1 minute read

Puisi

Oleh : Alifa Salsabilla Khalda Rifai | Ilustrator : Roihanatul Fatihati | Desainer : Diva Puspita SEMESTASEMESTA

Amat baik engkau hari ini Menidurkan jiwa yang kelelahan Mendekap dalam kehangatan Merangkul dalam ketenangan Engkau hadir menjadi rumah Tempat bersungguh dan singgah Ruang berbagi keluh serta kesah Saat gundah nan gelisah Sediakah kau bertahan semesta? Memberi asa dalam aral Menjadi bendung ditengah bandang Tak henti menyinari gulita yang setengah tenggelam di pelupuk mata Masih sediakah semesta? Meski cahaya mulai berpendar Lalu warna dunia kian memudar Menjadi sisa kabut dan penghujan Semesta? Tetaplah bertahan disisi Menjadi karsa yang menawarkan makna-makna Kerena engkau bagian keabadian yang tak hilang ditelan masa

Advertisement

Langkah JuangLangkah Juang

Dilangit dan bumi yang sama Saat sanubari menulusur sebuah kota Melaju dan menuju Berpetualang dalam guratan asa

Dalam langkah juangnya, Ia berusaha mencari kabut nalar Gemetar kian berpendar Di tengah hingar bingar metropolitan Ketakutan justru melingkupi Keraguan pun tak sedia menepi Kegundahan hati telah menyatu Tumbuh subur bersama sang waktu Lengkap sudah dengan banyak tapi Meski tak percaya tuk berlari Segala gagasan dan batasan Menemani langkah yang kian terbeban

Sudah tak apa, Yang kelam akan segera hilang Kesulitan hanya sebatas bayang Cukup mengucap yakin Untuk apapun yang sudah dan belum terjalin

RimbanyaRimbanya

IbukotaIbukota

Cakrawala terlihat di langit ibukota Lampu jalanan menjadi saksi bisu cerita Gedung pencakar seolah tak lupa tuk menyapa Kehidupan yang diharap seindah surga Ternyata berjalan tak tertata

Di kota ini, Ada banyak ketidakadilan Ketidakpastian apalagi! Orang-orang berlarian merebut keberuntungan Pada tempat yang dikira menyuguhkan kebahagiaan Namun nyatanya menyisakan kesedihan

Gambarannya semacam pencakar langit dan gubug tua yang saling bersisian Serupa yang kuasa dan bukan siapa-siapa Menjadi pendatang hanyalah lakon biasa Sekarang yang tak punya harta pun tak berhak tuk disapa Siapa yang lemah, ia yang ditindas Yang kuatlah yang berjaya

Dijalanan ini Mobilitas membuat gerak terbatas Kejamnya ibukota Panasnya Jakarta Dan macetnya jalan raya Selalu menjadi santapan setiap harinya

Parahnya lagi, di negeri metropolitan ini Manusia kosmopolitan membaur jadi satu Namun tak saling kenal dan menahu Mereka saling diam dan cukup membisu

This article is from: