3 minute read
Bentengi Privasi
Bentengi Privasi di Tengah Maraknya Pemanfaatan Media Sosial
Oleh : Siti Nurhasanah | Desainer : Hamidah Aufa | Ilustrator : Novia Putri
Advertisement
Mudahnya mengakses informasi melalui dunia maya menjadi bukti pesatnya perkembangan teknologi informasi di masa kini. Selain perangkat gawai yang semakin canggih, aplikasi dalam telepon pintar juga kian bermacam jenis, fungsi, dan spesifikasi yang dimiliki. Pengguna pastinya sudah tidak asing lagi dengan berbagai platform media sosial (Medsos) yang dengan mudahnya menjalankan fungsi komunikasi dan distribusi informasi. Oleh sebab itu, dalam proses publikasi tersebut, menjaga data yang sifatnya privasi menjadi keharusan bagi pengguna medsos. Agaknya itu yang perlu diterapkan untuk meminimalisasi dampak negatif yang mungkin akan timbul di masa depan.
Sifat Privasi yang Subjektif bagi Tiap Individu
Abdul Fadli Kalaloi, Dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Telkom Bandung memaparkan jika privasi merupakan sifat subjektif orang terhadap suatu hal untuk dibagikan atau tidak dibagikan kepada orang lain. Artinya bahwa standar suatu privasi bagi tiap orang berbeda-beda. Hal itulah yang menyebabkan berbagai macam penafsiran muncul ketika orang lain melihat suatu postingan yang diunggah di medsos. “Sederhananya menjaga privasi sama saja dengan menjaga subjektivitas dan kerahasiaan pribadi,” begitu ungkapnya. Communication Enthusiast, Aprilina Prastari juga ikut menanggapi hal tersebut. Menimbang adanya sifat subjektif privasi, ia mengimbau pengguna agar menyadari tujuannya bermedia sosial sehingga dapat memilah informasi yang secara nyata menjadi konsumsi publik. “Ketika mempunyai medsos jangan asal punya, tapi ada tujuan, manfaat, dan fungsinya itu untuk apa,” ungkap Aprilina. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa pengguna medsos dari Universitas Katolik Soegijapranata, Naufal Anantya menempatkan medsos sebagai media untuk mencurahkan ide-ide atau karya dalam bentuk digital. “Tidak semua hal bisa di share di medsos, lebih baik sebagai media untuk berkarya agar diketahui orang lain,” tuturnya.
Ancaman Bermedia Sosial
Turut andil dalam pemakaian aplikasi digital, berarti tahu akan kemungkinan risiko yang ada. Terkadang tanpa disadari, banyak pengguna memberikan izin kepada aplikasi untuk mengakses data pribadi di ponsel mereka. Dilansir dari kominfo.go.id, sebenarnya ada banyak ancaman kejahatan di dunia maya. Salah satunya Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) yang jenisnya meliputi, pendekatan untuk memperdaya, pelecehan online, peretasan, konten ilegal, pelanggaran privasi, ancaman distribusi foto atau video pribadi, pencemaran nama baik, dan rekrutmen daring. Selain itu, dampak yang paling ringan berupa lokasi yang sering disematkan pengguna untuk menyertai suatu postingan.
Menanggapi berbagai jenis ancaman tersebut, Cholisna Isnaeni salah satu pengguna medsos dari Kabupaten Kendal menyampaikan belum pernah mengalami halhal yang negatif dari penggunaan medsos. Ia mengaku selalu berhati-hati dan memikirkan dampak yang terjadi sebelum mempublikasikan sesuatu. “Yang saya tampilkan di medsos itu sudah difilter terlebih dahulu dan membatasi update aktivitas sehari-hari untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ucap Cholisna. Selanjutnya, keterikatan pengguna dengan berbagai jenis aplikasi digital yang digunakan juga perlu diperhatikan karena media tersebut hakikatnya dimiliki suatu perusahaan. Tidak menutup kemungkinan hal-hal yang sifatnya privat dapat dipantau oleh pemilik aplikasi ataupun pihak-pihak lain yang diizinkan. “Tidak ada aplikasi yang aman sebenarnya, yang ada adalah bagaimana kita melindungi data kita dari aplikasi seminimal mungkin,” jelas Fadli.
Proteksi Diri dengan Literasi Digital
Dalam ranah daring, melindungi privasi berarti melindungi data pribadi yang penting dari siapa pun yang dapat mengaksesnya. Fadli menerangkan bahwa literasi digital dapat didefinisikan sebagai sebuah kompetensi seseorang yang berkaitan dengan keterampilan mengakses informasi, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi, mendistribusikan, sampai pada berpartisipasi dan berkolaborasi dalam ekosistem digital. Hal tersebut menjadi filter pengguna untuk menentukan apa yang harus disimpan sebagai privasi dan mana yang bisa dibagikan kepada publik sebagai informasi umum.
Langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga privasi seperti, mengecek privasi akun dalam keterkaitannya dengan aplikasi. Jangan selalu mencantumkan info pribadi di medsos, mengaktifkan lokasi smartphone seperlunya, gunakan sandi yang baik, instal aplikasi yang memang diperlukan saja, dan batasi penggunaan aplikasi edit online, serta yang paling penting adalah bagaimana meliterasi diri secara digital karena kendali privasi dipegang penuh oleh subjek. “Fokusnya terhadap literasi digital secara personal agar konten yang diunggah tidak akan melanggar privasi kita ataupun privasi orang,” pungkas Fadli.