KAMPUSIANA
Di Balik Tren Virtual Event,
Benarkah Memang Suatu Kebutuhan? Oleh : Vera Linda Astuti | Desainer : Salsabilla Az-Zahra
P
andemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang telah menyebar ke seantero Nusantara, menyebabkan adanya keterbatasan dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan. Meskipun begitu, dalam kehidupan ini, roda aktivitas tidak mungkin serta merta dihentikan. Namun tetap saja, tak bisa dipungkiri, virus masih menjadi momok yang menakutkan untuk menjalankan aktivitas tak terkecuali event. Lalu bagaimana? ya, kini penyelenggara event termasuk Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) di Politeknik Negeri Semarang (Polines) tengah memanfaatkan teknologi sebagai alternatif baru untuk menjawab persoalan tersebut.
Virtual event tentunya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita sebagai mahasiswa, yang notabene-nya tak bisa luput dari event atau kegiatan kemahasiswaan. Jika kita tengok ke belakang, di masa pandemi inilah virtual event baru gencar- gencarnya dilaksanakan. Hal yang lumrah jika virtual event disebut sebagai tren baru. Lantas, benarkan virtual event hanyalah tren semata? Atau justru memanglah suatu kebutuhan? Pandangan Ormawa: Inovasi Proker dan Tantangannya Event atau sering disebut program kerja (proker), ibarat jantung bagi suatu orga nisasi yang menunjukan bahwa perkumpulan organisasi tersebut masih hidup untuk dapat mencapai tujuannya. Sehingga
28
MAJALAH DIMENSI 65
sangat penting dan sudah menjadi keharusan bagi Ormawa untuk mempelajari teknologi yang mampu dijangkau banyak orang, agar Ormawanya tidak mati dan tetap terlihat aktif. Hal ini dikatakan oleh Abdullah Taqiyyan, Ketua UKM Pengembangan Pengetahuan (PP). “Inilah solusi yang tepat, kalau misal kita tidak mau, apakah kita mau melaksanakan kegiatan yang serba offline yang efeknya lebih besar?,” ujarnya. Sama halnya dengan Afiv Setyaji, Ketua UKM Koperasi Mahasiswa (Kopma), menurutnya, virtual event ini menjadi kebutuhan untuk dapat menyelenggarakan prokernya. “Saya rasa sebuah kebutuhan, supaya Proker berjalan sesuai jadwal yang sudah kita tentukan di awal kepengurusan,” ucap Afiv. Bukan hal baru namanya jika tak ada tantang an dan hambatan yang dilalui. Fenomena transisi penyelenggaraan event, tak akan bisa dilakukan tanpa adanya jerih inovasi dari penyelenggaranya. Menurut penuturan Afiv, virtual event memberi tuntutan tersendiri dalam hal penyesuaian teknologi dan komunikasi. “Pandemi membuat Ormawa harus memutar otak untuk tetap bisa menyelenggarakan proker. Dalam hal ini, kita dituntut belajar t eknologi, supaya komunikasi antar pengurus dan rapat kepanitiaan tetap bisa dilaksanakan,” tuturnya. Selain harus menuruti tuntutan akan penyesuaian terhadap teknologi, Ormawa