WARTA MPA Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika
MPA MPA
TETAP TERTIB TANPA KOMDIS
MPA
Edisi 2016
4
WARTA MPA || EDISI IV || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
1
REDAKSI Salam Pemuda! Kertas yang anda pegang ini merupakan edisi terakhir Warta MPA. MPA sudah tiga hari berlalu. Sudah tiga hari pula banyak dari kalian yang mengira bahwa kertas ini merupakan promosi bimbel atau iklan. Namun, kami tidak akan letih menebarkan kebenaran yang ditulis di atas kertaskertas ini dengan berteriak, “ini bukan iklan loh!�. Di warta MPA kali ini, di laporan utama, kami membahas tentang keberadaan komisi disiplin (komdis) di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang sebenarnya tak terlalu urgent. Pada berita selanjutnya, masih berkaitan dengan komdis, ternyata hal tersebut mampu memicu perpeloncoan. Kami pun menyajikan opini yang membahas tentang perpeloncoan. Akhir kata, ini warta MPA di UNJ. Ini bukan iklan. Selamat membaca dan selamat berdialektika! Pemimpin Redaksi
Daftar Isi Opini...........................................................3 Lintas I.........................................................4 Resensi.........................................................5 Lintas Utama...........................................6-7 Cerpen......................................................8-9 Lintas II.....................................................10 Profil UKM...............................................11
Susunan Redaksi Pemimpin Redaksi Lutfia Harizuandini Sekretaris Redaksi Yulia Adiningsih Reporter Annisa Nur Istiqomah, Annisa Fathihah, Hendrik Yaputra, Lutfia Harizuandini, Yulia Adiningsih Editor Naswati, Daniel Fajar Hariyanto, Yogo Harsaid, Latifah, Virdika Rizki Utama Tata Letak Hendrik Yaputra
Sekretariat Gedung G, Lantai 3, Ruang 304. Komplek UNJ. Jalan Rawamangun No. 1 Jakarta Timur, 13220 E-mail lpmdidaktikaunj@gmail.com Website www.didaktikaunj.com Facebook LPM Didaktika UNJ Twitter @lpmdidaktika Line @tlt5495s Instagram @lpm didakdika unj
2
WARTA MPA || EDISI IV|| AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
OPINI MPA, PENDISPLINAN, PERPLONCOAN, ATAU DISKRIMINASI
www.google.com
Jam masih menunjukan pukul lima pagi, namun mahasiswa baru (maba) sudah ramai berbaris bergatian mengisi absen. Ada yang setengah berlari menghampiri panitia MPA untuk absen, lalu ada juga yang sholat subuh karena tidak sempat sholat di rumah, bahkan ada yang sarapan pagi di tengah-tengah barisan. Jam masih menunjukan pukul 5, acara mulai jam setengah 8. Sekiranya mahasiswa menunggu 2 jam setengah untuk benar-benar pada pembukaan MPA. Keharusan seperti jam tersebut ditentukan secara sepihak. Maba hanya bisa menerima tanpa bisa protes atau menyanggah hal tersebut. Selain waktu MPA, baju yang harus dipakai, kewajiban memakai kerudung bagi maba muslimah, memakai slayer, memakai sepatu pantofel, menggunduli rambut, bahkan untuk beribadah juga diatur. Memang tidak ada yang protes mengenai aturan MPA seperti itu. Namun beberapa aturan harus dilihat kembali. Ada aturan yang merupakan pendisiplinan namun ada juga aturan yang berujung perploncoan bahkan diskriminasi terhadap sesama maba. Pendisiplinan, merupakan kata yang terbentuk dari kata dasar disiplin yang artinya perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tangung jawabnya. Sedangkan pendisiplinan usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Pendisiplinan tersebut menjadi istilah pengganti untuk hukuman atau instrument hukuman yang dapat dilakukan pada diri sendiri atau orang lain. Jadi pendisiplinan dilakukan lebih dulu sebelum tumbuh rasa disiplin. Sedangkan perploncoan praktik ritual dan aktivitas lain yang melibatkan pelecehan, penyiksaan, atau penghinaan saat proses penyambutan seseorang ke dalam suatu kelompok. Perploncoan biasanya berupa perploncoan fisik dan perplocoan psikologi. Perploncoan fisik seperti pelecehan dan penyiksaan dan perploncoan psikologi seperti penghinaan. Perpolocoan memang sangat tidak dibolehkan dalam ranah pendidikan. Dampak yang ditumbulkan rata-rata negatif, seperti cedera fisik dan tekanan mental Selain itu terjadi juga diskriminasi terhadap
maba. Diskriminasi merupakan perlakukan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana hal ini dibuat berdasarkan karakteristik tertentu seperti suku, antargolongan, kelamin, ras, agama, kepercayaan dan aliran politik. Diskriminasi terjadi saat peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu dan menghambat adanya peluang yang sama. Beberapa hal tidak begitu disadari oleh maba mengenai diskriminasi ini, namun bila dilihat sangat mencolok terjadi ketika maba berkumpul dan terlihat siapa yang berbeda. Beberapa hal dalam MPA dapat dikatakan pendisiplinan, perploncoan ataupun diskriminasi. Untuk pendisiplinan, waktu yang dibuat pagi atau waktu-waktu yang sudah ditentukan dapat menjadi pembelajaran pendisiplinan maba sebelum mereka memulai aktivitas perkuliahan. Ketepatan waktu tersebut akan melatih maba dalam menjalani perkuliahan. Saat berkuliah dibutuhkan ketepatan waktu serta manejemen waktu yang baik. Setelah kuliah tidak hanya kuliah saja, namun ada waktu untuk berorganisasi, mengerjakan tugas, dan kegiatan pribadi bagi mahasiswa. Untuk perploncoan memang pada MPA tahun ini tidak terlihat. MPA tidak ada atribut aneh atau bentakan dari senior. Namun dibeberapa fakultas masih terlihat perploncoan halus. Menggunduli rambut merupakan salah satu bentuk perploncoan. Tidak jelas esensi dari menggunduli rambut pada saat memasuki aktivitas perkuliahan. Menggunduli rambut merupakan perploncoan fisik dan psikis, walaupun tidak cedera namun menggunduli rambut merupakan penghilangan anggota kepala secara paksa. Walaupun maba setuju saja menggunduli rabut karena mendapat tekanan mental dari senior. Diskriminasi dilakukan dengan sangat halus. Panitia MPA menganjurkan untuk memakai kerudung kepada mahasiswa muslimah. Imbuan ini memang seperti anjuran namun terkesan mangharuskan. Pasalnya mahasiswa baru yang tidak tahu apa-apa dan belum melek akan menjadi kritis akan manut saja. Anjuran yang dianggap baik tersebut tanpa disadari menjadi diskriminasi. Dengan adanya anjuran tersebut akan terlihat mana mahasiswa muslim dan non muslim. Selain itu mahasiswa yang tidak memakai kerudung walaupun muslim akhirnya memakai kerudung hanya saat MPA saja. Sungguh disayangkan karena maba siswa baru tidak ada kebebasan berkekpresi. Memakai kerudung dan tidak adalah hak setiap mahasiswa. MPA pada tahun ini memang jauh dari kekerasan, tekanan mental, dan dipermalukan. Setidaknya masih ada beberapa aturan MPA yang mengarah pada perploncoan ataupun diskriminasi. Seharusnya hal tersebut sudah ditinggalkan karena MPA dengan gaya plonco dan diskriminasi merupakan gaya kolonial yang semestinya sudah ditinggalkan sejak dulu. // Annisa Fathihah WARTA MPA || EDISI IV || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
3
LINTAS I
SENIORITAS BERUPA K3P Meskipun sistem MPA sudah diambil alih dosen tetapi tetap saja masih ada senioritas dalam pelaksanaan MPA Visi sistem MPA tahun ini yaitu menciptakan kultur akademis pada Mahasiswa Baru (MABA). Kultur akademis yang dimaksud adalah pembuatan karya ilmiah namun dilapangannya justru ditemukan beberapa sikap kesenioritasan. Seperti adanya Komisi Disiplin (KOMDIS) yang sering dikenal sebagai ketertiban, kedisiplinan, dan keselamatan (K3P). Mereka berwajah datar dan berperawakan tegas. Tugas umum mereka yaitu menertibkan MABA dan panitia seperti dresscode, atribut dan sebagainya. Komdis bertujuan agar MABA dapat hormat kepada senior. Peran K3P mengawal, mengawasi MABA apabila melakukan kesalahan maka MABA akan ditegur. MABA yang melakukan kesalahan tidak hanya ditegur oleh K3P tetapi akan diberi sanksi oleh Tim Pengawas dan Evaluasi (TIPE). Proses pemberian sanksi tersebut melalui K3P, K3P anak melaporkan kepada KDSP lalu laporan tersebut akan diperoses oleh TIPE kemudian TIPE akan memberi sanksi. Di beberapa fakultas terdapat K3P seperti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Pada FBS di prodi Bahasa Mandarin masih menerapkan K3P. “Kalau K3P itu di tingkat prodi sementara ditingkat fakultas dikenal sebagai KDSP,” tutur Aisa Ayu Fadila selaku ketua 4
BEMP Bahasa Mandarin. “K3P di prodi Bahasa Mandarin hanya memberikan teguran tidak sampai memberikan sanksi,”
itu dalam susunan kepanitiaan MPA tidak terdapat posisi K3P namun Monitoring dan Evaluasi (MONEV). Berbanding terbalik dengan perkataan salah seorang K3P di FMIPA. Andy Handyanto, selaku PD 3 FIS, K3P hanya akan menimbulkan perpeloncoan di maba. Andy menambahkan di FIS ada untuk mengawasi jalannya pelaksanaan MPA yang diberi nama MONEV. MONEV bertugas untuk memonitori dan mengevaluasi jalannya MPA. www.google.com Sementara itu Andy jelas Novitasari menjabat sebagai menjelaskan K3P tidak diperboleStaff K3P. hkan oleh dikti. Karakteristik perDi FMIPA tidak semua prodi peloncoan yang dimaksud oleh terdapat K3P. Kebijakan adanya Andy seperti bully, perendahan, K3P tergantung pada prodi mas- dan berteriak-teriak. ing-masing seperti K3P yang beraSenada dengan Andy, Jada di prodi Biologi. “Di FMIPA ter- par Tim panitia MPA mengatakan dapat K3P baik di tingkat fakultas MPA yang bernuansa akademik hingga tingkat prodi namun adan- harus dibangun dengan hal-hal ya K3P bergantung pada prodi berbau akademik, bukan sesuatu tersebut mau diadakan atau tidak, yang menakutkan. Mahasiswa sekalau di matematika tidak ada,” baiknya dibuat nyaman dan aman sahut Irfan selaku Ketua MPA Pro- dalam kelas bukan dibuat ketakudi Matematika. tan karena keberadaan K3P. K3P Menurut salah seorang K3P dapat menimbulkan kontradiktif mengatakan K3P bersifat legal dan kesenioritasan. “Apabila kita dan panitianya terdiri dari angkata ingin menegakan kedisiplinan 2014 dan 2015. Menurut Alfan, alahkan lebih baik kita tegur langyang menjabat sebagai ketua MPA sung,” jelas Jafar. Secara tidak langdi Fakultas Ilmu Sosail (FIS), sis- sung adanya K3P ini tidak relevan tem MPA tahun ini tidak ada K3P dengan sistem MPA sekarang yang sebab perannya tidak begitu pent- berbasis kelas. Keberdaan K3P itu ing dalam pelaksanaan MPA. Ke- hanya termiologi mahasiswa saja. beradaan K3P sebenarnya kurang Berdasarkan panduan dari dirtjen efektif untuk mengawasi sesuatu BELMA surat kepiutusan direktur yang berkaitan dengan tata tert- jendral kemahasiswaaan bahwa ib karena sudah ada TIPE dan tidak dikenal istilah K3P. //An nisa koorlap. Kemudian tidak hanya Nur Istiqomah
WARTA MPA || EDISI IV|| AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
RESENSI BUKU
Menguak Korupsi Terstruktur oleh Yulia Adiningsih
Judul Penulis Penerbit Terbit Tebal
Okky Puspita Madasari atau yang lebih akrab disapal Okky Madasari, adalah penulis novel dan pemenang penghargaan Sastra Khatulistiwa 2012 untuk novelnya yang berjudul Maryam. Latar belakang Okky yang pernah berprofesi sebagai wartawan dan juga seorang lulusan Jurusan Sosiologi, membuat Okky Madassari banyak mengeluarkan novel berisi kritik sosial. Munurut Okky, novel adalah salah satu bentuk perjuangan melawan ketimpangan dan penyimpangan yang ada di Masyarakat. 86 adalah salah satu judul novel Okky yang berisi kritik sosial yang dikeluarkan setelah novel pertamanya yaitu Maryam. Pada awalnya, 86 merupakan istilah sandi rahasia kepolisian yang berarti ‘sudah dimengerti’. Seiring berubahnya zaman, istilah ini mengalami pergeseran makna. Sekarang, istilah 86 dikenal sebagai istilah penyelesaian masalah dengan cara berdamai (dengan cara menyuap atau membuat kesepakatan yang menyimpang, tetapi saling menguntungkan alias cincai-cincai). Istilah ini juga semakin dikenal setelah digunakan menjadi judul acara yang melibatkan kepolisian di salah satu saluran televisi swasta. Novel ini bercerita tentang seorang juru ketik di salah satu kantor pengadilan di daerah Jakarta Selatan. Juru ketik itu bernama Arimbi. Gadis yang berasal dari kota Ponorogo, Jawa Timur. Arimbi adalah gadis polos yang menghabiskan semasa kecilnya sampai kuliah bermain tanah dengan anak kecil. Setelah lulus dari kuliah, arimbi
: 86 : Okky Madasari : Gramedia Pustaka Utama : Cetakan kedua, April 2014 : 256 halaman mencoba mendaftarkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan langsung diterima. Setelah diterima sebagai PNS, Arimbi pergi ke Jakarta dan meninggalkan rasa kebanggaan untuk keluarganya di kampung. Bayangan arimbi tentang Jakarta dan profesi barunya berbeda dengan realitas yang baru saja ia tahu dan akan dihadapinya dalam beberapa hari kedepan, bulan, tahun, bahkan mungkin selamanya. Arimbi tinggal di kamar kos yang sempit, suhu jakarta yang tinggi, polusi yang menyatu dengan setiap oksigen yang ia hirup setiap hari, dan gaji yang rendah. Hari-hari Arimbi yang membosankan dan mungkin pantas untuk dikeluhkan berubah setelah ia mulai mengenal atasan dia di tempat dimana ia bekerja. Namanya Bu Danti. Bu Danti dikenal sebagai makelar kasus. Apapun kasusnya bisa terselesaikan dengan baik, rapih dan sesuai dengan harapan jika kasus tersebut ditangani oleh Bu Danti. Awalnya Arimbi mengerjakan apa yang ia rasa harus dikerjakan karena ia hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh Bu Danti. Namun, setelah itu Arimbi mendapat hadiah Air Conditioner (AC) dari salah satu klien yang kasusnya baru saja selesai Arimbi bantu. Awalnya enggan, lamakelamaan ingin lagi melakukannya. Arimbi dulu yang polos, lugu, dan jujur berubah menjadi seperti rekan-rekan kerjanya, termasuk Bu Danti. Gaji, dapat bonus gelap dari klien, dan hidup konsumtif. Ternyata, hal-hal yang ia lakukan itu adalah hal yang lumrah dilakukan
di tempat kerjanya. Bisa dikatakan kegiatan seperti itu adalah suatu budaya yang sudah ada dari sejak dulu. Korupsi dan suap adalah kegiatan struktural dan budaya yang mendarah daging di dalam suatu lembaga. Baik itu lembaga masyarakat, lembaga pemerintah, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri, budaya korupsi sudah ada sejak asosiasi dagang belanda dibentuk dengan nama Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Pada saat itu, praktek korupsi dilakukan oleh bangsawan-bangsawan kerajaan. Korupsi adalah virus yang menyebar secara memaksa. Jika dalam satu kelompok ada satu orang yang melakukan korupsi, maka tidak menutup kemungkinan korupsi dilakukan oleh semua anggota kelompok. Alasannya, agar semuanya berjalan dengan mudah. Korupsi hidup dan menjamur di Indonesia sampai sekarang. Mulai dari lembaga keluarga, sekolah sampai negara. sehingga menyebabkan dibutuhkannya lembaga untuk menangani kasus tersebut. Ironisnya, lembaga-lembaga yang dibuat untuk mengatasi penyimpangan tersebut malah menjadi lembaga baru untuk mebudidayakan korupsi. Ketidak percayaan masyarakat dan pemerintah terhadap lembaga-lembaga tersebut menyebabkan pula dibentuknya Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) pada 2002. KPK dibentuk sebagai upaya untuk memberantas korupsi. Namun sekarang, petugas KPK satu persatu keluar dari KPK karena dikriminalisasi oleh pihak-pihak yang merasa terancam oleh keberadaan petugas KPK tersebut. Pemerintah dan hukum lagi-lagi lemah dan menguntungkan kaum sejenisnya. Serakah, korupsi, Masalah ? uang, selesai. 86 ! cincai-cincai !
WARTA MPA || EDISI IV || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
5
LIPUTAN UTAMA
TETAP TERTIB TANPA KOMDIS Fakultas Ilmu Sosial (FIS) menganggap tidak perlu keberadaan Komisi Disiplin (komdis) sehingga komdis ditiadakan Selasa (23/8) merupakan Masa Pengenalan Akademik (MPA) tingkat fakultas di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Jumlah mahasiswa per fakultas dibagi rata ke dalam kelas yang berisikan sekitar 30—40 orang. Seperti yang sudah dibahas pada Warta MPA edisi I, para birokrat yang memegang kendali atas MPA. Sedangkan para mahasiswa—yang menjadi panitia—hanya sebatas fasilitator dan moderator. Dengan begitu, kebijakan yang ada pada pelaksanaan MPA tentunya merupakan rancangan birokrat. Dekanat merancang kebijakan MPA tingkat fakultas dan kepala prodi (kaprodi) merancang MPA tingkat prodi. Di tingkat fakultas, panitia MPA mengandalkan Komisi Disiplin (komdis) untuk menjaga ketertiban dan keamanan jalannya acara. Pun posisinya diharapkan mampu mendisiplinkan panitia dan mahasiswa baru (maba), seperti penggunaan dresscode, atribut, dan sebagainya, harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contohnya, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) harus mengenakan sepatu pantofel. Ketentuan tersebut berdasarkan arahan dari fakultas. Selain itu, komdis pun menyuruh maba bergerak cepat karena harus menyesuaikan waktu, serta mengatur jalannya acara agar sesuai dengan rundown. Lalu di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), ada tim kedisiplinan (KDSP) yang perannya sama seperti komdis di FMIPA.
(maba). Kendati demikian, Pembantu Dekan (PD) I FIS dan Panitia MPA, Japar, menganggap tidak perlu kehadiran komdis. Sebab, keberadaan tim pengawas dan evaluasi (TIPE) sudah cukup untuk menjamin kedua hal tersebut. Japar berkata, “MPA tahun ini kan bernuansa akademik dan berbasis kelas.” Ia pun menambahkan bahwa posisi yang demikian tidak menunjukkan komdis diperlukan. Terlebih lagi karena MPA tahun ini berbasis kelas, komdis tidak relevan.
Di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) tidak ada komdis. Komdis yang merupakan bagian Hal yang mendasari kebijakan Japar dari kegiatan MPA, memiliki peran menjaga yakni Keputusan Dirjen Pembelajaran dan ketertiban dan keamanan mahasiswa baru Keahasiswaan Kementerian Ristek dan 6
WARTA MPA || EDISI IV|| AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
Dikti (Dirjen Belma Kemenristek-dikti) ten- rarti perpelocoan bisa dihindari. Sebab yang tang panduan umum pengenalan kehidu- dimaksud dengan perpeloncoan tidak selalu pan kampus—yang ditetapkan sejak 29 Juli kekerasan fisik. 2016. Panduan tersebut mengimba panitia agar maba dapat berhasil secara akademik. Alfan Zulfikar, selaku Ketua Panitia MPA FIS, membandingkan MPA tahun kemarin dengan sekarang. Komdis tahun lalu mengaku tak ada senioritas, tetapi di lapangan terlihat jelas ada senioritas. “Komdis biasanya gak ramah ke maba, memarahi maba…,” tambahnya. Menurut Alfan, pelaksanaan MPA kali ini mengikuti alur birokrat fakultas sehingga tidak ada komdis. Ternyata hanya FIS yang tidak ada komdis. Keberadaannya tidak begitu penting, sebab sudah banyak fasilitator. Fasilitator juga membantu menuntun maba. Kalau ada maba pun ditindak sewajarnya, seperti teguran. Meski tak ada komdis, maba tetap tertib dan taat pada aturan selama pelakasanaannya di lapagan. www.google.com
Selain itu, keberadaan komdis juga dikhawatirkan memunculkan perpeloncoan. Berdasarkan keterangan PD III FIS, Andy Hadiyanto, keberadaan komdis diluar dari susunan kepanitiaan MPA. Ia juga menganggap bahwa keberadaan komdis mampu menimbulkan perpeloncoan. Meskipun sudah tertulis dalam panduan, hal tersebut tidak berarti komdis ditiadakan. Buktinya, masih ada peran komdis di fakultas lain, seperti FMIPA. Komdis sebenarnya diperbolehkan dengan syarat tidak ada perpeloncoan atau kekerasan fisik. Namun, jika komdis masih ada pun tidak be-
“Memang tidak ada komdis, tetapi adanya koordinator lapangan (koorlap) yang bergabung juga dengan tingkatan universitas,” jelas Alfan. Peran koorlap sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni berperan dalam mengkondisikan maba dan mengumpulkan maba di lokasi. Kalau komdis ada, perannya tidak begitu diperlukan karena sudah ada TIPE. “Lagipula banyak fasilitator,” tambahnya. Senada dengan yang lainnya, Revi Alamsyah, menyatakan bawa keberadaan komdis itu sebenarnya kurang efektif. Untuk mengawasi sesuatu yang berkaitan dengan tata tertib sebenarnya fakultas sudah punya TIPE dan korlap.// Lutfia Harizuandini WARTA MPA || EDISI IV || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
7
CERPEN
Bukan Rama Shinta
“Aku suka sama Jingga”
Oleh : Naswati
“Aku akan membantumu tapi tidak dengan cara Kata itu terus berulang-ulang memenuhi berbohong”tawarku yang ditanggapinya dengan pikiranku. Aku benci mengakui jika perkataan senyum merekah. Langit menyakitiku. Harusnya aku bahagia jika sahabatku menyukai gadis lain. Harusnya, ya Aku selalu kalah, bahkan disaat aku hamharusnya. pir berhasil menolak permintaannya. Rahwana menganggap Shinta sebagai titisan dewi yang Langit perlahan berusaha mendekati Jin- ditakdirkan untuknya. Karena itu lah Rahwana gga, mengejar gadis pujaan hatinya. Sebagai sa- berusaha untuk menculik Shinta. Dengan melhabat yang menemaninya dari TK hingga kami akukan tipu muslihat dia berhasil membuat ShinSMA kini, aku tentu mendukung semua usahan- ta sendirian. ya bahkan membantunya. Meski aku tak rela, aku tak mampu menolak wajahnya yang memohon. Shinta dibawa oleh Rahwana ke istananya Kebahagiaannya selalu menjadi prioritasku. di Langka. Di sana Rahwana berusaha membujuk Shinta untuk meninggalkan suaminya. Namun “Senja, jadi kau mau membantuku kan?”pintanya Shinta menolak.Setiap hari Rahwana selalu mendengan wajah memelas. datangi kamar Shinta dan membujuknya dengan rayuan. “Aku tak bisa Langit,”jawabku. Perlahan Shinta dapat merasakan ketulu“Ayolah Senja,”bujuknya. san cinta Rahwana. Membiarkan Rahwana terus memberikan puisi untuknya. Hati Shinta men“Kenapa kau selalu menyuruhku erima semua ketulusan Rahwana. Namun ketika berbohong?”tanyaku kesal. Rama berhasil sampai di Langka,Rahwana bertanya sekali lagi pada Shinta. Dia menundukan kepalanya,segurat kesedihan dapat aku tangkap dari matanya. “Apa kau mencintaiku?” “Kau kan tahu bagaimana sulitnya dia untuk di Shinta menangis. “Ya, aku mencintaimu” dekati. Dia selalu menghindariku.” “Bisakah kau tinggalkan Rama untukku?”tanya “Itu karena kamu terlalu agresif,”ketusku. Rahwana. “Lalu aku harus bagaimana?”tanyanya.
Shinta menggeleng. “Maaf, aku akan tetap memilih suamiku” Aku menjawab tanpa berpikir. “Baiklah, hanya dengan membunuhnya kau akan menjadi milikku”ucap Rahwana meninggalkan “Jangan mengikutinya seakan kau penguntit. Kau Shinta. tahu Jingga selalu risih, katanya kau menakutkan.” Peperangan antara Rahwana dan Rahwana tak dapat dielaka. Rama berhasil membunuh “Jadi dia takut padaku.” Wajahnya Langit me- Rahwana. renggut. 8
WARTA MPA || EDISI IV|| AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
“Hey!” aku tersentak.
Bagaimana bisa Rahwana mampu menahan dirinya untuk memiliki Shinta seutuhnya. Dia “Senja, ayo kita ke kantin?”ajak Biru. Cowok pal- tentu sangat mencintai Shinta sehingga menahan ing sok kegantengan yang nyatanya dia adalah nafsunya.” playboy cap ikan koi. Wajah tengil Langit berubah matanya menyipit. “Kenapa mengajakku, mana pacarmu “Jangan bilang kau menyukai Rahwana?” itu?”tanyaku sambil mencari sosok cewek kecen- Aku tersenyum. ”Aku menyukainya. Caranya tilan yang mengaku pacar Biru itu. mencintai Shinta” “Pacar yang mana?”tanyanya balik. ```````````````````````` Aku memutar mataku. “Yang suka gelanjotan di- “Jingga”panggilku pada cewek yang berjalan di tangan kamu kaya monyet.” depanku. Biru tertawa. “Tenang kami sudah putus,”ucapnya “Ya, kenapa Senja?”tanyanya ramah. sambil menepuk dadanya. “Bisa kita bicara sebentar?”tanyaku. Jingga men“Lagi?”aku menggelengkan kepalaku. gangguk.Kami berada di taman belakang sekolah. “Dia itu menyebalkan. Tukang ngatur.” “Pergi sana, cari cewek lain untuk kau rayu” Biru menatapku lalu menggoyangkan telunjuknya bentuk ketidak setujuan. “Aku hanya mau merayumu. Lagi pula kenapa sih kau selalu membaca buku membosankan itu”tunjuknya pada buku Ramayana di atas mejaku.
“Begini Jingga, mau ya kau pergi bersama Langit”pintaku. “Jadi kau menarikku kesini hanya karena Langit?”tanyanya dengan mata membulat. “Ya, aku mau kau memberinya kesempatan.” Jingga menatapku seakan aku ini makhluk transparan. “Kenapa?”
“Aku menyukainya. Seperti kau yang katanya hanya merayuku, meski berulang-ulang kau mel- “Hah.” akukannya kau tak akan pernah bosankan. Hal itu juga yang aku rasakan ketika membaca buku “Aku tanya kenapa? Senja kau akan membuat seini.” mua orang berpikir jika kau mencintai Langit jika begini.” Jantungku berdetak dua kali lebih cepat “Kau tahu, Rahwana itu bodoh. Terpedaya pada dari biasanya. perempuan. Ngapain ngulik istri orang, ga gentle jadi cowok”cercanya sambil membayangkan “Aku, menyanyanginya, kami ini sahabat. Aku sosok Rahwana. tak bisa melihatnya sedih.”
“Playboy sepertimu tidak akan pernah mengerti “Baiklah”jawabnya. perasaan Rahwana,”cibirku padanya. “Semudah itu?”tanyaku. “Aku mengerti jika dia sudah buta oleh nafsu,”tuduh Biru dengan semena-mena. “Ya, berjanjilah jangan menyesal telah membuat kami dekat.” “Nafsu untuk memiliki Shinta, tapi setidaknya Rahwana memperlakukan Shinta dengan baik. “Ya, aku janji.” bersambung .... WARTA MPA || EDISI IV || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
9
LIPUTAN II
KARUT-MARUT PEMBAYARAN UKT “Di awal semester ini, terjadi kesalahan teknis dalam sistem pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT)” Pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) pada awal semester ini dibuka sejak 1—26 Agustus 2016. Dalam rentan waktu demikian, para mahasiswa diharapkan membayar tagihan UKT. Mahasiswa harus
www.lpm-projustitia.com
datang ke bank terdekat untuk membayar tagihan tersebut. Di awal semester ini ada suatu kasus di mana secara tiba-tiba uang tagihan nominal UKT menurun ke angka Rp 1.440.000,00. Hal tersebut terjadi akibat adanya kesalahan dalam menginput data baru. Sebab, di awal bulan Agustus ini ada perevisian Surat Keputusan (SK) dari rektor bagi mantan penerima bidikmisi. Berdasarkan keterangan dari Eksekutor Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustikom), Irfansyah, kesalahan upload data memang kemungkinan besar terjadi. Data nomor bidikmisi yang masuk ke pustikom terkadang ada yang salah. Apabila itu terjadi, bidikmisi bisa salah sasaran. Contohnya ketika mencari data penerima bidikmisi di pusat data, dikhawatirkan data mahasiswa lain yang muncul. Menurutnya, seharusnya mahasiswa melapor ke Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan (BAAK) jika ada kejanggalan. “Ibarat kita mengambil menu orang lain,” tambah Irfan. Selain itu, adanya revisi SK dari Rektor juga dianggap sebagai faktor permasalahan tersebut. Awalnya, SK tersebut menjelaskan bahwa seluruh mantan penerima bidikmisi mendapat potongan UKT 40%. Pihak pustikom telanjur menjalankan kebijakan tersebut. Kemudian SK direvisi; menjelaskan bahwa tagihan UKT bisa turun 40% bagi mantan penerima bidikmisi angkatan 2012 saja. Salah satu mahasiswa dari prodi Sastra Indonesia, Eka Rahmawati, secara tiba-tiba mengalami penurunan UKT. Ia yang biasa membayar UKT senilai Rp 2.200.000,-, tiba-tiba mendapat tagihan Rp 1.440.000,- pada semester ini. Ia kemudian melapor10
WARTA MPA || EDISI IV|| AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
kan kejanggalan tersebut ke BAAK dan kepala prodi (kaprodi) setelah membayar tagihan tersebut pada 4 Agustus. Sekitar tiga hari setelahnya ia membayar tagihan susulan. “Bayaran susulannya sebesar Rp 800.000,-,” tambahnya. Kendati demikian, Eka mengaku bahwa dirinya bukan mantan penerima bidikmisi. Ia juga menceritakan bahwa ada mahasiswa dari prodi lain yang seharusnya membayar UKT Rp 1.000.000,- berubah menjadi Rp 10.000.000,-. “Sayang, saya tidak tahu siapa mahasiswa tersebut,” tuturnya. Irfan menanggapi kasus yang dialami Eka. Ia menjelaskan bahwa jika mahasiswa sudah telanjur membayar tagihan yang salah, maka kartu rencana studinya diblok. Kemudian pihak puskom akan membuka kembali apabila mahasiswa sudah membayar tagihan susulan. Ratu Nirmala, mahasiswi daari prodi yang sama dengan Eka, juga mengalami permasalahan yang sama. Pada 19 Agustus, ia ingin membayar UKT, tetapi UKT-nya tiba-tiba turun menjadi Rp 1.440.000,. Padahal UKT sesungguhnya Rp 5.500.000,-. Ia langsung melapor ke pihak Kepala Sub Bagian (kasubag) BAAK atas saran dari karyawan bank. Setelah itu, ia diminta untuk menulis data dirinya, sepeti nama, angkatan, nominal yang ditagihkan, dan nominal yang sebenarnya, serta dibubuhi tanda tangan. Kemudian pihak BAAK meminta Ratu untuk mengecek tagihan ke bank dalam lima hari ke depan. Namun, masih tidak ada perubahan. Ia kemudian melapor kembali ke BAAK dan di tanggal 25 akhirnya ia bisa membayar tagihan UKT yang sebenarnya. Ratu pun berkomentar ketika melihat kasus ini terjadi pada segelintir mahasiswa. Berdasarkan informasi yang ada, tagihan UKT kembali normal dalam waktu yang berbeda-beda. “Uang tagihan dikoreksi secara manual,” tutur Ratu mengulangi perkataan pihak kasubag. Maka dari itu, tagihan UKT kembali normal dalam waktu yang berbeda. Di sisi lain, pihak pustikom mengaku bahwa pada tanggal 4 Agustus sistem pembayaran sudah dikoreksi. Berbarengan dengan diturunkannya SK ke puskom yang sudah direvisi. Kepala Pustikom menginstruksikan untuk mengoreksi serta membetulkan permasalahan teknis tersebut di malam harinya. Demi mengklarifikasi informasi, Didaktika mencoba mewawancarai Syaiful, selaku Kepala BAAK. Namun, ia menolak berkomentar ketika ditanya mengenai prosedur pembayaran tagihan selanjutnya.//Lutfia Harizuandini
PROFIL UKM
UKM (Unit Kesenian Mahasiswa) Memfasilitasi mahasiswa meningkatkan apresiasi seni dan mengembangkan bakat dan keseniannya.
Resimen Mahasiswa Satuan Universitas Negeri Jakarta Merupakan suatu bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat universitas yang berkonsentrasi dalam pengembangan Minat Dan Bakat di Bidang Bela Negara.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Ialah salah satu unit kegiatan mahasiswa yang membidangi kerohanian Islam di lingkungan Universitas Negeri Jakarta.
Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Merupakan wadah kerohanian mahasiswa UNJ yang beragama kristen.
WARTA MPA || EDISI IV || AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
11
OPEN RECRUITMEN ANGGOTA LPM DIDAKTIKA Mau jadi reporter, layaouter, penulis, atau bahkan cerpenis? Daftar jadi anggota Didaktika!!!
PENDAFTARAN
29 AGUSTUS - 30 SEPTEMBER 2016
TEMPAT PENDAFTARAN Sekretariat : Gedung G, Lantai 3, Ruang 304. Komplek UNJ. Jalan Rawamangun No. 1Jakarta Timur, 13220
LPM Didaktika UNJ 12
@lpm didaktika UNJ
@lpmdidaktikaunj
lpmdidaktikaunj@gmail.com
WARTA MPA || EDISI IV|| AGUSTUS 2016 || DIDAKTIKA UNJ
@tlt5495s
www.didaktikaunj.com