WARTA MPA Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika
DOMINASI SISTEM MPO Edisi 2016
3
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
1
REDAKSI
Salam Pemuda!
Tidak terasa didaktika sudah menerbitkan edisi ke tiga Warta MPA. Berarti penghujung acara MPA sudah di depan mata. Kali ini didaktika akan tetap menemani kalian mengetahui berita hangat seputar MPA dan juga seputar kampus. Semoga tulisan kami dapat memberikan penyadaran bagi para pembaca. Pada berita pertama kami membahas mengenai mening-
katnya jumlah mahasiswa baru 2016, di mana jumlah ini terus mengalami peningkatan tiap tahun. selanjutnya liputan utama mengenai sistem MPO yang didominasi oleh organisasi fakultas. Organisasi di dalam gedung G yang biasanya ikut andil, tahun ini tidak mengikuti kepanitiaan. Selanjutnya kami juga menyuguhkan opini dengan tema yang masih berkaitan dengan berita pertama. Seperti biasa juga kami menyuguhkan cerpen, galeri foto serta beberapa profil UKM. Akhir kata, selamat membaca dan berdialektika
Susunan Redaksi
Daftar Isi
Pemimpin Redaksi Annisa Nur Istiqomah
Opini......................................................3 Lintas I...................................................4 Resensi...................................................5 Lintas Utama......................................6-7 Cerpen................................................8-9 Galeri Foto...........................................10 Profil UKM..........................................11
Sekretaris Redaksi Lutfia Harizuandini Reporter Annisa Nur Istiqomah, Annisa Fathihah, Hendrik Yaputra, Lutfia Harizuandini, Yulia Adiningsih Editor Naswati, Daniel Fajar Hariyanto, Yogo Harsaid, Latifah, Virdika Rizki Utama Tata Letak Hendrik Yaputra
Sekretariat : Gedung G, Lantai 3, Ruang 304. Komplek UNJ. Jalan Rawamangun No. 1Jakarta Timur, 13220 E-mail : lpmdidaktikaunj@gmail.com Line : @tlt5495s Instagram @lpm didakdika unj Website : www.didaktikaunj.com Facebook : LPM Didaktika UNJ Twitter : @lpmdidaktika 2
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
OPINI
MENGULIK MENINGKATNYA MABA
S
etiap orang berhak mendapat pendidikan. Setidaknya, itu yang diusahakan pemerintah. Mulai dari bangku sekolah dasar hingga memasuki bangku kuliah. Namun mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi saja, sudah merupakan pencapaian luar biasa bagi sebagian orang. Tidak adanya biaya, lagilagi menjadi masalah utama. Selain itu, sedikitnya kuota mahasiswa perguruan tinggi. Membuat calon mahasiswa harus bekerja keras agar keinginan berkuliah di PTN favorit terwujud. Belum lagi ketika diterima, berapa pun biaya kuliah yang ditawarkan kampus, mau atau tidak harus diterima. Konsekuensi jika menolak ialah tersingkir secara halus. UNJ sendiri, tahun ini meloloskan 6.129 mahasiswa baru. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tentu saja kabar ini membahagiakan. Sebab UNJ, berhasil menenangkan apa yang menjadi kegelisahan calon mahasiswa baru. Yaitu kegelisahan akan ketidakberhasilan masuk PTN disebabkan minimnya kuota PTN. Namun, bagaimana dengan mahasiswa yang belum lulus dari batas waktu yang ditentukan kampus? Standar kelulusan birokrat yaitu delapan semester untuk Strata Satu (S1) dan enam semester untuk Diploma tiga (D3). Standar itu seolah ialah batas waktu ideal untuk menempuh bidang studi. Jenjang waktu itu akan semakin ideal bila mahasiswa juga ikut serta berorganisasi. Baik di luar kampus maupun di luar. Padahal lulus tepat waktu bukan jaminan mendapat pekerjaan. Aku pun tidak
mengatakan lebih lama di kampus bisa mendapat jaminan itu. Proses, itu yang penting Selain itu, mahasiswa yang melewati batas minimal. Akan membayar UKT enam puluh persen dari jumlah dibayar persemester. Berarti pemasukan kampus menjadi berkurang karenanya. Kembali ke pembahasan awal. Berdasarkan hal itu itu bisa kita amati. Mengapa para birokrat ingin mahasiswa tiap tahun meningkat? Padahal jika dilihat kondisi beberapa ruang belajar di kelas Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) terbilang memprihatinkan. Kondisi kelas yang sempit serta jumlah penghuni di luar batas jumlah kapasitas kelas. Bisakah membuat proses pengajaran nyaman bisa diterapkan? Belum lagi menengok fakta naiknya jumlah mahasiswa ini. Kurangnya dosen menjadi alasan untuk tidak menambah jumlah kelas. Agar rasio jumlah mahasiswa dengan dosen dapat terpenuhi. Lantas lagilagi pertanyaan muncul di benakku. Jika sudah tahu faktanya, mengapa tetap nekat menaikan jumlah mahasiswa? Lagi-lagi biaya menjadi permasalah. Tidak tercukupinya biaya UKT untuk menutup pengeluaran seperti perawatan gedung IDB serta membayar gaji pegawai. Memaksa birokrat memutar otak mengatasi masalah tersebut. Salah satu cara ialah memperbanyak jumlah mahasiswa. Berdasarkan itu pemasukan dapat diperoleh dari biaya UKT. Meskipun UKT dibayar berdasarkan gaji orang tua. Tapi tetap saja penetapan UKT masih banyak tidak sesuai dengan gaji orang tua. Belum lagi, tahun ini penetapan biaya UKT mengggunakan sistem online. Di mana tidak adanya komunikasi lisan dua arah antara orang tua dengan kampus. Berbeda seperti tahun sebelumnya yang menggunakan sistem tatap muka atau wawancara. Tatap muka saja masih tidak sesuai, bagaimana dengan sistem online? Seharusnya UNJ yang berstatus Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Hukum (PTN-BLU). Tidak boleh mengambil keuntungan dari pihak mahasiswa. Sepertinya logika pendidikan birokrat masih menyamakan pendidikan dengan logika ekonomi. Logika untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Keuntungan yang didapat dari mahasiswa baru yang tiap tahunnya UKT selalu naik. WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
3
LINTAS I MAHASISWA BARU BERTAMBAH, UNJ KIAN PADAT
M
atahari belum menampakkan bentuknya, namun kemarin (23/8), kampus B Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sudah ramai didatangi oleh mahasiswa baru untuk melangsungkan kegiatan pembukaan Masa Pengenalan Akademik (MPA). Mahasiswa bekumpul dan berbaris sesuai dengan fakultasnya masing-masing. Mahasiswa berpakaian rapih dengan atribut dan dress code yang dipakai oleh mahasiswa baru untuk pembukaan MPA. Atribut dan dress code yang dipakai meliputi baju putih dan celana atau rok hitam serta slayer berwarna beda untuk menandakan dari mana asal fakultas mahasiswa tersebut. ketentuan tersebut sebelumnya juga diberikan kepada mahasiswa baru 2015/2016 untuk dipakai pada saat pembukaan MPA. Namun ada yang berbeda tahun ini, mahasiswa baru tidak ditugaskan untuk membawa atribut serta alat-alat yang kurang mendukung pelaksanaan MPA, seperti kertas karton berwarna merah dan putih. Pukul 07.00 WIB, Djaali selaku rektor UNJ memberikan sambutan untuk mahasiswa baru sekaligus membuka kegiatan MPA tahun 2016/2017 dengan pelepasan balon udara berwarna-warni sebagai tanda dibukanya kegiatan MPA. Kegiatan MPA ini dihadiri oleh 6.129 mahasiswa baru UNJ. Jumlah masiswa baru yang diterima tahun ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yaitu sekitar 5000 mahasiswa baru. Hal ini tentu saja membuat UNJ semakin padat. Sebab, ditiap tahunnya UNJ hanya mewisuda sekitar 3000-4000 mahasiswa. Meski begitu, Djaali, rektor UNJ menyatakan kepada mahasiswa baru untuk berbangga diri. “Saudara-saudara adalah putra-putri bangsa Indonesia yang beruntung. betapa tidak, ada 120 4
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
ribu anak-anak yang berprestasi dan kalian diantaranya. Selamat kepada saudara!,” ungkap Djaali saat memberikaan sambutan, diiringi dengan tepuk tangan dari mahasiswa baru. Sebelumnya, Djaali memberitahukan kepada mahasiswa baru bahwa tahun ini adalah tahun kedua UNJ menyandang akreditasi A. Djaali mengharapkan mahasiswa baru UNJ menjadi mahasiswa-mahasiswa berprestasi selama berkuliah di UNJ . Kenaikan mahasiswa baru yang diterima di UNJ tahun ini dengan tahun kemarin sangat signifikan. Menurut Wakil Dekan (WD) I Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Andy Hadiyanto ada beberapa faktor yang menyebabkan bertambahnya jumlah mahasiswa baru dari tahun sebelumnya. “UNJ merupakan satusatunya kampus Jakarta yang lokasinya straregis, dan mahasiswa yang lulus pada tahun ini banyak,” jelasnya. Mengingat bertambahnya jumlah mahasiswa baru 2016/2017, kampus mengaku sudah mempertimbangkan jumlah mahasiswa yang diterima tahun ini. Jumlah mahasiswa baru yang diterima disesuaikan dengan kondisi prodi. “Salah satu dosen prodi Matematika, meninggal tahun ini, maka prodi matematika menerima lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Sedangkan, jumlah mahasiswa baru yang diterima di Prodi Bahasa dan Sastra bertambah dari sebelumnya,” ujar Ibnu Hadi selaku staf pengembang Wakil Rektor (WR) II. Dengan bertambahnya jumlah mahasiswa baru, memungkinkan berdampak pada perkuliahan. Pada 2011, jumlah mahasiswa baru yang diterima oleh UNJ sekitar 4000 dan pada 2012 mengalami kenaikan menjadi 5400. Kenaikan tersebut berdampak pada ruang kelas yang semakin padat, bahkan dalam satu kelas terdapat 50 mahasiswa. Padahal idealnya, menurut Ibnu dalam satu ruang kelas, dosen mengajar maksimal 30 mahasiswa. Namun, di beberapa prodi dalam satu kelas terdapat hingga 50 mahasiswa. Salah satu contoh, Prodi Pendidikan Sosiologi pada tahun ini menampung 40 mahasiswa untuk satu kelas. Kendati demikian, Andi menyatakan bahwa kondisi tersebut masih dianggap ideal dan tidak mengganggu perkuliahan. “ Itu masih ideal kok,” tutur Andi yang juga mengajar di Prodi Ilmu Agama Islam. // Yulia Adiningsih
RESENSI BUKU
APALAH ARTI MEDIA TANPA TRANSPARANSI Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Tebal
: Media dan Transparansi : Samsuri : The Southeast Asian Press Alliance (SEAPA) Jakarta, IRE Press : 2004 : 127 hal
Media dan transparansi merupakan buku yang ditulis oleh Samsuri. Buku ini merupakan kumpulan hasil diskusi The Southeast Asian Press Alliance (SAEPA) Jakarta yang dilakukan di tiga kota dengan tema “Media dan Transparansi Pemerintahan”. Buku ini membahas mengenai peran media terhadap Negera. Media yang memiliki peran penting sebagai kontrol sosial, salah satunya dengan memberikan informasi terkait dengan Negara dan pemerintahannya sebagai bentuk tranparansi kepada publik yaitu masyarakat luas. Selama orde baru kebebasan media dalam memberikan informasi memang dibatasi. Setelah orde baru masihkah media bebas dalam memberikan informasi kepada publik? Pertama, tidak adanya transparansi publik menimbulkan permasalahan serius dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Salah satu permasalah yaitu korupsi. Permasalah tersebut dimulai ketika pemerintah tidak melakukan transparansi anggran kepada publik. Transparansi tersebut dianggap penting mengingat uang yang dipakai dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah uang rakyat. Akibat dari tidak adanya tranparansi, Indonesia menjadi peringkat pertama dalam negara terkorupsi pertama se-Asia Tenggara dalam kurun waktu 1997-2004. Padahal orde baru sudah jatuh namun pada 1999 dan 2001 Indonesia menjadi negara paling korup ketiga (hal 15). Korupsi memang sudah terjadi sejak pemerintahan orde baru. Pada masa orde baru, banyak tindak korupsi yang tidak diketahui. Namun setelah orde baru runtuh, seakan mendapat jalannya kembali banyak kasus korupsi yang terungkap. Tetap saja setelah itu transparansi masih kosong dan belum sepenuhnya media menjalankan tugasnya sebagai kontrol sosial. Menurut Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) saat ini Indonesia ada sekitar 600 media cetak , 1200 stasiun radio, 11 stasiun TV dan puluhan TV lokal (hal
30), diperkirakan hanya sekitar 20% saja yang benar-benar stabil atau sehat manajemannya (hal 30). Tidak banyak media yang mau melakukan liputan mendalam terhadap kasus korupsi. Hal tersebut membuat terbentuknya wartawan ‘bodrek’ yang mencari amplop. Wartawan bodrek merupakan wartawan gadungan yang mencari uang dari memberitakan kasus korupsi, apabila kasus tersebut ingin dibungkam maka koruptor dapat memberikan ‘amplop’ pada wartawan bodrek tersebut. Sangat dibutuhkan profesionalisme media dalam memberitakan kasus korupsi. Selain itu media juga harus menuntut kinerja pemerintah mewujudkan transparansi dan pemberantasan korupsi. Pemberitaan media diarahkan untuk menuntut ketegasan aparat dalam memberantas korupsi, tanpa segan menangkap koruptor bahkan dari tingkatan tertinggi dalam pemerintahan. Walaupun transparansi memang penting, namun tidak semua informasi dibagikan pada publik. Informasi yang dibagikan adalah informasi yang bersifat informasi publik yang dimiliki oleh badan publik (hal 37). Selain itu beberapa instansi pemerintahan memang sudah melakukan transparansi dengan baik salah satunya dengan mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) Transparansi oleh Kabupaten Solok (Sumatra Barat), Magelang (Jawa Tengah), Lebak (Banten), dan Gowa (Sulawesi Selatan) (hal 24). Selain itu dengan adanya penghargaan kepada siapa saja yang mendukung transparansi serta bersih dari korupsi sebagai contoh bahwa semua hal jujur dan berani pastinya diapresiasi. Negara dan media adalah dua daripada senjata yang digunakan oleh orang yang memerintah untuk mengabdikan dan melanjutkan kekuasaannya. Negara adalah alat untuk memaksa, media adalah alat untuk membujuk. Kedua-duanya mempengaruhi satu sama lain (Sparks 1986:84) (hal 72). Media dan negara memang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu media tidak bisa diam saja apabila Negara mulai kacau dan merugikan rakyat. Sampai sekarang banyak wacana mengenai “Kebebasan Pers Yang Kebablasan.” Nyatanya masih saja ada tindak korupsi yang tidak berkesudahan.//Annisa Fathihah WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
5
LIPUTAN UTAMA
DOMINASI SISTEM MPO oleh An nisa Nur Istiqoma Dulu hingga sekarang BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) selalu diberikan tempat untuk menjadi pelaksana MPA (Masa Pengenalan Akademik), walaupun sekarang sistem MPA dihendel oleh dosen namun BEM Fakultas masih ambil bagian. Ada perbedaan dari tahun sebelumnya MPA yang sekarang terdapat MPO (Masa Pengenalan Organisasi). Namun MPO hanya ranah fakultas saja dan diprioritaskan untuk organisasi dalam fakultas. Sementara itu tidak semuanya organisasi diluar fakultas masuk dalam pelaksanaan MPO. Sejak awal lapor diri hingga MPA, BEM selalu mendominasi. Sebelum MPA dimulai diadakan sosialisasi, pendataan, dan mentoring terkait MPA dihendel oleh BEM. Lain halnya den-
6
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
“Ketika MPO digunakan untuk menarik gan organisasi diluar BEM tidak dapat kesempatan yang sama. MPO justru membuat organisasi fakultas semakin kuat. MPO berfungsi untuk mengenalkan organisasi dalam fakultas dan pengenalan dunia kampus. Setiap fakultas memiliki sistem dan penamaan MPO (Masa Pengenalan Organisasi) yang berbeda-beda. Di fakultas keolahragaan MPO dikenal sebagai MPKO (Masa Pengenalan Kampus Olahraga). Di Fakultas Bahasa dan Seni MPO dikenal sebagai Mabim (Masa Bimbingan) sementara di fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Alam) tetap mempertahankan penamaan MPO. MPKO bertujuan untuk memperkenalkan kultur akademik yang dibangun di FIK sendiri.
MPA UNJ 2015 www.google.com
ah
eksistensi Organisasi dalam fakultas” “Beberapa mata kuliah wajib yang mengharuskan mahasiswa masuk dalam club-club untuk memperdalam mata kuliah tersebut,”Iman Sulaiman selaku PD III FIK. Pelaksanaan MPKO berlangsung selama dua hari yaitu sebelum MPA dimulai. MPOK termasuk program rutin tahunan dari pihak FIK serta berkolaborasi dengan pihak organisasi , club-club, dan komunitas yang ada di FIK. Sedangkan Mabim di FBS dilaksanakan setelah MPA berlangsung. Tujuan Mabim untuk memperkenalkan dunia kampus dan memperkenalkan organisasi dan komunitas di fakultas. “ Kita membutuhkan sesuatu yang lebih dari MPA tidak hanya fokus pada kelas saja,”Vicy Andriani prodi sastra indonesia 2015 selaku panitia MPA.
Rencananya Mabim akan dilaksanakan selama dua hari setelah MPA. Ketika Mabim FBS menampilkan profile-profile tingkat universitas. Sementara MPO di FMIPA berlangsung selama 4 hari setelah MPA. Diselenggarakan dari tanggal 29 Agustus hingga 1 September 2016. Akan diisi oleh organisasi-oganisasi di fakultas secara inetnsif kemudian pengenalan-pengenalan Mapres lalu membuat PKM. “Rencananya semua organisasi di fakultas akan berkolaborasi yang akan menarik eksisitensi organisasi agar menarik mahasiswa baru,“ sahut Muhamad Hafiz prodi Matematika 2013 selaku ketua BEM MIPA. Kirakira ada sekitar 11 organisasi yang akan diperkenalkan tetapi apabila gedung G ingin memperkenalkan itu di izinkan apabila meminta izin kepada panitia. Menurut Hafiz tujuan diadakan MPO di FMIPA agar lebih mahasiswa baru lebih dekat dengan seniornya dan pengenalan kampus. “MPO akan diserahkan ke fakultas masingmasing dan akan dikoordinatornya adalah BEM fakultas,”jelas Septhian Dicky mahasiswa prodi PGSD 2012 selaku wakil ketua BEM Universitas. Menurut Dicky karena MPA ini tidak dipegang oleh mahasiswa sehingga eksistensi organisasi seperti keagamaan atau ada terkait club-club kurang terwujud dan waktu yang diberikan untuk memperkenalkan organisasi di dalam fakultas. Ia menambahkan tujuan dari MPO ini untuk membentuk akademik dan literasi pada tingkat fakultas. Lain halnya dengan Agung Setiawan mahasiswa prodi Tekhnik Elektro 2013 yang menjabat sebagai ketua KOPMA (Koperasi Mahasiswa) mengatakan alangkah lebih baiknya MPO ini seharusnya berkolaborasi dengan gedung G tidak hanya dalam tingkat universitas namun sampai ke tingkat prodi. “Seharusnya kita duduk bareng nih terkait MPO, kan ini terkait organisasi alangkah lebih baiknya gedung G ikut mempromosikan walaupun nanti akan diserahkan kembali ke mahasiswa juga,”sahut Agung. Kami reporter didaktika telah berusaha menemui Wakil Rektor III Sofyan Hanif. Namun sampai diturunkan berita ini Sofyan menolak untuk di wawancari.
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
7
CERPEN
GAK JADI
oleh Lutfia Harizuandini
P
anji pulang dari kampus dengan perasaan geram. Pintu kosannya dibuka dan ditutup dengan kasar. Ia tak memedulikan teman sekamarnya, Bagas, yang sedang berkutat dengan laptop. Seakan ia tinggal sendiri di kamar itu. Panji duduk di samping kasur berkaki empatnya. Ia menjatuhkan pandangan ke arah Bagas yang sedang duduk di seberangnya. Ia ingin meminta maaf karena mungkin telah mengagetkannya tadi. Namun, emosi telah mengontrol mahasiswa tingkat empat ini. Ia tetap diam demi menahan emosi. Bagas yang tadinya sedang menonton tv seri luar negeri favoritnya dari laptop, Game of Thrones, kini diam-diam mengamati Panji dengan ujung matanya. Ia sudah cukup lama mengenal Panji. Ia pun tahu bahwa Panji sedang tak ingin diganggu atau diajak bicara. Maka dari itu, Bagas diam. Curhat itu urusan nanti. Berdasarkan pengamatan Bagas, ada tiga alasan yang bisa membuat Panji bersikap seperti itu: lapar, sakit, atau galau. Karena Panji pulang ke kosan di sore hari, Bagas berasumsi bahwa Panji galau. Bisa saja ia baru menembak perempuan yang ia suka, namun ditolak. Sebab, semalam Panji bercerita tentang betapa ia mengagumi Kina hingga ingin menjadikannya pacar.
kan hal tersebut. Rasanya ia ingin meluapkan seluruh keluh-kesahnya. Waktu menunjukkan pukul setengah empat sore. Tik-tok-tiktok. Detik jam dinding mengantarnya ke alam bawah sadar, Panji tertidur. Panji terbangun, kemudian loncat dari tempat tidurnya. “Jam berapa sekarang, Gas?” pertanyaan itu membuat Bagas terentak dari tontonan di laptopnya. “Setengah enam, cuy.”
“Anjrit, Gua belum sholat ashar,” Panji merasa hanya tertidur beberapa menit saja, tetapi waktu berkata lain. Ia lari ke lantai bawah dan Panji merebahkan tubuh di atas tem- mengambil air wudhu. Lalu sholat. pat tidurnya menebarkan pandangan ke langit-langit. Tubuhnya di situ, tetapi pikirannya “Gas, gua bingung. Gua sekarang jadi naif menerawang menembus atap dan tembok begini.” Setelah sholat, lima belas menit bekosan. Entah apa yang dipikirkan Panji, teta- rangsur, tiba-tiba Panji membuka mulut dan pi hal itu manjur membuat ia gundah. Dada mengajak Bagas bicara. Bagas menjeda Game Panji begitu menggebu-gebu saat memikir- of Thrones yang ia tonton, namun posisinya 8
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
tetap di hadapan laptop. Kemudian wajahnya menghadap Panji. dah dari teman-temannya di kelas. Alasannya tak lain dan tak bukan karena ia sering absen. “Kenapa lu, bro?” Padahal ia yakin bahwa selama menjadi mahasiswa, ia tak bodoh. Panji bersandar pada kaki tempat tidurnya setelah membereskan sajadah. Ia Bisa dikatakan ia sombong, sebab merkemudian melanjutkan curhatannya. “Mata asa lebih baik dari mereka yang hanya duduk kuliah gua banyak yang harus diulang, bro. di bangku kelas. Namun, pemikiran itu ada Padahal gua udah mau semester tujuh, benarnya juga. Ia seringkali ikut kegitan di luar mau garap skripsi.” Panji kemudian meraih kelas, baik di organisasi intra maupun ekstra smartphone-nya untuk mengecek Sistem kampus. Sesekali bahkan ia ditunjuk menjadi Informasi Akademik Interaktif (SIAKAD). Ia pembicara dalam seminar. Baginya, percuma menunjukkan nilai dan Indeks Prestasi Kumu- hanya mempelajarai teori tanpa praksis. Perlatif (IPK) pada Bagas. Ia berdecak lidah dan cuma menjadi teori yang di dapat dari dalam mengerang. Bagas menggeleng-geleng dan kelas hanya sebatas konsumsi otak belaka. kemudian berdehem. Seketika asumsinya Maka dari itu, menurutnya organisasi meruterhadap Panji salah seratus persen. pakan sarana untuk menyalurkan praksis. “Gua bisa lulus ga tepat waktu nih,” keluh “Gua yang kupu-kupu merasa tersindir. MakPanji. sud lu apaan, cuy?” Panji keceplosan bicara. Ia mengucapkan kata maaf berkali-kali pada “Lu sih jarang masuk kelas, cuy,” komentar Bagas hingga yakin dimaafkan. Ia kemudian Bagas. melanjutkan curhatannya. Panji menjelaskan analisisnya tentang bagaimana mahasiswa “Dosen-dosen kebanyakan mentingin ab- seperti dirinya dan Bagas, yang kuliah pusensi.” Panji mengangguk tanda menyetujui lang-kuliah pulang (kupu-kupu), ketika di duopininya. nia pekerjaan nanti. Panji kemudian berhasil membuat Bagas yakin bahwa organisasi itu “Gini deh, cuy. Lu mau cepet lulus kagak?” sebenarnya penting. “Iya sih, Gas.”
“Oke, berarti itu emang resiko lu ye, cuy.”
“Kalau gitu, lu harus rajin masuk kelas. Lu “Kalau gua harus ninggalin organisasi yang tinggalin organisasi lu.” gua gelutin, lebih baik gua lulus santai aja. Ilmu yang gua dapet jadi gak serampangan “Ogah ah. Kalau kelas bisa meningkatkan gegara hasrat buru-buru lulus. Ngejer ijazah kemampuan seseorang, selain dalam ilmu, doang, kurang berguna, kecuali buat diri tingkat individualis, dan egoisme, gua baka- sendiri.” lan ngandelin kelas seratus persen untuk merubah gua menjadi insan yang berguna “Anjrit, lu nyindir gua mulu!,” ketus Bagas. bagi masyarakat,” Panji tertawa kecil. Ia juga Panji terkekeh. menjelaskan bahwa nilainya selalu lebih renWARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
9
GALERI FOTO
Beberapa foto Opening MPA pada 23 Agustus 2016 10
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
PROFIL UKM Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UNJ adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa yang berada di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. lahir sejak 1991 oleh pendiri KOPMA yaitu Syaiful Rahman, Rachiman, Diana Sinta, Dayat, dan A. Ginto.
Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam Eka Citra adalah organisasi kemahasiswaan yang berada di lingkungan UNJ yang bergerak dalam bidang kepecintaalaman. Kesehariannya, KMPA Eka Citra melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kepecintaalaman. Tujuannya ialah untuk menciptakan orang-orang yang memiliki kemampuan, disiplin serta memiliki suatu kepedulian terhadap lingkungan yang semakin hari semakin rusak oleh tindakan orang yang tidak bertanggung jawab. Racana adalah organisasi di bidang kepramukaan tingkat univeristas dengan jenjang pandega. Pertama kali berdiri tahun 1981 tepatnya tanggal 14 Februari, namun telah dirintis sejak 1979. Visi : Sebagai wadah persemaian calon pembina gerakan pramuka dan pembangun bangsa. Misi : Menyiapkan kader gerakan pramuka yang profesional, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri melalui wadah gerakan pramuka (Racana) Unit Kegiatan Olahraga (UKO) adalah salah satu wadah mahasiswa yang bergerak dibidang keolahragaan tertinggi di Universitas Negeri Jakarta. Berdiri pada tanggal 12 Desember 1985, dan diketuai oleh Drs. Octavianus Matakupan, M.Pd. Latar belakang UKO Mahasiswa UNJ untuk memberikan kesempatan mengembangkan minat dan bakat olahraga kepada mahasiswa UNJ guna menjalankan tri dharma perguruan tinggi sebagai pengabdian kepada almamater.
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
11
Bagi kamu yang ingin menyumbangkan artikel, opini dan cerpen. Silakan kirim ke email lpmdidaktikaunj@gmail.com
12
WARTA MPA || EDISI III || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ