Majalah Dimensi Edisi 65

Page 1



LEMBAGA PERS MAHASISWA

DIMENSI Pelindung Ir. Supriyadi, M.T. Penasehat Adhy Purnomo, S.T., M.T. Pembina Junaidi, S.T., M.Eng.

Cover Cover

Pemimpin Umum Muhammad Syauqi Mubarak Sekretaris Umum Amelia Ade O., Alvian Dwi Ria R. Bendahara Umum Mutiara Laila S.S., Aldisa Mutiarasari Pemimpin Redaksi Wahyu Nurul Aini Redaktur Majalah Sheila Maharani I., Desy Ramadhani Redaktur Buletin Amanda Oktaviani Redaktur Siber Berliana Khofifah Rahmawati Redaktur Artistik Riris Metta K., Rinda Wahyuni Redaktur Foto dan Video Abdur Rohman Hasan, Dhea Cantika S. Reporter Andayani Surani P., Ayu Anggraeni, Ririn Anjarwati, Vera Linda A., Rosita Galuh W., Siti Nurhasanah, Suzanah, Bunga Kiscahyaning D.N., M. Reski Efendi, Kholifatul Mufti L.P. Artistik Safi’atun Naja M., Novia Putri F., Zakiyah, Adib Faiz A.A., Rakha Yusan A.H., Zahra Ramadhani H., R. Satrya Bramantya, Salsabilla Az-Zahra Fotografer dan Videografer M. Iqbal Ramadhan, Fikri Mubarok, M. Fahrizal Ian Z., Fahri Pasya, Ilham Afief F., Alliffia Rahma D., Alda Anggi R. Pemimpin Litbang Indah Listiyaningsih Kepala Divisi PSDM Meutia Anindya Rahmasari Kepala Divisi Riset Maulida Katrina Hilalia Kepala Divisi Humas Tindy Thirtyana Juliandrie Staf PSDM Lutfiyatul Iftitah, Cintya Sofia K.W., Arief Anom S., Eliza Latifia F. Staf Riset Olivia Novitasari, Merry Nilna N., Dina Riantika, Arini Sabila U., Rif’atul Qonita Staf Humas Tita Tri Uma, Nadia Rahmalia R., Aisyah Shabira Y., Pemimpin Perusahaan Linda Sephirda Luanaya Bendahara Perusahaan Nining Hapsari Kepala Divisi Periklanan dan Non Produk Revida Arthalia Sari Kepala Divisi Logistik Nafi Abbabil Al'Aziz Staf Periklanan dan Non Produk Maulana Malik I., Abillah Putri, Disma Cahya A. Staf Logistik Vidya Rizqiani, Aisyah Nabillah, Rani Thufaila Y.

Brm.

Ilustrasi R. Satrya Bramantya

Salurkan Idemu Salurkan Idemu ! ! Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, ­bukan terjemahan/saduran atau hasil kopi. ­ ­ Redaksi ­berhak memilih karya yang masuk dan me­nyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah ­esensi. Karya dapat langsung dikirim melalui e-mail redaksidimensi23@gmail.com atau dikirm langsung ke alamat kantor redaksi di: Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Baru Lantai 2 No. 4-5, Kampus Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Soedharto Tembalang, PO Box 6199 Semarang 50061 Selamat berkarya!


DARI

DAPUR

Apakah saat ini privasi itu penting? iya mungkin sebagian besar orang, pasti mengatakan bahwa privasi itu sangatlah penting. Namun pada kenyataannya hal tersebut menjadi ironi, dengan semakin sempitnya ruang privasi tanpa kita sadari. Hal tersebut yang akhir­ nya diambil oleh Dimensi sebagai rubrik utama dalam majalah Dimensi Edisi 65, dengan tema “Privacy Crisis: The Impact of Social Media in Your Life”. Topik Laporan Utama kali ini menjelaskan pentingnya untuk menjaga privasi dalam ling­ kup publik yang sering diabaikan. Selain itu, pada era globalisasi seperti sekarang ini, kita mudah sekali untuk menerima ataupun menyebarkan informasi. Nah, dari sinilah kita perlu memilah apa saja yang perlu ditampilkan maupun disembunyikan di media ­sosial. Berbeda dengan Laporan Utama, pada Laporan Khusus kami akan membahas tentang ­ people pleaser. Apakah kamu tahu mengenai people pleaser? atau apakah kamu ter­ masuk dalam people pleaser itu? dalam rubrik ini akan dijelaskan bagaimana cara me­ nyikapi sifat dari ­“tidak enakan" yang ditimbulkan oleh people pleaser tersebut. Kami juga menyajikan berbagai konten informatif pada rubrik Kampusiana dan Semara­ ngan. Tak lupa pula, kami menyajikan hal yang menarik untuk disimak yaitu Travelogue. Kali ini kami melakukan pendakian pada salah satu gunung di Jawa Tengah yang terkenal dengan keindahan alamnya. Selain itu, adapula konten sastra yang tersaji pada rubrik Incognito sebagai penutup pada majalah ­Dimensi Edisi 65 ini. Tak lupa tentunya kami mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seluruh pembaca dan kami juga menunggu berbagai kritik maupun saran yang membangun untuk memperbaiki ­majalah Dimensi di masa mendatang. Kami berharap semoga sajian yang kami berikan dapat membawa manfaat bagi para ­pembaca. Selamat membaca!­ Hidup Pers Mahasiswa!

Redaksi

04

MAJALAH DIMENSI 65


Laporan Utama

CONTENTS CONTENTS

8

Bentengi Privasi di Tengah Maraknya Pemanfaatan Media Sosial

10

Batasan‌ ‌Bermedia‌ ‌Sosial‌ ‌:‌ ‌Upaya‌ ‌Kewaspadaan‌ ‌Diri‌ ‌Menjaga‌ ‌Privasi‌

12

Opini: Terkikisnya‌ ‌Etika‌ ‌dan‌ ‌Privasi,‌ ‌Mudahkan‌ ‌Lakukan‌ ‌Perundungan‌ ‌via‌ ‌Media‌ ‌Sosial‌

14

Polling: Krisis Ruang Privasi pada Penggunaan Media Sosial

27

Laporan Khusus 18

Stigma Sifat People Pleaser: Perlukah Diubah?

20

Bukan Egois Saat People Pleaser Prioritaskan Diri Sendiri

22

Opini: Mengenal Si People Pleaser, Karakter yang Mengutamakan Kebahagiaan Orang Lain

24

Trivia: Bijak Berhenti Menjadi People Pleaser

Kampusiana 28

Di Balik Tren Virtual Event, Benarkah Memang Suatu Kebutuhan?

30

Speak Up: Tantangan untuk Tetap Aktif Organisasi di Tengah Pandemi

17

7

Semarangan 36

Jateng Provinsi Terinovatif : Rapor Inovasi Keberhasilan Bagi Pemerintah Daerah

38

Komunitas: Wujudkan Lingkungan yang Bermanfaat dan Berkeadilan Bersama KPA Pashtunwali

40

Galeri Foto: Potret Pesisir Utara Demak

Travelogue 44

Plesir: Berpetualang di Gunung Kembang, Menjelajahi “Si Kecil Cabai Rawit” Kuliner: Sesruput Wedang Coro, Sensasi Perpa­

47 duan Rempah dengan Kelapa Muda yang Mampu Menghangatkan Badan

51

35

Incognito

34

50

Kelakar: Menghargai Sebuah Proses

52

Inggris: Emotional Abuse

54

Cerpen: Jangan Takut untuk Pulang

56

Resensi Buku: The Secret Garden

58

Resensi Film: Richard Jewell

60

Kang Prov

61

Teka-Teki

62

Ngedims

MAJALAH DIMENSI 65

05


SURAT PEMBACA

Kurangnya Dukungan Pengembangan Skill Mahasiswa Oleh: Nurul Amalia, Jurusan Administrasi Bisnis Desainer : Zahra Ramadhani

P

oliteknik Negeri Semarang (Polines) merupakan salah satu kampus yang l­ebih menonjolkan mengenai ke­ terampilan mahasiswa. Sistem pembelajarannya pun dipadati dengan berbagai praktik di lapangan. Tidak heran bahwa hasil ke­terampilan mahasiswa Polines sangat bagus. Saya selalu menganggap bahwa tingkat ­intelektual dan juga pengetahuan mahasiswa akan selalu bertambah jika diiringi dengan pengalaman, pendidikan, dan pelatihan me­ ngenai keterampilan mahasiswa. Oleh k ­ arena itu, saya beranggapan bahwa hal tersebut dapat dimulai dengan aktif mengikuti perlombaan. Pentingkah kita mengikuti perlombaan? sangat penting, karena dengan mengikuti perlombaan kita dapat mengukur tingkat kemampuan yang kita miliki dan juga dapat memotivasi untuk mengembangan skill menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun, kenyataannya hanya sebagian kecil dari mahasiswa Polines yang aktif dalam mengikuti perlombaan. Menurut saya, hal ini dika­ renakan kurangnya wadah dan dukungan dari pihak kampus.

06

MAJALAH DIMENSI 65

Dalam hal ini perlu adanya beberapa tim khusus sesuai bidang keahlian masing-­ ­ masing untuk mengekspor keterampilan yang dimiliki mahasiswa. Kemudian hal tersebut ­diterapkan pada semua jurusan, khususnya di ­ Jurusan Administrasi Bisnis. Perlu ada­ nya tim lomba khusus di jurusan tersebut, se­ hingga mahasiswa dapat selalu berlatih setiap saat. Tidak hanya berlatih ketika akan ada perlombaan saja, melainkan dapat ber­ latih secara bertahap agar menghasilkan hasil yang memuaskan. Dalam hal ini, dosen juga harus ikut serta dalam membimbing pe­ latihan ini. Di sisi lain, program tersebut perlu adanya dukungan penuh dari berbagai pihak, ter­ utama dari pihak kampus mengenai informasi lomba dan sekaligus biaya administrasi pada lomba tersebut. Seperti yang diterapkan di kampus-kampus lain yang mendukung penuh dalam bidang perlombaan. Dalam hal ini saya berharap, agar usulan ini dapat terealisasikan untuk mengembangkan kampus Polines kedepannya dan diharapkan dapat meningkatkan citra kampus di lingkungan masyarakat.


LLA APPO OR ORRA AN N LA UUTA TAM MA MA A


LAPORAN UTAMA

Bentengi Privasi di Tengah Maraknya Pemanfaatan Media Sosial Oleh : Siti Nurhasanah | Desainer : Hamidah Aufa | Ilustrator : Novia Putri

­sosial (Medsos) yang dengan mudahnya menjalankan fungsi komunikasi dan distribusi informasi. Oleh sebab itu, dalam proses publikasi tersebut, menjaga data yang sifatnya privasi menjadi keharusan bagi pengguna medsos. Agaknya itu yang perlu diterapkan untuk meminimalisasi dampak negatif yang mungkin akan timbul di masa depan. Sifat Privasi yang Subjektif bagi Tiap Individu

M

udahnya mengakses informasi melalui dunia maya menjadi bukti pesatnya perkembangan teknologi informasi di masa kini. Selain perangkat gawai yang semakin canggih, aplikasi dalam telepon pintar juga kian bermacam jenis, fungsi, dan spesifikasi yang dimiliki. Pengguna pastinya sudah tidak asing lagi dengan berbagai platform media

08

MAJALAH DIMENSI 65

Abdul Fadli Kalaloi, Dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Telkom Bandung memaparkan jika privasi merupakan sifat subjektif orang terhadap suatu hal untuk dibagikan atau tidak dibagikan kepada orang lain. Artinya bahwa standar suatu privasi bagi tiap orang berbeda-beda. Hal itulah yang menyebabkan berbagai macam penafsiran muncul ketika orang lain melihat suatu postingan yang diunggah di medsos. “Sederhananya menjaga privasi sama saja dengan men­jaga subjektivitas dan kerahasiaan pri­badi,” begitu ungkapnya. Communication Enthusiast, Aprilina Prastari juga ikut me­nanggapi hal tersebut. Menimbang adanya sifat subjektif privasi, ia mengimbau pengguna agar menyadari tujuannya bermedia sosial sehingga dapat memilah informasi yang secara nyata menjadi konsumsi publik. “Ketika mempunyai medsos jangan asal punya, tapi ada tujuan, manfaat, dan fungsinya itu untuk apa,” ­ungkap Aprilina. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa pengguna medsos dari Universitas Katolik Soegijapranata, Naufal Anantya menempatkan medsos sebagai media untuk mencurahkan ide-ide atau


LAPORAN UTAMA

karya dalam bentuk digital. “Tidak semua hal bisa di share di med­sos, le­bih baik sebagai media untuk berkarya agar diketahui orang lain,” tuturnya. Ancaman Bermedia Sosial Turut andil dalam pemakaian ­ aplikasi digital, berarti tahu akan kemungkinan risiko yang ada. Terkadang tanpa disadari, banyak pengguna memberikan izin kepada aplikasi untuk mengakses data pribadi di ponsel mereka. Dilansir dari kominfo.go.id, sebenarnya ada banyak ancaman kejahatan di dunia maya. Salah satunya Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) yang jenisnya meliputi, pendekatan untuk memperdaya, pelecehan online, peretasan, konten ilegal, pelanggaran privasi, ancaman distribusi foto atau video pribadi, pencemaran nama baik, dan rekrutmen daring. Selain itu, dampak yang paling ringan berupa lokasi yang s­ e­ring disematkan pengguna untuk menyertai suatu postingan. Menanggapi berbagai jenis ancaman ter­sebut, Cholisna Isnaeni salah satu pengguna medsos dari Kabupaten Kendal me­ nyampaikan belum pernah mengalami halhal yang negatif dari penggunaan medsos. Ia mengaku selalu berhati-hati dan memikirkan dampak yang terjadi sebelum mem­ publikasikan sesuatu. “Yang saya tampilkan di medsos itu sudah difilter terlebih dahulu dan membatasi update aktivitas sehari-hari untuk menghindari hal-hal yang tidak di­ inginkan,” ucap Cholisna. Selanjutnya, ke­ terikatan pengguna dengan berbagai jenis aplikasi digital yang digunakan juga perlu diperhatikan karena media tersebut hakikat­ nya dimiliki suatu perusahaan. Tidak me­

nutup kemungkinan hal-hal yang sifatnya privat dapat dipantau oleh pemilik aplikasi ataupun pihak-pihak lain yang diizinkan. “Tidak ada aplikasi yang aman sebenarnya, yang ada adalah bagaimana kita melindungi data kita dari aplikasi seminimal mungkin,” jelas Fadli. Proteksi Diri dengan Literasi Digital Dalam ranah daring, melindungi privasi berarti melindungi data pribadi yang pen­ting dari siapa pun yang dapat mengakses­nya. Fadli menerangkan bahwa literasi digital dapat didefinisikan sebagai sebuah kom­ petensi seseorang yang berkaitan ­de­ngan ke­ terampilan mengakses informasi, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi, men­ distribusikan, sampai pada berpartisipasi dan berkolabo­rasi dalam ekosistem digital. Hal tersebut menjadi filter pengguna untuk menentukan apa yang harus disimpan sebagai privasi dan mana yang bisa dibagikan kepada publik sebagai informasi umum. Langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga privasi seperti, mengecek privasi akun dalam keterkaitannya dengan aplikasi. Jangan selalu mencantumkan info pribadi di medsos, mengaktifkan lokasi smartphone seperlunya, gunakan sandi yang baik, instal aplikasi yang memang diperlukan saja, dan batasi penggunaan aplikasi edit online, serta yang paling penting adalah bagaimana me­literasi diri secara digital karena kendali privasi dipegang penuh oleh subjek. “Fokusnya terhadap literasi digital secara personal agar konten yang diunggah tidak akan melanggar privasi kita ataupun privasi orang,” pungkas Fadli.

MAJALAH DIMENSI 65

09


LAPORAN UTAMA

Batasan Bermedia Sosial :

Upaya Kewaspadaan Diri Menjaga Privasi Oleh: M Reski Efendi | Desainer: Rakha Yusan Al Hafizh | Ilustrator: Riris Metta Karuna

S

iapa sih yang tak mengenal media sosial? hampir semua lapisan masyarakat Indonesia bahkan dunia sudah memilikinya. Penggunaan medsos tak mengenal siapa dan berapa umur seseorang, sekalipun Generasi X yang lahir ketika baru dimulainya perkembangan teknologi. Dilansir dari laman datareportal.com, sampai Januari 2020 pengguna medsos di Indonesia mencapai 160 juta dari total 175,4 juta pengguna internet. Angka ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap penggunaan medsos. Namun, di­ balik penggunaannya yang cukup populer, ternyata perusahaan pengembangnya pun banyak meng­ambil data para pengguna, salah satunya aplikasi Facebook. Berdasarkan laman databoks.katadata.co.id, Facebook meng­ambil sekitar 70,6 persen data dari setiap pengguna, mulai dari email, nama pengguna, nomor telepon, dan alamat tempat ­tinggal. Hal ini baru dilihat dari satu contoh yang ada, belum ­dengan aplikasi lainnya yang banyak ber­edar. Secara tidak langsung dan tanpa disadari, para pengguna telah membagikan data privasinya kepada pihak pengembang aplikasi. Hal ini perlu dan patut untuk diwas­ padai karena keamanannya belum tentu terjamin.

10

MAJALAH DIMENSI 65


LAPORAN UTAMA

Potensi Kelalaian Privasi Pengguna Media Sosial Membahas soal privasi, menjaganya menjadi hal yang krusial bagi setiap pengguna k­ arena keamanannya menimbulkan rasa khawatir. Yosia Yogaswara selaku Pelaksana Tugas ­ (Plt.) Kepala Seksi Pengelolaan Media Dinas Komunikasi, Informatika, Statistika, dan Persandian (Diskominfo) Kota Semarang mengatakan bahwa menjaga privasi di medsos amat penting agar pengguna tidak sembarangan mengunggah data yang dimiliki. “Menjaga privasi di medsos sangat penting, sehingga diperlukan batasan tersendiri mengenai data apa yang perlu dan tidak untuk dibagikan,” ujar Yogas. Kemungkinan yang timbul akibat kelalaian pengguna ialah dimanfaatkannya suatu yang bersifat privasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab, seperti Nomor ­Induk Kependudukan (NIK) dan nomor kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Bagi sebagian pengguna, bermain ­ medsos memberikan rasa nyaman dan kesan tersen­ diri. Kelalaian sering terjadi ­ketika ­pengguna tidak sengaja mengunggah data pribadi, padahal awalnya pengguna hanya i­seng agar terlihat aktif di medsos. Oleh karena­ nya, dengan cara itu pengguna mendapat­kan empati dan respons yang cepat dari ­pengguna lainnya. Perlu diketahui, kelalaian dalam bermedsos tak selalu berkutik pada identitas pengguna, bahkan foto, video, dan tulisan yang diunggah pun memiliki ­potensi yang sama sebagai upaya tersebarnya p ­rivasi. Oleh karena itu, diperlukan batasan dalam bertindak di medsos agar privasi tidak ber­ ujung dirugikan, baik privasi diri sendiri maupun privasi sesama pengguna. Heri Kurniawan, pengguna aktif Instagram dengan puluhan ribu pengikut memilih untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam ­ meng­ unggah konten, sebab interaksinya tak hanya dilakukan dengan orang-orang yang dikenal saja, tetapi juga dengan orang

yang tidak dikenalnya sama sekali. “Memiliki pengikut yang cukup banyak, rasa takut untuk meng­unggah konten tidak ada, tetapi rasa kehati-hatian lebih ditingkatkan,” ujar Heri. Selain untuk menghibur diri, akun­ nya pun juga dimanfaatkan sebagai sarana pekerjaan dan memperoleh inspirasi, tetapi tetap dalam batasan waktu yang ditentukan. Perlunya Edukasi Dalam Bermedia Sosial Tak dipungkiri, mayoritas pengguna ­medsos adalah mereka yang berusia produktif sebab kehidupannya tak bisa jauh dengan ­teknologi. Rasa khawatir tak perlu dimuncul­ kan secara berlebih jika pengguna memiliki umur yang cukup matang untuk bisa me­ ngontrol penggunaannya. Enda Nasution, Pengamat dan Penggiat Media Sosial yang mengkoordinir Gerakan #BijakBersosmed mengungkapkan jika rasa khawatir seharusnya ditujukan kepada pengguna medsos yang masih dibawah umur. “Kekhawatiran tumbuh ke mereka yang masih berusia dibawah umur karena belum memiliki kedewasaan dalam mengambil keputusan dan tanggung jawab ketika bertindak di medsos,” ungkap Enda. Meski penggunaan medsos masyarakat ­Indonesia terkadang melenceng dari aturan yang ada, tetapi Enda meyakini dan menilai bahwa mayoritas penggunaan sudah cu­kup baik untuk hal-hal yang bermanfaat dan produktif. Edukasi penggunaan medsos yang baik dan bijak seharusnya dilakukan sedini mungkin ketika seseorang mulai me­ ngenal smartphone dan medsos tanpa me­ lihat seberapa muda umur seseorang. Dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendampingi dan mengarahkan anak­ nya. Selain itu, diperlukan banyak informasi mengenai tata krama yang baik dalam bermedsos. Informasi tersebut dapat dibagikan secara masif dan dibuat semenarik mungkin agar mudah dijangkau oleh semua pengguna medsos.

MAJALAH DIMENSI 65

11


OPINI

Terkikisnya Etika dan Privasi Mudahkan Lakukan Perundungan via Media Sosial

Penyunting: Suzanah Desainer: Salsabilla Az-Zahra

Oleh: Hanisah Sukmawati, Social Media Enthusiast dan Blogger

Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah perubahan dalam masyarakat. ­Lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, nilai dan norma yang ada. Orang dapat dengan leluasa melontarkan pendapat tentang apa dan kepada siapa saja. Dengan hal ini, etika dan tata krama yang semestinya kita patuhi kini tidak lagi diindahkan dalam bermedia sosial. Di mana peningkatan pemakaian media sosial yang seharusnya dapat digunakan dalam hal bijak, pada akhirnya justru menjadi ajang menumpahkan rasa yang tidak beretika. Berkaitan dengan fenomena minimnya etika tersebut, sebenarnya etika dalam bermedia sosial dibagi menjadi etika b ­ erkomunikasi dan etika dalam membagikan informasi p ­ ribadi. Etika dalam Bahasa Indonesia berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Sehingga di sini etika yang di maksud yaitu mampu membedakan apa yang perlu dihindari dan apa yang bisa kita sikapi dengan baik dalam berbicara serta menyebarkan informasi

12

MAJALAH DIMENSI 65


OPINI

mengenai kehidupan. Akan tetapi di balik itu semua, pribadi masyarakat Indonesia masih sering semena-mena dalam menggunakan sosial media. Kita seolah tutup mata dan ­telinga mengenai aturan karena banyak yang masih terlalu awam mengetahui UndangUndang Informasi dan Transaksi ­Elektronik (UU ITE) yang mengatur mengenai etika bermedia sosial tersebut. Akibatnya banyak sekali pelanggaran etika, salah satunya yaitu pelanggaran privasi. Media yang memang dirancang untuk b ­ erbagi informasi, mengakibatkan ruang privasi di media sosial sangat sulit dijaga. Alhasil, ­individu tidak jarang mengalami perilaku kurang etis dan tidak diinginkan yang berujung pada pelanggaran privasi dan keamanan. Hal ini dapat kita lihat pada pengguna media sosial yang sering kali tanpa sadar meng­ ungkapkan informasi pribadinya. ­Bagaimana tidak, hampir semua kegiatan dapat kita bagikan dalam media sosial. Banyak foto hingga v­ ideo yang dapat kita bagikan melalui media sosial, mulai dari hal yang penting sampai hal detail dalam kehidupan. Semua pengikut dalam media sosial pun bisa melihatnya, tak terkecuali oleh orang yang tidak dikenal. Melalui hal tersebut, menjadikan sebab awal munculnya pelanggaran karena berbagai informasi pribadi yang tidak seharusnya diketahui khalayak umum justru d ­iketahui banyak orang. Tidak semua orang suka ­de­ngan kita, kemungkinan besar orang yang tidak kenal pun dapat membenci kita. Se­ hingga adanya ujaran kebencian, pencurian identitas, pencemaran nama baik sampai bullying bisa saja terjadi. Terkait ini, mencari solusi agar tetap dapat menjaga etika dan melindungi privasi dalam penggunaan media sosial menjadi sebuah tantangan besar. Dikarenakan pada dasar­ nya, kembali lagi kepada lingkungan dan pola pikir orang yang bersangkutan. Setiap pribadi masyarakat mempunyai pemikiran-

nya masing-masing. Dimana tidak sedikit orang berpikir bahwa dengan membagikan informasi pribadinya dan beradu argumen dalam media sosial merupakan sarana meng­ ekspresikan dirinya. Alhasil, tidak menutup kemungkinan adanya penolakan pun dapat terjadi ketika kita ingin mengintervensi ­dalam menangani masalah tersebut. Memang setiap orang mempunyai caranya sendiri dalam mengekspresikan diri, termasuk dalam hal mengumbar setiap ke­giatan dalam keseharian. Namun, yang perlu kita ingat dan tekankan adalah boleh saja kita mengungkapkan apa yang dirasakan t­etapi jangan sampai lupa batasannya. Kita h ­ arus mengetahui garis besar apa saja yang bisa kita bagikan di media sosial. Misalnya ­dalam hal menjaga data diri, dimulai dari data nama, alamat rumah kita secara detail, alamat ­ sekolah atau bahkan ketika membagikan foto dengan memakai seragam yang tercantum nama sekolah, kita bisa mem­­­ buramkannya agar tidak terlihat orang lain. ­Sehingga hal ini menjadi tugas kita untuk fokus dalam mendorong perlunya sosialisasi tentang bijak bermedia sosial agar pemahaman masing-masing individu bisa saling terbuka. Selain itu, dalam menjaga etika berkomunikasi di media sosial minimal kita harus ­sudah tahu dan mengerti jika ada UU ITE. Di mana jika kita hanya salah menyebut nama saja kita pun bisa dituntut. Sehingga melalui hal ter­sebut kita dapat belajar untuk memper­ hatikan apa saja yang menyebabkan pelanggaran dalam bermedia sosial. Kita juga harus bisa berusaha bijak, tidak ada salahnya jika kita memikirkan terlebih dahulu dengan matang apa yang akan diungkapkan dari­ pada terlanjur salah langkah dan akhirnya justru terlibat dalam masalah. Jadi, ketika ingin membagikan sesuatu di media sosial, jangan lupakan “saring sebelum sharing”. ­Dimana hati kita boleh panas tetapi logika tetap ­dipakai.

MAJALAH DIMENSI 65

13


POLLING

Krisis Ruang Privasi pada Penggunaan Media Sosial Oleh : Tim Riset I Desainer : Zahra Ramadhani

P

erkembangan media sosial dewasa ini berimplikasi pada krisis ruang privasi seseorang. Orang-orang seakan menjadi kebiasaan dengan cenderung membagikan aktivitasnya berupa unggahan di media sosial. Hal ini tampak dari kecenderungan masyarakat yang menjadikan media sosial sebagai tempat berbagi masalah, tak terkecuali persoalan pribadi. Unggahan tersebut tak menampik adanya rasa ingin tahu berlebihan dari pengguna lain yang memicu adanya interaksi sosial berbasis virtual. Hal ini dapat mengakibatkan jebolnya tembok-tembok ruang privasi. Krisis ruang privasi ini menjadi pembelajaran untuk tetap waspada dan hati-hati dalam menggunakan media sosial. Untuk itu, LPM Dimensi mengadakan riset mengenai “Penggunaan Media Sosial di Ma­syarakat Umum” guna mengamati tanggapan masyarakat tentang krisis ruang privasi di media sosial. Riset tersebut memperoleh 818 responden dengan rata-rata umur responden 18-22 tahun.

1. Apakah Anda pengguna aktif media sosial?

3. Seberapa sering anda mengikuti tren di media sosial? Selalu Sering

Tidak

40,6%

3,1%

6,2% LainLain

4,6% Ya

96,9%

Jarang

48,6% 2. Media sosial apa yang sering anda gunakan? Twitter

15,6%

TikTok

13%

Lain-Lain

10,4%

4. Seberapa besar pengaruh tren di media sosial pada kehidupan anda? Sangat Berpe­ ngaruh

21,4%

YouTube

27,4%

Instagram

33,3%

14

MAJALAH DIMENSI 65

Tidak Berpe­ ngaruh

21,4%

Cukup Berpe­ ngaruh

70,2%


POLLING

5. Apakah Anda aktif membagikan postingan di media sosial?

8. Hal apa yang Anda perhatikan sebelum mengomentari postingan milik orang lain?

Tidak Aktif

Dampak dari Komentar

66,1%

64,5%

Lain Lain

5,3% UU ITE

4%

Aktif

Perasaan Pemilik Postingan

33,9%

26,2%

6. Menurut Anda, apa manfaat dari membagikan postingan di media sosial? Berbagi Informasi

Mengenang Momen Penting

46,8%

39,7%

9. Seberapa besar pengaruh komentar orang lain di media sosial pada kehidupan Anda? Tidak Berpe­ ngaruh

35,5%

Cukup Berpe­ ngaruh

53,2%

Menghibur Diri Sendiri

1,6%

Menghibur Lain Orang Lain Lain 6,9%

5%

7. Seberapa sering Anda berkomentar pada postingan orang lain di media sosial? Jarang

81,9%

Sangat Berpe­ngaruh

11,3% 10. Seberapa besar ketertarikan Anda terhadap privasi seseorang melalui media sosial? Tidak Tertarik

56,6%

Sering

10,8%

Sangat Tidak Tertarik Pernah

7%

4%

Selalu

0,4% Cukup Tertarik

39,4% MAJALAH DIMENSI 65

15


POLLING

POLLING

11. Bagaimana tanggapan Anda mengenai orang yang berkomentar melanggar privasi seseorang? Mengingatkan

35,9%

Biasa Saja

47%

59,9%

12. Bagaimana cara Anda membatasi diri untuk menggunakan media sosial? Memberi Batas Waktu

19,4%

63,8%

Menghindari Akun Negatif

12,3%

Menjaga Komentar

11,9%

Lain-lain

34,3%

Lain-Lain

6,6%

Untuk Hiburan

Menggunakan seperlunya

Melaporkan Komentar

Diam

4,6%

13. Menurut Anda, bagaimana cara menggunakan media sosial dengan bijak?

4,3%

Menjaga Privasi

11,6% 14. Menurut Anda, apakah Anda sudah menggunakan media sosial dengan baik? Mungkin Sudah

61,1%

Menjaga Privasi

2,9%

Lain-lain

2%

Mengikuti akun teman saja

2,9%

Sudah Belum

36,9%

2%

Kesimpulan Melihat hasil polling yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Media Sosial di Masyarakat Umum masih tergolong rendah. Hal ini didorong dengan adanya ketidak pedulian terhadap pelanggaran privasi dalam menggunakan media sosial yang masih rendah untuk mengingatkan pelanggaran tersebut. Ketidakadilan tersebut menjadi sebuah tantangan untuk dapat menggunakan media sosial dengan bijak. Sehingga masih diperlukannya lagi pemahaman menggunakan media sosial yang baik tanpa melanggar privasi.

16

MAJALAH DIMENSI 65


LA LAPPO OR RA AN N K KH HUS U SUUSS


LAPORAN KHUSUS

Stigma Sifat People Pleaser:

PERLUKAH DIUBAH? Oleh: Andayani Surani P. | Ilustrator: Adib Faiz | Desainer: Zakiyah

S

ebagai makhluk sosial, interaksi me­ rupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Saat berinteraksi tak jarang muncul suatu ma­ salah atau tantangan, seperti sulit untuk menolak sesuatu hingga merasa dimanfaatkan oleh orang lain. Hal tersebut biasa dikenal sebagai sifat people pleaser.

Dalam artikel berjudul “From Pa­rentPleasing to People-Pleasing” yang di­muat­ dalam psychologytoday.com, Psikolog Leon F Seltzer menjelaskan bahwa people ­pleaser merupakan habit dari didikan yang ditanam­kan oleh keluarga. Contoh konkritnya adalah tuntutan orang tua yang selalu

18

MAJALAH DIMENSI 65

menekankan anaknya untuk menjadi orang yang bisa diandalkan sejak kecil. Orang tua ter­ kadang memberikan stimulus berupa ucapan-ucap­an, sehingga hal itu tertanam di otak sang anak untuk selalu membuat orang lain ­bahagia dan dapat diandalkan. Selain didikan orang tua, sifat people ­pleaser juga bisa berasal dari trauma yang terjadi di masa lalu. Mardliyatus Sa’diah, praktisi ­mental health, menggambarkan ketika sese­ orang trauma akan terjadi kilas balik pikiran di masa sekarang hingga menjadi pemicu trauma muncul di otak. Oleh karena itu, sikap menyenangkan orang muncul sebagai akibat dari ketakutan yang berkaitan d ­ engan


L

LAPORAN KHUSUS

P

trauma tersebut, atau yang biasa di­kenal dengan defense mechanism ­(mekanisme mempertahankan diri sese­orang). Selain itu, hingga saat ini tidak ada teori yang mengungkapkan bahwa se­orang people pleaser berhubungan dengan hereditas atau genetik.

People Pleaser Berbeda dengan Kemu­ rahan Hati Orang yang memiliki sifat people pleas­­­er bisa terlihat sangat dermawan atau suka menolong. Kesenangan itu sebenarnya ber­asal dari rasa rendah diri. Sehingga people pleaser cenderung membuat diri mereka tunduk pada orang lain karena kebutuhan akan pengakuan. Sementara sifat kemurahan hati berasal dari hubu­ ngan yang sehat hingga menciptakan kebahagiaan pada kedua pihak. Berbeda dengan se­orang people pleaser, ia akan terus menuruti kemauan orang lain tanpa mempertimbangkan akibatnya. Terdapat kepuasan tersendiri ketika dirinya mampu memenuhi permintaan orang lain, meskipun hal tersebut tak jarang dapat merugikan waktu atau tenaganya. Selain kesehatan fisik, sifat people pleaser juga berpengaruh pada ke­sehatan mental seseorang. Hal ini me­rupakan imbas dari hubungan yang tidak sehat dimana people pleaser yang tidak segan melakukan apapun untuk menyenangkan orang hingga pada batasan tertentu yang ia merasa tertekan oleh keadaan. Stigma People Pleaser di Lingkungan Kerja Dikutip dari artikel berjudul “People Pleaser on the Job” yang ditulis oleh Psikolog Suzanne Degges-White, ber­ ­ bagi kantor de­ ngan seorang people pleaser ternyata dapat membuat kehidupan kerja tidak kondusif. Meski memiliki rekan yang membantu dapat membuat pekerja­an berjalan lebih lancar dan mengurang­i beban, namun ada sisi negatif yang dirasakan oleh orang

yang berinteraksi dengannya. Sifat p ­ eople pleaser yang s­elalu mencoba menjadi sangat membantu dapat mengganggu karena tidak semua rekan kerja yang ia bantu membutuhkan bantuan. Alih-alih membantu, hal yang dilakukannya bisa merusak fokus, pe­kerjaan yang tidak sesuai, hingga membuat orang disekitarnya tidak nyaman.

Dibalik pengaruh dan stigma yang melekat pada masyarakat, memiliki ­sifat people pleaser juga tak sepenuhnya ­buruk. Pepatah mengatakan bahwa apa yang kita tanam, itu­lah yang kita tuai. Ketika membantu dan bersikap baik kepada orang lain, tentu akan ada hal baik lain yang didapatkan seperti bertambahnya relasi hingga kepercayaan. People pleaser mudah disukai karena sikapnya yang ramah, sopan dan per­ hatian, suka membantu, serta mudah beradaptasi dengan lingkungan. Tak ayal jika people pleaser ini populer secara sosial. Selain itu, kepribadian people pleaser juga bisa menjadi membuat­ nya jarang atau bahkan tak pernah me­ ngalami konflik dengan orang lain. Ka­ rena cenderung penurut dan mengambil keputusan yang menge­ depankan ke­ senangan dan ke­nyamanan orang-orang di sekitarnya. Apakah people pleaser perlu diubah? Sejatinya people pleaser merupakan sikap yang baik. Namun, lebih baik meminimalisir­ nya sesuai dengan ­ porsi kemampuan ma­sing-masing ­individu. Ketika ada kesempatan untuk me­ nolong orang, hal yang pertama perlu dilakukan ialah mengutamakan dan me­ ngukur kemampuan diri. Selanjutnya, ­belajar ­untuk memikirkan hal yang harus dilakukan dan dampaknya. Hingga terdapat kesadaran agar tidak lagi segan mengatakan ‘tidak’ dan tercipta batas-­ batas untuk melakukan se­ suatu atau ber­korban kepada orang lain.

s

MAJALAH DIMENSI 65

19


LAPORAN KHUSUS

Bukan Egois Saat People Pleaser Prioritaskan Diri Sendiri Oleh: Ayu Anggraeni | Desainer: Rakha Yusan Al Hafizh | Ilustrator: Riris Metta Karuna

A

pakah kamu sering merasa nggak enak untuk menolak permintaan orang lain? apakah kamu mengalami ke­raguan saat berinteraksi dan khawatir terjadi konflik? dan apakah kamu sering berusaha menyenangkan orang lain tanpa mementingkan dirimu sendiri? jika jawabanmu adalah 'iya', maka kamu termasuk seorang people pleaser. Dalam ilmu Psikologi, people pleaser termasuk dalam gaya perilaku dasar ­ s­ubmitif. Seperti yang diartikan oleh Rara Ririn Budi Utaminingtyas, Dosen Psikologi J­urusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri S ­ emarang (Polines). Ririn mengartikan ­bahwa people pleaser adalah orang yang termasuk dalam karakteristik submitif. Perilaku submitif ini ialah perilaku seseorang yang me­ngalami keraguan saat berinteraksi, ke­khawatiran terjadinya konflik, dan cenderung berperilaku pasif.

20

MAJALAH DIMENSI 65


LAPORAN KHUSUS

Jangan berlebihan apalagi sampai merugi­ kan diri sendiri

kan dan melelahkan, karena bagaimanapun aku juga orang biasa,” ujar Andini.

Sifat people pleaser sebenarnya termasuk dalam sifat yang positif. Dimana sebagai makhluk sosial, manusia sudah sepantas­ nya membantu kerabatnya yang sedang membutuhkan. Namun, people pleaser bisa sangat merugikan seseorang jika terlalu berlebihan. Apalagi seorang people pleaser itu cenderung pasif, kurang respek pada diri sendiri, menganggap orang lain memiliki kemampuan yang lebih, sulit mengungkapkan perasaaan serta sulit keluar dari zona ­nyamannya.

Pentingnya memprioritaskan diri sendiri

Firdan Fadlan Sidiq, penulis buku “Catatan Separuh Sarjana” ini mengungkapkan bahwa sebagai makhluk sosial, setiap orang harus ada keinginan untuk menjadi yang terbaik bagi orang lain. Namun, jika kadarnya tidak sesuai akan berdampak tidak baik. Ia juga menuturkan bahwa saat seseorang memiliki kepribadian people pleaser yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya prinsip dan jiwa leadership pada diri sendiri. Selain itu, kemampuan untuk memengaruhi orang lain dan daya pikat pengaruh orang ter­sebut akan berkurang. “Ketika orang memilih untuk menjadi seorang people pleaser itu sa­ngat baik, sosialis sekali, dan berperikemanusia­ an. Tapi harus dengan kadar yang cukup, ­tidak terlalu berlebihan,” tutur Fadlan. Saat ini, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya merupakan seorang people pleaser, seperti yang dialami oleh Andini Ayuningtyas, salah satu mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Tidar. Andini mengungkapkan bahwa dirinya sering dimintai pertolongan oleh temannya untuk menyelesaikan keperluan di kampus selama kuliah daring ini. Perasaaan nggak enak saat menolak permintaan dari teman-temannya, membuat dirinya rela melakukan suatu hal. Ia tidak menyadari bahwa yang dilakukan di­rinya tersebut termasuk karakteristik se­ orang people pleaser. “Sebenarnya merugi­

Menjadi seorang people pleaser memang melelahkan dan merugikan diri sendiri. N ­ ggak hanya itu, bahkan dapat membunuh karakter pribadi secara perlahan. Oleh karena itu, penting sekali seorang people plea­ ser lebih memprioritaskan dirinya sendiri. Beberapa cara dapat dilakukan untuk lebih mengutamakan diri sendiri dan tidak memiliki sifat people pleaser yang berlebihan. Poin utama ialah perlunya sebuah motivasi untuk lebih menghargai dan mempriotitaskan diri agar tidak menjadi seorang people pleaser. Untuk itu, diperlukan latihan agar dapat percaya diri dan berani menyatakan pendapat. Membuat senang orang lain, nggak perlu sampai menyusahkan diri sendiri. Berani menolak dengan alasan yang tepat saat diri sendiri tidak mau melakukannya. Selain itu, perlunya membuat skala prioritas dan memperkuat manajamen diri dan waktu agar dapat mempertimbangkan mana yang harus diutamakan sehingga tidak menyulitkan diri sendiri serta bisa membantu dengan ikhlas. Memang tidak mudah ketika seorang pe­o­ ple pleaser mencoba untuk membentuk set bounderies sebagai bentuk self love pada dirinya. Terkadang, kebanyakan orang malah menganggap itu egois. Namun, tidak usah terlalu mempedulikan omongan orang lain. Ikutilah standar kemampuan diri, serta seberapa sanggup dan bisa diri kita melakukan suatu hal. Karena yang terpenting adalah diri kita sendiri. Agar ketika kita bisa peduli kepada orang lain, kita juga harus bisa peduli dengan diri sendiri. Jangan memaksakan sesuatu hanya untuk menyenangkan dan terlihat baik dihadapan orang lain, padahal sesungguhnya diri sendiri tidak mampu dan tidak ikhlas melakukannya. Jika bisa membantu orang lain, maka harus bisa membantu diri sendiri dengan cara menyanyangi dan lebih mempedulikan diri sendiri. MAJALAH DIMENSI 65

21


OPINI

Mengenal Si People Pleaser, Karakter yang Mengutamakan Kebahagiaan Orang Lain Oleh: Ririn Anjarwati | Desainer: Zakiyah

Kita harus membuat limit ketika membantu orang lain dan tahu kapan menjadi asertif untuk menolak saat kita merasa tidak nyaman

B

erbicara mengenai people pleaser, dalam be­berapa istilah secara global people pleaser bukanlah sebuah culture, melainkan ciri – ciri yang dimana in­dividu mengorbankan keinginan atau keperluan pri­ badinya untuk kebahagiaan orang lain. Disebut sebagai people pleaser culture, karena terbentuk dari budaya Indonesia yang mendukung karakteristik kolek­tivis dan ‘tidak enakan’. Dalam hal ini, masyarakat yang kolektivis akan terikat dengan kelompok serta menganggap bahwa kelompok merupakan bagian dari konsep dirinya. Apa­ bila diri­nya tidak dapat memenuhi kebutuhan kelompok, maka ia akan dianggap sebagai seorang yang indivi­ dualis. Selanjutnya yang terjadi, akan ada banyak pe­ ngorbanan yang dilakukan terhadap kelompok. Salah satunya, culture tentang persepsi gender antara laki – laki dan perempuan dalam budaya tertentu. Hal itu dapat mengakibatkan seseorang menjadi people pleaser.

Muhammad Fath Mashuri, S.Psi.,M.A Ilmuan Psikologi Sosial Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

22

MAJALAH DIMENSI 65


OPINI

Semua orang dapat mengalami kondisi dimana menjadi seorang people pleaser, akan tetapi kecenderungan dari karak­­te­r­istik ini dapat di­lihat ketika masa remaja sampai dewasa awal. Me­ ngapa demikian? ketika seseorang berada pada fase tersebut, kebutuhan relasional dari seseorang akan ter­bentuk dengan sangat pesat. Kebutuhan afi­liasi yang besar akan menuntut ekspetasi yang besar juga dari individu sehingga terbentuk seorang people pleaser.

Seorang People Pleaser Sulit Berkata ­“Tidak” Sebenarnya, karakteristik seorang people pleaser terbentuk dari kebiasaan dan pembiasaan. Indikasinya yang pertama yaitu orang yang people pleaser tidak mempunyai independensi opini. Kedua, seorang people pleaser akan cenderung menganggap bahwa kesejahteraan dan kepenting­an orang lain lebih penting dibandingkan kepenting­ an dirinya sendiri. Hal ini berbahaya jika ia merasa bertanggung jawab akan perasaan orang lain tetapi tidak bertanggung jawab terhadap perasaan dirinya sendiri. Padahal sebenarnya kebahagian dan perasaan orang lain ialah tanggung jawab dari individu masing – masing. Selanjutnya, people pleaser akan sulit untuk berkata ‘tidak’ dan selalu mengambil tanggung jawab untuk meminta maaf. Padahal dirinya sadar jika ia tidak dapat menolak, tetapi kesadarannya lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan orang lain daripada dirinya sendiri. Disini menunjukkan penting­ nya memiliki sikap asertif untuk berani menolak secara bijak, sopan, dan santun agar dapat diterima oleh orang lain. Selain itu, faktor terbesar dari terbentuk­

nya karakteristik people pleaser yaitu ing­in mendapatkan pengakuan. Terutama ter­jadi pada seseorang yang mempunyai social ­circle yang luas, semakin luas social circle dari seseorang, maka semakin besar pe­ ngakuan yang ingin didapatkan. Pada akhir­ nya, semakin besar pula pe­ ngorbanaan yang dilakukan, sehingga potensi untuk menjadi people pleaser juga akan semakin besar.

Kemungkinan terburuk Jika disebut sebagai toxic relationship, rasanya tidak tepat dikarenakan relation maka akan berbicara antara dua i­ndividu. Sedangkan seorang people pleaser, t­o­xic dari suatu relation adalah hanya u ­ntuk dirinya sendiri dan orang lain akan me­ nganggapnya sebagai seorang nice ­people. Se­ benarnya, di dalam Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders ­ (DSM) tidak terdapat kategori people ­pleaser dalam klasifikasi gangguan mental. Akan tetapi, kondisi people pleaser dapat me­nyebabkan gangguan psikologis jika diri­ nya lebih banyak memperhatikan orang lain dan lupa untuk self love terhadap dirinya sendiri. Hal ini akan memunculkan stresor yang besar, sisi terburuknya ia akan me­rasa depresi dan selanjutnya akan berdampak pada gaangguan psikologis lain. Kata kunci yang perlu ditanamkan disini adalah ke­ seimbangan. Kesimbangan yang dimaksud yaitu antara kebutuhan individualis dan kolektivis. Kita tidak dapat memungkiri ­kalau kita makhluk sosial. Jadi socialibilty itu adalah hal yang mau tidak mau harus kita lakukan. Sedangkan menjadi sangat ­individual juga tidak sehat, maka dari itu kita harus seimbang antara keduanya.

MAJALAH DIMENSI 65

23


TRIVIA

Bijak Berhenti Menjadi

People Pleaser Oleh: Arini Sabila Ulya I Desainer: Eka Juniarti

P

eople pleaser selalu menempatkan kebahagiaan orang lain dibanding kebahagiaan dirinya sendiri. Hal ini ia lakukan agar orang lain tidak kecewa padanya. Dari tampak luar, ia akan selalu berkata “ya” pada orang lain. Namun, dalam hati ia menyimpan berbagai bantahan yang dapat menimbulkan amarah bagi dirinya. Selain itu, people pleaser cenderung tidak mengenali dirinya sendiri. Terkadang orang tidak menyadari apakah ia termasuk dalam kategori people pleaser atau bukan. Oleh karena itu, yuk kita pahami lebih dalam mengenai apa itu people pleaser!

Separah apa sih nggak enakan kamu? ini adalah beberapa alasan kenapa kamu nggak enakan: 1.

Takut menolak karena mungkin kamu dari kecil sudah diajari oleh orang tua untuk selalu nurut dan selalu mengahargai otoritas (dan kalau menolak terkesan nggak sopan).

2. Takut untuk dikucilkan atau pernah dikucilkan oleh lingkungan sekitar.

3.

24

Adanya faktor budaya. Tidak seperti budaya barat yang mementingkan individualitas, budaya kita lebih mementinkan kebersamaan dan kesesuaian. Jika berbeda sendiri akan terlihat aneh.

MAJALAH DIMENSI 65


TRIVIA

Bagaimana cara agar berhenti menjadi people pleaser? 1.

Sadar jika kamu punya pilihan.

People pleaser sering kali merasa harus mengatakan “ya” ketika seseorang meminta bantuan mereka. Ingat bahwa kamu selalu punya pilihan untuk mengatakan tidak. Mulailah untuk belajar mengatakan “tidak” dengan ramah.

2.

Menetapkan prioritas Mengetahui prioritas dan value dapat membantu kamu mengerem untuk menyenangkan orang lain. Kamu tahu kapan merasa nyaman mengatakan tidak atau mengatakan ya. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa hal terpenting bagi saya?".

3.

Pertimbangkan apakah kamu sedang dimanipulasi Terkadang, orang jelas-jelas memanfaatkanmu, jadi penting untuk berhati-hati terhadap manipulator. Kamu harus bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang memanfaatkanmu karena kamu terlalu baik. Maka dari itu, kamu harus mempunyai batasan untuk dirimu sendiri.

Sekali lagi, people pleaser ingin membuat semua orang bahagia. Meskipun mungkin kamu membuat seseorang bahagia untuk sementara, itu tidak akan berhasil dalam j­ angka panjang. Dan kamu bisa terluka dalam prosesnya. Orang yang menghemat waktu dan tenaga mereka serta ­tidak mengatakan ya kepada semua orang juga menyadari bahwa m ­ ereka t­ idak dapat membuat orang lain bahagia. People pleaser ­harus menyadari bahwa satu-satunya pikiran dan perasaan yang dapat mereka ubah adalah milik mereka sendiri.

MAJALAH DIMENSI 65

25


MARI BERIKLAN DI MAJALAH KAMI

PLACE YOUR ADS HERE!

Hubungi 087739596918 (Malik)


K KA AMPUS M PUSIA IAN NA A


KAMPUSIANA

Di Balik Tren Virtual Event,

Benarkah Memang Suatu Kebutuhan? Oleh : Vera Linda Astuti | Desainer : Salsabilla Az-Zahra

P

andemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang telah menyebar ke seantero Nusantara, menyebabkan adanya keterbatasan dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan. Meskipun begitu, dalam kehidupan ini, roda aktivitas tidak mungkin serta merta dihentikan. Namun tetap saja, tak bisa dipungkiri, virus masih menjadi momok yang menakutkan untuk menjalankan aktivitas tak terkecuali event. Lalu bagaimana? ya, kini penyelenggara event termasuk Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) di Politeknik Negeri Semarang (Polines) tengah memanfaatkan teknologi sebagai alternatif baru untuk menjawab persoalan tersebut.

Virtual event tentunya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita sebagai mahasiswa, yang notabene-nya tak bisa luput dari event atau kegiatan kemahasiswaan. Jika kita tengok ke belakang, di masa pandemi inilah virtual event baru gencar-­ gencarnya dilaksanakan. Hal yang lumrah jika virtual event disebut sebagai tren baru. Lantas, benarkan virtual event hanyalah tren semata? Atau justru memanglah suatu kebutuhan? Pandangan Ormawa: Inovasi Proker dan Tantangannya Event atau sering disebut program kerja (proker), ibarat jantung bagi suatu orga­ nisasi yang menunjukan bahwa perkumpulan organisasi tersebut masih hidup ­untuk dapat mencapai tujuannya. Se­hingga

28

MAJALAH DIMENSI 65

s­angat penting dan sudah menjadi keharusan bagi Ormawa untuk mempelajari teknologi yang mampu dijangkau banyak orang, agar Ormawanya tidak mati dan tetap terlihat aktif. Hal ini dikatakan oleh Abdullah Taqiyyan, Ketua UKM Pengembangan Pengetahuan (PP). “Inilah solusi yang tepat, kalau misal kita tidak mau, apakah kita mau melaksanakan kegiatan yang serba offline yang efeknya lebih besar?,” ujarnya. Sama halnya dengan Afiv Setyaji, Ketua UKM Koperasi Mahasiswa (Kopma), menurutnya, virtual event ini menjadi kebutuhan untuk dapat menyelenggarakan prokernya. “Saya rasa sebuah kebutuhan, supaya Proker berjalan sesuai jadwal yang sudah kita tentukan di awal kepengurusan,” ucap Afiv. Bukan hal baru namanya jika tak ada tantang­ an dan hambatan yang dilalui. Fenomena transisi penyelenggaraan event, tak akan bisa dilakukan tanpa adanya jerih inovasi dari penyelenggaranya. Menurut penuturan Afiv, virtual event memberi tuntutan tersendiri dalam hal penyesuaian teknologi dan komunikasi. “Pandemi membuat Ormawa harus memutar otak untuk tetap bisa menyelenggarakan proker. Dalam hal ini, kita dituntut belajar t­ eknologi, supaya komunikasi antar pengurus dan ­rapat kepanitiaan tetap bisa dilaksanakan,” tuturnya. Selain harus menuruti tuntutan akan penyesuaian terhadap teknologi, Ormawa


KAMPUSIANA

Dok. Pribadi

juga dihadapkan pada berbagai kendala. Dilaksanakannya virtual event membuat keberjalanannya bergantung pada ­ sinyal yang ada. Sinyal yang tidak stabil, acap kali menjadi kendala bagi kelancaran ­acara, sehingga menghambat konsepan acara yang sebelumnya telah ditata dengan baik. Tak hanya itu, sinyal yang tak menentu juga menganggu koordinasi antar pengurus Ormawa. Kendati demikian, tentunya hal tersebut menjadi tantangan yang sudah seharusnya dapat dilalui. Melihat peliknya tantangan yang dihadapi Ormawa dalam menyelenggarakan proker, Adhi Purnomo selaku Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan mengatakan bahwa diri­ nya yakin Ormawa di Polines dapat melalui semua itu dengan baik. “Memang banyak tantangan dan kendala, tapi saya yakin bahwa semua adik- adik KBM Polines mempunyai tingkat kecerdasan yang le­bih, sehingga dapat beradaptif secara c­epat,” ucapnya. Selain itu, ia merasa sangat bangga atas inovasi yang dilakukan oleh Ormawa melalui virtual event ini. “Saya sangat bangga, anak–anak dengan cepatnya menyesuaikan diri dengan perubahan-­

perubahan di masa pandemi, sehingga tetap bisa menjalankan kegiatannya,” ung­ kap Adhi.

Pandangan Partisipan Tak hanya dari sisi Ormawa, virtual event ini turut menjadi kebutuhan bagi partisipan yang mengikutinya. Hal ini dikatakan oleh Swadhesi Cyntha, mahasiswa Jurusan Akuntansi. “Bagi saya, virtual event bukan hanya tren tetapi memang menjadi kebutuhan, karena ini adalah inovasi dari keadaan yang tidak memungkinkan,” ucapnya. Rasanya tak cukup bagi seorang mahasiswa, jika hanya menggali ilmu di bangku perkuliahan saja, perlu adanya bekal-bekal lain baik untuk menunjang perkuliahnya ataupun untuk mengembangkan dirinya. Untuk itu, virtual event ini menjadi momen yang sangat untuk menggali ilmu ­sebanyakbanyaknya, dengan sangat fleksibel karena dapat di akses di mana saja. “Fleksibilitas dari virtual event membuat saya mudah u ­ ntuk mengikutinya. Meskipun secara ­online, tidak mengurangi antusias saya, sehingga manfaat dari mengikuti kegiatan tersebut dapat terasa secara maksimal,” pungkas Dhesi.

MAJALAH DIMENSI 65

29


SPEAK UP

TANTANGAN UNTUK TETAP

Aktif Organisasi di Tengah Pandemi Oleh: Luthfiyatul Iftitah | Desainer : Zakiyah

Organisasi mahasiswa (Ormawa) merupakan wadah untuk mahasiswa dalam mengembangkan bakat, minat serta potensi yang dimiliki melalui berbagai macam program kerja (proker). Namun di masa pandemi ini, sebagai mahasiswa aktif organisasi rupanya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif. Terlebih mereka harus berupaya lebih untuk dapat tetap menjalankan proker yang telah direncanakan, meski terdapat berbagai kendala yang siap menghambat. Lalu, apa saja yang me­reka rasakan selama berorganisasi di tengah pandemi dan apakah proker mereka tetap berjalan?

Silvia Apriliani – UKM New PLBS FM Selama berorganisasi di masa pandemi tentu berbeda dengan biasanya. Seluruh proker dilakukan secara daring yang belum pernah dilakukan sebelum­nya. Belum lagi terdapat beberapa anggota yang berada di luar kota, sehingga ruang geraknya pun terbatas untuk berkontribusi dalam proker yang ada. Walaupun dilaksanakan secara daring, namun tetap dipersiapan secara matang oleh panitia dengan berbagai alat penunjang. Pandemi se­perti ini sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk tidak aktif dalam organi­sasi. Saya berharap para aktivis Polines tetap semangat dan terus melakukan kegiatan semaksimal mungkin baik itu dalam kuliah daring maupun organisasi.

Alif Alfa Auzan Wibowo – UKM Sport Menurut saya berorganisasi di tengah pandemi kurang maksimal dikarena­kan pada saat pandemi proker organisasi sulit untuk dijalankan. Kurang­nya komunikasi secara langsung antar anggota menyebabkan munculnya berbagai kendala. Beberapa proker dilakukan secara daring namun tak begitu maksimal, bahkan proker yang melibatkan banyak massa terpaksa dibatalkan karena tidak mendapat perizinan dari institusi. Harapan saya untuk ormawa yang menjalankan organisasi secara daring tetap semangat, ini adalah tantangan untuk kita semua untuk menjadi lebih baik. Jangan patah semangat untuk menjalan­ kan organisasi dan yang terpenting terus jalin komunikasi antara anggotanya.

Agil Saputra – UKM Korps Suka Rela Saya merasa saat berorganisasi di tengah pandemi tentu sedikit ter­hambat dan tidak jarang dibatalkan, bahkan terpaksa diubah konsepnya. Surat Keputu­san dari Direktur yang sering kali berubah juga membuat kita me­ngubah keputusan dengan cepat. Dalam menjalankan proker secara daring memerlukan persiapan khusus, seperti memperhatikan penerapan protokol kesehatan dan belajar meng-improve konsep kegiatan. Bagi saya berorgani­sasi di tengah pandemi cukup berkesan, kita lebih banyak belajar mengenai media-media daring dan yang lainnya. Harapannya, semoga di kondisi seperti ini tidak menghentikan keberlangsungan organisasi dan semakin inovatif serta tak lupa tetap patuhi protokol kesehatan di setiap kegiatan.

30

MAJALAH DIMENSI 65


SPEAK UP

Chairun Nisa – Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Menurut saya organisasi di masa pandemi cukup ringan, meskipun terkendala jarak dalam melaksanakan agenda, bahkan sebagian besar proker dilaksanakan secara daring. Namun terkadang merasa jenuh karena kurang mendapatkan esensi organisasi secara luring. Agar proker tetap berjalan dengan lancar meskipun dengan sistem pelaksanaan daring, perlu di­ persiapkan jauh-jauh hari. Pada situasi seperti ini kita dituntut untuk bisa ber­adaptasi dengan keadaan, terlebih baru periode ini yang me­rasakan men­ jabat di masa pandemi. Harapannya untuk setiap ormawa dapat beradaptasi dan melakukan inovasi agar kegiatan tetap menarik meskipun dilaksanakan secara daring, karena banyak pembelajaran baru yang kita dapatkan dari pandemi ini.

Bima Rifqi Ananda – UKM PECC Menurut saya, waktu awal menjadi anggota organisasi di tengah pandemi cukup kaget. Semua kegiatan dari awal dilaksanakan secara daring, baik sertijab, grand design, rapat awal kepengurusan dan yang lainnya. Jadi mau tidak mau harus beradaptasi secepat mungkin untuk menyesuaikan dengan kondisi kepengurusan ini. Agenda organisasi sendiri nasibnya beragam, ada yang tetap berjalan dengan sistem yang berbeda dan ada juga yang ditiadakan. Berkaitan dengan proker daring dibutuhkan persiapan yang dibuat lebih dari satu kemungkinan pelaksanaan acara, sehingga jika salah satu rencana gagal tidak terlalu kewalahan. Harapan saya untuk kepengurusan ormawa Polines, semoga tetap aktif dan makin inovatif, karena dengan kondisi pandemi yang serba daring seperti sekarang ini kita perlu ide-ide inovatif agar semangat para anggota tetap terjaga dan se­makin kuat.

Indah Anjarini – UKM Pengembangan Pengetahuan Menurut saya berorganisasi di tengah pandemi kurang adanya solidaritas dan kerja sama dalam organisasi, berbeda ketika kuliah luring dimana kita bisa lebih mengenal satu sama lain. Proker tetap dilakukan secara daring, jadi setelah pembagian jobdesk biasanya diadakan rapat via Zoom Meeting dan beberapa anggota diusahakan harus hadir ditempat pelaksanaan proker. Terdapat berbagai kendala yang ditemui, seperti jaringan yang kurang stabil dan beberapa masih dirasa kurang aktif untuk speak up hingga ter­kadang terjadi miss komunikasi. Harapan untuk ormawa Polines ke depan­nya bisa lebih baik lagi, selalu bergerak kearah positif dan semangat menyebarkan kebaikan. Berorganisasi di tengah pandemi cukup berkesan, kita akan mendapat pengetahuan dan pengalaman baru yang berbeda dari biasanya.

MAJALAH DIMENSI 65

31




Lembaga Pers Mahasiswa DIMENSI

BERKENDARA AMAN DAN NYAMAN,

UNTUK DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN


SEMA SEM ARRA AN NGA GAN N


SEMARANGAN

Jateng Provinsi Terinovatif : Rapor Inovasi Keberhasilan Bagi Pemerintah Daerah

Dok. Pribadi

Oleh: Rosita Galuh W. | Desainer: Rakha Yusan Al Hafizh

M

emiliki banyak prestasi tentu men­ jadi apresiasi yang patut dibanggakan oleh Peme­ rintah Daerah, tak terkecuali Pemerintah Provinsi Jawa T­ engah. Tak tanggung-­tanggung, gelar “Provinsi Ter­ inovatif” berhasil dinobatkan kepada P ­ rovinsi Jawa Te­ ngah pada malam ­ puncak peng­ hargaan Innovation ­Government Award (IGA) oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemen­ dagri). Ditilik dari namanya, penghargaan IGA adalah wujud apresiasi dari peme­rintah pusat terhadap pemerintah daerah dan dijadi­kan sebagai rapor prestasi bagi kepala daerah atas inovasi yang telah dijalankan. Dalam kaitannya dengan gelar sebagai “Provinsi Terinovatif”, istilah inovasi menjadi topik utama yang diperbincangkan. B ­ i­cara mengenai inovasi, tentu bukan hal yang asing di teli­nga. Hakikatnya, inovasi diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengem-

36

MAJALAH DIMENSI 65

bangan atau pemanfaatan produk dan/atau suatu sistem yang memberikan nilai yang berarti. Dilansir dari laman Jurnal Mana­ jemen yang berjudul “Desain Pengemba­ ngan ­Inovasi Daerah di Kabupaten Lampung Timur”, ­ inovasi menjadi cara baru dalam praktik tata kelola pemerintahan. Inovasi mendorong akselerasi pembangunan daerah untuk men­capai kemajuan. Penyelenggaraan birokrasi pemerintah telah mengalami perpindahan paradigma di masa sekarang. Pemerintah yang semula sifatnya dilayani masyarakat beralih posisi menjadi pemerintah-lah yang berwenang melayani masyarakat. Kondisi ini apabila diterjemahkan me­ ngandung makna setiap kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah s­ ematamata untuk melaksanakan urusan peme­ rintahan yang bertujuan untuk melayani masyarakat. Di sinilah peran inovasi hadir


SEMARANGAN

sebagai media peme­ rintah daerah untuk mensejahterakan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keberadaan inovasi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diterjemahkan pada Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah. Di sana, telah diamanatkan langsung kepada setiap perangkat daerah untuk melaporkan inovasinya kepada Peme­ rintah Pusat untuk kemudian diberikan penilaian sebagai apresiasi. Begitu menilik kebijakan ini, tampak bahwasanya keberadaan inovasi menjadi bagian tak terpisahkan ­dalam sebuah penyelenggaraan birokrasi pemerintahan, bahkan dijadikan sebuah ajang kompetisi dalam apresiasinya.

Pelayanan Inovasi dan Teknologi, Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengemba­ ngan Daerah (BAPPEDA) Jawa Tengah pada saat dijumpai beberapa waktu lalu. Ia menyampaikan inovasi Satu Organi­ sasi Perangkat Daerah (OPD) Satu Desa Dampingan menjadi inovasi unggulan yang mendukung target makro di Jawa Tengah. Sebagai ­inovasi unggulan, setiap OPD bertanggung jawab terhadap satu desa dam­pingan dengan target menuntaskan kemiskinan dan ­peng­angguran. “OPD berhak berkarya sehingga desa dampingan tidak termasuk ­ desa mis­kin,” tutur Taufiq. Makna penghargaan “Provinsi Terinovatif”

Ketika ada sebuah pernyataan keberadaan inovasi hanya dijadikan batu loncatan untuk Inovasi Jateng memadai dalam parameter memperoleh penghargaan, tentu hal tersepenilaian but tidaklah benar. Pernyataan tersebut jelas ditampik oleh Taufiq, ia meng­ ungkapkan Sesuai cakupannya, partisipasi penghargaan bahwasanya gelar sebagai “Provinsi Ter­ IGA yang diselenggarakan oleh Kemendagri inovatif” ibarat penerimaan rapor. Dalam melibatkan seluruh perangkat daerah se-­ artian yang sebenarnya inovasi diciptakan Indonesia, tak terkecuali Jawa Tengah. Satu bukan hanya sekadar formalitas melainkan hal yang patut diapresiasi, bahwasanya dari bisa dijalankan untuk memenuhi kesejah­ sejumlah 336 inovasi yang dilaporkan oleh teraan masyarakat. Sejalan dengan Taufiq, Pemerintah Jawa Tengah dinilai memadai Dwi Endah Lestari, Kepala Sub Bagian Peditilik dari nilai parameternya dalam sistem layanan Publik, Biro Organisasi Jawa Tengah indeks inovasi. Jerry Walo, Kepala Bidang juga menyampaikan hal serupa. “Inovasi Sumber Daya Manusia Pusat Litbang Inovasi yang pantas mendapat penghargaan bukan Daerah, Kementerian Dalam Negeri menga- hanya dari canggihnya suatu teknologi metakan semua inovasi yang diinputkan oleh lainkan dampak dari inovasi tersebut dapat Jateng, mulai dari inovasi tata kelola peme­ menyelesaikan permasalahan masyarakat rintahan, inovasi pelayanan publik, dan ino- atau tidak,” ungkapnya. vasi bentuk lainnya telah nyata terpenuhi ­dalam parameter penilaian. Semua inovasi Terlepas dari itu, pengembangan sebuah inodari Provinsi Jawa Tengah dapat terpenuhi vasi memerlukan dukungan berupa komitaspek kualitasnya. men, koordinasi, kolaborasi, dan kerjasama yang semakin erat dari semua pihak. Slamet Satu hal menarik, ketika dari banyaknya Santoso, salah satu dosen Fakultas Ilmu inovasi yang dilaporkan oleh Jateng ter- ­Sosial dan Ilmu Politik Undip megungkapkan dapat satu inovasi unggulan yang sangat bahwasanya keempat hal tersebut menjadi menunjang pencapaian sebagai provinsi hal utama yang harus dipikirkan. “Semua terinovatif. Hal tersebut disampaikan oleh harus berpikir ke sana, agar sudah terpola Taufiq Wahyu, Analis Penelitian Sub Bidang secara teratur,” pungkas Slamet.

MAJALAH DIMENSI 65

37


KOMUNITAS

RESENSI BUKU

Dok. Pribadi

Wujudkan Lingkungan yang Bermanfaat

dan Berkeadilan Bersama KPA Pashtunwali

D

Oleh : Bunga Kiscahyaning | Desainer: Zakiyah

i masa yang masih dilanda pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) ini, aktivitas di alam bebas semakin digemari kalangan pemuda. Bagaimana tidak? tak bepergian keluar rumah menjadikan diri jarang melakukan travelIing, bukan? apa­ lagi yang berkaitan dengan pendakian dan kebersihan lingkungan, salah satu contoh komunitas yang telah mewadahi kegiatan di alam bebas yaitu Komunitas Pecinta Alam (KPA) Pashtunwali. KPA Pashtunwali bagi beberapa orang yang mendengar namanya, mungkin me­ rasa ­asing. Nama Pashtunwali, diambil dari kepala suku Afghanistan yang syarat makna

38

MAJALAH DIMENSI 65

jika me­nganggap semua orang adalah tamu mereka. Bahkan orang lain pun dianggap tamu yang harus ada ikatan kekeluargaan dan tolong menolong. KPA Pashtunwali ini dibentuk pada 14 Desember 2014 silam. Pada mula­nya, berasal dari embrio para pemudape­muda yang aktif bekerja ke alam bebas tetapi ingin membentuk sebuah wadah tertentu. Di mana kegiatan mereka tidak hanya di luar ruang­an saja tetapi ada penguasaan teori dan praktik lapangannya. Sehingga terbentuklah Komunitas Pashtunwali. Selain itu, komunitas ini secara ideologis memiliki keterkaitan de­ngan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), tetapi secara struktural tidak ada.


KOMUNITAS

Walaupun di tahun 2021 ini, komunitas Pashtunwali belum memiliki basecamp, te­tapi semangat dalam diri mereka tetap ada untuk melakukan suatu kegiatan. Hal ini dapat di­­­­­buktikan dari kesiapan mereka mengikuti adven­ture di tengah pandemi. Dalam melakukan aktivitas di alam bebas, tentunya harus memiliki public speaking yang cakap dan mental kuat. Tak kalah menarik­nya, kegiatan di komunitas ini meng­kolaborasikan antara adventure, diskusi, dan advokasi lingkungan. Seperti yang diungkapkan Ahmad Zakia Alfi Daroja, Kepala Suku KPA Pashtunwali 2021, "Kami menyatukan 3 instrumen yang per­tama petualangan atau adventure, diskusi, dan advokasi. Ketiga instru­men tersebut diterapkan menjadi kegi­atan-kegiatan yang sedemikian rupa," ujar Ahmad. Adapun kegiatan adventure telah dilaksanakan di Pegunungan Tempur-Kudus dan advokasi lingkungan hidup telah dilakukan bersamaan dengan bersih Pantai Tirang di Semarang. Sedangkan untuk kegiatan diskusi masih direncanakan dan akan di­laksanakan bulan April mendatang. Di dalam Pashtunwali, terdapat anggota kehormatan, warga suku, dan kepenguru­ s­ an yang terdiri dari kepala suku, mendreng (bendahara), carik (sekretaris), divisi lingkungan hidup dan divisi mountainee­ring. Dari total 70 anggota saat ini, mereka berhasil menempati posisi tiap divisi dan melakukan kegiatannya. Jika kalian tertarik untuk bergabung dengan KPA Pashtunwali Semarang, persyaratannya bebas saja, yang terpenting bersedia dan mendaftarkan diri dalam Pendidikan Dasar. Setelah melakukan pendidikan dasar baru melakukan ekspedisi pendakian gunung di atas 3000 mdpl. Meskipun KPA Pashtunwali sendiri belum pernah mendapat penghargaan, akan t­etapi telah banyak manfaat yang didapatkan. Yaitu dalam feedback penguasaan materi di mana ketika sudah menjadi warga suku Pashtunwali, mereka mampu menguasai materi, ­mulai dari cara bertahan hidup sampai

­ awasan intelektual. Sehingga dapat menw jadi modal hidup ke depannya. Selain itu, hubungan sila­ turahmi antar alumni tetap terjalin walau­pun mereka sudah tidak menjabat di KPA Pashtunwali. Dalam hal ini, berfokus pada pelestarian lingkungan hidup, tidak hanya menguntungkan tetapi juga bermanfaat bagi orang lain, sesuai motto utama Pashtunwali "Memiliki Manfaat Alam yang Berkeadilan". Dalam hal menata alam menjadi lebih baik, komunitas ini terus mengupayakan pem­ baruan, diantaranya menyelenggarakan dis­ kusi “Jeda Iklim 2020” dengan komunitas lain. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi misalnya lebih sulit menyentuh hal - hal yang berkaitan dengan kebijakan politik, apalagi pasal-pasal eksploitatif setelah Omnibus Law disahkan, mereka kesulitan untuk melakukan advokasi. Sedangkan kendala lainnya, tentu saja pandemi Covid-19 yang tak bisa dihindarkan. Dalam melakukan kegiatan selalu ada pembatasan dan sulitnya mengupayakan kegiatan outdoor berbasis heroes adventure. Heroes adventure adalah kegiatan yang tidak menghasilkan sampah sama sekali. Bukan berarti membuang sampah pada tempatnya saja tetapi bagaimana tidak menghasilkan atau mem­ bawa sampah plastik. Di akhir, Ahmad Zakia menambahkan bahwa harapannya lebih banyak pemuda terlibat upaya pelestarian lingkungan hidup yang berkeadilan. Jadi persoalan/isu seputar lingkungan tidak hanya pecinta alam yang menggali tetapi semua orang dapat terlibat aktif dalam kampanye lingkungan. Bahwasanya kita tahu, semakin ke sini lingku­ ng­­­an semakin rusak, jadi kita mengupayakan lingkungan berkeadilan dan berkelanjutan.

MAJALAH DIMENSI 65

39


GALERI FOTO

Potret Potret Pesisir Pesisir Utara Utara Demak Demak

SD Negeri Bedono yang sudah tidak digunakan lagi.

Dok. Aliffia

Oleh : Tim Fotografi I Desainer : Zahra Ramadhani

Dimensi, Polines (20/03) – Desa Bedono yang berlokasi di daerah pesisir pantai utara ­(Pantura) Jawa Tengah, tepatnya di Kecamatan Sayung Kabupaten D ­ emak, merupakan salah satu desa yang sering terdampak banjir air laut (rob). Tingginya intensitas banjir rob ini menyebabkan sejumlah rumah dan sekolah rusak, sehingga banyak warga yang meninggalkan rumahnya dan mencari tempat tinggal baru di daerah yang lebih aman. Namun banyak juga warga yang memilih tetap bertahan karena profesi mereka yang sebagai nelayan. ­Untuk mengetahui ­potret Desa Bedono dan aktivitas masyarakatnya, simak galeri foto berikut ini:­

40

Dok. Aliffia

MAJALAH DIMENSI 65

Pintu masuk Wisata Bahari Morosari.


GALERI FOTO

Dok. Aliffia

Bangunan sekolah yang terbengkalai akibat rob.

Dok. Anggi

Nelayan yang pulang setelah menangkap ikan. Dok. Anggi

Rumah terdampak rob yang masih ditempati.

MAJALAH DIMENSI 65

41


Dok. Anggi

GALERI FOTO

Rumah warga yang sudah ditinggalkan dan hampir rusak. Dok. Aliffia

Dok.sampai Aliffia Para peziarah menaiki perahu untuk ke makam Syeh Mudzakir. Dok. Aliffia

42

Potret rumah yang telah ditinggalkan pemiliknya akibat banjir rob. MAJALAH DIMENSI 65


TRAV ELO LOG GU UEE TRAVE


PLESIR

Berpetualang di Gunung Kembang, Oleh : Tindy Thirtyana | Desainer : Salsabilla Az-Zahra

S

elain dikenal sebagai negara kepulauan dengan ber­bagai kekayaan alam yang dimiliki, Indonesia juga dianggap sebagai surga bagi para pendaki. Hal ini bisa dilihat dari letak geografisnya, Indonesia merupakan tempat bertemu pegunungan Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Negeri yang dijuluki “Gemah Ripah Loh Jinawi” ini menyimpan tidak kurang dari 129 gunung berapi. Jika dibandingkan dengan total gunung berapi di seluruh penjuru muka bumi, sebesar 13% berada di wilayah Indonesia. Jadi tidak heran, bila Indonesia juga kerap dijuluki “The Volcano Country” atau “Ring of Fire”. Panorama pegunungan yang indah seolah menjadi sesuatu yang menyenangkan, bagi mereka yang ingin melarikan diri sejenak melepas kejenuhan dari riuhnya perkotaan. Segala rasa lelah dan sakit akan terbayar begitu tiba di puncak. Terasa begitu tenang dan membuka pikiran terhadap berbagai hal. Gunung Kembang Dari berbagai wilayah di Indonesia yang terdapat gunung-gunung cantik, tak pernah terlewat akan ­Kabupaten Wonosobo. Tercatat Wonosobo memiliki jumlah gunung yang tidak sedikit. Beberapa gunung yang populer di Wonosobo adalah Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Sikunir, Gunung Bismo, Gunung Prau, dan Gunung Kembang.

44

MAJALAH DIMENSI 65

Dari banyak gunung yang ada di Kabupaten Wonosobo ini, Gunung Kembang cukup tersohor di kala­ ngan para pendaki, tapi tidak bagi masyarakat umum. Jadi saat akan melakukan perjalanan menuju ­basecamp Gunung Kembang ini, sebaiknya melalui daerah ­Kledung. Gunung Kembang ini berada persis di sebelah Gunung Sindoro, maka dari itu gunung ini sering disebut juga “Anak Gunung Sindoro”. Gunung Kembang terletak di Dukuh Blembem Kaliurip, Desa Damarkasihan, Kecamatan Kretek, Kabupaten Wonosobo. Ketinggian yang dimiliki Gunung Kembang terbilang pendek yaitu hanya sekitar 2340 mdpl dan dipercaya selalu bertambah ketinggiannya. Hal ini dikarenakan letaknya yang persis di sebelah gunung yang notabene merupakan gunung berapi yang sangat aktif dan diyakini menumpahkan hasil aktivitas vulkaniknya ke Gunung Kembang.


PLESIR

Menuju Ketinggian Gang menuju basecamp berada di kanan jalan dari arah Temanggung kota. Awalnya akan dibuat bingung karena tidak ada tulisan basecamp Blembem, namun kita bisa berpatokan dengan plang basecamp Gunung Sindoro via Bedakah. Lalu setelah memasuki gang dan mengikuti jalan cor berbatu, akan ada persimpangan jalan dan terdapat papan jalan yang akan menuntun menuju Basecamp Kembang via Blembem. Jalan menuju basecamp setelah persimpangan adalah jalan aspal berliku dengan suguhan pemandangan kebun teh yang memukau. Suguhan pemandangan ini tidak ada habisnya untuk dinikmati hingga akhirnya kita kan sampai di Basecamp Gunung Kembang via Blembem yang b ­ erada di kiri jalan. Tak sulit menemukan keberadaan b ­ asecamp ini, ­karena berada di pinggir jalan persis. S ­ esampainya di basecamp, kita akan disambut banyak anjing ­peliharaan pengurus basecamp. Tidak perlu lari dan takut, ketika kita disambut dengan anjing – anjing ini, ­karena m ­ ereka tidak akan mengejar kita ataupun ­sampai menggigit. Peraturan di basecamp ini terbilang cukup ketat, dimana kita harus mencatat setiap detail barang bawaan kita, dan menghitung secara detail juga barang yang berpotensi menjadi sampah, sekecil apapun. ­Nantinya, sampah yang kita bawa turun dari puncak akan di­ cocokan dengan list catatan bawaan kita diawal. Jika jumlah sampah yang kita bawa tidak sesuai dengan catatan perhitungan di awal, kita harus mengambilnya lagi ke atas, atau akan dikenakan denda sebesar Rp 1.025.000 per item. Hal ini dirasa sangat wajar dan baik demi me­rawat alam agar tetap bersih dan terjaga. Setelah itu, untuk registrasi dan asuransi naik Gunung Kembang ini, kita dikenakan biaya sebesar Rp 25.000 per orang, dan biaya parkir Rp 5.000 per motor untuk satu hari. Hamparan Hijau Kebun Teh Jika memilih memulai pendakian dengan berjalan kaki mulai dari basecamp, pendaki akan disuguhkan landscape kebun teh yang sangat luas. Di mulai dari berjalan di jalan utama selama 15 menit, setelah itu kita akan melewati jalan berbatu yang di­buat mengitari kebun teh, pendaki ­biasanya sedikit lama saat melewati jalur ini karena akan berhenti bebe­ rapa saat untuk mengabadikan momen. Terdapat satu pos yang berada ditengah hamparan kebun teh ini, yaitu MAJALAH DIMENSI 65

45


PLESIR

Pos Istana Katak. Untuk menghemat waktu perjalanan sekitar 15 – 20 menit, para pendaki juga bisa menggunakan tayo (istilah mobil offroad untuk menangangkut para pendaki). Tayo ini akan mengantar para pendaki hingga Pos Istana Katak. Jangan Salah Sangka! Setelah menyusuri kebun teh selama kurang lebih 60 menit, kita akan sampai dibatas vegetasi yang dinamakan Gerbang 290 atau biasa disebut Kandang Celeng untuk memasuki hutan. Hal unik lain yang pa­ ling ditakuti oleh para pendaki adalah masih banyaknya babi hutan yang berkeliaran terutama di malam hari karena kawasan gunung ini masih asri dan sangat lebat. Tak jarang babi hutan menyerang dan merusak tenda pendaki di malam hari, karena mencium aroma makanan yang dibawa oleh pendaki. Oleh karena itu, saat mendaki Gunung Kembang disarankan untuk tidak membawa makanan yang berbau menyengat. Kalaupun berkeinginan untuk membawanya, para pendaki harus membungkusnya sedemikian rupa agar tidak tercium oleh babi hutan. Memasuki Gerbang 290, jalur sudah sepenuhnya ada di dalam hutan. Jalur berupa tanah yang sangat licin ketika hujan turun, sehingga kesiapan pendaki harus diutamakan. Perjalanan dari gerbang 290 menuju Pos Liliput bisa ditempuh selama 35 menit, dengan track terus menanjak. Jalur menanjak terjal ini terus akan dirasakan selama pendakian gunung kembang hingga mencapai puncak. Pos selanjutnya adalah Pos Simpang Tiga, lalu dilanjutkan menuju Pos Akar. Dari Pos Liliput sampai ke pos – pos ini bisa ditempuh masing – masing selama 20 – 40 menit. Dari Pos Akar menuju Pos Sabana cukup memakan waktu lama, bisa mencapai 1 jam. Sesampainya di Pos Sabana, kemiringan track lebih curam, beberapa spot jalur disediakan tali agar mem-

46

MAJALAH DIMENSI 65

permudah para pendaki dalam berjalan ke atas. Jarak antara Pos Sabana ini menuju tanjakan mesra tidak terlalu jauh, namun bentuk track yang miring ini membuat perjalanan sedikit lebih melelahkan dibanding pos – pos sebelumnya. Memasuki tanjakan mesra, se­­ perti namanya tanjakan ­mesra ini bisa jadi diartikan sebagai mesra­ nya dalam bahu membahu teman tim pendakiannya ditrack tanjakan ini yang benar – benar miring dan curam untuk ­menggapai puncak. Ini yang menjadi­kan gunung ini mendapat julukan ­“Kecil-Kecil Ca­ be Rawit”, termasuk gunung pendek tapi track mengerikan menanjak tiada bonus. Sesampainya di puncak Gunung Kembang kita bisa mendirikan tenda, karena puncak gunung ini yang cukup luas, kita dapat mendirikan tenda sesuai dengan ke­inginan kita dengan pe­ngecualian di ­te­ngah atau di spot “Top Gunung Kembang” dikarenakan akan mengganggu pendaki yang akan mengabadikan momen. Para p ­endaki akan disuguhi pemandangan Gunung Sindoro tepat di depan mata dan Gunung Sumbing di sebelah kanan. Pemandangan yang sangat menakjubkan dan membuat kita lebih bersyukur kepada Tuhan karena dianugerahi bumi yang sangat indah. Pendaki bisa mengabadikan momen sebelum turun sampai puas. Untuk para p ­ endaki yang datang saat musim hujan jangan terlalu khawatir kecewa ­ saat sampai di puncak tapi malah kabut, tak jarang juga pada saat sampai di puncak cuaca malah cerah. Bagaimana, tertarik untuk memasukan Gunung Kembang dalam list liburan kalian?


KULINER

Dok. Berliana

Sesruput Wedang Coro, Sensasi Perpaduan Rempah dengan Kelapa Muda yang Mampu Menghangatkan Badan Oleh : Olivia Novitasari Desainer : Riris Metta Karuna

W

edang coro, cukup asing bukan di telinga kalian? mungkin banyak orang yang belum tahu mengenai salah satu minuman hangat berbahan baku rempah-rempah Indonesia ini. Wedang coro, saat ini sudah jarang ditemui apalagi di zaman milenial seperti sekarang. Minuman yang terbuat dari berbagai macam rempah

khas ­ Indonesia yang dipadukan dengan santan kental dan potongan kelapa muda ­ ini, biasa disajikan dengan gelas, sendok, dan piring kecil sebagai alas. Dari berbagi ­jenis rempah yang dipadukan, rasa khas yang ­paling ­nyata ketika meneguk segelas wedang coro ini ­adalah rasa jahe.

MAJALAH DIMENSI 65

47


KULINER

Tahukah kalian asal usul terciptanya wedang coro ini? sekilas wedang coro mirip dengan jamu adon-adon khas dari Kota Jepara, akan tetapi hal ini tentu berbeda. Bukan hanya jenisnya, tapi juga bahan yang digunakan dan rasanya pun sangat berbeda karena wedang coro hampir mirip dengan minuman khas Betawi, yaitu bir pletok. Wedang coro jika diterjemahkan berdasarkan bahasa, wedang berarti minuman sedangkan coro artinya cara, maka jika diterjemahkan secara istilah wedang coro ialah minuman yang di­ buat d ­ engan melalui beberapa cara. Selain soto kemiri dan sego gandul yang ­dikenal semua kalangan, wedang coro juga merupakan minuman khas dari Pati ­meskipun jarang dijumpai. Minuman ini memiliki tekstur yang sedikit kental dan ­ ­ berwarna coklat muda, serta memiliki rasa yang cukup unik ­berasal dari perpaduan rempah-rempah yang di­ gunakan. Selain berfungsi sebagai penghangat tubuh, wedang coro ini juga ­ memiliki khasiat yang baik ­untuk tubuh kita. Namun yang menjadikan ciri khas dari wedang coro ini adalah potongan kelapa muda yang menambah rasa manis ketika menikmati ­segelas wedang coro ini. ­Pem­buatannya pun tidak sulit dan bahannya mudah ditemukan di sekitar kita, yaitu jahe, merica, sereh, gula ­merah, santan, dan k ­ elapa muda. Cara pembuatan wedang coro ini juga cukup mudah, pertama rebus semua b ­ ahan kecuali santan dan kelapa muda d ­ engan api sedang. Setelah semua bahan tercampur m ­ atikan ­ kompor, selanjutnya selagi air ­rebusan rempah ­masih sedikit mendidih segera masukkan santan kental cepat saji lalu aduk sebentar, ­kemudian sajikan di dalam ­gelas dan tambahkan ­ potongan kelapa muda di atasnya. ­Campuran antara rempah, gula merah, dan santan ini memberikan cita rasa yang m ­ anis, gurih sampai pedas dengan aroma jahe yang menonjol menambah rasa hangat ketika meminum wedang coro ini. Ketika pertama

48

MAJALAH DIMENSI 65

kali meneguk minuman ini akan terasa pedas, akan tetapi setelah melewati ­tenggorokan akan terasa segar yang berasal dari ­gabungan rempah-rempah, dan terasa gurih yang ­berasal dari mericanya. Adanya ­tambahan santan kental cepat saji memberikan t­ampidalgona lan yang hampir sama dengan ­ ­coffee ­yaitu dengan bagian atas yang berwarna coklat k ­ eruh dari santan kental dan ­bagian bawah yang berwarna coklat bening. Bagaimana? cukup mudah bukan cara membuatnya? kalian dapat membuat wedang coro ini sebagai salah satu minuman yang dapat disajikan ketika musim hujan. ­ Selain itu, dapat disajikan ketika berbincang-­ bincang di ­ depan rumah dengan orang tersayang ditemani d ­ engan segelas wedang coro yang nikmat, rasa yang unik, dan tampilan yang memikat. Tapi jangan khawatir bagi k ­ alian yang malas membuat sendiri k ­alian dapat membeli wedang coro di daerah k­ alian. ­Karena wedang coro ini tidak hanya ditemukan di daerah asalnya saja, kini wedang coro juga banyak dijual di berbagai ­daerah seperti Demak, Jepara, dan Kudus. Bagi k ­ alian yang s­edang berada di salah satu kota tersebut pastikan kalian m ­ ­ enikmati minuman khas ini. Jadi buat kalian yang tinggal di daerah Pati dan sekitarnya, jika kalian ­berkeinginan ­menikmati wedang coro, kalian dapat ber­ kunjung di salah satu kafe yang b ­ernama “­ Semesta” tepatnya di Jalan ­ Supriyadi no 49, Juanalan, Pati Kidul, Jawa T­engah, ­Indonesia, 59114. ­Biasanya buka pukul 07.30 WIB s­ ampai pukul 21.00 WIB. ­Dengan me­ ngeluar­kan uang ­sebesar Rp 10.000, kamu dapat menikmati satu gelas wedang coro perpaduan rempah d ­ engan ­potongan ­kelapa muda sebagai penambah tekstur dan rasa manis di ­minuman ini.


INCO I NC OG GN NITO ITO


KELAKAR

Menghargai Sebuah Proses Oleh : M. Syauqi Mubarak Ilustrator : Novia Putri Desainer : Riris Metta K.

P

roses dan hasil adalah dua hal yang saling berkaitan erat satu sama lain. ­ Mencapai hasil, tentunya perlu berbagai macam proses yang harus dijalani terlebih dahulu. Sayangnya, di zaman yang serba ­ ­instan ini tidak sedikit orang yang lupa akan arti dari menghargai sebuah proses. Menghargai ­sebuah proses itu semacam bagian dari reward diri untuk diri. Patokan berhasil

50

MAJALAH DIMENSI 65

bukan tolok ukur agar kita bisa menghargai sebuah proses tersebut. Namun, menghargai sebuah proses adalah bagian dari kita yang mengapresiasi atas usaha dengan apapun ­ ­hasil ­akhirnya. Apakah proses itu penting? padahal s­ ekarang ini banyak yang hanya memandang ­ hasil ­tanpa melihat proses. Coba lihat ke ­belakang


KELAKAR

sebentar, Thomas Alva ­ Edison tidak akan dapat menemukan sebuah lampu tanpa adanya proses. Tanpa proses juga Wright bersaudara tidak akan menjadi m ­ anusia p ­ ertama yang dapat terbang. Bahkan m ­ ungkin ­kalian tidak akan pernah me­rasakan lezatnya ayam goreng khas Kentucky, apabila seorang ­Kolonel Harland Sanders tidak menyelesai­ kan proses yang menuntunnya pada ke­ suksesan di usia 70 tahun. Orang-orang di zaman itu mungkin menertawakan mereka saat Thomas Alva Edison, Wright bersaudara, atau K ­ olonel Harland Sanders sedang berproses untuk menciptakan penemuannya. Tetapi sekarang kita tahu betapa berharga­ nya penemuan mereka saat ini. Betapa berharganya hasil yang mereka capai dari proses jatuh bangun yang mereka alami. Memang benar, jika kerap kali kita ­di­­suguhkan dengan fenomena dimana ­ hasil ­ dipandang lebih tinggi daripada proses itu sendiri. Fenomena tersebut membawa kita untuk memporsikan diri mendapatkan ­apre­siasi saat sudah berhasil saja. Sepenggal ­contoh dari pendidikan di Indonesia sejauh ini, ­ mayoritas orang tua hanya menuntut nilai yang ­tinggi daripada proses mendapat­ kan nilai ­tersebut. Padahal nilai tinggi belum tentu diraih d ­ engan cara yang baik dan ­begitu pun d ­ engan nilai rendah yang belum tentu proses­nya juga buruk. Namun, hal seperti itu malah digadanggadang sudah menjadi mindset tiap orang. Tertanam sebagai sesuatu yang haqiqi bahwa kesuksesan seseorang terukur dari hasil yang dicapai. Dari pemikiran itulah, manusia sering kali lupa untuk menghargai proses dari diri atau bahkan orang lain. Sebelum mindset tersebut mematakan ­banyak kerja keras seseorang, perlu d ­iketahui bahwa menghargai sebuah proses ­adalah hal yang perlu dikedepankan melebihi ­hasil itu sendiri. Menghargai sebuah ­proses tidak harus menunggu hasil yang kalian

­erjakan sesuai target yang direncanakan. k Sama ­sekali tidak, menghargai di sini adalah ­dengan ­mengapresiasi sekecil apapun usaha dari diri untuk tetap berjuang. Menghargai juga tidak melulu harus dengan hal-hal yang mewah. Cukup belikan eskrim, menonton ­ film ­kesukaan, memasak resep dari nenek, atau bahkan hanya dengan berkeliling kota me­nyusuri jalanan hingga senja. Menghargai ­ tidak selalu harus menggunakan nilai yang bisa dibeli, bukan hanya barang sebagai ­patokan menghargai, namun diri ­hanya butuh rehat dan apresiasi setelah cukup ­ keras untuk berproses mengejar mimpi. Itulah arti menghargai yang sebenarnya. Kemudian akan timbul pertanyaan, apa ­man­faat lebih saat kita sudah ­menghargai sebuah proses? mungkin itu adalah per­ ­ tanyaan yang klise. Namun, kalian p ­erlu tahu bahwa tidak ada kata ‘gagal’ saat seseorang tahu bahwa dirinya sudah ber­ juang. Satu poin utama yang bakal didapat­ kan dari meng­hargai sebuah proses. Sejati­ nya, ketika ­seseorang gagal b ­ ukan berarti semua sudah berakhir, tetapi gagal adalah satu langkah lebih dekat ­ me­ nuju keberhasilan. ­ Selebih­ nya, proses juga tidak ­selamanya ­digambarkan dengan keberhasil­ an, ­ melainkan juga ­ kegagalan yang dapat ­dijadikan ­pembelajaran ke arah yang lebih baik. Poin kedua, ketika kita bisa menghargai ­proses juang kita, maka segala hasil bukan lagi tujuannya. Hasil adalah kejutan yang tidak kita ketahui, sedangkan tujuannya ­ ­adalah menyelesaikan proses sampai ­batas kemampuan diri. Untuk kesuksesannya ­sendiri adalah bonus saat usaha dan doa ­telah bertemu di langit nestapa. Maka dari itu, nikmati rangkaian proses yang kita alami, apabila kita dapat m ­ e­ nikmati ­proses tersebut, maka kita juga dapat ­me­nikmati apapun hasilnya nanti. Ber­proses­lah dan ­jangan lupa mengapresiasi diri!

MAJALAH DIMENSI 65

51


ENGLISH

Emotional Abuse H

as someone ever made fun of you or degrading you in front of ­other, and when you feel uncomfortable about their action, ­instead of apologize to you, they say that your out of base and being ­sensitive?

If that ever happened to you, than you might be trapped on ‘emotional abuse’. According to the American Psychological Association, emotional abuse defines as a pattern of behaviour wherein someone repeated­ly and deliberately harms others and overall well-being through non-physical acts. Emotional abuse is the consistent pattern of being treated unfairly over a period of time by the same person. Emotional abuse is harder to spot but also easier to deny. So, here are some ­ warning signs of emotional abuse! As I said in the first paragraph, being degraded by someone frequently is one of the signs. Commonly, they will intimidate you on purpose and make you completely loss your confidence. For e­ xample, you remind your friend to stop eating junk food ­because she or he is already make a promise, but their reaction is out of base, and instead of thanking you for remain her, she or he talks back ­and ­intimidates you. Second, when someone dominates or controls your life. In this sign, you’re not only feel controlled but also diminished by someone. For example, when you tell someone about your opinion and then they aren't ­accepting because they think your opinion is stupid, or unimportant. Every time you move, you feel that you are being ­do­minated and you can't make a decision by yourself, then you are consi­dered as a victim of emotional abuse. They think it was a good idea because they could easily control you when you madea mistake.

52

MAJALAH DIMENSI 65


ENGLISH

Oleh : Kholifatul Mufti L.P. Desainer : Salsabilla Az-Zahra Ilustrator : R. Satrya Bramantya

The next signs are accusing and blaming. If you have ever met someone who blame other too much for his or her mistake and refuse to apologize, then he or she might be an abuser. So, you should avoid them. When someone has already done something bad to you, what will you do to them? are you going to remind them or you keep quiet and treat them like they don't exist? If you choose the second option, then its a bad option. It is the sign of emotional abuse and its not a normal type of punishment.

The last sign is codependency. Thats the sign of someone assuming you are the same as she or he, like you are their past. They will say, "I know what you have to do." Its look like the second sign, but it goes deeper inside. When they’re not studying for exam, skip the class so they force you to do the same thing. Why? ­because they are pretending like what they want. The ‘emotional abuser’ feels you are the same person like she or he, thats why they did it. If you have had two or more signs above, then you are trapped on ‘emotional abuse’ without­ ­realizing. The question is what should we do then? you ­f inally ­realize what was happening to you, you must speak up about it. Find another friend and tell him or her what you feel in your heart, because this is a serious matter. One thing you have to do is to be a firm person. If you don’t want or can't do it, say no. If you can or want it, say yes. Try to build your confidence and think that you are better than them. I mean you deserve better from everyone. If you realize that you are in an abusive relationship with your friend, soulmate or even your parents, take a deep breath and apologize to them.

MAJALAH DIMENSI 65

53


Jangan Pulang Jangan Takut Takut Pulang

CERPEN

Oleh : Tita Tri Uma | Ilustrator : Safiatun Naja | Desainer : Zakiyah

­orona, akan tetapi ia adalah se­ k orang Kepala Lembaga Pemasyara­ katan yang bertugas mengawasi para tahanan di balik jeruji besi. ­Kegiatan yang serba daring, justru tidak menyurutkan tindak kejahatan yang seharusnya kian surut karena harus tetap berada dirumah saja. Namun nyatanya, kasus yang terjadi justru jauh le­bih be­ragam daripada sebe­lumnya, mengingat hal ini juga didorong akibat kon­ disi ekonomi yang mulai anjlok sejalan dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja di beberapa sektor pekerjaan.

“J

angan lupa makan sarapannya ya, pa! Aku pesan Bu Pina masakin bekal buat papa, telurnya setengah mateng aja spesial kesukaanya papa”

“Iya sayang, kamu juga segera siap-siap mandi habis ini, papa tahu kalau sudah mau masuk jam kuliahmu sebentar lagi” “Papa tahu aja, iya ini aku bakalan mandi kok, soalnya jam 9 nanti baru mulai Zoom Meeting buat mata kuliah Pancasila-nya” “Apa sih yang papa tidak tahu dari anak ke­sayangan satu ini” “Anak papa kan memang cuma satu, eh papa sudah mau take off ya?” “Sebentar lagi akan naik pesawat, sesampainya di sana nanti papa v­ i­deo call ya?” “Jangan lupa untuk pulang ya pa, Vita kangen papa!” “Iya nak papa juga, yasudah jumpa nanti” “Jumpa nanti…” Tut….tut…tut… Tak terasa ujung kataku lepas begitu saja bersamaan dengan tetes air mata yang sudah ke­sekian kalinya jatuh saat aku menelpon papa. Memang sengaja aku tahan sedari tadi agar tak terdengar bahwa berat terkadang untuk mengakhiri percakapan tanpa wujud nyata papa bersamaku. Bukan tanpa alasan, tetapi 10 bulan sudah kita hidup berdampingan dengan protokol kesehat­an Covid-19 dan selama itu juga aku berkabar dengan papa hanya sekadar melalui percakapan video tanpa usapan halus membelai lembut di kepalaku. Papaku bukanlah seorang dokter ataupun tenaga kesehatan yang mana mereka berada di garda terdepan untuk menangani virus

54

MAJALAH DIMENSI 65

Kabar anjloknya ekonomi ini dimulai dari awal bulan Juni, yang mana saat itu aku sering sekali melihat pem­beritaan di TV yang menyingkap perihal pendidikan, hingga pekerjaan sekalipun akan dibatasi ruangnya untuk sementara waktu demi me­ mutus penyebaran virus Covid-19. Padahal, jadwal di bulan itulah waktu­ nya papa mendapatkan cuti kerja dan dapat pulang berkumpul ber­samaku di Semarang. Tepat bulan itu pun papa sudah berjanji akan mem­ bawakanku proyektor mini untuk kita dapat menikmati film ber­sama. Kebetulan sekali hobi kita berdua sama-sama menonton film horor di ruang tengah dengan ditemani teh melati tawar hangat oleh-oleh dari nenek di kampung halaman. Teh melati khas racikan nenek yang bahkan sampai sekarang masih ter­sisa ba­nyak dua kotak penuh, padahal sudah lebih dari dua tahun berada di dalam rak dapur sejak nenek ber­kunjung dari Makassar terakhir kali. Sederhana memang hal yang sering kita lakukan bersama, bahkan ter­ bilang sangat jarang ketika papa pulang dan mengajak pergi ke luar


CERPEN

kota untuk liburan bersama. Sesederhana menanam sayuran di kebun belakang rumah yang ter­ bilang cukup kecil hanya sebesar dua meter persegi, kemudian berkeliling kota di sore hari sambil menikmati indahnya senja jingga yang mulai berlarut hingga petang menutup seluruh langit kota, lalu tak lupa membeli es krim dan memakannya langsung di pinggir taman yang berkisar hanya 10 langkah dari rumahku, atau hanya sekedar mempraktikkan resep memasak yang papa dapatkan dari intenet. Bagi papa waktu pulang dan berkumpul bersamaku adalah masa istirahat dari kesibukan kerja kantor­ nya. Biasanya papa akan pulang setelah enam bulan bekerja dinas, namun berbeda untuk tahun ini yang sangat terasa lama bagiku. Masa pandemi membuat kerja papa dalam mengawasi tahanan jauh lebih kompleks dari sebelumnya, mulai dari penerapan protokol ke­ sehatan dan pengecekan kesehatan rutin pada setiap orangnya membuat kinerja papa hampir tak berjeda.

tanteku dari dalam garasi rumah yang me­mintaku untuk membuka pintu belakang agar ia bisa langsung masuk dan berlanjut untuk segera mandi. Hal ini sengaja dilakukan semenjak pandemi tak lain dan tak bukan karena pekerjaan tanteku yang mengaharuskannya bertemu dengan banyak orang sebagai customer service di salah satu bank syariah. Aku pun bergegas untuk membuka pintu sembari bercerita dari jauh bahwa papa belum mengabariku sedari tadi, dan betul sekali kita seperti orang yang berada di pasar saling bersaut dengan nada yang tinggi. “Mba, masa papa belum juga telpon sedari tadi sih!” “Bukannya papamu langsung lanjut kerja se­ sampainya disana?” “Papa udah janji bakal video call aku, kan seharus­ nya bisa tuh sebentaran”

“Huft, aku harus segera bergegas masuk Zoom.”

“Sudahlah merengek aja kamu ini, ambilkan handukku dulu sana!”

Tepat pukul 11 siang, aku menyelesaikan kuliahku, sembari itu juga aku langsung buru-buru mencari telpon genggamku yang kutinggal sedari tadi sejak kuliahku dimulai.

“Aku tuh kangen banget mba, dasar pandemi ini!” sembari memberikan handuk biru muda bergambar bunga di sisinya.

“Nah itu dia ketemu!” sembari menunjuk ke arah kasur tepat di atas bantal letak gawaiku berada. Dengan heran aku mendapati bahwa tidak ada satu pun pesan maupun telpon dari papa, sudah lebih dari tiga jam sejak jam keberangkatannya. “Harusnya papa mengabariku sedari tadi, jarak tempuh penerbangannya kan hanya ber­kisar satu sete­ ngah jam!” sambil menggulir laman media dengan rasa kesal. Tak perlu berpikir lama, aku lah yang balik menelpon papa, walaupun harapku papa lah yang seharusnya menelpon jika sudah sampai di tujuan nanti. Rasa kesalku pun memuncak ditambah dengan telpon papa yang masih tidak aktif. “Padahal papa udah berjanji padaku untuk me­ ngabari setelah sampainya di Mamuju,” lagi-lagi aku tak hentinya memaki keadaan. Mamuju adalah tempat kunjungan kerja pertama papa sejak pandemi ini dimulai. Sebelumnya papa mengabariku bahwa kunjungannya kali ini hanya untuk mengawasi kinerja kantor se-wilayahnya saja, dan akan menginap selama tiga malam di sana. “Dek, buka pintu belakang, mba mau masuk”, teriak

“Oiya dek, besok hari ulang tahun mama jadi kan?” “Pastinya dong mba, seneng banget bakalan ketemu mama lagi nih, besok dah ambil izin kerja kan buat nemenin aku?” “Aman sudah urusan itu tenang, mba juga dah beli bunga buat mama, besok tinggal kita ambil deh sebelum jalan” “Asik, besok sambil video call papa deh, jadi nggak berasa ada yang kurang sama kayak tahun sebelumnya” “Dek, papamu jadinya ke Makassar kan bukan ke Mamuju?, aku lupa soalnya mba merinding di jalan tadi dengar radio barusan ada berita tentang pesawat yang hilang kontak” Sontak perkataan tanteku membuatku terpaku, pikiranku terbang seketika, tak lama telpon genggamku yang sedari tadi aku letakkan di meja dapur berdering. Aku tahu itu bukan dari papa, ringtone yang mengalun berbeda, semakin nada itu berdering semakin besar rasa takut terburukku terjadi dan terulang kembali. “Dek tuh, telpon dari pihak maskapai, angkat dulu!” Aku yang hampir kehilangan kesadaran, seketika lari tak menghiraukan sekitar. MAJALAH DIMENSI 65

55


RESENSI BUKU

The Secret Garden “Jangan pernah berhenti ­m empercayai Hal Mahabaik mempercayai dan Mahaagung dan meyakini bahwa dunia dipenuhi dengan hal itu” Oleh: Indah Listiyaningsih | Desainer: Rakha Yusan Al Hafizh

Judul Penulis Penerjemah Penyunting Penerbit Tebal buku ISBN

K

: The Secret Garden : Frances Hodgson Burnett : Rien Chaerani : Nur Aini : PT Mizan Pustaka : 460 halaman : 20,5 cm : 978-602-8579-10-0

utipan tersebut sangat mewakili isi dari buku yang berjudul “The Secret Garden” ini. Plot cerita yang menggambarkan perihal sebuah mimpi dan harapan. Frances Hodgson Burnett membuka cerita dengan pengenalan tokoh utama ya­ itu, Mary Lennox. Dalam buku setebal 460 halaman ini, Mary diceritakan sebagai anak kecil yang baru menginjak usia 10 tahun. Usia yang masih digadang-gadang dengan kemanjaan bersama orangtua-nya namun,

56

MAJALAH DIMENSI 65

berbeda halnya dengan Mary. Hampir genap usia tersebut, Mary belum pernah sama sekali merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Setelah ‘Ayah’, sebutan untuk pengasuh Mary yang meninggal diakibatkan terserang wabah penyakit yang menyerang India, dirinya se­segera mungkin dikirmkan ke rumah pamannya, Mr. Archibald Craven yang berada di Misselthwaite Manor, Yorkshire, Ingg­ris untuk bermukim dengannya.


RESENSI BUKU

Dari sinilah cerita The Secret Garden dimulai, Mary yang digambarkan dengan karakter ang­ kuh, pemarah, dan tidak peduli dengan beberapa hal akibat latar belakang kehidupannya, kini sontak membuat pembaca merasa ingin segera menghabiskan lembar ceritanya. Pasal­nya, dirinya bertemu dengan seorang pelayan bernama Martha. Martha kerap kali mengajarkan sifat peduli terhadap sesama kepada Mary, dan menceritakan hampir seluruh isi kota Yorkshire yang penuh dengan keajaib­an, terutama pesona Padang Keranggas yang dipenuhi semak gorse dan broom serta heather berbunga saat musim semi dan musim panas tiba. Tak terkecuali cerita unik dari bagian taman kecil milik Mr. Craven yang sudah 10 tahun tidak pernah dibuka.

me­ngenalkan Mary dengan salah satu adik­ nya, Dickon. Untuk kali pertemuan pertama, Mary langsung menceritakan segala tentang sec­ret garden tersebut dan meminta D ­ ickon membantunya menghidupkan kembali ­taman rahasia itu.

Dari anehnya keadaan taman yang sudah ­tidak pernah dibuka tersebut, membuat Mary tak hentinya dirundung penasaran. Frances Hodgson Burnett lagi-lagi berhasil membuat pembaca merasa ditarik untuk segera menge­tahui apa saja yang terdapat di dalam secret garden tersebut.

Perubahan yang terjadi pada taman rahasia itu melambangkan perubahan yang juga terjadi kepada para peng­huni rumah. Mary yang awalnya egois dan pemarah berubah menjadi gadis yang ramah dan lebih simpatik. Begitu juga dengan karakter Colin. Colin yang awalnya tidak mempunyai keinginan untuk hidup karena penyakitnya, kini dengan lantang ia mengatakan “Aku akan hidup selamanya! Dan selamanya!”.

Berlanjut dari keingintahuan Mary, diri­ nya berusaha hampir setiap hari menyu­ suri seluruh taman untuk menemukan pintu masuk taman rahasia itu. Hingga satu klise cerita yang membawa Mary bertemu dengan Burung Ro­bin yang digadang mau membantu Mary dalam menemukan kunci secret garden yang hampir terkubur di dalam tanah. Alhasil terbukalah secret garden tersebut, setelah hari itu dirinya menjadi sangat sering memasuki taman rahasia tanpa sepengetahuan orang lain. Akibat sering kali berkunjung ke taman, Mary kian merasa bahwa taman rahasia itu memiliki ‘sihir’ di dalamnya. Selain sisi unik dari secret garden, penulis juga menambahkan akrabnya kebersamaan di balik pertemanan itu. Disamping M ­ artha yang kian selalu bersama dengan Mary, ak­ ­ hirnya membuat Martha berpikir untuk

Selain Dickon, pertemuan Mary dengan tokoh lain dalam buku ini sangatlah unik. Pasalnya, ia bertemu dengan Colin Craven, anak laki-laki pamannya di koridor dalam kondisi menangis. Dengan ajakan Mary dan Dickon, Colin akhirnya berhenti menangis dan mengiyakan ajakan me­reka untuk bermain bersama di dalam taman rahasia tanpa sepengetahuan orang lain. Di sana lah mereka memulai sebuah persahabatan yang abadi.

Buku yang dikemas dengan alur maju ini mampu membawa pembaca untuk segera menghabiskan tiap babnya. Walaupun susunan kalimat yang diterjemahkan dalam buku ini sedikit asing dan membingungkan, namun buku ini tetaplah menarik. Beberapa bab dalam buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi untuk mempermudah pem­baca dalam mengikuti alur cerita. Tidak salah jika buku ini menjadi salah satu cerita anak klasik, karena tidak hanya menggambarkan dunia anak yang penuh keajaiban, tetapi juga memberikan harapan. The Secret Garden menjadi buku yang sangat direkomendasikan, tidak hanya bagi anak-anak, tetapi bagi siapapun yang ingin merasakan keajaiban dalam se­ tiap kebaikan.

MAJALAH DIMENSI 65

57


Oleh : Linda Sephirda I Desainer : Zahra Ramadhani

RESENSI FILM FILM RESENSI

RICHARD JEWELL Tanggal rilis Sutradara Produser Durasi Pemeran

: 20 November 2019 (Festival Lembaga Film Amerika) dan 13 Desember 2019 (Amerika Serikat) : Clint Eastwood : Tim Moore, Jessica Meier, Kevin Misher, Leonardo DiCaprio, Jennifer DavissonJonah Hill, Clint Eastwood : 131 menit : Paul Walter Hauser, Sam Rockwell, Kathy Bates, Jon Hamm, Olivia Wilde

MAJALAH DIMENSI DIMENSI 65 65 58 58 MAJALAH


RESENSI FILM

Richard Jewell merupakan film adaptasi dari artikel American Nightmare: The Ballad of Richard Jewell yang ditulis oleh Marie Brenner pada tahun 1997. Film ini termasuk dalam film biografi drama Amerika yang dirilis pada tahun 2019. Film yang disutradarai oleh Clint Eastwood ini bercerita mengenai kisah nyata Richard Jewell (Paul Walter Hauser) yang bermimpi menjadi penegak hukum, namun dituduh sebagai sesorang dibalik pengeboman Centennial Olympic Park. Padahal kenyataannya, banyak nyawa yang terselamatkan oleh aksi Richard Jewell tersebut. Film yang berdurasi 131 menit ini di­ buka dengan suguhan kondisi awal Richard J­ ewell yang bekerja di kantor firma hukum pu­blik kecil sebagai staf suplai barang. Ri­ chard digambarkan sebagai sosok yang polos berteman dekat dengan seorang pengacara bernama Watson Bryant (Sam Rockwell). Richard memutuskan untuk keluar dari firma hukum tersebut dan bekerja menjadi ­petugas keamanan di salah satu Perguruan Tinggi yang bernama Piedmont College. Namun ­tidak bertahan lama, akhirnya Richard di­pecat karena terlalu ikut andil dalam me­ negakkan peraturan hukum yang bukan tanggung jawabnya.

Setelah keluar dari Piedmont College, Ri­ chard dan ibunya (Kathy Bates) pindah ke Atlanta pada tahun 1996. Di sana ia ­bekerja menjadi penjaga keamanan Centennial Olympic Park. Dari ini lah klimaks cerita yang dibuat oleh Clint Eastwood akan ­ dimulai. Dengan kemasan cerita di mana saat Jewell menjaga keamanan acara olimpiade t­ ersebut, datang­lah segerombolan remaja mabuk dan membuat sedikit kekacauan. Richard pun menghampirinya, dan mereka tak menghiraukan ucapan Richard. Setelahnya ia memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut kepada polisi yang bertugas agar segerombolan remaja ini dapat dibubarkan. Sesaat setelah polisi berhasil membubarkan, Richard melihat tas yang sangat mencurigakan. Ia mengira ada sesuatu yang janggal di dalamnya. Benar dugaannya bahwa setelah di cek isi tas tersebut adalah bom.

Berlanjut dari tas yang berisi bom tersebut, film ini mulai membawa penonton menuju suasana was-was. Pasalnya, setelah terbukti adanya bom dalam tas, para petugas kepolisian dan keamaan serta agen Federal Bureau of Investigation (FBI) Tom Shaw (Jon Hamm) berusaha mengamankan warga agar menjauhi tas yang terdapat di bawah bangku tersebut. Tak lama, tas meledak dan menyebabkan beberapa penonton konser Jack Mack and the Heart Attack berjatuhan hingga ba­ nyak darah yang tercecer. Di sini lah penonton diperlihatkan rasa anyir dari cucuran darah penonton konser tersebut. Setelah kejadian itu, nama Richard Jewell tersebar luas di berbagai media karena aksi heroiknya. Seluruh masyarakat melabeli dia sebagai seorang pahlawan yang telah menyelamatkan banyak nyawa. Tetapi tidak bagi agen FBI Tom Shaw, pasalnya mereka malah mengira Richard adalah “The False Hero” setelah menilik lebih lanjut mengenai latar belakang Richard. Hal ini tidak sengaja bocor oleh media “The Atlanta Journal Constitution” yang berhasil menerbitkan ke publik mengenai isu bahwa Richard Jewell tidak lagi dianggap sebagai pahlawan. Dari kilas media tersebut, terlihat bahwa film ini menggambarkan betapa mengecewakannya media yang langsung percaya pada isu. Kathy Scruggs (Olivia Wilde) seorang jurnalis dalam film tersebut hanya bermodalkan bocoran dari Tom Shaw untuk mengunggah berita yang mengungkapkan dalang dibalik pengeboman di Centennial Olympic Park. Film yang diakhiri dengan datangnya ­Watson, pengacara Richard Jewell yang membantu agar tidak terjerumus dalam perlakuan FBI ini mampu membuat penonton penasaran pada tiap alur ceritanya. Adegan Jewell yang diperankan oleh Paul Walter Hauser sangat membantu penonton untuk masuk merasakan keluguan dari pemeran utama ini. Tidak kalah dengan para pemeran figurannya, Kathy Scruggs yang memerankan profesi sebagai jurnalis, diam-diam membawa sebuah pesan penting bahwasannya seorang jurnalis harus tetap bermodal fakta nyata. Untuk penilainnya sendiri, saya memberi rating 8/10. MAJALAH DIMENSI 65

59


KANG PROV

KANG PROV "Pentingnya Lindungi Data Pribadi" Ilustrator : Safi'atun Naja

60

MAJALAH DIMENSI 65


KUIS

Teka-Teki Korek Api 1. Berapa banyak batang korek api yang perlu dipindahkan agar menjadi 6 buah persegi? Gambarkan!

1. A 2. Apabila ingin mengubah gambar di samping dengan menyisakan 6 buah segitiga, berapa banyak batang korek api yang harus disingkirkan? Coba gambarkan!

1. B 2. B 3. Berapa banyak batang korek api yang perlu di­ pindahkan agar berubah menjadi 2 daerah yang kongruen? Gambarkan!

Kirimkan jawaban dan juga gambar yang paling tepat dari setiap pertanyaan di atas melalui: WA: 0895413300550 (Zakiyah) Maksimal 28 September 2021 Bagi yang mengirimkan jawaban dan gambar yang paling tepat akan mendapat Merchandise special dari LPM Dimensi. Pengumuman akan diumumkan melalui IG @lpmdimensi MAJALAH DIMENSI 65

61


NGEDIMS

NGEDIMS Desainer : Salsabilla Az-Zahra

Banding UKT tahap 2 dilaksanakan kembali bagi mahasiswa Semoga tidak dipersulit aja, dan bisa merata ke semua mahasiswa yang membutuhkan

Perihal PKM 2021, vokasi tidak jadi memisahkan diri dengan Universitas

Yah, ngga jadi berpeluang tinggi buat lolos PKM nih,

Semester depan diperkirakan tetap kuliah daring Semoga nggak sampai lulus aja sih, dapat apa nantinya?

Dapat dipastikan, Elnino sudah tidak banyak terkendala server lagi Bagus lah, terkadang sampai pengen berinisiatif download aplikasi Elnino kalau ada.

Selama pandemi masih belum bisa dipastikan berakhirnya, TA dan Wisuda bisa jadi dilaksanakan secara online

Yah, lagi-lagi ngga dapet feel wisudanya dong.

62

MAJALAH DIMENSI 65


Biarkan Biarkan Perbedaan Perbedaan Warna Warna Menjadi Menjadi

Potensi Besar Berkembangnya Pola Pikir


Kontrol media sosialmu karena tak semua perlu dipublikasi. Jika semua kamu bagikan, lantas apa yang menjadi privasimu? (Dims, 65th)

TERSEDIA

MAJALAH DIGITAL Scan Me!


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook

Articles inside

Majalah Dimensi Edisi 65

1min
page 1

NGEDIMS

1min
page 62

Teka-Teki: Korek Api

1min
page 61

Kang Prov: Pentingnya Lindungi Data Pribadi

1min
page 60

Resensi Film: RICHARD JEWELL

2min
pages 58-59

Resensi Buku: The Secret Garden

3min
pages 56-57

Cerpen: Jangan Takut untuk Pulang

5min
pages 54-55

Inggris: Emotional Abuse

3min
pages 52-53

Kelakar: Menghargai Sebuah Proses

3min
pages 50-51

Kuliner: Sesruput Wedang Coro

3min
pages 47-48

Plesir: Berpetualang di Gunung Kembang

5min
pages 44-46

Galeri Foto: Potret Pesisir Utara Demak

1min
pages 40-41

Komunitas: Wujudkan Lingkungan yang Bermanfaat

3min
pages 38-39

Jateng Provinsi Terinovatif

3min
pages 36-37

Speak Up: Tantangan Aktif Organisasi di Tengah Pandemi

3min
pages 30-31

Di Balik Tren Virtual Event

3min
pages 28-29

Trivia: Bijak Berhenti Menjadi People Pleaser

1min
pages 24-25

Opini: Mengenal Si People Pleaser

2min
pages 22-23

Bukan Egois Saat People Pleaser Prioritaskan Diri Sendiri

3min
pages 20-21

Stigma Sifat People Pleaser

3min
pages 18-19

Polling: Krisis Ruang Privasi

1min
pages 14-16

Opini: Terkikisnya Etika dan Privasi

3min
pages 12-13

Batasan Bermedia Sosial

3min
pages 10-11

Bentengi Privasi

3min
pages 8-9
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.