3 minute read
Di Balik Tren Virtual Event
Di Balik Tren Virtual Event, Benarkah Memang Suatu Kebutuhan?
Oleh : Vera Linda Astuti | Desainer : Salsabilla Az-Zahra
Advertisement
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang telah menyebar ke seantero Nusantara, menyebabkan adanya keterbatasan dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan. Meskipun begitu, dalam kehidupan ini, roda aktivitas tidak mungkin serta merta dihentikan. Namun tetap saja, tak bisa dipungkiri, virus masih menjadi momok yang menakutkan untuk menjalankan aktivitas tak terkecuali event. Lalu bagaimana? ya, kini penyelenggara event termasuk Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) di Politeknik Negeri Semarang (Polines) tengah memanfaatkan teknologi sebagai alternatif baru untuk menjawab persoalan tersebut.
Virtual event tentunya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita sebagai mahasiswa, yang notabene-nya tak bisa luput dari event atau kegiatan kemahasiswaan. Jika kita tengok ke belakang, di masa pandemi inilah virtual event baru gencargencarnya dilaksanakan. Hal yang lumrah jika virtual event disebut sebagai tren baru. Lantas, benarkan virtual event hanyalah tren semata? Atau justru memanglah suatu kebutuhan?
Pandangan Ormawa: Inovasi Proker dan Tantangannya
Event atau sering disebut program kerja (proker), ibarat jantung bagi suatu organisasi yang menunjukan bahwa perkumpulan organisasi tersebut masih hidup untuk dapat mencapai tujuannya. Sehingga sangat penting dan sudah menjadi keharusan bagi Ormawa untuk mempelajari teknologi yang mampu dijangkau banyak orang, agar Ormawanya tidak mati dan tetap terlihat aktif. Hal ini dikatakan oleh Abdullah Taqiyyan, Ketua UKM Pengembangan Pengetahuan (PP). “Inilah solusi yang tepat, kalau misal kita tidak mau, apakah kita mau melaksanakan kegiatan yang serba offline yang efeknya lebih besar?,” ujarnya. Sama halnya dengan Afiv Setyaji, Ketua UKM Koperasi Mahasiswa (Kopma), menurutnya, virtual event ini menjadi kebutuhan untuk dapat menyelenggarakan prokernya. “Saya rasa sebuah kebutuhan, supaya Proker berjalan sesuai jadwal yang sudah kita tentukan di awal kepengurusan,” ucap Afiv.
Bukan hal baru namanya jika tak ada tantangan dan hambatan yang dilalui. Fenomena transisi penyelenggaraan event, tak akan bisa dilakukan tanpa adanya jerih inovasi dari penyelenggaranya. Menurut penuturan Afiv, virtual event memberi tuntutan tersendiri dalam hal penyesuaian teknologi dan komunikasi. “Pandemi membuat Ormawa harus memutar otak untuk tetap bisa menyelenggarakan proker. Dalam hal ini, kita dituntut belajar teknologi, supaya komunikasi antar pengurus dan rapat kepanitiaan tetap bisa dilaksanakan,” tuturnya.
Selain harus menuruti tuntutan akan penyesuaian terhadap teknologi, Ormawa juga dihadapkan pada berbagai kendala. Dilaksanakannya virtual event membuat keberjalanannya bergantung pada sinyal yang ada. Sinyal yang tidak stabil, acap kali menjadi kendala bagi kelancaran acara, sehingga menghambat konsepan acara yang sebelumnya telah ditata dengan baik. Tak hanya itu, sinyal yang tak menentu juga menganggu koordinasi antar pengurus Ormawa. Kendati demikian, tentunya hal tersebut menjadi tantangan yang sudah seharusnya dapat dilalui.
Melihat peliknya tantangan yang dihadapi Ormawa dalam menyelenggarakan proker, Adhi Purnomo selaku Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan mengatakan bahwa dirinya yakin Ormawa di Polines dapat melalui semua itu dengan baik. “Memang banyak tantangan dan kendala, tapi saya yakin bahwa semua adik- adik KBM Polines mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih, sehingga dapat beradaptif secara cepat,” ucapnya. Selain itu, ia merasa sangat bangga atas inovasi yang dilakukan oleh Ormawa melalui virtual event ini. “Saya sangat bangga, anak–anak dengan cepatnya menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan di masa pandemi, sehingga tetap bisa menjalankan kegiatannya,” ungkap Adhi.
Pandangan Partisipan
Tak hanya dari sisi Ormawa, virtual event ini turut menjadi kebutuhan bagi partisipan yang mengikutinya. Hal ini dikatakan oleh Swadhesi Cyntha, mahasiswa Jurusan Akuntansi. “Bagi saya, virtual event bukan hanya tren tetapi memang menjadi kebutuhan, karena ini adalah inovasi dari keadaan yang tidak memungkinkan,” ucapnya. Rasanya tak cukup bagi seorang mahasiswa, jika hanya menggali ilmu di bangku perkuliahan saja, perlu adanya bekal-bekal lain baik untuk menunjang perkuliahnya ataupun untuk mengembangkan dirinya. Untuk itu, virtual event ini menjadi momen yang sangat untuk menggali ilmu sebanyak- banyaknya, dengan sangat fleksibel karena dapat di akses di mana saja. “Fleksibilitas dari virtual event membuat saya mudah untuk mengikutinya. Meskipun secara online, tidak mengurangi antusias saya, sehingga manfaat dari mengikuti kegiatan tersebut dapat terasa secara maksimal,” pungkas Dhesi.