,” ucap Darmawan Yan Saputra selaku Ketua Umum Girigahana, kepada ASPIRASI Kamis, 13 Oktober lalu. Ayok bertekad untuk mencetak prestasi dalam pagelaran PON bersama teman-temannya dari Mapala lain, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), dengan menjalani latihan rutin. Latihan yang dilakukan meliputi latihan fisik sebanyak tiga kali dalam seminggu dan latihan dayung sebanyak dua kali dalam seminggu, “latihan fisik berlokasi di Pasar Festival Kuningan, jika latihan dayung di beberapa tempat, seperti itu Danau Pamulang, Danau UI, dan Sungai Cianter,” tambahnya. Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) tahun 2014 ini bercerita, walau telah kalah dalam kategori headto-head dan sprint, ia masih tetap berharap untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam kategori slalom. Namun, ternyata kemenangan masih memihak kepada Ayok dan kawan-kawan. Mereka berhasil membawa DKI Jakarta menjadi juara tiga dalam kategori Rafting 4 (R4) slalom putri, dan pulang dengan membawa medali perunggu. Kemenangan tersebut juga berhasil membawa DKI Jakarta berada diposisi ketujuh. Perwakilan kontingen dari Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten yang menjadi lawan terberat, justru Ayok jadikan motivasi agar tidak mudah meremehkan lawan. Masa karantina selama seminggu menjelang PON yang berlokasi Cianter, Jawa Barat, menyebabkan ia tidak dapat mengikuti proses perkuliahan seperti biasanya, namun hal tersebut tidak membuat ia kha-

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

watir yang berlebih. “Ya, sempet dua minggu lebih tidak kuliah, ini juga lagi ngurus absen di fakultas, lumayan mengganggu tapi gak terlalu,” ucap mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi. Selain dari rekan-rekan sesama Mapala, ia pun dapat dukungan dari orang tua yang selalu memberi dukungan tanpa henti. Kesedihan juga terbesit tatkala dukungan dari pihak kampus yang belum ia rasakan, terbukti tidak adanya bentuk apresiasi yang ia dapatkan. “UPNVJ sudah mengetahui saya mengikuti lomba, dari awal seleksi juga pun sudah mengajukan ke kampus, tapi apresiasi hingga saat ini belum ada,” ujar Ayok kecewa. Hal ini juga dibenarkan oleh Darmawan, ia menilai pihak UPNVJ belum memberikan apresiasi bagi mereka yang berprestasi. “Mana buktinya UPNVJ ingin men-support?,” tegas pria berbadan tinggi itu. Berlangsung selama 14-20 September lalu, eksibisi arung jeram PON 2016 terlaksana di Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Warungkiara, Desa Sirna Jaya. Tepatnya di Basecamp Cheeroke, Riam Jeram, dan Niagara Rafting, sungai Cicatih-Cimandiri. Dengan kategori yang di perlombakan yaitu sprint, head-to-head, slalom, dan down river race. Eksibisi arung jeram sendiri merupakan salah satu cabang olahraga baru yang diperlombakan dengan syarat wajib diikuti sekurang-kurangnya delapan provinsi. Syarat tersebut harus terpenuhi agar cabang olahraga tersebut menjadi cabang olahraga resmi, dengan nomor lomba resmi PON XX pada 2020 mendatang di Papua

.


Jendela www.aspirasionline.com

Borong Lima Piala Lewat Lakon Drama Teater Hijau Lima Satu (THLS) saat mementaskan drama Ari-Ari Atawa Interogasi 2, pada pagelaran Festival Teater Jakarta Selatan (FTJS).

FOTO | DOKUMEN PRIBADI

Waktu latihan yang singkat tidak meghambat prestasi yang diperoleh Teater Hijau Lima Satu (THLS). Selain kesenangan, hadir juga kesedihan karena belum ada apresiasi dari pihak kampus. Oleh :

L

Salma Decilia

ampu sorot di atas panggung teater Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (GRJS) Bulungan memecah kegelapan seisi ruangan. Tepat di tengah tempat area penonton terdapat tiga meja yang memancarkan sinar redup. Tiga meja tersebut menjadi tempat para juri dari Festival Teater Jakarta Selatan (FTJS). Keramaian oleh suara riuh tepuk tangan penonton menandakan pertunjukan berjudul “Ari-Ari Atawa Interogasi 2” akan dimulai oleh Teater Hijau Lima Satu (THLS). Malam itu (20/9), THLS, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) yang bergerak dibidang teater dan kesenian itu ikut tampil. Pertunjukan hasil karya Arifin C. Noer ini menceritakan tentang seorang anak manusia bernama Malin Kundang, yang memiliki saudara kembar bernama Sandek. Keduanya hidup dengan nasib yang berbeda, si Malin hidup kaya sedangkan si Sandek hidup miskin. Dalam kisah tersebut pun terdapat berbagai problematika kehidupan. Seperti memutarbalikkan cerita dongeng, Malin mengutuk ibunya menjadi batu. Tak lama berselang Malin tertimpa bencana dengan dihujani oleh sampah, hingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. Cobaan yang didapat Malin itu merupakan sebuah pelajaran hidup saat berada diatas agar tidak bertingkah laku sombong, serakah, dan tidak melupakan orang-orang disekitar, termasuk ibunya sendiri. Akhir pertunjukan menceritakan nasib kedua saudara tersebut berputar

seperti roda, Malin berakhir jatuh sedangkan Sandek berada di puncak. Kisah tersebut, ujar salah satu anggota THLS Yusuf Bachtiar, bercerita mengenai kehidupan dua manusia layaknya anak-cucu Adam. Drama yang berusaha membawa pesan-pesan bernafaskan humanisme. Lakon drama yang berdurasi sekitar dua jam tersebut ternyata berhasil menyabet lima kategori sekaligus pada Malam Anugerah FTJS, 30 September lalu. Hal tersebut, Yusuf akui, merupakan bentuk nyata kerja keras THLS yang akhirnya berbuah manis. Kategori yang berhasil didapatkan antara lain; Group Terbaik 1, Sutradara Terbaik oleh Sammy R. Afanto, Aktor Terbaik oleh Yuniarto Wibowo, Pemeran Pembantu Wanita Terbaik oleh Anery Ari Ramaulan, dan Artistik Terbaik. THLS sendiri tak pernah menduga mendapatkan setumpuk penghargaan seperti ini. Pasalnya, dari segi latihan pun tergolong sangat singkat, tidak seperti saat mempersiapkan lomba lainnya. “Kita mulai kira-kira bulan Juli, sementara September sudah mulai acaranya. Bulan Juli itu bahkan belum dapat pemain tetap, masih proses casting-casting,” ujar Mauris Ibrahim, yang dalam lakon tersebut berperan sebagai Sandek. Bahkan prestasi yang tak disangka datang dari salah satu caang (calon anggota) THLS, ia berhasil masuk nominasi Pemeran Pembantu Wanita Terbaik dan mendapat juara. “Gak nyangka masuk nominasi, karena baru pertama kali tampil teater, dan status saya masih caang,” ungkap Anery ketika ditemui oleh ASPIRASI, Rabu (12/10) lalu.

Kemenangan THLS bukan hanya sekedar keberuntungan belaka, tetapi memang karena kerja keras yang telah mereka lakukan. Mauris bercerita bagaimana keseriusan sutradara untuk mengkaji kembali naskah karena naskah tersebut butuh pemahaman lebih mendalam. Walau tak memiliki waktu yang banyak untuk latihan, kesungguh-sungguhan menjadi prioritas nomor satu. Hal tersebut diakui ketika satu bulan menjelang hari pementasan mereka berlatih secara intensif. Selain mengharumkan nama THLS, hal ini juga dapat memberikan citra positif terhadap reputasi UPNVJ. Namun sayang, pihak kampus belum memberikan apresiasi lebih terhadap prestasi yang diperoleh THLS. “Sudah sempat langsung memberitahu pihak kampus jika kita dapat prestasi, tapi malah tahun ini gak ada Rektor Merit List,” ujar Wisnu Yuliansyah, selaku Ketua THLS. Rektor Merit List merupakan sebuah penghargaan tahunan yang diberikan Rektor kepada mereka yang berprestasi, baik itu dalam ranah akademik maupun nonakademik. Tak hanya berhenti di FTJS, THLS beserta juara dua dan tiga dipercaya tampil kembali di acara Final Festival Teater Jakarta, mewakili Jakarta Selatan. Acara tersebut akan berlangsung pada November mendatang di Taman Ismail Marzuki (TIM). “Walaupun kita tidak berharap yang muluk-muluk, tapi ada juga ambisi kayak gitu. Karena kalau dapat juara satu lagi, tahun depan langsung masuk final. Dan gak hanya sampai disini, semoga ke depannya juga melahirkan regenerasi yang solid daripada sekarang,” tutup Wisnu

.

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

13


Resensi www.aspirasionline.com

WAJAH KOLONIALISME MASA KINI Judul Penulis Kategori Penerbit Tahun Tebal Oleh :

juga membentuk suatu satuan khusus Preman Ekonomi (Economic Hit Man) yang bekerja di bawah koordinasi Badan Keamanan Nasional (NSA) AS. Preman ekonomi ini secara khusus bertugas untuk membangkrutkan negara–negara Dunia Ketiga dengan sarana utang luar negeri. Mereka disebar ke berbagai penjuru dunia melalui perusahaan–perusahaan AS dengan mengemban suatu misi yaitu memperoleh komitmen para pejabat Dunia Ketiga untuk berutang sebanyak–banyaknya sehingga mereka tidak dapat membayarnya. Dengan cara–cara ini, AS pun berhasil menciptakan suatu ketergantungan dunia terhadap perekonomian AS.

: Bahaya Neoliberalisme : Revrisond Baswir : Kajian / Teori Ekonomi-Politik : Pustaka Pelajar : Cetakan Pertama, 2009 : 190 Halaman Aprilia Zul Pratiwiningrum

S

iapa yang bilang kolonialisme telah lenyap dari muka bumi? Dengan format yang lebih cerdas dan apik, kolonialisme modern muncul dan menampakkan wajahnya. Tak perlu menggunakan kekerasan ataupun penindasan seperti pendahulunya, kolonialisme modern secara malu–malu tapi pasti menguasai dunia. Kolonialisme modern ini dikenal dengan sebutan neokolonialisme. Neokolonialisme menggunakan paham ekonomi, yang disebut dengan neoliberalisme, sebagai perangkatnya untuk menduduki dunia. Neoliberalisme sendiri merupakan pembaharuan dari paham ekonomi pasar liberal yang menemukan momentumnya ketika Ronald Reagen dan Margareth Thatcher terpilih sebagai pemimpin dua negara adidaya, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada tahun 1980-an. Melalui kebijakan Konsensus Washington yang disusun oleh Departemen Keuangan AS, Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional (IMF), neoliberalisme semakin memantapkan kedudukannya di dunia. Menurut peraih penghargaan Nobel di bidang Ekonomi, Joseph E. Stiglitz, neoliberalisme merupakan paham yang berbahaya. Sebab, neoliberalisme adalah paham yang sangat memuja peranan pasar dan bisa menjerumuskan masyarakat dunia ke lembah kehancuran. Meskipun berbahaya, paham neoliberalisme ini justru berkembang dengan sangat pesat di Indonesia. Karena itu, melalui buku ini, Revrisond Baswir mencoba untuk mengupas secara lebih mendalam tentang paham neoliberalisme beserta bahayanya, terutama bagi praktik perekonomian di Indonesia.

Kuasa Amerika AS berencana untuk menjadikan abad ke XXI ini sebagai Abad Amerika dengan cara menciptakan ketergantungan terhadap perekonomian AS dan penyebaran paham neoliberalisme ke berbagai penjuru dunia. Salah satu cara yang digunakan AS untuk mewujudkan rencana tersebut adalah melalui perdagangan bebas dan pasar bebas (liberalisasi perdagangan) sebagaimana tertuang secara jelas dalam dokumen resmi Pemerintah AS yang berjudul The US National Security yang diterbitkan pada 17 September 2002 lalu. Dalam dokumen tersebut, jelas tertulis, “Free markets and free trade are key priorities of our national security strategy” dan “We will actively work to bring the hope for democracy, development, free markets,

14

Neoliberalisme vs. Ekonomi Kerakyatan

and free trade to every corner of the world”. Dari kedua kutipan tersebut, jelas terlihat bahwa free markets (pasar bebas) dan free trade (perdagangan bebas) adalah bagian dari strategi ekonomi AS dan prioritas kunci dari strategi keamanan AS. Menurut penulis, dengan menempatkan kedua hal tersebut sebagai strategi keamanan nasional mereka, maka liberalisasi perdagangan mustahil dapat dipisahkan dari kepentingan AS untuk mendominasi dunia. Michael Hudson, melalui bukunya yang berjudul Super Imperialism: The Origin and Fundamentals of US World Dominance, mengatakan bahwa cara lain yang digunakan AS untuk menguasai dunia adalah dengan pembentukan lembaga keuangan dan perdagangan dunia seperti Bank Dunia, IMF, dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Lembaga–lembaga ini digunakan oleh AS untuk menyebarluaskan paham neoliberalisme ke berbagai penjuru dunia. Perlu diketahui, AS adalah negara pemegang saham tertinggi dari lembaga–lembaga tersebut. Bahkan AS adalah satu–satunya negara yang memiliki hak veto pada Bank Dunia dan IMF. Karena itu, mustahil jika lembaga– lembaga keuangan ini mengelak dari misi yang diberikan oleh tuannya. Berbagai lembaga tersebut menggunakan utang luar negeri sebagai sarana untuk menyebarkan paham neoliberalisme. Dengan utang, negara kreditur, dan lembaga– lembaga keuangan tersebut dapat mengintervensi kebijakan negara debitur melalui ancaman yang diberikan. Ancaman itu tidak hanya berupa ancaman pembatalan atau penarikan utang melainkan juga ancaman kejatuhan seorang penguasa. Indonesia telah membuktikan ancaman tersebut dengan kejatuhan Soekarno yang merupakan akibat dari sikap kerasnya terhadap AS. Tak hanya lembaga keuangan yang dijadikan Amerika sebagai sarana untuk menyebarkan paham neoliberalisme, Perkins melalui bukunya Confession of An Economic Hit Man mengakui bahwa Pemerintah AS

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

Ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi adalah sebuah sistem ekonomi yang awalnya hendak diamalkan oleh bangsa Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari penjelasan Pasal 33 Undang–Undang Dasar (UUD) 1945 sebelum amandemen yang mengatakan bahwa nilai dasar yang menjiwai ekonomi kerakyatan adalah tegaknya kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Namun, apa hendak dikata, impian para pendiri negara ini untuk menerapkan sistem Ekonomi Kerakyatan kalah dengan cerdiknya para mafia ekonomi liberal. Karena itu, neoliberalismelah yang saat ini berkuasa di Indonesia. Neoliberalisme menemukan momentumnya semenjak Indonesia dipimpin oleh Soeharto yang pro-Amerika. Terbitnya Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing membuat jalan neoliberalisme di Indonesia semakin mulus dan terbuka lebar. Meskipun pada akhirnya rezim Soeharto runtuh pada tahun 1998, neoliberalisme justru semakin mantap menancapkan taringnya. Menurut penulis, kesalahan Indonesia sejak saat itu terletak pada campur tangan IMF yang cenderung sangat besar melalui kontrak yang menyebabkan Indonesia harus melaksanakan sejumlah agenda Konsensus Washington atau agenda ekonomi neoliberal. Setelah kontrak berakhir, IMF tetap mempertahankan eksistensinya di Indonesia melalui Post Program Monitoring (PPM) di masa pemerintahan Presiden Megawati. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkuasa, paham neoliberalisme tetap bertahan. Hal ini dikarenakan SBY dikelilingi oleh para agen neoliberal, diantaranya adalah Aburizal Bakrie, Mari Pangestu, Sri Mulyani Indrawati, dan Boediono. Padahal, SBY memiliki visi dan misi ekonomi sendiri yang disebut oleh penulis sebagai Esbeyenomics. Namun, Esbeyenomics tidak dapat bertahan di tengah kepungan neoliberalisme meskipun sosok pencetusnya adalah presiden kala itu. Di era kepemimpinan Joko Widodo, neoliberalisme juga nampaknya masih enggan untuk meninggalkan Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya agen neoliberalisme yang menduduki kursi menteri keuangan saat ini. Karena itu, jangan berharap masa kejayaan neoliberalisme akan berakhir dalam waktu dekat ini

.


OPINI www.aspirasionline.com

SOE HOK GIE DAN KEKERASAN MAHASISWA Oleh :

U

Donal Christoper S.*

niversitas merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan dalam diri. Baik itu hard skill dalam penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan sesuai bidang keiilmuannya. Maupun soft skill yang mana adanya keterampilan mengatur diri sendiri, hingga penguasaan diri sebagai makhluk sosial bagi lingkungan sekitar. Sebagai mahasiswa, sudah sejatinya untuk mengikuti kegiatan akademik dan non-akademik guna mengembangkan kemampuan dirinya secara optimal. Sebagai ranah tertinggi dalam pendidikan pun, universitas diharapkan menyediakan fasilitas untuk menunjang kedua kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar terjadinya keselarasan antara kampus dan mahasiswanya. Mahasiswa pada umumnya memiliki keharusan belajar serta mengembangkan pola pikirnya dalam pemecahan masalah, baik diri sendiri hingga ke masyarakat luas. Pun sebagai organ intelektual dalam tatanan masyarakat, mahasiswa dituntut dapat menyelesaikan setiap kasus, problematika kehidupan, khususnya organisasi secara lebih intelek. Ini mengingatkan penulis pada sosok Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa era 1960an. Dalam Cacatan Seorang Demonstran, ia menulis, “stimulus dan selera adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pemikiran seseorang. Belajar tanpa selera tidak akan berhasil. Tanpa fighting-spirit, maka kita bukan apa-apa. Hanya dengan inilah kita dapat belajar dengan bersemangat.� Berarti bahwa diperlukannya stimulus, selera, dan fighting-spirit sebagai landasan bagi semua orang, termasuk mahasiswa, untuk belajar dengan penuh semangat dan mengembangkan pola pikirnya. Tetapi, tidak semua mahasiswa menerapkan hal tersebut. Ketiga faktor tersebut agaknya telah hilang tertiup angin dari kehidupan beberapa mahasiswa, khususnya hari ini. Di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran� Jakarta (UPNVJ), tempat penulis menimba ilmu, beberapa mahasiswa bahkan terlihat mengesampingkan esensi fighting-spirit yang dicetuskan Soe Hok Gie. Alih-alih menggunakannya untuk semangat berperang secara otak (dialektika), yang ada justru digunakan untuk berperang secara fisik (adu jotos). Miris rasanya harus mengakui adanya bentrok fisik di kampus hijau yang terjadi belum lama ini. Hal ini menandakan bahwa rendahnya soft-skill dari mahasiswa tersebut.

ILUSTRASI | DEDEN

Ketika disatu sisi, terdapat mahasiswa yang telah berperang secara intelektual antar organisasi, berperang dalam mengemukakan pendapat, dan mengembangkan pola pikirnya, sampai berperang dalam kegiatan akademiknya. Tetapi, di sisi lainnya masih ada mahasiswa yang berpikir kurang dewasa dalam menyelesaikan masalah, melalui tindak kekerasan. Hal yang masih belum dapat penulis pahami adalah mengenai faedah dari perkelahian di kalangan mahasiswa. Penulis juga tidak mengerti, apakah ada mahasiswa yang berpikir bahwa belajar di perguruan tinggi akan melatih untuk menjadi pegulat tangguh layaknya seorang pengawal khusus dalam sebuah film aksi. Ataukah sekelompok mahasiswa tersebut telah terhasut oleh suatu kelompok, atau mungkin mendapat intervensi dari golongan tertentu. Sebetulnya bentrok fisik antar mahasiswa bukanlah hal baru yang terjadi di perguruan tinggi. Kejadian yang sudah seperti kebiasaan terus terjadi di negeri ini. Entah apa yang membuat pikiran mahasiswa untuk melakukan tindakan kekerasan seperti itu. Yang jelas kurangnya moralitas, rasa empati terhadap sesama yang pudar, pergaulan yang salah, dan etika buruklah yang menjadi penyebabnya. Kembali ke kampus hijau yang telah bertransformasi menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN), UPNVJ telah berupaya untuk mengajarkan tentang soft skill untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan tersebut. Contoh nyatanya adalah pemberian mata kuliah pengembangan kepribadian, kepemimpinan, hingga pendidikan agama untuk menghasilkan mahasiswa yang beretika baik dan mempunyai moralitas yang tinggi dalam berhubungan dengan orang lain. Pun hadir pula beberapa organisasi mahasiswa,

seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Himpunan, dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk membuat mahasiswa mengembangkan soft skill-nya. Sayangnya, masih ada mahasiswa yang tidak bisa memanfaatkan dengan bijak. Masih ada mahasiswa yang mengesampingkan mata kuliah yang semestinya dimanfaatkan untuk mengembangkan dan melatih soft skill-nya. Masih ada mahasiswa dengan sebutan kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) yang apatis terhadap kehidupan organisasi di kampus. Dan ada mahasiswa yang mengikuti organisasi secara cuma-cuma, yang dianggap sebagai waktu bermain, tanpa ada niat untuk mengembangkan kemampuannya. Sebagai mahasiswa, berpikir lebih dewasa dalam mengambil keputusan adalah sebuah keharusan. Diperlukan cara yang lebih cerdas dan intelek guna memenangi persaingan dunia kerja hingga turun ke masyarakat. Sama seperti apa yang Soe Hok Gie katakan bahwa dalam bekerja itu harus terjamin dan diperjuangkan dua hal, pertama penghasilan harus meningkat, kedua pengalaman dan pengetahuan harus terus bertambah. Sebagai mahasiswa, mungkin hal pertama memang belum bisa diperjuangkan. Tetapi lain cerita dengan hal kedua yang mutlak diperjuangkan oleh setiap mahasiswa untuk menambah pengalaman dan pengetahuan. Layaknya sebuah bibit yang ditanam, yang senantiasa diberi pupuk, dan asupan air guna membuat bibit tersebut tumbuh menjadi pohon besar, yang akan memberikan manfaat ke banyak orang. Begitu pula dengan mahasiswa, yang memasuki perguruan tinggi untuk siap dibimbing dan diberi pupuk berupa hard skill dan soft skill, guna memperoleh modal yang cukup untuk memberikan manfaat bagi orang sekitarnya. Begitulah seharusnya mahasiswa dalam menjalankan seluruh aktivitasnya baik akademik maupun non akademik. Dengan demikian, bukan hanya peraturan dan kebijakan kampuslah yang berperan dalam mengembangkan soft skill mahasiswa tersebut. Diperlukan peran dari seluruh warga kampus, untuk memantau perkembangan perilaku mahasiswa, dan berani melaporkan tindakan melenceng dari setiap mahasiswa. Sehingga bentrok fisik antar mahasiswa tidak terjadi lagi, melainkan perang prestasilah yang menghiasi kampus hijau

.

*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) tahun 2015. Pegiat pers kampus ASPIRASI.

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

15


HOT NEWS www.aspirasionline.com

MAHASISWA DALAM PUSARAN KONFLIK Tindak kekerasan dalam ruang lingkup akademik kembali terulang. Kali ini, dua organisasi yang berada di bawah atap yang sama, Fakultas Teknik (FT), terlibat adu fisik. Beberapa mahasiswa dilaporkan luka-luka akibat benda tajam. ASPIRASI berkesempatan bertemu dengan Ketua HMTI Yuda Andika, pasca bentrokan terjadi. Ia mencoba menuturkan kronologi kejadian.

emua bermula pada malam itu, Jumat 23 September lalu. Empat mahasiswa jurusan Teknik Industri tengah berbincang-bincang sembari bermain kartu di teras Gedung Ki Hadjar Dewantara Fakultas Ilmu Komputer (FIK), sedangkan tiga lainnya sedang berkumpul di bangku taman FIK. Seperti yang diketahui, FIK berlokasi berseberangan langsung dengan jajaran sekretariat himpunan FT, di Gedung Yos Sudarso. Disaat yang sama, para pengurus HMTM tengah berkutat dengan forum di dalam ruang sekretariatnya. Karena merasa terganggu dengan ketujuh mahasiswa ini, salah satu mahasiswa Teknik Mesin menghampiri dan mengingatkan bahwa HMTM sedang mengadakan forum. Keempat mahasiswa Teknik Industri pun terdiam. Namun tak lama setelah itu, tiba–tiba seseorang dari pihak Teknik Mesin yang sedang dalam keadaan mabuk menghampiri ketujuh mahasiswa tersebut dan memukuli salah satu mahasiswa yang tengah mengenakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) HMTI. MRK (21 tahun), salah satu mahasiswa Teknik Industri yang berada di lokasi kejadian, mengisahkan seseorang yang akrab disapa Dikay itu memukuli dan menginjak–injak korban yang merupakan juniornya. Saat dirinya berusaha memisahkan, ia justru terkena bogem mentah sebanyak dua kali. Setelah berhasil dilerai, para mahasiswa Teknik Industri pun meninggalkan sekretariat dan berkumpul di bawah tiang bendera di depan Gedung Jenderal Soedirman untuk membicarakan ihwal penyelesaian masalah. “Mau bentrok malem ini atau mediasi. Kita udah mau minta mediasi, mahasiswa aktifnya Teknik Mesin juga udah minta maaf. Cuma yang buat saya nggak terima ya alumninya itu (red, Dikay), saya nggak terima junior saya diinjek–injek gitu,” ujarnya pada Rabu, 12 Oktober lalu.

16

Begitu menerima kabar mengenai aksi pemukulan terhadap juniornya, Yuda Andika yang saat itu sedang berada di rumahnya, di daerah Bogor, langsung bergegas menuju UPNVJ. Setibanya di kampus, ia langsung menghampiri para mahasiswa Teknik Industri yang saat itu tengah berkumpul di Pos Keamanan. Ia bertanya perihal peristiwa yang baru saja terjadi. “Biasa kejadian lagi kayak tahun kemarin,” ucap seorang kawannya menjawab, tutur Yuda. Tak beberapa lama berselang, datang dua orang perwakilan HMTM menghampiri Yuda. Keduanya adalah Ketua HMTM Rizky Luthfi Destian (Kipli), ditemani Isthafa Akhyar (Pancil), untuk bernegosiasi. Yuda berkata, hanya satu hal yang ia minta kepada HMTM, yaitu jaminan bahwa sekretariatnya akan aman. Ia tak ingin terulang kejadian pengerusakan sekretariat HMTI seperti dua tahun sebelumnya. ”Entah mereka mengulur waktu atau seperti apa, saya nggak tau. Tiba–tiba mereka masuk semua ke dalam himpunan, langsung mereka semua nyerang. Satu orang megang senjata kayak golok sisir atau trisula, besi, batu, dan segala macamnya. Anggota saya nggak tahu mengenai itu, kita semua tangan kosong. Nggak tau apa–apa,” ujar pria kelahiran Pangandaran, Jawa Barat ini. Bentrok kedua kubu berlangsung pada Sabtu, 24 September lalu, sekitar pukul 02.00 WIB dini hari di jalan raya depan UPNVJ. Menurut Yuda, petugas keamanan saat itu tidak melakukan apa–apa dan bentrokan baru berhenti dikarenakan mundurnya para mahasiswa Teknik Industri. Namun, Sudirman yang merupakan manajer operasional pihak keamanan membantah hal tersebut. Menurutnya, sejak pukul 22.00 WIB ia telah menyiapkan tambahan delapan personil dari pihak kepolisian. Saat tawuran terjadi, kedelapan polisi tersebut dibantu oleh sepuluh anak

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

APRIL | ASPIRASI

Aprilia Zul Pratiwiningrum

Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Yuda Andika, saat ditemui oleh ASPIRASI. Menurutnya petugas keamanan saat itu tidak melakukan apapun dan bentrokan baru berhenti dikarenakan mundurnya para mahasiswa Teknik Industri.

APRIL | ASPIRASI

S

Oleh :

Menejer operasional keamanan, Sudirman, menepis pernyataan Yudha. Justru pihak kemanana, dibantu oleh kepolisian, berusaha memisahkan kedua kubu.


FOTO | DOKUMEN PRIBADI

HOT NEWS www.aspirasionline.com

Keadaan sekretariat Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) yang rusak pada tanggal 1 Oktober lalu. Menurut Yuda, pengerusakan sekretariat mereka dilakukan oleh pihak HMTM.

buahnya memisahkan kedua kubu. “Kalau nggak dipisahin, mungkin ada yang mati tuh. Semua seperti kesetanan,” ujarnya saat ditemui oleh ASPIRASI, di ruangannya pada Rabu, 19 Oktober lalu. Sudirman justru menyalahkan pihak HMTI. Ia berkata, seandainya para mahasiswa Teknik Industri tidak berkumpul di pos keamanan, tawuran ini tidak akan terjadi. “Kemungkinan karena mereka nggak langsung membubarkan diri dan pulang. Teknik Mesin memiliki anggapan ditungguin,” lanjutnya. Setelah kedua kubu dipisahkan, pintu gerbang depan kampus ditutup. Pihak HMTI berada di luar kampus, sedangkan pihak HMTM berada di dalam kampus. Menurut penuturan Komandan Regu (Danru) Haryono Widodo yang bertugas saat kejadian berlangsung, pihak HMTM sempat merusak beberapa motor milik mahasiswa HMTI yang tengah parkir di depan Bank BNI. Tak beberapa lama setelah kejadian, Wakil Dekan (Wadek) II FT Sargih Ginting tiba di UPNVJ setelah dijemput oleh pihak keamanan. Dengan sigap ia pun langsung membawa korban yang terluka ke rumah sakit. Total terhitung ada tiga korban luka akibat kejadian ini. Dua dari pihak HMTI dan satu dari pihak HMTM. “Dari kami ada dua orang, satu kena golok sisir di dada sama tangan, yang satu lagi digebukin pake kayu dan segala macam. Dari mereka (red, HMTM) pun ada, tapi cuma satu orang, dan luka dia pun karena pukulan tangan kosong, bukan karena benda tajam. Kita sama–sama ada korban,” ujar Yuda. Namun, Yuda menambahkan, hanya dua korban yang dilarikan ke rumah sakit. Satu korban dari HMTI yang terkena golok sisir dilarikan ke Rumah Sakit Prikasih, dan korban lainnya dari HMTM dilarikan ke Rumah Sakit Fatmawati. Senin, 26 September, Yuda dan

Kipli dipanggil oleh Wadek III FT M. Galbi Bethalembah. Menurut Yuda, Galbi meminta mereka untuk menyelesaikan permasalahan ini secara organisasi. Namun, pihak HMTM menolak dan menginginkan permasalahan ini diselesaikan secara tradisi. “Jadi anggota HMTI yang mukulin anggota HMTM harus diserahkan kepada mereka. Saya nggak tahu apa yang akan mereka lakukan. Otomatis saya nggak mau dengan seperti itu, akhirnya saya menghindar selama seminggu,” ujarnya. Lalu pada Sabtu, 1 Oktober, Yuda mengatakan bahwa dirinya mendapat laporan dari seorang informan bahwa sekretariat HMTI dibobol oleh anggota HMTM sekitar pukul 18.00 WIB. Saat ia memeriksanya, sekretariat tengah berada dalam keadaan berantakan dengan lambang dan strukstur organisasi jatuh ke lantai, engsel pintu rusak, dan televisi yang telah terbongkar. Satu hal yang paling Yuda tidak bisa terima adalah bangkai tikus di dalam sekretariatnya. Menurutnya, itu merupakan suatu penghinaan terhadap HMTI. MRK, menambahkan bahwa pem-

Jadi, anggota HMTI yang mukulin anggota HMTM harus diserahkan kepada mereka. Saya nggak tahu apa yang akan mereka lakukan.”

bobolan sekretariat HMTI merupakan ulah beberapa mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2012. Namun keesokannya, sekretariat dirapikan kembali oleh mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2013. Saat diwawancarai oleh ASPIRASI di ruangannya pada Selasa, 18 Oktober, Galbi mengatakan bahwa hingga saat ini permasalahan Teknik Industri dengan Teknik Mesin masih dalam proses penyelasaian. Ia pun berharap agar permasalahan ini dapat diselesaikan secepatnya. Saat ASPIRASI mencoba melakukan konfirmasi ihwal seluruh kejadian yang berlangsung, seluruh pihak HMTM menolak untuk diwawancarai dan memilih untuk tidak berkomentar. Sepenggal Kisah Dari Masa Lalu Menurut penuturan Yuda, hubungan HMTI dengan HMTM sebenarnya baik–baik saja. Hubungan keduanya baru memanas beberapa tahun belakangan ini. Sepengetahuan Yuda, konflik pertama kali antara keduanya terjadi pada tahun 2010, kemudian berulang kembali pada tahun 2012, 2014, dan 2016. Sedangkan untuk pengerusakan sekretariat HMTI pertama kali terjadi pada tahun 2014 dan terulang kembali di tahun 2016. “Kalau dulu mereka cekcok-nya sama Teknik Perkapalan. Mungkin karena melihat Teknik Industri mahasiswanya jauh lebih banyak, organisasi jauh lebih aktif, prestasi jauh lebih banyak di ranah organisasi, entah mereka sirik atau bagaimana, entah mereka bilangnya Teknik Industri adalah ‘anak emas’ fakultas, ya mereka ngelakuin itu. Entah mau ngerusak nama baik kita, atau mungkin karena Teknik Industri kalau digituin nggak pernah ngelawan, kalau kita maju selalu kalah. Jadi mereka kayak seenaknya aja,” tutup Yuda

.

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

17


HOT NEWS www.aspirasionline.com

SILANG PENDAPAT PEMIKUL BEBAN Tak ada yang ingin disalahkan, pihak Fakultas Teknik (FT) dan pihak keamanan saling lempar wewenang atas kejadian beberapa waktu lalu. Belum adanya surat damai bagi kedua belah pihak yang bermasalah.

B

Donal Christoper S.

entrokan yang terjadi antara Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HMTM) dan Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) pada 23 September lalu tak hanya melibatkan mahasiswa aktif, namun ada oknum luar memulai perikaian tersebut. Hal tersebut dituturkan oleh Wakil Dekan (Wadek) III Fakultas Teknik (FT) M. Galbi Bethalembah. Ia juga mengatakan bahwa ada oknum luar yang masuk dan tidak bisa dikendalikan oleh mahasiswa aktif dan pihak dekanat fakultas. Hal ini dikarenakan oknum luar kampus tersebut sulit diberikan tindakan tegas dengan aturan kampus. Kepala Program Studi Teknik Industri M. As Adi juga menambahkan, bahwa oknum tersebut tidak memiliki keterikatan dengan kampus, sehingga tidak cocok dengan tata tertib kampus. “Meskipun demikian, tetap ada rencana untuk memanggil oknum yang bersangkutan untuk memberitahu, jika tindakannya sudah membuat onar di kampus. Jika tidak bisa baru panggil polisi,” ujar pria yang sudah bekerja di UPNVJ sejak 1988 tersebut. Namun, Adi berkata belum ada sanksi yang diberikan untuk mahasiswa aktif yang terlibat bentrok. Galbi dan Adi sepakat bahwa bentrokan yang terjadi juga memiliki keterkaitan dengan kinerja pihak keamanan kampus. “Yang paling bertanggung jawab adalah pihak keamanan,” tutur Galbi. Ia menegaskan bahwa tugas pihak kampus hanya meliputi ranah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, bukan mengurus mahasiswa yang berkelahi. “Dengan kejadian ini, kita pihak fakultas kebagian getahnya saja.” Senada dengan Galbi, Adi mengatakan semestinya ada ketegasan dari pihak keamanan, karena itu semua terjadi diluar jam kerja pihak fakultas. “Pihak fakultas akan bertanggung jawab juga, tapi ada tang-

18

gung jawab keamanan diluar jam kerja fakultas,” tuturnya. Merespons ucapan pihak FT, Haryono Widodo, selaku Komandan Regu (Danru) yang bertugas saat kejadian berlangsung, menolak bahwa kejadian tersebut merupakan tanggung jawab pihak keamanan. Ia mengingatkan dengan sudah lewatnya waktu perkuliahan, seharusnya keadaan fakultas telah kosong. “Kita sudah berusaha semampunya, jika kejadian tersebut kita diamkan bisa ada yang mati,” ujarnya saat ditemui ASPIRASI di ruangannya. Atasan Haryono, Sudriman Limbong yang merupakan Manajer Operasional, menambahkan jika pihak FT tidak bisa seenaknya menyalahkan pihak keamanan. Ia mengatakan apa yang dilakukan oleh pihak keamanan berupakan penanganan sementara, selebihnya merupakan wewenang pihak FT. “Kita tidak bisa membina mahasiswa.” APRIL | ASPIRASI

Oleh :

Wadek III Bagian Kemahasiswaan Fakultas Teknik M. Galbi Bethalembah, mengatakan yang paling bertanggung jawab dari kejadian tersebut adalah pihak keamanan.

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

Kita sudah berusaha semampunya, jika kejadian tersebut kita diamkan, bisa ada yang mati,” Sudirman membenarkan bahwa kejadian tersebut berlangsung diluar jam kerja pihak fakultas, namun seharusnya penanganan masalah harus diselesaikan saat jam kerja. “Satpam hanya menangani pada saat ada masalah, hanya sampai saat itu. Untuk keakar-akar kemasiswaaan, pihak fakultas harus memanggil semua yang bersangkutan dan membina mahasiswa.” Terlepas dari pihak mana yang bertanggung jawab, pihak FT telah mengeluarkan kebijakan baru. Seperti yang diungkapkan Ketua HMTI Yuda Andika, bahwa kebijakan tersebut berupa pemindahan sekretariat HMTI. “Keputusan final dari pihak dekanat adalah dengan memindahkan sekretariat kami ke lantai 2 gedung Yos Sudarso (FT), dan tidak ada sanksi untuk mahasiswa yang terlibat,” ujarnya saat ditemui ASPIRASI pada Senin, 21 November lalu. Ia mengatakan bahwa penggunaan sekretariat tersebut selayaknya jam kerja, dari pukul 8 pagi hingga 5 sore. “Di tempat yang baru himpunan kami mendapat fasilitas yang lebih dari yang sebelumnya, seperti adanya AC dan komputer, tetapi kerusakan aset di sekret sebelumnya seperti televisi tidak diganti,” tuturnya. Yuda menambahkan bahwa tidak adanya surat damai antara kedua belah pihak yang dibuat dalam penyelesaian kasus ini, hingga berita ini diturunkan

.


www.aspirasionline.com

JURNAL EDISI DESEMBER 2016

19


www.aspirasionline.com

20

JURNAL EDISI DESEMBER 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.